keras, Raja Bhima mengundang seluruh raja untuk datang ke istananya. Barangkali saja ada di antara mereka yang bias menenangkan hati putrinya. Karena berita tentang kecantikan Damayanti tiada tara, banyak raja yang ingin mengikuti kontes itu. c) Resolusi, menceritakan penyelesaian dari masalah yang dialami tokoh. Contoh: (1) Tetapi buaya tidak peduli. Dia tidak takut pada biri-biri itu. Dia naik ke titian itu, membuka mulutnya besar-besar dan akan melahap si Sulung. Si Sulung melompat, menerjang buaya dengan kukunya. Kena mata buaya. Dia kesakitan. Lalu, ditanduknya perut buaya itu oleh si Sulung. Luka dan berdarah. Buaya menjerit kesakitan, lalu menjatuhkan dirinya ke air. (2) Sebenarnya ucapan kelinci tadi hanya siasat saja, agar ia dapat melepaskan diri dari getah itu. Ketika serigala melemparkannya ke duri, ia segera melompat, lalu berlari jauh, masuk lubang untuk menemui ibunya kembali. Ketika sang ibu melihatnya, ia kaget melihat bulu-bulu anaknya rontok, kulitnya terkena getah, dan ekornya terkelupas. d) Evaluasi Contoh: “Engkau pantas mendapatkan ini. Ini adalah balasan bagi anak kelinci yang keras kepala dan tidak mau mematuhi nasihat ibunya.” e) Koda, berisi pesan moral terkait dengan cerita yang telah disampaikan. Contoh: Akhirnya, mulai saat itu Jiji dan Kus bekerja sama sebagai tukang cat di kampung tersebut. Mereka tidak pernah kehabisan pekerjaan. Di kampung-kampung lain pun mereka banyak ditawari pekerjaan. Di mana pun mereka bekerja baik. Pekerjaan mereka selalu rapi dan memuaskan sehingga banyak yang menggunakan jasa mereka. Hati mereka senang dan gembira. Teks cerita rakyat memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut. a) Menggunakan kata-kata yang menyatakan urutan waktu, seperti pada suatu ketika, pada zaman dahulu, kemudian, akhirnya. b) Menggunakan kata kerja tindakan, seperti mengembara, menggigit, menerjang, melompat, memanjat, memangsa.
c) Menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan para tokohnya. Misalnya, membisu, mengeluh, mengerang, tertunduk lesu. d) Menggunakan kata-kata yang menggambarkan keadaan atau sifat tokohnya, seperti bingung, lapar, kurus, kuat, licik, sombong. e) Menggunakan kata sSaudarang, sepeti si, sang pada jenis cerita fable. f) Menggunakan sudut pandang tokoh ketiga. Pencerita tidak terlibat dalam cerita yang disampaikannya. g) Menggunakan dialog. Contoh: Seekor anak anjing bertana, “Mengapa kamu selalu berlari ke sana-kemari dengan loncengmu?”“Ya aku bangga pada lonceng di leherku. Tidak setiap anjing punya lonceng sepertiku.” Pada suatu ketika anjing tua berkata kepada anjing berlonceng, “Mengapa kamu selalu memamerkan diri dengan loncengmu?”“Ya, karena tidak setiap anjing memiliki lonceng sepertiku.” “Sebenarnya kamu harus malu pada loncengmu. Lonceng itu tidak patut kamu banggakan. Bahkan, itu aib. Sebenarnya majikanmu memberi lonceng itu agar orang berhati-hati dengan kehadiranmu. Lonceng itu adalah pemberitahuan kepada semua orang agar hati-hati dan waspada akan kedatanganmu karena kamu anjing yang tak tahu aturan dan sering menggigit tumit orang,” kata anjing tua. (Kosasih, 2019) Judul Tabel 2 Contoh cerita rakyat Orientasi Serigala dan Kelinci yang Keras Kepala Komplikasi Pada zaman dahulu, hiduplah seekor serigala. Ia mempunyai kebun mentimun yang sekelilingnya dipagari duri. Hal itu dimaksudkan agar manusia dan hewan-hewan lain tidak bias memasuki kebunnya. Tidak jauh dari kebun itu, terdapat seekor Kelinci kecil bersama ibunya yang tinggal di sebuah lubang. Kelinci ini selalu keluar dari lubangnya dan menunggu sampai serigala pergi meninggalkan lading untuk mencari ayam atau yang lainnya untuk dimakan. Setelah merasa yakin serigala telah pergi, Kelinci keluar dari lubang, lalu melompat dan masuk ke kebun dengan melewati bawah pagar duri. Ia memakan mentimun dan memotongnya. Setelah itu, ia kembali ke lubang. Ibunya selalu mengingatkannya agar waspada dari ancaman serigala.
“Janganlah engkau pergi ke kebun mentimun, Annaku. Dengarkan nasihat ibu. Jangan kau pergi ke kebun itu. Jika serigala menangkapmu, ia akan memakanmu,” kata ibunya. Sementara itu, setiap kali serigala pulang, ia menemukan buah mentimunnya telah dimakan dan terpotong. Ia heran dan berpikir, siapa gerangan yang masuk dari pagar dan memakan mentimunnya. Suatu hari serigala bermaksud melakukan pengintaian untuk mengetahui siapa yang selalu memasuki kebunnya. Ia bersembunyi di balik pohon dan menunggu siapa gerangan yang datang. Tiba-tiba, seperti biasa, Kelinci kecil keluar dari lubangnya dan melompat-lompat, masuk dari bawah kawat berduri. Setelah sampai di kebun, ia mulai memakan mentimun. Mengetahui hal itu, Serigala segera menyerangnya. Ia berlari dengan cepat dan memasuki kebunnya. Namun demikian, Serigala tidak berhasil menangkap Kelinci kecil itu. Kemudian Kelinci kecil masuk ke lubangnya dan mendatangi ibunya dengan terengah-engah. “Apa yang terjasi?” tanya ibunya. Lalu kelinci menceritakan apa yang terjadi dengan serigala. “Bukankah telah aku peringatkan jangan kau pergi ke kebun itu?’ kata ibunya lagi. Tetapi kelinci itu keras kepala dan tidak pernah mendengar ucapan ibunya. Setiap hari ia masih selalu datang ke kebun itu di saat Serigala pergi. Akhirnya, Serigala mencari siasat untuk menjebak dan menangkap Kelinci yang keras kepala itu. Ia pergi dan mengumpulkan getah dari pohon karet yang ada di sekelilingnya. Getah ini dijadikan sebuah patung kelinci buatan yang mirip dengan Kelinci keras kepala itu dan melatakannya di tengah lading. Ketika Kelinci keluar dari lubang dan masuk dari pagar berduri seperti biasanya, ia melihat ada yang menyerupainya di tengah kebun. Ia mengira itu kelinci lain. Kemudian Kelinci Kecil menghampiri kelinci buatan yang berdiri di hadapannya. “Apa yang kau lakukan di kebun ini? Apa yang kau inginkan? Kau kira kau lebih kuat dari diriku? tanya Kelinci Kecil kesal. Ia memukulnya dengan tangan kanannya. Tangannya menyentuh kelinci getah itu, dan tentu saja ia tidak dapat melepaskannya. Kelinci buatan itu seolah menggerakkan tangannya dan menangkap tangan kanan Kelinci Kecil sehingga ia tidak dapat melapaskan tangannya. “Ugh! Kau memegang tanganku?” hardik Kelinci Kecil sambil memukul dengan tangan kirinya. Kelinci nakal itu berusaha melepaskan tangannya. Ia bergerak ke kiri dan ke kanan, tetapi tetap tidak berhasil. Karena gerakannya itu, kelinci getah menyentuh bulu dan ekornya. Pada saat itu, keluarlah Serigala dari balik pohon. “Sekarang kau terkena tipuanku, aku akan meninggalkanmu agar
Resolusi kau tersiksa oleh getah ini,” kata serigala sambil menyeringai Evaluasi Koda puas. “Aku senang seperti ini. Getah ini tidak menyakitiku. Aku akan merasa sakit jika kau lemparkan aku ke atas duri itu,” kata Kelinci Kecil sambil matanya mengerling kea rah duri pagar. “Baik, jika duri membuatmu sakit, aku akan melemparkanmu ke sana,” ujar Serigala kesal. Kemudian ia menangkap Kelinci dan melemparkannya ke arah duri. Sebenarnya ucapan Kelinci tadi hanya siasat saja, agar ia dapat melepaskan diri dari getah itu. Ketika Serigala melemparkannya ke duri, ia segara melompat dan melompat, lalu berlari jauh, masuk lubang untuk menemui ibunya kembali. Ketika sang ibu melihatnya, ia kaget melihat bulu-bulu anaknya rontok, kulitnya terkena getah, dan ekornya terkelupas. “Apa yang terjadi padamu? tanya ibunya. Kelinci menceritakan apa yang telah dialaminya. “Engkau pantas mendapatkan ini. Ini adalah balasan bagi anak kelinci yang keras kepala dan tidak mau mematuhi nasihat ibunya.” Sejak saat itu Kelinci tidak pernah lagi ke kebun Serigala. (Abdul Majis dalam Kosasih, 2019) (Sumber: Kosasih, 2019) 2) Cerita Fantasi Cerita fantasi merupakan cerita yang sepenuhnya dikembangkan berdasarkan khayalan, imajinasi, atau fantasi (Kosasih, 2019). Cerita fantasi tidak mungkin terjadi di alam nyata. Misalnya, binatang yang berperilaku seperti manusia, seseorang yang bisa terbang atau menghilang. Dengan demikian, beberapa jenis cerita klasik, seperti fabel dan legenda dapat dikategorikan sebagai cerita fantasi. Hal ini karena di dalam kedua jenis cerita itu banyak ditemukan peristiwa-peristiwa yang di luar nalar. Meskipun demikian, cerita fantasi tidak selalu sama dengan cerita rakyat. Cerita fantasi memiliki struktur sebagai berikut: a) Orientasi, berisi pengenalan tema, tokoh, dan latar. b) Komplikasi, berisi cerita tentang masalah yang dialami tokoh utama. Pada bagian ini peristiwa-peristiwa di luar nalar ini biasanya terjadi. c) Resolusi, merupakan bagian penyelesaian dari masalah yang dialami tokoh. Cerita fantasi memiliki kaidah kebahasaan sebagai berikut:
a) Menggunakan kata-kata yang menyatakan urutan waktu. b) Menggunakan kata kerja tindakan. c) Menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan para tokohnya. d) Menggunakan kata-kata yang menggambarkan keadaan atau sifat tokohnya. e) Menggunakan dialog. Judul Tabel 3. Contoh Cerita Fantasi Orientasi Komplikasi Cici dan Serigala Resolusi Sore itu tiga kelinci kecil, Cici, Pusi, dan Upi bermain bersama di tempat lapang di hutan. Tiba-tiba Cici melihat sesuatu tergeletak dalam bungkus plastik. “Hai teman-teman… lihatlah!” Cici berteriak sambil menunjuk ke arah bungkusan plastik. “Wah…..makanan teman-teman…,” teriak Upi. “Asyik….sore ini kita makan enak…,” Pusi bersorak kegirangan. Cici mengambil kue itu, membuka bungkusnya dan tercium aroma harum dari kue itu. Tiba-tiba muncul niat liciknya. “Ah… pasti nikmat sekali apalagi jika ku makan sendiri tanpa berbagi dengan mereka,” gumamnya dalam hati. “Teman-teman sepertinya kue ini bekal Pak Tukang Kayu yang sering ke hutan ini, mungkin dia baru saja ke sini dan belum pergi terlalu jauh. Bagaimana jika ku susul kan kue ini, bukankah menolong orang juga perbuatan mulia?” Cici meyakinkan temannya. Raut kecewa tergambar di wajah Upi dan Pusi. Mereka gagal makan kue yang beraroma lezat itu. Cici berlari menjauhi temannya dan memakan kue itu sendiri. Tiba-tiba… Bruuukk…!! “Aaahgg….tolooooong…,” Cici menjerit keras. Seelor serigala muncul dari balik semak dan langsung menerkam tubuh mungil Cici. Cici pun menangis dan terus berteriak minta tolong. Cici pun memutar otak mencari cara bagaimana agar ia bisa bebas dari cengkeraman serigala itu. Akhirnya, ia mendapatkan ide. “Pak Serigala, aku punya dua teman disana. Bagaimana jika mereka kujemput ke sini supaya kamu dapat makan lebih banyak lagi?” Cici berusaha mengelabui Serigala itu. “Baiklah, segera panggil mereka tapi aku harus ikut di
beakangmu,” jawab Serigala. “Pelan-pelan saja ya, supaya meraka tidak mendengar langkah kakimu. Aku khawatir meraka akan lari ketakutan.” Cici pun berlari kea rah teman-temannya yang ditinggalkan tadi. Sementara Serigala mengikutinya dengan langkah pelan. Menyadari hal itu, Cici berlari sekuat tenaga sambil sesekali memenggil temannya. “Ups…..!”, kaki Cici tiba-tiba terasa ada yang menarik. Ia pun menjerit dan bahkan tidak berani membuka mata. “Jangan Pak Serigala…..Jangan makan aku, ampuni aku.” “Sst….., ini aku Ci, bukalah matamu, ini Upi dan Pusi.” “Ayo cepat Ci…..” dengan rasa kebersamaan mereka pun akhirnya selamat. Napas mereka tersengal-sengal, keringatnya bercucuran. Cici menangis tersedu-sedu. “Hik…hik….maafkan aku teman-teman, aku bersalah pada kalian. Aku telah berbohong,” Cici akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya. Temannya tidak marah apalagi membencinya. Cici pun berjanji tidak akan mengulanginya lagi. “Sudahlah Cici…..kami memaafkanmu,” kata Pusi dengan bijak. “Terima kasih kawan, aku janji tidak akan mengulanginya lagi” jawab Cici dengan tulus. (Choir dan Kosasih, 2019) (Sumber: Kosasih, 2019) 3) Cerita Pendek Cerita pendek (cerpen) adalah cerita rekaan yang menurut wujud fiksinya berbentuk pendek (Kosasih, 2019). Cerita pendek memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Alur lebih singkat. b) Tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang. c) Latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang terbatas. d) Tema dan dinai-nilai kehidupan yang disampaikan relatif sederhana.
Teks cerita pendek memiliki struktur sebagai berikut: Orientasi Struktur cerita pendek Komplikasi Resolusi Gambar 2. Struktur Teks Cerita Pendek a) Orientasi, berisi pengenalan tokoh, latar, ataupun unsur-unsur cerita lainnya. Dalam cerita pendek, umumnya penulis langsung mengenalkan masalah yang dialami tokoh utamanya. Contoh: Brek! Via menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Air matanya melelh membasahi bantal. Hati Via betul-betul terluka mendengar omongan Bi Jum. Bagian tersebut mengenalkan tokoh Via yang tengah bersedih, melalui perilaku atau tindak tanduknya. b) Komplikasi, berupa cerita yang berisikan akibat dari adanya masalah yang dialami tokoh utama. Akibat itu dapat berupa konflik atau pertentangan pada diri tokoh itu sendiri (konflik batin) araupun dari tokoh lain. Contoh: “Lho, kenapa menangis?” tanya Eyang Putri cemas. Beliau meletakkan obat dan segelas air putih di meja. Via diam tidak menjawab. Isaknya semakin jelas terdengar. Kutipan tersebut menceritakan reaksi tokoh Eyang Putri atas keadaan Via. Ia merasa cemas. c) Resolusi, menceritakan penyelesaian dari masalah yang dialami tokoh. Contoh:
“Dulu, kalau Eyang kecewa terhadap seseorang, Eyang menulis semua hal tentang orang tersebut. Semua kenangan yang manis ataupun yang tidak menyenangkan. Biasanya begitu selesai menulis, hati Eyang lega. Pikiran pun menjadi jernih. Sehingga Eyang bias menilai orang itu dengan tepat. Via mau mencoba caya ini? Tulislah kenangan tentang bunda. Mudah-mudahan Via akan menemukan jawaban. Eyang ke dapur dulu, ya.” Bagian itu menceritakan solusi atau penyelesaian yang ditawarkan Eyang Putri atas persoalan yang dialami cucunya, yakni dengan menulis buku diari. Ciri-ciri kebahasaan cerita pendek adalah sebagai berikut: a) Menggunakan kata-kata yang menyatakan urutan waktu, seperti sore tadi, awal bulan, kini, akhirnya. b) Menggunakan kata kerja tindakan, seperti menjawab, mengurus, mengantar, mengasuh, mengambil, mengajak. c) Menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan para tokohnya. Misalnya, mengangguk-angguk, tersenyum, mengecewakan, menyenangkan, menatap lebut, menghela napas. d) Menggunakan kata-kata yang menggambarkan keadaan atau sifat tokohnya, seperti sedang sedih, gelisah, penakut, bersabar. e) Menggunakan dialog, sebagai gambaran atas percakapan yang terjadi antartokoh. Contoh: Via diam tidak menjawab. Isaknya semakin jelas terdengar. “Eyang, benarkan Bunda tidak mau mengurus Via?” tanyanya terpatah- patah. “Siapa bilang?” “Tadi di Puskesmas Bi Jum bercerita pada orang-orang. Katanya Bunda tidak mau mengurus Via. Bunda sibuk berkarier. Itulah sebabnya Via diasuh Eyang.” Cuplikan di atas menggambarkan dialog antara tokoh Via dengan Eyang Putri. Tabel 4. Contoh Teks Cerita Pendek Judul Tak ada Rotan, Akr pun Jadi Orientasi, mengenalkan oleh: Wahyuningsih Noor Soedira soal masak-memasak dan “Pati kemarin kamu masak memakai bahan daun kebiasaan seorang tokoh bayam,” todong Lia pagi ini di sekolah.” yang senang tebak-
tebakan kaget, Nini menoleh kaget. “Kamu…..,” ucapannya Komplikasi, mengherankan menggantung. Ia tatap Lia lama-lama dengan rasa Resolusi, berupa ucapan heran. “Aku kan punya ilmu kebatinan,” Lia tertawa selamat ulang tahun dan jenaka.” Bisa menebak apa pun yang kamu masak di hadiah, sebagai setiap hari minggu.” penghargaan kepada “Tiap hari minggu aku memang selalu bantu Ibu masak,” ujar Nini tanpa berkedip. “Kemarin aku tokoh utama yang membuat bakwan bayam,” lanjutannya polos. “Oho!” alis Lia terangkat tinggi dibarengi senyuman manis. “Tapi, harusnya kan memakai wortel, tauge, dan daun bawang?” “Itulah, aku tidak menemukan ketiga bahan itu. Karena darurat, kuganti saja dengan daun bayam,” ujar Nini tertawa kecil. “Sesuai dengan kata pepatah ‘tak ada rotan akar pun jadi’?” goda Lia. “Benar. Bakwan bayam tak kalah lezat lo,” Nini mengangkat ibu jari tangannya, sementara pSaudarangannya tetap lurus ke wajah Lia. “Lezat ya, lezat, tapi jangan memelototiku seperti itu!” Lia mendorong lembut sebelah pipi Nini dengan telapak tangannya. Lantas keduanya tertawa bersama. Nini benar-benar dibikin penasaran oleh teman barunya itu. Ya, Lia baru tiga bulan ini menjadi teman sekelas Nini. Benarkah Lia memiliki ilmu kebatinan? Nini menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lalu nyengir sendiri … Senin lalu, Lia juga menebak dengan tepat, “Kemarin kamu membuat masakan menggunakan daun mangkuk, kan?” Yess, Nini pun menerangkan, ia membuat rempeyek daun mangkuk sebagai pengganti kacang, lalu….sreeeng! Senin sebelumnya Lia pun bias menebak dengan tepat. “Kemarin kamu memasak menggunakan jantung pisang!” Hmmm, Nini menerngkan ia membuat oseng-oseng jantung pisang sebagai pengganti oseng-oseng teri medan. …… “Tenang. Selamat ulang tahun,” sahut Lia mengagetkan. Ia mengulurkan sebuah buku mungil yang sama persis dengan miliknya. “Untuk mencatat resep-resep barumu. Resep-resep itu perlu dipatenkan, lo.”
kreatif. Nini garuk-garuk kepala sambil menatap Lia. Lalu, “Kamu serba penuh kejutan sih? Tahu dari mana tanggal lahirku? Aku sendiri malah lupa kalau hari ini ulang tahun.” “Dari rapormu.” “O,” gumam Nini. Diterimanya buku mungil dari Lia dengan terharu. “Terima kasih banyak.” “Jadi serius amat?” ujar Lia menepuk bahu Nini. Lantas keluar kamar. Lagi-lagi Nini melongo. “Enal lo,” Lia mengambil sebiji dan menggigitnya. Kriukk….. Sumber: Kosasih, 2019) 4) Cerita Inspiratif Cerita inspiratif merupakan jenis teks narasi yang menyajikan suatu inspirasi keteladanan kepada banyak orang (Kosasih, 2019). Teks tersebut dapat menggugah seseorang untuk berbuat baik, sebagai hasil inspirasi dari cerita yang ada di dalamnya. Cerita seperti ini sering pula disebut sebagai “cerita keteladanan” atau “cerita penuh hikmah”. Contoh: Hal yang sama terjadi saat kamu menyakiti orang dengan ucapanmu. Kata- kata meninggalkan bekas luka di hati sama halnya lubang bekas paku di pagar. Ingat, kita harus memperlakukan setiap orang dengan saying dan hormat, sebab meskipun telah memohon maaf dan dimaafkan, luka di hati tidak akan pernah hilang. Kutipan tersebut merupakan bagian dari teks cerita inspiratif. Di dalam kutipan tersebut dinyatakan suatu ulasan tentang hikmah dari cerita yang dikemukakan sebelumnya. Hikmah atau pelajaran yang dimaksud, yaitu bahwa sikap yang melukai hati orang lain dapat menimbulkan bekas yang tidak terlupakan. Oleh karena itu, kita harus bisa membawa sikap dan perilaku, jangan sampai menimbulkan luka pada orang lain. Teks cerita inspiratif memiliki struktur sebgai berikut: a) Orientasi, berisi pengenalan peristiwa, tokoh, ataupun latar cerita.
b) Komplikasi, berisi cerita tentang masalah yang dialami tokoh utama. Masalah dapat berupa konflik batin atau pertentangan dengan tokoh lain. c) Resolusi, menceritakan penyelesaian dari masalah yang dialami tokoh. d) Koda, berisi bagian akhir dari suatu cerita, biasnya berupa ulasan hikmah atas peristiwa yang dialami tokoh utama. Teks cerita inspiratif memiliki kaidah kebahasaan sebagai berikut: a) Menggunakan ungkapan-ungkapan yang bernada saran atau persuasive, seperti hendaknya, sebaiknya, jangan. b) Menggunakan kata kerja tindakan, seperti mengembara, memberi, menggapai-gapai, melompat, berjalan, berlari, menipu, bermusyawarah, menasihati, mengusulkan. c) Menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan para tokohnya. Kata-kata itu seperti membisu, mengeluh, mengerang, tertunduk lesu. d) Menggunakan kata-kata yang menggambarkan keadaan atau sifat tokohnya seperti bingung, lapar, kecewa, sedih, sombong. e) Menggunakan kata ganti orang pertama dan ketiga (tunggal atau jamak). f) Menggunakan dialog (Kosasih, 2019) Orientasi Tabel 5. Contoh Cerita Inspiratif Komplikasi Pada masa dahulu, ada seorang anak laki-laki. Dia cerdas, berbakat, dan tampan. Sayangnya, dia sangat egois dan mudah marah, tidak ada yang mau menjadi temannya. Sering dia marah-marah dan mengumbar kata-kata yang menyakitkan kepada orang-orang di sekitarnya. Orang tua anak itu sangat cemas dengan temperamen anaknya. Mereka berpikir apa yang harus mereka lakukan. Suatu hari ayahnya mendapat suatu ide. Dia memanggil anaknya, kemudian memberi palu dan sekantong paku kepada anaknya. Sang ayah berkata, “Setiap kamu mau marah, ambil paku dan tancapkan ke pagar tua depan rumah kita sekeras mungkin.” Meski pagar kayu itu ternyata sangat keras dan palu yang digunakan cukup berat, namun karena anak laki-laki itu begitu beringas maka pada hari pertama saja dia sudah menancapkan tiga puluh tujuh paku. Hari demi hari, minggu demi minggu, jumah paku yang
Resolusi ditancapkan makin lama makin berkurang. Setelah beberapa Koda waktu, anak itu mulai paham bahwa menahan amarah itu lebih mudah daripada menancapkan paku ke pagar. Suatu hari anak itu tidak lagi memerlukan palu dan paku setelah dia belajar menahan amarah dengan baik. Lalu dia datang kepada ayahnya dan bercerita tentang keberhasilannya menahan amarah. “Sekarang, setiap kamu mampu menahan amarah dalam sehari, cabut paku yang sudah tertancap di pagar.” Sekian waktu berlalu. Akhirnya sang anak bangga setelah semua paku tercabut hilang. Saat dia dating kepada ayahnya dan menceritakan semuana, dia menawarkan untuk merapikan dan merawat pagar. “Kamu sudah berhasil Nak, tetapi coba perhatikan lubang bekas paku itu. Pagar itu tidak akan bias menjadi seperti semula, sudah cacat.” Hal yang sama terjadi saat kamu menyakiti orang dengan ucapanmu, kata-kata meninggalkan bekas luka di hati sama halnya lubang bekas paku di pagar. Ingat, kita harus memperlakukan setiap orang dengan saying dan hormat, sebab meskipun telah memohon maaf dan dimaafkan, luka di hati tidak akan pernah hilang (Sumber: Kosasih, 2019) 5) Puisi Rakyat Puisi rakyat merupakan jenis puisi yang berkembang pada kehidupan masyarakat sehari-hari; sebagai suatu tradisi masyarakat setempat (Kosasih, 2019). Pusis ini tersebar secara lisan. Pada umumnya bentuknya bersifat baku atau terikat oleh berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap bait, banyaknya suku kata pada setiap larik, ataupun pola rimanya. Puisi-puisi itu digunakan dalam upacara-upacara adat. Contoh pusi rakyat adalah pantun dan syair (Kosasih, 2019). Struktur puisi rakyat terikat oleh ketentuan baku. Demikian pula dengan kaidah kebahasaannya; mempunyai pola yang baku. Hal ini bergantung pada jenisnya. Dalam pola kebahasaan (rima), pantun berbeda dengan puisi. a) Pantun Pantun merupakan jenis puisi rakyat yang terdiri dari sampiran dan isi. Berikut adalah struktrur dan kaidah kebahasaan pantun. (1) Terdiri atas empat baris.
(2) Setiap baris terdiri 8 sampai 12 suku kata. (3) Dua baris pertama sampiran dan dua baris berikutnya isi. (4) Memiliki rima akhir sialng yang biasa diberi tanda a-b-a-b. Contoh pantun: Asam pauh dari sebrang Dimuat orang dalam pedati Badan jauh dirantau orang Kalau sakit siapa mengobati Sungguh elok asam belimbing Tumbuh dekat limau lungga Sungguh elok berbibir sumbing Walaupun marah tertawa juga b) Syair Syair merupakan puisi rakyat yang dibentuk oleh empat larik pada setiap baitnya. Seluruh larik dalam syair itu merupakan isi (Kosasih, 2019). Contoh: Diriku lemah anggota ku layu Rasakan cinta bertalu-talu Kalau begini datangnya selalu Tentulah kakSaudara berpulang dahulu Kak Saudara rindu di kalbu Mohon adik jangan lupakan daku Apa pun yang adik mau Tentulah Saudara memenuhi selalu Kedua bait puisi di atas disebut syair. Syair memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan pantun, yakni sama-sama terikat oleh ketentuan-ketentuan baku, baik jumlah larik, suku kata, maupun rima akhirnya. Bedanya, syair tidak memiliki sampiran, dan rima akhir syair selalu berpola sama yaitu a-a-a-a. 6) Puisi Baru Puisi baru disebut juga puisi bebas. Puisi baru merupakan puisi tidak terikat oleh jumlah larik, suku kata, ataupun pola rimanya (Kosasih, 2019).
Contoh: Gembala Perasaan siapa tidak kan nyala Melihatkan anak berlagu dendang Seorang diri di tengah padang Tiada berbaju buka kepala Beginilah hasil anak gembala Berteduh di bawah kayu yang rindang Semenjak pagi meninggalkan kSaudarang Pulang ke rumah di senja kala Jauh sedikit sesayap sampai Terdengar olehku bunyi serunai Melagukan alam nan molek permai Wahai gembala di segara hijau Membawa puputmu menurutkan kerbau Maulah aku menurutkan diriku (Muhamad Yamin) Puisi di atas berbeda dengan pantun, syair, atupun gurindam. Bentuk dan isi puisi tersebut lebih bebas. Puisi di atas tidak terikat oleh berbagai ketentuan baku, itulah karakteristik dari puisi baru. Berbeda dengan puisi lama, puisi baru lebih bebas baik dalam hal jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik, pola rima, ataupun isinya. Struktur puisi baru berua bait-bait. Setiap bait terdiri dari satu atau beberapa larik. Berbeda dengan puisi rakyat, sturktur puisi baru tidak terikat. Jumlah larik dalam setiap bait dan jumlah suku kata dalam setiap larik bersifat bebas. Kaidah kebahasaan dalam puisi baru pun lebih bebas, tidak memiliki pola baku seperti puisi rakyat. Rima akhirnya sangat beragam, tergantung pada kemampuan pengarangnya. Pilihan kata dalam puisi baru pada umumnya bersifat konotatif, mengutamakan persamaan bunyi, dan padat makna. Oleh karena itu, kata-kata dalam puisi baru lebih berirama dan pendek-pendek. Kaidah-kaidah kebahasaan puisi baru sebagai berikut. a) Diksi
Kata-kata memiliki kedudukan penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, dan memiliki efek keindahan. Bunyinya indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya. b) Pengimajian Pengimajian didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbukan imajinassi (Kosasih, 2019). Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. c) Kata Konkret Kata konkret berfungsi untuk membangkitkan imajinasi pembaca. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca akan merasa seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair. Pembaca dapat membayangkan peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair. Misalnya untuk menyatakan gadis miskin yang suka meminta-minta digambarkan “gadis kecil berkaleng kecik”. Untuk memperjelas penggambarannya kemauan diri untuk bebas sebebas-bebasnya, dinyatakan dengan “aku adalah binatang jalang”. d) Majas Majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan, mempertentangkan, melakuka perulangan dengan benda atau kata lain. e) Rima Rima adalah bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya lebih kuat. Contoh: Dan angin mendesah Mengeluh mendesah 7) Drama Drama berarti perbuatan, tindakan. Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diekspresikan dengan menggunakan percakapan dan
lakuan pada pentas di hadapan penonton. Struktur dama berbentuk alur atau babak dan adegan yang pada umumnya tersususn sebagi berikut. (1) Prolog adalah pembukaan atau pendahuluan dalam sebuah drama. Bagian ini biasanya disampaikan oleh tukang cerita untuk menjelaskan gambaran para pemain, latar, dan sebagainya. (2) Dialog merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi, dan bagaimana manusia dapat menyelesaikan persoalan hidupnya. Di dalam dialog ini tersaji urutan peristiwa yang dimulai dari orientasi, komplikasi, dan resolusi. (1) Orientasi, adalah bagian awal cerita yang menggambarkan situasi yang sedang, sudah atau sedang terjadi. (2) Komplikasi, berisi tentang konflik dan pengembangannya, gangguan, halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Pada bagian ini dapat diketahui watak tokoh utama. (3) Resolusi, adalah bagian klimaks dari drama, berupa babak akhir cerita yang menggambarkan penyelesaian atau konflik yang dialami para tokohnya. Resolusi harus berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan kejadian sebelumnya. (4) Epilog adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk menyampaikan inti sari cerita atau menafsirkan maksud cerita. Dalam struktur drama, terkandung pula dua hal, yakni wawancang dan kramagung. a) Wawancang, berupa dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh cerita. b) Kramagung, berupa petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung dituliskan dalam Saudara kurung (biasanya dicetak miring). Kaidah kebahasaan yang menSaudarai teks drama adalah sebagai berikut. a) Kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks drama berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya.
b) Kalimat langsung dalam drama lazimnya diapit oleh dua tSaudara petik (“…”). c) Teks drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. d) Kata ganti yang digunakan adalah mereka, karena melibatkan banyak pelaku (tokoh). e) Kata ganti yang digunakan pada bagian dialog adalah kata ganti orang pertama dan kedua. f) Dialog dalam teks drama tidak lepas dari kata-kata tidak baku dan kosa kata percakapan, seperti kok, sih, dong, oh. Di dalamnya juga banyak ditemukan kalimat seru, suruhan, dan pertanyaan. Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut. a) Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal), seperti sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian. b) Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat. c) Menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan para tokohnya. Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami. d) Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Contoh: ramai, bersih, baik, gagah, kuat. c. Kompetensi Dasar Teks Fiksi di Sekolah Dasar Kompetensi dasar adalah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar merupakan jabaran dari kompetensi inti, yang memuat tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Tri Priyatni, 2019). Kompetensi dasar (KD) bahasa Indonesia Kurikulum 2013 tentang teks fiksi untuk jenjang SD dapat dilihat dalam Salinan Permendikbud No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD. Berikut disajikan rumusan kompetensi dasar teks fiksi sekolah dasar. Tabel 6. Kompetensi Dasar Teks Fiksi Kelas II
KOMPETENSI DASAR 3.8 Menggali informasi dari 4.4 Menceritakan kembali teks dongeng binatang (fabel) dongeng binatang (fabel) tentang sikap hidup rukun yang menggambarkan sikap dari teks lisan dan tulis hidup rukun yang telah dengan tujuan untuk dibaca secara nyaring kesenangan sebagai bentuk ungkapan diri Tabel 7 .Kompetensi Dasar Teks Fiksi Kelas III KOMPETENSI DASAR 3.8 Menguraikan pesan dalam 4.8 Memeragakan pesan dalam dongeng yang disajikan secara dongeng sebagai bentuk lisan, tulis, dan visual dengan ungkapan diri menggunakan tujuan untuk kesenangan kosakata baku dan kalimat efekt Tabel 8 . Kompetensi Dasar Teks Fiksi Kelas IV KOMPETENSI DASAR 3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang 4.9 Menyampaikan hasil identifikasi terdapat pada teks fiksi tokoh-tokoh yang terdapat 3.10 Membanding-kan watak setiap pada teks fiksi secara lisan, tokoh pada teks fiksi tulis, dan visual 4.10Menyajikan hasil membanding- kan watak setiap tokoh pada teks fiksi secara lisan, tulis, dan visual Tabel 10. Kompetensi Dasar Teks Fiksi Kelas VI KOMPETENSI DASAR 3.9 Menelusuri tuturan dan 4.9. Menyampaikan penjelasan tentang tindakan tokoh serta tuturan dan tindakan tokoh serta penceritaan penulis dalam penceritaan penulis dalam teks fiksi teks fiksi secara lisan, tulis, dan visual Berikut beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran teks fiksi di Sekolah Dasar. a. Analisis Materi Pelajaran dan analisis kompetensi dasar Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, perencanaan yang harus dilakukan adalah menganalisis materi pelajaran yang akan disampaikan. Materi
tersebut harus sesuai dengan kompetensi dasar (KD) di Sekolah Dasar. Dari KD tersebut dapat diketahui keterampilan yang harus dimiliki siswa seperti menyebutkan, menjelaskan, menguraikan, dsb, serta materi inti yang harus diberikan kepada siswa. Berikut contoh kompetensi dasar (KD) tentang teks fiksi di Kelas III Sekolah Dasar. Tabel 11 . Kompetensi Dasar Teks Fiksi Kelas III KOMPETENSI DASAR 3.8 Menguraikan pesan dalam 4.8 Memeragakan pesan dalam dongeng yang disajikan dongeng sebagai bentuk secara lisan, tulis, dan visual ungkapan diri menggunakan dengan tujuan untuk kosakata baku dan kalimat kesenangan efektif Berdasarkan tabel kompetensi dasar (KD) 3.4 dan 4.4 kelas III sekolah dasar, dapat diketahui bahwa materi inti kompetensi dasar (KD) tersebut adalah teks dongeng. Sementara kompetensi yang diukur adalah menggali informasi dan menyampaikan teks. Tabel 12. Kompetensi Dasar Teks Fiksi Kelas III dan Materi Inti Kompetensi Dasar Materi inti Kompetensi yang diukur 3.8 4.8 1. Menemu kan Menguraikan Menguraikan Memeragakan pesan di dalam formasi dan pesan dalam pesan dalam dongeng secara menyampaika dongeng yang dongeng lisan/tulis/visua n teks disajikan secara sebagai bentuk 2. Memeraga lisan, tulis, dan ungkapan diri kan pesan di visual dengan menggunakan dalamdongeng tujuan untuk kosakata baku secara lisan kesenangan dan kalimat efektif Setelah kompetensi dasar (KD) dipahami dengan baik, selanjutnya perlu pengetahuan dan keterampilan mengembangkan kompetensi dasar (KD) menjadi indikator. Indikator adalah tingkah laku operasional yang menjadi tanda
tercapainya kompetensi dasar (KD). Berikut contoh indikator dari KD 3.9 dan KD 4.9. Tabel 13. Indikator Pencapaian Kompetensi KOMPETENSI DASAR INDIKATOR 3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang 3.9.1 Menentukan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi yang terdapat pada teks fiksi 4.9 Menyampaikan hasil identifikasi 4.9.1 Merangkai hasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulis, dan teks fiksi visual Berdasarkan tingkat urgensi, kontinuitas, relevansi, dan keterpakaian, indikator dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu indikator kunci, indikator pendukung atau indikator prasyarat, dan indikator pengayaan (Tri Priyatni, 2019). a. Indikator kunci Indikator kunci adalah indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK (Urgensi, Keterkaitan, Relevansi, Keterpakaian). Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi minimal yang terdapat pada KD. Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD. Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran. sehingga kompetensi minimal yang harus dikuasai peserta didik tercapai berdasarkan tuntutan KD mata pelajaran. Berikut contoh indikator kunci KD 3.4. 3.4 Menggali informasi dari teks dongeng tentang kondisi alam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman. Kata kerja operasional (KKO) KD 3.4 adalah menggali (C2). Kata kerja operasional (KKO) yang levelnya sama dengan kata kerja operasional (KKO) KD 3.4 adalah memperkirakan, menjelaskan, menceritakan, mengkatageorikan, mencirikan, merinci, mengasosiasikan, membandingkan, mengkontraskan, menjalin, mendiskusikan, mencontohkan, mengemukakan, menyimpulkan, merangkum, menjabarkan, mengubah, mempertahankan, mengartikan, menerangkan, menafsirkan, memprediksi, melaporkan, dan membedakan.Dalam
merumuskan indikator kunci, pilihlah kata kerja operasional (KKO) yang sesuai dengan kompetensi dasar (KD). Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan indikator kunci KD 3.4 sebagai berikut. 3.4.1 Merinci tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. 3.4.2 Menjelaskan latar tempat dan latar waktu yang ada dalam cerita. b. Indikator pendukung Indikator pendukung adalah indikator yang membantu peserta didik memahami indikator kunci. Indiktor pendukung dinamakan juga indikator prasyarat yang berarti kompetensi yang sebelumnya telah dipelajari peserta didik, berkaitan dengan indikator kunci yang dipelajari. Berikut contoh indikator kunci KD 3.4. 3.5 Menggali informasi dari teks dongeng tentang kondisi alam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantupemahaman. Kata kerja operasional (KKO) KD 3.4 adalah menggali (C2). Kata kerja operasional (KKO) yang levelnya sama dengan kata kerja operasional (KKO) KD 3.4 adalah memperkirakan, menjelaskan, menceritakan, mengkatageorikan, mencirikan, merinci, mengasosiasikan, membandingkan, mengkontraskan, menjalin, mendiskusikan, mencontohkan, mengemukakan, menyimpulkan, merangkum, menjabarkan, mengubah, mempertahankan, mengartikan, menerangkan, menafsirkan, memprediksi, melaporkan, dan membedakan. Kata kerja operasional (KKO) yang digunakan dalam indikator pendukung levelnya di bawah inkator kunci. Jika kata kerja operasional (KKO) KD 3.4 dan kata kerja operasional (KKO) indikator kunci KD 3.4 berada pada level C2, maka kata kerja operasional (KKO)indikator pendukung berada pada level C1. Kata kerja operasional (KKO) level C1 adalah mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambar, membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi indeks, memasangkan, membaca, menamai, menghafal, meniru, mencatat, mengulang, mereproduksi, meninjau, memilih, mentabulasi, memberi kode, menulis, menyatakan, dan menelusuri.
Dalam merumuskan indikator pendukung, pilihlah kata kerja operasional (KKO) yang sesuai dengan kompetensi dasar (KD).Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan indikator pendukung KD 3.4 sebagai berikut. 3.5.1 Mencatat tema cerita. 3.5.2 Menyebutkan alur cerita. c. Indikator pengayaan Indikator pengayaan mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan kompetensi dari stSaudarar minimal KD. Tidak selalu harus ada. Dirumuskan apabila potensi peserta didik memiliki kompetensi yang lebih tinggi dan perlu peningkatan yang baik dari stSaudarar minimal KD. Berikut contoh indikator kunci KD 3.4. 3.4 Menggali informasi dari teks dongeng tentang kondisi alam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman. Kata kerja operasional (KKO) KD 3.4 adalah menggali (C2). Kata kerja operasional (KKO) yang levelnya sama dengan kata kerja operasional (KKO) KD 3.4 adalah memperkirakan, menjelaskan, menceritakan, mengkatageorikan, mencirikan, merinci, mengasosiasikan, membandingkan, mengkontraskan, menjalin, mendiskusikan, mencontohkan, mengemukakan, menyimpulkan, merangkum, menjabarkan, mengubah, mempertahankan, mengartikan, menerangkan, menafsirkan, memprediksi, melaporkan, dan membedakan. Kata kerja operasional (KKO) yang digunakan dalam indikator pengayaan levelnya di atas inkator kunci. Jika kata kerja operasional (KKO) KD 3.4 dan kata kerja operasional (KKO) indikator kunci KD 3.4 berada pada level C2, maka kata kerja operasional (KKO)indikator pengayaanberada pada level C3. Kata kerja operasional (KKO) level C3 adalah menugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapkan, mengkalkulasi, memodifikasi, menghitung, membangun, mencegah, menentukan, menggambarkan, menggunakan, menilai, melatih, menggali, mengemukakan, mengadaptasi, menyelidiki, mempersoalkan, mengkonsepkan, melaksanakan, memproduksi, memproses, mengaitkan, menyusun, memecahkan,
melakukan, mensimulasikan, mentabulasi, memproses, membiasakan, mengklarifikasi, menyesuaikan, mengopeasikan, dan meramalkan. Dalam merumuskan indikator pengayaan, pilihlah kata kerja operasional (KKO) yang sesuai dengan kompetensi dasar (KD). Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan indikator pendukung KD 3.4 sebagai berikut. 3.4.1 Mengemukakan amanat yang terkandung dalam cerita. Penentuan indikator tersebut baiknya harus runtut dari keterampilan dasar hingga keterampilan kompleks (lihat taksonomi Blooms). b. Menentukan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah pengembangan Indikator Capaian Kompetensi (IPK) yang telah dirumuskan. Tujuan pembeajaran dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur. Rumusan tujuan pembelajaran memuat unsur audien (peserta didik),behavior/perilaku yang hendak dicapai,condition, dalam kondisi bagaimana perilaku itu dicapai, dan degree yaitu tingkat kemampuan yang diinginkan untuk dicapai. Keempat aspek tersebut sering disingkat ABCD (Tri Priyatni, 2019).Berikut contoh rumusan tujuan pembelajaran kompetensi dasar (KD) 3.4 dan 4.4. Tabel 14. Tujuan Pembelajaran Kompetensi Dasar Indikator Tujuan Pembelajaran 3.4 Menggali 3.4.1 Merinci tokoh Melalui membaca teks dongeng tentang kondisi alam informasi dari -tokoh yang (condition), siswa (audience) dapat merinci teks dongeng ada dalam tokoh-tokoh yang terdapat di dalam cerita (behavior) tentang kondisi cerita. dengan benar (degree). alam dengan 3.4.2 Menjelaskan Setelah membaca teks dongeng tentang kondisi alam bantuan guru latar tempat (condition), siswa (iaudience) dapat atau teman dan latar menjelaskan latar tempat dan latar waktu yang dalam dalam bahasa 3. waktu yang cerita (behavior)dengan Indonesia lisan ada dalam dan tulis yang cerita. dapat diisi 3.4.3 Mencatat tema dengan kosakata cerita. bahasa daerah 3.4.4 Menyebutkan untuk alur cerita. membantupema 3.4.5 Mengemukaka
haman n amanat yang benar (degree). terkandung dalam cerita. 3. Setelah membaca teks dongeng tentang kondisi alam (condition), siswa (iaudience) dapat mencatat tema yang ada dalam cerita (behavior)dengan benar (degree). c. Menentukan pendekatan dan metode pembelajaran Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam perencanakan pembelajaran adalah pendekatan dan metode pembelajaran. Pendekatan yang dipilih hendaklah pendekatan yang dapat mengakomodasi karakteristik siswa yang beragam. Baik karakteristik kepribadian, maupunperbedaan gaya belajar. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik, konstruktivisme, whole language, komunikatif, dan lain sebagainya. Sementara itu, metode yang digunakan hendaknya bervariasi agar siswa tidak merasa bosan dan dapat meningkatkan keaktifan siswa. Seperti metode diskusi, tanya jawab, praktik, pengamatan, penugasan, dan lain sebagainya.Metode-metode tersebut dapat dipilih satu atau dua metode yang sesuai dengan kompetensi dasar (KD). Metode yang dirancang adalah metode yang dinyatakan secara eksplisit atau disimpulkan dari kegiatan pembelajaran. Metode yang dipilih harus tercermin pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dirancang. Contoh: E. Metode Saintifik dan Penemuan (Discovery) Kegiatan Inti Langkah-langkah Pembelajaran Keterangan Peserta didik membaca contoh teks Mengamati masalah dongeng Peserta didik menanyakan butir-butir Menanya/mengajukan penting terkait isi dongeng (discovery) Peserta didik mencoba menjawab Mencoba/merumuskan
pertanyaan tentang isi dongeng hipotesis/jawaban sementara Melalui diskusi kelompok, peserta (discovery) didik mendiskusikan isi dongeng Peserta didik menyampaikan hasil Menalar/mengumpulkan data untuk diskusi kelompok dalam diskusi kelas Peserta didik memberi tanggapan baik membuktikan kebenaran (discovery) berupa pertanyaan, sanggahan atau dukungan secara santun. Menalar/mengumpulkan data untuk Penguatan dari pendidik. Peserta didik menarik kesimpulan dan membuktikan kebenaran (discovery) merevisi temuannya tentang isi dongeng d. Menentukan Media Pembelajaran Media adalah alat bantu proses pembelajaran untuk mempermudah penyampaian materi pelajaran. Media dapat berupa video/film, rekaman, audio, model, chart, gambar, dan sebagainya (Tri Priyatni, 2019) e. Menentukan sumber belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, social, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada kompetensi dasar, serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi. Sumber belajar dapat berupa buku siswa, buku referensi, majalah, Koran, situs internet, lingkungan sekitar, narasumber, dsb (Tri Priyatni, 2019). f. Langkah-langkah pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembuka hendaknya dimulai dengan kegiatan pembelajaran yang ramah dan hangat. Hal tersebut dapat dicapai dengan mengucapkan salam pembuka, berdoa dengan dipimin oleh siswa, serta menanyakan kabar siswa. Kehangatan yang terbangun dapat menumbuhkan percaya diri dan merasa bahwa dirinya dianggap ada. Siswa hendaknya disiapkan secara fisik dan psikis agar benar-benar siap mengahdapi pembelajaran. Jangan dulu memulai pembelajarn disaat keadaan
siswa belum siap. Untuk mengecek kesiapan siswa dari segi pengetahuan dapat dilakukan dengan cara melakukan apersepsi atau mengecek pengetahuan siswa mengenai materi prasyarat atau pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya siswa harus mengetahui bahwa tujuan serta proses pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga siswa memiliki gambaran tentang apa yang harus ia dapatkan dan gambaran tentang proses poembelajaram yang akan dilakukan. Dengan demikian siswa tidak merasa kaget (shock) dan akan merasa senang karena ia mengetahui proses pembelajaran yang akan dilakukan dari awal hingga akhir pembelajran. Kegiatan inti. Yang terpenting dari kegaitan ini adalah bagaimana pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered). Guru hanya menjadi fasilitator dan guider yang mengarahkan proses pembelajaran siswa. Gunakanlah model pembelajaran dan langkah-langkah pendekatan yang sesuai agar kegiatan inti terstruktur. Dalam pembelajaran teks narasi sejarah misalnya, guru jangan terfokus untuk memberikan materi dengan cara ceramah dari awal sampai akhir. Gunakan lembar kerja siswa (LKS) agar siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Konsep tentang teks narasi dapat disjaikan dalam LKS. Yang harus diperhatikan LKS adalah lembar bimbingan bukan lembar persoalan. Kegiatan penutup. Sebelum mengakhiri pembelajaran baiknya guru mengecek pemahaman siswa apakah tujuan pembelajaran hari itu tercapai atau tidak. Pengecekan bisa dilakukan secara klasikal dengan kegiatan tanya jawab hingga siswa mendapatkan kesimpulan secara utuh hasil pembelajaran tersebut. Untuk memantapkan pengukuran hasil belajar, baiknya dilakukan kegiatan evaluasi baik tes atau nontes. g. Penilaian Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik, dan jurnal. Instrument yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatn pendidik. Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan dengan menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrument tes tulis berupa soal pilihan gSaudara, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrument uraian dilengkapi pedoman penskoran. Instrument tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrument penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian pengetahuan dalam pembelajaran teks fiksi perlu diintegrasikan dengan keterampilan berbahasa sehingga tidak teoretis (Tri Priyatni, 2019). 4. Tugas Terstruktur Selamat, Saudara telah sampai pada akhir pembelajaran di Kegiatan Belajar 2. Untuk memastikan penguasaan Saudara terhadap materi yang telah dipelajari, silahkan Saudara menyelesaikan Forum diskusi berikut. Perhatikan kompetensi dasar tek fiksi kelas VI berikut! KOMPETENSI DASAR 3.9 Menelusuri tuturan dan 4.9. Menyampaikan penjelasan tentang tindakan tokoh serta tuturan dan tindakan tokoh serta penceritaan penulis dalam penceritaan penulis dalam teks teks fiksi fiksi secara lisan, tulis, dan visual Rumuskanlah indikator, tujuan pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, media dan metode pembelajaran dari kompetensi dasar tersebut! 5. Forum Diskusi Untuk menambah penguasaan materi Saudara, silakan beri pendapat mengenai topik diskusi di bawah ini! Sebagai seorang guru, apakah Saudara pernah mengalami kesulitan dalam mengajarkan teks cerita rakyat dan puisi di SD kelas tinggi? Bagaimana solusi yang Saudara lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
C. Penutup Selamat, Saudara telah sampai pada akhir pembelajaran di Kegiatan Belajar 2. Untuk menambah penguasaan Saudara terhadap materi yang telah dipelajari, silahkan Saudara baca rangkuman berikut 1. Rangkuman Teks fiksi adalah teks yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan imajinasi pengarang.Teks fiksi merupakan satu organisasi yang didukung oleh berbagai unsur yang terjalin satu sama lain dan yang secara bersama-sama membangun cerita, seperti tema, perwatakan, latar, alur, dan amanat. Teks fiksi memiliki struktur seperti 1) orientasi, berisi pengenalan tema, tokoh, dan latar; 2) komplikasi, berisi cerita tentang masalah yang dialami tokoh utama. Pada bagian ini peristiwa-peristiwa di luar nalar ini biasanya terjadi; 3) resolusi, merupakan bagian penyelesaian dari masalah yang dialami tokoh. Adapun kaidah kebahasaan teks fiksi adalah Teks fiksi memiliki kaidah kebahasaan menggunakan kata-kata yang menyatakan urutan waktu, menggunakan kata kerja tindakan, menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan para tokohnya, menggunakan kata-kata yang menggambarkan keadaan atau sifat tokohnya, dan menggunakan dialog. Teks fiksi terdiri dari cerita rakyat, cerita fantasi, cerita pendek, cerita inspiratif, puisi rakyat, puisi baru, dan drama. 2. Tes Formatif Selamat, Saudara telah sampai pada akhir pembelajaran di Kegiatan Belajar 2. Untuk memastikan penguasaan Saudara terhadap materi yang telah dipelajari, silahkan Saudara menyelesaikan Tes Formatif berikut. Selamat Mengerjakan. Teks di bawah ini digunakan untuk menjawab soal nomor 1 dan 2. Pagi tadi E yang menyuruh Bi Jum, pembantunya, mengantar Via berobat ke Puskesmas. Sudah dua hari Via pilek. Biasanya Eyang sendiri yang mengantar Via berobat. Namun tetangga sebelah meninggal. Eyang melayat ke tetangga sebelah.
1. Analisislah teks di atas kemudian tentukan kalimat mana yang menggunakan keterangan waktu... A. Pertama dan kedua B. Kedua dan ketiga C. Ketiga dan keempat D. Keempat dan kelima E. Pertama dan kelima 2. Kutipan cerita di atas termasuk ke dalam bagian …. A. Orientasi B. Komplikasi C. Evaluasi D. Resolusi E. Rekomendasi 3. Pada suatu hari, Si Bongkok dan si Buta bersama-sama pergi ke pasar untuk berbelanja. Setiba di pasar, si Buta memberikan uang dua ribu rupiah kepada si Bongkok. oleh si Bongkok disuruh memberi nasi dan sepotong daging yang agak keras. Yang termasuk kata sandang dalam kutipan di atas adalah …. A. Pada B. Si C. Oleh D. Agak E. Di 4. “Mengapa pagi ini waktu sangat kacau?” ucap induk gagak. Ia lalu segera mencari anaknya. Namun, ia tidak menemukannya. Ia pun kembali ke sarang. Cemas dan sedih menjadi satu. Kutipan di atas termasuk ke dalam bagian … A. Orientasi
B. Komplikasi C. Evaluasi D. Resolusi E. Amanat 5. Di hutan, hiduplah seekor singa yang dijuluki si Raja Hutan. Dijuluki demikian karena ia besar dan sangat kuat. Ia menjadi pemimpin seluruh binatang yang ada di hutan tersebut. Jika mengaum, suaranya sangat keras, menakutkan, dan menggetarkan seluruh isi hutan… Kalimat yang tepat untuk melengkapi cerita di atas adalah …. A. Di sana hidup seekor singa buas B. Semua binatang ingin melawannya C. Ia sangat berwibawa D. Kancil pernah disakitinya E. Seluruh isi hutan dan penghuninya mendengarkan 6. Via menunggu (1) pembantu baru. Via ikut Bunda ke kantor sepulang (2) sekolah. Mula-mula (3) semua berjalan lancar. Lalu Via mulai sakit-sakitan (4). Akhirnya ia harus opname. Dokter menduga Via kurang istirahat dan makannya tidak teratur. Bunda menangis mendengarkannya. Ia merasa bersalah (5). Kata kerja tindakan ditSaudarai dengan nomor …. A. (1) B. (2) C. (3) D. (4) E. (5) 7. Eyang mengangguk-angguk (1) mulai (2) memahami persoalan Via. Namun (3) beliau belum menanggapi (4) pertanyaan cucunya. Eyang tersenyum(5). Kata yang menyatakan urutan waktu ditSaudarai dengn nomor ….
A. (1) B. (2) C. (3) D. (4) E. (5) 8. Pesan baginda kepada anaknya, “Hai anakku! Hati-hati engkau, jangan tergoda oleh harta sebab engkau akan menyesal kalau ajal telah datang. Kejujuran lebih berharga dan mulia dari segalanya.” Pelajaran yang dapat dipetik dari kutipan di atas adalah …. A. Harta lebih mulia B. Harta yang harus dijaga C. Kejujuran lebih mulia dan berharga D. Pesan Baginda Raja pada anaknya E. Anak yang sombong 9. Puisi berikut yang termasuk syair adalah …. A. Mata air di dalam kolam Kucari teka-teki alam Di awan-awan kian kemari Di situ juga jawab kucari B. Wajah yang manis pucat berseri Laksana bulan bersiang hari Berjalan tunduk memikirkan diri Tiada memSaudarang kanan dan kiri C. Rasanya ingin bermain gitar Lagu sendu gubahan dariku Saudara ingin menjadi pintar Jangan lupa membaca buku D. Kalau terpelihara mata Kurangilah cita-cita
Kalau terpelihara kuping Kabar jahat tiada damping E. Jalan-jalan ke pasar baru Jangan lupa beli celana Kalau punya teman baru Jangan lupa teman lama 10. Dari Jakarta menuju Semarang Jangan lupa beli papaya Engkau senang, aku senang Karena kita memang saudara Balasan yang tepat untuk pantun tersebut adalah …. A. Buah lengkung enak rasanya Beli murah di Temanggung Kita memang saudara Susah senang kita tanggung B. Makan gulai di atas batu Kerasnya batu tak terasakan Jika boleh aku bertemu Datang bertamu dambil berjalan C. Jika kenyang karena makan Janganlah lupa akan minumnya Jika datang dengan ancaman Akan ku terima dengan gembira D. Jika engkau pergi ke Pati Belikan aku sekilo duku Jika engkau berbaik hati Bantulah aku bawakan buku E. Kalau ada sumur di ladang Boleh kita menumpang mandi Kalau ada umurku panjang
Boleh kita berjumpa lagi Pedoman penilaian Kunci jawaban 1. A 2. A 3. B 4. A 5. C 6. A 7. B 8. C 9. B 10. A Keterangan bobot skor a. Jika jawaban benar skor 10. b. Jika jawaban salah/tidak dijawab skor 0. c. Jumlah skor total adalah 100. Skor = Skor perolehan x100 Skor maksimal = 100 x 100 100 = 100
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, Y., Wenger, R.K.I., & Lopez, D. (2014). Development relations between reading and writing at the word, sentence, and text level: A latent challenge scorre analysis. Journal of Educational Psychology, 106 (2), hlm. 419-343. Al Almi, S. (2016). The Power of Short Stories, Novellas, dan Novels in Today’s World.International Journal of Language and Literature, 4 (1). 21-35. Aminuddin. (2014). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Amran, S., & Zaidan, A. (2002). Bola Salju di Hati Ibu. Jakarta: Pusat Bahasa. Budihastuti, E. (2015). Short Story Text in Project-Based Learning Model on 7th Graders.American Journal of Educational Research, 3 (2), hlm 109-115. Ismawati, E. (2013). Perencanaan Pengajaran Bahasa. Surakarta: Yuma Pustaka. Kaufman, G. F. & Libby, L. K. (2012). Changing Beliefs and Behavior Through Experience-Taking. Journal of Personality and Social Psykology, 43, 1-20. Kosasih, E & Kurniawan, E. (2019). Jenis-jenis Teks: Fungsi, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan. Bandung: Yrama Media. Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Nobel Edumedia. Pranoto, N. (2015). Seni Menulis Cerita Pendek. Jakarta: Oppus Agrapana Mandiri. Rahmanto. (1988). Metode Pengajaran Sastra: pegangan guru pengajar sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rubin, D. (2008). Teaching Elementary Language Art an Integrated Approach. Boston: Allyn and Bacon. Semi, M. A. (2007). Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Shaw, V. (2013). The Short Story: A Critical Introduction. New York: Routledge. Siswanto, W. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Stanton, R. (2012). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Belajar Tri Priyatni, E. (2019). Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara
DAR 2/Profesional/027/1/2019 MODUL 1 BAHASA INDONESIA KEGIATAN BELAJAR 3 STRUKTUR, FUNGSI DAN KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NONFIKSI Nama Penulis: Prof. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2019
KEGIATAN BELAJAR 3 STRUKTUR, FUNGSI DAN KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NONFIKSI A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Proses pembelajaran pada semua jenjang pendidikan, akan selalu dihadapkan pada sumber atau literatur yang dituangkan secara tertulis. Tulisan bertujuan agar ilmu tersebut dapat terekam dan dapat dimanfaatkan oleh orang banyak. Teks nonfiksi lebih dominantertuang dalam literatur dibandingkan dengan teks fiksi karena teks nonfiksi berfungsi sebagai salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran untuk menghubungkan antara ilmu yang dituangkan penulis dengan pembaca. Realitas dan aktualitas yang dihadirkan teks nonfiksi bertujuan untuk menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan pembaca. Kegiatan Belajar Ke-3 (KB-3) ini Saudara akan mempelajari secara teoritis dan praktis materi struktur, fungsi, dan kaidah kebahasaan teks nonfiksi. Secara teoritis Saudara akan mempelajari hakikat, struktur, fungsi, dan kaidah kebasaan teks nonfiksi. Sementara secara praktis Saudara akan belajar menganalisis struktur, fungsi, kaidah kebahasaan, dan kompetensi dasar bahasa Indonesia sehingga dapat menentukan bagaimana mengaplikaskan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar materi teks nonfiksi. 2. Relevansi Modul ini sesuai dengan kebutuhan yang akan dihadapai para guru profesional dalam mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Selain sesuai dengan Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang stSaudarar isi materi teks nonfiksi bahasa Indonesia juga sesuai dengan permendikbud no. 37 tahun 2018 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar materi teks nonfiksi. Dengan dipelajarinya modul ini akan menguatkan pemahaman mengenai materi tentang teks nonfiksi (soft skill) serta mengembangkan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembelajaran (hard skill). Hal tersebut akan menunjang peningkatan kompetensi profesioanl, pedagogik, sosial, dan kepribadian guru yang diharapkan serta sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013. Kompetensi yang dimiliki tersebut diharapkan memfasilitasi aktivitas belajar siswa sekolah dasar khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang secara umum anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik sudah dapat melakukan seriasi, mengelompkan objek yang dilihatnya, memiliki minat terhadap angka dan tulisan, perbendaharaan kata meningkat, senang berbicara dan aktif bertanya, memahami sebab akibat, pemahaman terhadap ruang dan waktu telah berkembang. 3. Petunjuk Belajar Untuk membantu Saudara memahami KB-3 dalam modul ini perlu diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut: a. Bacalah dengan cermat uraian-uraian penting yang terdapat di dalam modul ini sampai Saudara memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini b. Temukanlah kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang Saudara miliki. Alangkah lebih baik apabila Saudara mencatat dan meringkas hal-hal penting tersebut. c. Pahamilah pengertian demi pengertian modul ini melalui pemahaman dan pengalaman diri sendiri serta diskusikanlah dengan teman sejawat, dosen pembimbing, atau tutor Saudara d. Bacalah dan pelajarilah sumber-sumber lain yang relevan. Saudara dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk internet e. Mantapkanlah pemahaman Saudara melalui pengerjaan tes formatif yang tersedia dalam modul ini dengan baik. Kemudian, nilai sendiri tingkat pencapaian Saudara dengan membandingkan jawaban yang telah Saudara buat dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat diakhir modul.
f. Diskusikanlah apa yang telah dipelajari, termasuk hal-hal yang dianggap masih sulit, dengan teman-teman Saudara. Selamat berlajar. Semoga Saudara berhasil !
B. Inti 1. Capaian Pembelajaran (CPBS) Sesuai dengan isi Kurikulum PPG PGSD 2019, Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan (CPMK) ke-2 Pendalaman Materi Bidang Studi Bahasa Indonesia untuk KB-3 adalah menguasai struktur, fungsi, dan kaidah kebahasan teks nonfiksi serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. 2. Subcapaian Pembelajaran Berdasarkan capaian pembelajaran di atas, dijabarkan subcapaian pembelajaran berikut ini. a. menganalisis bentuk teks nonfiksi; b. menganalisis struktur, fungsi, dan kaidah kebahasaan teks nonfiksi; c. menjelaskan fokus pembelajaran menulis di sekolah dasar; d. mengembangkan indikator dan tujuan pembelajaran menulis teks nonfiksi di sekolah dasar; e. menganalisis materi pelajaran (amp) teks nonfiksi sekolah dasar; dan f. menjelaskan Prinsip Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Uraian Materi Dalam KB 3, Saudara akan mempelajari materi yang mencakup struktur, fungsi, dan kaidah kebahasaan teks nonfiksi. Selain itu, Saudara juga akan mempelajari jenis-jenis teks nonfiksi dan analisis materi teks nonfiksi. Sebelum memehami materi, bacalah teks paparan dibawah ini: Dampak Limbah Industri bagi Lingkungan Berkembangnya industri Indonesia saat ini membawa titik cerah terhadap aspek ekonomi, namun hal tersebut juga memberi dampak negatif pada lingkungan. Pengembangan industri mengakibatkan banyaknya eksploitasi sumber daya yang intensif dan berujung pada pembuangan limbah. Jika hal tersebut tidak cepat ditangani, maka lingkungan di sekitar kawasan industri dapat tercemar. Pada hakikatnya, pembangunan pabrik yang baik disertai dengan izin mendirikan bangunan (IMB) dan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Jika suatu bangunan tidak memenuhi kedua syarat tersebut, maka bangunan tersebut tidak layak untuk didirikan. Namun pada praktiknya, banyak sekali pelanggaran yang dilakukan perusahaan, seperti pabrik tekstil PT.
Kahatex di Bandung Timur yang memperluas lahan tanpa memiliki Amdal. Pembangunan pabrik tekstil yang tidak sesuai aturan bisa berdampak buruk pada lingkungan di sekitarnya. Efek samping yang ditimbulkan dapat berupa banjir, kekeringan, polusi udara, dan penyakit. Adanya pabrik industri dapat juga menimbulkan kebisingan sehinggan kehidupan warga terganggu. Keadaan tersebut tentu membuat masyarakat cemas. Meskipun industri tekstil menjadi komoditi ekspor yang diSaudaralkan, tetapi industri ini dapat menimbulkan masalah yang serius bagi lingkungan tertutama masalah limbah cairnya yang mengandung bahan organik yang tinggi, kadang-kadang juga logam berat (Setiadi,dkk, 1999). Dampak ini tentu dirasakan sekali oleh mahasiswa UPI yang sejak dua tahun terakhir mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tema Citarum Harum. Dimana setiap hari berusaha untuk mengedukasi sekaligus terjun langsung ke lapangan untuk membersihkan sungai Citarum yang sudah sangat tercemar. Oleh karena itu, air limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum keluar pabrik dan dibuang ke sungai. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 H tentang hak atas lingkungan hidup yang baik bersih dan sehat, sudah sepatutnya masyarakat terbebas dari bahaya buangan yang disebabkan pembangunan pabrik liar. Selain itu, pembangunan pabrik pun harus disertai sosialisasi pada warga. Tentu saja sosialisasi tersebut harus disertai IMB dan Amdal yang sudah disahkan oleh pemerintah. Setiadi, dkk. (1999) Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik simpulan tentang bahaya limbah yang ditimbulkan pabrik, khususnya pabrik tekstil. Selain limbah, pembangunan pabrik tekstil pun dapat berdampak pada keberlangsungan hidup warga sekitar. Setelah Saudara membaca tersebut apa yangSaudara ketahui? Apakah teks tersebut nyata, adakah informasi yang Saudara terima, apakah itu fakta? Apakah ada datanya? Kalau jawabannya ada ya, tentunya Saudara sudah dapat menentukan jenis teks tersebut. Saudara sudah dapat menebaknya? Ya betul, teks di atas merupakan teks nonfiksi yang sudah disampaikan pada KB 1. Agar Saudara memahami teks nonfiksi lebih jelas lagi berikut uraiannya.
a. Hakikat Teks Nonfiksi Untuk dapat membuat teks nonfiksi tentu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan praktik menulis. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses menulis. Haryadi dan Zamzami (1996) membagi proses menulis kedalam lima tahapan, yaitu pramneulis, menulis, merevisi, mengedit, dan mempublikasikan. Secara lebih rinci tahapan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1) Tahap pramenulis, pada tahap ini penulis menemukan ide gagasan yang akan dituangkan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka dan mengumpulkan bahan-bahan. 2) Tahap menulis, pada tahap ini penulis mulai menjabarkan ide kedalam bentuk tulisan. Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf. Selanjutnya, paragraf-paragraf itu dirangkai menjadi satu karangan yang utuh. 3) Merevisi, pada tahap ini dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. 4) Mengedit, pada tahap ini diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Proses pengeditan juga dapat diperluas dengan menambahkan gambar atau ilustrasi. 5) Mempublikasikan, yakni menyampaikan hasil tulisan kepada publik dalam bentuk cetakan, noncetakan, atau kedua-duanya. Kegiatan menulis merupakan salah satu keterampilan yang dipelajari di Sekolah Dasar. Kegiatan menulis permulaan diajarkan pada siswa Sekolah Dasar kelas rendah dan kegiatan menulis lanjutan dilaksanakan di Sekolah Dasar kelas tinggi. Salah satu keterampilan menulis yang harus dipelajari oleh siswa Sekolah Dasar diantaranya menulis karangan nonfiksi. Mengusai secara teoritis dan secara praktis teks nonfiksi merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru profesional. Dengan menguasai teks nonfiksi secara teoritis dan secara praktis diharapkan Saudara dapat produktif membuat karya tulis ragam teks nonfiksi untuk anak usia Sekolah Dasar.
Teks nonfiksi dapat diartikan sebagai karya seni yang sifatnya berdasarkan fakta dan kenyataan serta ada kebenaran di dalamnya.Trim (2014) menjelaskan bahwa teks nonfiksi ialah tulisan berbasis data dan fakta sebenarnya disajikan dengan gaya bahasa formal atau nonformal berupa argumentasi, eksposisi, atau deskripsi. Pengertian tersebut menggambarkan perbedaan yang sangat kontras dengan teks fiksi sehingga, teks nonfiksi dapat dikatakan sebagai negasi teks fiksi. Teks nonfiksiditulis berdasarkan kajian keilmuan dan atau pengalaman. Sifat yang dimiliki teks nonfiksi ialah bersifat informatif. Oleh sebab itu, buku nonfiksi sering dijadikan sumber referensi oleh pembaca. Dengan adanya dukungan data hasil pengamatan maka isi teks nonfiksi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tarigan (1991) menjelaskan bahwa teks nonfiksi tidak hanya bersifat realitas,tetapi juga bersifat aktualitas. Apa yang dituangkan dalam teks nonfiksi memberikan informasi tentang fenomena-fenomena aktual yang terjadi dan dapat dibuktikan sumber kebenarannya secara empirik. Tokoh, tempat, dan peristiwa dalam teks nonfiksi bersifat faktual sehingga teks nonfiksi sering dijadikan sumber informasi oleh pembaca. Adapun perbedaan antara teks fiksi dan nonfiksi dilihat dari segi cerita, sifat, dan bahasa dapat dilihat sebagai berikut: No. Aspek Teks Fiksi Teks Nonfiksi 1 Cerita Buatan dan rekaan Data dan fakta 2 Sifat Imajinatif Informatif 3 Bahasa Konotatif (kiasan) Denotatif (lugas) Nurgiantoro (2009) memberikan penjelasan bahwa dalam dunia sastra tidak hanya teks fiksi, tetapi juga mengenal karya sastra yang isinya berdasarkan realita. Sastra yang demikian disebut sebagai fiksi historis jika penulisannya berdasarkan fakta sejarah, fiksi biografis jika penulisannya berdasarkan fakta biografi, dan fiksi sains jika penulisannya berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Sumardjo dan Saini (1997) juga berpendapat bahwa teks nonfiksi merupakan jenis sastra
nonimajinatif yang disusun tidak beradasarkan cerita rekaan. Salah satu contoh sastra nonimajinatif ialah: esai, kritik, biografi, otobiografi, sejarah, memoar, sejarah, catatan harian, dan surat-surat. Trim (2014) mengklasifikasikan teks nonfiksi kedalam dua jenis teks yaitu, teks faksi dan teks nonfiksi yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Teks faksi, merupakan teks yang ceritanya berbentuk kisah berbasis kejadian sebenarnya. Jenis teks faksi diantaranya, biografi, autobiografi, kisah nyata, memoar, dan cerita-cerita dari kitab suci. 2) Teks nonfiksi ialah teks yang disusun berdasarkan data valid tentang pengetahuan tanpa mengurangi isi data tersebut. Jenis ini diantaranya, buku refrensi, buku petunjuk/panduan, buku pelajaran, kamus, ensiklopedia, directory, dan peta. Dalam menulis teks nonfiksi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga dalam proses menulis tersebut tidak menimbulkan beban. Merujuk pada literatur Fabb dan Durant (2005) berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis: 1) Mengkonstruksi Menulis berarti mengkonstruksi pengetahuan yang disajikan sedemikian rupa hingga dapat diterima oleh pembaca. Penulis bukan sekedar mengeluarkan ide atau argumnennya melainkan bagaimana cara mengomposisi untuk membangun sebuah tulisan utuh. Hal yang dikonstruksi meliputi beberapa hal utama yaitu, argumen penulis, struktur informasi berdasarkan data dan fakta, susunan teks yang terstruktur, gaya bahasa yang digunakan, tata bahasa dan teknik pengembangan penulisan (induktif atau deduktif) serta penyajiannya. 2) Rekonstruksi Bahan-bahan yang telah dikontsruksi tentu harus mengalami proses revisi secara berulang dan kontinyu. Proses menulis yang diikuti kegiatan membaca hasil tulisan secara berulang menjadi suatu tahapan yang lumrah dalam melihat
hal-hal yang masih memerlukan perbaikan, penekanan, dan penguatan dari segi makna, pilihan kata, gaya bahasa dan aspek penulian lainnya. 3) Menulis adalah cara berpikir Dalam hal ini menulisdipSaudarang sebagai alat. Seperti halnya berbagai bentuk diagram visual dan hasil penghitungan angka, praktik berpikir dapat dilakukan dengan cara menulis. Menulis membantu penulis dalam mengorganisasikan ide ke dalam urutan atau sistematik tertentu yang tidak mudah dilakukan secara simultan dalam pikirannya. Karena itulah pikiran memerlukan alat untuk dapat muncul dan terefleksi. Pada dasarnya pembaca dapat melihat bagaimana cara berpikir penulis melalui tulisan yang dibuatnya. 4) Menulis berbeda dengan berbicara Saat berkomunikasi secara lisan, pendengar dapat menginterupsi pembicara untuk memberikan klarifikasi mengenai berbagai hal yang dibicarakan sehingga pemahaman dapat berjalan lebih mudah. Berbeda dengan komunikasi tertulis, pembaca tidak dapat melakukan klarifikasi seperti yang dilakukan saat orang mendengarkan dan berbicara. Hal ini kemudian mengharuskan penulis untuk menyediakan semaksimal mungkin hal-hal yang menguatkan pemahaman pembacanya. Itulah mengapa menulis sifatnya cenderung lebih formal dan lebih terikat oleh banyak aturan. Dengan membaca dan memahami klaim-klaim tersebut secara kritis, diharapkan saat menjalani proses menulis nantinya, Saudara dapat secara cermat menyadari bahwa menulis pada dasarnya lebih merupakan proses yang memiliki tujuan dan ciri khas tertentu dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Adapun teks nonfiksi yang dipelajari di Sekolah Dasar cukup kompleks disesuaikan dengan tingkatan kelasnya. Diantara sekian banyak teks nonfiksi yang relevan untuk peserta didik sekolah dasar berdasarkan StSaudarar Isi Bahasa Indonesia ialah: 1) Teks deskriptif yang mendeskripsikan benda atau tempat 2) Teks eksplanasi yang bertujuan untuk memberikan informasi
3) Teks prosedur/arahan/petunjuk untuk membuat atau melakukan sesuatu 4) Teks laporan sederhana hasil pengamatan siswa dalam pembelajaran 5) Teks tanggapan, ucapan terima kasih, dan perimntaan maaf 6) Teks cerita pengalaman pribadi dan buku harian 7) Teks paparan iklan. Untuk lebih memahami teks nonfiksi lainnya, berikut ini akan disajikan ragam atau jenis teks nonfiksi melalui contoh teksnya, struktur, fungsi dan kaidah kebahasaan. Dengan memahami aspek-aspek tersebut, Saudara diharapkan mampu menjelaskan teks tersebut secara jelas dan menarik kepada peserta didik. b. Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Nonfiksi Pada uraian berikut akan disajikan: stuktur, fungsi, dan kaidah kebahasaan masing-masing jenis teks nonfiksi. Ada lima jenis teks nonfiksi yang akan Saudara pelajari yakni esai, reviu, artikel ilmiah, teks narasi sejarah, dan surat. Dari kelima contoh jenis teks tersebut Saudara akan mempelajari struktur, fungsi, dan kaidah kebahasaannya. Bacalah secara terurut setiap prosesnya agar Saudara memahami konsepnya. 1) Esai Marilah kita lihat contoh esai di bawah ini, agar Saudara menemukan struktur dan ciri-ciri esai! Kebakaran Hutan dan Lahan Belum Juga Mendapat Perhatian Pemerintah Daerah Kebakaran hutan dan lahan menjadi tanggung jawab bersama dan pemerintah daerah setempat. Namun, nyatanya pemerintah daerah belum juga bertindak atas kejadian ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian sementara oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang juga menyatakan bahwa pemerintah daerah belum bertindak atas terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2019 ini. \"KLHK dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) saat ini tengah menjadi Saudaralan bagi pemerintah daerah,\" cetus Direktur Jenderal Perubahan Iklim KLHK Ruandha Agung Sugardiman. Guru Besar IPB juga berpendapat mengenai hal ini. Beliau mengatakan bahwa pemerintah daerah hampir tidak turun tangan. Beliau juga menyampaikan bahwa memang tidak ada dana
untuk mengendalikan kebakaran karena menurutnya tidak termasuk ke dalam skala prioritas walaupun kebakaran ini kerap terjadi tiap tahun. Bambang mengingatkan akan hal ini telah tertulis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 mengenai pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang berhubungan dengan kebakaran hutan dan lahan membuat bupati dan gubernur setempat juga harus bertanggung jawab menanggulangi kebakaran hutan dan lahan ini. Kebakaran hutan dan lahan menjadi tanggung jawab bersama dan pemerintah daerah setempat. Namun, nyatanya pemerintah daerah belum juga bertindak atas kejadian ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian sementara oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang juga menyatakan bahwa pemerintah daerah belum bertindak atas terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2019 ini. \"KLHK dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) saat ini tengah menjadi Saudaralan bagi pemerintah daerah,\" cetus Direktur Jenderal Perubahan Iklim KLHK Ruandha Agung Sugardiman. Guru Besar IPB juga berpendapat mengenai hal ini. Beliau mengatakan bahwa pemerintah daerah hampir tidak turun tangan. Beliau juga menyampaikan bahwa memang tidak ada dana untuk mengendalikan kebakaran karena menurutnya tidak termasuk ke dalam skala prioritas walaupun kebakaran ini kerap terjadi tiap tahun. Bambang mengingatkan akan hal ini telah tertulis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 mengenai pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang berhubungan dengan kebakaran hutan dan lahan membuat bupati dan gubernur setempat juga harus bertanggung jawab menanggulangi kebakaran hutan dan lahan ini. Menurutnya, seharusnya bupati bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran di kabupaten, gubernur juga bertanggung jawab ketika asap lintas kabupaten mulai mengepul, dan kemudian KLHK juga BPNB bertanggung jawab ketika ada lintas batas negara. Sedangkan, untuk bertanggung jawab pada perusahaan yang lahan konsesinya terbakar, KLHK masih mendalami kasus 20 lahan konsesi perkebunan dan kehutanan perusahaan asing yang disegel terkait kebakaran hutan dan lahan. Siti Nurbaya Bakar, sebagai menteri lingkungan hidup dan kehutanan juga bekerjasama dengan menteri luar negeri, LP Retno Marsudi mengenai permasalahan tersebut. Kerjasama ini juga dapat dihitung sebagai informasi dan pertolongan pertama apabila dibutuhkan pertolongan selanjutnya yang lebih serius setelah pendalaman tersebut diberlangsungkan. Meskipun tidak berstatus perusahaan dalam negeri, namun penyelidikannya tak mau kalah dengan perusahaan dalam negeri. Sejumlah 5 dari 20 perusahaan asing tersebut berstatus tersangka.
Namun, Siti Nurbaya mengatakan, bahwa saat ini masih belum juga sampai pada tahap notifikasi. Beliau juga mengatakan kepada Bu Retno selaku Menlu, bahwasannya setiap kali ada urusan dengan luar negeri, Siti Nurbaya pasti mengidentifikasikan dulu apa yang telah terjadi baru mengindikasikan ke Menlu. Siti Nurbaya mengatakan, ada beberapa aspek yang menyebabkan kebakaran pada konsesi bisa terjadi, diantaranya ialah buntut konflik dengan masyarakat. Langkah awal untuk mengidentifikasi setiap kasus adalah dengan menyegel lahan perkebunan yang telah dilakukan oleh aparat di Ditjen Penegak Hukum. KLHK juga menyegel kurang lebih 44 perusahaan di dalam negeri yang lahannya juga terbakar. Selain itu, kebakaran hutan dan lahan ini juga sangat berdampak pada emisi gas rumah kaca, jelas Ruandha. Kebakaran pada tahun ini diperkirakan membuat penurunan emisi hanya sekitar 16%. Diharapkan mencegah terjadinya kebakaran di gambut, Karena di situlah kuncinya. Kebakaran tahun ini juga tidak dipertanyakan pada waktu KTT, sebab tertutup oleh kebakaran di Amazone dan Australia. (Fajrin, 2019) Nah, setelah mencermati teks di atas, bagaimanakah persaan Saudara setelah membacanya? Tentu kita merasa prihatin atas kejadian tersebut terlebih itu terjadi di salah satu daerah di Indonesia. Begitu banyak makhluk hidup yang terdampak, hilangnya habitat bagi satwa-satwa liar, hilangnya sumber makanan, hingga dampak negatif terhadap kesehatan manusia itu sendiri. Pernahkah Saudara mengungkapkan perasaan Saudara setiap kali melihat fakta sosial yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya? Memuatnya di blog pribadi atau memuatnya di kanal berita online nasional? Memang tidak mudah mengungkapkan ide dan gagasan yang kita miliki. Selain harus memiliki penguasaan kosa kata yang banyak, juga harus memahami secara terstruktur bagaimana penyajian tulisan agar menarik dan enak di baca. Teks dengan judul “Kebakaran Hutan dan Lahan Belum Juga Mendapat Perhatian Pemerintah Daerah” jika di cermati, teks tersebut berfungsi untuk mengeksplorasi ide atau gagasan penulis terhadap fenomena kebakaran hutan yang tidak kunjung mendapat perhatian pemerintah daerah meskipun itu merupakan bencana rutin yang selalu terjadi setiap tahun. Selain itu teks diatas
juga berusaha menunjukan sebab-akibat yang ditimbulkan dari proses kebakaran hutan. Apakah Saudara menemukan kata yang bermakna konotatif (tidak sebenarnya) dari teks diatas? Secara kaidah kebahasaan kata yang digunakan dalam teks tersebut bermakna denotatif (makna sebenarnya), tidak ambigu atau menimbulkan makna gSaudara. Selain itu peristiwa yang disajikan dalam teks merupakan peristiwa faktual dan aktual yang memang benar terjadi. Berdasarkan kaidah kebahasaan tersebut dapat disimpulkan bahwa teks tersebut merupakan jenis teks nonfiksi. Secara umum telah kita ketahui berdasarkan kaidah kebahasaan teks tersebut termasuk jenis teks nonfiksi. Dapatkah Saudara spesifikasikan tepatnya termasuk kedalam teks nonfiksi jenis apakah teks diatas? Ya, teks diatas tepatnya termasuk teks nonfiksi jenis Esai. Secara sederhana, esai dapat dimaknai sebagai bentuk tulisan lepas,yang lebih luas dari paragraf, yang diarahkan untuk mengembangkan ide mengenai sebuah topik (Anker, 2010). Esai dianggap memiliki peranan penting dalam pendidikan di banyak negara untuk mendorong pengembangan diri. Hal ini didasarkanpada anggapan bahwa dengan menulis esai dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan beserta alasannya, dan mengikuti kerangka penyampaian pikiran yang selain memerlukan teknik, juga memerlukan kualitas personal, kemauan, serta kualitas pemikiran. Dalam hal ini esai dianggap pula sebagai cara untuk menguji atau melihat kualitas ide yang dituliskan oleh penulisnya (Harvey, 2003). Esai memang sering dianggap sebagai bentuk tulisan yangmendorong penulisnya untuk menguji ide yang mereka miliki mengenaisuatu topik. Dalam menulis esai, diharuskan membacasecara cermat, melakukan analisis, melakukan perbandingan, menulissecara padat dan jelas, dan memaparkan sesuatu secara seksama. Tanpamenulis esai dikatakan bahwa siswa tidak akan mampu “merajut” kembali potongan-potongan pemahaman yang mereka dapatkan selamabelajar ke dalam sebuah bentuk yang utuh (Warburton, 2006).
McClain dan Roth (1999) menyatakan bahwa dengan membuat esai maka akan mempelajari tiga hal penting, yakni (1) bagaimana mengeksplorasi area kajian dan menyampaikan penilaian mengenaisebuah isu, (2) bagaimana merangkai argumen untuk mendukungpenilaian tersebut berdasarkan pada nalar dan bukti, dan (3) bagaimana menghasilkan esai yang menarik dan memiliki struktur koheren. Itulah mengapa esai menjadi salah satu karangan yang sangat penting dalam pendidikan. a) Struktur Esai Secara umum struktur esai memiliki tiga bagian utama. Selain judul, sebuah esai memiliki bagian secara berurutan berupa (1) pendahuluan, (2) bagian inti, dan (3) Simpulan (lihat Anker, 2009; McWhorter, 2012; Savage & Mayer, 2005). Dalam penulisannya, label pendahuluan, bagian inti, dan kesimpulan tidak dimunculkan atau ditulis secara tersurat karena esai adalah tulisan yang tidak disusun dalam bab dan subbab (Anker, 2009). Bagian pendahuluan sebuah esai berisikan identifikasi topik yang akan diangkat, dengan memberikan latar belakang berupa penggambaran situasi atau kondisi
terkini terkait topik tersebut. Penggambaran latar belakang ini beranjak dari penjelasan secara umum ke arah yang lebih sempit menggambarkan keadaan faktual dan permasalahan yang diangkat. Pada titik ini juga dilakukan upaya menarik perhatian pembaca dengan menekankan mengapa topik tersebut penting untuk diangkat sekaligus memberikan gambaran mengenai apa yang akan dibahas terkait topik tersebut dalam kalimat yang disebut thesis statement. Lazimnya, thesis statement ini muncul di bagian akhir pendahuluan dari sebuah esai. Bagian inti, berisikan bagian pengembangan ide yang dimuat dalam thesis statement. Pada bagian inilah isi utama tulisan dikupas dan dikembangkan sesuai dengan jenis esai yang ditulis. Perlu diingat, pada bagian ini pengembangan ide dilakukan dengan cara menyampaikan pikiran utama yang kemudian dikemas dan diperkuat melalui satu atau lebih kalimat pendukung. Pikiran utama yang dimunculkan tentunya sangat bergantung pada topik yang menjadi fokus penulisan. Pikiran utama tersebut harus merupakan pemetaan logis dari topik yang hendak dibahas sesuai tujuan jenis esainya. Bagian kesimpulan merupakan bagian tempat penulis melakukan penguatan terhadap topik yang telah dinyatakan pada thesis statement dan telah dibahas pada bagian inti esai. Ringkasan pembahasan pada umumnya menjadi penutup pada bagian ini. b) Fungsi Esai Esai yang telah disusun oleh penulis memiliki fungsi yang dapat memberikan kontribusi positifterhadapperkembangan kemampuan berfikir dan pemahaman pembaca. Kusmiataun (2010) telah memberikan gambaran mengenai fungsi esai tersebut yakni sebagai berikut: (1) Eksploratif: melakukan eksplorasi atas respon individu terhadap peristiwa, fenomena, ide atau gagasan tertentu. (2) Persuasi: mengajak pembaca untuk meyakini opini penulis serta mengajak pembaca untuk melakukan aksi atau tindakan tertentu.
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264