Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BIOGRAFI PROF SUGIMIN

BIOGRAFI PROF SUGIMIN

Published by sukemi kemi, 2022-10-03 07:58:38

Description: Perjalanan Prof Sugimin yang selalu menemui keberuntungan di angka 10. Mengajar di Institut Teknologi 10 Nopember, Tanggal lahir Bulan Oktober (10), menjadi Guru Besar ke-10 di ITS dan rumahnya pun di no-10, serta banyak lainnya. Berisi tentang kisah perjalanannya dari mulai kecil hingga menginjak usia diatas 80-tahun. Apa resepnya?

Keywords: Prof Sugimin

Search

Read the Text Version

beberapa negara. Ada Arab ­bersangkutan dengan mikroskop Saudi, Bahrein, Cekoslovakia, elektron dapat dijawab dengan dan China. Instruktur kursus memuaskan. Pangkat instruktur orang Jepang yang benar-benar itu manajer akademik. Sebagai ahli dalam mikroskop e­ lektron. manajer perusahaan besar, Pertanyaan apa saja yang tentu gajinya besar. Walaupun Mengabdi di ITS 35

Pesiar ke taman buaya Australia. d­ emikian dia datang ke k­ antor mengerti arti tulisan itu dalam bukan naik mobil mewah, tetapi bahasa Jepang. Dengan cara ini naik kereta api disambung jalan mereka dapat mengerti bacaan kaki. Alasannya naik mobil bahasa Inggris, tanpa perlu pribadi urusannya kompleks, mahir berkomunikasi lisan. Jadi tidak dapat dipastikan jam hanya bahasa tulis Inggris yang sampainya. Bila naik kereta api dimengerti. dapat dipastikan jam sampainya serta dari segi biaya dan tenaga Cara belajar bahasa I­nggris sangat jauh berbeda. model ini barangkali perlu untuk para laboran. Karena Konon di Jepang, pelajaran yang ­sangat diperlukan adalah bahasa Inggris hanya diajarkan keterampilan mengerti ­petunjuk sebagai bahasa tulisnya saja. alat-alat, sehingga dapat Cara membacanya pun sama ­mengoperasikan alat dengan dengan tulisannya, yang penting baik. n 36 Biografi Prof. Sugimin WW

1.6. ILHAM ONDE-ONDE D alam beberapa hal, ilmuwan dan seniman itu punya persamaan. Di antaranya, tatkala mereka secara tidak sengaja tersentuh oleh kilatan stimulus dari luar dirinya. Barangkali bedanya hanya terletak pada wujud yang dihasilkan, dari pengembangan ide yang mengeram di dalam batok kepalanya. Berkat kilatan ilham, sang seniman mampu ­menghasilkan gubahan lagu, tari, syair, atau lukisan. Sedangkan bagi ilmuwan, kelebat ilham yang ­tertangkap diproses berdasar kapasitas keilmuan dan berdasar prosedur penelitian ilmiah, maka lahirlah temuan baru, teori, konsep, maupun kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Demikian juga yang dialami sang ilmuwan S­ ugimin. Pada suatu hari dia mendengar keluhan Mengabdi di ITS 37

dari o­ rang-orang PT Barata ­fabrikasi dan mesin untuk ­Indonesia (Persero). P­ erusahaan ­berbagai industri konstruksi ­negara yang berada di Jl. berat. Ngagel S­ urabaya ini antara lain m­ emproduksi komponen Mereka mengaku heran mengapa kualitas dan tingkat Serius di laboratorium. 38 Biografi Prof. Sugimin WW

kekerasan logam produk Barata memadai. Beberapa ahli dan tidak bisa menyamai produk akademisi yang meneliti juga tak logam luar negeri misalnya dari habis pikir, mengapa kekerasan Inggris dan Belgia, padahal logamnya sudah sama tetapi kok teknologinya boleh dikata sudah output mutu produknya menjadi berbeda Semua pembicaraan itu tak urung mengusik pikiran S­ ugimin. Sebagai akademisi bidang fisika dirinya terseret ikut kepo, t­ertantang untuk m­ enemukan jawabannya. Semua itu ­merupakan kilatan ilham yang mengusik curiosity-nya, menyulut kepenasaran inteletualnya. “Tolong Pak, saya d­ ibawakan contoh logamnya, nanti akan saya coba periksa di lab ITS,” kata Sugimin meminta d­ engan enteng tanpa terlalu m­ emberi h­ arapan kepada ­lawan ­bicaranya. Sugimin ­memang hanya tertantang untuk ­menemukan jawabannya. Setelah mendapatkan s­ ampelnya, logam itu segera diteliti dengan menggunakan mikroskop elektron. Sebuah mikroskop yang menggunakan sinar elektron, bukan sinar biasa seperti halnya pada mikroskop optik. Melalui alat ini dapat dilihat kandungan logam dengan lebih cermat. Kebetulan Sugimin memiliki keahlian dalam hal m­ ikroskopi elektron yaitu suatu teknik atau cara menyelidiki benda-benda Mengabdi di ITS 39

kecil dengan menggunakan Kualitas suatu bahan mikroskop elektron. Dia akan logam ditentukan oleh menganalisis tantangan t­ersebut mata rantai k­ omposisi dengan sudut pandang ilmu yang paling lemah. teknologi logam. Sugimin Karena itu k­ omposisi ­kemudian m­ emeriksa logam sampel dengan m­ enggunakan “yang paling lemah SEI (secondary e­ lectron i­tulah yang dipakai ­image) untuk mengetahui s­ ebagai suatu syarat ­partikel-partikel speroiditnya. minimal kualitas Untuk lebih mengetahui jenis ­logam.” partikel yang lebih halus maka digunakan EPMA (electron probe hakiki”. micro analyzer). Secara teori, struktur m­ ikro Melalui mikroskop suatu logam m­ emiliki ­pengaruh e­ lektron, yang memiliki daya yang dominan t­erhadap s­ ifat-sifat p­ embesaran dan daya pisah logam. Misalnya sifat mekanik yang tinggi, dapat diketahui berupa kekuatan, ketahanan struktur m­ ikro ­logam dengan ­terhadap ­kelelahan, ketahanan lebih jelas. ­Bahkan alat itu dapat terhadap sifat ­mulur, ketahanan m­ enampilkan detail gambar t­ erhadap sifat p­ ecah, ­terhadap hingga enam lapis (layer). s­ ifat aus, dan s­ ebagainya. “Setelah saya periksa, ketahuan S­ truktur m­ ikro logam juga ternyata distribusi bahan pengisi memengaruhi sifat kimia logamnya terlihat tidak merata,” ­berupa ketahanan ­terhadap katanya. korosi dan ­terhadap r­eaksi-reaksi kimia pada ­umumnya. Juga Karena semakin tertarik, ­berpengaruh terhadap ­sifat maka persoalan tersebut oleh teknologi ­berupa mampu Sugimin kemudian ­diangkatnya ­dibentuk, m­ ampu las, dan menjadi topik penelitian ­ilmiah s­ ebagainya. dengan diberi judul Pengaruh Distribusi Unsur pada ­Kualitas Logam yang akan d­ igunakan Logam. Tidak hanya untuk k­ epentingan praktis, hasil k­ ajiannya nanti diharapkan dapat menelurkan temuan atau teori baru yang disebutnya ­sebagai menemukan “kebenaran 40 Biografi Prof. Sugimin WW

sebagai bahan komponen suatu (ball mill) diteliti Sugimin mesin haruslah memenuhi d­ engan m­ elalui uji EPMA agar s­ tandar internasional. K­ ualitas dapat dilihat distribusi unsur Fe suatu bahan d­ itentukan oleh (­ferrum atau besi), Si (silicon), mata rantai komposisi yang Mn (­mangan), Cr (chromium), ­paling lemah. Karena itu C (­carbon), dan Br (brom)-nya. ­komposisi yang paling lemah Bintik-bintik yang ditampilkan itulah yang dipakai sebagai suatu oleh gambar yang dihasilkan syarat minimal kualitas logam. EPMA menunjukkan distribusi unsur-unsur tersebut. ­Masalahnya “Kualitas logam dapat adalah bagaimana m­ engetahui ­dinaikkan bila ditambah tingkat kerataan distribusi ­bahan pengisi. Misalnya untuk ­unsur-unsurnya? ­meningkatkan kekerasan logam maka dapat ditambah dengan Untuk menjawab p­ ertanyaan isian carbon. Jika dikehendaki itu Sugimin k­ emudian agar penambahan kekerasannya ­menggunakan kriteria uji tersebar merata, maka carbon tingkat kerataan dengan istilah yang ditambahkan juga harus luas h­ unian relatif. Gambar merata distribusinya,” katanya. b­ intik-bintik distribusi unsur-unsur yang diperoleh dari mikroskop Sampel logam berupa akan dihitung luasan relatifnya k­ omponen mesin bola ­giling Pidato Sugimin sebagai profesor ITS. Mengabdi di ITS 41

terhadap luas daerah pandang Suasana pengukuhan guru besar. mikroskop optik. Luas hunian ini dibagi-bagi dengan luas merespons ide tersebut. ­daerah pandang, yang kemudian Hasil penelitian Sugimin dinamakan sebagai luas hunian relatif. pada tahun 1991 itu tergolong sukses dan cukup bergaung. Selisih luas hunian relatif ­Temuannya tentang kerapa- terpadat terhadap luas hunian tan distribusi unsur dalam relatif terjarang dipakai sebagai logam tersebut diakui dunia kriteria tingkat kerataan distribusi akademik sebagai hal baru dan unsur. Semakin kecil rentang luas hunian relatif berarti semakin merata distribusi unsur-unsurnya. Bila selisihnya tidak sampai 5% maka diasumsikan distribusi unsur logam yang bersangkutan tergolong merata. Yang menarik, munculnya rumus perhitungan luas ­hunian relatif ini ternyata Sugimin ­terinspirasi oleh jajan tradisional yang terbuat dari ketan dan kacang hijau yaitu onde-onde. “Pada onde-onde yang bulat itu kan tertempel wijen. Nah, bintik-bintik distribusi unsur-unsur logam itu saya bayangkan seperti wijen. Lalu, terpikir b­ agaimana ya caranya m­ erekayasa agar wijen yang menempel di p­ ermukaan onde-onde itu bisa ditata rapat dan merata,” k­ atanya sambil tertawa. Ya, rupanya ide memang dapat bermula dari apa saja, bahkan dari hal-hal yang sepele. Semua bergantung kepada daya nalar dan imaji dari orang yang 42 Biografi Prof. Sugimin WW

orisinal. Buah k­ etekunannya tersebut dijadikan makalah dan ini m­ enjadi salah satu bukti disajikan dalam seminar nasional kepakaran S­ ugimin di bidang Himpunan Fisika Indonesia (HFI) ­mikroskopi elektron, baik yang Jawa Tengah dan DIY dengan bersifat ­kajian literatur maupun topik bahasan Rentang Luas yang kajian laboratorium atau Hunian Relatif Gambar Distribusi ­eksperimen. Unsur-unsur oleh Elektron Probe Micro Analyzer sebagai Indikator Pada tahun 1993, temuan Mengabdi di ITS 43

Kerataan Distribusi Unsur-unsur. pengukuhan untuk jabatan Guru Selanjutnya hasil ­kajian Besar Fisika FMIPA ITS, pada tahun 1994. Pada waktu itu judul ­tersebut kemudian muncul yang diangkat adalah Peranan ­bagian dari materi orasi yang Mikroskopi Elektron pada Bahan disampaikan di depan podium Industri. n bergengsi, yaitu dalam pidato Bersama peneliti dari Belanda. 44 Biografi Prof. Sugimin WW

1.7. ‘JALAN CEPAT’ MENJADI PROFESOR B agaimana kisah awalnya hingga Sugimin mendapat jabatan fungsional berupa Guru Besar Madya Fisika di ITS Surabaya? Ternyata yang terpapar bukanlah kisah yang runtut dan terencana sebagaimana lazimnya dilakukan oleh ­sebagian besar para akademisi saat ini. Banyak hal yang tidak dinyana, tiba-tiba, dan bahkan sempat diwarnai bully-bully-an. Mosok nama Sugimin kok jadi Profesor? Bukankah Gimin itu akronim dari gi dan min. Gi artinya gizi, sedang min artinya minus. Jadi Gimin adalah gizi yang minus. Ah, keterlaluan candaannya. Suatu hari atasan Sugimin, Rektor ITS, Prof. O­ edjoe Djoeriman, M.Sc, Ph.D (1986-1995) melontarkan ­tawaran, apakah dirinya tidak berminat mengajukan diri menjadi profesor? Mendengar umpan pertanyaan seperti Mengabdi di ITS 45

itu, Sugimin tertawa ringan, lalu Berkas pengajuan menyahut, “Ah, mbok jangan guru besar dikirim guyon, to Pak. Saya ini apa, pekan terakhir ­bulan mosok Gimin jadi profesor. Apa Februari 1994. Yang pantes?” m­ engejutkan, proses Ternyata tawaran itu bukan “pengusulan ­benar-benar gurauan, tetapi beneran. ­Sebab s­ uperlancar. T­ ahu-tahu secara prestasi dosen yang 1 April 1994 sudah satu ini sudah mumpuni dan ­diteken Presiden layak mendapatkannya. Dia aktif ­Soeharto.” meneliti sekaligus ­memublikasi laporan karya p­ enelitiannya. ­pendidikan dan pengajaran, Dapat disebut antara lain kegiatan penelitian, dan kegiatan ­meneliti Pengaruh U­ nsur-Unsur pengabdian kepada masyarakat. pada Kualitas Logam, P­ embuatan Saat itu Sugimin sudah mengabdi Alat Penumbuh Kristal dari di ITS selama 30 tahun. S­ ejumlah ­Leburan, dan P­ engukuran penghargaan telah dimiliki Tingkat Kerataan D­ istribusi antara lain Satyalencana Dwidya U­ nsur-unsur dalam ­Cuplikan Sistha Mehnankam (1979 dan Logam d­ engan EPMA dan 1983) dan Dwidya Satya Madya, M­ ikroskop O­ ptik. Karya tulisnya Rektor ITS 1992. Termasuk antara lain ­berjudul Pengantar ­anggota pendiri Himpunan Fisika ­Statistik, Aplikasi Mekanika Fisika Indonesia (HFI) ­nasional ­Statistik, Fisika Reaktor, serta dan anggota pendiri Ikatan Listrik dan Magnet dua jilid. C­ endikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Surabaya. Hasil temuannya di b­ idang fisika eksperimental juga Sugimin pribadi mengaku m­ embanggakan. S­ ejumlah dirinya tidak terlalu ambisi pengabdian m­ asyarakat juga mengajukan jabatan guru b­ esar, ­dikerjakan, dapat d­ isebut sebab menurutnya sebuah a­ ntara lain membuat ­Visualisasi ­penghargaan itu semestinya Konsep Fisika dalam Televisi merupakan pemberian, diberi ­Pendidikan dan ­memaparkan oleh pihak lain kepada dirinya, Isra Mikraj dalam Tinjauan R­ elativitas E­ instein. Tugas tri darma p­ erguruan tinggi juga ­dilaksanakan s­ eperti m­ enjalankan kegiatan 46 Biografi Prof. Sugimin WW

bukan dirinya yang meminta s­ edangkan satya l­encana dari untuk menjadi guru besar. Menhankam dua kali d­ iantar Meskipun dia menyadari bahwa ke rumah,” kata Sugimin menjadi profesor tentu menjadi m­ engutarakan sikapnya. impian dosen. Profesor atau guru besar adalah jabatan paling Tapi untuk menjadi prestisius karena merupakan p­ rofesor tidaklah gampang, jabatan akademik paling tinggi butuh r­angkaian persyaratan di ruang lingkup profesi dosen. yang panjang dan kompleks. Mereka juga mendapatkan ­Jabatan profesor ­sesungguhnya banyak hak istimewa seperti gaji juga membawa tanggung pokok dan tunjangan menarik. jawab yang besar, antara lain m­ emimpin ­pengembangan ilmu “Sejak ada peraturan p­ engetahuan sesuai b­ idang k­ enaikan pangkat harus ­keilmuan yang dikuasai di m­ engajukan, saya memang tidak ­perguruan tinggi tempatnya pernah mengajukan. Saat itu mengabdi atau mengajar. saya anggap lucu, naik p­ angkat Harus berkontribusi memajukan kok diminta. Satya lencana p­ erguruan tinggi. Membimbing karya PNS yang 30 tahunan, mahasiswa doktoral, membina saya tak mengajukan. Saya dosen muda dan mahasiswa, ­berpikir, m­ engapa harus d­ iminta, hingga mengarahkan riset untuk Rektor ITS Prof. Oedjoe mengucapkan selamat. Mengabdi di ITS 47

menghasilkan temuan baru. Sugimin menjadi guru besar ke-10 di ITS. Untunglah atasan Sugimin ilmiah. Dengan ­bantuan beserta tim tenaga kependidikan ­teman-teman yang ikut ITS sangat mendukung. Mereka m­ encarikan arsip kelengkapan serius membantu Sugimin untuk surat-surat, yang tidak pernah mengisi jabatan guru besar. saya perhatikan, ternyata semua Sehingga segala dokumen persyaratan dapat dipenuhi,” dan kelengkapan persyaratan kata Sugimin mengenang. a­ dministratif yang dibutuhkan dihimpun dan dilengkapi oleh Setelah persyaratan lengkap, pihak kampus. Untungnya, berkas tersebut ­segera d­ iajukan persyaratan pengajuan guru ke sidang Senat Guru ­Besar besar zaman dulu tidak seketat ITS. Ternyata berjalan amat zaman sekarang. Tidak harus ­mulus. Kemudian lanjut d­ iajukan­ menyandang gelar doktor (S3) ke Departemen P­ endidikan atau sederajat selama tiga tahun dan Kebudayaan Jakarta terlebih dahulu. Belum ada syarat ­untuk m­ endapatkan restu dari wajib mengumpulkan angka ­penguasa tertinggi di negeri kredit dosen atau kum minimal ini. Berkas dikirim minggu 850 poin dan memublikasikan akhir bulan Februari 1994. empat karya ilmiah pada jurnal Yang mengejutkan proses internasional bereputasi Scopus. “Awalnya saya berpikir, bila terjun ke penelitian untuk mendapatkan ilmu-ilmu baru, waktu saya akan banyak tersita sehingga persiapan m­ engajar jadi tidak tuntas. Tapi atas ­desakan kawan-kawan, saya ­mulai meneliti kembali dan melakukan seminar-seminar. Ilmu dari Nakagami Jepang saya praktikkan. Kebetulan ada ­penelitian yang j­ awabannya ­belum tuntas. Saya coba ­menuntaskannya, dan b­ erhasil. Kemudian ­diseminarkan dan d­ ipublikasikan dalam j­ urnal 48 Biografi Prof. Sugimin WW

­pengusulan tersebut benar-benar begitulah ­faktanya. Kalau Tuhan s­ uperlancar, seperti lewat jalan sudah memberi kemudahan, tol saja layaknya. Betapa tidak, maka ­semua rintangan seolah baru sebulan lebih sedikit berkas m­ enyingkir dengan sendirinya. diajukan, tahu-tahu tanggal 1 April 1994 sudah diteken oleh Namun fakta kesuksesan itu Presiden RI Soeharto. Sejak tak urung memunculkan rumor. saat itu Sugimin pun mendapat Bagaimana mungkin prosesnya jabatan fungsional sebagai guru secepat itu? Jangan-jangan besar madya fisika. lewat “tol” alias lewat jalur ­suap-­menyuap. Mendengar Ini benar-benar di luar ­suara-suara sumbang tersebut, k­ elaziman. Dalam tempo sebulan Sugimin tertawa santai. Dirinya lebih sepekan sudah tuntas-tas. ­tidak­terlalu reaktif untuk ­menepis Boleh jadi ini memecahkan rekor dengan membuat klarifikasi Muri kategori proses tercepat sedemikian rupa agar orang ­dalam kepengurusan ­jabatan jadi percaya. Saat ada teman guru besar di I­ndonesia. ­Bahkan yang bertanya soal jalur “pintu di era Kampus ­Merdeka ­sekarang b­ elakang” itu, Sugimin malah pun masih sulit d­ itandingi. Tetapi mengangguk meng”iya”kan. “Yak apa carane kok ­lancar banget? Pak Gimin, punya k­ oneksi orang di pusat, ya?” “Iya, saya punya.” “Wah hebat. Siapa, Pak?” “Itu lihat sendiri. Ya yang tanda tangan itu,” kata Sugimin sambil menunjuk tanda tangan RI-1. “Lho, Sampeyan kenalannya Pak Harto?” Sugimin kemudian ­mengaku bahwa dirinya akrab d­ engan penguasa Orde Baru itu s­ ejak dulu. Bahkan senasib: s­ ama-sama orang desa. Ketika kecil sama-sama menggembala kerbau, makan gogik, ­ketika ­kekenyangan perut dikerok Mengabdi di ITS 49

­dengan enthong. terlebih dahulu s­ ebelum “Jadi, begitu ada nama ­dimintakan tanda tangan. D­ engan demikian berkas yang Sugimin diajukan di mejanya, antre lebih awal juga akan Pak Harto langsung mikir, oh, ini t­ertandatangani paling awal pasti Sugimin teman saya. Dulu sesuai urutan pengajuan. pernah sama-sama angon dan ngarit sama saya. Lalu spontan “Nah, mungkin waktu itu esret-esret ditandatangani,” berkas saya berada di t­umpukan jawab Gimin. Tentu saja yang atas. Lalu oleh petugas lupa bertanya jadi tertawa, karena tidak dibalik, jadi nama saya jelas semua itu gurauan belaka. yang d­ iteken Pak Harto duluan,” katanya sambil tertawa. Jangankan orang lain, ­bahkan Sugimin sendiri Tetapi, terlepas dari juga ­heran dengan proses b­ agaimana sebenarnya p­ engangkatan yang demikian proses itu terjadi, Sugimin lancar. Lalu Gimin mencoba m­ ensyukuri semua yang ­dialami, menerka mencari ­logikanya. s­ ebagai ­karunia Ilahi. Semua Dengan spekulatif dia m­ enduga, ­kemudahan, juga k­ esulitan, mungkin waktu itu petugas diyakini datangnya dari di Jakarta salah dalam hal ­Allah. Menungsa sak derma ­mengambilnya. Biasanya ngelakoni. Manusia sekadar ­tumpukan map antrean d­ ibalik m­ enjalankannya. n 50 Biografi Prof. Sugimin WW

1.8. SELALU DUDUKI JABATAN STRUKTURAL D alam dunia kerja, profesionalisme ­menjadi tiang utama. Selalu berpegang pada a­ manah dan bertanggung jawab t­erhadap tugas akan membuat seseorang akan ­diperhitungkan keberadaannya di dalam sebuah sistem dunia kerja. Sugimin merupakan salah satu sosok ­semacam itu. Dia pekerja keras. Sebagai guru dirinya selalu ­membuat p­ ersiapan mengajar dengan ­sungguh-sungguh, dan s­ elalu menambah wawasan ­dengan tekun belajar s­ epulang dari mengajar. Wajar jika kemudian k­ ariernya meningkat dan mendapat k­ epercayaan menjadi p­ impinan di fakultas. bahkan sejarah kemudian mencatat dirinya selalu menduduki jabatan struktural. Sejak tahun 1969 Sugimin diangkat menjadi Dekan FIPIA ITS, fakultas yang turut didirikannya. Setelah dirinya Mengabdi di ITS 51

Berada di antara keluarga. menjadi pembantu dekan selama dekan sudah diperpanjang dua periode. Durasi masa bakti menjadi tiga tahunan. Sebagai jabatan dekan waktu itu adalah catatan tambahan, waktu itu dua tahun. Jadi pada periode selain menjadi dekan dirinya pertama Dekan Sugimin adalah juga merangkap sebagai Ketua tahun 1969 sampai 1971. Jurusan Fisika untuk beberapa periode. Karena kinerjanya dinilai bagus, maka Sugimin ­diangkat Setelah lengser dari jabatan lagi menjadi dekan FIPIA u­ ntuk dekan, tugas baru telah menanti. periode kedua untuk masa bakti Sugimin dipercaya menjadi Ketua 1971 sampai 1973. Bahkan Lembaga Tingkat Satu Bersama k­ emudian diberi a­ manah (TSB) ITS tahun 1976 hingga k­ embali untuk yang ketiga 1980. Ruang lingkup kerjanya k­ alinya sebagai Dekan FIPIA melebar, tidak hanya fakultas masa bakti 1973 sampai 1976. tetapi lintasfakultas. ­Mengurusi Pada periode ini masa jabatan seluruh mahasiswa tingkat 52 Biografi Prof. Sugimin WW

Saat berbahagia dihadiri keluarga. pertama yang pengelolaannya Kepala Balai Pengembangan dilakukan secara terpadu dalam Media Televisi (BPM-TV) yang sistem kuliah bersama. berkantor di Jl. M­ angkurejo, Kwangsan, Sedati, Sidoarjo. Memasuki tahun 1980, Menjadi pemimpin di Unit Sugimin mendapat t­antangan ­Pelaksana Teknis Kemdikbud baru. Memimpin lembaga yang kini bernama BPMTPK (­Balai yang bidangnya­ agak jauh ­Pengembangan Media Televisi ­dengan d­ unia fisika yaitu dunia Pendidikan dan Kebudayaan) ini p­ ertelevisian atau ­boardcasting. dilakoni hingga tahun 1987. Tetapi toh m­ asih ada p­ ersinggungan karena televisi Selain menjadi Ketua B­ PM-TV, yang dimaksud masih bergerak pada saat yang bersamaan didunia pendidikan. Sebuah Sugimin juga merangkap tugas bidang yang sejak kecil menjadi menjadi Kepala Laboratorium passion dan cita-cita Sugimin. Fisika Terapan. Bahkan di bidang Ya, dirinya dipercaya menjadi ini dijalani cukup lama, dari Mengabdi di ITS 53

tahun 1980 hingga 1994. tercatat pernah menjadi dekan Agaknya jiwa kepemimpinan sebanyak lima kali. telah bersarang dalam dirinya, Tanggal 1 November 2006 maka pada masa berikutnya Sugimi pensiun setelah ­mengabdi kembali Sugimin dipasrahi di ITS Surabaya selama 42 jabatan struktural lagi. Kembali tahun. Sugimin tidak hanya duduk menjadi dekan, tetapi m­ engabdikan diri di ITS saja, lembaga yang dipimpinnya telah tetapi juga membagikan ilmu berganti nama, bukan lagi FIPIA pengetahuan ke beberapa tetapi nomenklaturnya berubah l­embaga pendidikan lainnya menjadi Fakultas M­ atematika sebagai dosen luar biasa (LB) dan Ilmu Pengetahuan­ yaitu di Akabri Laut (1969-1983), Alam (FMIPA) ITS. Setelah IKIP Negeri Surabaya (s­ ekarang ­menuntaskan jabatan sebagai Universitas Negeri Surabaya), dekan FMIPA ­tahun 1990-1993, U­ niversitas Pembangunan Sugimin diangkat lagi untuk N­ asional Veteran Jawa Timur, jabatan yang sama dengan masa Universitas Widya Mandala jabatan t­ahun 1993 hingga Surabaya, dan Universitas Wijaya 1996. D­ engan demikian Sugimin Kusuma Surabaya. n Biodata Nama : Prof. Drs. Sugimin ­Wahyu Winata Tempat Tanggal Lahir : Klaten, 1 Oktober 1936 Agama : Islam Alamat : Jl. Dharma Husada II/10 Surabaya Istri : Sri Wahyuni P­ ringgohadijoyo Anak : Wahyu Fistia Doctorina, Wahyu Inggar Fipiana, Wahyu Elftia Erland 54 Biografi Prof. Sugimin WW

Riwayat Pendidikan: 1. SR Negeri Prambanan, 1944-1950 2. SMP Negeri IV Yogyakarta, 1950-1953 3. SMA Negeri III/B Yogyakarta, 1953-1956 4. FIPA Univ. Gadjah Mada Jurusan Fisika, 1956-1964 5. Research Training TH Delft, 1966-1967 6. EPMA Training, Tokyo, 1987 Riwayat Jabatan Struktural: 1. Pembantu Dekan III FIPIA ITS, 1965-1966 2. Pembantu Dekan I FIPIA ITS, 1967-1969 3. Dekan FIPIA ITS, 1969-1971 4. Dekan FIPIA ITS, 1971-1973 5. Dekan FIPIA ITS, 1973-1976 6. Ketua Lembaga Tingkat Satu Bersama ITS, 1976-1980 7. Kepala BPM-TV, 1980-1987 8. Ketua Jurusan Fisika, 1967-1990 9. Kepala Lab. Fisika Terapan ITS, 1980-1994 10. Dekan FMIPA ITS, 1990-1993 11. Dekan FMIPA ITS, 1993-1996 12. Ketua Lembaga Tingkat Satu Bersama ITS, 2002-2006 13. Purnatugas November 2006 Riwayat Jabatan Fungsional: 1. Guru Besar Madya Fisika ITS Riwayat Mengajar: 1. Instruktur Fisika AMN Magelang, 1959-1964 2. Dosen Tetap Fisika ITS, 1964-2006 3. Dosen Luar Biasa Akabri Laut, 1969-1983 4. Dosen Luar Biasa IKIP Negeri Surabaya, 1965 - 2010 5. Dosen Luar Biasa UPN Veteran Jatim, 1980 - 1982 6. Dosen Luar Biasa Univ. Wijaya Kusuma Surabaya, 1983-1988 7. Dosen Luar Biasa Univ. Katolik Widya Mandala, 1967-sekarang Tanda Penghargaan: 1. Satyalancana Dwidya Sistha Menhankam 1979 2. Satyalancana Dwidya Sistha Menhankam 1983 Mengabdi di ITS 55

Selfie di tangga depan istana Bogor. 3. Dwidya Satya Perdana, Rektor ITS 1992 4. Dwidya Satya madya, Rektor ITS 1992 5. Anugerah Sewaka Winayaroha 2006 Organisasi: 1. Anggota Pendiri Himpunan Fisika Indonesia 2. Anggota Pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. 56 Biografi Prof. Sugimin WW

1.9. JURUS HALUS MENEGUR KARYAWAN M engelola sumber daya manusia (SDM) butuh trik tersendiri. Manajemen ­bukanlah sekadar ilmu tentang mengelola SDM dan segala faktor pendukungnya, tetapi ­merupakan kombinasi antara ilmu dan seni. Oleh karena itu ada yang menyebut manajemen lebih cocok ­dinamakan sebagai kiat, artinya perpaduan antara ilmu dengan seni. Maka kemampuan manajerial yang dimiliki seseorang tentu merupakan buah akumulasi dari dua aspek tersebut. Sugimin selaku Dekan FIPIA ITS juga punya kiat tersendiri dalam mengelola SDM dan menggerakkan roda organisasi. Tetapi latar belakang dan p­ engalaman masa lampaunya agaknya cukup memberi warna dalam hal memerintah dan menggerakkan anak buah. Mengabdi di ITS 57

­Sebagaimana umumnya orang Catat: Sore itu ada kulonan (kawasan Yogyakarta seorang dekan dan sekitarnya), Sugimin bukan tengah menyikat tipe pemimpin yang gampang lantai kamar mandi marah gebrak meja atau main tunjuk hidung bila ada karyawan “fakultas. Sendirian.” yang berbuat salah. Dia lebih Mendengar jawaban itu memilih jurus melingkar yang Sugimin tidak marah tetapi halus, tidak t­erang-terangan dia juga tidak berkomentar kepada personel yang a­ pa-apa. Kemudian apa jurus ­bersangkutan. Tetapi anehnya yang ­digunakan Pak Dekan hasilnya kadang justru lebih untuk m­ eluruskan ­kesalahan mengena. Bahkan terasa lebih itu? Ternyata di luar jam menohok ulu hati bagi pihak kerja ­diam-diam Prof ­Sugimin yang kena tegur. datang ke kampus. Tanpa ­sepengetahuan siapa-siapa Suatu kali Dekan Sugimin dirinya membersihkan lantai kurang puas dengan hasil kamar mandi dengan sikat dan kerja salah seorang petugas obat pembersih lantai dengan kebersihan di FIPIA. Dia melihat sungguh-sungguh. Catat: Sore tampilan lantai di kamar mandi itu ada seorang dekan tengah fakultas tersebut masih kotor. menyikat lantai kamar mandi Banyak kerak dan lumut-lumut fakultas. Sendirian. masih menempel di ubin ­maupun tembok bagian bawah dan Yang jelas ini bukan pojok-pojok. p­ ekerjaan yang sulit baginya. Pengalaman hidup menjadi anak Suatu siang tanpa s­ engaja rantau ketika masa kuliah telah Sugimin berjumpa dengan mengajari aneka k­ ecakapan ­petugas kebersihan di “TKP”. praktis tentang problem Kebetulan sekali. Ini momen k­ eseharian. Hasilnya sungguh yang pas untuk melakukan nyata. Lantai menjadi cling. pembinaan secara langsung. ­Setidaknya jauh lebih bersih “Mas, tolong ya lantainya itu dibanding kondisi sebelumnya. dibersihkan yang bersih.” Tetapi oknum petugas ini rupanya Hari berikutnya Sugimin termasuk kategori ngeyelan. Dia pun berkilah, “Sudah saya sikat kok, Pak. Tapi hasilnya ya sudah seperti itu.” 58 Biografi Prof. Sugimin WW

­sengaja hendak menemui Besoknya ketika Sugimin karyawan kebersihan itu di sedang sibuk menangani tempat kerjanya, dengan cara b­ erkas-berkas surat, tahu-tahu s­ eolah-olah hendak masuk karyawan itu tergopoh mendekat ke kamar mandi. Kemudian lalu menyerahkan sebuah Sugimin menoleh dan pura-pura d­ ompet. Dekan pun akting kaget, b­ ertanya, “Lho, Mas, lantainya “Oh, matur nuwun ya, Mas. Itu kok jadi bersih. Apa Sampeyan saya cari-cari dari kemarin.” yang membersihnya, ya? Bagus!” Adegan belum selesai. Sugimin jeda sejenak, Yang justru mengejutkan menunggu reaksi lawan adalah ­respons dari karyawan b­ icaranya. Tidak terduga k­ ebersihan tersebut. “Tolong ­jawaban yang ditunggu hanya Bapak jangan keterlaluan begitu. terlontar pendek, “bukan saya, Kemarin saya sudah dibuat malu Bapak.” Kemudian dia m­ enunduk karena Bapak telah mengosek lalu pamit dan b­ erlalu. Sugimin kamar mandi sendiri. Sekarang pun berkesimpulan sementara: diulang lagi. Saya dipancing ­karyawan itu jujur. dengan dompet. Saya ini sudah sadar dengan t­eguran Bapak Untuk mengetahui sejauh yang dulu itu, Pak,” katanya mana akurasi kesimpulan d­ engan wajah memelas. ­tersebut, maka Sugimin merasa perlu membuat “ujian” susulan. Sugimin pun m­ endekatinya dan memberi pujian atas Pada suatu siang, menjelang k­ ejujuran dan kesediaan jam pulang kantor, S­ ugimin k­ aryawan itu untuk mengubah sengaja m­ enjatuhkan cara kerjanya. Kiranya Sugimin ­dompet di lantai k­ antor telah berhasil menyentuh tepat di ­ruang dekan. Di sebuah sisi terdalam hatinya. t­ empat yang ­memungkinkan ­karyawan ­kebersihan itu pasti Ya, mengelola manusia ­menemukannya. ­Rupanya m­ emang butuh ilmu dan seni. ­jebakan tersebut mengenai Dan setiap pimpinan punya s­ asaran. kreasi sendiri-sendiri. n Mengabdi di ITS 59

2 CAH ANGON ITU AKHIRNYA SEKOLAH 60 Biografi Prof. Sugimin WW

2.1. TERTANGKAP NDARA MANTRI F igur dan kiprah Sugimin selama mengabdi di ITS Surabaya, sudah banyak yang tahu. A­ palagi mantan mahasiswa dan koleganya. Tetapi siapakah sebenarnya sosok Sugimin, dari mana asal usulnya, bagaimana sepak terjangnya di masa bocah, sekolah, hingga kuliah? Belum banyak yang tahu. Hal yang pasti, romantika kehidupan masa bocah, masa sekolah, hingga masa kuliahnya sangat menarik diikuti bak telenovela. Sugimin lahir procot di Desa Dengok Kulon, Bugisan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, pada hari Jumat Kliwon tanggal 1 Oktober 1936. Mengingat masanya, tentu saja yang membantu persalinannya seorang dukun bayi, paraji. Ayahnya bernama Martoikromo. Dipastikan itu nama setelah menikah. Sugimin tidak tahu nama kecil Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 61

Sugimin saat SMP. Tetapi karena Sugimin memang berkata sejujurnya, dia tetap sang ayah. Uniknya, sampai ngotot menjawab tidak tahu. setua ini Sugimin tetap tidak tahu “Kalau saya berniat bohong, bisa nama sang ibu. “Tahunya ya saja saya ngawur to. Bapak toh Ibu Mertoikromo. Saudara dan tidak tahu,” kata Sugimin pada tetangga memanggilnya begitu,” petugas. Akhirnya Sugimin lolos. katanya sambil tertawa. Bagi Sugimin, sang kakek Ketidaktahuannya tentang punya andil sangat besar dalam nama sang ibu, kelak akan perjalanan hidupnya. Namanya beroleh masalah. Suatu ketika pun masih lekat dii­ngatannya, di masa Orde Baru, Sugimin Posetiko. Tatkala Sugimin lahir, mendapat beasiswa ke negeri kakek sudah berusia 120 ­tahun. Belanda. Nah, untuk bisa beroleh Kabarnya dia menangi ­zaman izin keluar negeri, dia harus lolos geger Perang ­Piponegoro litsus (penelitian khusus oleh ­(1­ 825-1830). Sang kakek pihak berwenang). Saat mengisi mengajarinya tentang sifat-sifat formulir, dia m­ engosongkan ksatria yang dipetik dari kisah kolom nama ibu karena pewayangan. m­ emang tidak tahu. Tentu saja ini m­ embuat petugas screening Ayah ibu Sugimin b­ ukan menginterogasinya lebih dalam. bangsawan sehingga t­idak Perdebatan panas pun terjadi. ­mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang 62 Biografi Prof. Sugimin WW memadai. Keduanya hanya memperoleh pendidikan formal Sekolah Angka Lara (Sekolah Angka Dua). Kala itu yang dapat masuk Holland Indisch Scholl (HIS), setingkat sekolah dasar di zaman sekarang, harus memiliki gelar bangsawan, minimal Raden atau Raden Rara. Untuk berkomunikasi ­dengan teman-temannya, ayahnya menggunakan huruf Jawa. Beliau memang pandai m­ enulis dan membaca huruf Jawa. Akan h­ alnya sang ibu, menulis Jawa

pun tidak terampil. N­ amun suara burung malam, nyanyian beliau mampu mengelola jengkerik dan katak yang saling ­bisnis tanpa catatan. Kebiasaan bersahut-sahutan. Barangkali mengingat barang dagangan sama dengan indahnya dengan dengan omset yang lumayan para bangsawan ketika itu yang besar mungkin menumbuhkan mampu berbulan madu dengan kecerdasan finansial tersendiri kapal pesiar. bagi sang ibu. Selain bertani, Martoikromo juga berdagang. Sebagai anak petani, Ibu berdagang beras, ayah n­ asib Sugimin tidak jauh beda b­ erdagang sapi. d­ engan orang tuanya. Tinggal di desa, gelap, sunyi, d­ engan Bila kulakan beras, bundanya p­ emandangan hamparan harus menempuh perjalanan ke p­ ersawahan. Namun bagi daerah yang cukup jauh, k­ urang ­Sugimin, nuansa itu sangat lebih 50 kilometer. Dengan ­indah. Tatkala semua padi setia sang ayah mengantarnya ­sedang menguning, udara sejuk, d­ engan gerobak yang ditarik dua di kejauhan terlihat Gunung ekor sapi. Gerobak ini mampu Merapi nan biru menjulang ke mengangkut beras beberapa angkasa seakan menembus kuintal. Lantaran sudah menjadi awan putih berarakan, tampak kebiasaan, sapi-sapi penarik indah sekali. gerobak sudah hafal jalan. Jadi tak perlu dikomando lagi. Pun Sugimin termasuk anak tidak perlu khawatir bertabrakan keras kepala. Apabila m­ eminta dengan bus atau truk, karena ­sesuatu, harus dituruti. Jika pada saat itu memang belum tidak, ancamannya duduk di ada bus dan truk. bibir ­sumur, siap terjun ke dalam sumur. Tugasnya s­ ehari-hari Kata orang yang mengenal menggembala kerbau dari benar kedua orang tua ­Sugimin, pagi hingga siang, ditambah ayah dan ibunya berbulan sore sampai gelap. Apabila madu di atas gerobak yang ­kerbaunya sudah kenyang, ­ditarik dua ekor sapi yang sudah kerbaunya diadu d­ engan kerbau hafal jalan-jalan yang biasa milik temannya. Jika kerbaunya d­ ilaluinya. Mereka melintasi kalah, Sugimin akan m­ emaksa jalan-jalan dengan persawahan orang tuanya membelikan di kanan kirinya, diterangi kerlip kerbau yang lebih besar, yang ­kunang-kunang, dihiasi bintang lebih kuat. Bila permintaannya gemintang dan rembulan, diiringi tidak dituruti, dia akan duduk di Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 63

Pada zaman namun siapa yang kalah p­ enjajahan ­Jepang, ­harus mengakui kehebatan ndara mantri guru lawan. ­Bergulat mbek-mbekan adalah pejuang m­ erupakan model pesan moral bangsa, karena sportivitas dan kejujuran. Pihak yang merasa kalah mengakui “kekuasaan yang kehebatan lawan tanpa iri hati. diberikan k­ epadanya digunakan Merasa tidak mempunyai hak u­ ntuk membantu untuk sekolah, maka sampai ­anak-anak desa agar umur delapan tahun Sugimin b­ ersekolah.” belum bersekolah. Kondisi itu l­azim saja di desanya. Pada pinggiran sumur dan siap terjun suatu hari, di tahun 1944, dia ke dalamnya. Jika kerbaunya diajak teman bermainnya yang menang, kerbau musuh dikejar. bernama Sugito, anak K­ amituwo Kejar-kejaran antarkerbau yang di desanya, ke sekolahnya habis bertarung disebut lur. yang berjarak kurang lebih dua kilometer dari desa. Eh, ternyata Selama kerbau bertarung, temannya harus masuk kelas. penggembalanya juga b­ ertarung. J­adilah Sugimin menunggu Model pertarungannya gulat di luar. Ruang kelasnya tidak mbek-mbekan (mbek = suara ­tertutup sampai atas, hanya kambing). Pihak yang ­merasa tertutup setinggi satu meter. Di kalah harus mengeluarkan atasnya diberi ­ruji-ruji bambu, bunyi mbek. Jika sudah begitu, sehingga ­suasana kelas ­terbuka. b­ erarti pertarungan telah s­ elesai. Rupanya pada saat itu ada ­Pertarungan ini tanpa wasit. p­ emeriksaan oleh ­atasan guru. Pelakunya sekaligus ­bertindak Di zaman sekarang ­mungkin sebagai wasit. Pertarungan penilik sekolah. Ketika ­Sugimin mbek-mbekan sarat pesan. mencoba mengintip ke dalam Orang boleh b­ ersaing agar kelas, dia ditegur s­ eseorang mencapai puncak k­ ejayaannya, yang berpakaian tidak seperti guru biasa. Sebagai anak desa, 64 Biografi Prof. Sugimin WW ­ditegur orang yang k­ elihatan berwibawa, angker, tentu saja Sugimin kecil sangat ketakutan. Tapi inilah golden moment yang menjadi titik penting

­dalam kehidupan cah angon ini. Dia tidak tahu bagaimana proses Orang itu justru menawarinya pendaftarannya, yang jelas bersekolah. Ibarat pucuk dicinta kedudukannya di kelas itu tidak ulam tiba. Sugimin menyambut pernah dipersoalkan. dengan suka cita. Dia lantas dibawa masuk ke dalam kelas Hari itu Sugimin pulang untuk belajar seperti temannya. ­sekolah sudah sore. Saking ­takutnya pada kakek, setiba di Keluarga muda Sugimin naik Vespa. Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 65

Sugimin pelajar SMA. Jepang berbeda aturan dengan masa penjajahan Belanda. Pada rumah dia tidak makan, tetapi zaman penjajahan Belanda tidak langsung pergi menggembala mungkin Ndara Mantri berani kerbau. Anak-anak seumurannya memasukkan Sugimin ke sekolah kala itu tidak mengenakan baju tanpa diteliti derajatnya. Pada ketika menggembala kerbau. Itu penjajahan Jepang, karena hal yang lumrah saja di desanya. orang Jepang dianggap s­ audara tua, orang-orang kita yang Barulah pada malam h­ arinya bukan ningrat boleh sekolah. Sugimin bercerita pada sang Bahkan masuk sekolah tentara ayah. Rupanya ayah mengenal pun boleh, yaitu menjadi heiho. orang itu. Menurut ayahnya, orang itu adalah Ndara Mantri, Kebetulan Sugimin b­ ermain penilik sekolah. Di zaman di sekolah yang berjarak ­penjajahan, pejabat ­negara dua k­ ilometer dari desanya. s­ etingkat asisten wedana, ­Kebetulan ketika dia ­mengintip, wedana, bupati dipanggil Ndara Mantri lewat. ­Kebetulan d­ engan sebutan ndara, ndara Ndara Mantri yang k­ emudian ­seten, ndara wedana, ndara ­diketahui bernama RM bupati. Pembantu rumah tangga ­Soemarmo dari Kebon Dalem kepada majikannya yang ningrat ­Kidul berkenan m­ emasukkannya harus memanggil ndara kakung ke sekolah. Kebetulan yang atau ndara putri. beruntun ini sering ­dikatakan ­ndilalah kersaning Allah atau Sejak itu Sugimin ­menjadi takdir. siswa sekolah formal. Anak sekolah zaman penjajahan Takdir inilah yang memungkinkan dapat ­mengubah 66 Biografi Prof. Sugimin WW jalan hidupnya tidak lagi s­ eperti sang ayah, menjadi petani ­dengan derajat yang paling bawah, yang harus memanggil den dan den rara pada yang ningrat, memanggil ndara pada para pejabat. Kendati d­ emikian Sugimin menyadari, dirinya tidak mungkin menjadi den atau ndara karena bukan keturunan n­ ingrat.n

2.2. LULUS SR, NILAI BERHITUNG 9 P ada saat Sugimin duduk di kelas IV SR, tahun 1948, Yogyakarta dan sekitarnya, termasuk Klaten, berada dalam pendudukan Belanda. Sugimin ingat betul, pada suatu hari, p­ agi-pagi buta terdengar suara gemuruh di atas rumahnya. Semua orang di Desa Dengkok Kulon, Bugisan, Klaten, k­ eluar rumah. Mendongak ke angkasa. Sesaat kemudian ­terdengar suara menggelegar disusul kepulan asap yang membubung tinggi. Suara gemuruh itu ternyata berasal dari deru ­pesawat-pesawat terbang yang datang dari arah timur menuju ke Yogyakarta. Pesawat-pesawat itu b­ erkeliling. Terlihat kepulan-kepulan asap yang membubung tinggi di beberapa tempat. Terlihat pula pesawat terbang yang mengeluarkan asap sangat banyak meninggalkan Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 67

rombongan kembali ke arah juga mengungsi ke Dengok timur. Mungkin pesawat terbang Wetan. Desa Dengok Kulon itu tertembak oleh tentara yang termasuk daerah yang belum bertahan di lapangan udara aman, karena dekat dengan Maguwo Yogyakarta. jalan besar yang dapat dilalui truk dan tank. Pak Yoso Witjitro Dalam waktu singkat tersiar mengumpulkan anak-anak untuk berita Maguwo dibom musuh. dididik dengan gratis. Semua tempat strategis luluh ­lantak. Termasuk bangunan Mengenang hal itu, Sugimin sekolah Sugimin dan pabrik sangat terharu. Dalam kondisi gula yang terletak sekitar sesulit itu, masih ada guru yang satu kilometer dari desanya. rela tak dibayar tetap berjuang P­ esawat-pesawat itu terbang untuk anak-anak bangsa. Naluri rendah di atas desa, sehingga seorang guru, dalam keadaan kelihatan jelas moncongnya apa pun tetap ingin m­ emintarkan bercat merah yang tidak dikenal anak didiknya. Pak Yoso adalah sebelumnya. Orang-orang di sosok guru yang pantang desa menamakan pesawat itu ­mundur untuk ­memandaikan cocor merah. Pesawat itu terlihat anak-anaknya. Dalam amat menakutkan. ­pengungsian yang sulit, baik diri dan keluarganya maupun Sehari kemudian dari orang lain, bukan dalam kurun Desa Dengok Kulon terlihat waktu hari, namun b­ erlangsung i­ring-iringan kendaraan, juga ­berbulan-bulan, Pak Yoso dengan suara yang gemuruh. tetap teguh mengajar d­ engan Jarak desa Sugimin dengan ­peralatan seadanya, tanpa jalan raya Yogyakarta-Solo buku, dengan lisan, a­ nak-anak hanya sekitar satu k­ ilometer. ­dipantau belajarnya. Tidak ada desa lain di d­ epannya kecuali sawah-sawah yang Orang-orang desa juga terbentang sampai jalan ­berjuang, mengiklaskan raya, sehingga kendaraan ­rumahnya untuk pengungsi ­besar-besar masih terlihat dari tanpa sewa. Bahkan sering desa. Arah k­ endaraan, semua makanan yang ada dimakan dari timur menuju Yogyakarta. bersama ­pengungsi. Pengungsi ­Orang-orang yang tinggal di di zaman dahulu tidak ada yang dekat jalan raya mengungsi ke m­ engurusi, tidak ada badan Desa Dengok Wetan. Pak Yoso khusus yang menangani. Pihak Witjitro, guru kelas IV Sugimin yang mengurusi penduduk desa 68 Biografi Prof. Sugimin WW

setempat. Para pemuda b­ erjuang Wetan. Sugimin berkisah dengan segala cara dan s­ eputar ­kenanganannya d­ engan k­ emampuan. Ada yang berjuang ­Rumani. Dia s­ atu-satunya wanita dengan cara m­ enyamar sebagai di ­kelasnya. Pada suatu hari pedagang beras m­ enyusup ke ­Sugimin sakit mata ­sehingga kota, dengan risiko mati jika tidak ­mengikuti ­pelajaran ketahuan sebagai mata-mata ­olahraga. Rumani juga tidak ikut untuk mengetahui kekuatan olahraga karena ­satu-satunya Belanda. Bukan hanya l­aki-laki wanita. Pada saat itu tidak yang berani menyusup ke ­daerah ada perempuan desa yang musuh, perempuan juga. M­ ereka b­ ersekolah. Kalau toh ada, b­ erperan sebagai mbok ­bakul tentu anak-anak keturunan ­beras (perempuan p­ enjual ­beras). b­ angsawan. Kala itu Sugimin dan Tentu saja m­ ereka ­dibantu oleh Rumani berada di dalam kelas pemuda yang berperan sebagai hanya berdua. Namun k­ eduanya kuli panggul. M­ ereka disiapkan tidak saling ­berkata-kata. di Desa D­ engok Kulon. Alangkah S­ ugimin sesekali mencuri memilukannya ketika ada yang p­ andang ke arah Rumani, tetapi ditangkap Belanda, disiksa, yang dipandang menunduk, bahkan sampai meninggal dunia asyik membaca. dan tak tahu dimana k­ uburnya. W­ alaupun demikian tak Tatkala dalam p­ engungsian, m­ enyebabkan m­ ereka gentar. sebenarnya ada k­ esempatan Patah tumbuh, hilang berganti. u­ ntuk mempererat ­hubungan antara Sugimin dan ­Rumani Selain Pak Yoso Witjitro, sebagai teman. Masa di ­teman sekelas Sugimin, ­Rumani, p­ engungsian ­cukup lama, juga mengungsi di Desa ­Dengok b­ erbulan-bulan, n­ amun k­ esempatan itu tidak “Naluri seorang guru, d­ imanfaatkan Sugimin. Saat dalam keadaan Sugimin menyabit rumput, apa pun tetap ingin kadang dia memperhatikan m­ emintarkan anak Rumani yang sedang bermain di didiknya. kali. Namun Sugimin tak punya keberanian menegur ­walaupun Rumani kawan satu kelas. Menurut ukuran Sugimin, Rumani terlalu cantik. Apalagi setiap bertemu Rumani di tepi sungai, Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 69

status Sugimin sebagai penyabit dengan tanah, sehingga s­ ekolah rumput. Sedangkan Rumani diteruskan di rumah-rumah adalah bangsawan, putri Kepala p­ enduduk. Stasiun Prambanan periode 1948 yang mengungsi ke Desa Dengok Zaman pendudukan Wetan, kira-kira 40 meter dari m­ eninggalkan kenangan Candi Plaosan. t­ersendiri dalam diri Sugimin. Selama dalam pengungsian, Pada suatu dini hari ­kira-kira dirinya sebagai penyabit rumput pukul 03.00, t­erdengar s­ uara bercaping selalu melihat Rumani barisan tentara B­ elanda walaupun yang dipandangi m­ elewati jalan di sisi ­kanan kemungkinan tidak menyadari. rumah S­ ugimin. Begitu Setelah kembali ke sekolah, t­erdengar tentara Belanda lewat, Rumani tidak terlihat lagi karena ­Sugimin b­ ersembunyi di sumur. ayahnya d­ ialihtugaskan ke ­Untungnya pagar halaman ­stasiun lain. Stasiun ­tempat rumahnya yang terbuat dari batu ayahnya semula bekerja s­ udah cukup tinggi sehingga tentara rata dengan tanah. Akhirnya Belanda tidak dapat melihat ke ­Rumani menghilang dari arah kebun. Seandainya mereka ­pandangan Sugimin untuk masuk ke kebun dan melihat ada selamanya, tak diketahui lagi di orang bersembunyi di sumur, mana dia berada. tidak tahu bagaimana nasibnya. Pada siang hari, tentara Belanda Tak lama sesudah zaman kembali lagi lewat samping pendudukan, kakek Posetiko ­kanan rumah. Semua orang m­ eninggal dunia. Sang Kakek di desa mengungsi. T­ ermasuk telah meninggalkan p­ elajaran s­ eluruh keluarga Sugimin, yang amat berharga dari k­ ecuali kakeknya, Posetiko, yang c­ erita-cerita ­kepahlawanan umurnya sudah 120 tahun. para ksatria Pandawa. Sugimin diberi pesan agar ­berwatak Pendudukan Belanda tak ksatria, berjuang keras, b­ erlangsung lama, kurang p­ antang ­menyerah dengan dari satu tahun. Setelah penuh k­ ejujuran, dan selalu aman, a­ ktivitas penduduk ingat k­ epada Yang M­ embuat di t­empat-tempat yang Hidup. Kakek ­menunjukkan ­ditinggal mengungsi dimulai bahwa kebenaran dan ­seadanya. Sekolah-sekolah ­kejujuran dapat ­mengalahkan dan p­ abrik-pabrik sudah k­ eangkaramurkaan. K­ isah-kisah ­dibumihanguskan dan rata yang ­dituturkan sang k­ akek 70 Biografi Prof. Sugimin WW

­menjadi inspirasi ­tentang Tak seorang pun berhasil ­kejujuran, kebenaran, dan ­menyeberangi lautan itu, karena kegigihan berjuang mencapai di sana ada ular raksasa yang cita-cita. siap memangsa. Sebenarnya perintah tersebut hanya tipu daya Para pengungsi kembali Pandita Durna demi m­ embela ke desanya masing-masing. Astina yang menghidupi G­ edung sekolah Sugimin dirinya. Agar dalam perang s­ udah luluh lantak dan rata ­Baratayuda nanti Astina menang, ­dengan tanah. Kegiatan s­ ekolah ­satu-satunya jalan Bima harus ­terpaksa nebeng di rumah mati. Perkiraan Durna, apabila penduduk. Kebetulan rumah Bima menyeberangi lautan itu gurunya cukup besar.­ Ada pasti akan mati dimangsa ular pendopo dan r­uangan depan raksasa. rumah yang ­cukup luas. Ibu Guru Hadi W­ arsito, guru kelas V, Lantaran perintah guru, Bima ­meminjamkan ruangan itu untuk tak takut menyeberangi lautan pendidikan tanpa sewa. meski risikonya nyawa. Ternyata Bima mampu m­ engalahkan ular Sugimin di kelas V ­hanya raksasa penghuni lautan itu. tiga bulan. Selanjutnya Keberhasilan Bima ­menjalankan ­disuruh mengikuti kelas VI perintah guru inilah yang ­bersama Ruslan, anak Ibu Hadi ­mendorong Sugimin —yang oleh ­Warsito. Rasanya berat sekali. Kakeknya diharuskan bersifat S­ epertinya tidak kuat jika enam ­sebagai ksatria— ­memutuskan bulan lagi harus mengikuti ­tidak kembali ke kelas V. ujian negara. Pada pelajaran Apa pun risikonya, termasuk ­berhitung dia mungkin tidak m­ enghadapi ujian negara yang mengalami ­kesulitan, namun tinggal 6 bulan lagi. ­pelajaran-pelajaran yang lain susah mengejarnya. Sugimin Seperti perkiraan, di kelas berpikir apakah tidak sebaiknya VI Sugimin tidak mengalami kembali lagi ke kelas V? k­ esulitan dalam pelajaran berhitung. Namun pelajaran Tatkala sedang lain semisal bahasa, ilmu bumi, m­ empertimbangkan hal itu, dan pengetahuan umum dia lagi-lagi dia teringat kisah Bima kesulitan. Dia harus ­mempelajari k­ etika disuruh gurunya ­mencari bahan kelas V yang belum air suci, air p­ enghidupan, ­diajarkan. Rasanya beban d­ engan menyeberangi l­ autan m­ enjadi berat sekali. Suasana yang sangat b­ erbahaya. Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 71

kelas VI b­ erbeda dengan kelas ­tahun b­ elum sekolah. Sugimin V. Di kelas V muridnya semua baru mulai sekolah karena l­aki-laki, ­sedangkan di kelas VI “­tertangkap” Ndara Mantri. Jadi ada perempuannya. Namun mungkin saja umur Sugimin yang diingat namanya hanya sama dengan umur Iftitah atau tiga, yaitu Rahayu, Sri Wulan, malah lebih tua dari Iftitah. dan Iftitah. Ketiganya tidak s­ eperti perempuan di desanya. Jarak antara lokasi sekolah Sepertinya kulit mereka tidak sampai ke desa kurang lebih p­ ernah terpapar sinar matahari. 1,5 km. Jika pulang dari s­ ekolah Iftitah selalu berada sekitar 5 Iftitah, sungguh pun meter di belakang Sugimin, tinggal sedesa tetapi lain tidak pernah berjajar. Dia selalu ­derajatnya. Dia k­ emenakan ­mempertahankan jarak. B­ erarti Den Carik. ­Sehari-hari bila Sugimin berjalan cepat, ­tidak bekerja s­ ebagaimana Iftitah juga cepat. Demikian p­ erempuan-perempuan lain pula sebaliknya. Sama ­seperti di desa. Dia juga tidak p­ ernah kebiasaan orang-orang di bergaul dengan sesama ­teman desa. Meskipun sudah menjadi perempuannya. Mungkin s­ uami-istri, bila berjalan selalu d­ ilarang oleh keluarganya. suami di depan, istri di belakang. Iftitah, karena tinggal di desa, Mereka tidak pernah berjalan berpakaian layaknya anak berdampingan seperti ­sekarang. desa. Dia tidak ingin jadi ejekan Bila berangkat ke sekolah a­ nak-anak desa. Di desa, s­ eolah-olah sudah janjian ­pakaian sayak (rok biasa seperti berangkat bersama. Padahal yang dipakai sekarang) tidak keduanya tidak pernah bikin pantas dipakai orang dewasa kesepakatan. karena panjangnya di atas lutut. Iftitah selalu memakai kebaya, Sugimin mampu tetapi tidak memakai kerudung. ­menyelesaikan kelas V dalam Lantaran mengenakan kebaya, tempo 3 bulan dan kelas VI Iftitah terkesan lebih tua dari dalam tempo 6 bulan. Pada umur yang sebenarnya. Semula tahun 1950 Sugimin lulus dari dia memang kakak kelas. Jadi SR Negeri Prambanan dengan wajar bila umurnya di atas umur nilai berhitung 9 saat ­mengikuti Sugimin. Namun Sugimin lupa ujian negara. Sebagai cah kalau dirinya sampai umur 8 a­ ngon dan cah ngarit, ini sebuah p­ encapaian yang luar biasa. n 72 Biografi Prof. Sugimin WW

2.3. INGIN SGB, DIDAFTARKAN SMP K eluarga ayah dan ibu Sugimin semuanya p­ etani. Hanya satu orang, yakni adik bungsu ibunya yang menjadi guru kelas I Sekolah Rakyat (SR). Keberhasilan paman menjadi guru membawa nama baik di kalangan keluarga yang tidak ningrat sampai ke seluruh desa. Keberhasilan paman menjadi guru juga membawa dampak positif pada diri Sugimin. Dia ingin mengikuti jejak paman, menjadi seorang guru. Sugimin lalu memohon kepada gurunya agar d­ idaftarkan ke Sekolah Guru Bantu (SGB). Namun apa lacur, pada saat pengumuman ternyata namanya tidak tercantum. Padahal Sugimin merasa kemampuan ilmu berhitungnya terbaik di kelasnya, nilainya 9. K­ etika S­ ugimin meminta penjelasan Kepala Sekolah yang Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 73

­sekaligus Guru Asuhnya, RM muncul. Kala itu, setelah pukul Sumar Hamidjoyo, beliau hanya 18.00 sore tidak ada kereta tersenyum. Ternyata Sugimin api yang beroperasi ke arah ­memang tidak didaftarkan di d­ esanya. Jadi harus menunggu SGB, tetapi didaftarkan di SMP kereta api pukul 04.00 pagi. Negeri IV Yogyakarta. Harapan Jika ulang alik pergi dan pulang gurunya, kelak Sugimin dapat dengan sepeda, Sugimin merasa bersekolah guru yang lebih tidak kuat karena jarak dari tinggi, yaitu SGA. rumah ke sekolahnya sekitar 20 km. Apabila menunggu kereta “Sayang, mempunyai bakat pukul 04.00 pagi, berarti harus berhitung yang bagus hanya tidur di stasiun. menjadi guru SD,” ujar sang guru, RM Sumar Hamidjoyo, kala Dalam kesulitan seperti itu, itu. keberuntungan menghinggapi Sugimin. Sang guru, RM Sumar Lazim di tahun 1950 Hamidjojo, merelakan rumah setelah lulus dari SR, guru beliau di Yogyakarta d­ itempati akan m­ encarikan tempat Sugimin bersama temannya pendidikan yang sesuai atau ­Ruslan, putra Ibu Guru Hadi terbaik untuk perkembangan Warsito. Keduanya pun n­ unut anak didiknya. Jadi apa yang tidur di rumah RM Sumar d­ ilakukan oleh para guru z­ aman ­Hamidjojo u­ ntuk membunuh dahulu itu adalah salah satu waktu, menunggu kereta api keihlasan ­berkorban untuk pukul 04.00 pagi. m­ urid-muridnya. Orang tua murid di desa tak tahu apa-apa Pada saat itu keduanya tentang pendidikan, sehingga tidak tahu lokasi untuk m­ embeli guru-guru di desa itu sangat makanan. Tidak ada orang didambakan oleh para orang tua ­jualan nasi di pinggir jalan. murid untuk mewakili orang tua ­Adanya restoran. Tentu saja yang tak tahu tentang pendidikan ­mahal. Untunglah di p­ inggir anak-anaknya. ­jalan ada penjual balok, s­ ingkong goreng. Lumayan untuk Setelah mengetahui ­dirinya mengganjal perut. Bila tidak didaftarkan di SMPN IV sempat membeli balok, k­ eduanya ­Yogyakarta, Sugimin meluncur langsung tidur menunggu makan ke Kota Gudeg untuk melihat besok pukul 06.00 pagi. Bagi pengumuman. Ternyata diterima. Sugimin menahan lapar hal Waktu sekolahnya pukul 13.00 biasa. Itu sering dilakukannya s.d 18.00 WIB. Problem baru pun 74 Biografi Prof. Sugimin WW

Di tahun 1950-an, putih karena jarang t­erpapar guru di desa sangat sinar matahari. Sebagai ­putra didambakan oleh guru, Ruslan tidak pernah para orang tua murid menggembala kerbau. Juga tidak untuk mewakili orang pernah mencari rumput sehingga daya tahan ketika bergulat tidak “tua yang tak tahu dapat lama. Dia selalu “mbek“, tentang pendidikan menyerah lebih dahulu. Kalah ­anak-anaknya.” stamina. sejak SR, saat ngebleng, patigeni. Mungkin banyak yang Rumah RM Sumar Hamidjojo m­ enganggap perilaku S­ ugimin nyeleneh. Di Yogyakarta ada berada di belakang Istana Paku pinjaman tempat tinggal, tetapi Alam. Di sini banyak rumah milik tetap pulang ke Klaten naik bangsawan. Sumar Hamidjojo kereta api yang jaraknya sekitar bergelar Raden Mas, putra Raden 20 km. Itu belum termasuk jalan Mas Djojo Warsono yang biasa kaki. Pulang hanya untuk makan dipanggil Eyang Djojo Warsono. pukul 06.00 pagi. Lalu pukul Sewaktu pendudukan Belanda, 11.00 sudah harus siap-siap rumah ini ditinggal mengungsi. berangkat naik kereta api lagi ke Setelah aman Sumar Hamidjojo Yogyakarta. Kunci masalahnya, diangkat menjadi Kepala SR saat itu tidak ada tempat untuk Negeri Prambanan sehingga makan. Pergi ke restoran jelas rumah ini kosong. tidak mampu. Jadi pola makan dibagi dua. Makan pagi sampai Apabila tidak segera tidur, siang jaraknya sekitar lima jam, Sugimin dan Ruslan ­mengisi sedangkan makan siang sampai waku dengan berlatih ­gulat pagi jaraknya sekitar 19 jam. “mbek-mbekan“ yang biasa Bagi Sugimin tidak ada masalah dilakukannya bersama teman karena sudah biasa berlatih tidak ­angonnya kala menunggu makan minum 3 x 24 jam saat kerbau yang sedang b­ ertarung. patigeni. Badan Ruslan lebih besar dan lebih tinggi dari Sugimin. Kulitnya Suatu saat karena tak m­ empunyai arloji, merasa tidur sudah cukup, Sugimin dan Ruslan berangkat ke stasiun melewati kampung. Sesampai di k­ ampung, mereka d­ itegur p­ eronda. Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 75

­Peronda tidak p­ ercaya karena diubah, kelak dia akan dipanggil waktu masih ­menunjukkan pukul Pak Waginem. Tampak lucu. 24.00. Mana mungkin selarut itu ada kereta api. Keduanya Di desa orang tua m­ emberi d­ ianggap b­ erbohong. Lalu anak-anaknya nama yang d­ iinterogasi. ­Ketika mengaku ­aneh-aneh. Ada keyakinan, bila tinggal di P­ ujowinatan, peronda nama anaknya jelek, ”dhemit ora malam semakin tidak percaya. ndulit, setan ora doyan“ (jin jahat Mana mungkin bocah yang tidak mau menjamah, setan tidak ­tampilannya ndesit, anak desa, doyan). Ada satu keluarga yang tinggal di Pujowinatan, k­ omplek memberi nama anak-anaknya para bangsawan. Akhirnya dengan nama binatang. Pedhet ­Sugimin dan Ruslan ­digelandang (anak sapi), Gudel (anak ­kerbau), ke Pujowinatan u­ ntuk Kepik (binatang kecil yang dapat ­membuktikan ­pengakuannya. terbang seperti kupu-kupu, Setelah terbukti tinggal di warnanya kuning keemasan), ­Pujowinatan, Sugimin dan Ruslan Kampret (kelelawar), dan Kancil. dilepaskan. Di desa tidak ada masalah. Toh setelah menikah namanya akan Melakoni jadi penglaju diganti dengan nama tua. Pedhet Yogyakarta-Klaten sempat diganti jadi Hadi Subeno. Gudel d­ ijalani Sugimin sekitar satu diganti jadi Prawito Sudargo. tahun. Setelah itu Pudjowinatan Kampret berubah jadi Sastro dijadikan asrama bagi semua Wardoyo. Nama tua ­berarti murid Pak Sumar Hamidjojo s­ udah menikah. Nama tua yang berasal dari Prambanan. tampak sekali berbeda dengan Tentu saja Sugimin dan Ruslan nama anak. Jadi jelas bila sudah kemudian juga menjadi anggota punya nama tua, seseorang pasti penghuni asrama. sudah menikah. Tidak perlu ada tanda cincin di jari kiri atau jari Ada hal yang aneh. Salah kanan. Di desa juga tidak dikenal seorang yang dikenal Sugimin di istilah tunangan. desa namanya Waginem, ketika masuk asrama namanya jadi Banyak kisah yang penuh Sumardjo. Setelah ditanyakan, k­ enangan di Pujowinatan. Di ternyata diubah oleh Pak Sumar. d­ epan sebelah kanan tempat Alasannya, Waginem itu nama tinggal Sugimin, ada seorang untuk anak perempuan, padahal p­ utri bangsawan yang amat dia anak laki-laki. Dia sekolah c­ antik. Sugimin tidak biasa guru, maka bila namanya tidak melihat gadis secantik itu. Di 76 Biografi Prof. Sugimin WW

desa hanya melihat Iyem, Atun, itu dapat dilihat dengan jelas dari atau Inem yang kulitnya tak jauh halaman rumahnya. M­ aklumlah, berbeda dengan Sugimin karena halaman tempat tinggal S­ ugimin selalu mandi sinar matahari. dengan h­ alaman rumah Titien Busananya pun hanya sebatas bersambung. Ada tanda tanya pakaian ke sawah atau ke pasar. juga dalam hati Sugimin, Tidak ada istilah busana pesta. m­ engapa jika sedang belajar Di desa tidak ada pesta ulang di jendela, Titien suka duduk tahun yang menghadirkan para di depan rumah atau bermain muda. Adanya pesta p­ erkawinan. dengan anak-anak di h­ alaman? Itu juga urusan orang tua. Pesta Semuanya tetap menjadi ­misteri. muda hanya khitanan. Itu pun Hal yang pasti, nyaris setiap juga melibatkan orang tua, hari Sugimin memandang urusan sumbang menyumbang. Titien. Sebaliknya, Titien sering Kaum muda laki-laki masih m­ emandang Sugimin. Sugimin dapat nonton wayang kulit sering bermain di halaman ­semalam suntuk, namun tidak d­ engan anak-anak kecil, Titien bagi kaum wanita muda. suka duduk-duduk di kursi panjang di depan rumah. Setiap Putri bangsawan ini namanya kali beradu pandang, k­ eduanya Rr. Sri Tartinah, ­panggilannya selalu saling ­tersenyum. N­ amun Titien. Umurnya kira-kira dua pada akhirnya Sugimin merasa ­tahun di bawah Sugimin. minder. Latar belakang dirinya ­Kakaknya satu kelas dengan dan Titien amat berbeda. Sugimin di SMPN IV. Sugimin Sugimin anak desa, Titien anak sering berkunjung ke rumahnya. bangsawan. Tentu saja bukan untuk bertemu dengan Titien, melainkan ­dengan Kisah Pujowinatan masih kakaknya. Sebenarnya yang berlanjut. Rumah depan kiri yang tahu persis motif kunjungannya lebih kecil dari rumah utama hanya Sugimin, hendak ­menemui yang ditempati Sugimin bersama teman atau ingin melihat Ruslan disewa oleh seorang Titien. A­ nehnya ketika bersama n­ ingrat. Namanya Raden t­emannya di ruang tamu, Titien Hadi Rochman, putra Raden suka melintas. Namun juga tidak Roto Widjojo. Sugimin biasa dapat ditafsirkan motifnya. m­ emanggilnya Mas Hadi, tidak menggunakan titel n­ ingratnya. Sugimin sering belajar di Mas Hadi mempunyai adik dekat jendela yang menghadap perempuan yang usianya ke halaman rumah Titien. Posisi Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 77

s­ ekitar enam tahun lebih tua sangat bingung. Mbak Ar yang dari S­ ugimin, namanya Aryati, mengobati dengan penuh kasih Raden Rara Aryati. ­Sugimin sayang. m­ emanggilnya Mbak Aryati, Mbak Ar. Dia tidak m­ empunyai Kisah Pujowinatan berakhir­ adik laki-laki. Sebaliknya ketika RM Sumar H­ amidjojo ­Sugimin tidak mempunyai kakak ­pensiun dan k­ embali ke ­perempuan. Mbak Ar sangat ­Yogyakarta, menempati perhatian pada Sugimin, seperti ­rumahnya. Mas Hadi dan Mbak terhadap adiknya sendiri. Suatu Ar pindah ke orang tuanya di saat, ketika Sugimin sakit, dia Notoyudan, Sugimin pindah ke rumah pondokan di Bausasran. n 78 Biografi Prof. Sugimin WW

2.4. MENJELANG KHITAN, AYAH DIRAMPOK M artoikromo, ayah Sugimin dikenal suka tirakat, tidak tidur dalam rumah. Itu d­ ilakukan sebelum menikah. Bahkan suka bertapa di candi-candi. Setelah menikah, ayah dan ibunya sering meninggalkan rumah, hidup berdagang beras dari suatu kota ke kota yang lain. Orang tuanya seperti hidup dalam rumah berjalan, yakni gerobak yang ditarik dua ekor sapi besar-besar sehingga dapat membawa beras beberapa kuintal. Usaha keras orang tuanya membawa hasil s­ ehingga menjadi orang kaya, setidaknya menurut kriteria di d­ esanya saat itu. Dahulu orang kaya d­ icurigai ­mempunyai pesugihan (ilmu gaib untuk menjadi kaya), mempunyai intuk (mahluk halus yang ­pekerjaannya ­mencuri uang) atau tuyul (mahluk halus yang Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 79

­pekerjaannya mencuri tetapi Pada suatu hari ayah Sugimin b­ ukan hanya uang). Menurut mendapat surat dari kecu dan cerita yang pernah masuk ke akan disatroni pada tanggal t­elinganya, sang ayah sempat yang telah ditentukan. Maka diuji oleh orang desa, diikuti pada hari yang telah d­ itentukan dari belakang dan dipantati. itu, rumah Sugimin dijaga Jika ayah menoleh berarti ada banyak orang. Pendapa rumah laporan dari mahluk halusnya. yang cukup besar, penuh dengan Ternyata berkali-kali diuji seperti orang yang berjaga-jaga. Ayah itu, ayah tetap tidak menoleh. Sugimin juga sudah ­menyiapkan Berarti ayah tidak mempunyai kawan-kawan seperguruan mahluk halus yang pekerjaannya yang kebal senjata tajam. mencuri. Ayah Sugimin juga m­ empunyai kesaktian itu. Ternyata kecu Pada zaman Belanda b­ anyak tak datang pada tanggal yang pencuri sakti, kebal senjata telah ditetapkan. Pada hari tajam. Untuk menguji ­kekebalan, b­ erikutnya tersiar kabar bahwa dia menjadi kecu yang yang di-kecu ternyata orang kaya ­pekerjaannya meminta emas, di ­Bendogantungan, desa yang hanya emas, barang yang lain letaknya kurang lebih delapan tidak mau. Tetapi uniknya yang km dari rumah Sugimin. bakal dimintai emas diberi tahu lebih dahulu. Dalam ­suratnya Sugimin kecil merasa aneh. kecu meminta emas yang Mau minta emas kok pakai ­harus diserahkan pada t­anggal pemberitahuan. Pemikiran yang telah ditentukan. Dan kecu mungkin agar orang yang pada tanggal itu, orang yang disurati mengumpulkan atau d­ imintai emas boleh menyiapkan membeli emas sebanyak yang o­ rang-orang kebal untuk diadu dia minta. Dianggapnya yang dengan kecu. Jika kecu menang, dimintai mempunyai kekayaan emas diminta. Akan tetapi bila yang cukup untuk dibelikan kalah dalam perkelahian, kecu emas atau dapat menyediakan akan lari atau mati. emas walaupun dengan cara m­ eminjam lebih dahulu. Lazimnya yang mendapat surat dari kecu adalah orang Zaman dahulu orang m­ encari kaya. Jadi orang yang p­ ernah kesaktian dengan tujuan m­ ulia. mendapat surat dari kecu Untuk menguji k­ esaktiannya, ­dianggap orang yang sudah misalnya d­ engan mencuri mendapat “sertifikat kaya.” t­ernak yang ­kandangnya sudah 80 Biografi Prof. Sugimin WW

dipasak erat. Hanya dengan tidak terhormat karena ada unsur mantera, sapi dapat keluar dari paksaan atau kekerasan. k­ andangnya. K­ egiatan ­mencuri lembu atau kerbau bukan Pencuri, meskipun tetap untuk dimiliki, tetapi hanya d­ isebut penjahat, namun m­ asih untuk ­mengetes ­kemampuan. memanfaatkan ­kelengahan Setelah berhasil, sapi atau orang. Jadi masih dapat kerbau dilepas di jalan. Kecu d­ iusahakan yaitu d­ engan juga demikian. Semula hanya p­ engamanan yang baik untuk mengetes k­ esaktian. atau penjagaan yang ketat. Orang kaya yang dimintai P­ erampokan sukar dihindari. tentu akan ­mempertahankan Pada masa sesudah p­ endudukan emasnya ­dengan mengundang Belanda di Yogyakarta, o­ rang-orang sakti. Jadi seperti b­ anyak perampokan di desa. pertunjukan adu kesaktian yang O­ rang-orang kaya di desa tidak dibiayai orang-orang kaya. Jika dapat berkutik, selalu waswas, menang, kecu memiliki emas bukan hanya khawatir hartanya yang disediakan oleh orang dirampok tetapi juga khawatir kaya. keselamatan jiwanya. Seringkali apabila terjadi perampokan, si Dahulu kecu tidak boleh empunya rumah dibunuh. mengambil barang yang bukan emas, karena g­ engsinya akan “Saya dan k­ eluarga turun. Boleh jadi k­ esaktiannya m­ engalami masa yang juga akan luntur. T­ ernyata melik m­ enakutkan itu. Setiap malam nggendhong lali, k­ epemilikan keluarga saya tidak berani tidur membuat lupa. Lantaran di rumah, mengungsi ke kota i­ngin memiliki atau ingin yang lebih aman. Bagi keluarga kaya dari kesaktiannya, maka saya tidak banyak masalah k­ esaktiannya ­dipergunakan karena mempunyai gerobak, untuk m­ encuri. Datang tanpa s­ ehingga setiap malam bisa p­ emberitahuan, menguras p­ indah tidur di kota,” kata k­ ekayaan orang, bukan lagi S­ ugimin mengenang. emas tetapi apa saja diembat. Jika ada orang m­ engambil paksa Ayah dan ibu Sugimin t­idak b­ arang-barang milik seseorang pernah merancang p­ endidikan tidak lagi disebut kecu tetapi bagi anak-anaknya. Maklum, disebut grayak. Sekarang d­ isebut kala itu orang yang d­ erajatnya perampok. Statusnya sangat paling rendah tidak boleh ­sekolah. Ayah dan ibunya ­berjuang keras mengumpulkan Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 81

harta bukan untuk diri sendiri, Dilihat dari segi tetapi untuk anak-anaknya. h­ idayah, Sugimin Kebiasaan orang desa, asal ­berpendapat, ternyata kaya maka akan bisa memenuhi dengan habisnya kebutuhan. Anak-anaknya tidak harta itu timbulah kesulitan mendapatkan jodoh karena di desa kekayaan masih “suatu keyakinan menjadi pertimbangan utama baru bahwa bukan dalam menjodohkan anak. harta yang dapat ­membahagiakan Di desanya anak dikhitan m­ anusia. Bahkan bila sudah dewasa. D­ ikhitan harta dapat menyiksa artinya diislamkan. Pada waktu manusia.” kakaknya dikhitan, belum ada obat untuk khitan s­ eperti k­ ungkungan keprajan, status. s­ ekarang. Selesai dikhitan Di desanya, apabila ada orang dibiarkan t­erbuka tanpa v­ erban. kaya m­ empunyai hajat tidak Cukup mengenakan kain s­ arung dirayakan secara besar-besaan, di-cengkal dengan kayu agar ­dianggap tidak menghargai s­ arung tidak m­ enyentuh alat ­status p­ rajanya. kelamin yang terluka. Pethat namanya. T­ ampaknya ­tersiksa Tetanga-tetangga s­ udah sekali orang berkhitan. Acara mengharapkan adanya ­khitanan jauh lebih besar acara besar-besaran dengan ­daripada acara ­pernikahan. m­ enanggap wayang kulit p­ aling U­ mumnya acara khitanan tidak satu hari satu malam d­ engan menanggap wayang dengan dalang yang menjadi kulit satu hari satu malam. idola m­ asyarakat. Sebagai Bahkan ada orang kaya yang anak, Sugimin harus tunduk ­menanggap wayang dua hari dan patuh pada k­ ehendak dua malam. orang tuanya. Acara khitan dengan menanggap wayang Sugimin dikhitan pada usia satu hari satu malam akan 17 tahun, sudah duduk di kelas 3 SMP. Sebenarnya dia sudah memohon dikhitan di rumah calak saja, tidak perlu ­memakai upacara b­ esar-besaran. ­Namun ayah masih belum dapat m­ elepaskan diri dari 82 Biografi Prof. Sugimin WW

dilaksanakan. Semua ­persiapan saat hendak di-kecu selamat, telah d­ ilakukan. Barang-barang kecu tidak berani datang. keperluan w­ ayangan telah d­ idatangkan. Acara khitanan “Terserah apa pendapat akan d­ ilaksanakan Senin pukul orang-orang. Hal yang pasti, 07.00 pagi. menurut saya, ayah masih mendapatkan perlindungan Allah Manusia boleh SWT agar tetap dapat mendidik ­merencanakan, tetapi Allah anak-anaknya hingga dewasa,” jua yang menentukan. Nahas. tutur Sugimin. Malam Minggu, saat sudah ­banyak sanak keluarga yang Sejak sekolah di SMP IV datang mempersiapakan acara, Yogyakarta Sugimin m­ emiliki rumah ayah Sugimin ­disatroni kebiasaan setiap Sabtu p­ ulang. perampok yang menguras Namun entah kenapa Sabtu ­seluruh isi rumah, termasuk itu perasaannya kurang enak barang pinjaman. Ayah diborgol h­ ingga tidak pulang. Baru dan disandera perampok. Semua Minggu pulang. Setiba di orang diancam tidak boleh rumah, dirinya disambut isak b­ erteriak. Jika membangkang, tangis semua anggota keluarga. ayah Sugimin akan dibunuh. Sugimin bengong karena tidak Biasanya untuk menghilangkan tahu apa yang terjadi. Melihat jejak, sandera dibunuh. dirinya bengong, salah seorang keluarga menyampaikan bahwa Syukurlah Allah tidak tadi malam rumah dirampok dan m­ enghendaki ayahnya semua barang hilang tetapi ayah m­ eninggal dalam ­kesengsaraan selamat. dibunuh perampok. Ayahnya dilepaskan dalam keadaan Allah Maha Besar, m­ elindungi ­tangan tetap ­diborgol. ­Ketika Sugimin dengan m­ enahannya ayahnya kembali ­dengan ­tidak pulang di Sabtu itu. ­Sugimin ­selamat, semua keluarga tidak bisa ­membayangkan yang tengah berkumpul ­seandainya pulang dan b­ ertangis-tangisan. ­Orang-orang ­perampok tahu dirinya yang lalu menafsirkan peristiwa akan dikhitan, bisa jadi dia yang l­olosnya sang ayah karena menjadi sandera. Semua seperti k­ esaktiannya, dapat menghilang, sudah diatur Allah SWT. karena pertapa ulung. Mereka mengaitkan beberapa kejadian Sekarang apa yang h­ arus yang menimpa ayahnya. Pada dilakukan? Rencananya k­ hitanan dilaksanakan Senin esok hari. Namun semua b­ arang dan Cah Angon Itu Akhirnya Sekolah 83

uang ludes digasak p­ erampok. tentu tidak lepas dari peran B­ arang yang masih tersisa ­teman-teman dagang ayah dan adalah p­ akaian. Mengingat ibunya. Semua yang d­ iperlukan hal itu S­ ugimin merasa heran. untuk khitanan dilengkapi. Entah ­kenapa semua ­barang S­ eluruh keluarga juga sangat yang telah d­ ipersiapkan heran, dari mana datangnya ­untuk ­khitanan dibawanya semua peralatan sesudah ludes ke Y­ ogyakarta. P­ adahal tidak dibawa perampok. Sugimin ada yang m­ enyuruh. Ayah b­ erpikir, mungkin ayah dan dan ibunya k­ elihatan masih ibunya ketika berdagang berlaku shock. Harta yang dikumpulkan baik kepada mereka, sehingga b­ ertahun-tahun dengan kerja dalam kesulitan itu mereka tidak keras memeras keringat, lenyap segan-segan membantu. dalam sekejap. Ayah dan ibunya tidak dapat berpikir apa-apa, Musibah itu mengubah total tidak tahu harus berbuat apa. kehidupan keluarga Sugimin. Kekayaan yang dikumpulkan Kabar perampokan di dengan kerja keras selama lebih rumahnya segera tersebar dari 20 tahun, hanya dalam ­meluas ke desa-desa tetangga, hitungan jam ludes d­ igarong. sampai ke pasar-pasar, ke Nahasnya, bukan hanya teman-teman ayah dan ibu k­ ekayaan milik pribadi yang raib Sugimin. Tak berselang lama, tetapi barang-barang pinjaman teman-teman ayah dan ibu yang akan digunakan untuk hajat b­ erdatangan. Tidak ­diketahui khitanan juga ikut dirampok. siapa yang m­ engambil ­inisiatif, ternyata dalam waktu Setelah keadaan tenang, s­ ingkat semua keperluan ayah Sugimin mengumpulkan k­ hitanan terkumpul lagi. Acara anak-anaknya. Intinya ayah k­ hitanan pada Senin pagi hari ­menyatakan bahwa dirinya b­ erlangsung sesuai dengan sudah tua, sudah tidak bisa ­rencana, seperti tidak terjadi ­apa-apa. Hartanya ludes. Dia apa-apa sebelumnya. sudah tidak bisa m­ ewariskan apa-apa. Karena itu dia “Seperti sulapan. Aneh. ­meminta ­anak-anaknya m­ encari Namun bila Allah menghendaki, ­penghidupan s­ endiri-sendiri semua terjadi sesuai dengan ­dengan jalan yang l­urus, kehendakNya,” kata Sugimin. harus mantap dengan ­sungguh-sungguh berbakti Terselenggaranya acara kepada Tuhan Yang Mengusai s­ esuai dengan rencana, 84 Biografi Prof. Sugimin WW


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook