kumpulan BIOGRAFI by : 10 ipa 5
DAFTAR ISI Audrey Gabriella, Sang Ketua Presidium 2022/2023.........................................2 Kehidupan Seni Pelukis Cilik......................................................................................6 Aurelius dan Passion Hidupnya...............................................................................10 Dari Ikut-ikutan Membully Hingga Menjadi Orang Baik..................................14 Adit Sang Pejuang Mandiri.........................................................................................17 Irene Vivin Diahlarasari, Seorang Ibu dan Pekerja............................................21 Bastian Si Calon Editor Berkelas.............................................................................26 Kaira Si Pejuang ITB.....................................................................................................30 Perjuangan Sang Atlet.................................................................................................35 Jatuh yang Membuatnya Bangkit Kembali, Nadya Mongan............................41 Sang Pasaribu................................................................................................................47 Biografi Keiola, Pura-Pura Sakit Demi Meninggalkan Pelajaraan.................51 Ketangguhan Jesse Jasmine......................................................................................56 Antara Passion atau Realita......................................................................................59 Perjalanan Menemukan Mimpi Devosia Klaudia Artauli Sitoris...................62 Dibalik Layar dari Gaby Florensia Loekito Si Pelajar Sederhana.................69 Terangnya Sinar Bintang dari Tokoh Sherly Novitasari...................................74 Dewi, Ibu yang Tak Kenal Kata Lelah......................................................................77 Sosok Menginspirasi...................................................................................................82 Albine Simatupang, Perempuan Pintar dan Seorang Ibu Suportif..............84 Rehat Itu Manusiawi....................................................................................................88 Perjuangan Hidup Seorang Ibu Alit........................................................................93 Swan Setulus Angsa.....................................................................................................97 Perjalanan Karir Flo Si Perempuan Hebat........................................................100 Baik Hati dan Tidak Sombong................................................................................102 Ado, Buah Pahit Menjadi Buah Manis...................................................................106 Ibu Aqnes Dhevie Anita Sang Wartawan Panutan...........................................109 Tantangan Hidup Immanuel Bimosetya Ginting...............................................117 Jimmy Sang Pemberani Dalam Mengambil Keputusan.................................120 Victorio Caleb, Kekurangan Tidak Membatasi.................................................123
Halo Komunitas Gonzaga Lagi bosen? mau baca buku tentang orang-orang menarik?! Ini buku yang tepat untuk kamu <3 1
Audrey Gabriella, Sang Ketua Presidium 2022/2023 Aaron Indradaja Audrey Gabriella Suwanto, biasa dipanggil “Dre” atau “Odre” merupakan siswa dari SMA Santa Ursula BSD, bahkan, sekarang ia memegang jabatan sebagai ketua OSIS. Beliau, lahir di Jakarta pada tanggal 9 Desember 2005, Audrey juga anak pertama dari Yunus Suwanto dan Frida Kurniawati. Audrey itu anak sulung dari tiga bersaudara, memiliki dua adik dan dua-duanya laki-laki. Beliau memiliki hobi seperti bermain gitar, menonton Netflix atau film, mendengarkan musik, dan juga mendengar audio-books. Audrey dilahirkan di keluarga beragama Katolik. Audrey menghidupi masa SD di SD Stella Maris BSD, hanya beberapa kilometer dari Sekolah Santa Ursula BSD. Masa SD ini, Audrey diperbolehkan oleh orangtuanya untuk bebas dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dari kebebasan yang diberikan, ia bisa belajar untuk 2
melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal dan aspek dalam hidupnya. Namun, Audrey diajarkan oleh orangtuanya untuk mempunyai suatu pemikiran atau mindset yang bernama growth mindset. Seperti yang dijelaskan oleh orangtuanya ada dua tipe mindset yang seseorang bisa miliki yaitu growth mindset dan fixed mindset. Growth mindset adalah sebuah pemikiran untuk selalu belajar mendapatkan atau mencapai sesuatu, sadar akan bahwa tidak semuanya instan. Kegagalan menurut growth mindset juga merupakan hal yang baik sebetulnya, ketika memang kita bisa belajar belajar dari kegagalan tersebut untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Menurut Audrey fixed mindset adalah sebuah pemikiran dimana bahwa sebetulnya semuanya saat lahir itu telah ditentukan, entah apakah itu talenta, skill, dll. Kemudian berpikir bahwa tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan diri sendiri. Saat SD, Audrey juga merupakan pribadi yang cukup anti sosial, namun, beriring dengan waktu, Audrey belajar juga untuk menjadi pribadi yang lebih terbuka karena bersosialisasi dengan orang lain itu juga merupakan sebuah skill untuk dimiliki. Setelah menempuh pendidikan di SD Stella Maris BSD, Audrey memilih SMP Santa Ursula BSD sebagai sekolah pilihan ia untuk SMP. Pilihan untuk memilih SMP adalah pilihan yang sangat tepat untuk ia terutama dalam menghidupi masa 3
remajanya, karena pertemanan yang terbangun, pendidikan belajarnya, kedisiplinannya yang juga dididik. Namun, Audrey saat masuk SMP Santa Ursula BSD sedikit kaget karena memang harus melakukan adaptasi dari masa SD ke masa SMP, paling kaget terutama saat Audrey sadar bahwa ia dimusuhi oleh satu kelas. Kelas 7 juga merupakan tahun yang berat bagi Audrey karena ia rasa bahwa ia masih kurang dalam mencapai prestasi akademis, hingga suatu saat ia menangis saat pengambilan rapot. Namun, motivasi pun muncul dari Audrey dan juga orangtuanya. Kelas 8, merupakan masa terindah Audrey di SMP. Prestasi meningkat, sosialisasi dengan orang-orang lain juga naik, namun, di tengah kenaikan dan juga perkembangan yang Audrey lakukan, ia masih merasa kurang dan ingin lebih. Ini rasa kurang akan prestasi dan keinginan untuk menjadi lebih baik membuat ia menjadi sedikit insecure. Tetapi, Audrey menemukan juga cara dan artinya bersyukur. Mengubah rasa insecure tadi menjadi cara dan motivasi untuk mengevaluasi dirinya. Dari situ, Audrey berkembang menjadi pribadi yang lebih dewasa secara mental. Jabatannya sebagai ketua OSIS atau ketua presidium ia peroleh bukan semata-mata tanpa perjuangan. Sebelum itu, ada banyak rintangan yang dialami. Audrey merupakan orang yang optimis yang selalu belajar dari segala masalah yang dihadapi serta tidak gentar untuk menghadapi 4
itu semua. Ia ingin menunjukan bahwa hal-hal tersebut dapat dihadapi. Memang untuk menjadi berbeda, menjadi seseorang yang optimis diantara para pesimis, tidak begitu mudah. Namun, mendengar kutipan seseorang, “Menjadi berbeda tidak selalu bisa menjadi yang terbaik, tetapi, yang terbaik pasti berbeda.” Ia yakin bahwa apa yang ia lakukan benar. Menurutnya, tidak ada salah untuk menjadi berbeda jika memang benar. Ambisi Audrey terkini adalah untuk mengembangkan kinerjanya dengan mengevaluasi diri sendiri, apakah yang dilakukan sudah sejalan atau belum dengan yang diinginkan serta fokus dengan yang bisa dikendalikan dan tidak memperhatikan yang tidak bisa dikontrol. Selain itu, Audrey juga ingin coba sebaik mungkin untuk keluar dari zona nyaman yang dimulai dari mengumpulkan keberanian. Penyesalan pasti akan terjadi, namun, hal tersebut juga yang akan membawa Audrey untuk bisa melakukan langkah kedepan. Kini, Audrey merupakan pribadi yang optimis, dewasa, dan disiplin. Dengan itu ia merasa bahwa ia dapat melewati masa-masa menuju “kesuksesan” baginya. Bersama dengan itu, sebagai ketua presidium SMA Santa Ursula BSD, ia yakin bisa menjadi teladan yang baik, dengan pedoman yang mampu mengarahkan dan mengelola SMA Santa Ursula BSD bersama dengan 6 ketua lainnya. 5
Kehidupan Seni Pelukis Cilik Agnes Chiara Amabel Trigina Meira Eleonora atau sering dikenal sebagai Meira adalah anak kedua dari pasangan Gregorius Widji dan Rini Emilia. Ia lahir di Jakarta, 26 Mei 2006. Memiliki hobi menggambar dan bercita-cita sebagai character designer membuat dirinya sangat terobsesi dengan dunia yang berkaitan dengan seni. Perjalanannya sebagai pelukis dimulai sejak ia masih duduk di bangku TK, sejak kecil ia sudah senang menggambar orang ataupun kartun dari imajinasinya maupun lingkungan sekitarnya. Hal itu masih terus berlanjut sampai saat ini. Memiliki kemampuan menggambar yang unik di masa kecilnya membuat Meira mengikuti lomba pertamanya di bangku TK. Walaupun masih berada di umur yang terpaut kecil, hasil lomba yang diikutinya sangatlah memuaskan. Ia meraih juara pertama dalam lomba tersebut, dari situ ia semakin tertarik dengan dunia seni. Memasuki sekolah dasar, Meira semakin menekuni hobinya. Terlebih lagi orang tuanya sangat mendukung hobinya tersebut dengan membelikan peralatan seni. Setelah menggambar 6
orang ataupun kartun, ia mulai mencoba menggambar dunia kartun jepang atau sering disebut dengan anime yang pada saat itu sedang hits. Pada akhirnya, karakter-karakter di kartun tontonannya tersebut menjadi salah satu inspirasinya untuk semakin sering menggambar di buku sketsanya. Sekitar kelas 4 atau 5 SD Meira meraih juara 2 dalam lomba Toyota Dream Car yang diadakan di sekolahnya pada tahun 2017. Meira juga sempat mengikuti les menggambar walau hanya sebentar, pada saat itu juga Ia diajak mengikuti lomba desain mozaik dan berhasil mendapatkan juara dua juga. Setelah lepas dari sekolah dasar, Meira melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya yaitu SMP. Ia menetap di sekolah yang sama, begitupula peminatannya yang masih menetap di bidang seni. Meira tidak banyak mengikuti lomba menggambar dari luar selain lomba yang diadakan sekolahnya. Sebagian besar adalah lomba poster yang dilaksanakan secara berkelompok, dan sebagian besar dari itu juga dimenangkan oleh kelompok Meira. Menurut Meira, SMP adalah masa yang tersulit baginya. Karena pada saat itu, Meira terkadang mendapat kritik yang tidak mengasyikkan tentang karya seninya, terutama dari beberapa teman temannya. Belum lagi ditambah dengan kejadian kejadian di sekolah yang membuat Meira patah semangat atau teman teman seumurannya yang lebih “ahli” dalam menggambar. Tetapi ditengah itu semua, Meira tetap harus 7
membangkitkan dirinya untuk tetap berusaha, itulah mengapa masa SMP Ia katakan masa yang tersulit. Hal itu dapat dibuktikan oleh perkataan Meira sendiri dimana Ia sempat terahlihkan oleh dunia hiburan atau lebih spesifiknya “kpop.” Dunia hiburan tersebut membuatnya bisa keluar dari masa masa sulitnya dan akhirnya jadi malas untuk menggambar lagi. Tetapi tidak lama dari itu, sekitar kelas 9, Ia mulai rutin berlatih setiap harinya. Meira mulai belajar menggambar secara mandiri dan mencoba membuat hal hal baru diluar menggambar subjek atau orang saja. Tahun 2021 adalah masa dimana Meira naik ke jenjang SMA. Sekali lagi, Ia masih masuk ke sekolah yang sama, SMA Abdi Siswa Bintaro. Di kelas 10, salah satu penyesalan Meira tidak masuk ke sekolah lain adalah sekolahnya yang tidak kunjung menyediakan mata pelajaran seni budaya. Walau Ia memang belajar secara otodidak, mata pelajaran seni budaya bisa sangat membantunya dalam menambah wawasan lagi. Namun, hal itu tidak membuat Meira patah semangat tetapi justru bekerja lebih keras lagi. Meira masih sering mengikuti lomba yang diadakan sekolahnya dan seperti di SD dan SMP, sebagian besar juara diambil olehnya. Pada acara 17 Agustus dan natal tahun 2021 yang lalu, Meira mendapat juara satu untuk lomba bertema 17 an dan juara dua dalam lomba gambar tema natal yang diadakan sekolahnya. Walau sering diamuk oleh tugas yang menumpuk, menurut Meira masa SMA bisa 8
dikatakan adalah masa yang paling dikenang dan diingat apabila Ia lulus nanti. Ia mulai mempunyai banyak teman yang mayoritas sangat ramah dan selalu mendukungnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan masa SD dan SMP, Meira bisa dikatakan lebih serius dan rajin dalam mengembangkan bakatnya dalam menggambar. Ia mulai mencoba menggambar hal hal rumit seperti wajah yang realistis, pemandangan perkotaan, dan sebagainya. Hal itu dikarenakan targetnya yaitu untuk masuk ke jurusan seni untuk kuliah nanti. 9
Aurelius dan Passion Hidupnya Alexander Tristan Aryadanta Aurelius Pradipa Sean Alphafiano atau yang biasa dikenal dengan Aurel atau Aurelius merupakan salah satu siswa SMA Kolese Gonzaga yang memiliki perjalanan hidup yang cukup menarik. Berlatar belakang dari sekolah Mardi Yuana Depok, Aurelius menimba ilmunya sejak TK sampai SMP. Hampir 12 tahun bersekolah di Mardi Yuana Depok. Pada akhirnya Aurel pun memutuskan untuk mencari lingkungan baru yaitu SMA Kolese Gonzaga sebagai tujuan selanjutnya dalam menimba ilmu dan mengejar passion-nya. Pada 16 Juli 2005 di Depok, Aurelius dilahirkan di keluarga dengan 4 anggota. Ayahnya merupakan tulang punggung keluarga, bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah perusahaan. Lalu ibunya mengambil peran sebagai ibu rumah tangga yang selalu merawat dan menjaga Aurel serta adiknya. Usia adiknya berjarak 3 tahun, tetapi jika dilihat dari bangku sekolah yang ia duduki, maka berbeda 4 tahun. Keberadaan keluarganya merupakan salah satu faktor terpenting dalam hidupnya. Merekalah yang menjadi pendukung 10
utama dalam perjalanan hidupnya. Maka dari itu Aurel selalu berusaha untuk meluangkan waktunya untuk selalu bersama keluarga. Seperti misalnya, di waktu Aurel sibuk, ia tetap berusaha untuk meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarga. Bahkan Aurel menetapkan bahwa pukul 7 malam merupakan waktu dimana ia dapat makan dan berkumpul bersama keluarganya. Dari kecil, Aurel memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sifatnya yang berani mencoba banyak hal pun mendorong Aurel dalam mencari tahu passion hidupnya. Dari mencoba mengambil gambar atau video dengan media yang ada, lalu mencoba menulis blog seputar kehidupannya, lalu terjun ke dunia musik, spesifiknya di bidang piano, dan berani untuk mencoba dalam kepanitian yang ada. Semua itu yang membawa Aurel di posisinya sekarang di Senat SMA Kolese Gonzaga sebagai sekretaris 1. Jabatan yang dimiliki Aurel sebagai sekretaris memang tidak mudah. Dengan segala tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul, menyebabkan banyak hal-hal sederhana berkurang. Seperti misalnya berkurangnya waktu untuk keluarga, tetapi hal tersebut tidak mematahkan hubungan di dalam keluarganya. Aurel selalu dapat menjaga dan membagi waktu untuk keluarga dan untuk diri sendiri. Kebiasaan lain yang selalu Aurel jaga adalah menjaga otaknya untuk selalu berimajinasi dan 11
berpikir. Salah satu caranya adalah dengan merenung dan mengosongkan pikiran, dengan harapan agar ide-ide dan inspirasi baru akan datang. Dari situ, Aurel akan berusaha mengembangkan ide-ide yang ia dapatkan, dengan tujuan untuk mencari passion hidup yang sebenarnya. Salah satunya adalah menulis. Kadang hampir semua pikiran bahkan keresahan diri juga ditulis oleh Aurel di media apapun. Kebiasaan tersebut dilakukan karena sifat Aurel yang hobi menceritakan sesuatu tetapi kadang tidak dapat selalu tersampaikan secara langsung. Dari mencoba menulis blog, sampai menulis catatan harian, berhasil membuat Aurel mengembangkan kebiasaan yang menjadi hobinya. Seperti layaknya manusia, Aurel pun pernah mengalami keadaan suka dan dukanya. Kadang ada hal-hal yang dapat menghambat Aurel dalam mengejar passionnya. Seperti misalnya ada beberapa orang tidak bisa menghargai karyanya. Namun hal tersebut menurut Aurel termasuk ke dalam faktor-faktor dari luar yang tidak bisa dikendalikannya. Aurel juga meyakini konsep pola pikir yang namanya adalah stoikisme. Pola pikir tersebut secara singkat ingin menyampaikan bahwa faktor-faktor dari luar merupakan faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh diri kita. Faktor yang bisa kita kendalikan adalah faktor internal, antara lain pikiran diri sendiri, tindakan pribadi, dan semua 12
hal yang berasal dari diri sendiri. Faktor internal dapat kita kendalikan selama kita dapat membedakan yang mana faktor internal dan mana yang faktor eksternal. Cara tersebut cukup efektif untuk pribadi Aurel, terutama dalam pengembangan dirinya. Hobinya yang suka menulis dan bercerita, membuat Aurel bercita-cita ingin menjadi seorang penulis. Kemampuannya dalam bercerita dan menceritakan sesuatu mendorong Aurel untuk mencapai cita-citanya. Namun, menjadi penulis bukan satu-satunya cita-cita yang ingin Aurel gapai. Cita-citanya yang lain adalah untuk mengubah nasib pertelevisian Indonesia. Aurel menyadari bahwa industri televisi di Indonesia semakin hari semakin menurun kualitasnya. Dengan membangkitkan kembali acara-acara TV yang menarik dan mengedukasi, Aurel yakin hal tersebut menjadi faktor utama untuk membangkitkan kembali pertelevisian Indonesia. Tidak hanya itu, Aurel juga bercita-cita untuk membuat saluran TV yang dapat dikenal sampai mancanegara. Dengan tujuan agar negara Indonesia serta segala isinya dapat lebih dikenal dan sadar bahwa Indonesia merupakan negara yang hebat. 13
Dari Ikut-ikutan Membully Hingga Menjadi Orang Baik Alexius Ryan Aldo Pardede Nathan Rephael Thomsmart Lumban Tobing atau biasa dipanggil Nathan adalah remaja berdarah Indonesia. Nathan lahir pada 23 April 2006 di Jakarta. Pria berusia 15 tahun ini, kini tinggal di Cikunir, Bekasi. Nathan bercita-cita sebagai programmer. Sekarang ia adalah pelajar kelas 1 SMA di SMA Kolese Gonzaga. Nathan merupakan 2 bersaudara, ia memiliki 1 adik perempuan bernama Natalie Felicia Agwinna Lumban Tobing yang sekarang merupakan pelajar kelas 6 SD. Kedua orang tua Nathan bekerja sebagai pegawai swasta. Ibunya bernama Rosdiana Wulansari Sibuea, sedangkan ayahnya bernama Augustin Lumban Tobing. Nathan memasuki masa sekolah pada tahun 2011 di TK Maria Yasinta. Pada awalnya Nathan adalah anak yang aktif di sekolah, akan tetapi sewaktu memasuki masa SD, Nathan menjadi 14
orang yang introvert. Akan tetapi waktu demi waktu Nathan semakin mengenal teman seangkatannya. Semasa SD nathan sangat menyukai sepak bola, nathan menyukai sepak bola sejak kelas 2 sd. Semasa 2 SD dia sering bermain bola dengan ayahnya beserta saudara sepupunya. Alasan Nathan bermain bola adalah karena dulu ayahnya hobi bermain bola maka setiap ingin pergi bermain bola ayahnya pasti selalu mengajak nathan untuk ikut bermain juga. Sampailah di kelas 4 SD yang dimana nathan mulai mengikuti ekskul futsal di sekolah. Disana nathan sangat menekuni ekskul tersebut dan pasti selalu datang jika ekskul berlangsung. Nathan pada awalnya bermain sebagai pemain belakang yang bertugas untuk menjaga pemain lawan. Nathan menekuni ekskul futsal tersebut sampai kelas 3 SMP, ia memutuskan untuk tidak mengikuti ekskul lagi karena sudah banyaknya tugas dan ujian yang harus dikerjakan. Nathan sangat suka dengan pelajaran matematika karena les kumon. Sampailah di kelas 6 SD, Nathan merasa matematika semakin menyusahkan dan melelahkan ditambah lagi dengan UN pada masa itu. Untungnya UN dapat dikerjakan dengan baik meskipun hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Masuklah di masa SMP, Nathan menjadi orang yang sudah tidak introvert karena sudah mengenal satu sama lain, akan tetapi sewaktu kelas 15
1 SMP Nathan pernah terkena kasus “Bullying”. Nathan terkena kasus tersebut karena ia ikut-ikut teman untuk mem”bully” anak baru. Ia dimarahin guru, orang tuanya, dan mendapatkan hukuman. Ia ikut-ikut karena takut dijauhi oleh teman sekelas, dan beberapa hari setelah kasus tersebut selesai temannya ini masih melakukan pembullyan kepada anak baru, disana sebenarnya ia masih bandel dan masih mau ikut membully anak baru itu. Akan tetapi salah satu teman baiknya dari SD mengatakan kepadanya “Udah jangan ikutan nanti malah kena kasus lagi” dan disitu ia sadar dan tidak mau ikut-ikutan lagi. Sewaktu pulang sekolah benar saja mereka dipanggil ke ruang BK. Disitu ia sangat berterimakasih kepada temannya karena telah mengingatkannya dan yang telah memperingatinya akan hal tersebut. Pada akhirnya ia dan teman baik saya itu mengajak anak baru ini mengobrol dan menjadi teman. Jadi pesan yang didapat dari cerita seorang Nathan adalah tidak semua orang baik itu sifat awalnya baik, pasti ada alasan atau motivasi tertentu yang membuat mereka itu menjadi orang yang baik. Maka dari itu Jalanilah perjalanan hidup dengan tetap berbuat baik, jangan mudah dipengaruhi orang lain, jadilah dirimu sendiri, bersikaplah dewasa dan bisa mengetahui mana yang benar dan salah. 16
Adit Sang Pejuang Mandiri Alysha Bashqaira Pekih Aditya Baskoro Pekih lahir pada tanggal 4 Juli tahun 1974 di Jakarta. Adit menghabiskan masa kecilnya bolak-balik Bogor dan Panglima Polim hingga ia berusia 2 tahun karena ia tinggal di rumah kakek neneknya bersama keluarganya. Pada tahun 1975, ayahnya membeli tanah di daerah Kemang dan membangun rumah di sana. Mereka semua kemudian pindah ke rumah tersebut pada akhir tahun 1975. Pada tahun 1980 ia bersekolah di Ora et Labora, Panglima Polim. Ia merupakan murid yang pintar dan selalu mendapatkan rangking 3 besar tiap tahunnya. Ia juga sangat suka membaca sehingga ia memiliki koleksi buku yang cukup lengkap. Karena kelengkapan koleksinya, ia memutuskan untuk membuat sebuah usaha penyewaan buku untuk teman-teman sekitar rumahnya. Ia sangat menyukai berbisnis dari masa kecil hingga ia kemudian membuat booth kecil di depan rumahnya dan menjual alat-alat sekolah. Ia sangat menyukai berbisnis hingga ia memutuskan untuk menambahkan barang-barang yang akan 17
dijual di booth tersebut. Ia menjual es krim dan es mambo buatan mamanya bersama dengan peralatan sekolah di booth kecilnya. Pada masa SD, ia mulai tertarik dengan musik dan dimasukkan ke sekolah musik oleh mamanya. Ia belajar bermain piano dan organ. Ia melanjutkan pelajarannya di SMP Ora et Labora, Pondok Indah. Memasuki SMP, ia mulai tertarik dengan dunia otomotif. Ia sering mengikuti beberapa event otomotif dan beberapa kali menjadi panitia atau penyelenggara acaranya. Ia juga mulai tertarik dengan skateboarding dan sepeda BMX. Ia memasuki salah satu club skateboard di dekat rumahnya bersama dengan teman-teman. Ia kemudian melanjutkan pelajarannya di SMA Pangudi Luhur, Brawijaya IV. Memasuki SMA, ia mulai tertarik dengan alam. Ia mengikuti komunitas pecinta alam di sekolahnya. Ia juga selalu menghabiskan waktu liburannya dengan menjelajahi alam seperti mendaki gunung, ber ekspedisi, camping, rafting dan banyak hal lain. Ia juga sempat mewakili sekolahnya dalam ajang cross country dan mendapatkan juara 2. Ia juga mulai aktif dalam organisasi-organisasi sekolahnya. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pelajarannya di Trisakti. Ia memilih jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan dan memilih bidang struktur. Ia kuliah di Trisakti selama 4 tahun (9 semester). Ia mulai kembali menyukai musik, dan tertarik dengan music management hingga 18
akhirnya menjadi manager dari band “Pure Saturday”. Selain menjadi manager, ia juga aktif dalam menyelenggarakan event-event musik seperti gigs bersama teman-temannya. Event-event tersebut biasanya diselenggarakan di Satria Mandala atau di Blok M. Selain itu, ia juga suka memasak dan membuat bisnis makanan sendiri. Ia awalnya menjual kue orderan custom. Namun, lama kelamaan ia mulai menjual banyak makanan-makanan lain juga. Pada akhir-akhir masa kuliahnya, ia magang di salah satu perusahaan konstruksi nasional dan sering membantu proyek ayahnya. Setelah lulus S1, ia lanjut kerja di perusahaan tersebut dan mereka kemudian joint operation dengan kontraktor-kontraktor asing. Tidak lama kemudian, terjadilah krisis moneter. Perusahaan tersebut bangkrut dan ia kehilangan pekerjaannya. Karena itu, ia mulai tertarik dengan IT. Ia mulai membangun bisnis sendiri di bidang tersebut. Namun, ia hanya memiliki pengetahuan mengenai IT melalui buku-buku yang ia memiliki. Ia kemudian memutuskan untuk mengambil S2 dalam bidang IT. Pada tahun 2000, ia keterima di ITB dan memilih jurusan Teknik elektro program magister teknologi informasi di bidang information networks. Ia kuliah di ITB selama 3 tahun (4 semester). Tidak lama kemudian ia mulai jenuh di IT dan kembali ke konstruksi. 19
Ia bersama teman-temannya membuat bisnis konstruksi. Proyek pertama mereka adalah membangun art gallery dan showroom di Panglima Polim. Setelah itu, mereka banyak mendapatkan proyek-proyek lainnya. Pada tahun 2014, ia mulai jenuh di konstruksi dan proyek-proyeknya juga sudah tidak sebanyak awalnya. Ia kemudian berencana untuk membuat bisnis baru bersama teman-temannya. Pada tahun 2016, ia akhirnya membuka bengkel vespa. Bisnis tersebut berjalan dengan sangat lancar. Selain itu, ia mulai tertarik juga dengan coffee dan ingin membuat cafe sendiri. Sebelum membangun cafe, ia mengikuti beberapa sekolah kopi di sekeliling Indonesia terlebih dahulu. Pada tahun 2017, ia akhirnya membuka cafe pertamanya di dekat bengkel vespanya. Bisnis tersebut juga berjalan dengan sangat lancar hingga ia membuat cabang baru pada tahun 2019. Selain membuat cabang baru, ia juga membuat roastery dan sekolah kopi sendiri pada tahun 2019. Pada tahun 2021 ia membuka satu lagi cabang cafenya. 20
Irene Vivin Diahlarasari, Seorang Ibu dan Pekerja Ambrosius Keiola Lael Respati Irene Vivin Diahlarasari atau dipanggil oleh keluarga dan teman dekatnya sebagai “Vivin” lahir pada tanggal 4 April 1968 dan berusia 54 tahun (2022). Dia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara yang terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki-laki. Sukunya Jawa dan beragama Katolik sejak lahir. Okupasinya adalah karyawan swasta dan mempunyai 1 suami dan 2 anak. Masa Kecil dan TK Keluarganya tinggal di Jln Danau Limboto C2 no.95, tepat di sebelah perpustakaan Fadli Zon. Tempatnya berada di pusat sebuah daerah yang bernama Pejompongan, Jakarta Barat. Pejompongan bersebelahan dengan daerah Bendungan Hilir. Pada saat itu, Ayahnya bekerja sebagai pengacara dan Ibunya bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia, Vivin menceritakan bahwa 21
sumber hiburannya datang dari televisi dalam bentuk film-film dan tv seri yang dia sering nonton pada saat kecil. Salah satu yang diingat bernama “Starsky and Hutch”. Selain itu adalah adalah bernyanyi dan musik. Ketika Vivin mulai bernyanyi, ayah dan ibunya sangat senang. Dari situ, Vivin mulai mengembangkan bakatnya. Vivin ditempatkan di TK Bina Sejahtera. Ia masuk pada umur 5 tahun. Masa SD Vivin menjalankan kehidupan sekolah dasarnya di SD 09 Pagi Bendungan Hilir. Ia memasuki SD pada umur 7 tahun. Dia hanya perlu jalan kaki untuk kira-kira 10 menit untuk mencapai sekolahnya. Vivin tidak memiliki banyak kesulitan dalam membentuk pertemanan. Ia merasa hubungan yang telah dibangun dengan tetangga-tetangganya merupakan hubungan yang erat. Jumlah teman yang dimilikinya pada saat itu adalah 9 orang, dan mereka begitu erat hubungannya sampai membuat nama untuk grup mereka. YARVI nine atau YARVI 9 adalah nama yang dibuat untuk kelompok pertemanannya, setiap huruf adalah huruf depan dari nama masing-masing mereka. Grup ini juga berhubungan dengan hobinya dalam bernyanyi. Bakat ini diwariskan dari ayahnya. Menjelang SD, ia memutuskan untuk masuk ke grup nyanyi atau sekarang sebutannya adalah Paduan Suara. 22
Bersama, mereka memenangkan banyak perlombaan dari tahun ke tahun. Paduan suara mereka bahkan pernah diundang ke Istana Merdeka untuk bernyanyi di depan Presiden Suharto. Setelah itu mereka lanjut terus memenangi kejuaran sampai diundang kedua kalinya oleh presiden untuk bernyanyi di TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Dari dua pengalaman itu, Vivin dan teman-temannya merasa bangga sekali saat SD. Bahkan sampai sekarang, Vivin masih bertemu dengan mereka dan saling bertukar cerita dengan sesama dan mengingat masa lalu. Masa SMP Sekolah Menengah Pertama Vivin bernama SMP Regina Pacis, di Palmerah. Vivin masuk SMP pada umur 13 tahun. Perjalanan dengan jalan kaki memerlukan waktu kurang lebih 15 menit. Vivin biasanya diantar dengan mobil bersama dengan kakak-kakaknya. Ketika ingin pulang, Ia menggunakan angkutan umum lalu jalan kaki ke rumahnya. Vivin masuk padus lagi pada saat SMP. Grup paduan suara SMP tidak banyak memenangkan perlombaan seperti SD. Dia juga masuk grup paduan suara lingkungan gerejanya, Gereja Pejompongan atau gereja Kristus Raja. 23
Masa SMA Ibu Vivin SMA di SMA Negeri 3 Jakarta. Dulu disebutnya SMA 3 Teladan karena kebetulan ada pelajar-pelajar teladan yang bisa diciptakan di sekolah itu. SMA 3 berada di daerah Setiabudi, Jakarta Selatan. Vivin diantar ayahnya menggunakan mobil. Ia naik angkutan umum untuk pulang sekolah. Perjalanan dari rumah ke SMA 3 itu rata-rata 20 menit sampai setengah jam. Vivin masuk ke dalam jurusan IPS. Ia bergabung ke dalam PMR atau Palang Merah Remaja. Dari situ ia menemukan ketertarikannya ke dunia kedokteran. Dengan itu, Vivin melihat masa kecil dan masa remajanya sebagai masa-masa yang memuaskan dan bahagia, bukan karena kenangan yang dia dapatkan itu terus bahagia, tetapi karena dari masa-masa itulah, dia dapat belajar banyak tentang hidup. Kuliah dan Kerja Vivin dulu kuliah di dua universitas. Universitas yang pertama adalah Universitas Brawijaya, Malang. Dan yang kedua adalah Universitas Parahyangan, Bandung. Tetapi orang tuanya meminta dia pindah ke Parahyangan karena Ibunya menderita jantung koroner dan meminta Vivin untuk pindah ke tempat yang lebih dekat dengan Jakarta. Secara keseluruhan, ia kuliah selama 5 tahun dan fakultas yang diambil olehnya adalah Hukum Perdata. Dia ingin masuk 24
Kedokteran tetapi ibunya memintanya untuk masuk Hukum karena ingin ada yang melanjutkan pekerjaan ayahnya. Jadi Vivin memutuskan untuk memasuki jurusan Hukum. Khususnya Hukum Perdata. Vivin lulus kuliah pada tahun 1995. Bidang pekerjaan yang dimasuki Vivin adalah bidang kekaryawanan atau bidang personalia, lebih umumnya disebut sebagai bidang Human Resources. Perusahaan dimana Vivin bekerja sekarang bernama PT Datindo Infonet Prima. Perusahaan ini bekerja di dunia perbankan, khususnya dalam penjualan dan servis ATM, dan Vivin sudah bekerja di situ selama 9 tahun. Vivin menemukan perusahaan ini dari temanya yang pada saat itu sedang menjadi Senior HRD, dan ingin keluar maka Vivin mengganti posisinya. Terlihat peningkatan drastis dalam kualitas SDM sejak Vivin masuk. System training Datindo sekarang itu sudah sangat berjalan. Dan semua ini masih berlanjut sampai sekarang. 25
Bastian Si Calon Editor Berkelas Ananda Triharis Maroso Bastian Mahameru Sukoraharjo lahir di Depok tanggal 9 Desember tahun 2005 dan merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Jabatan ia sekarang ini adalah berstatus pelajar SMA. Ia tinggal di Perumahan Taman Harmoni Jalan Pondok Cabe Udik, Pamulang Tangerang Selatan. Kalau agak asing mendengar tempat itu, singkatnya Pamulang itu tempatnya berada di antara depok dan BSD. Saat duduk di bangku SD Bastian khusus di kelas satu dan dua momen terindah di sd terjadi, dimana ia mulai bertemu banyak teman baru yang berasal dari berbagai daerah. Masa dimana belum ada yang namanya hp atau barang elektronik lainnya. Jadi hampir setiap hari kerjaan ia kalau gak belajar bareng di kelas, ya ngobrol terus main kejar kejaran. Menurut Bastian, permainan polisi maling merupakan permainan yang paling kontroversial karena biar kata yang ikut 4 atau 10 lebih orang tetep kerasa mainnya. Dan juga ia menjumpai anak sensitif di angkatan ia waktu itu, 26
kalau dipegang ngadu ke emaknya terus ia yang kena marah, megang barang milik dia sebentar kitanya ditonjok, dsb. Pokoknya serba milik dia dah Saat 2 tahun mendatang, Bastian menjumpai salah satu masalah yang besar yaitu mulai munculnya berbagai jenis teknologi seperti handphone dan ps. Di saat itu, ia memikirkan apakah ini akan menjadi good ending atau bad ending. Apakah temannya akan menghindari dia atau temannya akan balik lagi ke dia dan bermain secara offline, bukan hanya memperdulikan gadget mereka. Langkah pertama yang ia lakukan adalah mengajak temannya untuk melakukan sesuatu yang baru, dengan cara membuat permainan baru. Dalam hal ini, permainan yang ia buat adalah teroris polisian (sama kaya polisi maling bedanya ini pakai waktu dan yang tim polisi harus merebut benda yang dibawa teroris dan apabila berhasil merebutnya sebelum waktu habis maka polisi menang, jika tidak maka teroris yang menang). Dimulainya permainan baru itu, tapi permainan itu tidak bertahan lama, paling sekitar 2 atau 3 mingguan. Setelah itu, permainannya kurang laku lagi. Ia mencoba berbagai macam cara seperti mempelajari tentang topik topik yang sedang ngetrend seperti permainan permainan dunia game. Namun ketika ia mencoba berbicara dan ngobrol dengan temannya, ia malah diusir karena teman temannya menganggap dia kasta yang 27
berbeda, kasta yang tidak tau tentang games. Jadinya setelah melewati banyak hal itu, Bastian belum mendapatkan momen happy dalam kelas 3 SD. Lanjut ke SMP, Bastian menempati sekolah SMPK Mater Dei Pamulang saat duduk di bangku SMP. Saat SMP dia mendapatkan hal yang baru secara fisik maupun secara kata kata. Ia mulai mendapatkan HP dan komputer yang baru karena memang sudah butuh dan orang tuanya hanya membolehkan dia memegang gadget di saat umur 12 tahun ke atas. Tentu saja peralatan itu digunakan untuk kehidupan dan kebutuhan sehari hari ia. Ia juga mendapatkan kelas 7E dengan wali kelas yang baik karena selalu memberikan motivasi bagianya dan mengajarkannya hak yang baru. Ia juga mendapatkan bimbingan rohani yang tidak didapatkannya di saat SD. Setelah banyak hal yang terjadi, ia juga mengikuti banyak kegiatan sekolah dan salah satunya adalah retret yang memberikan dia kata kata motivasi. Sehingga ia menyadari di saat SD seharusnya ia dikelilingi banyak motivasi agar tidak terjatuh di saat ada banyak masalah dan terus berjalan. Ia juga sudah melupakan peristiwa peristiwa yang menyedihkan di saat SD dan fokus ke masa indah di SMP. Nah di SMP ini ia mulai kenal dengan sistem komputer dan aplikasi aplikasinya karena gurunya. Sedikit demi sedikit ia mulai mengerti dan menguasai beberapa aplikasi di 28
internet. Pada akhirnya, ia penasaran dengan editing, mula mula ia hanya mengedit foto tipis tipis yang efeknya tidak begitu kelihatan. Namun, lama kelamaan mulai ada prosesnya. Sehingga ia juga menjadi penasaran dengan mengedit video. Sayangnya, hal tersebut adalah keterbatasan karena ada biaya dalam berlangganan aplikasi editing dan juga keterbatasan waktu karena berbarengan dengan sekolah. Sehingga belum bisa menghasilkan hasil yang maksimal. Namun sekarang waktu yang didapatkannya lebih banyak dari sebelumnya dan ia mulai lagi dalam mengedit video. Ia juga menemukan aplikasi yang mendukung ia dalam proses editing dan bagusnya, aplikasi tersebut gratis. Meskipun video yang pertama di edit nya hanya meme dan video tersebut cringe untuk dilihat, tapi ia tetap percaya bahwa itu adalah awal awal dari sebuah proses. Sampai sekarang, ia terus berkembang dan membuat lebih banyak video untuk pengalaman dan proses. 29
Kaira Si Pejuang ITB Andrea Ashakirana Sulasmoro Kaira Ashanala Sulasmoro lahir di Den Haag, Belanda pada tanggal 12 Juni 2002. Kaira adalah seorang mahasiswa dari ITB dengan jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual). Ayahnya yang bernama R. Aryamir Husein Sulasmoro dan ibunya yang bernama Elizabeth Chatur Diahyoga Chandra Purnama, ia adalah anak pertama dari 3 bersaudara, adiknya yang pertama yaitu seorang adik perempuan yang bernama Andrea Ashakirana Sulasmoro memiliki jarak 4 tahun, dan adik yang kedua yaitu seorang adik laki-laki yang bernama Pasha Aryaputra Sulasmoro memiliki jarak 8 tahun. Kaira adalah seorang alumni dari SD Tarakanita 2, SMP Tarakanita 1, dan SMA Kolese Gonzaga. Kaira mempunyai bakat dalam menggambar dan bakat itu ia jadikan salah satu kegemarannya. Dari kecil ia memang suka menggambar, dan biasanya menggambar adalah salah satu cara dirinya mengekspresikan rasa yang ia miliki. Pada saat ia di SMP, ia baru saja menyadari bahwa bakat 30
dan juga kegemaran yang selama ini ia miliki dapat dijadikan suatu profesi yang dapat digunakan untuk mencari nafkah. Setelah mengetahui hal itu Kaira mulai mencari tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bakatnya dan juga kebutuhannya untuk dimasa depan nanti pada saat memasuki dunia mahasiswa seperti apa jalur yang sebaiknya ia ambil. Kebetulan ia mempunyai sepupu yang juga memiliki bakat yang sama dan juga sudah memasuki dunia mahasiswa tersebut. Sepupu Kaira tersebut mengambil jalur DKV, jadi dari situ Kaira suka menanya mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan jurusan tersebut kepada sepupunya. Dari situ juga Kaira dapat mengetahui mengenai suatu universitas ternama yaitu ITB yang juga terkenal dengan FSRD dan juga memiliki jurusan DKV. Selama SMP sampai akhirnya awal SMA kelas 3, ia suka berlatih menggambar sendiri. Pada saat kelas 3 SMA, karena pada saat itu Kaira sudah harus mencari tempat kuliah untuk melanjutkan pendidikannya, ia sudah mengetahui bidang pendidikan yang ia akan ambil untuk kedepannya. Selama kira-kira satu tahun ia mengikuti les villa merah, yaitu sebuah les khusus dalam hal menggambar, yang ia ikuti untuk mempersiapkan dirinya buat ujian masuk ke dalam fakultas seni rupa. Tes yang diambil oleh Kaira cukup berbeda dengan tes umumnya, maksudnya berbeda dengan SBM yang lainnya, kalau SBMPTN yang lainnya cuman UTBK, tetapi dalam jurusan ini 31
terdapat tes gambar dan juga disuruh untuk menyiapkan sebuah portofolio. Pada saat memasuki semester terakhir di SMA Kolese Gonzaga, ia mengambil BTA (Bimbingan Tes Alumni) yaitu seperti bimbingan belajar untuk mempersiapkan tes UTBKnya. Kaira sempat terpilih seleksi untuk mengikuti tes SNMPTN tetapi sayangnya pada saat itu ia tidak lolos, lalu ia mencoba lagi di SBM juga mengikuti UTBK sekaligus menyerahkan portofolio, tetapi sekali lagi sayangnya ia tidak lolos. Pada saat itu Kaira sudah mulai menyerah dan juga memiliki sebuah kuliah cadangan yang memiliki jurusan yang sama yaitu DKV. Namun tiba-tiba pada saat Kaira mengikuti tes yang terakhir, yaitu tes mandiri, ia akhirnya lolos dan berhasil menjadi salah satu mahasiswa ITB. Walaupun Kaira sudah menjadi mahasiswa ITB, tetapi ternyata Kaira masih perlu berjuang untuk memasuki jurusan DKV. Karena di ITB pada awal masuk, terdapat sebuah sistem yang bernama TPB “Tahap Pembelajaran Bersama” dimana mahasiswa pada saat itu masih belum memasuki jurusannya masing-masing dan masih secara umum saja mempelajari dasarnya. Sistem TPB harus diikuti selama setahun. Perjalanan selama TPB, lumayan berat bagi Kaira, karena ia dari awal memang ingin masuk kedalam jurusan DKV yang kebetulan di angkatannya banyak sekali yang juga minat memasuki jurusan DKV. Perbandingannya, isi 32
angkatan Kaira terdapat 200-3an lebih anaknya, lalu mahasiswa yang minta memasuki DKV bisa sampai 100-an lebih orang, yang padahal juga kuota maksimal jurusan DKV itu hanya 70 orang. Pada saat TPB, faktor lainnya yang membuat Kaira merasa lumayan berat adalah karena ia harus bisa mengejar orang lain juga, dan juga ia bertemu dengan banyak orang yang bagi dirinya jauh lebih bisa dari padanya. Memasuki semester 2 yang jauh lebih susah dari pada semester 1, ia masih berjuang untuk memasuki jurusan DKV, dimana selama TPB ia harus mengerjakan banyak sekali tugas yang bahkan sampai begadang dan tidak tidur untuk mengerjakannya karena tenggat dan juga tugas yang menumpuk. Di semester 2 tersebut IP Kaira sempat jatuh, tidak parah tetapi dengan IP total yang ia miliki pada saat itu, ia menjadi ragu mengenai apakah iya akan diterima atau tidaknya di jurusan DKV. Bahkan saking ragunya Kaira, ia sampai sudah memiliki jurusan cadangan seni rupa atau kriya. Pada saat ragu tersebut, ia tetap mendapatkan sebuah dukungan dari kedua orang tuanya, keluarga, dan juga teman-teman di sekitarnya yang percaya bahwa ia pasti bisa memasuki jurusan DKV. Dengan itu Kaira akhirnya juga lebih percaya diri bahwa ia bisa masuk ke dalam jurusan DKV, bahkan walaupun belum tentu Kaira bisa memasuki jurusan DKV, ayah Kaira tetap membelikan barang-barang dan juga alat-alat 33
yang akan sangat berguna baginya pada saat memasuki jurusan DKV. Pada akhirnya pada saat pengumuman, ia berhasil memasuki jurusan yang ia inginkan dari dulu yaitu jurusan DKV, dan sekarang sedang menjalani perkuliahan semester 4. 34
Perjuangan Sang Atlet Anindhya Sarasvati Dwiangga Radja Kusumo lahir di Jakarta, 28 Desember 2001. Dwiangga atau akrab dikenal sebagai Angga merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya, Deandra Dewandjani yang kelahiran tahun 1999 ini merupakan lulusan Hubungan Internasional dari Universitas Parahyangan. Sekarang, Deandra sedang melakukan magang di PT. Pertamina dan berada di divisi Investor Relations. Sedangkan adiknya baru saja duduk di bangku SMA, adiknya bersekolah di SMA Kolese Gonzaga. Tidak lama setelah Dwiangga lahir, sang Bapak harus bertugas di Bandung, sehingga Angga bertumbuh di Kota Bandung sampai ia duduk di kursi Taman Kanak-Kanak, setelah keluarganya kembali ke Jakarta, sang Bapak ditugaskan lagi di Bali dan Angga dan kakak pun bertambah besar di Kota Bali dan pada akhirnya mempunyai adik lagi, Anindhya Sarasvati. Satu tahun setelah adiknya lahir, keluarga memutuskan untuk kembali lagi ke Jakarta. Walau Angga merupakan kelahiran 2001, ia 35
mengikuti kelas dengan angkatan 2002 karen orang tua yang berfikir lebih baik ia menjadi yang tertua di angkatan daripada menjadi yang termuda. Angga kemudian melanjutkan Sekolah Dasarnya di Sekolah Harapan Bangsa bersama kakaknya yang kemudian disusul oleh adiknya, saat memasuki kelas 4 SD, ibu Angga sudah mulai memasukkan Angga dalam klub renang JAQ Aquatics dan mulai menjadi seorang atlet kompetitif dalam bidang berenang. Setelah lulus dari sekolah tersebut, ia melanjutkan SMP nya di Tirtamarta Cinere. Sejak SMP, Angga sudah sering sekali mengikuti lomba-lomba berenang dan membawa pulang medali-medali. Namun, seiring berjalannya waktu, pelatih dari Angga merasa kalau waktu dalam berenang Angga sudah menurun dan tidak meningkat atau memberi progres yang signifikan lagi, sehingga ia dikenalkan dengan olahraga Triathlon, dimana di olahraga tersebut ia harus melakukan berenang, sepeda, dan juga lari secara terus menerus. Lomba pertama yang ia ikuti merupakan lomba dari Deutsche School Jakarta, dan setelah itu Angga mulai menyukai olahraga tersebut dan sang pelatih juga melihat potensi yang besar terhadap Angga dalam olahraga tersebut. Setelah mengikuti lomba dari Deutsche School Jakarta, ia diikutkan lagi lomba triathlon dengan bapaknya di Triathlon Buddies, dan dari situ lah ayah dari Angga melihat potensinya dalam olahraga ini. Sejak ia mengikuti dua lomba tersebut, pelatih dan ayah Angga selalu mengikutkan dua lomba tersebut setiap tahunnya 36
dan selalu membawa pulang medali. Namun, dikarenakan dua lomba tersebut mempunyai limit umurnya, pada umur 15 tahun ia harus mencari ajang perlombaan lainnya. Setelah mencari-cari, Angga menemukan perlombaan di Sungailiat dan mengikuti perlombaan tersebut. Saat mengikuti, Angga merupakan kontestan termudanya dan ia memasuki beberapa liputan berita, dan juga koran-koran. Setelah mengikuti ajang tersebut Angga di lirik oleh beberapa sponsor, dan akhirnya Angga membuat kesepakatan bersama sponsornya 2XU. Dari situlah nama Dwiangga Radja Kusumo ini mulai naik dan muncul kedalam dunia triathlon. Pada tahun yang sama, Angga mengikuti perlombaan di Bali (Bali Herbalife), dengan umur yang sangat muda, ia bisa mengalahkan orang-orang lain dengan umurnya yang lebih tua dari Angga. Pada tahun 2018, Angga mengatakan bahwa tahun tersebut merupakan tahun peaknya Angga. Ia ditunjuk untuk mewakilkan nama Indonesia dalam mengikuti perlombaan di Hong Kong Junior Asian Championship, dimana perlombaan tersebut merupakan perlombaan internasional pertamanya. Tentunya ia merasa bangga karena bisa membawa nama negaranya sendiri dan membawa bendera merah putih ke negara asing. Walau tidak meraih medali, ia masih merasa bangga karena hanya beberapa atlet junior saja yang dapat terpilih dan Angga merupakan salah satu dari enam 6 atlet yang terpilih dari seluruh Indonesia. Sehabisnya mengikuti perlombaan di Hong Kong, ia dikirimkan 37
lagi untuk mengikuti perlombaan di Singapura. Seperjuangannya di Singapura, ia berhasil menjadi top 13, dan menjadi ketiga dalam bagian Asia Tenggara. Baliknya dari Singapura, Angga ditunjuk lagi untuk mengikuti Seleksi Nasional untuk Asian Games 2018. Dengan bangga, Angga terpilih untuk menjadi satu satunya atlet junior laki-laki yang terpilih, dan membuat Angga menjadi atlet cadangan untuk Asian Games. Tentunya selain prestasi luar negeri dan internasional, Angga juga mempunyai prestasi untuk ajang-ajang dalam negeri yang sehingga membuatnya menjadi atlet junior nomor 1 di Indonesia. Walau pada awalnya Dwiangga membawa nama klub renangnya saat setiap lomba, tetapi ia mengatakan bahwa ia membawa nama klub tersebut hanya untuk formalitas, sehingga apabila ditanyakan kalau Angga lomba ia membawa nama klub atau pribadi, Angga selalu menjawab kalau ia membawa nama pribadinya, bukan nama klub tersebut. Tetapi, Angga tentunya masih sangat bersyukur dan banyak berterima kasih kepada klub JAQ Aquatics karena sudah mengenalkan dan selalu mensupport Angga dalam semua perlombaan-perlombaan yang ia ikuti dari awal hingga ia menjadi bagian dari tim nasional Indonesia, dan ia juga tidak masalah apabila klub tersebut masih mengakui Angga sebagai atlet dalam klub tersebut. Masuknya Angga ke SMA, ia bersekolah di Tirtamarta Pondok Indah untuk satu tahun. Selama satu tahunnya ia bersekolah disana, ia 38
selain fokus untuk sekolah, juga fokus dalam melakukan banyak sekali perlombaan-perlombaan, tetapi ia masih bisa mendapatkan nilai yang cukup baik dalam sekolah. Sayangnya, Angga dikeluarkan dari sekolah tersebut akan satu dan lain hal. Untuknya melanjutkan Sekolah Menengah Atasnya ia memilih untuk pindah sekolah. Ia memilih untuk pindah ke Mentari Intercultural School bintaro, walau sudah pindah sekolah tersebut tidak mengizinkan Angga untuk langsung memasuki kelas 11. Sehingga, ia harus mengulang kelas 10nya bersama angkatan 2003. Angga kini sudah lulus SMA pada tahun 2021 kemarin, tetapi ia harus melakukan gap year dikarenakan ia tidak diterima untuk tes sekolah kedinasan. Walau pada 2021 kemarin ia tidak diterima, tentu saja ia tidak menganggur saja. Ia masih melakukan beberapa kegiatan seperti menjadi Event Organizer untuk acara-acara yang ia bikin, mempunyai toko dagang bersama teman-temannya, dan tentu saja tidak melupakan latihan untuk masuk sekolah kedinasan. Pada waktu yang sama, ia melakukan lomba terakhirnya sebelum ia “pensiun” untuk menjadi atlet cabang triathlon ini. Lomba terakhir yang ia ikuti adalah Pekan Olahraga Nasional (PON), yang kemarin dilaksanakan di Papua. Walau tidak membawa pulang medali, ia tetap merasa bersyukur karena bisa membawa nama baiknya sampai ke PON dan bisa melakukan apa yang ia tekuni sampai bisa ada titik yang sangat tinggi. Yang kita bisa pelajari dari Angga adalah, 39
walau ia merupakan anak veteran, ia masih berusaha dan melakukan apa yang ia senangi hingga ia bisa mendapatkan prestasi yang tinggi. “Jangan VETE” - Angga. 40
Jatuh yang Membuatnya Bangkit Kembali, Nadya Mongan Ave Claudia Juliana Elisabeth Mongan Semua orang belum tentu dapat meraih cita-cita yang mereka miliki sejak kecil. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang sulit untuk digapai. Nadya Mongan berhasil menggapai cita-cita yang ia miliki sejak ia masih kecil. Keluarga yang besar Nadya lahir pada tanggal 29 April 1993 di Jakarta dan merupakan anak sulung dari pasangan suami istri Minahasa-Manado. Ayahnya, Juvani Fransisco Mongan, berasal dari Manado-Minahasa, bekerja sebagai karyawan swasta. Ibunya, Lisye Simon, berasal dari Manado. Ibunya merupakan mantan guru dan sekarang bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga. Nadya memiliki tiga adik, dua adik laki-laki dan satu adik perempuan, yang berarti ia 4 bersaudara. Adik pertamanya, Ayrthon, adiknya yang satu ini sudah bekerja, sebagai seorang engineer. Lalu, adik keduanya, Rico, sekarang sedang menempuh perguruan tinggi di 41
bidang Industri namun masih berjuang untuk cita-citanya juga, yaitu menjadi TNI AD. Terakhir, adik bungsunya, Ave, sekarang sedang duduk di bangku kelas 10 SMA. Dengan 6 orang dalam satu keluarga, bisa dibilang bahwa keluarga Nadya termasuk keluarga yang besar. Semua anggota keluarganya, sangat dekat satu dengan yang lainnya. Setiap keluarga sedang berkumpul dan lengkap, rumah tidak akan pernah terasa sepi walau terkadang pasti terdapat hal seperti, perbedaan pendapat atau hal-hal yang serupa. Masa Kecil Sebelum Ayrthon, adik pertama Nadya, berumur 1 tahun, sempat terjadi sebuah kejadian yang sulit untuk dilupakan entah untuk Nadya sendiri ataupun keluarga. Pada saat itu, Ayrthon masih dibawah 1 tahun dan sedang bermain dengan ikat pinggang. Ayrthon yang masih kecil pun memasukan ikat pinggang tersebut kedalam mulutnya. Nadya yang melihat adiknya melakukan hal tersebut pun mencoba untuk membantu adiknya dengan menarik ikat pinggangnya. Namun, bukannya ikat pinggang tersebut tertarik, ikat pinggang tersebut terdorong, sehingga barang tersebut pun tertelan dan dibawa lari ke rumah sakit. Setelah kejadian tersebut, Nadya menjadi lebih berhati-hati dan perhatian kepada adiknya dibandingkan sebelumnya. 42
Nadya banyak menghabiskan masa kecilnya bersama adiknya, Ayrthon. Namun, menghabiskan banyak waktu bersama bukan berarti dekat. Saat masih kecil, Nadya dan Ayrthon sering berkelahi bahkan mereka bisa berkelahi terhadap hal sepele, seperti memesan makanan, mereka tidak boleh memesan menu makanan yang sama atau mereka akan berkelahi. Selain dari menghabiskan keseharian masa kecilnya bersama adiknya, Nadya juga menghabiskan waktu untuk bermain bersama dengan saudara atau temannya, disaat saudaranya sedang merantau ke Jakarta dan begitu juga sebaliknya atau disaat teman-teman Nadya sedang bermain ke rumahnya. Nadya tidak hanya dekat dengan keluarga intinya. Namun, Nadya juga dekat dengan keluarga besarnya. Keluarga Nadya sering bertemu atau mengunjungi saudara-saudara mereka terutama disaat ada perayaan spesial, seperti hari ulang tahun, tahun baru, paskah, natal, idul fitri, dan masih banyak perayaan lainnya lagi. Setiap ada perayaan, keluarga akan berkumpul di suatu tempat, entah itu rumah salah satu dari mereka atau reserve sebuah tempat. Terkadang saudara sendiri bisa dianggap sebagai adik atau kakak sendiri. Sedekat itulah keluarga besar Nadya, jadi dia menerima sangat banyak dukungan dan cinta dari keluarganya. 43
Pendidikan Saat SD, Nadya bersekolah di Strada Nawar yang berada di daerah Bekasi, sekolah yang tak jauh lokasinya dari rumahnya. Ia bersekolah di Strada Nawar hingga jenjang SMP, berarti ia menghabiskan 9 tahun menempuh ilmu di Strada Nawar, sebuah tempat memberinya begitu banyak kenangan yang sulit untuk dilupakan. Setelah lulus SMP, Nadya memutuskan untuk menempuh ilmu jenjang SMA di sebuah sekolah yang lumayan jauh dan butuh perjuangan untuk bisa bersekolah disitu. Tanpa keraguan, Ia mencoba mendaftar di sekolah tersebut dan melakukan tesnya. Pada hari pengumuman pun, ia dinyatakan sebagai murid baru SMA Fons Vitae 1 Marsudirini dan menghabiskan waktu 3 tahun untuk menempuh ilmu disitu hingga lulus. Sejak dari kecil, Nadya selalu mengatakan bahwa cita-citanya adalah menjadi seorang dokter. Mungkin mendengar seorang anak kecil yang mengatakan bahwa cita-citanya adalah dokter merupakan suatu kejadian yang sering kita jumpai dan setelah mereka tumbuh besar, mereka akan merubah cita-cita mereka dengan apa yang sesuai dengan bakat dan minat mereka. Namun, hal tersebut berbeda dengan Nadya. Dari kecil, saat ditanya tentang cita-citanya, ia akan menjawab bahwa ia ingin menjadi seorang dokter dan jawaban tersebut tidak pernah diubah olehnya 44
Benar saja, saat sudah mau lulus SMA, dia mencoba mendaftar di beberapa universitas dengan jurusan fakultas kedokteran. Cita-cita yang selalu ia sebut selama ini, benar-benar ingin ia capai. Untuk mencapai sebuah kesuksesan, pasti ada hal lain yang harus kita korbankan dan hal tersebut bukanlah hal yang mudah, sekalipun kita pernah dikenal sebagai anak yang cerdas di keluarga maupun di sekolah. Perjuangannya untuk masuk kedalam universitas dengan jurusan fakultas kedokteran itu tidak mudah. Namun, pada akhirnya ia berhasil di terima di Fakultas Kedokteran Universitas Ukrida. Bukan hanya proses masuk ke dalam universitasnya yang sulit, berproses untuk mendapatkan gelar S.ked juga tak kalah sulit. Saat sudah menjalani dunia perguruan tinggi untuk beberapa semester, Nadya hampir ingin berhenti melanjutkan pendidikan kedokterannya atau ingin mengganti jurusannya karena ia sempat mengalami stress karena pada saat itu ia merasa pelajarannya sangat sulit pada semester tersebut. Walaupun masa-masa tersebut sangat sulit baginya, berkat dukungan orang tua dan juga keluarga besar, ia dapat melewatinya dan melanjutkan pendidikan kedokterannya hingga pada akhirnya ia menerima gelar S.ked dibelakang namanya. Namun, itu bukan akhir dari perjuangannya untuk menjadi dokter. Setelah lulus ia harus menjalani koas dokter. Pada masa koas, 45
Nadya ditugaskan di daerah yang berbeda dan tidak semuanya berjalan sesuai yang diharapkan tetapi sekali lagi, ia bisa melewatinya dan dengan resmi namanya menjadi dr. Vionna Nadya Veronica Mongan. Berkeluarga Setelah, secara resmi menjadi seorang dokter seperti cita-citanya sejak kecil. Nadya bekerja di RS. Permata Cibubur untuk beberapa saat. Lalu, ia memutuskan untuk berkeluarga pada usia 28 tahun. Nadya menikah pada tanggal 19 Juni 2021 dengan dr, Ganot Sumulyo, SpOG. Hari meriah tersebut tidak dirayakan dengan begitu meriah karena mengingat kembali kondisi covid-19 pada saat itu sehingga yang dapat datang hanya beberapa orang penting, keluarga, dan juga kerabat dekat dari Nadya maupun suaminya. Keduanya merayakan pernikahannya dengan konsep sitting wedding yang membuat acara tersebut terlihat sangat elegan dan juga indah. Pada tanggal 2 Januari 2022, tepat bersamaan dengan hari ulang tahun Ayrthon dan oma dari Nadya, sekitar pukul 4 sore, lahirlah anak pertama Nadya, Aaron James Kolrano Sumulyo Mongan yang berarti keluarga kecil mereka kehadiran satu anggota baru yang membawa banyak berkat bagi keluarga besar mereka. 46
SANG PASARIBU Benedict Fransisco Norberto Lengkong Greg lahir di Jakarta Selatan, lebih tepatnya RS Pondok Indah, 31 Januari 2005. Nama panjangnya adalah Gregory Patrick Junior Pasaribu. Nama Patrick berasal dari ide abangnya yang masih berusia 7 tahun, karena dia sangat menyukai patrick dari serial spongebob, begitu juga dengan nama junior, dia mengatakan bahwa anak paling kecil harus ada nama juniornya dan terkesan keren seperti nama pemain bola, sedangkan Pasaribu merupakan nama marga turun temurun dari keluarga batak. Greg merupakan bertiga bersaudara, dan Ia anak yang paling kecil. Greg sendiri merupakan anak yang sangat aktif dimana dia suka bergaul dengan teman teman nya. Greg menjalani hari hari kecilnya di Surabaya sampai akhirnya dia beranjak ke SD dan pindah kembali ke Jakarta. Di Jakarta Greg melaksanakan SD nya di SD Pangudi Luhur Jakarta. Saat pertama kali balik ke Jakarta Greg harus beradaptasikan kembali dirinya. Hal tersebut tidak menjadi kendala yang besar berkat keahliannya membuka diri nya. Sejak SD Greg sudah memiliki teman yang 47
sangat banyak dia juga disukai oleh banyak orang berkat keramahannya. Kehidupan nya di SD begitu lancar sampai di kelas 5 dimana Ia dinyatakan tidak naik kelas. Keadaan greg menjadi sangat terpuruk, dunia terasa tidak adil bagi dia. Sejak saat itu dia mulai gigih untuk belajar. Awalnya Greg merasa malu menjadi seorang veteran di kalangan teman teman barunya yang sebetulnya adek kelas. Ternyata teman teman nya tetap menerima dirinya dengan baik. Di kelas 5 itu juga saat dia memulai kehidupan basketnya. Greg ingin mencoba hal yang baru di hidupnya maka dari itu ia memutuskan untuk ikut dalam ekskul basket. Hari demi hari Greg semakin nyaman dan teradaptasi dengan keadaan nya. Rasa malu yang awalnya ia alami. Kini hampir semua orang mengenali siapa itu greg di angkatannya. Basket juga menjadi hal yang membawa kembali semangatnya. Berkat semangat belajar barunya, kali ini greg berhasil naik ke kelas 6.Untuk menambah kualitas belajarnya maka Greg juga menambahkan les ke jadwal belajarnya. Basket juga tidak ditinggalkan oleh Greg, bahkan Ia pun ikut dalam suatu klub basket bernama Victoria. Jadwal Greg menjadi sangat padat dimana dia harus menyeeimbangkan diantara basket dengan pelajarannya. Saat persiapan Ujian Nasional Greg memutuskan untuk merehatkan basketnya sementara. Ujian Nasional terlewati dan libur panjang datang. Datanglah masa SMP seorang Greg Pasaribu. 48
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132