Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BERANI BERUBAH

BERANI BERUBAH

Published by AGNES TEHUPEIORY, 2023-08-14 01:09:32

Description: BERANI BERUBAH

Search

Read the Text Version

BERANI BERUBAH

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotocopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. (sesuai Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 49 ayat 1 UU No. 19 Tahun 2002) Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau men­ jual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Jika Anda menemukan cacat produksi pada buku ini, silakan menukarkan di toko buku BPK Gunung Mulia atau mengirimkan ke Logistik BPK Gunung Mulia (Jl. Raya Bogor Km. 28, No. 43, Jakarta 13710). Kami akan mengganti buku tersebut.

Jl. Kwitang 22-23, Jakarta 10420, Indonesia Telp. 021-3901208, Fax. 021-3901633 www.bpkgunungmulia.com

BERANI BERUBAH Copyright © 2020 oleh BPK PENABUR All rights reserved Diterbitkan oleh PT BPK Gunung Mulia Jl. Kwitang 22-23, Jakarta 10420 E-mail: [email protected] Website: http://www.bpkgunungmulia.com Anggota IKAPI Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang Cetakan ke-1: 2020 Editor: Nancy Sitohang & Santoso S. Buwono Penata Letak Isi: Wahyu Dwi Hantoro Desain Kulit Buku dan Pembatas Buku: Anita Kresnasari Foto Kulit Buku dan Pembatas Buku: Kiyomi Shiomura - Unplash Katalog dalam terbitan (KDT) I. Chandra, Robby Berani berubah / oleh Robby I. Chandra ; ilustrasi oleh Yan Reggi dan Budi Setiyawan – Cet. ke-1. – Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2020. xii, 152 hlm. ; 21 cm. 1. Renungan. 2. Kristiani. I. Reggi, Yan. II. Setiyawan, Budi. III. Judul. 248 ISBN 978-602-231-832-3 iv

Daftar Isi Kata Pengantar | vii Sekapur Sirih | xi Bab 1 Perubahan: Suatu Keniscayaan? | 1 Bab 2 Respons terhadap Perubahan: Menjadi Lebih Baik atau Sebaliknya? | 19 Bab 3 Empat Elemen Penentu | 41 Bab 4 Proses atau Langkah Nyata untuk Perubahan | 75 Bab 5 Hasil Perubahan dan Tantangan Masa Depan | 99 Apa Kata Mereka | 111 Epilog | 135 Riwayat Hidup Penulis | 140 v

vi

Kata Pengantar Puji syukur atas 7 dasawarsa perjalanan dan pelayanan Badan Pendidikan Kristen (BPK) PENABUR, yang mom­ ennya kita rayakan pada tahun 2020 ini, tepatnya pada tanggal 19 Juli. Tema pelayanan yang dicanangkan pada awal masa pelay­ anan kepengurusan 2018-2022 adalah “Berani Berubah”. Dan khusus dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-7 Dasaw­ arsa, ditetapkanlah tagline “Semakin Peduli dan Berbagi”. “Berani Ber­ubah” adalah suatu pernyataan tekad para pengurus BPK PENABUR untuk keluar dari status quo wa­lau­ pun sebenarnya akan lebih aman jika kita tidak melakuk­ an perubahan tersebut karena perubahan akan berpotensi me­ nimbulkan ges­ekan dan ketidaknyamanan. Selain itu, per­ ubaha­ n membu­tuhkan energi lebih besar untuk mendo­rong suatu kapal besar yang sedang begerak ke suatu arah, bergeser beberapa derajat dari arahnya saat ini. Namun, perubahan pun dipandang perlu karena pada saat bersamaan, dunia sedang bergerak ke dalam pusaran peru­ bah­ ­an yang sesungguhnya: “Industry 4.0”. Jika BPK PENABUR merasa nyaman dan tidak ingin berubah, maka perubahan di luarnya yang akan melindas badan pela­yanan ini. Oleh sebab vii

BERANI BERUBAH itu, pengurus dan seluruh insan pen­didik dan tenaga ke­ pendidikan BPK PENABUR bertekad untuk “Berani Berubah”. Berlandaskan tema “Semakin Peduli dan Ber­bagi”, BPK PENABUR mencanangkan keinginan untuk menjadi yayasan pendidikan yang tidak hanya membangun kekuatan organi­ sasi dan sekolah-sekolahnya sendiri, tetapi juga menjadi suatu badan pendidikan yang makin peduli dan berbagi kepada se­ kitarnya. Kepedulian ini tampak pada berbagai kegiatan yang dilakukan, mulai dari tingkat siswa, tenaga pendidikan dan kependidikan, hingga pengurusnya. Dalam rangka HUT telah dilaksanakan lomba-lomba yang bertujuan berbagi pengalaman inspiratif, baik dalam bentuk tulisan maupun video. Kegiatan pengumpulan dana “1000 Jadi Berkat” telah memberi­kan banyak manfaat bagi pemulihan ke­ sehatan para pensiunan guru dan karyawan, perbaikansekolah- sekolah di sekitar BPK PENABUR, dan usaha penanggulangan pandemi Covid-19 melalui GKI Sinode Wilayah Jawa Barat. Keinginan ini pun tampak nyata dari setiap alumninya yang berjumlah lebih dari seratus ribu, tersebar di se­antero dunia, berbagai bidang keahlian dan usaha, dan menjadi inspi­ ­rasi dari buku cerita alumni ini. Mereka menceritakan pe­ran­ an sekolah dalam naungan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sinode Wilayah (SW) Jawa Barat ini menempa dan memb­ en­ tuk mereka, baik yang dimulai di tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Atas (SMP) mau­ pun tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), serta mengenal Tuhan me­lalui tangan paratenagapendidikdan kependidikan. Dan sel­anjutnya, warna BPK PENABUR ini yang mengantar­ kan me­reka ke posisi mereka sekarang sehingga satu per satu dari mereka sungguh-sungguh berperan nyata sebagai garam dan terang Indonesia dan dunia. viii

KATA PENGANTAR Melalui pengantar dalam buku ini, kami juga men­ yam­ paikan penghargaan yang sebesarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku cerita alumni ini, mul­ ai dari penulisnya, Pdt. Robby I. Chandra, MA., Yusak Soleiman, Kenny Lim, satuharapan.com, Rewindinar, dan Hariyani Prasetya, yang telah berjerih lelah melakukan riset, wawancara, dan pe­nulisan. Terima kasih kepada Penerbit BPK Gunung Mulia yang telah menyunting sehingga buku ini bisa berada dalam geng­gaman tangan kita untuk kita nikmati. Terima kasih juga kepada ba­ nyak pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang juga telah mendukung penulisan dan penerbitan buku ini hingga bisa sampai ke tangan pembaca. Kiranya nama Tuhan makin dimuliakan melalui karya tulisan ini dan BPK PENABUR makin diteguhkan dalam kiprah dan pelayanannya di bidang pendidikan di bumi Indo­nesia tercinta. Budijanto Gunawan Ketua Panitia HUT ke-7 Dasawarsa BPK PENABUR ix

x

Sekapur Sirih Menuliskan sesuatu yang terkait erat dengan batin kita tentu tidak mudah. Subjektivitas akan mudah berperan, apalagi penulis diminta menghasilk­ an buku terkait dengan perubahan yang dialami BPK PENABUR dan para alumninya. Keduanya sudah menjadi bagian hidup pe­ nulis, mulai saat ia memasuki Sekolah Rakyat (SR), yang sek­ a­ rang dikenal dengan Sekolah Dasar (SD), kelas satu pada tahun 1959 sampai lulus SMA pada tahun 1971. Pada tahun 1990-an, ketika melayani lembaga pembina­ an Binawarga, intensitas kedekatan meningkat saat pen­ ulis terlibat dalam pembuatan program P321 BPK PENABUR, yang kemudian menghasilkan 800-an alumni ca­lon pemimpin. Bah­ kan, setelah itu, keterlibatan makin intens setelah menan­ gani pelatihan guru dan sebagainya pada tahun 2000-an. Keeratan tersebut ternyata juga mem­beri cukup data se­ hingga penulis dapat menghasilkan re­fleksi yang seimbang dan utuh mengenai para alumni, pengajar, tenaga pendidikan, dan anggota yayasan. Menggali perjalanan perubahan yang dihadapi para alum­ ni yang terpilih untuk diwawancarai memang tidak mudah. Aspek keberhasilan dalam karier, titik balik, pemakn­ aan, dan xi

BERANI BERUBAH dampak mereka untuk mengubah lingkungan perlu dipahami bersama oleh tim pewawancara yang menggali. Apalagi me­ nyim­pulkan perubahan-perubahan dalam BPK PENABUR. Syukurlah, akhirnya semua berjalan walaupun tidak tepat sesuai dengan urutan yang direncanakan lantaran pan­demi Covid-19. Penulis belajar banyak hal dan terubahkan setelah terbiasa menuliskan sendiri 46 buku, seperti Konflik dalam Hidup Sehari-hari (Kanisius, 1990), Etika Dunia Bisnis (Kanisius, 1995) atau Landasan Pacu Kepemimpinan (Young Leaders Indo­ ­nesia, 2010)—tiga buku yang paling banyak dijadikan rujukan di dunia akademis dan praktisi sejak tahun 1990. Kini penulis menikmati proses “kel­ahiran” buku Berani Berubah yang se­ ben­ arnya merupakan hasil pikiran yang kaya dari tim yang dipimpin Ibu Gemaria dan Ibu Stella Warouw. Semoga semua terberkati dan terinspirasi. Agustus 2020, Penulis xii

BAB 1 Perubahan: Suatu Keniscayaan?

Perubahan lingkungan mendorong orang melakukan adaptasi



BERANI BERUBAH Satu-satunya yang konstan di dalam hidup adalah perubahan. —Heraklitus Sebelum menjadi seekor kupu-kupu, makhluk kecil ber­ sayap itu menjalani berbagai perubahan. Burung raja­ wali juga. Apalagi manusia, dari bayi montok ber­tum­ buh menjadi gadis berwajah mulus, dan akhirnya men­jadi oma berwajah keriput. Suatu organisasi, bahkan masyar­akat dan dunia juga mengalami perubahan. Perubahanadalah kenyataan yang terus-menerus hadir. Perubahan adalah se­suatu yang tidak dapat dihindari di dalam hidup kita, bukan? Umat manusia juga berubah. Dahulu manusia umum­nya bergantung pada ma­kan­an yang dipetik atau diburu di hutan. Mereka tidak menanam atau beternak. Orang-orang yang diangg­ ap hebat dan diterima sebagai pemimpin adalah para pemburu yang ulung atau pemetik buah yang menemukan buah-buah langka. Namun, cara hidup ini membuat mereka tergantung pada apa yang tersedia di alam. Manusia jadi tidak perlu bekerja ke­ras terus-menerus; ritme hidup cukup lambat. Jika ter­jadi paceklik, mereka akan kekurangan makanan. Jika terjadi wabah, mereka punah. Kemudian, mulai terjadilah perubahan. Sekelompok orang mulai bertani, berkebun, atau beternak. Perubahan ini punya konsekuensi. Mereka harus menginvestasikan waktu yang teratur untuk mengurus kebun, sawah, atau ternak me­reka. Memperhatikan siklus musim. Mencermati banyak hal dal­am setiap proses. Mengumpulkan informasi dalam tiap kom­ u­ni­ 4

P E R U B A H A N : S UAT U K E N I S C AYAA N ? tas peternak, petani, dan bahkan nelayan. Semua ini berjalan ribuan tahun. Setelah itu, muncul zaman industri. Tenaga-tenaga ter­ baik mulai mengalir ke kota-kota yang muncul bersamaan de­ ngan pabrik-pabrik. Manusia mempelajari banyak hal baru. Sesudah abad 19, perubahan terjadi makin cepat. Penemuan telepon dan telegraf, kapal-kapal uap, kereta api, dan radio me­ revolusi kehidupan manusia. Kota-kota bes­ ar muncul. Bahkan, di akhir abad 20, lebih banyak manusia tinggal di lingkungan perkotaan daripada di desa. Kemunculan komputer pada tahun 50-an dan internet pada tahun 80-an menghasilkan perubahan yang lebih meng­ guncangkan segalanya. Ruang dan waktu terkompresi. Peris­ tiwa di sebuah kota di Nepal, dalam hitungan menit akan di­ ketahui oleh orang yang berada di Melbourne. Dahulu kita menunggu berita berhari-hari, kini semua serbainstan. Perubahan dan Adaptasi Jenis perubahan memang bermacam-macam wujud, sifat, dan kecepatannya. Perhatikan kasus di bawah ini: Patricia memiliki kedai kopi di dua lokasi perkant­ oran para profesional di Jabotabek. Wanita muda alumni BPK PENABUR di Jakarta ini memb­ eri nama keduanya: Skywalker Coffee. Ia menargetkan kopin­ ya bagi para profesional dan entrepen­ eur muda di kawasan bisnis. Pandemi membuat semua pelang­ gannya tidak masuk kerja dan omzetnya anjlok. Namun, ia segera beradaptasi. Para pelanggannya tidak masuk kantor secara fisik, tetapi se­lera dan keinginan minum kopi kege­ maran mereka tidak hilang. Maka, ia membuat kopi dengan kemasan sebanyak satu liter dan menjual secara online. 5

BERANI BERUBAH Bisnis wanita muda ini ber­ta­han karena sigap menyesuaikan diri. Lebih tepatnya, ia meng­ubah cara pandang dan kerjanya. Cerita di atas menunjukkan kesigapan manusia ber­adap­ tasi terhadap perubahan setelah menyadari perubahan itu. Kesigapan beradaptasi itulah yang menjadi kelebihan man­ usia; pembeda manusia dengan hewan dan tumbuh-tumb­ uhan. Suatu lembaga juga dapat beradaptasi terhadap per­ubah­ an, bahkan yang sangat disruptif. Di lingkungan organisasi pada masa kini, baik bisnis, rumah sakit, lembaga pen­didikan maupun nirlaba, kemungkinan menjadi adaptif atau kandas menajam setiap tahun. Rumah sakit yang biasanya memiliki tiga shift staf pendu­kung, kini menggunakan dua shift. Tempo kerja menjadi cepat dan produktivitas meningkat. Ada perubahan yang mendadak, ada pula yang berang­ sur-angsur. Ada yang dapat diprakirakan, ada juga yang me­ ngej­utkan. Para pembuat telepon genggam tidak menyangka bahwa kini, se­tiap lima menit orang memegang telepon geng­­ gam dan meng­habiskan tiga setengah jam per hari untuk ber­ telepon, apal­agi den­ gan adanya kehadiran grup WhatsApp. Orang tidak mengi­mpikan bahw­ a telepon genggam bisa di­ lengkapi dengan fitur recorder, kam­ era foto dan video, kom­ pas, dan mesin pem­bay­ aran. Namun, perubahan mendorong orang melakukan adap­t­ asi. Hanya saja, kesadaran akan ada­ nya perubahan dan kecepatan beradaptasi dengan perubahan memang berbeda-beda. Biasanya, kesadaran dan kecepatan beradaptasi pada per­ ubahan bisa muncul dengan cepat jika perubahan tersebut ber­ sifat masif, mengejutkan, dan mengguncangkan. Dampak tek­ no­l­ogi digital makin dis­­adari dan dikenal sehingga orang ber­adaptasi untuk meman­fa­atkannya. Orang tidak merasa 6

P E R U B A H A N : S UAT U K E N I S C AYAA N ? perlu meng­ha­fal lokasi suatu tempat, tetapi cukup menggu­ nakan Google Maps. Di Indonesia, dalam tiga tahun terakhir ini, orang makin ter­biasa dan merespons kehadiran GoJek, Grab, dan berbagai aplikasi lainnya yang tersedia di Google Store atau Samsung Store: mendesain brosur, mengedit film, me­nata keuangan pribadi, masak sekelas koki di hotel, me­ ngua­ sai program komputer seperti Python, mengenal security jaringan, dsb. Semua tersedia, bahkan banyak yang tidak ber­ bayar. Kita hidup bagaikan raja yang kemewahannya melebihi Kaisar Tiongkok di masa Dinasti Tang, Kaisar-kaisar Romawi, atau Harun-al Rasyid. Generasi milenial memanf­aatkan semua­ nya dan mungkin menertawakan kalangan yang lebih tua dari mereka, yang gagap teknologi. Demokratisasi informasi yang mengubah masyarakat terjadi karena masyarakat dapat mengakses bermacam-ma­ cam informasi. Bahkan, terjadi demokratisasi definisi bahwa setiap orang bisa menuliskan definisi tentang suatu hal di Wiki­ pedia. Mau tidak mau, sistem dan proses bisnis, rekreasi, hu­ bunga­ n keluarga, pendidikan, dan bahkan agama pun akan terimbas. Jadi, di dalam hidup ada perubahan lingkungan atau dunia yang menyebabkan manusia di dalamnya berubah agar tetap relevan dengan perubahan tersebut dan memperoleh dampak positifnya. Ada pula perubahan lingkungan yang jus­tru ter­ jadi karena manusia yang melakukan perubahan ters­ ebut. Gagap Adaptasi Teknologi chatbot (lebih tepatnya chatterbot atau bots) ada­ lah seb­ uah program komputer yang dirancang untuk mensti­ mul­asikan percakapan intelektual dengan satu atau lebih ma­ 7

BERANI BERUBAH nus­ ia, baik secara audio maupun teks. Chatbot ini perlu dilatih terlebih dahulu untuk dapat berkomunikasi dengan pelang­ gan dengan secanggih mungkin sehingga pelangg­ an tidak da­ pat membedakan apakah mereka berkomunikasi dengan seorang manusia atau program komputer. Menurut Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (Presdir BCA). Perusahaan asur­ ansi bernama Ping An Insurance di Re­ publik Rakyat China (RCC) sudah lama mengg­ un­ akan chatbot yang dilatih oleh 396 staf. Jahja menuturkan bahwa BCA tid­ ak memiliki pelatih seb­ a­nyak itu, tetapi juga mulai mengadopsi teknologi baru yang dinamakan VIRA sejak tahun 2017 untuk menyongsong era di­gital di Indonesia. BCA tidak mau gagap teknologi. Apakah sebagian besar manusia mau men­ erima dan me­ rangkul perubahan? Bagi beberapa kalangan, terutama mereka yang dikenal seb­ agai para pribumi dunia digital alias kalangan milenial, peru­ bahan-perubahan di masa kini dan dampak yang ada mela­hirkan optimisme yang tinggi. Mereka menyambut arus deras informasi dan kemudahan berkomunikasi berkat kehadiran internet. Mereka menyambut kemunculan Anjung­ anTunai Mandiri (ATM), Ojek On-line (OJOL), dan E-Learning, dan bahkan ikut mengembangkannya. Sebalik­nya, merekayang lahir jauh sebelum budaya digit­al muncul, gagap teknologi baru. Mereka memandang perubahan yang ada membawa ba­ nyak ketidakpastian. Perubahan-perubahan di dunia tekno­ logi informasi dan kom­ unikasi ini menimbulkan ketidak­nya­ manan. Dalam waktu 20 tahun terakhir, perubahan teknologi yang drastis dan lebih cepat datang dari dekade-dekade sebelum­ nya, menyebabkan berb­ agai disrupsi muncul. Makin banyak 8

P E R U B A H A N : S UAT U K E N I S C AYAA N ? profesi yang punah. Lihatlah, siapakah yang di masa kini ma­ sih bekerja sebagai pengirim berita morse di kapal perang? Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari, profesi operator tele­ gram telah lenyap. Sewaktu di SMA, penulis memiliki guru stenografi. Ia biasa mengenakan rokmini yang men­jadi penambah sema­ ngat kami belajar dengannya. Orangnya ramah dan jelita. Jahja Setiaatmadja bersama istri dalam sebuah acara makan malam. Po­koknya, kami berlomba-lomba belajar menjadi terampil ste­ nografi. Kini, ketika menapak tilas masa itu, saya mendapati bahwa profesi guru stenografi telah punah. Ia dan teman-te­ man­nya tidak mendapatkan pekerjaan karena ilmu yang tadi­ 9

BERANI BERUBAH nya mereka pelajari dengan susah payah tidak lagi diperlukan den­ gan adanya alat perekam tape recorder dan kini, gawai. Berbagai komunitas, organisasi bisnis, pendidikan, atau nirlaba juga dapat terkena imbas. Perusahaan pembuat ka­ mera dan rol film tutup karena telepon gengg­ am modern mam­ pu menghasilkan foto berkualitas tinggi. Toko-toko buku yang mas­ ih mengandalkan buku cetak juga mengalami kesul­itan me­ningkatkan penjualan mereka ka­rena orang beralih ke buku- buku digital. Situasinya sama dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang terus-menerus mengalami penur­ un­ an penghasilan karena mereka tidak mau meninggalkan kapal- kapal yang sudah ber­abad-abad mereka andalkan. Padahal, kapal-kapal layar raks­ asa mereka itu membutuhkan waktu lima bulan untuk meng­arungi samudera dari Eropa ke Nusant­ ara, sementara kapal-kapal mesin yang lebih kecil hanya mem­ butuhkan waktu satu atau dua bulan untuk tiba di Laut Jawa. Menerima Ketidakpastian dalam Perubahan Perubahan di lingkungan hidup dan diri kita sering mem-bawa ketidakpastian. Ketidakpastian berarti banyak hal tidak da­ pat dikendalikan. Avis J. Williams, seorang Inggris yang men­ da­lami spi­ritu­alitas, menyatakan bahwa “Kita tidak dapat mengend­ alikan semua yang terjadi dengan diri kita, tetapi kita dapat mengen­dalikan cara kita merespons hal-hal yang tak dapat kita kendalikan (We can’t control everything that happens to us, but we can control how we respond to things we can’t con­ trol). Kata-katanya sangat tepat, terutama untuk masa kini. Orang mudah merasa tak berdaya ketika hidup dalam ling­ kungan yang sarat VUCA alias Volatility (berubah-ubah), 10

P E R U B A H A N : S UAT U K E N I S C AYAA N ? Uncertainty (penuh ket­idakpastian), Complexity (rumit), dan Ambiguity (kerancuan). Seekor kupu-kupu tak mungkin mengendalikan hujan dan angin yang tiba, tetapi ia bisa mengendalikan responsnya dengan cara men­cari daun besar tempat ia dapat berlindung. Demikian pula seorang manusia atau organisasi tidak mung­ kin merespons dengan tepat VUCA di atas jika tidak ajek se­cara internal. Ia perlu mengenali sumber daya yang ia miliki, khu­ susnya potensi, pengalaman, dan bahkan jaringan teman. Ia juga perlu mengenali peluang yang terbuka bagi seorang de­ ngan fitur seperti dirinya. Dengan demikian, ketika ia me­ nyadari banyak hal yang tidak dapat dikendalikan, setidaknya ia dapat mengendalikan respons dirinya sendiri. Suatu organis­ asi atau komunitas juga harus mengenali ketidakpastian pada perubahan-perubahan yang terjadi se­ raya mengenali keunik­an dirinya dan sumber-sumber atau bekal yang sudah ia miliki­. Setelah itu, barulah ia dapat men­ ata diri untuk beradaptasi dalam me­respons perubahan yang terjadi dan menerima hal-hal di luar kendalinya. Kasus menarik terjadi pada tahun 1948-an. Saat itu Be­ landa bersiap mengevakuasi diri sesudah tiga setengah abad berkuasa di Nusantara. Mereka menawarkan sekolah-sekolah milik mereka untuk ditangani oleh sekelompok orang Tiong­ hoa peranakan yang tergabung di dalam suatu Gereja Tionghoa agar pendidikan yang bermutu dan memb­ awa warna iman dilanjutkan. Kelompok orang Tionghoa tersebut umumnya adalah pedagang dan perantara, orang-orang yang tidak terbiasa mem­ b­ uat rencana jangka panjang dan menggeluti dunia pen­didik­an. Kompetensi menyusun kurikulum, mengelola guru, memi­lih kepala sekol­ ah, atau mempromosikan sekolah tidak mer­ eka 11

BERANI BERUBAH miliki. Namun, sebagai pedagang mereka terbiasa bera­ dap­ tasi dengan kon­disi apapun. Mereka sadar, dunia sedang ber­ ubah dan banyak hal terjadi di luar kendali diri mereka. Namun, kemauan merespons peluang ini ada di dalam kendali me­reka. Maka, pada tahun 1948 mereka mem­ utuskan untuk memben­ tuk tim kecil atau panitia untuk me­nyambut kesempatan ter­ sebut. Pilihan mereka ternyata tepat meskipun mereka jadi harus terus belajar. Kini, setelah melewati 70 tahun berkarya, lem­baga pendidikan yang mereka kelola terus menari dan ber­kembang menjadi salah satu sistem sekolah unggulan di Indo­nesia secara akademis, nonakademis, dan etos kerja pe­ serta didiknya. Kesediaan menerima perubahan dan ketidak­ pastiannya serta mengenali hal-hal yang tidak dapat diken­ dalikan memang menjadi titik awal adaptasi yang tepat bagi diri dan organisasi BPK PENABUR. Perubahan yang membawa banyak hal yang paling sulit terkendali mungkin terjadi pada tahun 1998. Keru­suha­ n, per­ kosaan, penjarahan, kehancuran perekonomian, sos­ ial, dan politik membawa ketidakpastian yang menakutkan. Jahja Setiaatmadja, seorang lulusan Accounting Universitas Indonesia yang pernah berkarier di PriceWaterhouse, Kalbe Farma, dan PT. Indomobil, bekerja sebagai kepala divisi di BCA. Ia bergabung di BCA sejak tahun 1990. Pada tahun 1999 Jahja diminta menghadap atasannya. Pada waktu itu BCA sudah diambil alih oleh pemerintah. Sang atasan mengatakan bahwa ia membutuhkan dua orang di jajar­ an pimpinan yang ada sebagai unsur dari BCA. Namun, walau­ pun sangat dibutuhkan, Jahja tidak terpilih. Hal itu di luar ken­ dali mereka karena pimpinan tertinggi berasal dari un­sur di luar BCA dan mewakili pemerintah. Jahja merespons de­ngan 12



BERANI BERUBAH tenang dan me­nyatakan bahwa baginya, yang penting ia tetap bekerja dengan baik agar berkontribusi. Tidak lama kemudian, perubahan kembali terjadi. Da­lam hitungan bulan, Jahja diangkat menjadi direktur. Menerima jabatan sebagai direktur di tengah gonjang-ganjing keadaan berarti ia harus mengambil prakarsa, men­ ent­ukan jejaring, dan strategi. Banyak ketidakpastian harus dihadapinya, pa­ dahal sebelumnya ia cenderung hidup dengan berhati-hati, tekun, teliti, dan menjaga keseimbangan risiko. Bagaikan kupu- kupu yang meninggalkan daun tempat ia bert­ umbuh, ia belajar merentangkan sayap di tengah angin dan tumbuh-tumbuhan yang besar. Hasilnya nyata. Pada tahun 2005 ia menj­adi wakil presdir, dan sejak tahun 2011 sam­pai kini, ia men­jadi Presdir BCA, bank top di Indonesia (dari jumlah ca­bang, aset, dan dana yang di­kelola). Sementara itu, ia terus bel­ajar, mengabdi, dan berb­ agi kepada anak bangsa yang memb­ ut­ uhkannya. Ba­yang­ kan jika pada tahun 1998 atau 1999 ia tidak berani hidup den­ gan ketidakpastian dan malah berga­bung dengan banyak peng­ usaha dan sosok sejahtera yang pin­dah ke luar negeri ketika bangs­ a ini membutuhkan penga­ lam­an dan kompetensi me­ reka. Mengenali Lingkungan dan Konsekuensi Perubahan Pada tahun 1992 Don Tapscott, seorang penulis dan pengamat teknologi, menyatakan di dalam bukunya Growing up Digital: The Rise of Net Generation bahwa untuk pertama kalinya di da­ lam sej­arah umat manusia, anak-anak tumbuh dan menelu­ suri dunia yang orangtua mereka tidak ketahui ada, apalagi batasi untuk mereka jelajahi. Merangkul erat internet, berani 14

P E R U B A H A N : S UAT U K E N I S C AYAA N ? meng­eksp­ resikan diri menjadi kebiasaan, menelusuri sum­ ber-sum­ber informasi, serta membangun jejaring menjadi pola hidup baru gen­ er­ asi muda. Pola hidup baru dan kebebasan tersebut ternyata tidak hanya membawa konsekuensi positif, tetapi juga negatif. Con­­ tohnya, banyak kalangan muda usia 30-an yang terjeru­mus dalam tawaran pinzaman uang online dengan bunga harian yang ketat. Mereka tidak menyadari hal itu dan tidak dapat mengend­ alikan diri dengan penuh disiplin agar mendapat manfaat dari pinzaman. Akibatnya, karier dan/atau rumah tangg­ a mereka hancur. Kita perlu mengenali lingkungan tempat kita hidup dan konsek­ ue­ nsi suatu perubahan sebelum meresponsnya. Devi Sumarno mengenali konsek­ uensi perubahan-perubahan ma­ syarakat di kota­nya. Sejak masih menjadi peserta didik SMAK BPK PENABUR di Pasirkaliki, Band­ ung, ia sudah mengenali adanya kasus-kasus kehamilan di luar nikah di kalangan ma­ hasiswa atau pelajar sebagai dampak kemudahan mengakses informasi berkonten dewasa dan relativitas moral. Ketika lebih sering berjumpa dengan gadis-gadis serupa, ia menya­dari pen­ deritaan mereka dan dampak jangka panjang yang harus me­ reka tanggung jika tidak ditolong. Devi makin menyadari bahwa jumlah kasus serupa terus meningkat sehingga makin banyak perempuan yang bermasa depan suram. Ia mencoba membuat ruang agar mereka me­rasa diterima dan mengenali potensi diri mereka walaupun pernah mengambil pilihan yang salah. Maka, ia membekali mereka agar dapat melangkah maju. Atas usul teman-temannya, lahir­ lah Ru­mah Tum­b­ uh Harapan (RUTH). Karena jumlah mereka yang harus ditolong makin besar, Devi meng­gandeng teman- teman dan pendukung lain untuk membantu pelayanan so­ 15

BERANI BERUBAH sial ini. Sepanjang pelayanan sosial ini, kesulitan demi ke­ sulitan datang, tetapi ia teguh melak­sanakannya. Devi Sumarno dan suami bersama Andy F. Noya. Jadi, kita perlu membangun kepekaan terhadap lingk­ ung­ a­ n, belajar men­ erima bahwa ada hal yang bisa dikendalikan dan tidak, mengenali konsekuensinya, belajar memahami pot­ensi diri, serta terus beradaptasi. Tidak­kah perubahan merup­ akan suatu keniscayaan sekaligus kesempatan untuk belajar se­pan­ jang masa? Hal serupa terjadi dengan Benny Lumi. Pria ini hidup di tengah keluarga yang sejak semula mengabdikan diri meno­ 16

P E R U B A H A N : S UAT U K E N I S C AYAA N ? long anak-anak jalanan. Ayahnya mendirikan Kampus Dia­ kon­ ia Modern di Jakarta. Keterlibatan Benny dalam pelayanan keluarga mulanya hanya sebatas membantu. Namun, makin lama, ia makin menyadari bahwa di berbagai dae­rah banyak anak menjadi korban kehidupan dan jumlahnya terus me­ning­ k­ at. Akhirnya, ia berhenti memikirkan hid­ up demi menc­ apai kesuksesan karier dan ekonomi. Seluruh waktu dan ten­ aga­ nya ia baktikan untuk ikut memberi kontribusi kepada bangsa, khususnya kepada anak-anak. Kemudian, ia bergab­ ung da­ lam suatu organisasi nasional, menjadi salah satu aktiv­ is biro perem­puan dan anak di sana. Menurutnya, ia terus berubah walaupun harus merangkul banyak ketidakpastian. Benny Lumi (kiri) dalam Sidang Raya PGI XVII di Waingapu, Sumba. 17



BAB 2 Respons terhadap Perubahan: Menjadi Lebih Baik atau Sebaliknya?

Manusia makhluk unik yang bisa terus belajar dan merefleksikan perjalanannya



BERANI BERUBAH Setiap orang ingin mengubah dunia, tetapi tak banyak yang mempertimbangkan untuk mengubah diri sendiri. —Leo Tolstoy Dalam film serial TV berjudul Arrow yang ditayang- kan pada tahun 2009, tokoh utama bernama Oliver Queen digambarkan sebagai seorang anak milyarder yang playboy. Suatu hari, karena kapal motor mewahnya teng­ gelam, ia terdampar ke sebuah pulau bernama Lian Yu di Laut Tiongkok Utara selama lima tahun. Di sana ia mengalami ba­ nyak hal yang membuatnya berubah, antara lain seorang pria yang ahli bela diri dan juga terbuang serta sekelompok orang jahat. Oliver tidak hanya belajar bertahan hidup, tetapi juga mu­ lai memiliki impian. Ketika berhasil kembali ke kota asal­nya, alih-alih mengembangkan kekayaannya, ia memilih men­jadi superhero, menunaikan pesan almarhum ayahnya, yaitu mem­ berantas para pebisnis kotor dan mafia di kotanya, yang tadi­ nya merupakan teman-teman ayahnya di masa lalu. Sahabat Oliver yang bernama Diggle mengingatkan, “Hati- hati dengan perang sucimu karena pribadimu akan diubah­ kan oleh pilihan-pilihan sulit yang harus kauambil.” Maka, Oliver memilih untuk tidak membunuh seorang pun penj­a­ hat. Keputusan itu membuatnya mengalami banyak ke­su­sah­ an. Karena harus merahasiakan jati dirinya, bah­kan kepada orang terdekatnya, ia jadi sulit mengekspresikan perasaan- nya secara terbuka. Dampaknya, pada suatu hari Felicity, gadis yang ia cintai dan mencintainya, meninggalkan dirinya. 22

RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? Sepanjang film, ditampilkan bagaimana Oliver Queen ha­rus mengambil keputusan-keputusan sulit ketika mengha­ dapi berbagai perubahan yang ia hadapi. Ia pun terus ber­ubah menjadi pribadi yang karakter, kemampuan, dan komitmen­ nya lebih baik. Mungkin Greg Berlanti, Marc Guggenheim, dan Andrew Kreisberg sebagai pem­buat film ini memiliki pesan implisit, yaitu menolong penontonnya menyadari bahwa hi­ dup senantiasa penuh per­ubahan; respons kita terhadap per­ ubah­an dapat membuat kita mengubah diri atau menolak berubah; dan perubahan dapat berdampak posit­if maupun negatif. Harga Perubahan Diri Manusia cenderung ingin mengu­ bah orang lain dan ling­ kungan, tetapi me­nolak mengubah diri sendiri. Padahal, itu­ lah harga yang har­ us di­­ bay­ ar. Agustin Ramli di­ bes­ ar­kan dalam keluar­ ga tan­pa se­orang ayah. Kondisi eko­nomi ibu­ nya biasa-biasa saja. Se­ masa remaja, ia pern­ ah tidak berani mengha­diri sebuah pesta ulang ta­ hun hanya karena tidak pun­ ya baju yang pantas. Ia masuk seko­lah de­ ngan ban­tuan dari ba­ Agustin Ramli nyak orang dan men­da­ 23

BERANI BERUBAH patkan ke­ringanan biaya studi di BPK PENABUR di Kelapa Gading, Jakarta, yang waktu itu merupakan sekolah baru di wi­layah itu. Selama bersekolah, ia harus berjuang keras. Kini Agustin menekuni dunia pertelevisian; menjadi TV presenter, MC, Influencer, dan sesekali menjadi model. Hidup dalam kese­derhanaan tanpa sosok ayah semasa ia kecil bukan hal mud­ ah. Namun, ia tidak membiarkan keter­batasan itu menah­ annya. Saat SMP, ia bergabung dalam tim bola voli, mengi­ kuti pelatihan kepe­mim­pinan, bahkan lomba matema­ tika walau­pun menurutnya, ia bukan pelajar yang ungg­ ul di bidang itu. Sepanjang perja­lan­an hidupnya ia terus menjalani per­ ubaha­ n. Salah satu pengalaman yang mengubah hidupnya terjadi ketika ia masih kuliah. Seb­ a­gai mahasiswi psikologi, Agustin men­ el­iti sekelompok anak-anak kecil di daerah ku­ muh sekitar Cakung, Cilincing. Di sana ia mendapati seorang anak kecil yang tidak sekolah dan mengidap tubercolosis (TBC). Agustin dan te­man­nya sangat trenyuh melihat penderitaan anak itu. Atas seizin orang tua anak tersebut, mer­ eka memba­ wanya ke rumah sakit. Di sana kedua mahasiswi itu ditertawakan. “Obat untuk me­nyem­buhkan anak ini sangat mahal. Berapa banyak sih uang kamu? Lagi pula, ia tidak akan berdisiplin mengubah hi­dup­nya. Biarkan saja. Percuma ditolong, bu­ang waktu dan tenaga. Jangan bodoh.” Mendengar perkataan seorang yang ber­profesi merawat ses­ ama manusia seperti itu, hati Agustin jadi dipenuhi kema­ rahan mendalam. Meskipun ia dapat memilih untuk mel­upa­ kan hal itu dan terus melanj­utkan studinya, mencari kerja dan memiliki karier yang ia dambakan, ia mengambil kepu­ 24

RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? tusan lain. Ia bertekad belajar mencari sumbangan untuk anak itu. Sesudah lulus kuliah, Agustin makin terpanggil unt­uk memberi anak-anak dari keluarga ekonomi lemah kesemp­ at­ an yang tadinya tidak mereka miliki. Pada tahun 2011, Agustin mendirikan Ant Charity. Nama Ant Charity terinspirasi dari semut, binatang yang mengajarkan filosofi yang dalam. Semut adalah binatang yang berkarakter positif, seperti rajin, ulet, dan bertekad kuat. Semut merupakan binatang koloni yang bersinergi dalam menggunakan peranan dan kemam­pu­an yang berbeda-beda untuk menc­ apai suatu tujuan bersama: mengumpulkan makanan bagi koloni. Semua stakeholder lem­baga Ant Charity memiliki harapan, yaitu bekerja bersama- sama demi memajukan anak-anak Indonesia yang berada di Jabotabek, Bali, Gunung Kidul, dan Sulawesi Tengah. Namanya Ant Charity Indonesia Foundation. Jumlah anak yang udah dibantu lebih dari 1500 anak dengan anak aktif sekarang 500 anak. Daerahnya: Jakarta, Jogjakarta, Bali, dan Poso. Kini, Ant Charity menangani lebih dari 600 anak. Wanita yang semasa SMU pernah dipermalukan di de­pan umum karena perkataan seorang pengajarnya ini, kini menj­adi pembicara dan motivator bagi peserta didik di alma­maternya atas undangan sang guru. Wanita yang juga men­jadi corporate amb­ assador ini kini berubah menjadi seorang yang percaya diri, berani berprakarsa, dan peka terhadap orang lain. Tentu tidak mudah bagi finalis Putri Indonesia 2006 ini untuk terus melakukan panggilannya. Ada harga yang perlu ia bayar. Pekerjaan dan pelayanan sosial membuat ia harus terus membangun jejaring dengan para donatur pribadi, perusa­ ha­an, atau kelompok relawan sambil terus menjadi seorang yang menggowes sepeda berki­lometer setiap hari. 25

BERANI BERUBAH Pengalaman hidup Agustin membuktikan bahwa ketika ia tidak menyerah saat menghadapi guncangan-guncangan hidup yang me­nimpanya, perubahan positif terjadi dalam hidupnya. Imannya diperkuat; ia merasa jadi lebih dekat de­ ngan sang Pencipta. Seorang yang juga terus berani menjalani perubahan, berani membayar harga, serta berhasil menghasilkan dampak inspiratif adalah Lin Che Wei. Sama seperti Agustin, ia me­ ngen­ yam pendidikan di lingkungan BPK PENABUR Bandung. Putra bungsu dari empat bersaudara ini dibesarkan dalam kel­uarga yang tidak berada. Dari kedua orangtuanya, Tn. Toen Detiawan dan Ny. Tuti, ia memetik banyak hikmah. Salah satun­ ya adalah pen­tingnya pendidikan bagi anak. Pria kelahiran tahun 1968 ini berani menjalani berbagai perubahan. Misalnya, perubahan di dunia pekerjaan. Mula­nya, ia berkarier sebagai analis keuangan di beberapa perusahaan asing, antara lain WI Carr, Deutsche Bank Group dan Société Générale. Lulusan National University of Singapore ini sangat berani dan terbuka. Anali­sisnya yang kontroversial di dalam membongkar skandal Bank Lippo menyebabkan ia harus beru­ rus­an dengan pengadilan, suatu teror moral. Itulah harga ia tang­gung dan bayar.­ Namun, justru karena itu ia lalu men­ dap­ atkan penghargaan dari Aliansi Jurnalis Independen. Pada tahun 2002 dan 2004, Lin menerima penghargaan sebagai Indonesian Best Analyst dari AsiaMoney Magazine dan The Most Popular Analyst Award. Lin Che Wei pernah pula menj­abat sebagai Presiden Direktur Danareksa (perusahaan Investment Banking terbesar milik pemerintah Indonesia) dari 2005 sampai perte­ngahan 2007. Lin Che Wei menyadari bahwa situasi yang dihadapi bangs­ a ini sering berakar pada kebijakan-kebijakan publik yang 26

RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? di­hasilkan oleh birokrasi pemerintah. Maka, sejak tahun 2008 ia mendirikan per­usahaan riset yang berfokus pada analisis kebijakan dan analisis industri Independent Research Advi­ sory Indonesia. Di pemerintahan, Lin Che Wei pernah berturut-turut menjadi staf khusus Menteri Koordinator dan Badan Umum Milik Negara (Menko BUMN) dan Menko Pere­ konomian Re­ publik Indonesia. Kemudian, sejak tahun 2014 ia menjadi policy advisor (penasihat kebijakan) Menko Per­e­ konomian serta Men­teri PPN/Bappenas dan ATR/BPN. Berbagai kebijakan inspiratif dan menyum­bangk­ an hal-hal positif merupakan hasil kerjanya bersama rekan-rekan di sana. Ia ikut mene­lur­ kan Program Sertifikasi Tanah Sistematis dan Lengkap (PTSL). Selain itu, jauh-jauh hari sebel­um media ban­ yak mem­ bahas masalah ketahanan pangan Indonesia, ia dan teman- temannya sudah menggarap hal itu, misalnya menyusun road­ map untuk industri sapi dan sapi perah serta kebijakan men­ yangkut infrastruktur irigasi, beras, dan jagung. Di era digital, ia sudah terlibat mengenali situasi yang berubah dan ambil bagian dalam studi e-commerce dan digital. Tentu­nya dalam keterlibatan tersebut ada pihak-pihak yang terhal­ang melakukan tindakan menguntungkan kepen­ tingan pribadi atau kelompok yang merugikan kepentingan masyarakat. Me­reka tidak menyukainya. Di masa Basuki Purnama menjadi Gubernur DKI, Lin Che Wei ikut terlibat dan mengkoordinasi pembangunan kota tua Jakarta, tantang­ an yang membuatnya makin menyadari situasi nyata. Lin Che Wei berani berubah karena tidak mau menerima apa yang tidak wajar setelah mengenali kondisi yang ada. Mi­ saln­ ya, sewaktu bersekolah di BPK PENABUR, ia menyadari bahw­ a nama yang ia kenakan, yaitu Weibinanto, membuat­nya 27

BERANI BERUBAH selalu terakhir dipanggil guru saat guru memanggil murid menurut abjad. Maka, ia memutuskan un­tuk menggunakan nama Tionghoa-nya, yaitu Lin Che Wei. Jika guru memanggil nama Indo­ne­sianya, ia sengaja tidak meres­pons. Aksinya tersebut sekaligus menjadi bentuk prot­esnya kepada negara yang memaksa orang mengganti nama. Lin Che Wei berani tampil dengan jati dirinya yang sesungguhnya ketika orang- orang Tionghoa meleburkan diri ke tengah bangsa dengan cara mengganti nama mereka. Memanfaatkan Perubahan Perubahan bisa datang tak terduga. Dini Shanti Purwono meng­alaminya. Saat baru lulus kuliah, ia mendapat kesem­ pata­ n bekerja di Firma Hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners yang terkenal. Biasanya, seorang newcomer yang masih hijau ditempatkan di bawah bimbingan seseorang. Awal­ nya, Dini menjalani tahap itu. Namun, mendadak Dini di­ alihkan langs­ ung di bawah pimpinan puncak. Hari-hari tenang Dini berakhir, berganti dengan rentet­ an teguran dan koreksi atas berbagai keke­liruan kerja yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Selama tiga tahun lebih ia mendapat berb­ agai tugas dadakan, target berat yang sulit dipen­ uhi, seperti berkas perkara yang rumit dan sulit ia cerna untuk direspons, dan masih banyak hal berat lainnya. Ada saat-saat ia pulang ke rumah dalam keadaan hampir me­ nyerah. Ia me­n­ yerahkan kesu­sahan yang ia alami kepada Yang Mahakuasa dan setelah itu, jalan ke­luar dari kesulitan yang ia hadapi selalu muncul. Menanggapi perubahan tersebut, alumni SMAK 1 PENABUR Jakarta itu berpendapat, “Saya jadi belajar ba­nyak 28

RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? menge­nai kelemahan-kele­mahan saya.” Inilah perubahan yang sign­ ifikan dan jadi bekal yang baik baginya. Sampai hari ini, hub­ ungan den­ gan atasan yang memiliki tuntutan tinggi darinya tetap terjalin baik. Perubahan masih terus berjalan. Setelah mer­aih gelar mast­ er di bidang hukum ke­ uangan internasional dari Harvard Law School, Dini di­ tunjuk menjadi staf khu­sus Menteri Keuangan, Chatib Basri. Ia per­nah menj­ adi staf khusus Kepala Badan Koo­ r­ din­asi Penanaman Modal pada tahun 2012-2014. Dini tidak berhenti samp­ ai di situ. Ideali­ smenya untuk memberikan dampak positif di masyarakat ia wu­ judkan de­ngan cara terlibat di politik melalui Partai Soli­ daritas Indo­nes­ ia (PSI). Pada Pemilihan Umum Legislatif Dini Shanti Purwono Indo­nesia 2019, ia maju di Daerah Pemilihan Jawa Te­ngah I sebagai caleg PSI. Dini juga terp­ ilih sebagai juru bic­ ara Tim Kam­panye Nasional Jokowi- Ma’ruf Amin saat pem­ ilihan presiden pada tahun yang sama. Tidak kec­ il juga pe­rannya sebagai pengac­ ara yang membela Jokowi-Ma’ruf da­lam sengketa pemilu 1979 di Mahkamah Konstitusi. Kini Dini menjadi staf khusus Presiden. 29

BERANI BERUBAH Semua perubahan tersebut membuatnya lebih menya­ dari bahwa ia harus lebih luwes dan siap berubah. Namun, Dini bu­kan hanya mengejar sesuatu yang besar di masa depan. Ia berkata, “Hidup sehari cukuplah untuk sehari. One day at a time.” Per­sist­ensi Dini untuk meng­amati, belajar, dan ber­ ubah terus berlangsung seraya menjaga kesimbangan antara kerja, ke­luarga, dan diri sendiri. PT. Freshklindo Graha Solusi adalah suatu perusahaan cleaning service yang dipimpin oleh Tommy Hardjanaatau O’ok, yang mulai beroperasi pada tahun 1995. Lulusan Mannheim Univer­sitaet, Jerman, ini memiliki banyak pilihan dalam ka­ riern­ ya. Namun, ia memutuskan untuk membuka bisnis yang samp­ ai kini menjadi salah satu perusahaan terbaik dan ter­ perc­ aya serta me­miliki 20 ribu karyawan. Covid-19 membu­at­nya merentang bisnis, bukan lagi se­ batas memelihara ke­bersihan bangunan para kliennya, tetapi juga melakukan pe­nyucihamaan gedung-gedung, mal, dan ruang publik lainnya. Baginya, bagaimanapun juga, keput­ us­ an perlu diambil di ten­ gah per­ubahan yang sedang menggun­ cang dunia. Perubahan ada­lah kesempatan dan ancaman. Perubahan bisa berdampak seperti yang diinginkan, tetapi juga dapat berdampak hal seb­ aliknya. Hal yang sama dihadapi pula oleh Nadiem Makarim. Se­ belum diangkat sebagai menteri, ia memimpin bisnis GoJek dan Golife. Latar belakang bisnisnya tersebut membuat diri­ nya andal menghadapi teknologi dan budaya digital masa kini. Nadiem dipilih agar dunia pendidikan beradaptasi dengan budaya dan teknologi tersebut. Lebih daripada itu, budaya ini menekankan sikap egalitarian, saling mengapresiasi, saling berbagi, dan berkoneksi. 30

RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? Nadiem mengusung gagas­an pendidikan Indon­ es­ ia yang baru, terutama dalam proses kegiatan belajar meng­ajar. Ia tentu menyadari risiko kepu­tusannya. Secara kasat mata, pen­ didik, orangtua, dan peserta didik belum siap me­nerima kuri­ kulum dan konsep pendidikan baru sesuai tunt­utan dunia modern. Pendidikan masih belum memperhi­tung­kan keunik­ an tiap peserta didik, perlunya mereka menikmati proses pem­ belajaran, dan tersedianya ruang untuk kemand­ i­rian dalam rangka menyambut budaya digital, yang memiliki fitur utama eksplor­asi mandiri, ekspresi, dan kolaborasi. Namun, tanpa keputusan yang berani seperti itu, Indonesia akan pincang. Nadiem menggemakan kata-kata Nelson Mandela pada tahun 2003 yang mengatakan bahwa education is the most po­werful weapon which you can use to change the world (pendi­ d­ ikan adalah senjata paling ampuh yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia). Hasil arahan Nadiem dikonfirmasi oleh kenyataan, yaitu kehadiran pandemi Covid-19 yang me­ nye­babkan proses belajar mengajar berubah menjadi berbasis digital, pilihan yang paling masuk akal di masa kini dan di masa normal yang baru. Enggan Berubah, Hilang Kesempatan Keengganan manusia merangkul perubahan, bahkan meng­ hal­angi perubahan sudah terjadi sejak lama. Pada zaman Ro­ mawi para bangsawan, pada umumnya, minum anggur dari wadah dari perak atau emas, sedangkan rakyat jelata mungkin menggunakan wadah dari tanah liat. Suatu hari, seorang pria menghadap KaisarTiberius (berkuasadari tahun 14-37 Masehi). Dengan jelas, ia menuturkan bahwa sudah ber­tahun-tahun ia menekuni cara membuat gelas yang tidak se­mahal emas dan 31

BERANI BERUBAH perak serta bers­ ifat lentur. Ia memperlihatkan cawan pene­ muannya tersebut dengan bangga. Sang kaisar membanting benda itu, tetapi gelas tidak pec­ ah. Sang kaisar berpikir, jika penemuan itu menyebar, nilai jual emas dan pe­rak akan turun. Maka, sang kaisar bertanya apakah si pe­nemu cawan pernah menceritakan rahasia pem­ bua­ tan gelas lentur itu kepada orang lain. Sang penemu meng­ g­ elengkan kepala. Dengan cepat, sang kaisar menghunus pe­­ dangnya, lalu me­menggal kepala sang penemu. Dahulu orang dapat mas­ uk Sekolah Menengah Farmasi, lalu menjadi asisten apoteker. Mulanya, pada zaman Belanda ada pendidikan kesehatan untuk mendidik dan melatih te­ naga–tenaga pribumi agardapat membantu memberikan pe­la­ yanan kesehatan masya­rakat. Setelah revolusi kemerdekaan, perkembangan bidang farmasi di Indonesia menghendaki adanya tenaga teknis kefarm­ asian formal jenjang menengah. Maka, dibentuklah Sekolah Asisten Apoteker (SAA) pada ta­ hun 1946. Sejak tahun 1965, Sekolah Asisten Apoteker ber­ ganti nama menjadi Sekolah Menengah Farmasi. Sampai tahun 1990 Indonesia memiliki lebih kurang 40 sekolah, yang di­ kelola oleh Depart­emen Kesehatan RI, pemerintah daerah, TNI/Polri, dan pihak swasta. Semua berjalan baik. Umumnya, siswa yang tidak mampu melanjutkan ke SMA dan perguruan tinggi memasuki jalur kejuruan seperti itu. Sementara itu, dunia berubah. Dunia membutuhkan tenaga kesehatan yang makin kompe­ten dan profesional. Maka, muncullah program Menuju Indonesia Sehat 2010. Pemerintah menegaskan bahwa tenaga kesehatan profesional adalah tenaga kesehatan tingkat ahli madya atau tingkat sarjana. Perubahan itu membuat berbagai sekolah yang di­kelola swasta kandas. 32

RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? Jumlah murid baru menurun. Guru-guru tidak siap menyesu­ aikan diri. Yayasan-yayasan juga galau karena sebagian besar tidak bersedia berubah. Menunda dengan Risiko Terlambat Bagaimana jika kita menunda keputusan untuk mengubah diri seperti yang National Geographic lakukan? Tidakkah hal itu lebih aman? Bu­kankah dengan demikian stabilitas dan kon­ sistensi jadi terpelihara? National Geographic adalah majalah yang terkenal dan dihorm­ ati sejak diterbitkan pada tahun 1888 oleh National Geogra­phic Society. Majalah ini dikenal khas membuat narasi dan menghadirkan foto-foto dari berbagai tempat istimewa di seluruh dunia. Majalah ini mampu menangkap momen, ke­ unikan lokal, dan hal yang menakjubkan. National Geographic adalah pionir majalah dengan isi yang sangat luar biasa. Menyadari perubahan di dunia perfilman, televisi serta video, pada tahun 1980-an sekelompok orang mengusulkan agar National Geographic membuat TV kabel berlangganan karena mereka dinilai mampu menghasilkan foto dan film ber­ kualitas ung­gul. Gagasan tersebut ditolak mentah-mentah oleh manajemen majalah ini karena menurut pandangan mereka, perubahan di dunia film tidak terkait dengan media cetak yang sudah mereka ungguli selama 100 tahun. Para penggagas kecewa, lalu bekerja keras mengemb­ ang­­ kan gagasan tersebut. Akhirnya, mereka melahirkan Disco­ very Channel bersama History Channel sebagai TV Kabel. Suk­ ses besar menyambut mereka. Setelah melihat kesuksesan ters­ ebut, barulah National Geographic memutuskan untuk mem­bangun TV Kabel me­ 33

BERANI BERUBAH reka sendiri, bahkan kanal satelit pada tahun 1997. Pilihan dan keputusan mereka untuk berubah nyaris terlambat. Pendeta Emeritus Ferdinand Suleeman berkecimpung di dunia musik klasik, jejaring antaragama, dan pendidikan. Ia dibesarkan dalam keluarga pend­ eta. Ayahnya, Pdt. Clement Suleeman, merupakan tokoh Dewan Gereja Indonesia, STT Ja­karta, dan Sinode GKI Jawa barat. Beberapa paman dan ang­­ gota keluarganya yang lain juga pendeta atau guru injil. Tak heran, pada usia 10 tahunan ia pernah menyatakan keinginan menjadi pendeta, tetapi keinginan itu ter­tunda karena sem­ asa remaja dan SMA, ia mulai menemukan banyak talenta. Ia me­ nguasai bahasa Inggris, piawai bermain klarinet dan biola, serta tekun belajar. Impian-impian lain muncul sehingga keputus­ an untuk menjadi pelayan penuh di gereja tertunda. Seusai lulus dari SMAK PENABUR di Pintu Air, Jakarta, Ferdinand mendaftarkan diri di Universitas Indonesia, suatu hal yang tidak mudah dilakukan pada masa itu karena sistem kuota di sana membatasi keturunan Tionghoa. Ternyata, ia di­terima di Fakultas Teknik. Ia menuturkan, “Sewaktu saya masih SMP dan SMA saya memang lebih tertarik dengan du­ nia matematika. Saya bercita-cita menjadi insinyur. Maka, saya masuk UI. Tetapi, akhirnya, waktu itu saya enggak lanjut.” Jadi, walaupun ia diterima di jurusan Teknik atau Teknik Mesin, di lubuk hatinya terpendam kei­nginan untuk belajar di luar negeri dalam rangka memperluas pandangannya. Akhir­ ­nya, ia berkesempatan mengikuti program pertukaran pelajar dan pergi ke Amerika Serikat selama setahun penuh. Di sana ia melihat bahwa pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pengetahuan yang luas, tetapi dangkal, sedangkan pendidik­ an di Barat memiliki mata pelajaran lebih sedikit, tetapi ma­ sing-masing dipelajari secara mendalam. 34

RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? Kembali ke tanah air, Ferdinand masuk Sekolah Tinggi Teo­logi Jakarta. Namun, pengalamannya berada setahun di Amerika menimbulkan kerinduan untuk kembali belajar di sana. Na­mun, kesempatan itu belum muncul. Setelah empat tahun menjalani Program Studi Sarjana Teologi yang pada waktu itu berj­alan enam tahun, perubahan-perubahan diri ter­ jadi. Ia sem­pat mempertimbangkan untuk undur diri, tetapi terus bertahan. Setelah melalui berbagai situasi maju mundur, akhirnya Ferdinand memutuskan untuk memasuki dunia pelayanan sepenuhnya. Maka, setelah lulus studi sarjana pada tahun Ferdinand Suleeman (paling kanan) bersama rekan-rekan pendeta GKI Bekasi Timur. 35

BERANI BERUBAH 1979, ia mel­ayani di GKI Bekasi Timur. Ia beru­ ntung karena dapat bekerja sama dan belajar dari pendeta dan teolog ter­ kenal, Eka Darmaputera. Gereja itu menahb­ is­kannya sebagai pendeta pada tahun 1983. Pada tahun 1988 ia diangkat menjadi Sekretaris Sinode GKI Am, yang merupakan gabungan dari GKI Sinode Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dan melayani sampai ta­ ­hun 1996 seraya tetap melayani jemaatnya. Pada tahun 1991 ia juga diberi kepercayaan menjadi Ketua Sinode GKI Sinode Wilayah Jawa barat sehingga ia memegang jabatan rangkap. Pada tahun 1996 ia mendapatkan kesemp­ atan mengambil studi pascasarjana di Princeton Theological Seminary yang terkenal sehingga ia melepaskan semua jabata­ nnya. Setelah menyelesaikan studinya, ia melanjutkan pela­ yanannya dengan tekun sampai masa baktinya selesai. Mengenali Keunikan Diri Adaptasi terhadap perubahan lingkungan sering kali sangat minim dilakukan atau superfisial, bahkan bersifat kosm­ e­tik saja. Hal ini terjadi karena me­ mang kita butuh keberanian merombak banyak hal dan me­ ­ninggalkan apa yang su­dah ter­ biasa dilakuk­ an. Robby Poniman, seorang mantan mahasiswa kedokter­ an dan pemain golf andal yang sempat mempelajari ilmu mar­ keting di Amerika berani mela­ Robby Poniman 36

RESPONS TERHADAP PERUBAHAN: M E N JA D I L E B I H B A I K ATAU S E B A L I K N YA? kukan perubahan yang luar biasa. Sejak kecil, ia memang ingin selalu menonjol dan menga­ mb­ il prakarsa. Seusai studinya di Amerika, ia berencana memb­ uka bis­ nis sendiri di Indonesia. Relasinya cukup luas, kelua­ rganya juga mendukung. Namun, di tengah proses itu, ia berk­ en­ alan de­ngan Pak Leo, seorang pemimpin di Institut Ma­naj­emen Prasetiya Mulia yang baru didirikan. Institut ini memiliki ideal­ i­sme menghasilkan pelaku bisnis yang bisa bergerak lintas batas sosial, suku, atau tingkat ekonomi untuk membangun bangsa Indonesia. Robbydiminta meng­ajarsatu matapelajaran, yaitu pemasaran. Saat itu orang belum memahami pemasaran dan meng­ anggap bahwa pemasaran sama dengan salesmanship atau ilmu menjual. Pada masa itu, men­jual identik dengan memani­ pulasi orang agar membeli produk yang dijual. Beberapa kali ia menolak per­mo­honan Pak Leo dan pada akhirnya, dalam satu saat ibadah, ia mendapatkan pencerahan bahwa kelebihan dan keunikannya justru terletak pada kemampuan mendidik dan menjadi sa­habat yang mau berbagi kepada mahasiswa- mahasiswinya. Maka, ia memutuskan untuk mengabdi di bi­ dang pendidikan dan konsultasi manajemen, bahkan samp­ ai masa pensiunnya. Keberhasilan serupa terjadi di dalam konteks Sekolah Dasar Satuan Pendidikan Kerja Sama. Sekolah seperti ini me­ nekankan bahasa Inggris; para peserta didiknya berasal dari kalangan yang mampu serta individualistis. Salah satu sekolah yang menya­dari hal ini dan berani menjadi pionir dal­am memb­ a­ngun sesuatu yang unik adalah Integrated School of E-Learning Education (I-SEED). I-SEED menetapkan bahwa tugas mereka adalah meng­ ubah hati dan pikiran peserta didik mereka. Mereka menya­ 37

BERANI BERUBAH dari bah­wa dalam proses pendidikan, seringkali peserta didik dibe­bani bahan pelajaran yang rumit dan banyak. Sebagian dari bahan tersebut tidak melatih mereka berpikir kritis dan men­ emu­kan solusi secara mandiri. Maka, sekolah ini mena­ war­kan pendidikan yang memberi siswa kesempatan secara mandiri mengeksplorasi materi yang sudah tersedia secara di­ gital, seperti bacaan, video, peta, dan sebagainya. Setiap tahun orangtua dilibatkan untuk memahami pro­ ses belajar peserta didik. Mereka tidak dibebani pekerjaan ru­ mah, melainkan dilatih bekerja sama, mencari data, mem­buat kajian, serta mencari solusi. Selanjutnya, guru berperan sebagai sahabat yang mendampingi mereka. Tentu saja para siswa sangat menikmati sistem belajar ini. Mereka bisa berekspresi, eksplorasi mandiri, dan berkolaborasi. Semua itu dilakukan karena impian pemilik sekolah ada­ lah adalah memberikan pendidikan dengan standard Cam­ bridge, tetapi dengan uang sekolah setaraf sekolah biasa serta ramah bagi pelajarnya. Rapor siswa juga tidak hanya memuat laporan hasil berupa angka, tetapi juga kualitas siswa saat mengi­kuti proses pembelajaran dan perkembangan karakter mereka. Damp­ aknya, wabah Covid-19 di tahun 2020 tidak ter­­ lalu meng­ganggu pembelajaran di TK dan SD mereka. Soedjonoredjo, seorang kepala sekolah pada tahun 1920- an, mungkin telah menjawab pertanyaan tersebut. Bahkan, ia ber­ ani menuliskan pemahaman mengenai perubahan terse­ but di dalam bukunya yang berjudul Serat Jatimurti, yang ber­ arti tulisan mengenai keberadaan sejati. Ia menggambarkan hidup sebagai perjalanan yang di dalamnya per­ubah­an-per­ ubahan terjadi. Ia juga mengisyaratkan bagaimana manusia dapat berhasil mengenali perubahan, realita, bahkan terus me­ ­laku­kan perubahan diri. 38


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook