Zoom Poetry Reading #12 Mei 2021 Poetry Reading Society of Indonesia 22 Mei 2021 i
Zoom Poetry Reading Penyusun: Riri Fitri Sari Leila Mona Ganiem Ade Solihat Sabtu, 22 Mei 2021, Pukul: 15.30 WIB Host: Leila Mona Ganiem dan Sunu Wasono PJ Zoom: Jauzak Hussaini Windiatmaja Zoom ID: 898 9419 6940 Passcode: puisi Live Youtube: http://bit.ly/puisi71ui ii
Kata Pengantar Selamat untuk para Guru Besar, Dosen dan Alumni Universitas Indonesia yang bergabung dalam Poetry Reading Society of Indonesia (PRSI), karena ditengah pandemi Covid-19, masih tetap konsisten menghasilkan karya seni inspiratif. Sabtu, 22 Mei 2021 ini adalah genap bulan ke dua belas penyelenggaraan Pembacaan Puisi. Sungguh mengagumkan, karena kedua belas episode ini berlangsung tanpa tatap muka! Semua pembacaan puisi dilakukan secara daring melalui Zoom yang secara antusias juga disiarkan di Youtube channel. Bulan Mei adalah bulan istimewa. Setelah berpuasa Ramadhan satu bulan lamanya, umat Islam menjalani merayakan kemenangan dengan Hari Raya Idul Fitri. Untuk itu, dengan ketulusan hati, kami mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1442H, Minal Aidin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir & Bathin. Selamat Idul Fitri, Taqabbalallahu Minna Waminkum Taqabbal Yaa Karim. Pada bulan ini pula umat Kristiani juga merayakan peringatan Hari Kenaikan Isa Almasih. semoga kedamaian, kasih sayang, dan kesehatan senantiasa mengiringi langkah kita semua,\" Pada episode kali ini, terdapat 32 puisi yang ditulis langsung oleh masing-masing peserta. Tema bulan Mei ini adalah ‘Bebas’. Syarat penting yang menarik adalah, puisi harus ditulis sendiri. Proses pemandirian berkarya dilakukan berkesinambungan, dari membacakan puisi karya penyair lain, hingga menulis dan membaca puisi karya sendiri. Dengan iii
demikian, Civitas Akademika UI, tidak hanya menghasilkan akademisi dan praktisi yang cerdas tetapi juga mengembangkan potensi-potensi tersembunyi para penyair Indonesia yang terasah kepekaan jiwanya. Kita meyakini, kebebasan berekspresi dalam berkarya puisi bukan hanya monopoli sastrawan. Kecermatan dalam membaca fenomena kehidupan yang diekspresikan, menjadi kian bermakna karena karya-karya tersebut tidak hanya disimpan dalam laptop atau buku pribadi, tetapi dibacakan pada khalayak sehingga menjadi milik bersama. Luapan hati yang dihantarkan dalam karya-karya sastra ini, tak hanya berisi ungkapan kebebasan, juga melekat didalamnya tanggung jawab untuk menciptakan kemaslahatan pada masyarakat. Dinamika, dialektika, romantika dan gerak hati, oleh para pemuisi ditumpahkan secara lugas, lincah, dan kreatif dalam susunan kata, kalimat dan bait-bait indah. Sungguh, semua ini menjadi karya yang sangat fenomenal! Tak ada gading yang tak retak, jika ada hal-hal yang kurang berkenan dalam proses yang kita lalui bersama ini, mohon maaf. Semoga semua pemuisi dalam keadaan sehat dan dapat membacakan puisinya dengan segenap hati pada event kebersamaan kita bulan Mei ini. Teruslah berkarya dalam puisi! Depok, 22 Mei 2021 Tim Penyusun Riri Fitri Sari - Leila Mona Ganiem – Ade Solihat iv
Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................... iii Daftar Isi ......................................................................v Agenda Acara............................................................... ix Tata Tertib ....................................................................x 1. Ilya Revianti .......................................................... 1 “Silencio Senyap”......................................................1 2. Nani Dharmasetiawani ........................................... 3 “Bingung” .................................................................3 3. Ari Fahrial Syam..................................................... 6 “Ramadhan Berakhir”...............................................6 4. Andalusia ............................................................. 8 \"Sering Aku” .............................................................8 5. Jenny Bashiruddin................................................ 10 \" Harapan Kembali ke Fitrah Mu \"..........................10 6. Handrawan Nadesul ............................................. 12 “Ziarah Kesendirianku”...........................................12 7. Lia Partakusuma.................................................. 13 “Negeri Kelana Baru”..............................................13 8. Rahyussalim........................................................ 15 “Tak Mudik”............................................................15 v
9. Riri Fitri Sari........................................................ 17 “Sendu Melepas Ramadhan” .................................17 10. Antoinette Wiranadewi Ludi................................... 19 “Kangen”.................................................................19 11. Sunu Wasono ...................................................... 21 “Tentang Siapa\"......................................................21 12. N. Jenny Malik ..................................................... 24 “Denting Lonceng” .................................................24 13. Arlina Hartoyo ..................................................... 25 “Hamparan Bumi Sajadah Kita “.............................25 14. Saptawati Bardosono............................................. 27 “Kita Tak Sendiri”....................................................27 15. Multamia RMT Lauder ............................................ 29 \" Penjelajahan \" ......................................................29 16. Margaretha M. Siahaan ......................................... 30 “Usai”......................................................................30 17. Heru Suhartanto.................................................... 31 “Malam Seribu Bulan”............................................31 18. Ibnu Hamad.......................................................... 33 \" Selendangmu\"......................................................33 19. Hari Untoro Dradjat ............................................... 35 vi
“Kemenangan Diakhir Ramadhan”.........................35 20. Diah Madubrangti ................................................. 37 “Puisi Bagi 53 Ksatria Bangsa”................................37 21. Rosa Diniari.......................................................... 39 “Jihad Multikultural” ..............................................39 22. Eka Budianta ........................................................ 40 “Ilmu Tayuh”...........................................................40 23. Pande K. Trimayuni ................................................ 41 “Purnama di Bulan Vaisakha”.................................41 24. Agus Purwadianto.................................................. 43 “Forensik” ...............................................................43 25. I Ketut Surajaya .................................................... 45 “Aku Milikmu” ........................................................45 26. Mustari Irawan...................................................... 47 “Anak-Anak Cinta Sekolah” ....................................47 27. Hudan Nur ............................................................ 49 “Seka Air Matamu!” ...............................................49 28. Leila Mona Ganiem................................................ 51 “Doa Mencintai Tubuh”..........................................51 29. Prijono Tjiptoherijanto............................................ 53 “Stasiun Ikebukuro”................................................53 vii
30. Kurniawan Junaedhie............................................. 54 “Taplak Perca Untuk Nenek di Surga”....................54 31. Karel S. Dourman .................................................. 55 “Sandykala” ............................................................55 32. Ahmad Syafiq........................................................ 55 “72 Jam” .................................................................55 viii
Agenda Acara Waktu Acara Pengisi Acara 15.30 Pembukaan Host: 15.35 1) Sunu Wasono 15.40 Sambutan 2) Leila Mona Ganiem 15.45 Tata Tertib 17.30 Pembacaan Puisi Ketua PRSI: Riri Fitri Sari Penutup Host Peserta Pembaca Puisi Host ix
Tata Tertib (1) Pembaca puisi telah menetapkan satu judul puisi dengan tema bebas. (2) Pembaca puisi mengirimkan teks puisi yang akan dibaca kepada panitia dua pekan sebelum kegiatan ZPR berlangsung. (3) Pembaca puisi berada di tempat yang tenang dengan fasilitas internet yang mendukung. (4) Jika memungkinkan, pembaca puisi memasang HP pada tripod atau menggunakan webcam pada laptop untuk menampilkan sudut pandang performa yang baik bagi audiens. (5) Pembaca puisi telah mencoba video dan audio pada perangkat HP atau laptop sebelum acara dimulai. (6) Pembaca puisi membuka video, untuk menampakkan gambar diri, minimal bagian wajah secara live, sepanjang acara; terutama pada awal, pada saat membaca puisi, dan foto bersama pada akhir acara. (7) Seluruh peserta di ruang zoom menyenyapkan (mute) mikrofon sepanjang acara, kecuali pada saat penampilan. (8) Oleh karena sesuatu hal, pembaca puisi berhalangan hadir, mohon memberi informasi kepada panitia atau narahubung. x
1. Ilya Revianti “Silencio Senyap” Senyap adalah kemewahan Di tengah porak poranda kata dan perbuatan Mencaci mencerca orang lain Seakan ia atau mereka yang terbaik Yang lainnya buruk belaka Senyap adalah keburukan Jika mulut harus selalu tertutup untuk menyatakan kebenaran Ketakutan akan hukuman kesengsaraan di alam terborgol Bungkam tidak kuasa melawan Senyap tidak serta merta kedamaian Damai hanya sekedar tidak ribut suara Kegalauan masih menumpuk Kebencian mengeras membatu Dendam kesumat terbentuk Terlampiaskan dalam kekejaman Senyap tidak selalu ketenangan Sekedar cermin dari kepasungan Karena nasib hidup ditentukan 1
oleh majikan yang berkuasa Lebih aman tinggal menerima Pasrah walau pedih tak rela Senyap adalah keindahan Ketika bangun pagi Bersiap untuk memujaNya Menunduk kepada kebesaranNya Memohon ampunanNya Berdoa bagi lindunganNya Kemang, Jaksel 29 Januari 2021 2
2. Nani Dharmasetiawani “Bingung” Berjalan lurus ke belakang lurus ke depan Berjalan lurus ke kiri lurus ke kanan Berbelok berputar ke kiri ganti berputar ke kanan Berbalik ke belakang kembali ke depan Hai sedang apa? Sedang sibuk Sibuk apa? Mencari sesuatu Sesuatu apa? Aku Aku siapa? Aku ya aku Kemana harus kucari Dimana dapat kutemui Mungkin harus kuteliti Ke arah mana kemarin dia berlari Aku bercermin dan melihat sosok, diriku kah itu Yang kulihat adalah satu bentuk seperti diriku Aku bercermin dan melihat seseorang, dirinya kah itu Lalu dimanakah dia, dimanakah aku Ada sepasang mata di cermin kaca Yang menatapku tepat di mata Apakah dalam diriku mata itu mencari dirinya Apakah berbeda aku dan dia 3
Dimana harus mencari aku dan mencari dia Apakah mencari di jantung di hati di dada Dan jika jantung dan hati sudah terbuka Apakah aku ada dan dia ada Mungkin aku ada di ujung rambut Dan dia di ujung kuku Jika rambut dipangkas dan kuku dipotong Masih adakah dia masih adakah aku Sepertinya aku ada di perasaan, di pikiran, di kesadaran Apakah aku sadar? Pusing tujuh keliling Bingung seribu satu keliling Tak ingat awal tak tahu akhir Di tempat hanya melingkar lingkar Jungkir balik berputar putar Tetap saja tidak terjangkar Ah… mengapa rumit Dibuat sendiri jadi sulit Aku atau dia tak perlu dicari Nanti akan muncul sendiri Sudah sudah tak usah berfikir Hiduplah dengan baik, mengalir 4
Nanti akan ada arah jalan yang rapih ditata Oleh Sang Pengatur, Sang Kuasa Jakarta, 10 April 2021 Nani Dharmasetiawani 5
3. Ari Fahrial Syam “Ramadhan Berakhir” Ramadan berakhir Rasanya baru kemarin kita memasuki Ramadan dan saat ini Ramadan telah meninggalkan kita Ramadan berakhir Meninggalkan kekecewaan di hati Karena merasa ibadah kurang optimal Ramadan berakhir Hanya bisa meneteskan air mata agar Allah menerima berbagai rangkaian ibadah yang telah dilakukan.. Ramadan berakhir Suatu pengharapan diberi kesempatan untuk bersua kembali di tahun yang akan datang.. Ramadan berakhir Mustinya kita lebih disiplin dan kinerja terus meningkat Ramadan berakhir training telah usai saatnya kembali ke gelanggang 6
Ramadan berakhir Keraturan,pengendalian diri dan dekat dengan Sang Pencipta harusnya dilanjutkan. Ramadan berakhir Semoga kita menjadi orang2 yang bertakwa takut akan berbagai ucapan dan tindakan yang tidak diperkenankan oleh Yang Maha Kuasa Ramadan berakhir Saatnya kita bermaaf2an, walau hanya secara virtual Ramadan berakhir Semoga Allah mengabulkan doa2 yang telah dipanjatkan.. Cengkareng, 4 Syawal 1442H 7
4. Andalusia \"Sering Aku” Sering aku bermimpi Melihat Indonesia tersenyum Bahagia ruah melimpah Sering aku berdoa Anak bangsa bersuku aneka ragam ria bercanda Sering aku berdendang Melagukan irama tarian 'semua suka' Tapi kadang sering aku terjaga Tersedak berita kemiskinan dan bencana Korupsi di sini sana Hak azasi saling bertanya Intoleransi menyeruak Jam keadilan berhenti berdetak Demokrasi sembunyi malu Indonesiaku gelap Indonesiaku berduka Di mana Indonesiaku ?? Sering aku terjaga Dihentak guruh dimalam pekat 8
Aku tersesat Mencari pemuka, mencari pemimpin Sering aku terjaga Ada tangis mereka yg papa Ada jerit mereka yang lemah Tiada lagi daya, tiada lagi kuasa Tiada lagi.. tiada lagi Dan memang tidak lagi ada apa-apa Tapi malam ini, di sini Sayup aku dengar suara Dalam duka ada suka Dalam susah ada asa Dalam gulita ada cahaya INNA MA'AL 'USRI YUSRA Bangkit Indonesiaku Bangkit bangsaku Ada kemenangan menanti di sana Rotterdam 14 April 2021 —- 9
5. Jenny Bashiruddin \" Harapan Kembali ke Fitrah Mu \" 30 hari telah berlalu Hari suci yang selalu ditunggu Hari penuh dengan doa kepada Mu Hari penuh tilawah kepada Mu Mohon ampunan Mu Lapar dan dahaga ikuti perintah Mu Merasakan keprihatinan lingkungan Sholat dan zikir penuhi waktu Sedekah berbagi atas petunjukMu Berbagi kebahagiaan pada umat Mu 30 hari telah berlalu Berbagai godaan dapat berlalu Kini tiba masa berharap kepada Mu Agar diterima semua ibadahku Kembali pada fitrah Mu Bahagia dapat melalui cobaan Mu Sedih berpisah dengan bulan suciMu Akankah aku dapat bertemu kembali dengan ramadhan Mu Hanya doa yang tak putus berharap kepada Mu Allah Tuhan penolongku Jangan ambil kebiasaan baik yg telah KAU berikan padaku Jangan putus di ramadhan ini Tingkatkan amal ibadahku Lebih baik setiap waktu. 10
Aamiin Allahuma aamiin Jenny Bashiruddin Jakarta Mei 2020 11
6. Handrawan Nadesul “Ziarah Kesendirianku” Semakin Jauh Terasakan Ziarah Kesendirianku Sungguh jauh terasakan hidupku manakala kusaksikan semua pohon kehilangan daun, yang kian menambah sunyi kesendirian kebun bungaku. Aku terlunta entah harus ke mana mencari musimku, mungkin akan tiba lagi, ketika masih berharap daun-daun bakal bertunas kembali, pada setiap ranggas ladang jiwaku. Sahabatku kini tinggal angin, dan sepokok pohon yang retak, mudah-mudahan tak sampai terbelah keindahan hidupku, hanya karena aku merasa semakin jauh menuju rumah kesendirianku. 12
7. Lia Partakusuma “Negeri Kelana Baru” Suatu hari di Antah Berantah Di bawah awan gemilang Negeri manikam menguntai Permadani itu asalnya asri dan hijau Bergegas ramai penduduk lalu Lapangan Tanpa peduli asap keringat menoreh alam Lepas kendali tanpa sayangi bumi Sampai suatu ketika sang pengingat itu datang Yang muncul seketika hentikan riuh kehidupan Yang menyeringai minta jiwa-jiwa segera pulang Yang menyelimuti negeri bagai kabut pekat tak terurai Pengusik makhluk renik bangkit dari tidur yang berabad Bahkan smakin digjaya meruak ke pelosok tak pandang siapa yang dijumpa Sekelompok manusia berlari, berjaga, menjangkau tubuh tak berdaya, menjaga prajurit terluka Dalam benteng putih kokoh beraroma khas tak terlupa Mencari penyebab, membersihkan tilam dan tilas, mengantar jasad, merangkul ikhlas Entahlah berapa banyak yang turut sirna dlm juangnya Entah berapa banyak air mata rindu tumpah menanti peluknya 13
Ah.. Negeri kelana ini hrs bagaimana ? Berkelit, berdzikir, berfikir, ciptakan pamungkas ? Kehidupan berjalan terus tak ingin kompromi Pilih terdepan atau terkapar ? Negeri kelana harus tentukan arah jitu bagi kaumnya Harus mampu, karena negeri ini penuh kumpulan manusia yang piawai lantunkan doa Hingga negeri kelana baru bisa terwujud Segerakan, segerakan... Agar desa di negeri kelana bisa pulih Percakapan ibu-ibu di pasar sayur, bapak-bapak pedagang jalanan, anak-anak sekolah yang riuh rendah , keluarga bersenandung riang Tanpa cemas, tanpa curiga Hingar, hangat, bijak Tak terbatas gerak, langkah mengalir bebas sejahtera Mari menjadi satu Mari tampilkan jati diri Asa kita adalah kumpulan jutaan cendekia Daya kita adalah mentari dan kekuatan bumi- air yg deras mengalir Senyum kita adalah senyum negeri Kelana Baru.. Yang Maha Kuasa , bantulah kami... Bekasi, 11 April 2021 Lia G Partakusuma 14
8. Rahyussalim “Tak Mudik” Tak Mudik Ku buka lemari tua masa sekolah dulu. Di sana ada diktat delapan dewa mabuk bersama tumpukan diktat-diktat khas mahasiswa kedokteran, dan masih banyak yang lain. Secarik kertas tulisan tangan emak terhimpit diantaranya. Bebunyian reotan mengiringi membuka lemari menghantarku pada masa silam Ku tertegun atas dua kata tulisan tremor emak di kertas bergaris warna biru: \"Tak Mudik\" Harapan emak dalam rindu nya pada sang anak makin terpendam dalam sepi diantara riuh rendahnya takbir menantang asa Dalam dejavu masa silam, masih dikota ini Saat mana gedung putih salemba masih kokoh angkuh menepuk dada menghadap timur kota jakarta. Tak Mudik-pun menjelma dalam konteks masa kini dengan alasan berbeda. Petaka pandemi beralasan kuat sama dengan petaka ujian mingguan mahasiswa kedokteran masa lalu. 15
Ku termangu dalam jelmaan masa lampau Di depan lemari tua, merapikan rongsokan sisa-sisa masa sekolah Menghadirkan \"Tak Mudik\" yang jadi mimpi buruk bagi para pemukim sementara mengayuh cita Bilakah pandemi ini berlalu? Sepi itu dalam hening setia menunggu Dan \"Tak Mudik\" kan kembali menyelip dalam tumpukan sisa sisa masa lalu? 03 Mei 2021 16
9. Riri Fitri Sari “Sendu Melepas Ramadhan” Ketika kecil dulu Kunanti Ramadan Perayaan sakral kembali fitri Putih bersih ringan Buah nikmat deretan ritual ibadah Manis dikenang Ketika kecil dulu Tantangan bersemi seluas bumi Mimpi penuh imajinasi Tokoh tokoh heroik para sholihin Akhlak mulia penuh kasih sayang Kini ketika usia baya terlalui Ramadan mampir sekejap Lalu pergi tinggalkan sendu Silaturahmi tatap maya Kebersamaan bersahur, berbuka dan sembahyang Ketika dunia berkurung Kulihat anak-anak milenia terus melaju Ayah bunda teruskan ajaran kebaikan Kebanggaan tradisi Ramadan Kelak akan dikenang 17
Ketika tahun pandemi sunyi lelap Purnama Ramadan muncul sekejap Tersisa sendu saat hari indah merayap lenyap Teriring pinta yang kuungkap Datanglah lagi Ramadan gemerlap Depok, 17 Mei 2021 18
10. Antoinette Wiranadewi Ludi “Kangen” Tadi aku menyeberang jalan, sendiri, tanpa uluran tanganmu, yang selalu hangat menggenggamku, aku sedikit berlari, karena rintik hujan membasahi blouse warna ungu kesukaanmu. Kemudian aku menyusuri jalan itu, aku suka deretan cafe yang tak hingar bingar, mencari ketenteraman, seperti saat menatap teduh matamu, yang membuatku terpaku dan tenggelam. Duduk aku, di kedai kopi, menangkap lembut tutur sederhana, dan ekspresi tulus cintamu. lewat interior hangat redup, lewat musik mengalun tenang ditiup. Meneguk setiap sendok cintamu, mencerna setiap butir perhatianmu, menghitung lembar hari penantian, membiarkan pikiranku melayang, kepadamu, jauh di sana. 19
Segera ku kirim pesan pendek: \"Kapan kamu pulang? Aku kangen\". Elang Malindo, 15 Mei 2021 Antoinette Wiranadewi Ludi 20
11. Sunu Wasono “Tentang Siapa\" Ketika kautanyakan kepadaku siapa dirimu Tak mudah bagiku untuk menjawabmu Kusampaikan saja sebuah cerita, dongeng, ilustrasi, atau apa pun namanya Barangkali dari situ kau akan menemukan jawaban Hidup ini tak lebih dari cerita Himpunan dan jalinan peristiwa yang terjadi dalam bingkai ruang dan waktu Dibalut oleh hukum sebab-akibat yang di dalamnya terdapat sederet dasar pembenaran dan atau penyangkalan Ada awan ada hujan Ada api ada asap Peristiwa terjadi karena suatu atau sejumlah sebab Dalam sebab ada alasan dan motivasi Pada motivasi mengalir pikiran, keyakinan, dan tujuan Semua menyatu dan menetas dalam wujud perbuatan yang barangkali menggambarkan siapa dirimu Ya, hidup adalah perbuatan Cerita tak putus-putus sepanjang hayat Rangkaian peristiwa yang menorehkan jejak Tanda bahwa kau pernah ada Dan tanda adalah sesuatu yang bermakna 21
Sesuatu yang menunjukkan siapa—pada suatu waktu dan tempat tertentu—berbuat apa Aku tak punya kapasitas atau otoritas untuk menilai siapa dirimu karena aku bukan siapa-siapa Namun, jika kau ingin benar tahu siapa dirimu, Mungkin kau bisa bercermin pada cerita wayang Dari cerita itu kau akan tahu siapa tokoh yang menyerupaimu Barangkali kau akan memilih satu di antara tiga tokoh hebat ini: Arjuna—penengah Pandawa yang sakti dan rupawan, Bima—penegak Pandawa yang perkasa, atau Kresna—arsitek yang cerdik dan licik dari perang besar Baratayuda Ya, itu baru satu kemungkinan Bila dari ketiganya tak ada juga yang kauanggap sesuai masih ada kemungkinan lain bagimu untuk memilih satu dari sekian tokoh hebat lainnya, seperti Kerpa, Salya, Palasara, Sentanu, Abiasa, Laksmana, atau Rama Tapi bila kau bertanya kepadaku siapakah tokoh yang mirip denganmu, pilihanku mungkin bukan satu di antara semua yang kusebut itu Ingin kusebut satu nama penting di kerajaan Hastina Tapi seperti ada sesuatu yang membuat aku enggan untuk mengatakannya Apalagi ketika kau begitu berhasrat ingin tahu bagaimana sosok dan karakter tokoh itu Jadi, siapakah engkau sesungguhnya? 22
Jawabannya terpulang kepada diri sendiri Hanya ketika engkau terus mendesakku Entah karena apa, mungkin karena aku senantiasa terbayang pada ucapan dan tindakanmu selama ini—bukankah hidup adalah perbuatan—sosok yang berkelebat di benakku tentang kau hanyalah satu: Tri Gantalpati! Barangkali itulah dirimu. 23
12. N. Jenny Malik “Denting Lonceng” Kudengar denting lonceng di tengah malam terhembus oleh sebuah harapan sirna ditelan kelam Kudengar denting lonceng di tengah malam seakan beribu pesan terkirim tanpa balasan Kudengar denting lonceng di tengah malam mengiringi jejak langkahku pada rumput basah nan bergoyang pada kerikil yang letih terpijak oleh bayangan rembulan dalam tiupan angin yang berdesah kudengar denting lonceng di tengah malam Jakarta 1 Mei 2021 24
13. Arlina Hartoyo “Hamparan Bumi Sajadah Kita “ Gelarannya terbentang Dari ujung Timur menggapai ujung Barat Sepanjang itu pula kaki yang dipinjamkan ini Melangkah ... Kelak tiap jengkal tanah yang dipijak Mesti bersaksi, bercerita Tiap detiknya menentukan Akan terdampar di kiri atau kanan Tetes airmata yang menyentuh bumi pun akan bertutur Kisah segala rasa, tertumpah disana Bumi yang basah tersebab buliran yang meluncur deras Sajadah yang tergelar sepanjang hayat Kesaksian tanpa keraguan Mengapa melangkah ... Kemana berpijak ... Pada siapa berserah ... Untuk apa disini .... Apa yang dituju .... Rerumput bumi pasrah ikhlas terpijak Oleh kening yang menghujam Oleh sepuluh jemari tangan yang menekan Oleh hidung yang mendarat Oleh kedua lutut yang menjejak 25
Juga oleh sepuluh jemari kaki kiri dan kanan yang menekuk mengarah Lafadz halus, lembut berujar Tak bersuara di bumi Namun bergaung dilapis-lapis langit Penghuni langit mendengar dan berkata \"Oh umat Muhammad sedang menghamba pada Ar Rahman dalam sujudnya\" .... Dan rerumput pun turut bertasbih Hikmad .... Arlina Hartoyo 24 Ramadhan 1442 H Kamis, 6 Mei 2021 26
14. Saptawati Bardosono “Kita Tak Sendiri” Di kala sepi melanda Rasa sedih berduka Menggerus rasa bahagia Sudah menjadi agenda Kala menjelajah dunia Lakon sang sutradara Tidak ada yang abadi Adegan silih berganti Hanya bisa menanti Di kala suka diberi Tak lupa 'tuk mensyukuri Agar tidak disesali Di kala duka dibebankan Tak pernah diberatkan Tetap harus dijalankan Selalu mawas diri Tidak perlu menyendiri Karena kita tidak sendiri Banyak yang pernah disini 27
Tidak sekedar mengucapi Tapi juga menginspirasi Masih ada hari esok Menuju jalan berkelok Menghampiri sinar elok Kita tidak sendiri Ada selalu yang menemani Menata hati menapak kaki Jakarta, 5 Mei 2021 28
15. Multamia RMT Lauder \" Penjelajahan \" menjelang tengah hari penyusuran belumlah usai menapaki hamparan kehidupan melanglang jatidiri menyelusuri lorong jiwa menyelisik batin penjelajahan belumlah usai memahami gelombang hidup merambah kata hati kini matahari hampir tenggelam namun kehidupan yang hakiki belum sepenuhnya terungkap penjelajahan terus berlanjut menapaki kehidupan dalam jiwa dan raga semoga ketika penjelajahan berakhir meneduhkan jiwa dan penugasan Sang Khalik terpenuhi Cinere, 17 Mei 2021 29
16. Margaretha M. Siahaan “Usai” Ini bukan kisah mundur Perjalanan seperti menarik ulang waktu Pengalaman seperti gulungan waktu Ke detik menit jam tanggal tahun silam Usai almanak lama Betul, aku bicara tentang telah dan sudah Bagaimana mungkin cerita itu hilang? Begitu jauh dibelakang Tak ada jeda bagi usia Tak mungkin kau menulis ulang buku harian Sebab kenangan dan mimpi-mimpi sudah lama usai Camkan di hati dalam renungan Pasrahkan diri pada Tuhan Yang Esa Pemilik semua langit bumi dan alam semesta kehidupan Di tanganNya ke Mahakuasaan dan Takdir Maha Penentu waktu dan kehidupan Alfa dan Omega Usai semua keputusanNya, bukan putusan manusia Renungkanlah, dalam hening Dan katakan “ Amin” padaNya Persembahan untuk Bunda di Surga Margaretha M Siahaan Putri sulung Bunda 301202 30
17. Heru Suhartanto “Malam Seribu Bulan” Segala Puji bagi Sang Penguasa masa , Menggulirkan waktu hingga tiba bulan puasa, Salawat dan salam bagi RasulNya, Pembawa kabar adanya malam yang dengan seribu bulan setaranya, Bulan Ramadhan, Bulan di dalamnya diturunkan Al Qur’an Sebagai petunjuk dan pembeda yakni - al Furqon Bagi setiap insan Yang beriman sudah tentu akan berpuasa Seperti diwajibkan kepada golongan sebelum mereka Menahan lapar dahaga, menjaga hawa Demi mencapai derajat taqwa Menginfakkan rizki yang diberiNya anugerah Dalam keadaan mudah maupun susah, Menahan benci dan amarah Kendalikan nafsu yang acap membuncah Memaafkan insan yang tak luput dari salah dan lupa Saat berbuat aniyaya, langsung ingat pada Tuhannya Segera memohon ampun padaNya Berkomitmen tak mengulang pada kali keduanya 31
Indahnya menjadi orang yang berusaha diridhai-Nya, Berbagi kebahagian dalam keluarga , Memelihara keramahan di tempat kerja, Mendukung kedamaian dan kesejahteraan sesuai asas negara Balasan bagi mereka itu ialah ampunan dari Rabb-nya, Memasukannya ke dalam surga, yang mengarlir sungai - sungai d bawahnya Mereka kekal di dalamnya, Itulah sebaik baik pahala bagi yang meraih malam qadar dan menjadi taqwa Kami berharap dan meminta, Kuatkan kami jadi seperti mereka, duhai Dzat Penguasa Alam Semesta Ulujami, 9 April 2021, Referensi : Al Qur’an Al Karim 32
18. Ibnu Hamad \" Selendangmu\" Duhai selendang ungu Menambah ayumu Memelihara marwahmu Meninggikan derajatmu Itu padamu adanya Selendang perisai jiwa dan raga Aku punya lain cerita Tentang selendang pemusat mata Mata para wanita maupun pria Tentang selendang pembesar nama Nama pangkat gelar dan jabatan Tentang selendang perasa bangga Dimana tinggal dan apa yang dipunya Tentang selendang penanda bisa Dinyatakan pakar dalam sebuah keahlian Tentang selendang artikulasi sosial Dengan siapa bergaul dan berkawan Tentang selendang pengaruh dan keterkenalan Pada banyaknya follower dan subscriber Tentang selendang penentu kemenangan Sesiapa saja yang dikalahkan dan ditaklukkan. 33
Tidak sepertimu ayu Selendangmu adalah sirri-mu Pada selendang rupa-rupa itu Banyak yang semu palsu dan menipu Selendang ungumu ayu adalah untuk sempurnakan Akal budi serta perasaan Selendang rupa-rupa itu bukanlah kesejatian Sering hanya jadi alibi atas kelemahan dan kesia-kesiaan Depok, 18 April dan 17 Mei 2021 34
19. Hari Untoro Dradjat “Kemenangan Diakhir Ramadhan” Pelita bersinar cahaya ibadah terpancar di wajah kemenangan diakhir ramadhan. Pelita di hati cahaya bersinar terang serasa terlahir kembali lagi terbebas dari perbuatan kesalahan dosa. Bersinar cahaya terang semua orang menyalakan pelita sinar cahaya terang membakar sumbu terbersit sinar gemerlap menyinari kalbu. Pancaran cahaya mulai redup setelah lewat bulan ramadhan bersitan cahaya mulai tertutup menunggu ramadhan tahun depan bersinar kembali. Hendaknya tak usah tunggu taun mendatang ketika orang sedang tertidur lelap nyalahkanlah pelita hatimu 35
kalau saja ada satu pelita disaat gelap sinar kan menjadi petunjuk dari segala arah. Hari Untoro Dradjat 14052021. 36
20. Diah Madubrangti “Puisi Bagi 53 Kesatria Bangsa” 53 Kesatria terbaik bangsa kami... Keceriaan dari wajah sumringah dalam persiapan tugas mulia .. Tugas Pelatihan sebagai wujud belajar sepanjang hayat.. Menunjukkan kesetiaanmu pada negara.. Bercengkerama bersama keluarga tercinta ... Berkumpul ceria sebelum lepas landas Mengikat janji setia prajurit sebelum latihan Bertafakur wujud syukur kepada Gusti Allah Tiada wajah gentar sedikit pun pada diri mereka Tiada rasa bimbang dalam menjalani tugas Tiada kezaliman terpancar pada wajahnya... Hanya Kebajikan yang disampaikan melalui ridho dan rahmatNya Kami di daratan menunggu Kami di rumah berdoa Kami di mesjid khusuk beribadah Kami menanti kehadirannya kembali Berkumpul bersama keluarga, bangsa, dan negara Tak ada seorang pun yang mendengar suaranya... Suara perjuangan melawan penghalang... Suara teriakan mencari pertolongan... Yang terdengar, hanyalah teriakan bersyukur dan bertafakur ... 37
Menderitakah kau di kedalaman samudra, wahai kesatria? \"Tidak, kami tidak menderita, bahkan kami berada dalam kenikmatan yang berlipat ganda\", ujarnya serentak. \"Kami sedang menuju Taman Samudra Nan Indah, wahai keluargaku, saudaraku, dan bangsaku\", sayup-sayup dari kejauhan... Selamat Jalan, wahai 53 kesatria samudra... Selamat menuju Taman Surgawi Samudra Nan Indah.. Bersama malaikat-malaikat yang setia menyertaimu... Menghadap Gusti Allah Yang Maha Pengasih... Walau air mata kami tak hentinya mengalir... Kami semua rela melepasmu. Terima kasih Diah Madubrangti, 25April 2021) 38
21. Rosa Diniari “Jihad Multikultural” Beragam agama, beragam etnis, kita akui Kita tetap satu, walau berbeda. Multikulturalisme sebuah ideologi yang menghargai dan mengakui perbedaan. Toleransi, perilaku positif terhadap perbedaan. Pada Ramadhan yang baru meninggalkan kita, Terasa kentalnya toleransi antar umat beragama. Terlebih tahun ini, dihari yang sama umat Islam merayakan kemenangannya, umat Kristiani memperingati Kenaikan Isa al Masih. Semangat multikultural sangat viral di media sosial. Gema azan di hadapan Paus saat l’orchestra philharmonic du maroque berlaga. Solat Idul Fitri di Solo dilakukan di depan gereja, Suster dan Romo di Vatikan mempersembahkan nyanyian “Lebaran sebentar lagi”. Indah sekali kebersamaan dari perbedaan. Damai di hati damai di bumi. Jihad Multikultural, Semoga ada pada sanubari bangsa Indonesia. 14 Mei 2021 39
22. Eka Budianta “Ilmu Tayuh” Untuk Mas Henri Supriyanto Siapakah kamu: perusak atau pencinta? Pendidikan tidak mengajarku menayuh Kalau tidak kuat bisa berbahaya, katanya. Tidak semua roh jahat tidak semua mulia Ilmu langit hanya kenal kata merdeka Bebas berpikir – bertindak – bersuara. Malam ini kamu bicara dengan pusaka Delapan puluh tahun di bumi persada Kucatat hidupmu dalam Ilmu Tayuh Sukma peka mengenal roh pada benda Melatih sukma – mengatasi akal-budi Tidak masuk kurikulum perguruan tinggi. Baru kini kucatat masa pertumbuhan Setelah semua terhenti bersama pandemi Ada yang harus didengar – meski dijauhi Seperti kamu, tumbak, keris dan cincin Teman, lawan, pelindung atau pengancam? Harta abadi – berkah sepanjang jaman. 40
Search
