Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan                     Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi                     Republik Indonesia     Kajian Akademik    Kurikulum  untuk Pemulihan  Pembelajaran                                               Edisi 1 | Februari 2022
Tim Penyusun    Pengarah  Anindito Aditomo    Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan    Penanggungjawab  Zulfikri    Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran    Penyusun  Yogi Anggraena (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)  Nisa Felicia (Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan)  Dion Eprijum Ginanto (UIN Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi)  Indah Pratiwi (Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan)  Bakti Utama (Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan)  Leli Alhapip (Badan Riset dan Inovasi Nasional)  Dewi Widiaswati (Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan)    Penerbit  Pusat Kurikulum dan Pembelajaran  Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi    Edisi 1, Februari 2021
Kata Pengantar    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terbitnya kajian akademik tentang  kurikulum ini. Kajian ini dilakukan dalam rangka mendukung perumusan kebijakan kurikulum yang  akan diumumkan oleh Mendikbudristek, bapak Nadiem Anwar Makarim. Dalam kebijakan tersebut,  mulai tahun ajaran 2022/2023 satuan pendidikan dapat memilih untuk menerapkan kurikulum baru  yang bernama Kurikulum Merdeka.    Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk mengatasi  krisis belajar yang telah lama kita hadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi. Krisis ini  ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal yang mendasar seperti literasi  membaca. Krisis belajar juga ditandai oleh ketimpangan kualitas belajar yang lebar antar wilayah  dan antar kelompok sosial-ekonomi.    Tentu, pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa diwujudkan melalui perubahan  kurikulum saja. Diperlukan juga berbagai upaya penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah,  pendampingan bagi pemerintah daerah, penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan  pendanaan yang lebih adil. Namun kurikulum juga memiliki peran penting. Kurikulum berpengaruh  besar pada apa yang diajarkan oleh guru, juga pada bagaimana materi tersebut diajarkan. Karena  itu, kurikulum yang dirancang dengan baik akan mendorong dan memudahkan guru untuk mengajar  dengan lebih baik.    Kajian akademik ini menjelaskan latar belakang, landasan empiris, dan kerangka konseptual yang  digunakan dalam merumuskan kebijakan kurikulum dan merancang Kurikulum Merdeka. Kajian  ini juga mencakup strategi implementasi kurikulum baru, sebuah isu yang sangat mempengaruhi  keberhasilan dari setiap kebijakan pendidikan.    Selama dua tahun ke depan, Kurikulum Merdeka akan terus disempurnakan berdasarkan evaluasi  dan umpan balik dari berbagai pihak. Sejalan dengan proses evaluasi tersebut, naskah ini juga akan  mengalami revisi dan pembaruan secara berkala.    Akhir kata, saya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada seluruh tim penulis dan peneliti,  beserta plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, yang telah bekerja dengan sepenuh hati  untuk menghasilkan sebuah kajian yang komprehensif. Penghargaan dan terima kasih juga saya  sampaikan untuk Mendikbudristek yang secara visioner memberi arahan dan dukungan bagi  pengembangan kurikulum ini.                                                                                 Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan                                                                               Asesmen Pendidikan                                                                                 Anindito Aditomo, Ph.D.                                                                                                                                       iii
Daftar Isi                       Kata Pengantar.......................................................................................................................... 	iii                     Daftar Isi....................................................................................................................................... 	iv                 Pendahuluan............................................................................................................... 	 7                             Latar Belakang......................................................................................................	7                           Tujuan.....................................................................................................................	10                           Landasan Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum ................................	10                 Krisis Pembelajaran.............................................................................................. 	 15                             Pra pandemi..........................................................................................................	15                           Pandemi.................................................................................................................	18                           Respon Pemerintah Terhadap Pandemi: Kebijakan Tiga Kurikulum yang                           	 Sudah Diterapkan (Berdasarkan Kepmen Darurat).................................	19                           Hasilnya Kurikulum Darurat itu Baik..................................................................	20                           Learning Loss di Berbagai Negara ....................................................................	21                           Evaluasi K13 ..........................................................................................................	22                           Dibutuhkan Kurikulum Alternatif........................................................................	25                           Kesimpulan ...........................................................................................................	26                 Rancangan Kurikulum Merdeka................................................................. 	 28                             Prinsip Perancangan Kurikulum Merdeka ........................................................	28                           Kerangka Kurikulum.............................................................................................	39                           Capaian Pembelajaran.........................................................................................	42                           Struktur Kurikulum...............................................................................................	50                           Prinsip Pembelajaran dan Asesmen..................................................................	65                           Perangkat Ajar......................................................................................................	68                           Kesimpulan ...........................................................................................................	71    iv
Implementasi Kurikulum Merdeka Secara Terbatas................. 	 74          Pendahuluan.........................................................................................................	74        Implementasi Kurikulum Merdeka secara Terbatas Pada Program        	 Sekolah Penggerak ......................................................................................		 75        Implementasi Terbatas Pada Program SMK Pusat Keunggulan ...................	88        Kesimpulan............................................................................................................	91    Rancangan Implementasi Kurikulum Merdeka............................. 	 93          Kerangka Teori Implementasi Kurikulum..........................................................	94        Keragaman Konteks Pemulihan Pembelajaran ...............................................	104        Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka......................................................	106        Kesimpulan ...........................................................................................................	120  Daftar Pustaka............................................................................................................................ 	123                                                                                                                                       v
01 Pendahuluan       A.	 Latar Belakang                                Covid-19 yang seketika membawa perubahan                                                       pada wajah pendidikan di Indonesia.     Peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan        Perubahan yang paling nyata tampak pada     menjadi tantangan utama dalam pembangunan         proses pembelajaran yang awalnya bertumpu     pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi          pada metode tatap muka beralih menjadi     tantangan ini, sejak 2009 Pemerintah telah        pembelajaran jarak jauh (PJJ). Intensitas     memenuhi kewajiban anggaran pendidikan            belajar mengajar juga mengalami penurunan     sebesar 20% APBN serta terus meningkatkan         yang signifikan, baik jumlah hari belajar dalam     anggaran pendidikan dari Rp 332,4 T pada          seminggu maupun rata-rata jumlah jam belajar     2013, menjadi Rp 550 T pada 2021 (kemenkeu.       dalam sehari. Selama PJJ, umumnya siswa     go.id, 2021). Peningkatan anggaran tersebut       belajar 2-4 hari dalam seminggu terutama siswa     telah berkontribusi positif pada perbaikan        pada tingkat SMP, SMA, dan SMK (Puslitjak,     tingkat pendidikan dan kesejahteraan guru,        2020). Di DKI Jakarta, rata-rata waktu yang     penurunan ukuran kelas (rasio guru-siswa),        digunakan untuk pembelajaran jarak jauh     serta perbaikan sarana dan prasarana di satuan    hanya 3.5 jam/ hari, sementara di luar Jawa     pendidikan (Beatty et.al, 2021; Muttaqin, 2018).  lebih pendek lagi yaitu hanya 2,2 jam/ hari                                                       (UNICEF, 2020). Keterbatasan akses internet,     Namun demikian, berbagai indikator hasil          perangkat digital serta kapasitas baik guru,     belajar siswa belum menampakkan hasil yang        orang tua,maupun siswa dipandang menjadi     menggembirakan. Sebagaimana akan diulas           tantangan terbesar dalam menyelenggarakan     lebih detail pada BAB II naskah ini, berbagai     PJJ (Afriansyah, 2020; UNICEF, 2020).     pengukuran hasil belajar siswa menunjukkan     masih relatif rendahnya kualitas hasil belajar    Di tengah keterbatasan yang ada,     di Indonesia. Pun demikian, tidak terjadi         berbagai strategi dilakukan sekolah untuk     peningkatan kualitas pembelajaran yang            menyelenggarakan PJJ. Pratiwi dan Utama     signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada    (2020) mengidentifikasi setidaknya enam     konteks inilah pendidikan di Indonesia tengah     strategi yang dilakukan sekolah. Pertama, di     mengalami krisis pembelajaran, yang apabila       wilayah dengan akses internet dan perangkat     tidak segera ditangani akan menguatkan apa        digital memadai, serta didukung oleh guru     yang disampaikan Pritchett (2012) sebagai         dan siswa yang melek digital pembelajaran     schooling ain’t learning: bersekolah namun        dapat berjalan relatif baik dengan kelas di     tidak belajar.                                    ruang maya (interactive virtual classroom) dan                                                       mengoptimalkan aplikasi belajar daring. Kedua,     Krisis pembelajaran yang telah terjadi sekian     lama tersebut, diperburuk dengan Pandemi    6
PENDAHULUAN    di sekolah-sekolah dengan akses internet         siswa, ketidaktercapaian pembelajaran,  dan perangkat digital yang memadai namun         ketimpangan pengetahuan yang semakin  tidak didukung dengan keterampilan digital       lebar, perkembangan emosi dan kesehatan  guru/siswa, PJJ dilakukan secara terbatas        psikologis yang terganggu, kerentanan putus  dimana penugasan dan pembimbingan oleh           sekolah, serta potensi penurunan pendapatan  guru umumnya dilakukan melalui aplikasi          siswa di kemudian hari (The SMERU Research  media sosial WhatsApp. Ketiga, beberapa          Institute-The RISE Programme in Indonesia,  sekolah dengan akses internet terbatas           2020). Temuan serupa juga dihasilkan dari  melaksanakan proses belajar dalam kelompok-      kajian Puslitjak dan INOVASI yang menunjukkan  kelompok kecil rumah guru atau siswa.            bahwa pada kelas awal, hilangnya kemampuan  Keempat, beberapa sekolah yang juga tanpa        belajar siswa dalam hal literasi dan numerasi  jaringan internet memanfaatkan radio lokal/      sebelum dan selama pandemi setara dengan  radio amatir untuk menyebarkan penugasan.        5-6 bulan setelah 12 bulan belajar dari rumah  Kelima, terdapat sekolah yang menggunakan        (Puslitjak dan INOVASI, 2020). Studi yang sama  pesan berantai (“mouth to mouth” massage)        juga menunjukkan bahwa ketika siswa tidak  untuk menyampaikan tugas ke siswa. Terakhir,     menguasai hal-hal yang seharusnya dipelajari  beberapa sekolah bahkan terpaksa harus           pada satu tahun akan memiliki efek majemuk  meliburkan siswanya.                             pada apa yang bisa dipelajari siswa pada                                                   jenjang berikutnya (Puslitjak dan INOVASI,  Studi-studi lebih lanjut memberi perhatian pada  2020).  dampak-dampak yang terjadi dalam perubahan  radikal dalam proses pembelajaran selama         Dampak lain adalah menguatnya kesenjangan  pandemi. Temuan studi-studi tersebut antara      pembelajaran (learning gap) selama  lain menunjukkan terjadinya ketertinggalan       pembelajaran jarak jauh. Di Indonesia,  pembelajaran (learning loss) yaitu ketika siswa  kesenjangan pendidikan terjadi jauh sebelum  kehilangan kompetensi yang telah dipelajari      pandemi (Muttaqin, 2018) dan semakin  sebelumnya, tidak mampu menuntaskan              menguat ketika pandemi. Indikasi penguatan  pembelajaran di jenjang kelas maupun             kesenjangan pembelajaran sebenarnya  mengalami efek majemuk karena tidak              telah tampak dari pola keberagaman proses  menguasai pembelajaran pada setiap jenjang.      pembelajaran selama pandemi. Survei  Studi Indrawati, Prihadi dan Siantoro (2020) di  Kemendikbud (2020) memperlihatkan adanya  sembilan provinsi di Indonesia menunjukkan       kesenjangan dalam penggunaan platform  bahwa pada awal PJJ, hanya 68% anak yang         pembelajaran antara sekolah di daerah  mendapatkan akses pembelajaran dari rumah.       3T dan kawasan non-3T. Hasil serupa juga  Kondisi ini diperburuk dengan siswa yang         ditunjukkan dari studi The SMERU Research  melaksanakan PJJ pun tidak mendapatkan           Institute-The RISE Programme in Indonesia  kualitas pembelajaran yang sama sebagaimana      (2020) yang memperlihatkan adanya  sebelum pandemi. Banyak siswa hanya              kesenjangan penggunaan aplikasi digital dalam  menerima instruksi, umpan balik, dan interaksi   pembelajaran antara daerah perkotaan dan  yang terbatas dari guru mereka (Indrawati,       pedesaan terutama di luar Pulau Jawa.  Pihadi, dan Siantoro, 2020). Kondisi ini  berkontribusi pada menurunnya kemampuan    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  7
PENDAHULUAN    Pola keberagaman dalam proses pembelajaran           kurikulum darurat dilakukan pengurangan  ini selanjutnya memberi pengaruh pada                kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran  semakin melebarnya kesenjangan hasil                 sehingga guru dan siswa dapat berfokus  pembelajaran siswa selama pandemi. Terkait           pada kompetensi esensial dan kompetensi  hal ini, temuan The SMERU Research Institute         prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran  (2020) menunjukkan dua hal. Pertama,                 di tingkat selanjutnya. Guru juga didorong  analisis ketimpangan belajar di dalam kelas          untuk melakukan asesmen diagnostik secara  menunjukkan bahwa siswa yang memiliki                berkala untuk mendiagnosis kondisi kognitif  akses terhadap perangkat digital, memiliki           (kemampuan dan capaian pembelajaran siswa)  guru adaptif, pada kondisi sosial ekonomi            dan kondisi non-kognitif (aspek psikologis dan  lebih tinggi, serta mempunyai orang tua yang         kondisi emosional siswa) sebagai dampak dari  aktif berkomunikasi dengan guru cenderung            PJJ. Dengan asesmen diagnostik ini diharapkan  memiliki kemampuan di atas rata-rata. Kedua,         guru dapat memberikan pembelajaran yang  ketimpangan hasil belajar antar siswa dalam          tepat sesuai kondisi dan kebutuhan siswa  satu kelas pun diprediksi akan semakin lebar.        mereka.  Apabila tidak ada intervensi yang mendorong  guru untuk menyusun pembelajaran yang                Setelah berjalan hampir satu tahun ajaran,  memperhatikan keragaman kemampuan                    Kemendikbud telah melakukan evaluasi  belajar siswa, maka siswa dengan kemampuan           terhadap pelaksanaan kurikulum darurat. Hasil  rendah akan semakin tertinggal dari siswa            evaluasi tersebut secara umum menunjukkan  lainnya. Studi INOVASI dan Puslitjak (2020)          bahwa siswa pengguna kurikulum darurat  menunjukkan risiko yang lebih besar                  mendapatkan hasil asesmen yang lebih baik  dari semakin melebarnya kesenjangan                  daripada pengguna Kurikulum 2013 secara  pembelajaran ini. Menurut studi tersebut,            penuh, terlepas dari latar belakang sosial  “pembelajaran selama COVID-19 memiliki               ekonominya. Penggunaan kurikulum darurat  dampak yang lebih besar pada beberapa                secara signifikan juga mampu mengurangi  kelompok siswa, di mana siswa yang berasal           indikasi learning-loss selama pandemi baik  dari keluarga dengan latar belakang sosial           untuk capaian literasi maupun numerasi (lihat  ekonomi lebih rendah lebih berisiko tidak            gambar 1).  terdaftar lagi atau tidak lagi berpartisipasi dalam  proses pembelajaran.                                 Gambar 1.1. Perbandingan capaian literasi dan numerasi                                                       siswa yang menggunakan kurikulum darurat dan Kurikulum  Antisipasi dampak pandemi terhadap                   2013  ketertinggalan pembelajaran (learning loss)  dan kesenjangan pembelajaran (learning gap)          Sumber: Kemendikbud, 2021  sebenarnya telah dilakukan oleh Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud/  saat ini Kemendikbudristek). Pada Agustus  2020, Kemendikbud menerbitkan kurikulum  darurat pada satuan pendidikan dalam kondisi  khusus. Kurikulum darurat (dalam kondisi  khusus) ini pada pada intinya merupakan  penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada    8
PENDAHULUAN    Hasil positif di atas menunjukkan bahwa           pembelajaran yang menjadi permasalahan akut  intervensi kurikulum darurat memiliki pengaruh    di Indonesia. Pada konteks tersebut, kajian  yang signifikan terhadap upaya pemulihan          akademik pemulihan pembelajaran ini disusun  pembelajaran akibat pandemi COVID-19.             untuk menelaah berbagai alternatif kurikulum  Namun disisi lain, dapat dikatakan bahwa          yang dapat digunakan oleh satuan pendidikan  intervensi ini merupakan kebijakan bumper         dengan keragaman karakteristiknya untuk  untuk menanggulangi potensi learning loss         meningkatkan kualitas proses pembelajaran,  dan learning gap selama pandemi. Dibutuhkan       mengoptimalkan hasil belajar siswa, serta  pengembangan kurikulum yang secara                mengurangi dampak-dampak negatif pandemi  komprehensif mampu menghadapi krisis              COVID-19 bagi pendidikan di Indonesia.    B.	 Tujuan                                        2.	 Menyusun alternatif kurikulum yang                                                          berorientasi pada peningkatan  Uraian di atas meletakkan dasar pemikiran               kualitas proses pembelajaran dan  tentang pentingnya intervensi kurikulum dalam           mengoptimalkan hasil belajar namun  upaya pemulihan pembelajaran di Indonesia.              tetap mempertimbangkan keragaman  Dalam konteks ini, kajian akademik ini                  karakteristik satuan pendidikan.  bertujuan untuk:                                                    3.	 Menyusun strategi pemilihan alternatif  1.	 Membangun argumentasi rasional                      kurikulum bagi satuan pendidikan.        intervensi kurikulum dalam upaya        mengatasi krisis pembelajaran di Indonesia    C.	 Landasan Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum    Pengembangan Kurikulum dan pelaksanaan kurikulum didasarkan pada butir-butir kebijakan  nasional dalam bidang pendidikan yang terdapat dalam dokumen sebagai berikut:    1.	 Perubahan Struktur Kurikulum Menurut Jenjang dan Jenis       Pendidikan    Pembukaan UUD RI Tahun 1945 pada alinea           sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31  keempat tercantum tujuan nasional bangsa          UUD NRI Tahun 1945. Selain itu, Pemerintah  Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan          juga memajukan ilmu pengetahuan dan  umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.           teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai  Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemerintah      agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan  mengusahakan dan menyelenggarakan satu            peradaban serta kesejahteraan umat manusia  sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan     sebagaimana diamanatkan Pasal 31 ayat (5)  keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia         UUD NRI Tahun 1945.    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN                                           9
PENDAHULUAN    Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan              khususnya melalui penyesuaian kurikulum  dan teknologi yang semakin pesat dari tahun        sebagai “jantung” pendidikan yang senantiasa  ke tahun, maka Pemerintah harus selalu             mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan  mengupdate sistem pendidikan nasional              dan teknologi.    2.	 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan       Nasional    Kurikulum adalah seperangkat rencana               diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,  dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan           potensi daerah, dan peserta didik sebagaimana  bahan pelajaran serta cara yang digunakan          diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (2) UU No.  sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan           20 Tahun 2003. Kerangka dasar dan struktur  pembelajaran untuk mencapai tujuan                 kurikulum pendidikan dasar dan menengah  pendidikan tertentu sebagaimana termaktub          ditetapkan oleh Pemerintah dan dikembangkan  dalam Ketentuan Umum UU No. 20 Tahun               sesuai dengan relevansinya oleh setiap  2003. Pengembangan kurikulum dilakukan             kelompok atau satuan pendidikan dan komite  dengan mengacu pada standar nasional               sekolah/madrasah di bawah koordinasi  pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam           dan supervisi dinas pendidikan atau kantor  Pasal 35 ayat (2) dan Pasal 36 ayat (1) UU No.     departemen agama kabupaten/kota untuk  20 Tahun 2003.                                     pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan                                                     menengah sebagaimana diamanatkan dalam  Kurikulum pada semua jenjang dan jenis             Pasal 38 UU No. 20 Tahun 2003.  pendidikan dikembangkan dengan prinsip    3.	 Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional       Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP No. 4 Tahun 2022.    Standar Nasional Pendidikan disempurnakan          Kurikulum disusun sesuai dengan Jenjang  secara terencana, terarah, dan berkelanjutan       Pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan  untuk meningkatkan mutu Pendidikan sesuai          Republik Indonesia dengan memperhatikan  dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,         peningkatan iman dan takwa, nilai Pancasila,  nasional, dan global sesuai dengan Pasal 3         peningkatan akhlak mulia, peningkatan  ayat (3) PP No. 57 Tahun 21. Dengan demikian,      potensi, kecerdasan, dan minat Peserta Didik,  kurikulum yang berlaku dapat disesuaikan           keragaman potensi daerah dan lingkungan,  seiring dengan perubahan standar nasional          tuntutan pembangunan daerah dan nasional,  pendidikan yang merupakan acuan dalam              tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu  pengembangan kurikulum. Standar Nasional           pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;  Pendidikan yang menjadi acuan dalam                dinamika perkembangan global; dan persatuan  pengembangan meliputi standar kompetensi           nasional dan nilai-nilai kebangsaan.  lulusan, standar isi, standar proses; dan standar  penilaian Pendidikan.    10
PENDAHULUAN    Kurikulum pendidikan dasar dan menengah                pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/  wajib memuat pendidikan agama, pendidikan              kejuruan; dan muatan lokal. Muatan pelajaran  Pancasila, pendidikan kewarganegaraan,                 dapat dituangkan secara terpisah atau  Bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,             terintegrasi dalam bentuk mata pelajaran/mata  ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya,              kuliah. Modul, blok, atau tematik.    4.	 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang              RPJMN menjadi pedoman bagi kementerian/  Rencana Pembangunan Jangka Panjang                     lembaga dalam menyusun Rencana Strategis  Nasional (RPJPN) 2005-2025 menjadi landasan            kementerian dan lembaga (Renstra-K/L) dan  bagi perumusan Rencana Pembangunan                     menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah  Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang                  daerah dalam menyusun dan menyesuaikan  diselenggarakan setiap lima tahun sekali.              rencana pembangunan daerahnya masing-                                                         masing dalam rangka pencapaian sasaran                                                         pembangunan nasional.    5.	 Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2025       (Perpres No 18 Tahun 2020)    Substansi Inti Program Aksi Bidang Pendidikan                      penilaian pembelajaran di kelas,  RPJMN Tahun 2020 – 2024, diantaranya                               serta peningkatan pemanfaatan                                                                     hasil penilaian sebagai bagian dalam  a.	 Meningkatkan pemerataan layanan                                perbaikan proses pembelajaran;        pendidikan berkualitas, melalui        Peningkatan kualitas pengajaran dan                    5)	 peningkatan pemanfaatan TIK dalam        pembelajaran, mencakup:                                      pembelajaran, terutama dalam                                                                     mensinergikan model pembelajaran        1)	 penerapan kurikulum dengan                               jarak jauh (distance learning), dan              memberikan penguatan pengajaran                        sistem pembelajaran daring (online);              berfokus pada kemampuan              matematika, literasi dan sains di                6)	 integrasi soft skill (keterampilan non-              semua jenjang;                                         teknis) dalam pembelajaran,          2)	 penguatan pendidikan literasi kelas                7)	 peningkatan kualitas pendidikan              awal dan literasi baru (literasi digital,              karakter, agama dan kewargaan;              data, dan sosial) dengan strategi              pengajaran efektif dan tepat;                    8)	 peningkatan kualitas pendidikan                                                                     keagamaan, termasuk kualitas        3)	 peningkatan kompetensi dan                               pendidikan              profesionalisme pendidik;                                                         b.	 Meningkatkan produktivitas dan daya        4)	 penguatan kualitas penilaian hasil                 saing, melalui Pendidikan dan pelatihan              belajar siswa, terutama melalui                  vokasi berbasis kerjasama industri,              penguatan peran pendidik dalam                   mencakup:    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN                                                    11
PENDAHULUAN        1)	 Peningkatan peran dan kerja sama                vokasi sistem ganda (dual TVET            industri/swasta dalam pendidikan              system) yang menekankan pada            dan pelatihan vokasi, meliputi                penguasaan keterampilan berbasis            pengembangan sistem insentif/                 praktik dan magang di industri;            regulasi untuk mendorong peran                perluasan penerapan teaching factory/            industri/swasta dalam pendidikan              teaching industry berkualitas sebagai            dan pelatihan vokasi; peningkatan             salah satu sistem pembelajaran            peran daerah dalam koordinasi                 standar industri; revitalisasi dan            intensif dengan industri/swasta               peningkatan kualitas sarana dan            untuk pengembangan pendidikan                 prasarana pembelajaran dan praktek            dan pelatihan vokasi di wilayahnya;           kerja pendidikan dan pelatihan            dan pemetaan kebutuhan keahlian               vokasi sesuai standar; peningkatan            termasuk penguatan informasi pasar            kerja sama pemanfaatan fasilitas            kerja;                                        praktik kerja di industri, termasuk                                                          unit produksi/ teaching factory/      2)	 Reformasi penyelenggaraan                       teaching industry; penguatan pelatihan            pendidikan dan pelatihan vokasi,              kecakapan kerja dan kewirausahaan            meliputi penguatan pembelajaran               di sekolah, madrasah, dan pesantren;            inovatif dengan penyelarasan program          peningkatan fasilitasi dan kualitas            studi/bidang keahlian mendukung               pemagangan; dan penyusunan            pengembangan sektor unggulan                  strategi penempatan lulusan;            dan kebutuhan industri/swasta;            penyelarasan kurikulum dan pola         Seluruh substansi inti program aksi bidang            pembelajaran sesuai kebutuhan           pendidikan itu harus dilakukan dan            industri; penguatan pembelajaran        diwujudkan oleh Kementerian Pendidikan            untuk penguasaan karakter kerja,        dan Kebudayaan melalui Rencana Strategis            softskills dan bahasa asing; penguatan  Tahun 2020-2024.            pelaksanaan pendidikan dan pelatihan    6.	 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun       2020-2024 (Permendikbud No. 22 Tahun 2020)    Arah kebijakan dan strategi pendidikan dan        pembelajaran berkualitas, dan mutu pendidikan  kebudayaan pada kurun waktu 2020-2024             yang merata baik secara geografis maupun  dalam rangka mendukung pencapaian 9               status sosial ekonomi. Selain itu, fokus  (sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan           pembangunan pendidikan dan pemajuan  (Nawacita Kedua) dan tujuan Kemendikbud           kebudayaan diarahkan pada pemantapan  melalui Kebijakan Merdeka Belajar yang            budaya dan karakter bangsa melalui perbaikan  bercita-cita menghadirkan pendidikan              pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan  bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia,       pendidikan serta pengembangan kesadaran  yang dicirikan oleh angka partisipasi yang        akan pentingnya pelestarian nilai-nilai luhur  tinggi di seluruh jenjang pendidikan, hasil    12
PENDAHULUAN    budaya bangsa dan penyerapan nilai baru dari     Murid adalah pemimpin pembelajaran dalam  kebudayaan global secara positif dan produktif.  arti merekalah yang membuat kegiatan                                                   belajar mengajar bermakna, sehingga  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan            pembelajaran akan disesuaikan dengan  mendukung Visi dan Misi Presiden untuk           tingkatan kemampuan siswa dan didukung  mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat,        dengan berbagai teknologi yang memberikan  mandiri, dan berkepribadian melalui              pendekatan personal bagi kemajuan  terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar      pembelajaran tiap siswa, tanpa mengabaikan  kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa      pentingnya aspek sosialisasi dan bekerja dalam  kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,           kelompok untuk memupuk solidaritas sosial  bergotong royong, dan berkebinekaan global.      dan keterampilan lunak (soft skills). Dengan                                                   menekankan sentralitas pembelajaran siswa,  Kurikulum yang berlaku di Indonesia sering       kurikulum yang terbentuk oleh Kebijakan  dipandang kaku dan terfokus pada konten.         Merdeka Belajar akan berkarakteristik fleksibel,  Tidak banyak kesempatan tersedia untuk           berdasarkan kompetensi, berfokus pada  betul-betul memahami materi dan berefleksi       pengembangan karakter dan keterampilan  terhadap pembelajaran. Isi kurikulum juga        lunak, dan akomodatif terhadap kebutuhan  dianggap terlalu teoritis, sulit bagi guru       DU/DI.  untuk menerjemahkannya secara praktis dan  operasional dalam materi pembelajaran dan        Sesuai dengan arah kebijakan dan penugasan  aktivitas kelas. Salah satu perubahan yang       secara khusus, selanjutnya Badan Standar,  diusung dalam kebijakan Merdeka Belajar          Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan  adalah terjadi pada kategori kurikulum. Dalam    menjabarkan aspek yang berkenaan dengan  hal pedagogi, Kebijakan Merdeka Belajar          pengembangan dan pelaksanaan kurikulum  akan meninggalkan pendekatan standarisasi        dengan memperhatikan ketercapaian  menuju pendekatan heterogen yang lebih           kompetensi peserta didik pada satuan  paripurna memampukan guru dan murid              pendidikan dalam kondisi khusus yang  menjelajahi khasanah pengetahuan yang terus      menyebabkan belum mampu mengatasi  berkembang.                                      ketertinggalan pembelajaran (learning loss)                                                   sehingga kepmendikbud nomor 719 tahun                                                   2020 perlu disempurnakan.    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  13
02  Krisis      Pembelajaran    Dunia saat ini tengah berjuang untuk           pembelajaran pada era pandemi muncul  memulihkan kondisi pembelajaran. Banyak        dikarenakan peserta didik tidak mempunyai  upaya dan intervensi dikeluarkan oleh masing-  akses terhadap: (1) perangkat digital; (2) guru  masing negara guna mengejar ketertinggalan     adaptif dan berkemampuan IT yang mencukupi;  akibat penutupan sekolah dan pembelajaran      (3) kondisi finansial; dan (3) orangtua yang aktif  online. Pemerintah Indonesia juga berupaya     memberikan dukungan (The SMERU Research  menjalankan beberapa kebijakan untuk           Institute, 2020).  menanggulangi potensi ketertinggalan  pembelajaran (learning loss) dan ketimpangan   Indonesia bukan hanya berjuang dalam  pembelajaran (learning gap) selama pandemi.    menghadapi learning loss dan learning gap                                                 akibat pandemi. Sebelum pandemi, Pemerintah  Ketertinggalan pembelajaran mempunyai          masih juga mendapat tantangan dalam  indikasi di antaranya ketika peserta didik     kaitannya dengan hasil pembelajaran. Oleh  kesulitan untuk memahami kompetensi yang       karenanya, Bab ini akan menjelaskan tentangan  dipelajari sebelumnya, juga ketika mereka      krisis pembelajaran yang berkepanjangan dan  tidak mampu menuntaskan pembelajaran           diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.  di jenjang kelas, atau ketika peserta didik    Selain itu, bab ini juga membahas beberapa  mempunyai kompleksitas permasalahan            tantangan dan rancangan implementasi  karena tidak mampu menguasai pembelajaran      kurikulum 2013 untuk memulihkan  di setiap jenjang. Adapun ketimpangan          pembelajaran.    A.	 Pra pandemi                                masih menunjukkan ada banyak ruang untuk                                                 pengembangan. Gambar 2.1 memperlihatkan  Dalam konteks global, hasil pembelajaran       tren nilai tes PISA dan peringkat Indonesia dari  tingkat pendidikan dasar dan menengah masih    tahun 2000 sampai 2018.  belum menggembirakan. Hasil yang dicapai  oleh peserta didik Indonesia dalam tes PISA                                                         Gambar 2.2. Tren Nilai dan Peringkat PISA Indonesia                                                                                                            Sumber: OECD, 2019    14
KRISIS PEMBELAJARAN    Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1,        OECD sebesar 139 poin pada tahun 2000.  Indonesia menduduki peringkat yang rendah       Selisih nilai itu berkurang menjadi 115 poin pada  dalam hasil tes PISA tahun 2018. Untuk bidang   tahun 2018. Harus diakui masih banyak yang  matematika, misalnya, Indonesia berperingkat    dapat dilakukan untuk meningkatkan peringkat  72 dari 78 negara yang berpartisipasi dalam     dan nilai Indonesia.  PISA. Hasil yang kurang lebih sama ditunjukkan  untuk tes sains dan membaca. Nilai tes PISA     Berkenaan dengan hasil non-akademik, seperti  Indonesia juga memperlihatkan tren stagnan.     pendidikan sikap dan perilaku, data yang  Tidak ada lonjakan peningkatan nilai selama     dimiliki Kemendikbudristek juga menunjukkan  periode 18 tahun. Namun demikian, selisih       perlunya perbaikan. Dalam hal perundungan  nilai peserta didik Indonesia dengan rerata     (bullying) dan kerangka pikir kemajuan (growth  nilai peserta didik negara-negara maju yang     mindset), Gambar 2.2 menunjukkan hasil survei  terhimpun dalam OECD menunjukkan tren           terhadap peserta didik Indonesia dibandingkan  pengurangan untuk semua bidang yang             dengan rata-rata peserta didik negara-negara  diujikan. Contohnya, selisih nilai matematika   OECD.  peserta didik Indonesia dengan negara-negara    Gambar 2.3. Perundungan dan Kerangka Pikir Kemajuan Peserta Didik                                                    Sumber: OECD, 2019    Seperti terlihat pada Gambar 2.2, 41% peserta   Gambar 2.2 juga menunjukkan bahwa hanya  didik Indonesia melaporkan mengalami            29% peserta didik Indonesia tidak menyetujui  perundungan beberapa kali dalam satu            pernyataan bahwa “kepandaian tidak dapat  bulan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan      diubah terlalu banyak”, jauh di bawah rata-  dengan angka rata-rata negara OECD sebesar      rata negara OECD sebesar 63%. Ini bermakna  23%. Peserta didik yang sering mengalami        peserta didik Indonesia memiliki kerangka pikir  perundungan mencapai nilai membaca 21 poin      kemajuan rendah, karena mereka tidak melihat  lebih rendah. Mereka juga merasa sedih, takut,  perlunya memajukan diri mereka dalam segi  dan tidak puas dengan kehidupan mereka.         akademis. Peserta didik yang memiliki kerangka  Peserta didik seperti ini lebih mungkin untuk   pikir kemajuan memiliki nilai membaca 32  absen sekolah.                                  poin lebih tinggi, tidak takut pada kegagalan,    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN              15
KRISIS PEMBELAJARAN    lebih termotivasi dan ambisius, serta lebih    pendidikan dasar. Namun data berbagai  menganggap pendidikan penting.                 survei nasional dan internasional, serta trend                                                 skor Ujian Nasional mengindikasikan bahwa  Dalam konteks nasional, hasil tes Asesmen      dalam 15-20 tahun terakhir, hasil belajar  Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI)              tidak mengalami peningkatan. Gambar 2.3  menggambarkan rendahnya kompetensi dasar       menunjukkan persebaran skor AKSI yang  dan ketimpangan yang tinggi. Indonesia telah   diselenggarakan pada tahun 2019 yang  berhasil meningkatkan secara signifikan akses  menunjukkan adanya ketimpangan besar antar  (angka partisipasi), terutama pada jenjang     daerah dalam hasil belajar siswa.                         Gambar 2.4. Persebaran skor AKSI tahun 2019                                                 Sumber: Kemdikbud 2019    Dalam konteks pendidikan kejuruan, indikator   dilihat pada gambar 2.4 yang menunjukkan  krisis pembelajaran dapat ditunjukkan dengan   hasil yang tidak sesuai dengan tujuan  kurangnya keterserapan lulusan SMK di dunia    didirikannya SMK yaitu mengutamakan  kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)      penyiapan siswa untuk memasuki lapangan  untuk lulusan SMK masih tertinggi dengan       kerja serta mengembangkan sikap profesional.  persentase sebesar 8,49% sebagaimana dapat    16
KRISIS PEMBELAJARAN    Gambar 2.5. Gambar 2.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan                                                           Sumber: BPS 2020    B.	 Pandemi                                     yang terjadi pada 3.391 siswa SD dari 7 Kab/                                                  Kota di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020  Awal tahun 2020, seluruh dunia tidak            dan April 2021 sebagai sampel yang diteliti  terkecuali Indonesia mengalami bencana          oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen  dengan kehadiran Pandemi COVID-19. Hal          Pendidikan (BSKAP) pada tahun 2021.  ini memperparah krisis pembelajaran yang  memang sebelumnya sudah terjadi di Indonesia    Gambar 2.6. Indikasi Kehilangan Pembelajaran  sebagaimana dijelaskan pada bagian A.  Selama 2 tahun Pandemi COVID-19, telah          Sumber: Kemdikbud Ristek 2021  terjadi peningkatan kehilangan pembelajaran  (loss learning) yang signifikan ditinjau dari  pencapaian kompetensi literasi dan numerasi  siswa. Riset menunjukkan sebelum Pandemi  COVID-19, kemajuan belajar selama 1 tahun  (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk  literasi dan 78 poin untuk numerasi. Sedangkan  saat Pandemi COVID-19, kemajuan belajar  selama kelas 1 berkurang secara signifikan.  Untuk literasi, kehilangan pembelajaran siswa  setara dengan 6 bulan belajar. Sedangkan  untuk numerasi, kehilangan pembelajaran    siswa setara dengan 5 bulan belajar. Gambar  2.5 mendeskripsikan kehilangan pembelajaran    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN                                        17
KRISIS PEMBELAJARAN    C.	 Respon Pemerintah Terhadap Pandemi: Kebijakan Tiga      Kurikulum yang Sudah Diterapkan (Berdasarkan Kepmen      Darurat)    Pada akhir Agustus dimana Pandemi             darurat yang merupakan penyederhanaan  COVID-19 sedang berlangsung, Pemerintah       dari kurikulum 2013 yang dikembangkan oleh  mengeluarkan kebijakan dalam rangka           pemerintah, atau satuan pendidikan melakukan  melakukan mitigasi kehilangan pembelajaran    penyederhanaan kurikulum 2013 secara  akibat Pandemi COVID-19 dengan memberikan     mandiri.  pilihan kepada sekolah untuk menggunakan  kurikulum yang disederhanakan (kurikulum      Berdasarkan survei pembelajaran di masa  darurat) agar dapat berfokus pada penguatan   pandemi jenjang pendidikan dasar dan  karakter dan kompetensi mendasar. Di samping  menengah yang dilakukan oleh BSKAP pada  itu, pemerintah juga menyediakan modul        Juli 2021, terdapat 59,2% satuan pendidikan  literasi dan numerasi untuk membantu guru     yang tetap menggunakan kurikulum 2013  menerapkan kurikulum. Juga tersedia modul     secara penuh, 31,5% satuan pendidikan  untuk orang tua yang dapat digunakan di       menggunakan kurikulum darurat, dan 8,9%  rumah.                                        satuan pendidikan melakukan penyederhanaan                                                kurikulum 2013 secara mandiri, serta ada  Kebijakan ini dituangkan dalam Keputusan      sekitar 0,4% satuan pendidikan menggunakan  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor       kurikulum lainnya. Gambar 2.6 menunjukkan  719/P/2020 yang intinya memberikan            persentase satuan pendidikan berdasarkan  keleluasaan kepada satuan pendidikan          kebijakan dari Kepmendikbud Nomor  untuk mengimplementasikan kurikulum 2013      719/P/2020.  secara penuh, menggunakan kurikulum                                            Gambar 2.7. Implementasi Kurikulum di masa Pandemi COVID-19                                                                                             Sumber: Kemdikbud Ristek 2021    18
KRISIS PEMBELAJARAN    D.	 Hasilnya Kurikulum Darurat itu Baik    Berdasarkan implementasi kurikulum di masa        Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke  Pandemi COVID-19, diperoleh fakta bahwa           proyeksi kehilangan pembelajaran numerasi  siswa pengguna kurikulum darurat mendapat         dan literasi, penggunaan kurikulum darurat  capaian belajar yang lebih baik daripada          dapat mengurangi dampak pandemi sebesar  siswa yang menggunakan Kurikulum 2013             73% (literasi) dan 86% (numerasi), sebagaimana  secara penuh, terlepas dari latar belakang        diilustrasikan pada Gambar 2.8.  sosio-ekonominya. Survei yang dilakukan  pada 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah     Gambar 2.9. Proyeksi dampak pandemi pada pengguna  di 20 kab/kota dari 8 provinsi selama kurun       Kurikulum 2013 dan kurikulum darurat  waktu bulan April-Mei 2021 menunjukkan  perbedaan hasil belajar yang signifikan antara    Sumber: Kemdikbud Ristek 2021  Kurikulum 2013 dan kurikulum darurat. Selisih  skor literasi dan numerasinya setara dengan  4 bulan pembelajaran. Pada skor numerasi,  siswa pengguna Kurikulum 2013 memperoleh  skor 482 dibanding siswa pengguna kurikulum  darurat dengan skor 517. Sementara skor literasi  siswa pengguna Kurikulum 2013 memperoleh  skor 532 dibanding siswa pengguna kurikulum  darurat dengan skor 570.    Gambar 2.8. Selisih Skor Literasi dan Numerasi Pengguna  19  Kurikulum 2013 dan kurikulum darurat    Sumber: Kemdikbud Ristek 2021    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN
KRISIS PEMBELAJARAN    E.	 Learning Loss di Berbagai Negara    Fenomena learning loss bukan hanya terjadi     (sebelum atau setelah jam normal sekolah).  di Indonesia. Hampir seluruh negara di dunia   Lalu negara-negara seperti India, Oman,  merasakan penderitaan akibat penutupan         Laos, Vietnam, Nicaragua lebih memfokuskan  sekolah karena pandemi (Engzell, Frey,         kebijakan pada pada pengenalan dan  and Verghan, 2021; Jonson et al., 2014).       pengefektifan program hybrid learning.  Untuk mengejar ketertinggalan, tiap-tiap       Ada juga negara-negara yang fokus pada  negara membuat kebijakan untuk merespon        pemenuhan pembelajaran pada peserta didik  krisis Covid-19. Tentu setiap negara dapat     yang membutuhkan perhatian lebih seperti di  menyesuaikan kebijakan nya masing-             Afganistan memberikan fokus penanganan  masing. Namun kebijakan yang diambil harus     pada peserta didik yang berada di daerah  berdasarkan data dan kebutuhan, karena jika    terpencil, di Bangladesh memberikan program  pemerintah salah mengambil kebijakan maka      khusus pada siswa dari keluarga yang kurang  malapetaka pendidikan akibat Covid-19 menjadi  mampu, Nepal pada peserta didik perempuan,  ancaman nyata (UNESCO, 2021) .                 Iran pada peserta didik di daerah pengungsian,                                                 dan Portugal dan China memberikan program  Dari laporan UNESCO (2021) ada beberapa        khusus pada sekolah-sekolah yang secara  kebijakan yang diambil oleh tiap-tiap negara   geografis memerlukan penanganan khusus.  diantaranya: Di Argentina, Gabon, Angola,  Armenia, Jepang, Canada, dan Portugal          Sementara di Indonesia pemerintah telah  memfokuskan pada pemberian support             melakukan beberapa kebijakan seperti  kesehatan dan mental pada guru dan peserta     penyederhanaan kurikulum, penyempurnaan  didik. Sementara negara-negara seperti         kurikulum baru, dan pemberian kebebasan  Tajikistan, Jordan, Rwanda, Italia, Papua New  dan keleluasaan kepada tingkat satuan  Guinea, dan Italia lebih menekankan pada       pendidikan untuk menggunakan kurikulum  penyesuaian pada kalender sekolah dan          yang dianggap sesuai dengan keperluan  adaptasi kurikulum yang ditujukan untuk        masing-masing tingkat satuan pendidikan.  pemulihan pembelajaran pasca pandemi.          Pemerintah juga memberikan kebijakan untuk  Kemudian negara-negara seperti Hungaria,       memberikan pelatihan dan pendampingan  Belanda, Uni Emirat Arab, Rumania, Palestina,  guru/kepala sekolah, dan penyediaan buku  dan Kamboja lebih memfokuskan pada             teks pelajaran dan perangkat ajar digital.  kebijakan remedial dan pengajaran (catch-up)   Terakhir, pemerintah juga memberikan opsi bagi  program untuk mengganti proses pembelajaran    satuan pembelajaran untuk menggunakan opsi  yang tidak sempat dilaksanakan selama          kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah  pandemi, dengan menambah jam pelajaran         (Paparan Mendikbudristek, 2021).    20
KRISIS PEMBELAJARAN    F.	 Evaluasi K13                                 Kurikulum di banyak negara, menurut kajian                                                   Pritchett dan Beatty (2015), dirancang terlalu  Dibutuhkan Kurikulum yang Sederhana              ambisius, berorientasi pada standar yang tinggi,                                                   namun tidak cukup memberikan kesempatan  Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan            kepada siswa untuk benar-benar memahami  Kementerian dan Kebudayaan di beberapa           materi yang diajarkan. Pritchett dan Beatty  daerah di tanah air, ditemukan bahwa beban       menggunakan data PISA sebagai landasan  pelajaran yang harus siswa tanggung terlalu      untuk berargumen bahwa tingginya proporsi  banyak (Puskurbuk, 2019). Lebih lanjut,          siswa Indonesia serta negara berkembang  hasil paparan evaluasi pengimplementasian        lainnya yang tidak dapat mencapai standar  Kurikulum 2013 menemukan bahwa adanya            minimum menunjukkan bahwa masalah  kekeliruan pemahaman guru tentang konsep         kurikulum ini bukan masalah yang dihadapi  mastery learning. Kebanyakan guru masih          sebagian kecil siswa, tetapi masalah mayoritas  beranggapan bahwa mastery learning adalah        siswa.  menuntaskan seluruh materi pembelajaran,  sehingga malah mengesampingkan                   Oleh karena itu, perubahan yang perlu  pemahaman siswa; sementara yang diharapkan       dilakukan adalah perubahan sistemik, bukan  Kurikulum 2013 adalah ketuntasan pemahaman       hanya intervensi di sekolah atau wilayah  siswa (Balitbang Kemdikbud, 2019). Akibatnya,    tertentu saja. Peserta didik diharapkan untuk  peserta didik dan orang tua mengeluhkan          dapat mempelajari materi-materi yang esensial  beban pelajaran yang begitu berat. Terutama di   sehingga dapat mengejar ketertinggalan  saat ujian, siswa SD harus memahami pelajaran    akibat penutupan sekolah dan pembelajaran  IPS, IPA, Matematika untuk satu ujian saja       online. Untuk mengejar learning loss, kualitas  (Maharani, 2014). Demikian pula pada peserta     pembelajaran lebih diutamakan ketimbang  didik PAUD yang meskipun pada K-13 tidak         kuantitasnya.  menjadikan kemampuan baca tulis sebagai  syarat kelulusan, ternyata ketika masuk pada     Dibutuhkan Kurikulum yang Mudah  jenjang SD, siswa secara alamiah harus dapat     diimplementasikan  membaca karena isi dari materi SD sudah  cukup tinggi.                                    Kajian Puskurbuk (2019) menemukan                                                   pada umumnya, guru di Indonesia masih  Bukan hanya itu, beban pelajaran bagi siswa      terkonsentrasi pada penyiapan dokumen yang  dapat dilihat secara kasat mata, sebagai contoh  bersifat administratif. Bahkan, pada penelitian  banyaknya buku pelajaran yang harus dibawa       kualitatif pada satu sekolah di Magelang,  oleh siswa (terutama siswa SD) setiap harinya    Khurotulaeni (2019) menemukan bahwa  (Telaumbanua, 2014). Di SMK beban belajar        kebanyakan guru tidak termotivasi untuk  siswa bertambah dari 46 jam menjadi 50 jam       membuat RPP, karena bagi mereka aksi di kelas  belajar dalam seminggu (Djaelani, Pratiknto,     lebih penting daripada pembuatan naskah  & Setiawan, 2019) sehingga alih-alih satuan      berlembar-lembar yang rumit dan komplek.  pendidikan fokus pada penyaluran pada dunia      Horn dan Banerjee (2009) mengkritisi praktek  usaha dan industri, SMK malah terjebak pada      guru di negara berkembang yang terkesan  pemenuhan kurikulum.    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  21
KRISIS PEMBELAJARAN    mengejar pemenuhan kebutuhan administrasi        keleluasaan sekolah untuk mengadaptasi  pengajaran dan mengesampingkan pengajaran        pola keberagaman tujuan dan hasil akhir dari  siswa yang sebenarnya membutuhkan                pembelajaran. Hal ini dikarenakan pemerintah  persiapan yang lebih tinggi.                     telah memberikan paket komplit silabus yang                                                   telah selesai untuk guru adopsi di sekolah.  RPP menurut Astuti, Haryanto, dan Prihatni  (2018) adalah rencana kegiatan pembelajaran      Menurut Ornstein dan Hunkins di Poedjiastuti  untuk satu pertemuan atau lebih yang             (2018) salah satu alasan mengapa guru merasa  dikembangkan dari silabus sebagai panduan        keberatan dalam menerapkan perubahan  untuk mencapai kompetensi dasar (KD). Lebih      pendekatan, metodologi, dan cara evaluasi  lanjut, Astuti, Haryanto, dan Prihatni (2018)    siswa salah satunya dikarenakan guru tidak  menekankan bahwa guru harus membuat RPP          merasa memiliki kurikulum tersebut. Kurikulum  secara menarik, inspiratif, dan menyenangkan     2013 tidak memberikan fleksibilitas kepada  sehingga menimbulkan tantangan dan               guru untuk mengembangkan kreativitas  kreativitas siswa. Namun sayangnya, guru         dan inovasi. Hal ini dikarenakan kurikulum  belum berhasil membuat RPP yang menarik          mewajibkan guru untuk menyusun administrasi  dan inspiratif seperti yang diharapkan karena    kelengkapan mengajar yang sangat kompleks.  bagian-bagian RPP yang terlalu kompleks,         Demikian pula pada kasus guru SMK, adanya  sehingga menguras tenaga guru untuk hanya        silabus yang terpusat mengurangi kreatifitas  terfokus pada urusan administrasi RPP (Ahmad,    guru untuk memilih pendekatan pembelajaran  2014, Krissandi & Rusmawan, 2015).               yang lebih kreatif, bermakna, dan kontekstual                                                   (Djaelani, Pratikno, & Setiawan, 2019).  Untuk mengejar ketertinggalan akibat  pandemi, guru dan satuan pendidikan tidak        Bukan hanya itu, implementasi K-13 yang  boleh dibebani dengan administrasi yang          memberikan paket komplit dengan silabus  memberatkan. Oleh karena itu, dibutuhkan         dalam perjalanannya mendapatkan kritik dari  upaya agar guru dan satuan pendidikan dapat      banyak pihak (Sakhiya, 2013 dalam Ahmad,  lebih leluasa dalam mengajar secara efektif dan  2014). Hal ini dikarenakan tidak semua sekolah  inovatif.                                        dapat menerapkan silabus yang sama antara                                                   satu dengan yang lain. Mungkin pada satu  Dibutuhkan Kurikulum 2013 yang                   sekolah, dapat menerapkan silabus yang dibuat  Decentralized dan Fleksibel                      oleh pemerintah, namun belum tentu bagi                                                   sekolah lain. Karena konteks sekolah di desa  Kurikulum diharapkan dapat memberikan            tidak sama dengan konteks sekolah di kota.  kebebasan bagi sekolah untuk dapat               Demikian pula konteks sekolah swasta tidak  menyesuaikan tujuan pembelajaran                 akan sama dengan sekolah negeri. Ahmad  terhadap kebutuhan di sekitar tempat siswa       (2014) mengibaratkan pembuatan silabus oleh  belajar (Okoth, 2016 dalam Poedjiastuti, et      pemerintah seperti membuat satu pakaian  al., 2018). Namun, K-13 tidak memberikan    22
KRISIS PEMBELAJARAN    dengan satu ukuran yang sama (one size fits       Salah satu kata kunci pada kurikulum alternatif  all), tentu tidak akan bisa dipakai oleh semua    nantinya adalah fleksibilitas. Ki Hadjar  orang. Oleh karenanya, penyederhanaan             Dewantara (1928) menekankan bahwa manusia  kurikulum diharapkan memberikan fleksibilitas     merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir  kepada sekolah untuk dapat mengembangkan          atau batin tidak tergantung kepada orang  silabus dari kerangka kurikulum yang telah        lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan  ditetapkan. Pemerintah boleh saja untuk           sendiri. Lebih lanjut, KHD berpendapat bahwa  kemudian membuat beberapa contoh silabus          maksud pengajaran dan pendidikan yang  rujukan sebagai bahan referensi guru, namun       berguna untuk perikehidupan bersama ialah  bukan untuk sebagai penyeragaman silabus.         memerdekakan manusia sebagai bagian dari  Fleksibilitas pembuatan silabus tentunya lebih    persatuan rakyat (Ki Hadjar Dewantara, 1928).  memberikan penghormatan kepada guru,  karena selama ini kebijakan silabus terpusat         Dalam pidatonya pada kongres PPPKI  mendapatkan kritik seolah pemerintah tidak           ke-1 di Surabaya pada tanggal 31 Agustus  mempercayai guru dalam pembuatan silabus             1928 KHD menegaskan bahwa pengaruh  (Ahmad, 2014). Dari paparan di atas dalam            pengajaran itu umumnya memerdekakan  mengadaptasi situasi pandemi, K-13 dirasa            manusia atas hidupnya secara lahir, dan  kurang mampu memberikan fleksibilitas                memerdekakan hidupnya secara batin.  kepada guru dan satuan pendidikan untuk              Tentu dengan memberikan kurikulum  menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran             yang dapat disesuaikan dengan kekhasan  pada dan pasca pandemi.                              tingkat satuan pendidikan dan peserta                                                       didik, akan memberikan kemerdekaan  Kurikulum hendaknya juga dapat                       bagi tiap-tiap satuan pendidikan dengan  mengakomodasi kompetensi lulusan pada                segala keragamannya.  pendidikan khusus untuk setiap jenjangnya.  Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus         Jika diibaratkan dengan filosofi petani dan  (ABK) tidak dapat disamakan dengan peserta        pendidik versi Ki Hajar Dewantara (KHD),  didik pada umumnya. Mengingat kekhasan            tugas seorang guru adalah ibarat menanam  peserta didik yang berkebutuhan khusus,           jagung. Jagung hanya akan dapat tumbuh  maka kurikukulum harus dapat secara               dengan selalu memperbaiki tingkat kesuburan  fleksibel menyesuaikan dengan tingkat             tanah, memelihara tanaman, memberi pupuk  ketercapaian peserta didik. Dalam artian tingkat  dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur  ketercapaian pada peserta didik umum tidak        yang mengganggu hidup tanaman dan lain  dapat disamakan dengan tingkat ketercapaian       sebagainya (KI Hadjar Dewantara, 2009). Tentu  peserta didik berkebutuhan khusus. Salah satu     tingkat pertumbuhan jagung akan berbeda dari  contoh misalnya pada standar kelulusan perlu      tiap-tiap kekhasan tanah. Karena tanah yang  penambahan frasa disesuaikan dengan tingkat       berada di dataran tinggi akan berbeda dengan  ketercapaian pada masing-masing peserta           kontur tanah di dataran rendah. Tentu petani  didik.                                            lebih mengetahui bagaimana merawat jagung                                                    yang disesuaikan dengan kondisi kekhasan    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  23
KRISIS PEMBELAJARAN    tanah dan lingkungannya. Begitu juga guru         terdapat beberapa hambatan lain yang belum  pada tingkat satuan pendidikan, mereka lebih      terakomodasi oleh implementasi kurikulum  mengetahui kekhasan peserta didik dan satuan      darurat, antara lain: (1) Pengaturan jam belajar  pendidikannya.                                    menggunakan satuan minggu (per minggu)                                                    tidak memberikan keleluasaan kepada satuan  Berkaca pada hasil implementasi kurikulum         pendidikan untuk mengatur pelaksanaan mata  pada masa Pandemi COVID-19, maka dapat            pelajaran dan menyusun kalender pendidikan;  disimpulkan bahwa terdapat kelemahan              (2) Pendekatan tematik ( jenjang PAUD dan SD)  yang menjadi fokus evaluasi pada Kurikulum        dan mata pelajaran ( jenjang SMP, SMA, SMK,  2013, antara lain kompetensi yang ditetapkan      Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya  dalam Kurikulum 2013 terlalu luas, sehingga       pendekatan dalam Kurikulum 2013 tanpa ada  sulit dipahami dan diimplementasikan oleh         pilihan pendekatan lain; (3) Mata pelajaran  guru. Selain itu, kurikulum yang dirumuskan       informatika bersifat pilihan, padahal kompetensi  secara nasional sulit disesuaikan dengan          teknologi merupakan salah satu kompetensi  situasi dan kebutuhan satuan pendidikan,          penting yang perlu dimiliki oleh peserta didik  daerah, dan peserta didik, karena materi          pada abad 21; dan (4) Struktur kurikulum pada  wajib yang sudah sangat padat dan struktur        jenjang SMA kurang memberikan keleluasaan  yang detail dan mengunci. Sehingga tidak          bagi siswa untuk memilih selain peminatan  memberikan keleluasaan kepada guru dan            IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi peminatan juga  satuan pendidikan untuk menyesuaikan dengan       dipersepsi hierarkis dan tidak adil bagi yang  kekhasan daerahnya.                               berminat IPS dan Bahasa.    Di samping itu, berdasarkan hasil evaluasi yang  telah dilaksanakan terhadap Kurikulum 2013,    G.	 Dibutuhkan Kurikulum Alternatif    Riset tentang learning loss selama ini dilakukan  pembuatan kebijakan agar kurikulum dapat  terhadap ketertinggalan pembelajaran akibat       beradaptasi dan fleksibel dengan mengubah  liburan panjang musim panas, bencana, atau        isi pembelajaran dan waktu pembelajaran.  iklim yang ekstrem (Engzell, Frey, and Verghan,   Sementara itu, O’Conor dan Takashi (2014)  2021; Jonson et al., 2014; Jandric & McLaren,     berpendapat bahwa penggunaan kurikulum  2021). Jonson et al. (2014) memberikan            yang lebih fleksibel dengan menyesuaikan  rekomendasi terhadap upaya pemulihan              dengan kondisi kekinian peserta didik akan  pembelajaran akibat learning loss diantaranya     dapat membantu mengejar ketertinggalan.  dengan penyesuaian terhadap kurikulum  agar dapat mengembalikan pembelajaran             Berkaca pada riset sebelumnya tentang  secara normal. Semantara itu Alvarez (2010)       learning loss dan kurikulum, Harmey dan  melakukan kajian terhadap learning loss akibat    Moss (2021) berpendapat bahwa kurikulum  bencana Katrina, mengungkapkan pentingnya         harus dibuat dengan se-fleksibel mungkin    24
KRISIS PEMBELAJARAN    sehingga dapat mengakomodir kebutuhan            monitoring dan evaluasi. UNESCO (2020)  satuan pendidikan dan peserta didik akibat       merekomendasikan beberapa kebijakan untuk  penutupan sekolah. Sementara itu, Li et al.,     learning loss diantaranya dengan memberikan  (2021) melakukan penelitian mixed methods        pengajaran yang lebih tertarget dan  pada sekolah-sekolah di China terhadap           disesuaikan dengan kebutuhan seperti dengan  evaluasi pembelajaran selama Covid-19 dan        memadatkan kurikulum, micro-teaching,  memberikan rekomendasi bahwa kurikulum           pengajaran yang berbeda/disesuaikan dengan  harus dapat diadaptasi agar tidak terlalu        karakter satuan pendidikan termasuk juga  membebani siswa dengan mengajarkan               sistem asesmen.  komponen utama, sehingga peserta didik dapat  lebih melakukan interaksi yang positif sehingga  Terkait kurikulum, pemerintah Indonesia melalui  pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi        Kemdikbudristek mengambil langkah dengan  belajar. Pada kajian yang lebih luas, Conto      memberikan opsi penggunaan kurikulum:  et al (2020) memberikan rekomendasi untuk        Kurikulum K-13 secara utuh, Kurikulum  memulihkan situasi pembelajaran adalah salah     darurat; dan Kurikulum Merdeka (Paparan  satunya dengan memprioritaskan pada pondasi      Kemdikbudristek, 2021a).  pembelajaran dan meningkatkan sistem    H.	 Kesimpulan                                   telah dilakukan oleh pemerintah tentu dapat                                                   menghapus stigma perubahan kurikulum terjadi  Penyederhanaan dan penyempurnaan                 secara mendadak. Pemberian kebebasan  kurikulum tentunya diperlukan sebagai            kepada satuan pendidikan untuk menerapkan  akibat dari learning loss dan learning           kurikulum baik itu Kurikulum K-13, Kurikulum  gap akibat pandemi, sistem pengajaran            darurat; Kurikulum yang disederhanakan secara  yang akan berubah akibat pemberlakuan            mandiri; dan Kurikulum Merdeka (Paparan  pembelajaran online, dan penyesuaian             Kemdikbudristek, 2021a), lebih memberi  dengan perkembangan situasi dan kebutuhan        keleluasaan bagi satuan pendidikan dalam  terkini. Penggunaan kurikulum yang lebih         menentukan kurikulum mana yang lebih sesuai  fleksibel dengan menyempurnakan dan              dengan kondisi dan situasi masing-masing  menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan        sekolah. Pemberian pilihan kurikulum dapat  terkini, terbukti efektif dalam mendongkrak      juga memberikan waktu kepada pemerintah  capain pembelajaran peserta didik (Paparan       dalam memberikan sosialisasi dan pelatihan  Kemendibudristek, 2021b).                        kepada guru, kepala sekolah, dan pengawas                                                   sekolah. Karena dengan pemahaman yang  Tentu dalam pelaksanaannya, implementasi         holistik tentang mengapa kurikulum dapat  kurikulum harus diiringi dengan support sistem   selalu disempurnakan untuk menyesuaikan  untuk mempermudah ketercapainnya. Adanya         dengan kondisi dan situasi, akan dapat  pilot project dalam pengimplementasian  kurikulum alternatif pada sekolah-sekolah  penggerak dan SMK pusat keunggulan yang    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  25
KRISIS PEMBELAJARAN    berpengaruh pula terhadap keberhasilan          kurikulum harus pula disempurnakan untuk  ketercapaiannya.                                dapat menyesuaikan dengan kondisi sistem                                                  dan cara pembelajaran pasca pandemi.  Plate (2012) mengungkapkan kegagalan  suatu pendidikan, salah satunya dipengaruhi     Oleh karena itu untuk menjawab beberapa  oleh kurikulum yang tidak mampu memenuhi        tantangan di atas, diperlukan kurikulum  tuntutan zaman. Oleh karenanya, kurikulum       yang: (1) Sederhana, mudah dipahami dan  harus selalu dievaluasi untuk kemudian          diimplementasikan; (2) Fokus pada kompetensi  disesuaikan dengan perkembangan ilmu            dan karakter semua peserta didik; (3) Fleksibel;  pengetahuan, kemajuan teknologi, dan tuntutan   (4) Selaras; (5) Bergotong royong; dan (6)  pasar. Termasuk learning loss akibat Covid-19,  Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik.    26
03  Rancangan      Kurikulum Merdeka    Bab ini menjelaskan kerangka berpikir            Bab ini terdiri dari 6 bagian utama. Bagian  rancangan Kurikulum Merdeka yang merupakan       pertama menjelaskan prinsip-prinsip  salah satu opsi dari empat pilihan kurikulum     perancangan Kurikulum Merdeka yang perlu  yang dapat diadopsi satuan pendidikan            disepakati oleh seluruh pihak yang terlibat  dalam rangka pemulihan pembelajaran. Bab-        dalam perancangannya. Bagian kedua  bab sebelumnya telah menjelaskan alasan          menjelaskan kerangka berpikir yang melandasi  mengapa Kurikulum Merdeka perlu dirancang,       perancangan kerangka dasar Kurikulum  utamanya karena krisis pembelajaran yang         Merdeka. Bagian ketiga dan keempat masing-  berkepanjangan dan diperparah dengan             masing tentang landasan berpikir perancangan  adanya pandemi COVID-19. Bab sebelumnya          Capaian Pembelajaran dan struktur kurikulum.  juga menjelaskan beberapa tantangan              Bagian kelima menjelaskan tentang prinsip  rancangan dan implementasi Kurikulum 2013        pembelajaran dan asesmen, dan bagian  untuk memulihkan pembelajaran. Dalam bab         keenam tentang perangkat ajar. Bab ini menjadi  ini, beberapa komparasi antara rancangan         landasan rancangan Kurikulum Merdeka yang  Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013          kebijakan dan pengaturannya dijelaskan  dilakukan untuk menjelaskan perubahan dan        dalam lampiran Ketetapan Menteri Pendidikan,  juga penguatan apa yang telah dimulai dalam      Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang  Kurikulum 2013 bahkan kurikulum nasional         pemulihan pembelajaran.  sebelumnya.    A.	 Prinsip Perancangan Kurikulum Merdeka    Prinsip perancangan (design principles)          berbagai praktik baik yang diperoleh melalui  kurikulum perlu ditetapkan sebagai pegangan      kajian literatur dan diskusi terpumpun bersama  dalam proses perancangan kurikulum. Prinsip      pakar kurikulum.  ini digunakan untuk mengambil keputusan  terkait dua hal, yaitu rancangan/desain          OECD (2020a) melakukan kajian terhadap  kurikulum yang akan dipilih dan proses kerja     proses perubahan rancangan (redesigning)  atau metode perancangan kurikulum. Dengan        kurikulum di beberapa negara dan  demikian, baik hasil (rancangan kurikulum)       mensintesiskan prinsip-prinsip perancangan  maupun prosesnya perlu memenuhi prinsip-         kurikulum yang dinilai efektif dan mendorong  prinsip perancangan Kurikulum Merdeka.           proses yang sistematis dan akuntabel. OECD  Prinsip-prinsip ini dikembangkan berdasarkan     membagi prinsip-prinsip tersebut ke dalam  visi pendidikan Indonesia, teori dan hasil       empat kelompok sesuai ruang lingkup dimana  penelitian terkait perancangan kurikulum, serta  prinsip-prinsip tersebut perlu diaplikasikan: (1)                                                   terkait dengan perancangan kurikulum atau                                                                                                        27
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    standar capaian dalam setiap disiplin ilmu, ada     Prinsip-prinsip tersebut merupakan salah satu  tiga prinsip yang perlu diperhatikan yaitu: fokus,  rujukan dalam menentukan prinsip-prinsip  keajegan, dan koherensi; (2) dalam merancang        yang digunakan sepanjang perancangan  kurikulum yang berlaku untuk seluruh disiplin       Kurikulum Merdeka. Namun demikian, landasan  ilmu, prinsip yang perlu dipenuhi adalah            utama perancangan Kurikulum Merdeka  kemampuan untuk transfer kompetensi,                adalah filosofi Merdeka Belajar yang juga  interdisipliner, dan pilihan; (3) dalam merancang   melandasi kebijakan-kebijakan pendidikan  kebijakan kurikulum di level yang lebih makro       lainnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam  prinsip yang dipegang adalah keaslian atau          Rencana Strategis Kementerian pendidikan dan  otentisitas, fleksibilitas, dan keselarasan; dan    Kebudayaan Tahun 2020-2024 (Permendikbud  (4) terkait dengan proses kerja perancangan         Nomor 22 Tahun 2020). Permendikbud  kurikulum, prinsip yang perlu dipegang adalah       tersebut mengindikasikan bahwa Merdeka  pelibatan (engagement), keberdayaan atau            Belajar mendorong perubahan paradigma,  kemerdekaan siswa, dan keberdayaan atau             termasuk paradigma terkait kurikulum dan  kemerdekaan guru.                                   pembelajaran.        Perubahan paradigma yang dituju antara lain menguatkan kemerdekaan guru sebagai      pemegang kendali dalam proses pembelajaran, melepaskan kontrol standar-standar yang      terlalu mengikat dan menuntut proses pembelajaran yang homogen di seluruh satuan      pendidikan di Indonesia, dan menguatkan student agency, yaitu hak dan kemampuan peserta      didik untuk menentukan proses pembelajarannya melalui penetapan tujuan belajarnya,      merefleksikan kemampuannya, serta mengambil langkah secara proaktif dan bertanggung      jawab untuk kesuksesan dirinya.    Dalam mendukung upaya ini, “kurikulum yang          menjadi landasan penting dalam merumuskan  terbentuk oleh Kebijakan Merdeka Belajar            prinsip perancangan kurikulum. Menurut  akan berkarakteristik fleksibel, berdasarkan        Dewantara, kemerdekaan merupakan tujuan  kompetensi, berfokus pada pengembangan              pendidikan sekaligus sebagai prinsip yang  karakter dan keterampilan lunak (soft skills),      melandasi strategi untuk mencapai tujuan  dan akomodatif terhadap kebutuhan dunia”            tersebut. Kemerdekaan sebagai tujuan  (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020, p.55).           belajar, menurut Dewantara, dicapai melalui                                                      pengembangan budi pekerti, sebagaimana  Filosofi Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh       yang ditulisnya (2013; p.25):  Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara juga        Budi pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak fikiran, perasaan dan kehendak      atau kemauan, yang lalu menimbulkan tenaga…. Dengan adanya ‘budi pekerti’ itu tiap-      tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau      menguasai diri sendiri. Inilah manusia yang beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan      dalam garis besarnya.    28
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    Tujuan tersebut memadukan kemampuan               para pendiri bangsa, maka prinsip yang  kognitif (pikiran), kecerdasan sosial-emosional   menjadi pegangan dalam proses perancangan  (perasaan), kemauan untuk belajar, bersikap,      kurikulum adalah sebagai berikut:  dan mengambil tindakan (disposisi atau afektif)  untuk melakukan perubahan. Budi Pekerti           1.	 Sederhana, mudah dipahami dan  mengarah pada pengembangan kemampuan                    diimplementasikan  untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat  (lifelong learning) yang memiliki kemampuan       2.	 Fokus pada kompetensi dan karakter  untuk mengatur diri menentukan arah belajar             semua peserta didik  mereka. Visi Ki Hajar Dewantara semakin  relevan dan semakin mendesak untuk dicapai        3.	 Fleksibel  oleh generasi muda Indonesia saat ini. Untuk      4.	 Selaras  menghasilkan kurikulum yang sejalan dengan        5.	 Bergotong royong  Tujuan Pendidikan Nasional dan visi pendidikan    6.	 Memperhatikan hasil kajian dan umpan                                                            balik    1.	 Sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan    Prinsip kerja perancangan kurikulum yang          baru semata). Dengan demikian, beberapa  pertama adalah sederhana. Maksudnya,              aspek dalam Kurikulum Merdeka sebenarnya  rancangan kurikulum perlu mudah dipahami          merupakan kelanjutan saja dari Kurikulum 2013  dan diimplementasikan. Rancangan kurikulum        atau bahkan kurikulum yang sebelumnya.  ataupun inovasi pendidikan lainnya menjadi  lebih sederhana bagi pendidik apabila             Sebagai contoh, upaya untuk menguatkan  perubahannya tidak terlalu jauh daripada yang     pengembangan kompetensi dan karakter telah  sebelumnya. Namun apabila perubahannya            dimulai bahkan sejak awal tahun 2000an,  cukup besar, dapat disederhanakan dengan          dengan adanya Kurikulum Berbasis Kompetensi  cara memberikan dukungan implementasi yang        (KBK). Tujuan dari Kurikulum Merdeka tidak  bertahap agar tingkat kesulitannya tidak terlalu  berubah, namun strateginya dikuatkan lagi,  besar untuk pendidik (Fullan, 2007; OECD          diantaranya melalui pengintegrasian model  2020a).                                           pembelajaran melalui projek ke dalam struktur                                                    kurikulum. Dengan masuknya pembelajaran  Berikut adalah poin-poin utama yang               projek dalam struktur kurikulum, kegiatan  diperhatikan dengan merujuk pada prinsip ini:     yang berorientasi pada kompetensi umum                                                    (general competencies, transversal skills) dan  Melanjutkan kebijakan dan praktik baik yang       pengembangan karakter ditempatkan sebagai  telah diatur sebelumnya. Perubahan sedapat        bagian dari proses pembelajaran yang wajib  mungkin hanya ditujukan untuk hal-hal yang        dilakukan seluruh peserta didik.  sememangnya dinilai perlu diubah. Artinya,  perubahan tidak dilakukan sekadar untuk           Kebijakan lain yang telah diinisiasi oleh  membedakan dari rancangan sebelumnya              kurikulum-kurikulum sebelumnya pun  (misalnya atas alasan memberikan warna            diteruskan dan dikuatkan dalam Kurikulum    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  29
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    Merdeka. Diantaranya adalah penguatan               perubahan kebijakan, kadang penolakan  literasi dasar di PAUD dan SD kelas awal.           terhadap kebijakan tersebut terjadi karena  Kebijakan ini diteruskan, dan beberapa masalah      guru tidak memahami arah perubahannya  pembelajaran literasi dini (early literacy) dicoba  atau menganggapnya terlalu sulit untuk  untuk diatasi melalui penguatan kegiatan            diimplementasikan dalam konteks mereka.  bermain-belajar berbasis buku bacaan anak.          Oleh karena itu, konteks dan situasi di mana  Selain itu kebijakan yang dikuatkan terus           kurikulum tersebut akan diimplementasikan  adalah penguatan literasi teknologi, literasi       adalah informasi yang sangat berharga bagi  finansial, kesadaran kondisi lingkungan,            perancang kurikulum.  penguatan pembelajaran sesuai minat, bakat,  dan aspirasi di jenjang SMA, serta penguatan        Beragam dukungan dan bantuan untuk  pelajaran Bahasa Inggris di jenjang SD.             mengimplementasikan kurikulum perlu                                                      disediakan, terutama ketika perubahan  Dalam kajianya tentang implementasi kurikulum       kurikulum cukup kompleks. Sebagai contoh,  baru di beberapa negara berkembang di               kurikulum operasional yang digunakan  Asia dan Afrika, Rogan (2003) menyatakan            satuan pendidikan dikuatkan kembali dalam  bahwa inovasi baru yang diperkenalkan               Kurikulum Merdeka. Kurikulum 2006 atau  sebaiknya tidak terlalu jauh dari kebijakan         Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  yang ada saat ini, masih berada dalam apa           juga menekankan pentingnya pengembangan  yang disebut Rogan sebagai “zone of feasible        kurikulum yang lebih konkrit dan operasional  innovation” atau zona di mana suatu inovasi         di setiap satuan pendidikan. Namun demikian,  masih memungkinkan untuk diterapkan.                kebijakan tersebut kemudian digantikan  Perubahan yang tidak drastis akan membantu          oleh Kurikulum 2013 berdasarkan evaluasi  memudahkan proses implementasi atau                 bahwa banyak sekolah di Indonesia kesulitan  proses belajar guru. Prinsip ini juga membantu      dalam mengembangkan kurikulum yang  perancang untuk mengidentifikasi lebih jeli         otentik (Kemendikbud, 2019). Hal ini cukup  tentang apa yang sebenarnya memang perlu            disayangkan mengingat untuk negara besar  diubah, sebelum menawarkan ide-ide baru             dan beragam seperti Indonesia, kurikulum  dalam perancangan kurikulum.                        operasional yang cenderung seragam untuk                                                      semua satuan pendidikan tidak sesuai. Bahkan  Rancangan yang logis dan jelas juga                 di banyak negara yang lebih kecil seperti  merupakan hal yang penting untuk memastikan         Finlandia dan negara-negara eropa lainnya  bahwa rancangan kurikulum cukup sederhana           pun arah kebijakannya adalah desentralisasi  untuk dipahami dengan mudah terutama                pengembangan kurikulum (OECD, 2020b;  oleh pemangku kepentingan yang utama,               UNESCO, 2017a).  yaitu guru. Fullan (2007) menyatakan bahwa  kejelasan (clarity), kompleksitas (complexity),     Oleh karena itu, ketika kurikulum operasional  dan kepraktisan (practicality) suatu inovasi        ini kembali dikuatkan dalam Kurikulum  merupakan bagian dari faktor yang menentukan        Merdeka, Pemerintah perlu memberikan  keberhasilan perubahan pendidikan.                  bantuan kepada satuan pendidikan agar  Menurutnya, meskipun guru sudah memahami            mereka dapat mengembangkannya. Bantuan ini  adanya masalah yang perlu diatasi melalui           dapat diberikan dengan memberikan beberapa    30
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    contoh-contoh produk kurikulum operasional       pendidik dan satuan pendidikan untuk dapat  dan memberikan ruang kepada seluruh sekolah      mengimplementasikannya dengan lebih mudah  untuk berbagi contoh kurikulum yang mereka       dan efektif.  kembangkan untuk menjadi inspirasi kepada  sekolah lainnya, di samping memberikan           Prinsip sederhana ini sangat penting dan  pelatihan dan pendampingan. Langkah ini lebih    melandasi banyak keputusan tentang  jauh daripada sekadar memberikan panduan         rancangan kurikulum. Namun demikian,  atau pedoman yang masih abstrak dan              perancang kurikulum tidak dapat hanya  tidak cukup sederhana untuk dipahami oleh        berbasis pada prinsip kesederhanaan  pendidik.                                        perubahan yang cenderung menarik                                                   keputusan ke arah yang lebih konservatif  Dengan demikian, prinsip perubahan yang          (mempertahankan cara lama). Pertimbangan  sederhana ini bukan berarti kurikulum            lain yang juga penting diantaranya adalah  yang dirancang harus seminimal mungkin           kesesuaian rancangan dengan tujuan utama  perbedaannya dengan kurikulum yang lalu.         pembelajaran yaitu untuk mengembangkan  Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa           kompetensi dan karakter yang termuat dalam  perubahan besar perlu dilakukan, yang perlu      profil Pelajar Pancasila.  disiapkan adalah bantuan dan dukungan bagi    2.	 Fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik    Sejalan dengan prinsip sederhana di mana         yang begitu padat membuat guru terus  kebijakan dan praktik baik dilanjutkan,          bergerak cepat menyelesaikan bab demi bab,  Kurikulum Merdeka juga melanjutkan cita-         konsep demi konsep, tanpa memperhitungkan  cita kurikulum-kurikulum sebelumnya untuk        kemampuan siswa memahami konsep yang  berfokus pada pengembangan kompetensi            telah dipelajarinya. Menurut temuan mereka,  dan karakter. Istilah “fokus” memiliki makna     hal ini bukan karena guru tidak menghiraukan  memusatkan perhatian pada materi pelajaran       kemampuan anak dalam belajar, tetapi karena  atau konten yang lebih sedikit jumlahnya         mereka dituntut untuk menuntaskan materi ajar.  agar pembelajaran dapat lebih mendalam  dan lebih berkualitas (OECD, 2020a). Prinsip     Mengurangi materi atau konten kurikulum  ini menjadi penting karena di banyak negara      merupakan arah reformasi kurikulum di banyak  berkembang masalah pembelajaran umumnya          negara. Faktor pendorongnya sama, yaitu  terjadi karena kurikulum yang terlalu ambisius,  padatnya kurikulum yang berdampak pada  yaitu kurikulum yang padat akan materi-          rendahnya kompetensi dan kesejahteraan  materi pelajaran sehingga harus diajarkan        diri (wellbeing) peserta didik (OECD, 2020b).  dengan cepat (“too much, too fast”). Kajian      Alasan utama terjadinya kurikulum yang  yang dilakukan Pritchett dan Beatty (2015)       semakin lama semakin padat adalah tuntutan  menunjukkan bahwa di beberapa negara             terhadap kurikulum untuk menyesuaikan  berkembang seperti Indonesia, materi pelajaran   dengan perkembangan zaman dan tantangan                                                   yang semakin kompleks. Seringkali isu-isu    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN      31
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    kontemporer seperti perkembangan teknologi       mengajarkan konsep dan/atau keterampilan  digital, pemanasan global dan kerusakan          sesuai dengan kemampuan mereka saat itu  lingkungan, kekerasan antar kelompok             alih-alih mengajarkan suatu materi hanya  sosial, dan isu-isu lainnya direspon dengan      karena mengikuti urutan yang dianjurkan dalam  cara menambah bab dalam buku teks, target        buku teks tanpa mempertimbangkan apakah  capaian dalam standar, bahkan menambah           mayoritas peserta didik sebenarnya siap  mata pelajaran. Akibatnya kurikulum              untuk mempelajari materi tersebut. Dengan  semakin padat dan guru justru mengalami          rancangan kurikulum yang demikian, kurikulum  kesulitan untuk menerapkan pembelajaran          berpotensi untuk mendorong pembelajaran  yang lebih sesuai untuk menguatkan dan           yang membangun kemampuan setiap individu  mengembangkan kompetensi.                        peserta didik untuk memiliki agency atau                                                   kuasa/kendali dalam pembelajarannya, bukan  Dengan mempelajari masalah kepadatan             menjadi “konsumen” informasi. Untuk menjadi  kurikulum di berbagai konteks, perancangan       kompeten, peserta didik perlu memiliki  kurikulum dilakukan dengan prinsip fokus pada    kesempatan untuk belajar mengatur dirinya  kompetensi dan karakter tanpa menambah           dalam proses belajar (Sahlberg, 2000).  beban materi pelajaran ataupun waktu belajar  peserta didik. Strategi yang dipilih adalah      Semua peserta didik perlu mencapai  dengan menyesuaikan struktur kurikulum.          kompetensi minimum, namun kurikulum yang  Dalam Kurikulum Merdeka, struktur kurikulum      terlalu padat dan diajarkan dengan terburu-buru  dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu         mengakibatkan guru hanya memperhatikan  pembelajaran intrakurikuler yang biasanya        kemampuan sebagian kecil peserta didiknya  berbasis mata pelajaran dan pembelajaran         yang lebih berprestasi (Pritchett & Beatty, 2015).  melalui projek yang ditujukan untuk mencapai     Akibatnya, sebagaimana yang ditunjukkan  kompetensi umum yang telah dirumuskan            dalam penelitian Pritchett dan Beatty di India  dalam profil pelajar Pancasila. Metode ini juga  tersebut, anak-anak yang mengalami kesulitan  sejalan dengan strategi di berbagai negara       belajar akan semakin tertinggal. Data mereka  yang mengembangkan unit-unit pembelajaran        menunjukkan bahwa anak-anak yang tertinggal  interdisipliner, merestrukturisasi konten        ini kebanyakan dari keluarga miskin, sehingga  sehingga beban belajar peserta didik tidak       kurikulum yang padat menjadi salah satu faktor  membesar secara signifikan (OECD, 2020a).        yang menjelaskan kesenjangan kualitas hasil  Penjelasan lebih mendalam tentang struktur       belajar antar siswa di sekolah yang sama.  kurikulum disampaikan pada bagian lain dalam  Bab ini.                                         Pengurangan kepadatan kurikulum dapat                                                   mengurangi kesenjangan kualitas belajar.  Pembelajaran berpusat pada peserta didik         Hal ini ditunjukkan juga dalam kajian yang  pada hakikatnya dimulai sejak perancangan        dilakukan INOVASI dan Pusat Penelitian  kurikulum, bukan sekadar pedagogi yang           Kebijakan Kemendikbud Ristek (2021) bahwa  dirancang oleh guru setelah kurikulum            Kurikulum 2013 yang dikurangi capaiannya  ditetapkan. Menurut Pritchett dan Beatty         (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar),  (2015), menempatkan peserta didik di pusat-      yang juga dikenal sebagai kurikulum darurat,  nya pembelajaran (center of learning) berarti    membantu siswa SD memitigasi ketertinggalan    32
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    pembelajaran (learning loss). Efek positif       masalah sehari-hari pada berbagai jenis  dari kurikulum darurat ini lebih nyata untuk     konteks yang relevan untuk individu sebagai  anak-anak dari keluarga dengan status sosial     warga negara Indonesia dan dunia (REF).  ekonomi yang lebih rendah. Maka dengan  pengurangan konten, setiap peserta didik         Merujuk pada definisi tersebut, literasi dan  memiliki kesempatan lebih besar untuk            numerasi merupakan kemampuan yang  mencapai standar kompetensi minimum              dipelajari dalam berbagai mata pelajaran, tidak  sehingga kurikulum pun menjadi lebih             hanya Bahasa Indonesia (untuk literasi) dan  berkeadilan (equitable) untuk seluruh anak       Matematika (untuk numerasi). Lebih dari itu,  Indonesia.                                       literasi juga harus dimulai sejak pendidikan                                                   anak usia dini. Kurikulum Merdeka untuk  Penguatan literasi dan numerasi terutama di      PAUD diarahkan untuk menguatkan literasi  jenjang pendidikan dasar menjadi salah satu      dini (early literacy) dan numerasi dini. Kegiatan  perhatian dalam perancangan kurikulum yang       bermain-belajar yang dianjurkan dimulai  berfokus pada kompetensi. Selaras dengan         dengan guru membaca nyaring (read aloud)  konsep literasi dan numerasi yang digunakan      buku bacaan anak, kemudian diikuti dengan  dalam kebijakan Asesmen Kompetensi               berbagai aktivitas yang mengembangkan  Nasional (AKM), literasi didefinisikan sebagai   kemampuan literasi dasar. Aktivitas ini beragam  kemampuan peserta didik dalam memahami,          sesuai dengan kesiapan guru/pendidik, mulai  menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan         dari kegiatan tanya jawab atau diskusi yang  berbagai jenis teks untuk menyelesaikan          menstimulasi kemampuan bernalar kritis dan  masalah dan mengembangkan kapasitas              kreatif, sampai kegiatan yang lebih panjang  individu sebagai warga Indonesia dan warga       lainnya seperti bermain peran, membuat  dunia agar dapat berkontribusi secara produktif  berbagai karya, serta kegiatan bermain belajar  di masyarakat. Sementara itu numerasi            lainnya. Kegiatan seperti ini dapat mendukung  didefinisikan sebagai kemampuan peserta didik    perkembangan anak agar siap bersekolah  dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur,     (school-ready) dan membangun rasa gemar  fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan   membaca dan berliterasi (Trealease, 2019).    3.	 Fleksibel                                    pendidikan memiliki wewenang untuk                                                   mengembangkan kurikulum.Kurikulum yang  Fleksibilitas berkaitan dengan otonomi dan       fleksibel akan memberikan keleluasaan  kemerdekaan guru dan peserta didik dalam         kepada satuan pendidikan dan pendidik  mengendalikan proses pembelajaran. Prinsip       untuk mengadaptasi, menambah kekayaan  fleksibel ini sesuai dengan amanat dalam         materi pelajaran, serta menyelaraskan  Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021         kurikulum dengan karakteristik peserta didik,  tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam       visi misi satuan pendidikan, serta budaya  Pasal 37, dinyatakan bahwa Kemendikbudristek     dan kearifan lokal. Keleluasaan seperti ini  hanya menetapkan kerangka dasar kurikulum  dan struktur kurikulum, sementara satuan    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN                                          33
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    dibutuhkan agar kurikulum yang dipelajari         tidak memberikan kesan bahwa satuan  peserta didik senantiasa relevan dengan           pendidikan dan guru di seluruh Indonesia  dinamika lingkungan, isu-isu kontemporer, serta   perlu mengikuti satu contoh tersebut. Dengan  kebutuhan belajar peserta didik.                  demikian, fleksibilitas kurikulum akan semakin                                                    terlihat jelas bagi satuan pendidikan dan guru.  Di berbagai negara, fleksibilitas menjadi  arah reformasi kebijakan kurikulum saat           Disediakannya panduan dan contoh-contoh  ini. Tujuannya terutama untuk menjadikan          tersebut menunjukkan bahwa kurikulum yang  kurikulum lebih relevan dan siap merespon         fleksibel bukan berarti membiarkan satuan  dinamika lingkungan dan beragam perubahan         pendidikan dan guru untuk mencari jalan  serta untuk memberikan ruang untuk                keluar sendiri dalam pengembangan kurikulum  pembelajaran sesuai dengan konteks lokal          operasional di tingkat satuan pendidikan.  dan kebutuhan siswa (OECD, 2020a). Di             Sebaliknya, paradigmanya berubah dari  beberapa negara, fleksibilitas bahkan menjadi     pemerintah memberikan arahan atau petunjuk  tujuan utama dilakukannya perubahan               teknis menjadi pemerintah memberikan  kurikulum. Di Inggris, strategi utama untuk       bantuan dan dukungan berupa panduan  membuat kurikulum lebih fleksibel adalah          dan contoh-contoh. Strategi ini dilakukan  dengan mengubah aturan-aturan yang spesifik       untuk memberikan fleksibilitas namun juga  dan mengikat, menjadi panduan-panduan             memberikan bantuan dan dukungan kepada  yang sifatnya hanya menganjurkan, bukan           satuan pendidikan dan guru yang belum cukup  mewajibkan sekolah atau guru untuk mengikuti      mampu untuk mengembangkan kurikulumnya  arahan. Dengan demikian, kurikulum yang           sendiri.  sentralistik satu ukuran untuk semua (one-size-  fits-all) mulai ditinggalkan (UNESCO, 2017).      Fleksibilitas juga menjadi prinsip dalam                                                    implementasi kurikulum. Menyadari  Strategi serupa diterapkan dalam perancangan      keberagaman satuan pendidikan di Indonesia,  Kurikulum Merdeka. Petunjuk teknis mulai          implementasi kurikulum tidak akan dipaksakan  digantikan dengan panduan yang lebih fokus        dan berlaku sama untuk semua sekolah.  pada prinsip-prinsip implementasi yang            Tingkat kesiapan satuan pendidikan untuk  tidak terlalu teknis. Panduan juga dirancang      mengimplementasikan kurikulum berbeda-  sedemikian rupa agar tidak mengarahkan guru       beda, dan masing-masing membutuhkan  untuk mengikuti satu cara yang disampaikan        dukungan termasuk waktu yang berbeda untuk  oleh Pemerintah Pusat. Selain panduan,            menyiapkan diri dalam menggunakan kurikulum  beragam contoh-contoh produk berkaitan            ini. Oleh karena itu implementasi dirancang  dengan pembelajaran juga disediakan. Misalnya     sebagai suatu tahapan belajar. Pemerintah  contoh silabus, rencana pembelajaran harian,      merancang tahapan-tahapan implementasi  projek penguatan profil pelajar Pancasila, dsb.;  yang dapat digunakan satuan pendidikan  dengan tujuan untuk membantu guru dalam           sebagai acuan bagaimana mereka akan mulai  implementasi. Contoh-contoh tersebut tidak        mengimplementasikan kurikulum secara  harus diikuti namun dapat digunakan sebagai       bertahap sesuai dengan kapasitas yang mereka  inspirasi untuk guru mengembangkan sendiri        miliki. Penjelasan lebih terperinci tentang  sesuai dengan konteks mereka. Contoh-contoh       implementasi kurikulum akan disampaikan  yang diberikan juga lebih dari satu sehingga      dalam Bab 4.    34
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    4.	 Selaras                                      Indonesia. Hal ini karena literasi tidak sekadar                                                   kemampuan membaca dan menulis apalagi  Keselarasan (alignment) berkaitan dengan         melek huruf, tetapi sebagai kemampuan  tiga hal (OECD, 2020a): 1) keselarasan antara    kognitif untuk mengidentifikasi, memahami,  kurikulum, proses belajar (pedagogi), dan        menginterpretasi, mencipta/berkreasi, dan  asesmen; 2) keselarasan antara kurikulum dan     mengkomunikasikan informasi melalui media  sistem tata kelola dan kompetensi guru; serta    cetak maupun digital di konteks dunia yang  3) keselarasan dengan kebijakan-kebijakan        semakin terkoneksi, sehingga informasi  yang berkaitan dengan pembelajaran individu      semakin cepat dan mudah diakses (UNESCO,  sejak usia dini hingga perguruan tinggi. Tiga    2017b). Oleh karena, itu semua mata pelajaran  hal ini menjadikan rancangan kurikulum perlu     berperan dalam mengembangkan kemampuan  dipandang secara sistemik dan melibatkan         literasi.  lintas unit dalam sistem birokrasi pemerintah  dalam proses kerjanya.                           Prinsip selaras ini juga mendorong peninjauan                                                   kembali transisi dari PAUD ke jenjang SD.  Kurikulum merupakan poros dari banyak            Salah satu faktor yang mendorong penekanan  kebijakan pendidikan. Oleh karena itu, dalam     kemampuan membaca, menulis, dan berhitung  merancang suatu perubahan kurikulum,             dengan lancar sebelum anak masuk SD  implikasi terhadap kebijakan-kebijakan           adalah kurikulum di kelas 1 SD yang padat  pendidikan lainnya perlu diperhatikan. Sebagai   dengan bacaan dan instruksi yang menuntut  contoh, perubahan struktur kurikulum di          kemampuan anak membaca dengan lancar.  SMA/MA membutuhkan adanya keselarasan            Sehingga meskipun telah diatur bahwa  dengan peraturan tentang beban kerja             kemampuan membaca dengan lancar tidak  guru. Hal ini kemudian berujung pula pada        boleh menjadi syarat masuk SD, namun  sistem pendataan dalam Dapodik. Demikian         kurikulumnya cenderung menuntut anak  pula ketika pelajaran Bahasa Inggris mulai       untuk dapat membaca, menulis, dan berhitung  dianjurkan untuk jenjang SD, strategi penyiapan  dengan lancar (Andiarti & Felicia, 2019).  gurunya membutuhkan perubahan kebijakan          Oleh karena itu salah satu yang diupayakan  terkait linieritas guru serta kompetensi guru.   dalam perancangan kurikulum ini adalah                                                   menyelaraskan kurikulum PAUD dan SD  Contoh lain keselarasan yang dilakukan adalah    terutama kelas I dan II.  komparasi antara Capaian Pembelajaran  dengan kerangka asesmen literasi dan  numerasi dalam Asesmen Nasional. Selaras  dengan kebutuhan untuk menguatkan literasi,  kebijakan Kurikulum Merdeka menekankan  pentingnya pembelajaran berbasis literasi di  seluruh mata pelajaran, tidak hanya Bahasa    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  35
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    5.	 Bergotong royong                              struktur kurikulum, Capaian Pembelajaran,                                                    sampai dengan pengembangan berbagai  Prinsip bergotong royong ini terutama             perangkat ajar, berbagai pihak dilibatkan. Pakar  terkait dengan proses perancangan dan             yang dilibatkan dalam perancangan kurikulum  pengembangan kurikulum. Perancangan               ini adalah kombinasi dari akademisi dan praktisi  kurikulum adalah proses yang kompleks,            termasuk guru.  bukan semata-mata proses ilmiah melainkan  juga politik (Ornstein dan Hunkins, 2018). Oleh   Sepanjang proses perancangan kurikulum yang  karena itu, perancangan kurikulum tidak saja      telah berlangsung lebih dari 2 tahun, rangkaian  berbasis pada data ilmiah tetapi juga perlu       diskusi kelompok terpumpun (DKT atau  melibatkan berbagai pemangku kepentingan          focused group discussion atau FGD) dilakukan  termasuk guru dan peserta didik. Hal ini penting  beberapa kali dengan pemangku kepentingan  dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dan       yang berbeda-beda. Tujuan dari serial DKT  dukungan dari berbagai pihak (OECD, 2020a).       ini adalah untuk mendapatkan umpan balik                                                    dan ide-ide baru untuk meningkatkan kualitas  Perancangan Kurikulum Merdeka beserta             rancangan dan implementasi kurikulum.  perangkat ajarnya dilakukan dengan melibatkan  puluhan institusi termasuk Kementerian Agama,     Tidak hanya di tingkat pusat, pengembangan  universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan      kurikulum operasional di tingkat satuan  lainnya. Sejak awal perancangan kurikulum         pendidikan juga dianjurkan untuk melibatkan  dilakukan di akhir tahun 2019, beberapa           orangtua, peserta didik, dan masyarakat. Selain  akademisi LPTK dan universitas dilibatkan         itu, pelibatan siswa dan masyarakat juga sangat  untuk melakukan refleksi terhadap Kurikulum       dianjurkan dalam pembelajaran berbasis projek  2013 dan merumuskan ide-ide perubahan             untuk menguatkan profil pelajar Pancasila  kurikulum agar dapat lebih fleksibel, fokus       yang menjadi bagian dari struktur kurikulum  pada kompetensi dan karakter, serta sejalan       (dijelaskan lebih terperinci pada bagian terpisah  dengan perubahan dunia yang begitu dinamis.       dalam bab ini).  Selanjutnya, dalam proses perancangan  kurikulum mulai dari kerangka dasar dan    6.	 Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik    Salah satu komitmen penting dalam                 tentang kebijakan dan praktik yang dapat  perancangan kurikulum adalah keajegan             diadaptasi untuk konteks Indonesia.  serta kesahihan keputusan yang dibuat dalam  berbagai aspek. Ini artinya kurikulum perlu       Data atau hasil kajian tidak hanya dibutuhkan  dirancang dengan berbasis pada data yang          sebagai referensi dalam proses perancangan  sahih sehingga dapat dipertanggungjawabkan        kurikulum di awal, namun juga ketika  kualitasnya. Hasil penelitian kontemporer di      kurikulum tersebut mulai diimplementasikan  berbagai konteks global memberikan inspirasi      dalam konteks yang lebih riil. Kurikulum ini                                                    diujicobakan secara terbatas dalam Program    36
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    Sekolah Penggerak (PSP) dan SMK Pusat          melalui telaah dokumen oleh berbagai unsur  Keunggulan (SMK PK) mulai Tahun Ajaran         seperti guru dan kepala sekolah dari Sekolah  2021/2022. Umpan balik tentang rancangan       Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan  kurikulum ini diperoleh melalui mekanisme      serta pakar-pakar melalui diskusi kelompok  monitoring dan evaluasi PSP dan SMK PK.        terpumpun (DKT). Hasil dari evaluasi ini  Monitoring dan evaluasi kurikulum pada         digunakan untuk pertimbangan pada revisi  Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan     dokumen-dokumen terkait, yaitu Capaian  dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu   Pembelajaran, buku teks, bahan ajar, contoh  evaluasi dokumen kurikulum yang fokus pada     alur tujuan pembelajaran, serta panduan-  produk kurikulum dan evaluasi implementasi     panduan dan contoh-contoh dokumen lainnya.  yang lebih fokus pada bagaimana kurikulum      Revisi berbasis data ini dilakukan guna  diterapkan di satuan pendidikan.               meningkatkan mutu dari Kurikulum Merdeka.                                                 Gambar 3.1 menunjukkan keputusan tentang  Evaluasi dokumen kurikulum berfungsi untuk     perlunya revisi dokumen Kurikulum Merdeka  memperoleh umpan balik tentang keterbacaan,    berdasarkan umpan balik.  kebermanfaatan dan keterpakaian dokumen-  dokumen kurikulum. Evaluasi ini dilaksanakan    Gambar 3.10. Proporsi Dokumen Kurikulum Menurut Kebutuhan Revisi    Sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar         Rekomendasi dari para pakar dan praktisi (guru  3.1, sebagian besar (sekitar 67%) Capaian      dari sekolah yang mengikuti Program Sekolah  Pembelajaran (CP) yang digunakan di PAUD,      Penggerak) ini dianjurkan setelah dokumen  SD, SMP, dan SMA, perlu direvisi namun         tersebut mulai diimplementasikan dan  secara minor. Sementara itu, sekitar 33% -nya  beberapa hal baru ditemui setelah dipraktikkan.  membutuhkan revisi yang lebih substantif.      Alih-alih melihat kebutuhan revisi ini sebagai    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN            37
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    sesuatu yang negatif, data ini perlu disambut     satuan pendidikan telah mencoba melakukan  baik. Tanpa adanya piloting atau uji coba secara  asesmen diagnostik namun kebingungan dalam  terbatas, bisa jadi dokumen-dokumen yang          memanfaatkan hasil asesmen tersebut dalam  sebenarnya masih membutuhkan perbaikan            menjalankan pembelajaran yang terdiferensiasi.  tersebut terlanjur digunakan di seluruh           Selain itu, sebagian besar guru juga masih  Indonesia.                                        menganggap projek penguatan profil pelajar                                                    Pancasila terkait dengan mata pelajaran. Hal  Evaluasi implementasi kurikulum berfungsi         ini perlu ditindaklanjuti dengan penjelasan  untuk memperoleh informasi tentang                yang lebih sederhana dan konsisten untuk  implementasi berbagai intervensi PSP dan          menjelaskan posisi projek penguatan profil  SMK PK serta potensi masalah sebelum              pelajar Pancasila dalam struktur kurikulum dan  menimbulkan dampak lebih lanjut. Evaluasi         bagaimana penilaian hasil belajarnya dilakukan.  implementasi dilaksanakan melalui wawancara  terstruktur melalui telepon secara rutin dengan   Monitoring dan evaluasi kurikulum tidak  sampel acak guru dan kepala sekolah yang          terbatas pada tahun pertama saja. Untuk  mewakili populasi Sekolah Penggerak dan           itu telah disiapkan rencana monitoring dan  penelitian kualitatif melalui etnografi. Hasil    evaluasi yang berkelanjutan. Adapun fokus  evaluasi implementasi ini kemudian menjadi        monitoring dan evaluasi untuk tiap tahun  bahan pertimbangan untuk perumusan                adalah sebagai berikut: (1) tahun 2021 - 2022,  kebijakan kedepannya, dan salah satunya           monitoring dan evaluasi pada kualitas materi  adalah kebijakan terkait Kurikulum Merdeka.       kurikulum, (2) tahun 2022 - 2023, monitoring                                                    pada perubahan perilaku guru dalam  Beberapa umpan balik yang diperoleh tentang       pembelajaran, dan (3) tahun 2023 - 2024,  kurikulum antara lain tentang kurikulum           monitoring pada dampak kurikulum terhadap  operasional sekolah di mana beberapa              hasil belajar siswa. Selanjutnya untuk tahun-  sekolah kebingungan dalam melakukan               tahun berikutnya monitoring dilaksanakan  analisis karakteristik satuan pendidikan dan      guna memutakhirkan muatan pelajaran.  memanfaatkan hasil analisis tersebut sebagai      Hasil monitoring pada tahun 2024 juga  dasar menyusun organisasi pembelajaran.           menjadi dasar pertimbangan untuk kebijakan  Hal ini menjadi masukan penting untuk             implementasi kurikulum di Indonesia. Demikian  peningkatan kualitas panduan perancangan          prinsip-prinsip yang dipegang sepanjang  kurikulum operasional sekolah. Begitu juga        perancangan kurikulum dan uji coba dilakukan.  umpan balik terkait pembelajaran sesuai  dengan tahap capaian peserta didik. Beberapa    B.	 Kerangka Kurikulum                            struktur kurikulum. Kerangka kurikulum                                                    merupakan rancangan landasan utama dalam  Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun               pengembangan struktur kurikulum. Dalam  2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan          Pasal 38, disebutkan pula bahwa kerangka  menyatakan dalam Pasal 36 bahwa kurikulum  terdiri atas kerangka dasar kurikulum dan    38
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    dasar kurikulum dan struktur kurikulum menjadi    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,  landasan bagi pengembangan kurikulum satuan       sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan  pendidikan. Dengan demikian, ada pemisahan        menjadi warga negara yang demokratis serta  antara: (1) kerangka kurikulum dan (2) kurikulum  bertanggung jawab” (Undang-Undang Nomor  yang dikembangkan di satuan pendidikan.           20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan  Kurikulum yang kedua ini biasa disebut juga       Nasional Pasal 3).  sebagai kurikulum operasional (Ornstein  & Hunkins, 2018) karena kurikulum yang            Untuk sampai pada perubahan proses  dikembangkan oleh satuan pendidikan menjadi       pembelajaran di level siswa dan mencapai  kurikulum yang benar-benar “dioperasikan”         tujuan pendidikan nasional tersebut, kerangka  atau digunakan secara konkrit.                    dasar dan struktur kurikulum yang dirancang                                                    di tingkat nasional perlu dikembangkan lagi  Selain prinsip perancangan kurikulum yang         di tingkat satuan pendidikan. Pakar kurikulum  telah dijelaskan pada bagian pertama bab          (Schmidt et al., 1996 cit. OECD, 2020a; Valverde  ini, perancang kurikulum perlu memahami           et al., 2002) memvisualisasikan keterkaitan  makna kurikulum dari perspektif yang berbeda-     antara kerangka kurikulum yang dikembagkan  beda. Dengan menyadari adanya perbedaan           untuk level nasional sampai dengan kurikulum  definisi, perancang kurikulum menjadi lebih       yang benar-benar dipelajari peserta didik  peka dalam menyiapkan berbagai perangkat          (Gambar 3.2). Visualisasi sederhana ini  yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan             menjadi penting dalam memahami pentingnya  kurikulum itu sendiri, yaitu pembelajaran yang    keselarasan antara kebijakan kurikulum di  dapat “mengembangkan kemampuan dan                tingkat nasional yang lebih abstrak dengan  membentuk watak serta peradaban bangsa            pengembangan kurikulum di tingkat satuan  yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan        pendidikan, sampai dengan kurikulum yang  kehidupan bangsa, bertujuan untuk                 benar-benar dipelajari oleh peserta didik, yang  berkembangnya potensi peserta didik agar          biasanya diketahui melalui asesmen (Valverde  menjadi manusia yang beriman dan bertakwa         et al., 2002).                                      Gambar 3.11. Kerangka Kurikulum Nasional - Lokal (Valverde et al., 2002)  39  KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    Sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 3.2.,       tidak lurus dari atas ke bawah serta garis-garis  terdapat empat tingkatan kurikulum (Valverde       penghubungnya merupakan garis putus-putus.  et al., 2002 yang dikembangkan dari Schmidt et     Hal ini merupakan simbol bahwa kurikulum  al., 1996). Pertama, kurikulum yang diharapkan     yang dipelajari oleh siswa belum tentu selaras  (intended curriculum) yang merupakan               dengan kurikulum yang diharapkan. Bahkan  kebijakan pemerintah yang resmi dikeluarkan        kurikulum yang ditulis dalam dokumen  dan berkaitan dengan apa yang peserta didik        kebijakan belum tentu diterjemahkan dengan  perlu pelajari serta bagaimana mempelajari         akurat oleh kurikulum-kurikulum di bawahnya.  dan membuktikan bahwa mereka telah                 Bagi perancang kurikulum, memahami konsep  mempelajarinya. Dengan demikian, standar dan       ini adalah langkah awal untuk memastikan  panduan/pedoman merupakan bagian dari jenis        bahwa kurikulum dirancang dengan hati-  kurikulum ini. Kedua adalah kurikulum yang         hati, memastikan agar apa yang diharapkan  diimplementasikan (implemented curriculum),        (intended) benar-benar dapat diterima  yaitu bagaimana kurikulum yang resmi dari          (attained/achieved) oleh peserta didik.  pemerintah tadi diinterpretasi dan diajarkan  di satuan pendidikan dan kelas. Valverde           Salah satu prinsip utama dalam perancangan  menambah satu komponen antara intended             Kurikulum Merdeka adalah kebijakan yang  dan implemented curriculum, yaitu potentially      memberikan fleksibilitas kepada satuan  implemented curriculum atau kurikulum yang         pendidikan, pendidik, serta peserta didik. Di  berpotensi untuk diimplementasikan. Termasuk       berbagai negara, prinsip fleksibilitas kurikulum  dalam kategori yang ketiga ini adalah buku         dan upaya untuk menyederhanakan serta  teks pelajaran, atau dalam konteks Kurikulum       mengurangi kepadatan konten dilakukan  Merdeka merupakan perangkat ajar. Valverde         dengan pemisahan antara kerangka kurikulum  et al. (2002) melihat bahwa guru seringkali tidak  dengan kurikulum operasional (OECD, 2020b;  merujuk langsung pada dokumen kebijakan            UNESCO, 2017a). Kerangka kurikulum yang  termasuk standar yang dikeluarkan secara           ditetapkan oleh Pemerintah pun diupayakan  resmi oleh Negara, namun merujuk pada              minimal dan lebih bersifat memandu daripada  buku teks yang sampai ke mereka. Keempat,          mengatur secara ketat (OECD, 2020a). Atas  kurikulum yang dikenal dengan kurikulum            dasar itu, struktur kurikulum dan prinsip  yang dipelajari siswa (attained curriculum         pembelajaran yang ditetapkan Pemerintah  atau achieved curriculum), yang merupakan          diatur dengan sangat umum dan abstrak  kompetensi yang dimiliki siswa setelah mereka      sehingga satuan pendidikan memiliki banyak  belajar menggunakan kurikulum.                     keleluasaan untuk mengembangkannya sesuai                                                     dengan konteks dan kebutuhan belajar peserta  Pakar memisahkan keempat kurikulum tersebut        didik.  untuk menganalisis keselarasan antara yang  satu dengan lainnya. Misalnya seberapa besar       Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa Pemerintah  distorsi atau penyimpangan antara kurikulum        Pusat menetapkan: (1) profil pelajar Pancasila,  yang diharapkan dengan kurikulum yang              (2) Capaian Pembelajaran, (3) struktur  diajarkan oleh guru di kelas, serta mengapa        kurikulum, dan (4) prinsip pembelajaran dan  penyimpangan itu terjadi. Oleh karena itu          asesmen sebagai kurikulum yang diharapkan  setiap kotak dalam Gambar 3.2 diletakkan           untuk diimplementasikan di satuan pendidikan    40
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    dan di kelas. Profil pelajar Pancasila sebagai     20 Tahun 2003 dan diterjemahkan sebagai  sintesis dari tujuan pendidikan nasional,          profil pelajar Pancasila, dan juga turunan dari  visi dari pendidikan dan pengembangan              Standar Nasional Pendidikan, khususnya  sumberdaya manusia Indonesia yang termuat          Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,  dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar                Standar Proses, dan Standar Penilaian.  1945, Pancasila, serta pandangan para pendiri  bangsa. Sementara ketiga komponen lainnya          Kerangka ini menjadi rujukan dalam  merupakan turunan dari kebijakan yang lebih        perancangan Kurikulum Merdeka, termasuk  besar, yaitu Tujuan Pendidikan Nasional yang       untuk menguatkan keselarasan antara  telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor         kerangka dasar kurikulum dengan kurikulum  20 Tahun 2003 dan diterjemahkan sebagai            operasional yang dikembangkan di satuan  profil pelajar Pancasila, dan juga turunan dari    pendidikan. Perangkat ajar adalah penghubung  Standar Nasional Pendidikan, khususnya             antara keduanya, sebagaimana yang disebut  Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,           sebagai kurikulum yang berpotensi untuk  Standar Proses, dan Standar Penilaian.             diimplementasikan di satuan pendidikan                                                     (Valverde et al., 2002). Termasuk dalam  Pemerintah Pusat menetapkan (1) profil pelajar     perangkat ajar adalah buku teks siswa dan  Pancasila, (2) Capaian Pembelajaran, (3) struktur  buku panduan guru, contoh-contoh modul ajar,  kurikulum, dan (4) prinsip pembelajaran dan        contoh-contoh silabus yang menjelaskan alur  asesmen sebagai kurikulum yang diharapkan          tujuan pembelajaran, contoh-contoh panduan  untuk diimplementasikan di satuan pendidikan       projek penguatan profil pelajar Pancasila,  dan di kelas. Profil pelajar Pancasila sebagai     contoh-contoh kurikulum operasional, contoh-  sintesis dari tujuan pendidikan nasional, visi     contoh asesmen kelas untuk keperluan  dari pendidikan dan pengembangan sumber            diagnostik kesiapan peserta didik, bahkan  daya manusia Indonesia yang termuat dalam          contoh-contoh mekanisme pengaturan  Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,                pemilihan mata pelajaran untuk kelas XI dan XII.  Pancasila, serta pandangan para pendiri            Penjelasan lebih mendalam tentang perangkat  bangsa. Sementara ketiga komponen lainnya          ajar disampaikan dalam Bagian 5 bab ini.  merupakan turunan dari kebijakan yang lebih  besar, yaitu Tujuan Pendidikan Nasional yang  telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor    C.	 Capaian Pembelajaran                           dalam Kurikulum 2013 dirancang. Capaian                                                     Pembelajaran merupakan pembaharuan  Capaian pembelajaran (CP) adalah kompetensi        dari KI dan KD, yang dirancang untuk terus  minimum yang harus dicapai peserta didik           menguatkan pembelajaran yang fokus pada  untuk setiap mata pelajaran. CP dirancang          pengembangan kompetensi. Kurikulum 2013  dengan mengacu pada Standar Kompetensi             bahkan kurikulum nasional yang terdahulu  Lulusan (SKL) dan Standar Isi, sebagaimana  Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD)    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN                                         41
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    sudah ditujukan untuk berbasis kompetensi,       panjang dan siswa kehilangan kesempatan  sehingga kurikulum ini meneruskan upaya          untuk mengembangkan kemampuan berpikir  tersebut. Dalam CP, strategi yang semakin        yang lebih tinggi. Beberapa contoh konkrit  dikuatkan untuk mencapai tujuan tersebut         penyederhanaan dan penyesuaian kompetensi  adalah dengan mengurangi cakupan materi          dan materi ajar dalam CP adalah pengurangan  dan perubahan tata cara penyusunan capaian       beberapa materi dalam CP Biologi SMA (Fase  yang menekankan pada fleksibilitas dalam         F) karena terlalu banyak dan terlalu terperinci  pembelajaran.                                    untuk jenjang tersebut,dan penambahan                                                   materi dalam CP Kimia SMA (Fase F) tentang  Pengurangan konten. Konsekuensi dari             Nanoteknologi dan Radioaktivitas karena  pembelajaran yang berorientasi pada              keduanya semakin banyak ditemui saat ini.  kompetensi adalah perlunya pengurangan  materi pelajaran atau pokok bahasan.             Pritchett dan Beatty (2015) serta laporan  Penelitian yang dilakukan Pritchett dan Beatty   yang ditulis OECD (2018) menekankan  (2015) menunjukkan bahwa di beberapa             bahwa penyederhanaan kurikulum melalui  negara berkembang termasuk Indonesia,            pengurangan konten atau materi pelajaran  materi pelajaran yang begitu padat membuat       bukan berarti standar capaian yang ditetapkan  guru terus bergerak cepat menyelesaikan          menjadi lebih rendah. Sebaliknya, kurikulum  bab demi bab, konsep demi konsep, tanpa          berfokus pada materi pelajaran yang  memperhitungkan kemampuan siswa untuk            esensial. Materi esensial ini dipelajari dengan  memahami pelajaran tersebut. Menurut             lebih leluasa, tidak terburu-buru sehingga  Pritchett dan Beatty, hal ini bukan karena guru  siswa dapat belajar secara mendalam,  tidak menghiraukan kemampuan anak dalam          mengeksplorasi suatu konsep, melihatnya dari  belajar. Mengajar dengan terburu-buru dan        perspektif yang berbeda, melihat keterkaitan  tidak menggunakan pendekatan pembelajaran        antara suatu konsep dengan konsep yang  yang berpusat pada siswa merupakan               lain, mengaplikasikan konsep yang baru  keputusan logis karena kebijakan kurikulum       dipelajarinya di situasi yang berbeda dan situasi  yang berlaku menilai kinerja mereka melalui      nyata, sekaligus merefleksikan pemahamannya  ketuntasan mengajarkan materi ajar yang          tentang konsep tersebut. Pengalaman belajar  begitu banyak.                                   yang demikian, menurut Wiggins dan McTighe                                                   (2005), akan memperkuat pemahaman siswa  Ketika pelajaran disampaikan dengan terburu-     akan suatu konsep secara lebih mendalam dan  buru, peserta didik tidak memiliki cukup waktu   berkelanjutan.  untuk memahami konsep secara mendalam,  yang sebenarnya sangat penting untuk             Pandangan Wiggins dan McTighe (2005)  menguatkan fondasi kompetensi mereka.            tersebut dilandasi oleh teori belajar  Pritchett dan Beatty (2015) menemukan bahwa      konstruktivisme. Di berbagai negara, dan tidak  peserta didik yang mengalami kesulitan           terbatas pada negara maju saja, pendekatan  memahami konsep di kelas-kelas awal di           pembelajaran berbasis teori konstruktivisme  sekolah dasar juga mengalami kesulitan di        ini semakin dikuatkan. Di India, misalnya,  jenjang-jenjang berikutnya. Artinya, padatnya    pembelajaran berbasis konstruktivisme bahkan  materi pelajaran membawa dampak yang             menjadi muatan wajib bagi calon guru dalam    42
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    kurikulum LPTK mereka (UNESCO MGIEP,              Oleh karena CP dikembangkan berdasarkan  2017). Rogan (2003) juga melaporkan bahwa         teori konstruktivisme, maka capaian-  Afrika Selatan, serta beberapa negara di benua    capaian dalam dokumen CP perlu dipahami  Afrika lainnya, juga secara eksplisit menyatakan  menggunakan kerangka teori yang sama. Istilah  dalam dokumen kurikulum mereka bahwa teori        “pemahaman” (understanding) dalam CP perlu  konstruktivisme menjadi rujukan utama dalam       dimaknai sebagaimana teori konstruktivisme  kebijakan kurikulum dan pembelajaran.             di atas. Pemahaman yang dimaksud dicapai                                                    melalui kemampuan mengaplikasikan dan  Pembelajaran secara konstruktif. Teori            menganalisis suatu konsep. Dengan demikian  konstruktivisme menekankan pentingnya             konsep pemahaman ini berbeda dengan  proses pembelajaran yang menempatkan              Taksonomi Bloom yang memandang bahwa  siswa sebagai pelaku aktif pembelajaran           memahami (understanding - level 2) suatu  (students as agents), bukan sebagai penerima      konsep membutuhkan keterampilan berpikir  informasi secara pasif dari guru mereka           yang lebih rendah dibandingkan kemampuan  (students as recipients). Menurut teori belajar   mengaplikasikan (applying - level 3) dan  konstruktivisme (constructivist learning          menganalisis (analyzing - level 4) konsep  theory), pengetahuan bukanlah kumpulan            (Anderson, Krathwohl, D. R., & Bloom, B. S.,  atau seperangkat fakta-fakta, konsep, atau        2001).  kaidah untuk diingat. “Memahami” dalam  konstruktivisme adalah proses mengkonstruksi      Perancangan CP ini tidak mengabaikan  pengetahuan melalui pengalaman nyata.             Taksonomi Bloom yang semula digunakan  Pemahaman tidak bersifat statis, tetapi           dalam perancangan KI-KD dalam Kurikulum  berevolusi dan berubah secara konstan             2013. Sebaliknya, Taksonomi Bloom ini  sepanjang siswa mengonstruksikan                  dianjurkan untuk digunakan ketika guru  pengalaman-pengalaman baru yang                   merancang pembelajaran harian dan asesmen  memodifikasi pemahaman sebelumnya.                kelas sesuai dengan tujuan pengembangan  Pemahaman yang bermakna ini membutuhkan           taksonomi, sebagaimana Anderson dan rekan-  proses belajar yang berpusat pada siswa           rekan (2001, p.7):  serta waktu yang lebih panjang daripada  pembelajaran yang sekadar “menjejali” siswa               The Taxonomy framework obviously  dengan informasi-informasi yang kurang                    can’t directly tell teachers what is  bermakna karena sekadar untuk diketahui atau              worth learning. But by helping teachers  dihafalkan saja. Dengan demikian, sedapat                 translate standards into a common  mungkin CP mengutamakan kompetensi                        language for comparison with what  yang perlu dicapai tanpa mengikat konteks                 they personally hope to achieve, and  dan konten pembelajarannya. Berdasarkan                   by presenting the variety of possibilities  kompetensi tersebut, satuan pendidikan                    for consideration, the Taxonomy may  diharapkan dapat mengembangkan                            provide some perspective to guide  pembelajaran yang sesuai dengan konteks                   curriculum decisions.  sekolah dan relevan dengan perkembangan,  minat, serta budaya peserta didik.                        Kerangka Taksonomi tidak dapat secara                                                            langsung mengarahkan guru apa yang    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  43
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA            patut dipelajari [peserta didik], namun  Fase E dan Fase F dipisahkan karena mulai          dapat membantu guru menerjemahkan        kelas XI peserta didik akan menentukan mata          standar ke dalam hal yang ingin dicapai  pelajaran pilihan sesuai minat dan bakatnya,          oleh guru [melalui pengajaran yang       sehingga struktur kurikulumnya mulai berbeda          dilakukannya], dan dengan memberikan     sejak kelas XI.          beragam hal yang perlu diperhatikan,          Taksonomi [Bloom] dapat memberikan       Dengan menggunakan Fase, suatu target          pandangan yang dapat membimbing          capaian kompetensi dicapai tidak harus dalam          guru dalam pembuatan keputusan           satu tahun tetapi beberapa tahun, kecuali di          tentang kurikulum.                       kelas X jenjang SMA/sederajat. Pengecualian                                                   ini dilakukan karena struktur kurikulum di  Anderson dan rekan-rekan (2001) melakukan        jenjang SMA/sederajat yang terbagi menjadi  revisi terhadap Taksonomi Bloom dan secara       dua, yaitu kelas X di mana siswa mengikuti  eksplisit menyatakan bahwa taksonomi             seluruh mata pelajaran, dan kelas XI-XII di mana  tersebut relevan dan membantu untuk              siswa memilih mata pelajaran sesuai minat,  digunakan oleh guru dalam pengembangan           bakat, dan aspirasi masing-masing. Struktur ini  kurikulum di tingkat satuan pendidikan, bukan    akan disampaikan lebih mendalam pada bagian  di level standar nasional. Taksonomi Bloom       terpisah dalam bab ini.  berguna untuk “menerjemahkan standar” ke  dalam istilah dan bahasa yang lebih konkrit      Rentang waktu yang lebih panjang ditetapkan  dan operasional untuk digunakan sehari-hari.     agar materi pelajaran tidak terlalu padat dan  Dengan demikian, dalam konteks kurikulum         peserta didik mempunyai cukup banyak  nasional di Indonesia, Taksonomi Bloom relevan   waktu untuk memperdalam materi dan  untuk digunakan guru dalam merancang alur        mengembangkan kompetensi. Fase-fase ini  tujuan pembelajaran dan asesmen kelas.           diselaraskan dengan teori perkembangan                                                   anak dan remaja dan juga dengan struktur  Penggunaan Fase. Perbedaan lain antara KI-       penjenjangan pendidikan. Penggunaan istilah  KD dalam Kurikulum 2013 dengan CP dalam          “Fase” dilakukan untuk membedakannya  Kurikulum Merdeka adalah rentang waktu           dengan kelas karena peserta didik di satu  yang dialokasikan untuk mencapai kompetensi      kelas yang sama bisa jadi belajar dalam fase  yang ditargetkan. Sementara KI-KD ditetapkan     pembelajaran yang berbeda. Ini merupakan  per tahun, CP dirancang berdasarkan fase-        penerapan dari prinsip pembelajaran sesuai  fase. Satu Fase memiliki rentang waktu yang      tahap capaian belajar atau yang dikenal juga  berbeda-beda, yaitu: (1) Fase Fondasi yang       dengan istilah teaching at the right level  dicapai di akhir PAUD, (2) Fase A umumnya        (mengajar pada tahap capaian yang sesuai).  untuk kelas I sampai II SD/sederajat, (3) Fase   Sebagai contoh, berdasarkan asesmen kelas  B umumnya untuk kelas III sampai IV SD/          terdapat siswa kelas V SD yang belum siap  sederajat, (4) Fase C umumnya untuk kelas V      mempelajari materi pelajaran Fase C (fase  sampai VI SD/sederajat, (5) Fase D umumnya       dengan kompetensi yang ditargetkan untuk  untuk kelas VII sampai IX SMP/sederajat, (6)     siswa kelas V pada umumnya). Berdasarkan  Fase E untuk kelas X SMA/sederajat, dan (7)      hasil asesmen tersebut, maka siswa-siswa  Fase F untuk kelas XI sampai XII SMA/sederajat.    44
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    tersebut mengulang pelajaran di Fase B (fase     dengan jelas. Evaluasi Kurikulum 2013 yang  untuk kelas III-IV) yang belum mereka kuasai.    dilakukan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan                                                   Kemendikbudristek mendapati bahwa sebagian  Pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap        guru belum melihat adanya rangkaian yang  capaian peserta didik tersebut mengindikasikan   utuh antara KD-KD dari satu KI yang sama.  bahwa kebijakan dan praktik tinggal kelas atau   Target kompetensi tersebut kemudian  tidak naik kelas diharapkan dapat ditinggalkan.  ditargetkan untuk dicapai dalam rentang waktu  Kebijakan tinggal kelas secara empiris tidak     satu tahun ajaran.  meningkatkan prestasi akademik mereka.  Dalam survei PISA 2018, skor capaian kognitif    CP ditulis dalam metode yang berbeda, di mana  peserta didik yang pernah tinggal kelas secara   pemahaman, sikap atau disposisi terhadap  statistik lebih rendah dibandingkan mereka       pembelajaran dan pengembangan karakter,  yang tidak pernah tinggal kelas (OECD, 2021).    serta keterampilan yang terobservasi atau  Hal ini menunjukkan bahwa mengulang              terukur ditulis sebagai suatu rangkaian. Hal  pelajaran yang sama selama satu tahun tidak      ini merujuk pada makna kompetensi yang  membuat peserta didik memiliki kemampuan         lebih dari sekadar perolehan pengetahuan  akademik yang setara dengan teman-               dan keterampilan, tetapi juga mengolah dan  temannya, melainkan tetap lebih rendah. Hal      menggunakan pengetahuan, keterampilan,  ini dimungkinkan karena yang dibutuhkan oleh     sikap, serta nilai-nilai yang dipelajari untuk  peserta didik tersebut adalah pendekatan atau    menghadapi situasi atau permasalahan yang  strategi belajar yang berbeda, bantuan belajar   kompleks (OECD 2019; Glaesser, 2018). CP  yang lebih intensif, waktu yang sedikit lebih    disampaikan dalam bentuk paragraf/narasi  panjang, namun bukan mengulang seluruh           untuk menggambarkan rangkaian konsep dan  pelajaran selama setahun.                        keterampilan kunci yang ditargetkan untuk                                                   diraih oleh peserta didik, yang ditunjukkan  Perumusan CP. Perubahan lain yang signifikan     dengan performa yang nyata. Dengan  dari KI-KD menjadi CP adalah format penulisan    demikian, CP diharapkan dapat memperlihatkan  kompetensi yang ingin dicapai serta rentang      rangkaian proses belajar suatu konsep ilmu  waktu yang ditargetkan untuk mempelajarinya.     pengetahuan, mulai dari memahami suatu  Dalam KI-KD Kurikulum 2013, kompetensi-          konsep sampai dengan menggunakan konsep  kompetensi yang dituju disampaikan dalam         ilmu pengetahuan dan keterampilannya untuk  bentuk kalimat tunggal yang disusun dalam        mencapai tuntutan kognitif yang lebih kompleks  poin-poin. Selain itu, dalam KI-KD terdapat      (misalnya mengajukan solusi kreatif, bukan  pemisahan antara pengetahuan, sikap,             sekadar menjawab pertanyaan).  dan keterampilan sebagaimana Taksonomi  Bloom juga memisahkan ketiga domain              Kompetensi juga terbangun atas aspek kognitif  tersebut. Meskipun dalam Kurikulum 2013          yang berangkaian dengan aspek afektif  kompetensi (KI-KD) tersebut sebenarnya saling    atau disposisi tentang ilmu pengetahuan  berkaitan dan berangkaian. Namun demikian,       yang dipelajarinya.. Set atau daftar berisi  ketika KI-KD dituliskan sebagai poin-poin,       pengetahuan yang perlu dipahami, sikap  keterkaitan antara ruang lingkup kemampuan       yang perlu ditunjukkan, atau keterampilan  satu dengan yang lain tidak terdefinisikan       yang perlu diperlihatkan peserta didik saja,    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  45
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    tanpa ada rangkaian antara ketiga domain         ajarkan kepada siswa dan menjadi aspek yang  tersebut, belum dapat dimaknai sebagai           diases oleh guru. Apabila ada siswa yang  pengkonstruksian kompetensi. Untuk               belum dapat mengikuti pelajaran di suatu  membangun dan mengembangkan kompetensi,          Fase, guru dapat mengecek elemen apa yang  peserta didik perlu mendapatkan kesempatan       belum dikuasai siswa tersebut dan kemudian  untuk mengaplikasikan pengetahuan                membantunya untuk mengulang pembelajaran  dan keterampilannya dalam situasi yang           elemen yang sama di fase sebelumnya. Alur  spesifik dan nyata (Glaesser, 2018). Dengan      perkembangan Capaian Pembelajaran dimulai  menggunakan paragraf, keterkaitan antara         pada Fase A hingga fase tertinggi, yaitu Fase F.  pengetahuan, keterampilan, sikap dan proses  pengembangan kompetensi menjadi lebih jelas      Pola perumusan CP ini juga dipengaruhi oleh  dan utuh sebagai satu rangkaian.                 beberapa kerangka kurikulum yang digunakan                                                   di berbagai negara dengan pencapaian  Dalam penulisannya, struktur CP tidak            pendidikan yang relatif tinggi. Sebagai contoh,  berdasarkan domain-domain pemahaman,             Australia (https://www.australiancurriculum.edu.  sikap/disposisi, dan keterampilan, melainkan     au/) menyatakan karakteristik utama dari setiap  berbasis pada kompetensi dan/atau konsep         mata pelajaran dalam dokumen standarnya  yang esensial dari setiap mata pelajaran.        (setara dengan CP), termasuk alasan rasional  Kompetensi dan konsep tersebut disebut           mengapa anak-anak perlu mempelajari mata  sebagai elemen-elemen yang menjadi ciri khas     pelajaran tersebut dan domain atau elemen  setiap mata pelajaran, dan elemen ini kemudian   utama yang menjadi karakteristik khas mata  dinyatakan perkembangannya dari satu fase        pelajaran tersebut disertai perkembangannya  ke fase berikutnya. Dengan demikian, setiap      dari satu tahapan atau jenjang ke tahapan  elemen secara konsisten dipelajari oleh peserta  berikutnya. Dengan adanya perkembangan  didik mulai dari jenjang SD sampai jenjang SMA   domain-domain isi dan/atau kompetensi suatu  dengan kompleksitas dan kedalaman yang           mata pelajaran, kompetensi utama yang akan  berbeda, yang artinya kompetensi peserta didik   dikembangan melalui mata pelajaran tersebut  pun berkembang dari fase ke fase.                menjadi lebih eksplisit.    Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Bahasa      Pendekatan yang sama juga digunakan  Indonesia terdapat 4 elemen utama, yaitu:        dalam kurikulum Finlandia (Finnish Board of  1) menyimak, 2) membaca dan memirsa, 3)          Education, 2014), di mana standar yang perlu  berbicara dan merepresentasikan, dan 4)          dicapai disampaikan secara deskriptif mulai dari  menulis. Sejak Fase A (kelas I-II SD/sederajat)  penjelasan tentang fungsi dari mata pelajaran  hingga Fase F (kelas XI-XII SMA/sederajat),      tersebut, kompetensi utama yang difokuskan,  keempat elemen tersebut dipelajari dengan        capaian atau tujuan untuk kompetensi tersebut,  tingkat kompleksitas kognitif yang terus         panduan atau rambu-rambu yang perlu  berkembang. Bagi guru dan pengembang             diperhatikan guru atau pengembang silabus  kurikulum, elemen ini dapat menjadi acuan        dan kegiatan pembelajaran mata pelajaran  tentang kompetensi apa saja yang harus ia        tersebut, dan asesmen yang dianjurkan.    46
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    Semua komponen tersebut dijelaskan              fleksibilitas sangat penting bagi satuan  untuk setiap tahapan perkembangan (dalam        pendidikan untuk dapat mengembangkan  Kurikulum Merdeka diadaptasi sebagai Fase,      pembelajaran yang memberikan kesempatan  akan dijelaskan kemudian). Sebagai standar      untuk peserta didik membuat kaitan-kaitan  yang berlaku nasional, capaian merupakan        antara konsep yang dipelajari dengan situasi  tujuan yang lebih abstrak daripada tujuan       setempat, sekaligus menentukan kecepatan  pembelajaran yang dikembangkan guru dalam       pembelajaran setiap konsep. Fleksibilitas  silabus apalagi RPP.                            CP yang memberikan keleluasaan untuk                                                  pembelajaran yang kontekstual ini dicontohkan  Contoh lain adalah standar capaian pendidikan   dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila  Matematika yang dikembangkan oleh NCTM          dan Kewarganegaraan, di mana topik tentang  (National Council of Teachers of Mathematics),  Pemilihan Umum dapat dipelajari pada masa-  yang dianjurkan untuk diterapkan secara         masa sekitar Pemilihan Umum di Indonesia atau  global. Standar yang dirancang NCTM dibangun    daerahnya.  dengan asumsi bahwa setiap anak dapat  mencapai kompetensi yang ditetapkan. Oleh       Untuk mengetahui tingkat fleksibilitas Capaian  karena itu, standar yang ditetapkan NCTM        Pembelajaran (CP), Pusat Kurikulum dan  merupakan standar minimum yang inklusif.        Pembelajaran Kemendikbudristek bersama  Paradigma ini juga sejalan dengan prinsip       para pakar mata pelajaran Matematika,  perancangan Kurikulum Merdeka yang inklusif     Bahasa Indonesia, dan IPA melakukan analisis  dan berkeadilan. Standar yang ditetapkan        perbandingan antara KI-KD dengan elemen-  NCTM juga distrukturkan berdasarkan domain      elemen dalam CP terkait dengan dua hal,  konten dan domain kemampuan (performance).      yaitu kesesuaian antara KI-KD dan CP dengan  Struktur ini menjadi salah satu rujukan utama   tahap perkembangan pembelajaran (apakah  dalam CP Matematika.                            terlalu/kurang mendalam, terlalu sulit/mudah)                                                  dan fleksibilitas untuk dikembangkan sesuai  Fleksibilitas pembelajaran. Untuk               dengan konteks lokal satuan pendidikan.  menguatkan kompetensi, pembelajaran             Analisis kuantitatif tersebut dilakukan dengan  perlu memberikan kesempatan kepada siswa        menghitung proporsi target kompetensi dari  untuk menghubungkan konsep atau teori           masing-masing kurikulum yang menunjukkan  yang dipelajarinya dengan lingkungan atau       kesesuaian dengan tahap perkembangan dan  kehidupan sekitar mereka (Glaesser, 2018;       juga aspek fleksibilitasnya.  Eggen & Kauchak, 2016). Dengan demikian,    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN  47
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA        Gambar 3.12. Hasil Analisis Perbandingan Antara CP dan KI-KD Terkait Kesesuaian Dengan Tahap Perkembangan dan                                                                            Fleksibilitas    Hasil analisis menunjukkan bahwa CP             dengan tahap perkembangan peserta didik,  lebih sesuai dengan tahap perkembangan          misalnya sekitar 17% capaian dalam mata  peserta didik dan lebih fleksibel daripada      pelajaran IPA Kurikulum 2013 dinilai pakar lebih  KI-KD. Contohnya, pada mata pelajaran           sesuai dengan tahap perkembangan siswa  Matematika elemen-elemen pada CP 50% lebih      dibandingkan dengan capaian dalam Kurikulum  sesuai dengan tahap perkembangan siswa          Merdeka. Data ini memberikan informasi  dibandingkan KI-KD dan 42,31% lebih fleksibel   kepada perancang kurikulum tentang perlunya  untuk diterjemahkan satuan pendidikan.          melakukan penelaahan kembali dan revisi  Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa           apabila diperlukan. Sebagaimana disampaikan  Indonesia, elemen-elemen pada CP 58,33%         dalam bagian Prinsip Perancangan Kurikulum,  lebih sesuai dengan tahap perkembangan          umpan balik yang didapatkan selama satu  siswa dan 100% lebih fleksibel. Untuk mata      tahun implementasi secara terbatas dalam  pelajaran IPA, elemen-elemen pada CP 48,91%     Program Sekolah Penggerak (PSP) dan SMK  lebih sesuai dengan tahap perkembangan          Pusat Keunggulan (SMK PK) digunakan sebagai  siswa dan 76,57% lebih fleksibel. Analisis      pertimbangan untuk merevisi dokumen-  ini menunjukkan bahwa CP memberikan             dokumen kurikulum, termasuk CP.  fleksibilitas yang lebih besar daripada KI-KD.                                                  Selain analisis perbandingan antara CP dengan  Peningkatan kualitas CP. Gambar 3.3 juga        KI-KD tersebut, umpan balik juga didapat  memperlihatkan bahwa masih ada beberapa         melalui diskusi kelompok terpumpun bersama  persen materi dalam CP yang belum sesuai        guru PSP yang mulai menerapkan Kurikulum    48
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    Merdeka sejak Tahun Ajaran 2021/2022.              Berdasarkan monitoring awal yang  Menurut pandangan para guru, pembelajaran          dilaksanakan pada tahun 2021, telah  dengan kurikulum ini memiliki beberapa             dilaksanakan perbaikan mayor pada 33,33%  kelebihan seperti capaian pembelajaran             CP mata pelajaran yang digunakan di PAUD  relevan dengan konteks zaman dan tingkat           dan Dikdasmen, serta 11,54% CP untuk mata  perkembangan berpikir siswa. Capaian               pelajaran khusus SMK. Perbaikan mayor  pembelajaran dapat dieksplorasi oleh guru          tersebut meliputi perbaikan pada beberapa  dengan menyesuaikan kebutuhan siswa,               aspek seperti kesesuaian CP dengan  kearifan lokal serta situasi dan kondisi terkini.  tingkat kemampuan berpikir dan tahapan  Namun demikian, untuk implementasinya              perkembangan belajar siswa, kesesuaian materi  diperlukan masa adaptasi sebab baik bagi guru      dan penjabaran capaian pembelajaran pada  maupun siswa memiliki tingkat kesiapan yang        tiap fase. Selain itu, dilakukan pula perbaikan  berbeda-beda. Contohnya, untuk guru yang           minor yang meliputi perbaikan pada aspek  sebelumnya melakukan pembelajaran dengan           redaksional seperti penulisan kalimat, pemilihan  Kurikulum 2013 dimana kompetensi dicapai           kata dan istilah serta tambahan keterangan  tiap tahun perlu beradaptasi dengan capaian        untuk bagian tertentu. Pemilihan kata dan istilah  pembelajaran pada kurikulum prototipe yang         ini penting mengingat suatu kata dan istilah bisa  dirancang menjadi tiap fase. Umpan balik ini       memiliki makna yang sangat beragam. Dengan  menjadi landasan untuk memperbaiki strategi        demikian, CP yang diterbitkan pada tahun 2022  implementasi kurikulum di satuan pendidikan.       merupakan versi revisi berdasarkan umpan                                                     balik yang disampaikan oleh pakar dan juga                                                     guru sebagai pengguna Kurikulum Merdeka.    D.	 Struktur Kurikulum                             mata pelajaran, (2) satuan pendidikan memiliki                                                     wewenang untuk mengembangkan kurikulum  Sebagaimana yang dinyatakan dalam                  operasional, (3) pembelajaran dibagi menjadi  Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021           dua, yaitu intrakurikuler dan kokurikuler  tentang Standar Nasional Pendidikan, struktur      dalam bentuk projek penguatan profil pelajar  kurikulum merupakan pengorganisasian atas          Pancasila, dan (4) adanya pilihan yang dapat  kompetensi, muatan pembelajaran, dan beban         ditentukan oleh peserta didik.  belajar. Karakteristik utama yang ditekankan  dalam rancangan struktur kurikulum ini adalah  sebagai berikut: (1) adanya perubahan status    1.	 Perubahan Status Mata Pelajaran    Perubahan status mata pelajaran merupakan          dimiliki oleh setiap peserta didik di masa kini  salah satu upaya untuk menguatkan                  dan masa yang akan datang. Seiring dengan  pengembangan kompetensi yang penting               tujuan tersebut, perubahan ini juga dilakukan    KAJIAN AKADEMIK KURIKULUM UNTUK PEMULIHAN PEMBELAJARAN                                              49
RANCANGAN KURIKULUM MERDEKA    sebagai upaya meningkatkan keselarasan           ada pendidikan Bahasa Inggris di jenjang  pembelajaran antara satu jenjang dan jenjang     SD, mereka diharapkan untuk mencapai  berikutnya. Dengan penyesuaian status            kompetensi yang sebenarnya merupakan  mata pelajaran (misalnya dari tidak wajib        kemampuan tahap menengah (intermediate  menjadi mata pelajaran wajib atau dianjurkan),   level). Artinya, tanpa ada pembelajaran di  perkembangan kompetensi setiap peserta didik     level dasar (basic level), mereka langsung  diharapkan dapat lebih optimal. Berikut adalah   diharapkan mencapai level yang cukup  beberapa perubahan tersebut:                     kompleks. Ada dua opsi sebagai solusi dari                                                   masalah gap atau kesenjangan capaian  Bahasa Inggris semakin dianjurkan                kompetensi ini. Pertama, mengubah target  untuk mulai diajarkan sejak jenjang SD,          capaian mata pelajaran Bahasa Inggris di  sebagaimana sudah dimulai sejak kurikulum-       jenjang SMP agar lebih sederhana. Opsi  kurikulum sebelumnya. Hal ini didorong           ini mengindikasikan penurunan standar  oleh tiga hal: (1) bahasa Inggris sebagai        kompetensi dan justru bertentangan dengan  kebutuhan seluruh anak Indonesia, (2)            tujuan utama penguatan pendidikan Bahasa  keselarasan kurikulum Bahasa Inggris, dan        Inggris. Oleh karena itu, opsi ini tidak dipilih.  (3) pemerataan kualitas pembelajaran. Untuk      Opsi kedua, dan merupakan opsi yang dipilih  dapat berkomunikasi lintas budaya dan            sebagai solusi, adalah menyediakan pendidikan  antar bangsa serta berperan aktif sebagai        Bahasa Inggris level dasar di jenjang SD.  masyarakat dunia, keterampilan Bahasa Inggris  merupakan kebutuhan dasar yang perlu             Mengajarkan Bahasa Inggris sejak dini  dimiliki seluruh anak Indonesia. Bahasa Inggris  dengan kebijakan, perencanaan, dan  telah menjadi lingua franca atau basantara,      penyelenggaraan yang dirancang dengan  termasuk untuk masyarakat di Asia Tenggara       hati-hati akan mendorong penguatan fondasi  yang menggunakan bahasa ibu dan bahasa           Bahasa Inggris. Kajian menunjukkan bahwa  resmi yang berbeda-beda (Kickpatrick, 2010).     manfaat utama mengajarkan Bahasa Inggris di  Sesuai dengan komitmen Pemerintah untuk          jenjang SD antara lain adalah, terbangunnya  mengembangkan setiap dimensi dalam profil        rasa percaya diri untuk menggunakan Bahasa  pelajar Pancasila termasuk berkebinekaan         Inggris sekaligus membangun kesadaran  global, maka penguatan pendidikan Bahasa         global dan kompetensi antarbudaya (Singleton,  Inggris merupakan salah satu hal yang            D., 2003, Harmer, J., 2012, Moon, J, 2005).  diutamakan dalam Kurikulum Merdeka.              Dengan demikian, mata pelajaran ini tidak                                                   sekadar mengajarkan teknik dan keterampilan  Masalah keselarasan kurikulum Bahasa Inggris     berbahasa Inggris, tetapi juga mengembangkan  dalam kurikulum nasional juga menjadi salah      wawasan global di mana siswa dapat lebih  satu pertimbangan yang mendorong anjuran         mudah memahami perbedaan budaya sehingga  kepada satuan pendidikan dan pemerintah          terbangun sikap toleran.  daerah untuk mengajarkan mata pelajaran ini.  Salah satu temuan evaluasi Kurikulum 2013        Kemampuan berbahasa Inggris juga berpotensi  yang dilakukan Pusat Kurikulum dan Perbukuan     untuk menjadi faktor yang berkontribusi  adalah kerancuan dalam kompetensi yang           pada kesenjangan kualitas belajar antar  harus dicapai siswa jenjang SMP. Tanpa           siswa dan antar satuan pendidikan. Saat    50
                                
                                
                                Search
                            
                            Read the Text Version
- 1
 - 2
 - 3
 - 4
 - 5
 - 6
 - 7
 - 8
 - 9
 - 10
 - 11
 - 12
 - 13
 - 14
 - 15
 - 16
 - 17
 - 18
 - 19
 - 20
 - 21
 - 22
 - 23
 - 24
 - 25
 - 26
 - 27
 - 28
 - 29
 - 30
 - 31
 - 32
 - 33
 - 34
 - 35
 - 36
 - 37
 - 38
 - 39
 - 40
 - 41
 - 42
 - 43
 - 44
 - 45
 - 46
 - 47
 - 48
 - 49
 - 50
 - 51
 - 52
 - 53
 - 54
 - 55
 - 56
 - 57
 - 58
 - 59
 - 60
 - 61
 - 62
 - 63
 - 64
 - 65
 - 66
 - 67
 - 68
 - 69
 - 70
 - 71
 - 72
 - 73
 - 74
 - 75
 - 76
 - 77
 - 78
 - 79
 - 80
 - 81
 - 82
 - 83
 - 84
 - 85
 - 86
 - 87
 - 88
 - 89
 - 90
 - 91
 - 92
 - 93
 - 94
 - 95
 - 96
 - 97
 - 98
 - 99
 - 100
 - 101
 - 102
 - 103
 - 104
 - 105
 - 106
 - 107
 - 108
 - 109
 - 110
 - 111
 - 112
 - 113
 - 114
 - 115
 - 116
 - 117
 - 118
 - 119
 - 120
 - 121
 - 122
 - 123
 - 124
 - 125
 - 126
 - 127
 - 128
 - 129
 - 130