Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore buku kerja keuangan ukm kreatif

buku kerja keuangan ukm kreatif

Published by psyahrul, 2021-03-23 03:09:56

Description: buku kerja keuangan ukm kreatif

Search

Read the Text Version

BUKU KERJA KEUANGAN UKM KREATIF BADAN EKONOMI KREATIF Ligwina Hananto DEPUTI AKSES PERMODALAN Ahmad Gozali Adjie Wicaksana Khusnaini



Buku Kerja Keuangan UKM Kreatif Copyright © Ligwina Hananto, Dkk. 2018 All rights reserved Penasihat : Triawan Munaf Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) Penanggung Jawab : Fadjar Hutomo Deputi Akses Permodalan BEKRAF Restog K. Kusuma Direktur Akses Perbankan Dedy Andriansyah Kepala Sub Direktorat Perbankan Konvensional TIM PENYUSUN : Risma Prismayani Koordinator : Ligwina Hananto Tim Penulis Ahmad Gozali Editor Adjie Wicaksana Desain Isi Khusnaini Ilustrator : Fransisca Emi Desain Sampul : ejabahasa.com : ejabahasa.com : ejabahasa.com Diterbitkan oleh: Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) Kantor Gedung Kementerian BUMN Lt.15 Jl. Medan Merdeka Selatan, No.13 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta, 10110, Indonesia. Bekerja sama dengan: QM Publishing Grand Wijaya Center, Blok D, No. 11 Jl. Wijaya II, Jakarta Selatan Telp. (021) 293 294 08/09 Cetakan I, November 2018 Jakarta, BEKRAF, 2018 168; 17 x 25 cm ISBN: 978-602-53339-0-3 Tidak untuk diperjualbelikan Hak Cipta dilindungi Undang-undang All right reserved

BUKU KERJA KEUANGAN UKM KREATIF BADAN EKONOMI KREATIF DEPUTI AKSES PERMODALAN

iv Sambutan Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam Sejahtera. Pengelolaan keuangan sangat penting bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk berkembang dan naik kelas. Pengetahuan tentang laporan keuang­an yang benar wajib dimiliki pemilik bisnis UKM untuk memperluas akses permo­dalan. Ilustrasi berikut ini dapat menggambarkan betapa pentingnya kemampuan pe­ngelolaan keuangan baik bagi individu apalagi bagi entitas usaha. Saat ini, 10% penduduk dunia menguasai 90% sumber daya keuangan global. Sementara itu, 90% penduduk dunia yang lain hanya menguasai 10%

v sisanya. Andaikan kemudian dilakukan upaya pemerataan dengan membagi sama rata seluruh sumber daya keuangan yang ada kepada seluruh penduduk dunia, kemungkinan besar dalam 10 tahun kemudian komposisi kepemilikan itu akan kembali seperti semula. 10% penduduk dunia menguasai 90% sumber da­ya keuangan yang ada. Mengapa bisa demikian? Ternyata, 10% penduduk itulah yang memiliki penge­t­ahuan dan keterampilan serta memahami bagaimana mengatur dan mengelola keuangannya dengan lebih baik. Hasil Survei Ekonomi Kreatif 2016 dalam rangka pemetaan masalah UKM krea­tif menunjukkan bahwa permodalan merupakan masalah yang paling dike­l­­uhkan oleh para pemilik bisnis. Ketika kita telisik lebih dalam ihwal permod­­ alan ini, salah satunya bermula pada kurangnya literasi keuangan dan ke­t­ rampilan atau kemampuan mengelola keuangan secara baik dan benar. Pada prinsipnya, memiliki kemampuan untuk mengatur keuangan usaha yang lebih baik akan meningkatkan peluang untuk mendapatkan akses pembiayaan dari lembaga keuangan. Lembaga keuangan akan lebih yakin untuk mem­­ ercayakan dananya kepada pebisnis UKM yang dipandang memilik­ i ke­mam­puan mengelola keuangan usahanya dengan lebih baik. Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) telah memberikan dukungan untuk UKM kreatif dalam bentuk Seri Kelas Keuangan UKM Kreatif di berbagai kota/ ka­bupaten. Buku Kerja Keuangan UKM Kreatif ini kami harapkan dapat me­l­eng­k­api upaya BEKRAF dalam program Bimbingan Teknis di bidang keuang­an/permodalan bagi UKM kreatif. Buku ini juga akan memperluas jangkauan Bimbingan Teknis Keuangan kepada UKM kreatif, sehingga bagi yang belum berkesempatan untuk mengikuti Kelas Keuangan UKM kreatif secara langsung dapat turut menambah ilmu dan keterampilan. Melalui Kedeputian Akses Permodalan, BEKRAF akan terus meningkatkan upay­­a-upaya untuk meningkatkan aksesibilitas para pelaku usaha kreatif,

vi khu­susnya UKM kreatif, untuk memperoleh permodalan dari berbagai Lembaga Keuangan yang ada, baik perbankan maupun nonperbankan. Saya sangat bersyukur dan menyambut baik atas terbitnya Buku Kerja Keuangan UKM Kreatif ini, semoga dapat dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan UKM Kreatif di Indonesia. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Triawan Munaf Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF)

vii Pengantar Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam Sejahtera. Kedeputian Akses Permodalan BEKRAF memiliki target dan ukuran kinerja yang perlu dicapai dalam bentuk jumlah penyaluran modal atau pembiayaan bagi pelaku ekonomi kreatif. Penyaluran ini dapat dilakukan melalui Lembaga Keuangan maupun Nonkeuangan. Agar sebuah usaha dapat memperoleh penyaluran modal atau pembiayaan, diperlukan proses analisis kelayakan usaha. Ada 5 aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan sebuah usaha, yaitu: 1. Aspek pemasaran/pasar 2. Aspek manajemen 3. Aspek teknis produksi dan teknologi 4. Aspek legal 5. Aspek keuangan

viii Untuk bisa mencapai keberhasilan di bidang keuangan, seorang pemilik usaha perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman, serta kemampuan penge­lol­aan keuangan yang baik. Akan tetapi, hal ini sering kali menjadi kele­mahan se­bagian UKM kita. Pencatatan keuangan yang buruk dan literasi keuangan yang rendah mendorong Kedeputian Akses Permodalan BEKRAF meng­gelar program Seri Kelas Keuangan. Program tersebut telah berjalan di ber­bagai kota dan kabupaten. Selain itu, program pelatihan ini juga telah samp­ ai ke lu­-­ ar negeri, khususnya untuk para pekerja migran. Deputi Akses Permodalan bermaksud melengkapi Seri Kelas Keuangan tersebut dengan bahan ajar yang praktis. Untuk itu, kami bersama tim penulis me­nyus­ un Buku Kerja Keuangan UKM Kreatif. Kami berharap buku ini dapat men­jadi pegangan dan rujukan bari para pengajar, mentor, dan peserta kelas ke­uangan selanjutnya. Materi dalam buku ini, baik dalam bentuk cetak maupun digital, bersama dengan modul video tutorial, dapat melanjutkan upaya dan memperluas jangk­ au­ an dari Seri Kelas Keuangan yang telah lebih dahulu hadir. Kehadiran Bu­k­ u Kerja Keuangan UKM Kreatif ini kami harapkan dapat memberikan kes­­empatan belajar lebih luas kepada kelompok komunitas UKM kreatif, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan me­reka dalam mengelola keuangan usaha. Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak, semua pemangku kepen­tingan yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan Seri Kelas Keuangan UKM Kreatif dan penyusunan Buku Kerja Keuangan UKM Kreatif ini. Kiran­ ya Allah Tuhan Yang Maha Esa memberkahi upaya kita memajukan ekon­ o­mi kreatif di Indonesia demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, bang­sa, dan negara kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Fadjar Hutomo Deputi Akses Permodalan BEKRAF

ix Daftar Isi ~ SAMBUTAN ~ iv ~ PENGANTAR ~ vii ~ DAFTAR ISI ~ ix ~ DAFTAR TABEL ~ xiii ~ DAFTAR GAMBAR ~ xiv ~ DAFTAR BAGAN ~ xv ~ PENGENALAN BUKU KERJA KEUANGAN UKM KREATIF ~ xvi BAGIAN PERTAMA MENYUSUN RENCANA BISNIS > 19 ~ Dari Berdagang Jadi Berbisnis, UKM Kreatif Naik Kelas > 20 Berdagang > 22 Berbisnis > 23 Mengelola Bisnis yang Profesional > 26 ~ Sudahkah Anda Mendefinisikan Tujuan Bisnis? > 27 HAVE > 28 DO > 30 BE > 32 ~ Membuat Rencana Bisnis: Apa–Siapa–Bagaimana > 35 APA > 35 SIAPA > 36 BAGAIMANA > 39

x ~ 5 Nasihat Keuangan Terbaik untuk Bisnis Anda > 41 Memisahkan Keuangan Bisnis dengan Keuangan Pribadi > 41 Catat dengan Benar > 43 Mengenal Perbedaan Biaya Variabel dengan Biaya Tetap > 44 Manajemen Arus Kas dan Stok > 46 Gaji vs Profit > 46 ~ Strategi Bisnis Mulai dari Laporan Keuangan > 48 Menentukan Bagi Hasil > 49 Menentukan Gaji Pemilik Bisnis > 50 BAGIAN KEDUA PERENCANAAN KEUANGAN > 53 ~ Pisahkan Uang Bisnis dan Uang Pribadi > 54 Logika vs Perasaan > 57 Solusi > 58 ~ Mengelola Keuangan Pribadi Pemilik Bisnis > 59 Kendali Penuh pada Bujet Bulanan > 60 Mengatur Prioritas > 61 Menyiapkan Dana Darurat > 62 ~ Putar Uang Lebih Cepat > 63 ~ Rasio Kesehatan Keuangan > 68 Langkah 1: Pisahkan Keuangan Bisnis dan Pribadi > 69 Langkah 2: Buat Daftar Penghasilan dan Pengeluaran > 69 Langkah 3: Buat Daftar Harta dan Utang > 70 Langkah 4: Hitung Rasio Keuangan > 71 ~ Mengukur Skala Ekonomi Bisnis > 74 Biaya Variabel dan Biaya Tetap > 74 Titik Impas/BEP > 76 Mau Untung Berapa? > 76 Perbesar Skala Bisnis > 77 BAGIAN KETIGA PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN UNTUK BISNIS > 79 ~ Pentingnya Laporan Keuangan dalam Bisnis > 80 Laporan Keuangan Sebagai Indikator Keberhasilan Bisnis > 81

xi Fungsi Penting Pencatatan Keuangan dalam Usaha > 81 Tips Menyusun Laporan Keuangan > 82 Laporan Keuangan Sebagai Papan Skor dalam Bisnis, Seperti Dashboard pada Mobil > 83 Ayo, Buat Papan Skor dalam Bisnis Anda! > 84 ~ Bisnis Untung tapi Gulung Tikar? > 85 Indikator Hakiki dalam Bisnis > 85 Pentingnya Kas dalam Bisnis > 86 ~ Mengelola Dana Kas dan Modal dalam Bisnis > 90 Manfaat Laporan Arus Kas > 91 Profit vs Cash > 91 Apakah Modal Besar Dapat Memastikan Bisnis Kita Sukses? > 91 Pentingnya Pengelolaan Modal Usaha > 92 Fondasi Pengelolaan Kas dan Modal Bisnis: Pemisahan Uang Bisnis dan Uang Pribadi > 94 ~ Alur Keuangan Bisnis > 95 Alur Keuangan dalam Bisnis > 95 Mengenal Jenis-Jenis Laporan Keuangan > 98 Analogi Laporan Keuangan Sebagai Kotak Bisnis > 98 Mengenal Lebih Dalam: Laporan Neraca Keuangan > 99 Manfaat Laporan Neraca Keuangan > 100 Mengenal Lebih Dalam: Laporan Laba Rugi > 101 Manfaat Laporan Laba Rugi dalam Usaha > 102 Laporan Keuangan Sebagai Dasar Perencanaan Keuangan > 102 Strategi Penyusunan Perencanaan Bisnis > 102 BAGIAN KEEMPAT PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BISNIS > 105 ~ Mengenal Kaidah-Kaidah Pencatatan Transaksi Keuangan > 106 Persamaan Akuntansi > 107 Akun dan Saldo Normal > 110 Sistem Pencatatan Double Entry > 112 ~ Siklus Akuntansi > 115 ~ Menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), Break Even Point (BEP), dan Target Penjualan > 121

xii ~ Praktik Menyusun Laporan Keuangan > 129 ~ Mengetahui Kondisi Keuangan Bisnis Melalui Analisis Laporan Keuangan > 139 TENTANG PENULIS > 147 ~ Ligwina Hananto > 148 ~ Ahmad Gozali > 150 ~ Adjie Wicaksana > 152 ~ Khusnaini > 154 LAMPIRAN KERTAS KERJA KEUANGAN > 157

xiii Daftar Tabel Tabel 1. Target Bisnis (Have) > 29 Tebal 2. Perbandingan Target > 29 Tabel 3. Target (Have) & Strategi (Do) Bisnis > 30 Tabel 4. Target (Have), Strategi (Do) Bisnis, & Kondisi Diri (Be) > 32 Tabel 5. Keuangan Bisnis dan Keuangan Pribadi > 42 Tabel 6. Biaya Tetap dan Biaya Variabel > 45 Tabel 7. Target Omzet > 50 Tabel 8. Kenaikan Omzet untuk Gaji Pemilik Bisnis > 51 Tabel 9. Menghitung Penghasilan dan Pengeluaran > 70 Tabel 10. Daftar Harta dan Utang > 71 Tabel 11. Keuangan Bisnis Indra > 87 Tabel 12. Mengganti DP 50% > 88 Tabel 13. Percepatan Durasi Pelunasan > 89 Tabel 14. Neraca > 100 Tabel 15. Laporan Laba Rugi > 101 Tabel 16. Akun dan Saldo Normal > 111 Tabel 17. Pembelian Mesin Fotokopi > 113 Tabel 18. Kertas Kerja Persamaan Akuntansi > 117 Tabel 19. Kertas Kerja Keuangan > 119 Tabel 20. HPP Besek Zaman Now > 123 Tabel 21. BEP Besek Zaman Now > 125 Tabel 22. Laporan Keuangan Besek Zaman Now > 129 Tabel 23. Transaksi Besek Zaman Now > 130 Tabel 24. Pencatatan Transaksi Besek Zaman Now > 132 Tabel 25. Kertas Kerja Persamaan Akuntansi Besek Zaman Now > 135 Tabel 26. Kertas Kerja Laporan Keuangan Besek Zaman Now > 136

xiv Daftar Gambar Gambar 1. Perputaran Uang Bisnis > 65 Gambar 2. Meningkatkan Keuntungan Usaha > 66 Gambar 3. Kotak Bisnis > 99 Gambar 4. Persamaan Akuntansi > 108 Gambar 5. Victory Salon > 120 Gambar 6. Anyaman Besek > 122

xv Daftar Bagan Bagan 1. Modal Operasional > 93 Bagan 2. Alur Keuangan dalam Bisnis > 96

xvi Pengenalan Buku Kerja Keuangan UKM Kreatif Selamat datang di dunia pegiat ekonomi kreatif! Sekarang saatnya, pemilik bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) kreatif sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi negara, mendapat perhatian khus­ us agar segera naik kelas dan maju bersama. Atas prakarsa Deputi Akses Permodalan BEKRAF, buku ini lahir sebagai bagi­an dari pengenalan pengelolaan keuangan untuk UKM kreatif. Buku ini ber­t­ uj­uan untuk menjadi modul pendukung maupun memperluas jangkauan progr­­ am Bimbingan Teknik yang telah berlangsung selama 2 tahun terakhir. Ada 4 bagian dari buku ini, yaitu 1. “Menyusun Rencana Bisnis” oleh Ligwina Hananto 2. “Perencanaan Keuangan” oleh Ahmad Gozali

xvii 3. “Pentingnya Laporan Keuangan untuk Usaha” oleh Adjie Wicaksana 4. “Menyusun Laporan Keuangan Bisnis” oleh Khusnaini Masing-masing bagian ditulis oleh pemateri yang sudah bekerja sama dengan BEKRAF dalam meningkatkan pengetahuan pengelolaan keuangan UKM krea­­ tif. Anda dapat membaca keempat bagian buku ini secara berurutan atau ju­-ga membacanya secara terpisah. Buku ini dilengkapi dengan lampiran Kertas Kerja Keuangan UKM Kreatif. Lampiran tersebut menyediakan ruang bagi pegiat UKM kreatif untuk memprak­tikkan sebagian teori dan konsep yang ada dalam buku ini. Ada juga berb­ a­gai kuis tentang konsep keuangan yang bisa diisi. Dengan demikian, par­ a pe­giat UKM kreatif dapat semakin mengerti terhadap materi yang telah di­sa­jikan. Hal yang lebih penting dari membaca materi dalam buku ini adalah soal prakt­­ik. Keuangan bisnis merupakan hal yang perlu dimengerti oleh para pegi­a­ t usa­ha. Keuangan bisnis merupakan hal yang perlu dipraktikkan oleh par­ a pe­giat usaha. Besar harapan kami agar buku ini menjadi salah satu pembuka jalan untuk para pegiat ekonomi kreatif negeri agar lebih maju lagi. Salam ekonomi kreatif! Tim Penulis Buku Kerja Keuangan UKM Kreatif BEKRAF 2018





Dari Berdagang Jadi Berbisnis, UKM Kreatif Naik Kelas Selamat! Jika Anda membaca tulisan ini, kemungkinan besar Anda adalah seorang pemi­lik bisnis usaha kreatif. Coba perhatikan, apakah Anda sedang berdagang atau berbisnis? Banyak pemilik bisnis usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia memulai usahanya sebagai bagian dari upaya survival. Biasanya, seseorang memulai usaha dengan berdagang. Barang atau jasa yang diperdagangkan mungkin hasil produksi sendiri atau mengambil produksi pihak lain. Usaha dagang ini ada yang kecil-kecilan, ada juga yang menjadi usaha dagang besar-besaran. Artinya, sebuah usaha dagang tetap jadi berdagang, walaupun dengan volu­me omzet raksasa. Tentu saja tidak ada yang salah dari berdagang. Semua bisnis dimulai dari

“ LIGWINA HANANTO | 21 berd­­ ag­ ang. Tetapi, ternyata tidak semua upaya dagang berkembang menjadi se­b­ u­a­ h bisnis. Saat memiliki bisnis, ada sistem yang bekerja dengan baik. Saat me­m­ iliki bisnis, ada nilai tambah yang terlibat di dalamnya. Ada beberapa pertanyaan dasar yang dapat membuat kita mengecek kembali status usaha kita ini di level berdagang atau berbisnis. • Apakah Anda memiliki laporan keuangan? • Apakah Anda mengetahui status laba usaha Anda? • Apakah Anda mengatur gajian dan komisi untuk Anda pribadi? Pertanyaan-pertanyaan keuangan di atas penting agar kita dapat bergerak ke arah pengelolaan keuangan bisnis yang profesional. Sesungguhnya, saat ti­d­ ak mem­ iliki laporan keuangan, kita sedang berdagang. Mari kita bedah bersama, perbedaan antara berdagang dan berbisnis. Apa perb­ edaan paling mendasar dari keduanya? Ada banyak versi. Salah satu versi yang cukup mudah untuk bisa kita mengerti adalah membedakan kegiataan saat berdagang atau berbisnis, beserta pencatatan keuangannya. “ Sesungguhnya, saat tidak memiliki laporan keuangan, kita sedang berdagang. ~ Ligwina Hananto ~

22 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Berdagang Saat berdagang, prinsip paling dasar dalam mencetak keuntungan adalah men­­­ gambil barang atau jasa dengan harga lebih rendah, lalu menjualnya dengan harga lebih tinggi. Berdasarkan prinsip kerja dagang ini, apa yang di­se­but ‘untung’ bisa jadi baru di level margin. Margin adalah selisih antara omzet penjualan dengan biaya produksi. Perhitungan keuntungan seperti ini lazim digunakan para pedagang. Tidak salah, kasus seperti ini kerap hanya menggunakan perhitungan uang kas masuk dan uang kas keluar. Kelemahannya, perhitungan seperti ini sering gagal menghitung banyaknya ongkos yang tidak tercatat alias hidden cost. OMZET PENJUALAN __B_I_A_Y_A_P_R_O_D__U_K_S_I _- MARGIN Contoh kasus yang dapat membantu ilustrasi tentang usaha berdagang adalah sebagai berikut. Ibu Vira memiliki usaha katering rumahan. Ibu Vira berbelanja di pasar dekat rumah setiap hari untuk segala keperluan dapurnya, baik untuk bahan- bahan masak katering maupun untuk bahan makanan keluarganya. Catatan keuangan katering Ibu Vira dalam satu hari adalah sebagai berikut. Omzet Penjualan = 100 kotak makanan x Rp50.000 = Rp5.000.000 Biaya produksi = bahan makanan 100 kotak x Rp15.000 = Rp1.500.000 Margin= Rp3.500.000 Dalam hal ini, Ibu Vira mencetak keuntungan sebesar Rp3.500.000 atau 70% dari omzet penjualan. Jumlah ini dikali 20 hari kerja, menjadi Rp70.000.000. Apakah usaha katering Ibu Vira dalam posisi untung?

LIGWINA HANANTO | 23 Perhatikan bahwa pencatatan biaya produksi masih terbatas pada bahan makanan untuk 100 kotak. Pencatatan ini tidak memperhitungkan biaya transportasi Ibu Vira saat berbelanja ke pasar, biaya bumbu dapur, gas, listrik, dan air yang masih bergabung dengan dapur keluarga, biaya asisten rumah tangga yang setiap hari turut berjibaku di dapur atau biaya pengantaran makanan kepada pembeli. Selain itu, Ibu Vira juga tidak mencatatkan berapa dana yang ia simpan untuk diputarkan kembali ke dalam usahanya, atau berapa yang ia ambil dan gunakan untuk keperluan sehari-hari. Semua uang yang di­ha­silkan setiap hari habis. Setiap hari Ibu Vira mulai lagi dari nol. Untuk ilus­trasi seperti ini, Ibu Vira pun mengakui kalau ia sedang berdagang. Berbisnis Dalam berbisnis, ada nilai tambah yang tercipta. Sebuah bisnis beroperasi dengan sebuah sistem. Agar sistem ini bisa bekerja dengan baik, maka ada biaya yang perlu diperhitungkan. Ada dua jenis biaya yang mencerminkan segala macam pengeluaran dari sebuah bisnis. Biaya variabel, yaitu semua biaya produksi dan biaya penjualan. Biaya tetap, yaitu semua biaya yang sudah ditetapkan untuk mendukung sistem kerja sebuah bisnis. Yang menarik, setelah memotong omzet penjualan dengan biaya variabel, pemilik bisnis tidak bisa serta-merta mengambil semua margin yang tercetak. Setelah dipotong biaya tetap, barulah pemilik bisnis dapat menikmati laba atau bahkan mengalami rugi. OMZET PENJUALAN ___B_IA__YA__V_A_R_I_A_B_E_L__- MARGIN ____B_I_A_Y_A_T_E_T_A_P____- LABA/RUGI Contoh kasus yang dapat kita simak adalah sebagai berikut.

24 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Ibu Citra memiliki sebuah usaha fesyen. Ia mendirikan sebuah butik yang menjual berbagai jenis pakaian perempuan. Ibu Citra menjahit sendiri sebagian pakaian yang ia jual. Tetapi, ia juga mengambil beberapa jenis pakaian dari pihak ketiga untuk dijual kembali. Catatan keuangan butik Ibu Citra dalam satu bulan adalah sebagai berikut. Omzet Penjualan = 200 potong pakaian x Rp100.000 = Rp20.000.000 Biaya produksi dan diskon = 200 potong pakaian x Rp50.000 = Rp7.000.000 Margin= Rp13.000.000 Tidak berhenti sampai di sini, Ibu Citra juga mencatatkan beberapa pengeluaran tambahan. Omzet Penjualan = 200 potong pakaian x Rp100.000 = Rp20.000.000 Biaya produksi, konsinyasi, dan diskon = 200 potong pakaian x Rp50.000 = Rp7.000.000 Margin= Rp13.000.000 Ongkos Tetap = gaji karyawan, sewa butik, transportasi = Rp5.000.000 Ongkos Tetap = pengeluaran Ibu Citra pribadi = Rp5.000.000 Laba= Rp3.000.000 Mari kita cek kembali pertanyaan di atas yang berhubungan dengan keuangan usaha Ibu Citra. • Apakah Ibu Citra memiliki laporan keuangan? Ya. Walaupun baru dalam bentuk catatan arus kas masuk dan keluar, namun sudah tertib. • Apakah Ibu Citra mengetahui status laba usahanya? Ya. Ibu Citra bisa melihat bahwa usaha butiknya menghasilkan laba Rp3.000.000 per bulan atau 15% dari omzet penjualan. • Apakah Ibu Citra mengatur gajian dan komisi untuk dirinya pribadi?

LIGWINA HANANTO | 25“ Ya. Walaupun belum berupa sebuah gaji tetap, Ibu Citra sudah menuliskan pengeluaran pribadinya dalam sebuah pos tersendiri. De­ngan begitu, Ibu Citra bisa mengetahui angka persis yang ia ambil da­ri bisnisnya dan di kemudian hari dapat digunakan sebagai data pen­dukung, jika ingin menentukan besaran gaji pemilik bisnis. Apakah Anda melihat perbedaan antara Ibu Vira dengan Ibu Citra? Ibu Vira adal­ah pedagang. Ibu Citra adalah pemilik bisnis. Kalau dilihat sekilas, seper­tin­­ ya Ibu Vira lebih banyak menghasilkan uang. Tapi coba perhatikan kembali. Pemilik bisnis dan pedagang sama-sama menghasilkan omzet. Bedanya, peda­g­ ang menikmati margin dari harga jual dan harga beli. Pemilik bisnis fokus menc­etak keuntungan dari laba usaha, yang kemudian diputarkan kembali di dalam sistem bisnisnya. Walaupun seolah menghasilkan untung yang tinggi, Ibu Vira sebetulnya baru mencetak margin. Keuntungan usaha Ibu Vira yang sesungguhnya tidak dapat kita ketahui karena tidak ada catatan keuangan yang lengkap. Sementa­ra untuk Ibu Citra, ia tidak selalu harus hadir menjahitkan pakaian atau me­nunggui butiknya. Ada sistem yang bekerja dengan karyawan yang ada. Lebih pent­ing lagi, hidden cost bisa dihindari dalam bisnis butik Ibu Citra karena pen­catatan keuangan yang baik. “ Pemilik bisnis dan pedagang sama-sama menghasilkan omzet. Bedanya, pedagang menikmati margin dari harga jual dan harga beli. Pemilik bisnis fokus mencetak keuntungan dari laba usaha, yang kemudian diputarkan kembali di dalam sistem bisnisnya. ~ Ligwina Hananto ~

26 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Mengelola Bisnis yang Profesional Pemilik UKM kreatif, sudah saatnya Anda naik kelas. Mari perhatikan bagaimana usaha Anda bisa bertransformasi dari usaha dagang menjadi sebuah bisnis. Lebih penting lagi, bagaimana usaha Anda ini menjadi bisnis yang dikelola secara profesional. Saat kita lebih jujur dan mengenal status bisnis sendiri, niscaya kita bisa mengembangkannya dengan lebih baik. Coba perhatikan dulu checklist berikut ini.  Nama Brand (Bisnis):  Badan Hukum: PT/CV/Firma/Belum Ada  NPWP: Ada/Tidak Ada/Ada Milik Pribadi  Apakah memiliki laporan keuangan: Ada/Tidak Ada  Jika memiliki laporan keuangan: o Catatan keuangan sederhana—arus kas o Laporan laba rugi o Neraca keuangan  Laporan keuangan dikerjakan oleh: Sendiri/Staff Pembukuan/Akuntan Checklist ini hanyalah sebuah daftar pendek yang bisa membantu untuk melihat kembali, sudah sampai mana transformasi usaha kita dari dagang menjadi bisnis sudah kita jalankan. Agar bisnis ini lebih maju lagi, perlu pengelolaan profesional, di antaranya dengan memiliki rencana bisnis yang jelas. Sudah siapkah Anda menyusun rencana bisnis? Kita berangkat dari sini! ***

Sudahkah Anda Mendefinisikan Tujuan Bisnis? Mari membuat sebuah rencana bisnis! Apa gunanya? Rencana bisnis ini berfungsi untuk menjadi peta perjalanan. Pemilik bisnis UKM adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kesuksesan bisnis tersebut. Jadi, pemilik bisnis perlu membeberkan semua isi kepalanya dengan je­las, agar karyawan dan seluruh tim di dalam bisnis tersebut mengerti arah dan tujuan bisnis itu sendiri. Sayangnya, ada pemilik bisnis yang tidak mengerti arah tujuan bisnisnya sendiri. Banyak pemilik bisnis masih galau dengan dirinya sendiri. Hal yang dib­utuhkan oleh pemilik bisnis adalah clarity atau kejernihan berpikir. Untuk itu, mari kita coba beberkan melalui proses berikut ini. BE + DO = HAVE

28 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Be Do Have adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh psikolog Jerman, Erich Fromm. Sebetulnya, konsep ini tidak berhubungan langsung dengan penyusunan rencana bisnis. Dalam bukunya yang diterbitkan pada 1976, To Have or To Be?, Fromm menuliskan bagaimana manusia cenderung berkonsentrasi pada kebendaan (HAVE), sayangnya melupakan kondisi diri sendiri (BE). Dalam buku itu, Fromm menyatakan kekhawatirannya akan dampak konsumerisme. Pengertian kebendaan adalah upaya mencapai kebendaan, dan kondisi jiwa man­ usia dapat kita terjemahkan kembali menjadi logika yang runut, sehingga mud­ ah dipahami pemilik bisnis saat menyusun rencana bisnisnya. HAVE HAVE atau kebendaan dapat kita artikan sebagai TARGET. Setiap perjalanan membutuhkan tujuan agar arah langkah yang diambil sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Kebiasaan pemilik bisnis UKM membiarkan usahanya ‘mengalir’ begitu saja, bisa jadi merupakan salah satu penghambat kesuksesan bisnis itu sendiri. Bayangkan, apa yang ada di benak para karyawan saat Anda sebagai pemimpin tidak menjelaskan sama sekali tentang apa yang perlu menjadi target bis­n­ is Anda. Apakah mereka sedang meraba-raba dalam kegelapan? Atau mer­eka sedang dipimpin oleh pemilik bisnis yang mencoba melihat dalam ke­gelapan? Cobalah membuat sebuah target jangka pendek, misalnya dalam waktu 1 tahun yang akan datang. Definisikan dengan jelas hingga anggota tim karyawan Anda mengerti betul, apa ekspektasi Anda. Perhatikan juga, bagaimana Anda akan mengukur target tersebut. Hindari target yang ambigu.

LIGWINA HANANTO | 29 Tabel 1. Target Bisnis (Have) Target Jangka Waktu Ukuran Bandingkan ketiga target di bawah ini. TARGET 1 Tabel 2. Perbandingan Target TARGET 2 Memperbesar usaha hingga dikenal banyak orang. TARGET 3 Menambah 3 cabang baru sehingga mendukung kenaikan omzet 100%. Meningkatkan profit dari Rp20.000.000 per bulan menjadi Rp200.000.000 per bulan. TARGET 1 tidak menjelaskan seperti apa besar usaha yang diinginkan. ‘Besar’ itu relatif. Tambahan lagi, TARGET 1 tidak menjelaskan bagaimana men­ gu­kur ‘dikenal banyak orang’. Artinya, dalam 1 tahun yang akan datang, jika ingin mengukur apakah TARGET ini sudah tercapai atau belum, tentu pe­mil­ik bisn­ is akan kebingungan sendiri. Karyawan pun akan kebingungan, apak­ ah sudah melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya. TARGET 2 menunjukkan keinginan untuk memperbesar usaha dengan lebih nyata. Penambahan cabang baru dan kenaikan omzet akan menjadi to­lok ukur bagi pemilik bisnis dan karyawannya. Artinya, jika ingin ‘memperbesar usah­­ a’, bisa jadi bentuknya adalah menambah jumlah cabang penjualan. Akan tetapi, perlu juga diperjelas, agar penambahan cabang bisa bermanfaat maks­ imal dalam perkembangan bisnis—dalam hal ini mendukung kenaikan omz­ et penjualan total hingga 100%. Sementara itu, TARGET 3 menunjukkan definisi yang sangat jelas. Bisnis

30 | MENYUSUN RENCANA BISNIS yang tadinya memiliki profit Rp20.000.000 per bulan, diharapkan meningkat menjadi 10x lipat. Walaupun menimbulkan pertanyaan, dari mana datangnya angka-angka ini, akan tetapi seorang pemilik bisnis dan karyawannya ja­di bisa melakukan monitoring atas target yang ingin dicapai. Kalau belum mencapai Rp200.000.000 berarti belum sesuai target! Serba jelas, kan? DO DO atau upaya mencapai kebendaan, dapat kita artikan sebagai STRATEGI. Apa yang akan kita lakukan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan? Jangan lupa bahwa saat menjalankan sebuah usaha, ada 3 level yang sedang terj­­adi: operasional, manajerial, dan strategis. Seorang pemilik bisnis UKM cend­­ erung terjebak melakukan segala sesuatunya sendiri, hingga ia gagal untuk duduk di level strategis. Saat membaca bagian ini, fokuskan diri Anda di level strategis. Posisikan apa yang Anda lakukan di level operasional dan manajerial sebagai sesuatu yang bi­sa Anda delegasikan pada orang lain, walaupun saat ini Anda masih menger­jakan semuanya sendiri. Mari kita coba lagi mengisi tabel TARGET dengan tambahan STRATEGI. Tabel 3. Target (Have) & Strategi (Do) Bisnis Target Jangka Waktu Ukuran Langkah-langkah Bandingkan ketiga target yang sudah kita bahas sebelumnya dengan strategi yang mungkin akan dilakukan untuk mencapai target-target tersebut.

LIGWINA HANANTO | 31 TARGET 1 : Memperbesar usaha hingga dikenal banyak orang. STRATEGI : ? TARGET 2 : Menambah 3 cabang baru sehingga mendukung kenaikan omzet 100%. STRATEGI : • Pemasaran: Kampanye manfaat produk dan manfaat cabang (Contoh: “Beli kue terenak di sini!”, “Sekarang, kue terenak hadir di de­kat­mu!”). • Penjualan: Kompetisi antarcabang dengan omzet tertinggi. • Keuangan: Monitoring omzet per cabang. TARGET 3 : Meningkatkan profit dari Rp20.000.000 per bulan menjadi Rp200.000.000 per bulan. STRATEGI : • Pemasaran: Brand positioning yang menjelaskan manfaat produk (Contoh: Obat anti jerawat! Wajah bersih dalam 24 jam. DIJAMIN!). • Penjualan: Agresif dengan sistem keagenan direct selling. • Produksi & keuangan: Efisiensi biaya agar dapat menjaga pencapaian target profit per bulan dan per tahun. Perhatikan bahwa strategi baru bisa kita susun, jika ada target yang jelas. Strat­egi tidak bisa dirancang, jika target tidak menunjukkan ukuran yang ingin kita capai. Strategi ini pun sebaiknya dipecah berdasarkan divisi yang

32 | MENYUSUN RENCANA BISNIS bek­erja. Dengan demikian, setelah ada strategi per divisi, pemilik bisnis beserta kepala divisi bisa menyusun TARGET tiap divisi, lalu menurunkannya menjadi ACTIONS untuk ditindaklanjuti karyawan di level operasional. Dengan cara ini, pemilik bisnis bisa bergerak leluasa di level operasional, manajerial, dan level strategis. Saat semuanya serba jelas, karyawan tahu harus melakukan apa. Bukankah pemilik bisnis juga jadi lebih tenang? BE BE ini tentang kondisi diri si pemilik bisnis beserta karyawannya. Dapatkah Anda bayangkan, seperti apa kondisi diri pemilik bisnis dan karyawannya saat profit bernilai Rp20.000.000 per bulan? Selanjutnya, kira-kira seperti apa kondisi diri yang dibutuhkan untuk bisa mencapai nilai profit 10x lebih besar? Apakah para karyawannya sudah memiliki kompetensi dan perilaku yang sesuai untuk mencapai target yang besar tersebut? Lebih penting lagi, apakah si pemilik bisnis itu sendiri sudah siap dengan transformasi jiwanya, agar bisa memimpin sebuah bisnis yang memiliki profit 10x lebih besar? Salah satu cara untuk mengetahui kondisi diri yang dibutuhkan oleh bisnis kita adalah dengan mempertanyakan kompetensi dan perilaku pemilik bisnis dan karyawan. Apa yang perlu kita pelajari lebih lanjut? Mari kita coba lagi, mengisi tabel TARGET dengan tambahan STRATEGI, sekarang dengan tambahan KONDISI DIRI. Tabel 4. Target (Have), Strategi (Do) Bisnis, & Kondisi Diri (Be) Target Jangka Waktu Ukuran Langkah-langkah Kita kembali lagi ke tiga target yang sudah kita bahas bersama. Kali ini, perhatikan bagian KONDISI DIRI yang sudah ditambahkan untuk menjadi pertimbangan.

LIGWINA HANANTO | 33 TARGET 1 : Memperbesar usaha hingga dikenal banyak orang. STRATEGI KONDISI DIRI :? :? TARGET 2 : Menambah 3 cabang baru sehingga mendukung kenaikan omzet 100%. STRATEGI : • Pemasaran: Kampanye manfaat produk dan manfaat cabang (Contoh: “Beli kue terenak di sini!”, “Sekarang, kue terenak hadir di de­katm­ u!”). • Penjualan: Kompetisi antarcabang dengan omzet tertinggi. • Keuangan: Monitoring omzet per cabang. KONDISI DIRI: Belum mengetahui cara mengelola lebih dari satu cabang. TARGET 3 : Meningkatkan profit dari Rp20.000.000 per bulan menjadi Rp200.000.000 per bulan. STRATEGI : • Pemasaran: Brand positioning yang menjelaskan manfaat produk (Con­toh: Obat anti jerawat! Wajah bersih dalam 24 jam. DIJAMIN!). • Penjualan: Agresif dengan sistem keagenan direct selling. • Produksi & Keuangan: Efisiensi biaya agar dapat menjaga pencapaian target profit per bulan dan per tahun.

“34 | MENYUSUN RENCANA BISNIS KONDISI DIRI: Belum tahu bagaimana melakukan brand positioning, tidak punya pengalaman mengelola bisnis dengan ukuran lebih besar, tidak punya tim keuangan dan akuntansi yang dapat mengawasi biaya. Berdasarkan penjabaran di atas, terlihat jelas bagaimana pentingnya memiliki ketiga elemen saat menyusun rencana bisnis. BE + DO = HAVE KONDISI DIRI + STRATEGI = TARGET Kekurangan salah satu dari ketiganya akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam pengelolaan bisnis. Bahkan dapat kita simpulkan bahwa KONDISI DIRI (BE) sangat memengaruhi dan menjadi titik awal dari semua pelaksanaan kerja dalam mengelola bisnis. Bisnis bukan kegiatan sampingan. Bisnis membutuhkan pemikiran yang fokus dan berkomitmen untuk pengembangannya. Ternyata, kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa dunia bisnis ini berkembang dengan sangat cepat. Artinya, ada banyak sekali ilmu yang harus kita raih. Di setiap fase bisnis, akan ada kebutuhan perilaku yang berbeda juga. Apakah Anda sebagai pemilik bisnis sudah siap untuk mencari tahu kondisi diri yang dibutuhkan untuk melanjutkan perjalanan ini? *** “ Pemilik bisnis UKM adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kesuksesan bisnis itu sendiri. ~ Ligwina Hananto ~

Membuat Rencana Bisnis: Apa – Siapa – Bagaimana Sebuah rencana bisnis adalah peta perjalanan yang sangat penting agar kita dapat menavigasikan bisnis kita ke depan. Rencana bisnis sangat diperlukan untuk meredefinisikan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan usaha kita. Ada tiga pertanyaan yang perlu selalu kita perhatikan: Apa, Siapa, Bagaimana. APA Pertanyaan APA merupakan pertanyaan penting yang menjadi dasar untuk mendefinisikan bisnis Anda. 1. APA yang sedang Anda jual? 2. APA pasar tempat Anda beroperasi? 3. Masalah hidup APA yang sedang Anda solusikan? Bandingkan perbedaan antara kedua pemilik bisnis UKM kreatif di bawah ini, saat mereka memperkenalkan diri.

36 | MENYUSUN RENCANA BISNIS “Nama saya Denisa. Saya berbisnis aksesori.” “Nama saya Denisa. Saya founder dari Alurasoris, aksesori cantik penuh gaya! Setiap keluar rumah, perempuan cantik penuh gaya pasti pakai Alurasoris.” Bagaimana pendapat Anda tentang kedua cara memperkenalkan diri ini? Persepsi apa yang Anda terima? Pengertian tentang APA menjadi dasar utama untuk seorang pemilik bisnis UKM kreatif untuk bisa maju. Mari mulai dengan pengertian penuh tentang diri sendiri dan tentang bisnis kita. Mula-mula, seorang pemilik bisnis perlu mendefinisikan terlebih dahulu, APA bisnis yang sedang ditekuni dan seperti APA pasar tempatnya beroperasi. Namun demikian, saat Anda bertransformasi dari pedagang menjadi pemilik bisnis, Anda sangat perlu untuk menjawab pertanyaan ketiga. Masalah hidup APA yang sedang Anda carikan solusinya? Sesungguhnya, sebuah bisnis adalah suatu upaya untuk menyelesaikan sebuah masalah hidup. Jika Anda gagal menjawab pertanyaan ketiga, maka Anda akan menghadapi kesulitan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. SIAPA Siapa yang terpenting dalam sebuah bisnis? Bagaimanapun juga, semua bisnis sudah pasti memiliki hubungan dengan manusia. 1. SIAPA yang menjadi pembeli barang/jasa yang Anda jual? 2. SIAPA saja yang terlibat di dalam sistem kerja bisnis Anda? 3. SIAPA rekanan dan pemangku kepentingan yang ada di dalam lingkungan Anda? Pihak yang sangat berpengaruh pada sebuah bisnis UKM kreatif adalah

LIGWINA HANANTO | 37 pemilik bisnis itu sendiri. Tetapi, yang membeli produk atau jasa sehingga tercetaknya omzet adalah PEMBELI atau yang kita sebut dengan pelanggan. Oleh karena itu, sebuah bisnis harus betul-betul mengenali pelanggannya. Definisi segmen pelanggan tidak lagi bisa dilakukan hanya dengan menyebutkan gender dan usia. Anda perlu lebih spesifik supaya semua kegiatan pemasaran lebih terarah. Perhatikan contoh berikut ini. Nama brand: Alurasoris • Target segmen: Perempuan, usia 15 – 42 tahun. Apabila Anda adalah seorang pemilik bisnis, kira-kira bagaimana Anda akan ‘berbicara’ pada calon pelanggan dengan segmentasi seperti ini? Bukankah perempuan usia 15 tahun sangat berbeda dengan perempuan usia 42 tahun? Ada cara yang cukup sederhana untuk mendefinisikan segmen pelanggan ini. Coba perhatikan, siapa saja pelangganmu. Mulai dengan 3 pelanggan yang paling Anda ingat. Atau mulai dengan 3 pelanggan yang paling banyak memberikan kontribusi pada omzet. Contoh kasus. Nama brand: Alurasoris • Pelanggan No. 1 – ANGGI, 27 tahun Anggi adalah perempuan pekerja. Anggi ingin selalu tampil gaya. Setiap hari, Anggi memilih pakaian yang akan dikenakan ke kantor, dan ia selalu memad­ upadankan dengan kalung yang ia sukai, salah satunya dari Alurasoris. • Pelanggan No. 2 – BELLA, 30 tahun Bella adalah teman Anggi di kantor. Bella mengetahui tentang Alurasoris dari Anggi. Saat menghubungi Alurasoris untuk

38 | MENYUSUN RENCANA BISNIS membeli kalung, Bella selalu menanyakan tentang aksesori apa yang terakhir dibeli oleh Anggi. • Pelanggan No. 3 – CHACHA, 28 tahun Chacha tidak mengenal Anggi dan Bella. Chacha menghubungi Alurasoris setiap bulan dan membeli berbagai jenis perhiasan aksesori. Biasanya, Chacha akan melakukan swafoto dan mengunggah di Instagram sambil menyebutkan aksesoris yang dikenakannya sebagai aksesori buatan Alurasoris. Chacha sering menghadiri berbagai kegiatan sosial, mulai dari arisan, pembukaan bu­tik, hingga undangan pernikahan. Di setiap kesempatan tampil, Chacha pas­ti mengenakan salah satu aksesori dari Alurasoris. Dari penjabaran di atas, apakah Anda bisa melihat segmen yang menjadi fokus pada Alurasoris? Apakah pelanggan Alusoris masih perempuan usia 15– 42 tahun? Tentu saja pemilihan pelanggan untuk menjadi fokus tidak bisa secara random. Silakan lihat kembali data penjualan yang Anda miliki untuk mendefiniskan segmentasi, yang sesungguhnya sudah ada di dalam data tersebut. Anda sudah mulai mengerti tentang bagaimana mendefinisikan segmen pelanggan, selanjutnya tentu saja Anda juga perlu mengenal siapa saja yang ber­h­ ubungan dengan operasional usaha. Yang pertama tentu adalah anggota tim yang bekerja keras menjadi karyawan dalam usaha Anda. Dalam berbagai usaha, ada juga rekanan kerja profesional. Terakhir, definisikan siapa saja yang ada di dalam lingkungan bisnis Anda. Sem­ ua pemangku kepentingan dalam lingkungan ini memiliki interaksi, baik lang­sung maupun tidak langsung. Anda perlu menganalisis, misalnya peran pe­mer­ intah pada profesi yang sedang Anda tekuni.

LIGWINA HANANTO | 39 BAGAIMANA Sesudah APA dan SIAPA, sekarang saatnya menganalisis BAGAIMANA. 1. BAGAIMANA pelanggan mengetahui barang/jasa yang sedang Anda jual? 2. BAGAIMANA cara mencapai pelanggan barang/jasa yang sedang Anda jual? 3. BAGAIMANA pelanggan memilih barang/jasa yang Anda jual dibandingkan dengan pesaing? Pernahkah Anda memikirkan bagaimana pelanggan sampai menemukan An-d­ a? Pilihannya sangat beragam. Mulai dari word of mouth hingga media ma­ss­ a seperti TV, radio, surat kabar, atau majalah. Zaman sekarang, peran di­g­ ital sangat erat dalam pengembangan bisnis. Perhatikan contoh Alurasoris di atas. Jika Anda sebagai pemilik bisnis masih ber­sikukuh dengan target perempuan, 15–42 tahun, maka definisi bagaimana pelanggan sampai menemukan Alurasoris pun akan melebar jauh dari def­­ inisi Anggi, Bella, dan Chacha yang merupakan pelanggan Alur­ as­ oris se­sung­guhnya. • Perempuan, pelajar, 15 tahun  Keputusan dipengaruhi ibunya.  Keputusan dipengaruhi teman-temannya.  Pengguna Snapchat. • Perempuan, ibu rumah tangga, ibu 1 anak, 32 tahun  Lebih banyak di rumah.  Interaksi dengan sesama ibu menyusui.  Keputusan dipengaruhi suaminya.  Pengguna Instagram. Pertanyaan yang juga mendasar adalah, “Bagaimana pelanggan memilih barang atau jasa yang Anda jual dibandingkan dengan pesaing?” Alasan memilih produk kita harus berupa pendapat orisinil dari pelanggan. Banyak pemilik bisnis berasumsi atas alasan pemilihan produk.

40 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Contohnya dalam kasus Alurasoris. Bagaimana cara pelanggan memilih aksesori? Jawabannya bisa sebagai berikut. “Pelanggan memilih aksesori dari Alurasoris karena modelnya yang edgy dan berasal dari Korea.” Akan tetapi, setelah riset kecil-kecilan, tidak ada satu pun dari pelanggan yang memperhatikan asal muasal aksesori Alurasoris. Anggi memilih karena su­ka dengan jenis kalung yang simpel—cocok untuk dikenakan setiap hari ke kant­or. Bella memilih Alurasoris karena ikut-ikutan Anggi. Chacha memilih Alu­rasoris dari varian yang berbeda dari Anggi. Untuk Chacha, alasan utama memilih Alurasoris adalah karena ia membutuhkan perhiasan yang disesuaikan dengan pakaiannya saat menghadiri berbagai acara sosial. Masih ada banyak pertanyaan APA, SIAPA, dan BAGAIMANA yang bisa Anda lakukan sebagai analisis bisnis bersama tim. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang cara menyusun rencana bisnis, Anda dapat juga menyimak Business Model Canvas oleh Alexander Osterwalder dan Smart Business Map oleh Budi Isman. Kedua konsep model bisnis ini dapat sangat membantu Anda untuk menyusun rencana bisnis dengan lebih rinci lagi, berikut dengan langkah-langkah yang nyata dan terukur. Sekarang saatnya UKM Kreatif naik kelas. Mari mengelola bisnis dengan cara yang profesional. ****

5 Nasihat Keuangan Terbaik untuk Bisnis Anda Semua orang tahu, mengatur keuangan dengan baik itu penting. Tapi siapa yang sudah bersedia untuk melakukannya? Selalu ada yang merasa bahwa mengatur keuangan itu ribet. Ada juga yang menganggap, mengatur keuagan itu tunggu bisnisnya besar dulu. Bahkan, ada yang memilih untuk menghindari mengatur keuangan karena tidak ingin berhadapan dengan kenyataan kalau bisnisnya sedang dalam posisi minus. Ayo! Sudah waktunya kita mengatur keuangan bisnis dan keluarga dengan baik. Caranya bagaimana? Silakan ikuti nasihat-nasihat praktis agar keuangan bisnis Anda selalu dalam keadaan prima. Berikut ini adalah 5 nasihat keuangan terbaik untuk bisnis Anda! Memisahkan Keuangan Bisnis dengan Keuangan Pribadi Bisnis UKM kreatif memang punya sang pemilik. Akan tetapi, bisnis ini perlu berdiri sendiri, terpisah. Jika ada satu nasihat yang paling penting, maka nasihat yang satu inilah yang HARUS Anda lakukan terlebih dahulu.

42 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Mulai dari mana? Mulai dari mengidentifikasikan alur kerja bisnis Anda. Perhatikan alur uang masuk dan keluar. Pastikan semua uang yang bergerak—sesuai dengan keperluan bisnis—melalui pintu yang berbeda dengan kebutuhan rumah tangga dan keluarga. Jika Anda memiliki bisnis harian yang sifat pembayarannya serba kas, maka Anda membutuhkan AMPLOP terpisah untuk bisnis. Saat membutuhkan uang untuk keperluan keluarga, pastikan Anda memiliki AMPLOP yang berbeda. Pisahkan saja warna amplop yang Anda gunakan agar tidak tertukar. Jika Anda memiliki bisnis yang transaksinya sudah melalui bank, maka seharusnya pemisahan ini lebih mudah. Anda bisa menggunakan rekening yang ber­beda, bahkan bank yang berbeda, sehingga kartu ATM yang Anda gu­nakan pun akan berbeda. Berikut ini contoh pengeluaran-pengeluaran bisnis dan pribadi yang seharusnya memang terpisah. Tabel 5. Keuangan Bisnis dan Keuangan Pribadi PENGELUARAN BISNIS PENGELUARAN PRIBADI/KELUARGA Biaya produksi Menabung rutin Diskon penjualan Bayar cicilan mobil Sewa Bayar cicilan kartu kredit Gaji karyawan Bayar cicilan KPR THR dan fasilitas lainnya Listrik, air, telepon, dan internet rumah Biaya promosi Iuran lingkungan Beli furniture Gaji pekerja/ART Beli laptop untuk keperluan kantor Grocery shopping

LIGWINA HANANTO | 43 Pajak usaha Makan di rumah, Listrik, air, telepon, belanja ke tukang sayur dan internet kantor Biaya notaris Biaya anak (SPP, kesehatan, dll) Pelatihan staf Beli stok barang Sosial: bantuan orang tua, iuran acara adat, zakat, sedekah/perpuluhan Transportasi: bensin, parkir, dll Pengeluaran lifestyle: nonton, makan di luar, member gym Catat dengan Benar Ingatlah bahwa sebuah bisnis memiliki orientasi profit. Jika Anda tidak memi­l­iki orientasi profit, maka Anda sedang melakukan pekerjaan sosial. Hal ini tentu bukan sesuatu yang buruk. Tetapi, pastikan Anda memang sadar. Anda se­d­ ang berbisnis, bukan sedang melakukan pekerjaan sosial. Apabila bisnis ini memiliki orientasi profit, maka perhitungan atas profit ini harus jelas. Satu-satunya cara agar Anda dapat menjawab pertanyaan, “Berapa profit bisnis Anda saat ini?”, maka Anda mutlak membutuhkan catatan keuangan. Catatan keuangan ini bisa diawali dengan menyimpan semua bon dan kuitansi dari segala transaksi yang sudah Anda lakukan. Dengan begitu, Anda bisa menunjukkan ‘bukti’ bahwa transaksi itu memang terjadi. Artinya, Anda bukan saja perlu pencatatan uang keluar masuk, tetapi juga perlu menunjukkan bahwa catatan ini benar. Mulai dengan pencatatan keuangan secara cash basis sebelum melanjutkannya menjadi pembukuan dan laporan keuangan komprehensif. Mengapa pencatatan keuangan ini penting? Sebetulnya, tugas pemilik bis­nis yang menjadi top management di sebuah usaha, perlu lebih banyak fokus pad­ a hal-hal strategis. Nah, segala hal yang strategis ini baru dapat Anda pikirkan jika memiliki laporan keuangan komprehensif.

44 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Laporan keuangan yang Anda butuhkan adalah: • Laporan laba rugi • Laporan neraca • Laporan arus kas Dengan data catatan keuangan, Anda dapat meminta staf pembukuan atau akunt­ an untuk mentransformasikan data tersebut menjadi laporan keuangan. Dengan informasi dalam laporan keuangan, Anda akan dapat menyusun proy­ eksi yang kemudian diturunkan menjadi strategi untuk meningkatkan omzet dan profit. Mengenal Perbedaan Biaya Variabel dengan Biaya Tetap Ada perbedaan antara bisnis yang sustainable dengan bisnis yang scalable. Sebuah bisnis yang sustainable dapat terus hadir, menghasilkan uang, tanpa berkembang. Sementara sebuah bisnis yang scalable akan mengalami perkemb­ angan dari sisi omzet dan profit. Ada economic of scale yang dapat terjadi sebagai wujud efisiensi saat Anda mengendalikan faktor-faktor di dalam profitabilitas sebuah bisnis. Pada saat melakukan proyeksi keuangan sebagai bagian dari rencana bisnis, kombinasi yang baik dari pengaturan pengeluaran menjadi kunci utama. Perhatikan perbedaan antara biaya variabel dan biaya tetap. Pengertian kedua pengeluaran ini sering kali gagal dipahami karena tersesat dalam terjemahan. Kata variabel saat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berubah makna menjadi ‘pengeluaran tidak tetap’. Padahal, yang dimaksud di sini adalah semua biaya yang berhubungan dengan produksi dan penjualan. Makna kata ‘variabel’ dalam konteks ini adalah pengeluaran yang bergerak mengikuti besaran produksi dan penjualan. Strategi yang dapat digunakan dalam mengatur pengeluaran ini adalah dengan menggunakan persentase terhadap omzet.

LIGWINA HANANTO | 45 Sementara itu, pengeluaran tetap bukan berarti pengeluaran yang pasti dilakukan. Pengeluaran tetap artinya pengeluaran yang tidak berhubungan lang­s­ ung dengan produksi maupun penjualan. Saat tidak berhasil mencapai targ­et penjualan, semua biaya yang masuk dalam daftar pengeluaran ini tetap har­­­us dibayarkan—atau memang sudah dianggarkan. Kata ‘tetap’ di sini mengin­d­ ikasikan bahwa secara strategis, pengeluaran ini perlu dikunci OMZET PENJUALAN ___B_IA__YA__V_A_R_I_A_B_E_L__- MARGIN ____B_I_A_Y_A_T_E_T_A_P____- LABA/RUGI da­lam nil­ ai nominal. Mari berkenalan lebih jauh tentang perbedaan antara kedua pengeluaran ini. Berikut ini contoh pengeluaran-pengeluaran bisnis dan pribadi yang seharusnya memang terpisah. Tabel 6. Biaya Tetap dan Biaya Variabel BIAYA TETAP BIAYA VARIABEL Biaya sewa Biaya bahan baku Gaji karyawan Upah buruh THR Fee professional dibayar per proyek Listrik dan air kantor Listrik dan air pabrik Pembelian ATK Komisi penjualan Promosi pemasaran Diskon penjualan Biaya konsultan Biaya pelatihan Pengaturan kedua jenis biaya ini akan sangat membantu saat membuat proyeksi laba rugi dan mengatur strategi keuangan bisnis Anda.

46 | MENYUSUN RENCANA BISNIS Manajemen Arus Kas dan Stok “Cash is KING! Actually cash is EVERYTHING!” Saat berbisnis, diskusi para pemilik bisnis adalah tentang omzet dan profit. Tapi sebetulnya, napas dari bisnis kita adalah arus kas! Maka, manajemen kas ini menjadi sangat penting agar bisnis kita dapat terus bergulir, baik dalam kondisi berkembang atau saat sedang menghadapi tantangan yang berat. Manajemen kas bisa dimulai dengan memiliki beberapa rekening. Rekening pert­ama adalah untuk menampung semua penerimaan dana dari hasil penjua­l­an. Rekening kedua adalah untuk pengeluaran. Dengan cara ini, seorang pemilik bisnis dapat memonitor berapa dana yang masuk setiap bulan dan me­n­ galokasikan sejumlah dana di rekening pengeluaran untuk pe­nge­luaran te­tapnya. Langkah selanjutnya adalah memeriksa termin pembayaran dari semua penjualan. Saat penerimaan bisnis dibayarkan mundur oleh pelanggan, maka pe­milik bisnis, secara strategis harus memikirkan arus kas dengan cermat. Jika penerimaan bisnis terjadi secara bertahap, praktis akan terbentuk piutang. Pas­tikan Anda mengerti betul berapa lama piutang ini akan terbayarkan. Kegagalan memonitor termin piutang terbayarkan dapat menye­babkan arus kas macet. Terakhir, yang tak kalah penting adalah melakukan manajemen stok. Semua stok yang tersedia adalah ‘uang mati’. Anda perlu memperhatikan nilai stok tersebut, jangan sampai menyimpan stok terlalu lama. Bahkan untuk stok yang sifatnya nonperishable alias tidak memiliki kadaluarsa. Masih ada banyak hal yang perlu kita pelajari dalam mengatur arus kas dan manajemen stok. Ayo, perhatikan faktor yang satu ini karena dapat memengaruhi kemampuan bisnis bertahan menghadapi badai. Gaji vs Profit Pemilik bisnis bisa bekerja di dalam bisnis tersebut, bisa juga berdiri di luar. Seorang pemilik bisnis yang bekerja di dalam bisnisnya, berhak atas gaji dan

LIGWINA HANANTO | 47 komisi, THR maupun bonus, layaknya seorang karyawan usaha. Sementara itu, pemilik bisnis alias pemegang saham berhak atas bagi hasil, jika usaha tersebut mencetak keuntungan. Tentu saja, pemilik bisnis juga menanggung kerugian yang dapat terjadi. Oleh karena itu, saat membicarakan sebuah bisnis, seorang pemilik bisnis UKM perlu mempertimbangkan keuntungan pribadi yang akan diraup. Berapa gaji yang akan diterima? Berapa laba yang akan diterima? Dengan demi­ki­an, pemilik bisnis pun perlu pandai memosisikan dirinya, apakah sedang menj­adi karyawan di bisnisnya sendiri, atau sedang menjadi pemilik bisnis? Sebagai karyawan di bisnisnya sendiri, pemilik bisnis perlu memperhitungkan berapa besaran gaji atau komisi yang akan ia terima. Gaji atau komisi ini masuk dalam pos pengeluaran bisnis. Bisa sebagai biaya tetap, bisa juga sebagai biaya variabel. Silakan periksa kembali. Diskusikan dengan tim. Pastikan semua tips ini men­j­adi praktik yang sehari-hari Anda lakukan bersama tim. Saat kita biasa me­l­akukan pengaturan keuangan bisnis yang baik, lama-kelamaan semua pro­ses ini menjadi kebiasaan baik yang kita lakukan secara otomatis. Tidak ada yang sulit. Beginilah pengelolaan bisnis yang profesional. ***

Strategi Bisnis Mulai dari Laporan Keuangan Sudah saatnya Anda memiliki laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan membantu untuk menavigasikan bisnis Anda. Dengan laporan keuangan, Anda bisa menentukan proyeksi keuangan sepanjang tahun. Dengan begitu, se­mua strategi bisnis dapat dimulai dari laporan keuangan. Mari perhatikan kembali bagan berikut ini. OMZET PENJUALAN ___B_IA__YA__V_A_R_I_A_B_E_L__- MARGIN ____B_I_A_Y_A_T_E_T_A_P____- LABA/RUGI

LIGWINA HANANTO | 49 Sudahkah Anda menghitung berapa persentase ongkos variabel terhadap om­z­et? Sudahkah Anda ‘mengunci’ angka ongkos tetap agar tidak banyak ber­g­­ erak sepanjang tahun? Artinya, sudahkah Anda punya anggaran untuk ongk­­ os tetap tersebut? Bagaimana dengan laba? Semua pertanyaan ini baru dapat terjawab, jika Anda memiliki target yang diinginkan. Mari simak beberapa contoh kasus yang dapat Anda gunakan sebagai referensi saat menyusun strategi, yang dimulai dengan menganalisis laporan keuangan. Menentukan Bagi Hasil Punya bisnis tetapi tidak pernah bagi hasil, apakah sebaiknya kembali ja­di kary­­ awan? Salah satu kelebihan memiliki bisnis adalah menikmati pembagian laba bisnis secara rutin. Jika tahun ini Anda ingin menerima bagi hasil atas keuntungan bisnis, maka perlu menetapkan strategi. Misalnya besaran biaya variabel adalah 30% dari omzet. Perkiraan kenaikan biaya tetap adalah 10% di tahun berikutnya. Jika sebelum membuat rencana bisnis laba usaha adalah Rp10.000.000, maka Anda perlu menentukan besaran laba usaha di tahun berikutnya, sehingga bisa menerima pembagian se­suai yang diinginkan. Jika target laba usaha berubah menjadi Rp50.000.000, maka ada target om­z­­­et yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan ini. Dalam contoh ini, untuk meningkatkan laba hingga 5x lipat, maka omzet perlu naik, dari Rp100.000.000 menjadi Rp165.714.286. Setelah target ini tercapai, barulah Anda dapat duduk bersama seluruh tim untuk menentukan langkah pencapaian target omzet yang baru.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook