Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore KEEP ON TEACHING USING MEDIA

KEEP ON TEACHING USING MEDIA

Published by lyyacabana02, 2021-08-13 04:17:40

Description: KEEP ON TEACHING USING MEDIA

Keywords: teaching english

Search

Read the Text Version

KEEP ON TEACHING USING MEDIA Menggali Passion Guru untuk Terus Men- gajar Menggunakan Media Disertai Con- toh Penggunaan Media dalam Pengajaran Bahasa Inggris Lyya Cabana, S.Pd., M.Si 2019

Keep On Teaching Using Media Hak Cipta © 2019 pada Penulis Penulis: Lyya Cabana, S.Pd., M.Si Editor: Peng Kheng Sun ISBN: 978-623-90077-9-9 Penerbit: Fire Publisher CV Eskol Media Kreasi Kantor: Perum Bukit Rendole Asri B.33 RT.06/RW.02 Muktiharojo, Margorejo Rendole – Pati Pati - Jawa Tengah HP: 082134946321 WA: 085659942979 Email: [email protected] [email protected]

Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis bisa menyeleseikan buku “Keep on Teaching using Media”. Keep on Teaching using Media hadir untuk menggali pasion guru untuk terus mengajar, memberi semangat pada para guru untuk menciptakan cara mengajar yang dapat menarik siswa untuk lebih mudah memahami materi serta menciptakan suara pembelajaran yang menyenangkan. Buku ini dilengkapi beberapa contoh media pembelajaran yang dapat para guru gunakan dalam mengajar bahasa Inggris sehari – hari dikelas. Penulis berharap buku ini dapat bermanfaat bagi para guru dan kalangan pendidik. Demak, Maret 2019 Penulis iii



Daftar isi Kata Pengantar..........................................................iii Daftar Isi .................................................................. v Guruku Semangatku ..................................................1 Modal Mengajar.........................................................4 Yuk Mengajar ...........................................................19 Mengajar dengan cinta...........................................22 Tips Mengajar dengan Cinta ................................25 Menggunakan Media Bentuk Cinta Guru dalam Mengajar................................................................29 Media “Puppet Show” untuk Mengajar Narrative Text..........................................................................34 Media “Map of Town” untuk Mengajar Asking and Giving Direction...............................................42 Media “Snake and Ladder’ untuk Mengajar Things Around Us and Numbers..........................49 Daftar Pustaka .......................................................59 Tentang Penulis .......................................................61 v



Guruku Semangatku Siang itu sepulang kerja, seperti biasa ku jemput putri kecilku sekolah. Dalam perjalanan pulang tak berhenti dia bercerita tentang kelasnya. Tentang ibu guru Bahasa Inggrisnya, Ustazah Dur. Kuliat bagaimana dia begitu antusias menceritakan tentang pelajarannya hari ini. “Mah, hari ini aku belajar jam ,’’ kata Qirana putri kecilku. “Iya, gimana gurunya mengajar dek?,’’ tanyaku penasaran. “Iya mah, ustazah Dur (panggilan anakku untuk gurunya) bawa jam dinding mati ke kelas,” kata Qirana “Buat apa jam dinding mati di bawa ke kelas?”,tanyaku penasaran. “Buat latihan membaca jam dalam bahasa Inggris,” jawab Qirana. “Ohh... Lha gimana caranya?,” tanyaku penuh selidik. 1

“Jadi tuh ya mah... ustazah nerangin baca jam trus anak anak disuruh praktek untuk baca jam pake jam mati itu. Satu anak disuruh maju, disuruh muter jam dinding mati. Trus ustazah minta satu anak untuk membaca jam di dinding itu. Ntar gantian. Gitu mah...” jawab Qirana. “Aku tadi bisa lho mah jawab pertanyaannya Ahmad!” tambah Qirana. “Wow .... keren dong!”, pujiku. “Iya.. mah...” Dirumah ada jam rusak ga mah? Ntar aku di bedeki ya mah.. Besok soale ulangan suruh gambar jam berdasarkan bacaan jam dalam bahasa Inggris” , celoteh Qirana “Okeyy... ntar mama cariin yaa.. “jawabku yang membuat matanya berbinar binar. Sebuah percakapan ringan antara aku dan anak kecilku Qirana. Tetapi percakapan itu seolah menjadi sebuah pembelajaran bagiku. Bahwa cara mengajar seorang guru sangat berarti bagi muridnya. Hanya dengan sebuah jam rusak tetapi mampu menumbuhkan semangat anakku untuk belajar. Seorang guru bisa menjadi semangat bagi muridnya. Bagaimana cara dia mengajar menjadi umpan bagi murid untuk mempelajari materi yang dipelajarinya. Bayangkan hanya dengan membawa sebuah jam rusak yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, murid sudah sangat bersemangat 2

untuk belajar di rumah. Bagaimana jika media pembelajaran itu di kemas dengan lebih menarik tentu saja minat dan semangat belajar murid akan semakin tinggi. Pada buku ini penulis akan menggali passion para guru untuk mengajar menggunakan media. Bukankah tujuan guru mengajar ingin menumbuhkan minat siswa untuk mau belajar? Mengajar dengan Media akan jadi cara guru untuk menarik perhatian siswa untuk mempelajari materi kita dan membuat suasana belajar lebih menyenangkan. 3

Modal Mengajar Tidak semua orang bisa mengajar. Bahkan tidak semua orang pintar bisa mengajar dengan baik. Kenapa? Karena mengajar butuh modal Guru adalah pengajar. Guru itu ibarat seorang pedagang, dimana mustahil seorang pedagang itu  tidak memiliki modal. Seseorang yang sudah memutuskan untuk jadi pedagang, tentu dia harus mempersiapkan dirinya sedemikian rupa, baik fisik, mental maupun materialnya. Begitu juga seorang guru. Ketika dia memutuskan untuk menjadi guru, mau tidak mau, suka ataupun tidak suka dia harus memiliki modal sebagai seorang guru. Tidak dapat dimungkiri bahwa kadang- kadang  masyarakat menuntut berlebihan kepada para guru. Makanya apabila ada seorang oknum guru yang melakukan penyimpangan, vonis masyarakat selalu lebih berat dibanding apabila penyimpangan tersebut dilakukan oleh oknum dari profesi lain. Padahal guru adalah manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan. 4

Di tengah polemic yang tak berkesudahan itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kelebihan- kelebihan. Sebab, tugas dan tanggungjawabnya sebagai pencerdas anak bangsa sekarang ini jauh lebih berat  dibanding tahun- tahun yang sudah berlalu. Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar saja, tetapi juga harus memilki kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan yang dimiliki peserta didiknya. Sebenarnya modal dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru agar benar- benar mampu menjadi terdepan dalam perubahan zaman?”.  Berikut ini adalah sejumlah kriteria sebagai bahan pertimbangan bagi calon guru maupun guru agar mampu tampil maksimal di depan peserta didiknya: 1.      Kecerdasan spiritual yang memadai. Guru berasal dari kata digugu dan ditiru. Sebuah idiom yang melambangkan betapa agungnya profesi seorang guru. Kemuliaan itulah yang membuatnya tidak bisa diterima masyarakat apabila ada oknum guru yang mencemarkan nama baiknya. Karena tingginya penghormatan yang diberikan kepadanya, maka seorang guru harus berhati –hati dalam berbuat dan bertindak, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Masyarakat berharap seorang guru itu merupakan sosok istimewa yang berada di atas rata- rata, sehingga ia bukan saja  menjadi guru bagi peserta didiknya di sekolah, tetapi 5

yang paling penting adalah dia mampu menjadi guru buat dirinya sendiri. Untuk bisa memenuhi alasan diatas seorang guru harus mempunyai kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual itu sendiri berarti seorang guru harus mempunyai kecerdasan jiwa yang membantunya untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai – nilai positif. Dalam bahasa Inggris kecerdasan spiritual ini disebut dengan SQ (Spiritual Quotient). Ciri utama dari seorang guru yang mempunyai SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran guru untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna. Kecerdasan Spiritual seorang guru dikatakan berkembang dengan baik apabila ditandai dengan : 1. kemampuan guru bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, 2. mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi, 3. mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, 4. mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, 5. mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi 6

6. mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal 7. mandiri 8. dan pada akhirnya dapat membuat seorang guru mengerti akan makna hidupnya 2.      Kecerdasan Emosinya Cukup. Kemampuan emosional merujuk pada kecakapan untuk mengelola batinnya sendiri dan batin peserta didiknya serta kemampuan untuk memberikan motivasi, baik kepada dirinya, maupun kepada peserta didiknya. Fokus utamanya adalah bagaimana seorang guru mampu mengelola emosinya sendiri. Kemampuan mengelola emosi ini sangat penting agar ia bisa tampil di depan peserta didiknya sebagai guru yang bijaksana. Kita tahu mendidik itu bukan saja berarti mengajar anak- anak untuk memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual dan emosional. Disamping otaknya pandai dan mampu mengendalikan diri, seorang guru juga harus memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Allah SWT. Pada prinspnya mendidik itu adalah mencetak generasi muda penerus bangsa menjadi manusia yang utuh baik lahir maupun batinnya. Ada seorang guru yang cukup cerdas baik spiritual maupun intelektualnya, namun ia tidak memiliki keterampilan untuk mengelola batin peserta didiknya dengan baik, sehingga yang terlontar dari mulutnya adalah keluh kesah tentang peserta didiknya. Seorang guru yang 7

memiliki kecerdasan emosional yang cukup akan terlihat jelas dari cara dia menghadapi peserta didiknya, yakni sabar dan bijaksana. Kecerdasan emosional atau dalam bahasa Inggris disebut dengan EQ (Emotional Quotient) bagi seorang guru berarti kemampuan guru tersebut untuk menerima mengelola serta mengontrol emosi dirinya dan peserta didiknya. Ada beberapa kunci untuk meningkatkan EQ seorang guru, antara lain a. Mengurangi Emosi negatif Mengurangi emosi negatif berarti ti- dak membebani pikiran seorang guru serta kemampuannya untuk mengambil keputusan. Jika ada seorang siswa yang menurut Anda dikatakan nakal katakanlah dalam hati itu adalah tantangan Anda untuk membuat dia menjadi lebih baik lagi. Hadapi dengan sabar dan halus. Bisa jadi kenakalannya adalah cara dia untuk meminta perhatian lebih pada Anda. Selalu berpikiran baik dan tidak mudah berprasangka buruk terhadap perilaku siswa. 8

b. Berlatih tenang dan menghindari stres Setiap orang pasti pernah mengalami stres. Begitu juga dengan guru. Ketika dihadapkan pada suatu masalah, seo- rang guru sebaiknya berperilaku tetap tenang. Sikap tenang juga akan mem- bawa kita untuk bisa membuat keputu- san yang baik. Karena keputusan yang diambil pada saat kita dalam kondisi emosi biasanya menghasilkan hal yang kurang baik. Untuk itu saat seorang guru mengalami suatu masalah atau be- rada dalam tekanan, hal penting yang perlu diingat adalah menjaga diri tetap tenang. Cara yang bisa dilakukan yai- tu dengan membasuh wajah dengan air dingin atau mulai berolahraga aerobic untuk mengurangi stres. c. Bersikap proaktif, bukan reaktif, saat berhadapan dengan siswa yang memiu emosi Anda Seorang guru, dimanapun dia mengajar, pasti pernah suatu ketika dihadapkan pada siswa- siswa yang menyebalkan. Situasi ini membuat guru seperti “ter- jebak” dalam mengajar. Ini akan mer- 9

usak mood dan waktu mengajar seorang guru sehingga memicu emosi negatif seorang guru. Yang perlu dilakukan ada- lah menenangkan diri sebelum bicara dan tidak langsung marah. Berusahalah untuk mencoba melihat dari sudut pan- dang siswa tersebut. Namun demikian, berempati bukan berarti mentoleransi semua perilaku buruk dan tidak pantas, akan tetapi mengingatkan dan juga me- nasehati akan kesalahan dan memberi solusi jika ada masalah yang dialami siswa tersebut. d. Bangkit, bukan lari dari masalah Setiap kali ada masalah dalam menga- jar, seorang guru hendaknya mengha- dapinya, bukan malah lari dari masalah. Carilah solusi dari masalah itu. Berdis- kusi dengan teman seprofesi mungkin bisa memberikan jalan pemecahan. Setiap ada permasalahan yang dijump- ai, tanyakan dan coba jawab pertanyaan ini: - Bagaimana cara mengatasi masalah ini? 10

- Apa pelajaran yang bisa diambil dari sini? - Bagaimana saya bisa belajar dari pengalaman ini? - Apa yang paling penting sekarang untuk dilakukan? Semakin tinggi kualitas pertanyaan, semakin baik pula jawaban yang didapatkan. Dari pertanyaan itu seorang guru akan mendapat sudut pandang yang tepat untuk membantu mengatasi situasi/ masalah yang sedang dihadapi. 3.      Kecerdasan Intelektualnya Lumayan. Seorang guru harus mampu menguasai bidang yang diampunya, dan tanggap terhadap perkembangan baru terutama yang berkaitan dengan bidangnya. Mendidik itu seni sehingga dinamis, bukan statis. Guru seharusnya kreatif berkreasi dan inovasi baru demi peserta didiknya. Seorang guru tidak boleh cepat merasa puas dengan apa yang telah ia lakukan dan terhadap prestasi yang dia capai. Dia harus memilki gagasan- gagasan baru demi meningkatkan kecerdasan peserta didiknya. Kecerdasan intelektual ini akan menempatkan dirinya sebagai sosok yang punya daya tarik tersendiri bagi peserta didiknya. Peserta didik merasa senang mengikuti apa yang diajarkannya, karena ia dianggap mampu dan menguasai bidangnya. 11

Kecerdasan intelektual atau dalam bahasa Inggris disebut intellegence Quotient (IQ). Bagi seorang guru ini berarti mencakup semua kemampuan seperti menalar, merencanakan, dan memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, daya tangkap dan belajar. Dalam arti sempit kecerdasan intelektual berarti kemampuan mencapai prestasi. Seorang guru diharapkan mampu berprestasi dalam arti prestasi akademik sehingga dapat mentransfer ilmu yang dipelajarinya kepada siswa. Seorang guru akan merasa percaya diri apabila dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan dari siswa. Untuk itu seorang guru tidak boleh berhenti untuk belajar. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan, para ilmuwan menyatakan ada beberapa cara untuk bisa dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan intelektual antara lain yaitu : a. Belajar bermain music Menurut peneliti memainkan alat musik bisa jadi menjadi kunci utama mening- katkan IQ. Bermain instrumen musik dapat meningkatkan sel – sel otak. Se- buah study juga menunjukkan kalau be- lajar sebuah lat music dikaitkan dengan peningkatan kemampuan intelektual. 12

b. Mengkonsumsi makanan bergizi Apabila kita mengkonsumsi makanan yang bergizi, kecerdasan intelektu- al kita akan meningkat. Diet berkual- itas menjadi faktor penting untuk menurunkan resiko kehilangan memori dan kemampuan berfikir. c. Tidur yang cukup Dalam sehari tubuh kita memerlukan tidur setidaknya tujuh sampai sembi- lan jam pada malam hari. Dengan tidur seluruh organ tubuh termasuk otak dapat beristirahat. Sebuah study juga mengatakan bahwa dengan tidur dapat mempertajam memori otak. Orang yang kurang tidur dapat menyebabkan keru- sakan syaraf dan fungsi otak. d. Banyak olahraga Dengan berolahraga otot – otot dalam tubuh dapat terbangun, sehingga dapat meningkatkan kesehatan otak dan pikiran kita. e. Menghindari stres Kondisi stres bisa berdampak negatif terhadap pikiran kita. Pikiran kita ti- 13

dak akan bisa fokus apabila kita dalam kondisi stres. Padahal kunci untuk men- jadi cerdas adalah fokus. Sebuah studi juga menemukan jika pen- yakit alzeimer, akan semakin parah jika kita dalam kondisi stres. Karena otak tidak bisa berkembang untuk mengh- adapi lingkungan sekitar. Sebaliknya apabila seseorang bisa hidup tenang dan damai, otak mereka bisa merespon lingkungan dengan lebih baik. 4.      Memiliki Kemampuan Berbicara. Kemampuan berbicara sangat penting bagi guru. Seorang guru tidak hanya sekadar pandai, tetapi juga harus mampu mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada peserta didiknya dengan baik  di depan kelas. Banyak guru yang pandai, namun tidak disukai oleh peserta didiknya, dikarenakan cara dia menyampaikan pelajaran yang tidak berkenan di hati mereka. Ada guru yang terlalu cepat berbicara, sehingga peserta didiknya hanya mendengar sepotong- sepotong. Ada pula guru yang mengajarnya bertele- tele, sehingga membosankan. Peserta didik banyak yang mengantuk, tidak focus dan berharap pembelajaran cepat berakhir dan gurunya keluar ruangan. Ada lagi guru yang terlalu santai, sehingga terkesan lebih banyak melawaknya daripada mengajar. 14

5.      Sabar Menghadapi Peserta Didiknya. Peserta didik datang ke sekolah dengan bermacam- macam karakteristik. Mereka datang ke sekolah dari berbagai latar belakang keluarga, yang tidak mungkin sama antara  satu dengan yang lainnya. Ada peserta didik yang perilakunya menyimpang, di sisi lain ada pula peserta didik yang daya tangkapnya lemah, ada juga yang terlalu kritis dan lain- lain. Semua ini merupakan masalah sehari- hari bagi seorang guru yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Untuk itu, maka seorang guru harus mempunyai jiwa yang matang. Mampu berpikir dewasa dan sabar dalam menghadapi kendala apapun yang menghalangi tugas- tugasnya. 6.      Telaten Membimbing Peserta Didiknya. Semua guru pasti ingin disukai oleh peserta didiknya. Guru juga ingin menciptakan kedamaian di hati peserta didiknya. Bukan penampilan fisik seorang yang membuat peserta didik merasa nyaman, melainkan ketelatenanlah yang membuat siswa selalu terkesan dengan gurunya. Seorang guru tidak boleh merasa bosan dalam membimbing peserta didiknya, karena daya tangkap anak bermacam- macam, ada yang cepat dan ada yang lambat. Kalau peserta didik yang cepat tentu tidak ada masalah, tapi kalau peserta didik yang lambat, sangat diperlukan ketelatenan guru dalam membimbingnya, agar mereka mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. 15

7.      Memiliki kedisiplinan Yang Tinggi. Disiplin merupakan faktor penting da- lam pembentukan karakter peserta didik. Profesionalisme guru bisa diukur dari tingkat kedisiplinannya dalam menjalani profesinya. Disiplin bukan hanya terbatas kepada waktu, tapi jugamenyangkutperilakuyanglainsepertikerapian dalam berpakaian, memarkir kendaraannya di tempat parkir yang telah ditentukan dan sebagai guru yang memiliki disiplin tinggi akan berupaya datang ke sekolah tepat waktu. Disiplin merupakan suatu keniscayaan, yang harus melekat pada diri seorang guru. Menjalani profesi sebagai seorang guru harus  memiliki tanggungjawab yang tinggi. Betapa besar kerugian yang harus ditanggung oleh Negara dan peserta didik kalau ada guru yang mangkir dari tugasnya tanpa alasan yang jelas? Seorang guru sebaiknya mengajari dirinya sendiri untuk berdisiplin tinggi sebelum menyampaikan tentang kedisiplinan kepada peserta didiknya. 8.      Komunikatif. Guru itu sama dengan artis yang menyampaikan pesan kepada penontonnya. Seorang pemain sinetron atau pemain film yang mendapatkan peran yang melankolis, maka dia benar- benar sedih dan penonton pun hanyut dengan kesedihan itu. Begitu juga kalau seorang artis mendapatkan peran antagonis, maka penontonpun ikut marah melihatnya. Itulah artis yang komunikatif. 16

Seorang guru dituntut komunikatif dengan peserta didiknya. Ia harus berusaha menghilangkan kesenjangan psikologis yang biasanya menjadi penghambat hubungan antara guru dan peserta didik. Guru yang komunikatif akan dirasakan oleh peserta didiknya bahwa apa yang disampaikan gurunya diserap dengan baik, karena penyampaian guru tersebut sangat menarik menurut mereka. Peserta didik akan merasa sangat rugi kalau mereka tidak datang atau guru tersebut berhalangan hadir. 9.      Memiliki Kepekaan dan Kepedulian. Kalau dicari di buku pedoman pembelajaran, memang tidak akan ditemukan kamus kepedulian. Namun seorang guru bukan hanya mengajar dengan berpedoman pada aturan yang ada, tapi secara moral mereka bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan peserta didiknya.. 10.  Memiliki Jiwa Pendidik. Seorang guru tentunya harus memiliki jiwa pendidik. Berbeda dengan profesi lain yang mengelola benda- benda mati, tugas guru lebih berat, karena guru berhadapan langsung dengan manusia, yang dalam hal ini adalah peserta didiknya. Guru mempunyai kewajiban mengelola potensi peserta didiknya yang semula tidak banyak tahu menjadi tahu segalanya. Jiwa pendidik harus dimiliki oleh seorang guru, karena amanah yang menjadi tanggungjawabnya bukan main beratnya. Namun, jiwa pendidik ini bisa ditumbuhkan. 17

Kadang- kadang ada orang yang awalnya tidak bisa menikmati perannya sebagai guru, lama kelamaan merasa susah untuk meninggalkan profesi itu. Pertanyaan sekarang, “Sudahkah anda semua para guru memilki jiwa pendidik?”. Kalau belum, apa yang mendorong anda untuk menjadi guru? Sekedar tuntutan perut atau ada factor yang lebih mulia dari itu? Hanya anda sendidilah yang bisa menjawabnya. 18

Yuk, Mengajar! Mengajar pada dasarnya suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa maka mengajar adalah kegiata milik guru. Dari pernyataan diatas seolah-olah mempunyai konsekuensi bahwa guru lah yang memegang kendali dari proses belajar. Guru diharapkan bisa menciptakan suasana yang menyenangkan pada proses belajar sehingga ilmu pengetahuan yang di transfer ke anak didik dapat diterima anak didik dengan baik. Menurut Nasution (2010;80) mengajar terdiri dari sejumlah kegiatan antara lain: a. Membangkitkan dan memelihara perhatian b. Menjelaskan kepada murid hasil apa yang diharapkan. c. Merangsang murid untuk mengingat kem- bali konsep, aturan, dan ketrampilan yang 19

merupakan prasarat agar memahami pela- jaran yang diberikan. d. Menyajikan simulasi yang berkenaan den- gan bahan pelajaran e. Memberikan bimbingan kepada murid da- lam proses belajar mengajar f. Memberikan feedback atau balikan den- gan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak g. Menilai hasil belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengeta- hui apakah dia telah benar mengetahui ba- han pelajaran itu dengan memberikan soal. h. Mengusahakan transfer dengan mem- berikan contoh – contoh tambahan untuk menggeneralisasikan apa yang telah dipe- lajari itu sehingga ia dapat menggunakann- ya dalam situasi – situasi lain. i. Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan – latihan untuk mener- apkan apa yang telah dipelajari. Dari uraian sejumlah kegiatan mengajar diatas jelas sekali bahwa ada hubungan timbal balik antara siswa dan guru, oleh karena itu dalam mengajar harus selalu mengikutkan siswa 20

dalam mengajar. Mengikutsertakan siswa dalam mengajar bisa dengan cara Menggunakan alat bantu visual. Dengan menggunakan alat bantu visual dalam pelajaran, hal ini akan memberikan contoh konkret dan siswa dapat terlibat langsung dalam proses belajar sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat pelajaran tersebut. 21

Mengajar dengan Cinta Tugas utama guru sebagai agen pembelajaran adalah mengajar siswa di kelas yang diampunya. Ketika mengajar, seorang guru tidak bekerja sendirian melainkan membutuhkan kerja sama orang lain yakni siswa yang diajar. Kegiatan mengajar tidak akan bisa berlangsung jika tidak ada siswanya. Sebab itu apabila guru mampu memasukkan unsur cinta ketika mengajar, maka hasilnya tentu akan lebih baik dan membahagiakan. Mengajar dengan cinta merupakan salah satu upaya untuk memudahkan guru mencapai keberhasilan. Seperti telah umum ketahui, bahwa sebagai agen pembelajaran, guru tidak bekerja sendirian. Dia membutuhkan kerja sama dan dukungan dari orang lain, terutama siswa atau peserta didiknya. Melalui siswa inilah keberhasilan atau kegagalan seorang guru dapat diketahui. Boleh dikatakan, keberhasilan seorang guru sangat ditentukan oleh keberhasilan murid- 22

muridnya. Begitu pula, kegagalan guru sering terjadi karena ketidakmampuannya memfasilitasi siswa mencapai hasil belajar secara optimal. Bisa saja, misalnya dalam kondisi tertentu, guru menyalahkan siswa-siswinya yang tidak mau belajar. Atau bahkan menyalahkan orang tua yang tidak mau membimbing anak-anaknya belajar di rumah. Bukankah guru adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan pembelajaran di kelas? Taruhlah misalnya siswa tidak siap dengan materi pembelajaran, sehingga sulit mengikuti penjelasan guru. Dalam hal ini, bukankah guru juga memiliki tanggung jawab untuk mengetahui latar belakang siswanya, sehingga tahu kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, guru dapat mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan sebaik-baiknya dan mencapai hasil yang terbaik. Jadi, guru memang harus benar-benar menjadi ayah atau ibu bagi murid- muridnya. Sebagai orang tua, kita tidak pernah menimpakan kesalahan sepenuhnya kepada anak- anak kita ketika mereka melakukan kesalahan. Kita lebih sering mengambil tanggung jawab atas apa yang anak-anak kita tidak sanggup memikulnya. 23

Ya, kita bisa melakukan ini karena kita mencin- tai anak-anak kita. Guru pun sesungguhnya dapat melakukan hal yang sama, seperti orang tua berbuat kepada anak-anaknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui “mengajar dengan cinta”. Dengan cinta, pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna. Dengan cinta, upaya guru dalam memfasilitasi siswa agar berhasil akan lebih bersungguh- sungguh, sehingga hasilnya pun akan lebih baik. Dengan cinta pula, guru lebih terkontrol ucapan dan tindakannya di depan kelas. Ya, cinta memang bisa menjadi sumber energi positif bagi keberhasilan pembelajaran, bahkan bagi manajemen tingkat tinggi sekali pun. Guru yang mengajar dengan cinta, jelas lebih tinggi pengabdiannya bagi dunia pendidikan. Dengan pengabdian yang tinggi ini, tentunya keberhasilan lebih terjamin. 24

Tips Mengajar dengan Cinta Pernahkah Anda sebagai guru ketika tidak di kelas atau saat jalan-jalan untuk acara pribadi kemudian tiba-tiba rindu kepada murid? Jika pernah, berarti benih cinta kepada murid telah merasuk ke dalam jalur darah Anda. Banyak guru yang mengajar hanya sekadarnya, tanpa cinta, tanpa hati, dan tanpa peduli. Yang terpenting masuk kelas, jam selesai, keluar kelas, dan setelah satu semester mengeluarkan nilai karena tuntutan sekolah. Mulai sekarang, cobalah mengajar dengan cinta, niscaya kita akan tenang, damai, dan nikmat. Berikut tips mengajar dengan cinta. 1. Siapkan menu. Ibarat seorang ibu yang menyiapkan makan malam untuk acara keluarga, menu sajian pastilah disiapkan dengan baik agar memberikan kepuasan kepada penikmat masakan tersebut. Begitu pula, guru yang akan memunculkan benih cinta, siapkanlah menu pembelajaran dengan baik agar dapat dinikmati murid dengan baik pula. 25

2. Hargai Siswa. Anak adalah anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Hargai anak sebagaimana mereka adalah sosok anak. Bawalah dunia Anda ke dunia mereka. Tiap ucapan anak adalah emas jadi perlu direspon dengan emas pula. 3. Tersenyumlah. Jika anda tersenyum dengan murid, dia akan memberikan cinta 100 kalinya sebagai pembalasan senyum itu. Kemudian, senyum guru akan disimpan dalam memori anak yang paling dalam. Memori itu pada akhirnya dapat melejitkan potensi diri anak itu sendiri. Senyum adalah multivitamin yang mampu neggairahkan kejiwaan anak. 4. Jadilah Aktor Ketika di kelas. Jadilah aktor yang mampu menawan murid. Gunakan tangan, hentakan kaki, lirikan, mimik, intonasi suara secara terpadu. Aktor yang baik akan mampu membenamkan kepedulian penontonnya untuk terus terkesima sambil memahami maknanya. 5. Bersahabatlah, Cinta bukan paksaan. Ia lahir dari perasaan, kehadirannya tidak diundang, perginya tiada yang merelakan. Persahabatan biasanya berakhir dengan percintaan tetapi percintaan tidak pernah berakhir dengan persahabatan. Bersahabatlah dengan siswa secara tulus. Sepanjang hidsupnya, siswa akan selalu tulus kepada sahabat gurunya. 26

Itulah, lima tips dasar bagi guru yang mengajar dengan cinta. Cinta bukan mengajar kita lemah tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar menghinakan diri tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat tetapi membangkitkan semangat. Kadangkala kita menyadari betapa dalamnya kita menyintai seseorang, di saat kita sedang kehilangannya. Dan kadangkala kita juga menyedari betapa perlunya cinta seseorang terhadap kita, di saat kita amat memerlukannya. Puisi berikut juga perlu menjadi inspirasi mengajar dengan cinta. Cinta (namelessmonster.blogspot.com) Jika ia sebuah cinta ia tidak mendengar, namun senantiasa bergetar Jika ia sebuah cinta ia tidak buta namun senantiasa melihat dan merasa. Jika ia sebuah cinta ia tidak menyiksa namun, senantiasa menguji. Jika ia sebuah cinta ia tidak memaksa namun, senantiasa berusaha. Jika ia sebuah cinta ia tidak cantik namun, senanantiasa menarik. 27

Jika ia sebuah cinta ia tidak datang dengan kata-kata namun, sentiasa menghampiri dengan hati. Jika ia sebuah cinta ia tidak terucap dengan kata namun, senantiasa, hadir dengan sinar mata. Jika ia sebuah cinta ia tidak hanya berjanji, namun senantiasa coba memenangi. Jika ia sebuah cinta ia mungkin tidak suci, namun senantiasa harmoni. Jika ia sebuah cinta ia tidak hadir karena permintaan, namun senantiasa hadir karena kebutuhan. Jika ia sebuah cinta ia tidak hadir dengan kekayaan dan kebendaan, namun senantiasa hadir kerana pengorbanan dan kesetiaan. 28

Menggunakan Media bentuk Cinta Guru dalam Mengajar Media merupakan salah satu bentuk alat untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Media mampu menyalurkan pesan serta merangsang perasaan dan kemauan siswa sehingga ada mendorong terjadinya proses belajar pada setiap siswa. Akan tetapi penggunaan media setidaknya dikemas sekreatif mungkin oleh seorang guru. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan proses belajar mengajar yang menyenangkan. 1. Prinsip-prinsip umum penggunaan media Dalam memilih media untuk pembelajaran, pengajar sebenarnya tidak hanya cukup mengetahui tentang kegunaan, nilai, serta landasannya , tetapi juga harus mengeta- hui bagaimana cara menggunakan media tersebut. Adapun prinsip-prinsip umum pengunaan media sebagai berikut: 29

a. Penggunaan media pemeblajaran henda- knya dipandang sebagai bagian intergral dalam sistem pembelajaran b. Media pembelajaran hendaknya dipan- dang sebagai sumber dana c. Pengajar hendaknya memahami ting- kat hirarki (sequence) dari jenis alat dan kegunaannya d. Pengujian media pembelajaran hendak- nya berlangsung terus , sebelum , selama , dan sesudah pemakaiannya. e. Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan memperlancar proses pembelajaran 2. Langkah-langkah penggunaan media a. Persiapan sebelum menggunakan media 1. Mempelajari petunjuk penggunaan media yang akan digunakan atau mungkin diperlukan buku-buku khusus tentang cara penggunaan media yang akan digu- nakan tersebut, terutama bila dibutuhkan perangkat keras seperti berbagai jenis pesawat proyektor (media elektronik). Periksalah voltase alat untuk disesuaikan dengan listrik setempat sebelum meng- hidupkan alat . Setelah itu , ikuti pentun- 30

juk –petunjuk khusus tiap alat. Misalnya OHP ada petunjuk khusus penempatan layer, pemakaian pesawat yang menghe- mat lampu OHP , cara meletakkan alat , tempat berdiri gur dll. 2. Semua peralatan yang akan digunakan perlu disiapkan sebelumnya , sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tidak akan terganggu oleh hal-hal yang bersifat teknis. Perhatikan pengaturan ruang maupun pebelajar , bila media akan digunakan se- cara kelompok, penempatan media diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan semua pebelajar untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. b. Pelaksanaan penggunaan media Pada saat kegiatan belajar dengan menggunakan media berlangsung, henda- knya dijaga agar suasana tetap terjaga . Keadaan tenang tidak berarti pembelajar harus duduk diam , yang penting perhatian pembelajar tetap terjaga. Bila hendak menggunakan pesawat proyektor yang memerlukan kegelapan ru- 31

ang , usahakan agar pebelajar masih dapat menulis , sehingga masih mungkin membuat catatan yang perlu . Kalau misalnya dalam proses pembelajaran pengajar masih perlu menambahkan penjelasan yang harus di- tulis dipapan tulis atau di transparansi , usahakan agar pembelajar tidak terhalang oleh posisi berdiri pengajar. Di samping itu , pengajar jangan sampai terlampau lama membelakangi pembelajar, sehingga kelas kacau karena perhatian pengajar berku- rang. Kalau media akan digunakan secara kelompok , usahakan setiap kelompok se- cara bergantian dipantau. Dengan demiki- an , pengajar dapat membantu pembelajar bila mendapat kesulitan. Selain itu, dapat menjaga ketertiban kelas (antar kelom- pok tidak saling terganggu) . Selama sajian media berlangsung dapat diselingi dengan pertanyaan, meminta pembelajar melaku- kan sesuatu , misalnya mengerjakan soal . 3. Evaluasi Tahap ini merupakan tahap penyajian apakah tujuan pembelajaran telah 32

tercapai, selain untuk memantapkan pemahaman materi yang disampaikan melalui media. Untuk itu perlu disediakan tes yang harus dikerjakan oleh pebelajar sebagai umpan balik . Kalau ternyata tujuan belum tercapai, maka pengajar perlu mengulangi sajian program media tersebut 4. Tindak Lanjut Dari umpan balik yang diperoleh , pen- gajar dapat meminta pebelajar untuk memperdalam sajian dengan berbagai cara , misalnya : diskusi tentang hasil tes, mempelajari referensi dan membuat rangkuman , melakukan suatu percobaan , observasi dll. 33

Media Puppet Show untuk Mengajar Narrative Text I. NAMA ALAT PERAGA: Alat peraga ini, penulis beri nama: “THE PUPPET SHOW” Kelas: VIII ( Delapan ) Semester: Genap Materi: Narrative Ketrampilan: Berbicara (Speaking Skill) Standar Kompetensi: Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal lisan pendek sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar Kompetensi Dasar 11. Memahami makna dalam esei pendek sederhana berbentuk recount dan narrative untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. 34

11.3. Merespon makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana secara akurat, lancar dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dalam teks berbentuk recount dan narrative II. TUJUAN Siswa mampu memahami dan merespon narrative text dengan mengetahui dan menemukan informasi rinci tersurat, informasi rinci tersirat , makna kata dan rujukan kata dalam narrative of legend di Kelas VIII semester genap kurikulum 2006/KTSP. III. MANFAAT Penggunaan Alat Peraga ‘The Puppet Show” mempunyai beberapa manfaat untuk peserta didik dan guru. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut : 1. Peserta didik menjadi antusias dan tertarik untuk belajar tentang Narrative Teks 2. Siswa terbantu untuk bisa lebih tau tentang legenda dari The legend of Suroboyo 3. Meningkatkan nilai KKM siswa dalam speaking skill/ ketrampilan berbicara 4. Guru terbantu untuk memfasilitasi siswa dalam pemahaman tentang materi Narrative Text 35

5. Pembelajaran bahasa inggris khususnya materi Narrative Text 6. menjadi lebih efektif dan menyenangkan. IV. RANCANGAN DESAIN Bahan dan Alat yang dibutuhkan:  Pembuatan wayang • Pensil • Spidol • Cat air • Kardus/karton bekas • Beberapa bilah bambu kecil • Lem kertas • Lem kayu • Gunting • pisau  Pembuatan tempat tancap • Bambu • kayu • Pisau • Paku 36

V. PROSEDUR PEMBUATAN ALAT PERAGA  Pembuatan Wayang: 1. Siapkan kertas gambar dan pensil. 2. Gambarlah tokoh-tokoh cerita yang dikehendaki (sesuai alur cerita) 3. Warnailah gambar tokoh tersebut dengan menggunakan cat air 4. Potong gambar tokoh tersebut. Jangan lupa berilah 5. Tempelkan gambar tersebut ke atas lembaran potongan kardus/karton bekas. 6. Guntinglah sesuai dengan pola pada gambar tersebut. 7. Rekatkan gambar pada sebilah bambu yang telah dibelah menjadi dua bagian atasnya. 8. Agar wayang terlihat dua dimensi, buatlah ulangi membuat gambar dan warnai gambar tersebut, tempel bagian gambar disisi belakang. Sebuah wayang tokoh cerita sudah jadi. 9. Ulangi tahap pembuatan tersebut di atas untuk tokoh cerita yang berbeda. 37

 Pembuatan Tempat Tancap 1. Siapkan bambu dan kayu 2. Rangkai bambu dan kayu seperti gambar dibawah dengan memberi paku 3. Beri lubang pada kayu yang men- datar untuk tempat menancapkan wayang agar 4. Lubang kedua dibuat sebagai pen- yangga supaya wayang tidak jatuh saat ditancapkan 5. Tempat tancap siap digunakan. VI. PROSEDUR PENGGUNAAN ALAT PERAGA 1. Siapkan sebuah meja. 2. Letakkan tempat tancap dan semua wayang 38

yang telah dibuat. 3. Tancapkan tokoh-tokoh wayang ke papan tancap. 4. Saat pembawa cerita menyampaikan cerita, wayang-wayang tersebut digunakan untuk mendukung jalan cerita. LAMPIRAN NASKAH TEKS The Legend of Surabaya A long time ago in East Java there were two strong animals, Sura and Baya. Sura was a shark and Baya was a crocodile. They lived in the sea. Actually, they were friends. But when they were hungry, they were very greedy. They did not want to share their food. They would fight for it and never stop fighting until one of them gave up. 39

It was a very hot day. Sura and Baya were looking for some food. Suddenly, Baya saw a goat. “Yummy, this is my lunch,” said Baya. “No way! This is my lunch. You are greedy! I had not eaten for two days!” said Sura. Then Sura and Baya fought again. After several hours, they were very tired. Sura had a plan to stop their bad behavior. “I’m tired of fighting, Baya,” said Sura. “Me too. What should we do to stop fighting? Do you have any idea?” asked Baya. “Yes, I do. Let’s share our territory. I live in the water, so I look for food in the sea. And you live on the land, right? So, you look for the food also on the land. The border is the beach, so we will never meet again. Do you agree?” asked Sura. “Hmm... let me think about it. OK, I agree. From today, I will never go to the sea again. My place is on the land,” said Baya. Then they both lived in the different places. But one day, Sura went to the land and looked for some food in the river. He was very hungry and there was not much food in the sea. Baya was very angry when he knew that Sura broke the promise. “Hey, what are you doing here? This is my place. Your place is in the sea!” “But, there is water in the river, right? So, 40

this is also my place!” said Sura. Then Sura and Baya fought again. They both hit each other. Sura bite Baya’s tail. Baya did the same thing to Sura. He bit very hard until Sura finally gave up. He went back to the sea. Baya was very happy. He had his place again. The place where they were fighting was a mess. Blood was everywhere. People then always talked about the fight between Sura and Baya. They then named the place of the fight as Surabaya, it’s from Sura the shark and Baya the crocodile. People also put their war as the symbol of Surabaya city. 41

Media Map of Town untuk Mengajar Asking and Giving Direction I. NAMA ALAT PERAGA: Alat peraga ini, penulis beri nama : “MAP OF TOWN” Kelas: VIII (Delapan) Semester: Genap Materi: Asking and Giving information Ketrampilan: Berbicara (Seaking Skill) Standar Kompetensi: Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal lisan pendek sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar Kompetensi Dasar 9.1 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek 42

sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi informasi 9.2 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi informasi II. TUJUAN Siswa mampu mengungkapkan makna dalam percakapan meminta dan memberi informasi / asking and giving information, preposition of place III. MANFAAT Penggunaan Alat Peraga ‘Map of Town” mempunyai beberapa manfaat untuk peserta didik dan guru. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut : 1. Peserta didik menjadi antusias dan tertarik untuk belajar tentang asking and giving for direction 2. Siswa terbantu untuk bisa lebih tentang preposition of place karena dapat langsung melihat dari gambar peta 43

3. Meningkatkan nilai KKM siswa dalam speaking skill/ ketrampilan berbicara 4. Guru terbantu untuk memfasilitasi siswa dalam pemahaman tentang materi asking and giving direction 5. Pembelajaran bahasa inggris khususnya materi asking and giving for direction menjadi lebih efektif dan menyenangkan IV. RANCANGAN/ DESAIN ALAT PERAGA Alat dan bahan yang dibutuhkan : 1. Kertas karton 2. Pensil 3. Spidol 4. Pensil warna 5. Krayon 6. Kayu Penjepit 7. Paku 8. Tali 44


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook