Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Fiksi KPP- 35

Fiksi KPP- 35

Published by angkatan 35, 2022-05-31 13:52:58

Description: FIKSI KPP 35

Search

Read the Text Version

pengen punya penerus kita?” Jawab Kasper dengan sedikit malu. “Belum kepikiran sih pa.” Jawab Anin dengan pede. “Ya sudah deh, papa ngalah nunggu mama mau aja deh.” Jawab Kasper dengan berat hati. * 1 Tahun berlalu… Kini mereka telah memberikan satu penerus dan telah memenuhi perintah Tuhan, bahwa penuhilah bumi dengan beranak cuculah. Kini mereka telah semakin akrab dengan membimbing anak mereka bersama. Kasper berhasil membangun sebuah keluarga impiannya dan mamanya pun turut bangga dan bersukacita atas keberhasilan anaknya. * “Pa, mama berangkat kerja dulu ya.” Pamit Anin untuk bekerja menuju rumah sakit yang sama saat mereka dulu pertama kali saling berpandang 150

wajah. “Iya ma, hati-hati dan jangan terlalu capek!” Jawab Kasper mewanti-wanti istrinya karena melihat akhir-akhir ini Anin sangat sibuk dan cukup banyak menutup mata ketika berada di rumah. Hal ini dipengaruhi pula dengan kenyataan mereka harus merawat seorang anak dan biasanya yang menjadi “tumbal” untuk mengurus adalah sang ibu. Dalam menjalani segala aspek pekerjaannya, Anin selalu berusaha profesional dengan pasiennya sebab, kini ia telah terikat janji perkawinan dengan seorang “pasien istimewa” yang kini menjadi suaminya. Anin merasa bahagia walau dirinya lelah menjalani kewajibannya namun, Kasper selalu berkomunikasi dengannya hanya untuk hal-hal sepele seperti mengingatkan makan contohnya. * Tahun silih berganti, dan pasangan muda ini tetap menjaga keharmonisan mereka hingga tak 151

terasa anak mereka kini telah berumur sepuluh tahun. Anin dan Kasper selalu berusaha memenuhi kewajiban mereka dalam ekonomi keluarga sehingga Anin dan Kasper senantiasa semangat pergi bekerja demi kemajuan sang buah hati. Anin selalu merasakan kebahagiaan yang diberikan oleh Kasper. Anin senantiasa bersyukur kepada Allah telah memberinya teman hidup yang juga menjadi impiannya, bukan berarti mereka saling mengenal sejak lama tetapi, Anin merasakan kecocokan dengan kepribadian yang Kasper miliki walau ia sempat terjerumus karena merasa terlalu dikekang. Anin bangga berhasil membantu menuntun Kasper kembali pada jalan yang sebenarnya. * Itulah perjalanan mengapa Kasper benar-benar sulit melepaskan kepergian Anin yang kini masih dirindukannya. Anin tidak pernah akan 152

terlupa dalam hati Kasper, ia selalu memiliki ruangnya dalam jiwa seorang Kasper. Kini Kasper sedang fokus untuk tetap menjalani hidupnya sebagai single fighter sekaligus single father bagi anak tercinta satu-satunya. * 153

Find Oleh: Yohanes Krisostomus Satrio Adi Bagaskoro Aku adalah Darek Chadrick, seorang tentara Katolik yang ditugaskan di bagian Berlin, Jerman. Aku memiliki seorang istri yang bernama Charlina Spencer. Tapi sayang sekali ia meninggalkanku 15 tahun yang lalu. Semenjak ditinggal oleh istriku kehidupanku mulai berubah dengan kehidupanku yang dulu, aku mulai menemukan sesuatu yang tak pernah kutemukan dalam hidupku. Mariawald Abbey adalah awalku menemukan hal yang membuatku sebagai diriku yang sekarang. Pagi yang menyorot jendela kamarku membuat mataku tak dapat menahan silaunya mau tak mau aku menutupinya dengan tangan kananku, “Selamat Pagi 154

Tuhan” itulah sapa pertamaku setiap paginya bagi Dia, aku bergegas mandi karena air tubuh sudah membanjiri aku selama tidur. Aku turun dan melihat beberapa teman - teman rahibku sudah berada di meja makan dan siap menyantap wurstsalat yang telah dihidangkan oleh Rodriguez, dahulu Rodriguez adalah seorang atlet american football yang sangat sukses dan menjadi kaya tetapi setelah ia mengalami cedera kaki dan diremehkan ia mulai mundur dari pekerjaannya dan dalam keterpurukannya saat itu Rodriguez menemukan hal yang sama dalam keterpurukanku. “Danke, Rodrigo” kataku setelah Rodriguez memberiku wurstsalat yang ia masak sejak pagi tadi untuk para rahib di sini. Setelah selesai dari dapur Rodriguez duduk di sampingku sambil membawa susu dan 4 potong sosis yang masih panas, “Apa kabarmu pagi ini, Dicky?” katanya tidak jelas sambil mengunyah sosis di dalam mulutnya, “Seperti biasanya di musim panas, bahagia walaupun kepanasan” kataku sambil tertawa, “Hahahahaha” tawanya hampir tersedak, “Bukankah 155

hari ini kau dipindahkan untuk mengurus Reny si putih?\" sambungnya, Reny adalah sapi perah yang berwarna putih, “Iya aku akan menemani Reny pagi ini, kalau kau bagaimana, katanya kau juga dipindahkan?” jawabku sambil balik bertanya, “Aku akan pindah untuk membantu Araujo di ladang karena banyak hama yang menyerang saat musim panas ini” jawab Rodrigo, Araujo rahib yang baru saja masuk ke dalam komunitas kami, ia menggantikan Pastor Francisco yang baru saja meninggal dunia 1 bulan yang lalu, Araujo seorang anak remaja jebolan seminari yang lebih tertarik dengan rahib dan bertapa “Baiklah aku pergi dulu Dicky, sepertinya Araujo sudah menungguku” Rodrigues pergi dengan membawa piring, kini aku sendirian di meja makan karena yang lain sudah berangkat mengerjakan tugas mereka. “Selamat pagi Reny” sapaku saat tiba di kandang Reny si sapi perah, dahulu aku pernah bersama dengan Reny tetapi karena Fr. Yun datang aku dipindahkan ke administrasi, sekaran Fr. Yun sedang 156

pergi keluar sehingga aku kembali menemani Reny. Hanya sapi ini yang tahu tentang apa yang pernah aku rasakan selama 15 tahun kekeringan ku, memang aku merasa aneh kepada diriku sendiri karena aku bercerita kepada seekor sapi, tapi hanya dialah teman disaat aku hanya sendirian di biara ini selama beberapa bulan. Setelah ibadat siang yang pertama aku berjalan ke arah ladang untuk mencari pemandangan yang menyegarkan mata, saat aku berjalan ke arah ladang aku bertemu dengan Fr. Yosef yang baru saja selesai dari ladang berjalan sambil membawa gandum untuk pasokan pembuatan roti, tak jauh setelah melewatiku Fr. Yosef berbalik dan memanggilku, “Dicky, hari ini ada tamu dari luar yang akan mengunjungi kita”, “Hari ini?” tanyaku untuk menjawab, “ Ya hari ini, 12.30 pm mereka datang, sekitar 10 orang”, “Beritahukan Rodrigo agar menyiapkan makanan bagi mereka, salah satu dari mereka akan mewawancarai tentang kita” lanjutnya, “Baiklah nanti akan kusampaikan ke 157

Rodrigo dan yang lainnya terimakasih Yosef” lalu Fr. Yosef tersenyum dan pergi. “Guten Morgen, silahkan masuk” kata Araujo menyambut para tamu, ternyata tamu yang datang adalah pengunjung yang penasaran dengan kehidupan kami para rahib, berhubung kebanyakan pengunjung adalah anak muda maka Araujo membawa para tamu berkeliling.“Dicky!” panggil seseorang, saat aku menoleh aku melihat seorang yang datang dari sinar matahari yang menenggelamkan sosoknya, aku melihat seorang wanita yang umurnya di bawahku beberapa tahun mungkin ia sudah mencapai kepala tiga, keraguannya saat memanggil itu membuatku bertanya - tanya. “Kau kah yang bernama Fr. Dicky?” tanyanya, “Iya benar anda siapa ya? Sepertinya kita belum pernah berjumpa.” jawabku bingung, “Perkenalkan nama saya Yoana Yach, saya anak dari rekan anda saat anda masih di Wehrmacht,” “Rekanku? Siapa?“ jawabku bingung. 158

Lalu kami berdua duduk di kafe milik biara, “Jadi kamu anaknya Yero Yach, dia adalah seorang yang sangat dekatku sebelum aku mengundurkan diri ayanmu yang menyarankan untuk menemukan Tuhan saat aku merasa kehilangan,” ungkapan rasa sesalku keluar. “Tuan Chadrick, apakah anda bersiap untuk saya wawancarai untuk buku tentang ayah saya?” “Aku bersedia untuk kesaksian tentang karibku”. “Saya Darek Chadrick, Bebra, 13 Mei 1917 saya rekan dari Yero Yach.” “Saya Darek Chadrick lahir di Berlin pada tahun 1867 dan sekarang saya berumur 47 tahun, saya teman beliau saat di militer, beliau seorang yang baik. Aku akan memenuhi permintaan beliau yang harus aku tepati, sebenarnya sebelum aku masuk ke biara ini aku akan mengungkapkan jalan hidupku untuk dirinya” 26 tahun yang lalu…………………… Jalan sepi yang membuatku sangat nyaman di desa ini, orang - orang pergi untuk bekerja dan mencari makanan, aku duduk di papan hijau di taman yang 159

ramai orang berlalu lalang. Banyak pasukan - pasukan yang tidak aku mengerti maksud dari pemerintahan ini, apakah ada sesuatu? Di jalan mulai banyak poster - poster tentang perekrutan militer dan aku sangat tertarik dengan itu, aku mengambilnya dan mulai membawanya berlari hingga desa. Aku masuk ke rumah besar dengan dua pilar besar yang menyambut di depan pintu besar, di ruang tamu aku bertemu dengan dia seorang yang terlihat berumur 65 dengan rambut sudah mulai berubah warna, ialah ayahku yang ingin aku melanjutkan usaha keluarga. Ayahku selalu menolak impianku yang ingin masuk ke militer tapi pada hari ini aku sadar bahwa aku sudah dewasa dan harus memilih kelanjutan hidupku, akhirnya setelah mempersiapkan diri dan juga fisik pada tahun 1868 aku siap masuk, akhirnya aku mendaftar ke markas besar di Bebra, aku bertemu seorang tentara yang menulis orang - orang yang ingin mendaftar, “Siapa namamu nak?”tanya nya, 160

“Eeee…. namaku Darek Chadrick,” aku menjawabnya dengan ragu, “Kau terlihat tidak asing, kau anak dari pemilik butik di depan gereja itu?” tanyanya balik, memang usaha ayahku sudah sangat terkenal di kalangan kota ini, “Iya namaku Chadrick seperti butik itu,” jawabku “Haha…. pilihan berani bagi orang sepertimu Chadrick,” “Terima kasih” jawabku, sebelum aku melanjutkan langkahku aku melihat name tag yang bernama Yero Y. dan aku mulai melanjutkan langkahku untuk masuk ke sport hall, banyak sekali orang yang ingin mendaftar militer hanya karena akan adanya perang dunia, sudah seperti semut yang mengerumuni suatu gula hampir 7000 orang yang ada di dalam dan luar hall. Akhirnya kami semua dibagi menjadi 2 kelompok besar lagi lalu baru kami 350 orang dijadikan 35 kelompok sehingga setiap kelompok kecil memiliki anggota 10 orang, semua kelompok memiliki nama masing - masing yang melambangkan kelompok itu, elang hitam adalah nama kelompokku karena itulah 161

hewan asli Jerman yang terkenal. Banyak imigran dari Luksemburg dan Cekoslowakia, mereka ingin bergabung dengan tentara yang besar dengan jumlah ratusan ribu pasukan yang siap maju. Banyak sekali alasan seperti itu yang membuat para senior marah dan mengeluarkan mereka dan ada yang benar - benar diperbolehkan. “Hai” aku menengok karena ada yang memanggilku dari arah belakang, aku mencoba mengamati karena aku baru pertama kali melihat dia, dia menjawab pertanyaanku di dalam hati,” Namaku Karl.” “Hh..hai aku Chadrick,” keadaan canggung menyelimuti diriku dan orang yang beberapa menit aku tau namanya ini. Karl adalah orang yang menemaniku dari awal bertemu sampai akhirnya kami tinggal satu asrama dan kasur kami tidak berjarak jauh, menurutku Karl adalah seorang yang setia dan dia tidak akan meninggalkan seorang yang menurut dia nyaman, setelah bercerita beberapa hari ini bersama dia aku mulai paham dari latar belakangnya yang memang seorang yang disiplin. 162

Siang ini setelah latihan menembak, Karl mengajakku untuk keluar asrama dan makan siang bersama di sebuah kafe kecil, “Banyak sekali anak muda di daerah ini” kata Karl, “Memang, banyak temanku yang berasal dari daerah ini.” jawabku, memang keadaan siang ini terlihat anak muda yang berangkat sekolah dan bekerja, “Anak - anak muda ini banyak yang berjuang demi negaranya seperti kita, tetapi hanya berbeda cara,” “hahahaha kau seperti orang tua berbicara tentang anak muda,” “hahaha….” balasku dengan tertawa, kamipun kembali ke asrama dengan cuaca dingin tidak terasa sudah berjam - jam kami disitu hanya memperhatikan anak muda yang lalu lalang. “Hari ini apakah kau ada janji, Dri?” tanya Karl sepagi ini, “Aku hari ini tidak merencanakan apapun,” “Hari ini Yero ingin kita bertemu dengannya di saat makan siang,” “Baiklah” aku pergi ke kamar mandi karena setelah ini ada upacara pelantikan. Upacara yang sudah ditunggu ini akhirnya tiba, dan kami semua 163

yang ternyata tersisa 3400 dari 7000 resmi dapat membela Jerman jika masalah ini meledak. Ayahku tidak datang, dia tidak menyetujui. “Selamat anakku,” suara wanita yang aku kenal dan memang sudah terbekas di telingaku. “Hai ibu, apa kabar?” aku tidak menemukan ayahku, “Sudah kuduga,” “Maafkan ayahmu ini, dia tadi sedang bersama adikmu,” “Yahhhhh…. mari ibu kita makan.” Hemmm.. bau daging sapi yang sangat menyengat. Restoran ini memang terkenal karena dari dulu memang ibuku sering kemari dan menceritakan banyak makanan dari sini. “Rasa yang sempat dan ibu lupakan akhirnya kembali hahahah,” “Ingat hanya ibu bukan aku.” Sambil mengunyah makanan ibuku bertanya “Setelah ini apa yang akan kau lakukan?” “Menjalani hidup dan bersiap siaga untuk perang,” “Tapi kenapa sangat ingin berperang anak nakal?” “Karena itulah yang kuinginkan, pertarungan” jawabku sambil tertawa. Perbincangan ini berlanjut hingga sore membahas 164

ayahku dan adik ku dan akhirnya ibu pergi kembali kerumah. “Woi dari mana saja kau?” tanya seseorang dari belakangku, “Menemui cinta pertamaku, ibu” jawabku senonoh, “Ku kira siapa, ayo malam ini ada pesta bersama lulusan perawat dan pasukan lainnya kita berpesta” kata Karl, “Kau yakin?” Jawabku ragu dengan pernyataan Karl, “Tenang saja sudah diizinkan,” “Baiklah.” Malam telah tiba dan udaranya sangat dingin tapi ramai sekali orang di aula kota dan berisi anak muda yang mengabdikan diri bagi Jerman untuk persiapan invasi yang telah direncanakan bagi kami anggota baru, ramai wanita cantik dengan baju yang cukup terbuka, dan aku jarang melihat ini, ternyata begini perkotaan “Selamat datang di pesta ini kawan!!!” aku bingung karena ini pertama kali ku mendatangi pesta. “Ohh aku tidak bisa kawan” aku sedikit mual dan tak tahan dengan keadaan ini, saat aku melihat 165

suasana yang gelap dan banyak lampu ini aku keluar dan sebelum itu aku melihat Karl yang sudah mabuk, aku dengan udara segar yang lebih membuatku tenang, aku melihat wanita yang sepertinya sama juga seperti aku. Tapi aku mulai mengabaikan wanita itu, tiba - tiba ada tangan kecil yang menyentuh bahuku,”Hai!!” sapa dia seorang yang tadi aku pikirkan wanita pinggir jalan yang sama seperti aku,” aku bingung karena aku familiar dengan mukanya, “Kau bukannya Darek anak dari pemilik butik Chadrick?” tanyanya dengan ragu. “Ternyata kita pernah bertemu” kataku dengan santai, “Tapi itu sudah lama sekali, aku ingat karena caramu melihat masih sama sejak kecil” kata Charlina Spencer anak teman ayah dan ibuku. Semenjak pertemuan itu aku dan Charlina semakin dekat dan mulai mengenang kenangan kami berdua,”Kemana saja kau selama ini Lina?” tanyaku penasaran,”Aku menjadi seorang ninja bagimu ya hahaha… aku selama ini pindah ke inggris untuk sekolah, karena ayahku ingin 166

aku untuk sekolah bersama para bangsawan.” dia seperti tidak puas dengan cerita sekolahnya itu,” Makanya aku masuk ke pendidikan perawat karena itu yang aku inginkan walau orang tuaku tidak setuju” lanjutnya,“Mungkin sekarang kita bisa bertemu setiap hari hahahaha.” Tidak terasa Lina bercerita hingga aku pulang hampir telat ke Asrama, semenjak itu selama 5 bulan sebelum kami dikirim invasi di daerah atas Jerman, aku dan Lina bertemu 5 kali dalam seminggu. “Lina aku akan pergi ke daerah perbatasan Poland untuk menguasai tempat itu, aku ingin mengungkapkan sesuatu untukmu,” suasana dingin mendukungku untuk mengungkapkan ini, “Apa yang ingin kau katakan kepadaku teman lama?” “Mungkin ini memang terasa canggung tapi sebelum aku berangkat bertugas aku menginginkan kau siap menjadi teman hidupku,” ucapku tanggung, “Aku kan selalu menjadi teman hidupmu” “Bukan itu, maksudku teman hidup selamanya” potongku dengan tegas, “Ouh maaf aku seperti memaksa” lanjutku sadar, 167

“Hahahahahahahahahahahah…” tawa bahak Lina terdengar yang membuatku malu, “Baiklah prajurit baik, perkataanmu terlihat serius,” muka seriusnya membuatku pesimis untuk mendapatkan hatinya. “Baiklah mari kita hidup bersama, tapi kamu harus pulang jika sedang sakit aku tidak mau kau dirawat oleh perawat lain!” kata - kata yang diucapkan tadi membuatku hangat dalam hati dan lega, “Kau serius Lina?” “Ya kenapa tidak, ayolah kali ini aku serius Darek,” lalu tiba - tiba ia memelukku dalam kehangatan itu rasa nyaman antara kita. Tidak lama untuk menyiapkan pernikahan kami karena dukungan dari keluarga Lina yang benar - benar menanggung acara, walau hanya acara yang sederhana tetapi yang penting aku dan Lina dapat hidup selamanya. Dengan baru menikahnya aku aku dimasukan ke pasukan invasi gelombang dua yang akan berangkat 2 168

bulan lagi, ini waktunya aku untuk menghabiskan waktu dengan keluarga ku dan Lina sendiri. Akhirnya aku dan Lina memutuskan untuk kembali ke rumahku yang memang dulu juga kampung halaman dari Lina Aku menemui Ibuku yang sangat senang melihat aku yang akhirnya ke rumah sambil membawa seorang perempuan, “Kau sudah datang Darek,” suasana kebahagiaan memang hadir jika ibuku sudah menyapa. Rumahku tidak berubah sejak aku mengemban pendidikan militer selama berbulan - bulan. Selama aku di rumah aku hanya menghabiskan waktu bersama Ibu dan tentunya aku tidak melihat Ayah selama hari itu karena dia tidak ingin melihatku. “Darek, kau dipanggil Ayah,” aku kaget dengan yang dikatakan ibu, “Duduklah di sini Darek,” kata ayah sambil menepuk tempat kosong di sofa yang ia duduki. “Ada apa ayah?” 169

“Semua yang kau lakukan adalah jalanmu, akhirnya ayah mengerti yang ingin kau lakukan, akhirnya ayah tau ternyata kau telah dewasa dan bukan seorang anak kecil lagi, ayah memperbolehkan mu ikut invasi itu,” “ Terima kasih ayah, maafkan aku yang selalu menganggap ayah jahat dan tidak sayang kepadaku” Aku dan Lina kembali ke kota setelah satu bulan aku di kampung halaman ku, sekarang aku harus menyiapkan barang untuk siap berangkat ke perbatasan Polandia, akhirnya tiba masanya aku harus berpisah dari Lina walaupun baru beberapa bulan bersamanya semenjak menikah tapi aku harus siap untuk bertugas karena aku sudah mundur dari jadwalku. “Baiklah Lina aku berangkat dan mari kita bertemu 3 bulan lagi,” “Baiklah Darek aku juga akan merawat orang lain, jadi kita sama - sama bertugas,” perpisahan berat yang kami lakukan berlangsung hanya sebentar. 170

“Hei kau Darek, baiklah kau sekarang yang terakhir” ramainya mobil tentara di lapangan parkir pesawat ini. Bertugas selama 3 bulan dengan tidak terlalu ramai aku akhirnya bertemu Karl yang akan kembali bersama, “Baiklah selama 3 bulan kurang 2 hari ini tugas berjalan aman kan Darek,” kata Karl lega Saat 30 menit beristirahat dengan secara tiba - tiba sirine peringatan menyala, ternyata tentara Polandia dan Perancis mulai menyerang kami dengan segala kekuatan mereka terlihat sekali mereka sangat padat untuk menyerang markas kami, mau tidak mau akhirnya kami menyerang maju tapia aku dan Karl harus tetap kembali, truck berisikan makanan yang kami tumpangi benar - benar melaju cepat untuk kembali ke Berlin. Akhirnya kami dibantu oleh pasukan - pasukan yang lain, tapi kami menerima kabar bahwa Berlin dan Bebra diserang oleh Perancis. Aku mulai resah karena orang tua ku dan Lina bertugas di dua kota itu. 171

Setelah sampai di Berlin kami semua langsung dievakuasi ke asrama besar, banyak sekali dokter yang mendatangi kami, dan aku melihat Aurel teman dari Lina, aku sempat melihat dia saat pernikahanku. “Ternyata dia meninggalkan aku secepat ini” rasa sesalku sangat mendalam, “Dia sempat menitipkan buku novel ini padaku, dan ada tulisan untukmu” dengan kejadian ini aku tidak ingin keluar menampakan diri di publik. Mungkin rumah ini menjadi sarang nyamuk dengan segala barang yang menumpuk tidak jelas. Selama 5 bulan ini aku benar - benar tidak merawat diriku, terlalu banyak minum dan aku benar - benar tidak mengurus diriku sendiri. Keadaan ku ini tidak membuatku harus lari dan menghindar dari dunia ini. “Oi Darek,” panggil seorang di depan pintu rumahku, suara yang agak asing tetapi aku pernah mendengar suaranya. 172

“Oi ini aku Yero,” lalu aku dengan ragu membuka pintu. “Hai Chadrick, kemana saja kau selama ini? Aku turut berduka cita atas meninggalnya istrimu,” aku bingung dia mau apa ke rumahku tapi dia tetap atasanku, “Hei aku sekarang tidak ingin dikunjungi, maafkan aku,” jawabku lesu. “Hai aku hanya membawakanmu makanan yang kau dulu sering makan di asrama juga menurutku karena kau seorang yang dekat dengan Tuhan aku membelikanmu buku tentang, Santo Ignatius dari Loyola.” kata dia sambil keluar dan menghilang dari pintuku. Buku apa ini, memang aku tahu tentang Santo ini tetapi hiburan apa yang ditawarkan oleh Yero, setelah 3 hari melupakan semua barang yang diberikan oleh Yero kecuali bir, akhirnya aku bosan dan mencari hiburan - hiburan semu yang tidak baik. Aku akhirnya sadar dan ingat kenapa aku seperti ini ya Tuhan terlalu tenggelam di kesedihan. Aku 173

memberanikan diriku untuk membaca buku ini, dan akhirnya hati ku tersedar, bahwa cinta yang hilang ini tidak sepenuhnya aku ingat akan cinta Tuhan yang sangat besar padaku, aku akhirnya menemukan Tuhan dalam hidupku, aku sudah melupakan diriNya yang padahal selalu menyertaiku saat aku sedang terpuruk. Aku mau tidak mau harus bangkit karena bukan ini yang Tuhan inginkan. Tuhan telah mengirim Yero untuk mengangkatku dari kehilangan dan menemukan cinta yang baru dalam Tuhan. Aku bertemu dengan Yero setelah lama aku mengurung diri. “Kau sudah kembali anak muda” kata Yero, “Terima kasih Yero kau telah menyelamatkan aku dari keterpurukan ini, karena aku melihat Tuhan hadir di dalam dirimu,” “Hahahaha, sama - sama dan sekarang kau akan melanjutkan menjadi pasukan?” “Mungkin aku tidak ingin melanjutkannya, aku ingin menemukan kedamaian dalam dunia juga diriku” jawabku, “Baiklah itu pilihan bagus dan berani 174

untukmu yang masih muda, lalu kau mau melanjutkan ke mana?” “Heimbach, aku membaca ada biara trappist di sana, karena aku sudah pernah menikah hanya di sanalah mungkin aku dapat diterima,” kataku. “Terima kasih Yero kau senior yang membuatku nyaman dan kau juga membuatku berani untuk keluar” lanjutku, “Sama - sama, aku tidak akan membongkar kehidupanmu dengan orang luar, tetapi berjanjilah kau akan mengungkapkan perjalanan inspiratif ini.” jawabnya lumayan panjang, aku mengangguk mengiyakan perkataannya. “Semenjak itu aku ada disini Yoana, ayahmu yang mendukungku untuk hidupku menjadi seorang yang dekat dengan Tuhan.” kataku menjelaskan, “Ayahku selalu menceritakanmu dia menyebutmu 175

sahabat yang diberikan Tuhan,” jawabnya dengan suara tersendat. Sore hari ini sangat dingin dan angin dipuncak bertiup cukup kencang yang dapat menerbangkan rambut kesana - kemari, tidak terasa sejak siang hingga matahari senja ini banyak sekali cerita yang telah aku ungkap setelah terkunci bertahun - tahun. Cerita dimana aku menemukan cinta yang abadi yang membuatku tenang, di biara ini. Tamat 176

177


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook