["Biografi Penulis Lila Supriyatin lahir di Cilacap 29 Maret 1984. Masa kecil hingga SMA dihabiskan di desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap. Selepas SMA melanjutkan kuliah di STAIN Purwokerto (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto). Aktifitasnya saat ini selain menjadi ibu rumah tangga, juga menjadi pengajar di MI Al Kholidiyah Widarapayung Wetan. Wanita berkacamata tebal yang memiliki dua putra dan satu putri ini mempunyai mimpi untuk menjadi penulis buku. Untuk mewujudkan impiannya Bu Lila (sebutan akrabnya) memilih bergabung bersama rekan-rekan guru madrasah lainnya di Kabupaten Cilacap dalam wadah Gumalis Cilacap (Guru Madrasah Menulis Cilacap). Bu guru yang satu ini memiliki motto hidup \u201cJika kamu ingin melakukan sesuatu hal, maka yakinlah kamu bisa melakukannya.\u201d Sebagai penyemangatnya dalam menulis ada kalimat yang ingin selalu diingat \u201cAbadikan Pemikiran dalam Tulsan\u201d. Untuk bisa menyapanya dapat melalui nomor telpon\/WA 085215052008 atau email [email protected]. 186","Bagian 15 Terasa Sayang Untuk Dilupakan Iqbal Al Basith Bulan Ramadan adalah bulan yang di tunggu-tunggu oleh umat Islam diseluruh dunia. Kedatangan bulan puasa ini disambut dengan gembira dan suka cita oleh umat Islam di manapun berada. Mereka gembira dengan datangnya bulan Ramadan karena banyak keutamaan yang terdapat di dalamnya. Bagaimana tidak merasa senang karena Allah akan memberikan gelar taqwa bagi mereka yang dengan sungguh- sungguh melaksanakan puasa. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 183. \u202b\u064a\u064e\u0627 \u0623\u064e\u064a\u064f\u0651\u0647\u064e\u0627 \u0627\u0644\u0651\u064e \u0650\u0630\u064a \u064e\u0646 \u0622 \u064e\u0645\u0646\u064f\u0648\u0627 \u064f\u0643 \u0650\u062a \u064e\u0628 \u064e\u0639 \u064e\u0644 \u0652\u064a \u064f\u0643 \u064f\u0645 \u0627\u0644 \u0651\u0650\u0635\u064a\u064e\u0627 \u064f\u0645 \u064e\u0643 \u064e\u0645\u0627 \u064f\u0643 \u0650\u062a \u064e\u0628 \u064e\u0639 \u064e\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0651\u064e \u0650\u0630\u064a \u064e\u0646 \u0650\u0645 \u0652\u0646 \u064e\u0642 \u0652\u0628 \u0650\u0644 \u064f\u0643 \u0652\u0645\u202c \u202b\u064e\u0644 \u064e\u0639\u0644\u064e\u0651 \u064f\u0643 \u0652\u0645 \u064e\u062a\u062a\u064e\u0651\u0642\u064f\u0648 \u064e\u0646\u202c \u201cHai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.\u201d Gembira karena telah diberikan karunia dari Allah SWT dapat berjumpa dengan bulan yang dinanti-nantikan. 187","Bukankah kita tidak bisa menjamin bahwa usia kita akan mengantarkan kita pada bulan penuh keberkahan ini, kecuali atas izin Allah SWT dengan memanjangkan umur kita. Gembira, begitulah semestinya asa dan rasa seorang muslim dalam menyambut kedatangan bulan Ramadan ini yang dilandasi dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Ya, perasaan gembira menjumpai Ramadan itu juga muncul di benak saya saat masih usia kanak-kanak. Tetapi rasa senang dan suka yang muncul saat itu bukan sebab mengetahui adanya keutamaan yang begitu banyak pada bulan Ramadan. Ketika mendengar kata bulan puasa atau Ramadan ada rasa senang karena terbayang banyak makanan dan hidangan takjil di masjid, leluasa bermain dengan begitu banyak teman baik siang maupun malam hari. Senang mendapatkan baju baru beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri. Bahkan bisa mengumpulkan uang saku yang cukup banyak pemberian dari tetangga yang kita sambangi bersilaturahmi. \u201cSahuuuuur\u2026sahuuuuur,\u2026 sahuuuuuur!\u201d Nyaring terdengar seruan bangun tidur untuk santap sahur yang muncul dari speaker masjid, musik klothekan peralatan dapur dari sekumpulan anak muda yang keliling kampung, suara keras radio dari beberapa rumah tetangga. Sekejap suasana rumah menjadi ramai diselingi mobilitas lalu-lalang beberapa orang dengan kesibukannya masing-masing. Karena rumah kami berdekatan dengan rumah saudara yang sama-sama termasuk dalam keluarga besar, sering santap sahur dilakukan bersama dalam satu ruangan yang cukup besar menampung kedua anggota keluarga tersebut. Hal itu menjadikan santap sahur terasa lebih nikmat. 188","Dikemudian hari saya baru mengetahui bahwa ternyata makan secara bersama-sama ini lebih mendatangkan keberkahan. Makan berjamaah atau berkelompok adalah cara makan yang disunahkan dan lebih mengikuti Rasulullah SAW. Makan secara bersama-sama ini selain mendatangkan keberkahan juga dapat menjalin kekerabatan dan kekompakkan antar sesama. Abu Ibrahim dalam bukunya yang berjudul 20 Amalan Pelancar Rezeki menyebutkan bahwa makan secara berjamaah juga dapat menjadi solusi bagi orang-orang yang selalu merasa lapar. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyarankan makan secara berjamaah kepada orang yang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang. \u201cWahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang?\u201d Beliau bersabda, \u201cKemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.\u201d Mereka menjawab, \u201cYa\u201d. Beliau bersabda, \u201cHendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.\u201d (H.R. Abu Daud) Inilah cara makan yang lebih mendatangkan berkah karena sebagaimana tersebut dalam hadist Nabi Muhammad SAW bahwa, \u201cMakanan porsi satu orang sebenarnya cukup untuk dua, makanan dua sebenarnya cukup untuk empat, dan makanan empat sebenarnya cukup untuk delapan.\u201d(H.R. Bukhari & Muslim). Beruntung sekali kita memiliki bulan Ramadan. Karena di bulan ini kita memiliki banyak kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga besar serta bisa bersantap sahur dan berbuka puasa secara bersama-sama. 189","Keadaan bisa menjadi lebih ramai dan heboh saat kedua keluarga besar kami terbangun mendekati batas akhir waktu sahur. Mendadak semuanya seperti berlomba berlari dengan sang fajar sadiq. Ada yang mencukupkan dengan hanya melahap satu suap nasi dengan secuil lauk tempe goreng disambung dengan tegukan satu gelas air putih. Yang lain pun demikian berusaha meraih makanan apa saja yang bisa dijangkau untuk segera dimakan berburu dengan waktu Subuh. Walau aku hanya sempat meraih sepotong tahu goreng dan meminum segelas air putih berharap bisa kuat puasa sampai magrib. Terasa menyenangkandan ada keindahan tersendiri saat berjalan ramai berbondong-beriringan menuju masjid untuk menunaikan salat Subuh berjamaah. Jalanan yang biasanya masih terlihat sunyi di luar bulan Ramadan kini menjadi penuh dilalui anggota keluarga dan tetangga yang bersemangat menuju masjid. Karena belum ada penerangan listrik, saat itu kami membawa sempor untuk penerang dalam perjalanan. Lampu Sempor 190","Seusai salat Subuh dan mengikuti pengajian atau kuliah Subuh, kami memilih kegiatan berjalan-jalan pagi mengitari lingkungan dusun. Di tengah perjalanan berpapasan dengan banyak rombongan pejalan dari berbagai penjuru kmapung yang sama-sama masih mengenakan sarung dan mukena. Agak siang sedikit kami bermain bola di halaman rumah yang cukup luas milik salah satu temanku. Saat itu tidak menghiraukan rasa lelah dan haus. Yang ada rasa riang dan puas bermain. Begitu permainan usai barulah kita sama- sama merasakan lelah dan kehausan. Untuk menghilangkan rasa haus itu kita bersepakat untuk mandi nyebur ke sungai irigasi. Segar seketika terasa di sekujur badan. Ada cara lain untuk meredam rasa haus yang biasa dilakukan saya dan teman-teman kala itu. Bebarapa teman mengatasinya dengan cara sering-sering raup membasuh wajah dengan air. Tiduran telentang di lantai teras masjid yang terasa dingin bisa juga sedikit menyegarkan badan. Bagi yang memiliki lemari es mereka bisa melakukan kegiatan ngadem dengan beberapa kali memasukan kepalanya ke dalam kulkas itu. Jangan lupa, ada juga yang mengatasi rasa hausnya dengan cara menelan beberapa tetes air padasan saat berwudhu. Di antara kalian yang membaca tulisan ini, adakah yang melakukan hal serupa saat kecil dulu? Ya, lucu juga saat kita dulu berusaha menahan dengan sekuat kemampuan untuk tidak menangis dan mengeluarkan air mata. Meski saat itu kaki kita terasa sakit karena kepaduk batu di pinggir jalan. Sebisa mungkin jangan sampai teman- teman mengetahui kita menangis. Malu sekali rasanya jika hal itu diketahui orang lain. Terpatri dalam pikiran dan keyakinan kita saat itu, entah dari mana asalnya bahwa jika 191","menangis saat berpuasa maka batallah puasanya. Perasaan malu muncul pula jika kita mengakui bahwa kita telah batal puasa. Maka walaupun puasa kita sudah jebol kita akan tetap mengaku masih menjalankan puasa hingga waktu berbuka. Ya gengsi dan malu jika ketahuan bahwa kita tidak berpuasa. Begitulah puasa anak kecil saat itu. Bahkan saat ibu kita pulang dari pasar membawa barang belanjaan dan membeli jajanan pasar kita langsung tergiur untuk bisa memakannya. Dicium-cium aroma jajanannya. Dipegang kuenya dan ditimang-timang sambil mata tidak berkedip menatapnya. Didekatkan ke bibir sambil mulutnya menganga seolah hendak menyantapnya. Baru berhenti saat ibu menegurnya dan mengingatkan bahwa kita sedang puasa. Akhirnya kita simpan beberapa jajanan makanan itu dalam lemari. Walaupun seringkali ketika sudah datang waktu berbuka setelah menikmati takjil dan makan nasi beserta lauk, ternyata jajanan yang tadi siang kita inginkan dan kita simpan dalam lemari akhirnya tidak sempat dimakan juga. Masjid At Taqwa, Muktisari Planjan. 192","Jarak dari rumah ke masjid sekitar 200 meter, melalui jalan berbatu. Kanan kiri jalan terdapat petak persawahan, pekarangan pohon pisang dan pekarangan kosong. Melintasi sebuah jembatan tua peninggalan Belanda. Sejauh perjalanan itu hanya menjumpai satu rumah penduduk. Malam berjalan menuju masjid bertambah gelap. Belum ada penerangan listrik. Ada beberapa rombongan yang biasa pergi ke masjid saat azan isya berkumandang. Para bapak biasanya pergi paling awal. Diikuti ibu-ibu, remaja putra dan putri serta anak-anak. Mereka berjalan beriring dengan penerangan seadanya. Saya dan beberapa teman suatu malam pergi menuju masjid lebih awal. Di ujung pekarangan pohon pisang yang berbatasan dengan jembatan tua saya dan beberapa teman tadi menyelinap bersembunyi di sela pohon pisang dalam kegelapan. Masing-masing dari kami sudah menggenggam bebatuan kecil. Menanti kedatangan rombongan para remaja. Tepat ketika rombongan itu berada di tepi pekarangan pohon pisang, serempak kami melemparkan batu-batu kecil itu ke atas pohon pisang. Batu-batu yang jatuh mengenai dedaunan serta batang pisang menimbulkan suara keras kemratak dan mengejutkan siapa yang sedang lewat di jalan itu. Saat itu juga terdengar suara menjerit ketakutan sambil berlari terbirit- birit. Tawa yang hampir saja meledak sebisa mungkin kami tahan. Khawatir dan takut jika ketahuan perbuatan kami tersebut. Malam itu setelah empat rakaat salat tarawih, saya dan teman bolos tidak ikut melanjutkan rakaat berikutnya. Menuju teras masjid memisah-misah pasangan sandal dengan sandal yang lain. Sambil membayangkan pemilik sandal nanti akan kesulitan mencari pasangan sandalnya. Benar saja, 193","begitu jamaah tarawih pulang mereka berjalan ke sana ke mari mencari pasangan sandalnya. Dari kejauhan kami menyaksikan peristiwa itu sambil tertawa kecil. Sayup terdengar ada jamaah yang berucap mrnggerutu. \u201cOwalaah, polaeh sapa kiye ya.\u201d (Aduh, perbuatan siapa ini ya) Membunyikan mercon atau petasan adalah kegiatan keseharian kami saat bulan puasa. Berbagai jenis mercon telah berkali-kali kami ledakkan dengan suka cita. Seakan perut menjadi tetap terasa kenyang mendengar ledakan mercon itu. Mercon banting, mercon Leo, mercong sreng, jeblugan karbit, mercon busi dan masih banyak jenis yang lainnya kita mainkan setiap hari. Mercon Sumbu Mercon Busi Berbagai eksperimen variasi meledakkan mercon telah kami coba. Sumbu dinyalakan, lemparkan jauh-jauh ke atas sehingga meledak saat masih di udara. Puluhan petasan ditata berjejer sepanjang dua meter, sumbu satu dengan yang lain saling dikaitkan, nyalakan dari petasan paling ujung lalu meledak berurutan sambung menyambung seperti bunyi rentetan senapan SMR Bren milik tentara. Menaiki pohon yang tepat berada di tepi sungai, menyalakan sumbu petasan dan menjatuhkannya dengan estimasi meledak tepat saat menyentuh permukaan air sungai. Memasukkan petasan ke 194","dalam botol bekas syirup kemudian meledakkannya sehingga serpihan beling bertebaran di pekarangan kebun cengkih di belakang rumah. Hal itu membuat simbah putri kami menjadi kesulitan saat memunguti cengkih yang berjatuhan dan tersebar di atas permukaan tanah karena sambil ekstra hati- hati menghindari serpihan beling botol tadi. Cengkih Oh iya, simbah putri kami dahulu memiliki kebun cengkih di pekarangan belakang rumah. Saat puasa kami sering menghabiskan waktu di sana. Rerimbun puluhan pepohonan cengkih sangat menyejukkan suasana sekitarnya. Kami betah berlama-lama berada di dalam sana. Saat panen cengkih tiba bertepatan dengan bulan puasa sungguh menambah kegembiraan dan semangat menjalani hari-hari Ramadan. Hampir semua kegiatan yang kami lakukan di area kebun cengkih bisa menghasilkan uang. Memanjat pohon memetik cengkih melewati dahan satu ke dahan berikutnya hingga ke dahan paling atas. Siapa yang paling banyak hasil 195","petikannya maka semakin banyak pula uang yang diperolehnya. Malam sehabis tarawih kegiatan berlanjut dengan mreteli (memisahkan cengkih dari tangkainya) cengkih. Hasil panen cengkih di tumpuk menggunung dikelilingi anak-anak yang siap mreteli cengkih. Terang lampu petromak menemani kegiatan malam hari itu. Semakin banyak hasil mretelinya semakin banyak pulauang yang diperolehnya. Demi mengejar perolehan yang banyak tersebut mereka berlomba cepat- cepat mreteli sehingga dalam waktu yang tidak lama pekerjaan tersebut bisa diselesaikan. Masih ada lagi kegiatan yang menghasilkan uang dari hasil kebun cengkih tersebut. Pagi hari setelah selesai subuhan dimanfaatkan dengan baik untuk nitori cengkih. Banyak cengkih yang jatuh terlepas dari tangkainya berserakan di sekitar pepohonan cengkih. Setiap anak siap dengan sebuah wadah berjalan cepat menyusuri pekarangan sambil membungkuk memunguti satu-persatu cengkih yang ada. Semakin banyak cengkih diperoleh semakin banyak pula pundi-pundi uang didapatkan. Masih ada satu kegiatan lagi yang juga menghasilkan uang yang bisa dilakukan di kebun cengkih tersebut. Kami biasa berlomba mengumpulkan dedaunan cengkih yang jatuh berserakan menutupi tanah kebun cengkih itu. Berbekal keranjang besar atau kandi serta sapu dan tongkat kayu kecil kita siap berburu harta karun itu. Ya, semakin banyak daun cengkih kita kumpulkan semakin banyak pula uang yang kita peroleh. Masih teringat pesan simbah putri ketika kami akan memunguti cengkih. Beliau berpesan agar sebisa mungkin setiap memungut satu cengkih diringi dengan satu ucapan kalimat thayyibah. 196","\u201cCah, nggole nitori cengkih karo moni dzikir kalimat thayibah. Njukut siji moni subhanallah, njukut siji alhamdulillah, ganjarane dadi tambah akeh,\u201d begitu kata simbah putriku. (Nak, memunguti cengkihnya sambil mengucap dzikir kalimat thayyibah. Ambil satu cengkih mengucap subhanallah, ambil satu lagi mengucap alhamdulillah, pahalnya jadi bertambah banyak.) Sangat menyenangkan beraktifitas di kebun cengkih saat bulan puasa tiba. Waktu seakan menjadi berjalan cepat tanpa terasa. Semangat melakukan pekerjaan bersaing bersama teman dan saudara menjadikan lupa rasa lapar dan dahaga. Bagaimana tidak menyenangkan selain kita bisa bermain sambil bekerja bersama teman dan saudara, kita juga mendapatkan penghasilan yang bisa ditabung selama Ramadan dan bisa digunakan saat lebaran tiba. Kue SagonKue Kembang Mbopong Kue Satu Kerupuk Gendar 197","Sepekan sebelum hari raya tiba, rumah simbah putri bertambah ramai dengan kesibukan membuat kue dan penganan lebaran. Kue lapis, sagon, satu, kembang mbopong, gula kacang ijo, agar-agar, tape ketan, krupuk gendar semua dibuat tidak kenal lelah siang dan malam. Beberapa cucu yang sudah besar ikut membantu mengerjakan pembuatan kue tersebut. Lainnya yang masih kecil seperti saya senang menyaksikan proses pembuatan sambil ikut membantu apa yang bisa dikerjakan sampai datang rasa kantuk. Satu hal yang juga terasa membedakan saat Ramadan dan selain Ramadan. Nggak siang nggak malam, entah itu pagi atau sore, bapak dan ibu lebih sering mambaca Al Quran. Bahkan sering juga saya mendapati bapak berkali-kali membaca buku-buku agama. Kadang malam menjelang tidur. Sering juga membaca buku sehabis makan sahur atau suatu saat beliau membaca buku sehabis salat Duhur. Belajar dan mencari ilmu memang harus terus diupayakan. Belajar bukan hanya konsumsi dan pekerjaan anak muda. Belajar juga semestinya tidak pandang tempat dan waktu. Di mana ada kesempatan di situ pula kita bisa mencari ilmu dan belajar. Meskipun sudah beranjak tua, meskipun kesibukan semakin banyak tidak menghalangi bapak untuk terus tetap belajar dengan sering membaca buku. Dengan sering membaca sangat membantu dan memudahkan bapak saya dalam menyampaikan materi pengajian kuliah subuh. Apa yang sudah dilakukan orang tua saya selama bulan Ramadan, mulai dari memperbanyak salat sunnah, berbagi takjil kepada tetangga, mencari keberkahan makan sahur, bersegera berbuka puasa saat matahari terbenam, semangat membaca buku, sering membaca Al Quran 198","merupakan kegiatan berpengaruh kepada perilaku anak- anaknya. Hal itu secara tidak langsung telah menjadikannya sebagai kegiatan untuk memperkenalkan keutamaan bulan Ramadan kepada anak-anaknya. Hal itu pula yang menginspirasi saya setelah berkeluarga untuk selalu mengingatkan dan mengenalkan kepada anak-anak akan keutamaan yang ada pada bulan Ramadan. Ada beberapa hal yang perlu kita kabarkan, kita ceritakan dan kita tanamkan nilai-nilai dan keutamaan yang ada di bulan Ramadan, diantaranya: Mengenalkan nama-nama bulan Hijriah dan mengenalkan bahwa Ramadan adalah bulan yang ke 9 dalam kalender Hijriah. Hal ini bisa kita lakukan dengan memperlihatkan kalender Hijriah kepada anak. Kita mengamati dan membaca bersama anak kita nama-nama bulan dalam kalender tersebut. Maka akan terbaca oleh anak kita nama-nama bulan sebagai berikut : Muharram, Shafar, Rabi'ul Awal, Rabi'ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadan, Syawal, Zulqaidah, Zulhijjah. Penting pula mengenalkan kepada mereka tentang Bulan Sabit. Mungkin sebagian besar anak-anak belum memahami mengapa banyak orang yang menentukan bulan Ramadan dari melihat bulan. Kami berusaha menjelaskan kepada mereka bahwa untuk menentukan pergantian bulan, orang-orang harus memastikan bahwa terlihat bulan sabit di atas langit. Itulah tanda sudah bergantinya bulan yang baru. Mengenalkan makna puasa kepada anak juga selalu kami lakukan. Meskipun mereka masih kanak-kanak namun terasa begitu membanggakan saat bersedia secara suka rela ikut sahur dan berpuasa sampai magrib. Namun demikian 199","kami juga memberitahukan kepada mereka bahwa mereka belum terkena kewajiban berpuasa. Jika bisa tahan sampai magrib patutlah disyukuri, alhamdulillah. Seandainyapun tidak kuasa menahan haus dan lapar mereka juga tidak harus memaksakan diri sehingga bisa membahayakan dirinya. Maka bolehlah untuk makan saat waktu duhur setelah itu lanjut berpuasa hingga magrib. Puasa sebagai salah satu amalan terpenting dalam bulan Ramadan adalah suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh orang yang sudah dewasa dan sehat. Sehingga, jika si kecil sudah baligh, barulah mereka tidak boleh melewatkannya. Untuk menyemangati anak-anak lebih suka membaca Al Quran di bulan Ramadan baik pula kita menceritakan kepada mereka bagaimana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu berupa Al Quran di bulan Ramadan. Tidak lupa kita kabarkan pula kepada anak-anak ketika mereka membaca Al Quran di bulan ini, maka pahalanya pun akan berlipat ganda. Kita bisa mencari waktu yang nyaman untuk membersamai anak-anak membaca Al Quran. Bisa siang hari, sore, malam atau pagi hari disesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan. Anak juga menjadi lebih bersemangat dan bertambah senang ketika diberitahu bahwa ibadah dan perbuatan baik yang kita lakukan di bulan Ramadan akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah. Mulai dari salat, puasa, membaca Al Quran, berdoa, berzikir, dan segala bentuk perbuatan baik lainnya akan dinaikkan pahalanya hingga 70 kali lipat. Itulah sebabnya, bulan ini sering disebut sebagai bulan penuh berkah. Di bulan Ramadan, ada satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yakni Lailatul Qadr. Dengan senang hati kita 200","ceritakan tentang malam itu kepada anak-anak dengan bahasa yang mudah mereka pahami. Di dalam Al Quran, Lailatul Qadr digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Kita memulai dengan menekankan angka seribu bulan. Jelaskan pada anak bahwa amalan yang ia lakukan di malam Lailatul Qadar bisa mendatangkan pahala berkali-kali lipat dan lebih baik daripada seribu bulan. Saat anak-anak mendengar kata Idul Fitri pada umumnya terbayang hanya soal kue lebaran dan pakaian baru. Untuk memperkaya khazanah kepada anak-anak kami menyempatkan mengenalkan kepada mereka tentang adanya Lailatul Jaiza. Malam sebelum Idul Fitri tiba. Malam ini juga dikenal sebagai Malam Penghargaan. Kenalkan pula kepada anak kita bahwa sebelum Idul Fitri jangan lupakan untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan. Kami mengajak mereka untuk bersama menakar beras zakat fitrah. Memberikan kesempatan kepada mereka membawa bingkisan zakat fitrah untuk diserahkan kepada petugas zakat di masjid. Sejak dini, berusaha memahamkan kepada anak-anak bahwa berbagi dengan orang lain adalah salah satu amalan yang sangat baik. Terutama jika kita adalah salah satu orang yang diberikan kecukupan harta oleh Allah. Ketika Ramadan datang, kami mengajak anak untuk gemar berdonasi, membiasakan mereka membawa uang untuk dimasukkan ke dalam kotak infak di masjid. Meminta kesediaan mereka untuk suka rela mengantar hidangan takjil kepada tetangga dan sanak saudara. Pengalaman langsung seperti ini akan membekas dan mudah dipraktekan di keseharian mereka. Baik pula kita diskusikan bersama anak-anak, bahwa Idul Fitri adalah tentang keberhasilan kita dalam melaksanakan ibadah 201","puasa. Idul Fitri saat yang sangat mendukung untuk saling silaturahmi dan saling bermaafan. Tidak ada pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya, selain akhlak yang mulia. Hadiah terbaik dari seorang Ayah kepada anaknya adalah pendidikan dan pengasuhan 202","Biografi Penulis Iqbal Al Basith, S.Ag., putra dari Bapak H. Marfu\u2019i, BA. (Alm) dan Ibu Hj. Baroroh. Memulai menekuni dunia kepenulisan sejak masih duduk di PGAN Purwokerto. Menyukai bidang sastra sejak tinggal di Yogyakarta dari tahun 1990-1991. Sempat mengikuti pelatihan tentang puisi dibimbing oleh Sutardji Calzoum Bachri dan Hamid Jabbar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Medio 90-an beberapa kali mengikuti lomba baca puisi tingkat nasional. Pernah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Nasional di Grobogan. Berlanjut menekuni kerja sebagai jurnalis pada tabloid Banyumas Pos dan Majalah Realita Semarang. Beberapa tulisannya baik essai, puisi, dan cerpen, diterbitkan di beberapa media regional dan lokal. Pendidikan dilalui sejak SD di desanya. Melanjutkan ke MTs PPPI Banyumas. Pendidikan tingkat lanjutan atas di PGA Negari Purwokerto. Strata 1 dilaluinya di dua kota Yogyakarta dan Cilacap. Kini aktif bergabung dalam usaha pengembangan dunia literasi dalam komunitas literasi GUMALIS bersama teman-teman guru madrasah di Cilacap. Ia kini tingal di desa bersama istri Mungawanah, S.Pd.I. beserta keenam anaknya: Daris Daffa Dakhilullah, Unsi Asywaq Kautsar, Ruwaifi Hanan, Nibras El Farouq, Iftina Fathin Ufaira dan Hibban Syaddad Rabbani. Guru pada MI YAPPI Planjan ini bisa dihubungi di:https:\/\/www.facebook.com\/iqbalabdulbasith\/, https:\/\/twitter.com\/ElNibras, https:\/\/www.instagram.com\/iqbalabdulbasith\/, 203","Bagian 16 Ramadan Penuh Berkah Puji Astuti Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tidak teras kita akan memasuki bulan Ramadan yang mulia. Sebentar lagi datang bulan yang penuh peanantian. Setiap muslim akan menyambutnya dengan suka cita. Karenanya bulan ini membawa berkah yang sangat luar biasa. Ikan kakap Ikan patin Mohon maaf Lahir dan batin Mati lampu Nyalain lilin Maafin aku Jika nyebelin 204","Ambil jambu Pakai galah Maafin aku Jika nyebelin Beli pulsa pagi-pagi Puasa sebentar lagi Cilacap jeruklegi umat muslim bisa menjalani TIdak hanya disambut dengan hati yang sangat gembira, penuh dengan suka cita ditambah dengan bunyi bedug. Anak-anak dan orang tua sambil menabuh kenthongan dengan melafalkan membaca salawat Nabi SAW. Dengan mengharapkan amalan-amalannya diterima oleh Yang Maha Pencipta. Anak-anak melantunkan salawat yang sangat merdu dan indah \u201cAllohumma sallimna ilaa Ramadaana wasalimna Ramadhana wa tasallamhum minna mutaqobbala\u201d, ada juga yang membaca \u201cAllohumma bariklanaa fii rojaba wa sya\u2019bana wa balighnaa Ramadana ighfirlana dzunubanaa\u201d. Di tempat saya selepas waktu magrib akhir bulan sya\u2019ban, hampir semua orang setia menunggu berita dari pemerintah kapan penentuan awal Ramadan. Sambil duduk di depan televisi beserta keluarga menyaksikan pengumuman hasil sidang isbat untuk penentuan awal puasa Ramadan. Pada tahun ini yang disampaikan langsung oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI, Bapak Haji Yaqut Cholil Qaumas, Gus Yaqut sapaan akrabnya. Beliau mengumumkan bahwa, keputusan hasil sidang isbat tanggal 1 Ramadan tahun 1442 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 13 April 2021 Masehi. Menjadi awal penentuan puasa bulan Ramadan 1442 H. Setelah ada pengumuman resmi dari pemerintah tersebut, 205","kemudian dilanjutkan salat tarawih malam pertama di bulan Ramadan. Umat muslim seluruh dunia, termasuk di Indonesia Ramadan dimulai pada hari selasa 13 April 2021. Saya beserta keluarga masyarakat pada umumnya menjalani ibadah puasa tahun kedua di musim pandemi ini dirasa berbeda sekali tidak seperti puasa sebelum-sebelumnya. Karena masih di tengah pandemi Covid-19. Jadi mengingatkan kita semua dalam Al Quran, Al Baqarah ayat: 183 yang artinya, \u201cWahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan orang-orang yang terdahulu daripada kamu supaya kamu bertaqwa\u201d. Bahwa ayat tersebut menjelaskan kewajiban berpuasa penjelasan berpuasa dan keutamaan bulan Ramadan. Bulan Ramadan bulan yang penuh anugerah, bulan penuh dengan maghfiroh atau ampunan, dan bulan sangat mulia. Meskipun pandemi masih berjalan, umat Islam harus tetap menjaga kesehatan badan dan pikiran agar khusyuk menjalani ibadah puasa Ramadan. Selain itu sejumlah tradisi dan kebiasaan yang biasa dilakukan di bulan puasa tentunya berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya. Seperti ziarah ke makam anggota keluarga, berkunjung ke rumah orang tua dan kerabat sekarang tetap dibatasi dan wajib menjaga protokol kesehatan memakai masker, cuci tangan, jaga jarak, tidak berkerumunan. Kita tetap optimis dan husnudan pada Yang Maha Kuasa dimana ada kesulitan pasti akan datang kemudahan. Tips untuk kita semua agar badan dan pikiran tetap sehat di bulan Ramdan ini, yang paling utama berfikir positif dan hindari hal-hal yang negatif. 206","Pikiran dan perasaan itu akan membawa juga mempengaruhi tubuh kita. Kalau misalnya kita terlalu banyak berfikir yang negatif atau jelek, bisa mempengaruhi imunitas kesehatan kita. Kalau imunitasnya turun nanti badannya sakit, sangat disayangkan. Saya juga menyarankan khususnya kepada diri sendiri beserta keluarga dan para jamaah di masjid belakang rumah agar umat Islam banyak membaca berita-berita yang menyenangkan. Baik sekali kalau bisa mengikuti pengajian secara tatap muka atau dengan media sosial. Mengikuti kuliah agama atau pengajian-pengajian melalui media sosial sekarang juga banyak sekali sudah menjamur dimana-mana. Tempat saya kebetulan berdekatan dengan Masjid Nurul Iman. Masjid tersebut pengasuhnya mertua saya yaitu Bapak Kyai Haji Sam\u2019ani Dahlan (almarhum) dan Ibu Nyai Hajjah Fariqoh Lukman. Sekarang diteruskan oleh putra-putrinya dan santrinya. Yang menjadi rutinitas ditempat kami kalau bulan puasa seperti ini yaitu selain salat wajib berjamaah, salat tarawih, witir. Setiap malam ada pengajian kultum setelah salat tarawih selesai. Kemudian dilanjutkan tadarus Al Quran putra, paginya mengaji kitab dan hafalan ngaqoid 50 (sifat-sifat Allah dan Rasulnya). Kemudian tadarus Al Quran oleh kaum ibu-ibu. Sorenya juga ibu-ibu setelah jamaah asar wiridan surat Al Ikhlas yang dipimpin oleh Kyai Muhammad Fatikhun, M.H.I. Mereka dengan semangat yang tinggi membiasakan atau rutinan, merupakan program tahunan. Dalam satu tahunnya menyelesaikan membaca wirid surat Al Ikhlas 100.000 kali. Suasana bulan Ramadan semua orang yang biasanya jarang ke masjid jadi ringan melangkahkan kakinya ke masjid. Tapi tetap ketat dengan prokes dan para jamaah 207","semuanya menggunakan sajadah pribadi, khusunya bagi perempuan menggunakan mukena pribadi juga. Pada masa sekarang semua sudah terbiasa melakukan banyak kegiatan dengan prokes yang ketat, sejak pandemi ini masuk ke Indonesia. Jadi ketika memasuki bulan suci Ramadan kita sudah terbiasa melakukan berbagai hal ibadah, sekolah, pengajian dengan jaga jarak, memang nuansanya pasti beda. Awal-awalnya mungkin sedikit berbeda tapi sekarang menjadi bisa dan terbiasa. Apalagi Ramadan di musim pandemi ini MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengeluarkan fatwa ibadah Ramadan atur swab hingga vaksinasi saat puasa, demi untuk keberlangsungan hidup, menjaga kesehatan bersama khusunya negara Indonesia. Jakarta- MUI mengeluarkan fatwa mengenai pelaksanaan ibadah di bulan Ramadan dan syawal tahun 1442 H. Fatwa MUI langsung disampaikan oleh ketua MUI bidang fatwa Asronun Ni\u2019am Sholeh melalui keterangan tertulis, Selasa(13\/4\/2021). Beliau memaparkan bahwa test swab dan vaksinasi virus Corona dibolehkan dan tidak membatakan ibadah puasa. Alhamdulillah di desa saya sebagian orang sudah ada yang divaksin. Dengan mengikuti program pemerintah, yaitu yang diprioritaskan para PNS, pPejabat pemerintah, pegawai aparatur desa, dan lansia. Puasa Ramadan harus dijalankan dan dijadikan momentum sebagai bentuk ikhtiar untuk menguatkan mengatasi wabah Covid-19. Baik ikhtiar lahir dan batin tentunya dengan terus menerus menjaga prokes. Saya pernah mengikuti seminar kesehatan dengan para ahlinya yang berhubungan anatara puasa dan 208","detoksifikasi. Manusia dalam keadaan berpuasa sedang melakukan detoksifikasi atau proses secara normal membuang, menetralkan racun melalui hati, usus besar, ginjal, paru-paru, dan kulit. Hati atau liver merupakan organ terpenting manusia yang berfungsi menetralisir racun dalam tubuh yang sudah menumpuk secara alami. Apalagi yang seperti saya ini seorang ibu yang mempunyai tiga anak. Segudang aktifitas, tetapi body bukannya langsing, tapi malah membesar, sangat tepat sekali untuk berpuasa. Selain itu memang puasa Ramadan wajib bagi seorang muslim, merupakan rukun Islam yang keempat. Ibadah di bulan puasa sangat bagus dan besar pahalanya. Tetapi ini bukan sekedar memenuhi kewajiban seorang muslim, tapi ini juga suatu kebutuhan manusia untuk selalu menjaga keseimbangan dan kesehatan. Menjaga kesehatan ini amanah, karena itu kita harus senantiasa menjaga kesehatan organ- organnya seperti hati, ginjal, jantung, paru, pancreas, lambung, dan lain-lain. Organ tersebut dapat bekerja dengan sempurna, kalau proses detoknya berhasil. Yang menjadi pertanyaan besar, sudah sehatkah cara puasa kita dan keluarga kita? Masalah yang sering timbul saat puasa, lemas, maagh, diare, dehidrasi, gizi tidak seimbang. Biasanya orang yang berpuasa banyak yang salah kaprah. Siang menahan makan dan minum dll, di waktu siang kalau melihat makanan apa saja dikumpulkan untuk nanti berbuka puasa. Apalagi yang mempunyai anak anak dan menginjak usia ABG. Ketika sudah waktu magrib seperti lestoran di meja makan yang berjejer rapih, siap disantap. Kita sejak dini seharusnya sudah memulai dan melatih kebiasaan yang sangat kita utamakan atur pola makan dan memenuhi gizi 209","seimbang. Jadilah makanan itu menjadi obat, bukan sebaliknya obat jadi makanan atau kebiasaan. Makanan yang perlu dibatasi saat berbuka, kira-kira apa? Seharusnya mengurangi minuman berkarbonasi atau makanan-makanan instan yang siap saja, makanan tinggi gula, makanan berlemak tinggi (gorengan, daging-dangingan, santan). Bukan tidak boleh dimakan, boleh sih, tetapi harus seimbang tidak over atau berlebihan. Makanan yang disarankan saat berbuka puasa, kira- kira apa? Pastinya air putih yang cukup, makanan bergizi seimbang dan porsi yang yang cukup, sayur dan buah yang mengandung serat dan air. Biasanya kalau di bulan Ramadan sebelum makan nasi, ada yang makan kurma dulu, karena salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang makan kolak, sop buah, dan lain-lain. Kalau sudah bicara makanan pokoknya seneng sekali, apalagi makanan yang menjadi kesukaan keluarga. Kita tentunya banyak pelajaran, pengalaman dari orang tua kita, orang-orang zaman dahulu banyak yang umurnya panjang dalam keadaan sehat. Sebaliknya pada zaman sekarang, mari kita benahi masing-masing, saling mengevaluasi, dan menjaga diri kita masing-masing. Pokoknya makan apa saja tidak boleh berlebihan, karena akan merusak kesehatan. Memaksakan makan yang berlebihan sangat tidak baik, dan berlebihan itu sesuatu yang tidak disenangi oleh Tuhan. Apalagi dalam keadaan orang yang sedang berpuasa. Menurut informasi Badan Kesehatan dalam tubuh kita itu dibagi menjadi 3 bagian, sepertiga itu air, sepertiga udara, sepertiga makanan. Apalagi dalam keadaan puasa, tentunya kita harus bisa. 210","Tradisi di masjid kampung saya, setelah salat tarawih ada acara kultum, disitu banyak sodaqah makanan dari para jamaah masjid. Jadi ingat hadis Rosulullah SAW bersabda: \u201cSebaik-baik sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan\u201d. Ketika di bulan Ramadan banyak orang dermawan yang selalu mensedekahkan hartanya. Ada yang berupa makanan, minuman, uang, dan lain-lain. Karena selalu punya impian yang menjadi motivasi besar dimana setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia ketika bulan Ramadan akan dilipat gandakan. Saya yakin orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagian. Kebahagian ketika berbuka puasa dan kebahagian ketika di akherat nanti yang haqiqi. DOA RAMADAN Ya Allah\u2026 Dalam pelukan Ramadan yang suci ini Berikan hambamu ini kesadaran dan kesabaran bulan yang penuh keberkahan Yang mempunyai stok rahmat dan hidayah Dalam sepuluh ruang tamunya Berikan pada hamba Makna luas ruang maghfiroh-Mu Yang tersembunyi dalam sepuluh ruang keluarga Tancabkan keyakinan pada diri hamba tentang janji-Mu Yang terlukis dalam sepuluh ruang tidur bulan-Mu Memohon kebebasan dari api neraka-Mu Ya Allah\u2026 Hamba ingin menjadi penebar ayat-ayat suci-Mu Merangkul tiang rumah-Mu Merayu-Mu tiap malam 211","Mengingat-Mu dalam duapuluh gerak istirahatku Mencium-Mu dalam detik -detik sahurku Menemani mata hati mengelilingi hari-hari-Mu Ya Allah \u2026Hamba bersimpuh dalam belai kuasa-Mu Mengakui kelemahan dan kesalahan hamba Membeberkan aib hamba Membuka rahasia hamba kepada-Mu Mengorek dosa satu persatu Berharap siraman deras maghfiroh-Mu Ya Allah\u2026 Bersama-Mu laju bulan penuh rahmah ini Hamba sampaikan ide-ide hamba Menjelaskan planning hamba Menumpuk impian-impian hamba Dan meletakkannya di atas kekuasaan-Mu Ya Alloh\u2026 Hamba yang dho\u2019if, hamba yang faqir Hanya kepada-Mu hamba memohon Luas kuasa-Mu yang terbuka dan abadi Untuk mengharap Ridho-Mu Al -Faqiroh ila Robbii 212","Biografi Penulis Puji Astuti, S.H.I., lahir di Kebumen, 25 Oktober 1980. Seorang ibu rumah tangga mempunyai tiga anak, yang pertama bernama Farah Khaninatuzzahra, kedua bernama Muhammad Faruq Hasan Hanafi, yang terakhir Farida Fayza Hanifah. Suami Hanif Murtadlo domisili di Pahonjean Majenang Cilacap Jawa Tengah. Selain ibu rumah tangga juga menjadi guru di Kementrian Agama Cilacap dan mendapatkan amanah dari Yayasan Ma\u2019arif untuk menjadi kepala madrasah. MI Ma\u2019arif 01 Pahonjean Majenang Cilacap, merupakan madrasah swasta dengan status terakreditasi A dan mempunyai program kelas unggulan Program Tahfidz Al Quran. Selain kesibukan tersebut dia juga aktif bisnis marketing offline ataupun online distributor Kacamata terapi K-Ion Nano dan produk herbal di PT K-LINK Indonesia. Pada tahun ini Puji Astuti mencoba belajar untuk menulis beberapa buku pengalaman pribadi. Puji Astuti mengambil program Pendidikan S1 di IAIIG (Institut Agama Islam Imam Ghazali) Fakultas Syariah \/Hukum Perdata Islam. Tuhan berkehenadak lain yang dulu dia cita-cita ingin aktif mengabdi di Kantor Pengadilan atau di KUA karena sesuai dengan jurusan kuliahnya. Ternyata setelah terjun di masyarakat tidak sesuai dengan jurusannya justru di lapangan aktif menjadi tenaga pendidik\/guru. Dengan berjalannya waktu demi waktu dunia ini penuh dengan perubahan, Puji Astuti mohon tambah doa restunya pada pembaca dan sahabat semua untuk menimba dan menambah ilmu program S2 Pendidikan semoga bisa berjalan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu ilmu yang bermanfaat barokah dunia dan akherat Fb : Puji Astuti WA : 085640266149 213","Bagian 17 Ramadan, Masa Kecil dan Pandemi Nur Laela Fauziyah Ramadan. Kata itu selalu berhasil membuat memoriku memutar kembali kenangan indah masa kecil yang sangat berkesan. Kenangan indah di bulan Ramadan bersama teman- teman kecilku. Ramadan yang ditunggu-tunggu, Ramadhan yang selalu membawa keceriaan dan selalu di rindukan. Ramadan adalah bulan suci yang selalu dirindukan umat Islam. Bulan yang selalu di sambut dengan kegembiraan dan kemeriahan, yang di dalamnya penuh rahmat dan ampunan. Bulan rahmah, bulan maghfiroh, dan bulan sedekah. Di bulan ini, setiap amal ibadah yang dikerjakan akan dilipat gandakan pahalanya. Tapi saat aku masih kecil, arti Ramadan masih sangat sederhana. Hanya bangun untuk sahur, menahan tidak makan minum saat siang, ramai-ramai ke masjid, jalan-jalan habis subuh dan berebut jaburan. *** 214","Pagi ini indah, mentari tersenyum seakan mengucapkan selamat pagi. Burung-burung riang bernyanyi. Tumbuhan pun tampak hijau dan segar terkena cahaya mentari. Hatiku gembira karena esok Ramadan datang lagi. Di depan rumah, terlihat kendaraan hilir mudik silih berganti. Beberapa orang berjalan kaki. Di antara mereka ada yang membawa sapu lidi. Mereka hendak menuju makam yang letaknya tidak jauh dari rumah kami. Mereka hendak nyekar atau berziarah kubur untuk mendoakan keluarganya yang sudah pergi mendahului. Di desaku memang ada beberapa tradisi yang masih kental dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan. Mungkin, di daerah lain juga tidak jauh berbeda. Tradisi itu antara lain, nyekar ke makam keluarga dan jiduran. Tradisi yang terakhir inilah yang selalu aku tunggu-tunggu. Jiduran atau menabuh bedug ramai-ramai yang dilakukan pada waktu sore hari menjelang bulan Ramadan. Biasanya yang nabuh bedug dan kentongan anak laki-laki. Anak perempuan hanya jadi penonton saja. Saat jiduran, hampir semua anak kecil di kompleks perumahan kami datang ke masjid. Masjid pun jadi ramai. Tek tek dung dung tek tek dung dung tek dung dung dung dung begitulah sebagian irama jidurannya. *** \u201cLa, bangun !\u201d Terdengar suara ibu membangunkanku. Tapi aku tetap merem, enggan rasanya untuk membuka mata dan beranjak dari tempat tidur. Karena aku tetap merem, ibu pun pergi. Mungkin kembali ke dapur atau ke ruang makan. Lalu bapak mendekat, menyuruhku bangun karena sudah jam 4 pagi, sebentar lagi imsak katanya. Dengan 215","malas-malasan, akupun bangun, pergi ke kamar mandi, cuci muka dan sikat gigi. Kemudian makan sahur bersama bapak, ibu dan kakakku yang sudah menunggu di meja makan. Setelah itu pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Subuh. Selesai salat Subuh, aku dan teman-teman jalan-jalan pagi (JJP). Acara JJP inilah yang jadi alasanku dan teman- teman bersemangat ikut salat Subuh di masjid setelah sahur. Di bulan Ramadan, setelah salat Subuh selesai, jalanan akan dipenuhi anak-anak yang JJP. Jarak perjalanan yang kami tempuh dalam JJP ini kadang sampai 2 kilometer (lumayan jauh juga yaa. Kalau sekarang mah emoh kalau harus jalan sejauh itu). Pulang dari JJP, aku membantu ibu mencuci piring yang kotor. Setelah itu, pergi ke kamar dan tidur. *** Azan Duhur berkumandang, aku segera bergegas ke masjid. Di jalan menuju masjid, aku ketemu dengan Sarah, Meli dan Nur. Sambil berjalan menuju masjid, kami ngobrol dan janjian kalau nanti sekitar jam 14.00 WIB akan membuat tlekem atau pithi dari janur di rumah Nur. Pas sampai di masjid, pas puji-pujian. Tidak berapa lama di lanjut iqamah. Kamipun segera melaksanakan salat Duhur berjamaah. Selesai jamaah, kami antri menunggu bapak imam masjid yaitu Bapak K.H. Muhammad Ridwan untuk minta tanda tangan di \u201cBuku Kegiatan Amaliah Ramadan\u201d. Tanda tangan imam masjid yang menandakan bahwa kami telah melaksanakan salat Duhur berjamaah. Buku Kegiatan Amaliah Ramadan adalah buku tugas yang diberikan sekolah selama bulan Ramadan. Ada banyak kegiatan yang harus diisi dalam buku ini, seperti puasa atau tidak, salat berjamaah waktu apa saja, siapa nama 216","penceramah saat kultum ketika tarawih, dan sebagainya. Semua itu harus dibuktikan dengan tanda tangan. Ada tanda tangan orang tua, tanda tangan imam masjid serta tanda tangan penceramah. Berburu tanda tangan penceramah dan imam masjid adalah bagian paling seru ketika mengisi buku Kegiatan Amaliah Ramadan. Siang sekitar jam 14.00 WIB, aku ke rumah Nur. Sarah dan Meli sudah menunggu. Lalu kami berempat mulai sibuk membuat tlekem dari janur. Janurnya sendiri sudah disiapkan oleh Nur. Janur yang dipakai yang warnanya masih hijau, yang lebih tahan lama dan tidak cepat busuk. Tlekem yang kami buat ada yang ukuran empat, enam, delapan dan sepuluh. Tlekem ukuran empat artinya menggunakan 4 janur untuk membuatnya. Begitupun ukuran enam, menggunakan 6 janur dan seterusnya. Bagaimana cara membuatnya ? (lain waktu aja ya penjelasannya) Tidak terasa sudah hampir jam 4 sore, kamipun selesai membuat tlekem. Aku dan Sarah membuat tlekem ukuran delapan, sedang Meli dan Nur membuat yang ukuran sepuluh. Tlekem-tlekem itu nantinya akan kami gunakan untuk wadah nasi dan sayur bekal ke masjid. Setelah salat Magrib, kami akan bersama-sama menyantapnya. Hmmm... lezat dan nikmat tiada tara. *** Malam harinya aku dan teman-teman ke masjid lagi untuk melaksanakan salat Isya dan tarawih. Buku Kegiatan Amaliah Ramadhan tidak ketinggalan kami bawa, untuk mencatat isi kultum dari penceramah. Di masjid, sudah banyak jaamaah yang hadir. Lalu kamipun salat Isya, setelah itu dilanjutkan kultum. Ketika penceramah mulai 217","memberikan kuliah tujuh menitnya, aku mulai sibuk menulis isi ceramah di buku Kegiatan Amaliah Ramadan. Selesai kultum, dilanjut salat tarawih. Ketika waktu salat tarawih, kelakuan anak-anak kecil seusiaku (usia 9-11 tahun) mengganggu kekhusyukan orang dewasa. Anak laki-laki ada yang dorong-dorongan dan ada yang menjawab \u201caamiin\u201d lebih dulu. Anak perempuan juga ada yang sampai tertawa cekikikian. Akupun kadang tergoda, ikut ngguya-ngguyu melihat kelakuan mereka. Selepas tarawih, aku dan teman-teman duduk berkumpul menunggu pembagian jaburan (takjilan). Biasanya, jaburannya berupa krupuk kolong-kolong, ubi rebus, singkong rawun, gedang godog dan tumpeng bosok. Jaburan yang terakhir merupakan jaburan yang paling istimewa, tumpeng bosok. Meskipun namanya tumpeng bosok, makanan ini bukanlah makanan yang sudah basi atau busuk. Tumpeng bosok berisi campuran nasi putih dengan bumbu kluban, ikan asin atau juwi. Ikan asin yang digunakan adalah ikan yang kecil-kecil. Nasi yang digunakan untuk tumpeng bosok memang nasi putih biasa tapi nasinya tidak lengket, bila di ambil pake centong langsung ambyar. Tidak seperti tumpeng nasi kuning yang cenderung lengket. Tampilan tumpeng terlihat sederhana, warnanya juga pucat. Tapi soal rasa, sangat istimewa. Mengingat Ramadan saat masih kecil membuatku jadi semakin rindu dengan semua kenangan yang terjadi di masa itu. Rindu jiduran, rindu bikin tlekem, dan rindu tumpeng bosok, jaburan istimewa yang di masa sekarang sudah jarang diberikan bahkan hampir tidak pernah sama sekali. Jaburan 218","yang diberikan sekarang, lebih banyak jajanan anak yang berbentuk chiki-chiki atau sejenisnya. Mengingat tumpeng bosok, tiba-tiba perutku jadi lapar membayangkan aromanya yang aduhai. (hehe) Kini Ramadan datang lagi. Semua umat Islam menyambutnya dengan gembira. Anak-anak, remaja dan orang tua, semua bersuka cita karena dipertemukan kembali dengan bulan yang sangat mulia. Meskipun Ramadan kali ini terasa sangat berbeda karena berlangsung di tengah pandemi. Sejak pemerintah mengumumkan adanya kasus positif Covid-19 di Indonesia, kehidupan tidak lagi sama. Apalagi dari waktu ke waktu, jumlah penduduk yang positif Covid-19 semakin banyak. Pemerintah kemudian mengumumkan dan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan memberikan himbauan kepada masyarakat untuk Work From Home (WFH). WFH di lakukan untuk mengurangi atau memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang semakin merajalela. Penyebarannya sungguh sangat cepat. Dari awal hanya melihat dan mendengar berita di TV, saat ini beberapa warga tetangga desa sudah mulai ada yang positif Covid-19 sehingga beberapa jalan menuju kota kecamatan pun lockdown. Ya Allah, begitu luar biasa penyebaran Covid-19. Dalam kondisi seperti ini, kecintaan masyarakat akan kegiatan bercocok tanam semakin meningkat. Termasuk juga Bu Farah, seorang pendidik di madrasah ibtidaiyah. Ia tambah jatuh cinta dengan kegiatan bercocok tanam. Hal itu dilakukan untuk mengisi waktu luang selama WFH. Setelah memberikan tugas daring ke siswa, waktu luang yang ada diisi dengan bercocok tanam. Awalnya Bu Farah hanya suka 219","menanam tanaman hias. Mulai dari aglonema, alokasia, sanseviera, dan masih banyak lagi. Di antara tanaman hias yang ada, ia paling suka dengan alokasia black velvet. Bu Farah juga menanam sayur mayur di pekarangan samping rumahnya. Ada yang menggunakan polybag, ada juga yang langsung di tanam di tanah pekarangan. Sayuran yang ditanam antara lain kangkung, bayam, terong, kacang panjang, cabe dan pakcoy. Dalam bercocok tanam, ia bekerjasama dengan suaminya, Pak Firman. Kadang-kadang, si kecil Fayyadh juga ikut membantu. Pak Firman bertugas menyiapkan lahan. Sebelum penanaman, tanah diolah dan dicampur pupuk kandang atau kompos. Lahan di pekarangan dibuat bedengan dengan lebar kurang lebih 1 meter. Cara menanam kangkung dan bayam dari benih, benih disebar dalam barisan berjarak15x5 cm. Sedang penanaman menggunakan polybag, benih kangkung dan bayam ditaruh langsung di polybag. Begitupun dengan pakcoy, terong dan cabe, benihnya langsung ditaruh polybag. Sedangkan benih kacang panjang, ditanam di bedengan. Penyiraman sayur mayur dilakukan dengan teratur, terutama ketika tidak turun hujan. Penjarangan juga dilakukan apabila tanaman terlalu rapat. Sedangkan untuk tanaman hias, hanya dilakukan penyiraman sebanyak 3 kali seminggu. Hal ini untuk menghindari terjadinya akar busuk apabila media tanam terlalu basah. Tanaman hias dan sayur mayur betul-betul di rawat dengan penuh cinta oleh keluarga Bu Farah sehingga tumbuh subur dan makmur. Bu Farah juga mencoba mengembangbiakan tanaman hiasnya. Alokasi black velvet yang tadinya hanya 2 indukan, telah bertambah menjadi 7 220","pot. Big roy yang tadinya hanya 2 bertambah menjadi 5. Begitu juga dengan ruby chiangmay, heng-heng dan sanseviera superba telah bertambah pula. Di hari ke-10 bulan Ramadan, Bu Farah iseng mengupload gambar 5 pot anakan black velvet yang masing- masing berdaun 2 di \u201cFB KOMUNITAS TANAMAN HIAS CILACAP BANYUMAS\u201d. Ternyata banyak yang keppo tentang harga black velvet dan lokasi penjual di kolom komentar. Banyak juga yang tanya lewat inbox. \u201cCek harga Bun?\u201d \u201cCek harga dan lokasi Mbak?\u201d \u201cVelvetnya masih ada? Minta nomer WA donk!\u201d Setelah rembugan dan nego lewat chat WA, akhirnya black velvet Bu Farah di beli dengan harga 300 ribu. Alhamdulillah, rezeki di bulan Ramadan. Uang hasil penjualan black velvet, sebagian dimasukkan ke celengan Fayyadh, sebagian lagi dibelikan 10 karung media tanam dan beberapa pot baru, untuk persiapan menanam lagi. Tiga hari kemudian, Bu Farah juga mengupload gambar 5 pot ruby chiangmay, 3 heng-heng dan 2 bigroy. Tanaman hias tersebut dibeli penjual tanaman hias, harga borongan (disamakan\/gebug rata) masing-masing per pot 35 ribu. Sehingga tanaman hiasnya laku 350 ribu. Alhamdulillaah... Di hari ke-21 Ramadan, sayur mayur di pekarangan sudah mulai ada yang bisa di panen, yaitu kangkung darat. Panen perdana dapat 3 ikat kangkung. 1 ikat untuk di masak sendiri, yang 2 ikat untuk tetangga (indahnya berbagi hasil 221","panen sendiri). Sayur bayam dan yang lain, masa panen tinggal menghitung hari. Kegiatan bercocok tanam sangat banyak manfaatnya. Selain menyenangkan dan mengasyikan, kegiatan ini juga dapat menghilangkan rasa bosan saat harus beraktifitas di rumah saja. Ditambah lagi, kebutuhan keluarga terhadap saur mayur juga terpenuhi. Dengan bercocok tanam, ketahanan pangan keluarga tercukupi. Ayo, Budayakan Gerakan Bercocok Tanam Di Lingkunganmu! Berlakunya PSBB dan adanya himbauan WFH di wilayah Kabupaten Cilacap dari sebelum bulan Ramadan, membuat masyarakat mau tidak mau harus mengikuti aturan pemerintah dengan tetap di rumah saja. Kalau pun keluar rumah, hanya ketika ada kebutuhan atau kepentingan yang sangat mendesak saja. Selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadan. Semoga ibadah kita dilancarkan dan mendapat rida serta keberkahan dari Allah SWT. Aamiin... 222","Biografi Penulis Nur Laela Fauziyah adalah seorang guru kelas di MI Darwata Sikampuh Kroya Kabupaten Cilacap. Dia juga aktif mengajar di Madrasah Diniyah Nurul Hikmah Sikampuh. Lahir di Cilacap pada bulan Nopember 1980. Sejak remaja suka menulis catatan harian. Beberapa puisi dan cerpen juga telah ditulisnya meskipun baru sebatas untuk koleksi pribadi saja. Mulai April 2021, bergabung dengan Komunitas GUMALIS (Guru Madrasah Menulis) Kabupaten Cilacap untuk belajar lebih mendalam lagi tentang dunia tulis menulis. Ia berharap, bersama Komunitas GUMALIS, kemampuan menulisnya akan lebih berkembang lagi. 223","Bagian 18 Kebahagiaan Bersama Ramadan Susiyanti Dung Dung Dung Suara bedug bertalu talu Sayup terdengar merdu dari ujung mushala itu Menggugah hasrat nan penuh rindu Rindu pada kebersamaan Rindu pada kemuliaan Rindu pada kasih sayang Akan beribu keberkahan nan berlimpah Akan berlipat pahala yang tercurah Ramadan\u2026 Keindahan dalam kekhusuan ibadah Hadirmu \u2026. Anugrah hidup bagi hambamu 224","\\\"Setiap tindakan yang dilakukan anak Adam akan dilipat gandakan, tindakan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya hingga 700 kali. Allah SWT berfirman: Dengan syarat berpuasa yang dilakukan karena Aku (Allah) maka Aku akan memberinya pahala. Karena mereka meninggalkan keinginannya demi Aku.\\\" Ada dua kebahagiaan bagi orang berpuasa, pertama ketika dia berbuka, dan yang lain ketika dia bertemu Tuhannya, dan bau mulut orang berpuasa lebih baik di hadapan Allah daripada aroma minyak misk,\\\" (HR Bukhari) Beberapa kebahagiaan yang tersirat tentang keutamaan Ramadan terungkap dari hadits Rosulullah tersebut. Betapa banyak karunia yang terlimpah, membuat kita tidak dapat memungkiri hasrat kerinduan akan hadirnya bulan suci yang penuh berkah. Dengan dilandasi keikhlasan meninggalkan keinginan hasrat duniawi hanya demi mendapatkan rida Allah SWT semata maka berlipat kebahagiaan dijanjikan untuk kita dapatkan. Itulah mengapa kerinduan itu seperti tidak pernah lekang termakan waktu, bahkan semakin menggugah hasrat, nan bergejolak tidak sabar menantikan kehadirannya. Hadits yang di riwayatkan Bukhari tersebut memotivasi kita untuk banyak beribadah dan melakukan kebaikan di bulan Ramadan dengan iming-iming pahala yang berlipat ganda bahkan sampai 700 kali lipat. Dengan iming- iming tersebut merupakan salah satu stimulus untuk melakukan ibadah yang lebih baik dan rajin. Diharapkan dampak yang lebih besar diharapkan akan tercipta. Yaitu kegiatan utama berupa puasa yang merupakan rukun Islam yang keempat, dilengkapi dengan tambahan-tambahan ibadah lainnya seperti tadarus, kajian rutin tentang agama dan 225","kegiatan kegiatan positif lainnya diharapkan menjadikan awal menuju implementasi dari integritas seorang muslim. Sama halnya dengan orang dewasa yang butuh dimotivasi. Membiasakan puasa dan beribadah kepada anak di bulan Ramadan juga berbagai macam caranya. Apalagi anak-anak masih dalam dunia bermain yang menguras energi dengan beraneka aktivitas fisik. Aktifitas-aktifitas fisik bermain mereka tentunya memerlukan energi dan tidak dapat dipungkiri menyebabkan anak-anak mudah merasa haus. Oleh karena itu terkait dengan alasan tersebut, membiasakan puasa bagi anak-anak sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai usianya. Sedikit demi sedikit melatih mereka dengan tahapan waktu dan sesuai posrinya. Sampai anak anak bisa secara stabil dapat melakukan puasa full sesuai waktunya yang ditentukan dan sesuai dengan syarat dan rukunnya. \u201cIbu\u2026 apa besok jadi puasa?\u201d Tanya anak laki-lakiku bersemangat. \u201cKalau di kalender memang tertulis besok sudah mulai puasa Ramadan. Tapi kita tunggu sidang isbat nanti sore untuk lebih jelasnya ya Nak...\u201d jawabku pelan sambil memetik kangkung yang aku tanam di halaman rumahku. \u201cSelalu begitu ya Bu? Dewo dah gak sabar ini?\u201d jawabnya lagi dengan wajah tampak lucu. Di usianya yang sudah 15 tahun dimana usia tersebut adalah usia masa remaja. Kadang kala tampak dewasa, penuh perhatian kepada kakak dan peduli dengan orang tuanya. Namun kadangkala raut mukanya masih tampak lucu bagiku saat kemanjaannya muncul ketika ia menyampaikan sesuatu. 226","\u201cKenapa sayang, tampaknya ada sesuatu?\u201d Jawabku menimpal sejenak lepas dari lamunanku. \u201cTidak apa sih Bu\u2026 sudah tidak sabar ingin menabuh bedug di mushola bersama teman-teman,\u201d jawab Sadewo lagi. Seperti sudah meruapakan kebiasaan sejak 43 tahun yang lalu di masa aku kecil. Suara bedug senantiasa mengawali Ramadan, memberi tanda bahwa bulan penuh keberkahan yang kita nanti-nantikan akan segera datang. Sore ini anak anak juga tampak bersemangat menyambut Ramadan dengan menyajikan alunan bedug bersahut sahutan. Menyajikan ritme alat musik ritmis nan indah beruntutan. Mengumandangkan suara musik yang khas meski tidak ada yang mengajari secara resmi. Namun alunan ritme suara bedug tersebut seolah sudah memiliki suara irama khas tersendiri. \u201cDurudung dung dung dung dung dung dung, tek dhung dung.\u201d Kira kira begitulah ritme suara bedug dan kentong tua yang ada di mushola itu ditabuh. Alat musik yang terbuat dari kulit sapi yang dililitkan ke kayu itu seakan menyuguhkan suara surga seiring dan senada dengan kentongan yang terbuat dari kayu yang diberi lubang sedikit memanjang di tengah itu menggema bersahutan. Seolah dua sahabat tidak terpisahkan memberitahukan kepada seluruh umat Islam untuk menyambut Ramadan dengan suka cita. Selepas magrib seperti pada tahun tahun sebelumnya kami mengikuti sidang isbath yang disiarkan melalui televisi di ruang tamu. Selesai salat Magrib kami sekeluarga berkumpul sambil tiduran berempat dikarpet depan televisi. Tampak Menteri Agama mengumumkan hasil sidang isbath bahwa puasa sudah bisa dimulai besok pagi. 227","\u201cHore\u2026., Alhamdulillah puasa sudah bisa dilaksanakan esok hari ya Bu\u2026 Dewo mau siap-siap tarawih. Bangunkan sahur jangan lupa ya Bu\u2026.\u201d katanya tampak gembira. \u201cSiap\u2026 jangan lupa tadarusnya ya?\u201d Jawabku mengingatkan kebiasaan yang dilakukan keluarga kami saat Ramadan, yaitu minimal satu juz per hari. Ramadhan kali ini memang tampak sedikit berbeda daripada Ramadan tahun kemarin. Karena pada tahun ini pemerintah sudah lebih melonggarkan peraturan tentang salat tarawih akibat adanya pandemi yang terjadi setahun ini. Pada Ramadan sebelumnya bahkan sempat ada perdebatan yang cukup menambah ketegangan karena adanya larangan berkumpul. Bahkan beberapa keluarga melaksanakan ibadah tarawih di rumah masing-masing bersama keluarganya. Membuat para ayah mendapat pengalaman baru menjadi imam tarawih bagi istri dan anak-anaknya. Memang ada rasa sedih saat tidak bisa tarawih bersama di mushola seperti biasanya. Tetapi sebagai umat Islam sudah seharusnya kita dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang kita alami. Karena kita menyadari semua kejadian di muka bumi ini, termasuk adanya wabah Corona juga merupakan kehendak dari Allah SWT untuk menguji keimanan setiap makhluknya. Apakah kita akan bersabar menghadapinya? Ataukah kita akan terbawa amarah, menuruti emosi dan nafsu serakah kita. Jangan sampai adanya kesulitan-kesulitan selama wabah Corona, menjadikan kita tamak, menyakiti sesama karena keegoisan kita. Akan tetapi mari kita jadikan cobaan menjadi sesuatu motivasi yang dapat meningkatkan kasih sayang dan kerukunan dengan sesama. Termasuk di dalamnya meningkatkan kebersamaan dengan keluarga 228","dengan salat tarawih bersama keluarga. Serta berbagi kasih dengan tetangga yang sedang tertimpa musibah karena dinyatakan positif Covid-19 melalui kegiatan JOGO TONGGO. Tisak banyak persiapan hidangan sahur yang bisa dihidangkan malam ini. Cukup menu sederhana dari sekitar rumah. Memang semenjak adanya wabah Corona, di desaku digalakkan kegiatan ketahanan pangan. Bahkan desa Kuripan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap tempat keluarga kami tinggal sampai mengalokasikan anggaran khusus untuk ketahanan pangan berupa pemberian benih tanaman, pupuk, polybag dan segulung waring sebagai pengaman dari ayam dan binatang lain yang dapat merusak tanaman. Demikian juga dengan lingkungan RT di wilayah kami tinggal. Sejak saat itulah ibu-ibu di lingkungan kami memanfaatkan pekarangan untuk ditanami sayuran, memelihara ternak dan ikan. Termasuk sekitar rumah kami isi dengan tanaman terung, kangkung, cesin, bayam, kemangi, ternak ayam, dan ternak lele menghiasi rumah kami diantara tanaman bunga sebagai wahana memperindah lingkungan rumah. Tidak lupa bumbu dapur seperti daun salam, cabe, kunyit, jahe dan kencur juga kami tanam. Alhasil saur kali ini tidak perlu repot-repot ke pasar membeli persiapan sahur Ramadan. Cukup dengan mengambil lele di samping rumah, ditemani sambel tomat dan lalab kemangi kesukaan anak-anak. \u201cIbu\u2026 peraturan masih berlaku kan? Kalau bisa khatam Quran dapat 100 ribu ya?\u201d Tanya Sadewo. \u201cPasti lah, memang mamas sudah dapat berapa juz?\u201d Tanyaku. 229","\u201cDua juz Bu.. satu juz di mushola bareng teman-teman, satu juz lagi di rumah setiap selesai salat fardu Dewo baca dua sampai tiga lembar.\u201d Jawabnya penuh percaya diri. \u201cWah Bagus itu, tetap semangat. Pasti hadiahnya ibu berikan selesai salat id.\u201d Kataku memotivasi. \u201cHemmmmm baru dapat dua juz aja pamer ke ibu.\u201d Suara kakaknya yang tiba tiba lewat mengejek adiknya. \u201cMemangnya Mbak sudah dapat berapa juz?\u201d Tanya adik ke mbak. \u201cEmpat juz dong.\u201d sambil tersenyum kakak kembali meledek adiknya. \u201cKok bisa sehari semalam Mbak dapat empat juz?\u201d Tanya adik. \u201cBisa dong.. kan Mbak setiap habis salat mengusahakan bisa tadarus khatam satu juz.\u201d Jawab kakak bangga. \u201cOh begitu, paham-paham\u2026 tenang saja aku mau ikutin trik Mbak. Pasti Mbak tersaing. Kan Mbak pasti dapat halangan tiap bulan. Hahahahaha.\u201d Kata adik tidak mau kalah. Tampak suamiku ikutan tersenyum melihat anak- anak bercengkrama. Mereka memang begitu, meski sudah usia remaja tetapi kadang masih saling mengejek seperti kanak-kanak saja. Suasana inilah yang selalu kami rindukan. Makan bersama sambil bercanda, bercerita tentang keseharian yang di alami masing-masing. Saling menceritakan masalah dan berbagi solusi bersama. Seperti yang kita lakukan menjelang waktu berbuka puasa sampai waktu salat jamaah Magrib kita laksanakan bersama di rumah sore ini. Bahkan candaan kami lanjutkan lagi hingga azan Isya dari 230","mushola berkumandang. Memanggil umatnya untuk segera menuju rumah Allah SWT, menghadap, melaksanakan salat Isya dan tarawih bersama. Tentunya tidak lupa salat witir sebagai pelengkapnya. Cara memotivasi anak untuk melakukan ibadah puasa memang berbeda beda di setiap keluarga. Ada yang akan dibelikan baju lebaran jika bisa puasa penuh selama Ramadan, ada yang dibelikan makanan kesukaan jika bisa puasa sampai sore. Ada juga yang dibelikan mainan kesukaan jika bisa puasa tepat waktu. Kalau trik yang aku gunakan untuk melatih anak-anak berpuasa dan membiasakan tadarus di bulan Ramadan yaitu anak-anak akan diberikan hadiah seratus ribu sebagai bonusnya. Akan tetapi dikurangi tiga ribu jika sampai bolong puasanya. Begitupun dengan tadarus, jika khatam satu juz akan dapat hadiah seratus ribu. Namun jika tidak bisa satu juz hanya akan mendapatkan tiga ribu dikalikan jumlah juz yang selesai dibaca. Ini sudah menjadi kesepakatan sejak anak anak mulai belajar puasa waktu kecil dulu. Bukannya kita mau mengajarkan anak untuk memiliki sifat materialistis. Namun ada reward dan punishment yang harus dibuat sebagai sebuah kesepakatan bersama sebagai pembelajaran kedisiplinan pada anak-anak sejak dini. Tentunya kesepakatan itu merupakan aturan yang kira-kira tidak memberatkan atau anak-anak sudah diperkirakan mampu untuk menjalaninya. Reward sendiri berarti hadiah, sedangkan punishment berarti hukuman. Reward dan punishment ini tidak hanya diterapkan untuk kegiatan tadarus dan puasa saja, akan tetapi bisa dilakukan pada pembelajaran-pembelajaran lainnya agar anak-anak terbiasa untuk hidup disiplin dan melakuan 231","kebiasaan-kebiasaan baik. Tentunya reward dan punishment- nya disesuaikan dengan jenis pembiasaan yang akan kita tanamkan. Hadiah ini pula yang senantiasa di rindukan anak- anak sebagai berkah Ramadan selain kerinduan akan berkah- berkah Ramadan lainnya yang telah disebutkan dalam hadits. Ramadan memang penuh berkah, Ramadan yang dinanti, Ramadan ceria dan akan selalu dirindu. 232","Biodata Penulis Susiyanti terlahir dari pasangan Akhmad Mufroil dan Watiyem pada tanggal 19 Maret 1979 di Desa Kuripan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Pada tahun 1984 penulis mulai menempuh pendidikan di MI Ya BAKII Kuripan dan melanjutkan ke SMP Negeri 1 Jeruklegi pada tahun 1990. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP, pada tahun 1993 meneruskan pendidikan di SMEA Negeri Purwokerto. Penulis mulai mengajar di MI Ya BAKII Kuripan yang merupakan almamaternya sejak tanggal 1 Agustus 2001 dan melanjutkan kuliah di Institut Agama Islam Imam Ghozali Cilacap pada tahun 2007 serta menyelesaikan S1 pada bulan Mei tahun 2011. Pada saat ini masih menyelesaikan studi Pasca Sarjana Jurusan Managemen Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Nahdatul Ulama Kebumen dan berstatus sebagai ASN dibawah naungan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Cilacap. Pemilik akun FB \u201cSusiyanti\u201d dan email [email protected] ini memiliki prinsip hidup \u201cBerbuat baik pada orang lain, maka Allah akan memberikan banyak kebaikan padamu. Tidak mempersulit orang lain, agar Allah mempermudah jalanmu.\u201d Menulis adalah salah satu hobinya selain dari hobi membaca serta berkebun. Karya kali ini adalah karya buku antologi keempat bersama teman-teman guru madrasah Cilacap. Penulis menikah dengan Heni Hernafianto dan alhamdulillah dikaruniai dua orang amanat bernama Talita Toya Agitha dan Ulung Putra Sadewo. Saat ini penulis tinggal di Jalan Gunung Slamet No. 31 Desa Kuripan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. 233","Bagian 19 Masa Kecil Saat Ramadan Susanto Setiap tahun umat muslim di dunia menyambut kedatangan bulan yang penuh magfiroh dan penuh barokah yakni bulan suci Ramadan. Semasa kecil di tanah kelahiranku sebuah desa tepatnya di Dusun Kedungbakung RT 01\/08 Desa Kedungreja Kecamatan Kedungreja. Saya menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh suka cita diawali dengan kebiasaan rutin disetiap menjelang bulan puasa, tepatnya di makam Mingguan Kedungreja, makam yang bersebelahan dengan pasar tradisional disebut pasar Mingguan. Banyak kaum muslimin berbondong-bondong melaksanakan kegiatan ziarah kubur untuk menyambut bulan yang suci. Saya juga ikut mengambil manfaat dalam kegiatan tersebut karena banyak sekali yang ziarah dengan membawa bunga\/kembang dan kemenyan. Kemenyan adalah sebuah alat untuk dibakar sebagai dupa, tetapi dimakam ada yang dibakar dan ada yang tidak dibakar. Saya mencari kemenyan dari setiap makam yang satu ke makam yang lain yang masih utuh yang tidak dibakar diambil dan untuk dijual kembali ke bakul yang jualan bunga 234","di sepanjang jalan menuju makam selama prepegan. Oleh bakul bunga tersebut untuk dijual kembali. Uang hasil penjualan kemenyan tersebut saya kumpulkan gunakan untuk membeli jajan. Tapi untuk sekarang tradisi ziarah dengan membawa kembang kemenyan mulai ditingggalkan yang berjalan tinggal bunga. Kesadaran umat muslim di sekitar makam Mingguan mulai mengalami perubahan. Ritual ziarah dengan membakar kemenyan sudah berkurang bahkan sekarang jarang sekali menemuinya. Kebanyakan sekarang datang berziarah untuk mendoakan dengan membaca tahlil dan yasin sesuai nahdliyin ahlussunah waljamaah umumnya. Dengan suka ria menyambut bulan suci Ramadan di Masjid Darunnajah yang bertempat di RT 02\/08 Dusun Kedungbakung Desa Kedungreja. Kalau menyambut bulan suci saya dan teman-teman sore menjelang bulan puasa melakukan bedugan atau tabuh bedug waktu asar hari terakhir dibulan Sya\u2019ban atau Ruwah untuk menandakan mulai masuk bulan Ramadan. Masyrakat disitu setiap awal pertama di bulan Ramadan setelah salat tarawih masih banyak yang membawa tumpeng bosok\/makanan untuk dimakan bersama-sama sambil mendengarkan kultum setelah tarawih. Selama bulan Ramadan saya mendapat tugas azan Magrib selama bulan Ramadan karena jarak rumah yang dekat dari Masjid Darunajah, hanya selisih satu rumah yakni rumah bu dhe. Selama bulan suci Ramadan saya dan teman berlima diantaranya Muchin, Wagir, Woyo, dan Wakijo setelah salat tarawih selalu melaksanakan tadarus Al Quran bahkan selama bulan Ramadan tidak hanya sekali menghatamkan. Kita berlima bergantian tadarus dengan menggunakan mikrofon, yang tidak membaca ikut menyimak sambil menyantap 235"]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270
- 271
- 272
- 273
- 274
- 275
- 276
- 277
- 278
- 279
- 280
- 281
- 282
- 283
- 284
- 285
- 286
- 287
- 288
- 289
- 290
- 291
- 292
- 293
- 294
- 295
- 296