MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS KOMODITAS TEMBAKAU PROVINSI JAWA TIMUR Penulis R. ACHMAD DJAZULI RAHMAD JUMADI DONA WAHYUNING IDA SYAMSU DAN REKAN-REKAN
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS KOMODITAS TEMBAKAU PROVINSI JAWA TIMUR Oleh: R. Achmad Djazuli, SP., MMA. Ir. Endah Sri Redjeki, MP. M.Phil Ir. Rahmad Jumadi, M.Kes Wiharyanti Nur Lailiyah, SP., MP Dr. Dona Wahyuning Laily., SP., MP Dr. Ida Syamsu Roidah, SP., MMA Yeni Ika Pratiwi, SP., M.Agr., Mahrus Ali, STP., M.Agr i
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS KOMODITAS TEMBAKAU PROVINSI JAWA TIMUR Penulis: R. Achmad Djazuli, SP., MMA. Ir. Endah Sri Redjeki, MP. M.Phil. Ir. Rahmad Jumadi, M.Kes. Wiharyanti Nur Lailiyah, SP., MP. Dr. Dona Wahyuning Laily., SP., MP. Dr. Ida Syamsu Roidah, SP., MMA. Yeni Ika Pratiwi, SP., M.Agr. Mahrus Ali, STP., M.Agr Editor, Desain Sampul, dan Tata Letak: Adhi Kurniawan, S.IIP. Penerbit: UMG Press Jalan Sumatera No. 101, Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik 61121 Telp. : +6231 3951414 E-mail : [email protected] ISBN: 978-602-5680-81-6 Anggota IKAPI No. 189 dan APPTI No. 002.021 Cetakan Pertama, 2022 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit. ii
Kata Pengantar Tiada kata dan kalimat indah yang dapat saya ucapkan kehadirat Alloh kecuali alhamdulillah hirobill, alaamiin. Berkat rahmat dan hidayah Allah, akhirnya buku “Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur” dapat diselesaikan dengan baik Buku ini berusaha memberikan informasi mengenai kondisi kegiatan agribisnis tembakau di Provinsi Jawa Timur mulai agribisnis hulu (up-stream industry) sampai agribisnis hilir (down-stream industry) khususnya mengenai daya saing tembakau secara teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan on-farm sampai off-farm. Selain itu juga dalam buku ini juga menjabarkan upaya dan strategi yang perlu ditempuh dalam upaya memperbaiki kondisi agribisnis tembakau yang terbentuk dalam sebuah Model Pengembangan Kawasan Perkebunan Tembakau Berbasis Korporasi Petani di Jawa Timur. Substansi penting dan strategis didalam buku ini meliputi delapan (10) bab yaitu 1) Pedahuluan, 2) Pungusahaan Tembakau Dan Industri Hasil Tembakau Di Jawa Timur, 3) Agribisnis Tembakau Dan Konsep Peningkatan Daya Saing Berdasarkan Pengembangan Wilayah, 4) Potensi Tembakau Jawa Timur, 5) Daya Saing Tembakau Jawa Timur, 6) Kondisi dan Persepsi Petani Tembakau Jawa Timur, 7) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kawasan Tembakau Jawa Timur, 8) Strategi Pengembangan Agribisnis Tembakau Jawa Timur, 9) Kelembagaan Kawasan Tembakau Berbasis Korporasi Petani Di Jawa Timur dan 10) Penutup. iii
Buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian dari kegiatan di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur dalam Kegiatan Sub Komponen dari Komponen Dukungan Teknis Pengembangan Tanaman Semusim pada Sub Kegiatan Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah. Pelaksanaan kegiatan tersebut melibatkan Tenaga Ahli dari Perguruan Tinggi yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur ,No. 188.4/864/Kpts/121/2019. Kami berharap dan berdoa, semoga keberadaan Buku Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur ini mampu memberikan manfaat dalam mempelajari kondisi agribisnis pertembakauan dan juga diharapkan akan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program dan kegiatan guna menanggulangi permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertembakuan khususnya di Jawa Timur. Kesempatan yang sangat baik ini, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang medukung khususnya Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada tim penulis sebagai tenaga ahli dalam kegiatan penelitian pertembakuan. Semoga Allah meridlohi dengan bimbingan rahmatanlil, aalamiin. Akhirnya kepada para pembaca saya sampaikan selamat berjihat. Aamiin. Gresik, 2 Agustus 2021 Tim Penyusun iv
Daftar Isi Halaman iii v KATA PENGANTAR .................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................. viii DAFTAR TABEL........................................................................... x DAFTAR GAMBAR...................................................................... 1 DAFTAR LAMPIRAN................................................................... 8 Bab I. Pedahuluan.................................................................... 9 15 Bab II. Pungusahaan Tembakau Dan Industri Hasil 20 Tembakau Di Jawa Timur............................................. 2.1. Varietas Tembakau Di Jawa Timur....................... 27 2.2. Bentuk Proses Pasca Panen Tembakau ................ 2.3. Sebaran Tembakau di Jawa Timur ........................ 30 2.4. Sistem Pemasaran Tembakau di Jawa 31 35 Timur..................................................................... 38 Bab III. Agribisnis Tembakau Dan Konsep 42 Peningkatan Daya Saing Berdasarkan 46 Pengembangan Wilayah ............................................... 54 3.1. Agribisnis Tembakau ............................................ 3.2. Pengembangan Wilayah........................................ 56 3.3. Keunggulan Daya Saing........................................ 3.4. Upaya Meningkatkan Daya Saing Sektor Perkebunan............................................................ Bab IV. Potensi Tembakau Jawa Timur.................................... Bab V. Daya Saing Tembakau Jawa Timur .............................. 5.1. Keunggulan Komparatif Usahatani Tembakau Jawa Timur.......................................... v
5.2. Keunggulan Kompetitif......................................... 59 Bab VI. Kondisi dan Persepsi Petani Tembakau Jawa 61 Bab VII. Timur ............................................................................ 62 6.1. Existing Petani Tembakau Jawa Timur ................ 64 6.2. Persepsi Petani tentang Tata Niaga 70 Tembakau.............................................................. 74 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi 85 Pengembangan Kawasan Tembakau Jawa Timur ........................................................................... 102 7.1. Analisis Faktor Internal ........................................ 7.2. Analisis Faktor Eksternal ..................................... 111 129 Bab VIII. Strategi Pengembangan Agribisnis Tembakau Jawa Timur ........................................................................... Bab IX. Kelembagaan Kawasan Tembakau Berbasis Korporasi Petani Di Jawa Timur .................................................. Bab X. Penutup ......................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR INDEKS vi
Daftar Tabel Tabel 1. Halaman 21 Tabel 2. 25 Tabel 3. Sebaran Tembakau Lokal Berdasarkan Jenis, 26 Tabel 4. Varietas, Lokasi dan Prosesing di Jawa Timur, 49 Tabel 5. Tahun 2019 ................................................................... 51 Sebaran Tembakau Cerutu Berdasarkan Jenis, Varietas, Lokasi dan Prosesing di Jawa Timur, Tahun 2019 .................................................................. Sebaran Tembakau Virginia Berdasarkan Jenis, Varietas, Lokasi dan Prosesing di Jawa Timur, Tahun 2019 ...................................................... Luas Areal Tanam Tembakau dan Pertumbuhannya Tingkat Nasional dan Jawa Timur, Tahun 2015-2019.............................................. Produksi Tembakau dan Pertumbuhannya Tingkat Nasional dan Jawa Timur, Tahun 2015-2019 .................................................................... vii
Daftar Gambar Halaman Gambar 1. Tanaman Tembakau Yang Masih Dianggap 3 Masih Menjanjikan Bagi Petani ................................ 10 Gambar 2. Jenis Varietas Lokal (a) Maesan 1 Yang Dibudidayakan Di Kabupaten Bondowoso 12 dan (b) Manilo Yang Dibudidayakan Di Kabupaten Jombang .............................................. 13 Gambar 3. Jenis Varietas Tembakau Cerutu Besuki 14 (Banyak Dibudidayakan Di Kabupaten 16 Jember, Bondowoso dan Situbondo) ......................... 17 18 Gambar 4. Jenis Varietas Tembakau Virginia Yang 18 sudah Mulai Ditinggalkan oleh Petani 19 Tembakau .................................................................. Gambar 5. Jenis Varietas Tembakau White Burley Yang sudah Mulai Ditinggalkan oleh Petani Tembakau ................................................................... Gambar 6. Proses Sortasi dan Pengeraman Tembakau ............... Gambar 7. Proses Perajangan (a) Manual dan (b) Mesin ............ Gambar 8. Proses Penjemuran Hasil Rajangan ........................... Gambar 9. Hasil Rajangan (a) Kuning dan (b) Hitam ................. Gambar 10. Proses Tembakau Krosok .......................................... viii
Gambar 11. Agribisnis Tembakau Masih Menjanjikan 33 Khususnya Untuk Wilayah Dengan Kondisi Air Minim Pada Saat Musim Kemarau ..................... 50 52 Gambar 12. Trend Perkembangan Luas Areal Tanam 76 Tembakau Tingkat Nasional dan Jawa Timur, Tahun 2015-2019 ........................................... 78 92 Gambar 13. Trend Perkembangan Produksi Tembakau 93 Tingkat Nasional dan Jawa Timur, Tahun 2015-2019 ................... 95 Gambar 14. Militansi Petani dalam Kegiatan Usahatani 113 Tembakau .................................................................. Gambar 15. Industri Keranjang Untuk Kemasan Tembakau dan Widig Untuk Menjemur Tembakau Rajangan Berkembang Mengikuti Perkembangan Kegiatan Usahatani Tembakau .................................................................. Gambar 16. Gerakan Anti Rokok Dunia........................................ Gambar 17. Gerakan Anti Rokok di Indonesia ............................. Gambar 18. Peraturan Pemerintah Mengenai Dampak Tembakau Terhadap Kesehatan ................................ Gambar 19. Kelembagaan Terpadu Pengembangan Kawasan Perkebunan Tembakau Berbasis Korporasi Petani ........................................................ ix
Daftar Lampiran Halaman 138 139 Lampiran 1. Peta Wilayah Penanaman Tembakau di Jawa 140 Timur .......................................................................... 141 Lampiran 2. RoadMap Nasional Komoditi Tembakau, Tahun 2008-2020 ...................................................... Lampiran 3. RoadMap Propinsi Jawa Timur Komoditi Tembakau Tahun 2008 – 2020................................... Lampiran 4. Maximum Residue Levels Pesticide, CORESTA.................................................................. x
1 Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
2 BAB 1 PENDAHULUAN Tembakau merupakan komoditi penting dalam perekonomian Indonesia, karena tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi para petani tetapi juga memberikan pendapatan bagi Negara. Tanaman tembakau (Nicotiana tobacum.l.) merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termasuk golongan tanaman pangan. Komoditi Tembakau di Jawa Timur termasuk kedalam komoditi utama yang memiliki luas areal 114.334 ha dengan produksi sebesar 130.143 ton (Tahun 2018). Produksi tersebut berkontribusi terhadap nasional sebesar ± 51 %. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa posisi tembakau Jawa Timur sangat vital mendukung produksi dan industri tembakau di Indonesia. Pada tahun 2018 luas areal tembakau meningkat dari tahun 2017 sebesar 15,42 %, sementara produksi mengalami peningkatan sebesar 31,78 %. Pertumbuhan yang masih terjadi baik dari segi luas areal yang berdampak langsung pada peningkatan produksi tembakau. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman tembakau sebagai bahan baku industri rokok memiliki daya tarik yang luar biasa dan Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
3 membudidaya dihampir sebagian besar petani tembakau Jawa Timur. Tembakau merupakan tanaman yang secara tradisional sudah cukup lama diusahakan oleh petani, namun dalam mengelola usaha taninya petani berada pada tingkat posisi tawar yang sangat lemah. Usahatani tembakau mempunyai resiko yang tinggi utamanya terhadap kualitas produksi dan harga yang terjadi di pasaran, namun demikian petani tembakau sangat antusias mengusahakan, karena komoditas ini mereka yakini dapat mendatangkan pendapatan yang cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya, walaupun fluktuasi harga selalu terjadi pada setiap musim tembakau. Oleh karena itu, setiap tahun realisasi areal tembakau selalu lebih luas dibandingkan targetnya. Gambar 1. Tanaman Tembakau Yang Masih Dianggap Masih Menjanjikan Bagi Petani Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
4 Komoditas tanaman tembakau sebagian besar dipasarkan pada pasar regional, nasional maupun internasional, khususnya pada pabrik rokok Gudang Garam, Sampoerna, dan Djarum. Untuk tembakau Pamekasan bahkan memiliki citra rasa tersendiri dan biasanya digunakan sebagai bahan campuran dari tembakau yang ada di tempat lain. Meski tembakau ibarat daun emas dan menjadi favorit para petani oleh karena komoditasnya yang mahal, bukan berarti menanam tembakau lepas dari masalah. Permasalahan kompleks terjadi dilapangan baik segi teknis budidaya maupun pemasaran. Permasalahan yang mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung pengusahaan tembakau di Jawa Timur pada umumnya dapat dibagi dua, yaitu: masalah ekternal dan masalah internal. 1. Masalah eksternal di dalam pengusahaan tembakau di Jawa Timur tidak dapat terlepas dari perkembangan regulasi tembakau pada tingkat global, nasional dan daerah. Pada tingkat global telah dibuat FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) yang merupakan desakan atas perkembangan tuntutan kesehatan. Perkembangan ini telah memberikan konsekuensi kepada pengusahaan tembakau dengan membuat SRP (Social Responsibility Program) agar pengusahaan tembakau bisa berjalan seiring dengan tuntutan kesehatan, lingkungan hidup dan ketenagakerjaan. Pada tingkat nasional, pemerintah telah mengeluarkan PP No. 81 Tahun 1999 yang direvisi dengan PP No. 38 Tahun 2000 dan dirubah lagi dengan PP. No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan yang Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
5 implementasinya belum terlaksana secara keseluruhan. Telah ada beberapa daerah Propinsi, Kabupaten/Kota yang telah membuat PERDA yang berkenaan dengan pengaturan tentang merokok dalam hubungannya dengan kesehatan yang tidak terintegrasi antar instansi terkait dan pemangku kepentingan. Selain itu, ada tuntutan global yang menyangkut kandungan residu pestisida dan bahan kimia lainnya dan tekanan dari lembaga swasta internasional. 2. Masalah internal dapat dibagi menjadi di tingkat on-farm, off-farm dan kelembagaan. Pada tingkat on-farm permasalahan ini meliputi: telah terdapat indikasi degradasi lahan di berbagai wilayah penghasil tembakau, penyediaan air untuk kebutuhan tanaman yang semakin berkurang terutama pada musim kemarau, penanaman tembakau yang cenderung berkembang ke wilayah di luar spesifik lokasi, penguasaan lahan oleh petani yang semakin sempit dan belum bersertifikat, penyediaan sarana produksi (pupuk, benih, pestisida) yang belum memadai, sumberdaya manusia pada pengusahaan tembakau pada umumnya belum mampu menyesuaikan dengan tuntutan teknologi budidaya. Semua hal di atas telah mengakibatkan sulitnya produktivitas dan kualitas sesuai harapan pasar. Pada tingkat off-farm permasalahan yang terjadi pada kegiatan agribinis tembakau antara lain perkembangan selera pasar dalam maupun luar negeri, kondisi impor tembakau yang belum ada disubstitusinya, perdagangan antar daerah baik antar Kabupaten potensi tembakau maupun antar Propinsi sentra tembakau sehingga menyebabkan sulitnya mempertahankan spesifik lokasi Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
6 jenis tembakau, persyaratan konsumen semakin meningkat dalam hal ambang atas kandungan residu pestisida di produk akhir tembakau, tuntutan kandungan tar dan nikotin rendah, kandungan bahan kimia berbahaya lainnya, registrasi mesin rokok pada industri belum diatur, banyaknya rokok ilegal, tenaga kerja yang terlibat dalam agribisnis tembakau di on- farm dan off-farm belum terdata lengkap serta ketergantungan IHT (Industri Hasil Tembakau) terhadap “saos” impor yang masih 100%. Teknis budidaya tembakau oleh karena sifat tanaman yang bergantung musim, dapat disiasati dengan jadwal perkiraan tanam berdasarkan informasi musim dari BMKG, sementara yang paling utama adalah dari pemasaran, dimana harga jual dipasaran sangat bergantung pada pihak pabrikan. Terutama raksasa-raksasa pabrik rokok. Sebab itu, agar para petani tembakau yang notabene berada di kasta paling bawah tidak selalu pada pihak yang dirugikan, berbagai upaya dan terobosan terus dilakukan. Kemitraan adalah cara yang sudah dilakukan, namun ada dua sisi mata pisau. Yang pertama petani memang mendapatkan kejelasan pasar, mendapatkan pinjaman pupuk dan bibit, namun beberapa petani tidak memiliki pandangan yang sama oleh karena petani merasa memiliki kehilangan hak atas tanah yang dimiliki. Seperti yang kita ketahui, bentuk kemitraan dengan pabrikan memiliki syarat dan aturan yang cukup banyak dan ketat diantaranya waktu petik yang tertunda, tidak dapat menanam/usaha komoditi sampingan hingga ketidakpastian tingginya tingkat hasil tembakau hasil panenannya. Kemitraan tersebut dapat terus dilakukan karena terdapat dampak positif dari pola tersebut, namun Pemerintah harus Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
7 mengusahakan dan mengupayakan pola yang mampu dapat menguatkan posisi tawar petani terhadap mitranya. Salah satu cara yang dapat dilakukan sesuai dengan PERMENTAN Nomor 18 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi yaitu mengarahkan dan menguatkan kelompok tani tembakau kearah korporasi yang tidak hanya berstatus badan hukum, namun memiliki kekuatan untuk meminimalisir pengendalian bahkan ketergantungan kelompok terhadap mitra/pabrikan. Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
8 Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
9 BAB 2 PENGUSAHAAN TEMBAKAU DAN INDUSTRI HASIL TEMBAKAU DI JAWA TIMUR 2.1. Varietas Tembakau di Jawa Timur 1. Tembakau Lokal Banyak tembakau varietas lokal yang teridentifikasi meliputi jenis tembakau VO (Voor-Oogst) Kasturi, VO Rajang, Rajang Madura, Tembakau Jawa, Paiton dan Lumajang VO serta jenis lokal lainnya dan telah dikembangkan oleh peneliti, petani maupun pengusaha. Sebagian besar varietas tersebut telah sesuai dengan permintaan pasar tetapi masih belum dilepas dengan SK Mentan. Disamping itu masih banyak varietas-varietas tembakau lokal lain yang berkembang di masyarakat dan belum teridentifikasi tetapi dapat diterima pasar. Kondisi seperti ini akan menyebabkan varietas beragam sehingga mutu dan harga hasil tembakau tidak sesuai harapan. Varietas yang ditanam di lokasi-lokasi spesifikya diinginkan memiliki ciri dan sifat sebagai berikut: - Varietas unggul yang menghasilkan tembakau dengan kualitas yang dikehendaki pasar Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
10 - Telah beradaptasi dengan lingkungan / wilayah penanaman tembakau - Merupakan rekomendasi dari balai penelitian atau dari industri pemakai tembakau tersebut. Kebutuhan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tembakau lokal dengan kualitas yang dikehendaki pasar merupakan prioritas pengembangan karena varietas asli cenderung degenerasi dan belum ada penangkaran benih khusus. (a) (b) Gambar 2. Jenis Varietas Lokal (a) Maesan 1 Yang Dibudidayakan Di Kabupaten Bondowoso dan (b) Manilo Yang Dibudidayakan Di Kabupaten Jombang 2. Tembakau Cerutu Besuki Guna menjamin keberhasilan dalam penanaman tembakau cerutu yang semakin menurun setiap tahun, maka ada bebera hal yang mesti mendapat perhatian dalam proses pembibitan ini, antara lain adalah : - Pemilihan varietas Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
11 Dalam memilih varietas sebaiknya didasarkan dari permintaan pasar. Varietas yang ditanam adalah varietas-varietas yang sudah dikenal pasar dan mempunyai keunggulan tertentu. Benih yang paling banyak diusahakan untuk Tembakau Besuki NO (Na- Oogst) adalah benih dari varietas H 382 atau yang lebih dikenal oleh petani adalah varietas H 8. Varietas ini mempunyai pasar yang cukup luas, sehingga petani mudah dalam pemasarannya, demikian juga dengan eksportir yang menjual tembakau dari varietas ini ke konsumen luar negeri. - Benih diusahakan bersertifikat Guna menjamin keaslian dan menjaga mutu benih yang diusahakan maka benih tersebut sebaiknya sudah bersertifikat dari badan-badan yang mengusakan perbanyakan benih. Hal ini perlu dilakukan mengingat di tingkat petani tembakau yang dibudidayakan sudah banyak terjadi penyimpangan karakter varietas yang diusahakan. Hal ini akan berdampak pada kualitas tembakau yang dihasilkan. Benih bersertifikat ini di Jember bisa diperoleh antara lain di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) dan Lembaga Tembakau, dan Litbang PTPN X. - Kecukupan benih yang akan ditanam Dalam penanaman tembakau kecukupan benih perlu menjadi pertimbanagan yang serius. Terlalu banyak benih yang disediakan akan menyebabkan budidaya tidak efisien, sedangkan kekurangan benih juga akan Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
12 berakibat fatal. Oleh karena itu penyediaan benih yang tepat akan sangat berguna sekali. Gambar 3. Jenis Varietas Tembakau Cerutu Besuki (Banyak Dibudidayakan Di Kabupaten Jember, Bondowoso dan Situbondo) Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
13 Pada pengambangan tembakau cerutu Besuki lebih lanjut, sejak tahun 1984 dimulai inovasi baru penanaman tembakau Besuki NO tembakau bawah naungan (TBN) dengan menggunakan varietas H-382 dan F1N. Selanjutnya beberapa tahun kemudian dikembangkan pula tembakau TBN jenis Sumatra 3. Tembakau Virginia Di Jawa Timur telah dimiliki beberapa koleksi varietas yang potensial (produksi dan mutu tinggi) di dalam negeri. Oleh karena kebutuhan tembakau virginia FC (flue cured) cukup tinggi yang selama ini masih diperoleh dari impor maka pengembangan varietas yang dapat dilakukan melalui perakitan varietas unggul tembakau virginia yang sesuai kebutuhan kosumen sangat diperlukan. Untuk saat ini pengadaan benih tembakau virginia yang sesuai pasar masih terkendala oleh keterbatasan variasi genetik plasma nutfah di dalam negeri dan ketergantungan pada benih impor masih tinggi. Gambar 4. Jenis Varietas Tembakau Virginia Yang sudah Mulai Ditinggalkan oleh Petani Tembakau Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
14 4. Tembakau White Burley Selama ini ketersediaan plasma nutfah yang potensial sudah dimilki, tetapi masih terdapat keterbatasan dalam hal variasi genetik plasma nutfah di dalam negeri. Pengusahaan tembakau ini umumnya dilakukan melalui kemitraan penuh antara perusahaan (PT. Indonesia Dwi Sembilan) dengan petani yang antara lain penyediaan benih oleh perusahaan mitra. Namun demikian di lapangan banyak diketemukan kendala pada kualitas produksi oleh karena penyediaan benih di tingkat petani yang sudah disediakan oleh mitra usaha sering mengalami kekurangan sehingga petani mulai melakukan pengadaan benih sendiri. Gambar 5. Jenis Varietas Tembakau White Burley Yang sudah Mulai Ditinggalkan oleh Petani Tembakau Akibatnya tanaman dilapang sebagian tercampur dengan varietas lain sehingga kualitas produksi dan produktifitas tembakau petani tidak tercapai (BEP terjadi apabila produksi 18 kw/Ha). Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
15 2.2. Bentuk Proses Pasca Panen Tembakau Pengolahan daun tembakau adalah kegiatan mengolah daun tembakau untuk menjadi bahan bahan setengah jadi yang dibutuhkan oleh pabrik rokok. Bentuk dari pengolahan tembakau antara lain adalah kegiatan kiuring, bukan pengeringan melalui pengovenan biasanya untuk varietas virginia, besuki, dan white burley atau penjemuran setelah proses perajangan yang banyak dilakukan untuk jenis varietas tembakau lokal. Proses pengolahan akan menghasilkan kualitas bagus diawali dengan pemetikan daun tembakau yang telah masak optimal yaitu daun tembakau mempunyai potensi kimia pembentukan mutu secara maksimal. Tipe tembakau berdasarkan bentuk keringya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu tembakau krosok dan tembakau rajangan. Tembakau krosok merupakan tembakau yang paling banyak terdapat di dunia, sedangkan tembakau rajangan merupakan tipe tembakau asli Indonesia. Berdasarkan bentuk fisiknya, tembakau di Indonesia dipasarkan dalam dua wujud yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tembakau Rajangan Jenis tembakau yang dirajang kebanyakan diusahakan oleh rakyat atau penduduk lokal setempat dengan jensi tembakau varietas lokal yang hanya ada di Indonesia saja. Proses budidayanya mulai dari penyemaian, penanaman, pemanenan dan pengolahan daun yang dilakukan oleh petani sendiri (swadaya). Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
16 Gambar 6. Proses Sortasi dan Pengeraman Tembakau Proses pengolahan terlebih dahulu dilakukan sortasi daun basah untuk memisahkan berdasarkan tingkat kematangan daun, kecacatan fisik dan posisi daun pada batang, serta pemeraman dilakukan selama 2 - 7 hari untuk proses pelayuan dan penguningan. Waktu merajang paling baik dilakukan pada dini hari, dengan tujuan supaya daun yang dirajang memperoleh embun pagi, karena waktu antara merajang dan menjemur terlalu lama akan mampu mengakibatkan terjadinya proses oksidasi dan polimerisasi phenol sehingga menjadikan tembakau rajangan berwarna lebih gelap dan aromanya berkurang karena penurunan kadar gula dan kondisi tersebut akan mampu memberikan dampak pada harga rendah. Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
17 Proses perajangan yang ada di Jawa Timur terdapat 2 macam yaitu perajangan tradisional yaitu proses dilakukan manual dengan pisau rajang dan perajangan dengan mesin. (a) (b) Gambar 7. Proses Perajangan (a) Manual dan (b) Mesin Proses Penjemuran dilakukan selama 2 - 3 hari, dimana tembakau ditata pada alas anyaman bambu. Setelah kering, selanjutnya diangin-anginkan, kemudian dikemas (plastik, keranjang atau tikar). Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
18 (a) Rajangan Kasar (b) Rajangan Halus Gambar 8. Proses Penjemuran Hasil Rajangan Berdasarkan tipe ukuran rajangannya, terbagi menjadi dua, broad cut (meliputi rajangan kasar dan sedang) dan fine cut (rajangan halus). Berdasarkan warna hasil fermentasi, tembakau rajangan dibedakan menjadi dua yaitu rajangan kuning dan hitam. Dikatakan rajangan kuning karena proses fermentasi memberikan hasil cenderung berwarna kuning, sedangkan rajangan hitam dikarenakan proses fermentasi menghasilkan cenderung gelap. (a) Rajangan Kuning (b) Rajangan Hitam Gambar 9. Hasil Rajangan (a) Kuning dan (b) Hitam Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
19 2. Tembakau Krosok Tembakau krosok merupakan jenis tembakau yang paling banyak terdapat di dunia. Tembakau krosok dipasarkan dalam bentuk lembaran daun utuh, setelah melalui proses pengeringan. Harga tembakau krosok cenderung lebih mahal dari pada rajangan, sebab tahapan untuk pada proses tembakau krosok membutuhkan waktu yang cukup panjang sebelum siap dipasarkan, mulai pengeringan hingga sortasi. AB aa CD Aa a Gambar 10. Proses Tembakau Krosok Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
20 2.3. Sebaran Tembakau di Jawa Timur 1. Tembakau Lokal Wilayah penanaman tembakau lokal telah tersebar di 20 kabupaten/kota di Jawa Timur dengan luas potensial ± 100.000 ha. Lokasi lahan yang selama ini dipergunakan untuk penanaman tembakau lokal merupakan areal lahan yang sesuai untuk menghasilkan kualitas tembakau yang dikehendaki pasar dan memiliki bentuk pengelolaan lahan tembakau spesifik lokasi (Site Specific Tobacco Land Management = SSTLM). Kendala produksi terutama terletak pada perubahan cuaca global yang sulit diprediksi, tidak membuat terasering pada lahan miring atau pada lahan pegunungan, kurang got atau saluran drainase yang sesuai dengan kondisi setempat dan pengolahan tanah tidak dilakukan untuk menciptakan struktur tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tembakau. Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
21 Tabel 1. Sebaran Tembakau Lokal Berdasarkan Jenis, Varietas, Lokasi dan Prosesing di Jawa Timur, Tahun 2019 (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur) No Jenis Varietas Lokasi Prosesing Tembakau (Kabupaten) Rajangan 1. Jepon Sumenep 1 Tembakau Kene’ Pamekasan Rajangan madura Sampang Rajangan 2. Jepon Raja 2 Tembakau 3. Jepon Probolinggo paiton Kabu-kabu Bondowoso 3 Tembakau 4. Prancak Jember (Kec maesan 5. Prancak . Arjasa) 4 Tembakau N1 situbondo 6. Prancak N2 1. Mersi 2. Moris 3. DB Kresek 1. Moris 2. Somporis 3. Kresek 1. Tembakau Kasturi 2. Tembakau paiton DB 3. Tambeng Kayu Mas Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
22 5 Tembakau 1. Jeprin Jombang Rajangan srono 4. Pakistaji Lamongan 1. Mawar Mojokerto 6 Tembakau 2. Oleng kasturi 3. Sompor 4. Jepon 7 Tembakau 2. Jemamut perketek 1. Perketek 2. Janiman 8 Tembakau 3. Pleser merketek 5. Mancingan 1. Merketek 9 Tembakau 2. Rejeb kecil kuldan 3. Kenongo 4. Dhanangan 10 Tembakau 1. Gading karangjati lumut/ 11 Tembakau gading sili ploso 4. Kemloko 1. Gilang mancung 2. Gilang mlati 3. Jepril 2. Grompol 1. Janiman 2. Gilang ginten 3. Manilo Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
23 12 Tembakau 4. Cetok Bojonegoro Rajangan bojonegoro 5. Kernali Blitar Rajangan 13 Tembakau Papi selopuro 1. Purwosoto Malang 6. Kamso 1. Kenogo Tulungagung 2. Rejeb lulang 3. Rejeb jahe 4. Rejeb emprit 5. Sompok 2. Tukluk Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur 2019 (Data Diolah) Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
24 2. Tembakau Cerutu Jember merupakan wilayah penanaman tembakau cerutu satu-satunya di Jawa Timur dengan luas areal potensial lebih dari 15.000 ha, sehingga potensi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan ekspor yang mencapai >48% wrapper dunia. Namun pada tahun 2006 luas areal penanaman tembakau cerutu jenis Besuki NO menurun sampai kurang lebih hanya sekitar 3.600 ha. Tembakau cerutu jenis TBN mencapai luas areal pada tahun 1.378 ha dengan produksi 1.722 ton dan tembakau TBN jenis Sumatra mencapai luas areal 175 ha dengan produksi 192 ton. Penurunan areal lebih disebabkan oleh lahan yang sesuai banyak yang beralih fungsi, kesuburan tanah menurun terutama karena kandungan bahan organik tanah di Jawa Timur rendah saat ini rata-rata sebesar 2% sedangkan untuk mampu memncapai produksi optimum kondisi organik tanah harusnya sebesar 5%, selain itu juga permasalahan didukung adanya komposisi kualitas produk yang belum sesuai dan seimbang dengan permintaan kualitas yang semakin tinggi serta terkendala perubahan iklim global yang sulit diprediksi. Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
25 Tabel 2. Sebaran Tembakau Cerutu Berdasarkan Jenis, Varietas, Lokasi dan Prosesing di Jawa Timur, Tahun 2019 Jenis Varietas Lokasi No Tembakau (Kabupaten) Prosesing H 382 1 Tembakau Jember Krosok besuki NO H 382 Sumatra Jember Krosok 2 Tembakau Bawah (FIN) Naungan (TBN) 3. Tembakau Virginia Pada dasarnya Jawa Timur memiliki lokasi pengembangan yang potensial yaitu di wilayah kabupaten Bojonegoro, Bondowoso, Jember dan Blitar. Namun areal lahan tembakau virginia flue cured (FC) di wilayah tradisional pada akhir-akhir ini mengalami kendala penurunan kualitas oleh karena lahan yang digunakan berupa tanah sawah yang selalu berotasi dengan tanaman padi yang dipupuk KCl serta masukan lainnya yang tidak sesuai dengan baku teknis pengelolaan tembakau virginia FC dan beberapa lokasi lahan yang digunakan untuk pengembangan tidak sesuai. Meskipun demikian penanaman tembakau virginia di wilayah tradisional masih dilakukan oleh petani tetapi jenis produksinya berupa tembakau virginia rajangan yang dapat diterima pasar tertentu bukan lagi virginia FC. Untuk mengatasi berbagai kendala areal tersebut maka perluasan Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
26 areal di luar lokasi tradisional masih memungkinkan, tetapi harus diikuti dengan penilaian kesesuaian lahan yang benar. Tabel 3. Sebaran Tembakau Virginia Berdasarkan Jenis, Varietas, Lokasi dan Prosesing di Jawa Timur, Tahun 2019 Jenis Varietas Lokasi Prosesing No (Kabupaten) 1. Coker Rajangan Tembakau 319 Bojonegoro Krosok 1 Tembakau Lamongan 2. NC 95 Jombang virginia 3. Coker Bondowoso Ngawi 298 Mojokerto 4. Coker Kediri Nganjuk 48 5. DB 101 4. Tembakau White Burley Areal tembakau White Burley pada tahun awal pengembangannya meningkat tajam sampai mencapai 5.900 ha pada tahun 2005, tetapi kemudian mulai tahun 2006 sampai dengan sekarang menurun tajam. Konsentrasi penanaman tahun 2006 hanya mencapai 1.857 ha di Kabupaten Lumajang. Kendala produksi dan kualitas antara lain keterbatasan variasi genetik plasma nutfah di dalam negeri, pengembangannya masih sangat terbatas, fluktuasi produksi, mutu, dan harga, informasi pasar tidak jelas, kompetisi dengan tembakau lokal lainnya, pengembangan Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
27 ke wilayah yang tidak sesuai dan alih fungsi lahan tembakau menjadi lahan non pertanian 2.4. Sistem Pemasaran Tembakau di Jawa Timur Perilaku pasar berkaitan dengan penyediaan (supply) dan permintaan (demand), cara, bentuk dan waktu penyajian, kebijakan-kebijakan penjual dan pembeli (policies), jalur pemasaran (marketing channels), pendekatan-pendekatan (approaches). Tembakau sebagai produk pasar bebas yang dapat diperdagangkan oleh siapapun dan kapanpun tanpa hambatan regulasi. Namun ada regulasi lokal (daerah) antara lain PERDA yang tidak sejalan dengan sistem perdagangan bebasnya. Sehingg menjadikan pada kegiatan agribisnis tembakau banyak masalah yang timbul. Pasar tembakau keseluruhannya bermuara pada pabrikan, pengusaha, dan eksportir tertentu sebagai pembeli akhir sesuai tingkatnya, maka sifat perdagangannya bersifat oligopsoni. Dalam kondisi ini posisi tawar petani sangat lemah terutama terhadap alasan-alasan kualitas, kelebihan persediaan dan lain sebagainya. Posisi pengusaha dan eksportir juga akan sama dengan posisi petani ketika menghadapi pembeli akhir. Belum adanya informasi yang menjamin terhadap kontinuitas permintaan dan suplai (kualitas dan jumlah) dari produsen dan konsumen sehingga harga sering merugikan salah satu pihak, akibatnya tercipta iklim usaha yang kurang kondusif. Beberapa bentuk sistem pemarasan dan perdagangan yang terjadi pada komoditas tembakau yang terjadi di Jawa Timur antara lain: Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
28 1. Sistem pemasaran lokal dan antar daerah - Sistem Pasar Bebas (Free Market) Sistem perdagangan dalam negeri yang menganut sistem pasar bebas (free market), melalui berbagai saluran pemasaran (Marketing Channels), dewasa ini dianggap kurang menguntungkan bagi petani. Sistem ini sebagian besar berlaku untuk tembakau cerutu besuki NO dan tembakau lokal untuk sigaret kecuali tembakau virginia dan white burley - Sistem Captive Market (Kemitraan) Antara penjual dan pembeli telah terikat dalam kespakatan / negosiasi jual beli sejak awal dari suatu proses produksi sehingga kedua belah pihak “Tidak” mengalami masalah pemasaran. Sistem ini berlaku pada sistem kemitraan, yang telah berjalan untuk tembakau sigaret white burley dan virginia FC. Sedangakan untuk tembakau lokal dan cerutu besuki NO masih berjalan sangat lambat. 2. Sistem Pemasaran Internasional - Sistem Pasar Lelang (Auction/Inscription) Sistem ini menempatkan penjual terpisah secara tegas dengan pembeli. Transaksi diatur melalui institusi lelang (termasuk sistem tender di Afrika). Sistem pasar lelang ini perlu infrastruktur yang lengkap, antara lain peraturan lelang, penyelenggara lelang, tempat lelang, makelar yang terpercaya, Badan Pengawas, Perbankan, dan Badan Penampung. Sistem ini masih berjalan sampai sekarang untuk tembakau Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
29 cerutu Sumatra dan Vorstenland, yang diselenggarakan di Bremen - Sistem Imbal Beli Model Sukhoi. Sistem ini efektif bagi negara yang mengalami permasalahan alat pembayaran (currency). Permasalahannya untuk tembakau yang masuk komponen imbal beli, adalah tembakau Sigaret Virginia yang justru masih diimpor. - Sistem Perdagangan Bebas/Langsung. Transakasi antara importir/industriawan luar negeri dan ekportir dalam negeri bisa terjadi secara langsung. Sistem pemasaran tembakau di dalam negeri tidak dapat dibatasi oleh wilayah administratif sehingga menyebabkan terjadinya migrasi berbagai jenis tembakau antar daerah, kabupaten maupun Propinsi. Kondisi demikian dapat menyebabkan penurunan kualitas dan harga tembakau asli yang sudah berkembang dengan kualitas spesifik di suatu lokasi/wilayah tertentu. Apabila pencemaran kualitas tembakau terjadi terus-menerus pada tembakau asli di satu lokasi tertentu, maka pada suatu saat dapat mengancam hilangnya ciri mutu tembakau asli tersebut yang sudah memiliki pasar yang baik. Permasalahan lain yang timbul akibat sistem perdagangan dan pemasaran bebas yang telah berlangsung selama ini antara lain harga dan kualitas belum seluruhnya transparan dan dipahami sehingga \"posisi tawar\" petani lemah, petani lebih suka menjual kepada pedagang (cepat, mudah), masih terdapat ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan bahan baku tembakau baik dalam jumlah maupun mutu, standard mutu tembakau belum dapat diimplementasikan secara optimal, Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
30 kemitraan antara petani tembakau dengan pabrik rokok belum dapat berjalan secara optimal, supply dan harga tidak stabil dan kualitas tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
31 BAB 3 AGRIBISNIS TEMBAKAU DAN KONSEP PENINGKATAN DAYA SAING BERDASARKAN PENGEMBANGAN WILAYAH 3.1. Agribisnis Tembakau Tembakau adalah tanaman introduksi, yang dibawa oleh Belanda dan dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1630 (Dutch Tobacco Growers, 1951). Oleh karena itu jenis-jenis tembakau yang dibudidayakan telah beradaptasi dengan kondisi agroekologi di beberapa wilayah, dan telah berkembang secara spesifik lokasi sehingga jenis-jenis yang usahakan oleh petani dinamakan secara lokal sesuai dengan daerah pengembangannya. Contohnya adalah tembakau madura, tembakau maesan, tembakau lumajang, tembakau paiton, dan tembakau besuki. Selain itu ada beberapa jenis yang masih dinamakan sesuai dengan daerah asalnya, seperti tembakau virginia, tembakau white burley, dan tembakau vorstenland. Oleh karena itu agribisnis tembakau berkembang di daerah-daerah dengan karakteristik usaha tani sesuai dengan daerah dan jenis tembakaunya. Agribisnis tembakau mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian lokal dan nasional. Sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi, usahatani tembakau mampi memberikan Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
32 kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan petani berkisar antara 40 – 80% dari total pendapatan yang diterima petani. Sedangkan sebagai bahan baku utama rokok, peranan tembakau semakin menentukan dalam perkembangan industri rokok. Industri rokok telah ditetap kan pemerintah sebagai salah satu industri prioritas nasional, yang tentunya perkembangannya akan sangat menentukan perkembangan ekonomi nasional. Tren penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) selalu meningkat setiap tahun. Kenaikan penerimaan CHT disebabkan adanya relaksasi pelunasan cukai hasil tembakau dan keberhasilan Penertiban Cukai Berisiko Tinggi (PCBT) melalui pemberantasan pita cukai rokok ilegal. Perkembangan penerimaan CHT dari tahun ke tahun mempunyai kecenderungan yang meningkat yaitu pada 2018 penerimaan CHT sebesar Rp 152,9 triliun atau memberikn kontribusi sebesar 95,8% dari total pendapatan cukai yang sebesar Rp 159,6 triliun. Angka penerimaan CHT pada 2018 meningkat 3,5% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 147,7 triliun. Sedangkan pada 2019 diproyeksikan penerimaan CHT meningkat 3,9% menjadi Rp 158,9 triliun. Sementara itu, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020 ditargetkan penerimaan CHT sebesar Rp 171,9 triliun atau tumbuh hingga 8,2%. Target ini merupakan yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai informasi, pemerintah menetapkan kenaikan cukai rokok sebesar 23% dan harga jual eceran sebesar 35%. Kenaikan tersebut mulai berlaku pada 1 Januari 2020. Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
33 Gambar 11. Agribisnis Tembakau Masih Menjanjikan Khususnya Untuk Wilayah Dengan Kondisi Air Minim Pada Saat Musim Kemarau Agribisnis tembakau dan industri yang terkait mampu menyediakan lapangan kerja bagi kurang lebih 10 juta orang. Selain sebagai usahatani primer, agribisnis tembakau mulai agribisnis hulu (up-stream industry) sampai agribisnis hilir (down- stream industry) semuanya mempunyai nilai ekonomis tinggi. Kegiatan pada agribisnis hulu antara lain adalah usaha pembibitan, pembuatan pupuk kandang, pupuk organik cair, agribisnis hilir antara lain adalah usaha kerajinan tikar, alas pengering tembakau rajangan (widig), keranjang, dan usahatani cengkeh. Perkembangan agribisnis tembakau memerlukan dukungan teknologi yang efisien, tepat guna, dan ramah lingkungan, sehingga arah pengembangannya dapat berkelanjutan tanpa mengganggu kelestarian lingkungan. Dalam mengatasi kendala teknis diperlukan terobosan inovasi teknologi hasil penelitian yang berbasis pada kebutuhan petani dan pengguna lainnya yang terkait dengan pertembakauan. Kondisi tersebut terlihat dengan terjadinya degradasi lahan tembakau (hampir Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
34 disemua sentra produksi tembakau di Jawa Timur) sehingga membutuhkan dukungan teknologi dalam tata kelola budidaya tembakau, rendahnya kemurnian varietas sehingga diperlukan upaya pengelamatan plasma nutfah, dan tidak efisiennya biaya usaha tani. Dari permasalahan tersebut muncul potensi masalah tingkat kesuburan lahan yang rendah, rendahnya produksi dan mutu tembakau, dan rendahnya pendapatan yang diterima petani tembakau. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat secara proaktif berusaha (sesuai dengan batas kemampuannya), untuk terus menginovasi dan mensosialisasikan teknologi yang diperlukan dalam mengatasi kendala-kendala yang ada. Tentunya inovasi teknologi yang dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan petani, jenis tembakau, dan spesifik lokasi sentra pengembangannya. Seperti usaha tani pada umumnya, usaha tani tembakau di Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan dan kendala yang menyebabkan perannya dalam meningkatkan pendapatan petani dan mendukung industri rokok belum dapat dioptimalkan. Kendala teknis sangat terkait dengan permasalahan budidaya dan mutu yang sifatnya kondisional sesuai dengan jenis tembakau yang diusahakan. Misalnya masalah ketidakmurnian varietas, degradasi lahan, menyusutnya luas areal tembakau disemua sentra produksi sebagai akibat okupasi dan beralihnya fungsi lahan, serta pemupukan N yang berlebihan yang menyebabkan tingginya kadar nikotin. Berdasarkan jenis tembakaunya, secara umum permasalahan yang ada dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu masalah pada tembakau lokal bahan baku rokok dan pada Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
35 tembakau bahan cerutu. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat telah menghasilkan dan mensosialisasikan teknologi- teknologi budidaya untuk mendukung perkembangan agribisnis tembakau. Teknologi yang dihasilkan merupakan teknologi spesifik, yang disesuaikan dengan permasalahan, jenis, dan areal pengembangan tembakaunya. Sosialisasi rakitan teknologi budidaya dilakukan dalam bentuk demplot di lahan petani dengan melibatkan petani dan atau pengguna yang terkait. Selain itu, teknologi budidaya tembakau juga disosialisasikan sebagai teknologi pendukung komoditas prioritas dalam pembangunan wilayah pedesaan yang diformulasikan dalam bentuk rancang bangun desa melalui program yang disebut Prima Tani. Departemen Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian melaksanakan program percepatan adopsi inovasi teknologi, program ini diterapkan di seluruh provinsi. 3.2. Pengembangan Wilayah Berbagai konsep pengembangan wilayah yang pernah diterapkan (Bappenas, 2006) dilakukan melalui beberapa pendekatan antara lain; 1. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Karakter Sumberdaya, memiliki berbagai pendekatan diantaranya: a. Pengembangan wilayah berbasis sumberdaya; b. Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan; c. Pengembangan wilayah berbasis efisiensi; d. Pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan; Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
36 2. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Penataan Ruang, dengan pendekataan penataan ruang wilayah yang membagi wilayah ke dalam: a. Pusat pertumbuhan; b. Integrasi fungsional; c. Desentralisas; 3. Konsep Pengembangan Wilayah Terpadu menekankan kerja sama antar sektor untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di daerah- daerah tertinggal; 4. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis klaster berfokus pada keterkaitan dan ketergantungan antara pelaku-pelaku dalam suatu jaringan kerja produksi, jasa pelayanan, dan inovasi pengembangannya dengan motor penggerak sektor industri. Menurut Afrianto (2000), pembangunan wilayah merupakan suatu perubahan yang positif yang meliputi kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan beserta hasil-hasilnya. Kegiatan- kegiatan ini berlangsung dalam rangka mengelola sumberdaya yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, hasil dari pembangunan ini tercermin dari pendapatan daerah dan tingkat kesejahteraan penduduknya. Agar tercapai pembangunan wilayah yang optimal maka pembangunan harus dilaksanakan sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada di daerah. Dalam pembangunan keterkaitan antar sektor perlu dijaga, dimana semakin tinggi kaitan sektor berarti semakin banyak mengikutsertakan pelaku dalam kegiatan ekonomi. Keterkaitan yang dimaksud tersebut adalah proses perubahan kemampuan asli daerah untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga meningkat Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
37 menjadi pendayagunaan surplus untuk kepentingan perdagangan dan diperjualbelikan. Pembangunan wilayah pada hakikatnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah/region yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial region tersebut, serta tetap menghormati perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu istilah wilayah merupakan hal yang penting untuk didefinisikan secara tegas, terutama dalam menganalisis kegiatan ekonomi di dalam wilayah tersebut. Secara umum, wilayah tersebut dapat diartikan suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan merujuk pada ruang (parsial), sehingga pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, melainkan juga mencakup aspek-aspek lain seperti biologi, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan sebagainya (Hanafiah, 1988). Pendefinisian tentang wilayah telah banyak dilakukan untuk keperluan analisis ruang, dalam menentukan batas-batas wilayah maka dilakukan pengelompokkan menurut kriteria tertentu. Menurut Hanafiah (1988), penentuan batas-batas wilayah yang didasarkan pada kriteria yaitu: 1. Konsep Homogenitas Wilayah dapat diberi batas berdasarkan beberapa persamaan unsur-unsur tertentu, seperti unsur ekonomi wilayah yaitu pendapatan perkapita, kelompok industri maju, tingkat pengangguran, keadaan sosial politik, identitas wilayah berdasarkan sejarah, budaya dan sebagainya. 2. Konsep Nodalitas Wilayah dibedakan atas perbedaan struktur tataruang dalam wilayah dimana terdapat hubungan saling ketergantungan yang bersifat fungsional. Keadaan ini dapat dibuktikan Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
38 dengan mobilitas penduduk, arus faktor produksi dan arus barang, pelayanan atau pun komunikasi transportasi. Hubungan saling keterkaitan ini terlihat pada hubungan antara pusat dengan wilayah terbelakang atau hinterland. 3. Konsep Administrasi atau Unit Program Penetapan wilayah ini didasarkan atas perlakuan kebijakan yang seragam, seperti kebijakan pembangunan, sistem ekonomi, tingkat pajak yang sama dan sebagainya. Pengertian yang ketiga ini memberikan batasan suatu wilayah berdasarkan pembagian administratif suatu negara. Jadi menurut pengertian ini suatu wilayah adalah suatu ruang ekonomi yang berada dibawah suatu administrasi tertentu seperti suatu propinsi, kabupaten dan desa. Wilayah seperti ini disebut perencanaan atau wilayah program 3.3. Keunggulan Daya Saing Beberapa pendapat menyatakan bahwa daya saing suatu negara tergantung pada pemilikan sumberdaya alam yang berlimpah (factor endowment), melimpahnya tenaga kerja dan upah yang murah. Pendapat lain menyatakan bahwa daya saing suatu negara merupakan fenomena makro ekonomi yang dipengaruhi oleh kebijaksanaan moneter (nilai tukar dan suku bunga) dan kebijakan anggaran belanja. Cook and Bredahl (1991) menyatakan bahwa konsep mutakhir keunggulan daya saing adalah kemampuan suatu negara/perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar secara menguntungkan dan berkelanjutan melalui pemanfaatan keunggulan komparatifnya. Pengertian yang lebih operasional dari kunggulan daya saing adalah kemampuan untuk Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
39 memasok barang dan jasa pada waktu , tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, pada harga yang sama atau lebih baik dari yang dipasarkan pesaing. Dengan memperoleh keuntungan paling tidak sebesar biaya oportunitas (opportunity cost) sumberdaya yang digunakan. Dalam meningkatkan daya saing ada tiga hal yang mendasar yang harus diperhatikan antara lain : 1. Kemampuan menghasilkan suatu komoditi yang lebih murah dari pesaing (comparative advantage) tidak cukup mampu untuk menjamin keunggulan daya saing di pasar internasional Dalam hal ini sistem produksi yang berorientasi pada biaya produksi serendah mungkin, belum tentu akan mampu menjamin keunggulan bersaing karena masih ada unsur yang lain seperti keuanggulan dari sisi sosial dan lingkungan terlebih lagi saat ini isu lingkungan menjadi salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam suatu produk untuk mampu masuk dalam pasar internasional. Untuk mengukur keunggulan suatu komoditas berdaya saing di pasar internasional adalah dengan domestic resources cost (DRC), net social profitability (NSP) dan social marginal productivity of capital (SMPC). 2. Kemampuan untuk menyediakan produk yang sesuai dengan preferensi konsumen yang berkembang, sangat menentukan keunggulan bersaing di pasar internasional. Negara-negara agribisnis, seperti Australia dan Selandia Baru, mampu bersaing di pasar internasional disebabkan Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tembakau Provinsi Jawa Timur
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166