MINDFUL PARENTING Penyusun : Melly Amaya Kiong Illustrasi : Antony Canaka Sherrina Ferrin Buku ini diterbitkan oleh : Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Bekerjasama dengan : Yayasan Karakter Eling Indonesia Jl. Medan Merdeka Barat No. 3 Jakarta Pusat ISBN : 978-623-92255-3-7 Hak cipta dilindungi Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
CONTENTS JALAN MENUJU PERUBAHAN.........................................................................10 KATA PENGANTA (PONTJO SOTOWO)............................................ 14 SEKAPUR SIRIH (PROF. DAOED JOESOEF ALM )................... 20 UDAH TAHU BELUM SIAPA MELLY KIONG DAN CIRI-CIRINYA????.......................................................................................22 “FILM LITTLE HOUSE ON THE PRAIRIE MEMBERIKU MIMPI”......................................................................................................36 GENERASI MANAKAH KITA ????..................................................................42 SIAPKAN KELUARGA YANG BAHAGIA.....................................................54 PERNIKAHAN MANDIRI RANCANGAN KAMI..........................................56 TANAMKAN 4 CHIPS ...........................................................................................58 MINDFUL PARENTING EMKA WAJIB HUKUMNYA...........................62 MINDFUL PARENTING EMKA ITU APA ??????...................................66 MINDFUL PARENTING EMKA ADA 5 DIMENSI YAITU;.............. 68 BAGAIMANA MULAINYA ??????.......................................................................82 BEDANYA AKU KECIL DAN JULIAN KECIL .....................................84 TIDAK BOLEH ADA KATA GENGSI SEBAGAI ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK JAMAN NOW !!! ........... 86 CONTOH DEAL MAIN DI LUAR RUMAH: ................................88 CONTOH DEAL BERHENTI LES MANDARIN???............................. 90 BERMAIN ITU HARUS DAN WAJIB HUKUMNYA ............................94 LEBIH KREATIF..MASA SIH??...........................................................................100
LEBIH PINTAR..YANG BENER??????.......................................................102 ANAK JADI MUDAH BERSOSIALISASI LHO........................................104 LEBIH BISA MENGENDALIKAN EMOSI ...................................................106 LEBIH DISIPLIN SAMA WAKTU ???..............................................................111 BOLEH APA SAJA MAIANNYA ????.......................................................113 MAIN BANJIR GAK SALAH KOG.................................................................120 PENUTUP DARI BUDIMAN GOH..................................................................127 PROFIL PENULIS........................................................................................................130
JALAN MENUJU PERUBAHAN Karakter merupakan aspek penting dalam pembangunan SDM suatu bangsa, karena karakter SDM suatu bangsa menentukan kualitas kehidupan warganya/ masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Proses pembentukan karakter individu/masyarakat bukanlah pekerjaan mudah dan bahkan sering mengalami berbagai tantangan. Proses tersebut harus dimulai sejak usia dini, dimana ada banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain: 1. Siapa yang mengasuh 2. Pola asuh seperti apa yang diterapkan 3. Bagaimana kontrol terhadap pola interaksi/pergaulan yang ada di lingkungan terdekat. Melihat hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa untuk membentuk karakter seseorang akan melibatkan banyak pihak. Pandangan dominan yang ada saat ini, urusan pembentukan karakter lebih banyak menjadi tanggungjawab sekolah, dengan asumsi bahwa sekolah memiliki pola pendidikan yang sudah tersistem serta pengawasan dan penilaian terhadap karakater siswa. Padahal jika dipahami lebih mendalam, karakter seseorang 10
yang terbawa sampai usia dewasa sebenarnya sudah mulai terbentuk dari lingkungan keluarga, sejak usia dini/anak dalam masa awal pertumbuhannya, dan sangat dipengaruhi secara dominan oleh orang-orang terdekat, utamanya orang tua. Pemahaman bahwa pola asuh (parenting model) oleh orangtua dan lingkungan akan sangat mempengaruhi karakter ini menjadi sangat penting, sehingga orangtua atau siapapun yang mengasuh seorang anak dapat menerapkan upaya-upaya yang terencana untuk membentuk karakter seperti apa yang diinginkan, dengan cara menerapkan pola asuh yang sesuai. Berbicara mengenai pola asuh, tentunya dengan cara yang nyaman dan menyenangkan, yang akan menghasilkan karakter yang baik. Orangtua tentu harus menerapkan pola asuh yang baik/pas untuk anak-anaknya, dengan tidak memaksakan keinginan sendiri, tetapi dengan pendekatan yang menyenangkan untuk kedua pihak. Melly Kiong sebagai salah satu praktisi karakter mengusung pola asuh “Mindful Parenting”, yang dapat menjadi salah satu referensi bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam proses membentuk karakter. Pola yang diusung pertama adalah penyadaran akan 11
tanggungjawab orangtua tidak hanya memperhatikan kebutuhan fisik semata (kesehatan) tetapi juga aspek psikologis anak yang akan menentukan terbentuknya karakter baik/unggul. Dalam dokumen pembangunan nasional tahun 2020- 2024, implementasi Revolusi Mental dalam Sistem Sosial mendapatkan perhatian khusus, terlebih dalam hal upaya- upaya strategis yang berkaitan dengan Ketahanan Keluarga, dimana di dalamnya termasuk pola pengasuhan anak oleh keluarga. Upaya ini menjadi bagian yang sangat penting dalam hal Pembangunan Manusia Indonesia, yang dilaksanakan melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental, yang dikoordinasikan pelaksanaannya oleh Kemenko PMK, dimana kami merasa perlu memberi dukungan dalam bentuk kerjasama untuk menyebarluaskan gagasan/konsep Mindful Parenting seperti yang tertuang dalam buku ini. Semoga ini buku ini menarik untuk dibaca, mudah dipahami dan dapat menjadi salah satu referensi dalam pola asuh untuk membentuk karakter SDM yang baik, yang nantinya akan berdampak secara kolektif pada makin kuatnya karakter bangsa/masyarakat kita. 12
Terima kasih, Nyoman Shuida Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 13
KATA PENGANTAR (PONTJO SOTOWO) Begitu pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak utamanya pendidikan karakter, Dorothy Law Nolte, seorang pendidik dan ahli konseling keluarga, berkebang- saan Amerika Serikat, menulis puisi pendidikan anak pada tahun 1954 yang sangat terkenal dengan judul : “Children Learn What They Live”. Sedangkan Melly Kiong yang saya kenal se- bagai pakar sekaligus praktisi mindful parenting, mengek- spresikannya dengan memberi nama rumahnya sebagai “Rumah Karakter”. Mengapa keluarga begitu penting dalam pendidikan anak? Menurut teori ekologi Urie Bronfenbrenner dalam bukunya “The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design (1979)”, perkembangan karakter dan perilaku individu sangat dipengaruhi olehlingkungan di mana seseorang menghabiskan banyak waktu. Keluarga, adalah salah satu lingkungan di mana setiap individu menghabiskan banyak waktu. Tidak ada satu orangpun yang terlahir ke dunia tidak melalui institusi keluarga. Oleh karena itu, pranata keluarga adalah salah satu sistem sosial yang memiliki peran sangat 14
penting dan vital dalam pembentukan karakter seseorang. Ki Hadjar Dewantara pada sebuah penerbitan “Keluarga” di tahun 1936 mengatakan bahwa pengaruh kehidupan keluarga terus menerus dialami oleh anak-anak, khususnya dalam periode/masa peka, yaitu antara umur tiga setengah sampai tujuh tahun. Budi pekerti setiap orang selain dipengaruhi pembawaannya, juga dipengaruhi pengalamannya pada masa peka. Dengan demikian, terlihat betapa pentingnya penanaman karakter di usia dini, dan ini harus dilakukan secara sinergi antara sekolah dan keluarga. Pada banyak keluarga Indonesia, ibulah yang lebih terlibat secara langsung mengurus pendidikan anaknya. Sehingga Daoed Joesoef, tokoh pendidikan nasional, sangat menghormati peran seorang ibu dengan tanggung jawab yang berat tetapi mulia dan luhur, dan karenanya sangat terpuji, dipujikan, dan diagungkan. Menurutnya, ada beberapa fungsi dari ibu yang dapat digantikan oleh ayah, namun ada beberapa fungsi yang secara alamiah dan sesuai dengan kodratnya dianggap fungsi yang khas yaitu “mengasuh dan mendidik anak”, tidak hanya secara badaniah, tetapi terlebih juga dalam artian mental spiritual. 15
Banyak ibu dalam era “feminisme” dan kesetaraan gender sekarang ini, karena berbagaisebab mengalami kesulitan dalam mengasuh dan mendidik anak. Dalam konteks inilah saya menyambut baik kehadiran buku “Mindful Parenting” atau disebutnya “pola asuh berkesadaran” karya Melly Kiong ini yaitu konsep pengasuhan yang mengedepankan kesadaran orang tua dalam berkomunikasi, mendidik, dan mengasuh anak. Dalam pandangan Melly Kiong, orang tua bukanlah sekedar orang tua biologis yang hanya memperhatikan pertumbuhan fisik anak, melainkan juga sebagai orang tua psikologis yang mengerti bahwa ada perasaan anak dan tingkah lakunya yang butuh perhatian kita. Oleh karena itulah, orang tua hendaknya selalu hadir dalam pikiran (mindful) anak, bukan sebaliknya hadir dekat anak secara fisik, namun pikirannya ada di tempat lain. Pola asuh berkesadaran, diharapkan mampu merekatkan hubungan emosional antara orang tua dan anak. Karenanya, mindful parenting berdampak positif baik untuk anak maupun orang tua. Dari sisi anak, tentu dapat lebih mengekspresikan perasaan mereka. Anak juga 16
merasa lebih didengarkan, dihargai dan dipahami oleh orang tua mereka. Sebaliknya, orang tua juga akan lebih mudah menjalin kedekatan dan pemahaman yang lebih baik dengan anak. Mindful parenting ala Melly Kiong atau disebutnya model “eMKa” yang ditulis dalam buku ini, selain disarikan dari berbagai literatur ilmiah terkait dengan konsep dan praktik psikologi hidup berkesadaran (mindfulness psychology), juga banyak mengangkat kearifan dalam negeri yang sangat kaya dengan konsep-konsep “mengasuh berkesadaran”. Oleh karena Melly Kiong adalah seorang ibu yang telah terbukti kreatif dalam mendidik anak-anaknya sendiri, saya yakin buku ini juga didasarkan pada pengalaman empirik penulis. Dengan pola pengasuhan berkesadaran ala “eMKa” ini, Melly Kiong telah banyakmembantu kaum ibu di seluruh nusantara termasuk ibu-ibu Keluarga Besar FKPPI agar tetapdapat melaksanakan fungsinya sebagai pengasuh dan pendidik anak-anak dengan baik sekalipun harus bekerja atau berkarir di luar rumah. Melalui pendekatan lima dimensi pola pengasuhan Melly Kiong, yaitu : mendengarkan, tidak menghakimi, pengendalian emosi diri, adil dan bijaksana, serta welas asih, saya percaya orangtua akan mampu mengasuh 17
anak-anaknya agar tumbuh menjadi pribadi-pribadi unggul. Sesuai dengan motto hidupnya :” Jadi lilin kecil yang bisa menyalakan 1000 lilin lainnya”, saya yakin buku yang penuh dengan kiat-kiat pendidikan anak berkesadaran, dan ditulis dengan bahasa yang sangat populer bahkan cenderung gaul ini, akan menghidupkan lilin-lilin keluarga lainnya sehingga menjadi penerang dalam membangun keluarga yang bahagia. Melly Kiong, sebagaimana diungkapkannya dalam buku ini, memang ingin berbagi kebahagiaan. Selamat terus berkarya. Jakarta, 31 Agustus 2020 Pontjo Sotowo Ketua Aliansi Kebangsaan/Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti/Ketua Umum FKPPI 18
19
SEKAPUR SIRIH (PROF. DAOED JOESOEF ALM ) Saya sungguh beruntung dapat berkenalan dengan Mel- ly Kiong. Setelah membaca tulisan-tulisannya, merenungi buah pikiran yang dipaparkannya dengan gamblang dan mengama- ti perbuatan-perbuatannya di bidang pendidikan anak. Sesuai dengan pikiran tersebut, saya berkesimpulan bahwa dia, Melly Kiong bukanlah sembarang perempuan. Dia adalah seorang ibu muda yang memahami benar panggilan alami, arif, bijak bestari, integral, sesuai perbuatan dengan ucapan, di balik penampilannya yang selalu sederhana. Saya lalu terkenang dengan “Education Mother” yang menyadari panggilan ala- mi keibuan, sementara para suami harus mencari nafkah, para istrilah yang bertanggung jawab atas pendidikan anak anak. Namun, di tengah-tengah pekatnya kegelapan, sekecil apa pun cahaya nurani tetap bermakna besar. Selain kesibu- kannya selaku ibu rumah tangga yang bekerja, Melly Kiong tidak pernah mengabaikan barang sedetik pun pendidikan kedua anaknya. 20
Jika keluarga yang menjadi sel terkecil sebuah bangsa itu baik, maka akan menghasilkan masyarakat yang baik serta mewujudkan sebuah bangsa yang berkualitas. (Alm) Prof. Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan kebudayaan Kabinet Pembangunan III, 1978-1983 21
UDAH TAHU BELUM SIAPA MELLY KIONG DAN CIRI-CIRINYA???? “PEDIH KETIKA DIPUKUL, MALU KARENA BAWA BEKAS DI KAKI DAN SEDIH KETIKA TIDAK ADA YANG MENGERTI” 22
INI CIRINYA : NGEYEL, bagiku tidak semua yang dianggap oleh mayoritas salah itu pasti salah dan sangat ingin dibuktikan lewat perubahan, dan bahasa kerennya. KREATIF, tidak sama penerimaan waktu saya kecil dengan Julian Matthew kecil, karena jaman sudah berubah. Cari cara kreatif lewat storytelling yang saya dapatkan dari sekitar ditambah dengan bakat kreatifku. POSITIF, belajar dari kesalahan masa lalu itu prinsipku dan berubah untuk yang akan datang CIRI LAINYA : BAWEL DAN PEDULI, nggak bisa lihat orang susah, nggak bisa lihat anak kecil sedih, ngak terima millenials dibilang jelek, nggak terima jika anak millenials harus kembali ke masa kolonial dan masih banyak lagi. 23
MOTTO HIDUPNYA : “Jadi lilin kecil yang bisa menyal- akan 1000 lilin lainnya” TUJUAN HIDUPNYA : “Harus lebih berarti dari kehidupan sebelumya” 24
“KUBUR MASA LALU DAN JADIKAN SEMANGAT UNTUK YANG LEBIH BAIK KEDEPAN” Banyak pengalaman yang kurang menyenangkan saat aku kecil dan aku jadikan itu sebagai acuan untuk se- buah perubahan menjadi pribadi yang lebih baik. SAAT AKU KECIL : Ada banyak pengalaman kecilku yang membuat aku sadar bahwa itu harus aku ubah dalam hidupku, jika aku diberi kesempatan menjadi orang yang punya aku harus berada didepan untuk menolong sesama, ke- tika aku punya kekuasaan aku tak ingin memberikan tekanan kepada yang tidak berdaya, dan aku akan berikan ruang kepada orang tak punya untuk merasakan cinta bukan sekat pilih kasih yang mem- buat diri menderita. Dan aku berjanji akan memberikan kesempatan kepada siapapun untuk berpendapat karena itu yang tidak pernah aku dapat. 25
Dan yang terpenting bagiku adalah memulai praktekkan apa yang aku yakini perubahan itu benar dan membawa kebahagiaan dalam diriku maka aku putuskan untuk berbagi agar kebahagiaan itu meluas lewat buku ini. 26
27
Itulah sosok MELLY AMAYA KIONG (bagi yang belum tahu sekarang saatnya tahu dan mengenal lebih jauh jika ada yang salah menilai aku maafkan dan mari mulai dengan lembaran baru) 28
Melly Kiong sadar : - Kalau dirinya generasi X yang banyak kekurangan. - Anak adalah perekam yang baik bukan pendengar. - Bukan salah anak milenial itu semata melainkan generasi X lah yang harus bertanggung jawab. - Generasi X lah yang justru harus berubah menjadi orangtua terdidik sebelum mendidik. Terima kasihku Buat aku, memberi yang terbaik bisa dilakukan dengan banyak cara dan cara yang aku pilih mungkin berbeda dan kurang sesuai bagi banyak orang, namun aku yakini itu adalah cara yang terbaik bagiku. 29
Dan sebelum aku lanjutkan ke penulisan selanjutnya, aku ingin minta maaf dan berterima kasih yang sebesar be- sarnya pada suamiku tercinta TATANG WIDJAJA yang tidak kuasa mengubah sifat ngeyelku, namun aku tahu dia siap me- nerima kekuranganku karena cintanya. Kedua putra tercinta kami JULIAN dan MATTHEW yang telah menjadi kelinci percobaanku dengan terpaksa karena tidak ada pilihan, namun aku yakin mereka punya masa kecil yang bahagia. Dan buat almarhumah mamaku yang banyak sekali mem- pengaruhi sifatku ( baik maupun buruk ), tetapi satu masa yang tak pernah akan terulang kembali bahwa mamaku telah berupaya merawatku dengan penuh cinta dengan caranya, dan ma- makulah yang memberikan rekaman indah bagaimana menjadi manusia pemberi seumur hidupnya. Dan juga Mama mertuaku Lili Fatimah yang terus mencoba men- gerti sikapku, sifatku dan selalu memberikan ruang yang begitu luas menjadi seorang menantu dengan mempercayakan anak sulungnya hidup berdampingan denganku. 30
Buat semua mitra kerjaku dari ENDANG, LIHA, RINI, RIZKY, VERA dan NAILA, kalian adalah mitra hidup keluarga kami selama ini dan kami sangat banyak berterima-kasih. Khusus buat dinding dinding rumah yang selalu aku tempelkan ban- yak cerita terima kasih. 31
Karena semua ini adalah sejarah perjalanan yang sangat gila buat seorang Melly Kiong. Maka Rumahku diberi nama “RUMAH KARAKTER” 32
ALMH MAMA ADALAH CERMIN JERNIHKU. Aku menyaksikan, aku menilai , aku putuskan tidak mau melanjutkan yang tidak baik yang sudah pernah aku rasakan. Ingat bagaimana kemiskinan membuat kami sangat men- derita tapi saya tidak konsentrasikan disana karena itu adalah masa lalu yang harus saya syukuri karena itu yang membuat saya ada hari ini. Yang saya rekam dari almh mama saya adalah daya juangnya, pantang menyerah, tidak mengeluh, selalu ingin berbagi kebajikan dan kepedulian yang sangat luar biasa. Dan banyak yang aku lanjutkan di kehidupan ini dan mudah-mudahan Julian dan Matthew mampu merekam dan melanjutkannya dikehidupan kelak mereka berkeluarga. 33
Satu hal yang tak pernah aku lupa adalah ketika menemani mama ambil uang di rumah saudara yang dititipkan dan setiap kali datang selalu ada satu kalimat intro: “OH SUDAH TANGGAL SATU YA, ENAKNYA HIDUP KALIAN TIDAK PERLU KERJA UANG DATANG SENDIRI” dan ini berulang ulang bertahun-tahun sampai suatu saat ingin sekali aku maju dan jawab dengan lantang “INI BUKAN UANGMU”, mengingat diriku sudah remaja saat itu. Namun almh mama dengan sangat elegan menarik tanganku kebawah dengan tatapan mata mengecil supaya aku tidak melakukan perlawanan. Entah kenapa seperti sebuah kalimat terucap “JANGAN BICARA, KARENA SUARA ORANG MISKIN SUARANYA TIDAK AKAN TERDENGAR” 34
Dan aku simpan baik baik warisan sikap dari Almarhumah mamaku itu dan aku jadikan semangatku untuk buktikan kepada dunia bahwa sebagai manusia punya hak yang sama. Jika boleh saya tidak mau jadi orang miskin, dan doaku semoga Tuhan selalu menjagaku dan memberikan aku kesempatan untuk menjadi orang yang berkecukupan dan tahu bersyukur. 35
“FILM LITTLE HOUSE ON THE PRAIRIE MEMBERIKU MIMPI” Aku berhutang budi pada tetanggaku dengan TV hitam putihnya, channel RTM Malaysia yang menayangkan film seri Little house on the prairie. Miskin bukan berarti tidak bisa bahagia itu yang ditangkap oleh seorang Melly Amaya Kiong dari film tersebut , tetapi butuh perjuangan untuk merealisasikan mimpi itu. Perlu strategi supaya saya bisa keluar dari kondisi sekitarku yang membuka mataku bahwa apapun yang terjadi karena kondisi sekitar harus diperjuangkan. Aku susun rencana hidupku salah satu yang aku ingat adalah aku harus keluar dari kemiskinan dan sekolah yang baik, aku cari pasangan yang bukan satu daerah karena aku yakin harus ada perubahan kultur. 36
Aku buang anggapan orang miskin tidak punya hak untuk bahagia karena film tersebut dan kebahagiaan keluarga ada di tangan kita yang mengkondisikannya. Keyakinan yang aku peroleh dari keluarga itulah yang membawa aku terus berjuang mewujudkan keluarga yang bahagia seutuhnya. Aku semakin mantap belajar dari bagaimana cara pola asuh dalam film tersebut, bagaimana peran seimbang antara ayah dan ibu dalam sebuah keluarga. Dan semua itulah yang aku bungkus dalam mimpi indahku dan aku terus bangun komitmen dengan konsisten. 37
Gambaran keluarga di film “Little House On The Praire” mendorong aku untuk berani merealisasikan kehidupan keluargaku seindah film itu kelak. Keluarga harmonis bukan terletak pada kekayaan yang dimiliki namun kepada bagaimana peran suami istri dalam membangun fondasi dan mengokohkannya bersama- sama. Film tersebut memperlihatkan dengan begitu jelas bagaimana berbagi peran antara ayah dan ibu dalam mendampingi anak anaknya. Mereka berbagi beban ketika ada masalah dan terbuka untuk dibicarakan bersama dalam keluarga. Tiga orang anak saling mendukung dan saling menghargai serta bagaimana kekompakan itu bisa terbangun dengan sempurna. 38
Sekali lagi dari film inilah aku bangun mimpiku, dan salah satu tujuanku adalah mengubah kemuraman berkeluarga yang salah dan mengubahnya dengan dimulai dari keluarga kecilku. Aku putuskan untuk mewariskan apa yang aku lalui itu kepada anak-anak kami Julian dan Matthew serta generasi mereka dan seterusnya. Aku yakin apa yang kulakukan ini tidak akan basi sampai kapanpun. Karena generasi berkarakter dan bahagia yang akan menjaga dunia dari kehancuran. 39
APA HARAPAN MELLY KIONG ? Buku ini diharapkan mampu memutuskan mata rantai penderitaan anak milenial akibat kesalah pahaman dengan generasi orangtua mereka. Dan mampu membuka mata para milenial untuk lebih memahami orangtuanya baik gen- erasi X maupun generasi Babyboomers. Bahwa orangtua mereka juga hanya merekam atas apa yang mereka dapatkan sebelumnya dan tidak tahu bagaimana cara melepaskannya, generasi milenial-lah yang perlu melaku- kan perubahan menjadi lebih baik dalam mendidik anak anak generasi mereka dan selanjutnya. Kami tunggu generasi “ANAK ANAK BAHAGIA DAN BERKARAKTER YANG AKAN LAHIR DARI KELUARGA DENGAN ORANGTUA TERDIDIK”. BERHENTI CARI KAMBING HITAM KARENA SUDAH MAHAL 40
SAATNYA AKU MULAI 41
GENERASI MANAKAH KITA ???? Pembagian generasi yang saya ambil Sumber dari buku GENERASI PHI karya Dr.Muhammad Faisal antara lain : Generasi yang lahir pada awal abad 19 adalah : SILENT GENERATION. Yang lahir setelah Perang Dunia II atau diantara per- tengahan decade 1940 an hingga awal-awal decade 1960-an disebut sebagai BABY BOOMERS, Generasi yang lahir pertengahan decade 1960 an hingga awal 1980-an disebut GENERASI X Generasi yang lahir di awal tahun 1980 hingga awal tahun 2000 yang disebut dengan MILLENIALS ATAU GEN Y 42
2. MENGAPA MILLENIALS YANG JADI TUJUANKU ??? Jujur aku marah dan merasa tidak fair, karena keban- yakan orangtua generasi Baby boomers maupun generasi X mempunyai pandangan yang cenderung kurang baik serta negative terhadap anak anak millenials. Padahal jika mau ditelusuri dan diakui anak anak itu hanya merekam jejak atas apa yang mereka dengar dan mereka lihat dari orang terdekat mereka yaitu orangtua. “MEREKA ADALAH PEREKAM YANG ULUNG” ini yang sering terlupakan, orangtua dan lingkunganlah yang dijadikan kambing hitam. 43
3. MILLENIALS SANGAT PUNYA HAK UNTUK MARAH. FAKTA: Aku ada mengikuti perkembangan sebuah komunitas anak millenials yang jika tidak bisa menempatkan diri pada situasi mereka, mungkin kita sebagai orangtua akan merasa kalau merekalah yang tidak baik. Namun dari kondisi yang saya temui selama ini, maka tidak heran sebagian dari mereka juga lebih berani mengung- kapkan perasaan mereka karena kenyataan yang mereka rasakan dalam kehidupannya. Misalnya mereka dengan terang terangan bahwa tidak ada orangtua yang tulus melahirkan dan mengasuh anak mereka, orangtua hanya menjadikan mereka sebagai penjaga ketika mereka tua. 44
SALAH ???? NO COMMENT. (TIDAK PERLU DIBAHAS KARENA SEMUA PUNYA HAK UNTUK BERSUARA) 45
NGAKU GEN X (Hasil ngaca diri) - Gaptek sudah pasti. (dikasih Handphone yang canggih yang dipakai cuma sms, whatsapps dan paling banter FB, IG lebih keren dikit youtube deh) - Suka banding bandingin. (tuh lihat kakakmu/adikmu lebih tahu diri, lebih mandiri apalagi tuh anak tetangga bla bla bla...) - Sok tahu. (ini tak usah ditanya... pasti dimulai dengan kalimat... D U L U... terusin sendiri ya karena setiap orangtua beda- beda. Pokoke merasa yang paling banyak makan asam dan garam makanya sakitnya MAAG dan DARTING Habis asam dan garam yang ditelan. 46
- Suka Teriak teriak. (tak usah ditanya... kayak kalau ngomong sama anak jarakn- ya 1 km) - Marah marahin anak di depan umum. ( takut dibilang tidak bisa didik anak) - Diri sendiri egois bilang anak yang egois. ( kalau ditanya anak sekarang egois ya?? Langsung tuh nyamber dengan pakai kata SANGAT artinya anak sangat EGOIS “belum tahu dia.. kalau anaknya hanya meniru mereka”.) 47
(kalau ditanya anak sekarang egois ya?? Langsung tuh nyamber dengan pakai kata SANGAT.. Artinya anak sangat EGOIS. “Belum tahu die.. Kalau anaknya hanya mereka. Jadi ingat tuh pepatah : “Guru kencing berdiri murid kencing berlari” - MAIN HP DAN GAME TERUS TAPI ANAK NGGAK BOLEH. (Alasannya sih kalau orang dewasa sudah tahu mana yang baik mana yang tidak dan tahu waktu) - ANAKNYA HARUS BELAJAR TERUS NGGAK BOLEH MAIN. (Ngak pernah ape rasain jadi anak anak yang maunya main terus waktu kecil?) - POKOKNYA ANAK HARUS JUARA. (Padahal kalau anak jadi juara dirinya yang bahagia dan bangga tapi tidak tahu ya bagaimana perjuangan anaknya, lelah, stress, takut dan berada dalam tekanan... dst 48
IHHHHHH.. Annoying banget nggak sih GEN X ??? 49
Dan aku kosongkan satu halaman buat anda tambahkan sendiri ya... 50
SEBELUM LANJUT ISI QUISIONER SAYA DULU YA >>> Setuju tidak gen X itu annoying ???? ( berisik )...centangin YA TIDAK Jawab sendiri ya Milenial??? 51
Jika IYA... baca semua tulisan saya dengan cermat dan penuh kesabaran serta kesadaran. Setelah itu maafkan mereka, karena “tidak ada sekolah buat menjadi orangtua dan mereka juga korban dari pola asuh yang kurang tepat di masanya dan mereka tidak tahu bagaimana cara menghentikannya” 52
Jika TIDAK bersyukurlah dan sebelum memutuskan melanjutkan membaca buku ini, hubungi orangtuamu dan ucapkan banyak terima kasih karena mereka dan leluhurmu yang telah memberikan cintakasihnya dengan sempurna. Mereka layak diberi predikat antik dan perlu dilestarikan. KEPUTUSAN ADA DI TANGANMU YA NAK>>>> 53
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130