MENDAKI PUNCAK KEHIDUAPAN SEPUTAR KEHIDUPAN SEMINARIS
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .........................................................................i KATA PENGANTAR ..................................................... iii FOTO-FOTO PENULIS .................................................. iii TULISAN SEMINARIS Siapa Takut Jadi Seminaris (Albertus Danu Bagaskoro).................. 1 Cermin Kehidupan (Aloysius Gonzaga Rikito) ............................... 7 Malas Itu Berat Kamu Tidak Akan Kuat (Antonius Febryan) ........ 10 Pemanis Seminaris (Benediktus Frederick Giovanni) ................... 16 Enaknya Menjadi Seminaris (Bernardus Julio) ............................. 19 Tempat Pemuas Perut Anak Seminaris (Brilian Bintang) .............. 21 Misteri Unit 2 (David Septiano Hermawan) .................................. 25 Kegiatan Opera Para Seminaris (Rafaelo Dergio) ......................... 31 Merelakan Keluarga Demi Panggilan Bapa (Efrem Mas) ............. 34 The Webs (Fidelis Elexianno Banera Parus) .................................. 38 Landasan yang Membuat Wacana Bhakti Terbang Tinggi (Franciscus Soegiho) ..................................................................... 43 Bidel di Seminari (Gerardus Gillmore Luther Elbracht) ................ 49 Rekreasi Anak Seminari (Gilbert Steven) ...................................... 52 The Webs Pendukung Setia Anak Seminari (Ignatius Tegar) ......... 55 Doa-doa dan Spiritualitas (Javier Soga Dema) .............................. 58 Jatuh Bangun Seminaris (Leonardus Aji Wibowo) ....................... 63 i
Completorium (Nicolaus Johansen Ruwano) ................................. 67 MOSB Rasa Retret (Rafael Advenando) ....................................... 71 Menjadi Bunglon di Seminaris (Stanislaus Andi Eka Prasetya) .... 73 Parare dan Cupir (Vincensius Paris Sihaloho) .............................. 79 17-an ala Seminaris (Vincentius Arya Prasada) ............................ 82 Merelakan Segalanya Demi Panggilan Ilahi (Yohanes Ervin Mulyana) ........................................................................................ 87 Cerminan Hati Ofisi (Laurentius Nugraha Wijaya) ....................... 94 Pola Sosialisasi Seminaris (Leonardo Alvin Seven) .................... 101 Seminaris di Mata Pamong (Vincentius Michael Rully) ............. 106 ii
KATA PENGANTAR Apakah pengalaman adalah guru yang terbaik? Tidak! Pengalaman menjadi guru yang terbaik ketika pengalaman itu direnungkan atau direfleksikan. Kumpulan tulisan ini merupakan hasil permenungan dan refleksi atas pengalaman, sehingga dapat menjadi guru yang terbaik. Bagi siapa? Tidak saja bagi para penulis awal tetapi juga bagi para pembacanya. Dengan demikian kumpulan tulisan ini diharapkan menjadi sebentuk diskusi awal dengan dunia pembaca yang lebih luas. Tulisan merupakan salah satu budaya manusia. Dengan menulis, manusia semakin menjadi berbudaya, semakin mengenal dirinya dan memperlakukan sesama sebagai diri mereka sendiri. Oleh karena itu, latihan menulis merupakan sebentuk usaha agar manusia semakin menjadi manusia seutuhnya. Melalui tulisan, manusia diajak berpikir jernih dan baik dalam mengungkapkan ide dan pikirannya. Kumpulan tulisan ini lahir dari kesadaran tersebut. Dengan demikian menulis merupakan proses terus menerus agar subyek didik semakin berpikir mendalam dan berhasil mengungkapkan pesan dengan baik dan benar. Dengan menerima masukan berupa saran dan perbaikan, kiranya itu harapan bagi bertumbuhkembangnya pendidikan berbahasa Indonesia di Seminari Wacana Bhakti. iii
Selamat untuk rekan-rekan muda yang telah mengumpulkan tulisan ini. Selamat membaca dan melanjutkan karya yang baik ini. Wassalam, Rm. Benediktus Ari Darmawan, Pr. iv
Albertus Danu Aloysius Gonzaga Antonius Febryan Bagaskoro Rikito Teguh S. Kusuma P.Y. Benediktus Bernadus Julio Brilian Bintang Frederick G. Herlan P. Andalan David Septiano Dergio Augusto Efrem Mas Aletadeo Hermawan Novaro Rangkuty S.P. Fidelis Elexianno Franciscus Soegiho Gerardus Gillmore Banera Parus Pranoto Luther Elbracht v
Gilbert Steven Ignatius Tegar Javier Soga Dema Cakrabuana P. Leonardus Aji Nicolaus Johansen Rafael Avenando Wibowo R. K. Stanislaus Andi Vincensius Paris Vincensius Arya Eka Prasetya Sihaloho Prasada Yohanes Ervin Laurentius Leonardo Alvin Vincentius Mulyana Nugraha Wijaya Seven P.P. Michael Rully vi
SIAPA TAKUT JADI SEMINARIS -Albertus Danu Bagaskoro- Apakah menjadi seminaris adalah hal yang buruk? Apa saja sih beratnya jadi anak seminari? Apa saja sih suka duka dalam hidup mandiri? Bagi kaum awam, menjadi seorang seminaris adalah hal yang sangat hebat. Apakah para pembaca tahu jadwal-jadwal yang ada di seminari? Hidup di seminari itu ngapain saja sih? Faktanya, jadwal para seminaris sangatlah padat. Dari jadwal yang padat itulah kami para seminaris tidak akan merasa bosan dan jenuh. Penulis yang notabene anggota seminaris Wacana Bhakti akan memberikan pengalaman serta ceritanya tentang jadwal para seminaris. Jadwal yang dilaksanakan para seminaris sangatlah menarik, mulai dari sekolah, potus (snack), siesta, templi, opera, membaca bacaan rohani, studi, makan, dan tidur. Selama 24 jam dalam sehari penuh, penulis bertemu dengan teman-teman yang sama secara terus-menerus. Jenuh? Tidak sama sekali, hal itu bahkan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan. Bercanda dari pagi sampai malam, tapi kalau pelajaran ada waktunya juga ya. Hari Minggu adalah hari yang paling kami tunggu, bukan karena tidak ada pelajaran ataupun waktu bebas yang lebih banyak, melainkan karena acaranya yang bervariasi. Minggu pertama, kami melaksanakan kunjungan orang tua. Pada saat tersebut kami akan bertemu dengan keluarga. 1| SEMINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
Biasanya sih makan-makan tetapi tetap di area seminari. Di Minggu kedua dan ketiga biasanya diisi dengan acara- acara dari seminari seperti rekoleksi, instruksi kepamongan dan masih banyak lagi. Mungkin pembaca mengira dihari Minggu akan ada jam kosong? Kalian salah besar karena dihari Minggu adalah jadwal yang padat dengan acara seminari. Apakah para seminaris bosan di hari Minggu hanya diisi dengan rekoleksi saja? Tenang saja, di Minggu keempat kami diperbolehkan untuk keluar dari area seminari untuk sekedar jalan-jalan melihat indahnya dunia luar, yang di beri nama ambulasi. Ambulasi dibagi menjadi dua yaitu ambulasi terpimpin dan ambulasi tidak terpimpin. Biasanya ambulasi yang terpimpin itu diperuntukkan untuk KPP dan KPA yang masih menjalani masa karantina. Apa itu KPP dan KPA? KPP adalah Kelas Persiapan Pertama kalau KPA adalah Kelas Persiapan Akhir. Apa bedanya? Perbedaannya, KPP adalah para seminaris yang telah lulus SMP lalu masuk ke seminari sedangkan KPA adalah para seminaris yang telah lulus SMA lalu masuk ke seminari. Baru tau kan ada istilah KPP dan KPA? Lanjut ke ambulasi, biasanya kalau ambulasi itu, penulis jalan- jalan ke mall, beli alat tulis, ya pokoknya bebas deh. Seru kan? Acara yang rutin para seminaris rutin lakukan setiap hari adalah opera. Opera dengan arti kerja tangan, setiap sore hari kami lakukan dari pukul 16.00-16.30. Ngapain aja sih itu? Opera itu membersihkan area 2| SE MINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
seminari. Denah-denah nya juga sudah di tentukan oleh pihak kepamongan, sehingga para seminaris bisa bekerja dengan bersama-sama. Pada saat opera ada lagu yang diputar, lagu yang diputar berbeda di setiap hari nya, lagu nya sangat seru dan membuat kami menjadi bersemangat dalam ngerjain tugas. Di hari Minggu kami tidak opera di denah yang sudah ditetapkan, tetapi kami Opera di kamar masing-masing. Jadi setiap seminggu sekali kami harus membersihkan lemari, kasur, kamar mandi, lantai jadi tidak akan kelihatan kotor. Dalam satu kamar diisi oleh tiga orang jadi enak tuh kalau mau cerita-cerita sebelum tidur, lau gak terlalu lelah juga saat opera kamar. Lalu ada juga yang namanya opera magna. Apa sih itu? Opera magna hampir mirip dengan opera biasa tetapi opera magna lebih mendetail seperti lantai disikat, dipel sampai membersihkan atap dari sarang laba laba. Jangka waktu juga tidak secepat biasanya jadi tidak terlalu buru buru. opera magna biasa di lakukan pada sehari sebelum kami libur. Rutinitas kami sehari-hari lainnya adalah ibadat harian. Jadi seminaris kalau tidak ada doa harian bukan seminaris namanya. Kalau di pagi hari ada ibadat pagi dan misa harian. Kalau malam harinya kami melaksanakan ibadat tertentu, pada Minggu malam dan Senin malam biasanya completorium atau disebut juga ibadat penutup, pada Selasa malam ada doa angkatan. Doa angkatan itu biasanya kami membahas apa yang perlu kami perbaiki dalam angkatan kami dan doa 3| SEMINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
angkatan itu kami juga biasa sharing dan berbagi cerita suka dan duka dalam hidup sehari hari. Pada hari Rabu ada puncta, apa itu puncta? Puncta bisa disebut juga renungan malam yang diambil dari ayat-ayat Kitab Suci. Pada hari Kamis, dihari Kamis ada adorasi. Ada yang belum tahu adorasi? Adorasi adalah penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus. Pada hari Jumat ada doa kreatif. Setiap seminggu sekali kami secara bergantian, pada setiap angkatan menampilkan doa dari angkatan kami pokoknya sekreatif angkatan kami. Pada hari Sabtu tidak ada doa secara komunitas namun, dilakukan doa pribadi secara personal, memang hal itu bukanlah suatu kewajiban, melainkan kerinduan yang perlu dilaksanakan. Tempus Liberum apa sih itu? Anak seminari biasanya bilang Templi apasih templi itu? Tempus liberum adalah waktu bebas dimana kami bisa berolah- raga, mencuci, menyetrika dan masih banyak lagi. Oiya, di seminari ini kita mencuci dan menyetrika sendiri loh, jadi bisa jadi lebih mandiri. Bagi para seminaris, templi adalah surga setelah merasakan lelahnya mengikuti jadwal komunitas. Lalu ada siesta, surga anak seminaris juga tuh hahahaha. Oiya belum tahu siesta ya? Siesta apasih? Siesta adalah waktu tidur siang, saat dimana tidak boleh mencuci, menyetrika ataupun melakukan hal lainnya selain tidur, pokoknya harus silentium (waktu hening) siesta itu banyak manfaatnya loh apa aja sih manfaatnya? Bisa menghilangkan rasa penat dan lelah 4| SEMINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
setelah mengikuti pelajaran dan menambah kebugaran serta kesehatan tubuh. Lanjut ke makan dan potus. Makan di seminari ada 3 kali. Makan dibagi menjadi makan pagi, makan siang, dan makan malam serta ada 2 kali potus. Potus juga dibagi 2 menjadi potus pagi dan potus sore. Potus itu Bahasa Latin yang artinya snack. Makanan seminari gak enak? Siapa bilang? makanannya enak dan lezat kok, rasanya mirip seperti masakan yang ada di rumah. Oiya, kalau mau makan itu ada tempatnya namanya refter. Kalau makan pagi kami harus silentium (waktu hening) kalau makan siang dan makan malam kalian harus merasakan sendiri keseruan dari makan siang dan makan malam itu. Oiya snack pagi biasanya dilaksanakan pukul 10.00-10.30 sedangkan snack sore ada di jam 16.30- 16.00. Sehabis opera, langsung menikmati snack, enak nggak tuh? Snack biasanya berguna untuk mengganjal perut sebelum makan siang dan makan malam. Para seminaris hanya boleh mengambil 1 potus saja dan tidak boleh lebih. Kalau ngambil banyak atau lebih dari 1 nanti kena sanksi. Ketat kan seminari? Iyalah kami belajar jujur dari hal kecil. Lanjut, ada namanya studi atau waktu belajar. Jujur, biasanya kalian tidak ada waktu wajib buat belajar kan? Beda halnya dengan para seminaris yang menekankan waktu pada pelajaran. Di seminari, ada waktu jam belajar yang wajib. Biasanya di bagi jadi 2 ada studi yaitu studi 1 dan studi 2. Apa bedanya sih? Dijam 5| SEMINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
studi 1 kita harus diam atau silentium untuk menghargai teman yang ingin belajar sendiri sedangkan pada saat studi 2 kami boleh berdiskusi dengan teman lainnya. Namun, bukan membahas tentang game atau lainnya. Cukup bahas pelajaran saja. Di setiap malam, kami juga ditekankan untuk menulis refleksi harian. Apasih gunanya? Gunanya agar kita belajar dari kesalahan- kesalahan yang telah diperbuat dan mengambil makna dari hari ini agar lebih baik di hari yang akan datang. Serukan acara-acara di seminari, nggak bakal bikin bosan ataupun jenuh deh. Disini juga karakter kami lebih terbentuk. Masih takut jadi seminaris? Ayo tanggapi panggilan yang ada di dalam diri kalian. Mari gabung bersama kami di Seminari Menengah Wacana Bhakti. 6| SEMINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
CERMIN KEHIDUPAN -Aloysius Gonzaga Rikito Teguh Santosa- Refleksi harian, apakah benar-benar perlu bagi anak seminari? Penulis termasuk salah seorang seminaris Kelas Persiapan Pertama (KPP) di Seminari Wacana Bhakti yang akan membagikan pengalaman hidup di seminari. Apakah ada diantara pembaca yang pernah menulis refleksi? Kalau begitu, apa itu refleksi? Bagi yang belum pernah menulis refleksi, refleksi adalah proses menuliskan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah kita alami selama seharian dan mencari makna serta pesan dari pengalaman-pengalaman tersebut. Seperti yang sudah penulis sampaikan di atas, refleksi berisi pengalaman-pengalaman yang sudah kita alami selama seharian penuh. Di Seminari Wacana Bhakti, kami diberi buku khusus untuk menulis refleksi yang sudah terdapat pedoman pertanyaan. Tentu ini sangat memudahkan kami dalam meulis refleksi karena tidak semua pengalaman kita tuliskan di buku tersebut, melainkan hanya pengalaman yang menurut kita menarik dan bisa kita ambil maknanya. Dengan begitu, kita bisa memaknai pesan dari pengalaman tersebut. Refleksi ibarat cermin bagi perkembangan diri kita. Sebab dalam menulis refleksi, kita dapat mengambil hikmah atau pesan dari pengalaman tersebut untuk kemudian mendalaminya. Penulis selalu menuliskan 7| SE MINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
refleksi setiap hari, dikarenakan penulis menyadari bahwa setiap hari pasti ada pengalaman menarik yang bisa diambil hikmahnya yang tentu bisa berguna di masa mendatang. Dengan begitu, kita dapat menjalani kehidupan kita selanjutnya dan dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Cara menulis refleksi sebenarnya mudah, pertama-tama kami menuliskan pengalaman-pengalaman menarik kita tanpa menggunakan kata “hari ini” dan disertai dengan menuliskan pertanyaan problematis yang muncul saat melakukan pengalaman yang bersangkutan. Lalu kami bisa menuliskan perasaan hati kami dan pesan atau makna yang bisa kami ambil dari peristiwa atau pengalaman tersebut. Kemudian kami akan menuliskan dorongan batin atau sesuatu yang kami inginkan atau harapkan dari peristiwa tersebut kedepannya dan yang terakhir menuliskan hal konkret yang akan kami lakukan di kemudian hari. Di Seminari Wacana Bhakti, sebenarnya tidak ada waktu khusus untuk menulis refleksi. Ada yang menulis saat jam studi, ada yang menulis sebelum tidur, ada yang menulis saat doa malam, bahkan tidak sedikit seminaris yang malas menulis refleksi sehingga mereka menunda menulis dan akhirnya menjadi menumpuk. Pernah suatu saat ada dua orang teman penulis yang malas menulis refleksi dan tidak menulis refleksi selama satu minggu. Mereka kemudian dipanggil oleh romo pamong. Mereka dinasihati agar tidak malas menulis refleksi. Sejak saat 8| SEMINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
itu, dia menjadi rajin menulis refleksi. Tentu saja, menunda menulis refleksi adalah kebiasaan buruk karena semakin lama menunda, semakin lupa pengalaman yang akan ditulis. Mari menulis refleksi! 9| SEMINARI WACANA BHAKTI JAKARTA
MALAS ITU BERAT KAMU TIDAK AKAN KUAT -Antonius Febryan Kusuma Putra Yuwono- Di dunia ini siapa sih yang tidak pernah merasakan malas? Dari anak kecil, orang muda, orang dewasa bahkan lanjut usia pasti pernah merasakan malas. Penulis yang notabene seminaris Wacana Bhakti juga dulunya menggemari kehidupan malas. Dari bangun pagi sampai mau tidur, pasti ada salah satu aktivitas yang malas untuk dijalankan. Saking malasnya, penulis mempelajari tingkat kehidupan malas dan cara pengobatan. Tingkat pertama ditandai dengan perkataan. Cara pengobatannya bisa dilakukan dengan dinasehati. Tingkat kedua ditandai dengan perbuatan atau malas gerak (mager). Cara pengobatannya bisa dilakukan dengan cara disuruh bahkan dibentak kalau perlu. Tingkat ketiga ditandai dengan perbuatan dan perkataan. Cara pengobatannya cukup sulit dilakukan karena banyak orang yang melupakan ini. Cara pengobatannya bisa dilakukan dengan berdoa, kita seringkali melupakan kehadiran Tuhan yang selalu membantu kita dalam hal apapun. Jika penulis memikirkan tentang sebuah kehidupan malas, ada satu pertanyaan yang selalu membuat penulis bingung. Rajin untuk bermalas-malasan 10 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
dapat dikatakan sebagai orang yang rajin atau orang yang malas? Dalam kehidupan ini, panggilan Tuhan bermacam-macam. Ada panggilan Tuhan untuk menjadi romo, pengusaha, dokter, profesor, guru dan lainnya bahkan ada bentuk panggilan Tuhan untuk mendiami rumah-Nya. Panggilan Tuhan bisa melalui apa saja. Ada yang melalui orang tua, buku, kitab suci, homili, diri sendiri, ataupun seorang romo. Meskipun orang yang dipanggil tidak mau menanggapi panggilan Tuhan, sampai kapanpun dan bagaimanapun Tuhan tetap menunggu kehadiran orang yang dipanggil. Ada pula yang tak terpanggil, tetapi memaksa kepada Tuhan untuk dipanggil. Namun itu percuma, meskipun orang yang terpanggil memaksa untuk dipanggil Tuhan tetap saja Tuhan tidak akan memanggilnya. Hal itu terjadi karena Tuhan sudah mempunyai rencana yang baik. Hal yang tak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Tuhan. “Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya, menahan rasa ingin jumpa. Percayalah padaku akupun rindu kamu kuakan pulang melepas semua kerinduan yang terpendam”. Penggalan lirik dari lagu Dewa 19 yang berjudul “Kangen” selalu dinyanyikan oleh seminaris untuk menghibur dirinya yang sedang rindu dengan orang tua. Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah merasakan rindu sampai ingin sekali bertemu? Hanya rindu yang membuat kita menjadi sendu. Namun, ketika kita bertemu dengan 11 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
orang yang dirindukan. Hal itu yang membuat malu akan kerinduan yang telah lama ingin bertemu. Menahan rindu tidaklah mudah karena perasaan itu dapat membuat kita menjadi pilu. Rindu itu bagaikan debu, terasa ngilu bila terhirup. Namun, kita tak pernah melihat keberadaan debu itu. Menjadi seminaris yang baru pasti akan mempunyai rasa yang sedih bahkan stres karena harus meninggalkan kehidupan lama dari masa lalu, entah yang pahit ataupun manis. Hal yang paling berat adalah harus berjauhan dengan pacar, eh dengan orang tua maksud penulis. Senakal-nakalnya pembaca, jika harus berjauhan dengan orang tua pasti rasanya sangatlah berat. Situasi seperti ini penulis namakan sebagai LDR (Long Distance Relationship) dengan orang tua. Hal ini adalah pengalaman pertama penulis bahkan seminaris yang lainnya untuk berjauhan dengan orang tua. Mungkin Anda pernah merasakan sedihnya LDR dengan seorang yang Anda cintai. Perpisahan bukanlah sesuatu yang kita inginkan, namun perpisahan adalah sesuatu yang harus kita jalankan. Tak ada yang menginginkan sebuah perpisahan karena hal itu tidak membahagiakan. Perpisahan hanya menimbulkan rasa kerinduan dengan seseorang yang mungkin sudah ada di hati yang terdalam. Kerinduan tidak hanya dapat diungkapkan dengan perkataan karena itu hanya membuat keadaan hati semakin tertekan. Namun, Tuhan tidak juga menginginkan perpisahan sebagai kekhawatiran terhadap 12 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
seseorang ataupun membuat kesedihan yang tak akan pernah terlupakan. Penulisan merefleksikan perpisahan sebagai rasa kasih Tuhan. Mengapa penulis merefleksikan perpisahan sebagai rasa kasih Tuhan? Tuhan tidak menginginkan kekhawatiran dan kesedihan. Memang berat dan sedih untuk dijalankan, tetapi semuanya itu sudah direncanakan oleh Tuhan dan rencananya sungguhlah baik. Perpisahan ini mengajari kami untuk berlatih mandiri dalam hal apapun. Rencana Tuhan sangatlah indah, namun kita tidak pernah mengetahuinya. Salah satu kebanggaan bersekolah di Seminari Wacana Bhakti adalah menjadi seminaris. Seminaris adalah calon imam yang bersekolah di seminari. Ada dua macam seminari yaitu seminari menengah dan ada pula seminari tinggi. Menjadi seminaris adalah sesuatu yang harus dibanggakan karena kami ini spesial atau beda dari yang lain. Bukan bermaksud untuk sombong, tetapi memang banyak yang mau masuk seminari. Namun, hanya ada beberapa orang yang terpilih dan yang terpilih pasti mempunyai keunikan masing-masing. Kami dilatih dan dididik untuk hidup mandiri dan disiplin. Segala aktivitas kami sangatlah padat dan mempunyai makna di setiap aktivitas, sehingga tidak ada waktu untuk bermalas-malasan. Aktivitas yang selalu ditunggu seminari adalah siesta, tempus liberum, rekreasi dan ambulasi. Siesta adalah tidur siang dalam bahasa Latin. Tempus liberum adalah waktu bebas dalam bahasa Latin, 13 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
biasanya dilakukan untuk berolahraga atau untuk melakukan aktivitas lain di area Seminari Wacana Bhakti. Rekreasi adalah waktu untuk bebas pada malam hari untuk menenangkan pikiran karena memikirkan pelajaran. Ambulasi adalah waktu untuk pergi ke suatu tempat yang berada di sekitar Jakarta, namun harus kembali di waktu yang sudah ditentukan. Biasanya sekitar 6 jam waktu untuk ambulasi. Banyak sekali aktivitas seminari yang menurut penulis semuanya berguna dan memiliki arti di setiap kegiatan. Ketika penulis menulis semua ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa kita harus menggunakan waktu sebaik mungkin dan jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang ada di hidup kita. Jangan sampai anda menyesal karena teringat akan masa lalu yang semua waktunya digunakan untuk bermalas-malasan. Ingat! Penyesalan hanya ada pada akhir bukan berada ada awal, jika pada awal pendaftaran namanya bukan penyesalan. Akhirnya penulis juga menyadari bahwa pentingnya kebersamaan di tempat ini. Kami merasakan kesedihan dan kebahagiaan bersama-sama karena kami disini semuanya saudara dan keluarga. Kita adalah mahkluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Segala sesuatu jika dilaksanakan secara bersamaan pasti akan menyenangkan. Seperti kalimat “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Kalimat itu mengajarkan agar jangan tercerai karena sebuah masalah. Jika melakukan itu, maka kita akan runtuh. Namun, jika kita bersatu, 14 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
segala masalah yang ada pasti akan selesai dengan mudah dan cepat. Ketika penulis merenungkan kembali tentang kehidupan malas. Akhirnya penulis menemukan jawaban dari pertanyaan “Rajin untuk bermalas-malasan, termasuk orang yang rajin atau orang yang malas?”. Menurut penulis perbuatan itu termasuk dalam kategori orang yang malas. Mengapa penulis katakan demikian? Penulis mengatakan demikian karena untuk apa kita rajin untuk sesuatu yang tidak penting. Jika masih banyak perbuatan lainnya, mengapa harus bermalas-malasan? Tuhan pun tidak menyukai orang yang malas. Maka dari itu, penulis mengajak pembaca untuk berubah. Bukankah kita tidak tahu berapa lama kita diberi waktu? Cepatlah! Waktunya tidak banyak. Sebelum anda menyesali semuanya, maka mulai dari sekarang berubahlah! 15 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
PEMANIS SEMINARIS -Benediktus Frederick Giovanni- Siapa anak seminari yang tidak mengenal Tempus Liberum? Tempus liberum adalah waktu atau kegiatan kosong atau jam bebas para seminaris. Kegiatan itulah yang sangat ditunggu oleh para seminaris, kadang seminaris menyebut tempus liberum dengan kata Templi. Banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan seminaris pada tempus liberum. Kegiatan yang paling digemari anak seminari adalah olah raga. Mengapa para seminaris butuh olahraga? Karena selain kegiatan rohani, kita juga harus mengimbanginya dengan olahraga untuk kesehatan jiwa dan raga (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat). Olah raga yang paling digemari oleh seminaris adalah mini soccer, voli dan basket. Permainan itu sangat seru serta menjalin hubungan baik antarangkatan karena sikap itu yang sangat dibutuhkan pada saat hidup berkomunitas. Di samping itu, ada beberapa yang bermain karambol, catur, dan membaca koran ataupun buku novel/pelajaran. Maka, bukanlah suatu hal yang asing jika anak seminari mempunyai wawasan yang luas. Bermain alat musik orkestra juga sering dilakukan pada saat jam tempus liberum. Di Seminari Wacana Bhakti ini, disediakan beberapa alat musik yang sangat bagus misalnya seperti viola, violin, french horn, 16 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
terompet, trombon, contrabass, cello, oboe, basoon, klarinet, flute, dan masih banyak alat musik lainnya. Untuk alat musik lainnya seperti gitar, drum, organ ataupun keyboard sering juga digunakan untuk latihan ataupun untuk bermain saja Ada juga pada saat tempus liberum bermain komputer. Entah mereka mengerjakan tugas ataupun hanya untuk hiburan semata untuk mengisi waktu-waktu luang kegiatan di Seminari Wacana Bhakti. Tidak hanya memanfaatkannya untuk berolahraga. Bermain permainan, membaca, bermain musik dan mengerjakan tugas dengan menggunakan komputer sudah menjadi rutinitas saat jam tempus liberum yang dilakukan adalah mencuci baju, banyak seminaris yang sangat malas untuk melakukan hal tersebut tapi mencuci baju adalah kewajiban para seminaris mencuci baju adalah kewajiban jika diri sendiri tidak mencuci baju maka tidak ada baju yang akan digunakannya. Penulis yang notabene anak Seminari Wacana Bhakti angkatan 33 punya cerita unik yang mengandung makna saat jam templi. Cerita itu bermula pada sore hari saat jam tempus liberum.\\Saat itu, Penulis diajak duel catur satu lawan satu (1vs1). Teman penulis yang menantang itu sangat sangat jago dalam permainan catur. Ia juga mengatakan pada penulis, “Siap-siap kalah ya bro. Pasti kalah deh lu sama gue!” 17 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
Lalu penulis bilang, “Lihat hasil akhirnya aja bro!” Permainan pun dimulai, teman penulis meremehkan cara bermain penulis tetapi penulis tidak menyerah. Perlahan-lahan, bidak catur milik lawan berkurang sampai akhirnya penulis bisa memakan semua bidak catur musuh tinggal raja sendiri. Pada akhirnya, lawan penulispun kalah dan penulis bilang pada dia, “Lihat kan siapa yang kalah dan siapa yang menang? Makanya, jangan meremehkan orang dan juga jangan sombong dengan kemampuan yang kamu miliki!” Mungkin itu sedikit cerita yang pernah penulis alami. Waktu adalah uang maka gunakanlah waktu tersebut sebaik baiknya dan jangan disia-siakan! Jadi pentingkah tempus liberum bagi para seminari? Ataukah hanya pemanis kegiatan di tengah aktivitas yang padat? 18 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
ENAKNYA MENJADI SEMINARIS -Bernardus Julio Herlan Purdianto- Apakah menjadi seminaris menjadi hal yang menyenangkan? Atau malah menjadi hal yang menyedihkan? Bagi yang belum tahu, seminari adalah asrama atau tempat tinggal bagi seminaris. Seminaris adalah sekelompok orang terpanggil yang ingin menanggapi panggilan suci untuk menjadi pengembala umat-Nya atau pastor. Walaupun kami akan meninggalkan segala kenyamanan kami di rumah dan tinggal bersama komunitas baru kami, itu tidak membuat kami sedih karena hidup bersama lebih seru. Bertemu tiap hari, tiap saat membuat hubungan pertemanan kami semakin erat. Karena sesungguhnya manusia itu bersosialisasi dengan sesama bukan gawai. Banyak sekali kebiasaan buruk yang biasa kita lakukan di rumah seperti tidur larut malam, jarang olahraga karena asik dengan gawai, dan bermalas- malasan. Mulai sekarang, bila masuk seminari buang semua itu. Di seminari membuat kita menjadi displin serta menaati jadwal dan peraturan yang ada, karena jadwal itu sesuai dengan kebutuhan kita. Jadi, kegiatan tersebut membuat hidup kita menjadi lebih sehat. Penulis yang termasuk bagian dari seminaris angkatan 33. Merasakan perubahan dalam diri. Mulai dari yang tidur larut malam hanya untuk bermain gawai sekarang jam 19 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
tidur penulis lebih cukup. Penulis juga belajar hampir setiap hari berbeda halnya saat penulis berada di rumah. Penulis merasa hidup menjadi lebih teratur saat berada di seminari. Apakah para seminaris tidak rindu dengan orang tua mereka? Tentu mereka rindu. Namun, karena jarangnya bertemu membuat kita semakin rindu dan bila kita bertemu kembali kita bisa lebih menghargai waktu- waktu bersama mereka. Tidak akan ada namanya seorang seminaris melukai atau membantah perintah orang tua mereka. Dengan ditinggalkannya mereka oleh orang tua, para seminaris dapat bertindak lebih dewasa, mandiri,dan displin. Mengapa demikian? Para seminaris harus mengurus diri mereka masing masing seperti mencuci baju sendiri, mencuci piring, dan banyak hal lagi. Juga mereka harus bisa menentukan keputusan mereka sendiri tanpa bantuan orang tua. Kehidupan duniawi terkadang membuat kita jauh dari Tuhan dan memperbanyak dosa. Inilah keuntungan bila masuk seminari karena doa sudah menjadi rutinitas yang biasa kami lakukan setiap hari. Bila di rumah misa seminggu sekali, di sini ada misa dan ibadat setiap pagi- nya. Bagi kalian yang merasa semakin lama semakin jauh dari Tuhan, masuk seminari adalah pilihan yang tepat. 20 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
TEMPAT PEMUAS PERUT ANAK SEMINARIS -Brilian Bintang Andalan- Refter itu sebenarnya apa sih? Apakah refter itu sebuah tempat yang penting? Apakah di seminari refter itu penting? Ataukah hanya tempat memajang koleksi piring semata? Menurut info terkini, refter termasuk tempat yang paling digemari para seminaris untuk menyegarkan dahaga dan menyantap santapan jasmani yang telah disiapkan suster. Jujur saja, siapa diantara pembaca sekalian yang tidak suka makan? Tentu saja banyak dari pembaca yang suka makan. Pada kesempatan ini, penulis ingin memperkenalkan pembaca dengan refter. Apa itu refter? Refter adalah sebuah tempat umtuk para seminaris makan, minum, dan makan snack. Di seminari, snack yang kami makan memiliki sebutan sendiri yaitu potus. Nah, refter ini juga memiliki pengurusnya sendiri dan pengurus tersebut biasanya di panggil bidel refter atau pengertian lainnya adalah pengurus refter. Penulis yang notabene anak seminari merupakan anggota dari bidel refter. Nah kira-kira, tugas bidel refter itu apa saja ya? Menurut penulis, tugas sebagai bidel refter adalah membunyikan lonceng di refter pada saat makan pagi hingga makan siang untuk mengumpulkan para seminaris dan juga untuk menenangkan para seminaris apabila ada 21 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
sebuah pengumuman serta harus mengawasi berjalannya langsung tugas parare dan tugas cuci piring. Apakah teman-teman pembaca biasanya dilayani oleh orang lain bila Anda ingin melaksanakan santapan jasmani? Nah kalo di seminari ini ada suatu tugas yang biasa kita sebut dengan parare. Apakah itu parare? Parare merupakan suatu tugas yang biasanya dilakukan pada saat ingin melaksanakan makan malam dan yang biasanya bertugas ditentukan oleh nomor mejanya dan akan di gilir setiap hari. Tugas yang biasanya dilakukan adalah melayani teman-teman seminaris yang lain berupa mengisi teko air,mengisi tempat nasi dan menaruh sayur pada setiap piring. Apakah teman-teman pembaca penasaran akan rasa dari makanan-makanan di seminari ini? Pada kesempatan ini penulis ingin memberi review pada makanan di seminari ini. Di seminari ini tentu ada makanan yang sangat disukai oleh kami dan ada yang kurang kami suka. Menurut kami dari angkatan 33, makanan pagi di seminari ini sendiri memiliki cita rasa yang bisa dibilang cukup enak, namun tidak ada lauk yang menonjol atau dalam kata lain menjadi favorit dari antara kami. Makan siang dan makan malam biasanya memiliki lauk dan sayur yang tidak jauh berbeda sehingga akan penulis gabungkan. Lauk yang menjadi kesuakaan kami dari angkatan 33 merupakan olahan ayam, namun ada 2 olahan ayam yang benar-benar menonjol yaitu ayam garing tepung yang mirip dengan 22 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
model ayam goreng dari restoran fastfood karena rasanya yang pas dan juga kulitnya yang garing dan untuk olahan kedua merupakan ayam bumbu kuah cabai karena kuahnya yang gurih dan pedas. Sayurnya sendiri yang selalu habis adalah terong balado karena memiliki cita rasa asin, manis dan pedas yang seimbang. Potus (Snack) sendiri kami angkatan dari 33 membagi menjadi 2 kategori yaitu potus yang rasanya manis dan yang rasanya asin. Dalam kategori yang manis kami dari angkatan 33 setuju bahwa potus yang menjadi kesukaan kami adalah pisang cokelat (piscok) karena rasa pisang yang manis, kulitnya yang gurih dan cokelatnya yang meleber hingga menjadi sebuah kesatuan yang indah, dan untuk yang asin kami dari angkatan 33 memilih risoles mayonnaise karena rasanya yang asin dan asam karena mayonnaisenya serta dengan kulitnya yang garing itu. Tentu dengan adanya makanan kesukaan pasti ada makanan yang kami kurang suka. Lauk yang kami kurang suka adalah tahu isi dengan olahan daging ikan karena rasanya yang tawar dan terasa kering dimulut. Sayur yang kami lihat banyak tersisa adalah sawi cah bawang karena rasanya yang terkadang terlalu asin dan sangat berminyak. Potus dalam kategori manis sering terlihat banyak tersisah adalah kue bulan karena tekstur yang terlalu kering dan untuk potus yang asin kami dari angkatan 33 paling tidak suka dengan combro karena tekstrunya yang kering dan keras. Menurut penulis kualitas makanan di seminari ini sudah 23 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
baik,namun terkadang makanan-makanan yang diberikan kepada kita terlalu berminyak dan ada olahan sayur yang rasanya terkadang cenderung keasinan. Nah itulah beberapa makanan dan potus yang menurut kami paling enak dan yang kurang enak. Dari 10 orang yang penulis wawancarai, 8 orang menilai makanan disini sebesar 8 dari 10 dan 2 orang yang lain memberi nilai 8,5 dari 10 dan untuk potus sendiri 9 orang menilai potus disini sebesar 8,5 dari 10 dan yang 1 memberi nilai 9 dari 10. Bagaimana untuk tingkat kebersihan di refter? Menurut kami dari angkatan 33 tingkat kebersihan di refter itu sudah cukup bersih karena refter selalu dibersihkan setiap hari. Penulis telah mewawancarai 10 orang untuk menilai tingkat kebersihan di refter. Menurut data yang telah penulis kumpulkan, 6 orang memberikan nilai 8 dari 10 dan 4 orang yang lain memberikan nilai 8,5 dari 10 untuk tingkat kebersihan di refter. Jadi refter merupakan tempat para anak seminaris pergi untuk melakukan kegiatan makan dan minum dan biasanya tempat untuk pemberitahu bila ada pengumuman ataupun tidak. Jadi menurut pembaca refter itu tempat yang penting atau tidak? Kalau menurut penulis sendiri refter merupakan tempat yang cukup penting karena tanpa keberadaannya refter anak seminaris tidak dapat makan ditempat yang layak dengan kualitas makanan yang memuaskan lidah. 24 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
MISTERI UNIT 2 -David Septiano Hermawan- Apakah di Wacana Bhakti ada tempat-tempat yang menyimpan aura mistis? Ada banyak hal mistis yang terjadi di unit 2 contohnya: suara tangisan perempuan, benda-benda yang jatuh sendiri dari atas lemari. Selanjutnya penulis akan menceritakan kejadian mistis yang pernah terjadi di unit 2. Kejadian pertama, setan imitasi. Setan imitasi adalah setan yang sering menyamar menjadi seseorang yang dekat dengan kita, contoh keluarga, teman. Kejadian mistis ini dialami oleh teman penulis yang bernama Deo. Pada saat jam rekreasi yaitu hari Rabu. Menurut penuturan teman penulis yang bernama Deo, pada saat jam rekreasi Danu, Rafael, Julio, Frederick, dan Deo pergi ke unit untuk ngobrol, nyanyi, dan bermain barongsai-barongsaian. Pada saat bermain barongsai lampu sempat dimatikan oleh Danu. Awalnya semua berjalan dengan baik tiba-tiba salah seorang teman penulis yang bernama Julio hanya diam saja dan tak berbicara sepatah kata pun, padahal dari tadi si Julio ketawa terus. Otomatis teman penulis pun bingung “Kok si Julio diem aja dah?” kata Frederick. Lalu teman penulis yang bernama Deo menyalakan lampu untuk memastikan keadaan aman. Saat lampu kamar menyala Julio tiba-tiba masuk ke kamar mandi dan Rafael tiba- tiba mempunyai ide untuk mematikan lampu kamar 25 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
mandi dan pergi meninggalkan Julio. Pada saat Julio masuk ke kamar mandi Rafael pun langsung mematikan lampu kamar mandi. Lalu, Rafael, Danu, Fredrick, dan Deo langsung kabur ke kamar Rafael. Disinilah aura mistis itu keluar. Sudah 15 menit mereka menunggu tetapi Julio tidak datang juga. Akhirnya mereka memutuskan kembali ke kamar untuk melihat Julio masih ada atau tidak. Pada saat Danu membuka pintu kamar mandi, Julio sudah tidak ada. Akhirnya Danu, Frederick, Rafael, dan Deo mencari Julio di semua ruangan. Pada saat mereka mencari di refter (Ruang Makan) mereka menemukan Julio sedang bermain karambol. Menurut penuturan Julio, dia tidak ikut bermain barongsai- barongsaian bahkan dia dari tadi bermain karambol bersama Aji, Frans, dan Gilbert. Lantas, siapakah yang ikut bermain barongsai-barongsaian? Apakah ada makhluk halus yang menyamar menjadi Julio dan ikut bersama dalam bermain barongsai? Kejadian kedua, tangisan misterius di Unit 2. Kejadian mistis ini dialami oleh penulis sendiri. Pada saat jam rekreasi yaitu pada hari Sabtu, penulis ingin mengambil botol minum ke kamar penulis yang ada di Unit 2. Pada saat itu teman-teman penulis sedang menonton tv dan mau tidak mau penulis harus ke unit sendirian. Sesudah penulis sampai di depan Unit 2, penulis ragu untuk naik tangga menuju ke kamar. Akhirnya penulis pun memutuskan untuk pergi ke kamar. Pada saat penulis menaiki tangga, entah mengapa jantung 26 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
penulis berdegup dengan sangat kencang. Sesudah penulis ngambil botol minum tiba-tiba penulis mendengar suara tangisan di kamar nomor 13. Dalam hati penulis berpikir bahwa mungkin ia salah dengar tetapi pada saat penulis mendengarkannya kembali dengan seksama, ternyata suara itu bertambah keras. Penulis pun memberanikan diri untuk pergi ke kamar nomor 13 untuk mengecek apa benar ada orang yang menangis di kamar. Saat penulis menyalakan lampu kamar tiba-tiba suara tersebut menghilang secara misterius. “Mungkin itu hanya halusinasi” pikir penulis. Pada saat penulis ingin melangkah menuju ke tangga tiba-tiba suara itu muncul lagi dan kali ini suara itu lebih kencang, tiba-tiba bulu kuduk penulis merinding dan jantung penulis berdebar dengan sangat kencang. Penulis pun memutuskan untuk memeriksa kamar tersebut. Pada saat penulis menyalakan lampu kamar, tiba-tiba suara itu menghilang lagi secara misterius. Ketika suara itu menghilang penulis mencium bau bunga melati di dalam kamar mandi. Pada saat penulis membuka pintu kamar mandi ada sesosok perempuan yang sedang menangis dan pada saat penulis memperhatikan wajah perempuan tersebut wajah perempuan tersebut hancur dan terdapat bercak darah di wajah. Tiba-tiba perempuan tersebut melotot ke arah penulis, alhasil penulis pun merasakan ketakutan yang luar biasa. Tiba-tiba perempuan itu menghilang dengan misterius dan tepat pada saat penulis menghadap pintu perempuan itu berada tepat di depan 27 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
penulis dengan muka yang hancur dan terdapat bercak darah di wajah nya. Dan penulis pun lari terbirit-birit menuju ke ruang studi. Setelah penulis sampai di ruang studi penulis pun bertanya-tanya. Siapakah perempuan tersebut? Apakah perempuan tersebut salah satu penunggu di Unit 2? Kejadian ketiga, suara ketawa anak kecil di unit 2. Kejadian mistis ini dialami oleh teman penulis yang bernama Ito. Kejadian tersebut terjadi pada saat jam studi pada hari Jumat, menurut penuturan teman penulis yang bernama Ito, pada saat jam studi, Ito pergi ke kamar untuk mengambil buku yang ada di lemari. Sesudah dia mengambil buku yang ada di lemari dia pun melangkah menuju ke tangga, lalu ia pun turun dari Unit 2. Saat Ito sudah sampai di bawah dia mendengar suara ketawa anak kecil di kamar nomor 16. Saat Ito mengecek kamar nomor 16 ada anak kecil yang sedang bermain. Ketika Ito memanggil anak kecil tersebut anak kecil tersebut melotot ke arah Ito. Ciri-cirinya anak kecil tersebut adalah pendek dan berkepala botak. Lalu anak kecil tersebut menggigit tangan Ito. Keesokannya Ito meriang 7 hari 7 malam. Kata Ito ia digigit oleh anak kecil di bagian tangan kirinya. Ketika di periksa oleh dokter tangan kirinya tidak ada bekas gigitan di tangan kirinya, tetapi, ketika diperiksa oleh orang yang indigo, bekas gigitan di tangan kiri nya masih ada. Apakah anak kecil tersebut sejenis Tuyul? Apakah anak tersebut bagian dari penunggu Unit 2? 28 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
Kejadian keempat, penampakkan sesosok makhluk astral di wash. Kejadian mistis ini dialami oleh temen penulis yang bernama Ito. Kejadiannya terjadi pada hari Kamis setelah selesai Ibadat Malam. Menurut penuturan Ito pada saat selesai ibadat dia berniat untuk mengambil botol minum di kamar dan pergi ke refter untuk mengisi air. Pada awalnya semua berjalan baik tetapi pada saat Ito melewati tempat mencuci (wash) dia mencium bau bunga melati yang sangat mencolok tetapi Ito tidak menghiraukan bau tersebut. Keesokannya setelah Ibadat Malam Ito kembali mencium bau bunga melati dan Ito melihat sesosok laki-laki yang sedang duduk di tempat mencuci (wash). Pada saat Ito memanggil sosok tersebut sosok tersebut melotot ke arah Ito dan pada saat Ito melihat muka laki-laki muka nya tersebut hancur bersimbah darah dan bola mata nya hampir keluar yang menyebabkan darah segar mengalir dari bola mata laki-laki tersebut. Seketika itu Ito pingsan dan dia diangkat dan di bawa ke kamarnya. Setelah Ito sadar dia menceritakan kejadian semalam kepada Pater Vano bahwa dia melihat sesosok laki-laki dengan muka hancur bersimbah darah. Lalu Pater Vano menceritakan ke Ito kalau dulu ada Siswa Kolese Gonzaga yang meninggal di tempat mencuci (wash). Dia meninggal karena dia terkena Serangan Jantung sehabis bermain bola di lapangan mini soccer dan ketika dia terkena serangan jantung dia diantar oleh seorang Suster Valet yang bernama Suster Ferdinanda, penulisngnya ketika 29 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
siswa tersebut di taruh di valet, nyawa siswa tersebut tidak tertolong. Siswa tersebut meninggal di valet karena terkena serangan jantung. Dan kabarnya dia masih menampakan diri di sekitar tempat mencuci (wash). Kejadian kelima, misteri boneka berwarna biru. Kejadian mistis ini dialami oleh teman penulis sendiri yang bernama Oris. Menurut penuturan Oris kejadian ini terjadi pada hari Selasa dimana dia menemukan boneka berwarna biru. Boneka tersebut ditemukan di taman dekat kapel. Boneka tersebut tampak lusuh, kusam, kotor. Oris meletakan boneka tersebut di kamar. Boneka tersebut juga dapat menangkal kejahatan. Suatu hari kamar nomor 17 diganggu oleh makhluk halus ketika boneka tersebut dibawa ke kamar nomor 17, kamar tersebut tidak diganggu lagi. Akhirnya boneka tersebut diambil oleh kakak kelas dan boneka tersebut di simpan di dalam gudang dan kabarnya boneka tersebut tidak pernah muncul lagi. 30 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
KEGIATAN OPERA PARA SEMINARIS -Rafaelo Dergio Augusto Novaro Rangkuty- Seminari Menengah Wacana Bhakti adalah tempat yang luas dan memiliki banyak ruangan. Meskipun begitu, ruangan-ruangan tersebut tidak selalu bersih. Oleh karena itu, Seminari Wacana Bhakti (SWB) menciptakan program yaitu Opera. Apakah pembaca tahu apa itu opera? Hal-hal apa saja yang dilakukan selama opera? Opera adalah kerja tangan membersihkan tempat tinggal seminaris dan dilaksanakan setiap hari dan dilakukan oleh satu komunitas. Opera dilaksanakan sebagai usaha untuk menjaga kebersihan diri dan menciptakan lingkungan yang sehat. Opera juga dilakukan secara pribadi maupun bersama. Opera bersama dilakukan setiap waktu yang telah ditetapkan. Opera pribadi diatur oleh masing-masing seminaris. Opera yang dilakukan bersama dibagi menjadi beberapa kelompok mulai dari Kelas Persiapan Pertama (KPP), kelas 1, kelas 2, kelas 3, dan Kelas Persiapan Atas (KPA). Teman-teman seminaris harus tahu teman kelompok pada saat melaksanakan opera. Dalam kesempatan-kesempatan tertentu, di seminari, diadakan opera khusus misalnya opera kebun, opera kamar, opera ruang studi, opera toilet, opera Aula Seminari dan opera ruang makan. Opera banyak macamnya juga seperti opera bidel, opera kamar, opera unit, dan opera magna. 31 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
Opera bidel adalah opera khusus para ketua- ketua angkatan dan anggota bidel. Opera kamar adalah opera yang dilakukan para seminaris untuk membersihkan kamarnya sendiri mulai dari membersihkan tempat tidur, jendela, kipas angin, sampai membersihkan kloset dan lantai toilet. Opera unit adalah opera para seminaris dengan tujuan membersihkan sekeliling tempat tinggalnya. Misalnya saja membersihkan ruang cuci baju, ruang setrika, ruang belajar, ruang komputer, dan ruang lainnya di dalam unit. Opera magna adalah membersihkan seluruh area seminari yang biasanya dilakukan sesudah liburan atau menjelang kegiatan tertentu, opera ini adalah opera terbesar karena para seminaris akan meninggalkan lingkup seminari sehingga daerah sekitar seminari tidak ada yang membersihkannya nanti. Alat-alat kebersihan di SWB sangatlah lengkap. Tetapi, ada saja kejadian-kejadian yang tak terduga mulai dari sapu hilang, sapu patah, alat pel patah, sikat rusak, bahkan sabun cair pembersih cepat habis. Walaupun sudah diingatkan untuk dirawat dan dikembalikan pada tempatnya setelah selesai digunakan, masih saja ada seminaris yang lupa untuk mengembalikannya ke tempat semula. Kejadian-kejadian inilah yang membuat satu komunitas SWB tetap solid satu sama lain. Teman-teman seminaris sangat peka terhadap lingkungan SWB, tapi jangan khawatir, kami satu komunitas sangat menjaga kebersihan seperti kata 32 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
pepatah yang berbunyi “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Betapa penulisngnya kami, teman-teman komunitas terhadap lingkungan. Setiap opera juga diiringi lagu agar opera tidak membosankan. Misalnya saja setiap hari Senin dan Kamis adalah musik klasik, hari Selasa dan Jumat adalah musik rohani, dan hari Rabu, Sabtu, dan Minggu diatur oleh bidel lingkungan hidup. Lagu yang diputar biasanya adalah lagu-lagu yang menenangkan dan membawa ketenangan batin. Maka lagu-lagu beraliran keras dan merusak tidak diperkenankan diputar untuk mengiringi opera. Lingkungan SWB adalah lingkungan yang sudah terjamin kebersihannya karena kami para seminaris rajin untuk melaksanakan opera. Memang terkadang ada juga teman seminaris yang tidak ikut opera karena ketiduran. Tapi tenang, teman-teman seminaris peka dengan orang- orang yang tidak ikut opera dengan cara membangunkan orang yang tidak ikut opera. Jadi, kepekaan kami juga diuji. Ridwan Kamil juga pernah angkat bicara tentang kebersihan dan itu menjadi penyemangat opera bagi teman-teman seminaris. Beliau pernah berkata, “Ingat, bangsa yang beradab selalu menjaga fasilitas dimana pun itu. Coret-menyoret, menyampah, dan mengotorinya, itu tidak keren sama sekali”. 33 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
MERELAKAN KELUARGA DEMI PANGGILAN BAPA -Efrem Mas Aletadeo Satya Pramuda- Apakah rasa rindu akan keluarga mampu mengalahkan panggilan para seminaris? Menjadi seorang seminaris berarti harus rela meninggalkan keluarga, serta hidup di asrama bersama komunitas. Bagi kebanyakan seminaris, hal ini sangatlah sulit, terutama bagi mereka yang sudah nyaman hidup bersama keluarga dan sudah terbiasa dalam dilayani, dibantu oleh pembantu dan keluarga. Di seminari tidak ada orang tua ataupun pembantu yang bisa membantu kita dalam mencuci baju, mencuci piring, mengepel, dan lain-lain. Para seminaris harus melakukan pekerjaan- pekerjaan itu sendiri, agar mereka terlatih untuk menjadi pribadi yang mandiri. Saat pertama berpisah di hari pertama masuk seminari, tidak sedikit dari para seminaris baru yang terlihat sedih. Banyak pula dari para orang tua yang menahan air mata mereka, karena sedih harus berpisah dengan putra-putra kepenulisngan mereka. Tentu berat bagi para orang tua dan seminaris baru untuk berpisah, meskipun hanya untuk 3 bulan. Rasa kangen terhadap keluarga ini juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarnya para seminaris. Setelah 2-3 hari berada di seminari, para seminaris sudah mulai mengenal kawan-kawan 34 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
seangkatannya, dan sudah mulai bercanda dan bermain bersama. Penulisngnya, keakraban ini masih belum mampu mengalahkan rasa rindu para seminaris baru akan keluarga mereka masing-masing. Gambaran kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya masih tergambar dengan jelas di dalam kepala seminaris baru dan menambah rasa rindu mereka. Tentunya rasa rindu ini berpengaruh besar terhadap panggilan mereka. Namun setelah 1 bulan lebih berada di seminari, para seminaris baru sudah mulai bisa mengalahkan rasa rindu mereka akan keluarga. Kedekatan dan keakraban dengan teman-teman komunitas mampu membuat mereka mampu melupakan rasa rindu akan keluarga mereka. Meskipun masih ada beberapa siswa yang masih rindu akan keluarga mereka, rasa kangen ini sudah tak sebesar dulu. Bahkan, karena tidak mampu menahan rasa rindu, saat awal-awal masuk seminari ada beberapa seminaris sudah berpikir untuk menyerah dan keluar dari seminari. Menurut pengalaman asli dari seorang seminaris, untuk bisa mengalahkan rasa rindu terhadap keluarga itu bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Ada yang setelah 1 bulan lebih masih saja merasa galau karena memikirkan orang tua yang menunggu di rumah. Cara terbaik untuk bisa mengalahkan rasa rindu ini adalah dengan mengakrabkan diri dengan teman- teman 1 komunitas, tetapi hal ini juga bukan hal yang mudah. Bagi yang tidak terbiasa dengan jadwal seminari 35 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
yang padat, tentunya akan merasa kesulitan untuk mengikuti jadwal-jadwal yang ada. Kalau sering tidak mengikuti kegiatan seminari, maka akan di cap buruk oleh anggota komunitas yang lain. Meskipun kebanyakan seminaris merasa rindu terhadap keluarganya, ada juga seminaris yang tidak terlalu merasa rindu terhadap keluarganya. Mereka bisa mengikuti kegiatan-kegiatan komunitas tanpa merasa galau karena teringat orang tua di rumah. Walaupun tidak terlalu merasa rindu terhadap orang tuanya, bukan berarti seminaris-seminaris ini tidak penulisng terhadap orang tua mereka. Rasa penulisng tentu ada, hanya saja mereka bisa memikirkan dampak-dampak buruk yang bisa terjadi kalau mereka terus-menerus merasa galau di seminari. Meskipun rasa rindu sudah berhasil ditaklukkan, masih ada hal lain yang bisa menggoyahkan panggilan. Seperti yang dikatakan pada Injil Matius 22:14, “Banyak yang terpanggil, tetapi sedikit yang terpilih”. Masih banyak hal lain yang bisa menggoyahkan panggilan, seperti ketertarikan akan hal-hal duniawi dan tekanan yang dirasakan oleh para seminaris selama hidup di seminari. Hanya kuasa Tuhanlah yang mampu membuat para seminaris bisa bertahan dalam panggilan mereka. Walaupun ada beberapa seminaris yang sangat rindu akan keluarganya, bahkan ada yang sampai kepikiran untuk keluar, ternyata seminaris-seminaris itu tidak jadi keluar. Kebersamaan dalam komunitas seminari ternyata mampu mengalahkan rasa rindu akan 36 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
keluarga. Ternyata juga ada seminaris yang tidak terlalu merasa rindu akan orang tua mereka dan tidak merasakan galau karena rindu. 37 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
THE WEBS -Fidelis Elexianno Banera Parus- The Webs? Apa sih The Webs? Pasti banyak pembaca yang bertanya-tanya tentang hal itu kan? The Webs adalah organisasi suporter Seminari Menengah Wacana Bhakti yang beranggotakan seluruh seminaris Wacana Bhakti, yang beranggotakan dari kelas KPP sampai kelas 3. The Webs adalah organisasi suporter yang memiliki makna mendalam, berikut adalah penjelasannya. Kata The Webs sendiri di ambil dari kata Bahasa Inggris yang artinya adalah jaring. Kata itu adalah kata pilihan untuk menamai suporter seminari Wacana Bhakti. Makna dari kata The Webs itu adalah jaring yang menarik dan mengikat kami dalam satu semangat untuk mendukung teman-teman kami yang sedang berlomba. Penjelasan di atas adalah makna dari nama The Webs. Nah, sekarang kita membahas sejarah The Webs. The Webs ini mempunyai sejarah yang unik lho. Jadi waktu itu sedang diadakan Gonzaga Festival atau yang biasa di sebut GonzFest. Tim mini soccer Wacana Bhakti sedang bertanding melawan tim mini soccer Kolese Gonzaga. Angkatan 12 sedang berkumpul dan menonton pertandingan itu. Melihat sengitnya pertandingan dan kondisi pemain mini soccer Wacana Bhakti yang kelelahan, seminaris angkatan 12 ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Bisa dibilang mereka sangat 38 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
bersimpati waktu itu dan mencari cara untuk membuat para pemain mini soccer Wacana Bhakti semangat kembali. Akhirnya para seminaris angkatan 12 memutuskan untuk bernyanyi bersama untuk menyemangati mereka dan alhasil tim mini soccer Wacana Bhakti meraih kemenangan yang dapat dirasakan bersama. Dari sejarah The Webs ini bisa dikatakan The Webs ini terbentuk karena rasa kebersamaan yang kuat. Kebersamaan itulah sumber kekuatan para seminaris. Setelah peristiwa itu angkatan 12 menindak lanjuti proses kemenangan dari kebersamaan itu dan terbentuklah The Webs. Setelah membahas sejarahnya, sekarang mari kita bahas tujuan di bentuknya The Webs. The Webs dibuat bukan sembarang dibuat. Semua seminaris menghargai peristiwa terbentuknya The Webs, karena The Webs terbentuk karena rasa kebersamaan yang kuat. Di balik rusuhnya para suporter The Webs, sebenarnya ada tujuan mulia yang tersembunyi didalamnya. Tujuan yang tersembunyi tersebut adalah untuk mempererat persaudaraan dalam satu komunitas. Dalam satu komunitas pasti semuanya cinta pada Seminari Menengah Wacana Bhakti. Dengan kami mengikuti lomba pastinya nama Wacana Bhakti akan semakin harum dan terkenal di muka umum. Jadi dengan kami mendukung teman teman kami yang sedang berlomba di situ tali persaudaraan kami semakin terasa. Kami bukan hanya sekadar mendukung, tetapi kami juga ikut 39 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
merasakan hal-hal yang dirasakan oleh teman-teman kami yang sedang berlomba. Kami semua ikut merasakan kondisi yang sedang terjadi, kami merasakan panas teriknya matahari, dan yang paling penting adalah kami juga sama sama merasa lelah, puas dan, ketidakpuasan serta suka dan duka yang mendalam. Itulah tujuan The Webs yang mulia. Apakah teman-teman tahu bahwa terlibat di dalam The Webs merupakan suatu kewajiban bagi seminaris Wacana Bhakti? Kami para seminaris diwajibkan untuk mengikuti organisasi suporter yakni The Webs itu sendiri, karena dengan kami semua mengikuti The Webs, kami para seminaris dapat menunjukkan bentuk kepedulian dan solidaritas kami sebagai satu komunitas. Dalam satu komunitas sangat dibutuhkan sikap solidaritas antar sesama. Itulah mengapa seminaris Wacana Bhakti wajib mengikuti The Webs. Di dalam The Webs ini ada juga kejadian-kejadian menarik yang menjadi penambah rasa saat bersuporter. Kejadian menarik yang pertama adalah pergi keluar dari seminari untuk mendukung teman-teman kami yang berlomba. Mengapa hal ini menarik bagi kami? Karena kami seminaris tidak boleh keluar dari lingkungan seminari selama sebulan kecuali saat ambulasi. Dengan kami pergi keluar untuk mendukung teman-teman, kami dapat melihat dunia luar sekaligus bersenang-senang bersama. Kejadian menarik yang kedua adalah melihat seminaris Wacana Bhakti menjadi juara dan 40 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
mengharumkan nama Wacana Bhakti. Mengapa hal ini juga menarik bagi kami? Karena dengan melihat seminaris yang bertanding menjadi juara, kami merasa inilah sesuatu yang sangat berharga karena perjuangan kami semua sebagai satu komunitas tidak sia-sia. Dan yang lebih menarik dari mengharumkan nama Wacana Bhakti tersebut adalah, kami semua sesampainya di seminari dapat merayakan kemenangan tersebut ala seminaris Wacana Bhakti dengan rasa sukacita dan kegembiraan. Itulah kejadian-kejadian menarik yang pernah terjadi di dalam The Webs. Nah, dari sinilah kita akan membahas sisi lain para seminaris yang tidak diketahui oleh banyak orang. Orang-orang akan mengira bahwa seminaris adalah orang orang yang alim, sopan, orang yang tidak nakal, dan orang yang dikira rutinitasnya dalam 24 jam hanya berdoa, belajar agama, dan belajar kitab suci. Ternyata teman-teman, itu semua salah. Kami para seminaris memiliki kegiatan yang banyak dan seru, serta jadwal yang padat. Nah, salah satu kegiatannya adalah The Webs. Dari kegiatan The Webs ini semua orang dapat melihat sisi lain dari anak seminari. Bahwa sebenarnya kami adalah orang yang asik, seru, dan penuh semangat yang tinggi. Itulah mengenai sisi lain anak seminari. Sekarang kita akan membahas semangat juang para anggota The Webs. Jadi para anggota The Webs ini mempunyai semangat yang tinggi dan tangguh. Mereka 41 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
rela mengorbankan diri mereka untuk mendukung seminaris yang berlomba. Disini yang dimaksudkan adalah bahwa seluruh anggota The Webs akan mendukung para seminaris yang berlomba dalam cuaca apapun. Entah itu panas terik, entah itu hujan, badai, dll, anggota The Webs pasti akan tetap mendukung dalam kondisi apapun. Mau mereka sedang kelelahan karena sedang banyak pikiran, tetapi kalau sudah di dalam The Webs mereka akan menyumbangkan tenaga mereka, suara mereka, serta semangat mereka yang berkobar- kobar. Hal itulah yang membuat satu komunitas bangga akan The Webs. Tertarik dengan The Webs? Makanya, ayo jangan ragu! Mantapkanlah langkahmu dan daftar di Seminari Menengah Wacana Bhakti. 42 | S E M I N A R I W A C A N A B H A K T I J A K A R T A
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117