Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Jurnal Kadesi Vol 4. No.2 Januari 2023

Jurnal Kadesi Vol 4. No.2 Januari 2023

Published by cbm.budiono, 2023-01-23 14:11:11

Description: JurnalKadesi Berisi 8 ArtikelKarya Ilmiah

Keywords: Jurnal Kadesi

Search

Read the Text Version

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik random sampling, yakni pengambilan secara acak dari jumlah populasi. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah populasi yang ada sehingga sampelnya menjadi 40 orang guru yang ada di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. Variabel Penelitian Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka keadaan sistem prestasi kerja dianggap sebagai pedoman atau landasan yang baik dimana dalam hal ini pengumpulan data maupun dalam melakukan analisis data sehingga akan memberikan arah yang lebih baik. a. Variabel terikat (dependent variabel), dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah prestasi kerja. b. Variabel bebas (independent variabel), sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja. Berikut ini disajikan tabel yang berisi tentang definisi operasional beserta indikator untuk masing-masing variabel penelitian: Tabel 4: Indikator Variabel Penelitian Variabel Indikator Butir Pernyataan Kepemimpinan Kepala • Penggunaan Wewenang 10 Sekolah(X1) • Pengarahan 10 • Pengawasan 10 • Komunikasi 10 Motivasi Kerja(X2) 1. Faktor Internal • Kebutuhan akan penghargaan • Kebutuhan akan aktualisasi diri 2. Faktor Eksternal • Kebutuhan akan kondisi kerja • Kebutuhan akan sarana prasarana • Kebutuhan akan faktor pendukung kerja Lingkungan Kerja (X3) 1. Lingkungan Fisik • Ruang/tempat Kerja • Peralatan Kerja 2. Hubungan Kerja • Komunikasi • Kerjasama • Suasana kerja • Perilaku Pergaulan Prestasi Kerja(Y) 1. Tujuan dan kemampuan, 2. Teladan pimpinan, 3. Balas jasa (gaji dan kesejahteraan), 4. Keadilan, 5. Waskat (pengawasan melekat), 6. Sanksi hukuman, 7. Ketegasan, dan 8. Hubungan kemanusiaan _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 96

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini menggunakan a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian, data ini diperoleh secara langsung dari sumber utama dan diperoleh melalui kuisioner yang diperoleh dari guru SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari obyek penelitian secara langsung dari sumber utama dan diperoleh melalui data jumlah guru yang mengajar di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. Tehnik Pengumpulan Data 1. Wawancara Tehnik pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan akurat dan terpercaya teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik wawancara yaitu tehnik yang dilakukan melalui tanya jawab pada guru pengajar. 2. Kuesioner (Angket) Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket langsung dan tertutup, artinya angket tersebut langsung diberikan kepada responden dan responden dapat memilih salah satu dari alternatif jawaban yang telah tersedia. Dalam penelitian ini jawaban yang diberikan oleh karyawan kemudian diberi skor dengan mengacu pada skala likert. Menurut Sugiyono skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang/sekelompok _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 97

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ orang tentang fenomena sosial.5 Dalam penelitian skala Likert, maka variabel yang dapat diukur dijabarkan menjadi indikator jawaban seperti item instrumen yang menggunakan skala Likert. Untuk jawaban a, yaitu Sangat Baik diberi skor: 5, jawaban b, yaitu Baik diberi skor: 4, jawaban c, yaitu Cukup Baik diberi skor: 3 , jawaban d, yaitu Tidak Baik diberi skor : 2, dan untuk jawaban e, yaitu Sangat Tidak Baik diberi skor : 1. Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Analisis Kualitatif, tehnik analisis yang bersifat menggambarkan keterangan-keterangan dan penjelasan dari hasil koefisien yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai pedoman untuk menggambarkan saran. 2. Analisis Kuantitatif, tehnik analisis ini merupakan tehnik analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner/digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk angka- angka. Adapun dalam analisis kuantitatif meliputi: a. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas • Uji Validitas, Pengujian validitas tiap item pertanyaan dilakukan dengan menghitung korelasi pearson product moment antara skor item dengan skor total. Suatu item pertanyaan dikatakan valid jika signifikansi < 0,05. Atau membandingkan nilai r hitung dengan r tabel pada jumlah responden 40 orang. Kriteria yang diberikan yaitu apabila nilai r hitung> r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2006), 86. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 98

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ • Uji Reliabilitas, Reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi konstruk atau variabel penelitian suatu kuisioner dikatakan Reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu untuk mengukur Reliabilitas dengan Uji Statistik Cronbach Alpha, suatu variabel dikatakan reliable (handal) jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,600. b. Uji Asumsi Klasik • Uji Multikolinieritas, Uji Multikolinieritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Menurut Imam Ghozali (2009: 63-64) cara mendeteksi terhadap adanya Multikolinieritas dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1). Besarnya variabel Inflation Factor/VIF pedoman suatu model regresi yang bebas Multikolineritas yaitu nilai VIF 10. 2). Besarnya Tolerance pedoman suatu model regresi yang bebas Multikolineritas yaitu nilai Tolerance 0,1. • Uji Heteroskedastisitas, Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak Heteroskedastisitas cara untuk mendiktesikannya atau dengan cara melihat grafik perhitungan antara nilai prediksi variabel tingkat (zpred) dengan residual (srecid), analisisnya: 1). Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur lebih gelombang menyebar kemudian menyempit maka grafik mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas. 2). Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. • Uji Normalitas, Menurut Imam Ghozali (2009: 183) caranya normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 99

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Adapun kriteria sebagai berikut: 1). Jika data menyebar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. 2). Jika data menyebar garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram, maka tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi Normalitas. c. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda diperlukan guna mengetahui koefisien-koefisien regresi serta signifikansi sehingga dapat dipergunakan untuk menjawab hipotesis. Secara umum formulasi dari regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut: Y = a +bx1 + bx2 + bx3 Keterangan: Y = Prestasi Kerja a = Nilai intercept/constant X1=Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah X2 = Variabel Motivasi Kerja X3 = Variabel Lingkungan Kerja 1, 2, 3 = Koefisien regresi variabel bebas. d. Pengujian Hipotesis • Uji t (Parsial) Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara X1, X2, X3 terhadap Y secara individual (parsial) maka digunakan uji t. Adapun kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut: 1). Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh signifikan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. 2). Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima berarti tidak ada _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 100

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ pengaruh signifikan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. • Uji F (Simultan) Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara X1, X2, X3 terhadap Y secara bersama-sama (simultan) maka digunakan uji F. Adapun kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut: 1). Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh signifikan variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. 2). Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima berarti tidak ada pengaruh signifikan variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. e. Koefisien Determinasi Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui % nilai Y sebagai varibel terikat yang dapat dijelaskan oleh garis regresi, Algifari (1997: 32). Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat nilai Koefisien Determinasi atau antara 0 dan 1 nilai R2 yang terikat berarti kemampuan variabelvariabel bebas dalam menjelaskan variasi sangat terbatas nilai yang mendekati berarti variabel bebas menggambarkan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Hasil dan Pembahasan Hasil Pengolahan Data Uji Validitas dan Realiabilitas Data Variabel X1 Uji validitas terhadap instrumen penelitian variabel kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari 10 pertanyaan. Berdasarkan _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 101

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ hasil pengolahan data secara komputasi tersebut didapatkan nilai Corrected Item-Total Correlation yang dibandingkan dengan nilai tabel product moment (r), dengan kriteria apabila r hitung > r tabel maka data dikatakan valid. Dengan jumlah responden sebanyak 40 guru, nilai r tabel didapatkan sebesar 0.312. Dari hasil perhitungan yang tertera pada tabel berikut ini, semua butir instrumen pertanyaan memenuhi kriteria atau dinyatakan valid, maka semua soal item pertanyaan tersebut layak digunakan dalam penelitian. Berikut adalah tabel hasil uji validitas instrumen: Selanjutnya adalah pengujian reliabilitas, dengan kriteria instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai   0,60 dan data penelitian dapat digunakan sebagai analisi data. Data hasil komputasi didapatkan hasil sebagai berikut: _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 102

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Berdasarkan hasil uji di atas, maka instrumen penelitian dikatakan reliabel karena nilai Cronbach's Alpha 0.951 > 0,60 Sehingga data hasil penelitian dapat digunakan. Uji Validitas dan Realiabilitas Data Variabel (X2) Uji validitas terhadap instrumen penelitian variabel motivasi kerja terdiri dari 10 pertanyaan. Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputasi tersebut didapatkan nilai Corrected Item-Total Correlation yang dibandingkan dengan nilai tabel product moment (r), dengan kriteria apabila r hitung > r tabel maka data dikatakan valid. Dengan jumlah responden sebanyak 40 guru, nilai r tabel didapatkan sebesar 0.312 Dari hasil perhitungan yang tertera pada tabel berikut ini, pertanyaan dapat dinyatakan valid. Berikut adalah tabel hasil uji validitas instrumennya: Selanjutnya adalah pengujian reliabilitas, dengan kriteria instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai   0,60, dan data penelitian dapat digunakan sebagai analisi data. Data hasil komputasi didapatkan hasil sebagai berikut: _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 103

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Berdasarkan hasil uji di atas, maka instrumen penelitian dikatakan reliabel karena nilai Cronbach's Alpha 0.930 > 0.60. Sehingga data hasil penelitian dapat digunakan. Uji Validitas dan Realiabilitas Data Variabel X3 Uji validitas terhadap instrumen penelitian variabel lingkungan kerja terdiri dari 10 pertanyaan. Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputasi tersebut didapatkan nilai Corrected Item-Total Correlation yang dibandingkan dengan nilai tabel product moment (r), dengan kriteria apabila r hitung > r tabel maka data dikatakan valid. Dengan jumlah responden sebanyak 40 guru, didapat nilai r tabel didapatkan sebesar 0.312. Dari hasil perhitungan yang tertera pada tabel berikut ini, pertanyaan dapat dinyatakan valid. Berikut adalah tabel hasil uji validitas instrumen: _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 104

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Selanjutnya adalah pengujian reliabilitas, dengan kriteria instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai   0,60, dan data penelitian dapat digunakan sebagai analisis data. Data hasil komputasi didapatkan hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji di atas, maka instrumen penelitian dikatakan reliabel karena nilai Cronbach's Alpha 0.896 > 0.60 Sehingga data hasil penelitian dapat digunakan. Uji Validitas dan Realiabilitas Data Variabel Y Uji validitas terhadap instrumen penelitian variabel prestasi kerja terdiri dari 10 pertanyaan. Berdasarkan hasil pengolahan data secara komputasi tersebut didapatkan nilai Corrected Item-Total Correlation yang dibandingkan dengan nilai tabel product moment (r), dengan kriteria apabila r hitung > r tabel maka data dikatakan valid. Dengan jumlah responden sebanyak 40 guru, nilai r tabel didapatkan sebesar 0.312. Dari hasil perhitungan yang tertera pada tabel berikut semua pertanyaan dinyatakan valid. Berikut adalah tabel hasil uji validitas instrumennya: _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 105

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Selanjutnya adalah pengujian reliabilitas, dengan kriteria instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai   0,60, dan data penelitian dapat digunakan sebagai analisi data. Data hasil komputasi didapatkan hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji di atas, maka instrumen penelitian dikatakan reliabel karena nilai Cronbach's Alpha 0.937 > 0.60. Sehingga data hasil penelitian dapat digunakan. Uji Normalitas Histogram Histogram dapat menguji normalitas secara grafis yaitu melihat hasil output distribusi data. Apabila kurva normal tegak membentuk lonceng maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji berdistribusi normal Histogram variabel Prestasi kerja (Y) sebagai berikut: _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 106

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Gambar 1. Histogram variabel Prestasi Kerja (Y) Prestasi Dari output grafik histogram tersebut terlihat bahwa kurva normal relative tegak membentuk lonceng yang lurus sehingga dapat diartikan bahwa variabel Y berdistribusi normal. Histogram variabel lingkungan kerja (X3) sebagai berikut: Gambar 2. Histogram variabel Lingkungan Kerja (X3) Dari output grafik histogram tersebut terlihat bahwa kurva normal relative tegak membentuk lonceng yang lurus sehingga dapat diartikan bahwa variabel X3 berdistribusi normal Histogram variabel motivasi kerja (X2) sebagai berikut: Gambar 3. Histogram variabel Motivasi Kerja (X2) _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 107

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Dari output grafik histogram tersebut terlihat bahwa kurva normal relative tegak membentuk lonceng yang lurus sehingga dapat diartikan bahwa variabel X2 berdistribusi normal. Histogram variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) sebagai berikut: Gambar 4. Histogram variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Uji Normalitas Probability Plot (PP Plot) Dilakukan untuk memastikan bahwa data variabel penelitian berasal dari data yang berdistribusi normal. Pada uji ini digunakan grafik normal PP Plot hasil _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 108

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ pengolahan dengan program SPSS 17, didapatkan hasil sebagai berikut: Gambar 5. Grafik normalitas PP Plot Asumsi normalitas adalah jika titik-titik data hasil regresi tersebar di seputar garis diagonal pada grafik normal PP Plot. Berdasarkan hasil ini maka data memenuhi persyaratan normalitas. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF dan tolerance hasil pengolahan dengan program SPSS 17 menghasilkan perhitungan sebagai berikut: _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 109

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Hasil yang baik diperoleh jika nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai VIF berada di seputar 1 dan maksimal 10. Berdasarkan hasil di atas maka data memenuhi persyaratan multikolinearitas. Analisis Korelasi Dalam analisis korelasi terdapat tiga variabel independen, yaitu variabel, X1 X 2, X 3 dan Y sebagai variabel dependen. Korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen menghasilkan nilai koefisien sebagai berikut: Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 17 Berdasarkan hasil di atas didapatkan nilai korelasi masing- masing antara kepemimpinan kepala sekolah dengan prestasi kerja guru sebesar 0.162, motivasi kerja dengan prestasi kerja sebesar 0,546 dan lingkungan kerja dengan prestasi kerja guru adalah 0.347. Hasil korelasi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja dengan prestasi kerja bernilai 1.000 (r = 1) maka hubungan kedua variabel tersebut sempurna dan mempunyai hubungan yang searah (positif). _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 110

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Penentuan Koefisien Determinan Nilai determinan memberikan gambaran seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variable dependen. Coefficient of Determination hasil pengolahan komputasi menghasilkan nilai : Nilai koefesian korelasi (R) di atas menunjukkan nilai 0.624, maka nilai koefesien determinan (R2) sebesar 0,624 x 100% = 38,9 %. Hal ini berarti variabel Kepemimpinan kepala sekolah, Motivasi kerja dan Lingkungan kerja dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel Prestasi kerja sebesar 38,9 %, sedangkan sisanya (100 – 38,9) = 61,1 % merupakan kontribusi dari faktor lain diluar variabel yang diteliti seperti variabel sarana prasarana, kepuasan kerja, dan lain sebagaiannya. Pengujian Analisis Regresi Ganda Persamaan regresi untuk dua prediktor yaitu variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), variabel Motivasi kerja (X2) dan Lingkungan kerja (X3) adalah:  = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 111

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Dimana: A: Bilangan Konstanta B: Koefesien regresi Y: Prestasi kerja guru (Variabel terikat) X1: Kepemimpinan Kepala Sekolah (Variabel bebas) X2: Motivasi kerja (Variabel bebas) X3: Lingkungan Kerja (Variabel bebas) Hasil olah data komputasi untuk analisis regresi terlihat dalam tabel coefficient sebagai berikut: Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai: a (konstanta): 12,811 Koefisien X1: 0,136 Koefisien X2: 0,488 Koefisien X3: 0,349 _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 112

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Berdasarkan hasil analisis data dengan regresi ganda diperolah data sebagaimana tersaji di atas, sehingga persamaan regresi yang terbentuk dari hasil tersebut adalah: Y = 12,811+ 0,136 X1 + 0,488 X2 + 0,349 X3 Berdasarkan persamaan regresi tersebut diketahui bahwa pengaruh variabel independen terhadap dependen adalah positif sehingga kontribusi yang diberikan oleh setiap variabel independen terhadap variabel Prestasi kerja guru sebagai variabel dependen akan memberikan peningkatan sebesar nilai variabel independen tersebut. Hasil Uji t (Pengujian hipotesis secara parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing- masing variabel secara individu, yaitu variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja. Berikut disajikan hasil perhitungan uji t dengan menggunakan program SPSS 17 _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 113

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Untuk mengetahui signifikansi pengaruh antara variabel independen dengan dependen dapat dilihat pada kolom sig, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: - Jika probabilitas sig. > ά, maka Ho diterima dan Ha ditolak - Jika probabilitas sig. < ά, maka Ho ditolak dan Ha diterima Nilai yang didapatkan dalam uji t untuk semua variabel memberikan nilai probabilitas sig. > 0.05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dalam bentuk kalimat dinyatakan: 1. Ada pengaruh yang signifikan variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. 2. Ada pengaruh yang signifikan variabel motivasi kerja terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. 3. Ada pengaruh yang signifikan variabel lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. Hasil uji F (bersama) Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama, yaitu variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja. Hasil pengolahan komputasi menunjukkan nilai F sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini: _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 114

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Untuk mengetahui signifikansi pengaruh antara variabel independen dengan dependen secara simultan dapat dilihat pada kolom sig, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: - Jika probabilitas sig. > ά, maka Ho diterima dan Ha ditolak - Jika probabilitas sig. < 0.05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Penerimaan hipotesis tersebut dalam bentuk kalimat dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil Uji Korelasi dan Nilai Determinan Nilai korelasi Variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan prestasi kerja guru adalah 0,162, arah hubunganya positif dengan interprestasi hubungan yang sedang. Ini menunjukkan bahwa apabila dilakukan peningkatan kepemimpinan kepala sekolah maka prestasi kerja guru juga akan meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan yang searah. Kontribusi yang diberikan variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru sebesar (0,162 2 x 100 %) = 26,24 %. Hal ini dapat dimaknai bahwa variabel _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 115

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ prestasi kerja guru dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan variabel kepemimpinan kepala sekolah sebesar 26,24%. Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil analisis sebagai berikut. Koefesien korelasi antara variabel motivasi kerja dengan prestasi kerja guru pada nilai sig t. adalah 0,546, arah hubunganya adalah positif dan dengan interprestasi hubungan yang lemah. Hal ini menunjukkan bahwa apabila dilakukan peningkatan motivasi kerja maka prestasi kerja guru juga akan meningkat karena hubungan yang searah. Kontribusi yang diberikan variabel motivasi kerja sekolah terhadap prestasi kerja guru sebesar (0,5462 x 100 %) = 29,81 %. Hal ini dapat dimaknai bahwa variabel prestasi kerja guru dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan variabel motivasi kerja sebesar 29,81%. Nilai korelasi variabel lingkungan kerja dengan prestasi kerja guru adalah 0.347, arah hubunganya positif namun dengan interprestasi hubungan yang lemah. Ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan lagi peningkatan penyediaan lingkungan kerja sehingga prestasi kerja guru juga akan meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan yang searah. Kontribusi yang diberikan variabel lingkungan kerja terhadap prestasi kerja sebesar (0.3472 x 100 %) = 12,04%. Hal ini dapat dimaknai bahwa variable prestasi kerja guru dalam penelitian ini dapat dijelaskan oleh variabel lingkungan sebesar 12,04%. Nilai determinan menunjukkan nilai 0,624 yang berarti nilai koefesien determinan sebesar 38,9%. Hal ini berarti variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja memberikan kontribusi sebesar 38,9% terhadap prestasi kerja guru. Sedangkan _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 116

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ sisanya (100 – 38,9) = 61,1% merupakan pengaruh dari faktor lain di luar variabel yang diteliti. Angka ini memberikan gambaran bahwa kontribusi yang diberikan oleh ketiga variabel independen yang dipergunakan dalam penelitian memberikan kontribusi yang cukup terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. Hasil Uji Regresi Ganda Berdasarkan hasil analisis data didapatkan persamaan regresi yang terbentuk sebagai berikut: Y = 12,811+ 0,136 X1 + 0,488 X2 + 0,349 X3 Persamaan ini memberikan arti bahwa nilai variabel dependen prestasi kerja guru (Y) dipengaruhi oleh ketiga variabel independen yaitu kepemimpinan kepala sekolah (X1), motivasi kerja (X2) dan lingkungan kerja (X3). Adapun makna dari nilai tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 12,811 artinya jika semua variabel independen dianggap konstan, maka variabel prestasi kerja guru mempunyai nilai sebesar 12,811 satuan. 2. Koefesien regresi variabel kepemimpinan kepala sekolah(X1) sebesar 0,136 menyatakan bahwa jika X2 dan X3 diasumsikan konstan maka setiap peningkatan nilai Variabel (X1) sebesar satu satuan akan meningkatkan variabel prestasi kerja guru (Y) sebesar 0,136 satuan. 3. Koefesien regresi variabel motivasi kerja (X2) sebesar 0,488 menyatakan bahwa jika X1 dan X3 diasumsikan konstan maka _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 117

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ setiap peningkatan nilai variabel (X2) akan meningkatkan variabel prestasi kerja guru (Y) sebesar 0,488 satuan. 4. Koefesien regresi variabel lingkungan kerja (X3) sebesar 0,349 menyatakan bahwa jika X1 dan X2 diasumsikan konstan maka setiap peningkatan nilai variabel (X2) sebesar satu satuan akan meningkatkan variabel prestasi kerja guru (Y) sebesar 0,349 satuan. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan hasil uji hipotesis baik secara individu maupun bersama diperoleh hasil bahwa: 1. Uji hipotesis variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru dengan nilai probabilitas sig. 0.001 < 0,05 adalah signifikan dan hipotesis alternatif yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor memenuhi kriteria pengujian. 2. Uji hipotesis variabel motivasi kerja terhadap prestasi kerja guru dengan nilai probabilitas sig. 0.017 < 0,05 adalah signifikan dan hipotesis alternatif yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan variabel motivasi kerja terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2013/2014 memenuhi kriteria pengujian. 3. Uji hipotesis variabel lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru dengan nilai probabilitas sig. 0.047 < 0,05 adalah signifikan dan hipotesis alternatif yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 118

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ variabel lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor memenuhi kriteria pengujian. 4. Uji hipotesis secara bersama antara variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru dengan nilai probabilitas sig. 0.000 < 0,05 adalah signifikan dan hipotesis alternatif yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru memenuhi kriteria pengujian. Kesimpulan Hasil regresi ganda menghasilkan persamaan Y = 12,811+ 0,136X1+ 0,488X2+ 0,349X3. Hasil analisis hipotesis baik dengan uji secara individu (uji t) maupun uji secara bersama (uji F) memberikan kesimpulan bahwa: 1. Menyatakan ada pengaruh yang signifikan variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi kerja gurudi SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor dapat diterima. Dengan kata lain ada hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan prestasi kerja guru. Hal ini dapat disimpulkan semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik pula prestasi kerja guru tersebut. 2. Menyatakan ada pengaruh yang signifikan variabel motivasi kerja terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor dapat diterima. Dengan kata lain ada hubungan positif antara motivasi kerja dengan prestasi kerja guru. Hal ini dapat disimpulkan _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 119

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ semakin tinggi motivasi kerja guru maka semakin tinggi pula Prestasi kerja guru tersebut. 3. Menyatakan ada pengaruh yang signifikan variabel lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor dapat diterima. Dengan kata lain ada hubungan positif antara lingkungan kerja dengan prestasi kerja guru. Hal ini dapat disimpulkan semakin baik lingkungan kerja maka semakin tinggi pula prestasi kerja guru tersebut. 4. Menyatakan ada pengaruh yang signifikan variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor dapat diterima. Dengan kata lain ada hubungan positif antara motivasi kerja, kepemimpinan kepala sekolah dan lingkungan kerja dengan prestasi kerja guru. Hal ini dapat disimpulkan semakin tinggi motivasi kerja guru, semakin baik kepemimpinan kepala sekolah dan semakin baik lingkungan kerja maka semakin tinggi dan baik pula prestasi kerja guru tersebut. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 120

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Referensi Gibson. Organizations (Behavior, Structure, Processes). Twelfth Grafindo Persada, 2006. Hani, Handoko dkk. Strategi Organisasi. Yogyakarta: Amara BooksJakarta, 2001. Hill, McGrow. Cyprus. The International Journal of Educational Management. 16th ed. Vol. 16, n.d. Judge, Robbbins. Perilaku Organisasi, Buku 1 Dan 2. Jakarta: Salemba Empat, 2007. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia, 2001. Mangkunegara, Anwar Prabu. Evaluasi Prestasi Kerja. Bandung: Refika Aditama C.V Mandar Maju, 2005. Menon, Maria E. Perceptions of Pre_Service and In-Service Teachers. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Nitisemito, Alex S. Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001. Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. 10th ed. PT Indeks, 2006. Sadili, Samsudin. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Sardiman. Interaksi Dan Motivasi Kerja Mengajar. Jakarta: Raja, 2005. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 121

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung, 2001. Sudarmanto. Kienerja Dan Pegembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, 2006. Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. ———. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. “UU RI No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru Dan Dosen.,” n.d. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 122

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Profil Pelajar Pancasila dalam Pendidikan Agama Kristen Esther Bessie1 [email protected]* Djoys Anneke Rantung2 [email protected] Lamhot Naibaho3 [email protected] Abstract Pancasila is the philosophy of life of the Indonesian nation which becomes the basis for thinking and behaving in the life of the nation and state. The five principles in Pancasila have noble values which must become the principles and character of the Indonesian nation; in line with the goal of education, namely to make Indonesian people Pancasila humans. A person becomes an educated human being not only because he has certain cognitive abilities or skills but also has high values as life skills. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan has announced the “Profil Pelajar Pancasila” according to the Vision and Mission of the Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan as stated in Permendikbud Number 22 of 2020 concerning the Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. This is the goal of character building through habituation in schools at the levels of Kindergarten, Elementary School, Middle School, and College. The cultivation and formation of character according to the noble values of 1 Universitas Kristen Indonesia 2 Universitas Kristen Indonesia 3 Universitas Kristen Indonesia _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 123

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pancasila are in line with the Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) in Undang-Undang Number 20 of 2003. Christian Religious Education is one of a number of subjects or courses that must be accepted by students in schools and students on campus. Christian Religious Education teaches the teachings of Christian faith which are based on God's Revelation, namely the Bible, so that students and students not only receive religious knowledge or knowledge cognitively but also make Christian teachings the basis of life and personal behavior. At first glance it seems as if there are two bases with two different purposes. The question is, has there been a dichotomy in the education camp in Indonesia? Will the Student or Student receive two different grounds? Can Christians become Pancasila people or Pancasila people can become Christians? Then how should Christians respond to this, especially in Christian religious education in schools? The author conducted research to obtain the right formula about the position and correlation between the Pancasila Student Profile and Christian Religious Education in education in the current era of disruption. It was found that in fact the two did not contradict each other. On the other hand, a true Christian will live as a disciple of Christ and at the same time he will have and embody the noble values of Pancasila in his daily life. Keywords: Values; Pancasila; Christian Religious Education; Pancasila Students; Pancasila Profile Abstrak Pancasila adalah falsafah yang menjadi landasan hidup, berpikir dan berperilaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Kelima sila dalam Pancasila mempunyai nilai-nilai luhur yang harus menjadi prinsip dan karakter bangsa; selaras dengan tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia Indonesia manusia Pancasila. Menjadi manusia yang terdidik bukan hanya karena memiliki kemampuan kognitif atau keahlian tertentu tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur sebagai kecakapan hidup (life skills). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mencanangkan “Profil Pelajar Pancasila” sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Ini menjadi tujuan pembentukan karakter melalui pembiasaan-pembiasaan di sekolah pada jenjang Taman Kanak-Kanak, _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 124

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun Perguruan Tinggi. Penanaman dan pembentukan karakter sesuai nilai-nilai luhur Pancasila ini selaras dengan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan Agama Kristen adalah satu dari sejumlah mata pelajaran atau mata kuliah yang harus diterima oleh Pelajar di sekolah maupun Mahasiswa di kampus. Pendidikan Agama Kristen mengajarkan iman Kristen yang berlandaskan pada Wahyu Allah yaitu Alkitab, agar Pelajar maupun Mahasiswa tidak hanya menerima ilmu atau keilmuan keagamaan secara kognitif tetapi juga menjadikan ajaran Alkitab sebagai landasan hidup dan berperilaku secara pribadi. Sekilas terlihat seolah-olah ada dua landasan dengan dua tujuan yang berbeda. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah telah terjadi dikotomi dalam kubuh pendidikan di Indonesia? Apakah Pelajar atau Mahasiswa akan menerima dua landasan yang berbeda? Apakah orang Kristen dapat menjadi manusia Pancasila atau manusia Pancasila dapat menjadi Kristen? Lalu bagaimana seharusnya orang Kristen menyikapi hal ini khususnya dalam pendidikan agama Kristen di sekolah? Penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan formula yang tepat tentang kedudukan dan korelasi antara Profil Pelajar Pancasila dengan Pendidikan Agama Kristen dalam pendidikan di era disrupsi saat ini. Ditemukan, bahwa sesungguhnya keduanya tidak saling bertentangan. Sebaliknya, seorang Kristen sejatinya akan hidup sebagai murid Kristus dan pada saat yang sama ia juga akan memiliki dan mengejawantahkan nilai-nilai luhur Pancasila di dalam kehidupannya sehari-hari. Kata-kata kunci: Nilai-nilai; Pancasila; Pendidikan Agama Kristen; Pelajar Pancasila; Profil Pancasila Pendahuluan Setelah melalui proses yang panjang, pada tanggal 1 Juni 1945 Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia, menjadi pandangan atau falsafah dalam seluruh pergerakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelima sila dalam Pancasila adalah kesepakatan berdasarkan nilai-nilai universal yang telah merangkum harapan dan cita-cita hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai prinsip _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 125

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ hidup, adalah filosofis yang diangkat dari cara hidup bangsa Indonesia dan telah mengakar agar dalam kehidupan manusia Indonesia. Pancasila memiliki nilai-nilai keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, sehingga dapat menjadi panduan untuk memahami tentang manusia Indonesia. Lima Sila Pancasila tertulis dalam Alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, menyatakan Pancasila sebagai pandangan hidup yang telah dimurnikan, mengalami kristalisasi dan menjadi dasar negara Republik Indonesia. Hal ini perlu dilanjutkan dengan proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang4 dan akan berdampak terhadap keberadaan bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan beragam latar belakang suku bangsa dan agama, agar tidak menjadikan Pancasila sebagai panduan yang akan mengabaikan realitas adanya perbedaan melainkan menyatukan semua perbedaan itu dengan semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’. Soerjanto Poespoardojo menyebutkan bahwa kedudukan dan fungsi Pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, dasar filsafat negara Indonesia, dan sebagai ideologi bangsa.5 Ini adalah gambaran bahwa Bangsa Indonesia dan Pancasila tidak dapat terpisahkan sebab Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia. Untuk itu, menempatkan Pancasila dalam kurikulum pendidikan merupakan langkah strategis untuk menanamkan nilai-nilai luhur bangsa kepada generasi muda Indonesia; bukan hanya 4 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Cet. 5. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal. 75. 5 Soerjanto Poespoardojo, Filsafat Pancasila (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), hal. 7. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 126

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ untuk memberikan pendidikan nilai tetapi untuk membentuk manusia Indonesia yang sejati yaitu manusia Pancasilais, pengamal nilai-nilai luhur Pancasila sebagai kepribadian dan ciri khas generasi Indonesia sepanjang masa. Pendidikan Agama Kristen adalah satu dari beberapa mata pelajaran atau mata kuliah yang diterima oleh pelajar di sekolah atau mahasiswa di perguruan tinggi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan standar kurikulum yang harus dikembangkan dan dipenuhi, diajarkan dan diterapkan oleh para pendidik bersama pelajar di sekolah atau mahasiswa di perguruan tinggi. Pendidikan Agama Kristen sendiri mempunyai misi Allah yang harus dilaksanakan sebagai tanggung jaab seorang Pendidik kepada Tuhan yang mengutusnya. Pendidikan dilaksanakan secara sadar, untuk mengedukasi umat Tuhan secara sistematis dengan tujuan mempertemukan manusia dengan Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Dirk Roy Kolibu mengatakan, pendidikan agama Kristen haruslah menempatkan Alkitab sebagai sumber utama dalma pembelajaran agar manusia Indonesia yang menerima pendidikan tersebut dapat bertumbuh dewasa, matang dan teguh dalam kehidupan pribadi bersama Tuhan.6 Filsafat Pendidikan Agama Kristen bersumber pada Wahyu Allah, maka segala sesuatu tentang Pendidikan Agama Kristen haruslah berlandaskan pada Alkitab; baik materi, metode, pendekatan, keterampilan, kecakapan hidup, secara teoritis maupun praktis 6 Dirk Roy Kolibu, Teologi Pendidikan Agama Kristen. Buku Materi Pelajaran (Jakarta: UKI, 2019), hal. 53. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 127

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ haruslah berlandaskan pada Alkitab. Pendidikan Agama Kristen telah menjadi bagian dari struktur kurikulum yang terstandarisasi dengan struktur dan standar isi ditentukan oleh pemerintah.7 Namun implementasi struktur dan standar isi ke dalam pembelajaran haruslah berpusat pada Alkitab. Dengan cara itu maka Pendidikan Agama Kristen akan dilaksanakan sesuai falsafah Kristiani yaitu berlandaskan pada ajaran Alkitab. Sebagaimana pendidikan sejatinya akan berlangsung seumur hidup dalam diri seseorang, demikian juga Pendidikan Agama Kristen akan berlangsung sepanjang hayatnya. Melalui Pendidikan Agama Kristen seseorang akan menerima pengetahuan dan pemahaman tentang Allah; yang akan mempengaruhi kehidupan pribadi sebagai proses tentang bagaimana menjadi semakin serupa dengan Kristus, terhisap dalam persekutuan yang akrab dengan Kristus.8 Secara ideal seharusnya terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan seseorang tentang iman Kristen melalui Pendidikan Agama Kristen tersebut. Sebab sesungguhnya pendidikan tidak hanya tentang ilmu tetapi membina kepribadian, karakter, dan menanamkam nilai-nilai sehingga terbentuk masyarakat yang berkarakter baik. Proses inilah yang harus terjadi dalam sebuah pendidikan, termasuk pendidikan agama Kristen, agar 7 Kemdikbudristek, “Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah,” Https://Kurikulum.Gtk.Kemdikbud.Go.Id (2022): 2022. 8 Thomas H. Groome, Christian Religious Education Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hal. 26. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 128

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ dapat membangun masyarakat yang memiliki budaya atau peradaban luhur. Semua proses Pendidikan Agama Kristen yang berlandaskan pada Wahyu Allah bertujuan membentuk manusia berkarakter Kristus. Hal ini dapat terjadi apabila pendidik telah mengalami pertobatan terlebih dahulu sehingga dapat membawa nara didiknya sampai pada pertobatan pribadi kepada Kristus. Pertobatan pribadi mengakibatkan perubahan yang dapat menghasilkan seorang Kristen yang takut akan Tuhan dan memiliki nilai-nilai sesuai karakter Kristus.9 Jadi Pendidikan Agama Kristen merupakan cara yang digunakan untuk mengajarkan iman Kristen kepada semua orang, dan Wahyu Allah adalah isi pengajaran yang dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi serupa dengan Kristus; sedangkan semua proses, kegiatan belajar, metode, pendekatan dan sarana prasarana adalah media yang menghantar Pendidikan Agama Kristen mencapai tujuannya. Metode Penelitian Penelitian terkait pembahasan Profil Pelajar Pancasila Dalam Pendidikan Agama Kristen ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dengan cara mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tertulis. Seluruh informasi dianalisis dan untuk menemukan rumusan yang tertuang dalam tulisan ini, dengan fokus pentingnya Pendidikan Agama Kristen untuk membentuk kepribadian generasi Kristen Indonesia yang Pancasilais namun takut akan Tuhan. 9 Tahir Dato’Sri, Menjawab Panggilan Surgawi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022), hal. 33. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 129

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Hasil dan Pembahasan a. Hubungan Pancasila dan Pendidikan Agama Kristen Umat Kristen di Indonesia memiliki identitas sebagai warga negara Indonesia dan identitas sebagai pemeluk agama Kristen. Kedua identitas ini tidak dapat terpisahkan sebab ditemukan pada satu individu, tetapi bukan berarti bahwa individu tersebut dapat memilah diri untuk berdiri sebagai warga negara Indonesia pada suatu waktu dan menjadi seorang pemeluk agama Kristen pada waktu yang lainnya.10 Keduanya, yaitu kepribadian Pancasilais dan sebagai orang beriman kepada Kristus, terjalin begitu rupa dan menyatu dalam kepribadian. Menjadi warga negara Indonesia merupakan anugerah, dimana setiap warga negara wajib menempatkan Pancasila sebagai falsafah hidup yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila bercita- cita menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang berakhlak mulia, bermartabat dan berperilaku baik sebagai bangsa yang berke-Tuhan- an. Pancasila juga memberikan hak dan kewajiban yang mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk kehidupan beragama. Pancasila mengajarkan nilai-nilai luhur yang sifatnya universal pada kelima sila-nya yang dijadikan panduan berperilaku dalam kehidupan masyarakat; sedangkan agama mengajarkan moralitas, etika, keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan, dan akhlak mulia yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut dalam kehidupan pribadi 10 Winarno, “RESPONS UMAT BERAGAMA TERHADAP PANCASILA SEBAGAI SARANA INTEGRASI BANGSA (Studi tentang pandangan dan sikap umat beragama di Surakarta)” (2019). _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 130

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ sebagai nilai-nilai yang mengikat kehidupan pribadi dengan Tuhan. Ini memperlihatkan hubungan yang sangat erat antara Pancasila dan Pendidikan Agama Kristen sehingga secara bersama dapat menanamkan nilai-nilai dan membentuk karakter. Sila pertama dalam Pancasila bukan menjadi milik agama tertentu tetapi dimiliki dan harus ditaati oleh semua agama di Indonesia. Nilai-nilai dalam sila pertama ini sesungguhnya adalah pengendali utama budi pekerti dalam diri seorang manusia Pancasilais.11 Apabila semua warga Indonesia hidup sesuai nilai-nilai di dalamnya, maka tidak akan terjadi konflik agama. Semua warga Indonesia akan hidup bersama, masing-masing menjalankan ajaran agamanya, menghormati orang lain yang berbeda agama dengannya, tidak akan saling mengusik, namun menerima kenyataan bahwa ada perbedaan ajaran di antara agama masing-masing yang tidak perlu dibicarakan atau diperdebatkan. Sila pertama menyatukan seluruh rakyat Indonesia dalam ketaatan kepada ajaran agamanya masing- masing. Pendidikan agama Kristen mengajarkan lebih dari sekedar menghargai dan menghormati orang lain sebab Alkitab mengajarkan hidup takut akan Tuhan melebihi dari apapun. Ketika berhadapan dengan raja Nebukadnezar, Daniel dengan tegas mengatakan bahwa Allah yang disembahnya melebihi dari orang bijaksana dan ahli nujum yang selama ini dipercayai oleh raja, dapat memberitahukan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Daniel 2:26-28). Daniel tidak menempatkan dirinya sebagai yang utama meskipun ia dapat 11 Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, hal. 93. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 131

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ menyampaikan arti mimpi raja, melainkan tunduk kepada Allah yang telah membuatnya mengerti arti mimpi raja Nebukadnezar. Allah adalah pemilik kehidupan dan sumber dari seluruh kehidupan yang ada di muka bumi, kepada-Nyalah setiap orang harus membangun ketaqwaan dan ibadahnya. Nilai-nilai universal dapat membangun seseorang menjadi manusia yang baik dan bermoral, tetapi Pendidikan Agama Kristen membentuk karakter yang takut akan Tuhan dan menjadi serupa dengan karakter Kristus. Sila kedua tentang kemanusiaan, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mengakui persamaan hak dan kewajiban diantara manusia serta menjunjung tinggi toleransi. Berlatarbelakang masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bangsa Indonesia memiliki kemajemukan yang unik sekaligus memerlukan sistem masyarakat yang tepat agar keunikan tersebut dapat menjadi kekayaan yang sifatnya konstruktif, bukan sebaliknya. Kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai ini akan menciptakan masyarakat yang hidup sejahtera, berdampingan dalam keadilan, memanusiakan sesamanya, dan bersahabat satu dengan yang lain. Pendidikan Agama Kristen mengetengahkan ajaran bahwa Allah memerintahkan agar manusia hidup saling mengasihi, bahkan terhadap musuh sekalipun (1 Korintus 12:27). Tuhan Yesus mengajarkan, “…Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). Sebuah nilai yang tidak hanya menyentuh relasi sosial antar manusia semata-mata tetapi hati yang mengasihi dan rela berkorban demi kepentingan kemanusiaan. Sila ketiga tentang persatuan. Pancasila memiliki nilai-nilai persatuan dan kesatuan diantara kehidupan bangsa Indonesia yang _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 132

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ majemuk.12 Persatuan diikat dengan satu bahasa yang sama, saling menghargai perbedaan sebagai kekayaan bangsa, hidup bersama dengan saling menolong dan bergotong royong. Pendidikan Agama Kristen tidak hanya mengajarkan persatuandan kesatuan melainkan persekutuan, bahkan persekutuan tubuh Kristus. Setiap anggota tubuh memiliki fungsi yang berbeda tetapi semuanya berada dalam satu tubuh Kristus, sehingga kebutuhan dan persekutuan harus dijaga dengan cara saling menghormati dan melengkapi, saling menghargai dan mengutamakan satu dengan yang lainnya. Sila keempat adalah ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.’ Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah melakukan musyawarah untuk mendapatkan keputusan bersama. Apapun keputusan yang dihasilkan harus dilaksanakan oleh semua anggota masyarakat, tidak ada kelompok-kelompok yang saling bertentangan dengan alasan-alasan tertentu. Diperlukan kerendahan hati untuk mengutamakan kepentingan umum, mengedepankan keadilan dalam bermusyawarah, dan bertanggung jawab mewujudkan kehidupan berdemokrasi yang berkeadilan. Pendidikan Agama Kristen mengajarkan nilai-nilai demokrasi yang berlandaskan pada pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah yang segambar dan serupa dengan Allah, ditempatkan pada kedudukan yang sama diantara sesama manusia lainnya. Tidak ada manusia yang lebih tinggi dari sesamanya. Sebaliknya diperlukan kerendahan hati untuk dapat saling 12 Abdul Rohim, “Implementasi Persatuan dan Kesatuan Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” (2021). _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 133

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ menerima dan menghormati, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memimpin atau memberikan pandapatnya. Nilai-nilai ini sangat penting dalam kehidupan bersama. Sila kelima tentang keadilan. Pancasila memuat nilai-nilai yang menunjang terciptanya kesejahteraan bersama, dengan cara memenuhi kewajiban dan saling menghormati hak orang lain. Pendidikan Agama Kristen menekankan tugas sebagai garam dan terang dunia. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:16). Orang Kristen harus menghadirkan damai sejahtera, menjadi pelopor yang meneladankan kasih, menyebarkan pengaruh baik dalam pergaulan, bahkan menjadi inisiator pendamaian dimana pun berada. Perbuatan baik seperti itu akan berdampak kepada orang lain, menciptakan komunitas yang belajar saling menerima satu dengan yang lain. Dari penjelasan-penjelasan diatas terlihat bahwa tidak ada pertentangan diantara Pancasila dan Pendidikan Agama Kristen. Keduanya saling berhubungan erat dan dapat berjalan bersama-sama dalam penanam nilai-nilai untuk membentuk profil pelajar Pancasila. Bukan berarti bahwa Pancasila dan Pendidikan Agama Kristen berada pada posisi atau kedudukan yang sama. Pancasila dapat diajarkan terintegrasi ke dalam Pendidikan Agama Kristen. Nilai-nilai Pancasila dapat menjadi norma yang berlaku secara universal di seluruh bumi Nusantara tetapi tidak dapat diterapkan dengan cara yang sama pada saat berada di luar wilayah NKRI. Sedangkan ajaran agama Kristen dapat dilaksanakan tanpa batas teritorial, dan menjadi nilai-nilai yang absolut, mutlak, dimana pun seseorang berada. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 134

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Jadi, nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila terdapat juga di dalam ajaran iman Kristen, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Seorang Kristen sejati dapat menjadi seorang yang Pancasilais, tetapi seorang Pancasilais saja tidak dapat mewujudkan kehidupan yang takut akan Tuhan, tidak dapat menjadi seorang Kristen yang memiliki nilai-nilai sesuai dengan karakter Kristus. b. Profil Pelajar Pancasila dan Karakter Kristus Profil Pelajar Pancasila yang telah dituangkan dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 202013 adalah pelajar Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.14 Ciri-ciri utamanya15 adalah: 1. Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari dengan lima elemen kunci beriman yaitu memiliki akhlak agama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara. 2. Berkebinekaan global. Elemen kuncinya adalah mengenal dan menghargai budaya, mampu berkomunikasi intekultural dalam berinteraksi dengan sesama, reflektif dan bertanggung jawab dalam pengalaman kebinekaan. 13 Dini Irawati et al., “Profil pelajar Pancasila sebagai upaya mewujudkan karakter bangsa,” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 6, no. 1 (2022): 1224–1238. 14 Ashabul Kahfi, “Implementasi profil pelajar Pancasila dan Implikasinya terhadap karakter siswa di sekolah,” DIRASAH: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Dasar Islam 5, no. 2 (2022): 138–151. 15 Ibid. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 135

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ 3. Bergotong royong. Memiliki kemampuan melakukan kegiatan bersama-sama dengan sukarela, elemen kuncinya adalah kolaborasi, kepedulian dan berbagi. 4. Mandiri. Elemen kuncinya adalah kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri. 5. Bernalar kritis. Elemen kuncinya adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan. 6. Kreatif. Elemen kuncinya adalah menghasilkan gagasan yang orisinal, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal. Pancasila mengajarkan enam profil yang harus diejawantahkan dalam proses Pendidikan yang berlaku secara universal di seluruh Indonesia, sedangkan sistem agama mengajarkan keagamaan yang dibangun dari dalam diri seseorang dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri.16 Allah adalah kudus, maka umat-Nya pun harus hidup dalam kekudusan, dengan kehidupan seperti itulah orang Kristen dapat hidup di pimpin oleh Roh Kudus, menaklukkan diri pada pimpinan Tuhan, menjadi manusia yang dibentuk semakin serupa dengan Kristus. Pola pembiasaan karakter baik dalam Pendidikan merupakan upaya membentuk karakter generasi bangsa Indonesia yang Pancasilais. Pendidikan karakter tidak dapat dicapai hanya dengan 16 Thomas Edison, Pendidikan Nilai-nilai Kristiani Menabur Norma Menuai Nilai (Bandung: Terang Hidup, 2018), hal. 146. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 136

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ pengetahuan sebab karakter dapat terbentuk dari tiga komponen17 yaitu pemahaman atau knowing, penghayatan atau feeling, dan pengamalan atau action. Hal ini terukur dari kesopanan, sikap toleransi, saling menghormati, memperjuangkan persatuan, dan semua norma yang baik dalam kehidupan bersama sebagai bangsa. Namun Pendidikan Agama Kristen memiliki tanggung jawab yang lebih besar, yang tidak hanya membangun norma-norma melainkan menanamkan iman yang akan menumbuhkan nilai-nilai Kristiani sesuai ajaran iman Kristen. Oleh karena itu indikator keberhasilannya tidak dapat diukur hanya dengan sebuah angka atau bilangan dan deksripsi bernada positif. Dalam kontek masyarakat Pancasilais, keberhasilan Pendidikan Agama Kristen adalah menanamkan nilai-nilai yang akan menjadi karakter seorang Kristiani, dan hal ini akan secara simultan menjadikannya seorang yang Pancasilais; sebab tidak hanya sekedar menghormati tetapi mengutamakan, tidak sekedar menghargai tetapi mengasihi, tidak sekedar menjaga kerukunan hidup tetapi mengampuni dan rela berkorban. Namun lebih mendalam lagi, keberhasilan Pendidikan Agama Kristen adalah mencapai tujuannya18 yaitu mempertemukan seseorang dalam perjumpaan pribadi dengan Kristus dengan menerimanya menjadi Tuhan dan Juruselamat pribadi. Ini akan menjawab berbagai persoalan yang menyebabkan banyaknya orang yang hanya dapat memahami nilai-nilai dengan baik, mampu 17 Sutarjo JR Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 62. 18 E.G Homrighausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hal. 26. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 137

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ menganalisis dan mengevaluasinya, tetapi tidak dapat menerapkannya dalam kehidupan pribadinya.19 Pendidikan Agama Kristen tidak boleh berhenti hanya sampai pada pengajaran konsep dan teori tentang nilai- nilai atau karakter Kristus, tetapi harus sampai pada memiliki nilai-nilai Kristiani sebagai karakter pribadinya. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka Penulis menyimpulkan bahwa: 1. Tidak ada pertentangan antara Pancasila dengan Pendidikan Agama Kristen. Keduanya dapat berjalan bersama. 2. Pendidikan Agama Kristen mencakup nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila tetapi tidak sebaliknya. 3. Manusia Pancasila hanya dapat memenuhi tuntutan bangsa dan negara tetapi Pendidikan Agama Kristen seyogyanya membawa orang pada pertobatan pribadi kepada Kristus sehingga ia akan menjadi seseorang yang takut akan Tuhan sekaligus taat pada pemerintah. 4. Membangun profil pelajar Pancasila yang sejati dalam perspektif Pendidikan Agama Kristen harus dimulai dengan pengajaran berdasarkan pada Alkitab. 5. Pendidikan Agama Kristen mengajarkan pemahaman dan nilai- nilai secara praktis ‘membumi’ sehingga menjadi karakter yang melekat dan dimiliki oleh peserta didik. 19 Edison, Pendidikan Nilai-nilai Kristiani Menabur Norma Menuai Nilai, hal. 152. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 138

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Referensi Adisusilo, Sutarjo JR. Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014. Dato’Sri, Tahir. Menjawab Panggilan Surgawi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022. Edison, Thomas. Pendidikan Nilai-nilai Kristiani Menabur Norma Menuai Nilai. Bandung: Terang Hidup, 2018. Homrighausen, E.G, dan I.H Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. Irawati, Dini, Aji Muhamad Iqbal, Aan Hasanah, dan Bambang Syamsul Arifin. “Profil pelajar Pancasila sebagai upaya mewujudkan karakter bangsa.” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 6, no. 1 (2022): 1224–1238. Kahfi, Ashabul. “Implementasi profil pelajar Pancasila dan Implikasinya terhadap karakter siswa di sekolah.” DIRASAH: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Dasar Islam 5, no. 2 (2022): 138–151. Kemdikbudristek. “Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah.” Https://Kurikulum.Gtk.Kemdikbud.Go.Id (2022): 2022. Kolibu, Dirk Roy. Teologi Pendidikan Agama Kristen. Buku Materi Pelajaran. Jakarta: UKI, 2019. Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Cet. 5. Jakarta: Bumi Aksara, 2015. Poespoardojo, Soerjanto. Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994. Rohim, Abdul. “Implementasi Persatuan dan Kesatuan Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” (2021). _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 139

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Thomas H. Groome. Christian Religious Education Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. Winarno. “RESPONS UMAT BERAGAMA TERHADAP PANCASILA SEBAGAI SARANA INTEGRASI BANGSA (Studi tentang pandangan dan sikap umat beragama di Surakarta)” (2019). _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 140

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Alkitab Versus Kitab-Kitab Suci Lain Yunus Rahmadi1 Sekolah Tinggi Kadesi Yogyakarta [email protected] Timotius Sukarna2 Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor [email protected] Abstract Indonesia is a large country that has high pluralism, with a population of various ethnicities, cultures, races and religions. As such a pluralist country, Indonesia can be united by the state foundation of Pancasila. The first principle of Pancasila emphasizes that Indonesia is a country with God. As a godless country, every citizen has the right to embrace a religion according to their respective beliefs; There are six religions recognized by the government, namely: Islam, Christianity, Catholicism, Buddhism, Hinduism, Confucianism. With the majority of adherents being Muslims, followed by Christianity and Catholicism and others; Of course, it will be interesting knowledge if we have a little understanding of the holy books of the six religions in Indonesia. That is the reason why the writer chose this research topic; In this paper, I will describe a comparison between the Bible as the holy book of Christianity and Catholicism, with the holy books of other religions. Of course, with more emphasis on deepening the Bible, as the religious holy book that the author believes in. In addition, an in-depth discussion of the holy books of other religions will certainly contain high sensitivity for its adherents; From the results of the research conducted by the author, it shows that the Bible is superior, because the Bible is God's revelation. Written as is, without anything being covered up, has tens of thousands of copies from various times, mutually reinforcing, _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 141

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ there are no changes in the Bible, and there are many other advantages of the Bible compared to other holy books. Keywords: Indonesia, Six Religions, Holy Scriptures, Bible Abstrak Indonesia adalah negara besar yang memiliki pluralisme yang tinggi, dengan adanya penduduk yang beraneka ragam suku, budaya, ras dan agamanya. Sebagai negara pluralis seperti itu, Indonesia dapat dipersatukan oleh dasar negara Pancasila. Sila pertama dari Pancasila menegaskan, bahwa Indonesia merupakan negara yang berketuhanan. Sebagai negara yang bertuhan, setiap warga negara berhak untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing; Ada enam agama yang diakui oleh pemerintah, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu. Dengan mayoritas pemeluk adalah Islam, kemudian disusul dengan agama Kristen dan Katolik dan lainnya; Tentunya akan menjadi pengetahuan yang menarik kalau kita memiliki sedikit pemahaman mengenai kitab-kitab suci enam agama yang ada di Indonesia tersebut. Itulah yang menjadi alasan penulis mengambil topik penelitian ini.; Pada karya tulis ini, saya akan memaparkan tentang perbandingan antara Alkitab sebagai kitab suci agama Kristen dan Katolik, dengan kitab-kitab suci agama lainnya. Tentunya dengan lebih menekankan pendalaman tentang Alkitab, sebagai kitab suci agama yang penulis yakini. Di samping itu, pembahasan secara mendalam terhadap kitab suci agama lain tentunya akan mengandung sensitifitas yang tinggi bagi pemeluknya; Dari hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan, bahwa Alkitab lebih superior, karena Alkitab adalah wahyu Allah. Ditulis apa adanya, tanpa ada yang ditutup- tutupi, memiliki puluhan ribu salinan dari berbagai zaman, saling menguatkan, tidak ada perubahan dalam Alkitab, dan masih banyak lagi kelebihan-kelebihan Alkitab dibanding kitab suci lainnya. Kata Kunci: Indonesia, Enam Agama, Kitab Suci, Alkitab _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 142

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pendahuluan Karya tulis dengan judul “Alkitab Versus Kitab-Kitab Suci Lain” disampaikan ke pembaca dengan menuliskan enam agama di Indonesia dan kitab sucinya masing-masing, untuk mendapatkan gambaran tentang keberadaan agama-agama yang diakui di Indonesia beserta kitab sucinya. Selanjutnya akan diuraikan mengenai volume Alkitab dan kitab-kitab suci agama lain, proses pembentukan kitab-kitab suci, uraian singkat tentang Alkitab, perbandingan dan perbedaan Alkitab dengan kitab-kitab suci lain. Penulis tidak akan menguraikan dan membahas secara mendalam kitab-kitab suci di luar Alkitab, karena sifatnya yang sensitif bagi keyakinan pemeluk agamanya masing- masing. Kitab suci merupakan unsur penting dalam sebuah agama, sebagaimana Alkitab sangat penting dalam agama Kristen dan Katolik. Kitab suci berisikan tulisan-tulisan yang dianggap suci, sebab diyakini sebagai sabda atau wahyu Allah yang tertuang dalam sebuah tulisan. Sabda Allah yang terdapat dalam kitab suci, dipakai sebagai pedoman hidup serta barometer, untuk menilai sesuatu perbuatan yang baik atau sebagai larangan-larangan untuk dilakukan. Kitab suci memiliki kedudukan yang amat penting bagi umat pemeluknya. Mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang terdapat pada kitab sucinya sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa terbantahkan. Sebagaimana kitab-kitab suci agama lainnya menjadi jantung bagi pemeluknya, Alkitab juga menjadi salah satu sumber yang sangat penting bagi iman Kristen (Sola Scriptura). Alkitab dipercaya sebagai _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 143

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ karya sabda Allah, yang diwahyukan/diturunkan kepada para Nabi, Rasul ataupun pengarang suci. Sabda Allah yang diturunkan kepada manusia tersebut dituliskan sebagai karya sastra, kebudayaan dan kehidupan sosial pada saat itu, sehingga dalam memahami Alkitab tidak boleh ditelan matang-matang tanpa memperhatikan konteks sosial dan gaya sastra pada masa lampau. Menjadi sangat menarik untuk menelaah lebih lanjut tentang Alkitab, sehingga dapat menambah pengetahuan bagi umat Kristen atau Katolik. Bagaimana kita bisa melihat kelebihan Alkitab dari pelbagai aspek yang ada? Lalu apa kelebihannya dibandingkan dengan kitab-kitab suci agama lain? Untuk menjawab permasalahan tersebut, dalam karya tulis ini akan diulas mengenai enam kitab suci dari enam agama yang diakui di Indonesia, bagaimana volume masing-masing kitab suci, proses pembentukan masing-masing kitab suci, serta perbandingan dan perbedaan Alkitab dengan kitab-kitab suci lain. Tentunya penulisan karya tulis ini tanpa bermaksud merendahkan kitab-kitab suci agama lainnya, namun hanya untuk menambah pengetahuan bagi pembacanya, khususnya umat Kristen dan Katolik. Metode Secara umum metode penelitian merupakan sebuah cara ilmiah bagaimana data didapatkan lengkap dengan kegunaan dan tujuannya. Metode tersebut dibagi menjadi dua, yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Dalam karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Secara umum, metode _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 144

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ penelitian kualitatif adalah cara untuk menyusun data atau informasi yang telah dikumpulkan peneliti dengan hasil akhir dalam bentuk tulisan. Pengumpulan data dengan melakukan studi kepustakaan. Data-data yang memiliki relevansi kuat dengan topik penelitian dikumpulkan. Arikunto (1998:193) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian deskriptif1. Penelitian ini menggambarkan data dengan kata atau kalimat yang dipisah menurut masing-masing kategori untuk memperoleh kesimpulan. Pendekatan ini meneliti data yang diperoleh menggunakan penjabaran kata-kata atau kalimat, sehingga dapat menjadi sebuah wacana yang merupakan kesimpulan dari analisis data tersebut. Maka dari itu, alasan digunakannya pendekatan kualitatif karena penelitian ini berkaitan dengan data yang tidak berbentuk angka Triagulasi adalah teknik pengumpulan data yang sifatnya menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada. Pada tahap ini, penulis melakukan peninjauan melalui bacaan. Bacaan tersebut dapat berasal dari buku teori, artikel-artikel atau jurnal ilmiah yang selaras dengan rumusan masalah dan teori penelitian penulis. Hasil dan Pembahasan Enam Agama di Indonesia dan Kitab Sucinya Masing-Masing 1 Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1998), 193 _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 145


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook