Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Published by Tasbihah, 2022-10-31 10:03:24

Description: Goresan Pena Pahlawan Pendidikan

Search

Read the Text Version

Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | i

Goresan Pena Pahlawan Pendidikan Cetakan Pertama: April 2021 Surabaya, Jawa Timur Penulis : Alfi Hidayati, S.Pd.I, dkk. Editor : Etik Fadhilah Ihsanti, M.S.I., M.Pd. Penyunting : Chotib, M.S.I. Desain Cover : Kanaka Media Penerbit: CV. KANAKA MEDIA Surabaya, Jawa Timur Email : [email protected] IG : katalog_knk FB : Kanaka Media Telp/WA: 0895384076090 ISBN: 978-623-258-617-8 Tebal: 188 hlm; A5 Hak cipta dilindungi undang-undang. dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari penulis dan penerbit. ii | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | iii

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 1: Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 9: 1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan. Ketentuan Pidana Pasal 113: 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp500. 000. 000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegan g Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1. 000. 000. 000,00 (satu miliar rupiah). 4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000 000,- (empat miliar rupiah). Pasal 114 Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). iv | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Pengantar Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillahirabbil 'alamin. Wabihi nasta'inu 'ala umuridunya waddin. Washolatu wassalamu 'ala asrofil anbiya'i wal mursalin. Wa'ala alihi wa ashabihi ajma'in. Amma ba'du. Robbisrohli shadri wayassirli amri, wahlul 'uqdatan millisani yafqohu qouli. Segala puji bagi Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan umatnya yang senantiasa mengikuti sunnahnya. Buku antologi ini merupakan merupakan kumpulan kisah menarik dari para guru sebagai pejuang pendidikan. Perjalanan sebagai guru tidak hanya pengalaman tentang kompetensi mengajar atau lembar-lembar rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Tapi, jauh lebih besar dari itu. Perjalanan guru tidak akan pernah dapat terhenti. Sebuah cita-cita yang terus hidup dan tumbuh dengan subur. Impian untuk melihat anak didiknya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas akhlak dan akalnya. Menyaksikan anak didiknya menjadi bagian yang membawa perubahan bagi bangsa. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | v

Sosok seorang guru yang selalu dirindukan oleh anak didiknya adalah yang mendidik dengan segenap hati dan penuh ketulusan kepada semua anak didik tanpa pandang bulu, tanpa pilih kasih, segala upaya dilakukan untuk mewujudkan harapan kedua orang tuanya. Tentulah semua tidak selalu berjalan mulus, harmoni dan baik-baik saja. Adakalanya guru dihadapkan pada situasi anak yang berselisih, kurang memahami materi, bertengkar antar anak yang masing-masing dari mereka berbeda latar belakang keluarganya. Perjuangan menjadi guru untuk mengantarkan anak didik menjadi generasi yang tangguh bukan pekerjaan yang mudah. Perlu kerjasama dari berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut. Baik dari pihak sekolah yang meliputi guru, pegawai dan kepala sekolah serta melibatkan orang tua dan masyarakat sekitar. Komite, paguyuban wali murid, serta tokoh masyarakat juga sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Karya ini semoga memberikan banyak wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi guru lain maupun para pembaca yang budiman. Tidak hanya itu, buku ini juga menampilkan pengalaman perjuangan para guru dalam mengantarkan anak didiknya menjadi orang yang memiliki rasa percaya diri, berwawasan dan pandai membawa diri. Apalagi karena bedasarkan pengalaman pribadi menjadi guru dan pengalaman selama mengajar serta bersentuhan langsung dengan berbagai murid atau siswa. Harapan kami sebagai penulis, semoga karya ini akan memberikan banyak manfaat. Sebuah karya memang belum vi | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

tentu sempurna, dan kami menyadari itu semua karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Namun semangat inilah yang menjadikan kami sebagai manusia pembelajar, berusaha terus menerus hingga akhir hayat. Saya mewakili penulis lainnya mengharapkan semoga sumbangsih karya penulisan buku ini menjadi ladang ibadah yang terus mengalir sepanjang zaman. Mohon kritik dan saran dari para pembaca yang budiman, kami penulis menyadari bahwa dalam buku ini banyak kata-kata yang kurang pas, baik penulisan ejaan maupun rangkaian katanya. Terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung proses penerbitan buku dari awal sampai akhir. Semoga Komunitas Belajar Menulis ini menjadikan kita percaya bahwa menulis itu siapa saja bisa melakukan selama masih ada kemauan. Salam literasi. Wassalamu’alaikum wr. wb. Purworejo, April 2021 An. Komunitas Belajar Menulis Etik Fadhilah Ihsanti, M.S.I., M.Pd. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | vii

Daftar Isi Pengantar________v Bagian Pertama Ketika Meniti Jejak Berbarokah Alfi Hidayati________1 Bagian Dua Awal Mulaku di Legetan Samrotul Fuadah________13 Bagian Tiga Melati Yang Tak Pernah Mati Nur’aini________40 Bagian Empat Profesiku Adalah Anugrah Terindah Faizah________54 Bagian Lima Harmoni Cinta Guru dan Cinta Ibu Tasbihah________65 Bagian Enam Menjadi Guru Bakti di MI Al Hidayah Anisatul Umniyah________76 viii | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Bagian Tujuh Guru Berprestasi Nasional Etik Fadhilah Ihsanti________88 Bagian Delapan Sang Pelukis Kala Senja Sri Juliyati________102 Bagian Sembilan Perjalanan Sang Guru Sasriviana Wahyu Swariningtyas________112 Bagian Sepuluh Suka Dukaku Jadi Guru Rr. Syarifah Hani’ah________124 Bagian Sebelas Senyuman Sang Guru Warjiyah________137 Bagian Dua Belas Haru di Hari Rabu Dita Pratiwi________151 Bagian Tiga Belas Pengabdian yang Tulus Barokatus Sholihah________159 Bagian Empat Belas Asyiknya Menjadi Guru Heni Wijayanti________171 Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | ix

x | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Bagian Pertama Ketika Meniti Jejak Berbarokah Alfi Hidayati Namun demi kebaikan bersama Hidayah tetap memberi semangat anak- anaknya, hingga sampai ujian berlalu dan hidayah pulang Prajab, ia tetap berdoa semoga hasilnya baik. Benar juga, ketika kepala madrasa memberi kabar gembira bahwa anak-anaknya 100% lulus semua. Ia bersyukur sekali, tidak sia-sia siang malam ia driil anak-anak untuk belajar dan semangat belajar membuahkan hasil. Hingga menjelang perpisahan seperti biasanya Hidayah melatih anak-anak koor, ia mengiringi regu koornya dengan keyboard. Melatih tarian, beberapa pidato dan puisi, karena begitu semangatnya hingga ia keletihan sampai Hidayah jatuh sakit. Ia demam pas di hari H perpisahan, demam tinggi dan badan pegal-pegal, lidah pahit persis seperti gejala Thypus. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 1

Madrasah adalah salah satu sekolah berciri khas Islam yang pada masa itu masih dipandang sebelah mata, baik anak-anaknya, gurunya hingga gedung sekolahnya. Bahkan bagi mereka yang mengejar kegengsian, madrasah bukanlah tempat yang favorit, bukan sekolah yang bergengsi yang sering dibanggakan oleh sebagian orang yang hanya memikirkan hal duniawi. Menurut sebagian masyarakat yang enggan menyekolahkan anaknya di madrasah karena mereka khawatir anaknya akan bodoh, tidak sukses di masa depan, dan lain sebagainya, mereka tidak tahu makna dan pentingnya sekolah di madrasah. Sekolah di madrasah adalah sekolah yang memang mencari keberkahan dunia dan akherat. Tentunya sebagai bekal di masa depan baik di dunia maupun di alam lain setelah kematian. Aku sebut saja Hidayah, adalah alumni madrasah yang takdirnya juga sebagai pejuang madrasah, pecinta madrasah dan hamba Allah yang rezekinya mengalir karena mengabdi di madrasah. Inilah ceritaku tentang asyiknya menjadi guru. Sebelum aku terjun ke dunia pendidikan, dahulu aku tidak pernah bercita-cita ingin menjadi seorang guru, meskipun keluargaku hamper 98% berkecimpung di 2 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

dunia guru. Anak masa remaja cita-citanya suka bergonta- ganti, dulu aku begitu ingin menjadi Polwan. Saking pinginnya waktu di SLTA aku niat mau ikut kegiatan eskul PKS, namun apa daya aku gagal masuk seleksi karena badanku kurang tinggi. Akhirnya pupus sudah, lalu berganti lagi pingin jadi dokter, dan seperti semula aku ingin mendaftar eskul PMR, lagi-lagi gagal. Pada saat itu anak-anak yang ditunjuk menjadi PMR adalah anak-anak yang terkenal di sekolah. Sedangkan aku jangankan terkenal, aku adalah sedikit dari sebagian anak yang tenggelam dalam kekaleman, keminderan. Yang jelas keluguan nampak diwajahku, wajah polos, kurang smart dan lainnya. Akhirnya aku ikut eskul yang wajib yakni kepramukaan.Aku focus banget ke dunia ini, mulailah aku jatuh cinta dengan eskul ini, sampai akhirnya menjadi pengurus DKA/DA. Dari sinilah banyak teman-teman yang menilai aku bisa melatih teori secara apik dan menyenangkan. Lalu lama-lama kawan-kawanku mengajakku untuk belajar melatih pramuka di SD (untuk pramuka Siaga) dan MTS Negeri Planjan, hingga akhirnya aku menjadi guru madrasah. Pada tahun 2000 awalnya aku belajar mengabdi berjuang di madrasah ibtidaiyah. Menjadi guru madrasah bukanlah hal yang bergengsi, hanyalah suatu keikhlasan dan kesukaan kepedulian kita akan maju mundurnya sebuah madrasah. Jadi madrasah bukanlah tempat untuk mengais materi, jangan sampai disalah niatkan kalau ingin benar-benar menjadi guru madrasah yang sebenarnya. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 3

Selama aku menjadi guru madrasah banyak hal yang aku alami yang menyenangkan, mengharukan yang membuat semngat hidup untuk terus berjuang menjadi abdi Negara. Hidayah mengajar kelas dua hingga beberapa tahun, namun sekitar tahun 2006 mengajar kelas tiga hingga berturut-turut mengikuti satu kelas hingga ke kelas enam. Disinilah kesan bermakna mengajar satu kelas yang Hidayah ikuti dari kelas tiga sampai ke kelas enam. Sesuatu yang benar-benar anugerah terindah, anak-anak yang Hidayah ikuti secara kebetulan adalah anak-anak yang tumbuh sehat, lucu, pandai-pandai dan bonusnya adalah mereka cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Kedekatan Hidayah dengan anak-anak sekelas yang sudah ia buntuti terus menjadikan mereka begitu dekat dan bahkan perhatian. Setiap ultah Hidayah ada saja strategi mereka yang memberi kejutan indah buat ultah ibu gurunya. Kenangan hadiah dari mereka sungguh membuat air mata Hidayah tersenyum haru dan bahagia. Begitu perhatian dan sayangnya mereka, sampai hal itu terjadi sampai 4 kali berturut-turut. Hidayah pun tidak pernah lupa memberi hadiah untuk anak didiknya yang berulang tahun, berprestasi, mempunyai akhlak terpuji, Hidayah sering mengadakan acara di luar sekolah demi untuk anak-anak didiknya yang menurut Hidayah istimewa. Anak-anak yang kebetulan dididik dan dibuntuti Hidayah saat itu adalah anak-anak yang guyup rukun antara anak laki-laki dan perempuan. Semangat belajarpun lebih tinggi daripada yang dibayangkan Hidayah. Hingga saat menjelang kenaikan kelas enam, mereka tetap menginginkan Hidayah untuk menjadi 4 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

wali kelasnya. Namun ada salah satu guru namanya Bu X yang menentang Hidayah untuk menjadi wali kelas enam dengan alasan belum berpengalaman, takutnya tidak ada yang lulus. Ucapan guru Bu X itu begitu membuat Hidayah merasa tertantang. akhirnya Hidayah dipanggil kepala madrasah diajak musyawaraoh. Hidayah akan buktikan bahwa apa yang dikatakan Bu Guru X belum tentu benar, karena Hidayah belum membuktikannya. Gagal tidaknya membuat anak didik lulus itu bukan karena sang guru pandai membuat contekan yang justru itu akan membahayakan peserta didik di masa depan. Tapi gagal tidaknya anak didik lulus 100% dengan hasil yang murni hasil yang jujur adalah lebih penting daripada hasil rekayasa. Bu Guru X pun hanya mencibir saja saat Hidayah maju menjadi wali kelas enam. Selama mengajar anak kelas enam, semaksimal mungkin Hidayah berusaha yang terbaik yang diridhoi Allah SWT tentunya. Pagi sampai siang ia mengajar di madrasah, sore harinya Hidayah mengajar di TPQ di masjid depan rumahnya. Ba’da maghrib Hidayah memberikan les semua materi yang akan diujikan diujian nasional dan ujian madrasah. Saking semangatnya Hhidayahpun membuat buku rangkuman tanya jawab, kumpulan soal-soal ujian madrasah. Terdiri dari mata pelajaran Quran Hadist, Fikih, Akidah Akhlak, SKI, Bahasa Indonesia khusus untuk anak didiknya, sedangkan mata pelajaran lain dipegang oleh masing-masing guru mapel. Setiap jam les anak-anakpun Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 5

bersemangat datang ke rumah Bu Hidayah untuk les menjelang ujian. Semangatnya anak-anak, tidak ada yang tidak hadir, membuat semakin berkobar ia mendidik, membimbing anak-anak didiknya. Memang dari sebagian anak yang terbilang pandai, ada satu anak yang benar-benar tidak bisa membaca karena keterbelakangan mentalnya. Hidayah tetap bismilah lahaula wala quwata Allah pasti akan menolong hambanya yang bersungguh-sungguh untuk kebaikan. Namun disaat semangat-semangatnya ujian datang lagi, Hidayah dipanggil untuk mengikuti PRAJAB CPNS di Semarang. Kabar itu membuat Hidayah semakin bimbang karena akan meninggalkan anak didiknya disaat genting menghadapi ujian. Anak-anakpun tidak berdaya untuk menahan Ibu Hidayah, mereka meski merasa berat namun apalah daya. Akhirnya Hidayah melaksanakan PRAJAB di Manyaran Semarang, jika ada sempat waktu Hidayah sering bertelepon- teleponan dengan anak-anak kelas enam. Ada sang ketua kelas yang mewakilinya karena pada zaman itu anak-anak belum ada yang punya HP yang ada kameranya. Jadi belum bisa Video Call, hanya suara anak-anak laki-laki dan perempuan yang terdengar. “Kangen Bu Guru..kapan pulang” sampai ada yang menangis, sungguh membuat Hidayah semakin kepikiran. Namun demi kebaikan bersama Hidayah tetap memberi semangat anak-anaknya, hingga sampai ujian berlalu dan hidayah pulang Prajab, ia tetap berdoa semoga hasilnya baik. Benar juga, ketika kepala madrasa memberi 6 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

kabar gembira bahwa anak-anaknya 100% lulus semua. Ia bersyukur sekali, tidak sia-sia siang malam ia driil anak-anak untuk belajar dan semangat belajar membuahkan hasil. Hingga menjelang perpisahan seperti biasanya Hidayah melatih anak-anak koor, ia mengiringi regu koornya dengan keyboard. Melatih tarian, beberapa pidato dan puisi, karena begitu semangatnya hingga ia keletihan sampai Hidayah jatuh sakit. Ia demam pas di hari H perpisahan, demam tinggi dan badan pegal-pegal, lidah pahit persis seperti gejala Thypus. Namun demi anak-anaknya hidayah tetap berangkat di acara perpisahan itu. Beberapa lagu koor ia iringi dengan keyboardnya meskipun tanganya gemetar, bibirnya kering pecah-pecah, menahan rasa sakit. Begitu acara wisuda selesai anak-anak langsung berhamburan memeluk Hidayah, Hidayahpun memeluk anak-anak didiknya satu persatu. Tangis pun pecah antara sang guru dan anak didik karena perpisahan. Dengan badan yang terhuyung-huyung dan begitu terharu, sedih ia peluk mereka erat-erat. Sebelum hari dimana anak-anak menerima ijazah banyak bingkisan hadiah dari wali murid untuk Hidayah karena merasa berteri makasih telah membuat anaknya berprestasi. Menjadi guru madrasah yang disukai, disayangi anak- anak adalah hadiah terindah dibandingkan dengan honor yang tidak seberapa. Honor menjadi guru bakti tetap ia syukuri hingga Allah mentakdirkannya menjadi seorang PNS. Menjadi guru madrasah terutama di pedesaan sungguh sangat berkesan. Setiap musim buah selalu saja ada wali Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 7

murid yang menyedahkan hasilnya kepada para guru madrasah. Buah seperti mangga, jambu, pisang, jeruk bahkan terkadang buah nangka ataupun kepok/gigih (nasi ketan ditaburi ampas) terkadang disedekahkan. Itulah madrasah di pedesaan, insya Allah ada banyak keberkahan didalamnya. Waktu begitu cepat berlalu, Hidayah mengabdi menjadi guru madrasah dari tahun 2000 sampai tahun 2013. Saat itu, awal April 2013 Hidayah dipindah tugaskan ke Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Karangkandri. Ibarat pengalaman mengajar di daerah pedesaan pegunungan langsung pindah ke daerah dekat pesisir pantai, tentu saja budayanya akan sedikit berbeda, aroma kota atau aneka faham juga akan dirasakan di sana. Selama bertugas di sana banyak juga kenangan indahnya. Semua dilalui tanpa terasa, mulai dari anak-anak yang bersikap manja hingga anak-anak yang luar biasa aktif dan konyolnya. Semua Hidayah lalui, hanya saja ada sedikit perbedaan, ketika perpisahan tidak ada satupun anak yang menangis memeluk gurunya dan minta maaf. Sedikit berbeda waktu Hidayah berada di MI Karangjengkol, mungkin di sini iklim budayanya memang diciptakan ada jarak antara guru dan anak didik. Delapan tahun hidayah bertugas di MINUHA, akhirnya Hidayah mengajukan mutasi ke madrasah yang lebih dekat. Perjalanan yang jauh, melalui jalan yang berliku dan terkadang sering jatuh sakit yang menjadikan alasan Hidayah pindah tugas. Alhamduliah per Juli 2020 Hidayah pindah tugas di madrasah yang baru. Madrasah yang berada didekat rel kereta api dan sungai ini memiliki keunikan 8 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

tersendiri. Di madrasah ini kalau musim hujan sering kebanjiran, Hidayah yang tidak pernah melihat sebuah sekolah kebanjiran sering heboh karena takutnya melihat air sungai yang meluap. Ketika ada kereta api yang akan lewat, karena dekat dengan palang pintu perlintasan kereta api, banyak kendaraan yang sengaja mbelok ke halaman MI sekedar menunggu kereta apinya lewat. Di madrasah ini dewan gurunya bersahabat semua dan penuh energi karena kebanyakan guru muda. Sedangkan Hidayah adalah ibu guru tertua, karena rekan kerjanya seumuran dengan muridnya. Iklim di madrasah baru ini memang sedikit berbeda dengan madarasah sebelumnya. Madrasah yang berada di lingkungan Masjid Muhammadiyah terlihat sedikit berbeda, setiap waktu sholat jarang ada jamaah putri yang ikut sholat. Terkadang guru perempuan sholatpun setelah mereka (jamaah laki-laki) sholat, meskipun mukena sudah tersedia. Wali murid di madrasah ini juga sebagian ada yang bercadar, namun untuk dewan gurunya adalah aneka orang. Artinya mereka ada yang dari kaum Aswaja, Muhammadiyah dan abangan. Seperti biasanya Hidayah adalah guru yang gemar dengan sesuatu yang bernilai seni, dan budaya. Ia selalu semangat jika madrasah yang ia tempati mempunyai eskul kesenian seperti Marchinband, Hadroh, seni kaligrafi, dan lain sebagainya. Sewaktu di MI Karangjengkol ia habiskan waktunya untuk bermain music baik keyboard mapun marchingband. Namun sayangnya setelah Hidayah mutasi tidak ada yang meneruskan marchingbandnya. Ketika Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 9

bertugas di MINUHA setahun sebelum Hidayah mutasi sempat melatih marchingband. Namun karena adanya pandemi akhirnya vacum eskul kesayangannya. Kini pindah ke MI YAPPI ia sangat berharap setelah pandemi berlalu eskulnya hendak ia hidupkan lagi untuk menarik perhatian masyarakat. Madrasah juga bisa menjadi pilihan terbaik untuk masa depan anak mereka. Karena madrasah tempat menimba ilmu umum dan agama, bonusnya banyak dan insya Allah berkah, siapapun yang menuntut ilmu di madrasah. Berikut adalah sekedar foto-foto madrasah tempat tugas Hidayah yang pernah ia jalani selama ini (kecuali MI YAPPI, belum ada fotonya). 10 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

MI Ya BAKII Karangjengkol (tahun 2000 - 2013) MI Nurul Huda Karangkandri (tahun 2013 - 2020) Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 11

Biografi Penulis Alfi Hidayati, S.Pd.I. adalah seorang guru madrasah ibtidaiyah di lingkungan Kecamatan Kesugiahan. Ia putri kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak Achmadi Wahab (pensiunan guru) dan Ibu Sri Rochini (ibu rumah tangga). Alfi Hidayati lahir pada tanggal enam bulan Juni pada tahun seribu sembilan ratus tujuh sembilan. Alfi Hidayati juga seorang istri dari pasangannya Muhamad Satirin, S.Pd.I. dan dikaruniani tiga orang anak. Alfi Hidayati dari kecil sudah menyukai dunia seni, mulai nampak ketika ia kelas enam, ia belajar menulis yang baik dan benar. Awalnya ia menulis dongeng di buku bekas ayahnya, lama- lama setelah SLTA ia rajin menulis. Saat kuliah ia ikut lomba menulis cerpen meski sering gagal. Namun ia tetap menulis. Cerpen solonya dan novel solonya antara lain (yang masih dalam proses dan sudah pernah dilombakan ): “Hati yang terluka” tahun 1997, “Ketika Dia Pergi” tahun 2003, “Sakura yang Pulang ke Indonesia” tahun 2003, “Dia yang Berhati Emas” tahun 2003, “Kesetiaan yang Tersembunyi” tahun 2003, “Gadis Jeruk Nipis” Tahun 2016 “Senja Merona di Langit Jingga” tahun 2016, “Metamorfosis Cinta“ tahun 2018, “Sholawat Cinta Bertemunya Cinta” tahun 2019 “Blosomm Love ‘Naila In Kairo” tahun 2020. 12 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Bagian Dua Awal Mulaku di Legetan Samrotul Fuadah Hari ini merupakan hari pertama Shofia bekerja di SD Negeri Legetan. Tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, sebuah sekolah yang dulu semasa kecil dikunjungi untuk sekedar menonton pertunjukan Tujuh Belas Agustus, sekarang ia pijaki, dan babak baru Shofia di dunia kerja pun dimulai. Shofia dipercaya oleh bapak kepala sekolah untuk mengampu kelas 2 menggantikan Ibu Widi yang pinah Ke Wonosobo. Tanda lonceng berbunyi, tanda waktu masuk kelas, Shofia melangkah pelan namun pasti menuju sebuah ruangan yang sudah tidak bagus menurut Shofia. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 13

Pagi masih mengembun, malam masih enggan meninggalkan singgasananya. Aku amati titik-titik embun di permukaan daun pisang di depan rumah, bening seperti kristal kaca. Mataku masih menyipit karena mengantuk. Akhirnya aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi mencuci muka, kemudian berwudhu untuk melaksanakan sholat Subuh yang telat. Terdengar suara motor ngeeeeeng… ngeeeeeeng... ngeeeeeeeeng… makin lama makin keras dan membuat aku tidak bisa khusyu’ dalam berdzikir. Aduh, duuuuh…. berisik sekali suaranya. “ Eh…..Mas Sabiq….sini deh!” Shofia memanggil nama suaminya. “Ngapain Yang?” “Suara motornya itu lho Mas!” jemarinya menunjuk ke arah motor yang masih berbunyi. “Ini masih dibetulin Yang, gak tau kenapa, agak brebet-brebet gitu dari kemarin.” “Ooooooo….gitu ya, tapi jangan keras-keras, itu Naila dan Zulfa masih tidur, nanti bangun lho Mas, aku mau nyuci dulu ya”. “Ya sudah sana, aku betulin motor dulu.” 14 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Kemudian, Shofia menuju dapur untuk memasak buat sarapan pagi, tapi tiba-tiba terdengar suara. “Ibuuuuuu……ibuuuuuuuu….ibu……terdengar suara Zulfa dari kamar memanggil Shofia. “Iya Dek, sebentar” jawab Shofia sambil berlari kecil menuju ke kamar. lalu setelah itu terlihat tubuh Naila juga bergerak dan terdengar suara Naila memanggil Shofia. “Ibuuuuu…..Ibu……, ayo bangun sudah siang, ajak Shofia kepada kedua anaknya yang masih berusia 3,5 tahun dan 2, 5. *** Di rumah ini aku adalah menantu yang keenam, dan aku tinggal di rumah mertuaku karena suamiku bekerja di Kebumen, sehingga mau tidak mau aku juga harus tinggal di rumah ini. “Mbak Naila dan Adek Zulfa besok mau ikut Ibu ketempat nenek ga?” “Mau Bu, kan sudah kangen dengan Nenek dan Kakek Bu!” “Ya sudah sekarang kita bersih-bersih dulu, supaya besok kalau kita tinggal ke rumah Nenek, Kakek Abe tidak kerepotan membersihkan sampahnya ya” ajak Shofia kepada kedua anaknya untuk membersihkan sampah yang ada di pekarangan rumahnya. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 15

Keesokan harinya, Shofia, suami, dan kedua anaknya sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Purworejo. Mereka berniat untuk berkunjung ke rumah orang tua Shofia, sekaligus merayakan Tahun Baru 2009. Akhirnya merekapun berangkat naik motor menuju ke Purworejo. Sekitar satu jam setengah, akhirnya Shofia dan suaminya sampai di rumah orang tua Shofia. “Assalamu’alaikuuuuummmm Nenek, Kakek….” suara Naila dan Zulfa memanggil kakek dan neneknya, namun ternyata mereka tidak ada di rumah. “Mungkin kakek dan nenek ke sawah Naila, Zulfa” sahut Sabiq suami Shofia. Saat itu waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, saat Nenek Supi sedang berada di teras rumah ditemani Shofia, dan Bibi Yati, bibinya Shofia. “Mbak Shofia, sekarang kegiatannya apa di Kebumen?” “Di rumah saja Bi, abis mau ngapain, namanya juga ibu rumah tangga, paling aku buat kopyah, caping Bi, heheheeeee….” “Tidak mencoba mendaftar pekerjaan? Sayang lho ijasahnya S1, kalau tidak digunakaan” “Iya sih Bi, tapi mau kerja apa ya?” “Bagaimana kalua mendaftar di SD Negeri Legetan, kemarin ada satu guru di sana yang diangkat jadi PNS, siapa tahu bisa diterima Mbak Shofia” 16 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

“Ya, coba saja” sahut Nenek Supi “Ya coba nantilah Mak, aku bilang Mas Sabiq dulu, lagi tidak punya pulsa” “Tapiiiii, apa diterima ya Bi, aku kan basicnya Hukum, bukan Pendidikan?” “Namanya juga usaha Mbak Shofia, tak ada salahnya kan?” “Gimana ya, ya okelah, besok aku coba” Selang beberapa hari kemudian Sabiq suami Shofia ke Purworejo, karena setiap hari Sabtu dia pulang lebih awal dari tempat kerja. “Mas Sabiq, kemarin Bibi Yati ke sini, dia nawari aku buat daftar di SD Negeri Legetan, bagaimana ya Mas?” “Ya, terserah kamu, kalua kamu mau” “Beneran Mas Sabiq? Yeeayyyyy iyeeeeessssss… tapi Mas Sabiq, kira – kira diterima gak ya? Aku kan bukan lulusan Pendidikan?” “Ya dicoba dulu, kalua tidak diterima, ya sudah, berarti itu bukan rejeki kamu” “Heeeeeee…..iya ya, ya lah aku coba besok” “Besok Selasa, anterin ya ke Legetan.” “Kok Selasa, bukan Senin saja?” “Oh iya yay a, hahaahahaaa….lupaaaaa” ucap Shofia sambil nyengir. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 17

Keesokan harinya Shofia diantar Sabiq suaminya pergi menuju Desa Legetan, yang merupakan tetangga desa Shofia. Sesampainya di sekolah yang dituju, Shofia melangkahkan kaki menuju halaman sekolah, tiba-tiba muncul seorang laki-laki dari sebuah ruangan kecil. “Selamat pagi Mas?” sapa Shofia kepada laki-laki itu. “Selamat pagi Bu, ada yang bisa dibantu?” “Iya Mas, saya mau bertemu Bapak Kepala Sekolah ada?” “Oh iya Bu, silakan Ibu menuju ke ruangan yang ada di bawah taman itu” sambil menunjuk ke arah taman. “Terima kasih Mas” “Sama-sama Bu” Shofia pun melangkah menuju sebuah ruangan yang terletak di bawah taman, kemudian dengan langkah sangat hati-hati ia pun mengetuk pintu yang sebelah terbuka. “Assalamu’alaikum…..” “Wa’alaikum salam” terlihat seorang guru memakai kacamata mendekat kearah pintu, sambil tersenyum. “Monggoooo….silakan masuk” “Ya Bu, terima kasih” “Ada perlu dengan siapa” lanjut ibu guru tersebut sambil persilakan Shofia duduk di sebuah sofa yang sudah tidak mengkilap lagi. 18 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

“Iya Bu, begini saya mau bertemu dengan Bapak Kepala Sekolah, apakah Beliau sudah datang?” “Ooooohhhh ya ya ya, begini saat ini Bapak Kepala belum datang , mungkin sebentar lagi Mbak, yaaaaa, karena beliau ini kan dobel dengan sekolah lain, jadi mungkin masih masih mampir di sana.” “Oh ya Bu.” “Ditunggu sebentar ya Mbak, silakan diminum dulu minumannya.” “Ya Bu, terima kasih.” Tidak berselang lama, terdengar suara seorang laki- laki, mengucapkan salam. “Assalamu’alaikum……eh ada tamu, siapa ini Bu Tutik?” “Wa’alaikum salam Pak, jawab saya, iya Pak, saya Shofia Marwa dari Karangsari Pak.” “Oh, dari Karangsari, anaknya siapa ya Mbak?” Sahut Ibu Guru yang tadi dipanggil Ibu Tutik oleh Bapak Kepala Sekolah. “Ya Bu, saya anaknya Pak Ali.” sambil memamerkan sesungging senyum yang lumayan manis. “Ya bagaimana Mbak?” Ucap bapak kepala sambil melangkah menuju kearah sofa yang diduduki Shofia. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 19

“Begini Pak, kemarin saya mendengar informasi jika di sekolah ini masih ada kekurangan tenaga wiyata, saya ingin mendaftar menjadi wiyata jika diperkenankan Pak?” “Oh iya, betul Mbak, di sini Bu Wid, memang diterima jadi PNS di Kabupaten Wonosobo, dan kami memang masih kekurangan guru. Mbaknya sudah lulus kuliah?” Lanjut bapak kepala sekolah. “Alhamdulilah belum Pak, saat ini saya masih dalam posisi cuti kuliah, dan insya Alloh bulan Maret besok aktif kuliah lagi, untuk menyelesaikan skripsi Pak” “Kuliah dimana Mbak? “Saya kuliah di STAI An Nawawi Pak, Fakultas Syariah” “Oh begitu, kalua saya tidak masalah, yang penting nanti bisa bekerja sama dalam tim kami di sekolah, supaya sekolah ini kedepannya semakin maju dan bermutu.” “Ya Pak” jawab Shofia. “Hmmmmm….begini saja Mbak, saya belum bisa memutuskan hari ini, tapi jika Mbaknya memang bersungguh-sungguh ingin wiyata di sini, besok Hari Rabu, kembali ke sini, supaya nanti saya rapatkan dengan Bapak Ibu guru yang lain ya” “Ya Pak, terima kasih” “Sama-Sama Mbak” 20 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Tidak berselang lama datanglah seorang perempuan berseragam keki, dengan tinggi kurang lebih seratus enam puluh senti meter. Dia adalah Mbak Rina, guru wiyata yang berasal dari Kecamatan Purworejo. “Owh ini gantinya Bu Wiwid ya?” sapa Mbak Rina kepada Shofia “Ya mbak, Mbaknya sudah lama ya di SD Legetan?” “Owh alhamdulillah, sudah hampir satu tahun ini saya bekerja di sini” “Mbaknya Namanya siapa?” “Owh saya Shofia, kalau mbaknya?” “Saya Rina, salam kenal ya Mbak Shofia, mudah- mudahan betah di sini” “Amin Mbak Rina, semoga saja.” Setelah ngobrol beberapa saat, akhirnya Shofia minta pamit kepada bapak kepala sekolah, dan ibu guru yang ada di kantor. “Oh iya Pak Bu, sepertinya saya harus pamit dulu” ucap Shofia kepada bapak kepala dan dua guru tersebut. “Assalamu’alaikum Pak, Bu” “Wa’alaikum salam” sahut bapak kepala dan ibu guru tadi. *** Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 21

Hari ini merupakan hari pertama Shofia bekerja di SD Negeri Legetan. Tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, sebuah sekolah yang dulu semasa kecil dikunjungi untuk sekedar menonton pertunjukan Tujuh Belas Agustus, sekarang ia pijaki, dan babak baru Shofia di dunia kerja pun dimulai. Shofia dipercaya oleh bapak kepala sekolah untuk mengampu kelas 2 menggantikan Ibu Widi yang pinah Ke Wonosobo. Tanda lonceng berbunyi, tanda waktu masuk kelas, Shofia melangkah pelan namun pasti menuju sebuah ruangan yang sudah tidak bagus menurut Shofia. “Assalamu’alaikum…..” ucap Shofia menyapa seluruh siswa yang ada di dalam kelas. “Wa’alaikum salam….” jawab seluruh siswa yang ada di kelas dua. “Selamat pagi anak-anak…..” “Selamat pagi Bu Guruuu… (sssssstttttt….Bu Guru baru)” terdengar suara beberapa anak membicarakan Shofia. “Kaget ya, sama Ibu?” Tidak ada satupun dari siswa yang membalas pertanyaan Shofia, mereka memperhatikan Shofia dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mungkin karena baju Shofia berbeda dari bapak ibu guru yang lain, sehingga para siswa masih terus memperhatikan Shofia. Satu pekan telah berlalu, Shofia mulai belajar beradaptasi dengan para siswa dan dewan guru. Setelah selesai upacara hari Senin, seluruh siswa masuk kedalam 22 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

kelas, dan Shofia pun segera menyuruh ketua kelas untuk memimpin berdoa. “Siaaap graaak….berdoa mulai!” Shofia mengamati seluruh siswa yang berdoa, dan Shofia melihat tidak ada siswa yang bersuara dalam berdoa. Tetapi mereka hanya menunduk dengan tenang, namun sesekali terlihat beberapa siswa yang melirik ke kanan dan ke kiri sambil cekikikan. “Berdoa selesai…!” “Alhamdulilah kita sudah selesai berdoa ya, oh ya setiap hari kaliyan berdoa seperti ini? “Ya Buuuuu….!” suara kompak anak kelas dua membalas pertanyaan Shofia. “Okeeee….kalau begitu, apakah kaliyan mau ibu ajari cara membaca doa, supaya bersuara?” “Mau atau tidak?” “Mau Buuuuuu……!!” “Sekarang tirukan Ibu yaaaa…. Bismillahirrohmaanirrohiim….., Rodhitu billahirobbaa, Wabil islaamidina, Wabimmuhammadin nabiyya warosulaa, Robbi zidni ‘ilmaaa, Warzuqni fahmaa, Aamiin, Yaa Robbal ‘alamin…”. Terlihat anak-anak kelas dua menirukan suara Shofia berulang-ulang hingga sampai tiga kali. Meski belum hafal Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 23

semua, mereka semangat sekali dalam membaca doa tersebut. “Alhamdulillah…ada yang sudah hafal?” Lanjut Shofia “Belum Buuuuu…..!” “Oke, tidak apa-apa, yang penting kaliyan tetap semangat belajar membaca doanya ya, dan ibu harap, besok pagi kalian berdoa menggunakan suara, jangan hanya diam, paham!” tandas Shofia dengan tegas. “ Ya Buuuu….!” Setelah berkutat cukup lama dengan anak kelas dua, akhirnya waktu menunjukkan pukul 10.10 WIB, dan waktunya Shofia membubarkan kelas. “Anak-anak, pertemuan kita hari ini sudah selesai, dan jangan lupa, tugas rumahnya dikerjakan ya, dan besok akan ibu nilai” “Ya Bu, besok dikasih nilai Bu, PRnya?” Tanya salah satu siswa. “Ya, Eva…besok ibu nilai ya, sekarang silakan berkemas-kemas terlebih dahulu, dan ketua kelas memimpin doa ya” “Ya Bu Guruuuuu…..” Akhirnya anak-anak pun berdoa dengan menundukkan kepala, ada pertanyaan di pikiran Shofia, kenapa ya anak-anak ini tidak berdoa dengan bersuara? Dan akhirnya…..suara anak-anak membuyarkan lamunan Shofia. 24 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

“Selamat siang Bu Guruuuu….!!!!” “Selamat siang anak-anak, jangan lupa belajar di rumah ya, hati-hati di jalan ya, kalau menyeberang tengok kanan kiri” begitu pesan Shofia dengan runtut pada anak- anak kelas dua. “Ya Buuuuuu……!!!!” *** Dua pekan telah terlewati, hari ini merupakan untuk kali pertama Shofia mengikuti kegiatan di luar sekolah yaitu Pesta Siaga. Ada rasa senang, penasaran dan lucu saat Shofia mengikuti teman-teman senior mendampingi anak-anak yang mengikuti kegiatan Pesta Siaga. Bagaimana tidak, Shofia yang sudah lama tidak memakai seragam pramuka, mendadak harus siap ekstra berpakaiaan lengkap layaknya anak pramuka. Bolak-balik sambil sesekali memebetulkan seragamnya, sampai-sampai suami Shofia pun mengomentari aksinya pagi itu. “Kamu itu mau kemana sih Sayang….? Dari tadi bolak-balik terus, ngaca teruuuussss….?” “Iya nih Mas Sabiq, hari ini kan pertama kali aku ikut kegiatan di luar sekolah, jadi harus tampil perfect dooooong, masa kalah sama anak-anak SD, heheheee…..” “Kan cuma Pesta Siaga, sama kan seperti kegiatan pramuka pada umumnya?” “Yaaaa, belum tahu sih, kan belum pernah ikut” Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 25

Suami Shofia pun hanya geleng-geleng kepala melihat istrinya bak model dadakan di depan layar kaca cermin. “Ya sudah, buruan, sudah pukul 06.30 WIB nanti telat lhoooo….!!” “Ya Mas….” Akhirnya Shofia pun berangkat dengan diantar suami ke sekolah yang berjarak kurang satu setengah kilo meter dari rumahnya. “Selamat pagi anak – anak…!” “Pagi Bu Shofia, Waaaaahhhh Bu Shofia cantik lho pagi ini,” puji salah seorang siswi perempuan bernama Nisa. “Ah biasa saja, eh bagaimana ibu lucu ya pakai seragam pramuka?” “Tidak kok Bu, malahan ibu seperti masih murid SMA” Shofia hanya mengernyitkan dahinya. “Ya iya lah kaya anak SMA namanya juga pakai baju SMA” batin Shofia sambil tersenyum ke arah anak-anak yang sudah stay di halaman sekolah. “Oh ya coba salah satu ada yang mengecek semua perlengkapan ya, jangan sampai ada yang tertinggal, Ok!” “Okeeeee Buuuuu…..” jawab anak- anak dengan serentak. 26 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Setelah persiapan selesai, dan anak-anak pun siap berangkat ke lapangan Kecamatan Bener dengan menaiki sebuah mobil Pick up yang telah disewa oleh penjaga sekolah. Akhirnya rombongan SD Legetan pun menuju ke lapangan kecamatan. Selama dalam perjalanan, anak-anak terlihat senang sekali, mereka bernyanyi sambil bersorak-sorai seolah mereka tidak punya beban saat mengikuti kegiatan nanti di lapangan. Setelah hampir sepuluh menit, akhirnya rombongan sampai di lapangan kecamatan. Di sana sudah banyak sekali peserta dari berbagai sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Bener. “Anak-anak, ayooo turunnya hati-hati ya, jangan berebut.” “Siaaaappp Bu Guru.” Setelah anak-anak selesai menurunkan barang bawaan mereka dari mobil Pick Up, kemudian mereka menuju ke tempat persewaan yang tidak jauh dari lapangan, sekedar meletakkan barang bawaan dan bekal yang sudah dibawa dari sekolah. Kemudian anak-anak pun segera berkumpul di lapangan, sesuai arahan dari bapak pembina yang sedari tadi sudah memberi pengarahan melalui pengeras suara. Ada perasaan bahagia di hati Shofia, ia jadi ingat sewaktu di bangku sekolah dasar, pernah mengikuti kegiatan pramuka. Tetapi itu dilaksanakan pada sore hari, dan itupun hanya lomba cerdas cermat. Ada satu kebanggaan yang dirasakan Shofia, kala melihat anak-anak yang berbaris Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 27

dengan rapih dalam mengikuti upacara pembukaan Pesta Siaga. “Pasti orang tua mereka bangga sekali, melihat anak- anaknya bisa ikut kegiatan di kecamatan seperti ini” batin Shofia dalam hati, dan lamunan Shofia pun buyar saat kepala sekolah datang menghampiri Shofia. Beberapa jam kemudian, kegitan Pesta Siaga berlangsung, sampailah pada penghujung acara. Anak-anak masih begitu semangat dalam mengikuti upacara penutupan, padahal jelas terlihat dari wajah mereka sangatlah kelelahan. Namun semangat itulah yang membuat Shofia juga tetap membara saat ikut dalam barisan upacara penutupan Pesta Siaga. Setelah mengikuti upacara penutupan, akhirnya anak- anak dipersilakan untuk pulang ke rumah masing-masing, begitupun dengan anak-anak dari SD Negeri Legetan. *** “Ibuuuuuuu….., ibuuuuuu…..” terdengar suara anak kecil berusia sekitar tiga tahunan memanggil Shofia. “Iya Zulfa sayang, sini sayang ibu kangen, mana Mbak Naila?” “Mbak bobok.” jawab Zulfa sambil bergelayut di tubuh Shofia yang begitu kecapean karena Pesta Siaga. “Zulfa tidak bobok, kok masih bermain?” “Tidak….Ibu lama sekali.” “Iya sayang, maaf ya, oh ya ini ada oleh-oleh buat adek Zulfa dan Mbak Naila.” 28 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

“Asyiiiikkkkk….aku buka ya bu?” “Boleh, tapi hati-hati ya.” “Ya bu…” dengan sigap Zulfa pun membuka oleh-oleh yang dibawa Shofia, ada raut bahagia sekali di wajah Zulfa. “Haaaaaaa….hambulgel ibuuuuu, waaaaahhhh pasti enak ya bu?” “Iya, itu hamburger untuk adek Zulfa dan Mbak Naila” lanjut Shofia sembari dirinya menuju ke arah dapur. “Ibuuuuu…hambulgelnya enak sekali, ibuuuu mau coba?” “Heheheheheeeee….tidak itu buat adek Zulfa saja ya, oh ya ibu sholat dulu ya, jangan lupa bungkusnya dibuang di tempat sampah ya?” “Ya ibuuu, siaaaappp okeeee….” Setelah selang beberapa menit, akhirnya Naila pun bangun dari tidurnya dan sambil menangis memanggil ibunya, karena, kakinya dipukul oleh sang adik. “Ibuuuu, adek nakal, kakiku sakit, coba lihat” Naila menunjukkan kakinya yang sudah berwarna merah karena dipukul dengan stick saron mainannya Zulfa. “Adeeeeekkkk, Adek tidak boleh seperti itu dengan Mbak Naila, kasihan lho Dek, Mbak Naila jadi kesakitan, sekarang Adek minta maaf sama Mbak, dan tidak boleh mengulanginya lagi, paham!?” Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 29

“Tidak mau, tadi Mbak juga minta susunya Adek Bu, pokonya Adek tidak mau minta maaf, huuuuhhhh….” jawab Zulfa dengan memanyunkan bibirnya sambil berlari ke luar membawa mainannya. Shofia pun hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah buah hatinya tersebut. “Mbak Naila kan sudah lebih besar dari pada adek, besok-besok lagi jangan suka minta susunya adek, kan Mbak Naila bisa minta tolong nenek untuk dibatin susu, jadi tidak usah berebut susu sama adek ya? Malu dengan teman- temannya Mbak, sini ibu elus-elus yang sakit, biar cepat sembuh” Shofia pun mengulurkan ke arah Naila dan mengusap rambutnya dengan penuh kasih saying. Nailapun juga menyandarkan tubuhnya ke tubuh Shofia, seolah Naila ingin melepas kangen dengan ibunya tersebut. Tidak lama kemudian, terdengar suara sepeda motor di luar, dan sontak saja Naila pun langsung melompat dari pangkuan Shofia. “Ibu, itu bapak sudah pulang” sambil berlari keluar menyambut sang ayahnya yang baru pulang dari Kebumen. “Assalamu’alaikum….” “Wa’alaikum salam, Bapaaaaakkk pulang Ibuuuuu…..” “Ya Mbak, sebentar, Ibu bersihkan ini dulu, Bapak diajak masuk Mbak” “Ya buuuuu, ayo Pak” sambil Naila menggandeng tangan bapaknya dan mengajak sang bapak duduk di depan ruang tengah. 30 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

“Adek Zulfa mana Mbak, kok tidak ada?” “Adek main Pak, oh ya Pak, Adek tadi mukul Mbak pas lagi tidur Pak, coba lihat Pak kakinya Mbak, sakit Pak” adu Naila kepada bapaknya. “Memangnya Mbak dan Adek berebut apa kok sampe Adek mukul Mbak?” “Mbak lagi bobok, terus kakinya dipukul sama Adek, katanya Mbak tadi minta susunya Adek” Shofia menimbrung pembicaraan Naila dan Sabiq. Sabiq pun hanya menggeleng-gelengkan kepala. “Zulfa….Zulfa….terus main kemana Zulfa, nanti jauh lho, sendiri lagi perginya?” “Paling ke rumahnya Vilan, biasanya juga ke sana kok Mas” lanjut Shofia. “Aku cari Zulfa dulu ya, takutnya nanti dia ambil jajan di tempatnya Vilan” Shofia kemudian bergegas pergi mencari Zulfa ke rumah Vilan temannya Zulfa, yang tidak jauh dari rumah Shofia. Benar saja Zulfa berada di rumahnya Vilan dengan memegang beberapa bungkus jajan, dan berlari karena melihat Shofia datang. “Adeeeekkkk, adek Zulfa ambil apa itu?” “Jajan Bu, ini…” Zulfa pun dengan pedenya memakan jajan yang ia ambil dari warung emaknya Vilan dan tanpa Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 31

merasa bersalah sedikitpun dia memamerkan jajan tersebut ke ibunya. “Zulfa, memangnya bawa uang, kok ambil jajan?” “Tidak, ibu yang bawa uangnya, heheheheheheee…..” “ Zulfa…Zulfa….besok lagi tidak boleh begitu, ibu ga mau lho kalau Zulfa begitu” “Ayo Bu kita pulang, ini buat aku di rumah, Mbak Naila tidak boleh minta, ini baut Adek semua ya bu?” “Iya buat Zulfa semua, tapi nanti boboknya sendiri, jangan sama Ibu ya?” “Kok sendiri Bu, ga mauuuu….!” “Kalau mau bobok sama Ibu, Mbak Naila dikasih satu jajannya ya?” “Yaaaaaa……!!” Shofia pun hanya tersenyum melihat tingkah putranya tersebut, sembari menyodorkan dua lembar seribuan ke Mbak Suti dan kemudian berpamitan dengan Mbak Suti. *** Sinar matahari pagi mulai menampakkan diri dengan sinarnya yang begitu indah, saat Shofia sudah asyik berkutat dengan pekerjaan rumah sebelum dirinya pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke tempat kerja, Shofia terlebih dahulu pergi ke pasar yang tidak jauh dari rumahnya, sekedar membeli kebutuhan dapur untuk esok hari. Dan hari ini 32 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

merupakan bulan kedua Shofia di SD Negeri Legetan. Setelah Shofia menyelesaikan pekerjaan rumah, akhirnya Shofia pun berangkat ke sekolah. Seperti biasa ia diantar oleh suami, karena kebetulan, suaminya sekarang sedang berada di Purworejo, sehingga ia tidak perlu buang waktu untuk jalan kaki menuju ke sekolah. Sesampainya di Sekolah Shofia mendapati kabar jika hari ini akan kedatangan guru wiyata baru lagi, namanya Yayuk. Ya dia masih satu pedukuhan dengan Shofia, namun karena Shofia sendiri jarang bertemu dengan Yayuk, sehingga mereka kurang begitu akrab. Tidak berselang lama, datanglah Yayuk melamar untuk menjadi tenaga pendidik di sekolah, kehadirannya disambut hangat oleh kami semua, terutama Shofia. Karena ia merasa sekarang ada teman sebayanya dan satu daerah dengannya, sehingga merekapun lebih cepat akrab. Yayuk pun langsung mulai bekerja di SD sejak hari itu, mengingat di sekolah Shofia, tidak ada tenaga admin, sehingga Mbak Yayuk sapaan akrabnya mulai bekerja sebagai tenaga administrasi di sekolah. Mbak Yayuk memang tidak memiliki jatah kelas, dikarenakan, semua kelas telah penuh, ditambah lagi saat itu belum berijasah S1 sehingga belum diberi kesempatan untuk memegang kelas. Teriknya sengatan matahari sudah tepat di atas kepala, ketika waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Tampak seluruh dewan guru dan karyawan SD Negeri Legetan pulang ke rumah. “Mbak Shofia dijemput atau bawa motor sendiri?” Tanya Mbak Yayuk kepada Shofia Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 33

“Owh….saya jalan kaki, Mbak Yayuk duluan saja, tidak apa-apa” “Kalau gitu bareng saya saja Mbak Shofia?” “Tidak Mbak, terima kasih atas tawarannya, lain kali saja Mbak.” “Yakin Mbak Shofia mau jalan?” “Iya Mbak, gak apa-apa kok, sudah biasa jalan, heheheheheeee…..” “Ya sudah kalau begitu, saya duluan ya Mbak Shofia.” “Ya Mbak, hati – hati.” Itulah awal mula kedekatan Shofia dengan Yayuk, meski tidak begitu intens, namun persahabatan mereka layak dikatakan tidak pernah mengalami masalah. Setelah hampir sebulan kedatangan Mbak Yayuk, ternyata ada calon guru olah raga yang berniat mendaftar di Sekolah juga. Namanya Beni Irawan dan biasa dipanggil Mas Beni. Benar saja, kedatangan Mas Beni sebagai guru olah raga memang sangat dibutuhkan. Akan tetapi kehadiran Mas Beni memang tidak bisa full seperti guru yang lainnya. Mas Beni masih menempuh Pendidikan S1 di jurusan olahraga khusus untuk sekolah dasar, sehingga Mas Beni hanya bisa mengajar di hari Sabtu saja. Meskipun demikian Mas Beni selalu menyesuaikan kehadirannya dengan teman-teman yang lain. Sejak kehadiran Mas Beni sebagai guru olah raga, anak-anak makin bersemangat dalam mengikuti kegiatan olahraga. Hampir 34 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

sembilan tahun SD Negeri Legetan tidak ada guru olahraganya, sehingga anak-anak selalu tidak sabar menunggu hari Sabtu. Seperti halnya pagi ini, jadwalnya anak kelas dua mengikuti kegiatan olah raga. “Pak Beni, kita nanti olah raga ya?” Tanya salah satu siswa kelas dua, disusul anak-anak yang lain dalam menyerbu pertanyaan ke Mas Beni. “Ya anak-anak, nanti kita olah raga ya” “Yeeeeeeeeeee…….. asyik……asyik…..kita olahraga, kita olahraga” Terdengan suara riuh di dalam kelas, karena kegirangan dengan jawaban dari Mas Beni, perihal akan dilaksanakannya kegiatan olahraga tersebut. Hari ini tepat empat bulan Shofia berada di SD Negeri Legetan, saat dimana sekolah mengadakan rapat sekolah perihal pelaksanaan UN. Tentu saja ini merupakaan pengalaman pertama Shofia dalam mempersiapkan segala sesuatunya bersama teman sejawatnya. Namun biasanya sebelum pelaksanaan UN sekolah terbiasa melakukan Try Out terlebih dahulu untuk pemanasan para peserta didik dalam menghadapi UN. Shofia mendapat tugas untuk mengoreksi soal PKn, tetapi karena belum berpengalaman, lembar penilaian yang seharusnya sudah terisi nilai diikut sertakan dimasukkan kedalam amplop lagi dan disteples. Hal ini membuat kebingungan semua guru terutama guru kelas enam, apalagi jam sepuluh siang harus disetorkan ke UPT. Akhirnya setelah beberapa saat Shofia baru inget jika lembar Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 35

penilaian yang telah ia isi dimasukkan kembali bersama soal yang seharusnya terpisah, dan tentu saja ini membuat para senoirnya tertawa. “Wah Mbak Shofia ini sudah lupa ya?” “Perasaan masih muda, sudah lupa saja, taruh barang” “Iya, maaf Bapak Ibu, saya pikir lembar penilaiannya dimasukkan lagi, hehehe….” “Tidak apa-apa Mbak Shofia, Namanya juga pengalaman pertama” Yah, namanya juga Shofia orangnya memang suka teledor, padahal baru saja dikoreksi soalnya sudah lupa saja dia. Shofia yang dengan segala kepolosan serta sikap yang apa adanya inilah yang membuat ia bisa lebih akrab dengan teman sejawatnya. *** Hari ini merupakan hari yang paling ditunggu oleh siswa kelas enam, dimana biasanya kalau sudah kelas enam dan selepas UN, mereka akan pergi tamasya. Sekedar melepas penat karena habis mengerjakan UN yang super menguras seluruh isi otak. Yaaaaa….hari ini kelas enam ceritanya melakukan perjalanan tamasya ke Owabong. Tidak lupa semua guru dan karyawan juga ikut serta, begitupun dengan Shofia. Bahkan Shofia turut serta mengajak kedua buah hatinya serta suaminya. Karena jatah kursi masih kosong, dan harus terpenuhi semua, maka Shofia pun mengajak keluarganya turut serta juga. Selama dalam perjalanan, terlihat dari raut wajah mereka sangat bahagia. 36 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Apalagi ketika mendengar cerita dari salah satu guru senior, jika ini merupakan kegiatan tamasya pertama untuk anak-anak ke wilayah bagian barat. Karena biasanya anak- anak hanya pergi ke Jogja dan tidak pernah ditawari untuk ke tempat lain. Setelah hampir tiga jam perjalanan, akhirnya rombongan SD Negeri Legetan sampai di lokasi Wisata Owabong. Anak-anak SD memang jarang bepergian jauh, sehingga mereka sangat terpesona melihat keindahan yang ditemui di sekitar lokasi wisata. Apalagi mereka berasal dari desa, dimana jarang sekali melihat berbagai macam wahana yang modern, seperti seluncur air, kemudian kolam renang yang luas. Sehingga mereka begitu gembira ketika sudah diperbolehkan masuk ke area taman bermain. Inilah yang paling dirasakan oleh Shofia, ia baru tersadar setelah hampir lima bulan berada di sekolah, ternyata menjadi pendidik itu sungguh membahagiakan. Ketika terlihat senyum bahagia keluar dari para peserta didiknya itu adalah sesuatu yang luar biasa. Apalagi ketika mereka memasuki Museum Reptile dan Museum Uang, mereka berbondong-bondong menyaksikan berbagai macam reptile. Terlihat sekali anak-anak mencatat semua hal yang mereka temui selama berada di dalam museum. Ternyata belajar tidak melulu di dalam kelas, akan tetapi di luar kelas pun kita juga bisa belajar tentang materi pelajaran yang sering kita jumpai di dalam kelas. Sehingga dengan diadakannya kegiatan tamasya ini bisa menambah wawasan peserta didik, terutama dalam hal berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 37

Setelah hampir lima jam berada di lokasi wisata, akhirnya kami serombongan segera bergegas pulang, supaya kami tidak terlalu malam sampai di rumah. Apalagi ini musim penghujan, pasti wali siswa sangat khawatir dengan keadaan anak-anaknya. Alhamdulilah setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam akhinya kami sampai di tempat, dan sudah terlihat banyak wali siswa yang menunggu kedatangan putra-putrinya. Tentu saja anak-anak langsung lari keluar bus. Mungkin karena sudah terlalu capek, sehingga mereka pun langsung lari ke orang tuanya, tidak lupa anak- anak juga berpamitan kepada para bapak dan ibu guru lainnya. Rasanya bahagia sekali ketika melihat mereka bisa tertawa lepas, karena hampir empat bulan mereka harus berjibaku dnegan persiapan UN. Sepertinya mereka sekarang sudah senang sekali karena hanya tinggal menunggu hasil UN keluar. 38 | Ali Hidayatim S.Pd.I., dkk.

Biografi Penulis Nama aslinya Samrotul Fuadah, S.Pd., lahir di Purworejo, 24 Maret 1982, menyelesaikan kuliahnya di STAIAN Purworejo dan di Universitas Terbuka, Sampai saat ini masih tetap setia tinggal di Purworejo bersama suami dan ketiga anaknya. Mbak Adah demikian ia akrab dipanggil, ia memiliki seabrek kegiatan di bidang organisasi. Ia juga merupakan Tenaga Pendidik di salah satu Sekolah Negeri di Kabupaten Purworejo dan kegiatan barunya saat ini adalah menulis. Goresan Pena Pahlawan Pendidikan | 39


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook