menyelami pemikiran pakar PSIKOLOGI PENDIDIKAN Editor Zainul Anwar Awang Setiawan Wicaksono
menyelami pemikiran pakar PSIKOLOGI PENDIDIKAN Editor Zainul Anwar Awang Setiawan Wicaksono
menyelami pemikiran pakar Merly Erlina PSIKOLOGI PENDIDIKAN Moh. Sarifudin S. Auna Sri Yunita Taligansing EDITOR Tri Wiganti Andayani Zainul Anwar Zainul Anwar Awang Setiawan Wicaksono PENULIS Awang Setiawan Wicaksono Dewi Eko Wati Fuadatul Huroniyah Haryu Islamuddin Lily Eka Sari Setting, Layout & Desain Cover Almaira Aqila Rachmach Copyright @ 2022 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan wajib menyebutkan sumbernya. Cetakan pertama, Februari 2022 ISBN: 978-623-94285-7-0 Katalog Dalam Terbitan (KDT) Anwar, Zainul & Wicaksono, Setiawan Awang Menyelami Pemikiran Pakar Psikologi Pendidikan/Zainul Anwar & Awang Setiawan Wicaksono-Cet.1.-Malang: psychologyforum.umm.ac.id, 2022 ii+111 hlm; 17,6 x 25 cm ISBN 978-623-94285-7-0 I. Judul II. Anwar, Zainul III. Wicaksono, Setiawan Awang Diterbitkan oleh Psychology Forum Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Tlogomas 246 Malang 65144 Email: [email protected] Web: psychologyforum.umm.ac.id
Kata Pengantar Segala puji bagi Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan sehingga buku yang berjudl “Menyelami Pemikiran Pakar Psikologi Pendidikan” ini dapat terselesaikan dan mudah-mudahan dapat menjadi rujukan bagi para pecinta pendidikan, khususnya psikologi pendidikan. Buku ini merupakan kumpulan tulisan hasil kajian psikologi pendidikan dari beberapa buku karya para pakar dalam dunia pendidikan, adapun buku- buku yang menjadi rujukan utama dalam kajian ini antara lain; ▪ Habits of Mind karya Costa & Kallick (2009) ▪ The Unschooled Mind: How Children Think and How Schools Should Teach karya Gardner (2011) ▪ Multiple Intelligences karya Gardner (2008) ▪ Five Minds for the Future karya Gardner (2009) ▪ Wisdom, Intelligence, and creativity Synthesized karya Sternberg (2003) ▪ Emotional Intelligence karya Goleman (2006) ▪ Social Intelligence karya Goleman (2007) ▪ Teaching for Inteligence karya Costa (1999) ▪ Children’s Learning in a Digital World karya Wood & Willoughby (2008) ▪ Models of Teaching karya Joyce, Weil & Calhoun (2015) Atas rampungnya buku ini, diucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Imanuel Hitipieuw dan Ibu Ika Andrini Farida Universitas Negeri Malang yang telah berkenan banyak meluangkan waktunya untuk sharing, diskusi bersama untuk memperdalam menyelami pemikiran para pakar psikologi pendidikan dalam ranngka lebih memahami tentang psikologi pendidikan. Semoga buku ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca. Dengan demikian saran dan kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk pengembangan dan penyempurnaan buku ini. Malang, Januari 2022 Editor i
Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii 1 Bagian 1 Habits of Mind: Creating Curriculum with Healthy Habits of Mind at the Heart 8 Bagian 2 Awang Setiawan Wicaksono 17 Bagian 3 The Central Puzzles of Learning 37 Bagian 4 Zainul Anwar 41 Bagian 5 Multiple Intelligences 56 Bagian 6 Tri Wiganti Andayani 67 Bagian 7 Five Minds for The Future (Mind Viewed Globally) 82 Bagian 8 Zainul Anwar Wisdom, Intelligence, and Creativity Synthesized: 89 Bagian 9 Fuadatul Huroniyah Emotional Intelligence 95 Bagian 10 Dewi Eko Wati 99 Bagian 11 Social Intelligence Merly Erlina 104 Bagian 12 Seven Criteria for Investigating Children’s Learning in a Digital World Haryu Islamuddin Models Of Teaching: Role Playing Studying Social Behavior and Values Awang Setiawan Wicaksono Information Processing Models: Concept Attainment Lily Eka Sari Personal Models (Nondirective Teaching: The Learner at the Center) Sri Yunita Taligansing Behavioral System Models (Mastery Learning) Moh. Sarifudin S. Auna ii
Bagian 1 Habits of Mind: Creating Curriculum with Healthy Habits of Mind at the Heart Awang Setiawan Wicaksono Pendahuluan Konsep Habits of Mind diperkenalkan oleh Arthur L. Costa dan Bena Kallick melalui buku karya mereka yang berjudul Habits of Mind: A Developmental Seris pada tahun 2000. Habits of Mind merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada praktek inovatif guru dalam berinteraksi dengan siswanya didalam kelas di tengah perbedaan latar belakang, budaya, dan sistem kurikulum sehingga mendorong masing-masing guru untuk melakukan penyesuaian diri dan mengembangkan kreatifitas agar dapat mengoptimalkan potensi masing-masing siswa dalam kelasnya dengan menerapkan konsep Habits of Mind. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang luas tentang model pembelajaran sehingga bisa menjadi rujukan bagi proses pembelajaran di masyarakat luas. Buku ini juga menyajikan sumber referensi bagi para guru yang berniat menerapkan pola Habits of Mind dalam proses pembelajaran yang diterapkan dengan berfokus pada proses mengajar, mendorong tumbuhnya Habits of Mind dalam perilaku mereka hingga membuat pilihan prioritas dan memperluas penilaian yang dilakukan. Habit Is a Cable Dalam konsep Habits of Mind terdapat 16 poin habits yang telah diidentifikasi dan digambarkan secara luas namun hal ini tidak berarti jika daftar kebiasaan yang dituliskan dalam Habits of Minds telah sempurna. Daftar Habits of Minds merupakan suatu daftar yang berkelanjutan yang senantiasa dibangun dari pengalaman guru dan siswa di kelas dari seluruh dunia. Sejak pertama kali diterbitkan, konsep ini telah diadaptasi ke berbagai sekolah diseluruh penjuru dunia kedalam panduan kurikulum, panduan teknis, penilaian dan budaya sekolah karena konsep ini dianggap dapat diterima dan masuk akal. Konsep Habits of Mind dianggap dapat mewakili kemampuan yang ingin ditumbuhkan pada siswa dan konsep ini menyajikan langkah umum dan tujuan yang diharapkan nantinya dimiliki oleh siswa seiring waktu dengan mereka menjalani proses pendidikannya. 1
Stories Within the Curriculum Konsep Habits of Mind merupakan suatu konsep yang tidak terkait subyek kajian tertentu saja namun konsep ini dapat diterapkan dalam berbagai subyek pembelajaran dan bidang ilmu baik bahasa asing, ilmu pengetahuan, matematika, fisika dan lain-lain. Habits of Mind dalam penerapannya harus diterapkan dan diberikan penguatan secara berkesinambungan hingga terbentuk kebiasaan pada siswa dan terjadi internalisasi konsep sehingga hasilnya dapat terlihat dalam aktifitas di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Dengan penerapan konsep Habits of Mind siswa tidak hanya akan menjadi terbentuk kebiasaan namun juga akan membentuk keterampilan, mereka akan mengenali kelebihan kebiasaan dan nilai yang terbentuk dan kemampuan untuk menggunakannya secara luas dalam berbagai konteks situasi. Dan yang paling utama adalah terciptanya kemampuan siswa untuk menginternalisasi nilai moral Habits of Mind sebagai internal compass untuk mengarahkan pemikiran, keputusan, dan tindakan mereka baik disekolah maupun dalam aktifitas sehari-harinya. Habits of Mind in the Curriculum Konsep Habits of Mind memungkinkan terjadinya percepatan dalam desain kurikulum sehingga memungkinkan pembelajaran agar terserap dengan baik oleh siswa. Sembari merencanakan pembelajaran guru menentukan kurikulum yang digunakan, metode instruksional dan strategi pemberian penilaian dengan tetap mengacu pada empat aspek level capaian utama seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 diatas. Content Desain metode instruksional dimulai dari langkah menjawab pertanyaan seperti: konsep dan prinsip apakah yang kita inginkan untuk dipelajari siswa? Yang mana seringkali pertanyaan ini terjawab karena telah diputuskan melalui kebijakan dari pemerintah atau otoritas yang terkait. Thinking Skills Berpikir tentang konten bukanlah akhir dari proses, yang turut menjadi standar adalah kemampuan berpikir dan keterampilan yang diharapkan dapat ditampilkan oleh siswa. Konten menjadi media dan pengarah bagi siswa untuk mengembangkan dan melatih pengalaman untuk menerapkan proses yang dibutuhkan untuk membentuk kebiasaan berpikir kreatif dan kritis. Oleh karena itu proses berpikir dan konten subyek pembelajaran merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Cognitive Tasks That Demand Skillful Thinking Habits of Mind merupakan respon atas persoalan yang diperoleh secara tidak langsung, oleh karenanya dalam penugasan siswa apabila tugas yang diberikan 2
tidak melibatkan dan kuang cukup menantang siswa maka mereka akan cenderung hanya mereproduksi pengetahuan yang diperoleh. Namun apabila siswa cukup mendapatkan tantangan mereka akan mampu memberikan makna dari pembelajaran yang dilakukan, mampu menghasilkan pengetahuan yang baru dan mampu membangun Habits of Mind pada dirinya. Habits of Mind Siswa tidak hanya seharusnya memanfaatkan Habits of Mind agar sukses dalam penyelesaian tugas kognitif yang diberikan namun mereka juga harus memahami jika kesuksesan mereka dibentuk oleh penerapan Habits of Mind pada pikiran mereka. Guru dalam hal ini perlu untuk memnyadarkan siswa akan perlunya mengembangkan Habits of Mind dalam proses penyelesaian tugas mereka. Proses refleksi dan evaluasi diri yang dilakukan akan dapat membantu siswa dalam memahami pengaruh dari penerapan Habits of Mind terhadap kehidupan mereka secara luas dalam berbagai aspek kehidupannya. Proses ini akan membentuk internalisasi pada diri siswa. Dengan berlatih menerapkan Habits of Mind dalam menyeleaikan pekerjaan, mengidentifikasi, menganalisis dan mengukur nilai (value) akan membentuk kemampuan siswa untuk menerapkannya pada setiap aktifitasnya. Ultimate Goals Pengetahuan yang diajarkan disekolah seringkali terdiri dari konten dengan luasan yang terlampau luas sehingga tidak bisa dipahami secara mendalam karena tidak membuka peluang untuk siswa berpikir kritis. Karena itulah, dengan mengkaitkan Habits of Mind pada beragam disiplin keilmuan penulis berharap agar siswa mampu membentuk keterkaitan tema pembelajaran pada konten yang berbeda-beda dalam konteks kehidupan sehari-hari. Sepertinya metode terbaik yang dapat dilakukan dalam mengajarkan siswa Habits of Mind adalah dengan menggunakan guru sebagai model panutan karena 3
siswa akan lebih mudah belajar melalui proses imitasi dari orang berpengaruh yang berada disekitarnya. Oleh karenanya maka konsep Habits of Mind memungkinkan untuk diterapkan tidak hanya disekolah dan didalam kelas namun juga dirumah dan komunitas yang lebih luas. Creating Curriculum with Healthy Habits of Mind at the Heart Bab ini ditulis oleh Michael Goldfine. Penulis meyakini jika kurikulum yang menumbuhkan kebiasaan mental yang sehat dapat membantu keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran disekolah dan dalam kehidupannya. Hal yang sangat penting dalam Habits of Mind menurut penulis ketika pembelajaran dikelas dapat membantu siswa untuk mengembangkan pikiran (mind) dan hatinya (heart) dengan lebih baik. Penulis menerapkan konsep Habits of Mind dengan tujuan agar siswanya mampu belajar lebih mendalam untuk memperoleh keterampilan dan pemahaman baru. Pada bagian ini penulis menggunakan penulisan puisi sebagai media pembelajaran dengan harapan agar siswanya menemukan perasaan menyenangkan ketika membaca dan menulis pusi selain itu agar siswanya mampu membangun kesadaran diri untuk membangun Habits of Mind dalam dirinya sehingga mereka menjadi lebih kreatif, tidak takut, mampu menulis lebih baik dan berani mengembangkan kreatifitas metapora berpikirnya. Risk Taking and Dealing with Failure in a Healthy Way Penulis berfokus pada Habits of Mind dalam mengambil resiko dan tanggung jawab. Penulis menduga jika orang yang tidak puas dalam hidupnya lebih mencari alasan atas setiap kegagalannya, tidak mampu melihat persoalan secara jelas, mengabaikan persoalan dan cenderung menyalahkan orang lain. Namun pada orang yang sukses mereka mengambil tanggungjawab penuh atas dirinya sehingga mampu menghasilkan rencana yang lebih baik untuk masa depannya. Sehingga menurutnya perlu untuk mengajarkan siswanya bagaimana menghadapi kegagalan dengan cara yang lebih sehat dan menjadikannya sebagai kebiasaan dasar dengan mengkaitkannya pada proses menulis puisi. Dengan demikian siswa belajar menumbuhkan kesadaran metakognisinya dengan memberikan kesadaran jika kehidupan merupakan rangkaian proses. Dengan analogi kehidupan merupakan essay dimana setiap hari merupakan draft baru yang memungkinkan untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan untuk dikelola hingga secara bertahap namun pasti kehidupan akan menjadi lebih baik setiap harinya. Teaching Content Still Matters, but Setiap siswa tetap membutuhkan materi pengetahuan umum dasar seperti hari kemerdekaan, proses menghitung tanpa bantuan alat, hingga proses tentang fotosintesis. Beberapa materi memang diperlukan namun tidak semuanya 4
merupakan hal penting. Mengetahui bagaimana menggali dan mempelajari materi secara seksama dengan sikap yang baik jauh lebih mendasar bagi siswa. Menyajikan materi yang beragam tidak serta merta akan membantu siswa untuk sukses di perguruan tinggi, namun menjadikan mereka memiliki ketahanan, menahan tekanan situasi dan memilih respon fleksibel dalam memahami literatur yang sulit akan dapat membantu mereka untuk sukses. Sebuah kurikulum yang disusun berdasarkan Habits of Mind akan mengajarkan kemampuan akademik sekaligus mengembangkan kecerdasan emosi siswa. An Overview of the Poetry Unit Terdapat tiga tahap yang saling terkait dalam proses penulisan puisi. Pada tahap pertama, siswa menulis 12-14 draft syair; pada tahap kedua penulis membacakan secara keras berbagai puisi karya siswa yang menurutnya menarik; pada tahap ketiga penulis mengajarkan penekanan pada kreatifitas pengembangan metafora berpikir dan menulis dengan imajinasi. Strand 1: Writing Poetry and Promoting Creativity Tahap ini merupkana tahap inti dari seluruh proses. Siswa dapat mengekplorasi kreatifitasnya. Setiap siswa adalah kreatif namun sebagian besar kehilangan kreatifitasnya karena perasaan takut. Maka untuk menghadapinya siswa diberikan kesempatan menulis bebas, cara ini merupakan cara terbaik untuk memulai setiap langkah kreatif. Langkah terbaik mempelajari Habits of Mind adalah dengan melatih diri dan mengulang kembali dalam berbagai konteks situasi sehingga dapat melatih mental. Hal penting dalam latihan penulisan syair bukanlah menulis syair yang bagus melainkan menemukan kenyamanan untuk mengambil resiko dann keberanian mencoba gaya intonasi yang berbeda dengan demikian siswa akan lebih terhubung dengan sisi kreatifnya dan nyaman menjalani lika-liku proses menuju kesempurnaan. Selain itu mereka akan mampu melatih imajinasi dengan memanfaatkan pengalaman masa lalunya, menggali data menggunakan panca inderanya, berkreasi, berimajinasi, berinovasi dan lainnya. Dengan memberikan penugasan bebas namun terstruktur dan bebas nilai dalam evaluasinya memungkinkan siswa bebas berkreasi dan berimprovisasi karena merasa nyaman mengkreasikan karya yang tidak sempurna merupakan hal dasar untuk menemukan kreatifitas diri. Dalam tahap ini penulis secara terbuka mendiskusikan Habits of Mind dengan siswa sehingga siswa merasakan pentingnya dan memberikan apresiasi atas peningkatan kemampuan bahasanya sehingga membantu siswa menyadari pembentukan Habits of Mind mereka. Strand 2: Practicing Metaphorical Thinking and Writing Imagery Dalam tahap ini, penulis menemukan jika kedalaman lebih membentuk Habits of Mind daripada keluasan pembelajaran. Penulis meyakini jika tidak peduli 5
jika seseorang tidak pernah menggunakan pemahaman matematika yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari namun prinsip dasar matematika akan menjadikan seseorang itu mampu mengembangkan logika, sistematika dan pertimbangan kuantitatif lainnya dalam berpikir dan ia akan mampu memecahkan persoalan melalui pertimbangan trial and error. Begitu pula dalam menulis puisi akan mampu melatih siswa untuk membawa sensibilitas syair dan keterampilan kreatifnya pada situasi yang berbeda hingga melatih untuk mengembangkan imajinasinya sehingga ia akan mampu berkreasi yang imajinatif hingga mampu memberikan gambaran yang dapat dibayangkan secara riil dalam pikiran orang lain ketika ia menggambarkan rangkaian suatu kejadian. Strand 3: Hearing a Diverse Cornucopia of Poetry Read Aloud Sangatlah penting membuat siswa menikmati proses penulisan syair dan membantu mereka menstimulasi dirinya untuk berkembang hingga mereka mampu menceritakan perasaan dan keindahan pemilihan kata yang dapat mencerminkan imajinasi kreatifitas dalam karya mereka. Creating a Sturdy Rope from Three Interwoven Strand Dengan menciptakan banyak karya yang melibatkan siswa memungkinkan mereka untuk mengambil bagian tanggungjawab dan memberikan mereka kesempatan untuk berkreasi, berimajinasi dan berinovasi. Dengan mengajarkan menulis dan memberikan saran perbaikan melatih mereka berproses hingga membuka peluang mereka mengembangakan Habits of Mind terutama terkait kemampuan dalam menghadapi kelemahan dan kekuatan dirinya secara sehat. Revising Two of The Poetry Drafts Mengajarkan siswa untuk senantiasa melakukan perbaikan atas karyanya merupakan sarana yang efektif untuk mendorong terbentuknya Habits of Mind. Karya yang bagus diperoleh dari proses perbaikan yang berkesinambungan. Draft karya yang banyak menandakan keuletan, kemampuan kritisi atas karya lainnya dapat melatih kemampuan mendengar dengan pemahaman dan empati, berlatih menulis hingga menghasilkan 50 kata akan melatih akurasi dan ketepatan dalam pemilihan kata dan dengan memperkuat sisi kelemahan dan membangun kekuatan diri akan membangun kesadaran metakognisi dalam kehidupan siswa. Oleh karenanya penulis senantiasa berusaha untuk memberikan perlakukan siswanya secara personal terkait pilihan siswa dengan demikian ia berharap siswanya akan merasa lebih yakin akan pilihannya. Language and Life Diakhir tahapan, siswa akan menciptakan keterkaitan yang erat antara bahasa dan kehidupan, kekayaan rujukan syair yang dipelajari akan membantu siswa menjadi lebih tangguh dalam menyikapi realita. Mereka akan memliki sensitifitas yang lebih baik akan lingkungan, pengembangan imajinasi dan metafora 6
serta pilihan kata yang tepat akan dapat membantu mereka dalam membuat karya namun diatas itu semua siswa telah belajar bagaimana mengambil resiko dan mengembangkan jiwa kreatifitas dalam kehidupannya. Membimbing siswa membentuk Habits of Mind akan membantu mereka dalam memperoleh modal dalam menghadapi masa depannya yang lebih baik. Penutup Seperti halnya dalam pantun, berikan seseorang ikan maka ia akan bisa makan dihari itu, namun berikan seseorang kail maka ia akan bisa makan untuk seumur hidupnya. Membantu menumbuhkan Habits of Mind akan dapat membantu siswa dalam menghadapi kehidupannya dimasa mendatang. Daftar Rujukan Costa, A. L., & Kallick, B. (2009). Habits of Mind Across the Curriculum: Practical and Creative Strategies for Teachers. (A. L. Costa, & B. Kallick, Eds.) United States of America: Association for Supervision and Curriculum Development. Goldfine, M. (2009). Habits of Mind Across the Curriculum: Practical and Creative Strategies for Teachers. (A. L. Costa, & B. Kallick, Eds.) United States of America: Association for Supervision and Curriculum Development. 7
Bagian 2 The Central Puzzles of Learning Zainul Anwar Pengantar Buku yang berjudul “The Unschooled Mind: How Children Think and How Schools Should Teach” yang ditulis oleh Gardner (2011) mengungkapkan jawaban- jawabannya mengenai pertanyaan tentang mengapa anak-anak tidak bisa menguasai apa yang harus mereka pelajari di sekolah. Dalam buku ini, dia mengungkapkan antara sains kognitif dengan agenda pendidikan. Dia memperlihatkan bagaimana ketidakcocokan pikiran-pikiran kita dengan pola pengajaran natural. Dia juga menjelaskan tentang materi, praktik, dan lembaga pendidikan serta membuat suatu solusi untuk mengkonstruksikan pendidikan. Kebanyakan orang menyadari bahwa belajar bahasa diawal kehidupan telah berjalan dengan mudah. Anak kecil bisa menyerap bahasa asing tanpa belajar tata bahasa secara resmi seperti halnya di sekolah, namun ahli bahasa masih tidak dapat menggambarkan tata bahasa dari bahasa alami dengan cara yang benar- benar memuaskan. Seseorang dapat mencoba mengabaikan bahasa sebagai kasus khusus. Padahal manusia adalah makhluk linguistik, dan mungkin memiliki kemampuan khusus untuk berbicara. Atau seseorang dapat menekankan pentingnya bahasa dalam semua hubungan antar manusia. Mungkin di sinilah letak solusi untuk pertanyaan mengapa semua anak berhasil menguasai bahasa dalam beberapa tahun setelah kelahirannya. Namun, setelah diteliti, bahasa bukan hal yang istimewa diantara kemampuan manusia. Ini hanyalah contoh dari salah satu teka-teki dalam pembelajaran manusia. Sekitar tahun pertama kehidupan, anak-anak muda di seluruh dunia menguasai serangkaian kompetensi yang menakjubkan dengan sedikit bimbingan formal. Mereka menjadi mahir dalam menyanyikan lagu, mengendarai sepeda, melakukan tarian, melacak dengan cermat lusinan objek di rumah mereka, atau di jalan. Meskipun kurang terlihat, mereka mengembangkan teori yang kuat tentang bagaimana dunia bekerja dan bagaimana pikiran mereka sendiri bekerja. Mereka mampu mengantisipasi manipulasi mana yang akan membuat mesin tidak berfungsi dengan baik, mereka dapat mendorong dan 8
menangkap bola yang dilemparkan dalam berbagai kondisi, mereka mampu menipu orang lain dalam permainan bahkan ketika mereka dapat mengenali ketika seseorang mencoba untuk mempermainkannya. Mereka mengembangkan indra yang jelas tentang kebenaran dan kepalsuan, baik dan buruk. Pembelajaran Intuitif dan Pembelajaran Skolastik Kita dihadapkan pada teka-teki lain, anak-anak begitu mudah menguasai sistem simbol seperti bahasa dan bentuk seni, anak-anak juga mengembangkan teori kompleks tentang alam semesta atau teori pikiran yang rumit, sering mengalami kesulitan terbesar saat mereka masuk sekolah. Berbicara dan memahami bahasa terbukti tidak bermasalah, tetapi membaca dan menulis dapat menimbulkan tantangan berat, menghitung dan permainan numerik memang menyenangkan, tetapi mempelajari matematika dapat menjengkelkan. Entah bagaimana pembelajaran alami, universal, atau intuitif yang terjadi di rumah atau lingkungan sekitar selama tahun-tahun pertama kehidupan tampaknya merupakan tatanan yang sama sekali berbeda dari pembelajaran sekolah yang sekarang diperlukan di seluruh dunia. Sejauh ini, teka-teki ini tidak asing dan sering dikomentari. Memang, orang mungkin melangkah lebih jauh dengan mengklaim sekolah dilembagakan secara tepat untuk menanamkan keterampilan dan konsepsi, tidak begitu mudah dipelajari kapasitas pembelajaran intuitif, sebagian besar buku dan laporan terbaru tentang \"krisis pendidikan\" bertahan pada kesulitan siswa dalam menguasai agenda sekolah. Bukti untuk klaim yang mengejutkan berasal dari sejumlah besar penelitian pendidikan yang telah dikumpulkan selama beberapa dekade terakhir. Penelitian ini mendokumentasikan bahwa siswa yang telah terlatih dengan baik dan yang menunjukkan semua tanda keberhasilan di sekolah dengan nilai yang tinggi, belum tentu menunjukkan pemahaman yang memadai tentang materi dan konsep yang telah dipelajarinya. Salah satu contoh adalah kasus fisika. Para peneliti di Johns Hopkins, MIT, dan universitas terkemuka lainnya telah melaporkan bahwa siswa yang menerima nilai tinggi dalam fisika tingkat perguruan tinggi sering kali tidak dapat memecahkan masalah dan pertanyaan dasar yang dihadapi dalam bentuk yang sedikit berbeda dari yang mereka alami secara formal. Dalam contoh umum, mahasiswa diminta untuk menunjukkan gaya yang bekerja pada koin yang telah dilempar lurus ke atas dan telah mencapai titik tengah lintasan ke atas. Jawaban yang benar adalah bahwa begitu koin mengudara, hanya ada tarikan gravitasi ke arah bumi. Namun 70 persen mahasiswa yang telah menyelesaikan memberikan jawaban naif yang sama seperti mahasiswa yang tidak terlatih, mereka mengutip dua kekuatan, yang ke bawah mewakili gravitasi dan 9
yang ke atas dari \"gaya ke atas asli dari tangan.\" Respons ini mencerminkan pandangan intuitif atau akal sehat tetapi keliru bahwa suatu objek tidak dapat bergerak kecuali jika gaya aktif entah bagaimana telah ditransmisikan ke objek tersebut dari sumber pendorong asli (dalam hal ini, tangan atau lengan pelempar koin) dan bahwa gaya tersebut harus bertahap dihabiskan. Mengapa siswa tidak menguasai apa yang seharusnya mereka pelajari? Sampai saat ini, kita yang terlibat dalam pendidikan belum menghargai kekuatan konsepsi awal, stereotip, dan \"skrip\" yang dibawa siswa ke pembelajaran sekolah mereka atau kesulitan mengubah atau menghapusnya. Kami telah gagal untuk menghargai studi hampir setiap siswa ada pikiran \"tidak bersekolah\" berusia lima tahun yang berjuang untuk keluar dan mengekspresikan dirinya. Kita juga tidak menyadari betapa sulitnya menyampaikan materi baru sehingga implikasinya akan dihargai oleh anak-anak yang telah lama mengkonseptualisasikan materi semacam ini dengan cara yang berbeda secara fundamental dan mengakar kuat. Pada awal abad ini, karya Freud dan psikoanalis lainnya mendokumentasikan bahwa kehidupan emosional anak sangat memengaruhi perasaan dan perilaku. Sekarang penelitian para ilmuwan kognitif menunjukkan kekuatan dan ketekunan yang mengejutkan dari konsepsi anak kecil tentang dunia. Contoh lain terkait keterbatasan pengetahuan kita tentang kemampuan anak, diiuraikan dalam buku ini, bahwa ketika dalam percakapan ayah dengan putri mahasiswa semester dua. Suatu hari putrinya bernama Kerith menelepon ayahnya, cukup tertekan. Putrinya mengutarakan keprihatinannya: \"Ayah, saya tidak mengerti pelajaran fisika.\" Sebagai ayah saya selalu bersemangat berperan sebagai ayah, sabar dan simpatik, saya menjawab dengan nada paling progresif, “Sayang, Ayah sangat menghormati karena belajar fisika di perguruan tinggi. Saya tidak akan pernah memiliki keberanian untuk melakukan itu. Saya tidak peduli nilai apa yang Anda dapatkan, itu tidak penting. Yang penting kamu paham materinya. Jadi mengapa kamu tidak pergi menemui gurumu dan melihat apakah dia bisa membantu?” \"Kau tidak mengerti, Ayah,\" jawab Kerith tegas. “Aku tidak pernah memahaminya.” Adanya kesenjangan antara apa yang dianggap sebagai pemahaman dan pemahaman sejati, itu hanya diketahui kadang-kadang (seperti dalam kasus Kerith), dan bahkan kemudian, apa yang harus dilakukan masih jauh dari jelas. Berbicara tentang \"pemahaman sejati\", tidak bermaksud metafisik. Apa yang dikatakan Kerith adalah bahwa tingkat pemahaman biasa pun banyak yang hilang pada sebagian besar siswa. Masuk akal mengharapkan siswa untuk dapat menerapkan pembelajarannya sesuai dengan konteksnya. 10
Tiga Karakter dalam Mencari Kerangka Kerja Tiga karakter yang dibahas dalam kajian ini. Pertama, ada pelajar intuitif (kadang-kadang dikenal sebagai pembelajar alami, naif, atau universal), anak kecil yang diperlengkapi secara luar biasa untuk mempelajari bahasa dan sistem simbolik lainnya dan yang mengembangkan teori-teori yang berguna tentang dunia fisik dan dunia orang lain selama tahun-tahun awal kehidupan. Kedua, ada siswa tradisional (atau pelajar sekolah), siswa dari usia tujuh sampai usia sekitar dua puluh tahun, berusaha untuk menguasai literasi, konsep, dan bentuk disiplin sekolah. Para siswa inilah yang terlepas dari apakah mereka dapat menghasilkan kinerja standar atau tidak, merespons dengan cara yang mirip dengan anak-anak prasekolah atau sekolah dasar, begitu mereka dikeluarkan dari konteks kelas. Ketiga, ada ahli disiplin (atau orang yang terampil), seorang individu dari segala usia yang telah menguasai konsep dan keterampilan suatu disiplin atau domain dan dapat menerapkan pengetahuan tersebut dengan tepat dalam situasi baru. Yang termasuk dalam ahli disiplin ilmu adalah siswa yang mampu menggunakan pengetahuan kelas fisika atau sejarahnya untuk menjelaskan fenomena baru. Pengetahuan mereka tidak terbatas pada teks-teks dan mereka memenuhi syarat untuk masuk ke dalam jajaran orang-orang yang “benar-benar” mengerti. Ketiga karakter ini menjadi pembahasan untuk mengenal masing-masing secara lebih dekat, kita seharusnya tidak hanya menerima wawasan tentang teka- teki pembelajaran tetapi juga petunjuk untuk menciptakan sistem pendidikan yang dapat menghasilkan pemahaman yang sejati. Ketiga masing-masing karakter bekerja sesuai dengan beberapa kendala, faktor intrinsik atau ekstrinsik yang membatasi perilakunya dengan cara tertentu dan menunjukkan pemahamannya dalam jenis karakteristik kinerjanya. Pertama- tama kita akan melihat berbagai macam kendala dan kemudian pada kinerjanya. Pelajar intuitif mencerminkan neurobiological dan kendala developmental, karena factor keturunan dan prinsip-prinsip perkembangan manusia dalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang ditemui di seluruh dunia. Anak-anak belajar bahasa secepat yang mereka lakukan, dan dengan cara yang mereka lakukan, karena ada kendala kuat yang dibangun ke dalam sistem saraf mereka, kendala tersebut sangat mempengaruhi cara di mana mereka memandang dunia, mengkategorikan objek, dan berinteraksi dengan individu lain. Dengan cara yang sama, anak-anak di seluruh dunia mengembangkan teori-teori yang sebanding tentang dunia tempat mereka tinggal dan orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka, ini mencerminkan interaksi antara kecenderungan biologis dan konstruksi anak-anak itu sendiri tentang dunia tempat mereka dilahirkan. 11
Kendala-kendala ini, hasil dari evolusi ribu tahun, sangat kuat sehingga sangat sulit untuk diselesaikan. Fakta bahwa anak-anak dianggap siap untuk sekolah pada usia tertentu, dan bahwa mereka dapat diharapkan untuk menguasai keterampilan dan konsep khusus dalam pengelolaan belajar, mungkin mencerminkan kendala neurobiologis dan perkembangan. Tetapi kendala yang lebih mendalam yang terjadi pada siswa tradisional adalah dari jenis ekstrinsik, sejarah dan kendala kelembagaan yang ada di sekolah. Sekolah telah berevolusi selama berabad-abad untuk melayani tujuan sosial tertentu dengan cara tertentu. Dari kebutuhan untuk mengajarkan literasi kepada sejumlah besar siswa hingga tekanan untuk menghasilkan warga negara yang mewujudkan sikap dan kebajikan tertentu, sekolah mencerminkan kendala ini. Di sekolah-sekolah yang menjadi perhatian dengan pemahaman yang mendalam mencerminkan fakta bahwa, sebagian besar, tujuan untuk menimbulkan pemahaman semacam itu belum menjadi prioritas tinggi bagi birokrasi pendidikan. Dalam kaitannya dengan ahli disipliner, istilah “kendala” pada awalnya mungkin tampak tidak tepat. Bagaimanapun, dalam beberapa hal, para ahli diberdayakan untuk mengatasi kendala, untuk mengembangkan keterampilan dan konsep mereka ke arah yang baru dan bahkan tidak terduga. Namun, kondisi pemberdayaan ini hanya mungkin karena penguasaan yang telah diperoleh dengan susah payah selama beberapa tahun. Setiap disiplin (seperti fisika atau sejarah) dan setiap domain (seperti catur atau patung atau pemasaran) menunjukkan praktik dan pendekatannya sendiri, yang telah berkembang selama sejarahnya yang panjang. Seseorang tidak dapat mulai menguasai domain, atau memahaminya, kecuali jika seseorang mau masuk ke dunianya dan menerima disipliner dan epistemologis kendala yang datang untuk dilakukan selama bertahun-tahun. Anak kecil menguasai banyak informasi dan tampak sangat kompeten di dunianya yang terbatas. Seperti yang telah kita lihat, anak dapat menggunakan dan memahami sistem simbol dengan lancar dan juga dapat menawarkan teori dan penjelasan sehari-hari tentang dunia pikiran, materi, kehidupan, dan diri. Karena mudahnya pertunjukan ini diekspresikan, disebutnya sebagai pemahaman intuitif (naif atau alami). Harus ditekankan bahwa pemahaman-pemahaman ini seringkali tidak matang, menyesatkan, atau secara mendasar salah dipahami, ini tentu saja terjadi dengan banyak pemahaman protoscientific yang dianut oleh anak-anak. Akan tetapi, pemahaman intuitif semacam itu sangat kuat, dan dalam banyak kasus mereka terbukti cukup berguna. Dalam konteks sekolah, pendidik biasanya mencari dan menerima hafalan, ritualistik, atau pertunjukan konvensional. Pertunjukan seperti itu terjadi ketika siswa hanya merespon, dalam sistem simbol yang diinginkan, dengan mengutarakan kembali fakta, konsep, atau rangkaian masalah tertentu yang telah 12
diajarkan kepada mereka. Tentu saja, jawaban “benar” dalam situasi ini tidak menghalangi pemahaman yang baik, namun siswa hanya gagal untuk menjamin pemahaman yang lebih baik. Ketiga karakter ini tidak menyatu dengan baik satu sama lain dan kesenjangan yang dihasilkan di antara mereka menimbulkan masalah pendidikan yang luar biasa, terutama karena kesenjangan itu sampai sekarang belum diapresiasi secara luas. Tiga masalah yang perlu diperhatikan, yaitu; 1. Kesenjangan antara pelajar intuitif dan pelajar tradisional. Siswa yang memiliki pemahaman intuitif yang sangat memadai sering menunjukkan kesulitan besar dalam menguasai pelajaran sekolah. Para siswa inilah yang menunjukkan “masalah belajar” atau “kelainan belajar”, dan kesulitan merekalah yang telah memicu banyak tuduhan terhadap sistem pendidikan. Namun bahkan mereka yang terbukti berhasil di sekolah biasanya gagal untuk menghargai kesenjangan antara pemahaman intuitif mereka dan pemahaman yang diwujudkan dalam aturan dan konsep sekolah. 2. Kesenjangan antara siswa tradisional dan ahli disiplin. Kesenjangan ini telah diungkapkan secara dramatis oleh penelitian berorientasi kognitif baru-baru ini. Bahkan siswa berprestasi biasanya tidak berhasil mentransfer pengetahuan mereka ke pengaturan baru, dan lebih buruk lagi, mereka biasanya tidak menghargai bahwa mereka telah jatuh kembali pada pemahaman yang kuat tetapi naif tentang anak usia dini. Oleh karena itu siswa tradisional muncul setidaknya sebagai jauh dari ahli disiplin sebagai pelajar yang lebih muda, intuitif. 3. Kesenjangan antara pelajar intuitif dan ahli disiplin. Kedua karakter ini berbagi sifat ramah bahwa mereka dapat menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dengan cara yang lancar. Pemahaman mereka saat ini tampaknya kurang dipelajari dan lebih mudah diperoleh daripada yang ditunjukkan oleh siswa yang mencoba menggunakan pengetahuan yang diperoleh dengan susah payah di sekolah. Namun sangat penting untuk menghargai bahwa kedua pemahaman tersebut memiliki tatanan yang berbeda secara fundamental. Dalam kasus intuitif, seseorang menghadapi pemahaman alami tetapi naif yang telah berkembang selama berabad-abad untuk menghasilkan pemahaman fase pertama yang cukup berguna tentang dunia. Dalam kasus ahli disipliner, seseorang menghadapi pemahaman yang muncul dari para sarjana dan pengrajin yang telah bekerja secara sadar diri dan secara kumulatif. Orang-orang ini telah berusaha untuk membangun konsep dan praktik yang memberikan gambaran terbaik tentang dunia tempat kita hidup, bahkan ketika catatan itu bertentangan dengan intuisi yang 13
sudah lama ada, kebijaksanaan yang diterima, atau kebodohan yang tidak disadari tetapi mengakar kuat. Tujuh Kecerdasan Motif utama yang muncul dari penelitian kognitif baru-baru ini, mendokumentasikan sejauh mana siswa memiliki jenis pikiran yang berbeda dan karena itu belajar, mengingat, melakukan, dan memahami dengan cara yang berbeda. Ada banyak bukti bahwa beberapa orang mengambil pendekatan linguistik untuk belajar, sementara yang lain menyukai spasial. Dengan cara yang sama, beberapa siswa melakukan yang terbaik ketika diminta untuk memanipulasi simbol dari berbagai macam, sementara yang lain lebih mampu menampilkan pemahaman mereka melalui demonstrasi langsung atau melalui interaksi dengan individu lain. Setidaknya tujuh cara berbeda untuk mengetahui dunia, atau juga dikenal dengan istilah tujuh kecerdasan manusia. Menurut analisis ini, kita semua dapat mengetahui dunia melalui bahasa, analisis logis-matematis, representasi spasial, pemikiran musik, penggunaan tubuh untuk memecahkan masalah atau membuat sesuatu, pemahaman tentang individu lain, dan pemahaman tentang diri, di mana perbedaan individu terletak pada kekuatan kecerdasan ini. Perbedaan tersebut memperumit pemeriksaan Pembelajaran dan pemahaman manusia. Untuk memulainya, perbedaan-perbedaan ini menantang sistem Pendidikan yang mengasumsikan bahwa setiap orang dapat mempelajari materi yang sama dengan cara yang sama dan bahwa ukuran universal yang seragam sudah cukup untuk menguji pembelajaran siswa. Siswa belajar dengan cara yang dapat diidentifikasi secara khas. Spektrum siswa yang luas dan mungkin masyarakat secara keseluruhan akan dilayani dengan lebih baik jika disiplin ilmu dapat disajikan dalam beberapa cara dan pembelajaran dapat dinilai melalui berbagai cara. Salah satu konsekuensi dari situasi saat ini adalah banyak orang yang secara tidak adil menganggap keberhasilan, serta banyak korban yang tidak perlu, muncul dari sistem pendidikan kontemporer. Para siswa yang menunjukkan pikiran kanonik (dalam istilah kami \"skolastik\") dikreditkan dengan pemahaman, bahkan ketika pemahaman yang sebenarnya terbatas atau tidak ada, banyak orang termasuk kadang-kadang penulis buku ini dan putrinya dapat lulus ujian tetapi gagal dalam ukuran pemahaman lain yang mungkin lebih tepat dan lebih menyelidik. Pemahaman yang benar adalah kemungkinan besar akan muncul, dan terlihat oleh orang lain, jika orang memiliki sejumlah cara untuk merepresentasikan pengetahuan tentang suatu konsep atau keterampilan dan dapat dengan mudah bergerak bolak-balik di antara bentuk-bentuk pengetahuan 14
ini. Tidak seorang pun dapat diharapkan untuk memiliki semua mode yang tersedia, tetapi setiap orang harus memiliki setidaknya beberapa cara untuk mewakili konsep atau keterampilan yang relevan. Ada tiga karakter, masing-masing relatif aman dalam praktiknya sendiri, masing-masing mencerminkan kendala dan penampilannya yang khas. Tetapi ada kesenjangan yang mengganggu di antara karakter dan sedikit tanda bahwa tujuan yang diinginkan dari pemahaman disiplin dapat segera dicapai. Dibutuhkan pemahaman yang lebih lengkap dari masing-masing karakter ini kendala mereka serta potensi mereka berisi di dalamnya petunjuk penting untuk perbaikan sistem pendidikan yang lebih efektif. Menemukan Kerangka Kerja Dalam upaya untuk memperjelas berbagai teka-teki pembelajaran, Gardner, (2011) telah mengidentifikasi serangkaian karakter dalam tabel kerangka kerja untuk lebih meningkatkan pemahaman pendidikan, sebagai gambaran singkat tentang apa yang akan dipelajari. Berikut adalah sekilas kerangka kerja untuk memahami pendidikan. Kerangka tersebut menjadi menjadi penting bagi siapa pun yang tertarik pada dunia pendidikan, agar agar proses pembelajaran lebih produktif. Penutup Dunia pendidikan seharusnya memberikan kemerdekan berpikir bagi siswa agar lebih memahami dari apa yang dipelajari, sebagaimana yang Gardner tegaskan bahwa pemahaman ditandai dengan tindakan, dimana siswa memperoleh pengetahuan sedikit demi sedikit dalam suatu lingkungan dan menerapkannya dalam lingkungan atau permasalahan yang tidak mereka kenali. Supaya tujuan itu tercapai, para pendidik harus lebih mengutamakan kedalaman dari pada keluasan. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendalami dan 15
mengungkapkan suatu topik dengan beragam cara serta melibatkan berbagai kecerdasan dapat mengembangkan pemahaman siswa. Daftar Rujukan Gardner, H. E. (2011). The unschooled mind: How children think and how schools should teach (Twentieth). Basic books, A Member of the Perseus Books Group. 16
Bagian 3 Multiple Intelligences Tri Wiganti Andayani Pendahuluan Buku Multiple Intelligences yang ditulis oleh Howard Gardner (2008), merupakan perkembangan hasil penelitian neuropsikologi. Hasil penelitian ini mengarah pada teori kecerdasan ganda (Multiple Inteligences). Gardner memulai penelitiaan ini pada tahun 1970 hingga 1980. Buku Gardner yang lainnya mengenai teori kecerdasan ganda (majemuk) adalah Frames of Mind (1983). Pada buku ini, penerbit memiliki harapan cukup tinggi akan ide-ide Gardner yang sangat menarik, terutama diperuntukan bagi kalangan pendidik. Selama beberapa dekade, Gardner terlibat dalam berbagai proyek pendidikan, dengan teori Multiple Intelligences. Pada tahun 1993, Gardner mengeluarkan buku Multiple Intelligences: The Theory in Practice, membahas poin-poin utama teori dan hasil laporan beberapa penelitian eksperimen pendidikan. Menjelaskan beberapa kesalahpahaman dan penyalahgunaan teori. Dalam Intelligence Reframed (1999), Gardner mengupdate singkat dari teori; menjawab banyak pertanyaan, konsepsi, dan kritik; dan mengeksplorasi hubungan kecerdasan dengan konsep-konsep lain yang kemudian diteliti, seperti kepemimpinan, kreativitas, dan moralitas. Pada pertengahan dekade pertama abad ke-21, dua puluh lima tahun setelah gagasan beberapa kecerdasan pertama kali, Gardner bertekad untuk memberikan gambaran terbaru dan komprehensif dari teori Multiple Intelegences, hasiilnya adalah volume saat ini. Multiple Intelligences: New Horizons dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama bab 1, mengenai teori yang berisi ringkasan dan diskusi tentang cara utama di mana teori telah berubah. Bab 2, penambahan kecerdasan, perbedaan antara domain dan kecerdasan, dan diferensiasi di antara berbagai konsepsi intelek. Dalam bab 3, ada delineasi hubungan antara kecerdasan dan kapasitas kognitif manusia lainnya, seperti kreativitas, keahlian, dan jenius. Gardner menggambarkan dalam bab 4, cara di mana studi psikologis berkembang menjadi satu set masalah dan rekomendasi pendidikan. Pada bab 5, Gardner menjawab pertanyaan dan kritik besar yang telah diajukan dalam seperempat abad terakhir. 17
Pada bagian kedua, tentang: Perspektif Pendidikan, Gardner fokus pada eksperimen pendidikan tertentu. Berkisar dari upaya untuk memelihara dan menilai kecerdasan. Anak prasekolah, untuk mencoba menanamkan pada remaja cara disiplin utama berpikir, termasuk yang ditampilkan dalam seni, ada pada bab 6-9. Juga termasuk adalah diskusi tentang tujuan utama pendidikan, bab 8 dan proposal rinci untuk bentuk-bentuk baru penilaian terdapat di bab 10. Dalam bagian ketiga, mengenai: New Vistas, Gardner mengalihkan perhatian ke pandangan yang muncul tentang kecerdasan yang memperhitungkan konteks sosial dan budaya yang berbeda. Di mana anak muda tumbuh (bab 11). Ada pertimbangan tentang bagaimana ide dari beberapa pengamat yang digunakan dan dapat lebih lanjut dilaksanakan di tempat kerja (bab 12). Esai terakhir (bab 13) melihat ke masa depan: arah penelitian tentang pemerhati, sumber baru informasi tentang pemerhati, perubahan penggunaan untuk Teori Multiple Intelegences, dan penggunaan teori dalam perubahan yang cepat, dalam dunia global. Sebagian besar materi dalam buku ini adalah baru, beberapa di antaranya diadaptasi dari buku tahun 1993 atau dari tulisan lain. Esai tersebut telah dirancang sehingga buku ini dapat dibaca dari sampul ke sampul. Untuk sebagian besar, telah menggantikan redundansi dengan referensi ke bab sebelumnya, terkadang ada pengulangan untuk kemudahan memahami dalam membaca. Seperti yang terlihat, teori dan praktik Multiple Intelegences mengambil sampel kehidupan mereka. Ada ratusan buku, ratusan disertasi, dan ribuan artikel ilmiah dan populer tentang teori ini. Ratusan, jika tidak ribuan, sekolah di seluruh dunia menyatakan menerapkan gagasan dari Multiple Intelegences. Dalam lampiran buku ini, ada beberapa daftar penting bibliografi terbaru. Sejak awal, beberapa kecerdasan manusia yang dimiliki tidak bisa dikejar tanpa adanya dukungan yang besar begitu juga dengan keuangan. Puluhan mahasiswa berkolaborator, keduanya di Harvard. Dan di tempat lain, telah membantu mendorong agenda beberapa pengamat dan telah menyumbangkan ide dan praktik penting. Juga penyandang dana, baik yayasan swasta maupun individu yang murah hati. Tidak mungkin untuk berterima kasih kepada semua orang, tetapi saya mencantumkan penyandang dana utama di bagian pengakuan terpisah. Menumbuhkan Kecerdasan pada Anak Usia Dini Tes kecerdasan standar telah digunakan untuk mengidentifikasi bakat, instrumen semacam mampu mengungkapkan keunggulan. Tetapi pertimbangkan individu yang tidak berkinerja baik pada penilaian semacam itu. Bagaimana kita dapat menilai kelebihannya, dan apa gunanya melakukan? Jacob adalah anak laki- laki berusia 4 tahun yang diminta untuk berpartisipasi dalam dua bentuk penilaian pada awal tahun ajaran: Kecerdasan Stanford-Binet Skala (edisi ke-4) dan pendekatan baru untuk penilaian yang disebut Spektrum Proyek. Jacob menolak 18
untuk diuji di Stanford-Binet. Tiga subtes dicoba dan sebagian selesai, setelah itu Jacob kehabisan waktu pengujian, kemudian Jacob meninggalkan gedung, dan terus memanjat pohon. Reaksi kontras Jacob terhadap baterai Spectrum, yang mencakup lima belas tugas berbeda yang mencakup berbagai domain. Jacob berpartisipasi dalam sebagian besar kegiatan, dan dia menunjukkan luar biasa kekuatan di bidang seni visual dan angka. Dia menggunakan bahan yang berbeda dan bekerja dengan setiap media yang mungkin di daerah seni. Pada aktivitas lain, bahkan ketika dia menolak melakukan tugas di tangan, dia selalu menyatakan minatnya pada materi dari mana game itu telah dibuat, misalnya, tokoh-tokoh kecil di papan cerita dan logam lonceng untuk aktivitas musik. Minat materi hampir setiap area: Eksplorasi Jacob terhadap penemuan atau bidang ilmu alam terfokus pada satu titik pada pemeriksaan tulang dan bagaimana mereka cocok bersama dan menghasilkan tulang patung yang sangat akurat dibuat dari tanah liat. Dari semua aktivitas di baterai Spectrum, Jacob paling tidak tertarik gerakan dan musik. Awalnya dia juga menolak berpartisipasi dalam nomor tugas tertanam dalam permainan bus. Namun, ketika dia akhirnya bertukar, dia tampaknya sangat senang mengetahui jumlah yang benar dari orang naik dan turun dari bus. Mengetuk pemahaman Jacob tentang angka dalam konteks yang bermakna dan akrab baginya tampaknya membantu memperoleh kemampuan yang mungkin tetap tersembunyi. Sementara penilaian Spectrum dan Stanford- Binet dapat mengungkapkan hal serupa kualitas, ada keuntungan yang berbeda untuk penilaian yang dilakukan atas waktu dengan materi yang kaya di lingkungan anak itu sendiri. Contoh dari Jacob menunjukkan empat cara di mana sistem penilaian Spektrum mungkin menguntungkan anak-anak. Pertama, Spectrum melibatkan anak-anak melalui permainan yang bermakna dan kontekstual. Kedua, Spectrum mengaburkan batas antara kurikulum dan penilaian, sehingga mengintegrasikan penilaian secara lebih efektif ke dalam program pendidikan reguler. Ketiga, pendekatan Spektrum untuk penilaian membuat langkah-langkah \"kecerdasan-adil\" dengan menggunakan instrumen yang melihat langsung pada kecerdasan yang bekerja, bukan melalui lensa perantara linguistik atau logika-matematis. Keempat, Spektrum menunjukkan bagaimana kekuatan anak dapat memberikan akses ke area yang lebih menantang di mana anak tidak terlalu menjanjikan. Dalam bab ini mempertimbangkan kemungkinan bahwa bakat luar biasa anak-anak dapat diidentifikasi pada usia dini dan bahwa profil kemampuan yang ditunjukkan oleh anak-anak prasekolah dapat dengan jelas dibedakan satu sama lain. Kami juga mempertimbangkan beberapa implikasi pendidikan dari pendekatan yang berfokus pada identifikasi awal area kekuatan dan kelemahan. 19
Setelah sebentar pengenalan latar belakang teoritis dan kerangka pendekatan Spektrum untuk penilaian, kami membahas beberapa temuan penelitian dan memberikan beberapa kesimpulan awal. Pendekatan Spektrum untuk Penilaian Project Spectrum adalah upaya inovatif untuk mengukur profil kecerdasan dan gaya kerja anak kecil. Ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti di Harvard Project Zero dengan rekan kami David Feldman, di Universitas Tufts (lihat Chen & Gardner, 2005; Feldman & Gardner, 1989; Malkus, Feldman, & Gardner, 1988; Ramos-Ford, Feldman, & Gardner, 1988). Spektrum dimulai dengan asumsi bahwa setiap anak memiliki potensi untuk mengembangkan kekuatan di satu atau lebih bidang. Fokus proyek pada anak-anak prasekolah memiliki dorongan ilmiah dan praktis. Di sisi ilmiah, kami menjawab pertanyaan tentang bagaimana perbedaan awal individu dapat dideteksi secara andal serta nilai prediksi dari identifikasi awal tersebut. Di sisi praktis, orang tua dan guru cenderung paling diuntungkan dari informasi tentang kompetensi kognitif anak- anak mereka selama ini tahap masa kanak-kanak, ketika otak anak kecil relatif plastis, ketika sekolah cenderung kurang kaku, dan ketika komponen pilihan bebas biasanya dibangun ke dalam sebagian besar kurikulum. Meskipun Spectrum dimulai dengan pencarian indeks awal kecerdasan, segera menjadi jelas bahwa lebih banyak kompetensi diperlukan pemeriksaan. Yang pasti, kami mengidentifikasi sejumlah kapasitas inti dalam kecerdasan masing-masing. Tetapi alih-alih mencoba untuk melihat kecerdasan dalam bentuk murni, kami melihat domain pencapaian budaya melalui mana bentuk-bentuk itu diambil oleh anak-anak (Feldman, 1986). Untuk misalnya, kami membahas produksi dan persepsi dalam musik; ditemukan dan narasi deskriptif dalam bahasa; dan gerakan ekspresif dan atletis dalam ranah kinestetik-jasmani. Kami juga menggunakan pengertian orang dewasa keadaan akhir untuk membantu kami fokus pada keterampilan dan kemampuan yang relevan dengan mencapai peran dewasa yang signifikan dan bermanfaat dalam masyarakat kita, daripada hanya pada keterampilan yang berguna dalam konteks sekolah. Jadi, alih-alih melihat keterampilan logis-matematis secara abstrak, kami memeriksa kompetensi yang mungkin berujung pada penemuan ilmiah; bukannya memeriksa kompetensi mengulang rangkaian kalimat, kita lihat kemampuan anak untuk menceritakan sebuah cerita atau memberikan akun deskriptif dari sebuah pengalaman. Untuk menangkap sepenuhnya pendekatan anak terhadap suatu tugas, kami merasa penting untuk melihat gaya kognitif atau kerja serta kapasitas intelektual semata. Gaya kerja menggambarkan cara seorang anak berinteraksi dengan materi dari area konten, seperti kemampuan untuk merencanakan suatu kegiatan dan untuk mencerminkan pada tugas, dan tingkat ketekunan. Sedangkan 20
beberapa individu menunjukkan gaya kerja yang menentukan pendekatan mereka untuk tugas apa pun, apa pun itu area konten, yang lain memiliki gaya yang membuktikan lebih spesifik domain. Informasi tersebut mungkin sangat penting untuk membentuk intervensi pendidikan yang efektif untuk seorang anak. Kami membahas lima belas bidang kognitif kemampuan dan delapan belas fitur gaya. Implementasi Pendekatan Spektrum Di kelas Spectrum, setiap hari anak-anak dikelilingi oleh materi yang kaya dan menarik yang membangkitkan penggunaan berbagai kecerdasan. Kita tidak mencoba untuk merangsang kecerdasan secara langsung, dengan bahan-bahan yang diberi label \"spasial\" atau \"logis-matematis.\" Sebaliknya, kami menggunakan bahan yang mewujudkan peran masyarakat yang dihargai atau keadaan akhir dan yang memanfaatkan kombinasi yang relevan dari kecerdasan. Jadi, misalnya, ada sudut naturalis, di mana berbagai spesimen biologis dibawa untuk siswa untuk diperiksa dan dibandingkan dengan bahan lain; area ini mengacu pada kapasitas sensorik serta kecerdasan naturalistik dan logis. Ada area mendongeng, di mana siswa membuat cerita imajinatif menggunakan seperangkat alat peraga yang menggugah dan merancangnya papan cerita sendiri; daerah ini membangkitkan fakultas linguistik, dramatis, dan imajinatif. Ada sudut bangunan, di mana siswa dapat membuat model kelas mereka dan memanipulasi foto skala kecil siswa dan guru di dalam ruangan; area ini mengacu pada spasial, kinestetik-jasmani, dan kecerdasan pribadi. Banyak kecerdasan lain, dan kombinasi kecerdasan, disadap di selusin area dan aktivitas yang tersisa di ruang kelas Spectrum. Sangat diinginkan bagi anak- anak untuk mengamati orang dewasa yang kompeten atau lebih tua rekan-rekan di tempat kerja atau bermain di area ini. Dengan pengamatan seperti itu, anak- anak siap untuk menghargai alasan materi serta sifat keterampilan yang memungkinkan master untuk berinteraksi dengan materi secara cara yang berarti. Karena tidak selalu layak untuk menyediakan pengaturan magang-master seperti itu, pusat pembelajaran telah dibangun di mana: anak-anak dapat mengembangkan beberapa fasilitas dari interaksi reguler dengan materi sendiri atau hanya dengan rekan-rekan tingkat pemula lainnya. Dalam pengertian ini, kami lingkungan entry-level adalah lingkungan mandiri yang menyimpan potensi untuk pertumbuhan kognitif dan pribadi. Selama satu tahun atau lebih dihabiskan di lingkungan yang bergizi ini, anak memiliki banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai bidang belajar, masing-masing menampilkan materinya masing-masing dan serangkaian keterampilan uniknya dan kecerdasan. Mencerminkan akal dan keingintahuan pikiran anak berusia lima tahun, kebanyakan anak siap menjelajahi sebagian besar area ini. Anak-anak yang tidak menebar jala secara luas didorong untuk mencoba bahan atau pendekatan 21
alternatif. Sebagian besar, guru dapat dengan mudah mengamati minat dan bakat anak sepanjang tahun, dan tidak diperlukan penilaian khusus. Namun, untuk setiap domain atau kerajinan, kami juga merancang permainan atau aktivitas tertentu yang memungkinkan penentuan kecerdasan anak di area tersebut dengan lebih tepat. Pada akhir tahun, informasi yang dikumpulkan tentang setiap anak adalah dirangkum oleh tim peneliti dalam sebuah esai singkat yang disebut Laporan Spektrum. Dokumen ini menjelaskan profil individu anak tentang kekuatan dan kelemahan dan menawarkan rekomendasi spesifik tentang apa yang mungkin dilakukan di rumah, di sekolah, atau di masyarakat luas untuk membangun kekuatan serta untuk memperkuat area yang relatif lemah. Rekomendasi informal seperti itu penting. Dalam pandangan kami, psikolog secara tradisional jauh terlalu peduli dengan norma atau peringkat. Sebaliknya, upaya yang sebanding dengan Laporan Spektrum yang dibuat sepanjang tahun sekolah seharusnya membantu siswa dan keluarga mereka membuat keputusan berdasarkan informasi tentang masa depan mereka, berdasarkan survei kapasitas dan pilihan mereka. Apa tindakan nyata yang kami rancang? Agar tidak membingungkan kompetensi, kami berusaha semaksimal mungkin untuk tidak hanya mengandalkan logika dan langkah-langkah linguistik. Sebaliknya kami menggunakan langkah-langkah yang \"kecerdasan\" adil” langkah-langkah yang memanfaatkan kecerdasan secara langsung dan secara holistik. Kami juga mencoba menghindari situasi hipotetis dan abstrak formulasi; kami memberi anak-anak sesuatu yang konkret untuk dimanipulasi tidak peduli domain mana yang sedang dinilai. Misalnya, model kelas yang dijelaskan di atas memberi anak-anak figur kecil dari teman sebaya dan guru, menawarkan struktur nyata yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan pengetahuan anak tentang teman, peran sosial, dan dinamika kelas. Musik mempersepsikan tugas dengan memberi anak-anak lonceng Montessori yang mereka dapat memainkan permainan pencocokan nada atau membuat melodi mereka sendiri. Ukuran spektrum berkisar dari tugas yang relatif terstruktur dan ditargetkan (misalnya, dalam domain jumlah dan musik) untuk tindakan yang relatif tidak terstruktur dan pengamatan alami (dalam domain sains dan sosial). Langkah- langkah ini diterapkan di seluruh sepanjang tahun ruang kelas dilengkapi dengan materi yang menarik, permainan, teka-teki, dan area belajar. Meskipun sebagian besar guru tidak merasa praktis untuk mengelola secara formal semua lima belas tindakan untuk setiap anak, kami telah menggunakan prosedur seperti itu untuk tujuan penelitian. 22
Area Kemampuan Kognitif yang Diperiksa dalam Spektrum Proyek Angka Permainan dinosaurus: dirancang sebagai ukuran pemahaman anak tentang konsep bilangan, keterampilan berhitung, kemampuan mematuhi aturan, dan penggunaan strategi. Permainan bus: menilai kemampuan anak untuk membuat sistem notasi yang berguna, melakukan perhitungan mental, dan mengatur informasi nomor untuk satu atau lebih variabel. Sains Aktivitas perakitan: dirancang untuk mengukur kemampuan mekanik anak. Berhasil Penyelesaian aktivitas tergantung pada keterampilan motorik halus dan kemampuan visual-spasial, observasional, dan pemecahan masalah. Permainan berburu harta karun: menilai kemampuan anak untuk membuat kesimpulan logis. Anak itu adalah diminta untuk mengatur informasi untuk menemukan aturan yang mengatur penempatan berbagai harta karun. Aktivitas air: digunakan untuk menilai kemampuan anak dalam menghasilkan hipotesis berdasarkan pengamatan dan untuk melakukan eksperimen sederhana. Area penemuan: mencakup kegiatan sepanjang tahun yang menimbulkan pengamatan, apresiasi, dan pemahaman anak tentang fenomena alam. Musik Aktivitas produksi musik: dirancang untuk menilai kemampuan anak mempertahankan akurasi nada dan ritme saat bernyanyi, dan untuk mengingat properti musik lagu. Aktivitas persepsi musik: menilai kemampuan anak untuk membedakan nada. Kegiatan tersebut terdiri dari pengenalan lagu, pengenalan kesalahan, dan diskriminasi nada. Bahasa Aktivitas papan cerita: mengukur berbagai keterampilan bahasa, termasuk kompleksitas bahasa kosa kata dan struktur kalimat, penggunaan penghubung, penggunaan bahasa deskriptif dan dialog, dan kemampuan untuk mengejar alur cerita. Kegiatan pelaporan: menilai kemampuan anak untuk menggambarkan suatu peristiwa sehubungan dengan kriteria berikut: kemampuan untuk melaporkan konten secara akurat, tingkat detail, kalimat struktur, dan kosakata. Seni Visual Portofolio seni: ditinjau dua kali setahun dan dinilai berdasarkan kriteria yang mencakup penggunaan garis dan bentuk, warna, ruang, detail, serta representasi dan desain. Anak-anak juga berpartisipasi dalam tiga kegiatan menggambar terstruktur. Gambar-gambar tersebut dinilai pada kriteria yang serupa dengan yang digunakan dalam penilaian portofolio. 23
Pergerakan Gerakan kreatif: kurikulum gerakan yang sedang berlangsung berfokus pada kemampuan anak-anak di lima bidang tari dan gerakan kreatif: kepekaan terhadap ritme, ekspresif, kontrol tubuh, generasi ide gerakan, dan responsif terhadap musik. Gerakan atletik: lintasan rintangan berfokus pada jenis keterampilan yang ditemukan di banyak olahraga yang berbeda, seperti koordinasi, waktu, keseimbangan, dan kekuatan. Sosial Model kelas: menilai kemampuan anak untuk mengamati dan menganalisis peristiwa sosial dan pengalaman di dalam kelas. Daftar periksa interaksi rekan: daftar periksa perilaku digunakan untuk menilai perilaku dalam mana anak-anak terlibat ketika berinteraksi dengan teman sebaya. Pola perilaku yang berbeda menghasilkan peran sosial yang khas seperti fasilitator dan pemimpin Selain Laporan Spektrum, orang tua diberikan Manual Kegiatan Orang Tua dengan saran untuk kegiatan di domain berbeda yang ditangani oleh Spektrum. Sebagian besar kegiatan menggunakan mudah diakses dan bahan yang terjangkau. Sebuah catatan peringatan untuk orang tua disertakan mengenai streaming prematur atau pelacakan cepat seorang anak. Idenya bukan untuk membuat setiap anak adalah keajaiban di bidang kekuatan terbesarnya. Sebaliknya, Proyek Spectrum menekankan gagasan bahwa setiap anak adalah unik: orang tua dan guru berhak untuk memiliki deskripsi yang setia kepada anak serta saran untuk jenis pengalaman yang sesuai dengan konfigurasi kekuatan dan kelemahan khusus anak. Hasil Awal Kami sekarang beralih ke diskusi tentang hasil penelitian awal kami. Kami menunjukkan tiga pertanyaan: 1. Apakah anak kecil memiliki domain-spesifik serta lebih kekuatan umum? 2. Apakah ada korelasi antara pertunjukan dalam kegiatan yang berbeda? 3. Apakah kekuatan anak dalam satu domain memfasilitasi atau menghambat kinerja di domain lain? Di bawah ini kami melaporkan setiap pertanyaan secara bergantian. 1. Baterai Spectrum diberikan di dua ruang kelas prasekolah di Sekolah Anak Eliot-Pearson di Universitas Tufts di Medford, Massachusetts. Kami membatasi analisis kami pada dua puluh tiga anak berusia empat tahun. Kami melihat kekuatan dan kelemahan masing-masing anak, baik dalam kaitannya dengan kelompok dan terhadap diri sendiri. Anak-anak yang mencetak satu standar deviasi atau lebih di atas rata-rata pada langkah-langkah Spektrum dalam domain dianggap memiliki kekuatan dalam domain itu, sedangkan anak- anak yang mencetak satu standar deviasi atau lebih di bawah rata-rata 24
dianggap menunjukkan kelemahan. Mayoritas anak-anak mengungkapkan kekuatan dalam setidaknya satu domain dan kelemahan di setidaknya satu domain. Beberapa anak menunjukkan satu atau lebih kekuatan di seluruh kegiatan Spektrum dan tidak ada kelemahan, dan beberapa anak tidak menunjukkan kekuatan dan satu atau lebih kelemahanAkhirnya, setiap anak menunjukkan setidaknya satu kekuatan dan satu kelemahan relatif terhadap dirinya sendiri. 2. Untuk mengetahui derajat korelasi antar pertunjukan pada aktivitas yang berbeda, kami membuat matriks korelasi antara pasangan sepuluh kegiatan. Hasilnya menunjukkan sangat sedikit korelasi antara kegiatan, memperkuat gagasan bahwa langkah-langkah Spektrum mengidentifikasi berbagai kemampuan yang tidak tumpang tindih di area konten yang berbeda. Hanya satu pasangan signifikan pada tingkat p <0,01: dua aktivitas angka—permainan dinosaurus dan permainan bus (r = 0,78). Sebaliknya, dua musik dan kedua kegiatan sains tersebut tidak berkorelasi secara signifikan (r = –0,07 dan r = 0,08, masing-masing). 3. There was also some evidence that a child’s strength in one area might facilitate performance in another. Sebagai contoh, seorang anak menunjukkan ketertarikan kepekaan terhadap warna dan menunjukkan minat dan kemampuan di area tersebut dari seni visual. Saat memainkan permainan berburu harta karun, yang berfokus pada keterampilan inferensi logis, perhatian anak ini pada warna tampaknya membantu dia mengidentifikasi aturan yang mengatur penempatan harta karun di bawah bendera berkode warna. Anak lain, yang diidentifikasi memiliki kekuatan dalam produksi musik (menyanyi), lebih mudah dalam sesi gerakan kreatif untuk menyinkronkan gerakannya dengan ritme yang mendasari sebuah musik jika dia bernyanyi saat dia bergerak. Bakat musiknya juga menjadi ciri khasnya kinerja pada tugas naratif yang diciptakan: dia menciptakan kedua lagu tema dan pawai kematian untuk karakter dalam ceritanya. Anak ketiga, yang menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mendongeng, namun tetap tidak bergerak dalam sesi gerakan kreatif, bergerak dengan ekspresi yang tidak seperti biasanya ketika alat peraga papan cerita digunakan sebagai katalis dalam salah satu latihan. Dia juga mengubah tugas dalam seni visual, sosial analisis, dan matematika menjadi kesempatan untuk bercerita lebih lanjut (lihat Renninger, 1988, tentang pengaruh minat anak-anak pada perhatian dan memori untuk tugas dan jenis permainan). Gambar-gambarnya dalam seni sering disajikan untuk mengilustrasikan narasi yang menyertainyaIbunya melaporkan bahwa dia sering membuat boneka dan boneka di rumah, memodelkannya pada karakter dari buku yang dia \"baca.\" Dia juga menggunakan model kelas sebagai storyboard berbasis realitas, membuat sketsa 25
dengan figur teman-teman sekelasnya. Pada permainan bus, bagaimanapun, dia menjadi sangat terlibat dalam motivasi untuk sosok yang berbeda naik dan meninggalkan bus yang mengalihkan perhatiannya merekam informasi numerik yang benar. Tampaknya kekuatan di satu bidang juga dapat mengganggu kinerja anak. Seorang anak menunjukkan kekuatan luar biasa dalam seni visual, menunjukkan kepekaan yang tidak biasa terhadap garis, warna, dan komposisi. Namun, kepekaannya terhadap isyarat visual membuatnya salah menafsirkan tanda-tanda arah saat menggunakan dadu yang memiliki + dan – di sisinya. Dia menafsirkan garis persimpangan (+) menjadi berarti bahwa pemain bisa bergerak dalam dua arah dan horizontal tunggal garis ( – ) berarti bahwa pemain hanya dapat melanjutkan dalam satu arah. Gaya Kerja Seperti disebutkan sebelumnya, selain merekam penampilan anak, kami juga merekam gaya kerja atau cara anak mendekati setiap aktivitas. 1. Fitur Gaya Diperiksa dalam Spektrum Proyek Anak itu adalah: mudah terlibat/enggan untuk terlibat dalam aktivitas percaya diri / tentatif main-main/serius fokus/dapat teralihkan gigih/frustrasi dengan tugas mencerminkan pekerjaan sendiri/impulsif cenderung bekerja lambat / cenderung bekerja cepat Anak: merespons isyarat visual (pendengaran, kinestetik) menunjukkan pendekatan metodis membawa agenda pribadi (kekuatan) ke tugas menemukan humor di area konten menggunakan bahan dengan cara yang tidak terduga menunjukkan kebanggaan dalam pencapaian menunjukkan perhatian terhadap detail (observant) penasaran sama bahannya menunjukkan kekhawatiran atas jawaban \"benar\" berfokus pada interaksi dengan orang dewasa mengubah tugas (materi) 2. Apakah anak-anak menggunakan gaya kerja yang berbeda ketika memecahkan masalah dari domain yang berbeda? Jika ya, apa perbedaan dalam bidang kekuatan dan kelemahan anak? 26
3. Apakah beberapa gaya kerja lebih efektif daripada yang lain pada khususnya dominan? Tampaknya bagi sebagian besar anak-anak, sementara satu atau dua orang bekerja gaya biasanya diperoleh di seluruh domain, gaya kerja lainnya lebih bergantung pada isi dari area yang dieksplorasi. Sekitar tiga perempat dari anak- anak dalam sampel menunjukkan gaya kerja umum yang, khususnya, instans, dikombinasikan dengan satu atau dua lainnya untuk menghasilkan konfigurasi khusus domain. Misalnya, seorang gadis menunjukkan perhatian terhadap detail hanya pada aktivitas model kelas, satu area kekuatannya, dan impulsif hanya dalam aktivitas persepsi musik, area kelemahannya. Anak lain dengan mudah terlibat dan percaya diri, bahkan di bidang kelemahan, selama tugas yang terlibat aspek kinerja. Tidak mengherankan, pertunjukan di area kekuatan biasanya ditandai dengan \"mudah untuk terlibat,\" \"percaya diri,\" dan \"fokus\" bekerja gaya. Sebaliknya, penampilan yang lemah dicirikan oleh \"dapat dialihkan,\" gaya kerja \"impulsif,\" dan \"enggan untuk terlibat\". “Keceriaan” dicirikan baik kekuatan maupun kelemahannya. Juga, sejumlah anak menunjukkan reflektifitas dan perhatian terhadap detail di bidang kekuatan mereka. Tiga dari lima anak yang tidak menunjukkan kekuatan relatif terhadap rekan-rekan mereka tidak pernah merefleksikan pekerjaan mereka sendiri, dan delapan anak hanya merefleksikan pekerjaan mereka di bidang kekuatan. Lima dari anak-anak menunjukkan gaya kerja yang sangat spesifik domain. Jacob, anak laki-laki yang dijelaskan di awal bab ini, menunjukkan kepercayaan diri, perhatian terhadap detail, keseriusan, keterampilan perencanaan, dan reflektifitas hanya dalam seni visual dan domain angka bidangnya kekuatan. Anak lain merasa sangat sulit untuk tetap fokus pada sebagian besar dari Spektrum dan kegiatan kelas. Namun, ketika dia diberikan materi untuk kegiatan perakitan, dia bekerja dengan fokus dan terus-menerus sampai dia benar-benar membongkar dan memasang kembali benda-benda itu. Hasil ini memberi guru informasi berharga tentang bagaimana dia dapat menggunakan kekuatan anak ini untuk melibatkannya dalam pekerjaan yang terfokus di ruang kelas. Berkenaan dengan pertanyaan kedua, beberapa anak yang dipamerkan gaya kerja yang konsisten jelas terbantu oleh konten-netral mereka gaya, sedangkan yang lain mungkin terhalang olehnya. Seorang anak bekerja di cara yang serius dan fokus di seluruh domain; taktik ini membantunya menyelesaikan kegiatan di mana ia mengalami kesulitan serta yang dia menunjukkan kompetensi. Setiap anak menunjukkan kepercayaan diri dalam setidaknya satu aktivitas. Seorang gadis yang tidak mengungkapkan kekuatan relatif terhadap teman- temannya, tetap menunjukkan kebanggaan dalam menyelesaikan lebih banyak tugas daripada yang lain anak, mungkin menunjukkan ketahanan yang bagus untuk 27
skolastiknya prospekIronisnya, kepercayaan diri yang terlalu meresap dapat menghambat kinerja yang sukses di seluruh tugas. Anak yang diidentifikasi memiliki kelemahan paling banyak dari lima anak dan tidak ada kekuatan relatif terhadapnya rekan-rekan tidak pernah menunjukkan keragu-raguan, sedangkan semua kecuali tiga dari sisanya adalah tentatif dalam pendekatan mereka setidaknya sekali. Seorang anak membawa agendanya sendiri ke setiap kegiatan Spectrum. Meskipun ide-idenya sering kali memaksa, keengganannya untuk mengerjakan tugas menyebabkan dia tampil buruk di banyak kegiatan. Pada kegiatan persepsi musik, misalnya, dia paling tertarik pada bagaimana lonceng logam, yang semuanya tampak persis sama, bisa menghasilkan suara yang berbeda. Untuk mengeksplorasi fenomena ini, ia meneliti perbedaan getaran mereka setelah memukul mereka dengan palu. Dia juga menemukan aturan baru untuk permainan dinosaurus, dan dia mencoba membuat alat dari bagian keduanya penggiling makanan dalam kegiatan perakitan. Karena dia sangat tertarik untuk mengeksplorasi ide-idenya sendiri, dia sering menolak untuk mengeksplorasi ide-ide orang lain. Kapan dia mengalami kesulitan dengan suatu kegiatan, dia akan menjadi frustrasi dan mengandalkan selera humornya untuk mengalihkan perhatian orang dewasa dari tugas yang adaTampaknya juga bahwa struktur tugas (atau kadang-kadang kekurangannya) struktur) berfungsi untuk menghambat penampilan beberapa anak. Dalam lingkungan kelas Spectrum yang kurang terstruktur, anak laki-laki yang baru saja dijelaskan menunjukkan kemampuan eksperimental yang hebat dan terus-menerus merumuskan dan menguji hipotesis untuk mengetahui lebih banyak tentang dunia di sekitarnya. Jacob adalah anak lain yang membutuhkan struktur yang sangat sedikit, jadi tenggelam dalam bahan dia menjadi. Sayangnya, fokusnya yang intens pada materi, dengan mengesampingkan orang lain—apakah anak-anak atau orang dewasa mungkin hadir masalah untuk kinerja skolastiknya di masa depan. Perbandingan Tampilan: Orang Tua, Guru, dan Spektrum Sementara Spectrum mengukur dengan jelas mengidentifikasi kekuatan spesifik domain pada anak-anak, tampaknya juga penting untuk menentukan apakah kita mengungkap kemampuan yang sampai sekarang belum diakui oleh guru dan orang tua. Untuk menjawab pertanyaan ini, kami meminta orang tua dan guru untuk mengisi kuesioner yang menunjukkan tingkat kemampuan yang ditunjukkan oleh setiap anak dalam sejumlah daerah yang berbeda. Kami juga mengirimkan formulir tanggapan kepada orang tua untuk meminta reaksi mereka terhadap profil Spectrum. Tujuh belas dari dua puluh set orang tua mengembalikan kuesioner yang telah diisi Secara umum, orang tua cukup murah hati dalam mengidentifikasi anak 28
mereka sebagai menunjukkan kemampuan luar biasa dalam suatu bidang. Jumlah rata-rata area diperiksa oleh orang tua untuk anak mereka adalah delapan dari tiga puluh. Di sisi lain Di sisi lain, para guru jarang menilai seorang anak sebagai menunjukkan kemampuan luar biasa dalam setiap daerah, mengidentifikasi rata- rata satu dari tiga puluh. Perbedaan antara peringkat orang tua dan guru ini mungkin mencerminkan kerangka yang lebih luas dari referensi yang tersedia bagi guru, yang melihat anak-anak dalam konteks teman sebayanya kelompok. Sementara orang tua mungkin bias dimengerti, mereka juga memiliki lebih sedikit kesempatan untuk melihat kekuatan sejumlah besar anak. Ini faktor harus diingat dalam perbandingan. Seorang anak dianggap oleh Spectrum memiliki kekuatan yang luar biasa hanya jika skor dalam aktivitas domain yang diberikan setidaknya satu standar deviasi di atas rata-rata. Spectrum mengidentifikasi kekuatan luar biasa yang dimiliki sebaliknya tidak diidentifikasi dalam delapan dari tujuh belas anak—dua belas kekuatan dalam semua, dalam domain sains, seni visual, musik, dan pemahaman sosial. Tujuh anak diidentifikasi oleh orang tua dan guru sebagai menunjukkan kekuatan yang luar biasa, tetapi tidak oleh Spectrum. Di sebagian besar ini kasus, meskipun Spectrum mengidentifikasi kekuatan relatif, mereka tidak dianggap luar biasa dalam kaitannya dengan grup. Untuk sejumlah anak lain, skor kekuatan mendekati tetapi kurang dari satu standar deviasi di atas rata-rata diidentifikasi oleh Spectrum, tetapi tidak oleh orang tua atau guru. Akhirnya, orang tua, guru, dan Spectrum mengidentifikasi bidang kemampuan luar biasa yang sama pada sembilan dari tujuh belas anak dalam perbandingan. Tampaknya beberapa bidang, seperti bahasa dan angka, dapat dengan mudah diidentifikasi secara relatif terlepas dari apakah anak itu di rumah atau di sekolah, tetapi bidang lain, seperti persepsi musik, keterampilan mekanik, dan analisis sosial, tidak begitu mudah diperhatikan. Faktanya, Spectrum tidak pernah diidentifikasi bahasa atau angka sebagai kekuatan luar biasa di mana mereka belum melakukannya diidentifikasi oleh orang tua atau guru. Namun, bahkan dalam area kemampuan yang umum dikenal seperti bahasa, Spectrum memberikan rincian dari ke dalam keterampilan komponen (kosa kata, struktur kalimat, penggunaan bahasa deskriptif, dan sebagainya) yang digunakan dalam pelayanan usaha yang bermakna (bercerita). Tentu saja, banyak guru prasekolah yang kompeten tidak dapat memberikan pengalaman di semua bidang, terutama bidang yang mungkin relatif bagi mereka asing, seperti persepsi musik dan tugas inferensi logis. Kegiatan berkumpul khususnya membantu meruntuhkan prasangka gender dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak perempuan seperti anak laki- laki untuk mengungkapkan kekuatan dan terlibat dalam area yang secara 29
tradisional dianggap maskulin. Profil bentuk respons juga mengungkapkan bahwa area di mana orang tua paling terkejut mengetahui kekuatan termasuk persepsi musik, kemampuan mekanik, dan gerakan kreatif. Karena informasi dalam profil dihasilkan dari tugas yang dikontekstualisasikan, mungkin lebih mudah bagi orang tua untuk menerjemahkannya menjadi kegiatan tindak lanjut yang bermakna. Perbandingan Hasil Spektrum dengan Skala Kecerdasan Stanford- Binet Seorang ahli diagnostik terlatih mengelola Skala Kecerdasan Stanford- Binet (Edisi ke-4) kepada sembilan belas dari dua puluh anak dalam satu kelas. Dua dari sembilan belas anak tidak menyelesaikan ukuran dan karena itu tidak termasuk dalam analisis. Hasil dari sampel ini, sementara berguna untuk memberikan a pengertian yang sangat umum tentang bagaimana kedua ukuran itu dibandingkan, harus dibaca dengan beberapa peringatan dalam pikiran. Pertama, Spectrum membahas tujuh domain kemampuan melalui lima belas kegiatan, sepuluh di antaranya termasuk dalam analisis, sedangkan Stanford- Binet berfokus pada empat bidang atau faktor (penalaran verbal, penalaran abstrak/visual, penalaran kuantitatif, dan memori jangka pendek) melalui delapan subtes. Kedua, baterai aktivitas Spectrum dikelola secara berurutan selama satu tahun, sedangkan Stanford-Binet dikelola dalam a sesi satu sampai dua jam. Akhirnya, Stanford-Binet adalah standar mengukur dan Spektrum tidak. Tujuh belas anak dalam sampel yang menyelesaikan Stanford-Binet penilaian dinilai dalam kisaran rendah-rata-rata hingga sangat unggul, dengan skor komposit berkisar antara 86 hingga 133. Skor rata-rata adalah 113. Seperti analisis sebelumnya, seorang anak dianggap menunjukkan kekuatan atau kelemahan pada aktivitas Spektrum hanya jika dia mencetak satu standar deviasi atau lebih di atas atau di bawah rata-rata kelompok. Untuk menentukan apakah skor komposit Stanford-Binet bersifat prediktif kinerja pada beberapa atau semua kegiatan Spektrum, kami memberi peringkat skor komposit anak-anak untuk melihat bagaimana lima anak teratas (dengan komposit skor dari 125 hingga 133) dan lima anak terbawah (dengan skor dari 86 hingga 105—rentang rata-rata rendah hingga rata-rata) yang dilakukan pada baterai Spectrum. Dari lima anak dengan komposit Stanford-Binet tertinggi skor, satu menunjukkan kekuatan pada tiga dari sepuluh aktivitas Spektrum dalam analisis, tiga menunjukkan kekuatan dalam dua kegiatan, dan satu anak menunjukkan satu kekuatan. Area yang diidentifikasi Spectrum sebagai kekuatan untuk anak-anak ini adalah sebagai berikut: dua dalam bahasa naratif, empat dalam persepsi dan produksi musik, dua dalam seni visual, satu dalam pemahaman sosial, dan satu dalam sains (inferensi logis). 30
Pergerakan, bilangan, dan komponen mekanis dari sains domain tidak diidentifikasi sebagai kekuatan untuk salah satu anak, dan, dalam Faktanya, pergerakan dan angka diidentifikasi sebagai area kelemahan untuk dua orang dari mereka. Selain itu, hanya satu dari tiga anak yang menampilkan tiga atau lebih banyak kekuatan pada ukuran Spektrum termasuk di antara lima pencetak gol terbanyak di Stanford-Binet. Salah satu dari tiga pencetak gol Spektrum teratas juga adalah pencetak gol terbanyak pada kegiatan nomor Spektrum gabungan. Tampaknya Skala Kecerdasan Stanford-Binet tidak memprediksi kinerja yang sukses baik di seluruh aktivitas Spektrum atau secara konsisten subset dari mereka. Satu kualifikasi yang harus dibuat dalam hal itu adalah kemungkinan hubungan antara skor komposit Stanford-Binet dan kinerja pada tugas musik Spectrum. Empat dari lima kekuatan dalam music diidentifikasi oleh langkah- langkah Spektrum ditampilkan oleh anak-anak yang menerima skor komposit Stanford-Binet tertinggi. Namun, secara umum, tidak ada korelasi yang ditemukan antara subskor Stanford-Binet dan aktivitas Spectrum individu. Tentu saja, tanpa sampel yang jauh lebih besar, tidak kesimpulan yang kuat dapat ditarik. Stanford-Binet juga tampaknya tidak memprediksi kurangnya keberhasilan di seluruh Tugas Spectrum, meskipun itu mengidentifikasi tiga dari anak-anak dengan skor terendah (anak-anak tanpa kekuatan dan nol sampai lima kelemahan pada kegiatan Spectrum). Dari lima anak dengan Stanford-Binet terendah skor komposit, satu menunjukkan satu kekuatan (pemahaman sosial) dan satu kelemahan (persepsi musik), dan yang lain tidak menunjukkan kelemahan dan tiga kekuatan (kemampuan mekanik, bahasa, dan persepsi musik). Tiga anak yang tersisa tidak menunjukkan kekuatan pada kegiatan Spectrum dan nol hingga lima kelemahan. Anak yang menerima skor komposit terendah dalam kelompok (86) adalah juga diidentifikasi oleh baterai Spectrum sebagai anak dengan skor terendah di seluruh tugas: dia tidak menunjukkan kekuatan dan lima kelemahan pada Spectrum kegiatan (dua kelemahan lebih dari anak lain). Namun, Spektrum memang mengidentifikasi dua kekuatan relatif yang ditampilkan oleh anak ini di domain pemahaman sosial dan gerakan kreatif. Subtes Stanford-Binet juga mengungkapkan beberapa pencar (keterampilan penalaran verbal dan memori untuk subskor kalimat masing-masing berada pada persentil ke-53 dan ke-49, sementara memori manik dan skor analisis pola jatuh ke urutan ke-39 dan ke-40 persentil). Data ini menunjukkan bahwa sedangkan Skala Kecerdasan Stanford-Binet menghasilkan berbagai skor faktor dan variabilitas subtes dalam faktor, Pengukuran spektrum menghasilkan profil yang lebih bergerigi. Bagian dari 31
perbedaan ini dapat dikaitkan dengan jumlah domain yang ditangani oleh setiap ukuran: delapan tugas di empat area konten untuk Stanford-Binet versus lima belas tugas (sepuluh dalam analisis kami) di tujuh area untuk Spectrum. Tapi Spectrum melakukan lebih dari cukup memperluas area yang ditangani oleh Stanford-Bine. Semua subtes Stanford-Binet dapat dianggap sebagai ukuran g yang baik atau adil, the faktor kecerdasan umum (lihat Sattler, 1988, untuk diskusi lengkap). Model spektrum, bagaimanapun, tidak mendalilkan g sebagai kecerdasan umum faktor yang hadir dalam berbagai kemampuan mental dan yang menyumbang untuk pertunjukan anak-anak di berbagai area konten. Sebaliknya, model Spectrum menunjukkan bahwa profil bergerigi mewakili domain-spesifik kemampuan yang mencerminkan pemecahan masalah dunia nyata dalam konteks kegiatan yang bermakna misalnya, analisis lingkungan sosial sendiri, merakit objek mekanis, bercerita, dan sebagainya. Informasi diperoleh dari inventaris Spectrum karena itu berpotensi lebih banyak berguna dalam merancang intervensi pendidikan yang tepat untuk anak-anak. Beberapa Keterbatasan dan Jangka Panjang Implikasi Spektrum Proyek Pada titik ini, mungkin bermanfaat untuk mengangkat beberapa masalah yang mungkin saja di benak pembacaKarena itu sampel kecil yang menerima baterai Spectrum, penelitian ini harus dianggap berguna untuk menghasilkan hipotesis daripada memberikan temuan konklusif. Namun, kami dapat mengidentifikasi beberapa manfaat potensial dari Spektrum dibandingkan dengan pendekatan penilaian lainnya, seperti Stanford-Binet. Pertama, Spectrum memberikan kesempatan untuk melibatkan anak lebih aktif dalam penilaian, memberi mereka kesempatan untuk melakukan refleksi pengalaman mereka dan perasaan mereka sendiri tentang minat dan kekuatan mereka. Anak-anak juga menjadi aktif terlibat dalam membantu mengumpulkan dan mendokumentasikan bekerja dalam model Spectrum—misalnya, menyimpan karya mereka untuk seni portofolio, merekam cerita dan lagu, dan membawa barang-barang untuk penemuan atau bidang ilmu alam.. Keterlibatan seperti itu memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa produk mereka ditanggapi dengan serius, dan itu termasuk mereka dalam proses pemantauan pertumbuhan mereka sendiri. Untuk anak-anak yang sangat sensitif tentang masalah kinerja, Spectrum mungkin memiliki informasi untuk ditawarkan yang tidak dimiliki oleh pengukuran verbal satu sesi, dekontekstualisasi, dan berat (lihat bab 10). Misalnya, sebagai bagian komponen intrapersonal dari aktivitas analitik sosial, anak-anak menunjukkan gambar aktivitas Spectrum yang berbeda dan menanyakan aktivitas mana yang mereka anggap favorit, terbaik, dan tersulit. Seorang anak laki-laki 32
yang tetap tidak terlibat dalam kegiatan Spectrum atau subtes StanfordBinet (pengujian Stanford-Binet harus dihentikan karena kecemasannya yang besar tentang penampilannya) menunjukkan tingkat yang mengejutkan dari tertarik untuk menjawab pertanyaan tentang reaksinya terhadap aktivitas yang berbeda. Dia tampaknya memiliki pemahaman yang akurat tentang bidang minat relatifnya dan kekuatan. Dia mengidentifikasi storyboard sebagai aktivitas terbaiknya dan, memang, itu adalah satu-satunya dari delapan tugas yang dia selesaikan dengan skornya di atas rata-rata kelompok. Dia memilih aktivitas air sebagai favoritnya, dan meskipun dia enggan untuk mencoba idenya untuk eksperimen tenggelam dan mengambang selama tugas, dia menjadi sangat bersemangat tentang penemuan yang dia buat di satu titik bahwa dia memanggil gurunya ke daerah itu dengan cara yang tidak seperti biasanya tampilan antusiasme. Tentu saja, Skala Kecerdasan Stanford-Binet juga memiliki kelebihan. Ini adalah ukuran standar dengan konsistensi internal yang sangat baik dan tinggi keandalan. Ukurannya mudah dan efisien dikelola, dan area-areanya peta diperiksa dengan mudah ke dalam kurikulum sekolah standar. Sementara kita melakukannya belum tahu apakah penilaian Spektrum dapat memprediksi keberhasilan skolastik dengan keandalan bentuk penilaian standar, Spectrum langkah-langkah memang mengidentifikasi area kekuatan yang berbeda, dengan implikasi langsung untuk jalan lebih lanjut untuk dijelajahi, baik di dalam maupun di luar sekolah. Baterai spektrum juga memungkinkan guru dan orang tua untuk memahami individu perbedaan di daerah-daerah yang secara tradisional dianggap melewati tahap- tahap perkembangan universal (Feldman, 1980) atau sebagai cerminan kecerdasan umum. Namun, pendekatan Spectrum mengandung risikonya sendiri. Bahaya dari streaming prematur anak-anak harus ditimbang terhadap manfaat dari memberikan setiap anak kesempatan untuk melakukannya dengan baik. Ada juga potensi untuk orang tua yang berorientasi pada prestasi untuk mendorong anak- anak mereka untuk berprestasi tidak hanya dalam bidang akademik tradisional tetapi di semua domain, meningkatkan tekanan yang sudah kuat pada anak-anak untuk mencapai. Selain itu, keluarga di luar budaya arus utama mungkin kurang peduli dengan kinerja di domain elektif seperti seni visual dan musik, dan lebih peduli dengan itu bidang yang paling dihargai oleh masyarakat—bahasa dan logika. Jelas, lingkungan keluarga akan menentukan sebagian baik penggunaan dan kegunaan informasi yang terkandung dalam profil Spectrum. Sebagai satu orang tua melaporkan, karena anggota keluarga tidak tertarik pada musik atau sama sekali tidak musikal, kemampuan musik anaknya mungkin tidak pernah muncul tanpa Spectrum, dan bahkan jika ada, mereka akan belum diakui sebagai bakat. 33
Hasil ini dapat dikontraskan dengan kasus seorang ibu yang menganggap musik sebagai bagian penting dari dirinya kehidupan anak laki-laki dan sangat mendorong minatnya di dalamnya. Selama tindak lanjut setahun kemudian, dia melaporkan bahwa dia suka menonton pertunjukan musik dan opera, dan akan duduk melaluinya dengan penuh perhatian, tanpa berbicara atau bergerak. Meskipun tidak ada yang benar-benar tahu hubungan yang tepat antara bakat awal dan pencapaian selanjutnya, identifikasi kekuatan sejak dini dapat menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya. Bisakah perspektif Spektrum mengarah pada kurikulum yang masuk akal untuk? tahun-tahun dasar? Data kami menunjukkan pengaruh potensial dari struktur lingkungan kualitas tertentu yang dapat dilihat pada anak-anak. Mereka menekankan pentingnya terus menyediakan serangkaian merangsang materi di berbagai bidang kurikuler. Gerakan kreatif dan keterampilan mekanik tidak mungkin diakui di taman kanak-kanak yang tidak menawarkan bidang-bidang ini dalam kurikulum. Juga, mulai dari kelas satu, banyak anak diajari mata pelajaran seperti seni, musik, gerakan, dan sains oleh spesialis sekali atau dua kali seminggu. Kecuali jika spesialis ini berkomunikasi dengan guru kelas, guru kelas mungkin tidak menyadarinya kemampuan dalam bidang tertentu. Minimal, guru mungkin merasa lebih mudah untuk menjadi guru yang baik dalam kerangka Spektrum, baik dalam hal mendokumentasikan pengamatan mereka dan individualisasi kurikulum mereka. Penekanan pada keadaan akhir juga dapat memberikan hubungan yang lebih langsung antara identifikasi kekuatan dan keputusan tentang apa yang harus dilakukan setelah kekuatan itu tercapai. telah diidentifikasi. Model magang muncul sebagai pendekatan pendidikan alternatif yang sangat menarik. Setelah keadaan akhir ditentukan, kemungkinan muncul untuk mengintai rejimen pendidikan menuju realisasinya. Magang menanamkan pembelajaran keterampilan dalam konteks sosial dan fungsional, dengan tahapan penguasaan yang jelas. Dalam pandangan kami, model magang, di mana siswa menerima umpan balik yang sering dan informal tentang kemajuan mereka dalam pengaturan yang sangat kontekstual, sangat menjanjikan secara pendidikan. Jadi, dalam kasus anak seperti Jacob, kami akan merekomendasikan bahwa jika dia terus menunjukkan minat pada domain yang dipilih, dia bisa mendapat manfaat dari bimbingan seorang ahli dalam berbagai situasi belajar langsung. Akhirnya, meskipun Spectrum sebagian mencerminkan sistem nilai pluralisme terkait dengan kelas menengah, mungkin juga memiliki sesuatu untuk ditawarkan kepada anak-anak dari latar belakang yang kurang beruntung. Sistem penilaian spektrum memiliki potensi untuk mengungkapkan area kekuatan yang tidak terduga dan menghasilkan meningkatkan harga diri, terutama untuk anak-anak yang tidak unggul dalam kurikulum sekolah standar. 34
Tinjauan Awal pada Data Tindak Lanjut Tahun kedua partisipasi dalam program Spectrum plus wawancara dengan orang tua dan guru menunjukkan bahwa kekuatan diidentifikasi selama tahun terus berkembang, dan gaya kerja menjadi lebih mendarah daging. Apakah kekuatan akan muncul kembali tergantung pada beberapa kondisi: keyakinan keluarga tentang nilai kemampuan, posisi relatif siswa di antara mereka. teman sebaya, dan kecocokan antara minat dan kekuatan siswa. Guru dan orang tua membawa pengaruh yang cukup besar atas perkembangan lintasan kemampuan. Misalnya, satu domain di mana guru, orang tua, dan evaluasi spektrum yang berbeda adalah domain sosial. Guru cenderung untuk memberikan peringkat rendah pada keterampilan sosial siswa mereka, sedangkan Spectrum dan orang tua telah mengidentifikasi mereka sebagai kekuatan. Domain sosial adalah satu di penilaian tentang kemampuan mana yang tampaknya sangat dipengaruhi oleh bagaimana kemampuan digunakan. Tanggapan orang tua mengungkapkan bahwa mereka paling didorong drama dan kepura-puraan. Kegiatan ini sepertinya sudah dianggap efektif untuk memadukan kemampuan dalam ranah mendongeng dan ranah sosial dengan aspek performans ranah gerak. Terkadang, konfigurasi tertentu dari gaya kerja anak dan area kekuatan menentukan apakah kekuatan akan muncul kembali atau tidak. Misalnya, seorang gadis yang “suka bersinar”, menurut gurunya, adalah bukan yang paling mampu dalam kelompoknya di meja tulis atau area buku. Akibatnya, dia sering mengunjungi area seni dan konstruksi di mana dia akan berada lebih cenderung menonjol. Mengingat konteks kedudukan kerabatnya di dalam kelompok, ada sedikit kemungkinan bahwa kemampuannya yang sebelumnya diidentifikasi dalam bahasa akan muncul kembali dan berkembang sepanjang tahun. Selanjutnya, jika minat anak tidak sesuai dengan kekuatannya, atau jika seseorang memilih untuk fokus pada kumpulan materi yang sama atau untuk mengeksplorasi bidang keterampilan baru, peluang untuk mengamati kemampuan di domain lain akan sesuai berkurang. Seorang gadis yang telah menunjukkan minat keduanya dan kemampuan dalam seni menjadi lebih tertarik untuk belajar membaca taman kanak-kanak. Mungkin perubahan minat itu menjelaskan mengapa dia menghindari daerah seni. Perpanjangan Pendekatan Spektrum Proyek Sampai saat ini, kami telah fokus pada Spektrum Proyek asli, yang dikembangkan untuk digunakan dalam pengaturan prasekolah Amerika kelas menengah. Keduanya tugas yang dijelaskan dan data yang dianalisis mencerminkan sejarah ini dan khususnya lingkungan. Pertanyaan secara alami muncul tentang sejauh mana Spectrum bisa diperluas ke pengaturan lain. Upaya pertama kami untuk melakukan ini melibatkan pemanfaatan Spectrum di beberapa kelas 35
prasekolah, taman kanak-kanak, dan kelas satu di Somerville, Massachusetts, pinggiran kota kelas pekerja Boston dengan tingkat masalah sosial dan ekonomi. Menghilangkan keraguan kami tentang daya angkut, anak-anak menganggap materi Spectrum paling menarik, dan mereka sangat menantikan waktu mereka di lingkungan Spectrum. Memang, ternyata orang tua dan guru yang khawatir tentang Spektrum, entah karena mereka takut siswa tidak akan nyaman dengan tugas- tugas terbuka seperti itu atau karena mereka sendiri memiliki pandangan yang berbeda dan jauh lebih teratur tentang seperti apa seharusnya sekolah itu. Dalam pengaturan seperti itu, Spectrum telah menunjukkan kekuatan khusus dalam mengidentifikasi bakat dan kecenderungan yang biasanya terlewatkan di sekolah reguler. Donnie, anak enam tahun dari rumah orang tua tunggal dengan lebih dari bagiannya kekerasan dan penyalahgunaan zat, berada pada risiko tinggi kegagalan sekolah. dia adalah mengalami kesulitan dalam tugas- tugas kelas satu sehingga pada bulan kedua, gurunya dengan enggan menyimpulkan bahwa dia harus dipertahankan. Namun, dalam Project Spectrum, Donnie unggul dalam tugas perakitan. Dia memiliki keberhasilan yang lebih besar dalam membongkar dan menyusun objek-objek umum, seperti penggiling makanan dan gagang pintu, daripada siswa lain seusianya. Memang, sebagian besar guru dan peneliti gagal menandingi keterampilan Donnie dan pencapaian yang tampaknya mudah dalam tugas mekanis ini. Kami merekamnya penampilan Donnie yang mengesankan dan menunjukkannya kepada gurunya. Seorang yang bijaksana dan orang yang berdedikasi, dia kewalahan. Dia mengalami kesulitan untuk percaya bahwa anak muda ini, yang mengalami masalah seperti itu dengan tugas-tugas yang berhubungan dengan sekolah, bisa melakukan sebaik banyak orang dewasa dalam usaha dunia nyata ini. Dia memberi tahu kami setelah itu bahwa dia tidak bisa tidur selama tiga malam; dia bingung olehnya pemecatan dini Donnie dan dengan demikian bersemangat untuk menemukan cara untuk mencapai dia. Donnie kemudian meningkatkan kinerja sekolahnya, mungkin karena dia telah melihat bahwa ada area di mana dia bisa unggul dan bahwa dia memiliki kemampuan yang dihargai oleh orang yang lebih tua. Selain mengidentifikasi kekuatan tak terduga pada siswa Daftar Rujukan Gardner, H. (2008). New horizons: Multiple intelligences. New York: Basic Book Publication. 36
Bagian 4 Five Minds for The Future (Mind Viewed Globally) Zainul Anwar Pengantar Buku yang berjudul “Five Minds for The Future” karya Howard Gardner ini terdiri dari tujuh bagian, yaitu Minds Viewed Globally, The Disciplined Mind, The Synthesizing Mind, The Creating Mind, The Respectful Mind, The Ethical Mind, dan Conclusion. Gardner berusaha menjelaskan tentang pikiran-pikiran penting yang dibutuhkan dimasa depan, hal ini penting karena agar kita sanggup bertahan diera yang semakin global dengan perkembangannya yang berlangsung sangat cepat, arus informasi semakin cepat, sains dan teknologi yang semakin dominan, serta munculnya benturan berbagai budaya. Pikiran-pikiran penting untuk masa depan tersebut antara lain 1) The disciplined mind, 2)The synthesizing mind, 3)The creating mind, 4) The respectful mind, dan 5)The ethical mind. Minds Viewed Globally: Tujuh Pikiran-Pikiran Penting Masa Depan Kehidupan manusia pada hakekatnya tidak dapat lepas dengan orang lain, mengharuskannya untuk saling terhubung, bahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang keterhubungannya sudah tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Gardner (2006) menganggap bahwa pertimbangan politik dan ekonomi menjadi dominan. Gardner juga berusaha menyeimbangkan perspektif ilmiah dengan mengingkatkan secara terus-menerus bahwa pikiran tidak dapat lepas dari pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan. Gardner menganggap bahwa tanpa pikiran yang berpijak pada keahlian tertentu, hanya akan mampu mengekor orang lain, tanpa pikiran yang mampu mensintesiskan segala bentuk kemajuan dari berbagai sumber tidak akan mampu mengambil manfaat dari informasi yang melimpah-ruah, tanpa kemampuan berpikir kreatif akan membuat tidak berdaya dan dikendalikan. Tanpa adanya pikiran yang santun tidak akan mampu bersinergi dan menjalin hubungan kerja yang saling menguntungkan dan karenanya akan terlibat benturan antarmanusia yang membahayakan semua pihak. Tanpa berpikir etis umat manusia akan terjebak dalam cara pikir dan pola-tindak egoistis yang berbahaya bagi semesta yang melingkupinya. 37
Gardner (2006) menekankan pada lima pikiran yang sangat penting untuk bertahan hidup di era digital dan abad saat ini. Ketika kita hidup di dunia dan era teknologi digital, menanamkan dan menumbuhkan kebiasaan menggunakan pikiran ini adalah wajib. Lima pikiran secara singkat adalah sebagai berikut: 1) Disciplined Mind Agar kita masing-masing berhasil dalam hidup, kita perlu fokus pada satu atau dua disiplin ilmu untuk berhasil. Pikiran yang berbasis pada disiplin-ilmu dan bidang kepakaran tertentu. Menurut pengalaman Gardner sebagai seorang ahli/pakar/profesional, diperlukan minimal sepuluh tahun untuk menginternalisasi dan kemudian mengeksternalisasikan cara berpikirnya. Untuk mengembangkan pikiran ini, seseorang harus secara konsisten bekerja cukup lama sampai ia mencapai penguasaan dalam disiplin. Di masa depan, Gardner menekankan bahwa untuk setiap individu yang produktif dan sukses, ia harus fokus pada satu atau dua disiplin ilmu yang mahir untuk berkembang di generasi mendatang, agar kedepan tidak hanya sebagai pengikut. 2) Synthesizing Mind Mensintesis pikiran, pada dasarnya mengintegrasikan satu atau lebih disiplin ilmu untuk mengambil keputusan dan tindakan yang efektif agar berhasil. Pikiran yang mensintesis mengambil informasi dari sumber yang berbeda, memahami dan mengevaluasi informasi tersebut secara objektif, dan menggabungkannya dengan cara yang masuk akal bagi synthesizer dan juga orang lain. Kemampuan untuk mensintesis menjadi semakin penting karena informasi terus meningkat dengan cepat dan kompleks. Pikiran menyintesis-kesanggupan untuk memadukan ide-ide dari berbagai sumber dan menjadi kesatuan yang utuh dan mengomunikasikannya kepada orang lain 3) Creative Mind Pikiran kreatif/mencipta merupakan kesanggupan untuk menyingkapkan dan memperjelas problem, pertanyaan dan fenomena baru. Pikiran kreatif berusaha untuk tetap setidaknya satu langkah lebih maju dari semua komputer dan robot paling canggih sekalipun. Pikiran yang kreatif akan menemukan hal baru. Mengajukan ide-ide baru, mengajukan pertanyaan yang tidak biasa, memunculkan cara berpikir baru, sampai pada jawaban yang tidak terduga. Pikiran kreatif dapat juga dikatakan sebagai berpikir diluar orang pada umumnya. Hal ini akan menghasilkan terobosan baru, penemuan, dan inovasi. Pikiran kreatif dapat muncul hanya setelah adanya pemahaman mendalam terhadap sesuatu yang dikuasai. Kalau sebelumnya dikatakan bahwa pikiran sintesis sangat lazim dilakukan para manager, pikiran yang menciptakan sesuatu yang baru pada umumnya muncul pada pemimpin. Synthesizing is the work of manager, and creating is the work of leaders, demikian penjelasan Gardner tentang 38
perbedaan antara pikiran yang menyintesakan dan pikiran yang mencipta. Penciptaan sesuatu yang baru adalah bidang garapan para pemimpin, dan bukan merupakan tanggungjawab para manajer. 4) Respectful Mind Merupakan kata lain untuk pikiran toleran, menumbuhkan pikiran yang respek membantu untuk menghormati perbedaan, baik perbedaan pendapat, pandangan, penilaian, pandangan agama, suku, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Seseorang harus menghormati satu sama lain di seluruh bangsa, kelompok dan komunitas. Memiliki pikiran toleran membantu untuk memahami orang lain dan berusaha bekerja secara efektif dengan orang lain. Di dunia di mana kita semua saling terkait, intoleransi atau tidak hormat tidak lagi menjadi pilihan yang layak sehingga pikiran toleran menjadi hal yang penting. Pikiran yang santun, pikiran yang dilandasi rasa hormat. Menurut Gardner (2006) pikiran berbasis bidang keahlian (disciplined mind), pikiran yang mensenyawakan (synthesizing mind), serta pikiran yang mencipta (creating mind) merupakan bentuk pikiran yang berurusan dengan berbagai bentuk kognisi semata, sedangkan dua pikiran yang lainnya (respectful dan ethical minds) deals with our relation to other human beings. Jadi, pikiran yang santun ini merupakan jenis pemikiran tentang sesuatu dalam hubungannya dengan orang lain. Misalnya, pada tahap ini kita berpikir tentang manusia secara umum, seperti bagaimana manusia berpikir, bagaimana manusia merasa, dan bagaimana manusia termotivasi dalam bekerja-tanpa terkotak-kotak dalam disiplin ilmu dan fungsi jabatan administratifnya. Contoh lain dalam memikirkan rasa hormat kepada manusia secara umum, misalnya, kita melepaskan diri dari stereotype (prasangka) yang mungkin telah terlanjur ada, dan kita menjauhkan diri dari sikap dan perilaku menganggap enteng orang lain. 5) Ethical Mind: Pikiran etis merupakan membangun etika, prinsip dan nilai-nilai moral. Di sini nilai-nilai agama memainkan peran besar. Sangat erat berkaitan dengan pikiran yang santun, pikiran yang etis juga ada dalam relasi dengan orang lain. Seseorang harus seetika mungkin dengan dukungan pikiran yang toleran sebagai wujud pemenuhan tanggung jawabnya sebagai manusia. Dalam pikiran etis ini, sekalipun tidak semua standar etika bisa berlaku secara universal di semua budaya dan era- seseorang dituntut agar bekerja dan bertindak sesuai standar etika yang berlaku di suatu tempat dimana ia berada dan bekerja. Penutup Lima pikiran yang dikemukakan dalam bukunya Howard Gardner ini berbeda dengan delapan atau sembilan kecerdasan manusia. Yang pasti, kelima 39
pikiran tersebut menggunakan beberapa kecerdasan manusia: misalnya, rasa hormat tidak mungkin tanpa latihan kecerdasan interpersonal. Kelima pikiran tersebut sangat penting di masa depan, menurut Gardner pendidikan adalah kunci utama untuk mengembangkan lima pikiran tersebut. Sementara orang tua, teman sebaya dan media juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi dan mengembangkannya. Karena itu, lima pikiran tersebut tidak boleh dianggap remeh, hanya mereka yang mampu dengan baik dan cerdas mengembangkan pola atau jenis pikiran-pikiran tersebut yang akan bertahan dan sukses menghadapi berbagai tantangan di masa depan yang kian kompleks dan menyeluruh di berbagai bidang. Daftar Rujukan Gardner, H. (2006). Five Minds for the Future. Harvard Business School Press. In Boston, MA (First eBoo). Harvard Business School Publishing. 40
Bagian 5 Wisdom, Intelligence, and Creativity Synthesized: Fuadatul Huroniyah Pengantar Buku ini akan membahas tentang kecerdasan, kreativitas, dan kebijaksanaan, serta eksplorasi hubungan timbal balik di antara ketiganya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat dua level dalam hubungan ketiganya. Level pertama adalah teori implisit, yang kedua adalah teori eksplisit. Teori Implisit Sternberg (1985b), menilai teori implisit sebai serangkaian kecerdasan, kreativitas, dan kebijaksanaan, serta teori-teori implisitdi antara konstruksi ini. Kajian dilakukan di antara para ahli di Amerika Serikat, dan karenanya tidak selalu berlaku di luar negara ini. Data menunjukkan bahwa konseps orang tentang kecerdasan tumpang tindih yang diukur dengan tes kecerdasan konvensional. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah (fluid ability) dan pemahaman verbal (crystallized ability) yang diukur dengan tes kecerdasan muncul paling menonjol dalam dimensi dari teori kecerdasan implisit. Dengan demikian, individu dianggap memiliki kecerdasan apabila mampu memecahkan masalah dengan baik, menalar dengan jelas, berpikir logis, menampilkan kosa kata yang baik, dan memberikan gambaran tentang sejumlah. Informasi. Hal itu sama seperti tes kecerdasan konvensional. Konsep tentang kecerdasan adalah kemampuan untuk menyeimbangkan informasi, berorientasi untuk mencapai tujuan yang dikaitkan dengan bidang akademik untuk menguji kecerdasan. 41
Tabel 8.1 Solusi penskalaan multidimensi non-metrik untuk p Kecerdasan Kreati I. Kemampuan pemecahan masalah I. Nonentrenchmen ▪ pCraokntdisong untuk melihat tujuan yang dapat ▪ Mengubah aturan Ke dicapai dan menyelesaikannya dengan baik ▪ Mengambil kesempat dengan membedakan antara jawaban yang ▪ Condong tidak tahu k benar dan tidak benar. mencoba untuk mela ▪ Mempunyai kemampuan pemecahan lain pikir itu mustahil masalah yang baik. ▪ Emosional ▪ Mempunyai kemampuan untuk mengubah ▪ Punya semangat tingg arah dan menggunaka prosedur yang lain. ▪ Punya angan angan ▪ Mempunyai rasionalitas; kemampuan ▪ Tidak suka aturan untuk membarikan alassan dengan baik. ▪ Tidak lazim ▪ Dapat menggunakan pengetahuan untuk masalah tertentu. ▪ Punya kemampuan unik untuk melihat suatu maslah atau situasi dan memecahkannya. 4
perilaku ifitas Kebijaksanaan nt I. Kemampuan Penalaran etika sedang bekerja. ▪ Punya kemampuan khusus untuk melihat tan. masakan atau situasi dan menyelesaikannya. keterbatasannya dan ▪ Punya kemampuan meneylesaikan masalah akukan apa yang orang ▪ Punya pemikiran yang logis l. ▪ Bagus dalam hal membedakan antara jawaban yang benar dan tidak benar gi ▪ Dapat menggunakan pengetahuannya dalam masalah masalah khusus ▪ Bisa menggunakan informasi lama, teori dan lainnya secara bersamaan dengan hal yang baru ▪ Menyimpan banyak informasi ▪ Mampu mengidentifikasi persamaan dan perbedaan ▪ Punya penalaran: kemampuan nalar yang jelas ▪ Membuat hubungan dan perbedaan antara ide dan hal lainnya 42
Kecerdasan Kreati II. Kemampuan Verbal II. Integrasi dan k ▪ Dapat berbicara hampir semua topik. ▪ Membuat hubungan ▪ Terikat pada pentingnya ide. antara ide dan bany ▪ Ingin tahu ▪ Punya kemampuan ▪ Cukup banyak dan menginterpreta ▪ belajar dan membaca lingkungannya ▪ Menunjukkan kemampuan kosa kata ▪ Punya kemampuan yang baik mengidentifikasi ▪ Menjelaskan konsep luas dengan ▪ persamaan dan per singkat ▪ Bisa menyaring ide ▪ Punya kemampuan yang baik dalam pada Bahasa ▪ perhatiannya pada i ▪ Punya banyak informasi ▪ Produktif ▪ Terikat pada pentingnya ide yang baik ▪ Punya IQ tinggi ▪ Terikat pada pentin ▪ Punya kemampuan sesuatu yang tinggi ▪ Selalu berfikir ▪ Dapat menggunaka teori dan lainnya se sebagai jalan yang b 4
ifitas Kebijaksanaan kecerdasan II. Kebijaksanaan n dan perbedaan ▪ Menunjukkan kepedulain kepada orang yak hal lain untuk memahami ▪ Mempertimbangkan saran memahami asikan orang lain melalui berurusan dengan berbagai orang merasa bahwa dia selalu untuk bisa belajar dari orang lain ▪ Paling tahu tentang diri sendiri rbedaan ▪ Pemikir abstrak dan focus ▪ Adil ▪ Pendengar yang baik ide ide tersebut. ▪ Tidak takut dalam mengakui kesalahan, akan memperbaiki kesalahan, belajar dan ▪ Melanjutkannya mendengarkan sebuah ngnya ide isu dari berbagai sisi untuk mencapai an informasi lama, ecara bersamaan baru 43
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121