Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore MENYISIR BUMI TEUKU UMAR_Eva

MENYISIR BUMI TEUKU UMAR_Eva

Published by Tim Bonek, 2022-08-13 10:41:34

Description: MENYISIR BUMI TEUKU UMAR_Eva

Keywords: Meulaboh,Teuku Umar,UTU

Search

Read the Text Version

PRAKATA Meulaboh merupakan sebuah kota di Provinsi Aceh yang terletak 245 kilometer dari Kota Banda Aceh. Ibukota Aceh Barat ini menjadi salah satu daerah terparah akibat bencana tsunami pada tahun 2004. Meulaboh juga merupakan kota kelahiran salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yaitu Teuku Umar. Kota Meulaboh dulunya bernama Pasir Karam. Penamaan itu diperkirakan berkaitan dengan tragedi tsunami di masa lalu, yang kemudian terjadi kembali pada 26 Desember 2004 lalu. Sementara nama Meulaboh diduga pemberian dari orang-orang Minang yang ketika datang mengatakan “Disikolah Kito Berlaboh” yang artinya disitulah kita berlabuh. Argumen lain meyakini bahwa penamaan Meulaboh berkaitan dengan letaknya yang berdekatan dengan laut dan dapat digunakan untuk melabuhkan kapal atau “Dilaboh Pukat”. Catatan sejarah menunjukkan bawah Kota Meulaboh telah berdiri ketika Sultan Saidil Mukamil (1588-1604) naik tahta. Sehingga usianya diperkirakan lebih dari empat abad. Pembangunannya kemudian Menyisir Bumi Teuku Umar ii

dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang juga mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie. Ketika Aceh jatuh ke tangan Belanda, Aceh dijadikan karesidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (provinsi). Afdeeling terdiri atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan dibagi lagi menjadi beberapa landschap (kecamatan). Pada periode ini Meulaboh menjadi tempat kedudukan asisten residen yang membawahi afdeeling pantai barat Aceh. Buku ini menceritakan tentang pengalaman pribadi penulis selama kurang lebih 3 bulan dalam menyisir Bumi Teuku Umar (Meulaboh) baik dari sisi sejarah, tradisi, adat istiadat, maupun panorama alamnya. Dikarenakan Kota Meulaboh terletak di pucuk Indonesia maka masih banyak sekali ciri khas dan keunikan yang belum terekspos oleh banyak orang, khususnya masyarakat luar Meulaboh. Perjalanan ke Meulaboh merupakan pertama kali bagi penulis, corak budaya dan keindahan alamnya membuat penulis merasa terhipnotis, jika dihadapkan pada dua pilihan penulis lebih mendalami bercerita 3 bulan di Meulaboh dibanding 31 tahun di Jawa Timur. Ini tidak Menyisir Bumi Teuku Umar iii

terlepas dari beberapa perbedaan antara Aceh dengan Jawa Timur. Harapan penulis semoga buku ini bisa membuka wawasan bagi pembaca bahwa masih banyak daerah di Indonesia menyuguhkan keindahan yang menjadi referensi untuk di kunjungi, salah satunya adalah Meulaboh. Jika ada sedikit rizky silahkan bekunjung ke Bumi Teuku Umar, sekali datang pasti anda akan merasa ketagihan untuk datang kembali. Masih banyak rahasia besar yang belum terungkap di Bumi Teuku Umar, semoga kedepannya pemerintah pusat maupun daerah bisa mendongkrak perekonomian dari segi wisata, adat istiadat, mapun sumber daya alamnya sehingga bisa menarik perhatian masyarakat lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Meulaboh. Meulaboh, 22 Juni 2022 Eva Flourentina Kusumawardani Menyisir Bumi Teuku Umar iv

DAFTAR ISI PRAKATA........................................................................ ii MENYISIR BUMI TEUKU UMAR ................................ 1 Bumi Teuku Umar Kami Datang.................................... 18 Kampus Megah di Bumi Teuku Umar............................ 21 Kerbau Berkeliaran di Jalan Raya................................... 31 Monyet Bergelantungan di Belakang Rumah Kos.......... 33 Kelapa Sawit Andalan Masyarakat Meulaboh................ 35 Pasar Ikan yang Unik di Meulaboh................................. 37 Daging Ayam Mentah Wajib 1 Ekor Utuh ..................... 40 PLTU dan Pertambangan Batu Bara............................... 43 Pantai Peunaga Pasi Saksi Bisu Tsunami 2004 .............. 45 Jembes Penghubung Kota Meulaboh.............................. 52 Tradisi, Syariat Islam dan Makanan Khas ...................... 53 Kisah Pilu Pantai Lanaga “Rata Dihempaskan Tsunami 2004”............................................................................... 60 Masjid Agung Baitul Makmur ........................................ 63 Tugu Kupiah Teuku Umar yang Legendaris .................. 66 Panorama Pante Batee Puteh dari Kafe Estrella ............. 67 Menikmati Kopi Walik Pantai Suak Ribee ..................... 72 Penghuni Karang Pantai Ujong Kareoung ...................... 75 Menyisir Bumi Teuku Umar v

Rindangnya Pohon Cemara di Pantai Doekata ............... 78 Pesona Pantai Lhok Bubon ............................................. 82 Sumber Minyak di Pante Calok ...................................... 86 Kompleks Polisi Bantuan NGO Sebagai Apresiasi Membantu Korban Tsunami ........................................... 89 Daya Tarik Pantai Lhok Geudong .................................. 95 Indahnya Pantai Naga Permai dari Atas Pesawat ........... 97 Krueng Tutut Surga Tersembunyi di Meulaboh ........... 102 Merasakan Aura Magis di Makam Teuku Umar .......... 104 Genang Gedong Danau Alami yang Kini Terlupakan .. 110 Pusong Sangkalan, Pantai dengan Pulau Kecil yang Mempesona ................................................................... 114 Merasakan Naik Bentor di Meulaboh ........................... 117 DAFTAR PUSTAKA ................................................... 121 Menyisir Bumi Teuku Umar vi

MENYISIR BUMI TEUKU UMAR Meulaboh, Aceh Barat Kamis, 3 Februari 2022 inilah awal mula petualangan baru saya bersama suami, perjalanan kami dimulai dari Kota Sidoarjo, benar sekali kota kenangan selama 2 tahun kami membina rumah tangga, susah senang kami jalani berdua. Kota Sidoarjo yang dikenal dengan Kota Delta merupakan saksi sejarah kami untuk menggapai impian yang selama ini sudah kami cita-citakan. Komitmen dan tekat kami untuk memulai petualangan ini bukan hanya sekedar bersenang-senang, kami pun sampai mengikhlaskan jauh dari keluarga besar karena memang mempunyai maksud dan tujuan. Sidoarjo waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB udara siang hari ini sangat panas sekali, tidak seperti biasanya yang mendung dan hujan, kami pun harus segera bersiap dan menata semua perlengkapan dan dokumen yang harus kami bawa ke Meulaboh, Aceh Barat, jangan sampai ada yang ketinggalan karena pada hari itu juga kami terakhir di rumah yang selama 2 tahun sudah memberikan keteduhan, melindungi dari terik matahari dan hujan. Tidak Menyisir Bumi Teuku Umar 1

terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB sudah 3 jam kita bergelut dengan barang tetapi juga belum selesai, padahal pukul 23.00 WIB kami harus segera berangkat ke Bandara Internasional Juanda Surabaya. Gambar 1 : Persiapan barang di rumah Sidoarjo Hari semakin sore, waktu sangat cepat sekali berganti seakan-akan kami berlari mengejar sesuatu yang yang melebihi batas kemampuan. Pukul 20.00 WIB semua perlengkapan sudah siap dan memastikan jangan sampai Menyisir Bumi Teuku Umar 2

ada yang ketinggalan, kami cek lagi satu persatu, mulai dari baju, peralatan mandi, dokumen, swab antigen, dan juga yang pasti tiket pesawat. Gambar 2 : Barang sudah di packing rapi Kami masih membawa hasil swab antigen karena memang pemerintah masih mewajibkan untuk menjaga protokol kesehatan selama kasus penyebaran Covid-19 Menyisir Bumi Teuku Umar 3

masih tinggi. Udara malam hari ini sangat berbeda, biasanya udara malam di Sidoarjo sangat dingin sekali menusuk sampai ketulang, tetapi hari ini kami seperti mandi sauna, keringat berkucuran sebesar benih jagung. Sebagai orang Jawa, tradisi menghormati tetangga tetap kami terapkan, sebelum kami berpisah untuk waktu yang lama, maka kami sempatkan kerumah tetangga dalam dalam Bahasa Jawa kami sebut “Pamitan”, tetangga kanan kira kami datangi “Assalamualaikum, kulo nuwun, permisi mbak Tina mas Putra.” (dalam bahasa Jawa) “Waalaikumsalam mas Dika mbak Eva (sahut tetangga), mari silahkan masuk rumah dulu, iya ada apa mas Dika mbak Eva, tumben kok main kerumah seperti terburu-buru begitu.” “Iya mbak, kami mohon ijin pamit dulu enggih, per malam ini kami mau terbang ke Meulaboh mohon maaf jika ada salah kata ataupun perbuatan kami yang kurang berkenan di hati panjenengan selama 2 tahun menjadi tetangga dan kami juga minta tolong mau menitipkan kunci pagar dan rumah ini ke panjenengan.” Menyisir Bumi Teuku Umar 4

“Oh iya tidak apa Mas Dika Mbak Eva, kami juga minta maaf jika ada salah kata dan perbuatan, kalau ada waktu jangan lupa mampir ke Sidoarjo, Insya Allah kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga rumah sejarah ini.” Setelah itu kami pamit untuk berganti ke tetangga sebelah lagi, namanya pak Maman dan Mbak Caca, kalau tetangga yang satu ini orangnya agak kocak, kami sering bercandaan dan ejek-ejekan itu sudah seperti makanan setiap hari. “Assalamualaikum, kulo nuwun, permisi Bos Maman mbak Caca (benar saya khusus memanggil tetangga yang satu dengan julukan Bos/Pak RT, selain usianya lebih tua dari segi pengalaman juga masih banyak beliau).” “Iya silahkan masuk Mas Dika Mbak Eva bagaimana, ini Pak Maman masih kerja belum pulang.” “Iya tidak apa-apa mbak kami juga sebentar saja kok tidak lama, kami mau ijin pamit mbak karena malam ini kami mau terbang ke Meulaboh, mohon maaf jika ada salah kata ataupun perbuatan kami yang kurang berkenan di hati panjenengan selama 2 tahun menjadi tetangga.” Menyisir Bumi Teuku Umar 5

“Tiba-tiba terdengar suara motor, “brum….brum….brum” (ternyata pak Maman datang)”. “Lho heh, ada apa ini malam-malam kok rame- rame tumben biasanya kalau malam tidak pernah keluar, dikamar terus gitu (celetuk pak Maman).” “Iya bos ini lho cari angin, malam ini benar-benar panas sekali (sahut saya sambil bercanda).” “Ini lho yah Mas Dika sama Mbak Eva mau pamitan, katanya mau pindah ke Meulaboh (sambil senyum).” “Eh yang benar, kenapa jauh-jauh mau cari apa disana, disini rumah ada, mobil ada, motor ada, semua sudah komplit tinggal tidur saja kok cari yang jauh-jauh (canda pak Maman).” “Tugas negara bos he…he…he (sahut saya).” “Rencana disana berapa tahun mbak Eva.“ “Kurang tahu mbak, di perjanjiannya 10 tahun sih.“ “Oalah lama juga ya ternyata mbak, ya sudah semoga kalian sukses disana tercapai cita-citanya dan selalu diberi kesehatan.” “Tetap kontak yo, ojo lali ambek kene nek wes sukses (dalam Bahasa Jawa).” Menyisir Bumi Teuku Umar 6

“Siap, kami akan selalu ingat dengan rumah ini, di kota ini, tidak akan pernah kami lupakan.” Tidak terasa waktu sudah meunjukkan pukul 21.00 WIB dan kami ijin pamit pulang kerumah, untuk bersiap- siap karena pukul 23.00 WIB kami harus berangkat ke bandara. Gambar 3 : Pamit dengan tetangga sebelah Menyisir Bumi Teuku Umar 7

Niat hati pulang kerumah rebahan istirahat sebentar karena badan sudah sangat cepak dan lelah sekali seharian packing bawaan, waktu menujukkan pukul 21.30 WIB kami tiduran rebahan di kamar, ac kami nyalakan sambil menunggu jam 23.00 WIB kami ngobrol receh, mengingat masa lalu dirumah ini sebelum ditinggal untuk waktu lama, banyak kenangan manis, bagaimana kami bersusah payah dengan modal nekat untuk membeli rumah ini, sampai akhirnya tidak terasa obrolan receh kami tadi membuat ketiduran karena sangat capeknya, celakanya lagi kami lupa memasang alarm hp untuk bangun jam 23.00 WIB, akhirnya kami tidak terasa bangun sudah menunjukkan pukul 01.30 WIB, kami pun kaget dan merasa shock tidur lelap tadi seperti mimpi indah dibalut rasa lelah sehingga tidak terasa. Tiket boarding pesawat kami hari Jumat 4 Februari 2022 pukul 04.50 WIB tujuan Bandara Cut Nyak Dhien (Meulaboh) transit ke Bandara Internasional Hang Nadim (Batam) dan Bandara Internasional Kuala Namu (Medan) terlebih dahulu, kami berangkat dari Bandara Internasional Juanda (Surabaya). Kegelisahan hati kami benar-benar terasa, detak jantung ini semakin cepat di tengah-tengah Menyisir Bumi Teuku Umar 8

dinginnya agin malam yang sepoi-sepoi seakan mengingatkan kita untuk bangun dari tidur malam karena harus segera berangkat ke bandara. Gambar 4 : Tike pesawat tujuan Meulaboh transit Medan Waktu menunjukkan pukul 02.00 WIB dengan tergesa-gesa dan memastikan tidak ada barang yang ketinggalan, kami pun memesan ojek mobil online, sambil Menyisir Bumi Teuku Umar 9

terus berdoa kami mencoba memesan karena dini hari kemungkinan jarang ada yang mau menerima orderan kami, apalagi tempat kami jauh dari kota, tetapi kami tidak putus asa, doa dan usaha terus kami panjatkan, karena kami harus berburu dengan waktu jangan sampai kami ketinggalan pesawat, karena itu akan merugikan dari segi financial maupun tenaga. Waktu menujukkan pukul 02.15 WIB posisi kami sudah keluar dari gerbang rumah dan akan siap-siap untuk berpisah dengan rumah yang sudah mendampingi kita selama 2 tahun. Hp pun terus kami pegang, saya dan suami bergantian untuk memesan mobil online, sampai akhirnya 02.30 WIB order kami ada yang menerima dan langkah kami ini semakin berat momentum tersebut membuat kami merasa terharu dan sedih, kami terus memandangi rumah yang benar-benar menjadi sejarah hidup untuk kami tinggal dalam waktu yang cukup lama. Kami berhenti sebentar di pintu gerbang perumahan untuk menghampiri pak satpam sekalian mau pamitan dan juga menitipkan rumah. Momen haru ini sangat emosional sekali bagi kami, hanya rasa syukur yang bisa kami panjatkan atas karunia Tuhan Yang Menyisir Bumi Teuku Umar 10

Maha Esa selama kami di Kota Delta Sidoarjo, dengan makanan khasnya Ikan Bandeng yang penuh kenangan. Gambar 5 : Menunggu ojek online depan rumah Sidoarjo Kami tiba di Bandara Internasional Juanda Surabaya pada pukul 04.00 WIB alhamdulillah masih bisa mengejar waktu, sambil menunggu pintu masuk bandara di buka kami check in terlebih dahulu untuk menentukan tempat duduk pesawat, setelah pintu bandara di buka dan semua penumpang diperbolehkan masuk kami langsung Menyisir Bumi Teuku Umar 11

menuju tempat boarding. Boarding pass pukul 05.30 WIB kami duduk santai terlebih dahulu melepaskan capek dan lelah setelah semalaman kurang tidur. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, sudah ada pemanggilan untuk pesawat yang boarding pukul 05.30 WIB sudah diperbolehkan untuk masuk pesawat. Hati kami semakin berdebar-debar dengan rasa penuh suka cita dan terharu, kami harus berjuang merantau di kota orang, jauh dari keluarga untuk menggapai cita-cita, di sisi lain sangat sedih untuk meninggalkan kota ini. Penumpang pesawat sudah lengkap, para kru pesawat sudah memberi tanda untuk segera diberangkatkan. Kami take off tepat pukul 06.00 WIB menuju Bandara Hang Nadim Kota Batam terlebih dahulu, dari kaca jendela pesawat air mata haru dan sedih bercampur aduk, masih terlintas dibenak fikiran ini seakan-akan tidak percaya kalau kami benar-benar akan pergi jauh keluar Pulau Jawa menuju Pulau Sumatra tepatnya di Kota Meulaboh, Aceh Barat. Menyisir Bumi Teuku Umar 12

Gambar 6 : Bandara Internasional Juanda Surabaya Embun pagi hari menghiasi sisi jendela pesawat, pemandangan yang sangat indah terlihat dari langit kota Surabaya yang seakan-akan melambaikan tangan dan tersenyum mendoakan kita sukses ditempat baru. Cuaca penerbangan waktu itu cerah dan sedikit barawan, selama perjalanan sangat terlihat jelas pegunungan dan lautan yang membelah pulau Jawa, dalam hati saya berkata sungguh besar keagungan dan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Menyisir Bumi Teuku Umar 13

Gambar 7 : Take off dari Bandara Internasional Juanda Surabaya Tidak terasa 3 jam perjalanan kami melayang- layang di atas awan akhirnya tiba Bandara Internasional Hang Nadim Kota Batam untuk transit bagi penumpang yang melakukan transit, sedangkan untuk kami yang melajutkan perjalanan lagi ke Bandara Internasional Kuala Namu Medan tetap berada di pesawat. Perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Internasional Kuala Namu Medan, perjalanan kami tempuh kurang lebih selama 1,5 jam dari Bandara Internasional Hang Nadim Kota Batam, tidak terasa ternyata kami sudah mulai memasuki Pulau Sumatra, ini bagi saya merupakan pertama kali singgah di Menyisir Bumi Teuku Umar 14

Pulau Sumatra yang sangat terkenal dengan perbukitan dan pegunungannya. Dari jendela pesawat saya benar-benar terkagum dan takjub dengan keindahan dan eksotis Pulau Sumatra, banyak pulau-pulau kecil dengan keindahan lautnya, ini yang tidak pernah saya dapat selama saya di Sidoarjo. Gambar 8 : Transit di Bandara Intenasional Hang Nadim Kota Batam Menyisir Bumi Teuku Umar 15

Gambar 9 : Pemandangan Pulau Sumatra dari atas Setelah terbang 1,5 jam akhirnya landing di Bandara Internasional Kuala Namu Medan. Pesawat yang kami naiki sudah landing dengan sempurna di Bandara Internasional Kuala Namu Medan, ini merupakan rute terakhir, karena kami harus segera meninggalkan pesawat dan transit ke pesawat kecil untuk menuju Bandar Cut Nyak Dhien (Meulaboh) bandara ini termasuk bandara kelas 2 jadi tidak beroprasi pesawat besar, perjalanan kami tempuh dari Medan ke Meulaboh kurang lebih 1 jam, Menyisir Bumi Teuku Umar 16

pesawat ini hanya berisi 72 orang, jadi ini pun pengalaman pertama kami menaiki pesawat perintis ada perbedaan antara pesawat boing rute jauh dengan pesawat baling- baling yang melayani rute dekat, terutama pada turbulensi/guncangan, sangat terasa sekali apalagi waktu itu penerbangan kami cuaca kurang baik, sedikit medung dan hujan. Gambar 10 : Transit di Bandara Internasional Kuala Namu Medan Menyisir Bumi Teuku Umar 17

Gambar 11 : Bandara Kuala Namu Medan lanjut ke Meulaboh Bumi Teuku Umar Kami Datang Begitulah perasaan kami seketika tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kami langsung disambut pemandangan dari atas pesawat yang sangat indah sekali, hantaran laut yang sangat luas, mata kami dimanjakan oleh birunya laut lepas Samudera Hindia, ombak yang bergulung-gulung menghasilkan buih permadani, sangat putih dan elok sekali. Akhirnya setelah 1 jam perjalanan pesawat landing dengan sempurna di Bandara Cut Nyak Menyisir Bumi Teuku Umar 18

Dhien Meulaboh, Aceh Barat Bumi Teuku Umar. Pasti pada penasaran kenapa dinamakan Bumi Teuku Umar, pasti pada tau semua siapa Teuku Umar, benar sekali beliau merupakan salah satu pahlawan perjuangan yang berasal dari Aceh dengan strategi perangnya yaitu perang griliya yang berpura-pura bekerja sama dengan Belanda. Gambar 12 : Landing di Bandara Cut Nyak Dhien Meulaboh Beliau lahir di Meulaboh pada tahun 1854 dan meninggal pada tahun 11 Februari 1899 di Meulaboh, tempat pemakamannya berada di Makam Pahlawan Menyisir Bumi Teuku Umar 19

Nasional Teuku Umar Johan Pahlawan, suami beliau juga merupakan Pahlawan Nasional yang bernama Cut Nyak Dhien, pasti sudah tau semua Pahlawan Nasional Perempuan dari Aceh tersebut dengan senjata rencongnya untuk melawan penjajah Belanda dan sekarang nama beliau diabadikan sebagai nama Bandara Cut Nyak Dhien di Meulaboh. Perjalanan panjang dan melelahkan dari Surabaya- Meulaboh kurang lebih total perjalanan 6 jam, dikarenakan kami juga baru pertama kali menginjakkan kaki di Meulaboh, akhirnya kami langsung mencari penginapan, kami benar-benar masih sangat buta dengan lingkungan di Meulaboh, sekilas dari kultur budaya, keadaan alam, perekonomian, transportasi hampir semuanya berbeda dengan yang ada di pulau Jawa. Untung sebelum berangkat saya sudah punya teman yang ada disana, jadi kami dibantu teman untuk mencari kos-kosan, dan alhamdulillah kami mencoba dulu kos selama 1 bulan sebelum mencari kontrakan. Sempat kaget, bingung, cemas karena tidak sesuai dengan ekspektasi kami, ini benar-benar sangat berbeda sekali, tetapi kami harus segera adaptasi dengan cepat, Menyisir Bumi Teuku Umar 20

sebelum kami mulai masuk kerja. Oh ya singkat cerita saya jauh-jauh merantau ke pulau seberang alhamdulillah tahun 2021 diterima CPNS di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sebagai dosen tepatnya di Universitas Teuku Umar Meulaboh, mulai mengabdikan diri disana per Februari 2022 untuk waktu yang cukup lama, sedangkan suami akan menemani sampai mendapatkan rumah dan keperluan yang lainnya karena anak juga akan ikut saya di Meulaboh, sedangkan suami dinas di Jakarta, jadi saya sewaktu-waktu dia akan kembali ke Jakarta. Kampus Megah di Bumi Teuku Umar Meulaboh, Minggu 6 Februari 2022, udara sejuk, angin sepoi-sepoi mengawali pagi dengan senyum lebar, burung berkicauan, kerbau berkeliaran mencari makan, monyet saling bergelantungan menyambut pagi kita, begitulah gambaran Kota Meulaboh Aceh Barat, yang sekarang kami tempati. Merasa asing, bingung, aneh, iya itu wajar karena memang kita baru pertama kali kesini, kota yang indah dan mempunya sejarah panjang. Tetapi jiwa saya terpanggil sebagai wujud rasa terima kasih telah Menyisir Bumi Teuku Umar 21

diterima menjadi dosen untuk mengabdikan diri kepada nusa dan bangsa terutama memajukan Kota Meulaboh. Kami harus segera adaptasi dengan keadaan lingkungan sekitar, tidak menyia-nyiakan kesempatan pagi hari itu juga sekitar pukul 08.00 WIB kami langsung mengambil motor siap untuk mengeksplorasi Kota Meulaboh tidak peduli rasa lelah letih masih melekat di tubuh ini karena seharian perjalanan. Tempat pertama yang kami kunjungi pastinya kampus tercinta yaitu Universitas Negeri Teuku Umar (UTU), di kampus ini nanti saya akan mengabdikan diri sebagai dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jarak kos kami tidak terlalu jauh, hanya sekitar 5 menit sudah sampai kampus, memang kami sengaja untuk mencari kos yang dekat, karena sarana transportasi masih sulit, bahkan ojek online disana tidak ada, hanya ada ojek konvensional. “Yank (panggilan suami ke saya), sebentar ya ini motornya aku panasi dahulu, semenjak dipaketkan dari Sidoarjo motor belum dipanasi.“ Sedikit cerita jadi saya di Meulaboh tidak membeli motor disana, tetapi saya kirim paket motor dari Sidoarjo, Menyisir Bumi Teuku Umar 22

hitung-hitung mengirit ongkos. Estimasi paket sampai di Meulaboh 15 hari, dan kami titipkan dirumah teman yang ada di Meulaboh “Ok yah, jangan lupa di cek juga bensinya (sahut saya).” “Oh ya bener, bensin kemarin memang di kosongkan demi keamanan paket waktu perjalanan apalagi perjalanan jauh dari Sidoarjo ke Meulaboh.“ “Iya yah, nanti kita jalan-jalan ke kampus dulu.“ Gambar 13 : Homestay Syakira, tempat kami kos pertama kali di Meulaboh (Sumber : Google.com ) Menyisir Bumi Teuku Umar 23

Motor sudah panas, bensin sudah di isi, akhirnya petulangan pertama saya yaitu menuju Kampus Universitas Teuku Umar (UTU), saking penasarannya suami hanya tarik gas motor 20 kilometer/jam untuk melihat situasi kanan kiri dan memastikan kondisi jalan. Sangat luar biasa di kota ini kami tidak menemukan yang namanya kemacetan, ibarat pengendara itu jalan kita sendiri, sambil jalan kita juga ngobrol receh ibarat orang kita seperti ABG yang baru pacaran, bagaimana tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kita sampai Meulaboh sisi barat ujung pulau Sumatera. Terkadang kita tertawa sendiri mengenang masa lalu, tetapi waktu terus berputar apapun yang terjadi kita harus terus maju tidak boleh menyerah, seperti komitmen yang kita bangun sebelumnya, resiko konsekuensi kita hadapi bersama-sama, susah senang kita jalani bersama- sama. Seketika motor berhenti, ada sesuatu yang menarik bagi saya untuk melihat sekilas, ternyata banyak sekali tanah disini yang dijual, kanan kiri hutan perkebunan sawit, benar Aceh selain terkenal pemandangan alamnya juga terkenal akan kelapa sawitnya, sontak difikiran saya, insting saya langsung menuju arah, apakah kedepannya Menyisir Bumi Teuku Umar 24

saya menyisikan sebagian uang untuk investasi sawit, atau bisa juga membuat kos-kosan karena letaknya yang strategis selain dekat dengan kampus UTU, juga dekat dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan juga PT Mifa Bersaudara (Pertambangan Batubara). Saya melihat masih banyak dan luas sekali lahan kosong yang di jual, sangat cocok untuk investasi. Gambar 14 : Motor perjuangan kami bawa dari Jawa untuk menemani petualangan menyisir Bumi Teuku Umar Menyisir Bumi Teuku Umar 25

Kami pun melanjutkan perjalanan untuk menuju Universitas Teuku Umar (UTU) yang kurang sebentar lagi akan sampai, saya sangt penasaran sekali, karena sekilas yang saya lihat dari website dan youtube bangunannya sangat bagus sekali. Untuk diketahui Universitas Teuku Umar atau yang biasa di singkat dengan UTU adalah perguruan tinggi negeri di Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh, yang berdiri pada 10 November 2006 dan di resmikan sebagai universitas negeri oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 1 April 2014 dan Rektor pada saat ini dijabat oleh Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE, MBA. Universitas Teuku Umar saat ini memiliki 6 fakultas dan 20 program studi. Sesampainya di depan pintu gerbang kampus, saya sangat takjub sekali dengan bangunan kampus dan langsung mengabadikan momen indah ini. Benar dari gerbang pintu masuk sudah kelihatan megah sekali bagunan kampus UTU, padahal di samping kiri masih hutan. Kampus ini sendiri masih dalam tahap pembangunan, setelah pembangunan gedung integrasi Menyisir Bumi Teuku Umar 26

kedepannya akan menyambung menjadi bentuk tulisan UTU sesauai site plan yang sudah di rancang. Gambar 15 : Tahap Lanjutan Pembagunan Gedung Integrasi UTU Gerbang pintu masuk kampus UTU seperti benteng perang waktu jaman belanda, itu menandakan sejarah perjuangan pahlawan Teuku Umar masih tetap diabadikan, nama Universitas Teuku Umar (UTU) sendiri diambil dari nama pahlawan Aceh tepatnya di kota Meulaboh yaitu Teuku Umar, visi misi UTU juga masih meneladani visi misi perjuangan Teuku Umar yaitu bejuang demi kemajuan bangsa dengan ikhlas tanpa ada rasa pamrih. Menyisir Bumi Teuku Umar 27

Gambar 16 : Pintu Gerbang Universitas Teuku Umar (UTU) Kemudian kami masuk dan menuju gedung perkuliahan, gedung integrasi UTU, sangat luar biasa pembangunan gedung ini, selain sebagai gedung perkuliahan di dalamnya juga ada museum Teuku Umar, sepertinya jiwa nasionalisme terasa kental di kampus ini para jajaran civitas akademika mulai dari rektor beserta jajarannya, dosen, stakeholder, mahasiswa, tendik masih melestarikan peninggalan dan menghargai jasa para pahlawan Aceh yang telah berjuang mengorbankan tenaga Menyisir Bumi Teuku Umar 28

dan nyawa untuk mengusir penjajah dari Bumi Aceh khusunya di Kota Meulaboh. Setelah puas berkeliling kampus akhirnya kami kembali ke tempat kosan, tidak terasa waktu menujukkan pukul 18.00 WIB, kami kira itu sudah malam ternyata masih sore, benar antara Aceh dengan Sidoarjo memang sama-sama Waktu Indonesia Barat (WIB) tetapi ada selisih waktu terbenamnya matahari, jika maghrib di Sidoarjo pukul 18.00 WIB di Meulaboh pukul 19.00 WIB. Gambar 17 : Site Plan Kampus UTU Menyisir Bumi Teuku Umar 29

Gambar 18 : Gedung Integrasi Universitas Teuku Umar (UTU) Gambar 19 : Museum Universitas Teuku Umar (UTU) Menyisir Bumi Teuku Umar 30

Kerbau Berkeliaran di Jalan Raya Pagi hari Meulaboh 7 Februari 2022. Seperti biasa, suami memanasi motor terlebih dahulu untuk bersiap-siap mengantar saya hari pertama orientasi di tempat kerja baru, jalan yang kami lalui tetap seperti jalan kemarin hanya saja untuk hari ini kami berangkat lebih pagi karena saya ada undangan rapat dengan pak rektor beserta jajarannya. Otomatis motor di gas agak lebih cepat, karena sebelumnya sudah tau kampus tempat kerja, jalannya bagus, tidak ada lobang dan juga tidak macet. Tiba-tiba di tengah perjalanan saya sangat kaget sekali, motor sudah berjalan 80 kilometer/jam langsung direm mendadak oleh suami hampir saja saya dan suami terjatuh. “Yah kenapa kok tiba-tiba mengerem mendadak, hampir saja jatuh (memukul pundak).” “Iya ini tadi spontanitas, ayah juga kaget tiba-tiba dari arah depan ada rombongan kerbau lewat, sepertinya mereka habis pulang konser he…he…he (canda saya sambil meredam situasi).” “Oalah kok banyak sekali mereka, ya udah yah lain kali hati-hati, ingat yah ini bukan Jawa.“ Menyisir Bumi Teuku Umar 31

“Oh yah, ayah lupa kita sudah di luar pulau Jawa ya. (Sambil menunggu rombongan kerbau lewat, lalu kita tancap gas lagi).” Gambar 20 : Rombongan kerbau berkeliaran di jalan raya Pemandangan yang sangat unik, tidak seperti di kota besar ataupun pedesaan di pulau Jawa, kerbau berjalan dengan santainya di jalan raya, tidak hanya 1 bahkan sampai 10 kerbau lebih. Pemerintah daerah khusus membuatkan rambu-rambu “Awas Hewan Ternak” itu menandakan banyak hewan ternak seperti kerbau, sapi, kambing yang melintas di kawasan tersebut. Bahkan cerita dari teman yang sudah lama tinggal di Meulaboh, pada malam hari pun biasanya ada kerbau yang tiduran di jalan Menyisir Bumi Teuku Umar 32

apalagi disini masih banyak hutan, jadi kebayang kalau malam hari pasti gelap sekali tidak ada lampu. Tetapi itulah keunikan yang tidak dimilik daerah lain, meskipun berbeda tetap kita harus saling menghormati, bahkan info teman juga sering terjadi kecelakaan mobil menabrak kerbau, tetapi lucunya yang ringsek mobilnya kerbaunya tidak ada luka sedikitpun Monyet Bergelantungan di Belakang Rumah Kos Selain pemandangan unik kerbau berjalan di jalan raya, pemandangan unik lainnya yang tidak kalah seru yaitu sekumpulan monyet yang bergelantungan di belakang rumah kos yang kami tempati, saya sampai menggelengkan kepala, sebenarnya kita ini berada di tengah kota apa tengah hutan. Lucunya monyet-monyet tersebut takut sama manusia jika ada yang mendekat mereka langsung kabur bersembunyi di antara pepohonan, mereka juga tidak mengganggu penghuni rumah, mereka hanya menunggu makanan dari penghuni kos. Jika ada penghuni kos yang membuang sisa makanan mereka langsung datang dan berebutan. Menyisir Bumi Teuku Umar 33

Suatu ketika saya dan suami mau menjemur cucian, dikarenakan saya takut dengan monyet maka diantar ke belakang untuk menjemur. “Yank kita jemur saja cucian di belakang biar cepat kering.“ “Iya yah, tapi jangan yang keluar pagar, aku taku jika monyet-monyet itu tiba-tiba datang.“ “Udah tenang saja, ayah malah senang kalau mereka datang jarang-jarang kita melihat monyet di Jawa (celetuk saya).“ “Hus jangan bilang begitu, aku benar-benar takut kalau mereka datang rombongan.“ Bener juga yang saya bilang, melihat kita menjemur pakaian tidak lama kemudian mereka langsung datang awalnya 1 ekor sambil teriak seakan dia memanggil pasukannya setelah itu datang rombongan ada yang besar, kecil, ada juga yang menggendong anaknya sambil bergelantungan, mungkin dikira kita membawa makanan, padahal kita membawa baju cucian. Menyisir Bumi Teuku Umar 34

Gambar 21 : Monyet berkeliaran di Meulaboh (Sumber : purnamanews.com) Kelapa Sawit Andalan Masyarakat Meulaboh Pernah negara kita mengalami kelangkaan minyak goreng, bahan dasar minyak goreng salah satunya dari kelapa sawit, kenapa sampai terjadi kelangkaan minyak goreng, padahal Indonesia merupakan salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, salah satunya berada di Provinsi Aceh tepatnya di Meulaboh. Kanan kiri hantaran kebun sawit menghiasi pandangan mata kami, tidak bisa dipungkiri kelapa sawit merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Meulaboh. Bahkan beberapa Menyisir Bumi Teuku Umar 35

orang yang mempunyai lahan kelapa sawit sampain ratusan hektar merupakan salah satu orang terkaya di Meulaboh. Puluhan truk pengangkut kelapa sawit setiap panen pasti akan memenuhi jalan raya, kelapa sawit biasanya dipanen 1 bulan 2 kali, yang mempunyai perkebunan kelapa sawit luas pasti sekali panen meraup miliaran rupiah. Perawatan juga tidak sulit, asal rajin memberi pupuk dan memangkas pelepah pasti akan mendapatkan hasil banyak. Truk tersebut mengangkut ber ton kelapa sawit untuk dikirim ke pengepul yang berada di Kota Medan dan sebagaian besar diekspor ke luar negeri, setelah itu akan di olah untuk menjadi minyak goreng. Kemungkinan minyak goreng yang kita konsumsi sehari-hari merupakan impor dari luar negeri dan bahan mentahnya kelapa sawit dari Indonesia. Jadi masih menjadi misteri kenapa Indonesia sampai terjadi kelangkaan minyak goreng ? padahal hasil alam kelapa sawit melimpah ruah ? saya bingung anda pun pasti juga ikut bingung (tanya dalam hati). Menyisir Bumi Teuku Umar 36

Gambar 22 : Truk dan kebun kelapa sawit (Sumber : antaranews.com) Pasar Ikan yang Unik di Meulaboh Pasti yang namanya pasar ikan sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga anda, tetapi pasar ikan yang ada di Meulaboh sangat unik sekali, dengan kekayaan laut yang indah dan luas tidak diragukan lagi salah satu mata pencaharian terbesar di Meulaboh adalah nelayan ikan. Hasil ikan sangat melimpah, harga ikan murah, dan juga banyak sekali bermacam jenis ikan, kita tidak akan kekurangan stok ikan yang ingin kita beli. Menyisir Bumi Teuku Umar 37

Yang membuat unik pasar ikan di Meulaboh adalah cara mereka menjual, setelah ikan di angkat dari perahu nelayan, maka langsung berdatangan para tengkulak untuk membeli ikan tersebut, mana harga yang cocok pasti akan diberikan. Kemudian tengkulak menjual lagi ke masyarakat, jika di Jawa kita membeli ikan pasti penjual sudah menyiapkan timbangan untuk menimbang ikan berapa kilo yang ingin kita beli, di Meulaboh berbeda lagi, mereka disini menjual tanpa memakai timbangan, tetapi di takar dengan tangan. “Bang beli ikan tongkol 2 kilogram.“ “Apa ? (seperti orang kebingungan).” “Iya bang ikan tongkolnya 2 kilogram saja.“ “Kami disini menjual ikan tidak ada kilogram, ya ini yang kami jual sudah ada di depan kalian.” “Lha terus ini banyak sekali ikan harus kami beli begitu bang.“ “Iya begitu, kami disini mejualnya sudah kami takar menggunakan tangan, jadi tidak ada alat timbang.” “Wah ikan segini banyak pasti mahal harganya, mana tidak boleh beli sedikit lagi (dalam hati).“ Menyisir Bumi Teuku Umar 38

“Bagaimana bang jadi beli atau tidak (dengan nada agak sedikit tinggi).” “Iya sudah bang saya beli, berapa harga ikan tongkol sedekap tangan itu (kurang lebih isinya ada 20 ikan).“ “Itu harga 10 ribu.“ “Lho benar bang segitu hanya 10 ribu saja, kalau yang sebelah ini berapa bang (dalam hati masih tidak pecaya).” “Iya sama semua ini 10 ribu, kenapa masih kemahalan (sambil tersenyum bercanda).“ “Wah ya tidak bang, kalau di Jawa ikan segini harganya sudah 50 ribu bang.” “Oh adik ini dari Jawa ya, makanya dari logat bahasanya kok berbeda, saya tadi sudah merasa kalau bukan orang Aceh.“ “Iya kita disini merantau dari Jawa bang, baru 2 hari kami di Meulaboh.” “Oh begitu, terus ini jadinya beli ikan yang mana dek ?“ “Iya sudah bang saya beli yang ini saja, terima kasih banyak bang, ikan sebanyak ini bisa kami makan 3 hari Menyisir Bumi Teuku Umar 39

tidak akan habis, mungkin nanti setelah diolah kami bagi dengan teman-teman he….he….he (canda saya).” Gambar 23 : Harga ikan 10 ribu dan hasil tangkapan nelayan yang di borong oleh tengkulak Begitulah cerita kami pertama kali membeli di pasar ikan yang sangat unik, tidak pernah terbayangkan uang 10 ribu bisa mendapatkan ikan tongkol hampir 1 ember. Daging Ayam Mentah Wajib 1 Ekor Utuh Hal unik lainnya selain pasar ikan yaitu membeli daging ayam yang tidak ada harga kiloan, mereka di pasar Menyisir Bumi Teuku Umar 40

langsumg menyediakan ayam hidup, jadi kalau mau membeli daging ayam harus 1 ekor utuh, kalau di Jawa kita bisa membeli sayapnya saja atau kepalanya saja, tetapi disini tidak boleh, bahkan mereka tidak ada yang namanya daging habis keluar dari freezer. Mereka menjualnya daging segar semua, kita di suruh memilih ayam yang akan dibeli, setelah itu penjualnya langsung menyembelih di tempat, setelah di sembelih dibiarkan sebentar sampai ayamnya benar-benar mati, setelah itu dimasukkan alat untuk menghilangkan bulu-bulunya. Jika di Jawa membeli ayam hanya 5 menit selesai, kalau di Meulaboh sampai 15 menit kita menunggunya. “Bang beli ayam 1 kilogram yang bagian sayap saja.“ “Maaf kak kami disini menjual ayam 1 ekor utuh.“ “Wah ini belum ada kulkas, kalau saya beli 1 ekor ayam utuh buat apa, tidak mungkin 1 hari habis makan ayam saja (berkata dalam hati).” “Kita di Meulaboh berbeda dengan di Jawa kak, kalau di Jawa mungkin boleh ya beli ayam per potong gitu.” Menyisir Bumi Teuku Umar 41

“Sepintas saya kaget, kok abang tau kalau kami dari Jawa.” “Iya tau kak, soalnya saya sendiri juga orang Jawa (sambil tersenyum).” “Jawa nya mana bang, kalau kami dari Sidoarjo Jawa Timur baru disini 2 hari, kalau abang sudah berapa lama di Meulaboh.“ “Saya dari Bogor bang, Jawa Barat saya sudah lama di sini, semenjak setelah tragedi tsunami melanda Meulaboh.” “Wah lama sekali berarti bang, oh ya kenapa bang beli ayam disini harus 1 ekor, tidak boleh per potong.“ “Iya kak disini kalau kita menjual ayam yang sudah mati tidak laku kak, dikira ayam tiren oleh orang sini, karena disini syariat islamnya kuat, jadi mereka ingin tahu prose penyembelihannya.” “Oh begitu ya bang, menurut saya bagus juga diterapkan seperti itu bang (cuma dalam hati saya keberatan karena belum ada kultas harus memakan ayam 1 ekor utuh).” Kejadian unik ini lah yang membuat saya semakin penasaran dengan kota Meulaboh yang pastinya masih Menyisir Bumi Teuku Umar 42

menyimpan banyak cerita yang belum saya pecahkan, dan proses petualangan saya masih berlanjut sampai penasaran ini terungkap dan terbukti dengan mata kepala saya sendiri. Gambar 24 : Penjual ayam di Meulaboh PLTU dan Pertambangan Batu Bara Selain deretan pemandangan lautan dan pegunungan yang membuat saya penasaran yaitu adanya BUMN Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan PT. Mifa Bersaudara yang bergerak dalam bidang pertambangan batu bara. Perusahaan sebesar itu sudah mulai masuk di Kota Meulaboh menandakan jika kedepan Menyisir Bumi Teuku Umar 43

prospek perekonomian sudah berangsur mulai membaik, pasca terjadinya tragedi tsunmi pada 26 Desember 2004. Cerobong asap yang sangat besar, truk pengangkut batu bara, bahkan sampai kapal-kapal besar bersandar di pinggir laut merupakan sebuah ikon kebanggaan kota ini. Dengan adanya dua perusahaan yang mendominasi tersebut disambut positif masyarakat sekitar untuk membuka lapangan pekerjaan. Yang dari awalnya penduduk sekitar mata pencaharian hanya sebagai petani, ternak dan nelayan, sekarang mereka bisa bekerja di perusahaan sebesar PLTU dan PT. Mifa Bersaudara. Universitas Teuku Umar, PLTU dan PT. Mifa Bersaudara merupakan mitra kerja dalam hal Sumber Daya Manusia, sehingga banyak sekali lulusan kampus UTU yang mulai dari magang bahkan sampai dijadikan pegawai tetap di perusahaan tersebut. Ini menjadi hal positif untuk masyarakat yang mempunyai anak bisa dikuliahkan di UTU dan bekerja di perusahaan besar itu. Sekarang masyarakat Meulaboh tidak perlu jauh-jauh kuliah diluar, karena sudah ada kampus megah di Bumi Teuku Umar yang dicintai ini. Menyisir Bumi Teuku Umar 44


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook