Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Manajemen Budaya Literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03

Manajemen Budaya Literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03

Published by Midagama Yess, 2021-10-29 13:16:43

Description: Tesis Nisfatul 'Azizah

Search

Read the Text Version

MANAJEMEN BUDAYA LITERASI DI MI Ya BAKII KALISABUK 03 KESUGIHAN CILACAP Oleh: USWANT I NIM. 1910620 Oleh : NISFATUL ‘AZIZAH NIM : 2010692 PROPOSAL TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATULULAMA KEBUMEN 2021 i

ii

PENGESAHAN Tesis yang berjudul: Manajemen Budaya Literasi di MI YaBAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap, telah dipertahankan di hadapan Sidang Dewan Penguji Tesis pada: Hari : Senin Tanggal : 14 Juni 2021 Waktu : 09.00 s.d. 10.00 Nama Oleh: NIM : Nisfatul ‘Azizah Program Studi : 2010692 : Manajemen Pendidikan Islam Dewan Penguji Tesis Ketua Sidang : Faisal, M.Ag ( ) Sekretaris Sidang : Fikria Najitama, M .S.I Penguji I : Dr. Imam Satibi, M.Pd.I ( ) Penguji II ) : Dr. Sudadi, M.Pd.I ( Kebumen, 14 Juni 2021 Sekolah Pascasarjana Institut Agama Islam Nahdatul Ulama Kebumen Direktur. Dr. Sulis Rokhmawanto, M.S.I NIDN. 2131038501 iii

PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nisfatul ‘Azizah NIM : 2010692 Program Studi : Managemen Pendidikan Islam Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang saya susun sebagai syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis ini saya yang kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelas akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apa bila di kemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam tesis ini. Kebumen, Juni 2021 iv

MOTTO \"Education is the most powerful weapon which can you use to cange the world.\". \"Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia\" (Nelson Mandela)1 “Do a Kindness Right Now (lakukanlah hal baik sekarang juga)” 1 Pidato Nelson Mandela pada tanggal 16 Juli 2003 v

PERSEMBAHAN Tesis ini dipersembahkan untuk: 1. Almamater Pascasarjana IAINU Kebumen yang kubanggakan 2. Abah dan Ibuku, yang tiada henti selalu melangitkan doa terbaik untukku. 3. Suamiku, Wahyudin Hadi Wibowo yang selalu memberikan support lahir dan bathin, anak-anakku tersayang, Naila Syifa baidlotul Mar’ah dan Haydar Izyan Ahmad Wibowo yang selalu menjadi penyemangatku. 4. Saudara-saudaraku tersayang yang selalu mendoakan kesuksesanku. 5. Sahabat-sahabatku semua yang selalu memberikanku semangat 6. Pembaca yang budiman. vi

ABSTRAK Nisfatul ‘Azizah NIM. 2010692. Manajemen Budaya Literasi di MI YaBAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap. Penelitian ini dilatar belakangi telah berkembangnya budaya literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap sebagai lembaga pendidikan formal setingkat SD di bawah naungan kementrian agama , yang berkembang dengan baik secara akademik maupun non akademik. Pengelolaan manajemen literasi berjalan dengan baik dan dilakukan sesuai dengan tiga tahap gerakan literasi sekolah. Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimanakah manajemen budaya literasi, bagaimanakah tahapan pengembangan budaya literasi dan bagaimanakah kegiatan literasi di masa pandemi covid di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian lapangan atau disebut field research dengan peneliti langsung datang ke lokasi penelitian untuk menemukan data yang dibutuhkan dalam penelitian budaya literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03. Peneliti sebagai instrument utama dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Seluruh data dianalisis dengan model interaktif dengan alur: pencatatan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: pertama, tahap pembiasaan dilakukan dengan kegiatan membaca bersama di teras kelas masing-masing tiap hari Rabu, kegiatan babutilem (baca buku tiga lembar) setiap hari sebelum pembelajaran dimulai, Kegiatan literasi juga dilakukan oleh semua warga sekolah, Terdapat sudut baca di masing-masing kelas dan sudut baca di depan lorong kantor, Terdapat perpustakaan yang cukup lengkap buku-bukunya, kegiatan literasi dilakukan di depan teras kelas, terdapat poster-poster ajakan untuk membaca di perpustakaan dan ruang kelas. Kedua, tahap pengembangan dilakukan dengan adanya team program literasi, adanya kegiatan membaca sebelum pembelajaran, setelah membaca, ada kegiatan anak-anak menuliskan sinopsisnya, terdapat koleksi buku-buku yang bervariasi di masing-masing pojok baca. Ketiga, tahap pembelajaran dilakukan dengan kegiatan membaca dilakukan secara bervariasi sesuai tingkatan kelas, terdapat pojok baca dengan buku yang lebih bervariasi, kegiatan membaca dimasukkan ke dalam proses pembelajaran, terdapat team program literasi, guru menggunakan bahan bacaan sebagai literasi yang menunjang proses pembelajaran, diberikannya reword kepada peserta didik yang telah menyelesaikan tugas literasinya dengan perolehan nilai yang tertinggi. Kata Kunci : manajemen, budaya literasi dan Madrasah Ibtidaiyah vii

ABSTRACT Nisfatul 'Azizah NIM. 2010692. Management of Literacy Culture at MI YaBAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap. This research is based on the development of a literacy culture in MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap as a formal education institution at the SD level under the auspices of the Ministry of Religion, which is developing both academically and non-academically. The management of literacy management runs well and is carried out in accordance with the three stages of the school literacy movement. The formulation of the problem in this study is how is the management of literacy culture, what are the stages of developing a literacy culture and what are the literacy activities during the Covid pandemic at MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap. This research uses qualitative research with field research methods or called field research with researchers directly coming to the research location to find the data needed in literacy culture research at MI Ya BAKII Kalisabuk 03. Researchers are the main instrument with data collection techniques through observation, interviews and documentation study. All data were analyzed using an interactive model with the flow: data recording, data reduction, data presentation and conclusions The results of this study can be concluded that: first, the habituation stage is carried out by reading together on the terraces of each class every Wednesday, babutilem activities (reading three sheets of books) every day before learning begins, literacy activities are also carried out by all school members, there are reading corner in each class and reading corner in front of the office hallway, there is a library that is quite complete with books, literacy activities are carried out in front of the classroom terrace, there are posters inviting them to read in libraries and classrooms. Second, the development stage is carried out with the presence of a literacy program team, reading activities before learning, after reading, there are activities for children to write a synopsis, there is a collection of varied books in each reading corner. Third, the learning phase is carried out by reading activities carried out in various ways according to class levels, there are reading corners with more varied books, reading activities are included in the learning process, there is a literacy program team, teachers use reading material as literacy that supports the learning process, given rewords to students who have completed their literacy assignments with the highest scores. Keywords : management, literacy culture and Madrasah Ibtidaiyah viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi berfungsi untuk memudahkan penulis dalam memindahkan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.Pedoman transliterasi harus konsisten dari awal penulisan sebuah karya ilmiah sampai akhir. Di dalam naskah tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam tesis ini disesuaikan dengan penulisan transliterasi Arab-Latin mengacu kepada Keputusan Kementerian Agama Republik Indonesia (2009:104), sebagai berikut: 1. Penulisan Huruf No Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama 1 ‫ ا‬Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan 2‫ب‬ Ba B Be 3‫ت‬ Ta T Te 4‫ث‬ Sa ś Es kecil (dengan titik di atas) 5 ‫ ج‬Jim J Je 6‫ح‬ Ha H Ha (dengan titik di bawah) 7 ‫ خ‬Kha Kh Ka dan ha 8 ‫ د‬Dal D De 9 ‫ ذ‬Dzal Z Zet 10 ‫ر‬ Ra R Er 11 ‫ز‬ Zai Z Zet 12 ‫س‬ Sin S Es 13 ‫ش‬ Syin Sy Es dan ye 14 ‫ ص‬Shad ş Es kecil dengan titik bawah 15 ‫ ض‬Dhad Dh De dan ha 16 ‫ط‬ Tha Th Te dan ha Zh Zet dan hà 17 ‫ ظ‬Zhaa 18 ‫ع‬ ‘ain ‘ Koma terbalik di atas 19 ‫ غ‬Ghain Gh F Ge dan ha 20 ‫ف‬ Fa Ef 21 ‫ق‬ Qaf Q Ki ix

22 ‫ك‬ Kaf K Ka L El 23 ‫ل‬ Lam M Em 24 ‫م‬ Min N En 25 ‫ن‬ Nun W We H Ha 26 ‫ و‬Waw ‘ Apostref 27 ‫ه‬ Ha Y Ye 28 ‫ء‬ Hamz ah 29 ‫ي‬ Ya 2. Vocal rangkap dua dipotong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf, translitterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf sebagai berikut: a. Vocal rangkap dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al- yawm. b. Vocal rangkap dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al-bayt. 3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron (coretan horizontal) di atasnya, misalnya ( ‫ = ا ْل َفا تِ َح ْة‬al-fātiḥah ), ( ‫ = ا ْلعُلُ ْوم‬al-‘ulūm), dan ( ‫ = قِ ْيمة‬qīmah). 4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( = ḥaddun), ( = saddun), ( = ṭayyib). 5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam, transliterasinya dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ‫ = ا ْلبَ ْيت‬al-bayt), ( = ‫السمأء‬al-samā’). 6. Tā’marbūtah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukūn, transliterasinya dalam bahasa Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan tā’ marbūtah yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya (‫ = ُر ْؤ َيةُ ا ْل ِهلال‬ru’yat al- hilāl ). Tanda apostrof (‘) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya (ُ‫ = ُر ْؤ َية‬ru’yah ), ( ‫ = فُقَ َهاء‬fuqahā’). x

KATA PENGANTAR Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ungkapan Syukur Al- Hamdulillah, penulis sanjungkan kehadirat Illahi Rabby, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, guna melengkapi syarat mencapai gelar Magister dalam Program Studi Managemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen. Adapun Penulisan Tesis ini Berjudul “Manajemen Budaya Literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap”. Dalam penyusunan tesis ini tidak mungkin lepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan yang penulis terima dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan Jazaakumullah akhsanal jazaa. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Satibi, M.Pd.I selaku Rektor IAINU Kebumen. 2. Dr. Sulis Rokhmawanto, M.S.I selaku Direktur Pascasarjana IAINU Kebumen. 3. Dr. Sulis Rokhmawanto, M.S.I selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini. 4. Ngasipah, S.Pd.I selaku kepala MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap Kesugihan yang telah mengijinkan saya mengadakan penelitian. 5. Semua pihak yang telah membantu baik selama belajar maupun penulisan tesis ini. Semoga amal baik dan jasa-jasanya diterima oleh Allah SWT., dan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis mohon dengan hormat demi kesempurnaan sudilah memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga kita semua senantiasa mendapatkan taufik, hidayah, inayah dan ridla dari Allah SWT. Kebumen, Juni 2021 Penulis Nisfatul ‘Azizah xi

DAFTAR ISI COVER ........................................................................................................ i NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... ii PENGESAHAN............................................................................................. iii PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... iv MOTTO ........................................................................................................ v PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi ABSTRAK..................................................................................................... vii ABSTRACK.................................................................................................. viii PEDOMAN TRASLITERASI ARAB-LATIN ............................................ ix KATA PENGANTAR .................................................................................. xi DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7 C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8 E. Sistematika Penulisan Tesis .................................................................. 9 BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 10 A. Manajemen Budaya Literasi ................................................................. 10 B. Gerakan Literasi Sekolah..................................................................... 24 C. Tahapan-tahapan Literasi Sekolah ....................................................... 27 D. Budaya Literasi di Masa Pandemi Covid………………………………. 33 D. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................. 35 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 39 A. Jenis Penelitian..................................................................................... 39 xii

B. Tempat danWaktu ................................................................................ 40 C. Subjek Penelitian.................................................................................. 41 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 42 E. Keabsahan Data .................................................................................... 45 F. Analisis Data ........................................................................................ 46 BAB IV HASIL PENILITIAN ..................................................................... 50 Gambaran Umum Lokasi MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap ..... 50 Deskripsi Hasil Penilitian................................................................................ 65 Analisis Hasil Penelitian ................................................................................. 77 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 96 Kesimpulan..................................................................................................... 96 Saran .............................................................................................................. 97 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 98 xiii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Komponen Literasi dan Pihak yang Berperan Aktif Tabel 2.2. Indikator Tahapan Pembiasaan Table 2.3. Indikator Pengembangan Table 2.4. Indikator pembelajaran Tabel 4.1. Lembaga Pendidikan Formal Tabel 4.2. Tabel Perkembangan Siswa dari tahun ke tahun Tabel 4.3. Tabel Keadaan Siswa tahun Pelajaran 2020/2021 Tabel 4.4. Tabel Data Buku Perpustakaan Tabel 4.5. Tabel Data Perlengkapan Olahraga xiv

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Lokasi MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap Kesugihan Cilacap Gambar 1.2 Pojok Literasi di Kelas Gambar 1.3 Kegiatan pemanfaatan pojok literasi di MI ya BAKII Kalisabuk 03 Gambar 1.4 Dewan guru sedang melakukan kegiatan literasi di pagi hari sebelum pembelajaran Gambar 1.5 Kegiatan wawancara, di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap Kesugihan Cilacap Gambar 1.6 Kegiatan membaca bersama di pagi hari di teras kelas MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap Kesugihan Cilacap Gambar 1.7 Kegiatan membaca setiap pagi sebelum proses KBM dimulai Gambar 1.8. Kegiatan literasi di rumah selama masa pandemic covid 19 Gambar 1.9. Kegiatan Donasi Buku dari Walimurid ke Madrasah xv

DAFTAR LAMPIRAN 1. Pedoman wawancara 2. Pedoman observasi 3. SK penetapan dosen pembimbing 4. Permohonan izin penelitian 5. SK Team Gerakan Literasi MI Ya BAKII Kalisabuk 03 6. Surat keterangan selesai penelitian 7. Dokumentasi literasi 8. Tabel xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrtis serta bertanggungjawab. 2 Pendidikan adalah hal yang sangat penting. Pentingya pendidikan, karena proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan penelitian. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka dibutuhkan sebuah pengelolaan manajemen madrasah yang dapat mengembangkan madrasah. Dalam mengembangkan madrasah, kepala madrasah membutuhkan suatu program yang menjadi unggulan dari madrasah tersebut. Untuk menentukkan apa program unggulan yang akan dilaksanakan, maka kepala madrasah beserta seluruh elemen madrasah, mulai dari guru, tenaga kependidikan, dan komite madrasah menyusun suatu program yang memang benar-benar dibutuhkan oleh siswa dan akan bisa dimanfaatkan hasilnya oleh siswa sepanjang hidupnya, dan tentu saja program itu harus sesuai dengan tantangan zaman pada masa 4.0 ini. Pada abad ke-21 ini, dorongan untuk meningkatkan kemampuan literasi dasar semakin menguat. Karena peserta didik memerlukan 3 aspek agar mampu bertahan dan mampu berkompetisi hingga tingkat global. Ketiga aspek tersebut yaitu literasi, kompetensi, dan karakter. Aspek literasi mencakup enam keterampilan, antara lain literasi baca-tulis, numerasi, sains, 2 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 7. 1

digital, finansial, budaya dan kewargaan. 3 Alasan lain yang mendorong peningkatan aspek literasi juga tampak dari hasil penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) 2015 yang menunjukkan bahwa rata-rata peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 72 negara. Keadaan ini menunjukkan masih lemahnya kesadaran siswa dalam berliterasi. Melihat hasil penilaian tersebut, menunjukkan minat baca masyarakat Indonesia saat ini masih sangat rendah. Berbeda dengan msyarakat Eropa atau Amerika khususnya anak-anak yang dalam setahun bisa membaca hingga 25-27 persen buku. Selain itu dikutip dari salah satu situs laman berita online Tirto.id, ada Jepang yang minat bacanya bisa mencapai 15-18 persen buku pertahun. Minat baca di Indonesia sendiri jumlahnya hanya mencapai 0,01 persen pertahun.4 Jumlah tersebut sudah termasuk minat baca peserta didik di negara kita. Pernyataaan ini diperkuat dengan redaksi yang di tulis oleh Mikhael Gewati bahwa “Indonesia persis berada dibawah Thailand (59) dan diatas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa”.5 Kenyataan tersebut mengatakan sudah sepatutnya pendidikan di Indonesia harus berbenah, apalagi menyangkut masa depan generasi muda. Kurikulum yang saat ini diharapkan mampu menanamkan akhlak dan karakter bangsa sesuai cita-cita pancasila masih perlu disempurnakan lagi sesuai dengan karakter yang diinginkan oleh penggagas pendidikan Islam adalah karakter Nabi Muhammad SAW. Kurikulum yang saat ini ada harus disempurnakan dengan manajemen yang baik, sehingga kurikulum ini 3 Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hlm. 7–8. 4 Najwa Shihab, Najwa Paparkan Data Soal Rendahnya Minat Baca Indonesia Diakses dari Https:// Tirto.Id/ Najwa- Paparkan-Data-Soal-Rendahnya-Minat-Baca-Indonesia-Cupm pada Selasa Tanggal 15 Januari 2021 Pukul 20.57. 5 Mikhael Gewati, Minat Baca Indonesia Ada di Urutan Ke-60 Dunia Mikhael Gewati, Diakses dari Https://Edukasi.Kompas.Com/Read/2016/08/29/07175131/Minat. Baca. Indonesia. Ada. Di.Urutan.Ke-60.Dunia pada Selasa Tanggal 15 Januari 2021 Pukul 20.57. 2

diharapkkan memberikan dampak yang jelas dan terarah untuk generasi yang akan datang. Tentunya proses pengaturan atau pengelolaan peserta didik tersebut dilakukan melalui empat fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling.6 Hal ini mutlak harus dilakukan oleh pemangku kebijakan di lembaga pendidikan, termasuk tentang literasi di sekolah atau madrasah. Berbicara mengenai literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis. Semua tahu, dalam Islam kita disuruh untuk iqra’ yang maknanya untuk membaca. Pemahaman tentang literasi seringkali dipahami secara sempit hanya pada pembelajaran Bahasa saja sehingga seringkali yang mengimplementasikan dalam pembelajaran hanya guru Bahasa. Hal inilah yang membuat implementasi literasi belum berjalan maksimal sehingga program-program literasi di sekolah seringkali tidak berjalan maksimal. Pendidikan adalah pencerahan, budaya adalah kemerdekaan. Dua kata yang saling melengkapi demi terciptanya pendidikan yang progresif. Budaya dan pendidikan sebenarnya satu kesatuan yang tidak bisa dipisahan keberadaannya. Pendidikan seharusnya mampu meningkatkan harga diri seseorang/remaja. Sejatinya penilaian positif terhadap harga diri akan berpengaruh terhadap kemampuan atau potensi diri serta mampu menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Selain itu mereka yang berfikir positif akan cenderung merasa bahagia dan sehat. Sedangkan yang menilai negatif harga dirinya akan cenderung cemas, tertekan, dan pesimis.7 Harga diri adalah poin penting dalam peningkatan kemampuan belajar dan analisis siswa/peserta didik. Memahami konsep dan pemikiran kritis adalah dua kualitas penting dari seorang individu yang sukses. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya yang berkualitas yang dihasilkan dalam proses 6 Junaidi, Pelaksanaan Manajemen Peserta Didik Pada MAN Beringin Kota Sawahlunto, Jurnal AlFikrah, Vol. Iii, No. 1, Januari-Juni 2015, 39. 7 Nur Sholihah, Sugiyo, Eko Nusantoro, Meningkatkan Harga Diri (Self Esteema) pada Siswa SMK Muhammadiyah 01 Pati, Indonesian Journal Of Guidance And Conseling 3 (2) 2014, hlm. 2. 3

pembelajaran. Selain proses dari sekolah, proses masyarakat juga sangat diperlukan salah satunya cara menumbuh kembangkan minat baca dapat diwujudkan melalui program kampung literasi. Satu program yang menjadikan konsep kampung tidak hanya menjadi tumbuh kembangkan minat baca saja. 8 Pernyataan ini di perkuat oleh Anies Baswedan sebagaimana di tulis Mikhael Gewati, “budaya membaca itu hadir karena ada Kebiasaan Membaca, Kebiasaan Membaca ada jika ada rencana membaca secara rutin dan rutinitas dalam baca itu penting sekali”.9 Pemerintah dengan melakukan berbagai terobosannya, mengadakan progam gerakan literasi sekolah, yaitu gerakan masal untuk menumbuhkan gemar literasi guna memenuhi kebutuhan akan informasi dan bacaan bagi generasi emas yang dimiliki bangsa ini. 10 Budaya literasi sekolah adalah salah satu diantara banyak hal yang ingin menjelaskan pentingnya keberadaan budaya dan literasi. Budaya literasi tidak hanya sebagai terobosan sebelah mata, melainkan wujud dari proses pembentukan identitas peserta didik/individu. Pembentukan identitas mencakup tiga hal yakni komitmen, eksplorasi mendalam, dan peninjauan kembali komitmen. Komitmen berkaitan dengan rasa percaya diri, eksplorasi mendalam berkaitan dengan mencari informasi tambahan dan berdiskusi dengan orang lain dan peninjauan kembali komitmen mengarah pada perubahan komitmen yang dianggap tidak memuaskan.11 Berbicara mengenai literasi setidaknya kita harus mengetahui permendikbud tentang gerakan literasi sekolah. Gerakan Literasi Sekolah dikembangkan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang 8 Nas/Ray, Survei UNESCO: Minat Baca Masyarakat Indonesia 0,001 Persen, Diakses dari Https://Gobekasi.Pojoksatu.Id/2016/05/19/Survei-Unesco-Minat-Baca-Masyarakat-Indonesia- 0001Persen/ pada Selasa Tanggal 15 Januari 2021 Pukul 20.57. 9 Mikhael Gewati, Minat Baca Indonesia Ada di Urutan Ke-60 Dunia. Diakses dari Https://Edukasi.Kompas.Com/Read/2016/08/29/07175131/Minat. Baca. Indonesia. Ada. Di.Urutan.Ke-60.Dunia pada Selasa Tanggal 15 Januari 2021 Pukul 20.57 WIB 10 I Made Ngurah Suragangga, Mendidik Lewat Literasi Untuk Pendidikan Berkualitas, Jurnal Penjaminan Mutu Volume 3 No. 2 Agustus 2017, 155. 11 Darmawan Muttaqin, Endang Ekowarni, Pembentukan Identitas Remaja di Yogyakarta, Jurnal Psikologi Volume 43, Nomor 3, 2016, 234. 4

Penumbuhan Budi Pekerti dan sejalan dengan apa yang dituliskan di situs resmi Mendikbud, bahwa Mendikbud juga meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah “Bahasa Penumbuh Budi Pekerti” artinya Gerakan Literasi Sekolah ini bertujuan membiasakan dan memotivasi siswa untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. 12 Kenapa pemerintah harus gencar dalam menumbuhkan budi pekerti lewat literasi?, ini adalah pertanyaan yang harus kita jawab bersama. Kita harus tahu bangsa yang literasi masyarakatnya masih rendah akan mengalami peradaban yang suram dan tersungkur.13 Melihat kondisi tersebut, masyarakat kita saat ini masih belum literat artinya belum ada kemauan dan kemampuan masyarakat untuk membaca secara intelektual dan mencari sumber yang empirik. Manajemen budaya literasi sekolah yang nantinya menjadi fokus dalam penelitian ini berawal dari keprihatinan penulis mengenai belum membudayanya gerakan literasi ini. Budaya membaca dan menulis peserta didik saat ini sangat kurang karena terlalu banyak terlena dengan kecanggihan teknologi. Penulis menganggap pengetahuan literasi harus dipahami dan ditanamkan sejak dini sebagai sebuah solusi kemajuan bangsa. Literasi dalam usahanya membudayakan intelektualitas di kalangan lembaga pendidikan SD sampai tingkat SMA sederajat. Dengan manajemen yang baik nantinya kurikulum ini diharapkan memberikan dampak yang jelas dan terarah untuk generasi yang akan datang. Dibarengi juga dengan manajemen dan tata kelola yang baik untuk membumikan literasi sebagai basis budaya tidaklah sulit. Membudayakan literasi adalah membudayakan kesadaran pada individu dan memberikan gambaran yang nyata betapa luasnya dunia ini. Literasi berkaitan dengan mengenal sebaik-baiknya mengenai individu atau diri sendiri. Usaha untuk membudayakan literasi harus disadari sejak dini oleh 12 Mendikbud Luncurkan Gerakan Literasi Sekolah Diakses dari Https://Www.Kemdikbud.Go.Id/ Main/Blog/2015/08/Mendikbud-Luncurkan-Gerakan-Literasi- Sekolah-4514-4514-451 pada Selasa Tanggal 15 Januari 2021 Pukul 22.09. 13 Maman Suryaman, Analisis Hasil Belajaar Peserta Didik dalam Literasi Membaca Melalui Studi Internasional (Pirls) 2011, Litera, Volume 14, Nomor 1 April 2015, 171. 5

masing-masing lembaga sekolah, dan harus melihat bahwa; “Literasi adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh siswa dalam proses belajarnya. Sebagai alat komunikasi dan alat belajar (means of communications and learning tools), literasi perlu dikembangkan secara konsisten agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya”.14 Usaha sadar itu akan membawa sekolah ke gerbang cemerlang dalam menciptakan budaya literasi dan pengembangan peserta didik. Semakin lembaga sekolah memahami tentang pentingnya manajemen dan literasi maka lembaga sekolah tersebut dapat dikatakan literat. Program GLN ini dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.15 Upaya ini merupakan niat baik dan wujud perhatian pemerintah atas kondisi lemahnya literasi nasional yang sangat disayangkan jika hanya menjadi sebuah formalitas dan sekedar program kerja yang tidak berdampak apapun pada diri siswa, guru, dan masyarakat. Optimalisasi program ini juga membutuhkan partisipasi aktif para pemangku kepentingan pada semua tingkat dan jenis pendidikan yang mencakup keseluruhan ekosistem sekolah. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang berpihak pada seluruh komponen literasi juga perlu digunakan untuk memfasilitasi program tersebut. 16 Karena optimalisasi suatu program tidak akan berjalan baik apabila tidak melibatkan seluruh komponen sekolah. Untuk itu, peran kepala sekolah menjadi semakin penting karena posisinya sebagai pemangku kebijakan sekaligus ujung tombak kemajuan sebuah lembaga pendidikan. 14 Kristi Liani Purwanti, Penerapan Literasi Lintas Kurikulum Matematika dalam Pembelajaran Kelas Tinggi di MIT Nurul Islam Ngaliyan Semarang Tahun 2016, Phenomenon: Jurnal Pendidikan Mipa Vol 7, No 1 (2017), 82. 15 Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. 16 Yulisa Wandasari, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai Pembentuk Pendidikan Berkarakter,” JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan) 2, no. 2 (28 Desember 2017), https://doi.org/10.33369/jmksp.v2i2.1480. 6

MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap merupakan salah satu madrasah ibtidaiyah di bawah naungan yayasan BAKII Kesugihan yang merupakan salah satu madrasah mitra tanoto foundation, yaitu organisasi filantropi yang memiliki sent terhadap peningkatan sumber daya pendidikan di Indonesia. Dalam modul I program tanoto foundation, terdapat poin budaya baca yang harus dikembangkan oleh sekolah atau madrasah mitra. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pada beberapa uraian di atas, penulis pada hari Jum’at, 29 Februari 2021 dan wawancara terhadap ibu Rozikhatul Mumbingah, salah satu guru di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 diperoleh informasi bahwa program budaya baca sebagai salah satu gerakan literasi sudah dilaksanakan sejak dua tahun yang lalu. 17 Berdasarkan dari informasi yang diperoleh saat observasi awal, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengembangan, pembiasaan, dan pembelajaran program literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03. Hal inilah yang menjadi bahan landasan penulis dalam melakukan penelitian. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Managemen Budaya Literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka fokus utama permasalahan dalam penelitian ini adalah menelaah bagaimana manajemen budaya literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap: 1. Bagaimana manajemen budaya literasi di MI Ya BAKII kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap? 2. Bagaimana tahapan pengembangan budaya literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap? 3. Bagaimana kegiatan literasi di masa pandemi covid 19 di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap? 17 Observasi pada hari Jum’at, 29 Februari 2021 7

C. Tujuan Penulisan Secara umum tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan manajemen budaya literasi di MI Ya BAKII kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap. 2. Mendeskripsikan tahapan pengembangan budaya literasi di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap. 3. Mendeskripsikan kegiatan literasi di masa pandemic covid 19 di MI Ya BAKII Kalisabuk 03. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Berikut manfaat penelitian baik secara umum maupun praktis: 1. Secara umum a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khasanah keilmuan dalam bidang manajemen pendidikan islam. b. Memberikan kontribusi kaidah penerapan manajemen budaya literasi. c. Memberikan kontribusi konseptual dalam pemikiran manajemen budaya literasi. 2. Secara praktis a. Bagi MI Ya BAKII Kalisabuk 03 sebagai bahan acuan dalam mengembangkan madrasah. b. Bagi Kantor Kementrian Agama untuk menjadi bahan pertimbangan sebagai pengembangan pengambilan kebijakan. c. Bagi perpustakaan IAINU Kebumen untuk menjadi bahan bacaan bagi pembaca. d. Bagi generasi peneliti lebih lanjut untuk menjadi bahan sumber literasi 8

E. Sistematika Penulisan Tesis Laporan penelitian ini merupakan laporan penelitian kualitatif lapangan yang terdiri dari lima bab yang disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan Tesis. BAB II Landasan Teori yang berisi tentang Deskripsi Teori (Menjelaskan Grand Theori dan Teori Penunjang) dan Kajian Hasil Penelitian yang Relevan. BAB III Metode Penelitian, berisi tentang Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu, Subjek Penelitian/Informan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Keabsahan Data, dan Analisis Data BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang Deskripsi Gambaran Umum Lokasi Penelitian di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Cilacap, Hasil Penelitian dan Analisis Pembahasan tentang manajemen budaya literasi, pengembangan budaya literasi, dan kegiatan literasi di masa pandemi covid 19 di MI Ya BAKII Kalisabuk 03 Kesugihan Cilacap. BAB V Penutup, terdiri dari Kesimpulan , saran dan daftar pustaka 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Budaya Literasi 1. Grand teori Secara Secara umum, manajemen dikenal sebagai sebuah proses yang mengatur kegiatan atau perilaku sehingga menimbulkan efek yang baik. Secara etimologi kata manajemen diambil dari bahasa Perancis kuno, yaitu menagement, yang artinya adalah seni dalam mengatur dan melaksanakan. Manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya perencanaan, pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal ini adalah mencapai tujuan sesuai perencanaan, sedangkan efisien adalah melaksanakan pekerjaan dengan benar, teroganisir, dan selesai sesuai jadwal.18 Manajemen berasal dari kata to manage ynng berarti mengelola, pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi manajemen itu sendiri.19 Menurut Winardi manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran- sasaran yang telah ditetapkan melaluai pemanfaatan manusia serta sumber-sumber lain.20 Kata manajemen menurut Muchtar Efendy berasal dari bahasa Inggris yakni dari kata kerja to manage yang bersinonim dengan kata to hand yang berarti mengurus, to control memeriksa, dan to guide yang berarti memimpin, jadi apabila dilihat dari etimologi manajemen berarti pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing.21 Sedangkan pengertian manajemen menurut menurut Conie Chairunnisa adalah serangkain kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi dan mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia , sarana prasarana untuk mencapai tujuan organisasi.22 18 https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=learning+and+growth diakses tanggal 28 Desember 2020 pukul 19.57 19 Rohiat, Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 14. 20 A.T. Soegito, Pergeseran Paradigmatik Manajemen Pendidikan, (Semarang: Widya Karya, 2013), hlm. 21. 21 Mochtar. Effendy. Manajemen : Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: PT. Bhatara Karya, 2016), hlm.6. 22 Mochtar. Effendy. Manajemen : Suatu Pendekatan ..., hlm.112. 10

Beberapa definisi dari manajemen yang lain antara lain : 1. Management is the art of getting things done through and with the people in formally organized groups.- Koontz (1961). 2. Management is the art of getting things done through other people (American Management Association). 3. Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actualising, controlling, determining and accomplishing stated objectives by the use of people and other resources -Terry (1971). 4. Management is defined for conceptual, theoretical and analytical purposes, as that process by which managers create, direct, maintain, and operate purposive organization through systematic, coordinated, cooperative human efforts- McFarland (1974).23 Cuthbert Ross mengatakan, Management is an activity involving responsibility for getting things done through other people. Maksudnya kurang lebih, manajemen adalah aktivitas yang melibatkan tanggung jawab untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Jadi dalam manajemen ada beberapa orang yang diberi tanggungjawab masing-masing. Sedangkan menurut FW. Taylor, Management is the art of knowing exactly what you want to do and seeing that they do it in the best and cheapest way, mengandung pengertian kurang lebih manajemen adalah seni untuk mengetahui dengan tepat apa yang ingin anda lakukan dan melihat bahwa mereka melakukannya dengan cara terbaik dan termurah 24 Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa manajemen merupakan suatu ilmu yang dimiliki manusia dalam upaya memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen memiliki fungsi-fungsi yang berguna untuk proses kesinambungan secara sistematis. Fungsi-fungsi dalam manajemen digunakan oleh manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya demi tercapainya tujuan. 23 M. dash & Neena Dash, school management and organization (Amerika: Atlantic Publishers & Distributors (P) Ltd. (January 31, 2008), hlm.2 24 T. S. Kochhar, School Administration and Management, (New Delhi: Sterling Publishers, 2011). 11

Sebagaimana kita ketahui bahwa fungsi manajemen menurut George R. Terry “Mengklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut: Planning, Organizing, Actuating, dan Controling”. Mengacu pada pendapat George Terry, fungsi manajemen ada 4 seperti yang disebutkan diatas. Disamping itu beberapa ahli mendukung pendapat tersebut sehingga fungsi pokok manajemen adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (contolling). 1. Fungsi perencanaan (planning) Perencanaan adalah fungsi yang paling awal dari keseluruhan fungsi manajemen sebagaimana banyak dikemukakan oleh para ahli. Perencanaan adalah proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan untuk mencapai tujuan tertentu.25 A tentative plan for analysis of the research results is very important because is plan my have a considerable bearing upon the number of subjects needed the measures and scoring procedures used and the menthods of recording the data. Dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan sesuatu yang sangat penting, bagian dari suksesnya sebuah kegiatan. Karena rencana sangat mempengaruhi apayang akan kita dapatkan.26 Dengan begitu prinsip-prinsip dari perencanaan membutuhkan pengkajian yang mendalam dan kreatif guna mencapai sasaran. Namun dalam proses perencanaan tidak serta merta mengandalkan intuisi perlu di imbangi dengan memperhitungkan berbagai sumber yang ada dan perlunya administrasi yang jelas dan dan dapat dipertangungjawabkan. 2. Fungsi pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian merupakan fungsi lanjutan setelah perencanaan dalam sebuah manajemen. Pengorganisasian sebagai “urat nadi” dalam manajemen. Karenanya pengorganisasian memberikan pengaruh yang menyeluruh terhadap terhadap keberlangsungan lemabaga. Termasuk dalam hal ini lembaga pendidikan. Pengorganisasian adalah “Kegiatan yang meliputi penetapan struktur, tugas dan kewajiban, fungsi pekerjaan dan hubungan anatara fungsi dalam pendidikan”27 25 ,Furtasan & Budi, Manajemen Sumber Daya Manusia , Cet I (Depok: PT Raja Grfindo Persada, 2020), hlm. 30. 26 Walter R. Borg & Meredith D. Gall, Educatiaonal Research An Introduction, IV ( Brodway New York :Logman :1984 ) hlm 195. 27 Mohammad Iqbal , Tesis, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Surabaya: Program Pasca 12

Dalam fungsi ini akan di ciptakan fungsi formal dari suatu koordinasi. Fungsi formal tersebut yang nantinya ditetapkanya suatu pekerjaan, dibagi sesuai kemampuan, dan dikoordinasikan. Sehingga dalam pengorganisasian manajemen dapat berlangsung secara sistematis. Peran manajer dalam fungsi ini harus mampu mengembangkan kemandirian memimpin sebuah organisasi/lembaga sesuai dengan tujuan, rencana, dan program yang telah ditentukan. 3. Fungsi Pelaksanaan (actuating) Actuating adalah aktvitas untuk memberikan dorongan, pengarahan, dan pengaruh terhadap semua anggota kelompok agar mau bekerja secara sadar dan suka rela dalam rangka mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi. Fungsi actuating merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi ini adalah directing, commanding, leading dan coordinating. 28 Karena tindakan actuating sebagaimana unsur diatas, maka proses ini juga memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap dasar dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang telah ditetapkan, disertai dengan memberi motivasi-motivasi baru, bimbingan atau pengarahan, sehingga mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik. Bimbingan menurut Hadari Nawawi adalah memelihara, menjaga dan memajukan organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional agar setiap kegiatanya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan.29 Masalah penggerakan ini pada dasarnya berkaitan erat dengan unsur manusia, sehingga keberhasilannya juga ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam berhubungan dengan para guru dan karyawannya. Oleh sebab itu diperlukan kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi, daya kreasi serta inisiatif yang tinggi dan mampu mendorong semangat dari para guru dan karyawannya.30 Untuk dapat menggerakkan guru agar mempunyai semangat dan gairah kerja yang tinggi, maka perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut: Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017), hlm. 139 28 Stephen R. Robbins. Perilaku Organisasi Jilid I,.., hlm.74. 29 Hadari Nawawi. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung, 2003), hlm.74 30 Soewadji Lazaruth. Kepala Sekolah dan Tanggungjawabnya. (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm.4. 13

1) Memperlakukan para pegawai dengan sebaik-baiknya 2) Mendorong pertumbuhan dan pengembangan bakat dan kemampuan para pegawai tanpa menekan daya kreatifnya 3) Menanamkan semangat para pegawai agar mau terus berusaha meningkatkan bakat dan kemampuannya, 4) Menghargai setiap karya yang baik dan sempurna yang dihasilkan para pegawai 5) Mengusahakan adanya keadilan dan bersikap bijaksana kepada setiap pegawai tanpa pilih kasih 6) Memberikan kesempatan yang tepat bagi pengembangan pegawainya, baik kesempatan belajar, maupun biaya untuk kesempatan tersebut. Memberikan motivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki para pegawai melalui ide, gagasan dan hasil karyanya. Faktor membimbing dan memberikan peringatan sebagai hal penunjang demi suksesnya rencana, sebab jika hal itu diabaikan akan memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap kelangsungan suatu roda organisasi. 4. Fungsi pengawasan (controling) Pengawasan adalah proses pengamatan dan pengukuran suatu kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang telah di tetapkan sebelumnya dimana itu tertuang dalam rencana. Kegiatan pengawasan sering di sebut juga dengan kontrol, penilaian, monitoring, dan supervisi. Fungsi pengawasan yaitu “Evaluasi terhadap seluruh kegiatan pendidikan sehingga berbagai kelemahannya dapat diketahui dengan cepat dan sesegera mungkin dilakukan pengkoreksian”. Proses pengawasan dapat berjalan dengan efektif apabila mengikuti langkah-langkah dalam pengawasanya meliputi: “a) Menentukan tujuan/standar kualitas pekerjaan yang diharapkan. b) Mengukur dan menilai kegiatan berdasarkan tujuan dan standar yang ditetapkan. c) Memutuskan dan mengadakan tindakan perbaikan”.31 14

2. Budaya Literasi Secara istilah, kata “literasi” berasal dari bahasa Latin litteratus (littera), yang setara dengan kata letter dalam bahasa Inggris yang merujuk pada makna ‘kemampuan membaca dan menulis’. Adapun literasi dimaknai ‘kemampuan membaca dan menulis’ yang kemudian berkembang menjadi kemampuan menguasai pengetahuan bidang tertentu.32 Sementara itu, Pendit (2012), mengatakan bahwa kata literacy sendiri sebenarnya datang dari bahasa Latin, littera yang kemudian dipakai orang Inggris untuk kata letter dan dengan demikian sebenarnya berurusan dengan aksara atau tulisan.33 Literasi diartikan melek huruf, kemampuan baca tulis, kemelekwacanaan atau kecakapan dalam membaca dan menulis. Pengertian literasi berdasarkan konteks penggunaanya dinyatakan Baynham bahwa literasi merupakan integrasi keterampilan menyimak, berbicara, menulis, membaca, dan berpikir kritis. Literasi, dalam bahasa Inggris literacy, berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya.34 Sementara itu, Kern mendefinisikan istilah literasi secara komprehensif sebagai berikut: Literacy is the use of socially, and historically, and culturally-situated practices of creating and interpreting meaning through texts. It entails at least a tacit awareness of the relationships between textual conventions and their context of use and, ideally, the ability to reflect critically on those relationships. Because it is purpose-sensitive, literacy is dynamic – not static – and variable across and within discourse communities and cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities, on knowledge of written and spoken language, on knowledge of genres, and on cultural knowledge. (Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang hubungan-hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaanya serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan maksud/ tujuan, literasi itu bersifat dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas dan kultur diskursus/ wacana. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan kultural).35 32 Dirjen Dikdasmen. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah,(Jakarta: Kemendikbud, 2018), hlm. 48 33 Mutia Yaumi Reza, Deskripsi Literasi Informasi Pada Siswa SMA International Baccalaureate (IB) Program Diploma di Cita Hati Surabaya, Jurnal, (2013), hlm. 3 34 Mike Baynham, Literacy Practices: Investigating Literacy in Social Contexts, (London: Longman, 1995), hlm. 65. 35 R Kern, Literacy and Language Teaching .(Oxford: Oxford University Press, 2000), hlm.16. 15

Suherli mengutip pendapat James Gee yang mengartikan literasi dari sudut pandang ideologis kewacanaan yang menyatakan bahwa literasi adalah “mastery of, or fluent control over, a secondary discourse” Gee menjelaskan bahwa literasi merupakan suatu keterampilan yang dimiliki seseorang dari kegiatan berpikir, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian kemampuan literasi ini sangat kompleks dan membutuhkan proses pembelajaran yang komprehensif pula dalam membina peserta didik agar memiliki kemampuan literasi yang mumpuni. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa literasi adalah (1) kemampuan baca-tulis atau kemelekwacanaan; (2) kemampuan mengintegrasikan antara menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berpikir; (3) kemampuan siap untuk digunakan dalam menguasai gagasan baru atau cara mempelajarinya; (4) piranti kemampuan sebagai penunjang keberhasilannya dalam lingkungan akademik atau sosial; (5) kemampuan performansi membaca dan menulis yang selalu diperlukan; (6) kompetensi seorang akademisi dalam memahami wacana secara profesional. Literasi merupakan kemampuan yang penting dikuasai oleh siswa. Literasi dapat diperoleh melalui proses pembelajaran melalui dua kemampuan literasi yang dapat diperoleh siswa secara bertahap yaitu membaca dan menulis. Salah satu tujuan utama dari literasi adalah membantu peserta didik dalam memahami dan menemukan strategi yang efektif untuk kemampuan membaca dan menulis, termasuk di dalamnya kemampuan menginterpretasi makna dari teks yang kompleks dalam struktur tata bahasa dan sintaksis.36 Budaya literasi adalah usaha melakukan kebiasaan berfikir dan penguasaan literasi di dalam kelas maupun dalam dunia nyata, diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis hingga pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. 37 Budaya yang dimaksud adalah kegiatan membaca dan menulis yang dikembangkan sehingga menjadi kebiasaan terarah bagi peserta didik atau individu dalam masyarakat luas. Budaya literasi dalam pendidikan sangat erat kaitannya dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik. Jasmin dalam buku Gustini menerangkan 36 Axford, Scaffolding Literacy: An Integrated and Sequential Approach to Teaching, Reading, Spelling and Writing, (Australia, ACER Press, 2009), hlm. 9 37 Padmadewi, Ni Nyoman, dan Luh Putu Artini. Literasi Di Sekolah Dari Teori Dan Praktik. (Bali: Nilacakra, 2018), hlm. 2. 16

kecerdasan majemuk sendiri adalah pengesahan tertinggi atas gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting, artinya mengenal perbedaan antar individu itu penting untuk menentukan minat dan bakat masing-masing. 38 hingga saat ini pembelajaran di sekolah terkadang masih menyamaratakan cara atau metode pembelajaraanya tanpa memperhatikan perbedaan individu, disinilah pentingnya guru untuk mempelajari literasi. Budaya literasi dikalangan masyarakat dan pelajar Indonesia memang kurang diminati. Padahal dengan budaya literasi akan menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang segala hal yang adal di dunia ini. Sebenarnya dalam budaya literasi yang harus di tekankan adalah pembiasaan-pembiasaan membaca di masyarakat luas dan khusus di dunia pendidikan pembiasaan tersebut harus dibudayakan oleh peserta didik. Budaya literasi adalah pembiasaan artinya budaya literasi (membaca, menulis, berfikir kritis) seperangkat upaya untuk membiasakan peserta didik agar tidak ada tekanan dan paksaan dalam membaca, menulis dan memahami informasi. 39 Pembiasaan sendiri adalah perbuatan yang dilakukan secara terus menerus tanpa ada unsur paksaan. Sehingga proses membudayakan baca dan tulis serta berfikir kritis di kalangan pelajar bukan hanya secara ilmiah tetapi dengan cara pembiasaan-pembiasaan yang dikelola dengan terstruktur. Penumbuhan kecerdasan lewat literasi sangat tepat sekali, karena kita tahu literasi adalah proses membiasakan berfikir kritis. Demi menyempurnakan kemampuan literasi maka perlu adanya pemahaman tentang kecerdasan majemuk tersebut. Kecerdasan majemuk sendiri memiliki beberapa hal penting di dalamnya yakni; 1) kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa); 2) kecerdasan logis- matematis (berkaitan dengan nalar dan logika serta matematika); 3) kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar); 4) kecerdasan kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak); 5) kecerdasan interpersonal (berhubungan dengan antar pribadi dan sosial); 6) kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat pribadi); 7) kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama, dan bunyi/suara); dan 8) kecerdasan natural (berkaitan dengan mengenal dan mengategorikan flora dan fauna).40 38 Gustini, Neng, Dede Rohaniawati, dan Anugrah Imami. Budaya Literasi (Model Pengembangan Budaya Baca Tulis Berbasis Kecerdasan Majemuk Melalui Tutor Sebaya). (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 37. 39 Heru Susanto, Membangun Budaya Literasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Menghadapi Era Mea, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Volume 1 Nomor 1 Maret 2016, 13-14. 40 Neng Gustini, Dede Rohaniawati, dan Anugrah Imami. Budaya Literasi (Model Pengembangan 17

Dalam upaya menumbuhkan budaya literasi sekolah, maka lembaga sekolah harus menguatkan sumber daya dan potensi lembaganya terlebih dahulu, semisal pembelajaran literasi di lembaga tersebut. Pembelajaran dan berbagai jenis kegiatan literasi sebenarnya akan membantu dalam meningkatkan ketrampilan dan minat dari peserta didik tersebut. Macam-macam literasi dalam konteks pendidikan tidak hanya satu atau dua, melainkan banyak sekali, seolah-olah dalam kehidupan peserta didik harus ada literasinya. Pemahaman literasi harus menyeluruh tidak boleh setengah-setengah. Sehingga dalam hal ini memahami literasi harus secara terbuka karena ada beberapa pengertian dan jenis kegiatan terkandung pada proses literasi tersebut. Beberapa jenis kegiatan budaya literasi adalah sebagai berikut : a. SSR (Sustained Silent Reading) SSR (Sustained Silent Reading) disebut juga dengan membaca bebas. Peserta didik diberikan kesempatan membaca bacaan yang sesuai dengan pilihannya.Pada program membaca bebas setiap hari peserta didik diwajibkan membaca dalam hati di kelas selama 10 sampai 15 menit.Peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih bacaan sendiri. Pada saat peserta didik membaca, guru juga ikut membaca dalam hati. Setelah waktu yang ditentukan habis, peserta didik dan guru berhenti membaca. Setelah itu, pelajaran dilanjutkan sesuai dengan jadwal pelajaran pada hari tersebut. b. Lomba Membaca Lomba membaca dikalangan peserta didik bertujuan untuk mendorong minat baca. Peserta lomba membaca suatu buku dan mencoba menceritakannya kembali. Dalam lomba ini, peserta dipersilahkan memilih buku yang diminati dan membuat semacam ringkasan dari isinya yang akan memotivasi mereka untuk membaca dengan mendalam, menganalisis kemudian menceritakan kembali isi buku tersebut. Lewat lomba ini peserta akan mendapat banyak pengalaman dan memperkaya khasanah dalam berpikir. c. Tinjauan Buku Dalam program ini peserta didik harus membaca buku dengan seksama untuk dapat memahami maksud dari pengarang buku. Kemudian Budaya Baca Tulis Berbasis Kecerdasan Majemuk Melalui Tutor Sebaya). (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 40-45. 18

dengan pemahaman yang dimilikinya, dibuat suatu resume atau ringkasan yang menggambarkan isi/ pesan yang ada di dalam buku. Resume atau ringkasan merupakan inti dari suatu bacaan atau pengalaman dengan menggunakan sesedikit mungkin kata-kata atau dengan cara yang baru, tetapi lebih efisien. Sementara itu, untuk membangun budaya literasi Budaya literasi diperlukan beberapa unsur yang perlu dipenuhi oleh sekolah guna berjalannya Literasi dengan baik. Adapun unsur-unsur Budaya Literasi yakni: a) Perpustakaan Sekolah Perpustakaan merupakan pusat studi membaca dan keberaksaraan (literacy). Ibarat sebuah jantung, perpustakaan sekolah merupakan sarana yang dapat memompakan pemenuhan rasa ingin tahu para siswa. Menurut Lasa, bahwa perpustakaan adalah kumpulan atau bangunan fisik sebagai tempat buku dikumpulkan dan disusun menurut sistem tertentu atau keperluan pemakai . Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan perhimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer, dan lain-lain. Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu dan dipergunakkan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan mencari informasi bagi segenap masyarakat yang membutuhkannya.41 b) Koleksi Buku Koleksi dapat didefinisikan sebagai sebuah bahan perpustakaan atau sejenisnya yang dikumpulkan, dikelola, dan diolah dengan kriteria tertentu.Sedangkan pengertian buku menurut UNESCO yang dikutip Wiji Suwarno menyatakan bahwa buku merupakan informasi tercetak yang diterbitkan dan dipublikasikan dengan jumlah minimal 49 halaman tidak termasuk daftar isi dan halaman sampul. Jadi, dapat disimpulkan bahwa koleksi buku adalah salah satu bahan perpustakaan yang memiliki minimal 49 halaman yang dikumpulkan, dikelola, diolah, dan digunakan untuk 41 Suhendar, Yahya. Cara Mengelola Perpustakaan dan Pustakawan. (Yogyakarta: Kanisius, 2014), hlm. 1 19

memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan sekolah. Koleksi buku juga merupakan salah satu unsur penting dalam berjalannya Budaya Literasi. Koleksi buku yang ada di perpustakaan sekolah diharapkan bisa mencukupi kebutuhan baca warga sekolahnya. Jika koleksi buku yang ada di sekolah lengkap maka warga sekolah tidak merasa kekurangan bahan bacaan untuk dibaca, dan sebaliknya jika koleksi buku yang terdapat disekolah relatif sedikit dan tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan baca dapat menyebabkan kegiatan membaca khususnya literasi tidak berjalan dengan lancar. c) Buku Fiksi Menurut Meilina Bestari, buku fiksi adalah buku yang memuat cerita tentang kehidupan atau kegiatan tertentu secara fiktif dan imajinatif, yang dibaca untuk pengisi waktu senggang dan berfungsi sebagai hiburan. Sementara Dian Sinaga, berpendapat bahwa buku fiksi berguna untuk mengembangkan daya imajinasi para peserta didik dan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan minat baca dan keterampilan peserta didik. Adapun koleksi buku fiksi meliputi: cerita rakyat dari berbagai daerah, novel, cerpen, dan komik. Budaya literasi wajib diterapkan di seluruh sekolah mulai SD, SMP, SMA tanpa pengecualian didalamnya secara garis besar budaya literasi perlu dimasukkan ke kurikulum 2013 dan wajib diterapkan di semua sekolah mulai SD hingga SMA. Kegiatan manajemen literasi dan pengajaran literasi harus mencakup beberapa hal, yakni; Teaching iiteracy effectively: in defining subject knowledge in literacy, therefore; we were forced to extrapolate from more general studies of subject knowledge and used a three-part model as a starting point for our analysis. Subject knowledge in literacy, we felt, could be considered as broadly consisting of three connected but distinct components: a) Knowledge of literacy content and functions i.e. what children need to learn in literacy in order be counted as succesful; b) Pedagogical content knowledge, i.e. how the content and processes of literacy can be represented and taught successfully to children; c) Knowledge about learners and the ways in which they learn, i.e. how children learn to read, write and use language effectively, and what the capabilities are of the pupils currently being taught?.42 42 David Way, Jane Medwell, Louise Poulson and Richard Fox, Theaching Literacy Effectively In The Primary School, (London: Taylor & Francis E-Library, 2004), hlm. 64. 20

Artinya adalah: pengajaran Iiterasi secara efektif dapat mendefinisikan pengetahuan sebagai subjek di Iiterasi, kami terpaksa ekstrapolasi dari studi yang lebih umum dari subjek pengetahuan dan menggunakan model tiga bagian sebagai titik awal untuk analisis. Pengetahuan dari subjek keaksaraan, dapat dianggap luas dan terdiri dari tiga komponen yang berbeda tapi tetap terhubung: a) Pengetahuan tentang keaksaraan isi dan fungsi yaitu anak apa perlu belajar dan melek huruf dalam urutan serta dapat dihitung sebagai kesuksesan; b) Pedagogis sebagai konten pengetahuan, yaitu bagaimana konten dan proses melek huruf dapat mewakili dan mengajarkan keberhasilan bagi anak-anak; c) Pengetahuan tentang pelajaran dan cara di mana mereka belajar, yaitu bagaimana anak-anak belajar membaca, menulis dan menggunakan bahasa secara efektif, dan kemampuan apa yang diajarkan murid ?. 3. Komponen Literasi Sekolah Clay dan Ferguson menjabarkan komponen literasi menjadi beberapa kategori, yaitu literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi dan literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi ini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut 43: 1. Literasi Dini Literasi Dini (Early Literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar. 2. Literasi Dasar Literasi Permulaan (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. 3. Literasi Perpustakaan Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai 43 Weidarti. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. (Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaa, 2016), hlm. 8-10 21

klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog danm pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah 4. Literasi Media Media Literacy yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Literasi media dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar, pengertian ini sejalan dengan pendapat Olson yang dikutip dalam buku karangan Oka, media atau medium sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan mendistribusikan simbol melalui rangsangan indra tertentu disertai penstrukturan informasi, sehingga media adalah entitas atau perwujudan yang dilewati oleh sesuatu seperti media massa.44 Kemampuan dalam memahami teks juga bisa disebut literasi media. Dewasa ini literasi media lebih mengarah pada kemampuan masyarakat atau individu untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan memproduksi informasi yang lebih spesifik. Literasi media dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengaplikasikan pikiran kritis media massa sehingga membangun kesadaran dan tanggung jawab setiap individu.45 Media dalam hal ini juga termasuk media cetak amupun media elektronik sehingga literasi media erat kaitannya dengan literasi digital, artinya masyarakat juga dituntut melek terhadap informasi yang berbasis teknologi. 5. Literasi Teknologi teknologi dalam artian luas adalah sarana untuk meningkatkan kemampuan manusia dan suatu instrumen perubahan (instrument of change). D. Bell dalam bukunya Basari menyatakan “teknologi pada dasarnya adalah Instrumen (hardware, software, dan brainware) untuk memperbesar (expand) kekuasaan manusia (human powers) dalam menciptakan kekayaan”. 46 44 Gde Putu Arya Oka, Media dan Multimedia Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish,2017), hlm.4-5 45 Abdul Wahid dan Dinar Aji Pramoto, Masyarakat dan Teks Media (Membangun Nalar Kritis Masyarakat Pada Teks Media), (Malang: Ubpress, 2017), 182 46 Sahara Besari, Teknologi di Nusantara: 40 Abad Hambatan Inovasi, (Jakarta: Penerbit Salemba 22

Teknologi juga dapat didefinisikan sebagai: “Ilmu pengetahuan dan seni yang ditranformasikan ke dalam produk, proses, jasa, dan struktur terorganisasi yang pada dasarnya merupakan seperangkat instrumen ekspansi kekuasaan manusia sehingga dapat menjadi sumber daya cara baru untuk menciptakan kekayaan melalui peningkatan produktivitas”.47 Literasi tekonologi sendiri adalah kemampuan melaksanakan teknologi yang didasarkan kemampuan identifikasi, sadar akan efek hasil teknologi.48 Dengan literasi teknologi diharapkan individu mampu bersikap dan menggunakan alat secara aman, tepat, efisien, dan efektif. 6. Literasi Visual Visual Literacy adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar- benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan. Tabel 2.1 Komponen Literasi dan Pihak yang Berperan Aktif No Komponen Literasi Pihak Yang Berperan Aktif 1 Literasi Usia Dini Orang tua dan keluarga, guru/PAUD, pamong/pengasuh 2 Literasi Dasar Pendidikan formal dan keluarga 3 Literasi Perpustakaan Pendidikan formal 4 Literasi Teknologi Pendidikan formal dan keluarga 5 Literasi Media Pendidikan formal, keluarga dan lingkungan social 6 Literasi Visual (tetangga/masyarakat sekitar) Pendidikan formal, keluarga dan lingkungan social (tetangga/masyarakat sekitar) Teknika, 2008), hlm. 147 47 Sahara Besari, Teknologi di Nusantara: 40 Abad Hambatan Inovasi…., hlm. 148 48 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 275. 23

B. Gerakan Literasi Sekolah a. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu program Kemendikbud RI. Program ini dicetuskan oleh mantan Mendikbud RI Anies Baswedan. Program ini lahir untuk memperkuat Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang salah satunya adalah upaya penumbuhan budaya literasi pada siswa dengan kegiatan membaca buku nonpelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Wiedarti dkk memaknai Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan sosial dengan dukungan kolaborasi berbagai elemen. 49 Upaya yang ditempuh berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pengertian di atas mengandung beberapa makna, antara lain: a. Gerakan Literasi Sekolah bertujuan untuk mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat (berbudaya literasi). b. Gerakan Literasi Sekolah melibatkan berbagai elemen, mulai dari warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, pengawas sekolah, komite sekolah, peserta didik dan orangtua/wali murid), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat dan pemerintah. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah merupakan upaya Kemendikbud RI dalam rangka menjalankan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti sekaligus perwujudan dari butir nomor 5, 6, 8 dan 9 Nawacita Presiden Joko Widodo. Butir Nawacita yang dimaksud adalah: 5). meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, 6). meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; 8). melakukan revolusi karakter bangsa; 9). memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Keempat poin dari Nawacita di atas merupakan komponen dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia yang unggul di antara bangsa lain di dunia ini. Pada hakikatnya, program Gerakan Literasi Sekolah ini merupakan upaya mewujudkan bangsa Indonesia yang unggul. 49 Weidarti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah..., hlm. 7-8 24

b. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah Tujuan Gerakan Literasi Sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum Gerakan Literasi Sekolah adalah untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tujuan khusus Gerakan Literasi Sekolah antara lain: 1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah. 2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat. 3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. c. Prinsip-prinsip Literasi Sekolah Beers (2009) dalam Wiedarti, mengatakan bahwa terdapat beberapa prinsip-prinsip dasar dalam literasi sekolah. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1) Pengembangan literasi disesuaikan dengan perkembangan yang dapat diprediksi. Tahap perkembangan anak akan mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca dan menulis. Guru perlu mengetahui tahap perkembangan anak, guna merancang strategi pembiasaan yang tepat. Strategi pembiasaan yang tepat akan menentukan keberhasilan proses pembiasaan yang dilakukan. 2) Program literasi yang baik bersifat berimbang. Guru perlu menyadari bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan minat yang berbeda. Strategi membaca dan jenis teks yang dibaca harus dibuat variatif dan menyesuaikan jenjang pendidikan anak. Guru perlu memanfaatkan beragam jenis bacaan yang ada secara seimbang. 3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum. Pembiasaan literasi bukan menjadi bagian terpisah dari kurikulum. Pembiasaan ini harus terintegrasi dengan kurikulum. Guru harus dapat memadukan setiap pelajaran yang ada dengan kegiatan pembiasaan literasi. Guru perlu diberikan pengembangan profesi agar dapat menjalankan kegiatan pembiasaan ini. 25

4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun. Kegiatan pembiasaan literasi tidak hanya dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Pembiasaan ini dapat dilakukan kapanpun. Guru dan sekolah harus memfasilitasi anak dalam kegiatan tersebut. pembiasaan literasi dilakukan kapanpun agar dapat optimal dalam menanamkan budaya literasi pada anak. 5) Kemampuan literasi mengembangkan budaya lisan. Budaya literasi diharapkan dapat menumbuhkan budaya lisan pada anak. Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan menyampaikan gagasan dan idenya yang diperoleh dari kegiatan literasi. Kegiatan pembiasaan literasi harus diwarnai dengan kegiatan diskusi sehingga anak dapat belajar berpendapat, mendengarkan dan menghormati pendapat orang lain. 6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman. Kesadaran dan penghormatan akan perbedaan merupakan salah satu nilai yang dikembangkan dalam kegiatan ini. Pembiasaan literasi ini diharapkan dapat membuka pemikiran anak akan keberagaman yang ada. Bahan bacaan perlu merefleksikan perbedaan dan keberagaman yang ada. Bahan bacaan harus memperlihatkan kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia sehingga melatih anak untuk menghargai keberagaman.50 d. Peranan Guru dalam Literasi Sekolah Merujuk pada pentingnya literasi dalam penguatan kurikulum 2013, maka peranan guru khususnya di Sekolah Dasar sangat besar. Guru menjadi motor penggerak agar peserta didik memiliki kemampuan literasi yang optimal sehingga penguasaan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif) akan optimal. Dibawah ini akan dipaparkan mengenai peranan guru dalam penguatan literasi di Sekolah Dasar. 51 1) Mengarahkan aktivitas peserta didik 2) Memilih dan Menyiapkan Bahan Pembelajaran 3) Mengarahkan sistem berkomunikasi keilmuan 4) Penguatan latar dan setting multiliterasi 50 Weidarti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah..., hlm. 11-12 51 U’um Qomariyah, Penguatan Literasi Dan Implementasi Pembelajarannya Bagi Siswa Sekolah Dasar, Prosidering Seminar tahun 2017, 2017. 26

C. Tahapan-tahapan Literasi sekolah GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program GLS dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan) .52 Gambar 2.1 tahapan-tahapan Gerakan Literasi Sekolah Menurut Laura Lipton, ada tiga tahapan pelaksanaan gerakan literasi. Tahapan ini dapat dijadikan sebagai model pengembangan budaya literasi di sekolah, yaitu tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. 53 Berikut tahapan-tahapan dalam Gerakan Literasi Sekolah: a) Tahapan Pembiasaan 52 Dirjen Dikdasmen, Desain Induk…, hlm. 29. 53 Laura Lipton dan Debora Hubble, Sekolah Literasi, Perencanaan dan Pembinaan, Cet.I (Bandung : Nuansa Cendekia, 2016), hlm. 132. 27

Kegiatan pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, Prinsip-prinsip kegiatan membaca , yaitu: 1. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku teks pelajaran. 2. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah. 3. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak diikuti oleh tugas-tugas menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain. 4. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini dapat diikuti dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca/ dibacakan, atau kegiatan yang menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila waktu memungkinkan. Tanggapan dalam diskusi dan kegiatan lanjutan ini tidak dinilai/dievaluasi. 5. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Guru menyapa peserta didik dan bercerita sebelum membacakan buku dan meminta mereka untuk membaca buku.54 Tabel 2.2. Indikator Tahapan Pembiasaan NO Indikator 1 Ada kegiatan 15 menit membaca: Membacakan nyaring, Membaca dalam hati 2 Kegiatan 15 menit membaca dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang akhir pelajaran) 3 Buku yang dibacakan kepada atau dibaca oleh peserta didik dicatat judul dan nama pengarangnya dalam catatan harian 4 Guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lain terlibat dalam kegiatan 15 menit dengan membacakan buku atau ikut membaca dalam hati 5 Ada perpustakaan sekolah atau ruangan khusus untuk menyimpan buku non pelajaran 6 Ada Sudut Baca Kelas di tiap kelas dengan koleksi buku nonpelajaran 7 Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan area lain di sekolah. 8 Ada bahan kaya teks di tiap kelas 54 Dirjen Dikdasmen. Desain Induk…, hlm. 8. 28

9 Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi lingkungan yang kaya literasi. Terdapat posterposter tentang pembiasaan hidup sehat, kebersihan, dan keindahan di kebun sekolah, kantin, dan UKS. Makanan di kantin sekolah diolah dengan bersih dan sehat 10 Sekolah berupaya untuk melibatkan publik (orang tua, alumni, dan elemen masyarakat lain) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah. b. Tahap Pengembangan Menurut L.W. Anderson dan Krathwahl pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan oengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bahan bacaan pengayaan.55 Kegiatan literasi pada tahap pengembangan bertujuan untuk mempertahankan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca peserta didik. 56 Adapun Prinsip-prinsip Kegiatan pada Tahap Pengembangan : 1. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran. 2. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah. 3. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh tugastugas menggambar, menulis, kriya, seni gerak dan peran untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan peserta didik. 4. Penilaian terhadap tanggapan peserta didik terhadap bacaan bersifatnon- akademik dan berfokus pada sikap peserta didik dalam kegiatan. Masukan dan komentar pendidik terhadap karya peserta didik bersifat memotivasi mereka. 55 L.W. Anderson, and Krathwahl. D. R., et.al. (eds.) , A Taxonomy for learning, teaching, and Assesing; A Refsion of Bloom’s Taxonomy of Education Objective, (Pearson Education Group : 2005), hlm. 123 56 Dirjen Dikdasmen. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kemendikbud, 2016), hlm. 28. 29

5. Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Pemanfaatan perpustakaan dan sudut baca sekolah bertujuan untuk meningkatkan kecakapan literasi perpustakaan (library literacy) peserta didik. Kecakapan literasi perpustakaan , meliputi: 1. pengetahuan tentang fungsi perpustakaan sebagai sumber pengetahuan dan koleksi informasi yang bermanfaat dan menghibur; 2. kemampuan memilih bahan pustaka yang sesuai jenjang dan minat secara mandiri; 3. pengetahuan tentang bahan pustaka sebagai produk karya penulisan yang diciptakan melalui proses kreatif; dan 4. pengetahuan tentang etika meminjam bahan pustaka dan berkegiatan di perpustakaan. Table 2.3. Indikator Pengembangan No Indikator 1 Ada kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran 2 Ada kegiatan menanggapi buku pengayaan pada jam pelajaran literasi atau jam kegiatan di perpustakaan sekolah/ sudut baca kelas atau jam pelajaran yang relevan 3 Ada koleksi buku-buku pengayaan yang bervariasi 4 Ada kegiatan menanggapi bacaan melalui kegiatan membacakan nyaring interaktif, membaca terpandu, membaca bersama, dan membaca mandiri 5 Ada kegiatan untuk mengapresiasi capaian literasi peserta didik 6 Ada Tim Literasi Sekolah c. Tahapan Pembelajaran Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan untuk mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta didik melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran.57 Kegiatan yang dapat dilakukan di tahap pembelajaran, antara lain sebagai berikut. 57 Dirjen Dikdasmen, Panduan Gerakan Literasi…, hlm. 57. 30

1. Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas. 2. Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar. 3. Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi pembelajaran. 4. Guru menerapkan berbagai strategi membaca (membacakan buku dengan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama) untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.58 Prinsip-prinsip Kegiatan pada Tahap Pembelajaran, yaitu: 1. Kegiatan membaca disesuaikan dengan kemampuan literasi (jenjang kemampuan membaca dan menulis) peserta didik dan tujuan kegiatan membaca. 2. Kegiatan membaca bervariasi, dengan memberikan porsi yang seimbang untuk kegiatan membacakan nyaring, membaca mandiri, membaca terpandu, dan membaca bersama. 3. Guru memanfaatkan buku-buku pengayaan fiksi dan non-fiksi untuk memperkaya pemahaman peserta didik terhadap materi ajar dan buku teks pelajaran. 4. Pengajaran berfokus pada proses, dan bukan pada hasil. Peserta didik berbagi dan mendiskusikan draf pekerjaannya untuk mendapat masukan dari guru dan teman. 5. Kegiatan menanggapi bacaan mempertimbangkan kecerdasan majemuk dan keragaman gaya belajar peserta didik. 6. Guru melakukan pemodelan dan pendampingan terhadap peserta didik.59 Salah satu tujuan pemanfaatan bahan pustaka adalah untuk meningkatkan kecakapan literasi informasi peserta didik. Literasi informasi, mencakup: 1. kemampuan menggunakan fitur dalam isi bacaan (teks dan visual) untuk memilah informasi sesuai dengan tujuan membaca dan kemanfaatannya; 2. kemampuan menganalisis dan mengelompokkan informasi dalam bacaan sesuai dengan kecakapan membaca dan daya nalarnya; 58 Dirjen Dikdasmen, Panduan Gerakan Literasi…, hlm. 60. 59 Dirjen Dikdasmen, Panduan Gerakan Literasi…, hlm. 62-63. 31

3. kemampuan membedakan fakta dan fisi dalam bacaan; 4. pemahaman bahwa karya memiliki hak cipta yang dilindungi secara hukum; dan 5. kemampuan mengelola dan menggunakan informasi dari koleksi perpustakaan untuk memecahkan masalah dan berkarya.60 Table 2.4. Indikator pembelajaran No Indikator 1 Ada buku pengayaan yang digunakan dalam pembelajaran semua mata pelajaran 2 Ada strategi membaca yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bacaan di semua mata pelajaran 3 Ada kegiatan menanggapi bacaan dalam bentuk aktivitas lisan, tertulis, seni, kriya, dll, sesuai dengan kecakapan literasi peserta didik 4 Ada kegiatan pembelajaran yang berlangsung di perpustakaan sekolah, sudut baca kelas, area baca sekolah, dll 5 Ada penghargaan akademik yang mempertimbangkan kecakapan literasi peserta didik 6 Ada Tim Literasi Sekolah, bekerjasama dengan elemen publik, yang menyelenggarakan kegiatan literasi di sekolah secara berkala dan rutin Adapun Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah harus menjadi garis depan penumbuhan budaya literasi. Beers (dalam Wiedarti dkk, 2016: 12-15) menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang baik di sekolah. Strategi tersebut antara lain: 1) Menciptakan lingkungan fisik yang ramah literasi. Lingkungan fisik menjadi aspek penting untuk dibangun karena lingkungan fisik merupakan yang pertama dilihat oleh anak. Untuk dapat menumbuhkan budaya literasi, sekolah harus menciptakan lingkungan fisik yang ramah dan kondusif. Lingkungan tersebut dapat dibangun dengan memajang karya siswa di berbagai area sekolah serta memberi kesempatan bagi siswa lain untuk dapat berkarya dan dipajang. Hal ini sebagai bentuk penghargaan pada siswa dan dapat menjadi 60 Dirjen Dikdasmen, Panduan Gerakan Literasi…, hlm. 75. 32

insentif bagi siswa untuk semakin termotivasi untuk membaca. Upaya lain yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah dengan menyediakan fasilitas penunjang seperti sudut baca, perpustakaan dan mading. 2) Menciptakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat. Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Adanya pengakuan dan penghargaan atas capaian siswa merupakan salah satu upaya mewujudkan lingkungan sosial dan afektif. Capaian tersebut tidak dibatasi pada aspek akademik, namun juga nonakademik. Bentuk penghargaanpun dapat diarahkan kepada hal-hal yang dapat meningkatkan literasi siswa seperti pemberian buku. Literasi pun perlu menjadi warna dalam setiap perayaan dan kegiatan di sekolah. Kegiatan seperti festival pendidikan, bazar buku merupakan wujud dari upaya ini. 3) Menciptakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat. Lingkungan fisik, social dan afektif sangat berkaitan erat dengan sekolah sebagai lingkungan akademik. Salah satu upaya dalam membangun sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat adalah pemberian alokasi waktu bagi pembiasaan literasi seperti alokasi waktu 15 menit sebelum pembelajaran untuk membaca nyaring maupun membaca dalam hati. Untuk mendukung kegiatan ini, guru perlu diberi pelatihan agar dapat mendampingi siswa dalam setiap kegiatan pembiasaan literasi serta dapat menjadi inspirasi bagi siswa D. Budaya Literasi di Masa Pandemi Covid 19 Berdasarkan surat keputusan bersama empat kementrian, yaitu kementrian pendidikan, kementrian dalam negeri, kementrian kesehatan, dan kementrian agama, bahwa sejak bulan Maret 2020 pembelajaran dialihkan, dari yang tadinya dilakukan di madrasah menjadi dilakukan di rumah masing-masing peserta didik. 61 Hal ini berpengaruh terhadap pelaksanaan program-program di madrasah, termasuk salah satunya adalah program literasi. Pembudayaan literasi di madrasah harus tetap dilakukan meskipun dalam masa pandemi covid 19. Kegiatan-kegiatan literasi yang tadinya dilakukan di madrasah harus dialihkan di rumah masing-masing peserta didik dengan didampingi oleh wali 61 https://disdik.kalteng.go.id/skb-4-menteri-tentang-panduan-penyelenggaraan-pembelajaran-ta-2020- 2021. 33

peserta didik masing-masing. Pola kegiatan literasi saat pandemi dapat dilakukan dengan beberapa hal : 1) Pesan pagi Pagi hari sebelum pembelajaran terlebih dahulu, guru menyapa peserta didik dan memberikan pesan untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik. 2) Membaca interaktif Dalam pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran dari rumah, proses pembelajaran bisa dilakukan dengan memanfaatkan beberapa aplikasi yang bisa memungkinkan adanya komunikasi dua arah, misalnya aplikasi zoom meeting, aplikasi google meet, whatapp grup. Melalui aplikasi ini, guru dan peserta didik dapat melakukan proses pembejaran dengan dua arah dan komunikatif. Dalam membaca interaktif, bisa terlebih dahulu guru menyiapkan bahan bacaan yang dapat di download atau dibaca oleh peserta didik, kemudian mebaca sambung kalimat antar peserta didik atau memakai teknik yang lain, salah satu peserta didik membaca, kemudian yang lain menyimak. 3) Membaca mandiri Kegiatan membaca mandiri bisa dilakukan untuk siswa kelas atas, yaitu kelas 4-6. Dimana di kelas atas tersebut, siswa sudah lancar membaca. Guru tinggal memberikan beberapa pilihan buku digital yang bisa dibaca oleh peserta didik, atau dengan sistem peserta didik membaca buku yang dimiliki di rumah. 4) Menulis Setelah proses membaca, guru bisa menyampaikan tahap literasi selanjutnya, yaitu peserta didik menuliskan kembali dari buku yang dibaca dalam bentuk sinopsis atau cerita singkat isi buku. 5) Baca lima kata (Balima) Untuk kegiatan membaca di kelas bawah, yaitu kelas 1-3, bisa dilakukan dengan sistem Balima atau baca lima kata dengan secara interaktif atau dalam bentuk video peserta didik. Guru terlebih dahulu menyiapkan bahan bacaan untuk peserta didik. Dalam kegiatan balima secara interaktif, guru bisa langsung membenarkan bacaan peserta didik yang masih terdapat kekeliruan. Kegiatan ini bisa juga dilakukan dengan kegiatan menyambung kalimat pendek. 6) Membaca terbimbing Membaca terbimbing bisa dilakukan kepada peserta didik yang masih 34


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook