Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore MENGGAPAI BERKAH RAMADHAN

MENGGAPAI BERKAH RAMADHAN

Published by Tasbihah, 2022-10-31 09:37:06

Description: MENGGAPAI BERKAH RAMADHAN

Search

Read the Text Version

["Rumah bisa menjadi sumber kedamaian, inspirasi, dan energi bagi pemiliknya. \\\"Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah sebagai tempat ketenangan.\\\" dijelaskan dalam Al Quran Surat an-Nahl (16) ayat 80. Fungsi rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal, dalam Islam ada beberapa fungsi rumah, antara lain yang pertama, bisa sebagai \\\"al-Musholla\\\" (rumah ibadah) sebagai upaya meraih keridhaan Allah SWT. \\\"Terangilah rumah tanggamu dengan bacaan Al Quran dan salat,\\\" sabda Rosulullah SAW. Yang dimaksud dengan salat di sini adalah salat sunah, sementara untuk salat fardhu adalah wajib berjamaah di masjid kecuali bagi muslimah. Namun pada saat pandemi adalah keadaan darurat, maka salat fardu kala itu juga dilakukan di rumah. Kedua, sebagai \\\"al-Madrasah\\\", rumah yang meniscayakan proses tarbiyah dan edukasi dimana ayah ibu sebagai gurunya dan anak-anak menjadi muridnya. Ketiga, \\\"al-Junnah\\\" atau benteng untuk menjaga iman keluarga dari kerusakan akidah dan penyakit sosial. Keempat, \\\"al- Maskanah\\\", pelipur lara dan pelepas duka dan kepenatan. Rutinitas dunia terkadang membawa efek jenuh. Rumah menjadi tempat terbaik menghilangkan kejenuhan dan menghadirkan ketenangan. Kelima, \\\"al-Maulud\\\", tempat memperbanyak keturunan umat Nabi Muhammad SAW. Keenam, \\\"al-Markaz\\\", mempersiapkan generasi dakwah yang tangguh. Ketujuh, \\\"al-Mahya-us Sunnah\\\", untuk menghidupkan amal sunah Rasulullah, seperti cara makan, minum, adab hubungan suami istri, dan sebagainya. Kedelapan, \\\"al-Marham\\\", forum liqa, silaturahim dengan 86","tetangga, dan sahabat mukmin. (https:\/\/republika.co.id\/berita\/dunia-islam\/hikmah\/14\/ 10\/19\/ndor04-makna-rumah, diakses pada tanggal 12 April 2021) Kebetulan saat Ramadan 1441 H, tahun lalu, kedua anakku sedang di rumah. Pada pertengahan Maret 2020, anak pertamaku masih kelas 8 (delapan), pihak pesantren mengambil keputusan untuk memulangkan santrinya dengan berbagai pertimbangan. Pembelajaran madrasah dan kepesantrenan dilaksanakan dengan cara daring\/online. Sedangkan anakku yang kedua kelas 6 (enam) Madrasah Ibtidaiyah. Aku sendiri harus menjalani tugasku juga di rumah, Work From Home (WFH). Hanya suamiku yang melakukan aktifitasnya seperti biasa, karena beliau adalah tenaga medis. Kami nikmati suasana kebersamaan ibadah Ramadan di rumah dengan formasi lengkap. Salat fardu dan tarawih berjamaah dengan suami sebagai imamnya. Dilanjutkan tadarus Al Quran sebagai rutinitas yang menyejukkan jiwa. Ngobrol santai di malam hari atau sore hari, sungguh menambah eratnya tautan hati. Merencanakan menu berbuka dan sahur kesukaan anak-anak dan suami, begitu indah mengalir, dan penuh antusias. Apalagi anakku yang kedua, sering kali membantuku dalam menyiapkan itu semua. Dari memotong buah untuk sop buah, membuat telur dadar, menggoreng batagor, hingga membuat sambal pun dia suka terjun langsung. Mugkin karena menu yang disiapkan sesuai dengan seleranya. Berbeda dengan anakku yang pertama, dia tidak begitu suka terjun ke dapur. \u201cBu, aku nyapu saja ya. Tugasku kan banyak,\u201d begitu alasannya supaya tidak dipanggil-panggil adiknya di dapur. 87","\u201cYa, ndak apa-apa. Asal kamu lakukan tugasmu dengan konsisten,\u201d jawabku. Aku memberi kebebasan kepada mereka untuk memilih apa yang mereka sukai dalam membantu orang tua. Dalam suasana pandemi, anak-anak harus dibawa ke suasana yang menyenangkan dan selalu bahagia di sela-sela tugas madrasah yang terus mengalir. Kesempatan mendampingi anak belajar dan beraktivitas di rumah harus aku manfaatkan benar-benar. Aku bulatkan kembali niat, aku kumpulkan energi, aku mencoba bekerja keras mengatur waktu, sehingga jerih payah menjadi bernilai ibadah. Aku tidak ingin hanya mengenali saja apa itu fungsi rumah, tapi berusaha belajar sedikit melakukan aksi mendekati, sesuai fungsi rumah itu sendiri. *** Selain sebagai ibu rumah tangga, aku adalah guru madrasah. Tentu saja sangat terikat dengan aturan kedinasan. Walaupun saat Ramadan 1441 H aku bekerja di rumah, tapi tetap berpatokan pada jam kerja. Bahkan aku pribadi siap memantau dan mendampingi murid-muridku selama 24 jam. Untuk kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada jam kerja, sedangkan penyerahan tugas, telah disepakati dengan orang tua, ditunggu sampai sekitar pukul 20.00. Latar belakang orang tua yang beragam mengharuskan guru memberi kelonggaran kepada mereka dengan tetap menghendaki murid aktif dan merespon setiap kegiatan pembelajaran beserta tugas-tugasnya. Hal ini tidak lepas dari pendampingan, motivasi, dan bimbingan orang tua. Kolaborasi orang tua dan guru terus kami bangun demi keberhasilan dalam mewujudkan tujuan pembelajaran dan kesuksesan anak. Orang tua dan guru harus bersaing dengan 88","derasnya arus teknologi yang tentunya tidak hanya membawa pengaruh positif, tapi pengaruh negatif juga mendera anak- anak, contohnya game-game online yang merebak sulit dibendung lagi. Pada Ramadan saat awal pandemi, guru harus mampu memberi motivasi kepada murid khususnya kelas 1 (satu) MI. Kebetulan aku mengajar kelas 1 (satu) di MI Darwata Karangasem, Sampang, Cilacap. Motivasi apa yang harus diberikan? Motivasi untuk berlatih menjalankan ibadah puasa. Menjelaskan kepada mereka bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan hawa nafsu (marah, berkata kotor, mengejek teman, berbohong, dan lain- lain). Bagi anak usia 6-7 tahun, puasa itu masih taraf belajar. Ada yang sudah mampu berpuaa penuh satu hari, ada yang hanya kuat setengah hari, bahkan masih ada yang bolong- bolong kadang berpuasa kadang tidak. Selain berpuasa, guru juga harus memotivasi untuk rajin dan rutin melaksanakan salat fardu, di samping salat tarawih. Karena masih belajar dan mereka tengah berada di rumah, maka peranan orang tua sangat penting. Akan lebih maksimal jika usaha guru mendapat dukugan dari orang tua. Dalam memantau kegiatan amaliyah Ramadan, aku membuat daftar kegiatan yang harus diisi melalui link googleform. Dengan link tersebut anak dengan bantunan orang tua dengan memilih atau memberi tanda ceklis bila menegerjakan puasa, salat fardu, salat tarawih, mengaji, dan membantu orang tua. Dengan latihan sejak kecil, diharap bila sudah besar mereka telah terbiasa dalam menunaikan kewajiban. Kegiatan yang diharapkan pada kelas bawah tentunya tidak sebanyak pada kelas atas. Pada kelas 4, 5, dan 6 sudah ada tambahan kegitan yaitu salat duha, salat tahajud, dan tadarus Al Quran. 89","Setelah kegiatan amaliyah Ramadan berjalan 3 (tiga hari), ternyata tidak semulus sesuai yang aku harapkan. Ada sekitar 30 persen murid yang tidak melaporkan kegiatannya. Aku mencoba menggali penyebabnya. Melalui group whatapp (WA) aku tanyakan kepada orang tua tentang adanya link googleform yang aku siapkan. Memang benar 60 persen tidak ada masalah, sedangkan 30 persen mengalami kendala. Kendala yang mereka alami bermacam-macam, ada yang tidak membuka aplikasi, ada yang sinyalnya kurang bagus, ada juga yang kuotanya terbatas. Padahal semua murid harus dilayani. Akhirnya aku tawarkan kepada orang tua untuk mengisi laporan kegiatan amaliyah Ramadan secara offline atau pada lembar kegitan. Murid tinggal memberi tanda ceklis pada daftar kegiatan yang mereka kerjakan dan tanda setrip bila tidak mengerjakan. Setiap hari orang tua harus membubuhkan tanda tangan untuk memastikan bahwa anak dalam bimbingan orang tua. Tingkat kejujuran sangat diuji dalam kegiatan ini, baik secara online maupun offline. Gambar 1. Tampilan awal pada link laporan kegiatan Ramadan *** 90","Ramadan di saat apapun tetap istimewa. Di tengah pandemi, di mana kesehatan terancam, orang-orang takut bila keluar rumah, khawatir bertemu orang lain, ekonomi terpuruk, serta banyak orang yang kehilangan mata pencahariannya. Tidak sepantasnya bila semua berdiam diri. Apabila ada saudara lain yang terpuruk, maka saudara yang lain harus bangkit. Bangkit memberi sumbangsih baik secara moral maupun materi. Mengobarkan semangat untuk tetap bersyukur, berikhtiar menjaga kesehatan, dan tidak kalah penting membuktikan kepedulian terhadap mereka yang butuh uluran tangan. Kurang lebih satu minggu sebelum Ramadan tiba, pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdhatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kebasen, Banyumas beserta badan otonomnya (Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU) menyatukan visi dan misi, bergandengan tangan, merencanakan program untuk membuktikan kepedulian terhadap saudara yang terkena dampak Covid-19 di Kecamatan Kebasen. Dari hasil musyawarah yang tetap mematuhi protokol kesehatan, bertempat di MTs Ma\u2019arif NU 01 Kebasen, terbentuklah kepanitiaan dan wadah kegiatan dengan nama \u201cPosko NU Peduli\u201d dengan ketua panitia terpilih Bapak K.H. Sochimin, Lc. Kebetulan aku dan 2 orang sahabat ikut hadir dalam pertemuan tersebut selaku perwakilan dari pengurus harian PAC Fatayat Kecamatan Kebasen. \u201cPosko NU Peduli\u201d diadakan selama bulan Ramadan 1441 H, bersekretariat di MTs Ma\u2019arif NU 01 Kebasen. Beberapa program yang dicanangkan antara lain: pengumpulan\/pembagian zakat fitrah dan zakat maal, pengumpulan\/pembagian takjil gratis, dan dakwah online melalui Tim Media MWCNU Kebasen. Pengumpulan zakat fitrah dan zakat maal berasal dari ranting-ranting yang ada di 91","Kecamatan Kebasen dan disalurkan kepada fakir miskin serta imam musholla yang selama ini jarang terjamah dan kurang diperhatikan. Dalam pelaksanaan, di samping zakat maal yang berupa uang dan beras, ternyata banyak dermawan yang menyumbangkan bentuk lain seperti minyak goreng kemasan 1 liter, gula pasir, mi instan, dan lain-lain. Sehingga barang- barang tersebut bisa ditambahkan saat pentasyarufan zakat fitrah\/zakat maal. Luar biasa sekali karena zakat dan sumbangan yang masuk lebih dari cukup. Sungguh Allah SWT mempermudah bagi siapa saja yang ingin memudahkan orang lain. Pengumpulan dan petasyarufan zakat dilaksanakan secara bertahap. Tahap ke-1 tanggal 1-10 Ramadan, tahap ke- 2 tanggal 11-20 Ramadan, dan tahap ke-3 tanggal 21-30 Ramdan. Alhamdulillah dari setiap tahap, zakat dan sumbangan selalu membanjiri \u201cPosko NU Peduli\u201d. Gambar 2. Panitia Zakat Fitrah 92","Gambar 3. Pengumpulun zakat maal Bahkan dari keluarga Ibu Unun Khuzaemah (Kalisalak) mempercayakan kepada panitia dengan mengamanahkan zakat maalnya untuk disalurkan senilai sembilan juta rupiah. Kegiatan yang tidak kalah menariknya yaitu pengumpulan dan pembagian takjil gratis. Takjil berasal dari seluruh ranting yang disumbangkan sesuai jadwal yang dibuat oleh panitia. Dibuat selang-seling antara ranting muslimat dan ranting fatayat. Tempat pengumpulan dan pendistribusian berpusat di \u201cPosko NU Peduli\u201d yaitu di halaman MTs Ma\u2019arif 01 Kebasen. Tenaga pembagi takjil juga dibuat jadwal sehingga tidak menumpuk atau terjadi kerumunan masa yang berlebihan. Selain takjil, ada juga sumbangan berupa masker, yang dibagikan kepada pengguna jalan di depan MTs yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Pengendara dihentikan, diberi nasihat, masker, dan takjil. Masyarakat dan pemerintah setempat sangat mendukung dan memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang kami lakukan. 93","Gambar 4. Pembagian masker dan takjil gratis Segenap panitia bahu membahu demi suksesnya program peduli yang dilaksanakan pada bulan penuh berkah. Tidak hanya secara materi yang diluncurkan, program dakwah (ceramah rohani) juga dilakukan oleh Tim Media MWCNU yang disiarkan melalui media-media sosial. Ustadz dan ustadzah penceramah diambil dari para kyai, alim ulama, serta perwakilan dari muslimat dan fatayat. Indah sekali Ramadan kala itu, suasana takut, khawatir, galau, keterpurukan, sepi, mencekam, berubah menjadi kegembiraan. Gembira bagi yang berbagi maupun mereka yang mendapatkan perhatian dan kepedulian. Terima kasih ya Allah yang telah menggerakkan dan menggugah kami, sehingga dapat mengantarkan kesuksesan pada kegiatan \u201cPosko NU Peduli\u201d. 94","Gambar 5. Panitia \u201cPosko NU Peduli\u201d (Pengurus MWCNU Kecamatan Kebasen beserta badan otonomya) Ramadan adalah bulan yang teramat sangat istimewa. Hari-harinya, jam demi jam, bahkan detik demi detiknya istimewa. Mari kita isi dengan amalan yang istimewa dan hati yang istimewa. Dengan niat yang istimewa yaitu niat yang hanya mencari rida Allah SWT semata, tidak ada yang lain, dan mengiringinya dengan perbuatan yang istimewa pula. Jangan pernah sia-siakan detik demi detik, menit demi menit kecuali dengan hati dan amal yang terbaik, mudah- mudahan kita digolongkan menjadi manusia terbaik.(Aa Gym) Selamat menunaikan bulan Ramadan1442 H yang insya Allah penuh berkah pula. Semoga Allah memuliakan kita di dunia dan mengumpulkan kita di surga-Nya. Aamiin yaa Robbal \u2019aalamiin. Kalisalak, 1 Ramadan 1442 H 95","Biografi Penulis Nur Indriyati, S.Pd.I., lahir di Kebumen, 21 September 1977. Putri kedua dari pasangan Bapak M. Nasokha dan Ibu Musriyah. Istri dari Hartono, S. Kep. Ners. Telah memiliki dua anak laki-laki bernama \u2018Azzam Maula Zain (15 tahun) dan Haddad Syafiq Abdilah (13 tahun). Sekarang tinggal di Kalisalak, Banyumas, Jawa Tengah. Pendidikan yang pernah dilaluinya yaitu SDN Sitiadi, Puring, SMPN 1 Kebumen, SMAN 1 Kebumen, INSIDA Bandung (D2), IAIIG (Institut Agama Islam Imam Ghazali) Cilacap untuk menyelesaikan jenjang S1. Nur Indriyati pernah mengabdikan diri sebagai guru di SDN Srusuhjurutengah, Puring, Kebumen (2000-2002), SD Islam Al-Azhar 16 Cilacap (2002-2005), Guru ASN DPK di MI Ya BAKII Kesugihan 01 (2005-2010), dan di MI Darwata Karangasem, Sampang, Cilacap (2011- sekarang). Alhamdulillah diberi kesempatan belajar menulis melalui Buku Antologi antara lain: Ayah Ibu Pahlawan Sejati (2020), Syair Cinta Untuk Bunda (2020), Bersamamu, Ingin Kuraih Rida-Nya (2021), Merajut Memori 2020 (2021), Mengukir Mimpi 2021 (2021), Indahnya Persahabatan (2021), Pelita yang Tak Pernah Padam (2021), Deretan Takdir (2021), Syair Cakrawala Cinta (2021) dan Jejak Langkah Sang Guru (2021). Semoga manfaat dan membawa keberkahan. Aamiin. Penulis bisa dijumpai melalui : Facebook : Nur Indriyati Instagram : indriyatinur Alamat email :[email protected] No.HP\/WA : 081327057204 96","Bagian 08 Serba Serbi Ramadan Hafidah Marhaban ya Ramadan... Taqabbalallahu Minnaa Wa Minkum Taqabbal Ya Kariim Shiamana Wa Shiamakum...!!! Ramadan tinggal menghitung hari, sikap kita dalam menyambutnya kadang bisa berbeda. Ramadan adalah bulan mulia, tamu teristimewa yang didatangkan Allah SWT khusus untuk kita. Ummatnya Rasulullah Muhammad SAW dan seluruh pengikutnya. Apa keistimewaan tamu itu? Lantas apa yang sudah kita siapkan untuk menyambut Ramadan yang sudah lama kita rindukan kedatangannya? Tamu yang lebih istimewa dari sekedar menyambut walikota sekalipun. Sudakah kita merencanakan sesuatu yang berbeda dengan tahun sebelumnya Jika belum, mari kita bersama berbenah menyiapkannya. Bayangkan, kalau ini Ramadan terakhir bagi kita, amalan istimewa apa yang ingin kita hadiahkan padanya? Menoleh ke tahun 70-an, saat menyongsong bulan suci Ramadn, berbagai kegiatan yang dilakukan, sebagai 97","upaya dalam hal persiapan selama sebulan lamanya. Momen bulan Raamadan tempo doeloe jauh lebih berkesan dari pada saat sekarang, apa sebabnya? Masa lalu adalah kenangan, masa sekarang kenyataan, masa akan datang adalah hayalan. Berbagai kenangan yang akan saya ceritakan, sekedar membagi pengalaman dan pikiran mengenai pernak-pernik menyongsong dan mengisi kegiatan bulan Ramadan. Sebulan sebelum Ramadan, biasanya saya dan teman- teman setiap hari Ahad berkelompok menuju hutan atau kebun untuk mencari kayu bakar persiapan memasak. Karena di desa kala itu belum ada yang menggunakan kompor, jangan kan kompor gas kompok minyak tanah sekalipun sangat jarang ditemukan. Sehingga anak-anak seusiaku diajak oleh kakak sepupu untuk ikut bersamanya mencari kayu bakar. Waktu itu saya masih kelas 5 SD, asal ikut dengan saudara sepupu, bukan karena disuruh oleh ayah dan ibu mencari kayu bakar. Keingin dan kemauan keras dari dalam hati yang sangat dalam dengan maksud mengurangi tugas dan mengambil peran serta sebagai anggota keluarga dan meringankan beban kedua orang tua. Seiring dengan bergulirnya waktu, waktu bermain sering diisi dengan sesuatu yang bermanfaat. Kemauan kerasku muncul bila dipanggil sama sepupu untuk memcari kayu bakar. Tanpa pikir panjang saya mempersiapkan segala sesuatunya, saya membuat perjanjian kalau nanti butuh bantuan harus dibantu karena saya paling kecil. Mensti disetujui sama kakak sepupu, namun kadang dicundangi juga alias dikerjain. Saat saya menemukan kayu yang agak besar, mereka kompak merayu. \u201cDik...tuh kan kayu besar, kamu kan masih kecil, jadi kayu besar itu jatah kakak, nih kakak ganti yang kecil yah, 98","kamu tidak bisa tarik, memotong, membelahnya, apalagi membawa pulang ke rumah,\u201d katanya. Saya pikir betul juga ya, saya mengangguk setuju. Sejak saat itu saya mengumpulkan kayu yang kecil- kecil sebesar telunjuk sementara yang selegan saya tukar dengan kakak sepupu. Pikiran polosku mengatakan benar, satu kali dua kali kerjadian itu berlaku, lama kelamaan saya mulai berfikir bahwa itu ternyata licik, Maka kejadian seperti itu merubah pola piker saya dan ini bisa terjadi pada setaip orang manakala kurang bergaul, sejak dari kecilnya. Kegiatan mencari kayu bakar adalah kegiatan rutin tetanggaku, mereka sudah membuat tumpukan kayu bakar di bawah rumahnya, sementara saya belum ada. Sesekali terlintas pikiran polosku, untuk meniru mereka agar orang tuaku senang. Alangkah senangnya ibuku sekiranya tumpukan kayu persiapan memasak di bulan Ramadan sudah siap. Maka saya berupaya keras untuk memuwujudkan cita-citaku demi menyenangkan hati orang tua. Kejadian yang sangat menyakitkan, teman-teman sudah mengikat kayunya siap-siap pulang ke rumah. Sementara saya belum punya, saya menangis karena ada rasa kecewa, setengah harian mencari kok tidak dapat. Terbayang di pelupuk mata, pasti saya ditertawakan, dan ini pantang bagi saya, semangat kerjaku harus terwujud pikirku. Karena ada kesepakatan sehingga kakak sepupu sebagai yang paling besar meminta semua teman memberikan kayu bakarnya masing-masing 2 batang untukku. Akhirnya terkumpul juga, meskipun ada dua orang diantara temanku berbisik lirih. \u201cEnaknya hanya dikasih.\u201d 99","Kalimat itu sempat saya dengar namun tidak kuhiraukan, juga kurang puas batinku, karena bukan hasil jerih payah. Dari pada tidak membawa kayu bakar. Sampai di rumah saya tata kayu bakar tersebut di tumpukan yang sudah siap diisi. Malam harinya saat makan bersama, tiba-tiba ayahku berkata kepada kami. \u201cBesok hari Ahad, setelah kita sarapan kita pergi ke kebun tebang kayu untuk buat kayu bakar.\u201d Langsung saya menyambut dengan hati yang sangat girang. \u201cWah kesempatan, saya harus mengumpulkan sebanyak-banyaknya supaya tumpukan cepat penuh dan saya bisa ikut berbicara manakala teman sebayaku membahas persiapan kayu bakar menjelang Ramadan,\u201d gumamku. Nampakanya ayahku membaca pikiranku jika ada sesuatu keinginan di pikiranku. Meskipun hanya Setumpuk Kayu Bakar, namun sangat memberikan arti yang luar biasa, yaitu muncul dengan sendirinya rasa tanggung jawab, rasa kebersamaan, gotong royong, kepedulian bagi yang lemah. Proses pengalihan rasa tanggung jawab sebagai anak, proses emosi yang ingin mendapat penghargaan yang bersumber dari keja keras dan niat yang ikhlas. Keinginan keras yang lahir dari dalam diri anak sukar untuk ditampikkan. Memang setiap anak atau individu ada rasa keingin seperti yang saya alami, mengalir seadanya, tidak pernah dilarang oleh kedua orang tua selama tindakan, pekerjaan masih batas pengembangan kepribadian dan latihan. 100","Pendidikan dan pengembangan karakter melalui pembiasaan dalam rumah tangga. Pendidikan yang didapatkan dari pembiasaan dalam rumah tangga merupakan format kedua setelah didikan yang didapatkan sejak dalam rahim ibu, dan sekaligus merupakan seasen kedua yang kita dapatkan . Di era ini kita dididik lebih heboh lagi karena diusia kita (usia 4 - 12 tahun) masa dimana sangat memforsir kalori dan waktu orang tua kita, khususnya dalam mengarahkan anak. Mengapa? Dalam rumah tangga yang terjun langsung sebagai pendidik adalah kedua orang tua, sementara anak diharuskan menimba ilmu pengetahun formal, sesuai dengan \u201cSistem Pendidikan Nasional\u201d. Sudah barang tentu, didikannya diampu oleh guru dan berdasarkan kurikulum yang sudah punya metode, target dan tujuan yang hendak dicapai. Namun penerapan metode pendidikan dari orang tua dan guru kadang berbeda, disinilah anak kadang mengalami kendala Alhamdulillah bulan Ramadan yang dirindukan datang menghampiri kita, tentu kerinduan ini diimplementasikan dengan cara pemahaman, menyambut dan mengisi bulan Ramadan berpariasi. Kerinduan (Dosen Psikologi.com) \u201cRindu memiliki perasaan yang kompleks. Jika rindu bisa menjadikan sesorang sedih, maka itu juga yang bisa membawa seseorang menjadi sering tersenyum atau merasa bahagia\u201d. Mungkin ada rindu karena kemulian teristimewa yang ada di bulan Ramadan. Ada yang rindu karena rezekinya semakin banyak, karena jualannya semakin laris, ada juga rindu karena ada perubahan secara signifikan, ada juga rindu karena ingin meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang hanya 101","dapat digapai dan diraih karena kemuliaan Ramadan dibanding dengan bulan selainnya. Kerinduan yang dibahas di sini adalah kerinduan tentang pribadi penulis. Insya Allah kerinduan secara global, sebagaimana kita mafhum bersama puasa anak usia dini, baru tahap pembiasaan dan pendidikan yang lazimnya diterapkan dalam keluarga. Kerinduan saya awalnya karena memasuki bulan Ramadan, persiapan serba spesial, menu makanannya, pelaksanaan ibadahnya sudah pasti, serba berbeda dengan bulan-bulan selain Ramadan. Menu makanan, apalagi anak kecil seusiaku saat itu, pakaian baru hari lebaran sudah tergantung indah di pelupuk mata setiap anak, harapan keindahan, kenikmatan dan kelezatan menu buka puasa dan sahur seakan-akan sudah terasa dibibir munggil setiap anak, belum lagi hayalan perolehan sagu lebaran dari keluarga dan kerabatnya sudah dapat dihitung malah dipridiksikan akan membeli sesuatu yang belum dipunyainya. Inilah guliran khayalan setiap anak, maka wajar saja kerinduan semakin tidak tertahankan. Hingga sahur pertama harus dinikmati oleh semua anggota keluarga termasuk bayi sekalipun dibangunkan. Mengapa demikian? Orang tua menerapkan pendidikan pembiasaan dalam keluargannya sejak bayi. Pendidikan bagi orang awam terlalu berlebihan namun menurut teori pendidikan dini sangat wajar. Didikan ini telah berlangsung dalam kelurgaku, makan sahur bersama sesuatu kebiasaan. Entah besoknya puasa atau tidak karena ada halangan tidak menjadi soal. Makan sahur saja sudah dapat pahala, apalagi kalau puasa seharian ditambah dengan amalan-amalan lainnya seperti tadarus. Dalam mengisi bulan Ramadan pembiasaan selain salat tarawih, tadarrus, tidur siang sudah aturan dalam 102","keluarga, kegiatan bermain harus dikurangi. Ini saya alami dan sangat memberikan nilai tambah dalam diri dan kepribadiaan saya. Kebiasan ini berlangsung setiap tahunnya hingga saya masuk di SLTA. Sangat terasa efek normatif yang terdapat dalam pembiasaan keluarga, sehingga menambah rasa kerinduan datangnya bulan Ramadan tersebut. Salah satu kegiatan bila teringat sekarang sungguh malu rasanya. Namun bila teringat masa-masa manis itu kembali seakan-akan mengembalikan usia kekanak-kanakan 30 tahun yang lalu sekarang menjelma kembali. Ada rasa kangen, setelah tidur siang, salat Duhur, tadarus minimal 3 halaman. Saya bergegas mencari buah-buahan yang ada di kebun sendiri, seperti nanas, pepaya, jambu biji, nangka, dan lainnya. Di kampung jenis buah-buahan\/makanan seperti itu tidak harus beli cukup mencari di kebun sendiri. Sesampainya di rumah semuanya disajikan di meja makan sambil membantu ibu memasak persiapan buka bersama. Biasanya di desa hidangan awal buka puasa kolak, dengan asumsi kolak rasanya manis. Rasa manis bila pertama kali masuk ke dalam perut akan menambah stamina kita kuat sehari semalam, seperti halnya kurma yang merupan makanan buka pertama di Arab. Bulan Ramadan diisi berbagai kegiatan di daerah saya dulu merupakan masa-masa yang sulit dilupakan. Namun mengenangnya seakan-akan mengembalikan dunia saya ke masa lalu. Menyebabkan kadang tertawa geli seorang diri, karena kenangan itu menurutku sangat natural. Misal menjalankan ibadah salat tarawih berjamaah di Masjid Raya yang terjauh, kesempatan minta izin kepada kedua orang tua untuk menuju mesjid terjauh bersama teman-teman. 103","Sesuatu yang sangat lucu sebagaimana kita ketahui bahwa di tahun 1975 listrik belum sampai di desa saya. Sehingga sangat gelap, menyusuri jalan yang berkerikil tajam dalam gelap gulita dengan menggunakan sulo atau obor sebagai penerang di jalan menuju ke mesjid menambah semangat kami. Hujan tidak dihiraukan yang penting salat tarawih di Masjid Raya tersebut. Diantara kami beberapa kelompok anak laki-laki juga demikian halnya, mereka kadang mengerjai kami saat kembali dari mesjid. Obor yang dibawa oleh anak perempuan ditiup sehingga mati apinnya atau nyalanya, menyebabkan kami berteriak ketakutan. Lalu salah seorang anak laki-laki bersuara menyerupai burung hantu atau selainnya. Kadang juga mereka bersembunyi di balik batu besar begitu anak perempuan melalaui batu tersebut mereka lalu melompat keluar. Menyebabkan kami kaget dan berteriak histeris. Ini berlaku setiap malam disaat kami lengah dan sasaran mereka (laki-laki) kepada anak penakut. Setelah kami menyusuri siapa gerangan yang sering menakut-nakuti tersebut, kami anak perempuan membuat sesuatu persiapan untuk menghentikan aksinya. Kami membawa sambal yang lumayan pedes untuk ditaburkan ke wajah mereka pada saat mereka beraksi lagi, yang lain menyiapkan pasir yang berbau sebagai jaga-jaga. Pada dasarnya kami tidak bermaksud untuk membalas yang lebih sadis, namun itu adalah strategi kami. Karena biasanya mereka anak laki-laki duduk bersembunyi menunggu anak perempuan lewat baru mereka beraksi. Kami tidak kalah cerdiknya, begitu kami sudah kumpul siap berangkat ke Masjid Raya, mulai saya membuka percakapan 104","sehubungan dengan senjata penakluk yang kami buat. Saya kemudian bertanya kepada teman lain. \u201cSambel cabe rawit yang kita buat tadi siang sudah dibagi-bagi belum?\u201d Dengan suara yang sedikit keras, tujuannya agar pelaku teror mendengarkan, kemudian ada juga menannyakan. \u201cPasir yang sudah dicampur dengan garam juga dibawa?\u201d \u201cSiaaaap,\u201d jawab kami seremapak. Sambil berjalan mengitari jalan berkerikil, dan suasana gelap gulita sambil ngobrol, tidak terasa sudah sampai di rumah masing-masing. Ternyata siasat yang kami tempuh dapat menjauhkan ulah usil anak laki-laki tersebut. Di Masjid Raya tempat kami salat tarawih dan salat Subuh berjamaah menorehkan kisah yang berbekas sampai saat ini. Ringkas cerita kalau bisa saya mengatakan bahwa tujuan kami salat tarawih dan salat Subuh berjamaah di Masjid Raya, semata-mata bukan hanya untuk beribadah, namun disisi lain ada yang menjadikan ajang untuk bertemu dengan orang yang ditaksir. Sebut saja Nila yang rumahnya dari dusun yang berbeda dengan kami lebih jauh lagi. Rumah Nila ke Masjid Raya sekitar 3 km, sedangkan rumah Raman (tetanggaku) sekitar 2 km. Nila dan Raman ini menjalin cinta monyet di sekolah (MTs) mereka berdua sering surat menyurat. Mereka kelihatannya senang dengan datangnya bulan Ramadan, dimana mereka menggunakan waktu saat pulang salat taraweh berkencang alias berpacaran. Namun perlu saya utarakan bahwa cara pacaran orang dulu dan sekarang jauh 105","berbeda, zaman dulu masih memiliki rasa malu, sehingga jika Nila dan Raman tersebut bertemu di jalan ada rasa takut, rasa malu kalau ada yang melaporkan ke orang tua mereka. Sehingga kadang saya mendapat upah tutup mulut berupa permen atau makanan lainnya. Di situasi inilah saya bersama temanku mengambil kesempatan. \u201cKak Raman bawa permen apa tidak,\u201d ucapku. Kalau jawabannya tidak, kami berdua mengancam untuk menceritakan ke orang tuanya, namun jika membawa tanpa kami tanyakan langsung disodorkan beberapa biji permen. Kami langsung lari dan ketawa karena sudah mendapatkan sogokan tutup mulut, sambil mululutnya mendesir. \u201cDasar anak nakal.\u201d Momen yang tidak bisa kami lupakan karena kami menyaksikannya, tapi alhamdulillah bukan pelakunya. Saat salat Isya dan taraweh berjamaah berlangsung biasanya bapak saya yang menjadi imam. Setelah salat tarawih selesai minta digantikan oleh wakil imam, pada saat itu bapak mundur ke barisan paling akhir. Bapak lakukan untuk mengintai anak siapa gerangan yang selalu membuat ricuh pada saat salat berjamaah, karena sudah mendapat laporang bahwa ada beberapa anak laki-laki setiap salat hanya mengganggu temannya. Sebagai bentuk pembiasaan dan didikan bapak ingin menyaksikan dan menangkap langsung pelaku gaduh tersebut tentunya untuk diarahkan dan didik. Di kecamatan saya yang sangat ditakuti oleh anak-anak adalah bapak saya. Beliau disamping guru agama juga berprofesi sebagai pendakwah, maka masyarakat mempercayai dan 106","menyerahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan pelaksanaan keagamaan kepada bapak. Pada saat salat witir berlangsung bapak menyaksikan beberapa anak saat temannya rukuk maupun sujud, maka si nakal tersebut menadahkan kakinya ke bawa paha sehingga mengakibatkan tersungkur, dan parahnya memancing yang lain tertawa. Rakaat partama, kedua hingga rakaat terakhir sudah berlangsung tanpa menyadari kalau ada yang mengamati di teras. Bapak menunggui dan mengumpulkan anak-anak yang disaksikan usil tersebut dikumpulkan untuk diberikan hukuman mendidik. Disaksikan oleh orang tua mereka, agar orang tua memahami kelakuan anaknya secara langsung untuk diarahkan di rumah. Kejadian ini biasanya dijadikan tema saat kultum agar anak-anak lebih menata lagi pelaksanaan ibadah yang dilakukan khususnya di bulan suci Ramadan. Karena Masjid Raya biasanya sesudah salat Isya ada kultum terlebih dahulu baru kemudian salat taraweh dan salat witir. Mendengarkan ceramah atau kultum tersebut bagi anak yang berfikir sebagai sumber ilmu pengetahuan, kapan lagi kita menerima pencerahan kalau waktu tersebut tidak dimanfaatkan. Bulan suci Ramadan ini segala manifestasi mendaptkan ilmu dan melaksanakan ibadah yang jauh lebih mulia dibanding bulan-bulan yang lainnya. Sehingga meskipun jarak tempuhnya jauh dan menantang tetap kami melaluinya, disamping juga di bulan suci Ramadan adalah wadah untuk bertemu dengan kawan-kawan yang bekerja atau sekolah di wilayah lain. Bulan Ramadan sekitar tahun 1978 ke atas biasanya oleh pemerintah dijadikan libur atau cuti panjang. Sehingga 107","warga yang bersekolah dan bekerja di luar kota sempat menjalankan ibadah dengan khusyu bersama keluarga dan bersilaturrahmi dengan keluarga besarnya. Fenomena menyambut dan mengisi bulan Ramadan dulu dan sekarang hampir sama tapi tetap berbeda. Kalau bisa saya mengatakan semasa anak-anak menyambut dan mengisinya sangat disakralkan bulan Ramadan tersebut. Seperti yang sudah diuaraikan bahwa saya dan tema-teman memilih salat taraweh dan salat Subuh di Masjid Raya yang jauh. Padahal dekat rumah ada musalla untuk salat berjamah setiap waktu di luar bulan Ramadan. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada yang lekang oleh panas, namun masa anak-anak susah untuk ditepis apalagi untuk dilupakan. Saya pribadi banyak terinspirasi dari masa kanak-kanak dalam upaya untuk mengarahkan anak- anak sendiri demikian juga untuk siswa di sekolah. Ataukah bisa dikatakan bahwa masa anak-anak atau masa lalu setiap orang ada unsur sejarahnya. Sejarah pada dasarnya adalah sumber pendidikan dan sumber mendidik. Sumber pendidikan maknanya dengan adanya jejak langkah atau sejarah orang tertentu dikemas, ditata, yang kurang dilengkapi yang lebih dikurangi untuk dijadikan sebagai sumber pelajaran untuk deawasa ini. Adapun sumber mendidik, adalah cara kelolah orang tua mendidik kita anak-anaknya terpatri sampai saat sekarang ini di diri kita. Sehingga acapkali bila menyaksikan anak kita melakukan kesalahan atau kekhilafan, secara spontanitas kita teringat kepada cara orang tua mendidik kita dahulu. Inilah yang disebut pendidikan tiga dimensi, yakni orang tua kita mendapat didikan dari orang tuannya, kita mendapatkan didikan dari orang tua kita sendiri, dan kita 108","mendidik anak-anak kita sendiri dengan formulasinya yang tidak jauh beda. Adapun kalau ada perbedaannya tidak terlalu signifikan, demikian pendidikan pembiasaan dalam menyosong dan mengisi bulan Ramadan kita masih berkiprah pada tata nilai-nalai pendidikan Agama Islam. Pendidikan Islam yakni Al Quran dan Al Hadis adalah sumber autentik kita sebagai umat Islam di seluruh jagat raya ini. Selebihnya kita yang di zaman melinial ini, berbagai tantangan yang dihadapi sebagai penanggung jawab pendidikan. Baik di dalam rumah tangga kita sendiri maupun di lembaga pendidikan formal atau sekolah. Dimana kita ditantang untuk harus mampu menaklukkan nilai-nilai yang bertentangan norma aqidah dan kaidah kita. Sehingga sebagai pendidik harus mampu mengkorelasikan tatanan pendidikan yang lalu dan sekarang. Di sinilah pentingnya saya melirik jauh ke masa lalu bagaimana menyambut dan mengisi bulan Ramadan. Dulu fenomena alam, situasi yang mengerikan tantangan yang terjal disingkirkan semua demi untuk mengisi bulan suci Ramadan. Makanan yang sekedarnya untuk mengisi perut demi kelanjutan hidup dan kemampuan beribadah kepada Allah SWT. Pakaian yang seadanya yang penting bersih memenuhi syarat untuk beribadah. Kendaraan tidak punya, bukan penghalang untuk mengisi bulan Ramadan yang dirindukan oleh umat islam di seluruh dunia ini, begitu sakralnya menurutku. Mari sebagai umat Islam, sebagai pendidik meningkatkan dedikasi kita disegala bidang agar bulan suci Ramadan tahun ini tidak berlalu tanpa kita mendulang pahala. Suatu rasa syukur yang tidak terhingga lahir dibenakku, kita adalah orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk mengisi bulan 109","suci Ramadan. Sementara di tempat yang lain, sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengisi bulan Ramadan, malah takdir berbicara lain. Begitu beduk ditabuh sebagai isyarat bahwa esok harinya kita sudah berpuasa, mereka dijemput oleh Malak al Maut pencabut nyawa Izrail untuk kembali ke hadirat-Nya. Momen ini tidak ada yang dapat memohon untuk menunggu sampai setelah lebaran. Semoga kita semua diberikan usia yang panjang yang manfaat untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Semoga tulisan ini ada didikan moralnya. Segala salah dan hilaf mohon maaf. Aamin ya Rabbal \u2018Alamin. 110","Biografi Penulis Hafidah biasa dipanggil Fidah, lahir di Sinjai, 12 September 1969 dari seorang ibu yang tangguh, kuat, dan sabar. Mempunyai seorang ayah yang kuat, pekerja keras, komitmen, displin berfikiran maju dan cemerlang dan bertanggung jawab. Perpaduan dua karakter inilah melahirkan 10 pribadi yang andal dan patuh serta berkesadaran tinggi sebagai hamba Allah SWT dan umat Nabi Muhammad SAW. Bu Fidah sapaan akrabnya dari teman seprofesi sempat mengenyam pendidikan dari lembaga : - Tahun 1982 lulus dari SD Negeri No 88 Jennae - Tahun 1985 lulus dari MTSN Sinjai - Tahun 1988 lulus dari MAN Sinjai - Tahun 1992 lulus dari IAIN Alaudin Makassar Tahun 1998 dipercaya oleh pemerintah sebagai ASN sampai sekarang. Hafidah sebelum dipindah tugaskan ke MIN 6 Cilacap pernah mengajar di MTS Masohi, MAS Masohi dan SMA Islam Masohi, sejak tahun 2000 mengajar di MIN 6 Cilacap sebagai guru kelas sampai sekarang. Hafidah ditakdirkan bertemu dengan laki-laki tampan dari Majenang berprofesi sebagai ASN juga. Dari kerjasama, saling pengertian, saling menerima kekurangan dan kelebihan, maka diamanai oleh Allah SWT 3 orang putri, yakni pertama Anjar Durratul Aeni Tasikin, usia 21 tahun masih semester terakhir di IAIN Purwokerto, kedua Nur Amniar Rizko Tasikin, usia 19 tahun masih kuliah semester 2 di IAIN Kudus dan ketiga Dian Sastrawati Tasikin, usia 11 tahun masih di MTS 3 Cilacap kelas 1. 111","Motto : \u201cUsia bisa tua, tapi semangat, dedikasi dan loyalitas tetap muda dan bersahaja\u201d. Prinsip inilah Hafidah berbaur atau gabung dengan penulis yang handal dan muda-muda di GUMALIS, agar pengalaman terasah dan terjalin silaturahmi antar ASN di semua madrasah khususnya di Kabupaten Cilacap. Gumalis, jaya dan berkarya selalu, karyamu dinanti-nantikan. 112","Bagian 09 Seribu Cerita Ramadanku Robingaenah Mengawali datangnya bulan Ramadan banyak tradisi yang dilakukan oleh umat Islam. Seperti berziarah ke makam leluhur, membersihkan lingkungan sekitar makam dan mengirimkan doa. Tidak ketinggalan akupun ikut melakukan tradisi itu. Rasanya gembira sekali diajak orang tua pergi ke makam untuk mendoakan kakek, nenek yang sudah tiada. Menjelang sore sebelum memasuki waktu maghrib aku membersihkan tubuhku dengan mandi keramas. Ini menjadi kebiasaan yang dilakukan untuk menyambut datangnya Ramadan. Badan bersih, hati gembira penuh suka cita akan datangnya bulan suci Ramadan. Berpuasa, menjadi moment yang istimewa bagiku. Apalagi berpuasa di bulan Ramadan. Teringat sewaktu masa kecilku dulu. Betapa antusiasnya saat Ramadan datang. Ya, sifat anak-anak yang pasti akan heboh ketika ada hal-hal baru. Seperti halnya hari pertama melaksanakan salat tarawih. Aku 113","dan teman-teman akan saling mendatangi untuk mengajak ke mushala bersama-sama. Aku tinggal di sebuah desa di pinggir kota. Suasanya desaku sudah cukup ramai. Apalagi tempat tinggalku berada di dekat kantor pemerintah desa. Di depan rumahku ada mushola kecil tempat biasa aku bersama teman-teman mengaji dan melaksanakan salat. Waktu magribpun tiba. Beramai-ramai kami bergegas ke mushola untuk melaksanakan salat berjamaah. Karena masih anak-anak kami berdiri di shaf. Dengan gerakan yang belum sempurna kami berusaha untuk melaksanakan salat dengan khusyuk dan tertib. Usai melaksanakan salat Magrib kami kemudian mengambil Al Quran untuk mengaji bersama dengan guru ngaji dengan Eyang Abdul Mukhtar, yang biasa kami panggil dengan Eyang Dul. Eyang Dul adalah imam sekaligus guru ngaji di mushola kami waktu itu. Beliau sosok yang menyayangi anak-anak. Sangat telaten mengajari huruf demi huruf Al Quran pada kami. Tegas dalam setiap mengajar ngaji. Tidak jarang saat salah mengucapkan huruf Beliau mengeraskan dan menekan suaranya sebagai tanda bahwa ada kesalahan kami dalam mengucapkan huruf Al Quran tersebut. Setelah selesai mengaji biasanya kami tidak langsung pulang ke rumah. Kami bermain terlebih dahulu di halaman mushola sambil menunggu waktu isya. Permainan yang sering kita lakukan adalah petak umpet. Dulu di depan mushola masih ada pohon jambu dan pohon rambutan. Kedua pohon ini yang sering kita jadikan tempat bermain petak umpet. Berbeda dengan malam bulan puasa, bukan lagi petak umpet yang kami lakukan selesai mengaji melainkan kami 114","gunakan untuk menikmati makanan takjil yang kami bawa dari rumah. Kita saling bertukar makanan. Rasanya nikmat sekali meski hanya berupa kolak pisang ataupun es campur yang sudah tidak dingin lagi. Azan Isya sudah berkumandang, kami bergegas untuk mengambil air wudlu dan masuk ke mushola. Sambal menunggu Eyang Dul untuk menjadi imam salat, anak laki- laki biasa melantunkan puji-pujian yang diikuti oleh para jamaah lainnya. Suara merdu mengalun memberikan ketenangan pada kami semua. Malam pertama sahur membuat rasa hatiku campur aduk. Senang yang tiada tara, sampai-sampai mata ini tidak bisa segera terpejam. Membayangkan makan sahur bersama keluarga besarku. Orang tuaku memiliki 9 anak. Aku adalah anak ke-5 dan mempunyai 4 orang adik. Bisa terlihat betapa ramainya suasana di keluargaku. Sebelum tidur, ibu terbiasa menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak untuk makan sahur. Beliau sering melibatkanku untuk membantunya. Karena dua kakak perempuanku bekerja menjadi TKW di luar negeri sehingga aku sebagai anak perempuan terbesar di rumah yang menggantikan untuk membantu pekerjaan ibu. Masakan yang ibu siapkan untuk makan sahur bukanlah makanan-makanan mewah, tapi kami tidak pernah menolaknya. Kami bersyukur masih bisa menikmati makan sahur dengan lauk yang seadanya. Karena ibu mengajarkan pada kami apapun yang menjadi makanan saat sahur akan membuat puasa kita kuat jika hati kita gembira dan niat kita yang kuat untuk berpuasa. 115","Bulan Ramadan memang bulan penuh keistimewaan. Berlimpah keberkahan dan kebahagiaan. Rasa antusias dalam menjalankan ibadah di bulan inipun sering terlihat dari cerianya teman-temanku. Ketika kami bertemu, ada banyak hal yang kita saling sampaikan. Kita sering membuat janjian untuk saling membangunkan sahur. Cara membangunkan sahur yang asyik itu dengan membunyikan dua tutup panci yang saling dipukulkan. Riuh sekali memang, tapi ini menyenangkan. Kami keluar rumah, keliling jalan di sekitar rumah sambil membunyikan tutup panci dan meneriakkan \u201csahur, sahur, sahur!\u201d Ketika membangunkan teman-teman untuk sahur dengan cara ini tidak membuat orang-orang tua marah. Melainkan mereka terlihat gembira, karena tidak susah-susah membangunkan kami untuk makan sahur. Setelah berkeliling membangunkan teman-teman kami melanjutkan makan sahur bersama keluarga di rumah masing-masing. Mungkin karena lelah berkeliling maka saat makan sahur kita dapat menghabiskan makanan dalam porsi banyak. Ada banyak nilai baik yang dapat dipetik dari membangunkan dengan cara menabuh tutup panci. Anak- anak menjadi kreatif karena mereka akan mencoba nada- nada yang dimainkan ketika menabuh tutup panci. Rasa kebersamaan dengan teman-teman untuk saling membangunkan sahur tercipta. Melakukan ibadah menjadi lebih bersemangat. Para orang tua pun menjadi lebih mudah mengajak untuk bangun malam melaksanakan sahur. Apalagi seorang ibu yang mempunyai kewajiban lebih banyak dalam menyiapkan hidangan sahur, ini menjadi terbantu karena 116","tidak ditambahkan harus membangunkan anaknya terus menerus untuk makan sahur. Makan sahur bernilai ibadah, untuk itu sedapat mungkin setiap yang menjalankan puasa hendaknya diawali dengan makan sahur terlebih dahulu. Selain itu juga dengan makan sahur pencernaan kita akan terjaga. Karena di siang harinya perut kosong, maka kita harus punya cadangan makanan agar kondisi tubuh tetap terja. Sifat anak-anak adalah gemar bermain dan bersendau gurau. Tidak ada rasa letih ketika sudah bermain, meskipun sedang berpuasa sekalipun. Teriknya matahari kadang tidak dirasakan kalau sudah berkumpul, berkejaran dengan teman- teman sambal menunggu waktu dhuhur atau ataupun menunggu waktu berbuka. Demikian juga denganku. Meski aku adalah seorang anak perempuan, aku suka bermain petasan. Jenis petasan yang aku mainkan adalah petasan rakitan sendiri, alat yang digunkaan untuk memasukkan obat petasan (karbit) tersebut dibuat dari beberapa kaleng susu bekas atau kaleng bekas lainnya yang dirangkai. Ada juga yang dibuat dari bambu panjang. Jeblugan dari bambu panjang diletakkan dalam lubang tanah dengan posisi mendatar. Ruas bambu dilubangi dan pada ujung-ujungnya diberi penutup dari kain. Untuk menyalakan jeblugan ini pertama adalah dengan merendam karbit yang dipotong kecil-kecil dalam wadah yang berisi air, kemudian kemudian dimasukkan ke dalam bambu dan ujungnya disulut dengan api. Dalam sekejab \u201cdhuarrr!!\u201d suara dari bambu jeblugan terdengar menggelegar. 117","Jeblugan ini menghasilkan suara dentuman yang lumayan keras. Memang kadang sering mengagetkan. Tapi juga namanya anak-anak, bukannya takut malah tertawa gembira. Aku sering menyalakan jeblugan ini bersama kakak laki-lakiku yang bernama Yusin. Karena selisih usia kami tidak terlalu jauh jadi kami memang sangat akrab. Sering aku ikut bermain bersamanya memainkan jeblugan ini. Tidak merasa bosan mendengar dentuman dari jeblugan ini. Karena sudah dapat dipastikan selama sebulan penuh di bulan Ramadan pasti kami menyalakan jeblugan ini. Pagi hari seusai salat Subuh atau menjelang asar adalah waktu-waktu yang sering kita gunakan untuk bermain jeblugan. Selain bermain jeblugan, permainan yang sering kami lakukan di siang hari untuk menunggu waktu buka adalah bermain lempar biji sawo. Alat utama yang digunakan adalah beberapa biji sawo yang dikumpulkan dari beberapa orang pemain. Beberapa batu bata yang ditata sejajar. Di atas batu bata ini diletakkan daun nanas yang telah dipotong ujung- ujungnya sebagai tempat meletakkan biji sawo. Ranting pohon yang digunakan sebagai alat untuk melempar daun nana yang sudah terisi biji sawo. Cara permainan lempar biji sawo sangat sederhana. Para pemain bersepakat untuk mengumpulkan biji sawo dengan jumlah yang sama untuk setiap satu kali permainan. Misalkan setiap pemain harus meletakkan 5 biji sawo di atas daun nanas yang telah dipasang. Kemudian semua pemain melakukan pingsut (adu jari). Yang menang maka melakukan lemparan terlebih dahulu. 118","Pemain pertama melakukan lemparan ranting yang mengarah pada daun nanas yang berisi biji sawo dengan jarak yang telah disepakati bersama. Ranting harus mengenai sasaran. Biji sawo yang terjatuh dari atas daun nanas itulah yang menjadi hak milik dari pelempar. Pelempar pertama berhenti setelah melakukan satu kali lemparan dan dilanjutkan oleh pemain berikutnya. Begitulah seterusnya sampai biji sawo yang ada di atas daun nanas habis. Meski permainan ini sangat sederhana, tapi dapat membuat hati senang. Biji-biji sawo yang kami peroleh kami kumpulkan dalam kantong-kantong plastik. Aku dan teman-teman biasa mencari biji sawo untuk permainan lempar biji sawo di halaman samping rumah. Dahulu di samping rumah orang tuaku ada pohon sawo yang besar. Buahnya lebat. Banyak buah yang telah masak di pohon tidak sempat dipetik, akhirnya habis di makan kelelawar. Biji- bijinya banyak yang berserakan di bawah pohon. Selain di halaman samping rumah, aku dan teman- teman juga kadang sengaja mencari biji sawo di pekarangan tetangga yang memiliki pohon sawo. Jika beruntung tidak hanya biji sawo yang kami temukan. Kami juga menemukan sawo yang terjatuh dan sudah masak. Senang rasanya menemukan sawo yang masak. Bisa di makan kalau sudah buka puasa. Buahnya dimakan, bijinya bisa untuk bermain. Kolak adalah salah satu makanan khas yang pasti ada dibulan Ramadan. Kolak ini menjadi pilihan santapan untuk berbuka puasa. Bahan-bahan yang sering digunakan untuk membuat kolak di antaranya adalah ubi jalar, singkong, pisang, dan bisa juga kolang kaling. Semua bahan direbus terlebih dahulu menggunakan santan dan gula merah. Untuk 119","menambah aroma harum, dapat ditambahkan dengan daun pandan. Hampir setiap sore ibuku membuat santapan satu ini. Karena hampir semua anggota keluarga suka dengan kolak buatan ibu. Rasa manis dan nikmatnya isian kolak selalu dinanti saat waktu buka tiba. Ibu membuat kolak bukan hanya untuk keluarga sendiri, biasanya ibu membuat kolak dalam porsi besar. Tujuannya adalah selain dimakan sendiri, kolak ini juga dibagikan ke tetangga terdekat. Ibu mengajarkan pada kami untuk saling berbagi. Tidak harus sesuatu yang bernilai mahal, tetapi sesuatu itu bermanfaat bagi orang lain. Salah satunya adalah dengan membagi apa yang kita makan. Apalagi berbagi di bulan Ramadan. Bulan Ramadan merupakan bulan penuh pembelajaran. Kita diajarkan untuk bisa merasakan lapar yang sering dirasakan oleh mereka yang kekurangan makan. Kita diajarkan untuk berbagi dengan ikhlas. Berlatih bersabar. Sebagai contoh bersabar dalam menunggu waktu berbuka mulai dari waktu subuh sampai waktu magrib. Tidak akan pernah habis untuk diceritakan untuk mengenang masa kecil saat Ramadan datang. Semua peristiwa yang terjadi adalah sesuatu yang istimewa dan akan terus melekat dam hati dan pikiran. Seperti peristiwa puluhan tahun lalu, saat aku masih berusia 8-9 tahun. Seusai berbuka puasa dan salat Magrib, aku dan teman-teman membeli makanan kecil di toko yang tidak jauh dari rumah kami. Kebiasaan anak-anak, makan nasi 120","saja tidak cukup untuk berbuka. Karena siang hari kami tidak jajan, maka sebagai gantinya seusai berbuka kami membeli beberapa jajan. Jajanan yang kami suka yaitu makanan kecil seperti kacang bawang, pang-pang, kacang hijau, dan ada beberapa lainnya lagi. Makanan tersebut sekarang ini bukan lagi makanan istimewa yang dicari anak-anak. Sekarang anak-anak lebih mengenal es krim, es sultan, brownis, dan makanan modern lainnya. Namun demikian makanan kecil dulu bagiku dan teman-teman adalah makanan yang sangat enak. Kami tidak bosan memakan tiap malam seusai berbuka puasa. Terkadang belum habis jajanan kita makan, waktu salat Isya datang dan dilanjutkan tarawih. Kami bergegas menuju mushola agar tidak tertinggal waktu salat. Berebut wudhu terkadang menjadi hal biasa yang kami lakukan. Karena berebut wudhu sampai-sampai baju kita basah kuyup. Makanan yang belum habis kami makan kami bawa masuk ke mushola dan kami sembunyikan di bawah di tempat paling aman. Dimanakah itu? Ya, benar\u2026 kami menyembunyikannya di bawah sajadah tempat kami salat. Sesekali saat gerakan sujud kami membuka sajadah kami hanya untuk memastikan kalau jajanan kita masih utuh dan aman. Waktu menyelesaikan salat tarawih terasa lama, karena kami tidak sabar untuk melanjutkan makan jajan yang di simpan di balik sajadah. Selain jajan yang kami simpan di balik sajadah ada juga batang lidi yang dipotong menjadi beberapa bagian. Lidi-lidi ini adalah untuk menghitung jumlah rakaat salat tarawih yang sudah dikerjakan. Setiap selesai dua rakaat salat tarawih yang 121","telah dikerjakan, kami keluarkan satu batang lidi dari persembunyiannya. Ketika tersisa satu lidi di balik sajadah seperti ada semangat terbarukan. Karena itu sebagai tanda bahwa salat terawih akan segera selesai dan artinya kita bisa melanjutkan makan jajan. Usai salat tarawih aku dan teman-teman bergegas keluar mushola menuju serambi mushola. Anak laki-laki biasanya langsung mengambil alat untuk menabuh bedug sebagai tanda salat tarawih usai dikerjakan malam ini. Dari kejauhan juga terdengar alunan bedug yang saling bersahutan antara mushola yang satu dengan yang lain. Suasana riang terus terasa setiap malam. Tidak ada kesedihan di wajah anak-anak ataupun para orang tua di bulan Ramadan. Saat malam bulan Ramadan mushola-mushola di desaku ramai sampai larut malam. Banyak kegiatan yang dilaksanakan di sana. Mulai dari kegiatan salat fardu, salat tarawih, dan kegiatan keagamaan lainnya. Ada satu kegiatan yang menjadi budaya di mushola dan lingkungan tempat tinggalku seusai salat tarawih. Setelah selesai salat tarawih dan menabuh bedug, Kegiatan yang dilakukan adalah membaca Al Quran secara bergantian, mulai dari juz pertama di malam pertama bulan Ramadan. Kegiatan ini dikenal dengan bandungan. Sistem bandungan ini adalah membaca Al Quran dengan disimak langsung secara bergantian oleh para jamaah. Satu orang membaca yang lainnya menyimak bacaan dan bergantian terus dengan yang lainnya. Jamaah yang ada membentuk menjadi beberapa kelompok. Untuk dapat mengkatamkan 30 juz selama bulan 122","Ramadan, maka kegiatan bandungan dilaksanakan setiap malam dengant arget 1-2 juz. Tidak hanya orang dewasa yang mengikuti bandungan ini, tidak ketinggalan aku dan teman- teman juga ikut bandungan ini. Meski tidak setiap malam aku mengikutinya. Dengan kegiatan bandungan ini selain memperlancar bacaan Al Quran juga menjadi lebih paham terhadap tajwid- tajwid bacaannya. Rasa kekeluargaan antar warga pun menjadi terasa lebih erat, karena cukup banyak waktu yang dihabiskan bersama di mushola untuk melakukan kegiatan- kegiatan keagamaan. Aku dan teman-teman pasti sudah ngantuk sebelum bandungan selesai. Aku terkadang berbaring di pangkuan ibu sambil mendengarkan beliau melantunkan ayat-ayat Al Quran saat beliau mendapat giliran untuk membaca. Meski tidak sampai tertidur. Setelah kegiatan bandungan selesai, disajikan makanan takjil untuk disantap bersama-sama. Teh hangat yang manis menemani waktu bercengkerama para orang tua usai bandungan. Banyak cerita yang saling mereka sampaikan. Aku hanya mendengarkan sambil menahan kantuk. Indahnya setiap Ramadan akan selalu menjadi cerita yang terus terpatri dalam hati. Setiap peristiwa yang dilalui akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Kebaikan- kebaikannya akan terus dijadikan keteladanan. Sekarang usiaku sudah bukan anak-anak lagi. Aku telah menjadi seorang ibu. Dan cerita kecilku akan aku sampaikan pada putraku. Agar diapun tahu betapa senang dan nikmatnya berpuasa di bulan Ramadan dengan seribu ceritaya. 123","Biografi Penulis Robingaenah, lahir di Cilacap, 14 Maret 1979. Aktivitas sehari- harinya sebagai guru di MI Ya BAKII Kuripan Kidul Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Suami Wajan, S. Pd.I., M. Pd, mempunyai seorang anak Ahmad Aqila Nur Fatah. Menyukai dunia literasi, karena literasi dapat mengasah kepekaan terhadap sosial dan lingkungan. Dengan berliterasi akan membuka cakrawala. Selain menjadi anggota Komunitas Gumalis Cilacap (Guru Madrasah Menulis Cilacap) juga menjadi anggota Komunitas Menulis Wadas Kelir (KMWK). Ada beberapa karya antologi yang ditulis baik dari komunitas Gumalis ataupun KMWK di antaranya: Remot Kontrol, Ada Rindu di Raudhah, Apis Sang Penyelamat, Rumah, Laboratorium Istimewa, Semua Karena Kalian, Untuk Kalian, dan sebuah karya essay dengan judul Konsep dan Penerapan Materi Essensial Dalam Pembelajaran Berkualitas dan Efektif Pada Masa Pandemi Covid-19. Alamat tinggalJln. Diponegoro RT.004\/003 Kuripan Kidul Kec. Kesugihan Kab. Cilacap. Email: [email protected] dan Hp. 081542720179. 124","Bagian 10 Mutiara Hatiku Saryati Ramadan\u2026 Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, karena di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan atau yang lebih kita kenal dengan malam lailatul qadar. Di bulan ini pula Allah mewajibkan umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa seperti yang tertuang dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya \u201cWahai orang- orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa\u201d. Tapi selain itu banyak lagi keberkahan yang kita dapatkan di bulan ini. Keberkahan itu juga banyak dirasakan oleh anak-anak. Kita dapat melatih anak-anak untuk bersabar dalam segala hal. Yang ada dalam pemikiran mereka ketika mendengar kata Ramadan adalah bahwa siang hari tidak makan, malam mengerjakan salat tarawih, ketika berbuka akan banyak makanan yang sangat banyak dan tentunya sangat lezat. Apalagi bagi golongan anak-anak, maka bulan Ramadan adalah bulan yang sangat ditunggu-tunggu 125","Di sebuah desa hiduplah sebuah keluarga yang mempunyai tiga orang anak laki-laki. Yang tertua bernama Arka sudah duduk di bangku SMA, yang kedua bernama David duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan yang ketiga bernama Ilham duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI). \u201cIbuuuu\u2026.\u201d Ilham yang terkenal manja berteriak sambil berlari memanggil ibunya. \u201cAda apa Dik? Kenapa teriak-teriak begitu?\u201d Tanya Bu Rania yang sedang menyapu ruang tamu. \u201cKata Aldo temen dedek, sebentar lagi puasa ya bu\u2026 katanya satu bulan lagi, apa benar bu?\u201d Jawab Ilham sambil ngos-ngosan karena habis berlari-lari hanya untuk bertanya kepada ibunya tentang bulan puasa. \u201cBenar Dik, tepatnya 20 hari lagi kita sudah akan bertemu bulan Ramadan. Memangnya kenapa Dik, kalo bulan puasa? Adik pasti sudah ingin berpuasa yah?\u201d Terang Bu Rania sambil sesekali mencium pipi Ilham yang gembul dan menggemaskan. \u201cAlaaah\u2026. paling-paling Adik hanya ingin minum es campur tiap buka puasa, padahal gak puasa, ya kan Dek \u2026?\u201d Jawab Arka yang akan ke dapur mengambil air minum . \u201cEnggak ya Bu\u2026? Adik kan puasa, tahun kemarin Adik juga puasa.\u201d \u201cIya puasa, cuma sampai jam sepuluh, habis itu berbuka.\u201d \u201cTapi kan dilanjut lagi puasanya, ya kan Bu\u2026\u201d sambil mengucek-ucek matanya yang sudah memerah karena hampir menangis. 126","\u201cIya, namanya juga belajar, tahun kemarin sudah sampai jam sepuluh semoga tahun ini bisa rampung sampai magrib,\u201d ucap Bu Rania sambil mengelus-elus rambut Ilham untuk menghiburnya \u201cAlaaaah Adik manja, gitu aja mau nangis,\u201d Arka berkata sambil tersenyum mengejek Ilham. \u201cMamassss\u2026.\u201d Iham berteriak sambil menghentak- hentakkan kakinya karena kesal. \u201cSudah Dik biarkan saja, Mas Arka memang suka ngeledek, yang penting untuk tahun ini Adik belajar puasa lagi sekuatnya Adik saja, kuat sampai jam dua ya sampai jam dua, syukur-syukur bisa sampai magrib\u201d hibur Rania kepada Ilham yang sudah cemberut karena kesal kepada Arka. \u201cSudah jangan cemberut saja, sana main lagi sama temanmu, biar nanti Mas Arka ibu bilangin supaya tidak ngeledek kamu lagi. Ok?\u201c Bujuk Bu Rania sambil mencium pipi Ilham, kemudian mereka tos, dan akhirnya Ilham berlari keluar untuk bermain bersama teman-temannya dan Bu Rania melanjutkan menyapu Bu Rania berjalan menghampiri Arka yang sedang duduk dengan David di Ruang keluarga sambil bercanda. \u201cArka dan David, kalian jangan suka ngeledek Ilham yang mau melaksanakan puasa, biar saja dia berpuasa sekuatnya saja.\u201d \u201cTapi puasa itu kan dari terbit fajar sampai terbenam matahari Bu, bukan jam sepuluh bukanya,\u201d jawab David sambil menggeser duduknya mendekati ibunya. \u201cBenar tapi ini Ilham kan baru mulai belajar berpuasa, dulu kalian berdua juga begitu, puasa sekuatnya nyatanya 127","sekarang kalian sudah pandai berpuasa dengan baik,\u201d nasihat Bu Rania kepada kedua anaknya. \u201cIya Bu, iya, tapi aku suka ngeledek Ilham, lucu,\u201d timpal Arka sambil tersenyum. \u201cTapi kalau kalian ledek terus nanti Ilham nangis, ibu takut nanti Ilham malah tidak mau puasa,\u201d nasehat Bu Rania kepada kedua anaknya Arka dan David. Hari berganti hari, tanpa terasa tiga hari lagi umat muslim di dunia ini akan menjalankan ibadah puasa. Setelah salat Magrib keluarga Bu Rania berkumpul bersama di ruang keluarga sambil menonton TV. Karena keluarga Bu Rania selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga sehingga selalu terjalin komunikasi yang baik antar sesama anggota keluarga. \u201cTiga hari lagi kita akan menjalankan ibadah puasa, kebetulan besok adalah hari minggu, maksud ayah besok kita pergi berziarah ke makam mbah uti,\u201d ucap Pak Zulfikar kepada keluarganya yang sedang berkumpul di ruang keluarga. \u201cAsyiiik berarti nanti kita mampir ke rumah om dan tante kan Yah. Ilham senang sekali, Ilham kangen sama mba Kiya , mas Faiz dan juga dedek Ola.\u201d Ilham bercerita sambil berjingkrak kegirangan karena akan bertemu dengan saudara-saudara sepupunya yang sangat jarang bertemu kecuali kalau ada acara-acara keluarga. \u201cBenar Dik, nanti kita mampir ke tempat om dan tante, tapi jangan lupa ibu, Arka dan David, bawa Yasin karena nanti kita akan berziarah ke makam Mbah Uti bersama keluarga 128","yang lain, sedang Adik besok ikut berdzikir,\u201d sambung Pak Zulfikar menejelaskan lebih lanjut kepada anak-anaknya. \u201cBaik Yah,\u201d jawab Arka, David dan Ilham bersamaan. \u201cSudah sekarang kalian salat Isya lebih dulu kemudian pergi tidur, besok kita akan pergi jauh ke tempat mbah kakung,\u201d perintah Bu Rania kepada ketiga anaknya. Arka, David dan Ilham kemudian melaksanakan salat Isya dan kemudian pergi tidur. Pagi-pagi sekali Pak Zulfikar sudah menyiapkan mobil, Bu Rania di dapur sedang memasak untuk sarapan. \u201cIlham ayoo buruan mandi...! kemudian sarapan, Mas Arka dan Mas David sudah siap. Nanti kamu ketinggalan.\u201d Ucap Bu Rania kepada Ilham yang sedang asyik bermain di kamarnya. \u201cIya nanti bu\u2026 Ilham lagi asyik bermain,\u201d jawab Ilham tanpa berpaling dari mainannya. \u201cYa sudah berarti Ilham gaK ikut nih\u2026 Ibu tinggal ya,\u201d kata bbu Rania sambil berlalu meninggalkan Ilham. \u201cIkuuuut Bu\u2026\u201d teriak Ilham sambil berlari keluar dari kamarnya. \u201cMakannya cepat mandi sana terus kita sarapan,\u201d jawab Bu Rania sambil menggelengkan kepalanya. Setelah mandi dan sarapa akhirnya keluarga Pak Zulfikar pergi ke luar kota untuk berziarah ke makam ibunya dan juga berkunjung ke rumah kakak dan adiknya. Di dalam perjalanan tidak henti-hentinya Ilham bercerita tentang apa yang akan dilakukannya nanti ketika bertemu dengan 129","saudara-saudara sepupunya yang sudah lama tidak bertemu. Sampai akhirnya Ilham tertidur karena kelelahan. Akhirnya mereka sampai di pemakaman umum tempat Ibu Zaenab dimakamkan, Ibu Zaenab adalah nama nenek Arka, David dan Ilham dari ayahnya. Ilham dibangunkan dan mereka kemudian berziarah ke makam nenek Zaenab. Setelah memanjatkan doa mereka melanjutkan perjalanan ke rumah kakak dan adik Pak Zulfikar, yang memang berada tidak jauh dari pemakaman tersebut. \u201cHoreeee akhirnya kita sampai,\u201d sambil berteriak Ilham turun dari mobil. \u201cHati-hati Ilham\u2026!\u201d Bu Rania menasehati Ilham yang langsung keluar mobil menuju rumah tantenya. Ilham langsung bermain bersama anak-anak dari tantenya ada Kiya, Faiz dan Ola. Sedangkan Arka dan David bercengkrama dengan sepupu yang lain yang umurnya sebaya ada Ulya, Alva, Adnan dan juga Alex. Adapun Bu Rania dan Pak Zulfikar bercengkrama dengan kakak dan adik iparnya melepas segala kerinduan karena lama tidak bertemu. Hari semakin sore akhirnya keluarga Pak Zulfikar berpamitan, mereka akan kembali ke rumah. Hari yang dinantikan akhirnya telah tiba, hari ini adalah hari pertama menjalankan ibadah puasa. Pada malam hari ketika akan melaksanakan sahur terjadi sedikit insiden karena Ilham malas untuk makan sahur, setelah dibujuk dengan berbagai macam cara akhirnya Ilham makan sahur juga. 130","Keesokan harinya, waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, Ilham yang sedang berguling kesana kemari di depan televisi, dihampiri oleh David. \u201cKenapa Dik\u2026 kamu lelah ya.. ayooh tidur siang biar gak capek, dan biar cepat magrib,\u201d David bertanya sambil membaringkan dirinya di dekat Ilham \u201cAdik ingin minum Mas,\u201d Ilham berkata ambil membolak balikkan badannya ke kanan dan ke kiri. \u201cBelum magrib Di, sebaiknya sekarang kita tidur aja dulu, nanti bangun jam 14.00 WIB, katanya Adik mau beli ikan sama ayah\u2026 sekarang ayah belum pulang, nanti Adik bangun ayah sudah pulang baru nanti kita sama-sama beli ikan, sini biar Mamas pijitin kaki Adik...\u201d dengan sabar David membujuk Ilham agar segera tidur. Akhirnya usahanya tidak sia-sia, akhirnya Ilhampun tertidur. Tepat pukul 14.00 WIB Ilham dan David terbangun, kemudian melaksanakan salat Duhur. Kebetulan Pak Zulfikar telah pulang. \u201cAyah\u2026. Katanya mau beli ikan, ayoo kita pergi sekarang\u2026!\u201d Sambil berteriak Ilham memanggil ayahnya. \u201cAyoo lets go, kita berangkat sekarang!\u201d Pak Zulfikar dengan semangat mengajak Ilham untuk membeli ikan hias yang memang sudah dijanjikan kepada anak bungsunya itu. \u201cMas David ikut gak\u2026?\u201d Ilham teringan akan kakaknya yang katanya mau ikut beli ikan. 131","\u201cTidak Dik\u2026 sama ayah saja Mamas mau bantu Ibu menyapu halaman belakang sama Mas Arka,\u201d David menjawab sambil mengambil sapu. Akhirnya Ilham pergi dengan ayahnya untuk membeli ikan hias sesuai dengan keinginanya. Ada bebarapa ikan hias yang ia beli, kemudian ikan-ikan tersebut dimasukkan ke dalam akuarium. Tidak berapa lama kemudian Alya dan Aisyah yang merupakan sepupu dari Ilham datang dengan diantar oleh ibunya. Kedua bocah tersebut sangat antusias melihat ikan-ikan dalam akuarium. Sambil bercanda dan tertawa bersama ketiga anak tersebut akhirnya melewati hari ini dengan suka cita tanpa merasakan puasa sebagai beban. Sampai akhirnya azan magrib pun tiba, ayah, ibu, Arka, David dan Ilham berkumpul di meja makan untuk berbuka puasa. Menu yang paling ditunggu oleh ketiga anak Pak Zulfikar adalah pembukanya yaitu es campur yang memang terasa sangat segar di mulut. Hari-hari berlalu, karena Ilham yang baru belajar berpuasa, terkadang merengek meminta untuk berbuka dikala belum waktunya. Kadang tengah hari atau menjelang jam 15.00 WIB karena lelah bermain, tapi dengan segala cara keluarga Pak Zulfikar selalu berusaha supaya Ilham dapat menyelesaikan puasa sampai magrib. Kadang diajak jalan- jalan sore oleh Arka dan David, terkadang oleh Pak Zulfikar, diajak memancing di belakang rumah, yang penting Ilham dapat melupakan keinginannya untuk berbuka Hari berganti hari sampai akhirnya tanpa terasa sudah satu bulan berpuasa. Karena keuletan dan ketelatenan dari Bu Rania dalam membimbing, mengarahkan dan 132","dibumbui dengan bujuk membujuk akhirnya Ilham kelar puasa tanpa ada bolong-bolong. \u201cIbu... besok kita lebaran, baju baru Adik sudah siap di lemari, sandal dan sepatu baru Ilham juga sudah tertata rapi,\u201d Ilham berkata sambil tiduran di pangkuan Ibu Rania, karena hari ini adalah hari terakhir berpuasa. \u201cIya besok kita lebaran, dan alhamdulillaah Ilham kelar puasanya, senengkan\u2026?\u201d sambil mengelus-elus kepala Ilham. \u201cIlham senang banget Bbu, akhirnya Ilham dapat berpuasa full satu bulan, nanti kalau Ilham ditanya sama bu guru Ilham tidak malu lagi\u201d Ilham berkata dengan mata yang berbinar gembira. \u201cNah begitu, itu baru namanya anak ibu, nah sekarang ibu mau memasak, masakan kesukaan Ilham, sebagai hadiah karena Ilham full berpuasa,\u201d Bu Rania berkata sambil mencium pipi Ilham yang gembul kemudian beranjak ke dapur untuk mempersiapkan menu berbuka puasa Gema takbir berkumandang menandakan bahwa besok segenap kaum muslimin akan merayakan hari raya Idul Fitri. Semua bergembira tidak terkecuali keluarga Pak Zulfikar. Ilham yang baru belajar berpuasa juga sangat bergembira karena akhirnya dapat menyelesaikan puasanya dengan baik. \u201cAnak-anak kita kan sudah selesai berpuasa, nah saatnya sekarang kita menunaikan kewajiban membayar zakat fitrah,\u201d Pak Zulfikar berkata ketika semua sedang berkumpul di ruang keluarga. 133","\u201cIbu nanti siapkan beras untuk zakat fitrahnya. Arka serta David nanti tunaikan zakat kepada amil zakat di masjid, adapun Ilham nanti ikut ayah untuk menunaikan zakat, setelah itu nanti kita takbiran di masjid untuk menyambut hari raya Idul Fitri,\u201d lanjut Pak Zulfikar \u201cIya Yah\u2026\u201d jawab Arka dan David bersamaan. \u201cBerarti besok kita tidak berpuasa lagi Yah\u2026?\u201d Ilham bertanya sambil menggeser duduknya mendekati Pak Zulfikar. \u201cTidak Ham\u2026 besok kan lebaran\u2026\u201d jawab Arka dan David kompak. \u201cYeeee\u2026 besok lebaran,\u201d Ilham bersorak sambil berjingkrak-jingkrak bahagia. Setelah semua beras untuk zakat fitrah telah siap maka keluarga Pak Zulfikar menunaikan membayar zakat, dilanjutkan takbiran di masjid. Begitulah ketika sesuatu dijalani dengan ikhlas maka akan indah pada waktunya, karena segala sesuatu harus dilalui dengan sabar. Sesuatu yang belum bisa akan bisa karena belajar dan biasa kita lakukan. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan, semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh kemenangan. 134","Biografi Penulis Saryati, S.Pd.I., lahir di Cilacap, pada tanggal 16 Januari 1980, bertempat tinggal di Bangkirlega Rt.02 Rw. 12 Cinyawang Kec. Patimuan Kab. Cilacap, bekerja sebagai ASN di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap sejak tahun 2005. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 03 Cinyawang tahun 1986, MTs Nurul Huda Patimuan tahun 1995, MAN 2 Cilacap Tahun 1998, DII PAI STAIN Purwokerto tahun 2000, S1 PAI IAIIG Cilacap tahun 2011, sekarang sedang menempuh S2 di IAINU Kebumen Pernah mengajar di MI Ma\u2019arif 01 Cinyawang dari tahun 2000-2002, SD Kaliwungu 04 Kedungreja pada tahun 2004- 2005, SD Negeri 03 Ujunggagak Kampung Laut tahun 2005- 2007, dan MI Al Ma\u2019arif Patimuan dari tahun 2007 sampai sekarang Prestasi yang pernah diraih, juara tiga menulis artikel tingkat Kabupaten Cilacap tahun 2018 dalam rangka Harlah Fatayat ke 68, juara tiga lomba Inkresi tahun 2020 untuk wilayah binaan Patimuan, Kedungreja dan Sidareja. \u201cTiada kesuksesan yang diraih tanpa kerja keras\u201d 135"]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook