Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bakti Kami di Pelosok Negeri

Bakti Kami di Pelosok Negeri

Published by Irvan Sidik, 2021-01-06 14:38:23

Description: Bakti Kami di Pelosok Negeri - Pengabdian Kepada Masyarakat LPPM ITB

Search

Read the Text Version

LEMBAGA PENELITIAN Desa DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

diBAPNKTIeeKglAeMorsI oik

BAKTI KAMI DAFTAR Isi DI PELOSOK 4 KATA PENGANTAR REKTOR ITB NEGERI 5 KATA PENGANTAR KETUA LPPM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 8 KHIDMAT ITB UNTUK DESA PENANGGUNG JAWAB 11 61 R. Sugeng Joko Sarwono, Ph.D. LINGKAR 5 LINGKAR 4 Ketua LPPM ITB MEMBUKA SELAMATKAN PENGARAH PINTU EMAS EKOSISTEM Deny Willy Junaidy, Ph.D. PERBATASAN DANAU MANINJAU Sekretaris Bidang Pengabdian 22 SMKN 1 SEI MENGGARIS DARI 65 JAMUR UNTUK kepada Masyarakat LPPM ITB KOLONG RUMAH SAMPAI KE ITB KETAHANAN PANGAN Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha EDITOR TETRAPOD UNTUK Islaminur Pempasa 69 HISTORIOGRAFI PROGRAM 28 KEBERLANJUTAN MANINJAU PENULIS & PERISET Prof. Budi Sulistianto Endan Suhendra 70 BUKAN SEKADAR Catur Ratna Wulandari 34 MEREKA KOK LEBIH MANINJAU Risa Anggraeni MENGENAL ‘NEGARAKU’ Yudi Noorachman Rusmini Hakim 72 CENDAWAN, BUKAN JAMUR! FOTOGRAFER 36 BERDAYA LEWAT PAKAN Prof. Dr. Eng. Khairurrijal, M.Si. Ferdyansyah Poernama, A.Md. TERNAK & NATA DE COCO Una Nizar Gumrah 74 MENGUBAH LIMBAH Andriansyah 40 MENGHIDUPKAN AIR, MENJADI PUPUK HAYATI Akhyar Fikri MERAWAT GENERASI Lucky W. Purnama (Foto Udara) 76 PENDEKATAN TRANSDISIPLINER 44 MENINGGALKAN JEJAK UNTUK DESA DESAIN GRAFIS KEMANDIRIAN Drs. Budi Isdianto, M.Sn. Aninda Purnamashari, M.Ds. 47 TANTANGAN PENGELOLAAN ILUSTRATOR Rofiq Iqbal, S.T., M.Eng., Ph.D. Ernest Widi Iswanto, S.Ds. 48 MENGEMBANGKAN SEKRETARIAT POTENSI PARIWISATA Maharlika Rhasunda Yulian 52 UPAYA MEMPERKECIL Cetakan pertama: Desember 2020 KESENJANGAN Ir. Budi Faisal Maud, MLA, Ph.D. ISBN: 978-623-297-086-1 54 DAYAK SEI KALAYAN SIAP Hak Cipta © 2020 MENYAMBUT WISATAWAN Dokumen ini diterbitkan oleh ITB Press. Kuin Surang Hak Cipta milik LPPM ITB - Bandung dan dilindungi Undang-Undang. Tidak diperbolehkan mencetak ulang, mengutip sebagian atau keseluruhan isi tanpa izin. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung Gedung CRCS lt. 6-7 Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132 - Jawa Barat Indonesia (022) 86010050 / 8601005 www.lppm.itb.ac.id 2

79 129 153 LINGKAR 3 LINGKAR 2 LINGKAR 1 MENDORONG SELAAWI ITU SOLUSI PEMBANGUNAN BAMBU PERTANIAN BERKELANJUTAN TERPADU 84 EMBUNG KERUK BEBASKAN 136 PENINGKATAN KAPASITAS 156 BELAJAR KEAHLIAN RANDUBLATUNG DARI KRISIS AIR PERAJIN BAMBU 158 & KEARIFAN LOKAL 139 163 86 AIR UNTUK KEMASLAHATAN 142 SINERGI RISET 165 Dr. Taufikurahman MASYARAKAT 146 & KEAHLIAN PERAJIN 166 Prof. Ir. Muhammad Syahril B.M., Ph.D. 148 171 SEJAHTERAKAN MASYARAKAT 150 Dr. Muhammad Ihsan, M.Sn. 176 DENGAN MAGGOT DAN MOCAF 94 HISTORIOGRAFI EMBUNG 179 KERUK RANDUBLATUNG PENGEMBANGAN DESAIN & SABAR & TELATEN PASAR KERAJINAN BAMBU 96 MENILIK POTENSI AIR DAN Dr. Ramadhani Eka Putra, Ph.D. WISATA KARST BLORA BOBOKO Dr. Mia Rosmiati, Ir., M.P. PENEBUS IJAZAH Dr. Rijanti Rahayu Maulani 102 BARONGAN ROH SENI BUDAYA BLORA Utang Mamad SINERGI YANG MENGHADIRKAN APRESIASI 109 MENJADIKAN SOSOK MENGEMBANGKAN BAMBU 110 BARONGAN DISUKAI LEWAT LAB LAPANGAN MEWUJUDKAN CANGKUL BANYAK ORANG PERTAMA BERSTANDAR BIOGAS KOTORAN SAPI NASIONAL INDONESIA Drs. Muksin M.D., M.Sn. MULAI PERTANIAN SUATU SAAT BARONGAN SAMPAI PERTAHANAN BISA DIJUAL Dr. Dr. Eng. Akhmad Ardian Korda, S.T., M.T. Purwadi EDUKASI BENCANA LEWAT 112 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WISATA 114 ALA UPAT UPAT BUMI 117 PENGABDIAN MASYARAKAT 118 DATANG, DUDUK, DULU, BARU RISET DENGARKAN Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc. Prof. Edy Soewono, Ph.D. PERUBAHAN BERAWAL DARI PENDIDIKAN Supat MENATAP MASA DEPAN LEBIH BAIK BERSAMA JAMUR 122 OMAH SUSU, JEPARA BUKAN CUMA UKIRAN KAYU 182 LAMPIRAN 186 UCAPAN TERIMA KASIH 3

PeKnAgaTnAtar In Harmonia Progressio untuk Menggapai Martabat Bangsa dan Reputasi Dunia Sejalan dengan upaya menempatkan ITB di kancah persaingan global dan menjadi institusi yang globally respected, sejatinya ITB secara konsisten mengokohkan pijakan untuk berkembang bersama masyarakat dan bangsa. Secara eksplisit hal ini tertuang dalam visi keunggulan, ataupun misi kemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat dan bangsa. Keindonesiaan memang menjadi bagian komitmen ITB untuk menjadi institusi yang memiliki reputasi kebangsaan, memberikan solusi terhadap masalah bangsa, dan dapat senantiasa menjaga dan meningkatkan martabat bangsa. Pengembangan keunggulan di tingkat global juga ditopang dengan kemampuan iptek untuk memberikan solusi terhadap masalah yang ada di masyarakat dan bangsa, termasuk tantangan belum terkelolanya kawasan Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T) nasional. Pengembangan penelitian yang unggul, antara lain juga harus sejalan dengan kondisi sosial dan ekonomi di masyarakat. Salah satu pintu untuk memahami tantangan dan menemukan iptek yang tepat adalah melalui pengabdian kepada masyarakat. Dalam perspektif ini, Program Pengabdian Masyarakat merupakan mata rantai pembangunan endogen yang memanfaatkan sumber daya dan potensi lokal. Melalui program ini, pemecahan masalah diharapkan muncul dari aktivitas inovasi dan penelitian hulu ataupun hilir yang locally relevant, terutama dengan menciptakan dan menerapkan iptek untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan penyelesaian masalah bangsa dan dunia secara berkelanjutan. Melalui program ini, para ilmuwan ITB terjun langsung ke masyarakat, khususnya masyarakat desa melalui program Desa Binaan, merangkul desa di sekitar ITB hingga desa di perbatasan. Dalam “laboratorium” pengabdian masyarakat, kemanfaatan iptek dirajut dalam kelindan interaksi sosial, kultural, dan sumber daya untuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan gagasan, proses, dan solusi yang dihasilkan. Iptek dari interaksi yang intens, menemani masyarakat desa, merumuskan masalah serta mengidentifikasi potensi penerapan iptek diarahkan menjadi produk riset unggul untuk dibawa ke kancah global. Penyusunan dan penerbitan publikasi yang bersifat populer ini menjadi berharga, sebagai rekognisi dari aksi kolaboratif dan upaya saling belajar serta memahami para pihak dan pemangku kepentingan pengembangan desa. Berjuta pengalaman dalam berpuluh tahun program pengabdian masyarakat, tentu saja tidak cukup dituliskan dalam lembar buku ini, meskipun setidaknya apa yang telah diupayakan untuk dicatat, diharapkan bisa menjadi bagian dari ekstensi memori dan audiens, sekaligus menjadi salah satu inspirasi bagi langkah ITB menjadi universitas yang Globally Respected dan Locally Relevant. Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. Rektor ITB 4

Sentuhan Sains dan Teknologi untuk Mendorong Kemandirian “ LPPM ITB merupakan lembaga di bawah Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi yang diberi Desa Binaan ITB adalah tugas untuk mengawal, mengelola proses-proses kegiatan dan program penelitian dan arena diseminasi ilmu pengabdian kepada masyarakat. Sejalan dengan misi ITB, untuk secara fungsional memiliki pengetahuan, sains, dan reputasi internasional dalam konteks globally respected, program-program yang dirancang teknologi untuk membuat juga tidak melupakan sumbangsih atau impact kepada masyarakat dalam konteks locally desa lebih berkembang relevant. Dengan demikian, ITB tidak dikenal hanya melalui publikasi, tetapi juga berupa dan mandiri. karya nyata yang bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Secara spesifik ITB merupakan sebuah perguruan teknologi, yang hasil penelitiannya diarahkan menjadi inovasi, dan salah satu tugas LPPM adalah menerjemahkan inovasi tersebut menjadi teknologi tepat guna yang bisa digunakan di industri, selain juga mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa, termasuk pengembangan kemandirian desa melalui Program Desa Binaan ITB. Program ini menjadi arena diseminasi ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi oleh para dosen ITB untuk mengembangkan dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang akan membuat kawasan itu lebih berkembang dan mandiri. Dari tahun ke tahun, impact dari program ini semakin dirasakan khususnya oleh masyarakat maupun bagi para dosen yang terjun ke lapangan. Tentu saja semua kegiatan itu tidak bisa dilakukan sendiri, ITB memang memiliki kompetensi, teknologi, dan para ahli, tetapi tetap saja diperlukan kerja sama dengan pemerintah daerah, para local champions, dan unsur pentahelix lainnya. Berbagai kisah dan pengalaman dari lapangan kami rasakan perlu untuk ditularkan kepada komunitas akademik maupun masyarakat dan pemangku kepentingan lain. Salah satu cara yang dilakukan dalam diseminasi dari kegiatan ini adalah dengan membangun wahana knowledge management system, antara lain dalam bentuk buku yang dikemas dengan format populer. Upaya diseminasi ini juga diimbangi dengan penerapan pendekatan komunikasi digital untuk bisa lebih cepat menularkan apa-apa yang sudah dilakukan dengan baik, dan semakin memberikan manfaat dalam membangun kemandirian. Kami berharap, semakin banyak pihak yang bisa ikut menarik pembelajaran dan mendorong penyempurnaan pelaksanaan program sehingga memberi efek domino bagi kesejahteraan masyarakat desa binaan khususnya, ataupun pertumbuhan di daerah-daerah lainnya di pelosok Indonesia.* Ir. R. Sugeng Joko Sarwono M.T., Ph.D. Ketua LPPM ITB 5

Sei Menggaris 6

7

KHIDMAT ITB UNTUK DESA DENY WILLY JUNAIDY, PHD. Sekretaris Bidang Pengabdian kepada Masyarakat LPPM ITB Deny Willy Junaidy, Ph.D. BUDaya kepedulian terhadap masyarakat serta luasnya kegiatan pengabdian dosen ITB di Indonesia merupakan upaya ITB mendukung pemerintah meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang merata di seluruh Indonesia. Tahun 2020 menjadi salah satu tonggak penting perjalanan ITB yang telah melakukan layanan pendidikan kepada bangsa Indonesia selama 100 tahun. Oleh karena itu, arah pengembangan program Pengabdian Masyarakat LPPM ITB 2020-2025 menjadi bagian penting dalam kontribusi ITB menuju 100 tahun berikutnya. Untuk menjadi lebih mandiri dan dihormati bangsa-bangsa lain dengan menggunakan kata kunci Locally Relevant and Globally Respected. ITB harus dihargai secara global atas berbagai daya dan upayanya dalam menangani masalah-masalah lokal yang terjadi di masyarakat. Buku Bakti Kami di Pelosok Negeri menceritakan sebagian kecil pengalaman dosen ITB mengabdikan pengetahuan, teknologi, sains, dan seni di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan pengabdian yang tampak senyap di tengah masyarakat mengungkap aksi heroik, baik dari para tokoh desa lokal maupun dosen ITB yang sebelumnya tidak saling mengenal, tetapi mengikat persaudaraan dalam semangat dan saling percaya. Di Jawa Barat tim pelaksana pengabdian masyarakat ITB selama bertahun-tahun mendampingi masyarakat Rancakalong, Kabupaten Sumedang dalam hal budi daya hayati dan pengolahan pangan. Hasilnya, mereka memperoleh penghargaan Kecamatan Inovatif dan Desa dengan Integrasi Intervensi Stunting Terbaik dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang. Kemudian, di perbatasan RI-Malaysia, tim pengabdian masyarakat ITB bertahun-tahun mengabdikan 8

“ilmunya, jejaringnya, hingga Desa Srinanti, Sei Menggaris.Tim harus berjam-jam menyusuri anak sungai dan estuari Sei Menggaris dengan berbagai keterbatasan, termasuk persoalan ketiadaan listrik. Di desa ini sebuah SMK berdiri, dari belajar di bawah kolong rumah hingga tumbuh berkembang menjadi SMK terbaik nomor 1 di Kabupaten Nunukan. Sekolah yang kemudian menjadi magnet bagi guru-guru dan murid-murid dari pulau masuk ke pedalaman untuk bergabung dengan SMK tersebut. Masih di Desa Srinanti, sarana penyediaan air bersih yang telah bertahun-tahun mangkrak diperbaiki oleh tim pengabdian masyarakat ITB. Hasilnya harga air bisa dikikis, dari Rp300 ribu per meter kubik menjadi Rp10 ribu saja. Lebih dari lima tahun tim pengabdian ITB keluar masuk anak Sungai Sei Menggaris, memberikan berbagai pendampingan, pelatihan, jejaring hingga melatih siswa dan guru hingga ke ITB. Beragam peristiwa inspiratif di pelosok negeri ditorehkan bukan hanya oleh “gajah-gajah” ITB, melainkan juga melalui mereka para penggerak desa, tokoh desa, komunitas, pemerintah lokal, local champion, dan pihak swasta yang selalu sepenuh hati mencurahkan keyakinannya.“ Kolaborasi lintas pihak telah menjadi ciri yang khas dari kegiatan pengabdian masyarakat menggenapi unsur pentahelix. Peristiwa harum yang telah menjadi jejak-jejak ITB sekaligus menjadi rumah-rumah baru dan menjadi keluarga besar dari ITB di pelosok Indonesia. Berbagai pengalaman ITB di pelosok Indonesia yang penuh dengan cerita haru dan bahagia belum pernah tersampaikan selama bertahun-tahun. Maka, melalui buku Bakti Kami di Pelosok Negeri ini kami berniat menceritakan pengalaman-pengalaman heroik tersebut agar menjadi inspirasi bagi banyak pendidik di Indonesia dan rekognisi bagi ITB. Kumpulan kecil cerita-cerita pengabdian masyarakat ini menjelaskan sasaran dari penerapan iptek di tengah masyarakat. Pengabdian yang memperkuat pembangunan endogen dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi lokal di daerah-daerah terdampak di daerah yang dibagi menjadi 5 zona (lingkar) di Indonesia, yakni: Lingkar 1: Lingkungan Kampus ITB, Bandung dan sekitarnya; Lingkar 2: Zona Provinsi Jawa Barat; Lingkar 3: Zona Pulau Jawa (di luar Jawa Barat); Lingkar 4: Zona Luar Pulau Jawa; Lingkar 5: Zona Perbatasan atau Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Pengabdian masyarakat dan kemanfaatannya yang selalu senyap dalam pemberitaan menyimpan banyak cerita besar. Ke depan sudah saatnya cerita-cerita besar ini memperoleh atensi. 9

Wisata Air Terjum Blok 17, Sei Menggaris 10

5LINGKAR ZONA PERBATASAN ATAU DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, DAN TERLUAR (3T) 11

PiMnEMtBuUKEA mas PERBATASAN DERMaGa kecil Sekitang yang sedikit tersembunyi dari rimbun hutan bakau (mangrove), cukup untuk perahu kecil bermesin tunggal merapat. Beberapa perahu lain berjajar tertambat di panggung papan dengan tinggi yang sejajar dengan lunas. Turun dari perahu, terdapat tangga kayu untuk naik ke platform lebih tinggi dan beratap seng. Barongkok, penganan manis dari olahan pisang, dan wajah-wajah ramah para perintis dan pengabdi menyajikan kesegaran setelah berbelas jam dan ribuan kilometer perjalanan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jl. Ganesha, Bandung. Di atas panggung papan kayu yang sama, pos kecil berdinding papan, kami lewati untuk mendapati bus sekolah – sebuah truk kecil dengan kursi panjang dari papan yang disangga pipa besi di sisi kanan dan kiri bak truk. Bus sekolah melintasi jalan perkebunan sawit dan rawa gambut dengan variasi jalan tanah berlumpur, mendekati desa dengan jalan sudah relatif mulus mengantar sampai Desa Sri Nanti, Kecamatan Sei Menggaris, daerah yang berbatasan langsung dengan Sabah, Malaysia. Hanya beberapa tahun lalu, desa dan kecamatan ini belum bernama dan belum ada dalam peta. Saat itu, desa ini dikenal sebagai SP, satuan permukiman, tempat bagi para transmigran membuka lahan bagi sebentuk penghidupan baru. Mimpi besar kemudian ditanam di tengah belantara, untuk mengubah dari daerah perbatasan yang identik dengan ketertinggalan menjadi gerbang kemajuan bagi seluruh masyarakat. Melalui upaya sungguh-sungguh dan kerja keras berbagai pihak, desa dan kecamatan ini berproses untuk mentransformasi dirinya menjadi “Pintu Emas” perbatasan, yang masih terus bergerak hingga saat ini. 12

Bukit Bahagia, Sei Menggaris Ibarat sebuah rumah, daerah perbatasan layaknya beranda bagi Indonesia. Halaman depan yang mencerminkan baik buruknya rumah itu. Tetapi, untuk sekian lama, daerah perbatasan sering kali diperlakukan seperti halaman belakang. Dibiarkan tidak terurus sehingga kondisinya serba-kekurangan dibandingkan dengan daerah yang lain. Lewat “pintu emas”, Sei Menggaris berusaha mengubah keadaan garis depan Indonesia. Sei Menggaris merupakan salah satu dari 19 kecamatan di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Daerah ini berbatasan langsung dengan Malaysia. Kabupaten Nunukan mempunyai luas 14.247,50 km2 dan memiliki bentangan perbatasan baik darat, sungai, maupun laut. Sei Menggaris hanya bisa dicapai dengan menggunakan kapal dari Nunukan. Dengan perahu bermesin tunggal, waktu tempuhnya sekitar satu jam. Menyusuri sungai di antara bakau. Sementara untuk mencapai Nunukan, harus lewat Tarakan menggunakan kapal cepat yang sedikit lebih besar, perjalanan laut menghabiskan waktu tiga jam. Opsi untuk mencapai Tarakan bisa menggunakan pesawat dari Jakarta ke Tarakan, atau dari Bandung ke Balikpapan, dan berganti penerbangan dari Balikpapan ke Tarakan. Konektivitas ini menjadi salah satu tantangan besar mengembangkan daerah perbatasan seperti Kabupaten Nunukan ini. Sebagian jalan di Sei Menggaris memang sudah beraspal, terutama di dekat pusat pemerintahan kecamatannya. Sebagian besar ada ruas-ruas jalan di area perkebunan kelapa sawit yang masih berupa tanah liat. Jika hujan datang, jalanan menjadi becek dan licin. Kawasan Sei Menggaris didominasi oleh perkebunan kelapa sawit. Kebun itu sebagian dimiliki oleh warga transmigran, sebagian lagi dimiliki oleh korporasi. Setiap transmigran mendapat lahan plasma 2 hektare ditambah lahan usaha seluas 0,75 hektare. Lahan itu yang kemudian ditanami kelapa sawit oleh warga. 13

Transportasi untuk mencapai Sei Menggaris 14

Hanya beberapa tahun lalu, desa dan kecamatan ini belum bernama dan belum ada dalam peta. Saat itu, desa ini dikenal sebagai SP, satuan permukiman, tempat bagi para transmigran membuka lahan bagi sebentuk penghidupan baru. Kecamatan Sei Menggaris terbentuk pada 2010. Wilayah seluas 84.000 hektare itu didiami oleh sekitar 8.950 jiwa yang tersebar di empat desa, yaitu Sri Nanti, Tabur Lestari, Samaenre Semaja, Sekaduyan Taka. Warga Sei Menggaris merupakan transmigran dari berbagai daerah serta para Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Pada mulanya, Sei Menggaris bukanlah kampung ramai. Wilayah ini hanya dihuni oleh para pekerja perusahaan kayu. Pertama hanya ada satu rumah panjang yang biasa disebut konsi. Rumah itu disekat menjadi beberapa ruangan. Sekitar tahun 2003, sudah ada pekerja yang membawa keluarganya. Seiring waktu berjalan bisnis kayu tak lagi menjanjikan. Perusahaan-perusahaan di sana kemudian banting setir membuka perkebunan kelapa sawit. Wilayah itu menjadi satu RT yang berada di bawah Desa Nunukan Barat Kecamatan Nunukan. Selama kurun waktu hingga 2007 mulai masuk warga transmigran. Perusahaan sawit di sana berperan membawa transmigran ini menghuni Sei Menggaris. awalnya terdapat 340 KK yang menempati Satuan Permukiman (SP) 1, lokasinya kini menjadi wilayah Desa Tabur Lestari. Transmigran gelombang pertama itu mayoritas datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lombok Timur. Sebagian lagi berasal mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dipulangkan lewat Nunukan. Penempatan transmigran di Nunukan dianggap berhasil sehingga dilanjutkan dengan penempatan transmigran gelombang dua. Mereka tinggal di SP2. Lokasi itu kemudian menjadi wilayah Desa Sri Nanti. Pada 2005, wilayah itu diisi oleh para transmigran yang berasal dari Toraja, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lombok, dan Timor. ada juga mantan TKI yang sebagian dari suku Tidung dan Bugis, Selain itu, ada pula warga dari Nunukan yang tidak punya rumah. Pada 2007 kawasan ini kemudian menjadi Desa Srinanti, bagian dari Kecamatan Nunukan. Kepala Desa Sri Nanti Abdul Hafid mengatakan, nama Sri Nanti diusulkan oleh salah seorang transmigran dari Jawa Barat yang menjadi tokoh di sana. Sri Nanti artinya penantian, menanti apakah desa ini akan menjadi maju atau malah terperosok. “Pada masa itu, masyarakat merasa resah karena mereka ini dari kota lalu diturunkan ke hutan. Waktu itu masih hutan di sini,” kata Abdul Hafid. Dua desa itu kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Kecamatan Sei Menggaris. Kecamatan ini secara resmi berdiri pada 2012. Sejak 2012 itu, Nunukan menjadi bagian Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur. 15

Mimpi besar kemudian ditanam di tengah belantara, untuk mengubah dari daerah perbatasan yang identik dengan ketertinggalan menjadi gerbang kemajuan bagi seluruh masyarakat. Robby Nahak Serang Sebagai provinsi termuda, banyak hal yang harus ditata dan dibenahi. Mulai dari kelengkapan birokrasi, Junianto sarana prasarana, sampai pembangunan manusianya. asisten Kepala Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Nunukan Robby Nahak Serang mengatakan, citra daerah perbatasan selama ini masih lekat dengan kekurangan dan ketertinggalan. “Dalam kurun waktu yang berjalan, perlahan sudah menunjukkan tren yang cukup baik.” Kabupaten Nunukan memiliki 232 desa dan 8 kelurahan. Sebagian besar statusnya masih desa tertinggal dan sangat tertinggal. Semula tidak ada desa mandiri di Nunukan. Namun pada 2020, tercatat 6 desa sudah masuk kategori desa mandiri. “Desa mandiri ini harapan semua. Untuk menyejahterakan masyarakat di Nunukan supaya bisa jadi desa mandiri,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Nunukan, Junianto. Desa kategori maju yang pada 2016 hanya ada 2, kini sudah berkembang menjadi 32 pada 2020. Pada 2020 ini, desa kategori tertinggal saat ini tersisa 154 desa dan sangat tertinggal sebanyak 24 desa. Junianto mengatakan, pengembangan masing-masing desa disesuaikan dengan tipologinya. Pengembangan di wilayah pantai lebih mudah karena sudah tersedia listrik. Sementara di pedalaman, tidak ada listrik juga sinyal telekomunikasi. Sumber daya manusianya pun sebagian besar hanya lulusan SD. Camat Sei Menggaris arif Budiman mengatakan, pemenuhan kebutuhan dasar menjadi tantangan besar wilayah terluar Indonesia ini. Baru dua desa, Sri Nanti dan Tabur Lestari, yang sudah teraliri listrik. Itu pun hanya 12 jam. Dua desa lainnya sama sekali belum teraliri listrik. Kondisi yang kontras dengan negara tetangga yang tepat berada di sebelahnya, Malaysia. “Kalau di Malaysia sudah terang, di sini masih gelap. Sekarang sudah ada listrik masuk, tetapi ke depannya perlu ditingkatkan lagi,” kata arif. Ketiadaan listrik ini tentu berpengaruh pada aktivitas ekonomi warga. Pengembangan ekonomi tak bisa dilakukan cepat. Itu baru listrik, belum lagi soal telekomunikasi. Hanya Desa Tabur Lestari yang sudah terjangkau jaringan seluler. Padahal di masa pandemi, masyarakat membutuhkan internet. Terutama para pelajar yang harus melakoni pendidikan jarak jauh. “Janjinya akan ada BTS di sini. Mudah-mudahan akan dibangun juga di desa-desa lainnya,” tambah arif. anak-anak di Sei Menggaris tadinya hanya bersekolah sampai SMP. Mereka sulit melanjutkan sekolah karena SMa atau yang sederajat hanya ada di Pulau Nunukan. Baru akhir 2013 Sei Menggaris punya SMK negeri. Kehadiran SMK ini melengkapi tiga SD dan 7 SMP negeri yang ada di sana. 16

Perbatasan Triangulasi 17

Tari Suku Kenyah di Air Terjun Bangen Tawai 18

MENYIAPKAN PINTU EMAS Kehadiran SMK baru di Sei Menggaris terdengar juga oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB). Kabar itu didapat dari alumni ITB, Budi Hartono, yang kini berkarier di Medco Mining. Ia mengajak ITB untuk membantu masyarakat setempat membangun kehidupan yang lebih baik di perbatasan. Pada mulanya, tim LPPM ITB terjun ke Sei Menggaris untuk memberi siswa dan guru SMK di sana pelatihan pembuatan pakan ternak dan pupuk organik. Kegiatan ini bekerja sama dengan PT Duta Tambang Rekayasa – Medco Mining dan PT Sago Prima Pratama. LPPM ITB melihat Prof. Dr. Ir. Budi Sulistianto, M.T. yang mengomandani tim LPPM ITB ke Sei antusiasme masyarakat Menggaris ketika itu melihat langsung kegigihan masyarakat setempat. Ia bertemu dengan tokoh-tokoh daerah setempat yang gigih memperjuangkan untuk membekali diri perubahan. “Kesulitan di pengabdian masyarakat itu, kita memang harus dengan ilmu pengetahuan mendapatkan suatu local agent yang semangat. Itu kuncinya,” kata Prof. Budi Sulistianto. Program pengabdian masyarakat tak selamanya berhasil. Salah satu dan keterampilan baru faktor kegagalan yang sering terjadi, kata Prof. Budi Sulistianto, masyarakat hanya yang mereka butuhkan. fokus pada bagaimana menghasilkan uang sehingga proses pembelajaran tidak menjadi perhatian. Di Sei Menggaris, Prof. Budi Sulistianto melihat sebaliknya. Mereka melihat antusiasme masyarakat untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan baru yang mereka butuhkan. Hal ini yang membuat LPPM ITB mantap menjadikan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan sebagai daerah pengabdian masyarakat. Keterlibatan ITB ini kemudian diikat dalam sebuah nota kesepahaman bersama yang ditandatangani Rektor ITB dan Bupati Nunukan serta Rektor ITB dan Gubernur Kaltara. LPPM ITB kemudian merancang serangkaian program yang lebih luas. Tidak hanya membantu SMK, tetapi Sei Menggaris secara luas. ITB berupaya untuk mendampingi warga mencari jalan keluar atas berbagai persoalan yang dihadapi daerah itu seperti penyediaan air bersih, pemberdayaan sumber daya manusia, ekonomi, serta pengembangan pariwisata. ITB membawa pakar-pakar terbaik di bidangnya ke perbatasan. Itu sebabnya program kemitraan ITB dengan Sei Menggaris terus berkembang sejak 2015 hingga sekarang. Pemberdayaan di Sei Menggaris menerapkan konsep pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, bisnis, masyarakat, dan media. Konsep ini dipercaya menjadi kunci sukses pengembangan yang berkelanjutan. PT PT Duta Tambang Rekayasa (DTR) – Medco Mining menjadi penggerak penting dari sektor bisnis di Sei Menggaris. Manajer Eksternal Medco Mining, Budi Hartono menjelaskan, pemerintah telah mengamanatkan perusahaan minyak, mineral, dan batu bara agar memberdayakan masyarakat di sekitar tambang sehingga mereka bisa mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan. akan tetapi, ia menyadari, kewenangan yang dimiliki oleh swasta amatlah terbatas. Oleh karena itu, ia menggandeng ITB yang mempunyai kemampuan lebih besar lewat program pengabdian masyarakat. Ditambah dengan dukungan pemerintah dan masyarakat setempat, program ini menjadi lebih mengena karena bisa mengembangkan sumber daya manusia dan kawasan sekaligus. 19

Arif Budiman “Filosofinya sederhana, tambang itu pasti habis. Jadi kita memastikan bahwa program kami harus sustain jadi 20 fokus utama di SDM. Kami ingin membangun generasi perbatasan yang baik,” tuturnya. SMK Negeri 1 Sei Menggaris yang terbangun berkat kegigihan masyarakat setempat dan dukungan swasta kemudian dijadikan sebagai “Pintu Emas” atau Pusat Inovasi dan Teknologi untuk Ekonomi Masyarakat Perbatasan. Di sana dibuat berbagai program yang tujuannya memberikan bekal kepada masyarakat sehingga bisa berdaya. Program untuk meningkatkan keterampilan perbengkelan, mesin industri, pertanian, perkebunan, dan lainnya yang bertujuan untuk memecahkan persoalan masyarakat, akan digodok dan dimatangkan di SMK itu. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sei Menggaris Rusmini Hakim mengatakan, program Pintu Emas ini berupaya agar SMK tidak hanya berbuat untuk lingkungan sekolah sendiri, tetapi untuk masyarakat Sei Menggaris. Upaya itu dilakukan dengan membuat kelompok binaan di masyarakat. Melalui kelompok binaan ini, SMK terlibat dalam usaya pemberdayaan masyarakat, misalnya lewat program menanam sayur-mayur. Upaya lain dilakukan lewat kegiatan ekstrakurikuler, misalnya membersihkan lapangan kecamatan, embung, dan melatih siswa SD dan SMP utnuk menjaga lingkungan hidup. “Supaya masyarakat merasakan manfaat keberadaan SMK ini,” ujar Rusmini. Guru dan siswa SMK menjadi agen yang mentransfer ilmu juga keterampilan baru kepada masyarakat. “anak-anak ini juga belajar jadi guru, bahwa mentransfer ilmu adalah suatu seni dan sangat nikmat. Sekecil apa pun ilmu kita, kalau kita sudah mentransfer berarti kita pasti belajar, kita pasti menuntut ilmu yang lebih luas agar bisa kita ajarkan ke anak-anak,” tutur Rusmini. Semua program pemberdayaan itu diharapkan benar-benar menjadi pintu emas yang mengantarkan masyarakat Sei Menggaris mencapai kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan. arif bersyukur LPPM ITB bersedia ambil bagian memajukan Sei Menggaris. Ia yakin berbagai ilmu pengetahuan dan riset yang dilakukan ITB bisa membawa perubahan besar jika diterapkan di Sei Menggaris. Ia begitu optimistis karena setiap pelatihan dan kegiatan lain yang digelar ITB selalu membuahkan hasil baik bagi warga. “Dengan adanya upaya dari Bandung ke Sei Menggaris sini, semoga ke depan ada perhatian lebih dari pemerintah daerah dan pusat untuk membenahi fasilitas dan sarana yang belum ada di sini,” tutur Arif. Roby mengatakan, kemitraan seperti pentahelix itu mampu membuat lompatan tinggi bagi daerah seperti Nunukan. Kemajuan itu tak bisa dilakukan jika hanya mengandalkan anggaran pemerintah. “Tidak ada pilihan lain untuk melakukan kemitraan. Salah satunya yang harus digandeng ialah dari lembaga pendidikan. ITB punya kajian, analisis, bahkan bisa me-manage,” tegas Roby. Ia berharap kolaborasi dengan ITB ini bisa membangun Nunukan dengan menggali potensinya yang bisa menjadi andalan dan menjadi fokus pengembangan. “Dua atau tiga tahun lalu diskusi dengan Medco dan ITB menjadikan Sei Menggaris sebagai kawasan wisata yang terus dikembangkan sehingga punya dampak ekonomi, punya daya tarik ke luar, punya martabat,” tutur Roby. Ia menekankan agar ITB juga bisa membantu pemerintah menyiapkan sumber daya manusia. “Masyarakat harus diedukasi. Menempatkan jetski di pantai itu gampang, tetapi yang penting manusianya dahulu,” kata Roby. Ketika sumber manusianya sudah mumpuni, mereka akan mampu membuka pintu emas dan membawa daerah perbatasan melesat.***

Blok 17 Perbatasan Triangulasi Rumah Adat Suku Kenyah 21

SSMKeNEiGEMRI1enggaris DARI KOLONG RUMAH SAMPAI KE ITB SMK PERTAMA DI SEI MENGGARIS tetapi persoalan ini merupakan kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan. Ia bertemu dengan Berdirinya SMK Negeri 1 Sei Menggaris menjadi bukti sejumlah pejabat di instansi itu. Namun, semuanya nyata bahwa tidak ada cita-cita yang mustahil jika mengalami jalan buntu. Pemerintah berpegang pada diupayakan dengan sungguh-sungguh. Kecamatan ketentuan yang mensyaratkan lokasi, guru, biaya Sei Menggaris semula tak punya sekolah setingkat operasional, dan setidaknya terdapat 40 siswa per SMa. Setelah menamatkan SMP, anak-anak Sei kelas untuk mendirikan sekolah baru. Tak ada satu Menggaris yang ingin melanjutkan sekolah harus syarat pun yang terpenuhi. hijrah ke Pulau Nunukan. Kepala SMKN 1 Seimenggrais Rusmini Hakim masih “Waktu saya mau pulang, turun dari ruangannya ingat kejadian 2013. Ia ditemui oleh 14 siswa lulusan Pak Kadis, Pak Sekretaris Dinas ternyata ada di SMP Negeri 1 dan 2 Sei Menggaris. Mereka ingin ikut lobi kantor. Sebelum saya ke Pak Kadis saya coba belajar Kejar Paket C karena tak mau melanjutkan komunikasi ke Pak Sekretaris, cuma Pak Sekretaris ke sekolah formal di Pulau Nunukan. Mereka tak sampaikan ini wewenang Kadis. Begitu Pak Sekretaris mempersoalkan keterbatasan yang ada di Kejar lihat, saya dipanggil masuk ruangan,” tutur Rusmini. Paket C. Mereka hanya ingin bisa tetap belajar tanpa Sekretaris Dinas Pendidikan menyarankan agar harus meninggalkan Sei Menggaris. “Sayang masih Rusmini berkomunikasi dengan SMK Negeri 1 muda, umur 14 tahun kok ambil Paket C. Saya coba Nunukan. apakah memungkinkan dilakukan kelas dudukkan di rumah,” kata Rusmini. jauh. anak-anak itu akan tercatat sebagai siswa SMKN 1 Nunukan, tetapi mereka belajar di Sei Menggaris. Mereka tak mau sekolah di Nunukan karena itu Rusmini bisa menempuh jalan ini tanpa perlu restu berarti orang tua harus menyiapkan uang untuk dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan. transportasi dan membayar uang kos dan biaya hidup di Nunukan. Sementara mereka tak bisa lagi Seperti secercah harapan, Rusmini tak mau membuang membantu orang tua di kebun. Selain itu, para waktu. Ia segera bergegas menyampaikan gagasan remaja itu belum siap menghadapi pergaulan di kota. ini kepada Kepala Sekolah SMKN 1 Nunukan yang Rusmini tak bisa mengabaikan kondisi ini. Inilah yang sudah ia kenal saat mengajar di sana. Ternyata menjadi momentum untuk memulai upaya pendirian usulan ini bisa diterima. Namun, sekolah tidak akan sekolah menengah atas di Sei Menggaris. Pertama mengirim guru ke Sei Menggaris. “Tidak apa-apa, kali ia sampaikan niat ini ke Unit Pelaksana Teknis yang penting anak-anak ini terdaftar sebagai siswa (UPT) Dinas Pendidikan Kecamatan Sei Menggaris, SMK Nunukan,” jawab Rusmini ketika itu. 22

SMKN 1 Sei Menggaris 23

Ilustrasi kegiatan pembelajaran di kolong rumah, membangun sekolah bersama sepulang sekolah hingga akhirnya gedung pertama selesai dan dapat digunakan oleh Pelajar SMKN 1 Sei Menggaris 24

Kembali ke Sei Menggaris, ia bergegas dengan Budi Hartono yang menjabat sebagai Humas mengumpulkan 14 anak yang siap belajar. Tak hanya PT Duta Tambang Rekayasa (DTR) bagian dari Medco siswa, para orang tua pun berlega hati dengan kabar Mining. “Jadi anak-anak ini duduk bersila?” tanya baik ini. Terhitung sejak Juni 2013, kelas filial pertama Budi kepada Rusmini. Budi kemudian menanyakan SMK Negeri 1 Nunukan dimulai di Sei Menggaris. berbagai hal terkait aktivitas belajar di sana. Saat itu sudah ada 28 siswa. Mereka mengambil jurusan Mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar di pertanian, sesuai dengan jurusan di sekolah induknya. kolong rumah panggung Rusmini. Tempat itu biasa digunakan untuk pengajian ibu-ibu. Bangku mengaji Satu bulan setelah pertemuan itu, mobil tambang dipakai untuk belajar. Rusmini menghubungi teman- kembali datang. “Bu, ada mobil tambang, kayanya ada temannya di perusahaan kayu tempat ia bekerja barang di belakang mobilnya pake kotak,” lapor siswa sebelum menjadi PNS. Ia mengajak mereka menjadi kepada Rusmini. Rusmini sama sekali tak menduga guru sukarelawan sebab tak mungkin Rusmini mobil itu datang khusus ke sekolah itu. “ya allah luar sendirian. apalagi ia masih terdaftar sebagai guru biasa! Kami ternyata dibawakan kursi Chitose kuliahan,” SMP 2 Sei Menggaris. “alhamdullillah, sukarelawan ujar Rusmini. Murid-murid bahagia bukan kepalang. pertama saya itu ada namanya Pak Mansur. Beliau Mereka tak perlu lagi menahan sakit pinggang karena itu chief mechanic di perusahaan yang sama dengan duduk bersila selama belajar. Rusmini tak kuasa saya. Gajinya (di sana) luar biasa. Mendengar saya menahan haru, ia keluar ruangan dan menengadahkan membutuhkan sukarelawan, akhirnya ia langsung kepalanya ke langit. “ya allah, kenapa terlalu cepat tinggalkan perusahaan,” kata Rusmini. akhirnya, ia saya dibantu? Kasih saya kesempatan untuk berbuat berhasil mengumpulkan empat sukarelawan untuk dulu, jangan dulu dibantu,” ucapnya ketika itu. mengajar di sekolah filial SMK Negeri 1 Nunukan. Kegiatan belajar pun dimulai. Setelah bangku, perusahaan tambang itu memberi bantuan berupa bantuan honorarium untuk para Jangan pernah takut pengajar di sana. Sebuah berkah yang tak pernah pada apa pun disangka-sangka. Karena keberadaan sekolah ini tak diketahui oleh pemerintah, tak ada secuil pun bantuan karena sejatinya pemerintah yang sampai. Para pengajar hanya diberi hidup ini ada tujuannya. imbalan Rp 200 ribu setiap bulan yang berasal dari hasil kebun milik Rusmini. Uang itu hanya cukup untuk mengganti uang bensin. Setelah berjalan beberapa bulan, Camat Sei Bantuan demi bantuan yang terus diterima Menggaris kala itu datang langsung melihat kondisi membuat Rusmini semakin yakin untuk merawat sekolah. Sebelumnya, Camat telah memberikan dan membesarkan sekolah ini. “Jangan pernah dukungan penuh pada langkah Rusmini ini. Ia takut pada apa pun karena sejatinya hidup ini ada meminta agar langkah yang sudah dimulai ini tujuannya. Tetapi, kita harus langkahi aliran itu sesuai tidak terhenti di tengah jalan. Hari itu, ia datang dengan proporsinya dan jangan pernah tidak berani bersama seseorang menggunakan mobil putih, melangkah. Kalau kalian tidak berani melangkah, tidak mobil yang identik dengan perusahaan tambang. akan tahu di depan itu ada apa,” tutur Rusmini. Tidak Merasa tak punya kenalan orang tambang, Rusmini ada usaha yang mengkhianati hasil. Pada penghujung tak memberikan sambutan khusus pada ‘teman Pak 2013, Wakil Bupati Nunukan asmah Gani berkunjung Camat’. Terlebih ketika itu ia sedang mengajar. ke Sei Menggaris. Ia dan rombongan singgah di rumah Rusmini untuk makan siang. Karena jauh dari Selang seminggu, Pak Camat datang lagi bersama pasar dan rumah makan, jamuan makan siang digelar orang yang sama. Baru saat itu Rusmini berkenalan di rumah Rusmini yang juga dipasrahi untuk memasak hidangannya. 25

untuk membangun sekolahnya. Sementara siswa putra melanjutkan pekerjaan pembangunan, siswa putri memasak untuk mereka. SMK ini tak hanya Gedung baru itu mulai dibangun setelah sekolah ini menjadi tempat menimba mempunyai dua angkatan murid. Pada lahan sekolah, banyak terdapat pasir yang jadi incaran orang-orang. ilmu, melainkan juga Sering truk datang untuk mengeruk pasir di sana. menjadi poros pergerakan Murid-murid tak tinggal diam. Mereka pasang kayu balok besar untuk menghalau truk. Setiap malam di Sei Menggaris. murid bergantian berjaga agar tidak ada pencuri pasir. Irfandy sempat tak mau bergabung dengan Di sana, asmah melihat pelajar berbaju putih abu- SMK ini. Untung saja ia tak menuruti kehendak abu. Ia yang selama ini hanya tahu sekolah di Sei hatinya saat itu. Irfandy sebenarnya telah bersekolah Menggaris hanya sampai SMP akhirnya mendengar di sebuah SMK di Nunukan, tetapi baru beberapa cerita lengkap tentang sekolah filial ini. “Dalam ranah bulan tidak betah. Namun, baru beberapa bulan, ia pendidikan tidak ada layak dan tidak layak. yang jelas tidak betah. Ia pun kembali ke Sei Menggaris. atas ada kemauan, ada sasaran. Buka (sekolah),” kata bujukan guru SMP dan orang tuanya, ia bergabung asmah ketika itu. Ia pun berjanji untuk membereskan ke SMK Sei Menggaris. izin operasional yang menjadi hambatan sekolah ini tak bisa berdiri sendiri. Namun, ia merasa ganjil dengan sekolah itu. Siswanya tidak berseragam, tidak bersepatu, bahkan Setelah kunjungan itu, giliran Bupati Nunukan belajar di lantai. Tidak ada meja dan kursi seperti di yang sedang kunjungan kerja ke Sei Menggaris sekolah. “Bukan sekolah itu namanya,” ujar Irfandy melihat langsung apa yang dilihat oleh wakilnya. yang sedang menunggu diwisuda sebagai Sarjana Ia pun langsung meminta Kepala Dinas Pendidikan Ekonomi Pembangunan. Kabupaten Nunukan membantu sekolah ini. Tak sampai sebulan, izin operasional SMK Negeri 1 Sei Pendidikan tak hanya soal Menggaris pun terbit. Rusmini kemudian menjadi yang terlihat di luar. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sei Menggaris. Tak mengapa jika belum Lewat program Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, berseragam atau bersepatu, Terdepan, dan Tertinggal (SM3T), SMK ini akhirnya sepanjang ada kemauan sekolah, mendapat empat guru muda dari Universitas Negeri Irfandy belajar bisa tetap dilakukan. Malang. Pemerintah kemudian memberi sebidang tanah di Desa Tabur Lestari untuk dibangun gedung Kerja keras dan kegigihan selama menempuh sekolahnya. pendidikan itu terbayar sudah. Teman-temannya kini banyak yang merampungkan pendidikan sampai Memasuki tahun kedua, SMK Negeri 1 Sei perguruan tinggi. Bahkan, ada yang berpredikat Menggaris menambah jurusan otomotif sebagai sebagai lulusan terbaik di kampus negeri. Beberapa peminatan. Jurusan ini ditujukan agar anak-anak temannya bahkan mencicipi pendidikan di Cina. bisa mengoperasikan mesin-mesin yang digunakan di industri yang ada di wilayah mereka. Irfandy, SMK ini tak hanya menjadi tempat menimba ilmu. salah seorang siswa angkatan pertama, masih SMK tersebut menjadi poros pergerakan di Sei ingat bagaimana ia dan teman-temannya turut Menggaris. Berbagai gerakan lahir dari sana, mulai membangun sekolah ini. Selepas pulang sekolah, ia dari Karang Taruna, PKK, hingga perhimpunan melepas seragamnya dan mulai mengaduk semen masyarakat memberantas buta aksara juga dirintis dari sana. 26

Kegiatan sekolah di kolong rumah Membangun sekolah Kondisi awal pembangunan Kondisi awal pembangunan Pengadaan Gedung pertama selesai dibangun fasilitas sekolah 27

Kegiatan yang dilakukan bersama ITB TETRAPOD dititkberatkan pada memberikan bekal UNTUK ilmu pengetahuan dan keterampilan KEBERLANJUTAN kepada masyarakat. PROF. BUDI SULISTIANTO MEMBANGUN SINERGI Prof. Budi Sulistianto merupakan Rusmini merasa berkah yang diterima sekolah salah seorang sosok penting di pimpinannya tak berkesudahan. Pada 2015, ia balik sepak terjang LPPM ITB turun kembali mendapat kabar baik dari Budi Hartono. Tim ke berbagai desa di tanah air. LPPM ITB akan terjun langsung ke Sei Menggaris. Pengabdian ITB tidak hanya di daerah Para profesor dan ahli akan ke SMK untuk sekitar kampus, tetapi meluas hingga menularkan ilmunya. Rusmini tak ingin kedatangan garis perbatasan negeri. LPPM ITB perguruan tinggi bereputasi internasional itu hanya menggandeng para ahli terbaik di menjadi berkah bagi sekolah. Ia ingin masyarakat Sei bidangnya yang dimiliki ITB untuk Menggaris juga merasakan manfaatnya. Rusmini dan turun langsung ke masyarakat. pemangku kebijakan setempat membuat rancangan Mereka menjadi pendorong penting yang bisa menjadi panduan tim ITB menentukan dalam memajukan masyarakat. Berikut program kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan penuturan Prof. Budi Sulistianto Sei Menggaris. Kehadiran rombongan ITB disambut menceritakan pengalamannya turun sukacita oleh masyarakat dan pemerintah. Semua ke berbagai daerah, khususnya di menaruh harap, kehadiran ITB bisa membantu daerah perbatasan. memajukan Sei Menggaris. Bagaimana pengalaman terlibat Kegiatan yang dilakukan bersama ITB dititikberatkan dalam pengabdian masyarakat? pada memberikan bekal ilmu pengatahuan dan Saya pertama kali diberi tugas keterampilan kepada masyarakat, bukan lewat di LPPM pada 2012. Dengan pendekatan bangunan fisik. Keterlibatan para melanjutkan beberapa hasil rapat profesor dari ITB diharapkan bisa memotivasi pada tahun-tahun sebelumnya, siswa dan warga untuk memperbaiki wilayahnya. yang kebetulan saya ditempatkan Sebagai kegiatan pertama kolaborasi antara dalam Komisi Penelitian dan ITB dan SMK Negeri 1 Sei Menggaris dipilihlah Pengabdian Masyarakat (PPM), pelatihan pembuatan pakan ternak dan pupuk Subkomisi Pengabdian Masyarakat. organik. Kegiatan ini dipilih karena diharapkan bisa ada beberapa agenda bagaimana menjadi solusi persoalan kala itu. Saat itu, warga meningkatkan partisipasi Institut sering mengeluh karena pucuk kelapa sawit yang Teknologi Bandung (ITB) di bidang baru tumbuh dimakan oleh sapi. akhirnya dibuat pengabdian masyarakat. Khusus untuk pelatihan pembuatan pupuk organik oleh tim dari program pengabdian masyarakat Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB yang murni, kami datang ke suatu tempat dipimpin oleh Prof. Dr. I Nyoman Pugeg aryantha. lalu memberi pelatihan. Itu berjalan sampai 2014. Secara pribadi saya Pakan ternak dan pupuk organik ini memanfaatkan ditempatkan di Perhimpunan ahli sumber daya alam setempat dengan menggunakan Pertambangan Indonesia sebagai teknologi fermentasi. Pakan ternak yang dibuat Pelaksana Tugas Ketua Umum. bisa dimanfaatkan warga sehingga hewannya bisa mendapatkan nutrisi yang baik tanpa harus 28

Di dalam organisasi itu, ada working sudah berpikir nanti kalau membuat ini Perbatasan. Pintu ini singkatan dari group yang cukup aktif. Pada saat bisa dipasarkan ke mana, saya langsung Pusat Inovasi dan Teknologi. Sementara diskusi seperti itu, salah satu anggota, menutup diri. Hal tersebut sudah Emas adalah Ekonomi Masyarakat yaitu Pak Budi Hartono dari Medco menutup prospek untuk berkembang Perbatasan. Jadi, semuanya digodok di Mining mengajak dan berkata, “Pak, dan maju berjalan lebih jauh SMK tersebut, apakah itu pembibitan bagaimana kalau ke perbatasan?” atau perbengkelan. Begitu ada industri Kata Budi Hartono, di sana ada Namun, kalau local agent bertanya, di sekitar sini, seperti tambang ataupun masalah yang sangat krusial. Tenaga “Pak, kalau saya ingin begini perkebunan, yang membutuhkan, kita kerja yang tertolak ke Malaysia bagaimana?” Itu artinya ada tinggal masuk. Setelah itu, mereka selain malu pulang, akhirnya berdiam semangat. Tenaga kami juga tidak tergugah untuk melakukan semacam di sekitar Nunukan. Hal tersebut banyak sehingga kalau ada local nota kesepahaman (MoU) dengan ITB. menjadi problem sendiri karena untuk agent yang punya semangat seperti akhirnya, bupati dengan perwakilan melaksanakan proses sosial dan ini, kita masuk. Harapannya, local pemda berangkat ke Bandung untuk kebudayaan seperti itu cukup rumit. agent-lah yang mengembangkannya. menandatangani MoU pada Mei 2018. yang kedua, perbatasan ini rawan hilir Proses ini menggugah teman-teman mudik perdagangan narkoba. Nah, Karena diceritakan ada pendirian di Provinsi Kalimantan Utara yang asal ada support-nya, ya oke kita coba SMK yang potensial, akhirnya dengan juga membangun nota kesepahaman masuk. akhirnya, program ini berjalan. dukungan teman-teman Medco Mining dengan Rektor ITB pada agustus pada 2015, kami berdiskusi. Hasilnya, 2018. Ini selanjutnya sebagai acuan Kesulitan dalam program pengabdian disarankan bagaimana kalau kami pendampingan pembuatan RTRW masyarakat itu, kami harus melakukan program secara maraton dan Riparda kalau memang mau mendapatkan local agent yang di perbatasan. Kemudian, menjadikan mengembangkan pariwisata dan bersemangat. Itu kuncinya. Perjalanan SMK yang sudah memiliki fasilitas merangkul turis dari negara tetangga. kami banyak gagalnya juga, tidak yang cukup maju ini sebagai pusat Harusnya tahun 2020 ini semua sukses. Kalau local agent-nya pelatihan yang kita sebut Pintu Emas ada pembuatan cetak biru transportasi Kaltara, tetapi apakah berjalan atau tidak karena memang program kami tahun ini juga tersendat. Tetapi, insya Allah kami masih terus berkomunikasi. Bagaimana proses menemukan masalah dan solusi dalam pengabdian masyarakat ini? Begitu kami berminat datang (ke suatu lokasi), kami tanya terlebih dahulu program yang diinginkan, karena kami tidak pernah menjanjikan bisa begini atau bisa begitu dalam program pengabdian masyarakat ini. Setelah kebutuhannya disampaikan, lalu kami siapkan. Kalau misalnya berhubungan dengan pengolahan makanan, atau terkait dengan biopori, kami akan carikan staf pengajar di ITB yang bisa. Lalu, kami rundingkan bersama staff tersebut bagaimana metode dan strateginya, lalu kami ajak jalan menuju lahan yang dimaksud. 29

Tantangan apa yang Bapak lihat program ini. Minimal, kalau yang atas Kegiatan pelatihan di depan dan harapan di masa jadi benderanya (penyemangat) saja, mendatang apa, Pak? tetapi kalau suatu saat nanti ketendang Gedung SMK sudah Ketika berdiskusi dengan Wakil ombak dan menggelundung, maka berdiri, tetapi saat ke Rektor Bidang Perencanaan dan gantian ketiga agen yang di bawah toilet, tidak ada air Keuangan terkait pendanaan PM, mendukung proses ini dan yang atas yang bisa digunakan kami sangat berharap adanya membawa benderanya. Hubungan pendanaan yang sustain. Jadi, stakeholders harus dijaga. Itu juga siapa pun nanti yang menggantikan bukan hal yang mudah. tinggal meneruskan. Syukur-syukur yang menggantikan ada rancangan Bagaimana Bapak memandang sendiri dengan keahliannya, tinggal urgensi pengabdian masyarakat ini menyambungkan sehingga menjadi di perguruan tinggi? program yang never ending. Untuk Saat ini mau tidak mau kita harus itu butuh dukungan dari Rektor dan menghadapi pemeringkatan Wakil Rektor untuk kebijakan ini. internasional. Kalau di nasional, pemeringkatan universitas berdasarkan Seperti yang dilakukan sekarang pengabdian masyarakat itu sudah ini, kami merekam semua kegiatan, diberitahukan. ITB termasuk yang itu juga terkait dengan program dipandang dalam program asia Engage yang sustain tadi. Biasanya kami (programnya Chulalongkorn University hanya membuat foto-foto lapangan, Universitas Kebangsaan Malaysia) menulis laporan, selesai. akibatnya di situ ada NUS Singapura, dan kami mengerti, tetapi orang lain lainnya. Walaupun dibungkus dengan tidak. Pencatatan perekaman community service, di dalamnya bisa seperti ini sangat membantu proses penelitian. Misalnya di NUS Singapura dan keberlanjutan program ini. setelah ada dana, kondisi desa akan Melacaknya dan/atau melanjutkannya dievaluasi dulu sebelumnya. Lalu jadi relatif gampang. perguruan tinggi memberi pendapat, apa keilmuan yang akan diterapkan. Selain itu soal stakeholders. Bisa Begitu dilaksanakan satu program dengan pemerintah setempat camat, bersama-sama, nanti dievaluasi lurah. yang tidak kalah penting efeknya. Hasil evaluasinya juga bisa adalah industri yang beberapa ahli dipublikasikan di jurnal. Dengan begitu, menyebutnya kerja sama pentahelix. nanti bisa menaikkan pangkat dosennya Namun saya menyebutnya dengan ke profesor, meluluskan doktor dan tetrapod, seperti penahan ombak di seterusnya sehingga jadi terintegrasi. laut, yang kakinya empat.yang kami garap ini di tengahnya karena punya Kalau goal-nya ke pemeringkatan ya kaki empat kalaupun menggelundung monggo, tetapi integrasi pendidikan, ke sana masih berjalan, penelitian, pengabdian masyarakat menggelundung ke sini juga masih itu sangat bagus kalau bisa dijalani berdiri. Siapa yang tiga di bawah dengan jargon ITB yaitu locally itu? agen yang harus mendukung relevant, globally respected. 30

MENGHIDUPKAN SUMBER AIR Pendampingan LPPM ITB di SMK Negeri 1 Sei Menggaris tak hanya soal peningkatan kapasitas, tetapi juga merespons persoalan yang dihadapi sekolah. Pada 2017, Prof. Budi Sulistianto kembali ke Sei Menggaris untuk menggelar pelatihan, gedung SMK sudah berdiri. Tetapi, saat ke toilet, tidak ada air yang bisa digunakan. “Diceritakan bahwa air dari talang. Wah kita kaget,” katanya. Padahal, Sei Menggaris didapuk sebagai tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Kabupaten Nunukan pada 2018. Soal ketersediaan air ini memang menjadi momok bagi Sei Menggaris. Seharusnya MTQ di sana digelar pada 2017, namun gagal lantaran kesulitan air bersih. Rupanya di dekat lokasi SMK berada ada mata air yang sudah mati. Tim LPPM ITB mendatangi lokasi untuk melihat langsung kondisi mata air di sana. Di belakang SMK terdapat lereng dan terlihat lembap. “Nah betul, akhirnya tim dibantu bapak ibu guru mencoba mengais beberapa tanah dan alhamdulillah ada sedikit aliran air kecil,” kata Rusmini. merusak perkebunan. Sementara bagi masyarakat Tempat tersebut digali lebih lebar dan diberi yang mengelola kebun bisa memanfaatkan pupuk pembatas dari drum. air ini yang kemudian juga organiknya. Dengan pengetahuan dan keterampilan digunakan oleh warga setempat. Penggalian baru ini, warga bisa menghemat biaya dan dilakukan lagi di lokasi yang lebih tinggi dari aliran meningkatkan kualitas ternak dan kebunnya. air itu. Ternyata ditemukan lagi aliran air yang lebih besar. Prof. Budi Sulistianto mengatakan, salah satu kunci penting keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat Sebelum air digunakan, terlebih dahulu dilakukan ialah lebih pada kemauan untuk mendapatkan ilmu- pengujian untuk memastikan kandungan air ilmu baru yang bermanfaat dan berdampak pada aman untuk digunakan. Selanjutnya bersama masyarakat sekitar. “Tolong saya dilatih membuat tas, Prof. Ir. Muhammad Syahril Badri Kusuma, Ph.D. tolong latih jahit, tolong kami ingin beternak, ingin mengambil sampel air dari lokasi itu. Ternyata biogas, dan lainnya. Nah kalau seperti itu cepat sekali kandungan Fe atau zat besinya tergolong tinggi. (berkembangnya). Kami semangat mengajarnya,” Solusinya dengan melakukan aerasi, yaitu proses kata Prof. Budi Sulistianto. menambahkan udara atau oksigen ke dalam air. Setelah itu air bisa dipompa lalu bisa dimanfaatkan. antusiasme seperti ini yang akan menambal Dengan sumber air itu, kini SMK tak lagi kesulitan keterbatasan sumber daya manusia yang dibawa air. air dipompa untuk mengisi seluruh toilet di oleh LPPM ITB ke lokasi. Local agent nanti yang sekolah. Tak ada lagi toilet yang kering tak ada air. banyak berperan mentransfer dan mengembangkan Bahkan kini warga setempat juga bisa menikmati ilmu di wilayahnya. air bersih dari sumber air itu.* 31

Mencicipi belajar di salah satu perguruan tinggi terbaik yang dimiliki Indonesia bersama para ahli adalah kesempatan emas. PROGRAM MAGANG DI ITB mandiri,” tutur Prof. Budi Sulistianto yang bertindak sebagai Ketua Pelaksana program magang ini. Perekonomian Kabupaten Nunukan ditopang oleh sektor pertanian dan perkebunan, di antaranya Syaiful, salah seorang guru yang berkesempatan kelapa dan kedelai. Hasil alam itu berpotensi untuk belajar di ITB. Mencicipi belajar di salah satu dikembangkan menjadi produk-produk olahan yang perguruan tinggi terbaik yang dimiliki Indonesia mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Misalnya bersama para ahli adalah kesempatan emas. Ia dan pengolahan air kelapa menjadi nata de coco melalui para peserta magang berkesempatan belajar tentang proses fermentasi. Sementara kedelai bisa diolah mikrobiologi dasar, pembuatan makanan fermentasi, menjadi tempe melalui fermentasi menggunakan ragi. pengujian kualitas air, budi daya jamur, membuat anyaman, membuat pupuk organik. Ia belajar budi Pengembangan lain juga bisa dilakukan lewat daya jamur merang dan jamur tiram, membuat budi daya jamur. Mikroba juga bisa dimanfaatkan tempe, juga tape. untuk membuat pupuk organik yang dibutuhkan masyarakat. “Proses fermentasi memerlukan keahlian Produk-produk itu, kata Syaiful, merupakan produk laboratorium mikrobiologi dasar,” kata Prof. Budi yang sudah merakyat. Tetapi, masyarakat hanya Sulistianto. Oleh karena itu, LPPM ITB membuat sebagai konsumen, belum tahu cara membuatnya.Oleh program magang bagi guru dan siswa SMK Negeri karena itu, ilmu yang sudah ia dapatkan di Bandung 1 Sei Menggaris. Pada November 2017, selama satu ditularkan kembali kepada siswa di Sei Menggaris. Siswa bulan guru dan siswa terpilih akan belajar langsung di juga warga setempat tidak hanya menjadi konsumen, Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biosains tetapi juga bisa memproduksi dan memasarkannya. dan Bioteknologi ITB. Dengan demikian, pengetahuan ini mempunyai daya ungkit terhadap perekonomian warga. Selama di Bandung, mereka dilatih dan dibina langsung oleh para pengajar dan asisten ITB (Sri Kepala Bidang Pendidikan SMK Dinas Pendidikan Utami, Muhandini azahra, azizah Nur Fitriani, dan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara amat Wuddan Nadhirah). Harapannya, mereka bisa mengatakan, keberadaan SMK Negeri 1 Sei membimbing dan menularkan pengetahuan ini Menggaris sangat strategis untuk menyiapkan kepada siswa dan warga setempat. “Pelatihan dan anak-anak di perbatasan. Mereka bisa menjadi pembinaan yang didapat bisa dipraktikkan secara sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kontinu. Untuk jangka panjang, diharapkan para dan keahlian, baik sebagai tenaga kerja untuk siswa dapat membentu masyarakat memenuhi industri maupun sebagai penggerak berbagai kebutuhan pangan warga Kabupaten Nunukan aktivitas ekonomi di sana. dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui sebuah sentra usaha yang 32

Pelatihan Sumur Biopori amat tidak ingin SMK ini hanya fokus pada satu pendidikan di Sei Menggaris, juga Kalimantan Utara bidang. Itu sebabnya sejak lima tahun lalu telah pada umumnya, bisa setara dengan pendidikan di dibentuk juruan analis kimia. Konsekuensinya, kota besar. pemerintah pun menambah fasilitas SMK ini, baik laboratorium maupun ruang belajar. Bagi Rusmini, kemajuan Sei Menggaris tak cukup hanya dilihat dari pertumbuhan ekonominya. Amat Sahar, M.Pd. “Kami ingin nanti keunggulan- Menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni keunggulan teknologi kultur menjadi kerja besar yang tak boleh dilupakan. jaringan tidak hanya dikembangkan “Saya yakin mereka akan menjadi pemegang di kota, tetapi juga dikembangkan modal untuk mengembangkan Sei Menggaris. Saya di daerah pedalaman perbatasan.” selalu yakinkan anak-anak jangan harap orang luar memajukan kampung kalian kalau bukan kalian yang Ia memahami, sebagai daerah perbatasan yang berpikir,” kata Rusmini. jauh dari pusat kota, masih banyak pekerjaan rumah untuk mengatasi ketertinggalan. akan tetapi, Melihat kegigihan, kerja keras, dan keberanian anak dengan bantuan industri juga akademisi seperti yang muda Sei Menggaris, Rusmini yakin mereka akan dilakukan Medco Mining dan ITB di Sei Menggaris, menjadi orang berhasil. Dari tangan merekalah kemajuan Sei Menggaris akan terwujud.*** 33

MEREKA KOK L‘ENBeIHgMaErNaGkENuA’L RUSMINI HAKIM Hati Rusmini Hakim telah tertambat Wilayah itu kemudian menjadi lokasi Meskipun tak punya latar belakang di Sei Menggaris. Bertahun-tahun transmigrasi. Mereka berasal dari sebagai pendidik, ia tergugah melihat mengabdikan diri untuk pendidikan Sei Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa anak-anak ini. Sebagian besar adalah Menggaris membuat Rusmini tak ingin Timur, Lombok Timur. Sebagian lagi anak-anak mantan TKI ilegal yang meninggalkan daerah perbatasan itu. Sei merupakan mantan Tenaga Kerja dipulangkan ke Indonesia. Ia tahu anak- Menggaris telah menjadi jati dirinya. Indonesia (TKI) yang dipulangkan dari anak itu adalah anak Indonesia, tetapi Malaysia, juga warga Nunukan yang mereka berbicara dengan aksen Malaysia. Rusmini menjejakkan kakinya di Sei tidak punya rumah Rusmini dipanggil Mak Cik. Mereka tidak Menggaris pada 3 Juni 2003. “Saya menyebut abjad a, B, C, D, E, seperti ingat dengan menaiki perahu kayu dari Belum ada sekolah di Sei Menggaris umumnya anak Indonesia. anak-anak itu Nunukan ke Sei Menggaris dengan kala itu. Sementara lambat laun menyebutnya dengan ei, bi, ci, di, dst. jarak tempuh 6 jam. Sepanjang semakin banyak pekerja yang Dalam berhitung pun demikian. Mereka perjalanan dari Nunukan ke Sei memboyong keluarganya, termasuk menyebut tambah (+) dengan campur Menggaris saya tidak menemukan anak-anaknya. Bagi yang punya dan kurang (-) dengan tolak. satu pun perkampungan. Saya hanya uang, mereka mengirim anak- menemukan anak sungai, hutan bakau, anaknya sekolah ke Nunukan. anak-anak itu terbiasa dengan dialek dan sungai luas. Waktu saya memasuki Tinggal di rumah kos di sana. Sabah yang mereka dengar sehari- Sei Menggaris, semua hutan belantara, Bagi yang tidak mampu, mereka hari. Tak hanya bahasa, pengetahuan belum ada perkebunan. Saya seperti terpaksa membiarkan anak-anaknya kebangsaan pun lebih dekat dengan menemukan jiwa saya. Wah ini yang tidak sekolah. Malaysia. Mereka lebih mengenal saya cari selama ini,” kata perempuan “Negaraku” sebagai lagu kebangsaan kelahiran Sidrap, 17 Juli 1976 ini. Rusmini kemudian berinisiatif ketimbang “Indonesia Raya”. mengumpulkan anak-anak pada sore Semula Sei Menggaris hanya ditinggali hari di teras masjid. Ketika itu ia belum pekerja perusahaan kayu. Rusmini berkeluarga, ia ingin memanfaatkan bekerja untuk PT Nunukan Jaya waktu luangnya untuk mengajari anak- Lestari (NJL) yang bergerak di bidang anak di sana. Tak disangka-sangka, pengolahan kayu kemudian banting ternyata hampir seratus anak yang setir ke perkebunan kelapa sawit. datang ke masjid. 34

“Kami yakin bahwa rumah, membantu orang tua bekerja,” pendidikan bukan modal tutur Rusmini. dari luar, melainkan dari dalam sendiri.” Hafid turut membantu Rusmini bertemu dengan sejumlah pejabat, mulai camat tua, tetapi tidak memiliki ijazah. Selain hingga bupati untuk membahas soal kemampuan, ijazah masih menjadi sekolah ini. akhirnya usaha itu terbayar. syarat bagi perusahaan untuk mencari Pemerintah menerbitkan izin operasional pekerja. Tidak berhenti di situ, Rusmini SMK Negeri 1 Sei Menggaris. Pemerintah kemudian mendirikan Pendidikan anak kemudian memberikan lahan seluas 5 Usia Dini (PaUD) pada 2010. hektare di Desa Tabur. Setelah hampir dua tahun belajar di kolong rumah, siswa “Saya tidak menyalahkan mereka karena aktivitas Rusmini membangun dunia dan guru-guru kini sudah bisa menikmati kondisi hidup mereka memang lahir di pendidikan di Sei Menggaris kian gedung yang layak. Malaysia. Sampai Malaysia agak ketat padat. Pada 2010, ia memutuskan untuk dengan pemeriksaan surat administrasi mengundurkan diri dari perusahaan. Meskipun awalnya merupakan sekolah keluarga, mereka harus tinggalkan Rusmini lalu mencoba peruntungan filial yang belajar di kolong rumah Malaysia,” kata alumni Fakultas sebagai PNS Kabupaten Nunukan. Rusmini, SMK itu kini berkembang dan Pertanian Universitas Hasanuddin itu. Nasib baik berpihak kepada Rusmini menjadi SMK mandiri, SMK Negeri 1 Ia justru bertekad untuk mendampingi dan suaminya. Mereka berdua diterima Sei Menggaris. Kini sekolahnya sudah anak-anak ini. sebagai guru PNS. Setelah mencicipi memiliki gedung yang memadai. beberapa bulan sebagai guru di Lulusannya pun sudah berhasil, bahkan Baru pada 2006-2007, PT NJL kota, permintaannya kembali ke Sei ada yang melanjutkan sekolah ke Cina. mendirikan sekolah formal pertama Menggaris dikabulkan. di sana, yaitu SD dan SMP satu atap. SMK Negeri 1 Sei Menggaris bukan Sistem penyaringan siswa dibuat Kembali ke Sei Menggaris, Rusmini garis finis bagi Rusmini. Masih banyak sangat sederhana. anak-anak yang seperti mendapat energi baru untuk cita-citanya untuk pendidikan Sei usianya lebih tua dan bisa membaca mengabdi. Ia kemudian mengupayakan Menggaris yang akan ia wujudkan. Kini dimasukkan ke kelas IV. anak yang berdirinya SMK di sana. Kepala Desa Rusmini ingin membuat yayasan yang memiliki kemampuan yang kurang dari Srinanti Abdul Hafid mengatakan, tanpa fokus pada pendidikan agama Islam. itu dimasukkan ke kelas III, II, atau I. kegigihan dan ketangguhan Rusmini, Rusmini terpikir, mengapa tidak membuat Rusmini kemudian membuka program barangkali SMK Negeri 1 Sei Menggaris lembaga pendidikan agama Islam di Sei belajar Kejar Paket a, B, dan C yang tak akan terbentuk. Ketika itu, Hafid Menggaris? “Saya lihat pendidikan dasar ditujukan bagi para pekerja yang sudah termasuk orangtua yang gelisah. agama itu yang dipakai dari lahir sampai anaknya sudah hampir lulus SMP, tetapi mati,” ujar Rusmini. belum ada sekolah setara SMa yang ada di wilayahnya. Sementara, untuk Rusmini adalah sumber insipirasi dan mengirim anaknya ke Nunukan perlu semangat Sei Menggaris. Ia meyakini, dana yang tidak sedikit. perubahan itu hanya akan terjadi jika diusahakan oleh orang-orang Sei “Harus ada SMa di Sei Menggaris. Menggaris sendiri. “Kami tidak pernah anak-anak kasihan juga. Kalau saya ke merasa terbelakang, terkucilkan meskipun Nunukan, anak saya yang sekarang jadi realitanya ada. Kami yakin bahwa polisi itu, masih di kapal sudah pegang pendidikan bukan modal dari luar, tapi dari perut, lapar. Kalau ada SMa, anak-anak dalam sendiri, dari kami yang ada di sini, enggak kececeran lagi. Bisa makan di dari support masyarakat, dari semangat anak yang mau dididik. Buat saya itulah pendidikan perbatasan,” kata Rusmini.*** 35

BERDAYA LEWAT PADKANANNatTaEdReNCAocKo Pendekatan yang dipilih LPPM ITB di daerah- ternak sendiri, ternaknya tak perlu mencari makan di daerah binaannya bukan seperti Sinterklas yang kebun. Dengan begitu perkebunan bisa diselamatkan. membagikan berbagai macam hadiah. Sebagai institusi pendidikan teknik, ITB membekali Pada 2017, ITB kembali ke SMK Negeri 1 Sei masyarakat dengan pengetahuan dan kemampuan Menggaris untuk memberi masyarakat beberapa baru yang bisa digunakan untuk mengatasi persoalan pelatihan pemberdayaan. Salah satunya pelatihan dan mengembangkan potensi daerah. Prof. Budi pembuatan nata de coco. Pelatihan ini bertujuan Sulistianto mengatakan, program yang dirancang, agar masyarakat mempunyai keterampilan untuk termasuk di Sei Menggaris, berasal dari kebutuhan mengolah sumber daya alam yang tersedia di Sei masyarakat. Biasanya masyarakat menyampaikan Menggaris. Salah satu sumber daya itu berupa kelapa persoalan apa yang sedang dihadapi, kemudian yang merupakan bahan dasar pembuatan nata de ITB berupaya mencari solusi yang efektif untuk coco. Selain itu, dilakukan pelatihan pembuatan mengatasinya. tempe dan kecap yang terbuat dari kedelai. Prof. Budi Sulistianto berharap, pelatihan ini bermanfaat Program pertama yang dilakukan ITB di Sei Menggaris untuk mengatasi persoalan pangan yang ada di Sei pada 2015 ialah melatih siswa dan guru SMK Negeri Menggaris. 1 Sei Menggaris membuat pakan ternak dan pupuk organik. Langkah itu juga sesuai dengan kebutuhan Selain menggelar pelatihan langsung di Sei masyarakat kala itu. “Pupuk sama pakan ternak ini Menggaris, pelatihan ini juga dilakukan lewat karena ternak di sini bisa jalan-jalan menghabisi program magang. Siswa dan guru SMK Negeri 1 Sei beberapa tanaman yang ada di sini. Maka, bagaimana Menggaris yang terpilih dibina selama sebulan sampai kalau kita ajari beternak,” kata Prof. Budi. Kemudian 2 bulan (2 kali magang) di Laboratorium Mikrobiologi dipilihlah pelatihan pembuatan pakan ternak yang Pusat Penelitian Biosains dan Bioteknologi pimpinan terbuat dari sumber daya lokal yang sudah tersedia I Nyoman Pugeg aryantha. Tujuannya, mereka bisa dan mudah dicari. Pembuatannya memanfaatkan menularkan dan turut mendampingi masyarakat mikroorganisme. Jika masyarakat bisa membuat pakan setempat mempelajari kemampuan ini. 36

PEMBUATAN PAKAN TERNAK 2TAHAP FERMENTASI PAKAN Prof. Budi menjelaskan bahwa pelatihan pembuatan pakan ternak secara garis besar terdiri dari dua tahap utama, yaitu pembuatan biang dan fermentasi pakan. adapun untuk proses pembuatan skala kecil dapat dilakukan melalui tahapan berikut. 1TAHAP MEMBUAT BIANG JAMUR MARASMIELLUS BAHAN-BAHAN BAHAN-BAHAN • Serbuk kayu (25%) (persentase megacu ke bahan utama) • Beras merah (20%) • Jagung Pecah (50%) • Tandan kosong • Air keran • NPK (1%) atau pelepah (tanpa kaporit) • Gula pasir (4%) daun sawit) • Kultur murni • Biang jamur • Dedak (10%) (Marasmiellus sp) PERALATAN • NPK/urea (1%) (skala kecil) PERALATAN • Baki/Loyang • Kukusan • Baskom • Panci (skala kecil) • Kompor • Wadah • Chopper/pencacah • Kompor • Kukusan • Gelas ukur Untuk pembuatan biang sebanyak 2 Kg dapat dilakukan • Wadah tahan panas sebagai berikut. • Sendok 1. Pertama, masukkan 1 kg jagung dan 0,4 kg beras merah serta • Centong 80 g gula pasir ke dalam panci. Lalu tambahkan air sebanyak Untuk pembuatan pakan skala kecil sekitar 3 kg dua buku jari di atas permukaan bahan. Masak hingga sampai 1. Cara membuatnya, pelepah daun kelapa sawit atau tanak, sekitar 1 jam. Jagung dan beras merah yang sudah dimasak itu kemudian dicampur dengan serbuk kayu sekitar tandan kosong ditimbang sebanyak 3 kilogram. setengah kilogram dan NPK 20 gram dalam sebuah wadah Kemudian dicacah agak halus menggunakan alat besar. Setelah merata dimasukkan ke dalam beberapa pencacah. Hasil cacahan diletakkan ke dalam baskom. botol selai sebanyak 3/4 dari volume botol. Botol lalu Lalu campur dengan dedak 300 gram dan NPK 30 ditutup dengan aluminium foil atau lembaran plastik tahan gram. Tambahkan air hingga mencapai kelembapan panas dan diikat dengan karet gelang. 60%. Kelembapan yang diharapkan itu tandanya jika 2. Selanjutnya, perlu disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan diperas akan membekaskan air di telapak tangan, namun menggunakan autoklaf atau dengan metode pasteurisasi tidak tidak meneteskan air saat diperas dengan tenaga dengan alat kukusan dalam waktu lebih lama. Masukkan maksimum. Campuran bahan itu kemudian dibungkus dalam autoklaf lalu kukus selama 20 menit, hitungan dalam plastik tahan panas sehingga membentuk baglog. waktu ini dimulai sejak muncul uap air mendidih. Jika Kemudian dipasteurisasi dengan mengukusnya selama menggunakan prinsip pasteurisasi kukusan dilakukan kurang lebih 200 menit. proses pengukusan minimal 1 jam 2. Diamkan bahan hingga mencapai suhu di bawah 40oC. 3. Proses selanjutnya dilakukan proses penanaman jamur atau Kemudian media dikeluarkan dari kantong plastik dan inokulasi. Tahap ini memerlukan ruang kerja yang bersih. ditaburkan biang jamur di dalam wadah baki yang Oleh karena itu, sebelum dimulai ruang kerja disemprot aseptik, aduk secara merata di dekat api. Kemudian baki dengan alkohol 70%. Media steril yang telah diingin kemudian ditutup dengan kantong plastik yang bekas wadah lalu diberikan (diinokulasi) kultur murni jamur secukupnya secara didiamkan hingga 2-3 minggu. Pada waktu itu merupakan aseptik. Proses ini dilakukan di dekat api untuk menghindari masa inkubasi jamur hingga ditumbuhi miselin putih di kontaminasi. Setelah itu disimpan selama 2-3 minggu pada seluruh permukaan baglog. suhu ruang dan tempat yang bersih. 37

Selain itu, ternak juga membutuhkan probiotik dan silase. yang diawetkan dengan cara fermentasi. Dengan cara ini, Starter (biang) probiotik ini terbuat dari mikroba hidup. hasilnya bisa disimpan lebih lama tanpa merusak zat gizi Mengonsumsi suplemen probiotik dapat mencegah yang terkandung di dalamnya. Pembuatan minuman terjadinya kelainan metabolisme, mengurangi produksi probiotik terdiri atas dua tahapan, yaitu perbanyakan gas metana, mendetoksifikasi racun, dan merangsang biang dari bakteri probiotik dan penumbuhan bakteri sistem kekebalan tubuh. Mikroba probiotik ini lebih mudah probiotik dalam skala besar. Kemudian dilanjutkan diproduksi, harganya pun lebih murah. Sementara silase dengan pembuatan silase. merupakan pakan yang berasal dari limbah pertanian 1TAHAP PENYIAPAN BIANG & 2TAHAP PEMBUATAN SILASE PENUMBUHAN BAKTERI (skala kecil) PROBIOTIK BAHAN-BAHAN BAHAN-BAHAN (mpeemngbaucautapnadbaiavnogludmenegaairn) persentase (persentase mengacu ke bahan hijauan) • Air • bahan hijauan • Gula merah (10%) • NPK atau urea (1%) • Susu murni (1%) • air keran tanpa kaporit • Bakteri probiotik (10%) • dedak (10%) • molase (2,5%) PERALATAN • Botol semprot • plastik alas • Centong • biang bakteri probiotik (10%). (skala kecil) • Corong • Panci • Gelas ukur 1. Siapkan limbah bahan hijauan (rumput, jerami dan • Kompor • Lem perekat daun jagung) sebanyak 1,5 kg. Kemudian potong • Botol 1,5 liter • Dakron/kapas menjadi berukuran sekitar 3-5 cm. Setelah itu, • Botol 330 ml • Alkohol (70%) campur dengan kultur bakteri probiotik 150 ml, • Pompa aerator dedak 150 gram, molase 40 gram, NPK 15 gram. • Sedotan • Selang 2. Tempatkan campuran tersebut dalam wadah yang tertutup rapat. Setelah 1-2 minggu, silase siap 1. Untuk penyiapan biang, caranya dengan dikonsumsi oleh ternak. mencampur 1 liter air mineral dengan gula merah 100 gram. Campuran tersebut direbus Pelatihan ini tidak sekadar selama sekitar 45 menit, kemudian didinginkan. untuk memenuhi kebutuhan Selanjutnya, tambahkan 10 ml susu dan 1 botol pangan masyarakat, tetapi bakteri probiotik. Lalu masukkan ke dalam botol juga untuk bisa menjadi steril dan simpan selama 24 jam. sumber penghasilan baru yang berkesinambungan. 2. Selanjutnya, tahap memperbanyak probiotik skala lebih besar (5 L), caranya dengan mencampur molase atau gula merah atau bisa juga air tebu sebanyak 500ml atau 500gr dengan 4 liter air dan 500 ml biang ke dalam wadah steril. Media gula diberikan aerasi secara kontinyu dengan udara bersih melalui sistim filtrasi dengan bahan serat dakron 2-3 hari, akan muncul bau harum yang menandakan probiotik sudah dapat digunakan untuk minuman ternak dan pembuatan silase 38

PEMBUATAN NATA DE COCO Nata de coco merupakan makanan hasil olahan air kelapa melalui proses fermentasi. Proses fermentasinya dibantu oleh bakteri Acetobacter xylinum. Prof. Budi Sulistianto menjelaskan, hasil dari fermentasi ini berupa lapisan selulosa berwarna putih yang biasa disebut nata. BAHAN-BAHAN (skala kecil) • Air kelapa 1 liter • Kecambah tauge 10 g • Cuka 50 ml • Gula putih 100 gram • Bibit nata 100 ml PERALATAN • Kertas roti/kain kasa • Kompor • Panci • Sendok • Pembungkus • Loyang/nampan 1. Untuk membuat nata de coco, saring 1 liter air Selain membuat nata de coco, warga juga dilatih kelapa ke dalam panci. Tambahkan 100 gram gul untuk membuat makanan fermentasi misalnya, kecap aputih dan 50 ml cuka. Masak hingga mendidih, dari kedelai, dan terasi dari ikan ataupun udang. lalu segera matikan kompor. Ketika masih panas, Kecap dibuat melalui proses fermentasi oleh jamur tuangkan ke loyang yang bersih kemudian tutup Aspergillus sp dan Rhizopus sp. Sedangkan olahan dengan kertas roti / kain kasa, lalu ikat dengan karet. di bidang perikanan yaitu terasi yang dibuat dari 2. Setelah dingin, tambahjan bibit naya (Acetobacter ikan atau udang yang bernilai ekonomis rendah. xylinum) sebanyak 100 ml. Jangan lupa mengocoknya Pembuatan terasi menggunakan rebon (Atya sp.). terlebih dahulu. Kemudian simpan dalam suhu ruang agar proses fermentasi berjalan, sekitar 5-7 hari. Prof. Budi berharap, pelatihan ini tidak sekadar untuk 3. Setelah terbentuk lapisan nata, ambil lalu dipotong- memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetapi juga potong sesuai selera, setelah itu dicuci dan dibilas untuk bisa menjadi sumber penghasilan baru yang dengan air mengalir. Lalu rebus nata agar aman berkesinambungan di Sei Menggaris. Masyarakat dikonsumsi, kemudian tiriskan. bisa sejahtera dengan membangun sentra usaha 4. Bibit nata bisa dibuat dengan cara menambahkan mandiri.*** air kelapa dengan gula putih dan cuka lalu mendidihkannya. Masukkan dalam botol, lalu tutup dengan plastik. Ketika sudah dingin, tambahakan Acetobacter xylinum sebanyak 10%. Simpan dalam ruangan. Setelah 5-7 hari bisa digunakan sebagai bibit nata. Jika di permukaan botol muncul lapisan nata, itu berarti sudah siap digunakan. 39

MMEENRGAHGWIeDnAUeTPrKaAsNi AIR, Sei Menggaris pernah mempunyai sumber air yang Ketika itu, pengaliran air ke warga dibantu dengan melimpah ruah. Menilik masa itu, sulit membayangkan pompa air menggunakan dinamo yang berbehan bakar jika kemudian Sei Menggaris kekurangan air sampai solar. Sayangnya, operasional SPaM macet pada 2012. harus menadah air hujan. Berkat bantuan para pakar Desa Sri Nanti kemudian mau mengelolanya sendiri. dan kalangan usaha, akhirnya Sei Menggaris bisa Tetapi, sistem swadaya ini tidak berumur panjang. menikmati air bersih lagi. Meski tetap dibayangi oleh Baru setahun pengelolaannya sudah terhenti. Rupanya berkurangnya sumber air bersih lantaran beradu pendapatan dari pembayaran warga tak setimpal dengan perkebunan kelapa sawit, air bersih di Sei dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaannya Menggaris kini terkelola dengan baik. tidak cukup untuk membiayai keperluan solar dan gaji petugas. Pemerintah desa jadi tekor terus. Dany Wokal ingat sekitar tahun 2005 ditemukan Pengelolaannya waktu itu dipegang oleh Lembaga sumber air di Satuan Permukiman (SP) 2, kini daerah Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sri Nanti. Belum ini bernama Desa Sri Nanti. Menurut Dany, mata air juga setahun, sudah tekor Rp40 juta. akhirnya, SPaM itu dulu merupakan hulu sungai. “Setiap air surut baru harus berhenti lagi. kelihatan sumber mata airnya berupa lubang sebesar batok kepala. ada tiga titik,” kata Dany. Mata air itu Tahun 2015, Dany kembali dipanggil oleh pemerintah kemudian dibangun, dibendung menjadi embung desa. Setelah mengadakan rapat antara pemerintah sehingga airnya bisa dialirkan untuk keperluan warga. dan warga Desa Sri Nanti, semua sepakat untuk Kapasitas airnya sangat besar. Saat alirannya kecil kembali menghidupkan SPaM, tetapi tidak ada saja, debitnya bisa mencapai 50 liter per detik. instansi yang mengelolanya. Pengelolaannya diserahkan kepada SPaM sendiri. akhirnya Dany dan Memanfaatkan sumber air itu, pada 2009 dibangun rekannya kembali mengoperasikan lagi SPaM. Setelah Sistem Penyediaan air Minum atau yang biasa melakukan perbaikan dengan bantuan warga, SPaM disebut dengan SPaM. Pengelolanya ketika itu bisa kembali normal. Sayangnya, lagi-lagi usaha ini Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur. terhenti lagi. Kali ini karena genset rusak. Meskipun Operasionalnya dibantu oleh Dinas PU Kabupaten pendapatan yang diterima sudah lebih tinggi, uang Nunukan. Dany merupakan satu dari dua orang yang itu habis untuk menutup utang sebelumnya. akhirnya direkut untuk mengurusi operasional SPaM ini. tak ada anggaran yang tersisa untuk melakukan 40

Embung Air Srinanti 41

Proses pengolahan air dari Embung Sri Nanti hingga didistribusikan ke masyarakat desa perbaikan alat. akhirnya dengan berat hati, operator Setuju dengan skema itu, akhirnya SPaM kembali SPaM sekali lagi harus terhenti. dihidupkan atas bantuan PT DTR. Operasional tahap pertama dilakukan di 4 RT. Lantaran hasilnya baik, Sampai akhirnya sekitar 2018, Dany menerima akhirnya dilanjutkan ke RT yang lain. panggilan telepon dari Budi Hartono dari PT Duta Tambang Rekayasa, bagian dari Medco Mining. Setiap rumah warga dipasang watermeter. Mereka Budi mengutarakan niatnya untuk membantu harus membayar Rp10.000/kubik air. Sebelum menghidupkan kembali SPaM. Dany diminta untuk menggunakan watermeter warga membayar membuat perkiraan apa saja yang perlu diperbaiki Rp20.000 untuk berapa pun air yang terpakai. Ini dan besaran anggaran yang diperlukan. Perbaikan yang membuat SPaM menenggak kerugian. Ketika yang dilakukan mulai dari instalasi pipa, mesin, SPaM tidak ada, warga mengambil air dari mata air pemasangan watermeter, dan lain-lain. langsung. Mereka harus membayar Rp6.000 untuk 20 liter air atau sekitar Rp150.000 untuk satu tangki profil “Pertama (menyerahkan anggaran), kaget. Enggak air berkapasitas 1.800 liter. Bahkan, dahulu warga sanggup (sebesar itu). Kedua, masih terlalu besar sempat harus membeli air setangki profil air seharga anggarannya. Ketiga, baru mereka bilang, bagaimana Rp300.000. Dengan kembali beroperasionalnya kalau dilakukan bertahap. Misalnya 3 RT dulu, SPaM, warga cukup membayar air yang digunakan nanti kalau berhasil baru dilanjutkan,” tutur Dany. seharga Rp10.000/kubik. 42

Dahulu warga sempat Meskipun semua sudah berjalan baik, Dany masih harus membeli air setangki punya menyimpan resah. Ia ingat betul tahun 2007- profil air seharga Rp300.000. 2008 saat air meluap-luap. Sejak 2015, debit airnya Dengan kembali beroperasionalnya hanya tersisa 15 liter per detik. Ia khawatir tahun SPAM, warga cukup membayar air ini dan seterusnya tidak akan ada cukup air. “Tiap menyedot air 5 liter per detik, setelah 9-11 jam sudah yang digunakan seharga tidak ada air yang keluar. Dahulu 25 liter per detik, Rp10.000/kubik. sekarang sudah tidak ada,” tutur Dany. Kapasitas air di bendungan pun sudah menurun. Dahulu kedalaman air bisa mencapai 4 meter, sekarang tinggal 1,8 meter saja. Penyebabnya karena banyaknya endapan pasir yang terbawa aliran air. Dany mengatakan, hidupnya kembali SPaM Dany Wokal “Dahulu air jernih, sekarang sokongan PT DTR dan melibatkan Badan Usaha Milik airnya untuk penyaringan Desa (BUMDes) Sri Nanti. Medco melalui PT DTR sudah mulai keruh ada zat membantu dana sebesar Rp20 juta. Pemerintah Desa asam dan zat besi tinggi. Sri Nanti mengeluarkan dana dengan nominal yang Sekarang menampung sama. Sekarang SPaM bisa memperoleh pemasukan lumut juga. Debit sudah sekitar Rp15 juta per bulan. jauh berkurang,” SPaM saat ini tidak lagi menggunakan solar. Genset Kekurangan air ini juga sudah dirasakan warga. dioperasikan dengan listrik. Biaya yang dikeluarkan Dahulu warga menggunakan air tanpa perhitungan jadi lebih hemat. Sebelumnya, pembelian solar jadi karena merasa biayanya kecil. akan tetapi, sejak celah untuk memainkan uang. Sekarang tidak bisa merasakan sumber air yang berkurang, warga pun lagi. Listrik setiap bulan menghabiskan dana sekitar mulai hemat air. “Permasalahan nanti itu nanti bukan Rp5juta. “Masih ada sisa uang untuk pemeliharaan,” dari sistem dan pelanggan,melainkan dari sumber. kata Dany. Untuk gaji petugas, setiap orang mendapat Sumber air satusatunya yang bisa dikonsumsi, tetapi Rp1juta dari BUMDes dan tambahan dari PT DTR di atasnya semua orang menanam sawit. Semakin sebesar Rp500 ribu. Dany sebagai yang paling senior besar sawitnya, semakin kecil airnya,” tutur Dany. mendapat Rp1,5 juta, tetapi biaya bensin tidak Ia mengatakan, pada 2010 SPaM memperoleh ditanggung seperti petugas lainnya. tanah hibah dari pemerintah seluas 4 hektare. Lahan itu seharusnya menjadi lahan resapan yang bisa Kini SPaM sudah melayani 11 RT di Desa Sri Nanti, merawat sumber air bersih untuk warga. akan tetapi tetapi masih ada RT yang menggunakan air tanpa saat diukur di lapangan, luasnya mengecil. Sebagian watermeter. Penggunaan airnya jadi cukup boros, lahannya sudah dipenuhi kelapa sawit. Tak jelas juga tidak cukup 20 kubik. Untungnya ada bantuan dari siapa pemilik kelapa sawit itu. “Kita tahu bahwa dana desa untuk melengkapi watermeter. Selain sumber air kurang akibat sawit,” ujar Dany. itu, ada juga bantuan dari Pemerintah Kabupaten Nunukan untuk pemipaan di RT 6. Pemipaan ini bisa LPPM ITB memahami kondisi ini sehingga pada 2018 mengaktifkan juga jalur ke RT yang lain. “Sementara dilakukan penanaman bambu di kawasan sumber berjalan ini, sudah bagus cara pemakaiannya. Sudah air. “Kami juga dikasih tahu soal penghijauan dan tidak boros air seperti dahulu,” ujar Dany. memperkaya tanah dengan air,” kata Dany. Dany bersyukur adanya keterlibatan Medco dan ITB 43

di SPaM ini. SPaM sebagai sumber air bersih satu- Budi Hartono MENINGGALKAN satunya bagi dua desa di Sei Menggaris, SPaM sudah JEJAK seharusnya mendapat perhatian yang besar. “Kami Manajer Eksternal KEMANDIRIAN butuh pemerintah yang meu memperhatikan karena Medco Mining hanya ini sumber air yang ada. Sumber lain sudah tidak Hubungan masyarakat dengan layak karena isinya pupuk dari sawit semua,” kata Dany. perusahaan tambang kerap tidak harmonis. Dua pihak ini seolah tidak “Mata air yang telah dibendung bisa hidup berdampingan, tetapi tidak dalam embung itu merupakan demikian di Sei Menggaris. Masyarakat setempat justru sangat akrab dengan sumber daya yang sayang jika tidak PT Duta Tambang Rekayasa, anak diberdayakan untuk masyarakat.” perusahaan Medco Mining yang mengelola tambang batu bara di Sei Itu sebabnya Medco Mining melalui PT DTR Menggaris. membangkitkan kembali SPaM. Ia menyadari salah satu persoalan besarnya ialah sumber air yang tak sebesar Perusahaan ini terlibat saat masyarakat dahulu. Bersama dengan para profesor di LPPM merintis pendirian SMK pertama di ITB dilakukan usaha untuk mencari sumber air yang daerah itu dan berperan menghidupkan mampu menghidupi masyarakat. Prof. Syahril turut kembali saluran air yang sempat untuk mengecek langsung adakah sumber air yang mangkrak. Perusahaan ini pula yang bisa dimanfaatkan. “Jadi, waktu dipastikan memang menjembatani masyarakat dengan LPPM ada air yang sangat luar biasa, yang(sebelumnya) di situ ITB sehingga masyarakat mendapat enggak ada sumber air yang bagus dan dibor enggak banyak keterampilan baru yang bisa pernah dapat. Satu atau dua bulan bulan kemudian menjadi bekal memajukan masyarakat, Prof. Syahril ya datang mengecek potensi airnya. seperti keterampilan bercocok tanam, Diperkirakan bisa digunakan oleh 6.000 orang. Kalau 1 budi daya jamur, membuat nata de coco, orang per hari 200 liter,” kata Prof. Syahril. tempe, kecap, bahkan pakan ternak. Ia melihat keberadaan SPaM sebenarnya bisa Manajer Eksternal PT Medco menguntungkan masyarakat dalam hal pengelolaan air. Mining Budi Hartono mengatakan, Sayangnya ketika itu kondisinya mangkrak. “akhirnya keharmonisan antara perusahaan dan kami telusuri itu sebetulnya punya siapa. Ternyata masyarakat ini tidak begitu saja terjadi. punya PU Kalimantan Utara, asetnya masih PU,” Saat PT DTR memulai eksplorasi, sekitar ujarnya. Setelah memahami jelas duduk persoalannya, 2013, sempat terjadi konflik dengan PT DTR menyatakan kesediaannya untuk mengelola masyarakat Sei Menggaris. Konflik SPaM, tetapi pengelolaan itu dilakukan bersama-sama itu bisa selesai dengan pendekatan dengan BUMDes. “Pak Syahril waktu itu menggaris dan komunikasi yang baik dengan bawahi, pastikan jangan nanti pas sudah jalan, sudah bagus, tidak diposisikan BUMDes,” kata Budi. Budi juga meyakini keikutsertaan BUMDes akan menjadi kunci SPaM yang berkelanjutan. akhirnya kemitraan ini diikat dalam Nota Kesepahaman antara PT DTR dan BUMDes. Sepakat untuk memperbaiki instalasi pipa, memasang sambungan PLN, dan mengelola operasional SPaM. “akhirnya sejak 2019 sudah mandiri,” ujar Budi. Budi tidak ingin program untuk kemaslahatan orang banyak ini lagi-lagi mandek 44

masyarakat. Buka puasa bersama dan Oleh karena itu, kata Budi, kegiatan “ penanaman pohon menjadi ajang yang dilaksanakan tak bisa sekadar Saya melihat untuk berkenalan lebih dekat dengan bagi-bagi bantuan, tetapi direncanakan semangat. Yang saya masyarakat. Tidak hanya mengenal agarkegiatan bisa berkelanjutan. PT DTR tidak bisa lupakan itu tokoh kunci di sana, tetapi juga memilih pembangunan sumber daya mendapat informasi tentang persoalan manusia sebagai fokusnya. SMK Negeri 1 semangatnya.” yang dihadapi warga. Sei Menggaris kemudian dipilih menjadi mitra strategis. Lewat sekolah, indeks “Diinformasikan oleh Pak Camat, pembangunan manusia di kawasan itu katanya, ‘Pak Budi, ada warga yang bisa meningkat. Lebih jauh, keberadaan berinisiatif bikin SMK filial di kolong SMK menjadi mitra yang signifikan untuk rumah’. Beberapa kali saya diingatkan bisa mengembangkan kawasan Sei oleh Pak Camat untuk melihat, baru Menggaris. ketiga kali saya dan Pak Camat ke kolong rumah itu. Dan memang bener di kolong rumah, saya lihatin,” tutur Budi. Beberapa bulan setelah itu, Budi terus memantau dari jauh perkembangan sekolah itu. Jumlah siswanya terus bertambah, tetapi situasi belajarnya masih sangat terbatas. Tanpa kursi, hanya menggunakan bangku pengajian ibu-ibu. Dari sana, PT DTR menawarkan diri untuk membantu menyiapkan sebanyak 40 kursi belajar. “Saya melihat semangat. yang saya tidak bisa lupakan itu semangatnya,” ujar Budi. Dari sana hubungan baik mulai terbina. Embung Sri Nanti Budi jadi bisa melihat lebih jelas, apa saja persoalan yang dihadapi warga. Tak hanya pendidikan, tetapi juga pertanian, peternakan, juga lingkungan. Pemerintah lewat Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 41 Tahun 2016 tentang Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara mewajibkan setiap badan usaha pertambangan untuk memiliki rencana induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Inilah yang menjadi kerangka aktivitas sosial PT DTR di Sei Menggaris. “Misinya supaya masyarakat sekitar tambang bisa mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan,” kata Budi. 45

Berbagai pihak kemudian bergandengan ingin melanjutkan sekolah,” kata diajarkan budi daya jamur, buah naga, tangan untuk membangun Sei Menggaris Tonny. Oleh karena itu, Medco Mining sayur-mayur, produksi madu, membuat secara serius. ITB dan Pemkab Nunukan mendukung inisiasi masyarakat pakan ternak, pupuk organik, membuat melangkah membuat nota kesepahaman mendirikan SMK. Bahkan ketika tempe, kecap, nata de coco, dan bersama agar ada ikatan yang kokoh itu, ijazah sebagai insinyur mesin sebagainya. untuk menyelesaikan berbagai program pegawainya disertakan sebagai syarat di sana. pendirian selain turut mengajar untuk Meski masih memiliki anak perusahaan bidang mesin alat berat. “Bantuan yang PT Duta Tambang Sumber alam Presiden Direktur PT Medco Mining, diberikan perusahaan kepada masyarakat dan PT Nunukan Bara Sentosa Satu, Tonny P. Sastramihardja mengatakan, sebagian besar bukan berupa uang, eksplorasi PT DTR di Sei Menggaris kunci penting keharmonisan sektor usaha melainkan juga berupa jaringan. Jaringan akan rampung pada 2022, dan Tonny dengan masyarakat di Seimenggaris ialah ini salah satunya untuk menggandeng ingin meninggalkan jejak yang baik. kejelian melihat apa yang dibutuhkan pemerintah,” papar Tonny. “Ini kewajiban moral, yang ditinggalkan masyarakat “Pertama, kami melihat jangan sampai susah,” ucapnya. kebutuhan masyarakat area tambang. Selain pendidikan, pemenuhan Setelah tambang DTR rampung, Kedua barangkali karena kami ini kebutuhan air bersih juga menjadi pihaknya harus memulai proses perusahaan yang eksekutifnya ada persoalan warga. Perusahaan berusaha reklamasi dan revegetasi di lokasi yang idealis. Jadi, tidak mau sekadar untuk mengurai benang kusut bekas tambang. Tonny berharap proses memberikan community development pengelolaan air bersih di sana. Tonny ini tidak dilakukan secara konvensional. (comdev) atau CSR kepada masyarakat, mengatakan, keterlibatan perusahaan Model reklamasi dan revegetasi perlu tetapi terus tidak ada ujung pangkalnya,” tak boleh menihilkan masyarakat. memperhatikan kebutuhan masyarakat. kata Tonny. Masyarakat harus tetap menjadi aktor penting pada setiap program. “Mereka “Harmonisasi kegiatan pascatambang Tonny P. Sastramihardja harus bantu, tidak cuma duduk-duduk dengan manfaat sebesar-besarnya saja. Bikin apa, siapa yang mengurusnya, untuk masyarakat tambang. Kalau ada Kami tak ingin masyarakat sehingga bisa self financing,” kata Tonny. 300 hektare untuk hutan, kenapa tidak hanya mendapatkan sesuatu sekelilingnya ditanami durian supaya untuk jangka pendek. Kami Proses ini penting untuk melahirkan masyarakat bisa menikmati. Hutan memilih memberikan kail, bukan kemandirian. Dukungan perusahaan tidak memang bagus untuk lingkungan, membuat masyarakat merasa bergantung. tetapi mungkin ada yang bisa jadi kebun ikannya. Agar manfaatnya Masyarakat didorong untuk menciptakan jeruk, sirsak, nanti ibu-ibunya bisa bikin bisa dirasakan masyarakat sistem yang baik. Mulai dari pemasangan sirupnya,” tutur Tonny. secara jangka panjang hingga dan pengaturan pemasangan pipa, pengelolaan keuangan, sampai perawatan Untuk mewujudkan gagasan tersebut, generasi berikutnya. peralatan. Perusahaan menjadi mentor perlu proses panjang. “ITB sebagai yang mendampingi di awal. Selanjutnya rumah para pemikir bisa membuat Menurut Tonny, pendidikan masyarakat yang menjalankannya sendiri. kajian bagaimana konsep ideal reklamasi dan revegetasi ini,” ujarnya. merupakan salah satu kendala yang Selain memberi solusi atas persoalan Ia berharap area bekas tambang masyarakat, pemberdayaan masyarakat bisa dimanfaatkan oleh warga sesuai paling kentara. “Dengan kondisi dilakukan dengan menumbuhkan dengan kebutuhannya. “Misalnya kesadaran untuk menciptakan sumber- menjadi ekowisata, hutan sosial, atau ekonomi yang terbatas, mereka harus sumber pendapatan baru. Itu sebabnya lainnya, reklamasi menjadi sesuatu masyarakat diberi berbagai pelatihan yang mudah diimplementasikan dan untuk memberi alternatif sumber memberi manfaat bagi masyarakat pendapatan yang tidak konvensional. setempat.* Bersama dengan ITB, masyarakat mengirim anaknya ke Nunukan jika 46

di tengah jalan. Oleh karena itu, PT DTR berharap Abdul Hafid “Di situ, kami berbangga hati BUMDes mempunyai komitmen yang kuat. Untuk bahwa seorang profesor mau mengujikan, PT DTR tak mau menanggung semua langsung datang ke desa biayanya. Berbagai biaya harus ditanggung bersama kami menanam bambu untuk dengan BUMDes. Setelah dua tahap awal berjalan masyarakat,” kata Hafid. baik, barulah BUMDes mengelola sepenuhnya uang pembayaran dari pelanggan. Ketika mengaktifkan menjadi resapan air. Kini ia sudah bisa lega. Dahulu kembali SPaM ini, Budi memahami salah satu penampungan air kecil saja, kini sudah dibesarkan. persoalan yang dihadapi ialah sumber air yang airnya cukup untuk memenuhi kebutuhan warga. mulai menipis sehingga sumber air yang ada di Sei Secara kualitas, air SPaM juga membaik. Menurut Menggaris harus dijaga agar tetap lestari. Sebelum penelitian, airnya bersih dan bisa diminum langsung. SPaM mulai diaktifkan, terlebih dahulu dilakukan Kekeringan yang menjadi momok setiap tahun, penanaman bambu di sekitar mata air. Para profesor terkikis perlahan. Budi sadar betul, usaha tambang dari LPPM ITB turun langsung mendampingi tidak akan berlangsung selamanya. Pada saatnya akan masyarakat. Mereka mengajari bagaimana cara habis juga. Oleh karena itu, perusahaannya bertekad terbaik melestarikan sumber air. untuk membuat program yang berkesinambungan di masyarakat agar mereka tetap sejahtera sampai Kepala Desa Sri Nanti Abdul Hafid mengatakan, generasi-generasi berikutnya. bambu yang ditanam bahkan didatangkan langsung dari Bandung. Bambu-bambu itu ditanam untuk TANTANGAN PENGELOLAAN ROFIQ IQBAL, S.T., M.Eng., Ph.D. PENYEDIAAN air berbasis masyarakat masih pengelolaan air bersih, dan hitung-hitungan untuk menyisihkan dana perbaikan. “Pada sangat ringkih. Beberapa proyek seperti pengelolaan air, termasuk membandingkan beberapa kasus, planning untuk itu tidak (Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat dengan biaya listrik jika menarik air sendiri yang ada, jadi misalnya ada dana 30 juta langsung (Pamsimas) atau Sanitasi Berbasis Masyarakat bisa sampai Rp 20 juta per bulan,” kata Rofiq dihabiskan. Begitu ada masalah, ya sudah, (Sanimas) untuk membangun sebuah sistem Iqbal, Ph.D. ketika datang ke Sei Menggaris selesai. Itu tidak pernah ada solusi, yang penyediaan air minum biasanya hanya berjalan untuk memberikan sarasehan pengadaan air setahu saya kebanyakan begitu,” lanjut Rofiq. 20% meskipun sebenarnya sederhana. Air bersih berbasis masyarakat pada kunjungan diambil untuk diberikan kepada masyarakat dan pertamanya pada 2018. Sejauh ini, pengelolaan air di Sei Menggaris masyarakat mau membayarkan apa yang mereka berjalan cukup lancar. “Harus ada usaha menjaga dapatkan. Akan tetapi, karena memang berbasis Tantangannya memang lebih ke arah sumber air tersebut, misalnya kemarin kita sudah masyarakat, tidak ada standar prosedur atau pengelolaan. Selama ini, lanjut Rofiq Iqbal, Ph.D., melaksanakan kegiatan mengenalkan sumber kedisiplinan dan pengaturan yang cukup rapi. mereka mengoperasikan air dengan genset dan air ke anak SMK sehingga mereka melakukan Sei Menggaris salah satunya. itu hanya seminggu sekali dan bayarannya Rp kegiatan. Artinya, ada semacam usaha untuk 100 ribu. “Jadi mengapa tidak mengoperasikan membuat masyarakat merasa memiliki sumber Meskipun banyak masyarakat yang kesulitan air secara optimal dan rutin? Mereka sepakat dan air tersebut,” kata Rofiq Iqbal, Ph.D.* bersih, menurut dosen teknik lingkungan ITB, alhamdulillah ketika sepakat, mereka menyusun Rofiq Iqbal, S.T., M.Eng., Ph.D. sebenarnya di rencana. Setelah beberapa bulan berikut Sei Menggaris sudah ada sistem penyediaan air saya datang dan menjelaskan pengoperasian bersih, tetapi tidak berjalan dengan baik. Kalau lebih detail dan sekarang alhamdulillah cukup secara teknis, apa yang dilakukan di sana tidak berjalan,” papar Rofiq Iqbal, Ph.D. terlalu susah. Mengambil air, memompa air kemudian dari pompa air disalurkan ke tangki Tantangan berikutnya adalah menjaga yang sudah tersedia. Semua sudah tersedia komitmen karena secara teknis mesin yang dan yang rusak hanya pompa dan tanki air yang dijalankan pasti akan mengalami kerusakan. sedikit bocor. “Saya menceritakan pengalaman Jadi, dalam pengelolaan harus ada mekanisme 47

MPOETNEGNESMI BPAaNrGiKwANisata Ilustrasi Taman Mangrove Tarakan 48


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook