Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Jurnal Kadesi Vol 4. No.2 Januari 2023

Jurnal Kadesi Vol 4. No.2 Januari 2023

Published by cbm.budiono, 2023-01-23 14:11:11

Description: JurnalKadesi Berisi 8 ArtikelKarya Ilmiah

Keywords: Jurnal Kadesi

Search

Read the Text Version

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Setiap agama memiliki kitab sucinya masing-masing. Kitab suci itu diyakini berisi wahyu-wahyu Tuhan yang tertulis dalam kitab-kitab. Kitab suci merupakan sumber utama kepercayaan dan ajaran enam agama yang berbeda di Indonesia. Masing-masing agama ini menggunakan kitab suci sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Dikutip dari buku Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci oleh Murtadha Muthahhari2, nama-nama kitab suci setiap agama di Indonesia adalah sebagai berikut: • Islam : Al-Quran • Kristen Protestan : Alkitab yang memuat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru • Kristen Katolik : Alkitab Katolik (lengkap dengan keseluruhan 73 kitab kanonik, termasuk kitab-kitab Deuterokanonika, yang diakui Gereja Katolik) • Buddha : Tripitaka • Hindu : Weda • Konghucu : Si Shu yang berisi 4 kitab dan Wu Jing yang berisi 5 kitab Volume Alkitab dan Kitab-Kitab Suci Agama Lain di Indonesia Belum ada statistik yang sangat lengkap dan akurat berkaitan dengan kitab suci agama-agama di Indonesia. Namun sebagai gambaran volume kitab suci adalah sebagai berikut: 2 Murtadha Muthahhari, Membumikan Kitab Suci (Jakarta, Penerbit Hikmah, 2007), 25 _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 146

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ • Alkitab: Statistik berikut ini berdasarkan Alkitab Protestan terjemahan bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru (1974): 66 kitab, 1189 pasal, 31171 ayat, 658.545 kata. • Alkitab Katolik keseluruhan menjadi 73 kitab kanonik, termasuk kitab-kitab Deuterokanonika, yang diakui Gereja Katolik. • Al-Qur’an : terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6.236 ayat menurut riwayat Hafsh, 6.262 ayat menurut riwayat ad-Dur, atau 6.214 ayat menurut riwayat Warsy. Secara umum, Al-Qur'an terbagi menjadi 30 bagian yang dikenal dengan nama juz • Weda : terdiri dari 2, yaitu Sruti dan Smerti. Bhagawadgita, sebagai salah satu dari Smerti tebalnya sama dengan Al Quran. Bahagawadgita itu isinya percakapan antara Khrisna dan Arjuna saat perang di Kurusetra, sementara semua kisah perang di Kurusetra tebalnya sekitar 3 kali Bahawadgita. Seluruh kejadian perang Kurusetra hanya bagian dari 4 kitab (parwa) dalam kitab Mahabharata yang keseluruhan jumlahnya ada 18 kitab. Mahabharata adalah satu dari 3 itihasa, selain Ramayana dan Sarassamuscaya. Ithihasa adalah satu dari 3 purana. Purana adalah satu dari 4 upanga weda. Upanga Weda adalah satu dari 4 kitab Smerti. Jadi secara matematis, keseluruhan Weda 3x4x18x3x3x4x4x2 = 62.208 kali lebih banyak/tebal dibanding Al Quran. • Tripitaka : Tripitaka berisikan intisari ajaran Sang Buddha Gotama terdiri dari berpuluh ribu jilid. Tipiṭaka terdiri dari Vinaya Piṭaka (5 kitab), Sutta Piṭaka (22 kitab), dan Abhidhamma Piṭaka (7 kitab), seluruhnya 34 kitab. Volume Tipiṭaka sekitar 8 kali Alkitab namun _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 147

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ ada juga yang membandingkan ketebalannya bisa mencapai lebih dari sebelas kali Alkitab. • Si Shu - Wu Jing: Si Shu terdiri dari 4 kitab, pertama 10 bab uraian terdiri dari 1.753 huruf, kedua 32 bab uraian terdiri dari 3.568 huruf, ketiga terdiri dari 2 jilid, masing-masing 10 Bab (= 20 bab), 15.917 huruf, dan keempat 7 Bab (masing-masing 2 bagian) dan 35.377 huruf. Wu Jing berisi 5 kitab. Proses Pembentukan Kitab Suci: • Alkitab: Alkitab adalah firman Allah. Namun Alkitab tidak diturunkan secara harfiah begitu saja dari sorga, melainkan Allah melibatkan manusia secara aktif untuk menuliskan firman-Nya tersebut. Rentang waktu penulisan kitab-kitab yang kita kenal dalam Alkitab kita saat ini, memakan waktu sekitar 1.500 tahun (dari tahun 1400 SM – 100 M). Bahkan proses pembentukannya menjadi Alkitab seperti yang kita kenal saat ini, membutuhkan waktu sekitar 1800 tahun (1400 SM – 367 M). • Al-Qur’an: Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Muhammad SAW di Gua Hiro, Mekkah, Arab Saudi. Diriwayatkan Al-Quran turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Selama itu, Al-Quran difirmankan Allah kepada Muhammad sebanyak 30 juz atau 114 surat atau sekitar 6666 ayat. Salah satu alasan mengapa Al-Quran tidak langsung dibukukan adalah karena wahyu masih belum selesai turun selama Nabi Muhammad masih hidup. Sedangkan, jika penulisan Al-Quran langsung dilakukan, maka kitab Al-Quran akan terus mengalami perubahan karena adanya ayat atau _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 148

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ wahyu baru yang datang. Karena itu, proses pembukuan ayat – ayat dalam Al-Quran tidak dilakukan. Ada beberapa sahabat yang memang ditugaskan secara khusus untuk mencatat setiap ayat atau wahyu yang turun. Yaitu Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Ka’ab. Mereka menuliskan ayat al- Quran di berbagai media yang bisa digunakan saat itu. Mulai dari pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang. • Weda : Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diturunkan/diajarkan dengan sistem lisan yaitu pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana pada masa itu tulisan belum ditemukan. Setelah tulisan ditemukan, para Resi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. • Tripitaka : Kira-kira tiga bulan setelah Sang Buddha wafat, lima ratus Arahat siswa-siswa terkemuka Sang Buddha, yang memikirkan pemeliharaan kemurnian ajarannya, menyelenggarakan suatu pasamuan / konsili untuk mengulang kembali ajaran Sang Buddha. Sekitar tahun 444 BE (Buddhist Era) /100 SM, pada waktu Raja Vattagamani Abhaya memerintah di Srilangka, diadakan Konsili ke empat. Dari konsili ini dihasilkan penulisan Tripitaka Pali untuk pertama kali di atas daun lontar. • Si Shu Wu Jing : Kitab suci yang tertua berasal dari Yao (2357- 2255 sM) atau bahkan bisa dikatakan sejak Fu Xi (30 abad sM).Yang termuda ditulis cicit murid Kongzi, Mengzi (wafat 289 sM), yang menjabarkan dan meluruskan ajaran Kongzi, yang waktu itu banyak diselewengkan. Kitab suci yang berasal dari nabi purba sebelum Kongzi, ditambah Chunqiujing (Kitab atau Catatan Zaman Cun Ciu/ _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 149

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Musim Semi dan Musim Rontok) yang ditulis sendiri oleh Kongzi, sesuai dengan wahyu Tian, kemudian dihimpun Kongzi dalam sebuah Kitab yang disebut Wujing.Beberapa saat sebelum wafat, Nabi Kongzi mempersembahkan Wu Jing dalam persembahyangan kepada Tian. Alkitab adalah Wahyu Ilahi Penulis Agung Kitab Suci Alkitab adalah Roh Kudus. Dia memilih 40 orang untuk menjadi kepanjangan Tangan-Nya, untuk membuat Wahyu Ilahi diubah menjadi Kitab Suci, yang disebut Alkitab. Berdasarkan pemahaman yang benar dan iman yang kokoh, dengan teguh dan tegas, kita harus percaya, bahwa Wahyu Ilahi tidak mungkin salah. Salah menerjemahkan, kemungkinan itu selalu ada. Entah karena keterbatasan bahasa, atau kesalahan manusia (human error), atau karena sebab lain. Namun, Wahyu Ilahi masih merupakan kebenaran mutlak! Alkitab terdiri dari Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Alkitab PL diterjemahkan dari bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Hampir seluruhnya dalam bahasa Ibrani. Hanya Kitab Daniel dan Ezra, yang bahasa aslinya adalah bahasa Aram. Sedangkan Alkitab PB diterjemahkan dari bahasa aslinya, Yunani Koine (Yunani Kuno). Pada saat ini Alkitab yang asli sebagian besar sudah jadi remah- remah, bahkan sebagian sudah jadi debu, karena dimakan sang waktu, juga oleh gegat dan ngengat (rayap). Beruntung ada 12 tim yang masih _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 150

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ sempat menerjemahkan langsung dari bahasa aslinya. Mereka adalah 4 tim dari Yunani, yaitu (Yunani) Septuaginta, Akquila, Symmacus dan Theodation. Lalu ada dua tim dari Latin, yaitu Latin Kuno dan Vulgata Latin. Kemudiam Sahid, Bohairi, Etiopia, Arab, Peshita Syria dan Pentateuch Samaria.3 Alkitab vs Kitab-Kitab Suci Lain Kalau kita membandingkan Alkitab dengan kitab-kitab suci agama lain, maka Alkitab itu lebih superior, karena Alkitab adalah wahyu Allah, sedangkan kitab suci agama lain hanyalah sebatas pemikiran manusia, maka tentu punya kualitas pemikiran yang sangat berbeda.4 Misalnya: Ajaran tentang kasih. Alkitab mengatakan dalam Matius 5:44, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ini adalah ajaran yang sangat hebat, karena Alkitab tidak mengajarkan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi mengampuni dan mengasihi musuh, karena bagi Alkitab pembalasan itu adalah hak Allah (Roma 12:19). Tugas kita hanyalah mengasihi dan mendoakan musuh kita. Kita bisa melakukan hal itu karena ada Allah dalam diri kita, yang bekerja dalam hati kita, sehingga kita bisa mengampuni dan mengasihi musuh. 3 Gideon Sucahyo, Mengerti Kitab Suci Sesuai Arti (Kediri, Yayasan Merpati Surga, 2019),4. 4 Senny Pellokia, “Superioritas Alkitab Dibanding Kitab Suci Agama Lain.” Kompasiana, 24 Juli 2021. www.kompasiana.com/senny _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 151

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Sedangkan ajaran agama lain hanyalah kata-kata, dan mereka tidak bisa melakukan hal seperti itu, karena tidak ada Tuhan di dalam hati mereka. Ajaran mereka terbatas pada pemikiran manusia, meskipun mereka mengakui bahwa itu berasal dari Tuhan. Hal ini dapat dibuktikan, jika hati mereka telah terluka, agama mereka dihina, maka mereka dapat membunuh, tidak ada lagi pengampunan, maka ini sangat berbeda dengan agama Kristen. Dalam kekristenan mengasihi musuh itu adalah ajaran Allah, dan Yesus sebagai Allah menunjukkan hal itu, dan akhirnya pengikut-Nya pun (misal Stefanus) bisa melakukan hal itu. Kalau toh mungkin ada ajaran agama lain yang mengajarkan tentang mengasihi musuh, itu adalah mengutip ajaran Alkitab yang sudah ada terlebih dahulu. Kalau hanya sebatas mengutip, maka itu berarti tulisan manusia, bukan tulisan Allah, sehingga para pengikutnya pun tidak bisa mengikutinya, karena tidak ada kuasa dalam diri mereka. Selanjutnya kalau kita bertanya pada agama lain apa pengertian mereka tentang \"kasih\", maka mungkin mereka akan katakan kasih itu adalah \"memberi dengan tulus\". Memang itu bagus, tetapi kalah jauh dengan Alkitab sebagai Firman Allah. Alkitab memberikan suatu pengertian kasih yang sangat mendalam. Alkitab mengatakan “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1 Korintus 13:4-7). _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 152

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Ini adalah ajaran kasih yang sangat tinggi dan tidak ada dalam ajaran agama manapun, maka ini juga menunjukkan, bahwa pemikiran Allah memang sangat berbeda dengan pemikiran manusia, karena Alkitab itu datang dari Allah. Selanjutnya tentang dosa. Alkitab mengatakan: “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu” (Keluaran 20:17). Meskipun belum terjadi dan baru sebatas mengingini rumah tetangga, baru mengingini istri/suami temannya, tetapi bagi Alkitab itu sudah berdosa, karena Alkitab bukan hanya melihat pada perbuatannya saja, tetapi juga melihat akan sikap hati juga. Ini tidak pernah terjadi di ruang pengadilan agama manapun, karena di dalam ruang pengadilan kejahatan itu berarti sudah melakukan, bukan mengingini. Yang namanya mengingini itu masih dalam hati bukan kejahatan, tetapi bagi Alkitab itu sudah jahat, karena Allah bukan hanya melihat perbuatan kita tetapi juga hati kita. Inipun sama dengan perzinahan, Alkitab mengatakan setiap orang yang memandang perempuan dan menginginkannya sudah berzinah dengan dia dalam hatinya. Dan Alkitab juga mengatakan: Bercerai dan menikah kedua kali itu sudah berzinah. (Lukas 16:18, “Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah.\"). Bukankah ini ajaran yang sangat menjunjung tinggi kualitas pernikahan, dan sangat berbeda dengan agama lain. Itu berarti Alkitab punya nilai superior. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 153

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Alkitab adalah buku yang paling kuno. Tidak ada buku yang setua Alkitab. Kitab Kejadian sendiri berusia sekitar 3.500 tahun, tetapi Alkitab telah dilestarikan hingga hari ini. Banyak orang menyerang Alkitab secara fisik, baik dibuang, dibakar, dan lain-lain, tetapi Alkitab tetap dilestarikan hingga saat ini. Semua ini jelas menunjukkan bahwa Allah melindungi pekerjaan-Nya. Alkitab mempunyai nilai superior, karena Alkitab adalah Firman Allah, maka Akitab mempunyai kuasa. Banyak orang yang bertobat, hidup kudus, karena membaca Alkitab, banyak orang yang putus asa dan bangkit kembali, karena mendengar Firman Tuhan, maka jangan membuang Alkitab, tetapi bacalah dan renungkanlah itu karena itu adalah kata-kata Allah sendiri. Hal-Hal Lain yang Menunjukkan Perbedaan Alkitab dengan Kitab-Kitab Suci Lain: Keunikan Internal Sangat penting dimengerti, bahwa Alkitab adalah kumpulan 66 buku. Alkitab bukan 1 buku yang ditulis 1 orang pada satu masa tertentu. Alkitab adalah 66 buku yang ditulis oleh sekitar 40 saksi yang terdiri dari nabi, raja, gembala, hingga rasul, dalam rentang waktu sekitar 1.500 tahun, sejak masa Ayub, Musa, Yosua, dan seterusnya, sampai masa kelahiran Yesus Juruselamat, kematian-Nya, hingga kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Sorga yang disaksikan oleh ratusan _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 154

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ orang. Alkitab adalah satu-kesatuan buku yang saling meneguhkan, saling menguatkan, saling mengkonfirmasi kebenarannya5. Jadi, tanpa bukti-bukti eksternal pun Alkitab sendiri saling membuktikan. Yosua, Matius, Markus, Lukas, dan sebagainya, menulis dan membuktikan otoritas tulisan Musa, Daniel, Yesaya, dan seterusnya. Musa, Yosua, Yesaya, Yeremia dan semua nabi dan rasul, menuliskan dan membuktikan Yesus adalah Mesias Juruselamat yang dijanjikan. Mereka tidak mungkin bisa bersekongkol membuat karangan, karena sebagian besar mereka bahkan tidak pernah bertemu sama sekali. Musa tidak pernah bertemu Daniel. Yesaya tidak pernah bertemu Yosua. Yeremia tidak pernah bertemu Lukas. dst. Walaupun demikian, semua tulisan mereka saling meneguhkan, saling mengkonfirmasi dan tidak ada kontradiksi. Tidak ada kitab suci lain yang seperti ini. Penemuan Arkeologi Arkeologi dapat meneguhkan sebagian peristiwa yang dilaporkan dalam Alkitab. Meski tak dapat \"membuktikan\" setiap rincian yang ditemukan dalam Alkitab (karena Alkitab ditulis ribuan tahun yang lalu), banyak penggalian arkeologis telah memberi bukti yang dalam beberapa hal mendukung apa yang dikatakan Alkitab. Sebagai contoh, 5 Denny Halim, “Apakah Perbedaan Alkitab Dengan Kitab Suci Lain?” 6 Juni 2019. tanyakankristen.wordpress.com _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 155

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ bukti arkeologis menunjukkan bahwa ada banyak orang Filistin di Palestina sekitar tahun 1.000 SM, dan mungkin sekali mereka merupakan ancaman bagi bangsa-bangsa sekitarnya, termasuk orang Israel. Mungkin inilah alasan mengapa orang Israel membutuhkan raja, untuk mempertahankan diri dengan lebih baik (1Sam. 8).6 Penemuan arkeologis menunjukkan, bahwa hanya Alkitab yang memiliki puluhan ribu salinan dari berbagai zaman, yang saling menguatkan dan membuktikan bahwa tidak ada perubahan dalam Alkitab. Tidak ada kitab suci kuno lainnya yang memiliki salinan sebanyak Alkitab. Ketepatan dan Ketelitian Sejarah Alkitab mencatat lokasi-lokasi bersejarah dengan sangat presisi. Berbagai lokasi sungai, danau, sumur, kota, lembah, gunung, gurun, dan sebagainya, semuanya terekam dengan presisi dan akurasi. Alkitab mencatat berbagai penguasa, gubernur, raja, kaisar, dan sebagainya dengan sangat hati-hati dan teliti. Kapan mereka memerintah, berapa lama, bagaimana mereka memerintah, penerus mereka, dan sebagainya. Semua dicatat dengan cermat dan akurat. Tidak ada kitab suci lain seperti ini. 6 Alkitab Edisi Studi. 2011 (Jakarta, Lembaga Alkitab Indonesia), hlm.26 _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 156

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Ketepatan Ilmiah Alkitab mencatat hal-hal ilmiah yang pada zamannya belum dimengerti. Bagaimana proses hujan, bagaimana aliran air, bahwa bumi itu bulat, bintang sangat banyak tak terhitung, gravitasi, entropy, dan seterusnya. Tidak ada kitab suci lain seperti ini. Nubuatan Ada lebih dari seribu nubuatan di dalam Alkitab. Kita dapat menemukan beberapa nubuat dalam Perjanjian Lama, yang juga digenapi pada zaman Bapa-bapa dan zaman Musa, sedangkan beberapa lagi tergenapi pada zaman Kekristenan, dan itu tercatat dalam Perjanjian Baru. Beberapa nubuat dalam Perjanjian Baru pun ada yang yang telah tergenapi. Misalnya Yesus harus lahir dari perawan, harus lahir di Betlehem, seorang nabi seperti Musa, akan ada pembantaian anak-anak, Yesus harus dibawa ke Mesir dan kembali ke Israel, harus masuk Yerusalem menunggang keledai muda, harus dihukum mati, dikubur 3 hari dan 3 malam, harus bangkit mengalahkan maut dan kembali ke sorga, dan seterusnya. Nubuat dan kegenapannya adalah salah satu bukti bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Tidak ada kitab suci lain seperti ini. Kejujurannya Tidak seperti kitab suci lain yang hanya mencatat hal-hal baik dan menyembunyikan kebobrokan, Alkitab dengan jujur mencatat kelemahan, kesalahan dan bahkan dosa. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 157

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Walaupun ditulis oleh orang Yahudi sendiri, Alkitab mencatat banyak kesalahan dan kesesatan bangsa Yahudi, yang menyebabkan mereka dihukum dengan diserakkan ke seluruh dunia, dan nubuat bagaimana mereka akan Tuhan kumpulkan kembali ke tanah perjanjian. Daud mencatat dan bahkan menyanyikan dosanya di hadapan jemaat, dan bahkan hingga kini bisa kita baca. Tidak ada kitab suci lain seperti ini. Kesaksian Penulis Tidak seperti tulisan lain, penulis Alkitab tidak hanya menuliskan hal-hal yang baik dan bagus untuk jemaat saja. Tidak seperti penulis kitab lain, penulis Alkitab tidak membesar-besarkan diri tetapi dengan jujur mencatat bahkan kesalahan sendiri. Penulis Alkitab tidak menguntungkan diri sendiri dengan tulisan mereka. Jelas bahwa tidak ada motivasi mencari keuntungan sendiri, misal menjadi kaya, terkenal, berkuasa, dan sebagainya Sebagian besar penulis Alkitab dicerca dan dibenci, bahkan tidak sedikit yang ditangkap, disiksa, dan dihukum mati karena tulisan mereka. Tetapi kebenaran harus dinyatakan, walaupun nyawa harganya. Tidak ada kitab suci lain seperti ini. Kesaksian Tuhan Yesus Tuhan Yesus sendiri mengatakan, bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang tidak ada salah ataupun kontradiksi, bahwa tidak ada satu iota pun yang akan gagal atau batal. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 158

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Terbukti digunakan Tuhan Yesus sebagai referensi dalam khotbah-Nya atau menerimanya sebagai Firman Tuhan (Mat. 5:18; 8:17; 12:39,40; Luk. 4:17-18;11:29; 24:27,44 dll). Tuhan Yesus mengutip Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam menjawab setiap pencobaan-pencobaan orang Farisi, Saduki, bahkan dalam menjawab Iblis. Penjagaan Ilahi Alkitab sajalah satu-satunya buku yang paling dimusuhi sepanjang masa. Puluhan penguasa diktator pada berbagai zaman, dari segala penjuru dunia, berusaha memusnahkan Alkitab dengan berbagai macam cara. Tidak terhitung banyaknya Alkitab yang sudah dirampas paksa, dibakar, dihancurkan oleh penguasa-penguasa dunia. Dan jutaan orang Kristen sudah ditangkap, dipenjara, disiksa, dibantai, dibakar, ditenggelamkan, dan seterusnya, hanya karena membaca atau memiliki atau mengedarkan Alkitab saja. Sampai hari ini pun sebagian besar negara-negara muslim terutama di Timur Tengah, dan negara-negara komunis seperti Korea Utara, Tiongkok, dan sebagainya, terus-menerus melarang peredaran Alkitab. Tidak ada kitab suci lain seperti ini. Alkitab Tidak Bisa Dirusak Apalagi Dihancurkan Sudah terbukti! Tidak ada kuasa apapun di dunia ini yang sanggup merusak, apalagi menghancurkan Alkitab! _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 159

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Anugerah Keselamatan Jiwa Semua ‘kitab suci’ lain mengajarkan usaha dan upaya manusia untuk mendapatkan keselamatan jiwa dan masuk sorga. Tetapi semua manusia pasti menyadari dalam hatinya, bahwa mereka tidak mungkin bisa sanggup melakukan semua perintah dan menjauhi semua larangan yang ada. Hanya Alkitab saja yang jujur mengatakan hal ini, bahwa semua manusia berdosa karena tidak sanggup menaati Tuhan. Hanya Alkitab saja jujur mengatakan sebab yang jelas dan pasti, mengapa manusia harus masuk neraka, yaitu karena dosa tidak boleh mendekati Allah Yang Mahasuci. Hanya Alkitab saja jujur menyatakan, Allah Yang Mahaadil pasti dan harus menghukum semua dosa. Dosa paling kecil sekalipun, jika dilakukan terhadap Allah Yang Mahatinggi adalah dosa yang maha besar! Hanya Alkitab saja jujur mengajarkan, tidak ada manusia yang sanggup menebus dirinya dari dosa, apalagi menebus orang lain. Hanya Alkitab saja jujur mengajarkan, keselamatan jiwa manusia adalah teramat sangat mahal dan tidak mungkin bisa ditebus selain oleh Allah Yang Mahatinggi, yang rela turun dari sorga menjadi manusia, hanya agar bisa dihukum sebagai ganti dosa umat manusia. Karena Allah Mahatinggi sudah mencurahkan darah-Nya yang Mahamulia, maka bukan sebagian orang pilihan saja yang ditebus, tetapi darah-Nya sungguh teramat mahal dan sanggup menebus semua manusia, sehingga semua manusia bisa mendapatkan penebusan dosa sebagai kasih karunia dari Yesus Juruselamat. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 160

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Kesimpulan Semua yang telah dijelaskan di atas membuktikan, bahwa Alkitab adalah unik (“berbeda dari yang lainnya; tidak ada kembaran atau padanannya“), walaupun banyak yang mengatakan bahwa Alkitab itu bukan Firman Tuhan, isinya sudah dipalsukan, banyak kesalahan dan ketidak-akuratan, dan sebagainya. Penulis berpendapat, kalau kita adalah orang cerdas dan rendah hati, pasti akan tertarik untuk membaca Alkitab lebih sering daripada membaca tulisan-tulisan atau buku apapun dan manapun yang ada di dunia ini. Kalau kita mencari kebenaran dan bukan mencari-cari kesalahan, maka dengan membaca karya tulis ini kita akan mendapatkan kebenaran, dan dikuatkan dalam menghadapi pelbagai tuduhan dan serangan yang ditujukan kepada Alkitab, dimana serangan-serangan tersebut tidak pernah terbukti kebenarannya. Kontribusi Penelitian Kiranya karya tulis yang sederhana ini, bisa memberi kontribusi atau sumbangan yang bisa membantu atau mendorong pembacanya untuk menambah wawasan dan memahami Alkitab secara menyeluruh, baik secara individu maupun kolektif, serta sedikit menambah manfaat bagi perkembangan pengetahuan tentang Alkitab dan kitab-kitab suci agama lain bagi masyarakat secara luas, meskipun mungkin manfaatnya tidak dirasakan secara langsung. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 161

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Rekomendasi Penelitian Lanjutan Pada karya tulis ini, penulis lebih menekankan pendalaman tentang Alkitab sebagai kitab suci agama yang penulis yakini, karena pembahasan secara mendalam terhadap kitab suci agama lain tentunya kurang tepat, dan akan mengandung sensitifitas yang tinggi bagi pemeluknya. Karena itu, penulis merekomendasikan kepada penulis Kristiani yang lain, untuk juga membuat karya ilmiah lanjutan yang lebih lengkap tentang Alkitab. Demikian juga kepada penulis non Kristiani untuk membuat tulisan-tulisan mendalam tentang kitab-kitab suci agamanya masing-masing, sehingga bisa saling melengkapi dan menambah wawasan bersama. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 162

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Referensi Alkitab. Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998. Muthahhari. Murtadha. Membumikan Kitab Suci. Jakarta: Penerbit Hikmah, 2007. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, edisi Revisi 2006. Al-Qur’an. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 23 Feb. 2021. Wikipedia, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=AlQur%27an&oldid=1 8017698. Deuterokanonika. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 18 Feb. 2021. Wikipedia, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Deuterokanonika&oldi d=1 7994631. Dyaksana. Weda Sumber Ajaran Agama Hindu – Peradah Indonesia. http://www.peradah.org/newweb/2014/01/08/weda-sumber- ajaranagama-hindu/. Diakses 28 Feb. 2021. Kanon Pāli. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 23 Feb. 2021. Wikipedia, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kanon_P%C4%81li&oldid =18020359. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 163

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Kitab suci. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 30 Nov. 2020. Wikipedia, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kitab_suci&oldid=176 603 89. Sucahyo. Gideon. Mengerti Kitab Suci Sesuai Arti. Kediri: Yayasan Merpati Surga, 2019. Pellokia. Senny. Superioritas Alkitab Dibanding Kitab Suci Agama Lain. Kompasiana, 24 Juli 2021. www.kompasiana.com/senny Halim. Denny. “Apakah Perbedaan Alkitab Dengan Kitab Suci Lain?”. 6 Juni 2019. tanyakankristen.wordpress.com Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011. McDowell. Josh. Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab. Malang: Penerbit Gandum Mas, 2002. Sudarmo. R. Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 164

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Penerjemahan Alkitab Versi Indonesian Literal Translation Jahja Iskandar1 [email protected] Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Yogyakarta Timotius Sukarna2 Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor Delpi Novianti3 Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor [email protected] Abstract The purpose of writing this article is to provide an explanation or introduce to the Christian community in Indonesia why another version of the Bible or Christian Scriptures appears in Indonesia, in this case the Indonesian Literal Translation (ILT) published by the Lentera Bangsa Foundation. What distinguishes the use of the New Translation of the Bible (TB) and the Indonesian Literal Translation is the mention of Allah's name. In the Indonesian Literal Translation Bible you will find the mention of the name of God as \"YAHWEH\". The mention of the name \"YAHWEH\" in the Indonesian Literal Translation Bible intends to emphasize the name of God in the text of the scriptures. The writing of this scientific paper uses descriptive qualitative research methods. The purpose of qualitative research is to describe, reveal, explain, and to explain in more detail related to the topics to be studied, namely: (1) Transmission of God's Word (2) Bible Translation (3) Bible Translation into Indonesian. Therefore, in this study the process and meaning are highlighted in the research. From the results of this study it was found that the literal Indonesian Literal Translation is easier to claim the existence of God in a text if it uses the name YAHWEH _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 165

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Keywords: Bible translation; Indonesian Literal Translation. ABSTRAK Maksud dari penulisan artikel ini adalah memberikan pemaparan atau memperkenalkan kepada masyarakat Kristiani di Indonesia mengapa mucul versi lain lagi dari Alkitab atau Kitab Suci Kristiani di Indonesia dalam hal ini Indonesian Literal Translation (ILT) yang diterbitkan oleh Yayasan Lentera Bangsa. Adapun yang membedakan penggunaan Alkitab Terjemahan Baru (TB) dan Indonesia Literal Translation adalah penyebutan nama Allah. Di dalam Alkitab Indonesia Literal Translation akan dijumpai penyebutan nama Allah sebagai “YAHWEH”. Penyebutan nama “YAHWEH” dalam Alkitab Indonesia Literal Translation bermaksud untuk mempertegas nama Tuhan dalam teks kitab suci. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan, mengungkapkan, menjelaskan, dan untuk menerangkan lebih rinci berkaitan dengan topik yang akan dikaji, yaitu: (1) Transmisi Firman Tuhan (2) Penerjemahan Alkitab (3) Pernerjemahan Alkitab ke Dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terjemahan Indonesia Literal Translation secara literal lebih mudah untuk mengklaim keberadaan Tuhan dalam sebuah teks jika menggunakan nama YAHWEH. Kata Kunci: Penerjemahan Alkitab; Indonesia Literal Translation. Pendahuluan Tujuan penulisan ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat Kristiani di Indonesia mengapa mucul versi lain lagi dari Alkitab atau Kitab Suci Kristiani di Indonesia selain yang sudah ada dan dipakai secara umum, yakni versi Terjemahan Baru (TB) dari Lembaga Alkitab Indonesia. Versi yang dimaksud adalah Indonesian _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 166

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Literal Translation (ILT) yang diterbitkan oleh Yayasan Lentera Bangsa. Untuk hal tersebut, uraiannya dimulai dengan latar belakang terbentuknya Alkitab. Bagaimana proses transmisi Firman Tuhan kepada manusia dan di antara manusia melalui bahasa lisan, bahasa tulisan, dan melalui penerjemahan. Dari hasil penerjemahan inilah kemudian memunculkan berbagai versi yang berbeda-beda dalam satu bahasa tertentu. Selanjutnya pembahasa mengulas alasan yang memicupenerjemahan ILT dan bagaimana upaya-upaya awal serta pendekatan yang dilakukan terhadap Lembaga Alkitab Indonesia, sebagai lembaga penerbitan Alkitab yang secara historis telah diakui oleh masyarakat Kristen Indonesia bahkan oleh Pemerintah. Dan akhirnya tulisan yang bertujuan memperkenalkan Alkitab versi ILT ini, menguraikan pula tentang apa pulus-minusnya versi ini bagi pengguna yang akanmemakainya. Dengan diperkenalkannya versi ILT ini, diharapkan kehadirannya di negeri tercinta ini dapat memberi sumbangsih kepada masyarakat Kristen Indonesia, khususnya bagi gereja-gereja yang sangat merindukan Nama Diri Tuhan yang otentik Alkitabiah, yakni YAHWEH, tetap termuat dalam Kitab Sucinya. Bagi kalangan Kristen lainnya, semoga ILT juga dapat menjadi versi pembanding ketika para hamba Tuhan mempersiapkan khotbah atau ketika siapa saja melakukan penelitian dalam studi teologia secara akademik, sebab metode/pendekatan penerjemahan ILT yang bersifatliteral, tentu akan menampilkan kata-kata dan frase-frase yang di sana-sini agak berbeda dengan Alkitab TB dari Lembaga Alkitab Indonesia. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 167

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Metode Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Mukhtar menyatakan bahwa “metode penelitian adalah suatu cara yang logis, sistematis, objektif untuk menemukan kebenaran secara keilmuwan.”1 Albi mengutip pendapat Bogdan dan Biklen mengatakan bahwa salah satu karakteristik dalam metode penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif. Di mana data berbentuk kata-kata atau angka, sehingga tidak menekankan angka.2 Metode kualitatif deskriptif dapat dilaksanakan dengan tekhnik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelahaan terhadap buku-buku, literatur-literatur, jurnal, catatan-catatan dan laporan yang ada hubungannya dengan masalah.3 Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan, mengungkapkan, menjelaskan, dan untuk menerangkan lebih rinci berkaitan dengan topik yang akan dikaji, yaitu: (1) Transmisi Firman Tuhan (2) Penerjemahan Alkitab (3) Pernerjemahan Alkitab ke Dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian. Hasil dan Pembahasan TRANSMISI FIRMAN TUHAN 1 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), 9. 2Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV Jejak, 2018), 10. 3 M. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 27. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 168

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Sebagai orang Kristen kita percaya, bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang tanpa salah (inerrancy) dan sempurna (infallible) pada naskah aslinya. Bagaimana Firman Tuhan yang dahulu disampaikan kepada tokoh-tokoh Alkitab itu, sekarang dapat kita baca dalam teks- teks yang tertulis pada sebuah buku yang disebut Alkitab?Tentu saja hal itu telah melaui proses panjang. Proses inilah yang kita sebut sebagai Transmisi Firman Tuhan, baik lisan maupun yang tertulis (Alkitab). Transmisi dari Tradisi Lisan Menjadi Tulisan: Transmisi Firman Tuhan dimulai dengan penyampaian Firman Tuhan secara lisan kepada para tokoh Alkitab seperti Adam, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Yoshua, para Hakim Israel, Samuel, Daud, Salomo, para Raja Israel, dan para Nabi Israel. Firman Tuhan itu kemudian disampaikan oleh para tokoh Alkitab dan para nabi tersebut kepada keluarga mereka dan kemudian kepada mereka yang disebut umat Tuhan, serta kepada generasi-generasi mereka selanjutnya, melalui tradisi lisan. Selanjutnya, sebagaimana dikatakan Schniedewind ketika berbicara mengenai Alkitab sebagai Buku yang ditulis oleh manusia: Why was it written? These questions strike at the heart of the meaning or the Bible as literature. They also hint at a profound transition in human culture. In the pages that follow we will explore the movement from orality to textuality, from a pre-literate toward a literate society. Maka setelah budaya manusia berkembang dengan kemampuan baca tulis, semua tradisi lisan itu kemudian berubah menjadi tulisan yang ditulis oleh tangan manusia, sekalipun di atas _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 169

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ media yang sangat sederhana waktu itu, yakni papyrus, kulit binatang (perkamen), dan lempeng-lempeng tembaga atau tanah liat. Namun demikian dalam Kekristenan kita meyakini, bahwa baik transmisi Firman Tuhan secara lisan kepada para tokoh Alkitab dan para nabi, dan transmisi dari para tokoh serta para nabi itu kepada mereka yang disebut umat Tuhan serta generasi mereka selanjutnya, maupun transmisi Firman Tuhan dari tradisi lisan menjadi penulisan, semuanya bukanlah hasil kerja manusia semata. Semuanya melibatkan kekuatan supraalami atau kuasa Tuhan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memampukan manusia menerima Firman Tuhan dengan pengertian yang benar dan menyampaikannya kepada sesamanya (2 Petrus 1:20- 21 - ILT: Dengan mengetahui hal ini pertama-tama, bahwa setiap nubuat kitab suci bukan merupakan penafsiran diri sendiri, karena nubuat tidak pernah dihasilkan oleh keinginan manusia, sebaliknya orang-orang kudus Elohim telah mengucapkan apa yang dihasilkan oleh Roh Kudus.). Dan, Roh Kudus pulalah yang memampukan manusia menjadi penulis Firman Tuhan. melalui apa yang disebut pengilhaman oleh Tuhan (2 Timotius 3:16 - ILT: Seluruh kitab diilhami Elohim, dan bermanfaat untuk pengajaran, untuk teguran, untuk perbaikan, untuk pendidikan dalam kebenaran,). Semua kitab yang ditulis oleh para penulis Alkitab dengan diilhami Elohim inilah yang kemudian disatukan dan dikanonkan pertama kali menjadi Kitab-Kitab Perjanjian Lama. Begitu pula dengan Perjanjian Baru, semua Firman Tuhan yang disampaikan secara lisan, baik sebelum masa pelayanan Yesus, sementara berlangsungnya pelayanan Yesus bersama para murid-Nya, dan sesudah Yesus naik ke surga, akhirnya dibukukan oleh para penulis Perjanjian Baru menjadi keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 170

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Yohanes) dan Kisah Para Rasul. Lalu ditambah lagi dengan surat- surat yang dikirim oleh Paulus, baik kepada gereja-gereja maupun kepada pribadi- pribadi tertentu (Roma, 1 & 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 & 2 Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus, Filemon, dan ‘mungkin’ Ibrani). Kemudian ditambah lagi dengan tulisan-tulisan dari Yakobus, 1 & 2 Petrus, 1, 2 & 3 Yohanes, Yudas, dan akhirnya Yohanes menulis kitab Wahyu. Sama seperti Perjanjian Lama, keyakinan Kristiani mengakui, bahwa baik transmisi Firman Tuhan secara lisan kepada para murid Tuhan yang kemudian mereka beritakan lagi kepada sesamanya (umat Tuhan dan publik secara umum), maupun transmisi Firman Tuhan dari lisan menjadi tulisan atau buku-buku yang kelak dikanonkan menjadi kitab-kitab Perjanjian Baru, semuanya terjadi karena kuasa Roh Kudus dan pengilhaman Elohim seperti yang terjadi pada buku- buku Perjanjian Lama (bandingkan: 2Pet 1:20-21 dan 2Timotius 3:16 di atas). Transmisi Berupa Penyalinan Naskah dalam Satu Bahasa (Transkripsi) Para penulis Alkitab baik PL maupun PB pada umumnya membuat tulisan tangan yang diilhami Tuhan tersebut dengan tujuan untuk dibaca oleh pihak-pihak yang berkepentingan pada waktu itu. Mereka bisa saja umat Tuhan, raja-raja, pemimpin-pemimpin, bangsa- bangsa, para pengikut Yesus mula-mula dan jemaat- jemaat (gereja- gereja) setempat di kota-kota tertentu. Dan, supaya tulisan tangan ini dapat ditujukan kepada pihak lain lagi, atau disebarluaskan ke berbagai tempat dan tujuan lainnya, termasuk juga ke generasi-genarasi berikutnya, dengan masih menggunakan satu bahasa yang sama, maka _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 171

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ dilakukanlah penyalinan naskah. Inilah yang disebut transmisi dalam bentuk menyalin naskah dengan bahasa yang sama, baik sebuah buku, atau beberapa buku, bahkan seluruh PL dan PB. Transmisi semacam ini disebut juga transkripsi. Proses transkripsi ini bisa terjadi berulang kali dari naskah asli. Namun bisa juga terjadi secara berjenjang, dari salinan pertama menjadi salinan kedua, salinan kedua menjadi salinan ketiga, keempat, dan seterusnya. Proses ini dilakukan oleh para ahli kitab (scribes - Eng.; soferim – Heb.) seperti yang dituliskan oleh Unger: The sacred writtings have been preserved to us down to the time of the invention of printing by the process of transcription. Hence there arose at an early period a class of scholars known as scribes (Heb. sopherim), meaning writers. Their business was to copy the Scripture (Jer. 8:8).4 Baik tulisan-tulisan tangan yang diilhami Tuhan oleh para penulis Alkitab yang disebut autographs, maupun salinan-salinannya ke dalam bahasa yang sama (apographs), baik salinan-salinan langsung dari autographs maupun salinan-salinan jenjang berikutnya (salinan dari salinan), selagi masih berupa tulisan tangan di atas media tulis yang saat itu dipakai, yakni papyrus, perkamen (kulit binatang), lempeng tembaga atau tanah liat, ketika ditemukan oleh Kekristenan, semuanya itu disebut Manuscripts yang disingkat menjadi MSS. Sayangnya, hingga saat ini tidak pernah ditemukan manuscripts berupa autographs. Semua MSS yang ditemukan adalah salinan dari Salinan (apographs), dari yang tertua umur penyalinannya hingga yang muda-muda, yang mendekati era kita sekarang ini. 4 Merrill F. Unger, Unger’s Bible Dictionary (Chicago: Moody Press, 1962), 983 _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 172

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Transmisi Berupa Alih Bahasa dari Naskah Sumber ke Bahasa Sasaran (Penerjemahan) Ketika Kekristenan menyebar ke wilayah-wilayah yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa asli Alkitab, maka Alkitab perlu dialihbahasakan ke dalam bahasa-bahasa di wilayah- wilayah tersebut. Inilah yang dimaksud dengan transmisi berupa alih bahasa dari naskah sumber ke bahasa sasaran. Transmisi Firman Tuhan (Alkitab) semacam ini disebut penerjemahan Alkitab. Penerjemahan Alkitab Bahasa Asli Perjanjian Lama Kekristenan memakai naskah Perjanjian Lama dari Tanak Ibrani. Artinya, bahasa asli Perjanjian Lama hampir seluruhnya adalah Bahasa Ibrani, kecuali pada bagian-bagian tertentu dari Kitab Daniel dan Kitab Ezra-Nehemia yang memakai Bahasa Aramaik. Stern mengomentari penulisan Bahasa Ibrani dalam Tanak sebagai berikut: “Except for the Dead Sea Scroll which are more than two thousand years old, the oldest extant Hebrew and Aramaic manuscripts of the Tanakh date back to the 9th to 11th centuries C.E. The Tanakh was written originally with only consonants, and the Torah scroll read today in the synagogue contain only consonants. In the 6th to 9th centuries a group of scribes called the Masoretes (the word comes from Hebrew ‘masoret’, which means ‘tradition’) developed a system on notation for recording the vowels traditionally used when reading the consonantal text of the Tanakh. Without these, the consonants of most Hebrew words could _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 173

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ be pronounced in several ways and given several meanings.”5 Perjanjian Lama yang dipakai Kekristenan ini susunannya memang tidak persis mengikuti Tanak (Torah-Nebiim-Ketubim), malah lebih mengikuti Septuaginta, namun jumlah kitabnya hampir sama dengan Tanak, asalkan kitab-kitab yang dalam Tanak digabung jadi satu, masing-masing diurai kembali dan dihitung satu per satu. Jadi, sekalipun PL Kristen terdiri dari 39 kitab, sedangkan Tanak isinya hanya 24 kitab, namun jika 12 nabi-nabi kecil tidak dijadikan 1 kitab oleh Tanak, dan Samuel, Raja- Raja, Tawarikh dan Ezra-Nehemia, masing- masing tidak dijadikan 1 kitab oleh Tanak, maka jumlah kitab-kitabnya pasti sama, yakni 39 kitab (24+11+4 = 39). Berbeda dengan Septuaginta yang jumlah kitabnya lebih banyak karena di dalamnya termasuk kitab-kitab Deuterokanonika dan Apokrifa. Septuaginta adalah naskah PL berbahasa Yunani hasil terjemahan dari naskah asli Tanak yang berbahasa Ibrani ke dalam Bahasa Yunani, yang dikerjakan oleh 72 penerjemah Yahudi yang mampu berbahasa Yunani antara tahun 250 sM, dan penyalinannya secara berjenjang berlangsung terus- menerus hingga ditemukannya salinan-salinan yang bertarikh antara tahun 100 sM. Hal ini memunculkan anggapan yang kurang tepat, bahwa Septuaginta diterjemahkan selama periode tahun 250-100 sM. Bahasa Asli Perjanjian Baru Dari keterangan mengenai Perjanjian Lama di atas, dapat dikatakan bahwa Kekristenan berakar dari iman Abraham seketurunannya, yakni orang-orang Yahudi yang menggunakan budaya 5 David H. Stern, Complete Jewish Bible (Clarksville: Jewish New Testament Publication, Inc., 1998), xxix. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 174

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ dan Bahasa Ibrani. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam Yoh 4:22 (ILT): Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang telah kami kenal, karena keselamatan itu berasal dari orang-orang Yahudi. Dari latar belakang ini, secara linier seharusnya kita dapat menyimpulkan bahwa bahasa Perjanjian Baru dan bahasa ibu atau bahasa tutur Tuhan Yesus dan para murid-Nya pada waktu itu adalah bahasa Ibrani. Apalagi dengan adanya bukti dari ayat-ayat Alkitab yang mendukung premis tersebut, yaitu: 1. Yesus berbicara kepada Paulus dalam Bahasa Ibrani: Kis 26:14 (ILT): Dan ketika kami semuanya rebah ke tanah, aku mendengar suatu suara yang berbicara kepadaku dan yang berkata dalam Bahasa Ibrani: Saul, Saul, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu untuk menendang ke tongkat runcing! 2. Prasasti yang ditulis Pilatus di atas Salib Yesus mendahulukan Bahasa Ibrani ketimbang Bahasa Yunani dan Bahasa Latin. Diperkirakan tujuan Pilatus adalah supaya prasasti tersebut lebih cepat dibaca dan dipahami oleh lebih banyak penduduk Yerusalem. Dari prioritas Pilatus yang menempatkan Bahasa Yunani dan Bahasa Latin menjadi nomor dua dan monor tiga dalam prasasti tersebut dapat disimpulkan, bahwa bahasa tutur pada zaman Yesus adalah Bahasa Ibrani: Yoh 19:20 (ILT): Maka banyak orang Yahudi membaca prasasti itu, karena tempat di mana YESHUA disalibkan berada di dekat kota. Dan itu telah dituliskan dalam Bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin. 3. Di depan markas tentara Romawi, di dekat Bait Suci di Yerusalem, Paulus berbicara kepada orang-orang Yahudi yang telah _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 175

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ menyeretnya keluar dari Bait Suci untuk mengenyahkannya. Di situ ia berbicara dalam Bahasa Ibrani kepada orang-orang Yahudi yang hendak mengenyahkannya karena mereka berpikir Paulus ini pengacau yang berasal dari bangsa lain. Tetapi ketika Paulus berkata-kata dalam Bahasa Ibrani mereka pun mulai tenang mendengarkannya berbicara. Lihat Kisah 21:40 (ILT): Dan setelah dia mengizinkannya, sambil berdiri di atas anak tangga, Paulus memberi isyarat dengan tangannya kepada orang-orang itu. Dan setelah terjadi keheningan menyeluruh, berbicaralah dia sambil berkata dalam Bahasa Ibrani, juga Kisah 22:2- 3 (ILT): Dan ketika mendengar bahwa dia berbicara dalam Bahasa Ibrani kepada mereka, mereka lebih menunjukkan ketenangan; kemudian dia berkata, “Aku sesungguhnya adalah seorang Yahudi, yang dilahirkan di Tarsus, Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini di bawah kaki Gamaliel, yang dididik sesuai dengan ketepatan torah para leluhur untuk menjadi seorang yang giat bagi Elohim, sama adanya seperti kamu semua pada hari ini. Sayangnya, premis bahwa bahasa tutur Tuhan Yesus dan murid- murid-Nya adalah Bahasa Ibrani, yang sebenarnya ditunjang oleh bukti-bukti Alkitabiah tersebut di atas, pada era tertentu dari Kekristenan sempat pernah diabaikan dan ditolak oleh kebanyakan orang Kristen. Bahkan pada masa kini pun, masih ada sebagian orang Kristen yang menolak premis tersebut. Alasan mereka adalah, karena fakta-fakta empiris yang didapatkan melalui penemuan manuskrip- manuskrip atau salinan- salinan tangan dari kitab-kitab Perjanjian Baru lebih banyak bahkan hampir seluruhnya berbahasa Yunani. Karena itu bagi mereka tidak sulit untuk menyimpulkan, bahwa naskah asli (autographs) Perjanjian Baru pastilah seluruhnya berbahasa Yunani. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 176

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Hal ini semakin didukung dengan pendapat beberapa ahli yang menyatakan, bahwa Bahasa Yunani pada zaman itu justru merupakan lingua franca bagi daerah jajahan Romawi termasuk wilayah yang disebut Palestina saat itu. Jadi, wajar kalau hampir semua ahli menyimpulkan bahwa naskah asli (autographs) Perjanjian Baru seluruhnya berbahasa Yunani. Bahasa Tutur pada Zaman YESUS Bukanlah Bahasa Yunani Akhir-akhir ini ada banyak ahli yang dapat membuktikan, bahwa di Palestina pada zaman YESUS lingua franca yang menjadi bahasa ibu atau bahasa tutur penduduk setempat, bukanlah Bahasa Yunani, melainkan Ibrani-Aramaik. Casey dalam tulisannya berkata bahwa tidak mudah memahami perkataan YESUS kecuali kita dapat memahaminya melalui latar belakang budayanya sebagai orang Ibrani: “If therefore we wish to recover the Jesus of History, we must see whether we can reconstruct his sayings, and the earliest accounts of his doings, in their original Aramaic. This should help us to understand him within his own cultural background.”6 Mengapa Casey mengatakan demikian? Karena kenyataannya Aramaik merupakan budaya dan bahasa yang telah berurat akar memberi dampak/pengaruh dan turut membentuk budaya dan Bahasa Ibrani selama kira-kira 200 tahun. Sedangkan Bahasa Yunani kurang berurat akar dalam kehidupan budaya masyarakat Yahudi sebagaimana dituliskan oleh Clover: Proof that the Jews of Palestine during the first century C.E. continued to speak Hebrew and Aramaic, and were in fact unfamiliar with Greek, comes from the first 6 Maurice Casey, Aramaic Source of Mark’s Gospel (Cambride: Cambridge University Press, 1998), 1. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 177

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ century C.E. Jewish historian Josephus.7 Di halaman berikutnya dari buku yang ditulisnya, Clover mengutip perkataan Josephus sebagai berikut: I have also taken a great deal of pains to obtain the learning of Greek letters and prose, although I have so long accustomed myself to speak our own tongue, that I cannot pronounce Greek with sufficient exactness: for our nation does not encourage those that learn the languages of many nations.8 Dari keterangan Josephus di atas, tidak heran jika Bahasa Yunani pada zaman YESUS faktanya kemudian hanya sebagai lingua franca bagi para pedagang yang melakukan perdagangan antar bangsa, yang berlalu-lalang di kota Yerusalem dan di kota-kota pelabuhan Palestina di tepi Laut Mediterania. Bahasa Tutur Pada Zaman YESUS adalah Bahasa Ibrani Jadi, apa yang dikatakan para ahli sebagai Bahasa Aramaik pada zaman Yesus, sebenarnya adalah Bahasa Ibrani yang terpengaruh Aramaik. Nah, bagi Yesus sendiri dan para murid-Nya yang berasal dari Galilea, mereka menyebut bahasa tutur mereka itu adalah Bahasa Ibrani, namun oleh orang-orang dari Yudea, bahasa tutur itu dikenal sebagai Bahasa Ibrani berlogat (berdialek) Galilea (bandingkan: Mrk 14:70 - ILT: Dan dia menyangkal lagi. Dan setelah beberapa saat lagi, mereka yang berdiri di dekatnya berkata kepada Petrus, “Sesungguhnya, engkau berasal dari mereka, sebab engkau juga 7 R. Clover, The Sacred Name ‫( יהוה‬Garden Grove: Qadesh La Yahweh Press, 2002), 129. 8 Ibid, 130. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 178

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ seorang Galilea, dan logatmu bermiripan.) Para ahli yang bersikeras menyatakan bahwa bahasa tutur Tuhan YESUS dan para murid-Nya adalah Aramaik murni sebagaimana hasil yang telah diteliti oleh Mel Gibson ketika membuat filmnya yang berjudul: “The Passion of The Christ.”, tentu mempunyai dasar argumentasinya tersendiri. Namun bagi pihak yang bersikeras menyatakan bahwa itu adalah Bahasa Ibrani, bukan Aramaik, asalkan dapat mentolelir bahwa itu adalah Bahasa Ibrani yang terpengaruh oleh Aramaik, tentu sangat kuat argumentasinya karena didasarkan pada bukti-bukti tekstual Alkitabiah seperti yang telah diungkapkan di atas (Kis 26:14; Yoh 19:20; Kis 21:40; dan Kis 22:2- 3). Dalam dunia nyata masa kini, perbedaan pandangan seperti ini bahkan sampai terekspos secara umum, yaitu melalui pernyataan Paus Francis, selaku pemimpin Katolik se dunia, dan pernyataan Netanyahu, yang kala itu menjabat sebagai Perdana Mentri Israel. Paus Francis menyebut bahasa tutur YESUS adalah Galilean dialect of Aramaic sedangkan Netanyahu menyebutnya sebagai Hebrew which is from the same linguistic family as Aramaic was also in common used in Jesus’ day.9 Jadi, meski banyak ahli berpendapat, bahwa setelah terjadinya pembuangan bangsa Israel, Bahasa Ibrani sudah mati dan digantikan oleh Bahasa Aramaik, namun ada banyak pula ahli yang mengatakan sebaliknya, seperti yang ditulis oleh Schniedewind: “Certainly, the Hebrew language continued to be spoken and read, and there was even some biblical literature written in Hebrew. Third century copies of 9 Matthew Lloyd, What Language Did Jesus Speak? (History: History Story, Mar 23, 2021) https://www.history.com/news/jesus-spoke- language#:~:text=Most%20religious%20scholars%20and%20historians,much%20of %20the%20Middle%20East. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 179

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ biblical manuscripts (including the Book of Jeremiah and Samuel) testify to an ongoing tradition of copying and preserving biblical Hebrew literature. No, Hebrew did not cease after the exile, but it would be overshadowed by the pervasive influence of an Aramaic-speaking world. Aramaic became the native language of most Jews living in Palestine during the Second Temple period. For instance, it is commonly assumed that Aramaic was the native tongue of Jesus of Nazareth. To be sure, Jews continued to speak Hebrew. Hebrew was the language of most of the sacred Jewish scriptures. It was the language of prayer. It was a language of religious teaching, discussion, and debate. The religious sectarians at Khirbet Qumran actually tried to avoid any influence of Aramaic in their own sectarian writtings.”10 Inilah yang penulis percayai sebagai providensia Ilahi, yakni jika Tuhan sanggup memelihara Bangsa Israel, maka Dia pun sanggup memelihara budaya dan bahasa Bangsa Israel, yakni Bahasa Ibrani demi menggenapkan seluruh nubuatan-Nya yang Dia transmisikan melalui Musa dan para penulis Alkitab lainnya dalam Bahasa Ibrani. Penerjemahan Manuskrip-Manuskrip (MSS) Selanjutnya, ketika Kekristenan semakin menyebar ke wilayah bangsa-bangsa dengan berbagai bahasanya masing-masing. Maka ke dalam bahasa-bahasa tersebut, mau tidak mau Injil harus disampaikan dengan memakai bahasa ibu dari bangsa-bangsa tersebut. Karena itu kumpulan dari manuskrip-manuskrip (MSS) yang mulai lengkap, baik 10 William M. Schniedewind, op.cit, 175. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 180

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ dari Perjanjian Lama (Tanak) maupun dari Perjanjian Baru, kemudian mulai diterjemahkan. Setelah 66 kitab dikanonkan sebagai Alkitab bagi Gereja (Protestan), maka upaya penerjemahan Alkitab secara lengkap pun mulai menyebar ke berbagai bahasa di Eropa seperti Bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Portugis, Spanyol, Armenia, dan lain-lain. Pada awal penerjemahan ke dalam bahasa- bahasa tersebut memang mengalami tantangan yang sangat berat khususnya dari Gereja Roma. Namun sesudah itu, ketika Gereja berkembang ke wilayah-wilayah Asia Selatan, Asia Timur, Afrika, Amerika Utara dan Amerika Selatan, maka derasnya penerjemahan Alkitab pun tak bisa dibendung lagi. Data Terkini Penerjemahan Alkitab Lengkap PL dan PB Hingga sekarang, dari data yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata upaya penerjemahan Alkitab secara lengkap (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) telah mencapai lebih dari 700 bahasa, seperti yang ditulis oleh Lori dari Jawaban.com berikut ini: “Meskipun pelayanan pengabaran injil secara tatap muka terhalang oleh pandemi global yang terjadi sejak awal tahun 2020 ini. Tapi umat Kristiani di seluruh dunia patut merayakan dan bersyukur atas pencapaian terjemahan lengkap pecahkan rekor mencapai 700 bahasa. Seperti disampaikan Lembaga penerjemahan Alkitab Wycliffe Bible Translator, lebih dari 704 bahasa yang sudah tersedia secara lengkap (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, pen.). Sementara untuk terjemahan Perjanjian Baru saja sudah mencapai 1551 bahasa.11 11 Lori, Pecahkan Rekor, Terjemahan Alkitab Sudah mencapai 700 Bahasa Lengkap Loh! (Jawaban, News 19 Oktober 2020) https://www.jawaban.com/read/article/id/2020/10/19/4/201019103106/pecahkan_rek orterjemahan_alkitab_sudah_mencapai_700_bahasa_lengkap_loh _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 181

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Berbagai Naskah Sumber PL dan PB Dari fakta-fakta yang ditemui, ternyata naskah-naskah tulisan tangan (Manuscripts = MSS) berbahasa asli yang dipakai sebagai naskah sumber untuk diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran, penemuannya berlangsung secara progresif, sehingga terkadang didapati kenyataan adanya perbedaan dalam beberapa isi teks antara manuskrip yang satu dengan manuskrip lainnya. Kenyataan ini pada umumnya disebabkan oleh terjadinya kerusakan teks pada manuskrip- manuskrip tersebut sebelum dilakukan penyalinan. Faktor-faktor penyebab terjadinya banyak kerusakan-kerusakan teks pada manuskrip-manuskrip tersebut adalah lunturnya tinta yang menulis teks-teks tersebut, atau kotornya penemuan akibat tertimbun tanah, juga rusaknya media tulis (papyrus, perkamen dan lempengan tembaga/tanah liat) baik akibat pengaruh alam, maupun akibat dirusak atau dibakar oleh para penganiaya orang-orang Yahudi maupun para penganiaya orang-orang Kristen. Beberapa bukti kerusakan teks antara lain terjadi pada Kej 10:4 pada huruf awal kata Dodanim (‫ )ד‬jika dibandingkan dengan 1Taw 1:7 pada huruf awal kata Rodanim (‫)ר‬. Juga ditemui dalam 1Raj 4:26 pada kata empat puluh (‫ )ארבעים‬jika dibandingkan dengan 2Taw 9:25 pada kata empat (‫)ארבעם‬. Di sini, Geisler dan Howe dalam buku Making Sense of Bible Difficulties menyatakan: “In the Hebrew language, the visual difference between the two numbers is very slight. … The manuscripts from which the scribe worked may have been smudged or damaged and have given the appearance of being forty thousand rather _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 182

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ than four thousand.”12 Satu contoh lagi dapat dilihat dalam 2Sam 17:25 pada kata orang Israel (‫ )הּישמעאלי‬jika dibandingkan dengan 1Taw 2:17 pada kata orang Ismael (‫)הּישמעאלי‬, pada kedua kata di atas, sebenarnya kerusakan hanya terjadi pada huruf res (‫ )ר‬yang seharusnya mem (‫)ם‬. Untuk naskah sumber PL, Sitterly dan Greenlee menuliskan dalam The International Standard Bible Encyclopedia adanya 5 Hebrew MSS yang dapat dijadikan pilihan untuk diterjemahkan menjadi PL dalam bahasa sasaran. Kelimanya adalah sebagai berikut: 1. Dead Sea Scroll; 2. Nash Papyrus; 3. Cairo Genizah Fragments; 4. Principal Masoretic MSS; 5. Samaritan Pentateuch.13 Dari kelimanya, yang lebih banyak dipilih dan digunakan pada masa kini adalah Dead Sea Scroll dan Principal Masoretic Text. Sedangkan untuk naskah PB yang dapat dijadikan naskah sumber untuk diterjemahkan menjadi PB dalam bahasa sasaran, ternyata ada begitu banyak, baik yang berupa papyrus, perkamen, dan lain-lain. Berdasarkan catatan dari Sitterly dan Greenlee dalam The International Standard Bible Encyclopedia, dikatakan: The MSS evidence for the text of the NT is vastly more abundant than that for any other ancient document. … Of the NT, however, there are almost five thousand MSS of part of all of the Greek text, two thousand Greek lectionaries, eight thousand MSS in Latin, and a thousand additional MSS in other ancient versions.14 12 Norman L. Geisler dan Thomas A. Howe, Making Sense of Bible Difficulties (Grand Rapids: Baker, 2009), 79. 13 Charles Fremont Sitterly & J. Harold Greenlee, The International Standard Bible Encyclopedia Vol.4 (Grand Rapid: William B. Eerdman Publishing Company, 1988), 798. 14 Ibid, 814. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 183

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pendekatan atau Metode Penerjemahan Pihak-pihak yang melaksanakan penerjemahan Alkitab pada umumnya berpegang pada pendekatan atau metode yang akan dipakai dalam penerjemahan. Ada pihak yang sangat menekankan Metode Literal atau Formal/Verbal Equivalent. Metode Literal artinya penerjemahan memprioritaskan pada ketepatan penerjemahan kata per kata, tanpa menambah atau mengurangi maknanya. Ada pula yang menggunakan Metode Dinamis atau Dinamic/Functional Equivalent, yang berarti bahwa keluasan makna dari setiap kata atau idioms harus benar-benar tersampaikan secara jelas dan wajar kepada para pembaca Alkitab. Perbedaan dalam menggunakan pendekatan/metode penerjemahan, dan perbedaan dalam memilih naskah sumber, inilah pada umumnya yang menyebabkan munculnya berbagai versi terjemahan Alkitab. Sehingga dalam Bahasa Inggris saja ada banyak versi seperti: King James Version, Revised Standard Version, New International Version, Young Literal Translation, dan lain-lain. Demikian pula dalam bahasa-bahasa lainnya, termasuk dalam Bahasa Indonesia. Penerjemahan Alkitab Ke Dalam Bahasa Indonesia Sejarah Penerjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Indonesia Sejarah penerjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Indonesia dimulai dengan Cornelius Ruyl yang menerjemahkan Injil Matius ke dalam Bahasa Melayu pada tahun 1812. Tahun 1668 Daniel Brouwerious menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Melayu. Selanjutnya Melchior Leydecker pada tahun 1731 menerjemahkan _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 184

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Melayu, dan tahun 1733 menyelesaikan seluruh Perjanjian Lama dalam Bahasa Melayu. Pada tahun yang sama Melchior Leydecker menerbitkan Alkitab lengkap (PL dan PB) dalam Bahasa Melayu. Tahun 1879 Klinkert menerjemahkan Perjanjian Lama, lalu kemudian menerbitkan Alkitab lengkap (PL dan PB). Dan kemudian tahun 1912 Shellabear menerbitkan Alkitab lengkap (PL dan PB). Dan tahun 1938 W.A. Bode menerbitkan Perjanjian Baru. Selanjutnya pada tahun 1958, Perjanjian Lama hasil Klinkert dan Perjanjian Baru hasil Bode, disatukan untuk diterbitkan sebagai Alkitab lengkap yang dikenal dengan nama Terjemahan Lama. Akhirnya tahun 1974 Lembaga Alkitab Indonesia menyelesaikan penerjemahan dan menerbitkan Alkitab lengkap (PL dan PB) yang disebut Terjemahan Baru.15 Dari sejarah panjang yang disusun oleh LAI ini, disebutkan pula bahwa LAI didirikan pada tahun 1954. Empat tahun kemudian versi pertama yang diterbitkan LAI adalah Terjemahan Lama (TL) yang berasal dari PL karya Klinkert digabungkan dengan PB karya Bode. Setelah itu, selama 20 tahun LAI berusaha menerjemahkan sendiri Alkitab yang akhirnya diterbitkan pada tahun 1974. Inilah versi kedua yang diterbitkan oleh LAI, yang merupakan hasil terjemahan LAI sendiri, yang kemudian diberi nama Terjemahan Baru (TB). Berdirinya Yayasan Lentera Bangsa Ketika banyak hamba Tuhan di Indonesia mulai memiliki pemahaman yang sama mengenai nama diri Tuhan Alkitabiah yang 15 Daud H. Soesilo, Mengenal Alkitab Anda (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2001) 44–68. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 185

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ tertulis nama-Nya hampir 7000 kali dalam PL berbahasa Ibrani, namun sama sekali tidak tertulis dalam Alkitab TB. Beberapa di antara mereka secara pribadi sempat meminta kepada LAI untuk memasukkan nama YAHWEH dalam terbitan Alkitab selanjutnya. Namun tentu saja permintaan secara pribadi itu tidak memenuhi syarat untuk disetujui oleh LAI. Maka beberapa hamba Tuhan ini mulai menginisiasi untuk diadakannya serasehan mengenai Penerbitan Alkitab Bahasa Indonesia yang memuat nama YAHWEH. Pertemuan itu berlangsung di Wisma Kinasih Caringin, Bogor, pada tanggal 12-13 Februari 2004, dihadiri oleh 250 hamba-hamba Tuhan dari berbagai denominasi gereja di Indonesia. Pertemuan itu menghasilkan dua keputusan, yaitu: Pertama, melobby kembali LAI secara resmi untuk bersedia menerbitkan Alkitab dengan memasukkan nama YAHWEH dan tidak lagi menggunakan nama Allah. Kedua, jika LAI menolak, maka Penerbitan Alkitab Bahasa Indonesia yang memuat nama YAHWEH akan dilakukan bersama dengan terlebih dahulu melakukan proses penerjemahan, yang akan dilaksanakan melalui sebuah Lembaga resmi yang akan didirikan. Begitu mendapat kabar bahwa lobby kepada LAI tidak membuahkan hasil, maka beberapa orang langsung mendirikan Yayasan untuk menaungi kegiatan Penerjemahan dan Penerbitan Alkitab. Yayasan ini diberi nama Yayasan Lentera Bangsa yang berdiri atas dasar Akta Notaris Hartanti Kuntoro, SH, No.3 tgl. 14 Mei 2004. Keputusan Menteri Kehakiman & HAM RI No. C-607.HT.01.02. Th 2004 tgl. 8 Sep.2004. SK Dirjen Bimas Kristen Depag RI No. DJ III/Kep/HK/00.5/308/3171/2005 tgl. 2 Sep.2005. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 186

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Pilihan: Metode Literal - Naskah Masoretic Text & Textus Receptus Metode Literal atau formal/verbal equivalent ini dipilih karena setelah mempelajari TB-LAI, sekalipun mengklaim penerjemahannya menggunakan Metode formal/verbal equivalent, namun hasilnya ternyata lebih mengarah kepada Metode Dinamis atau dynamic/fungsional equivalent. Selanjutnya Yayasan Lentera Bangsa memilih Naskah Sumber yaitu: untuk PL menggunakan Masoretic Text, untuk PB menggunakan Textus Receptus. Kedua Naskah ini ada tercantum dalam buku Hebrew-Greek-English Bible karya Jay P. Green. Maka Yayasan Lentera Bangsa mengadakan MOU dengan Jay P. Green agar dapat memakai naskah sumber Masoretic Text dan Textus Receptus tersebut. MOU diselenggarkan tgl. 21 September 2005 di Lafayette, Indiana, USA. Dengan metode penerjemahan yang berbeda dan naskah sumber yang berbeda pula (menurut analisa kami, penerjemahan TB memakai naskah sumber PL yang cenderung ke Dead Sea Scroll, sedangkan PB cenderung ke Wescott & Hort), maka diharapkan hasil terjemahannya agak berbeda, meskipun sama-sama Alkitab PL & PB. Mengapa harus berbeda? Hal itu semata- mata jangan sampai hasil terjemahan ILT dianggap sebagai produk jiplakan dari TB. Beberapa Perbedaan Hasil Terjemahan ILT dengan TB Kej 14:20b: Dan dia memberikan kepadanya persepuluhan dari semuanya. (ILT) _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 187

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ And he gave him tithes of all. (KJV) Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.(TB) -> Penerjemahan Dinamis (TB) dapat memasukkan nama diri untuk menggantikan kata ganti orang yang termuat lebih dari satu dalam sebuah frase/kalimat, sedangkan ILT konsisten untuk tidak menambahi dan mengurangi. Yoh 3:16a: Sebab Elohim demikian mengasihi dunia ini, (ILT) For God so loved the world, (KJV) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, (TB) ➔ penerjemahan Dinamis (TB) dapat mengganti kata kerja menjadi kata benda, sedangkan ILT konsisten untuk menerjemahkan kata kerja tetap menjadi kata kerja dalam bahasa sasaran. 1Kor 13:4a: Kasih itu berpanjang sabar, ia bermurah hati. (ILT) Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; (TB) ➔ Penerjemahan Dinamis (TB) dapat mengganti kata kerja menjadi kata sifat, sedangkan ILT konsisten untuk menerjemahkan kata kerja menjadi kata kerja dalam Bahasa sasaran. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 188

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Flp 4:3a: Dan aku meminta kamu juga, hai rekan sepenanggungan yang sejati, (ILT) And I intreat thee also, true yokefellow (KJV) Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: (TB) ➔ Penerjemahan Dinamis (TB) dapat mengganti kata sifat berupa panggilan (vocative) menjadi nama diri, sedangkan ILT konsisten untuk menerjemahkan kata sifat vocatif tetap menjadi kata sifat vocatif. Mrk 1:2a: Seperti telah tertulis di dalam Kitab Para Nabi, (ILT) Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: (TB) ➔ Perbedaan ini disebabkan beda naskah sumber yang dipilih, ILT memakai naskah sumber Textus Receptus (diwakili oleh STM) yang memakai kata προφήταις = para nabi, sedangkan TB menggunakan naskah sumber Wescott & Hort (diwakili oleh WHM) yang memakai kata Ήσαΐα= Yesaya. Luk 24:42: Dan mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan bakar dan madu lebah. (ILT) _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 189

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. (TB) _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 190

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ ➔ Di sini selain ada perbedaan naskah sumber (Textus Receptus lebih panjang karena ada tambahan frase dan madu lebah = καί άπό μελισσίου κηρίου), juga ada perbedaan soal kewajaran terjemahan antara ikan goreng versus ikan bakar, maksudnya, di zaman itu apakah sudah lazim dengan menggoreng ikan? Gal 2:14b: “Jika engkau seorang Yahudi hidup dengan cara hidup bangsa lain dan bukan secara Yahudi, bagaimana engkau memaksa orang-orang bukan Yahudi hidup menurut cara Yahudi?” (ILT) “Jika engkau seorang Yahudi hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara- saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?” (TB) If thou, being a Jew, livest after the manner of Gentiles, and not as do the Jews, why compellest thou the Gentiles to live as do the Jews? (KJV) ➔ Di sini tidak ada perbedaan naskah sumber, hanya untuk kata etnikos (έθνικως) oleh TB diterjemahkan kafir, seharusnya dalam Alkitab kita menghindari sebutan kafir, karena kita seringkali keberatan jika _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 191

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ orang lain menyebut kita kafir; jadi sebaiknya kata ini diterjemahkan sesuai dengan makna etimologisnya, yaitu: bangsa lain. Mat 5:22b: dan siapa yang berkata kepada saudaranya: Raka, dia pantas berada di hadapan Sanhedrin, (ILT) siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama (TB) and whosoever shall say to his brother, Raca, shall be in danger of the council: (KJV) ➔ Di sini pun seharusnya TB tidak memakai kata Kafir. ILT memakai kata serapan Raka sesuai dengan Bahasa Yunaninya ('Ρακα), dan ternyata KJV pun memakai Raca, bahkan HNT juga memakai ‫ ֵרי ׇקה‬E . Why 3:14: Dan tuliskanlah kepada malaikat gereja Laodikia: Sang Amin –saksi yang setia dan benar, Penguasa dari ciptaan Elohim- mengatakan hal- hal ini, (ILT) “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah. (TB) _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 192

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ ➔ILT menggunakan frase: Penguasa dari ciptaan Elohim, sedangkan TB menggunakan frase: permulaan dari ciptaan Allah. Kata Penguasa dan permulaan berasal dari kata Yunani: αρχη yang makna utamanya: permulaan, tetapi ada pula makna lainnya yaitu penguasa. Tentu ketika berbicara tentang YESUS dan disandingkan dengan keterangan: dari ciptaan Elohim/Allah, tentu terjemahan yang lebih wajar dan tepat adalah kata Penguasa, sebab YESUS bukan termasuk ciptaan. Mzm 2:12: Ciumlah Sang Putra… (ILT) Mzm 2:11b: …ciumlah kaki-Nya… (TB) ➔ Frase ini membuktikan kepada orang-orang Yahudi yang beragama Yudaisme, bahwa dalam TANAK mereka, khususnya dalam Ketubim, lebih khusus lagi dalam Tehilim (Mazmur) pasal 2 ayat 12 ternyata ada ungkapan Sang Putra (The Son). Siapakah Dia? Tentu saja bagi Kekristenan, Dia adalah YAHWEH yang menjelma menjadi manusia, yang tertulis Nama-Nya dalam Perjanjian Baru: YESUS Kristus, Tuhan dan Juruselamat orang Kristen. Dengan tertulisnya ungkapan Sang Putra dalam Kitab Sucinya _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 193

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ kaum Yudaisme, berarti seharusnya mereka tidak menyangkali kebenaran tentang adanya Elohim Bapa, Putra dan Roh Kudus. Untuk lebih menegaskan lagi kepada mereka, bahwa antara Bapa dan Putra itu sederajat, dapat kita baca dalam Amsal 30:4. Ams 30:4: Siapakah yang telah naik ke surga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggaman-Nya? Siapakah yang telah membungkus air dengan pakaian? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapakah Nama-Nya dan siapa Nama Putra-Nya? Pastilah engkau tahu! (ILT) -> Ayat di atas pastilah tidak sedang membicarakan manusia. Sebab mana mungkin manusia bisa naik-turun surga, atau mengumpulkan angin dalam genggamannya, atau membungkus air dengan pakaian. Yang dibicarakan ayat di atas pastilah Elohim, YAHWEH Yang Mahakuasa. Dan dari ayat tersebut kita bisa membaca frase: Siapakah Nama-Nya (‫ ְּשמֹו‬-‫ = ַמה‬mah smo) dan siapa Nama Putra-Nya ( ‫ ְּשמֹו‬-‫ = ַמה‬umah shem b’ni). Jelas di sini, bahwa Elohim itu ada Bapa dan ada Sang Putra. Jadi, sangat terbukti bahwa Kekristenan tidak mengada-ada ketika memercayai Elohim YAHWEH sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 194

JURNAL KADESI I Jurnal Teologi dan PAK I VOLUME 4 Nomor 2 I Januari 2023 __________________________________________________________________________ Referensi Casey, Maurice. Aramaic Source of Mark’s Gospel. Cambride: CambridgeUniversity Press, 1998. Clover, R.: The Sacred Name hwhy Garden Grove: Qadesh La Yahweh Press,2002. Geisler, Norman L. & Howe, Thomas A. Making Sense of Bible Difficulties. Grand Rapids: Baker, 2009. Lloyd, Matthew: What Language Did Jesus Speak? (History: History Story, Mar23, 2021). https://www.history.com/news/jesus-spoke- language#:~:text=Most%20religious%20scholars%20and%20historia ns,much %20of%20the%20Middle%20East. Lori. Pecahkan Rekor, Terjemahan Alkitab Sudah mencapai 700 BahasaLengkap Loh! (Jawaban News 19 Oktober 2020) https://www.jawaban.com/read/article/id/2020/10/19/4/2010 19103106/pecahkan_rekorterjemahan_alkitab_sudah_mencapai_700 _bahasa_lengkap_loh Schniedewind, William M.: How the Bible Became a Book. Cambridge:Cambridge University Press, 2004. Sitterly, Charles Fremont & Greenlee,J. Harold. The International Standard Bible Encyclopedia Vol.4.Grand Rapid: William B. Eerdman Publishing Company, 1988. Soesilo, Daud H. Mengenal Alkitab Anda. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,2001. Stern, David H. Complete Jewish Bible. Clarksville: Jewish New Testament Publication, Inc., 1998. Unger, Merrill F. Unger’s Bible Dictionary. Chicago: Moody Press, 1962. _____________________________________________________________________________________ Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor @2023 195


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook