Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore MENGGAPAI BERKAH RAMADHAN

MENGGAPAI BERKAH RAMADHAN

Published by Tasbihah, 2022-10-31 09:37:06

Description: MENGGAPAI BERKAH RAMADHAN

Search

Read the Text Version

["\u201cHari Ahad itu sama saja dengan hari Minggu Mbah\u201d sahut pak kyai tersenyum tipis. \u201cOooh begitu ya, nggeh..nggeh..matur nuwun Pak Kyai\u201d kata kakek tersebut. \u201cOhya Mbah, besok malam biasanya Bapak Wahab membagi jadwal selama bulan Ramadan,\u201d kata Pak Kyai Buridah yang sekaligus kepala desa tersebut. \u201cOh..begitu, tapi saya tidak bisa membaca Pak Kyai...\u201d \u201cHemm... iya tidak apa-apa Mbah, di rumah mbah tinggal sama cucu kan? Nanti cucu mbah yang memberitahunya jika mbah tidak bisa membacanya, begitu ya Mbah... \u201d \u201cOoohya..ya, benar, nggeh matur nuwun Kyai\u2026 mari...\u201d \u201cNggeh... monggoh... monggoh\u2026\u201d ucap pak kyai mempersilakan seorang kakek meninggalkannya di depan halaman Masjid At Taqwa. Langit yang berwarna biru nampak tertutup awan yang bergumpal-gumpal, sesekali awan berarak tertiup bayu yang sedikit kencang. Sekelompok anak madrasah ibtidaiyah terlihat berjalan pulang dengan riangnya. Anak-anak madrasah pada zaman itu masih belum mengenakan hijab\/jilbab masih menggunakan kerudung yang diikatkan ke belakang, semacam menggunakan slayer. Tidak itu saja pada zaman itu anak-anak sekolah baik SD\/MI masih banyak yang nyeker (tidak menggunakan sepatu sama sekali), namun mereka sudah terbiasa berjalan nyeker diantara bebatuan jalan desa yang belum terjamah aspal. Anak-anak madrasah itu berjalan sambil bernyanyi dan berputar-putar, wajah- 36","wajah lugu khas desa tampak begitu ceria, ada apakah gerangan?. \u201cHore\u2026!! Besok sekolah libur...!!\u201d ucap Arty anak kelas enam. \u201cHoreeee\u2026!!!\u201d Serentak mereka kegirangan. \u201cLiburnya berapa hari Mbak?\u201d Tanya Atun anak kelas 4. \u201cLoh, apa kamu tidak mendengar pengumuman dari pak guru tadi,\u201d sahut Arty. \u201cHehehe\u2026\u201d Atun hanya tersenyum sambil mengaruk- garuk kepalanya. \u201cAtun biasanya ya..main sendiri sama Alif,\u201d kata Juni anak cowok teman Alif. \u201cTadi aku tidak main kok\u201d sahut Alif membela diri, ia sesekali bersin karena hidungnya selalu meler. \u201cTahu tidak liburnya berapa hari Lif?\u201d Tanya Arty, belum sempat Alif menjawab dari jauh ada temannnya menghampirinya. \u201cHaii... Juni\u2026 nanti kita ke kebun yuk, nyari kayu buat tabuh beduk buat jiduran,\u201d kata Ludin menghampirinya sambil nafasnya tersengal-sengal, keringatpun menetes dari jidatnya . \u201cKebunnya siapa?\u201d Tanya Juni. \u201cKebunnya kamu, kan banyak ditanam pohon disana.\u201d \u201cKenapa tidak ke kebunmu saja, Din,\u201d Tanya Arty. \u201cMana ada pohon di kebunku, hanya ada tanaman sagu sama bambu,\u201d sahut Ludin 37","\u201cKe bukit Bukakan saja,\u201d ucap Alif tiba-tiba. \u201cHaaahh\u2026!! bukakan\u2026??? Hahahaha\u2026!!\u201d Mereka langsung mentertawain Alif yang konyol itu. \u201cHai Alif, emang kamu pernah ke sana ya?\u201d Tanya Ludin. \u201cHehehhe...tidak.\u201d \u201cHuuhh\u2026!! Sok tahu bukit Bukakan itu dimana, jauuuh banget tahuuu...!!\u201d ucap Ludin sama Juni. \u201cKe gunung Nagasari saja sudah jauh apalagi sampai ke bukit Bukakan, bisa-bisa kita dikejar babi hutan di sana.\u201d \u201cBelum lagi kadang ular besar suka keluar dan memangsa anak-anak usia kita,\u201d ucap Arty. \u201cHaaa..!! iyakah seperti itu?\u201d sahut Alif heran. \u201cIya Lif, yang namanya bukit Bukakan itu masih hutan lebat masih banyak binatang buas, lagi pula kalau kita ke sana pasti tidak akan dapat izin dari orang tua kita, karena berbahaya,\u201d kata Arty. \u201cIya betul itu.\u201d \u201cIya nanti sore kita ke kebun aja siapa tahu ada pohon tumbang untuk kita jadikan tabuh beduk, kata pak guru kan puasanya hari Ahad, berarti Sabtu sore kita jiduran,\u201d kata Ludin. \u201cBesok pagi aja kita ke kebun yuk, yang mau ikut siapa saja?\u201d Kata Juni. Kemudian mereka mengacungkan jari satu persatu, dan mereka sepakati hari Jumat besok mereka akan ke kebun bersama-sama. 38","Mentari yang ramah dengan senyumnya selalu disiplin waktu untuk memancarkan sinarnya yang hangat dipagi hari menyapa semua makhluk ciptaan-Nya, yang terkadang masih enggan menyambut hangatnya sang mentari. Alifah seperti biasa dikelurganya ditugasi mencuci piring di sebuah sumur pompa. Ia terlihat begitu gugup memompa air untuk mencuci piring, ia mencucinya agak terges-gesa. Itu adalah tugas rutin yang ia lakukan sebelum sarapan. Setelah sarapan ia pun membantu ibu mengeluarkan beberapa perabotan yang terbuat dari seng, ada baki, piring, cangkir dan beberapa ceret semua dari seng dengan motif bercak-bercak hijau dan ada pula yang polos. Ia bawa ke sumur dengan bakul, ia taruh ke dalam bokor besar lalu disiram dengan air, direndam sebentar. Alifah memetik beberapa jeruk nipis dan mengambil sabut kelapa yang masih menumpuk di belakang rumah. Setelah itu jeruk nipisnya ia iris tipis-tipis dicampur dengan abu gosok yang sudah disaring dan beberapa colek sabun cuci. Satu persatu ia cuci semua perabotan khas Ramadan yang akan digunakan untuk menjamu para jamaah tarawih usai salat tarawih. Sekitar pukul delapan lebih Alifah berpamitan kepada ibunya ia kemudian ia pergi bersama teman-temannnya pergi ke kebun yang ada di bukit Krapyak, bukit kecil yang sedikit jauh dari bukit Bukakan. Sebenarnya Alifah dan beberapa teman perempuan tidak akan mencari kayu untuk tabuh beduk tetapi akan mencari buah-buahan karena sedang musim buah mangga dan asam jawa. Ada Juni, Ludin, Tawan, Arty, Atun, Kamila dan Alifah. Meraka menyusuri jalan setapak yang menanjak melewati kebun bambu, kebun cengkeh dan beberapa kebun jagung cantel yang mulai berbunga. 39","\u201cAtun..kebun jagung cantelmu di sebelah mana?\u201d Tanya Ludin. \u201cItu di atas, sebentar lagi,\u201d sahut Atun. \u201cJun..nyari kayunya di kebun siapa?\u201d Tanya Tawan. \u201cNanti di kebunku, tapi kita melewati kebun Pak Dawud dulu kan di sana ada pohon mangga besar, pasti buahnya banyak yang berjatuhan,\u201d ucap Juni berbinar-binar. \u201cIya aku sudah tidak sabar pingin makan buah mangga,\u201d ucap Alifah bersemangat. \u201cAku juga,\u201d sahut Kamila. \u201cIya... iya makanya jalannnya dipercepat, takutnya sudah diambilin oleh anak-anak lain ayo buruan...\u201d kata Arty yang paling besar menyalip langkah teman-temannya. Sesamapi di kebun Pak Daud mereka berhenti. Ada pohon mangga besar yang umurnya sudah puluhan tahun. Pohon mangga sengir, mangga local yang manis, harum dan enak meski sedikit berserat. Pohon mangga itu berada di pinggir tebing yang bawahnya jurang tidak terlalu curam, karena di bawah jurang ada kebun singkong milik petani lainnya. Pohon mangga itu terlihat lebat dengan daunnya yang menghijau serta buah mangga yang menyebar ke seluruh ranting disetiap ujung daun. Mangga lebat bergelantungan membuat anak-anak yang sedang melihat menahan air liurnya. Mereka begitu mengharap ada angin bertiup kencang dan menjatuhkan beberapa mangga. Mereka pun duduk di bawah pohon cengkeh sambil menunggu dan berharap aka nada mangga yang jatuh. Lama sudah mereka menunggu, sedangkan anak laki-laki sudah memperoleh kayu untuk dijadikan stik tabuh beduk. Aiknya mereka sedang 40","menguliti kayunya tiba-tiba ada suara tebluk-tebluk. Seketika itu mereka langsung berhamburan. \u201cHoreee\u2026dapat\u2026!!\u201d teriak Arty kegirangan mengambil satu buah mangga yang sudah masak. \u201cHoreee... aku dapat dua \u2026\u201d teriak Ludin, mereka berlarian. \u201cYah..aku gak dapat\u201d kata Alifah dan Kamila kecewa karena ternyata yang jatuh hanya beberapa buah saja, dan mereka kalah cepat dengan teman-temannya. Dengan langkah lunglai Alifah, Atun dan Kamila hendak duduk kembali di bawah pohon cengkeh bersama teman-teman. Namun belum sempat ia duduk, dari kejauhan tiba-tiba terdengar suara guk\u2026guk..guk..guk..saling bersahutan. Mereka langsung berdiri dan ketakutan \u201cAda anjing\u2026.ada anjing..ayo kita naik pohon,\u201d teriak Ludin mengajak teman-temannya naik pohon. Spontan mereka naik pohon cengkeh, namun apa yang terjadi dengan Alifah dan teman perempuan lainnya. \u201cHaah..gimana nih..\u201d ucap Alifah panik dan hendak menangis karena ketakutan, apalagi suara anjingnya semakin dekat. \u201cAlifah ikut aku yuk...lariii\u2026!!\u201d teriak Kamila. Tanpa pikir panjang Alifah, Atun dan Arty berlari mengikuti Kamila berlari terbiri-birit karena begitu ketakutan dengan anjing badak dan mereka tiba-tiba. \u201cAaaaaaaaaaaa\u2026..!!!\u201d teriak mereka bertiga terjatuh dari atas tebing ke bawah jurang. Alifah antara takut dan pasrah tubuhnya terpeleset melesat ke bawah menabrak 41","semak-semak dan bebatuan, dan sesekali tanah tebing berjatuhan menimpa kepala mereka. \u201cTebluk...bluk...bluk,\u201d mereka berjatuhan di semak- semak saling bertindihan. Kamila yang badannya paling gendut terjatuh duluan, diikuti Alifah di atas badan Kamila, lalu Atun dan Arty dengan kondisi yang acak-acakan rambutnya banyak beberapa tanah, batu wadas dan dedaunan menempel di rambut mereka. \u201cAduuuh\u2026!!\u201d ucap Kamila merintih kesakitan, diikuti Alifah, Atun dan Arty yang saling merintih kesakitan. Mereka ada yang memeriksa sikunya, dagunya, kakinya yang lecet- lecet setelah mereka terjun dari tebing wadas bukit krapyak. Suara anjing badak itu akhirnya menghilang setelah dibawa pergi pemiliknya. Anjing badak adalah anjing yang dipelihara oleh sebagian masyarakat pedalaman yang digunakan untuk berburu babi hutan. Alifah dan teman-temannya akhirnya mencari jalan untuk naik ke atas. Merekapun akhirnya bertemu di atas tebing wadas bukit Krapyak, sebuah bukit yang lumayan tinggi dengan tanah wadas yang putih. Sehingga bukitnya nampak lebih cerah dibandingkan dengan bukit sekitarnya yang lebat dengan pepohonan. Di atas bukit wadas itu mereka bisa melihat laut dari kejauhan, bisa melihat padatnya kota industri. Jauh di sebelah selatan sana kilang minyak pertamina tampak rapi berderet-deret berwarna putih, dengan cerobong besar yang masih menyala apinya. Pemandangan itu bagi mereka sungguh berkesan karena mereka terbiasa hidup di pedesaan yang setiap harinya hanya main berpetualangan. 42","Mereka kemudian melangkah menghampiri sebuah gubuk yang terbuat dari bambu dan atap dari rumbia. Sebuah gubuk sederhana yang berada ditengah-tengah tanaman jagung cantel dan tanaman kapas. Pemandangan yang indah yang tidak akan terlupakan. Merekapun duduk dipinggiran gubuk yang berbentuk panggok atau panggung. Ludin, Juni dan Tawan meneruskan membuat tabuh beduknya dari kayu klandingan (kayu dari pohon petai cina), sementara Alifah sama teman perempuan lainnya tengah asyik memakan buah mangga. Cahaya matahari mulai terik dan panas terasa di kulit bertanda waktu sudah mulai menjelang dhuhur, merekapun kembali ke rumah masing-masing. Menjelang ashar, suasana masjid sudah ramai dipenuhi anak-anak yang sedang memainkan jiduran. Jiduran adalah memainkan bedug dan kenthong secara bersama-sama dengan nada yang saling bersahutan dalam keharmonisan. \u201cTok\u2026 tok\u2026 tok\u2026 dunok\u2026 dunok\u2026 dunok\u2026 dublong\u2026 tok\u2026 tok\u2026 tok\u2026 dunok\u2026 dunok\u2026 dunok\u2026 dublong\u2026\u201d suara khas pukulan anak-anak desa menabuh bedug yang bersuka cita menyambut tiba atau datangnya bulan Ramadan. Alifah pun langsung berlari menghampiri mereka, di sana sudah ada Juni, Tawan, Ludin yang secara bergantian menabuh bedug. Suara bedug ini membuat masyarakat yang sangat senang berdatangan ke masjid untuk melihatnya. Hal ini biasa terjadi di desa-desa seperti di desa Alifah. Alifah menyaksikan suasana yang hangat dengan suara bedug membuatnya riang gembira. Sambil mengasuh adiknya yang masih balita, Alifah ikutan meramaikan suasana sambut Ramadan tiba. 43","Ibunya Alifah dan kakak-kakaknya tengah sibuk memasak berbagai menu untuk membuat ambeng (semacam nasi tumpeng tapi tidak berbentuk tumpeng, lengkap dengan lauk, sayur, rempeyek dan serundeng yang ditaruh di tampah). Menjelang Maghrib nasi ambengnya sudah siap saji di tampah, dan beberapa ibu-ibupun sudah mengantar ambeng mereka masing-masing. Alifah dengan teman- temannya ikutan salat tarawih. Pada masa itu usia mereka belum ada yang mengenakan mukena seperti masa sekarang. Alifah dan teman-teman sebayanya hanya menggunakan dua kain jarit (kain batik) yang satu untuk bawahan, kain jarit yang satunya lagi untuk atasan, cukup diikat-ikat hingga menutupi badan mereka. Merekapun salat dengan suka cita. Usai salat tarawih dan witir, berdzikir dan berdoa. Muadzin mengambil mic lalu menirukan sang imam niat puasa Ramadan diikuti oleh seluruh jamaah. Begitu jamaah selesai membaca niat puasa ramadan dan membaca salawat, serentak anak-anak laki-laki berlarian menuju ke arah bedug untuk menabuhnya. Kemudian sebagian remaja masjid menuju rumah orang tua Alifah untuk mengambil gerabah, ada cangkir, piring, baki dan beberapa ceret berisi teh panas. Ada juga yang membawa tampah-tampah berisi ambeng-ambeng dengan aneka lauk pauknya. Jamaah pun sudah duduk melingkar di serambi masjid, dengan posisi sang imam di tengah. Jamaah laki-laki duduk setengah lingkaran di bagian utara, jamaah putri duduk setengah melingkar di bagian selatan. Mereka siap mendengarkan kultum atau tausiyah dari sang imam masjid. Beberapa saatpun imam memberikan ceramahnya, sekitar lima belas menit ceramah usai dan mereka bersama-sama menyantap makanan dari ambeng- 44","ambeng yang mereka bawa. Alifah dengan teman-temannya dikasih bagian dari ambeng dibungkus dengan daun pisang. Alifahpun memakan bagiannya bersama teman-temannya. Malam semakin larut, suara para remaja masjid dan bapak-bapak sedang melantunkan ayat suci Al Quran (tadarus) masih terdengar jelas. Biasanya mereka bertadarus sampai pukul 01.00 WIB dan diakhiri dengan jiduran oleh anak laki-laki, setelah itu mereka tidur di masjid sampai menjelang sahur. Alifah sudah tidur bersama ibu dan adiknya. Menjelang sahur sekitar pukul 03.00 WIB, sayup-sayup terdengar suara. \u201cSahur... sahur... sahur...\u201d suara itu saling bersahut- sahutan antara masjid atau mushola satu dengan yang lainnya. Ibunya Alifah terdengar sudah menyiapkan santap sahur di meja makan, ada suara piring dan gelas yang sedang diaduk-aduk. Aroma masakan ibu sudah mendekati hidung Alifah, namun ia malas untuk bangun. Ia masih memilih menarik selimut dan tidur lagi, sampai akhirnya ibunya memanggilnya. \u201cLifah\u2026 ayo bangun sahur, besok kan kamu belajar berpuasa penuh, ayo\u2026\u201d ucap ibu sambil menggoyang- goyangkan tubuh Alifah. \u201cEemmm..masih ngantuk Bu..\u201d sahut Alifah masih malas membuka matanya. \u201cEeh..., jangan begitu... nanti terlambat sahurnya, tuh lihat sudah jam tiga lebih, ayo... Lif,\u201d kata ibu masih berusaha membangunkan Alifah. 45","Akhirnya Alifah pun bangun, ia sudah melihat kakak- kakaknya sedang makan, setelah mencuci muka Alifah makan dengan tidak berselera. Setelah makan ia hendak masuk kamar lagi. \u201cAlifah ibu tadi menyisakan takjilan kue jingkik, kamu mau gak?\u201d Tanya ibu menawarkan kue jingkik, kue yang terbuat dari tepung jagung cantel yang dalamnya isinya enten-enten. \u201cMau... mau Bu...\u201d sahut Alifah, ibupun langsung membukanya dan memberikan kepada Alifah. Namun saat Alifah sedang asyik mengunyah kue kesukaannya itu tiba-tiba ada suara, \u201cImsaaaakk\u2026!!\u201d dari arah masjid. Alifahpun jadi gugup. \u201cAyo cepat ditelan... \u201d kata ibu, Alifahpun cepat-cepat menelannya lalu ibu langsung memberikan minum. \u201cAlhamdulilah... kamu sudah niat puasa?\u201d Tanya ibu. \u201cSudah tadi waktu di masjid.\u201d \u201cTapi niat lagi juga boleh... yuk tirukan ibu,\u201d ucap ibu lalu ia menuntun Alifah membaca niat puasa Ramadan. Dor... dor... dor... bumm\u2026 suara petasan terdengar dari ujung dusun sebelah, sebuah dusun yang dikelilingi oleh sawah yang terhampar luas. Setelah salat Subuh, Alifah bersama teman-teman kemudian bermain petasan yang menggunakan stick lalu stik itu di olesi bubuk petasan lalu dipukulkan ke batu. Bunyilah\u2026 derr\u2026 derr... suara petasan skala kecil, pas buat mainan anak-anak seusia Alifah. Sedangkan petasan yang menyebabkan sampah berserakan dimana-mana biasanya untuk yang sudah dewasa. 46","Sebenarnya Alifah tidak begitu suka dengan petasan, tapi karena dia ikut-ikutan dengan teman-temannya. Siang itu terasa begitu panjang dan lama, Alifah berpuasa yang kesekian kalinya. Ia sedikit kepanasan, duduk di bawah pohon jambu yang sedang berbuah sedikit. Ia melihat sekeliling ada semak-semak di sekitar pagar halaman. Kemudian ia dekati, rupanya diantara semak-semak ada beberapa tanaman cimplukan yang sedang berbuah. Seketika itu juga Alifah lalu memetik buah cimplukan yang menos- menos terkena cahaya matahari, buah cimplukan itu sudah matang, imut dan sangat menggoda iman Alifah. \u201cYa Allah, kalau buah ini aku makan pasti enak sekali, apalagi disaat panas-panas begini,\u201d bisik Alifah dalam hati. Ia memegang buah cimplukan itu, memandanginya, memutar-mutar buah yang imut itu seakan buah cimpluan itu ngiwi-ngiwi ke Alifah untuk segera memakannya. Ia terus mengelus-elus buah itu. \u201cDuh... siangnya kok lama sekali ya\u2026 kapan sorenya... kapan berbukanya,\u201d gumam Alifah sedikit mengeluh. Ia melihat ke langit yang biru cerah matahari masih tersenyum berada di tengah agak bergeser, kurang lebih masih pukul satu siang. Ia pun kembali pulang, buah-buah yang ia cari tadi di halaman rumah dikumpulkan di almari. Ada buah cimplukan, jambu lumut, jambu biji dan beberapa permen dari simbah putrid. Ia berharap setelah buka nanti hasil berburunya akan ia makan semua. \u201cKamu menyimpan apa Lif?\u201d Tanya ibu tiba-tiba. \u201cIni Bu, aku simpan buat buka nanti,\u201d jawab Alifah. 47","\u201cBanyak sekali, mana kuat kamu makan sebanyak itu,\u201d kata ibu. \u201cKuatlah\u2026 pasti kuat,\u201d kata Alifah optimis. Namun apa yang terjadi setelah waktu berbuka tiba. Alifah bahkan lupa dengan hasil buruannya yang masih disimpan di almari bukunya. Ia sudah terlena dengan hidangan di meja makan buatan ibu. Ada kolak pisang, ada es degan gula jawa, ada ikan gabus goreng dan lainnya, wah..menu-menu special itu sayang kalau dilewatkan. Keesok harinya seperti biasa rutinitas pagi, Alifah ditugasi untuk membersihkan serambi masjid. Dari rumah ia membawa bakul-bakul dari anyaman bambu untuk membawa gerabah yang masih berantakan di masjid. Mula-mula ia beresi cangkir, piring, dan ceret-ceret bekas alat makan takjilan semalam, baru ia sapu. Kegiatan ini sudah biasa setiap bulan Ramadan, karena di masjid waktu itu belum ada marbot (juru kebun masjid) jadi masih suka rela. Suatu sore setelah ashar suasana tampak hujan gerimis, beberapa anak-anak usia kelas empat sampai kelas enam sedang mendengarkan seorang guru ngaji yang sudah sangat sepuh sedang menjelaskan tata cara wudhu dan salat yang benar. Sang guru ngaji itu adalah Mbah Hasan Basri seorang pensiunan penghulu saudara dari bapaknya Alifah. Alifah memanggilnya Mbah Hasan, rumahnya ada di samping masjid. Diajar mengaji olehnya tampak tenang karena Mbah Hasan termasuk orang yang terkenal galak dan tegas. Pada saat Mbah Hasan sedang mempraktekan cara sujud yang benar tiba-tiba keningnya langsung tetbentur lantai masjid karena begitu cepatnya. 48","\u201cDuukkk...!!\u201d spontan anak-anak langsung tertawa karena melihat guru ngajinya terbentur lantai. Tapi anak-anak tidak berani tertawa lama-lama, masih dengan menahan tawanya, anak-anak langsung diam saat Mbah Hasan melanjutkan ngajinya. Akhirnya ngajinyapun selesai setelah menjelang berbuka. Bulan Ramadan tidak terasa sudah memasuki minggu keempat, di minggu-minggu ini sudah terlihat kesibukan para ibu-ibu. Mereka sudah mulai membuat aneka kue tradisional dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri. Alifah pun seperti biasa diperintah ibunya untuk meminjam alat cetak kue satu yang terbuat dari kayu kepada neneknya atau simbah putrid. Namun sampai di sana alat cetaknya sedang dipinjam si A, si B bahkan sampai si C. Sungguh pekerjaan yang sangat membosankan harus kesana-kemari mencari alat cetak kue satu itu. Hanya Mbah Supinah yang punya, ibu dari bapaknya Alifah. Ibunya Alifah setiap menyambut lebaran selalu membuat kue-kue tradisional itu dalam porsi yang cukup banyak. Kue satu kacang hijau membuat tiga kilo, kue sagon lima kilo, kue jipang gulaj awa beras ketan dua kilo, kue untir- untir beras ketan 3 kilo, dan aneka kue tradisional lainnya. Alasannnya untuk oleh-oleh saudara-saudaranya yang dari kota. Sementara bapaknya Alifah membuat tempat obor seri dari bambu dan ditaruh di halaman rumah, karena pada waktu itu belum ada listrik. Asyiknya para tetanggapun ikut membuatnya, bahkan ada yang membuat lampu lampion dari kertas pilus yang berwarna-warni, terkesan seperti rumah orang Tionghoa, ada nuansa lampionnya. Hal itu terulang terus sampai Alifah menginjak remaja. Itulah sedikit ceritaku di bulan suci Ramadan. 49","Biografi Penulis Alfi Hidayati, S.Pd.I., adalah salah satu putra ke-5 dari pasangan Bapak Achmadi Wahab dan Ibu Sri Rochini. Lahir pada bulan Juni di desa Karangjengkol yang indah permai, di desa paling ujung utara di Kecamatan Kesugihan. Pada usia enam belas tahun untuk pertama kalinya menulis cerita nyata dari kisahnya bersama teman-temannnya semasa SLTA hingga ia lulus Diploma II masih suka menulis. Karena waktu itu belum punya komputer maka dia menulisnya di buku biasa. Bahkan buku-buku tulis bekas milik kakak dan ayahnya yang sering ia gunakan untuk menulis apa saja yang membuatnya senang. Alfi Hidayati lebih suka menulis cerita fiksi dari pada menulis karya ilmiah. Mulai berkarir tahun 2000 sebagai guru bakti di salah satu madrasah hingga sekarang masih berkarir di dunia pendidikan dan masih betah dan nyaman sebagai pejuang madrasah. Alfi Hidayati menikah dengan seorang pria asal Kota Bika Ambon atau asal tanah Lokio si bawang Batak, dan dikarunia tiga anak. Sekarang anak pertamanya sudah remaja kelas tujuh di salah satu SMP Islam dan menjadi santri di sebuah pesantren ternama di daerah Kroya . 50","Bagian 05 Hadiah C2 di Bulan Ramadhan Narti Setahun sudah pandemi Covid-19 melanda seluruh negara di dunia. Makhluk kecil itu telah merenggut jutaan nyawa manusia. Covid-19 telah melumpuhkan berbagai aspek kehidupan. Perekonomian, pariwisata, perhubungan, industri, pendidikan dan sektor lainnya. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) berasal dari Wuhan China telah membuat orang yang terpapar hilang rasa dan penciuman, demam, batuk, sesak nafas, diare, panik, lemas, dan sakit pada tubuhnya. Wabah ini terjadi pada bulan November 2019 di Wuhan China. Tidak berapa lama wabah ini menular ke semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri awalnya hanya beberapa orang, namun kemudian menyebar ke seluruh wilayah nusantara ini. Jutaan warga negara Indonesia terpapar Covid-19, yang sembuh juga jutaan. Sedangkan yang meninggal dunia mencapai empat puluh ribu lebih pada awal April 2021. Ketika awal Corona 51","viral, saya dan rombongan baru saja pulang dari China. Alhamdulillah saya dan rombongan sudah kembali ke Indonesia, ketika dalam pemberitaan muncul wabah ini. Seandainya saya dan rombongan belum pulang, tidak tahu apa yang terjadi dengan kami. Awal Januari 2020 saya dan rombongan berkesempatan menyambangi negeri Tirai Bambu. Negara dengan penduduk terpadat di dunia. Negara yang penduduknya menyebar di hampir seluruh negara di dunia. Mengapa bisa demikian, ya karena orang China memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh semua orang. Mereka ahli dalam berdagang. Selama sepekan di Hainan, sebuah pulau kecil di luar daratan Tiongkok, telah sedikit mewakili bagaimana kehidupan China pada umumnya. Hari pertama kunjungan kami ke kota tua, dilanjut menikmati makan siang dengan menu khas China, nasi Hainan yang lezat di restoran ternama. Perjalanan diteruskan dengan mengunjungi salah satu suku di Hainan. Kami di sambut dengan tarian dan musik adat disana, diajak berkeliling melihat wanita-wanita China membuat tenun, membuat olahan beras menjadi minuman khas seperti ciu yang memabukkan, olahan kelapa menjadi berbagai jenis makanan, melihat bagaimana wanita Hainan dipinang serta berbagai hasil kerajinan dari timah dan emas. Hari kedua rombongan kami dibawa ke kota Sanya ibu kota Hainan. Perjalanan dari Hainan ke Sanya butuh waktu kurang lebih 3 jam. Setelah sampai di Sanya kami diajak mengunjungi balai pengobatan Shinshe, pusat kerajinan bambu dan mengelilingi pulau kecil itu dengan kapal Cruise di malam hari. Sungguh luar biasa, dari atas kapal itu kami dapat melihat indahnya gedung-gedung dengan bentuk dan warna- 52","warni yang menawan. Tampak di sana hotel Three, sebuah hotel yang bangunannya berbentuk pohon, Gedung Rusa dan gedung-gedung lainnya. Di Kota Sanya ini hampir tidak ada rumah penduduk, mereka hidup di apartemen-apartemen. Satu Apartemen bisa menampung 5000 orang. Penduduk yang memiliki rumah adalah orang yang kaya raya. Bangunan yang ada hanya sedikit di pinggiran kota, selebihnya adalah lahan yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Tanaman padi dan buah-buahan di Sanya sangat bagus. Hari berikutnya kami mengunjungi patung Dewi Kwan Im, yang tingginya mencapai puluhan meter di tengah laut, dan dibawahnya terdapat tempat ibadah tiga lantai dengan ribuan patung dewa yang berbeda nama dan perannya. Kisah unik Dewi Kwan Im yang welas asih sangat menyentuh dan memberi pesan moral yang baik. Perjalanan hari itu dilanjutkan ke pusat belanja terkenal di Sanya yaitu di Walk Street, tempat belanja yang ramai di malam hari. Walk Street hampir mirip dengan Malioboro di Yogyakarta. Pagi hari di hari keempat setelah makan pagi, kami berkunjung ke Patung Rusa di gunung Lima Jari. Patung ini juga memiliki kisah unik tentang kesetiaan suami istri. Dari Patung Rusa perjalanan dilanjutkan ke toko Perhiasan Giok. Aneka Giok dari yang murah sampai harga ratusan juta. Harga tersebut dipengaruhi oleh keindahan dan khasiat dari Giok itu, yang konon bisa untuk obat sakit tertentu. Rombongan kami sangat terhipnotis, hampir semua membeli. Taktik dagang China sangat luar biasa. Sangat pandai menguras kantong para pengunjung. Dari pusat Giok, tour dilanjutkan dengan wisata desa Bali. Sungguh tertegun dan emosi hati saya melihat pemandangan di depan mata. Duplikat pulau Bali seakan diboyng ke China. Semua serba mirip dengan 53","pulau Dewata itu. Tarian, patung dan semua bangunan mirip dengan apa yang ada di Bali. Kata gaed yang mendampingi kami desa wisata itu sengaja dibuat untuk melayani wisatawan domestik yang tidak sempat pergi ke Bali yang sesungguhnya. Movie Town Haikou adalah tujuan terakhir perjalanan kami di Hainan China. Movie Town merupakan suatu tempat yang biasa digunakan shooting film oleh Jakie Chan dan Jet Lie. Tempat ini terdapat bangunan-bangunan unik beraneka ragam, termasuk prasasti-prasasti yang ada cap atau jari tangan semua bintang film yang pernah shooting di Movie Town ini. Lima hari keliling Hainan dan Sanya dengan makanan khas China yang rasa dan cara memasaknya berbeda dengan Indonesia sehingga berbeda pula rasanya di lidah kami. Demikian juga ada yang beda dengan di Indonesia, yaitu toilet. Semua toilet di China tidak ada yang menggunakan selang pembersih ataupun gayung. Sehingga kami harus mambawa alat pembersih sendiri seperti tisu basah atau air. Dari Movie Town kami langsung menuju Bandara di Haikou untuk terbang ke Jakarta. Tanggal 13 Januari kami sampai di Indonesia, dan setelah itu kami mendengar bahwa di Wuhan ada wabah Corona. Sebulan berikutnya, tepatnya tanggal 16 Februari 2021 sekolah-sekolah dan perkantoran mulai lockdown. Ada aturan Work From Office (WFO) dan Work From Home (WFH), Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro sampai ke tingkat RT, yang masih diperpanjang sampai sekarang. Kisah Ramadan di masa pandemi saya alami pada Ramadan tahun 2020 yang lalu. Kisah ini terjadi diawal 54","Ramadan, dimana saya, suami dan anak semata wayang saya yang sedang hamil tua juga menjalankan ibadah puasa. Hari pertama terlewati dengan baik, kami puasa dan salat tarwih dari rumah. Demikian juga pada hari kedua, masih lancar dan aman-aman saja. Pada hari ketiga, jam 12.00 WIB siang anak saya mengeluh agak pusing. Sampai sore belum sembuh juga, akhirnya berbuka puasa sebelum waktunya. Karena takut sakitnya berlanjut. Benar juga panas anak saya belum juga turun sampai waktu isya. Badannya panas sekali, dan setelah diukur dengan termogun menunjukkan angka 37,8 derajat. Panas dan dingin atau demam tidak kunjung turun, sehingga saya bawa ke bidan terdekat pukul 24.00 WIB. Di bidan kembali suhu tubuh anak saya diukur, dan menunjukkan hasil 39 derajat, detak jantung bayinya juga lebih dari 160\/menit atau melebihi batas normal antara 120-150\/menit. Saya kuatir sekali dengan kondisi anak saya. Dalam kondisi galau seperti itu, kami tetap melaksanakan salat tarweh dan qiyamul lail di bulan yang sangat mulia ini. Karena takut terjadi sesuatu, saya putuskan untuk membawa anak saya ke rumah sakit. Walaupun waktu itu ada himbauan jangan ke rumah sakit jika tidak betul-betul sakit, karena rawan tertular Covid-19. Di rumah sakit kami mendatangi Unit Gawat Darurat. Ketika sedang mendaftar, saya membaca tulisan, \u201cKejujuran anda akan menyelamatkan diri anda dan orang lain!\u201d Spontan naluri saya tergerak untuk jujur agar semuanya selamat. Salah satu pertanyaan yang menuntut kejujuran adalah apakah anak anda bepergian dalam seminggu terakhir? Saya jawab tidak. Apakah anak anda kontak dengan orang dari luar kota? Saya jawab ya, karena menantu saya baru pulang dua hari yang lalu. 55","Setelah dilakukan identifikasi, anak saya disuruh berbaring di ruang UGD untuk diadakan pemeriksaan dan pertanyaan seputar sakitnya. Dokter telah membaca hasil identifikasi pasien sehingga bertanya dari jarak jauh dan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap. Dikarenakan panas anak saya belum 24 jam, jadi kami disuruh pulang dan hanya disuruh minum obat penurun demam alias paracetamol. Begitu berlangsung sampai 2 hari panasnya naik turun. Kalau habis minum obat, badannya dingin, nanti kembali panas, begitu sererusnya. Terkait demamnya anak saya itu, saya ceritakan pada adik saya yang menjadi bidan di salah satu rumah sakit. Oleh adik saya dikonsultasikan pada dokter ahli kandungan. Dokter menyarankan agar anak saya di rontgen untuk melihat apakah paru-parunya bagus atau tidak. Karena ingin sembuh, tanpa pikir panjang, setelah minta surat rujukan dari Puskesmas kami menuju ke ruang Paru Center di rumah sakit. Saat itu masih pukul 09.00 WIB, sedangkan ruang ronxen buka pukul 10.00 WIB. Nah dalam waktu satu jam tersebut kami berkomunikasi dengan sanak saudara. Banyak masukan, agar jangan di rontgen karena sedang hamil. Argumen itu kami sampaikan pada petugas, akhirnya diperbolehkan untuk tidak rontgen saat itu, dan kami pulang dengan rasa takut karena telah dekat-dekat dengan rumah sakit. Apalagi ruang tersebut merupakan tempat untuk mengecek seseorang terkena covit atau tidak. Sepulang dari rumah sakit, kami langsung mandi keramas, baju kami cuci semua, saking takutnya pada virus itu. Namun gara-gara anak saya tidak jadi di rontgen, menimbulkan efek yang berbuntut panjang. Saat itu kami dianggap kurang mendapat edukasi tentang covid, petugas 56","akan datang ke rumah kami, memberi saran dan pengertian tentang arti pentingnya rontgen tersebut. Data anak saya sudah tertulis di sana, sudah terdokumen. Al hasil anak saya tetap harus ke dokter kandungan. Namun karena dokter kandungannya sudah mengetahui riwayat anak saya baru kontak dengan orang dari luar kota, maka dokter tersebut mau menemui dengan syarat harus cek darah dulu. Untuk menghindari kerumunan dan rasa parno terhadap rumah sakit, maka saya bawa anak saya ke laboratorium untuk cek darah tepatnya di klinik Prodia. Setelah dicek dan hasilnya keluar ternyata trombosit anak saya rendah sekali, hanya 110.000, sedangkan ambang batas normal adalah 150.000. Hasil labratorium kami bawa ke dokter kandungan, dan saran dokter agar anak saya cek darah lagi untuk mengetahui gejala demam berdarah atau bukan karena dalam catatan hasil labratorium tersebut ada indikasi Dengeu. Maka kembalilah kami ke Prodia, tetapi belum diperbolehkan langsung cek hari itu karena belum 12 jam. Kami disarankan untuk cek hari berikutnya. Waktu itu sudah sore, kami semua masih puasa, karena tidak sempat masak untuk berbuka puasa, kami mampir membeli takjil dan minuman di pusat kuliner penyedia menu berbuka puasa. Esok paginya saya dan anak saya datang kembali ke laboratorium. Karena antri panjang, kamipun harus menunggu cukup lama. Setelah mendapat giliran, anak saya dipanggil dan dicek seperti kemarin. Tapi entah karena apa, pasca dicek anak saya pingsan, sehingga harus istirahat beberapa saat di klinik tersebut. Setelah siuman dan tidak lemas lagi kami pulang ke rumah. Kemudian saya telepon dokter kandungan untuk menyampaikan hasil labratorium tersebut, yang ternyata turun drastis dari kemarin, trombosit 57","hanya 55.000. Sehingga dokter menghimbau untuk mondok di rumah sakit. Atas saran dokter tersebut, anak saya kembali ke rumah sakit yang pertama kali demam dulu. Setelah melakukan pendaftaran dan cek lainnya, maka anak saya akan dirawat di ruang rawat gedung baru di ruang VIP. Kami sudah siap-siap menuju ruang tersebut. Namun apa yang terjadi, saya dipanggil lagi oleh petugas, yang intinya bahwa data anak saya sudah terekam oleh rumah sakit saat awal mendaftar ketika demam tinggi. Saya menjawab secara jujur tentang kontak erat dengan suami anak saya yang baru pulang dari luar kota, walaupun menantu saya sudah isolasi mandiri di lantai atas dan melakukan rapid tes dengan hasil non reaktif. Kesimpulannya anak saya tidak diperbolehkan di rawat di ruang itu dan diganti ke kamar khusus di ruang lain. Waktu itu saya setuju saja karena hanya untuk sementara waktu dan yang penting di ruang VIP biar anak saya dapat istirahat dengan nyaman dan lekas sembuh. Kami tempati ruang yang disediakan tanpa curiga apapun. Sampai suami saya mengantar barang-barang keperluan inap yang tadi masih di mobil ke ruangan kami. Baru suami saya cerita kalau ternyata ruang yang kami tempati itu adalah ruang khusus isolasi penderita Covid-19. Astagfirullah, ternayata anak saya dicurigai terkena Covid-19. Sungguh kecurigaan yang sangat menyakitkan. Di tengah bulan Ramadan, harus tetap semangat menghadapi cobaan hidup Benar, setelah beberapa saat ada petugas, baik itu perawat, bidan maupun petugas lain serta dokter, semua mengenakan APD lengkap. Saat itu hati saya sangat protes dan marah, namun saya sadar bahwa ini mungkin yang 58","terbaik. Perkembangan kesehatan anak saya terus dipantau, baik fisik si ibu maupun bayi dalam kandungannya. Panas dan demam anak saya masih naik turun, timbul bintik-bintek merah di sekujur tubuhnya. Setelah ada kunjungan dokter, diagnosa penyakit anak saya adalah DB. Alhamdulillah, ternyata bukan Covid-19, namun kami tetap tidak diperbolehkan untuk pindah di ruang lain, karena sudah terlanjur di situ. Di saat menunggu anak sakit, saya tetap menjalankan ibadah puasa dengan baik, bahkan lebih banyak waktu untuk dzikir dan tadarus Al Quran. Efek berikutnya setelah tinbul bintik-bintek merah adalah gatal-gatal. Anak saya tidak dapat tidur karena merasakan demam dan badan gatal-gatal. Kondisi seperti itu berlangsung selama 3 hari sambil terus menunggu hasil laboratorium yang belum naik trombositnya. Setiap kali cek lab, kami selalu berharap hasilnya sudah membaik. Namun kenyataan malah turun. Itu yang membuat saya panik. Hari keempat cek lab lagi, dan ternyata hasilnya belum bagus dan belum diperbolehkan pulang. Pada hari kelima, kembali cek darah, dan alhamdulillah hasilnya sudah cukup bagus dan anak saya diijinkan pulang. Lima hari saya menjalankan rutinitas puasa Ramadan dengan tekun tanpa ada hambatan apapun. Rasanya lega karena anak sudah sehat dan tinggal menunggu hari-hari kelahiran cucu. Sesuai partus, prediksi seminggu lagi anak saya akan melahirkan. Tetapi beberapa orang yang melihat memperkirakan masih lama karena posisi bayi di perut kelihatan masih di atas, belum turun seperti tanda-tanda orang akan melahirkan. Namun kenyataan berbeda dengan prediksi, karena esok paginya setelah pulang dari rumah sakit, anak saya merasa melilit perutnya seperti 59","mau melahirkan. Dari pagi sampai dengan magrib anak saya mondar-mandir dan merintih kesakitan. Ditemani oleh suami dan adik saya yang bidan, selalu dengan sabar menghibur dan menguatkan, karena memang pembukaan belum signifikan. Baru setelah usai salat Isya dan salat tarweh, kami berkemas untuk menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, langsung masuk Instalasi Gawat Darurat, dan mendapat penanganan intensif. Dari hasil pemeriksaan dan rekam medik beberapa hari yang lalu, akhirnya anak saya harus menjalani rontgen seperti yang direncanakan dokter kandungan waktu itu. Karena hasil rontgen tidak langsung keluar, maka bidan-bidan yang menangani anak saya memakai APD yang lengkap. Memeriksapun tidak sedekat ketika masa normal. Sungguh merupakan pengalaman yang tidak bisa kami lupakan. Perlakuan tenaga medis yang seolah setengah hati karena masa pandemi, membuat kami juga tidak senyaman di masa normal. Dari IGD anak saya dipindahkan ke ruang mawar, ruang khusus untuk melahirkan. Dari pukul 20.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB pembukaan belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Oleh karena itu saran dari dokter dilakukan tindakan untuk dipacu dengan obat atau cairan melalui selang infus. Efek dari obat pacu tersebut, anak saya menjadi kesakitan dan terus meronta. Tidak tega rasanya mendengarkan rintihan bahkan jeritan rasa sakit itu. Saking tidak teganya saya menyingkir dan mengambil air wudu untuk salat malam dan berdoa mohon pertolongan pada Allah agar dimudahkan dan diselamatkan kelahiran cucu saya. 60","Baru saja saya melepas mukena seusai salat, anak saya terus berteriak kesakitan. Dengan cekatan semua bidan mempersiapan peralatan dan dengan APD lengkap, tiga orang bidan itu, siap membantu persalinan. Didampingi suami yang setia, serta adik saya, anak saya berusaha mengejan sesuai instruksi bidan. Tarikan nafas pertama belum berhasil. Diulang untuk yang kedua kalinya, belum jua berhasil. Untuk yang ketiga, alhamdulillah lahirlah cucu laki-laki saya dengan normal tepat pukul 12.30 WIB. Pecahlah tangis saya, begitu haru melihat anak saya bisa melahirkan secara normal tanpa cesar, padahal seharian dari kemarin sampai semalaman selalu minta operasi atau cesar karena sudah tidak kuat menahan sakit. Namun akhirnya anak saya bisa melahirkan sesuai dengan kodrat wanita, yang memiliki tiga tugas yang berbeda dengan laki-laki yaitu hamil, melahirkan dan menyusui. Untuk tugas dan pekerjaan yang lain bisa dikerjakan oleh pria maupun wanita. Suasana bahagia berbaur dalam tawa dan tangis. Tiga bidan berbagi tugas, adik saya membersihkan si bayi, dan tiga orang yang lain membantu mengeluarkan ari-ari dan menjahit kenbali bagian yang robek akibat melahirkan. Bayi ditimbang, diukur panjangnya dan diberi tanda pada kakinya. Berat badan cucu saya 3,3 kg dengan panjang 49 cm. Setelah bayi bersih dan rapi, dikumandangkan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri oleh manantu saya. Dalam waktu satu jam anak saya dan bayinya sudah bersih. Luapan bahagia atas anugerah-Mu ya Allah, tiada terkira. Tidak henti-henti saya berdzikir mengucapkan rasa syukur yang luar biasa. Dilanjutkan santap sahur bersama menantu dan adik saya. Tidak terasa pagi telah tiba, ada suatu pandangan yang agak beda dari sikap bidan-bidan itu. Info dari adik saya 61","ternyata mereka sangat ketakutan menolong persalinan anak saya, karena hasil rontgen belum keluar. Mereka takut hasil rontgen anak saya merujuk ke gejala Covid-19. Sungguh saya juga menjadi tidak nyaman. Ketika kami harus merasakan bahagia atas kelahiran cucu pertama, harus ada secuil ganjalan yang tidak mengenakan. Jam 08.00 WIB persis petugas dari laboratorium paru center datang ke ruang mawar, mengabarkan bahwa hasil rontgen anak saya bersih dan tidak ada indikasi ke Covid-19. Alhamdulillah, kembali saya bersyukur yang tiada tara atas kabar tersebut. Akhirnya para bidan yang menolong persalinan spontan berubah. Raut muka mereka tidak lagi masam. Mereka mengucapkan selamat kepada anak saya atas kelahiran putra pertama dan cucu untuk saya, sebelum mereka pulang untuk ganti dengan shif pagi. Lega sudah perasaan kami, dan selanjutnya cucu serta anak saya di pindah ke ruang teratai atau ruang observasi setelah persalinan. Alhamdulillah sore harinya kami juga sudah diijinkan pulang karena ibu dan bayi dalam kondisi sehat. Hanya butuh waktu setengah jam kami sampai di rumah, setelah mampir terlebih dahulu di Bidan Farida, untuk imunisasi BCG, karena pihak rumah sakit kehabisan vaksin tersebut. Rasa cape, lelah, penat setelah satu minggu berjuang untuk mendampingi anak melawan DB dan melahirkan anaknya, sirna sudah. Tangisan cucu meramaikan suasana rumah yang sudah 23 tahun tidak ada anak kecil. Ramadan tahun 2020 sangat berkesan dan meninggalkan kenangan pahit sekaligus bahagia, yang tidak akan terlupakan seumur hidup saya. Ramadan di masa pandemi ini, sungguh mengukir sejarah bagi semua orang di muka bumi ini. C2 (Corona dan Cucu) benar-benar hadiah terindah di bulan Ramadan. 62","Ramadan yang menjadi saksi lahirnya cucu tercinta serta pengalaman unik karena balutan Corona yang merajalela. Hari-hari semakin mencekam, tatkala mulai banyak teman yang terpapar. Kluster-kluster baru mulai bermunculan. Dari kluster perkantoran, kluster masjid, kluster pondok pesantren, kluster gereja, kluster sekolah dan kluster keluarga. Setiap hari ada saja berita duka dari teman, kolega dekat karena Covid-19. Saking traumanya saya jadi ikut terbawa arus. Mendengar teman sekantor positif, badan ikut panas, demam dan perasaan kuatir yang teramat sangat. Sungguh menyiksa perasaan itu. Saking parnonya dengan Covid-19, sampai-sampai sulit tidur, melaksanakan aktivitas juga dibayang-bayangi rasa tikak nyaman. Ya Allah kapan wabah ini akan segera berakhir? Kami sudah rindu hidup secara normal. Masuk kerja bersama-sama, anak-anak sekolah kembali datang dan bertemu teman- temannya. Bersosialisasi dan melakukan aktivitas secara wajar dan apa adanya tanpa ada pembatasan jumlah dan kapasitas. Perekonomian di berbagai sektor juga sangat dibutuhkan untuk mengembalikan ekonomi yang terpuruk dalam setahun terakhir. Semoga upaya vaksin untuk semua kalangan secara bertahap menjadi satu solusi untuk mencegah Covid-19 ini. Sehingga lambat laun semua akan normal seperti sediakala. Dampak negatif dengan adanya wabah ini sangat banyak, namun disisi lain Corona juga memiliki sisi positif, diantaranya kita dilatih untuk selalu hidup bersih dengan cuci tangan pakai sabun, Mengenakan masker juga merupakan upaya menjaga kesehatan agar tidak terkena pencemaran udara serta menutup mulut yang berarti kita diharapkan berbicara tentang hal yang penting atau seperlunya saja. 63","Dengan adanya Corona ini pembelajaran melalui daring atau PJJ. Mau tidak mau guru dan orang tua tidak boleh gagap teknologi. Orang tua menjadi pandai menggunakan android dan mencari pengetahuan melalui internet. Anak dan orang tua menjadi lebih dekat, orang tua punya peran ganda karena sekaligus menjadi guru bagi anak-anaknya. Corona telah betul-betul mengingatkan kita untuk selalu ingat pada Sang Pencipta. Jika Allah sudah berkehendak, apapun bisa terjadi. Barangkali Allah telah murka pada umatnya yang telah melampaui batas. Manusia telah lupa pada Tuhannya. Manusia serakah dan lupa dengan nikmat yang telah diberikan, sehingga Allah beri peringatkan dengan hadirnya makluk kecil tapi menggemparkan dunia. Semoga dengan wabah ini menyadarkan kita bahwa kita harus tetap bersyukur dengan apa yang kita terima saat ini. Serta lebih peduli pada sesama kita yang membutuhkan pertolongan. Apalagi di bulan Ramadan yang penuh ampunan dan magfirah tentu harus kita jadikan momentum yang paling berharga untuk mendulang pahala. Dibalik pandemi ini, telah hadir hadiah di bulan suci Ramadan yang sangat indah yaitu Corona dan cucu tercinta Hamiz Shankara El Haneda. 64","Biografi Penulis Narti, S.Pd., M.Pd., lahir di Cilacap, 12 November 1971. Penulis menye- lesaikan pendidikan di SD, SMP dan SPG di Cilacap. Pendidikan D2 PGSD di IKIP Semarang, S1 di Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogya- karta dan S2 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2011. Penulis mengawali karier sebagai guru SD, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Kepala UPT dan sekarang sebagai Koordinator Wilayah Bidang Pendidikan Kecamatan Cilacap Tengah. Pernah menjadi Guru Berprestasi tingkat propinsi tahun 2004 dan Kepala Sekolah Berprestasi tahun 2010. Selain itu juga menjadi dosen di UNUGHA Cilacap dan Universitas Ivet Semarang (UNIS). Kontak yang bisa dihubungi lewat WA (081548850804), Fb (Narti Bundane Sinta) dan IG (Narti Bundane Sinta) 65","Bagian 06 Kisah Masa Kecil Saat Ramadan Delfi Florida Beauty Saya terlahir dari keluarga yang biasa saja bukan dari keluarga yang agamis. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Bapak saya bekerja sebagai kuli bangunan dan ibu saya seorang guru. Waktu saya masih duduk di bangku kelas 3 SD, bu guru berpesan bahwa anak-anak harus belajar melaksanakan puasa. Puasa adalah rukun Islam yang keempat jadi umat Islam di dunia ini wajib melaksanakan puasa. Sesampainya di rumah saya bertanya kepada ibu. \u201cIbu, puasa sih bagaimana?\u201d Dengan menatap saya ibu langsung segera menjawabnya. \u201cPuasa itu menahan makan dan minum sampai sore hari Nak.\u201d \u201cApa tidak mati Bu?\u201d Tanya saya sambil terheran- heran. 66","\u201cYa, tidak Nak karena sebelum melaksanakan puasa, di pagi hari sekitar jam 3-4 pagi orang-orang melaksanakan makan dan minum yang disebut dengan sahur.\u201d \u201cTerima kasih Bu, saya paham.\u201d jawab saya. Selain itu ibu saya juga menjelaskan bahwa puasa itu ada yang wajib dan sunnah. Puasa wajib dilaksanakan secara bersama-sama pada bulan Ramadan. Ketika bulan Ramadan tiba umat Islam melaksanakan ibadah puasa seperti, bapak, ibu, dan mbah. Saya tidak dipaksa untuk melaksanakan puasa penuh. Akan tetapi ibu selalu berpesan alangkah baiknya jika puasa penuh selama 30 hari, di akhir bulan Ramadan ibu akan memberikan sebuah hadiah. Bulan Ramadan kini tiba, saya memulai puasa pada hari pertama. Jam 03.30 WIB saya sudah dibangunkan untuk melaksanakan sahur. Rasanya sangat senang karena hari ini mau puasa. Saya langsung bergegas dengan semangat untuk bangun kemudian mencuci muka dan langsung segera mengambil makan dan minum, tidak lupa untuk memakan jajan juga. \u201cIbu ini sampai jam berapa boleh makan dan minum?\u201d Tanya saya. \u201cMasih lama Nak, batasnya sampai jam 4.17 WIB,\u201d jawab ibu. \u201cBatas itu dinamakan apa, Bu?\u201d Tanya saya dengan penasaran yang luar biasa. \u201cBatas itu dinamakan imsak.\u201d \u201cKalau sudah imsak berarti sudah tidak boleh makan ya Bu?\u201d 67","\u201cIya, betul sekali.\u201d Waktu menunjukkan pukul 04.17 WIB saya dan keluarga membaca niat untuk melaksanakan ibadah puasa. Tidak lama kemudian adzan Subuh berkumandang. Saya bergegas mengambil air wudu dan menyiapkan alat salat untuk melaksanakan salat Subuh di masjid dengan keluarga. Ketika saya membuka pintu ternyata banyak orang yang berjalan akan menuju ke masjid. Sepanjang jalan menuju masjid, banyak anak yang bermain mercon. Saya jadi penasaran dan ingin bermain mercon. Sambil jalan menuju masjid tidak lama kemudian lontaran pertanyaan ke ibu kembali muncul. \u201cBu bolehkah aku ikut bermain mercon kaya teman- teman?\u201d Dengan raut wajah yang agak marah, ibu langsung menjawab. \u201cGak usah nak! Kamu itu perempuan tidak pantas bermain mercon.\u201d Sayapun masih penasaran kenapa tidak boleh ya? Itu aja ada anak perempuan yang bermain mercon. Saya mencoba bertanya kembali ke ibu. \u201cKenapa sih Bu, perempuan tidak boleh bermain mercon, kan hanya gitu, pake korek terus keluar suara dorrr!!\u201d \u201cNah itu sudah mulai paham, ibu tidak membolehkan mainan seperti itu karena mainan berbahaya. Nanti kalau tanganmu terkena mercon terus jarinya pada hilang gimana?\u201d Jawab ibu. 68","Rasa penasaran mainan mercon sudah terjawab. Sambil jalan saya terdiam dan membayangkan kata-kata yang diucapkan ibu tadi. Bagaimana ya jika tangan dan jari-jariku kena mercon, saya tidak bisa makan, minum, menulis dan saya bakalan kehilangan salah satu anggota tubuh, nanti saya menjadi orang cacat. Sudahlah, saya tidak akan bermain mercon dan dekat-dekat jika ada mercon yang sedang dihidupkan. Sesampainya di masjid banyak mbak-mbak dan mas- mas yang sudah berangkat terlebih dahulu untuk tadarus Al Quran. Saya terdiam dan menginginkan jika saya sudah seperti mbak dan mas itu saya bisa ikut tadarus Al Quran di masjid. Saya bersama-sama melaksanakan salat Subuh berjamaah. Setelah selesai salat Subuh, biasanya saya dan keluarga jalan-jalan keliling komplek. Sepanjang jalan banyak sekali anak yang bermain mercon. Ketika jalan-jalan saya juga bertemu dengan teman-teman sekolah. Saya rasanya sangat senang dan semakin semangat untuk menjalani puasa Ramadan. Waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB saatnya saya untuk sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah ibu saya berpesan. \u201cNak, ingatlah kamu sedang berpuasa jadi tidak boleh makan dan minum ataupun berantem dengan temannya ya.\u201d \u201cBaik Bu,\u201d ucap saya. Saya berangkat bersama teman-teman menuju ke sekolah. Saat menuju ke sekolah teman saya ada yang bertanya. \u201cKamu puasa tidak?\u201d 69","\u201cInsya Allah puasa,\u201d jawab saya. \u201cWah hebat yaa. Apa tidak lapar dan haus.\u201d \u201cKan sudah sahur tadi,\u201d jawab saya. Tidak mau kalah, saya juga melontarkan pertanyaan. \u201cKamu puasa tidak?\u201d \u201cSaya engga puasa,\u201d jawab salah satu teman. \u201cLoh kenapa tidak berpuasa?\u201d Saya kembali bertanya dengan menatap wajah teman. \u201cSama mama tidak boleh puasa, karena masih kecil.\u201d \u201cOh jadi begitu, bukankah kemarin bu guru menganjurkan untuk berlatih puasa ya?\u201d \u201cIya, tapi aku juga belum mampu melaksanakannya.\u201d \u201cYa sudahlah,\u201d jawab saya. Tidak terasa sudah sampai gerbang sekolah, saya yang duduk di bangku kelas 3 menghampiri kelasnya. Bel tanda masuk sudah berbunyi. Kini saatnya saya untuk menerima pelajaran pada bulan Ramadan. Sebelum pelajaran dimulai bu guru mengabsen kehadiran siswa dan mengecek siapa saja yang berpuasa. Di kelas 3 yang berpuasa hanya sebagian anak saja. Yang lain tidak berpuasa. Waktu berputar terus pembelajaran sudah di mulai. Pada saat pembelajran tiba-tiba perut saya merasa keroncongan dan perih. \u201cAduhhhhhhh ini perih banget ya perutnya,\u201d kata saya dalam hati. \u201cMakan aja apa ya, tapi kan sedang berpuasa. Ibu juga tadi sudah berpesan ketika berangkat sekolah. Aaghhhhh dasar setan-setan sudah menggangguku.\u201d 70","Tidak lama kemudian bu guru menegur karena bengong. Bu guru memberikan saya 1 buah soal untuk menjawabnya. Kemudian saya menjawab dengan merasakan perut yang sedang keroncongan. Bel istirahatpun berbunyi. \u201cBu guru mengakhiri pembelajaran dengan berpesan, anak-anak yang tidak berpuasa jangan mengganggu temannya ya,\u201d pesan bu guru. \u201cSiap bu guru,\u201d jawab siswa dengan kompak. Semua siswa beristirahat dengan senang dan gembira. Akan tetapi saya masih merasakan perut yang sangat keroncongan. Teman saya menghampiri saya untuk mengajak ngobrol. \u201cKamu sedang puasa ya?\u201d \u201cIya ini,\u201d jawab saya. \u201cSama dong saya juga,\u201d \u201cKata ibuku berpuasa itu wajib bagi orang yang beragama Islam dan mendapatkan banyak sekali pahala,\u201d jawab saya. \u201cBener banget itu, kata bu guru juga begitu.\u201d Tiba-tiba datanglah gerombolan anak-anak yang tidak berpuasa. Mereka berusaha akan menghasut saya dan teman saya agar tidak berpuasa. \u201cNgapain berpuasa, sudahlah buka saja, ayo makan jajan bareng-bareng kebetulan kita membawa jajan loh. Hahahahaha,\u201d kata mereka. Saya terdiam, munculah pikiran kotor yang membuat hatiku goyah. 71","\u201cBenar juga yaa, ibu juga tidak tahu kalau saya buka. Tapi ibu kan tidak mengajari untuk berbohong dan ada Allah yang Maha Mengetahui Segalanya,\u201d tanpa disadari saya langsung spontan menjawab. \u201cDasar kalian tidak takut dosa!! tadi bu guru kan sudah berpesan agar tidak mengganggu teman yang sedang berpuasa.\u201d \u201cIya benar itu, kalau tidak berpuasa kalian bisa jadi ular jedung besok loh,\u201d jawab teman-teman yang lainnya. Bel tanda masuk pembelajaran berikutnya berbunyi, saya segera bersiap-siap untuk menerima materi berikutnya. Saya kebetulan duduk di baris paling depan. Pintu terbuka saya melihat bu guru sedang menuju ke kelas dengan membawa sesuatu. Saya pun bilang ke teman-teman. \u201cHai teman-teman rupanya kita akan diberi sesuatu sama bu guru.\u201d \u201cKira-kira sesuatu apa ya,\u201d jawab teman-teman. \u201cCoba kita tunggu saja bu guru ke sini.\u201d Sampailah bu guru di kelas. Saya sudah tidak sabar untuk menerima sesuatu dari bu guru. Bentuknya seperti buku. Tapi buku apa ya?? Bu guru memanggil ketua kelas untuk membantu membagikan buku. Tibalah giliranku mendapatkan buku. Bukunya berjudul \u201cBuku Ramadan\u201d isinya seperti catatan berpuasa, salat lima waktu, tadarus Al Quran, salat tarawih dan lain-lain. Semua anak sudah menerima Buku Ramadan. Bu guru menjelaskan cara mengisi bukunya satu persatu. Bu guru berpesan anak-anak harus jujur dalam mengisi buku ramadannya. Semisal tidak berpuasa ya diisi tidak berpuasa dan sebaliknya. 72","\u201cKalau begini ya harus berpuasa ya,\u201d kata salah satu teman, tetapi saya membiarkan suara itu. Dengan adanya Buku Ramadan saya semakin mantep untuk melaksanakan puasa. Tidak terasa waktu pembelajaran di sekolah habis. Saatnya bersiap-siap untuk pulang. Jarak sekolah dan rumah lumayan jauh. Saya berangkat dan pulang jalan kaki. Di sepanjang jalan banyak warung yang buka. Mata saya mencoba melirik jajan-jajan yang bergelantungan di warung. \u201cDuh\u2026. enak sekali ya itu jajannya,\u201d gumam di hati. \u201cHmmm gak sampai-sampai, mana udah haus juga.\u201d Suara motor terdengar dari belakangku, ternyata sauadaraku lewat. Akhirnya ikut pulang dan dapat menghemat energi. Sesampai di rumah, tidak ada orang satupun, bapak dan ibu belum pulang. Saya hanya ditemani mbah kakung dan mbah putri. Mbah putri sungguh tidak tega melihat saya berpuasa. Mbah putri menyuruhku untuk puasa bedugan. Jadi kalau bedug\/duhur makan dan minum dengan waktu yang ditentukan. Mbah kakung berlawanan, beliau menyuruhku agar tetap puasa. Akan tetapi saya sependapat dengan mbah kakung walau perut sangat keroncongan, sangat haus tapi saya selalu ingat pesan ibu dan saya selalu berfikir kalau sudah terbiasa pasti tidak seperti ini. Karena ini baru awal melaksanakan puasa jadi sangatlah wajar jika seperti ini. Suara motor terdengar dari arah luar, saya tidak sabar untuk bertemu dengan ibu. Saya memberi tahu bahwa saya dikasih Buku Ramadan untuk mencatat kegiatan sehari-hari 73","selama bulan Ramadan. Ketika ibu turun dari motor saya sudah tidak sabar menunjukkan buku Ramadannya. \u201cIbu saya diberi Buku Ramadan sama bu guru,\u201d ucap saya. \u201cWahhh\u2026. bagus itu Nak, buku itu berfungsi untuk mengontrol puasa atau tidak, salat atau tidak, tadarus atau tidak dan lain-lain.\u201d \u201cIya Bu, saya sangat senang.\u201d \u201cKarena sudah ada buku itu jadi silakan diisi yang perlu diisi, rajin ibadahnya, jangan malu-maluin ibu,\u201d jawab ibu. Hari sudah mulai sore, saatnya membantu ibu untuk memasak persiapan buka puasa. Ibu melontarkan pertanyaan ingin menu apa. \u201cMasak apa ya Nak?\u201d \u201cApa aja bu, yang penting jangan lupa membuat takjil ya,\u201d ucap saya. Saya biasanya membantu ibu mengupas kulit bawang merah, bawang putih, memotongi sayuran dan mencuci piring. Setelah tugas membantu ibu selesai saya cepat-cepat mandi, melaksanakan salat, dan bersiap-siap ke masjid untuk mengaji sambil menunggu buka puasa. Di masjid sangat banyak anak-anak yang mengaji, selain anak-anak juga banyak mas dan mbak yang sedang melaksanakan tadarus. Waktu menjelang berbuka datanglah seorang ibu ke masjid membawakan nasi kotak untuk anak-anak yang mengaji di masjid. Saya sangat senang diberi nasi kotak. Bu ustadz dan pak ustadz memerintahkan agar nasi kotaknya dibawa ke rumah dan dimakan di rumah. 74","Tidak terasa waktu sudah menunjukkan saatnya berbuka puasa. Saya rupanya sudah tidak sabar karena seharian menahan perut yang keroncongan. Saya dan keluarga berbuka dengan minum air putih dan makan takjil. Setelah selesai, saya dan keluarga mengambil air wudu untuk melaksanakan salat Maghrib terlebih dahulu. Setelah selesai salat saya dan keluarga menikmati menu buka yang sangat enak sekali. Saya sangat bersyukur karena bisa mengikuti puasa seharian tanpa gagal. Semua makanan yang ada di meja makan saya cicipi sampai-sampai perutnya sangat kenyang sekali. Rasa ngantukpun melanda. Padahal sebentar lagi akan melaksanakan salat tarawih. Tanpa disadari saya tertidur pulas di kamar. Ibu mencoba membangunkan untuk mengajak ke masjid melaksanakan salat trawih bersama. Saya kaget, dan langsung cepat-cepat mengambil air wudu untuk berangkat ke masjid. Buku Ramadannya tidak ketinggalan dari tanganku. Salat tarawih akan dimulai, jamaahnya semangat sekali. Jamahnya terdiri dari orang dewasa, anak muda dan anak kecil. Pada saat salat trawih terdengar suara \u201cTulit\u2026 tulit... tulit\u2026\u201d seperti suara penjual cilok. Anak-anak yang salatnya di belakang langsung pada menghampiri penjual cilok. Akan tetapi saya di sebelah ibu jadi hanya gusar saja takut penjual ciloknya pergi. Saya memberanikan bertanya pada ibu. \u201cIbu apakah saya boleh membeli cilok kaya teman- teman?\u201d Tanya saya. Tanpa disadari ibu marah ketika saya bertanya seperti itu. 75","\u201cMau salat tarawih apa jajan cilok? Nanti di Buku Ramadan berarti kolom salat tarawih diisi jajan cilok.\u201d Saya merasa sedih ketika ibu bilang seperti itu. Sudah dilarang seperti itu saya mencoba bertanya kembali. \u201cIbu nanti selesai salat tarawih penjual ciloknya masih nungguin tidak ya?\u201d \u201cYa kalau masih nanti beli, kalau engga ya sudah,\u201d jawab ibu dengan raut wajah sedikit jutek. \u201cTapi kepengin banget Bu,\u201d ucap saya. \u201cBesok lagi kalau hanya jajan mending gak usah ikut tarawih aja ya,\u201d ucap ibu. Saya merasa sangat jengkel dan ngedumel di hati. \u201cYa sudah lah apa-apa gak boleh ya sudah.\u201d Salat tarawih telah selesai. Waktunya saya dan teman- teman menumpuk Buku Ramadan untuk ditanda tangani pak kyai. Saat menumpuk Buku Ramadan terjadi rebutan. Terutama kakak kelas dulu mereka tidak mau mengalah. Pada akhirnya untuk mengantisipasi hal tersebut pak kyai memutuskan siapa dulu yang berangkat itu langsung ditumpuk di meja yang sudah disediakan. Setelah salat tarawih saya dan teman-teman menunggu buku sambil duduk di teras masjid dengan rapi. Tidak terasa malam yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, yakni malam lailatul qodar. Malam lailatul qodar jatuh pada tanggal ganjil 10 malam terakhir bulan Ramadan. Saya jadi ingat pelajaran agama yang kemarin baru dijelaskan bu guru tentang malam lailatul qodar. Malam lailatul qodar adalah malam yang lebih utama dari pada seribu bulan. Umat 76","islam dianjurkan untuk iktikaf di masjid, banyak-banyak memohon ke pada Allah agar keinginanya tercapai dan berbuat kebaikan. Pada malam lailatul qodar tumbuhan hewan dan lain-lain semua menunduk. Saya jadi ingin menerapkannya harus banyak berdoa supaya Allah mengabulkan doa saya yaitu sepeda baru untuk berangkat sekolah. Tiba-tiba ibu datang dari arah belakang. \u201cDor\u2026 kok ngelamun? Hayooo kenapa?\u201d Tanya ibu dengan rasa ingin tahu. \u201cIya ibu, ini kan puasanya sudah masuk akhir-akhir ya, saya jadi ingat materi malam lailatul qodar yang dijelaskan bu guru kemarin,\u201d jawab saya. \u201cMemangnya kenapa?\u201d \u201cKata bu guru saat datang malam lailatul qodar itu, harus lebih tekun ibadahnya dan bakalan tercapai apa yang di inginkan. Saya kan kepengin sepeda baru Bu.\u201d \u201cIya, benar apa yang dijelaskan bu gurumu itu Nak, makanya jangan sampai gak salat, harus rajin membaca Al Quran dan baanyak berdoa.\u201d \u201cBu, kata bu guruku juga tumbuhan, hewan dan manusia yang semua ciptaan Allah. Pada malam lailatul qodar itu semua menunduk beberapa saat. Kenapa ya Bu?\u201d \u201cIya, itu salah satu cara mereka menghargai betapa pentingnya malam lailatul qodar. Utuk manusia biasanya melaksanakan salat malam lailatul qodar yang di laksanakan di masjid secara berjamaah. Mbah juga sering melaksanakan.\u201d \u201cJam berapa itu Bu, untuk melaksanakan salatnya?\u201d Tanya saya. 77","\u201cJam 1 malam biasanya mbah berngkat ke masjid.\u201d \u201cSaya jadi tambah paham bu.\u201d Waktu sangat cepat berlalu, puasa tinggal beberapa hari lagi. Alhamdullilah belum pernah membatalkan puasa. Walau godaan sangat banyak seperti perut kroncongan, temannya makan jajan dan lain-lain. Tugas mengisi Buku Ramadan juga diisi dengan baik. Kebiasaan berhayal, ngomong dan jawab sendiri di hati terjadi. \u201cAndai kalau puasa penuh, salat tidak pernah bolong, tarawih juga, tadarus juga ibu memberi hadiah, pasti sangat sangat senang. Apalagi hadiahnya baju baru untuk lebaran dan sepeda untuk sekolah pasti sangat senang. Saya berdoa saja lah. Ya Allah saya kepengin diberi hadiah sama ibu karena saya puasa penuh gak pernah ada yang bolong, malas- malasan. Mudah-mudahan doanya terkabulkan. Aamiin\u2026\u201d Tampak dari kejauhan ibu melihat saya yang sedang duduk sambil senyum-senyum sendiri. \u201cHei ngapain senyum-senyum sendiri Nak?\u201d Tanya ibu. \u201cEngga apa-apa Bu,\u201d jawab saya. \u201cKamu puasanya ada yang bolong tidak Nak?\u201d Wah hati ini rasanya dag dig dug derr. Allah mendengan doaku. Dengan spontan saya menjawab. \u201cBelum ada yang bolong Bu.\u201d \u201cOh\u2026 ya bagus lah Nak, lanjutkan lagi.\u201d Ternyata ibu hanya menanyakan saja tidak lebih seperti khayalanku. Tapi tidak apalah, ibu juga uangnya pas- 78","pasan hanya untuk lebaran. Masa saya minta-minta. Ahh, sudahlah memang saya terlalu berkhayal sangat tinggi. Lebaran kurang 3 hari, saatnya saya membantu ibu membuat snack ringan. Ibu saya selalu membuat nastar, keripik pisang, kacang bawang dan lain-lain. Selama ikut membantu ibu, rasanya ingin mencicipi yang sudah matang, tapi saya ingat ternyata sedang puasa. \u201cKapan sorenya ya Bu?\u201d Tanya saya. \u201cYa masih lama Nak, memangnya kenapa?\u201d Jawab ibu. \u201cItu Bu, saya sudah tidak sabar untuk mencicipi snack- snack yang sudah jadi itu.\u201d Jawab saya dengan muka malu. \u201cSabar ya Nak, nanti setelah buka puasa, boleh kok untuk mencicipinya.\u201d \u201cAsyikkkk\u2026.. terima kasih Ibu.\u201d Waktu berbuka telah tiba, saatnya saya dan keluarga berbuka puasa bersama. Rasanya saya ingin menyantap snack yang dibuat ibu tadi. Tetapi ibu menyuruh untuk makan nasi terlebih dahulu. Padahal sudah sangat ingin sekali mencicipinya. Karena sudah tidak sabar selesai salat dan makan saya langsung bergegas mengambil snack yang dibuat ibu. \u201cIbu snacknya sangat enak.\u201d Ucap saya. \u201cAlhamdullilah Nak kalau kamu suka\u201d jawab Ibu. Tidak ketinggalan bapak juga ikut mengomentarinya. \u201cIya ini sangat enak, ibu buatnya banyak atau sedikit?\u201d Tanya Bapak. 79","\u201cIbu buatnya banyak, tenang saja stok masih banyak\u201d ucap ibu. \u201cAde juga suka, engga keras tapi kress banget rasanya\u201d ucap Ade. Snack buatan ibu habis ludes sebelum lebaran. Untungnya ibu membuat banyak jadi masih ada stok. Alhamdullilah hari kemenangan telah tiba. Saya sangat senang bisa melaksankan puasa penuh 30 hari walau banyak godaan yang datang dan drama yang membuat hati goyah. Selain itu saya juga sangat senang karena memakai baju baru yang dibelikan ibu. Kami satu keluarga melaksanakan salat Idul Fitri di masjid bersama. Setelah melaksanakan salat Idul Fitri saya meminta maaf ke bapak dan ibu apabila punya salah baik yang di sengaja maupun tidak, begitu sebaliknya. Setelah itu kami makan besar bersama sebelum berkeliling kampung untuk saling bermaaf-maafan. Sambil menunggu bapak makan tiba-tiba ibu memberikan sebuah amplop untukku yang berisikan uang. Saya sangat terkejut. \u201cLoh kok dikasihkan aku Bu?\u201d Tanya saya. \u201cIya itu sebagai hadiah karena kamu menang telah melaksanakan puasa penuh 30 hari\u201d jawab Ibu. Rasanya sangat senang terharu, jadi selama ini yang saya khayalkan ternyata menjadi kenyataan. Kami satu keluarga segera berkeliling kampung untuk bermaaf-maafan. Di tengah jalan bertemulah saudara. Alhamdullilah sekali saya mendapatkan amplop lagi katanya untuk membeli jajan. Saya semakin senang dan terharu. Saya meminta jalan-jalan terus sama bapak dan ibu biar dikasih sangu. 80","Sekian cerita pengalaman masa kecil di bulan Ramadan. Hanya cerita pengalaman masa kecil saya yang sangat sederhana sekali. Tetapi pengalaman masa kecil sangatlah indah dan tidak bisa diulang kembali, hanya bisa diceritakan atau dituliskan menjadi sebuah cerita yang menarik untuk dibaca dan diingat-ingat kembali. 81","Biodata Penulis Delfi Florida Beauty adalah seorang guru kelas di MI Ya BAKII Dondong Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Lahir di Cilacap September 1996. Status menikah dengan Nur Wahyu Setiyaji. Seorang ibu dari satu orang anak, Ammar Zhafran Abqory (1,5 th). Telah ikut Sekolah Menulis Wadas Kelir dalam kelas menulis artikel ilmiah: \u201cKemampuan Guru dalam Literasi Digital dalam Pembelajaran Jarak Jauh\u201d, kelas menulis antalogi puisi dan menulis buku parenting. Motto : Terus Belajar, Belajar dan Belajar. Oleh karena itu hari-harinya dia jalani dengan mancari ilmu dari berbagai sumber informasi baik online maupun ofline. Jika ingin menjalin shilaturrahim silahkan kontak WA: 082138120431, FB: Delfii Tektonaa Grandis dan IG: delfiflorida.b 82","Bagian 07 Ramadan Teramat Istimewa Nur Indriyati Ramadan memang isimewa. Bulan penuh berkah. Bulan penuh rahmat dan ampunan. Sudah sepantasnya umat muslim menyambut bulan suci ini. Bahkan jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan diri, bak layaknya menyambut tamu agung. Disambut dengan antusias dan penuh kegembiraan. Memohon maaf antar sesama, segera menghatamkan Al Quran supaya dapat memperbaharui tadarus di awal Ramadan, segera membayar hutang puasa bagi yang masih memiliki tanggungan, menyiapkan perlengkapan ibadah, bahkan para ibu rumah tangga tidak mau kalah menyiapkan daftar menu sahur dan berbuka puasa. Ada lagi, beberapa hari menjelang Ramadan tiba, sebagian umat muslim menyempatkan \u201cresik\u201d dengan berziarah ke makam orang tua atau keluarga. Mereka membersihkan makam dan mengirim doa untuk ahli kubur. 83","Masyarakat desa biasanya masih memiliki tradisi turun temurun yang terus dijalankan, sebagai bentuk dari pelestarian budaya. Tradisi yang dimaksud adalah kebiasaan turun-temurun yang dilakukan masyrakat membersihkan makam-makam yang ada di lingkungan desa sebelum bulan Ramadan tiba, atau dikenal dengan istilah nyadran atau sadranan. Sebagian besar masyarakat desa beramai-ramai membawa peralatan, baik sabit, cangkul, atau sapu. Dengan penuh semangat gotong royong membersihkan makam nenek moyang mereka dengan hati gembira dan diakhiri dengan doa bersama. Begitu Ramadan tiba umat muslim di segala penjuru dengan suka cita menuju tempat peribadatan. Musholla dan masjid penuh dengan jamaah dewasa maupun anak-anak. Shaf salat Isya dan tarawih tidak ada yang kosong. Beberapa baris di bulan suci itu pasti bertambah. Bahkan tidak jarang takmir musholla membuat tempat tambahan untuk mengantisipasi adanya jamaah yang membludag. Selesai salat tarawih, terdengar kumandang merdu di sana sini lantunan, ayat suci firman Ilahi. Malamnya Ramadan indah terasa. Tadarus Al Quran tidak ingin mereka lewatkan. Umat muslim berlomba-lomba meraih pahala dan berkah di bulan Ramadan. Sungguh berbeda dengan Ramadan 1441 H atau bertepatan dengan 24 April sampai 23 Mei 2020. Ramadhan kala itu terasa sepi, memendam rasa gelisah, was-was, takut, dan khawatir berlebihan. Bagaimana tidak? Pandemi Covid- 19 terasa semakin dekat. Sebelumnya aku mengira virus tersebut hanya melanda wilayah perkotaan saja, terutama di ibu kota. Berita di televisi atau sosial media begitu tajam menyoroti kondisi di Jakarta. Hampir setiap hari ada korban 84","meninggal karena positif terkena virus berbahaya Covid-19. Tidak ada wujud terlihat tapi begitu dasyat derita yang dirasa oleh orang yang terkonfirmasi virus Covid-19.Badannya panas, tenggorokannya sakit, hilang indera perasa dan penciuman, disertai rasa mual hingga hilang selera makan. Termasuk enggan minum obat hingga bila dibiarkan berlanjut bisa berakibat fatal. Beruntung bagi mereka yang memiliki daya tahan tubuh lebih bagus, bisa bertahan dan kondisi membaik. Atau mereka yang segera mendapatkan penanganan dari tenaga medis. Tapi semua itu di bawah takdir Allah SWT, manusia hanya dapat berdoa dan berusaha. Pasti semua menginginkan yang terbaik dari bayang-bayang virus Covid-19. Bagian dari ikhtiar, masyarakat dihimbau oleh pemerintah untuk beribadah di rumah saja walaupun di bulan Ramadan. Mengapa harus di rumah saja? Untuk menghindari kerumunan serta kontak langsung dengan orang lain yang belum jelas statusnya. Apakah dia terkontaminasi virus Covid-19 atau tidak. Apalagi kadang-kadang ada seseorang yang tanpa gejala apapun tapi bisa sebagai pembawa dan dikhawatirkan akan menularkan kepada orang lain. Selain himbauan dari pemerintah, masyarakat juga menyadari akan sikap yang harus diambil yakni harus melindungi diri dan keluarga dari incaran virus tersebut. Setiap peristiwa pasti ada hikmah tersirat di dalamnya. Termasuk menghidupkan Ramadan berpusat di rumah. Rumah adalah sebuah bangunan yang mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal dan berkumpul suatu keluarga. Rumah merupakan tempat seluruh anggota keluarga berdiam dan melakukan aktivitas yang menjadi rutinitas sehari-hari. 85"]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook