Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Manah Shanti Kedamaian Sejati Di Dalam Diri

Manah Shanti Kedamaian Sejati Di Dalam Diri

Published by sugiartha26, 2018-06-22 02:32:17

Description: Manah Shanti Kedamaian Sejati Di Dalam Diri

Search

Read the Text Version

Lebih dalam dari itu, tujuan ajaran dharma diturunkan adalah untuktercapainya “moksartham jagadhita ya ca iti dharma”, yang artinya “melaluiajaran dharma kita meraih pembebasan dari roda samsara [moksartham],serta mewujudkan keharmonisan alam semesta [jagadhita]”. Artinya ajarandharma merupakan sebuah panduan hidup, mengenai bagaimana caramenjalani hidup secara lebih damai, bahagia dan selamat untuk diri kitasendiri, serta pada saat yang bersamaan menebarkan kedamaian dankebahagiaan tersebut kepada semua mahluk [jagadhita]. Sebagai hasilnya,semua itu akan membantu kita mencapai tujuan puncaknya yaitu moksha[mokshartam], mencapai kemanunggalan kosmik dan pembebasan darisiklus samsara. Terbebaskan dari jatuh bangun dalam kesengsaraan,ketidaktahuan dan kebingungan dalam siklus samsara yang tidak terhinggapanjangnya. Dari sini kita dapat mengetahui apa sebabnya ajaran dharmaditurunkan oleh para Maharsi, para Satguru suci dan para Ista Dewata.Betapa luhur dan mulianya tujuan dari penyebaran ajaran dharma. Aspirasi untuk melaksanakan ajaran dharma bagi manusia didasarkankepada 5 [lima] sebab, yaitu :1. Mendapat kesempatan terlahir sebagai manusia sangat langka. Dalam siklus samsara, mendapat kesempatan terlahir sebagaimanusia tidak terjadi dengan mudah. Tubuh fisik manusia yang kita milikisebagai wahana [kendaraan] Atma dalam kehidupan ini sangat sulitdiperoleh. Kita perlu mengumpulkan akumulasi karma baik yang sangatbanyak dalam jangka waktu sangat panjang agar dapat terlahir sebagaimanusia. Kita tidak usah membicarakan keberadaan mahluk-mahluk bawah[bhuta cuil,wong samar, memedi, gregek tunggek, dsb-nya], yang tidakterlihat oleh mata biasa. Coba kita perhatikan sebatas apa yang dapat kitalihat sendiri dengan mata biasa secara langsung. Lihat hutan dan pikirkan

betapa banyak jumlah binatang dan serangga yang ada di hutan. Lihatlautan dan pikirkan betapa banyak jumlah ikan yang ada di lautan. Jika kitamerenungkan betapa tidak terhingganya jumlah kehidupan-kehidupanrendah, kita akan menyadari betapa langkanya mendapat kesempatanterlahir sebagai manusia. Sehingga sudah selayaknya kita tergerak untuk memanfaatkankesempatan langka yang kita punya untuk melaksanakan dharma dan tidakmenyia-nyiakannya.2. Mendapat kesempatan terlahir sebagai manusia sangat berharga. Jika kita berada di alam-alam bawah atau terlahir sebagai binatang,kita akan mengalami kesengsaraan dan kegelapan [avidya] yang berat danekstrim. Hanya dalam kelahiran sebagai manusia ini kita terhindar darikesengsaraan dan kegelapan ekstrim yang menghalangi kita melakukanperjuangan spiritual, untuk menyempurnakan kesadaran Atma. Di alam-alam bawah atau kehidupan binatang, teramat sangat sulit untuk dapatmelakukan perjuangan spiritual, karena kesengsaraan dan kegelapan[avidya] terlalu ekstrim. Hanya dalam kelahiran sebagai manusia kita mendapat kesempatanyang sangat berharga untuk mempelajari ajaran dharma dan kita memilikikemampuan untuk memahami ajaran dharma. Karena kita mampu untukmemahami, berarti kita juga memiliki peluang besar untuk mampumelaksanakannya. Sehingga kita menyadari betapa berharganya kesempatan terlahirsebagai manusia, jika dibandingkan dengan menjadi mahluk-mahluk bawahatau binatang yang tidak dapat berbuat banyak untuk memperbaikikesadaran. Karena mereka tidak ada kesempatan mempelajari ajarandharma, tidak mampu memahami ajaran dharma dan tidak mampumelaksanakannya. Maka hendaknya kita tergerak untuk memanfaatkan

kesempatan sangat berharga yang kita miliki sebagai manusia dan tidakmelewatkannya.3. Mencegah diri kita sendiri mengalami kejatuhan spiritual dalamsamsara. Semua perjalanan kehidupan pasti berujung akhir pada kematian.Ada manusia yang menjalani hidup dalam ke sia-siaan hidup [hidup denganmelakukan banyak pelanggaran-pelanggaran dharma yang berat danberbahaya], ada manusia yang menikmati perjalanan kehidupan secaraduniawi [walaupun hanya sesaat, hanya sepanjang kehidupan manusia yangsingkat] dan ada manusia yang bertindak benar dengan berjuang dalamperjalanan kehidupan untuk menyempurnakan kesadaran Atma. Secara mendasar ajaran dharma berpusat kepada kenyataan siklussamsara. Dimana dalam bahasan ini kita akan mengamati pada dua bagiankenyataan paling mendasar dari samsara, yaitu :1. Kepada kenyataan bahwa kita semua pasti akan mati.2. Kepada kenyataan bahwa setelah mati kita akan terlahir kembali atauditarik menuju alam-alam tertentu sesuai dengan akumulasi karma kitamasing-masing. Ini merupakan dasar perenungan, mengenai apa yang benar-benardapat menolong kita ketika kematian [yang pasti akan dialami semuamahluk] sudah waktunya untuk datang. Jika kita mengisi kehidupan hanyauntuk mengumpulkan kekayaan, harta benda, mendapatkan kekuasaan,kehormatan, keterkenalan, dsb-nya, semua itu tidak dapat menolong kitapada saat kematian. Atau jika kita mengisi kehidupan hanya untukmendapatkan kesenangan dan kenikmatan duniawi, semua itu juga samasekali tidak dapat menolong kita pada saat kematian.

Sebagaimana leluhur kita di Bali mewariskan ajaran dharmatradisional, “lekad melalung mati mase melalung”, lahir tidak memakaiatribut apapun, setelah mati juga tidak dapat memakai atribut apapun.Itulah kenyataan kehidupan. Setiap ciptaan di alam ini ada awal dan akhirnya. Setiap mahluk yangterlahir suatu saat akan mengalami kematian sebagai akhir kehidupan.Demikian juga dengan kekayaan, harta benda, kekuasaan, kehormatan,keterkenalan, dsb-nya, semuanya memiliki masa akhir. Dan akhir darisemua kekayaan, harta benda, kekuasaan, kehormatan, keterkenalan, dsb-nya, tidak akan menimbulkan kesulitan dan kesengsaraan, jika kita mengisikehidupan dengan ketekunan melaksanakan praktek 11 [sebelas] Eka DasaSadhya-Sadhana. Sebagian besar manusia tidak tahu kapan kematian akan datang. Kitabisa mati kapan saja. Tidak harus menunggu tua atau menunggu sakit.Sekalipun kita masih berusia muda, sehat dan segar, sewaktu-waktu kitabisa mengalami kecelakaan dan langsung seketika mati. Tapi jika kita telahmengisi kehidupan ini dengan tekun melaksanakan ajaran dharma, berartikita telah melangkah di jalan yang benar. Karena satu-satunya hal yangdapat menolong kita di alam kematian adalah jika kita telah sepenuhnyamemanfaatkan waktu kehidupan berharga kita sebagai manusia untuktekun melaksanakan ajaran dharma, untuk melaksanakan sadhana, untukmenyempurnakan kesadaran Atma. Itulah langkah yang dapat mencegah diri kita sendiri mengalamikejatuhan spiritual dalam samsara. Mencegah diri kita sendiri pada saatkematian ditarik menuju alam-alam bawah atau terlahir kembali sebagaibinatang. Mencegah diri kita sendiri mengalami dhuka punarbhawa, yaitudari kehidupan sebagai manusia, terlahir kembali “turun tingkat” menjadibinatang atau mahluk-mahluk alam bawah. Yang berarti kita harusmengulangi lagi perjuangan sangat berat untuk mengumpulkan akumulasikarma baik yang sangat banyak dalam jangka waktu sangat panjang, agarkita dapat terlahir kembali sebagai manusia.

Suatu saat kita semua pasti akan mati. Cara kita menjalani kehidupanini sangat menentukan perjalanan kita di alam kematian. Badan fisik kitapasti akan lapuk dan lebur dimakan oleh alam. Harta dan kekuasaanduniawi tidak dapat menyelamatkan kita di alam kematian. Nama baik,kehormatan dan gelar tinggi tidak berguna di alam kematian. Lalu kelakketika kita dipaksa oleh alam untuk mati, tentunya kita tidak inginmembawa kualitas kesadaran yang buruk dan akumulasi karma buruk yangbanyak. Sungguh sangat disayangkan jika kita menyia-nyiakan kesempatanhidup sebagai manusia. Terutama jika kelak disaat kematian kitameninggalkan dunia sebagai jiwa tanpa kualitas kesadaran atau membawabanyak karma buruk. Sudah tentu kita ingin menjadi pemenang perjalanankehidupan, yaitu mengakhiri perjalanan kehidupan dengan mencapaikualitas kesadaran yang galang apadang [bercahaya terang benderang],serta akumulasi karma baik yang berlimpah. Inilah bahan perenungankehidupan untuk kita semua.4. Menjalani hidup secara lebih damai untuk diri kita sendiri dansemua mahluk. Dengan tekun melaksanakan ajaran dharma, maka kita akan dapatmenghadapi perjalanan kehidupan secara lebih damai dan selamat. Cobakita renungkan sendiri. Misalnya [contoh], dengan lebih sedikit iri hati dansentimen, sudah tentu pikiran-perasaan kita akan lebih damai, sudah tentukita akan lebih sedikit melukai perasaan orang lain, dan dengan lebihsedikit melukai perasaan orang lain dengan sendirinya hidup kita akan lebihtenang dan selamat. Dengan lebih sedikit merasa tidak puas, sudah tentupikiran-perasaan kita akan lebih tenang, sudah tentu kita akan lebih sedikitmembuat masalah dengan orang lain, dan dengan lebih sedikit membuatmasalah dengan orang lain sebagai hasilnya hidup kita akan lebih tenangdan selamat.

Ajaran dharma merupakan sumber kebijaksanaan yang mengajarkankita cara menjalani kehidupan, dengan rangkaian cara yang membuat dirikita sendiri dan orang lain menjadi lebih damai dan bahagia. Melaksanakanajaran dharma adalah untuk kedamaian, kebahagiaan dan keselamatanhidup bagi diri kita sendiri, untuk pencapaian diri sendiri, serta sekaligusuntuk memberi manfaat kepada semua makhluk. Untuk menciptakankebaikan dan keberkahan bagi semua mahluk di alam semesta. Sehinggaalam semesta ini lebih damai dan harmonis.5. Mencapai Moksha. Kenyataan sejati semua mahluk di dalam dirinya yang terdalamadalah Atma. Tapi kita tidak mampu menyadarinya, karena kesadaran kitatertutup oleh kabut sad ripu [enam kegelapan pikiran] dan ahamkara [ego,ke-aku-an]. Sad ripu [enam kegelapan pikiran] dan ahamkara [ego, ke-aku-an]inilah yang menyebabkan kita tidak mampu menyadarinya kenyataan dirikita yang sebenarnya, yaitu kesadaran Atma. Yang menyebabkan kita terusberputar-putar tanpa henti dalam siklus samsara. Jatuh bangun dalamkesengsaraan, ketidaktahuan dan kebingungan, dalam jangka waktu yangtidak terhingga panjangnya. Cara untuk menghentikan siklus samsara adalah dengan mencapaikesadaran Atma. Mengembalikan secara sempurna kesadaran tentangkenyataan diri kita yang sebenarnya. Ketika kesadaran Atma telah kembalisempurna disaat itu juga kita mengalami moksha [pembebasan sempurna]dan sekaligus menghentikan siklus samsara. Walaupun hanya dikatakan saja “mencapai” kesadaran Atma.Sesungguhnya kita tidak pernah “mencapai” kesadaran Atma, karena dariawal yang tidak berawal, kenyataan sejati di dalam diri kita yang terdalamselalu adalah Atma, tidak pernah hilang atau berubah. Tapi kita tidak

menyadarinya karena kesadaran kita terhalang oleh kabut sad ripu [enamkegelapan pikiran] dan ahamkara [ego, ke-aku-an]. Mencapai kesadaran Atma berarti kita hanya perlu menyadarinyakembali. Caranya dengan melenyapkan penghalang-penghalangnya dankesadaran Atma akan hadir dengan sendirinya. Penghalangnya adalah sadripu dan ahamkara. Laksana permata berkilau yang diselimuti lumpur dantanah. Permata itu selalu ada disana, tapi kita tidak menyadarinya karenapermata itu tertutup oleh lumpur dan tanah. Ketika lumpur dan tanahnyadisingkirkan [sad ripu dan ahamkara] permatanya langsung kelihatandengan sendirinya.

Bagian 2 HUKUM KARMA Hukum karma adalah hukum besi yang berlaku pasti di alam semestaini, hukum alam yang tidak bisa dibendung, yaitu apapun perbuatan atauperkataan kita secara pasti akan menghasilkan akibat. Ini berarti bahwasegala bentuk kebahagiaan atau kesengsaraan yang kita alami dalam hidupini sesungguhnya semua berasal dari perbuatan atau perkataan kita sendiridi masa waktu sebelumnya. Dalam kaitannya dengan hukum karma, manusia itu swatantra katah,artinya manusia itu bebas melakukan perbuatan atau perkataan apa saja.Tapi manusia tidak akan dapat bebas dari akibatnya karena adanya hukumkarma di alam semesta ini. Para Maharsi, para Guru suci dan para Danghyang yang wikan dariberbagai jaman, telah melakukan penelitian dan penembusan niskaladengan sangat hati-hati, teliti dan mendetail mengenai hukum karma.Darisana dapat diketahui bahwa hukum karma itu sangat rumit dankompleks, sehingga ketika kita membicarakan hukum karma akan terlihatseperti pembahasan-pembahasan yang panjang dan rumit. Tapibagaimanapun juga pembahasan-pembahasan ini memberikan kitapetunjuk sangat berharga sebagai panduan hidup.I. LIMA KEPASTIAN HUKUM KARMA Ada lima kepastian dari hukum karma, yaitu :1. Semua sebab pasti akan menghasilkan akibat. Jika kita dalam hidup ini kita mengalami kesengsaraan atau kesialan[misalnya jatuh sakit, kecurian, kecelakaan, kena tipu, ban motor pecah di

jalan, dsb-nya], hal itu pasti merupakan akibat dari karma-karma buruk kitadi masa waktu sebelumnya. Sebaliknya jika kita mengalami kebahagiaan,hal itu pasti merupakan akibat dari karma-karma baik kita di masa waktusebelumnya. Kaitan erat antara perbuatan atau perkataan kita, yang kelakakan menghasilkan kesengsaraan atau kebahagiaan, sangat penting untukdipahami sebagai hukum yang bekerja di alam semesta ini.2. Semua akibat pasti berasal dari sebab. Jika kita tidak melakukan suatu perbuatan atau perkataan tertentu,kita tidak akan mengalami akibat-akibatnya. Misalnya ada sebuahkecelakaan bis dimana banyak orang yang tewas, tapi ada juga beberapaorang yang bisa selamat. Ini disebabkan karena mereka tidak melakukansebab-sebab yang memungkinkan mereka tewas dalam kecelakaan itu, jadimereka tidak mengalami akibat-akibatnya.3. Adanya kepastian akibat. Jika kita melakukan suatu perbuatan atau perkataan tertentu, akibatkarmanya tidak akan lenyap dengan sendirinya. Pada suatu waktu karma itupasti akan datang. Mungkin saja perlu waktu 100.000 [seratus ribu] tahun,tapi karma itu pasti tetap akan datang.4. Adanya peningkatan dari akibat. Karma itu dapat berdampak berantai. Dari perbuatan atau perkataankecil, kemudian akibat-akibat yang sangat besar dapat muncul. Misalnyakita berkata atau bertindak kasar pada pasangan kita, kemudian kita tidakbicara satu sama lain. Semakin lama kita membiarkannya tanpa mencobamenyelesaikan masalahnya, maka semakin besar kemarahan terasa dansemakin sulit atau rumit masalahnya dapat diselesaikan. Selain itu, akibat karma tidak selalu terjadi seperti laju sebuah garislurus. Berbagai perbuatan atau perkataan dapat berakibat sekaligus pada

satu hal saja. Demikian juga sebaliknya, satu perbuatan atau perkataandapat berakibat banyak hal pada berkali-kali masa kehidupan. Misalnya kitamemfitnah seorang Guru suci yang asli, atau pembawa ajaran dharma yangasli [ajaran dharma yang sesuai dengan kenyataan kosmik], maka akibatnyaselama berkali-kali masa kehidupan kita akan tenggelam dalam kegelapanavidya.5. Karma buruk bisa dihapuskan. Jika kita melakukan suatu perbuatan atau perkataan yang berdampakmenyengsarakan mahluk lain, pada suatu waktu karma itu pasti akandatang. Karena dalam hukum karma, semua sebab akan menghasilkanakibat dan akibat itu suatu saat pasti akan datang. Kecuali jika kita tekunmelaksanakan sadhana-sadhana yang dapat menghapus karma buruk. Jika kita dalam hidup ini kita mengalami kesengsaraan atau kesialan[misalnya jatuh sakit, kecurian, kecelakaan, kena tipu, ban motor pecah dijalan, dsb-nya], sudah pasti hal itu merupakan akibat dari karma-karmaburuk kita di masa waktu sebelumnya. Tapi ini tidak berarti bahwa jika dimasa waktu sebelumnya kita pernah melakukan perbuatan atau perkataanyang berdampak menyengsarakan mahluk lain, maka kemudian semuanyaakan menghasilkan akibat kesengsaraan. Tidak selalu. Karena karma-karmaburuk dapat dihapuskan melalui ketekunan kita melaksanakan sadhana-sadhana yang dapat menghapus karma buruk. Jika kita telah tekun menahan diri dari melakukan kejahatan danbanyak melakukan kebaikan-kebaikan, serta kita sangat tekun melakukansadhana-sadhana yang dapat menghapus karma buruk [sadhana samvaradan nirjara], maka sesungguhnya tidak ada lagi bahaya yang harus kitatakutkan. Bahkan jika kita pergi ke suatu tempat penuh bahaya, denganbanyak penjahat kejam berkeliaran di sana, kita tidak akan mengalamiperampokan, karena karma-karma buruk kita sebagai penyebab yangmemungkinkan kita dirampok telah terhapuskan.

Karma tidaklah bersifat statis atau mutlak tidak berubah, tapi bersifatdinamis. Tidak ada sesuatu yang kekal di alam semesta ini, semuanya adadalam gerak dinamis yang selalu berubah, termasuk karma. Sehinggakarma setiap mahluk juga berubah-ubah, yang semata-mata ditentukanoleh apa pilihan perkataan dan perbuatan kita masing-masing. Karma adalah hukum sebab dan akibat. Sebab dan akibat berartisetiap pengalaman bahagia dan sengsara yang kita alami dalam kehidupanpasti ada sebabnya. Jika sebabnya diringankan maka ringan juga akibatnya.Jika sebabnya dapat diatasi [dihapuskan] dengan melaksanakan sadhana-sadhana yang dapat menghapus karma buruk, maka akibatnya-pun jugaakan lenyap. Kebahagiaan dapat dihadirkan dan penderitaan juga dapatdihindari, jika kita merubah sebab-sebabnya.II. JENIS-JENIS KARMA Jika kita membicarakan klasifikasi jenis-jenis karma, makasesungguhnya terdapat sangat banyak berbagai macam jenis karma.Dimana secara garis besar berbagai macam jenis karma yang sangatbanyak tersebut dikelompokkan menjadi delapan pokok besar jenis-jeniskarma, yang disebut dengan asta karma-parinama, yaitu :1. Nama Karma. Nama karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yangmenentukan kita lahir dalam tubuh mahluk apa dan dengan kondisi badanfisik bagaimana. Karma ini yang menentukan tubuh fisik kelahiran kembali[punarbhawa, reinkarnasi] kita sebagai mahluk. Ada yang terlahir kembali dalam tubuh manusia, tapi ada juga yangkarena banyak akumulasi karma buruknya kemudian mengalami kejatuhanspiritual yaitu harus terlahir kembali dalam tubuh binatang [menjadibinatang]. Juga kita perhatikan tubuh manusia, ada yang berwajah menarik

ada yang jelek, ada yang tinggi ada yang pendek, ada yang berambut lurusada yang keriting, ada yang kulitnya putih ada yang hitam, dsb-nya.2. Gotra Karma. Gotra karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yangmenentukan seperti apa dan dimana kelahiran kita, serta bagaimanapengalaman dalam perjalanan hidup kita. Misalnya kita dilahirkan di tempat dan situasi lingkungan seperti apa[lingkungan kacau atau damai, banyak kejahatan atau aman, dsb-nya], lahirdi keluarga seperti apa [orang tua, kaya atau miskin, agama yang dianut,dsb-nya], dalam kehidupan kita bertemu dengan siapa [teman, sahabat,rekan kerja, perjodohan dengan suami atau istri, anak, dsb-nya]. Sertabagaimana pengalaman hidup kita seperti misalnya sukses atau gagal,sehat atau sakit, berumur panjang atau pendek, atau seperti mengalamitabrakan motor di jalan, menang undian, mengalami sial, kecurian, dsb-nya.3. Vedaniya Karma. Vedaniya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yangmempengaruhi kecenderungan sifat-sifat dasar kita, kondisi pikiran danperasaan, serta gejolak emosi kita. Karma ini yang menyebabkan mengapa ada orang yangkecenderungan sifatnya pemarah atau sebaliknya penyabar, ada yangpemurung atau sebaliknya ceria, ada yang pemberani atau sebaliknyapenakut, ada orang yang mudah grogi atau sebaliknya sangat percaya diri,dsb-nya. Karma ini juga yang menyebabkan mengapa kita jatuh cinta, ataumengapa kita mudah sekali membenci seseorang, dsb-nya. Vedaniya karma yang menyebabkan ada orang yang punyakecenderungan sifat sabar, tenang dan pemaaf, demikian juga sebaliknya,

ada orang yang punya kecenderungan sifat pemarah, gelisah danpendendam.4. Mohaniya Karma. Mohaniya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yangmempengaruhi kecerdasan spiritual dan tingkat dimensi kesadaran kita. Ini sebabnya mengapa ada orang yang lebih tertarik judi, korupsi atauselingkuh dibandingkan melaksanakan dharma. Ada orang yang lebihtertarik pergi dugem atau ke kafe dibandingkan pergi tirtayatra ke pura-pura, dan kalaupun dia pergi ke pura yang dia pikirkan dan lakukansemata-mata adalah untuk tujuan keduniawian. Ada orang yang lebih sukamenonton infotaintment dan bergossip dibandingkan dengan dudukmeditasi. Mohaniya karma juga yang menyebabkan ada sebagian orang yangdengan mudah dapat memilah mana ajaran religius yang benar, atausebaliknya ada juga sebagian orang yang dengan mudah terperdaya olehajaran religius yang palsu, sehingga yang dia pegang dan yakini adalahajaran religius yang palsu. Atau menyebabkan orang mengalamikesalahpahaman spiritual, seperti misalnya menganggap dirinya melakukanhal yang baik, benar dan suci, padahal sesungguhnya yang dilakukannyaadalah hal yang melanggar dharma. Atau dapat juga terjadi sebaliknya,mohaniya karma menyebabkan seseorang mengalami rasa bersalah karenamenyangka dirinya melakukan hal yang salah dan melanggar dharma,padahal bila diselami secara mendalam ternyata tidak.5. Jnanavaraniya Karma. Jnanavaraniya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karmaperintang [penghalang karma], yang membuat kita tidak dapatmemaksimalkan kecemerlangan intelek. Seperti membuat kita mengalamikesulitan dalam penyerapan [pemahaman] ilmu pengetahuan, atau

memahami penjelasan orang lain. Dengan kata lain karma ini akanmembuat kita cenderung tumpul, bodoh, lamban dan buntu terhadappengetahuan atau penjelasan.6. Antaraya Karma. Antaraya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karmaperintang [penghalang karma], yang merintangi kita untuk menerimapemberian, menerima jasa kebaikan, atau menikmati hasil dari upaya kerjakita. Serta menghambat dan menyulitkan kita untuk melakukan kebaikan-kebaikan bagi mahluk lain. Antaraya karma juga yang menyebabkanmunculnya di dalam diri kita keengganan berbuat, atau melakukan sesuatu,seperti kemalasan atau rasa mudah putus asa. Misalnya ada orang mengirimkan kita paket hadiah, tapi kita tidakmendapatkannya karena alamat yang dikirim salah. Atau karma inimenyebabkan kita tidak bisa menikmati hasil seimbang dari upaya kerjakita. Misalnya kita harus bekerja keras, tapi hasil atau pemasukannya sangatsedikit. Karma ini juga menyebabkan kita mengalami rintangan di dalammelakukan kebaikan-kebaikan, walaupun kita berniat melakukannya.Misalnya ada orang sakit yang sangat memerlukan uang untuk membeliobat, tapi kita sendiri tidak bisa membantu karena kita tidak punya uang.Atau kita ingin menolong orang lain dan tahu caranya, tapi kita tidak bisamelakukannya karena kita tidak punya waktu dan kesempatan.7. Darsanavaraniya Karma. Darsanavaraniya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karmaperintang [penghalang karma], yang merintangi kita menggunakan potensimaksimal dari badan fisik dan indriya kita.

Darsanavaraniya karma adalah yang membuat mata kita menjadirabun, buram atau mengalami kebutaan. Atau contoh lain membuat telingakita menjadi kurang pendengarannya atau tuli. Karma ini juga yang menjadipenyebab kita mengalami jatuh sakit karena gangguan fungsi organ tubuh,kerusakan organ tubuh, atau kelumpuhan badan.8. Ayusya Karma. Ayusya karma adalah kelompok berbagai jenis-jenis karma yangmenentukan seperti apa dan bagaimana perjalanan atma dialam kematian.Serta yang menjadi penentu, setelah melewati alam antarabhava [alamkematian], atma akan ditarik terhisap kemana, menuju kelahiran kembaliberikutnya atau menuju alam-alam yang sesuai dengan akumulasi karma-karma kita sendiri. Apakah atma akan terlahir kembali sebagai manusia,ataukah akan terlahir kembali sebagai binatang, ataukah atma akan terjatuhke alam-alam bawah [bhur loka], atau naik ke alam-alam suci para dewa[swah loka]. Itu semua ditentukan oleh ayusya karma.III. RENTANG WAKTU KARMA Berdasarkan rentang waktu, karma terdiri dari tiga jenis karma-phalayang didasarkan atas rentang waktu dari buah karma atau karma-phala itumenjadi matang, lalu menjadi sebuah kejadian yang kita alami dalamkehidupan, yaitu :1. Sancita Karmaphala. Sancita karma-phala disebut juga karma kehidupan masa lalu. Yaitutindakan yang kita lakukan di banyak kehidupan-kehidupan sebelumnya,yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima dikehidupan saat ini. Apa saja yang dapat kita kerjakan dan pahami dengan mudah dikehidupan ini, seperti bekerja di tempat kerja, membuka usaha, mencari

jodoh, mendalami ajaran dharma yang asli, dsb-nya, merupakan akibat dariperbuatan atau perkataan kita yang berdampak membahagiakan mahluklain di kehidupan kita sebelumnya. Demikian juga halnya dengan segalakesengsaraan yang kita alami di kehidupan ini, seperti jika kita banyakmengalami kesulitan, banyak mengalami kesengsaraan, jatuh sakit,berumur pendek, dsb-nya, merupakan akibat dari perbuatan atauperkataan kita yang berdampak menyengsarakan mahluk lain di kehidupankita sebelumnya. Misalnya ada dua orang pengusaha, yang satu bekerja sangat kerasdan mengalami kegagalan, tapi yang satunya lagi tidak harus bekerjademikian keras dan mengalami keberhasilan. Atau ada dua wanita, yangsatu berusaha sangat keras tapi selalu dipermainkan laki-laki, tapi yangsatunya lagi lancar saja dapat bertemu dengan jodoh yang baik. Itu semuaumumnya merupakan sancita karmaphala. Atau misalnya ada orang yang baik dan jujur, tapi hidupnya penuhdengan kesulitan dan kesengsaraan. Di lain sisi ada orang yang culas, jahatdan melakukan banyak pelanggaran dharma, tapi hidupnya lancar danaman. Ini bukan karena hukum karma tidak bekerja, tapi karena setiaporang yang terlahir ke dunia ini membawa akumulasi sancita karmaphaladari kehidupan-kehidupan sebelumnya yang sangat banyak. Manusia yang terlahir dengan membawa akumulasi karma baik yangsangat banyak, analoginya seperti menyeberangi samudera kehidupandengan kapal yang sangat besar. Jika mereka melakukan perbuatan yangburuk itu ibaratnya seperti melubangi kapal. Tapi karena kapalnya sangatbesar, lubang-lubang [perbuatan buruk] memerlukan waktu yang lamauntuk menenggelamkan kapalnya. Sedangkan manusia yang terlahirdengan membawa akumulasi karma baik yang sedikit, analoginya sepertimenyeberangi samudera kehidupan dengan kapal yang kecil. Jika merekamelakukan sedikit perbuatan buruk saja maka perahunya cepat sekalitenggelam.

2. Prarabda Karmaphala. Prarabda karma-phala disebut juga karma kehidupan masa kini. Yaitutindakan yang kita lakukan di kehidupan saat ini, yang buah karma-nyamatang dan kita terima di kehidupan saat ini juga. Perputaran karma tidak selalu berputar antar kehidupan. Bisa terjadiperputaran karma langsung terwujud pada masa hidup sekarang ini.Perbuatan baik atau buruk yang diperbuat pada masa hidup sekarang inilangsung mendapat akibatnya pada hidup ini juga. Perbuatan baik akanmenerima yang baik dan perbuatan buruk akan menerima yang buruk.3. Kriyamana Karmaphala. Kriyamana karma-phala disebut juga karma masa kehidupanmendatang. Yaitu tindakan yang kita lakukan di kehidupan saat ini, yangbuah karma-nya baru matang dan kita terima di kehidupan mendatang. Misalnya ada penjahat yang tidak pernah dapat ditangkap polisi, atauorang yang memfitnah kita tidak pernah ketahuan dan hidupnya aman-aman saja. Demikian juga sebaliknya, ada orang yang baik sekali tapihidupnya penuh kesengsaraan. Karena karma-karma dari perbuatan atauperkataan yang telah dilakukan masih tertunda untuk mengalami akibat,yang baru akan dia terima di kehidupan mendatang.IV. BESAR-KECILNYA AKIBAT KARMA DARI SUATU PERBUATAN ATAUPERKATAAN Membicarakan hukum karma kita sama sekali tidak membicarakankesan-kesan pikiran-perasaan [samskara] atau gagasan [vasana] mengenaisalah-benar, baik-buruk, suci-kotor, dsb-nya. Kita sama sekali tidakmembicarakan moralitas agama, atau membicarakan norma dan susilamasyarakat.

Ketika membicarakan hukum karma, secara mendasar berarti kitamembicarakan hukum alam semesta, yaitu karena ada perbuatan atauperkataan kita yang menjadi sebabnya kemudian muncul akibatnya. Secaramendasar sesederhana itu saja. Hukum alam semesta [hukum karma] itunetral, disana tidak ada penilaian salah-benar, baik-buruk, suci-kotor, dsb-nya. Dalam hukum karma kita membicarakan kekuatan alam semesta yangbekerja berlandaskan pada suatu hukum kosmik, bahwa karena adanyasebab akan menghasilkan dampak akibat. Terdapat 11 [sebelas] landasan penunjang yang dapat mempengaruhibesar-kecilnya kekuatan akibat dari suatu karma baik maupun dari suatukarma buruk.1. Penunjang berupa dampak [akibat] dan dorongan [niat, motif]. Dalam hukum karma, tidak hanya perbuatan dan perkataan saja yangakan menimbulkan akibat karma, tapi dorongan [motif, niat] yangmenyertainya juga ikut menimbulkan akibat karma. Disini kita tidakmembicarakan kesalahan, pahala atau hukuman, melainkan tindakan dandorongan kita yang direspon oleh hukum alam semesta [hukum karma]menjadi akibat. Kita bisa melakukan sebuah tindakan baik [berdampakmembahagiakan mahluk lain] dengan dorongan yang buruk [berdampakmenyengsarakan]. Misalnya saat kita membantu atau menolong orang laintapi kita melakukannya dengan motif, atau dengan niat mengharapkanbalasan. “Saya membantu kamu mengerjakan ini agar nanti kamumembantu saya” atau “saya menolong kamu agar nanti kamu bersikap baikkepada saya” atau “saya menyumbang ke panti asuhan agar saya terkenaldan dikagumi orang”. Tindakan membantu atau menolong ini berdampakmembahagiakan, tapi mengharapkan balasan ini berdampakmenyengsarakan. Tindakan yang baik akan berakibat kebahagiaan tertentu,sementara dorongan yang buruk akan berakibat kesengsaraan tertentu.

Atau sebaliknya, kita bisa melakukan sebuah tindakan buruk[berdampak menyengsarakan] dengan dorongan yang baik [berdampakmembahagiakan mahluk lain]. Misalnya kita memarahi dan mencubit anakkita, tapi dorongannya [motifnya] sangat baik, untuk menyelamatkannyawanya. Sebagai contoh, jika anak kita lari ke jalan dan kita berbicarasecara halus, “sayang, kamu jangan lari ke jalan,” hal itu tidak akanmenghentikan anak kita. Jika kita menangkapnya, memarahinya danmencubitnya, ini sangat mungkin akan berhasil, yaitu anak kitaterselamatkan. Tapi tetap saja bahwa tindakan buruk akan berakibatkesengsaraan tertentu, sementara dorongan yang baik akan berakibatkebahagiaan tertentu. Yang sangat harus dihindari adalah sebuah tindakan buruk[berdampak menyengsarakan mahluk lain] dengan dorongan yang jugaburuk [berdampak menyengsarakan]. Misalnya kita menjelekkan ataumemojokkan orang lain untuk melampiaskan rasa kecewa atau tidak puaskita, kita merendahkan agama lain untuk membenarkan agama yang kitayakini, kita melakukan selingkuh untuk membahagiakan diri sendiri, kitamelakukan korupsi agar bisa dugem, kita ngebut dijalan [mengganggu danmembahayakan orang lain] untuk mendapat perhatian orang atau untukmenyenangkan diri sendiri, dsb-nya, banyak sekali contohnya. Hukum karma itu sangat rumit dan kompleks. Berapa besar akibatkebahagiaan atau kesengsaraan yang secara karma akan kita terima sangattergantung kepada berapa besar tindakan kita yang berdampakmembahagiakan atau menyengsarakan, serta berapa besar dorongan[motif, niat] kita yang berdampak membahagiakan dan menyengsarakan.Sehingga kita memerlukan kebijaksanaan untuk dapat benar-benarmengenali, mana yang berdampak membahagiakan dan mana yangmenyengsarakan. Sebagai contoh untuk memperjelas, kita ambil lagi contoh anak yanglari ke jalan itu, tindakan buruk [berdampak menyengsarakan] memarahidan mencubit anak kita akan menghasilkan sedikit akibat kesengsaraan.

Tapi dorongannya [motifnya] yang baik [berdampak membahagiakan] akanmenghasilkan akibat kebahagiaan yang jauh lebih besar dibandingkanmenghasilkan akibat sengsara-nya, yaitu anak kita terselamatkan, sertaanak kita menghargai kita karena kita peduli kepadanya. Atau contoh lain misalnya, kita menggugurkan kandungan diluarnikah untuk menjaga nama baik keluarga. Dorongan [motifnya]menghasilkan sedikit akibat kebahagiaan, yaitu nama baik keluarga terjaga.Tapi menggugurkan kandungan itu merupakan tindakan yang sangat buruk[berdampak sangat menyengsarakan atma janin yang dikandung], termasukkarma berat pembunuhan. Yang kelak akan menghasilkan akibatkesengsaraan yang jauh lebih besar dibandingkan menghasilkan akibatbahagia-nya. Yang paling disarankan di jalan dharma adalah sebuah tindakan baik[berdampak membahagiakan mahluk lain] dengan dorongan yang jugabaik [berdampak membahagiakan]. Misalnya menolong orang lain dengantulus [tanpa mengharapkan timbal balik dalam bentuk apapun], dengandorongan [motif, niat] semata untuk kebahagiaan orang itu saja. Kita rajinbelajar untuk membahagiakan orang tua dan untuk mempersiapkan masadepan yang baik. Kita rajin sembahyang, melukat dan meditasi, agar kitalebih sabar, sehingga kita lebih sedikit menyakiti orang lain. Dsb-nya.2. Penunjang berupa Desa Kala Patra [tempat, waktu, kondisikeadaan]. Yaitu dampak akibat dari suatu perbuatan atau perkataan dibedakanberdasarkan desa-kala-patra [tempat, waktu, kondisi keadaan]. Suatuperbuatan atau perkataan yang sama persis, dapat menghasilkan dampakyang sangat berbeda [membahagiakan atau menyengsarakan] semata-mata karena berlandaskan kepada desa-kala-patra. Jika kita melakukan suatu perbuatan atau perkataan yang walaupundianggap baik dan patut secara norma dan susila masyarakat, tapi jika kita

melakukannya pada desa kala patra [tempat, waktu dan keadaan] yangsalah, maka itu tidak akan menghasilkan karma baik, tapi malah sangatmungkin menghasilkan karma buruk. Sebaliknya jika kita melakukan suatuperbuatan atau perkataan yang walaupun dianggap tidak patut secaranorma dan susila masyarakat, tapi kita melakukannya pada desa kala patra[tempat, waktu dan keadaan] yang tepat, maka itu tidak akan menghasilkankarma buruk, tapi malah sangat mungkin menghasilkan karma baik. Dalam mengenali hukum karma, kita memerlukan semacamkeluwesan, kita memerlukan kesadaran untuk membedakan. Bagaimanasuatu perbuatan atau perkataan kita yang tepat dan mana yang tidak tepatsesuai dengan desa kala patra [tempat, waktu dan keadaan]. Dalam mengenali suatu perbuatan atau perkataan yang berlandaskandharma, kita perlu mengenali banyak landasan-landasan berlawanan yangberbeda-beda, tidak hanya satu atau dua landasan saja. Kita tidak membicarakan tentang kesan-kesan pikiran [samskara] ataugagasan [vasana] mengenai salah-benar, baik-buruk, atau suci-kotor, dsb-nya. Kita tidak membicarakan moralitas agama, atau membicarakan normadan susila masyarakat. Karena kehidupan dan keberadaan kita sangat rumitdan kompleks, sehingga satu jalan tertentu tidak akan selalu menjadi carapaling tepat pada tempat, waktu, atau keadaan yang berbeda-beda. Agarkita dapat benar-benar mampu menerapkan beberapa jalan dalamkehidupan sehari-hari, hendaknya kita tidak terikat kepada dualitas salah-benar baik-buruk, melainkan kita dituntut untuk memiliki banyak keluwesandan kesadaran untuk membedakan.3. Penunjang dalam bentuk perasaan disaat kita melakukan suatuperbuatan atau perkataan. Melukai seseorang dengan perasaan sangat marah dan benci akanmenghasilkan akibat karma buruk yang jauh lebih besar jika dibandingkandengan melukai seseorang dengan sedikit saja rasa marah atau benci. Atau

jika kita mencuri dengan dilandasi perasaan serakah [tidak puas atau tidakbersyukur dengan apa yang kita miliki] akan menghasilkan akibat karmaburuk yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kita mencuri agartidak mati kelaparan. Demikian juga sebaliknya, dalam perbuatan atau perkataan yangberdampak membahagiakan mahluk lain, jika kita melakukannya dengandilandasi perasaan belas kasih dan kebaikan yang benar-benar tulus, ituakan menghasilkan akibat karma baik yang jauh lebih besar jikadibandingkan dengan kita membantu orang karena ada maunya, ataukarena diberikan imbalan, atau mengharapkan balasan.4. Penunjang dalam bentuk avidya [kebodohan] disaat kita melakukansuatu perbuatan atau perkataan. Jika kita melakukan suatu perbuatan atau perkataan secara egois,hanya peduli pada diri kita sendiri dan tidak peduli pada masalah pentingorang lain atau yang menyakiti mereka. Misalnya kita secara sengaja pergike suatu tempat, untuk melanggar aturan adat yang dianggap sangatpenting oleh masyarakat disana [tuan rumah] karena kita merasa diri kitasepenuhnya benar. Atau kita ikut berperang untuk membunuh semuaorang dari kelompok tertentu dan kita berpikir bahwa hal itu sepenuhnyabenar karena kita merasa membela kebenaran. Atau kita membunuhbinatang dan merasa itu sepenuhnya benar karena mereka diciptakanTuhan untuk kita gunakan. Jika pikiran [avidya] seperti itu menyertaiperbuatan atau perkataan kita, maka akibat karma buruknya akan jauh lebihbesar dan berat. Lebih jauh dari itu, suatu tindakan berdampak menyengsarakanmahluk lain, secara karma akan menjadi berat sekali bobotnya jika kitamelakukannya dengan riang-gembira, kita merasa senang atau puassetelah melakukannya, tidak menganggapnya sebagai sebuah kesalahandan tidak menganggap hal itu memiliki akibat karma buruk.

Kebalikan dari hal ini adalah jika kita secara terbuka mengakui bahwaperbuatan atau perkataan yang kita lakukan itu merupakan sebuahkesalahan. Bahkan walaupun disaat melakukannya kita tidakmenganggapnya sebagai suatu kesalahan, tapi kemudian setelah itu terjadikita menyadari dan mengakui bahwa itu merupakan kesalahan, hal itu akanmulai meringankan kekuatan akibat karma buruknya. Yang lebih mendalam lagi jika kita memiliki niat dan melakukan usahauntuk memperbaiki dampak menyengsarakan yang telah kita timbulkandengan cara melakukan tindakan-tindakan penyeimbang yang berdampakmembahagiakan mahluk lain.5. Penunjang dalam bentuk besarnya dampak kesengsaraan ataudampak kebahagiaan yang diakibatkan dari perbuatan atau perkataankita terhadap mahluk lain. Ini tergantung dari besarnya dampak kesengsaraan atau dampakkebahagiaan yang muncul akibat perbuatan atau perkataan kita terhadapmahluk lain. Misalnya membunuh seseorang akan menghasilkan akibatkarma buruk yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan hanyamemukulnya saja. Memfitnah seseorang akan menghasilkan akibat karmaburuk yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan hanyamembentaknya. Sekali menipu merugikan ratusan orang, akanmenghasilkan akibat karma buruk yang jauh lebih besar jika dibandingkandengan sekali menipu merugikan satu orang saja. Demikian juga sebaliknya, terkait perbuatan atau perkataan yangberdampak membahagiakan mahluk lain. Misalnya menyelamatkan nyawaseseorang akan menghasilkan akibat karma baik yang jauh lebih besar jikadibandingkan dengan memberikannya pakaian, karena perbedaan besardampaknya. Atau memberikan uang Rp. 10 juta kepada orang miskin akanmenghasilkan akibat karma baik yang lebih besar jika dibandingkan denganmemberikannya kepada seorang kaya-raya.

6. Penunjang dalam bentuk manfaat yang diterima dari orang yangmenjadi sasaran perbuatan atau perkataan kita. Ini tergantung dari manfaat yang kita terima [atau yang diterimaorang lain] dari orang tersebut di masa lampau, di masa kini dan di masadepan. Misalnya menjelek-jelekkan seorang Guru suci yang asli ataupenyebar ajaran dharma yang asli [ajaran dharma yang sesuai kenyataankosmik] akan menghasilkan akibat karma buruk yang jauh lebih besar danberat jika dibandingkan dengan menjelek-jelekkan orang awam, karenamanfaat mereka. Demikian juga sebaliknya, dalam perbuatan atau perkataan yangberdampak membahagiakan mahluk lain, misalnya melayani ataumenolong seorang Guru suci yang asli atau penyebar ajaran dharma yangasli akan menghasilkan akibat karma baik yang jauh lebih besar jikadibandingkan dengan melayani atau menolong orang awam, karenamanfaat mereka.7. Penunjang dalam bentuk tingkat kondisi keadaan dari orang yangmenjadi sasaran perbuatan atau perkataan kita. Misalnya menyakiti orang yang sedang dalam keadaan susah, sedangterpuruk [tertekan, stress], atau misalnya dalam keadaan sakit, akanmenghasilkan akibat karma buruk yang jauh lebih besar jika dibandingkandengan menyakiti orang yang sedang bahagia atau dalam keadaan sehat.Atau melukai orang yang memiliki banyak sifat-sifat baik akanmenghasilkan akibat karma buruk yang jauh lebih besar jika dibandingkandengan melukai orang yang memiliki sifat egois atau yang banyakmelakukan pelanggaran dharma. Demikian juga sebaliknya, dalam perbuatan atau perkataan yangberdampak membahagiakan mahluk lain, misalnya menolong orang yangsedang terpuruk [tertekan, stress] atau misalnya dalam keadaan sakit akan

menghasilkan akibat karma baik yang jauh lebih besar jika dibandingkandengan menolong orang yang sedang bahagia atau dalam keadaan sehat.8. Penunjang dalam bentuk janji atau sumpah. Misalnya kita mencaci-maki seseorang yang melukai kita padahal kitasudah bersumpah untuk tidak mencaci-maki siapapun, itu akanmenghasilkan akibat karma buruk yang lebih berat jika dibandingkan ketikakita belum bersumpah apapun. Demikian juga sebaliknya, jika kita menahan diri sekuat-kuatnyauntuk tidak mencaci-maki seseorang yang melukai kita karena kita sudahbersumpah untuk tidak mencaci-maki siapapun, maka tindakan itukemudian akan menghasilkan akibat karma baik tertentu.9. Penunjang dalam bentuk pengulangan-pengulangan yangmemberikan dampak kesengsaraan atau dampak kebahagiaan kepadamahluk lain. Misalnya kita melakukan suatu pencurian dan di masa sebelumnyakita telah berkali-kali melakukannya, maka pencurian itu akan menghasilkanakibat karma buruk yang lebih berat dibandingkan jika kita baru sekali inisaja melakukan pencurian. Atau jika kita tidak memiliki kehendak untukberhenti mengulanginya. Misalnya kita menghidupkan musik keras-keras dimalam hari dan tidak peduli hal itu membuat tetangga tidak bisa tidur,kemudian kita mengulanginya lagi dimalam-malam berikutnya. Demikian juga sebaliknya, dalam perbuatan atau perkataan yangberdampak membahagiakan mahluk lain, misalnya jika kita memberikanmakanan kepada pengemis kelaparan dan di masa sebelumnya kita telahberkali-kali melakukannya, maka tindakan memberikan makanan kepadapengemis kelaparan itu akan menghasilkan akibat karma baik yang lebihkuat dibandingkan jika kita baru sekali ini saja melakukannya.

10. Penunjang dalam bentuk jumlah orang yang melakukan suatuperbuatan atau perkataan. Misalnya kita melakukan korupsi dan kita adalah bagian dari suatukomplotan, itu akan menghasilkan akibat karma buruk yang jauh lebihbesar jika dibandingkan dengan kalau kita melakukannya sendirian. Ataujika kita mengeroyok seseorang itu akan menghasilkan akibat karma burukyang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kalau kita sendirian sajamemukulinya. Demikian juga sebaliknya, dalam perbuatan atau perkataan yangberdampak membahagiakan mahluk lain, seperti ngayah di pura,menyumbang ke panti asuhan, dsb-nya, jika kita melakukannya denganmembuat kelompok bersama banyak orang lainnya [yang ikut dengansenang hati, bukan terpaksa], maka akan menghasilkan akibat karma baikyang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kita melakukannyasendirian.11. Penunjang dalam bentuk ada atau tidaknya kekuatanpenyeimbangnya. Misalnya kita mencuri uang milik seseorang [berdampakmenyengsarakan], apakah kita di masa sebelumnya pernah memberikannyauang [berdampak membahagiakan] sebagai penyeimbang, jika demikian ituakan menghasilkan akibat karma buruk yang lebih ringan jika dibandingkankita di masa sebelumnya tidak pernah memberikannya uang. Demikian juga sebaliknya, terkait perbuatan atau perkataan yangberdampak membahagiakan mahluk lain. Misalnya kita memberikan uangpada seseorang [berdampak membahagiakan], apakah kita di masasebelumnya pernah mencuri uang darinya [berdampak menyengsarakan],jika demikian itu akan menghasilkan akibat karma baik yang lebih lemahjika dibandingkan kita di masa sebelumnya tidak pernah mencuri uangnya.

V. KARMA BURUK YANG SANGAT SULIT UNTUK DIHAPUSKAN Setiap karma buruk secara pasti memiliki kekuatan akibat yangmenyengsarakan. Tapi jika sebabnya dapat diatasi [dihapuskan] denganmelaksanakan sadhana-sadhana yang dapat menghapus karma buruk,maka akibatnya-pun juga akan berubah. Akan tetapi juga terdapat pedoman, bahwa ada karma-karma burukyang sangat sulit dihapuskan, jika karma buruk tersebut memenuhi limaketentuan. Jika salah satu saja ketentuan ini tidak ada, maka karma-karmaburuk tersebut masih ada kemungkinan dapat dihapuskan denganmelaksanakan sadhana-sadhana yang dapat menghapus karma buruk. Limaketentuan tersebut sebagai berikut ini :1. Kita benar-benar secara nyata ada melakukan perbuatan atauperkataan yang berdampak menyengsarakan mahluk lain. Ketentuan pertama adalah adanya perbuatan atau perkataan kitayang nyata. Kita harus benar-benar ada melakukan suatu perbuatan atauperkataan yang berdampak menyengsarakan mahluk lain. Misalnya jika kita berniat untuk mencaci-maki seseorang, tapikemudian handphone kita berdering dan kita tidak jadi melakukannya. Ataukita memikirkan [membayangkan] untuk melukai seseorang, tapi kita tidakpernah benar-benar melakukannya, kita hanya sebatas memikirkan[membayangkan] saja. Dalam kedua kejadian tersebut, walaupun kita ada niat atau adamemikirkan suatu perbuatan atau perkataan, yang mungkin disertai dengantumpukan rasa marah atau benci, tapi perbuatan atau perkataan tersebuttidak pernah benar-benar terjadi. Sehingga tidak memungkinkan adanyasebab-sebab karma. Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan jika kitabenar-benar melakukan perbuatan atau perkataan yang nyata.

2. Perbuatan atau perkataan berdampak menyengsarakan tersebutmemiliki sasaran dan berdampak penuh sesuai yang diniatkan. Ketentuan kedua adalah adanya orang atau mahluk yang menjadisasaran dituju dari perbuatan atau perkataan kita yang berdampakmenyengsarakan mahluk lain, serta berdampak penuh sesuai yang kitaniatkan. Misalnya kita ingin menembak mati seekor anjing, tapi kemudianyang kena tembak seekor ayam [bukan sasaran yang dituju], itu berartiperbuatan kita tidak mencapai sasaran yang dituju. Atau anjing itu kenatembak hanya di kakinya saja dan tidak mati, itu berarti tidak mencapaiakhir yang diniatkan. Secara karma berarti hal itu tidak sekuat jika kitabenar-benar berhasil menembak mati anjing tersebut [tepat sasaran danberdampak penuh sesuai yang kita niatkan].3. Motif, niat atau kesengajaan di dalam melakukan perbuatan atauperkataan yang berdampak menyengsarakan mahluk lain. Ketentuan ketiga adalah motif, niat atau kesengajaan kita di dalammelakukan perbuatan atau perkataan yang berdampak menyengsarakanmahluk lain. Misalnya kita membunuh seekor ular yang masuk ke rumah dan motifkita melakukannya bukan karena kita benci pada ular itu, tapi karena kitasayang pada keluarga kita dan ingin melindungi mereka. Secara karma halitu akan berbeda [lebih ringan dan bisa dihapuskan] jika dibandingkankalau kita membunuh ular tersebut karena rasa benci. Atau misalnya kitasedang naik sepeda dan tiba-tiba secara tidak sengaja kita menabrakseseorang. Walaupun kita tidak berniat melakukannya [tidak sengaja], itutetap saja suatu perbuatan yang berdampak menyengsarakan mahluk lain,hanya saja secara karma itu tidak begitu kuat. Secara karma hal itu akanberbeda sekali [jauh lebih ringan dan bisa dihapuskan] jika dibandingkandengan kalau kita menabrak orang itu secara sengaja.

4. Tidak ada rasa bersalah yang diikuti dengan penyesalan. Setelah perbuatan atau perkataan berdampak menyengsarakanmahluk lain tersebut kita lakukan, kita tidak merasa bersalah denganperbuatan atau perkataan kita tersebut, serta kita tidak merasa menyesalsudah melakukannya.5. Tidak meminta maaf. Setelah perbuatan atau perkataan berdampak menyengsarakanmahluk lain tersebut kita lakukan, kita tidak meminta maaf. Sekurang-kurangnya meminta maaf melalui doa. Jika suatu perkataan atau perbuatan memenuhi semua limaketentuan diatas maka karma buruknya akan sangat sulit untuk dihapuskan.Walaupun kita dengan tekun melaksanakan sadhana-sadhana yang dapatmenghapus karma buruk. Tapi jika salah satu saja ketentuan itu tidak ada,maka karma-karma buruknya masih dapat dihapuskan denganmelaksanakan sadhana-sadhana yang dapat menghapus karma buruk.VI. PEDOMAN DALAM MENJALANI KEHIDUPAN Secara umum pedoman dharma mendasar dalam kehidupan iniadalah agar kita berhati-hati dalam perbuatan dan perkataan kita. Hindarimenyakiti mahluk lain dan banyak-banyaklah melakukan kebaikan. Hindarimemiliki sifat hanya peduli kepada diri sendiri, hanya memandang diri kitasendiri dan tidak peduli pada masalah penting orang lain atau yang dapatberakibat menyakiti mereka. Tapi tentu saja karena kehidupan dan keberadaan kita sangat rumitdan kompleks, sehingga kadang-kadang tidak terhindarkan kita terpaksaharus melakukan perbuatan atau perkataan yang berdampakmenyengsarakan mahluk lain. Berlandaskan pembahasan-pembahasan

mengenai karma [dari para Maharsi, para Guru suci dan para Danghyangyang wikan dari berbagai jaman] dapat memberikan kita panduan sangatberharga ketika kita melakukan perbuatan dan perkataan berdampakmenyengsarakan atau membahagiakan dalam hidup ini, dimana kitamengetahui cara membuatnya menjadi lebih lemah atau lebih kuat. Misalnya kita berprofesi sebagai petani, ada saat-saat dimana kitaterpaksa tidak terhindarkan harus membasmi banyak sekali hama danserangga yang merusak tanaman. Atau mungkin rumah kita diserbu olehratusan kecoa sehingga kita terpaksa harus membasminya. Berlandaskan pembahasan-pembahasan mengenai karma, kitalakukan tanpa rasa marah atau benci, tidak juga dengan rasa riang-gembira, kita lakukan dengan niat atau motif baik [agar kita dapat memberimakan keluarga dan orang lain bisa makan beras atau sayuran, ataudengan tidak ada kecoa agar keluarga kita tidak sakit], kita lakukan tidakterlalu sering, kita lakukan sendirian saja [tidak mengajak orang lain] dankita lakukan dengan banyak-banyak minta maaf. Yang terakhir adalah kitamelakukan upaya memperbaiki dampak menyengsarakan mahluk lain yangditimbulkan dengan mendoakan hama, serangga atau kecoa yang sudahkita basmi, serta kita dengan tekun melaksanakan sadhana-sadhana yangdapat menghapus karma buruk, seperti melakukan sadhana mandipenyucian [melukat] di pathirtan dan dilakukan dengan tata cara melukatyang tepat. Di Bali kita banyak memiliki tradisi spiritual seperti ini. Misalnya dalammenangani serbuan puluhan ribu hama tikus di sawah. Yang secara tradisispiritual yang tepat, para petani membasmi tikus tidak dengan rasa marahatau benci, tidak juga dengan rasa riang-gembira, tapi dengan rasa segankepada sesama mahluk [tikus disebut seperti manusia sebagai \"Jro Ketut\"].Dilakukan dengan niat atau motif baik agar penduduk desa tidak matikelaparan bisa makan beras dan sayuran. Kemudian setelah dibasmidilakukan upaya memperbaiki dampak menyengsarakan yang ditimbulkan,yaitu mengimbanginya dengan tindakan membahagiakan mahluk lain,

dengan cara melakukan upacara ngaben [penyeberangan atma] tikus-tikustersebut. Yang terakhir adalah melakukan upacara penyucian desa danpenyucian para petani yang terlibat dalam pembasmian tikus tersebut. Iniartinya bahwa ketika tidak terhindarkan kita terpaksa harus melakukanperbuatan yang berdampak menyengsarakan mahluk lain, kita juga dapatmelakukan upaya agar dampak akibat karma buruknya menjadi sangatlemah. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya disaat kita melakukanperbuatan atau perkataan yang berdampak membahagiakan, sepertingayah di pura, menyumbang ke panti asuhan, melakukan puja, melukat,dsb-nya, alangkah baiknya kita mengajak orang-orang lain [yang mau ikutdengan senang hati, bukan terpaksa] untuk melakukannya bersama-sama,karena akan menghasilkan akibat karma baik dan kekuatan positif yangjauh lebih besar. Berlandaskan pembahasan-pembahasan mengenai karma ini dapatmemberikan kita kesadaran untuk membedakan, serta dapat memberikankita panduan mengenai cara memodifikasi [membuatnya menjadi lebihlemah atau lebih kuat] akibat-akibat karma dari perbuatan dan perkataankita. Bahkan termasuk disaat kita melakukannya secara terpaksa ataudengan diliputi keraguan dan kebingungan. Misalnya jika kita terpaksa harus melukai orang lain, paling tidakberusahalah jangan melukai orang-orang yang sudah sangat baik pada kita,atau orang yang sudah memberikan banyak manfaat kepada kita, atauorang yang memberikan banyak manfaat kepada orang-orang lain di masalalu, masa kini dan masa depan. Demikian juga sebaliknya, ketika keadaan membuat kita harusmemilih untuk menolong orang lain, mulailah dengan menolong merekayang sudah paling baik pada kita, atau orang yang paling banyak memberimanfaat kepada kita, atau orang yang paling banyak memberi manfaatkepada orang-orang lain di masa lalu, masa kini dan masa depan. Semua

itu bukanlah sekedar daftar belaka, tapi sesuatu yang perlu kita upayakandalam kehidupan sehari-hari menyangkut perbuatan dan perkataan kitaterhadap mahluk lain, sehingga kita dapat melangkah secara tepat di dalammengarungi kehidupan.

Bagian 3 PUNARBHAWA / SAMSARA Kehidupan kita sebagai manusia saat ini terlihat seolah-olah hanyasekali saja. Itupun jangka waktunya sangat pendek, paling lama hanyasekitar 100 [seratus] tahun saja. Dibandingkan dengan umur alam semesta,umur kita manusia sangat singkat, sesingkat kilatan petir di langit.Keberadaan kita di dunia ini seperti hanya sekilas numpang lewat saja. Tapi dalam kenyataan sesungguhnya, selama milyaran tahun Atmatelah menempuh perjalanan di alam semesta melewati berjuta-jutakelahiran, kehidupan dan kematian. Kita adalah para pengembara samsarayang terus berkelana dari satu tubuh ke tubuh lainnya melalui rangkaianpunarbhawa [kelahiran kembali] dalam siklus samsara. Leluhur kita di Bali mewariskan ajaran dharma tradisional berupa,“idupe nak anggo ngalih bekel idup lan bekel mati”. Yang berarti tujuankehidupan ini adalah sebagai lahan untuk mempersiapkan bekal kehidupandan mempersiapkan bekal kematian. Menyangkut mempersiapkan bekal kehidupan sebagian besarmanusia sangat disiplin dan bersemangat. Belajar yang rajin di sekolah,bekerja yang tekun ditempat kerja, kerja keras membuka usaha, dsb-nya.Hal ini tentu saja sesuatu yang sangat baik, yang sesuai dengan ajarandharma. Mempersiapkan bekal kehidupan berarti kita mengetahui danmemiliki kesadaran bahwa satu bagian tugas dari kehidupan ini adalahmelaksanakan swadharma [tugas kehidupan] kita sebagai manusia duniawi.Belajarlah dengan rajin di sekolah kalau kita masih pelajar. Kalau kita sudahtamat sekolah, bekerjalah atau bukalah usaha dengan tekun dalam upayamencari nafkah. Serta kerjakan tugas-tugas rumah tangga kita dengan baik.

Karena ini adalah titik tolak yang memudahkan kaki kita melangkah secaralebih luas kemana-mana.Tanpa semua itu gerak kita untuk kegiatan lainakan sulit dan terbatas. Mempersiapkan bekal kehidupan merupakan halyang mulia di jalan dharma. Hanya sayangnya, menyangkut mempersiapkan bekal kematiansebagian besar manusia banyak yang lupa, atau mengabaikannya, ataubahkan menipu diri pura-pura tidak tahu. Padahal kematian pasti akandialami setiap manusia. Orang suci, orang jahat, orang miskin, orang kaya,rajin sembahyang, tidak rajin sembahyang, siapapun kita dan apapunprestasi kita, semuanya pasti akan mati. Jika kita tidak mempersiapkanbekal kematian maka sangat mungkin kehidupan akan menjadi gerbangkejatuhan ke alam-alam bawah yang penuh kesengsaraan saat kita mati[menjadi bhuta cuil, wong samar, memedi, gregek tunggek, dsb-nya], atauterlahir kembali sebagai binatang. Di alam kematian kita benar-benar sendirian. Dalam kebingungandan ketidakberdayaan akan kemana dan apa yang seharusnya dilakukan.Tapi dengan mempelajari dharma saat ini anda beruntung, karena sudahmendapat petunjuk pentingnya sebelum kematian datang. Bagaimana perjalanan kita di alam kematian sangat ditentukan olehenergi kebiasaan kita sendiri. Mempersiapkan bekal kematian berartimengisi hidup ini dengan membiasakan diri tekun melaksanakan ajarandharma dan melaksanakan sadhana. Jika kita tidak melaksanakannya, makasaat kematian, setelah melewati alam antarabhava [alam kematian], Atmaakan bernasib seperti debu yang terhisap vacuum cleaner. Langsung ditarikterhisap tidak berdaya menuju kelahiran kembali berikutnya, atau menujualam-alam yang sesuai dengan akumulasi karma-karma kita sendiri. Para sadhaka yang mata ketiga-nya [trineta] sudah terbukamengetahui, bahwa di jaman ini ada banyak sekali manusia-manusia yanghidupnya tersesat. Maraknya terjadi bunuh diri, banyaknya penggunanarkoba, korupsi yang terjadi dimana-mana, banyaknya perselingkuhan,

dsb-nya, adalah sebagian kecil pertanda banyaknya manusia-manusia yangtersesat. Lebih dalam dari itu, semua kehidupan pasti akan berakhir padakematian. Para sadhaka yang mata ketiga-nya sudah terbuka mengetahui,bahwa banyak sekali manusia di jaman ini yang setelah meninggal harusjatuh ke alam-alam bawah [menjadi bhuta cuil, wong samar, memedi,gregek tunggek, dsb-nya], atau terlahir kembali sebagai binatang. Dansetelah terlahir di sana, tidak saja akan mengalami kesengsaraan yangsangat berat, tapi juga sangat sulit untuk bisa naik menjadi manusiakembali. Kejatuhan spiritual seperti ini terjadi karena manusia berada dalamavidya [ketidaktahuan, kebodohan]. Tidak menyadari apa makna dan tujuansesungguhnya dari kehidupan ini. Karena ketidaktahuan ini sehinggasemasa kehidupan manusia tidak mempersiapkan bekal kematian.I. PERJALANAN ATMA YANG BURUK DI ALAM KEMATIAN Menyangkut kematian, secara umum setidaknya ada 3 [tiga] cara-caraperjalanan Atma yang buruk saat meninggalkan badan fisik, yaitu :1. Bunuh diri [ulah pati]. Bunuh diri merupakan cara kematian yang sangat buruk dan palingburuk. Karena tanpa melewati proses apapun Atma akan langsungmeluncur memasuki alam-alam bawah yang penuh kesengsaraan berat danekstrim. Ini merupakan kerugian yang teramat sangat besar. Analoginyaibarat seperti dari tidur di hotel sangat mewah [hidup sebagai manusia]langsung berubah menjadi tidur di tumpukan sampah busuk [menjadimahluk alam bawah].

Selain itu bunuh diri akan meninggalkan getaran energi buruk dalamjangka waktu lama di tempat tersebut. Serta dapat menular ke orang-oranglain yang masih hidup. Sehingga seberat apapun kehidupan ini terasa, jangan pernahsedikitpun terpikir untuk melakukan bunuh diri. Karena setelah mati kitajustru akan mengalami kesengsaraan yang jauh lebih berat, keras dan gelapdibandingkan dengan kesengsaraan apapun selama masa kehidupanmanusia. Pikiran yang tidak kuat [mudah kena pengaruh tidak baik dari oranglain], mudah terguncang [emosional, seperti mudah marah, sedih, atautakut] dan tidak stabil [gampang stres, depresi], merupakan hasil darirangkaian karma-karma buruk yang panjang antar kehidupan. Orang yangdi kehidupan-kehidupan sebelumnya sering mengkonsumsi minuman ataumakanan yang melemahkan kesadaran [seperti minuman keras, narkoba,dsb-nya], maka di kehidupan berikutnya cenderung memiliki pikiran yangtidak kuat, mudah terguncang dan tidak stabil. Itu merupakan salah satu sebab mengapa ajaran dharmamenyarankan kita untuk tidak mengkonsumsi minuman keras, narkoba,dsb-nya. Karena tidak saja akan menciptakan hambatan-hambatan bagienergi spiritual kita, tapi sekaligus juga akan memberikan masalah besar dikehidupan kita berikutnya.2. Kematian sebelum waktunya [salah pati]. Perjalanan kematian yang cukup berbahaya dan memiliki resikoadalah kematian sebelum waktunya, seperti misalnya kematian karenakecelakaan, pembunuhan, meninggal di meja operasi, dsb-nya. Sebagianbesar karena didetik-detik menjelang kematian kita dicengkeram rasa takut,rasa marah, rasa tidak rela, atau karena kita sama sekali tidak siap.Umumnya kematian dengan cara seperti ini akan membuat Atmabergentayangan sebagai hantu selama beberapa waktu.

Kalau ini tidak segera dapat kita atasi dan kemudian kita tidak dapatmencari jalan yang terang, maka sangat mungkin Atma akan meluncurmenuju alam-alam bawah [menjadi bhuta cuil, wong samar, memedi,gregek tunggek, dsb-nya]. Akan tetapi, jika selama masa kehidupan ini kita jarang melakukankejahatan, jarang tercengkeram emosi-emosi gelap [iri hati, marah, benci,dendam, tidak puas], memiliki akumulasi karma baik yang berlimpah, sertatekun melaksanakan meditasi [dhyana yoga] atau penjapaan mantra IstaDewata [mantra yoga], maka sekalipun kita mengalami kematian dengancara yang mengerikan, sangat mungkin kita masih akan dapatterselamatkan. Orang yang mengalami kematian sebelum waktunya, merupakanhasil dari rangkaian panjang karma-karma buruk dari kehidupan-kehidupansebelumnya. Mereka yang pada kehidupan-kehidupan sebelumnya seringmelakukan kekerasan fisik atau penyiksaan, atau pernah melakukanpembunuhan, maka di kehidupan saat ini cenderung memiliki umur pendekatau mengalami kematian sebelum waktunya.3. Menghadapi kematian secara kacau. Bagaimana perjalanan kita di alam kematian sangat ditentukan olehenergi kebiasaan. Kecenderungan pikiran dan kebiasaan apa yang telah kitabiarkan tumbuh dan berkembang di dalam masa kehidupan, itulah yangsangat menentukan apa yang akan kita alami di alam kematian. Tidak seperti pada masa kehidupan manusia, di alam kematian adakesulitan yang amat sangat di dalam menyatukan pikiran. Karena saatkematian kita sepenuhnya meninggalkan badan fisik [sthula sarira], dimanadengan tidak adanya lagi badan fisik sebagai pengatur dan penghalangpikiran, maka badan pikiran [sukshma sarira] akan bergerak sesuai denganenergi kebiasaan kita sendiri.

Jika semasa kehidupan kita tekun melaksanakan kebaikan-kebaikan,tidak egois, sering mengalah, lembut, halus, jarang melakukan kejahatan,jarang menyakiti, serta jarang tercengkeram emosi-emosi gelap, makasebagai hasilnya di dalam diri kita yang terdalam terdapat kekuatanketenangan, kejernihan dan ingatan-ingatan yang luhur. Inilah kekuatanyang akan muncul sebagai energi kebiasaan di alam kematian, yang sangatkita perlukan untuk perjalanan yang baik di alam kematian. Sebaliknya jika semasa kehidupan kita terbiasa mementingkan dirisendiri, egois, keras, kasar, galak, sering melakukan kejahatan, seringmenyakiti, serta sering tercengkeram emosi-emosi gelap, maka ini jugalahyang akan muncul sebagai energi kebiasaan di alam kematian. Energikebiasaan yang terbentuk semasa kehidupan ini akan membuat kitamenghadapi kematian dengan rasa takut yang sangat, dengan pikiran yangkacau dan ingatan-ingatan yang buruk. Kita akan menjadi korbannya yangtidak berdaya. Setelah melewati alam antarabhava [alam kematian], Atma akanlangsung ditarik terhisap tidak berdaya menuju arah yang sesuai denganakumulasi karma buruk masing-masing. Menuju alam-alam bawah yangsengsara [menjadi bhuta cuil, wong samar, memedi, gregek tunggek, dsb-nya], atau terlahir kembali sebagai binatang, atau terlahir kembali sebagaimanusia tapi dengan kehidupan yang sangat berat dan sengsara. Perjalanan di alam kematian terkait sangat erat dengan kebiasaandan kecenderungan kita dalam kehidupan sekarang. Jika kita tidakmemeriksa dan memperbaikinya sekarang juga, maka kelak di alamkematian perjalanan Atma sangat mungkin akan kacau dan berakhir ditempat yang sangat buruk. Inilah sebabnya mengapa ajaran dharma sangat menekankan kitauntuk menjalani kehidupan ini secara luhur. Jagalah diri kita sendiri, janganmelakukan kejahatan, jangan menyakiti, tekunlah melaksanakan kebaikan-

kebaikan, belajarlah untuk meredakan emosi-emosi gelap seperti iri hati,sentimen, marah, benci, dendam, tidak puas dan rasa sedih yang terlaludalam.II. PERJALANAN ATMA YANG DIHARAPKAN DI ALAM KEMATIAN Sebagian besar manusia menyangka bahwa hal-hal luar seperti hartakekayaan, handphone, pakaian, mobil, keterkenalan, jabatan, harga diri,nama baik, dsb-nya, merupakan segala-galanya dalam keberadaan kitasebagai manusia. Akan tetapi apalah arti semuanya itu ketika kematiandatang menjemput tubuh ini. Satu kali masa kehidupan kita manusia ini sangatlah singkat,sesingkat kilatan petir di langit. Setiap mahluk suatu saat akan mengalamikematian. Setiap ciptaan di alam ini ada awal dan akhirnya. Demikian jugadengan hal-hal luar seperti harta kekayaan, handphone, pakaian, mobil,keterkenalan, jabatan, harga diri, nama baik, dsb-nya, semuanya memilikimasa akhir. Dan akhir dari harta kekayaan, handphone, pakaian, mobil,keterkenalan, jabatan, harga diri, nama baik, dsb-nya, tidak akan berakhirdengan kesulitan dan kesengsaraan, jika kita mengisi kehidupan denganketekunan melaksanakan praktek 11 [sebelas] Eka Dasa Sadhya-Sadhana. Para Guru suci, para Danghyang dan para sadhaka yang wikanmengetahui, bahwa yang akan membuat Atma bisa selamat dalammenempuh perjalanan di alam kematian bukanlah hal-hal luar, melainkanapa yang ada di dalam diri kita. Sekali lagi perlu diperjelas, bahwa bagaimana perjalanan kita di alamkematian sangat ditentukan oleh energi kebiasaan. Kecenderungan pikirandan kebiasaan apa yang telah kita biarkan tumbuh dan berkembang didalam masa kehidupan, itulah yang sangat menentukan apa yang akan kitaalami di alam kematian. Mempersiapkan perjalanan kematian yang terangdan indah, berarti mengisi hidup ini dengan membiasakan diri tekunmelaksanakan ajaran dharma dan melaksanakan sadhana.

Secara umum setidaknya ada 4 [empat] cara-cara perjalanan Atmayang baik dan diharapkan saat meninggalkan badan fisik, yaitu :1. Menyambut kematian dengan keheningan [kesadaran Atma]. Kemungkinan ini berlandaskan pada sadhana yang kita lakukansemasa kehidupan. Jika semasa kehidupan kita telah dengan tekun selamabertahun-tahun melatih kesadaran diri dengan melaksanakan meditasi[dhyana yoga], tidak melakukan pelanggaran dharma yang berat, tidakmelakukan kejahatan, serta banyak melakukan kebaikan-kebaikan,sehingga kita berhasil meredakan cengkeraman sad ripu [enam kegelapanpikiran] dan meredakan cengkeraman ahamkara [ego, ke-aku-an] darikesadaran. Landasan pencapaian sadhana yang kita lakukan semasa kehidupantersebut [energi kebiasaan], akan membuat kita bisa menyambut saat-saatmenjelang kematian dan menghadapi perjalanan di alam kematian dengankeheningan sempurna [kesadaran Atma]. Pikiran yang istirahat dengansempurna. Hal inilah yang akan membuat kita mencapai Moksha.2. Menyambut kematian dengan tenang dan damai [Manah Shanti]. Kemungkinan ini berlandaskan pada sadhana yang kita lakukansemasa kehidupan. Jika semasa kehidupan kita telah dengan tekun selamabertahun-tahun melatih kesadaran diri dengan melaksanakan meditasi[dhyana yoga], tidak melakukan pelanggaran dharma yang berat, tidakmelakukan kejahatan, serta banyak melakukan kebaikan-kebaikan,sehingga kita berhasil meredakan cengkeraman sad ripu [enam kegelapanpikiran] dan meredakan cengkeraman ahamkara [ego, ke-aku-an] darikesadaran. Landasan pencapaian sadhana yang kita lakukan semasa kehidupantersebut [energi kebiasaan], akan membuat kita bisa menyambut saat-saat

menjelang kematian dan menghadapi perjalanan di alam kematian dengantenang dan damai [manah shanti]. Pikiran yang istirahat. Hal inilah yangmembuat perjalanan Atma di alam kematian dapat mencapai alam-alamsuci para Dewa tingkat dimensi tinggi.3. Menghadapi kematian dengan persiapan sadhana Mantra Yoga. Kemungkinan ini berlandaskan pada sadhana yang kita lakukansemasa kehidupan. Jika semasa kehidupan kita jarang melakukan kejahatan,banyak melakukan kebaikan-kebaikan, jarang tercengkeram emosi-emosigelap [iri hati, marah, benci, dendam], serta dengan rasa bhakti danketekunan kita melakukan penjapaan mantra Ista Dewata, yang secarakhusus dan universal adalah penjapaan mantra Dewa Shiwa [“Om NamahShivaya”]. Di alam kematian, Dewa Shiwa adalah Ista Dewata yang menjadipelindung dan penolong universal bagi semua mahluk. Ini bukanpengetahuan yang sekedar bersumber dari buku-buku suci, melainkan jugadiketahui dari penembusan spiritual ke alam rahasia oleh para Satguru danpara sadhaka yang wikan. Artinya hal ini telah terbukti kebenarannya dankebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan landasan sadhana tersebut [energi kebiasaan], di alamkematian kita dapat memiliki ketenangan dan kejernihan [tidak mengalamikekacauan] dan kita dapat mengingat [tidak lupa] untuk terus-menerustidak henti menjapakan mantra “Om Namah Shivaya”. Sehingga di alamantarabhava Atma akan diselamatkan oleh Dewa Shiwa. Atau kemungkinanlain, kita dapat bernasib seperti anak kecil yang tersesat tapi kita terus-menerus menyebut alamat rumah kita, sehingga sangat mungkin kita akanada yang menyelamatkan.4. Menghadapi kematian dengan akumulasi karma baik yangberlimpah. Kemungkinan ini berlandaskan pada sadhana yang kita lakukansemasa kehidupan. Jika semasa kehidupan kita jarang menyakiti, jarang

melakukan kejahatan, jarang tercengkeram emosi-emosi gelap, sertamemiliki akumulasi karma baik yang sangat berlimpah. Hal inilah yang akanmembuat perjalanan Atma di alam kematian dapat mencapai alam-alamsuci dimensi Swarga Loka. Atau kemungkinan lain, Atma akan ditarikmenuju kelahiran kembali sebagai manusia yang hidupnya jauh lebih baiksecara duniawi maupun spiritual.

Bagian 4 TUJUAN UTAMA KEHIDUPAN : PERJALANAN UNTUK MENYEMPURNAKAN KESADARAN ATMA Dalam ajaran dharma kita diajarkan mengenai apa saja target-targetpencapaian kita sebagai manusia di dalam menjalani kehidupan ini.CATUR PURUSHA ARTHA Secara umum, target-target pencapaian kehidupan dalam ajarandharma disebut dengan catur purusha artha, yang terdiri dari kombinasiempat target, yaitu dharma, artha, kama dan moksha.1. Dharma. Target kehidupan adalah menemukan dan melaksanakan ajarandharma. Karena ajaran dharma merupakan panduan utama yang sangatpenting dalam menjalani kehidupan. Agar kita memiliki panduan caramenjalani kehidupan yang baik dan tepat, sehingga kita dapat menjalaniperjalanan kehidupan ini secara baik, positif, tabah dan selamat, sertamenjaga agar kita tidak terjerumus ke dalam melakukan kesalahan-kesalahan karma yang berat atau berbahaya.2. Artha. Target kehidupan adalah mencari artha [harta, uang]. Jika kita masihbersekolah, belajarlah dengan rajin sebagai persiapan mencari artha kelakdi masa depan. Jika kita sudah tamat sekolah, bekerjalah, atau membukausaha, dsb-nya, sebagai upaya mencari artha. Karena memiliki artha adalahsarana yang memberikan kita berbagai kemudahan dalam hidup.Terutamadi jaman sekarang ini, tanpa memiliki artha semua gerak-langkah kitadalam menjalani dinamika kehidupan akan sangat sulit.

Mencari artha adalah hal yang penting di jalan dharma. Sebab hanyadengan mandiri secara materi kemudian kita dapat memiliki pertumbuhankesadaran dan perkembangan kemajuan spiritual yang kokoh dan kuat. Mencari artha adalah hal yang baik dan mulia, jika kita mencari arthaberlandaskan dharma, serta jika kesadaran kita tidak dikendalikan olehartha. Carilah artha dengan cara-cara yang tidak melanggar dharma. Janganmencari artha dengan cara mencuri, menipu, korupsi, berjualan narkoba,dsb-nya. Agar perjalanan kehidupan kita tenang dan selamat, agar secarakarma kita tidak membuat karma buruk, serta agar kita tidak mengalamikejatuhan spiritual dalam siklus samsara. Lebih dalam lagi jika kita mengumpulkan artha dengan cara-carayang tidak melanggar dharma, dengan tujuan agar dengan artha yang kitakumpulkan, kita dapat membantu dan melayani banyak orang. Atau jikakita di masa muda mengumpulkan artha dengan cara-cara yang tidakmelanggar dharma, dengan cita-cita mulia agar kelak di masa tua kita bisahidup sepenuhnya untuk melayani orang lain.3. Kama. Target kehidupan adalah memenuni kama [keinginan dan harapan].Kama bukanlah sesuatu yang buruk jika kama berlandaskan kepadadharma. Kama merupakan hal yang baik jika sebagai kekuatan pendorongyang berguna untuk menggerakkan kita agar mengalami kemajuan hidup,terutama yang berkaitan dengan melaksanakan tugas kehidupan kitasebagai suami atau istri, sebagai orang tua, sebagai anggota masyarakat,dsb-nya. Tapi sebaliknya, kama akan menjadi hal yang buruk, menjadi jebakankehidupan, yaitu jika bukan kita yang mengendalikan kama, tapi kita yangdikendalikan oleh kama. Seperti misalnya orang yang selingkuh, orang yangkorupsi, orang yang tidak pernah merasa puas dan bersyukur, dsb-nya,

merupakan pertanda orang dengan kesadaran lemah yang tidak berdayamenghadapi kama. Disanalah kama menjadi kegelapan pikiran. Ada sebagian praktisi spiritual yang memandang kama [keinginandan harapan] sebagai penghalang utama bagi kemajuan dan pencapaianspiritual. Hal ini tidaklah tepat sama sekali. Dalam mengarungi perjalanankehidupan ini kita tentu saja memerlukan kama, agar kita tidak terjebakdalam kemalasan yang menjerumuskan. Yang menjadi penghalangsesungguhnya bukanlah kama, melainkan keterikatan kita kepada kama.Berusahalah sebaik-baiknya untuk mencapai keinginan atau harapan, tapiapapun hasilnya terimalah dengan hati damai dan penuh kerelaan [bebasdari keterikatan kepada kama]. Kama selalu memiliki dua sisi, di satu sisi kama merupakan kekuatanpenggerak motivasi dan kemajuan kehidupan, di sisi lain kama merupakansumber kesedihan dan kekecewaan. Sehingga sudah selayaknya kitamenggunakan kama hanya sebatas sebagai kekuatan penggerak motivasidan kemajuan kehidupan saja. Artinya berusahalah sebaik-baiknya untukmencapai keinginan atau harapan, tapi apapun hasilnya terimalah denganhati damai dan penuh kerelaan. Terutama jika kita masih berusia muda, menyangkut keinginan,harapan, sekolah, kerja dan usaha, teruslah dilakukan. Terutama karenakehidupan berjalan dan berputar melalui kerja. Tapi apapun hasilnya,belajarlah menerima dengan damai dan penuh senyuman. Yang tidakdisarankan, kita belum berusaha atau belum bekerja sudah menerima. Itunamanya malas. Ingatlah bahwa jika kita mengambil kesulitan di masamuda [sekolah, kerja dan usaha], nanti di masa tua kita tinggal yang ringan-ringan saja. Jika kita tidak mengambil kesulitan di masa muda, nanti dimasa tuanya berat. Sehingga landasan dharma kita adalah bagaimana kita dapatmengatur agar kama sebatas menjadi kekuatan pendorong yang bergunauntuk kemajuan hidup saja dan bukan menjadi jebakan kehidupan. Agar

perjalanan kehidupan kita selamat, agar secara karma kita tidak membuatkarma buruk, serta agar kita tidak mengalami kejatuhan spiritual dalamsiklus samsara.4. Moksha. Target kehidupan adalah mencapai Moksha, untuk mengembalikansecara sempurna kesadaran tentang kenyataan diri kita yang sebenarnya[kesadaran Atma]. Jika kita perhatikan kenyataan secara sekala [kenyataan secara fisik,hanya sebatas yang mampu dicerap panca indriya saja], kehidupan iniseolah-olah hanya sekali saja. Seorang manusia lahir, kemudian diamenjalani kehidupan. Mungkin dia mengalami kehidupan yang dianggapsukses secara duniawi, atau mungkin dia mengalami kehidupan yang penuhkegagalan dan derita, kemudian suatu saat dia akan mengalami kematian.Seolah-olah kelihatan hanya sebatas begitu saja dan sangat singkat. Akan tetapi dalam kenyataan agung secara niskala [kenyataan halus,yang tidak dapat dicerap panca indriya], sesungguhnya selama bermilyar-milyar tahun kita sudah melewati tidak terhitung banyaknya proseskelahiran-kehidupan-kematian, yang disebut siklus samsara, yaitu sikluskelahiran kembali yang terus berulang-ulang tanpa henti. Dalam kurun waktu yang tidak terhingga panjangnya itu kita tidakselalu terlahir sebagai manusia. Di jaman yang sangat lampau kita pernahmengalami kejatuhan spiritual, yaitu atma terjerumus ke alam-alam bawahyang sengsara [menjadi bhuta cuil, wong samar, memedi, gregek tunggek,dsb-nya], atau terlahir sebagai binatang. Menjadi mahluk yang penuhdengan kesengsaraan. Kemudian dengan upaya keras dan sangat bersusahpayah, dalam jangka waktu sangat lama, dengan mengumpulkan akumulasikarma baik yang sangat banyak, kita berhasil naik kembali terlahir sebagaimanusia.

Atau mungkin saja kita juga pernah berada di alam suci dimensiSwarga Loka, seperti di alam para Widyadara dan Widyadari, atau di alamsuci para leluhur. Kemudian karena akumulasi karma baik kita sudah habis,kita terlahir kembali sebagai manusia. Ini disebut parinama punarbhawa,yaitu dari alam-alam suci para Dewa turun ke dunia terlahir kembali sebagaimanusia. Mendapat kesempatan terlahir sebagai manusia sangat langka danberharga. Dimana tujuan sesungguhnya dari kehidupan kita sebagaimanusia adalah untuk memutus siklus samsara [mencapai moksha], untukmengembalikan secara sempurna kesadaran tentang kenyataan diri kitayang sebenarnya [kesadaran Atma]. Akan tetapi kita juga harus menyadari, bahwa perjuangan spiritualuntuk mencapai moksha, untuk mengembalikan secara sempurnakesadaran tentang kenyataan diri kita yang sebenarnya [kesadaran Atma],merupakan perjuangan spiritual yang sangat panjang. Karena sad ripu danahamkara sudah pekat melekat dalam kesadaran kita dalam jangka waktuyang tidak terhingga panjangnya. Kita akan memerlukan banyak sekaliwaktu dan upaya untuk dapat meredakan cengkeraman sad ripu danahamkara dari kesadaran kita. Biasanya, dalam upaya membangunkankembali kesadaran Atma yang sempurna, kita memerlukan beberapakelahiran kembali. Dalam setiap kelahiran kembali tahap demi tahap kitamenaikkan tingkat dimensi kesadaran, sampai suatu saat kesadaran Atmadapat kembali sempurna. Jadi ada baiknya jika kita sedikit menurunkan targetnya, denganmemandang hidup ini sebagai perjalanan untuk terus menyempurnakankesadaran Atma. Dalam arti kita secara berkelanjutan terus melakukanupaya membina diri agar kita dapat memiliki sifat-sifat baik lebih banyaklagi, agar kita dapat memiliki pemahaman dharma lebih baik lagi, agar kitadapat memiliki akumulasi karma baik lebih banyak lagi, dsb-nya. Semua ituterus berusaha kita kembangkan dan sempurnakan dalam hidup ini.Sehingga walaupun dalam kehidupan ini kita belum dapat mencapai

moksha, setidaknya kita akan selamat. Kita pasti punya bekal akumulasikarma baik yang lebih banyak dan tingkat dimensi kesadaran yang lebihtinggi ketika kita menempuh perjalanan di alam kematian, serta disaat kitaterlahir kembali dan menjalani kehidupan kita yang berikutnya.TIGA TINGKATAN TARGET DI DALAM UPAYA MENYEMPURNAKANKESADARAN ATMA Kesuksesan hidup yang sesungguhnya adalah jika kita berhasilmencapai tujuan utama dari kehidupan ini, yaitu sebagai perjalanan untukmenyempurnakan kesadaran Atma. Akan tetapi karena avidya[ketidaktahuan], sebagian manusia mengira kehidupan ini seolah-olahhanya sekali saja. Sehingga ada kecenderungan manusia untuk menilaikeberhasilan hidup hanya sebatas dari sisi duniawi saja. Menilai hidupsesempit kesuksesan atau kegagalan duniawi, hanya sebatas dari satukehidupan yang sangat singkat ini saja. Tentu saja jika kita mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi dalamsiklus samsara, pencapaian sebatas itu bukanlah kesuksesan hidup.Dibandingkan dengan umur alam semesta, umur manusia hanya sesingkatkilatan petir di langit. Keberadaan kita sebagai manusia di dunia ini hanyasekilas saja dan kemudian lenyap. Sekalipun kita berhasil menjadi sangat kaya, mencapai jabatantertinggi, sangat berkuasa, atau sangat terkenal, tapi jika dalam kehidupanini kita tidak menyempurnakan kesadaran Atma, maka itu bukanlahkesuksesan hidup. Atau mungkin yang terjadi sebaliknya, sekalipun hidupkita sangat miskin, banyak mengalami kegagalan dalam kehidupan duniawi,tapi jika dalam kehidupan ini kita berhasil menyempurnakan kesadaranAtma, maka itulah kesuksesan hidup yang sesungguhnya. Ketika kematian menjemput, di alam kematian segala kesuksesanduniawi seketika itu juga sama sekali tidak ada gunanya. Sebanyak apapunkekayaan kita, sebesar apapun kekuasaan kita, setinggi apapun orang

menghormati kita, seluas apapun keterkenalan kita, sebesar apapun orangmempercayai kita, sebahagia apapun kehidupan kita, dsb-nya, di alamkematian seketika itu juga semua tidak ada gunanya. Demikian jugasebaliknya, segagal dan semenderita apapun perjalanan hidup kita, di alamkematian itu tidak ada pengaruhnya. Semua itu bukanlah tujuan utama darikehidupan ini. Jika dianalogikan ibarat utusan seorang Raja yang ditugaskanmelakukan perjalanan ke suatu kota untuk melaksanakan suatu pekerjaan.Sekalipun dia sukses menyelesaikan 100 [seratus] pekerjaan lain, atau diagagal menyelesaikan 100 [seratus] pekerjaan lain, semua itu tidak adahubungannya jika dia tidak melaksanakan pekerjaan sesungguhnya yangditugaskan sang Raja, sehingga misi perjalanan itu telah gagal dan tersia-siakan. Tingkat kematangan spiritual manusia itu berbeda-beda. Tingkatdimensi kesadaran manusia itu berbeda-beda. Ada yang disebut \"roh tua\",yaitu atma yang datang dari alam-alam suci para Dewa, atau atma yangsudah ratusan kali terus terlahir kembali sebagai manusia. Juga ada yangdisebut \"roh muda\", yaitu atma yang belum begitu banyak terus terlahirkembali sebagai manusia, yang datang dari alam-alam bawah, atau darikelahiran sebagai binatang. Disini kita harus memahami bahwa tingkat dimensi kesadaran antaramanusia dengan roh tua dan manusia dengan roh muda sangat berbeda.Tingkat kematangan spiritualnya berbeda. Karena tingkat kematanganspiritual manusia itu berbeda-beda, maka target tujuan dari kehidupan itujuga dibagi menjadi tiga tahapan. Disini kita tidak menganggap yang satulebih tinggi dari yang lain, melainkan pilihlah yang paling tepat dan palingsesuai dengan tingkat kematangan spiritual kita sendiri. Mengacu dari tingkat kematangan spiritual dan tingkat dimensikesadaran setiap manusia yang berbeda-beda, maka terdapat tiga jenis

tingkatan target kehidupan sebagai perjalanan menyempurnakankesadaran Atma, yaitu sebagai berikut ini :1. Target alit [kecil]. Tujuan kehidupan adalah untuk menyempurnakan kesadaran Atma,dengan melakukan suatu upaya spiritual dengan target kecil, yaitu agardalam perjalanan kehidupan ini kita dapat menahan diri dari melakukankejahatan, dapat menahan diri dari melakukan pelanggaran dharma yangberat dan dapat melakukan sebanyak mungkin kebaikan-kebaikan[memiliki akumulasi karma baik yang sangat berlimpah]. Sehingga nanti setelah kematian kita dapat memperoleh kelahirankembali [punarbhawa] berikutnya sebagai manusia dengan dukunganspiritual lebih baik dari kehidupan sekarang. Yaitu berjodoh dengan ajarandharma yang asli, berjodoh dengan satguru dharma yang asli, dapatmengetahui dan mengerti ajaran dharma yang asli, dapat melaksanakanajaran dharma yang asli, terlahir di lingkungan yang damai [tidak adaperang], terlahir di lingkungan dengan moralitas yang baik dan terlahir dikeluarga yang cukup secara ekonomi. Target kecil ini terutama ditujukan bagi roh-roh muda, yangumumnya masih sangat kuat membawa sifat-sifat bhuta atau binatang.Sehingga mereka mau melaksanakan target kecil saja sudah sangat bagus.2. Target madya [menengah]. Tujuan kehidupan adalah untuk menyempurnakan kesadaran Atma,untuk melakukan suatu upaya spiritual dengan target menengah, yaitu agarkita dapat menghadapi perjalanan kehidupan dengan pikiran-perasaandamai [manah shanti], tekun melaksanakan sadhana dan dapat melakukansebanyak mungkin kebaikan-kebaikan [memiliki akumulasi karma baik yangsangat berlimpah].


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook