Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Jurnal Kadesi Vol 4. No.2 Januari 2023

Jurnal Kadesi Vol 4. No.2 Januari 2023

Published by cbm.budiono, 2023-01-23 14:11:11

Description: JurnalKadesi Berisi 8 ArtikelKarya Ilmiah

Keywords: Jurnal Kadesi

Search

Read the Text Version

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ https://www.jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax- literate/article/view/6571. Saarni, C, and P Harris. Children Under Standing of Emotion. UK: Cambridge University Press, n.d. Sanjaya, D B, D G F Wirabrata, and ... “MENAKAR MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA: DISKURSUS PEMBELAJARAN ABAD XXI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER.” Jurnal Pendidikan … (2021). https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/40342 . Sanjaya, Wina. Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori Dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Soetopo, Hendyat, and Sormanto Wasty. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2019. Susilawati, N. “Merdeka Belajar Dan Kampus Merdeka Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Humanisme.” Jurnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan dan … (2021). http://sikola.ppj.unp.ac.id/index.php/sikola/article/view/108. Tung, Khoe Yao. Menuju Sekolah Kristen Impian Masa Kini. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2015. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 46

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Penerapan Pelayanan Kasih Di GBI Pelita Imanuel (Suatu Perspektif Teologi Praktika) Oktavianus Rangga1 Sekolah Tinggi Teologi Moriah Tangerang [email protected] Roce Marsaulina2 Universitas Kristen Indonesia [email protected] Rajiman Andrianus Sirait3 Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor [email protected] Abstract The church is called to serve the Lord His Savior and preach the gospel of the coming of Jesus Christ as Savior. And in this case the church is also present to carry out its mission to apply the love of Christ in the midst of difficulties. The church in itself is aware of its calling in the midst of the world throughout the ages to manifest God's love through concrete actions. The author uses qualitative methods that are directly in the field (field research) and socially. In this study, the author uses data collection techniques through literature studies both from books, and journals. Charity service is a means or way from the pastor to the congregation to be able to provide guidance. Servants of love are not just words, or sharing because they have economic advantages. The church's part in carrying out its duties must not stop focusing only on _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 47

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ those who believe (Galatians 6:10) but also outside believers (Romans 5:6-8). So the church's calling is salt and light in the midst of society (Matthew 5:16). This is why the church continues to accompany its congregations to guide their lives in the direction of truth and salvation. The church needs to look at the needs of the people from two perspectives, namely spiritual needs and material needs. That faith should be reflected in practical actions, such as reaching out to those who need help. Keywords: Application of Love; Pastoral Ministry; Diakonia Abstrak Gereja dipanggil untuk melayani Tuhan Juruselamat-Nya dan memberitakan Injil tentang kedatangan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Dan hal ini gereja juga hadir menjalankan misinya untuk menerapkan kasih Kristus di tengah-tengah kesulitan. Gereja dalam dirinya menyadari akan adanya panggilannya di tengah-tengah dunia sepanjang zaman untuk mewujud kasih Allah melalui tindakan nyata. Penulis menggunakan metode kualitatif yang sacara langsung di lapangan (Penelitian lapangan) dan penulis menggunakan teknik pengumulan data melalui studi literatur baik dari buku, maupun jurnal. Pelayanan kasih merupakan sebuah sarana atau cara dari gembala kepada jemaat untuk dapat memberikan bimbingan. Pelayan kasih bukan sekedar kata, ataupun berbagi karena memiliki kelebihan secara ekonomi. Gereja bagian dalam pelaksanaan tugas tidak boleh berhenti hanya kepada mereka yang percaya (Galatia 6:10) tetapi juga di luar orang percaya (Roma 5:6-8). Jadi panggilan gereja adalah garam dan terang ditengah-tengah masyarakat (Matius 5:16). Hal inilah gereja terus mendampingi jemaatnya untuk menuntun disetiap kehidupan mereka menuju jelan kebenaran dan keselamatan. Gereja perlu melihat kebutuhan umat dari dua sudut pandang, yaitu kebutuhan spiritual dan kebutuhan material. Iman yang harus tercermin dalam tindakan praktis, seperti menjangkau mereka yang membutuhkan pertolongan. Kata-kata kunci: Penerapan Kasih; Pelayanan Pastoral; Diakonia _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 48

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pendahuluan Seperti yang diketahui bahwa gereja dipanggil untuk melayani Tuhan Juruselamat-Nya dan memberitakan Injil (kabar baik) tentang kedatangan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Dan hal ini gereja juga hadir menjalankan misinya untuk menerapkan kasih Kristus di tengah- tengah kesulitan. Ini merupakan sebuah tindakan kepedulian terhadap umat-Nya, sebagaimana yang telah diajarkan Yesus kepada murid- muridNya untuk saling mengasihi satu sama yang lain. Dan bahkan saling berbagi satu sama yang lain sebagai orang percaya kepada Kristus Sang Juruselamat. Hal inilah yang menjadi landasan bagi gereja Tuhan untuk melayani jemaatnya dengan penuh hati yang berbelas kasihan. GBI Pelita Imanuel Ministry sendiri menerapkan pelayanan kasih dengan memberi pertolong kepada jemaatnya dalam kebutuhan secara rohani maupun secara jasmani. Artinya gereja bukan hanya berbicara mengenai teori belaka saja akan tetapi gereja benar-benar menghidupi akan firman Tuhan. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa gereja betul-betul memperhatikan kondisi jemaatnya yang memang membutuhkan pertolongan. Dan gereja juga menuntun umatnya yang baru bertumbuh dalam Kristus sehingga perlu dikuatkan lewat pelayan kasih dengan memberi perhatian yang lebih dan melayani sepenuh hati dengan membagikan apa yang menjadi kebutuhan hidupnya, selain doa dan firman untuk sebagai dalam kehidupan secara rohani. Namun gereja juga peduli terhadap kebutuhan jasmani seperti (makan, beras dan minyak dll), dan disamping itu hal penting yang gereja dorong _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 49

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ terhadap jemaatnya dengan menguatkan lewat firman Tuhan dan mendoakan mereka sehingga mengalami pertumbuhan dalam Tuhan. Memang pada dasarnya gereja harus bisa menjalankan pelayanan kasih sebagaimana yang telah diamanatkan. Gereja sebagai sebuah kesaksian dan gereja juga ingin berperan serta dalam menghadirkan kerajaan Allah melalui pelayanan kasih yang harus diwujudkan melalui tindakan nyata, sehingga gereja mendapatkan keadilan dan damai sejahtera bagi umatnya. Dengan demikian gereja harus menerapkan pelayanan kasih ini untuk mewujudkan misi Allah, bahwa gereja lahir dan bertumbuh untuk melayani sesama. Gereja dalam dirinya menyadari akan adanya panggilannya di tengah-tengah dunia sepanjang zaman untuk mewujud kasih Allah melalui tindakan nyata. Namun untuk mendukung dari pada pelayanan kasih ini tentunya ada keterlibatan dari diakonia dan pastoral konseling. Karena dari hal ini tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan tersebut. Metode Pada tulisan ini, penulis menggunakan metode kualitatif yang sacara langsung di lapangan (Penelitian lapangan) dan secara interaktif. Kemudian Penelitian ini juga menggunakan beberapa studi literatur baik dari buku, jurnal, mapun website sebagai acuan dari apa yang diteliti. Proses pengumpulan data dengan melakukan studi dari gereja dan pelayanan kasih di tengah kesulitan yang dialami. Analisis interaktif adalah pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dari data yang dikumpulkan oleh penulis. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 50

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Sebelum proses penganalisisan data dilakukan, terlebih dahulu penulis melakukan proses studi pustaka dengan tujuan untuk mendapatkan materi yang relevan guna mendapatkan pertimbangan dan penambahan wawasan yang terkait ruang lingkup kegiatan dan konsep dicantumkan dalam penulisan. Di mana data tersebut dapat dikembangkan untuk menemukan kesatuan bahan, sehingga diperoleh kesimpulan dalam persoalan yang sedang dikaji.1 Hasil dan Pembahasan Dalam menerapkan kasih Tuhan di tengah-tengah kesulitan jemaat di GBI Pelita Imanuel Ministry tentunya bukanlah suatu hal yang mudah. Akan tetapi sedikit demi sedikit gereja terus berupaya untuk menyatakan kasih Kristus dengan mendoakan mereka yang mengalami kesakitan, menguatkan melalui pemberitaan firman Tuhan dan mendorong mereka untuk tetap kuat dalam menghadapi situasi yang tidak pasti dalam kehidupan dan tetap percaya bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang membebaskan mereka dari belenggu dosa. Jika dilihat dari pelayanannya, Tuhan Yesus sendiri sudah memberi gambaran secara konkrit dari apa yang sudah dilakukan dalam pelayanan-Nya yang sangat holistik, yaitu meliputi semua aspek kehidupan umatNya.2 Artinya bahwa pelayanan-Nya bukan hanya 1 Rajiman Andrianus Sirait, “Kajian Dogmatis Tentang Baptisan Roh Kudus,” Luxnos 7, no. 2 (2021): 188. 2 Kalis Stevanus, “Mengimplementasikan Pelayanan Yesus Dalam Konteks Misi Masa Kini Menurut Injil Sinoptik,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 1, no. 2 (2018): 290. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 51

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ dalam rangka penobatan sehingga orang lain menjadi pengikut Kristus untuk menjadi keselamatan jiwanya, tetapi juga berupa pelayanan kasih, misalnya agar orang buta dapat melihat, orang lumpuh dapat berjalan, orang kusta dapat disembuhkan dan sehingga orang-orang dapat memberitakan injil atau kabar baik (lht. Mat. 11: 1-5). Seperti yang dijelaskan Yonatan Alex Arifianto bahwa pelayan diharapkan sebagai seorang hamba Tuhan yang harus diwajibkan memiliki ketaatan seperti Yesus, dan juga dapat memahami konsep hamba Tuhan dalam statusnya, sebab konsep menjadi hamba berarti harus menyangkal diri, merelakan diri dan memberikan hidupnya untuk melayani orang lain.3 Dapat dipahami bahwa untuk mengikuti atau meneladani karakter Yesus Kristus bukanlah suatu hal yang mudah namun harus rela berkorban untuk semuanya secara totalitas. Bukan hanya harta tetapi berkorbankan waktu, pikiran maupun perasaan untuk menerima semua kritikan-kritikan dari orang-orang lain. Petrus juga mengungkapkan dalam (1 Petrus 4:10) bahwa: layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Kepedulian terhadap sesama itu merupakan tujuan utama sebagai orang percaya, apalagi seorang hamba Tuhan atau pelayan harus memiliki hati yang berbelas kasihan. Sebab dalam (Galatia 6:2) bahwa: Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Kalau dilihat dari ayat di atas bahwa orang yang memiliki kasih adalah ia suka menolong sesamanya. Salah satu 3 Yonatan Alex Arifianto, “Makna Sosio-Teologis Melayani Menurut Roma 12:7,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (2020): 191. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 52

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ tanggung jawab seorang pelayan, ia harus memperhatikan dan pelayan juga tentunya harus mempunyai perasaan untuk saling menolong untuk mengurangi beban rekan sepelayanan sehingga tidak ada kesalah- pahaman dan tanpa membeda-membedakan antara sepelayan. Pelayan sebagai manusia memiliki konsep diri yang positif dan nilai diri yang mendasar agar pelayanan menjadi sehat dan baik.4 Pelayanan kasih merupakan sebuah sarana atau cara dari gembala kepada jemaat untuk dapat memberikan bimbingan. Bimbingan sendiri pada hakekatnya adalah salah satu dari berbagai tugas manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal.”5 Bila melihat dari istilahnya dalam kamus bahasa Inggris yaitu guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang dapat diartikan sebagai menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan nasehat (giving advice).6 Dalam pembimbingan Kristen sisi kerohanian seseorang merupakan fokus utama yang harus diperhatikan bukan hanya sekedar membantu dalam bentuk barang semata.7 Hal tersebut dikarenakan 4 Renald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 189. 5 Roce Marsaulina and Rajiman Sirait, “Kegiatan Pembinaan Kerohanian Kristen Di Lapas Anak Dan Wanita Kelas II Tangerang,” Jurnal PKM Setiadharma 2, no. 2 SE-Articles (August 30, 2021), https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/155. 6 Ibid. 7 I Made Suharta, “Pastoral Konseling Terhadap Anak Usia 5-12 Tahun Yang Mengalami Krisis Kasih Sayang,” SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kontekstual (SCRIPTA : Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual, STT Ebenhaezer Tanjung Enim, 2020), 160, http://dx.doi.org/10.47154/scripta.v4i2.41. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 53

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ kasih merupakan dasar dalam pelayanan di ladang-Nya dan hal tersebut sangat mungkin tercipta karena Kristus sendiri telah menunjukkan hakikat sesungguhnya dalam melayani, yakni: nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan. Gordon W. Alport pernah menegaskan bahwa betapa kasih yang dimiliki oleh orang-orang Kristen merupakan alat penyembuh dari masalah- masalah psikis yang utama.8 Dalam hal ini dapat dipahami bahwa setiap jemaat sangat perlu dilayani dengan penuh kasih Kristus sehingga ia dapat bertumbuh imannya secara rohani. Kebutuhan manusia yang terdalam hanya dapat dipenuhi jika kebutuhan spiritualnya dapat terpenuhi, hal tersebut dikarenakan sejak awalnya manusia diciptakan sebagai peta dan gambar Allah. Dalam melaksanakan pelayanan kasih sangat diperlukan komunikasi yang dengan kegiatan pastoral konseling ataupun penyebaran Injil. Komunikasi bukan saja sebagai sarana interaksi semata, akan tetapi juga sebagai proses. Bila mengacu terhadap buku “Teologi Pertumbuhan Gereja” dikatakan bahwa proses komunikasi mencakup: 1. Pemahaman (presepsi) atas satu obyek, 2. Asosiasi terhadap persepsi dengan kesan-kesan berkaitan yang sudah tersimpan dalam pikiran, 3. Interpretasi (penafsiran) terhadap kesan- kesan seperti itu berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, 4. Formulasi (perumusan) gagasan-gagasan secara mental, 5. Verbalisasi (menyatakan secara lisan) gagasan-gagasan tersebut ke dalam simbol- simbol (kata-kata), dan 6. Penyampaian (transmisi) gagasan-gagasan 8 Yakub B Susabda, Pastoral Konseling, 2nd ed. (Malang: Gandum Mas, 2011), 47. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 54

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ dari si pembuat pesan kepada penerima.9 Dengan cara pendekatan tersebutlah maka setiap pribadi (jiwa-jiwa) yang dilayani oleh tim pelayan GBI Pelita Imanuel dapat menyentuh aspek penguatan secara rohani juga. Pelayan kasih bukan sekedar kata, ataupun berbagi karena memiliki kelebihan secara ekonomi. Namun suatu kerinduan yang telah diteladani oleh Tuhan Yesus sendiri. Hal tersebut menjadi dasar gembala GBI Pelita Imanuel yaitu Pdt. Hengki Pungus untuk menerapkan pelayanan tersebut. Orang Kristen yang begitu dikenal sebagai pengikut jalan atau cara hidup umat pilihan Allah (Kis. 9:2; 24:14).10 Haruslah ikut berperan aktif sebagai bentuk dari misi Allah bagi dunia ini. Hal tersebut sebagaimana dituliskan oleh Woga bahwa dunia tidak hanya dimengerti sebagai “yang bukan Allah”. Tetapi juga sebagai tempat di mana Allah mengkaryakan keselamatan-Nya dan manusia ikut berperan aktif di dalam karya tersebut.11 Berdasarkan itu juga penulis berpendapat bahwa pelayanan kasih harus diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk menerapkan kasih Tuhan dalam kehidupan secara konkret dengan sebuah tindakan nyata. Ini merupakan kerinduan bagi jemaat GBI Pelita Imanuel. Dengan uluran tangan Tuhan melalui perantara 9 George W Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja, 2nd ed. (Malang: Gandum Mas, 2013). 10 Roce Marsaulina, Pengantar Pendidikan Agama Kristen, ed. Stenly R Paparang and Rajiman Sirait (Luwuk: Pustaka Star’s Lub, 2022), 61. 11 Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, 6th ed. (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 194. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 55

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ hamba-hamba-Nya yang telah dipercayakan untuk memberkati domba- domba-Nya. Gemala GBI Pelita Imanuel pernah menegaskan dalam Khotbahnya bahwa dalam melayani bukan hanya memberitakan Firman Tuhan setelah itu selesai. Tetapi harus ada tindakan nyata yang dapat dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk tetap tuntun mereka agar tidak menyimpang dijalan yang salah untuk mendatang dosa. Menurut gembala GBI Pelita Imanuel bahwa untuk memilih menjadi seorang gembala berarti harus siap melakukan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, sebagaimana Yesus perintahkan kepada Simon Petrus untuk menjaga dan mengasihi domba-domba-Nya (bdk. Yohanes 21: 15). Dan memperhatikan orang- orang yang mengalami kesulitan secara jasmani maupun secara rohani jika dilihat dari pandangan Febriana bahwa Gereja dipanggil untuk melakukan tindakan kasih yang sama kepada sesama yang menderita.12 Untuk menerapkan kasih tentunya bukan hanya mendoakan, memberikan apa yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Melaikan harus ada diakonia dan bimbingan konseling. Artinya kalau hanya melayani dengan memberikan makan atau kebutuhan hidup. Hal ini belum cukup, makanya adanya konseling untuk membina dan membimbing mereka yang mengalami masalah. Namun jika dipahami konseling itu sebenarnya dilakukan orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Sebagaimana yang di uraikan Tony Tedjo, bahwa Konseling atau 12 MARIANI FEBRIANA, “Pietas Dan Caritas : Pelayanan Diakonia Sebagai Suatu Implementasi Kepedulian Sosial Gereja Untuk Menolong Meretas Angka Kemiskinan Di Indonesia,” SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika 2, no. 2 (2014): 50–51. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 56

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ penyeluhan adalah suatu pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (Konselor atau hamba Tuhan) kepada individu yang mengalami suatu masalalah (Konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.13 Penting sekali untuk memberikan solusi untuk meyelasaikannya terkhusnya bagi mereka yang mengalami persoalan hidup sehingga dengan cara membuat penyeluhan ini dapat memberikan bantuan terhadap mereka dan menyelesaikan dengan baik dalam pertolong Tuhan. A. Diakonia dan Pastoral Jikalau dilihat dari pengertian diakonia adalah pelayan gereja ada beberapa para ahli berpendapat behwa diakonia itu merupakan penolong atau membatu seseorang yang membutuh pertolongan. Sedangkan pastoral itu sendiri kegiatan pengembalaan yang dilakukan oleh gembala itu sendiri. Dari dua hal ini tidaklah dapat dipisahkan karena diantaranya saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam menyempurnakan pelayanan. Menurut A. Noordegraaf bahwa ada korelasi antara praktik pastoral serta pekerjaan diakonia memang telah dikenal sejak dahulu. Dalam kalimat klasik pada peneguhan diaken sudah dinyatakan: Para diaken wajib membantu orang yang miskin serta malang, tidak sekedar dengan menyampaikan donasi lahiriah semata-mata, namun dengan penghiburan yang bersumbu berasal firman Allah.14 13 Tony Tedjo, Konseling Kristen (Yogyakarta: PBMR ANDI, 2020), 8. 14 A Noordegraaf, Oriantasi Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 18. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 57

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Dengan demikian muncul sebuah pertanyaan dalam benak kita. Apa Itu Diakonia? Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani. Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia disebutkan diakonia (pelayanan), diakonein (melayani), dan diakonos (pelayan).15 Jika dilihat dari pengertian pelayanan atau melayani, melayani berarti ada yang mau dilayani. Pelayanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekumpulan orang untuk memenuhi kebutuhan orang lain.16 Artinya bahwa sebagai orang percaya perlu ada kasih yang terkadung saling peduli anatra sesama manusia. Sebagaiman yang diungkapkan Beek, belas kasihan adalah salah satu tugas yang paling penting dalam pelayanan pastoral.17 Dapat dipahami bahwa pelayanan kasih sebenarnya adalah perjuangan tanpa kekerasan untuk keadilan dan kebenaran. Berjuang untuk keadilan dan kebenaran melalui pelayanan dan berdasarkan kasih. Namun, harus diakui bahwa memperjuangkan keadilan dan kebenaran bukanlah tugas yang mudah. Jika dilihat dari penyataan Berkhof sebagaimana dikutip oleh Yewangoe bahwa: diakonia adalah yang merantaikan firman Allah yang menyelamatkan itu, yang 15 A Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004). 16 Loren Goa, “Pelayanan Pastoral Bagi Sesama Yang Membutuhkan,” SAPA Jurnal Kateketik Dan Pastoral 3, no. 1 (2018): 107. 17 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 29. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 58

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ tunjukkan kepada manusia. Dengan demikian firman itu tidak hanya firman yang kosong, melainkan firman dengan perbuatan sekaligus.18 Dalam hal ini juga jelas bahwa memang yang menjadi tujuan dari pada diakonia adalah menolong orang-orang yang kurang atau tidak mampu dengan memberikan bantuan untuk memberdayakan hidupnya. Jikalau dilihat dari pandangan Nimrot dan kawan-kawanya yang berdasarkan penelitiannya bahwa tujuan utama diakonia adalah untuk membantu orang dalam situasi sulit. Sedangkan berdasarkan kenyataan dalam hasil penelitian penulis dengan masyarakat, ditemukan bahwa dalam menerima pelayanan atau dukungan Gereja Katolik, mereka hanya menerima diri mereka sendiri. Pelayanan dengan konsep mengetahui diakonia itu ada karena sudah terprogram dan tidak mau dilaksanakan sebagai kewajiban gereja.19 Menurut Martin dan Habur, diakonia bukanlah karya baru dalam Gereja. Sejak kelahirannya, diakonia melekat dalam kehidupan Gereja. Itulah yang dinarasikan oleh Kisah Para Rasul tentang kehidupan Gereja Perdana.20 Dengan demikian dari hal ini bisa dipahami bahwa pelayanan kasih itu bukanlah suatau hal yang baru, melainkan sudah diterapkan oleh Yesus Kristus itu sendiri sebagaimana ia melayanai orang-orang 18 Andreas A Yewangoe, Tidak Ada Penumpang Gelap: Warga Gereja, Warga Bangsa (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). 19 Nimrot Doke Para, Ezra Tari, and Welfrid F. Ruku, “Peran Gereja Dalam Transformasi Pelayanan Diakonia,” Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia 1, no. 2 (2021): 90. 20 Martin Chen and A. Manfred Habur, Diakonia Gereja: Pelayanan Kasih Bagi Orang Miskin Dan Marginal (Jakarta: Obor, 2020), 24. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 59

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ yang miskin maupun orang yang mengalami sakit, bahkan Yesus tidak pernah pilih kasih dalam hal meyalani. Menurut Yewangoe kasih itu melampaui segala batas yang ada. Itu berarti bahwa pelaksanaan diakonia juga tidak dibatasi pada kelompok tertentu saja.21 Dari penjelasan tersebut bila dipahami bahwa dalam pelayanan gereja bukan hanya sekedar fokus pada pemberitaan firman Tuhan tetapi gereja juga harus melakukan pelayanan sosial untuk menolong jemat yang mengalami kelaparan ataupun yang membutuhkan pertolongan sehingga kasih itu dapat terrealisasikan di kehidupan jemaat. Gereja bagian dalam pelaksanaan tugas tidak boleh berhenti Fokus hanya pada mereka yang percaya (Galatia 6:10) tetapi juga di luar orang percaya (Roma 5:6-8). Jadi panggilan gereja adalah garam dan Terang ditengah-tengah masyarakat (Matius 5:16).22 Artinya bahwa melayani harus menjadi dampak bagi semua orang sehingga dapat memperlihatkan karakter Kristus yang melekat dalam diri stiap orang percaya. Namun dalam mendukung pelayan gereja atau diakonia menurut Demsy Jura, para ahli pada umumnya melihat model diakonia dalam gereja terbagi menjadi yaitu: 1. Diakonia Karitatif yang mengandung pengertian perbuatan dorongan belas kasihan yang bersifat kerdarmawan atau 21 Yewangoe, Tidak Ada Penumpang Gelap: Warga Gereja, Warga Bangsa. 22 Krido Siswanto, “Tinjauan Teoritis Dan Teologis Terhadap Diakonia Transformatif Gereja,” Jurnal Simpson 1, no. 1 (2014): 98. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 60

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ pemberian secara sukarela yang berdasarkan pada (Mat. 25: 31- 36). 2. Diakonia refermatif atau pembangunan, pemdekatan yang digunakan pada pelayanan ini adalah Community Develoment, seperti yang pemangunan pusat kesehatan masyarakat, penyuluhan, dam lain-lain. Analogi model ini adalah bila orang lapar diberikan makanan (roti, ikan) pacul atau kail supaya ia tidak sekedar meminta tetapi juga mengusahakan sendiri. 3. Marturia, istilah “marturia” menunjuk pada tugas dan fungsi gereja dalam upaya pemberitaan injil, atau menjadi saksi Kristus bagi dunia (Kis. 1: 8).23 Dari tinggal hal ini nampaknya berbeda-beda namun memiliki satu tujuan yaitu memberikan pertolongan kepada jemaatnya. Karena tiga hal ini saling berkaitan dan seling mendukung untuk menyempurnakan pelayanan diakonia. Memang pada dasarnya gereja harus betul-betul mejalankan misi untuk menjangkau jiwa-jiwa yang membutuhkan bantuan. Pada dasarnya memang diakonia ini sangatlah penting dalam kehidupan gereja dan bagaimana memperhatikan jemaat-jemaatnya yang mengalami kesulitan. Akan tetapi untuk dapat menjangkau orang-orang atau jemaat-jamaat yang dipinggirkan maka adanya kerja dengan pastoral konseling. Pelayanan pastoral konseling merupakan pelayanan yang perduli terhadap jiwa-jiwa yang terlantar atau yang tidak terjangkau dan mengarahkan mereka hidup dalam kebenaran firman Tuhan. Menurut 23 Demsy Jura, Pendidikan Sivilitas Kristen (Jakarta: UKI Press, 2021). _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 61

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Tulus Tu’u, pelayanan konseling pastoral perlu dilakuakan untuk menjangkau pihak yang terpinggirkan ini.24 Bila dilihat dari pandagan Florentina Sianipar, konseling pastoral harus berakar pada kesadaran triolog sebagai Allah yang berpribadi, sehingga dalam proses konseling pastoral ada konselor dan konseli serta ditengah-tengah mereka hadir Allah di dalam Roh Kudus yang mempengaruhi konselor maupun konseli.25 Dari pandang ini jelas bahwa dalam menjalankan pelayanan konseling pastoral tidak dilepaskan dari karya Allah yang turut terlibat didalamnya. Sebagaimana yang dijelaskan Kristina Herawati bahwa, konselor dalam memecahkan masalah harus sungguh-sungguh bergantung kepada kemampuan dan kehadiran Roh Kudus. Kahadiran Roh Kudus dalam pelayanan pastoral konseling sangat menolong konseli mengalami pengampunan dosa (I Kor. 6: 19-20).26 Penulis berpendapat dengan penjelasan di atas karena jika dibandingkan dengan konseling sekuler dengan konseling Kristen sangatlah berbeda. Karena konseling Kristen beralkitabiah dan yang di mana kesuksesan seorang konselor tersebut bergantung pada karya Allah yaitu melalaui Roh Kudus yang memberikan hikmat dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Menurut Stimson dalam karyanya dengan mengutip dari pandangan Seward Hiltner, sebagai mana di tuliskan oleh Hutagalung 24 Tulus Tu’u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral (Yogyakarta: ANDI Offset, 2007), 2. 25 Florentina Sianipar, “Strategi Pelayanan Pastoral Konseling Sebagai Upaya Meningkatkan Antusiasme Jemaat Dalam Beribadah,” Missio Ecclesiae 8, no. 2 (2019): 143. 26 Kristina Herawati, “Pastoral Konseling Kristen Dalam Memurnikan Konsep Orang Tua Yang Menikahkan Anak Laki-Laki Di Bawah Umur 17 Tahun,” SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 4, no. 2 (2020): 136. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 62

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ bahwa pendampingan pastoral tidak terlepas dari kehidupan gereja, karena pendampingan pastoral membawa orang kepada Kristus dan persekutuan Kristen, menolong mereka menyesali dan mengakui dosa sehingga mau menerima dengan bebas tawaran keselamatan Allah. Keselamatan ini akan membawa mereka hidup dalam kasih dan persaudaraan, saling mempercayai dan melayani.27 Hal inilah gereja terus mendampingi jemaatnya untuk menuntun disetiap kehidupan mereka menuju jelan kebenaran dan keselamatan. Kesimpulan Dari paparan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa kasih Tuhan memang harus dinyatakan melalui tindakan nyata untuk saling mengasihi dan berbagi satu sama lain. Dan pentingnya gereja dalam memperhatikan dan menuntun umat-umatnya dengan dasar kasih. Dan penting gereja membuka mata untuk mengatasi kesulitan umatnya sehingga dapat membantu jemat-jemaat Tuhan yang mengalami kesulitan ekonomi ataupun yang mengalami kelaparan. Namun, bukan hanya saja tetapi pelayan gereja dapat terus-menerus menuntun jemaat-jemaatnya dengan mengasihi mereka dan setiap minggu setalah ibadah atau berkhotbah mendatangi jemaat satu persatu untuk memberikan motivasi dan untuk tetap kuat dalam menghadapi krisis yang tidak menentu dan kemudian agar tetap hidup dalam kebenaran Yesus Kristus. 27 S. Hutagalung, “Apakah Orang Kaya Di Dalam Gereja Membutuhkan Pendampingan Pastoral?,” Jurnal Koinonia 9, no. 1 (2015): 8. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 63

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Dalam Injil sinoptik dengan jelas menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sangat komprehensif. Dia tidak hanya peduli dengan masalah keselamatan kekal, tetapi juga dengan masalah sosial di sekitarnya. Pelayanan holistik, yaitu melayani seluruh masyarakat, merupakan bentuk ketaatan terhadap dua amanat ilahi yang diberikan oleh Tuhan, perintah untuk menginjili dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Gereja perlu melihat kebutuhan umat dari dua sudut pandang, yaitu kebutuhan spiritual dan kebutuhan material. Iman yang harus tercermin dalam tindakan praktis, seperti menjangkau mereka yang membutuhkan pertolongan. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 64

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Referensi Arifianto, Yonatan Alex. “Makna Sosio-Teologis Melayani Menurut Roma 12:7.” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (2020): 184–197. Beek, Aart Van. Pendampingan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003. Chen, Martin, and A. Manfred Habur. Diakonia Gereja: Pelayanan Kasih Bagi Orang Miskin Dan Marginal. Jakarta: Obor, 2020. FEBRIANA, MARIANI. “Pietas Dan Caritas : Pelayanan Diakonia Sebagai Suatu Implementasi Kepedulian Sosial Gereja Untuk Menolong Meretas Angka Kemiskinan Di Indonesia.” SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika 2, no. 2 (2014): 45– 69. Goa, Loren. “Pelayanan Pastoral Bagi Sesama Yang Membutuhkan.” SAPA Jurnal Kateketik Dan Pastoral 3, no. 1 (2018): 107–125. Hutagalung, S. “Apakah Orang Kaya Di Dalam Gereja Membutuhkan Pendampingan Pastoral?” Jurnal Koinonia 9, no. 1 (2015): 1–12. Jura, Demsy. Pendidikan Sivilitas Kristen. Jakarta: UKI Press, 2021. Kristina Herawati. “Pastoral Konseling Kristen Dalam Memurnikan Konsep Orang Tua Yang Menikahkan Anak Laki-Laki Di Bawah Umur 17 Tahun.” SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 4, no. 2 (2020): 131–143. Leigh, Renald W. Melayani Dengan Efektif. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007. Marsaulina, Roce. Pengantar Pendidikan Agama Kristen. Edited by Stenly R Paparang and Rajiman Sirait. Luwuk: Pustaka Star’s Lub, 2022. Marsaulina, Roce, and Rajiman Sirait. “Kegiatan Pembinaan Kerohanian Kristen Di Lapas Anak Dan Wanita Kelas II Tangerang.” Jurnal PKM Setiadharma 2, no. 2 SE-Articles (August 30, 2021). https://jurnal.sttsetia.ac.id/index.php/pkm/article/view/155. Noordegraaf, A. Oriantasi Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017. ———. Orientasi Diakonia Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Para, Nimrot Doke, Ezra Tari, and Welfrid F. Ruku. “Peran Gereja Dalam Transformasi Pelayanan Diakonia.” Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia 1, no. 2 (2021): 81. Peters, George W. Teologi Pertumbuhan Gereja. 2nd ed. Malang: _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 65

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Gandum Mas, 2013. Sianipar, Florentina. “Strategi Pelayanan Pastoral Konseling Sebagai Upaya Meningkatkan Antusiasme Jemaat Dalam Beribadah.” Missio Ecclesiae 8, no. 2 (2019): 137–154. Sirait, Rajiman Andrianus. “Kajian Dogmatis Tentang Baptisan Roh Kudus.” Luxnos 7, no. 2 (2021): 186–199. Siswanto, Krido. “Tinjauan Teoritis Dan Teologis Terhadap Diakonia Transformatif Gereja.” Jurnal Simpson 1, no. 1 (2014): 95–120. Stevanus, Kalis. “Mengimplementasikan Pelayanan Yesus Dalam Konteks Misi Masa Kini Menurut Injil Sinoptik.” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 1, no. 2 (2018): 284–298. Suharta, I Made. “Pastoral Konseling Terhadap Anak Usia 5-12 Tahun Yang Mengalami Krisis Kasih Sayang.” SCRIPTA: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kontekstual. SCRIPTA : Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual, STT Ebenhaezer Tanjung Enim, 2020. http://dx.doi.org/10.47154/scripta.v4i2.41. Susabda, Yakub B. Pastoral Konseling. 2nd ed. Malang: Gandum Mas, 2011. Tedjo, Tony. Konseling Kristen. Yogyakarta: PBMR ANDI, 2020. Tu’u, Tulus. Dasar-Dasar Konseling Pastoral. Yogyakarta: ANDI Offset, 2007. Woga, Edmund. Dasar-Dasar Misiologi. 6th ed. Yogyakarta: Kanisius, 2012. Yewangoe, Andreas A. Tidak Ada Penumpang Gelap: Warga Gereja, Warga Bangsa. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 66

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ PAK MENURUT KITAB KEJADIAN Jajang Sukarjo1 Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor [email protected] Timotius Sukarna2 Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor [email protected] Abstract The Book of Genesis reports on Christian Religious Education very clearly. Christian Religious Education in the book of Genesis explains that God is not just an educator, but the planner and implementer of the Christian Religious Education process for His people. The process of Christian Religious Education in the book of Genesis starts from the creation of the earth and its contents, including creating humans and teaching the educational process to humans. This study aims to explore and examine and reveal Christian Religious Education based on the book of Genesis. The research method used is descriptive qualitative method through library research. As for the results of this study, namely the book of Genesis reports openly both related to Christian Religious Education. Keywords: Christian education; Genesis. Abstrak Kitab Kejadian melaporkan Pendidikan Agama Kristen dengan sangat jelas. Pendidikan Agama Kristen dalam kitab Kejadian menjelaskan bahwa Tuhan bukan hanya sekedar pendidik, melainkan perencana dan pelaksana proses Pendidikan Agama Kristen bagi umat-Nya. Proses Pendidikan Agama Kristen dalam kitab Kejadian dimulai dari penciptaan bumi dan isinya, termasuk menciptakan manusia dan mengajarkan proses pendidikan kepada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan meneliti serta mengungkap Pendidikan Agama Kristen _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 67

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ berdasarkan kitab Kejadian. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif deskriptif melalui penelitian kepustakaan. Adapun hasil penelitian ini yaitu kitab Kejadian melaporkan secara terbuka baik berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen. Kata Kunci: Pendidikan Agama Kristen; Kitab Kejadian. Pendahuluan Teologi Liberal muncul dan berkembang pada abad 18-19 Masehi. Salah satu hal yang menandai perkembangan tersebut yaitu kontroversi mengenai keberadaan Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab. Ada yang berpendapat bahwa Pendidikan Agama Kristen tidak ada di dalam Alkitab. Tentu hal ini tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya karena pendapat tersebut merupakan pemikiran yang melawan kekristenan1 Selain itu proses pembahasan Pendidikan Agama Kristen yang diteliti oleh para ahli lebih banyak pembahasannya dimulai dari Bapak Abraham sampai kepada Perjanjian Baru, di mana sebetulnya Pendidikan Agama Kristen dimulai sejak kitab Kejadian yang diawali dari penciptaan Adam dan Hawa serta segala isi dunia ini. Semua ini mengandung Pendidikan Agama Kristen untuk di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Homrighausen dan Enklaar, dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Kristen,” menyatakan bahwa untuk menemukan akar akar Pendidikan Agama Kristen harus menggali dalam Alkitab, tempat Tuhan menyatakan rahasia keselamatanNya kepada bangsa Israel. Alkitab satu satunya sumber pengetahuan mengenai rancangan keselamatan dan Alkitab-lah yang 1 Steven Tubagus, “Kajian Teologis Tentang Pendidikan Agama Kristen Dalam Akitab,” Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1 (2020): 180, http://www.jurnal.sttissiau.ac.id/index.php/jbs/article/view/10/13. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 68

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ melukiskan dengan terang bagaimana wujud dan maksud Pendidikan Agama Kristen.2 Penulis sepakat dengan pendapat ini, bahwa akar akar Pendidikan Agam Kristen berasal dari Alkitab, tetapi bukan hanya diawali dari Abraham, jauh sebelum Abraham yaitu dimulai dari penciptaan alam semesta sudah mengandung makna Pendidikan Agama Kristen. Perkembangan Pendidikan Agama Kristen di masa kini,baik dari segi kurikulum, model, metode, strategi dan teknik pembelajaran tidak bisa luput dari pendidikan di masa kuno. Di mana Pendidikan di masa kuno dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani, Romawi dan Yahudi3 Kebudayaan Yunani mempengaruhi agama Kristen sekitar dua ratus tahun lamanya. Nilai dan gaya berpikir Yunani serta bahasa Yunani sangat mempengaruhi Pendidikan Agama Kristen. Sedangkan Agama Yahudi sebagai dasar Pendidikan Agama Kristen dan Romawi yang menentukan struktur ketertiban umum dan hak-hak sipil. Namun sebelum ini tentu Pendidikan Agama Kristen tidak bisa lepas dari zaman sebelum bapa-bapa leluhur yaitu era purbakala yang tercatat di dalam Alkitab yaitu awal mula manusia dan isi dunia diciptakan. Alkitab adalah firman Tuhan yang absolut yang di dalamnya terdapat Pendidikan Agama Kristen yang menjadi pedoman bagi setiap orang Kristen. Semua kitab dalam Alkitab mengajarkan tentang Pendidikan khususnya Pendidikan Agama Kristen. Semua kitab dalam 2 E. G Homrighausen and I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 2. 3 Robert R Boehlke, Sejarah Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato Sampai Ignatius Loyola (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 2–35. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 69

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Alkitab ditulis untuk memberikan Pendidikan bagi setiap orang. Hal ini tertulis di dalam 2 Timotius 3:16 yang menyatakan bahwa: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Dari ayat tersebut, ada kata “diilhamkan” dalam bahasa Yunani memakai kata theopneustos yang memiliki arti “dihembuskan Allah.” Pengilhaman artinya Roh Kudus memengaruhi sedemikian rupa orang-orang yang menuliskannya sehingga mereka tidak menuliskan kata-kata mereka sendiri tetapi kata-kata Allah (Band 2 Petr 1:21).4 Jadi berdasarkan ayat tersebut bahwa setiap kitab termasuk di dalamnya kitab Kejadian diilhami oleh Roh Kudus yang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Dengan mengacu kepada hal ini, maka jelas sekali bahwa kitab Kejadian mengungkap dan memberikan penjelasan mengenai Pendidikan Agama Kristen. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengungkap secara lebih jelas berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Kitab Kejadian. Maka penulis merumuskan masalah penelitiannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Pertama, apa itu Kitab Kejadian? Kedua, Bagaimana definisi istilah Pendidikan Agama Kristen? Ketiga, bagaimana Pendidikan Agama Kristen berdasarkan kitab Kejadian? Tiga hal inilah yang akan penulis paparkan di dalam artikel yang berjudul: “PAK Dalam Kitab Kejadian.” 4 Philip Johnston, IVP Introduction To The Bible (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006), 16. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 70

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Metode Penelitian Kata “metode” secara harafiah memiliki arti “cara.” Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “metode” memiliki arti: “cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.”5 Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan berdasarkan kajian pustaka tentang Pendidikan Agama Kristen. Dalam penelitian kualitatif juga, pemahaman yang didapatkan penulis akan menjadi faktor penting untuk menguraikan setiap yang ditemukan.6 Langkah-langkah penelitian ini yaitu penulis meneliti dan menggali dengan membaca literature berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen dalam Kitab Kejadian. Hasil Dan Pembahasan Kitab Kejadian Kitab Kejadian ditulis oleh Musa. Pendidikan yang diterima Musa di istana Firaun mengakibatkan bisa membaca dan menulis dengan baik (Kel 24:4; Ul 31:9). Bahkan Musa bukan hanya sebagai penulis 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 740. 6 Rajiman Andrianus Sirait, “Kajian Dogmatis Tentang Baptisan Roh Kudus,” Luxnos 7, no. 2 (2021): 188. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 71

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ tetapi penerbit atau pengumpul bahan bagi kitab Kejadian.7 Kitab Kejadian merupakan Kitab pertama dari Perjanjian Lama dan Kitab pertama di dalam Alkitab. Kitab Kejadian di dalam Perjanjian Lama berbahasa Ibrani dengan nama yang dipakai yaitu beresyit yang memiliki arti “pertama atau yang terutama.” Kitab Kejadian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu pasal 1-11disebut bagian pra-sejarah yang artinya bagian awal dari sejarah penyelamatan yang diceritakan di dalam Perjanjian Lama. Sedangkan pasal 12-50 disebut sejarah bapa bapak leluhur Israel.8 Dengan kata lain bahwa kitab ini mencatat tentang awal sejarah penyelamatan dan sejarah bapa bapa leluhur. Pengertian Pendidikan Agama Kristen Pendidikan Kristen, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Keagamaan Kristen merupakan Pendidikan yang berasal dari disiplin ilmu teologi praktis yaitu Pendidikan Kristiani. Pendidikan Kristen mendahului Pendidikan Keagamaan Kristen dan Pendidikan Agama Kristen.9 Pendidikan Kristen biasanya digunakan untuk pengajaran disekolah sekolah Kristen baik sekolah dasar maupun disekolah sekolah lanjutan yang dijalankan oleh gereja atau organisasi Kristen. Dengan kata lain Pendidikan Kristen merujuk kepada pengajaran biasa yang bernuansa Kristen. Pendidikan keagamaan Kristen merujuk kepada 7 J.D Douglas, Ensiklopedia Masa Kini Jilid II (Jakarta: Yayasan Komunkasi Bina Kasih, 2011), 532. 8 J A Telnoni, Tafsir Alkitab Kontekstual Oikumenis: Kejadian Pasal 1-11 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 3. 9 Hasudungan Simatupang, Ronny Simatupang, and Tianggur Medi Napitupulu, Pengantar Pendidikan Agama Kristen (Yogyakarta: ANDI, 2020), 1–2. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 72

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ keagamaan Kristen yang tentunya lebih bersifat khusus. Sedangkan Pendidikan Agama Kristen yaitu proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusatkan kepada Kristus dan bergantung kepada kuasa Roh Kudus yang membimbing pada setiap pribadi pada semua tingakat pertumbuha, melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan dan memperlengkap mereka bagi pelayanan yang efektif yang berpusat pda Kristus Sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan murid. Lahirnya Pendidikan Agama Kristen dan Pendidikan Keagamaan Kristen yaitu dari Matius 28:19-20. Sedangkan Pendidikan Kristen didasarkan kepada ayat 19 dari Matius 28. Dari segi definisi ada yang berpendapat bahwa ketiga Pendidikan tersebut sama, namun juga ada yang berpendapat secara berbeda. Di mana perbedaan ini terdapat pada jenis, jalur, bentuk dan jenjang masing masing.10 Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah menuntun orang orang menuju kepada Kerajaan Allah di dalam diri Yesus Kristus. Ada tiga dasar bahwa Pendidikan Kristen harus membawa orang menuju kepada kerajaan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus yaitu: Pertama, dalam kitab suci orang Yahudi visi kerajaan Allah ditempatkan sebagai visi dan rencana Allah sendiri bagi seluruh manusia dan ciptaan. Kedua, dalam kesinambungan dengan dan dalam tradisi orang Yahudi itu Yesus 10 Ibid., 3. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 73

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ memberitakan kabar baik-Nya. Ketiga, kerajaan Allah menjadi yang utama kembali dalam teologi kontemporer.11 Pendidikan Agama Kristen berpangkal pada persekutuan umat Tuhan dalam Perjanjian Lama. Dengan kata lain bahwa dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen terdapat di dalam sejarah suci purbakala.12 Pendidikan agama Kristen bertitik pangkal kepada Allah sendiri karena Allah lah yang menjadi Pendidik Agung bagi umatNya.13 Pendidikan Agama Kristen dalam Kitab Kejadian Penggagas Pendidikan Agama Kristen Dalam Kitab Kejadian Penggagas, perencana dan pelaksana Pendidikan Agama Kristen dalam Kitab Kejadian yaitu Tuhan sendiri (YHWH). Pendidikan Agama Kristen dalam Kitab Kejadian dimulai dari penciptaan alam semesta serta isinya, termasuk manusia dan mengajarkan kepada manusia proses pendidikan. Gagasan proses pendidikan Agama Kristen di dalam Kitab Kejadian terdapat di dalam Kejadian 2:15.14 Hal yang senada juga disampaikan oleh Harianto GP dalam judul buku yang berbeda bahwa yang menjadi penggagas sekaligus perencana Pendidikan yaitu Tuhan sendiri yang dimulai dari penciptaan bumi dan isinya termasuk penciptaan manusia dan mengajarkan proses Pendidikan kepada 11 Groome H Thomas, Christian Religious Education (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 49. 12 Homrighausen and Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1. 13 Ibid. 14 Harianto GP, Teologi PAK (Yogyakarta: ANDI, 2017), 26. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 74

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ manusia.15 Jadi jelas sekali bahwa yang menjadi penggagas dan perencana Pendidikan Agama Kristen adalah Tuhan sendiri dan Pendidikan Agama Kristen itu di mulai dari manusia pertama yaitu Adam dan Hawa yang ditempatkan di Taman Eden. Pengajar PAK dalam Kitab Kejadian. Dalam Kitab Kejadian yang menjadi pengajar atau pendidik yaitu Allah (YHWH). Tuhan yang menciptakan langit, bumi dan seisinya sehingga Tuhan juga yang bertindak sebagai pendidik untuk memberi aspek kognitif, akfektif, dan prikomotorik semua ciptaan khususnya manusia.16 Tuhan itu yang menjadi pengajar utama di dalam Pendidika Agama Kristen khususnya dalam kitab Kejadian.17 Tuhan Allah merupakan pendidik yang tiada tara (Ayub 36:22), dan tidak ada yang dapat mengajari-Nya (Ayub 21:22; Yes 40:14). Dia mengajarkan pengetahuan kepada manusia (Maz 94:10), Tuhan juga mengajarkan cara bertani (Yes 28:24-26) dan tentu segala aspek kehidupan. Pengajaran Tuhan kepada manusia terjadi dalam sepanjang sejarah manusia. Dan hal itu dapat dilihat dari berbagai peristiwa diantaranya bahwa Tuhan mengajar Adam dan Hawa di Taman Eden (Kej 1-2), 15 Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab Dan Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: ANDI, 2012), 4. 16 GP, Teologi PAK, 26. 17 Boehlke, Sejarah Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato Sampai Ignatius Loyola, 45. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 75

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Tuhan mengajar generasi setelah Adam dan Hawa yaitu Kain, Habel, dan keturunan Adam lainnya (Kej 5:22-24). Allah mengajar Nuh dan ia berperan sebagai pendidik umat sekalipun ada tantangan dan kejahatan manusia yang parah, sampai akhirnya manusia dimusnahkan dengan air bah.18 Selain Allah yang menjadi pengajar bagi pribadi pribadi dalam kitab Kejadian, orang orang yang diajar oleh Tuhan sendiri telah menjadi pengajar bagi generasi seterusnya contohnya Honokh, Nuh, Sem, Abraham, Ishak dan Yakub di mana mereka menjadi pemimpin dan pengajar umat Tuhan.19 Peserta Didik PAK Dalam Kitab Kejadian Peserta didik Agama Kristen dalam kitab Kejadian dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama, peserta didik di zaman atau era purbakala yaitu Adam, Hawa, Kain, Habel, Henokh, dan Nuh. Sedangkan yang kedua, yaitu zaman patriakh atau bapak bapak leluhur diantaranya yaitu: Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Mereka dididik oleh Tuhan pada zaman mereka masing masing. Peserta Didik Di Zaman atau Era Purbakala Pendidikan Agama Kristen Kepada Adam dan Hawa. Di Era purbakala, Allah mengajar manusia secara langsung yaitu Adam, Hawa, Kain, Habel, Nuh dan lain lain, sampai kepada zaman 18 GP, Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab Dan Dunia Pendidikan Masa Kini, 3–4. 19 Ibid., 20. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 76

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ para bapa leluhur (zaman patriak) Abraham, Ishak Yakub, Yusuf yang merupakan leluhur orang Israel. Pendidikan Agama Kristen yang dilakukan oleh Allah kepada Adam dan Hawa berdasarkan kepada Kejadian 2:15 yang tertulis: “TUHAN Allah berfirman: Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Di dalam Kejadian 2:5 tersebut ada dua gagasan proses pendidikan Agama Kristen yang dilakukan oleh Tuhan kepada manusia yang diciptakan-Nya yaitu: Pertama, Tuhan menugaskan manusia dalam hal ini Adam untuk hidup di taman Eden. Adam harus mengusahakan dan memelihara Taman Eden. Di sisi lain Adam juga diberi tugas untuk memberi nama segala binatang hutan dan burung di udara. Dengan adanya hal tersebut, Tuhan mengembangkan aspek kognitif Adam yang diciptakannya sehingga dapat terus menerus belajar sepanjang hidupnya. Proses belajar inilah yang membuat manusia semakin belajar semakin berpengetahuan. Kedua, larangan memakan buah kehidupan yang baik dan yang jahat. Tuhan mendidik Adam dan Hawa untuk mengembangkan ranah Afektif (Kejadian 2:16-17). Tuhan menginginkan manusia itu untuk menggunakan ranah Afektifnya yaitu bersikap dan menerima hal yang diinginkan oleh Tuhan. Ketiga, Untuk menjalankan tugas mereka membutuhkan ranah psikomotorik (keahlian, kemampuan). Dalam Kejadian 3:16-19, teks ini menekankan bahwa ranah psikomotorik menentukan rejeki seseorang.20 Tempat Pendidikan Agama Kristen yang dilakukan oleh Tuhan kepada Adam dan Hawa yaitu Taman Eden. 20 GP, Teologi PAK, 15–18. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 77

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pendidikan Agama Kristen Kepada Nuh Nuh merupakan pribadi yang terakhir dari sepuluh bapak leluhur kuno dan merupakan pahlawan air bah. Nuh merupakan anak Lamehk yang berusia sekitar 182 tahun sewaktu Nuh lahir. Nuh dalam Bahasa Ibrani yaitu Noakh yang memiliki arti “beristirahat.” Nuh adalah seorang pribadi yang benar, memiliki persekutuan yang benar dengan Tuhan bahkan hidupnya tidak bercela di hadapan Tuhan. Nuh adalah seorang pemberita kebenaran (Band 2 Petrus 2:5).21 Pendidikan Tuhan yang diberikan kepada Nuh terdapat di dalam Kejadian 6:5-6: “Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar dibumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata mata, maka menyesallah TUHAH, bahwa ia telah menjadikan manusia dibumi dan hal itu memilukan hatinya.” Di dalam teks ini Tuhan mendidik Nuh dengan cara membuat bahtera dan hidup dalam bahtera. Di dalam hal ini, afektif yang ditonjolkan yaitu ketaatan. Sedangkan dari segi psikomotoriknya yaitu terampil membuat bahtera. Nuh masuk dalam proses belajar mengajar Allah. Tuhan melakukan Pendidikan kepada Nuh dengan cara: pertama, secara kognitif (pengetahuan), Tuhan memberi pengetahuan cara membuat bahtera. Jenis kayu bahtera Nuh yaitu jenis kayu gofir. Ukuran bahtera 300x50x30 hasta (1 hasta sekitar ½ meter). Jadi 150x25x15 meter = 5.626 meter persegi. 144,5 meter persegi. Sekitar 389 gerbong dimuati hewan dari semua jenis, masing masing satu pasang (Kej 1:9, 10:25). Lama air bah sampai surut sekitar 10 setengah bulan (Kej 7:11, Kej 8:13). Hujan pada zaman Nuh adalah hujan yang pertama kali setelah 21 Douglas, Ensiklopedia Masa Kini Jilid II, 171–172. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 78

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ air bah surut, bahtera Nuh terdampar di atas gunung Ararat.22 Dari sini dapat dilihat bahwa Tuhan memberi pengetahuan tentang cara bagaimana membangun bahtera dengan ukuran ukuran yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Kedua, Secara afektif, (karakter atau moral) Nuh yaitu Nuh taat kepada Tuhan dalam mengerjakan Bahtera sampai selesai sesuai dengan aturan-aturan Tuhan (Kej 6:22). Menurut para penafsir bahwa pembuatan bahtera yang dilakukan oleh Nuh sangat beragam, ada yang mengemukakan bahwa bahtera Nuh dibangun selama 120 tahun, ada yang berpendapat 98 tahun.23 Melihat hal ini jelas sekali bahwa secara afektif, Nuh adalah pribadi yang setia, orang yang taat dan takut akan Tuhan. Ketaatan Nuh kepada perintah Tuhan menyebahkan ia dan keluarganya selamat, sementara semua mahluk hidup mati semua. Ketaatan dan iman Nuh menjadi contoh pengharapan manusia harus di dasarkan perkataan Allah. Di sini perjanjian Tuhan dengan Nuh merupakan prakarsa dari Tuhan dan tujuannya adalah keselamatan. Dengan demikian secara afektif Nuh menaati hal yang dikehendaki oleh Tuhan atas dirinya. Sikaf afektif Nuh membuat dirinya berkenan kepada Tuhan.24 22 GP, Teologi PAK, 29. 23 Abraham Park, Silsilah Di Kitab Kejadian: Dilihat Dari Sudut Pandang Penyelenggaraan Sejarah Penebusan (Jakarta: Grasindo, 2011), 151–154. 24 GP, Teologi PAK, 29. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 79

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pendidikan Agama Kristen Kepada Abraham Abrm memiliki arti “bapa yang tinggi atau bapa yang agung.” Di usia 99 tahun namanya diganti menjadi Abraham yang memiliki arti “bapa orang banyak atau bapa sejumlah besar bangsa.” Adam adalah bapa pertama umat manusia, Nuh menjadi bapa umat manusia dari dunia baru setelahh air bah, dan Abraham bapak iman dari umat segala bangsa di dunia rohaniah dalam Yesus Kristus.25 Pendidikan yang dilakukan Tuhan kepada Abraham di dalam kitab Kejadian terdapat di dalam Kejadian 12:1-326 dan Kejadian 22:1- 19. Di dalam Kejadian 12:1-3, ada tiga aspek Pendidikan Tuhan yang diberikan kepada Abraham. Yang pertama, yaitu aspek pengentahuan atau yang disebut aspek kognitif yang terdapat di dalam ayat 2: “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur dan engkau akan menjadi berkat.” Tuhan memberikan pengetahuan kepada Abraham bahwa melalui dirinya dan keturunannya akan menjadi bangsa yang besar, memiliki nama yang masyur dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Inilah pengetahuan yang ditanamkan oleh Tuhan kepada Abraham. Yang kedua, yaitu aspek afektif, di dalam Kejadian 12:1-3 ini terdapat di dalam ayat 1: “Berfirmanlah Tuhan kepada 25 Park, Silsilah Di Kitab Kejadian: Dilihat Dari Sudut Pandang Penyelenggaraan Sejarah Penebusan, 202. 26 Kejadian 12:1-3: Berfirmanlah Tuhan kepada Abraham: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang orang yang mengutuk engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat.” _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 80

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Abram: pergilah dari negrimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negri yang akan kutunjukan kepadamu.” Di dalam ayat ini ada aspek Afektif di mana Abraham harus taat dan takut akan Tuhan, serta dengar-dengaran terhadap suara Tuhan. Tuhan memerintahkan untuk pergi kepada Abraham dari negrinya, dari sanak saudaranya dan dari rumah orang tuanya dan Abraham sangat taat kepada apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Yang ketiga yaitu aspek psikomotorik. Di dalam Kejadian 12:1-3 aspek psikomotoriknya terdapat di dalam ayat yang ke 3:”Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang orang yang mengutuk engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat.” Di sini Tuhan melatih Abraham dalam aspek psikomotoriknya bagaimana hidupnya supaya dapat menjadi berkat bagi bangsa- bangsa.27 Di dalam Kejadian 22:1-19, Tuhan mendidik Abraham berkaitan dengan ketaatannya kepada Tuhan. Tuhan memberikan pengetahuan kepada Abraham bahwa hanya melalui keturunannya saja akan diberkati Tuhan menjadi bangsa yang besar. Dari keturunannya akan lahir seorang anak, dan anak itupun lahir sesuai dengan janji Tuhan. Dan Ketika anak itu menjadi besar, Tuhan mengajar Abraham apakah dapat menjadi orang yang taat kepada Tuhan atau tidak. Dari sisi aspek Afektif, Abraham sangat taat dan takut kepada Tuhan, dari sisi keterampilan Abraham sangat terampil mengetahui apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh Tuhan. 27 GP, Teologi PAK, 30. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 81

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pendidikan Agama Kristen kepada Ishak dan Yakub Ishak memiliki arti “menertawai, mengatai, bergurau, menikmati, melecehkan.” Nama Ishak diberikan sebagai akibat dari Abraham tidak percaya kepada janji Tuhan bahwa Tuhan akan memberikannya anak di usia yang sudah 100 tahun, lalu tunduk dan tertawa (Kej 17:7-19).28 Ishak menjadi pribadi yang taat dan takut akan Tuhan hal ini disebabkan karena Pendidikan yang diberikan oleh Abraham kepada Ishak. Ketaatan dan takut akan Tuhan ini dapat dilihat dari beberapa ayat ini: 1. Kejadian 22:6, 8, menjadi saksi dimana ketika Ishak dipersembahkan kepada Tuhan tidak memberontak melainkan dengan taat mau menjadi bahan persembahan bagi Tuhan. 2. Ketika Abraham mencari pasangan hidup untuk Ishak melalui pembantunya, Abraham melarang tegas pembantunya atau pesuruhnya untuk tidak mengambil calon istrinya dari Tanah Kanaan tetapi harus pergi ke sanak saudaranya untuk mencari istri bagi Ishak (Kej 24:1-67). Ini merupakan Pendidikan Abraham kepada anggota keluarganya serta kepada seisi rumahnya. Dan teladan Abraham ini dilakukan juga oleh Ishak ketika Yakub pergi dari rumahnya, Ishak memberi nasihat kepada Yakub untuk tidak mengambil perempuan Kanaan untuk menjadi Istrinya (Kej 28:1). Melihat hal di atas, Pendidikan yang diterima dari Tuhan bersifat secara turun-temurun. Tuhan menjadi pengajar utama dan pengajaran Tuhan 28 Abraham Park, Pertemuan Yang Terlupakan: Perjanjian Suluh Dan Penggenapannya (Depok: Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2011), 102. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 82

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ itu dilanjutkan oleh orang orang yang dipanggil dan dipilih-Nya untuk kemuliaan nama-Nya. Yakub mendapat Pendidikan dari Ishak dan Ishak mendapat Pendidikan dari Abraham dan Abraham sendiri mengalami Pendidikan dari Tuhan. Dan ketiga tokoh ini menjadi pribadi yang takut akan Tuhan dan mengasihi Tuhan. Pendidikan Agama Kristen Kepada Yusuf Yusuf berasal dari kata yasaf yang memiliki arti “menambahi atau menambahkan.” Yusuf merupakan anak yang kesebelas dari Yakub atau anak pertamanya dari Rahel dan merupakan anak yang paling dikasihi oleh Yakub (Kej 37:3). Yusuf merupakan anak yang dimanjakan, terjual menjadi budak orang Mesir akibat kecemburuan kakak-kakanya dan terhukum sebagai korban fitnah dan menduduki jabatan tertinggi di Mesir, Kanaan.29 Yusuf menjadi pribadi yang taat dan takut akan Tuhan, penuh hikmat, cerdas, tentu hal ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan kedua orang tuanya yang bernama Yakub dan Rahel dan termasuk kakenya dalam hal ini Ishak. Mereka adalah orang orang yang mendidik Yusuf dalam banyak hal, terlebih khusus pendidikan secara rohani untuk hidup taat dan takut akan Tuhan. Yusuf telah hidup bersamaan dengan kakeknya yaitu Ishak sekitar satu tahun.30 Pendidikan dari Ishak dan kedua orang tuanya ini menyebabkan Yusuf ketika berada jauh dari keluarga besarnya dapat mempertahankan diri menjadi pribadi yang hidupnya berkenan di hadapan Tuhan. Dengan adanya hal 29 Douglas, Ensiklopedia Masa Kini Jilid II, 638. 30 Park, Pertemuan Yang Terlupakan: Perjanjian Suluh Dan Penggenapannya, 202. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 83

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ ini, Yusuf menjadi pribadi yang selalu disertai oleh Tuhan dan apapun yang diperbuatnya selalu berhasil (Kej 39:21). Kurikulum Pendidikan Agama Kristen dalam Kitab Kejadian Kurikulum31 berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua pengertian yaitu pertama, perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada Lembaga Pendidikan. Kedua, perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus. Materi atau kurikulum dan isi pengajaran Allah di dalam kitab Kejadian masih berisfat praktis dan belum bersifat sistematis, materi atau kurikulumnya belum tertata. Walaupun demikian penulis mencoba untuk menguraikan mengenai kurikulum pengajaran Tuhan berdasarkan kitab Kejadian. Kurikulum pengajaran Tuhan berdasarkn kitab Kejadian yaitu penciptaan, dosa dan perjanjian Tuhan. Berkaitan dengan penciptaan, apapun yang diciptakan pada dasarnya semua itu baik bahkan sangat baik. Termasuk kehidupan manusia, manusia diciptakan sangat baik, bahkan diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan. Namu Ketika manusia itu jatuh ke dalam dosa, semua yang diciptakan Tuhan menjadi rusak. Dan akibat dari kerusakan itu Tuhan sendiri mengambil inisiatif untuk mengadakan 31 Istilah kurikulum (curriculum) pada awalnya digunakan pada dunia olahraga yang berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari star sampai dengan finish untuk meraih medali atau penghargaan. Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan jadi sejumlah mata pelajaran oleh peserta didik dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. Pada hakekatnya merupakan suatu bukti bahwa peserta didik telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran. Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses pembelajaran. Tarpan Suparman, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jawa Tengah: CV. Sarnu Untung, 2020), 1–2. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 84

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ perjanjian dengan manusia. Di mana perjanjian antara Tuhan dengan manusia bersifat satu arah dan berdaulat, tidak dapat berubah dan tidak dapat dibatalkan. Dasar Pendidikan Agama Kristen Dalam Kitab Kejadian Yang menjadi dasar Pendidikan Tuhan di dalam kitab kejadian adalah Visi Tuhan. Visi Tuhan itu harus terjadi di dalam kehidupan semua manusia. Di mana visi Tuhan itu mengembalikan manusia menjadi pribadi yang serupa dan segambar dengan Tuhan. Untuk mencapai visi Tuhan ini, Tuhan sendiri memanggil pribadi-pribadi untuk diajar hidup dalam takut akan Tuhan seperti Abraham, Henokh, Nuh, Ishak dan Yakub serta yusuf dan lain lain. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Kitab Kejadian mengungkap Pendidikan Agama Kristen secara terbuka. Dan Pendidikan Agama Kristen terjadi bukan hanya dimulai dari Abraham sebagai tokoh bapa leluhur, tetapi Pendidikan Agama Kristen dimulai dari manusia pertama yaitu Adam dan Hawa di Taman Eden. Tuhanlah yang menjadi penggagas, perencana dan pengajar yang utama dalam kitab Kejadian. Setelah itu dilanjutkan oleh tokoh tokoh keluarga dalam hal ini Nuh, Abrahama, Ishak, Yakub dan Yusuf. Di mana Pendidikan Agama Kristen dalam Kitab Kejadian tidak bisa lepas dari Visi Tuhan yang Tuhan emban kepada masing masing pribadi di dalam kitab Kejadian. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 85

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Kontribusi Penelitian Penelitian berkaitan dengan “Pendidikan Agama Kristen menurut Ktiab Kejadian” diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi peneliti lain khususnya yang berkaitan Pendidikan Agama Kristen. Disisi yang lain penelitian ini dapat diharapkan untuk memberi pengetahuan atau wawasan yang luas berkaitan dengan Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Kitab Kejadian. Rekomendasi Penelitian Lanjutan Dalam proses penelitian berkaitan dengan topik: “Pendidikan Agama Kristen menurut Kitab Kejadian” tentu memiliki kekurangan dan kelemahan, tetapi walaupun demikian penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk penelitian lanjutan sehingga penelitian lanjutan tersebut dapat memperlengkapi segala kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 86

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Referensi Boehlke, Robert R. Sejarah Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato Sampai Ignatius Loyola. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994. Douglas, J.D. Ensiklopedia Masa Kini Jilid II. Jakarta: Yayasan Komunkasi Bina Kasih, 2011. GP, Harianto. Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab Dan Dunia Pendidikan Masa Kini. Yogyakarta: ANDI, 2012. ———. Teologi PAK. Yogyakarta: ANDI, 2017. Homrighausen, E. G, and I.H Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008. Johnston, Philip. IVP Introduction To The Bible. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006. Park, Abraham. Pertemuan Yang Terlupakan: Perjanjian Suluh Dan Penggenapannya. Depok: Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2011. ———. Silsilah Di Kitab Kejadian: Dilihat Dari Sudut Pandang Penyelenggaraan Sejarah Penebusan. Jakarta: Grasindo, 2011. Simatupang, Hasudungan, Ronny Simatupang, and Tianggur Medi Napitupulu. Pengantar Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta: ANDI, 2020. Sirait, Rajiman Andrianus. “Kajian Dogmatis Tentang Baptisan Roh Kudus.” Luxnos 7, no. 2 (2021): 186–199. Suparman, Tarpan. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jawa Tengah: CV. Sarnu Untung, 2020. Telnoni, J A. Tafsir Alkitab Kontekstual Oikumenis: Kejadian Pasal 1- 11. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 87

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Thomas, Groome H. Christian Religious Education. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. Tubagus, Steven. “Kajian Teologis Tentang Pendidikan Agama Kristen Dalam Akitab.” Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1 (2020). http://www.jurnal.sttissiau.ac.id/index.php/jbs/article/view/10/13 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 88

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Guru Di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor Olis STT KADESI BOGOR [email protected] Abstract This research was conducted to see whether there is influence school leadership, motivation, and work environment on the performance of teachers. The population in this study was a teacher at SMP Islam Cibatutiga Bogor. The sample in this study were drawn from a population that is so that the number of samples used are 40 teachers in SMP Islam Cibatutiga Bogor. The results showed that there was a significant effect of variables of school leadership, motivation and work environment on the performance of teachers in SMP Islam Cibatutiga Bogor. In other words, there is a positive relationship between school leadership, motivation, and working environment with job performance of teachers. It can be concluded the better the leadership of the principal, the higher work motivation of teachers, and the better the working environment, the higher and better the teacher's job performance. Keywords: Principal Leadership, Motivation Work, Work Environment and Job Performance. Keywords: Principal Leadership; Work motivation; Work Environment and Work Performance _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 89

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru. Adapun populasi pada penelitian ini adalah guru pada SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. Sampel dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi yang ada sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah 40 orang guru yang ada di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. Dengan kata lain ada hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, dan lingkungan kerja dengan prestasi kerja guru. Hal ini dapat disimpulkan semakin baik kepemimpinan kepala sekolah, semakin tinggi motivasi kerja guru, dan semakin baik lingkungan kerja maka semakin tinggi dan baik pula prestasi kerja guru tersebut. Kata-kata kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah; Motivasi Kerja; Lingkungan Kerja Dan Prestasi Kerja. Pendahuluan Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama.1 Akibat terjadinya interaksi dengan karakteristik masing-masing serta banyak kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola perilaku, dan etika kerja, yang kesemuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi. Sehingga setiap individu dalam organisasi tidak lepas dari 1 Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi, 10th ed. (PT Indeks, 2006), 4. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 90

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ hakekat nilai-nilai budaya yang dianutnya, yang akhirnya akan bersinergi dengan perangkat organisasi, teknologi, sistem, strategi dan gaya hidup kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemen: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin, yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”2 Sementara R. Soekarto Indrafachrudi (2006:2) mengartikan “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu.” Kemudian menurut Maman Ukas (2004:268) “Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan”. Sedangkan George R. Terry dalam Miftah Thoha (2003:5) mengartikan bahwa “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.” Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang 2 Samsudin Sadili, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 287. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 91

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ dalam mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama dan mau melakukan tindakan serta perbuatan dalam mencapai tujuan bersama. Ketika pemimpin menunjukkan kepemimpinan yang baik, para karyawan akan berkesempatan untuk mempelajari perilaku yang tepat untuk berhadapan dengan pekerjaan mereka. Demikian pula halnya dengan birokrasi publik, pemimpin memegang peranan yang sangat strategis. Pemimpin organisasi dapat mempengaruhi perilaku dengan cara menciptakan sistem dan proses organisasi yang sesuai kebutuhan, baik kebutuhan individu, kebutuhan kelompok maupun kebutuhan organisasi. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses bekerja untuk mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukkan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2005: 125). Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu: a) Kepemimpinan kepala sekolah, b) Iklim sekolah yang baik sehingga hubungan antara komponen di sekolah dapat berjalan dengan baik, c) Harapan-harapan dari guru, d) Motivasi guru untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan e) Kepercayaan personalia sekolah.3 Dengan demikian 3 Handoko dkk Hani, Strategi Organisasi (Yogyakarta: Amara BooksJakarta, 2001), 319. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 92

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ nampaklah bahwa efektivitas kepemimpinan kepala sekolah, hubungan antara personal di sekolah dan motivasi guru untuk dapat bekerja dengan baik akan ikut menentukan baik buruknya prestasi kerja guru. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan prestasi kerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004: 25). Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang- orang yang bekerja sehingga prestasi kerja guru selalu terjaga. Selain dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, prestasi kerja guru juga dipengaruhi oleh hubungan antar personal yang ada di sekolah. Dengan terciptanya hubungan antar personal yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk bekerja lebih baik. Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan. Pencapaian visi dan misi sekolah tidak dapat secara efektif jika tidak didukung oleh lingkungan kerja yang menyenangkan. Kepala sekolah di SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor melaksanakan kepemimpinan dengan disiplin yang tinggi. Namun bagi sebagian guru, disiplin yang diterapkan menjadi beban tersendiri dalam bekerja. Begitu pentingnya prestasi kerja bagi setiap instansi di lingkungan pemerintah maupun swasta, maka pimpinan harus dapat _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 93

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ memberikan motivasi kepada guru agar dapat menjalankan segala aturan yang berlaku. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.4 Menurut disiplin ilmu psikologi, motivasi mengacu pada konsep yang digunakan untuk menerangkan kekuatan kekuatan yang ada dan bekerja pada diri organisme atau individu yang menjadi penggerak dan pengaruh tingkah laku individu. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru. Adapun populasi pada penelitian ini adalah guru pada SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor. Kegunaan penelitian ini diharapkan: 1. Dapat memberikan input bagi sekolah dalam usaha meningkatkan prestasi kerja guru dengan memperhatikan aspek kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja. 2. Dapat memberikan input bagi penulis dalam penerapan teori di lapangan. 3. Dapat memberikan input bagi ilmu pengetahuan dan teori yang berkaitan dengan sumber daya manusia dalam aspek kepemimpinan, motivasi dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja guru. 4 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 70. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 94

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Metode Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2022 sampai dengan bulan Juni 2022. Penelitian dilakukan di SMP Islam Cibatutiga. Dalam penelitian ini melibatkan semua guru SMP Islam Cibatutiga yang berjumlah 40 orang. Populasi dan Sampel Adapun populasi pada penelitian ini adalah guru SMP Islam Cibatutiga Kabupaten Bogor dengan deskripsi data sebagai berikut: Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2022 Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2022 _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 95


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook