Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore srikandi

srikandi

Published by haryahutamas, 2016-05-29 05:25:00

Description: srikandi

Search

Read the Text Version

berjalan ke dalam istana, menemui suaminya.Permasuri Melapor kepada Sri Drupada Setibanya di dalam istana Permaisuri Gandawati segeramenghadap Sri Drupada. Kepada sang Prabu dilaporkanhasilnya menemui putrinya dari permulaan sampai akhir. Semua jawaban dari Dewi Wara Srikandi disampaikankepada sang Prabu. Mendengar laporan permaisuri tersebut,Sri Drupada untuk beberapa saat tak dapat berkata apa-apa. Pada saat itu juga sebenarnya hati sang Prabu marahsekali kepada sang Putri. Baru sang Prabu akan turun ketamansari tiba-tiba datang Sri Kresna bersama RadenDrustajumena. Sri Drupada segera mempersilakan Sri Kresna duduk.Kemudian, dengan sedih sang Prabu berkata, \"Sungguhsangat kebetulan anaknda Prabu datang. Mamanda sekarangini sedang menghadapi suatu persoalan yang amat rumit yangsangat menyedihkan hati Mamanda. Rayi anaknda PrabuSrikandi telah membuat Mamanda bersusah hati. Bibi PadukaPermaisuri yang Mamanda utus menemui Srikandi telahmenceritakan padanya bahwa musuh kita dari seberang telahdihancurkan oleh Arjuna. Bahwa seluruh bala tentara PrabuJungkungmardea termasuk ia sendiri telah tertumpas habis.Bahwa sejak itu Srikandi telah Mamanda jadikan ganjaranuntuk yang memenangkan perang, yaitu kakaknya sendiriArjuna. Oleh bibi anaknda Prabu juga sudah ditegaskankeputusan Mamanda bahwa temu dari pengantin sudahMamanda putuskan jatuh pada hari Senin depan ini. TernyataSrikandi menolak. Ia menyatakan hanya bersedia melaksana-kan keputusan Mamanda tersebut dengan mengajukansemacam tuntutan. Tuntutannya inilah yang membuatMamanda marah sekali dan sedih. Kalau ia hadir saja didepan Mamanda mungkin Mamanda telah menghajarnya,\"demikian sang Prabu. Kemudian, Sri Drupada menjelaskansampai sekecil-kecilnya semua yang menjadi tuntutan

putrinya.Permaisuri Diminta Mengulang Ceritanya Untuk memperkuat ceritanya sang Prabu berkata kepadapermaisuri, \"Coba jelaskan kepada putramu Prabu Dwarawatiini mengenai tuntutan Srikandi yang tidak masuk akal itu.Jangan ada yang ketinggalan.\" Permaisuri melakukan sembah, menyatakan sendika dansegera mulai menjelaskan kepada Sri Kresna semua yangmenjadi tuntutan putrinya. Dijelaskan oleh permaisuri bahwa Dewi Wara Srikandibersedia dijodohkan dengan Raden Arjuna, asal satriaMadukara tersebut dapat member.ikan patiba sampir berupaseorang putri utama yang pandai olah keprajuritan. Terutamayang pandai menggunakan senjata panah. Lebih utama lagiyang dapat mengalahkannya dalam bertanding memanah.Bahwa kalau tuntutan itu tidak dipenuhi ia memilih wadattidak akan kawin selamanya. Mendengar penjelasan permaisuri tersebut Sri Kresnahanya tertawa. Katanya kemudian, \"Paman Prabu janganterburu marah kepada Dinda Srikandi. Kalau kita marah dankita main paksa malahan akan tidak baik. Adalah wajarbahwa seorang putri prajurit seperti Dinda Srikandi itumengajukan tuntutan untuk bersedia dipersunting oleh calonsuami. Sesuai dengan watak adik anakda Srikandi yang kerasitu, anaknda tidak heran bahwa kalau tuntutannya tidakdipenuhi Dinda Srikandi akan memilih mati. Anakda malahantidak terkejut kalau Dinda Srikandi bersikap menentanggurunya sendiri ialah Dinda ipar Arjuna. Jika perlubertanding pun dilayaninya. menurut anakda lebih baik kalauMamanda Prabu menyampaikan saja semua yang dituntutoleh Dinda Srikandi tersebut kepada Dinda Arjuna.\" Sri Drupada menjawab, \"Anaknda Prabu, Mamanda kalaubegini ini kok lantas semacam menjadi bodoh, tidak tahuharus berbuat apa. Pendeknya Mamanda menyerahkan segala

sesuatunya kepada Anaknda Prabu bagaimana saja baiknya.\" Sri Kresna menjawab, \"Baiklah Mamanda. \" Kemudian, iaberpaling kepada Raden Drustajumena dan berkata,\"Sekarang Dinda Drustajumena agar segera menyampaikankepada Dinda Arjuna mengenai semua yang menjadi tuntutanmbakyumu Wara Srikandi. Laporkan bahwa kedatanganmuatas perintah Mamanda Prabu. Jelaskan saja secara blak-blakan bahwa kangmasmu Arjuna tidak dapat memenuhituntutan mbakyumu itu akan urung mempersuntingmbakyumu Wara Srikandi.\"Berbincang-bincanglah Arjuna dengan Rarasati Mendapat perintah untuk menyampaikan tuntutan DewiWara Srikandi kepada Raden Arjuna, Raden Drustajumenamelakukan sembah, menyatakan sendika, dan segera berang-kat ke pesanggrahan satria penengah Pandawa tersebut. Waktu itu Raden Arjuna sedang duduk santai di pesang-grahan merawat senjata-senjata panah dengan dibantu olehDewi Rarasati. Garwa selir atau istri paminggir terkasih dariRaden Arjuna yang mirip benar dengan Srikandi ini mengatursemua anak panah dengan rapi, sedangkan Raden Arjunasendiri menggosok setiap anak panah dengan rempelas,sambil berbincang-bincang asyik sekali. Bagi Raden Arjuna menghadapi Dewi Rarasati ini sepertimenghadapi Dewi Wara Srikandi saja karena parasnya,tingkah lakunya, lagak lagunya, cara bicaranya, lirikanmatanya, senyumnya, bahkan ulahnya waktu marah serbakembar dengan Putri Cempala tersebut. Menghadapi Rarasatiyang keras hatinya tidak kalah atau tidak berbeda denganSrikandi ini Raden Arjuna bersikap memelihara perasaandengan kesabaran yang luar biasa. Kata Raden Arjuna perlahan, \"Rarasati, kukira engkau inilebih baik segera pergi saja mendahului ke Amarta.Berangkatlah besok pagi-pagi sekali.

Dewi Rarasati Engkaulah yang kutunjuk untuk memberitahukankepada ibunya anakku Angkawijaya mengenai keputusanMamanda Prabu Cempalareja untuk menjodohkan putrinyaSrikandi denganku. Laporkan kepada gustimu yang masihmarah kepadaku itu bahwa hari temu sudah ditentukan ialahhari Senin depan yang akan datang ini. Katakan dengan hati-hati bahwa aku tak boleh menolak keputusan tersebut karenasemuanya itu memang telah menjadi sayembaraning ajurit,sebagai semacam ganjaran bagi yang memenangkan perang.Sampaikan permintaanku pada gustimu ibunya anakku,Abimanyu agar ia meminta diri dari Kanda Prabu atau dariKanda Permaisuri Amarta untuk kembali ke Madukara.Sampaikan hati-hati pesanku padanya bahwa kembali keMadukara itu untuk melakukan persiapan, membersihkanrumah dan lain-lain, untuk menyambut kedatangan putriCempala. Adapun kamar tidur untuk Srikandi itu, ini kalaugustimu setuju, sentong timur saja, Rarasati.\"

Mendengar ini Dewi Rarasati matanya meJerok, bibirnyamencibir. Sambil sebenarnya tersenyum dikulum iamenjawab, \"Aduh, lagaknya seperti hamba ini tidak tahu saja.Apa perlunya pura-pura segala. Hamba tahu saja yangdimaksud oleh Paduka. Kalau hamba masih berada diCempalareja sini menunggu sampai upacara temu selesaitentu akan membuat repot saja, bukan? Membuat hatipengantin pria was-was saja tiap saat, takut kalau kelirumerayu orang. Hayoo, bersumpah kalau paduka berani, kalautidak seperti yang hamba terka .... \" Belum selesai Rarasati dengan bicaranya, Raden Arjunatelah tertawa sambil menowel bibir sang Dewi. Tangan yangnakal ini di tampel oleh Rarasati. Kata Raden Arjuna dengan tersenyum, \"Jangan begitu,ah, ah, Rarasati. Apakah engkau tidak menaruh belas kasihankepadaku. Engkau yang paling mengetahui bahwa aku sedikitpun tidak dapat melupakan cinta kasihku kepada yang sudahmempunyai anak. Dan, di dunia ini hanya engkau seoranglahyang paling dipercayainya. Maksudku mengirim engkaukepada gustimu itu adalah untuk menghilangkan marahnyapadaku. Hayoo, Rarasati, tolong aku ini, nanti kalau berhasilkuberi ganjaran. Apa saja yang kauminta akan kupenuhibetul, Rarasati. Engkau ingin pakaian yang paling indah,Rarasati. Apakah .... \" Belum selesai ucapan sang Arjuna tersebut tiba-tibamuncul Raden Drustajumena. Satria putra Prabu Drupadayang gagah berani dalam peperangan ini melakukan sembah.Raden Arjuna dengan gopoh menyambut tamunya. Dewi Rarasati yang sangat bijaksana dan sangat meng-hormat dan mencintai kedua gusti nya Raden Arjuna danDewi Wara Sumbadra itu segera pindah duduk di belakangRaden Arjuna agak sebelah kiri. Raden Drustajumena yang menyaksikan danmendengarkan pembicaraan terakhir itu tersenyum dalamhati. Ia sungguh heran mengapa di dunia ini ada seorang putri

yang mirip benar dengan mbakyunya Wara Srikandi, malahandapat dikatakan kembar. Ia bertanya, \"Siapa putri yang duduk di belakangKakangmas ini sambil menggosok anak panah denganrempelas?\" Raden Arjuna menjawab, \"Itu putri nakal punyaku,Dinda, saudara kembarnya mbakyumu Wara Srikandi. Iadiberikan oleh dewa padaku menjadi istri paminggir tercinta.\" anesularnaga

Drustajumena Menyampaikan Pesan Ayahnya RADEN DRUSTAJUMENA segera melapor kepada RadenArjuna, \"Kakangmas, hamba diutus oleh Kanjeng Rama danKanda Prabu Dwarawati untuk menghadap Paduka, gunamemberi penjelasan bahwa upacara temu belum tentu jatuhpada hari Senin depan ini karena ada beberapa persoalan.Rayi Paduka Kanda Srikandi agak rewel sedikit. la mempunyaipermintaan. Ia baru bersedia dipersunting oleh Paduka asalada patiba sampir semacam tali pengikat dari Paduka yangberupa seorang putri utama yang linuwih, yang dapatmengalahkannya bertanding memanah. Hanya itupermintaannya. Kalau Kakangmas dapat memenuhinya,jangan lagi dijadikan istri, sebagai selir atau sebagai inangpengasuh pun akan dilakukannya. Tetapi kalau Paduka tidakdapat memenuhinya. ia bertekad akan menjadi wadat tidakbersuami sampai nenek-nenek. Duh Kangmas, hambamengusulkan agar Paduka penuhi permintaan Kanda Srikanditersebut. Paduka carikan segera tandingannya. Ingin benarDinda menyaksikan Kanda Srikandi itu dikalahkan. Kalau initerjadi Dinda akan kaul, akan bernazar.\" Mendengar ini Raden Arjuna terkejut sekali. Untukbeberapa saat ia tak dapat berbincang apa-apa. Akhirnyasambila tertawa ia menjawab, \"Dinda, jangan engkau meng-anggap ringan mbakyumu Ward Srikandi. Ia adalah seorangpemanah mahir yang tidak dapat dicari tandingannya.Apapun yang terlihat oleh mata dapat kena tepat dipanahnya.Walau tiga benua ini dibalik tak mungkin dapat ditemukanseorang putri yang mampu mengimbanginya sebagai seorangpemanah mahir. Ya, sudahlah, Dinda. Laporkan segerakepada Mamanda dan Kakanda Prabu bahwa aku tak sanggupmemenuhi permintaan sang Putri. Kanda sudah menerimaapa adanya. Tampaknya memang sudah menjadi kehendakdewa bahwa mbakyumu itu tidak berjodoh denganku.\"

Mendengar ucapan tersebut Raden Drustajumena yangpada dasarnya ingin sekali beriparkan satria panengahPendawa itu matur ngrerepa, membujuk-bujuk dengan penuhharapan, \"Duh Kangmas, Paduka pasti dapat mencari tandingseorang putri utama yang dapat mengalahkan Kanda Srikandidalam bertanding memanah. Bukankah yang menjadi gurumemanah Kanda Srikandi dulu itu Paduka sendiri.\" Raden Arjuna menjawab, \"Memang benar Dinda, tetapiaku sendiri pun yang menjadi gurunya sekarang ini telahketinggalan sebagai pemanah mahir.\"Rarasati Campur Tangan Mendengar pembicaraan kedua satria tersebut, terutamayang menyangkut tuntutan Dewi Wara Srikandi, Rarasatimenggamit sang Arjuna dengan berbisik dari belakang,\"Paduka sanggup i saja, Pangeran. Hamba yang melayanitantangan Putri Cempala tersebut bertanding memanah.\" Bisikan Rarasati tersebut tak dihiraukan oleh RadenArjuna. Berkali-kali tangan Rarasati disikut oleh gustmya agardiam. tetap saja bahkan berkali-kali pula Rarasatimendesakkan kehendaknya dengan menggamit terus. Raden Arjuna akhirnya menoleh ke belakang sebentarseperti agak marah. Gerakan siku sang Arjuna yang dilawanterus oleh gerakan menggamit dari Rarasati itu diketahui olehRaden Drustajumena. Satria Cempalareja itu senang sekali menyaksikanadegan tersebut. Sungguh dirasakannya sebagai kenikmatantersendiri menyaksikan satria berparas elok yang menjadipahlawan perang yang dikaguminya itu dilawan dengangamitan bahkan cubitan oleh seorang putri yang mirip benardengan kakaknya Dewi Wara Srikandi. la mencoba menghentikan perang siku melawan gamitanitu dengan pura-pura bertanya, \"Mengapa Kangmas, kok

Paduka kelihatan seperti mau marah kepada sang Putri yangsakadar menggamit dari belakang?\" Raden Arjuna menjawab, \"Kanda memang marah kepadambakyumu satu ini, nakalnya bukan main, mulutnya usilsekali, kalau sudah punya mau, omongannya tidak masukakal. Sudah lekas tinggalkan Kanda saja, Dinda segera laporkepada Mamanda dan Kakanda Prabu bahwa Kanda taksanggup memenuhi tuntutan sang Putri.Raden Drustajumena tidak Segera Beranjak Walaupun sudah diminta untuk meninggalkan tempatoleh Raden Arjuna, Raden Drustajumena tidak segeraberanjak. Ia menaruh harapan kepada diri Dewi Rarasati. Dalam pada itu antara Raden Arjuna dengan DewiRarasati masih saja terdapat ketegangan yang lucu. Yang satumenggerakkan sikunya terus, sedangkan lainnya terus sajamenggamit. Karena sudah tidak dapat berbuat lain lagi, Raden Arjunaterpaksa menoleh ke belakang dengan agak membentak,\"Rarasati!\" Sang Dewi setelah mendengar gustinya tidak berbisik lagiia pun tidak mau berbisik lagi. Katanya. \"Kalau Pangerantidak sanggup memenuhi permintaan sang Putri, hamba akanmerasa malu. Malu mempunyai gusti yang pulang dengantangan kosong ke Madukara. Hamba lebih baik mati di sini.Mengapa dulu Paduka membawa hamba kemari. Kalau tidakada hamba boleh saja Kanjeng Pangeran pulang begitu sajaseenaknya dengan tanpa hasil.\" Raden Drustajumena semakin tertarik hatinya dan tidakmau cepat-cepat berangkat. Hatinya senang mendengarucapan Dewi Rarasati tersebut. Ia kemudian menimbrung berkata, \"Duh Kangmas,kebetulan sekali, tidak usah mencari jauh-jauh, Mbakyu dibelakang Kangmas itu ternyata menyanggupi. Mengapa

Kangmas memarahinya?\" Raden Arjuna menjawab, \"Ah, mbakyumu Rarasati iniomongannya ngawur, jangan kaudengarkan. Ia memeganggendewa pun belum pernah. Orang macam begitu kok maumenandingi mbakyumu Srikandi. Nanti membuat kita semuamalu saja. Sudah Dinda. Sana, lekas pergi sana.\"Rarasati Nekad Bertindak Mendengar ucapan gustinya tersebut Dewi Rarasati yangberkemauan keras itu kehilangan kesabaran. la segera pindahduduknya menggeser ke depan agak di sebelah kiri gustinya. Katanya kemudian langsung ditujukan kepada RadenDrustajumena, \"Duh Raden, Paduka segera melapor kepadarama Paduka sang Prabu bahwa saya menyanggupi untukbertanding memanah dengan sang Putri.\" Mendengar ini Raden Drustajumena senang sekalihatinya. Sambil bertepuk tangan ia menjawab keras-keras, \"Ya,Mbakyu, ya, saya akan melapor segera kepada Kanjeng Ramabahwa Mbakyu sendiri yang menyanggupi. Kangmas Arjunamemang nakal, orang menyanggupi kok malah kena marah.\" Berkata demikian itu Raden Drustajumena sambil me-lakukan sembah dan terus meninggalkan tempat sambil me-nari-nari kakinya memutar-mutar seperti seorang anak kecilyang mendapatkan mainan. Raden Arjuna memanggilnya, \"Jangan Dinda, omonganmbakyumu seperti itu kok akan disampaikan kepadamamanda Prabu. Laporkan saja bahwa Kanda tak sanggup.\" Raden Drustajumena menjawab sambil tertawa, \"Yangtidak sanggup kan Kangmas, Mbakyu Rarasati sendirisanggup kok.\" Berkata demikian itu ia sambil terus lari. Raden Arjuna menjadi bingung. Mau marah bagaimana,kepada siapa. Akhirnya, pipi Dewi Rarasati dipuntirnyadengan tangan kiri, sedang tangan kanannya seperti

mengancam mau memukul. Katanya, \"Keterlaluan engkau Rarasati, omongan sem-barangan. Engkau kok menyanggupi bertanding memanahdengan Putri Cempala itu kapan engkau belajar memanah.Sekarang Drustajumena sudah melapor kepada ramanyabahwa engkau menyanggupi. Orang macam apa engkau ini,menyanggupi sembarangan?\" Sang Dewi melakukan sembah dan menjawab, \"Apa yangsudah hamba ucapkan tak akan hamba tarik kembali. Habissudah telanjur. Pangeran. Sudahlah Pangeran, kita lihat sajananti pelaksanaannya dalam pertandingan. Soal kalah danmenang terserah nanti.\" Raden Arjuna semakin kelabakan, hatinya bingung,tangannya berulang-ulang memegang dada. Katanya, \"Engkauini sedang kesurupan apa, Rarasati, kenes sekali suaramumenyanggupi melawan bertanding memanah dengan DewiWara Srikandi. Apakah hasilnya tidak akan memalukan. Engkau ini memegang gendewa pun tak pernah. PadahalPutri Cempala itu setiap memanah seutas rambut pasti kena.\"Rarasati Belajar Memanah Mendengar keluh kesah sang Arjuna tersebut DewiRarasati hanya tersenyum dikulum. Satria panengah Pendawatersebut segera memberinya sebuah gendewa dan sebuahanak panah untuk dicobanya. Dewi Rarasati melakukan sembah dan berkata, \"KepalangPangeran, coba hamba diberi sekali sasarannya, yaitu seutasrambut, sebuah terung gelatik, dan sebuah telur burungemprit peking. Hamba tahu, selama ini kanjeng pangerankalau berlatih selalu menggunakan sasaran-sasaran tersebut.\" Raden Arjuna seperti tidak percaya atas apa yang barusaja didengarnya itu. Tetapi, ia sudah tidak mau berpikirpanjang lagi. Segera saja digantungnya sasaran yang diminta.Sebuah terong gelatik digantungnya di sebelah kiri, sebuah

telur burung emprit peking di sebelah kanan, sedang seutasrambut di tengah-tengah. Dewi Rarasati mengubah sikap duduknya. Dalam sikapitu ia kelihatan cantik dan manis sekali. Sang Dewi mulai me-narik anak panah dari gendewa dan ia ternyata terampilsekali. Raden Arjuna yang menjadi terpesona itu berkata,'Tunggu sebentar Rarasati. Engkau ternyata terampil sekali,seperti orang yang pernah berguru lama saja. Caramumenarik panah. caramu membidik sasaran. bahkan sikapdudukmu, semuanya sudah cocok seperti seorang ahli saja.Hanya sikap dudukmu yang agak terlampau miring, danlehermu agak terlampau condong ke depan waktu membidik.Sikap membidik dengan leher terlampau condong ke depanadalah sikap laki-laki. Coba sekarang engkau tirukan aku.Nah, begini ini sikap untuk wanita memanah.\" Raden Arjunasegera memanah sasaran yang ada. Sasaran terung gelatikterkena panah tepat di tengah-tengah. Anak-panah tetap tinggal tertancap 'pada sasarantersebut. Anak panah kedua dilepas dan telur burung empritpeking yang menjadi sasaran berlubang, sementara sedangtelur itu tetap dalam keadaan utuh. Anak panah ketigadilepas. Rambut yang menjadi sasaran terbelah di tengahnyadan anak panah tergantung tetap melekat. Raden Arjuna kemudian berkata, \"Coba Rarasati, tirukandengan teliti semua caraku memanah tadi. Putri Cempaladulu belum sampai kuberi pelajaran seperti itu, yaitu rambutterbelah tetapi anak panah tetap tertancap, telur berlubang,tetapi tetap utuh, dan terung gelatik terkena tepat di tengah-tengah, tetapi anak panah tetap tertancap. Yang ia sudahmahir adalah rambut yang dipanahnya tentu putus dan anakpanah tak dapat tetap tertancap, telur yang terkena panahhanya hancur saja tidak dapat hanya berlubang, sedangkanterung gelatik yang terkena panah hanya terbelah dengan

anak panah belum dapat tertancap. Engkau tidak perlu harussama seperti aku Rarasati, cukup kalau engkau sudahmenyamai Srikandi saja. Hatiku sudah cukup puas kalauengkau dapat setaraf dengan Srikandi. Walaupun aku urungmempersunting dia tidak apa, hatiku tak kecewa karenagarwa selirku sudah dapat'bertanding mengimbanginya.Hayoo, Rarasati, mulailah memanah, kuawasi dari belakang.\" Dewi Rarasati menerima gendewa dan anak panah,menarik gendewa dengan sikap seorang putri yang manissekali sehingga Raden Arjuna tergiur menyaksikannya. Kata sang Arjuna segera, 'Tunggu dulu, Rarasati. Caramembidikmu diubah sedikit begini. Lihat betul sasaran sanaitu. Kalau pangkal anak panah itu sudah terlihat tepatmenutup titik sasaran segera lepaskanlah.\" Dewi Rarasati melaksanakan semua petunjuk gustinyayang sekarang menjadi gurunya dengan teliti sekali, dan anakpanah yang terlepas segera mengenai sasaran. Rambutmenjadi terbelah, sedangkan anak panah tetap masihtertancap. Sang Dewi dipeluk oleh RadenArjuna dan pipinya diciumdengan mesra sekali. Sang dewi mendorong sang Arjunasambil berkata, \"Ah, pria ini, mengganggu saja orang sedangmemanah. Hamba ingin memanah lagi dulu, jangan-janganyang kedua nanti tak mengenai sasaran.\" Raden Arjuna menjawab, \"Maafkan aku, manisku,kutarik semua kemarahanku tadi. Siapa mengira engkaudapat melebihi orang lain yang sudah lebih lama belajar.Engkau belajar secara mendadak begitu kok hasilnya bukanmain. Kalau engkau berhasil menolongku memboyong PutriCempala, akan tidak kulepaskan engkau selama seminggu.\" Mendengar kelakar sang Arjuna ini mata Dewi Rarasatimelerok sambil menjawab, \"Bukan untuk itu hambamemasuki pertandingan. Hanya hati hamba merasa panas,mengapa sang putri yang sudah pernah luar dan dalamnyaberada di tangan Paduka selama lima belas hari dulu itu

sekarang rewel dengan mempunyai tuntutan segala. malahanmenantang bertanding gurunya. Hati siapa tidak gemas.\"Rarasati Meneruskan Memanah Mendengar ucapan Dewi Rarasati yang terakhir itu RadenArjuna tertawa senang. Katanya kemudian, \"Coba, engkauteruskan memanah sasaran yang lain. Rarasati.\" Sang Dewi melakukan sembah dan segera menarikgendewa, melepaskan anak panah. Anak panah tersebutmengenai sasaran telur burung emprit peking. Telurberlubang dan tidak hancur. Anak panah yang ketiga segeramenyusul dilepaskan, mengenai sasaran terung gelatik.Terung terkena tepat di tengah-tengahnya, sedangkan anakpanah tetap masih tertancap. Menyaksikan ini Raden Arjuna segera memondong sangDewi dari belakang. Sang putri berusaha melepaskan diri.Katanya, ''Tunggu dulu, sabar dulu, Pangeran. Bukankah hariSenin depan sudah dekat dan Paduka akan bertemu dengankusuma Wara Srikandi. Hamba mau meneruskan berlatih.\" Raden Arjuna tidak menghiraukan lagi ucapan sangPutri. Diciumnya dengan mesra pipi sang Putri sambilberkata, \"Masih banyak hari untuk berlatih. Aku inginsendirian dulu denganmu tanpa diganggu oleh siapa pun.\" Dibopongnya sang Putri masuk dalam pesanggrahan.Hari itu satria Madukara bersama garwa paminggir terkasihDewi Rarasati asyik masyuk melupakan segala apa yangberada di sekelilingnya. Waktu itu Raden Drustajumena sudah tiba di depan sangPrabu Drupada dan Sri Kresna. la melakukan sembah,kemudian melaporkan hasil pertemuannya dengan RadenArjuna. Dilaporkannya bahwa Raden Arjuna sendiri sebenarnyatidak menyanggupi dan bahwa yang menyanggupi adalahgarwa selirnya Dewi Rarasati. Dijelaskannya bahwa sang dewi

sudah berkali-kali kena marah, tetapi tetap saja maju dansanggup sewaktu-waktu diadu kemahirannya memanahdengan Dewi Wara Srikandi. Mendengar laporan ini semuanya tertawa. Sri Kresnasegera berkata kepada Sri Drupada, \"Mamanda Prabu, lebihbaik dinda Srikandi segera diberitahu bahwa tuntutannyadisanggupi. \" Sri Drupada menjawab, \"Mamanda menyerahkan semuasepenuhnya kepada kebijaksanaan anak Prabu. Silakan anakprabu saja yang memberitahukannya.\" Sri Kresna segera berkata kepada Raden Drustajumena,\"Coba Dinda segera pergi ke tamansari. Engkaulah yangkuutus menemui mbakyumu Wara Srikandi untukmenjelaskan bahwa tuntutannya telah disanggupi. Bahwayang akan maju bertanding adalah garwa selir si Rarasati. Diayang akan diserahkan sebagai patiba sampir. Adapun tempatbertandingnya di mana dan kapan terserah mbakyumu,apakah di taman sari, begitu juga mengenai yang menjadisasarannya.\"Dewi Wara Srikandi di Tamansari Raden Drustajumena melakukan sembah dan segeraberangkat menuju Tamansari. Waktu itu Dewi Wara Srikandisedang duduk di bawah pohon naga sari dihadap oleh NyiEmban (Cangkik) dan inang pengasuh (Limbuk). Kata sang Putri, \"Biyung, bagaimana menurut pen-dapatmu, apakah Pangeran Madukara dapat memenuhi yangmenjadi tuntutanku atau tidak, yaitu seorang wanita utamasebagai patiba sampir yang dapat mengalahkanku bertandingmemanah?\" Nyi Emban melakukan sembah dan menjawab, \"Menuruthamba sulit, Gusti. Bagaimana di dunia ini dapat ditemukanseorang putri yang dalam ulah senjata terutama memanahmelebihi Paduka, Gusti. Menurut hamba, di muka bumi initidak akan ada duanya putri yang kalau memanah seutas

rambut, di mana saja rambut itu diletakkan pasti kena.\" Mendengar ini Dewi Wara Srikandi tersenyum danmemotong, ''Tetapi belum tentu lho, Biyung. Jangan kitamenganggap remeh satria Madukara. Ingat, istrinya putrilinuwih, garwa selirnya dua-dua cantik. Siapa tahu di antaramereka ini sudah ada yang diberi pelajaran memanah olehKanjeng Pangeran. Tetapi, andaikata mereka sudah belajarselama setahun atau dua tahun pun aku yang baru belajarselama setengah bulan ini tidak takut. Bertanding melawangurunya pun aku sanggup.\"Drustajumena Menyampaikan Pesan Sri Drupada dan SriKresna Belum selesai sang Putri berbicara tiba-tiba muncul adikkandungnya, yaitu Raden Drustajumena. Dewi Wara Srikandisegera memanggilnya, \"Adikku, kok kelihatan tergopoh-gopoh,apakah engkau diutus Kanjeng Rama?\" Raden Drustajumena melakukan sembah dan menjawab,\"Betul, Kanda. Hamba diutus oleh Kanjeng Rama dan KandaPrabu Dwarawati untuk memberitahukan kepada Kandabahwa Kakangmas Madukara telah menyanggupi apa yangmenjadi permintaan Paduka. Yang akan melayani Kandabertanding memanah adalah garwa selirnya yang bernamaDewi Rarasati. Parasnya ayu utama dan mirip sekali denganKanda. Hatinya juga keras semacam Kanda. Hambamenyaksikan sendiri. Melihat bentuk badannya dia pastiseorang putri prajurit yang mahir menggunakan senjatapanah. Duh Kanda, apakah tidak sebaiknya Kanda inimenjadi istri kakangmas Arjuna secara baik-baik wajar saja,tidak usah dengan bertanding segala. Kalau kalah malu.Apalagi yang mengajar Kanda memanah dulu juga KangmasArjuna sendiri. Siapa tahu lawan Paduka itu sudah siangmalam dilatih terus.\" Dewi Wara Srikandi memotong, \"Sudahlah jangan ceriwis.Memang sudah menjadi kemauan Kanda begitu. Tidak

mungkin ditarik kembali. Untuk bertanding melawan siRarasati, walaupun ia dapat memanah nyamuk sekalipun akutidak takut.\" Mendengar ini Raden Drustajumena berkata, 'Yasudahlah kalau memang demikian yang menjadi kehendakKanda. Sekarang Kanda tentukan di mana pertandingan akandilakukan dan kapan. Apa yang menjadi sasaran?\" Sang Putri menjawab, \"Begini saja adikku. Di sebelahbarat taman kita ini supaya didirikan sebuah bangsa danarena untuk bertanding. Sediakan tarub untuk Rarasatikarena gustinya yang menjadi botoh yang menjagoinya tentuakan ikut datang. Kalau Pangeran Madukara itu akanmembawa pengikut boleh saja, tetapi Kanda batasi empatpuluh orang saja. Jumlah pengikut Dinda sendiri juga sama,empat puluh orang. Dirikanlah juga sebuah bangsa agung disebelah selatan dengan tarubnya sekali untuk tempat dudukmenyaksikan pertandingan bagi Kanjeng Raja dan Sri Kresna.Kalau ada pengikut sang Prabu Dwarawati biarlah di sanajuga tempatnya. Dari situ beliau-beliau itu akan dapat denganjelas sekali menyaksikan setiap sasaran yang terkena panah.Tarub-tarub yang didirikan supaya dihias indah dengan daun-daun dan janur kuning. Sediakan bangsal khusus pula bagipara pemanah yang akan bertanding. Adapun hari bertandingkita tentukan saja hari Rabu Pahing yang akan datang ini,waktunya sedang bulan purnama. Malam itu jugadatangkanlah si Rarasati, karena pagi-pagi benar akan kuajakdia bertanding. Dinda laporkanlah sekali kepada KanjengRama bahwa waktu Kanda dan Rarasati mulai membidiksasaran harus dibarengi dengan bunyi gamelan dandiramaikan dengan sorak-sorai. Bangsal untuk Rarasati danbangsal untukku harus kembar. Masing-masing bangsaldilengkap dengan seperangkat gamelan yang nada suaranyasama. Kalau Rarasati berhasil memanah dan mengenaisasaran, para abdi dan pengiringnya supaya bersorak ramaiEmpat puluh orang agar serempak bersorak. Tetapi, kalaupanah tidak berhasil mengenai sasaran, pihak abdi danpengikut Kanda yang melakukan sorak. Empat puluh orang

pengikut Kanda akan bersorak ramai. Begitu juga sebaliknya.\" Mendengar ini Raden Drustajumena tertawa gembira.Katanya, \"Ada-ada saja Kanda ini. Orang bertanding memanahkok dengan diiringi gamelan segala dan disoraki seperti orangmengadu jago. Hati-hatilah Kanda, lawan bertandingmemanah Kanda sekarang ini adalah bukan orangsembarangan. la adalah jago adon, ayam aduan dari Merapiyang tangguh. Kanda, hamba yakin sekali bahwa DewiRarasati itu adalah trahing kusuma rembesing madu, masihketurunan ningrat. Hamba yakin sekali bahwa ia bukanberasal dari orang kecil.\"Tempat Bertanding Dipersiapkan Mendengar ucapan Raden Drustajumena mengenai diriDewi Rarasati itu, Dewi Wara Srikandi hanya menjawab,\"Entahlah adikku, kelak kita akan mengetahui siapa dia se-benarnya. Pesanku, jangan sampai mengecewakan persiapansemuanya.\" Raden Drustajumena melakukan sembah, menyatakansendika dan segera menghadap kepada Sri Drupada dan SriKresna, melaporkan dari permulaan sampai akhir. Semua yang mendengar laporan tersebut tertawagembira. Kata Sri Drupada kemudian kepada Sri Kresna, \"Apakahyang harus kita lakukan sekarang Anak Prabu ?\" Sri Kresna menjawab, \"Sebaiknya kita penuhi saja semuayang menjadi permintaan Dinda Srikandi itu, MamandaPrabu. Adikku Drustajumena, persiapkanlah semuanya!\" Setelah itu Sri Kresna meminta diri kembali ke pesang-grahan. Raden Drustajumena segera memerintahkan kepadaPatih Candraketu untuk melakukan persiapan. Terjadilah kemudian kesibukan yang luar biasa.Tamansari dibersihkan. Arena pertandingan memanah berikutbangsalbangsal dan tarub-tarub yang diperlukan didirikan

sesuai dengan permintaan Dewi Wara Srikandi. Sri Kresna segera menemui Raden Arjuna di pesang-grahan, menyampaikan keputusan Sri Drupada atas per-mintaan Dewi Wara Srikandi bahwa hari pertandinganemanah telah ditentukan, yaitu pada hari Rabu Pahing yangakan datang, dan bahwa pertandingan akan diiringi denganirama gamelan. Juga dijelaskan oleh Sri Kresna bahwa keduabelah pihak mengerahkan empat puluh orang pengikut untukmelakukan sorak-sorai. Mendengar ini Raden Arjuna semakin menjadi rajindalam memberikan latihan dan petunjuk-petunjuk kepadaDewi Rarasati. Sang Dewi tidak hanya diberi pelajaranmemanah saja, tetapi juga olah keprajuritan lainnya. Malahankepada sang Putri juga diberikan pelajaran-pelajaran yangberhubungan dengan pra tingkah ing aperang pupuh, hal-halyang mengenai tingkah laku dalam medan pertempuran.Tidak lupa kepada sang Dewi diberikan pelajaran dankemampuan untuk menyambar anak panah musuh yangsedang dilepaskan ke arahnya. Untuk lebih yakin lagi Raden Arjuna yang mendapatkanbahwa Dewi Rarasati ternyata sangat terampil itu memberinyaaji-aji kesaktian jaya pinunjul untuk menghadapi musuh yangtangguh.Semua Persiapan Selesai Pada hari Rabu Pahing semua pelajaran yang diperlukanoleh Dewi Rarasati telah selesai. Sang Dewi telah menjadiseorang putri prajurit yang sakti dan pilih tanding. Waktu itu semua persiapan di tamansari telah selesai.Ketiga bangsal telah selesai didirikan. begitu juga tempatarena pertandingan. Semua tarub yang berhiaskan daun-daundan janur kuning indah telah pula selesai. Sri Drupada dan Sri Kresna telah memasuki bangsalbesar ber tarub yang megah. Raden Arjuna dan Dewi Rarasatitelah memasuki tempat yang telah ditentukan. Begitu juga

Raden Wrekudara, Gatotkaca. dan Setyaki. Semuanya duduktenang menghadapi pertandingan yang segera akan dimulai.yang cukup mendebarkan dan jarang terjadi. Semua adipati dan punggawa Cempalareja lainnya tidakketinggalan telah datang ikut menjadi penonton .dikerahkanoleh Raden Drustajumena. Raden Arjuna dan Dewi Rarasati berikut pengikutnyasejumlah empat puluh orang telah menduduki bangsal yangtelah ditentukan. Bangsal itu dihias indah sekali. Gamelanberikut para pen abuh nya telah pula siap. Di bangsal sebelah timur tempat Dewi Wara Srikandiberada segala sesuatunya juga telah siap. Bangsal itu dihiasindah sekali, seperti di surga saja layaknya. Bunga-bungaindah telah menghias tarub. Raja Putri Cempala itu duduk diatas kursi gading. Para pengiring sang Putri yang berjumlah empat puluhorang itu telah siap pula untuk melakukan sorak soraisewaktuwaktu. Sasaran yang telah ditentukan dalam pertandingan itutelah digantung di tempatnya, yaitu sebuah telur burungemprit peking, sebuah terung gelatik di sebelah kanan, danseutas rambut di tengah.Pertandingan Memanah Dimulai Raden Drustajumena datang mendekati Dewi WaraSrikandi. la melakukan sembah dan berkata, \"Kakanda,hamba menyampaikan pesan Kanjeng Rama. Paduka yangdiharuskan memanah terlebih dahulu, baru kemudian KandaDewi Rarasati.\" Setelah berkata demikian, RadenDrustajumena melakukan sembah dan segera mundur. Dewi Wara Srikandi dengan cekatan segera mengambilgendewa, turun dari kursi gading. Ia kelihatan cantik sekali.Setiap mata tertuju kepadanya. Setiap ulahnya pantas danmenarik.

Waktu sang Putri berjalan gamelan mengiringinya denganirama lagu Gending Ladrang Mangu. Sang Putri dengan tertibdan jatmika segera mengambil sikap duduk di bangunanteratag yang telah digelari babut permadani indah. la segera menarik gendewa. Sampai tiga kali ia membidik,mengubah sedikit-sedikit letak anak panah sambil sebentar-sebentar menekan-nekan batang tubuh anak panah tersebut.Tarikan yang terakhir ini dilakukannya dengan sikap tubuhyang indah sekali. Pinggangnya terlihat seperti akan patahsaja layaknya. Hanya masih ada sikap kelaki-lakian sedikit. ialah miringtubuhnya agak berlebihan dan lehernya agak terlampaucondong ke depan. Matanya yang jeli dan indah itu menatap sasaran. Anakpanah dilepaskan. Sasaran telur burung emprit peking yangkecil itu terkena dan hancur. Sorak sorai para inangpengasuhnya yang berjumlah empat puluh orang itu gemuruhramai sekali. Sang Putri segera mundur diiringi oleh iramagamelan Gending Ladrang Mangu. Sang Dewi segera duduk kembali di atas kursi gading.Sorak para pengiring berhenti. Gending dari gamelandisuwuk. dihentikan. Semua yang hadir terutama para adipati Cempalarejamenjadi kagum bukan kepalang. Selama hidup baru kali inimereka menyaksikan sebuah telur burung emprit pekingsekecil itu yang diletakkan di tempat yang cukup jauh dapattepat dipanah sehingga hancur. Mereka bergumam dan mengeluarkan pujian-pujiankepada gusti mereka yang sangat mereka hormati dan cintaiitu. Tuhu punjuling sabumi. Demikian kata mereka. yangartinya sungguh tak ada tandingannya di bumi ini.Giliran Dewi Rarasati Memanah Sasaran telur telah diganti. Sekarang giliran Dewi

Rarasati. Raden Arjuna mengawasinya dengan lirikan mata khususyang hanya diketahui artinya oleh Rarasati. Sang Dewitanggap ing sasmita, mengerti apa yang dimaksud. Iamelakukan sembah sambil tersenyum manis sekali dan segeramengambil gendewa dan anak panah. Langkahnya diiringi oleh iringan gamelan GendingGandrung Mangu. Setibanya di tarub sang Dewi berhenti,mengambil sikap duduk bersila tertib dan jatmika sekali. Tempat duduknya juga digelari babut permadani yangindah. Ia segera menarik gendewa dengan sikap prasajananging respati, sederhana tetapi cukup menarik dan indahdipandang. Sikap gerak yang dilakukannya adalah sikap gerakseorang putri yang luwes. Matanya yang tajam dan indah itumenatap sasaran. Anak panah segera dilepas. Seiring dengan lepasnya anakpanah pada saat itu juga sasaran telur burung emprit pekingitu terkena tepat di tengah-tengahnya. Telur menjadiberlubang dan anak panah meluncur laju. Dari tempat yangagak jauh hal itu tidak terlihat. Sepintas lalu anak panah ituseperti hanya menyerempet saja. Sasaran telur memang bergerak sedikit, tetapi dari jauhkelihatannya seperti masih utuh saja. Empat puluh oranginang pengasuh dan pelayan-pelayan putri pengikut DewiWara Srikandi bersorak-sorai berteriak ramai sekali. Dewi Rarasati hanya tersenyum dalam batin. Ia menolehsambil berkedip kepada para penukawan Semar, Gareng,Petruk, dan Bagong. Keempat punakawan itu tanggap ingsasmita. Mereka secara serempak bersorak-sorai yang'kemudian diikuti oleh kawan-kawannya yang berjumlahtermasuk mereka empat puluh orang itu. Para pengikut Dewi Wara Srikandi yang berada dibangsal timur masih saja bersorak. Yang di bangsal baratsoraknya semakin ramai. Teriakan-teriakan yang terdengardari kedua belah pihak yang mengatakan Juputdan kena itu

memekakkan telinga. Sasaran telur yang berlubang diperiksa. Karena soraksorai para pengikut kedua belah pihak semakin ramai, SriKresna memerintahkan kepada Raden Drustajumena agarbunyi gamelan dan teriakan-teriakan itu dihentikan dansasaran telur dibawa kepadanya untuk diperiksa. Bunyi gamelan berhenti serempak dengan berhentinyateriakan-teriakan, sedangkan sasaran telur dibawa ke depanSri Kresna dan Sri Drupada untuk diperiksa. Kedua raja itu menjadi kagum sekali, begitu juga parasatria dan para adipati lainnya yang hadir. Telur itu ternyataberlubang. Anak panah ternyata telah mengenainya tepat ditengah-tengah, melaluinya laju, dan telor tidak hancur.Semua pujian tertuju kepada Dewi Rarasati. Sungguh sangDewi itu merupakan seorang prajurit putri pemanah mahiryang tiada taranya. Ada di antara para punggawa Cempalareja yang berkatakepada teman-temannya, \"Memanah telur kok dapat hanyaberlubang dan sama sekali tidak hancur. Bagaimana inimungkin?\" Seorang punggawa Dwarawati yang mendengarucapan ini menjawab, \"Kalau mengenai panah-rnemanahtidak ada di dunia yang akan dapat mengalahkan ataumengatasi satria Madukara Raden Arjuna. Dalam satu hal inidewa pun tidak ada yang dapat melebihinya. Semua senjatasakti milik sang Arjuna itu hampir seperti manusia saja,seolah-olah mempunyai kemampuan memilih mengenaisasaran apa saja yang dikehendaki gustinya. \" Sang Prabu Kresna yang amat bijaksana itu segeramemerintahkan kepada Raden Drustajumena membawa teluryang telah berlubang itu untuk diperlihatkan kepada DewiWara Srikandi. Satria Cempalareja ini segera menghadap sang Dewisambil melapor, \"Kanda, hamba diutus oleh Kanjeng Ramadan Kanda Prabu Dwarawati untuk memperlihatkan kepadaPaduka telur yang telah berlubang terkena anak panah Kanda

Rarasati. Menurut Kanda Prabu Dwarawati berhubungsasaran telur dari Kanda hancur sedangkan dari KandaRarasati hanya berlubang. Paduka dianggap kalah. Dari jauhlubang tersebut memang tidak terlihat. Inilah telurnya, cobaKanda periksa.\" Dewi Wara Srikandi memeriksa telur yang berlubang itu,hatinya terkejut. Untuk beberapa saat ia tidak dapat berbicaraapa-apa. Batinnya malu. Dewi Wara Srikandi yang dalam batin heran bercampurmalu itu akhirnya hanya tertawa. Katanya, \"Ya Dinda, dalammemanah telur burung emprit peking ini Kanda mengakukalah. Tetapi masih ada dua sasaran lagi, lho. Sudah sana,laporkanlah kepada Kanjeng Rama dan Kanda Prabu Dwara-wati.\" Raden Drustajumena melakukan sembah dan segeramundur. Sang Putri memegang gendewa dan irama gamelanmengiringi langkahnya dengan lagu Gending Gonjang Ganjing. Setibanya di tarub sang Dewi segera berhenti, mengambilsikap duduk memanah yang sempurna, menarik gendewa,dan melepaskan anak panah. Sasaran terung gelatik yangterkena anak panahnya terbelah menjadi dua. Belahan yangbagian bawah jatuh di tanah, sedang ~elahan bagian atasmasih tergantung. Seperti sebuah dinding batu bata yang roboh sorak soraidari para pengikutnya. Sang Dewi segera mundur dengan diiringi irama gamelan. Sang Putri segera duduk kembalidi atas kursi gading. Bunyi gamelan berirama seseg, menujuberhenti. Sekarang giliran Dewi Rarasati lagi. la melangkah majumembawa gandewa, diiringi irama gamelan lagu GendingAngrerangin. Setibanya di tarub ia segera mengambil sikap duduk me-manah yang sempurna. la segera menarik gendewa dan anakpanahnya terlepas kencang sekali. Sasaran terung gelatik

kena tepat di tengah-tengah. Terung berlubang, tetapi anakpanah berhenti lajunya dan tetap tertancap di sasaransetengah gandar. Semua pengikut sang Dewi, orang-orang Madukara,bersorak-sorai ramai sekali. Dewi Rarasati segera mundurdengan diiringi irama gamelan lagu Gending Angrerangin yangmulai berirama seseg menuju berhenti.Srikandi Dianggap kalah Lagi Raden Drustajumena datang melapor kepada Dewi WaraSrikandi. Katanya, \"Kanda, menurut kanjeng rama dan kandaPrabu Dwarawati paduka dianggap kalah lagi karena hasilpanahan Paduka terung gelatik terbelah menjadi dua, sedang-kan hasil panahan Kanda Rarasati terung gelatik hanya ber-lubang dan anak panah tetap tertancap separo.\" Dewi Wara Srikandi menjawab dengan nada kesal danagak marah, \"Ya, adikku, Kanda mengakui kalah lagi. Tetapimasih ada satu sasaran lagi seutas rambut, bukan? Nah, disanalah nanti baru akan diketahui letak kalah danmenangnya aku melawan Rarasati. Sudah sana, laporkankepada Kanjeng Rama.\" Raden Drustajumena melakukan sembah dan segeramundur. Dewi Wara Srikandi segera mengambil gendewa,turun dari kursi gading dan melangkah menuju tarub tengah,diiringi oleh irama gamelan Gending Ganda Suli. Setibanya di tarub tengah ia segera mengambil sikapduduk memanah dengan tenang dan manis sekali, menarikgendewa, anak panah lepas, sasaran seutas rambut terkenadan putus. Gegap gempita sorak-sorai semua pengiring sang Putri. Empat puluh orang inang pengasuh meneriakkanserentak berulang kata-kata kena. Sang Dewi dengan rasa puas segera meninggalkan tarubtengah. Irama gamelan Gending Ganda Suli mengiringi

langkahnya, mula-mula irama suwuk, kemudian berhenti.Dewi Rarasati maju Jagi Sekarang giliran bangsal sebelah barat. Dewi Rarasatimenatap sang Arjuna sebentar seperti memohon petunjuk.Satria Madukara itu berkata perlahan, \"Majulah Rarasati, akuikut berdoa. Hati-hatilah anak manis, tinggal satu sasaranlagi, ialah seutas rambut.\" Dewi Rarasati melakukan sembah, mengambil gendewa,melangkah maju menuju tarub tengah. Irama gamelan yangmengiringinya adalah Gending Mangungsi. Setibanya di tarub tengah ia segera mengambil sikapduduk memanah yang sempurna dengan tenang dan jatmikasekali. Gendewa ditarik, anak panah terlepas, sasaran seutasrambut terkena dan terbelah sedikit, sedang anak panahtertancap di tengah-tengah sasaran. Anak panah itubergoyang-goyang tidak jatuh. Sernar, Gareng, Pertruk, Bagong, dan kawan-kawanmereka bersorak-sorai keras sekali. Mulut empat puluh orangpengiring Madukara itu meneriakkan kata-kata kena secaraserempak berulang-ulang. Dewi Rarasati segera mundur, langkahnya diiringiGending Mangungsi, irama gamelan mulai seseg atau suwukkemudian berhenti. Raden Drustajumena mendekati Dewi Wara Srikandi danmelapor dengan sangat hati-hati, \"Kanda, Kanjeng Rama danKanda Prabu Dwarawati memerintahkan kepada Dinda untukmemberitahukan kepada Kanda bahwa Kanda dinyatakankalah lagi. Sasaran Paduka seutas rambut putus, sedangsasaran seutas rambut Kanda Rarasati hanya terbelah sedikit,sedangkan anak panah dapat tetap tertancap masih ter-gantung. Paduka dinyatakan dalam tiga kali memanah inikalah semua, tetapi kemahiran Paduka memanah tetap

dinyatakan oleh semua yang hadir sebagai wasis, mahir sekalidan mengagumkan. Kanjeng Rama meminta agar Padukasegera masuk kaputren, jangan tetap berada di tamansari.Hari Senin depan ini upacara \"temu\" Paduka denganKakangmas Arjuna akan dilaksanakan sesuai tuntutanPaduka sendiri. Paduka tidak boleh melanggar janji.\" Mendengar ucapan adik kandungnya tersebut Dewi WaraSrikandi menjadi marah sekali. Entah apa sebabnya. Rasamarah itu ternyata tidak dapat diatasinya. Rasa marah itu mungkin disebabkan oleh rasa malu yangbercampur dengan hati kisruh yang menjadi panas takkaruan.Dewi Wara Srikandi menantang Rarasati bertanding Putri Cempala yang tidak dapat lagi menguasai perasa-annya lagi itu berkata, \"Ya, Kanda mengaku kalah, tetapimasih ada satu lagi tuntutanku yang belum terlaksana, yaitumengadu uJednya kulit dan kerasnya tulang. Kanda ingindilakukan perang tanding dengan menggunakan senjatapanah antara Rarasati dan Kanda. Kalau si Rarasati dapatmengalahkanku, semua kehendak Kanjeng Rama jadi. Kandaakan laksanakan, Jangan lagi Senin depan, sekarang jugaKanda bersedia melaksanakan, melayani apa saja yangmenjadi kehendak satria Madukara sana itu. Tetapi, di luarjalan perang tanding dengan Rarasati ini jangan diharapKanda akan bersedia melaksanakan permintaan KanjengRama. Kalau Kanda dipaksa apa sakitnya orang mati. Ayoo,sana, segera lapor kepada Kanjeng Rama.\" Mendengar ini kepala Raden Drustajumena menjadipening, tangannya bersedekap. Ia mencoba berkata pelan-pelan, Duh Kanda, mengapa ada tuntutan tambahansemacam itu. Apalagi sifat tambahan tuntutan itu bercandadengan maut, mengajak saling memanah, mengadu ulednyakulit dan kerasnya tulang, siapa lengah pasti tewas. PihakMadukara sana tentu saja tidak mau. Kangmas Arjuna sudah

memiliki seorang gaIWa selir yang dalam segala hal dapatdikatakan kembar dengan Paduka. Kakangmas tentu tidakbernafsu melayani Paduka. Apalagi kalau kehendak Kanda itudituruti akan ada orang yang dicintainya tewas, entah Padukaentah Kanda Rarasati. Kalau Paduka yang kena padukatewas, kalau Kanda Rarasati yang kena Kanda Rarasati yangtewas. Duaduanya adalah kekasih yang sangat dicintainya.Ditambah lagi bukannya mustahil terjadi sarnpyuh, seri, dua-duanya tewas, calon garwa dangarwa selir yang dua-duanyadidambakannya tewas. Duh Kanda sesembahan Dinda, tidakada seorang putri utama melanggar janji. Kalau Kandabersikeras pasti orang seperti Kanda Jodipati dan Gatotkacaitu akan tidak tinggal diam. Sikap Paduka pasti akandirasakan sebagai penghinaan. Duh Kanda, kasihanilahKanjeng Rama dan Kanjeng lbu.\"Dewi Wara Srikandi Semakin marah Mendengar ini Dewi Wara Srikandi semakin menjadimarah. Katanya, \"Engkau ini anak tak keruan, diperintahkakaknya malahan ceriwis. Kanda tak akan mundur sedikitpun dari pendirian Kanda. Kalau engkau tidak segeraberangkat akan kupanah matamu.\" Raden Drustajumena yang menyaksikan kemarahankakaknya itu segera melakukan sembah dan mundur,melaporkan semuanya tadi pada Sri Drupada dan Sri Kresna. Semua ucapan Dewi Wara Srikandi tak dikurangi sepatahpun disampaikan kepada kedua raja tersebut. Sri Drupadamarah sekali. Jaja bang mawinga wengis; netra andhikangatirah, kumedhut padoning lathi, dadanya seperti berubahmerah karena marah, matanya seperti menyala karena murka,kedua bibir gemetar seperti entah mau apa saja karena marahjuga.Sri Kresna yang tanggap ing sasmita menyabarkannya. Katanya, \"Paman Prabu jangan menjadi marah kepada

Dinda Srikandi. Kita turuti saja kemauannya. DindaDrustajumena, coba, segera sampaikan kepada kangrnasmuArjuna semuanya tadi.\" Raden Drustajumena melakukan sembah dan segeramenuju ke tempat satria Madukara, Setibanya di bangsalbarat ia melakukan sembah dan melapor, \"Duh Kakangmas,hamba diutus oleh raka Paduka Sri Kresna untukmemberitahukan adanya tambahan tuntutan dari rayi PadukaKanda Srikandi. Kanda Srikandi mengaku kalah dalambertanding memanah sasaran. Tetapi masih ada tambahantuntutannya yang belum terlaksana, yaitu perang tandingmenggunakan senjata panah dengan Kanda Rarasati. KalauKanda Rarasati dapat mengalahkannya baru Kanda Srikandiakan mematuhi apa saja yang menjadi kehendak Kakangmas.Tidak usah menunggu hari Senin yang akan datang, sekarangjuga ia bersedia Kakangmas persunting. Tetapi, tanpadilakukannya perang tanding tersebut ia memilih tidakbersuami sampai neneknenek. Kalau Kanjeng Ramamemaksanya ia memilih mati. Sekarang apakah jawabanPaduka Kangmas, Kakanda Prabu Dwarawati menunggujawaban Kakangmas. \"aden Arjuna Hanya Tertawa Mendengar laporan Raden Drustajumena tersebut RadenArjuna hanya tertawa. Akhirnya ia berkata, \"Sudahlah Dinda,jangan repot-repot. Tidak usah berjodoh dengan mbakyumuWara Srikandi bagi Kanda tidak menjadi soal. Kanda khawatirkalau diteruskan malahan terjadi cekcok di antara saudarasendiri. Tidak perlu adanya pertandingan dengan meng-gunakan senjata panah itu. Hanya laporkanlah saja segerakepada Paman dan Kakanda Prabu bahwa Kanda dan rom-bongan akan segera meninggalkan tamansari kembali keMadukara. Harap Dinda parnitkan dan sampaikan sembahsungkem Kanda. Memang sudah kehendak dewa Kanda belumberjodoh dengan sang Putri, tidak apa pulang ngeJanthungtidak membawa hasil.

Mendengar laporan Raden Drustajumena dan tanggapangustinya Raden Arjuna tersebut Dewi Rarasati menjadi marah.Terutama mendengar tantangan Dewi Wara Srikandi itu. Katanya, \"Duh Pangeran, kalau cuma itu saja yangmenjadi tambahan tuntutan sang Putri hamba sanggupmemenuhinya. Apa maunya jadi, mau mengajak berperangdengan menggunakan senjata panah pun jadi. Mau mengajakbergulat pun hamba sanggup melayani.\" Raden Arjuna menoleh kepadanya sambil agak mem-bentak, \"Diam engkau Rarasati, jangan asal bicara. Tidakwajar pasang giri atau sayembara dengan bermain nyawa. Apauntungnya. Lebih baik kita pulang saja ke Madukara. Apagunanya aku mempersunting seorang putri, tetapi meng-haruskan engkau berkorban jiwa. Engkau ini seperti maubunuh diri saja melawan sang Putri yang perkasa pilihtanding. Badanmu dapat hancur terkena panah.\" Dewi Rarasati melakukan sembah dan berkata, \"Biarpun badan hamba hancur hamba tidak takut. Memang telahmenjadi tekad hamba. Sungguh seribu malu menjadi satumalu kalau sampai hamba keluar dari negeri Cempala sinitanpa membawa hasil. Lebih baik hamba mati dalampeperangan melawan sang Putri.\" Raden Arjuna cepat membungkam mulut sang Dewisambil berkata, \"Ini mulut apa, nyerempet saja. Bibir kokbegini ceriwis. Ayoo lekas kita berangkat. Tidak usahmemikirkan malu segala. Bukan engkau yang urungmendapat istri, tetapi aku, Rarasati, biarlah aku yang malu,bukan engkau. Ayoo lekas kita keluar.Dewi Rarasati Nekad Sang Putri menjawab dengan nada marah juga, \"Yangditantang berkelahi juga bukan Paduka, tetapi hamba. Sampaimati pun bukan Paduka, tetapi hamba. Kalau Paduka maupulang sendirian ke Madukara silakan. Hamba mau tinggalsendirian di sini melayani tantangan sang Putri.\"

Mendengar ini Raden Arjuna hanya mengelus dadasendiri. Pikirannya buneg, tak dapat berbuat apa-apa lagi. RadenDrustajumena melakukan sembah dan menimbrung ikutberbicara, \"Duh Kakangmas, mengapa lantas cekcok sendiri?Kanda Rarasati sudah menyanggupi kok Kangmas malahanmenjadi marah. Bagaimana Dinda harus melapor?\" Raden Arjuna menjawab, 'Tak usah engkau dengarucapan rnbakyumu Rarasati, Dinda.\" Dewi Rarasati langsung berbicara kepada Raden Drusta-jumena, \"Laporkanlah saja segera pada rama Paduka sangPrabu, Raden, bahwa saya sanggup.\" Raden Drustajumena menjawab, \"Ya, ya, Kanda, sayayang akan melapor kepada Kanjeng Rama. Harap KandaRarasati bidik mata Kanda Srikandi. Kalau Kanda Srikandikalah saya ikut kaul, kanda. Biarpun ia saudara kandung,tetapi selalu membuat kita susah saja, kakunya bukan main.\" Setelah berkata demikian Raden Drustajumena segeramelakukan sembah, mundur, dan lari menghadap SriDrupada dan Sri Kresna. Dilaporkannya semuanya dari awal sampai akhir, yangintinya adalah bahwa Dewi Rarasati menyanggupi diaduberperang tanding melawan Dewi Wara Srikandi. Tidak lupadilaporkannya bahwa Raden Arjuna sendiri sangat ber-keberatan dilakukannya perang tanding itu, tetapi bahwaDewi Rarasati sendiri yang memaksa. Jangan lagi bertandingmenggunakan senjata panah, walau dengan senjata lain ataubergulat pun Dewi Rarasati dilaporkannya sanggup melayani.Drustajumena Menjumpai Srikandi Lagi Mendengar laporan tersebut Sri Kresna tertawa. Katanya,\"Sudahlah Dinda, cepat laporkan semuanya tadi kepadambakyumu Wara Srikandi.\" Raden Drustajumena melakukan sembah dan segera

menuju ke bangsal timur. Ia melakukan sembah kepada sangDewi. Katanya, \"Duh Kakanda sesembahan hamba, harapPaduka hati-hati karena tambahan tuntutan Padukadisanggupi oleh Kanda Rarasati. Kanda Rarasati menyatakansanggup melayani tantangan Kanda dalam bertanding dengansenjata panah. Bahkan kalau Kanda menghendakidigunakannya senjata lain atau bergulat sekalipun Padukaakan dilayaninya. Duh Kanda, kalau memang kanda itu tidaksudi dipersunting oleh Kangmas Arjuna, kalau Kanda memangtidak mencintai Kakangmas Arjuna mengapa tidak berterusterang saja? Hamba yang akan menyampaikannya kepadaKangmas Janaka. Pasti beliau tidak akan marah. Dan lagi apauntungnya orang bermain dengan nyawa? Terus terang sajahati hamba merasa khawatir Kanda akan berhadapan denganKanda Dewi Rarasati itu.\" Ternyata usaha Raden Drustajumena itu gagal. Sepertihalnya ia sedang berusaha membengkokkan sepotong besi,sulit sekali. Sang Dewi menjawab dengan nada membentak,\"Memang 'Kanda telah bertekad bulat untuk bertandingmelawan si Rarasati. Kanda ingin menghadapinya sepertisama-sama prajurit perwira. Sudah sana, lekas Dinda melaporpada Kanjeng Rama, bahwa kalau gamelan Kanda di siniberbunyi Kanda akan segera turun ke arena. Kanda akansegera menggunakan panah biasa seperti yang untukbertanding memanah sesaran tadi.\" Raden Drustajumena melakukan sembah dan segerapergi ke bangsal barat melapor pada Raden Arjuna semuayang diucapkan oleh Dewi Wara Srikandi tersebut. Mendengar ini Dewi Rarasati segera berganti pakaianprajurit.Pertandingan Dimulai Garwa selir satria Madukara yang sangat setia danmencintai gustinya itu dengan cekatan mengambil endongtempat anak panah, diselendangkannya ke tubuhnya,

mengambil gendewa, kainnya dicancutkan atau disingsingkansingset, dan segera melangkah maju ke arena. Kedua putri prajurit itu sama-sama berpakaian singsetsekarang. Dua-duanya cantik manis dan perkasa dalampakaian keprajuritan. Keduanya keluar ke arena dengandiiringi oleh irama gamelan lagu Sobarang Barang. Sorak soraipengikut masing-masing di kedua belah pihak memekakkantelinga. Keduanya sekarang telah berhadapan. Mereka salingmenatap wajah lawan, sama-sama membawa gendewa danmengatur jarak. Keduanya persasat atau seperti kembar. Keduanya sama-sama ayu linuwih seperti bidadari DewiWilutama bertanding melawan bidadari Dewi Kamaratih. Sri Drupada dan Sri Kresna dengan diiringi oleh satria-satria dan para adipati seperti berjanji saja berdiri dari tempatduduk masing-masing dengan hati berdebar-debar. Merekaberdiri di tepi tarub ingin menyaksikan lebih jelaspertandingan tersebut. Yang hatinya paling berdebar adalahRaden Arjuna. Rasanya seribu sedih, seribu ngeri dan seribukhawatir meliputi hatinya. Kalau tidak memandang Sri Kresnaingin sekali menarik ke belakang Dewi Rarasatimengurungkan pertandingan itu. Semua pengikut RadenArjuna bersorak sorai, tetapi masing-masing meneteskan airmata. Dewi Wara Srikandi memberi isyarat kepada DewiRarasati untuk segera memulai pertandingan. Dewi Rarasatisegera menarik gendewa, dan melepaskan anak panah. DewiWara ~rikandi dengan cekatan menyambar anak panah itudan membuangnya jauh-jauh. Ia segera menarik gendewa danmelepas anak panah. Dewi Rarasati tidak kalah cekatannya.Anak panah lawan disambar, dan dibuangnya jauh-jauh. Perang tanding beradu senjata panah ini berlangsungseru dan cepat sekali. Jalannya anak panah masing-masingseperti kilat saja. Keduanya sama-sama cekatan dan sama-sama penuh kewaspadaan. Tak ada seorang pun yang menjadi

lengah. Akhirnya pertandingan berlangsung dalam jarak yangsemakin dekat. Gendewa Dewi Wara Srikandi patah terkenaanak panah lawan. Dada sang Putri Cempala yang memakaiperisai badong itu terkena panah pula. Badong robek, tetapidada putri prajurit itu kebal. Sang Putri marah dan malu.Pertandingan Dihentikan Dewi Wara Srikandi menarik senjata patrem. DewiRarasati menyaksikan ini segera menarik pisau patrem pula.Keduanya melempar gendewa. Pertandingan berubah menjadiperang tanding dengan menggunakan senjata patrem. Hari mereka yang menyaksikan pertandingan ini menjadisemakin berdebar. Kedua putri prajurit itu saling mendekat. Sri Kresna yang menyaksikan pertandingan ini dengansaksama segera memegangi Dewi Wara Srikandi daribelakang. sedang Raden Arjuna segera memegangi DewiRarasati. Kedua putri yang dalam semangat tempur tinggi dalammengadu kemahiran itu dipaksa dipisah, dipaksa dihentikanpertempurannya. Dua-duanya dibawa mundur. Kedua putri cantik yang sangat capek itu menangis. danmasing-masing masih berusaha melepaskan diri daripegangan untuk meneruskan pertandingan. Usaha keduanyagagaL dan keduanya pingsan. Baik Sri Kresna maupun RadenArjuna membawa kedua putri prajurit yang sedang pingsanitu masuk ke istana. Pertandingan dinyatakan selesai. Semua yang menontonbubar meninggalkan tempat sambil menangis. Semuanyameninggalkan tamansari. Bekas arena pertandingan itumenjadi sepi. Setibanya di dalam istana Dewi Wara Srikandi bangundari pingsan. Ia segera berjalan menuju tamansari. PermaisuriGandawati segera mendekatinya.

Putri yang sangat dicintainya itu dipeluknya. Katanya. \"Nini, putriku yang manis. Ibu diminta oleh ramamuuntuk menanyakan padamu. Semua yang menjadituntutanmu telah dipenuhi oleh kangmasmu Arjuna, bukan?Baik pertandingan memanah sasaran maupun berperangtanding menggunakan senjata panah. Bagaimana kalauupacara 'temu' itu ditetapkan pada hari Senin depan ini,anakku? Kangmasmu Arjuna telah menyatakan bersedia. Halini disampaikan melalui kakakmu Prabu Dwarawati.\" Mendengar bujukan ibunya ini Dewi Wara Srikandimenjawab perlahan, \"Duh Kanjeng Ibu, harap Paduka tidakkhawatir. Anaknda tidak akan ingkar janji. Tuntutan anakndabertanding memanah sasaran telah dipenuhi. Tuntutananaknda berperang tanding menggunakan senjata panah jugatelah dipenuhi. Tentu saja anaknda sekarang bersedia untukdiperistri oleh Pangeran Arjuna. Jangan lagi diperistri, walauhanya dijadikan garwa selir pun anaknda tidak berkeberatan.\"Permaisuri Senang sekali Hatinya Mendengar ini hati permaisuri menjadi \"plong\" lega. SangPutri dirangkul dan diciuminya dengan mesra. Katanyatersenyum bahagia, \"Ini baru putri ibu. Aduh, alangkah akansenang hati ramamu, alangkah akan bahagia hati kangmasmuArjuna. Sudah, tinggallah di sini, anakku. Ibu akan melaporpada ramamu. \" Permaisuri segera menghadap Sri Drupada dan melapor-kan hasil pertemuannya dengan Sang Putri dari awal sampaiakhir. Mendengar ini Sri Drupada sangat senang hatinya. RadenDrustajumena dan patih Candraketu segera diperintahnyauntuk melakukan persiapan-persiapan. Terjadilah kemudian kesibukan yang luar biasa di sanasini. Mulai saat itu ruangan-ruangan dalam istana dan

pancaniti dihias indah. Banyak tarub yang diperlukan segeradidirikan di sana sini. Dewi Wara Srikandi yang sedang duduk dengan tenang ditamansari dihadap oleh para inang pengasuh berkata kepadaNyai Emban pada suatu hari, \"Biyung, pergilah engkau se-karang ke Madukara. Laporlah pada gustimu Pangeran Arjunabahwa kalau diizinkan si Rarasati kuminta menemaniku diKeputren Cempalareja sini. Jemputlah Rarasati kemari. Bawalah dua puluh orang inang pengasuh untuk men-jemputnya. Kedua garwa selir Pangeran Arjuna, Rarasati danSulastri itu selama ini diperlakukan sama dengan istri. Harapbiyung dan para inang pengasuh memperlakukannya sepertibiyung melayaniku. \" Nyai Emban melakukan sembah, menyatakan \"sendika\"dan segera mundur. Ia segera mempersiapkan rombonganinang pengasuh dua puluh orang untuk menjemput DewiRarasati ke Madukara.Rarasati Diizinkan Menemani Srikandi Di pesanggrahan Madukara Raden Arjuna sedang dudukdihadap oleh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.Mereka terkejut melihat datangnya dua puluh orang inangpengasuh dari Keputren Cempalareja yang mengenakanpakaian adat istana, di bawah pimpinan Nyai Emban. Setiba mereka di depan Raden Arjuna semuanyamengambil sikap duduk dan melakukan sembah. Nyai Embansegera melapor, \"Gusti, hamba diutus oleh rayi Paduka GustiWara Srikandi untuk mengajukan permohonan. Gusti Putrimohon jika diizinkan rayi Paduka Dewi Rarasati dimintamenemani dan melayani Gusti Putri Cempala di keputren.berada di sana sampai hari Senin yang akan datang. hariupacara 'temu'. Dua puluh orang inang pengasuh yang hambabawa ini adalah dalam rangka penjemputan Dewi Rarasatitersebut, agar di jalan tidak mendapat halangan apa pun.\" Mendengar ini Raden Arjuna tersenyum senang. Katanya

kepada Dewi Rarasati, \"Rarasati, engkau diminta menemaniSang Putri di istana. Bagaimana?\" Dewi Rarasati melakukansemah dan menjawab. \"Ee, ee, hamba ini masih mendapatperhatian toh dari Sang Putri. Semoga Paduka tidak ber-keberatan, Pangeran.\" Raden Arjuna berkata, \"Baiklah, Rarasati, pandai-pandailah engkau melayani sang Putri. Engkau kuserahkanpadanya sebagai 'patiba sampir'. Sudahlah lekas engkauberpakaian sana. Hee, Suci tra , antarkanlah adikmu Rarasatiini ke istana Cempalareja. Tidak usah menggunakan tandu.Berjalan kaki saja. Bukankah tidak jauh dari sini ke istana 7\" Patih Sucitra melakukan sembah dan menjawab\"sendika\" . Tidak lama kemudian Dewi Rarasati selesai bergantipakaian, melakukan sembah dan meminta diri. Raden Arjuna mengantar sang Dewi sampai ke pintu. Iamerasa berbahagia menyaksikan putri adik patih Udawa yangsebenarnya masih berdarah raja itu berjalan diantar oleh duapuluh orang inang pengasuh dengan berpayung putih. Adatambahan empat orang inang pengasuh bawaan dariMadukara yang terdiri dari gadis-gadis kecil cantik-cantik.Keempat orang ini biasa melayani Dewi Wara Sumbadra.Barisan inang pengasuh ini jumlahnya sekarang menjadi duabelas orang tiap sisi.Obrolan Rakyat di Tepi Jajan Di belakang mereka berjalan Patih Suci tra yangberpayung hijau membawa empat puluh orang pengiring priayang ratarata elok parasnya. Rakyat di kiri kanan jalan melihat iring-iringan berjejalberebut di depan. Lelaki perempuan, tua muda, besar kecilmeninggalkan pekerjaan masing-masing. Semuanya inginmenyaksikan iring-iringan dari pesanggrahan Madukara ini.Yang sedang menenun meninggalkan alat tenunnya, yangsedang menanak nasi meninggalkan dandang tempat

menanak nasinya. Tidak sedikit yang meninggalkan bayi yangsedang disusuinya, kain kembennya kedodoran. Para mudayang terlanjur membawa anak menyaksikan paras yang elokdari Patih Suci tra itu berkata kepada anak mereka, \"Ikutilahdia itu ayahmu.\" Ada pula yang menggamit anaknya sambil menudingpada Dewi Rarasati. Katanya, \"Ikutilah itu ibumu yangmemakai payung putih.\" Teman di sampingnya memotong, \"Sayang, ya, mestinyapengantin putrinya naik tandu, dan pengantin prianya naikkuda.\" Orang di sebelahnya lagi yang agak mengerti persoalanmemotong, \"Mereka bukan pengantin, yang pria itu adalahPatih Sucitra dari Madukara. Yang putri itu adalah garwapaminggir satria Madukara yang baru-baru ini menangbertanding memanah melawan Gusti Putri kita Dewi WaraSrikandi. Sasaran yang dipanah waktu itu seutas rambut,sebuah terung gelatik, dan sebuah telur burung empritpeking. Gusti Wara Srikandi kalah. Aku pernah menyaksikandari dekat kecantikan Dewi Rarasati itu. Ia bukan 'SriGunung' yang hanya cantik kalau dilihat dari jarak jauh. Iatetap cantik dari jarak dekat.\"Rarasati Tiba di Istana Obrolan rakyat itu masih berkepanjangan. Seorang lagiberkata, \"Yang aku heran adalah ia mirip benar bahkan dapatdikatakan kembar dengan Gusti Wara Srikandi.\" Yang agak mengerti persoalan tadi menjawab lagi, \"Kataorang Dewi Rarasati itu masih terhitung adik tiri dari GustiWara Sumbadra. Walaupun orang tahunya ia adalah putri KiAntagopa dengan Nyai Segopi, tetapi Dewi Rarasati adalahbukan tetesan darah Ki Antagopa. Pendeknya orangmengatakan Dewi Rarasati itu masih terhitung adik dariPrabu Baladewa Raja Madura dan Prabu Kresna Raja

Dwarawati.\" Yang lain memotong, \"0, pantas, begitu bercahayamukanya. Pantas saja gusti kita kalah dalam pertandingan. Iamasih darah keturunan Raja Madura. Kata orang waktukedua putri itu bertanding sama-sama galaknya, tubuhnyasama-sama ramping, parasnya sama-sama elok, dan hatinyasama-sama keras.\" Demikian obrolan rakyat yang berdiri ditepi jalan. Tidak lama kemudian iring-iringan yang mengantar DewiRarasati itu memasuki istana Cempalareja dan terusmemasuki tamansari. Patih Sucitra segera kembali kepesanggrahan bersama seluruh pengikutnya. Dewi Wara Srikandi meninggalkan tempat duduk dansegera menjemput sang Putri. Dari jauh tangannya telahmenggapai, \"Ke sini, Rarasati,\" katanya mesra. Dewi Rarasati menghadap sang Dewi dan melakukansembah. Ia dipeluk mesra oleh Dewi Wara Srikandi. Kata rajaPutri Cempala itu, \"Adikku Rarasati, engkau kuangkatmenjadi adikku, sama halnya engkau diangkat adik olehKanda Wara Sumbadra. Dengan aku pun demikian. Engkaukuanggap sebagai saudaraku seayah dan seibu. Anggaplahaku sama dengan Kanda Wara Sumbadra. Maafkan semuakesalahanku sebelum ini Rarasati, adikku. Kita lupakansemua yang sudahsudah. Dan engkau harus mengajarkubagaimana cara melayani suami. Tunjukkan rahasianya,adikku, apa saja yang menjadi kegemaran Kanjeng Pangeran.\" Dewi Rarasati melakukan sembah dan menjawab, \"Duhgusti, hamba mana berani dan mana kuat menerima peng-angkatan sebagai rayi Paduka. Sungguh berat bagi hamba.Hamba adalah hanya keturunan abdi saja. Sampai di akhiratpun hanya pantas hamba ini sebagai abdi Paduka saja.\"srikandi Menanyakan Berapa Lama Rarasati Belajar Memanah Mendengar ucapan Dewi Rarasati yang sangat me-

rendahkan diri itu Dewi Wara Srikandi menjadi sangatterharu, dan sangat berkenan di hati. Ia tersenyum dan memotong, \"Adikku, berapa bulanengkau dulu belajar memanah dari Kanjeng Pangeran?Alangkah mahirnya engkau, adikku?\" Dewi Rarasati melakukan sembah dan menjawab, \"Ah,hanya dua hari saja, ialah waktu Paduka dulu meminta'patiba sampir'. Waktu itu raka Paduka lantas mendadakmengajar hamba memanah. Yang menjadi sasaran adalahsebuah waluh bokor sebesar periuk. Buah tersebut diletakkanpada jarak dua puluh langkah. Itu pun jarang kena kalauhamba memanah. Itulah sebabnya hamba sendiri heran dapatmenyamai Paduka dulu dalam pertandingan. Hamba sudahkhawatir saja menghadapi sasaran seutas rambut, sebuahtelur burung emprit peking dan sebuah terung gelatik.Menurut hamba anak panah hamba dahulu itu jalannyamenyimpang jauh dari sasaran. Tetapi entah siapa yangmenolongnya, anak panah hamba· itu kok seperti lantasberbelok sendiri ke sasaran, seperti ada yang membelokkan.Seperti ada yang membaca mantera saja. Buktinya anakpanah hamba kok dapat melekat pada seutas rambut, sepertimanusia saja kepandaiannya.\" Mendengar jawaban Dewi Rarasati yang diketahuinyamelakukan \"dora sembada\" atau membohong untuk kebaikanitu Dewi Wara Srikandi semakin menjadi gembira. PunggungRarasati berkali-kali dipukulnya dengan mesra sambiltertawa, \"Ada-ada saja engkau ini, Rarasati. Dasarnya engkaumemang mahir. Mengapa suami ikut dibawa-bawa dikatakanberdoa dengan japa mantera segala?\" Semua inang pengasuh yang mendengarkan percakapanitu ikut tertawa. Semua penghuni keputren termasukpermaisuri sendiri mencintai dan menaruh rasa sayang padaDewi Rarasati. Setiap ucapan Rarasati selalu menarik. Setiap gerak-geriknya. luwes. Dewi Wara Srikandi sendiri lantas tidak

dapat berpisah lagi dari Rarasati. Ke mana saja ia pergitangan Rarasati selalu digandengnya. Siang malam tak pernahpisah, bahkan tidur pun satu tempat tidur, satu bantal. Upacara \"temu\" berlangsung Pada hari Senin semuapersiapan upacara \"temu\" bagi kedua pengantin telah selesai.Istana Cempalareja dihias indah sekali, baik di dalam maupundi luar. Upacara \"temu\" berlangsung dengan sangat meriah,dihadiri oleh banyak undangan dan keluarga. Sri Kresna,Raden Wrekudara, Raden Setya ki, dan Raden Gatotkacabeserta seluruh pengikutnya juga masih berada di sana. Kedua pengantin Raden Arjuna dan Dewi Wara Srikandimelakukan upacara sembah sungkem pada Sri Drupada danpermaisuri dan Sri Kresna. Para putra, para keluarga danpara satria beserta para adipati berpesta ria siang malam.Para punggara di dalam dan di luar istana tidak ketinggalan. Kedua pengantin Raden Arjuna dan Dewi Wara Srikandikemudian tidak pernah berpisah lagi siang malam, berbulanmadu sepuasnya dengan dilayani oleh Dewi Rarasati. Ketigaorang berbahagia itu bersenda gurau terus-menerus siangmalam tiada hentinya. Permaisuri Gandawati ternyata juga sangat mencintaiDewi Rarasati, yang kecuali berwajah kembar denganputrinya, juga dianggapnya berjasa besar dalammempertemukan kedua pengantin itu. Upacara \"temu\" Raden Arjuna dengan Dewi WaraSrikandi itu berlangsung dalam tahun yang sama denganlahirnya bayi Angkawijaya. Setelah genap empat hari pesta berlangsung di istanaCempalareja sejak upacara \"temu\" Sri Kresna mulaimengadakan persiapan upacara \"ngunduh pengantin\", ialahmemboyong pengantin ke Amarta. Untuk keperluan ini satriaPringgadani Raden Gatotkaca diperintahkan mendahuluiberangkat ke Amarta sendirian, untuk memberitahukansegala sesuatunya kepada Sri Yudistira.

Satria Pringgadani itu kemudian berangkat sendirian,sedang bala tentaranya ditinggalkan untuk bersamarombongan pengantin berangkat besoknya. Paginya Sri Kresna meminta diri pada Sri Drupada danpermaisuri. Pada saat itu kedua pengantin melakukansembah sungkem kepada sang Prabu dan permaisuri. SangPrabu memerintahkan kepada Raden Drustajumena untukikut mengirimkan pengantin ke Amarta membawa sertaseparo dari jumlah adipati yang ada. Rombongan pengantin berangkat. Tengara keberangkatandipukul. Rombongan pengantin berangkat dengan didahuluioleh bala tentara raksasa Pringgadani di bawah pimpinanPatih Brajamikalpa. Di belakangnya menyambung bala tentara Cempalarejayang dipimpin oleh Raden Drustajumena. Berikutnyamenyambung bala tentara Dwarawati yang dipimpin olehsatria Lesanpura Raden Setyaki. Barulah kemudian menyusulrombongan keputren. Pengantin putri Dewi Wara Srikandibeserta Dewi Rarasati duduk dalam satu tandu. Tandupengantin putri ini diiringi oleh delapan puluh orang, prajuritMadukara yang rata-rata elok parasnya. Di belakang barisan ini bergerak kereta kencana yangdinaiki oleh pengantin pria Raden Arjuna yang didampingioleh Sri Kresna. Baru paling belakang menyusul bala tentaraJodipati yang masing-masing memegang senjata gada. di-pimpin oleh Raden Wrekudara. Rombongan pengantin yang meninggalkan Cempalarejamenuju ke Amarta ini sepanjang jalan menjadi perhatian dantontonan rakyat. Begitu iring-iringan pengantin itu mening-galkan negeri Cempalareja maka negeri yang ditinggalkan itulantas menjadi sangat sepi. Satria Pringgadani Raden Gatotkaca yang mendahuluirombongan pengantin begitu tiba di Amarta segera meng-hadap Sri Yudistira di istana. Satria putra Bima dari DewiArimbi yang melakukan sembah itu dipeluk dengan mesra

oleh sang Prabu. Setelah tenang duduknya Raden Gatotkaca segeramelaporkan semuanya dari Amarta dulu tiba di Cempalareja,diterimanya Raden Arjuna sebagai calon menantu, jalannyapertempuran yang hebat dengan Prabu Jungkungmardea,berlangsungnya pertandingan memanah antara Dewi WaraSrikandi dengan Dewi Rarasati, sampai ke perkembanganterakhir termasuk telah berlangsung upacara \"temu\" di istanaCempalareja, dan bahwa besok upacara \"ngunduh\" pengantindimulai.Dewi Wara Sumbadra Kembali ke Madukara Mendengar laporan Raden Gatotkaca tersebut SriYudistira merasa sangat berbahagia. Ia segera memerintahkankepada Raden Nakula dan Sadewa untuk melakukanpersiapanpersiapan. Permaisuri Dewi Drupadi diperintah oleh sang Prabuuntuk. melakukan persiapan-persiapan di dalam istana dankeputren Amarta. Dewi Wara Sumbadra beserta parapengiringnya diizinkan kembali ke Madukara untukmelakukan persiapanpersiapan di sana. Terjadilah kemudian kesibukan yang luar biasa diAmarta, karena rombongan pengantin akan tiba besok dariCempalareja. Hari berikutnya semua persiapan telah selesai. Tidaklama kemudian iring-iringan pengantin dari Cempalareja itusudah memasuki pinggiran kota. Rakyat Amarta pria wanita, tua muda, besar kecilberdesakdesakan di tepi jalan ingin menyaksikannya. Seluruhrakyat dan bala tentara Amarta ternyata merasa senang sekalimenyaksikan datangnya Raden Arjuna yang memboyong putriitu. Satria panengah Pandawa itu selalu didampingi oleh SriKresna. Di dekat alun-alun sambutan rakyat semakin meriah.

Mereka berebut berdiri di depan di kiri kanan jalan. Muka mereka berseri-seri. Kegembiraan mereka sebenar-nya akibat adanya berita-berita yang dibawa oleh wanita-wanita penjaja kebutuhan sehari-hari dari mulut ke mulut,atau yang biasa disebut menurut kata \"bakul sinambi wara,\"gusti mereka Raden Arjuna yang sangat mereka cintai itutelah berhasil mengusir dan menghancurkan musuh dariseberang, ialah Prabu Jungkungmardea berikut balatentaranya. Waktu rombongan Amarta berangkat ke Cempalarejadulu rakyat tahunya hanyalah bahwa gusti mereka itu sedangkena marah bahkan sedang kena hukuman. Rakyat yangtidak mengetahui tepat apa yang terjadi tentu saja sejak saatitu merasa sedih. Sekarang satria Madukara itu telah datang kembalidengan selamat, bahkan berhasil memboyong Putri Cempala,seorang putri utama yang pilih tanding. Adalah wajar bahwarakyat seluruhnya bersuka ria.Pengantin Tiba di Istana Amarta Tidak lama kemudian iring-iringan pengantin memasukialun-alun. Barisan tentara Amarta menyambutnya denganberdiri berbaris di kiri kanan jalan menuju pagelaran. Sri Yudistira segera keluar ke pagelaran. Tandu dankereta yang membawa pengantin merapat ke pagelaran.Begitu pengantin pria turun dengan didampingi oleh SriKresna segera dijemput oleh sang Prabu Amarta. Sri Yudistira menunduk hormat kepada Sri Kresna,memegang tangan Sri Kresna dengan mesra, sambil bertanyakabar. Sang Prabu Dwarawati sambil tertawa gembira men-jelaskan secara singkat pelaksanaan tugasnya selama ini.Dengan jenakanya Sri Kresna mengatakan bahwa ia telahberhasil \"ngumpulake balung apisah,\" berhasil

mengumpulkan tulang-tulang yang tadinya terpisah, yangberarti berhasil merangkapkan jodohnya Arjuna denganSrikandi. Dijelaskannya bahwa upacara \"temu\" telahberlangsung dengan selamat di istana Cempalareja . Dengan bergandengan tangan Sri Kresna dan SriYudistira memasuki istana bersama kedua pengantin. Sejak saat itu para satria, para adipati dan parapunggawa berpesta ria. Di dalam istana kedua pengantin danrombongan tamu agung itu segera mengambil tempat duduk,ialah di tengah-tengah pendapa. Hidangan makan dan minum segera disajikan dengansempurna sekali, Sri Kresna, Sri Puntadewa, dan para satriamenikmati hidangan dengan lahap nya. Semua yang hadirsenang sekali mendengarkan cerita-cerita lucu atau \"guyonparikena\" yang dilakukan Sri Kresna. Gelak ketawa tiadahentinya terdengar. Di pancaniti para adipati dan seluruh punggawa Amartabersukaria. HIdangan di sip juga \"mbanyu mili\", datangnyaterus-menerus seperti air mengalir saja. Begitu juga di alun-alun. Bala tentara baik yang baru datang maupun yangmenunggu praja bergembira ria selama tiga hari.Sri Kresna Kembali ke Dwarawati Setelah tiga hari berada di Amarta, pada saat manasuasana dapat dibuatnya menjadi gembira dan akrab. makaraja Dwarawati prabu Kresna titisan Dewa Wisnu yang sangatbijaksana itu meminta diri kembali ke Dwarawati. Tidak seorang pun dulu menyangka bahwa permintaanSri Kresna agar Dewi Rarasati ikut Raden Arjuna pergi keCempalareja dulu itu akan banyak gunanya. Di luarperhitungan manusia biasa. Keberangkatan sang Prabu dilepas oleh Sri Yudistira.Permaisuri Drupadi, Bima, kedua pengantin dan satriakembar Nakula Sadewa dengan penuh haru dan rasa terima

kasih yang mendalam. Pada keesokan harinya kedua pengantin dengan seluruhpengiring nya diizinkan meninggalkan Amarta untukberangkat ke Madukara. Sri Yudistira memerintahkan kepadaRaden Nakula dan Raden Sadewa untuk mengiringkan keduapengantin itu ke Madukara. Perjalanan iring-iringan pengantin dari Amarta keMadukara ini sepanjang jalan menjadi perhatian rakyatnya.Berbeda dengan suasana pada waktu gusti mereka inimeninggalkan Madukara ke Amarta yang dalam suasana sedihdahulu, kali ini terjadi sama sekali sebaliknya. Rakyat ber-gembira ria mengelu-elukan gusti mereka yang telah berhasilmengusir musuh angkara murka dari seberang dan sekaligusmempersunting putri prajurit dari Cempalareja Dewi WaraSrikandi. Istana Amarta menjadi sunyi sepi. Sri Puntadewa danPermaisuri Drupadi melepas kedua pengantin itu denganpenuh haru. penuh rasa puas, penuh rasa syukur bercampurmenyesal sedikit. Betapa tidak. Suami istri itu merasa diripernah bertindak keterlaluan terhadap adik kandung masing-masing. Sri Puntadewa pernah menjatuhkan hukuman kepadaadiknya Arjuna agak keterlaluan, kecuali dibatasi geraknyajuga dilucuti senjatanya berikut seluruh pengiringnya.Permaisuri Orupadi pernah menjatuhkan hukumanketerlaluan kepada adiknya Srikandi dengan menyakiti badan,menendang, menjabak rambut, dan mengeluarkan kata-katayang kasar. Tetapi semuanya telah berakhir dengan gembira.Mereka telah saling peluk, saling memaafkan, salingmelupakan kejadian yang sudah-sudah. Keakraban selamakedua pengantin itu berada di istana Amarta yang terakhir initelah membuat kedua suami istri itu berbahagia. Sri Puntadewa merasa bangga bahwa adiknya Arjunatelah membuat jasa yang sangat besar khususnya terhadapsemua kerajaan di Jawa yang menghadapi perjalanan perang

Prabu Jungkungmardea, yang di mana-mana tidakterkalahkan. Permaisuri Dewi Wara Drupadi merasa bangga bahwaadiknya Dewi Wara Srikandi bukanlah wanita murah sepertiyang pernah disangkanya dahulu. Sikap keras yangditunjukkan oleh putri prajurit adiknya itu waktu bertandingmemanah dengan Rarasati telah menghilangkan kesannyayang keliru selama ini, telah menaikkan martabat keluargadan istana Cempalareja. Dewi Sulastri Dewi Wara Srikandi sendiri selama berada di istanaAmarta telah merasa berbahagia bahwa cinta kakakkandungnya sejak kecil dahulu itu ternyata tidak luntur. Iasering dipeluk dengan mesra oleh permaisuri selama di istanaAmarta Ia memaafkan lahir batin dan dapat mengerti tindakankakaknya yang terlampau keras dahulu itu. Ia bahkan merasaberubah menjadi manusia baru setelah mendapat tamparan,

tendangan, dan lain-lain dahulu dari permaisuri di tamansariMadukara.Dewi Wara Sumbadra Menjemput dengan Mesra Dewi WaraSrikandi Setibanya di kesatrian Madukara Dewi Wara Srikanditurun dari tandu dengan didampingi oleh Dewi Rarasati yangselalu menggandeng tangannya. Sang Kusuma Dewi WaraSumbadra menjemput mereka di peringgitan. Dewi WaraSrikandi menunduk, kemudian melakukan sembah sungkem. Tangannya cepat-cepat diraih oleh Putri Banoncinawiadik Sri Kresna itu, dan diajak duduk berdampingan di \"dalemgede\" dari kesatrian Madukara yang waktu itu dihias indah. Dewi Raresati oleh Putri Cempala itu belum diizinkanmeninggalkannya. la duduk di belakang Putri Cempala ituagak di sebelah kiri. Garwe selir yang lain Dewi Sulastri duduk di belakangDewi Wara Sumhadra agak di sebelah kanan. Semua inangpengasuh, para emban dan para penghuni KeputrenMadukara, bersama putri-putri pengiring Dewi Wara Srikanditurut duduk tidak jauh dari sita. menyaksikan pertemuanbersejarah yang mesra, dan jarang terjadi di antara gusti-gustimereka. Semuanya kagum menyaksikan keempat garW'a dangalWa selir gusti mereka Pangeran Arjuna yang semuanyacantik itu. Dewi Wara Sumbadra berkata denga.n tersenyummanis, \"Adikku Putri Cempala, kuserahkan semua urusandalam kesatrian Madukara ini padamu. Terimalah seluruh isikesatrian ini, termasuk seluruh penghuninya yang sekarangsemuanya berada di depanmu ini. Sejak sekarang semuanyamenjadi tanggung jawabmu, semua di bawah perintahmusekarang. Jangan cngkeu ragu-ragu atau khawatir terhadapdiriku adikku Srikandi, karena lahir batin aku menerima. Akuingin memusatkan perhatianku memelihara anakmu siAbimanyu, sambil membantu, mengamat-amatimu. Aku akan

tut wuri handayani saja adikku. Semua perintah dariPangeran Janaka engkau yang menerimanya. Aku inginmenjadi sebagai yang dianggap sesepuh saja.\"Sang Dewi Berhenti Berbicara Sebentar Kata Dewi Wara Sumbadra selanjutnya kepada DewiWara Srikandi, \"Aku hanya ingin menitipkan adikmu Rarasatidan Sulastri ini. Pimpin dan didiklah mereka, ajaklah merekaselalu di belakangmu. Harap besar maafmu pada mereka,didiklah mereka kataku, karena kedua anak ini masih agakmanja. Aku belum sempat mendidik mereka mengenai\"trapsilaning wanodya\", bagaimana seorang wanita harusbertingkah laku. Tingkah laku kedua anak ini kadang-kadangmasih berani padaku. Tetapi tidak apa adikku, lumayanuntuk membantu kita berdua. Sekali lagi didiklah merekaadikku. jangan terpisah dari sampingmu. \" Mendengar ini baik Dewi Rarasati maupun Dewi Sulastrihanya menunduk diam. Semua yang hadir juga menundukdiam penuh rasa kekaguman. Khususnya Dewi Wara Srikandiyang biasanya berhati keras itu kali ini menunduk diam.Hatinya terharu, merasa tunduk dan menghormati lahir batinPutri Prabu Basudewa ini. Dalam pada itu hatinya merasaseperti hancur jatuh di tanah. Keluarnya air mata tidak dapatditahan lagi. la melakukan sembah dan menjawab agak menangis,\"Duh sang Dewi dari semua dewi, Kakanda Gusti sesembahanhamba. Serambut dibagi seribu sungguh hamba merasa sejakdatang di sini dulu sampai sekarang hanya mempunyai satuniat, ialah agar dapat diterima mengabdi pada Paduka, agarhamba memperoleh didikan yang sama seperti halnya adikhamba Sulastri dan Rarasati. Besar hasrat hati hamba sejakdulu ingin diperkenankan mendamninoi Paduka selalu. Semoga hamba mendapat kutukan dewa sampai matikalau hamba mempunyai niat yang lain dari itu. Duh Kanda,mana hamba berani menerima kekuasaan sebesar itu dari

Paduka.\" Dengan tersenyum simpul Dewi Wara Sumbadra me-motong, \"kalau adikku tidak mau menerima yang kuserahkansemua tadi' padamu, maka hanya di bibir saja ucapan adikkutadi ingin membantuku, Adikku, engkau sekarang adalah adikkandungku seayah seibu, di dunia sampai akhirat kita tidakakan berpisah iagi. Hancur lebur kita berdua Srikandi,melayani suami kita berdua Srikandi. Waktu engkau belumdatang, yang anak dua yang manja ini yang membantuku, siSulastri dan si Raresati. Sekarang sudah ada engkau adikku,siapa lagi kalau bukan engkau yang kupercaya, kalau bukanengkau yang mempunyai kewajiban. Aku hanya menyetujuidari belakang. Pandanglah diriku, adikku.\"Dewi Wara Srikandi Menyatakan Bersedia Mendengar penjelasan dari Dewi Wara Sumbadra yangberjiwa besar itu Dewi WdYa Srikandi segera melakukansembah sungkem. Katanya, \"Duh Kakanda, hamba akanmelaksanakan semua yang menjadi permintaan Kakanda.Demi untuk Kakanda, hamba bersedia hancur lebur bersamatanah, serambut pun hamba tidak akan menghindar,\" Dengan senyum simpul gembira Dewi Wara Sumbadramemeluk mesra Sang Putri yang sejak itu akan menjadipelindungnya. pembantu utamanya dalam segala hal, DewiWara Srikandi juga merasa berbahagia, semua cita-citanyaterkabul. Mendengar percakapan antara kedua putri utama itu.empat puluh orang inang pengasuh pengiring Dewi WaraSrikandi dari istana Cempalareja selut uhnya merasa terharudan bersyukur, bahwa Gusti Putri mereka sekarang berada ditangan yang baik. Mereka saling menggamit dan ada yang berbisik, \"Sejaktadi kuperhatikan Gusti Wara Sumbadra cantiknya sama sajadengan Gusti Wara Srikandi. Bedanya hanya Gusti WaraSumbadra agak menunduk dan lebih jettnike. Tetapi setiap


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook