ANALISIS BURDEN OF DISEASE HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN KEDIRI THE ANALYSIS OF HYPERTENSION BURDEN DISEASE IN THE COMMUNITY OF KEDIRI DISTRICT Atika Binti Utari1, Thinni Nurul Rochmah1 1Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: AtikaBintiUtari E-mail: [email protected] ABSTRACT The incidence of hypertension is the highest non-communicable disease in Kediri in 2016. The prevalence of hypertension in Kediri reaches 27.9. This situation even exceeds the prevalence rate in East Java (26.2). This study aims to calculate the value of economic losses caused by hypertension sufferers in Kediri. This research is a quantitative research with the cross-sectional method. The primary data collection was done by interviewing 100 hypertension sufferers. The results show that the direct medical cost incurred by patients due to hypertension is IDR 563,360 per capita. Meanwhile, the indirect costs to be incurred by patients during suffering hypertension reach IDR 789,272 per capita. Disability-Adjusted Life Years or years lost due to premature death and disability caused by hypertension disease in Kediri regency amount to 189,915 years. Consequently, the Burden of disease value obtained due to hypertension in Kediri District is IDR 330,882,930,485. It can be concluded that the economic burden caused by hypertension is significantly high. The indirect costs incurred by the patients are greater than the direct costs. Therefore, it is recommended to intensify the dissemination and preventive efforts to decrease the incidence of hypertension. Keywords: burden of disease, DALYs, hypertension ABSTRAK Insiden hipertensi menempati urutan tertinggi penyakit tidak menular di Kabupaten Kediri Tahun 2016. Prevalensi hipertensi di Kabupaten Kediri sebesar 27,9. Hal ini bahkan melebihi angka prevalensi di Jawa Timur yaitu 26,2. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh penderita hipertensi pada masyarakat di Kabupaten Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada 100 penderita hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya langsung yang dikeluarkan oleh penderita akibat hipertensi adalah sebesar Rp 563.360,- per kapita. Biaya tidak langsung yang harus dikeluarkan oleh penderita selama menderita hipertensi adalah sebesar Rp 789.272,- per kapita. Dissability Adjusted Life Years atau tahun yang hilang akibat kematian dini dan kecacatan yang disebabkan penyakit hipertensi di Kabupaten Kediri adalah sebesar 189.915 tahun. Nilai Burden of disease akibat hipertensi pada masyarakat di Kabupaten Kediri adalah sebesar Rp 330.882.930.485,-. Disimpulkan bila beban ekonomi yang diakibatkan hipertensi sangat tinggi. Besar biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh penderita lebih besar dari pada biaya langsung. Terdapat penderita hipertensi yang belum menyadari besarnya kerugian ekonomi akibat penyakit hiperteni yang diderita. Dapat direkomendasikan untuk menggiatkan upaya promotif dan preventif untuk menekan insiden hipertensi. Kata kunci:burden of disease, DALYs, hipertensi PENDAHULUAN (new emerging disease). Menurut WHO (2014), angka kematian akibat penyakit Permasalahan kesehatan di Indonesia tidak menular akan terus mengalami cukup kompleks, pada sepuluh tahun kenaikan di seluruh dunia. Pada tahun terakhir ini Indonesia mengalami triple 2030, diperkirakan terjadi 52 juta kematian burden disease. Penyakit menular masih akibat penyakit tidak menular. Salah satu sangat tinggi, namun di sisi lain terjadi penyakit tidak menular yang menjadi peningkatan pada penyakit tidak menular masalah kesehatan masyarakat adalah dan munculnya penyakit menular baru ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.138-149 Received 23 July 2017, received in revised form 28 July 2017, Accepted 03 August 2017, Published online: Desember 2019
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 139 hipertensi. Tidak saja di negara sisi ekonomi saja tetapi juga berdampak berkembang tetapi juga di negara maju. pada produktivitas dan komplikasi penyakit lainnya. Meningkatnya jumlah Hipertensi biasa disebut dengan kasus hipertensi dapat berdampak pada silent killer karena gejalanya tidak peningkatan beban ekonomi, penurunan diketahui pasti. Gejala yang muncul dapat produktivitas dan timbulnya komplikasi. berbeda-beda pada masing-masing individu dan hampir sama dengan penyakit Penderita hipertensi perlu upaya lainnya. Selain itu hipertensi juga untuk mempertahankan kesehatannya. merupakan faktor risiko penyebab penyakit Selain pemeriksaan rutin, menjaga pola mematikan seperti stroke dan jantung makan, juga kebutuhan untuk menurunkan koroner. Riskesdas (2013) menunjukkan tekanan darah. Upaya tersebut memerlukan bahwa secara nasional 25,8% penduduk biaya yang harus ditanggung oleh pasien. Indonesia menderita penyakit hipertensi. Biaya yang dikeluarkan penderita hipertensi akibat sakitnya bukan hanya Jumlah kasus baru hipertensi di untuk pengobatan saja namun masih Kabupaten Kediri mengalami kenaikan banyak biaya yang dikeluarkan akibat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016 penyakit hipertensi. Adapun komponen insiden hipertensi menduduki urutan biaya yang dikeluarkan penderita pertama penyakit tidak menular di hipertensi untuk mempertahankan status Kabupaten Kediri. Angka prevalensi kesehatan mereka antara lain: biaya hipertensi bahkan mencapai 27,9. Angka pengobatan dan perawatan, biaya ini lebih tinggi dari angka prevalensi productivity loss, biaya transportasi dan hipertensi jawa timur yaitu 26,2. Untuk biaya pendamping. penyakit tidak menular, pada tahun 2016 hipertensi menduduki urutan pertama Pada umumnya penderita hipertensi penyakit tidak menular. akan merasakan gejala klinis seperti pusing, lemah dan mata berkunang- Tingginya angka insiden hipertensi kunang. Kondisi tubuh yang kurang perlu diwaspadai bagi bagi suatu wilayah. optimal akan menghambat penderita untuk Semakin tingginya kejadian penyakit melakukan aktivitas sehari-hari seperti hipertensi ini menimbulkan kerugian sosial kegiatan rumah tangga, bekerja dan ekonomi dan berdampak bukan hanya pada aktivitas lainnya. Absensi kerja dapat masyarakat namun juga bagi negara karena terjadi pada penderita hipertensi karena menurunkan angka produktivitas. penderita hipertensi sering disarankan untuk beristirahat. Selain itu, ketika Burden of Disease merupakan beban penderita hipertensi ingin melakukan check ekonomi yang ditanggung atas episode up atau pengobatan lainnya maka terpaksa sakit dari suatu penyakit yang diderita penderita hipertensi harus meninggalkan oleh masyarakat di daerah tertentu atau pekerjaan atau aktivitas rutinnya. Tekanan nilai kerugian yang diderita oleh darah yang tinggi merupakan faktor risiko masyarakat tertentu akibat penyakit utama untuk terjadinya penyakit jantung, yang diderita oleh sebagian masyarakat stroke, gangguan penglihatan dan ginjal di daerah tersebut. Menurut WHO (Nuraini, 2015). Kematian pada pasien (2009) perhitungan beban ekonomi ini hipertensi lebih cepat terjadi pada penyakit akan memberikan gambaran tentang yang tidak terkontrol dan menimbulkan penurunan derajat kesehatan dan komplikasi pada berbagai organ vital. pengurangan produksi ekonomi atau peluang konsumsi di rumah tangga atau Untuk itu penelitian ini bertujuan tingkat masyarakat akibat penyakit secara umum memperoleh nilai burden of tertentu. disease penyakit hipertensi yang dialami masyarakat di Kabupaten Kediri. Jumlah kasus hipertensi yang tinggi dan tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kerugian bukan hanya pada
140 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 METODE PENELITIAN langsung, biaya tidak langsung, Dissability Adjusted Life Years, jumlah penduduk dan Penelitian ini merupakan penelitian prevalensi hipertensi. Alat bantu analisis kuantitatif dengan rancang bangun cross data dalam penelitian ini menggunakan sectional. Populasi dalam penelitian ini program Ms.Excel. Penelitian ini telah adalah seluruh penderita hipertensi di memperoleh keterangan lolos kaji etik dari Kabupaten Kediri pada tahun 2017 yaitu Komisi Etik FKM No : 129-KEPK sebesar 435.628 orang. Penghitungan HASIL sampel menggunakan rumus Slovin sehingga didapatkan besar sampel Biaya Langsung sebanyak 100 orang responden penderita hipertensi. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan pengobatan Teknik pengambilan sampel pada hipertensi. Biaya ini merupakan biaya yang penelitian ini adalah menggunakan cluster dikeluarkan oleh penderita hipertensi untuk random sampling. Tahap pertama memeriksakan kesehatannya. Biaya pengambilan sampel dimulai dengan langsung akan terbagi menjadi dua menentukan cluster yaitu menggunakan kategori yaitu biaya rutin dan biaya kelompok wilayah kerja Puskesmas. insidental. Biaya Rutin merupakan biaya Terdapat pertimbangan dalam memilih langsung yang secara rutin dikeluarkan Puskesmas untuk dijadikan sampel agar oleh penderita selama sakit. Biaya rutin ini dapat mewakili populasi, yaitu dengan dihitung dalam satu tahun (Istiqomah, memilih Puskesmas yang termasuk di 2016). daerah pedesaan dan perkotaan. Terpilih 2 Puskesmas yang memenuhi kriteria Pada penelitian ini biaya yang tersebut, yaitu Puskesmas Kandangan merupakan biaya langsung rutin adalah (mewakili daerah pedesaan) dan biaya rawat jalan dan biaya pengobatan Puskesmas Pare (mewakili daerah lainnya. Biaya rawat jalan didapatkan dari perkotaan). rata-rata pengeluaran untuk pengobatan rawat jalan oleh penderita selama satu Pengambilan data pada penelitian ini tahun. Biaya pengobatan lainnya dilakukan dengan cara door to door pada menunjukkan rata-rata biaya pengobatan penderita hipertensi di wilayah kerja lain yang dikeluarkan oleh penderita Puskesmas Pare dan Puskesmas selama satu tahun. Pengobatan lainnya Kandangan secara acak. Instrumen yang dimaksud adalah pengobatan yang pengambilan data pada penelitian ini tidak dilakukan di pelayanan kesehatan, adalah menggunakan kuessioner. misalnya membeli obat sendiri di apotek, membeli obat tradisional maupun Waktu penelitian dilakukan pada pengobatan alternatif lainnya yang secara bulan Mei sampai Juli 2017. Variabel rutin dilakukan penderita. untuk menghitung nilai Burden of Disease dalam penelitian ini terdiri dari biaya Tabel 1. Biaya Langsung Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Biaya (Rupiah) BIAYA INSIDENTIL Rata-rata Biaya Rawat Inap 216.150 BIAYA RUTIN 288.790 58.420 Rata-rata Biaya Rawat Jalan 347.210 563.360 Rata-rata Biaya Pengobatan Lain Rata-rata Biaya Langsung Rutin Rata-rata Biaya Langsung
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 141 Biaya insidental merupakan biaya langsung yang sewaktu-waktu dikeluarkan langsung yang dikeluarkan sewaktu-waktu penderita selama sakit (Istiqomah, 2016). selama penderita mengalami sakit. Biaya yang termasuk biaya langsung insidental Pada penelitian ini biaya tidak pada penelitian ini adalah biaya rawat inap. langsung rutin terdiri dari biaya Biaya rawat inap termasuk dalam biaya transportasi rawat jalan, productivity loss insidental karena penderita tidak selalu penderita rawat jalan, dan productivity loss membutuhkan pengobatan rawat inap pendamping rawat jalan. Sedangkan biaya setiap tahunnya. Biaya rawat inap ini tidak langsung insidental terdiri dari biaya merupakan rata-rata pengeluaran untuk transportasi rawat inap, biaya alat bantu, pengobatan rawat inap selama menderita productivity loss penderita rawat inap, dan hipertensi. productivity loss pendamping rawat inap. Berdasarkan Tabel 1 dapat Biaya transportasi merupakan biaya disimpulkan bahwa biaya langsung yang transportasi yang dikeluarkan saat dikeluarkan penderita hipertensi adalah mengunjungi pelayanan kesehatan untuk sebesar Rp 563.360,-. Komponen terbesar berobat. Biaya transportasi didapatkan dalam biaya langsung adalah terdapat pada dengan mengalikan jumlah kunjungan biaya langsung rutin yaitu biaya untuk dengan rata-rata biaya sekali jalan ke pengobatan rawat jalan. pelayanan kesehatan yang dituju. Biaya alat bantu merupakan biaya yang Biaya Tidak Langsung dikeluarkan untuk membeli alat bantu selama menderita hipertensi. Biaya Biaya tidak langsung merupakan productivity loss merupakan biaya biaya yang tidak berhubungan langsung produktivitas yang hilang akibat penderita dengan pengobatan hipertensi yang meninggalkan pekerjaan atau aktivitas ditanggung penderita selama sakit. Biaya normalnya untuk menjalani pengobatan tidak langsung dibagi menjadi dua kategori (Istiqomah, 2016). Biaya productivity loss yaitu biaya tidak langsung rutin dan biaya didapatkan dengan mengalikan persentase tidak langsung insidental. Biaya tidak jumlah absen dalam sebulan untuk langsung rutin merupakan biaya tidak menjalani pengobatan dengan rata-rata langsung yang dikeluarkan penderita pendapatan setiap bulan. secara rutin selama penderita mengalami sakit hipertensi. Sedangkan biaya tidak Berikut ini merupakan hasil langsung insidental merupakan biaya tidak penghitungan biaya tidak langsung yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya Tidak Langsung pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Biaya (Rupiah) BIAYA INSIDENTIL Rata-rata Transportasi Rawat inap 44.952 0 Rata-rata Biaya Alat Bantu 78.389 Rata-rata Productivity Loss Pada Penderita Rawat Inap 76.357 199.698 Rata-rata Productivity Loss Pada Pendamping Rawat Inap 168.667 Rata-rata Biaya Tidak Langsung Insidentil 182.283 91.112 BIAYA RUTIN 442.062 789.272 Rata-rata Transportasi Rawat Jalan Rata-rata Productivity Loss Pada Penderita Rawat Jalan Rata-rata Productivity Loss Pada Pendamping Rawat Jalan Rata-Rata Biaya Tidak Langsung Rutin TOTAL BIAYA
142 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 Berdasarkan Tabel 2 dapat harapan hidup penduduk Kabupaten Kediri diketahui bahwa besaran biaya tidak tahun 2017 adalah 72. Berdasarkan data langsung adalah sebesar 789.272,-. yang diperoleh dari Seksi Pencegahan dan Komponen terbesar adalah dari biaya rutin Pengendalian Penyakit Tidak Menular yaitu biaya productivity loss pada Dinas Kabupaten Kabupaten Kediri, penderita rawat jalan dan transportasi jumlah kematian akibat hipertensi adalah rawat jalan. Pengeluaran untuk alat bantu sebesar 402 jiwa pada tahun 2016.Berikut pada seluruh responden adalah Rp 0,-. Hal ini adalah penghitungan nilai YLL: ini menunjukkan bahwa seluruh responden tidak mengeluarkan biaya alat bantu akibat YLL = N x L hipertensinya. YLL =402 x 72 Dissability Adjusted Life Years (DALYs) =28.944 tahun Menurut WHO (2009) DALYs merupakan indikator dari BOD dalam Keterangan populasi. Satu DALYs dapat diartikan satu YLL = Years Life Lost tahun dengan kondisi sehat yang hilang N = Jumlah Kematian Akibat Hipertensi akibat suatu penyakit atau kecacatan. L = Usia Harapan Hidup DALYs adalah perbedaan antara situasi saat ini dan situasi yang ideal di mana setiap Berdasarkan penghitungan di atas orang hidup sampai usia harapan hidup didapatkan nilai YLL adalah sebesar standar, dan dalam kondisi kesehatan yang 28.944 tahun. Artinya terdapat 28.944 sempurna. Penghitungan DALYs bukan tahun yang hilang akibat kematian dini hanya berdasarkan akibat kematian dini yang disebabkan oleh hipertensi di namun juga kecacatan akibat suatu Kabupaten Kediri. penyakit. DALYs merupakan jumlah tahun yang hilang akibat kematian dini Years Lifed with Dissability (YLD) atau disabilitas karena suatu penyakit. Menurut WHO (2009) YLD Nilai DALYs didapat dari merupakan nilai dari umur yang hilang penjumlahan nilai dari dua dimensi yaitu akibat seseorang mengalami kecacatan nilai tahun yang hilang akibat kematian baik mental maupun fisik yang diakibatkan dini (Years Life Lost) dan nilai tahun yang dari suatu penyakit. Nilai YLD pada hilang akibat kecacatan mental maupun populasi didapatkan dengan mengalikan fisik yang diakibatkan oleh penyakit atau jumlah insiden penyakit, tingkat keparahan cedera yang disesuaikan dengan tingkat (weight of dissability) dan rata-rata durasi keparahan (frekuensi dan intensitas) (Years sakit sebelum meninggal. Lifed with Dissability). Berdasarkan data yang diperoleh dari Years Life Lost (YLL) Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi Dinas Kabupaten Kediri, jumlah kasus Nilai YLL menunjukkan tahun yang baru hipertensi adalah 44.184. Weight of hilang akibat kematian dini yang dissability pada penelitian ini merujuk disebabkan suatu penyakit. Nilai YLL pada studi burden of disease yang didapatkan dari pengalian usia harapan dilakukan oleh Benziger CP dkk (2016) hidup di suatu wilayah dengan jumlah tentang penyakit tidak menular yang bisa kematian akibat penyakit tersebut di suatu dicegah. Pada studi tersebut tingkat wilayah (WHO, 2009). Usia harapan keparahan pada penyakit hipertensi penduduk di Kabupaten Kediri didapatkan termasuk dalam kategori tingkat 2. dari proyeksi hasil sensus penduduk tahun Sehingga nilai weight of dissability adalah 2010 sehingga didapatkan hasil usia sebesar 0,220. Sedangkan nilai dari durasi
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 143 sakit didapatkan dari usia harapan hidup Nilai DALYs adalah sebesar 189.915 dikurangi rata-rata umur mulai sakit pada tahun. Artinya terdapat 189.915 tahun responden penelitian ini. Usia harapan yang hilang akibat penyakit hipertensi di hidup diperoleh dari BPS bahwa usia Kabupaten Kediri. harapan hidup penduduk Kabupaten Kediri tahun 2017 yaitu 72 tahun. Rata-rata umur Jumlah Penduduk mulai sakit pada responden adalah 55 tahun. Sehingga rata-rata durasi sakit pada Berdasarkan data yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini adalah 17 Badan Pusat Statistik (2017) diketahui tahun. Berikut ini adalah penghitungan bahwa jumlah pendudukP Kabupaten nilai DALYs: Kediri pada tahun 2017 adalah sebesar 1.561.392 jiwa. Berdasarkan data yang YLD = I x DW x L didapat dari Seksi Pencegahan dan Pendendalian Penyakit Tidak Menular YLD = 44.184 x 0,220 x 17 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur diketahui bahwa persentase prevalensi = 160.971 tahun hipertensi di Kabupaten Kediri adalah Keterangan : sebesar 0,279 atau 27,9 %. Diperkirakan YLD =Years Lifed with Dissability 435.628 penduduk menderita hipertensi di I = Jumlah Kasus Baru Hipertensi Kabupaten Kediri. Dari jumlah prevalensi DW = Dissability Weight (Tingkat ini tidak ditemukan penderita sembuh melainkan terdiri dari penderita yang terus Keparahan) sakit dan penderita yang meninggal. L = Durasi sakit sampai sebelum Berdasarkan data yang didapat dari seksi Pencegahan dan Pendendalian Penyakit meninggal Tidak Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri diketahui jumlah Didapatkan hasil nilai YLD adalah kematian akibat hipertensi adalah sebesar sebesar 160.971 tahun. Artinya terdapat 402 orang. Jumlah penderita terus sakit 160.971 tahun yang dijalani oleh penderita adalah 435.226 orang. Maka dapat hipertensi di Kabupaten Kediri dengan dilakukan proporsi untuk menentukan kondisi sakit. prevalensi penderita hipertensi terus sakit dan meninggal seperti pada Tabel 3. Setelah mengetahui nilai YLL dan YLD, maka dapat diperoleh nilai DALYs dengan menjumlahkan nilai YLL dan YLD. Tabel 3. Prevalensi Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Angka Prevalensi 0,27874 Penderita Terus Sakit 435.226 99,908 0,00026 0,27900 Penderita Meninggal 402 0,092 Total 435.628 100 Berdasarkan penghitungan pada Burden Of Disease Tabel 3 maka dapat disimpulkan bahwa dari seluruh penderita hipertensi di Berdasarkan identifikasi biaya yang Kabupaten Kediri, prevalensi penderita telah dilakukan maka dapat dihitung nilai hipertensi didominasi oleh penderita yang Burden Of Disease dari penyakit hipertensi terus sakit yaitu sebesar 0,27874. di Kabupaten Kediri. Pada penelitian ini Prevalensi penderita yang terus meninggal tidak ditemukan responden yang sembuh prevalensinya sangat kecil dibanding atau meninggal. Sehingga penghitungan penderita terus sakit. Angkanya mendekati Burden of Disease akan menggunakan 0 yaitu sebesar 0,0026. rumus BOD untuk penderita terus sakit sebagai berikut:
144 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 BOD = [(BL insidentil + BTL insidentil) x satu penyakit tidak menular yang Prevalensi x Jumlah Penduduk] + merupakan faktor risiko utama penyebab [(BL rutin +BTL rutin) x DALYs] kecacatan global, kematian dan dampak yang tidak proporsional di negara BOD = [(216.150+ 199.698) x 0,279 x berpenghasilan rendah dan menegah, 1.561.392]+[( 347.210+442.062) dimana dua per tiga orang menderita x 189.915] hipertensi. Pada tahun 2010 diperkirakan terjadi 9,4 juta kematian dan 162 tahun BOD = 330.882.930.485 yang hilang akibat hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi hipertensi terus Keterangan : = Burden of Disease meningkat di seluruh dunia dan BOD diperkirakan mempengaruhi lebih dari 500 BL insidental = Total biaya langsung juta orang pada tahun 2025. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Kediri, BTL insidental insidental yang Hipertensi merupakan penyakit menular dengan jumlah kasus tertinggi selama BL rutin ditanggung penderita tahun 2016. BTL rutin hipertensi (rupiah) Di Kabupaten Kediri, prevalensi hipertensi mencapai 27,9. Angka DALYs = Total biaya tidak prevalensi hipertensi di Jawa Timur adalah Prevalensi 26,2. Disimpulkan angka prevalensi langsung insidental hipertensi di Kabupaten Kediri lebih tinggi dari angka prevalensi hipertensi di Jawa yang ditanggung Timur. Angka prevalensi yang tinggi akan meningkatkan beban biaya yang penderita hipertensi ditanggung oleh masyarakat akibat penyakit yang diderita. Semakin tinggi (Rupiah) angka prevalensi suatu penyakit maka semakin tinggi pula BOD yang ditanggung = Total biaya langsung oleh masyarakat akibat penyakit tersebut. rutin yang ditanggung Menurut Bonita R dkk (2006) faktor yang meningkatkan prevalensi suatu penderita hipertensi penyakit antara lain durasi sakit yang lebih lama. Semakin lama durasi suatu penyakit (Rupiah) maka prevalensinya akan cenderung lebih besar. Selain itu pemanjangan usia pasien = Total biaya tidak tanpa pengobatan juga dapat mempengaruhi prevalensi suatu penyakit. langsung rutin yang Pasien yang tidak mendapat pengobatan akan memperpanjang durasi sakit. Durasi ditanggung penderita sakit yang semakin lama akan membuat prevalensi akan tetap besar. Semakin hipertensi (Rupiah) banyak pasien yang tidak diobati dapat mempengaruhi tingkat prevalensi. = Dissability Adjusted Prevalensi suatu penyakit juga dapat dipengaruhi oleh peningkatan insidensi. Life Years (Tahun) Semakin besar peningkatan jumlah kasus baru maka akan meningkatkan prevalensi = Persentase Penderita suatu penyakit. Pada kasus hipertensi, sangat kecil kemungkinan bagi penderita Hipertensi dari jumlah penduduk Jumlah Penduduk = Jumlah Penduduk (jiwa) Berdasarkan hasil penghitungan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Burden of Disease pada masyarakat akibat penderita hipertensi di Kabupaten Kediri adalah sebesar Rp 330.882.930.485,- PEMBAHASAN Menurut WHO (2004) hampir 45 % beban penyakit yang terjadi pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah adalah disebabkan oleh penyakit yang tidak menular. Hipertensi merupakan salah
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 145 untuk sembuh, sehingga prevalensi akan degenerasi dan penyakit yang diderita akan terus meningkat seiring bertambahnya kasus baru. meningkatkan keparahan penyakit yang Bonita R dkk (2006) juga diderita. Penderita akan memerlukan menyatakan bahwa kasus migrasi ke dalam populasi juga dapat meningkatkan bantuan orang lain saat mengunjungi prevalensi penyakit. Terjadinya migrasi orang yang terkena suatu penyakit pada pelayanan kesehatan untuk rawat jalan suatu populasi dapat menambah jumlah penderita suatu penyakit sehingga dapat maupun rawat inap. meningkatkan prevalensinya pada populasi tersebut. Tingginya prevalensi suatu Menurut Chataut dkk (2011) dalam penyakit juga dapat disebabkan oleh migrasi keluar dari orang-orang sehat. Jika studi yang dilakukan di Nepal pada tahun orang-orang yang sehat di daerah tersebut semakin sedikit, maka rasio jumlah orang 2011 menyebutkan bahwa jenis kelamin yang sakit akan semakin besar sehingga tingkat prevalensinya semakin besar. dan usia lanjut merupakan faktor Bonita R dkk (2006) juga independen atau faktor risiko hipertensi menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prevalensi selanjutnya yang tidak dapat diubah. Penelitian di adalah migrasi ke dalam dari orang-orang yang rentan. Bertambahnya orang-orang Subuhan Nepal menunjukkan bahwa yang rentan akan meningkatkan risiko terjadinya penularan ataupun insiden prevalensi hipertensi meningkat dengan penyakit di wilayah tersebut. sehingga tingkat prevalensinya akan meningkat. seiring bertambahnya usia. Kondisi di Prevalensi suatu penyakit juga dapat disebabkan karena adanya peningkatan Kabupaten Kediri dapat membuktikan sarana diagnostik. Tingkat prevalensi yang kecil bisa disebabkan masih banyak orang bahwa bertambahnya usia yang semakin sakit yang belum terdiagnosis. Ketika terjadi peningkatan sarana diagnostik, lanjut juga diiringi prevalensi hipertensi tingkat prevalensinya akan meningkat. yang meningkat. Apabila hipertensi menyerang pada penderita dengan usia 40-60 tahun akan Hipertensi yang menyerang pada terganggu aktifitas kerjanya akibat penyakit hipertensi yang diderita. Selain penderita yang tidak berpenghasilan setiap itu, waktu bekerja akan berkurang ketika ia harus menjalani rawat jalan maupun rawat bulannya, sehingga biaya pengobatan inap akibat penyakit hipertensi yang dideritanya. Jika hipertensi menyerang hipertensi sangat bergantung pada pada usia lanjut, biasanya sudah memasuki usia pensiun dan tidak bekerja. Biaya pendapatan keluarganya. Apabila hilangnya produktivitas pada penderita dengan usia yang sudah memasuki usia pendapatan keluarga kurang maka akan pensiun menjadi tidak setinggi pada usia produktif. Pada usia ini, penderita telah menyebabkan ekonomi keluarga semakin memasuki usia lanjut di mana terjadi penurunan fungsi organ tubuh. Proses terpuruk. Adanya program JKN akan sangat membantu masyarakat untuk menjamin kebutuhan kesehatan agar tetap dapat memeriksakan kesehatannya agar tidak semakin parah. Pada kelompok penderita usia produktif, penderita berpotensi kehilangan produktivitas akibat sakitnya. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di luar jam kerja agar tidak mengurangi produktivitasnya. Burden of Disease (BOD) merupakan konsep yang dikembangkan oleh Harvard School of Public Health, World Bank dan World Health Organization untuk menjelaskan kerugian kesehatan yang dialami akibat kesakitan, kematian dan kecelakaan. BOD adalah beban ekonomi atas episode sakit dari salah satu jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat di daerah tertentu atau nilai kerugian yang diderita oleh masyarakat tertentu, akibat penyakit yang diderita oleh sebagian masyarakat di daerah tersebut. Menurut WHO
146 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 (2009) perhitungan beban ekonomi ini ini merupakan biaya pengobatan penderita akan memberikan gambaran sejauh mana penyakit tertentu menurunkan derajat selain di pelayanan kesehatan. kesehatan dan mengurangi produksi ekonomi atau peluang konsumsi di Selain mengidentifikasi biaya rumah tangga atau tingkat masyarakat. langsung yang dikeluarkan penderita Studi burden of disease mempunyai tujuan untuk menghitung beban yang hipertensi, analisis burden of disease juga ditanggung masyarakat pada suatu wilayah akibat sebagian masyarakat yang perlu mengidentifikasi biaya tidak menderita penyakit tertentu (WHO, 2009). Penghitungan BOD bukan hanya langsung. Pada penelitian ini yang memerlukan data mengenai biaya yang dikeluarkan untuk berobat, namun juga termasuk dalam kategori biaya tidak mempertimbangkan biaya tidak langsung termasuk productivity loss akibat penyakit langsung adalah biaya transpotasi rawat yang diderita. Selain itu dapat menambahkan nilai dari kerugian atas jalan dan rawat inap, biaya alat bantu, dan kualitas hidup setelah menderita suatu penyakit. Untuk menghitung BOD, biaya productivity loss selama rawat jalan langkah yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data yang diperlukan dan rawat inap. dalam menghitung nilai BOD. Data yang perlu dikumpulkan adalah biaya langsung, Jika dilihat dari segi biaya biaya tidak langsung, DALYs, prevalensi dan jumlah penduduk di wilayah tersebut. transportasi, biaya yang dikeluarkan oleh Biaya langsung dan tidak langsung penderita dipengaruhi oleh frekuensi dikelompokkan dalam biaya insidentil dan biaya rutin. Besar biaya langsung kunjungan ke pelayanan kesehatan. insidental yang dikeluarkan oleh penderita hipertensi diperoleh dari biaya rawat inap Semakin tinggi frekensi kunjungan maka selama mengalami sakit hipertensi. Biaya yang dikeluarkan bersifat insidentil atau semakin tinggi pula besar biaya bisa dikeluarkan kapan saja ketika mereka sakit dan pergi ke pelayanan kesehatan, transportasi yang dikeluarkan. Pada sehingga biaya langsung yang dikeluarkan tidak terduga. penelitian ini penderita menggunakan alat Penelitian ini menunjukkan bahwa transpotasi yang bermacam-macam untuk besar biaya langsung rutin yang ditanggung oleh penderita hipertensi dalam menuju pelayanan kesehatan. Mulai dari satu tahun didapatkan dari biaya rawat jalan dan biaya pengobatan lainnya setiap transportasi motor, mobil, angkutan umum bulannya. Selain melakukan kunjungan rawat jalan di pelayanan kesehatan, hingga jalan kaki. Pada penelitian ini beberapa penderita juga membeli obat sendiri di apotek, membeli jamu dan ditemukan beberapa penderita yang pengobatan alternatif lainnya. Penelitian ini menunjukkan terdapat biaya untuk bertempat tinggal di daerah padat pengobatan lain sebesar Rp 58.420,-. Biaya penduduk (wilayah kerja Puskesmas Pare) menuju pelayanan kesehatan dengan mengendarai sepeda atau jalan kaki. Hal ini dikarenakan lokasi pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau. Transportasi pada penderita di wilayah pedesaan (wilayah kerja Puskesmas Kandangan) cenderung menggunakan motor untuk menuju pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk biaya alat bantu pada penderita hipertensi adalah bernilai Rp 0,-. Hal ini dikarenakan manifestasi klinis hipertensi tidak menyebabkan penderita mengalami keterbatasan dalam menjalankan aktivitas sehingga membutuhkan alat bantu. Pada penelitian ini ditemukan 22% responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat penderita sakit, penderita juga akan kehilangan produktivitas untuk melakukan pekerjaan rumahnya. Seperti mencuci, menyapu dan memasak. Walaupun setiap bulannya tidak memiliki
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 147 pendapatan, penderita yang berprofesi menghabiskan masa hidupnya untuk sebagai ibu rumah tangga pendapatannya beraktivitas dan bekerja. Pada usia di disesuaikan dengan UMR Kabupaten bawah 15 tahun dan usia di atas 64 tahun Kediri yaitu sebesar Rp 1.576.120,-. dianggap sebagai tanggungan dalam kehidupan rumah tangga. Komponen yang mempengaruhi nilai productivity loss pada penderita adalah Pada penelitian ini ditemukan 402 frekuensi kunjungan dan pendapatan per kematian akibat hipertensi dalam satu bulan. Pada penelitian ini ditemukan tahun. Jika penderita yang meninggal beberapa penderita yang tidak bekerja adalah pada usia produktif maka akan yaitu sebesar 22%. Hal ini dikarenakan berdampak pada menurunnya jumlah banyaknya penderita dengan usia lanut angkatan kerja di wilayah tersebut. Beban sehingga sudah tidak memiliki pekerjaan, akan sangat terasa jika yang meninggal sehingga productivity loss menjadi rendah. merupakan tulang punggung bagi keluarganya. Hasil penelitian juga Berdasarkan analisis di atas dapat menemukan bahwa rata-rata usia mulai disimpulkan bahwa selama sakit hipertensi sakit hipertensi pada seluruh responden terdapat biaya tidak langsung yang tidak paling tinggi adalah pada usia 55 tahun. sedikit yang harus ditanggung oleh Pada usia itu merupakan usia produktif penderita akibat penyakit hipertensi. Besar bagi seseorang untuk bekerja. Jika usia biaya tidak langsung lebih besar dari pada harapan hidup adalah 72 tahun maka biaya langsung. Masyarakat belum terdapat 17 tahun yang harus dijalani menyadari bahwa penyakit hipertensi yang penderita dengan kondisi sakit hipertensi dialami dapat menimbulkan kerugian atau dapat dikatakan bahwa penderita akan ekonomi yang secara tidak langsung dapat kehilangan 17 tahun hidupnya dengan mempengaruhi kondisi ekonomi rumah kondisi yang sehat sebelum meninggal. tangga, regional bahkan suatu negara. Hal ini akan berpengaruh terhadap bertambahnya absensi kerja, disabilitas dan Beban biaya yang ditanggung akibat pensiun dini. Hal ini akan berdampak pada suatu penyakit dipengaruhi oleh Dissability menurunnya produktivitas kerja, Adjusted Life Years yang merupakan meningkatnya angka ketergantungan, dan penjumlahan dari jumlah tahun yang meningkatnya kebutuhan konsumsi hilang akibat kematian dini akibat suatu kesehatan. Hal ini akan berpengaruh pada penyakit atau YLL dan jumlah tahun yang menurunnya pendapatan per kapita di dijalani penderita dengan ketidakmampuan wilayah tersebut dan usia harapan hidup akibat penyakit yang diderita atau Years yang dapat berdampak pada angka Lifed with Dissability (YLD) (WHO, pertumbuhan ekonomi dan menurunnya 2009). angka kesejahteraan masyarakat. Penghitungan nilai YLL dilakukan Berdasarkan hasil penelitian dapat dengan mempertimbangkan jumlah diambil kesimpulan bahwa biaya tidak kematian. Semakin tinggi angka kematian, langsung yang dikeluarkan penderita lebih maka semakin besar nilai DALYs. Semakin besar daripada biaya langsung. Masyarakat tinggi jumlah kematian yang terjadi maka kurang menyadari bahwa selain biaya akan meningkatkan nilai DALYs. Begitu langsung untuk pengobatan, terdapat pula semakin muda usia seseorang kerugian ekonomi yang lebih besar akibat terserang suatu penyakit, maka semakin pengeluaran untuk biaya transportasi, tinggi nilai DALYs. Tingginya nilai DALYs biaya alat bantu dan productivity loss. akan menyebabkan beban ekonomi akibat Penting untuk melakukan penyadaran pada penyakit semakin besar (WHO, 2014). masyarakat untuk meningkatkan upaya preventif dan promotif agar tidak terserang Menurut Hyder et al (2012) usia penyakit hipertensi. produktif pada umumnya dikaitkan dengan orang dengan usia 15-64 tahun. Pada usia itu manusia dianggap lebih banyak
148 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 Upaya preventif dan promotif perlu Sedangkan nilai YLD adalah sebesar dilakukan untuk menekan tingginya angka 160.971 tahun. Sehingga didapatkan nilai prevalensi hipertensi. Upaya preventif dan DALYs adalah sebesar 189.915 tahun. promotif memerlukan dukungan dari Jumlah penduduk Kabupaten Kediri pada Pemerintah mengingat hasil dari upaya tahun 2017 adalah sebesar 1.561.392 jiwa. preventif dan promotif tidak bisa dirasakan Prevalensi hipertensi terus sakit di pada jangka pendek. Melainkan dampak Kabupaten Kediri adalah sebesar 27,874%. dapat dirasakan dalam jangka panjang Sedangkan untuk prevalensi penderita dengan penurunan insiden hipertensi meninggal adalah sebesar 0,026 % sehingga menurunkan BOD. Dukungan penduduk. Berdasarkan hasil penghitungan dapat dilakukan dengan meningkatkan yang dilakukan, maka didapatkan nilai anggaran untuk upaya promotif dan BOD atau beban biaya yang ditanggung preventif sehingga lebih banyak program akibat hipertensi di Kabupaten Kediri pada yang bisa dilakukan untuk menurunkan masyarakat adalah sebesar Rp prevalensi hipertensi. Selain itu, Upaya 330.882.930.485,- preventif dan promotif yang bisa dilakukan adalah dengan memperluas kegiatan DAFTAR PUSTAKA Posyandu Lansia dan juga Prolanis (Program Penanggulangan Penyakit Badan Pusat Statistik. 2017. Proyeksi kronis) yang ditujukan untuk Penduduk Kabupaten Kediri 2011- penanggulangan penyakit kronis dapat 2020. Kediri: Badan Pusat Statistik menjangkau lebih banyak masa dan kegiatan yang variatif. Bonita, R., Beaglehole, R., Kjellstrom, T. 2006. Basic Epidemiology. 2nd Upaya preventif dan promotif perlu edition. WHO. Switzerland. ditingkatkan mengingat selain biaya langsung untuk pengobatan, hal yang perlu Benziger CP, Roth GA, Moran AE. The dipertimbangkan yaitu tingginya biaya tidak langsung akibat biaya transportasi Global Burden of Disease study dan hilangnya produktivitas bagi penderita maupun pendamping akibat penyakit yang and the preventable burden of diderita. Upaya preventif dan promotif memerlukan komitmen dan partisipasi NCD. Global Heart. 2016 Dec 8; aktif dari pihak SDM Kesehatan maupun dari masyarakat agar upaya yang dilakukan 11(4):393-397. [https://doi: dapat berjalan dengan baik. 10.1016/j.gheart.2016.10.024]. SIMPULAN Chataut J, Adjikari R.K., Sinha N.P., Total biaya langsung yang dikeluarkan oleh penderita hipertensiRp 2011.Prevalence And Risk Factors 563.360,- yang terdiri dari Rp 216.150,- dari biaya langsung insidentil dan for Hypertension in Adult Living in Rp347.210,- dari biaya langsung rutin. Biaya tidak langsung yang dikeluarkan Central Development Regiaon in oleh penderita hipertensi adalah sebesar Rp 789.272,-. Biaya ini terdiri dari biaya tidak Nepal. Kathmandu University langsung isidentil sebesar Rp 199.698,- dan biaya tidak langsung rutin sebesar Rp Medical Journal, [e-journal] 33 (1) 442.062,-. pp. 8-13. Hasil penelitian ini didapatkan nilai YLL adalah sebesar 28.944 tahun. Hyder, A. A., Puvanachandra, P., & Morrow, R. H. (2012). Measuring the Health of Populations: Explaining Composite Indicators. Journal of Public Health Research, 1(3), 222–228. [http://doi.org/10.4081/jphr.2012.e 35] Istoqomah, AN.2016. Analisis Burden of Disease Akibat Hipertensi Pada Masyarakat dengan Status PBI
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 149 JKN di Kabupaten Pamekasan. Part 4 Burden of Disease: DALYs. Skripsi.Universitas Airlangga. Kementrian Kesehatan RI, 2013. Riset page 47. Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan World Health Organization (WHO). 2009. Kesehatan Nuraini, B.2015. Risk Factor of WHO: Guide to Identifying The Hypertension. Jurnal kedokteran Universitas Lampung, [e journal]: 4 Economic Consequences of Disease (5) pp. 12 World Health Organization (WHO). 2004. and Injury. Geneva : WHO Global Burden of Disease 2004. Departement of Health System Financing Health System and Services World Health Organization (WHO).2014. Global Status Report of Non Communicable Disease 2014.WHO. Switzerland
ANALISIS BURDEN OF DISEASE HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN KEDIRI THE ANALYSIS OF HYPERTENSION BURDEN DISEASE IN THE COMMUNITY OF KEDIRI DISTRICT Atika Binti Utari1, Thinni Nurul Rochmah1 1Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: AtikaBintiUtari E-mail: [email protected] ABSTRACT The incidence of hypertension is the highest non-communicable disease in Kediri in 2016. The prevalence of hypertension in Kediri reaches 27.9. This situation even exceeds the prevalence rate in East Java (26.2). This study aims to calculate the value of economic losses caused by hypertension sufferers in Kediri. This research is a quantitative research with the cross-sectional method. The primary data collection was done by interviewing 100 hypertension sufferers. The results show that the direct medical cost incurred by patients due to hypertension is IDR 563,360 per capita. Meanwhile, the indirect costs to be incurred by patients during suffering hypertension reach IDR 789,272 per capita. Disability-Adjusted Life Years or years lost due to premature death and disability caused by hypertension disease in Kediri regency amount to 189,915 years. Consequently, the Burden of disease value obtained due to hypertension in Kediri District is IDR 330,882,930,485. It can be concluded that the economic burden caused by hypertension is significantly high. The indirect costs incurred by the patients are greater than the direct costs. Therefore, it is recommended to intensify the dissemination and preventive efforts to decrease the incidence of hypertension. Keywords: burden of disease, DALYs, hypertension ABSTRAK Insiden hipertensi menempati urutan tertinggi penyakit tidak menular di Kabupaten Kediri Tahun 2016. Prevalensi hipertensi di Kabupaten Kediri sebesar 27,9. Hal ini bahkan melebihi angka prevalensi di Jawa Timur yaitu 26,2. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh penderita hipertensi pada masyarakat di Kabupaten Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada 100 penderita hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya langsung yang dikeluarkan oleh penderita akibat hipertensi adalah sebesar Rp 563.360,- per kapita. Biaya tidak langsung yang harus dikeluarkan oleh penderita selama menderita hipertensi adalah sebesar Rp 789.272,- per kapita. Dissability Adjusted Life Years atau tahun yang hilang akibat kematian dini dan kecacatan yang disebabkan penyakit hipertensi di Kabupaten Kediri adalah sebesar 189.915 tahun. Nilai Burden of disease akibat hipertensi pada masyarakat di Kabupaten Kediri adalah sebesar Rp 330.882.930.485,-. Disimpulkan bila beban ekonomi yang diakibatkan hipertensi sangat tinggi. Besar biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh penderita lebih besar dari pada biaya langsung. Terdapat penderita hipertensi yang belum menyadari besarnya kerugian ekonomi akibat penyakit hiperteni yang diderita. Dapat direkomendasikan untuk menggiatkan upaya promotif dan preventif untuk menekan insiden hipertensi. Kata kunci:burden of disease, DALYs, hipertensi PENDAHULUAN (new emerging disease). Menurut WHO (2014), angka kematian akibat penyakit Permasalahan kesehatan di Indonesia tidak menular akan terus mengalami cukup kompleks, pada sepuluh tahun kenaikan di seluruh dunia. Pada tahun terakhir ini Indonesia mengalami triple 2030, diperkirakan terjadi 52 juta kematian burden disease. Penyakit menular masih akibat penyakit tidak menular. Salah satu sangat tinggi, namun di sisi lain terjadi penyakit tidak menular yang menjadi peningkatan pada penyakit tidak menular masalah kesehatan masyarakat adalah dan munculnya penyakit menular baru ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.138-149 Received 23 July 2017, received in revised form 28 July 2017, Accepted 03 August 2017, Published online: Desember 2019
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 139 hipertensi. Tidak saja di negara sisi ekonomi saja tetapi juga berdampak berkembang tetapi juga di negara maju. pada produktivitas dan komplikasi penyakit lainnya. Meningkatnya jumlah Hipertensi biasa disebut dengan kasus hipertensi dapat berdampak pada silent killer karena gejalanya tidak peningkatan beban ekonomi, penurunan diketahui pasti. Gejala yang muncul dapat produktivitas dan timbulnya komplikasi. berbeda-beda pada masing-masing individu dan hampir sama dengan penyakit Penderita hipertensi perlu upaya lainnya. Selain itu hipertensi juga untuk mempertahankan kesehatannya. merupakan faktor risiko penyebab penyakit Selain pemeriksaan rutin, menjaga pola mematikan seperti stroke dan jantung makan, juga kebutuhan untuk menurunkan koroner. Riskesdas (2013) menunjukkan tekanan darah. Upaya tersebut memerlukan bahwa secara nasional 25,8% penduduk biaya yang harus ditanggung oleh pasien. Indonesia menderita penyakit hipertensi. Biaya yang dikeluarkan penderita hipertensi akibat sakitnya bukan hanya Jumlah kasus baru hipertensi di untuk pengobatan saja namun masih Kabupaten Kediri mengalami kenaikan banyak biaya yang dikeluarkan akibat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016 penyakit hipertensi. Adapun komponen insiden hipertensi menduduki urutan biaya yang dikeluarkan penderita pertama penyakit tidak menular di hipertensi untuk mempertahankan status Kabupaten Kediri. Angka prevalensi kesehatan mereka antara lain: biaya hipertensi bahkan mencapai 27,9. Angka pengobatan dan perawatan, biaya ini lebih tinggi dari angka prevalensi productivity loss, biaya transportasi dan hipertensi jawa timur yaitu 26,2. Untuk biaya pendamping. penyakit tidak menular, pada tahun 2016 hipertensi menduduki urutan pertama Pada umumnya penderita hipertensi penyakit tidak menular. akan merasakan gejala klinis seperti pusing, lemah dan mata berkunang- Tingginya angka insiden hipertensi kunang. Kondisi tubuh yang kurang perlu diwaspadai bagi bagi suatu wilayah. optimal akan menghambat penderita untuk Semakin tingginya kejadian penyakit melakukan aktivitas sehari-hari seperti hipertensi ini menimbulkan kerugian sosial kegiatan rumah tangga, bekerja dan ekonomi dan berdampak bukan hanya pada aktivitas lainnya. Absensi kerja dapat masyarakat namun juga bagi negara karena terjadi pada penderita hipertensi karena menurunkan angka produktivitas. penderita hipertensi sering disarankan untuk beristirahat. Selain itu, ketika Burden of Disease merupakan beban penderita hipertensi ingin melakukan check ekonomi yang ditanggung atas episode up atau pengobatan lainnya maka terpaksa sakit dari suatu penyakit yang diderita penderita hipertensi harus meninggalkan oleh masyarakat di daerah tertentu atau pekerjaan atau aktivitas rutinnya. Tekanan nilai kerugian yang diderita oleh darah yang tinggi merupakan faktor risiko masyarakat tertentu akibat penyakit utama untuk terjadinya penyakit jantung, yang diderita oleh sebagian masyarakat stroke, gangguan penglihatan dan ginjal di daerah tersebut. Menurut WHO (Nuraini, 2015). Kematian pada pasien (2009) perhitungan beban ekonomi ini hipertensi lebih cepat terjadi pada penyakit akan memberikan gambaran tentang yang tidak terkontrol dan menimbulkan penurunan derajat kesehatan dan komplikasi pada berbagai organ vital. pengurangan produksi ekonomi atau peluang konsumsi di rumah tangga atau Untuk itu penelitian ini bertujuan tingkat masyarakat akibat penyakit secara umum memperoleh nilai burden of tertentu. disease penyakit hipertensi yang dialami masyarakat di Kabupaten Kediri. Jumlah kasus hipertensi yang tinggi dan tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kerugian bukan hanya pada
140 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 METODE PENELITIAN langsung, biaya tidak langsung, Dissability Adjusted Life Years, jumlah penduduk dan Penelitian ini merupakan penelitian prevalensi hipertensi. Alat bantu analisis kuantitatif dengan rancang bangun cross data dalam penelitian ini menggunakan sectional. Populasi dalam penelitian ini program Ms.Excel. Penelitian ini telah adalah seluruh penderita hipertensi di memperoleh keterangan lolos kaji etik dari Kabupaten Kediri pada tahun 2017 yaitu Komisi Etik FKM No : 129-KEPK sebesar 435.628 orang. Penghitungan HASIL sampel menggunakan rumus Slovin sehingga didapatkan besar sampel Biaya Langsung sebanyak 100 orang responden penderita hipertensi. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan pengobatan Teknik pengambilan sampel pada hipertensi. Biaya ini merupakan biaya yang penelitian ini adalah menggunakan cluster dikeluarkan oleh penderita hipertensi untuk random sampling. Tahap pertama memeriksakan kesehatannya. Biaya pengambilan sampel dimulai dengan langsung akan terbagi menjadi dua menentukan cluster yaitu menggunakan kategori yaitu biaya rutin dan biaya kelompok wilayah kerja Puskesmas. insidental. Biaya Rutin merupakan biaya Terdapat pertimbangan dalam memilih langsung yang secara rutin dikeluarkan Puskesmas untuk dijadikan sampel agar oleh penderita selama sakit. Biaya rutin ini dapat mewakili populasi, yaitu dengan dihitung dalam satu tahun (Istiqomah, memilih Puskesmas yang termasuk di 2016). daerah pedesaan dan perkotaan. Terpilih 2 Puskesmas yang memenuhi kriteria Pada penelitian ini biaya yang tersebut, yaitu Puskesmas Kandangan merupakan biaya langsung rutin adalah (mewakili daerah pedesaan) dan biaya rawat jalan dan biaya pengobatan Puskesmas Pare (mewakili daerah lainnya. Biaya rawat jalan didapatkan dari perkotaan). rata-rata pengeluaran untuk pengobatan rawat jalan oleh penderita selama satu Pengambilan data pada penelitian ini tahun. Biaya pengobatan lainnya dilakukan dengan cara door to door pada menunjukkan rata-rata biaya pengobatan penderita hipertensi di wilayah kerja lain yang dikeluarkan oleh penderita Puskesmas Pare dan Puskesmas selama satu tahun. Pengobatan lainnya Kandangan secara acak. Instrumen yang dimaksud adalah pengobatan yang pengambilan data pada penelitian ini tidak dilakukan di pelayanan kesehatan, adalah menggunakan kuessioner. misalnya membeli obat sendiri di apotek, membeli obat tradisional maupun Waktu penelitian dilakukan pada pengobatan alternatif lainnya yang secara bulan Mei sampai Juli 2017. Variabel rutin dilakukan penderita. untuk menghitung nilai Burden of Disease dalam penelitian ini terdiri dari biaya Tabel 1. Biaya Langsung Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Biaya (Rupiah) BIAYA INSIDENTIL Rata-rata Biaya Rawat Inap 216.150 BIAYA RUTIN 288.790 58.420 Rata-rata Biaya Rawat Jalan 347.210 563.360 Rata-rata Biaya Pengobatan Lain Rata-rata Biaya Langsung Rutin Rata-rata Biaya Langsung
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 141 Biaya insidental merupakan biaya langsung yang sewaktu-waktu dikeluarkan langsung yang dikeluarkan sewaktu-waktu penderita selama sakit (Istiqomah, 2016). selama penderita mengalami sakit. Biaya yang termasuk biaya langsung insidental Pada penelitian ini biaya tidak pada penelitian ini adalah biaya rawat inap. langsung rutin terdiri dari biaya Biaya rawat inap termasuk dalam biaya transportasi rawat jalan, productivity loss insidental karena penderita tidak selalu penderita rawat jalan, dan productivity loss membutuhkan pengobatan rawat inap pendamping rawat jalan. Sedangkan biaya setiap tahunnya. Biaya rawat inap ini tidak langsung insidental terdiri dari biaya merupakan rata-rata pengeluaran untuk transportasi rawat inap, biaya alat bantu, pengobatan rawat inap selama menderita productivity loss penderita rawat inap, dan hipertensi. productivity loss pendamping rawat inap. Berdasarkan Tabel 1 dapat Biaya transportasi merupakan biaya disimpulkan bahwa biaya langsung yang transportasi yang dikeluarkan saat dikeluarkan penderita hipertensi adalah mengunjungi pelayanan kesehatan untuk sebesar Rp 563.360,-. Komponen terbesar berobat. Biaya transportasi didapatkan dalam biaya langsung adalah terdapat pada dengan mengalikan jumlah kunjungan biaya langsung rutin yaitu biaya untuk dengan rata-rata biaya sekali jalan ke pengobatan rawat jalan. pelayanan kesehatan yang dituju. Biaya alat bantu merupakan biaya yang Biaya Tidak Langsung dikeluarkan untuk membeli alat bantu selama menderita hipertensi. Biaya Biaya tidak langsung merupakan productivity loss merupakan biaya biaya yang tidak berhubungan langsung produktivitas yang hilang akibat penderita dengan pengobatan hipertensi yang meninggalkan pekerjaan atau aktivitas ditanggung penderita selama sakit. Biaya normalnya untuk menjalani pengobatan tidak langsung dibagi menjadi dua kategori (Istiqomah, 2016). Biaya productivity loss yaitu biaya tidak langsung rutin dan biaya didapatkan dengan mengalikan persentase tidak langsung insidental. Biaya tidak jumlah absen dalam sebulan untuk langsung rutin merupakan biaya tidak menjalani pengobatan dengan rata-rata langsung yang dikeluarkan penderita pendapatan setiap bulan. secara rutin selama penderita mengalami sakit hipertensi. Sedangkan biaya tidak Berikut ini merupakan hasil langsung insidental merupakan biaya tidak penghitungan biaya tidak langsung yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya Tidak Langsung pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Biaya (Rupiah) BIAYA INSIDENTIL Rata-rata Transportasi Rawat inap 44.952 0 Rata-rata Biaya Alat Bantu 78.389 Rata-rata Productivity Loss Pada Penderita Rawat Inap 76.357 199.698 Rata-rata Productivity Loss Pada Pendamping Rawat Inap 168.667 Rata-rata Biaya Tidak Langsung Insidentil 182.283 91.112 BIAYA RUTIN 442.062 789.272 Rata-rata Transportasi Rawat Jalan Rata-rata Productivity Loss Pada Penderita Rawat Jalan Rata-rata Productivity Loss Pada Pendamping Rawat Jalan Rata-Rata Biaya Tidak Langsung Rutin TOTAL BIAYA
142 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 Berdasarkan Tabel 2 dapat harapan hidup penduduk Kabupaten Kediri diketahui bahwa besaran biaya tidak tahun 2017 adalah 72. Berdasarkan data langsung adalah sebesar 789.272,-. yang diperoleh dari Seksi Pencegahan dan Komponen terbesar adalah dari biaya rutin Pengendalian Penyakit Tidak Menular yaitu biaya productivity loss pada Dinas Kabupaten Kabupaten Kediri, penderita rawat jalan dan transportasi jumlah kematian akibat hipertensi adalah rawat jalan. Pengeluaran untuk alat bantu sebesar 402 jiwa pada tahun 2016.Berikut pada seluruh responden adalah Rp 0,-. Hal ini adalah penghitungan nilai YLL: ini menunjukkan bahwa seluruh responden tidak mengeluarkan biaya alat bantu akibat YLL = N x L hipertensinya. YLL =402 x 72 Dissability Adjusted Life Years (DALYs) =28.944 tahun Menurut WHO (2009) DALYs merupakan indikator dari BOD dalam Keterangan populasi. Satu DALYs dapat diartikan satu YLL = Years Life Lost tahun dengan kondisi sehat yang hilang N = Jumlah Kematian Akibat Hipertensi akibat suatu penyakit atau kecacatan. L = Usia Harapan Hidup DALYs adalah perbedaan antara situasi saat ini dan situasi yang ideal di mana setiap Berdasarkan penghitungan di atas orang hidup sampai usia harapan hidup didapatkan nilai YLL adalah sebesar standar, dan dalam kondisi kesehatan yang 28.944 tahun. Artinya terdapat 28.944 sempurna. Penghitungan DALYs bukan tahun yang hilang akibat kematian dini hanya berdasarkan akibat kematian dini yang disebabkan oleh hipertensi di namun juga kecacatan akibat suatu Kabupaten Kediri. penyakit. DALYs merupakan jumlah tahun yang hilang akibat kematian dini Years Lifed with Dissability (YLD) atau disabilitas karena suatu penyakit. Menurut WHO (2009) YLD Nilai DALYs didapat dari merupakan nilai dari umur yang hilang penjumlahan nilai dari dua dimensi yaitu akibat seseorang mengalami kecacatan nilai tahun yang hilang akibat kematian baik mental maupun fisik yang diakibatkan dini (Years Life Lost) dan nilai tahun yang dari suatu penyakit. Nilai YLD pada hilang akibat kecacatan mental maupun populasi didapatkan dengan mengalikan fisik yang diakibatkan oleh penyakit atau jumlah insiden penyakit, tingkat keparahan cedera yang disesuaikan dengan tingkat (weight of dissability) dan rata-rata durasi keparahan (frekuensi dan intensitas) (Years sakit sebelum meninggal. Lifed with Dissability). Berdasarkan data yang diperoleh dari Years Life Lost (YLL) Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi Dinas Kabupaten Kediri, jumlah kasus Nilai YLL menunjukkan tahun yang baru hipertensi adalah 44.184. Weight of hilang akibat kematian dini yang dissability pada penelitian ini merujuk disebabkan suatu penyakit. Nilai YLL pada studi burden of disease yang didapatkan dari pengalian usia harapan dilakukan oleh Benziger CP dkk (2016) hidup di suatu wilayah dengan jumlah tentang penyakit tidak menular yang bisa kematian akibat penyakit tersebut di suatu dicegah. Pada studi tersebut tingkat wilayah (WHO, 2009). Usia harapan keparahan pada penyakit hipertensi penduduk di Kabupaten Kediri didapatkan termasuk dalam kategori tingkat 2. dari proyeksi hasil sensus penduduk tahun Sehingga nilai weight of dissability adalah 2010 sehingga didapatkan hasil usia sebesar 0,220. Sedangkan nilai dari durasi
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 143 sakit didapatkan dari usia harapan hidup Nilai DALYs adalah sebesar 189.915 dikurangi rata-rata umur mulai sakit pada tahun. Artinya terdapat 189.915 tahun responden penelitian ini. Usia harapan yang hilang akibat penyakit hipertensi di hidup diperoleh dari BPS bahwa usia Kabupaten Kediri. harapan hidup penduduk Kabupaten Kediri tahun 2017 yaitu 72 tahun. Rata-rata umur Jumlah Penduduk mulai sakit pada responden adalah 55 tahun. Sehingga rata-rata durasi sakit pada Berdasarkan data yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini adalah 17 Badan Pusat Statistik (2017) diketahui tahun. Berikut ini adalah penghitungan bahwa jumlah pendudukP Kabupaten nilai DALYs: Kediri pada tahun 2017 adalah sebesar 1.561.392 jiwa. Berdasarkan data yang YLD = I x DW x L didapat dari Seksi Pencegahan dan Pendendalian Penyakit Tidak Menular YLD = 44.184 x 0,220 x 17 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur diketahui bahwa persentase prevalensi = 160.971 tahun hipertensi di Kabupaten Kediri adalah Keterangan : sebesar 0,279 atau 27,9 %. Diperkirakan YLD =Years Lifed with Dissability 435.628 penduduk menderita hipertensi di I = Jumlah Kasus Baru Hipertensi Kabupaten Kediri. Dari jumlah prevalensi DW = Dissability Weight (Tingkat ini tidak ditemukan penderita sembuh melainkan terdiri dari penderita yang terus Keparahan) sakit dan penderita yang meninggal. L = Durasi sakit sampai sebelum Berdasarkan data yang didapat dari seksi Pencegahan dan Pendendalian Penyakit meninggal Tidak Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri diketahui jumlah Didapatkan hasil nilai YLD adalah kematian akibat hipertensi adalah sebesar sebesar 160.971 tahun. Artinya terdapat 402 orang. Jumlah penderita terus sakit 160.971 tahun yang dijalani oleh penderita adalah 435.226 orang. Maka dapat hipertensi di Kabupaten Kediri dengan dilakukan proporsi untuk menentukan kondisi sakit. prevalensi penderita hipertensi terus sakit dan meninggal seperti pada Tabel 3. Setelah mengetahui nilai YLL dan YLD, maka dapat diperoleh nilai DALYs dengan menjumlahkan nilai YLL dan YLD. Tabel 3. Prevalensi Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Angka Prevalensi 0,27874 Penderita Terus Sakit 435.226 99,908 0,00026 0,27900 Penderita Meninggal 402 0,092 Total 435.628 100 Berdasarkan penghitungan pada Burden Of Disease Tabel 3 maka dapat disimpulkan bahwa dari seluruh penderita hipertensi di Berdasarkan identifikasi biaya yang Kabupaten Kediri, prevalensi penderita telah dilakukan maka dapat dihitung nilai hipertensi didominasi oleh penderita yang Burden Of Disease dari penyakit hipertensi terus sakit yaitu sebesar 0,27874. di Kabupaten Kediri. Pada penelitian ini Prevalensi penderita yang terus meninggal tidak ditemukan responden yang sembuh prevalensinya sangat kecil dibanding atau meninggal. Sehingga penghitungan penderita terus sakit. Angkanya mendekati Burden of Disease akan menggunakan 0 yaitu sebesar 0,0026. rumus BOD untuk penderita terus sakit sebagai berikut:
144 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 BOD = [(BL insidentil + BTL insidentil) x satu penyakit tidak menular yang Prevalensi x Jumlah Penduduk] + merupakan faktor risiko utama penyebab [(BL rutin +BTL rutin) x DALYs] kecacatan global, kematian dan dampak yang tidak proporsional di negara BOD = [(216.150+ 199.698) x 0,279 x berpenghasilan rendah dan menegah, 1.561.392]+[( 347.210+442.062) dimana dua per tiga orang menderita x 189.915] hipertensi. Pada tahun 2010 diperkirakan terjadi 9,4 juta kematian dan 162 tahun BOD = 330.882.930.485 yang hilang akibat hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi hipertensi terus Keterangan : = Burden of Disease meningkat di seluruh dunia dan BOD diperkirakan mempengaruhi lebih dari 500 BL insidental = Total biaya langsung juta orang pada tahun 2025. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Kediri, BTL insidental insidental yang Hipertensi merupakan penyakit menular dengan jumlah kasus tertinggi selama BL rutin ditanggung penderita tahun 2016. BTL rutin hipertensi (rupiah) Di Kabupaten Kediri, prevalensi hipertensi mencapai 27,9. Angka DALYs = Total biaya tidak prevalensi hipertensi di Jawa Timur adalah Prevalensi 26,2. Disimpulkan angka prevalensi langsung insidental hipertensi di Kabupaten Kediri lebih tinggi dari angka prevalensi hipertensi di Jawa yang ditanggung Timur. Angka prevalensi yang tinggi akan meningkatkan beban biaya yang penderita hipertensi ditanggung oleh masyarakat akibat penyakit yang diderita. Semakin tinggi (Rupiah) angka prevalensi suatu penyakit maka semakin tinggi pula BOD yang ditanggung = Total biaya langsung oleh masyarakat akibat penyakit tersebut. rutin yang ditanggung Menurut Bonita R dkk (2006) faktor yang meningkatkan prevalensi suatu penderita hipertensi penyakit antara lain durasi sakit yang lebih lama. Semakin lama durasi suatu penyakit (Rupiah) maka prevalensinya akan cenderung lebih besar. Selain itu pemanjangan usia pasien = Total biaya tidak tanpa pengobatan juga dapat mempengaruhi prevalensi suatu penyakit. langsung rutin yang Pasien yang tidak mendapat pengobatan akan memperpanjang durasi sakit. Durasi ditanggung penderita sakit yang semakin lama akan membuat prevalensi akan tetap besar. Semakin hipertensi (Rupiah) banyak pasien yang tidak diobati dapat mempengaruhi tingkat prevalensi. = Dissability Adjusted Prevalensi suatu penyakit juga dapat dipengaruhi oleh peningkatan insidensi. Life Years (Tahun) Semakin besar peningkatan jumlah kasus baru maka akan meningkatkan prevalensi = Persentase Penderita suatu penyakit. Pada kasus hipertensi, sangat kecil kemungkinan bagi penderita Hipertensi dari jumlah penduduk Jumlah Penduduk = Jumlah Penduduk (jiwa) Berdasarkan hasil penghitungan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Burden of Disease pada masyarakat akibat penderita hipertensi di Kabupaten Kediri adalah sebesar Rp 330.882.930.485,- PEMBAHASAN Menurut WHO (2004) hampir 45 % beban penyakit yang terjadi pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah adalah disebabkan oleh penyakit yang tidak menular. Hipertensi merupakan salah
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 145 untuk sembuh, sehingga prevalensi akan degenerasi dan penyakit yang diderita akan terus meningkat seiring bertambahnya kasus baru. meningkatkan keparahan penyakit yang Bonita R dkk (2006) juga diderita. Penderita akan memerlukan menyatakan bahwa kasus migrasi ke dalam populasi juga dapat meningkatkan bantuan orang lain saat mengunjungi prevalensi penyakit. Terjadinya migrasi orang yang terkena suatu penyakit pada pelayanan kesehatan untuk rawat jalan suatu populasi dapat menambah jumlah penderita suatu penyakit sehingga dapat maupun rawat inap. meningkatkan prevalensinya pada populasi tersebut. Tingginya prevalensi suatu Menurut Chataut dkk (2011) dalam penyakit juga dapat disebabkan oleh migrasi keluar dari orang-orang sehat. Jika studi yang dilakukan di Nepal pada tahun orang-orang yang sehat di daerah tersebut semakin sedikit, maka rasio jumlah orang 2011 menyebutkan bahwa jenis kelamin yang sakit akan semakin besar sehingga tingkat prevalensinya semakin besar. dan usia lanjut merupakan faktor Bonita R dkk (2006) juga independen atau faktor risiko hipertensi menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prevalensi selanjutnya yang tidak dapat diubah. Penelitian di adalah migrasi ke dalam dari orang-orang yang rentan. Bertambahnya orang-orang Subuhan Nepal menunjukkan bahwa yang rentan akan meningkatkan risiko terjadinya penularan ataupun insiden prevalensi hipertensi meningkat dengan penyakit di wilayah tersebut. sehingga tingkat prevalensinya akan meningkat. seiring bertambahnya usia. Kondisi di Prevalensi suatu penyakit juga dapat disebabkan karena adanya peningkatan Kabupaten Kediri dapat membuktikan sarana diagnostik. Tingkat prevalensi yang kecil bisa disebabkan masih banyak orang bahwa bertambahnya usia yang semakin sakit yang belum terdiagnosis. Ketika terjadi peningkatan sarana diagnostik, lanjut juga diiringi prevalensi hipertensi tingkat prevalensinya akan meningkat. yang meningkat. Apabila hipertensi menyerang pada penderita dengan usia 40-60 tahun akan Hipertensi yang menyerang pada terganggu aktifitas kerjanya akibat penyakit hipertensi yang diderita. Selain penderita yang tidak berpenghasilan setiap itu, waktu bekerja akan berkurang ketika ia harus menjalani rawat jalan maupun rawat bulannya, sehingga biaya pengobatan inap akibat penyakit hipertensi yang dideritanya. Jika hipertensi menyerang hipertensi sangat bergantung pada pada usia lanjut, biasanya sudah memasuki usia pensiun dan tidak bekerja. Biaya pendapatan keluarganya. Apabila hilangnya produktivitas pada penderita dengan usia yang sudah memasuki usia pendapatan keluarga kurang maka akan pensiun menjadi tidak setinggi pada usia produktif. Pada usia ini, penderita telah menyebabkan ekonomi keluarga semakin memasuki usia lanjut di mana terjadi penurunan fungsi organ tubuh. Proses terpuruk. Adanya program JKN akan sangat membantu masyarakat untuk menjamin kebutuhan kesehatan agar tetap dapat memeriksakan kesehatannya agar tidak semakin parah. Pada kelompok penderita usia produktif, penderita berpotensi kehilangan produktivitas akibat sakitnya. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di luar jam kerja agar tidak mengurangi produktivitasnya. Burden of Disease (BOD) merupakan konsep yang dikembangkan oleh Harvard School of Public Health, World Bank dan World Health Organization untuk menjelaskan kerugian kesehatan yang dialami akibat kesakitan, kematian dan kecelakaan. BOD adalah beban ekonomi atas episode sakit dari salah satu jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat di daerah tertentu atau nilai kerugian yang diderita oleh masyarakat tertentu, akibat penyakit yang diderita oleh sebagian masyarakat di daerah tersebut. Menurut WHO
146 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 (2009) perhitungan beban ekonomi ini ini merupakan biaya pengobatan penderita akan memberikan gambaran sejauh mana penyakit tertentu menurunkan derajat selain di pelayanan kesehatan. kesehatan dan mengurangi produksi ekonomi atau peluang konsumsi di Selain mengidentifikasi biaya rumah tangga atau tingkat masyarakat. langsung yang dikeluarkan penderita Studi burden of disease mempunyai tujuan untuk menghitung beban yang hipertensi, analisis burden of disease juga ditanggung masyarakat pada suatu wilayah akibat sebagian masyarakat yang perlu mengidentifikasi biaya tidak menderita penyakit tertentu (WHO, 2009). Penghitungan BOD bukan hanya langsung. Pada penelitian ini yang memerlukan data mengenai biaya yang dikeluarkan untuk berobat, namun juga termasuk dalam kategori biaya tidak mempertimbangkan biaya tidak langsung termasuk productivity loss akibat penyakit langsung adalah biaya transpotasi rawat yang diderita. Selain itu dapat menambahkan nilai dari kerugian atas jalan dan rawat inap, biaya alat bantu, dan kualitas hidup setelah menderita suatu penyakit. Untuk menghitung BOD, biaya productivity loss selama rawat jalan langkah yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data yang diperlukan dan rawat inap. dalam menghitung nilai BOD. Data yang perlu dikumpulkan adalah biaya langsung, Jika dilihat dari segi biaya biaya tidak langsung, DALYs, prevalensi dan jumlah penduduk di wilayah tersebut. transportasi, biaya yang dikeluarkan oleh Biaya langsung dan tidak langsung penderita dipengaruhi oleh frekuensi dikelompokkan dalam biaya insidentil dan biaya rutin. Besar biaya langsung kunjungan ke pelayanan kesehatan. insidental yang dikeluarkan oleh penderita hipertensi diperoleh dari biaya rawat inap Semakin tinggi frekensi kunjungan maka selama mengalami sakit hipertensi. Biaya yang dikeluarkan bersifat insidentil atau semakin tinggi pula besar biaya bisa dikeluarkan kapan saja ketika mereka sakit dan pergi ke pelayanan kesehatan, transportasi yang dikeluarkan. Pada sehingga biaya langsung yang dikeluarkan tidak terduga. penelitian ini penderita menggunakan alat Penelitian ini menunjukkan bahwa transpotasi yang bermacam-macam untuk besar biaya langsung rutin yang ditanggung oleh penderita hipertensi dalam menuju pelayanan kesehatan. Mulai dari satu tahun didapatkan dari biaya rawat jalan dan biaya pengobatan lainnya setiap transportasi motor, mobil, angkutan umum bulannya. Selain melakukan kunjungan rawat jalan di pelayanan kesehatan, hingga jalan kaki. Pada penelitian ini beberapa penderita juga membeli obat sendiri di apotek, membeli jamu dan ditemukan beberapa penderita yang pengobatan alternatif lainnya. Penelitian ini menunjukkan terdapat biaya untuk bertempat tinggal di daerah padat pengobatan lain sebesar Rp 58.420,-. Biaya penduduk (wilayah kerja Puskesmas Pare) menuju pelayanan kesehatan dengan mengendarai sepeda atau jalan kaki. Hal ini dikarenakan lokasi pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau. Transportasi pada penderita di wilayah pedesaan (wilayah kerja Puskesmas Kandangan) cenderung menggunakan motor untuk menuju pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk biaya alat bantu pada penderita hipertensi adalah bernilai Rp 0,-. Hal ini dikarenakan manifestasi klinis hipertensi tidak menyebabkan penderita mengalami keterbatasan dalam menjalankan aktivitas sehingga membutuhkan alat bantu. Pada penelitian ini ditemukan 22% responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat penderita sakit, penderita juga akan kehilangan produktivitas untuk melakukan pekerjaan rumahnya. Seperti mencuci, menyapu dan memasak. Walaupun setiap bulannya tidak memiliki
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 147 pendapatan, penderita yang berprofesi menghabiskan masa hidupnya untuk sebagai ibu rumah tangga pendapatannya beraktivitas dan bekerja. Pada usia di disesuaikan dengan UMR Kabupaten bawah 15 tahun dan usia di atas 64 tahun Kediri yaitu sebesar Rp 1.576.120,-. dianggap sebagai tanggungan dalam kehidupan rumah tangga. Komponen yang mempengaruhi nilai productivity loss pada penderita adalah Pada penelitian ini ditemukan 402 frekuensi kunjungan dan pendapatan per kematian akibat hipertensi dalam satu bulan. Pada penelitian ini ditemukan tahun. Jika penderita yang meninggal beberapa penderita yang tidak bekerja adalah pada usia produktif maka akan yaitu sebesar 22%. Hal ini dikarenakan berdampak pada menurunnya jumlah banyaknya penderita dengan usia lanut angkatan kerja di wilayah tersebut. Beban sehingga sudah tidak memiliki pekerjaan, akan sangat terasa jika yang meninggal sehingga productivity loss menjadi rendah. merupakan tulang punggung bagi keluarganya. Hasil penelitian juga Berdasarkan analisis di atas dapat menemukan bahwa rata-rata usia mulai disimpulkan bahwa selama sakit hipertensi sakit hipertensi pada seluruh responden terdapat biaya tidak langsung yang tidak paling tinggi adalah pada usia 55 tahun. sedikit yang harus ditanggung oleh Pada usia itu merupakan usia produktif penderita akibat penyakit hipertensi. Besar bagi seseorang untuk bekerja. Jika usia biaya tidak langsung lebih besar dari pada harapan hidup adalah 72 tahun maka biaya langsung. Masyarakat belum terdapat 17 tahun yang harus dijalani menyadari bahwa penyakit hipertensi yang penderita dengan kondisi sakit hipertensi dialami dapat menimbulkan kerugian atau dapat dikatakan bahwa penderita akan ekonomi yang secara tidak langsung dapat kehilangan 17 tahun hidupnya dengan mempengaruhi kondisi ekonomi rumah kondisi yang sehat sebelum meninggal. tangga, regional bahkan suatu negara. Hal ini akan berpengaruh terhadap bertambahnya absensi kerja, disabilitas dan Beban biaya yang ditanggung akibat pensiun dini. Hal ini akan berdampak pada suatu penyakit dipengaruhi oleh Dissability menurunnya produktivitas kerja, Adjusted Life Years yang merupakan meningkatnya angka ketergantungan, dan penjumlahan dari jumlah tahun yang meningkatnya kebutuhan konsumsi hilang akibat kematian dini akibat suatu kesehatan. Hal ini akan berpengaruh pada penyakit atau YLL dan jumlah tahun yang menurunnya pendapatan per kapita di dijalani penderita dengan ketidakmampuan wilayah tersebut dan usia harapan hidup akibat penyakit yang diderita atau Years yang dapat berdampak pada angka Lifed with Dissability (YLD) (WHO, pertumbuhan ekonomi dan menurunnya 2009). angka kesejahteraan masyarakat. Penghitungan nilai YLL dilakukan Berdasarkan hasil penelitian dapat dengan mempertimbangkan jumlah diambil kesimpulan bahwa biaya tidak kematian. Semakin tinggi angka kematian, langsung yang dikeluarkan penderita lebih maka semakin besar nilai DALYs. Semakin besar daripada biaya langsung. Masyarakat tinggi jumlah kematian yang terjadi maka kurang menyadari bahwa selain biaya akan meningkatkan nilai DALYs. Begitu langsung untuk pengobatan, terdapat pula semakin muda usia seseorang kerugian ekonomi yang lebih besar akibat terserang suatu penyakit, maka semakin pengeluaran untuk biaya transportasi, tinggi nilai DALYs. Tingginya nilai DALYs biaya alat bantu dan productivity loss. akan menyebabkan beban ekonomi akibat Penting untuk melakukan penyadaran pada penyakit semakin besar (WHO, 2014). masyarakat untuk meningkatkan upaya preventif dan promotif agar tidak terserang Menurut Hyder et al (2012) usia penyakit hipertensi. produktif pada umumnya dikaitkan dengan orang dengan usia 15-64 tahun. Pada usia itu manusia dianggap lebih banyak
148 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 Upaya preventif dan promotif perlu Sedangkan nilai YLD adalah sebesar dilakukan untuk menekan tingginya angka 160.971 tahun. Sehingga didapatkan nilai prevalensi hipertensi. Upaya preventif dan DALYs adalah sebesar 189.915 tahun. promotif memerlukan dukungan dari Jumlah penduduk Kabupaten Kediri pada Pemerintah mengingat hasil dari upaya tahun 2017 adalah sebesar 1.561.392 jiwa. preventif dan promotif tidak bisa dirasakan Prevalensi hipertensi terus sakit di pada jangka pendek. Melainkan dampak Kabupaten Kediri adalah sebesar 27,874%. dapat dirasakan dalam jangka panjang Sedangkan untuk prevalensi penderita dengan penurunan insiden hipertensi meninggal adalah sebesar 0,026 % sehingga menurunkan BOD. Dukungan penduduk. Berdasarkan hasil penghitungan dapat dilakukan dengan meningkatkan yang dilakukan, maka didapatkan nilai anggaran untuk upaya promotif dan BOD atau beban biaya yang ditanggung preventif sehingga lebih banyak program akibat hipertensi di Kabupaten Kediri pada yang bisa dilakukan untuk menurunkan masyarakat adalah sebesar Rp prevalensi hipertensi. Selain itu, Upaya 330.882.930.485,- preventif dan promotif yang bisa dilakukan adalah dengan memperluas kegiatan DAFTAR PUSTAKA Posyandu Lansia dan juga Prolanis (Program Penanggulangan Penyakit Badan Pusat Statistik. 2017. Proyeksi kronis) yang ditujukan untuk Penduduk Kabupaten Kediri 2011- penanggulangan penyakit kronis dapat 2020. Kediri: Badan Pusat Statistik menjangkau lebih banyak masa dan kegiatan yang variatif. Bonita, R., Beaglehole, R., Kjellstrom, T. 2006. Basic Epidemiology. 2nd Upaya preventif dan promotif perlu edition. WHO. Switzerland. ditingkatkan mengingat selain biaya langsung untuk pengobatan, hal yang perlu Benziger CP, Roth GA, Moran AE. The dipertimbangkan yaitu tingginya biaya tidak langsung akibat biaya transportasi Global Burden of Disease study dan hilangnya produktivitas bagi penderita maupun pendamping akibat penyakit yang and the preventable burden of diderita. Upaya preventif dan promotif memerlukan komitmen dan partisipasi NCD. Global Heart. 2016 Dec 8; aktif dari pihak SDM Kesehatan maupun dari masyarakat agar upaya yang dilakukan 11(4):393-397. [https://doi: dapat berjalan dengan baik. 10.1016/j.gheart.2016.10.024]. SIMPULAN Chataut J, Adjikari R.K., Sinha N.P., Total biaya langsung yang dikeluarkan oleh penderita hipertensiRp 2011.Prevalence And Risk Factors 563.360,- yang terdiri dari Rp 216.150,- dari biaya langsung insidentil dan for Hypertension in Adult Living in Rp347.210,- dari biaya langsung rutin. Biaya tidak langsung yang dikeluarkan Central Development Regiaon in oleh penderita hipertensi adalah sebesar Rp 789.272,-. Biaya ini terdiri dari biaya tidak Nepal. Kathmandu University langsung isidentil sebesar Rp 199.698,- dan biaya tidak langsung rutin sebesar Rp Medical Journal, [e-journal] 33 (1) 442.062,-. pp. 8-13. Hasil penelitian ini didapatkan nilai YLL adalah sebesar 28.944 tahun. Hyder, A. A., Puvanachandra, P., & Morrow, R. H. (2012). Measuring the Health of Populations: Explaining Composite Indicators. Journal of Public Health Research, 1(3), 222–228. [http://doi.org/10.4081/jphr.2012.e 35] Istoqomah, AN.2016. Analisis Burden of Disease Akibat Hipertensi Pada Masyarakat dengan Status PBI
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 149 JKN di Kabupaten Pamekasan. Part 4 Burden of Disease: DALYs. Skripsi.Universitas Airlangga. Kementrian Kesehatan RI, 2013. Riset page 47. Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan World Health Organization (WHO). 2009. Kesehatan Nuraini, B.2015. Risk Factor of WHO: Guide to Identifying The Hypertension. Jurnal kedokteran Universitas Lampung, [e journal]: 4 Economic Consequences of Disease (5) pp. 12 World Health Organization (WHO). 2004. and Injury. Geneva : WHO Global Burden of Disease 2004. Departement of Health System Financing Health System and Services World Health Organization (WHO).2014. Global Status Report of Non Communicable Disease 2014.WHO. Switzerland
ANALISIS BURDEN OF DISEASE HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN KEDIRI THE ANALYSIS OF HYPERTENSION BURDEN DISEASE IN THE COMMUNITY OF KEDIRI DISTRICT Atika Binti Utari1, Thinni Nurul Rochmah1 1Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: AtikaBintiUtari E-mail: [email protected] ABSTRACT The incidence of hypertension is the highest non-communicable disease in Kediri in 2016. The prevalence of hypertension in Kediri reaches 27.9. This situation even exceeds the prevalence rate in East Java (26.2). This study aims to calculate the value of economic losses caused by hypertension sufferers in Kediri. This research is a quantitative research with the cross-sectional method. The primary data collection was done by interviewing 100 hypertension sufferers. The results show that the direct medical cost incurred by patients due to hypertension is IDR 563,360 per capita. Meanwhile, the indirect costs to be incurred by patients during suffering hypertension reach IDR 789,272 per capita. Disability-Adjusted Life Years or years lost due to premature death and disability caused by hypertension disease in Kediri regency amount to 189,915 years. Consequently, the Burden of disease value obtained due to hypertension in Kediri District is IDR 330,882,930,485. It can be concluded that the economic burden caused by hypertension is significantly high. The indirect costs incurred by the patients are greater than the direct costs. Therefore, it is recommended to intensify the dissemination and preventive efforts to decrease the incidence of hypertension. Keywords: burden of disease, DALYs, hypertension ABSTRAK Insiden hipertensi menempati urutan tertinggi penyakit tidak menular di Kabupaten Kediri Tahun 2016. Prevalensi hipertensi di Kabupaten Kediri sebesar 27,9. Hal ini bahkan melebihi angka prevalensi di Jawa Timur yaitu 26,2. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh penderita hipertensi pada masyarakat di Kabupaten Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada 100 penderita hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya langsung yang dikeluarkan oleh penderita akibat hipertensi adalah sebesar Rp 563.360,- per kapita. Biaya tidak langsung yang harus dikeluarkan oleh penderita selama menderita hipertensi adalah sebesar Rp 789.272,- per kapita. Dissability Adjusted Life Years atau tahun yang hilang akibat kematian dini dan kecacatan yang disebabkan penyakit hipertensi di Kabupaten Kediri adalah sebesar 189.915 tahun. Nilai Burden of disease akibat hipertensi pada masyarakat di Kabupaten Kediri adalah sebesar Rp 330.882.930.485,-. Disimpulkan bila beban ekonomi yang diakibatkan hipertensi sangat tinggi. Besar biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh penderita lebih besar dari pada biaya langsung. Terdapat penderita hipertensi yang belum menyadari besarnya kerugian ekonomi akibat penyakit hiperteni yang diderita. Dapat direkomendasikan untuk menggiatkan upaya promotif dan preventif untuk menekan insiden hipertensi. Kata kunci:burden of disease, DALYs, hipertensi PENDAHULUAN (new emerging disease). Menurut WHO (2014), angka kematian akibat penyakit Permasalahan kesehatan di Indonesia tidak menular akan terus mengalami cukup kompleks, pada sepuluh tahun kenaikan di seluruh dunia. Pada tahun terakhir ini Indonesia mengalami triple 2030, diperkirakan terjadi 52 juta kematian burden disease. Penyakit menular masih akibat penyakit tidak menular. Salah satu sangat tinggi, namun di sisi lain terjadi penyakit tidak menular yang menjadi peningkatan pada penyakit tidak menular masalah kesehatan masyarakat adalah dan munculnya penyakit menular baru ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.138-149 Received 23 July 2017, received in revised form 28 July 2017, Accepted 03 August 2017, Published online: Desember 2019
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 139 hipertensi. Tidak saja di negara sisi ekonomi saja tetapi juga berdampak berkembang tetapi juga di negara maju. pada produktivitas dan komplikasi penyakit lainnya. Meningkatnya jumlah Hipertensi biasa disebut dengan kasus hipertensi dapat berdampak pada silent killer karena gejalanya tidak peningkatan beban ekonomi, penurunan diketahui pasti. Gejala yang muncul dapat produktivitas dan timbulnya komplikasi. berbeda-beda pada masing-masing individu dan hampir sama dengan penyakit Penderita hipertensi perlu upaya lainnya. Selain itu hipertensi juga untuk mempertahankan kesehatannya. merupakan faktor risiko penyebab penyakit Selain pemeriksaan rutin, menjaga pola mematikan seperti stroke dan jantung makan, juga kebutuhan untuk menurunkan koroner. Riskesdas (2013) menunjukkan tekanan darah. Upaya tersebut memerlukan bahwa secara nasional 25,8% penduduk biaya yang harus ditanggung oleh pasien. Indonesia menderita penyakit hipertensi. Biaya yang dikeluarkan penderita hipertensi akibat sakitnya bukan hanya Jumlah kasus baru hipertensi di untuk pengobatan saja namun masih Kabupaten Kediri mengalami kenaikan banyak biaya yang dikeluarkan akibat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016 penyakit hipertensi. Adapun komponen insiden hipertensi menduduki urutan biaya yang dikeluarkan penderita pertama penyakit tidak menular di hipertensi untuk mempertahankan status Kabupaten Kediri. Angka prevalensi kesehatan mereka antara lain: biaya hipertensi bahkan mencapai 27,9. Angka pengobatan dan perawatan, biaya ini lebih tinggi dari angka prevalensi productivity loss, biaya transportasi dan hipertensi jawa timur yaitu 26,2. Untuk biaya pendamping. penyakit tidak menular, pada tahun 2016 hipertensi menduduki urutan pertama Pada umumnya penderita hipertensi penyakit tidak menular. akan merasakan gejala klinis seperti pusing, lemah dan mata berkunang- Tingginya angka insiden hipertensi kunang. Kondisi tubuh yang kurang perlu diwaspadai bagi bagi suatu wilayah. optimal akan menghambat penderita untuk Semakin tingginya kejadian penyakit melakukan aktivitas sehari-hari seperti hipertensi ini menimbulkan kerugian sosial kegiatan rumah tangga, bekerja dan ekonomi dan berdampak bukan hanya pada aktivitas lainnya. Absensi kerja dapat masyarakat namun juga bagi negara karena terjadi pada penderita hipertensi karena menurunkan angka produktivitas. penderita hipertensi sering disarankan untuk beristirahat. Selain itu, ketika Burden of Disease merupakan beban penderita hipertensi ingin melakukan check ekonomi yang ditanggung atas episode up atau pengobatan lainnya maka terpaksa sakit dari suatu penyakit yang diderita penderita hipertensi harus meninggalkan oleh masyarakat di daerah tertentu atau pekerjaan atau aktivitas rutinnya. Tekanan nilai kerugian yang diderita oleh darah yang tinggi merupakan faktor risiko masyarakat tertentu akibat penyakit utama untuk terjadinya penyakit jantung, yang diderita oleh sebagian masyarakat stroke, gangguan penglihatan dan ginjal di daerah tersebut. Menurut WHO (Nuraini, 2015). Kematian pada pasien (2009) perhitungan beban ekonomi ini hipertensi lebih cepat terjadi pada penyakit akan memberikan gambaran tentang yang tidak terkontrol dan menimbulkan penurunan derajat kesehatan dan komplikasi pada berbagai organ vital. pengurangan produksi ekonomi atau peluang konsumsi di rumah tangga atau Untuk itu penelitian ini bertujuan tingkat masyarakat akibat penyakit secara umum memperoleh nilai burden of tertentu. disease penyakit hipertensi yang dialami masyarakat di Kabupaten Kediri. Jumlah kasus hipertensi yang tinggi dan tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kerugian bukan hanya pada
140 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 METODE PENELITIAN langsung, biaya tidak langsung, Dissability Adjusted Life Years, jumlah penduduk dan Penelitian ini merupakan penelitian prevalensi hipertensi. Alat bantu analisis kuantitatif dengan rancang bangun cross data dalam penelitian ini menggunakan sectional. Populasi dalam penelitian ini program Ms.Excel. Penelitian ini telah adalah seluruh penderita hipertensi di memperoleh keterangan lolos kaji etik dari Kabupaten Kediri pada tahun 2017 yaitu Komisi Etik FKM No : 129-KEPK sebesar 435.628 orang. Penghitungan HASIL sampel menggunakan rumus Slovin sehingga didapatkan besar sampel Biaya Langsung sebanyak 100 orang responden penderita hipertensi. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan pengobatan Teknik pengambilan sampel pada hipertensi. Biaya ini merupakan biaya yang penelitian ini adalah menggunakan cluster dikeluarkan oleh penderita hipertensi untuk random sampling. Tahap pertama memeriksakan kesehatannya. Biaya pengambilan sampel dimulai dengan langsung akan terbagi menjadi dua menentukan cluster yaitu menggunakan kategori yaitu biaya rutin dan biaya kelompok wilayah kerja Puskesmas. insidental. Biaya Rutin merupakan biaya Terdapat pertimbangan dalam memilih langsung yang secara rutin dikeluarkan Puskesmas untuk dijadikan sampel agar oleh penderita selama sakit. Biaya rutin ini dapat mewakili populasi, yaitu dengan dihitung dalam satu tahun (Istiqomah, memilih Puskesmas yang termasuk di 2016). daerah pedesaan dan perkotaan. Terpilih 2 Puskesmas yang memenuhi kriteria Pada penelitian ini biaya yang tersebut, yaitu Puskesmas Kandangan merupakan biaya langsung rutin adalah (mewakili daerah pedesaan) dan biaya rawat jalan dan biaya pengobatan Puskesmas Pare (mewakili daerah lainnya. Biaya rawat jalan didapatkan dari perkotaan). rata-rata pengeluaran untuk pengobatan rawat jalan oleh penderita selama satu Pengambilan data pada penelitian ini tahun. Biaya pengobatan lainnya dilakukan dengan cara door to door pada menunjukkan rata-rata biaya pengobatan penderita hipertensi di wilayah kerja lain yang dikeluarkan oleh penderita Puskesmas Pare dan Puskesmas selama satu tahun. Pengobatan lainnya Kandangan secara acak. Instrumen yang dimaksud adalah pengobatan yang pengambilan data pada penelitian ini tidak dilakukan di pelayanan kesehatan, adalah menggunakan kuessioner. misalnya membeli obat sendiri di apotek, membeli obat tradisional maupun Waktu penelitian dilakukan pada pengobatan alternatif lainnya yang secara bulan Mei sampai Juli 2017. Variabel rutin dilakukan penderita. untuk menghitung nilai Burden of Disease dalam penelitian ini terdiri dari biaya Tabel 1. Biaya Langsung Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Biaya (Rupiah) BIAYA INSIDENTIL Rata-rata Biaya Rawat Inap 216.150 BIAYA RUTIN 288.790 58.420 Rata-rata Biaya Rawat Jalan 347.210 563.360 Rata-rata Biaya Pengobatan Lain Rata-rata Biaya Langsung Rutin Rata-rata Biaya Langsung
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 141 Biaya insidental merupakan biaya langsung yang sewaktu-waktu dikeluarkan langsung yang dikeluarkan sewaktu-waktu penderita selama sakit (Istiqomah, 2016). selama penderita mengalami sakit. Biaya yang termasuk biaya langsung insidental Pada penelitian ini biaya tidak pada penelitian ini adalah biaya rawat inap. langsung rutin terdiri dari biaya Biaya rawat inap termasuk dalam biaya transportasi rawat jalan, productivity loss insidental karena penderita tidak selalu penderita rawat jalan, dan productivity loss membutuhkan pengobatan rawat inap pendamping rawat jalan. Sedangkan biaya setiap tahunnya. Biaya rawat inap ini tidak langsung insidental terdiri dari biaya merupakan rata-rata pengeluaran untuk transportasi rawat inap, biaya alat bantu, pengobatan rawat inap selama menderita productivity loss penderita rawat inap, dan hipertensi. productivity loss pendamping rawat inap. Berdasarkan Tabel 1 dapat Biaya transportasi merupakan biaya disimpulkan bahwa biaya langsung yang transportasi yang dikeluarkan saat dikeluarkan penderita hipertensi adalah mengunjungi pelayanan kesehatan untuk sebesar Rp 563.360,-. Komponen terbesar berobat. Biaya transportasi didapatkan dalam biaya langsung adalah terdapat pada dengan mengalikan jumlah kunjungan biaya langsung rutin yaitu biaya untuk dengan rata-rata biaya sekali jalan ke pengobatan rawat jalan. pelayanan kesehatan yang dituju. Biaya alat bantu merupakan biaya yang Biaya Tidak Langsung dikeluarkan untuk membeli alat bantu selama menderita hipertensi. Biaya Biaya tidak langsung merupakan productivity loss merupakan biaya biaya yang tidak berhubungan langsung produktivitas yang hilang akibat penderita dengan pengobatan hipertensi yang meninggalkan pekerjaan atau aktivitas ditanggung penderita selama sakit. Biaya normalnya untuk menjalani pengobatan tidak langsung dibagi menjadi dua kategori (Istiqomah, 2016). Biaya productivity loss yaitu biaya tidak langsung rutin dan biaya didapatkan dengan mengalikan persentase tidak langsung insidental. Biaya tidak jumlah absen dalam sebulan untuk langsung rutin merupakan biaya tidak menjalani pengobatan dengan rata-rata langsung yang dikeluarkan penderita pendapatan setiap bulan. secara rutin selama penderita mengalami sakit hipertensi. Sedangkan biaya tidak Berikut ini merupakan hasil langsung insidental merupakan biaya tidak penghitungan biaya tidak langsung yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya Tidak Langsung pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Biaya (Rupiah) BIAYA INSIDENTIL Rata-rata Transportasi Rawat inap 44.952 0 Rata-rata Biaya Alat Bantu 78.389 Rata-rata Productivity Loss Pada Penderita Rawat Inap 76.357 199.698 Rata-rata Productivity Loss Pada Pendamping Rawat Inap 168.667 Rata-rata Biaya Tidak Langsung Insidentil 182.283 91.112 BIAYA RUTIN 442.062 789.272 Rata-rata Transportasi Rawat Jalan Rata-rata Productivity Loss Pada Penderita Rawat Jalan Rata-rata Productivity Loss Pada Pendamping Rawat Jalan Rata-Rata Biaya Tidak Langsung Rutin TOTAL BIAYA
142 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 Berdasarkan Tabel 2 dapat harapan hidup penduduk Kabupaten Kediri diketahui bahwa besaran biaya tidak tahun 2017 adalah 72. Berdasarkan data langsung adalah sebesar 789.272,-. yang diperoleh dari Seksi Pencegahan dan Komponen terbesar adalah dari biaya rutin Pengendalian Penyakit Tidak Menular yaitu biaya productivity loss pada Dinas Kabupaten Kabupaten Kediri, penderita rawat jalan dan transportasi jumlah kematian akibat hipertensi adalah rawat jalan. Pengeluaran untuk alat bantu sebesar 402 jiwa pada tahun 2016.Berikut pada seluruh responden adalah Rp 0,-. Hal ini adalah penghitungan nilai YLL: ini menunjukkan bahwa seluruh responden tidak mengeluarkan biaya alat bantu akibat YLL = N x L hipertensinya. YLL =402 x 72 Dissability Adjusted Life Years (DALYs) =28.944 tahun Menurut WHO (2009) DALYs merupakan indikator dari BOD dalam Keterangan populasi. Satu DALYs dapat diartikan satu YLL = Years Life Lost tahun dengan kondisi sehat yang hilang N = Jumlah Kematian Akibat Hipertensi akibat suatu penyakit atau kecacatan. L = Usia Harapan Hidup DALYs adalah perbedaan antara situasi saat ini dan situasi yang ideal di mana setiap Berdasarkan penghitungan di atas orang hidup sampai usia harapan hidup didapatkan nilai YLL adalah sebesar standar, dan dalam kondisi kesehatan yang 28.944 tahun. Artinya terdapat 28.944 sempurna. Penghitungan DALYs bukan tahun yang hilang akibat kematian dini hanya berdasarkan akibat kematian dini yang disebabkan oleh hipertensi di namun juga kecacatan akibat suatu Kabupaten Kediri. penyakit. DALYs merupakan jumlah tahun yang hilang akibat kematian dini Years Lifed with Dissability (YLD) atau disabilitas karena suatu penyakit. Menurut WHO (2009) YLD Nilai DALYs didapat dari merupakan nilai dari umur yang hilang penjumlahan nilai dari dua dimensi yaitu akibat seseorang mengalami kecacatan nilai tahun yang hilang akibat kematian baik mental maupun fisik yang diakibatkan dini (Years Life Lost) dan nilai tahun yang dari suatu penyakit. Nilai YLD pada hilang akibat kecacatan mental maupun populasi didapatkan dengan mengalikan fisik yang diakibatkan oleh penyakit atau jumlah insiden penyakit, tingkat keparahan cedera yang disesuaikan dengan tingkat (weight of dissability) dan rata-rata durasi keparahan (frekuensi dan intensitas) (Years sakit sebelum meninggal. Lifed with Dissability). Berdasarkan data yang diperoleh dari Years Life Lost (YLL) Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi Dinas Kabupaten Kediri, jumlah kasus Nilai YLL menunjukkan tahun yang baru hipertensi adalah 44.184. Weight of hilang akibat kematian dini yang dissability pada penelitian ini merujuk disebabkan suatu penyakit. Nilai YLL pada studi burden of disease yang didapatkan dari pengalian usia harapan dilakukan oleh Benziger CP dkk (2016) hidup di suatu wilayah dengan jumlah tentang penyakit tidak menular yang bisa kematian akibat penyakit tersebut di suatu dicegah. Pada studi tersebut tingkat wilayah (WHO, 2009). Usia harapan keparahan pada penyakit hipertensi penduduk di Kabupaten Kediri didapatkan termasuk dalam kategori tingkat 2. dari proyeksi hasil sensus penduduk tahun Sehingga nilai weight of dissability adalah 2010 sehingga didapatkan hasil usia sebesar 0,220. Sedangkan nilai dari durasi
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 143 sakit didapatkan dari usia harapan hidup Nilai DALYs adalah sebesar 189.915 dikurangi rata-rata umur mulai sakit pada tahun. Artinya terdapat 189.915 tahun responden penelitian ini. Usia harapan yang hilang akibat penyakit hipertensi di hidup diperoleh dari BPS bahwa usia Kabupaten Kediri. harapan hidup penduduk Kabupaten Kediri tahun 2017 yaitu 72 tahun. Rata-rata umur Jumlah Penduduk mulai sakit pada responden adalah 55 tahun. Sehingga rata-rata durasi sakit pada Berdasarkan data yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini adalah 17 Badan Pusat Statistik (2017) diketahui tahun. Berikut ini adalah penghitungan bahwa jumlah pendudukP Kabupaten nilai DALYs: Kediri pada tahun 2017 adalah sebesar 1.561.392 jiwa. Berdasarkan data yang YLD = I x DW x L didapat dari Seksi Pencegahan dan Pendendalian Penyakit Tidak Menular YLD = 44.184 x 0,220 x 17 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur diketahui bahwa persentase prevalensi = 160.971 tahun hipertensi di Kabupaten Kediri adalah Keterangan : sebesar 0,279 atau 27,9 %. Diperkirakan YLD =Years Lifed with Dissability 435.628 penduduk menderita hipertensi di I = Jumlah Kasus Baru Hipertensi Kabupaten Kediri. Dari jumlah prevalensi DW = Dissability Weight (Tingkat ini tidak ditemukan penderita sembuh melainkan terdiri dari penderita yang terus Keparahan) sakit dan penderita yang meninggal. L = Durasi sakit sampai sebelum Berdasarkan data yang didapat dari seksi Pencegahan dan Pendendalian Penyakit meninggal Tidak Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri diketahui jumlah Didapatkan hasil nilai YLD adalah kematian akibat hipertensi adalah sebesar sebesar 160.971 tahun. Artinya terdapat 402 orang. Jumlah penderita terus sakit 160.971 tahun yang dijalani oleh penderita adalah 435.226 orang. Maka dapat hipertensi di Kabupaten Kediri dengan dilakukan proporsi untuk menentukan kondisi sakit. prevalensi penderita hipertensi terus sakit dan meninggal seperti pada Tabel 3. Setelah mengetahui nilai YLL dan YLD, maka dapat diperoleh nilai DALYs dengan menjumlahkan nilai YLL dan YLD. Tabel 3. Prevalensi Penderita Hipertensi di Kabupaten Kediri Keterangan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Angka Prevalensi 0,27874 Penderita Terus Sakit 435.226 99,908 0,00026 0,27900 Penderita Meninggal 402 0,092 Total 435.628 100 Berdasarkan penghitungan pada Burden Of Disease Tabel 3 maka dapat disimpulkan bahwa dari seluruh penderita hipertensi di Berdasarkan identifikasi biaya yang Kabupaten Kediri, prevalensi penderita telah dilakukan maka dapat dihitung nilai hipertensi didominasi oleh penderita yang Burden Of Disease dari penyakit hipertensi terus sakit yaitu sebesar 0,27874. di Kabupaten Kediri. Pada penelitian ini Prevalensi penderita yang terus meninggal tidak ditemukan responden yang sembuh prevalensinya sangat kecil dibanding atau meninggal. Sehingga penghitungan penderita terus sakit. Angkanya mendekati Burden of Disease akan menggunakan 0 yaitu sebesar 0,0026. rumus BOD untuk penderita terus sakit sebagai berikut:
144 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 BOD = [(BL insidentil + BTL insidentil) x satu penyakit tidak menular yang Prevalensi x Jumlah Penduduk] + merupakan faktor risiko utama penyebab [(BL rutin +BTL rutin) x DALYs] kecacatan global, kematian dan dampak yang tidak proporsional di negara BOD = [(216.150+ 199.698) x 0,279 x berpenghasilan rendah dan menegah, 1.561.392]+[( 347.210+442.062) dimana dua per tiga orang menderita x 189.915] hipertensi. Pada tahun 2010 diperkirakan terjadi 9,4 juta kematian dan 162 tahun BOD = 330.882.930.485 yang hilang akibat hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi hipertensi terus Keterangan : = Burden of Disease meningkat di seluruh dunia dan BOD diperkirakan mempengaruhi lebih dari 500 BL insidental = Total biaya langsung juta orang pada tahun 2025. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Kediri, BTL insidental insidental yang Hipertensi merupakan penyakit menular dengan jumlah kasus tertinggi selama BL rutin ditanggung penderita tahun 2016. BTL rutin hipertensi (rupiah) Di Kabupaten Kediri, prevalensi hipertensi mencapai 27,9. Angka DALYs = Total biaya tidak prevalensi hipertensi di Jawa Timur adalah Prevalensi 26,2. Disimpulkan angka prevalensi langsung insidental hipertensi di Kabupaten Kediri lebih tinggi dari angka prevalensi hipertensi di Jawa yang ditanggung Timur. Angka prevalensi yang tinggi akan meningkatkan beban biaya yang penderita hipertensi ditanggung oleh masyarakat akibat penyakit yang diderita. Semakin tinggi (Rupiah) angka prevalensi suatu penyakit maka semakin tinggi pula BOD yang ditanggung = Total biaya langsung oleh masyarakat akibat penyakit tersebut. rutin yang ditanggung Menurut Bonita R dkk (2006) faktor yang meningkatkan prevalensi suatu penderita hipertensi penyakit antara lain durasi sakit yang lebih lama. Semakin lama durasi suatu penyakit (Rupiah) maka prevalensinya akan cenderung lebih besar. Selain itu pemanjangan usia pasien = Total biaya tidak tanpa pengobatan juga dapat mempengaruhi prevalensi suatu penyakit. langsung rutin yang Pasien yang tidak mendapat pengobatan akan memperpanjang durasi sakit. Durasi ditanggung penderita sakit yang semakin lama akan membuat prevalensi akan tetap besar. Semakin hipertensi (Rupiah) banyak pasien yang tidak diobati dapat mempengaruhi tingkat prevalensi. = Dissability Adjusted Prevalensi suatu penyakit juga dapat dipengaruhi oleh peningkatan insidensi. Life Years (Tahun) Semakin besar peningkatan jumlah kasus baru maka akan meningkatkan prevalensi = Persentase Penderita suatu penyakit. Pada kasus hipertensi, sangat kecil kemungkinan bagi penderita Hipertensi dari jumlah penduduk Jumlah Penduduk = Jumlah Penduduk (jiwa) Berdasarkan hasil penghitungan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Burden of Disease pada masyarakat akibat penderita hipertensi di Kabupaten Kediri adalah sebesar Rp 330.882.930.485,- PEMBAHASAN Menurut WHO (2004) hampir 45 % beban penyakit yang terjadi pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah adalah disebabkan oleh penyakit yang tidak menular. Hipertensi merupakan salah
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 145 untuk sembuh, sehingga prevalensi akan degenerasi dan penyakit yang diderita akan terus meningkat seiring bertambahnya kasus baru. meningkatkan keparahan penyakit yang Bonita R dkk (2006) juga diderita. Penderita akan memerlukan menyatakan bahwa kasus migrasi ke dalam populasi juga dapat meningkatkan bantuan orang lain saat mengunjungi prevalensi penyakit. Terjadinya migrasi orang yang terkena suatu penyakit pada pelayanan kesehatan untuk rawat jalan suatu populasi dapat menambah jumlah penderita suatu penyakit sehingga dapat maupun rawat inap. meningkatkan prevalensinya pada populasi tersebut. Tingginya prevalensi suatu Menurut Chataut dkk (2011) dalam penyakit juga dapat disebabkan oleh migrasi keluar dari orang-orang sehat. Jika studi yang dilakukan di Nepal pada tahun orang-orang yang sehat di daerah tersebut semakin sedikit, maka rasio jumlah orang 2011 menyebutkan bahwa jenis kelamin yang sakit akan semakin besar sehingga tingkat prevalensinya semakin besar. dan usia lanjut merupakan faktor Bonita R dkk (2006) juga independen atau faktor risiko hipertensi menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prevalensi selanjutnya yang tidak dapat diubah. Penelitian di adalah migrasi ke dalam dari orang-orang yang rentan. Bertambahnya orang-orang Subuhan Nepal menunjukkan bahwa yang rentan akan meningkatkan risiko terjadinya penularan ataupun insiden prevalensi hipertensi meningkat dengan penyakit di wilayah tersebut. sehingga tingkat prevalensinya akan meningkat. seiring bertambahnya usia. Kondisi di Prevalensi suatu penyakit juga dapat disebabkan karena adanya peningkatan Kabupaten Kediri dapat membuktikan sarana diagnostik. Tingkat prevalensi yang kecil bisa disebabkan masih banyak orang bahwa bertambahnya usia yang semakin sakit yang belum terdiagnosis. Ketika terjadi peningkatan sarana diagnostik, lanjut juga diiringi prevalensi hipertensi tingkat prevalensinya akan meningkat. yang meningkat. Apabila hipertensi menyerang pada penderita dengan usia 40-60 tahun akan Hipertensi yang menyerang pada terganggu aktifitas kerjanya akibat penyakit hipertensi yang diderita. Selain penderita yang tidak berpenghasilan setiap itu, waktu bekerja akan berkurang ketika ia harus menjalani rawat jalan maupun rawat bulannya, sehingga biaya pengobatan inap akibat penyakit hipertensi yang dideritanya. Jika hipertensi menyerang hipertensi sangat bergantung pada pada usia lanjut, biasanya sudah memasuki usia pensiun dan tidak bekerja. Biaya pendapatan keluarganya. Apabila hilangnya produktivitas pada penderita dengan usia yang sudah memasuki usia pendapatan keluarga kurang maka akan pensiun menjadi tidak setinggi pada usia produktif. Pada usia ini, penderita telah menyebabkan ekonomi keluarga semakin memasuki usia lanjut di mana terjadi penurunan fungsi organ tubuh. Proses terpuruk. Adanya program JKN akan sangat membantu masyarakat untuk menjamin kebutuhan kesehatan agar tetap dapat memeriksakan kesehatannya agar tidak semakin parah. Pada kelompok penderita usia produktif, penderita berpotensi kehilangan produktivitas akibat sakitnya. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di luar jam kerja agar tidak mengurangi produktivitasnya. Burden of Disease (BOD) merupakan konsep yang dikembangkan oleh Harvard School of Public Health, World Bank dan World Health Organization untuk menjelaskan kerugian kesehatan yang dialami akibat kesakitan, kematian dan kecelakaan. BOD adalah beban ekonomi atas episode sakit dari salah satu jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat di daerah tertentu atau nilai kerugian yang diderita oleh masyarakat tertentu, akibat penyakit yang diderita oleh sebagian masyarakat di daerah tersebut. Menurut WHO
146 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 (2009) perhitungan beban ekonomi ini ini merupakan biaya pengobatan penderita akan memberikan gambaran sejauh mana penyakit tertentu menurunkan derajat selain di pelayanan kesehatan. kesehatan dan mengurangi produksi ekonomi atau peluang konsumsi di Selain mengidentifikasi biaya rumah tangga atau tingkat masyarakat. langsung yang dikeluarkan penderita Studi burden of disease mempunyai tujuan untuk menghitung beban yang hipertensi, analisis burden of disease juga ditanggung masyarakat pada suatu wilayah akibat sebagian masyarakat yang perlu mengidentifikasi biaya tidak menderita penyakit tertentu (WHO, 2009). Penghitungan BOD bukan hanya langsung. Pada penelitian ini yang memerlukan data mengenai biaya yang dikeluarkan untuk berobat, namun juga termasuk dalam kategori biaya tidak mempertimbangkan biaya tidak langsung termasuk productivity loss akibat penyakit langsung adalah biaya transpotasi rawat yang diderita. Selain itu dapat menambahkan nilai dari kerugian atas jalan dan rawat inap, biaya alat bantu, dan kualitas hidup setelah menderita suatu penyakit. Untuk menghitung BOD, biaya productivity loss selama rawat jalan langkah yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data yang diperlukan dan rawat inap. dalam menghitung nilai BOD. Data yang perlu dikumpulkan adalah biaya langsung, Jika dilihat dari segi biaya biaya tidak langsung, DALYs, prevalensi dan jumlah penduduk di wilayah tersebut. transportasi, biaya yang dikeluarkan oleh Biaya langsung dan tidak langsung penderita dipengaruhi oleh frekuensi dikelompokkan dalam biaya insidentil dan biaya rutin. Besar biaya langsung kunjungan ke pelayanan kesehatan. insidental yang dikeluarkan oleh penderita hipertensi diperoleh dari biaya rawat inap Semakin tinggi frekensi kunjungan maka selama mengalami sakit hipertensi. Biaya yang dikeluarkan bersifat insidentil atau semakin tinggi pula besar biaya bisa dikeluarkan kapan saja ketika mereka sakit dan pergi ke pelayanan kesehatan, transportasi yang dikeluarkan. Pada sehingga biaya langsung yang dikeluarkan tidak terduga. penelitian ini penderita menggunakan alat Penelitian ini menunjukkan bahwa transpotasi yang bermacam-macam untuk besar biaya langsung rutin yang ditanggung oleh penderita hipertensi dalam menuju pelayanan kesehatan. Mulai dari satu tahun didapatkan dari biaya rawat jalan dan biaya pengobatan lainnya setiap transportasi motor, mobil, angkutan umum bulannya. Selain melakukan kunjungan rawat jalan di pelayanan kesehatan, hingga jalan kaki. Pada penelitian ini beberapa penderita juga membeli obat sendiri di apotek, membeli jamu dan ditemukan beberapa penderita yang pengobatan alternatif lainnya. Penelitian ini menunjukkan terdapat biaya untuk bertempat tinggal di daerah padat pengobatan lain sebesar Rp 58.420,-. Biaya penduduk (wilayah kerja Puskesmas Pare) menuju pelayanan kesehatan dengan mengendarai sepeda atau jalan kaki. Hal ini dikarenakan lokasi pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau. Transportasi pada penderita di wilayah pedesaan (wilayah kerja Puskesmas Kandangan) cenderung menggunakan motor untuk menuju pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk biaya alat bantu pada penderita hipertensi adalah bernilai Rp 0,-. Hal ini dikarenakan manifestasi klinis hipertensi tidak menyebabkan penderita mengalami keterbatasan dalam menjalankan aktivitas sehingga membutuhkan alat bantu. Pada penelitian ini ditemukan 22% responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat penderita sakit, penderita juga akan kehilangan produktivitas untuk melakukan pekerjaan rumahnya. Seperti mencuci, menyapu dan memasak. Walaupun setiap bulannya tidak memiliki
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 147 pendapatan, penderita yang berprofesi menghabiskan masa hidupnya untuk sebagai ibu rumah tangga pendapatannya beraktivitas dan bekerja. Pada usia di disesuaikan dengan UMR Kabupaten bawah 15 tahun dan usia di atas 64 tahun Kediri yaitu sebesar Rp 1.576.120,-. dianggap sebagai tanggungan dalam kehidupan rumah tangga. Komponen yang mempengaruhi nilai productivity loss pada penderita adalah Pada penelitian ini ditemukan 402 frekuensi kunjungan dan pendapatan per kematian akibat hipertensi dalam satu bulan. Pada penelitian ini ditemukan tahun. Jika penderita yang meninggal beberapa penderita yang tidak bekerja adalah pada usia produktif maka akan yaitu sebesar 22%. Hal ini dikarenakan berdampak pada menurunnya jumlah banyaknya penderita dengan usia lanut angkatan kerja di wilayah tersebut. Beban sehingga sudah tidak memiliki pekerjaan, akan sangat terasa jika yang meninggal sehingga productivity loss menjadi rendah. merupakan tulang punggung bagi keluarganya. Hasil penelitian juga Berdasarkan analisis di atas dapat menemukan bahwa rata-rata usia mulai disimpulkan bahwa selama sakit hipertensi sakit hipertensi pada seluruh responden terdapat biaya tidak langsung yang tidak paling tinggi adalah pada usia 55 tahun. sedikit yang harus ditanggung oleh Pada usia itu merupakan usia produktif penderita akibat penyakit hipertensi. Besar bagi seseorang untuk bekerja. Jika usia biaya tidak langsung lebih besar dari pada harapan hidup adalah 72 tahun maka biaya langsung. Masyarakat belum terdapat 17 tahun yang harus dijalani menyadari bahwa penyakit hipertensi yang penderita dengan kondisi sakit hipertensi dialami dapat menimbulkan kerugian atau dapat dikatakan bahwa penderita akan ekonomi yang secara tidak langsung dapat kehilangan 17 tahun hidupnya dengan mempengaruhi kondisi ekonomi rumah kondisi yang sehat sebelum meninggal. tangga, regional bahkan suatu negara. Hal ini akan berpengaruh terhadap bertambahnya absensi kerja, disabilitas dan Beban biaya yang ditanggung akibat pensiun dini. Hal ini akan berdampak pada suatu penyakit dipengaruhi oleh Dissability menurunnya produktivitas kerja, Adjusted Life Years yang merupakan meningkatnya angka ketergantungan, dan penjumlahan dari jumlah tahun yang meningkatnya kebutuhan konsumsi hilang akibat kematian dini akibat suatu kesehatan. Hal ini akan berpengaruh pada penyakit atau YLL dan jumlah tahun yang menurunnya pendapatan per kapita di dijalani penderita dengan ketidakmampuan wilayah tersebut dan usia harapan hidup akibat penyakit yang diderita atau Years yang dapat berdampak pada angka Lifed with Dissability (YLD) (WHO, pertumbuhan ekonomi dan menurunnya 2009). angka kesejahteraan masyarakat. Penghitungan nilai YLL dilakukan Berdasarkan hasil penelitian dapat dengan mempertimbangkan jumlah diambil kesimpulan bahwa biaya tidak kematian. Semakin tinggi angka kematian, langsung yang dikeluarkan penderita lebih maka semakin besar nilai DALYs. Semakin besar daripada biaya langsung. Masyarakat tinggi jumlah kematian yang terjadi maka kurang menyadari bahwa selain biaya akan meningkatkan nilai DALYs. Begitu langsung untuk pengobatan, terdapat pula semakin muda usia seseorang kerugian ekonomi yang lebih besar akibat terserang suatu penyakit, maka semakin pengeluaran untuk biaya transportasi, tinggi nilai DALYs. Tingginya nilai DALYs biaya alat bantu dan productivity loss. akan menyebabkan beban ekonomi akibat Penting untuk melakukan penyadaran pada penyakit semakin besar (WHO, 2014). masyarakat untuk meningkatkan upaya preventif dan promotif agar tidak terserang Menurut Hyder et al (2012) usia penyakit hipertensi. produktif pada umumnya dikaitkan dengan orang dengan usia 15-64 tahun. Pada usia itu manusia dianggap lebih banyak
148 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 Desember 2019:138-149 Upaya preventif dan promotif perlu Sedangkan nilai YLD adalah sebesar dilakukan untuk menekan tingginya angka 160.971 tahun. Sehingga didapatkan nilai prevalensi hipertensi. Upaya preventif dan DALYs adalah sebesar 189.915 tahun. promotif memerlukan dukungan dari Jumlah penduduk Kabupaten Kediri pada Pemerintah mengingat hasil dari upaya tahun 2017 adalah sebesar 1.561.392 jiwa. preventif dan promotif tidak bisa dirasakan Prevalensi hipertensi terus sakit di pada jangka pendek. Melainkan dampak Kabupaten Kediri adalah sebesar 27,874%. dapat dirasakan dalam jangka panjang Sedangkan untuk prevalensi penderita dengan penurunan insiden hipertensi meninggal adalah sebesar 0,026 % sehingga menurunkan BOD. Dukungan penduduk. Berdasarkan hasil penghitungan dapat dilakukan dengan meningkatkan yang dilakukan, maka didapatkan nilai anggaran untuk upaya promotif dan BOD atau beban biaya yang ditanggung preventif sehingga lebih banyak program akibat hipertensi di Kabupaten Kediri pada yang bisa dilakukan untuk menurunkan masyarakat adalah sebesar Rp prevalensi hipertensi. Selain itu, Upaya 330.882.930.485,- preventif dan promotif yang bisa dilakukan adalah dengan memperluas kegiatan DAFTAR PUSTAKA Posyandu Lansia dan juga Prolanis (Program Penanggulangan Penyakit Badan Pusat Statistik. 2017. Proyeksi kronis) yang ditujukan untuk Penduduk Kabupaten Kediri 2011- penanggulangan penyakit kronis dapat 2020. Kediri: Badan Pusat Statistik menjangkau lebih banyak masa dan kegiatan yang variatif. Bonita, R., Beaglehole, R., Kjellstrom, T. 2006. Basic Epidemiology. 2nd Upaya preventif dan promotif perlu edition. WHO. Switzerland. ditingkatkan mengingat selain biaya langsung untuk pengobatan, hal yang perlu Benziger CP, Roth GA, Moran AE. The dipertimbangkan yaitu tingginya biaya tidak langsung akibat biaya transportasi Global Burden of Disease study dan hilangnya produktivitas bagi penderita maupun pendamping akibat penyakit yang and the preventable burden of diderita. Upaya preventif dan promotif memerlukan komitmen dan partisipasi NCD. Global Heart. 2016 Dec 8; aktif dari pihak SDM Kesehatan maupun dari masyarakat agar upaya yang dilakukan 11(4):393-397. [https://doi: dapat berjalan dengan baik. 10.1016/j.gheart.2016.10.024]. SIMPULAN Chataut J, Adjikari R.K., Sinha N.P., Total biaya langsung yang dikeluarkan oleh penderita hipertensiRp 2011.Prevalence And Risk Factors 563.360,- yang terdiri dari Rp 216.150,- dari biaya langsung insidentil dan for Hypertension in Adult Living in Rp347.210,- dari biaya langsung rutin. Biaya tidak langsung yang dikeluarkan Central Development Regiaon in oleh penderita hipertensi adalah sebesar Rp 789.272,-. Biaya ini terdiri dari biaya tidak Nepal. Kathmandu University langsung isidentil sebesar Rp 199.698,- dan biaya tidak langsung rutin sebesar Rp Medical Journal, [e-journal] 33 (1) 442.062,-. pp. 8-13. Hasil penelitian ini didapatkan nilai YLL adalah sebesar 28.944 tahun. Hyder, A. A., Puvanachandra, P., & Morrow, R. H. (2012). Measuring the Health of Populations: Explaining Composite Indicators. Journal of Public Health Research, 1(3), 222–228. [http://doi.org/10.4081/jphr.2012.e 35] Istoqomah, AN.2016. Analisis Burden of Disease Akibat Hipertensi Pada Masyarakat dengan Status PBI
Atika Binti Utari dan Thinni Nurul Rochmah, Analisis Burden Of Disease... 149 JKN di Kabupaten Pamekasan. Part 4 Burden of Disease: DALYs. Skripsi.Universitas Airlangga. Kementrian Kesehatan RI, 2013. Riset page 47. Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan World Health Organization (WHO). 2009. Kesehatan Nuraini, B.2015. Risk Factor of WHO: Guide to Identifying The Hypertension. Jurnal kedokteran Universitas Lampung, [e journal]: 4 Economic Consequences of Disease (5) pp. 12 World Health Organization (WHO). 2004. and Injury. Geneva : WHO Global Burden of Disease 2004. Departement of Health System Financing Health System and Services World Health Organization (WHO).2014. Global Status Report of Non Communicable Disease 2014.WHO. Switzerland
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TEMPAT TINGGAL DAN INFORMASI PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA (PLKB) TERHADAP UNMET NEED KB PADA WANITA KAWIN THE CORRELATION OF EDUCATION LEVEL, RESIDENCE, AND INFORMATION OF FAMILY PLANNING FIELD OFFICERS (PLKB) WITH UNMET NEED FOR FAMILY PLANNING ON MARRIED WOMEN Hanum Kholida Zia BKKBN Provinsi Jawa Timur, Jl. Airlangga No.31-33, Airlangga, Gubeng, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: Hanum Kholida Zia Email : [email protected] ABSTRACT: Family Planning Program has some indicators of success; one of the indicators is unmet needs of family planning services. The success of the unmet need indicator services is the decrease of unmet need to 9.9% in 2019. In 2012, the number of unmet need for family planning amounted to 11.4%. This study aims to identify whether there is a correlation of the education level, residence, and information of family planning field officers with unmet needs for family planning in East Java. This research was conducted with a cross-sectional design with the data from the 2012 Indonesian Demographic and Health Survey. There is a correlation of the education level (p=0.000), residence (p=0.010), and information of family planning field officer (p = 0.048) with the unmet needs for family planning. The research cocludes that education level, residence, and information from health centre affect the unmet need for family planning. Keywords: unmet need, married women, family planning, East Java ABSTRAK: Keluarga Berencana memiliki beberapa indikator keberhasilan salah satunya indikator unmet need pelayanan KB. Keberhasilan indikator unmet need KB adalah menurunnya angka unmet need KB sehingga menjadi 9,9% pada tahun 2019. Tahun 2012 angka unmet need KB masih sebesar 11,4%. Tujuan penelitian ini mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, tempat tinggal dan informasi PLKB terhadap unmet need KB di Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini menggunakan data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Daftar pertanyaan yang digunakan yaitu daftar pertanyaan wanita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan (p=0,000), tempat tinggal (p=0,010) dan informasi PLKB (p= 0,048) dengan unmet need KB. Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat pendidikan, tempat tinggal dan informasi PLKB mempengaruhi kejadian unmet need KB. Kata kunci: unmet need KB, wanita kawin, keluarga berencana, Jawa Timur PENDAHULUAN meningkatnya laju pertumbuhan penduduk Menurut hasil Survei Sosial Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk Ekonomi Nasional (SUSENAS 2010), dalam waktu 10 tahun terakhir, penduduk Indonesia meningkat dari 1,45 % pada Indonesia telah meningkat sebanyak 30 juta jiwa. Hal ini perlu menjadi perhatian periode tahun 1990-2000 menjadi 1,49 % karena Negara Indonesia saat ini menempati peringkat ke 4 (empat) Negara pada priode tahun 2000-2010 (BPS, 2010). dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Pemerintah telah membuat berbagai Salah satu penyebab tingginya peningkatan penduduk di Indonesia adalah program untuk menanggulangi pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, salah satunya melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) dengan salah satu indikatornya yakni unmet need pelayanan KB, masuk dalam Sustainable ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.150-160 Received 25 August 2017, received in revised form 9 September 2017, Accepted 24 October 2017, Published online: December 2019
Hanum Kholida Zia, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tempat... 151 Development Goals (SDGs). Unmet need menginginkan anak baik untuk KB tertuang dalam SDGs tujuan 5 target penjarangan maupun untuk pencegahan 5.6. SDGs tujuan 5 adalah menjamin akses (Bradley et al, 2012). Angka unmet need universal terhadap kesehatan seksual dan KB yang tinggi akan meningkatkan risiko reproduksi, dan hak reproduksi seperti kehamilan bagi wanita kawin, hal ini akan yang telah disepakati sesuai dengan meningkatkan risiko terjadinya kematian Programme of Action of the International ibu dan bayi. Kematian ibu dan bayi dapat Conference on Population and dicegah dengan upaya pemenuhan Development and the Beijing Platform kebutuhan KB, sehingga memperkecil serta dokumen-dokumen hasil reviu dari risiko terjadinya kehamilan yang tidak konferensi-konferensi tersebut. Target diinginkan sehingga dapat mencegah yang ditetapkan untuk indikator unmet terjadinya aborsi tidak aman dan persalinan need KB adalah menurunnya unmet need yang berisiko (Ojaaka, 2008) kebutuhan ber-KB pada tahun 2019 menjadi 9,9% (BAPPENAS, 2017). Masalah unmet need KB menandakan terdapat kesenjangan antara Persentase unmet need sudah tujuan reproduksi dengan perilaku menurun pesat selama kurang lebih 20 kontrasepsi mereka. Hal ini artinya wanita tahun dari tahun 1991 hingga tahun 2012 memiliki keinginan untuk menghindari menurut SDKI 2012. Penurunan unmet terjadinya kehamilan tetapi tidak need KB sebesar 3,8%, dari 17,0% pada melakukan tindakan yang dapat mencegah tahun 1991 menjadi 13,2%pada tahun kehamilan. Banyak aspek yang melatar 2002. Kurun waktu 10 tahun yakni dari belakangi kondisi ini, seperti tahun 2002 hingga tahun 2012 unmet need ketidaknyamanan, keterbatasan atau KB hanya turun 1,6%. Unmet need KB ketersediaan dan harga (Listianingsih et al, sebesar pada tahun 2002 sebesar 13,2% 2016). Menurut SDKI 2012, ada beberapa menurunsebesar 0,1% menjadi 13,1% pada faktor yang menyebabkan individu tidak tahun 2007 dan pada tahun 2012 turun menggunakan metode atau alat KB. Alasan sebesar 1,7% menjadi 11,4% (BPS, 2013). yang paling banyak adalah alasan yang berkaitan dengan kesuburan meliputi Unmet need KB pada wanita kawin pramenopause dan histerektomi, keinginan di Indonesia yang masih mencapai angka untuk memiliki banyak anak, efek samping 11,4% belum memenuhi target unmet need dari kontrasepsi yang pernah digunakan KB SDGs sebesar 9,9 %. Jawa Timur dan kekhawatiran terhadap efek samping termasuk salah satu provinsi yang dari kontrasepsi yang akan diguanakan. menyumbangkan angkat unmet need KB Alasan pria tidak berKB karena berkaitan tertinggi di Indonesia yakni 10,1% (BPS, dengan kesuburan dan terkait dengan 2010). Masih tingginya unmet need KB ini alat/cara KB. Alasan lain responden yang patut diduga berkontribusi terhadap menentang memakai kontrasepsi seperti landainya penurunan Angka Kematian Ibu individu menolak, suami/pasangan (AKI) dimana program KB merupakan menolak, orang lain menolak, larangan salah satu upaya penurunan AKI di bagian agama, kurang pengetahuan baik mengenai hulu. AKI dapat disebabkan oleh alat, cara ataupun sumber KB, jarak yang terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan jauh dari tempat pelayanan KB, biaya pada ibu. Kehamilan yang tidak diinginkan kontrasepsi terlalu mahal, dan merasa tidak pada ibu dapat mendorong perilaku nyaman (BPS,2013). mencari pelayanan kesehatan yang tidak aman seperti aborsi (KEMENKES 2013). Fenomena unmet need KB bersifat multidimensional karena dipengaruhi Unmet need KB adalah kelompok berbagai faktor, seperti karakteristik wanita kawin yang aktif secara seksual demografi, sosial ekonomi, sikap, dan namun tidak menggunakan metode akses pelayanan. Secara umum, unmet kontrasespsi apapun dan mereka tidak
152 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 December 2019:150-160 need KB banyak terjadi pada perempuan sampai 49 tahun yang di Provinsi Jawa yang menghadapi hambatan keuangan, Timur pada tahun 2012. Setelah dilakukan pendidikan, geografis, dan sosial. Kondisi penyaringan, maka sampel yang didapat sosial ekonomi yang kurang sebesar 5.753 orang. Pada penelitian ini, menguntungkan menjadi penyebab hal yang ingin diteliti adalah kejadian tingginya unmet need, tetapi wilayah lain unmet need KB pada wanita kawin yang dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat telah menikah. Faktor yang ingin diteliti yang memadai juga memiliki tingkat unmet adalah tingkat pendidikan, tempat tinggal need yang tinggi. Faktor yang melatar dan informasi PLKB yang melakukan belakangi kedua hal tersebut jelas berbeda. kunjungan rumah kepada wanita kawin. Pendidikan dan kondisi ekonomi Pengolahan data dalam penelitian ini, merupakan variabel penting untuk apabila terdapat data yang missing pada menjelaskan terjadinya unmet need KB variabel dependen, maka data tersebut pada wanita kawin (Listianingsih et al, akan dihapus. Analisis data dilakukan 2016). Berdasarkan masalah yang ada, dengan deskriptif dan analitik. Analisis tujuan dari penelitian ini adalah ingin deskriptif data pada penelitian ini mengetahui apakah terdapat hubungan dilakukan dengan menggunakan untuk antara tingkat pendidikan, tempat tinggal mengetahui distribusi frekuensi variabel wanita kawin dan informasi PLKB yang yang diteliti. Analisis data dilakukan melakukan kunjungan ke wanita kawin dengan uji chi square. Uji chi square dengan kejadian unmet need KB di Jawa dilakukan untuk mengetahui apakah ada Timur. hubungan antara tingkat pendidikan, tempat tinggal dan informasi PLKB METODE PENELITIAN terhadap unmet need KB pada wanita kawin. Penelitian ini telah memperoleh Penelitian ini dilakukan di Kota keterangan lolos kaji etik dari Komisi Etik Surabaya. Penelitian ini merupakan FKM No : 130-KEPK. analisis data sekunder dengan menggunakan data SDKI 2012 yang HASIL diakses melalui website DHS (Demographic and health Surveys). Jenis Gambaran Karateristik Wanita kawin. penelitian yang digunakan adalah penelitian non reaktif yaitu jenis penelitian Wanita kawin mempunyai umur untuk data sekunder. Berdasarkan sifat termuda 15 tahun dan umur tertua 49 penelitiannya, penelitian ini bersifat tahun. Umur wanita kawin dikelompokkan analitik, karena bertujuan untuk menjadi 7 kelompok umur dengan rentan menganalisis permasalahan yang diteliti umur 5 tahun. Tabel 1 menunjukkan umur dan merupakan penelitian observasional wanita kawin paling banyak pada kategori dimana penelitian menggunakan data umur 30-34 tahun (18,6 %), selanjutnya sekunder untuk dilakukan pengamatan diikuti dengan wanita kawin dengan terhadap data-data yang sudah tersedia. kategori umur 35-39 tahun (17,8). Wanita kawin yang berumur 20 sampai 24 tahun Penelitian ini menggunakan desain sebanyak 689 orang (12%). Wanita kawin penelitian cross sectional yaitu desain yang berumur 25 sampai 29 tahun penelitian yang mengukur suatu kejadian sebanyak 956 orang (16,6%). Wanita pada waktu tertentu dan mengukur variabel kawin yang berumur 15 sampai 19 tahun yang diteliti bersamaan. hanya 131 orang (2,3%). Wanita kawin dengan umur diatas 35 tahun menjadi Daftar pertanyaan yang digunakan wanita kawin terbanyak pada penelitian pada penelitian ini yaitu daftar pertanyaan ini. wanita. Populasi pada penelitian ini adalah wanita kawin dengan rentan usia 15
Hanum Kholida Zia, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tempat... 153 Tabel 1.Distribusi Frekuensi Umur, Tabel 1 menunjukkan bahwa Jumlah Anak Hidup, Jumlah jumlah anak yang dimiliki wanita kawin Anak Ideal, Tingkat pendidikan terbanyak adalah 1-3 orang anak (84,5%). dan Status PekerjaanWanita Jumlah wanita kawin yang tidak memiliki Kawin di Jawa Timur anak sebesar 8,3% dan wanita kawin yang memiliki anak lebih dari 3 orang sebesar Karateristik Frekuensi Persentase 7,3 %. Tabel 1 menunjukkan bawa anak ideal yang ingin dimiliki oleh wanita Wanita (%) kawin berjumlah 1-2 orang anak sebesar 72,5%. Persentase wanita kawin yang ingin kawin memiliki anak lebih dari 2 sebesar 23,4%. Tingkat pendidikan wanita kawin paling Umur banyak adalah pendidikan menengah (44,1%). Terdapat wanita kawin yang tidak 15-19 131 2,3 bersekolah (5,1%), tingkat pendidikan dasar (42,4%) dan tingkat pendidikan 20-24 689 12,0 tingggi (8,4%). Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas wanita kawin yang 25-29 956 16,6 bekerja sebesar 77,9%. Wanita kawin yang tidak bekerja sebesar 22,1%. 30-34 1.068 18,6 35-39 1.022 17,8 40-44 992 17,2 45-49 896 15,6 Total 5.753 100 Jumlah Anak Hidup Belum ada 480 8,3 Tabel 2.Distribusi Frekuensi Tingkat Kesejahteraan Wanita Kawin di 1-3 orang 4.861 84,5 Jawa Timur >3 orang 412 7,3 Total 5.753 100 Jumlah Anak Tingkat Frekuensi Persentase Ideal Kesejahteraan (%) Tidak punya 15 0,3 Terbawah 520 9,0 anak Menengah 1.195 20,8 1-2 4.169 72,5 bawah >2 1.349 23,4 Menengah 1.429 24,8 Total 5.753 100 Menengah atas 1.464 25,4 Tingkat Teratas 1.145 19,9 Pendidikan Total 5.753 100 Tidak 296 5,1 Sumber :Pengolahan Data SDKI 2012 sekolah Tabel 2 menunjukkan wanita kawin dengan tingkat kesejahteraan terbanyak Pendidikan 2.438 42,4 adalah wanita kawin dengan tingkat kesejahteraan menengah atas sebesar dasar 25,4%. Wanita kawin dengan tingkat kesejahteraan terbawah sebesar 9,0%. Pendidikan 2.538 44,1 Wanita kawin dengan tingkat kesejahteraan teratas sebesar 19,9%. Tabel menengah 3 menunjukkan bahwa wanita kawin yang tinggal di daerah perkotaan sebanyak 2.725 Pendidikan 482 8,4 orang (47,4%). Jumlah wanita kawin yang tinggal di daerah perkotaan hampir sama tinggi dengan jumlah wanita kawin yang tinggal di daerah perdesaan sebanyak 3.028 orang Total 5.753 100 Status Pekerjaan Tidak 1.849 22,1 Bekerja Bekerja 3.894 77,9 Total 5.753 100 Sumber: Pengolahan Data SDKI 2012
154 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 December 2019:150-160 (52,6%).Distribusi frekuensi tempat tinggal Hasil penelitian pada Tabel 5 wanita kawin dapat dilihat pada Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 5.753 wanita kawin, wanita kawin yang berstatus Tabel 3.Distribusi Frekuensi Tempat menikah, sebagaian besar termasuk Tinggal Wanita Kawin di Jawa kelompok yang bukan unmet need KB Timur. yang berjumlah 5.171 orang (89,9%) yang masuk dalam kelompok unmet need KB Tempat Frekuensi Persentase berjumlah 582 orang (10,1%). tinggal (%) Hubungan Tingkat pendidikan, Tempat Tinggal dan Informasi PLKB terhadap Kota 2.725 47,4 Unmet Need KB di Jawa Timur Desa 3.028 52,6 Hasil tabulasi silang pada Tabel 6 menunjukkan wanita kawin yang tidak Total 5.753 100 bersekolah, prosentase unmet need KB (6,4%) lebih kecil dibandingkan yang tidak Sumber :Pengolahan Data SDKI 2012 unmet need KB (93,6%). Sama halnya dengan wanita kawin dengan pendidikan Tabel 4.Distribusi Frekuensi Informasi dasar yang unmet need KB (12,4%) lebih PLKB mengenai KB di Jawa kecil dibandingkan yang tidak unmet need Timur KB (87,6%). Wanita kawin dengan pendidikan menengah yang unmet need Informasi Frekuensi Persentase KB (11,2%) lebih kecil dibandingkan yang tidak unmet need KB (88,8%). Wanita PLKB (%) kawin dengan pendidikan tinggi yang unmet need KB (10,1%) lebih kecil Ya 618 10,8 dibandingkan dengan yang tidak unmet need KB (89,9%). Hasil dari Tabel 6 dapat Tidak 5.131 89,2 disimpulkan bahwa wanita kawin yang berpendidikan menengah lebih banyak Total 5.749 100 berperilaku unmet need KB dibandingkan dengan wanita kawin yang berpendidikan Sumber : Pengolahan Data SDKI 2012 lainnya. Hasil uji chi square yang diperoleh adalah p=0,000, sehingga Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat mayoritas (89,2%) wanita kawin tidak pendidikan dengan unmet need KB pada mendapatkan informasi mengenai KB dari wanita kawin di Jawa Timur. PLKB melalui kunjungan petugas ke wanita kawin. Wanita kawin yang Hasil tabulasi silang pada Tabel 6 mendapatkan informasi KB melalui menunjukkan wanita kawin dengan kunjungan PLKB sebesar 10,8%. kejadian unmet need KB menurut daerah tempat tinggal mempunyai hasil sebagai Gambaran Kejadian Unmet Need KB. berikut : untuk wanita kawin yang tinggal di daerah perkotaan yang unmet need KB Distribusi wanita kawin (11,2%) lebih kecil dari yang tidak unmet need KB (88,8%). Wanita kawin yang berdasarkan kejadian unmet need KB di tinggal di daerah perdesaan unmet need KB sebesar 9,1% lebih kecil dari wanita dapat dilihat pada Tabel 5. yang tidak unmet need KB sebesar 90,9%. Tabel 5.Distribusi Frekuensi Unmet Need Hasil dari Tabel 6 menunjukkan KB pada Wanita Kawin di Jawa wanita kawin yang tinggal di daerah Timur Unmet Need Frekuensi Persentase KB (%) Ya 582 10,1 Tidak 5.171 89,9 Total 5.753 100,0 Sumber:Pengolahan Data SDKI 2012
Hanum Kholida Zia, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tempat... 155 perkotaan perilaku unmet need KB lebih dari tidak unmet need KB yang sebesar tinggi daripada wanita kawin di daerah 92,3%. Wanita kawin yang tidak perdesaan. Hasil uji chi square yang mendapatkan informasi PLKB yang unmet diperoleh adalah p=0,010, sehingga dapat need KB yakni sebesar 10,7% juga lebih disimpulkan terdapat hubungan antara kecil daripada wanita yang tidak unmet tempat tinggal dengan kejadian unmet need KB yakni sebesar 89,9%. need KB pada wanita kawin di Jawa Timur. Hasil tabulasi silang pada Tabel 6 Hasil dari Tabel 6 menunjukkan menunjukkan wanita kawin dengan wanita kawin yang tidak mendapatkan kejadian unmet need KB menurut informasi PLKB perilaku unmet need KB informasi yang didapatkan dari petugas lebih tinggi daripada wanita kawin yang lapangan KB. Kejadian unmet need KB mendapatkan informasi PLKB. Hasil uji dengan informasi PLKB mempunyai hasil chi square sebesar p=0,048, sehingga sebagai berikut : untuk wanita kawin yang dapat disimpulkan bahwa terdapat mendapatkan informasi PLKB yang unmet hubungan antara informasi PLKB dengan need KB yakni sebesar 7,7% lebih kecil kejadian unmet need KB pada wanita kawin di Jawa Timur. Tabel 6. Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan, Tempat Tinggal dan Informasi PLKB dengan Unmet Need KB di Jawa Timur. Tingkat Unmet need KB Wanita Kawin Total p value Pendidikan Unmet Need Tidak Unmet Need n% n % n% Tidak sekolah 19 6,4 276 93,6 295 100 Pendidikan dasar 301 12,4 2.136 92,4 2.437 100 Pendidikan 208 8,2 2.330 91,8 2.538 100 0,000 menengah Pendidikan tinggi 54 11,2 429 88,8 483 100 Tempat Tinggal Unmet need KB Wanita Kawin Total Unmet Need Tidak Unmet Need p value n% n % n% Kota 305 11,2 2.420 88,8 2.725 100 0,010 Desa 277 9,1 1.963 90,9 3.028 100 Informasi Unmet need KB Wanita Kawin Total p value PLKB Unmet Need Tidak Unmet Need n% n % n% Ya 54 7,7 649 92,3 703 100 0,048 Tidak 223 10,7 1.963 89,9 2.186 100 Sumber : Pengolahan Data SDKI 2012 Terdapat kejadian unmet need KB pada PEMBAHASAN wanita kawin menunjukkan bahwa masih ada wanita kawin yang tidak ingin Unmet Need KB memiliki anak baik untuk penjarangan maupun untuk pembatasan, namun tidak Hasil penelitian menunjukkan dari menggunakan kontrasepsi. 5753 wanita kawin, terhadap kejadian BKKBN telah menyiapkan unmet need KB sebesar 10,1 %, lebih kecil dibandingkan yang tidak unmet need KB. berbagai macam program untuk Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil menurunkan angka unmet need KB penelitian yang dimuat pada SDKI 2012. diantaranya melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB, namun angka unmet need KB di Jawa Timur masih
156 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 December 2019:150-160 belum mencapai target yakni masih 10,1% pendidikan seseorang maka informasi yang (SDKI, 2012). diperoleh akan semakin banyak. Seseorang Faktor yang mempengaruhi unmet need KB antara lain pendidikan, pekerjaan, yang berpendidikan tinggi akan lebih umur, pengalaman, kebudayaan dan informasi. Secara rinci dapat diuraikan mudah menerima informasi baru termasuk sebagai berikut: pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga informasi mengenai alat kontrasepsi yang perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan dapat digunakan. Penelitian ini diperkuat serta dalam pembangunan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin dengan penelitian Porouw (2014) yang mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan dimiliki. Banyaknya wanita kawin yang mempunyai pendidikan SMA dan lebih rendah 0,372 kali mengalami unmet need tinggi (Tabel 1) akan mempermudah dalam memahami materi tentang KB dan dapat KB dibandingkan ibu yang berpendidikan meningkatkan pengetahuan tentang KB. tinggi. Porouw menganggap ibu yang Hubungan Antara Unmet Need KB dengan Tingkat Pendidikan Wanita berpendidikan rendah memiliki kawin di Jawa Timur pemahaman yang kurang mengenai Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa tingkat pendidikan informasi yang didapatkannya termasuk mempunyai signifikansi sebesar 0,010 yang artinya ada hubungan antara tingkat informasi mengenai keluarga berencana, pendidikan dengan kejadian unmet need KB di Jawa Timur. Penelitian ini didukung sehingga meningkatkan peluang ibu untuk dengan penelitian Nurinda et al (2013) yang menyatakan bahwa hasil gambaran unmet need KB. unmet need KB menurut pendidikan menunjukkan bahwa unmet need KB Penelitian Katulistiwa et al (2013) berada banyak pada wanita dengan pendidikan rendah. Pendidikan rendah menyatakan wanita yang berpendidikan pada Provinsi Nusa Tenggara Timur cenderung 1,404 kali lebih tinggi untuk SD berisiko 1,6 kali lebih besar untuk mengalami unmet need KB dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan tinggi. mengalami unmet need KB dibandingkan Wanita yang berpendidikan rendah di Provinsi Yogyakarta 1,125 kali lebih tinggi dengan wanita yang berpendidikan SMP- risiko mengalami unmet need KB dibandingkan dengan wanita yang SMA dan perguruan tinggi. Wanita yang berpendidikan tinggi. tidak sekolah berisiko 1,2 kali lebih besar Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ariyanti (2016) yang untuk mengalami unmet need KB menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh terhadap unmet need dibandingkan dengan wanita yang KB. Pendidikan dapat mempengaruhi unmet need KB karena semakin tinggi berpendidikan SMP-SMA dan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Sariyati et al (2015) yang menyatakan bahwa pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan perilaku unmet need KB pada wanita kawin (p=0,057). Pendidikan wanita kawin yang semakin tinggi membuat kemungkinan seseorang untuk unmet need KB semakin besar. Hal ini dikarenakan mereka sudah mengetahui bagaimana mencegah kehamilan dengan cara selain menggunakan alat kontrasepsi dan dengan cara alami sehingga mereka tidak bersedia menggunakan kontrasepsi modern ataupun kontrasepsi dengan menggunakan alat. Pengalaman negatif dari efek samping penggunaan alat kontrasepsi dan pengalaman pernah mengalami kegagalan menggunakan alat kontrasepsi membuat seseorang tidak menggunakan alat kontrasepsi, sehingga meskipun pendidikan seseorang tinggi tetap memungkinkan terjadinya unmet need KB.
Hanum Kholida Zia, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tempat... 157 Fadhila et al (2016) menyatakan perkotaan peluang untuk mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pelayanan KB lebih besar daripada peserta tingkat pendidikan dan unmet need KB KB di daerah perdesaan. Pelayanan KB di (p=1,000). Hal ini dapat terjadi di daerah perkotaan mempunyai kualitas yang perkotaan dengan kemunginan interaksi lebih baik daripada di daerah perdesaan. antara orang berpendidikan tinggi dengan Hasil penelitian Listianingsih et al (2016) orang berpendidikan rendah cukup besar, menyatakan bahwa wanita kawin yang sehingga perilaku dan pola hidup hidup tinggal di desa kemungkinan lebih kecil mereka tidak jauh berbeda. Meskipun mengalami unmet need KB daripada yang demikian wanita kawin yang tinggal dikota. Daerah tempat tinggal berpendidikan rendah lebih berpeluang berhubungan dengan akses untuk unmet need KB dibandingkan dengan mendapatkan pelayanan KB. Hasil wanita yang berpendidikan tinggi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Zia (2017) yang menyatakan bahwa tempat Kurniawati (2014) menyatakan tinggal berpengaruh terhadap kejadian bahwa faktor pendidikan tidak cukup unmet need KB. Hasil penelitian ini tidak berpengaruh terhadap alasan wanita kawin sesuai dengan penelitian Ariyanti (2016) untuk tidak ikut serta dalam program KB, yang menyatakan bahwa daerah tempat hal ini dikarenakan, informasi mengenai tinggal tidak memiliki pengaruh terhadap KB dapat diketahui dimana saja dan dari unmet need KB. Umumnya akses siapa saja, seperti Bidan Desa. Kejadian pelayanan KB di daerah perdesaan lebih unmet need KB yang seimbang antara sulit, namun saat ini mulai dibangun klinik wanita kawin yang berpendidikan tinggi KB di daerah perdesaan dan dibuat dengan wanita kawin yang berpendidikan berbagai program oleh BKKBN untuk rendah dipengaruhi oleh banyak faktor meningkatkan angka keikutsertaan KB antara lain akses terhadap informasi yang terutama untuk daerah pedesaan. semakin mudah dan kesadaran wanita kawin untuk mencari informasi dari semua Menurut Katulistiwa et al (2013), sumber. jarak pelayanan KB dengan tempat tinggal mempengaruhi kejadian unmet need KB. Hubungan Antara Unmet Need KB Tempat tinggal yang jauh dari tempat dengan Tempat Tinggal Wanita kawin pelayanan KB dapat memperbesar di Jawa Timur hambatan yang mempengaruhi kepesertaan KB pada aseptor KB. Hasil penelitian Hasil analisis chi square menunjukkan tempat tinggal berhubungan menunjukkan bahwa tempat tinggal dengan unmet need KB pada wanita kawin. memiliki nilai signifikansi sebesar 0,010 Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang artinya ada hubungan antara tempat unmet need KB pada wanita kawin yang tinggal dengan kejadian unmet need KB di bertempat tinggal di daerah perkotaan lebih Jawa Timur. Hasil penelitian ini sesuai tinggi daripada wanita kawin yang tinggal dengan penelitian yang dilakukan Putri et di daerah perdesaan. al (2013) yang menyatakan bahwa tempat tinggal mempengaruhi kejadian unmet Hubungan antara Unmet Need KB need KB. Penduduk yang tinggal di desa dengan Informasi PLKB kepada Wanita lebih besar kemungkinan untuk mengalami kawin di Jawa Timur unmet need KB dikarenakan masyarakat di desa kurang terpapar informasi baik dari Hasil analisis chi square media massa ataupun petugas lapangan menunjukkan bahwa informasi PLKB yang KB. melakukan kunjungan kepada wanita kawin memiliki nilai signifikansi sebesar Hasil penelitian ini sesuai dengan 0,048 yang artinya ada hubungan antara hasil penelitian Adam (2010) yang informasi PLKB dengan kejadian unmet menyatakan bahwa peserta KB di daerah
158 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 December 2019:150-160 need KB di Jawa Timur. Hasil penelitian cara kontrasepsi pada aseptor KB yang sesuai dengan penelitian Ulsafitri et al efektif. (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara informasi PLKB dengan SIMPULAN kejadian unmet need KB pada wanita kawin dengan nilai signifikansinya Karateristik wanita kawin yang p=0,000. berstatus menikah menurut SDKI 2012 mayoritas berumur 30-34 tahun. Mayoritas Suseno (2011), menyatakan salah jumlah anak 1-3 orang. Jumlah anak ideal satu hal yang harus diperhatikan oleh mayoritas wanita kawin 1-2 orang. Tingkat layanan kesehatan adalah kompetensi pendidikan paling banyak adalah tingkat petugas kesehatan. Kompetensi petugas pendidikan menengah. Mayoritas wanita kesehatan dapat mempengaruhi informasi kawin bekerja. Tingkat kesejahteraan yang diberikan kepada aseptor KB. mayoritas menengah hingga menengah Informasi mengenai KB yang didapatkan keatas. dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara atau alat Distribusi tempat tinggal antara kontrasepsi dan meningkatkan penerimaan perkotaan dan perdesaan hampir sama. metode kontrasepsi yang efektif dengan Informasi yang didapatkan dari PLKB risiko rendah. yang berkunjung mayoritas tidak ada, karena mayoritas wanita kawin tidak Hasil penelitian Putriet al (2013) mendapatkan kunjungan dari petugas menunjukkan bahwa persentase responden lapangan KB. Unmet Need KB di Jawa yang mengalami unmet need KB antara Timur pada tahun 2012 sebesar 582. yang mendapatkan kunjungan dari petugas Faktor-faktor yang mempengaruhi unmet lapangan KB dengan yang tidak need KB pada wanita kawin dalam mendapatkan kunjungan dari petugas penelitian ini adalah tingkat pendidikan lapangan KB tidak jauh berbeda, hanya (p=0,000), tempat tinggal (p=0,010) dan terdapat selisih sebanyak 1 %. Hardiyanto, informasi PLKB (p=0,048). Sekertaris Utama BKKBN Pusat pada tahun 2013 menyebutkan kurangnya Saran bagi pelaksana program jumlah petugas lapangan keluarga yakni BKKBN adalah membuat program berencana (PLKB) mengakibatkan yang dapat mencakup semua tingkat program KB stagnan selama 10 tahun pendidikan wanita kawin. PLKB berperan terakhir. Keberadaan PLKB sebenarnya sangat penting, sehingga disarankan agar sangat dibutuhkan untuk meningkatkan PLKB selalu meningkatkan kompetensi pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang dimiliki sehingga dapat tentang pentingnya menggunakan alat atau mengoptimalkan perannya dalam cara kontrasepsi terutama untuk jangka pemberian informasi kepada wanita kawin. panjang atau MJKB (BKKBN Kepulauan Riau, 2013). DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil penelitian, dapat Adam, P., F., 2010. Kajian tentang disimpulkan bahwa informasi yang Prevalensi Kontrasepsi Keluarga didapatkan wanita kawin dari petugas Berencana Catatan Kecil Dalam kesehatan yang berkunjung turut Upaya Pencapaian MDGs 2015 di mempengaruhi keputusan untuk unmet Maluku. [e-journal]. need KB. Kompetensi petugas lapangan KB dapat mempengaruhi informasi yang Ariyanti, M.M., 2016. Pemodelan Regresi disampaikan oleh petugas lapangan KB. Logistik untuk mengetahui Faktor Informasi PLKB dapat mempengaruhi yang Mempengaruhi Unmet Need pemahaman informasi mengenai alat dan Keluarga Berencana di Jawa Timur.
Hanum Kholida Zia, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tempat... 159 Skripsi. Surabaya: Universitas Kesehatan Volume 2 No.2 Mei Airlangga. 2014. BPS. Survei Demografi dan Kesehatan Kurniawati, Y., 2014. Analisis Faktor- Indonesia (SDKI) 2012. Badan Faktor yang Mempengaruhi Pusat Statistik, BKKBN, Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Kementrian Kesehatan, Maccro Subur (PUS) dalam Program Calverton Mary Land: Jakarta. Keluarga Berencana di Kecamatan 2013. Pujud Kabupaten Rokan Hilir. [e- BAPPENAS. Ringkasan Metadata journal] Jom FISIP Volume 1 No. 2 Indikator Tujuan Pembangunan - Oktober2014.pp 1-15. Berkelanjutab (TPB)/ Sustainable Listianingsih, U., Sumini., Satiti, S., 2016. Development Goals (SDGs) Unmet Need: Konsep yang Masih Indonesia.mKementerian Perlu Diperdebatkan. [e-journal] Perencanaan Pembangunan Jurnal UGM. Volume 24, Nomor Nasional/ Bappenas : Jakarta. 2017. 1. Pp 72-90. Bizuneh, Genene, Shiferaw, S., Melkamu, Nurinda, A., Herdayati, M., 2013. Y., 2008. Unmet Need and Hubungan Pendidikan, Evaluation of Programme Options Pengetahuan KB, dan Otonomi to Meet Unmet Need for Wanita pada Kejadian Unmet Need Contraception in Ethiopia, 2000- (Kebutuhan KB yang Tidak 2005: Further Analysis of the 2000 Terpenuhi) di Provinsi Yogyakarta and 2005 Ethiopia Demographic dan NTT Menurut SDKI 2007. [e- and Health Surveys. Calverton, journal] Maryland, USA: Ojaaka, D., 2008. Trends and Determinants MacroInternational Inc. of Unmet Need for Family BKKBN Kepulauan Riau, 2013. BKKBN Planning in Kenya. [e-journal] Kekurangan PLKB, Program KB DHS Working Paper. Stagnan. Perwakilan BKKBN Jawa Timur., 2017. Bradley, S.E.K., Croft, T.N. Fishel, J.D Evaluasi Program KKBPK: Data and Westoff, C.F. 2012. Revising Februari 2017. Surabaya. Unmet Need for Family Planning. Porouw, S, H., 2014. Faktor-Faktor yang DHS Analytical Studies No. 25. berhubungan dengan Kebutuhan Calverton, Maryland, USA: ICF Keluarga Berencana yang Tidak International. Terpenuhi (Unmet Need) di Fadhila, H.N., Widoyo, R., Elytha, F. Kecamatan Sipatana Kota 2016. Unmet Need Keluarga Gorontalo. [e-Journal] Berencana pada Pasangan Usia Putri, M.D., Prasetyo, S., 2013. Kebutuhan Subur di Kecamatan Padang Barat KB yang Tidak Terpenuhi (Unmet Tahun 2015. [e-Journal] Jurnal Need) pada Wanita Menikah 2 kesehatan Masyarakat Andalas. Tahun Pascasalin (Analisis Lanjut Vol10(2): 151-156 Data SDKI Tahun 2007).[e-journal] [https:// https://doi.org/10.24893/jk Sariyati, S., Mulyaningsih, S., Sugiharti, ma.10.2.151-156.2016] S., 2015. Faktor yang Berhubungan Katulistiwa, R., 2014. Determinan Unmet dengan Terjadinya Unmet Need KB Need KB pada Wanita Menikah di pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Klabang Kabupaten Kota Yogyakarta. [e-journal] Bondowoso (Determinants for Journal Ners and Midwifery Family Planning Among Married Indonesia. [https:// DOI: Women at Klabang Sub District in 10.21927/jnki.2015.3(3).123-128] Bondowoso). [e-journal] Pustaka
160 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 14, No 2 December 2019:150-160 Suseno, R., M. 2011. Faktor-faktor yang pada Wanita Menikah di Berpengaruh Terhadap Kebutuhan Kecamatan Klabang Kabupaten Keluarga Berencana yang Tidak Bondowoso (Determinants for Terpenuhi (Unmet Need for Family Family Planning Among Married Planning) di Kota Kediri. [e- Women at Klabang SubDistrict in journal] Jurnal Kebidanan Panti Bondowoso). [e-journal] Wilaya, vol.2(1). Kementerian Kesehatan, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta : Ulsafitri, Y. Fastin, N.R., 2014. Faktor- Kementerian Kesehatan Republik Faktor yang Berhubungan dengan Indonesia. Unmet Need KB pada Pasangan Zia, H., K., 2017. Faktor yang Usia Subur (PUS). LPPM Stikes Mempengaruhi Unmet Need KB Yarsi. pada Wanita Kawin. Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga. Katulistiwa, R., Baroya, N., Wati, M.D., 2013. Determinan Unmet Need KB
ANALISIS KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM (RSU) HAJI SURABAYA BERDASARKAN DIMENSI MUTU DABHOLKAR THE ANALYSIS OF PATIENT SATISFACTION IN INPATIENT INSTALLATION OF SURABAYA HAJJ HOSPITAL BASED ON THE DABHOLKAR DIMENSION Kidhung Piranti Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Alamat Korespondensi: Kidhung Piranti E-mail: [email protected] ABSTRACT Community Satisfaction Index (CSI) in Inpatient Installation of Surabaya Hajj Hospital increased during 2012- 2016, but it has not reached the standard determined by the hospital, that is 85%. This study aims to analyze the patient satisfaction in the Inpatient Installation of Surabaya Hajj Hospital based on Dabholkar Dimension. This study is descriptive observational analysis by using cross-sectional approach with systematic random sampling technique. The samples obtained were 142 respondents. This research analyzes patient satisfaction in the Inpatient Installation by categorizing patient satisfaction in each element based on Dabholkar Dimension. The element with a composite mean ≥ the aggregate of composite average means satisfied and not becoming an issue, while the element with composite mean < the aggregate of composite average means unsatisfied and becomming an issue. Quality service issue can be a problem hence it needs to be resolved as soon as possible. The results of this study can be used to prepare the recommendation of health service improvement to increase patient satisfaction. Keywords: Dabholkar dimension, quality issue, patient satisfaction. ABSTRAK Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya dari tahun 2012 hingga 2016 mengalami peningkatan namun belum mencapai standar yang ditetapkan rumah sakit yaitu sebesar 85%. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya berdasarkan Dimensi Mutu Dabholkar. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel systematic random sampling. Diperoleh sampel sebanyak 142 responden. Penelitian ini menganalisis kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap dengan melakukan pengkatagorian kepuasan pasien di tiap unsur berdasarkan Dimensi Mutu Dabholkar. Unsur dengan mean komposit ≥ rata-rata komposit keseluruhan berarti puas dan bukan isu, sedangkan unsur dengan mean komposit < rata-rata komposit keseluruhan berarti tidak puas dan menjadi isu. Isu mutu layanan dapat menjadi masalah sehingga harus segera diselesaikan. Hasil analisis digunakan untuk menyusun rekomendasi perbaikan mutu pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Kata kunci: dabholkar, isu mutu, kepuasan pasien PENDAHULUAN lapisan masyarakat. Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan yang Rumah sakit merupakan sarana menyelenggarakan pelayanan kesehatan kesehatan yang memberikan pelayanan perorangan secara paripurna dengan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki menyediakan pelayanan rawat inap, rawat peran yang sangat strategis dalam jalan, dan gawat darurat (Permenkes No mempercepat peningkatan derajat 340, 2010). Dewasa ini makin banyak kesehatan masyarakat. Rumah sakit jumlah rumah sakit yang berdiri sehingga dituntut memberikan pelayanan yang memunculkan persaingan ketat antar bermutu sesuai dengan standar yang rumah sakit sekaligus menjadikan ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh tantangan bagi pengelola maupun pemilik ©2019 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl14il.2019.160-173 Received 24 August 2017, received in revised form 15 September 2017, Accepted 24 October 2017, Published online: December 2019
Kidhung Piranti dan Stefanus Supriyanto, Analisis Kepuasan Pasien Di... 161 rumah sakit untuk memperbaiki kualitas Surabaya berdasarkan Dimensi Mutu pelayanan yang dipercaya oleh masyarakat Dabholkar. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan RSU Haji Surabaya adalah salah mutu pelayanan di Instalasi Rawat Inap satu rumah sakit di Kota Surabaya dengan RSU Haji Surabaya. tipe B. RSU Haji Surabaya berperan meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai METODE PENELITIAN dengan tugas pokok dan fungsinya. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penelitian ini merupakan penelitian merupakan ketentuan jenis dan mutu observasional karena peneliti tidak pelayanan dasar urusan wajib daerah yang memberikan perlakuan terhadap subyek berhak diperoleh setiap warga secara penelitian. Penelitian ini menggunakan minimal dan merupakan tolak ukur desain penelitian cross sectional karena pelayanan minimum yang diberikan Badan penelitian ini dilakukan pada satu waktu Layanan Umum (BLU) kepada tertentu. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi pasien yang terdaftar di Instalasi Rawat capaian indikator SPM di RSU Haji Inap RSU Haji Surabaya pada saat Surabaya yang belum memenuhi standar dilakukan penelitian. Data yang digunakan sebanyak 31 SPM, dan salah satu adalah rata-rata jumlah pasien masuk pada indikatornya adalah Indeks Kepuasan tahun 2016. Berdasarkan data pada tahun Masyarakat (IKM). IKM merupakan 2016 terdapat 13.896 pasien masuk di tingkat kepuasan masyarakat yang Instalasi Rawat Inap. Penentuan besar dilakukan melalui survey terhadap populasi didasarkan pada data tersebut pelayanan yang diterima dari sehingga dalam satu bulan rata-rata pasien penyelenggara pelayanan (Laporan Kinerja masuk sebanyak 1.158 pasien. Penentuan RSU Haji Surabaya Tahun ,2015). sampel dilakukan menggunakan teknik systematic random sampling dengan Berdasarkan data sekunder yang asumsi bahwa populasi dalam penelitian diperoleh, bahwa hasil survei Indeks ini homogen dan tersebar di lokasi yang Kepuasan Masyarakat (IKM) dari tahun sama. Besar sampel yang akan diteliti 2012 hingga 2016 mengalami peningkatan dihitung menggunakan rumus sehingga namun belum mencapai standar yang diperoleh 142 responden. ditetapkan rumah sakit yaitu sebesar 85%. Terdapat sembilan unsur IKM yang dinilai Penelitian dilakukan di Instalasi di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya Rawat Inap RSU Haji Surabaya pada bulan dan dapat dikelompokkan ke dalam Juni sampai Juli 2017. Variabel dalam Dimensi Mutu Dabholkar, yaitu Physical penelitian ini yaitu kepuasan pasien pada aspect (produk spesifik), Reliability (waktu mutu layanan berdasarkan Dimensi Mutu pelayanan dan maklumat pelayanan), Dabholkar yaitu dimensi fisik, reliabilitas, Personal Interaction (perilaku pelaksana), interaksi personal, pemecahan masalah, Problem Solving (kompetensi pelaksana dan kebijakan. Angka yang digunakan dan penanganan pengaduan), serta Policy pada jawaban kepuasan responden (persyaratan, prosedur, dan biaya/tarif) menggunakan skala likert yaitu tidak puas: (Laporan Kinerja BLUD RSU Haji 1, kurang puas: 2, biasa saja/netral: 3, Surabaya Tahun 2016: Laporan Akhir puas: 4, sangat puas: 5. Pengumpulan data IKM RSU Haji Surabaya). primer dilakukan dengan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner IKM merupakan salah satu tolak yang dikembangkan dari teori kualitas jasa ukur penilaian kepuasan pasien terhadap berdasarkan Dimensi Mutu Dabholkar, pelayanan kesehatan yang diberikan sedangkan data sekunder diperoleh dari sehingga perlu dilakukan penelitian yang Laporan Kinerja Pemerintah (LKJ IP) bertujuan untuk menganalisis kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap RSU Haji
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160