Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Fiksi KPP- 35

Fiksi KPP- 35

Published by angkatan 35, 2022-05-31 13:52:58

Description: FIKSI KPP 35

Search

Read the Text Version

kura-kuranya. Sekalipun banyak hal yang bersifat positif yang dilakukan oleh Jack, banyak orang yang memiliki kepekaan yang tajam, merasa sangat tidak nyaman, salah satunya adalah sahabatnya, Ryan. “Terima kasih ya Jack untuk bantuannya, ibu sangat berterima kasih kau mau membantu ibu untuk membawakan tugas-tugas teman-teman sekelasmu ke ruang guru. Ibu sangat suka dengan perubahaan yang terjadi padamu, kau menjadi anak yang lebih baik.” “Haha, tentu saja bu, tentu saja.” “Ya sudah Jack, silahkan menikmati waktu istirahatmu, ibu akan masuk ke dalam, mari.” “Mari bu.” “OIIII Bro, apa kabarmu? Aku sudah jadi jarang sekali melihatmu. Oh ya Jack, apa kau sudah dengar kabar tentang Tasya? Ada rumor yang mengatakan bahwa dia dipindahkan ke sekolah yang lain kata orang-orang karena masalah keluarga.” “Aku sudah tahu.” “Bro, apa yang terjadi padamu? Mengapa kau menjadi aneh” “Apa yang kau maksud aneh? Aku normal-normal saja.” 100

“Ada yang aneh denganmu, kau berubah 180°” “Wah bukannya iya, iyakah? Mungkin itu perasaanmu saja dan bila iya pun bukannya itu perubahan yang baik?” “Tidak, aku yakin sekali kau berubah, dan memang iya sih kau menjadi lebih rendah hati dan lebih terbuka, akan tetapi…Rasanya kau tidak di sana” “...Hey, nanti sore kita main game yuk, game yang 2 Minggu lalu yang kau beli. Maaf pada waktu itu aku tidak sempat memainkannya denganmu.” “Jangan ganti topik pembicaraan, ada denganmu Bro?” “Aku bilang TIDAK ADA!” “...Okey, okey bila kau tidak ingin menceritakannya, tapi sebaiknya kau olah dan urus masalah itu.” “Ha, hah, hahahaha, ini bukan sesuatu yang bisa diurus dengan mudah. Maaf, sebentar lagi sudah waktunya masuk kelas, sebaiknya pula kau bersiap-siap untuk pelajaran selanjutnya. Sampai jumpa Ryan.” “Dah…” Selama beberapa waktu semua kebohongan, kemunafikan, topeng, dan tirai yang indah terus ditunjukan oleh Jack sampai pada saat ujian akhir tahun yang sibuk, yang di mana Jack jadi semakin sulit untuk mengunjungi 101

Tasya. Dia harus fokus pada ujiannya. Setelah ujian dan hari wisuda kelulusan selesai Jack dapat dua pengumuman : “Proficiat atas kelulusanmu” “Dia sudah bangun, nak cepat kau kemari.” Dengan dilema ini, Jack dengan cepat memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan melewatkan wisudanya. Dengan cepat dia meloncat masuk ke dalam lift dan naik ke lantai paling penting baginya, sesampainya di depan mulut pintu, dia membuka dengan kencang pintunya dan melihat ada seluruh keluarga Tasya. Dengan malu Jack berjalan masuk. “Nak kemari” Kata suara tua yang dikenalnya di balik tirai. Jack berjalan ke arah tirai yang menutupi sisi kasur Tasya melewati banyak relatif dan keluarga dari Tasya. Terlihat Seorang anak perempuan yang terlihat baru sadar menatap ke arah jendela yang menunjukan seluruh kota pada siang hari metropolitan yang ramai. “Tasya” Satu kata yang keluar dari mulut Jack tanpa dia sadari. Anak perempuan ini lalu menoleh ke arahnya dan dengan dengan susah payah dia berusaha untuk mengucapkan satu kata. 102

“J..j..j..Ja..j..ja…Jack.” “Kau kembali” Air mata berlinang di matanya dengan cepat dia berusaha memeluk Tasya tapi dihalangi oleh beberapa anggota keluarga Tasya. “Maaf nak, dia masih perlu istirahat.” kata ayah dari Tasya. “A..a..a.ayahnanda” “Jangan paksakan dirimu untuk tidak berbicara sayangku, kau perlu lebih banyak istirahat, dan nak, Jack, datanglah lain waktu, lagi pula aku dengar bahwa kau wisuda hari ini, selamat untuk kelulusanmu.” “Iya benar. Tunggu, dari mana om tahu saya lulus?” “Uang punya mulut dan telinga. Sekarang pergilah. ” “Baik!” Jack melempar topi wisudanya dengan rasa bahagia yang meluap. Dalam beberapa bulan, Tasya kembali pulih dan mulai kembali ke dirinya yang semula. Akhirnya bisa kembali ke sekolah dengan cerita yang dibuat oleh keluarganya terutama ayahnya. Tasya tertinggal beberapa bulan pelajaran jadi dia masuk kembali ke kelas XII dan mengulang dari awal. Jack dan Tasya akhirnya mulai bisa berjalan-jalan lagi dan secara pelan-pelan dan atas keputusan mereka 103

berdua dan dengan persetujuan dari kedua orangtua mereka, mereka setuju untuk asli pacaran. “Ayo Jack! Kita naik wahana itu! Aku sangat ingin naik bialalang” “Hei, hei pelan-pelan, aku capek. Kau sangat energetik.” “Ini jalan-jalan kita berdua ke taman hiburan. Ayo cepat!” “Heh, hee, iya-iya.” Mereka naik ke bianglala dan Tasya berkata. “Jack, aku sekarang terlambat satu tahun darimu, tolong tunggu aku ya sampai aku lulus.” “Pastinya. Aku akan menunggumu.” 104

Langit Gelap yang Melukiskan Cinta Oleh: Bonaventura Hugo H. Apakah bencana letusan gunung berapi itu benar-benar terjadi? Bagaimana bisa gunung itu meletus dengan dahsyatnya? Bagaimana dengan Dam? Apakah dia masih hidup saat ini? Suatu hari di pagi yang cerah. Ternyata, itu adalah ibuku. Pagi-pagi buta ia membangunkanku, ia menyuruhku bergegas untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Liburan sekolahku sudah selesai. Aku harus segera ke Jakarta untuk masuk ke SMA baruku. Sekolah dimulai dua hari lagi. Aku harus mempersiapkan diriku untuk siap bersekolah di sekolah baru ku. Segera aku mempersiapkan diri untuk pergi ke bandara dan meninggalkan villa. Ibu sudah memesan 105

taksi, jadi kami bertiga langsung menuju ke bandara. Beruntungnya, kami tidak telat dan tepat waktu. Kami langsung check-in untuk masuk ke ruang tunggu. Waktu terus berjalan hingga terdengar suara di radio bandara bahwa penumpang pesawat maskapai Nusantara Air dengan tujuan Bandara Soekarno Hatta. Setelah itu, kami berjalan melewati passenger boarding bridge untuk memasuki pesawat. Tidak lama kemudian, pramugari-pramugara memperagakan sikap saat terjadi turbulensi, memperagakan apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan, dan menyuruh seluruh penumpang untuk memasang sabuk pengaman dengan kencang. Pesawat pun lepas landas, meninggalkan Pulau Bali. Namaku adalah Tiara. Aku telah menyelesaikan pendidikanku salah satu sekolah menengah pertama favorit di Jakarta. Sedikit cerita tentang diriku, aku dapat diterima di SMP favorit itu karena aku mendapatkan beasiswa dari SMP-ku ini. Aku sangat senang karena mendapatkan beasiswa karena semua pelajar di Indonesia belum tentu mendapatkan beasiswa. Sejak kecil aku diajarkan 106

untuk tekun belajar dan disiplin. Orang tuaku tidak pernah memaksakan aku untuk selalu mendapatkan nilai yang baik, namun mereka mengajarkan aku bahwa sekolah juga untuk hidup kita. Setiap kali aku pulang sekolah, aku selalu mengulang pelajaran yang telah aku ikuti hari itu dan tidak lupa aku selalu membuat catatan kecil agar semua materi yang telah aku dapatkan tidak hilang begitu saja. Selain itu aku juga diajarkan untuk menjadi orang rendah hati dan tidak sombong, karena orang tuaku adalah orang-orang yang berpendidikan. Ayahku seorang doktor yang sekarang menjadi rektor di salah satu universitas di kota Jakarta. Ibuku adalah seorang dokter spesialis anak. Ia membuka sebuah klinik di daerah Jakarta Selatan, tidak jauh dari rumahku. Aku adalah anak tunggal. Salah satu hal yang tidak aku sukai ketika menjadi anak tunggal yaitu aku selalu merasakan kesepian ketika aku berada di rumah. Maka dari itu aku sering hangout ke mall bersama teman-temanku untuk menghilangkan rasa kesepian itu. Bercerita tentang kisah cinta ku, dulu aku sempat jatuh cinta kepada salah satu pria 107

yang rumahnya tepat di samping rumahku. Ia adalah tetanggaku. Namun setelah 1 tahun berteman hingga aku jatuh cinta dengan dia, aku harus merelakan diri bahwa dia dan keluarga nya harus pindah rumah ke kota Bandung karena pekerjaan ayah nya. Sekarang rumah itu telah dibeli seorang pengusaha sukses. Lokasi rumahku cukup strategis, dekat dengan rumah sakit, dekat dengan pusat perbelanjaan, dekat dengan apapun. Maka dari itu, semua orang ingin tinggal di perumahan ku ini. Tidak heran jika seluruh penghuni perumahan ini sangat betah dengan kondisi yang sangat menguntungkan. Hari masuk sekolah pun tiba. Ini merupakan hari pertamaku bersekolah di SMA baru. Aku dapat melihat orang-orang yang sangat asing bagiku, yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Aku harus beradaptasi dengan situasi yang baru ini. Aku segera bergegas menuju ke kelas ku. Perasaanku campur aduk, antara takut dan senang. Saat sampai di kelas, aku memilih tempat duduk di bagian tengah. Saat bel pelajaran dimulai, saat dimana semua anak-anak sudah berada di kelas, 108

tiba-tiba datanglah seorang anak laki-laki. Ia terlihat begitu tampan. Tiba-tiba, jantungku berdegup dengan kencang. Aku merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama ketika aku melihat dia. Ia bergegas mencari kursi duduk. Ia duduk di samping ku. Jantungku tidak dapat berdetak dengan normal. Aku bergulat dengan batin ku. Rasanya, sangat ingin berkenalan dengan dia. Namun aku takut dan tidak berani untuk melakukan itu. Aku bergulat dengan pikiranku saat itu. Akhirnya aku memutuskan diri untuk tidak berkenalan dulu dengan nya. “Kriiinggg”, pukul 2 siang, bel sekolah berbunyi yang menandakan bahwa kegiatan belajar hari ini telah selesai. Biasanya aku pulang ke rumahku menggunakan taksi. Namun hari itu adalah hari yang berbeda. Aku lupa membawa dompetku. Aku baru teringat bahwa dompetku ada di meja belajar yang ada di kamarku. Aku bergumam dalam hati kepada diriku, “Sialan! Baru hari pertama dompet udah ketinggalan aja. Jadi bingung kan pulang mau naik apa. Bagaimana ini??” Tiba-tiba saat aku hendak menelpon ibu terdengar suara motor yang asing 109

bagiku. Ia berhenti di depan diriku. Saat dia membuka helm nya, baru aku dapat mengenali dia. Ternyata dia adalah anak baru yang tadi duduk di samping tempat dudukku. Ia langsung menawarkan tangannya dan berkata, “Halo, namaku Dam. Nama kamu siapa?”. Pertanyaan yang sungguh mengejutkan. Justru pertanyaan itulah yang aku harapkan dari dia dan kini benar-benar terjadi. Aku masih diam terkejut mendengar pertanyaan dia. Bergegas aku menerima salam dan membalas perkenalannya itu, “Halo, salam kenal juga, namaku Tiara.” “Lagi ngapain kamu disini??” tanya Dam. Aku menjawab, “Aku lagi nungguin taksi nih tapi belum datang-datang, hehe…”. “Oh…Tapi kayaknya gak ada taksi jam-jam segini deh…” jawab dengan dengan menyelipkan humornya.” “Begini aja, kamu mau aku anterin gak ke rumah? Daripada nungguin taksi, lagipula sekarang udah jam 110

3 sore, seharusnya semua anak udah pulang tapi kamu belum…” ucap Dam. Ketika aku mendengar itu, kali pertama nya aku melihat laki-laki yang peduli kepada seorang wanita yang belum dikenalnya. Tanpa basa-basi aku pun menerima tawarannya itu karena itulah yang aku harapkan dari tadi. Hari itu adalah hari yang paling menyenangkan. Aku dan Dam menaiki motor bersama di bawah biru nya langit dan terik nya matahari. Meski begitu, aku tetap senang karena apa yang ku harapkan benar-benar terjadi Hari-hari pun terus berlalu. Aku dan Dam semakin dekat, semakin mengenal lebih dalam antara kita berdua. Aku dapat mengenal Dam bahwa ia adalah seorang yang humoris sehingga ia selalu membuat aku terus tertawa. Pernah suatu hari suasana hatiku sedang tidak baik karena hari itu aku merasa kesal karena Dam tidak menjemputku. Biasanya ia yang menjemputku pulang ke rumah. Namun keadaan segera mereda ketika Dam meminta maaf kepadaku juga pada saat itu mentraktirkan aku 111

nasi goreng langgananku. Meskipun aku berasal dari keluarga yang berada, namun aku lebih suka untuk mencicipi kuliner di pinggir jalan sambil menikmati udara malam yang sejuk dan suara kendaraan berlalu-lalang. Dam adalah seorang yang bertanggung jawab. Meskipun ia selalu membuatku kesal, namun rasanya rasa kesal itu pasti selalu tidak bertahan lama. Dam adalah orang yang humoris. Namun dia sangat profesional. Jika kita belum mengenalnya, maka Dam akan terlihat seperti orang yang dingin. Namun jika ia sedang bersama orang terdekatnya, ia akan terlihat humoris. Juga saat dia sedang bersama dengan orang yang lebih tua daripada nya, ia sangat hormat. Contoh nyata nya ketika Dam bertemu dengan kedua orang tuaku di rumah aku. Ayah dan ibuku senang dengan sikap Dam yang yang sangat sopan dan santun. Tanggal 10 Juni 2030, kami resmi berpacaran. Aku senang karena hubungan ini bisa terus berlanjut dan apa yang ku harapkan benar-benar terjadi. Aku senang ketika berada di dekat Dam. Dia selalu 112

memberikanku pelukan yang hangat, yang dapat membuat hatiku senang. Waktu pun terus berlalu, hingga saat nya kami berada di akhir kelas 3 SMA. Aku sudah melewati masa ujian-ujian umum di sekolahku. Sedikit cerita lagi tentang Dam, dia pernah mendapatkan ranking nomor 1 di kelas nya yaitu saat dia di kelas 2 SMA. Dam memang anak yang pintar. Namun kepintaran nya itu bukan berasal murni dari dirinya sendiri, melainkan karena ketekunan ia dalam belajar. Selama 3 tahun ini, kami tidak pernah sekelas, kami selalu berada di kelas yang berbeda. Namun itu bukan merupakan suatu masalah bagi kami, karena kami selalu bersama dan saling mencintai. Dam adalah anak yang baik. Meskipun di kelasnya banyak teman-teman perempuan nya yang cantik, yang mungkin lebih cantik daripada aku, namun ia tetap teguh kepada dirinya. Dam adalah seorang laki-laki yang berpegang teguh pada pendiriannya. Tidak heran jika aku tidak pernah overthinking kepada Dam, karena aku selalu percaya kepada dia. Dam adalah orang yang setia kepada apa 113

yang ia senangi. Juga salah satu yang kusukai dari Dam yaitu, ketika malam hari, ia selalu datang ke rumahku. Ia datang dengan membawakan martabak manis atau kue terang bulan. Makanan tersebut adalah makanan favoritku aku dan ibu ku. Maka, ibuku sangat senang dengan kepribadian Dam yang murah hati dan rendah hati. Akhir tahun masa SMA pun tiba. Aku telah menyelesaikan masa-masa ujian ku, karena itu merupakan syarat agar bisa lulus dari SMA ku. Hari kelulusan pun tiba, sekolah kami mengadakan acara graduasi bagi angkatan ku yang telah menyelesaikan pendidikan di sekolah ini selama 3 tahun. Kegiatan ini dilakukan di aula sekolahku. Sebelum pergi, aku sempat bingung untuk memilih gaun yang cocok untuk acara nanti. “Hmm, aku pakai gaun yang mana ya??” “Kayaknya yang ini aja deh, cocok buat acara nanti…” Aku memilih gaun berwarna royal blue. Bagi ku warna ini memberikan kesan yang mewah dan elegan. Aku berharap semoga Dam senang dengan 114

penampilanku. Setelah sarapan dan sebagainya, aku bergegas menuju ke sekolah menaiki mobil ibuku yang dikemudikan oleh supir pribadi keluarga ku, namanya adalah Pak Anto. Setelah sampai di sekolah, aku kira aku nyaris telat untuk mengikuti acara ini, namun ternyata aku tepat waktu untuk datang. Aku turun di lobby sekolahku. Saat aku turun mobil, aku melihat Dam yang memakai berpakain rapi dan elegan. Sepertinya ia datang lebih duluan untuk menunggui aku. Dia memakai kemeja putih berlapiskan jas hitam yang terlihat mewah. Juga dengan sisiran rambut belah tengah nya yang membuat diriku semakin tertawan kepadanya. Dia langsung bergegas menuju aku dan menggandeng aku untuk menuju aula sekolahku yang ada di lantai 4. Saat acara dimulai, kami duduk sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh pihak panitia acara graduasi ini. Acara pun berjalan dengan lancar. Setelah selesai acara, kami menyempatkan diri untuk berdua kembali dan makan siang di sebuah kafe karena saat itu belum ada warung makan di pinggir 115

jalan yang buka. Sebelumnya aku sudah memberitahu kepada supirku bahwa aku nanti pulang diantar oleh Dam. Waktu liburan kami habiskan dengan berdua saja karena momen ini merupakan momen yang berharga sebelum Dam kuliah di universitas ternama di Australia. Ya, Dam diterima di suatu universitas ternama di Australia, tepatnya di kota Brisbane. Dam mengatakan bahwa ini adalah suatu kesempatan yang emas. Namun disisi lain Dam juga mengeluh karena dia harus berpisah dengan aku. Aku sendiri pun merelakan agar dia kuliah di kota Brisbane, meski sebenarnya aku agak berat untuk melepaskan dia. Aku khawatir jika terjadi sesuatu dengan Dam. Aku juga khawatir jika Dam memiliki perempuan baru. Namun aku bergegas untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatif itu. Aku percaya bahwa Dam adalah orang yang teguh pada pendiriannya dan ia adalah lelaki yang setia, yang pernah aku temui di sepanjang hidupku. 116

“Nanti jangan rindu ya, rindu itu berat biar aku aja…” ucap Dam mengikuti perkataan Dilan dalam film Dilan 1990. “Gak akan bisa, aku bakal selalu rindu kamu Dam” “Pliss jangan lupain aku yaa” jawab aku memohon kepada nya. “Iya, tenang aja, nanti kalo aku atau kamu kangen, kita video call-an aja, biar mengobati rasa kangen itu…” ucap Dam memastikan. “Janji yaaa??” tanya aku serius “Iya Tiara, sayang ku…” jawab Dam dengan gemas Satu bulan kemudian, tepat bahwa hari itu adalah hari keberangkatan Dam untuk pergi ke Brisbane, Australia. Aku bergegas menyusul Dam ke bandara. Saat sampai di bandara, aku melihat Dam yang menungguku di lobby terminal 2F. Dia sudah siap untuk pergi dengan membawa koper, tas ransel dan barang-barang lainnya. Hari itu orang tua Dam juga pergi mengantar Dam ke bandara. Disana aku bertemu orang tua Dam. Mereka sangat ramah dan murah hati. Terlihat bahwa Dam berasal dari keluarga yang berpendidikan, ayah nya seorang doktor dan 117

ibunya adalah seorang dokter. Aku dapat melihat raut wajah yang sedih dari kedua wajah mereka. Aku berpikir bahwa tidak hanya aku saja yang berat untuk meninggalkan Dam, tetapi mereka juga. Dam melihat ke arah papan layar jadwal keberangkatan pesawat dia. Dam melihat bahwa pesawat yang akan mengantar nya akan berangkat satu setengah jam lagi. Maka dari itu Dam bergegas untuk check-in tiket pesawat nya agar tidak telat. Tapi sebelum itu ia berpelukan dengan ayah ibunya, sambil meneteskan air mata. Begitu juga Dam memeluk diriku. Aku meneteskan air mata juga karena harus berpisah dengan Dam. Setelah Dam masuk ke tempat check-in tiket pesawat, kami bergegas menuju anjungan pengunjung yang letaknya ada di lantai 2. Disana kami dapat melihat pesawat-pesawat yang akan take off dan landing. Syukurlah cuaca pada pagi hari itu cerah sehingga aku tidak khawatir tentang penerbangan Dam. Beberapa menit kemudian, terlihat pesawat yang dinaiki Dam bersiap-siap untuk lepas landas dan 118

akhirnya terbang menuju benua hijau. Sampai jumpa Dam. Satu tahun kemudian… Aku sangat pusing dengan tugas-tugas kuliahku ini. Ya tapi, aku tetap sabar untuk menghadapi ini. Aku percaya kepada diriku bahwa aku bisa menyelesaikan ini semua. “Udah seminggu nih gak nge video call-an sama Dam, coba ah aku hubungi…” Beberapa detik kemudian, di layar ponsel ku muncul wajah Dam yang sedang merebahkan badannya di kasur. “Kamu gak ngerjain tugas kuliah Dam?” tanyaku. “Nggak lah, buat apa ngerjain tugas? Bikin stress juga…” “Hmm sekarang udah beda ya Dam, biasanya dulu dia yang paling cepet kerjain.” “Hahaha, bercanda doang, aku udah ngerjain sama temen-temen ku disini…” 119

“Kalo begitu berarti sekarang kamu sekarang udah fasih berbahasa Inggris dong?” tanya aku untuk memastikan. “Iyalah, kalo ngomong pake bahasa Jawa, mana ada yang ngerti disini…” “Hahahaha…” aku tertawa. Aku dapat mendengar logat Dam yang bercampur dengan logat bahasa Inggris nya. Dua tahun kemudian, di teras rumahku, Aku sedang duduk di teras rumahku, sambil duduk menatap layar ponsel. Aku sedang membaca berita-berita terkini. Saat aku ingin meneguk segelas cangkir yang berisi teh, tiba-tiba terdengar suara dentuman yang sangat keras. Aku tidak tahu suara itu berasal dari mana. Ternyata tidak hanya aku saja yang mendengar, tetapi juga orang-orang di sekitar aku. Semua orang keluar dari rumah nya mencari tahu asal suara yang keras itu. Ada yang mengira bahwa itu sebuah ledakan bom. Banyak orang yang berasumsi yang tidak masuk akal saat itu. Aku menuju ruang keluarga. Aku melihat siaran berita di televisi. Siaran 120

berita di televisi juga mengabarkan tentang suara dentuman yang keras itu. Besoknya aku bangun kembali, aku masih penasaran dengan asal-usul suara dentuman yang keras pada hari kemarin. Ketika aku menyalakan televisi, langsung muncul berita terkait kejadian kemarin. Hampir semua saluran televisi menyiarkan berita tersebut. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu, aku dapat menghabiskan banyak waktu ku di rumah. Aku mengambil sarapanku yang telah disiapkan oleh ibu ku di dapur. Ketika aku kulik lagi lebih dalam dengan mencari asal-usul berita itu, ternyata suara dentuman keras kemarin berasal dari letusan gunung di benua Australia. Ketika aku melihat kata Australia, aku teringat akan Dam. Aku bertanya dalam hati, bagaimana kabar Dam disana? Apakah Dam masih hidup? Apakah Dam baik-baik saja? Kalau letusannya terdengar sampai negara Indonesia berarti letusan gunung nya sangatlah dahsyat. Menurut berita di internet, letusan yang dahsyat ini berasal dari gunung purba yang berada di Australia. 121

Apakah itu benar-benar ada? Kalau tidak ada maka letusan ini tidak terjadi sama sekali. “Tim penjelajah gabungan dari University of Adelaide dan University of Aberdeen di Skotlandia telah mengungkap sekitar 100 gunung berapi purba yang terkubur jauh di dalam Cekungan Cooper-Eromanga. Basin tersebut, yang terletak di sudut timur laut Australia Selatan dan sudut barat daya Queensland, adalah wilayah penghasil minyak dan gas darat terbesar di Negeri Kanguru. Namun, terlepas dari 60 tahun eksplorasi dan produksi minyak bumi di Australia, keberadaan aktivitas vulkanik di sana rupanya tidak pernah terdeteksi. Para peneliti kemudian menggunakan teknik pencitraan bawah untuk mengidentifikasi sejumlah besar kawah vulkanik dan aliran lava, serta ruang magma yang menghidupi gunung-gunung ini. 122

Periset mengungkapkan, gunung berapi yang tumbuh pada periode Jurassic, antara 180 dan 160 juta tahun yang lalu, terkubur jauh di bawah ratusan meter batuan berlapis. Padahal, Cekungan Cooper-Eromanga sekarang sudah kering dan tandus. Para ilmuwan mengatakan, di masa Jurassic, ada kawah dan celah yang memuntahkan abu dan lava panas ke udara.” Begitulah asal-usul yang tertulis dalam artikel berita terkait dengan gunung purba itu. Setelah diketahui lebih lanjut tentang bencana ini, letusan gunung tersebut berskala 7 VEI (Volcanic Explosivity Index). Letusan gunung purba di Australia ini sama seperti letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 dengan skala 7 VEI. Para ilmuwan mengatakan bahwa dampak dari bencana gunung meletus ini menyebabkan perubahan iklim, bahkan abu letusannya menutupi langit sampai belahan benua lain hingga satu tahun setelah bencana ini dikenal 123

sebagai tahun tanpa musim panas. Letusan gunung purba yang berskala 7 VEI ini disebut ‘super kolosal’. Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Letusannya juga terdengar hingga ribuan kilometer, menimbulkan tsunami hingga belasan meter. Gunung Krakatau meletus dengan skala 6 VEI dan itu bencana itu juga terdengar sampai Australia. Jika gunung purba ini meletus dengan skala 7 VEI, diasumsikan secara teoritis, erupsi itu melontarkan material lontar hingga 100 kilometer kubik. Artinya, daya letusan dan material lontaran yang dikeluarkan gunung purba ini sebesar sepuluh kali lebih kuat ketimbang Gunung Krakatau. Siklus letusan gunung pada skala ini diperkirakan akan berulang setiap 1.000 tahun-an. Pantas saja hari ini cuaca terlihat mendung, seakan-akan cahaya mentari tidak dapat menembus tebalnya abu vulkanik itu. Salah satu hal yang aku khawatirkan yaitu aku takut jika terjadi hujan. Karena jika terjadi hujan pada saat abu vulkanik sedang 124

berada di langit, maka yang turun adalah hujan asam. Hujan asam sangat berbahaya bagi orang-orang yang terkena hujan. Hujan asam berasal dari hujan yang terkena udara kotor salah satunya seperti abu vulkanik. Kebetulan ketika SMA aku memilih jurusan IPA. Aku pernah belajar tentang pengaruh hujan asam. Hujan asam terjadi ketika sulfur dioksida dan nitrogen oksida menyebar di atmosfer setelah diangkut oleh angin atau arus udara. Keduanya dapat bereaksi terhadap air, oksigen, dan bahan kimia lainnya untuk membentuk asam sulfat dan nitrat. Unsur-unsur itu kemudian bercampur dengan air dan bahan lainnya sebelum jatuh ke permukaan bumi. Sebagian kecil sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang menyebabkan hujan asam berasal dari sumber alami, seperti erupsi gunung api. Nitrogen oksida yang membentuk hujan asam juga bisa membuat polusi udara yang menyebabkan penyakit paru-paru pneumonia dan emfisema. Itulah yang aku ketahui tentang hujan asam yang patut diwaspadai dan dicegah. 125

Aku masih khawatir dengan Dam. Rasanya aku ingin sekali menangis. Aku mencoba beberapa kali menelpon Dam namun belum dibalas. Aku segera menuju ke televisi yang sedang menyala. Saat itu berita menyiarkan tentang nasib orang-orang yang ada di benua Australia. Aku khawatir kepada Dam. Apakah dia masih hidup? Pertanyaan itu yang selalu muncul di pikiranku saat ini. Aku bergegas untuk menaiki mobil menuju ke rumah temanku. Sambil menyetir terburu-buru, aku menyalakan radio mobil. Radio juga saat itu memberitakan tentang bencana alam itu. Tampaknya bencana alam ini sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia secara cepat. Aku mendengar perkataan sang pembawa berita bahwa mustahil jika ada yang selamat dalam bencana alam ini di dalam radius 100.000 kilometer. Jarak gunung purba itu dengan kota tempat Dam berada ternyata di dalam radius 100.000 kilometer. Aku menyetir mobil sambil menangis. Ketika aku sampai di rumah temanku yang bernama Bella, aku memberitahu semuanya ini 126

kepada dia. Bella berusaha menenangkan diriku, namun aku tetap tidak bisa tenang begitu saja. Jika Dam meninggal, tidak ada Dam yang seperti Dam lagi. Beberapa hari kemudian… Aku disuruh oleh ibuku untuk berbelanja bulanan untuk persiapan memasuki masa musim dingin ini. Di dalam mobil aku tidak menyalakan AC karena udara diluar sangat dingin. Lagi-lagi hari ini matahari tidak terlihat. Benar yang dikatakan oleh para ilmuwan bahwa satu tahun setelah bencana terjadilah musim dingin. Dampaknya adalah harga bahan sembako dan lain-lain semakin mahal dikarenakan pasokannya yang semakin habis. Setelah selesai berbelanja, waktu perjalanan menuju rumah, aku menyalakan radio mobilku. Tiba-tiba dari radio tersebut terdengar tentang korban-korban dari bencana letusan gunung itu, khususnya di kota Brisbane. Aku terkejut ketika mendengar itu. Aku berpikir bahwa ini masih ada kemungkinan bahwa 127

Dam selamat. Bergegas aku menginjak pedal gas mobil ku menuju kantor radio tersebut. Saat sampai disana, aku dengan cepat meminta izin kepada customer service di kantor radio itu untuk menanyakan berita tentang korban-korban bencana letusan gunung itu yang ada di kota Brisbane. “Permisi kak, apakah saya boleh melihat daftar nama-nama korban yang selamat dari bencana itu?” tanya ku. “Oh, ini kak, silahkan.” jawab petugas itu. Customer service itu memberikan selembar kertas yang berisikan daftar nama korban-korban yang selamat dari bencana alam itu. Aku mencari nama-nama itu dan ternyata ada nama Dam disitu. Sekilas, aku berteriak senang. Ini merupakan mukjizat Tuhan. Korban-korban tersebut katanya akan dipulangkan ke tempat asal nya. Ada yang dari negara Malaysia, ada yang dari Amerika, ada yang dari Cina, bahkan ada yang berasal dari Bali, yaitu teman kuliahnya Dam. Setelah mendengar berita itu, hatiku 128

terasa lebih tenang dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Tidak lama setelah hari itu, Dam dipulangkan ke Indonesia. Kedua orang tuanya dan aku menyambut Dam dengan perasaan gembira. Dam tampak tidak terluka sama sekali, namun kata dokter ia hanya masih mengalami trauma yang ia alami setelah kejadian itu. Setelah itu kami mendatangi Dam yang sedang duduk. Aku senang ketika Dam meneteskan air mata melihat keberadaan kami. Itu merupakan suatu reaksi yang positif, yang bertanda bahwa Dam masih ingat dengan kami. Dam memeluk erat-erat kedua orang tuanya. Setelah menghabiskan waktu sejenak dengan orang tua nya, aku datang ke Dam, berkata. “Kamu gak kenapa-napa kan Dam? Aku khawatir loh sama kamu…” tanya aku dengan penuh perhatian. “Nggak Tiara, aku baik-baik aja kok, cuma masih agak trauma sama kejadian itu…” jawab Dam. 129

“Tapi trauma aku bakal hilang jika kamu peluk aku erat-erat…” “Ah kamu bisa aja Dam, yaudah sini peyukkk” Lalu kami berdua pun berpelukan dengan mesra. Kedua orang tua Dam melihat kami sambil tersenyum-senyum kecil. Seakan-akan mereka rindu akan masa muda mereka ketika mereka berpacaran. “I love you Dam” “I love you too my princess, Tiara…” 130

`DOKTER PENYEMBUH KEHIDUPAN Oleh: Benedictus Singgih Triwiranto “Tepat tahun yang ke-2 dalam menjalani terapi psikologi ini, Kasper mengalami banyak perubahan yang semakin membaik dari hari ke hari. Perkiraan saya 3 bulan yang akan datang Kasper sudah diperbolehkan untuk lepas pengawasan dengan syarat jika ada sesuatu yang janggal, ibu tetap mengabari saya.” “Berapa lama lagi aku harus menanggung derita seperti ini? Kini aku sudah memasuki kelas 2 SMA, aku ingin seperti teman-teman yang lain, aku ingin bergaul dengan mereka tanpa meminta izin kepada orang tua. Mengapa mereka sangat dibebaskan ya Tuhan?” Gerutu Kasper dalam hatinya. 131

Aku selalu bersusah payah mengalahkan keinginan diriku dengan menuruti kemauan mama dan papa namun, kapan papa dan mama akan mengerti? Aku ingin seperti remaja normal, bermain dan mengeksplorasi pengalaman dalam dunia yang lebih rumit dari yang aku pikirkan. Mama dan papa selalu saja melarangku dengan alasan kewajiban beragama mu mengatakan begini nak. Sungguh aku tidak memiliki teman karena hal itu, jiwaku kosong menatap perjalanan hidup yang hanya berwarna abu-abu. Aku tidak bisa memberi gradasi dalam hatiku sebab banyaknya alasan mama melarang. * Hari ini Celli berulang tahun dan sesuai tradisi aku ikut merayakan perayaan sweet seventeen-nya. Akhirnya aku dapat merasakan keleluasaan dan mengikuti pesta ulang tahun ini 132

dengan gembira walaupun aku kabur dari rumah untuk dapat melakukan ini. Sekarang aku tahu apa yang teman-temanku ceritakan padaku selama ini. “Akhirnya aku dapat mengetahui apa yang terjadi dalam sebuah pesta” bisik Kasper pada batinnya. Sejak hari itu Kasper menjadi anak yang nakal dan menyukai kegiatan malam yang buruk, mulai terjebak dalam dunia malam yang kotor dan hina. Malam ini Kasper akan merencanakan untuk kabur kembali dari rumah dan berkumpul bersama teman-temannya. “KASPER! MAU KEMANA KAMU JAM SEGINI?” Teriakan mama membuat aku terjatuh saat akan melompat dari jendela rumah yang cukup leluasa bagi diriku yang kurus dan kering ini. Gertakan yang mama berikan tidak cukup memberikan penghalang diriku untuk dapat berkumpul dengan teman-temanku dan merasakan 133

kenikmatan malam yang tidak akan pernah aku temukan bersama keluargaku. “Bersama-sama dengan teman berkumpul di club malam ternyata sangat menyenangkan ya Cell?” Bisik Kasper pada Celli yang sejak saat itu menjadi partner in crime bersama Kasper. “Iya Kas, beginilah asiknya dunia malam walau kadang membutuhkan effort lebih untuk memulainya.” Jawab Celli pada Kasper dengan maksud menyindirnya. “AH JANGAN GITU DONG CELL! Bikin mood gua turun aja lu.” Gerutu Kasper pada Celli dengan sedikit bubuk emosi yang membakar dirinya. “Iye-iye maaf, kan gua bercanda Kas. Kalo lu marah, gua ga mau temenin lu lagi ya.” Ancam Celli pada Kasper yang membuat Kasper meredam sesaat emosinya. Kasper tidak akan pernah membiarkan teman yang mengubah dirinya untuk 134

bisa mendapatkan rasa bahagia ini meninggalkan dirinya. Selesai menikmati malam itu, Kasper selalu merasa dihantui rasa takut karena mamanya yang memergoki Kasper akan kabur namun, rupanya Kasper tetap mengulangi hal yang sama karena dia merasa bahwa kebahagiaannya akan terhenti jika ia tidak melakukan hal itu lagi. Pada malam-malam selanjutnya, Kasper melakukan aksinya dengan lancar hingga suatu malam Kasper kepergok mamanya namun, kali ini Kasper benar-benar mati kutu di hadapan mamanya. “Dari mana kamu? Jam berapa ini? Habis ngapain kamu? Sama siapa aja? Kan tidak mungkin kamu berkeliaran sendiri layaknya orang gila yang tidak tau arah jalan pulang dan terus menelusuri gelapnya perjalanan sepanjang malam?” Setidaknya itulah pertanyaan yang dilambungkan mama padaku 135

saat mama menemukanku baru memasuki pintu rumah dengan diam-diam layaknya orang yang panjang tangan. Kasper tidak menanggapi pertanyaan mamanya dan langsung mengurung diri di kamar. Dia tidak pernah berani bertemu dengan mamanya yang terkenal galak hingga, suatu saat mamanya secara baik-baik dan dengan perjanjian tidak ada emosi dalam dirinya akan berdialog dengan Kasper. Dari percakapan itulah mereka menemukan kesepakatan bahwa Kasper akan menjalani terapi pada seorang psikolog muda. “Ma tapi aku ga mau ke psikolog, kan itu hanya tempat orang sakit jiwa berobat, aku sehat ma!” Bantah Kasper sebelum pada akhirnya mereka menemukan kesepakatan itu. “Nak, itulah orang Indonesia, selalu memiliki false stereotype pada hal-hal yang nyatanya tidak demikian.” Jawab mamanya menenangkan. “Jadi aku 136

tidak akan dianggap gila karena aku ke psikolog kan ma?” Tanya Kasper ragu pada mamanya. “Tidak nak, tidak akan.” Jawab mamanya meyakinkan. Entah mengapa Kasper merasa bahwa dirinya mulai bisa berdamai dengan mamanya, tidak ada lagi jarak diantara mereka, tidak ada lagi kejauhan sebagai seorang anak dan ibu. * Ruangan dipenuhi dengan kesunyian antara dua orang. Ruang dengan penerangan yang cukup, dokumen bertumpuk pada ujung meja dengan dua orang saling berhadapan terhalang jarak meja. “Apa yang harus aku jawab padanya? Apa dia dapat dipercaya?” Semua pertanyaan itu datang menyerang Kasper ketika dirinya untuk pertama kalinya bertemu dengan dr.Anin yang memiliki perawakan muda dan menawan. 137

Kasper terus menerus dilanda rasa takut untuk tiga pertemuan awalnya dengan dr.Anin, Kasper selalu takut untuk terbuka, takut lebih banyak orang lain yang mengetahuinya. Hingga di pertemuan ke empat, pada akhirnya Kasper memutuskan untuk mempercayai dr.Anin. Hari-hari dilalui dengan dr.Anin sebagai pendamping terapi bagi Kasper. Kasper mulai leluasa menceritakan kehidupannya demi kemajuan dalam terapi ini. Dia menceritakan bagaimana dia merasa terkekang, bagaimana dia sulit berteman karena tidak diberi kebebasan untuk meluangkan waktu lebih banyak dengan teman-temannya di luar sekolah, dan bagaimana ia stress memenuhi tuntutan orang banyak. Pada pertemuan ke-15 setelah kurang lebih tiga bulan dilalui, dr.Anin dan Kasper semakin dekat, dr.Anin perlahan mengubah diri Kasper 138

dengan baik. Kasper semakin terbuka dengan dr.Anin dan dia merasakan ada kasih sayang, ada cinta yang orang lain bagikan padanya yang selama ini tidak dia dapatkan selama di rumah. “Bagaimana perkembangan Kasper dok? Apakah ada perubahan yang sangat terlihat dalam dirinya?” Cemas Xila, mama dari Kasper. “Tenang ibu, sejauh ini saya melihat perkembangan yang positif dalam diri Kasper.” Jawab dr.Anin dengan tenang. “Baik dok, saya serahkan anak saya pada dokter, saya sungguh berharap untuk dokter dapat menyembuhkan segala luka masa lalu anak saya.” Jawab Xila dengan penuh harap. “Saya siap membantu juga bu, semoga ibu juga mampu membuat anak ibu nyaman di rumah karena rumah merupakan tempat perkembangan anak yang paling besar bu.” dr.Anin menambahkan nasihat pada Xila. 139

“Baik dok akan saya usahakan.” Jawab Xila berani mengambil tanggung jawab yang sulit bagi dirinya. * “Kasper sini nak!” Panggil mamanya ketika Kasper tengah sibuk dengan ponselnya. “Ya ma sebentar, ada apa?” Jawab Kasper merasa telah berdamai sepenuhnya dengan mamanya. “Sini duduk sebentar bersama mama.” Jawab mamanya membuat Kasper berada dalam posisi tegang. “Apaan sih ma?! Buat aku takut aja, bahasanya formal banget.” Jawab Kasper sedikit menggerutu pada mamanya. “Sini sini, mama mau gosip aja kok sama kamu, jangan tegang gitu dong.” Jawab mamanya membuat Kasper lebih rileks. “Apa ma? Mau gosipin apa nih? Siapa ma yang jadi bahan gosip nya?” Jawab Kasper dengan penuh rasa penasaran. “Ih kok jadi kamu yang pengen gosip sih? Semangat banget pengen ngomongin orang, ngomongin orang 140

itu dosa tau.” Jawab mamanya merasa menasehati anaknya dengan baik. “Dih mama kaya paling suci aja, mama yang lagian juga mama yang ngajak” Jawab Kasper membantah mamanya. “Hahaha, iya nak, mama bercanda aja kok. Jadi gini, mama hanya mau bertanya, gimana perkembangan kamu dengan dr.Anin?” Jawab mama langsung menuju inti pembicaraan. “Eum, ga gimana-gimana sih ma, ya berjalan lancar aja gitu. Eh tapi dr.Anin cakep ya ma?” Jawab Kasper dengan sangat jujur. “Dih, kamu suka ya sama dr.Anin?” Jawab mamanya memancing lebih jauh supaya Kasper menjawab. “Ih nggak lah ya! Enak aja mama sembarangan. Tapi kalau iya tidak papa kan ma?” Jawab Kasper menahan dirinya yang ingin berkata jujur. “Ya gapapa dong, kalo emang kamu ngerasa dr.Anin bisa memberikanmu kenyamanan kenapa ngga? Toh juga umur kalian tidak begitu jauh, hanya terpaut lima tahun.” Jawab 141

mamanya membenarkan dan tidak ingin mengulangi kesalahannya dalam mengekang anaknya. “Yaudah deh ma, Kasper tidur dulu ya.” Jawab Kasper hendak beristirahat. “Iya nak, good night sayang.” Jawab mamanya penuh cinta kasih. * Di tengah hampa dan gelapnya malam disertai dengan kerlap bintang yang menembus tingkap kamar, selalu saja terlintas dalam benak Kasper tentang cerminan diri dr.Anin. “Terimakasih Tuhan Engkau senantiasa memberikan orang yang baik yang telah dapat mengubah hidupku perlahan, terimakasih Tuhan.” Keluh Kasper dalam hatinya menyampaikan pada Tuhan. * Kini Kasper telah memulai kuliahnya dan dengan tetap berkonsultasi dengan dr.Anin karena masih berproses menuju manusia sejati. 142

“Dok, selamat siang, kembali kita bertemu, kok anak saya akhir-akhir ini jadi rajin berdoa ya dok? Seringkali dahulu dia menjauhi Tuhannya bahkan untuk sekedar berkeluh kesah.” Pertanyaan datang menyerang ketika Xila mengadakan pertemuan rahasia dengan dr.Anin. “Oh iya bu, saya mengajak dan mengarahkan dia untuk kembali pada jalan Tuhan karena kebetulan kan kita seiman ya bu hehe.” Jawab dr.Anin dengan hati-hati. Dalam situasi yang menegangkan, dr.Anin dipelototi oleh Xila, kehampaan menyerang dr.Anin disertai dengan ketegangan. “Makasih banyak ya dok, telah mengembalikan anak saya pada jalan yang benar.” Jawab Xila jauh dari dugaan yang dilayangkan dr.Anin pada saat Xila memandangi dr.Anin dengan sungguh. “Iya bu sama-sama, saya kira ibu akan marah pada saya, rupanya berterimakasih.” Jawab dr.Anin. 143

* Hari-hari dilalui dengan penuh keakraban antara Xila, dr.Anin, dan Kasper. Xila dan dr.Anin senantiasa menjadi partner untuk memperbaiki kondisi mental Kasper anaknya. “Dok, sepertinya anak saya merasa nyaman dengan dokter, bagaimana jika dia mencintai dokter?” Tanya Xila dengan sedikit takut. “Eum, sebenarnya jika memang demikian adanya, saya tidak berkeberatan ibu, saya akan senang bila membantu dia benar-benar beralih pada kebaikan.” Jawab dr.Anin dengan jujur dan terbuka. * Sedikit mustahil dalam kacamata khalayak kordial, mana ada dokter yang menyukai pasiennya, bukannya itu merupakan sebuah pelanggaran dalam hukumnya? Semua itu benar-benar terjadi dalam diri Kasper, dokter yang tadinya dia takuti kini 144

menjadi cinta pertama dalam seumur hidupnya. Semakin lama Kasper menjalani hubungan dengan dr.Anin, semakin ia terbuka dan saling mengenal. Seiring berjalannya waktu dan pertambahan kualitas hubungan, kini dr.Anin benar-benar telah mengubah Kasper dengan perlahan dan kelembutan hati. Satu hal yang disadari oleh dr.Anin adalah bahwa Kasper tidak bisa diperlakukan dengan kasar oleh orang-orang terdekatnya, Kasper harus dibimbing dengan penuh kasih sayang. Pada pertemuan terapi terakhirnya dengan dr.Anin, Kasper, dan ibunya melakukan pembicaraan serius. Dr.Anin menyampaikan apa yang menjadi penyadarannya bahwa Kasper membutuhkan kelemahlembutan dari mamanya. “Iya dok betul, cuma selama ini saya tidak berani terbuka karena mama terus-terusan bersikap keras, baru akhir-akhir ini mama mulai membelai dengan lembut 145

diriku.” Jawab Kasper memberi penguat argumen dari dr.Anin. “Kenapa kamu ga bilang ke mama sih nak? Kan mama bisa bantu kamu, mama bisa ngerubah sikap mama ke kamu.” Jawab mamanya merasa sedih. “Lagian mama dari awal udah marah-marah terus, ya Kasper sudah beranggapan sifat mama seperti itulah.” Jawab Kasper membantah. “Sudah Bu Xila, Kasper, yang sudah berlalu tidak perlu diungkit, kini tinggal kalian membuat hubungan kalian lebih harmonis lagi ya!” Celetuk dr.Anin memotong dan menengahi. “Siap dok, terima kasih.” Jawab Xila dan Kasper kompak. * Di suatu hari ketika genap lima tahun Kasper menjalani PDKT dengan dr.Anin. “Ma aku mau melamar dr.Anin minggu depan.” Celetuk Kasper tiba-tiba. Xila dan Kasper. “Hah seriusan kamu?” Kaget mamanya ketika Kasper 146

selesai berbicara. “Ya kan masih rencananya ma, lagian mama ngedukung aku juga kan?” Tanya Kasper memberanikan diri. “Ya mama sih mendukung ya, tapi apa kalian sudah saling yakin?” Jawab mamanya berusaha mencegah. “Sudahlah ma, kan udah lama kenal juga.” Jawab Kasper ingin mewujudkan impiannya. “Ya Sudah nak, mama restui kamu, semoga terwujud ya.” Doa mamanya dengan penuh ketulusan hati. “Makasih banyak mamaku sayanggg!” Jawab Kasper bergelora senang. * Hari berlalu dengan segala persiapannya, dimulai dengan fitting pakaian, menentukan konsep, dan masih banyak hal lainnya yang dipersiapkan supaya sungguh dapat merasakan keromantisan cinta yang harmonis di hari yang spesial nanti. 147

Kini Kasper telah benar-benar menemukan arti dari diri yang sejati dalam hidupnya. Kasper telah dapat memaknai hidup yang lebih berarti baginya kini. * Hari ini merupakan hari penentuan, sekaligus hari paling menggugupkan bagi Kasper, setelah perjuangan yang panjang, akhirnya ia dapat meminang wanita yang telah membuat hidupnya berputar setengah lingkaran banyaknya. Perlangsungan acara dilaksanakan secara meriah karena Kasper tidak ingin mengecewakan pujaan hatinya. Silih berganti waktu, hingga siang hari ini semua berjalan lancar, kini saatnya menanti hidup bersama secara sah dalam perkawinan. Kini hati Kasper tenang karena telah mengikat janji dengan wanita-nya. * 148

Hubungan kian hari dijalankan semakin menambah keintiman antara Kasper dengan dr.Anin. Dalam masa pengenalan yang sebetulnya sudah tidak dibutuhkan, Kasper ingin segera melangsungkan perkawinannya. Kini mamanya tidak mencampuri urusan anaknya lagi karena merasa bahwa anaknya telah menjadi sejati dalam menentukan pilihannya dan itu merupakan sebuah kemajuan besar dalam hubungan seorang anak dengan ibunya. Kini keduanya telah sama-sama didewasakan oleh waktu. * 5 Tahun kemudian… “Anin sini!” Panggil Kasper sedikit memaksa dan menuntut supaya secepatnya datang. “Iya pah, sebentar.” Jawab Anin dengan sabar. “Ada apa sih pa? Kenapa papa manggil mama terus?” Jawab Anin saat bertemu sapa dengan suaminya. “Kapan mama 149


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook