4.5. Memanen Kabut, Atasi Kekeringan A ir merupakan peran utama dalam pembangunan perdesaan b erkelanjutan. Meskipun rentan risiko banjir dan pencemaran air, masalah kekurangan air patut menjadi perhatian. Pada saat yang sama permintaan akan sumber daya air pun meningkat. Hal tersebut menjadi persoalan serius dan harus memikirkan kembali cara menangani air di desa, untuk menciptakan daerah yang hijau, tangguh, dan berkelanjutan, yang lazim disebut water smart village. Sebagaimana yang dialami warga di Dusun Karangbaru, Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo. Pada setiap musim kemarau seringkali mengalami kesulitan mendapatkan sumber air. Puncak kemarau dan kekeringan terjadi antara bulan Juni sampai Oktober. ‘Dare to be Technopreneurs’ 229
Adanya kondisi tersebut ataupun diimplementasikan maka muncullah gagasan u ntuk air irigasi di sektor menerapkan teknologi pertanian dan perkebunan. “p emanenan kabut” (fog h arvesting) yang mampu Menurut dosen Prodi Teknik menangkap dan mengumpulkan Sipil Poliwangi, Zulis Erwanto, air dari kabut agar dapat S.T., M.T., fog harvesting digunakan membantu adalah teknologi inovatif yang k ebutuhan air bersih masyarakat didasarkan pada pengumpulan yang dilanda kekeringan air dari kabut dalam kondisi iklim tertentu. Kabut merupakan Menyiapkan alat pemanen ankabut untuk kebutuhan air bersih dan irigasi pertanian serta perkebunan. 230 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
uap air yang berada dekat Wilayah Wongsorejo p ermukaan tanah berkondensasi m erupakan lokasi yang tepat dan menjadi mirip awan. Kabut u ntuk menerapkan penemuan dapat terbentuk saat udara fog harvesting. Warga di sana yang jenuh uap air didinginkan juga sudah diberi penyuluhan di bawah titik bekunya “Maka terkait pembekalan materi dari itu, daerah dataran tinggi p entingnya pemanfaatan yang memiliki suhu dingin dan pemanenan air atmoster, lembab masih sering kita jumpai baik dari air hujan (rainwater kabut,” katanya. harvesting) maupun kabut (fog ‘Dare to be Technopreneurs’ 231
’’Teknologi M uhammad Rizalul Ilmi dengan sembilan orang anggota. pemanenan k abut (fog Dalam kegiatan penyuluhan harvesting) mampu tersebut dihadiri oleh Kepala m enangkap dan Desa Alasbuluh, Abu Sholeh mengumpulkan Said, beserta perangkat desa air dari kabut setempat. Pemerintah desa untuk d igunakan maupun warga sangat antusias membantu menyambut penyuluhan kebutuhan air teknologi pemanenan kabut bersih masyarakat ini. “Saya sangat mendukung yang rawan program para mahasiswa kekeringan.” dalam menerapkan ilmunya di Desa Alasbuluh yang memang harvesting), termasuk penerapan merupakan daerah kering dan teknologi menara pemanenan sangat membutuhkan sentuhan kabut dan implementasinya teknologi pemanen kabut untuk u ntuk kebutuhan air bersih memenuhi kebutuhan air bersih dan irigasi pertanian serta dan pertanian,” ujar Abu Sholeh perkebunan. Said sebagaimana dikutip Zulis. Penyuluhan yang dimaksud Penerapan teknologi Zulis tersebut sudah dilakukan tersebut, tentu dengan berbagai di Balai Desa Alasbuluh p ertimbangan meteorologis dan b ersama Tim Program geografis. Di antaranya memilih Hibah Desa Binaan (PHDB) tempat, arah angin yang H impunan Mahasiswa Teknik mendominasi (adanya angin Sipil Poliwangi Tahun 2020. terus-menerus dari satu penjuru Tim tersebut diketuai oleh itu ideal), awan yang terbentuk di bawah ketinggian permukaan tanah maksimum, ruang yang cukup untuk pengumpulan kabut, kecepatan angin antara 3-12 meter per detik dan tidak ada rintangan utama di darat. Dalam kasus adanya barisan awan pesisir, pegunungan seyogyanya berjarak 5 atau 10 kilometer dari pesisir. Kecepatan 232 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
angin sangat mempengaruhi laju 10−6 m). Lalu, m enggunakan kabut, semakin tinggi kecepatan jaring dalam lapisan ganda. angin maka berdampak Ini biasanya terbuat dari menghilangnya kabut semakin p olipropilen atau polietilen cepat. yang terlindungi dari ultraviolet, dengan koefisien keteduhan Sementara itu, konstruksi 35%, anyaman saringan bangunan penangkap kabut R aschel, dan ukuran serat 1 mm. yang dimaksud untuk fog harvesting harus ada saringan Efisiensi meningkat seiring menangkap tetesan air kecil lebih halusnya ukuran saringan (1-40 μm) (1 mikrometer = dan lebih kecilnya lebar serat. Konstruksi bangunan penangkap kabut untuk fog harvesting. ‘Dare to be Technopreneurs’ 233
Luas permukaan harus cukup dapat dimanfaatkan menjadi besar. Ukuran biasa per jaring air baku. Laju pengumpulan panjang 12 meter x tinggi 4 air kabut itu sendiri tergantung meter (48 m persegi). Dan tebal tipisnya kabut yang laju pengumpulan air, biasa terjadi dan tergantung pula b ervariasi tergantung situasi, musim bulan basah atau bulan namun rata-rata antara 2 sampai kering suatu daerah. 5 liter per meter persegi per hari, dengan pengumpulan “Air bersih yang tersedia m aksimum mencapai 10 liter per dapat digunakan untuk meter persegi per hari. keperluan sehari-hari. Selain itu juga bisa menaikkan hasil panen Manfaat bangunan karena masalah ketersediaan p enangkap kabut yaitu air pada musim kemarau membantu warga sekitar guna dapat teratasi. Bahkan bisa memenuhi pasokan air untuk m enjadi solusi untuk menangani menyiram tanaman pada saat p ermasalahan air yang terjadi musim kemarau dan kondisi pada musim kemarau,” ujar kekeringan. Kemudian air yang dosen pengampu bidang dihasilkan dari penangkap M anajemen dan Rekayasa kabut dapat diolah sehingga S umber Daya Air ini. n 234 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
4.6. Mobil Listrik Juara Efisiensi M eski baru seumur jagung Poliwangi sudah menunjukkan tanduknya. Di bidang o tomotif mahasiswa politeknik ini patut diperhitungkan. Mereka mampu merakit mobil balap dengan energi listrik. Memang belum secanggih Formula One (F1). Apalagi kecepatan “balapnya” maksimum “cuma” 50 km/jam. Namun yang mencengangkan mereka meraih Juara I Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) di Politeknik Negeri Bandung tahun 2018. Berbeda dari mobil listrik umumnya, mobil yang diberi nama Gajah Oling KM 13 ini dirancang khusus untuk lintasan balap. Ia dilengkapi baterai penyimpanan dengan daya tahan tiga jam. Untuk bisa dikendarai, baterai mobil harus diisi daya listrik (charge) selama ‘Dare to be Technopreneurs’ 235
Mobil listrik Gajah Oling Poliwangi dengan kecepatan 50 km per jam. lima hingga enam jam. Dengan buatan sendiri. demikian, setelah baterai terisi Menurut dosen pembimbing penuh, mampu menggerakkan mobil selama empat sampai lima UKM Mobil Listrik Poliwangi, jam melaju di jalanan. Galang Sandi Prayogo, k omponen Gajah Oling yang Pembuatan prototipe mobil dibuat sendiri oleh mahasiswa listrik ini membutuhkan waktu antara lain body dari plat lima bulan. Separuh komponen baja setebal satu milimeter, mobil yang bisa ditumpangi satu power steering, dan suspensi. orang tersebut didesain, dibuat, S edangkan komponen hasil dan dirakit sendiri oleh anggota impor meliputi baterai, motor Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) penggerak, dan sistem kontrol. Mobil Listrik, Program Studi D3 Teknik Mesin. Untuk komponen Sebanyak 4 baterai yang perakitan motor dan kelistrikan dipasang berkapasitas total menggunakan 50 persen maksimum 50 Volt. Setiap 1 Volt produksi pabrikan dan sisanya mampu menggerakkan mobil sejauh 5 kilometer. Keberadaan 236 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
Gajah Oling KM 13 meraih juara pertama kategori efisiensi. baterai terus dikembangkan. Rencana lebih lanjut, desain Mahasiswa berupaya agar mobil akan diubah. Body dari baterai bisa lebih cepat charge plat baja menjadi fiber agar dan lebih lama digunakan. “Ini lebih ringan. Rasio rotasi kemudi masih prototipe, jadi belum ditambah. Menyesuaikan bisa d igunakan secara umum. rem mekanik roda dengan Kecepatannya mencapai 40 mesin, serta menambah motor hingga 50 kilometer per jam saat penggerak dari 1 unit menjadi 2 baterai penuh,” kata Galang. unit masing-masing bertenaga 1.000 Watt. Selain hemat daya listrik, mobil berbobot 207 kilogram itu Pembuatan mobil listrik memiliki dimensi cukup mungil. tersebut dilakukan sekitar lima Dengan keunggulan itu, dalam bulan. Mahasiswa yang terlibat KMLI yang digelar Politeknik berjumlah 24 orang. Biaya Negeri Bandung (Polban), pembuatan mobil menghabiskan Gajah Oling KM 13 meraih juara Rp 60 juta hingga Rp70 p ertama kategori efisiensi. juta. Namun dengan adanya ‘Dare to be Technopreneurs’ 237
peralatan dan komponen yang dua identitas lokalistik. Gajah sebagian sudah dimiliki kampus, O ling adalah nama batik khas biaya pembuatan tersebut bisa asli Kabupaten Banyuwangi, ditekan. s edangkan KM 13 adalah domisili Poliwangi di Desa Para mahasiswa yang terlibat Labanasem yang berada di ruas proyek mobil listrik ini memakai Jalan Raya Banyuwangi-Jember nama Team Gada Poliwangi. kilometer ke-13. Gada mempunyai arti filosofi. Diambil dari nama senjata Awalnya keikutsertaan Minak Jinggo, tokoh legendaris mobil listrik mini ini hanya Bumi Blambangan —sekarang ingin menunjukkan eksistensi. Banyuwangi. Gajah Oling Alih-alih mereka menjadi KM 13 merupakan gabungan juara. n 238 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
Daftar Pustaka l https://accurate.id/m arketing-manajemen/apa-itu- tagline/ diunduh 4 Maret 2022 pukul 20.20 l https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-42326448 diunduh 10 Maret 2022 pukul 20.02. l https://id.wikipedia.org/wiki/Barongan diunduh 4 Maret 2022 pukul 21.22 l https://www.kompas.com/skola/ read/2021/05/04/191953569/keunikan-rumah-adat- using-banyuwangi?page=all diunduh 22 Februari 2022 pukul 18.58; l https://travel.kompas.com/ read/2019/02/18/072300327/mengenal-uniknya- rumah-adat-using-di-desa-kemiren-banyuwan- gi?page=all diunduh 22 Februari 2022 pukul 19.01; l https://m.merdeka.com/banyuwangi/seni-budaya/ mengenal-tata-ruang-rumah-adat-using-1604164. html diunduh 22 Februari 2022 pukul 19.04\\*) l Menristekdikti. 2016. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Perguruan Tinggi Edisi X Tahun 2016. hlm. 4 Daftar Pustaka 239
240 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
Lampiran: 241Lampiran
242 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
243Lampiran
244 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
245Lampiran
246 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
247Lampiran
248 15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi: Berkarya untuk Negeri
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264
- 265
- 266
- 267
- 268
- 269
- 270