Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore srikandi

srikandi

Published by haryahutamas, 2016-05-29 05:25:00

Description: srikandi

Search

Read the Text Version

Ucapan sang Arjuna ini hanya sayup-sayup saja didengaroleh sang Dewi, rasanya seperti dibawa oleh angin lalu.sementara dirinya terasa dalam buaian. anesularnaga

Kedua Insan Asyik Masyuk DEWI WARA SRIKANDI yang masih berada dalampondongan sang Arjuna itu berkata perlahan. 'Turunkan duluhamba ini, Pangeran. Hamba ingin melapor keperluan hambadatang kemari, mengapa hamba sampai meninggalkanCempalareja. \" Raden Arjuna senang sekali mendengar ucapan sangPutri dengan nada suaranya yang khas kenes empuk enakdidengar itu. Sambil mencium pipi sang Putri ia menjawab,\"Nanti saja kalau mau melapor mengenai tujuan datangkemari, di dalam kamar balai kambang saja, di sana bolehkalau mau melapor apa saja, jangan sampai ada yangketinggalan sedikit pun.\" Berkata demikian itu Raden Arjuna sambil terus me-mondong sang Putri dibawa masuk ke dalam kamar yangterdapat di balai kambang. Dihiburnya sang Putri yangketakutan itu pelan-pelan, hati-hati ditenangkannya hatinya,dibuainya dengan penuh kemesraan. Akhirnya putri cantik dari Cempalareja yang dasarnyaadalah putri utama tetapi yang sudah lama terkena panahasmara pangeran yang sekarang memondongnya itumembalas buaian satria yang telah lama menjadi idamanhatinya itu. Untuk sementara ia melupakan kesedihan hatinya, me-lupakan nasib negerinya yang sekarang ini dapat dikatakansedang kinepung wakul binaya mangap, artinya sedang dalamkepungan musuh yang kekuatannya berlipat ganda. Sang Dewi benar-benar terlupa akan penderitaan batinayah dan ibunya yang dicintainya yang sekarang ini sedangmenghadapi ancaman perang Prabu Jungkungmardea. Dekap-an hangat dari seorang pria muda yang menjadi jantunghatinya itu, yang selama ini menjadi buah pikirannya itu,

akhirnya telah membuat pertahanannya berantakan, danmembuat sang Dewi benar-benar terlena. Kedua insan yang sedang memadu kasih dan dimabukasmara itu untuk beberapa saat telah melupakan segalanya.Arjuna Menanyakan Keperluan Sang Putri Datang diMadukara Tidak lama kemudian kedua insan itu terlihat duduk diluar kamar. Putri cantik dari Cempalareja yang mirip DewiKamaratih itu masih duduk dalam pangkuan pahlawannya. Bertanya sang Arjuna kemudian mencium pipi sangPutri. \"Duh Dewi Pujaanku, apa gerangan yang telahmembawamu sampai ke Madukara sini, meninggalkan negeriyang jauh. Terangkan padaku. apa yang kaukehendaki dariku.pendeknya akan kulabuhi mati, kupertaruhkan nyawaku.\" Dewi Wara Srikandi menjawab perlahan. \"Mengapahamba sampai meninggalkan Cempalareja mengungsi kemaritiada lain kecuali akan meminta pertolongan Paduka.Pangeran. Hati hamba sedih. Hamba dipinang oleh raja negeriseberang yang congkak, sakti mandraguna bernama PrabuJungkungmardea dari negeri Paranggubarja. Raja besar yangmasih muda dan belum beristri itu sekarang ini telahmendarat bersama bala tentaranya yang berwujud raksasadan manusia yang tak terbilang jumlahnya di Cempalareja.dalam keadaan siap tempur, siap berperang. Jika terjadiperang besar Cempalareja sudah pasti akan hancur lebur,karena kekuasan musuh berlipat. Kanjeng Rama Prabu takutuntuk menolaknya, karena mengingat nasib negeri dan nasibrakyat yang pasti akan menderita. Akhirnya hamba dipaksauntuk bersedia menerima pinangan tersebut. Hambadiharuskan memenuhi perintah orang tua hamba itu. KanjengRama dan Kanjeng lbu telah meminta pengertian hamba. Rajaseorang yang ingin memaksakan kehendaknya dengankekerasan itu sekarang ini malahan sudah pindah menempati

bekas rumah mendiang mamanda Raden Gandamana diSawojajar. Mengapa hamba sampai pergi kemari, karenahamba memang sudah memilih mati daripada harus melayanimenjadi istri raja seberang tersebut. Sudah bulat tekadhamba. Kedatangan hamba ke Madukara ini pertama memintapertolongan Paduka menghadapi kemarahan PrabuJungkungmardea tersebut, kedua hamba ingin belajarmemanah. Untuk keperluan tersebut hamba sampai tidakmenghiraukan lagi menempuh jalan yang memalukan sebagaiseorang putri dengan susah payah datang kemari, semuanyatiada lain untuk keperluan menyelamatkan praja, Pangeran.Tidak tahunya lantas begini jadinya .... \"Kesanggupan Sang Arjuna Mendengar kalimat terakhir tersebut Raden Arjunasegera memeluk sang Putri, mencium pipi Putri Cempala itudengan penuh kemesraan dan kasih sayang. Katanya, \"Duhdewi kekasihku, intan indah juwitaku, jangan khawatir. Kalausampai raja seberang tersebut ingin memaksakanpinangannya dengan kekerasan, maka walaupun ia akanmengerahkan seluruh bala tentaranya, Kakanda yang akanmenghadapinya. Tidak peduli ia akan mendatangkan pasukanmemenuhi Pulau Jawa ini. Kalau engkau ingin belajarmemanah, manisku, Kakanda sendiri yang akanmengajarinya. Engkau Kakanda jamin akan mampu memanahseutas rambut sampai terbelah dua atau sampai terputus.Kakanda jamin engkau akan mampu memanah sebuah telurburung emprit peking yang kecil yang terletak di tempat yangjauh sampai telur itu hancur atau hanya berlubang saja.\" Mendengar kesanggupan sang Arjuna itu mata sang Putrimelirik tersenyum senang. Sang Arjuna menyaksikan lirikanhatinya menjadi gemas. Dipeluknya sang ayu sambil berkatalirih, \"Sungguh adikku, Kakanda akan melaksanakan semuayang Kakanda ucapkan. Satria sejati /umuh cidra ing wacana,artinya satria sejati pantang ingkar janji.\"

Para punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagongyang berada di luar kamar ternyata baru saja mengintip.Mereka yang selalu waspada itu mengetahui apa yang terjadi.Keempatnya mendehem dan batuk-batuk kecil. Raden Arjuna segera keluar. Ki Lurah Semar segera men-dahului menegur, \"Raden di kamar dengan siapa, terdengardari luar kok asyik amat.\" Raden Arjuna menjawab, \"Kakang Semar, aku akanbercerita. \" Keempat punakawan tertawa serentak. Kata Ki Badra-naya, \"Kalau tidak salah lihat, tampaknya teman Raden ituseorang putri ayu linuwih, duduk di pangkuan Raden sepertiistri sendiri saja, ya atau tidak.\" Raden Arjuna menjawab dengan tersenyum. \"Betul,Kakang. Jangan bercerita kepada siapa pun. Akan kujelaskansiapa dia sebenarnya. Ia adalah Gustimu Putri CempalarejaDewi Wara Srikandi. Ia mengalami kesulitan di negerinya,datang kemari hendak meminta pertolongan.\" Raden Arjuna segera menjelaskan semuanya apa adanya,dari purwa, madya, sampai wasana. Semua yang mendengar-kan ikut prihatin. Ki Lurah Semar segera memotong, \"Raden, rahasia initidak mungkin ditutup-tutup. Entah cepat atau lambat istriPaduka pasti akan mengetahui, dan pasti akan marah. Lebihbaik berterus terang saja.\" Raden Arjuna menjawab, \"Kakang Semar memang benar.Tetapi persoalan ini kalau sampai terdengar Kanda PrabuAmarta dan Mamanda Prabu Cempalareja dua-duanya pastiakan marah sekali. Lebih-lebih Kanda Permaisuri Drupadi, iapasti akan marah padaku, juga pada Srikandi. Itulahsebabnya untuk sementara kurahasiakan. Adapun mengenaiadikku, ibunya anak, harap kalau dia menanyakan mengapaaku tak pulang, Kakang jawab bahwa aku sedang melakukan\"tapa nendra\", bertapa tidak tidur di sini untuk selama empatpuluh hari. Jelaskan hal ini kepada siapa saja sehingga

temantemanmu pun tidak akan ada yang datang menghadappadaku. Setelah empat puluh hari baru akan kupikirkanbagaimana baiknya. Dan semua juru taman yang biasamenyiram bunga taman bagian dalam ini supaya ditugasi keluar saja untuk sementara. Kakang saja bersama anak-anakmu Gareng, Petruk, dan Bagong yang mengurusi tamanbagian dalam ini. Harus ada yang mengawal kamar ini baik-baik, dan semua pintu harus dikunci rapat. Pesanku takseorang pun diizinkan masuk, termasuk ibunya anak. Engkauharus dapat menolak.\" Ki Lurah Semar menyatakan \"sendika\" melaksanakansemua perintah dan petunjuk Raden Arjuna. Ia segera keluarmenemui Patih Sucitra, Patih Kesatrian Madukara. Kepada Patih Sucitra dijelaskan bahwa gusti merekaRaden Arjuna sedang menjalani \"tapa nendra\" di dalam tamanMaduganda, dan bahwa sejak hari itu semua pintu tamandikunci rapat. Sejak saat itu setiap hari Raden Arjuna mengajari DewiWara Srikandi belajar memanah. Yang dibidik adalah telorburung emprit peking dan seutas rambut.Istana Cempa}areja Kehilangan Dewi Wara Srikandi Sepeninggal Dewi Wara Srikandi seluruh inang pengasuhKaputren Cempalareja sabar melakukan tugur di luar kamarSang Putri siang dan malam. Setelah genap tujuh hari seluruh emban dan inangpengasuh menunggu dengan hati berdebar di depan pintukamar sang Putri. Mereka dengan harap-harap cemasmenunggu-nunggu sang Putri sebentar lagi tentu keluar. Setelah ditunggu lama sang Putri tidak keluar, maka parainang pengasuh itu berunding, kemudian bersepakat untukmemasuki kamar. Mereka setuju untuk membangunkan sangPutri. Nyai Emban dengan diikuti oleh seorang inangpengasuh segera memasuki kamar. Kedua orang ini lantas

membuka tirai kelambu. Mereka menjadi terkejut karenaGusti Putri mereka tidak terlihat sama sekali di situ. Para emban dan inang pengasuh serempak menjerit danmenangis, dan segera melaporkan hal tersebut kepada sangPrabu. Prabu Drupada mendengar laporan ini menjadi sangatterkejut. Ia segera menuju tamansari bersama permaisuri.Permaisuri Dewi Gandawati menangis sejadi-jadinya. SangPrabu merasa sedih sekali. Ia memastikan bahwa putrinyameninggalkan istana karena tidak bersedia dipersunting olehPrabu Jungkungmardea, raja seberang yang dianggapnyacongkak. Sang Prabu segera memanggil putranya ialah RadenDrustajumena. Pada saat yang sama dipanggil pula PatihCandraketu. Setelah keduanya datang menghadap dandiberitahu apa yang terjadi, raja putra, Raden Drustajumenamenangis. Sang Prabu menyabarkan putranya, \"Sudahlah anakku,jangan menangis. Lebih baik engkau berdua segera berangkatmencarinya. Patih Candraketu, engkau pergilah melapor padaPrabu Jungkungmardea bahwa sang Putri hilang dari kamartidur. Katakanlah padanya bahwa aku memintapertolongannya agar ia ikut mencarinya. Dan engkau,Drustajumena, pergilah mencarinya ke Amerta. Laporkanlahpada kakakmu Prabu Amarta tentang hilangnya mbakyumu.Berangkatlah sekarang juga. Dan sebarlah tentaraCempalareja untuk ikut mencarinya. Agar dimasuki hutan-hutan dan didaki gunung-gunung.\" Keduanya melakukansembah dan segera meminta diri melaksanakan perintah sangPrabu. Para adipati dan menteri dibagi dua, separo mengikutiperjalanan Patih Candraketu, yang separo mengikuti per-jalanan Raden Drustajumena. Raden Drustajumena naik kudabersama dua puluh lima orang pengikutnya yang juga naikkuda cepat-cepat menuju negeri Amarta.

Patih Candraketu Menghadap Prabu Jungkungmardea Patih Candraketu setelah sampai di pesanggrahan Sawo-jajar segera menghadap Prabu Jungkungmardea. Setelah bertemu sang Prabu ia segera melakukan sembahdan melapor, \"Hamba diutus oleh Rama Paduka sang Prabuuntuk melaporkan bahwa sang Putri Dewi Wara Srikandihilang tak tentu rimbanya dari kamar tidurnya di waktumalam. Tak ada tembok yang rusak sedikit pun. Sang Putrihilang seperti diambil oleh dewa saja. Rayi Paduka RadenDrustajumena dengan segala pengikutnya juga sudahberangkat mencarinya. Semua adipati dan menteri banyakjuga yang telah disebar, dikirim ke mana-mana memasukihutan-hutan dan mendaki gunung-gunung mencari sangPutri. Adapun permintaan Rama Paduka adalah Padukadiminta pertolongannya untuk ikut berusaha mencari sangPutri yang hilang tersebut. Kalau sang Putri berhasilditemukan, Rama Paduka dan permaisuri menyatakan ikutpada sekehendak Paduka.\" Mendengar laporan Patih Candraketu ini sang Prabumenjawab, \"Ya, Patih, laporkan pada Kanjeng Rama dan IbuSuri untuk tidak usah merasa khawatir tentang hilangnyasang Putri. Kalau ia masih hidup dan masih menginjak tanahsaja sudah pasti akan ketemu. Walaupun ia akan mengungsike Suralaya sekalipun pasti akan dapat ditemukan olehku.\"Prabu Jungkungmardea Memerintahkan PasukannyaMencari Srikandi Setelah Patih Candraketu berpamitan, PrabuJungkungmardea segera berkata kepada Patih Jayasudarga,\"Bapak Patih, perintahkan semua bala raksasa berangkatmencari Gustimu Putri, jangan ada yang ketinggalan. Cari kenegara mana saja. Masuki hutan-hutan belantara dan dakisemua gunung-gunung, jangan ada yang keliwatan. Masukitempattempat yang kelihatan tersembunyi. Harus ada yangmelakukan penggeledahan di mana-mana dalam kota. Engkau

sendiri. kuserahi tugas melakukan penggeledahan dalamistana secara sembunyi-sembunyi. Lakukanlah tiap malam.Engkau harus menyamar, jangan sampai ketahuan. Siapatahu semua ini adalah ulah 'sang Prabu sendiri untukmenipuku. \" Patih Jayasudarga menyatakan \"sendika\" melakukansembah dan segera ke luar. Di luar ia segera memerintahkankepada semua adipati mengenai yang menjadi keputusan sangPrabu. Riuh rendahlah kemudian bunyi tengara dipukul, danbergeraklah semua bala raksasa, ada yang ke arah timur,barat, utara, dan selatan. Kota-kota mengalamipenggeledahan, hutan-hutan dijelajahi, gunung-gunung didakidan jurang-jurang diterjuni. Patih Jayasudarga sendiri tiapmalam menyamar masuk istana. Raden Drustajumena bersama pengikutnya telah sampaidi negeri Amarta. Satria putra Prabu Drupada ini adalahseorang yang gagah berani. Dalam perang BratayudaDrustajumena inilah yang memenggal kepala Pendita Durna. Setibanya di Amarta ia dipanggil menghadap oleh kakakiparnya ialah Prabu Puntadewa. Setelah melakukan sembahRaden Drustajumena segera melapor bahwa kakaknya ialahDewi Wara Srikandi telah pergi meninggalkan Cempalareja,mungkin pada waktu malam. Orang tahunya sang Putri hilang dari kamar tidur.Dilaporkannya dari purwa, madya, sampai wasana, termasukbahwa sang Dewi mendapat pinangan dari raja seberangPrabu Jungkungmardea. Mungkin inilah menurut RadenDrustajumena yang menyebabkan sang Putri meninggalkanpraja. Sang Prabu Yudistira yang mendengar laporan inimenjadi sedih. Untuk beberapa saat ia tak dapat berbicara.Akhirnya sang Prabu mengatakan, \"Kuterima laporanmu,Dinda. Kembalilah, laporkan kepada Kanjeng Rama bahwaorangorang Amarta segera akan kusebar untuk mencarinya.\"

Raden Drustajumena melakukan sembah dan segeraberpamitan.Permaisuri Dewi Drupedi Diberitahu Sepeninggal Raden Drustajumena sang Prabu segeramemerintahkan kepada seluruh menteri untuk mencari sangPutri. Orang-orang Amarta segera disebar berangkatmelaksanakan perintah sang Prabu. Kemudian sang Prabumenyampaikan semua yang terjadi pada permaisuri, DewiDrupadi. Permaisuri Dewi Drupadi adalah putri tertua dari PrabuDrupada. Orangnya sederhana. Ia dulu pernah dibuat maluoleh Dursasana hingga sanggulnya terlepas, yaitu waktuPendawa kalah bermain dadu dengan Kurawa. Berkali-kalikainnya ditarik lepas oleh Dursasana, tetapi tidak pernahberhasil. Ia bersumpah tidak akan bersanggul lagi sebelumberlangir dan mengeramas rambutnya dengan darahDursasana. Putri yang sederhana ini sangat cerdik dan selalu ikutmemikirkan gerakan Pendawa. Sri Puntadewa menjelaskan kepada permaisuri bahwaadik sang permaisuri ialah Raden Drustajumena baru sajadatang diutus oleh Sri Drupada, dan melaporkan tentanghilangnya Dewi Wara Srikandi. Juga dijelaskan mengenaisebabsebabnya, ialah karena sang Putri dipinang oleh rajaseberang Prabu Jungkungmardea yang tidak disenanginya. Bahwa hilangnya sang Putri adalah dari kamar tidur diwaktu malam dan bahwa orang-orang Amarta sudah di-kerahkan untuk ikut mencarinya. Hutan-hutan akandimasuki, gunung-gunung akan didaki dan jurang-jurangakan diterjuni. Mendengar Permaisuri Dewi Drupadi menjadi sedih. Putriyang cerdik dan pernah mengamat-amati tingkah lakuadiknya waktu di istana Dwarawati saat menghadiri Arjuna

Krama dulu itu secara diam-diam mengutus seorang embanberangkat ke Madukara untuk menyelidiki ke sana. Dewi Drupadi yang berperasaan halus itu seperti merasabahwa ada apa-apa antara adiknya yang hilang itu denganadik iparnya Arjuna karena satria Madukara ini sudah agaklama juga tidak datang menghadap ke Amarta. anesularnaga

Srikandi Belajar Memanah RADEN ARJUNA sudah beberapa hari dan malam inibersama sang Kusuma Dewi Wara Srikandi berada di tamanMaduganda yang dalam keadaan terkunci rapat. Orang-orangMadukara hanya tahu bahwa gusti mereka Raden Arjunasedang melakukan tapa nendra selama empat puluh hari dankeempat punakawan memang pandai sekali menyebarkandesas-desus tersebut. Apa yang terjadi setiap hari di taman tersebut adalahbahwa Dewi Srikandi dengan rajin dan tekun belajarmernanah. Memang terjadi jalinan roman yang mengasyikkanantara keduanya. Adapun yang dibidik dalam pelajaranmemanah tersebut adalah seutas rambut dan telur burungemprit peking yang sangat kecil. Sudah setengah bulan Srikandi belajar memanah dankemajuannya pesat sekali. Sang Putri benar-benar memilikibakat menggunakan senjata panah tersebut. Otaknya cerdas,cekatan, dan sekarang telah menjadi ahli memanah yang pilihtanding. Raden Arjuna merasa puas sekali dengan kemajuan yangdiperoleh muridnya. Tak seorang pun di Madukara kecualipara punakawan Se mar, Gareng, Petruk, dan Bagong yangmengetahui apa yang sebenarnya terjadi di situ. Emban utusan sandi dari Permaisuri Amarta Dewi WaraDrupadi pada suatu hari sampai di Kesatrian Madukara, Iamemang mempunyai kenalan dalam kesatrian tersebut. Olehsebab itu kedatangannya sama sekali tidak menimbulkankecurigaan. Ia memang sudah biasa datang ke Madukara. Iabergaul rapat hampir dengan semua inang pengasuh. Iamelaksanakan tugasnya dengan teliti dan berhasil. Pada malam ketiga emban yang cerdik itu telah berhasilmengetahui adanya gustinya Dewi Wara Srikandi diMadukara. Diketahuinya bahwa sang Putri pada siang hari

belajar memanah, sedangkan pada malam hari bergaul rapatdengan sang Arjuna. Setelah yakin benar-benar adanya Dewi Wara Srikandi diMadukara ia segera kembali ke Amarta. Sesampainya di Amarta ia segera menghadap PermaisuriDewi Wara Drupadi dan melaporkan pelaksanaan tugasnyamelakukan penyelidikan, \"Duh Gusti Ayu putri. adik PadukaGusti Wara Srikandi memang benar berada di Madukara.Tetapi tak seorang pun di Madukara sendiri yang mengetahui-nya karena dirahasiakan benar-benar. Yang dilakukan olehadik Paduka itu tiap harinya adalah belajar memanah denganadik Paduka Gusti Pangeran Arjuna. Gusti Dewi WaraSrikandi memang bersungguh-sungguh dan tekun belajarmemanah. Sampai sekarang sudah berlangsung setengahbulan.\"Dewi Wara Drupadi Marah. Berangkat Diam-Diam keMadukara Mendengar laporan emban tersebut sang Permaisurimarah bercampur malu sekali. Tingkah laku adiknya tersebutdinilainya memalukan sekali. Dengan diam-diam permaisuripergi ke Madukara hanya diikuti oleh seorang emban. Iakeluar melalui pintu butulan, yaitu pintu darurat yang hanyadigunakan kalau ada bahaya mengancam. Sang Permaisuri sama sekali tidak permisi kepada sangPrabu. Setibanya di Madukara ia langsung menuju tamanMaduganda. Langsung diketuknya pintu taman keras-keras. Ki Lurah Semar terkejut mendengar ketukan pintu keras-keras dan suara wanita tersebut. Sapanya, \"Hee, siapa yangmengetuk pintu begitu keras, benar-benar keterlaluan.Mustahil tidak mendengar bahwa gustinya sedang tapanendra tidak boleh diganggu. Hayoo, kembalilah.\" Dewi Drupada menjawab, \"Sudahlah kakang Semar,bukakan pintu lekas. Aku Permaisuri Amarta. Aku sudahmengetahui Srikandi ada di sini, aku ingin bertemu.\"

Mengetahui bahwa yang meminta pintu itu Dewi WaraDrupadi. Ki Lurah Semar segera lari cepat menemui sangArjuna dan dengan napas kembang kempis melapor, \"Raden,mbakyu Paduka Permaisuri Amarta datang, mengetuk pintukeras-keras. Kami takut membukakannya. Gusti Permaisurisudah mengetahui bahwa Gusti Dewi Srikandi berada di sini,beliau ingin segera berjumpa.\" Mendengar laporan Ki Lurah Semar tersebut RadenArjuna terkejut. Untuk beberapa saat ia tak dapat berbicaradan berbuat apa-apa. Ia sungguh heran mengapa PermaisuriDrupadi sampai berhasil mendengar adanya Srikandi di situ.Tanyanya kepada Ki Lurah Badranaya, \"Kakang Se mar,bagaimana sebaiknya, dibukakan pintu atau tidak?\" Ki Lurah Semar menjawab perlahan, \"Serba salah iniRaden, kalau dibukakan pasti terjadi ramai, kasihan GustiWara Srikandi. Tetapi kalau tidak dibukakan pintu GustiPermaisuri pasti akan melapor pada kakak Paduka PrabuAmarta. \"Permaisuri Drupadi Berjumpa Raden Arjuna Mendengar pendapat Ki Lurah Semar tersebut RadenArjuna bertambah bingung. Kalau tidak dibukakan pintu danPermaisuri Drupadi melapor pada sang Prabu Amarta ia pastiakan kena marah karena ketamuan sang Putri tidak melapor. Begitu bingungnya sang Arjuna akhirnya ia memutuskan,\"Sudahlah Kakang, bukakan saja pintu, entah bagaimanasajalah nanti akal kita.\" Ki Lurah Semar segera lari membukakan pintu. Palangpintu yang model selorogan itu didorong ke samping, pintuterbuka, sang Permaisuri masuk dalam taman. Raden Arjuna menunduk berdiri di tepi pintu. Kata DewiDrupadi sambil tersenyum, \"Dinda, mana tamumu adikmuSrikandi, aku ingin bertemu.\" Raden Arjuna menjawab, \"Adadi sebelah barat balai kambang, Kanda.la sedang tekunbelajar memanah sejak pagi tadi.\"

Sang Permaisuri menuju tempat yang ditunjuk,sedangkan Raden Arjuna menjauh dari tempat situ menuju ketempat bagian luar. Melihat ini Ki Lurah Semar menegurnya, \"Raden inibagaimana, kok malahan pergi, mestinya kan harusmenolong. Sudah pasti adik Paduka itu akan kena gebug.\" Raden Arjuna menjawab, \"Aku menjauh saja, kakang, kesana ke tempat yang agak tersembunyi, agar tidak mendengarmarahnya Kanda Permaisuri. Engkau saja, kakang, bersamaGareng, Petruk, dan Bagong mengamat-amati dari jauh.ngintip saja dari luar pintu.\"Perjumpaan Permaisuri Drupadi dengan Dewi WaraSrikandi Ki Lurah Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong kelabakansegera mengintip saja dari luar pintu. Sang Permaisuri segeramenuju ke sebelah barat balai kambang. Dewi Wara Srikandi melihat kakak kandungnya datangterkejut bukan main. Ia segera melakukan sembah sungkemdan menangis sejadi-jadinya. Permaisuri Drupadi berkata perlahan, \"Sudahlah adikku,jangan menangis. Mari kita duduk yang enak. Syukur engkaumasih selamat.\" Mendengar kakaknya tidak marah ini hati sang Putriagak tenteram. Ia berhenti menangis. Setelah kedua kakakberadik Putri Cempalareja itu duduk Dewi Wara Srikandimelakukan sembah dan melapor, \"Mohon maaf, Kanda.Mengapa Dinda sampai lari meninggalkan praja pada malamhari tanpa permisi pada Kanjeng Rama dan Kenjeng lbu,karena Dinda dipinang oleh raja seberang yang congkak PrabuJungkungmardea. Kanjeng Rama dan Kanjeng lbu menerimapinangan tersebut. Dinda lantas dipaksa. Itulah sebabnyaDinda memilih pergi. Dinda memilih mati daripada harusdiperistri oleh raja seberang yang sombong tak tahu diri.Dinda memilih datang di Madukara sini tiada lain dengan

maksud kecuali belajar memanah pada adik Paduka PangeranMadukara. \"Permaisuri Drupedi Menyelidiki Cara Bagaimana ArjunaMengajari Memanah Mendengar ini permaisuri Drupadi tersenyum. Katanya,\"Apakah sudah pandai engkau sekarang memanah, adikku?\" Sang Putri sambil menunduk menjawab, \"Belum begitusempurna, Kanda. Dinda di Madukara sini baru setengahbulan. Kalau memanah telur burung emprit peking yang kecilmasih baru hancur, sedang kalau memanah seutas rambutbaru dapat putus.\" Permaisuri memotong, \"Coba engkau memanah rambutdan telur burung emprit peking itu, Kanda ingin melihatkemajuanmu.\" Dewi Wara Srikandi melakukan sembah, menjawab\"sendika\", dan segera menarik gendewa, anak panahmeluncur mengenai sasaran telur emprit peking yang kecil itu.Telur hancur. Menyusul berikutnya sang Putri memanahseutas rambut yang tersedia, dan terkenalah rambut itu danputus. Permaisuri Drupadi tertawa senang. Katanya. \"Engkaubenar-benar sudah pandai memanah, adikku. Sekarang cobaengkau mengajari aku memanah. Ingin pula Kanda pandaimemanah. Bagaimana caranya engkau mula-mula diajarimemanah oleh kangmasmu Pangeran Arjuna.\" Dewi Wara Srikandi menjawab, \"Mari Kanda, Dinda ajarimemanah. Kepada Permaisuri Drupadi diserahkan gendewa dananak panah. Anak panah telah dilekatkan pada tali gendewaoleh permaisuri. Dewi Wara Srikandi yang berada dibelakangnya berkata pelan, \"Mohon maaf, Kanda, Dinda beritahu caranya. Maaf, kalau Dinda agak kurang sopan sedikit.\"

Permaisuri menjawab, \"Silakan adikku, tidak apa.memang Kanda sendiri yang punya mau.\"Dewi Wara Srikandi Menirukan Sang Arjuna MengajariMernanah Dewi Wara Srikandi melakukan sembah dan mulai mem-perbaiki cara kakaknya ialah Permaisuri Drupadimenggunakan senjata panah, serupa benar dengan waktuRaden Arjuna mengajarinya. la memeluk tubuh permaisuri dari belakang. tangankanannya memegang tangan kanan permaisuri untuk mem-perbaiki cara memegang anak panah. tangan kirinya me-megang tangan kiri permaisuri untuk memperbaiki caramemegang gendewa, badan merapat dan lehernya dengansendirinya merapat pula pada leher permaisuri. Gerakan seluruhnya dengan sendirinya tidak ubahnyaseperti memeluk tubuh permaisuri. Pipi kiri sang Putrimenempel pada pipi kanan permaisuri untuk mengajarkancara membidik. Dengan sendirinya tidak ada bedanya denganmencium pipi permaisuri saja. Hidung sang Putri sebentar-sebentar menyingung pipikanan permaisuri, dada sang Putri merapat pada punggungpermaisuri. Kedua paha sang Putri merapat pada punggung per-maisuri. Kedua paha sang Putri mengapit kedua paha permaisuri.Maka bulu roma permaisuri berdiri karena semuanyadirasakannya gerakan adiknya itu tidak ada bedanya denganpelukan yang amat mesra. Sang Permaisuri menjadi marah sekali. Ia memutartubuhnya sambil duduk, matanya nanar menyala-nyala me-mandang mata sang Putri, tangannya menuding sambilberkata pedas, \"0, begitulah ulah mu selama ini, ya adikku.Ternyata engkau ini hanya cantik di luar saja, tetapi di

dalammu busuk. Engkau ini kelihatan baik di luar saja, tetapidi dalammu jelek. Begitulah pokalmu selama ini. Sama sekalibukan tingkah laku orang belajar memanah, tetapi tingkahlaku orang nakal yang tidak mengenal susila lagi. Engkausungguh tidak tahu malu. Orang sudah ada beranak istriengkau tubruk saja. Kalau ia seorang duda masih tidak apa.0, mengapa Kanjeng Rama dan Kanjeng Ibu mempunyai putriseperti engkau ini, yang tak tahu malu sebagai seorang putrinabrak-nabrak masuk ke taman orang. Pura-pura nya sajabelajar memanah, ternyata gerumutan mendatangi pria. Takada bedanya dengan wanitawanita tuna susila. Ditawari untukkawin lagaknya saja lari pada malam hari. Kukira tadinyamemang benar-benar tidak mau kawin, ternyata nabrak-nabrak mendatangi laki-laki yang sudah punya istri. Sayangsekali parasmu yang cantik itu merebut suami orang. Tidakpantas engkau menjadi Putri utama, sama saja engkau inidengan wanita kebanyakan.\"Permaisuri Drupadi Kehilangan Keseimbangan MemukuliAdiknya Sepuas-puasnya Mendengar ucapan permaisuri tersebut Dewi WaraSrikandi menjerit, jatuh telungkup dan gelung nya lepas.hatinya hancur tak dapat mengeluarkan kata-kata apa pun. Permaisuri Drupadi masih begitu marahnya sampai-sampai ia menjadi semacam orang kesurupan, lupa akankedudukannya sebagai seorang Putri utama, seorang kakakkandung yang sangat mencintai adiknya. la kehilanganpengamatan diri. Rambut Dewi Wara Srikandi digumulnya. ditarik-tariknya. Muka sang Putri ditamparnya bertubi-tubi,tubuhnya diseret. dadanya didupaknya. Mulut permaisuri masih saja berteriak, \"Engkau inimengotori bumi saja. Pergi engkau dari sini, mengotori negerisaja. Kalau engkau hendak berlaku serong. lakukanlahdengan orang negeri lain sana, mau bercintaan dengan seribu

orang pun terserah, asal jangan membawa-bawa namaku. Akutak akan mempedulikanmu lagi. Aku malu mempunyai adikseperti engkau. Jijik aku melihatmu.\" Dewi Wara Srikandi bangkit, masuk ke dalam kamar.mengambil senjata, berpakaian ringkas. menggelung rambut-nya. memperbaiki semuanya. menyandang anak-anak panahdi punggung. Dengan memegang gendewa di tangan kirikeluarlah sang Putri dari dalam kamar dengan kain dicancut-kan, dicawatkan. Sang Putri berubah menjadi seorang prajuritputri yang gagah dan cantik sekali. Ia tidak mengambil senjata panah yang biasadigunakannya untuk latihan. tetapi ia mengambil panah saktimilik sang Arjuna bernama Dadali. Ia meninggalkan tamansarimelalui pintu darurat.Permaisuri Drupadi memanggil Dewi Wara Sumbadra Setelah dilihatnya adiknya Dewi Wara Srikandi me-ninggalkan Taman Maduganda, Permaisuri Drupadi yangmulai mereda marahnya itu berkata kepada emban, \"Biyung,coba engkau persilakan gustimu Wara Sumbadra datangkemari.\" Nyai Emban melakukan sembah dan segera masuk keKesatrian menghadap Kusuma Banoncinawi Dewi WaraSumbadra. Setelah melakukan sembah ia segera melapor,\"Hamba mendapat perintah dari kakak Paduka permaisuriAmerta untuk mempersilakan Paduka menghadap beliau ditaman Maduganda. \" Mendengar ini istri tersayang Raden Arjuna terkejut.Jawabnya, \"Apakah sudah lama Kanda Permaisuri datang ditaman, Biyung.\" Nyai Emban menjawab, \"Kakak Paduka baru saja datang,Gusti.\" Dewi Wara Sumbadra segera berangkat ke taman sambilmengemban putranya yang masih bayi Raden Angkawijaya.

Dewi Sulastri dan Dewi Rarasati yang menyaksikan peristiwatersebut tidak mau ketinggalan. Mereka mengikuti daribelakang. Dewi Wara Sumbadra Dewi Rarasati menggamit Dewi Sulastri. Katanya, \"Hee,Sulastri, coba engkau perhatikan gustimu itu, lari sambilmengemban putra, kok tambah manis, ya. Padahal baru sajababaran, baru saja melahirkan. Seluruh badannya baru sajakugosok dengan bedak dan parem. Baunya sedap sekali.Menurut perasaanku Gusti kita itu setiap waktu bertambahcantik saja. Coba perhatikan cahaya yang bersinar dariparasnya. Di mana di dunia ini ada putri lain yang melebihikecantikanya. \" Dewi Sulastri menjawab perlahan, \"Entah bagaimana yaPangeran Janaka itu, kok dapat tertarik pada Putri Cempala.

Gusti Wara Sumbadra tidak kalah cantik dibandingdengan siapa saja. Apalagi Putri Cempala Dewi Wara Srikandi.Kalau ia dijajarkan dengan engkau saja Rarasati, kukiracantiknya sama, orang memang akan bingung memilihnya,kau cantik seperti kembar saja dengan Putri Cempala itu.\"Percakapan Antara Permaisuri Drupadi dengan WaraSumbadra Dewi Wara Sumbadra telah memasuki TamanMaduganda. Permaisuri Drupadi memanggilnya, \"Ke sini,adikku. Duduklah. Coba lihat, serahkan anakmu itu padaku,aduh bagusnya.\" Dewi Wara Sumbadra menyerahkan putranya RadenAngkawijaya kepada permaisuri. Ia melakukan sembah. Katapermaisuri Drupadi sambil tersenyum, \"Bagus sekali anak ini,jatmika dan tenang, sama benar dengan ayahnya. Berapaumurnya, adikku?\" Dijawab oleh Dewi Wara Sumbadra sambilmelakukan sembah, \"Tujuh hari lagi genap dua bulan,Kanda.\" Permaisuri memotong, \"Benar engkau, adikku. Kalaudibanding dengan anakku Pancawala memang hanya selisihsatu bulan. Rupanya seperti kembang saja Angkawijaya inidengan Pancawala kakaknya. 0, ya, begini adikku. Kedatang-anku kemari, terutama mengapa Kanda langsung ketamansari karena persoalan Srikandi. Ia pergi meninggalkanCempalareja tanpa pamit dengan Kanjeng Rama dan KanjengIbu. Ternyata ia menyerahkan diri pada kangmasrnu, padasuamimu, adikku. Aku memang mengirim seorang penyelidikkemari. Dan penyelidikanku itu telah berhasil menemukanSrikandi ada di Madukara sini. Mendengar itu aku segeralangsung saja menuju ke taman Maduganda. Aku sudahketemu Srikandi. Sudah kurnarahi habis-habisan dia, sudahkuhajar dia. Entah ke mana dia perginya sekarang. Tadi ia keluar masih sambil menangis.

Entah ia pulang ke Cempala, entah akan lari ke manalagi dia, aku tak tahu.\" Mendengar ini Dewi Wara Sumbadra menjadi tertegunsejenak. Kemudian ia melakukan sembah dan berkata,\"Kenapa mesti dimarahi, Kanda. Menurut Dinda biarlahSrikandi berada di Madukara sini saja, entah dua bulan entahberapa lama saja. Biarlah ia di sini. Bukankah di Madukaradan di Cempalareja sama saja. Kalau Dinda mengetahuiKanda marah-marah padanya Dinda tak suka. Dinda malahanlebih senang kalau Srikandi ikut menemani Dinda di sini.\" Mendengar ini permaisuri Drupadi tertawa senang.Katanya, \"Ya, syukurlah adikku kalau demikian lapanghatimu. Kanda sebagai kakak kandungnya mengucapkanterima kasih. Sudahlah adikku, aku pamit kembali ke Amarta.Ini anakmu.\" Dewi Wara Sumbadra melakukan sembah. Katanya,\"Kenapa buru-buru, Kanda. Istirahat dulu sebentar diKesatrian. \" Permaisuri Drupadi menjawab, \"Aku khawatir kakakmusang Prabu mengharap-harap. Karena aku pergi ke Madukarasini tanpa pamit pada siapa pun.\" Bayi Angkawijaya diserahkan kembali pada ibunya, danpermaisuri Drupadi segera kembali ke Amarta. anesularnaga

Semar tidak Mengetahui bahwa Dewi Wara Srikandi Sudah Pergi KI LURAH SEMAR masih menyaksikan waktu permaisuriDewi Drupadi pergi. Raden Arjuna datang mendekatinya.Katanya, \"Bagaimana Kakang dengan Srikandi tadi. Apakahdia sudah keluar dari tamansari?\" Semar menjawab, \"Belum, Raden. Kalau keluar tentuhamba tahu. Tetapi kalau yang Paduka tanyakan itu GustiPermaisuri, beliau memang sudah pulang, tadi lewat sini.Tetapi yang jelas adik Paduka Srikandi tadi dipukuli olehkakaknya. Hamba jelas mendengar tangisnya, menyedihkansekali. Paduka yang membuat dosa, mengapa ada orangdipukuli diam saja, tidak datang menolongnya. Hayoo Raden,segera Paduka hibur dia, mumpung dia masih di taman.\" Arjuna menjawab, \"Kalau aku yang mendekatinyasekarang kukira kurang baik, Kakang. la tentu masih marah.Lebih baik engkau saja Kakang yang menemuinya dahulu agarmarahnya mereda dulu. Sampaikan padanya bahwa aku ikutmerasa sedih. Beritahukan bahwa berhubung yang datang itukakak perempuannya sendiri maka aku mengalahmenghindar. Tetapi andaikata yang datang itu seorang pria,entah ia datang dari Amarta atau dari Cempala, memasukitamansari sini, jangankan hanya seorang biasa, walaupunpaman Prabu Cempalareja sendiri dengan membawa sertacalon menantu Prabu Jungkungmardea berikut bala tentararaksasanya lengkap, memasuki Madukara ini, aku pasti tidakakan menghindar. Akan kupertahankan Srikandi sampaibadanku hancur lebur. Tak serambut pun aku akanmenghindar. Adapun kalau Srikandi sampai diusir olehSumbadra dia tidak perlu khawatir. Katakan padanya bahwawalaupun di dunia ini memang tidak ada yang mengimbangikecantikan Sumbadra tetapi kalau ia berbuat demikian sudahterang hatinya kurang baik. Beritahukan kepada Srikandi

bahwa Sumbadra sekarang ini, terutama setelah mempunyaianak seorang, sikapnya terhadap suami berubah, agak kurangmemperhatikan, agak suka marah-marah. BeritahukanSrikandi bahwa agak terpaksa aku sebenarnya sekarang inidengan Sumbadra, menunggu yang lebih cocok. Ki Lurah Semar memotong, \"Hee, hee, kenapa Gusti WaraSumbadra yang tidak bersalah apa-apa dibawa-bawanamanya. Di seluruh jagad ini mana ada orang yang \"bektilaki\", setia pada suami seperti setia dan cintanya Gusti WaraSumbadra.\" Raden Arjuna menjawab sambil tersenyum, \"Hanya pura-pura saja, Kakang. Agar hati Srikandi terhibur. Walaupunseratus orang seperti Putri Cempala mana dapat melawanseorang seperti ibunya anakku Angkawijaya. Mana mau akumembuangnya. \" Mendengar kalimat yang terakhir ini Ki Lurah Semarterpaksa berangkat. la segera masuk ke taman bagian dalam. Waktu itu matahari mulai terbenam dan sedang tanggaltiga. Keadaan di situ mulai gelap. Dewi Wara Sumbadra waktuitu masih berada dalam kamar di Balai Kambang. Baru saja iaakan melangkah ke luar dilihatnya Ki Lurah Semar datang.Tangan punakawan yang setia tersebut meraba-raba karenamata tidak begitu awas lagi. Sang Putri terpaksa menghentikan langkah dan untuksementara berdiri tegak di tempat yang gelap itu. Ki LurahSemar memanggil-manggil orang yang disangkanya Dewi WaraSrikandi itu. Mendengar ini Dewi Wara Sumbadra, yang cerdas itusegera menebak bahwa Ki Lurah Semar datang di situ diutusoleh suaminya, menyangka dirinya adalah Srikandi. Ia segera berbisik pada Rarasati, \"Itu Kakang Semardatang mencari Srikandi. Pasti ia disuruh oleh ayahnya anakini. Coba engkau yang menjawab, Rarasati. Karena suaramusama benar dengan suara Srikandi. Engkau ini serba kembardengan Srikandi, ya suaramu, ya rupamu, ya lagak lagumu.

Tanyakan kepada Kakang Semar apa maksudnya datangkemari.\" Dewi Rarasati melakukan sembah dan segera melak-sanakan perintah dengan baik sekali. Rarasati berdiri didepan sang Putri sambil bertanya kepada Ki Lurah Semardengan suara yang lantang kenes dan menarik sepertiSrikandi, \"Kakang Semar datang kemari apakah diutus olehKanjeng Pangeran, dengan memanggil-manggil segala?\" Ki Lurah Semar mendengar suara Rarasati tersebutmenduga bahwa itu suara Srikandi, karena sangat cumeng-kling, sangat lantang tetapi empuk dan enak didengar.Wawancara antara Semar dengan Rarasati Setelah yakin bahwa suara tadi adalah suara Dewi WaraSrikandi, Ki Lurah Semar mendekat sedikit dan bertanya,\"Mengapa sudah malam begini mau keluar, mau mintadicarikan apa?\" Dewi Rarasati yang berpura-pura menjadi Srikandi itumenjawab, \"Aku ingin duduk-duduk mencari angin di bawahpohon nagasari sana. Badanku agak panas dan sakit-sakit,Kakang.\" Semar menyahut, \"Tadi hamba mendengar sang Dewi kokmenangis, diapakan saja oleh mbakyu Paduka sang Per-maisuri.\" Dewi Wara Srikandi palsu itu menjawab, \"Tidakdiapa-apakan kok Kakang, hanya kena marah sedikit. Akumenangis karena sedih ditinggal pergi saja, Kakang.\" Semar yang sudah semakin yakin itu rneniawab, \"Hambaini diutus oleh raka Paduka Kanjeng Pangeran Arjuna, untukmenyampaikan penyesalannya. Tadi raka Paduka sengajamenjauh karena menghadapi seorang wanita, yaitu rakaPaduka sang Permaisuri. Apalagi Gusti Wara Drupadi adalahsaudara tertua. Tetapi andaikata yang datang itu seorang pria,oo, raka Paduka mengatakan pasti akan melawan, walaupunyang datang itu rama Paduka Prabu Amarta atau ramaPaduka sendiri Prabu Cempalareja. Katanya; walaupun rama

Paduka datang membawa serta calon menantunya ialah PrabuJungkungmardea lengkap dengan bala tentara raksasanyamemenuhi Kesatrian Madukara sini, Raka Paduka RadenJanaka tidak akan mundur atau menghindar. Walaupunsejuta musuh berada di depan akan tidak dihindarinya.Setapak pun raka Paduka tidak akan mundur. Raka Padukabahkan mengatakan bahwa.Paduka tidak perlu khawatirmenghadapi raka Paduka Dewi Wara Sumbadra. Kesetiaanraka Paduka pada Paduka tak perlu diragukan lagi. MenurutGusti Raden Arjuna, Gusti Wara Sumbadra itu belakangan initerutama sejak sudah berputra kurang memperhatikan padasuami, sikapnya terhadap suami agak berubah. Memangdiakui oleh raka Paduka bahwa di seluruh jagad ini memangtidak ada seorang wanita pun yang kecantikannya melebihiGusti Wara Sumbadra. Beliau seorang putri utama. Tetapi,katanya belakangan ini mulai agak berani pada suami. Kataraka Paduka mendapat anak seorang sekarang ini sebenarnyakarena terpaksa saja. Mengapa Gusti Wara Sumbadra tetapdijadikan istri menurut raka Paduka karena belum ada sajayang lebih cocok. Nah, dengan Paduka ini katanya cocoksekali, sang Ayu.\" Mendengar ini Dewi Rarasati sebenarnya hampir tidakkuat menahan ketawa. Tanyanya, \"Apakah betul begitu,Kakang. Apakah betul bahwa Kanjeng Pangeran sudah mulaitidak mencintai istrinya lagi dan telah cocok dengan saya,cintanya jatuh padaku lahir batin?\" Semar menjawab, \"Hamba berani sumpah, sungguhbegitu ucapan raka Paduka. Hamba tidak mengarang-ngarang. Baiknya nanti Paduka bertanya sendiri saja kalausudah berjumpa raka Paduka sendirian. Pasti hamba tidakberbohong.\" Dewi Rarasati tertawa terbahak-bahak. Ia segera digamitoleh Dewi Wara Sumbadra dari belakang dan dibisiki bagai-mana harus menjawab. Kata Rarasati kemudian, \"Yasudahlah, Kakang, kalau memang demikian cinta Kanjeng

Pangeran itu lahir batin, lekas laporkanlah kepada gustimusana bahwa aku ingin mendengar sendiri semua tadi.\" Semar menjawab, \"Baik sang Dewi, raka Paduka pastisegera datang. Paduka jangan pergi-pergi. Akan hambapersilakan kemari raka Paduka Kanjeng Pangeran.\" Rarasati menyahut, \"Ya, lekas laporkanlah kepadagustimu, Kakang. Ini kuberi hadiah cincinku sendiriuhtukmu, Kakang.\" Semar dengan gembira menerima hadiah cincin. Denganlenggang-lenggok ia berangkat menuju ke tempat RadenArjuna berada sambil bersiul-siul dan tertawa. Mendengar dialog antara Semar dan Rarasati tadi DewiWara Sumbadra segera berkata perlahan, \"Rarasati, bawalahanakmu ini pergi sana, momonglah dia. Kalau PangeranArjuna datang biarlah aku yang menemuinya sendirian. Inginbetul aku melihat ulahnya sendiri satria Madukara itu.\" Rarasati menerima bayi Angkawijaya. Ia segera me-ninggalkan kamar diikuti oleh Dewi Sulastri. Setelah berada sendirian di situ Dewi Wara Sumbadrasegera memilih berdiri di pojok tembok di bawah pohonnagasari. Karena waktu itu sedang tanggal tiga, keadaan dibawah pohon nagasari itu sangat gelap. Orang hanya akanmelihat adanya remang-remang orang berdiri di situ, tetapihanya samar-samar.Arjuna Bertemu Sumbadra Ki Lurah Semar sudah sampai di depan Raden Arjuna. Iamelaporkan pelaksanaan tugasnya purwa, madya, sampaiwasana, sejak ia berjumpa sang Putri. Raden Arjuna senangsekali mendengar semuanya tadi. Kata Raden Arjuna, \"Bagaimana kelihatannya sang Putri.apakah tidak terlihat sedih, Kakang?\" Semar menjawab, \"Kelihatannya baik-baik saja. Olehsebab itu, Raden harus segera ke sana. Adik Paduka

menunggu di bawah pohon nagasari. Sang Putri inginmendengar sendiri semua tadi dari mulut Paduka sendiri.Terutama janji Paduka tadi. Ia tidak puas kalau hanyamendengar dari mulut hamba.\" Mendengar ini Raden Arjuna gembira sekali. Ia segeramenuju Balai Kambang, langsung menuju ke bawah pohonnagasari. Tanpa pikir panjang lagi, begitu melihat remang-remang ada seorang putri berdiri di bawah pohon nagasarisegera dipondongnya, dan langsung dihibur dan diciuminya. Katanya, \"Duh Dewiku, intan milik Kakanda sendiri yangtiada tolok bandingnya. Maafkan aku yang telah mening-galkanmu tadi. Mengapa aku sengaja menghindar tadi karenayang datang itu adalah Kanda Permaisuri Drupadi sendiri.seorang putri. Tetapi andaikata yang datang itu seorang pria.jangan lagi hanya seorang. Walaupun seratus ribu datang diMadukara sini tidak kuhindari. Sungguh tidak bohong semuayang diucapkan oleh kakang Semar tadi. Semua tadi aku yangmenyuruhnya. Walaupun sampai tujuh kali lagi aku terlahirdi dunia ini, aku tidak akan melihat pada wanita lain, kecualihanya melihat engkau, adikku.\" Mendengar kalimat yang terakhir ini terutama bahwasuaminya telah mengurangi perhatiannya padanya, DewiWara Sumbadra menjadi marah sekali. Tak dapat lagiditahan-tahan marahnya. Hatinya merasa sedih, dadanyaseperti dipukul dengan batu, seperti ditempa dengan pukulbesi. Ucapannya pedas; \"Ee, mengapa orang ini, datang-datang lantas memondong orang. Tanpa melihat siapa yangdipeluknya, seperti memeluk pacarnya saja. Aku tak merasamembuat janji, kenapa aku dipeluk-peluk, dirayu-rayu,dihibur-hibur. Aku bukan simpananmu, kenapa akudirangkul-rangkul? Mencium orang tanpa ragu-ragu sedikitpun. Aduh, mesranya merayu orang, mendekap-dekap. Hayoo,turunkan aku.\" Raden Arjuna mendengar ini kaget sekali. Untukbeberapa saat ia tidak dapat berkata apa-apa. Ia heranmengapa istrinya yang berada di situ.

Sang Putri berkata pedas, aslinya dalam pantun macapatPangkur, Lah Daweg Age Ulihne, Awak Kula Mring NagriDv.tarawati, Prapta Kawula Rumuhun, Apan Boten Neneka,Mara Deww Soroh Badan Nubruk-Nubruk, Ngebruki WongMadukara, margane Dike Parani, yang artinya: Mari antarkanaku pulang, ke negeri Dwarawati, kedatanganku dulu kemari,tidak sengaja datang, tidak datang sendiri menyerahkanbadan numbur-nurnbur, pasrah pada orang Madukara , tetapiengkaulah yang datang padaku (baca Arjuna Krama). Dewi Wara Sumbadra melanjutkan marahnya, \"Sekarangjangan ragu-ragu lagi, pulangkanlah aku dengan baik-baik,tidak usah mengeluarkan ucapan yang tidak-tidak, yang tidakada gunanya. Karena istri telah lama lantas dikatakan beranipada suami. Hayoo, lekas pulangkan aku supaya tidakmengganggu pandangan mata. Kalau terlampau lama aku disini tentu akan mengganggu kesibukan Satria AgungMadukara saja, membuat cernarnya negeri saja. Sudah wajarbahwa yang dimenangkan adalah raja Putri Cempalareja, yangayahnya raja ibunya permaisuri. Putri utama takmengecewakan, cocok sekali satria utama mendapatkanseorang putri utama, putri sempurna yang pasti bekti-laki,setia pada suami. Berbeda dengan aku yang rupanya jelek,dijual pun tidak laku, berani pada suami, tidak tahu diri, sicebol merindukan rembulan, kere munggah bale. orangmelarat menjadi orang kaya. Sungguh sampai hati KandaPrabu Dwarawati dulu, menyerahkan adik perempuan padaorang, akhirnya hanya habis manis sepah dibuang, hanyadijadikan tambal butuh, hanya untuk tambal sulam. Masihlebih berharga wanita tuna susila yang keluyuran pada malamhari. \" Sang Putri lantas menangis sedih sekali dengan tetapmengeluarkan kata-kata yang pedas pada suami.Arjuna Membujuk-bujuk Istrinya Meminta Maaf Mendengar kesedihan dan kemarahan istrinya itu RadenArjuna sangat menyesal di hati, merasa diri salah. Katanyamembujuk, \"Maafkan aku istriku, ibu dari anakku sayang.

Aku memang bersalah. Salahku memang sangat besar. Tetapikuminta jangan engkau masukkan dalam hati. Ucapanku tadihanya sekadar untuk mengenakkan hati Srikandi. Srikandiitu walaupun cantiknya bertambah sejuta kali lipat tetap sajatidak mungkin menyebabkan aku meninggalkamu, istrikutercinta yang telah memberiku seorang putra. Engkautemanku di dunia dan di akhirat. Aku akan tetap sehidupsemati denganmu. Kalau sampai benar-benar aku mengurangiprasetyaku padamu biarlah aku mendapat kutukan DewaSuralaya. Kalau aku sampai mempunyai niat sedikit pununtuk melupakanmu biarlah apa saja yang ada di dunia inimenghukumku. Hanya engkau seorang temanku lara-lapa,temanku dalam suka dan duka sampai kita sama-samameninggalkan dunia yang fana ini. Kita akan tetap renteng-renteng runtung-runtung, rukun tak terpisahkan, istriku.Sampai di Surgaloka kelak marilah kita tetap bergandengantangan. Semoga tiada halangan yang melintang. \" Mendengar ini Dewi Wara Sumbadra masih saja berkatakeras, \"Muak aku mendengar ucapan yang tiada ujungpangkalnya dan yang sukar dipercaya. Percuma sajakesetiaanku pada suami selama ini yang tidak tergoyahkan.Sejak kecil aku sudah berketetapan hati dan merelakan diriuntuk pada suatu ketika hidup dimadu walaupun denganseribu putri lainnya. Sejak dulu aku rela lahir batin hidupbersama putriputri yang menjadi maduku. Aku sudah puasasal aku dianggap yang tertua. Aku bersedia momong maru,hidup besama madu.\" Demikian sang Putri.Kesetiaan Sumbadra pada Suami Tiada Bandingannya Mendengar ini hati Raden Arjuna bersyukur besar danterharu. Sumbadra melanjutkan keluh kesahnya, \"Sudahkuucapkan berkali-kali bahwa walaupun seribu kali akudilahirkan di dunia ini hanya engkau seoranglah suamikutercinta yang akan kupuja sepanjang masa. kusembah dankucintai. Aku rela dimadu dengan siapa pun dan berapa

banyaknya pun. Tetapi apa yang kudapat, 0, dewa, ternyatahanya dianggap tambal butuh, tambal sulam saja.\" Mendengar ini Raden Arjuna bertambah terharu, merasasekali betapa besar dan mendalam cintanya pada putri sangatutama yang sekarang menjadi istrinya itu. Katanya mencobamembujuk, \"Duh, istriku sayang, ibu dari anakku, semogaaku mati disambar petir kalau sampai menganggapmu tambalbutuh, tambal sulam. Sekarang pun aku bersedia hancurlebur kena kutukan dewa kalau sampai mengurangi cintakudan penghargaanku padamu.\" Mendengar ini Dewi Wara Sumbadra tetap bersuarakeras. \"Aduh, aduh, mengobral janji lagi. Ee, syukurlah kalauaku ini tidak dianggap tambal butuh, tambal sulam. Cintasuamiku sayang ternyata masih besar padaku. Tetapi biarlahkita berpisah saja. Izinkan aku pergi ke Dwarawati. Walaupunkita berpisah kesetiaanku padamu tidak akan tergoyah. Akuakan tetap bekti-Iaki, setia pada suamiku seorang. Biarlahkita berpisah saja selama hidup di dunia yang fana ini. Kitateruskan berkumpul kelak saja di akhirat. Aku lahir batinmenerima keadaan ini dengan rela. Biarlah aku memeliharaanakku hasilmu secara terpaksa itu. Tidak dapat aku hidup diMadukara lagi, aku takut mencemarkan nama Satria AgungMadukara. Sekali lagi di akhirat sajalah kita berkumpul kelakkalau Raden masih menghendakiku, walaupun sekadar untuktambal sulam. Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh istrinyatersebut hati Arjuna hancur penuh haru dan sedih. Katanya.\"Jangan begitu istriku, ibu dari anakku sayang. Apa jadinyaaku ini kalau engkau tinggalkan. Lebih baik aku mati. Kemana pun engkau pergi aku akan ikut, entah ke Dwarawati.entah ke mana saja. Walau memasuki api pun aku akan ikut.Andaikata engkau terjun ke laut dalam pun aku tetap akanikut juga. Mati hidup jangan sampai kita berpisah. Berkata demikian itu Raden Arjuna mencoba mendekatisang istri. Tetapi Sang Dewi cukup waspada. Ia cepat mundur.

melangkah cepat masuk Kesatrian mendekati Rarasati.Suaminya tetap mengikuti dari belakang. Dewi Wara Sumbadra yang sudah dekat Rarasati ituberkata, \"Rarasati, bawa sini anakmu itu, akan kuembansendiri.\" Rarasati menyerahkan bayi Angkawijaya. Dewi Wara Sumbadra dengan terampil mengembanputranya sambil terus berjalan cepat. Raden Arjunamembujukbujuk di belakangnya. \"Anakku sayang, ayo ikutAyah. Berikan padaku anak kita itu, istriku. Biarlah aku yangmengembannya agar ia tidak menangis.\" Bayi Angkawijaya memang mulai menangis. Tetapi DewiWara Sumbadra menolak, sambil terus berjalan cepat.Katanya, \"Jangan, ini anak hasil pekerjaan terpaksa. Dan lagikurang pantas Satria Agung Madukara mengemban bayi,nanti kainnya basah kena air kecil, jangan-jangan lantasmarah, lantas anakku dibanting. Ee, ee, ini anak sudahdiemban kok masih saja menangis. Tidak diapa-apakan olehIbu kok menangis, mulai manja ya, atau engkau mengadupada Ibu ya, dikatakan anak hasil pekerjaan terpaksa ya,tidak usah kecewa anakku.\" Sambil berkata begitu itu sang Putri lantas masuk kamardiikuti oleh Rarasati dan Sulastri. Pintu kamar ditutupnyakeraskeras dan dikancing dari dalam. Raden Arjuna berhenti di depan pintu. Hatinya hancur.Ditambah kemudian mendengar tangis bayi Angkawijaya yangsemakin keras yang tampaknya sengaja dicubiti oleh ibunya.Kemarahan Arjuna Pindah ke Semar Hati Arjuna menjadi sedemikian bingungnya sehingga iatak tahu harus berbuat apa. Akhirnya ia memindahkankemarahannya kepada Ki Lurah Semar. Ditinggalkannyaistrinya yang berada di kamar itu. Ia kembali ke tamanmencari Semar.

Waktu itu Ki Lurah Semar sedang enak-enak makandengan lahapnya jajan pasar, yaitu nasi lengkap dengan laukpauk dengan penganannya lengkap. Ketika anaknya, yaituGareng, Petruk, dan Bagong meminta bagian tidak diberinya. Ki Lurah Semar ternyata telah memborong makanan yangberada di warung dekat Taman Maduganda, dengan jaminancincin yang diterimanya dari Dewi Rarasati. Semar makan makanan tersebut di tengah-tengah pintu.taman. Dinikmatinya benar-benar makanan yangdikunyahnya itu sedikit demi sedikit. Setiap habis mengunyahnasi sesuap ia berhenti sebentar sambil matanya mengamat-amati buahbuahan yang ada, ialah kepundang, duku,semangka, kuweni, dan nangka. Gareng, Petruk, dan Bagong merengek-rengek memintabagian sambil merintih keluar air liur. Ratap Gareng, \"Tidakakan habis oleh Rama sendiri makanan sebanyak itu.\" Ki Lurah Semar menjawab mengejek, \"Hee, kok enaknyasendiri saja meminta. Ini nasi bukan hasil meminta. Ini nasiaku membeli. Kamu mengganggu saja ada orang tua maumakan.\" Semar

Semar tidak mengetahui bahwa gusti nya Raden Arjunasudah berdiri di belakangnya. Raden Arjuna yang sedangmarah hebat itu tanpa berpikir panjang lagi menarik kebelakang tubuh Se mar yang sedang menikmati jajan pasar itudengan keras, sehingga punakawan tua yang sangat setia itujatuh telentang, nasi nya kecar-kacir, Arjuna yang sangat marah itu mengambil ranting kecilyang ada di situ dan mencambuki tubuh Ki Lurah Semar.Gareng, Petruk, dan Bagong menertawakan kejadian ini. Ke-tiganya berebut jajan pasar yang ada. Kata Petruk, \"Impiankusemalam menjadi kenyataan. Aku bermimpi bertemu buayayang sedang melahap kotoran manusia. Ternyata hari ini akuberjumpa jajan pasar lengkap dengan buah-buahan. Akusekarang yang menjadi buayanya melahap kuwih keleponyang santan gulanya manis seperti madu.\" Semar yang menangis kena cambuk sempat melirik padajajan pasar yang diperebutkan anak-anaknya. Katanya,\"Makanlah nasinya, tetapi sisakan untukku kUwih-kuwihnyayang empuk dengan gula santan itu.\" Bagong menjawab sambil mengunyah kuwih uteri yangterbuat dari pisang kepak rebus digulung dengan tepungberwarna hijau pupus dan jamban itu, \"Alangkah manis danwanginya kuwih uteri ini, cocok untuk gigiku yag mulai reweldan tak kuat ini.\" Semar menangis semakin keras sambil menuding,\"Sisakan untukku sedikit, terutama nangkanya itu.\" Gareng memotong, \"Semua sudah masuk perut, bagai-mana dapat mengeluarkannya. Apa perutku mau dibedah.Dan lagi di dunia ini mana ada orang menangis masih sempatmempunyai waktu melirik ke makanan.\" anesularnaga

Arjuna Menyadari Kesalahannya RADEN ARJUNA yang mencambuk Semar dengan rantingitu tersenyum juga menyaksikan ulah punakawan-punakawannya. Katanya, ''Teruskan kamu Gareng, Petruk,dan Bagong memakan habis jajan pasar itu, biar kubunuhsaja kakang Semar.\" Ki Lurah Semar berteriak, \"Apa dosa hamba kok maudibunuh?\" Raden Arjuna menjawab, \"Kakang telah mem-beJondrongkan aku. Membuatku seribu malu menjadi satumalu. Kenapa Kakang melapor padaku bahwa Putri Cempalayang menunggu di tempat gelap di bawah pohon nagasari?Setelah kupondong, kuemban, kuciumi, gara-gara percayapada laporan Kakang, ternyata yang kupondong itu adalahistriku, ibunya Angkawijaya. Sekarang ia marah hebat sekali,minta dipulangkan ke Dwarawati. Anakku bayi Angkawijayayang tidak bersalah dicubitinya.\" Ki Lurah Semar yang sebenarnya sangat bijaksana danmengetahui segalanya itu dapat mengerti mengapa gustinyamenjadi marah sekali. Ia menjawab sambil menangis dengannada membentak, \"Hamba aku dosa hamba tersebut. Inilahcelakanya menjadi orang tua yang rembes lara mata, pelupukmata melekat karena sakit mata, ditambah waktu itu keadaangelap sekali. Wajar kalau hamba salah melihat rupa karenakurang teliti. Sebaliknya Paduka, kenapa seperti orang tuapula, ikut-ikut pangling, ikut-ikut salah melihat rupa pula,tidak mengetahui kalau itu bukan Putri Cempala. Ditambahlagi sudah dipondong, diemban, diciumi, kok tidak merasakalau keliru. Dari rabaan saja mestinya kan sudah dapatdiketahui kalau itu Gusti Wara Sumbadra, mana mungkindapat salah.\" Raden Arjuna tersenyum, dalam hati membenarkanpendapat Se mar. Ia tersenyum sambil berkata perlahan,\"Engkau benar, Kakang. Akulah yang bersalah. Maafkan aku.\"

Ki Lurah Semar bergulingan di tanah sambil meneruskantangisnya, \"Oh sial benar badanku hari ini. Melayani kakek-kakek Paduka mulai Gusti Manumayasa, Ciusti Sakutrem,Gusti Sakri, Gusti Parikenan, Gusti Palarasa, Gusti Abyasasampai rama Paduka Gusti Pandudewanata, semuanyamencintai hamba. Kali ini malah hamba dicambuki Paduka.Selama itu dicambuk dengan lidi pun hamba tidak pernah.Padahal hamba sudah berniat akan melayani keturunanPaduka seterusnya. Duh Gusti-Gusti hamba yang sudah tidakada, keturunan Paduka yang sekarang ini, yang sejak kecilkumomong, kutimang-timang, tidur kukipasi, berjalankupayungi, makan kusuapi, oo, sekarang pemarahnya bukanmain, hamba dicambuki, oo, mohon ikut Paduka sajameninggalkan dunia yang fana ini.\" Raden Arjuna hancur lagi hatinya. Katanya, \"SudahlahKakang, jangan menangis, terimalah ini cincinku untukmu,harganya tak kurang dari seratus rupiah.\" Ki Lurah Semar menerima cincin sambil masih menangisdan berkata, \"Untuk berhenti menangis masih sulit selamajajan pasar itu belum dikembalikan kepada hamba.\" Raden Arjuna memerintah, \"Gareng, Petruk, Bagong,kembalikan semua kepada kakang Se mar, besok kuganti.\" Ketiganya menjawab serentak, \"Sudah habis, Raden\". Ki Lurah Semar berteriak, \"Nangkanya masih sedikitdisembunyikan Bagong.\" Mata Bagong melotot sambil melemparkan sisa nangkasedikit yang masih disisipkan dalam baju ke ayahnya sambilmenggerutu, \"Gila betul Rama ini, mata sesipit dan serembesitu kok awasnya bukan main. Sisa nangka sedikitkusembunyikan masih kelihatan.\" Ki Lurah Semar menari melenggak-Ienggok setelah ber-hasil menangkap sisa nangka yang dilemparkan padanya olehBagong dan mendapatkan tambahan sebuah cincin.

Raden Arjuna kemudian berkata, \"Kakang Semar,bersiaplah segera mengikutiku menyusul gustimu WaraSrikandi. Sudah lama ia meninggalkan taman. Kasihan iaseorang putri berjalan sendirian. Aku khawatir ia mendapathalangan.\" Para punakawan keempatnya menjawab \"sendika\" dansegera berangkat. Raden Arjuna yang singgah sebentar dikamar Balaikambang menemukan bahwa senjata pusakanya,Panah Dadali, tidak terlihat. Dalam batin ia telah mendugasenjata tersebut dibawa oleh sang Putri. Ia kemudian mengambil senjata pusaka yang lain,Sarotama, kemudian segera keluar dari taman Maduganda,dengan diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Satria Madukara Raden Arjuna yang sangat sakti, gemarbertapa, dan menjadi kekasih dewa itu segera melakukanpemusatan pikiran, mengheningkan cipta dan mengucapkanaji-aji pagandan wruhing mar gi, ialah menggunakan ilmunyauntuk mengetahui jalan mana yang ditempuh oleh Dewi WaraSrikandi.Srikandi Berjumpa Bala Tentara Raksasa Dewi Wara Srikandi meninggalkan Kesatrian Madukarapada petang hari setelah matahari terbenam. Keadaan mulaigelap. Ia terus berjalan tidak tentu yang dituju semalamsuntuk. Waktu hari mulai pagi sang Putri sudah memasuki hutanbelantara yang lebat di mana ia berjumpa bala tentara raksasadari Paranggubarja pimpinan Wilpradeksa (Cakil). Bupati raksasa tersebut terkejut berjumpa seorang putriyang parasnya elok berjalan cepat sendirian. Ia cepatmenduga bahwa wanita tersebut pasti raja Putri Cempalarejayang mereka cari. Ia segera memerintahkan bala tentararaksasa untuk mengepungnya. Sang Putri sudah terkepungketat. Wilpradeksa mendekati sang Putri. Tetapi ia segeramenghentikan langkahnya karena sang Putri telah

mengarahkan anak panah yang telah ditariknya daribusurnya kepadanya. Dari kejauhan Wilpradeksa bertanya, \"Hee, siapa Paduka,berjalan sendirian, seorang putri cantik tiada bandingannya,sama sekali tiada rasa khawatir berjalan dalam hutan.\" Dewi Wara Srikandi menjawab dengan tenang, \"Jangankamu semua terkejut. Aku adalah Putri Cempala.\" Mendengar ini Wilpradeksa sangat senang hatinya. Katanya sopan, \"Duh, Gusti kami, untung benar kami ini.Kami semua adalah abdi Paduka sendiri dari negeriParanggubarja. Kami diutus oleh raka Paduka RajaParanggubarja Prabu Jungkungmardea mencari Paduka,Gusti kami raja putri. Sekarang sudah berjumpa di dalamhutan. Marilah Gusti, kami antarkan Paduka ke Sawojajar.Paduka naik tandu saja yang telah kami sediakan.\" Mendengar ini Sang Dewi marah sekali. Katanya,\"Seenaknya saja kamu ini mengucapkan mau membawaku keSawojajar. Seenaknya pula kamu ini menyebutkan katakata'raka Paduka'. Hayoo para raksasa, pergi semua kamu.Jangan berada di depanku. Kalau tidak cepat-cepat pergikupanah mati kamu semua.\" Mendengar ini Wilpradeksa tertawa terbahak-bahaksambil membusungkan dada, \"Silakan Gusti kalau maumemanah hamba. Hamba telah ditatar oleh raka Paduka SangPrabu sendiri untuk menghadapi senjata apa saja.\" Tanpa banyak pikir lagi sang Putri melepaskan panahsakti Dadali yang meluncur cepat seperti kilat. Wilpradeksaterkena lehernya putus. Tubuhnya yang besar itu jatuh ditanah.Arjuna Datang Menolong Bala tentara raksasa lainnya terkejut. Melihat bupatimereka tewas, mereka menjadi marah sekali. Serempakseluruhnya menyerang sang Putri. Tetapi, sang Putri telah

siap siaga. Barisan raksasa yang berada di depan hancur ter-kena panah pusaka Dadali. Pada saat yang tegang itu datanglah satria MadukaraRaden Arjuna. Raden Arjuna terkejut menyaksikan Dewi WaraSrikandi dikeroyok oleh banyak raksasa dalam pertempuran. Putri Cempala yang gagah berani tersebut setapak puntidak berpindah tempat. Hatinya teteg dan tatag, ialah penuhkepercayaan kepada diri sendiri. Ia terampil sekali mengguna-kan senjata panah. Panah pusaka Dadali yang oleh sang Putridiarahkan ke depan, ke kiri, dan ke kanan telahmengakibatkan tewasnya banyak tentara raksasa. Sungguh terbukti Dewi Wara Srikangi adalah seorangputri prajurit. Raden Arjuna yang berada di belakangnya me-nyaksikan semuanya tadi segera melepaskan panah pusakaSarotama, yang mengakibatkan sirna dan tewasnya semuasisa tentara raksasa. Senjata Sarotama dari Arjuna yangbersayap itu menyambar-nyambar seperti burung. Dewi Wara Srikandi terkejut. Ia menoleh ke belakang.Dilihatnya sang Arjuna yang sedang melepaskan senjatapanah Sarotama. Sang Putri menjadi tidak senang hatinya. Kehadiran sang Arjuna ditanggapinya dengan sikap acuhtak acuh. Ia meneruskan perjalanan, sedangkan Raden Arjunamengikuti dengan penuh kesabaran dan pengertian daribelakang. Ia tidak dapat mendekati sang Dewi karena setiap iamendekat sang Putri menarik panah pusaka Dadali diarahkankepadanya. Akhirnya hanya dari kejauhan saja satriaMadukara itu mengikuti perjalanan sang Putri.Srikandi Masuk Istana, Arjuna Kembali ke Madukara Beberapa waktu kemudian Dewi Wara Srikandi tiba dinegeri Cempalareja. Ia segera masuk ke istana. Raden Arjunayang mengikuti perjalanan sang Putri dari kejauhan sudahmerasa lega bahwa sang Putri telah dengan selamat tiba diistana Cempalareja. Dengan demikian rasa kekhawatirannyahilang.

Raden Arjuna segera kembali ke Madukara. Tetapi,sampai di Kesatrian Madukara ia menghadapi kenyataanbahwa istrinya yang sangat dicintainya itu belum redamarahnya dan sulit untuk didekati. Akhirnya, siang danmalam ia terpaksa berada di pendapa, sabar menunggusampai istrinya mereda marahnya. Sekembali Permaisuri Dewi Drupadi dari Madukara, iamenjadi sangat sedih memikirkan ulah adiknya. Ia merasamalu untuk berterus terang kepada suami. Pada hari keempat Prabu Puntadewa merasa bahwaistrinya dalam keadaan sedih. Untuk mengetahui apasebabnya ia segera menanyakan kepada emban.Ditanyakannya apa yang sebenarnya telah menyebabkan hatipermaisuri sedih. Nyi Emban melapor apa adanya dari purwa, madya,sampai wasana, tidak ada yang ketinggalan, dan tidak adayang ditutup-tutupi, termasuk keberangkatan sang Permaisurike Madukara sampai kembali. Tidak ketinggalandilaporkannya bahwa Dewi Wara Srikandi telah dihajar habis-habisan oleh permaisuri. Mendengar ini semua Prabu Puntadewa menjadi marahsekali. Dipanggilnya Raden Nakula. Setelah Raden Nakuladatang sang Prabu berkata dengan nada keras, \"DindaNakula, lekas panggil kakakmu Arjuna kemari bersama istridan anaknya, termasuk emban dan lain-lain, pendeknya yangberpangkat lurah ke atas.\" Raden Nakula menjawab \"sendika\" dan segera berangkatke Madukara hanya membawa pengiring dua belas orang. anesularnaga



Raden Arjuna Dipanggil ke Amarta SETIBANYA di Madukara Raden Nakula segera memasukipendapa. Ia terkejut mendapatkan kakaknya sedang enak-enak duduk di pendapa memeluk lutut, kelihatannya sedangsedih dan capai. Punakawan Semar, Gareng. Petruk, danBagong juga duduk di dekatnya. Patih Sucitra juga terlihatduduk tidak jauh dari gustinya. Melihat kedatangan adiknya Raden Arjuna segeramenarik tangan adiknya dipersilakan duduk. Raden Nakula melakukan sembah dan bertanya, \"DuhKakanda, Paduka kelihatan prihatin, duduk di pendapasambil memeluk lutut, ada apa? Apakah Kanda sakit?Sepintas lalu Kanda seperti sedang murung. Raden Arjuna menjawab, \"Tidak adikku, Kanda tidaksedang prihatin. Hanya badan agak panas dingin mulai tadimalam.\" Raden Nakula melakukan sembah dan melapor, \"DuhKakanda, hamba diutus oleh Kakanda Prabu. Paduka dimintasegera berangkat ke Amarta bersama garwa putra dan paraabdi dari pangkat lurah ke atas.\" Raden Arjuna menjawab, \"Ya, adikku, tetapi mengapambakyumu ikut dipanggil dan para abdi dari pangkat lurah keatas?\" Raden Nakula menjawab. \"Hamba sendiri kurangmengerti, Kanda. Hamba kurang jelas apa yang sebenarnyamenjadi kehendak Kakanda Prabu. Hanya Kakanda Prabuwaktu memerintahkan kepada hamba kelihatannya sepertisedang marah sekali.\" Raden Arjuna memotong, \"Kanda siap untuk berangkatsekarang juga, Dinda. Tetapi mengenai pemberitahuan kepadambakyumu Sumbadra sebaiknya Dinda sendiri saja yanglangsung memberitahukan.\"

Raden Nakula bertanya, \"Mengapa harus hamba Kanda,ada apa ini antara Kanda dan Kakanda Wara Sumbadra?Dinda ini menjadi curiga.\" Raden Arjuna tersenyum dan menjawab, \"Kanda memangsedang cekcok sedikit dengan mbakyumu. Ia masih marahsampai sekarang. Kanda takut bertemu.\" Raden Nakula tertawa dan memotong, \"Kalau begituKanda tadi telah berbohong waktu menguatkan tidak sedangprihatin. Sekarang Kanda baru terus terang bahwa sedangcekcok sedikit dengan Kakanda Sumbadra. Baiklah Kanda,jangan khawatir. Dinda sendiri yang akan menyampaikanpanggilan Kakanda Prabu ini kepada Kakanda Sumbadra.Kanda sendiri agar siap-siap saja.\"Raden Nakula Menjumpai Dewi Wara Sumbadra Raden Nakula melakukan sembah pada Raden Arjuna,kemudian segera menghadap kakak iparnya ialah Dewi WaraSumbadra. Ia dipersilakan duduk oleh sang Dewi. Setelah melakukan sembah Raden Nakula melapor,'Hamba diutus oleh Kakanda Prabu Amarta. Paduka dipanggilmenghadap ke Amarta. Sekarang juga berangkat bersamakami.\" Dawi Wara Sumbadra menjawab, \"Bagaimana Dinda,apakah aku sendiri yang dipanggil oleh Kanda Prabu?\" Raden Nakula menjawab, \"Raka Paduka Kanda Arjunajuga dipanggil, malahan harus berikut para punggawa yangberpangkat lurah ke atas. Putra Paduka bayi Angkawijayatentu saja harus juga ikut. 0, ya, Kakanda, hamba mohonbertanya, mengapa Kakanda Arjuna sangat takutmenyampaikan panggilan Kakanda Prabu ini kepada Paduka.Kenapa harus dinda sendiri yang menyampaikannya? Ada apaKanda?\" Dewi Wara Sumbadra tersenyum dikulum sambil men-jawab, \"Kangmasmu sedang marah pada mbakyumu ini.

Entah apa saja yang menjadi kesalahan mbakyumu ini.\" Mendengar ini Raden Nakula tertawa terbahak, \"Aduh,bagaimana ini, jawaban kok sama saja. Kanda Arjuna jugamengatakan bahwa Paduka sedang marah hebat, sampai-sampai Kanda Arjuna tidak berani mendekati.\" Dewi Rarasati, Dewi Sulastri, dan semua inangpengasuh . yang mendengar tertawa gembira. Dewi WaraSumbadra sendiri hanya tersipu-sipu. Katanya manis,\"Baiklah Dinda, ayoo kita lekas berangkat. Dinda menunggudulu di luar karena mbakyumu ini mau berpakaian dulu.\"Raden Nakula melakukan sembah dan segera keluar. Raden Arjuna telah memerintahkan kepada Patih Sucitrauntuk mempersiapkan tandu dengan para pemikulnya. Empatpuluh orang mantri dan dua puluh lima orang lurah telah siapuntuk berangkat berikut punakawan-punakawan. Dewi Wara Sumbadra segera keluar dengan diikuti olehpara inang pengasuh. Sang Dewi dengan didampingi oleh DewiRarasati dan Dewi Sulastri duduk dalam tandu yang sama. Rombongan berangkat, empat puluh orang putri lainnyaberjalan mengapit tandu. Raden Arjuna sendiri berjalan kakitidak jauh di belakang berikut empat orang punakawan. Empat puluh orang mantri dan dua puluh lima oranglurah berjalan tidak jauh dari gustinya. Payung tidak dibuka,sepintas lalu seperti rombongan yang sedang sedih danmenimbulkan belas kasihan kepada barang siapa yangmelihatnya. Tidak ada upacara ini itu. Tidak se megah waktuArjuna Krama dulu (baca Arjuna Krama). Raden Nakula berikut pengiringnya mendahuluirombongan dan tiba di Amarta terlebih dulu. Tidak lamakemudian rombongan Dewi Wara Sumbadra juga tiba diAmarta dan langsung masuk istana. Raden Arjuna sendiri menunggu di Srimanganti. Kemudi-an, ada perintah yang mengejutkan dari Prabu Puntadewauntuk melucuti keris yang dikenakan oleh satria Madukara

tersebut berikut seluruh pengikutnya. Raden Arjunamenyerahkan kerisnya baik-baik dengan senang hati. Begitujuga seluruh pengikutnya. Peristiwa ini menggemparkan seluruh negeri. Baru untukpertama kali ini mereka menyaksikan atau mendengar rajamereka Prabu Yudistira yang terkenal tidak pernah marah itusekarang marah hebat terhadap adik kandungnya sendiri. Semuanya tidak mengetahui yang menjadi sebabkemarahan sang Prabu tersebut. Satria Jodipati RadenWrekudara sendiri yang menyaksikan kemarahan kakaknyaini tidak dapat berbuat apa-apa. Ia kemudian memilihbersikap diam saja. Satria Pringgandani Raden Gatotkaca yang jugamendapat panggilan ke Amarta berikut seluruh balatentaranya juga menjadi sedih, terutama setelah mendapatperingatan bahwa ia dilarang berjumpa dengan pamannyaRaden Arjuna yang paling ia hormati, segani, dan cintai itu. Seluruh kerabat Pendawa dilarang mendekati ataumenemui Raden Arjuna. Seluruh kerajaan menjadi sedih.Prabu Kresna Tiba di Amarta Raja Dwarawati, Prabu Kresna adalah titisan HyangWisnu. dewa yang menjadi pokok kejiwaan manusia. Ia adalahpengasuh Pandawa, baik pada masa damai maupun padamasa Perang Bratayuda (baca Kisah Keluarga Pandawa danKurawa yang telah dibukukan). Pada suatu hari sang Prabu merasa sangat rindu kepadakeluarga Pandawa. Menurut perasaannya tentu ada kejadianapa-apa. Ia segera memerintahkan kepada Patih Udawa dansatria Lesanpura Setyaki atau Raden Wresniwira untukmelakukan persiapan. Sang Prabu yang walaupun dapat terbang di angkasamemilih naik kereta hari itu dan hanya diikuti oleh saudarasepupu yang menjadi saudara iparnya, yaitu Raden Setyaki.

Raja putra Dwarawati satria Paranggaruda Raden Sambabersama Patih Udawa diperintahkan tinggal di Dwarawatimenjaga praja. Prabu Kresna Setibanya di negeri Amarta sang Prabu Kresna segeramasuk istana. Puntadewa bersama para kadang Pendawamenjemput Sri Kresna di Pagelaran. Mereka saling rangkulmelepaskan rindu. Kedua raja Dwarawati dan Amarta ituberjalan bergandengan tangan. Sang Prabu Kresna yang serbamengetahui itu berpura-pura terkejut dan kemudian

tersenyum waktu menyaksikan adik iparnya ialah RadenArjuna berikut seluruh pengiringnya dari Madukara duduktenang-tenang di Srimanganti dengan dikelilingi batas tali.Diperhatikan oleh Sri Kresna ternyata tidak seorang pun dariorang-orang Madukara itu yang mengenakan keris. termasukRaden Arjuna sendiri. Setelah tiba dalam istana kedua raja itu duduk ber-dampingan. Raden Wrekudara berdiri di depannya, sedang didekatnya duduk Raden Nakula, Raden Sadewa, RadenSetyaki, dan Raden Gatotkaca. Prabu Puntadewa melakukan sembah dan berkata, \"DuhPukulun Kakanda Prabu, bagaimana kabar Paduka dan paragarwa putra yang ditinggalkan.\" Sri Kresna menjawab, \"Semuanya selamat tidak kurangsuatu apa pun, terima kasih. Dan bagaimana dengan parakeluarga Pendawa di sini, apakah semuanya baik-baik saja?\"Sri Yudistira menjawab, \"Semuanya baik-baik saja tidakkurang suatu apa pun. berkat restu Kakanda Prabu.\" Sri Kresna pura-pura bertanya, \"Lho, ini kok sepertimasih kurang seorang, adik ipar Kanda kok tidak terlihat?\" Sri Yudistira menjawab, Dinda Arjuna sedang hambahukum di Srimanganti berikut seluruh pengiringnya dariMadukara.\" Sri Kresna tertawa dan bertanya, \"Lho, lantas apa sajadosanya sampai mendapat marah dari Dinda Prabu itu?\" Sri Yudistira menjawab, \"Dosanya adalah menerima tamurayi Paduka Srikandi sudah setengah bulan tidak melaporkepada Dinda. Srikandi meninggalkan Cempalareja padamalam hari karena tidak bersedia menerima pinangan rajaseberang Prabu Jungkungmardea dari Paranggubarja. yangsekarang ini bersama seluruh bala tentaranya dalam keadaansiap tempur berada di Sawojajar. Baik bala tentara Cempala-reja, Amarta, maupun Paranggubarja telah disebar ke seluruhpenjuru untuk mencarinya, tetapi tidak berhasil. Sekarangternyata yang dicari itu bersembunyi di Madukara. Kabarnya

Srikandi di Madukara itu belajar memanah pada rayi PadukaArjuna. Tetapi, rayi Paduka Arjuna menyembunyikanpersoalan ini, dengan mengatakan kepada semua orang diKesatrian Madukara bahwa ia sedang tapa nendra di tamanMaduganda tidak boleh diganggu. Mengapa Dinda marahsekali, karena rayi Paduka Drupadi tanpa Dinda -ketahuitelah pergi sendirian ke Madukara melakukan penyelidikan. Iatelah menjumpai adiknya di sana. Srikandi telah dihajarnyahabishabisan, sehingga rayi Paduka Srikandi itu sekarang me-ninggalkan Madukara tidak diketahui ke mana perginya.\" Sri Kresna mendengar kisah tersebut untuk beberapasaat tidak berkata apa-apa. Setelah bersedekap sebentar me-musatkan pikiran ia berkata, \"Jika demikian halnya makasudah cukuplah hukuman yang dijatuhkan oleh Dinda Prabudan Dinda Permaisuri Drupadi itu. Mereka memang telahmenambah kesedihan hati Mamanda Prabu Cempalareja.Memang kalau tidak ada tindakan apa-apa dari Dinda Prabumaka paman Prabu Cempala tentu ak-Sln menyalahkanDinda suami istri. Lantas, apa sekarang yang akan Dindalakukan selanjutnya terhadap mereka yang bersalah, yangtelah mendapat hukuman itu?\" Raden Wrekudara memotong, \"Menurut aku, lebih baikdikawinkan saja Janaka itu dengan Srikandi. Tidak perludipikir panjang lagi. Baik yang lelaki maupun yang perempuansudah sama-sama senang, mau apa lagi. Kalau ada marahnyaorang Cempala semuanya jangan ikut campur, aku sendiriyang akan menghadapinya. Si lelaki sudah jelas tidakmengundang, si perempuan yang datang sendiri. Mana adahukuman yang lebih baik selain mereka dikawinkan.\" anesularnaga



Arjuna Diserahkan ke Cempalareja MENDENGAR usul Bima tersebut Sri Kresna tertawa.Katanya, \"Bagi orang biasa, pemikiranmu itu dapat diterima.Tetapi, tidak demikian mudahnya dengan beliau-beliau sepertiDinda Prabu Amarta dan paman Prabu Cempalareja. Sungguhkurang pantas kalau Arjuna dan Srikandi yang dianggap telahberbuat salah itu dijodohkan begitu saja.\" Prabu Puntadewa bertanya, \"Kakanda Prabu, hamba me-nyerahkan pada kebijaksanaan Paduka mengenai bagaimanabaiknya. Hukuman apa yang sebaiknya dijatuhkan atas adikkami tersebut? Apakah dihukum mati atau dihukum hidup?\" Sri Kresna menjawab, \"Dinda Prabu, menurut Kandayang terbaik adalah segera kita serahkan saja Dinda Arjunaitu ke Cempala. Kita serahkan pada keputusan MamandaPrabu di sana. Mati dan hidup kita serahkan kepadakebijaksanaan Mamanda Prabu. Jadi kita tunjukkan baktikita kepada orang tua. Kanda sendiri bersedia menjadi utusanke Cempalareja tersebut.\" Prabu Puntadewa yang sebenarnya sangat mencintaiArjuna itu memijat-mijat kepala, kemudian berkata, \"TerserahPaduka Kanda, hanya hamba mohon perkenan Paduka untukmenjamin keselamatan Dinda Arjuna.\" Sri Kresna tersenyum menjawab, \"Jangan khawatir,Dinda Prabu. Dan engkau Dinda Wrekudara, ikut juga denganKanda ke Compalareja. Begitu juga engkau, anakku,Gatotkaca Jengkau ikut uwakmu ini juga ke Cempalarejadengan membawa bala tentara yang siap tempur. Semua inikita lakukan karena di Cempalareja terutama di Sawojajarsekarang ini sedang b~rada raja seberang PrabuJungkungmardea dari Paranggubarja yang dalam keadaansiap tempur dengan bala tentaranya yang kuat. Tingkah lakuorang-orang seberang itu sudah pasti tidak dapat dijaminbahwa tidak akan berbuat apa-apa, yang membuat kita harus


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook