This page intentionally left blank2
BHAGAWAD GITA“Kitab ini berisi teks Baghawad Gita dan tafsirnya, dari naskah dan tafsir di dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan olehT.L. Vaswani. Di Indonesiakan oleh seorang pengembara yangmemperbolehkan untuk di fotocopy, disebar luaskan sebebas- bebasnya, demi tujuan Dharma dan untuk sesama.”(Parisada Hindu Dharma Pusat ---- http://www.parisada.org)Penerbit: PESAREAN SEZATI ©2009 3
Untuk kalangan sendiri; tidak diperjualbelikan. Silakan diperbanyak atau disebarluaskan demi tujuan Dharma dan untuk sesama Bhagawad Gita (The Divine Song) Diterjemahkan Oleh : T.L. Vaswani Editor dan Desain Cover: Dade Sobarna Sumber di download dari Website Parisada Hindu Dharma Pusat: http://www.parisada.org Penerbit: Pesarean Sezati e-mail: [email protected] FREE FOR DISTRIBUTION NOT FOR SALE This book is sacred material; no claim of copyright made. Feel free to use any of it in your spiritual service.4
DAFTAR ISI HalamanKata Pengantar …………………………………………………………... 7Bab 01 Arjuna Vishada Yoga (Gundahnya Sang Arjuna) …………………. 9Bab 02 Sankya Yoga (Dimulailah Ajaran Bhagavad Gita) ………………... 25Bab 03 Karma Yoga (Jalan Aksi) …………………………………………….. 53Bab 04 Gnana Yoga (Ajaran Rahasia) …………………………………… 80Bab 05 Karma Sanyasa Yoga (Jalan Penyerahan) ………………………….. 102Bab 06 Dhyana Yoga (Jalan Meditasi) ………………………………………. 117Bab 07 Yoga Gnana & Vignana (Lingkaran Manifestasi) ……………….. 149Bab 08 Akshara Brahman Yoga (Jalan Penerangan) ……………………. 159Bab 09 Rajavidyah Rajaguhya Yoga (Misteri Nan Agung) ………………. 173Bab 10 Vibuthi Yoga (Alam Semesta Nan Suci & Agung) …………………. 191Bab 11 Visharupha Darshana Yoga (Transformasi Sang Kresna) ………… 205Bab 12 Bhakti Yoga (Jalan Dedikasi/Bhakti) …………………………………225Bab 13 Kshetra Kshetragna Vibhaga Yoga (Falsafah Kehidupan) ……….. 235Bab 14 Guna Traya Vibhaga Yoga (Penguasaan Ketiga Sifat) ……………. 255Bab 15 Purushottama Yoga (Pohon Dunia) …………………………………267Bab 16 Daivasura Sampad Vibhaga Yoga (Ilmu Perbedaan Sifat) ……….. 279Bab 17 Shraddha Traya Vibhaga Yoga (Tiga Jenis Kepercayaan) ………... 300Bab 18 Moksha Sanyasa (Kata terakhir) ……………………………………. 321Penutup …………………………………………………………………. 375 5
This page intentionally left blank6
KATA PENGANTAROm SwastiastuDengan memohon perkenan Sanghyang Widhi Wasa dan dengansegala kerendahan hati kami persembahkan kitab suci BHAGAWADGITA yang diterjemahkan oleh T.L. Vaswani. Semua isi materitermasuk uraian penjelasan di sloka-sloka dari kitab suci ini kamiperoleh dari Parisada Hindu Dharma Pusat melalui situsnya diinternet yang beralamat di: http://www.parisada.org. Untuk itu kamimengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas ijin yang telahdiberikan kepada siapapun untuk menyalin dan menyebarluaskansebebas-bebasnya kitab suci ini demi tujuan Dharma dan untuksesama.Dalam penerbitan Kitab Suci Bhagawad Gita ini kami menyalin danmenyusun kembali seluruh isi materi kitab Suci Bhagawad Gita yangada di situs parisada.org sesuai dengan aslinya tanpa menambahkanatau mengurangi isi materinya sedikitpun. Kami hanya mengedit danmenyusun ulang tata letak agar mudah dan nyaman untuk dibacaketika disajikan dalam bentuk e-book dengan format pdf. yang jugasudah kami buat, sehingga kitab suci ini dapat juga dibaca melaluiperangkat computer.Kitab Suci Bhagawad Gita ini adalah sarana yang sangat perludihayati serta diamalkan di dalam kehidupan beragama Hindu,bahkan seluruh umat manusia pada umumnya, karena merupakanAjaran Universal, yang mengupas inti kehidupan yaitu mengajarkankita untuk mengenal diri kita sebagai manusia dan mengenal alam,sehingga kemudian kita akan lebih mengenal Sanghyang WidhiWasa.Penerbitan Kitab Suci Bhagawad Gita ini adalah merupakansumbangsih Keluarga Besar Pesarean Sezati kepada umat beragamaHindu pada khususnya dan umat manusia pada umumnya. Semoga 7
dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan apa yangdisampaikan di Kitab Suci Bhagawad Gita ini maka kita akan benar-benar lebih mengenal Sanghyang Widhi Wasa, yang hanya kepada-NYA kita semua akan kembali. Sehingga terpenuhilah tujuan utamahidup yang paling luhur yaitu Moksartham jagadhitaya ca iti dharma.Akhir kata semoga pembaca yang budiman dapat memaafkankekurangsempurnaan penerbitan ini, dan tegur sapa dalam rangkapenyempurnaan penerbitan ini sangat kami harapkan. Terima kasih.Om, Santi, Santi, Santi. Om Tat Sat.Biak, 27 Februari 2008Keluarga Besar Pesarean Sezati8
BAB I ARJUNA VISHADA YOGA (Yoga Sang Arjuna Dalam Kedukaannya)Bermulalah di sini Gita suci yang dituturkan dari Yang Maha SuciKreshna. Berkatalah Dhristarashtra:1. Di dataran nan suci ini (dharmakshetra), tanah kebenaran,tanahnya para Kuru, berkumpullah putra-putraku beserta laskar-laskar mereka, dan juga putra-putra Sang Pandu (AyahandaPandawa) bersiap-siap untuk suatu yudha. Apa saja yang sedangmereka lakukan beritakanlah kepadaku, wahai Sanjaya.(Keterangan) Kurukshetra disebut juga Dharmakshetra, terletak diHastinapura di utara kota New Delhi yang modern dewasa ini.Tempat ini di masa yang silam dianggap suci karena seringdipergunakan oleh para resi, kshatrya untuk bertapa, bahkankabarnya juga oleh para dewa-dewa. Salah satu kata pertama yangdisebut di sloka pembukaan Bhagawad Gita di atas ini adalah kataDharma, inilah inti sebenarnya yang harus diresapi oleh sidangpembaca, karena inilah salah satu pesan sesungguhnya BhagawadGita. \"Bangunlah jiwa dan ragamu dengan dan untuk dharma.\" KataDharma berasal dari kata \"Dhru\" yang berarti \"pegang.\" Dharmaadalah kekuatan yang memegang hidup ini, Dharma tidak terdapatdalam ucapan-ucapan manis, tetapi adalah kesaktian di dalam jiwakita yang merupakan inti dari kehidupan kita.Dan Kshetra berarti padang, ladang atau medan. Seyogyanyalah kitabertanya pada pribadi kita masing-masing, \"Apa sajakah yang selamaini yang telah kutanam dan kupetik dalam hidupku ini, Dharma 9
ataukah Adharma? Bagi yang menanam Dharma maka hidupnyaakan menghasilkan karunia Ilahi, dan yang telah melakukanAdharma maka kita dapat bercermin kepada para Kaurawa.\"Bersiap-siap untuk suatu yudha,\" Kaurawa menginginkan perang,sedangkan para Pandawa sebenarnya menginginkan perdamaian.Sang Kreshna yang Maha Bijaksana berusaha agar perdamaianterwujud, tetapi para Kaurawa selalu menolaknya. Maka untukmempertahankan diri dan menegakkan dharma/kebenaranterpaksalah para Pandawa berperang walaupun dengan laskar yangsedikit. Tetapi yang sedikit ini akhirnya akan menang karenamereka berjalan tegak di jalan kebenaran.Dalam ucapan Dhritarashtra yang mengatakan di atas \"tanahnya paraKuru\" dan juga '\"putra-putraku,\" tersirat adanya rasa egois atauahankara (angkara) yang besar. Inilah sebenarnya sumber dari segalatragedi dalam hidup ini.Berkatalah Sanjaya :2. Kemudian pangeran Duryodana, setelah melihat barisan laskarpara Pandawa yang teratur rapi, menghampiri gurunya dan berkata.Yang dimaksud guru di sini adalah Dronacharya, guru sang Kaurawadan Pandawa. Di Baratayudha ini Drona mendukung Kaurawasampai akhir hayatnya.3. Lihatlah wahai guruku, barisan laskar para Pandawa yang telahsiap untuk berperang, mereka semua dipimpin oleh murid Sang Guruyang bijaksana, yaitu putra Sang Drupada.Yang dimaksud \"murid yang bijaksana\" di sini adalahDhristadyumna. Ia adalah putra Raja Drupada dari kerajaanPanchala. Dia diangkat para Pandawa menjadi panglima peranguntuk pihak Pandawa; Dhristadyumna sebenarnya masih merupakansaudara ipar para Pandawa Dalam perang ini Resi Dorna akanmembunuh Raja Drupada, kemudian Dhristadyumna akan10
membunuh Drona. Disusul putra Drona yang disebut Asvatamakemudian membunuh Dhristadyumna. Inilah lingkaran karma.4. Di sinilah para pahlawan-pahlawan besar berkumpul, dari Bima,Arjuna dan yang tak kalah kehebatannya yaitu Yuyudana, Virata danDrupada.5. Juga Dhrishtaketu, Chekitana dan raja besar dari Kashi, Purujit,Kuntiboja dan Shaibya, semuanya pendekar-pendekar nan saktiwirawan.6. Juga yang gagah berani yaitu, Yudhamanyu dan Uttamauja,Saubadra dan putra-putra Draupadi.Bima : Putra kedua dari Pandu. yang kedua dari para Pandawa.Arjuna : Yang ketiga dari Pandawa bersaudara, dan yang palingdikasihi Sang Kreshna.Yuyudana : Disebut Juga Setyaki. pahlawan yang gagah perkasa.Virata: Raja dari Matsya-desha. seorang raja nan arif bijaksana.Selama pengasingan para Pandawa di hutan (13 tahun lamanya),tahun terakhir pengasingan ini para Pandawa menyamar danbersembunyi di istana Raja Virata. Alkisah putri sang raja kemudiandikawinkan dengan Abimanyu, putra Arjuna.Dhristaketu: Putra Sishupala, raja dari Chedi-desha.Chekitana: Salah satu pendekar yang gagah berani yang memimpinsalah satu dari tujuh divisi laskar Pandawa.Purujit dan Kuntibhoja: Saudara-saudara laki dari ibu Kunti, ibunyasang Pandawa,Shaibya: Raja suku Sibi. Duryodana menyebutnya sebagai bantengdiantara manusia, karena ia adalah seorang pendekar sakti yangbertenaga luar biasa.Yudhamanyu dan Uttamauja: Pangeran-pangeran dari Panchala, jugamerupakan pendekar-pendekar nan sakti-wirawan. Keduanyadibunuh Ashvathama sewaktu sedang tidur.Saubhadra: Putra Arjuna dan Subadra (adik sang Kreshna). Ia dikenal 11
juga dengan nama Abimanyu. Dalam perang ini ia memperlihatkankepahlawanannya yang luar biasa.Putra-putra Draupadi: Mereka berjumlah lima orang, yaituPrativindhya, Srutasoma, Srutakirtti, Satanika dan Srutukarman.Pendekar-pendekar di atas semuanya kalau bekerja untukperdamaian niscaya akan menghasilkan suatu suasana damai bagisemuanya, tetapi rupanya takdir menentukan yang lain, dan itulahmisteri Ilahi yang tak akan mungkin terjangkau oleh kita manusiaini.7. Ketahuilah juga, oh Engkau yang teragung di antara yangdilahirkan dua kali, pemimpin-pemimpin dan pendekar-pendekar dipihak kami, akan kusebutkan mereka demi Engkau yang kuhormati,\"Yang teragung diantara yang dilahirkan dua kali\" adalah ungkapanyang ditujukan kepada Resi Drona, karena sang resi ini adalahseorang brahmana dan biasanya kaum brahmana dianggap lahir duakali. Maksudnya: pertama seorang brahmana harus lahir di duniafana ini, tetapi di dunia ini ia harus menjalani kehidupan kebatinandemi Sang Maha Esa, jadi \"lahir\" lagi dengan meninggalkan semuanafsu keduniawian demi pengabdiannya ke masyarakat dan TuhanYang Maha Esa. Inilah tugas seorang Brahmana seharusnya.8. Pertama-tama Dikau yang mulia Drona, kemudian Bhisma, Karnadan Kripa yang tak terkalahkan dalam setiap yudha, juga Ashvatama,Vihana dan putra Somadatta.9. Dan banyak lagi pahlawan-pahlawan lainnya yang bersediamengorbankan jiwa-raga mereka, bersenjatakan berbagai senjata-senjata yang sakti, kesemuanya ahli-ahli perang yang tiada taranya.• Bhisma: Pendekar tua yang ditunjuk menjadi panglima tertinggi dipihak Kaurawa, yang sebenarnya masih \"kakek\" para Kaurawa danPandawa, Bhismalah sebenarnya yang membesarkan raja12
Dhristarashtra dan para Kaurawa-Pandawa. Beliau amat mencintaipara Pandawa, tetapi dalam perang ini beliau berpihak kepada paraKaurawa karena berhutang budi dan setia kepada Kaurawa sesuaidengan janjinya. Tetapi Bhisma pernah bersumpah dihadapanDuryodana tak akan pernah membunuh para Pandawa; dalam perangBaratayudha ini Bhisma membuktikan kehebatannya sampai akhirhayatnya.• Karna: Saudara tiri para Pandawa, adalah teman akrab Duryodana.Oleh Duryodana, Karna diangkat menjadi raja Anga (sekarangdisebut daerah Bengal di India). Sebenarnya Karna adalah seorangkshatrya maha-sakti yang penuh dengan kasih-sayang kepadasesamanya, tetapi terikat sumpah setianya kepada Duryodana maka iamemilih pihak Kaurawa, Setelah matinya Drona, Karna diangkatmenjadi panglima tertinggi Kaurawa tetapi hanya berlangsung duahari saja, karena kemudian ia mati di tangan Arjuna, saudara tirinyasendiri. Beginilah kehendak Dewata.• Kripa: Saudara ipar resi Drona. Ia adalah diantara tiga pendekar daripihak Kaurawa yang tidak gugur dalam perang Baratayudha.• Ahsvatama: Putra resi Drona, juga salah seorang panglimaperangnya Kaurawa yang terkenal liciknya.• Vikarna: Putra ketiga raja Dhristarashtra, adik Duryodana.• Putra Somadatta: Somadatta adalah raja dari negara Bahikas yangmembantu Kaurawa.10. Tak terhitung jumlah laskar kita yang dipimpin oleh SangBhisma, sedangkan dipihak mereka (Pandawa) yang dipimpin olehBima, jumlah laskar mereka sangat mudah untuk dihitung.Sebenarnya jumlah tentara Kaurawa memang lebih banyak daripihak Pandawa, kabarnya Kaurawa mempunyai laskar lebih banyakempat divisi dibandingkan pihak Pandawa. Ada juga yangmenyebutnya berlipat ganda. 13
11. Dan telah diatur sedemikian rupa sehingga setiap pendekar danpimpinan divisi berada pada posisi masing-masing dan menjagaBhisma dengan baik.Oleh sementara ahli, ucapan-ucapan Duryodana di atas dianggap jugasebagai ungkapan rasa khawatir Duryodana yang merasa di pihakPandawa terdapat lebih banyak pahlawan-pahlawan sakti, walaupunjumlah laskar mereka lebih sedikit.12. Untuk memberi semangat kepada Duryodana, Sang Bhisma yangbijaksana meniup sangkalalanya yang mengeluarkan suara seakan-akan auman dahsyat seekor singa.13. Kemudian dari segala penjuru tambur-tambur dan sangkalaladibunyikan oleh semua pihak, dan hiruk-pikuklah suasana waktu itudipenuhi suara-suara ini.14. Kemudian, duduk di kereta perang nan agung, dengan pasangan-pasangan kuda-kuda putih, Sang Kreshna dan Arjuna masing-masingmeniup sangkalala mereka.15. Sang Kreshna meniup sangkalalanya yang bernama Panchjanya,dan Arjuna meniup sangkalalanya yang bernama Devadatta,sedangkan Bhima yang perkasa meniup sangkalalanya yang nampakbesar, kekar dan kuat, bernama Paundra,16. Raja Yudhistira, putra ibu Kunti, meniup Anantawijaya, Nakuladan Sahadewa masing-masing meniup Sugosha dan Manipuspaka.• Raja Yudhistira: Yang tertua di antara Pandawa adalah seorangmaha-raja yang berwatak tenang, penuh kasih-sayang dan amatbijaksana dalam segala tindak-tanduknya, tak pernah bohong dalamsegala hal. Beliau dikenal lebih sebagai seorang negarawan daripadaseorang pendekar yang gemar berperang. Sangkalala yangdimilikinya disebut Anantavijaya yang berarti \"Kemenangan TanpaAkhir\" atau juga disebut \"Suara-Kemenangan.\"14
• Nakula: Putra keempat Pandawa dikenal amat mahir berkuda,sangkalalanya bernama Sagosha yang berarti \"Bersuara Indah.\"• Sahadewa (Sadewa): Putra Pandu yang paling bungsu memilikisangkalala yang bernama Manipuspaka yang berarti \"Mutiara YangMekar\" atau \"Bunga-Bunga Mutiara,\" karena sangkalala yang satu initeramat indahnya, selain bentuknya laksana mutiara ditaburi puladengan mutiara-mutiara asli yang indah.17. Juga yang ikut meniup sangkalalanya masing-masing adalah rajadari Kashi yang memimpin laskar pemanah, kemudian Sikhandi(Srikandi) yang gagah perkasa, Dhristadyumna, Virata dan Satyaki(Setiaki) yang tak terkalahkan.18. Juga Drupada dan putra-putra Draupadi, dan juga Saubhadra,semuanya meniup sangkalala mereka dari setiap jurusan.Shikandi (Srikandi) di India sering disebut juga sebagai putra rajaDrupada (sebenarnya ia seorang banci), di Indonesia ia dikenalsebagai pahlawan wanita, merupakan titisan dewi Amba yangmenuntut balas kepada Bhisma. Panahnya akan menghabisi nyawaBhisma dalam perang ini. Satyaki adalah sais kereta perang pribadiSang Kreshna.19. Suara-suara dahsyat sangkalala-sangkalala ini memenuhi langitdan bumi tanpa henti-hentinya dan menjatuhkan semangat putra-putra Kaurawa.20. Kemudian Arjuna yang di kereta perangnya terdapat panjibergambarkan Hanoman, memandang ke arah putra-putraDhristarashtra yang telah siap untuk berperang; dan tak lamakemudian ketika perang akan segera dimulai, Arjuna memungutbusur panahnya.21. Dan berkata kepada Sang Kreshna:Berkatalah Arjuna : 15
22. Ingin kulihat semua yang ada di medan ini, mereka yang telahbersiap-siap untuk berperang, dengan siapa aku nanti harusberlaga.23. Ingin kulihat mereka-mereka yang berkumpul di sini,yang berhasrat untuk mendapatkan sesuatu yang berharga bagiputra-putra Dhristarashtra yang berhati iblis itu.Berkatalah Sanjaya :24. Setelah Arjuna selesai dengan kata-katanya, Sang Kreshna punmengarahkan kereta perangnya, kereta yang terbaik diantara semuakereta-kereta perang, ke tengah-tengah, diantara kedua laskar yangberbaris rapi.25. Di hadapan Bhisma, Drona dan pendekar-pendekar lainnya.Berkatalah Kreshna :Lihatlah, oh Arjuna, para Kuru yang sedang berkumpul (di sini).26. Dan Arjuna pun melihat paman-pamannnya, para sesepuh(kakek-kakek), guru-guru, saudara-saudara dari ibunya, putra-putradan para cucu, misan dan sahabat-sahabatnya, berdiri berbaris rapi.27. Juga terlihat ayah-mertuanya dan para teman yang terdapat dikedua belah pihak. Melihat jajaran sanak-saudaranya yang berbarisrapi ini, Arjuna.28. Tergetar penuh dengan rasa iba dan berkata pilu. BerkatalahArjuna : Melihat jajaran keluargaku ini, oh Kreshna, bersiap-siapuntuk berperang.29. Sendi-sendi badanku terasa lemas dan bibirku terasa rapat,seluruh tubuhku tergetar dan rambutku tegak berdiri.30. Busur Gandivaku terlepas dari tanganku dan seluruh kulitkuterasa terbakar; tak kuat aku berdiri tegak lagi; kepalaku serasaberputar-putar.31. Dan kulihat pertanda iblis, oh Kreshna! Tak kulihat sesuatuapapun yang baik dengan membunuh sanak-saudaraku dalam perangini.16
32. Tak kuinginkan kemenangan, oh Kreshna, tidak juga akumenginginkan kerajaan atau pun kesenangan-kesenangan. Apakaharti sebuah kerajaan untuk kami, oh Kreshna, atau pun apakah artidari kesenangan bahkan hidup ini ?33. Mereka-mereka ini sekarang berjajar rapi untuk mengorbankanhidup dan harta-benda mereka, sedangkan kami menginginkankerajaan, kemewahan dan kesenangan, bukankah sebenarnya semuaitu diperjuangkan untuk mereka juga.34. Yang terdiri dari para guru, ayah, putra-putra dan para kakek,paman, mertua, cucu, saudara-saudara ipar dan sanak-saudaralainnya.35. Aku tak akan membunuh siapapun juga, walaupun aku sendiriboleh mati terbunuh, oh Kreshna, takkan kuberperang walaupun akusanggup mendapatkan ketiga dunia ini; apalagi hanya untuk satuyang bersifat duniawi ini ?36. Setelah membantai putra-putra Dhristarastra, kenikmatan apakahyang dapat kita miliki, wahai Kreshna? Setelah membunuh penjahat-penjahat ini, kita sendiri akan tercemar oleh dosa-dosa ini.37. Tak benar bagi kita untuk membunuh sanak-saudara sendiri,yaitu putra-putra Dhristarashtra. Sebenarnya, wahai Kreshna, manamungkin kita 'kan bahagia dengan membunuh keluarga kita sendiri?Arjuna adalah seorang pahlawan besar, tetapi menghadapi situasiyang unik ini, ia terhempas ke dalam suatu keragu-raguan yangdalam. Arjuna ke Kurukshetra untuk berperang tetapi tiba-tiba ia taksampai hati untuk membunuh sanak saudaranya sendiri, walaupun iatahu mereka-mereka ini berhati iblis. Tiba-tiba ia ragu untuk maju,gundahlah Arjuna dalam \"ke-aku-an\" nya. Bukanlah kita manusia inisering juga mengalami tekanan-batin yang berat dalam mengambilsuatu keputusan yang maha-penting ? Bukankah rasa iba sering kalimembuka pintu kelemahan kita dan mengantarkan kita ke arahkehancuran itu sendiri. Itu semua karena kita terikat akan sanak- 17
keluarga, harta-benda, nama posisi kita dalam masyarakat. Menjadibudak dari adat-istiadat demi kepentingan egois orang lainnya.Arjuna terjebak oleh rasa ibanya, oleh adat-istiadat dan simbol-simbol duniawi. Ia lupa tugas manusia sesungguhnya adalah demidan untuk Yang Maha Esa, dan jalan ke Dia berarti meninggalkansemua milik duniawinya baik yang berbentuk konkrit (nyata)maupun yang berbentuk abstrak. Dalam agama Kristen kitamenjumpai suatu persamaan dalam hal ini, Nabi Isa (Yesus) pernahbersabda: \"Seandainya seseorang datang kepadaKu tetapi belumbersedia meninggalkan ayah-bundanya, anak-istrinya, dan saudara-saudaranya, maka ia tidak akan menjadi muridKu.\" Begitu pun dalamagama Hindu sering kita jumpai tokoh-tokoh spiritual di masa-masayang silam yang harus meninggalkan \"semua miliknya,\" kalau sudahmemilih jalanNya.Ini bukan berarti Sang Kreshna mengecam \"rasa-iba\" atau perasaan\"simpati\" atas penderitaan seseorang; rasa-iba sebenarnya adalah sifatseorang yang satvik, tetapi rasa-iba yang sejati menurut versiBhagawad Gita adalah yang tanpa moha, yaitu keterikatan secaraduniawi. Rasa iba yang sejati adalah ekspresi dari cinta atau kasihsayang dari seseorang yang penuh dengan rasa \"welas-asih,\" dan tidakseseorang pun akan dapat mencintai sesuatu/seseorang dengan sejatitanpa memasuki \"sinar pengetahuan Ilahi,\" dan bersedia berjalanlurus (tanpa keterikatan duniawi apapun juga) di jalannya sangdharma.Di atas, untuk sejenak Arjuna rupanya lupa akan dharmanya. Arjunalupa dan belum sadar bahwa sanak-saudaranya yang sebenarnyabukanlah yang lahir secara fisik sebagai adik, kakak, ayah, ibu,paman, kakek, dsb, tetapi sanak-saudara yang sejati adalah merekayang mencintai Yang Maha Esa dan jalan di jalan lurus Sang Dharma.Merekalah sanak-saudara kita yang sejati, tulus dan seiman dalamnaungan Yang Maha Esa.18
Arjuna masih hilang dalam kealpaannya. Ia lupa bahwa dharmamengharuskan seseorang untuk melaksanakan semua kehendak YangMaha Esa tanpa pamrih, sama sekali tanpa imbalan sesuatu apapunjuga baik itu pahala atau pintu surga, tanpa apapun juga, titik. Hanyabekerja untuk dan demi Dia! Rasa iba yang sejati harus didasarkanatas Dharma. Sang Rama sendiri untuk menegakkan dharmaberperang melawan Rahwana, dan di Bhagawad Gita Sang Kreshnamenganjurkan jalan yang sama kepada Arjuna, agar Arjuna lepas dariChoka (kesedihan) dan Moha (keterikatan atau cinta duniawi).Di dalam Bhagawad Gita ajaran penting yang tersirat adalah\"Bunuhlah atau kekanglah pintu-pintu nafsumu.\" Agama-agama yanglain pun selalu mengajarkan hal yang sama: Zoroaster misalnyamengatakan \"berperanglah terhadap iblis tanpa henti-hentinya,\"Sang Buddha berperang dengan Sang Mara, Yesus berperang denganSyaitan, dan masih banyak contoh dari agama-agama yang lain.Arjuna di atas masih lupa bahwa ia harus berperang melawanDuryodana demi tegaknya Dharma.38. Dengan hati yang dikuasai oleh keserakahan, maka tidakterlihatlah kesalahan ini yang akan mengakibatkan hancurnyakeluarga kita dan penghianatan atas teman-teman dan para sahabat.39. Mengapa kita tidak memiliki kebijaksanaan untuk menjauhi dosasemacam ini, wahai Kreshna - bukankah kita melihat kesalahan iniakan mengakibatkan kehancuran keluarga kita?Arjuna masih menilai bahwa sesuatu kewajiban harus dilaksanakandengan memikirkan imbalan yang duniawi sifatnya. Sedangkandharma yang sejati tidak menuntut apa-apa. Dharma harusditegakkan demi Yang Maha Kuasa, dan apapun yang diberikanNyasesudah itu, baik yang menyenangkan untuk kita atau yang membuatkita menderita karenanya, haruslah diterima sebagai pemberianNya.Dan itu harus ihlas, tanpa pamrih. Semua Dharma kita adalahkewajiban dan persembahan kita kepadaNya, bahkan harus penuh 19
dengan tanggung-jawab yang tulus kepadaNya bukan kepadakehendak unsur-unsur duniawi yang banyak terdapat disekitar kita,yang kalau dihitung seakan-akan tiada habisnya.40. Dengan hancurnya sebuah keluarga, hancurlah juga semuatradisi-tradisi lama kita (kuladharma), dan dengan hancurnya tradisi-tradisi, larangan dan segala peraturan-peraturan nenek-moyang kita,maka kekacauan akan menguasai keluarga kita semuanya.41. Dan kalau kekacauan ini (adharma) berkelanjutan, maka wahaiKreshna, wanita-wanita dalam keluarga ini akan berjalan serong.Dan kalau para wanita kita telah berlaku serong, oh Kreshna akanterjadi percampuran dalam sistim kasta.Arjuna amat khawatir bahwa kehancuran dalam keluarga besarmereka akan menghancurkan juga nilai-nilai lama tradisi mereka,dan lebih dari itu, juga akan menghancurkan sistim kasta yangmereka pegang teguh. Di dalam Bhagawad Gita, kita akanmenemukan bahwa sistim kasta yang dianut secara diskriminasiadalah salah, suatu yang tidak senafas dengan inti ajaran BhagawadGita. Peranan wanita dalam agama Hindu sebenarnya sangat vitaldan suci, nasib sesuatu bangsa maupun keluarga sering sekaliditentukan oleh peranan seorang wanita yang dalam hal ini bisaberupa seorang ibu, istri, dan sebagainya. Tidaklah mengherankankalau Arjuna sangat gundah akan hancurnya moral para wanitadalam keluarga besar mereka. Semenjak masa silam, para wanitadalam agama Hindu selalu mendapatkan posisi yang agung dan suci,penuh tugas untuk dharma. Derajat mereka sebenarnya lebih sucidari para pria dan nilai mereka lebih tinggi. Ini dapat dibuktikan darikedudukan para dewa-dewi dalam legenda-legenda Hindu, jugasuatu upacara suci tidak akan sah kalau tidak dihadiri seorang wanita,juga peranan gadis-gadis yang masih suci amatlah vital dalam upacarauntuk para leluhur dan tentunya masih sekian banyak contoh-contoh lainnya yang dapat kita baca sendiri di epik Mahabarata danRamayana di mana peranan wanita amat menonjol penuh kebajikan.20
42. Dan kekacauan ini akan menjerumuskan, baik keluarga kitamaupun yang menghancurkan nilai-nilai tradisi, ke neraka. Danarwah para leluhur pun akan terabaikan karena tak akanmendapatkan air dan sesajen (yang berbentuk bulatan terbuat dariberas).Arjuna amat khawatir kalau peperangan ini akhirnya malah merusaknilai-nilai tradisi lama dan agama mereka, sehingga arwah paraleluhur pun ikut makan getahnya dengan tidak mendapatkan sesajenlagi. Biasanya para wanitalah yang mengatur sesajen ini padaupacara-upacara keagamaan tertentu. Kalau wanita-wanita dalamkeluarga mereka sudah tidak setia lagi kepada leluhur mereka tentuakan timbul kekacauan dalam tradisi ini, pikir Arjuna. Upacarasesajen untuk para leluhur disebut shraddha.43. Karena ulah yang menghancurkan keluarga kita ini, terciptalahkekacauan dalam sistim varna (kasta) yang ada dalam tradisi kaumkita dan hancurlah keluarga ini.44. Dan kami dengar, wahai Kreshna, bahwa barang siapa kehilangannilai-nilai tradisi keluarga, mereka akan tinggal di neraka.45. Aduh, Betapa besarnya dosa yang harus kita pikul denganmembunuh sanak-keluarga hanya demi kemewahan sebuah kerajaan.46. Lebih baik aku dibantai putra-putra Dhristarastra dengan senjatamereka, dan tak akan kulawan mereka.Berkatalah Sanjaya :47. Setelah mengatakan hal-hal tersebut (di medan perang), Arjunaterjatuh ke sandaran kursi (kereta perangnya), dan menghempaskanpanah serta busurnya; seluruh jiwanya tercekam dengan rasagundah-gulana.Arjuna sebenarnya adalah seorang kshatrya yang bersih, tetapi padasaat ini hatinya diselimuti awan tebal. Ia sebenarnya, seakan-akanberbicara tentang vairagya (penyerahan diri secara total), tetapi hal 21
ini dilakukannya karena keterikatannya kepada sanak-keluarga danharta duniawi, bukan vairagya kepada Yang Maha Esa.Banyak yang bertanya apa perbedaan antara cinta (moha) dan cinta-sejati? Yang pertama adalah kulit luarnya yang selalu terikat padasesuatu benda atau seseorang secara duniawi, sedangkan cinta-sejatiadalah suatu ekspresi dari suatu kesadaran yang dianugerahkan olehYang Maha Esa kepada kita semuanya, yang sebenarnya penuhdengan rasio, pertimbangan, dan perhitungan yang penuh tanggungjawab baik kepada masyarakat maupun Yang Maha Pencipta.Cinta sejati tidak terikat pada batas-batas pribadi seseorang. Arjunatidak dapat berperang karena ia masih terikat dalam batas-batas\"miliknya,\" ia masih mencintai semua sanak-keluarganya dalam batasduniawi. Arjuna lupa akan akhir hidup kita semuanya, tidak adasesuatu apapun yang akan kita bawa kembali ke alam sana,karenanya Arjuna masih harus belajar tentang nishkama-karma(sesuatu tindakan atau pekerjaan tanpa mengharapkan pamrih).Sang Kreshna maklum Arjuna sedang mengalami tekanan mentalyang sangat berat, Beliaupun memulai ajaran-ajaranNya demimembangun lagi jiwa-raga Arjuna agar terjun lagi penuh semangatdan vitalitas untuk menghadapi hidup ini yang penuh dengan segalacobaan tetapi juga tugas-tugas dari Yang Maha Pencipta untuk kitasemua.Inti ajaran Bhagawad Gita adalah, pembinaan mental diri kita sendirisecara batin. Gita mengingatkan dan sekaligus mengajarkan bahwakelemahan adalah dosa; sesuatu kekuatan diri haruslah dibinadengan disiplin yang kuat dan tanpa pamrih. Kekuatan ini harusbersih dari segala unsur-unsur duniawi dan penuh dengan gairahhidup demi dharma kita kepadaNya.Pesan Sang Kreshna dalam Bhagawad Gita adalah \"Berdirilah danberperanglah melawan kebatilan.\" Hidup adalah perjuangan deminilai-nilai kebenaran; hidup juga adalah sebuah kuil atau pura daripemujaan kita kepadaNya tanpa pamrih. Maju terus pantang mundur22
demi Dharma-Bhaktimu kepadaNya, bukan kepada hasrat-hasratpribadimu dalam bentuk apapun juga.Dalam Upanishad Bhagawad Gita, bab yang pertama ini disebutsebagai Ilmu Pengetahuan tentang Ilahi, sebuah Karya Sastra yangberbentuk dialog antara Sang Kreshna dan Arjuna yang disebut jugaArjuna Vishada Yoga atau Yoga Sang Arjuna dalam Kedukaannya.Bab pertama disebut \"Vishada Yoga.\" Vishada berarti depresi/tekanan(karena duka), yoga di sini berarti bagian atau bab. Vishada yogaadalah permulaan dari Bhagavat Gita. Sebenarnya kalau ditelaahsecara mendalam, maka rasa depresi atau Vishada ini adalah anaktangga pertama menuju ke kehidupan spirituil atau kebatinan. Setiapmanusia harus mengalaminya setelah tersandung dalam berbagaiaspek kehidupannya yang gagal, dan masuklah ia kemudian ke dalamsuatu kegelapan seakan akan tanpa jalan keluar, kemudian barulah iameniti secara perlahan dari gelap menuju ke terang. Dalam setiapdepresi ini kalau sudah tidak terlihat jalan keluar maka kita akanberteriak dalam kedukaan yang amat dalam: \"Apakah arti kehidupanini? Apakah arti semuanya ini? Mengapa kita harus dilahirkan?Kemana kita akan pergi sesudah mati nanti? Dan sering sekali kitamengucapkan, \"Oh Tuhanku mengapa Kau lupakan daku?\" MengapaKau tinggalkan daku sendiri dalam duka ini?\" dan \"Oh Tuhan Dikautak adil pada ku?\" dan lain sebagainya, sebagai tanda-tanda frustrasidalam diri kita,Setiap manusia kemudian harus masuk ke dalam suatu keheningansebelum ia kemudian melangkah masuk dalam suatu bentuk ilmupengetahuan tentang dirinya sendiri. Dalam keheningan ini setelahmembunuh atau menguasai semua bentuk rasa egonya baik yangberbentuk positif (baik) maupun negatif (buruk), ia akanmenemukan bahwa ia tidak berdiri sendiri dan semua ini ada yangmengatur. Ia akan menemukanNya, yang selalu mengayominya,menuntunnya dan kasih-sayang kepadanya. 23
Ia (Yang Maha Esa) selalu hadir dalam setiap agama dengan bentukdan versi yang berlainan sesuai dengan kepercayaan masing-masingindividu; dalam Hindhu Dharma ialah Sang Kreshna (Ilahi dalambentuk manusia), Sang Penuntun jalan kehidupan kita. Camkanlahbahwa untuk mendapatkan penerangan, seseorang melalui jalantakdir biasanya harus mengalami kegelapan dulu. Begitu juga Arjunadan begitu juga kita manusia, sampai suatu saat nanti, kita pun,seperti Sang Arjuna akan mengucapkan:Engkaulah Yang Terutama,Engkaulah Tujuan Yang Tertinggi,Dari ujung ke ujung Kau penuhi alam semesta ini,Oh Dikau Bentuk Yang Tanpa Batas (Anantarupam). [XI, 38]24
BAB II Sankya Yoga (Yoga Mengenai Ilmu Pengetahuan)Berkatalah Sanjaya :1. Sang Kreshna pun penuh dengan perasaan iba bersabda kepadaArjuna yang sedang dalam keadaan gundah, dan kedua matanyapenuh dengan linangan air mata dan merasa dirinya tanpa semangatdan harapan lagi.Berkatalah Sang Kreshna Yang Maha Pengasih :2. Dari manakah timbulnya depresi batinmu ini, pada saat-saat yangpenuh dengan krisis seperti ini? Menolak berperang adalah tidakpantas untuk seorang Aryan. Penolakan ini akan menutup pintumasuk ke sorga. Penolakan ini adalah puncak dari kehinaan, ohArjuna!3. Janganlah bertindak sebagai seorang pengecut, oh Arjuna! Tiadalaba yang akan kau petik dari kelakuanmu ini. Buanglah jauh-jauhkelemahan hatimu. Bangkitlah, wahai Arjuna!Berkatalah Arjuna :4. Bagaimana mungkin, wahai Kreshna, daku menyerang Bhisma danDrona dengan panah-panahku dalam perang ini? Bukankah merekasebenarnya layak untuk dijunjung tinggi, oh Kreshna?5. Lebih baik hidup sebagai pengemis di dunia ini, daripadamembantai para guru yang agung ini. Dengan membunuh mereka,yang kudapatkan hanyalah kepuasan yang bergelimang darah! 25
6. Juga kami tak tahu manakah yang lebih baik - kami mengalahkanmereka atau mereka mengalahkan kami. Dengan membunuh putra-putra Dhristarashtra, yang berdiri sebagai lawan, berarti jugamenghilangkan sendi-sendi kehidupan (keluarga besar mereka).7. Seluruh svabhavaku (jiwa-ragaku), serasa sedang dirundung rasalemas dan rasa iba, dan hatiku bimbang untuk melaksanakankewajibanku ini. Maka kumohon kepadaMu. Ajarilah daku, sesuatuyang pasti, yang manakah yang lebih baik. Daku adalah muridMu.*Daku berlindung di dalam diriMu. Ajarilah daku.**Arjuna terombang-ambing di antara kesedihannya dan rasa tanggungjawabnya dalam menunaikan kewajibannya sebagai seorangkshatrya. Dan puncak dari keragu-raguan- nya ini adalah berpasrahdiri kepada Sang Kreshna agar ditunjukkan jalan yang benar danpasti.* Aku adalah muridmu dan aku sedang mencari penerangan': inilahkira-kira yang dimaksud oleh Arjuna. Dalam hidup ini ada tiga tahapuntuk seorang jignasu (seseorang yang mencari): pertama-tama iaakan masuk dalam tahap \"mencari,\" kedua ia akan menjadi seorangmurid, seorang yang ingin sekali belajar sesuatu dan pada tahapketiga ia menjadi seorang \"anak\" dari sang Guru untuk kemudiandituntun. Selanjutnya sang jignasu akan masuk kedalam suatu tahapyang \"tenang\" dan tidak lagi dalam keadaan \"depresi.\"** 'Ajarilah daku' dalam bahasa Sansekertanya adalah \"shadhi mam\"yang juga dapat berarti pengaruhilah daku. Seorang Guru kebatinantidak saja mengajari muridnya dengan ajaran secara verbal maupuntertulis tetapi juga akan menimbulkan suatu \"shakti atau \"energi\" didalam diri seorang murid. Dalam pengembaraan kita dari setitik atomsampai ke Atman (Inti-Jiwa kita), kita semua memerlukan sebuahjembatan, dan jembatan ini adalah seorang Guru yang sejati. Carilahdia dan berlindunglah di dalamnya, niscaya kau akan berhasilmelalui jembatan ini ke tujuanmu. Tetapi ingat seorang guru bukanuntuk berbantah-bantah, seorang guru adalah penuntunmu, dan26
engkau harus tulus jiwa dan ragamu dalam pengabdianmukepadanya, dan barulah jalan akan terbuka, bukan dengan berdebatkepadanya.8. Rasa bimbang ini merubah seluruh indraku menjadi layu. Aku takmelihat masa depan, walau seandainya aku berkuasa tanpa batas atasseluruh permukaan bumi ini atau pun atas para Dewa-Dewa.Berkatalah Sanjaya :9. Setelah ucapan-ucapan Arjuna ini selesai, Arjuna berkata kepadaSang Kreshna: \"Aku tak akan berperang.\" Dan dengan kata-kata iniArjuna pun langsung berdiam diri.Arjuna bersikap diam diri.Diam atau pun hening sebenarnya adalah salah satu \"guru\" kita.10. Kemudian Sang Kreshna penuh dengan senyuman bersabdakepada Arjuna yang masih diliputi kedukaannya (masih terduduk) dikereta yang berada di antara kedua laskar ini.Kreshna tersenyum karena ia mengetahui bahwa kesedihan Arjunasebenarnya adalah proses cinta-duniawi yang terpengaruh oleh ilusiSang Maya. Arjuna sedih karena belum memiliki ilmu pengetahuanyang sejati. Arjuna harus melewati dulu semua rasa egonya baik yangburuk maupun yang baik, untuk mencapai suatu \"pengertian\"tentang hidup ini.Sang Kreshna tersenyum karena Ia sadar bahwa Arjuna harus melaluiproses \"habis gelap terbitlah terang.\" Arjuna harus disadarkan dandiluruskan jalan pikirannya bahwa tradisi lama memang tidak bolehdibunuh tetapi sebaliknya harus dimanfaatkan sebagai alat bagilanggengnya kebenaran untuk segalanya. Keadilan harus ditegakkankalau tidak agama dan tradisilah yang akan menuju ke arahkehancuran total. 27
Sang Kreshna tersenyum karena apa yang diutarakan oleh Arjunaadalah kulit-luar dari kitab-kitab shastra dan Upanishad. Arjuna lupaakan isi ajaran-ajaran semua itu dalam bentuk yang sebenarnya.Apakah dharma itu sebenarnya? Arjuna alpa akan hal itu, baginyadharma adalah tradisi dan peraturan yang sesuai dengan adat-istiadatritual; bagi Sang Kreshna dharma adalah suatu peraturan atau tata-cara atau hukum yang menganjurkan/mewajibkan seseorang untukbekerja demi Yang Maha Esa, sesuai dengan segala kehendakNya,untuk mereka-mereka yang menderita dan tersiksa dan diperlakukantidak adil, dan semua itu tanpa pamrih dalam bentuk apapun juga,tetapi diserahkan kembali kepada Yang Maha Esa.Berkatalah Sang Maha Pengasih :11. Dikau bersedih hati untuk mereka yang seharusnya tidak perludikau risaukan, tetapi dikau bertutur seakan dikau amat bijaksana.Seseorang yang bijaksana tak pernah bersedih baik untuk yang hidupmaupun untuk yang telah tiada.Kesedihan Arjuna adalah berdasarkan kebodohan, Arjuna tidak sadarakan arti hidup dan mati yang sebenarnya, kedua-duanya adalahpermainan Sang Maya (Ilusi-Ilahi), Inti-Jiwa (Atman) kita tak akanpernah mati. Seseorang yang bijaksana akan terus jalan dalam hidupini penuh dengan dedikasi akan tugas-tugasnya bagi Yang Maha Esatanpa perduli akan ilusi yang beraneka-ragam bentuknya yang selalumencoba mencengkeram kita dengan berbagai cara yang baikmaupun yang buruk, baik dengan jalan kekerasan maupun kasih-sayang (moha). Bukankah Columbus yang terserang badai dalamsuatu pelayarannya pernah berteriak, Lajulah terus, terus dan terus.Di dunia ini tidak ada jalan mundur, yang ada hanyalah jalan terusbaik kita mau atau tidak. Tidak ada jalan lain. Bab ini disebutSankhya Yoga yang berarti yoga Kebijaksanaan, kebijaksanaan yangdisarikan dari seluruh Upanishad-Upanishad. Sloka 11-38, akanbanyak mengupas soal kebijaksanaan ini.28
12. Tiada waktu di mana Aku tak pernah hadir dan juga engkau, jugamereka-mereka ini, dan juga semuanya, dan kita semua akan selaluterus hadir.Badan atau raga kita akan selalu hidup dan mati sesuai dengan masapakainya, tetapi Inti-Jiwa (Atman) akan selalu mengembara dari saturaga ke raga yang lainnya, tanpa henti sesuai dengan karmanya.Inilah yang harus disadari Arjuna. Seseorang sebenarnya tidakpernah mati, yang mati adalah raganya, suatu permukaan kasar yangmerupakan medium belaka. Raga selalu menikmati semuakesenangan dan juga merasakan penderitaan yang diakibatkan olehkesenangan itu, tetapi Atman akan jalan terus tanpa terkontaminasisedikitpun. Arjuna dalam kebodohannya mencampur-adukkanantara yang \"nyata\" dengan yang \"tidak nyata.\"13. Sang Inti Jiwa ini berkelana dari satu raga ke raga lainnya sambilmelewati masa kanak-kanaknya, masa remaja dan masa tuanya.Seorang yang bijaksana akan maklum akan semua ini dan tidakterpengaruh oleh ilusi ini.Timbul pertanyaan mengapa Sang Jiwa selalu berkelana dari saturaga ke raga yang lainnya, tidak lain karena harus melalui berbagaiperjalanan yang sudah digariskan oleh Yang Maha Pencipta, danmerupakan pengalaman untuk memperkaya diri Sang Atman ini, danpada akhirnya kembali ke Sang EmpuNya sesuai dengan tugas dansiklus yang sudah diatur. Sedangkan raga itu sendiri sebagai suatumedium harus juga melalui berbagai tahap seperti masa kanak-kanak,remaja dan masa tua, sesudah itu binasa dan Atman berpindah keraga lainnya, dan begitulah siklus ini berputar terus seakan-akantidak ada akhirnya.14. Setiap hubungan kita dengan berbagai obyek (duniawi), ohArjuna, menimbulkan dingin dan panas, kesenangan dan 29
penderitaan. Semua ini datang dan pergi, dan tidak abadi. Hadapi-lah semua ini, Arjuna (sebagai sesuatu fakta).Atman sendiri sebenarnya tidak terpengaruh oleh semua obyeksensual duniawi ini, yang terpengaruh dan merasakannya ini adalahraga yang ditumpangi Atman. Raga ini setelah ditumpangi Atmanakan merasakan dingin dan panas, kesenangan dan penderitaan, dansebagainya. Semua ini harus kita maklumi dan kita jalani sebagaisesuatu yang datang dan pergi. Kita harus bersikap tidak terikatkepada semua ilusi ini tetapi juga tidak menutup mata, bahkan haruskita hadapi dan rasakan semua itu sebagai dedikasi kita kepadaNya,demi dan untukNya.15. Seseorang yang tenang dalam kesenangan dan penderitaan --tidak terusik oleh kedua-duanya -- ia hidup dalam suatu kehidupanyang tak pernah mati, oh pemimpin diantara anak-anak manusia(Arjuna).16. Yang tidak sejati tidak mempunyai bentuk, Yang Sejati takpernah ada habis-habisnya. Kebenaran kedua hal ini telah dirasakanoleh para pencari Kebenaran.Yang sejati di sini adalah Atman (Inti Jiwa Kita), yang tidak sejatiadalah raga kita yang selalu habis dan binasa, sedangkan Atman terusberkelana tanpa ada batas-batasnya. Raga kita berbentuk Asat: tidakabadi, dapat rusak atau mati dimakan waktu atau keadaan.Sedangkan Atman adalah sat: Kesejatian yang Abadi, dalam Sat selalutercipta yang baru, tanpa henti-hentinya, terus-menerus, abadi danlanggeng. Bukankah Itu sama saja dengan Yang Maha Pencipta.Seorang penyair Barat yang terkenal di dunia pernah menulis:Yang Satu Abadi, yang banyak berganti dan berlalu, Cahaya Ilahibersinar tanpa habis, bayangan bumi hilang berterbangan. Hidup,bagaikan sebuah rumah kaca yang memantulkan pelangi berwarna-warni, Sebenarnya bersumber pada warna putih yang abadi. (PercyBysshe Shelley).30
17. Tiada seseorang pun mempunyai kekuatan untukmenghancurkan Yang Tak Pernah Binasa, Yang menunjang semuaini. Ketahuilah Ia tak akan pernah bisa dihancurkan.Yang dimaksudkan Yang Tak Pernah Binasa di sini adalah Atman(Yang sebenarnya adalah sepercik kecil dari Brahman). Raga kitaakan hancur dan berganti raga lain, tetapi Atman tak akan pernahbinasa karena Ia abadi.18. Raga yang ditumpangi Sang Jiwa yang abadi, dan yang tak bisadihancurkan atau terjangkau oleh pikiran, dikatakan tidak abadi. Jadiberperanglah, oh Arjuna!19. Seseorang yang berpikir bahwa ia membunuh, atau seseorangyang berpikir ia terbunuh kedua-duanya tidak memahami denganbaik arti dari kebenaran. Tiada seorangpun yang sebenarnya dapatmembunuh atau terbunuh.20. Tak ada seseorangpun yang pernah dilahirkan atau pun suatu saatnanti harus mati. Tak ada seorangpun sebenarnya yang hilang atauterhenti proses hidupnya (eksistensinya). Ia tak pernah dilahirkan,bersifat konstan, abadi dan telah ada semenjak masa yang amat silam.Ia tak pernah mati walau raga habis terbunuh.Emerson seorang penyair terkenal dari Barat pernah mengatakantentang Atman sebagai berikut: \"Aku datang, lewat dan berputarlagi.\" Sedangkan Yesus pernah bersabda kepada orang-orang Yahudi,\"Ye are gods\" (Engkau semuanya adalah dewa-dewa). \"Barangsiapamengenal dirinya sendiri tahu akan Cahaya ini,\" kata filsuf terkenalLao Tse dari Cina, sedangkan seorang sufi terkenal pernah berkata,\"Inti dirimu adalah inti Tuhan itu sendiri.\"21. Seseorang yang mengenal bahwa Jati Dirinya tak akan dapatdihancurkan dan selalu abadi, tak pernah dilahirkan dan tak pernahberganti-ganti, bagaimana mungkin orang seperti itu membunuh, ohArjuna, atau bahkan mengakibatkan orang lain jadi pembunuh? 31
\"Seseorang yang mengenal Jati Dirinya,\" sadar Dirinya hanyalah saksidan bukan yang melakukan sesuatu tindakan atau aksi, inilah artiyang tersirat dari mukti atau penerangan yang sesungguhnya.22. Seperti seseorang yang mengganti baju usangnya dengan bajuyang baru, begitupun Jiwa ini berganti-ganti raga dari yang lama keyang baru.Dalam Shanti Parwa yang terdapat di kitab Mahabarata, adaperumpamaan lain dari proses jalannya Jiwa ini yang diibaratkansebagai seseorang yang pindah dari rumahnya yang usang kerumahnya yang baru; inilah jalan kehidupan Sang Jiwa dari raga keraga lainnya. Tetapi harus diingat bahwa yang dimaksud ini bukanraga manusia saja tetapi bisa juga berbagai ragam raga yang ada dialam semesta ini, seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan, raga-raga lainnya yang bertebaran di laut, bumi di sistim planet-planetlainnya atau di mana saja di seluruh alam semesta yang tanpa batasini. Dan bentuk raga ini bisa saja yang berbentuk abstrak, atau pundewa-dewi, makhluk-halus, dll, semuanya sesuai kehendakNya danalur karma kita sendiri.23. Tidak ada senjata yang dapat memisah-misahkanNya, tidakjuga api dapat membakar-Nya, atau air membuatNya basah,bahkan anginpun tak dapat mengeringkanNya,24. Tak terpisahkan Ia. Tak terbakarkan Ia. Tak terbasahkan danterkeringkan Ia. Ia abadi dan hadir di mana saja. Ia selalu konstandan tak tergoyahkan. Ia hadir semenjak masa yang amat silam, danselalu sama selama-lamanya.Inilah gambaran dari Atman (Inti Jiwa) kita, yang karena bentuknyayang sangat unik, tak dapat digambarkan secara duniawi, tetapi dapatkita fahami sebagai sesuatu yang berbentuk Ilahi dan selalu konstandan abadi. Tak akan rusak atau pun binasa.32
25. Tak terterangkan, tak terpikirkan dan tak dapat diubah-ubah– begitulah Ia disebut. Setelah mengenalNya seperti itu,seharusnya engkau (Arjuna) tak perlu lagi merisaukan hatimu.Diri ini harus bersih dulu dari segala keterikatan duniawi ini yanganeka-ragam corak dan bentuknya, setelah itu kita akan lebihmengerti akan hadirNya Sang Atman dalam diri kita danmengenalNya lebih baik. Selama kita masih diliputi rasa-ego (apa sajabentuknya), rasa ketakutan duniawi, dan selalu terikat kepada unsur-unsur disekitar kita; dan tak pernah menyerahkan semua inikepadaNya secara tulus, selama itu juga yang dekat akan terasa amatjauh. Sebenarnya Ia amat dekat di dalam diri kita sendiri. KenalilahDia !26. Pun sekiranya kau pikir Sang Jiwa (Atman) ini bisa mati danhidup, dan tidak bersifat abadi, wahai Arjuna, tak perlu juga dikauharus risau dan bersedih hati.27. Karena sudah pasti yang lahir harus binasa dan yang binasaharus lahir. Jadi janganlah dikau bersedih untuk sesuatu yangsudah pasti dan semestinya ini.Sesuatu yang sudah digariskan Ilahi tak akan bisa berubah, jadisebenarnya tak perlu dirisaukan lagi, que sera sera, apa yang akanterjadi terjadilah. Mati-hidup kemudian hidup-mati, dan seterusnyasudah semestinya begitu, jadi apa yang harus dirisaukan lagi. Tidakada jalan lain, yang mau tak mau harus kita terima karena sudahtidak ada jalan lain, takdir sudah mengaturnya begitu. Yang pentingadalah kesadaran untuk menerimanya sebagai kewajiban kita kepadaIlahi, bukan karena terpaksa.28. Keadaan dari mereka-mereka yang belum dilahirkan tak dapatditerangkan dalam bentuk duniawi ini. Tetapi pada periode antarakelahiran dan kematian situasi mereka dapat kita lihat dan fahami.Setelah mati mereka kembali lagi ke suasana yang tak dapat 33
diterangkan ini lagi. Jadi untuk apa dikau harus bersedih hati, wahaiArjuna?Jadi sebenarnya yang diketahui oleh kita manusia ini hanyalahbentuk kehidupan yang terjadi antara kelahiran sampai dengankematian kita dan orang-orang disekitar kita saja. Sebelum dansesudah itu gelap dan tidak terang bagi kita. Yang kita rasakan ataukita lihat hanya sedikit yang ditengah-tengah saja, ujung danpangkalnya kita tak akan pernah tahu. Lalu untuk apa kita bersedihhati, toh kita datang dari suatu alam yang tidak kita ketahui dankemudian harus kembali ke sana juga, dan ini berlangsung terustanpa henti-hentinya. Lalu untuk apa risau akan semua masalah yangharus kita hadapi, bukankah kita ini sebenarnya hanya alatNya sajadi dunia ini, yang dikirimkan untuk melakukan tugas-tugasNya saja,jadi berbaktilah kita seharusnya sesuai dengan kehendakNya. ItulahDharma-Bhakti yang semestinya.29. Ada yang mengesankanNya sebagai sesuatu yang amatmenakjubkan, ada yang membicarakanNya sebagai sesuatu yangamat menakjubkan, dan ada juga yang mendengarkanNya sebagaisesuatu yang amat menakjubkan, tetapi tak seorang pun yang benar-benar dapat mengenalNya (mengetahuiNya) dengan pasti apa Iasebenarnya.Kebenaran tentang Atman sebenarnya terbuka untuk kita semuanya;dan mereka-mereka yang merasakanNya menjadi takjub sendiri. Tohtidak semua kita ini dapat merasakan ketakjuban ini, karena sudahtersandung dalam perjalanan sebelum mencapaiNya. Ada yang ragu-ragu, ada yang terhadang oleh kesulitan-kesulitan dan hanya sedikityang sampai ke Tujuan yang menakjubkan ini. Timbul pertanyaankalau Dia memang mengasihi kita lalu mengapa banyak yang harustersandung sebelum mencapaiNya? Sebenarnya Yang Maha Kuasamemberikan kita kebebasan untuk memilih. Sering sekali kita-kitaini lebih condong untuk terikat dengan segala unsur-unsur duniawi34
ini yang seakan-akan sudah jadi milik kita atau sudah menjadi urusanpribadi kita yang tak dapat diganggu-gugat. Seharusnya kitamelepaskan semua unsur ego baik yang positif maupun yang negatif,dan menyerahkannya semua kepadaNya untuk kemudian dibimbingolehNya sesuai dengan kehendakNya. Jadilah seperti seorang anakkecil yang bersandar pada orang-tuanya, polos, bersih dan jujurdalam segala aspeknya. Dan seperti juga orang-tua kita yang akanselalu membimbing kita dalam suka dan duka, maka Yang MahaKuasa pun akan selalu menunjukkan jalan kita dalam setiap tindak-tanduk kita. Ia sebenarnya setiap hari mengetuk pintu hati kita dantersenyum penuh cinta-kasih, yang menjadi masalah adalah kitamenganggapNya Ia berada di tempat yang amat jauh. Bukankah Iatersirat dalam keheningan, bahkan Ia sebenamya dapat ditemuisetiap saat dalam diri pribadi kita masing-masing yang juga adalahDiriNya sendiri. la hadir selalu dalam diri kita, tak usah jauh-jauhmencarinya di hutan atau di laut, di bulan atau di matahari, carilahDia dalam ketenangan dirimu senidiri.30. Ia yang bersemayam dalam setiap makhluk – adalahKehidupan dalam setiap makhluk – Ia tak tersentuh senjata apapunjuga. Jadi Arjuna, seharusnya dikau tidak bersedih hati untukmakhluk apapun juga.Yang dimaksud Sang Kreshna di sini, adalah Sang Arjuna boleh sajamemikirkan dan memperhatikan semua makhluk di dunia ini,malahan itulah salah satu aspek penting dalam dharma. Tetapi jugaharus tahu bahwa yang bersemayam dalam setiap makhluk ini, yangdisebut Atman tak akan bisa binasa walau apapun yang terjadi. Jadisebenamya Arjuna tidak perlu sedih, karena kesedihan itu sia-siabelaka, takdir sudah menentukan jalan hidup setiap makhlukciptaanNya sesuai kehendakNya dan bukan sesuai kehendak Arjunaatau kita semuanya. 35
31. Dedikasikan dirimu kepada kewajibanmu dan jangan kau ingkariitu. Karena tidak ada imbalan yang lebih baik untuk seorangkshatrya, daripada suatu perang demi kebenaran.Dharma demi kebenaran adalah tugas suci untuk siapa saja, apalagikalau ia seorang kshatrya yang seharusnya membela nusa dan bangsaserta negaranya dari segala kezaliman dan angkara-murka. Dalamsalah satu kisah Mahabarata tertulis, \"Barangsiapa menyelamatkansuatu kehancuran adalah seorang kshatrya\" dan juga tertulis dibagian lainnya, \"Hanya ada dua tipe manusia yang dapat mencapaialam Brahman setelah melewati konstelasi matahari: yang pertamaadalah para sanyasin (orang-orang suci) yang telah dalam ilmupengetahuannya dan yang kedua adalah para kshatrya yang matidalam peperangan membela kebenaran.\" Bukankah itu berarti bahwakalau kita selamanya berjalan/berperang demi kebenaran maka kitasedang menuju ke arahnya, Yang Maha Pencipta.32. Berbahagialah mereka para kshatrya, yang harus berperangdemi kebenaran – terbukalah kesempatan ke sorga tanpa merekaminta.Sang Kreshna di sini menegaskan bahwa berperang/mati demikebenaran membawa kita langsung ke alam sorga; ini berarti bahwaberperang demi kebenaran adalah tugas yang maha suci bagi kita dariYang Maha Esa. Kalau direnungkan dengan baik-baik bukankah kitadikelilingi oleh berbagai bentuk tidak kebenaran dalam hidup ini,dari segala bentuk nafsu-nafsu pribadi kita yang negatif sampai kepenindasan yang tidak berprikemanusian dalam prilaku manusia.Sesuatu bentuk pcmerintahan, diskriminasi, dan berbagai aspek tidakbenar lainnya yang seakan-akan tidak ada habis-habisnya dan semuaitu bertebaran di sekeliling kita setiap saat.33. Dan seandainya dikau tak maju berperang di jalan yang suciini, dikau akan mengabaikan kewajiban dan kehormatan, dan dikauakan dikejar-kejar oleh perasaan salahmu itu.36
Seseorang yang berjalan atau berjuang di jalan kebenaran harus siapmengorbankan segala miliknya. Bukan saja sanak-saudara dan hartabendanya tetapi juga nyawanya sendiri. Apalagi untuk suatu tugasyang besar dan suci. Sebagai seorang kshatrya, seandainya Arjunamengingkari kewajibannya ini, maka ia akan kehilangan segalakehormatannya.34. Setiap orang akan menghinamu, dan bagi seorang yangterhormat, penghinaaan adalah lebih buruk dari suatu kematian.35. Para pendekar-pendekar yang besar akan mengira dikau mundurdari peperangan ini karena rasa ketakutanmu. Dan mereka-mereka yang menghormatimu akan memandang rendah padamu.36. Belum lagi hinaan-hinaan lainnya yang diucapkan oleh musuh-musuhmu, semua itu akan membuatmu lebih lemah lagi. Adakahyang lebih menyakitkan dari semua itu?37. Seandainya dikau terbunuh, maka dikau akan ke sorgaloka.Sekiranya dikau perkasa dalam peperangan ini, maka dikau akanmenikmati bumiloka ini. Jadi bangkitlah wahai putra Kunti(Arjuna) dan angkatlah senjata untuk yudhamu ini.38. Samakanlah rasa nikmat dengan derita, laba dengan rugi,menang dengan kalah, bersiaplah untuk yudha ini. Dengan begitudikau tak akan tercemar oleh dosa.Pada sloka-sloka sebelumnya Sang Kreshna menyindir rasa ego dantanggung-jawab Arjuna pada dharma yang sebenarnya. Di sloka atasini Sang Kreshna meminta agar Arjuna melaksanakan kewajibannyayang tertinggi yaitu berperang menegakkan kebenaran. Tugas inimerupakan tugas yang amat suci bagi seorang kshatrya demi YangMaha Esa dan kebenaran.39. Sejauh ini Aku telah menerangkan tentang ajaran Sankhya.Sekarang dengarkan-lah ajaran mengenai Yoga (llmu 37
pengetahuan), dengan mengikuti ajaran ini dikau akan lepas dariikatan-ikatan perbuatanmu.Yang dimaksud dengan ajaran Sankhya ini adalah ajaran BhagawadGita mengenai KeTuhanan yang Maha Esa, secara khusus TentangSang Jati Diri (Sang Atman). Yang diajarkan adalah hubungan SangAtman dan raga kita, di sini ditekankan bahwa Sang Atman yangmerupakan inti dari jiwa kita itu tak mungkin dapat binasa, walauraga kita hancur sekali pun. Sedang yang dimaksud dengan Yoga disini, adalah llmu pengetahuan yang sejati. Ajaran Sankhya ini tidakdapat ditelaah begitu saja, melainkan harus disertai atau didasarkanpada yoga tentang dharma-bhakti kita kepada Yang Maha Esa secarabenar.Tetapi semua Dharma-Bhakti ini harus dilakukan denganmenyamakan rasa kita terhadap dua sifat dualisme yang salingberkontradiksi, yaitu memandang atau merasa sama akan senang dansusah, untung dan rugi, panas dan dingin, dan lain sebagainya.Lalu bagaimana seseorang dapat mencapai tingkat kesadaransemacam ini? Caranya adalah dengan menggabungkan daya-intelek(budhi) kita dengan jalan pikiran kita. Setelah intelek kita sadarbahwa semua unsur dualisme yang kelihatannya amat berlawanan inisebenarnya sama saja, dan hanya merupakan permainan pikiran kitabelaka, maka secara tahap demi tahap kesadaran kita akan meningkatdan kita akan melaju ke arah Yang Maha Esa dengan baik, danjadilah kita seorang Buddhi-Yukta (seorang yang telah mencapaikesadaran).Seorang Buddhi-Yukta yang baik adalah ia yang telah berhasilmengendalikan hawa-nafsunya yang bersifat aneka-ragam. Ia jugaadalah seorang yang bersikap sama dan tenang dalam setiapkeberhasilan maupun kegagalan, bersikap tenang dalam segala tugas-tugasnya, dan tidak memiliki ambisi pribadi tertentu atau nafsuduniawi lagi. Semua perbuatannya sudah menjadi kewajibannyauntuk Yang Maha Esa semata. Seseorang semacam ini tidak perlu38
harus dapat melihat Sang Atman yang bersemayam di dalam dirinya,tetap sudah pasti ia akan dapat merasakan kehadiran Sang Atman ini.Seorang Buddhi-Yukta yang sempurna akan selalu tenang tindak-tanduknya, dan stabil jiwanya, akibat dari pengaruh Sang Atmanyang bersemayam di dalam dirinya.40. Di jalan ini tidak ada usaha yang akan sia-sia, dan tak adarintangan yang akan bertahan lama. Sedikit saja usaha dharma iniakan melepaskan seseorang dari rasa takut yang besar.Sedikit saja usaha ke arah dharma (jalan kebenaran) ternyata akanmelepaskan kita dari samsara, yaitu penderitaan di dunia ini yang takada habis-habisnya. Karena jalan akhir dari dharma adalahkebebasan mutlak dan kembali ke Ilahi Yang Tanpa Batas.41. Budhi (Kesadaran Intelektual) ini, Arjuna, sifatnya tegas danhanya menunjuk ke satu arah saja. Tetapi mereka yang tidak tegasdalam dharma-bhaktinya, maka cara berpikirnya akan berjalan keberbagai arah seakan-akan tiada habis-habisnya.Budhi adalah suatu kesadaran total seseorang; yang memilikinyaakan selalu bersifat satu arah saja, yaitu bekerja demi Yang Maha Esasemata tanpa pamrih sekecil apapun juga. Sedangkan bagi merekayang belum sadar, maka cara atau pola berpikirnya pasti didasarkanoleh kebutuhan-kebutuhan nafsu, keinginan, selera, ego danpertimbangan-pertimbangan duniawi lainnya dan efek-efeknya, jadinafsu mereka pasti tidak akan ada habis-habisnya karena didasarkanoleh banyaknya kebutuhan atau tujuan mereka. Budhi bersifat ekasedangkan nafsu bersifat ananta (aneka ragam tanpa habis-habisnya).42. Kata-kata manis diucapkan oleh seseorang yang tidak dapatmembedakan, yang tidak bijaksana, yang lebih tertarik dan bahagiadengan kata-kata yang terdapat di Veda-Veda yang memuat: \"yangada hanyalah ini saja!\" 39
Disinilah kita harus mencamkan sabda Sang Kreshna di atas ini yangmerupakan peringatan bagi kita-kita yang lebih mementingkan ritus-ritus atau tradisi agama atau dogma, daripada Yang Maha Esa itusendiri. Karena semua itu bukan jalan yang sebenarnya ke arah YangMaha Esa. Kata-kata indah dalam weda yang dianggap suci dan indahtidak akan bermakna kalau tidak didasari dengan dharma-bhakti kitakepada Yang Maha Esa.43. Mereka - mereka ini penuh dengan keinginan duniawi.Tujuan akhir mereka adalah sorga. Akibatnya mereka ini akan lahirkembali. Mereka melakukan berbagai upacara keagamaan hanyauntuk mendapatkan kesentosaan dan kekuatan duniawi.Mereka-mereka yang melakukan upacara-upacara keagamaandengan tujuan tertentu akan mendapatkan keinginan merekamasing-masing, tetapi tindakan keagamaan ini tidak akanmembebaskan mereka dari samsara, melainkan membuat merekalahir kembali ke dunia ini sesuai dengan karma-karma mereka.Sedangkan seorang karma-yogi yang bekerja semata-mata demi YangMaha Esa, maka karmanya akan merupakan pengorbanan yang tulusdan tanpa pamrih kepada Yang Maha Esa (merupakan yagna,pengorbanan atau sesajen).44. Budhi ini bukan untuk mereka yang hidupnya hanya untukagama yang dipraktekkan demi kesenangan duniawi, yangberdasarkan kata-kata Veda, karena pengetahuan ini memerlukantekad yang keras demi melepaskan unsur-unsur duniawi (seseorang).45. Di dalam Veda terdapat ajaran mengenai tiga jenis guna(kualitas atau sifat manusia). Bebaskanlah dirimu, oh Arjuna dariketiga kualitas ini. Bebaskanlah dirimu dari kedua sifat yangsaling berkontradiksi. Tegak dan berakarlah ke dalam kebersihanjiwamu, dalam sifat kebenaran yang abadi, tanpa merasa memilikisuatu apapun: milikilah Dirimu sendiri - Gurumu!40
Veda mengajarkan tentang Guna, yaitu tiga sifat atau jenis kualitasmanusia. Yang pertama Sattva, yaitu sifat yang penuh dengan unsur-unsur kebajikan, kecerdasan, kesucian, kejernihan dan berbagai hal-hal lainnya yang penuh dengan unsur kebaikan. Yang kedua disebutsifat Raja, yaitu sifat atau aktivitas yang sifatnya menggebu-gebu,juga suatu bentuk sifat yang selalu ingin memiliki atau mengetahuihal-hal yang baru, dan sifat-sifat lain yang pada dasarnya selalupenuh dengan energi dan aktivitas. Sifat ini identik dengan pikirankita pada umumnya yang selalu menerawang tanpa henti-hentinya,tanpa batas. Sifat yang ketiga disebut Jama, yaitu sifat-sifat manusiayang selalu menjurus ke arah kebobrokan mental seperti sifat-sifatpemalas, peminum, penjudi, seks-maniak, sifat yang penuh denganunsur-unsur gelap yang lengkap sifatnya. Ketiga sifat ini hadir dalampikiran dan raga kita, sedangkan Sang Atman atau Sang Jati Diri kitaduduk bersemayam terpisah dari mereka ini semuanya. Sang Atmanadalah saksi Ilahi dalam diri kita sendiri, suatu bentuk KesadaranIlahi yang sukar diterangkan dengan kata-kata, yang bagi yang telahmerasakan atau menyadariNya merupakan Keberkahan Nan Abadi.Sebenarnya di sini Sang Kreshna sedang menganjurkan kita semuaagar mencari dan menemukan Sang Atman dalam diri kita masing-masing dan menyembah dan memujaNya penuh dengan dedikasi dandharma bhakti. Caranya adalah dengan membebaskan diri kita darisifat atau rasa dualisme yang saling berkontradiksi yang hadir dalamsetiap aspek kehidupan kita. Juga membebaskan diri kita dari rasaego, dari rasa iri dan benci, dari segala perhitungan-perhitungan ataurencana yang bersifat amat duniawi, dan hanya memfokuskan dirikita ke suatu jalan yang penuh dengan sattva, tetapi bukan yangbersifat sattva duniawi tetapi Sattva Ilahi. Dengan kata lain jadilahseorang manusia sejati bagi dirimu sendiri, bagi masyarakat banyakdan yang terutama bagi Yang Maha Esa. Jadilah manusia yang lepasdari segala unsur duniawi dan hiduplah secara cukup dan sederhanasaja, puas dengan apapun yang diberikan oleh Yang Maha Esa, puasdengan diri dan Diri mu sendiri, sadar akan DiriNya (Sang Atman), 41
yang hadir di dalam diri kita semua dan bekerja atau hidup demi Iasemata.46. Kegunaan Veda-Veda untuk seorang Brahmin yang telahmendapatkan penerangan Ilahi adalah ibarat sebuah kolam air yangterletak ditengah-tengah genangan air banjir (bah).Seorang Brahmin atau Brahmana yang sejati bukanlah yangdinyatakan secara kastanya, melainkan adalah seorang yang secarasejati menemukan kesadaran Ilahi dan bekerja untukNya tanpapamrih. Bagi orang semacam ini atau yang sudah sampai ke taraf ini,semua ajaran-ajaran Veda termasuk semua tradisi agama atau punupacara-upacara ritual menjadi sekadar simbol saja. Di sloka di atas ,diibaratkan seperti sebuah kolam air tawar ditengah-tengah air bahatau banjir. Dengan kata lain bagi seorang Brahmin yang sejati,ajaran-ajaran Veda sudah tidak berarti lagi untuknya karena ia telahmelewati semua itu, dan telah mencapai suatu ajaran Ilahi yang sejatiatau dengan kata lain telah mencapai penerangan Ilahi yang takterbatas sifatnya.47. Engkau hanya berhak untuk bekerja, tidak untuk hasilnya.Jangan sekali-kali motif pekerjaanmu mengarah ke hasil akhir(imbalan dari pekerjaan ini), dan jangan juga sekali-kali engkautidak bekerja.Jangan mengharapkan suatu imbalan/buah/hasil untuk setiaptindakan atau perbuatan atau pekerjaan kita dengan harapan duniawikita, tetapi pasrahkanlah hasil-akhir atau efek dari semua perbuatanini kepadaNya semata. Semua hasil atau efek dari perbuatan iniadalah Ia yang menentukan dan akan terjadi sesuai dengankehendakNya tanpa lebih maupun kurang. Setiap tindakan atauperbuatan kita harus didasarkan atas kesadaran bahwa semuanyademi dan untuk Ia semata. Dengan bekerja untukNya tak mungkin42
kita diarahkan ke jalan yang salah atau merugikan orang lain. Semuahasil tindakan harus diambil hikmahnya dengan tulus.48. Lakukan tindakanmu, oh Arjuna! dengan hati yang terpusatpada Yang Maha Esa, tanpa keterikatan dan bersikaplah samauntuk semua kesuksesan dan kegagalanmu. Hati yang damai danpenuh rasa bimbang adalah suatu yoga.Yoga di sini jadi lebih terang dan luas artinya. Yoga itu disebutSamatvan, yaitu pikiran dan hati yang selalu seimbang dalam setiapsituasi baik menghadapi sesuatu kegagalan maupun kesuksesan,buruk atau yang baik dan seterusnya. Seandainya seseorang di dalamsetiap tindak-tanduknya dapat selalu balance atau seimbang dan takterpengaruh oleh emosinya, maka ia akan mencapai rasa ketenangandi dalam dirinya dan inilah yang disebut oleh orang-orang Hindusebagai Yoga yang Sejati.49. Pekerjaan demi suatu imbalan itu lebih rendah derajatnyadaripada Buddhi-yoga, oh Arjuna! Maka selalulah bernaung dibawahbuddhi (intelek)mu. Kasihan mereka yang bekerja untuk suatuimbalan tertentu.Pekerjaan yang benar dan bersih dari segala unsur-unsur duniawiakan melajukan perjalanan kita ke arah Yang Maha Kuasa karenamemang itulah yang diajarkan oleh Sang Kreshna. Janganlahseseorang bekerja demi nama, rumah-tangga, dan kedudukannyadalam masyarakat, bekerjalah semua itu tetapi berdasarkan dedikasikita kepada Yang Maha Esa semata, sebagai bhakti kita kepadaNya.Dan jenis pekerjaan itu bisa apa saja, dari pekerjaan seorangpembersih sampai ke pekerjaan seorang pendeta, tetapi harusbermotifkan dedikasi yang tulus dan bukan didasarkan pada imbalanatau efek yang akan diterima. Semuanya terserah Ia yangmenentukan, kita bekerja tanpa pamrih. 43
50. Ia yang telah menjadikan dirinya seorang Buddhi-Yukta(yang telah sadar dan mendapatkan kesadaran Ilahi) akanmengesampingkan semua yang baik dan buruk dalam hidup ini.Jadi berjuanglah untuk Yoga; Yoga ini lebih bermanfaat dari suatutindakan yang penuh harapan akan suatu imbalan.Seorang yang telah sadar akan peranannya dalam hidup ini suatu saatakan mengerti bahwa kebaikan dan keburukan sebenarnya hanyalahberupa ilusi dari Sang Maya (Kekuatan dari Yang Maha Esa juga).Sesuai dengan tugas-tugas maka kita hidup di dunia ini hanyalahsekedar sebagai alat-alatNya. dan tentu saja terserah kepada YangMaha Kuasa apakah kita ini jadi alat yang baik atau alat yang buruk.Seorang yang telah mencapai tingkat kesadaran yang benar akanmemandang sama, dengan mata, hati dan pikiran yang sama kepadasemua makhluk, semua unsur baik dan buruk pada setiap makhluk.Orang semacam ini akan selalu tunduk atas segala kehendakNya, dantindak-tanduk maupun pikirannya akan selalu bersandar pada YangMaha Esa, dan selalu minta dituntun sesuai dengan kehendakNyasemata. Orang semacam ini akan selalu bergairah untuk bekerja:bukan malahan tidak bekerja karena berpikir semua sudah jadikehendakNya,51. Mereka-mereka yang bijaksana dan telah mendapatkanpenerangan menyerahkan semua imbalan dari setiap pekerjaan(tindakan) mereka; lepas dari siklus kelahiran, mereka pergi kealam yang tanpa derita.Seandainya hati dan pikiran kita telah bersih dari segala nafsuduniawi dan budhi (daya intelektual) kita penuh dengan kesadaranatau penerangan, maka setiap tindakan kita malahan akanmerupakan ekspresi kebebasan jiwa kita. Dan jiwa kita akanmenanjak dalam perjalannya dari bhakti dan gnana (kesadaran) kearah Berkah Sang Ilahi, kemudian menyusul kepembebasan jiwa kitadari siklus hidup dan mati di dunia ini (moksha). Di bawah initerdapat beberapa anak-anak tangga yang lebih terperinci sifatnya:44
1. Karma-yoga: menyerahkan semua imbalan/hasil dari setiap pekerjaan atau perbuatan baik secara mental maupun secara fisik kepadaNya.2. Bangkitnya kesadaran intelektual kita (Buddhi), dan timbullah kebijaksanaan Ilahi.3. Lepas dari ikatan lahir dan mati.4. Mencapai berkah Ilahi, lalu terus ke moksha.52. Sewaktu kesadaranmu melewati putaran kegelapan (moha),maka dikau akan mencapai suatu kesadaran tentang apa yang telahkau dengar dan apa lagi yang akan kau dengar.Sewaktu kesadaran kita telah mencapai suatu tahap di mana segalanafsu telah berhenti berfungsi dan tidak penting lagi artinya, maka disitu kita akan merasakan perbedaan-perbedaan atau arti sebenarnyaakan semua tradisi, upacara keagamaan, dan lain sebagainya yangdianjurkan di weda-weda.53. Sewaktu kesadaranmu, yang salah mengerti tentang shruti(ayat-ayat Veda), mencapai suatu tahap yang kukuh dan taktergoyahkan dan jiwamu tenang dalam samadi, disitulah dikauakan mencapai yoga (penerangan ke dalam).Samadi adalah konsentrasi jiwa kita ke Inti Jiwa (Sang Atman atauSang Jati Diri) yang berada di dalam jiwa kita sendiri. Samadi adalahdialog atau pertemuan diantara kita dan Sang Atman. Pertemuanatau sentuhan ini dapat tercapai bila seseorang lepas dari segalaketerikatannya dalam melakukan setiap tugas-tugas duniawinya,termasuk di dalamnya tugas-tugas keagamaannya. Semua tugas-tugasini harus dilakukan dengan pikiran yang sinkron atau selaras dengankehendakNya. Bagaimana mungkin kita tahu bahwa apa yang kitakerjakan itu selaras dengan kehendakNya; dengan menyerahkanhasil dari perbuatan ini kepadaNya secara total dan kemudian 45
terserah Ia akan efek-efeknya kemudian. Orang semacam ini yangmenyerahkan hasil pekerjaannya bulat-bulat kepada Yang Maha Esaakan tegak dan kokoh merasakan semua hasil dari pekerjaan atauperbuatannya yang berefek baik atau buruk, negatif atau positifbaginya atau bagi yang lainnya sebagai kehendakNya. Ia lebihbertindak sebagai alat atau petugas Yang Maha Esa dan jauh darihasil perbuatan-perbuatannya. Karena ia tidak mengharapkanpamrih dari pekerjaan/ perbuatannya, maka selalu ia berpikir semuaterserah kehendak Ilahi. Selamanya ia akan teguh menghadapiapapun juga, dan kalau sudah mencapai tahap ini, komunikasi atausamadinya dengan Sang Atman akan tercipta dan terjalan denganamat baik.Berkatalah Arjuna :54. Apa saja ciri-ciri seseorang yang telah mencapaikebijaksanaan yang stabil ini, yang teguh dalam segala hal, dan telahbersatu dengan Sang Brahman, oh Kreshna? Bagaimanakahseseorang yang telah mendapatkan kesadaran Ilahi ini berbicara?Bagaimanakah cara duduknya? Dan bagaimana cara ia berjalan?Arjuna seperti juga kita semuanya ingin sekali mengetahui ciri-cirikhas seseorang yang telah bijaksana dan mencapai kesadaran Ilahiini. Sang Kreshna pun menjawabnya satu persatu dengan senang hati,misalnya di sloka 55, 61 dan 64 yang mendatang ini diterangkantentang cara orang bijaksana ini duduk. Di sloka 56 diterangkantentang caranya berbicara dan di sloka 58 tentang caranya iabergerak dalam hidupnya.Berkatalah Sang Maha Pengasih :55. Sewaktu seseorang mengesampingkan semua nafsu-nafsuduniawi yang ada di dalam pikirannya dan merasa puas dalamDiriNya oleh DiriNya, akan ia disebut sthita-prajna, seorang yangmelihat kebijaksanaan secara tegar.46
Seseorang yang merasa puas dengan DiriNya (Sang Atman) dansemua sentuhan Sang Atman terhadap dirinya adalah seorang yangsudah mencapai suatu penerangan Ilahi, dan telah berubah tegardalam setiap hal yang dihadapinya.56. Ia yang bebas pikirannya dari rasa gelisah di kala duka dan sakit,merasa tenang saja di kala senang, lepas dari nafsu duniawi, darirasa ketakutan dan marah, adalah seorang yang telah mendapatkanpenerangan.57. Ia yang tak terikat dari sisi mana pun juga, yang tidak pernahbenci maupun cinta pada suatu obyek, yang bertindak secaranetral terhadap suatu yang adil maupun yang tidak adil, orangsemacam itu mempunyai pengertian yang tegar dalamkebijaksanaannya.Orang yang telah tegar dalam penerangan atau kesadaran adalahseseorang yang menjadi saksi dalam kehidupannya dan kehidupan disekitarnya. la berdiri di atas semua faktor baik yang negatif maupunpositif. Baginya semua itu hanya ilusi saja dan merupakan prosesdalam kehidupan setiap orang. Bukannya lalu berarti ia sudah lemahjalan pikiran atau tindak tanduknya, tetapi ini justru merupakanekspresi sejati dari kebebasannya yang tulus, kuat dan penuh dengansemangat dedikasi kepadaNya. Ia puas dengan apapun yangdiberikanNya, dan setiap hal yang menimpanya dianggap biasa-biasasaja baik itu berupa kesenangan maupun kedukaan.58. Ia yang menarik seluruh organ-organ nafsunya dari semua obyek-obyek nafsunya dari segala jurusan, ibarat seekor kura-kura yangmenarik semua kaki-kakinya ke dalam tempurungnya, adalahseorang yang telah tegar rasa pengertiannya dan teguh dalamkebijaksanaan.Perumpamaan seekor kura-kura adalah suatu contoh yang amat baik,karena sekali seekor kura-kura menarik semua kaki-kakinya ke 47
dalam tempurung, maka ia tenang-tenang saja menghadapi reaksiatau ancaman dari luar, karena sudah merasa aman di dalamtempurungnya ini. Dengan kata lain dapat diibaratkan sebagai\"bersemedi di dalam tempurungnya tanpa rasa keterikatan denganapapun di luarnya.\"59. Obyek-obyek sensual akan menjauh dari seseorang yang tidakmau memberikan umpan kepada mereka, tetapi akan menetappada mereka yang menyenanginya. Bahkan sisa-sisa keinginanpun akan pergi dari seseorang yang telah melihatNya (Yang MahaEsa).Penyerahan total kepada Yang Maha Kuasa bukan saja berartimenjauhi semua unsur-unsur duniawi saja tetapi juga berartimenghilangkan sisa-sisa selera yang masih ada dalam diri seseorang.Bagi yang telah merasakan sentuhan Ilahi, tidak sedikit pun seleraduniawi yang dirasakannya. Baginya Yang Satu itulah segala-galanyadan Yang Terindah.60. Oh Arjuna! Organ-organ sensual yang terangsang akan segeramenggerakkan pikiran seseorang, walaupun ia seorang yangbijaksana dan sedang jalan menuju ke arah sempurna.Walaupun seseorang telah bertahun-tahun berusaha menuju ke arahpenerangan dan mengabaikan semua kebutuhan sensualnya, tetapiselama ia masih menyimpan selera untuk hal-hal yang bersifatduniawi, maka setiap waktu ia bisa saja jatuh bangun oleh hal-halyang bersifat duniawi ini. Maka janganlah heran atau tertawamengejek melihat seorang yang dianggap bijaksana atau sucitersandung oleh hal-hal yang berbau duniawi, karena organ-organsensual dan pikiran kita memang sangat peka dan mudahdipermainkan oleh Sang Maya.61. Dengan mengendalikan semua organ-organ sensualnya, iaharus duduk secara harmonis dan menjadikan Aku sebagai48
Tujuannya yang Terakhir. Seorang yang telah berhasil mengatasisemua organ-organ sensualnya, akan segera mencapai kesadaranyang tegar.Duduk dan bermeditasi dengan teratur, mengendalikan semuaunsur-unsur duniawi kita (organ-organ sensual kita) baik lahirmaupun batin, dan selalu memfokuskan pikiran dan tindak-tandukkita ke Yang Maha Kuasa secara konstan akan menghasilkan suatupenerangan Ilahi atau kesadaran Ilahi yang tegar. Semua inimemerlukan disiplin pribadi yang kuat dan salah satu cara untukmembentuk disiplin ini adalah dengan bermeditasi secara tekun.62. Seandainya seseorang mengarahkan pikirannya ke arahobyek-obyek sensual, maka ia akan menghasilkan keterikatan padaobyek-obyek ini. Dari keterikatan ini timbullah hawa-nafsu. Darihawa nafsu timbullah rasa amarah.Seseorang yang berpikir senantiasa akan hal-hal yang duniawi akanterikat kepada hal-hal ini, dan sekali terikat akan menjadi kebiasaan.Dan kebiasaan ini kalau sekali-kali tak didapatkannya akanmenimbulkan rasa amarahnya, rasa-kesal, dan memuncak menjadiangkara-murka. Jadi yang penting bukan saja penyerahan total darinafsu-nafsu atau berbagai keinginan kita tetapi juga pikiran-pikirankita, karena di dalam pikiranlah sebenamya terdapat benih atau asaldosa.63. Dari marah timbullah angkara-murka, dan keangkara-murkaan akan menghilangkan akal-sehat, dan dengan hilangnyaakal-sehat ini hancurlah daya intelek dan kesadaran (buddhi) kita,dan dengan hilangnya buddhi ini maka ia akan binasa.Kalau pikiran sudah kacau maka lupalah kita akan pengalaman-pengalaman pahit kita yang lampau, karena hilang sudah akal-sehatkita dan rasio kita porak-poranda jadinya. Lupalah kita akan hal yangbaik dan buruk, dan pada skala besar kalau kita jadi tersesat 49
karenanya, maka lupalah kita akan tujuan kita lahir ke dunia ini. Ituberarti binasalah kita secara spiritual.64. Tetapi seseorang yang penuh dengan disiplin, yang bergerakdi tengah-tengah obyek-obyek sensual tanpa suatu keterikatankepada obyek-obyek sensual ini dan dapat mengendalikan dirinyadengan baik, akan pergi ke suatu kedamaian yang luhur.Bhagawad Gita menganjurkan kita semua untuk mengendalikan(bukan menghentikan) semua organ-organ sensual (indra-indra) kitadengan mengendalikan jalan pikiran kita melalui suatu prosesdisiplin. Ini berarti belajar mengendalikan diri, pikiran dan indra-indra kita. Lari dari kenyataan dunia ini (hal-hal yang bersifatduniawi) adalah percuma atau sia-sia saja, jadi dianjurkan untukhidup ditengah-tengah obyek-obyek duniawi ini denganmengendalikan diri kita sendiri, maka akan sampailah rasaperdamaian atau ketenangan yang luhur. Rasa perdamaian ini akantimbul dari suatu hati yang penuh dedikasi kepadaNya semata, hatiyang betul-betul luhur dan bersih.65. Setelah mencapai kedamaian, maka berakhirlah deritaseseorang, dan seorang dengan kedamaian semacam ini akansegera mencapai keseimbangan yang stabil.Bagi yang tak mau atau takut mengendalikan dirinya, maka jalan kearah damai atau ketenangan tidak akan pernah terbuka. Sedangkanbagi yang penuh disiplin, daya-juang dan tekad, yang penuh dengankendali, maka mereka ini akan menuju ke arah Yang Maha Esa, dankarena konsentrasinya ini maka mereka ini akan mencapai tahapberkah Ilahi dalam bentuk kedamaian yang abadi dan taktergoyahkan. Dalam suka dan duka mereka ibarat timbangan yangstabil dan tidak condong menurun ke satu arah.50
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296
- 297
- 298
- 299
- 300
- 301
- 302
- 303
- 304
- 305
- 306
- 307
- 308
- 309
- 310
- 311
- 312
- 313
- 314
- 315
- 316
- 317
- 318
- 319
- 320
- 321
- 322
- 323
- 324
- 325
- 326
- 327
- 328
- 329
- 330
- 331
- 332
- 333
- 334
- 335
- 336
- 337
- 338
- 339
- 340
- 341
- 342
- 343
- 344
- 345
- 346
- 347
- 348
- 349
- 350
- 351
- 352
- 353
- 354
- 355
- 356
- 357
- 358
- 359
- 360
- 361
- 362
- 363
- 364
- 365
- 366
- 367
- 368
- 369
- 370
- 371
- 372
- 373
- 374
- 375