Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA MENCEGAH GANGGUAN JIWA

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA MENCEGAH GANGGUAN JIWA

Published by By. Hukormas RSJSH, 2022-06-09 06:20:39

Description: Disampaikan dalam Webinar Series dalam rangka HUT ke 102
RS.Soeharto Heerdjan Jakarta
Kamis, 21 April 2022

Search

Read the Text Version

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA MENCEGAH GANGGUAN JIWA Disampaikan dalam Webinar Series dalam rangka HUT ke 102 RS.Soeharto Heerdjan Jakarta Kamis, 21 April 2022

Mery Aderita R, S.K.M., M.K.M. Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) PENGDA JAKARTA Mery Ade FASILITATOR: •PELATIHAN PMBA •PELATIHAN KONSELOR LAKTASI •PELATIHAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU BAGI KADER DAN TENAGA KESEHATAN •TIM GERAK CEPAT PENANGGULANGAN WABAH BAGI PETUGAS PUSKESMAS •KADER PEDULI KESEHATAN JIWA

Sumber:Kompas.com Sumber: halodoc.com

1. Definisi Kesehatan Jiwa dan 2. Ciri Sehat Jiwa 3. Gangguan Jiwa

Kesehatan • “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Kesehatan Indonesia tanah airku Indonesia Raya Tanah tumpah darahku Merdeka Di sanalah aku berdiri Merdeka Jadi pandu ibuku Tanahku Indonesia kebangsaanku negriku yang Bangsa dan Tanah Airku kucinta Marilah kita berseru Indonesia bersatu Indonesia Raya Merdeka Hiduplah tanahku Merdeka Hiduplah negriku Hiduplah Bangsaku Rakyatku Indonesia Raya semuanya Bangunlah jiwanya Indonesia Raya Bangunlah badannya Untuk Indonesia Raya

Kesehatan Jiwa Kesehatan Jiwa (Keswa): Kondisi individu berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan stress, bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).

Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1.Merasa senang terhadap dirinya serta •Mampu menghadapi situasi? •Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup •Puas dengan kehidupannya sehari-hari •Mempunyai harga diri yang wajar •Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan

2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta • Mampu mencintai orang lain • Mempunyai hubungan pribadi yang tetap • Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda • Merasa bagian dari suatu kelompok • Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain “mengakah” dirinya

3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta • Menetapkan tujuan hidup yang realistis • Mampu mengambil keputusan • Mampu menerima tanggungjawab? • Mampu merancang masa depan • Dapat menerima ide dan pengalaman baru • Puas dengan pekerjaannya

GANGGUAN JIWA Pikiran Perasaan Perilaku Disfungsi aktivitas sehari-hari.

Tanda awal Marah Gangguan Jiwa Sedih Masalah Perubahan konsentrasi mood yang Takut atau cemas ekstrem berlebihan Berpikir Masalah bunuh diri tidur Tidak Paranoid mampu mengatasi Marah stres Penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan Paranoid

GANGGUAN JIWA depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, gangguan makan, dan perilaku adiktif. Kondisi ini bisa membuat pengidapnya sengsara dan menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti di sekolah, tempat kerja, atau dalam hubungan.

Jumlah ODGJ berat di DKI Jakarta saat ini mencapai 17.000 kasus atau sekitar 0,16 persen dari total jumlah penduduk di Ibu Kota yang mencapai sekitar 10,6 juta jiwa (https://www.merdeka.com) perlu peran keluarga atau warga tingkat RT/RW mendeteksi secara dini kasus kesehatan jiwa. Kemudian mampu mengelola dengan baik dan bisa melakukan rujukan apabila ada warga yang membutuhkan pendampingan psikososial.

BERTUMBUH DAN BERKEMBANG





• Dalam kebanyakan kasus, gejala gangguan jiwa dapat dikelola dengan kombinasi obat- obatan dan terapi bicara (psikoterapi).

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Mencegah Gangguan Jiwa

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Mencegah Gangguan Jiwa

MANDIRI PERAN Individu/keluarga Sebagai AKTOR Masyarakat POTENSI Pendukung lainnya (TOMA, Lurah,Camat,Nakes,Faskes, dll) POTENSI Tim pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut. 1. Tahap pertama seleksi 2. Tahap kedua sosialisasi lokasi pemberdayaan masyarakat 3. Tahap ketiga proses pemberdayaan masyarakat. Tahap ini terdiri dari kegiatan: a. kajian keadaan pedesaan/lokasi partisipatif, b. pengembangan kelompok, c. penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, serta d. monitoring dan evaluasi partisipatif

Pencegahan Gangguan Jiwa Compas.com • Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik. • Membantu orang lain dengan tulus. • Memelihara pikiran yang positif. • Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah. • Mencari bantuan profesional jika diperlukan. • Menjaga hubungan baik dengan orang lain. • Menjaga kecukupan tidur dan istirahat.

Apa saja manfaat olahraga untuk kesehatan jiwa? • 1. Mengurangi stres • Baru saja menjalani hari yang melelahkan di kantor? Cobalah berjalan jauh atau mengunjungi pusat kebugaran untuk berolahraga. • Salah satu manfaat dari olahraga adalah menurunkan tingkat stres. Ini karena berolahraga dapat meningkatkan kadar hormon norepinefrin, yaitu zat kimiawi yang berperan dalam respons otak terhadap stres.

• 2. Meningkatkan mood • Karena aktivitas positif ini dapat menunjang pelepasan hormon endorfin pada tubuh, yang berhubungan dengan perasaan bahagia dan euforia. • Oleh sebab itu, orang-orang yang depresi atau mengalami gangguan cemas dianjurkan untuk berolahraga secara rutin dan teratur. • 3. Meningkatkan rasa percaya diri • Kebugaran fisik dapat meningkatkan rasa percaya diri serta membuat seseorang memiliki persepsi yang lebih positif terhadap dirinya sendiri. Terlepas dari berat badan, bentuk tubuh, jenis kelamin, atau usia, olahraga dapat membuat seseorang tampil prima dan merasa lebih percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain.

• 4. Menunjang kemampuan otak • olahraga dapat meningkatkan kecepatan produksi sel otak, dan meningkatkan performa otak secara keseluruhan. • Selain itu, berolahraga secara rutin juga diketahui dapat meningkatkan daya ingat maupun kemampuan belajar. • 5. Memperbaiki pola tidur • Olahraga tingkat sedang dapat membantu Anda untuk tidur lebih nyenyak. Hal ini sangat bermanfaat, terutama bagi Anda yang mengalami insomnia atau kesulitan memejamkan mata di malam hari.



Kesehatan Jiwa Anda adalah Prioritas

PARENTAL BURN OUT (Faktor Risiko, Dampak, Pencegahan &Tatalaksana) dr. Safyuni Naswati Sahupala, Sp. KJ

Pendahuluan  Pengasuhan anak oleh orang tua, adalah pengalaman yang sangat berharga dengan berbagai konsekuensi positif, seperti peningkatan makna hidup, kebahagiaan, dan kesejahteraan (Nelson et al., 2013)  Pengasuh anak juga dapat membebani dan merawat anak-anak dapat melibatkan stres akut (misalnya : konflik) dan kronis (misalnya, masalah perilaku dan masalah kesehatan; Mikolajczak et al., 2019).  Pandemi COVID-19 mengakibat kekhawatiran dan ketakutan tentang virus meningkat yang mungkin telah menyebabkan perubahan tingkat stres, kecemasan, dan kelelahan orang tua di antara banyak keluarga (Prikhidko et al., 2020).

Pendahuluan Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) :  Kasus kekerasan perempuan dan anak meningkat lima kali lipat selama masa pandemi, sebelum masa pandemi  Kekerasan tercatat sebayak 2.851 kasus meningkat menjadi 7.190 kasus, sedangkan kasus kekerasan terhadap perempuan meningkat 1.913 kasus menjadi 5.551 kasus (JPNN).

Istilah Burnout  Freudenberger dan Richelson mendefinisikan burnout  Burnout: kehabisan tenaga dan kebosanan  Burnout, sebuah sindrom yang ditandai dengan “kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan pemenuhan diri,” adalah akibat dari paparan kronis terhadap lingkungan yang menguras emosi (Rionda, IS, et al., International Journal of Environmental Research and Public Health, Vol. 18, No. 9, 2021).

Istilah Burnout  Parental burnout : respon berkepanjangan terhadap stres yang kronis dan berlebihan, yang terjadi pada orang tua  Dalam International Classification of Disease (ICD) 10 – kode Z73 tetapi bukan diagnosis medis  Problem yang berkaitan dengan kesulitan pengelolaan hidup

PARENTAL BURN OUT  Parental burnout dapat terjadi karena ketidaksesuaian harapan prangtua terhadap dirinya, anaknya ataupun tanggung jawab dengan sumber yang mereka miliki(Holly dkk., 2019).  Ketika orangtua memiliki harapan besar terhadap anak dan pengasuhan yang diberikan namun sumber yang dimiliki baik secara finansial, dukungan sosial, kemampuan diri kurang berisiko meningkatkan adanya parental burn out (Griffith, 2020)  Survey di US menunjukkan sebanyak 52% orangtua yang memiliki anak dibawah usia 12 tahun mengalami kesulitan untuk mengasuh anaknya (Pew Research, 2021)  Survey lain di Indonesia dengan sampel 400 ibu melaporkan 84% ibu merasa lelah secara mental dan fisik selama pandemic, 87% ibu merasa tidak percaya diri dan merasa gagal dalam mengasuh anak(Rossa, 2021).  Orang tua dari negara yang lebih individualistis ( Barat) memiliki tingkat burnout parental yang lebih tinggi. daripada mereka yang berasal dari negara-negara Timur ( Roskam dan Mikolajczak )

ETIOLOGI PARENTAL BURN OUT Ketidaksesuaian yang dirasakan antara tuntutan terkait pengasuhan, termasuk harapan orang tua tentang diri mereka sendiri dan tanggung jawab mereka, dan ketersediaan sumber daya untuk memenuhi tuntutan dan harapan tersebut terjadi terus-menerus (tuntutan dan harapan seringkali tidak terpenuhi)

FAKTOR RISIKO  Stress kehidupan – individu dengan pengalaman peristiwa kehidupan yang stressful lebih cenderung untuk alami depresi  Faktor usia – hubungan antara stress kehidupan, burnout dan depresi dimediasi oleh pengaruh usia  Genetik – kandidat gen yang berperan: gen reseptor glucocorticoid (NR3C1), gen trasporter serotonin (SLC6A4), brain derived neurotropic factor gene (BDNF), tyrosine hydroxylase (TH)  Karakteristik kepribadian tertentu (ketegasan rendah, riwayat viktimisasi, toleransi rendah, dan self-efficacy rendah, stabilisasi emosi yang rendah, introvert, provokatif, enerjik, ekspektasi tinggi, perfeksionis  Dukungan sosial: lebih sedikit jejaring (keluarga dan teman)

FAKTOR PENDUKUNG POSITIF NEGATIF  Mengerti dan tahu akan kemampuan dan cara  Adanya rasa ingin serba sempurna (perfeksionis) mengapresiasi diri (Self-Compassion) dalam diri orangtua  Kemampuan mengelola emosi dengan baik  Kurang mampu mengelola emosi dengan baik  Adanya dukungan dari keluarga dan pasangan  Kurangnya pengetahuan mengenai pola dalam mengasuh anak pengasuhan anak  Melakukan kerja sama atau saling membantu  Dukungan keluarga dalam mengasuh anak dalam mengasuh anak kurang  Menanggung beban mengasuh anak bersamaan dengan adanya beban pekerjaan (untuk ibu dan ayah yang bekerja)

Gambaran Gejala Psikologis  Merasa lelah berlebihan  Gampang emosi  Kehilangan motivasi  Perasaan kegagalan  Dysphoric stimuli (kesedihan)  Masalah tidur  Gejala somatik  Memiliki pemikiran bahwa keadaan anak akan lebih baik tanpa adanya kehadiran Anda  Muncul rasa tidak sabar saat mengasuh anak  Munculnya rasa putus asa  Hubungan emosional dengan anak berkurang  Cenderung menjauhkan diri pada anak

DAMPAK PARENTAL BURN OUT  Dampak lain parental burn out selama masa pandemi adalah kekerasan (fisik & pengabaian) yang dilakukan oleh orangtua. (Brianda dkk., 2020).  Orang tua yang mendapat skor lebih tinggi pada pengukuran parental burnout juga mendapat skor lebih pada ide untuk kabur dan bunuh diri; muncul konflik serta keinginan untuk berpisah yang lebih besar dengan pasangan.  Gangguan Jiwa

DAMPAK PARENTAL BURN OUT CHILD MALTREATMENT  Dampak jangka pendek : parental burnout  ↑ resiko kekerasan & penelantaran anak  gangguan & trauma fisik (lebam, patah tulang) serta permasalahan psikologis (gangguan stress pasca-trauma, ansietas)  Dampak jangka panjang : orang dewasa yang mengalami kekerasan pada masa kana-kanak  ↑ risiko mengalami gangguan jiwa, menggunakan NAPZA, bunuh diri, melakukan hubungan seksual beresiko (promiskuitas), dan terkena penyakit menular seksual. Memiliki resiko tingkat pendidikan yang rendah  gangguan finansial, kesulitan mencari pekerjaan, pemasukan yang sedikit. Memiliki resiko menjadi pelaku (terutama kekerasan anak)/korban kekerasan .

DAMPAK PARENTAL BURN OUT GANGGUAN JIWA  Sekelompok gejala/simptom yang Manifestasi ggn jiwa: perubahan pada: bermakna dpt ditemukan secara klinis * Pikiran *Perasaan *Perilaku dan mengakibatkan Perubahan pada tubuh& kondisi jasmani penderitaan(distress) & terganggunya fungsi (disfungsi)

STRATEGI PENCEGAHAN & TATALAKSANA

Melakukan pola hidup sehat Olahraga teratur Pola makan yang sehat //Tidur cukup TIDAK MEROKOK TIDAK ALKOHOL

Melakukan pola hidup sehat POLA PIKIR TINGKATKAN POSITIF IMAN & tAQWA

HORMON BAHAGIA  OLAH RAGA  HUMOR & TERTAWA  TERSENYUM  MELAKUKAN KEGIATAN YANG MENYENANGKAN BERSAMA ANAK

RELAKSASI

STRATEGI PENCEGAHAN & TATALAKSANA  Mulai belajar mencintai dan menghargai diri sendiri.  Diskusi dengan pasangan atau pun keluarga besar terkait bantuan atau dukungan dalam mengasuh anak.  Cari support group yang dapat membangun persepsi positif dalam menjalankan peran sebagai orangtua  Cari bantuan ahli. (Lihat Instrument SRQ)

 ‫ { ِِل ْن ُي َؤ ِد َب ال َّر ُج ُل َولَ َد ُه َخ ْي ٌر لَ ُه ِم ْن أ ْن‬:‫َو َقا َل َعلَ ْي ِه ال َّصََل ُة َوال َّسََل ُم‬ ‫يَ َت َص َّد َق بِ َصاع‬  Nabi saw. bersabda, “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu sha’.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam At- Tirmidzi dari sahabat Jabir bin Samurah r.a.

Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb. Selamat Berkarya & Bekerja Sama

Kembali Produktif dengan Asuhan keperawatan jiwa


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook