Daftar Isi Venansius Suhartono, Gaul tapi masih peduli sekolah 4 Richie, Prestasi Seiring Mengejar Ilmu 7 Donny Prasmono dan Kisahnya 10 Giovanna Winda Kurniawan, Gadis Aktif dan Berani 13 Hadrianus Prijo Handoko, Berubah dan Beradaptasi 17 Lydia Silvanna Djaman, Pekerja Keras yang Selalu Ingat Tuhan 20 Aruna Sidji Singwani Prasmono, Berani Beradaptasi 23 Reamon Hendric Sembiring, Menyerah Bukan Pilihan 25 Michael Justinus Halim, Sang Ambisius 30 Marcello Jonathan Mulia 34 Antonius Tri Subagyo, Tak Berhenti Berlari 38 Adeline Gadis Multitalenta 42 Panggilan Alexander, Percayakan kepada Tuhan 46 Laura Barrington, Berkiprah Menjadi Model Sejak Usia 14 Tahun 49 Joseph Ryan Raphael, 15 Penuh Cerita 52 Keely Ladiana Riza, Si Sulung Penuh Ambisi 58 Lakukan Lebih Baik dari yang Terbaik yang Bisa Kamu Lakukan 62 Anselmus Migi Aryanto dan Kerendahan Hatinya 67 Maria Joveta Nara Dewani, Remaja Penuh Prestasi 71
Kegigihan Andy Rahardja Tan dalam Meraih Cita-Cita 74 Vincentius Ayub Karundeng, Kekurangan Bukan Penghalang 77 Ngurah Libra Utama, Mengejar Mimpi 79 Isabella Hutahaean, Perempuan Dengan Sejuta Semangat 82 Ivanna Olivia, Wanita Yang Sabar 86 Antonio Kevin Bangun, Si Bayun Andalan Keluarga 91 Joice Reditya Dewi 98 Ani Wijaya, Nol Menjadi Satu 101 Seorang Pemalu Menjadi Pemberani 105 Rita Magdalena Purba, Peduli dan Bersyukur 107
Venansius Suhartono, Gaul tapi masih peduli sekolah Venansius Suhartono atau yang biasa dipanggil Akung, beliau saat ini sudah pensiun dan sekarang sedang berumur 75 tahun. Akung lahir di Bandung, 28 Agustus 1945. Nama ayah dari beliau adalah Sabar Kertorejo sedangkan nama ibu beliau adalah Siti Rokayah. Beliau merupakan 5 bersaudara, Akung merupakan anak kedua. Dulu saat beliau masih SD mau naik ke SMP, beliau tidak daftar ke SMP secara mandiri. Melainkan, sekolah SDnya yang mendaftarkan akung ke SMP yang ia ingin tuju. Akung pun memilih untuk melanjutkan sekolahnya ke SMP 4, dan ia ke terima di sana. Pada saat itu, hanya baru ada 12 SMP di seluruh Bandung karena saking sedikitnya jumlah pelajar. Saat akung sudah SMP, ia berangkat sekolah dengan cara jalan kaki selama 45 menit. Tetapi ia tidak tiap hari jalan kaki ke sekolah, jika kereta yang rutenya menuju SMP 4 dan kereta api tersebut melewati rumahnya, ia akan menaiki kereta tersebut. Di Sekolah Akung merupakan salah satu murid/pelajar yang kuat di pelajaran matematika. Tidak hanya itu, akung juga mengaku bahwa dulu dia adalah anak yang suka bergaul tetapi masih peduli dengan ulangan, tugas, dan yang lain yang berhubungan dengan sekolah. Kemudian, akung juga pernah mengalami pengalaman dimana saat sedang masa-masanya ulangan
umum, 20 menit sebelum durasi pengerjaannya selesai, kereta api yang rutenya menuju ke rumah akung melewati sekolahnya. Jadi saat akung dengar kereta api tersebut, akung langsung cepat-cepat mengerjakan soal ulangannya dan mengumpulkannya, setelah itu ia lari mengejar keretanya. Saat SMP kelas 3, itu pertama kalinya ia bertemu dengan uti. Akung kenal uti dari kakaknya, karena pada saat itu kakaknya dan uti sering doa bersama dan pindah pindah tempat untuk berdoa. Tetapi pada saat itu akung belum transfer ke katolik, jadi belum memiliki rasa apa-apa ke uti. Lalu pada akhir masa SMP nya, tidak beda seperti saat dia ingin masuk SMP. Akung bilang ke SMP nya bahwa ia ingin masuk ke SMA 3, dan pada saat itu hanya ada 6 SMA di seluruh bandung, dan pada saat itu juga SMA yang terbagus di Bandung adalah SMA 3. Setelah beberapa lama, aung mendapatkan berita bahwa ia diterima di SMA 3. Setelah lewatnya beberapa waktu, saat akung sudah lulus SMA, akung langsung tidak berpikir panjang mendaftarkan dirinya sendiri ke kuliah yang berjurusan arsitek. Setelah beberapa waktu lewat akung akhirnya diterima di ITENAS (Institut Teknologi Nasional), tidak hanya itu tetapi akung kuliahnya di kampus ITB (Bandung). Dikarenakan pada tahun 70an dosen yang mengajar di ITENAS berada di ITB. Saat akung kuliah di ITB akung masuk ke grup yang memiliki proyek membuat komplek di Cilangka untuk para angkatan udara, polisi, dan lain-lain pada tahun 72an. Pada saat itu juga atau pada masa-masa itu juga, tidak ada orang yang lulus dari kuliah di bawah empat tahun. Karena pada saat itu belum ada sistem DO, jadi lulus kuliah yang paling normal pada saat itu adalah tujuh tahun, dan untungnya beliau lulus kuliah setelah tujuh tahun. Setelah
akung lulus, akung mendapatkan pengalaman dimana teman sekitar rumahnya yang beragama katolik mengundang beliau untuk merayakan natal bersama di gereja. Dari situlah akung mulai tertarik untuk pindah/transfer. Tidak lama setelah akung transfer, saat uti berkunjung lagi bersama kakaknya akung untuk berdoa bersama, akung mulai jatuh cinta. Kemudian pada masa-masa itu juga akung mendapatkan tawaran kerja ke Jakarta. Dan akung pun menerimanya. Jadi setiap dua minggu sekali ia kembali ke Bandung untuk berkunjung ke uti dan keluarganya. Kemudian akung dan uti menikah, lahirlah Anastasia Sri Indriastuti (bunda saya) di bandung. Tetapi pada saat itu akung masih berkunjung dua minggu sekali. Setelah beberapa waktu lewat, akung membawa uti dan bunda ke jakarta. Cerita singkat, akung dan uti memiliki dua anak lagi dan akung masih bekerja sebagai arsitek. Dan akhirnya akung pun pensiun di tahun 2000 pada umur 56 an. 01 / Anarghya Bintang Untara
Richie, Prestasi Seiring Mengejar Ilmu Richie Rivalo Bradley, Richie adalah seorang pelajar SMA yang sekarang bersekolah di SMAK BPK Penabur Bintaro.Hal yang menarik tentang Richie, Richie adalah seseorang yang sangat suka keluar dari zona nyaman, Richie juga senang memuji dirinya sendiri yang sangat unik di mata orang orang. Richie lahir pada tanggal 4 Mei 2006, di Tangerang Selatan. Bertempat tinggal di Bintaro tepatnya pada perumahan DIscovery Serenity. Keluarga Richie terdiri dari ayah, ibu, dan juga adik nya. Nama ayah Richie adalah Rusdiono, ibunya adalah Rina Isabella, dan adik Richie adalah Richard Bradley. Pekerjaan orang tua Richie keduanya adalah Karyawan Swasta. Adik Richie juga masih bersekolah di bangku pelajar. Tokoh yang menginspirasi Richie adalah Lisa Blackpink dengan alasan Richie merasa Lisa sebagai orang yang hebat. Hobi Richie biasanya adalah menonton film dan juga berminat pada bidang seni. Prestasi Richie sejak SD hingga sekarang yang paling menonjol adalah mendapatkan ranking 1 paralel SMP. SMP juga pernah menjadi Ketua OSIS dan sekarang duduk di bangku wakil ketua OSIS di SMA Penabur. Pada saat masa masa sebelum memasuki SMA Richie adalah pribadi yang merasa dirinya sendiri cukup merasa egois, kurang tegas khususnya pada saat masa masa berorganisasi di SMP saat berada di OSIS. RIchie sendiri juga
bersekolah TK hingga SMP berada di RICCI II. Sekarang RICCI duduk di kursi SMA bersekolah di SMA BPK PENABUR BINTARO. Sekarang saat di SMA, Richie telah berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dengan belajar dari kesalahan yang dialami pada saat masa masa SMP duduk sebagai anggota dan juga Ketua OSIS. Richie merasa dirinya menjadi pribadi yang sudah lebih open minded dan juga memiliki pemikiran yang lebih luas dengan meningkatkan kedewasaan. Tentunya karena berada di SMA yang sudah keluar dari wilayahnya Richie harus mencoba melawan pergantian budaya dan lebih menambahkan motivasi perjuangan dirinya. Kedepannya, Richie mengatakan bahwa motivasi diri nya yang cukup besar yaitu untuk sekarang dapat lulus sekolah SMA dengan nilai yang baik dan dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri. Motivasi dirinya untuk dapat tetap maju ke depannya menjalani karir, agar bisa menjadi orang yang sukses. Masa sekarang Richie sedang menghadapi kesulitan tertentu di kala SMA baru baru ini. Richie menghadapi rintangan untuk menyesuaikan diri dengan budaya baru yang ada di sekolah barunya. Tentunya, kesulitan perlu juga dilawan dengan usaha dimana Richie juga merasa dirinya melawan hal tersebut dengan bersabar, tetap bertahan, semangat, dan nikmati prosesnya. Kedepannya Richie juga berpegang teguh pada dirinya yang sekarang lebih open minded yaitu dengan mau mencoba hal baru/keluar dari zona nyaman dirinya. Richie juga saya ajak berandai andai, jika nantinya Richie telah sukses apa yang dia ingin sampaikan kepada dunia yang menganggap dia sebagai orang yang hebat. Richie mengatakan dengan bercanda, namun saya rasa menginspirasi
yaitu; “Bangun dari tempat tidur anda, mari bekerja!”. Richie merasa kata-kata tersebut bisa membawa jiwa anak muda sekarang yang dimana cukup sering berada di kasur untuk lebih produktif. Hasil wawancara kami Richie mengatakan bahwa cukup senang dapat diwawancarai karena dapat bertemu kembali dan juga berharap dapat menginspirasi orang orang lain di luar sana yang masih di ranah kursi SMA. Pesan akhir Richie kepada semua orang yaitu: “Harus berani mencoba, jangan lupa berdoa!”. 02/Andrew Ariestha Sitepu
Donny Prasmono dan Kisahnya Donny Prasmono atau biasa dipanggil Doni/Donny. Lahir di Surabaya pada tanggal 3 November 1977 , Tahun ini dia berusia 45 tahun. Doni merupakan anak kedua dari Soewadji dan Suci Rawit. Doni memiliki kakak bernama Doddy Prasetyo atau biasa dipanggil Doddy. Doni seorang ayah dari 2 anak , Aruna Sidji Singwani Prasmono atau biasa dipanggil Runa dan Lare Kale Singrazakeni atau biasa dipanggil Kale. Tempat tinggal masa kecil Doni di Surabaya dan sekarang tinggal di Jakarta. Doni bekerja di WWF Indonesia sebagai Head of Individual Fundraising WWF Indonesia, (lembaga konservasi alam) , karena ia sendiri suka traveling ke hutan dan berpetualang. Doni sudah menyelesaikan pendidikannya (SD,SMP,STM,Kuliah), Dia bersekolah dasar di SDN Keputran Keraton VI Yogyakarta, SMP di SMPN 12 Yogyakarta , SMA di STM 1 Jakarta, dan menyelesaikan kuliah di SAHID Univ dengan gelar S1 Management Industry. Ia memiliki hobi dan minat bermain instrumen musik, traveling ke hutan & menulis, dia juga mahir dalam memainkan alat musik seperti Gitar dan Drum. Doni juga memiliki banyak prestasi contohnya seperti Best of fundraising strategy 2009 in Asia Pacific, Best of Fundraising Initiative 2012 in Amsterdam, Best of Fundraising community 2014 in Vienna & Best of Fundraising campaign in Athena
2017. Pengalaman di SMA yang paling diingat Doni adalah saat naik gunung bersama teman teman, sewaktu hari di malam pulang dia dan temannya kehabisan bahan makanan dan cuaca diluar angin hujan, lalu mereka tiba tiba melihat gubuk dengan cepat mereka masuk, syukurlah ada tempat berteduh dan hingga reda hujan mereka lanjutkan untuk turun, tapi anehnya setelah jauh gubug itu ternyata hilang, pelajaran yang dia dapat ialah dimanapun kita berada jangan lupa berdoa dan selalu berbuat baiklah kepada sesama makhluk , menurut dia pengalaman ini sangat berkesan baginya karena bersifat mistis. Banyak pengalaman yang terjadi semasa dia kuliah seperti melakukan demonstrasi bersama temannya mereka melakukan aksi unjuk rasa pada tahun 1998 saat itu dia dan temannya menuju gedung MPR, disana mereka bersama rakyat bersuka cita atas terwujudnya reformasi, dan pelajaran yang di dapat ialah jangan takut untuk bersuara demi tegaknya nilai nilai sebuah keadilan. Doni dan temannya pernah membuat band waktu di masa SMA. Pada waktu Doni di SMA disaat itu pernah bersama teman membuat band alternative ketika zaman itu memainkan lagu-lagu Nirvana dan memenangkan beberapa festival band alternative di Jabodetabek, kemudian ketika masuk kuliah juga membuat band ska dan membuat 1 album rekaman lalu band kami tour di Jawa & Bali, pada saat itu musik Ska sedang disukai banyak anak muda, kami sering membawakan lagu dari band amerika sublime, the mighty mighty bosstones sehingga anak anak muda pada saat itu sangat suka, kami ada 8 orang terdiri dari 2 vokalis, 1 gitaris, 1 basis, 2 trompet, 1 saxophone dan 1 drums, saya memainkan instrumen gitar.
Saat ini kesibukan yang sedang dia jalani adalah bekerja di WWF Indonesia dan menjadi ayah dari dua anak. 03/Aruna Sidji Singwani Prasmono
Giovanna Winda Kurniawan, Gadis Aktif dan Berani Jakarta, 4 April 2005, lahirnya seorang bayi perempuan cantik, yang diberi nama Giovanna Winda Kurniawan, dengan nama panggilan Winda. Ia merupakan anak pertama dari sepasang suami istri yang bernama Poejowati Probo Wardani dan Thomas Erwin Kurniawan. Sebenarnya, nama Winda merupakan gabungan dari nama kedua orangtuanya, yakni bapak Erwin dan ibu Dani. Sedangkan nama Kurniawan, diambil dari nama lengkap ayahnya. Winda sudah memiliki hobi menari dari kecil hingga saat ini. Selain menari, ia juga sangat suka mendengarkan musik. Dua tahun berlalu, yaitu pada tahun 2007, Winda memiliki adik laki- laki yang diberi nama David Prasetyo Kurniawan, atau yang sering dipanggil David. Saat Winda berusia 4 tahun, ia menduduki kelas TKA di sekolah Tunas Indonesia. Namun, saat akhir tahun 2010, Winda dan keluarga memutuskan untuk pindah ke Jepang, dan tinggal di Nagoya. Alasannya adalah karena ibunya akan melanjutkan pendidikan S2 disana. Alhasil, kedua orangtuanya harus memindahkan sekolah Winda, dari Indonesia ke Jepang, yakni di sekolah Yasuda Hoikuen. Namun di sekolah tersebut, ia harus mengulang pendidikan TKA, dikarenakan kurikulum di Jepang dan di Indonesia berbeda. Setelah menyelesaikan TKA, Winda tetap
melanjutkan TKB di Jepang, selama satu setengah tahun. Selama tinggal di Jepang, Winda selalu menggunakan transportasi umum untuk bepergian. Contohnya adalah bis, sepeda, dan kereta bawah tanah. Pada bulan Maret 2012, Winda dan keluarga, memutuskan pulang ke Indonesia. Di Indonesia, ia melanjutkan pendidikan SD di sekolah RICCI. Saat menduduki kelas 3 hingga 5 SD, ia selalu mengikuti kegiatan pramuka. Winda sering sekali tampil- tampil dalam kegiatan pramuka. Menginjak kelas 6 SD, Winda mulai sibuk dengan persiapan UN (Ujian Nasional). Setiap 2 kali seminggu, ia selalu mengikuti les bimbel untuk mempersiapkan UN. Selain itu, ia selalu mendengarkan guru saat menjelaskan materi yang diberikan. Alhasil, saat kelulusan tiba, Winda masuk ke dalam peringkat top 10, di seangkatan. Setelah lulus SD, Winda masuk SMP. Namun tidak melanjutkan di sekolah RICCI, melainkan pindah ke sekolah Santa Ursula BSD. Alasannya adalah ia ingin menambah relasi dengan banyak teman baru dan juga, sekolah ini merupakan rekomendasi dari kedua orangtuanya. Saat kelas 8, sekolah mengadakan acara pembagian sembako. Winda pun ikut berkontribusi dalam acara tersebut. Ia ikut membagikan sembako, kepada orang yang membutuhkan. Menurutnya, membagikan sembako adalah kegiatan yang sangat menyenangkan dan sebenarnya, ia juga ingin melarikan diri dari pelajaran perwalian di sekolah. Selain mengikuti acara bakti sosial, Winda juga ikut serta dalam acara pementasan drama musikal yang berjudul “Mean Girls”. Dalam drama tersebut, ia memiliki peran dalam bernyanyi. Setiap diadakan latihan bernyanyi, Winda bersama teman- temannya, selalu dikumpulkan di satu ruangan. Kemudian, mereka latihan
bernyanyi per satu suara. Pada saat hari pementasan datang, tiba- tiba baru diumumkan bahwa akan ada koreografi untuk yang nyanyi. Alhasil, mereka baru mulai melatih koreografinya, saat hari pementasan tiba. Untungnya, mereka dapat memberikan pementasan yang memuaskan dan semua berjalan dengan lancar. Masuk kelas 9, Winda mulai sibuk dengan persiapan ujian kelulusan SMP. Awal- awal mengikuti try out, Winda sangatlah rajin dan niat untuk belajar. Namun, mulai mendekati hari dimana ujian akan tiba, Winda mulai malas untuk belajar. Alasannya adalah ia merasa lelah dan sudah bosan setiap hari harus belajar untuk try out, dengan pelajaran yang berbeda- beda. Namun untungnya, saat hari ujian tiba, Winda dapat mengerjakan semua soal dengan baik. Sehingga, ia pun lulus dari SMP. Lanjut SMA, Winda tidak bersekolah lagi di Santa Ursula BSD, melainkan ia pindah ke sekolah Kolese Gonzaga. Alasan ia ingin pindah adalah di Gonzaga, banyak organisasi atau komunitas yang dimiliki. Sehingga, Winda sangat tertarik untuk mengikutinya. Awal masuk sekolah, Winda mengikuti kegiatan Masa Inkorporasi Gonzaga atau yang disingkat MIG. MIG adalah kegiatan yang wajib diikuti seluruh angkatan baru, sebagai bentuk langkah awal, menjadi bagian dari komunitas Gonzaga. Dalam kegiatan ini, angkatan baru akan dibagi dalam beberapa divisi. Pertama kali Winda melihat teman- teman di satu divisinya, ia sangat terkejut dikarenakan terdapat salah satu murid yang merupakan temannya saat ia SD. Temannya itu bernama Andrew. Ia pernah sekelas dengan Andrew saat menduduki kelas 5 SD. Saat mengikuti kegiatan MIG, Winda menawarkan diri sebagai wakil untuk divisinya, dikarenakan tidak ada yang mau menjadi wakil. Dalam divisi tersebut, Winda adalah murid yang cukup aktif. Menurutnya,
jika semuanya tidak ada yang berbicara, maka hanya akan diam- diaman saja. Selain mengikuti MIG, Winda juga mendaftarkan diri sebagai panitia Gonzfest. Yaitu festival yang sering diadakan sekolah Gonzaga, setiap setahun sekali. Winda mendaftarkan diri sebagai panitia ekspedisi karena ia gemar mempacking barang. Ternyata, ia diterima untuk menjadi panitia ekspedisi. Ia pun merasa sangat senang. Kemudian, selain menjadi panitia Gonzfest, Winda juga mengikuti banyak kegiatan di sekolah. Salah satunya adalah masuk komunitas Foxy. Foxy adalah komunitas khusus untuk menari. Alasan ia mengikuti komunitas ini adalah karena ia memiliki hobi dan sangat gemar menari. Untuk masuk dalam komunitas ini, para pesertanya wajib untuk mengirimkan satu video, saat mereka menari. Winda pun mengirimkan satu video tariannya. Ternyata, Winda diterima dan menjadi anggota dari komunitas Foxy. 04/Aurelia Hadara Gading Retkwino
Hadrianus Prijo Handoko, Berubah dan Beradaptasi Hadrianus Prijo Handoko atau yang akrab dipanggil dengan panggilan Handoko, lahir di Jakarta, 1 Desember 1971. Merupakan anak dari pasangan suami istri Fransiskus Xaverius Maridjo dan Theodora Maria Sarjiem. Merupakan anak sulung dari 3 bersaudara dan memiliki 2 adik perempuan. Di masa kecil maupun remaja, Handoko tidak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Sepulang sekolah, Handoko tidak belajar maupun bermain, namun, ia membantu sang ayah untuk mengurus dan menjaga bisnis sang ayah. Mulai dari membantu membangun kontrakan, membantu mengurus bajaj, membelikan kebutuhan untuk pekerjaan sang ayah dan lainnya. Handoko menempuh pendidikan di SD Tarakanita 2, SMP Tarakanita 1, dan SMA Pangudi Luhur. Beliau menjalani pendidikan S1 di Universitas Parahyangan di Bandung dengan jurusan Ekonomi dan menempuh S2 Universitas Prasetya Mulya dengan jurusan Manajemen. Pada tanggal 27 Desember 2005, Handoko menikah dengan Agnes Suprapri Penni Bean. Mereka memiliki 2 anak perempuan dengan selisih umur hampir 8 tahun. Anak pertama dari Handoko dan Penni bernama Benedicta Utami Putri Handoko.
Di tahun 1999, Handoko mulai bekerja di sebuah perusahaan penerbit di Jakarta. Selama 13 tahun ia bekerja di perusahaan tersebut, Handoko berhasil menduduki jabatan Manager Marketing. Akibat dari jabatannya itu, beliau diharuskan untuk beberapa kali pergi keluar kota pada waktu-waktu tertentu dengan jangka waktu kurang lebih seminggu, meninggalkan Jakarta dan keluarganya selama beberapa hari. Pada tahun 2011, Handoko ditawarkan untuk pindah ke kantor cabang di luar kota, yang mengharuskan ia dan keluarganya pindah secara permanen. Handoko memikirkan resiko dari tawaran itu, yaitu, ia dan keluarganya diharuskan untuk beradaptasi ke lingkungan dan daerah baru. Akhirnya, Handoko menolak tawaran itu dan memilih untuk resign dari perusahaan dan memulai bisnisnya sendiri di Jakarta. Keseharian Handoko diisi dengan membantu bisnis keluarga. Selain itu, beliau juga rutin mengantar dan menjemput anaknya dari sekolah. Setelah proses resignnya, Handoko mendapatkan kompensasi atau uang pensiun dari perusahaannya. Dengan uang yang ia miliki, Handoko mencoba berbagai bidang bisnis baru. Mulai dari ternak bebek, jualan makanan, dan lain-lain. Sayangnya, bisnis-bisnis yang ia jalani itu tidak membuahi hasil ataupun keuntungan sehingga uang tersebut habis tanpa ada laba. Pada tahun 2013, ayah dari Handoko meninggal dunia. Meninggalkan Handoko dan saudari-saudarinya bisnis-bisnis yang pada awalnya dimiliki oleh sang ayah. Mulai dari bisnis bajaj, sewa kontrakan, sewa kos-kosan, bahkan bisnis air isi ulang. Sepeninggal sang ayah, Handoko harus lebih terlibat dalam jalannya bisnis yang ditinggalkan
sang ayah. Selain itu, Handoko dan keluarganya pindah ke rumah orang tuanya karena untuk menemani sang ibu. Pada tahun 2014, Dorothea Kirani Putri Handoko atau anak kedua dari Handoko dan Penni pun lahir. Di tahun 2019, beliau memulai bisnis barunya, yaitu menjadi agen sebuah merek air mineral. Secara perlahan, dengan usahanya untuk memperluas pasar jual, Handoko berhasil mendapatkan lumayan banyak pelanggan. Bisnisnya pun mulai berkembang dengan bertambahnya pelanggan dan karyawan. Pada tahun 2021, sebagai permintaan dari sang ibu, bisnis bajaj miliki keluarga Handoko diputuskan untuk diselesaikan. Bajaj yang keluarga Handoko miliki pun diberikan kepada para sopir bajaj yang pada saat itu memang sedang bekerja di keluarga Handoko. Selang beberapa hari, sang ibu pun meninggal dunia. Sebagai anak sulung, Handoko kembali dihadapkan ke kewajiban yang lebih besar. Pada saat ini, di umurnya yang sudah sudah menginjak 50 tahun, Handoko menjalani bisnis menjadi agen air mineral, dan dengan saudarinya, beliau melanjutkan bisnis-bisnis keluarga, seperti kontrakan, kos-kosan, serta toko air isi ulang. 05/Benedicta Utami Putri Handoko
Lydia Silvanna Djaman, Pekerja Keras yang Selalu Ingat Tuhan Dalam segala hal, baik dalam suka maupun duka, kita harus senantiasa melibatkan Tuhan dan dekat kepadaNya. Tentunya, hal tersebut lebih mudah diucapkan daripada dilaksanakan. Namun, melaksanakannya tidak mustahil. Salah satu orang yang bisa selalu dekat dengan Tuhan dan mengandalkanNya dalam segala situasi adalah Lydia Silvanna Djaman. Karena imannya kepada Tuhan, beliau berhasil melewati masa yang menantang bagi dirinya. Lahir pada tanggal 1 Maret, 1969 di Samarinda, Lydia adalah anak bungsu dari enam bersaudara dari pasangan Andreas dan Anna Djaman. Beliau lahir di keluarga yang cenderung memilih profesi yang berhubungan dengan hukum. Ayahnya adalah seorang hakim dan kakak-kakaknya banyak yang memilih untuk menekuni bidang hukum. Hal tersebut kemudian berpengaruh kepada pekerjaan beliau yang sekarang. Sejak kecil, beliau telah terbiasa untuk hidup mandiri. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, beliau tinggal terpisah dengan orang tuanya. Beliau menetap di Jakarta, sedangkan orang tuanya menetap di Bogor. Mereka bertemu
setiap beberapa minggu sekali. Karena tidak sanggup tinggal jauh dari orang tua di umur tersebut, Lydia akhirnya kembali tinggal bersama orang tuanya. Pada masa SMAnya, beliau berhasil masuk ke SMAN 28 berkat perjuangan orang tuanya. Pada waktu itu, ada salah satu kandidat yang diterima di SMAN 28 yang mengundurkan diri dan Lydia berhasil masuk berkat kontribusi ayahnya untuk sekolah tersebut. Beliau memilih jurusan IPA meskipun merasa kurang percaya diri mengenai kemampuannya di bidang tersebut. Setelah lulus SMA, beliau mendaftarkan diri ke jurusan kuliah kedokteran dan hukum. Beliau mendaftar ke jurusan kedokteran karena keinginan orang tuanya. Pada akhirnya, beliau diterima di jurusan hukum di Universitas 11 Maret yang berada di Solo, Jawa Tengah. Kemudian, beliau berpisah lagi dengan orang tuanya dan menetap di Solo. Semasa kuliah, beliau dikelilingi orang-orang yang ambisius dan persaingan yang sehat. Hal ini kemudian memotivasinya untuk memiliki target melanjutkan S2 di luar negeri. Lydia kemudian berhasil menyelesaikan S2nya di Australia, lagi-lagi jauh dari orang tuanya. Setelah menyelesaikan S2, Lydia mencoba mencari pekerjaan. Beliau mencoba melamar ke berbagai lowongan pekerjaan, tetapi gagal. Kemudian, kakaknya, Fidelis Sanaki Djaman, memberitahu bahwa ada lowongan pekerjaan di Sekretariat Negara. Dengan menggunakan bus, Lydia berangkat ke Sekretariat Negara dan bertemu dengan teman dari kakaknya yang menginformasikan mengenai lowongan pekerjaan. Setelah itu, Lydia mengikuti tes dan berhasil mendapatkan pekerjaan di Sekretariat Negara pada tahun 1994. Pada awalnya, Lydia merasa bahwa pekerjaan tersebut sangat membosankan, gajinya kecil, dan tidak sebanding dengan pendidikan yang sudah beliau tempuh dengan susah
payah. Oleh karena itu, beliau memutuskan untuk mendaftar pekerjaan di suatu kantor pengacara. Beliau kemudian diterima di kantor tersebut. Meskipun diterima, beliau merasa ragu dan belum rela untuk melepas pekerjaan di Sekretariat Negara. Di satu sisi, beliau masih menyukai pekerjaan lamanya tetapi di sisi lain pekerjaan di kantor pengacara tersebut gajinya lebih besar daripada gaji yang beliau dapat pada jabatannya di Sekretariat Negara pada waktu itu. Dalam kebimbangan dan kegelisahan, beliau akhirnya berdoa kepada Tuhan. Setelah berdoa, beliau memutuskan untuk tetap di Sekretariat Negara. Setelah itu, Lydia sabar dan tabah dalam menjalankan pekerjaannya, serta selalu berdoa dan melibatkan Tuhan dalam setiap langkahnya. Karena keteguhan dan kesabarannya dalam menjalankan pekerjaan, perlahan beliau mulai naik jabatan hingga berperan banyak dalam pembuatan undang-undang. Beliau merupakan orang yang selalu mengandalkan Tuhan dan bijak dalam mengambil keputusan. Beliau menikah pada tahun 2000 dengan F.X Cahya Santosa, enam tahun setelah mulai bekerja. Beliau melahirkan anak pertamanya pada tahun 2003 yang beliau beri nama Caroline Vania Putrisantosa dan anak keduanya pada tahun 2006 yang beliau beri nama Charla Kania Putrisantosa. Meskipun sudah berkeluarga, beliau tetap melanjutkan pekerjaannya hingga sekarang sambil senantiasa berdoa dan mengandalkan Tuhan. 06/Charla Kania Putrisantosa
Aruna Sidji Singwani Prasmono, Berani Beradaptasi Aruna Sidji Singwani Prasmono lahir di Jakarta, pada 9 Agustus 2006. Beliau merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ayahnya bernama Donny Prasmono dan ibunya bernama Lucy Novita, mereka bertemu pada masa sma. Beliau sekolah di SD Adik Irma, pada saat itu Runa merupakan orang yang pendiam dan malu untuk bersosialisasi. Satu kelas hanya sedikit muridnya, karena sedikit gurunya pun selalu memperhatikannya. Kelas satu hingga enam, kelasnya pun tetap sama dan hanya kenal dengan 6 orang. Pada masa smp Runa susah untuk beradaptasi dan kaget karena pengalaman baru yaitu, satu kelas isinya lebih dari 6 orang, bertemu dengan teman baru, dan guru kurang memperhatikannya karena mempunyai banyak murid dalam satu kelas. Akan tetapi Runa mendapatkan banyak ilmu dan hal-hal baru yang seru. Walaupun masih beradaptasi Ia jadi terbiasa dengan lingkungan sekitarnya, bahkan ia menjadi orang yang aktif contohnya mengikuti komunitas Kartu Pokemon Indonesia. Komunitas ini menjadi salah satu memori yang sangat berdampak besar baginya. Menurut Runa
komunitas ini merupakan keluarga keduanya. Selama mengikuti komunitas Kartu Pokemon Indonesia ia juga pernah memenangkan lomba tingkat nasional. Menjelang kenaikan smp kelas 2 Runa masih berusaha untuk beradaptasi dan menjadi yang terbaik dari sebelumnya. Ia sudah merasa nyaman dan mempunyai banyak teman serta Runa berhenti mengikuti Komunitas Kartu Pokemon Indonesia. Pada Januari 2020 Runa masuk ke dalam gim liga profesional yang bernama Fortnite. Ia membuat tim sendiri yang bernama VFX (Voracious Fox) yang memiliki anggota 8 orang. Runa dan timnya sering mengikuti scrim alias latihan permainan antar dua tim, rata-rata mereka selalu menaklukan latihan tersebut. Setelah selama 9 bulan ia pun memutuskan untuk berhenti karena ingin fokus terhadap masa sekolahnya. 07/Collin Keefe Syachraffi
Reamon Hendric Sembiring, Menyerah Bukan Pilihan Reamon Hendrick Sembiring atau yang biasa dipanggil Reamon merupakan seorang guru sekaligus wirausahawan di bidang pendidikan. Reamon lahir di Kinangkong, 29 Januari 1987. Reamon adalah seseorang yang dapat dikatakan rajin, tekun, dan disiplin dalam belajar. Dahulu, Reamon bersekolah di SD Negeri 040546 Kinangkong dimana ia menjadi siswa yang berprestasi. Semenjak SD, ia sudah bekerja keras demi menggapai nilai-nilai yang tinggi, agar bisa meraih ranking satu. Usahanya tersebut tidak jatuh di lahan yang gersang karena ia menjadi anak emas dari sebagian besar guru. Keberhasilan yang dialami oleh Reamon membuatnya memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi. Oleh karena itu, Reamon memutuskan untuk mencari tantangan yang baru. Hal ini, ia lakukan dengan mendaftarkan dirinya ke SMP Swasta Putri Cahaya Medan yang terletak di daerah perkotaan. Bersekolah di daerah perkotaan menjadi keinginan Reamon karena ia sadar bahwa sangat sulit untuk berkembang jika hanya bersekolah di daerah perkampungan. Reamon yang dibekali dengan nilai Matematika yang tinggi sudah berasumsi bahwa ia akan diterima dengan mudah. Sayangnya, Reamon mendapat kesalahan informasi pendaftaran yang menyebabkan ia harus mendaftar langsung
pada hari tes dimulai. Orang tua Reamon langsung menghubungi kepala sekolah agar diberikan toleransi. Akhirnya, kepala sekolah setuju untuk memberikan Reamon kesempatan mengikuti tes. Dengan syarat, Reamon harus melakukan tes secara lisan dengan kepala sekolah. Melihat nilai Matematika Reamon yang tinggi, kepala sekolah menanyakan beberapa soal matematika yang harus dijawab langsung oleh Reamon. Tanpa pikir panjang, Reamon dengan mudah menjawab semua soal dengan benar dalam waktu yang singkat. Kepala sekolah terkagum dengan kemampuan dan bakat Reamon dalam Matematika. Kepala sekolah pun mengizinkan Reamon untuk sekolah disana dengan syarat nilai matematika Reamon selama 3 tahun harus diatas 90. Reamon sangat senang dan termotivasi pada saat itu. Dengan motivasi yang tinggi, Reamon selalu menjadi juara kelas dan nilai matematikanya selalu diatas 90. Singkat cerita, masa SMP nya pun berlalu dan datang waktunya untuk masuk ke SMA, Reamon memilih untuk bersekolah di sekolah negeri agar memudahkan untuk memilih Universitas. Sayangnya, keputusan Reamon tidak didukung oleh kedua orang tuanya. Reamon pun mengalah dan memutuskan untuk mengikuti keputusan orang tuanya. Ayah Reamon mendaftarkannya ke SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Reamon diterima dengan mudah di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Beberapa bulan setelah Reamon berada di bangku SMA, tantangan besar mendatanginya. Ayah Reamon mengalami sakit yang cukup keras. Hal ini menyebabkan masalah ekonomi terhadap keluarga Reamon. Tentunya untuk bersekolah di SMK Telkom Sandhy Putra Medan membutuhkan uang bulanan yang cukup besar. Apalagi pada
saat itu ayah Reamon sedang sakit dan ia memiliki adik yang juga masih sekolah. Beban yang berat sudah harus ditanggung Reamon yang masih duduk di bangku SMA. Reamon harus menjadi tulang punggung keluarga untuk membayar uang sekolahnya dan adik-adiknya. Reamon mencari cara agar bisa mendapatkan uang. Dengan kepintaran Reamon, ia sering menjadi tutor bagi teman sekelasnya. Lalu, Ia mendapatkan ide untuk membuka jasa mengajar. Dengan bantuan teman-teman yang sering dibantunya saat belajar, jasa mengajar Reamon mulai menyebar dari mulut ke mulut. Ia membuka jasa mengajar dari SD, SMP, dan SMA. Ia mendapatkan upah 25 ribu per orang. Dimana pada saat itu merupakan nominal yang cukup besar. Reamon sangat sering membaca buku di perpustakaan untuk mencari ilmu untuk bahan mengajar. Reamon mendapatkan cukup banyak orang yang membeli jasa mengajarnya. Dengan begitu, Reamon bisa menghidupi keluarganya. Walaupun Reamon sekolah sembari mencari uang, hal itu tidak mempengaruhi kualitas belajarnya. Ia tetap menjadi juara umum disekolahnya. Selama di SMA, Reamon memiliki rutinitas belajar yang cukup padat. Berawal dari pagi hari, ia harus bangun jam 5 pagi agar tidak terlambat, kemudian dari sekitar jam 6 sampai jam 2 ia bersekolah. Setelah kegiatan sekolah berakhir, ia menyempatkan diri untuk keperpustakaan dan mengajar sampai jam 6 malam. Sampai situpun proses belajarnya dalam sehari masih belum selesai karena setelahnya ia masih harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan biasanya baru selesai sekitar jam 9 malam. Seluruh beban tersebut ia tanggung. Tentu saja terdapat momen-momen dimana ia merasa lelah dan ingin menyerah. Namun, teman-teman dan keluarga yang setia
berada di samping Reamon dalam kesulitannya. Mereka selalu mendukungnya untuk tidak cepat putus asa dan menyerah. Hal ini juga kembali dibuktikan pada masa penerimaan ke perguruan tinggi. Reamon mengikuti beragam jalur untuk mencoba masuk ke Universitas impiannya. Sayangnya, Reamon tidak diizinkan orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Melihat dari berbagai masalah dan beban yang dimiliki, ayah Reamon melarangnya untuk kuliah. Apalagi biaya yang dikeluarkan untuk kuliah tidak sedikit. Reamon sedih dan kecewa terhadap keadaan. Selama masa terpuruk tersebut, Reamon menguatkan imannya dengan berdoa dan mencoba untuk mencari beasiswa tanpa sepengetahuan ayahnya. Sayangnya untuk mendapatkan beasiswa juga membutuhkan uang pendaftaran yang cukup besar. Reamon semakin putus asa dan merasa sedih. Suatu hari, teman Reamon mendengar kabar tersebut. Ia menganggap bahwa Reamon sangat pantas untuk kuliah dengan bakat dan kepintaran yang dimilikinya. Reamon dihubungi temannya tersebut dan memberinya uang untuk mendaftar beasiswa di Universitas Politeknik Negeri Medan. Dimana Reamon harus mengikuti Beberapa tes untuk mendapatkan kuliah gratis 100%. Reamon merasa sangat berterima kasih. Reamon pun mengikuti tes tersebut dan mendapatkan beasiswa di Universitas Politeknik Negeri Medan. Reamon memberitahu kedua orang tuanya. Mereka merasa bangga dan mendukungnya. Setelah beberapa tahun berada di perguruan tinggi, Reamon lulus dengan nilai yang bagus. Namun, Reamon masih belum merasa puas dengan keberhasilan tersebut. Maka dari itu, Ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta untuk mencari kerja. Reamon pernah menjadi guru SMA, mengajar
di tempat bimbingan belajar, dll. Sekarang Reamon sudah memiliki tempat bimbingan belajarnya sendiri dan menjadi guru. Semua keberhasilan yang Reamon capai berasal dari tekad, semangat, kemauan, dan sikap pantang menyerah yang dimilikinya. Reamon selalu mengembakan bakat dan talenta yang dimilikinyai. Ia selalu percaya dengan rencana Tuhan. Dalam perjuangan meraih impiannya tersebut Reamon mendapatkan pelajaran bahwa harus melakukan segala suatu hal dengan giat, tekun, serta disiplin. Bagaikan emas, potensi pada diri juga wajib diasah agar menjadi lebih baik. Hasil yang diperoleh dari jerih payah dan rencana Tuhan tidak akan mengecewakan. 08/Darryl Manuel Bukit
Michael Justinus Halim, Sang Ambisius Nama Michael Justinus Halim sangatlah familiar di lingkungan Sekolah Penabur Kota Wisata. Bagaimana tidak, remaja berumur 15 tahun ini sudah sangat aktif mengejar prestasi dan membantu sesama pada umurnya yang masih sangat muda. Michael Justinus Halim lahir di Jakarta pada 2 Juni 2006 di Rumah Sakit Bunda pada jam 10 pagi. Ia tumbuh dan dibesarkan menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berprestasi terampil dalam banyak hal oleh kedua orang tuanya yang bernama Hendri dan Feronika. Michael sendiri merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, ia memiliki 2 kakak perempuan yang bernama Felicia dan juga Hanna. Felicia dan Hanna sendiri juga menjadi salah satu motivasi terbesar bagi Michael untuk selalu bekerja keras. Michael kecil memulai kehidupannya di Jatinegara dan pindah ke Kota Wisata Cibubur pada umurnya yang saat itu 5 tahun. Sejak pindah rumah, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Ketapang saat memasuki SD ia pindah ke Sekolah Penabur Kota Wisata hingga sekarang. Sejak kecil sudah terlihat bahwa Michael merupakan anak
yang sangat ambisius dibanding anak-anak seumurannya. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya Michael dalam peringkat atas sepanjang masa SD-nya. Namun, hal itu tidak berhenti pada masa SD saja. Tetapi, juga berlanjut hingga masa SMP dan SMA sekarang. Akan tetapi, perbedaannya adalah Michael masa SMP juga mulai mengembangkan bakatnya di bidang kepemimpinan berorganisasi. Ia, tergabung dalam OSIS sejak kelas 7 dan berhasil menyeimbanginya dengan nilai yang maksimal dan sering terlibat dalam beberapa lomba-lomba juga. Memasuki kelas 8, Michael berhasil menambah pengalaman berorganisasi nya dengan terpilihnya Ia menjadi ketua OSIS lelaki pertama saat itu dan saat menjabat, ia berhasil membawakan program-program yang menarik yang mempererat tali persaudaraan satu komunitas sekolah. Saat itu, ia mendapatkan banyak sekali tanggapan positif saat menjabat karena dampak-dampak positif yang dihasilkan Michael sangat nyata. Selain mahir berorganisasi dan sempurna dalam akademis, ia juga sangat menekuni hobi fotografi yang Michael sangat diminati sejak kecil. Saat SMP ia menjadi fotografer sekolah saat ada acara-acara tertentu di sekolah. Lalu ia juga berhasil mendapatkan undangan khusus dalam acara Bricklive untuk bertemu dengan tokoh fotografi yang berasa dari London. Michael sendiri juga masuk dalam interview majalah Bobo untuk keterampilan fotografinya. Lalu pada tahun terakhir di SMP, Michael berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan pada Ujian Sekolah dan mendapatkan ranking besar saat itu. Lalu sekarang Michael sedang menduduki bangku SMA kelas 10 dan ia masih lanjut berproses dan mengembangkan potensi dalam dirinya seperti dengan terlibatnya ia dalam olimpiade matematika. Namun
sayangnya, ia tidak berhasil memenangkannya saat itu tetapi ia masih sangat merasa bersyukur atas kesempatan itu dan bertekad untuk selalu berusaha dan tidak berputus asa karena perjalanannya masih panjang. Ia juga sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS di tahun SMA pertamanya dan selama menjabat, ia mengatakan bahwa ia ikut berproses dan mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak lagi. Kegiatan michael di sma juga berlanjut dengan menjabatnya dia menjadi Wakil Ketua ELATE dimana ELATE merupakan singkatan dari Experience League and True Euphoria. Dimana di acara tersebut Michael harus bekerja sama dengan Ketua untuk melancarkan acara cup dan pentas seni tahunan SMAK Penabur Kota Wisata tersebut. Michael mengatakan bahwa pada keterlibatannya yang kali ini ia merasa bahwa teman-teman serekannya kurang untuk aktif dan berinovasi, namun ia merasa bahwa tantangan tersebutlah yang meningkatkan cara penanganan dirinya dan menambah pengalamannya. Michael sendiri memiliki prinsip untuk dapat memilih prioritas dan fokus pada tujuan sejak dini. Michael juga mengajak kita semua untuk selalu berani mencoba dan mencari selalu kesempatan - kesempatan yang ada. Michael sendiri memiliki kesusahan juga antara mengimbangi akademik dan juga non akademik, ia jadi merasa kurang mendapatkan waktu untuk diri sendiri. Namun, perlahan-lahan ia juga sudah mulai bangkit dari hal tersebut. Meskipun ia merasa pada suatu titik hanya seperti berjalan di tempat aja karena Karena keseharian ia hanya seperti itu-itu saja, namun Michael memiliki cita-cita dan motivasi utamanya. Yaitu untuk mendapatkan beasiswa di Jepang untuk menggapai cita-citanya menjadi arsitek. Ia sendiri sebenarnya sangat
termotivasi dari kedua kakak perempuannya yang bernama Felicia dan Hanna yang sudah terlebih dahulu mendapatkan beasiswa di Jepang. Di Nagoya University di jurusan agrikultur. Michael akan terus berjuang untuk mencapai cita-citanya. Namun, Michael merasa pada suatu titik ia merasa seperti berjalan di tempat. Karena keseharian ia hanya seperti itu-itu saja. Michael sendiri memiliki cita-cita untuk mendapatkan beasiswa di jepang untuk menjadi arsitek. Ia ingin mengikuti jejak dari kedua kakak perempuannya yang sudah terlebih dahulu mendapatkan beasiswa di Jepang. Mereka berdua sama-sama menjadi bagian dari Nagoya University di jurusan agrikultur dengan jalur beasiswa. Oleh karena itulah Michael sangat ingin meraih cita-cita tersebut. Meskipun ia merasa sangat tertekan juga karena ekspektasi orang tua yang pastinya sangat tinggi, akan tetapi Michael terus berjuang untuk mencapai cita-citanya dan tidak patah semangat. 09/Dhyfa Isabella Rudolf
Marcello Jonathan Mulia Marcello Jonathan Mulia, biasa dipanggil Ello oleh keluarga dan teman-temannya, lahir pada tanggal 7 Oktober 2005 di Jakarta. Dia dilahirkan ke dalam keluarga beranggotakan empat orang di mana ia tumbuh dan berkembang bersama dengan kakak laki-lakinya. Ello mempunyai anggota-anggota keluarga yang saling mencintai dan menghargai sesama dan selalu terciptanya suasana damai dalam hidup keluarganya. Pada masa kecilnya, Ello disekolahkan oleh orangtuanya ke sekolah swasta Katolik TK Bunda Hati Kudus Kota Wisata di mana ia bersekolah di BHK hingga SMA. Di sana, ia dapat memulai kehidupan bersekolahannya bersama anak-anak seumurannya. Selama pengalamannya belajar berkomunikasi dan berkembang sebagai seorang anak, masa-masa yang paling ia kenang selama bersekolah di TK adalah ketika Ello masuk ke dalam program marching band sekolahnya di mana ia dapat belajar untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan teman-temannya untuk mempertunjukkan sekolah dan orangtua mereka masing-masing kemampuan mereka. Pengalaman marching
band sangat berkesan bagi Ello karena pada saat itulah ia dimasukkan ke dalam situasi di mana ia harus berusaha dengan kemampuan sendiri untuk mencapai tujuan yang dia ingin capaikan. Maka pada akhirnya juga, tim Ello berhasil memenangkan pertunjukkan marching band yang dia sudah berusaha dengan sekuatnya. Saat ia semakin tumbuh dan berkembang dan kini sudah menempati bangku SD, Ello telah belajar banyak hal tentang berkomunikasi dan membangun relasi antar orang dalam kehidupannya sendiri. Terutama antara teman sebaya dan bahkan pun keluarga sendiri, Ello selalu berusaha untuk membangun koneksi yang positif dan bermanfaat bagi kedua pihak dimana hal tersebut bisa saling membangun karakter sesama. Walaupun tumbuh sebagai anak yang relatif pasif, Ello tetap bisa berhubungan dan berelasi dengan teman-temannya sendiri dan berhasil menciptakan tempat di mana ia bisa merasa dimiliki dan dicintai. Orangtua Ello yang ingin agar ia dapat sukses, menyekolahkan Ello juga dalam berbagai kursus bahasa di mana ia mempunyai kesempatan untuk belajar bahasa Mandarin dan Inggris. Selain itu, orangtuanya juga mendorong Ello untuk berpartisipasi dalam berbagai lomba dan kompetisi akademik di mana ia dapat memperoleh pengalaman dan juga prestasi yang dapat membanggakan orangtuanya. Kakak dari Ello yang berumuran 3 tahun lebih tua darinya juga merupakan figur penting dalam hidup Ello yang membantunya untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Di saat Ello membutuhkan bantuan,
kakaknya selalu ada disisinya untuk menerangkan Ello akan masalah-masalah yang dihadapinya. Ello percaya bahwa dalam hidup, sekedar momen-momen atau pengalaman bukanlah hal yang mendefinisikan seseorang akan jalan hidupnya, melainkan bahwa hidup adalah rangkaian dari momen-momen tersebut yang masing-masing sama pentingnya yang membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Maka dari itu, Ello tidak merasa tidak adanya momen-momen buruk yang merubah jalan hidupnya menjadi kurang baik dan untuk sebaliknya pun juga. Namun jikalau Ello merasa bahwa hal tersebut memang terjadi pada dirinya sendiri, Ello percaya bahwa keluarga dan teman-temannya yang selama ini selalu suportif akannya dapat membantu dan mengangkat dirinya ke arah yang lebih baik. Dalam dunia sekolah dan akademik, Ello menjadi sosok terhormat bagi teman sebayanya dikarenakan akan ketekunan dan juga kecerdasan Ello dalam dunia tersebut. Di mana Ello kadang merasa kurang bangga, teman-temannya selalu menghormati Ello atas apa yang ia selalu lakukan yaitu ia tidak pernah pelit ilmu dan sombong akan kemampuan dirinya sendiri. Bahkan dengan sifatnya yang sabar dan tenang, teman-temannya tidak berani untuk mempergunakan hal itu terhadap dirinya atas segala hormat yang mereka punya kepada Ello. Kini di masa SMA-nya, Ello tetap terus tumbuh dan berkembang sebagai pribadi dan juga sebagai siswa di mana ia telah berpartisipasi dalam berbagai lomba seperti OSN serta memenangkan beberapa kompetisi bahasa Inggris. Walaupun
dengan banyaknya hambatan seperti dilaksanakannya PJJ hingga hampir dua tahun, hal tersebut tidak menghentikan Ello untuk terus hidup dan berbagi kasih. 10/Filibert Alexander Juanda
Antonius Tri Subagyo, Tak Berhenti Berlari Antonius Tri Subagyo, lahir di perkampungan daerah Klaten. Lahir di rumah ditangan dukun bayi dengan penyakit cacat bawaan, hernia. Pada usia 3 tahun, di operasi di rumah sakit Jogja, hingga sembuh. Berasal dari 4 saudara, ayah seorang pegawai negeri, dan ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi pas-pasan, hidup di kampung yang mayoritas mata pencahariannya petani. Tri bersekolah di SD negeri, dia adalah satu satunya murid yang beragama non-muslim. Oleh karena itu, sejak kecil Tri tidak pernah menerima pelajaran katolik di sekolah. Untungnya, bapaknya sangat peduli dengan pelajaran agama sehingga dia diperbolehkan mengikuti kursus komuni. Dengan rasa semangatnya, Ia belajar dengan sangat giat walau matahari sudah terbenam. Tri tidak pernah mendapatkan hadiah apapun selama masa kecilnya. Perekonomian yang pas-pasan tidak membuatnya berputus asa. Malahan, bersyukur dikarenakan teman temannya yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan dirinya tidak perlu bekerja. Oleh karena itu, Tri menjalani hidup tidak dengan rasa penderitaan
melainkan rasa syukur Setelah lulus SD, Tri pindah ke SMP terbaik dan terbagus di Klaten. Satu satunya pelajaran yang tertinggal adalah agama. Hal ini dikarenakan kampungnya memakai bahasa jawa, sedangkan tata doa di sana sudah pakai Bahasa Indonesia. Namun, Tri tidak patah semangat, melainkan mulai belajar tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, termasuk doa Katolik dengan bahasa Indonesia. Tentulah, pergaulannya di SMP juga sedikit terhambat, teman temannya merasa bahwa mereka lebih maju, namun Tri menganggap ini adalah cara agar menuju tingkat yang lebih tinggi. Setelah lulus SMP, Tri memutuskan untuk melanjutkan STM di Klaten. Dengan cara belajarnya yang giat, Tri berhasil mendapat peringkat 1 di setiap akhir semester dan lulus dengan nilai yang membuatnya bangga. Setelah STM, tanpa bimbang Tri memilih untuk langsung kerja. Tri sadar, bahwa bapak dan ibunya tidak punya uang yang cukup untuk menyekolahkannya di universitas. Sehingga Tri merantau ke Jakarta berdasarkan surat rekomendasi dari bruder, yang didapatkan setelah lulus STM. Di Jakarta, Tri melamar ke suatu perusahaan dan langsung kerja. Dengan giat bekerja pagi sampai pagi tanpa henti. Hingga menyadari bahwa pendidikan sangat penting, Tri mulai mendaftar ke universitas di Jakarta. Sempat berpikir untuk berhenti bekerja, Tri sadar akan kurangnya ekonomi. Oleh karena itu, Tri menguras tenaga, membuka mata sepanjang hari pagi hari bekerja, sorenya belajar di kampus. Setelah lulus kuliah, ijazahnya dipakai untuk meningkatkan karir. Merasa pendapatannya cukup, gaji pertama digunakan untuk membelikan orangtuanya emas, serta perlengkapan
pribadi. Mengingat bahwa orang tuanya masih hidup pas-pasan, sekaligus menjadi pesan bahwa ia sudah bisa mandiri di Jakarta. Tak lupa kepada Yang Maha Kuasa, setiap pagi sebelum bekerja Tri pasti mengikuti misa, mengingat bahwa seorang bruder lah yang memberikannya surat rekomendasi. Tri sempat tidak berpikiran untuk menikah. Hal ini dikarenakan Tri yang membiayai anggaran kampus adiknya. Tri merasa bertanggung jawab untuk membiayai adiknya kuliah, mengingat pendidikan itu sangatlah penting dan dia sudah mempunyai penghasilan yang mencukupi. Dengan begitu, pekerjaannya semakin berat, namun tidak apa apa asalkan adiknya bisa mendapat ilmu yang lebih baik. Tri juga tak segan segan untuk membelikannya komputer, karena ingin adiknya mengikuti kegiatan kampus dengan benar. Pekerjaan Tri bertambah berat lagi ketika menyadari bahwa kebutuhan pokok adalah papan. Saat itu juga Tri mulai mencicil membeli rumah. Tak terbayangkan berapa banyak jam kerja yang diambil untuk membiayai kebutuhan pribadi, uang adik untuk sekolah, dan menyicil rumah. Dengan komitmen yang kuat, Tri menjalani prinsip ini beberapa tahun. Setelah adiknya lulus kuliah, Tri memutuskan untuk menikah dan akhirnya, Tri dikaruniai dua anak. Beban yang ditanggung semakin berat, hingga rela bekerja sampai tengah malam, dipanggil tiba tiba saat tidur sambil naik motor, untuk menafkahi istri dan anak pertamanya. Beberapa tahun kemudian, Tri berpindah kantor dengan upah yang lebih baik. Dari sini kehidupan sosial, perekonomiannya cukup baik. Tri tidak jarang mengirimkan uang kepada orang tua di kampungnya, dan berkunjung ke rumah mertuanya di Jakarta. Dan sekarang, sangat aktif didalam kegiatan sosial mulai dari
pengurus RT, hingga pengurus gereja. Tri bisa menyekolahkan anaknya serta memberi fasilitas yang layak. Hal ini bisa terwujud dikarenakan kerja kerasnya. Kisah ini mengajarkan untuk teruslah berlari. Tri yang terus bekerja keras, terus berlari dalam hidupnya, akhirnya mampu untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik. Tri yang memikirkan keluarganya juga patut dicontoh, Tri ingat bahwa ada orang yang mendukungnya, sehingga tidak segan segan untuk membalasnya, karena ia tahu bagaimana susahnya hidup, dan perasaan tertolongnya saat menerima bantuan. Tri adalah orang yang ingin sukses, namun peduli dengan orang lain. “Belajarlah selama masih bisa belajar, bekerjalah selama masih bisa bekerja” – Tri. 11/Gabriel Evan Arsa Prayoga
Adeline Gadis Multitalenta 11 April 2006 lahirlah seorang anak perempuan di Jakarta bernama Adeline Huberta Tanada dari kedua sepasang kekasih bernama Darren Tanada dan Emelia Salim. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Jarak umur Adeline dengan kakaknya itu 5 tahun meski begitu hubungan mereka tetap dekat. Dalam keluarga nya Ia terdapat 4 anggota. Kakaknya bernama Jesslyn, Mamanya, Dia, dan Mocca anjing poodle yang lucu. Pasti bertanya-tanya kenapa tidak ada Ayah dalam keluarga ini. Benar sejak Adeline berumur 6 tahun ayah dan ibunya bercerai. Pada tahun 2012 Adeline menempuh pendidikan dasarnya di sekolah katolik yaitu RICCI II yang jarak dari rumahnya cukup jauh. Dilanjutkan pada tahun 2018 menempuh sekolah menengah pertama di Santa Ursula BSD dan hingga sekarang melanjutkan pendidikan menengah ke atas nya disekolah yang sama dengan menengah pertama. Adeline merupakan orang yang sangat menyukai seni maka dari itu ia memiliki banyak talenta yang berhubungan dengan seni.
Sejak SD Adeline sudah senang sekali dengan menggambar dan menyanyi. Saat ia berada di kelas 3 SD Ia menyanyi lagu “Tomorrow” dari Film Annie di perayaan ulang tahunnya. Begitu pula dengan menggambar, Ia sangat menikmati ketika sedang menggambar. Hasil karya nya pun sangat bagus seperti, Ia membuat custom sepatu sendiri, dan masih banyak lainnya. Dengan talenta yang dimilikinya ini membuat Adeline tertarik dengan seni tanah liat. Tapi, untuk seni tanah liat ini Ia menggunakan air dry clay itu merupakan salah satu jenis tanah liat yang ringan dan lebih mudah untuk dibentuk. Hasil karya nya banyak yang lucu dan bagus sekali. Bahkan, dengan talenta menggambar dan seni tanah liat ini banyak teman-teman SMP nya yang ingin dibuatkan juga. Seiring waktu berjalan, Adeline tertarik dengan bermain harpa. Hal ini karena ketika Ia sedang menonton film Disney series , ada animasi orang yang sedang memainkan harpa dan mengeluarkan suara yang merdu dan indah. Dari situ, Adeline tertarik untuk belajar memainkan harpa. Dengan talenta bermain harpa ini, Ia pernah diminta untuk memainkannya di gereja juga. Adeline menjadi salah satu permain harpa termuda yang pernah menampilkan permainan harpa nya di gereja dan banyak orang sangat menikmati permainannya, karena sangat indah. Semakin kesini permainan harpanya sangat berkembang dan Ia juga memposting di media sosialnya. Pada tahun 2021 kemarin tepat nya 3 Januari 2021, Adeline mengikuti lomba yang diadakan oleh KAJ (Keuskupan Agung Jakarta). Lomba yang Ia ikuti adalah menyanyi seperti talenta yang dimilikinya. Pada lomba itu Ia membawakan satu lagu dan dengan lagu yang dibawakan itu
Ia membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Ia memenangkan perlombaan itu dengan membawa pulang piala yang bertuliskan juara favorit. Ini merupakan salah satu pencapain terbesar selama Ia hidup. Tentunya perjuangan ini di dukungan juga dari mama, kakaknya dan bantuan dari orang-orang sekitar nya. Selain itu juga komunitas Majalah Gadis. Saat itu mamanya Adeline menawarkan untuk ikut Majalah Gadis ini ke dia dan Adeline penasaran tentang hal itu. Dari rasa penasaran ini Ia mendaftar juga. Aktivitas yang diadakan oleh Majalah Gadis ini ada berbagai macam. Seperti webinar yang mengajak kita untuk peduli dengan bumi kita ini dan masih banyak lagi. Dengan mengikuti kegiatan seperti ini, Adeline jadi mengenal banyak orang dan aktif. Selain semua talenta yang saya sebutkan ini, Adeline juga hobi yaitu bermain gim dan melakukan editing. Ia sangat jago bermain gim yang bernama Valorant dan tentunya Ia menikmati permainan gim itu. Terkadang Ia suka merekam dirinya yang sedang bermain gim tersebut. Dari itu Ia belajar editing video dan dari situ Ia menyukai kegiatan tersebut. Manusia pasti memiliki jalan hidup yang berlika-liku tentunya. Ada dimana kita sedang di atas dan ada dimana kita jatuh. Tentunya Adeline pernah mengalami itu juga. Ketika, Ia sedang dalam keadaan jatuh hal yang Ia pikirkan agar bisa keluar dari situasi itu adalah dengan merenungkan dan segera bangkit kembali. Sebab, Ia tidak suka terlalu berlama-lama ketika dalam keadaan seperti itu. Hidup Adeline sejak umur 6 tahun memang tidak didampingi oleh Ayahnya. Tapi, Ia tetap menikmati hidup dengan bahagia dan memiliki banyak talenta yang sangat indah. Semua talenta yang Ia miliki itu terus berkembang dan
tentunya ini juga didukung oleh mama dan keluarganya. Sekarang Adeline sedang berada di kelas X SMA dan kesibukan yang sedang Ia kerjakan adalah belajar dan menjadi pengurus di Gereja sebagai Seksi Acara. 12 / Giovanna Winda Kurniawan
Panggilan Alexander, Percayakan kepada Tuhan Alexander Cedric Neo Baskoro. Depok 27 September 2007 ia dilahirkan ke dunia. Lahir sebagai anak kedua dari 2 bersaudara dengan panggilan Cedric. Kisahnya berawal dari masa kecilnya saat studi di TK Strada Nawar. Ia mulai mengenal teman dan berinteraksi dengan teman sesama umurnya. Hingga masanya berakhir dan dia naik ke tingkat SD. Cedric memulai studi sekolah dasarnya di SD Strada Nawar dan disitulah banyak prestasi yang ia capai, mulai dari lomba LKBBT juara 2, lomba LKBBT juara 3 di tahun yang berbeda, juara 2 lomba drum dan juara 1 untuk mengambil hatinya. Dan di masa SD inilah relasi dengan temannya mulai meluas. Semua keberhasilannya dilalui dengan support dari orang disekitarnya, dan kakung(eyang/kakek)nya seseorang yang paling mensupport Cedric dalam keberhasilannya. Dan tentunya keberhasilan dan kemampuan yang diraih/dimilikinya merupakan berkat dari Tuhan. Meskipun nilai akademiknya kurang begitu baik, Cedric tidak pernah menyerah untuk memperbaiki nilai-nilai akademiknya. 6 Tahun melewati masa sekolah dasarnya, kini ia menjadi salah satu siswa di SMP Strada Nawar. Di masa-masa
inilah dunianya mengenali permainan online. Bukan karena adanya permainan online ini membuat dirinya tertutup dari dunia luar, dia justru memiliki banyak relasi dan berhubungan satu sama lain. Dan dari situlah dia mengenal dan berteman dengan teman-temannya dari antar sekolah hingga antar kota. Cedric juga memiliki sebuah tim yang dibentuk untuk mengikuti perlombaan-perlombaan, dan tim ini dibentuk bersama dengan sahabat-sahabatnya. Tim ini sendiri dikhususkan untuk game PUBG Mobile yang dinamakan Eroly Wolf olehnya. Tujuan dari tim ini sendiri dibentuk untuk mengikuti turnamen dan latih tanding. Namun seiring berjalannya waktu, ia keluar dari tim itu karena Cedric sendiri memutuskan untuk mengambil jalan yang lebih serius, namun dia akan tetap bersahabat dan berteman dengan mantan rekan satu timnya itu. Cedric memutuskan untuk keluar dari timnya karena dia mendapat panggilan dari Tuhan untuk dan mengikuti seminari di masa mudanya. Kisah akan terpanggilnya bermula dari 1 minggu sebelum pendaftaran seminari Wacana Bhakti ditutup. Dia merasa bahwa hidupnya lebih baik untuk melayani Tuhan sepenuhnya. Dan dari itu, dia berhasil meyakinkan dirinya untuk mendaftar ke seminari sebagai langkah awalnya untuk menjadi seorang imam. Meskipun nilai akademiknya kurang baik, namun dia tetap percaya diri dalam keberhasilan dalam diterimanya di seminari itu. Dan beberapa waktu berlalu hingga pengunguman mengenai penerimaan siswa diberitakan, Cedric diterima sebagai salah satu murid di seminari Wacana Bhakti. Semua keluarga yang mendukungnya ikut senang dalam mendengar kabar itu dan berharap Cedric agar bisa menjadi seorang imam. Kakaknya memberikan sebuah nama kepadanya dengan sebutan Nder.
Dan jika suatu nanti dia berhasil menjadi imam, dia ingin disebut sebagai Romo Nder. Perjalanan yang akan dilaluinya masih panjang, setiap keluarganya yang mengetahui kabar terpanggilnya ikut senang dan mendoakannya agar setia pada pelayanannya. Salah satu yang orang yang bangga kepada Cedric adalah kakak dari neneknya Cedric. Beliau adalah seorang suster biara di Carolus Borromeus, dan biasa disebut dengan panggilan Suster Elsa. Sejak kecil Cedric memanggilnya dengan sebutan eyang suster dan mereka saling dekat satu sama lain. Eyang susternya merasa sangat senang saat mendapat kabar bahwa Cedric ingin menjadi Romo yang menjadi penerusnya dalam pelayanan kepada Tuhan dengan sepenuhnya. Dan dia juga berharap semoga Cedric berhasil dalam menyebarkan kasihnya. Panggilannya menjadi sebuah prestasi dalam hidup Cedric. Sangat susah dalam menentukan pilihan yang dipilihnya. Namun dia yakin untuk meninggalkan hal-hal duniawi dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati dalam hidupnya. Meskipun sekarang dia belum mulai menjalani pelajaran imannya di seminari, semua tetap yakin bahwa Cedric pasti akan berhasil melalui tantangannya. 13/Giovanni Brno
Laura Barrington, Berkiprah Menjadi Model Sejak Usia 14 Tahun Mendengar nama Laura Barrington terkesan sangat elegan. Dikenal dengan panggilan Laura, merupakan model berwarga negara Indonesia kini berumur 16 tahun sedang meroket dalam dunia fashion. Gairah Laura menjadi seorang model muda yang berkembang pesat sangat menginspirasi terutama bagi remaja perempuan masa kini. Lahir di Bandung pada 26 Desember 2005 Laura merupakan anak bontot dari 4 bersaudara, Alex, Janine, dan Pamela. Saat ini, Laura bersama keluarganya tinggal di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Duduk di bangku Sekolah Dasar Tarakanita 5, Laura sudah memiliki impian sukses menjadi model. Sayangnya, pada saat itu masih susah untuk dicapai. Selain modeling, Gymnastic menarik perhatiannya hingga kelas 3 SD saat Laura pertama kali menonton pertandingan basket di televisi. Dari saat itu, Laura tertarik untuk mengikuti ekstrakulikuler basket di sekolah. Laura melanjutkan pendidikan di SMP Tarakanita 4, serta lebih aktif bertanding basket melawan berbagai tim dari sekolah lain. Pada 19 November 2019, Laura sedang berbelanja bersama temannya di Mall Kota Kasablanka hingga suatu
saat, seorang pria mendekati mereka. Pria tersebut merupakan seorang agen rekrut dari Wynn Models. Beberapa pertanyaan diajukan kepada Laura seperti, ketertarikan dan minat untuk menjadi model. Tanpa berlama-lama, Laura diajak bergabung untuk mengikuti kelas pelatihan menjadi model. Kelas pelatihan ini dilaksanakan di Studio Wynn Models, disana Laura melakukan beberapa basic photoshoot bersama peserta yang lain. Sayangnya, pandemi Covid-19 melanda saat Laura sedang mengikuti kelas pelatihan. Semua aktivitas di luar rumah terpaksa berhenti untuk sementara. Masa karantina tentu tidak mudah bagi semua orang. Secara personal, Laura melewati banyak lembah dan bukit selama masa pandemi. Hal-hal yang wajar dialami oleh remaja, seperti insecure, tidak percaya diri tentu sempat dirasakan oleh Laura. Namun, keinginan menjadi model membantu Laura melewati semua itu. Selain untuk meningkatkan kepercayaan diri, pekerjaan dalam dunia permodelan dapat membantu orang tuanya. Laura percaya dengan memberanikan diri untuk mencoba menjadi model dapat memotivasi teman-temannya. Pada pertengahan pandemi, Laura kembali ke Studio Wynn Models untuk melanjutkan pelatihan dan photoshoot. Kerja keras Laura selama pelatihan menghasilkan buah yang sangat membanggakan. Pada 25 Februari 2021, Laura resmi bergabung dengan Wynn Models dan menjadi salah satu model paling muda. 9 Maret 2021 merupakan pemotretan pertama Laura untuk Wynn Models. Sejak saat itu, banyak klien meminta Laura menjadi model bagi mereka. Pada bulan April 2021 sebanyak dua pemotretan dilakukan oleh Laura. Selain itu, Laura memiliki kontrak dengan Cotton Ink pada bulan Mei untuk menjadi model produk baju mereka.
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111