92 maka harus yakin bahwa penghematan di dalam metode yang digantikan itu lebih besar dari pada biaya metode yang ditambahkan. Prinsip substitusi akan mempunyai kegunaan yang sangat penting, yaitu apabila petani mempertimbangkan penggunaan teknologi baru. Apabila ingin memperoleh kemajuan, maka metode lama harus dibuang dan digantikan dengan metode baru. Tapi apa yang dibuang dan apa yang akan dipakai dalam kondisi yang berbeda-beda menurut luas usahatani, pola tanam dan ketersediaan modal, merupakan masalah yang rumit. Untuk itulah maka petani masih membutuhkan bantuan peneliti. 4. Prinsip Analisis Biaya (principle of cos analysis) Petani dapat mengukur atau menguasai pengaturan biaya produsi dalam usahataninya, tetapi tidak mampu mengatur harga komoditi yang dijualnya atau memberikan nilai pada komoditi tersebut. Harga ditentukan oleh berbagai faktor yang ada diluar usahatani, termasuk faktor-faktor di luar negeri. Berdasarkan sifatnya, biaya terbagi kedalam dua bagian yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tdak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah Manajemen Usaha Tani
93 barang yang diproudksi, petani harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahataninya. Misalnya biaya sewa tanah, biaya pemeliharaan ternak kerja, yang tetap dikeluarkan baik ternak itu digunakan atau tidak. Biaya tetap menjadi sangat penting apabila petani memikirkan tambahan investasi, seperti alat pertanian, ternak kerja, mesin pertanian atau bangunan. Tambahan investasi hanya dapat dibenarkan apabila petani mampu membelinya dan dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan, dan arus keuntungan ini dapat terjadi karena berkurangnya biaya tidak tetap atau meningkatkanya produksi pada waktu yang bersamaan atau berkurangnya biaya tetap per satuan komoditi yang dihasilkan. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang berubah bila luas usahanya berubah, dan biaya ini hanya ada bila ada sesuatu barang yang diproduksi. Misalnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Apabila petani mengupah buruh tani, maka jika produksi meningkat, kebutuhan terhadap butuh tani juga akan meningkat. Tetapi apabila tidak ada produksi, maka juga tidak akan ada kebutuhan terhadap buruh tani. Manajemen Usaha Tani
94 5. Prinsip Biaya Yang diluangkan (principle of oppurtunity cost) Prinsip ini ada juga yang menyebutnya dengan Prinsip Biaya Imbangan. Prinsip ini mengatakan bahwa biaya yang berkaitan dengan tiap pilihan, misalnya menggunakan beberapa macam sumber daya di dalam suatu kegiatan, dinyatakan oleh nilai penggunaan alternatif terbaik yang diluangkan. Sebagai contoh, apabila petani mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp. 75.000,- dari penanaman jagungnya dan Rp. 95.000,- apabila menanam padi, maka biaya yang diluangkan untuk menanami lahannya dengan jagung sebesar Rp.95.00,-. Karena angka ini lebih besar dari pada keuntungan potensial tanaman jagung maka ia harus menanam padi. Apabila tetap menanam jagung maka ia harus menyadari ia memperoleh keuntungan sebesar Rp. 20.000,- lebih kecil dari pada yang seharusnya dapat diperoleh. Kedua komoditi memang dapat memberikan pendapatan kepada petani, tetapi masalahnya ialah bahwa ia dapat memperoleh keuntungan yang lebih banyak bila menanam padi. Tentu saja tergantung kepada petani bagaimana cara mengukur besarnya biaya yang diluangkan, karena dapat dinyatakan dalam uang atau kesenangan atau dalam bentuk lainnya. Ketentuan Manajemen Usaha Tani
95 yang harus digunakan sehingga memberikan tambahan sebesar-besarnya kepada pendapatan, apapun ukuran yang dipakai untuk pendapatan tersebut. Prinsip alokasi sumberdaya ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam memilih cabang usaha, dan karena itu pula penting dalam menyusun pola organisasi usahatani yang efisien. 6. Prinsip Pemilihan Cabang Usaha Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu cabang usaha dipertimbangkan dalam perencanaan usahatani selama sumbangan yang diharapkan terhadap pendapatan bersih usahatani melebihi biaya yang diluangkan sumber daya yang mereka gunakan. Dalam menerapkan prinsip ini perlu diberikan kelonggaran untuk hubungan-hubungan antara cabang-cabang usaha. Beberapa cabang dalam usahatani saling bersaing dalam menggunakan sumber daya. Hal ini terjadi bila petani tidak mempunyai cukup tenaga kerja untuk memanen dua tanaman berbeda yang pada waktu yang bersamaan. Persaingan semacam ini dapat dihilangkan dengan cara menyesuaikan perencanaan tanaman dan waktu menanam. Cabang usahatani bersifat menambah pendapatan Manajemen Usaha Tani
96 (supplementary) apabila menggunakan sumberdaya yang sebenarnya tidak terpakai, seperti itik-itik yang mencari butir-butir gabah yang jatuh di sawah setelah panen. Cabang usaha juga dapat komplementer dengan cara saling menyajikan bahan yang diperlukan, seperti tanaman jagung dan tanaman penghasil pupuk hijau. Hubungan komplementer nampak jelas antara cabang usaha tanaman dan ternak, dan antara berbagai tanaman dalam pola tanam ganda. Secara keseluruhan tujuan petani kecil berusahatani ialah menggunakan seefisien mungkin sumberdaya yang dimiliki (lahan, air, kerja, alat pertanian, modal, kemauan, dan sebagainya). Prinsip yang telah diuraikan di atas sebagian besar berhubungan dengan masalah alokasi sumberdaya kepada cabang usaha atau aktivitas yang akan memaksimumkan pendapatan bersih usahatani. Ini berarti menggunakan sumberdaya yang tidak digunakan penuh dalam setahun dan menggunakan lebih efektif sumberdaya yang telah digunakan. Masalah ini sangat penting di negara-negara berkembang. Kapasitas kerja yang kurang dimanfaatkan dan penggunaan modal yang tidak penuh selama setahun sering terjadi karena tidak ada Manajemen Usaha Tani
97 kesempatan menggunakannya pada bulan-bulan tertentu. 7. Prinsip Baku Timbangan Tujuan Prinsip ini mengakui bahwa petani kecil mempunyai beberapa tujuan yang kadang-kadang bersaing. Tujuan-tujuan itu mencakup pendapatan tunai untuk membiayai usahataninya, menyekolahkan anak, dan sebagainya. Cakupan lainnya ialah menjamin kebutuhan keluarga, memperoleh kesempatan bersantai, menghindari penggunaan tenaga fisik yang tidak berguna, melakukan kewajiban sosial, dan sebagainya. Petani tentunya ingin mencapai beberapa tujuan yang dapat memberikan kepuasan yang sebaik- baiknya. Hal yang tidak dapat dihindari ialah bahwa beberapa tujuan itu saling bersaing, misalnya pendapatan tunai untuk membiayai usahatani dan menyekolahkan anak dengan bersantai-santai. Apabila mereka tidak mensubstitusi satu dengan lainnya, maka petani harus mempertimbangkan satu tujuan dengan tujuan lainnya. Ia harus mempertukarkan tujuan-tujuan tersebut selama tambahan kepuasan yang diperoleh dari tujuan yang menjadi perhatiannya lebih besar dari pada berkurangnya kepuasan yang diakibatkan oleh pengurangan perhatian terhadap tujuan lainnya. Manajemen Usaha Tani
98 Dalam banyak hal, keberhasilan penelitian usahatani mencakup pengumpulan, pengolahan, pelaporan data mengenai tujuh prinsip diatas. Prinsip-prinsip ini menuntun peneli kepada perumusan hipotesis yang akan diuji dan pengumpulan data yang diperlukan. Khususnya dalam hubungannya dengan petani kecil, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Kedua hal tersebut ialah: Kepastian : Seperti diuraikan lebih jelas dalam bab terdahulu, petani kecil harus membuat keputusan dari tahun ke tahun berikutnya dalam hubungannya dengan ketidakkepastian mengenai iklim, serangan hama dan penyakit, perkembangan harga, keragaan teknologi baru, dan sering pula status penggarapan lahan dan iklim politik di tempat ia berusaha. Karena itu keputusan yang diambil petani kecil banyak mengandung resiko, ia tidak pernah yakin terhadap hasil yand diperoleh dari pilihannya. Ini berarti bahwa disatu pihak, petani kecil harus melakukan penilaian terhadap resiko yang akan dihadapinya dalam menerapkan prinsip- prinsip tersebut diatas. Di lain pihak, peneliti usahatani harus menyadari adanya faktor ketidakpastian dan penilaian pribadi petani terhadap resiko. Menjelaskan resiko yang dihadapi Manajemen Usaha Tani
99 petani dan reaksi petani terhadapnya merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian usahatani. Pengumpulan data usahatani tentang cabang usaha, hasil, biaya, harga, arus penerimaan, pendapatan, teknologi yang digunakan, dan sebagainya akan memberikan langkah pertama terhadap evaluasi dan penjelasan keragaan usahatani berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi yang telah diuraikan diatas. Namun demikian, data tersebut tidak dapat mengungkap keseluruhan cerita. Pengolahan harus berhubungan dengan hari yang akan datang, sehingga harus diperhitungkan kemungkinan hasil, biaya, harga, dan teknologi pada masa yang akan datang. Semunya serba tidak pasti dan oleh karena itu perlu dilakukan penilaian terhadap resiko. Uang : Uang itu merupakan ukuran yang sangat memudahkan untuk membandingkan antar usahatani, daerah dan negara. Yang juga benar ialah bahwa uang itu merupakan ukuran umum yang dapat digunakan untuk analisis pada usahatani komersial yang terdapat di negara- negara yang sedang berkembang. Betapapun uang memainkan peranan semacam itu di negara- Manajemen Usaha Tani
100 negara yang sudah berkembang, pertanian tidak mempunyai alasan untuk meniadakan prinsi-prinsip keunggulan komperatif, kenaikan hasil yang berimbang, substitusi, analisa biaya, biaya yang diluangkan, pemilihan cabang usaha, ataupun baku timbang tujuan didalam pengelolaan usahatani kecil di negara-negara yang sedang berkembang. Kesulitannya adalah dalam menjelaskan dan menghitung ukuran yang tepat apabila keuntungan dan kerugian usahatani terdiri dari gabungan elemen uang dan bukan uang atau apabila sama sekali tidak dalam bentuk uang. Dalam kasus subsistem murni, jumlah makanan yang dihasilkan dapat dipakai sebagai ukuran, misalnya 100 Kg setara beras. Bila keuntungan dan kerugian usahatani terdiri dari elemen uang dan bukan uang, maka perbandingan harga antara keduanya akan berbeda dari petani ke petani lainnya dan untuk seorang petani mungkin pula tidak tetap angkanya dari suatu waktu ke waktu lainnya. Karena diperlukan angka baku yang dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi seluruh populasi usahatani. Biasanya karena alasan kemudahan dan relevansi, ukuran ini dinyatakan dalam uang. Tetapi peneliti usahatani yang menggunakan uang sebagai ukuran untuk menganalisis ekonomi usahatani kecil harus selalu Manajemen Usaha Tani
101 sadar bahwa ukuran ini merupakan usaha kompromi. Karena itu dapat merupakan dasar analisis terbaik yang mungkin dilakukan, atau dapat pula merupakan pendugaan yang tidak sempurna. Hal ini tergantung pada ketersediaan panduan menilai keuntungan atau kerugian yang tidak dinyatakan dalam uang. Terlepas dari ukuran yang dipakai, semua prinsip ekonomi yang telah diuraikan diatas pada dasarnya menempatkan pada satu prinsip ekonomi semata-mata, yaitu prinsip marjinal. Apabila petani ingin mencapai tujuannya sebaik mungkin, priinsip ini mengatakan bahwa ia harus selalu melakukan pilihan sehingga penggunaan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu dan pengelolaan) mencapai keadaan dimana keuntungan marjinal yang diperoleh dari perubahan penggunaan sumberdaya sama besarnya dengan kerugian marjinal yang termasuk dalam perubahan tersebut. Keuntungan dalam ketentuan ini diukur sebagai tambahan kepuasan yang diperoleh, sedangkan kerugian ialah kepuasan yang hilang atau yang diserahkan. 8. Prinsip Kombinasi Usaha (principle of combining enterprises) Pada umumnya suatu daerah mempunyai tanaman pokok yang secara luas diusahakan. Manajemen Usaha Tani
102 Monokultur yang murni jarang terdapat, karena di samping itu petani juga mengusahakan tanaman- tanaman lain di tanah sawah, misalnya tanaman- tanaman palawija. Alasan-alasan petani mengusahakan lebih dari satu cabang usaha ialah: a. Resiko kegagalan dari satu cabang usaha yang ditutupi oleh cabang usaha lainnya. b. Turunnya harga dari satu cabang usaha tidak menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi petani. c. Penyebaran serangan hama dan penyakit dapat dicegah dengan pergiliran tanaman. d. Distribusi kerja sepanjang tahun dapat merata karena tidak ada masa menganggur. Untuk menentukan kombinasi cabang usaha yang baik, langkah-langkah yang harus diperhatikan petani adalah : a. Mengetahui semua jenis tanaman atau hewan yang cocok diusahakan diatas usahataninya. b. Dari seluruh tanaman dan hewan yang cocok diusahakan, petani menentukan tanaman dan hewan apa yang memberi keuntungan tertinggi. c. Menentukan sifat hubungan antara masing- masing tanaman dan hewan itu terhadap yang lainnya. Manajemen Usaha Tani
103 Empat kemungkinan yang dapat terjadi antara satu cabang usahatani dengan cabang usahatani lainnya ialah: a. Suatu cabang usahatani dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung pada cabang usahatani lainnya (independent enterprises). Cabang usahatani yang satu tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan produksi dari cabang usahatani lainnya. b. Suatu cabang usahatani yang satu bersaing dengan cabang usahatani lainnya (competitive enterprises). Dalam keadaan ini, kenaikan produksi dari cabang usahatani, yang satu menyebabkan turunnya produksi cabang usahatani yang lain. Contoh keadaan ini dapat diikuti pada petani yang untuk memperbesar produksi jagungnya harus mengorbankan sebagian dari produksi padinya. c. Suatu cabang usahatani yang tidak bersaing dengan cabang usahatani lainnya (supplementary enterprises). Dalam keadaan ini kenaikan produksi dari cabang usahatani yang satu tidak menyebabkan turunnya atau sebaliknya cabang usahatani lainnya. d. Kenaikan produksi suatu cabang usahatani menyebabkan kenaikan cabang usahatani Manajemen Usaha Tani
104 lainnya (complementary enterprises). Cabang usaha yang komplementer dapat dilihat pada kombinasi antara hewan dan tanaman. Hasil buangan dari hewan dapat menjadi pupuk untuk tanaman. Demikian pula hasil buangan dari tanaman dapat menjadi bahan makanan bagi ternak. Pergiliran tanaman antara tanaman legiminosa dalam waktu panjang dengan tanaman biji-bijian seperti jagung akan saling berkomplementer. 7.2. Hubungan Korbanan dan Produk Dalam produksi usahatani, petani biasanya dihadapkan pada persoalan jenis dan jumlah pupuk yang akan digunakan atau frekwensi jumlah penggunaan air pengairan per satuan luas tanah dari satu cabang usahatani tertentu. Ia juga harus memikirkan berapa banyak makanan yang harus diberikan pada ternaknya agar mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari seluruh cabang usahatani yang diusahakannya. Seorang petani komersiil harus memiliki pengetahuan teknik mengenai efek penggunaan korbanan terhadap produk yang dihasilkan. Ia harus mengetahui situasi harga korbanan yang akan digunakan dan prospek harga produk yang akan dihasilkannya agar diperoleh keuntungan yang Manajemen Usaha Tani
105 setinggi-tingginya. Analisis korbanan dan produk memberikan bantuan untuk memikirkan tambahan hasil yang akan diterimanya dari penggunaan korbanan. 1. Fungsi Produksi Hubungan fisik atau hubungan teknik antara macam dan jumlah korbanan yang digunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan disebut fungsi produksi. Secara matematis fungsi produksi itu dapat digambarkan sebagai berikut : Y = f (X1 , X2, X3, ………… Xn ) Dimana Y adalah jumlah produk yang dihasilkan, dan X1,X2,X3, … Xn adalah macam-macam korbanan yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Untuk menyatakan berapa produk yang mungkin dihasilkan akibat pemakaian sejumlah korbanan, fungsi produksi itu harus dinyatakan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut, dimana Y adalah jumlah produk yang dihasilkan, X adalah korbanan yang digunakan, a adalah konstanta, dan bi adalah parameter penduga bagi X. Manajemen Usaha Tani
106 a. Y = a + bX Fungsi Produksi Linear Fungsi Produksi Fungsi Produksi b. Y = a + b1X1 + b2X2 Fungsi Produksi Linear Berganda Fungsi Produksi Fungsi Produksi c. Y = a + b1X1 - b2X 2 Fungsi Produksi Cobb Kwadratik d. Y = a + b1X - b2X 2 Kwadratik e. Y = (1 - e –kx2 ) Mitscherlich f. Y = M - AR x Spillman g. Y = aX1 b1. X2 b2 Douglas 2. Produk Marjinal Tambahan produksi, akibat dari penambahan satu unit faktor produksi disebut produk marjinal. Produk marjinal dapat digambarkan dalam satu kurva yang disebut kurva produk marjinal. Produk marjinal dapat dinyatakan dalam nilai uang. Kurva produk marjinal bergantung pada kurva yang menggambarkan hubungan antara faktor produk dan produksi. Pada saat kenaikan hasil bertambah, produk marjinal juga akan semakin besar. Pada hubungan yang menunjukkan Manajemen Usaha Tani
107 kenaikkan hasil yang berkurang, produk marjinal juga makin berkurang. Untuk mempermudah analisis maka faktor produksi dianggap tetap kecuali diketahui secara jelas. Ini berarti kuantitas produksi dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kerja yang digunakan. Faktor produksi yang dianggap konstan disebut faktor produksi tetap, dan banyaknya faktor produksi ini tidak dipengaruhi oleh banyaknya hasil produksi. Faktor produksi yang dapat berubah kuantitasnya selama proses produksi atau banyaknya faktor produksi yang digunakan tergantung pada hasil produksi yang disebut faktor produksi variabel. Periode produksi jangka pendek apabila didalam proses produksi terdapat faktor produksi yang bersifat variabel dan bersifat tetap. Proses produksi dikatakan jangka panjang apabila semua faktor produksi bersifat variabel. Gambar 8. grafik pada fungsi produksi terbagi menjadi 3 tahapan produksi yang disebut Three Stages of Production. Dengan uraian sebagai berikut : 1. Tahap pertama, kurva APP dan kurva MPP terus meningkat, semakin banyak penggunaan faktor produksi, maka semakin tinggi produksi rata- ratanya dan tahap ini disebut tahap tidak rasional, karena penambahan penggunaan faktor produksi Manajemen Usaha Tani
108 akan berdampak penambahan output total yang dihasilkan dan nilainya lebih besar dari penambahan jumlah faktor produksi itu sendiri. Gambar 12. Hubungan Antara Produk Fisik Total, Marjinal, dan Rata-rata (Miller,et. all. 2000) Manajemen Usaha Tani
109 2. Tahap kedua adalah tahap rasional atau fase ekonomis dengan hukum kenaikan hasil yang berkurang. Tahap terjadi perpotongan antara kurva MPP dengan kurva APP pada saat APP mencapai titik optimal. Pada tahap ini masih dapat meningkatkan output, walaupun dengan presentase kenaikan yang sama atau lebih kecil dari kenaikan jumlah faktor produksi yang digunakan. 3. Tahap ketiga disebut daerah tidak rasional, karena apabila penambahan faktor produksi diteruskan, maka produktivitas faktor produksi akan menjadi nol (0) bahkan negatif. Dengan demikian, penambahan faktor produksi justru akan menurunkan hasil produksi. Manajemen Usaha Tani
110 Manajemen Usaha Tani
111 VIII. BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI 8.1. Struktur Biaya dan Cara Penilaian Di dalam ilmu ekonomi, sering ditemukan bahwa perbedaan biaya-biaya variabel dan biaya tetap berguna untuk memikirkan periode-periode perencanaan seperti periode jangka pendek dan periode jangka panjang. Jangka pendek berarti suatu periode waktu yang cukup lama untuk memungkinkan perubahan-perubahan output yang diinginkan tanpa mengubah luasnya pabrik. Jangka panjang pada umumnya dipandang sebagai periode yang cukup lama. Bagi output untuk diubah dengan mengubah- ngubah luas pabrik ataupun dengan menggunakan pabrik yang telah ada secara lebih intensif. Misalnya dalam jangka pendek kita dapat menambah jumlah ayang panggang yang diolah dengan mengubah tenaga kerja yang digunakan. Dua atau bahkan tiga tambahan tenaga kerja dapat digunakan untuk meningkatkan produksi. Dalam jangka panjang jumlah ayam panggang yang diolah dapat diubah-ubah baik dengan menambah luasnya pabrik ataupun dengan menambah jumlah tenaga kerja. Dengan demikian jumlah cara-cara dalam mana produksi dapat diubah- Manajemen Usaha Tani
112 ubah tergantung pada lamanya periode waktu (periode perencanaan) dalam pembicaran. Sejajar dengan lamanya kedua periode perencanaan ini terdapat katagori-katagori biaya, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya-biaya yang tetap dikeluarkan meskipun tidak ada output yang dihasilkan, diartikan sebagai biaya tetap. Hendaknya ditekankan bahwa biaya tidak dapat menjadi tetap sampai biaya-biaya itu telah dikenakan. Tetapi setelah biaya-biaya itu dikenakan, biaya-biaya tersebut tidak berubah dengan perubahan-perubahan output, dan tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan- keputusan yang berhubungan dengan kenaikan atau penurunan produksi. Dalam jangka pendek beberapa biaya adalah tetap dan biaya lain dapat diubah-ubah. Setelah jangka panjang bagaimanapun juga semua biaya menjadi variabel atau tidak tetap. Dan biaya- biaya yang semula tetap di jangka pendek mempengaruhi keputusan-keputusan untuk menghentikan produksi atau mengubah tingkat output. Biaya tetap adalah biaya kar ,ena pertambahan input variabel. Biaya tersebut akan dibebankan hanya apabila produksi itu berlangsung dan jumlah dari biaya ini akan bergantung pada macam input yang digunakan. Didalam membuat keputusan-keputusan produksi, yang digunakan untuk memaksimumkan penerimaan bersih adalah jumlah input variabel. Oleh Manajemen Usaha Tani
113 karena itu, hanya baiya-baiya variabel yang merupakan biaya yang cocok. Biaya tetap ditambah dengan biaya tidak tetap sama dengan biaya total. Biaya total penting di dalam memperhitungkan penerimaan bersih, karena penerimaan bersih sama dengan penerimaan total dikurangi dengan biaya total. Dalam jangka panjang jika penerimaan total tidak lebih besar dari biaya total, produsen tidak akan berproduksi. Apakah suatu biaya untuk suatu pos tertentu dipandang sebagai suatu biaya tetap atau sebagai biaya tidak tetap tergantung pada apakah input tersebut tetap atau variabel untuk masalah yang kita perbincangkan. Selama periode perencanaan jangka panjang, semua input dianggap variabel. Dengan demikian untuk periode jangka panjang tidak terdapat biaya tetap, Bagaimanapun juga terdapat periode- periode perencanaan yang bermacam-macam lamanya, tergantung pada masalah-masalah yang ada di dalam pertimbangan kita. Misalnya seorang petani yang mempertimbangkan untuk mendirikan gudang susu, memandang biaya-biaya bangunan, padang rumput, lembu-lembu dan makanan sebagai biaya variabel atau tidak tetap. Seorang petani yang telah mengusahakan suatu perusahaan susu dan oleh karena itu memiliki lembu dan bangunan, didalam Manajemen Usaha Tani
114 memilih satu bagian untuk lembu-lembunya akan memandang biaya bangunan dan lembu sebagai biaya tetap, biaya padang rumput dan makanan akan merupakan biaya variabel. Untuk periode jangka pendek yang ekstrim, petani mungkin akan memandang semua biaya adalah biaya tetap dengan kemungkinan perkecualian untuk makanan yang dibelinya. Maka biaya yang cocok untuk suatu keputusan tertentu tergantung pada fisk keputusan tersebut. Usahatani kecil dibedakan dari usahatani komersial oleh eratnya dan pentingnya kaitan antara usahatani dan rumah tangga. Karena itu dapat dipahami usahatani komersial itu dilihat sebagai perusahaan dan mengukur penampilannya dengan patokan atau norma perusahaan. Patokan yang sama dapat juga diterapkan kepada usahatani kecil yang dipandang sebagai perusahaan. Bagi usahatani yang dianggap sebagai penunjang rumah tangga, tentunya harus digunakan patokan lain yang relevan. Jadi dalam menghitung ukuran penampilan usahatani kecil diperlukan kejelasan mengenai tujuan melakukan analisis. Rumah tangga petani menyediakan dan memberikan kerja untuk keperluan produksi usahatani. Sebaliknya, rumah tangga menerima pendapatan berupa uang atau benda untuk langsung dikonsumsi. Manajemen Usaha Tani
115 Tenaga kerja keluarga dan usahatani menggunakan barang dan jasa dari unit kegiatan lainnya di dalam sistem ekonomi yang dibelinya dengan uang atau kadang-kadang dengan benda, Produk (output) usahatani digunakan untuk beberapa kemungkinan, yaitu untuk dikonsumsi langsung oleh keluarga petani, dijual ke unit kegiatan lainnya, dan untuk dipakai sebagai alat pembayar. Rumah tangga juga memakai barang dan jasa dari unit kegiatan lainnya yang umumnya dibeli dengan uang. Dalam beberapa rumah tangga mungkin ada yang memperoleh kesempatan bekerja di luar usahatani sehingga menerima pendapatan berupa uang dan benda. Untuk usahatani yang menggunakan kredit, sewaktu-waktu dapat diterima pinjaman uang atau kredit dalam bentuk sarana produksi. Bunga pinjaman-pinjaman tersebut harus dibayar kembali dengan cara langsung atau dipotong dari hasil penjualan produk usahatani. 8.1.1. Ukuran Arus Uang Tunai Dalam meninjau penampilan usahatani perlu dibedakan antara yang berbentuk uang tunai dan yang berbentuk benda. Untuk beberapa tujuan mungkin perlu diketahui berapa uang tunai yang dihasilkan usahatani dan dalam hubungan ini, berapa uang tunai yang tersedia bagi rumah tangga untuk membeli Manajemen Usaha Tani
116 makanan, bahan bakar, pakaian, membayar iuran dan uang sekolah. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai niali uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani (farm payment) didefinisikan sebagi jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Demikian pula, pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup yang berbentuk benda. Jadi nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani dan nilai kerja yang dibayar dengan benda tidak dihitung sebagai pengeluaran tunai usahatani. Selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani disebut dengan pendapatan tunai usahatani (farm net cast flow) dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan nilai tunai. Ukuran ini berguna sebagai langkah permulaan untuk menilai hutang usahatani yang mungkin terjadi. Jumlah uang tunai yang dihasilkan usahatani dan berguna untuk keperluan rumah tangga dapat dicari dengan cara membuat perhitungan terhadap pendapatan tunai usahatani. Penerimaan tunai Manajemen Usaha Tani
117 usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani, seperti pinjaman tunai, harus ditambahkan, dan pengeluaran tunai usahatani yang tidak ada kaitannya dengan pembelian barang dan jasa, harus dikurangkan. Neraca ini adalah kelebihan uang tunai usahatani (farm cast surplus) dan merupakan uang tunai yang dihasilkan usahatani untuk keperluan rumah tangga. Jelas bahwa uang tunai ini harus positif apabila usahatani itu harus membiayai sendiri modal tidak tetapnya. Akhirnya, kelebihan uang tunai usahatani ditambahkan dengan penerimaan tunai rumah tangga seperti upah kerja yang diperoleh di luar usahatani didefinisikan sebagai pendapatan tunai rumah tangga (household net cash income). Jumlah ini adalah uang tunai yang tersedia bagi keluarga petani untuk pembayaran-pembayaran yang tidak merupakan sebagian dari ukuran kesejahteraan keluarga petani. Pendapatan tunai rumah tangga yang amat rendah dapat merupakan indikator kemelaratan. Disebagian besar dunia, uang tunai diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan pokok. Dalam pertanian semi subsisten, anggapan bahwa tujuan utama petani pertama-tama ialah memenuhi kebutuhan keluarga dan sesudah itu memaksimumkan pendapatan tunai rumah tangga Manajemen Usaha Tani
118 mungkin sangat tepat. Dalam hal demikian, tinggi rendahnya ukuran ini mencerminkan tingkat keberhasilan ekonomi yang dicapai. Arus uang tunai dapat dihitung untuk setiap periode. Banyak hitungan yang dilakukan berdasarkan jangka waktu setahun. Walaupun demikian, apabila pola penerimaan dan pembayaran berlangsung musiman, maka penilaian keadaan uang tunai mungkin perlu dilakukan lebih sering, misalnya setiap triwulan atau bahkan setiap bulan. Apabila program pengembangan usahatani sedang berlangsung dan melibatkan investasi yang memerlukan beberapa tahun untuk menghasilkan pendapatan, maka lebih tepat apabila digunakan anggaran arus uang tunai jangka panjang. Manajemen Usaha Tani
119 8.1.2. Ukuran Pendapatan dan Keuntungan Walaupun arus uang tunai itu penting untuk mengkur penampilan usahatani, tetapi tidak nampak jelas bahwa ukuran tersebut tidak menceritakan keadaan seluruhnya. Yang tidak termasuk uang tunai juga penting, terutama dalam pertanian subsiten dan semi subsisten. Ukuran pendapatan yang juga mencakup nilai transaksi barang dan perubahan nilai inventaris atau kekayaan usahatani selama kurun waktu tertentu dapat dihitung. Sebelum ukuran penampilan ini dipakai lebih lanjut, perlu diperhatikan dahulu masalah yang berhubungan dengan cara menilai produk pertanian subsisten yang tidak berbentuk uang tunai. Seperti yang dibahas Fisk (1975), produk subsisten umumnya dinilai dengan menggunakan harga pasar, tetapi cara ini sulit digunakan apabila produk tersebut tidak diperdagangkan di pasar setempat. Dalam kasus yang demikian peneliti dapat menggunakan harga pasar di tempat lain apabila ada. Cara lain inilah dengan menggunakan harga barang substitusi yang dapat dinilai berdasarkan kadar gizinya. Apabila harga-harga pasar telah diperoleh peneliti masih harus menentukan harga mana yang akan dipakai. Dua alternatif utama adalah harga jual bersih di tingkat petani dan harga beli yang dibayar Manajemen Usaha Tani
120 rumah tangga. Karena analisis usahatani mengukur penampilan usahatani sebagai sistem, maka sebagai dasar untuk menilai produk yang tidak berbentuk uang tunai biasanya dipakai harga jual bersih. Bagaimanapun, didalam studi yang mempelajari kemakmuran keluarga petani, cara menilai pendapatan subsisten lebih tepat berdasarkan harga beli. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukaan umumnya setahun, dan mencakup semua produk yang : 1. Dijual 2. Dikonsumsi rumah tangga petani 3. Digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak 4. Digunakan untuk pembayaran 5. Disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun. Untuk menghindari perhitungan ganda, maka semua produk yang dihasilkan sebelum tahun pembukaan tetapi dijual atau digunakan pada saat tahun pembukaan, tetapi tidak dimasukkan kedalam pendapatan kotor. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani ialah nilai produksi (value of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return). Manajemen Usaha Tani
121 Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Akan dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar. Perhitungan pendapatan kotor harus juga mencakup semua perubahan nilai tanaman di lapangan antara permulaan dan akhir tahun pembukaan. Perubahan semacam itu sangat penting terutama untuk tanaman tahunan. Meskipun demikian, pada umumnya perubahan ini diabaikan karena penilaiannya sangat sukar. Untuk ternak perubahan nilai ini umumnya dihitung. Pembelian ternak dikurangi dari pendapatan kotor karena dianggap sebagai produk usahatani yang belum selesai. Dengan demikian pendapatan kotor ternak dihitung sebagai : 1. Penjualan ternak 2. Nilai ternak yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga 3. Pembayaran dan hadiah 4. Nilai ternak pada akhir tahun pembukuan 5. Pembelian ternak 6. Nilai ternak yang diperoleh sebagai uapah dan hadiah 7. Nilai ternak pada awal tahun pembukuan 8. Nilai hasil ternak seperti susu, telur Manajemen Usaha Tani
122 Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Seharusnya pengeluaran yang dihitung dalam tahun pembukaan itu adalah yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk dalam tahun pembukuan tersebut. Dalam praktek pemisahan pengeluaran ini kadang-kadang tidak mungkin dilakukan karena data pembukuan yang tidak lengkap. Alasan lain ialah adanya biasa bersama (joint cost) dalam produksi yang tidak mudah dipisahkan. Apabila data tersedia, maka cara yang dapat dilakukan ialah memisahkan pengeluaran total usahatani menjadi pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak tetap. Pengeluaran tidak tetap (variabel cost atau direct cost) didefinisikan sebagai pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya berupa kira-kira sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak tersebut. Pengeluaran tetap (fixed cost) ialah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya Manajemen Usaha Tani
123 produksi. Apabila pengeluaran ini dapat dilakukan, maka dapat dipisahkan pengeluaran tidak tetap yang ada kaitannya dengan produksi pada tahun ini dan pengeluaran berikutnya atau tahun sebelumnya. Macam pengeluaran yang kedua diabaikan dalam perhitungan. Sebaliknya karena pengeluaran tetap tidak dapat dibagi untuk produksi pada tahun tertentu, pada pengeluaran tetap ini dihitung sebagai pengeluaran tahun pembukuan yang sedang dinilai. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai usahatani. Jadi nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit harus dimasukkan sebagai pengeluaran. Hal yang sama berlaku bagi produksi usahatani yang digunakan untuk bibit atau makanan ternak. Apabila dalam usahatani itu digunakan mesin-mesin pertanian, maka harus diperhitungkan penyusutannya dan dianggap sebagai pengeluaran. Penyusutan ini merupakan penurunan nilai inventaris yang disebabkan oleh pemakaian selama tahun pembukaan. Perlu dicatat bahwa bunga modal milik sendiri atau dipinjam dari orang lain tidak dihitung sebagai pengeluaran. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan Manajemen Usaha Tani
124 bersih usahatani mengukur imbangan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diiventariskan ke dalam usahatani . Karena itu ia merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Karena bunga modal tidak dihitung sebagai pengeluaran maka pembanding, tidak dikacaukan oleh perbedaan tingkat hutang. Bagaimanapun juga pendapatan bersih usahatani merupakan langkah antara untuk menghitung ukuran- ukuran keuntungan lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak. Dengan cara mengurangi nilai berbagai komponen sumberdaya dari pendapatan bersih usahatani, maka pengembalian hasil yang diperoleh komponen lainnya dapat dihitung. Mengukur dan menilai faktor produksi pengelolaan tidak mudah. Karena itu umumnya faktor produksi ini tidak dinilai, tetapi dicerminkan oleh makin tingginya atau makin rendahnya pengembalian hasil yang diperoleh faktor produksi lainnya. Pengembalian hasil yang diperoleh faktor produksi lainnya. Barangkali ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil ialah penghasilan bersih usahatani (net farm earnings). Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang Manajemen Usaha Tani
125 dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai di dalam usahatani. Apabila penghasilan bersih usahatani ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani seperti upah dalam bentuk uang atau benda, maka diperoleh penghasilan keluarga (family earnings). Apabila untuk keperluan perumusan kebijaksanaan atau perencanaan diperlukan panilai terhadap kemiskinan atau sebaran pendapatan, maka ini harus didasarkan kepada penghasilan keluarga. Di dalam usahatani semi komersial, imbangan kepada modal merupakan patokan yang baik untuk penampilan usahatani. Apabila sebagian modal diperoleh dari pinjaman, maka ada dua ukuran yang dapat dipakai. Imbangan kepada seluruh modal (return to total capital) dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih usahatani. Untuk keperluan ini kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Hasilnya biasanya dinyatakan dalam persen terhadap nilai seluruh modal. Imbangan kepada modal petani (return to farm equity capital) diperoleh dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran Manajemen Usaha Tani
126 inipun umumnya dinyatakan dalam persen terhadap nilai modal petani. Kedua macam ukuran imbangan kepada modal ini dapat digunakan untuk menilai investasi. Angka- angka ini dapat dihubungkan dengan angka-angka imbangan yang tersedia untuk investasi lainnya. Tetapi bila membandingkan beberapa investasi harus pula diperhitungkan resiko yang ada pada setiap investasi. Kedua macam ukuran ini kurang berguna dan jarang dipakai dalam usahatani subsisten karena dua alasan utama. Pertama, pengangguran dan penggunaan tenaga kerja yang berlebihan merupakan gejala umum dalam usahatani subsisten. Hal ini berarti bahwa penilaian tenaga keluarga yang tidak dibayarkan sangat sukar. Kedua, petani subsisten tidak mempunyai pilihan untuk investasi sehingga tidak ada tingkat keuntungan yang dapat dibandingkan. Selanjutnya, imbangan kepada tenaga kerja keluarga (return to family labor) dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbangan ini dapat dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbangan kepada tiap orang Manajemen Usaha Tani
127 (return per man). Angka ini dapat dibandingkan dengan imbangan atau upah kerja diluar usahatani. Beberapa usahatani dikelola deengan status sewa dan beberapa lainnya digarap sendiri oleh pemiliknya. Bila efisiensi produksi kedua tipe usahatani hendak dibandingkan, maka petani penyewa dapat dianggap sebagai peminjam modal dalam bentuk lahan dari pemilik lahan. Bunga modal ini dibayar dalam bentuk sewa berupa uang atau benda. Jadi, pendapatan bersih usahatani dihitung tanpa memasukkan sewa sebagai pengeluaran usahatani. Sewa akan dikurangkan bersama-sama dengan bunga lainnya yang dibayar apabila menghitung penghasilan bersih usahatani. Pajak tanah dapat dianggap sebagai bentuk sewa yang dibayar kepada pemerintah. Apabila perhatian ditujukan kepada usahatani sebagai penghasil makanan untuk rumah tangga, maka diperlukan beberapa ukuran efisiensi gizi. Produk usahatani dapat diukur dalam satuan energi, misalnya kalori atau setara ton beras. Ukuran hasil energi ini dapat dikaitkan dengan luas lahan yang digunakan atau dengan jumlah kerja yang digunakan. Ukuran ini juga dapat dikaitkan dengan energi yang digunakan dalam produksi. Misalnya masukan (input) Manajemen Usaha Tani
128 yang dibeli atau jasa memperhitungkan energi kerja yang dikeluarkan. 8.1.3. Ukuran Keadaan Modal dan Hutang Ada beberapa ukuran yang dapat dipakai untuk menggambarkan keadaan modal dan hutang usahatani. Salah satu diantaranya telah dibahas, yaitu imbangan kepada modal. Kemampuan membayar jasa hutang (debt servicing capacity) dapat dihitung dengan cara mengurangkan pendapatan tunai usahatani dengan uang tunai yang diperlukan untuk biaya hidup keluarga. Pabila pendapatan tunai usahatani dan biaya hidup keluarga berturut-turut sebesar Rp. 100.00,- dan Rp. 80.000,- maka selisih sebesar Rp. 20.000,- setahun dapat digunakan untuk membayar bunga modal pinjaman. Penentuan kemampuan meminjam modal tentunya harus diperhatikan pula perkembangan pendapatan tunai usahatani selama kurun waktu pinjaman. Perhatian khusus harus diberikan kepada kemungkinan adanya keperluan untuk mengganti modal atau membeli modal, misalnya alat mesin pertanian, selama kurun waktu pinjaman. Pengeluaran semacam ini akan mempengaruhi pendapatan usahatani atau pengeluran rumah tangga. Tidaklah bijaksana apabila upah-upah yang diterima dari luar usahatani digunakan untuk membayar jasa hutang. Manajemen Usaha Tani
129 Dengan perkataan lain janganlah meminjam modal apabila tidak dapat dibayar kembali oleh pendapatan tunai usahatani. Ukuran yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat hutang usahatani ialah nisbah modal petani (equity ratio). Angka ini diperoleh sebagai hasil bagi antara modal petani dengan modal seluruhnya dan dinyatakan dalam persen. Nisbah ini menunjukkan bagian dari nilai usahatani yang dimiliki oleh keluarga petani. Nisbah modal petani sangat bergantung kepada faktor-faktor seperti resiko lingkungan usahatani dan kurun waktu pinjaman. Namun demikian, nisbah di bawah 60% mungkin menunjukkan hutang yang berlebihan. 8.2. Ukuran Penampilan Cabang Usahatani Peneliti usahatani kadang-kadang dihadapkan kepada pertanyaan yang berhubungan dengan ekonomi cabang usahatani misalnya berapakah biaya untuk memproduksi satu ton kacang tanah ? atau manakah yang lebih menguntungkan, jagung atau padi ?. Dalam usahatani campuran dan terutama bila digunakan pola tumpang sari, pertanyaan ini tidak mudah dijawab, karena sumberdaya usahatani seperti kerja, dibagi antara berbagai komoditi dan biasanya tidak mudah menghitung bagian biaya yang digunakan oleh cabang Manajemen Usaha Tani
130 usaha tertentu atau tanaman tertentu pada pola tumpangsari. Upaya yang sering dilakukan ialah menilai sumberdaya berdasarkan biaya rata-ratanya. Sebagai contoh, kerja dinilai berdasarkan tingkat upah rata-rata. Namun cara ini tidak menunjukkan gambaran sebenarnya. Nilai kerja yang sebenarnya ialah biaya yang diluangkan (opportunity cost) atau disebut juga Nilai Produk Marjinal (NPM), yaitu nilai marjinal dalam penggunaan alternatif yang sangat menguntungkan. Nilai ini berbeda dari musim kemusim, bahkan dari hari ke hari. Pada saat-saat yang sibuk NPM kerja sangat tinggi, tetapi pada periode tidak banyak pekerjaan, nilai tersebut dapat menurun sampai mendekati nol. Lagi pula NPM sangat sulit ditentukan. Untuk memperoleh perkiraanpun diperlukan data alternatif utama penggunaan tenaga kerja. Masalah yang sama dihadapi bila nilai sumber daya lainnya, seperti ternak kerja atau traktor dan air irigasi. Kesulitan-kesulitan yang telah diuraikan diatas menunjukkan bahwa tidak mungkin kita berbicara mengenai biaya produksi satu ton kacang tanah, kecuali bila ditanam secara monokultur. Pertanyaan- pertanyaan semacam ini dapat disusun kembali dalam bentuk yang lebih berarti, misalnya apakah harga kacam tanah pada saat ini memberikan pendapatan yang cukup kepada petaninya. Pertanyaan ini dapat di Manajemen Usaha Tani
131 jawab langsung dari data survei usahatani bila tersedia. Demikian pula seorang yang menanyakan keuntungan relatif dua macam tanaman mungkin tertarik untuk mengetahui apakah petani tertentu atau sekelompok petani harus diberi saran agar lebih baik menanam tanaman A dari pada tanaman lainnya. Kadang-kadang ukuran penampilan cabang usahatani diperlukan. Untuk keperluan tersebut dipakai marjin kotor cabang usaha (enterprise gross margin) yang didefinisikan sebagai pendapatan kotor cabang usaha dikurangi biaya tidak tetap untuk cabang usaha tersebut. Marjin kotor cabang usaha ini menunjukkan keadaan yang lalu, sehingga ukuran ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan untuk masa yang akan datang. Sebelum data ini dipakai diperlukan selalu diperhatikan perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan terhadap marjin kotor pada masa lampau. Jadi unsur- unsur pendapatan dan pengeluaran harus ditinjau kembali dengan mempertimbangkan kemungkinan perubahan harga input dan hasil. 8.3. Analisis Biaya Usahatani Dalam usahatani yang komersil, terutama yang berorientasi pada agribisnis maka sebelumnya memulai usaha terlebih dahulu harus menganalisis Manajemen Usaha Tani
132 usahatani tersebut sekaligus melihat prospek pasar dari komoditas yang diusahakan. Semakin menguntungkan usaha komoditas tersebut tentunya semakin diminati untuk diusahakan. Namun, hasil analisis usaha dan prospek pasar saja masih belum cukup sebagai bahan pertimbangan untuk mengusahakan komoditas tersebut. Sebab, tidak semua jenis komoditas cocok dan menguntungkan untuk diusahakan dalam kondisi lingkungan tertentu (Hernanto, 1994). Analisis usaha diperlukan untuk mengetahui gambaran perhitungan biaya diperlukan dalam memulai suatu usaha. Selain itu, dapat pula memperhitungkan gambaran keuntungan yang akan diperoleh, berapa lama modal kembali serta keuntungan yang akan diraih dalam jangka waktu tertentu. Dalam perhitungan usahatani perlu dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Kedua jenis biaya tersebut tergolong biaya produksi. Semua modal harus digunakan atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi. Biaya yang di perhitungkan sebagai biaya tidak tetap meliputi biaya bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja serta pemasaran. Besarnya biaya tidak tetap secara matematik dihitung sebagai berikut : Manajemen Usaha Tani
133 n TVC = ∑ VC i=1 Keterangan : TVC : Total biaya yang tidak tetap VC : Biaya variabel dari setiap input n : Banyaknya input VC = PXi . XI Keterangan : Pxi : Harga input ke-i Xi : Jumlah input ke-i Maka : n TVC = ∑ Pxi . Xi i=1 Begitu juga pada besarnya biaya tetap yang dihitung dengan cara sebagai berikut : n TVC = ∑ FC i=1 Keterangan : TVC : Total biaya tetap Manajemen Usaha Tani
134 FC : Biaya tetap untuk input-input n : Banyaknya input Yang termasuk biaya tetap antara lain pajak dan alat-alat pertanian. Sedangkan yang termasuk dalam biaya tidak tetap antara lain adalah biaya untuk pembelian pakan, obat-obatan, bibit serta upah tenaga kerja dan kemudian Biaya tetap dan tidak tetap dimasukkan ke dalam rumus biaya total, yaitu sebagai berikut: TC = TVC + TFC penerimaan Keterangan : TC : Total biaya TVC : Biaya tidak tetap TFC : Biaya tetap Dengan adanya Perhitungan usahatani adalah sebagai berikut : TR = Y . Py Keterangan : TR : Total penerimaan Y : Jumlah produksi (unit) Py : Harga penjualan (Rp/unit) Analisis keuntungan ditunjukkan melalui pengurangan antar penerimaan dengan total biaya untuk sekali produksi, dengan rumus : Manajemen Usaha Tani
135 π = TR – TC TR = p . q TC = TFC + TVC Keterangan : π : Keuntungan (Rp) TR : Total penerimaan(Rp) TC : Total biaya (Rp) p : Harga produksi (Rp/unit) q : Jumlah produksi (unit) TFC : Total biaya tetap (Rp) TVC : Total biaya variabel (Rp) 8.4. Analisis Perbandingan Ada 2 (dua) cara dalam menilai penampilan suatu usahatani untuk diperbandingkan, yaitu metode khusus dan metode umum. Yang pertama membandingkan penampilan usahatani terhadap ukuran baku, sedangkan yang kedua menyajikan hasil survey dalam tabel atau gambar, sehingga dapat membandingkan beberapa kelompok usahatani. Cara yang kedua tidak dibahas disini. Analisis perbandingan menggunakan ukuran baku, seperti : 1. Penampilan usahatani yang sama pada waktu sebelumnya. Manajemen Usaha Tani
136 2. Penampilan rata-rata kelompok usahatani yang sejenis. 3. Ukuran baku buatan berdasarkan data percobaan atau data lainnya. Perbandingan dilakukan dengan mencatat perbedaan antara usahatani yang sedang dipelajari dan ukuran baku, kemudian mencoba mengidentifikasikan penyebab perbedaan tersebut. Ukuran baku yang digunakan dapat merupakan ukuran fisik seperti produktivitas tanaman, produksi ternak, atau penggunaan faktor produksi. Ukuran baku lainnya dapat dinyatakan dalam uang, seperti margin kotor per hektar, pendapatan bersih per hekatr dan imbangan kepada modal. Cara pembandingan ini sebenarnya tidak mempunyai kegunaan yang besar, sebab ukuran baku yang digunakan tidak menunjukkan keadaan optimum usahatani. Dalam hubungannya dengan penelitian, kegunaan analisis perbandingan ialah bila menggunakan ukuran baku berdasarkan data percobaan. Manajemen Usaha Tani
137 IX. PERENCANAAN USAHATANI Manajemen Usaha Tani
138 9.1. Konteks Perencanaan Usahatani Perencanaan usahatani bersifat menguji implikasi pengaturan kembali sumberdaya usahatani. Perencanaan tertarik untuk mengevaluasi akibat- akibat yang disebabkan oleh perubahan dalam metode berproduksi maupun organisasinya. Kadang- kadang perubahan yang dimaksud hanya berupa hal- hal kecil, misalnya perubahan varietas tanaman, dan kadang-kadang sangat besar seperti bila mengubah lahan yang semula tidak bernilai menjadi lahan produksi yang intensif. Konteks studi perencanaan usahatani sangat bervariasi, diujung yang ekstrim ialah bila perencanaan usahatani merupakan bagian dari program penyuluhan dan untuk keperluan itu disusun perencanaan khusus bagi usahatani perorangan. Beberapa teknik perencanaan yang dibahas di bawah sangat sesuai untuk dipakai dalam program tersebut. Di negara-negara berkembang yang terdiri dari banyak usahatani kecil pendekatan perorangan ini kurang berhasil sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan desa. Penggunaan perencanaan usahatani dalam penyuluhan akan melibatkan penyusunan rencana khusus usahatani yang dapat dianggap mewakili populasi usahatani yang dijadikan target. Karena perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam populasi Manajemen Usaha Tani
139 usahatani, misalnya dalam pemilikan sumberdaya, tujuan pengelolaan dan kemampuan mengelola, maka pendekatan yang tujuannya memperoleh contoh yang mewakili populasi menjadi agak terbatas. Karena itu pendekatan ini lebih baik digunakan untuk mengidentifikasi pedoman umum mengenai penggunaan sumberdaya secara ekonomis untuk usahatani di suatu daerah. Pedoman ini kemudian diperkenalkan kepada petani-petani di daerah tersebut dengan metode penyuluhan massal. Perencana tidak hanya tertarik kepada pertanyaan : Bagaimana seharusnya petani mengalokasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi juga mengusahakan meramalkan bagaimana petani akan mengalokasi sumberdaya dengan perangsang harga dan tehnologi tertentu. Juga dalam hal ini perhatian terarah kepada sejumlah usahatani yang representatif dan anggaran yang disusun berdasarkan usahatani ini dipakai sebagai dasar guna memperoleh proyeksi keseluruhannya untuk tujuan perencanaan pembangunan. Perencanaan usahatani yang telah diuraikan diatas dapat dilakukan pada usahatani sebagai suatu kesatuan (whole-farm planning) atau sebagian saja (partial analysis). Dalam macam perencanaan pertama, semua rencana tanaman dan ternak ditinjau Manajemen Usaha Tani
140 dan penggunaan sumberdaya usahatani dipertimbangkan berdasarkan keseluruhan kegiatan. Anggaran disusun berdasarkan semua penerimaan dan pengeluaran usahatani. Dalam analisis parsial, anggaran disusun hanya dengan memperhatikan aspek yang dipengaruhi secara langsung oleh perubahan yang diusulkan. 9.2. Sifat Permasalahan Sifat keterpaduan produksi usahatani kecil merupakan dasar untuk menganggap sistem usahatani sebagai satu keseluruhan. Beberapa cabang usaha atau metode produksi bersaing dalam menggunakan sumberdaya usahatani yang terdiri dari lahan, kerja dan modal. Lagi pula, antara berbagai komponen dalam sistem usahatani terdapat hubungan timbal balik yang penting. Sebagai contoh, ternak bergantung kepada tanaman untuk sebagian atau keseluruhan makanannya. Ternak tadi digunakan sebagai tenaga kerja untuk menanam tanaman tersebut dan kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk. Dalam analisis partial, hubungan semacam ini tidak diperhitungkan sepenuhnya. Inilah sebabnya mengapa perencanaan usahatani kecil lebih tepat dilakukan berdasarkan usahatani seutuhnya. Perencanaan usahatani meliputi 3 (tiga) langkah pokok. Pertama, menyusun rencana terperinci Manajemen Usaha Tani
141 mengenai cabang-cabang usaha dan metode produksi yang akan digunakan. Rencana itu tidak hanya menunjukkan macam tanaman dan jumlah ternak yang akan diusahakan, tetapi juga perincian varietas tanaman, waktu penanaman, macam pupuk dan obat- obatan yang dipakai, intensitas penyiangan dan sebaginya. Untuk ternak, diperinci metode pemberian makanan dan rencana pemeliharaannya. Langkah kedua ialah menguji rencana yang telah terperinci itu dalam kaitannya dengan sumberdaya yang diminta dan apakah konsisten dengan kendala- kendala perencanaan yang dipakai dan bersifat instutisional, sosial atau kebudayaan. Jadi perencanaan harus diuji untuk mengetahui ia layak dilaksanakan pada lahan yang tersedia, bahwa pergiliran tanaman dapat dilaksanakan untuk jangka pendek dan jangka panjang, tanpa rnak, diperinci metode pemberian makanan dan rencana pemeliharaannya. Langkah kedua ialah menguji rencana yang telah terperinci itu dalam kaitannya dengan sumberdaya yang diminta dan apakah konsisten dengan kendala- kendala perencanaan yang dipakai dan bersifat instutisional, sosial atau kebudayaan. Jadi perencanaan harus diuji untuk mengetahui ia layak dilaksanakan pada lahan yang tersedia, bahwa Manajemen Usaha Tani
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192