pengetahuan dan perkembangannya. Di MIN 2 Kulon Progo sudah dilaksanakan siswa yang berkualitas dalam hal iptek, kecerdasan siswa sebagian besar standar rata-rata. Di samping itu ditunjukkan dengan adanya life skil atau kemampuan untuk beradaptasi dan menunjukkan perilaku yang positif. Merujuk dari UU Pendidikan tersebut, bahwa pendidikan harus mengembangkan potensi peserta didik, salah satunya yakni dengan memberikan ketrampilan yang sesuai dengan keinginan dan karakter siswa yakni batik, yang merupakan salah satu kegiatan ekstra di MIN 2 Kulon Progo. Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh pelosok penjuru dunia. Batik Indonesia tidak hanya sekedar batik, melainkan mengandung makna simbolik yang melambangkan ciri khas dari setiap daerah di Indonesia. Bangsa Indonesia sendiri adalah bangsa yang besar dan terdiri dari banyak suku. Dari beragam suku tersebut muncullah beragam adat-istiadat, budaya, dan kultur lainnya. Salah satu unsur budaya tersebut adalah batik. Batik secara historis berasal dari suku Jawa. Walaupun hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki motif dan warna sesuai ciri khas daerah masing-masing. Itulah sebabnya, motif dan warna batik beraneka ragam. Pakaian batik menjadi bukti bahwa masyarakat Indoneia memiliki benih kreatif sejak dahulu. Masyarakat Indonesia mampu melakukan selective borrowing dari berbagai 142 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
teknik dan pola batik dalam meramunya menjadi sesuatu yang unik di negeri ini. Dilihat dari latar belakang sejarah, batik sangat erat hubungannya dengan Kerajaan Majapahit maupun juga kerajaan-kerajaan Islam di Jawa pada masa dahulu. Pengembangan batik dengan gencar berlangsung pada masa Kerajaan Mataram pada tahun 1600-1700-an. Pada kurun waktu itulah, batik dikenal diseluruh pelosok Jawa. Dulu, umumnya batik digunakan untuk keperluan upacara-upacara keagamaan maupun acara-acara dalam kerajaan. Sehingga pada waktu itu, batik banyak digunakan oleh para raja, bangsawan, dan abdi kerajaan. Penggunaan batik dalam kerajaan ini masih eksis sampai sekarang sehingga apabila anda berkunjung ke Keraton Solo dan Yogyakarta, Anda akan sangat mudah menemukan orang- orang yang menggunakan pakaian dari bahan batik. Pada mulanya, orang yang banyak melakukan aktivitas pembuatan batik dengan berbagai macam motif dan corak adalah para seniman keraton. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, batik sudah mulai keluar dari lingkungan kerajaan dan keraton. Awal tahun 1800-an, batik sudah banyak digunakan oleh para rakyat kebanyakan, terutama orang-orang di sekitar kerajaan. Sejak saat itu, batik sudah mulai menjadi ranah industri, terutama industri rumah tangga. Banyak sekali orang, terutama yang dekat dengan kerajaan, belajar teknik MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 143
pembuatan batik. Sehingga pada masa perkembangannya, batik manjadi kebutuhan sandang yang banyak dikonsums oleh seluruh madyarakat Indonesia. Pada tahap selanjutnya, baik kemudian menjadi ikon yang harus terus dipertahankan dan dilestarikan. Corak dan variasi batik yang diproduksi pun disesuaikan dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah. Sehingga, budaya bangsa Indonesia yang kaya dan beragam telah mendorongnya lahirnya berbagai variasi batik dengan ciri khas masing-masing. Sebagai bentuk pelestarian aset budaya bangsa, maka pemerintah Indonesia berusaha untuk mendaftarkan batik ke badan dunia UNESCO sebagai repsesentative list of intangible cultural heritage-UNESCO. Hasilnya, pada tanggal 2 Oktober batik dikukuhkan sebagai global ultural heritage yang berasal dari Indonesia dan pemerintah menetapkan hari tersebut sebagai Hari batik Nasional. Berkenan dengan itu, untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan batik, semestinya kita perlu mengajak masyarakat sosial untuk merespons batik agar dapat berkembang dengan baik. Artinya, unsur pemerintah serta berperan aktif dalam proses pengembangan ini. Untuk itu, sudah saatnya sebagai penerus bangsa ini, Anda mengembangkan budaya kerajinan batik Indonesia agar khas batik tidak hilang secara simbolik kultur dan budaya. Indonesia adalah bangsa yang besar. Jadi sudah semestinya, 144 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
kita, sebagai generasi bangsa ini, meneruskan budaya batik dengan cara mengembangkan dan melestarikannya. Di Kulon Progo juga sudah di patenkan batik geblek renteng yang setiap hari kamis wajib di pakai oleh siswa, guru dan pegawai di Kulon Progo. Di MIN 2 Kulon Progo batik mulai diperkenalkan mulai tahun 2010, dengan hasil produk yang belum maksimal. Seminggu sekali anak-anak berlatih dalam kegiatan ektra ini, mereka mengikuti kegiatan dengan telaten dan semangat, ini merupakan kunci dari keberhasilan pembatik. Hampir keseluruhan siswa optimis untuk mengikutinya, terbukti dengan antusias mereka, tidak kenal lelah. Seiring dengan berjalannya waktu, batik MIN 2 Kulon Progo mulai mengalami perkembangan. Hasil yang diperoleh cukup banyak, mulai dari sapu tangan, taplak, dan kain. Bahkan sudah adanya seragam batik hadroh yang dibuat oleh siswa. Lomba yang diadakan oleh gugus sering mendapatkan kejuaraan, bahkan di tahun 2015 juara 3 tingkat kabupaten. Mengenai perlombaan, pada tahun 2019 siswa kami Nafi‟atu Zahro atau biasa di panggil Nafi‟ mewakili kabupaten untuk maju tingkat propinsi. Ada 10 anak tiap kabupaten yang ikut andil dalam perlombaan ini, dan harus bersiang dengan 50 orang peserta dari seluruh propinsi. Ada suka duka dibalik lomba ini, ada seribu cerita untuk bisa meraih puncak dari perlombaan. Awalnya madrasah kami sering mengikuti lomba di Dinas Pendidikan MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 145
dan Olahraga, tetapi kami juga jarang untuk mendapatkan hasil yang terbaik, karena memang secara subyektif dari saya sendiri, bahwa madrasah beda dengan Dinas tersebut, kami juga memakluminya, karena kami madrasah memiliki induk tersendiri yakni Kementerian Agama. Sayangnya Kementerian Agama belum pernah mengadakan event perlombaan batik, meskipun batik merupakan budaya luhur yang harus dipertahankan. Alhamdulillah pada tahun 2019, MIN 2 Kulon Progo mendapatkan kesempatan untuk mendapatakan juara harapan 1. Bangga bisa mendapatkan kejuaraan meskipun belum yang pertama. Berhari-hari Nafi‟ berlatih terus menerus, bahkan di hari libur nafi berlatih dengan senang hati. Tentu tetap mendapatkan pendampingan secara langsung dari guru. Kenapa Nafi‟ terpilih untuk mewakili MIN 2 Kulon Progo? Di samping Nafi‟ seorang siswa yang cerdas, dia juga terampil dalam hal membatik. Hanya ada waktu kurang lebih sepuluh hari harus mampu bertanding tingkat propinsi. Awal latihan membatik yakni membuat pola, karena pola juga di nilai oleh dewan yuri. Motif yang di gunakan adalah kearifan lokal dari daerah Kulon Progo sesuai dengan tema yang disampaikan oleh panitia. Saya kemudian mengambil pola gambar pesawat, karena di Kulon Progo ada bandara baru yakni Yogyakarta Internasional Airport. Kemudian gapura binangun yang melambangkan pembangunan di daerah Kulon Progo terus mengalami 146 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
kemajuan. Ada juga geblek renteng merupakan simbol makanan khas dari daerah Kulon Progo. Kemudian buah naga yang merupakan buah yang ditanam oleh penduduk di daerah pantai yang dapat meningkatkan taraf ekonomi. Yang terakhir yaitu pohon mangrov, banyak ditanam di daerah pesisir pantai untuk menghalangi air laut yang naik ke darat. Selama latihan, Nafi sering meninggalkan kelas, karena waktu yang paling baik ketika masih pagi hari, supaya tidak lelah. Hanya sesekali saja ikut pelajaran karena mengikuti ulangan harian. Tangannya yang mungil dengan terampil menorehkan pada kain yang sudah dipola, yang terlebih dahulu ditiup supaya tidak terlalu panas agar tidak lumer ketika di gambarkan pada kain. Pada tahapan ini diulang sesering mungkin karena garis yang di lukiskan harus sama dengan garis yang lain. Ketebalan mempengaruhi hasilnya, bila kurang tebal maka berpengaruh pada pewarnaan yang akan tercampur. Nafi‟ juga berlatih pewarnaan, bagaimana bermacam- macam warna dalam satu kain tanpa tercampur satu dengan warna yang lain. Agak sulit belajar pewarnaan, tetapi Nafi‟ terus belajar dengan telaten. Dia harus hafal apa yang disampaikan guru tentang perbandingan dosis yang tepat, bila tidak warna akan pudar, bahkan hilang ketika di cuci. Setelah waktu yang ditentukan, akhirnya Nafi‟ melaksanakan lomba di Gedung pramuka Madukismo. Nampak peserta lomba dari lima kabupaten mulai berdatangan dengan membawa peralatan batik yang banyak MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 147
yaitu kompor, ember, canting dan plagrak. Selama 4 jamwaktu yang disediakan untuk membatik,dari awal samapai akhir, dari menggambar pola sampai merebus dan mencuci. Lelah nampak wajah Nafi‟ tetapi dia tetap semangat untuk menyelesaikan perlombaan ini. Andaikan aku bisa membantu, tetapi hal itu mustakhil karena panitia melarang pendamping untuk mendekati peserta lomba. Saya melihat- lihat sekeliling Nafi‟, betapa yang lain juga bagus-bagus dengan bervareasi warna, dengan tangan terampil mereka mulai membolak-balikkan kain dengan gaya yang telah diajarkan guru mereka. Semuanya bagus karena mereka juga pilihan. Saya hanya pasrah kepada Allah, dan sudah berusaha sebaik mungkin untuk melatih Nafi‟. Apapun hasilnya kami akan menerima dengan lapang dada. Kepada Nafi‟ kami juga tidak henti-hentinya untuk mengingatkan apapun hasilnya harus menerima dengan sportif. Setelah 4 jam, Nafi‟ selesai membatik, sungguh menakjubkan goresan canting yang halus, pewarnaan yang serasi dan sepadan. Dan panitia mengumukan satu jam lagi pengumuman kejuaraan, kami menunggu detik-detik itu. Setelah satu jam menunggu, akhirnya panitia mengumumkan menunda waktu pengumuman kejuaraan yang di laksanakan lewat Dinas masing-masing kabupaten. Akhirnya kami pulang dengan hati yang mendebarkan dan pikiran yang bercampur-campur. Kami sampai di MIN 2 Kulon Progo menjelang malam, demikian saya juga pulang ke rumah. 148 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Di pertengahan perjalanan saya mendapat kabar Nafi‟ juara harapan 1. Ya benar juara 4 di antara 50 peserta SD/MI. Bersaing dengan sekolah favorit, dengan guru batik yang sangat mumpuni, tetapi berkat kegigihan Nafi‟, akhirnya dia membawa nama harum Kulon Progo, karena satu-satunya peserta dari Kulon Progo yang bisa meraih kejuaraan. Nafiatu Zahra membawa nama harum MIN 2 Kulon Progo. Nafi‟ laksana mutiara yang berkilau diantara lembutnya pasir disekelilingnya. Karenanya MIN 2 Kulon Progo lebih dikenal oleh masyarakat secara luas dengan karyanya yaitu batik. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 149
Biografi Penulis Sri Handani Widiyaningrum, lahir di Pandowan Galur Kulon Progo. Pendidikan terakhir di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 1999. Saat ini mengajar di MIN 2 Kulon Progo Ada beberapa buku yang pernah ditulis: Indahnya Belajar Al- Islam (2020), Nguri-Uri kabudayan Jawa dengan Membatik (2020), Untaian Sang Pujangga (2020), Ayo Belajar Al-Islam (2020), Berita Indah Madrasahku (2020) Prestasi yang ia pernah peroleh yakni sebagai juara II Anugerah Konstitusi tingkat propinsi tahun 2017 dan tahun 2018. Pada tahun 2019 finalis lomba Anugerah Konstitusi tingkat nasional email: [email protected] 150 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Bagian Sebelas Anak-Anak Istimewaku Nurul Dwi Astuti Guru, adalah garda terdepan dalam dunia pendidikan. Guru mempunyai peran penting dalam mencerdaskan anak bangsa dan membentuk generasi yang berkualitas serta bermoral. Dengan generasi yang berkualitas dan bermoral diharapkan dapat membawa kemajuan yang positif untuk negara kita di masa mendatang. Atau dengan kata lain masa depan negara kita ditentukan oleh anak-anak kita saat ini. Itulah mengapa sekarang ini guru dituntut mempunyai nilai atau kemampuan lebih dalam berbagai hal. Guru bukan hanya bertugas untuk mentransfer pelajaran, guru juga bukan lagi sosok utama di dalam kelas dan mencekoki siswa dengan berbagai muatan pelajaran. Tapi guru harus mampu memberikan dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. Tantangan menjadi guru pun sangat beragam, apalagi di era digital kali ini. Dan juga dalam keadaan di tengah pandemi yang tak kunjung selesai ini. Dimana guru dituntut MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 151
untuk tetap memberikan pembelajaran bagi siswanya namun siswa belum diizinkan untuk masuk ke sekolah. Anak terlalu lama tidak bertatap muka dengan guru, hanya dengan pembelajaran jarak jauh yang belum ada kejelasan kapan akan berakhir. Tidak hanya ekonomi yang seakan lumpuh, dunia pendidikan pun lumpuh dan seolah menjadi masa pembodohan bagi generasi bangsa. Sekolah-sekolah dan universitas yang ditutup selama berbulan-bulan, anak-anak yang belajar jarak jauh tetap akan berbeda hasil outputnya ketika anak dijelaskan oleh guru mereka di dalam kelas. Tugas melalui internet menjadi alasan anak untuk meminta dibelikan kuota internet dan bermain handphone setiap saat. Bahkan ada yang bermain handphone selama berjam-jam dengan alasan mengerjakan tugas, padahal mereka sibuk bermain game atau sekedar berselancar di dunia maya. Banyak anak yang memanfaatkan keadaan pandemi ini untuk mendapatkan fasilitas dari orang tua, meskipun masih banyak juga anak-anak yang jujur. Banyak orang tua yang mengeluh karena tidak sanggup lagi menemani anak mengerjakan tugas-tugasnya setiap hari. Banyak dari mereka yang merasa kewalahan dan tidak bisa mengajari anak-anaknya, karena mereka merasa pembelajaran dulu dan sekarang sangat berbeda. Banyak juga dari para orang tua yang pendidikannya hanya sampai sekolah dasar sehingga tidak sanggup mengambil alih peran guru di sekolah. Orang tua menjadi tidak sabar ketika menggantikan tugas guru untuk mengajarkan pembelajaran kepada anak-anak mereka. Menghadapi anak-anak mereka 152 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
dengan berbagai karakter yang berbeda, harus memaksa mereka untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas setiap harinya. Hingga tidak jarang terjadi perselisihan dan pertengkaran antara anak dan orang tua karena adanya tugas selama anak melaksanakan BDR (Belajar dari Rumah) ini. Anak-anak juga banyak yang mengeluh dan ingin segera kembali ke sekolah. Mereka ingin bertemu dengan guru-guru mereka dan juga bertemu dengan teman-teman mereka. Selain itu, ada dari beberapa anak yang mengeluh tidak mendapat uang jajan ketika mereka tidak sekolah, sehingga mereka sangat menginginkan untuk segera masuk sekolah kembali. Anak-anak sudah bosan ketika harus terus diam di rumah dan tidak sekolah. Mereka bosan dengan keadaan yang tak kunjung berubah dan masih tetap harus di rumah saja. Mereka rindu menikmati masa-masa indah mereka di sekolah, rindu berlarian kesana kemari di halaman sekolah, rindu bermain bersama teman-teman mereka. Keadaan yang entah kapan akan dimulai. Pemerintah pun masih belum tahu dan belum dapat memutuskan kapan akan membuka kembali sekolah. Karena semakin hari pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 pun semakin meningkat tajam, bukan melandai namun semakin menanjak. Hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, masih banyak yang enggan menerapkan protokol kesehatan, dan masih banyak yang acuh serta tidak peduli terhadap keselamatan orang lain. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 153
Kita hanya dapat berharap dan terus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa semoga pandemi ini segera berakhir, dan keadaan kembali pulih sehingga semua segi kehidupan akan kembali normal. Ekonomi kembali bangkit, dan anak- anak sekolah kembali dapat merasakan belajar di sekolah, mereka kembali mendapatkan pendidikan dengan baik. Karena walau bagaimanapun tatap muka di sekolah memiliki peran yang besar bagi anak. Karena banyak anak yang lebih menurut perkataan gurunya daripada perkataan orang tua mereka sendiri. Sehingga orang tua semakin banyak yang mengeluh karena susah dalam mengontrol anaknya sendiri. Tidak sedikit anak yang berkurang sopan santunnya karena terlalu banyak bermain-main saja selama berbulan- bulan di tengah pandemi ini. Oleh karena itu, keadaan pandemi yang berkepanjangan ini tentu sangat merugikan banyak pihak. Anak menjadi semakin bodoh serta tidak berkontrol, dan dengan generasi yang tidak berkontrol apa kabar Indonesia dimasa mendatang? Tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan ini sangat mempengaruhi pola perilaku generasi kita, mereka yang jarang belajar dan lebih banyak bermain membuat mereka sudah sangat bosan ketika akan memulai lagi untuk belajar. Dan kita hanya bisa berharap semoga hal tersebut tidak berpengaruh yang fatal terhadap masa depan negara kita. Banyaknya permasalahan yang terjadi ketika pembelajaran jarak jauh tetap dilaksanakan, juga harus menjadi catatan penting bagi pemerintah dan semua pihak yang terkait. Banyak anak yang kesulitan ketika pembelajaran 154 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
melalui media sosial karena keterbatasan alat komunikasi. Termasuk susahnya sinyal di tempat tinggal, dan juga minimnya kuota internet yang dimiliki menjadi hal yang sering dikeluhkan. Apalagi di daerah-daerah terpencil maupun di daerah pegunungan, sehingga pembelajaran dengan cara ini dirasa cukup tidak efektif. Guru-guru yang melakukan home visitke rumah siswa pun tetap memiliki banyak permasalahan sehingga menjadi tidak efektif untuk dilaksanakan. Rumah-rumah dengan jarak yang terlalu jauh, sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan juga kegiatan tersebut akan membebani tuan rumah adalah sebagian kecil permasalahan yang terjadi jika tetap dilakukan home visit. Itulah sedikit permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan kita saat ini, bukan hanya di Indonesia saja namun juga terjadi di banyak negara yang menjadi korban keganasan virus Covid-19. Ketika sekolah mulai dibuka, ada guru maupun siswa yang terkonfirmasi positif sehingga akhirnya sekolah kembali ditutup demi kenyamanan dan kesehatan banyak pihak. Pembelajaran kembali dilanjutkan dengan pembelajaran jarak jauh, dengan tidak mengumpulkan siswa di sekolah. Siswa cukup ke sekolah untuk mengambil dan mengumpulkan tugas saja, atau dengan diwakili oleh wali muridnya. Kebijakan tersebut diambil demi kenyamanan semua pihak dan agar tidak menimbulkan kerumunan di sekolah. Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan tentunya, agar tetap tercipta keamanan dan tidak menambah jumlah korban yang positif tentunya. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 155
Menjadi guru adalah panggilan hati dan saya bangga karena bisa ikut berperan dalam mencerdaskan anak bangsa. Dengan berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan tentu tidak menjadi suatu halangan bagi saya. Jika kita ikhlas dalam melaksanakan semua tanggung jawab dan pekerjaan kita tentu semua akan terasa ringan dan menyenangkan. Masalah bukanlah halangan untuk kita dalam berkarir dan berjuang demi mencerdaskan generasi bangsa. Karena dalam kehidupan kita ini, sejatinya semua adalah cobaan dari Allah SWT. Setiap manusia yang hidup pasti akan mendapat cobaan sebagai bukti kasih sayang kepada hambaNya dan agar naik ke level berikutnya. Oleh karena itu kita tidak perlu bersedih dan menyerah terhadap permasalahan yang kita hadapi karena Dia juga menawarkan solusi dari segala permasalahan dan ujian yang kita terima. Guru di era digital seperti ini dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan khususnya dalam bidang Informasi dan Teknologi (IT). Agar guru mampu memberikan pembelajaran dengan berbagai metode dan media pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih menyenangkan. Bukan guru yang menjadi tokoh utama dalam pembelajaran di kelas, namun siswa yang dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan sering terjadinya perubahan kurikulum, diharapkan proses pembelajaran semakin baik dan terus meningkat. Siswa diharapkan dapat lebih mandiri dalam proses belajar dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada di sekolah sebagai sarana penunjang dalam proses pembelajaran. Diharapkan 156 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
siswa dapat lebih kritis dan kreatif sehingga masa depan Indonesia akan cerah di masa mendatang berkat tangan- tangan terampil generasi muda kita saat ini. Anak-anak adalah aset bangsa, generasi penerus yang akan menentukan masa depan negara kita. Baik buruknya negara kita di masa depan tergantung bagaimana generasi muda kita saat ini. Dengan generasai yang kuat, kokoh, santun, berakhlak mulia dan penuh kreatifitas diharapkan muncul pemimpin-pemimpin masa depan yang adil dan bermoral. Sehingga permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini tidak akan terulang kembali di masa mendatang. Untuk itu kita sebagai pendidik perlu bekerja ekstra untuk menyukseskan pendidikan generasi muda saat ini. Kelak masa depan negara kita cerah dengan banyaknya orang-orang yang pintar, berakhlak, bermoral dan mampu menjadi pemimpin yang adil serta bijaksana. Bukanlah tugas yang ringan untuk dapat mencapai semua itu, namun semua itu menjadi bagian tanggung jawab yang harus kita emban. Kita laksanakan dengan sepenuh hati serta penuh keikhlasan agar apa yang kita harapkan dapat terwujud atas ridhoNya. Dan agar kita dapat menjalankan segala amanah kita dengan baik sehingga memberikan keberkahan untuk semuanya. Saat ini, tahun ke dua saya mendapat amanah untuk mengajar siswa kelas V di sekolah tempat saya bekerja saat ini. Saya yang baru kurang lebih 1,5 tahun menjadi guru di sekolah ini. Saya yang belum terlalu mengenal jelas anak-anak di kelas V saat ini, karena terhalang keadaan pandemi yang membuat perjumpaan kita terbatas. Sehingga saya belum MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 157
sepenuhnya hafal dengan karakter mereka. Namun, anak- anak di kelas V biasanya adalah anak-anak yang istimewa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak-anak dengan usia kurang lebih 10-11 tahun, dimana mereka sedang dalam masa pencarian jati diri mereka. Mereka dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, dengan sifat penurut dan pembangkangnya yang sedang memuncak. Sehingga perlu pendampingan dan pengawasan yang lebih, dalam pergaulan serta aktivitas mereka. Perlu kesabaran yang ekstra ketika mendampingi dan mengajar dihadapan mereka. Karena diusia itu banyak diantara mereka yang bisa dikatakan berani pada guru mereka, apalagi pada guru yang masih muda. Mereka menganggap guru seperti teman sendiri sehingga terkadang berani untuk menggoda guru mereka. Namun tidak semuanya yang demikian, hanya beberapa saja, yaitu anak yang paling istimewa tingkat keaktifan mereka di kelas, atau bisa disebut pimpinan geng di kelas. Hampir disemua kelas pasti ada anak yang demikian, yang menjadi leader dan ditakuti oleh teman-temannya. Berdasarkan pengalaman yang saya jalani dari tahun 2016 menjadi guru wiyata bhakti, paling membutuhkan kesabaran adalah mengajar kelas I dan kelas V. Diantara kedua kelas tersebut adalah kelas yang menurut saya istimewa. Istimewa dengan segala tingkah mereka, dengan segala kenakalan mereka, dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka, dengan segala sikap mereka. Anak-anak bagi saya selalu istimewa, selalu menyenangkan, penuh kejutan, dan penuh dengan pembelajaran yang dapat saya 158 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
petik ketika menemani mereka belajar. Segala tingkah mereka yang sering membuat tertawa, sering juga membuat jengkel, namun semua itu wajar kenakalan anak sesuai usianya. Mengajar anak-anak istimewa tentu meninggalkan bekas dalam diri kita, entah itu yang membuat kita tersenyum maupun yang membuat kita merasa jengkel. Dimana dalam setiap kelas tentu saja akan selalu ada anak yang menonjol baik dan menonjol kurang baik. Namun semua itu adalah sebuah pengalaman berharga bagi kita yang akan kita kenang terus selama menjadi pendidik. Pengalaman yang paling berkesan bagi saya dalam mengajar adalah satu tahun kemarin, dimana saya mengajar kelas V dengan jumlah murid 32 anak. Saya yang terbiasa mengajar anak dengan jumlah hanya 5-10 anak di setiap kelasnya, kini berubah drastis. Bertolak belakang dari sekolah tempat mengabdi di kota istimewa dulu, 32 anak kelas V, anak-anak yang penuh keistimewaan. Mereka yang sudah bukan anak polos lagi, meskipun anak desa namun ada beberapa dari mereka yang salah bergaul. Beberapa diantara anak laki-laki yang suka nongkrong setiap pulang sekolah sampai malam hari, pergaulan mereka dengan anak-anak SMP ataupun SMA. Dari sejumlah 32 siswa di kelas, hanya ada 10 siswa perempuan dan selebihnya 22 anak siswa laki-laki. Sehingga masuk kelas akan berasa masuk pasar, dimana siswa perempuan yang mayoritas pendiam hanya akan diam atau berteriak diganggu siswa laki-laki. Dan semakin sering MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 159
mereka berteriak atau menangis malah akan semakin membuat para pemimpin kelas merasa senang. Sedangkan siswa laki-laki lebih suka bereksplorasi bermain musik dengan alat seadanya, seperti meja, kursi, botol, sapu, atau apapun yang ada di kelas dan dapat menghasilkan suara. Di kelas ada satu anak sebagai pemimpin, atau bisa dibilang ketua geng yang ditakuti semua anak, baik perempuan maupun laki-laki. Sebut saja nama anak tersebut Ardi. Setiap kali Ardi mengatakan suatu hal, maka semua anak di kelas akan menurutinya dan tidak aka nada yang berani membantahnya. Bahkan mereka lebih segan terhadap Ardi daripada kepada gurunya sendiri. Mereka merasa takut jika tidak mengikuti perkataan Ardi, takut akan mendapatkan hukuman dari Ardi, takut jika tidak akan ada lagi yang mau berteman, karena Ardi adalah pemegang semua kendali di kelas. Bahkan pertama masuk saja saya sebagai guru sudah dibohongi oleh mereka. Ketika perkenalan di awal pertemuan, mereka mengaku dengan nama yang berbeda, bukan nama mereka sebenarnya, bahkan 1 nama diaku oleh beberapa anak menjadi namanya. Tidak diragukan lagi jika guru mereka di kelas sebelumnya sering dibuat menangis oleh kelakuan mereka. Namun sebagai guru muda, itu tidak akan menjadi halangan yang berarti bagi saya, saya harus lebih bisa menakhlukkan mereka, bukan dengan kekerasan tentunya. Meskipun saya belum punya pengalaman yang banyak karena masa kerja saya yang belum seberapa, namun saya adalah guru muda yang tentunya lebih banyak pembelajaran dalam perkuliahan yang saya terima yang dapat 160 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
saya terapkan dalam mendidik mereka. Banyak strategi, banyak metode pembelajaran yang lebih terkini yang saya terima daripada guru yang sebelumnya. Oleh karena itu saya yakin mampu menakhlukkan mereka dan dapat membuat mereka menjadi anak yang penurut dan lebih baik, dengan pendekatan yang tepat tentunya. Sejak di kelas sebelumnya Ardi dan gengnya merupakan anak-anak yang sering menjadi sorotan di sekolah. Bahkan orang tuanya pun sudah sering dipanggil ke sekolah karena kelakuan anak mereka. Namun saya tidak pernah takut untuk menghadapi mereka, saya malah merasa tertantang untuk dapat menakhlukkan mereka, atau setidaknya dapat membuat mereka lebih bersikap manis. Mereka bukan anak-anak yang nakal, namun bagi saya mereka adalah anak-anak yang istimewa, anak-anak yang butuh perhatian khusus. Mereka anak istimewa dengan kemampuan, bakat dan kelakuan masing-masing yang hanya butuh kita dampingi dengan baik, dan bukan dengan kekerasan. Karena mereka malah akan semakin berontak dan semakin menolak jika kita mengarahkan mereka dengan kekerasan. Karena saya selalu yakin, sekeras apapun hati mereka tetap akan dapat ditakhlukkan dan akan melunak seiring dengan mereka yang merasa nyaman dengan kehadiran kita. Hingga tepat dipertambahan umur saya di tahun ini, anak-anak yang sangat keras dan banyak menjadi sumber keributan itupun bisa bersikap manis dan merencanakan hal yang mengejutkan bagi gurunya. Mereka menyiapkan sebuah MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 161
pesta kecil di kelas dengan berbagai hiasan di kelas, dengan kue ulang tahun yang cantik dan dengan kado yang mereka pilihkan untuk gurunya. Mereka bekerja sama untuk membersihkan dan menghias kelas, bahkan mereka sudah mengumpulkan uang kas bersama sejak lama untuk merayakan pertambahan ulang tahun gurunya itu. Suatu hal yang sangat manis bagi saya, yang akan selalu terngiang dan teringat hingga tua nanti. Bahkan Ardi si pemimpin geng pun tidak hanya diam, namun ikut serta mempersiapkan semuanya, bahkan dia yang menjadi penggagas kejutan untuk guru mereka.Sungguh terharu dan tersentuh hati ini ketika mendapati anak-anak istimewaku begitu perhatian dan sangat kompak dalam kebaikan. Meskipun menurut beberapa orang guru mereka nakal, namun menurut saya mereka adalah anak-anak yang istimewa, hanya bagaimana cara kita memperlakukan mereka, dengan penuh amarah atau dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Mereka juga bisa menjadi anak yang baik, penurut dan juga berprestasi. Bahkan Ardi pun tetap masuk ke dalam peringkat lima besar di kelas. Itu berarti bukan dia yang anak nakal, hanya bagaimana kita mengarahkan dan bersikap. Karena kekerasan tidak bisa kita lawan dengan kekerasan juga, namun kita lawan dengan kelembutan. Selain anak istimewa kearah negatif, ada juga beberapa dari mereka yang istimewa karena prestasinya. Setahun menjadi wali kelas 5, saya beruntung dan bersyukur karena berhasil mendampingi anak mengejar prestasinya. Sebut saja mereka Imam, Tiara, dan Evita. Mereka adalah 3 kandidat 162 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
yang saya pilih untuk mengikuti perlombaan OSN maupun LCC. Di perlombaan OSN, Imam dan Tiara berhasil membawa nama baik sekolah dan membawa pulang kejuaraan tingkat kecamatan dan mewakili kecamatan untuk maju ke tingkat kabupaten. Meskipun belum beruntung di tingkat kabupaten, namun adalah suatu kebanggan dapat membawa mereka menunjukkan kemampuannya dan mengharumkan nama sekolah. Dan pastinya menjadi semangat mereka ketika mampu memberikan yang terbaik untuk sekolah, sehingga mereka akan lebih rajin lagi dalam belajar agar terus mampu mencetak prestasi. Selain maju dalam perlombaan OSN, saya juga mendampingi mereka untuk maju dalam perlombaan LCC, namun saya tambahkan Evita sebagai salah satu peserta. Kolaborasi yang pas menurut saya, dimana diantara ketiganya mempunyai keistimewaan tersendiri sesuai mapel kesukaannya. Imam si ahli matematika, Tiara si ahli ipa, dan Evita si ahli mapel umum. Dan dalam perlombaan ini saya hanya minta kepada mereka agar mau berjuang bersama untuk memberikan hadiah terakhir untuk ibu kepala sekolah kita yang pada saat itu akan segera purnatugas. Saya hanya berpesan jika bisa, kita berikan 1 piala lagi untuk beliau, dan saya hanya menargetkan kepada mereka setidaknya masuk 3 besar tingkat kecamatan saja sudah cukup. Namun atas kehendak dan izin Allah mereka mampu menjadi yang terbaik di tingkat kecamatan, mampu meraih peringkat pertama dan berhasil mewakili kecamatan untuk maju dalam LCC ke tingkat kabupaten. Sungguh suatu MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 163
prestasi yang membanggakan dan membuat saya semakin terharu. Mereka yang mau bekerja keras dan mewujudkan mimpi kita bersama, mempersembahkan piala terakhir di masa kepemimpinan ibu kepala sekolah sebelum akhirnya beliau menikmati masa purnatugas. Namun semua itu menjadi gagal, karena pandemi segera menyerang bumi pertiwi. Hingga akhirnya anak-anak harus menjalani belajar dari rumah (BDR) yang belum tahu sampai kapan akan berakhir. Dan perlombaan yang semula sudah dijadwalkan dengan matang pun akhirnya harus ditiadakan dikarenakan keadaan yang belum membaik dan demi kebaikan semua orang. Namun semangat mereka tidak pernah padam, bahkan mereka masih sering minta untuk belajar lagi, untuk meminta soal LCC lagi, mereka masih ingin berlomba. Mereka masih sering rindu suasana lomba, sungguh hal yang tidak terduga. Anak-anak istimewaku meninggalkan kesan yang mendalam, dan sekarang di kelas yang baru semoga mereka juga bisa menjadi semakin baik lagi. Meskipun kita terhalang pandemi sehingga tidak bisa bertatap muka, namun semoga semangat belajar mereka tetap membara sehingga tetap terus berprestasi. Itulah kisah tentang anak-anak istimewaku, anak-anak dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka, anak-anak dengan segala kekuatan dan kelemahan mereka. Semua anak adalah istimewa, mereka terlahir dengan segala bakat masing-masing dan tergantung bagaimana kita bersikap terhadap mereka. Kekerasan dan kemarahan tidak akan selamanya menjadi 164 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
jalan untuk mengubah dan membawa mereka ke jalan yang benar, namun kita juga harus memberikan kelembutan dan kasih sayang, agar tercipta hubungan yang nyaman antara guru dan siswa. Sehingga mereka juga dapat bersikap hormat kepada kita dengan kemauan sendiri, bukan karena keterpaksaan ataupun ketakutan. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 165
Biografi Penulis Nurul Dwi Astuti, S.Pd.I. saat ini dia bekerja sebagai guru kelas V di SDN 01 Banjarsari Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan. Pengalamannya mengajar bisa dikatakan masih seumur jagung.Wanita 28 tahun itu kini sedang berjuang mencerdaskan anak bangsa di Kabupaten Pekalongan. Pengalaman pertamanya merantau diusia yang sudah tidak lagi muda. Menulis adalah hobi barunya, dimana dia bisa mengungkapkan isi hatinya lewat bahasa tulisan. Dia bebas menuliskan segala isi hati yang tidak bisa dia ungkapkan secara langsung. Meskipun dia tidak mempunyai ilmu yang mumpuni tentang dunia sastra, namun dia tetap semangat dalam menulis. Dia mencoba ikut dalam lomba-lomba kepenulisan, seperti lomba menulis puisi ataupun cerpen. Meski belum beruntung untuk menjadi juara, namun hal itu 166 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
menjadi pengalaman yang baru dan pijakan yang bagus dalam mengasah kemampuannya menulis. Ingin mengenal lebih jauh dengan Nurul Dwi Astuti? Fb : Nurull Dwi Astuti WA : 085725580832 Instagram : nuruldwia39 Email : [email protected] MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 167
Bagian Dua Belas Generasi-Generasi Emas Heni Wijayanti Berawal saat aku mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kaligawe kelas 2. Ada murid yang bernama Zakiah Az Zahra anak yang sangat supel dan sangat dekat dengan teman-temannya. Anak yang cerdas dan sangat dekat dengan guru, angkatan teman-temannya banyak yang pintar sehingga enak dalam mengajarnya. Zahra menjadi asistenku dalam mengajar karena setiap menerima pelajaran Zahra langsung paham. Akhirnya dia menerangkan ke temannya yang belum paham sehingga ada jembatan antara guru dan temannya. Zahra selain cerdas dalam pelajaran dia anak yang multitalenta pintar tilawah dan dia menjuarai lomba tilawah tingkat kecamatan. Tahun berganti tahun sehingga diujung kelas 6 pelajaran terasa semakin berat. Menghadapi ujian sebagai wali kelas 6, bagaimana harus mempunyai strategi dalam 168 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
menyampaikan materi dan bisa diterima oleh murid. Seperti hal yang biasa aku dilakukan sebagai wali kelas 6 sebelum ada ujian selalu ada kisi-kisi ujian. Dari situlah aku merangkum materi dan anak-anak aku suruh menghafalkan sehingga mereka akan mudah menghadapi ujian. Karena materi ujian dari kelas 4,5 dan 6, dengan dirangkumkan mereka lebih fokus dalam belajar dan lebih praktis. Setiap usaha pasti tidak ada yang sia-sia karena adanya ikhtiar dan diiringi dengan doa. Ujian madrasah mapel SKI ananda Zakiah Az Zahra mendapatkan nilai 100 nilai yang sempurna dalam pencapaiannya. Bahkan ada guru negeri yang tidak percaya dari madrasah swasta bisa nilai 100. Ada guru yang di MIN Negeri yang masih saudara dengan Zahra bilang, memang anaknya pintar . Ada rasa puas dan senang bahwa yang kita usahakan membawakan hasil. Banyak angkatan Zahra mereka meneruskan ke pondok pesantren, ada yang ke daerah Klaten, Solo, Yogya dan Gunung Kidul. Zahra melanjutkan ke SMPIT IBNU ABBAS dan sekarang dia sudah menjadi mahasiswa dan menghafalkan Al Quran. Teruslah menuntut ilmu nak berilah manfaat pada orang-orang disekitarmu. Tumbuhlah menjadi anak yang sholihah cerdas dan berahlaqul karimah, bejo dunyo akhirat berguna bagi nusa bangsa dan agama. Salma Kholidia Kholifah anak yang pendiam dan tidak punya suara. Dengan sering mengajak dia ngobrol, akhirnya dia bisa bersosialisasi dengan temannya. Anak yang rajin lulus madrasah ibtidaiyah melanjutkan ke Pondok Pesantren Pandanaran dan sekarang masih belajar di Pondok Pesantren MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 169
An Nur. Cita-citanya untuk menjadi hafidzoh semoga segera terwujud. Tuntutlah ilmu setinggi langit dan Allah akan memudahkan setiap langkah. Tumbuhlah menjadi anak yang sholihah bejo dunyo akhirat cerdas dan berakhlaqul karimah berguna bagi nusa bangsa dan agama. Salsabila dan Cyintia anak yang mempunyai kemampuan yang cepat dalam menghafal pelajaran feling. Seirang waktu guru selalu mengarahkan anak tersebut untuk lebih maju kedepannya. Aku selalu bilang agar setelah mereka lulus melanjutkan ke pondok pesantren dan menjadi hafidzoh yang bermanfaat dunai dan akhirat. Ummu Sholihah muridku yang di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Meger anak yang mempunyai kemampuan multitalenta, cerdas dalam segala pelajaran. Anaknya yang pendiam dan tertutup membuatku kadang mengajaknya untuk sharing dan berusaha menjadi sahabat yang baik untuk saling berbagi. Kemampuan dalam membuat hasil karya sangat lihai. Begitu nyaman dia bersama gurunya bahkan disaat dia sudah masuk SMP. “Bu Heni pindah ngajar ke SMP aja, karena aku belum menemukan guru seperti bu heni” katanya. Kedekatan dengan murid adalah kebiasaanku untuk lebih memahami karakter mereka. Ummu sebagai rujukan teman-temannya dalam sharing, menyelesaikan masalah pelajaran yang mereka anggap sulit. Dia selalu dengan sabar 170 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
membimbing teman-temannya dalam menyelesaikan tugasnya. Arya Bayu anaknya suka otak-atik dengan peralatan listrik. Saat ini duduk di STM Senden jurusan listrik. Metode yang aku ajarkan umtuk mapel IPA biasanya anak aku suruh untuk menghafal materi IPA. Sehingga kalau mereka menghafal anak bisa memahami soal khususnya IPA. Ternyata setiap usaha tidak mengkhianati hasil. Ujian Nasional (UN) tiba yang waktu itu soal IPA pilihan ganda dengan bobot nilai satu nomer 2,5. Bayu bisa mencapai nili IPA 9,75, nilai yang hampir sempurna. Ada rasa senang disaat anak didiknya berhasil dalam ujian, apalagi UN. Karena setiap ikhtiar dan doa adalah cara kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT supaya diberikan kemudahan. Rizki dan Ferdi adalah anak yang spesial disaat aku menjadi wali kelas 5. Mengapa mereka spesial? Karena mereka membaca masih terbata-bata. Akhirnya aku mempunyai misi menuntaskan mereka berdua untuk bisa membaca karena kunci anak bisa memahami soal itu dengan bisa membaca. Dengan ketlatenan aku berusaha membimbing mereka untuk belajar membaca disela-sela pelajaran. Disaat anak-anak mengerjakan soal mereka aku panggil ke depan untuk belajar membaca. Akhirnya dengan hadiah yang akan aku berikan pada mereka kalau bisa membaca yaitu uang Rp. 20.000,- dan menyembelih seekor ayam. Dengan penuh semangat dan tanggung jawab mereka berlatih secara kontinyu. Akhirnya mereka bisa membaca, dan akhirnya aku hadiahkan apa yang telah kujanjikan. Betapa mereka sangat MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 171
senang dengan semua itu. Hal yang terkecil membuat anak bahagia itu adalah kebahagiaan tersendiri buat gurunya. Azhari adalah anak yang mendapat julukan trobel maker, tapi bagiku itu hanya perlu dikaji saja. Sehingga ini yang menjadikan aku sebagai guru harus tahu bagaimana cara memahami karakter anak ini dan bisa lebih memahami sebenarnya dia anak yang seperti apa. Disela-sela waktu aku selalu mengajak dia shering dan berbagi pengalaman dengannya. Aku contohkan anak yang mendapat julukan trobel maker itu bisa dihilangkan dari dirinya. Akhirnya aku putuskan untuk merubahnya. Aku cari sisi lain dari Azhari, anaknya memang usil tapi dia sebenarnya cerdas, karena salah pergaulan saja dia menjadi seperti itu. Sebagai guru sekaligus ibu aku berusaha untuk memahami karakternya. Aku sering memotivasinya. “Kamu harus buktikan kalau kamu bisa mengaji dan bisa berubah agar orang tidak hanya memandangmu sebelah mata” kataku memberi semangat. Akhirnya semua itu terbukti, dia bisa membaca Al Quran dan menjadi anak yang tidak usil lagi. Orang akan berfikiran lain, tidak memandang anak dari sudut yang berbeda dan orang tuanya sangat senang dengan adanya perubahan pada dirinya. Makanya kita sebagai guru janganlah memandang anak dari sudut pandang yang berbeda tapi kita harus melihat dari segala pandangan. 172 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Izudin Al Qosam, aku mengenalnya dikelas 5 karena dia adalah murid pindahan dari madrasah lain. Menurut guru yang mengajarnya dulu anaknya sangat pendiam dan kurang bersosialisasi. Akhirnya aku berusaha mendekatinya dan mengajaknya ngobrol, ternyata anaknya asyik, suka bercerita. Dia sering sekali terlambat dijemput uminya yang mengajar di TK IBNU ABBAS. Setelah pulang sekolah dia ikut uminya mengajar di pondok. Ternyata Izud sangat disukai anak-anak dan pandai momong (bahasa jawa). Dia suka membantu anak- anak bermain kuda dan membantu pelatih untuk bermain kuda. Setelah lulus kelas 6 Izud meneruskan ke Pondok Pesantren Muharikun Najah. Ternyata kehidupan di pondok merubah kebiasaannya, kedekatan dengan Allah dia rasakan. Akhirnya suatu hari dia datang ke rumah dan meminta maaf kepadaku kalau selama menjadi muridnya belum bisa menjadi anak yang baik. Airmata ini berlinang, Ya Allah anak yang begitu penurut bisa mengatakan kalau belum bisa menjadi anak yang baik. Dia juga bilang, apa yang aku katakan saat di madrasah ternyata benar. Kehidupan di pondok memang membuat orang tua ayem karena kedewasaan anak akan terlihat setelah dia berada di pondok, ada hubungan ilahiah dengan Allah yang begitu dekat. Orang tua Izud sangat tersentuh dengan perubahan semua yang ada pada dirinya karena dia adalah anak laki-laki yang akan menjadi pengganti ayahnya kelak. Muhammad Ghozy Aslam anak pertama yang mempunyai rasa tanggung jawab. Inilah salah satu muridku MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 173
yang selalu berdiskusi dengan gurunya. Anaknya sangat kritis sekali, apalagi dengan pelajaran kita saling beragumentasi. Kemampuan menghafalnya sangatlah cepat sehingga aku saranankan untuk melanjutkan ke pondok pesantren. Alhamdulilah setelah lulus dari MI dia melanjutkan ke pondok pesantren tahfidz. Semoga kelak aslam menjadi anak yang sholih, hafidz Al Quran dan menjadi kebahagiaan orang tuanya. Nikita Khairany Sunarya juga anak yang multitalenta dalam segala hal. Anak yang supel dan mempunyai sopan santun, anaknya cerdas dalam segala mata pelajaran dan sering aku ajak shering dan berbagi ilmu dengan temannya yang belum bisa. Akhirnya pembelajaran bisa tersampaikan dengan baik, selalu mencari solusi bagaimana belajar yang baik dan menyenangkan. Dia mempunyai kemampuan berpidato sehingga dia menjuarai lomba pidato, diantaranya juara pidato tingkat kecamatan dan kabupaten. Selain jago berpidato dia juga jago dalam seni beladiri Tapak Suci dan mendapatkan juara 2 lomba katak beregu tingkat Kabupaten Klaten. Selain nikita ada temannya Sekar Putri Ariyanti dan Netty Ariesta. Lomba Fighter di Sleman Cup juara 1. Selain lomba-lomba tadi ada banyak lomba yaang dia ikuti diantaranya KSM dan Dokter Kecil dan Siswa Teladan. Semua itu menjadikan pengalamannya dalam mengukir prestasi untuk meraih mimpi. Farisya Wildan Mutawakil anak yang selalu dekat denganku karena sikapnya yang manja. Dia selalu bilang kalau ingin jadi anakku, dan aku jawab kalau sekarang juga 174 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
sudah menjadi anakku. Wldan anak yang mempunyai kemampuan menghafal dengan cepat bahkan dalam hal matematika. Lomba yang dia ikuti adalah KSM, lomba JSM Matematika, dan siswa teladan. Wildan tinggal bersama kakek dan neneknya karena orang tuanya berada di Bantul. Pada suatu hari, saat acara akhirussanah dia sangat ingin orang tuanya hadir dalam acara tersebut. Waktu itu dia WhatsApp aku kalau ibunya tidak bisa hadir. Dia merengek padaku untuk WhatsApp ibunya agar bisa menghadiri akhirusanah. Demi seorang anak yang ingin momen berharga ada kedua orang tua disampingnya, akhirnya ibunya bisa datang diacara tersebut. Membuat mereka tersenyum adalah sebuah kebahagiaan buatku. Menjadi seorang guru kelas 6 harus mempunyai jurus- jurus jitu bagaimana mengasah kemampuan anak untuk mampu dan siap dalam menghadapi ujian. Untuk mapel IPA biasanya anak-anak aku suruh mengfahal materi dan maju satu persatu. Hasil nilai IPA selalu mencapai nilai yang baik sedangkan kalau matematika harus sering berlatih dan menghafal rumus. Sedangkan untuk Bahasa Indonesia adalah kata kunci setiap paragraf. Memang harus mempunyai cara bagaimana anak belajar cerdas dan cermat dan efisien. Membangun karakter itu yang terpenting, karena bagiku itulah puncak dari tingkat kelulusan kelas 6. Waktuku bersama mereka selama 1 tahun bisa membentuk karakter anak dari mengecek sholat hingga apa yang telah mereka lakukan. Ada kontrol dalam segala hal sehingga dari anak yang trobel maker bisa berubah. Anak-anak bisa merasakan MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 175
kedekatan itu karena kasih sayang yang aku curahkan dalam mendidiknya. Sehingga setiapa apa yang mereka lakukan aku ikut andil disitu, semua akan kembali pada karakter masing- masing anak. Ada yang sudah lulus mereka masih ingat pesanku dan menjaga sikapnya, ada yang karena pergaulan lingkungan yang salah akhirnya merubah semuanya. Sehingga dapat disimpulkan seorang guru mempunyai kekuatan dan menjaganya pada waktu mereka ada digenggaman dan didekatnya, selalu memberikan motivasi dan suport untuk kehidupan selanjutnya. Hakikat anak itu semua ingin disayang dan diperhatikan. Kalau kita mendidik anak dengan kasih sayang sampai kapanpun anak akan merasakan kasih sayang itu dan membekas sampai kapanpun. Selalu tertanam dalam ingatan, kenangan saat-saat bersama dan selalu ingin kembali kemasa itu. Bagiku anak didik itu adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawabnya diakhirat. Bagaimanapun kita sebagai guru harus bisa menjadi contoh yang baik untuk peserta didik. Alhamdulilah banyak anak-anak yang setelah lulus dari madrasah mereka melanjutkan ke pondok pesantren sehingga mereka punya bekal untuk kehidupan dunia dan akhirat. Anak mempunyai bakat dan minat sendiri, kita menjadi orang tua hanya bisa mengarahkan ke hal yang positif. Membekali mereka untuk selalu menjadi anak yang baik dan berusaha bermanfaat untuk orang lain. Karena kalau kita berbuat baik dengan orang lain berarti kita sedang berbuat baik untuk diri kita sendiri. 176 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Biografi Penulis Heni Wijayanti lahir di Klaten tangal 08 Mei 1982. Putri keempat dari Bapak Suharno dan Ibu Hj. Siti Syamsiyah yang tinggal di Dukuh di Tegalrejo RT: 01 RW: 01, Desa Meger, Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten. Suami Slamet Zubaidi, S.Hum mempunyai tiga putra diantranya Hafidz Zaki Akbar Al Ubayd, Fahmi Mumtaz Al Ubayd dan Kaivan Reynand Al Ubayd. Sebagai seorang guru ia telah menghasilkan beberapa karya tulis yang berbentuk buku diantaranya “Buku Pengayaan Materi Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas IV,V dan VI (2014) Antologi “Sepenggal Kisah Perjuangan Seorang Guru (2020), Antologi Melangkah Bersama Belahan Jiwa (2020). MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 177
Bagian Tiga Belas Selamat Ulang Tahun Sukiya Wayah sore dina Minggu Pak Surya pasuryane katon sumringah. Awake krasa seger amarga bar adus. Lungguhan ana teras. Atine bungah yen wiwit sesuk Senin tugas ngajare uwis cedak. Udakara loro setengah kilometer seka ngomah. Pak Surya wes kasil anggone ngusulke mutasi nang wilayah Nanggulan Kulon Progo. Sawise tugas ngajar ana Karangmojo Gunungkidul suwene sangang tahun. Alasane pindah mergane bakal ngrumat wong tuane sing uwes pada sepuh. Pak Surya duwe sedulur telu putri kabeh. Sedulure uwes pada nikah. Pembarep manggon ana Wilayah Sentolo. Sik tengah tugas guru lan domisili ana Depok Jawa Barat. Nomer telu tugas guru ana Pangkal Pinang Bangka. Pak Surya anak ragil bagus jalaran lanang dewe. Rupane ngganteng mirip bintang 178 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
film Rano Karno. Pak Surya wes nikah karo Ningsih. Diparingi momongan 2 lanang kabeh. Pikirane Pak Surya nglambrang mbayangke sekolahan papan kanggo tugas ngajar sik anyar. Senin sesuk wiwit tugas. “Bu, sragam keky uwes disetriko?” pitakone Pak Surya karo garwane Ningsih sik ge arep tenguk sandinge. “Sampun Pak sesuk kari ngagem,” wangsulane Ningsih garwane. “Hm iyoh Bu, matur nuwun!” jawabe Pak Surya. “O iya malah bapak lali arep tuku sepatu,” sambunge Pak Surya. “Sampun bade maghrib pak, mbenjang sonten, taksih sae ko sepatune bapak,” wangsulane Ningsih ngurmati garwane. Liren ngendikan keprungu kumandang adzan Maghrib seka Masjid Al Ikhlas. “Ayo Bu sholat jamaah nang masjid,” ajak Pak Surya marang garwane. Pak Surya lan Ningsih mangkat nang masjid boncengan numpak Honda Supra 125 silver. Pak Surya karo Ningsih katon rukun kaya mimi lan mintuna. Pak Surya lan Ningsih sregep nang masjid. Jamaah subuh mesti teko gasik. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 179
Sholat maghrib lan isak ora tau ketiggalan. Katon keluarga samawa tenan. “Bu, bapak sido tuku sepatu iki!” Pak Surya pamit garwane. “Wonten pundi Bapak ajeng mundut sepatu?” pitakone Ningsih “Swalayan Ideal Sedayu wae bu, sik cedak,” jawabe Pak Surya ringkes. “O, nggih manggangatos-atos pak!” piwelinge Ningsih. Pak Surya nggeblas numpak motore rodo banter nguyak wektu. Jalaran swalayan tutup jam songo bengi. Wektune kari sitik. Rung puluh menit tekan swalayan Ideal. Motor e ndang diparkirke. Pak Surya gage mlebu swalayan tanpa peduli. Angen-angene oleh sepatu anyar. “Gabruus... Ya Allah” bengoke sawijining kenya ayu ketubruk Pak Surya. Blonjone kenya mau ambyar mawut rakaruan. Pak Surya gage njupuki blonjone kenya ayu mau. Tanpa sengaja tangane Pak Surya nyekel tangane kenya ayu mau bareng mundut blanjane sik mawut. “Waduh, kula nyuwun pangapunten nggih bu!” panyuwune Pak Surya tanpa gubris bablas nuju papan kanggo pajang sepatu. 180 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Kenyo tanpa jawab karo mbesengut, kesel atine. Saklebatan Pak Surya namatke kenyo mau, batin sapa ya? Ora sempat tepungan. Pak Surya cepet banget anggone milih sepatu. Sepatu merk Ando ukuran patang puluh loro. Pas ana sikil pas uga duite. Rampung milih tumuju kasir karo miling-miling mbok menawa kenya sik tak tubruk mau ijih ono swalayan. Pak Surya ingak-inguk. Kenya sik ketubruk kanyata wes ora ketok. Bengi Surya ora bisa turu, klisikan. Kelingan werna- werna. Entas nubruk kenya ora ngeti sapa jenenge, ngendi omahe. Sisi liyane tansah kelingan bungah susah sing wes dilakoni rikala tugas ana Karangmojo Gunungkidul. Gawang- gawang nang mripat. Kapedotan rasa sik wes manjing seduluran sajroni tugas ing kana. Simbah Prawito sik tahu didereki. Bapak guru bu guru konco sak sekolahan apikan kabeh. Murid-murid sik kadang gawe seneng ya kadang gawe mangkel lan emosi. Rini, murid sing centil kemayu. Ihsan awake cilik kemaki ning pinter. Tohir awake gendut sok gawe lucu. Pak Surya guru sing supel semanak pinter srawung marang enum, wong tuo. Mula okih sik seneng ngajak paseduluran. Nalika pindah Surya pamitan. Kabeh pada nangis keroso kelangan. “Ah, wislah kui wes liwat dadi kenangan uripku!” Sesuk aku wes ganti murid. Piye murid-murid ing kene. Apa kaya murid-muridku sik Gunungkidul?” batine Surya. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 181
Surya merem melik nganti lingsir wengi. Surya tangi metu ngomah nuju padasan wudhu. Surya banjur sholat tahajud. Pikirane lagi tenang. Mripate bisa merem rem semeleh. Sadurunge merem Surya nulis Gurit. Pasrahku Marang Gusti Ing samudraning Al Falaq Aku kerem ing Tresna -Mu Ing pojoking sandyakala desa Ana donga kang dak kidhungke nganti purna Babagan apa............ Hamung aku lan Gusti kang ngerti Ing itungane yuswa Ana pengarep ing pungkasaning donga Mugi kabagyaan minangka aamiin kang nora wadi maneh. Senin esuk pak Surya wes tangi gasik dandan stil. Nganggo seragam keky sepatune anyar. “Bu, bapak mangkat sekolah,” Pak Surya pamit. “Nggih, pak ngatos-atos,” jawabe Ningsih. Pak Surya siap brangkat papan tugas anyar. Tas isi leptop digendong. Motore ndang distater. Sepuluh menit tekan sekolahan. Pak Surya teka disik dewe nuju tempat parkir. Murid-murid wes okih sik pada teka diterke wong tuane. 182 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Murid-murid pada kaget. Ora wani takon. Pak Surya kang gagah ganteng katon prebawani. “Ssst, ana guru anyar bagus,” kondone wong tua murid pada pating klesik. Pak Surya krungu batine ming mesem-mesem. Ora let suwe bapak ibu guru pating jredul rawuh. Bapak kepala sekolahe uga uwes rawuh. Bapak ibu guru katon sinis. Pak Surya tenang batine positif thinking karang durung kenal. Pak Surya kaget. Kayane bu guru wes tahu weruh, oh iya mubengi ana swalayan bu guru kae ketubruk . “Assallamualaikum, kula nuwun? sugeng enjing bapak ibu, nderek nepangaken kula Pak Surya,” uluk salam Pak Surya sinambi nepungaken. “Mangga Pak, lenggah rumiyin!” bapak kepala sekolah ngaturi lenggah ana ruang tamu. Bapak kepala sekolah uwis pirsa menawa Pak Surya bakal tugas ngajar ana sekolahan kene amarga telung dino kepungkur oleh surat tembusan seka dinas. “Sugeng rawuh ugi pak Surya,” bapak kepala sekolah ngambali ngendiko “Inggih bapak maturnuwun,” jawabe Pak Surya. Theeeet, theeet, theeet, keprungu swara bell mlebu sekolah. Dina Senin sadurunge pelajaran kegiatane upacara bendera. Murid-murid pada gage mlayu tumuju halaman MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 183
sekolah. Anak-anak kebak semangat penasaran ana guru anyar. Murid-murid baris rapi tharik-tharik urut seka barisan kelas siji tekan kelas enem. Dene petugas ana sisih tengan cedak paduan suwara. Bapak ibu guru baris ana saburine cagak gendera. “Siaaaap graaaak !” pemimpin upacara ngatur barisan. Upacara siyaga dilekasi. Protokol maca urut-urutane upacara. Bapak kepala sekolah sing dadi pembina upacara. “Anak-anak, alhamdulillah dino iki, kita ketekan pak guru anyar. Jenenge sapa, seka ngendi, mengko pak guru anyar bakal kenalan,” pak kepala mungkasi amanat. Banjur disambung perkenalan Pak Surya. “Anak-anak, ditepungke nggih, bapak guru asmane Pak Surya Dilaga, menawa nyeluk pak Surya, bapak guru diparingi tugas ngajar kelas lima,” ucape Pak Suryo. “Asyiiik!” spontan murid–murid kelas lima sorak- sorak. Eni sawijine murid klas lima melu bungah ngucap “iyeees,” karo tangane ngepel sajak bungah. Upacara rampung, murid-murid mlebu kelase dewe. Bapak ibu guru tumuju kantor guru. Pak Surya canggung, apa maneh saiki ketemu meneh kenya sik ana swalayan mubengi, jebul bu guru kene. Jenenge Bu Nawangsih. Isiiin batine Pak 184 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Surya. Bu Nawangsih wes sue tugas ngajar ono sekolah kene. Wiwit tugas sepisanan durung tahu pindah. Bu Nawangsih wes kagunagan garwo polisi. Ananging durung kaparingan momongan. Kamongka anggone nikah wes sauntara wektu udakara 12 tahunan. Bu Nawang, pawakane lencir duwur piadege kuning langsat kulite, dene rambute keriting rada pirang. “Pak Surya, bapak ibu guru agenda dino iki Kelompok Kerja Guru (KKG) wonten gugus 1. Pak Surya dereng saged nderek KKG. Mula tak aturi nunggu sekolah nyambi garap laporan meniko,” pak kepala jelaske karo ngaturake format laporan per 31 Agustus wolung lembar. Bapak ibu guru mlebu kelas maringi tugas banjur pamit arep tindak (KKG). Dene bapak kepala sekolah yo tindak Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S). “Ayo Pak melu!” ajak Bu Nawangsih. “Inggih bu, matur nuwun mangga sugeng tindak,” wangsulane Pak Surya karo mesem. Pak Surya tugas dewekan ana sekolah. Murid-muride ijih pada nggarap tugas. Sekolah kene klebu okeh jumlah muride. Jumlahe murid ana sangang puluh lima. Pak Surya bingung. Murid-murid wes lekas rame. Mesi wes rampung garap tugase. Isa kewalahen nek dileboni kelase. Wes jam sepuluh. Pak Surya mbudalke murid kelas siji lan loro. Banjur jam sewelas mbudalke murid kelas telu lan papat. Keri dewe MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 185
jam rolas murid kelas lima lan enem. Sawise dibudalke krasa enteng beban tanggung jawabe. Pak Surya ngaso lan banjur sholat Dzuhur. Rampung sholat mbacutke garap laporan nganti wektune jam mulih sekolah. Pengalaman sepisanan tugas anyar ana sekolah iki. Kesane kaya kurang familier. Sabar, kudu isa nyesuaikan kahanane sekolahan kene. Dino candhake, Pak Surya mlebu kelas lima murid- muride sik mau rame banjur kaya orong-orong kepidak mak ceep klakep tanpa suwara. “Anak-anak pak guru diparingi tugas dening Pak Kepala supaya ngampu kelas 5. Piye anak-anak wes siap? Ayo sinau bareng-bareng, kanti prinsip 3S; santai, semangat, sukses. Anak-anak sinaune digawe sik kepenak nanging aja sak kepenake. Paham nggih,” pesene Pak Surya. “Nggih pak guru!” jawabe anak-anak kompak kebak semangat. Dina-dina candake Pak Surya tugas digawe seneng atine. Pak Surya due bakat main musik. Wektune pas pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan ora lali nggendong gitar. Murid-murid seneng banget diwulang pak Surya. Murid-murid krasa luwih fresh lan gampang nampa wulangane Pak Surya. Ora mung pelajaran seni musik pelajaran akademik liyane ya gampang ditampa murid-murid. Ndilalah tahun iki ana lomba Sains. Pak Surya ditugasi pak kepala milih murid sing bakal maju lomba Sains makili sekolah. Senadyan durung suwe ana sekolah kene Pak Surya 186 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
wes apal lan ngerti karakter muride-muride. Endi murid sing pinter musik, sik pinter Matematika, IPA. Pak Surya duwe kewenangan milih banjur nemtokake murid. Sik kepilih maju makili lomba Matematika jengene Titi Marsifah. Dene sik makili lomba IPA jenenge Yoga Pratama. Sadurunge maju lomba Pak Surya ndampingi sianune Titi lan Yoga. Kanthi sabar lan tlaten diwarahi etung lan pengetahuan IPA. Mapan ana ruang perpustakaan. Murd- murid liyane diparingi tugas. “Titi lan Yoga dina iki wes cukup le latihan garap soal nggih, amarga sesuk esuk wes maju lomba, persiapke fisik lan mental nggih, sehat kui utama. Mental sik percaya diri menawa aku bisa. Ayo semangat dadio mental juwara. Nggowo jeneng apik sekolah iki” pesene Pak Surya. Pak surya kepingin sekolah iki dadi sekolah sik tradisi juwara. “Nggih Pak Guru Siap!” jawabe Titi lan Yoga karo antusias optimis oleh nominasi. Rampung nuturi Titi lan Yoga pak guru Surya mlebu kelas. “Ana-anak wes ramung garap tugas nggih?” pitakone Pak Surya “Sampun Pak Guru!” wangsulane nak-anak bareng. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 187
“Loh Eni kenapa kok arep nangis?” pitakone Pak Surya marang suwijine murid Eni. Sik awake bonsor rambute dawa lurus ket bahu, due bakat nyanyi. Suwarane apik. Eni ora jawab malah dungkluk karo mingsek-mingsek. Trus Pak Surya nyedakki karo ngelus rambute. “Knopo Eni? Apa durung rampung? apa ora sehat? kana nek ora sehat istirahat ana ruang UKS!” dhawuhe Pak Surya. Eni banjur menyat metu kelas nuju ruang UKS sajak karo sewot. “Wayahe jam bali. Kenapa Eni ko ora mbalik kelas maneh? Apa lara banget” batine Pak Surya. Pak Surya penasaran banget karo muride jenenge Eni, mula banjur gage nuju ruang UKS. Katon lawang e UKS minep. Pintun e diketuk karo nyeluk. “En, Eni …!” undange Pak Surya. Ora ana swara jawaban. Pak Surya saya penasaran benget karo lawang dicekel slote, karepe dibuka nanging kanyata lawange dikancing seka njero. Pak Surya nyeluk maneh. “En, Eni, iki Pak Guru, piye wes kepenak durung?” pitakone Pak Surya. 188 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Tetep ora dijawab. Pak Surya bingung. Ndilalah bu Nawangsih liwat ngarep ruang UKS. Bu Nawang weruh menawa Pak Surya kaya bingung. “Pak Surya, wonten mriki?” pitakone Bu Nawangsih. Pak surya jelasake kedadeyan ana kelase, nganti Eni ana ruang UKS. “Bu, kula nyuwun tulung nggih, Eni wonten ruang UKS lawange banjur dikunci, wau ulate sajak sewot, kula jeluk mboten jawab. Kula kuwatir Eni mboten sehat” panyuwune Pak Surya. Banjur Pak Surya ninggalke arep mlebu kelas. Murid- murid sing wes katon umrek rame ora sabar kepingin mulih. “Nggih pak kula biantu nggih” wangsulane Bu Nawangsih. Banjur Bu Nawang nothok lawang e UKS karo njeluk. “Eni, iki Bu Guru, arep ketemu Eni, bukaen lawange!” printah Bu Nawangsih. Lawange banjur dibuka. Eni banjur nubruk bu guru, karo nguket kenceng. “Eni knapa, sakit nggih?” pitakone Bu Nawang. Eni ora jawab mlah nggelengke sirahe. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 189
“O nek ngunu ora sakit, lah ko ana UKS njut nangis” pitakone maneh bu guru. “Mboten menapa ko bu guru!” wangsulane Eni karo groyok. “Ayo matur jujur karo ibu guru, mau dikapakne karo pak guru apa karo kanca liyane” bu guru sajak ngarayu “Bu, kula sengit Pak Guru Surya, pak guru ora adil, kula ora tau digatekke” wangsulane Eni manja. “Eh ora pareng ngomong ngono kui En, pak guru adil ko apik, kabeh digatekake. Ora ana sik dibedak-bedakke” bu guru njelaske. Wes kanage mlebu kelas pak guru wes nunggu ana kelas. Eni banjur mlayu nuju kelas, sing wes siap bubar. Kanca-kancane wes siap donga. Kanca-kancane pada keplok ana sik suit suit weruh Eni mlebu kelas. Eni pancen calon dadi kembang kelas. “Sssst, ayo anak-anak mboten pareng mbuly kanca dewe nggih, wes saiki podo donga bareng!” printahe Pak Surya. Teeet teeet teeet, bel bubar sekolah. Anak-anak podo baris. Banjur antrian salim pak guru terus metu mulih. Ana sik dipetuk wong tuane. Ana sik mlaku merga omahe cedak sekolah. 190 | MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI
Dino Rebo sing ditentokake kanggo lomba MIPA tingkat kecamatan. Pak Surya mruput mangkat sekolah karepke ngecek kondisine Titi karo Yoga. Bocah loro sik bakal maju lomba makili sekolah. Titi lan Yoga wes siap uga. Katon sumringah. Pak guru Surya seneng weruh Titi lan Yoga percaya diri. Titi lan Yoga diboncengake motor Pak Surya telon. Pak Surya ninggalke sekolah ndampingi Titi lan Yoga. Ono bale UPTD Dikdas peserta lomba wis pada teka banjur ngisi daftar hadir. Pelaksanaan wiwit jam wolu. “Titi, Yoga sik kosentrasi nggih, gunake kesempatan garap soal sak apik-apike. Sing cermat tur teliti. Ojo kliwatan kabeh soal dijawab, percaya diri sendiri, aja lali ndonga maca Bismillahirrohmaniirohim” pesen pak guru “Nggih Pak Guru!” jawabe Titi lan Yoga bareng. Lomba wes diwiwiti. Pak Surya nunggu ana cedak parkiran sepeda motor. Ana dingklik kosong. Pak Surya lenggah. Kanggo ngguwang sepi Pak Surya nulis-nulis, kesenengne Pak Surya nulis cerbung. Dumadakan HPne muni. Sik muncul nomer thok. “Hallo, Pak Surya?” suwarane wong wadon. “Nggih, sinten nggih!” pitakone pak surya “Halh mosok pangling Pak Surya, kula Bu Nawang!” swarane Ibu Nawang kemayu. MENDIDIK DENGAN SETULUS HATI | 191
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210