Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran Edisi 1 | Februari 2022
Tim Penyusun Pengarah Anindito Aditomo Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Penanggungjawab Zulfikri Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Penyusun Yogi Anggraena (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran) Nisa Felicia (Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan) Dion Eprijum Ginanto (UIN Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi) Indah Pratiwi (Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan) Bakti Utama (Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan) Leli Alhapip (Badan Riset dan Inovasi Nasional) Dewi Widiaswati (Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan) Penerbit Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Edisi 1, Februari 2021
Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terbitnya kajian akademik tentang kurikulum ini. Kajian ini dilakukan dalam rangka mendukung perumusan kebijakan kurikulum yang akan diumumkan oleh Mendikbudristek, bapak Nadiem Anwar Makarim. Dalam kebijakan tersebut, mulai tahun ajaran 2022/2023 satuan pendidikan dapat memilih untuk menerapkan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama kita hadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi. Krisis ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal yang mendasar seperti literasi membaca. Krisis belajar juga ditandai oleh ketimpangan kualitas belajar yang lebar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi. Tentu, pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa diwujudkan melalui perubahan kurikulum saja. Diperlukan juga berbagai upaya penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah, pendampingan bagi pemerintah daerah, penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan pendanaan yang lebih adil. Namun kurikulum juga memiliki peran penting. Kurikulum berpengaruh besar pada apa yang diajarkan oleh guru, juga pada bagaimana materi tersebut diajarkan. Karena itu, kurikulum yang dirancang dengan baik akan mendorong dan memudahkan guru untuk mengajar dengan lebih baik. Kajian akademik ini menjelaskan latar belakang, landasan empiris, dan kerangka konseptual yang digunakan dalam merumuskan kebijakan kurikulum dan merancang Kurikulum Merdeka. Kajian ini juga mencakup strategi implementasi kurikulum baru, sebuah isu yang sangat mempengaruhi keberhasilan dari setiap kebijakan pendidikan. Selama dua tahun ke depan, Kurikulum Merdeka akan terus disempurnakan berdasarkan evaluasi dan umpan balik dari berbagai pihak. Sejalan dengan proses evaluasi tersebut, naskah ini juga akan mengalami revisi dan pembaruan secara berkala. Akhir kata, saya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada seluruh tim penulis dan peneliti, beserta plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, yang telah bekerja dengan sepenuh hati untuk menghasilkan sebuah kajian yang komprehensif. Penghargaan dan terima kasih juga saya sampaikan untuk Mendikbudristek yang secara visioner memberi arahan dan dukungan bagi pengembangan kurikulum ini. Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo, Ph.D. iii
Daftar Isi Kata Pengantar.......................................................................................................................... iii Daftar Isi....................................................................................................................................... iv Pendahuluan............................................................................................................... 7 Latar Belakang...................................................................................................... 7 Tujuan..................................................................................................................... 10 Landasan Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum ................................ 10 Krisis Pembelajaran.............................................................................................. 15 Pra pandemi.......................................................................................................... 15 Pandemi................................................................................................................. 18 Respon Pemerintah Terhadap Pandemi: Kebijakan Tiga Kurikulum yang Sudah Diterapkan (Berdasarkan Kepmen Darurat)................................. 19 Hasilnya Kurikulum Darurat itu Baik.................................................................. 20 Learning Loss di Berbagai Negara .................................................................... 21 Evaluasi K13 .......................................................................................................... 22 Dibutuhkan Kurikulum Alternatif........................................................................ 25 Kesimpulan ........................................................................................................... 26 Rancangan Kurikulum Merdeka................................................................. 28 Prinsip Perancangan Kurikulum Merdeka ........................................................ 28 Kerangka Kurikulum............................................................................................. 39 Capaian Pembelajaran......................................................................................... 42 Struktur Kurikulum............................................................................................... 50 Prinsip Pembelajaran dan Asesmen.................................................................. 65 Perangkat Ajar...................................................................................................... 68 Kesimpulan ........................................................................................................... 71 iv
Implementasi Kurikulum Merdeka Secara Terbatas................. 74 Pendahuluan......................................................................................................... 74 Implementasi Kurikulum Merdeka secara Terbatas Pada Program Sekolah Penggerak ...................................................................................... 75 Implementasi Terbatas Pada Program SMK Pusat Keunggulan ................... 88 Kesimpulan............................................................................................................ 91 Rancangan Implementasi Kurikulum Merdeka............................. 93 Kerangka Teori Implementasi Kurikulum.......................................................... 94 Keragaman Konteks Pemulihan Pembelajaran ............................................... 104 Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka...................................................... 106 Kesimpulan ........................................................................................................... 120 Daftar Pustaka............................................................................................................................ 123 v
01 Pendahuluan A. Latar Belakang Covid-19 yang seketika membawa perubahan pada wajah pendidikan di Indonesia. Peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan Perubahan yang paling nyata tampak pada menjadi tantangan utama dalam pembangunan proses pembelajaran yang awalnya bertumpu pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi pada metode tatap muka beralih menjadi tantangan ini, sejak 2009 Pemerintah telah pembelajaran jarak jauh (PJJ). Intensitas memenuhi kewajiban anggaran pendidikan belajar mengajar juga mengalami penurunan sebesar 20% APBN serta terus meningkatkan yang signifikan, baik jumlah hari belajar dalam anggaran pendidikan dari Rp 332,4 T pada seminggu maupun rata-rata jumlah jam belajar 2013, menjadi Rp 550 T pada 2021 (kemenkeu. dalam sehari. Selama PJJ, umumnya siswa go.id, 2021). Peningkatan anggaran tersebut belajar 2-4 hari dalam seminggu terutama siswa telah berkontribusi positif pada perbaikan pada tingkat SMP, SMA, dan SMK (Puslitjak, tingkat pendidikan dan kesejahteraan guru, 2020). Di DKI Jakarta, rata-rata waktu yang penurunan ukuran kelas (rasio guru-siswa), digunakan untuk pembelajaran jarak jauh serta perbaikan sarana dan prasarana di satuan hanya 3.5 jam/ hari, sementara di luar Jawa pendidikan (Beatty et.al, 2021; Muttaqin, 2018). lebih pendek lagi yaitu hanya 2,2 jam/ hari (UNICEF, 2020). Keterbatasan akses internet, Namun demikian, berbagai indikator hasil perangkat digital serta kapasitas baik guru, belajar siswa belum menampakkan hasil yang orang tua,maupun siswa dipandang menjadi menggembirakan. Sebagaimana akan diulas tantangan terbesar dalam menyelenggarakan lebih detail pada BAB II naskah ini, berbagai PJJ (Afriansyah, 2020; UNICEF, 2020). pengukuran hasil belajar siswa menunjukkan masih relatif rendahnya kualitas hasil belajar Di tengah keterbatasan yang ada, di Indonesia. Pun demikian, tidak terjadi berbagai strategi dilakukan sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang menyelenggarakan PJJ. Pratiwi dan Utama signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada (2020) mengidentifikasi setidaknya enam konteks inilah pendidikan di Indonesia tengah strategi yang dilakukan sekolah. Pertama, di mengalami krisis pembelajaran, yang apabila wilayah dengan akses internet dan perangkat tidak segera ditangani akan menguatkan apa digital memadai, serta didukung oleh guru yang disampaikan Pritchett (2012) sebagai dan siswa yang melek digital pembelajaran schooling ain’t learning: bersekolah namun dapat berjalan relatif baik dengan kelas di tidak belajar. ruang maya (interactive virtual classroom) dan mengoptimalkan aplikasi belajar daring. Kedua, Krisis pembelajaran yang telah terjadi sekian lama tersebut, diperburuk dengan Pandemi 6
PENDAHULUAN di sekolah-sekolah dengan akses internet siswa, ketidaktercapaian pembelajaran, dan perangkat digital yang memadai namun ketimpangan pengetahuan yang semakin tidak didukung dengan keterampilan digital lebar, perkembangan emosi dan kesehatan guru/siswa, PJJ dilakukan secara terbatas psikologis yang terganggu, kerentanan putus dimana penugasan dan pembimbingan oleh sekolah, serta potensi penurunan pendapatan guru umumnya dilakukan melalui aplikasi siswa di kemudian hari (The SMERU Research media sosial WhatsApp. Ketiga, beberapa Institute-The RISE Programme in Indonesia, sekolah dengan akses internet terbatas 2020). Temuan serupa juga dihasilkan dari melaksanakan proses belajar dalam kelompok- kajian Puslitjak dan INOVASI yang menunjukkan kelompok kecil rumah guru atau siswa. bahwa pada kelas awal, hilangnya kemampuan Keempat, beberapa sekolah yang juga tanpa belajar siswa dalam hal literasi dan numerasi jaringan internet memanfaatkan radio lokal/ sebelum dan selama pandemi setara dengan radio amatir untuk menyebarkan penugasan. 5-6 bulan setelah 12 bulan belajar dari rumah Kelima, terdapat sekolah yang menggunakan (Puslitjak dan INOVASI, 2020). Studi yang sama pesan berantai (“mouth to mouth” massage) juga menunjukkan bahwa ketika siswa tidak untuk menyampaikan tugas ke siswa. Terakhir, menguasai hal-hal yang seharusnya dipelajari beberapa sekolah bahkan terpaksa harus pada satu tahun akan memiliki efek majemuk meliburkan siswanya. pada apa yang bisa dipelajari siswa pada jenjang berikutnya (Puslitjak dan INOVASI, Studi-studi lebih lanjut memberi perhatian pada 2020). dampak-dampak yang terjadi dalam perubahan radikal dalam proses pembelajaran selama Dampak lain adalah menguatnya kesenjangan pandemi. Temuan studi-studi tersebut antara pembelajaran (learning gap) selama lain menunjukkan terjadinya ketertinggalan pembelajaran jarak jauh. Di Indonesia, pembelajaran (learning loss) yaitu ketika siswa kesenjangan pendidikan terjadi jauh sebelum kehilangan kompetensi yang telah dipelajari pandemi (Muttaqin, 2018) dan semakin sebelumnya, tidak mampu menuntaskan menguat ketika pandemi. Indikasi penguatan pembelajaran di jenjang kelas maupun kesenjangan pembelajaran sebenarnya mengalami efek majemuk karena tidak telah tampak dari pola keberagaman proses menguasai pembelajaran pada setiap jenjang. pembelajaran selama pandemi. Survei Studi Indrawati, Prihadi dan Siantoro (2020) di Kemendikbud (2020) memperlihatkan adanya sembilan provinsi di Indonesia menunjukkan kesenjangan dalam penggunaan platform bahwa pada awal PJJ, hanya 68% anak yang pembelajaran antara sekolah di daerah mendapatkan akses pembelajaran dari rumah. 3T dan kawasan non-3T. Hasil serupa juga Kondisi ini diperburuk dengan siswa yang ditunjukkan dari studi The SMERU Research melaksanakan PJJ pun tidak mendapatkan Institute-The RISE Programme in Indonesia kualitas pembelajaran yang sama sebagaimana (2020) yang memperlihatkan adanya sebelum pandemi. Banyak siswa hanya kesenjangan penggunaan aplikasi digital dalam menerima instruksi, umpan balik, dan interaksi pembelajaran antara daerah perkotaan dan yang terbatas dari guru mereka (Indrawati, pedesaan terutama di luar Pulau Jawa. Pihadi, dan Siantoro, 2020). Kondisi ini berkontribusi pada menurunnya kemampuan KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 7
PENDAHULUAN Pola keberagaman dalam proses pembelajaran kurikulum darurat dilakukan pengurangan ini selanjutnya memberi pengaruh pada kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran semakin melebarnya kesenjangan hasil sehingga guru dan siswa dapat berfokus pembelajaran siswa selama pandemi. Terkait pada kompetensi esensial dan kompetensi hal ini, temuan The SMERU Research Institute prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran (2020) menunjukkan dua hal. Pertama, di tingkat selanjutnya. Guru juga didorong analisis ketimpangan belajar di dalam kelas untuk melakukan asesmen diagnostik secara menunjukkan bahwa siswa yang memiliki berkala untuk mendiagnosis kondisi kognitif akses terhadap perangkat digital, memiliki (kemampuan dan capaian pembelajaran siswa) guru adaptif, pada kondisi sosial ekonomi dan kondisi non-kognitif (aspek psikologis dan lebih tinggi, serta mempunyai orang tua yang kondisi emosional siswa) sebagai dampak dari aktif berkomunikasi dengan guru cenderung PJJ. Dengan asesmen diagnostik ini diharapkan memiliki kemampuan di atas rata-rata. Kedua, guru dapat memberikan pembelajaran yang ketimpangan hasil belajar antar siswa dalam tepat sesuai kondisi dan kebutuhan siswa satu kelas pun diprediksi akan semakin lebar. mereka. Apabila tidak ada intervensi yang mendorong guru untuk menyusun pembelajaran yang Setelah berjalan hampir satu tahun ajaran, memperhatikan keragaman kemampuan Kemendikbud telah melakukan evaluasi belajar siswa, maka siswa dengan kemampuan terhadap pelaksanaan kurikulum darurat. Hasil rendah akan semakin tertinggal dari siswa evaluasi tersebut secara umum menunjukkan lainnya. Studi INOVASI dan Puslitjak (2020) bahwa siswa pengguna kurikulum darurat menunjukkan risiko yang lebih besar mendapatkan hasil asesmen yang lebih baik dari semakin melebarnya kesenjangan daripada pengguna Kurikulum 2013 secara pembelajaran ini. Menurut studi tersebut, penuh, terlepas dari latar belakang sosial “pembelajaran selama COVID-19 memiliki ekonominya. Penggunaan kurikulum darurat dampak yang lebih besar pada beberapa secara signifikan juga mampu mengurangi kelompok siswa, di mana siswa yang berasal indikasi learning-loss selama pandemi baik dari keluarga dengan latar belakang sosial untuk capaian literasi maupun numerasi (lihat ekonomi lebih rendah lebih berisiko tidak gambar 1). terdaftar lagi atau tidak lagi berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Gambar 1.1. Perbandingan capaian literasi dan numerasi siswa yang menggunakan kurikulum darurat dan Kurikulum Antisipasi dampak pandemi terhadap 2013 ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan pembelajaran (learning gap) Sumber: Kemendikbud, 2021 sebenarnya telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud/ saat ini Kemendikbudristek). Pada Agustus 2020, Kemendikbud menerbitkan kurikulum darurat pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) ini pada pada intinya merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada 8
PENDAHULUAN Hasil positif di atas menunjukkan bahwa pembelajaran yang menjadi permasalahan akut intervensi kurikulum darurat memiliki pengaruh di Indonesia. Pada konteks tersebut, kajian yang signifikan terhadap upaya pemulihan akademik pemulihan pembelajaran ini disusun pembelajaran akibat pandemi COVID-19. untuk menelaah berbagai alternatif kurikulum Namun disisi lain, dapat dikatakan bahwa yang dapat digunakan oleh satuan pendidikan intervensi ini merupakan kebijakan bumper dengan keragaman karakteristiknya untuk untuk menanggulangi potensi learning loss meningkatkan kualitas proses pembelajaran, dan learning gap selama pandemi. Dibutuhkan mengoptimalkan hasil belajar siswa, serta pengembangan kurikulum yang secara mengurangi dampak-dampak negatif pandemi komprehensif mampu menghadapi krisis COVID-19 bagi pendidikan di Indonesia. B. Tujuan 2. Menyusun alternatif kurikulum yang berorientasi pada peningkatan Uraian di atas meletakkan dasar pemikiran kualitas proses pembelajaran dan tentang pentingnya intervensi kurikulum dalam mengoptimalkan hasil belajar namun upaya pemulihan pembelajaran di Indonesia. tetap mempertimbangkan keragaman Dalam konteks ini, kajian akademik ini karakteristik satuan pendidikan. bertujuan untuk: 3. Menyusun strategi pemilihan alternatif 1. Membangun argumentasi rasional kurikulum bagi satuan pendidikan. intervensi kurikulum dalam upaya mengatasi krisis pembelajaran di Indonesia C. Landasan Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum Pengembangan Kurikulum dan pelaksanaan kurikulum didasarkan pada butir-butir kebijakan nasional dalam bidang pendidikan yang terdapat dalam dokumen sebagai berikut: 1. Perubahan Struktur Kurikulum Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan Pembukaan UUD RI Tahun 1945 pada alinea sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 keempat tercantum tujuan nasional bangsa UUD NRI Tahun 1945. Selain itu, Pemerintah Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan juga memajukan ilmu pengetahuan dan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemerintah agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan mengusahakan dan menyelenggarakan satu peradaban serta kesejahteraan umat manusia sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan sebagaimana diamanatkan Pasal 31 ayat (5) keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia UUD NRI Tahun 1945. KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 9
PENDAHULUAN Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya melalui penyesuaian kurikulum dan teknologi yang semakin pesat dari tahun sebagai “jantung” pendidikan yang senantiasa ke tahun, maka Pemerintah harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan mengupdate sistem pendidikan nasional dan teknologi. 2. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Kurikulum adalah seperangkat rencana diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan potensi daerah, dan peserta didik sebagaimana bahan pelajaran serta cara yang digunakan diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (2) UU No. sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan 20 Tahun 2003. Kerangka dasar dan struktur pembelajaran untuk mencapai tujuan kurikulum pendidikan dasar dan menengah pendidikan tertentu sebagaimana termaktub ditetapkan oleh Pemerintah dan dikembangkan dalam Ketentuan Umum UU No. 20 Tahun sesuai dengan relevansinya oleh setiap 2003. Pengembangan kurikulum dilakukan kelompok atau satuan pendidikan dan komite dengan mengacu pada standar nasional sekolah/madrasah di bawah koordinasi pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Pasal 35 ayat (2) dan Pasal 36 ayat (1) UU No. departemen agama kabupaten/kota untuk 20 Tahun 2003. pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah sebagaimana diamanatkan dalam Kurikulum pada semua jenjang dan jenis Pasal 38 UU No. 20 Tahun 2003. pendidikan dikembangkan dengan prinsip 3. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP No. 4 Tahun 2022. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan Kurikulum disusun sesuai dengan Jenjang secara terencana, terarah, dan berkelanjutan Pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan untuk meningkatkan mutu Pendidikan sesuai Republik Indonesia dengan memperhatikan dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, peningkatan iman dan takwa, nilai Pancasila, nasional, dan global sesuai dengan Pasal 3 peningkatan akhlak mulia, peningkatan ayat (3) PP No. 57 Tahun 21. Dengan demikian, potensi, kecerdasan, dan minat Peserta Didik, kurikulum yang berlaku dapat disesuaikan keragaman potensi daerah dan lingkungan, seiring dengan perubahan standar nasional tuntutan pembangunan daerah dan nasional, pendidikan yang merupakan acuan dalam tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengembangan kurikulum. Standar Nasional pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; Pendidikan yang menjadi acuan dalam dinamika perkembangan global; dan persatuan pengembangan meliputi standar kompetensi nasional dan nilai-nilai kebangsaan. lulusan, standar isi, standar proses; dan standar penilaian Pendidikan. 10
PENDAHULUAN Kurikulum pendidikan dasar dan menengah pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/ wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kejuruan; dan muatan lokal. Muatan pelajaran Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, dapat dituangkan secara terpisah atau Bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, terintegrasi dalam bentuk mata pelajaran/mata ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, kuliah. Modul, blok, atau tematik. 4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJMN menjadi pedoman bagi kementerian/ Rencana Pembangunan Jangka Panjang lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Nasional (RPJPN) 2005-2025 menjadi landasan kementerian dan lembaga (Renstra-K/L) dan bagi perumusan Rencana Pembangunan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang daerah dalam menyusun dan menyesuaikan diselenggarakan setiap lima tahun sekali. rencana pembangunan daerahnya masing- masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. 5. Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2025 (Perpres No 18 Tahun 2020) Substansi Inti Program Aksi Bidang Pendidikan penilaian pembelajaran di kelas, RPJMN Tahun 2020 – 2024, diantaranya serta peningkatan pemanfaatan hasil penilaian sebagai bagian dalam a. Meningkatkan pemerataan layanan perbaikan proses pembelajaran; pendidikan berkualitas, melalui Peningkatan kualitas pengajaran dan 5) peningkatan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, mencakup: pembelajaran, terutama dalam mensinergikan model pembelajaran 1) penerapan kurikulum dengan jarak jauh (distance learning), dan memberikan penguatan pengajaran sistem pembelajaran daring (online); berfokus pada kemampuan matematika, literasi dan sains di 6) integrasi soft skill (keterampilan non- semua jenjang; teknis) dalam pembelajaran, 2) penguatan pendidikan literasi kelas 7) peningkatan kualitas pendidikan awal dan literasi baru (literasi digital, karakter, agama dan kewargaan; data, dan sosial) dengan strategi pengajaran efektif dan tepat; 8) peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, termasuk kualitas 3) peningkatan kompetensi dan pendidikan profesionalisme pendidik; b. Meningkatkan produktivitas dan daya 4) penguatan kualitas penilaian hasil saing, melalui Pendidikan dan pelatihan belajar siswa, terutama melalui vokasi berbasis kerjasama industri, penguatan peran pendidik dalam mencakup: KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 11
PENDAHULUAN 1) Peningkatan peran dan kerja sama vokasi sistem ganda (dual TVET industri/swasta dalam pendidikan system) yang menekankan pada dan pelatihan vokasi, meliputi penguasaan keterampilan berbasis pengembangan sistem insentif/ praktik dan magang di industri; regulasi untuk mendorong peran perluasan penerapan teaching factory/ industri/swasta dalam pendidikan teaching industry berkualitas sebagai dan pelatihan vokasi; peningkatan salah satu sistem pembelajaran peran daerah dalam koordinasi standar industri; revitalisasi dan intensif dengan industri/swasta peningkatan kualitas sarana dan untuk pengembangan pendidikan prasarana pembelajaran dan praktek dan pelatihan vokasi di wilayahnya; kerja pendidikan dan pelatihan dan pemetaan kebutuhan keahlian vokasi sesuai standar; peningkatan termasuk penguatan informasi pasar kerja sama pemanfaatan fasilitas kerja; praktik kerja di industri, termasuk unit produksi/ teaching factory/ 2) Reformasi penyelenggaraan teaching industry; penguatan pelatihan pendidikan dan pelatihan vokasi, kecakapan kerja dan kewirausahaan meliputi penguatan pembelajaran di sekolah, madrasah, dan pesantren; inovatif dengan penyelarasan program peningkatan fasilitasi dan kualitas studi/bidang keahlian mendukung pemagangan; dan penyusunan pengembangan sektor unggulan strategi penempatan lulusan; dan kebutuhan industri/swasta; penyelarasan kurikulum dan pola Seluruh substansi inti program aksi bidang pembelajaran sesuai kebutuhan pendidikan itu harus dilakukan dan industri; penguatan pembelajaran diwujudkan oleh Kementerian Pendidikan untuk penguasaan karakter kerja, dan Kebudayaan melalui Rencana Strategis softskills dan bahasa asing; penguatan Tahun 2020-2024. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan 6. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 (Permendikbud No. 22 Tahun 2020) Arah kebijakan dan strategi pendidikan dan pembelajaran berkualitas, dan mutu pendidikan kebudayaan pada kurun waktu 2020-2024 yang merata baik secara geografis maupun dalam rangka mendukung pencapaian 9 status sosial ekonomi. Selain itu, fokus (sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan pembangunan pendidikan dan pemajuan (Nawacita Kedua) dan tujuan Kemendikbud kebudayaan diarahkan pada pemantapan melalui Kebijakan Merdeka Belajar yang budaya dan karakter bangsa melalui perbaikan bercita-cita menghadirkan pendidikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia, pendidikan serta pengembangan kesadaran yang dicirikan oleh angka partisipasi yang akan pentingnya pelestarian nilai-nilai luhur tinggi di seluruh jenjang pendidikan, hasil 12
PENDAHULUAN budaya bangsa dan penyerapan nilai baru dari Murid adalah pemimpin pembelajaran dalam kebudayaan global secara positif dan produktif. arti merekalah yang membuat kegiatan belajar mengajar bermakna, sehingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pembelajaran akan disesuaikan dengan mendukung Visi dan Misi Presiden untuk tingkatan kemampuan siswa dan didukung mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, dengan berbagai teknologi yang memberikan mandiri, dan berkepribadian melalui pendekatan personal bagi kemajuan terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar pembelajaran tiap siswa, tanpa mengabaikan kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa pentingnya aspek sosialisasi dan bekerja dalam kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, kelompok untuk memupuk solidaritas sosial bergotong royong, dan berkebinekaan global. dan keterampilan lunak (soft skills). Dengan menekankan sentralitas pembelajaran siswa, Kurikulum yang berlaku di Indonesia sering kurikulum yang terbentuk oleh Kebijakan dipandang kaku dan terfokus pada konten. Merdeka Belajar akan berkarakteristik fleksibel, Tidak banyak kesempatan tersedia untuk berdasarkan kompetensi, berfokus pada betul-betul memahami materi dan berefleksi pengembangan karakter dan keterampilan terhadap pembelajaran. Isi kurikulum juga lunak, dan akomodatif terhadap kebutuhan dianggap terlalu teoritis, sulit bagi guru DU/DI. untuk menerjemahkannya secara praktis dan operasional dalam materi pembelajaran dan Sesuai dengan arah kebijakan dan penugasan aktivitas kelas. Salah satu perubahan yang secara khusus, selanjutnya Badan Standar, diusung dalam kebijakan Merdeka Belajar Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan adalah terjadi pada kategori kurikulum. Dalam menjabarkan aspek yang berkenaan dengan hal pedagogi, Kebijakan Merdeka Belajar pengembangan dan pelaksanaan kurikulum akan meninggalkan pendekatan standarisasi dengan memperhatikan ketercapaian menuju pendekatan heterogen yang lebih kompetensi peserta didik pada satuan paripurna memampukan guru dan murid pendidikan dalam kondisi khusus yang menjelajahi khasanah pengetahuan yang terus menyebabkan belum mampu mengatasi berkembang. ketertinggalan pembelajaran (learning loss) sehingga kepmendikbud nomor 719 tahun 2020 perlu disempurnakan. KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 13
02 Krisis Pembelajaran Dunia saat ini tengah berjuang untuk pembelajaran pada era pandemi muncul memulihkan kondisi pembelajaran. Banyak dikarenakan peserta didik tidak mempunyai upaya dan intervensi dikeluarkan oleh masing- akses terhadap: (1) perangkat digital; (2) guru masing negara guna mengejar ketertinggalan adaptif dan berkemampuan IT yang mencukupi; akibat penutupan sekolah dan pembelajaran (3) kondisi finansial; dan (3) orangtua yang aktif online. Pemerintah Indonesia juga berupaya memberikan dukungan (The SMERU Research menjalankan beberapa kebijakan untuk Institute, 2020). menanggulangi potensi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dan ketimpangan Indonesia bukan hanya berjuang dalam pembelajaran (learning gap) selama pandemi. menghadapi learning loss dan learning gap akibat pandemi. Sebelum pandemi, Pemerintah Ketertinggalan pembelajaran mempunyai masih juga mendapat tantangan dalam indikasi di antaranya ketika peserta didik kaitannya dengan hasil pembelajaran. Oleh kesulitan untuk memahami kompetensi yang karenanya, Bab ini akan menjelaskan tentangan dipelajari sebelumnya, juga ketika mereka krisis pembelajaran yang berkepanjangan dan tidak mampu menuntaskan pembelajaran diperparah dengan adanya pandemi COVID-19. di jenjang kelas, atau ketika peserta didik Selain itu, bab ini juga membahas beberapa mempunyai kompleksitas permasalahan tantangan dan rancangan implementasi karena tidak mampu menguasai pembelajaran kurikulum 2013 untuk memulihkan di setiap jenjang. Adapun ketimpangan pembelajaran. A. Pra pandemi masih menunjukkan ada banyak ruang untuk pengembangan. Gambar 2.1 memperlihatkan Dalam konteks global, hasil pembelajaran tren nilai tes PISA dan peringkat Indonesia dari tingkat pendidikan dasar dan menengah masih tahun 2000 sampai 2018. belum menggembirakan. Hasil yang dicapai oleh peserta didik Indonesia dalam tes PISA Gambar 2.2. Tren Nilai dan Peringkat PISA Indonesia Sumber: OECD, 2019 14
KRISIS PEMBELAJARAN Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1, OECD sebesar 139 poin pada tahun 2000. Indonesia menduduki peringkat yang rendah Selisih nilai itu berkurang menjadi 115 poin pada dalam hasil tes PISA tahun 2018. Untuk bidang tahun 2018. Harus diakui masih banyak yang matematika, misalnya, Indonesia berperingkat dapat dilakukan untuk meningkatkan peringkat 72 dari 78 negara yang berpartisipasi dalam dan nilai Indonesia. PISA. Hasil yang kurang lebih sama ditunjukkan untuk tes sains dan membaca. Nilai tes PISA Berkenaan dengan hasil non-akademik, seperti Indonesia juga memperlihatkan tren stagnan. pendidikan sikap dan perilaku, data yang Tidak ada lonjakan peningkatan nilai selama dimiliki Kemendikbudristek juga menunjukkan periode 18 tahun. Namun demikian, selisih perlunya perbaikan. Dalam hal perundungan nilai peserta didik Indonesia dengan rerata (bullying) dan kerangka pikir kemajuan (growth nilai peserta didik negara-negara maju yang mindset), Gambar 2.2 menunjukkan hasil survei terhimpun dalam OECD menunjukkan tren terhadap peserta didik Indonesia dibandingkan pengurangan untuk semua bidang yang dengan rata-rata peserta didik negara-negara diujikan. Contohnya, selisih nilai matematika OECD. peserta didik Indonesia dengan negara-negara Gambar 2.3. Perundungan dan Kerangka Pikir Kemajuan Peserta Didik Sumber: OECD, 2019 Seperti terlihat pada Gambar 2.2, 41% peserta Gambar 2.2 juga menunjukkan bahwa hanya didik Indonesia melaporkan mengalami 29% peserta didik Indonesia tidak menyetujui perundungan beberapa kali dalam satu pernyataan bahwa “kepandaian tidak dapat bulan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan diubah terlalu banyak”, jauh di bawah rata- dengan angka rata-rata negara OECD sebesar rata negara OECD sebesar 63%. Ini bermakna 23%. Peserta didik yang sering mengalami peserta didik Indonesia memiliki kerangka pikir perundungan mencapai nilai membaca 21 poin kemajuan rendah, karena mereka tidak melihat lebih rendah. Mereka juga merasa sedih, takut, perlunya memajukan diri mereka dalam segi dan tidak puas dengan kehidupan mereka. akademis. Peserta didik yang memiliki kerangka Peserta didik seperti ini lebih mungkin untuk pikir kemajuan memiliki nilai membaca 32 absen sekolah. poin lebih tinggi, tidak takut pada kegagalan, KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 15
KRISIS PEMBELAJARAN lebih termotivasi dan ambisius, serta lebih pendidikan dasar. Namun data berbagai menganggap pendidikan penting. survei nasional dan internasional, serta trend skor Ujian Nasional mengindikasikan bahwa Dalam konteks nasional, hasil tes Asesmen dalam 15-20 tahun terakhir, hasil belajar Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) tidak mengalami peningkatan. Gambar 2.3 menggambarkan rendahnya kompetensi dasar menunjukkan persebaran skor AKSI yang dan ketimpangan yang tinggi. Indonesia telah diselenggarakan pada tahun 2019 yang berhasil meningkatkan secara signifikan akses menunjukkan adanya ketimpangan besar antar (angka partisipasi), terutama pada jenjang daerah dalam hasil belajar siswa. Gambar 2.4. Persebaran skor AKSI tahun 2019 Sumber: Kemdikbud 2019 Dalam konteks pendidikan kejuruan, indikator dilihat pada gambar 2.4 yang menunjukkan krisis pembelajaran dapat ditunjukkan dengan hasil yang tidak sesuai dengan tujuan kurangnya keterserapan lulusan SMK di dunia didirikannya SMK yaitu mengutamakan kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penyiapan siswa untuk memasuki lapangan untuk lulusan SMK masih tertinggi dengan kerja serta mengembangkan sikap profesional. persentase sebesar 8,49% sebagaimana dapat 16
KRISIS PEMBELAJARAN Gambar 2.5. Gambar 2.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Sumber: BPS 2020 B. Pandemi yang terjadi pada 3.391 siswa SD dari 7 Kab/ Kota di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020 Awal tahun 2020, seluruh dunia tidak dan April 2021 sebagai sampel yang diteliti terkecuali Indonesia mengalami bencana oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen dengan kehadiran Pandemi COVID-19. Hal Pendidikan (BSKAP) pada tahun 2021. ini memperparah krisis pembelajaran yang memang sebelumnya sudah terjadi di Indonesia Gambar 2.6. Indikasi Kehilangan Pembelajaran sebagaimana dijelaskan pada bagian A. Selama 2 tahun Pandemi COVID-19, telah Sumber: Kemdikbud Ristek 2021 terjadi peningkatan kehilangan pembelajaran (loss learning) yang signifikan ditinjau dari pencapaian kompetensi literasi dan numerasi siswa. Riset menunjukkan sebelum Pandemi COVID-19, kemajuan belajar selama 1 tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Sedangkan saat Pandemi COVID-19, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan. Untuk literasi, kehilangan pembelajaran siswa setara dengan 6 bulan belajar. Sedangkan untuk numerasi, kehilangan pembelajaran siswa setara dengan 5 bulan belajar. Gambar 2.5 mendeskripsikan kehilangan pembelajaran KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 17
KRISIS PEMBELAJARAN C. Respon Pemerintah Terhadap Pandemi: Kebijakan Tiga Kurikulum yang Sudah Diterapkan (Berdasarkan Kepmen Darurat) Pada akhir Agustus dimana Pandemi darurat yang merupakan penyederhanaan COVID-19 sedang berlangsung, Pemerintah dari kurikulum 2013 yang dikembangkan oleh mengeluarkan kebijakan dalam rangka pemerintah, atau satuan pendidikan melakukan melakukan mitigasi kehilangan pembelajaran penyederhanaan kurikulum 2013 secara akibat Pandemi COVID-19 dengan memberikan mandiri. pilihan kepada sekolah untuk menggunakan kurikulum yang disederhanakan (kurikulum Berdasarkan survei pembelajaran di masa darurat) agar dapat berfokus pada penguatan pandemi jenjang pendidikan dasar dan karakter dan kompetensi mendasar. Di samping menengah yang dilakukan oleh BSKAP pada itu, pemerintah juga menyediakan modul Juli 2021, terdapat 59,2% satuan pendidikan literasi dan numerasi untuk membantu guru yang tetap menggunakan kurikulum 2013 menerapkan kurikulum. Juga tersedia modul secara penuh, 31,5% satuan pendidikan untuk orang tua yang dapat digunakan di menggunakan kurikulum darurat, dan 8,9% rumah. satuan pendidikan melakukan penyederhanaan kurikulum 2013 secara mandiri, serta ada Kebijakan ini dituangkan dalam Keputusan sekitar 0,4% satuan pendidikan menggunakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor kurikulum lainnya. Gambar 2.6 menunjukkan 719/P/2020 yang intinya memberikan persentase satuan pendidikan berdasarkan keleluasaan kepada satuan pendidikan kebijakan dari Kepmendikbud Nomor untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 719/P/2020. secara penuh, menggunakan kurikulum Gambar 2.7. Implementasi Kurikulum di masa Pandemi COVID-19 Sumber: Kemdikbud Ristek 2021 18
KRISIS PEMBELAJARAN D. Hasilnya Kurikulum Darurat itu Baik Berdasarkan implementasi kurikulum di masa Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke Pandemi COVID-19, diperoleh fakta bahwa proyeksi kehilangan pembelajaran numerasi siswa pengguna kurikulum darurat mendapat dan literasi, penggunaan kurikulum darurat capaian belajar yang lebih baik daripada dapat mengurangi dampak pandemi sebesar siswa yang menggunakan Kurikulum 2013 73% (literasi) dan 86% (numerasi), sebagaimana secara penuh, terlepas dari latar belakang diilustrasikan pada Gambar 2.8. sosio-ekonominya. Survei yang dilakukan pada 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah Gambar 2.9. Proyeksi dampak pandemi pada pengguna di 20 kab/kota dari 8 provinsi selama kurun Kurikulum 2013 dan kurikulum darurat waktu bulan April-Mei 2021 menunjukkan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara Sumber: Kemdikbud Ristek 2021 Kurikulum 2013 dan kurikulum darurat. Selisih skor literasi dan numerasinya setara dengan 4 bulan pembelajaran. Pada skor numerasi, siswa pengguna Kurikulum 2013 memperoleh skor 482 dibanding siswa pengguna kurikulum darurat dengan skor 517. Sementara skor literasi siswa pengguna Kurikulum 2013 memperoleh skor 532 dibanding siswa pengguna kurikulum darurat dengan skor 570. Gambar 2.8. Selisih Skor Literasi dan Numerasi Pengguna 19 Kurikulum 2013 dan kurikulum darurat Sumber: Kemdikbud Ristek 2021 KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN
KRISIS PEMBELAJARAN E. Learning Loss di Berbagai Negara Fenomena learning loss bukan hanya terjadi (sebelum atau setelah jam normal sekolah). di Indonesia. Hampir seluruh negara di dunia Lalu negara-negara seperti India, Oman, merasakan penderitaan akibat penutupan Laos, Vietnam, Nicaragua lebih memfokuskan sekolah karena pandemi (Engzell, Frey, kebijakan pada pada pengenalan dan and Verghan, 2021; Jonson et al., 2014). pengefektifan program hybrid learning. Untuk mengejar ketertinggalan, tiap-tiap Ada juga negara-negara yang fokus pada negara membuat kebijakan untuk merespon pemenuhan pembelajaran pada peserta didik krisis Covid-19. Tentu setiap negara dapat yang membutuhkan perhatian lebih seperti di menyesuaikan kebijakan nya masing- Afganistan memberikan fokus penanganan masing. Namun kebijakan yang diambil harus pada peserta didik yang berada di daerah berdasarkan data dan kebutuhan, karena jika terpencil, di Bangladesh memberikan program pemerintah salah mengambil kebijakan maka khusus pada siswa dari keluarga yang kurang malapetaka pendidikan akibat Covid-19 menjadi mampu, Nepal pada peserta didik perempuan, ancaman nyata (UNESCO, 2021) . Iran pada peserta didik di daerah pengungsian, dan Portugal dan China memberikan program Dari laporan UNESCO (2021) ada beberapa khusus pada sekolah-sekolah yang secara kebijakan yang diambil oleh tiap-tiap negara geografis memerlukan penanganan khusus. diantaranya: Di Argentina, Gabon, Angola, Armenia, Jepang, Canada, dan Portugal Sementara di Indonesia pemerintah telah memfokuskan pada pemberian support melakukan beberapa kebijakan seperti kesehatan dan mental pada guru dan peserta penyederhanaan kurikulum, penyempurnaan didik. Sementara negara-negara seperti kurikulum baru, dan pemberian kebebasan Tajikistan, Jordan, Rwanda, Italia, Papua New dan keleluasaan kepada tingkat satuan Guinea, dan Italia lebih menekankan pada pendidikan untuk menggunakan kurikulum penyesuaian pada kalender sekolah dan yang dianggap sesuai dengan keperluan adaptasi kurikulum yang ditujukan untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan. pemulihan pembelajaran pasca pandemi. Pemerintah juga memberikan kebijakan untuk Kemudian negara-negara seperti Hungaria, memberikan pelatihan dan pendampingan Belanda, Uni Emirat Arab, Rumania, Palestina, guru/kepala sekolah, dan penyediaan buku dan Kamboja lebih memfokuskan pada teks pelajaran dan perangkat ajar digital. kebijakan remedial dan pengajaran (catch-up) Terakhir, pemerintah juga memberikan opsi bagi program untuk mengganti proses pembelajaran satuan pembelajaran untuk menggunakan opsi yang tidak sempat dilaksanakan selama kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah pandemi, dengan menambah jam pelajaran (Paparan Mendikbudristek, 2021). 20
KRISIS PEMBELAJARAN F. Evaluasi K13 Kurikulum di banyak negara, menurut kajian Pritchett dan Beatty (2015), dirancang terlalu Dibutuhkan Kurikulum yang Sederhana ambisius, berorientasi pada standar yang tinggi, namun tidak cukup memberikan kesempatan Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan kepada siswa untuk benar-benar memahami Kementerian dan Kebudayaan di beberapa materi yang diajarkan. Pritchett dan Beatty daerah di tanah air, ditemukan bahwa beban menggunakan data PISA sebagai landasan pelajaran yang harus siswa tanggung terlalu untuk berargumen bahwa tingginya proporsi banyak (Puskurbuk, 2019). Lebih lanjut, siswa Indonesia serta negara berkembang hasil paparan evaluasi pengimplementasian lainnya yang tidak dapat mencapai standar Kurikulum 2013 menemukan bahwa adanya minimum menunjukkan bahwa masalah kekeliruan pemahaman guru tentang konsep kurikulum ini bukan masalah yang dihadapi mastery learning. Kebanyakan guru masih sebagian kecil siswa, tetapi masalah mayoritas beranggapan bahwa mastery learning adalah siswa. menuntaskan seluruh materi pembelajaran, sehingga malah mengesampingkan Oleh karena itu, perubahan yang perlu pemahaman siswa; sementara yang diharapkan dilakukan adalah perubahan sistemik, bukan Kurikulum 2013 adalah ketuntasan pemahaman hanya intervensi di sekolah atau wilayah siswa (Balitbang Kemdikbud, 2019). Akibatnya, tertentu saja. Peserta didik diharapkan untuk peserta didik dan orang tua mengeluhkan dapat mempelajari materi-materi yang esensial beban pelajaran yang begitu berat. Terutama di sehingga dapat mengejar ketertinggalan saat ujian, siswa SD harus memahami pelajaran akibat penutupan sekolah dan pembelajaran IPS, IPA, Matematika untuk satu ujian saja online. Untuk mengejar learning loss, kualitas (Maharani, 2014). Demikian pula pada peserta pembelajaran lebih diutamakan ketimbang didik PAUD yang meskipun pada K-13 tidak kuantitasnya. menjadikan kemampuan baca tulis sebagai syarat kelulusan, ternyata ketika masuk pada Dibutuhkan Kurikulum yang Mudah jenjang SD, siswa secara alamiah harus dapat diimplementasikan membaca karena isi dari materi SD sudah cukup tinggi. Kajian Puskurbuk (2019) menemukan pada umumnya, guru di Indonesia masih Bukan hanya itu, beban pelajaran bagi siswa terkonsentrasi pada penyiapan dokumen yang dapat dilihat secara kasat mata, sebagai contoh bersifat administratif. Bahkan, pada penelitian banyaknya buku pelajaran yang harus dibawa kualitatif pada satu sekolah di Magelang, oleh siswa (terutama siswa SD) setiap harinya Khurotulaeni (2019) menemukan bahwa (Telaumbanua, 2014). Di SMK beban belajar kebanyakan guru tidak termotivasi untuk siswa bertambah dari 46 jam menjadi 50 jam membuat RPP, karena bagi mereka aksi di kelas belajar dalam seminggu (Djaelani, Pratiknto, lebih penting daripada pembuatan naskah & Setiawan, 2019) sehingga alih-alih satuan berlembar-lembar yang rumit dan komplek. pendidikan fokus pada penyaluran pada dunia Horn dan Banerjee (2009) mengkritisi praktek usaha dan industri, SMK malah terjebak pada guru di negara berkembang yang terkesan pemenuhan kurikulum. KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 21
KRISIS PEMBELAJARAN mengejar pemenuhan kebutuhan administrasi keleluasaan sekolah untuk mengadaptasi pengajaran dan mengesampingkan pengajaran pola keberagaman tujuan dan hasil akhir dari siswa yang sebenarnya membutuhkan pembelajaran. Hal ini dikarenakan pemerintah persiapan yang lebih tinggi. telah memberikan paket komplit silabus yang telah selesai untuk guru adopsi di sekolah. RPP menurut Astuti, Haryanto, dan Prihatni (2018) adalah rencana kegiatan pembelajaran Menurut Ornstein dan Hunkins di Poedjiastuti untuk satu pertemuan atau lebih yang (2018) salah satu alasan mengapa guru merasa dikembangkan dari silabus sebagai panduan keberatan dalam menerapkan perubahan untuk mencapai kompetensi dasar (KD). Lebih pendekatan, metodologi, dan cara evaluasi lanjut, Astuti, Haryanto, dan Prihatni (2018) siswa salah satunya dikarenakan guru tidak menekankan bahwa guru harus membuat RPP merasa memiliki kurikulum tersebut. Kurikulum secara menarik, inspiratif, dan menyenangkan 2013 tidak memberikan fleksibilitas kepada sehingga menimbulkan tantangan dan guru untuk mengembangkan kreativitas kreativitas siswa. Namun sayangnya, guru dan inovasi. Hal ini dikarenakan kurikulum belum berhasil membuat RPP yang menarik mewajibkan guru untuk menyusun administrasi dan inspiratif seperti yang diharapkan karena kelengkapan mengajar yang sangat kompleks. bagian-bagian RPP yang terlalu kompleks, Demikian pula pada kasus guru SMK, adanya sehingga menguras tenaga guru untuk hanya silabus yang terpusat mengurangi kreatifitas terfokus pada urusan administrasi RPP (Ahmad, guru untuk memilih pendekatan pembelajaran 2014, Krissandi & Rusmawan, 2015). yang lebih kreatif, bermakna, dan kontekstual (Djaelani, Pratikno, & Setiawan, 2019). Untuk mengejar ketertinggalan akibat pandemi, guru dan satuan pendidikan tidak Bukan hanya itu, implementasi K-13 yang boleh dibebani dengan administrasi yang memberikan paket komplit dengan silabus memberatkan. Oleh karena itu, dibutuhkan dalam perjalanannya mendapatkan kritik dari upaya agar guru dan satuan pendidikan dapat banyak pihak (Sakhiya, 2013 dalam Ahmad, lebih leluasa dalam mengajar secara efektif dan 2014). Hal ini dikarenakan tidak semua sekolah inovatif. dapat menerapkan silabus yang sama antara satu dengan yang lain. Mungkin pada satu Dibutuhkan Kurikulum 2013 yang sekolah, dapat menerapkan silabus yang dibuat Decentralized dan Fleksibel oleh pemerintah, namun belum tentu bagi sekolah lain. Karena konteks sekolah di desa Kurikulum diharapkan dapat memberikan tidak sama dengan konteks sekolah di kota. kebebasan bagi sekolah untuk dapat Demikian pula konteks sekolah swasta tidak menyesuaikan tujuan pembelajaran akan sama dengan sekolah negeri. Ahmad terhadap kebutuhan di sekitar tempat siswa (2014) mengibaratkan pembuatan silabus oleh belajar (Okoth, 2016 dalam Poedjiastuti, et pemerintah seperti membuat satu pakaian al., 2018). Namun, K-13 tidak memberikan 22
KRISIS PEMBELAJARAN dengan satu ukuran yang sama (one size fits Salah satu kata kunci pada kurikulum alternatif all), tentu tidak akan bisa dipakai oleh semua nantinya adalah fleksibilitas. Ki Hadjar orang. Oleh karenanya, penyederhanaan Dewantara (1928) menekankan bahwa manusia kurikulum diharapkan memberikan fleksibilitas merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir kepada sekolah untuk dapat mengembangkan atau batin tidak tergantung kepada orang silabus dari kerangka kurikulum yang telah lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan ditetapkan. Pemerintah boleh saja untuk sendiri. Lebih lanjut, KHD berpendapat bahwa kemudian membuat beberapa contoh silabus maksud pengajaran dan pendidikan yang rujukan sebagai bahan referensi guru, namun berguna untuk perikehidupan bersama ialah bukan untuk sebagai penyeragaman silabus. memerdekakan manusia sebagai bagian dari Fleksibilitas pembuatan silabus tentunya lebih persatuan rakyat (Ki Hadjar Dewantara, 1928). memberikan penghormatan kepada guru, karena selama ini kebijakan silabus terpusat Dalam pidatonya pada kongres PPPKI mendapatkan kritik seolah pemerintah tidak ke-1 di Surabaya pada tanggal 31 Agustus mempercayai guru dalam pembuatan silabus 1928 KHD menegaskan bahwa pengaruh (Ahmad, 2014). Dari paparan di atas dalam pengajaran itu umumnya memerdekakan mengadaptasi situasi pandemi, K-13 dirasa manusia atas hidupnya secara lahir, dan kurang mampu memberikan fleksibilitas memerdekakan hidupnya secara batin. kepada guru dan satuan pendidikan untuk Tentu dengan memberikan kurikulum menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kekhasan pada dan pasca pandemi. tingkat satuan pendidikan dan peserta didik, akan memberikan kemerdekaan Kurikulum hendaknya juga dapat bagi tiap-tiap satuan pendidikan dengan mengakomodasi kompetensi lulusan pada segala keragamannya. pendidikan khusus untuk setiap jenjangnya. Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus Jika diibaratkan dengan filosofi petani dan (ABK) tidak dapat disamakan dengan peserta pendidik versi Ki Hajar Dewantara (KHD), didik pada umumnya. Mengingat kekhasan tugas seorang guru adalah ibarat menanam peserta didik yang berkebutuhan khusus, jagung. Jagung hanya akan dapat tumbuh maka kurikukulum harus dapat secara dengan selalu memperbaiki tingkat kesuburan fleksibel menyesuaikan dengan tingkat tanah, memelihara tanaman, memberi pupuk ketercapaian peserta didik. Dalam artian tingkat dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur ketercapaian pada peserta didik umum tidak yang mengganggu hidup tanaman dan lain dapat disamakan dengan tingkat ketercapaian sebagainya (KI Hadjar Dewantara, 2009). Tentu peserta didik berkebutuhan khusus. Salah satu tingkat pertumbuhan jagung akan berbeda dari contoh misalnya pada standar kelulusan perlu tiap-tiap kekhasan tanah. Karena tanah yang penambahan frasa disesuaikan dengan tingkat berada di dataran tinggi akan berbeda dengan ketercapaian pada masing-masing peserta kontur tanah di dataran rendah. Tentu petani didik. lebih mengetahui bagaimana merawat jagung yang disesuaikan dengan kondisi kekhasan KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 23
KRISIS PEMBELAJARAN tanah dan lingkungannya. Begitu juga guru terdapat beberapa hambatan lain yang belum pada tingkat satuan pendidikan, mereka lebih terakomodasi oleh implementasi kurikulum mengetahui kekhasan peserta didik dan satuan darurat, antara lain: (1) Pengaturan jam belajar pendidikannya. menggunakan satuan minggu (per minggu) tidak memberikan keleluasaan kepada satuan Berkaca pada hasil implementasi kurikulum pendidikan untuk mengatur pelaksanaan mata pada masa Pandemi COVID-19, maka dapat pelajaran dan menyusun kalender pendidikan; disimpulkan bahwa terdapat kelemahan (2) Pendekatan tematik ( jenjang PAUD dan SD) yang menjadi fokus evaluasi pada Kurikulum dan mata pelajaran ( jenjang SMP, SMA, SMK, 2013, antara lain kompetensi yang ditetapkan Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya dalam Kurikulum 2013 terlalu luas, sehingga pendekatan dalam Kurikulum 2013 tanpa ada sulit dipahami dan diimplementasikan oleh pilihan pendekatan lain; (3) Mata pelajaran guru. Selain itu, kurikulum yang dirumuskan informatika bersifat pilihan, padahal kompetensi secara nasional sulit disesuaikan dengan teknologi merupakan salah satu kompetensi situasi dan kebutuhan satuan pendidikan, penting yang perlu dimiliki oleh peserta didik daerah, dan peserta didik, karena materi pada abad 21; dan (4) Struktur kurikulum pada wajib yang sudah sangat padat dan struktur jenjang SMA kurang memberikan keleluasaan yang detail dan mengunci. Sehingga tidak bagi siswa untuk memilih selain peminatan memberikan keleluasaan kepada guru dan IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi peminatan juga satuan pendidikan untuk menyesuaikan dengan dipersepsi hierarkis dan tidak adil bagi yang kekhasan daerahnya. berminat IPS dan Bahasa. Di samping itu, berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terhadap Kurikulum 2013, G. Dibutuhkan Kurikulum Alternatif Riset tentang learning loss selama ini dilakukan pembuatan kebijakan agar kurikulum dapat terhadap ketertinggalan pembelajaran akibat beradaptasi dan fleksibel dengan mengubah liburan panjang musim panas, bencana, atau isi pembelajaran dan waktu pembelajaran. iklim yang ekstrem (Engzell, Frey, and Verghan, Sementara itu, O’Conor dan Takashi (2014) 2021; Jonson et al., 2014; Jandric & McLaren, berpendapat bahwa penggunaan kurikulum 2021). Jonson et al. (2014) memberikan yang lebih fleksibel dengan menyesuaikan rekomendasi terhadap upaya pemulihan dengan kondisi kekinian peserta didik akan pembelajaran akibat learning loss diantaranya dapat membantu mengejar ketertinggalan. dengan penyesuaian terhadap kurikulum agar dapat mengembalikan pembelajaran Berkaca pada riset sebelumnya tentang secara normal. Semantara itu Alvarez (2010) learning loss dan kurikulum, Harmey dan melakukan kajian terhadap learning loss akibat Moss (2021) berpendapat bahwa kurikulum bencana Katrina, mengungkapkan pentingnya harus dibuat dengan se-fleksibel mungkin 24
KRISIS PEMBELAJARAN sehingga dapat mengakomodir kebutuhan monitoring dan evaluasi. UNESCO (2020) satuan pendidikan dan peserta didik akibat merekomendasikan beberapa kebijakan untuk penutupan sekolah. Sementara itu, Li et al., learning loss diantaranya dengan memberikan (2021) melakukan penelitian mixed methods pengajaran yang lebih tertarget dan pada sekolah-sekolah di China terhadap disesuaikan dengan kebutuhan seperti dengan evaluasi pembelajaran selama Covid-19 dan memadatkan kurikulum, micro-teaching, memberikan rekomendasi bahwa kurikulum pengajaran yang berbeda/disesuaikan dengan harus dapat diadaptasi agar tidak terlalu karakter satuan pendidikan termasuk juga membebani siswa dengan mengajarkan sistem asesmen. komponen utama, sehingga peserta didik dapat lebih melakukan interaksi yang positif sehingga Terkait kurikulum, pemerintah Indonesia melalui pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi Kemdikbudristek mengambil langkah dengan belajar. Pada kajian yang lebih luas, Conto memberikan opsi penggunaan kurikulum: et al (2020) memberikan rekomendasi untuk Kurikulum K-13 secara utuh, Kurikulum memulihkan situasi pembelajaran adalah salah darurat; dan Kurikulum Merdeka (Paparan satunya dengan memprioritaskan pada pondasi Kemdikbudristek, 2021a). pembelajaran dan meningkatkan sistem H. Kesimpulan telah dilakukan oleh pemerintah tentu dapat menghapus stigma perubahan kurikulum terjadi Penyederhanaan dan penyempurnaan secara mendadak. Pemberian kebebasan kurikulum tentunya diperlukan sebagai kepada satuan pendidikan untuk menerapkan akibat dari learning loss dan learning kurikulum baik itu Kurikulum K-13, Kurikulum gap akibat pandemi, sistem pengajaran darurat; Kurikulum yang disederhanakan secara yang akan berubah akibat pemberlakuan mandiri; dan Kurikulum Merdeka (Paparan pembelajaran online, dan penyesuaian Kemdikbudristek, 2021a), lebih memberi dengan perkembangan situasi dan kebutuhan keleluasaan bagi satuan pendidikan dalam terkini. Penggunaan kurikulum yang lebih menentukan kurikulum mana yang lebih sesuai fleksibel dengan menyempurnakan dan dengan kondisi dan situasi masing-masing menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Pemberian pilihan kurikulum dapat terkini, terbukti efektif dalam mendongkrak juga memberikan waktu kepada pemerintah capain pembelajaran peserta didik (Paparan dalam memberikan sosialisasi dan pelatihan Kemendibudristek, 2021b). kepada guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Karena dengan pemahaman yang Tentu dalam pelaksanaannya, implementasi holistik tentang mengapa kurikulum dapat kurikulum harus diiringi dengan support sistem selalu disempurnakan untuk menyesuaikan untuk mempermudah ketercapainnya. Adanya dengan kondisi dan situasi, akan dapat pilot project dalam pengimplementasian kurikulum alternatif pada sekolah-sekolah penggerak dan SMK pusat keunggulan yang KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 25
KRISIS PEMBELAJARAN berpengaruh pula terhadap keberhasilan kurikulum harus pula disempurnakan untuk ketercapaiannya. dapat menyesuaikan dengan kondisi sistem dan cara pembelajaran pasca pandemi. Plate (2012) mengungkapkan kegagalan suatu pendidikan, salah satunya dipengaruhi Oleh karena itu untuk menjawab beberapa oleh kurikulum yang tidak mampu memenuhi tantangan di atas, diperlukan kurikulum tuntutan zaman. Oleh karenanya, kurikulum yang: (1) Sederhana, mudah dipahami dan harus selalu dievaluasi untuk kemudian diimplementasikan; (2) Fokus pada kompetensi disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan karakter semua peserta didik; (3) Fleksibel; pengetahuan, kemajuan teknologi, dan tuntutan (4) Selaras; (5) Bergotong royong; dan (6) pasar. Termasuk learning loss akibat Covid-19, Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik. 26
03 Rancangan Kurikulum Merdeka Bab ini menjelaskan kerangka berpikir Bab ini terdiri dari 6 bagian utama. Bagian rancangan Kurikulum Merdeka yang merupakan pertama menjelaskan prinsip-prinsip salah satu opsi dari empat pilihan kurikulum perancangan Kurikulum Merdeka yang perlu yang dapat diadopsi satuan pendidikan disepakati oleh seluruh pihak yang terlibat dalam rangka pemulihan pembelajaran. Bab- dalam perancangannya. Bagian kedua bab sebelumnya telah menjelaskan alasan menjelaskan kerangka berpikir yang melandasi mengapa Kurikulum Merdeka perlu dirancang, perancangan kerangka dasar Kurikulum utamanya karena krisis pembelajaran yang Merdeka. Bagian ketiga dan keempat masing- berkepanjangan dan diperparah dengan masing tentang landasan berpikir perancangan adanya pandemi COVID-19. Bab sebelumnya Capaian Pembelajaran dan struktur kurikulum. juga menjelaskan beberapa tantangan Bagian kelima menjelaskan tentang prinsip rancangan dan implementasi Kurikulum 2013 pembelajaran dan asesmen, dan bagian untuk memulihkan pembelajaran. Dalam bab keenam tentang perangkat ajar. Bab ini menjadi ini, beberapa komparasi antara rancangan landasan rancangan Kurikulum Merdeka yang Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013 kebijakan dan pengaturannya dijelaskan dilakukan untuk menjelaskan perubahan dan dalam lampiran Ketetapan Menteri Pendidikan, juga penguatan apa yang telah dimulai dalam Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Kurikulum 2013 bahkan kurikulum nasional pemulihan pembelajaran. sebelumnya. A. Prinsip Perancangan Kurikulum Merdeka Prinsip perancangan (design principles) berbagai praktik baik yang diperoleh melalui kurikulum perlu ditetapkan sebagai pegangan kajian literatur dan diskusi terpumpun bersama dalam proses perancangan kurikulum. Prinsip pakar kurikulum. ini digunakan untuk mengambil keputusan terkait dua hal, yaitu rancangan/desain OECD (2020a) melakukan kajian terhadap kurikulum yang akan dipilih dan proses kerja proses perubahan rancangan (redesigning) atau metode perancangan kurikulum. Dengan kurikulum di beberapa negara dan demikian, baik hasil (rancangan kurikulum) mensintesiskan prinsip-prinsip perancangan maupun prosesnya perlu memenuhi prinsip- kurikulum yang dinilai efektif dan mendorong prinsip perancangan Kurikulum Merdeka. proses yang sistematis dan akuntabel. OECD Prinsip-prinsip ini dikembangkan berdasarkan membagi prinsip-prinsip tersebut ke dalam visi pendidikan Indonesia, teori dan hasil empat kelompok sesuai ruang lingkup dimana penelitian terkait perancangan kurikulum, serta prinsip-prinsip tersebut perlu diaplikasikan: (1) terkait dengan perancangan kurikulum atau 27
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA standar capaian dalam setiap disiplin ilmu, ada Prinsip-prinsip tersebut merupakan salah satu tiga prinsip yang perlu diperhatikan yaitu: fokus, rujukan dalam menentukan prinsip-prinsip keajegan, dan koherensi; (2) dalam merancang yang digunakan sepanjang perancangan kurikulum yang berlaku untuk seluruh disiplin Kurikulum Merdeka. Namun demikian, landasan ilmu, prinsip yang perlu dipenuhi adalah utama perancangan Kurikulum Merdeka kemampuan untuk transfer kompetensi, adalah filosofi Merdeka Belajar yang juga interdisipliner, dan pilihan; (3) dalam merancang melandasi kebijakan-kebijakan pendidikan kebijakan kurikulum di level yang lebih makro lainnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam prinsip yang dipegang adalah keaslian atau Rencana Strategis Kementerian pendidikan dan otentisitas, fleksibilitas, dan keselarasan; dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 (Permendikbud (4) terkait dengan proses kerja perancangan Nomor 22 Tahun 2020). Permendikbud kurikulum, prinsip yang perlu dipegang adalah tersebut mengindikasikan bahwa Merdeka pelibatan (engagement), keberdayaan atau Belajar mendorong perubahan paradigma, kemerdekaan siswa, dan keberdayaan atau termasuk paradigma terkait kurikulum dan kemerdekaan guru. pembelajaran. Perubahan paradigma yang dituju antara lain menguatkan kemerdekaan guru sebagai pemegang kendali dalam proses pembelajaran, melepaskan kontrol standar-standar yang terlalu mengikat dan menuntut proses pembelajaran yang homogen di seluruh satuan pendidikan di Indonesia, dan menguatkan student agency, yaitu hak dan kemampuan peserta didik untuk menentukan proses pembelajarannya melalui penetapan tujuan belajarnya, merefleksikan kemampuannya, serta mengambil langkah secara proaktif dan bertanggung jawab untuk kesuksesan dirinya. Dalam mendukung upaya ini, “kurikulum yang menjadi landasan penting dalam merumuskan terbentuk oleh Kebijakan Merdeka Belajar prinsip perancangan kurikulum. Menurut akan berkarakteristik fleksibel, berdasarkan Dewantara, kemerdekaan merupakan tujuan kompetensi, berfokus pada pengembangan pendidikan sekaligus sebagai prinsip yang karakter dan keterampilan lunak (soft skills), melandasi strategi untuk mencapai tujuan dan akomodatif terhadap kebutuhan dunia” tersebut. Kemerdekaan sebagai tujuan (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020, p.55). belajar, menurut Dewantara, dicapai melalui pengembangan budi pekerti, sebagaimana Filosofi Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh yang ditulisnya (2013; p.25): Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara juga Budi pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak fikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan, yang lalu menimbulkan tenaga…. Dengan adanya ‘budi pekerti’ itu tiap- tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia yang beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya. 28
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Tujuan tersebut memadukan kemampuan para pendiri bangsa, maka prinsip yang kognitif (pikiran), kecerdasan sosial-emosional menjadi pegangan dalam proses perancangan (perasaan), kemauan untuk belajar, bersikap, kurikulum adalah sebagai berikut: dan mengambil tindakan (disposisi atau afektif) untuk melakukan perubahan. Budi Pekerti 1. Sederhana, mudah dipahami dan mengarah pada pengembangan kemampuan diimplementasikan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learning) yang memiliki kemampuan 2. Fokus pada kompetensi dan karakter untuk mengatur diri menentukan arah belajar semua peserta didik mereka. Visi Ki Hajar Dewantara semakin relevan dan semakin mendesak untuk dicapai 3. Fleksibel oleh generasi muda Indonesia saat ini. Untuk 4. Selaras menghasilkan kurikulum yang sejalan dengan 5. Bergotong royong Tujuan Pendidikan Nasional dan visi pendidikan 6. Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik 1. Sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan Prinsip kerja perancangan kurikulum yang baru semata). Dengan demikian, beberapa pertama adalah sederhana. Maksudnya, aspek dalam Kurikulum Merdeka sebenarnya rancangan kurikulum perlu mudah dipahami merupakan kelanjutan saja dari Kurikulum 2013 dan diimplementasikan. Rancangan kurikulum atau bahkan kurikulum yang sebelumnya. ataupun inovasi pendidikan lainnya menjadi lebih sederhana bagi pendidik apabila Sebagai contoh, upaya untuk menguatkan perubahannya tidak terlalu jauh daripada yang pengembangan kompetensi dan karakter telah sebelumnya. Namun apabila perubahannya dimulai bahkan sejak awal tahun 2000an, cukup besar, dapat disederhanakan dengan dengan adanya Kurikulum Berbasis Kompetensi cara memberikan dukungan implementasi yang (KBK). Tujuan dari Kurikulum Merdeka tidak bertahap agar tingkat kesulitannya tidak terlalu berubah, namun strateginya dikuatkan lagi, besar untuk pendidik (Fullan, 2007; OECD diantaranya melalui pengintegrasian model 2020a). pembelajaran melalui projek ke dalam struktur kurikulum. Dengan masuknya pembelajaran Berikut adalah poin-poin utama yang projek dalam struktur kurikulum, kegiatan diperhatikan dengan merujuk pada prinsip ini: yang berorientasi pada kompetensi umum (general competencies, transversal skills) dan Melanjutkan kebijakan dan praktik baik yang pengembangan karakter ditempatkan sebagai telah diatur sebelumnya. Perubahan sedapat bagian dari proses pembelajaran yang wajib mungkin hanya ditujukan untuk hal-hal yang dilakukan seluruh peserta didik. sememangnya dinilai perlu diubah. Artinya, perubahan tidak dilakukan sekadar untuk Kebijakan lain yang telah diinisiasi oleh membedakan dari rancangan sebelumnya kurikulum-kurikulum sebelumnya pun (misalnya atas alasan memberikan warna diteruskan dan dikuatkan dalam Kurikulum KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 29
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Merdeka. Diantaranya adalah penguatan perubahan kebijakan, kadang penolakan literasi dasar di PAUD dan SD kelas awal. terhadap kebijakan tersebut terjadi karena Kebijakan ini diteruskan, dan beberapa masalah guru tidak memahami arah perubahannya pembelajaran literasi dini (early literacy) dicoba atau menganggapnya terlalu sulit untuk untuk diatasi melalui penguatan kegiatan diimplementasikan dalam konteks mereka. bermain-belajar berbasis buku bacaan anak. Oleh karena itu, konteks dan situasi di mana Selain itu kebijakan yang dikuatkan terus kurikulum tersebut akan diimplementasikan adalah penguatan literasi teknologi, literasi adalah informasi yang sangat berharga bagi finansial, kesadaran kondisi lingkungan, perancang kurikulum. penguatan pembelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasi di jenjang SMA, serta penguatan Beragam dukungan dan bantuan untuk pelajaran Bahasa Inggris di jenjang SD. mengimplementasikan kurikulum perlu disediakan, terutama ketika perubahan Dalam kajianya tentang implementasi kurikulum kurikulum cukup kompleks. Sebagai contoh, baru di beberapa negara berkembang di kurikulum operasional yang digunakan Asia dan Afrika, Rogan (2003) menyatakan satuan pendidikan dikuatkan kembali dalam bahwa inovasi baru yang diperkenalkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum 2006 atau sebaiknya tidak terlalu jauh dari kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ada saat ini, masih berada dalam apa juga menekankan pentingnya pengembangan yang disebut Rogan sebagai “zone of feasible kurikulum yang lebih konkrit dan operasional innovation” atau zona di mana suatu inovasi di setiap satuan pendidikan. Namun demikian, masih memungkinkan untuk diterapkan. kebijakan tersebut kemudian digantikan Perubahan yang tidak drastis akan membantu oleh Kurikulum 2013 berdasarkan evaluasi memudahkan proses implementasi atau bahwa banyak sekolah di Indonesia kesulitan proses belajar guru. Prinsip ini juga membantu dalam mengembangkan kurikulum yang perancang untuk mengidentifikasi lebih jeli otentik (Kemendikbud, 2019). Hal ini cukup tentang apa yang sebenarnya memang perlu disayangkan mengingat untuk negara besar diubah, sebelum menawarkan ide-ide baru dan beragam seperti Indonesia, kurikulum dalam perancangan kurikulum. operasional yang cenderung seragam untuk semua satuan pendidikan tidak sesuai. Bahkan Rancangan yang logis dan jelas juga di banyak negara yang lebih kecil seperti merupakan hal yang penting untuk memastikan Finlandia dan negara-negara eropa lainnya bahwa rancangan kurikulum cukup sederhana pun arah kebijakannya adalah desentralisasi untuk dipahami dengan mudah terutama pengembangan kurikulum (OECD, 2020b; oleh pemangku kepentingan yang utama, UNESCO, 2017a). yaitu guru. Fullan (2007) menyatakan bahwa kejelasan (clarity), kompleksitas (complexity), Oleh karena itu, ketika kurikulum operasional dan kepraktisan (practicality) suatu inovasi ini kembali dikuatkan dalam Kurikulum merupakan bagian dari faktor yang menentukan Merdeka, Pemerintah perlu memberikan keberhasilan perubahan pendidikan. bantuan kepada satuan pendidikan agar Menurutnya, meskipun guru sudah memahami mereka dapat mengembangkannya. Bantuan ini adanya masalah yang perlu diatasi melalui dapat diberikan dengan memberikan beberapa 30
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA contoh-contoh produk kurikulum operasional pendidik dan satuan pendidikan untuk dapat dan memberikan ruang kepada seluruh sekolah mengimplementasikannya dengan lebih mudah untuk berbagi contoh kurikulum yang mereka dan efektif. kembangkan untuk menjadi inspirasi kepada sekolah lainnya, di samping memberikan Prinsip sederhana ini sangat penting dan pelatihan dan pendampingan. Langkah ini lebih melandasi banyak keputusan tentang jauh daripada sekadar memberikan panduan rancangan kurikulum. Namun demikian, atau pedoman yang masih abstrak dan perancang kurikulum tidak dapat hanya tidak cukup sederhana untuk dipahami oleh berbasis pada prinsip kesederhanaan pendidik. perubahan yang cenderung menarik keputusan ke arah yang lebih konservatif Dengan demikian, prinsip perubahan yang (mempertahankan cara lama). Pertimbangan sederhana ini bukan berarti kurikulum lain yang juga penting diantaranya adalah yang dirancang harus seminimal mungkin kesesuaian rancangan dengan tujuan utama perbedaannya dengan kurikulum yang lalu. pembelajaran yaitu untuk mengembangkan Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa kompetensi dan karakter yang termuat dalam perubahan besar perlu dilakukan, yang perlu profil Pelajar Pancasila. disiapkan adalah bantuan dan dukungan bagi 2. Fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik Sejalan dengan prinsip sederhana di mana yang begitu padat membuat guru terus kebijakan dan praktik baik dilanjutkan, bergerak cepat menyelesaikan bab demi bab, Kurikulum Merdeka juga melanjutkan cita- konsep demi konsep, tanpa memperhitungkan cita kurikulum-kurikulum sebelumnya untuk kemampuan siswa memahami konsep yang berfokus pada pengembangan kompetensi telah dipelajarinya. Menurut temuan mereka, dan karakter. Istilah “fokus” memiliki makna hal ini bukan karena guru tidak menghiraukan memusatkan perhatian pada materi pelajaran kemampuan anak dalam belajar, tetapi karena atau konten yang lebih sedikit jumlahnya mereka dituntut untuk menuntaskan materi ajar. agar pembelajaran dapat lebih mendalam dan lebih berkualitas (OECD, 2020a). Prinsip Mengurangi materi atau konten kurikulum ini menjadi penting karena di banyak negara merupakan arah reformasi kurikulum di banyak berkembang masalah pembelajaran umumnya negara. Faktor pendorongnya sama, yaitu terjadi karena kurikulum yang terlalu ambisius, padatnya kurikulum yang berdampak pada yaitu kurikulum yang padat akan materi- rendahnya kompetensi dan kesejahteraan materi pelajaran sehingga harus diajarkan diri (wellbeing) peserta didik (OECD, 2020b). dengan cepat (“too much, too fast”). Kajian Alasan utama terjadinya kurikulum yang yang dilakukan Pritchett dan Beatty (2015) semakin lama semakin padat adalah tuntutan menunjukkan bahwa di beberapa negara terhadap kurikulum untuk menyesuaikan berkembang seperti Indonesia, materi pelajaran dengan perkembangan zaman dan tantangan yang semakin kompleks. Seringkali isu-isu KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 31
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA kontemporer seperti perkembangan teknologi mengajarkan konsep dan/atau keterampilan digital, pemanasan global dan kerusakan sesuai dengan kemampuan mereka saat itu lingkungan, kekerasan antar kelompok alih-alih mengajarkan suatu materi hanya sosial, dan isu-isu lainnya direspon dengan karena mengikuti urutan yang dianjurkan dalam cara menambah bab dalam buku teks, target buku teks tanpa mempertimbangkan apakah capaian dalam standar, bahkan menambah mayoritas peserta didik sebenarnya siap mata pelajaran. Akibatnya kurikulum untuk mempelajari materi tersebut. Dengan semakin padat dan guru justru mengalami rancangan kurikulum yang demikian, kurikulum kesulitan untuk menerapkan pembelajaran berpotensi untuk mendorong pembelajaran yang lebih sesuai untuk menguatkan dan yang membangun kemampuan setiap individu mengembangkan kompetensi. peserta didik untuk memiliki agency atau kuasa/kendali dalam pembelajarannya, bukan Dengan mempelajari masalah kepadatan menjadi “konsumen” informasi. Untuk menjadi kurikulum di berbagai konteks, perancangan kompeten, peserta didik perlu memiliki kurikulum dilakukan dengan prinsip fokus pada kesempatan untuk belajar mengatur dirinya kompetensi dan karakter tanpa menambah dalam proses belajar (Sahlberg, 2000). beban materi pelajaran ataupun waktu belajar peserta didik. Strategi yang dipilih adalah Semua peserta didik perlu mencapai dengan menyesuaikan struktur kurikulum. kompetensi minimum, namun kurikulum yang Dalam Kurikulum Merdeka, struktur kurikulum terlalu padat dan diajarkan dengan terburu-buru dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu mengakibatkan guru hanya memperhatikan pembelajaran intrakurikuler yang biasanya kemampuan sebagian kecil peserta didiknya berbasis mata pelajaran dan pembelajaran yang lebih berprestasi (Pritchett & Beatty, 2015). melalui projek yang ditujukan untuk mencapai Akibatnya, sebagaimana yang ditunjukkan kompetensi umum yang telah dirumuskan dalam penelitian Pritchett dan Beatty di India dalam profil pelajar Pancasila. Metode ini juga tersebut, anak-anak yang mengalami kesulitan sejalan dengan strategi di berbagai negara belajar akan semakin tertinggal. Data mereka yang mengembangkan unit-unit pembelajaran menunjukkan bahwa anak-anak yang tertinggal interdisipliner, merestrukturisasi konten ini kebanyakan dari keluarga miskin, sehingga sehingga beban belajar peserta didik tidak kurikulum yang padat menjadi salah satu faktor membesar secara signifikan (OECD, 2020a). yang menjelaskan kesenjangan kualitas hasil Penjelasan lebih mendalam tentang struktur belajar antar siswa di sekolah yang sama. kurikulum disampaikan pada bagian lain dalam Bab ini. Pengurangan kepadatan kurikulum dapat mengurangi kesenjangan kualitas belajar. Pembelajaran berpusat pada peserta didik Hal ini ditunjukkan juga dalam kajian yang pada hakikatnya dimulai sejak perancangan dilakukan INOVASI dan Pusat Penelitian kurikulum, bukan sekadar pedagogi yang Kebijakan Kemendikbud Ristek (2021) bahwa dirancang oleh guru setelah kurikulum Kurikulum 2013 yang dikurangi capaiannya ditetapkan. Menurut Pritchett dan Beatty (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar), (2015), menempatkan peserta didik di pusat- yang juga dikenal sebagai kurikulum darurat, nya pembelajaran (center of learning) berarti membantu siswa SD memitigasi ketertinggalan 32
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA pembelajaran (learning loss). Efek positif masalah sehari-hari pada berbagai jenis dari kurikulum darurat ini lebih nyata untuk konteks yang relevan untuk individu sebagai anak-anak dari keluarga dengan status sosial warga negara Indonesia dan dunia (REF). ekonomi yang lebih rendah. Maka dengan pengurangan konten, setiap peserta didik Merujuk pada definisi tersebut, literasi dan memiliki kesempatan lebih besar untuk numerasi merupakan kemampuan yang mencapai standar kompetensi minimum dipelajari dalam berbagai mata pelajaran, tidak sehingga kurikulum pun menjadi lebih hanya Bahasa Indonesia (untuk literasi) dan berkeadilan (equitable) untuk seluruh anak Matematika (untuk numerasi). Lebih dari itu, Indonesia. literasi juga harus dimulai sejak pendidikan anak usia dini. Kurikulum Merdeka untuk Penguatan literasi dan numerasi terutama di PAUD diarahkan untuk menguatkan literasi jenjang pendidikan dasar menjadi salah satu dini (early literacy) dan numerasi dini. Kegiatan perhatian dalam perancangan kurikulum yang bermain-belajar yang dianjurkan dimulai berfokus pada kompetensi. Selaras dengan dengan guru membaca nyaring (read aloud) konsep literasi dan numerasi yang digunakan buku bacaan anak, kemudian diikuti dengan dalam kebijakan Asesmen Kompetensi berbagai aktivitas yang mengembangkan Nasional (AKM), literasi didefinisikan sebagai kemampuan literasi dasar. Aktivitas ini beragam kemampuan peserta didik dalam memahami, sesuai dengan kesiapan guru/pendidik, mulai menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan dari kegiatan tanya jawab atau diskusi yang berbagai jenis teks untuk menyelesaikan menstimulasi kemampuan bernalar kritis dan masalah dan mengembangkan kapasitas kreatif, sampai kegiatan yang lebih panjang individu sebagai warga Indonesia dan warga lainnya seperti bermain peran, membuat dunia agar dapat berkontribusi secara produktif berbagai karya, serta kegiatan bermain belajar di masyarakat. Sementara itu numerasi lainnya. Kegiatan seperti ini dapat mendukung didefinisikan sebagai kemampuan peserta didik perkembangan anak agar siap bersekolah dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, (school-ready) dan membangun rasa gemar fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan membaca dan berliterasi (Trealease, 2019). 3. Fleksibel pendidikan memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum.Kurikulum yang Fleksibilitas berkaitan dengan otonomi dan fleksibel akan memberikan keleluasaan kemerdekaan guru dan peserta didik dalam kepada satuan pendidikan dan pendidik mengendalikan proses pembelajaran. Prinsip untuk mengadaptasi, menambah kekayaan fleksibel ini sesuai dengan amanat dalam materi pelajaran, serta menyelaraskan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 kurikulum dengan karakteristik peserta didik, tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam visi misi satuan pendidikan, serta budaya Pasal 37, dinyatakan bahwa Kemendikbudristek dan kearifan lokal. Keleluasaan seperti ini hanya menetapkan kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum, sementara satuan KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 33
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA dibutuhkan agar kurikulum yang dipelajari tidak memberikan kesan bahwa satuan peserta didik senantiasa relevan dengan pendidikan dan guru di seluruh Indonesia dinamika lingkungan, isu-isu kontemporer, serta perlu mengikuti satu contoh tersebut. Dengan kebutuhan belajar peserta didik. demikian, fleksibilitas kurikulum akan semakin terlihat jelas bagi satuan pendidikan dan guru. Di berbagai negara, fleksibilitas menjadi arah reformasi kebijakan kurikulum saat Disediakannya panduan dan contoh-contoh ini. Tujuannya terutama untuk menjadikan tersebut menunjukkan bahwa kurikulum yang kurikulum lebih relevan dan siap merespon fleksibel bukan berarti membiarkan satuan dinamika lingkungan dan beragam perubahan pendidikan dan guru untuk mencari jalan serta untuk memberikan ruang untuk keluar sendiri dalam pengembangan kurikulum pembelajaran sesuai dengan konteks lokal operasional di tingkat satuan pendidikan. dan kebutuhan siswa (OECD, 2020a). Di Sebaliknya, paradigmanya berubah dari beberapa negara, fleksibilitas bahkan menjadi pemerintah memberikan arahan atau petunjuk tujuan utama dilakukannya perubahan teknis menjadi pemerintah memberikan kurikulum. Di Inggris, strategi utama untuk bantuan dan dukungan berupa panduan membuat kurikulum lebih fleksibel adalah dan contoh-contoh. Strategi ini dilakukan dengan mengubah aturan-aturan yang spesifik untuk memberikan fleksibilitas namun juga dan mengikat, menjadi panduan-panduan memberikan bantuan dan dukungan kepada yang sifatnya hanya menganjurkan, bukan satuan pendidikan dan guru yang belum cukup mewajibkan sekolah atau guru untuk mengikuti mampu untuk mengembangkan kurikulumnya arahan. Dengan demikian, kurikulum yang sendiri. sentralistik satu ukuran untuk semua (one-size- fits-all) mulai ditinggalkan (UNESCO, 2017). Fleksibilitas juga menjadi prinsip dalam implementasi kurikulum. Menyadari Strategi serupa diterapkan dalam perancangan keberagaman satuan pendidikan di Indonesia, Kurikulum Merdeka. Petunjuk teknis mulai implementasi kurikulum tidak akan dipaksakan digantikan dengan panduan yang lebih fokus dan berlaku sama untuk semua sekolah. pada prinsip-prinsip implementasi yang Tingkat kesiapan satuan pendidikan untuk tidak terlalu teknis. Panduan juga dirancang mengimplementasikan kurikulum berbeda- sedemikian rupa agar tidak mengarahkan guru beda, dan masing-masing membutuhkan untuk mengikuti satu cara yang disampaikan dukungan termasuk waktu yang berbeda untuk oleh Pemerintah Pusat. Selain panduan, menyiapkan diri dalam menggunakan kurikulum beragam contoh-contoh produk berkaitan ini. Oleh karena itu implementasi dirancang dengan pembelajaran juga disediakan. Misalnya sebagai suatu tahapan belajar. Pemerintah contoh silabus, rencana pembelajaran harian, merancang tahapan-tahapan implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila, dsb.; yang dapat digunakan satuan pendidikan dengan tujuan untuk membantu guru dalam sebagai acuan bagaimana mereka akan mulai implementasi. Contoh-contoh tersebut tidak mengimplementasikan kurikulum secara harus diikuti namun dapat digunakan sebagai bertahap sesuai dengan kapasitas yang mereka inspirasi untuk guru mengembangkan sendiri miliki. Penjelasan lebih terperinci tentang sesuai dengan konteks mereka. Contoh-contoh implementasi kurikulum akan disampaikan yang diberikan juga lebih dari satu sehingga dalam Bab 4. 34
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA 4. Selaras Indonesia. Hal ini karena literasi tidak sekadar kemampuan membaca dan menulis apalagi Keselarasan (alignment) berkaitan dengan melek huruf, tetapi sebagai kemampuan tiga hal (OECD, 2020a): 1) keselarasan antara kognitif untuk mengidentifikasi, memahami, kurikulum, proses belajar (pedagogi), dan menginterpretasi, mencipta/berkreasi, dan asesmen; 2) keselarasan antara kurikulum dan mengkomunikasikan informasi melalui media sistem tata kelola dan kompetensi guru; serta cetak maupun digital di konteks dunia yang 3) keselarasan dengan kebijakan-kebijakan semakin terkoneksi, sehingga informasi yang berkaitan dengan pembelajaran individu semakin cepat dan mudah diakses (UNESCO, sejak usia dini hingga perguruan tinggi. Tiga 2017b). Oleh karena, itu semua mata pelajaran hal ini menjadikan rancangan kurikulum perlu berperan dalam mengembangkan kemampuan dipandang secara sistemik dan melibatkan literasi. lintas unit dalam sistem birokrasi pemerintah dalam proses kerjanya. Prinsip selaras ini juga mendorong peninjauan kembali transisi dari PAUD ke jenjang SD. Kurikulum merupakan poros dari banyak Salah satu faktor yang mendorong penekanan kebijakan pendidikan. Oleh karena itu, dalam kemampuan membaca, menulis, dan berhitung merancang suatu perubahan kurikulum, dengan lancar sebelum anak masuk SD implikasi terhadap kebijakan-kebijakan adalah kurikulum di kelas 1 SD yang padat pendidikan lainnya perlu diperhatikan. Sebagai dengan bacaan dan instruksi yang menuntut contoh, perubahan struktur kurikulum di kemampuan anak membaca dengan lancar. SMA/MA membutuhkan adanya keselarasan Sehingga meskipun telah diatur bahwa dengan peraturan tentang beban kerja kemampuan membaca dengan lancar tidak guru. Hal ini kemudian berujung pula pada boleh menjadi syarat masuk SD, namun sistem pendataan dalam Dapodik. Demikian kurikulumnya cenderung menuntut anak pula ketika pelajaran Bahasa Inggris mulai untuk dapat membaca, menulis, dan berhitung dianjurkan untuk jenjang SD, strategi penyiapan dengan lancar (Andiarti & Felicia, 2019). gurunya membutuhkan perubahan kebijakan Oleh karena itu salah satu yang diupayakan terkait linieritas guru serta kompetensi guru. dalam perancangan kurikulum ini adalah menyelaraskan kurikulum PAUD dan SD Contoh lain keselarasan yang dilakukan adalah terutama kelas I dan II. komparasi antara Capaian Pembelajaran dengan kerangka asesmen literasi dan numerasi dalam Asesmen Nasional. Selaras dengan kebutuhan untuk menguatkan literasi, kebijakan Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pembelajaran berbasis literasi di seluruh mata pelajaran, tidak hanya Bahasa KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 35
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA 5. Bergotong royong struktur kurikulum, Capaian Pembelajaran, sampai dengan pengembangan berbagai Prinsip bergotong royong ini terutama perangkat ajar, berbagai pihak dilibatkan. Pakar terkait dengan proses perancangan dan yang dilibatkan dalam perancangan kurikulum pengembangan kurikulum. Perancangan ini adalah kombinasi dari akademisi dan praktisi kurikulum adalah proses yang kompleks, termasuk guru. bukan semata-mata proses ilmiah melainkan juga politik (Ornstein dan Hunkins, 2018). Oleh Sepanjang proses perancangan kurikulum yang karena itu, perancangan kurikulum tidak saja telah berlangsung lebih dari 2 tahun, rangkaian berbasis pada data ilmiah tetapi juga perlu diskusi kelompok terpumpun (DKT atau melibatkan berbagai pemangku kepentingan focused group discussion atau FGD) dilakukan termasuk guru dan peserta didik. Hal ini penting beberapa kali dengan pemangku kepentingan dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dan yang berbeda-beda. Tujuan dari serial DKT dukungan dari berbagai pihak (OECD, 2020a). ini adalah untuk mendapatkan umpan balik dan ide-ide baru untuk meningkatkan kualitas Perancangan Kurikulum Merdeka beserta rancangan dan implementasi kurikulum. perangkat ajarnya dilakukan dengan melibatkan puluhan institusi termasuk Kementerian Agama, Tidak hanya di tingkat pusat, pengembangan universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan kurikulum operasional di tingkat satuan lainnya. Sejak awal perancangan kurikulum pendidikan juga dianjurkan untuk melibatkan dilakukan di akhir tahun 2019, beberapa orangtua, peserta didik, dan masyarakat. Selain akademisi LPTK dan universitas dilibatkan itu, pelibatan siswa dan masyarakat juga sangat untuk melakukan refleksi terhadap Kurikulum dianjurkan dalam pembelajaran berbasis projek 2013 dan merumuskan ide-ide perubahan untuk menguatkan profil pelajar Pancasila kurikulum agar dapat lebih fleksibel, fokus yang menjadi bagian dari struktur kurikulum pada kompetensi dan karakter, serta sejalan (dijelaskan lebih terperinci pada bagian terpisah dengan perubahan dunia yang begitu dinamis. dalam bab ini). Selanjutnya, dalam proses perancangan kurikulum mulai dari kerangka dasar dan 6. Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik Salah satu komitmen penting dalam tentang kebijakan dan praktik yang dapat perancangan kurikulum adalah keajegan diadaptasi untuk konteks Indonesia. serta kesahihan keputusan yang dibuat dalam berbagai aspek. Ini artinya kurikulum perlu Data atau hasil kajian tidak hanya dibutuhkan dirancang dengan berbasis pada data yang sebagai referensi dalam proses perancangan sahih sehingga dapat dipertanggungjawabkan kurikulum di awal, namun juga ketika kualitasnya. Hasil penelitian kontemporer di kurikulum tersebut mulai diimplementasikan berbagai konteks global memberikan inspirasi dalam konteks yang lebih riil. Kurikulum ini diujicobakan secara terbatas dalam Program 36
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Sekolah Penggerak (PSP) dan SMK Pusat melalui telaah dokumen oleh berbagai unsur Keunggulan (SMK PK) mulai Tahun Ajaran seperti guru dan kepala sekolah dari Sekolah 2021/2022. Umpan balik tentang rancangan Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan kurikulum ini diperoleh melalui mekanisme serta pakar-pakar melalui diskusi kelompok monitoring dan evaluasi PSP dan SMK PK. terpumpun (DKT). Hasil dari evaluasi ini Monitoring dan evaluasi kurikulum pada digunakan untuk pertimbangan pada revisi Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan dokumen-dokumen terkait, yaitu Capaian dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu Pembelajaran, buku teks, bahan ajar, contoh evaluasi dokumen kurikulum yang fokus pada alur tujuan pembelajaran, serta panduan- produk kurikulum dan evaluasi implementasi panduan dan contoh-contoh dokumen lainnya. yang lebih fokus pada bagaimana kurikulum Revisi berbasis data ini dilakukan guna diterapkan di satuan pendidikan. meningkatkan mutu dari Kurikulum Merdeka. Gambar 3.1 menunjukkan keputusan tentang Evaluasi dokumen kurikulum berfungsi untuk perlunya revisi dokumen Kurikulum Merdeka memperoleh umpan balik tentang keterbacaan, berdasarkan umpan balik. kebermanfaatan dan keterpakaian dokumen- dokumen kurikulum. Evaluasi ini dilaksanakan Gambar 3.10. Proporsi Dokumen Kurikulum Menurut Kebutuhan Revisi Sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar Rekomendasi dari para pakar dan praktisi (guru 3.1, sebagian besar (sekitar 67%) Capaian dari sekolah yang mengikuti Program Sekolah Pembelajaran (CP) yang digunakan di PAUD, Penggerak) ini dianjurkan setelah dokumen SD, SMP, dan SMA, perlu direvisi namun tersebut mulai diimplementasikan dan secara minor. Sementara itu, sekitar 33% -nya beberapa hal baru ditemui setelah dipraktikkan. membutuhkan revisi yang lebih substantif. Alih-alih melihat kebutuhan revisi ini sebagai KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 37
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA sesuatu yang negatif, data ini perlu disambut satuan pendidikan telah mencoba melakukan baik. Tanpa adanya piloting atau uji coba secara asesmen diagnostik namun kebingungan dalam terbatas, bisa jadi dokumen-dokumen yang memanfaatkan hasil asesmen tersebut dalam sebenarnya masih membutuhkan perbaikan menjalankan pembelajaran yang terdiferensiasi. tersebut terlanjur digunakan di seluruh Selain itu, sebagian besar guru juga masih Indonesia. menganggap projek penguatan profil pelajar Pancasila terkait dengan mata pelajaran. Hal Evaluasi implementasi kurikulum berfungsi ini perlu ditindaklanjuti dengan penjelasan untuk memperoleh informasi tentang yang lebih sederhana dan konsisten untuk implementasi berbagai intervensi PSP dan menjelaskan posisi projek penguatan profil SMK PK serta potensi masalah sebelum pelajar Pancasila dalam struktur kurikulum dan menimbulkan dampak lebih lanjut. Evaluasi bagaimana penilaian hasil belajarnya dilakukan. implementasi dilaksanakan melalui wawancara terstruktur melalui telepon secara rutin dengan Monitoring dan evaluasi kurikulum tidak sampel acak guru dan kepala sekolah yang terbatas pada tahun pertama saja. Untuk mewakili populasi Sekolah Penggerak dan itu telah disiapkan rencana monitoring dan penelitian kualitatif melalui etnografi. Hasil evaluasi yang berkelanjutan. Adapun fokus evaluasi implementasi ini kemudian menjadi monitoring dan evaluasi untuk tiap tahun bahan pertimbangan untuk perumusan adalah sebagai berikut: (1) tahun 2021 - 2022, kebijakan kedepannya, dan salah satunya monitoring dan evaluasi pada kualitas materi adalah kebijakan terkait Kurikulum Merdeka. kurikulum, (2) tahun 2022 - 2023, monitoring pada perubahan perilaku guru dalam Beberapa umpan balik yang diperoleh tentang pembelajaran, dan (3) tahun 2023 - 2024, kurikulum antara lain tentang kurikulum monitoring pada dampak kurikulum terhadap operasional sekolah di mana beberapa hasil belajar siswa. Selanjutnya untuk tahun- sekolah kebingungan dalam melakukan tahun berikutnya monitoring dilaksanakan analisis karakteristik satuan pendidikan dan guna memutakhirkan muatan pelajaran. memanfaatkan hasil analisis tersebut sebagai Hasil monitoring pada tahun 2024 juga dasar menyusun organisasi pembelajaran. menjadi dasar pertimbangan untuk kebijakan Hal ini menjadi masukan penting untuk implementasi kurikulum di Indonesia. Demikian peningkatan kualitas panduan perancangan prinsip-prinsip yang dipegang sepanjang kurikulum operasional sekolah. Begitu juga perancangan kurikulum dan uji coba dilakukan. umpan balik terkait pembelajaran sesuai dengan tahap capaian peserta didik. Beberapa B. Kerangka Kurikulum struktur kurikulum. Kerangka kurikulum merupakan rancangan landasan utama dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun pengembangan struktur kurikulum. Dalam 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 38, disebutkan pula bahwa kerangka menyatakan dalam Pasal 36 bahwa kurikulum terdiri atas kerangka dasar kurikulum dan 38
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA dasar kurikulum dan struktur kurikulum menjadi kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, landasan bagi pengembangan kurikulum satuan sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan pendidikan. Dengan demikian, ada pemisahan menjadi warga negara yang demokratis serta antara: (1) kerangka kurikulum dan (2) kurikulum bertanggung jawab” (Undang-Undang Nomor yang dikembangkan di satuan pendidikan. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Kurikulum yang kedua ini biasa disebut juga Nasional Pasal 3). sebagai kurikulum operasional (Ornstein & Hunkins, 2018) karena kurikulum yang Untuk sampai pada perubahan proses dikembangkan oleh satuan pendidikan menjadi pembelajaran di level siswa dan mencapai kurikulum yang benar-benar “dioperasikan” tujuan pendidikan nasional tersebut, kerangka atau digunakan secara konkrit. dasar dan struktur kurikulum yang dirancang di tingkat nasional perlu dikembangkan lagi Selain prinsip perancangan kurikulum yang di tingkat satuan pendidikan. Pakar kurikulum telah dijelaskan pada bagian pertama bab (Schmidt et al., 1996 cit. OECD, 2020a; Valverde ini, perancang kurikulum perlu memahami et al., 2002) memvisualisasikan keterkaitan makna kurikulum dari perspektif yang berbeda- antara kerangka kurikulum yang dikembagkan beda. Dengan menyadari adanya perbedaan untuk level nasional sampai dengan kurikulum definisi, perancang kurikulum menjadi lebih yang benar-benar dipelajari peserta didik peka dalam menyiapkan berbagai perangkat (Gambar 3.2). Visualisasi sederhana ini yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan menjadi penting dalam memahami pentingnya kurikulum itu sendiri, yaitu pembelajaran yang keselarasan antara kebijakan kurikulum di dapat “mengembangkan kemampuan dan tingkat nasional yang lebih abstrak dengan membentuk watak serta peradaban bangsa pengembangan kurikulum di tingkat satuan yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan pendidikan, sampai dengan kurikulum yang kehidupan bangsa, bertujuan untuk benar-benar dipelajari oleh peserta didik, yang berkembangnya potensi peserta didik agar biasanya diketahui melalui asesmen (Valverde menjadi manusia yang beriman dan bertakwa et al., 2002). Gambar 3.11. Kerangka Kurikulum Nasional - Lokal (Valverde et al., 2002) 39 KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 3.2., tidak lurus dari atas ke bawah serta garis-garis terdapat empat tingkatan kurikulum (Valverde penghubungnya merupakan garis putus-putus. et al., 2002 yang dikembangkan dari Schmidt et Hal ini merupakan simbol bahwa kurikulum al., 1996). Pertama, kurikulum yang diharapkan yang dipelajari oleh siswa belum tentu selaras (intended curriculum) yang merupakan dengan kurikulum yang diharapkan. Bahkan kebijakan pemerintah yang resmi dikeluarkan kurikulum yang ditulis dalam dokumen dan berkaitan dengan apa yang peserta didik kebijakan belum tentu diterjemahkan dengan perlu pelajari serta bagaimana mempelajari akurat oleh kurikulum-kurikulum di bawahnya. dan membuktikan bahwa mereka telah Bagi perancang kurikulum, memahami konsep mempelajarinya. Dengan demikian, standar dan ini adalah langkah awal untuk memastikan panduan/pedoman merupakan bagian dari jenis bahwa kurikulum dirancang dengan hati- kurikulum ini. Kedua adalah kurikulum yang hati, memastikan agar apa yang diharapkan diimplementasikan (implemented curriculum), (intended) benar-benar dapat diterima yaitu bagaimana kurikulum yang resmi dari (attained/achieved) oleh peserta didik. pemerintah tadi diinterpretasi dan diajarkan di satuan pendidikan dan kelas. Valverde Salah satu prinsip utama dalam perancangan menambah satu komponen antara intended Kurikulum Merdeka adalah kebijakan yang dan implemented curriculum, yaitu potentially memberikan fleksibilitas kepada satuan implemented curriculum atau kurikulum yang pendidikan, pendidik, serta peserta didik. Di berpotensi untuk diimplementasikan. Termasuk berbagai negara, prinsip fleksibilitas kurikulum dalam kategori yang ketiga ini adalah buku dan upaya untuk menyederhanakan serta teks pelajaran, atau dalam konteks Kurikulum mengurangi kepadatan konten dilakukan Merdeka merupakan perangkat ajar. Valverde dengan pemisahan antara kerangka kurikulum et al. (2002) melihat bahwa guru seringkali tidak dengan kurikulum operasional (OECD, 2020b; merujuk langsung pada dokumen kebijakan UNESCO, 2017a). Kerangka kurikulum yang termasuk standar yang dikeluarkan secara ditetapkan oleh Pemerintah pun diupayakan resmi oleh Negara, namun merujuk pada minimal dan lebih bersifat memandu daripada buku teks yang sampai ke mereka. Keempat, mengatur secara ketat (OECD, 2020a). Atas kurikulum yang dikenal dengan kurikulum dasar itu, struktur kurikulum dan prinsip yang dipelajari siswa (attained curriculum pembelajaran yang ditetapkan Pemerintah atau achieved curriculum), yang merupakan diatur dengan sangat umum dan abstrak kompetensi yang dimiliki siswa setelah mereka sehingga satuan pendidikan memiliki banyak belajar menggunakan kurikulum. keleluasaan untuk mengembangkannya sesuai dengan konteks dan kebutuhan belajar peserta Pakar memisahkan keempat kurikulum tersebut didik. untuk menganalisis keselarasan antara yang satu dengan lainnya. Misalnya seberapa besar Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa Pemerintah distorsi atau penyimpangan antara kurikulum Pusat menetapkan: (1) profil pelajar Pancasila, yang diharapkan dengan kurikulum yang (2) Capaian Pembelajaran, (3) struktur diajarkan oleh guru di kelas, serta mengapa kurikulum, dan (4) prinsip pembelajaran dan penyimpangan itu terjadi. Oleh karena itu asesmen sebagai kurikulum yang diharapkan setiap kotak dalam Gambar 3.2 diletakkan untuk diimplementasikan di satuan pendidikan 40
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA dan di kelas. Profil pelajar Pancasila sebagai 20 Tahun 2003 dan diterjemahkan sebagai sintesis dari tujuan pendidikan nasional, profil pelajar Pancasila, dan juga turunan dari visi dari pendidikan dan pengembangan Standar Nasional Pendidikan, khususnya sumberdaya manusia Indonesia yang termuat Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Standar Proses, dan Standar Penilaian. 1945, Pancasila, serta pandangan para pendiri bangsa. Sementara ketiga komponen lainnya Kerangka ini menjadi rujukan dalam merupakan turunan dari kebijakan yang lebih perancangan Kurikulum Merdeka, termasuk besar, yaitu Tujuan Pendidikan Nasional yang untuk menguatkan keselarasan antara telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor kerangka dasar kurikulum dengan kurikulum 20 Tahun 2003 dan diterjemahkan sebagai operasional yang dikembangkan di satuan profil pelajar Pancasila, dan juga turunan dari pendidikan. Perangkat ajar adalah penghubung Standar Nasional Pendidikan, khususnya antara keduanya, sebagaimana yang disebut Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, sebagai kurikulum yang berpotensi untuk Standar Proses, dan Standar Penilaian. diimplementasikan di satuan pendidikan (Valverde et al., 2002). Termasuk dalam Pemerintah Pusat menetapkan (1) profil pelajar perangkat ajar adalah buku teks siswa dan Pancasila, (2) Capaian Pembelajaran, (3) struktur buku panduan guru, contoh-contoh modul ajar, kurikulum, dan (4) prinsip pembelajaran dan contoh-contoh silabus yang menjelaskan alur asesmen sebagai kurikulum yang diharapkan tujuan pembelajaran, contoh-contoh panduan untuk diimplementasikan di satuan pendidikan projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan di kelas. Profil pelajar Pancasila sebagai contoh-contoh kurikulum operasional, contoh- sintesis dari tujuan pendidikan nasional, visi contoh asesmen kelas untuk keperluan dari pendidikan dan pengembangan sumber diagnostik kesiapan peserta didik, bahkan daya manusia Indonesia yang termuat dalam contoh-contoh mekanisme pengaturan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pemilihan mata pelajaran untuk kelas XI dan XII. Pancasila, serta pandangan para pendiri Penjelasan lebih mendalam tentang perangkat bangsa. Sementara ketiga komponen lainnya ajar disampaikan dalam Bagian 5 bab ini. merupakan turunan dari kebijakan yang lebih besar, yaitu Tujuan Pendidikan Nasional yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor C. Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dirancang. Capaian Pembelajaran merupakan pembaharuan Capaian pembelajaran (CP) adalah kompetensi dari KI dan KD, yang dirancang untuk terus minimum yang harus dicapai peserta didik menguatkan pembelajaran yang fokus pada untuk setiap mata pelajaran. CP dirancang pengembangan kompetensi. Kurikulum 2013 dengan mengacu pada Standar Kompetensi bahkan kurikulum nasional yang terdahulu Lulusan (SKL) dan Standar Isi, sebagaimana Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 41
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA sudah ditujukan untuk berbasis kompetensi, panjang dan siswa kehilangan kesempatan sehingga kurikulum ini meneruskan upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir tersebut. Dalam CP, strategi yang semakin yang lebih tinggi. Beberapa contoh konkrit dikuatkan untuk mencapai tujuan tersebut penyederhanaan dan penyesuaian kompetensi adalah dengan mengurangi cakupan materi dan materi ajar dalam CP adalah pengurangan dan perubahan tata cara penyusunan capaian beberapa materi dalam CP Biologi SMA (Fase yang menekankan pada fleksibilitas dalam F) karena terlalu banyak dan terlalu terperinci pembelajaran. untuk jenjang tersebut,dan penambahan materi dalam CP Kimia SMA (Fase F) tentang Pengurangan konten. Konsekuensi dari Nanoteknologi dan Radioaktivitas karena pembelajaran yang berorientasi pada keduanya semakin banyak ditemui saat ini. kompetensi adalah perlunya pengurangan materi pelajaran atau pokok bahasan. Pritchett dan Beatty (2015) serta laporan Penelitian yang dilakukan Pritchett dan Beatty yang ditulis OECD (2018) menekankan (2015) menunjukkan bahwa di beberapa bahwa penyederhanaan kurikulum melalui negara berkembang termasuk Indonesia, pengurangan konten atau materi pelajaran materi pelajaran yang begitu padat membuat bukan berarti standar capaian yang ditetapkan guru terus bergerak cepat menyelesaikan menjadi lebih rendah. Sebaliknya, kurikulum bab demi bab, konsep demi konsep, tanpa berfokus pada materi pelajaran yang memperhitungkan kemampuan siswa untuk esensial. Materi esensial ini dipelajari dengan memahami pelajaran tersebut. Menurut lebih leluasa, tidak terburu-buru sehingga Pritchett dan Beatty, hal ini bukan karena guru siswa dapat belajar secara mendalam, tidak menghiraukan kemampuan anak dalam mengeksplorasi suatu konsep, melihatnya dari belajar. Mengajar dengan terburu-buru dan perspektif yang berbeda, melihat keterkaitan tidak menggunakan pendekatan pembelajaran antara suatu konsep dengan konsep yang yang berpusat pada siswa merupakan lain, mengaplikasikan konsep yang baru keputusan logis karena kebijakan kurikulum dipelajarinya di situasi yang berbeda dan situasi yang berlaku menilai kinerja mereka melalui nyata, sekaligus merefleksikan pemahamannya ketuntasan mengajarkan materi ajar yang tentang konsep tersebut. Pengalaman belajar begitu banyak. yang demikian, menurut Wiggins dan McTighe (2005), akan memperkuat pemahaman siswa Ketika pelajaran disampaikan dengan terburu- akan suatu konsep secara lebih mendalam dan buru, peserta didik tidak memiliki cukup waktu berkelanjutan. untuk memahami konsep secara mendalam, yang sebenarnya sangat penting untuk Pandangan Wiggins dan McTighe (2005) menguatkan fondasi kompetensi mereka. tersebut dilandasi oleh teori belajar Pritchett dan Beatty (2015) menemukan bahwa konstruktivisme. Di berbagai negara, dan tidak peserta didik yang mengalami kesulitan terbatas pada negara maju saja, pendekatan memahami konsep di kelas-kelas awal di pembelajaran berbasis teori konstruktivisme sekolah dasar juga mengalami kesulitan di ini semakin dikuatkan. Di India, misalnya, jenjang-jenjang berikutnya. Artinya, padatnya pembelajaran berbasis konstruktivisme bahkan materi pelajaran membawa dampak yang menjadi muatan wajib bagi calon guru dalam 42
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA kurikulum LPTK mereka (UNESCO MGIEP, Oleh karena CP dikembangkan berdasarkan 2017). Rogan (2003) juga melaporkan bahwa teori konstruktivisme, maka capaian- Afrika Selatan, serta beberapa negara di benua capaian dalam dokumen CP perlu dipahami Afrika lainnya, juga secara eksplisit menyatakan menggunakan kerangka teori yang sama. Istilah dalam dokumen kurikulum mereka bahwa teori “pemahaman” (understanding) dalam CP perlu konstruktivisme menjadi rujukan utama dalam dimaknai sebagaimana teori konstruktivisme kebijakan kurikulum dan pembelajaran. di atas. Pemahaman yang dimaksud dicapai melalui kemampuan mengaplikasikan dan Pembelajaran secara konstruktif. Teori menganalisis suatu konsep. Dengan demikian konstruktivisme menekankan pentingnya konsep pemahaman ini berbeda dengan proses pembelajaran yang menempatkan Taksonomi Bloom yang memandang bahwa siswa sebagai pelaku aktif pembelajaran memahami (understanding - level 2) suatu (students as agents), bukan sebagai penerima konsep membutuhkan keterampilan berpikir informasi secara pasif dari guru mereka yang lebih rendah dibandingkan kemampuan (students as recipients). Menurut teori belajar mengaplikasikan (applying - level 3) dan konstruktivisme (constructivist learning menganalisis (analyzing - level 4) konsep theory), pengetahuan bukanlah kumpulan (Anderson, Krathwohl, D. R., & Bloom, B. S., atau seperangkat fakta-fakta, konsep, atau 2001). kaidah untuk diingat. “Memahami” dalam konstruktivisme adalah proses mengkonstruksi Perancangan CP ini tidak mengabaikan pengetahuan melalui pengalaman nyata. Taksonomi Bloom yang semula digunakan Pemahaman tidak bersifat statis, tetapi dalam perancangan KI-KD dalam Kurikulum berevolusi dan berubah secara konstan 2013. Sebaliknya, Taksonomi Bloom ini sepanjang siswa mengonstruksikan dianjurkan untuk digunakan ketika guru pengalaman-pengalaman baru yang merancang pembelajaran harian dan asesmen memodifikasi pemahaman sebelumnya. kelas sesuai dengan tujuan pengembangan Pemahaman yang bermakna ini membutuhkan taksonomi, sebagaimana Anderson dan rekan- proses belajar yang berpusat pada siswa rekan (2001, p.7): serta waktu yang lebih panjang daripada pembelajaran yang sekadar “menjejali” siswa The Taxonomy framework obviously dengan informasi-informasi yang kurang can’t directly tell teachers what is bermakna karena sekadar untuk diketahui atau worth learning. But by helping teachers dihafalkan saja. Dengan demikian, sedapat translate standards into a common mungkin CP mengutamakan kompetensi language for comparison with what yang perlu dicapai tanpa mengikat konteks they personally hope to achieve, and dan konten pembelajarannya. Berdasarkan by presenting the variety of possibilities kompetensi tersebut, satuan pendidikan for consideration, the Taxonomy may diharapkan dapat mengembangkan provide some perspective to guide pembelajaran yang sesuai dengan konteks curriculum decisions. sekolah dan relevan dengan perkembangan, minat, serta budaya peserta didik. Kerangka Taksonomi tidak dapat secara langsung mengarahkan guru apa yang KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 43
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA patut dipelajari [peserta didik], namun Fase E dan Fase F dipisahkan karena mulai dapat membantu guru menerjemahkan kelas XI peserta didik akan menentukan mata standar ke dalam hal yang ingin dicapai pelajaran pilihan sesuai minat dan bakatnya, oleh guru [melalui pengajaran yang sehingga struktur kurikulumnya mulai berbeda dilakukannya], dan dengan memberikan sejak kelas XI. beragam hal yang perlu diperhatikan, Taksonomi [Bloom] dapat memberikan Dengan menggunakan Fase, suatu target pandangan yang dapat membimbing capaian kompetensi dicapai tidak harus dalam guru dalam pembuatan keputusan satu tahun tetapi beberapa tahun, kecuali di tentang kurikulum. kelas X jenjang SMA/sederajat. Pengecualian ini dilakukan karena struktur kurikulum di Anderson dan rekan-rekan (2001) melakukan jenjang SMA/sederajat yang terbagi menjadi revisi terhadap Taksonomi Bloom dan secara dua, yaitu kelas X di mana siswa mengikuti eksplisit menyatakan bahwa taksonomi seluruh mata pelajaran, dan kelas XI-XII di mana tersebut relevan dan membantu untuk siswa memilih mata pelajaran sesuai minat, digunakan oleh guru dalam pengembangan bakat, dan aspirasi masing-masing. Struktur ini kurikulum di tingkat satuan pendidikan, bukan akan disampaikan lebih mendalam pada bagian di level standar nasional. Taksonomi Bloom terpisah dalam bab ini. berguna untuk “menerjemahkan standar” ke dalam istilah dan bahasa yang lebih konkrit Rentang waktu yang lebih panjang ditetapkan dan operasional untuk digunakan sehari-hari. agar materi pelajaran tidak terlalu padat dan Dengan demikian, dalam konteks kurikulum peserta didik mempunyai cukup banyak nasional di Indonesia, Taksonomi Bloom relevan waktu untuk memperdalam materi dan untuk digunakan guru dalam merancang alur mengembangkan kompetensi. Fase-fase ini tujuan pembelajaran dan asesmen kelas. diselaraskan dengan teori perkembangan anak dan remaja dan juga dengan struktur Penggunaan Fase. Perbedaan lain antara KI- penjenjangan pendidikan. Penggunaan istilah KD dalam Kurikulum 2013 dengan CP dalam “Fase” dilakukan untuk membedakannya Kurikulum Merdeka adalah rentang waktu dengan kelas karena peserta didik di satu yang dialokasikan untuk mencapai kompetensi kelas yang sama bisa jadi belajar dalam fase yang ditargetkan. Sementara KI-KD ditetapkan pembelajaran yang berbeda. Ini merupakan per tahun, CP dirancang berdasarkan fase- penerapan dari prinsip pembelajaran sesuai fase. Satu Fase memiliki rentang waktu yang tahap capaian belajar atau yang dikenal juga berbeda-beda, yaitu: (1) Fase Fondasi yang dengan istilah teaching at the right level dicapai di akhir PAUD, (2) Fase A umumnya (mengajar pada tahap capaian yang sesuai). untuk kelas I sampai II SD/sederajat, (3) Fase Sebagai contoh, berdasarkan asesmen kelas B umumnya untuk kelas III sampai IV SD/ terdapat siswa kelas V SD yang belum siap sederajat, (4) Fase C umumnya untuk kelas V mempelajari materi pelajaran Fase C (fase sampai VI SD/sederajat, (5) Fase D umumnya dengan kompetensi yang ditargetkan untuk untuk kelas VII sampai IX SMP/sederajat, (6) siswa kelas V pada umumnya). Berdasarkan Fase E untuk kelas X SMA/sederajat, dan (7) hasil asesmen tersebut, maka siswa-siswa Fase F untuk kelas XI sampai XII SMA/sederajat. 44
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA tersebut mengulang pelajaran di Fase B (fase dengan jelas. Evaluasi Kurikulum 2013 yang untuk kelas III-IV) yang belum mereka kuasai. dilakukan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbudristek mendapati bahwa sebagian Pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap guru belum melihat adanya rangkaian yang capaian peserta didik tersebut mengindikasikan utuh antara KD-KD dari satu KI yang sama. bahwa kebijakan dan praktik tinggal kelas atau Target kompetensi tersebut kemudian tidak naik kelas diharapkan dapat ditinggalkan. ditargetkan untuk dicapai dalam rentang waktu Kebijakan tinggal kelas secara empiris tidak satu tahun ajaran. meningkatkan prestasi akademik mereka. Dalam survei PISA 2018, skor capaian kognitif CP ditulis dalam metode yang berbeda, di mana peserta didik yang pernah tinggal kelas secara pemahaman, sikap atau disposisi terhadap statistik lebih rendah dibandingkan mereka pembelajaran dan pengembangan karakter, yang tidak pernah tinggal kelas (OECD, 2021). serta keterampilan yang terobservasi atau Hal ini menunjukkan bahwa mengulang terukur ditulis sebagai suatu rangkaian. Hal pelajaran yang sama selama satu tahun tidak ini merujuk pada makna kompetensi yang membuat peserta didik memiliki kemampuan lebih dari sekadar perolehan pengetahuan akademik yang setara dengan teman- dan keterampilan, tetapi juga mengolah dan temannya, melainkan tetap lebih rendah. Hal menggunakan pengetahuan, keterampilan, ini dimungkinkan karena yang dibutuhkan oleh sikap, serta nilai-nilai yang dipelajari untuk peserta didik tersebut adalah pendekatan atau menghadapi situasi atau permasalahan yang strategi belajar yang berbeda, bantuan belajar kompleks (OECD 2019; Glaesser, 2018). CP yang lebih intensif, waktu yang sedikit lebih disampaikan dalam bentuk paragraf/narasi panjang, namun bukan mengulang seluruh untuk menggambarkan rangkaian konsep dan pelajaran selama setahun. keterampilan kunci yang ditargetkan untuk diraih oleh peserta didik, yang ditunjukkan Perumusan CP. Perubahan lain yang signifikan dengan performa yang nyata. Dengan dari KI-KD menjadi CP adalah format penulisan demikian, CP diharapkan dapat memperlihatkan kompetensi yang ingin dicapai serta rentang rangkaian proses belajar suatu konsep ilmu waktu yang ditargetkan untuk mempelajarinya. pengetahuan, mulai dari memahami suatu Dalam KI-KD Kurikulum 2013, kompetensi- konsep sampai dengan menggunakan konsep kompetensi yang dituju disampaikan dalam ilmu pengetahuan dan keterampilannya untuk bentuk kalimat tunggal yang disusun dalam mencapai tuntutan kognitif yang lebih kompleks poin-poin. Selain itu, dalam KI-KD terdapat (misalnya mengajukan solusi kreatif, bukan pemisahan antara pengetahuan, sikap, sekadar menjawab pertanyaan). dan keterampilan sebagaimana Taksonomi Bloom juga memisahkan ketiga domain Kompetensi juga terbangun atas aspek kognitif tersebut. Meskipun dalam Kurikulum 2013 yang berangkaian dengan aspek afektif kompetensi (KI-KD) tersebut sebenarnya saling atau disposisi tentang ilmu pengetahuan berkaitan dan berangkaian. Namun demikian, yang dipelajarinya.. Set atau daftar berisi ketika KI-KD dituliskan sebagai poin-poin, pengetahuan yang perlu dipahami, sikap keterkaitan antara ruang lingkup kemampuan yang perlu ditunjukkan, atau keterampilan satu dengan yang lain tidak terdefinisikan yang perlu diperlihatkan peserta didik saja, KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 45
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA tanpa ada rangkaian antara ketiga domain ajarkan kepada siswa dan menjadi aspek yang tersebut, belum dapat dimaknai sebagai diases oleh guru. Apabila ada siswa yang pengkonstruksian kompetensi. Untuk belum dapat mengikuti pelajaran di suatu membangun dan mengembangkan kompetensi, Fase, guru dapat mengecek elemen apa yang peserta didik perlu mendapatkan kesempatan belum dikuasai siswa tersebut dan kemudian untuk mengaplikasikan pengetahuan membantunya untuk mengulang pembelajaran dan keterampilannya dalam situasi yang elemen yang sama di fase sebelumnya. Alur spesifik dan nyata (Glaesser, 2018). Dengan perkembangan Capaian Pembelajaran dimulai menggunakan paragraf, keterkaitan antara pada Fase A hingga fase tertinggi, yaitu Fase F. pengetahuan, keterampilan, sikap dan proses pengembangan kompetensi menjadi lebih jelas Pola perumusan CP ini juga dipengaruhi oleh dan utuh sebagai satu rangkaian. beberapa kerangka kurikulum yang digunakan di berbagai negara dengan pencapaian Dalam penulisannya, struktur CP tidak pendidikan yang relatif tinggi. Sebagai contoh, berdasarkan domain-domain pemahaman, Australia (https://www.australiancurriculum.edu. sikap/disposisi, dan keterampilan, melainkan au/) menyatakan karakteristik utama dari setiap berbasis pada kompetensi dan/atau konsep mata pelajaran dalam dokumen standarnya yang esensial dari setiap mata pelajaran. (setara dengan CP), termasuk alasan rasional Kompetensi dan konsep tersebut disebut mengapa anak-anak perlu mempelajari mata sebagai elemen-elemen yang menjadi ciri khas pelajaran tersebut dan domain atau elemen setiap mata pelajaran, dan elemen ini kemudian utama yang menjadi karakteristik khas mata dinyatakan perkembangannya dari satu fase pelajaran tersebut disertai perkembangannya ke fase berikutnya. Dengan demikian, setiap dari satu tahapan atau jenjang ke tahapan elemen secara konsisten dipelajari oleh peserta berikutnya. Dengan adanya perkembangan didik mulai dari jenjang SD sampai jenjang SMA domain-domain isi dan/atau kompetensi suatu dengan kompleksitas dan kedalaman yang mata pelajaran, kompetensi utama yang akan berbeda, yang artinya kompetensi peserta didik dikembangan melalui mata pelajaran tersebut pun berkembang dari fase ke fase. menjadi lebih eksplisit. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Bahasa Pendekatan yang sama juga digunakan Indonesia terdapat 4 elemen utama, yaitu: dalam kurikulum Finlandia (Finnish Board of 1) menyimak, 2) membaca dan memirsa, 3) Education, 2014), di mana standar yang perlu berbicara dan merepresentasikan, dan 4) dicapai disampaikan secara deskriptif mulai dari menulis. Sejak Fase A (kelas I-II SD/sederajat) penjelasan tentang fungsi dari mata pelajaran hingga Fase F (kelas XI-XII SMA/sederajat), tersebut, kompetensi utama yang difokuskan, keempat elemen tersebut dipelajari dengan capaian atau tujuan untuk kompetensi tersebut, tingkat kompleksitas kognitif yang terus panduan atau rambu-rambu yang perlu berkembang. Bagi guru dan pengembang diperhatikan guru atau pengembang silabus kurikulum, elemen ini dapat menjadi acuan dan kegiatan pembelajaran mata pelajaran tentang kompetensi apa saja yang harus ia tersebut, dan asesmen yang dianjurkan. 46
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Semua komponen tersebut dijelaskan fleksibilitas sangat penting bagi satuan untuk setiap tahapan perkembangan (dalam pendidikan untuk dapat mengembangkan Kurikulum Merdeka diadaptasi sebagai Fase, pembelajaran yang memberikan kesempatan akan dijelaskan kemudian). Sebagai standar untuk peserta didik membuat kaitan-kaitan yang berlaku nasional, capaian merupakan antara konsep yang dipelajari dengan situasi tujuan yang lebih abstrak daripada tujuan setempat, sekaligus menentukan kecepatan pembelajaran yang dikembangkan guru dalam pembelajaran setiap konsep. Fleksibilitas silabus apalagi RPP. CP yang memberikan keleluasaan untuk pembelajaran yang kontekstual ini dicontohkan Contoh lain adalah standar capaian pendidikan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila Matematika yang dikembangkan oleh NCTM dan Kewarganegaraan, di mana topik tentang (National Council of Teachers of Mathematics), Pemilihan Umum dapat dipelajari pada masa- yang dianjurkan untuk diterapkan secara masa sekitar Pemilihan Umum di Indonesia atau global. Standar yang dirancang NCTM dibangun daerahnya. dengan asumsi bahwa setiap anak dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan. Oleh Untuk mengetahui tingkat fleksibilitas Capaian karena itu, standar yang ditetapkan NCTM Pembelajaran (CP), Pusat Kurikulum dan merupakan standar minimum yang inklusif. Pembelajaran Kemendikbudristek bersama Paradigma ini juga sejalan dengan prinsip para pakar mata pelajaran Matematika, perancangan Kurikulum Merdeka yang inklusif Bahasa Indonesia, dan IPA melakukan analisis dan berkeadilan. Standar yang ditetapkan perbandingan antara KI-KD dengan elemen- NCTM juga distrukturkan berdasarkan domain elemen dalam CP terkait dengan dua hal, konten dan domain kemampuan (performance). yaitu kesesuaian antara KI-KD dan CP dengan Struktur ini menjadi salah satu rujukan utama tahap perkembangan pembelajaran (apakah dalam CP Matematika. terlalu/kurang mendalam, terlalu sulit/mudah) dan fleksibilitas untuk dikembangkan sesuai Fleksibilitas pembelajaran. Untuk dengan konteks lokal satuan pendidikan. menguatkan kompetensi, pembelajaran Analisis kuantitatif tersebut dilakukan dengan perlu memberikan kesempatan kepada siswa menghitung proporsi target kompetensi dari untuk menghubungkan konsep atau teori masing-masing kurikulum yang menunjukkan yang dipelajarinya dengan lingkungan atau kesesuaian dengan tahap perkembangan dan kehidupan sekitar mereka (Glaesser, 2018; juga aspek fleksibilitasnya. Eggen & Kauchak, 2016). Dengan demikian, KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 47
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Gambar 3.12. Hasil Analisis Perbandingan Antara CP dan KI-KD Terkait Kesesuaian Dengan Tahap Perkembangan dan Fleksibilitas Hasil analisis menunjukkan bahwa CP dengan tahap perkembangan peserta didik, lebih sesuai dengan tahap perkembangan misalnya sekitar 17% capaian dalam mata peserta didik dan lebih fleksibel daripada pelajaran IPA Kurikulum 2013 dinilai pakar lebih KI-KD. Contohnya, pada mata pelajaran sesuai dengan tahap perkembangan siswa Matematika elemen-elemen pada CP 50% lebih dibandingkan dengan capaian dalam Kurikulum sesuai dengan tahap perkembangan siswa Merdeka. Data ini memberikan informasi dibandingkan KI-KD dan 42,31% lebih fleksibel kepada perancang kurikulum tentang perlunya untuk diterjemahkan satuan pendidikan. melakukan penelaahan kembali dan revisi Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa apabila diperlukan. Sebagaimana disampaikan Indonesia, elemen-elemen pada CP 58,33% dalam bagian Prinsip Perancangan Kurikulum, lebih sesuai dengan tahap perkembangan umpan balik yang didapatkan selama satu siswa dan 100% lebih fleksibel. Untuk mata tahun implementasi secara terbatas dalam pelajaran IPA, elemen-elemen pada CP 48,91% Program Sekolah Penggerak (PSP) dan SMK lebih sesuai dengan tahap perkembangan Pusat Keunggulan (SMK PK) digunakan sebagai siswa dan 76,57% lebih fleksibel. Analisis pertimbangan untuk merevisi dokumen- ini menunjukkan bahwa CP memberikan dokumen kurikulum, termasuk CP. fleksibilitas yang lebih besar daripada KI-KD. Selain analisis perbandingan antara CP dengan Peningkatan kualitas CP. Gambar 3.3 juga KI-KD tersebut, umpan balik juga didapat memperlihatkan bahwa masih ada beberapa melalui diskusi kelompok terpumpun bersama persen materi dalam CP yang belum sesuai guru PSP yang mulai menerapkan Kurikulum 48
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA Merdeka sejak Tahun Ajaran 2021/2022. Berdasarkan monitoring awal yang Menurut pandangan para guru, pembelajaran dilaksanakan pada tahun 2021, telah dengan kurikulum ini memiliki beberapa dilaksanakan perbaikan mayor pada 33,33% kelebihan seperti capaian pembelajaran CP mata pelajaran yang digunakan di PAUD relevan dengan konteks zaman dan tingkat dan Dikdasmen, serta 11,54% CP untuk mata perkembangan berpikir siswa. Capaian pelajaran khusus SMK. Perbaikan mayor pembelajaran dapat dieksplorasi oleh guru tersebut meliputi perbaikan pada beberapa dengan menyesuaikan kebutuhan siswa, aspek seperti kesesuaian CP dengan kearifan lokal serta situasi dan kondisi terkini. tingkat kemampuan berpikir dan tahapan Namun demikian, untuk implementasinya perkembangan belajar siswa, kesesuaian materi diperlukan masa adaptasi sebab baik bagi guru dan penjabaran capaian pembelajaran pada maupun siswa memiliki tingkat kesiapan yang tiap fase. Selain itu, dilakukan pula perbaikan berbeda-beda. Contohnya, untuk guru yang minor yang meliputi perbaikan pada aspek sebelumnya melakukan pembelajaran dengan redaksional seperti penulisan kalimat, pemilihan Kurikulum 2013 dimana kompetensi dicapai kata dan istilah serta tambahan keterangan tiap tahun perlu beradaptasi dengan capaian untuk bagian tertentu. Pemilihan kata dan istilah pembelajaran pada kurikulum prototipe yang ini penting mengingat suatu kata dan istilah bisa dirancang menjadi tiap fase. Umpan balik ini memiliki makna yang sangat beragam. Dengan menjadi landasan untuk memperbaiki strategi demikian, CP yang diterbitkan pada tahun 2022 implementasi kurikulum di satuan pendidikan. merupakan versi revisi berdasarkan umpan balik yang disampaikan oleh pakar dan juga guru sebagai pengguna Kurikulum Merdeka. D. Struktur Kurikulum mata pelajaran, (2) satuan pendidikan memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum Sebagaimana yang dinyatakan dalam operasional, (3) pembelajaran dibagi menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 dua, yaitu intrakurikuler dan kokurikuler tentang Standar Nasional Pendidikan, struktur dalam bentuk projek penguatan profil pelajar kurikulum merupakan pengorganisasian atas Pancasila, dan (4) adanya pilihan yang dapat kompetensi, muatan pembelajaran, dan beban ditentukan oleh peserta didik. belajar. Karakteristik utama yang ditekankan dalam rancangan struktur kurikulum ini adalah sebagai berikut: (1) adanya perubahan status 1. Perubahan Status Mata Pelajaran Perubahan status mata pelajaran merupakan dimiliki oleh setiap peserta didik di masa kini salah satu upaya untuk menguatkan dan masa yang akan datang. Seiring dengan pengembangan kompetensi yang penting tujuan tersebut, perubahan ini juga dilakukan KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN 49
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA sebagai upaya meningkatkan keselarasan ada pendidikan Bahasa Inggris di jenjang pembelajaran antara satu jenjang dan jenjang SD, mereka diharapkan untuk mencapai berikutnya. Dengan penyesuaian status kompetensi yang sebenarnya merupakan mata pelajaran (misalnya dari tidak wajib kemampuan tahap menengah (intermediate menjadi mata pelajaran wajib atau dianjurkan), level). Artinya, tanpa ada pembelajaran di perkembangan kompetensi setiap peserta didik level dasar (basic level), mereka langsung diharapkan dapat lebih optimal. Berikut adalah diharapkan mencapai level yang cukup beberapa perubahan tersebut: kompleks. Ada dua opsi sebagai solusi dari masalah gap atau kesenjangan capaian Bahasa Inggris semakin dianjurkan kompetensi ini. Pertama, mengubah target untuk mulai diajarkan sejak jenjang SD, capaian mata pelajaran Bahasa Inggris di sebagaimana sudah dimulai sejak kurikulum- jenjang SMP agar lebih sederhana. Opsi kurikulum sebelumnya. Hal ini didorong ini mengindikasikan penurunan standar oleh tiga hal: (1) bahasa Inggris sebagai kompetensi dan justru bertentangan dengan kebutuhan seluruh anak Indonesia, (2) tujuan utama penguatan pendidikan Bahasa keselarasan kurikulum Bahasa Inggris, dan Inggris. Oleh karena itu, opsi ini tidak dipilih. (3) pemerataan kualitas pembelajaran. Untuk Opsi kedua, dan merupakan opsi yang dipilih dapat berkomunikasi lintas budaya dan sebagai solusi, adalah menyediakan pendidikan antar bangsa serta berperan aktif sebagai Bahasa Inggris level dasar di jenjang SD. masyarakat dunia, keterampilan Bahasa Inggris merupakan kebutuhan dasar yang perlu Mengajarkan Bahasa Inggris sejak dini dimiliki seluruh anak Indonesia. Bahasa Inggris dengan kebijakan, perencanaan, dan telah menjadi lingua franca atau basantara, penyelenggaraan yang dirancang dengan termasuk untuk masyarakat di Asia Tenggara hati-hati akan mendorong penguatan fondasi yang menggunakan bahasa ibu dan bahasa Bahasa Inggris. Kajian menunjukkan bahwa resmi yang berbeda-beda (Kickpatrick, 2010). manfaat utama mengajarkan Bahasa Inggris di Sesuai dengan komitmen Pemerintah untuk jenjang SD antara lain adalah, terbangunnya mengembangkan setiap dimensi dalam profil rasa percaya diri untuk menggunakan Bahasa pelajar Pancasila termasuk berkebinekaan Inggris sekaligus membangun kesadaran global, maka penguatan pendidikan Bahasa global dan kompetensi antarbudaya (Singleton, Inggris merupakan salah satu hal yang D., 2003, Harmer, J., 2012, Moon, J, 2005). diutamakan dalam Kurikulum Merdeka. Dengan demikian, mata pelajaran ini tidak sekadar mengajarkan teknik dan keterampilan Masalah keselarasan kurikulum Bahasa Inggris berbahasa Inggris, tetapi juga mengembangkan dalam kurikulum nasional juga menjadi salah wawasan global di mana siswa dapat lebih satu pertimbangan yang mendorong anjuran mudah memahami perbedaan budaya sehingga kepada satuan pendidikan dan pemerintah terbangun sikap toleran. daerah untuk mengajarkan mata pelajaran ini. Salah satu temuan evaluasi Kurikulum 2013 Kemampuan berbahasa Inggris juga berpotensi yang dilakukan Pusat Kurikulum dan Perbukuan untuk menjadi faktor yang berkontribusi adalah kerancuan dalam kompetensi yang pada kesenjangan kualitas belajar antar harus dicapai siswa jenjang SMP. Tanpa siswa dan antar satuan pendidikan. Saat 50
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130