Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore srikandi

srikandi

Published by haryahutamas, 2016-05-29 05:25:00

Description: srikandi

Search

Read the Text Version

sejak sekarang hati-hati dan siap-siap.\" Raden Wrekudara menjawab, \"Aku pasti ikut. Begitu jugaGatotkaca.\" Setelah bubaran Sri Kresna berjalan bergandengantangan dengan Sri Yudistira menuju pagelaran. Persiapandilakukan dengan teliti sekali. Pasukan Pringgandani sudah siap berangkat. RadenArjuna telah menerima pemberitahuan bahwa ia akandiserahkan kepada Sri Drupada. Ia diizinkan membawa sertapasukan pilihan dari Madukara sebanyak lima ratusan orangdi samping mantri-mantri dan lurah-lurah. lima ratus prajuritMadukara ini rata-rata berparas elok dan keturunan satriadan terlatih baik.Perjumpaan sri Kresna dengan Wara Sumbadra Sri Kresna dan Sri Yudistira kemudian masuk dalamistana. Permaisuri Dewi Wara Drupadi melakukan sembahsungkem. begitu juga kusuma Banoncinawi Dewi WaraSumbadra. Sri Kresna tertawa dan berkata, \"Lho, Dinda Prabu. iniistrinya orang tahanan kok ada di sini. Adalah kewajibanseorang istri, kalau suaminya kena hukuman ia harus ikutbersama anaknya sekali. Jadi, Sumbadra ini mestinya harusikut diboyong ke Cempalareja. \" Sri Yudistira menjawab, \"Mohon dimaafkan Kanda, adikhamba seorang ini sedang momong anak kecil, hamba takutnanti membuat repot saja di jalanan.\" Sri Kresna tertawa, \"Orang macam Sumbadra ini apagunanya berada di istana Amarta sini, Dinda Prabu, disuruhnanak nasi pun pingga!lgnya pasti akan putus, habis,pinggang sekecil itu.\" Semua yang mendengar kelakar SriKresna tersebut tertawa gembira. Dewi Wara Sumbadra hanya menunduk diam. Sri Kresna

melanjutkan, \"Dinda Prabu, ini Rarasati biar ikut ke Cempa-lareja. Perlunya agar ada yang melayani Dinda Arjuna. BiarlahRarasati yang menjadi wakil Sumbadra yang mestinya harusdiboyong.\" Sri Yudistira hanya menjawab, 'Terserah Kakanda Prabu,hamba setuju.\" Malam itu di dalam istana terjadi senda gurau tidak ber-keputusan. Sri Kresna, Sri Puntadewa, Dewi Wara Drupadi,Dewi Wara Sumbadra, dan lain-lain tidak ada yang tidur. Paginya semuanya sudah siap. Bala tentara Amarta yangdibantu oleh bala tentara Pringgandani, Jodipati, danMadukara itu telah dalam keadaan siap tempur. RadenGatotkaca telah ditunjuk sebagai senapati. Pasukan ini terdiri dari seribu prajurit raksasaPringgadani, seribu orang prajurit Jodipati dan seribu orangprajurit Amarta, prajurit-prajurit Pringgadani, dan Jodipati iniadalah mereka yang pernah berpengalaman dalam peperangandi Dwarawati waktu perkawinan Arjuna (baca Arjuna Krama). Raden Gatotkaca segera menggerakkan pasukannyamenuju Cempalareja. Seribu prajurit raksasa Pringgadani ituberbaris paling depan, disusul kemudian seribu orang prajuritJodipati yang berjalan kaki dan masing-masing memegangsenjata gada. Tak seorang pun dari prajurit Jodipati ini yangnaik kendaraan.Perjalanan Pasukan Amarta Menuju Cempalareja Pasukan berjalan kaki dari Jodipati itu dipimpin sendirioleh satria Jodipati Raden Wrekudara, yang walaupunmenaiki bukit terjal, menuruni jurang curam dan memasukihutan balatentara tetap saja berjalan kaki. Di belakang pasukan Jodipati ini menyambung pasukanMadukara yang terdiri dari lima ratus orang prajurit pilihandan empat puluh orang mantri. Mereka rata-rata masih mudadan berparas elok. Semuanya keturunan perwira satria.

Mereka naik kuda dan semuanya mengenakan senjata panah.Gendewa di tangan kiri dan selembang berisi panah di tubuh. Patih Madukara yang masih muda dan berparas elokadalah kakak kandung Dewi Sulastri. Ia naik kuda putihdengan dipayungi indah. Baru di belakang menyambungbalatentara Dwarawati berjumlah seribu orang yang jugadalam keadaan siap tempur. Pemimpin pasukan ini adalahRaden Setyaki. Sang Prabu Kresna terlihat di belakang Raden Setyakinaik kereta manik hijau gemerlapan. Prabu Yudistira yangikut juga pergi ke Cempalareja ini duduk satu kereta denganRaden Arjuna. Dewi Rarasati yang duduk di dekatnyamembawa pacekoyan, yaitu tempat berludah. Tidak lama kemudian, rombongan Sri Kresna tersebutsampai di negeri Cempalareja. Terkejutlah rakyat Cempalarejamenyaksikan kedatangan pasukan besar ini. Sri Dupada yang mendapat laporan segera mengirimRaden Drustajumena untuk menjemput kedatangan rombong-an Sri Kresna tersebut Raden Drustajumena segera berangkatmenuju luar kota. Rombongan Sri Kresna dipersilakan me-lanjutkan perjalanan ke dalam kota. Sri Drupada sendiri keluar dari Pagelaran menjemputtamunya. Rombongan Sri Kresna telah memasuki alun-alunCempala. Sri Kresna turun dari kereta, segeta tangannyadisambut oleh Sri Drupaaa dan diajak masuk Pagelaran dandipersilakan duduk di atas dampar. Para putra semuanya duduk di depan kedua raja itu,kecuali Raden Wrekudara yang berdiri di sebelah kiri. Kata Sri Drupada, \"Mamanda mimpi pun tidak bahwaanak Prabu Dwarawati berkenan datang di Cempalareja.Sungguh besar rasa hati Mamanda seperti ketamuan SangHyang Betara Guru saja. Bagaimana dengan keselamatananak Prabu dan garwa putra yang ditinggalkan?\" Sri Kresna dengan ngapurancang, yaitu menunduk

dengan kedua tangan bersikap taklim menghadap orang tuamenjawab, \"Berkat restu paman Prabu hamba sekeluargabaik-baik saja.\"Sri Kresna Menjelaskan Maksud Kedatangannya Tidak menunggu lama lagi lantas saja Sri Kresna menge-mukakan maksud kedatangannya. Katanya, \"Kedatanganhamba di Cempalareja sini adalah diutus oleh putra PadukaDinda Prabu Amarta untuk menyerahkan putra Paduka DindaArjuna yang telah berbuat kesalahan kepada mamanda Prabu.Dinda Arjuna oleh Dinda Prabu Amarta telah dianggap agakmencemarkan nama praja dan keluarga karena selama se-tengah bulan ketamuan Dinda Wara Srikandi di Madukaratidak melapor. Memang benar Dinda Wara Srikandi adalahadik sendiri. Tetapi ia seorang wanita, walaupun alasan ke-datangannya cukup kuat dan mulya, ialah belajar memanahkarena di negerinya kedatangan raja seberang yang datanglengkap dengan balatentara yang siap tempur. Tetapi,pergaulan yang rapat antara satria dan putri, antara pria danwanita, yang walaupun masih terhitung kerabat sendiri masihsama-sama muda tentu saja menjadi pergunjingan. Peristiwayang oleh Dinda Prabu Amarta dinilai tercela itu telah diambiltindakan. Dmda Arjuna sendiri telah mendapat hukuman diAmarta. Tetapi menurut Prabu Amarta, yang paling berhakdan berkewajiban memberi hukuman lebih lanjut adalahMamanda Prabu. Itulah sebabnya Dinda Arjuna diserahkankepada Paduka. Terserah kepada Mamanda Prabu apakah iaakan dihukum ringan atau berat, hidup atau mati.\"Menurut Sri Drupada, Srikandi yang Bersalah Setelah diperhatikan oleh Sri Kresna bahwa Sri Drupadamendengarkan laporan dengan saksama, maka Sri Kresna me-neruskan, \"Jika Mamanda Prabu menghendaki matinya DindaArjuna, maka Mamanda tidak perlu ragu-ragu. Saudaranyasendiri sanggup menjadi algojo untuk itu, yaitu putra PadukaDinda Wrekudara. Ia sanggup melakukan pelaksanaan

hukuman mati untuk Arjuna itu di depan Mamanda Prabusendiri.\" Mendengar ucapan Sri Kresna terakhir tersebut SriDrupada menjadi termenung. Untuk beberapa saat ia tidakdapat berkata apa-apa. Cara Sri Kresna mengemukakan per-soalan tersebut sungguh dirasakan telah mengenai hati SriDrupada. Jawab Sri Drupada, \"Duh anaknda Prabu Dwarawati danAmarta. Menurut penilaian Mamanda, yang bersalah itubukan Anaknda Arjuna, tetapi Srikandi. Srikandilah yangtelah menjadi penyebab timbulnya gara-gara tersebut. Tetapi,bagaimana lagi kalau kedua orang itu memang telah sama-sama suka?\" Setelah berhenti berbicara sejenak, raja yangmengalami anak molah bapa kepradah, yaitu putrinya yangmembuat ulah dan ia sebagai ayahnya yang terkena akibatnyaitu meneruskan, \"Srikandi sejak datang sampai sekarang. ini siang danmalam terus menerapkan pelajarannya mernanah di dalamtaman dengan tekun sekali. Mamanda sendiri sejak ia datangsampai sekarang belum menemuinya. Baru ibunya yangsudah menjumpainya. Kehendak Mamanda adalah, ini kalauanak Prabu menyetujui, sebaiknya Arjuna dan Srikandi itukita jodohkan saja. Mendengar usul Sri Drupada tersebut hati Sri Kresnamenjadi plong, menjadi lega. diplomasinya telah mencapaisasaran. Kata Sri Kresna, \"Hamba seribu kali menyetujui yangmenjadi maksud Mamanda Prabu tersebut. Memangsebaiknya kita rangkapkan perjodohan adik kami berduatersebut. Makin cepat makin baik, tidak perlu ditunda-tundalagi. Bukankah keduanya sudah sama-sama suka?'\" Sri Drupada menyambung, \"Kalau kita semua setuju,maka yang sekarang harus sama-sama kita pikirkan adalahbagaimana menghadapi Prabu Jungkungmardea sekarang.Sudah . pasti bahwa raja yang kurang deduga dan berwatakadIgung adiguna itu, maksud Mamanda Raja yang kurang

berpikir panjang dan berwatak mengandalkan kekuatansendiri sehingga si congkak itu, pasti akan menempuh jalanperang.\"Perundingan Menghadapi Prabu Jungkungmardea Mendengar ucapan terakhir dari Sri Drupada tersebutRaden Wrekudara memotong, \"Mengenai soal itu serahkansaja padaku. Kalau terjadi perang kamu semua jangan adayang turut campur. Calon pengantin dan kakak-kakakkuKresna dan Puntadewa dan paman Drupada tinggallah saja disini. Hanya si Setyaki dan Gatotkaca saja yang kuminta mem-bantuku. Sudah tinggallah kalian di sini, aku berangkatsekarang.\" Sri Drupada menjawab, \"Anakku Bima, beristirahatlahdahulu, prajurit-praiuritmu masih lelah. Berangkat besoksaja.\" Raden Wrekudara menjawab, \"Berikan restumu saja,Paman. Aku sudah tak sabar lagi. Harus sekarang jugaberangkat.\" Sri Kresna yang memutuskan, \"Baiklah adikku Bima jikamemang demikian yang menjadi kehendakmu. Berangkatlah.Hati-hatilah. \" Raden Wrekudara menjawab, \"Restumu, JeJitengkakangku. Selamat tinggal.\" Berkata demikian itu RadenWrekudara lantas meloncat ke luar. Raden Gatotkaca dan Raden Setyaki melakukan sembahdan segera menyusul berangkat. Sesampainya di alun-alun,baik satria Pringgadani Raden Gatotkaca maupun satriaLesanpura Raden Setyaki atau Raden Wresniwira itu segeramembunyikan tengara. Mendengar tengara perang ini bala tentara Pringgadanidan Dwarawati itu segera melakukan persiapan. Tidak lamakemudian kedua pasukan besar itu meninggalkanCempalareja dan segera berangkat menuju Sawojajar. Satria

Jodipati Raden Wrekudara dan balatentara Jodipati spdahmendahului berangkat. Sri Kresna, Sri Puntadewa, dan Raden Arjuna berikutsisa kerabat Pendawa yang tinggal oleh Sri Drupadadipersilakan beristirahat di pesanggrahan. Pasukan merekadan pasukan Cempalareja menjaga kota dengan penuhkewaspadaan menghadapi setiap kemungkinan.Patih Jayasudarga Melapor kepada Prabu Jungkungmardea Di pesanggrahan Sawojajar Prabu Jungkungmardea yangsedang duduk di pendapa mendapat laporan dari PatihJayasudarga mengenai keadaan terakhir di istanaCempalareja. Patih yang bertubuh besar tinggi dan mampu terbang diangkasa ini untuk beberapa malam telah menyamar masukistana dan melakukan penyelidikan secara pribadi dengansaksama. Dilaporkannya apa yang diketahui dan dilihatnyamengenai perkembangan terakhir di istana sejak kembalinyaDewi Wara Srikandi dari purwa, madya, sampai wasana. Laporan patih selanjutnya, \"Dewi Wara Srikandi sekarangini jelas sudah berada di istana lagi. Selama bepergian sangDewi ternyata belajar memanah pada satria Madukara RadenArjuna. Sekarang\" ini rama Paduka Sri Drupada sedang ke-datangan tamu sang prabu Kresna dari Dwarawati, sangPrabu Puntadewa dari Amarta berikut pengikut-pengikutnya,juga pasukan segelar sepapan, yaitu bala tentara yang dalamkeadaan Siap tempur dan siap perang. Raden Arjuna terdapatdi dalam rombongan tersebut. Mereka ternyata telah me-minang Dewi Wara Srikandi untuk Arjuna dan mengatakansanggup menghadapi kalau ada kemarahan Paduka.\" Mendengar kalimat terakhir ini sang Prabu Jungkung-mardea yang selalu menganggap kecil setiap musuh itu hanyatertawa. Katanya, \"Jangan khawatir, memang sejak kedatang-anku di tanah Jawa ini sudah berkali-kali kukatakan tidaksekadar untuk meminang Putri Cempala, tetapi sekaligus

memang untuk melakukan perjalanan perang menaklukkankerajaan-kerajaan di Jawa. Apa sulitnya menaklukkan orang-orang seperti Arjuna dan Raja Dwarawati itu?\" Baru saja selesai mengucapkan kalimat terakhir itu tiba-tiba datang sisa-sisa dari bala tentara raksasa Paranggubarjayang mendapat tugas mencari Dewi Wara Srikandi ke semuapenjuru, yang baru-baru ini ditumpas habis oleh Dewi WaraSrikandi dengan bantuan Raden Arjuna di dalam hutanbelantara. Dikatakan oleh pelapor bahwa Dewi Wara Srikandiberhasil direbut oleh satria Madukara Raden Arjuna. Pelapordatang bersama Togog dan Sarawita (Bilung).Kedatangan Pasukan Jodipati, Pringgandani, dan DwarawatiDilaporkan Belum selesai pelapor dengan laporannya, dan belumsampai ada tanggapan sang Prabu yang tenang dan bersarafbaja itu, tiba-tiba muncul kepala barisan sandi yang bertugasmengawasi keadaan yang dengan gagap melapor, \"Duh,Sinuwun, hamba melaporkan bahwa Sawojajar kedatanganmusuh berupa pasukan besar yang konon adalah suruhanPrabu Drupada. Mereka datang dari negeri Amarta. Pasukan-pasukan tersebut dipimpin oleh satria Jodipati RadenWrekudara, satria Pringgadani Raden Gatotkaca dan satriaLesanpura Raden Setyaki. Adapun balatentara yang dariPringgadani terdiri dari raksasa-raksasa.\" Mendengar ini sang Prabu yang tadinya tenang itu barumulai marah sekali. Katanya keras dan tandas, \"Hayoo Patih,hadapilah mereka itu dengan pasukan segeJar sepapan pula.Aku hanya ingin menyaksikan dari belakang.\" Ki Patih Jayasudarga melakukan sembah, menjawabsendika, dan segera keluar dari paseban. Ia segera mengum-pulkan para adipati dan mantri. Patih Jayasudarga yang kesaktiannya mendekati sangPrabu Jungkungmardea sendiri itu segera menempatkan

dirinya sebagai senapati perang. Terjadilah kemudian ke-sibukan yang luar biasa. Para adipati dan para mantri mem-persiapkan pasukan masing-masing. Balatentara manusia danbala tentara raksasa mempersiapkan diri ·untuk menghadapipasukan musuh yang besar. Mereka benar-benar telah dalamkeadaan siap tempur dan siap perang. Pasukan Paranggubarjayang telah terbiasa melakukan ekspedisi perang menaklukkannegeri orang itu bergerak berangkat menyongsong musuh. Empat senapati raksasa ialah Kalapramuka,Wilprakampa. Kalapragangsa, dan Kaluprakenca itu dengangembira memimpin pasukan mereka masing-masing bergerakmaju. Pakaian mereka gemerlapan terkena sinar matahari.Prabu Jungkungmardea sendiri yang kegemarannyaberperang itu naik kereta perang dikelilingi oleh balatentarapilihan. Tidak lama kemudian dari arah Cempalareja terdengarsuara gemuruh datangnya pasukan musuh. Tengara perangseperti, gong, beri, genderang, dan tetabuhan lainnya telahterdengar keras. Patih Jayasudarga menyaksikan ini segeramengatur gelar perang, seperti yang biasa ia lakukan selakusenapati perang yang baik dan berpengalaman.Perang Tanding Dimulai Para tentara raksasa dari Paranggubarja diletakkan olehPatih Jayasudarga di bagian paruh, sedang para tentaramanusia ditempatkannya di bagian bahu. Keempat punggawaberada di sayap kiri dan kanan. Sang Patih sendiri menem-patkan diri di dada bersama tiga orang punggawa dan balatentara pilihan. Prabu Jungkungmardea sendiri berada diujung paruh, dikitari oleh prajurit pilihan. Adapun paramantri mengapitnya di kiri kanan naik kereta. Para raksasa Pringgadani yang telah menyaksikanmusuhnya menggunakan gelar perang \"garuda nglayang\"tersebut menghentikan langkah sebentar menunggu komandodari pemimpin mereka Raden Gatotkaca.

Melihat pasukan musuh sudah berada di tempat yangtidak begitu jauh lagi Raden Gatotkaca marah sekali. Katanyakeras, \"Mengapa kamu semua berhenti. Apakah tentaraPringgadani takut menghadapi pasukan musuh yangjumlahnya seperti ombak lautan yang besar itu? Prajurit utama tidak melihat jumlah musuh. Melihatmusuh justru harus segera berlomba, membunuh musuhsebanyakbanyaknya dengan tatapan mata tetap ke depan kekiri dan ke kanan dengan penuh keberanian dankewaspadaan. Lakukanlah soroh amuk, artinya mengamuksejadi-jadinya, jangan menghitung jumlah musuh, itu bukantugas kalian. Tugas prajurit dalam perang hanyalah sorohamuk dengan penuh keberanian. Hee, Paman Brajamikalpa,aku serahkan pimpinan pasukan ini padamu, aku sendiriakan terbang ke angkasa menyelidiki atas gelas perang danjumlah musuh.\" Berkata demikian itu satria Pringgadani itu segeraterbang ke angkasa. Patih Pringgadani Brajamikalpa itu segeramenempatkan diri di depan pasukan. Menyaksikan Ki Patih Brajamikalpa berjalan paling depandengan semangat menyala-nyala menyongsong musuh, beribuprajurit raksasa Pringgadani itu serempak meloncat ke depandengan teriakan-teriakan yang dahsyat. Seribu raksasaPringgadani yang semangatnya menyala-nyala itu berlari kedepan dahulu-mendahului menyongsong musuh. Campurlahmereka dengan raksasa-raksasa Paranggubarja yang me-nyongsong kedatangan mereka. . Pertempuran yang dahsyat telah terjadi. Kedua belahpihak sama-sama raksasa prajurit pilihan yang terlatih baikdan samasama berpengalaman. Terjang-menerjang, pukul-memukul, serang-menyerang,saling tolak, saling dorong, saling angkat telah terjadi dimanamana. Hiruk-pikuk suara yang diakibatkannya ditambahsuarasuara beradunya senjata gada, candrasa, alugora,limpung, dan sebagainya.

Pasukan Dwarawati dan Jodipati Memasuki Peperangan Tidak berapa lama kemudian datanglah pasukanDwarawati pimpinan Raden Setyaki dan pasukan Jodipatipimpinan Raden Wrekudara memasuki pertempuran. Raden Wrekudara setelah menyaksikan bahwa pararaksasa Pringgadani telah mendapat lawan yang tangguhdan . sama-sama raksasa segera berkata keras, \"Hee, Setyaki,itu anakmu Gatotkaca telah terlibat dalam pertempuran.Mereka mendapat tanding sama-sama raksasa. Sekarangengkau kuserahi menyongsong pasukan sayap kanan musuh.Pasukan sayap kiri musuh serahkan sepenuhnya padaku. Raden Setyaki

Raden Setyaki menyatakan sendika, pasukannya, yaitupasukan Dwarawati, segera digerakkan ke arah yangdiperintahkan oleh Bima. Raden Wrekudara sendiri segeramenggerakkan pasukan Jodipati ke arah sayap kiri musuh. Pasukan Paranggubarja di sayap kanan dan kirimenyongsong kedatangan musuh yang masih segar danbersemangat baja itu. Pertempuran berlangsung hebat sekali, semakin seru,semakin menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak.Perjumpaan pasukan besar kedua belah pihak itu sepertiperjumpaan ombak lautan yang ganas saja. PasukanParanggubarja yang mendapat serangan dari depan, dari kiri,dan dari kanan itu tidak dapat berbuat lain kecuali melawanmati-matian. Ulah bala tentara Munggulpamenang atau Jodipati yangtidak mengenal takut itu seperti banteng ketaton saja, sepertibinatang banteng yang terluka. Begitu juga bala tentaraDwarawati yang semangat tempurnya menyala-nyala ituseperti sardulu mrih mangsa, ibarat anjing-anjing yangberebut mangsa. Mereka sama sekali tidak mengenal istilahmundur. anesularnaga

Gatotkaca Mengamuk RADEN GATOTKACA yang sedang terbang di angkasamenyelidiki kekuatan musuh dengan teliti telah menyaksikanbahwa ayahnya bersama bala tentara Jodipati yangseluruhnya berjalan kaki itu telah memasuki pertempurandan melakukan soroh amuk. Banyak musuh di sayap kiri ituyang tewas berjatuhan terkena gada, roboh porak poranda. Juga disaksikan oleh satria Pringgadani yang sedangmelakukan pengintaian dari udara itu bahwa pamannya. ialahRaden Setyaki, telah menyerbu musuh bersama seluruhpasukan yang dipimpinnya. Juga bala tentara dari Dwarawatiini mengamuk dengan dahsyat sekali, menyebabkan banyakmusuh tewas. Seluruh pasukan Dwarawati yang menyaksikan bahwagusti mereka Raden Gatotkaca sudah berada di tengah-tengahmereka menjadi semakin mantap amukannya. Terutamaamukan Patih Brajamikalpa yang seperti ombak lautan yangmenggulung apa saja yang ada di depannya itu telahmengakibatkan musuh menjadi lebih berantakan. Sungguh hebat sekali amukan Patih Pringgadani ini. Iadikeroyok dari kanan dan kiri, dari depan dan dari belakang.Yang terlanggar oleh amukannya roboh malang melintangseperti tanaman-tanaman yang berbabat putus. Sudah ratusan jumlah musuh yang tewas di tangan PatihPringgandani yang perkasa tersebut. Ada dua raksasaParanggubarja yang masing-masing naik gajah di belakangnyaterkena pukulan gada Sang Patih. Dua-duanya tewas serentakdengan gajah dan kuda mereka yang juga hancur tewas. Ke mana saja Patih Pringgadani itu mengamuk pasti adasaja musuh yang jatuh tewas. Raksasa-raksasa Pringgadanipengikutnya mengikuti jalan yang seolah-olah telah dibuatoleh patihnya tadi sambil melakukan amukan yang sama.Raden Gatotkaca sendiri hanya mengamuk dengan

menggunakan tangan kosong. Tetapi, akibat amukannyabukan main. Di sini dua orang musuh kepalanya hancurdiadunya, di sana seorang musuh lagi hancur tewasdibantingnya.Tidakjatih dari situ seorang musuh lagi tewasputus leher karena dipuntirnya, menyusul berikutnya seorangmusuh lagi tewas jatuh kanteb karena didorong nya kebelakang. Ada yang terjadi sebaliknya, yaitu seorang musuh yangtewas tertelungkup ke depan kena dorongan tangan saktisatria Pringgadani tersebut. Ada orang-orang dan raksasa-raksasa Paranggubarja yang tewas hancur didupaknya dantidak sedikit 'yang tewas otaknya keluar karena kepalanyahancur terkena pukulan dahsyat tangan satria Pringgadanitersebut.Gelar Perang Garuda Nglayang Hancur Akhirnya gelar perang \"Garuda Ngalayang\" dari PatihJayasudarga itu rusak berantakan. Pasukan mereka lariserabutan tidak teratur, campur aduk tak karuan. Bala tentara Pringgadani semakin mendesak terus.Ditambah pula adanya pasukan Jodipati yang mengamuk disayap kiri musuh dan adanya pasukan Dwarawati yangmengamuk di sayap kanan musuh telah menambah berantak-annya pasukan Paranggubarja. Banyak orang Paranggubarjayang meninggalkan kereta dan menyerbu pasukan Jodipatiyang rata-rata berjalan kaki itu dengan berjalan kaki pula.Pertarungan seru terjadi. Tetapi, orang-orang Jodipati itutangguh sekali. Patih Jayasudarga yang menyaksikan semua tadi tidakkunjung heran, mengapa bala tentaranya yang jumlahnyaberlipat ganda dibanding dengan musuh itu hancurberantakan. Jumlah bala tentara musuh seperti tidak pernahmenjadi berkurang. la semakin heran bertanya dalam batinmengapa setiap bagian dari pasukannya yang diserang olehorang-orang Jodipati, Pringgadani, dan Dwarawati itu hancur

lebur. Sungguh mengherankan dan membuat patih seberangyang sakti semakin tidak mengerti. Marahlah akhirnya patih perkasa dari Paranggubarjayang dahulunya sebelum ditaklukkan oleh PrabuJungkungmardea adalah Raja Paranggubarja itu sendiri,bernama Prabu Jayasukendra. Ia bersama para adipati danpara mantri segera menyerbu musuh secara serentak denganmaksud menolong keadaan. Keadaan dalam medanpertempuran bertambah menjadi kacau. Sekarang semuanyayang bertempur tidak dapat lagi membedakan mana kawandan mana lawan.Pasukan Pranggubarja Mengandalkan Jumlah yang Besar Melihat gerakan dan serangan yang dilakukan oleh PatihJayasudarga dan para mantri dalam pertempuran itu, hatipasukan Paranggubarja menjadi besar. Mereka melakukansoroh amuk yang nggegirisi, yang hebat dan menakutkansekali. Jumlah mereka yang besar itu telah melanda pasukanAmarta dengan berani. Tewas satu datang dua, tewas duadatang empat, tewas empat datang delapan, begituseterusnya. Mereka melakukan pengepungan yang sempurna sekali.Tumpas yang di depan maju yang di belakang, begituseterusnya. Jumlah mereka yang banyak itu memungkinkanmereka mernbenjiri lawan baik dari arah depan, dari sebelahkiri maupun dari sebelah kanan. Bukan main hiruk pikuk dalam medan pertempuran saatitu. Teriakan dan jerit dari mereka yang terluka diselingdengan geram para raksasa yang mengamuk di kedua belahpihak mendirikan bulu roma. Beradunya gada dan alugoraditambah jeritan gajah dan kuda ditambah suara bendera-bendera perang yang tertiup angin telah membuat suasanamedan pertempuran itu menjadi tegang dan menyeramkan. Hampir semua adipati Paranggubarja langsung terjundalam pertempuran. Ada yang mengangkat-angkat alugora, ~

ada yang memutar-mutar gada mengamuk dengan tujuansatu, yaitu menolong anak buah. Mereka ini benar-benar pilihtanding.Kalaprakenca, Wilprakempa, dan Kalapragangsa Tewas Raksasa Wilprakempa salah satu dari empat pimpinanpasukan raksasa Paranggubarja di bawah senapati raksasaKalapramuka telah terlibat pertempuran langsung denganPatih Pringgadani Brajamikalpa yang juga raksasa sakti itu.Dahsyat sekali pertempuran yang berupa perang tanding satulawan satu ini. Keduanya saling terjang-menerjang, pukul-memukul dengan gada, sama-sama sakti, dan sama-samakuat. Perang tanding ini berlangsung lama sekali. Ternyatabahwa dalam segala hal Patih Pringgadani itu masih menangsatu tingkat. Akhirnya Kalaprakenca yang pada suatu saatlengah itu terkena pukulan gada sang Patih, yang mengakibat-kn raksasa gegedug atau jagoan dari Paranggubarja itu tewashancur bersama tanah. Menyaksikan rekannya Kalaprakenca tewas, makaWilprakempa yang juga merupakan salah satu dari keempatpunggawa raksasa di bawah pimpinan Senapati Kalapramukaitu mengamuk sejadi-jadinya. Gajah yang dinaikinyaditumburkan pada tubuh Patih Brajamikalpa sedemikian rupadari samping, sehingga 'Patih Pringgadani yang sedang lengahsejenak itu jatuh terpelanting, hampir saja tubuhnya terinjakkaki gajah. Senjata bindi dari Wilprakempa telah menyerempetmukanya. Patih Pringgadani yang dalam kedudukan sangatgawat itu dan hampir saja terpukul dengan gada olehWilprakempa telah mendapat pertolongan tepat padawaktunya dari gustinya Raden Gatotkaca. Melihat keadaan patihnya yang gawat itu RadenGatotkaca yang selalu waspada itu marah sekali. Dengansangat cekatan ia menyerang Wilprakempa. Dicabutnya

raksasa itu dari tempat duduknya di punggung gajah,lehernya dipuntir putus. Raden Gatotkaca Gajah tunggungannya yang lengah sedikit itu berhasildiringkus kakinya oleh Patih Pringgadani Brajamikalpa yangtelah menjadi marah sekali. Dibantingnya binatang gajah itu,dan dilumatkan tubuh binatang itu dengan pukulan bindi. Melihat tewasnya kedua rekannya tersebut raksasa Kala-ragangsa menjadi marah sekali. Ia mengamuk sejadi-jadinyadengan menggunakan senjata bindi. Raden Gatotkaca

menyongsongnya, menewaskannya dengan memukulmukanya dengan tapak tangannya yang sakti sehingga mukaraksasa itu hancur. Setelah tiga punggawa raksasa yang selama ini menjadikebanggaan Paranggubarja tewas bala tentara raksasa negeriitu sekarang menjadi merasa ngeri dan seperti ada yangmemerintah saja, mereka berlari ke arah belakang senapatiraksasa Kalapramuka, yang dulunya adalah raja mereka. Raksasa yang sakti ini marah sekali karena keempatpunggawanya yang selama ini sangat dibanggakannya telahtewas, yaitu Wilpradeksa tewas di ujung panah Srikandi.Kalaprakenca tewas oleh Patih Brajamikalpa, sedangkanWilraprakempa dan Kalapragangsa tewas oleh Gatotkaca. anesularnaga

Kalapramuka Tewas RAKSASA KALAPRAMUKA senapati perang yang sangatsakti dari Paranggubarja itu berteriak marah sambilmengacung-ngacungkan gada, \"Hee, suruhan Prabu Drupada,siapakah engkau ini, berani main bunuh di sini, sehingga tigaraksasa punggawaku tewas. Mari, engkau lawandedengkotnya ini. Terimalah pukulan gadaku ini.\" Tanpa berpikir panjang lagi Raden Gatotkaca menerimapukulan gada dari ditya atau raksasa Kalapramuka itudengan dadanya. Akibatnya, dada satria Pringgadani itumenjadi seperti menyala terkena pukulan senjata dahsyattersebut, tetapi sama sekali tidak terluka. Raden Gatotkacabertanya. \"Hee, Raksasa, siapakah engkau ini? Romanmukamu berbeda dengan raksasa-raksasa yang telah' matidalam pertempuran.\" Kalapramuka menjawab, \"Namaku Kalapramuka.Dahulunya adalah raja raksasa. Tetapi, karena kalah perangmelawan Prabu Jungkungmardea lantas diberi kepercayaanmengepalai tentara raksasanya. Dan engkau, hee, prajurit,siapa namamu, mengapa mampu menerima pukulan gadakuyang istimewa ini? Selama ini belum pernah ada yang kuat,baru engkau seorang.\" Gatotkaca menjawab, \"Ee, ternyata engkau ini bekas rajaraksasa. 'pantas, roman mukamu dan .lagak lagu mu memangberbeda dengan raksasa-raksasa yang lain. Kalau engkaubertanya siapa aku, aku adalah satria Pringgadani HaryaPrabu Gatotkaca. Aku adalah putra satria Jodipati RadenWrekudara. Aku adalah satria perang yang pilih tanding danselalu menang dalam pertempuran. Sudah, pergilah engkauKalapramuka, kalau engkau masih sayang pada nyawamu. Mendengar kalimat terakhir ini raksasa Kalapramuka itumarah sekali. Gadanya yang sangat besar itu diputar-putar,kemudian dipukulkan pada tubuh Gatotkaca. Yang dipukul

sengaja tidak menyingkir. Serempak dengan jatuhnya pukulangada, senjata lawan yang dahsyat itu direbutnya dandibuangnya. Kemudian terjadilah perang tanding saling gulat.Keduanya saling tarik dan saling dorong. Kemudian terjadisuatu ketika pada saat tarikan Raden Gatotkaca ·sedemikiankuatnya, sehingga bekas raja raksasa Kalapramuka itu jatuhterjerembab di tanah, mukanya kena tepat di dupak olehGatotkaca, hancur kepalanya, dan otaknya keluar berantakan. Wrekodara Menyaksikan kejadian ini sisa bala tentara Paranggubarjayang ada di situ lari tunggang-langgang. Semuanya bergerakmundur mengungsi ke belakang Patih Jilyasudarga.

Bima dan Setyaki Mengamuk Pada waktu itu Bima dan Setya ki masing-masing me-ngamuk di sayap kiri dan kanan musuh. Empat punggawasakti di bawah pimpinan Patih Jayasudarga telah tewas, yaituJayapramana dan Jayapralaya tewas oleh Setyaki yangmenggunakan Gada Besi Kuning, sedang Jayasudarga danJayasukanta tewas oleh Wrekudara yang menggunakan GadaRujak Polo. Sisa pasukan kedua sayap kiri dan kanantersebut segera lari mengungsi di belakang PrabuJungkungmardea. Menyaksikan kejadian ini sang Prabu Jungkungmardeamarah sekali. Kereta perangnya digerakkan cepat sekalisehingga menimbulkan suara gumerit. Ia menarik gendewamenggunakan panah sakti. Patih Jayasudarga menyaksikan sang Prabu pribadi majudalam pertempuran segera bergerak serentak mendekatinya.Mereka sekarang berkumpul dengan sang Prabu. Semua pasukannya ditempatkan di belakang sang Prabu.Gelar perang mulai diatur lagi. Patih Jayasudarga menempat-kan diri di depan tidak jauh dari tempat sang Prabu. Seribuorang pasukan ditempatkannya di sebelah kiri dan kanan dariSang Prabu. prajurit-prajurit pilihan telah ditempatkan untukmenjaga keselamatan sang Prabu. Empat orang bupatimengepalai pasukan di sebelah kiri dan kanan sang Prabu. Prabu Jungkungmardea mulai melepaskan senjata panahsakti nya Narawantah yang menimbulkan angin besar.Mengiringi lepasnya panah sakti dari sang Prabu ini adalahsenjata panah sakti dari Patih Jayasudarga yangmengeluarkan suara gumludug seperti guruh yang jugamenimbulan prahara. yaitu angin besar yang menakutkan.Dari senjata patih tersebut keluar beraneka ragam senjataseperti nenggala, purusa. limpung, cakra, dan candrasa.

Hanya Bima, Setyaki, dan Gatotkaca yang tidak Terlempar oleh Angin SENJATA sakti dari Patih Jayasudarga masih terus sajamengeluarkan beraneka ragam senjata. Gendewa tetap sajaditarik. Kali ini yang keluar ada gada dan bindi yang dibawaoleh angin besar, Empat orang punggawanya dan mantri-mantrinya berikutseribu prajurit pilihannya ikut secara serempak melepaskanpanah. Suaranya berdesis di udara. Setiap panah sakti daripara punggawa tersebut mengeluarkan angin besar sehinggaketiga satria dari Jodipati, Lesanpura, dan Pringgadani ituberhenti melangkah sejenak dan tertegun. Kalang kabut bala tentara mereka. Kecuali mereka inisudah sangat lelah, gada dan senjata lain yang berada ditangan mereka tidak dapat digunakan. Angin terlampaukencang melanda mereka. Tak seorang pun dapat bergerakmaju lagi. Tiga ribu orang prajurit yang teguh itu memang takterluka. Tetapi, seorang demi seorang mulai tergoyahkanberdirinya, akhirnya tergelinding ke belakang terbawa anginbesar yang melanda mereka. Sekarang tinggal Raden Wrekudara, Raden setyaki , danRaden Gatotkaca saja yang masih dapat bertahan berdiriteguh di tempatnya. Porak poranda bala tentara Jodipati,Dwarawati, dan Pringgadani. Tiga orang satria yang masihberdiri teguh itu diserbu oleh ribuan tentara Paranggubarjadengan beraneka ragam senjata. Tetapi ketiga-tiga satria ituterluka sedikit pun tidak. Mengalami peristiwa ini Raden Wrekudara marah sekali.Satria sakti yang mempunyai kekuatan angin dan menjadiputra angkat dewa Betara Bayu itu marah sekali. Daritubuhnya keluar angin besar yang membuat setiap senjatamusuh tidak mampu lagi menyingung tubuhnya. Bayu yangkeluar dari tubuh Bima ini langsung menyongsong

kedatangan angin besar dari musuh. Akibatnya hebat sekali. Semua senjata panah yangribuan jumlahnya dan dilepas ke tubuh tiga orang satria ituhanya berputar saja di sekitar tubuh mereka. Menyaksikan peristiwa yang jarang ada itu sang PrabuJungkungmardea tertawa gembira. Ia cukup menginsafibahwa bala tentara Paranggubarja tidak dapat berbuat apa-apa. Disaksikannya bala tentaranya akhirnya bergerakmundur di belakangnya. Raden Wrekudara, Raden Setyaki,dan Raden Gatotkaca itu bertahan dalam keadaan demikiantersebut sampai matahari mulai terbenam.Pertempuran Terhenti karena Hari Mulai Malam Karena keadaan telah menjadi gelap, sang PrabuJungkungmardea segera mendahului pulang. Setibanya dipesanggarahan ia segera memerintahkan dilakukannya pestabesar. Mereka bergembira bahwa mereka telah berhasil meng-hentikan serangan musuh. Sang Prabu juga heran mengapa dipihaknya banyak yang tewas, sedangkan di pihak musuhwalaupun dapat dipukul mundur tetapi dalam keadaan utuh. Katanya, \"Bapa Patih, siapa saja dari kita yang telahtewas dalam pertempuran ?\" Patih Jayasudarga menjawab, \"Di kalangan perwiraraksasa telah tewas Kalaprakenca, Kalapragangsa,Wilprakempa, dan Kalapramuka sendiri. Bala tentara merekatinggal setengahnya saja. Di kalangan punggawa manusiaempat orang yang berada di sayap kiri dan kanan telah tewas.Lebih dari setengah pasukan mereka tewas. Hamba sendiriheran mengapa di pihak musuh dapat dikatakan tiadak adayang tewas kecuali korban luka-luka ringan saja.\" Mendengar jawaban ini sang Prabu Jungkungmardeahanya tertawa saja dan memotong, \"Biar, tidak apa Bapa,besok akulah lawan mereka. Aturlah gelar perang seperti

siang tadi, jangan ada perubahan. Tempatkanlah para perwiradi depan. Kali ini para adipati harus lebih mantap lagi dalamusaha mereka untuk memenangkan perang. Besok pagi akuakan menggunakan panahku Gunung Batu. Akan kulihatsiapa di kalangan musuh yang masih kuat bertahan. Kalaudengan panah Gunung Batu mereka masih kuat bertahan,akan kugunakan panah api yang panasnya melebihi panasapa saja yang ada di bumi ini. Kalau masih saja mereka kuatbertahan maka senjata pamungkasku akan kupergunakan,\"demikian titah sang Prabu.Ketiga Satria Merasa Sedih Setelah Prabu Jungkungmardea dan bala tentaranyamundur karena hari telah malam dan gelap, ketiga satria ialahRaden Wrekudara, Raden Setyaki, dan Raden Gatotkacamerasa sedih. Mereka bertiga telah bertekad untuk tidak mundur daripeperangan sampai mati. Raden Wrekudara termenung tidakdapat berbuat apa-apa. Ia berdiri berlandaskan Gada Rujak Polo tanpa dapat berbuat apa-apa. Raden Gatotkacasama saja, ia bersama seluruh bala tentaranya merasa sedih. Akhirnya Raden Setyaki yang mendekati Bima,melakukan sembah dan berkata, \"Bagaimana Kakanda, kitatidak dapat dalam keadaan begini terus-menerus sampaibesok pagi. Kalau keadaan perang berulang seperti petanghari tadi, sudah pasti bala tentara kita akan mengalamikerusakan. Tak seorang pun dari kita yang akan dapatmenggunakan senjata karena serangan angin besar darimusuh. Untung masih ada Kakanda yang dapat mengimbangiangin besar dari musuh tersebut dengan angin bayu Paduka.Tetapi besok pagi Prabu Jungkungmardea pasti akan keluardalam peperangan lagi dan menggun~kan senjata yang lebihdahsyat lagi. Akhirnya kita bertiga dijadikan permainan lagi.Apakah tidak sebaiknya kita melapor dulu kepada rakaPaduka Sri Kresna dan rayi Paduka Kanda Arjuna ? Karena

hanya kedua beliau itulah yang akan dapat menolong kitadalam peperangan ini. Sungguh payah kalau harusmenghadapi senjata-senjata sakti dari musuh. Tetapi. kalausenjata kasar saja apa pun yang mereka lakukan akan kitatandingi.\" Habis mengucapkan kalimat terakhir itu Raden Setyakimerasa ngeri juga menghadapi kemungkinan tanggapan dariSang Bima. Sebab, diketahuinya bahwa kakaknya yang satuini berhati mudah tersinggung, kaku. mudah marah. malumeminta pertolongan dalam peperangan. dalam keadaanbagaimana pun. Raden Wrekudara yang mendengarkan usul adik se-pupunya itu dengan saksama hanya memperdengarkangeraman. Katanya kemudian. \"Aku malu kalau harus mintatolong. Walaupun musuh akan mampu merobohkan langitpun aku tidak takut. Kalau kamu semua takut mati lekaslahmundur sekarang juga. Sudah menjadi kebiasaan bahwadalam peperangan ada yang menang dan ada yang kalah, adayang hidup dan ada yang mati. Apa keuntungannya mintapertolongan, sedangkan aku sendiri masih berani,\" demikianRaden Wrekudara. Raden Setyaki lantas diam seribu bahasa, karena me-.rasakan bahwa kakak sepupunya yang satu ini mulai marah. Di Cempalareja malam itu Sri Kresna tak dapat tenangberistirahat. Ia mengkhawatirkan adik-adiknya berikut balatentaranya yang berangkat ke Sawojajar. Raja Dwarawatititisan Dewa Wisnu itu segera merasakan kalau sedang atauakan terjadi apa-apa. Ia mengajak Raden Arjuna dan RadenDrustajumena menghadap Sri Drupada. Sang Prabu Drupadaagak terkejut juga malam-malam kedatangan Sri Kresnatersebut. Setelah semuanya duduk tenang Sri Drupada bertanya,\"Anak Prabu Dwarawati malam-malam begini masuk istana,tentu ada hal yang penting?\" Sri Kresna menjawab, \"Paman Prabu, kami ingin

meninjau medan perang malam ini juga. Hati kami merasakhawatir memikirkan putra Paduka Bima dan Setyaki dancucu Paduka Gatotkaca dengan bala tentaranya yangmenghadapi perangnya Prabu Jungkungmardea itu. Kalaumelawan senjata kasar saja mungkin putra-putra dan cucuPaduka itu tidak akan mengalami kesulitan. Mereka adalahpilih tanding. Tetapi kalau harus menghadapi senjata saktidari musuh, kami agak meragukan.\" Mendengar ini Sri Drupada senang sekali. Katanya,\"Mamanda setuju sepenuhnya kalau anak Prabu mempunyaimaksud untuk menolong mereka yang sekarang ini sedangberada di medan perang. Anakku Drustajumena, ikutilahkakak-kakakmu ke medan perang. Bawalah seribu prajuritCempalareja. Dalam peperangan ini engkau berada di bawahperintah kakakmu Sri Kresna.\" Raden Drustajumena melakukan sembah danmenyatakan sendika, dan ketiga-tiganya malam itu pergimempersiapkan seribu prajurit Cempalareja, lima ratusprajurit Madukara, dan segera berangkat ke medan perang. Sisa prajurit Dwarawati yang khusus untuk melakukanupacara-upacara ditinggalkan di Cempalareja.Sri Kresna dan Arjuna sampai di Sawojajar Sri Kresna dan Raden Arjuna mendahului pasukanberangkat ke Sawojajar melalui udara karena keduanyamemang dapat terbang di angkasa. Mereka mendahuluipasukan. Kedua kereta masing-masing menyusul bersamaanggota pasukan. Yang memimpin pasukan Madukara adalahPatih Sucitra. sedang yang memimpin pasukan Cempalarejaadalah Raden Drustajumena. Tidak lama kemudian Sri Kresna dan adik iparnya itutelah tiba di Sawojajar, dan langsung memasuki pesanggrahansatria Jodipati Raden Wrekudara. Waktu itu Raden Wrekudaramasih berdiri dengan berlandaskan Gada Rujak Polo. dihadapoleh Raden Gatotkaca dan Raden Setyaki beserta seluruh bala

tentara. Tak seorang pun dari mereka itu yang berbicara. Menyaksikan keadaan ini Sri Kresna hanya tersenyum. Iamuncul dari belakang sang Bima. Melihat kakaknya Sri Kresna datang bersama adiknyaArjuna, baru Raden Wrekudara meletakkan gadanya. RadenSetyaki dan Raden Gatotkaca menjadi senang dan tenang.rasanya dingin segar seperti mendapat siraman air. Setelahkakak dan adiknya yang baru datang itu duduk. Bimaberkata. \"Mengapa datang malam-malam begini, membuatterkejut orang saja?\" Sri Kresna menjawab sambil tertawa, \"Hanya sekadarmeninjau saja, Dinda, Bagaimana keadaan pertempuran?\" Bima menjawab dengan tenang, \"Kemarin dalampertempuran berkat restumu kita telah berhasil menumpasbanyak bala tentara musuh, sedangkan kita sendiri takseorang pun yang tewas. Tetapi celakanya, aku dan putramuGatotkaca dan si Setyaki kemudian tidak dapat mendekatiRaja Pranggubarja karena pengaruh panah sakti nya yangmengeluarkan angin besar, yang melanda seluruh medanpertempuran. Suaranya seperti guruh dan semua bala tentarakita terbuncang mundur. Tinggal kita bertiga yang masihmampu berdiri tegak di tempat, walaupun seperti diurug olehpanah-panah berangin. Rencanaku dalam perang besokadalah aku akan mendekati sang Prabu Jungkungmardea,akan kurebut panahnya, dan akan kuajak dia perang tandingdenganku, dengan menggunakan senjata gada. Barang siapalengah pasti mati.\" Sri Kresna memotong, \"Bagus, kalau begitu Kanda besokingin menyaksikan perangmu, Dinda.\" Bima menjawab, \"Sesukamu kalau hanya mau nontonorang berperang, asal jangan menolong, aku tak mau ditolong.Karena aku masih berani melawan Raja Paranggubarja itu.Kalau engkau dan Janaka besok ingin ikut perang boleh saja,tetapi perang sendiri-sendiri, musuh orang-orang seberanguntukmu masih tersedia cukup banyak. Semaumu kalau mau

bertanding dengan siapa saja, asal jangan sekali-kalimenolongku. kecuali kalau aku sudah berteriak minta tolong,\" Sri Kresna yang mengetahui watak adik sepupunya yangseorang ini memotong dengan tertawa, 'Ya, Kanda tidak akanmenolongmu, Kanda besok ingin berperang sendiri.\" Mendengar wawancara kedua priyagung, kedua satriabesar tersebut, semua yang hadir merasa senang dantenteram hatinya. Mereka malam itu dapat tidur danberistirahat nyenyak. Pagi harinya menjelang matahari terbit bala tentarabantuan yang dipimpin oleh Raden Drustajumena dan PatihSucitra tiba di medan pertempuran. Baik bala tentaraCempalareja maupun Madukara tersebut segeramenyesuaikan diri dengan bala tentara Jodipati, Dwarawati,dan Pringgadani. Pagi itu Sri Kresna dan Raden Arjuna sudah duduk dikereta perang masing-masing dan dikawal oleh pasukan-pasukan pilihan di sekelilingnya. Raden Wrekudara, RadenSetyaki, dan Raden Gatotkaca telah mengerahkanpasukannya di garis terdepan. Mereka inilah yang menurutrencana akan menjadi pasukan penyerang. Yang lainnyamenjadi pasukan bantuan dan cadangan.Pertempuran Mengadu Panah sakti Dimulai Tekad pasukan Jodipati, Dwarawati, dan Pringgadanipagi itu adalah membalas penghinaan petang hari kemarin,yang dalam peperangan itu mereka seolah-olah dibuatpermainan. Semangat tempur mereka menyala-nyala. Hal iniberpengaruh baik terhadap pasukan bantuan dan cadangandari Madukara dan Cempalareja yang masih segar bugar. Tidak lama kemudian terlihatlah Raja ParanggubarjaPrabu Jungkungmardea keluar di medan perang. Gelar perangpasukannya seperti petang hari kemarinnya, ialah semuaperwira berada di depan dan menggunakan senjata panah,sedangkan bala tentara yang besar ditempatkan di belakang.

Menyaksikan musuhnya muncul lagi dan tampaknyamendatangkan bala bantuan baru, Raja Paranggubarja yangcongkak dan terlampau percaya kepada diri sendiri ituberteriak, \"Hee, Bapa Patih Jayasudarga, musuh ternyatatelah muncul lagi dengan membawa bala bantuan.Tampaknya Raja Cempala sendiri yang duduk dalam keretaperang itu. Hayoo, semua bala tentaraku, kita selesaikanpeperangan ini hari ini juga. Mari kita keluarkan semua gunakasekten kita, semua daya sakti kita.\" Setelah mengeluarkan perintah tersebut sang Prabusegera menggerakkan kereta perangnya dengan suara gumeritke depan. Ia segera menarik gendewa sakti, yang dapat me-ngeluarkan angin besar bersuara seperti guruh yangmembawa batu-batu 'gunung yang besar dan melanda musuh. Panah sakti berikutnya mengeluarkan senjata-senjataberaneka ragam seperti nenggala, parasu, cakra, trisula,limpung, kunta, candrasa, gada, bindi, alugora susul-menyusul di udara dengan menimbulkan suara yangmengerikan. Patih Jayasudarga sendiri yang memiliki kesaktianhampir setingkat sang Prabu ikut melepaskan panah sakti.Dari panah sakti patih ini keluar pula senjata-senjataberaneka ragam yang jumlahnya ribuan. Sisa empatpunggawa dan seribu mantri dan perwira yang berada di garisdepan secara serempak melepaskan anak panah. Senjata-senjata dan anak-anak panah orang-orangParanggubatja yang memenuhi udara pagi itu sepertimendung saja. Menyaksikan ini Sri Kresna segeramemerintahkan pada satria Madukara Raden Arjuna untukmengimbangi tindakan musuh. Perintah yang samadisampaikan juga kepada Raden Drustajumena. Kedua satria ini segera melepaskan panah sakti pula.Semua jenis senjata yang keluar dari panah sakti Prabu Jung-kungmardea diimbangi oleh beraneka ragam senjata pula yangkeluar dari panah sakti Arjuna. Akibatnya hebat sekali.

Semua senjata yang keluar dari panah-panah sakti dari keduaorang manusia sakti itu telah menimbulkan suara-suara lirguntur nggegeteri, seperti petir yang bersahut-sahutanmendebarkan hati yang mendengarnya. Batu-batu gunung yang besar beradu di udara, bindi-bindi beradu bindi-bindi, gada dengan gada, kunta dengankunta, alugora dengan alugora, trisula dengan trisula,limpung dengan limpung, cakra dengan cakra, candrasadengan candrasa, dan seterusnya. Menyaksikan pertandingan yang seru ini, baikWrekudara, Setyaki, Gatotkaca, maupun para senapatilainnya menjadi ngeri campur takjub. Bala tentara merekatidak dapat berbuat apa-apa, mereka menjadi kalang kabutkarena. tidak dapat mendekati musuh. Mereka malahandibuat menjadi sibuk harus menyelamatkan diri dari panah-panah musuh yang bertubitubi datangnya. Dalam keadaan yang gawat ini tiba-tiba muncul PatihMadukara Sucitra mendekati Bima. Ia melakukan sembah,kemudian melapor, \"Hamba diutus oleh raka Paduka SriKresna. Paduka beserta seluruh bala tentara diperintahkanmundur. Yang dibolehkan berperang sekarang ini hanya rayiPaduka Gusti Raden Arjuna. Pasukan Harus beristirahat dulu.Rayi Paduka Madukara sekarang ini sedang mendapatperintah untuk mengimbangi Prabu Jungkungmardea beradukesaktian. Kalau keadaan telah menguntungkan bagi kitasemua baru Paduka diizinkan lagi memasuki gelanggangpertempuran.\" Mendengar perintah saudara tua dalam peperangan iniRaden Wrekudara yang pada dasarnya berdisiplin baja itusegera memerintahkan pasukannya untuk mundur, diikutipula seluruh pasukan dan pemimpin-pemimpin pertempurandari Dwarawati dan Pringgandani.

Prabu Jungkungmardea dan Arjuna Surat-Menyurat MelaluiAnak Panah Tidak lama kemudian pasukan Jodipati, Dwarawati, danPringgadani telah mundur seluruhnya dan bersatu denganpasukan Madukara. Sri Kresna lantas memerintahkan kepada Arjuna untukmenyelesaikan peperangan ini dengan menggunakan panahsakti. Raden Arjuna segera menarik panah sakti Pratiwa yangmengeluarkan raja dari segala angin. Waktu senjata tersebut terlepas dari gendewa, semuasenjata musuh terbuncang kembali dan tersapu bersih. Sirnahapus seluruh senjata yang keluar dari panah sakti PrabuJungkungmardea. Satu pun tidak ada yang ketinggalan. SriJungkungmardea terkejut menyaksikan peristiwa ini. Untukbeberapa saat ia termenung. Katanya keras, \"Hee, Bapa Patih,ternyata hebat juga kepandaian prajurit-prajurit di tanahJawa ini dalam berperang. Dalam waktu yang begitu singkatmereka dapat mengimbangi kesaktianku. Semua panahkutersapu bersih. Padahal selama malang melintang di tigabenua tak seorang pun yang dapat menandingiku. \" Patih Jayasudarga menjawab, \"Paduka benar, Gusti. Olehsebab itu Paduka kali ini jangan sampai lengah, harus tetapwaspada. Satria-satria sakti di Jawa ini dapat melakukansegala macam peperangan, baik kasar maupun halus.\" Sang Prabu tertawa memotong, \"Engkau benar, Bapa.Boleh saja orang-orang di Jawa dapat menandingi orang lain,tetapi tidak semudah itu menandingiku. Sekarangsaksikanlah olehmu. Aku akan mengirim surat pada satriayang dapat menandingiku itu. Kutantang ia berperangmenggunakan panah biasa. Perang tanding seorang lawanseorang. Hanya pesanku, waktu perang tanding sedangberlangsung engkau lakukan serangan rahasia dari udara.\" Patih Jayasudarga menjawab sendika. Sang Prabu segeramenulis surat. Surat tersebut dilekatkannya di ujung anakpanah. Panah segera dilepas dan jatuh tepat di depan Raden

Arjuna. Satria Madukara yang menyaksikan tibanya panahbersurat itu segera meraihnya. Surat diambil dan dibacanya. Isi surat adalah sebagai berikut, \"Surat ini dariku, rajaseberang yang terkenal sangat berparas elok, sakti mandra-guna, yang sekarang ini sedang melakukan perjalanan perangmenaklukkan kerajaan-kerajaan di tanah Jawa. NamakuPrabu Jungkungmardea raja negeri Paranggubarja. Balatentaraku ada manusia, ada raksasa yang terkenal pilihtanding. Mengakulah sekarang siapa engkau. Aku tantangengkau melakukan perang tanding mclawanku, seorang lawanseorang. Kita gunakan panah biasa saja, tetapi panahpamungkas, siapa yang lengah tewas. Kalau kitamenggunakan panah sakti, tidak akan ada penyelesaian siapamenang dan siapa kalah. Memang di Jawa engkau dapatmerajai pertempuran, tetapi setelah ada aku di sini, sekarangengkau benar-benar mendapat tanding,\" demikian bunyisurat. Raden Arjuna tersenyum setelah selesai membaca surattersebut. Surat segera diserahkan kepada Sri Kresna. Setelahselesai membacanya Sri Kresna tertawa. Katanya, \"Dinda,jawablah segera surat raja seberang yang congkak itu. Ia me-nantangmu mengakhiri peperangan ini dengan perangtanding. Terimalah saja tantangannya.\" Raden Arjuna segera menulis surat balasan.Dilekatkannya surat tersebut' pada ujung anak panah danmengirim surat tersebut pada lawannya dengan cara yangsama. Seperti kilat saja jalannya anak panah yang membawasurat balasan tersebut. Setibanya di depan Prabu Jungkung-mardea anak panah yang ternyata adalah panah saktiSarotama tersebut berhenti. seperti burung yang sayapnyamenggelepar-gelepar. Sang Prabu meraih surat balasan tersebut dengan penuhkekaguman. Setelah surat diambil anak panah sakti tersebut

segera kembali ke induknya. Semua yang menyaksikanperistiwa itu tidak henti-hentinya heran. Surat. Arjuna dibaca oleh sang Prabu. Bunyinya, \"Suratini dariku, satria Madukara, panengah Pendawa. NamakuDananjaya, juga Prabu Kaliti, juga Raden Arjuna, juga RadenJanaka, juga Raden Permadi, juga Raden Pandu Putra, jugaRaden Parta, juga Raden Hendra Tenaya, yang sedangdimintai bantuan perang oleh Sri Drupada dan sekaligusmenjadi calon menantu. Semoga surat ini segera sampai kepadamu Prabu Jung-kungmardea, raja seberang yang sedang le/ana andon jurit,sedang melakukan perjalanan perang. Raja yang memuji dirisendiri setinggi langit, yang menginginkan seorang putridengan menggunakan kekerasan. Suratmu sudah kuterima dan sudah kumengerti isinya.Engkau menantang perang tanding denganku menggunakanpanah pamungkas, mengadu kuatnya kulit dan kerasnyatulang. Kunyatakan di sini kulayani apa maumu.\"Petunjuk-Petunjuk Sri Kresna Setelah selesai membaca surat Arjuna sang PrabuJungkungmardea tertawa terbahak-bahak. Katanya kepadaPatih Jayasudarga, 'Wah, wah, nama orang·kok begitubanyak. Boleh saja dia mengatakan menjadi prajurit pilihtanding di Jawa. Tetapi sekarang di sini, ada aku. Hee, BapaPatih, atur bala tentara kita seperti kemarin sore. Waktu akumulai perang tanding yang kuminta hanyalah sorak sorai darimereka saja yang menggemparkan, gegap gempita. Engkausendiri jangan lupa akan tugas khususmu tadi, lakukanlahdengan penuh kewaspadaan. \" Setelah Patih Jayasudarga menyatakan sendike, sangPrabu segera menggerakkan kereta perangnya. Suaranyagumerit. Kereta perang sang Prabu yang berwarna keemasanitu bercahaya gemerlapan terkena sinar matahari. Mahkotayang dikenakannya bercahaya indah, muncar ngenguwung,

artinya indah bersinar seperti pelangi. Tangan kiri memeganggendewa, tangan kanan memegang panah pamungkas. SangPrabu memang kelihatan gagah sekali. Menyaksikan keadaan musuhnya itu Sri Ktesna berkata,\"Dinda Arjuna, itu musuhmu sudah siap untuk mengadakanperang tanding. Dinda harus waspada. Sekali-kali janganlengah. Musuhmu kali ini adalah raja seberang yang sakti,seorang putra brahmana yang sakti dan kuat tapanya, tidakdapat dianggap ringan. Gatotkaca, engkau terbanglah hatihatike angkasa untuk melakukan pengamatan dari udara denganteliti, tetapi tunggu sampai ada gerak-gerik musuh yangmencurigakan. Dan engkau Dinda Wrekudara, tugasmuadalah melakukan pengawasan dengan teliti terhadap apasaja yang terjadi di darat, di medan perang. Jangan sampaiada bagian pasukan kita yang dapat diterobos oleh musuh.\" Setelah selesai mendengarkan pesan-pesan danpetunjukpetunjuk dari Sri Kresna, Raden Arjuna segeramenggerakkan kereta perangnya ke tengah-tengah medanpertempuran. Suara kereta itu gumerit. Tidak kalah dengankereta musuhnya, kereta perang Arjuna yang juga berwarnakeemasan itu bercahaya gemerlapan terkena sinar matahari. Jarak antara kedua kereta hanya sepanjang jalannyapanah, jadi cukupan untuk bertanding dengan menggunakansenjata panah. Keduanya sama-sama memegang panahpamungkas. Untuk dapat memperoleh kedudukan yangmenguntungkan kereta kedua senapati perang itu sudah duakali memutar-mutar. Kereta Sri Jungkungmardea menghadap lawanmenyerong ke kiri, sedang kereta Arjuna menghadap musuhmenyerong ke kanan. Keadaan dan kedudukan keduasenapati perang itu telah memungkinkan masing-masinguntuk melepaskan anak panah pamungkas. Setelah kereta masing-masing berputar untuk ketigakalinya dan masing-masing telah mendapatkan kedudukanyang baik untuk melepaskan anak panah pamungkas,

dimulailah pertandingan yang sesungguhnya. Keduanyasegera melepaskan anak panah. Keduanya sama-sama ahlimemanah. Kedua panah pamungkas yang berlainan arah itumeninggalkan busur, secepat kilat menuju sasaran masing-masing. Balatentara kedua belah pihak bersorak-sorai menjagoigusti nya masing-masing. Semua yang menyaksikan perangtanding ini menarik napas dengan penuh kekhawatiran.Kedua anak panah pamungkas itu beradu di udara, disusulkemudian oleh beradunya kereta perang yang bertabrakan. Panah-memanah diteruskan dalam jarak yang lebihdekat.Permainan Curang Patih Jayasudarga Menyaksikan gustinya sudah melakukan perang tandingdengan Raden Arjuna dalam jarak dekat tersebut, PatihJayasudarga sesuai pesan sang Prabu segera melesat keangkasa sambil memutar-mutar senjata limpung, dengantujuan utama membokong sang Arjuna dari udara. Gatotkaca yang sesuai pesan Sri Kresna selalu waspadaitu mengikuti setiap gerak-gerik Patih Jayasudarga. Ia cepatpula melesat ke angkasa, mendahului dan bahkan terbanglebih tinggi dari Jayasudarga. Dari sana secara diam-diamGatotkaca mengawasi setiap ulah dan tindak-tanduk PatihJayasudarga. Patih seberang yang perkasa dan sakti itu sama sekalitidak menyangka bahwa musuh telah berada di atasnya.Waktu ia menyambar turun akan melakukan seranganrahasia dari udara pada sang Parta atau Raden Arjuna,senjata limpungnya disendal, atau ditarik mental olehGatotkaca. Limpung di tangan Jayasudarga pindah tangan,kemudian dibuang oleh Gatotkaca. Sang Patih terkejut. Waktu ia

menoleh mukanya didupak dengan keras oleh Gatotkaca,sehingga ia jatuh jauh di luar lingkungan pasukannya. PatihJayasudarga pingsan.Bangun dari Pingsan Patih Jayasudarga Marah Sekali Terkena angin yang \"scmilir\" Patih Jayasudarga bangundari pingsan dan menjadi marah sekali. la segera memegangsenjata kunta dan melesat ke angkasa. Sambil terbang diangkasa dengan muka beringas dan mata \"pendirangan\"mencari musuh, patih yang pilih tanding itu memanggil-manggil musuhnya dengan suara keras, \"Hee, siapa engkauyang berada di angkasa. Sungguh sangat licik memukul orangdari belakang. Mengakulah engkau mumpung masih mem-punyai nyawa. Jangan mentang-mentang bertenaga kuat dandapat terbang di angkasa. Apa kedudukanmu di Cempala?\" Raden Gatotkaca menjawab, \"Hee, ketahuilah olehmubahwa aku bukan orang Cempala. Aku prajurit Amarta yangdimintai pertolongan oleh Raja Cempalareja. Aku sekadarmengikuti ayahku dan parnan-pamanku dalam pertempuranini. Kakekku Raja Cempala telah meminta pertolonganku. Akuadalah anak Bima. Namaku Gatotkaca, juga biasa disebutPrabu Tutuka, satria yang pada hakikatnya adalah raja.Kerajaan uwakku di Pringgadani telah diserahkan padaku.Aku menerima warisan kerajaan Pringgadani dari ibuku.Sebaliknya, siapakah engkau yang berperawakan perkasa?Apa kedudukanmu di Paranggubar;a? Mengapa engkau me-ninggalkan sifat ksatria dalam peperangan, mencoba mem-bokong dari udara pamanku Arjuna yang sedang melakukanperang tanding seorang lawan seorang melawan rajamu?Sungguh bukan sifat seorang perwira. Itulah sebabnyakudahului kupukul engkau. Engkau yang lebih dahulubermain curang.\" Jawab Sang Patih, \"Jangan terkejut engkau. Aku adalahPatih Paranggubarja. Namaku Jayasudarga. Hee, Gatotkaca,engkau benar-benar seimbang kalau harus bertandingmelawanku. Engkau tadi mengatakan bahwa dirimu adalah

satria persasat raja, seorang satria yang pada hakikatnya adalahraja. Aku pribadi walaupun patih adalah bekas Raja Parang-gubarja sendiri. Karena kalah perang melawan PrabuJungkungmardea aku dijadikan patih. Mari. apa kehendakmukulayani. Kita bertanding sampai mati. Apakah engkaumengajakku perang menggunakan senjata panah, apakahsenjata yang lain seperti bindi atau gada?\" Gatotkaca men-jawab, \"Kalau begitu ada harganya juga engkau bertandingdenganku. Engkau adalah patih, tetapi bekas raja. Pantasjuga melawanku. Hayoo, jatuhkanlah senjatamu apa sajaakan kuterima, tidak kuhindari.\" Mendengar ini sang Patihmarah sekali. Senjata gadanya diputarnya dan dipukulkanpada tubuh lawan. Gatotkaca cepat meraih gada lawan.Terjadilah kemudian tarik-menarik gada di udara. Gatotkaca menggunakan kekuatan sepenuhnya. Senjatalawan disendalnya. Dalam detik yang sama ia mendupak dadamusuh. Senjata sang Patih pindah tangan dan segeradibuang. Patih Jayasudarga marah. Terjadilah kemudianpergulatan yang seru dengan menggunakan tangan kosong.Perang tanding di angkasa ini berlangsung lama sekali karenasamasama kuatnya. Akhirnya, keduanya jatuh di tanah. Keduanya kembalibergulat . Terjang-menerjang dan pukul-memukul terjadi.Keduanya saling dorong dan saling tarik. Keduanyaberputaran. Terjadilah kemudian saling banting dan salingdupak. Keduanya bergulat lagi dan berguling di tanah.Kemudian ternyata bahwa sang Patih yang selama ini pilihtanding itu tidak dapat mengatasi lawannya. Ia jatuhtelentang, tubuhnya ditindih oleh Gatotkaca. Lehernya dipuntir dan dadanya di dupak.Patih Jayasudarga tewas. Pada waktu itu datanglah dari seberang ResiBremanatapa, ayah sang Prabu Jungkungmardea, yangmendengar kabar bahwa anaknya melakukan perjalanan

perang di Jawa sambil meminang Putri Cempala. Sang Pandita menyaksikan pertandingan antaraGatotkaca dan Jayasudarga itu dari udara. la tak berhentiheran menyaksikan Patih Jayasudarga tewas. Mengapa Patih Jayasudarga itu dapat tewas hanyakarena perang tanding seorang lawan seorang di tanah Jawaini. Padahal sebelum itu di tanah seberang belum pernah adayang mampu mengalahkannya. Setelah dilihatnya bahwaanaknya sekarang ini sedang bertanding seru melawan Arjunasamasama menggunakan kereta perang, melakukan panah-memanah dalam jarak dekat, dan setelah dilihatnya bahwaputranya lama sekali tidak dapat mengatasi kesaktian lawan,ia menjadi marah sekali. la mengeluarkan teriakan keras diudara seperti suara seribu petir saja. Gelap di langit mempengaruhi medan pertempuran Tidaklama kemudian langit menjadi sangat gelap. Keadaan dimedan pertempuran juga terpengaruh olehnya, ikut menjadisangat gelap. Suara guntur dan guruh seperti bersahut-sahutan. Gelap gulita dalam medan perang tersebut akhirnyatelah berubah menjadi seperti malam. Seluruh balatentara Jodipati, Dwarawati, Pringgadani,Cempalareja, dan Madukara menjadi ngeri dan khawatir.Pertempuran menjadi sama sekali terhenti. Cuaca buruk telah menambah seramnya suasana. SriJungkungmardea senang hatinya menyaksikan ini. la telahdapat menduga dengan tepat bahwa ayahnya datangmenolong. Geram dan teriak ayahnya yang khas di udara yanggelap itu sangat dikenalnya. Sang Prabu segera memutarkeretanya. Ia memisahkan diri dari musuh, menempatkan diridi tengah-tengah pasukan sendiri. Para anggota pasukan Dwarawati, Cempalareja ,Pringgandani, Jodipati, dan Madukara merasa sedih karenatak dapat berbuat apa-apa dalam peperangan. Cuaca sangatgelap dan suara aneh di langit yang gelap itu semakin lamamenjadi semakin seperti petir bersahut-sahutan. Jangan lagi

melihat musuh, melihat kawan sendiri yang dekat pun susah.Yang sangat menyeramkan lagi adalah bahwa di angkasa yanggelap itu ada suara, tetapi tidak terlihat rupa. Raden Wrekudara, Raden Setyaki, dan Raden Gatotkacatidak meninggalkan kewaspadaan. Begitu juga RadenDrustajumena, Raden Arjuna, dan Sri Kresna. Sri Kresna sebagai titisan Hyang Wisnu tidak ragu-ragulagi mengenai apa yang sedang terjadi. Pesannya kepada adikiparnya Arjuna, \"Adikku, yang sedang mengganggu kita iniadalah si Bremanatapa. Ia datang dengan diam-diam denganmaksud akan melakukan serangan gelap padamu. Suaramenyeramkan seperti guruh di angkasa itu adalah suaranya.Adalah ulahnya yang membuat cuaca menjadi gelap sekarang.Oleh sebab itu, sedikit pun jangan sampai meninggalkankewaspadaan. Hati-hatilah dalam perang sekarang ini, adikku!Si Bremanatapa adalah ayah Prabu Jungkungmardea. Iasangat sakti karena gen tur tapanya, artinya ia sangat rajindan tekun dalam bertapa. Ia dapat manjing ajur-ajur, artinyaia dapat mengubah bentuk dan rupa, dan dapat masuk dalamapa saja. Nah, adikku, segeralah lepaskan panah saktimu keangkasa. Kalau keadaan sudah menjadi terang benderang danwajar, panahlah ia dengan panah saktimu Sarotama. Bidiklahtepattepat secepatnya pada lehernya. Kalau lehernya putusdan kepalanya terpisah dari gembung atau tubuhnya harusdiusahakan agar kepala itu terpisah jauh dari tubuhnya.Jatuhkanlah kepalanya di pangkuan Prabu Jungkungmardea.kemudian secepatnya pula panahlah gembung atau tubuhnyayang tanpa kepala itu dengan panah sakti angin. agar iaterbuncang jauh, karena selama masih berdekatan kepala dantubuhnya akan dapat bersambung lagi. dan sang Resi akanhidup lagi. Jadi harus dijauhkan kepala itu dari tubuh.Lakukanlah semuanya tadi sekarang juga. adikku. Engkautidak perlu ragu-ragu mendahului memanah musuh sekarang.Dalam hal ini kita tidak dapat dikatakan main curang dannista. sama sekali tidak. Karena musuh pun telah mendahului

kita main curang.\" Raden Arjuna menyatakan sendika. Ia segera menarikgendewa, melepaskan panah sakti yang menyala ke angkasa.Terkena panah api yang terang benderang dengan mendadakini sang Bremanatapa menjadi gugup kehilangan ketenangan. Ia menarik senjata candrasa dengan maksud menangkispanah musuhnya, tetapi ia kalah cepat oleh datangnya panahSarotama yang tepat mengenai lehernya. memisahkan kepala-nya dari tubuhnya. Kepalanya dijatuhkan tepat di pangkuananaknya ialah Sri Jungkungmardea, sedangkan tubuhnyaterbuncang oleh panah angin, sirna jatuh di lautan sehinggatidak mungkin lagi bersambung dengan kepala. Sang Brema-natapa tewas. Cuaca menjadi terang serempak dengan tewasnyaBremanatapa. Serempak dengan tewasnya Resi Bremanatapa. serempakdengan hilangnya tubuh sang Resi yang gentur tapa tersebut.udara menjadi cerah kembali. Keadaan medan pertempuranmenjadi terang. Pada saat itu ada suara gumebruk. yaitusuara jatuhnya kepala mendiang Bremanatapa di pangkuananaknya. Sang Prabu Jungkungmardea terkejut. ia tidak ragu-ragulagi bahwa benda yang jatuh di pangkuannya itu adalahkepala ayahnya. Kepala tersebut segera diraihnya.Diangkatnya kepala orang tua yang sangat dicintainya itudengan penuh khidmat. Ia melakukan sembah sungkemsambil menangis. Selesai menangis Sang Prabu segera memerintahkankepada seluruh pasukannya untuk mencari tubuh jenazahayahnya. Semuanya ikut mencari termasuk para mantriParanggubarja. Setelah berputar ke segala penjuru balatentara Paranggubarja itu tidak berhasil menemukan yangdicari, kembalilah mereka melapor pada sang Prabu bahwamereka gagal mendapatkan yang dicari. Mendengar laporan ini sang Prabu seketika menjadi

termenung. Ia tidak berhenti heran mengapa musuh dapatmengetahui rahasia kelemahan ayahnya, rahasia hidup danmatinya. Ia tidak dapat mengerti mengapa musuh begitucemerlang dalam usahanya membinasakan ayahnya, denganmenjatuhkan kepala ke pangkuannya dan membuang tubuhjenazah ayahnya jauh-jauh entah di mana, yang tak mungkinditemukan lagi. Baru dirasakan sekarang oleh sang Prabu bahwaayahnya benar-benar telah tewas. Barulah sekarang rasasedih yang sesungguhnya meliputi hatinya. Putuslah sudahharapannya untuk dapat melihat ayahnya hidup kembali.Baru dirasanya sekarang bahwa ia telah pula kehilangan PatihJayasudarga, patihnya yang diketahuinya hampir sama saktidengan ia sendiri. Ia sudah kehilangan ribuan anggotapasukannya yang tewas termasuk banyak mantri dan adipati. Sang Prabu sudah mulai merasa sekarang bahwa takmungkin ia memenangkan perang. Tetapi sudah bulat pulatekadnya sekarang untuk tidak tinggal gelanggang colongpelayu, untuk tidak meninggalkan medan pertempuran danlari menyelamatkan diri. Ia pun tidak sudi untuk takluk.Sudah bulat tekadnya untuk hancur lebur bersama musuhpada hari itu juga. Ia sudah memutuskan untuk hari itu jugabersama seluruh bala tentaranya mengamuk mati-matiandalam peperangan membela mendiang sang Bremanatapa danmendiang Patih Jayasudarga. Setelah bulat tekadnya tersebut. sang Prabu segeramenggerakkan kereta perangnya ke tengah-tengah medanpertempuran. Suara keretanya gumerit. Tangannya memberitanda kepada seluruh bala tentara Paranggubarja agarmendekat dan serentak melakukan perang berubuh. Para adipati dan mantri Paranggubarja segera dapatmenduga bahwa gustinya telah mengambil keputusan untukmengakhiri peperangan hari itu juga. Mereka masing-masingharus mencari musuh sendiri-sendiri dan membinasakanmusuh sebanyak-banyaknya, tanpa menghiraukan korbanyang akan jatuh di pihak mereka.

Akhirnya tak seorang pun yang ketinggalan. Seluruh balatentara Paranggubarja mengamuk sejadi-jadinya. menyerangmusuh membela kematian mendiang Resi Bremanatapa danpatih Jayasudarga. Mereka ingin tewas di depan gustinya.Wrekudara dan Kawan-Kawan Mengamuk Menyaksikan serbuan musuh yang hebat ini. RadenWrekudara. Raden Setya ki. dan Raden Gatotkaca bersamaseluruh bala tentara masing-masing melayani setiap seranganmusuh itu dengan serangan pula. Kedua belah pihak sepintas lalu seperti melakukanpeperangan sambil menutup mata saja. Terjadilah tumburanatau tabrakan kedua pasukan besar itu yang sangat dahsyattiada taranya. Hiruk-pikuk suara senjata-senjata beradu ditambahsorak sorai pasukan. Tengara perang dari kedua belah pihaktelah dipukul sekeras-kerasnya, gong, beri. gend~rang, dansebagainya memekakkan telinga. Ditambah dengan ter-dengarnya jeritan kuda dan gajah dan berkelebatannyabendera pertempuran, suasana benar-benar menjadi seramdan menakutkan.Tentara Paranggubarja Seperti Laron Masuk Api Baik pasukan Jodipati, Dwarawati, Pringgadani,Cempalareja, dan Madukara agak kuwalahan menghadapiserbuan membuta dari pasukan Paranggubarja yang \"sorohamuk\" membela kematian Resi Bremanatapa dan PatihJayasudarga yang telah tewas itu. Dengan dipimpin oleh rajanya sendiri pasukan seberangtersebut mengamuk lir sulung malebu geni, seperti binatang-binatang laron memasuki api. Bima, Gatotkaca, Setyaki, dan Drustajumena mengamuksejadi-jadinya. Tetapi, musuh memang telah bertekad tewasdalam pertempuran, hancur lapisan yang di depan segera

maju lapisan belakangnya, begitu seterusnya. Jumlah mereka yang tewas tidak terbilang. Barisan di la-pis belakang maju terus menginjak-injak mayat teman-temannya dengan seperti menutup mata, dengan tekad bulatmembunuh atau dibunuh. Sri Kresna yang menyaksikankeadaan ini segera memberi petunjuk kepada Arjuna, \"Adikkuipar, coba lihat di sana itu, semua pasukan Paranggubarjaperangnya telah ngawur mencari mati. Sudahlah Dinda, sapubersih saja semua pasukan musuh itu dengan panah sakti.Jatuhkan mereka di negerinya Paranggubarja. Jangan seorangpun ketinggalan. Raja congkak yang bengal itu biar menjaditahu diri. Pasti ia akan masih menyayangi istana dan negaraberikut pemerintahannya yang masih tersisa.\" Raden Arjuna mengatakan sendika dan segeramembidikkan panah saktinya yang disebut Astrapawanendrayang mengeluarkan \"prahara bayu bajra\", ialah angin besaryang keluar dari gendewa dengan \"gumentur\" seperti guruh.Bahkan Prabu Jungkungmardea sendiri pun ikut terbuncangoleh angin deras tersebut. Sirna gusis, artinya habis tiadasisanya pasukan Paranggubarja tersebut dari medan perangtermasuk rekanrekannya yang telah menjadi mayat,semuanya jatuh di negeri Paranggubarja.Pasukan yang Menang Perang Kembali ke Cempalareja Sri Kresna segera memerintahkan kepada para adiksemua untuk segera memimpin pasukan masing-masingkembali ke Cempalareja. Tidak lama kemudian, bala tentarayang menang perang tersebut memasuki kota. Ada utusanyang mendahului melaporkan semuanya tadi dari purwa,madya, sampai wasana kepada Sri Drupada, yangmenyatakan bahwa musuh telah disapu bersih dan pasukanCempalareja dengan semua pasukan yang membantu telahmenang perang. Mendengar ini Sri Drupada segera keluar ke pagelaran,menghormat mereka yang telah bersaja besar untuk negara

tersebut. Dilihatnya oleh sang Prabu masuknya barisanraksasa dari Pringgadani di alun-alun dengan bersorak-sorai. Barisan raksasa Pringgadani itu kemudian membagi dirike kiri dan ke kanan alun-alun. Di tengahnya munculkemudian barisan Cempalareja yang disusul kemudian olehbarisan Madukara dan Dwarawati, sedangkan yang terakhiradalah barisan Jodipati. Semua pasukan tersebut masing-masing membagi diri ke kiri dan ke kanan alun-alun sepertiyang dilakukan oleh bala tentara Pringgadani . Barukemudian muncul kereta-kereta perang yang dinaiki oleh SriKresna dan lain-lain. Sesampainya di depan teratag kereta SriKresna segera berhenti. Sri Kresna turun. Tangannya segera diraih oleh SriDrupada yang telah lama menunggu, digandengnya denganmesra masuk pancaniti, dan segera diajak duduk di atasdampar yang telah tersedia. Para putra duduk di depan. Sri Drupada tersenyum berkata, \"Aduh, Anak Prabu,mamanda hampir tidak sabar lagi, rasa hati ingin menyusulanak Prabu ke palagan, ke medan perang. Laporan darimedan perang secara terperinci selalu mamanda terima.Mamanda mengikuti jalannya pertempuran dengan saksamadengan penuh ketegangan dan kekhawatiran,\" demikian SriDrupada.Penjelasan Sri Kresna kepada Sri Drupada Sri Kresna menjawab, \"Mamanda Prabu, PrabuJungkungmardea itu datang di tanah Jawa ini dengan niatingin menaklukkan seluruh kerajaan yang ada di Jawa inidengan peperangan karena di tanah seberang sana sudahtidak mendapat lawan lagi. Hampir rata-~ata bala tentaranyaadalah orang yang pilih tanding dan sudah berpengalamanbanyak dalam peperangan besar. Kesetiaan pasukan kepadarajanya bukan main. Baru kali ini bala tentara kitamenghadapi pasukan musuh yang setangguh itu. Dalampeperangan yang berlangsung tiga hari itu bala tentara

Paranggubarja tidak terbilang jumlahnya yang tewas. Tidakseorang pun yang lari meninggalkan medan pertempuran.Sudah jelas bahwa mereka tidak akan menang, tetapi sepertibinatang laron saja yang melihat lampu menyala merekamenyerbu dengan seolah-olah mata tidak berkedip. Semuatadi sengaja dilakukan oleh pasukan itu di depan raja mereka.Itulah sebabnya anaknda perintahkan adik ipar anakndaDinda Arjuna untuk segera mengakhiri peperangan itu denganmenggunakan senjata 'astrapawanendra'. Hal ini kita lakukanuntuk mencegah jatuhnya korban yang lebih banyak lagi.Mereka termasuk Prabu Jungkungmardea sendiri terbuncang jauh olehangin besar yang keluar dari senjata sakti tersebut dan jatuhdi negeri mereka Paranggubarja.\" Sri Kresna melaporkan jalannya pertempuran miwitimajah mekasi, dari permulaan sampai akhir, termasuktewasnya sang Bremanatapa dan Patih Jayasudarga. Mendengar laporan yang terinci tersebut Sri Drupadasegera menarik kesimpulan bahwa yang sangat besar jasanyadalam menyelamatkan negara, rakyat, dan keluarganya ituadalah orang-orang Amarta dan Dwarawati, keluarga Pendawadan Dwarawati khususnya, dan lebih khusus lagi Arjuna. Tak seorang pun yang dapat membantah adanyakenyataan bahwa satria linuwih yang guntur tapanya, banyakprihatin, memiliki banyak senjata sakti pemberian dewa dantidak bersifat congkak adalah Arjuna. Ia sejak kecil berwataklembah manah, selalu merendahkan diri. Sri Drupada sangat berkenan di hati. Ia sangat terharumenyaksikan satria Madukara ini begitu taat pada saudaratua, sehingga merelakan dirinya menerima hukuman dilucutisenjatanya beserta para pengikutnya. Kata Sri Drupada kemudian, \"Jika demikian halnya AnakPrabu, marilah kita tidak usah menunggu terlampau lamalagi. Kita jodohkan saja segera adik ipar Anak Prabu itudengan si Srikandi. Sebaiknya kita tetapkan hari 'temunya'

sekali, yaitu hari Senin minggu depan. Dengan demikian,seluruh bala tentara kita yang habis melakukan perang besaritu sudah hilang letihnya.\"Sri Kresna Menyetujui Mendengar keputusan Sri Drupada tersebut Sri Kresnamenjawab, \"Anaknda setuju sepenuhnya, Mamanda Prabu.Memang tidak perlu menunggu lama-lama lagi. Lebih cepatupacara 'temu' itu dilakukan lebih baik.\" Sri Drupada memotong, \"Anakku Drustajumena danengkau Patih Candraketu, sudah kuputuskan hari Senindepan ini akan kita lakukan upacara temu mbakyumuSrikandi dengan kakakmu Arjuna. Lakukanlah persiapanseperlunya.\" Raden' Drustajumena dan Patih Candraketu melakukansembah dan menyatakan sendika. Sri Drupada kemudianmasuk ke istana, sedangkan Sri Kresna dan yang lain-lainberistirahat di pesanggrahan. Setibanya di dalam istana Sri Drupada dijemput oleh Per-maisuri Dewi Gandawati. Sesudah keduanya duduk teoang SriDrupada segera berkata, \"Dinda, musuh kita sudah tumpestapis, sudah tak seorang pun yang ketinggalan, termasukPrabu Jungkungmardea sendiri, sirna lebur beserta seluruhbala tentaranya oleh anakmu Arjuna. Jadi jasa Arjuna besarsekali dalam menyelamatkan negara, rakyat, dan keluargakita. Dan sudah menjadi keputusan Kanda bahwa kalaumusuh besar kita itu sudah dapat dihancurkan, anak kitaSrikandi harus segera dijodohkan dengan Arjuna. Sudahsepantasnya Arjuna menerima ganjaran, atau hadiah. TadiKanda sudah memerintahkan pada anakmu Drustajumenadan Patih Candraketu untuk melakukan persiapanseperlunya. Mengenai persiapan di dalam istana dan kaputrenKanda serahkan kepadamu, Adinda.\"

Keadaan Srikandi Sekembalinya dari Madukara Permaisuri Dewi Gandawati menyatakan sendik». dansegera menuju ke tamansari untuk menemui putrinya DewiWara Srikandi. Sekembalinya dari Madukara dahulu DeWiWara Srikandi memang langsung menuju tamansari. SangPutri sengaja belum mau menghadap ramanya dan SriDrupada sendiri juga belum memanggilnya. Yang berkali-kalimenemuinya adalah permaisuri. Sejak berada di tamansari Cempalareja lagi, Sang Dewisama sekali telah melupakan kekasihnya Raden Arjuna.Perhatiannya sekarang sepenuhnya adalah dalam olahkeprajuritan. Ia tidak makan dan tidur. Tekadnya sudah bulathanya satu, ialah menjadi prajurit sejati. Semua pelajaranmemanah yang pernah diperolehnya dari Raden Arjuna telahdikuasainya sepenuhnya. Ia sering tersenyum simpul jika mengingat kembalipengalamannya pertama menghadapi bala tentara raksasadari Paranggubarja dulu. Dengan enaknya dan denganmudahnya ia menghadapi mereka dan banyak korbanberjatuhan di kalangan raksasa musuh tersebut terkenapanah sakti nya Dedali. Waktu itu Dewi Wara Srikandi sedang duduk di bawahpohon nagasari dihadap oleh Nyi Emban. Seperti biasanya iasegera menanyakan mengenai berita pertempuran. Nyi Emban melakukan sembah dan melapor, \"Semuayang berperang sekarang ini telah kembali dan dijemput didepan pancaniti oleh rama Paduka Gusti Prabu sendiri.Menurut berita seluruh musuh sekarang ini telah ditumpashabis. Sang Prabu. Jungkungmardea berikut seluruh balatentaranya termasuk mereka yang tewas telah terbuncangjauh terkena panah angin Raden Arjuna, tidak ada yangketinggalan. Dengan demikian rama Paduka harus memenuhijanji yang telah diucapkannya di pancaniti di depan orangbanyak. Janji rama Paduka adalah barang siapa dapatmenghancurkan musuh akan mendapat ganjaran atau hadiah

seorang putri. dan putri itu adalah Paduka, Gusti. RamaPaduka malahan sudah memutuskan bahwa hari temuPaduka dengan raka Paduka Raden Arjuna jatuh pada hariSenin minggu depan ini.\"Tanggapan Srikandi Atas Keputusan Sri Drupada Mendengar laporan dari Nyi Emban tersebut Sang Dewitersenyum dan berkata manis, \"Seenaknya sendiri sajaKanjeng Rama itu. Sungguh keterlaluan diriku dijadikanganjaran. dijadikan hadiah pada orang tanpa terlebih dahulumeminta pendapatku. Apakah lantaran aku telah bergaulrapat selama setengah bulan dengannya di Madukara untukbelajar memanah lantas nasibku diputus begitu saja. Apakahtelah berkumpul setengah bulan itu lantas kedua hati telahbertaut setuju. Lantas akan sama sekali tidak dimintaipendapat lagi? Alangkah akan menjadi besar hatinya sepertigunung dia yang menang perang yang akan mendapatganjaran. Tentu orang itu juga berpikir dan telah menentukanpula, bukankah sudah kenal sangat baik denganku, jadi kalauaku diputuskan untuk dijodohkan dengannya disangkanyaaku tentu semrintil atau cepat-cepat mau begitu saja. Tetapisekarang ini, siapa pun jangan begitu menganggap entengWara Srikandi, yang sekarang ini telah berubah menjadi putriprajurit. Jangan menganggap ringan dan remeh PutriCempalareja yang. sekarang pilih tanding dalam keprajuritan.Rama Prabu sebenarnya salah besar menghadapi PrabuJungkungmardea saja meminta pertolongan orang. Kalautadinya berterus terang padaku pasti akan kuhadapi. Akuyakin musuh akan kubuat hancur lebur .... \" Belum selesai ucapannya tersebut terburu datang sangPermaisuri. Dewi Wara Srikandi segera menjemputnya danmelakukan sembah. Sang Permaisuri yang sangat mencintai putrinya itusegera memeluknya, dirangkulnya lehernya, dan diajaknyasang Dewi duduk berdekatan di bawah pohon nagasari.

Permaisuri Menyampaikan Pesan Sri Drupada Kata permaisuri kepada putrinya, \"Nini putriku, Ibumenyampaikan pesan rama mu bahwa raja seberang yangmenjadi musuh kita itu sekarang sudah punah. Sang Prabu Jungkungmardea beserta seluruh bala tentaranya telahdihancurkan oleh kangmasmu Arjuna. Berhubung telahmenjadi ucapan ramamu, bahwa barang siapa berhasilmenghancurkan musuh akan mendapat ganjaran seorangputri, dan putri itu adalah dirimu, anakku, maka ramamutelah menyanggupkan kepada kakakmu Sri Kresna, bahwaupacara temu antara engkau dengan kangmasmu Arjuna akandilakukan hari Senin depan ini. Oleh sebab itu, sejaksekarang engkau jangan terus-menerus berada di tamansari,anakku. Jagalah kesehatanmu baik-baik. Engkau harus mulaidipingit, tidak keluar dari kamar, sesuai ile-ilene wong kunosesuai anjuran para orang-orang tua dahulu.\" Mendengar ucapan ibunya tersebut Dewi Wara Srikandimenjawab, \"Duh Kanjeng Ibu, hamba mohon agar Kanjeng Ibumelapor kepada Kanjeng Rama bahwa hamba belummempunyai keinginan untuk bersuami. Hamba menyerahkanhidup dan mati hamba ini kepada Kanjeng Rama. Sungguhmati, hamba sekarang ini sedang memusatkan perhatian inginmenjadi seorang putri prajurit.\" Mendengar jawaban putrinya ini Sang Permaisuri terkejutdan segera memeluk Sang Dewi sambil bertanya, \"Duh, Nini,apa yang menjadi sebabnya engkau mengambil keputusandemikian. Alangkah akan sedih hati ramamu kalaumendengar jawabanmu tadi. Janji ramamu itu telahdiucapkan di depan orang banyak, termasuk kangmasmu RajaDwarawati dan Raja Amarta bertempat di Pancaniti. Seorangraja tak boleh ingkar janji, ingat pepatah sabda pendita ratu,bahwa seorang raja tidak boleh menjilat ludahnya kembali.Lebih berat lagi adalah apa yang disebut cidra sesamaning aji,menarik kembali janji yang telah diucapkan di antara sesamaraja, dalam hal ini janji ramamu kepada Sri Kresna. Musibahpasti akan menimpa kita karena kita lantas akan berganti

musuh. Kalau tadinya kita bermusuhan dengan raja seberangSri Jungkungmardea, sekarang bermusuhan dengan saudarasendiri, yaitu para kadang Pendawa.\"Srikandi Meminta Tali Pengikat Dewi Wara Srikandi melakukan sembah dan menjawab,\"Kalau ada marahnya satria Madukara hamba yang akanmenghadapinya, melawannya. Apa kehendaknya jadi. Tetapi,kalau Kanjeng Rama dan Kanjeng Ibu yang memaksa hambamengikat janji yang telah dibuat dengan Sang Prabu Kresna,maka akan hamba patuhi, tetapi ada syaratnya. Hambamohon agar Kanjeng Ibu menyampaikan kepada KanjengRama bahwa hamba mempunyai pasang giri, semacamsumpah, tidak akan berumah tangga kalau tidak mendapatjodoh seorang satria utama yang dapat memberi patibansampir, ialah semacam tali pengikat. Adapun tali pengikat ituberupa seorang putri utama yang pandai olah senjata, olahkeprajuritan, melebihi diri hamba sendiri. Kalau permohonanhamba tersebut tidak dipenuhi, maka hamba telah bertekaduntuk lebih senang hidup wadat tanpa krama, hidup tak akanbersuami selamanya sampai menjadi nenek-nenek. Mohonagar Kanjeng Ibu menyampaikan hal tersebut kepada calonmenantu Ibu itu. Kalau dia tidak dapat memenuhi permintaanhamba itu, jangan lagi menjadi istrinya. berkenalan punhamba tak sudi. Kalau dia marah, mau mengajak hambabertanding pun jadi. Kalau kanjeng rama sendiri yang akanmain paksa, apa sakitnya orang mati?\" Mendengar ucapan putrinya tersebut Permaisuri Ganda-wati menjadi sangat berduka. Ia menjadi sangat sedih.Putrinya yang satu ini memang keras sekali hatinya. Dipeluknya sang Dewi. Katanya, \"Baiklah Nini, putrikusayang, Ibu akan menyampaikan semua permintaanmu itukepada ramamu, kalau memang demikian yang menjadi per-mintaanmu.\" Berkata demikian itu sang Permaisuri segera berdiri dan


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook