Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Thesis Natalia

Thesis Natalia

Published by angarlzdomugllpzol, 2021-02-01 12:34:42

Description: Thesis Natalia

Search

Read the Text Version

PENDAMPING PASTORAL KONSELING MENGGUNAKAN METODE PEMURIDAN PADA REMAJA BERMASALAH DI PANTI ASUHAN SALIB PUTIH SALATIGA TESIS Diajukan Kepada Sekolah Teologi Efata Salatiga Program Studi Pastoral Konseling Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Teologi (M.Th) Disusun Oleh NATALIA PRANANDARI NIM : 17.213.103.2.047 PROGRAM STUDI PASCASARJANA PASTORAL KONSELING SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA SALATIGA 2019

PENDAMPINGAN PASTORAL KONSELING MENGGUNAKAN METODE PEMURIDAN PADA REMAJA BERMASALAH DI PANTI ASUHAN SALIB PUTIH SALATIGA Penelitian ini berjudul Pendampingan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan Pada Remaja Bermasalah Di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. Usia remaja adalah salah satu usia yang mengalami perkembangan yang signifikan. Perkembangan yang terjadi meliputi perkembangan secara fisik dan psikis. Perkembangan yang signifikan tersebut menimbulkan permasalahan karna remaja sering kali belum siap dengan perubahan yang ada. Sehingga muncullah perubahan sikap dan perilaku yang berbeda dari biasanya. Hal ini merupakan masalah bagi remaja. Masalah remaja juga dapat muncul dari tekanan orang-orang yang ada disekitarnya yang menuntut remaja untuk lebih dewasa. Akibatnya remaja seringkali melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma dan peraturan yang ada. Tindakan-tindakan ini disebut sebagai kenakalan remaja. Keadaan remaja yang demikian membuat remaja membutuhkan bimbingan dari orang tua kandungnya. Namun sering kali yang terjadi berbeda. Ada orang tua yang menitipkan anaknya di panti asuhan sedangkan panti asuhan seringkali tidak mampu membimbing anak-anak dengan baik dikarenakan kurangnya tenaga pengasuh dalam panti tersebut. sehingga remaja panti membutuhkan pertolongan orang lain dengan melakukan pendampingan pastoral konseling terhadap remaja tersebut. Sehingga remaja dapat mengalami perubahan dan melakukan kehendak Tuhan. Mengingat pentingnya peran pastoral konseling, penulis terbeban untuk melakukan kegiatan penelitian tentang pendampingan pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan dalam pendampingan pastoral konseling terhadap remaja panti asuhan tersebut. dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengambilan data dengan memulai mendiagnosis masalah, membuat rencana tindakan, melakukan tindakan atau pelaksanaan dari penelitian dengan menggunakan metode pemuridan tersebut, dan juga melakukan evaluasi dalam setiap pertemuan. Penelitian mulai dilakukan pada bulan Januari sampai dengan 02 November 2019. Penelitian dilakukan di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. Penelitian dilakukan kepada dua remaja bermasalah dengan melakukan kenakalan. Kenakalan tersebut berupa merokok, mengkonsumsi minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, pergi tanpa ijin, berpacaran berlebihan, membolos sekolah, dan sering keluar panti pada tengah malam. Setelah penelitian dilaksanakan maka hasil dari penelitian ini adalah adanya perubahan yang dialami oleh konseli baik secara spiritual yaitu sadar akan kesalahannya, lebih rajin beribadah, berdoa, membaca Firman. Perubahan secara Psikis yaitu lebih percaya diri dengan keadaannya, dan perubahan perilaku, yaitu tidak mengkonsumsi minuman keras, tidak keluar panti pada tengah malam, tidak berpacaran berlebihan, tidak membolos sekolah. ABSTRACT

ACCOMPANIMENT OF COUNSELING PASTORAL USING THE DISCIPLESHIP METHOD FOR PROBLEMS ADOLESCENTS IN THE SALIB PUTIH ORPHANAGE OF SALATIGA This research is entitled Accompaniment of Counseling Pastoral Using Discipleship Method for Problematic Adolescents at Salib Putih Orphanage Salatiga. Teenage age is one of the ages that experienced significant growth. The growth of teenagers that occur include physical and psychological development. This significant development raises problems because adolescents are often not ready for changes. So that changes in attitudes and behaviors that are different from usual appear. This is a problem for teenagers. The problem of adolescents can also arise from the pressure of those around them who demand adolescents to be more mature. As a result, adolescents often take actions that violate existing norms and regulations. These actions are referred to as juvenile delinquency. This condition makes adolescents need guidance from their biological parents. But often That happens is different. There are parents who leave their children In the orphanage while the orphanage is often unable to properly guide the children due to the lack of caregivers in the orphanage. So the orphanage need the help of others by providing pastoral counseling for these adolescents. So that teens can experience change and do God's will. Considering the important role of pastoral counseling, the authors are burdened to conduct research activities on pastoral counseling assistance using discipleship methods in pastoral counseling assistance to adolescent that live in the orphanage. In this Research the authors used the data collection method by starting to diagnose the problem, make an action plan, carry out the action or implementation of the research using the discipleship method, and also conduct an evaluation at each meeting. The research began in January unto November 2019. The research was conducted in Salib Putih Orphanage Salatiga. The research was conducted on two problematic teens with delinquency. Delinquency in the form of smoking, consuming alcohol, consuming drugs, leaving without permission, excessive dating, ditching school, and often out of the orphanage at midnight. After the research has been carried out, the result of this research is a change experienced by the counselee both spiritually that is awareof his mistakes, more diligent in worship, pray, read the Word. Psychological changes that are more confident with the situation, and changes in behavior, namely not consuming alcohol, not leaving the nursing home at midnight, not dating excessively, not ditching school.

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Natalia Pranandari NIM : 17.213.103.2.047 Program Studi : Magister Teologi Judul Tesis : PENDAMPINGAN PASTORAL KONSELING MENGGUNAKAN METODE PEMURIDAN PADA REMAJA BERMASALAH DI PANTI ASUHAN SALIB PUTIH SALATIGA Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah saya ajukan untuk memperoleh gelar Magister Teologi di suatu perguruan tinggi manapun di Sekolah Teologi. Juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam literature dan sumbernya disebutkan dalam daftar pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh rasa tanggung jawab dan saya bersedia menerima sanksi apabila di kemudian hari deketahui tidak benar. Salatiga, 09 November 2019 Natalia Pranandari

MOTTO Tuhan menerimaku apa adanya tetapi Tuhan tidak akan membiarkan ku seadanya. Tidak ada orang baik yang tidak memiliki masalalu, tetapi juga tidak ada orang jahat yang tidak memiliki masa depan. (Pdt. Dr. Noh Asbanu, M.Th) Tugas ku menanam dan menyiram, tetapi Tuhan yang akan memberi pertumbuhan. Diperlengkapi untuk menjadi berkat.

KATA PENGANTAR Puji Syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih, anugrah, kekuatan dan hikmat-Nya Kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tesis ini. Dalam kesempatan ini pula penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya keberbagai pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Tesis ini. 1. Yang terhormat Pdt. Dr. Surja Kusuma, D.Min selaku Pendiri STT Efata yang telah mengijinkan, mendorong serta mendukung penyusun untuk menempuh pendidikan di STT Efata dalam program Studi Pascasarjana Pastoral Konseling. 2. Yang terhormat Pdt. Dr. David Hadi Wibisono, M.Th. selaku ketua STT Efata yang telah mengijinkan, mendorong serta mendukung penyusun untuk menempuh pendidikan di STT Efata dalam program Studi Pascasarjana Pastoral Konseling. 3. Yang terhormat Pdt. Dr. Bambang Sriyanto, M.Th selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Pastoral konseling, yang telah mengijinkan penyusun untuk menyelesaikan penyusunan Tesis. 4. Yang terhormat Dr. Kanti Widiastuti, M.Th. sebagai Pembimbing I yang senantiasa mendorong, mendukung, memotivasi, serta menolong penyusun untuk menyusun dan menyelesaikan Tesis. 5. Yang terhormat Pdm. Yefta Yan Mangoli, M.Th. sebagai Pembimbing II yang senantiasa mendorong, mendukung, memotivasi, serta menolong penyusun untuk menyelesaikan Tesis.

6. Yang terhormat Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bekal pendidikan sehingga penyusun dapat menerapkannya didalam Tesis dan sebagai acuan bagi penyusun untuk menyelesaikan Tesis. 7. Yang terkasih bapak dan mamak yang sudah berjuang memberikan dorongan berupa doa, dana dan biaya serta motivasi sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tesis. 8. Yang terkasih kakak-kakak ku yang baik, mas Daniel Markus, kak Ida Mawati, Mas Paul Pramono, Mbak Bety, yang sudah memberikan dukungan doa, dana dan biaya serta motivasi dan semangat agar penyusun dapat menyelesaikan Tesis. 9. Yang terkasih putri cantikku, Chevelle Marta Krisyudansyah yang telah menjadi motivator bagi penyusun untuk menyelesaikan Tesis. 10. Yang terkasih Sdr. Mesak Baitanu, S.Th. yang sudah mendukung dan memberikan motivasi bagi penyusun agar dapat menyelesaikan tesis ini. 11. Yang terhormat Bapak Erwin selaku Orang Tua Asuh serta Bapak/Ibu Pengurus Panti Asuhan Salib Putih Salatiga yang telah mengijinkan serta mendukung dan memberikan informasi penyusun dalam melakukan penelitian untuk Tesis. 12. Yang terkasih DF dan JB yang bersedia untuk menjadi konseli dalam penyusunan Tesis. 13. Yang terkasih sdri. Yosina Hiatus dan Sdri. Anggun yang sudah menolong penyusun dalam menyelesaikan Tesis.

14. Yang terkasih rekan-rekan seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat dalam penyusunan Tesis. 15. Yang terkasih Jemaat Pikat Filadelfia yang senantiasa memberikan dukungan dan pengertian kepada penyusun untuk menyelesaikan Tesis. 16. Yang terhormat dan terkasih Bapak/Ibu, Saudara/saudari yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa selama penyusun menempuh perkuliahan sampai penyelesaian penyususnan Tesis. Penyusun menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan Tesis ini. Oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan demi perbaikan Tesis ini. Harapan penyusun adalah semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi orang-orang yang membacanya serta berguna bagi sekolah dan gereja Tuhan. Salatiga, November 2019 Penyusun

DAFTAR ISI Halaman Judul .............................................................................................. i Lembar Pengesahan …………………………………………………………..... ii Abstrak ……………………………………………………………………….... iii Surat Pernyataan ………………………………………………………………. v Motto ………………………………………………………………………….... iv Kata Pengantar ………………………………………………………………... vi Daftar Isi ……………………………………………………………………..... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 1.2. Identifikasi Masalah ……………………………………………………. 9 1.3. Batasan Masalah ...................................................................................... 11 1.4. Rumusan Masalah .................................................................................... 12 1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12 1.6. Kegunaan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 13 1.6.1. Secara Teoritis .............................................................................. 13 1.6.2. Secara Praktis ............................................................................... 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Perkembangan Manusia ............................................................................ 15

2.1.1. Masa Dalam Kandungan (Periode Pre Natal) .............................. 16 2.1.2. Masa kanak-kanak......................................................................... 18 2.1.3. Masa Remaja................................................................................. 20 2.2. Remaja Bermasalah .................................................................................. 25 2.3. Integrasi Teologi dan Psikologi ………………………………………… 30 2.4. Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan ....................................... 32 2.4.1. Definisi ......................................................................................... 32 2.4.2. Tujuan Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan ............... 35 2.4.2.1. Menyelesaikan Dosa Melalui Kristus ………………… 35 2.4.2.2. Pertumbuhan Iman ……………………………………. 35 2.4.2.3. Mendampingi dan Membimbing .................................... 36 2.4.2.4. Berusaha Menemukan Solusi ......................................... 36 2.4.2.5. Memulihkan Kondisi Yang Rapuh ................................ 37 2.4.2.6. Perubahan Sikap dan Perilaku ........................................ 37 2.4.2.7. Terlibat Persenutuan Jemaat ............................................ 38 2.4.2.8. Mampu Menghadapi Persoalan Selanjutnya ................... 38 2.4.3. Fungsi Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan ........................ 39

2.4.3.1. Fungsi Membimbing Orang Menerima Kristus ……………… 40 2.4.3.2. Menopang Seseorang Mengatasi Pergumulan Hidup ……….. 41 2.4.3.3. Mewujudkan Perubahan Prilaku ……………………………. 42 2.4.3.4. Mendorong Seseorang Mengalami Pertumbuhan Rohani …… 43 2.5. Langkah-langkah Dalam Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan 44 2.5.1. Menciptakan Hubungan Kepercayaan (Entrance)......................... 44 2.5.2. Menyimpulkan atau Sintesis atau Diagnosis Data ....................... 46 2.5.3. Membuat Rencana Tindakan (Action Planing ) …………………. 47 2.5.4. Membimbing untuk Menemukan Kebenaran Melalui Bahan Ajar (Action Taking) ........................................................................ 48 2.5.4.1. Pelajaran 1 : Penciptaan Manusia................................. 51 2.5.4.2. Pelajran 2 :Rancangan Allah Di Dalam Diri Manusia …… 54 2.5.4.3. Pelajaran 3 : Kejatuhan Manusia Dalam Dosa ………. 57 2.5.4.4. Pelajaran 4 : Keselamatan …………………. 62 2.5.4.5. Pelajaran 5 : Hidup Baru …………………… 67 2.5.5. Review dan Evaluasi .................................................................... 36 2.6. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 76

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Metode Penelitian ..................................................................... 77 3.2. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 80 3.3. Waktu Penelitian ...................................................................................... 80 3.4. Sumber Data ............................................................................................. 80 3.4.1. Data Primer .................................................................................... 80 3.4.2. Data Sekunder ................................................................................ 81 3.5. Tekhik Pengumpulan Data ....................................................................... 81 3.6. Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ...................................................... 83 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan Pada Remaja Bermasalah Di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga.............................. 85 4.1.1. Pengamatan Awal Situasi dan Kondisi Konseling ...... ……… 85 4.1.1.1. Kondisi Awal Konseli DF Sebelum Pelaksanaan Patoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan …………………… 87 4.1.1.2. Kondisi Awal Konseli JB Sebelum Pelaksanaan Patoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan …………………… 88 4.1.1.3. Kondisi Awal Konseli JK Sebelum Pelaksanaan Patoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan …………………… 87

4.1.2. Mendata dan Mendiagnosis Kenakalan Yang Di Lakukan Oleh Konseli (Diagnosis) …………………………………………… 90 4.1.2.1. Diagnosis Kenakalan Yang Dilakukan Oleh Konseli 1 (DF) …. 90 4.1.2.2. Diagnosis Kenakalan Yang Dilakukan Oleh Konseli 2 (JB) …. 92 4.1.2.3. Diagnosis Kenakalan Yang Dilakukan Oleh Konseli 3 (JK) …. 94 4.1.3. Penyusunan Materi Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan (Action Planing) ......................................................................... 96 4.1.4. Pelaksanaan Pendampingan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan Pada remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga (Action Taking) …………………………… 98 4.1.4.1.Metode Kelompok ……………………. 99 4.1.4.1.1. Pertemuan Pertama …………. 99 4.1.4.1.2. Pertemuan Kedua ………….. 100 4.1.4.1.3. Pertemuan Ketiga…………. 102 4.1.4.1.4. Pertemuan Keempat …….. 103 4.1.4.1.5. Pertemuan Kelima ….. 104 4.1.4.1.6. Pertemuan Keenam 105 4.1.4.2.Metode Mengajar Kedua …. 106 4.1.4.2.1. Pertemuan Ketujuh …. 106 4.1.4.2.2. Pertemuan Kedelapan …… 108 4.1.4.2.3. Pertemuan Kesembilan ……… 110 4.1.4.2.4. Pertemuan Kesepuluh ….. 111 4.1.4.2.5. Pertemuan Kesebelas …… 112 4.1.4.2.6. Pertemuan Kedua Belas …. 113 4.1.5. Memperhatikan Pemahaman Materi Yang Di Peroleh Konseli (Evaluasi) ……………………………………………………………. 114 4.1.6. Mengamati Perubahan Yang Di Lakukan Oleh Konseli (Refleksi) … 114 4.2. Hasil Yang Diperoleh Dalam Pendampingan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan Pada Remaja Bermasalah Di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga …… 115 4.2.1.1. Konseli 1 ……. 115

4.2.1.1.2. Perubahan Psikis …… 115 4.2.1.1.2. Perubahan Perilaku ….. 116 4.2.1.1.3. Perubahan Spiritual ….. 119 4.2.1.2. Konseli 2 ……….. 121 4.2.1.2.1. Perubahan Psikis …….. 121 4.2.1.2.2. Perubahan Perilaku ……. 122 4.2.1.2.3. Perubahan Spiritual…… 125 4.3. Kendala Pelaksanaan Pastoral Konseling Menggunakan Metode Pemuridan Pada Remaja Bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga …………………………… 126 4.3.1. Waktu ……….. 126 4.3.2. Bahasa ……… 127 4.3.3. Respon yang Negatif …… 128 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………………………………………………… 130 5.2. Implikasi …………………………………………………. 134 5.3. Saran ……………………….. 137 5.2.1. Saran Secara Teoritis………………………………….. 137 5.2.2. Saran Secara Praktis …………………………………… 137 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….. LAMPIRAN …………………………………………………….

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai : Latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta kegunaan dan manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis. 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami perkembangan di dalam hidupnya. Perkembangan tersebut terjadi sejak manusia berada di dalam kandungan. Perkembangan dalam hidup manusia terjadi melalui beberapa fase dan ditandai dengan adanya pertumbuhan, baik secara fisik, pola pikir, psikis. Salah satu fase perkembangan yang dialami oleh manusia adalah fase remaja yaitu antara usia 10 sampai dengan 19 tahun atau disebut sebagai usia remaja. Usia remaja adalah usia yang rentan karena masa ini merupakan masa peralihan dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa. “Tetapi kamu tidak dapat selamanya tinggal dalam dunia kanak-kanak itu, seperti juga kamu tidak mungkin tinggal lebih lama didalam rahim ibumu. Ada sesuatu yang lebih baik sedang menunggumu – gairah untuk berkembang, untuk menjadi manusia dewasa. Ini adalah proses alami yang diperlukan dalam peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.”1 Sebagai Usia Peralihan tentunya remaja akan mengalami berbagai macam perubahan. Perubahan tersebut antara lain meliputi perubahan fisik. Perubahan fisik yang dialami oleh remaja adalah : 1 James Dobson, Menjelang Masa Remaja, (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2006),8

2 “1) Urutan perubahan fisik pada anak perempuan : a.Terjadi pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), b.Terjadi pertumbuhan payudara, c.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di tangan dan kakinya, d.Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, e.Bulu kemaluan menjadi keriting, f.Terjadi haid, g.Tumbuh bulu-bulu pada ketiak, 2) Urutan perubahan fisik pada anak laki-laki a.Terjadi pertumbuhan tulang-tulang, b.Testis (buah pelir) membesar, c.Tumbuh bulu-bulu berwarna gelap pada kemaluan, d.Terjadi awal perubahan nada suara, e.Mengalami ejakulasi (keluarnya air mani), f.Bulu kemaluan menjadi keriting, g.Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat yang maksimal setiap tahunnya, h.Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jambang, dan jenggot), i.Tumbuh bulu ketiak, j.Terjadi akhir perubahan suara, k.Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap, l.Tumbul bulu di dada dan kaki”2 Perubahan fisik yang dialami oleh remaja akan menimbulkan perasaan yang berbeda. Remaja tersebut harus melakukan penyesuaian diri untuk menerima perubahan yang dialami. Selain perubahan fisik, usia remaja juga akan mengalami perubahan secara psikis. Menurut Elizabeth B. Hurlock, “perubahan psikis yang akan dialami oleh remaja salah satunya adalah “meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada perubahan fisik dan psikologi yang terjadi. karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja”3 Perubahan emosi pada awal remaja mengalami peningkatan sehingga perlu dikontrol. Emosi yang dimiliki oleh remaja akan semakin dapat dikontrol seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan psikis juga ditandai dengan 2 https://www.academia.edu/19548639/Makalah_Pertumbuhan_Fisik_Remaja (akses 23 Mei 2019) 3 Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1980), 207.

3 meningkatnya perhatian terhadap lawan jenis sehingga pada masa ini remaja mulai mengalami perasaan tertarik terhadap lawan jenis. Selain dari pada itu, keterikatan remaja terhadap teman sebaya juga meningkat pesat. Sehingga pada masa ini remaja lebih sering berinteraksi bersama dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua serta keluarga. “Hubungan remaja dengan orangtuanya mulai berpindah keteman sebaya. Hubungan interpersonal dengan peer-groupnya menjadi intensif karena penerimaan oleh teman sebaya menjadi sangat penting bagi remaja. Teman sebaya merupakan tempat berbagi perasaan dan pengalamannya. Mereka juga menjadi bagian dari proses pembentukan identitas diri”4 Melalui teman sebayanya, remaja mulai mencari identitas dirinya. Teman sebaya menjadi pribadi yang sangat penting bagi dirinya. Remaja menganggap dirinya telah dewasa sehingga merupakan suatu hal yang memalukan jika remaja berbagi perasaan dan pengalamannya kepada orang tua. Sehingga tidak jarang remaja lebih nyaman untuk berbagi perasaan dan pengalamannya kepada teman sebaya tersebut. hal ini juga merupakan perubahan psikis yang dialami oleh remaja. Perubahan Fisik dan psikis yang dialami oleh remaja, akan berdampak pada aspek kehidupan yang lainnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku. Perubahan sikap dan perilaku adalah cara yang sering dilakukan oleh remaja sebagai pelampiasan akan ketidaksiapan dirinya untuk menerima perubahan fisik dan psikis yang terjadi. Dalam masa ini, remaja akan sangat 4 Singgih D Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut, (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2006), 198.

4 mudah tersinggung, sangat pemalu, menarik diri dari lingkungan dan keluarga, ingin mandiri, sangat kritis dengan orang lain, tidak suka melakukan tugas di sekolah maupun dirumah, dan tidak jarang remaja menunjukkan rasa ketidaknyamanan yang saat ini sedang dirasakan. Selain dari itu, ada pula remaja yang melakukan hal yang sebaliknya yaitu remaja bertambah berani, lebih suka membuat keributan, suka dengan tantangan, lebih bisa mengungkapkan dirinya, dan suka mencoba hal yang baru sehingga remaja seringkali terpengaruh dan tergoda dengan hal-hal yang terlihat menyenangkan. Perubahan sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh remaja tersebut dapat menjadi tanda bahwa remaja tersebut merupakan remaja bermasalah. Selain perubahan fisik dan psikis, masalah remaja juga dapat timbul karna adanya faktor lingkungan. Diusia remaja, lingkungan akan menuntut remaja untuk lebih dewasa dan bertanggung jawab. Hal ini akan menimbulkan tekanan tersendiri bagi remaja yang belum siap untuk menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab dalam perilaku hidupnya. Tekanan tersebut dapat memicu masalah dalam kehidupan remaja. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh remaja yang tidak semestinya tentunya akan menimbulkan masalah dimanapun remaja itu berada. Salah satu wujud tindakan remaja bermasalah yaitu kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan perilaku yang mengabaikan norma, nilai dan peraturan yang ada di dalam lingkungan masyarakat. Hal serupa diungkapkan oleh Warsito, yang berpendapat bahwa “Kenakalan remaja merupakan suatu pelanggaran batas-

5 batas konsep nilai dan norma-norma kewajaran yang berlaku dalam masyarakat yang berarti dapat menyimpang, bertentangan, bahkan merusak norma- norma”.5 Selain melanggar norma, nilai, dan peraturan dalam masyarakat, kenakalan remaja juga ditandai dengan pelanggaran terhadap norma agama, peraturan yang ada di dalam lingkungan sekolah dan keluarga. Kenakalan remaja terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kapolda Metro Jaya Putut Bayu Ajiseno mengatakan “ Terjadi peningkatan kenakalan remaja sebanyak 11 kasus atau 36,66% ditahun 2012. Total kasus kenakalan remaja selama 2012 mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2011 hanya 30 kasus”6. Hal ini menunjukkan suatu kondisi yang memprihatinkan bagi kehidupan remaja mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa yang kelak akan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa. Namun jika generasi penerus bangsa ini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan dengan melakukan kenakalan, maka yang terjadi adalah bangsa kita akan berada didalam ambang kehancuran. Dengan melihat realitas data diatas, orang tua bertanggung jawab memberikan pendidikan yang baik dan benar kepada anaknya khususnya remaja. Orang tua Kristen berperan dalam pendidikan anak sejak dini untuk 5 Siti Fatimah dan M Towil Umuri, Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunung Kidul, http://journal.uad.ac.id/index.php/Citizenship/article/view/6284 (akses 08 April 2019). 6 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2012-2-00059-PS%20Bab1001.pdf, (akses 08 April 2019)

6 pembentukan karakter anak yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Larry Christenson berpendapat bahwa, “Setiap anak datang kedalam dunia dengan membawa “surat dalam amplop yang tertutup.” Setiap manusia mempunyai tugas tertentu yang harus dipenuhinya. Bila seseorang “dilahirkan kembali” ke dalam keluarga Allah, prinsip yang sama tetap berlaku. Rasul Paulus menjelaskan gereja sebagai, “Tubuh Kristus,” yang di dalamnya setiap anggota mempunyai tempat dan fungsi khusus, sama seperti mata, telinga, kaki yang mempunyai tempat dan Fungsi khusus pada tubuh kita. Setiap orang yang lahir ke dunia dan menjadi anggota Tubuh Kristus, dibekali dengan “surat yang dimeteraikan”- tugas yang khusus yang harus dipenuhinya. Sebagian tugas orang tua ialah menolong anaknya untuk membuka sampul yang berisi perintah itu: artinya untuk menolongnya menemukan kehendak Allah dalam kehidupannya. Kita harus mendidik anak kita bukan hanya sekedar menuruti jalan yang patut bagi anak-anak pada umumnya, melainkan juga menurut jalan khusus yang harus ditempuh oleh anak itu sendiri”.7 Orang tua adalah pribadi yang dipercaya oleh Tuhan untuk mendidik anak- anak sebagai anugrah dari Tuhan. tugas orang tua bukan hanya mencukupi kebutuhan anak serta merawatnya agar bertumbuh dengan baik. Namun lebih dari itu. Tugas mulia bagi orang tua adalah mendidik serta menolong anak untuk menemukan kehendak Tuhan. dan yang terpenting adalah melakukan kehendak Tuhan itu didalam kehidupannya. ini merupakan pondasi iman yang benar. Dan hal ini adalah penting agar remaja tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari norma-norma agama dan norma- norma sosial yang berlaku di masyarakat. Namun kenyataan yang terjadi adalah masih terdapat orang tua yang belum melakukan tugas dalam membimbing dan mendidik anaknya. Hal itu dikarenakan orang tua mempercayakan anaknya diasuh di dalam panti asuhan. 7 Larry Christenson, Keluarga Kristen (Semarang : Yayasan Persekutuan Betania, 1994), hal.63.

7 Sehingga anak tersebut harus mendapatkan pendidikan dari orang tua pengganti atau orang tua asuh. Beberapa alasan orang tua menitipkan anaknya di panti asuhan adalah sulitnya keadaan ekonomi keluarga, perceraian orang tua, bahkan dapat juga karna anak tersebut adalah buah dari perbuatan yang tidak diinginkan (kehamilan diluar pernikahan). Panti asuhan Sebagai sebuah wadah yang menampung, mendidik, dan mengasuh anak-anak yang memiliki latar belakang yang berbeda. Panti asuhan hendaknya memiliki kompetensi dalam bidang tersebut. Demikian halnya dengan Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. Panti Asuhan Salib Putih merupakan salah satu unit layanan yang dikelolah oleh Yayasan Sosial Kristen Salib Putih (YSP). Panti ini didirikan oleh Perkumpulan Rumah Perawatan Salib Putih pada tahun 1956. Panti Asuhan Salib Putih memiliki tujuan pelayanan untuk membantu dan memberdayakan anak-anak yang tertinggal baik secara jasmani, rohani, psikologi dan moral agar dapat mandiri dan hidup dengan layak sesuai dengan martabatnya serta diterima dalam kehidupan masyarakat. Untuk mendukung terwujudnya tujuan tersebut, panti asuhan memiliki peraturan yang harus ditaati oleh anak-anak asuh tersebut. 8 Panti Asuhan Salib Putih melayani anak-anak penyandang masalah sosial khususnya bagi mereka yang membutuhkan topangan untuk pendidikan formal. Sasarannya adalah anak yatim piatu, yatim atau piatu, tidak mampu dan “broken home”, tanpa membedakan ras, suku dan agamanya. Saat ini, anak- 8 Sejarah Salib Putih

8 anak asuh di dalam panti asuhan salib putih berjumlah 28 jiwa yang terdiri dari anak-anak dan remaja yang berusia 6 sampai dengan 20 tahun. Dari ke-28 jiwa tersebut, ada beberapa remaja yang bermasalah dengan menunjukkan kenakalan. Kenakalan remaja tersebut adalah merokok, bolos sekolah, minum- minuman keras, berpacaran berlebihan serta melanggar peraturan panti dengan meninggalkan panti tanpa ijin dan tidak kembali pada jam yang telah ditentukan.9 Melihat kenakalan yang telah dilakukan oleh remaja panti asuhan Salib Putih Salatiga, remaja tersebut membutuhkan pertolongan orang lain. Orang terdekat yang dapat menolong adalah orang tua asuh yang bertanggung jawab didalam panti asuhan. Salah satu pertolongan yang dapat dilakukan oleh orang tua asuh tersebut adalah pendampingan pastoral konseling. Berdasarkan wawancara penulis dengan orang tua asuh panti asuhan salib putih pada tanggal 29 maret 2019, orang tua asuh mengaku pernah melakukan pendampingan pastoral konseling kepada anak-anak panti asuhan khususnya remaja bermasalah dengan melakukan kenakalan tersebut namun pendampingan yang dilakukan kurang maksimal karna hanya dilakukan ketika remaja telah melakukan kenakalan dan tidak dilakukan secara intensif. 10 Hal ini terjadi karna orang tua asuh kurang cukup waktu untuk melakukan pendampingan pastoral konseling yang intensif. Mengingat orang tua asuh didalam panti asuhan tersebut hanya satu orang dan harus memperhatikan serta mendidik 25 9 Wawancara peneliti dengan orang tua asuh panti asuhan salib putih, 29 maret 2019, pkl. 14.00 wib. 10 Wawancara peneliti dengan orang tua asuh panti asuhan salib putih, 29 maret 2019, pkl. 14.00 wib.

9 anak panti yang lainnya. Kurangnya tenaga pengasuh didalam panti asuhan Salib Putih Salatiga mengakibatkan pendampingan pastoral konseling tidak maksimal. 1.2.Identifikasi Masalah Adapun masalah-masalah yang ditemukan dalam latar belakang masalah adalah : 1. Di usia remaja terjadi perubahan fisik dan psikis. Lingkungan menuntut seorang remaja untuk bertindak dewasa dan bertanggung jawab hal itu menimbulkan tekanan bagi remaja yang belum siap. Permasalahan yang muncul diduga tekanan lingkungan mendorong para remaja melakukan perilaku hidup yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungannya. 2. Tindakan-tindakan yang dilakukan para remaja ada banyak yang menimbulkan masalah. salah satu wujud tindakan remaja bermasalah yaitu kenakalan remaja. Di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga terdapat beberapa remaja yang melakukan kenakalan remaja. Permasalahan yang timbul adalah faktor-faktor apa penyebab kenakalan remaja dilingkungan panti asuhan salib putih. 3. Panti Asuhan Salib Putih dihuni oleh 28 jiwa yang terdiri dari anak-anak dan remaja, berusia 6 – 20 tahun. Ada beberapa remaja bermasalah diantaranya melakukan bolos sekolah, minum minuman keras, merokok, berpacaran berlebihan, meninggalkan panti asuhan tanpa ijin.

10 Permasalahan yang timbul adalah bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja tersebut. 4. Pendampingan pastoral konseling sudah dilakukan pengasuh panti asuhan terhadap anak-anak yang bermasalah di panti asuhan salib putih. Namun pendampingan yang dilakukan kurang maksimal karna tidak dilakukan secara intensif dan sifatnya hanya dilakukan setelah ada pelanggaran. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana pelaksanaan pendampingan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di panti asuhan Salib Putih Salatiga. 5. Tenaga pengasuh di panti asuhan Salib Putih hanya satu orang untuk melayani 28 orang. Hal itu berakibat pelayanan pastoral konseling tidak membawa perubahan. Pemuridan adalah usaha untuk memproses seseorang mengerti kehendak Tuhan dan berperilaku Kristen. Masalah yang muncul adalah bagaimana hasil yang bisa diperoleh jika melakukan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan di panti asuhan Salib Putih Salatiga. 6. Panti asuhan salib putih melayani anak-anak penyandang masalah sosial khususnya bagi mereka yang membutuhkan topangan untuk pendidikan formal. Sasarannya adalah anak yatim piatu, yatim atau piatu, tidak mampu, broken home, menjangkau semua ras suku dan agama. Keragaman kondisi dan spesifikasi latar belakang anak panti asuhan Salib Putih merupakan tantangan besar dalam pelaksanaan pastoral konseling. Apakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan patoral

11 konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di panti asuhan Salib Putih. 1.3.Batasan Masalah Mengingat Keterbatasan Peneliti dalam melakukan penelitian ini maka peneliti membatasi masalah pada nomor 4, 5, dan 6, yaitu: 1. Pendampingan pastoral konseling sudah dilakukan pengasuh panti asuhan terhadap anak-anak yang bermasalah di panti asuhan salib putih. Namun pendampingan yang dilakukan kurang maksimal karna tidak dilakukan secara intensif dan sifatnya hanya dilakukan setelah ada pelanggaran. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana pelaksanaan pendampingan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di panti asuhan Salib Putih Salatiga. 2. Tenaga pengasuh di panti asuhan Salib Putih hanya satu orang untuk melayani 28 orang. Hal itu berakibat pelayanan pastoral konseling tidak membawa perubahan. Pemuridan adalah usaha untuk memproses seseorang mengerti kehendak Tuhan dan berperilaku Kristen. Masalah yang muncul adalah bagaimana hasil yang bisa diperoleh jika melakukan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan di panti asuhan Salib Putih Salatiga. 3. Panti asuhan salib putih melayani anak-anak penyandang masalah sosial khususnya bagi mereka yang membutuhkan topangan untuk pendidikan formal. Sasarannya adalah anak yatim piatu, yatim atau piatu, tidak mampu, broken home, menjangkau semua ras suku dan agama. Keragaman kondisi

12 dan spesifikasi latar belakang anak panti asuhan Salib Putih merupakan tantangan besar dalam pelaksanaan pastoral konseling. Apakah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan patoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di panti asuhan Salib Putih. 1.4.Rumusan Masalah Berdasarkan Batasan masalah di atas, maka Peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga? 2. Bagaimana hasil pelaksananan pendampingan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga? 3. Apakah kendala pelaksanaan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga? 1.5.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga?

13 2. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga? 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pastoral konseling menggunakan metode pemuridan terhadap remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga? 1.6. Kegunaan dan Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini kiranya dapat bermanfaat : 1.5.1. Secara Teoritis Memberikan sumbangsih kepada STT Efata Salatiga, khusus dalam pengembangan ilmu Pastoral Konseling, pemuridan, pembentukan karakter. 1.5.2. Secara Praktis a. Memberikan sumbangan pikiran bagi Panti Asuhan Salib Putih Salatiga, khususnya dalam menyelesaikan kasus kenakalan remaja. b. Bagi Pengasuh Panti Asuhan. Diharapkan tesis ini dapat digunakan sebagai acuan pengasuh Panti Asuhan untuk membimbing dan mengarahkan remaja Panti Asuhan serta dapat digunakan dalam menyelesaikan kasus kenakalan remaja yang terjadi. c. Bagi Remaja Panti Asuhan. Untuk memberikan wawasan bagi Remaja panti Asuhan tentang akibat dari kenakalan yang dilakukan

14 dan cara penanggulangan dari kenakalan tersebut melalui metode pemuridan. d. Bagi Panti Asuhan. Memberikan gambaran secara umum tentang remaja yang terjerumus kedalam kenakalan sehingga pihak panti asuhan dapat lebih bijak dalam menangi remaja yang telah terjerumus didalam kenakalan dan pihak panti juga dapat menerapkan metode pemuridan yang telah dilaksanakan oleh peneliti.

15 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Manusia Manusia selalu mengalami perkembangan didalam kehidupannya. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang dialami, baik secara fisik, psikis, sikap, perilaku dan lain sebagainya. Didalam perkembangan ada proses atau tahap-tahap yang harus dilalui oleh manusia. F.J. Monks dan kawan-kawan, dalam bukunya Psikologi Perkembangan menyatakan bahwa, “Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Dalam perkembangan terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap”. 11 Salah satu contoh proses perkembangan yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali adalah usia. Semakin bertambahnya usia yang dimiliki oleh manusia maka perubahan fisik akan terlihat, diantaranya: tinggi badan, perubahan bentuk tubuh, dan lain sebagainya. Selain perubahan fisik, perubahan psikis manusia pun akan mengikutinya, misalnya kemampuan untuk menguasai emosi yang semakin kuat. Dan perubahan-perubahan lainnya yang akan berkembang mengikuti bertambahnya usia yang dimiliki oleh manusia. 11 Monks, F.J., et al, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991), 1.

16 Perkembangan usia didalam diri manusia dibagi menjadi beberapa tahapan yang dapat disebut sebagai masa. Tahapan atau masa perkembangan usia manusia bukan dimulai dari bayi namun dimulai dari saat manusia berada didalam kandungan. Tahapan atau masa perkembangan manusia secara umum dapat terbagi menjadi 5 (lima) bagian, yaitu : masa di dalam kandungan (periode prenatal), masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua (usia lanjut). Namun dalam hal ini, penyusun hanya akan membatasi pembahasan mengenai perkembangan manusia hingga masa remaja. 2.1.1. Masa di dalam Kandungan (Periode Prenatal) Masa bayi masih didalam kandungan dapat juga disebut sebagai periode prenatal. Masa ini dimulai ketika sel sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Proses ini disebut sebagai masa pembuahan. Pada masa pembuahan inilah Zigot (janin usia pembuahan sampai usia akhir minggu kedua) mulai terbentuk dan perkembangan akan terus berlangsung di dalam kandungan hingga janin siap untuk dilahirkan. Pada umumnya janin akan dilahirkan ketika kandungan telah berusia 9 (Sembilan) bulan lebih 10 (sepuluh) hari. Namun ada pula janin yang dilahirkan kurang dari waktu yang seharusnya atau bahkan lebih. Perkembangan janin dalam kandungan lebih kepada perubahan- perubahan secara fisik. Elizabeth B. Hurlock mencatat perkembangan janin pada masa pembuahan hingga janin siap dilahirkan. Perkembangan tersebut antara lain :

17 “Periode zigot (sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua) : bentuk zigot sebesar kepala peniti. Zigot terbagi menjadi lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar berkembang menjadi placenta, tali pusar dan selaput pembungkus janin. Lapisan dalam berkembang menjadi manusia baru. Periode embrio (akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua- berdasarkan perhitungan bulan) : embrio berkembang menjadi manusia dalam bentuk kecil. Mulai terjadi perkembangan dibagian kepala dan semua anggota tubuh yang penting sudah terbentuk. Pada usia ini berat embrio 11/4 ons dan panjangnya 11/2 inci. Perkembangan janin (akhir bulan kedua sampai lahir) : pada bulan akhir bulan ketiga beberapa organ dalam mulai berkembang sehingga dapat mulai berfungsi. Denyut jantung janin dapat diketahui sekitar minggu kelima belas. Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati posisi hampir seperti posisi di dalam tubuh dewasa. Sel-sel syaraf yang ada sejak minggu ketiga meningkat pesat selama bulan-bulan kedua. Biasanya gerak- gerak janin tampak pertama kali antara minggu kedelapan belas dan dua puluh kemudian meningkat cepat sampai akhir bulan kesembilan. Pada akhir bulan ketujuh janin sudah cukup berkembang dan dapat hidup bila lahir sebelum waktunya. Pada akhir bulan kedelapan, tubuh janin sudah lengkap terbentuk, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan bayi normal cukup bulannya”12 Selain perkembangan secara fisik, janin juga mengalami perkembangan secara psikis. Janin di dalam kandungan dapat merasakan apa yang sedang dirasakan oleh ibu yang mengandungnya. Oleh sebab itu, menjaga perasaan ibu yang sedang mengandung amatlah penting karna dapat berpengaruh kepada kondisi janin dan hal tersebut akan berdampak terhadap psikis janin hingga janin itu dilahirkan dan bertumbuh dewasa. 12 Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1980), 36.

18 2.1.2. Masa kanak-kanak Masa kanak-kanak terbagi atas dua masa, yaitu : a. Masa anak Pra sekolah Masa ini adalah masa dimana anak sudah mengalami banyak perkembangan dan pertumbuhan. Masa ini disebut juga sebagai bagian dari “Golden Age” yaitu usia emas seorang anak untuk mendapatkan didikan yang baik sehingga anak tersebut dapat bertumbuh menjadi anak yang memiliki kepribadian yang baik pula. “Masa kanak-kanak awal terbentang antara umur 2-6 tahun. Perkembangan motoriknya bertambah matang aktif bergerak. Perkembangan bahasa dan berfikir terus berkembang ditandai dengan mengerti pembicaraan orang lain, menyusun dan menambah perbendaharaan kata, menggabungkan kata menjadi kalimat, sudah mengucapkan dengan benar”.13 Diusia ini anak-anak akan mudah meniru dan menyerap apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang tua ataupun orang-orang yang berada di sekitar anak tersebut. Perkataan serta perilaku yang ditiru dan diserap akan terbawa dan mempengaruhi kehidupannya hingga anak dewasa. Sehingga pada usia ini, para orang tua diharapkan untuk berhati-hati dalam bertutur kata dan berperilaku. Serta mengarahkan anak-anak untuk berkata-kata yang baik dan sopan. 13 Singgih D Gunarsa & Yulia Singgih D, Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta : Pt BPK Gunung Mulia, 2010),3.

19 b. Masa Anak Sekolah (umur 6-12) Masa anak sekolah berbicara tentang Masa dimana anak-anak mulai mengenal dan mengenyam pendidikan formal. Di masa ini, anak-anak memiliki wilayah pergaulan yang lebih luas dari pada masa sebelumnya. Anak-anak akan mengenal dan berinteraksi dengan orang lain diluar orang tua serta keluarganya. Mereka mulai mengenal dan bermain serta belajar bersama teman-teman mereka. “Para ahli beranggapan pada masa ini adalah masa tenang atau masa latent yaitu apa yang terjadi sebelumnya akan terus berlangsung. Dalam usia ini juga anak-anak sudah memiliki ketrampilan untuk menolong dirinya sendiri, mampu memberi bantuan sosial kepada orang lain, kemampuan sekolah dan bermain”.14 Masa sekolah menuntut anak-anak untuk lebih mandiri. Anak- anak mulai berjuang untuk dirinya. Dan perjuangan inilah yang memunculkan ketrampilan dalam diri anak. Baik ketrampilan untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil yang muncul dalam hidupnya, maupun ketrampilan dalam hubungannya dengan orang-orang yang ada disekitarnya. 14 Ibid

20 2.1.3. Masa Remaja 2.1.3.1. Perkembangan dalam masa Remaja Di akhir masa anak-anak, terlihat jelas pertumbuhan fisik yang cukup mencolok dengan adanya perubahan- perubahan besar yang terjadi pada masa ini, “Perubahan tersebut meliputi perubahan dalam ukuran badan yang meliputi tinggi dan berat badan. Pada anak wanita pertambahan berat badan terutama disebabkan oleh bertambahnya jaringan pengikat dibawah kulit, terutama pada paha, pantat, lengan atas dan dada. Sedangkan pada anak pria lebih disebabkan oleh makin bertambah kuatnya susunan urat daging”.15 Perubahan ini yang menyebabkan anak wanita terlihat lebih besar dibandingkan dengan anak pria. Perubahan yang mencolok dalam hal ukuran badan antara anak wanita dengan pria seringkali membuat anak wanita harus lebih berjuang dan terbuka untuk menerima keadaan fisiknya. Hal yang sama pun dapat terjadi bagi anak pria. Jika hal ini tidak diatasi dengan baik, maka akan timbul rasa minder khususnya bagi anak-anak tersebut. Perbedaan lainnya yang cukup mencolok dalam perkembangan pria dan wanita, yaitu bahwa remaja wanita mengalami perkembangan fisik lebih cepat daripada remaja pria. 15 Gilbert & L Reinda Lumoindang, Pelacuran di Balik Seragam Sekolah, (Yogyakarta : Yayasan Andi, 1996), 2.

21 “Remaja wanita, pertumbuhan sudah mulai terlihat antara usia 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan rata-rata usia 10,5 tahun. Puncak penambahan tercapai pada usia 12 tahun, yakni kurang lebih 6-11 cm setahun. Sedangkan permulaan percepatan pertumbuhan remaja pria berkisar antara usia 10,5 tahun dan 16 tahun”. 16 Seiring dengan perkembangan fisik yang dialami oleh remaja wanita dan pria, maka dalam hal seksualitasnya pun remaja akan mengalami perkembangan. Perkembangan seksualitas pada remaja dipengaruhi oleh hormon yang di produksi didalam tubuh remaja tersebut. Hormone tersebut dikenal dengan nama gonoclotrop. “Hormone gonoclotrop yang berfungsi untuk mempercepat matangnya sel-sel telur dan sel-sel sperma. Dalam masa remaja, pria mengalami pengeluaran sperma dan menegangnya alat kelamin pada saat-saat tertentu. Tubuh menjadi lebih lebar pada bagian bahu, suara menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut untuk pertumbuhan kumis, janggut, rambut pada kaki, ketiak dan alat kelamin. Bagi wanita, akan mengalami menstruasi yaitu pengeluaran sel telur yang tidak dibuahi dengan lender dan darah. Selain itu, akan mengalami bertambahnya jaringan pengikat dibawah kulit, yaitu lemak, terutama pada paha, pantat, lengan atas dan dada akan membentuk tubuhnya dengan kewanitaan yang khas. Mereka juga mengalami pertumbuhan rambut terutama di ketiak dan alat kelamin”.17 Pada masa ini, remaja akan merasakan ada keanehan yang terjadi didalam tubuhnya. Hal-hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya, harus dihadapi oleh remaja. Disinilah 16 Luella Cole, Psikologi Of Adolescence, (New York : Rinehart and Company, Inc. 1942), 6. 17 Bambang Y. Mulyono, Kenakalan Remaja, (Yogyakarta : Andi Offset, 1986), 13.

22 muncul gejolak didalam diri seorang remaja. Keingin- tahuannya yang besar serta rasa penasaran akan segala sesuatu seringkali tidak diibangi dengan keberaniannya untuk bertanya kepada orang tua atau orang yang lebih dewasa lainnya. Sehingga masa ini, orang tua harus memiliki inisiatif untuk menanamkan pendidikan seks sejak dini kepada para remaja. Hal ini bertujuan agar remaja tidak khawatir dengan perubahan yang dialami dan remaja dapat melindungi diri serta menjaga diri dari hal-hal yang dilarang. 2.1.3.2. Perkembangan Psikologi Usia remaja adalah salah satu usia dalam hidup manusia yang mengalami berbagai macam perkembangan. Selain perkembangan fisik dan seksual, usia remaja juga akan mengalami perkembangan atau pertumbuhan secara psikologis. Salah satu perkembangan psikologis yang dialami oleh remaja adalah terjadinya perkembangan intelektual atau pengetahuan di dalam diri remaja tersebut. “Mereka akan mengalami perkembangan intelektual yang menyebabkan mereka mampu memikirkan dirinya sendiri, dan hal ini membuat remaja mempunyai ide-ide berlebihan yang disertai dengan teori-teori dan sikap kritis”.18 18 ibid

23 Rasa keingin-tahuan yang besar mendorong remaja untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul didalam pikirannya. Keingin-tahuan tersebut didampingi dengan ketidak-puasan didalam diri remaja. Sehingga remaja tidak akan mudah percaya dengan apa yang mereka dengar atau temukan. Hal ini lah yang membuat remaja seringkali mendapat penilaian sebagai seorang yang kritis. Sikap kritis yang dimiliki oleh remaja terkadang dapat dinilai baik. Karena dengan bersikap kritis tersebut dapat mempertajam pemikirannya. Namun sikap kritis yang dimiliki remaja tidak selalu dapat dinilai baik. Terkadang sikap kritis ini dapat menjadi senjata yang menghancurkan dirinya. Hal ini dapat terjadi ketika remaja melakukan penilaian atau mengkritik dirinya sendiri. “Penilaian perihal diri sendiri pada masa ini sering mengarah pada penilaian negative dan mengkritik diri sendiri serta tidak mudah untuk menerima kekurangan atau kegagalannya. Karena belum memiliki toleransi terhadap kekurangannya, ia merasa rendah diri secara tidak wajar yang dapat mengakibatkan over kompensasi seperti murung, mengasingkan diri, hilang kepercayaan diri ragu-ragu dalam bertindak”. 19 Penilaian yang dilakukan oleh remaja terhadap dirinya sendiri muncul ketika mereka membandingkan keadaan diri mereka dengan keadaan remaja lain yang ada disekitar mereka. 19 ibid

24 Sehingga yang akan timbul adalah rasa rendah diri secara tidak wajar ketika mereka dapati bahwa diri mereka tidak lebih baik dari remaja yang lainnya. Membuka pemikiran remaja untuk melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki adalah hal yang baik yang dapat dilakukan kepada remaja yang merasa rendah diri karena sadar akan kekurangannya tersebut. Disamping pertumbuhan intelektualnya, remaja juga mengalami perkembangan secara emosi. Perkembangan secara emosi akan berbicara tentang perasaan-perasaan yang dirasakan oleh remaja dalam menghadapi konflik atau permasalahan didalam kehidupannya. “Remaja berpijak di antara dua kutub, yaitu kutub masa anak-anak dan kutub masa dewasa yang akan dimasukinya. Keadaan yang belum pasti ini sering menimbulkan masalah bagi remaja. Selain itu, timbul pula konflik-konflik batin dan kekaburan identitas. Perasaan belum mapan ini sering membawa mereka kedalam kegelisahan-kegelisahan internal. Misalnya : timbul rasa tertekan, kesal hati, mudah tersinggung, maupun kecil hati. Perasaan mereka juga sangat mudah berubah tergantung situasi dan kondisi. Mereka mulai mencari kebebasan secara emosi dan kadangkala merasa tidak perlu minta pertimbangan orang dewasa pada tiap pilihannya”.20 Masa peralihan yang dialami oleh remaja membawa remaja tersebut masuk kedalam kesulitan. Keadaan akan semakin sulit ketika diikuti dengan penilaian oleh orang- 20 Singgih d. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1989), 92.

25 orang yang ada disekitar mereka termasuk orang tua. Terkadang remaja beranggapan bahwa dirinya sudah cukup dewasa untuk melakukan suatu hal atau untuk memutuskan sesuatu. Namun remaja masih dianggap belum cukup umur atau belum dewasa untuk melakukan atau memutuskan hal tersebut. Begitu pula sebaliknya ketika orang tua meranggapan bahwa remaja telah dewasa namun remaja belum cukup berani untuk melakukan hal tersebut. sehingga pada akhirnya seringkali remaja melakukan atau memutuskan sesuatu tanpa bertanya dan tanpa pertimbangan orang tua. Sikap seperti inilah yang pada akhirnya membuat remaja tersebut menjadi remaja bermasalah. 2.2. Remaja Bermasalah Setiap periode memiliki masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh remaja itu sendiri. Masa remaja merupakan saat-saat yang dipenuhi dengan berbagai macam perubahan dan terkadang muncul sebagai masa yang sulit dalam kehidupannya sebelum memasuki masa dewasa. Daniel Nuhamara menegaskan kembali pentingnya perhatian gereja terhadap pelayanan remaja: “Tanpa melebih-lebihkan, sebenarnya sudah banyak bukti bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan kesulitan unik, yang membutuhkan banyak perhatian dari gereja untuk melayani mereka.”21 21 Daniel Nuhamara, Pendidikan Agama Kristen : Remaja, (Bandung : Jurnal Info Media, 2008), 11.

26 Masa remaja merupakan masa-masa penuh dengan pergumulan. Menurut Hurlock terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak- kanak, masalah mereka diselesaikan oleh orang tua, bahkan guru-guru sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, bantuan orang tua dan guru-guru.”22 Perasaan inilah yang membuat remaja sering kali mengambil keputusan yang salah. Keinginan untuk menyelesaikan masalah berbanding terbalik dengan keadaan yang ditemui. Masalah yang sering kali terjadi pada remaja adalah kenakalannya. Jamal ma’mur Asmani memberi pengertian kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku atau tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.”23 Segala sesuatu yang dilakukan remaja yang dianggap tidak patut maka hal itu diperhitungkan sebagai kenakalan. Memperhatikan perubahan-perubahan dalam diri seorang anak remaja sangat penting untuk membina dan mendidik mereka agar tidak melakukan hal yang melanggar norma maupun agama. Secara umum, beberapa bentuk yang dianggap sebagai kenakalan remaja adalah24 : a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, penganiayaan, dan pembunuhan. 22 Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1991), 209. 23Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja Di sekolah, (Yogyakarta : Buku Biru, 2012), 97. 24 Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja, ( Jakarta: PT Rajawali Pers, 1988), hlm. 200.

27 b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencopetan, pemerasan, dan pencurian, c. Kenakalan social yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat-obat terlarang, melakukan hubungan seks di luar nikah. d. Kenakalan yang melawan status : mengingkari anak sebagai pelajar denang cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dan membantah perintah orang tua. Bandura berpendapat bahwa masa remaja menjadi suatu masa pertentangan dan “pemberontakan” karena terlalu menitikberatkan ungkapan-ungkapan bebas dan ringan dari ketidakpatuhan anak-anak tersebut kepada tata kerama dalam keluarga maupun dalam masyarakat.25 Masa transisi membuat remaja seringkali harus mendapatkan tuntutan dari orang dewasa agar dapat melakukan norma tata krama yang ada secara langsung. Padahal masa remaja perlu dibimbing terlebih dahulu untuk mengenal norma dan tata krama yang ada dan stelahnya remaja dapat dituntun untuk melakukan atau mematuhi tata krama serta norma tersebut. Kenakalan remaja tentu tidak terjadi tanpa sebab. Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia baik atau buruknya selalu ada penyebabnya. Ada beberapa penyebab mengapa usia remaja sangat rawan dengan kenakalan. Penyebab kenakalan remaja yaitu : 25 Singgih D Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Remaja, (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2011), 205.

28 a. Hilangnya fungsi keluarga dalam mendidik anak-anaknya, keluarga sebagai sendi utama dalam pendidikan anak tidak lagi memperhatikan pendidikan anak, baik dari sisi moralitas, intelektual, maupun sosialnya.26 Fungsi keluarga yang hilang ditandai dengan ketidakpedulian orang tua terhadap tumbuh kembang anak termasuk juga pendidikan yang diperoleh sang anak. Hal ini disebabkan karna setiap anggota keluarga memiliki kesibukan dan lebih fokus kepada kesibukan tersebut. b. Hancurnya lingkungan sosial, kebanyakan lingkungan sosial merupakan lingkungan rusak, yang dihiasi kemaksiatan seperti tempat-tempat nongkrong, munculnya geng-geng, dan lain sebagainya.27 Salah satu factor pembentukan kepribadian anak remaja adalah factor lingkungan. Karna lingkungan memberikan dampak yang besar bagi perkembangan remaja. Jika keadaan lingkungan adalah baik maka anak remaja akan berkembang dengan kepribadian yang baik. c. Gagalnya lembaga pendidikan dalam proses internalisasi nilai, moral dan mental siswa.28 Seringkali yang terjadi dalam lembaga pendidikan adalah lembaga pendidikan lebih terfokus kepada nilai mata pelajaran yang diperoleh oleh anak didiknya. Sehingga internalisasi nilai, moral, dan mental menjadi suatu hal yang dikesampingkan oleh lembaga pendidikan. Anak remaja menjadi pintar dalam hal intelektual namun 26Ibid 122. 27 Ibid 122 28 Ibid 123

29 buruk dalam hal moral. Hal ini juga seringkali menimbulkan permasalahan bagi mental remaja. d. Pengaruh negative dari media cetak atau elektronik, media masa mempunyai fungsi dan pengaruhnya yang sangat besar dalam membentuk budaya masyarakat. Banyak sekali program televisi, artikel dikoran atau majalah atau siaran radio yang tidak mendidik. Internet adalah media yang sangat mudah diakses untuk mendapat berita, gambar atau perbuatan-perbuatan yang berbau pornografi.29 Pada masa pra modern ini, alat komunikasi sangatlah mudah diperoleh dan digunakan oleh siapa saja dan dimana saja. Tetapi amat disayangkan ketika lembaga pengelolah alat tersebut tidak bijak dalam menyajikan informasi. Sehingga anak remaja mudah sekali terpengaruh dan pada akhirnya hidup dalam ketidakbenaran. Dengan melihat penyebab-penyebab kenakalan remaja tersebut, orang tua serta keluarga sebagai orang yang terdekat dengan remaja tersebut, memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik remaja dengan baik. Memberikan pondasi moral serta agama yang kuat sehingga remaja akan lebih tangguh untuk menghadapi godaan-godaan serta keinginan untuk melakukan kenakalan remaja. Remaja yang telah terjerumus dan terikat dengan kenakalan, butuh pertolongan dari orang lain. Pertolongan tersebut dapat membawa remaja ini 29 Ibid 124

30 kembali kepada jalan yang benar dan bertemu dengan Tuhan secara pribadi. Salah satu pertolongan yang dapat dilakukan oleh gereja dan konselor Kristen adalah dengan melakukan pendampingan pastoral konseling terhadap remaja tersebut. 2.3.Integrasi Teologi dan Psikologi Manusia yang dapat berfungsi secara ideal adalah manusia yang mampu mencapai penghayatan yang penuh tentang makna hidup dan kehidupan, bebas memilih dalam bertindak, bertanggung jawab secara pribadi terhadap segala tindakan dan melibatkan diri dalam kehidupan bersama orang lain.30 Kekristenan berbicara mengenai hubungan manusia dengan penciptanya, sedangkan psikologi secara spesifik berbicara mengenai hubungan manusia dengan diri dan sesamanya.31 Dengan demikian melalui proses integrasi akan didapatkan gambaran mengenai hubungan manusia dengan diri, sesama, serta penciptanya secara utuh. C. Rogers berkata bahwa “manusia berfungsi secara ideal adalah mereka yang menyadari perasaan dan sikap-sikapnya sendiri, dan mengakui adanya dunia lain di luar dirinya, meyakini, menghayati dan mengamalkan kebebasan. Memahami dan menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri.”32 Integrasi teologi dan psikologi merupakan suatu usaha untuk membangun dan memperbaiki kehidupan manusia. Masing-masing disiplin 30 H. Prayitno, & Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), 21. 31 Karel Karsten Himawa, Psikologi & Iman Kristen, (Malang : Gamdum Mas, 2014), 57. 32 H. Prayitno & Erman Amti, Op. Cit. 22.

31 ilmu teologi dan psikologi berkepentingan untuk membangun diri dan saling membutuhkan. Teologi berbicara tentang manusia seutuhnya hidup berkenan kepada Allah dengan tujuan manusia menjadi baik. Sedangkan psikologi secara khusus mempelajari tingkah laku manusia. Dalam psikologi selalu ada penerapan secara praktis bagaimana menolong orang supaya lebih baik. Oleh karenanya integrasi teologi dan psikologi sangat dibutuhkan oleh karena kedua bidang pengetahuan ini saling berhubungan. Seorang konselor professional semakin dimampukan memahami manusia dimulai dengan empati yang mendasar agar dapat dengan tepat merumuskan apa yang sebenarnya dirasakan konseli. Psikologi sebagai ilmu bukanlah sesuatu yang mutlak tetapi merupakan percobaan namun sudah banyak terbukti bahwa psikologi sudah banyak juga menolong manusia secara psikis kejiwaan mengalami goncangan. Ada bagian-bagian permasalahan manusia yang tidak dapat dijawab oleh psikologi namun ada juga permasalahan manusia yang tidak cukup hanya dengan pendekatan teologi namun aspek psikologi dapat membantu manusia secara penuh. Walaupun demikian proses pengintegrasian antara psikologi dan teologi tetap diperlukan namun tidak menyatakan bahwa ilmu psikologi dapat disetarakan dengan otoritas Alkitab. Dalam kaitannya dengan remaja bermasalah di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga, mereka bermasalah dengan melakukan kenakalan namun apa yang mereka lakukan bukan karna keterikatan dengan roh jahat melainkan ada sesuatu yang mendorong mereka untuk melakukan hal itu yaitu pengalaman

32 yang melibatkan emosi mereka. Kepuasan dan kesenangan yang mereka peroleh membuat mereka ingin terus mengulang hal tersebut. selain itu kenakalan remaja ini juga diakibatkan kurangnya penguasaan diri didalam hidup mereka. Psikologi dan pastoral konseling dapat saling menyumbangkan ide untuk perubahan individu yang sedang mengalami masalah tersebut. 2.4. Pastoral Konseling Dengan Metode Pemuridan 2.4.1. Definisi Pastoral konseling adalah salah satu bentuk pelayanan terhadap orang yang mengalami permasalahan. Pastoral konseling bertujuan untuk menolong, menyembuhkan yang bermasalah, mencari solusi serta yang terpenting adalah membawa koseli untuk bertemu dengan Tuhan. Pastoral Konseling yang dirumuskan oleh Yakub B. Susabda adalah: “Hubungan timbal balik (interpersonal relationship) antara Hamba Tuhan (pendeta, penginjil, dsb) sebagai konselor dengan konselenya (klien, orang yang meminta bimbingan), dalam mana konselor mencoba membimbing konselenya kedalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal (conducive atmosfhere) yang memungkinkan konsele itu betul-betul dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang terjadi dalam dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan dan mencoba mencapai tujuan dengan takaran kekuatan dan kemampuan seperti yang sudah diberikan Tuhan kepadanya.”33 Konseling Kristen adalah suatu usaha yang dilakukan oleh konselor Kristen untuk membantu orang Krsiten lain (konseli) dalam menjalani proses pengudusan yang dilakukan oleh Allah, dengan demikian hal ini diharapkan akan memungkinkan konseli menemukan hidup yang sesuai 33 Yakub B. Susabda, Konseling Pastoral (Malang: Gandum Mas, 1993), 13.

33 dengan kehendak Tuhan dan menjadi serupa dengan Kristus. Selain dari pada itu seorang konselor Kristen harus orang yang memiliki hubungan dengan Tuhan yang ditandai dengan kasih (Yohanes 13:34-35), sebab kasih akan mendorong seseorang untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Pelayanan pastoral konseling bukan saja menyentuh sisi kemanusiaannya, tetapi konseli dapat menemukan kembali kekuatan yang berdasarkan iman, mengandalkan Tuhan dan pengharapannya kembali bangkit. Sedangkan pemuridan adalah “Suatu proses hubungan antara seorang pengikut Kristus yang lebih dewasa serta berpengalaman dan beberapa orang yang baru percaya, lalu ia membagikan kehidupannya (prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan, keyakinan, komitmen, waktu, tenaga, perhatian, serta hal lain yang diperlukan) demi menolong orang- orang tersebut untuk mengenal Kristus dan berkarakter seperti Kristus”.34 Didalam sebuah pemuridan ada pembimbingan yang melibatkan orang Kristen yang lebih dewasa dalam hal rohani dan orang yang baru menerima serta percaya kepada Kristus. Didalam sebuah proses pemuridan, seorang murid akan dibimbing melalui pengajaran dengan media bahan ajar yang telah disiapkan oleh pembimbing. Pengajaran yang diberikan kepada murid didalam pemuridan adalah pengajaran- pengajaran yang sesuai dengan Iman Kristen dan tidak menyimpang dari Alkitab. Hal ini sangat penting dilakukan karena konseli harus tau 34 Herdy N. Hutabarat, Mentoring & Pemuridan (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 75.

34 tentang kebenaran terlebih dahulu sehingga dapat melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan Yesus didalam kehidupannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pastoral konseling dengan menggunakan metode pumuridan adalah pembimbingan serta pertolongan yang dilakukan konselor Kristen terhadap konseli yang sedang dalam permasalahan. Pembimbingan serta pertolongan tersebut dilakukan dengan menggunakan bahan ajar terstruktur yang telah disiapkan oleh pembimbing atau konselor. Hal ini dilakukan agar konseli dapat memahami dengan baik tentang apa yang disampaikan oleh konselor. Neil T. Anderson mengemukakan bahwa “Ini adalah fungsi utama dalam konseling kemuridan karena orang- orang hidup dalam perbudakan karena kebohongan yang mereka percayai. Terapi teoritis tidak akan menghasilkan berbagai hasil yang membebaskan jika kita tidak mengetahui kebenaran: Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada- Nya: “Jikalau kamu tetap dalam Firman-Ku, kamu adalah benar- benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8: 31-32). Untuk memerdekakan para konseli, kebenaran harus meresap dalam hati mereka. Orang tidak cukup diangkat perasannya atau menganggukkan kepala mereka tanda setuju, karena tidak ada sesuatupun yang akan berubah”35 Kebenaran yang didapat oleh para murid dalam pemuridan haruslah kebenaran yang memerdekakan. kebenaran yang memerdekakan adalah kebenaran yang dapat membawa para murid keluar dari pemikiran yang salah. Kebenaran tersebut dapat memerdekakan ketika kebenaran tidak 35 Neil T. Anderson,Discipleship Counseling, (Malang: Penerbit Gandum Mas,2011), 89.

35 hanya dianggap sebagai pengetahuan belaka namun diresapi dan dilakukan didalam kehidupannya. 2.4.2. Tujuan Pastoral Konseling dengan Metode Pemuridan Pendampingan pastoral konseling dilakukan sebagai salah satu wujud perhatian dan merupakan tugas bagi seorang gembala atau hamba Tuhan dan konselor Kristen untuk memelihara dan menolong. Dengan demikian pastoral konseling harus memiliki tujuan yang benar agar dapat menolong domba-domba atau jemaat Tuhan dengan baik. Adapun tujuan pastoral konseling dengan menggunakan metode pemuridan adalah: 2.4.2.1.Menyelesaikan Dosa melalui Kristus Memberikan pemahaman kepada konseli bahwa setiap manusia telah berbuat dosa. Dosa yang dilakukan oleh manusia, termasuk konseli, yang sering kali menimbulkan masalah bagi kehidupannya. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa “janganlah berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk (Yohanes 5:14). Konselor perlu mengarahkan konseli agar mencari Tuhan didalam kehidupannya. karena tidak ada manusia dapat terlepas dari dosa tanpa pertolongan Tuhan Yesus. 2.4.2.2.Pertumbuhan Iman Setiap kegiatan yang dilakukan dalam pastoral konseling seharusnya mendorong konseli untuk memiliki pertumbuhan

36 iman yang baik. Pertumbuhan iman tersebut akan semakin kuat, teguh, dan berakar pada Kristus. Apabila konseli dibimbing, diarahkan, sampai bertemu secara pribadi dengan Tuhan. 2.4.2.3. Mendampingi dan membimbing Membimbing terkait dengan mendampingi. Pendampingan tidak berada didepan, melainkan ada disisi samping yang didampingi. Artinya adalah ketika pastoral konseling dilakukan, konselor bukanlah orang yang berhak memberikan jalan keluar bagi konseli atau dalam kata lain konselor tidak berwenang untuk menekan konseli agar mengikuti keinginan atau keputusan yang diambil oleh konselor atas permasalahan konseli. Konselor hanya menuntun, mengajar, menerangkan, agar konseli dapat bertemu dengan jalan keluar akan masalah yang sedang dihadapinya. 2.4.2.4. Berusaha menemukan solusi Solusi merupakan jawaban atas permasalahan yang konseli alami dan ini adalah titik puncak dalam pendampingan pastoral konseling. Dalam hal ini konselor mengajak konseli untuk berfikir bersama tentang permasalahan yang sedang dialami oleh konseli. Untuk mencapai hal tersebut, konselor harus benar-benar paham akan permasalahan yang saat ini sedang dialami oleh konseli. Percakapan dengan tujuan menggali permasalahan konseli merupakan langkah awal yang


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook