Sumber foto: http://wawasansejarah.com/sejarah-republik-indonesia-serikat/ Sumber foto: https://collectie.wereldculturen
HISTORIOGRAFI PENDIDIKAN INDONESIA
Ketua Dewan Redaksi: Hilmar Farid Wakil Ketua Dewan Redaksi: Triana Wulandari Dewan Editor: Saptari Novia Stri, Agus Widiatmoko, Edy Suwardi, Andi Syamsu Rijal Editor Pelaksana: Kasijanto Sastrodinomo dan Kresno Brahmantyo Staf Editor: Agus Hermanto, Budi Karyawan Sedjati, Ratih Widdyastuti, Dirga Fawakih Mitra Bestari: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono (Universitas Diponegoro), Prof. Dr. phil. Gusti Asnan (Universitas Andalas), Dr. Bondan Kanumoyoso (Universitas Indonesia), Dr Sri Margana (Universitas Gadjah Mada) Tata Letak dan Grafis: Wahid Hisbullah, M. Hafiz Wahfiuddin Sekretariat: Dede Sunarya, Yunia Sarah, Isti Sri Ulfiarti, Zakiyah Egar Imani Sirkulasi dan Distribusi: Ryano Septian Bruning, Nurwahyudi Penerbit: Direktorat Sejarah Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung E Lantai 9 Jalan Jenderal Sudirman-Jakarta 10270 Telepon (021) 5725539/5725540 Faksimili (021) 5725539/5725540 Situs: jurnalabad.kemdikbud.go.id E-mail: [email protected] Abad adalah jurnal ilmiah sejarah yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jurnal ini dimaksudkan sebagai media pembahasan hasil penelitian ilmiah sejarah dan disiplin lain yang terkait dengan ilmu sejarah. Terbit dua kali setiap tahun, yaitu dalam Juni dan Desember
|3 Kata Pengantar Sejarah dan pendidikan adalah dua aspek yang sangat erat berkaitan. Sejarah dalam dunia pendidikan secara khusus memiliki peran sentral dalam upaya menumbuhkan kesadaran kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air dan kebinekaan di Indonesia. Pendidikan kesejarahan juga memiliki peran strategis dalam memperkuat memori kolektif yang mendasari rasa persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang multietnis. Untuk itulah, sejak lama sejarah hadir di setiap jenjang pendidikan kita. Sejarah memberikan penguatan dan penyegaran ingatan kolektif kita sebagai sebuah bangsa besar yang dibentuk dengan proses yang panjang. Selain pendidikan kesejarahan, sejarah pendidikan di Indonesia juga menarik untuk didiskusikan. Sebelum kolonialisme datang, masyarakat Nusantara sesungguhnya telah memiliki beragam sistem pendidikan tradisional. Misalnya pesantren, sejak dahulu pesantren telah memiliki sistem pendidikan tradisional seperti halaqoh, sorogan, dan wetonan. Kemudian ketika kolonialisme datang barulah diperkenalkan sistem klasikal. Dan secara perlahan, sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mulai mengadopsi pola-pola pendidikan Barat. Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan di Indonesia rupanya tidak hanya diampu oleh pemerintah saja. Para tokoh dan organisasi juga turut andil dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti Sumatera Thawalib, Boedi Oetomo, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Taman Siswa dan berbagai organisasi lainnya. Pada tahun 2019, Jurnal Abad sebagai wadah publikasi hasil penelitian sejarah mutakhir, dalam Volume 03 Nomor 1 tahun 2019, memfokuskan pembahasan pada tema historiografi pendidikan di Indonesia. Dalam jurnal edisi ini terhimpun sepuluh artikel hasil riset mutakhir yang membahas tentang penulisan sejarah pendidikan di Indonesia. Kesepuluh artikel dalam jurnal ini telah dipresentasikan dalam Seminar Sejarah Nasional (SSN) pada tanggal 3-4 Desember 2018 yang diselenggarakan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Selain itu, sepuluh artikel ini juga telah melalui seleksi ketat oleh mitra bestari yang merupakan sejarawan yang pakar dalam bidangnya. Kami berharap penerbitan jurnal Abad Volume 03 Nomor 1 ini mampu menghadirkan temuan baru historiografi pendidikan di Indonesia. Semoga penerbitan jurnal ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas lagi tentang bagaimana pendidikan sejak dahulu diselenggarakan di Indonesia, hal ini penting sebagai inspirasi dan referensi bagi para penyelenggaran pendidikan, pendidik, para pemangku kepentingan dan masyarakat luas pada umumnya. Triana Wulandari Direktur Sejarah Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
4| Daftar Isi Volume 03 | Nomor 1 | Juni 2019 Kata Pengantar [3] Daftar Isi [4] FIKRUL HANIF SUFYAN Perdamaian: Corong Pendidikan Thawalib School Padang Panjang Tahun 1929 [5] RONAL RIDHOI Tema Baru Historiografi Bagi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA/SMK di Jawa Timur [18] DUWI ASRI SURYANINGSIH Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-20 [30] REZZA MAULANA Pendidikan dan Pendidikan Sejarah di Perguruan Islam Republik Indonesia Yogyakarta 1947-2005 [43] NUR JANTI Menjadi Sejarawan Cilik: Belajar Sejarah dari dekat [57] SITI HASANAH Potret Pendidikan Masa Kolonial di Situbondo [64] JOSHUA JOLLY SUCANTA CAKRANEGARA PSPB: Dinamika Pendidikan Sejarah di Indonesia Pada 1985 [76] ILHAM NUR UTOMO Mohammad Hatta dan Sejarah Sebagai Pendidikan [90] SEPTIAN TEGUH WIJIYANTO Sekolah Pendidikan Menengah Pangreh Praja: Mosvia Magelang 1927-1942 [101] WAHYU PURWIYASTUTI Di Antara Dua Pilihan: Guru Sejarah atau Pekerja [120] Jurnal Sejarah
VOLUME 03 | NOMOR 1 | JUNI 2019 Perdamaian: Corong Pendidikan Thawalib School Padang Panjang Tahun 1929 Fikrul Hanif Sufyan STKIP Yayasan Abdi Pendidikan, Jl. Prof M. Yamin Kota Payakumbuh Email: [email protected]/[email protected] ABSTRAK – Majalah Perdamaian menjadi pilar penting Sumatra Thawalib Padang Panjang untuk menyuarakan pentingnya pendidikan di awal 1929. Terbitnya majalah ini, menjadi awal peralihan Thawalib yang awalnya identik dengan pergerakan Kuminih (Komunis), menjadi sekolah non politik. Meskipun, Perdamaian menegaskan dirinya hanya menyuarakan pendidikan, dalam beberapa rubrik tetap menunjukkan penolakannya terhadap kebijakan ordonansi guru dan sekolah Islam. Dengan demikian, perlu dibicarakan, bagaimana akhir majalah berideologi Kuminih di Padang Panjang? Dan bagaimana strategi redaktur dalam menyuarakan pendidikan dan perasaan anti kolonial pada pembacanya? Tulisan ini disusun berdasarkan metode sejarah, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membingkai strategi redaktur dalam mengemas isu-isu pendidikan dan kesadaran anti kolonial, dan kritik terhadap elit Minangkabau. Januari 1927 menjadi titik terendah dan gagalnya perlawanan Kuminih di Sumatra Barat. Setahun kemudian Thawalib School susah payah mengembalikan eksistensinya sebagai sekolah Islam modernis yang disegani di Sumatra. Untuk menegaskan institusinya terbebas dari Kuminih, pada Januari 1929, Hoofdbestuur Sumatra Thawalib sebagai penanggung jawab Perdamaian, mengusung warna berbeda dalam memberitakan persoalan pendidikan kepada pembacanya. Mulai dari pentingnya pendidikan untuk anak bangsa, fungsi guru di sekolah, hingga mengulas pepatah- petitih Minangkabau. Ordonansi guru hingga pengadilan terhadap guru-guru Thawalib yang dituduh melawan kebijakan pemerintah, juga turut menjadi titik perhatian majalah Perdamaian. KATA KUNCI – Perdamaian, Redaksi, Pendidikan, Ordonansi. ABSTRACT – Perdamaian Magazine became an important pillar of Sumatra Thawalib Padang Panjang to voice the importance of education in early 1929. The publication of this newspaper, which became the beginning of Thawalib’s transition which was originally synonymous with the Kuminih (Communist) movement, became a non-political school. Although, the Perdamaian affirmed that he only voiced education, in some rubrics he still showed his rejection of the teacher ordinance policies and Islamic schools. As such, it needs to be discussed, what is the end of the ideological newspaper Kuminih in Padang Panjang? And what is the editor’s strategy in voicing education and anti-colonial feelings for his readers? This paper is based on historical methods, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The purpose of this study was to frame the editor’s strategy in packing issues of education and anti-colonial awareness, and criticism of the Minangkabau elite. January 1927 became the lowest point and the failure of the Kuminih resistance in West Sumatra. And, a year later Thawalib School struggled to restore its existence as a respected modernist Islamic school in Sumatra. To assert that his institution was free from Kuminih, in January 1929, Hoofdbestuur Sumatra Thawalib as the person in charge of Perdamaian, carried a different color in preaching the issue of education to his readers. Starting from the importance of education for the nation’s children, the function of teachers in the school, to review the Minangkabau sayings. The teacher ordinance to the court of Thawalib’s teachers who were accused of opposing government policy also became the focus of the Perdamaian newspaper. KEYWORDS – Perdamaian, Editorial, Education, Ordinance.
6 | Fikrul Hanif Sufyan PENDAHULUAN Lima tahun pasca membesarnya Tha- walib, muncul dua majalah yang berh- Pergolakan di tubuh Sumatra Tha- aluan politik. Berbeda dengan majalah walib Padang Panjang pada kurun sebelumnya, Djago! Djago! dan Peman- waktu 1923-1927, berakhir tatkala dangan Islam justru membawa perubahan guru dan murid-murid yang berideologi baru dalam tubuh Thawalib. Ideologi Ku- Kuminih yang terlibat dalam Peristiwa Si- minih yang dikumandangkan Haji Achmad lungkang segera diringkus oleh veldpolitie Chatib gelar Datuk Batuah–seorang guru dan PID Sumatra Barat. Dua tahun laman- agama dan pembantu redaktur Al-Munir ya, sekolah Islam modernis ini membenahi Al-Manar telah menggemparkan pengurus konflik laten di tubuhnya, sampai Januari Thawalib. Ia mempropagandakan ideologi 1929 mereka telah menyatakan diri bersih yang dikemas dari Karl Marx, selanjutnya dari sisa-sisa Kuminih dan menerbitkan disintesakan dalam Islam dan budaya Mi- majalah Perdamaijan (baca: Perdamaian). nangkabau lewat surat kabar Pemandan- gan Islam. Segera majalah berisi empat Ada hal yang menarik dari perubahan halaman itu beredar luas di kalangan guru sajian artikel yang diterbitkan oleh majalah agama dan siswa-siswa Thawalib (Sufyan, yang digawangi hoofdbestuur Sumatra 2017). Thawalib. Pertama, terjadi perubahan ha- luan, yang awalnya berbau politik, kemu- Djago! Djago! adalah surat kabar lain- dian hanya terkonsentrasi mengupas soal nya yang masih berhaluan Kuminih dan seputar pendidikan saja. Kedua, pimpinan digawangi oleh Natar Zainuddin –seorang redaksi ingin menegaskan, bahwa mereka blasteran Padang-India (Njala, 14 Novem- telah berlepas diri dari pengaruh Kuminih, ber 1926; Kahin 1996: 25; Mc.Vey dan dan ingin melewati trauma politik, yang Benda, 1966: 101). Bila Pemandangan secara langsung “menghancurkan” kredi- Islam lebih bernuansa Islam modernis-Ku- bilitas Thawalib Padang Panjang. minih, Djago! Djago! menunjukkan warna Kuminih yang progresif (Sufyan, 2017). Perubahan-perubahan yang terjadi Pemandangan Islam dan Djago! Djago! dalam Perdamaian, memang berbanding meski hanya berumur dua tahun saja, pas- terbalik dengan tiga majalah yang pernah ca ditangkapnya Haji Datuk Batuah dan hadir di sekolah tersebut. Pada 1918, keti- Natar, telah memberi edukasi politik dan ka pertama kali berdiri, Thawalib telah me- pergerakan untuk guru dan siswa Tha- nerbitkan Al-Munir Al-Manar. Majalah ini walib, terutama memunculkan kesadaran bertuliskan Arab Melayu, dan lebih fokus sebagai anak bangsa, lepas dari belenggu mengupas persoalan fiqh, akhlak, ibadah, penjajahan, menyuarakan protes, dan lain dan sedikit persoalan pendidikan, dan sebagainya. Sepanjang kurun 1925-1927 politik. Majalah yang dipimpin Zainud- tidak ada catatan yang menunjukkan ke- din Labay el-Yunusi (pimpinan Diniyah beradaan pers lainnya di Thawalib Padang School Padang Panjang), menjadi bacaan Panjang, pasca dibredelnya Pemandangan wajib siswa Thawalib, bahkan menjadi Islam dan Djago! Djago! karena dituduh perbincangan hangat di kelas debat untuk melanggar pasal karet Persdelict. sore harinya (Yunus, 1976; Hamka, 1958; Daya, 1995). Jurnal Sejarah
Perdamaian: Corong Pendidikan Thawalib School Padang Panjang Tahun 1929 | 7 Empat tahun vakum, pada Januari dan pergerakan Kuminih di Sumatra Barat, 1929 muncullah pers Perdamaian. Ki- sudah banyak yang menulis. Abdul Fadhil sahnya bermula dari 21 Januari 1928 –ke- (Lontar, vol.4 No.2 Juli-Desember 2007) tika pertemuan di Parabek Fort de Kock, dalam Transformasi Pendidikan Islam di yang dihadiri delegasi Thawalib Padang Minangkabau menganalisis tentang berdi- Panjang, memutuskan untuk mendirikan rinya Sumatra Thawalib yang bermula dari lembaga pendidikan guru, mempelajari gerakan surau. Namun, dalam tulisannya masalah kurikulum dan untuk menerbitkan Fadhil tidak menyinggung hadirnya Per- pers (baca: Perdamaian) (Noer, 1996: 59). damaian. Perubahan besar terjadi dalam edisi per- dananya. Hampir seluruh artikelnya bicara Meimunah S. Moenada (Sosial Bu- mengenai pendidikan. Tidak lagi terdapat daya, Vol.8 No.01 Januari-Juni 2011) da- bahasa yang provokatif, bernuanasa protes, lam Surau dan Modernisasi Pendidikan di “menghina” pemerintah Hindia Belanda, Masa Hindia Belanda menjelaskan diaspo- menyuarakan perlawanan terhadap ketida- ra Thawalib sejak 1918, yang bermula di kadilan, dan lain sebagainya. Justru, baha- Padang Panjang, kemudian segera menye- sa yang diusung bernuansa moderat, seak- bar di Parabek, Batusangkar, Maninjau, an ingin meminggirkan dirinya dari dunia Padang, Pariaman, dan lain-lain. Dalam pergerakan. Memang di beberapa artikel, tulisannya Moenada tidak menyinggung Perdamaian menampilkan suara protes adanya Perdamaian. terhadap kebijakan Ordonansi guru dan se- kolah Islam. Fikrul Hanif Sufyan (2017) dalam Menuju Lentera Merah, memaparkan Perubahan konten artikel dalam Per- mengenai pertumbuhan Sumatra Thawalib damaian ini, tentu menarik untuk dikaji. sejak 1918, lima tahun kemudian diikuti Untuk mendalaminya, ada beberapa item dengan pesatnya gerakan Kuminih yang pertanyaan yang diajukan, bagaimana akh- dirintis Haji Datuk Batuah cs hanya dalam ir majalah berideologi Kuminih di Padang kurun waktu satu bulan. Namun, sama hal- Panjang? dan bagaimana strategi redak- nya dengan tulisan terdahulu, juga tidak tur dalam menyuarakan pendidikan dan menyinggung keberadaan majalah Perda- perasaan anti kolonial pada pembacan- maian. ya?. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah menganlisis akhir majalah berideologi Ku- Untuk menelaah Surat Kabar Perda- minih di Padang Panjang, dan menganal- maian diperlukan kerangka analisis yang isis strategi redaktur dalam menyuarakan digunakan untuk melihat keunikan da- pendidikan dan perasaan anti kolonial pada lam proses sejarah. Istilah press (Inggris) pembacanya. atau pers (Belanda) yang berarti menekan (pressing) karena mesin cetak menekan Studi pendahuluan yang telah dilaku- kertas untuk memunculkan suatu tulisan. kan, terutama untuk Perdamaian, belum Secara harfiah pers adalah mencetak dan ada yang menulis. Namun, bila dihubung- penyiaran yang tercetak atau publikasi kan dengan keberadaan Thawalib Padang yang dicetak (printed publication). Panjang, pers yang hadir sebelum 1929, Secara garis besar perkembangan pers dimulai dari masa Kolonial Belanda dan Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
8 | Fikrul Hanif Sufyan sebagai daerah jajahan, pers hanya dipe- Arsip Nasional, serta Pusat Dokumentasi runtukkan untuk kalangan Eropa saja. Kali dan Informasi Kebudayaan Minangkabau pertama majalah resmi dicetak tahun 1744, (PDIKM) Padang Panjang. yakni Bataviache Nouvelles. Selanjutnya, perkembangan pers Melayu-Tionghoa ma- Tahap kedua adalah kritik sumber, sif beredar, terutama di Jawa dan Sumatra, yang dapat dibagi atas kritik ekstern dan dan sedikit di Kalimantan dan Sulawesi. intern. Kritik ekstern dilakukan untuk men- Bila dilihat dari periodisasinya, Perda- cari otentisitas arsip dan dokumen yang maian pada dasarnya masuk dalam kate- sudah didapatkan. Kritik intern dilakukan gori pers masa Pergerakan Nasional. terhadap isi dokumen yang otentik terse- but untuk mendapat validitas data yang Surat kabar Perdamaian termasuk da- dikandungnya. Kritik ektern terhadap do- lam sejarah pers –merupakan informasi ha- kumen, berupa majalah, arsip, dan lainnya rian yang dikirimkan dan dipasangkan ke dilakukan cross check dengan informasi ruang publik, berupa isu negara dan berita yang diberikan oleh informan yang lain, lokal dalam kurun waktu tertentu (Kun- sehingga validitas informasi yang diber- towijoyo, 2003). Pers nasional menurut ikan dapat teruji. Kritik terhadap sum- Triwardani (Ilmu Komunikasi, Vol. 7, ber-sumber yang penulis peroleh, baik be- 2,Desember: 187-208) memiliki sejarah rupa majalah Perdamaian, surat kabar lain, panjang sebagai institusi pemberdaya mas- dan arsip diseleksi berdasarkan tema, akur- yarakat serta alat perjuangan bangsa. asi tahun dan tempat, dan lainnya. METODE Tahap ketiga adalah analisis dan sin- tesis data (interpretasi). Fakta yang diper- Tulisan ini menggunakan metode sejarah oleh, baik dari sumber tertulis maupun yang meliputi empat tahapan, yaitu heuris- sumber lisan dianalisis dengan menggu- tik, kritik sumber, analisis sintesis (inter- nakan analisis prosesual dan struktural pretasi), dan penulisan (Kartodirjo 1993). (Lloyd 1993). Analisis prosesual digu- Tahap pertama, adalah heuristik. Heuris- nakan guna menemukan akhir keberadaan tik merupakan tahap pencarian dan peng- media pers Kuminih dan awal perkemban- umpulan sumber-sumber sejarah. Sumber gan Perdamaian. Selain itu, dalam analisis yang digunakan dalam tulisan ini berupa ini juga dipakai melihat pengaruh mun- sumber tertulis, sumber lisan, dan artefak. culnya Perdamaian terhadap dunia pendi- Sumber-sumber tertulis meliputi arsip, baik dikan dan keberadaaan Thawalib. Analisis yang diproduksi oleh pemerintah kolonial struktural digunakan untuk menganalisis Belanda maupun pemerintah Indonesia. perubahan-perubahan besar yang terjadi Sumber lain yang dapat digunakan adalah dalam majalah di Sumatra Barat, terutama majalah dan majalah baik yang terbit pada Perdamaian yang berhubungan dengan masa pemerintahan kolonial Belanda, teru- kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pe- tama yang berkenaan dengan Perdamaian. merintah kolonial Belanda. Tahap keempat Sumber-sumber majalah Perdamaian, su- yaitu tahap penulisan (historiografi). Penu- rat kabar lain, dan arsip kolonial Belanda, lisan berbentuk sejarah pers dengan obyek diperoleh dari Perpustakaan Nasional RI, penelitian majalah Perdamaian. Jurnal Sejarah
Perdamaian: Corong Pendidikan Thawalib School Padang Panjang Tahun 1929 | 9 PEMBAHASAN 1935; Beckmann dan Thomas, 1985). Singkatnya, Asisten Residen Padang Sumatra Thawalib merupakan kelanjutan dari Surau Jembatan Besi yang hadir un- Panjang kewalahan dengan gerakan protes tuk menyuarakan gerakan Islam modernis yang dibangun Haji Datuk Batuah cs, baik di Padang Panjang. Adalah Syekh Abdul- lewat debating club, Bufet Merah, pers Pe- lah Ahmad yang awalnya mengelola surau mandangan Islam, Djago! Djago!, Doenia tersebut, kemudian digantikan oleh saha- Achirat, maupun melalui aktivitas Sarekat bat karibnya bernama Syekh Abdul Karim Rakyat. Untuk membumikan ideologi Ku- Amrullah (Haji Rasul). minih, Haji Datuk Batuah menggandeng dua orang guru Thawalib, yakni Arif Fadil- Sebelum berganti nama menjadi Suma- la dan Djamaludin Tamim. tra Thawalib, Haji Rasul intensif melaku- kan pengajian yang diikuti oleh ratusan Residen Sumatra Barat dan Asisten orang jamaah. Dua orang murid terbaiknya Residen Padang Panjang cemas, dengan senantiasa mendampingi, yakni Zainuddin besarnya pengaruh Haji Datuk Batuah cs, Labay El-Yunusi (kelak mendirikan Dini- terutama dalam menggalang massa melalui yah School) dan Haji Achmad Chatib gelar pengkaderan, maupun openbaar vergader- Datuk Batuah (perintis Kuminih). Kedua ing. Asisten Residen Padang Panjang pun, murid ini, sama cerdas dan tajam pe- tidak kehilangan akal. Ia berkolaborasi mikirannya. Hanya saja, Haji Datuk Batu- dengan Kepala Nagari Koto Laweh Datuk ah lebih unggul. Ia pernah berguru dengan Basa, untuk meringkus Haji Datuk Batuah Syekh Ahmad Chatib al-Minangkabawi– cs dengan berbagai delict aduan. yang notabene adalah imam besar Masji- dil Haram, guru KH. Ahmad Dahlan, KH. Redupnya Komunis di Sumatra Barat Hasyim Asy’ari, beberapa Kaum Muda di Sumatra Barat. Pasca diringkusnya Haji Datuk Batuah dan Natar Zainuddin, Gubernur Jendral van Benda (1960) menuturkan, pertemuan Limburg Stirum menengarai api Kuminih dengan Natar Zainuddin telah mengubah di Sumatra Barat akan padam. Malah seba- mindset Haji Datuk Batuah, untuk meng- liknya, gerakan anti kolonial makin mem- adopsi Komunisme dalam bingkai ajaran besar. Dilihat dari agresivitas kiri jelang Islam. Setelah mengalami proses dialekti- peristiwa Silungkang 1927, memang cuk- ka dengan laki-laki blasteran India-Padang up tinggi. Namun, dilihat dari kesolidan dan Haji Miscbach, Haji Datuk Batuah organisasi antara Sarekat Rakyat dan PKI segera mempropagandakan Kuminih –buah di tahun 1925, justru berbanding terbalik. pikiran yang ia peras dari Komunisme sed- Perpecahan di tubuh “merah” sudah tam- erahana ala Marx, ajaran Islam, dan fal- pak, ketika putusan CC PKI Desember safah hidup Minangkabau. Pada Novem- 1924 untuk melebur SR ke PKI Cabang ber 1923, ia memproklamirkan berdirinya Padang, tidak dipatuhi oleh Arif Fadhilla Sarekat Rakyat, yang dalam kurun waktu dan Djamaluddin Tamim. seminggu telah merekrut ratusan orang di sekitar Padang Panjang (Blumberger, Padahal, pada Februari 1925 menun- jukkan anggota Sarekat mencapai 840 Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
10 | Fikrul Hanif Sufyan orang. Sebuah pencapaian yang luar bia- cak gunung es dari pergerakan Kuminih di sa, mengingat tokoh-tokoh Sarekat Rakyat Sumatra Barat. Peristiwa Januari 1927 itu menjadi incaran PID dan Asisten Residen. hanya efektif di Silungkang, Muara Kala- Seluruh anggota Sarekat Rakyat tersebar ban, Padang Sibusuk dan Tanjung Ampalu, di 12 daerah masing-masing: Koto Laweh namun tetap berakhir gagal. Gelombang (101 orang, 26 di antaranya perempuan), bantuan militer akhirnya mematahkan per- Solok (79 orang), Payakumbuh (21 orang), lawanan. Pandji Poestaka kemudian mem- Sungai Sarik Pariaman (110 orang), Lu- beritakan mudahnya perlawanan Januari buk Basung (114 orang), Silungkang (25 1927 itu dipatahkan. Faktor penyebab keg- orang), Fort van der Capellen (24 orang), agalan tetap bermuara pada kekuatan mas- Fort de Kock (54 orang), Muara Labuh (24 sa aksi yang tidak solid dan belum terlatih orang), Sawahlunto (49 orang), Kacang sehingga ketika Asisten Residen Sawah- (25 orang), Tikalah (28 orang), dan daerah lunto yang dikawal tiga brigade veldpolitie lainnya 6 orang (Benda and Mc.Vey, 1960: mendatangi 30 orang perusuh di Silung- 106; Khan, 1993). kang, hanya satu orang saja yang melawan, kemudian ditembak mati (Pandji Poestaka Memasuki akhir 1925, riak yang ter- tanggal 7 Januari 1927). jadi dalam pergerakan merah telah diata- si. Sejak masuknya seorang pimpinan SR Rombongan veldpolitie sedang berfoto di atas Arif Fadhilla dalam PKI Cabang Padang, punggung seekor gajah. Kekuatan veldpolitie yang menandai aktivitas Kuminih kembali berkedudukan di Sawahlunto inilah yang berhasil menggeliat. Sejak bergabungnya Fadhilla, memukul mundur dan menggagalkan aksi massa ia mengintensifkan pengenalan kemba- 1927. Sumber: media kitlv.nl li ruh keislaman dalam gerakan ‘merah’, melalui selebaran-selebaran ke groep, Meskipun revolusi gagal, pemerintah Aceh, Tapanuli, dan Jambi (Schrieke, kolonial Belanda tetap saja terkejut dengan 1928: 155). peristiwa itu (Bendera Islam tanggal 13 Januari 1927). Veldpolitie masa itu berger- Bahkan, pasca guncangan 1926, mer- ak cepat. Tanggal 12 Januari 1927 sekitar eka ikut menampung sumbangan untuk 1300 orang ditangkap, kebanyakan berusia korban gempa Padang Panjang, meski 17-25 tahun. Dua puluh delapan hari pasca dua orang pimpinan SR, Arif Fadhilla dan rusuh 1927, Gubernur Jendral Andries Cor- Datuk Mangkudum Sati ditenggarai men- gorupsi sumbangan gempa (Tamim, 1954: 143). ”Kesimpulan saja memang kedua- duanja ini adalah manusia palsu dan memang uang Rakjat sebanjak 31,000 (tiga puluh satu ribu rupiah) ini adalah ditangan mereka berdua sampai hari hancurnja PKI pada 1 Januari 1927.” (Tamim, 1954: 143). Peristiwa Silungkang merupakan pun- Jurnal Sejarah
Perdamaian: Corong Pendidikan Thawalib School Padang Panjang Tahun 1929 | 11 nelis Dirk de Graeff mengunjungi Sumatra 28 Februari 1927 pemerintah kolonial be- Barat. Ia ingin melihat lebih dekat perkem- nar-benar mengamankan situasi. Ribuan bangan Pabrik Semen Indarung di Padang, orang yang ditahan, kemudian dihadirkan perusahaan tambang batubara Sawahlunto, dalam peradilan massal. Sebagian dari dan penyelesaian peristiwa 1927. Sesam- mereka dijatuhi hukuman mati (Mailrap- pai di stasiun Muara Kalaban, de Graeff port 254/1935). dijemput Contreleur Hoykaas, kepala Om- bilin Steenkolenontginning Holleman, dan Maret 1927 bisa dikatakan pergera- satu detasemen Veldpolitie. kan Kuminih di Sumatra Barat lumpuh. Sisa-sisa kekuatan mereka–terutama dari “Tuan Besar (baca: de Graeff) ber- kalangan siswa Thawalib yang melarikan tanya kepada Residen apa ada orang diri, mencari perlindungan pada organisasi yang membantu polisi ketika ada Islam modernis, salah satunya di Muham- rusuh. Wartena ditunjukkan. T.B madiyah Cabang Padang Panjang. Suma- menghampiri Wartena sambil mengu- tra Thawalib Padang Panjang di bawah lurkan tangan, seraya berkata, besar pimpinan Engku Mudo Abdul Hamid hati kami dapat menjabat tanganmu. Hakim –seorang murid terbaik Haji Ra- T.B memuji kecakapannya dan men- sul segera mengembalikan nama Thawal- gucapkan selamat kepada sekalian ib –yang dianggap rusak pasca kegagalan orang polisi.” (Pandji Poestaka tang- peristiwa 1927 dan pergerakan Kuminih. gal 7 Januari 1927). Pada tanggal 21 Januari 1928, seluruh pimpinan Thawalib di daerah, mengiku- Pada Februari 1927 massa yang di- tangkap mencapai 4000 orang. Baru pada Rel kereta api yang dirusak massa lebih dari 2 kilometer di Padang Sibusuk. Perusuh yang berjumlah 12 dari 20 orang yang bersenjata kelewang mudah ditaklukan veldpolitie. Sedangkan 8 orang lainnya melar- ikan diri. Sumber: tropenmuseum. Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
12 | Fikrul Hanif Sufyan ti rapat yang menghasilkan tiga putusan 1928), dan anggota Volksraad (1927-1931) penting, di antaranya menerbitkan pers (Etek, Mursyid, Arfan, 2007). (Noer, 1996: 57-59). Meskipun telah lama bekerja den- Perdamaian, Penyiar Pendidikan di gan pemerintah Hindia Belanda, Datuk Thawalib School Padang Panjang Kayo gelisah dengan kebijakan ordonasi guru yang banyak diprotes orang Minang. Surat kabar Perdamaian merupakan su- “Tuan voorzitter! Tatkala saja di Sumatra’s rat kabar terbitan Hoofdbestuur Sumatra Westkust, ramai benar dalam kerapatan Thawalib dan berkantor di Fort de Kock. dibicarakan oleh guru-guru agama Islam, Dibandingkan Pemandangan Islam, Dja- tentang maksud goeroe Ordonantie”. de- go! Djago!, surat kabar Perdamaian ter- mikian awal protes dari Datuk Kayo. bilang singkat terbitnya, yakni empat edisi dari 10 Januari sampai Maret 1929. Datuk Kayo mengklaim, hampir seluruh peserta rapat asal Minang menyu- a. Perdamaian 10 Januari 1929: Menyu- arakan protes, mengapa para guru agama arakan Protes Ordonansi Guru dan Mem- harus mengantongi izin dari pemerintah, berita-kan Sumatra Thawalib untuk menyiarkan Islam?. Meskipun pe- merintah berdalih, kebijakan itu untuk Edisi pertama majalah Perdamaian menjaga ketentraman negeri, dan mem- dirilis tanggal 10 Januari 1929. Majalah batasi jumlah orang yang menyiarkan Is- ini di edisi awalnya memberitakan protes lam, tetap saja kebijakan itu dianggap terhadap Ordonansi Guru, memberitakan menghina kualitas dan kredibilitas guru seputar Sumatra Thawalib yang membuka agama. pendaftaran untuk siswa baru, dan seputar artikel singkat mengenai makna pendi- Selain itu, Datuk Kayo juga menyuara- dikan. kan protes guru agama, karena pemerintah Hindia Belanda telah mencampuri inter- “Engkoe Datoek Kajo dan Goeroe nal pembelajaran agama Islam. Mereka Ordonantie” adalah berita pertama yang juga menentang kebijakan register khusus diturunkan Perdamaian di halaman satu. kepada guru-guru agama Islam, yang tel- Di depan Volksraad, Jahja Datuk Kayo ah mendaftarkan diri kepada pemerintah. di depan perwakilan rakyat ala Belanda “Bagaimana kebijakan pemerintah dalam itu, memprotes keras kebijakan yang tel- menjalankan aturan Ordonantie ini terha- ah dipatenkan pemerintah sejak 1925 itu. dap guru-guru agama Islam di Minangka- Datuk Kayo adalah tokoh masyarakat asal bau?” tanya Datuk Kayo di depan Volks- Koto Gadang Agam, yang memulai karirn- raad. ya sebagai pegawai Belanda. Dimulai se- jak 1888, ia magang di kantor Residen Dalam berita tersebut, juga dinukil Padangsche Bovenlanden, sebagai juru openbaar vergadering 19 Agustus 1928 tulis magang di kantor Controleur Agam yang dilaksanakan di depan Madrasah (1892-1895), dan Demang di Payakum- Djamil Djambek Bukittinggi. Pertemuan buh (1915-1918), Padang Panjang (1919- itu digelar sekolah dan guru agama Islam, yang memprotes kebijakan Ordonansi Guru. Dalam rapat umum itu dihasilkan Jurnal Sejarah
Perdamaian: Corong Pendidikan Thawalib School Padang Panjang Tahun 1929 | 13 putusan, bahwa mereka akan mengutus kemunduran dari Sumatra Thawalib akibat dua orang untuk menyampaikan keberatan dari membesarnya gerakan Kuminih dan guru agama di Minangkabau di hadapan peristiwa Silungkang 1927, namun mereka Dewan Gubernur Belanda (Perdamaian menghaluskan bahasanya dalam kalimat nomor. 1 tanggal 10 Januari 1929). “Kalau dimasa yang sudah-sudah, segala apa dalam kalangan S.th...”. Jelas, redaksi Edisi awal majalah Perdamaijan tanggal 10 Januari sendiri tidak mau gegabah menuding bi- 1929. Sumber: Koleksi PDIKM Padang Panjang. ang keterpurukan mereka karena persoalan politik. Satu hal yang perlu dicermati, re- Artikel “Sumatra Thawalib dan Seko- daksi menginginkan siswa Thawalib yang lah-sekolahnya” diangkat oleh redaksi, un- berasal dari beragam suku, dan berlatar tuk menggambarkan suramnya perjalanan ekonomi kurang mampu itu, untuk menye- sekolah mereka, karena belum merasakan laraskan cita-cita dan cinta mereka pada manfaat Hoofdbestuur, meskipun seko- pengetahuan dan agamanya. lah ini sudah berdiri di pelbagai daerah. Redaksi Perdamaian menulis, meskipun Artikel lainnya berjudul “Pendidikan” sekolah Sumatra Thawalib dan lulusann- mengulas relasi antara anak bangsa dan ya telah berdiaspora, namun mereka ingin pentingnya pendidikan, yang memba- Hoofdbestuur yang terbentuk seharusnya wa bangsa dalam berkemajuan. Pada ba- mampu mempersatukan seluruh lulusan gian pengantarnya, redaksi menulis den- dan membawa cita-cita dari Thawalib itu gan jernih, bahwa pendidikan pada masa sendiri. pergerakan mempunyai arti penting, tidak saja untuk laki-laki saja, namun juga untuk “Kalau dimasa jang soedah – soedah, kalangan perempuan. segala apa dalam kalangan S. Th beloem sempoerna (dipandang2 koerang baik) “Datangnja kemadjoean kepada bang- boekanlah karena disengadja begitoe sad- sa2 jang telah berkemadjoean boekanlah ja, melainkan kelemahan dan kemiskinanja dengan semata2 peladjaran tinggi sadja, S. Th jang melahirkan nasib itoe.” (Perda- melainkan karena anak bangsa itoe, selain maian nomor. 1 tanggal 10 Januari 1929). mendapat peladjaran tjoekoep diberi poe- la pendidikan jang menoeroet kehendak Meskipun dalam artikelnya, redak- zaman dan keadaan bangsanja masing2, si Pemandangan Islam hendak menunjuk maka pendidikan itoe sangat dioetamakan oentoek pensoetjikan, roh batinja dan me- nimboelkan matjam2 kekoeatan anak2 laki-laki perempoean; kekoeatan hati, ke- koeatan pikiran, kekoeatan kemaoean, kekoeatan toeboeh dan lain2nja.” (Perda- maian nomor. 1 tanggal 10 Januari 1929). Selanjutnya, penulis juga meng- hubungkan hadirnya Sumatra Thawalib juga tidak lepas dari misinya untuk menc- erdaskan anak bangsa dan menguatkan Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
14 | Fikrul Hanif Sufyan keimanannya. Pendidikan agama yang ketika ia berhadapan dengan semua perso- diutamakan dalam Sumatra Thawalib alan. Bahkan, redaksi menulis, “kelakoean bertujuan agar pendidikan “Ketuhanan” dan tabiat, serta budi pekertinya baik, dan memiliki dampak untuk majunya umat Is- dapat bergaoel dengan sembarang manoe- lam dan mampu memberikan bantuan ke- sia.”. Sehingga, penulis membagi ilmu pada kelompok sosial yang “papa”. pendidikan dalam dua aspek besar. Di akhir artikelnya, dengan jernih Pendidikan tubuh, maksudnya agar penulis menitip pesan kepada calon guru mendidik tubuh sehat dan kuat. yang berasal dari Thawalib, agar mereka berhati-hati dalam mengajar, karena tugas Pendidikan akal, maksudnya adalah utama mereka adalah mensucikan batin mendidik manusia dengan mendidik akaln- dari peserta didik, menghidupkan semangat ya dan menambah wawasan Ilmu Penge- mereka dan lain sebagainya. “Disini kita tahuan untuk menetahui hal-hal yang sulit adjak poetra dan poetri bangsa kita jang, dan rumit mengenai apa-apa yang ada di berdjabatan sebagai goeroe, soepaja sama Alam ciptaan Tuhan ini. berhati-hati melakoekan pendidikan oen- toek mensoetjikan roh kebathinan anak2 Pendidikan akhlak, maksudya mendi- dan menghidoepkan soemangat baroe: dik manusia dari segi kelakuan dan seka- agar mereka nanti dapat hidoep sempoerna ligus membersihkan tabiat dan tingkah sebagai manoesia jang hidoep dengan roh laku manusia supaya agar lebih baik dalam jang moelia.” (Perdamaian nomor 1 tang- berinteraksi dengan sesama (Perdamaian gal 10 Januari 1929). nomor. 2 tanggal 20 Januari 1929). b. Perdamaian 20 Januari 1929, masih Edisi kedua majalah Perdamaijan tanggal 20 bicarakan pendidikan dan protes Ordonasi Januari 1929, mengenai Soeara Islam dan Medjelis Guru, dan kesalehan Raja Boris asal Bul- Raijat. Sumber: Koleksi PDIKM Padang Panjang. garia Artikel berikutnya mengenai “Soeara Dalam edisi keduanya, kembali re- Islam dan Medjelis Raijat”, merupakan daksi melanjutkan tulisannya mengenai lanjutan dari protes Datuk Kayo yang disu- “Pendidikan” yang telah diulas sebelumn- arakan di depan Volksraad. Datuk Kayo ya tanggal 10 Januari 1929. Penulis men- menegaskan, bahwa Guru Ordonansi tel- gawalinya dengan sinergi antara pendi- ah diprotes oleh anggota dari Indonesia dikan dan kesempurnaan hidup manusia. yang duduk di Dewan Rakyat. Suara-suara Menurut redaksi, seorang yang terdidik akan merasakan hidup yang sempurna, mampu menyelesaikan pekerjaannya den- gan mahir, baik pada masa perang, maupun dalam masa damai. Bahkan, menurut penulis, seorang ma- nusia yang terdidik tubuhnya akan selalu kuat, akalnya bersih, dan tidak hilang akal Jurnal Sejarah
Perdamaian: Corong Pendidikan Thawalib School Padang Panjang Tahun 1929 | 15 protes itu, lanjut Datuk Kayo, harus segera tertinggi dalam agama Kristen. “Meminta direspon pemerintah dan meninjau kemba- berkat Toehan Baginda Boris, radja Boel- li Regeering Reglement yang telah ditetap- gari, mentjioem salib jang dipegang oleh kan. metropoliet (pendeta besar) di Sofio, ketika Baginda hendak memboeka persidangan “Beberapa masalah jang orang haroes baroe dari parlement keradjaan Boelgari.”. perhatikan tentang itoe ordonantie, dimana demikian Perdamaian tanggal 20 Januari dalam ordonantie itoe banjak djoega orang 1929 memberitakan ulang. jang salah faham atau beberapa mengertin- ja maksoednja. Setengahnja menjangka Dalam bagian berikutnya, penulis bahwa ordonantie itoe bermaksoed “me- mengingatkan bahwa kalangan muslimin maksa soepaja minta keidzinan lebih da- seharusnya juga tidak kalah untuk menun- hoeloe baroe mengadjar.” (Perdamaian jukkan kesalehannya. “Oemat Islam jang nomor 2 tanggal 20 Januari 1929). mengakoe bertoehan kepada Allah, kalau senantiasa tiap2 memoelai pekerdjaan, Iklan dari Soetan Marah Alam mengenai kalender teroetama pekerdjaan jang besar2 ada Sumatra Thawalib yang dimuat dalam Perdamaian. mengingat toehannja Allah tentoe meno- Sumber: Koleksi PDIKM Padang Panjang. longnja.” Artikel ini setidaknya “menam- par” kalangan muslimin yang sering Meskipun majalah Perdamaian um- melupakan eksistensi Tuhan di tengah kes- umnya ditujukan untuk kalangan muslim, ibukan pekerjaannya. Bahkan, dalam akhir namun dalam edisi keduanya, redaksi juga artikelnya penulis menekankan, agar para menyinggung kesalehan dari Raja Boris pengulu sebagai pimpinan adat di tiap-tiap asal Bulgaria yang tunduk dan patuh kepa- sukunya agar memulai rapat dengan nama da Tuhannya. Artikel itu berjudul “Mentji- Tuhan, dan menetapkan dirinya untuk ke- um Salib”. Merujuk dari Pandji Poestaka benaran dan keadilan. No.101 Januari 1929, menunjukkan bahwa Perdamaian tidaklah ekslusif, dan meng- c. Perdamaian 10 Maret 1929, bicara men- hargai keberagaman. genai Persatuan Kebangsaan Minangkabau Tulisannya diawali dengan perbuatan Persatuan Kebangsaan Minangkabau Raja Boris yang meminta berkah Tuhan (PKM) tidak banyak diungkap dalam lem- dengan mencium Salib, sebagai lambang bar sejarah Minangkabau. Gagasan berdir- inya PKM ini diduga kuat terjadi sebelum pembentukan Persatuan Muslim Indonesia (PERMI) yang membawa asas Islam dan Kebangsaan. Tidak ditemukan jejak-jejak tulisan mengenai waktu, tempat, dan siapa saja tokoh yang ikut mendirikan persyarikatan itu. Dalam artikelnya, Perdamaian edisi keempat tanggal 10 Maret 2009 membe ritakan, bahwa P.K.M. sudah memulai ak- Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
16 | Fikrul Hanif Sufyan tivitasnya untuk menyempurnakan aturan DAFTAR PUSTAKA organisasi yang telah ditetapkan pemerin- tah Hindia Belanda. Arsip dan Majalah Untuk mencapai tujuannya, melalui Bendera Islam tanggal 13 Januari 1927. Perdamaian, PKM kembali mengingatkan Mailrapport 254/1935. kepada calon anggota yang ingin menjadi Pandji Poestaka tanggal 7 Januari 1927. bagian organisasi, untuk sesegera mun- Perdamaian nomor. 1 tanggal 10 Januari 1929; gkin mengirimkan alamat dan biodatanya. “Karena djika sekiranja tidak ada orang nomor. 2 tanggal 20 Januari 1929; nomor. 4 jang mengirimkan adresnja, tentoelah tidak tanggal 20 Maret 1929. ada hasilnja soerat edaran jang disiarkan oleh pengoeroes P. K. M. itoe.”. demkian Jurnal ungkap redaksi Perdamaian dalam edisi keempatnya. Fadhil, Abdul. (2007). Transformasi Pendidikan Islam di Mianngkabau. Lontar, 4(2) Juli- PENUTUP Desember. Perdamaian merupakan lanjutan nafas dari Kahin, Audrey. (1996). The 1927 Communist Sumatra Thawalib yang sempat vakum Uprising in Sumatra: A Reapraissal, Indonesia sejak tahun 1925-1929. Sempat berjaya Journal , 62.Moenada, Meimunah S. (2011). di masa awal dengan Al-Munir Al-Manar, Surau dan Modernisasi Pendidikan di Masa kemudian dilanjutkan dengan majalah ber- Hindia Belanda. Sosial Budaya, 8(01). haluan Kuminih, yakni Pemandangan Is- lam dan Djago! Djago!, majalah yang la- Triwardani, Reny. (2013) Pembreidelan Pers di hir di awal tahun 1929 tersebut, berupaya Indonesia dalam Perspektif Politik Media. Ilmu menghapus sisi kelamnya, setelah kegaga- Komunikasi, 7(2). lan peristiwa Silungkang 1927 yang mem- bawa dampak besar terhadap psikis orang Buku Minangkabau. Tiarapnya gerakan Kuminih sejak Maret 1927 menandai kekosongan di Blumberger, Patrice. (1935). De Communistische tubuh Sumatra Thawalib. Gaya selingkung Beweging in Nederland-Indie. Haarlem. dan tata bahasa yang ditampilkan redaktur Perdamaian pun cenderung moderat, tidak Daya, Burhanuddin. (1995). Sumatra Thawalib lagi menampilkan protes keras, hinaan ter- dalam Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam hadap pemerintah Kolonial Belanda, dan di Sumatra Barat. Yogyakarta: Tiara Wacana. lebih banyak bicara mengenai pendidikan dan harapan mereka agar Ordonansi Guru Etek, Azizah, A.M., Mursjid & B.R., Arfan (2007). segera dihapuskan. Besarnya biaya ce- Koto Gadang Masa Kolonial. Yogyakarta: tak memasuki edisi keempat, merupakan LKiS. satu-satunya sebab utama dari berhentinya majalah Perdamaian sebagai satu-satunya Hamka. (1958). Ayahku. Jakarta: Widjaja. corong Thawalib Padang Panjang. Kahin, Audrey. (2008). Dari Pemberontakan ke Integrasi, Sumatra Barat dan Politik di Indonesia 1926 – 1998. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Noer, Deliar. (1996). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES. Mc.Vey, Ruth, & Benda, Harry J. (1960). The Communist Uprisings of 1926-1927 in Indonesia; Key Documents. Ithaca: Cornell University Jurnal Sejarah
Perdamaian: Corong Pendidikan Thawalib School Padang Panjang Tahun 1929 | 17 ___________. (1968). The Rise of Indonesian UGM Press. Communism. Ithaca: Cornell University. Sunarti, Sastri. (2013). Kajian Lintas Media. ___________. (2009). Kemunculan Komunisme di Kelisanan dan Keberaksaraan.dalam Majalah Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu. Terbitan Awal di Minangkabau (1859-1940-an). Jakarta: KPG. Palimokayo, H.M.D Datuk. (1970). Dari Thawalib ke PERMI. Padang Panjang: Yayasan Thawalib. Sjamsuddin, Helius. (2012). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Schrieke, B. (1928). Het Communitische ter Sumatra’s Westkust. Weltevraden: Tamim, Djamaluddin. (1957). Sedjarah PKI Djilid Landsrukkerij. I. Taman Tangkuban Perahu: Tanpa Penerbit. Sufyan, Fikrul Hanif. (2017). Menuju Lentera Yunus, Mahmud. (1979). Sejarah Pendidikan Merah: Gerakan Propagandis Komunis di Islam. Jakarta: Mutiara. Serambi Mekah Tahun 1923-1949. Yogyakarta: Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
VOLUME 03 | NOMOR 1 | JUNI 2019 Tema Baru Historiografi Bagi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA/SMK di Jawa Timur Ronal Ridhoi Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang [email protected] ABSTRAK – Pembelajaran sejarah di tingkat SMA/SMK yang hanya menggunakan buku teks dapat menyempitkan pemahaman siswa terhadap peristiwa masa lalu. Pembelajaran sejarah lebih terfokus pada peristiwa-peristiwa penting maupun tokoh-tokoh besar. Paper ini bertujuan untuk menggali sejarah tematik di setiap daerah di Jawa Timur yang berisi peristiwa unik dan belum terekam dalam buku teks sejarah. Dalam paper ini penulis memaparkan berbagai contoh kajian sejarah dengan tema-tema tertentu, seperti sejarah orang miskin (gelandangan, pengemis, dan prostitut), kerajinan rakyat (entrepreneurship), kearifan lokal dan budaya, serta polusi (permasalahan lingkungan). Dengan adanya tema baru historiografi ini siswa dapat berpikir kreatif dan kritis untuk melihat bahwasannya masa lalu itu tidak hanya berbicara hal-hal besar tetapi hal terkecil pun juga pernah terjadi. Penulis mengajak para pengajar untuk membantu peserta didik membayangkan bahwa apa yang terjadi di masa lalu itu lebih kompleks dan unik melebihi sejarah yang tertulis di buku teks. Tulisan ini berusaha memantik para pengajar maupun pendidik sejarah untuk menulis tema baru historiografi sesuai daerahnya masing-masing. Historiografi tersebut kemudian dapat dijadikan bahan ajar pendukung bagi pembelajaran sejarah di SMA/SMK se-Jawa Timur. KATA KUNCI – Historiografi, pembelajaran sejarah, sejarah tematik, SMA/SMK ABSTRACT – High school students tends to be less critical in understanding the past through learning from history textbooks. Historical learning is more focused on important events and major figures. This paper aims to explore the thematic history in each region in East Java with its unique events and has not been recorded in historical textbooks. This paper presents various examples of historical studies with certain themes, such as the history of the poor (homeless, beggars, prostitutes), folk crafts (entrepreneurship), local wisdom and culture, as well as environmental problems. Students could think more creative and critical to those new themes that history not only exploring the big events but also the minor events in the past. It led teachers to help students to learn what happened in the past are more complex and unique than the history written in the textbook. This paper seeks to encourage lecturers and historical educators to write new historiographic themes according to their respective regions. It can be used as supporting teaching material for historical learning in high school throughout East Java. KEYWORDS – Historiography, historical learning, thematical history, SMA/SMK PENDAHULUAN bih menekankan pada sistem politik, perang, sistem pemerintahan, peristiwa besar, bio Sejarah Indonesia pada paruh kedua grafi orang-orang besar, dan sebagainya. abad ke-20 masih didominasi penu- Walaupun Begawan sejarah Indonesia Sar- lisan sejarah politik. Historiografi le
Tema Baru Historiografi Bagi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA/SMK di Jawa Timur | 19 tono Kartodirdjo pada tahun 1960an mulai sejarah perempuan, sejarah kehidupan memperkenalkan social-scientific history, sehari-hari, sejarah lingkungan, sejarah sejarah dengan menggunakan pendekatan kuliner, dan sebagainya. Hal itu terjadi ilmu-ilmu sosial (Kartodirdjo, 1993), na- karena para sejarawan Indonesia mulai mun pada perkembangannya hanya sedikit berusaha menulis sejarah yang tidak men- golongan yang dapat mengikutinya. Hal jenuhkan. Selama ini sejarah hanya ber- ini juga tidak dapat dilepaskan dari pen- cerita masa lalu orang besar dan peristiwa garuh kekuatan politik pemerintah Orde penting saja. Padahal yang terjadi di masa Baru pasca 1960an. Urusan pendidikan lalu tidak hanya itu. Masa lalu berisi hal dan ilmu pengetahuan memang tidak dapat yang kompleks mulai dari peristiwa besar dilepaskan dari pengaruh politik. Hal ini hingga peristiwa kecil, bahkan peristiwa dapat dilihat pada campur tangan pemerin- yang tidak penting sekali pun. tah dalam Seminar Sejarah Nasional tahun 1970. Pemerintah sejak saat itu mengambil Meski demikian, jika dihubungkan alih peran pendidikan dan pengajaran seja- dengan kondisi pembelajaran sekolah saat rah nasional (Tirta, 2017:116; Ngabiyanto, ini penulis merasakan keprihatinan intelek- dkk, 2019). tual. Hingga saat ini pembelajaran sejar- ah di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan Berbicara tentang historiografi dan (SMA/SMK) masih belum menampakkan pembelajaran sejarah di Indonesia dewasa tema-tema baru dalam khazanah sejarah ini tidak dapat dilepaskan dari pendekat- Indonesia. Walaupun sudah ada kurikulum an “Sejarah Nasional”, “Sejarah Global”, baru yang diterapkan (Kurikulum 2013 dan “Sejarah Lokal”. Pada konsep yang dan Kurikulum 2013 Revisi), tapi materi pertama, sejarah harus sesuai dengan versi pembelajaran sejarahnya masih tetap sama pemerintah dan membahas peristiwa-peris- mengikuti materi-materi sebelumnya. Se- tiwa penting di lingkup nasional. Konsep jarah Indonesia hanya dipelajari dan dih- yang kedua lebih pada pendekatan tentang afalkan sesuai dengan urutan tahun demi sejarah berbagai hal di dunia, sejarah ten- tahun. Seperti halnya buku babon Sejarah tang konektifitas antarwilayah, dan sejarah Nasional Indonesia (SNI), peristiwa yang tentang integrasi bangsa (Tirta, 2017:109). dijelaskan juga sama, yaitu perkembangan Kedua konsep tersebut kemudian mendapat sosial dan politis Indonesia sejak jaman kritik dari sejarah lokal. Seringkali peris- purba hingga jaman kontemporer. Tentu tiwa kecil maupun permasalahan kecil di saja bahan ajar yang digunakan bersumber berbagai daerah di Indonesia luput dari dari buku teks yang diproduksi dan dikon- perhatian sejarawan. “Kita sering lebih ce- trol oleh pemerintah (Purwanto, 2006). pat tahu apa yang jauh di sana dibanding dengan apa yang terjadi di sekitar lingkun- Hal ini dapat mempersempit pandan- gan hidup kita” (Hariyono, 2017:160). gan peserta didik terhadap sejarah karena dari dulu yang dipelajari hanya masalah Namun, dalam dua dekade terakhir politik. Walaupun Kurikulum 2013 Revisi ini mulai berkembang berbagai jenis his- yang mencakup literasi informasi dan ket- toriografi baru di Indonesia dengan ber- erampilan abad 21 sudah diterapkan, tapi macam-macam pendekatannya. Seperti kenyataannya masih belum mampu menge- Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
20 | Ronal Ridhoi mas pelajaran sejarah di sekolah-sekolah menelaah secara kritis kondisi pembelaja- secara menarik. Pada dasarnya, Kurikulum ran sejarah di tingkat SMA/SMK di Jawa 2013 Revisi untuk pelajaran sejarah hanya Timur. Selain itu, untuk membuat tulisan cenderung memperbarui metode dan me- ini menjadi lebih menarik, penulis meng- dia pembelajaran. gunakan sumber-sumber on line berupa berita dan foto-foto masa lalu terkait se- Bertitik tolak dari fenomena tersebut jarah tematik yang bisa dikerjakan oleh maka pembelajaran sejarah tematik sangat sejarawan dan para guru sejarah. Penulis penting untuk diajarkan ke peserta didik di melakukan proses kritik sumber, menu- lingkup SMA/SMK. Sejarah tematik yang liskan gagasan, dan menawarkan cara baru dimaksud misalnya, kajian sejarah daerah, untuk menghasilkan bahan ajar penunjang sejarah kontroversial (Ahmad, 2016), seja- buku teks sejarah di tingkat SMA/SMK. rah lingkungan, sastra sejarah, sejarah IP- TEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan PEMBAHASAN Seni), sejarah kehidupan sehari-hari (Pur- wanto, 2006), dan sebagainya. Berbagai Kondisi Pembelajaran Sejarah di varian sejarah tersebut diharapkan dapat Tingkat SMA/SMK menambah pengetahuan peserta didik dan juga dapat menjadikan mereka belajar ber- Pembelajaran sejarah di tingkat SMA/ pikir kritis terhadap peristiwa masa lalu di SMK tidak dapat dilepaskan dari kuriku- negeri ini. lum yang berkembang pada setiap periode- nya. Saat ini yang tengah diberlakukan yai- Banyaknya peristiwa unik di masa lalu tu Kurikulum 2013, dan kemudian menjadi pada setiap daerah yang belum dapat dire- Kurikulum 2013 Revisi. Dalam kurikulum presentasikan dan dijelaskan kepada siswa tersebut terdapat pengurangan jam untuk merupakan fokus utama dari penulisan pa- pelajaran sejarah di SMA, bahkan yang per ini. Oleh karena itu melalui paper ini di tingkat SMK pelajaran sejarah hanya penulis berusaha mengajak pembaca, khu- diberikan dalam 1 semester. Hal ini nan- susnya para pengajar dan pendidik sejar- tinya akan menjadi kacau dan sejarah yang ah untuk memproduksi historiografi tem- diajarkan pun hanya semakin minim. Se- atik sesuai dengan daerah masing-masing lain itu, substansi yang ada di dalam buku di lingkup Jawa Timur. Tujuannya untuk teks Kurikulum 2013 juga masih tidak ban- menambah khazanah bahan ajar sejar- yak perubahan dari yang sebelumnya. Ma- ah dalam proses pembelajaran sekolah di sih tetap menceritakan peristiwa-peristiwa tingkat SMA/SMK di Jawa Timur. penting dan cenderung melibatkan orang- orang besar di negeri ini. METODE Permasalahan sejarah dalam kuriku- Metode yang digunakan dalam tulisan ini lum pendidikan selalu menjadi perdebatan adalah metode sejarah. Dengan melakukan antara pemerintah dan golongan akademisi. pembacaan secara teliti terhadap beberapa Sekali lagi, ini dapat dilihat dari perbedaan sumber tertulis seperti majalah, surat kabar, interpretasi yang dilakukan oleh sejarawan dan beberapa literatur pendukung, penulis pemerintah (official historian) dengan se- Jurnal Sejarah
Tema Baru Historiografi Bagi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA/SMK di Jawa Timur | 21 jarawan akademis (academic historian). saan politis yang berlangsung, tetapi juga Bahkan interpretasi antarsejarawan ak- kondisi sosial-ekonomi rakyat yang mem- ademis pun juga berbeda satu sama lain bentuk jaringan sosial dan sistem ekonomi (Hasan, 2018:xxi). Hal ini berarti sejarah tertentu. Hal yang serupa juga terjadi pada akan mempunyai banyak versi. Sementa- buku teks sejarah untuk kelas XII (lihat ra pemerintah hanya menyukai versi yang gambar 1). Pembahasannya juga cend- tunggal agar peserta didik tidak bingung erung politis berdasarkan periode penguasa akan kebenaran peristiwa di masa lalu itu. tertentu, dari tahun 1940an hingga setahun Pertanyaannya, apakah langkah pemerin- sebelum buku ini diterbitkan (Kemdikbud, tah dalam kurikulum tersebut sudah tepat? 2015). Belum ada tema baru dan perspektif Dan apakah langkah itu dapat membuat pe- baru yang terlihat dalam buku teks terse- serta didik berpikir kritis? but. Aktivitas masa lalu yang berhubungan dengan peristiwa penting dan tokoh pent- Selanjutnya yaitu permasalahan buku ing menjadi ciri utama yang tidak bisa dit- teks sejarah. Buku teks yang beredar di inggalkan oleh pemerintah. lingkungan pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi bersumber dari Sampul buku teks sejarah kelas X dan XII Kuriku- buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) Ji- lum 2013 Revisi. Sumber: google.com lid 1-6 tahun 1975, 1982, dan dimutakhir- kan tahun 2008. Buku tersebut merupakan Seperti yang diungkapkan Hasan proyek buatan Orde Baru, yang mana pada (2018:xxi), keberadaan pelaku sejarah da- saat itu peristiwa-peristiwa dalam buku lam buku teks hanya diwakili dengan nama SNI hanya berdasarkan perspektif dari pe- dan kegiatan fisik mereka, seperti kegiatan merintah (Suwignyo, 2014:117). Sebagai pertemuan, rapat, pengerahan massa, pen- sumber pembelajaran sejarah, pemerintah angkapan, pembuangan, pemenjaraan, dan memproduksi buku teks dengan semangat melakukan kegiatan politik. Identitas mer- objektivitas yang tinggi sehingga peristiwa eka, perasaan, ide dan pemikirannya, serta masa lalu direpresentasikan dalam urutan gagasannya masih absen dalam penulisan. fakta yang kronologis dan kaku. Buku teks Padahal unsur-unsur tersebut sangat pent- sejarah menceritakan peristiwa demi peris- ing untuk mengembangkan wawasan ke- tiwa sedangkan unsur manusia menjadi kurang penting. Bahkan seringkali meng- abaikan muatan pendidikan karakter dari seorang tokoh dan dari setiap peristiwa masa lalu itu. Contohnya yaitu buku teks sejarah un- tuk siswa SMA/SMK kelas X yang mencer- itakan peradaban Nusantara jaman Prase- jarah, lalu dilanjutkan penjelasan tentang kekuasaan politis kerajaan-kerajaan besar di Nusantara (Kemdikbud, 2014). Padahal di masa lalu periode itu tidak hanya kekua- Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
22 | Ronal Ridhoi bangsaan dan pengembangan kehidupan ah, terlebih juga para pengajar dan pen- kebangsaan di masa kini dan masa depan. didik sejarah. Anggapan selama ini yang Dengan demikian maka pendidikan karak- memperlihatkan pelajaran sejarah sebagai ter semakin sulit untuk diajarkan kepada pembacaan fakta secara kronologis dan peserta didik. mendongengkan peristiwa perlu diubah menjadi pembelajaran yang mampu mer- Substansi buku teks yang demikian itu angsang aktivitas berpikir kritis analitis. hanya melatih peserta didik untuk mengh- Paradigma ini yang nantinya dapat mem- afal alur cerita peristiwa-peristiwa penting perkuat konsep dan logika peristiwa seja- dalam buku teks tersebut. Jika demikian rah (Widja, 2018:3). Selain itu, tema-te- pengajaran sejarah di tingkat SMA/SMK ma baru penulisan historiografi juga perlu terkesan masih membosankan. Peserta di- dimunculkan. Sejarah harus beralih dari dik seperti mendengarkan dongeng dari tema politis menuju tema-tema alternatif guru. Mereka jarang untuk bisa mema- seperti sejarah lingkungan, kearifan lokal, hami apa makna peristiwa dan apa yang sosial-ekonomi, dan sejarah kehidupan ada di balik peristiwa masa lalu itu. Di sehari-hari yang lebih manusiawi. Hal ini sini kemudian peran seorang guru sangat merupakan upaya agar peserta didik tidak dibutuhkan. Setelah menceritakan sejarah menganggap pelajaran sejarah sebagai pe- kepada peserta didik kemudian guru harus lajaran hafalan yang menjenuhkan. membantu memahamkan makna peristiwa tersebut. Sejarah Tematik dan Pencarian Format Historiografi Penunjang Buku Teks Seorang guru sejarah profesional mem- punyai peranan penting dalam menum- Berbagai permasalahan dalam pembelajar buhkan kesadaran historis peserta didik. an sejarah yang telah dibahas sebelumnya Walaupun hingga saat ini masih banyak memerlukan penyelesaian. Dalam hal ini guru sejarah dadakan karena masih ada penulis menawarkan sejarah tematik de (mudah-mudahan sudah tidak ada) guru ngan perspektif ilmu tertentu untuk meng- sejarah yang berasal dari bidang keilmuan kaji peristiwa masa lalu. Sejarah tematik bukan sejarah. Akibatnya sejarah pun dia- berarti menulis historiografi dengan tema jarkan seadanya sesuai target di setiap per- baru yang mulai beralih dari sudut pan- temuannya. Permasalahan ini menjadi se- dang politik ke sudut pandang lain (seper- makin kompleks ketika guru tersebut tidak ti ekonomi, kebudayaan, lingkungan, dan memiliki logika berfikir historis dan hanya kehidupan sehari-hari). Selama ini histo- mendongeng saja kepada peserta didik. riografi Indonesia hanya mengkaji peris- Maka dari itu, perlu kombinasi yang baik tiwa yang dianggap penting secara sosial. antara kurikulum, buku teks, dan guru seja- Peristiwa yang dianggap tidak penting se- rah. Hal ini dilakukan agar pengajaran se- cara sosial seolah-olah tidak ada muatan jarah pun tidak sekedar mendongeng, tapi sejarah di dalamnya (Purwanto, 2006:42). juga memahami karakteristik dan melatih Pertanyaan yang muncul kemudian, apa- peserta didik untuk berfikir kritis. kah historiografi hanya berbicara orang- Dengan demikian maka perlu upaya revitalisasi terhadap pembelajaran sejar- Jurnal Sejarah
Tema Baru Historiografi Bagi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA/SMK di Jawa Timur | 23 orang penting dan peristiwa penting? penulisan historiografi Surabaya. Peris- Peristiwa di masa lalu sangatlah kom- tiwa tersebut yaitu munculnya profesi tu- kang cukur rambut di Kota Surabaya awal pleks. Jika berbicara peristiwa masa lalu abad ke-20 (lihat gambar 2). Memang sub- maka tidak hanya hal yang penting saja jek ini seperti tidak penting untuk dibahas yang terjadi. Masa lalu itu juga menunjuk- sejarahnya. Namun tidak bisa dipungkiri kan hal yang biasa-biasa saja, bahkan juga bahwa orang memotong rambut adalah peristiwa yang tidak penting. Misalnya, kebutuhan. Mereka ingin tampil rapi sep- ketika membahas sejarah Kota Surabaya erti orang-orang kaya dari Eropa yang ser- di abad ke-19 sampai 20. Howard Dick ing merawat rambut, jambang, kumis dan (2002) memaparkan betapa pentingnya jenggotnya (Hanggoro, 2018). kota ini sebagai basis ekonomi bisnis di Jawa Timur karena pertumbuhan ekonomi Tukang cukur Madura di kota Surabaya 1911. perkebunan dan industri gula yang cuk- Sumber: geheugenvannederland.nl up pesat. Pertumbuhan sektor manufaktur yang semakin masif menjadikan Surabaya Dua peristiwa yang dijelaskan tera khir sebagai kota tujuan untuk mencari lapan- di atas masih jarang mendapatkan perha- gan pekerjaan. tian bagi kalangan sejarawan. Padahal kedua peristiwa tersebut menunjukkan re- Jika dilihat dari peristiwa yang bia- alitas sehari-hari manusia di masa lalu. Ma- sa-biasa saja penulis mengambil contoh salah kemiskinan, gelandangan dan mun- tulisannya Purnawan Basundoro (2013) culnya tukang cukur di Surabaya tersebut Merebut Ruang Kota: Aksi Rakyat Miskin muncul bersamaan dengan perkembangan Kota Surabaya 1900-1960-an. Ketika Sura- kota yang begitu pesat. Historiografi sep- baya berkembang pesat sektor ekonomi erti yang dipaparkan di atas masih jarang bisnisnya ternyata berdampak pada ting- ditemukan dan diajarkan di tingkat SMA/ ginya angka urbanisasi. Banyaknya para SMK, bahkan mungkin di beberapa per- pendatang (yang notabene dari desa) dan guruan tinggi juga (mudah-mudahan an- tidak diimbangi dengan kemampuan kerja ggapan ini salah). Mereka yang kurang yang mumpuni menimbulkan permasala- meng-update pengetahuan dan bacaannya han baru yaitu munculnya orang miskin tidak akan bisa menjangkau tema-tema dan gelandangan. Mereka melakukan per- lawanan kepada orang-orang kaya pemilik tanah dengan membangun rumah-rumah semi permanen di tempat pemakaman di area Surabaya. Peristiwa ini jika dilihat dari kacamata pemerintah adalah peristiwa yang biasa-biasa saja. Namun ini termasuk peristiwa unik yang menunjukkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat bawah Suraba- ya di paruh pertama abad ke-20. Selanjutnya ada juga peristiwa yang memang dianggap tidak penting untuk Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
24 | Ronal Ridhoi unik tersebut. itu, setiap pengajar atau pendidik sejarah Untuk menulis historiografi baru den- harus berperan aktif. Tidak hanya menga- jarkan sejarah kepada peserta didik, tetapi gan tema tertentu sebenarnya cukup mu- juga harus melakukan penelitian dan penu- dah dan tidak terlalu banyak menggunakan lisan sesuai daerah masing-masing tem- teori. Konsep dan kerangka berpikir se- pat dia mengajar. Penulis optimis, setelah jarah tematik tersebut cukup sederhana. kesadaran ini muncul maka pembelajaran Masa lalu dihadirkan dengan tidak mem- sejarah akan semakin kritis dan tidak mem- buang unsur kronologi dan makna suatu bosankan. Peserta didik pun tertarik karena peristiwa, tetapi juga harus dihubungkan yang mereka pelajari tidak hanya sejar- dengan kontinuitasnya di masa kini. Sep- ah nasional, tetapi juga mikro histori dari erti pendapat S. Hamid Hasan (2018:xx), daerah mereka masing-masing. belajar sejarah tidak semata-mata untuk kepentingan keilmuan sejarah dan pewari- Menawarkan Historiografi dengan san kejayaan masa lalu, tetapi juga untuk Tema Baru dan Unik (Kekinian?) memahami bahwasanya kehidupan masa kini itu merupakan keberlanjutan dan pe- “History is historiography because rubahan dari masa lalu itu sendiri. historiography is, in its essence, the making of narratives” (Munslow, Paradigma yang seperti inilah yang ha- 2003:157). rus dimiliki oleh pengajar atau pendidik se- jarah. Jika mengerti dan memahami proses Kutipan di atas semakin memperjelas keberlanjutan dan perubahan maka ketika makna sejarah itu sendiri. Jika sebagian mengajarkan sejarah, khususnya di ting- sejarawan yang beraliran positivis mau- kat SMA/SMK, guru tidak sekedar men- pun strukturalis menganggap sejarah itu dongengkan suatu peristiwa. Seorang guru peristiwa yang terjadi di masa lalu, maka sudah bisa menekankan keterkaitan, peru- dalam hal ini penulis lebih setuju jika se- bahan, kesinambungan, dan pelajaran yang jarah adalah pembentukan narasi terha- dapat diambil dari peristiwa di masa lalu. dap masa lalu. Walaupun narasi masa lalu Dengan demikian, meminjam pernyataan I tersebut saat ini sedang dalam transisi ke Gde Widja, “sejarah dapat menumbuhkan ranah teknologi seperti Aan Ratmanto pemahaman diri dan kesiapan intelektual yang membuat historiografi dalam bentuk (nalar) dalam menghadapi tantangan ja- film dokumenter (Ratmanto, 2018:406), man yang selalu berubah atau berkembang namun sejarah lagi-lagi tetap tidak lepas (Widja, 2018:xxx). dari narasi. Teknologi membantu memper- mudah pencarian sumber dan pembuatan Sejarah dengan tema-tema unik seper- media “penampil” masa lalu. Namun yang ti yang dibahas di atas sangat relevan un- lebih penting menurut Agus Suwignyo tuk menunjang buku teks. Format sejarah (2018:401) adalah tantangan baru global- tematik ini tidak untuk menggantikan buku isasi yang mengharuskan sejarawan mem- teks sejarah versi pemerintah, melainkan perbarui cara kerjanya agar lebih sesuai hanya menunjang pembelajaran sejarah dengan kemajuan jaman yang kian pesat. khususnya pembahasan tentang lokalitas setiap daerah di Jawa Timur. Oleh sebab Jurnal Sejarah
Tema Baru Historiografi Bagi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA/SMK di Jawa Timur | 25 Penulis tidak akan menguraikan ban- skin, gelandangan, pengemis dan prostitut. yak hal terkait media dan teknologi untuk Mereka ini adalah kaum yang akan terus pembelajaran sejarah. Dalam paper ini bertahan hidup selama berada di kota yang yang menjadi fokus pembahasan adalah tidak berhenti berkembang. Keberadaan tema baru historiografi yang cocok un- orang-orang yang berpenghasilan lebih, tuk pembelajaran sejarah di tingkat SMA/ keramaian di pasar, dan pesatnya perpu- SMK. Perihal teknologi dan bentuk baru taran uang di Kota Malang menyebabkan historiografi tersebut merupakan media mereka enggan untuk meninggalkan ke- pengembangan untuk belajar sejarah. Se- hidupan jalanan dan budaya miskin mere- belum membahas medianya, sangat perlu ka (Hudiyanto, 2010:140). untuk menentukan tema-tema penulisan disertai pendekatan apa yang digunakan. Tema kedua yaitu sejarah kerajinan Tentunya, golongan akademisi dan karyan- rakyat (entrepreneurship). Selama ini seja- ya tentang sejarah di lingkup Jawa Timur rawan banyak yang memfokuskan kajiann- juga sangat dinantikan. Seperti yang tel- ya terhadap ekonomi makro atau perkem- ah dibahas pada subbab sebelumnya yaitu bangan ekonomi manufaktur di kota-kota guru sejarah tidak boleh mendongeng saja besar (Dick, 2002; Booth, 1992; Siahaan, di dalam kelas, tetapi juga melakukan riset 1996). Sementara kajian ekonomi mikro, dan menulis historiografi sesuai daerahnya ekonomi kreatif, kerajinan rakyat atau masing-masing. bidang wirausaha pribumi belum banyak dibahas. Padahal di berbagai daerah pasti Beberapa tema yang dapat dijadikan mempunyai bidang ekonomi ini. Seperti di pertimbangan untuk historiografi baru yai- Blitar ada pengrajin kendang Jimbe yang tu sejarah orang miskin, kerajinan rakyat penjualannya sudah sampai Bali, Yogya- (enterpreneurship), kearifan lokal, dan karta, bahkan Cina, Belanda, dan Australia (polusi) permasalahan lingkungan. Sebe- (Jatimtimes.com, 2017). narnya masih banyak lagi tema-tema baru lainnya dalam lingkup spasial Jawa Timur. Foto kendang Jimbe yang diproduksi di Desa Tang- Namun penulis memaparkan 4 contoh saja gung, Kota Blitar 2017. Sumber: dokumentasi prib- yang pada dasarnya berada di sekitar mas- adi Blitar Times yarakat tetapi juga mereka banyak yang ti- dak memperdulikan. Di Surabaya juga ada para penjual soto dan tukang asah pisau yang juga ab- Tema pertama yang dapat ditulis yai- tu sejarah orang miskin (gelandangan, pengemis dan prostitut). Penulis mengam- bil contoh kajian orang miskin dan ma- salah sosial di Kota Malang pada paruh pertama abad ke-20. Kajian ini seringkali diabaikan dalam historiografi Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Padahal setiap perkembangan kota yang cukup pesat sela- lu dibarengi dengan kemunculan orang mi- Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
26 | Ronal Ridhoi sen dari perhatian sejarawan. Padahal ke- akhir (lihat gambar 5). Hal ini lah yang giatan entrepreneur tersebut sudah banyak kemudian dapat dijadikan historiografi. dilakukan oleh penduduk pribumi sejak Sejarawan dapat menulis sejarah perubah- dulu, tepatnya muncul berbarengan dengan an dan kontinuitas budaya megalitik pada kegiatan ekonomi makro dan munculnya masa Majapahit. Hal ini juga mengundang kebutuhan sehari-hari masyarakat (lihat riset lanjutan dengan kajian historis, meng- gambar 4). ingat di daerah Jember juga terdapat situs megalitik yang hampir mirip dengan di Bondowoso. Foto penjual soto di Surabaya 1885-1920 (kiri); foto tukang asah pisau di Surabaya(kanan). Sum- ber: geheugenvannederland.nl Tema ketiga yaitu kearifan lokal Sarkofagus (kiri) dan umpak batu (kanan) di Desa yang merupakan bagian dari sejarah ke- Pekauman, Bondowoso. Sumber: dokumentasi budayaan. Salah satu contoh yaitu ke- pribadi, 2018 budayaan megalitik di Kabupaten Bon- dowoso. Walaupun objeknya berupa benda Tema keempat yaitu polusi. Perma- arkeologis tetapi pada dasarnya sejarah salahan polusi termasuk dalam kajian juga bisa masuk dalam pembahasannya. sejarah lingkungan. Kajian ini juga ma- Kajian yang bisa ditulis adalah kronologi sih absen dalam historiografi Indonesia. kebudayaan megalitiknya, bukan kajian Sejarah polusi juga masih sangat jarang bentuk dan fungsinya. Tema ini menarik dibahas dalam pelajaran sejarah tingkat karena kebudayaan megalitik di Bondowo- SMA/SMK. Padahal tersedia banyak sum- so oleh Arkeolog Bagyo Prasetyo (2000) ber untuk menulis sejarah polusi seperti tidak digolongkan dalam tinggalan masa koran, majalah dan berita online, terle- prasejarah, melainkan masa Majapahit pas dari sumber resmi yang sulit diakses. Penulisan sejarah polusi dapat dimulai dari Jurnal Sejarah
Tema Baru Historiografi Bagi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA/SMK di Jawa Timur | 27 daerah-daerah dengan pusat industrialisasi kan kebebasan untuk memasukkan tema yang masif. Contohnya sejarah polusi dan baru historiografi ke dalam Kompeten- permasalahan lingkungan di Sidoarjo (li- si Dasar dan Kompetensi Inti (KD/KI). hat gambar 6). Daerah ini memunculkan Guru dapat menggunakan historiografi banyak kasus polusi karena industri man- baru tersebut sebagai penunjang pelaja- ufakturnya yang cukup pesat sejak 1950an ran sejarah, sedangkan peserta didik dapat (Ridho’i, 2017: 205). mengkaji peristiwa sejarah di wilayahnya pada periode tertentu. Dalam Desain Kuri- Foto Sungai Mas yang airnya berbusa terkena lim- kulum 2013 dikenal adanya KI-4 yang bah pabrik (kiri); Penduduk mengumpulkan ikan- dikembangkan menjadi KD-4, yaitu peng- ikan korban polusi Sungai Mas (kanan). Sumber: gunaan pengetahuan yang dipelajari pada Surabaya Post, 19-03-1989; Tempo, 24 September KI-3/KD-3 pada lingkungan di sekitarnya. 1977 Pendekatan pembelajaran ini dinamakan Pendekatan Sinkronik yang merupakan inovasi pembelajaran baru di Indonesia. Dengan demikian pembelajaran sejar- ah di tingkat SMA/SMK menjadi menar- ik dan tidak membosankan. Peserta didik diajari membaca peristiwa-peristiwa unik di sekitar mereka melalui tema baru histo- riografi tersebut. Sejarah pun tidak menjadi ilmu hafalan atau ilmu mendongeng lagi, tetapi sudah bertransformasi menjadi ilmu yang logis, progresif, dan kritis. Selain itu, pembelajaran sejarah yang demikian juga merupakan pendidikan karakter bagi siswa. Pendidikan karakter ini dalam seja- rah dapat dipelajari dari objek atau peris- tiwa yang dikaji (Albertus, 2017:87). His- toriografi tematis ini berusaha membentuk karakter siswa menjadi lebih baik lagi melalui substansi pembelajaran yang telah dibahas pada beberapa contoh di atas. Berbagai contoh di atas merupakan PENUTUP tema baru historiografi yang dapat di- garap dalam lingkup spasial Jawa Timur. Tema baru historiografi dapat menjadi ba- Pertanyaannya, apakah bisa tema tersebut han ajar pendukung buku teks sejarah di diajarkan di tingkat SMA/SMK? Jawaban- tingkat SMA/SMK se-Jawa Timur. Ker- nya adalah bisa. Menurut Hamid Hasan agaman masa lalu Jawa Timur yang unik (2018:xxiii), Kurikulum 2013 memberi- dan khas merupakan modal utama untuk Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
28 | Ronal Ridhoi menghasilkan historiografi tematik sesuai Purwanto, B. 2006. Gagalnya Historiografi dengan daerah masing-masing. Pengajar Indonesiasentris?!.Yogyakarta: Ombak. maupun peneliti sejarah harus aktif men- gangkat peristiwa unik di daerahnya untuk Siahaan, Bisuk. 1996. Industrialisasi di Indonesia: menumbuhkan minat peserta didik dalam Dari Hutang Kehormatan sampai Banting Stir. belajar sejarah. Sesuai dengan Kurikulum Jakarta: Deperindag. Berbasis Kehidupan dan Penguatan Pen- didikan Karakter yang banyak dibicarakan Widja, I Gde. 2018. Pembelajaran Sejarah yang akhir-akhir ini, maka historiografi tematis Mencerdaskan: Suatu Alternatif Menghadapi sangat relevan diajarkan pada peserta di- Ancaman Kehidupan Berbangsa Berlandaskan dik. Tema baru historiografi ini mengajar- Ke-Indonesiaan. Jakarta: Krishna Abadi kan mereka kapabilitas dengan belajar dari Publishing. masa lalu sebagai cerminan untuk memper- baiki masa kini dan merancang kehidupan Surat Kabar atau Majalah lebih baik di masa yang akan datang. “Andal: Kebutuhan atau Idealisme?”, Surabaya Post, 19 Maret 1989. “Surabaya Geger Kepati, Gegernya Air Kena Polusi”. Tempo, 24 September 1977. hlm. 10- 14. DAFTAR PUSTAKA Artikel dan Jurnal Buku Albertus, Doni Koesoema. “Potensi Penguatan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ahmad, Tsabit Azinar. 2016. Sejarah Kontroversial Sejarah di Sekolah”, dalam ABAD: Jurnal Di Indonesia; Perspektif Pendidikan. Sejarah. Vol. 1, No. 1 (Juni 2017), hlm. 80-92. Yogyakarta: Obor. Hariyono. “Sejarah Lokal: Mengenal yang Dekat, Basundoro, Purnawan. 2013. Merebut Ruang Kota: Memperluas Wawasan”, dalam Sejarah dan Aksi Rakyat Miskin Kota Surabaya 1900-1960- Budaya, Vol. 11, No. 2 (Desember 2017), hlm. an. Tangerang: Marjin Kiri. 160-166. Booth, Anne. 1992. The Oil Boom and After: Ngabiyanto, dkk. “The Indonesian Teachers’ Indonesia Economic Policy and Performance in Dilemmas From Colonial to Reformasi Era: the Soeharto Era. Singapore: Oxford University Non-Permanent Teachers’ Welfare and Status Press. Issues”, dalam Paramita: Historical Studies Journal, 29(1), 2019, hlm. 102-118. Dick, H.W. 2002. Surabaya City of Work: A Socioeconomic Histroy, 1900-2000. Athens: Prasetyo, Bagyo. “The Distribution of Megaliths Ohio University Press. in Bondowoso (East Java, Indonesia)”, dalam Indo-Pacific Prehistory Association Bulletin 19, Hasan, S.H. “Kata Sambutan”, dalam Widja, Vol. 3, Th. 2000, Melaka Papers. I Gde. 2018. Pembelajaran Sejarah yang Mencerdaskan: Suatu Alternatif Menghadapi Ratmanto, Aan. “Beyond The Historiography: Ancaman Kehidupan Berbangsa Berlandaskan Film Dokumenter Sejarah sebagai Alternatif Ke-Indonesiaan. Jakarta: Krishna Abadi Historiografi di Indonesia”, dalam SASDAYA: Publishing. Gadjah Mada Journal of Humanities, Vol. 2, No. 2 (May 2018), pp. 405-414. Hudiyanto, Reza. “Yang Tersisa di tengah Kemajuan: Kaum Miskin di Kota Malang 1916- Ridho’i, Ronal. “Doom to Disaster? Industrial 1950”, dalam Sri Margana & M. Nursam. 2010. Pollution in Sidoarjo 1975-2006”, dalam Kota-Kota di Jawa: Identitas, Gaya Hidup dan Lembaran Sejarah, Vol. 13, No. 2, Oktober Permasalahan Sosial. Yogyakarta: Ombak. 2017, hlm. 204-220. Munslow, Alun. 2003. The New History. London: Suwignyo, Agus. “Indonesian National History Pearson Longman. Textbooks after the New Order: What’s New Jurnal Sejarah
Tema Baru Historiografi Bagi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA/SMK di Jawa Timur | 29 under the Sun?”, dalam BIJDRAGEN TOT DE Website TAAL-, LAND- EN VOLKENKUNDE, Vol. 170, (2014), pp. 113-131. geheugenvannederland.nl ___________. “Kita dan Dunia Kontemporer (atau Hanggoro, Hendaru Tri. 2018. “Mengukur Sejarah Mengapa Sejarawan Harus Menyesuaikan Tukang Cukur”, dalam https://historia.id/ Cara kerjanya dengan Tuntutan Perkembangan kota/articles/mengukur-sejarah-tukang-cukur- Teknologi Informasi Digital)”, dalam SASDAYA: PyRX9. Diakses pada 15 November 2018 pukul Gadjah Mada Journal of Humanities, Vol. 2, 14.38 WIB. No. 2 (May 2018), pp. 393-404. “Kendang Jimbe, Kerajinan Ikon Wisata Tirta, Tyson. “Pendekatan Sejarah Global dalam Kota Blitar” (Selasa, 14-02-2017), dalam Usaha Memahami Karakter Bangsa”, dalam https://www.jatimtimes.com/baca/151210/ ABAD: Jurnal Sejarah. Vol. 1, No. 1 (Juni 20170214/152737/kendang-jimbe-kerajinan- 2017), hlm. 107-118. ikon-wisata-kota-blitar/. Diakses pada 17 November 2018 pukul 18.03. Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
VOLUME 03 | NOMOR 1 | JUNI 2019 Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-203 Duwi Asri Suryaningsih Pascasarjana Ilmu Sejarah, Universitas Gadjah Mada [email protected] ABSTRAK – Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi keterkaitan antara kehadiran sekolah swasta pada awal abad ke-20 dengan kebutuhan pendidikan dalam masyarakat. Tulisan ini mengacu pada kaidah penelitian historis dengan memanfaatkan sumber-sumber arsip pemerintah dan surat kabar lokal Pekalongan sebagai konteks tempat penyelenggaraan pendidikan swasta pada awal abad ke-20. Pada awal abad ke- 20 kebijakan pendidikan dari pemerintah kolonial dikemas melalui program politik etis. Tujuan utama dari program pendidikan dalam kebijakan politik etis adalah mengatasi permasalahan keterjangkauan pendidikan agar dapat diakses oleh masyarakat secara luas. Disamping untuk memberikan timbal balik (atas hutang budi) negeri induk pada negeri jajahan atas tindak kolonialisme. Dalam pelaksanaannya, program perluasan pendidikan dari pemerintah Kolonial hanya mampu dijangkau oleh masyarakat yang berasal dari kalangan bangsawan atau mempunyai kedudukan dalam pemerintahan. Keterbatasan akses inilah yang kemudian mendorong masyarakat secara mandiri mencari jalan alternatif guna memenuhi kebutuhan akan pendidikan. Masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan etnis juga semakin memberikan ragam alternatif kebutuhan pendidikan yang ditujukan bagi komunitasnya masing-masing. Ragam kebutuhan pendidikan dari berbagai komunitas juga mempunyai orientasi sekolah yang disesuaikan pula dengan kebutuhan komunitas. Orientasi tersebut cenderung menggambarkan atau paling tidak didasarkan pada karakteristik atau identitas komunitas. Namun, usaha mandiri dalam bentuk sekolah swasta ini justru memunculkan sentimen dari Pemerintah kolonial dengan memberikan sebutan sebagai ‘sekolah liar’. Meskipun demikian, pada kenyataannya keberadaan sekolah swasta justru lebih mampu memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat secara luas dibandingkan dengan sekolah yang disediakan dari pemerintah. KATA KUNCI – Sekolah Swasta, Pendidikan, Kebijakan Pendidikan, Kebutuhan Pendidikan. ABSTRACT – This paper aims to explore the link between the presence of private schools in the early 20th century and the educational needs of the community. This paper using historical research by utilizing government archival sources and Pekalongan local newspapers as the context of the place for the holding of private education in the early 20th century. In the early 20th century educational policies from the colonial government were part of ethical politics. The main objective of educational programs was to overcome the problem of affordability of education so that it can be accessed by the public at large. It was part of reciprocity from colonial rulers to the colony. In fact, education from the colonial government only for noble communities. The limited access for ordinary people then encourages them to independently seek alternative ways to meet the need for education. Ethnic-based polarized communities also increasingly provide an alternative range of educational needs aimed at their respective communities. Various educational needs from various communities resulting school orientation tailored to the needs of the community. The orientation tends to describe community characteristics or identity. However, this independent business in 3 Makalah dipresentasikan dalam Seminar Sejarah Nasional: 50 tahun Seminar Sejarah Pertama 1957-2017, pada Desember 2017 oleh Duwi Asri Suryaningsih
Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-20 | 31 the form of a private school actually gave rise to the sentiment of the colonial government by giving the title ‘wild school’. Nevertheless, in reality the existence of private schools is actually more able to meet the educational needs of the community at large compared to the schools provided by the government. KEYWORDS – Private School, Education, Educational Policies, Educational Needs. PENDAHULUAN pemerintah kolonial dalam memfasilitasi kebutuhan pendidikan masyarakat dengan Kajian Sejarah Pendidikan bukan menyediakan sekolah bentukan pemerin merupakan hal yang baru dalam tah, baik dalam hal sasaran murid yang Historiografi Indonesia. Sebagian mampu mengakses sekolah tersebut mau- besar penulisan Historiografi pendidikan pun strategi penyebaran bahasa Belanda mempunyai dasar pijakan yang sama yaitu pada jenjang sekolah model Barat. program perluasan pendidikan pada kebija- kan politik etis pemerintah kolonial. Tidak Karya lain terkait sejarah pendidikan heran jika pembahasan akan berada dalam adalah karya dari Djumhur (Sejarah Pen- pusaran produk pendidikan kolonial atau didikan) dan Nasution (Sejarah Pendidikan sekolah pemerintah. Bagaimanapun juga, Indonesia). Keduanya mengangkat topik kebijakan ini bertujuan untuk meningkat- yang sama yaitu kebijakan pendidikan pe- kan taraf kehidupan rakyat, namun bersifat merintah kolonial atas pendirian sekolah diskriminatif dan hanya menguntungkan model Barat. Dalam penjelasannya, Nasut- sebagian pihak. ion memaparkan bahwa pendidikan model Barat dari pemerintah kolonial mempunyai Salah satu literatur penting dalam se- akses yang sengaja dibatasi untuk tujuan jarah pendidikan adalah karya van Der yang sejalan dengan kebutuhan pegawai Wall dengan judul aslinya, Het Onderwi- pemerintah, namun tidak menyinggung js-bleid in Netherlands Indie, 1900-1940. kemana arah kebutuhan masyarakat lain Buku tersebut merupakan dokumen surat yang tidak mendapatkan akses pendidikan menyurat pejabat pemerintah yang meng- pemerintah. Berbeda halnya dengan Djum- gambarkan proses pengambilan keputusan hur yang juga turut mengkaji tentang pen- atas kebijakan pendidikan di Hindia Be- didikan yang diselenggarakan atas usaha landa, sehingga dapat terlihat bagaimana rakyat secara mandiri, dan membaginya ke kebijakan pendidikan diperbincangkan, dalam tipe sekolah swasta berdasarkan ha- diperdebatkan, dan pada akhirnya menca- luan politik dan agama. pai putusan kebijakan. Literatur lain yang menjadi rujukan dalam penulisan sejarah Kajian sejarah pendidikan juga dapat pendidikan adalah buku tentang politik ba- dilihat dari beberapa karya akademik dalam hasa di sekolah pemerintah karya dari Kees ranah universitas sebagai tugas akhir dari Groeneboer, dengan judul Jalan ke Barat: mahasiswa, diantaranya Witrianto (Dari Bahasa Belanda di Hindia Belanda 1600- Surau Ke Sekolah: Sejarah Pendidikan 1900. Kedua buku rujukan tersebut menge- di Padang Panjang 1904-1942), Sarkawi laborasikan strategi kebijakan pendidikan (Perkembangan Pendidikan Kolonial di Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
32 | Duwi Asri Suryaningsih Makassar 1876-194), Anak Agung Gde pendidikan alternatif yang disesuaikan Putra Agung (Dampak Pendidikan terha- dengan adat dan tradisi; dan, ketiga, orien- dap Perubahan Sosial di Bali), Yosef Tomi tasi baru pendidikan berkelanjutan. Roe, T. Syarwan, Jahdan Ibnu Human Saleh, dan Reni Widiastuti. Kajian sejar- PEMBAHASAN ah pendidikan pada tugas akhir yang telah disebutkan diatas lebih menekankan pada Fasilitas Pendidikan dampak dari perluasan pendidikan mod- el Barat yang menjadi pemicu terjadinya Benturan sosial dalam masyarakat perko- mobilitas sosial dan lahirnya pergerakan taan terjadi karena tidak terpenuhinya nasional. Berbagai literatur dan karya tu- pelayanan sosial. Perkembangan kota gas akhir di atas menggambarkan ragam berlangsung seiring dengan munculnya penulisan kajian sejarah pendidikan pada berbagai permasalahan perkotaan. Inter- masa kolonial. Namun, literatur tersebut aksi penduduk yang menjadi bagian pem- belum ada yang fokus pada penulisan ten- bangunan kota juga turut memperluas tang pendidikan swasta yang selama masa bentuk konflik. Diskriminasi ruang kota kolonial termarjinalkan. Sesungguhnya, yang dilakukan oleh pemerintah kolonial keberadaan sekolah swasta sangat dibutuh- terwujud dalam bentuk segregasi wilayah kan oleh masyarakat yang tidak mendapat perkampungan yang ditempati berbagai kesempatan untuk mengakses pendidikan kelompok penduduk perkotaan. Disamp- dari pemerintah kolonial dalam bentuk se- ing itu juga dapat dilihat dari perjuangan kolah model Barat. penduduk perkotaan untuk mendapatkan akses fasilitas perkotaan yang tidak dise- Sekolah swasta pada awal abad ke-20 diakan secara merata. Hal ini memuncul- didirikan atas inisiatif masyarakat. Dalam kan adanya disintegrasi tata wilayah dan praktiknya, sekolah swasta tidak sepenuhn- budaya dalam kehidupan perkotaan (Wert- ya mendapat dukungan dan kepercayaan, heim, 1999: 139-41). bahkan mendapatkan respon negatif dan pembatasan ruang gerak dari pemerintah Sejak awal abad ke-20, Indonesia telah kolonial. Sebutan ‘sekolah liar’ pada tahun memasuki babak baru dalam dunia pen- 1920-an bagi pendidikan alternatif mer- didikan modern. Sekolah-sekolah Barat upakan salah satu bentuk sentimen pemer- merupakan manifestasi dari adanya pendi- intah kolonial terhadap pendidikan yang dikan modern di Indonesia, sekaligus pen- diselenggarakan oleh pihak swasta. Tulisan anda era baru kebijakan politik pemerintah ini akan menjelaskan lebih jauh tentang kolonial yang dikenal dengan politik etis bagaimana pembentukan pendidikan al- (van Niel, 1984: 54-58). Misi pengadaban ternatif bagi masyarakat sekaligus counter melalui pendidikan yang diselenggarakan adanya diskriminasi kebijakan pendidikan bagi kalangan bumiputera melalui kebija- pemerintah kolonial. Oleh karena itu, tu- kan politik etis mempunyai tujuan utama lisan ini dibagi dalam tiga bagian; pertama, yaitu untuk pemenuhan tenaga kerja da- permasalahan fasilitas pendidikan; kedua, lam sektor pemerintahan dan memperkuat kekuatan ekonomi dan politik kolonial (Mestika Zed, 1989: 19-20; Depdikbud, Jurnal Sejarah
Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-20 | 33 1979: 64; Sartono, 1990: 32). Sistem pen- Pada abad ke-19, politik pengajaran didikan model barat bersifat elitis karena kolonial berada dalam tahapan penyeleng- menargetkan lulusannya menjadi pegawai garaan dan pengawasan pendidikan yang pemerintah atau elite baru. Hal tersebut masih sangat terbatas untuk anak Belan- turut menentukan batasan-batasan dari da dan Indonesia yang memeluk agama masyarakat secara umum untuk mengak- Nasrani. Memasuki abad ke-20, pemerin- sesnya. Meskipun tidak dipungkiri bah- tah kolonial berupaya melakukan perlua- wa dalam perkembangannya, pendidikan san dalam hal pendidikan yang bertujuan tidak hanya membawa kesadaran secara meningkatkan sasaran masyarakat untuk politis yang tidak terrbatas pada isu mobil- mendapatkan pendidikan lebih luas meski- itas vertikal, akan tetapi pandangan yang pun sifatnya terbatas pada kelompok bang- lebih luas tentang isu mobilitas horizontal sawan pribumi. Disamping itu orientasi sebagai bentuk perubahan struktur sosial, dari pengajaran kolonial juga telah berges- yang dapat disebut dengan kemunculan er yaitu untuk memenuhi kebutuhan pega- elite baru (Agus Suwignyo, 2014: 121). wai pemerintah yang terdidik dari kelom- pok pribumi. (Djumhur, 1976: 123-34, Pekalongan sebagai wilayah kota pra- Nasution: 198) ja dilengkapi dengan berbagai fasilitas publik. Fasilitas tersebut tentunya diper- Sekolah model Barat di Pekalongan gunakan untuk kepentingan administrasi yang diselenggarakan pemerintah kolonial dan memenuhi kepentingan masyarakat, diwujudkan dari adanya sekolah Campu- termasuk layanan kesehatan dan pendi- ran. Sekolah tersebut memberikan fasilitas dikan (Djoko Suryo, 2009; Djoko Suryo, kepada para muridnya yang telah lulus den- dkk, 1996). Namun, fasilitas publik terse- gan tes masuk kerja untuk direkrut menja- but tidak dapat diakses secara utuh oleh di pegawai pemerintah (Kolonial Verslaag, masyarakat umum, karena letaknya dekat 1903-1910). Keberpihakan fasilitas umum dengan perkampungan elite Eropa dan pemerintah kolonial pada kalangan elite pribumi. Diskriminasi rasial terkait dengan Eropa dan pribumi tentunya merugikan tempat tinggal masyarakat juga turut men- masyarakat umum. Dalam pada itu akses jadi faktor penting adanya polarisasi dalam masyarakat terhadap layanan umum men- fasilitas umum. jadi terbatas (Sartono, 1990: 216-217). Keterbatasan akses pada sekolah model Pekalongan mengalami perkemban- Barat dari pemerintah dikarenakan jum- gan kerajinan dan usaha yang menunjuk- lah sekolah yang ditawarkan tidak dapat kan diferensiasi ekonomi perkotaan (Seng mengimbangi kebutuhan atau keinginan Bing Oktober 1939, Desember 1940). Mata masyarakat untuk mengakses fasilitas rantai usaha dan perkembangan Batik di tersebut. Berikut ini fasilitas sekolah yang wilayah perkotaan membentuk adanya ke- disediakan oleh pemerintah yang dihimpun butuhan untuk menjaga keberlangsungan dari laporan dua Residen Pekalongan yaitu tersebut. Salah satunya yaitu dengan adan- J.J.M.A Poppelier dan C.O. Matray, ya kebutuhan terhadap sumber daya manu- sia yang berkualitas dan mengalami proses pendidikan. Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
34 | Duwi Asri Suryaningsih No. Nama Resident Tahun Jabatan Sekolah Pemerintah 1. J.J.M.A. Poppelier 1929-1932 Mulo Pekalongan2, ELS, HCS, HIS3, Seko- 2. C.O. Matray 1932-1936 lah Bumiputera Kelas 25, Vervolg School, Schakel School. Mulo, ELS, HCS, HIS, Ambacht School.5 Tabel 1. Sekolah Pemerintah. sumber: Regeering Almanak 1931, 1942, Indisch Verslaag1936, Kolonial Verslaag 1928. Dalam laporan W.L. Homans “Bagaimana rasa sakit hati nak menyebutkan bahwa pemerintah kolonial dan orang toeanya jang ditolak menyediakan layanan pendidikan bagi itoe?masgoel, dendam hati. Den- masyarakat pribumi dalam bentuk sekolah dam kepada siapa? Tida taoe jang rendah yang menggunakan bahasa belanda didendam. Mengapa Regeering tida (Memorie van Overgave W.L. Homans).6 menambah HIS goena menjoekoepi Namun, Terbatasnya jumlah sekolah bagi maoenja rajat? Apakah koerang on- masyarakat mengakibatkan sebagian besar kost? Moestahil..moedah-moedahan tidak mampu mengakses HIS Pekalongan. regeering soedi mengabolkan per- Protes mengenai penolakan murid pada moehoenan anak Bumipoetra tentang HIS Pekalongan diutarakan melalui surat tambahnja sekolah rendah sebagi kabar lokal Pekalongan, HIS.” (Sindoro Bode, 1922) 2 Mulo di Pekalongan berdiri pada 1930. (Regeering Masyarakat Kota Pekalongan men- Almanak, 1931: 358). yampaikan berbagai permasalahan sosial terkait dengan keterbatasan akses layanan 3 Sejak 1914, seluruh sekolah kelas I di Hindia publik melalui surat kabar lokal. Surat ka- Belanda diubah menjadi HIS. (Djumhur, 1976: 137). bar lokal merupakan cerminan tingkat pen- didikan masyarakat dalam suatu wilayah. 4 Sekolah Bumiputera Kelas Dua adalah sekolah Permasalahan pendidikan sebagaimana dari pemerintah yang kemudian diubah menjadi vervolg kutipan di atas menjadi salah satu permas- school, sekolah ini diperuntukan bagi anak-anak yang alahan sosial yang disoroti oleh publik. Per- telah diperkenalkan dengan budaya Barat. (Djumhur, masalahan mengenai keterbatasan jumlah 1976: 137). sekolah model Barat dari pemerintah baru mendapat jawaban pada 1926 melalui J.E. 5 Ambachschool di Pekalongan ada untuk pertama Jasper yang kemudian menambah sekolah kali pada tahun 1927 dengan lama pengajaran selama HIS Pekalongan.7 Kelangkaan sekolah dari dua tahun. (Koloniaal Verslag, 1928:113). Dalam pengajarannya, Ambacht School menggunakan bahasa 7 Memorie van Overgave J.E. Jasper. Jasper daerah sebagai bahasa pengantar. Cabang di Pekalongan merupakan residen pekalongan yang menjabat pada merupakan bagian dari cabang Semarang dengan program tahun 1926. pengajaran kerajinan kayu selama dua tahun pada 1934 (Indisch Verslag, 1936: 263). Dalam perkembangannya, Ambachschool Pekalongan tahun 1941 mengajarakan pengajaran kerajnan tembaga dan besi, (Regeering Almanak, 1942: 269). 6 Homans merupakan residen Pekalongan yang menjabat pada tahun 1922. Jurnal Sejarah
Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-20 | 35 pemerintah secara umum juga disebabkan diselenggarakan pemerintah merupakan oleh faktor lain yaitu lambannya penye- salah satu permasalahan lain untuk men- diaan sekolah dari pihak pemerintah. Se- gakses pendidikan. Syarat-syarat yang di- bagaimana protes masyakarat Pekalongan tentukan oleh pemerintah hanya mengun- karena tidak tersedianya jenis sekolah pe- tungkan golongan tertentu karena dalam merintah untuk komunitas Tionghoa yaitu peraturan tertulis yang diberlakukan oleh HCS8 di pekalongan, sementara di tempat pemerintah kolonial lebih mengutamakan lain jenis sekolah tersebut telah tersedia, pendidikan bagi anak-anak golongan Ero- pa dan elite pribumi yang mempunyai ja- “HCS. Orang bilang artinja H(Hol- batan struktural minimal sebagai asisten landsch) C(Chineesche) S(School), wedana. tetapi kaloe boeat orang Pekalongan, ada H(ooge) Chineesche School, se- Berbagai protes dan keluhan mas- bab ini matjem sekolahan, disini ada yarakat tersebut menjadi sebuah fakta yang begitoe ‘H(ooge) Chineesche School, menunjukkan keterbatasan akses pendi- sebab ini matjem sekolahan, disini dikan di Pekalongan. Permasalahan akses ada begitoe Hooh, alias Tinggi, sampe pada layanan publik yaitu sekolah model tida ada jang bisa berdeket, apalagi Barat yang diselenggarakan pemerintah masoek itoe sekolah!. He, sebab apa? meliputi kelangkaan sekolah, kelambanan Tida ada jang masoek itoe sekolah? pengadaan sekolah dan yang paling sig- Sebab, disini tida ada itoe sekolah- nifikan adalah persyaratan untuk menen- an!.” (Sindoro Bode, 1922). tukan masuk atau tidaknya anak dalam se- kolah pemerintah. Tiga komponen tersebut Terbatasnya jumlah sekolah model menjadi fokus perhatian masyarakat untuk barat tidak hanya berakibat pada penolakan melakukan protes atas keterbatasan terha- murid di sekolah tersebut, tetapi juga me- dap akses pendidikan. Penyampaian protes nimbulkan permasalahan baru yaitu diter- dari masyarakat atas pembatasan akses pen- apkannya persyaratan yang memberatkan didikan menandakan bahwa masyarakat untuk mengakses sekolah tersebut. Ada- telah membutuhkan adanya pendidikan. pun keluhan masyarakat Pekalongan ten- Hal ini telah muncul kesadaran kolektif tang persyaratan mengakses sekolah model yang memungkinkan untuk mendapatkan barat yang dimuat dalam surat kabar, mobilitas sosial melalui akses pendidikan. ”HIS Sedikit, atoeran menerima anak, Inisiatif masyarakat untuk mendapa- publiek jarang jang mengerti. Maka tkan pendidikan yang diusahakan sendiri Banjak jang sakit hatinja sebab tida muncul dari berbagai kelompok masyarakat diterima, karena H.I.S banjak atoer- pekalongan yang beragam. Pendidikan an tentang menerima anak” (Sindoro kemudian diusahakan secara mandiri tanpa Bode, 1922). harus mengandalkan sekolah model Barat dari pemerintah kolonial. Dalam hal ini, Persyaratan yang memberatkan un- sekolah swasta muncul salah satu bentuk tuk memasuki sekolah model Barat yang responsi atas ketidakmampuan masyarakat untuk mengakses pendidikan dari pemer- 8 HCS pertama ada pada tahun 1908, memasuki tahun 1922 HCS belum kunjung didirikan di Pekalongan. HCS di Pekalongan baru didirikan pada 1926. Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
36 | Duwi Asri Suryaningsih intah atau dapat dikatakan sebagai keti- Dalam dekade pertama awal abad ke- daksungguhan pemerintah untuk melaku- 20, Hoedjin Hwee, Komunitas perempuan kan perluasan pendidikan. Tionghoa Pekalongan mengupayakan pen- didikan bagi perempuan Tionghoa. Tentun- Pendidikan Awal: Mempertahankan ya, pendidikan yang diberikan berorientasi Adat-Tradisi dan Penguatan Ekonomi pada pendidikan dasar tentang kesopanan serta pengetahuan adat-istiadat perempuan Pada awal abad ke-20 Indonesia memasu- Tionghoa. Kemajuan pendidikan juga dili- ki masa perkembangan kesadaran kolek- hat dari pemahaman mengenai adat istiadat tif yang mendukung ke arah solidaritas yang berlaku, termasuk dalam penguasaan umum. Perkembangan surat kabar seiring bahasa (Tionghoa) yang menggambarkan dengan pergerakan nasional yang tidak keterikatan dengan daerah asal (Tiongkok). hanya bersifat politik semata, tetapi juga Kepentingan komunitas dalam mengarah- ekonomi, sosial, dan kultural. Pergerakan kan pengikutnya tercermin dalam ketentu- tersebut menuntut masyarakat untuk aktif an-ketentuan pengetahuan yang diajarkan, berpartisipasi untuk mengusahakan kema- sebagaimana yang disosialisasikan Hoed- juan (Sartono, 1990: 116; Shiraishi, 1997). jin-Hwee melalui surat kabar lokal Peka- Dengan demikian berkembanglah komuni- longan, tas atau perkumpulan sebagai media komu- nikasi yang kemudian turut menyediakan “No.1 di larang berdjoedi, No.2 di layanan publik bagi masyarakat, khususn- larang makan sirih, No.3. di larang ya dalam bidang pendidikan. pake sarong kebayak kaloe pigian naek treim atau roemah orang man- Diskriminasi rasial sebagaimana yang toe, dimistiken pake Twa Kie Koen disebutkan sebelumnya membawa polari- dan sepatoe. No.4. di larang pake sasi masyarakat. Komunitas dan surat ka- perhiasan mas inten jang berharga bar bagaikan dua sisi mata uang yang tidak besar. No.5. di larang bicara Djawa, terpisahkan. Keduanya mempunyai peran lebih baik bitjara Melajoe dan dari masing-masing untuk turut hadir dalam sedikit adjar bitjara bahasa Tionghoa. masyarakat. Sebagai alternatif penyedia No.6. dalem pertemoean satoe sama layanan pendidikan, komunitas mempu- lain Lie Hoedjiin mesti Kiong Tjhioe. nyai peran sebagai penentu arah orientasi No.7. di larang potong gigi gadis jang pendidikan. jika pendidikan model barat hendak dinikahken (pasah). No.8. di dari pemerintah kolonial ditujukan untuk larang kasih pakean mas inten papa menjadi pegawai pemerintah, maka pen- anak-anaknja. ”(Perdamaian, 1917) didikan alternatif dari komunitas pada mu- lanya mempunyai orientasi yang sederhana Pengetahuan kebahasaan dalam suatu yaitu mengembangkan nilai-nilai komuni- kelompok masyarakat merupakan faktor tas yang berlaku untuk kemudian diwa- yang utama. Pada saat itu tolok ukur ke- riskan kepada anak-anak sebagai generasi majuan sebuah generasi adalah pemaha- penerus. man adat-istiadat. Kurangnya perhatian terhadap pengajaran bahasa menunjukkan suatu kemunduran. Penguasaan bahasa dinilai sebagai manifestasi cinta dan peng- Jurnal Sejarah
Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-20 | 37 hargaan terhadap tanah leluhur. Penyim- sa Tionghoa cukup gencar pada surat kabar pangan yang terjadi dinilai sebagai kuran- lokal Pekalongan. gnya pemahaman dalam adat istiadat yang di dalamnya juga terdapat berbagai aturan dan tindakan dalam berinteraksi. Ekspresi kecintaan terhadap budaya leluhur menjadi bagian penting pengajaran dari komunitas Tionghoa sampai pada dekade kedua awal abad ke-20, “Disini tiada perloe boeat saia tjer- Sumber: Sindoro Bode, 1922 itaken dengen pandjang lebar, apa sebabnja tjoema bangsa TH sadja Pendidikan yang menekankan as- jang kebanjakan tida kenal bahasanja pek adat-istiadat merupakan ciri khas sendiri, itoe hal tiada bisa disangkal pengembangan orientasi awal dari adan- lagi ada menoendjoeken kemoendo- ya pendidikan dan sekolah yang digagas erannja dari bangsa Tionghoa. Tapi oleh komunitas. Pengajaran pendidikan sebabnja itoe kemoendoeran bisa dit- mengedepankan aspek kultural dan pent- erangken sedikit, itoe kamoendoeran ingnya solidaritas kelompok. Karakteristik adalah kesoedahannja dari kita poenja pendidikan yang mengarah pada adat-istia- leloehoer jang telah tiada perdoeliken dat pada dasarnya merupakan usaha dari pendidikan pada anaknja.” (Sindoro para anggota komunitas untuk mempertah- Bode, 1922) ankan karakteristik dari komunitas dengan menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang berlaku. Pendidikan kultural menjadi buah didirikan pada tahun 1900 di Batavia mer- kepanjangan tangan dari setiap generasi upakan perwujudan masyarakat Tionghoa untuk mewariskan dasar-dasar adat-istiadat yang digunakan sebagai media komunikasi sebagai perwujudan identitas kelompok. dan informasi dalam komunitas. Berselang setahun setelah pendiriannya, THHK Aspek kultural dalam pendidikan di- mengembangkan sekolah bagi generasi tujukan untuk mempertahankan karakter- muda Tionghoa dengan orientasi awal pen- istik atau identitas dari komunitas. Seiring didikan untuk memelihara pengetahuan dengan hal itu, aspek ekonomi menjadi adat-istiadat dan mengarah pada kemajuan. tidak kalah penting sebagai pertimbangan diwariskan bagi generasi penerus melalui Pengajaran pengetahuan mengenai persekolahan. Tujuan pendidikan yang adat-istiadat Tionghoa didukung dengan penerbitan buku pengetahuan adat Tiong- hoa. Pewarisan kultural yang ditujukan bagi generasi muda diselaraskan dengan tujuan pengajaran yang diselenggarakan oleh komunitas Tionghoa. Promosi buku mengenai pengetahuan adat-istiadat bang- Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
38 | Duwi Asri Suryaningsih berorientasi pada aspek material tentunya gajaran sekolah. Sebagaimana yang dise- berbeda dengan pendidikan yang diseleng- butkan dalam majalah Pelita Dagang, garakan oleh pemerintah berorientasi pada pemenuhan tenaga kerja. Semangat swa- “...Economie kita Boemipoetera tidak daya dan berdaya dalam bidang ekonomi bakal mendapat kemadjoean, kapan menjadi kunci penting diselenggarakan- keadaan kaoem pedagang bangsa kita nya pendidikan yang mengedepankan as- masih begini. Kesalahan ada sama pek material. Kebutuhan pendidikan yang difihak kita kaoem soedagar sendiri. mengedepankan aspek material ditujukan Sebab kaoem soedagar sendiri lebih untuk menghadapi persaingan ekonomi, senang menjekolahkan anaknya ke sekolah Docter daripada ke Handel “Toean-toean soedagar!kita misti School, dan dia lebih soeka melihat beroesaha mendidik pemoeda-pem- anaknya makan gadji di Post, daripa- oeda kita, soepaja dia orang ada itoe da meoeroes dia ponja perdagangan semangat boeat berdagang. Kita ber- sendiri.” (Pelita Dagang, 1924). ikan tjonto pada dia orang, bahwa itoe soedagar sedjati, ada itoe mem- Pendidikan yang berorientasi aspek poenjai sifat-sifat jang baik...meno- material merupakan suatu strategi untuk endjoekkan hal jang seperti ini, tidak menjaga keberlanjutan usaha untuk gen- memadai dengen moeloet saja, tapi erasi penerus. Hal ini dilakukan melalui perloe misti kita beri tjonto dengen perwujudan sekolah-sekolah yang dikelola perboeatan kita sendiri. Dan kapan secara swadaya. Namun, pendidikan aspek soedah nanti sebagian besar pem- material yang cenderung diarahkan oleh oeda-pemoeda bangsa kita jang ada generasi tua ini justru dianggap membatasi itoe peladjaran, soeka mendjadikan ruang gerak generasi muda yang mempu- dirinja djadi orang dagang, disitoelah nyai tujuan berbeda, tidak untuk menekuni baroe bisa kita perdapat kemadjoean bidang yang sama dengan generasi sebel- dari kita poenja perdagangan.” (Pelita umnya. Ketidaksepakatan antara genera- Dagang, 1924). si tua yang menginginkan keberlanjutan ekonomi bertentangan dengan pemikiran Ketertinggalan dalam hal perekono- generasi muda yang mempunyai orientasi mian dan perdagangan dinilai sebagai efek pendidikan diluar aspek material, dari tidak adanya kepedulian pada bidang pengajaran. Kemajuan ekonomi pedagang “Saja poen perhatikan, dengan adan- bumiputera menjadi titik keberhasilan ja saja maoe katakan adanja penga- pendidikan. Bagi masyarakat Pekalongan, doean jang sampai pada saja, bahwa pengetahuan dalam berdagang sangatlah bahasa jang sampai pada anak-anak penting, kurang diperhatikannya pendi- jang bersekolah itoe djadi asing dari dikan yang berorientasi pada ekonomi marika itoe, tidak sebagai jang di- dinilai menjadi faktor penting adanya ke- harapkannja, inilah peperangan jang munduran ekonomi dagang. Pengetahuan hebat antara kaoem toea dan kaoem mengenai perbandingan harga dan ilmu moeda, ini menoenjoekkan anak jang hitung dalam perdagangan menjadi bagian tadinja disekolahkan kemoedian ia ti- yang seharusnya tidak dipisahkan dari pen- dak mendukung orang toeanja, dapat mendoekoeng peroesahaan orang.” (Bintang Pekalongan, 1926). Jurnal Sejarah
Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-20 | 39 Kebutuhan pendidikan masyarakat sekarang ini berlainan djaoeh den- yang menekankan aspek kultural dan as- gen adat jang dilakoeken sebeloem pek material berorientasi sama yaitu pen- 10 tahoen jang telah laloe, Apalagi egasan identitas kelompok atau komunitas. adat jang dilakoekan pada djaman Namun, aspek tersebut tidak sepenuhnya 100 tahoen jang telah silam poen dja- diterima oleh masyarakat. Pergeseran ori- man jang beloem lalaoe kita indjak entasi pendidikan dalam wujud sekolah setahoen, sepoloeh tahoen jang aken swasta mengarah pada hal-hal baru, tidak datang tentoe berbeda dengan seka- lagi hanya menekankan aspek kultural dan rang ini” (Perdamaian, 1917). material, tetapi lebih pada aspek keberlan- jutan jenjang pendidikan tinggi. Orientasi pengajaran lain yang dike- hendaki oleh generasi muda yaitu tentang Orientasi Baru: Pendidikan pengajaran bahasa. Bahasa Belanda diajar- Berkelanjutan kan pada beberapa sekolah yang diperun- tukan bagi golongan Eropa dan elite pribu- Pergeseran orientasi pendidikan dalam mi. Keberadaan sekolah Tionghoa yang sekolah swasta bukan tanpa perdebatan. diselenggarakan oleh pemerintah (HCS) Generasi tua menginginkan bahwa pendi- juga mendapatkan respon negatif dari gen- dikan ditekankan pada aspek kultural dan erasi tua yang tidak menginginkan adanya material, dan generasi muda yang mengh- pengajaran bahasa selain bahasa Tionghoa. endaki adanya pembaruan pendidikan yang tidak hanya menekankan pada kedua aspek “Difihak jang tida moefakat sama tersebut. Pemerintah kolonial melalui se- sekolahan HCS soeda tjelah kalang kolah model Barat yang telah melakukan kaboet perboeatannja marika itoe perluasan pendidikan pada jenjang pendi- jang masoeken anak-anaknja di HCS dikan tinggi pada tahun 1920-an (Sartono, lantaran dianggep soeda blakangken 1990). Generasi muda lebih cenderung sama bahasanja sendiri. Difihak jang terbuka terhadap perubahan. Mereka lebih moefakat soeda trima dengen goem- mampu untuk beradaptasi dan berinterak- bira itoe sekolahan, lantaran marika si terhadap nuansa modern. Budaya lama soeka sama peladjaran ollanda bahasa yang dipegang oleh generasi sebelumn- mana perloe dianggep djoega boeat ya tidak menarik lagi bagi generasi muda dikenal oleh pendoedoek di Hindia yang telah mempunyai pandangan baru. ini, dimana jang memerentah ada Generasi muda cenderung untuk menerima bangsa ollanda.” (Perdamaian, 1917) modernitas (Wertheim, 1999: 241-244). Generasi muda mengganggap bahwa adat Pergeseran orientasi lainnya juga yang berlaku bagi generasi sebelumnya su- dapat dilihat dari adanya kesadaran pent- dah relevan, pernyataan tersebut tercermin ingnya pengajaran umum. Pengajaran dalam kutipan berikut, yang dimaksudkan tidak hanya terbatas pada pengetahuan adat-istiadat, akan teta- “Ma’loemlah soedah toean-toean! pi juga pengetahuan dari pelajaran umum Adat jang digoenaken pada waktoe lain. Pengajaran umum yang diberikan ter- utama pada kaum perempuan diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang berguna di masa mendatang, seperti halnya pada Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
40 | Duwi Asri Suryaningsih kutipan berikut, robah atoerannja HCS. Boleh teroes berladjar ke sakolahan tinggi dan leb- “Inilah satoe hal jang soedah diakoei ih lagi kalo ditambah peladjaran lain- kepentingannja oleh segala bangsa lain bahasa seperti frans, Hok Kian, toeroenan jang bagoes, sehat, pand- Duitsch dan Inggris, apa nanti djadin- ai, dan mempoenjai kekerasan hati ja sama THHK?” (Perdamaian, 1917) boeat mentjinta bangsa dan tanah aer itoelah kita mesti tjari, karana mereka Pendidikan yang beorientasi pada ke- itoelah jang bisa mengangkat derajat berlanjutan jenjang menjadi salah satu kebangsaan dan tanah aer jang dida- kebutuhan yang kemudian dituntut oleh lam tiada haroes. Bagaimanakah kita masyarakat. Faktor tuntutan tersebut se- bisa mendapat toeroenan itoe? tiada bagaimana yang telah disebutkan sebelum- lain melainken kita bangsa perem- nya yaitu karena adanya perluasan pendi- poean hendaklah berkeras hati ment- dikan Barat. Masyarakat menuntut adanya jari pengetahoean jang perloe dengen peran serta pemerintah untuk mencapai hal segenap kekoeatan kita dan mem- tersebut, pergoenaken dia boeat memboeka pikiran kita poenja bangsa teroetama “Perloenja soepaja moerid-moerid anak toeroenan kita dihari kemoedian HK kaloe soeda tamat di sekolahan sesoedahnja kita terlepas dari seko- klas 7 lantas bisa trosken di sekolah lah.” (Soeara Hindia, 1925). jang tinggi. Begitoe djoega haroes kita minta pada pamerentah soepaia Program rasionalisasi bahasa Belan- moerid-moerid ini sekolahan bisa me- da baru diwacanakan pada tahun 1930-an. neroesken peladjarannja disekolahan Bahasa Belanda diwacanakan untuk dia- HBS atau ELS djadi kita poenja ba- jarakan sebagai bahasa asing dalam se- hasa perloe boeat pokok kebangsaan, kolah-sekolah (Groeneboer, 267-268). Di tapi lain-lain kepandean ambil dari luar hal itu, Perluasan sekolah model Barat lain bangsa.” (Perdamaian, 1917) juga turut menjadi penentu berkembangnya orientasi baru pendidikan yang kemudian Pertentangan antara generasi muda mengarah pada pendidikan keberlanjutan. dan tua dalam komunitas masyarakat Arab Perkembangan sekolah model Barat yang Pekalongan juga terjadi karena perbedaan disubsidi oleh pemerintah seperti HCS pandangan tentang kebutuhan baru pen- pada 1917, menyusul kemudian HAS pada didikan bagi masyarakat. Generasi muda 1930-an di Pekalongan telah membuka cenderung menegaskan diri sebagai opo- harapan baru bagi masyarakat untuk men- sisi generasi tua. Mereka berpihakan pada capai jenjang pendidikan, tentunya dengan modernisasi dan mengikuti perubahan jalan penguasaan bahasa Asing lainnya. zaman. Seperti pernyataan terkait kebutuhan pen- gajaran bahasa Asing lainnya, “Saja moelaiken penoetoeran saja semendjak pada tahoen 1924 jang “Kita maoe bilang kaloe pamarentah laloe!. Pada masa itoe, masing-mas- tjoema maoe boeka HCS dengen pel- ing dari kaoem moeda Al Irsyad dan adjaran meloeloe bahasa ollanda saja, Arrabithah terbit semangat oppositie itoe tida begitoe besar pengaroehnja. terhadap kaoem toeanja jang senan- Tapi kaloe kemoedian pamarentah tiasa mendjadi halangan boeat merei- Jurnal Sejarah
Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-20 | 41 ka mentjapai tjita-tjita kemadjoean rakan pendidikan umum bagi masyarakat lebih djaoeh, mengikoeti peroebahan justru tidak mampu memenuhi kebutuhan zaman.”(Aliran Baroe, 1939) masyarakat. Keterbatasan akses terhadap kebijakan perluasan pendidikan tersebut Generasi baru dari komunitas mas- justru mengarahkan masyarakat untuk me- yarakat Arab juga menghendaki adanya nempuh jalan swadaya (pembentukan seko- orientasi baru untuk pendidikan berkelan- lah swasta oleh komunitas/perkumpulan). jutan. Meskipun terdapat pertentangan di- Meskipun dalam praktik perluasan seko- antara generasi muda dan tua dalam tujuan lah dan usaha untuk menyediakan jenjang pendidikan, kemunculan HAS di Pekalon- pendidikan melalui sekolah yang berkelan- gan kemudian menjadi faktor penting arah jutan telah dilakukan, namun persyaratan perkembangan pendidikan dalam jenjang yang memberatkan justru membatasi ak- kuliyah Islam. ses masyarakat akan sekolah model Barat. Kebutuhan awal pendidikan masyarakat “Djadi bagi golongan Arab, tjoema Pekalongan berorientasi pada adat dan tr- moerid keluaran sekolah HAS sadja adisi. Penyelenggaraan pendidikan dalam jang boleh diterima memasoeki itoe sekolah swasta berbeda secara substansial sekolahan. Kami sebetoelnja sangat dan praktik karena masyarakat Kota Pe- merasa senang dan setoedjoe atas kalongan yang beragam. Sekolah-sekolah pendirian sekolah ‘koeliyyah-Islam’ diharapkan dapat berperan sebagai ‘pen- terseboet sebagaimana jang dioesoel- jaga’ adat-tradisi sekaligus pewaris pola kan diatas dan kami menoendjang ekonomi generasi sebelumnya. serta memperkoeatkan akan adanja voorstel itoe.” (Aliran Baroe, 1939) Pengajaran pengetahuan umum se- bagaimana yang diterapkan pada sekolah Perkembangan orientasi kuliyah Is- model Barat juga menjadi bagian penting lam juga didukung dari adanya lulusan tumbuhnya orientasi baru dalam sekolah guru-guru yang berasal dari Timur-Ten- swasta. Dalam proses perubahannya, ori- gah. Pengaruh pengajaran dari para guru entasi baru dalam pendidikan mempunyai tersebut yang kemudian membentuk arah permasalahan dan mendapatkan pertentan- baru orientasi pendidikan ke arah kuliyah gan antara generasi tua dan generasi muda. Islam. Dengan demikian, perkembangan Perubahan orientasi pendidikan menun- sistem sekolah yang sangat dinamis, baik jukkan bahwa proses yang berlangsung itu dari pihak pemerintah kolonial maupun dalam dunia pendidikan alternatif yaitu perkembangan pemikiran dari golongan sekolah swasta sangatlah dinamis. Pendi- komunitas itu sendiri telah membawa arah dikan non-pemerintah dalam bentuk seko- baru orientasi pendidikan ke arah pendi- lah swasta tidak hanya mampu memenuhi dikan tinggi, pendidikan yang berkelanju- kebutuhan pendidikan masyarakat secara tan yang sesuai dengan semangat zaman luas, akan tetapi juga mampu menunjuk- kala itu. kan bahwa pendidikan mampu berjalan di- luar wewenang pemerintah melalui kebija- PENUTUP kannya. Pendidikan non-pemerintah dalam Pemerintah kolonial sebagai lembaga yang mempunyai otoritas dalam menyelengga- Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
42 | Duwi Asri Suryaningsih bentuk sekolah swasta mampu menggam- “Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan” terj. barkan proses sejarah yang memperlihat- Amir Sutaarga. Jakarta: Obor. kan perkembangan masyarakat yang ber- partisipasi aktif dalam penyelenggarannya. Djoko Suryo. 2009. Pekalongan, dari Desa Pesisir ke Kota Modern: Melacak Perjalanan sebuah DAFTAR PUSTAKA Kota di daerah pesisir utara Jawa, dalam “Transformasi Masyarakat indonesia dalam Arsip dan Surat kabar Historiografi Indonesia Modern”. Yogykarta: STPN Press. ANRI. MVO JE.Jasper 1926 ANRI. MVO W.L. Homans 1919-1922 Djumhur dan Danasuparta. 1976. Sejarah ANRI. MVO J.J.M.A. Poppelier 1929-1932 Pendidikan, Bandung: CV Ilmu. ANRI. MVO C.O. Matray1932-1936 Koloniaal Verslag 1903, 1905, 1906, 1907, 1908, Groneboer, Kees. 1995. Jalan Ke Barat: Bahasa Belanda di Hindia Belanda 1600-1950. Jakarta: 1909, 1909, 1910, 1928. Taalcentrum. Regeering Almanak 1931, 1942, Indisch Verslaag Hisyam Ahmad. 1977. Masyarakat Keturuann 1936, Kolonial Verslaag Arab di Kota Pekalongan, Bandung: Lembaga Aliran Barie 1939 Kebudayaan Universitas Padjajaran. Jih Pao 1917 Pelita Dagang 1924 Hisyam Ahmad. 1977. Masyarakat Keturuann Bintang Pekalongan 1926 Arab di Kota Pekalongan, Bandung: Lembaga Perdamian 1917 Kebudayaan Universitas Padjajaran. Sindoro Bode 1922 Mestika Zed. 1989. Kolonialisme, Pendidikan Buku & Karya Ilmiah dan Munculnya Elit Minangkabau Modern: Sumatera Barat Abad Ke-19, dalam “Pendidikan Agus Suwignyo, 2014. The Making of Politically Sebagai Faktor Dinamisasi dan Integrasi Conscious Indonesian Teachers in Public Sosial”. Jakarta: Depdikbud. School 1930-1942, Journal Southeast Asian Studies, Vo.3, No.1. Sartono Kartodirdjo. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Anonim. 1979. Pendidikan Indonesia dari Jaman Jilid II. Jakarta: Gramedia. Ke Jaman, Jakarta: Balitbang Depdikbud. Sartono Kartodirdjo. 2005. Sejak Indische sampai Brugmans, I.J. 1987. Politik Pengajaran, dalam Indonesia. Jakarta: Kompas. Van Niel, Robert. 1984. Munculnya Elite Modern Indonesia, Jakarta: Grafika. Wertheim, W.F. 1999. Masyarakat Indonesia dalam Transisi, Kajian Perubahan Sosial, terj. Misbah Zulfa. Yogyakarta: Tiara Wacana. Jurnal Sejarah
VOLUME 03 | NOMOR 1 | JUNI 2019 Pendidikan dan Pendidikan Sejarah di Perguruan Islam Republik Indonesia Yogyakarta 1947-20051 Rezza Maulana2 Al-Jami’ah Research Center, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta Email: [email protected] ABTSRAK – Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) atau dikenal dengan Ahmadiyah Lahore merupakan salah satu gerakan pembaharuan Islam di Indonesia yang sezaman dengan Muhammadiyah dan NU. Namun karena sering dipahami sebagai kelompok minoritas yang berbeda mengakibatkan terabaikannya aspek-aspek kontributifnya dalam masyarakat, misalnya aspek pendidikannya. Salah satu amal usaha GAI bidang pendidikan adalah pendirian sekolah umum di bawah nama yayasan PIRI atau Perguruan Islam Republik Indonesia yang berdiri tahun 1947. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan latar belakang pendirian sekolah, strategi dan tokoh-tokoh yang berperan penting dalam usaha tersebut. Di samping itu, tulisan ini juga menjelaskan kurikulum pengajaran sejarah pemikiran dan gerakan Ahmadiyah yang disebut dengan ke-PIRI-an. Berdasarkan pengumpulan data lapangan, baik wawancara, dokumen resmi dan sekunder, konsep pendidikan dan pengajaran sejarah organisasi banyak dipengaruhi oleh pemikiran tokoh Ahmadiyah Lahore di Indonesia dalam tulisan-tulisannya, meskipun tetap merujuk juga pada pemikiran Ahmadiyah Lahore pusat (Ahmadiyya Anjuman Isha’ati Islam Lahore). Dalam perjalanannya, terdapat penyesuaian-penyesuaian kurikulum dimana faktor kultural, sosial dan kebijakan Negara menjadi faktor pendorong dalam perubahannya. KATA KUNCI – minoritas, Ahmadiyah, pendidikan, pengajaran sejarah, sejarah Islam, liberasi. ABSTRACT – Indonesia Ahmadiyah Movement (Gerakan Ahmadiyah Indonesia) or we known as Ahmadiyah Lahore is one of modern Islam movement as a same time as Muhammadiyah and NU. GAI as a minority or liyan in orthodoxy Islam has implication to erasure social contribution especially in education. Actually GAI have education institution who established in 1947 under the name of PIRI (Perguruan Islam Republik Indonesia) foundation. This paper examines the history background of founder and social context to built private school in Yogyakarta. The other hand this paper also explained the curriculum of islamic history which is stressing to PIRI-ness. Based on literature, interview, and field research I founded that ideas, curriculum, and strategies of education history influenced by prominents of Indonesian Ahmadi like as Djoyosugito, Kustirin, and Ali Yasir. Although they still references to Ahmadiyya Anjuman Isha’ati Islam Lahore. Practically, there are contextualisation and social transformation following local cultural dynamic. KEYWORDS – minority, Ahmadiya, education, teaching history, Islamic history, liberation. 1 Naskah awal ini sebelumnya dipresentasikan pada Seminar Sejarah Nasional dengan tema “Paradigma dan Arah Baru Pendidikan Kesejarahan di Indonesia” di FIB, UGM, 3-4 Desember 2018. Terima kasih kepada Asghar Ali dan Yanwar Pribadi yang telah menunjukkan referensi dan masukan penting terkait topik tulisan. Sepenuhnya tanggungjawab isi tulisan dipegang oleh penulis. 2 Peneliti/staff di Al-Jami’ah Research Center, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan ini juga hasil lain dari riset penulis di bawah program ICRS PEER (Partnership for Enhanced Engagement in Research) UGM tahun 2018.
44 | Rezza Maulana PENDAHULUAN sebagai minoritas yang eksklusif, padahal tidak. Oleh karena itu, mengapa dan apa Studi tentang pendidikan di gerakan yang sudah GAI berikan di bidang pen- Ahmadiyah ini berangkat dari ke- didikan khususnya lewat sekolah umum? cenderungan para peneliti yang lebih Dan bagaimana strategi mereka dalam memperhatikan aspek teologi dan status- membangun sarana prasarana serta mema- nya sebagai korban kekerasan massa, ter- jukan ilmu dan pengetahuan? utama setelah dikeluarkannya fatwa MUI tahun 2005 (Burhani, 2013b, pp. 22–26). Dengan pendekatan historis, penulis Burhani mencatat bahwa salah satu ket- akan menjelaskan lebih dulu perkemban- ertarikan mereka adalah keingintahuan gan awal GAI dan konteks sosial politik siapa sebenarnya Ahmadiyah. Setidakn- yang mendorong mereka mendirikan lem- ya ada empat kategori referensi mengenai baga pendidikan dan dinamikanya hingga Ahmadiyah berdasarkan penekanannya masa setelah Orde Baru, terutama setelah yaitu pendekatan (1) historis, (2) pendeka- dikeluarkannya fatwa MUI tahun 2005. tan HAM dan kebebasan beragama, (3) Kemudian dengan mengenal dan mema- pendekatan media dan komunikasi mod- hami pemikiran beberapa tokoh GAI, ter- ern, dan (4) pendekatan religious studies. utama yang terlibat dalam lembaga pendi- Dari kajian yang sudah ada tersebut, Najib dikan, visi dan misi lembaga pendidikan Burhani masih menemukan kesenjangan akan lebih tereksplorasi. Apalagi dengan beberapa tema antara lain; belum adanya memahami posisi, latar belakang dan usaha kajian mengenai perbandingan antara Ah- para tokoh tersebut proses perkembangan madiyah dengan kelompok minoritas lain dan dinamika yayasan sekolah akan terli- seperti Lia Eden, Shiah atau bahkan den- hat lebih jelas. Sedangkan untuk meninjau gan kelompok Kristen. Tema lain yang kontribusi mereka dalam pengembangan belum tergarap adalah sistem filantropi ilmu (pemikiran) dan pengetahuan, karya gerakan yang mana telah membuat kelom- – karya tulis para tokoh lokal menjadi pok Ahmadiyah berkembang dan bertahan sumbernya, termasuk di dalamnya rujukan hingga saat ini. – rujukannya pada karya tokoh Ahmadiyah di luar negeri. Tulisan ini mencoba mengisi kekoson- gan kajian tersebut dengan membahas salah Dalam beberapa referensi sejarah satu amal usaha kelompok Ahmadiyah mengenai Ahmadiyah di Indonesia seper- Lahore di Indonesia (GAI) melalui pendi- ti Blood (Blood, 1974), Zulkarnain (Zu- dikan yaitu Yayasan PIRI atau Perguruan lkarnain, 2005a) dan Beck (Beck, 2005), Islam Republik Indonesia yang berkantor pembahasan mengenai latar belakang, ke- pusat di kompleks PIRI, Jl. Kemuning No. munculan, perkembangan dan pemikiran 14 Baciro, Yogyakarta. Jalur pendidikan teologis gerakan lebih banyak mendapa- merupakan salah satu aspek kontributif tkan perhatian. Begitu juga dengan pers- di masyarakat yang kurang diperhatikan inggungannya dengan kelompok ortodoksi oleh para peneliti sebelumnya sehingga tetap menjadi daya tarik kajian para peneli- keberadaan gerakan Ahmadiyah terkesan ti, baik Ahmadiyah Lahore maupun Qodi- an. Kalau pun ada, masih sangat minim Jurnal Sejarah
Pendidikan dan Pendidikan Sejarah di Perguruan Islam Republik Indonesia Yogyakarta 1947-2005 | 45 dan terbatas pada informasi statistik. 1992, pp. 50–53), sejarah sosial (GAI) juga Sedangkan dalam sejumlah skripsi bisa masuk dalam kategori sejarah gerakan sosial dimana di dalamnya terdapat proses yang menulis tentang Ahmadiyah Lahore dinamis yang digerakkan oleh sebuah pe- di Yogyakarta, seperti Fandi Ahmad (Ah- mahaman atau ideologi. Selain memper- mad, 2008), Lubis (Lubis, 2006), Shodiq hatikan aspek prosesual daripada kemun- (Shodiq, 2004)”uri”:[“http://zotero.org/ culan lembaga pendidikan, juga menyoroti users/local/a7GSac04/items/ZJPI62G- aspek struktural pada saat mengalami fase G”],”itemData”:{“id”:250,”type”:”the- kemapanan. sis”,”title”:”Model Pendekatan Dakwah Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI dan Sebelum membahas secara khusus Mashudi (Mashudi, 2008) juga tidak ban- pada kelompok Gerakan Ahmadiyah Indo- yak menaruh perhatian dan penjelasan nesia yang disebut juga sebagai Ahmadi- sejarah sekolah dan peran yayasannya. yah Lahore, perlu sedikit dijelaskan peta Studi mereka lebih fokus pada strategi dak- hubungan antar kelompok Ahmadiyah dan wah, relasi sosial dengan masyarakat dan hubungan dengan kelompok mayoritas perkembangan pasca konflik gerakan. Sunni. Jika berdasarkan beberapa sumber (Lathan, 2008; Lavan, 1970; Zulkarnain, Studi yang cukup banyak memba- 2005b) gerakan yang dipimpin oleh Mirza has persoalan pendidikan di Ahmadiyah Ghulam Ahmad merupakan salah satu ger- Lahore seperti Kisai (Kisai, 2006) dan akan reformis Islam yang muncul di India (Thoriquttyas, 2017), juga belum terlalu masa kolonial Inggris. Deklarasi diri se- mendalam atau hanya membahas sekilas bagai Messiah atau Mahdi yang menerima untuk memberi latar belakang berdirinya wahyu telah membawa gerakan ini ke arah sekolah PIRI. Dua kajian di atas juga lebih teologis. Posisinya menjadi berseberangan fokus pada pengajaran keislaman dan per- dengan kelompok orthodox Sunni yang an gurunya. meyakini bahwa Muhammad sebagai nabi terakhir. Oleh karena itu, tulisan ini mempo- sisikan diri untuk mengisi kekosongan Kemudian setelah Mirza Ghulam Ah- tentang salah satu kontribusi gerakan Ah- mad wafat tahun 1908, beberapa tahun madiyah (GAI) di bidang pendidikan. kemudian gerakan Ahmadiyah terpecah Tulisan ini akan menjelaskan konteks ke- menjadi dua yaitu Jemaat Muslim Ahmadi- lahiran sekolah PIRI, perkembangan dan yah (Ahmadiyya Muslim Jamaat) atau Qo- dinamikanya. Begitu juga dengan peran dian dan Ahmadiyya Anjuman Isha’ati Is- para tokohnya yang berada di belakang la- lam atau Lahore. Di Indonesia, kelompok yar sekolah, serta aspek pendidikan sejarah pertama mempunyai nama resmi Jemaat khususnya pengajaran sejarah Islam. Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan kelom- pok kedua bernama Gerakan Ahmadiyah Dalam artikel ini, penulis menggu- Indonesia (GAI). Tanpa bermaksud untuk nakan pendekatan sejarah sosial dalam menyederhanakan perbedaan dua kelom- menganalisis gerakan Ahmadiyah Lahore pok tersebut setidaknya salah satu faktor atau GAI dengan memberikan penekanan pemisahannya adalah penafsiran atas po- pada aspek pendidikannya. Seperti yang dijelaskan oleh Kartodirdjo (Kartodirdjo, Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136