Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Terjemah Syarah لمعة الاعتقاد شرح ابن عثيمين

Terjemah Syarah لمعة الاعتقاد شرح ابن عثيمين

Published by Ismail Rao, 2022-06-16 23:41:08

Description: Terjemah لمعة الاعتقاد شرح ابن عثيمين

Search

Read the Text Version

?o*mo ? nur* Salal, %e*n y Srlat, menyelisihi keinginan Rasulullah € berupa takwil-takwil dan tahrif-tahrif banl. Akan tetapi kita menetapkannya sesuai dengan keinginan Rasulullah &. Inilah makna syahadat Muhammad Rasulullah, yaitu menaati perintahnya, meniauhi larangannya dan membenarkan berita yang beliau bawa dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan. Orang yang ber- saksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, namun dia tidak membenarkan berita beliau, adalah orang yang mendustakan sya- hadabrya sendiri. Dan perkara yang paling agung yang dibawa oleh Rasu1ullah iS adatah Asma' wa Shifat, beliau menamakan Allah dengan nama-nama dan menyifatiNya dengan sifat-sifat, maka kita wajib beriman kepadanya dan membenarkannya dan tidak membantah Rasulullah # atau menyelewengkan aPa yang datang dari beliau dengan takwil-takwil batil, keragu-raguan dan kepal- suan-kepalsuan yang karenanya banyak manusia tersesat. Perkataan Imam Ahmad dan Imam asy-syafi'i adalah manhaj yang dititi oleh umat Nabi Muhammad ;ffi. O .ii:tr t3t tJL ,*i (Dan as-Salaf ash-Shalih berialan di atas manhaj inil Di atas keyakinan ini, yaitu iman kepada aPa yang datang dari Atlah sesuai dengan yang diinginkan Allah, iman kepada apa yang datang dari Rasutullah & sesuai dengan aPa yang diinginkan irurrtdUn iffi, as-Salaf ash-Shalih berjalan di atas prinsip ini, mereka adalah angkatan pertama umat ini dari kalangan para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in dan orang-orang di abad yangutama. Tidak seorang pun dari mereka yang ragu-ragu di bidang ini, mereka membaca al-Qur'an, meriwayatkan hadits-hadits tanpa menyang- gah sedikit pun darinya. Para imam di abad-abad yang utama berjalan di atas prinsip itu. Mereka tidak menyangkal sesuatu pun daii ayat-ayat dan hadits-hadits dalam masalah ini. Penyangkalan hanya terjadi setelah berlalunya abad-abad yang utama itu, saat para ulama ilmu kalam dan filsafat muncul,lalu mereka menyu- iupkan dalam Agama ini apa yang tidak termasuk darinya. Mereka merujuk kepada kaidah-ka idah manthtq dan.l argumentasi-argumen- tasi aial sebagaimana yang mereka namakan. Mereka menjadikan semua itu sebagai barometer terhadap Kitab Allah dan Sunnah

9?rlataaa, ? n \"r* 3al\"l, %ent\"a,7 3i,l\"t, Rasulullah ffi. O -;i;.ir*rji (Pan para imam khalafl Yakni, orang-orang yang datang setelah generasi Salaf yang berjalan di atas jalan mereka, mereka juga meniti prinsip ini, seba- gaimana sabda Nabi #, 'lsdEuthn i,Glv ,Ft ,rv ,*i U zktb Jti laS t:4 bt yi-,i.:U,_;, @c It \" Akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang berpegang teguh kepada kebenaran, oranS-orang yang menyelisihi mereka dan me- musuhi mereka tidak akan dapat memudaratknn merekn, sampai datang lceputusan Allah Tabaraka u)a TA'ala.\"l Maka akan senantiasa ada sekelompok orang dari kalangan khalaf (generasi belakangan) yang meneladani salaf, berjalan di atas manhajmereka sampai Hari Kiamat. Permukaan bumi -alhamdu- lillah- tidak akan pernah kosong darinya. Mereka senantiasa me- nyebarkan dan menyampaikan Agama ini setelah generasi as-Salaf ash-Shalih. Mereka adalah hujjah Allah atas makhlukNya. Ini ter- masuk hikmah Allah {l#, bahwa Dia menegakkan akidah ini dan manhaj as-salafi ini melalui orang-orang yang berpegang teguh ke- padanya, mengajarkannya kepada manusia sampai Hari Kiamat, sebagai rahmat dariNya kepada hamba-hambaNya. O 2t7it3')t;it.,p (Mereka semua sepakat untuk mengakui, dan membiarkannya (secara makna zahir)) Yakni, mengakuinya dan memberlakukannya sebagaimana ia hadir tanpa mengungkitnya dengan takwil dan tahrif. Mereka menetapkannya dengan lafazh dan maknanya, dan tidak menyang- kalrrya. Ini adalah manhaias-Salaf ash-Shalih dan orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari kalangan para imam pembawa petunjuk dari generasibelakangan. <-E3rrd;a, \"Il1 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Imarah, Bab Qauluhu &, Tazalu Tha'ifutun min Ummati Zhahiina ala al-Haq la Yadhurruhum man Khala- fahutn\", no. 1920; dan at-Tirmidzi, Kitab al-Fitan, Bab ma Ja'a ft.l A'immah al-Mudhillin, no. 2229: dari hadits Tsauban. '6#t#,c6.-.66ru

tr€H

Sorotqa.u%2+ado Sunah ffiffi *ro** Kelnda Sunnatr | dan Peringatan Terhadap Bldrah I fi .\"ur*i fi |tll/\\ t v3 r,etb,)$iup;61 rwi\\,i\"l r,, /I\\ :rwt tji.ti ,t# #tjr.li,e:iv^:''r Ill llf Xita telah diperintahkan untuk mengikuti ieiak mereka, llf llf mengambil petuniuk dengan rambu-rambu mereka dan llf II lllffit'l#ffi i\"l'.trfl:,tfr ;tr*\",': i:#,ril:i lllIII'*, Lt# Jbt'4ti#,tt,\\t.4,t2tt,iit,g;rt,ert;ifiiWt f:ui,,#;q4rtyftl,sg'.t,.:tt,,\\//lTlll\\ yi*t Ill.irl lll lll'nerpeg\"nglah kalian kepaita sunnahku dan sunnan ruAafa' [fJ Rasyi din yang ilibei petunjuk sesudahku, gigitlah ia itengan l)] ) |SlSt geraham, iauhilah perkara-perkara Agama yang dibuat- I baat, karena setiap perkara Agama yang buat-buat itu ada- I I lahbid'ah dan setiapbid'ah ailalahkesesatant.\"r I I Ini adalah hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad,4/L26, 127; Abu Dawud, Kitab as-Sunnah, Bab Luzum as-Sunnah, no. 4607; at-Tir- midzi, Kitab al-Ilm, Bab ma ta'a ft al-Akhdz bis Sunnah wa litinab al-Bid'ah, no. 2676; Ibnu Majah, al-Muqaddimah, Bab lttiba' Sunnah al-Khulafa' ar- Rasyillin al-Mahdiyin,no.42,43; ad-Darimi,l/44; Ibnu Hibban, (102 Mawarid); al-Hakim, 1/97; Ibnu Abu Ashim, as-Sunnah, hal. 17 , no. 20, 29 dan 30; al- Baihaqi dalam ad-Dala'iL,6/541; Ibnu Abdil Bar,Jami' Bayan al-Ilm wa Fadhlih,l/22:224: dari hadits al-Irbadh bin Sariyah Abu Najih. Hadits ini dishatrihkan oleh beberapa ulama. 6#S,.6rd-&d,

6oioaqan, X?+afa, &un \"lr, Abdullah bin Mas'ud 4r berkata, \"Ikutilah Sunnah, dan janganlah berbuat bid'ah karena kalian sudah dicukupkan (dengan Sunnah itu).\"1 At-Tirmidzi berkata, rrHasan shahih.rr Al-Hakim menshahihkannya dan adz- orut uUi*.nyetujuinya. Ibnu Abdil Bar menukil dari Abu Bakar Ahmad bin ltt* bahwa hia berkata, rrHadits kbadh tentang perintah berpegang iUtnwuua^e^t-U-gsa\"unnriaoBr&arKbtreurlkaafat'a,R,a'Bsyeidnianr adalah hadits shahih y.ang !<ual1 Kemudian seperti yang beliau katakan.'r Hadits ini dishahihkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di beterapa tempat, dari iiiiu' afpatawa, iO / 3og dan lqtidha' ash-Shirath al-Mustaqim, 2 / 67 9' Adapun tashhi.h al-Albani yang diisyaratkan oleh Syaikh-Ibnu Utsarmin, maka ia teicantum datam Shahih at-1ami' ash-Shaghir,2/346 dan takhrii beliau atas as-Sunnah milik Ibnu Abi Ashim, hal. 17: 20 dan hal. 29, 30' Faidah penting; Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata dalam larni' al-ulum wal Hii;;, hal. 36fial am syarahnya atas hadits ini, dia membahas perkara- p\"it*i-pn\"un.i\"rUbUuh\"Aiufgu.a-tr\"nf,ean\"yytaaannngEg dibuat-buai dan menyebutkannya satudemi satu, Ibnu paling sulit dari itu adalah apa yang.dibuat-buat dalam dzat dan sifat-sifat Allah, padahal Nabi.ffi, para sahabat iun t\"Ui;in tidak per-nah membahasnya. Suatu kaum menafikan tidak sedikit .it\"toitut Allah yang tercantum di dalam al-Qur'an. Mereka mengaku bahwa y.\"\"ni.gtu,\"nmgehlaakruuksakna-nnyamedneymuicmikeannyAuclilk{andAa{ll1ayhab.eMrdea_snaurrkuat nmteurnetkuatabnahawkaal ton-r.tu\"i.i hal itu adalah mustahil bagi Allah *. Kaum yang lain tidak merasa cukup hanya dengan menetapkannya sehingga mereka pun menetap tk\";p, \",dp\"\" riy-ru\"tnfgrtu-.t r.\"Pkaadashaaligtkuantumtaenru-tpuanktuatnantunintiu; tmanenloegtaispnkyaan dengan melihat dan menafikan- nyu i..-utuk perkara di mana generasi pertama umat ini sepakat untuk diam terhadapnya.rl Ini adalah atsar yang shahih, diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud oleh beberapa orang tabi'in, di antara mereka: o) Abu Abdurrahman as.sulami. Diriwayatkan oleh ad-Darimi, no. 204; ath- Thabrani dalam al-MuIam al-Kabir,no. 8870; al-Baihaqi dulq* al-Madkhal, no.294; Ibnu Wadhdhah dalam al-Bida' wa an-Nahyu,!nha, hal' 10, semua- nya dari jalan al-A'masy, dari Habib bin Abu Tsabit darinya. Al-Haitsami blrkata dalam al-Maiia' , l/l1l,rrRawi-rawinya adalah rawi-rawi as1- s,dhaarhi,oihle.|hsauyl-aAb-uer.kyatdaa,nhjaungyiaHsaabjaibdbailnamAbsuanTasdabiniti, terdapat pernyataan, dan keduanya adalah mudallis. (2) Ibrahim an-Nakha'i. Diriwayatkan oleh Abu Ktraitsamah dalam al'Ilm, no. jalan al-Ala' dari Hammad darinya. sanadnya distrahihkan oleh al- 54 dari di n1unu dia berkata, I'lni adalah sanad yang shahih, karena Ibrahim Albani sekalipun dia tidak bertemu Abdullah bin Mas'ud, telah diriwayatkan secarishahih darinya bahwa dia berkata, Jika aku menyampaikan hadits .',.!cp(6Mr-r.r+6gdDt,B-

Soutyvxr@&u.\"1, ,(Ft ;is s.s ;i $,\"Vt vJG *nyst a * iVi L#'iqlr,itut.;*ittirv,rXt5{;sqi*el:t.;1i&gt*rJ,*,*lfvii*,#a,:uqir,lF*#W/ii\\i,.^'$V4siitiryti,<*F;y3'Vi(;li4,'d,rssv.Eti;ll. d\"zYi otft {:s4;i a3,ari iY # *t ii) ,Hii #e3i&u.\\:*W.dt; Umar bin Abdul Aziz {B berkata, yang maknanya: \"Berhen- tilah di mana mereka berhenti, karena mereka berhenti berdasarkan ilmu, mereka menahan diri berdasarkan pan- dangan yang tajam, mereka lebih mampu untuk menguak- nya, mereka lebih patut untuk meraih keutamaan. fika kalian berkata, bid'ah (penyimpangan) itu muncul sesudah mereka, maka ia tidak muncul kecuali di tangan orang-orang yang menyelisihi petunjuk mereka, tidak menytrkai sunnah mereka, padahal mereka telah menjelaskan dengan sangat memadahi, telah berbicara dengan sangat mencukupi. Maka yang di atas mereka adalah orang yang berlebih-lebihan, dan yang di bawah mereka adalah orang yang menyepelekan. Sebagian orang lalai dalam mengikuti jalan mereka, akibat' nya mereka meniadi asal-asalan, dan sebagian orang me- lampaui batas mereka, akibatnya dia justru terjerumus ke dalam sikap berlebih-lebihan (ekstrim), dan sesungguhnya mereka, di antara kedua sikap tersebut, benar-benar di atas dari seorang laki-laki dari Abdullah, maka itulah yang aku dengar, jika aku berkata, 'Abdullah berkata, maka ia dari lebih dari satu orang dari Abdullah.rl ttr Qatadah. Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah dalam al-Bida'wa an-Nahyu Anha, hal. 11 dari jalan Abu Hilal darinya. Abu Hilal ini adalah Muhammad bin Sulaim, rawi jujur sekalipun sedikit dhaif, al-Bukhari meriwayatkan hadits.haditsnya secara mu'allaq. Secara umum atsarlbnu Mas'ud ini adalah atsar yang shahih tanpa ragu dengan jalan-jalan periwayatan di atas. Wallahu a'lam. ffi€H

goioar*r,%2?\"LSu^aal, ialan yang lurus.\"1 ae:- 4ct33\\t t* fl ( u,ir jut itv :t f\\,!4b :-'ib ittt aie !$le ,,-i$t ,:t5., dr eu tif )'bLt ,4q! 4F\\ Imam Abu Amr al-Auza'i # berkata, \"Berpeganglah kepada atsar as-Salaf sekalipun orang'orang menolakmu, jauhilah pendapat manusia, sekalipun mereka menghiasinya dengan perkataan yang indah.2 yrtbt3 8 ,y,,.!#Sr *gt * :;,t:;., Jt;e ,';tu*ti ,*s ,*p'od.i6. ,fi 1{5,ffi +rr i*S t4r+ b ,V1.,i$t iiv ,uyl;u. iJ 'i,t r6jriru. P 3i.,SS 'a,l-Jbl ,ri'3o Atsar ini disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Burhan ft. bapn al-Qur'an, hal. 8&89 dari perkataan Abdul Aziz bin al-Majisyun, kemudian dia berkata, rtMaknanya diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz.rl Atsar ini disebutkan oleh al-Hafizh Ibnul Jauzi dalam Manaqib Urtar bin Abdul Aziz, hal 83-84. Al-Hafizh Ibnu Rajab juga menyebutkan sebagian darinya dengan sedikit perbedaan dalam buku kecilnya Fadhl llm as-Salaf, hal. 36, yaitu ucapannya,rrsesungguhnya orang-orang dahulu berhenti ber- dasarkan ilmu, menahan diri berdasarkan pandangan yang tajam, seandainya mereka membahasnya, niscaya mereka lebih mampu untuk itu.rr Dia meng- isyaratkan dengan perkataannya ini bahwa diamnya mereka berpijak kepada ilmu dan rasa takut, bukan diam karena lemah dan tidak tahu, bahwa pem- bahasan panjang lebar yang dilakoni oleh orangorang sesudah mereka tidak menunjukkan bahwa orang-orang tersebut lebih tahu daripada mereka. Silakan merujuk dalam hal ini Fadhl lln as-Salaf, hal. 36: 41. Ini adalah atsar yang shahih, diriwayatkan oleh al-Khathib dalam Syaraf Ashhab al-Hadits,hal 7; al-Aiurri dalam asySyari'ah. hal. 58, darinya Ibnu Abdil Bar dalanJami'Bayan al-Ilm wa Fadhlih,z/Ll4 danjalan al-Abbas bin al-Wdid bin Mazid al-Beiruti, dia berkata, rrBapakku mengabarkan kepadaku, dia berkata,'aku menden gar al-Auza'i berkata,' lalu dia menyebutkannya.'l Ini adalah sanad yang shahih. Adapun ucapan al-Hafizh dalam at-Taqrib, 1/399 tentang al-Abbas bin al-Walid, bahwa dia jujur, maka ia tidak diterima, karena orang ini telah dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Abi Hatim, an-Nasa'i, Ibnu Hibban dan lainnya sebagaimana dalam at-Tahdzib,5/11$116; al-Jarh wa at-Ta' dil, 2 / zLO dan Thab aq at al-H anabilah, L / 235. ffi€H

Souaaya,Xrpado Suaaah t#il.j oi ,jtt ,GW 3t jii +,F ,&gr j6 tc^ii *i'.l;it6t--trptt*:,ijii.*,civr*ri-ilti;ig;.,SiAI'lrtitl1eg,*gvt qg,t-r8.i3 v,ryi<z. +rr i*: it: tq;; :du ose ,t;4ilt ita ,,h91 'fr'4j v Muhammad bin Abdurrahman al-Adrami berkata kepada seor:rng laki-laki yang berbicara dengan bid'ah dan meng- ajak orang kepadanya, \"Apakah Rasulullah S, Abu Bakar, LJmar, Utsman dan Ali mengetahuinya atau tidak menge' tahui?'Dia menjawab, \"Mereka tidak mengetahui.\" Beliau berkata, \"Sesuatu, yang mereka tidak mengetahuinya, apa- kah kamu yang mengetahuinya?\" Laki-laki itu Gerubah sikap), dia berkata, \"Saya katakan, Mereka mengetahuinya.\" Dia bertanya, \"Apakah mereka merasa cukup dengan tidak membicarakannya dan tidak mengaiak orang-orang kepada- nya atau tidak cukup bagi mereka?\" Dia meniawab, r'Sangat cukup bagi mereka.\" Dia berkata, \"Sesuatu yang Rasulullah f, dan para Khulafa' Rasyidin cukup dengan tidak membi- carakannya, n.rmun kamu tidak cukup?\" Maka laki-laki itu terdiam. Maka khalifah yang hadir di maielis itu menimpali, \"semoga Allah tidak mencukupi siapa yang tidak pernah merasa cukup dengan sesuatu yang membuat mereka (Nabi dan para sahabat) cukup.\" ;r*rlJti 4;*a1s g llr Jt-3 e3 V ',4 p u ti<ii b.\"ijr e. i*tgb, e9. b w$i.g'j;i- & eJD *t .,LIV t* vrtyV ,6tl;ii ,ag .7t;-lt 9$ €J .*iit Begitulah\" orang yang tidak merasa cukup dengan apa yang membuat Rasulullah ffi,para sahabat, tabi'in yang mengikuti mereka dengan bqiL, para imam sesudah mereka dan orang- orang yang mendalam ilmunya merasa cukup, dari membaca

6o4orryaa, ?<zpado 3uaaah ayat-ayat sifat, menelaah hadits-haditsnya dan memberlaku- kannya sebagaimana ia datang maka semoga Allah tidak mencukupkannya.

goroatla, ?<r?afo Suarrah (t*nh )armrn O et\\;t$ltiPt6l ;t+)! uyi:iti (Kita telah diperintahkan untuk ruengikuti jejak mqeka, mangambil pefimjuk ilengan rambu- rambu mereka,.,.l Meneladani (mengikuti) mereka dalam hal ini merupakan kewajibary berdasarkan sabda Nabi *8, Wt* ,:,o,5:'X,ybiLrG##\"toPU,lb'4\\ttgt vrtt3;r.tij;tJ,#3 3f1#t) ,,Wirflt, .\\it6 :\"t, YS \"Berpeganglah lulian lrepada sunnahku dan sunnah Klrulafa- Ra- syidin yang dibei petunjuk *suilahku, gigitlah ia dengan gigi geraham, jauhilah perlura-perlara Agama yang dibuat-buat, karena setiap perknra Agama yang dibuat-buat itu adnlah bid'ah dan setiap bid'ah adalah l<c- siltnn.\" Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tir- midzi, dan beliau berkata, \"Hasan shahih.\" Dan dishahihkan juga oleh al-Albani dan beberapa ulama. O Sunnah dan Bld'ah Serta Huhum Maslng-maslng Sunnah secara bahasa berarti jalan (metode). Secara istilah sunnah berarti apa yang dipegang teguh oleh Rasulullah ffi dan para sahabatberupa akidah dan amal. Mengikuti sunnah adalah wajib berdasarkan Firman Allah ult5, )i4Agt&(r'&tVji,(,Alt*l$ ;i ef< t(*; y \"sungguh telah ada parla dii Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (keda- tangan) Hari Kiamat.\" (Al- Altzab: 21). ffi€H

6o4oaSaa, ?<tfado 3urv,alv Dan sabda Rasulullah ffi, w.totyb,,s#.b-e# d\"$lgt ,Uttit *J,3 6*,, W bIAL, \"Berpeganglah kalian kepada sunnahku dan sunnah Khulafa' Rn- syidin yang diberi petunjuk sesudahku, gigitlah ia dengan gigi geraham.\" Bid'ah dalam bahasa berarti sesuatu yang dibuat-buat. Secara istilah bid'ah berarti sesuatu yang diada-adakan (dibuat-buat) di dalam Agama yang menyelisihi akidah dan amal perbuatan yartg dijalani oleh Rasulullah # dan para sahabat. Bid'ah hukumnya haram berdasarkan Firman Allah ult5, 'n;i:i w;b o3;: a'flf i'&ti +ibJili qg-iirb ( @ W 3'6\"';,1, -+-ii 3f c -;;; \"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas lcebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam lahanam, dan lahanam itu seburuk- buruk tempat kembali.\" (An-Nisa': 1L5). Dan sabda Nabi ffi, .\\t; yn,,Fl ,\\;L yr;-t S'oy ,y,\\t 9t:t;.r,i fut) \"lauhilah perlura-perlura Agama yang dibuat-buat, karena setiap perkara Agama yang dibuat-buat itu ailalah bid'ah dan setiap bid'ah ada- lah kesesatan.\" O #t :ui t*# ,ii t#y z* yt; t; b * i6; (Abdullah bin Mas'ud berkata, \"Ikutilah Sunnah, dan ianganlah berbuat bid'ah karena kalian sudah dicukupkan (dengan Sunnah itu)) O Atsa*atsaryang lladlr yang Mendorong untuh Berpe- gang Kepada as-Sunnah dan lllemperlngathan Bld'ah 1. Di antara perkataan para sahabat adalah perkataan Ibnu Mas'ud, seorang sahabat yang mulia, wafat 32 H dalam usia enam puluh tahun lebih. .',t!.MG{ ldrr.z-l.os66ID]'t\"H.

$oioataa,XryloSu\"r\"h t 3ij1 Qkutil ah). Y akai, berpeganglah kepad a at sar - atsa r Nabi # tanpa menambah dan mengurangi. *t *'J i (l anganl ah b erbuat bi il' ahl . Yakni, j angan membuat- buat bid'ah dalam Agama. i$s iti (Kalian sudah ilia*upi). Yakni, para pendahulu kalian sudah memikul tugas Agama ini, di marul Allah tJtF telah menyem- purnakan Agama untuk NabiNya dan menurunkan FirmanNya, {&,'F;rrli6iy \"Padalwi ini telah,4ku xmpurnnlan Agamnmu.\" (Al-Ma'idah: 3). Maka Agama ini tidak memerlukan penyempurnaan (lagt). 2. Di antara perkataan tabi'in, adalah perkataan Amirul Mukminim Umar bin Abdul Aziz,lahir 53 H, dan wafat 101 H, yang mengandung: a. Kewaiiban berhenti di mana mereka berhenti, maksudnya adalah Nabi # dan para sahabat beliau, yaitu yang mereka pegang teguh dalam Agama, baik dari sisi akidah maupun amal perbuatan, karena mereka berhenti berdasarkan ilmu dan pandangan yang tajam, seandainya ajaran bid'ah yang dibuat-buat sesudah mereka mempunyai kebaikan, maka pastilah mereka lebih patut untuk melakukannya. b. Ajaran-ajaran yang dibuat-buat sesudah mereka hanya mengandung penyimpangan dari hidayah mereka dan keengganan menerima suffEh mereka, karena mereka telah menjelaskan Agama ini dengan sangat memadahi dan mereka telah berbicara tentang- nya dengan sangat mencukupi. c. Di antara manusia ada yang lalai mengikunmanhaimereka, akibatnya dia terjatuh ke dalam sikap acuh dan asal-asalan dan di antara mereka ada pula yang melebihi batas mereka, akibaxrya dia terjatuh ke dalam sikap berlebih-lebihan (ekstrim), padahal jalan lurus terbentang di antara sikap berlebih-lebihan dan sikap lalai tersebut. 3. Di antara perkataan tabi'in, adalah apa yang dikatakan oleh al-Auza'i, Abdurrahmanbin Amr, wafat 157 H. )qW.:,s; g Gerpeganglah kepada atsar salaf). Yakni, ber- .HJ:S.,,G6-..661.,

6o4oa4an, ?<t\"ado Su,aalv jalanlah di atas jalan hidup para sahabat dan tabi'in, karena jalan ini dibangun di atas landasan al-Qur'an dan as-Sunnah. ;tilt el;fuirli (Sekalipun manusia menolakmu). Yakni, sekali- pun mereka menjauhi dan meninggalkanmu. 4V) ais 4ug (fauhilah pendapat manusia). Yakni, waspadai- lah pendapat orang, yaitu pendapat yang hanya sekedar pendapat, tanpa berdasar kepada al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah ffi. ai;') irr (Sekalipun mereka menghiasinya). Yakni, memba- guskan kata-katanya dan memperindahnya, kebatilan tidak akan berubah menjadi kebenaran karena diperindah dan diperbagus. O )\"r 8 ,W..!*irjr *9 * lt 3:r.r i6; (Muhammad bin Abdurrahman al'-Adrami berkata kepada seorang laki-laki yang menetapkan bid'ah) 0 Dlalog yang Terfadl dl Hadapan Khallfah Antara al- Adraml dengan Seorang Pelahu Bld'ah Saya belum menemukan biografi al-Adrami ini dan pelaku bid'ah tersebut, saya juga belum tahu apa bentuk bid'ah dalam perdebatan tersebut.l Yang penting bagi kita adalah mengetahui I Kisah ini diriwayatkan oleh al-Khathib dalam Taikh Baghdad,10/75; dan lbnul Jauzi meriwayatkannya dari jalan al-Ktratib dalam Manaqib Imam Ahmad, hal. 431: 436; Ibnu Qudamah dari jalannya dalan at-Tawwabin,hal. 194. Adz-Dzahabi meriwaya&an dalarn Siyar A'lam an-Nubala',ll/313; al-Ajurri dalam agr'Slazri'ah,hat^ 91-95; disebut- kan juga oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah,10/335. Kisah ini diriwayatkan dari dua jalan, pertama panjang dan yang lainnya ringkas. Al- Hafizh adz-Dzahabi berkata setelah menyebutkan riwayat kisah ini yang ringkas, rrKisah ini unik, sekalipun dalam sanadnya terdapat rawi yang tidak diketahui dan ia mempunyai riwayat penguat (Vahid).u I.alu adz-Dz,ahabi menyebutkan riwayat kisah yang panjang. Yang terbaca dari tulisan Syaikh al-Utsaimin, bahwa kisah ini mengandung ketidak- jelasan pada empat titik al-Adrami, pelaku bid'ah yang menjadi lawan dialognya, khalifah yang ikut hadir di majelis dialog dan bentuk bid'ah yang karenanya dialog ini terjadi. Dari pengamatan terhadap kepribadian pelaku bid'ah, maka kita bisa mengungkap ketidakjelasan tersebul Pertanna, al-Adrami. Bisa kami katakan dengan pasti bahwa dia adalah al-Adzrami, dengan dzal bul<an dal, namanya adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Muhammad bin Ishaq al-Adzrami. Dia meriwayatkan dari Waki', Ibnu Uyainah, Ibnu Mahdi dan lain-lainnya. Yang meriwayatkan darinya adalah Abu Dawud dan an-Nasa'i. Abu Hatim dan an-Nasa'i menyatakannya tsiqah. Biografinya tercanhrm dalam at-Tahdzib,6/ 4-5; '6J:W,.G'd.-.6dJ

g o4oataa, 7<2?ado 3uaaal, dan at-Ansab milik as-Sam'ani, l/62. Dia inilah pelaku kisah di atas sebagaimana yang tercantum dalam rujukan-rujukan yang menceritakan kisah ini dan sebagaimana yang, diraiihkan oleh beberapa kalangan ulama. Al-Ktrathib meriwayatkan dalam Taikhnya t0/77-78; dan Ibnul Jauzi dalam al-Manaqib, hal. 436 bahwa al'Hefizh Abu Bakar Atrmad bin Abdurrahman asy-Syirazi menyampaikan dialog ini dan dia berkata, rsyaikh dalam kisah ini adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Muhammad bin Ishaq al-Adzrami.tr Al-IGathib dalamTaihhnya10/75 berkata,rrHarun al'Watsiq billah menghadirkan seorang laki-laki dari penduduk Udzunah, laki-laki ini berdebat dengan Ibnu Abu Duwad di depannya, dan laki-laki ini mengungguli lbnu Abu Duwad dengan argumen- tasinya, maka al-Watsiq melepaskannya dan memulangkannya ke kotanya. Ada yang berkata, bahwa laki-laki itu adalah Abu Abdurrahman al-Adzrami.rl Al-Hafizh berkata dalartat-Tafuib, 6/5 setelah beliau menyebutkan ucapan alKhathib, rrsaya berkata, kisah ini masyhur, al-Mas'udi dan lainnya menyebutkannya, ia diriwa- yatkan oleh al-Yasari dalam ahAlqaD dengan sanadnya dan dia berkata bahwa syaikh pelaku dialog adalah al-Adzrami tersebuLrl As-Sam'ani berkata dalam al-Ansab, l/62 kata al-Adzrami, 'rSetelah alif, dz.al bertitik dibaca fathah, ra' disukun dan akhirnya adalah mim, nisbat kepada Adzram, menu- rutku ia adalah desa di Udzunah di perbatasan, dari sana terdapat Abu Abdurrahman Abdullah bin Muhammad bin Ishaq al-Adzrami...rr Kemudian dia menyebutkan bio grafinya dan menyebutkan ucapan yang mirip dengan ucapan al-Khathib. Kedua,lawan dialognya adalah Ahmad bin Abu Duwad, seorang hakim agung Abu Abdullah Ahmad bin Faraj bin Hariz al-Iyadi al-Bashri al-Baghdadi, seorangJahmiyah, musuh Imam Atrmad bin Hanbal. Seorang penyem kepada fitnah bahwa al-Qur'an ada- lah makhluk, mempunyai kedudukan penting di sisi Khalifah al-Ma'mun, al-Mu'tashim dan al-Watsiq. Dia sangat membenci Imam Ahmad bin Hanbal, kepada Ktralifah dia berkata,rrWahai Amirul Mukminin, pancung dia, karena dia sesat dan menyesatkan.rl lihat biografinya di Wafayat al-A'yan,l/81, Siyr A'lam an-Nubala' ll/169; al'Bituyah wa an-Nihayah, l0 /3lg; dan Syadzarat adz-Dzahab, 2/ 93. Ketiga, khalifah yang hadir di majelis dialog, dia adalah al-Watsiq billah, Harun bin Muhammad al-Mu'tashim billah bin Harun ar-Rasyid al-Abbasi, Abu Ja'far. Dia salah seorang khalifah Bani Abbas di Irak. tahir di Baghdad dan memegang khilafah pasca wafat bapaknya tahun 227 H, dia memaksakan pendapat bahwa al-Qur'an adalah makhluk kepada rakyatnya, dia juga memenjarakan ulama-ulama yang menolak pen- dapat tersebut. Dan yang terlihat darinya adalah bahwa dia bertaubat dari keyakinan- nya ini di akhir hidupnya sebagaimana hal ihr terbaca dari konteks kisah dialog yang sedang kita bicarakan saat ini. Di akhir kisah, alMuhtadi billah pufa Khalihh al-Watsiq billah berkata, rrMaka aku membuang pendapat tersebut dan menurutku al-Watsiq juga demikian sejak saat ihr.rl Al-Hafizh Ibnu Qudamah dalam at-TawwaDlz meletakkan judul atas kisah ini dengan ucapannya, rtTaubat al-Watsiq billah dan putranya al-Muhtadi billah.rrAl-Hafizh Ibnul Jaunberl<ata dalam Manaqib ablmam Ahrnad, hal. 431, rrDiriwayatkan bahwa alWatsiq tidak lagi memaksakan keyakinan itu kepada ralryatnya pasca dialog yang terjadi di hadapannya, pandangannya menjadi terbuka bahwa lebih baik meninggalkan semua itu.rr lalu Ibnul Jauzi menyebutkan kisah seluruhnya. Keempt, bentuk bid'ah yang menyebabkan dialog itu terjadi, adalah bid'ah al-Qur'an ffi€H

garoa,ran, Xtfafo 3 uaaah fase-fase dalam dialog ini, sehingga kita bisa mendapatkan satu manhaj dialog yang kuat. Al-Adrami membangun dialognya ini di atas beberapa fase, dari setiap fase dia melangkah ke fase berikutnya sampai lawan dialognya terdiam. Pertama, ilmu (mengetahui). Al-Adrami bertanya kepada lawan dialognya, \"Apakah bid'ah ini diketahui oleh Nabi ffi dan para Khulafa' Rasyidin?\" Pelaku bid'ah menjawab, \"Tidak.\" ]awa- ban ini mengandung penghinaan kepada Nabi ffi dan para Khulafa' Rasyidin, di mana mereka dianggap sebagai oranS-orang bodoh terhadap perkara terpenting dalam Agama. Di saat yang sama jawaban ini merupakan senjata yang siap memakan tuannya, oleh karena itu al-Adrami melangkah ke fase kedua. Kedua,jika mereka tidak mengetahuinya, bagaimana Anda bisa mengetahuinya? Apakah mungkin Allah ult$ menutup suatu ilmu tentang syariatNya di depan Nabi ffi dan para Khulafa' Ra- syidin lalu Dia membukanya di depan Anda? Maka pelaku bid'ah itu pun berbelok haluan, dia menjawab, \"Mereka mengetahuinya.\" Maka al-Adrami melangkah ke fase ketiga. Ketiga,jika mereka mengetahuinya, apakah mereka merasa cukup dengan tidak membicarakannya dan tidak menyerukannya kepada orang-orang atau tidak? Maka pelaku bid'ah menjawab bahwa mereka merasa cukup dengan mendiamkannya dan tidak membahasnya. Maka al-Adrami berkata, \"sesuatu yang Rasulullah ffi dan para khulafa'nya merasa cukup dengan tidak membahas- nya, namun Anda tidak merasa cukup (untuk mendiamkannya)?\" Maka pelaku bid'ah tersebut terdiam, tidak bisa menjawab, pintu jawaban tertutup di depan matanYa. Maka Khalifah menyetujui kata-kata al-Adrami dan dia ber- doa semoga Allah menimpakan kesempitan atas orang-orang yang adalah makhluk, bid'ah yang melahirkan ujian besar yang menimpa para ulama dan para imam dengan Imam Rabbani ash-shiddiq yang kedua, Atrmad bin Hanbal, sebagai pemimpin mereka dalam menolak pendapat tersebul Silakan merujuk mukadimah SyaiLtr Abdul Qadir al-funa'uth dalam catatannya atas Lum'atul I'tiqad, di mana dia membenarkan koreksi ini dengan sebuah isyarat yang cermat. ffi4H

goroarai, Xzfodo 3un ral, tidak merasa cukup dengan apa yang membuat Rasulullah # dan para khulafa' merasa cukuP. Begihrlah, setiap pelaku kebatilan, baik itu bid'ah atau lain- nya, maka uiung perkaranya adalah ketidakmamPuan untuk men- jawab. *** ffi€H

6a4antaa, X\"faln, 3uaaah (sr.rr .rr.o) o meehnlgri+ku)tliijecia+k;timl rewre)kqaY, yml e:in,g(aKmitabitleplaehtudnipiuerkindtaehnkgaann untuk rambu-rambu mereka) Maksudnya adalah mengikuti jejak-jejak mereka dalam Agama ini. Allah tlts berfirmary ,*,\\, J#l uJ(t 22r\"iii t#;i'ui'I'jli Oj\"lr\\iy 41;\\i;,#xiGi \"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk lslam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang meng- ikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha lcepada Allah.\" (At-Taubah: 100). Rasulullah # bersabda, '4#. b d,#t'C)4t9t rr;EJ *3 *,W \"Berpeganglah kalian kepada sunnahku dan sunnah para Khulafa' Rasyidin yang diberi petunjuk sesudahku.\"l Ini adalah perintah untuk mengikuti jejak mereka dan ber- jalan di atas rambu-rambu mereka. Rambu adalah petunjuk di tepi jalan yang dijadikan pegangan oleh orang yang meniti jalan tersebut. O 96l^-ir u:Yi (Dan kita telah diperingatkan dari perkara- perkara baru yang dibuat-buat) Peringatan tersebut adalah dalam sabda Rasulullah ffi, t'._r$r!tr F3 ,M r-tt-i ,:t; q$t ;;-.S,+r +q g.i4l t*'oL yt,,Fl ,\"a;L j yt; &, ,\"i,1* yi;-t ,y, ,Wt:i;; \" S e sungguhny a sebaik-baik p erlataan adalah Kitabullah, sebaik- baik petunjuk adnlah petunjuk Nabi Muhammnd M, Gebaliknya) seburuk- | (Takhiinyatelah lewat sebelumnya dimatan. Ed. T.).

$,a.oaraa, Xrfafo 3unaah buruk perkara adalnh perlura-perlara yang dibuat-buat. Semua (ajaran) yang dibuat-brut afulah biil'ah, *mua bid'ah adnlah lcesesatan, dan semua ke*stan adalah di nerala.\"l Begitulah peringatan Nabi s. *Rasulullah figa telah bersabda, *,w \" Berpeganghh kalian lrepodn sunnahku. \" Yang dimaksud dengan sunnah beliau adalah perkataan, atau perbuatan, atau ketetapan beliau yang shahih. Segala yang datang dari beliau adalah merupakan sunnah yang harus dipegang, ber- dasarkan Firrnan Allah dXS, 4WruF46bL3i3i)iPt;6b \"Apa yang dibawa Rnsul leepadamu, mala terimalah, dan aPa yang dilarangnya bagimu, mala tinggalkanlah.\" (Al-Hasyr: 7). Dan Fir:man Allah *, t, t1zr..,&z l: fi;i )fiefii,rSy \"sungguh telah aila pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.\" (Al-Ahzab: 21.). |uga Firman Alliah elt5, {-6i'tfi3fiJ;;}i b-Jy \"Barangsiapa yang menaati Rasul itu, mala sungguh ia telah me- ruati Allah. \" (An-Nisa': 80). Dan dalil-dalil lainnya yang memerintahkan mengikuti Rasulullah lE, menaati beliau dan berpegang kepada aPa yang datang daribeliau. Demikian pula dengan sunnah para Khulafa' Rasyidin yang empat: Abu Bakar, LJmar, Utsman dan Ali, mereka adalah para I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab at-Jumu'ah, Bab Takhftf ash-Shalah wa al-I(huthbah, no. 86i; apNasa'i, Kitoh Shatoh al-Idain Bab Kaifa Yakhthubu, no. 1578; Ibnu Majah, al-Mtqdimah, M lithab at-Bida' wal ladal, no. 45 dan lainnya: dari hadits Jabir binAbdillah€s. 'urGurd3-/hrd#,.

6 orAnqan, ?<?lado 3uaal, Khulafa' Rasyidin di mana Rasulullah M memerintahkan kita untuk memegang sunnah mereka, karena sunnah mereka adalah sunnah Rasulullah;W, mereka adalah orang-orangyang telah me- realisasikan ittiba' kepada Rasulullah iW. O tyy. b U#t 0-gt9t 7t;iii)t zl,3 (Dan sunnah Khulafa' Ra- syidin yang diberi petuniuk sesudahku) Nabi ffi menyatakan bahwa mereka adalah ar-Rasyidin (orang- orang yang berjalan lurus), dan l-gi (jalan lurus) adalah lawan;j,ji (kesesatan), yaitu hidayah dan mengikuti kebenaran, sedang kese- satan adalah penyimpangan dari kebenaran. Mereka adalah orang- orang yang diberi pehrnjuk. Kemudian Nabi M menyifati mereka dengan sifat yang larn, 644Ai \"Yang diberi petunjuk,\" yakni, orang- orang yang telah dibimbing oleh Allah untuk mengikuti kebenarary dan siapa yang mengikuti kebenaran, maka dia telah mendapatkan petunjuk. O &1fl\\* tit (Gigitlah ia dengan gigi geraham) Yakni, Sunnah Rasulullah # dan sunnah para Khulafa' Ra- syidin. Maksud menggigit di sini adalah berpegang kepada se- suatu dengan kokoh. Dikatakan, \"Dia menggigitnya dengan gigi geraham,\" adalah bila dia berpegang kepadanya dengan sangat kuat, seperti orang yang akan tenggelam saat ia jatuh ke dalam air, namun dia mempunyai tambang, dia pasti akan memegang tambang tersebut dengan kokoh agar tidak tenggelam, bila dia merasa khawatir tambang tersebut akan terlepas dari kedua ta- ngannya, maka dia akan menggigitrtya dengan gerahamnya, karena harapannya terhadap tambang tersebut sangat kuat, ia merupakan media keselamatannya. Maka Sunnah Rasulullah ffi adalah ibarat tambang yang dipegang oleh orang yang akan tenggelam ini, se- andainya dia melepaskannya, niscaya dia akan celaka. O ,.;;$r 9il;i3 tsrig (Iauhilah perkara-perkara Agama yang dibuat-buat) Setelah Rasulullah S mengajak kaum Muslimin untuk ber- pegang kepada Sunnah beliau, beliau memperingatkan mereka dari perkara-perkara Agama yang dibuat-buat. iug.ji adalah jamak \"t:t;;, yaitu bid'ah yang dibuat-buat ffi€H

6a4oaren, %2?ado Surunh oleh pelakunya. Bid'ah dan perkara-Perkara Agama yang dibuat- buat adalah membuat suatu aiaran di dalam Agama padahal ia #tidak termasuk darinya. Inilah bid'ah, sebagaimana Rasulullah bersabda, .\\r*,viri4;-,Aiu W I \"Barangsiapa melakulun suatu amalan yang tidak berpiiak lepoda Agama kami, mala ia tertolak.\"l Dalam riwayat lain, .\\, *'q A t, tii uii e,tt;i g \"Barangsiapa membuat-buat ajaran di dalam Agnma lami ini se- suatu yang bukan darinya, malu ia tertolak.\"2 Perkara-perkara Agama tidak diterima dari sikap mengada- adakan dan penambahan, akan tetapi wajib berpegang kepadanya secara nash dan ruh (komiEnen) tanpa menambah dan mengurangi. Dan kata, 6sUl\"Iurhilah\" adalah kata peringatan. ObL,i'u ,F i1 {sesungguhnya setiap perkara Agama yang dibuat-buat itu adalah bid'ah) Ini adalah prinsip gtobal yang umum, semua perkara (ajaran) yang dibuat-buat dalam Agama adalah bid'ah. Di dalarn Agama ini Uaat ada ajaran dibuat-buat yang baik, di dalam Agama tidak ada bid'ah hasanah sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang tersesat atau oranS-orangyang tertipu dengan apa yang di- katakan, \"Ada bid'ah hasanah.\" Dalam Agama sama sekali tidak ada yang namanya bid'ahhnsanah, karena Nabi #bersabda, .\"itl ytr,Yt ,\"a;L a:i;; Jt:tY \"Karena sesungguhnya setiap perknra Agama yang dibuat-buat adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalahkesesatAn.\" Diriwayatkan oleh al-Bukhari sxara mu'allaq, Kitab al-Buyt', Bab an-Naiaq,4/355, (Fath al-Bai); dan Muslim (secara munaD Kitab ahAqdhiyah, Bab Naqdh al-Ahham al-Bathilah wa Radd Muhdatsat al-(lmur, no.18/1718 dari hadits Aisyah *r'. Diriwayatkan oleh al-Bukhart, Kitab ash-shulhi, Bab idza, Isthalahu ab ShulhiJaurfa ash-shulhu Mardud, no.269?; dan Muslim, Kitab al-Aqdhiyoh, Bab Naqdh al-Ahkam at-Bathitah wa Radd Muhdatsat al-Umur, no. 1718 dari hadits Aisyah €r'' ffiffi TM-gV:r

Orang yang berkata ada bid'ah hnsanah, adalah orang yang *membantah Rasulull ah yang bersabda, .\"it-; yt, ,bL y:{J # \"ps \"setiap perkara agama yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap b id' ah adalah ke se sat an. \" Sementara orang itu berkata, \"Bid'ah hnsanah bukan kesesatan.\" Ini adalah sikap menentang terhadap Rasulullah &. Dalam Agama tidak ada bid'ah hasanah selama-lamanya, karena semua bid'ah adalah kesesatan. Hadits ini merupakan pondasi besar yang membantah semua pelaku bid'ah dan membaguskan bid'ahnya di depan manusia, dia berkata, \"Ia baik, ia berpahala, ia menyemangati orang untuk ber- ibadah dan begini dan begitu.\" Kami berkata, bid'ah tidak mengan- dt*g kebaikaru tidak berpahala, semua adalah kesesatary semuanya buruk, semuanya tertolak atas pelakunya. Cukuplah bagi kita apa yang dibawa oleh Rasulullah N,ia mengandung kebaikan dan itu sudah cukup. Allah tl5 berfirman, {&,fi3s1;'1i \"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu Agamamu.\" (Al- Ma'idah:3). Rasulullah # tidak wafat kecuali Allah dtF telah menyem- purnakan Agama ini dengan (diutusnya) beliau. Maka siapa yang datang setelah Rasulullah & hendak menghadirkan suatu tam- bahan, berarti dia menuduh Tuhannya telah berdusta. Allah tltg berfirman,4'&r'# #1 i$i}\"faaa hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu.\" Lalu orang itu datang menyusupkan sesuatu dalam Agama dari dirinya sendiri, maka orang ini mendustakan Allah,gr8 dan menuduh Rasulullah # tidak menyampaikan (Agama secara sempurna), dan menuduh bahwa Allah tilt5 telah menurun- kan kepada Nabi ffi perkara-perkara yang dilakukan oleh pelaku bid'ah tersebut lalu Nabi # tidak menyampaikarurya dan menyem- bunyikannya dari umat. O :# )W lib:*,Stii (Abdutlah bin Mas'ud berkata, ...) Abdullah bin Mas'ud termasuk di antara para sahabat dari ffi€H

go4oayn, 7<2+ado 3unaah kalangan Muhajirin angkatan pertama. Beliau dikenal dengan ilmunya, kebersihan hatinya, ibadahnya dan keteguhannya dalam mengikuti Sunnah Rasulutrlah ffi. Beliau termasuk ulama besar dan fuqaha agung di kalangan para sahabat. Beliau berkata, t;,^;1 \"Ikutilah,\" yakni apa yang ada di dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah ffi. Ucapan beliau ini sama dengan Firman Allah elt$, 4*;;frtriuwiy \"lkutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan knlian.\" (AI-A'raf:3). O tt# {e'Jangan berbuat bid'ah.\" Ini adalah larangan berbuat bid'ah. Ucapannya ini sejalan dengan sabda Rasutullah g, rtisAt *3 ,11,;!:i;\"Berpwnglahlnpada sunnahku dan sunnah para Ktulafa' Rasyidin.\" Dan, ;i\\t 9ui;;t fW \" I auhilah perknra-perkara agama yang dibuat-buat.' Kemudian Ibnu Mas'ud berkata, O ## i5 \"Karena kalian sudah dicukupkan.\" Yakni, dicukupkan dari beban sehingga kalian tidak perlu bersusah payah, kalian tidak perlu menambah dan memaksakan diri, cukup bagi kalian mengamalkan apa yang tertera di dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah M serta apa yangdikatakan oleh para sahabat Rasulullah #. Kewajiban setiap Muslim adalah mengikuti al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah # serta meneladani para sahabat di mana mereka adalah murid-murid Rasulullah &. Abdullah bin Mas'ud adalah salah seorang pembesar dan orang mulia dari kalangan sahabat, dan beliau yang berwasiat kepada kita dengan wasiat agung ini, #u;V#ist#y \"lkutilah Sunnah dan jangan berbuat bid'ah, karena kalian sudah dicukupknn (dengan Sunnah itu).\" Tidak ada lagi peluang bagi seseorang untuk menambah dan mengurangi, manusia tidak patut membuat-buat perkara-perkara yang mereka kira baik danbahwa ia mendekatkan kepada Allah.

garoayn, Xe?afo Suaaal, Dari sini maka waiib atas setiap Penuntut ilmu, bila dia me- nemukan sesuatu dalam dirinya yang dipandangnya baik dan dia ingrn mengucapkannya atau menulisnya, maka dia harus melihat, apakah hal itu tertera di dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah #, apakah di antara as-Salaf ash-Shalih ada yang mengatakannya? Bila ada, maka alhamdulillah, dia telah menemukan kebenaran, namun bila tidak, maka dia patut berhati-hati dan menjauhi hal itu, dan hendaknya dia mengetahui bahwa itu adalah bid'ah. Sebagian penuntut ilmu (siswa dan mahasiswa) menghadir- kan istilah-istilah baru dan kalimat-kalimat yang belum ada sebe- lumnya, dan mereka telah melakukan kesalahan dalam hal ini. Tidak boleh bagi siapa pun unttrk menghadirkan istilah-istilah dari dirinya, atau dia memaksakan diri atau bersikap berlebih-lebihan dengan menghadirkan makna-makna yang tidak diucapkan oleh salaf dan tidak mereka pahami, khususnya dalam masalah Asma' wa Shifat. Hendaknya dia waspada dengan tidak mengucapkan kata yang tidak dikatakan oleh pendahulunya yaitu as-Salaf ash- Shalih. Ibnu Mas'ud berkata, \"Kalian telah dicukupkan.\" Kita tidak mempunyai peluang untuk berlebih-lebihan dalam menyikapi dalil-dalil dan menghadirkan keterangan yang tidak diucapkan oleh as-Salaf ash-Shalih, atau kita melontarkan istilah-istilah yang tidak diucapkan oleh as-Salaf ash-Shalih. Ini merupakan kaidah besar, bahwa Anda tidak patut mele- paskan kendali diri, khususnya dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah, atau Anda menyebutkan makna-makna yang belum dikatakan oleh as-Salaf ash-Shalih. ]auhilah hal ini, karena jalannya licin membuat kaki terpeleset, padahal saat ini Anda dalam penuh keafiyatan, segala puji bagi Allah. Kami banyak melihat para penulis dan penyusun buku di zaman ini melakukan kekeliruan dalam menggunakan istilah-istilah dan ungkapan- ungkapan yang mereka anggaP baik dan mereka Pun menulisnya, padahal ia merupakan kekeliruan yang tidak pernah ada sebelum- nya, khususnya dalam masalah akidah. Ini adalah kesalahan besar, karena yang wajib atas setiap Muslim adalah cukup dengan apa yang dikatakan al-Qur'an dan as-Sunnah berdasarkan manhaj as- Salaf ash-Shalih. Segala sesuatu yang tidak pernah dikatakan oleh ffi€H

6a4antaa, X2?alo 3uaaah as-Salaf ash-Shalih wajib kita jauhi, ini adalah jalan keselamatan. Apakah kita menyaingi ilmu salaf atau setara dengan ilmu mereka sehingga kita berani bersaing dengan mereka dalam menghadirkan istilah-istilah dan memahami datil-dalil? Kita tidak mencapai derajat tersebut. Di samping itu, ilmu dan pemahaman as-Salaf ash-Shalih lebih mendalam dari kita, karena mereka mengambil dari Rasulullah 1s secara langsung. Dari sinilah maka Abdullah bin Mas'ud berkata, \"(Teladnnilah) para shabat lTasulullah'ffi, orang-orang yang paling deras ilmunya dan yang paling minim pemaksaan dirinya, suatu kaum y ang telah dipilih ol eh Allah untuk meni adi shabat- slabat N abiN ya ffi, \" I Manusia yang paling banyak ilmunya adalah para sahabat, dan mereka juga orang yang paling sedikit memaksakan diri. Mereka tidak memaksakan diri mereka dan tidak berlebih-lebihan dalam kata-kata, akan tetapi mereka hanya mengambil apa yang menjadi tuntutan al-Qur'an dan as-Sunnah, tanpa memaksakan diri dan tidak memPersulit kata dan kalimat. O *'.-yjt * :j t L iti (Umar bin Abdul Aziz r# berkata) Beliau ialah Umar bin Abdul AzizbinMarwary salah seorang khulafa' Bani Umayyah, seorang khalifah yang adil dan pemimpin yang agung, seorang ulama Rabbani, termasuk di antara pemimpin mujaddid (pembaharu) dalam Agama ini. Beliau memegang tampuk khilafah setelah Sulaiman bin Abdul Malik. O iflr ;ii e-*.,i (Berhentilah di mana mereka berhenti) Ini seperti perkataan Ibnu Mas'ud,6;],t,;1q -4 \"Berhentilah di mana mereka berhenti.\" sesuatu yang tidak dikatakan oleh para sahabat Rasulullah #, tidak dikatakan oleh murid mereka yaitu para tabi'in dan tabi'ut tabi'in, maka Anda tidak boleh mengada- adakannya dan tidak boleh mengatakannya. O ti;i * :* pF tf\"tur,a mereka berhenti berdasarkan ilmu) Bukan kareni kebodohan, akan tetapi karena mereka melihatbahwa I Dikeluarkan oleh at-Trbrizi dalam Misykah al-Mashabih, no. 193 dan diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam Tafiimya l/2M; dan ini didhaifkan oleh al-Albani dalam takhii al- Mirykah. .'.!9CKvrrd-g9-sAqfDf,X-

goaoaqaa, X2?afa, Srrr al, mereka tidak patut untuk masuk ke dalamnya. O t* u( #j (Mereka menahan diri berdasarkan pandangan yang tajam) Yang dimaksud dengan pandangan adalah pandangan hati yakni ilmu, dan yang dimaksud dengannya adalah bashirah- Mereka melihat bahwa hal ini, di mana mereka menahan diri dan tidak masuk ke dalamnya, tidak membawa kepada kebaikan maka me- reka pun meninggalkannya. Maka Anda pun harus meninggalkan apa yang mereka tinggalkan, jangan membuat-buat ungkapan- ungkapan, atau kata-kata, atau pemahaman baru dari diri Anda sendiri. ]angan menghadirkan sesuatu yang tidak mereka katakan. O ,sii tis W ,P &t (Mereka lebih mamPu untuk me- nguaknya) Mereka memitiki kapasitas ilmiah, akan tetapi mereka tidak membukanya dan menahan diri, karena mereka tahu bahwa ia bukan merupakan kebaikan, tidak boleh masuk ke dalamnya; maka berhentilah Anda bersama mereka. O ,sAti, i,6 i 1il\";(Mereka lebih patut untuk meraih ke- utamaan) Sekiranya di dalam perkara-perkara yang mereka diamkan itu terdapat kebaikan, niscaya merekalah orang-orang yang paling berhak mendapatkannya, niscaya mereka sudah masuk ke dalam- nya. Hal ini menunjukkan bahwa masuk ke dalamnya bukan me- rupakan keutamaan, akan tetapi kebodohan dan kesesatan. Ucapannya, ;*;{i (}ika kalian berkata), ini merupakan jawaban terhadap sanggahan yang mungkin membantah ucapan Umar bin Abdul Aziz,yaitu bahwa bila kalian berkata bahwa sete- lah mereka telah terjadi berbagai hal, maka kami pun akan mem- buatlafazh-lafazh dan istilah-istilah dari diri kami yang belum mereka katakan, karena perkara-perkara baru ini tidak terjadi di zaman mereka. Maka kita katakan bahwa tidak ada keselamatan kecuali dengan mengikuti mereka, bila Anda ingin membantah perkara-perkara baru tersebut, maka bantahlah dengan menyata- kan bahwa apa yang diada-adakan setelah as-Salaf ash-Shalih tidak membawa kepada kebaikan.

6a4Atryan, ?<zfala, 3,rrrr-1\" O ;g,i\\\\ t:.*r ,,ri1u q ri,ai.rij (padahal mereka telah menielaskan dengan sangat memadai, dan berbicara dengan sangat mencukupi) Mereka, semoga Allah merahmati, tidak melalaikan perkara- perkara Agama mereka, lebih-lebih perkara akidah yang tergolong penting yaitu nama-nama dan sifat-sifat Allah. Mereka tidak mela- laikan hal ini, mereka tidak bermalas-malasan. Sebaliknya mereka telah menjelaskan dan menerangkan, mereka diam dari beberapa perkara di mana ia memang tidak boleh dibahas. Maka Anda harus berbicara dengan lisan mereka, nukillah perkataan mereka dan jangan bertindak sendiri di dalam hal ini, diamlah dalam perkara yang mereka diamkan dan jangan masuk ke dalamnya. Bila Anda menemukan sesuafu dan Anda tidak menemukan ungkapan salaf padanya, maka sadarilah bahwa mereka mendiamkannya dan ber- henti padanya, maka silakan Anda berhenti dan jangan melangkah masuk. O *il p[:i'vi,p.t;Ai Li (Di atas mereka berlebih-lebiharg dan di bawah mereka menyepelekan) Di atas mereka, yaitu apa yang melebihi petunjuk mereka, adalah orang yang berlebih-lebihan dan melampaui batas, sedang- kan di bawah mereka adalah orang yang menyepelekan, bermalas- malasan dalam mengikuti mereka, dan bermalas-malasan dalam mencari ilmu mereka. Orang yang menyelisihi as-Salaf ash-Shalih berada di antara dua perkara: Berlebih-lebihan atau menyepele- kan; yang pertama melampaui batas dan yang kedua tidak mau mengikuti mereka, dan keduanya tercela. Keselamatan terletak pada berjalan di atas jejak mereka, bukan mendahului mereka atau tertinggal dari mereka, (namun) berjalan bersama mereka dan dengan manhajmereka. O t*.'i, i# $ $eAagian orang lalai dalam mengikuti ialan mereka, akibatnya mereka menjadi asal-asalan) Inilah bentuk ketidakpedulian dan kemalasan. O tiu; o3yT y:iWi (Dan sebagian orang melampaui batas mereka, akibatnya dia terierumus ke dalam sikap berlebih-lebih- an [ekstrim]) ffi€H

go4iaqan, Xapada, 3 u*r\"l, Irri adalah penielasan dari ungkaPan, I'Di atas mereka adalah orang yang berlebih-lebihary dan di bawah mereka adalah orang yang menyepelekan.\" Yang pertama berlebih-lebihan dan yang kedua meremehkan. o t*:* 6:n ;; q\\ :x q &Lt (sesungguhnya mereka, di antara kedua sikap tersebut, benar-benar di atas ialan yang lurus) Yakni di antara orang yang berlebih-lebihan dengan orang yang meremehkary as-Salaf ash-Shalih di antara itu dan mereka di atas petunjuk yang lurus, petunjuk di antara dua kesesatan, di atas kebenaran di antara dua kebatilan. Ini adalah metode salaf, yaitu di antara sikap berlebih-lebihan dan sikap meremehkan. Agama Allah elts memang di antara kedua sikap tersebut, Agama kese- imbangan dan istiqamah. Inilah ialan di mana Allah ult$ memerin- tahkan kita untuk memohon kepadaNya agar membimbing kita kepadanya, {@'fiiL>aiqii } \"Tunjulclanlah knmi lce jalan yang lurus. \" Yaitu, seimbang antara sikap berlebihan dan meremehkan (mengacuhkan). O grlSr t; A;ujr j65 (Imam Abu Amr al-Auza'i berkata) Beliau ialah Imam Abu Amr Abdurrahman al-Auza'i, seorang Imam penduduk negeri Syam. O ;ttt ,:tii: itV ;u ;; )vL, * (Berpeganglah kepada atsar as-Salaf sekalipun orang-orang menolakmu) Ikutilah atsar-atsar as-Salaf dari para sahabat dan tabi'in, dari abad-abad yang mulia. \"Sekalipun orang-orang menolakmu.\" Yakni bila orang-orang mengkritikmu karena kamu mengikuti as- Salaf ash-Shalih, lalu mereka menyudutkanmu karena itu, maka jangan menoleh kepada mereka dan jangan mempedulikan mereka, karena kamu di atas kebenaran. Selama kamu di atas kebenaran, maka segala puji bagi Allah, dan kebenaran tanpa ragu terletak pada mengikuti as-Salaf. Bila kamu melihat orang menyatakan bahwa dirimu kaku (stagnan), terbelakang, kuno dan seterusnya, pemuja abad-abad pertengahan, atau ucapan-ucapan lainnya, maka jangan menengok mereka, karena kamu di atas kebenaran '.6t\\dJ-s,6Wd,

6oroa*a,7<?pdo $uuab, sementara mereka di atas kebatilan; jangan pedulikan! O |i\\et| ti.-iit1 in4.rt ai3 !!tiy3 (Iauhilah pendapat manu- sia sekalipun mereka menghiasinya dengan perkataan yang indah) Ini adalah peringatan agar Anda tidak berpaling dari petun- juk as-Salaf dan mengambil pendapat-pendapat manusia yang mereka buat-buat sesudah mereka. .r?') oF (Sekalipun mereka menghiasinya). u;'lt maknanya adalah memperindah. Asal makna -ii')t adalah emas. (Perhatikan Firman Allah), tv4\"!t ..y. f--Ht.t-t @5;{-3. \"Dan sekiranya bulan karena hendak menghindari manusia meniadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah Kami buatkan bagi orang- orang yang lufir lnpadaTuhan yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah merekn dan (juga) tangga-tangga (perak) yang merekn naiki. Dan (Kami buatknn pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah merekn dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan di atasnya. Dan (IGmi buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka).\" (Az-Zukluuf: 33-35). Orang-orang itu memperindah kata-kata mereka dan menS- hiasinya sehingga terlihat seolah-olah ia merupakan kebenaran, sebagaimana Allah tlt5 berfirman, #,ri6 6l \"8!3 $'ii tw6.i H,b61; ayKS b { @ 6i;^,,tii'i3:iilsu fii'$ tr;V'b )fi 4r, \"DAn demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian merekn membisilrlun lcepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah- indah untuk menipu (manusia). lika Rabbmu menghendaki, niscaya me- rela tidak mengerjaknnnya, maka tinggalknnlah mereka dan kebohongan yang mereka buat-buat.\" (Al-An'am: 112). ,.Grd.-,lhd, 6J:W

duuryn%rydo SuaaaL, Ucapan mereka datang kepadanya dalam keadaan indah, bagaikan irgumentasi-argumentasi akal y artg tosr-t 9T dalil-dalil yaig yakin,-dur, seterusnya... Mereka kadang fasih berbicara, dan \"*ititin keakuratan dalam kata-kata, yang dengannya mereka bisa menarik pendengarary akan tetapi selama mereka tidak berada di atas petunjuk as-Salaf, maka jangan menoleh kepada mereka dan jangan memperhatikan ucapan mereka, karena ia adalah kebatilan yang dihiasi kata-kata indah. Seorang penyair berkata, Kata-luta irulah menghiasi lccbatilannya Tapi ludang tersusupi oleh buruknya ungkapan Kata-kata indah menghiasi kebatilan di mata manusia, akan tetapi orang yang memiliki pandangan jeli (bashirah) tetap dapat mel-ihat tepiaa tebenaran, bukan melihat kepada penampilan luar semati. Selama perkataan tersebut tidak diucapkan oleh as- salaf ash-shalih dalam masalah ini, yaitu masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah, maka sadarilah, bahwa ia merupakan kebatilan, sekalipun ia dihias dengan kata-kata indah dan diucapkan dengan *\"r,uiu\"r,, selama ia bertentangan dengan petunjuk as-Salaf ash- Shalih, maka iangan pedulikan. Ha[ ini berlaku untuk ilmu kalam dan ilmu manthiq yang mereka tampilkan dengan indah dan menarik, mereka menama- kannya dengan argumentasi-argumentasi akal dan kaidah-kaidah yang pasti, dut seterusnya, tetapi jangan menengok kepadanya' Bagaimana kaidah-kaidah manthiq dan ilmu kalam bisa me- nyaingi Fi.-ar, Tuhan alam semesta, sabda Rasulullah ffi dan per- tataan as-Salaf ash-Shalih? Mana mungkin ini setara dengan itu? O g:irjr *$ * Ui 3sJ itii (Muhammad bin Abdurrahman al-Adrami berkata) Muhammad bin Abdurrahman al-Adrami, begitulah nama- nya, dia berkata kepada seorang laki-laki lawan dialognya di depan Khalifah al-Watsiq bin al-Mu'tashim dari Bani Abbasiyah, karena di zaman al-Ma'mun muncul bid'ah \"al-Qur'an adalah makhluk\" dengan pengaruh Mu'tazilah, dan al-Ma'mun mendukungnya sebigaimana dia mendukung perkara-perkara lainnya yang dia pikul, hanya Allah tempat memohon pertolongan. Dan bid'ah yang trffi

garuntan' ?<Pfado 3 urnal paling berat adalah bid'ah \"al-Qur'an adalah maktrluk\". Karenanya al-Ma'mun menyiksa beberapa ulama dan membunuh sebagian yang lain saat para ulama tersebut menolak bid'ah tersebut, di antara para ulama tersebut adalah seorang laki-laki yang telah berumur tua, yang kisahnya disebutkan oleh adz-Dzahabi dalam Siyar A'lam an-Nubala', 10/307-310 dan tidak menyebutkan nama laki-laki berumur tersebut. Adz-Dzahabi berkata, \"Seorang laki- laki berumur dari Udzunah -nama kota- datang kepada al-Watsiq yang saat itu bersama biang kerok pemicu fitnah, Ahmad bin Abu Du'ad, yang telah menyiksa masyarakat setelah Bisyr al-Mirrisi, dia mengintimidasi masyarakat dengan berupaya membawa me- reka kepada kekufuran tersebut, dan Allah menghadirkan Syaikh ini yang membungkam argumentasinya di depan al-Watsiq melalui argumentasinya di mana sebagian darinya disebutkan oleh syaikh (Imam al-Maqdisi).\" O u.r, g W (kepada seorang laki'laki yang menetapkan bid'ah) Dia adalah Ahmad bin Abu Du'ad, biang kerok pemicu fitnah di depan al-Watsiq al-Abbasi. Dia-lah yang menyusun strategi fitnah \"al-Qur'an adalah makhluk\" terhadap kaum Muslimin me- lalui tiga orang khalifah Abbasiyah; al-Ma'mun, dan saudaranya, al-Mu'tashim dan al-Watsiq bin al-Mu'tashim, hingga al-Mutawak- kil menjadi khalifah dan dia mendukung sunnah dan melenyapkan ahli bid'ah. O t#l ;t\\tvs3 (Dan mengaiak manusia kepadanya) Yakni bid'ah \"al-Qur'an adalah makhluk\". I *t #,yiw!;io iJi x fu iyi@b ;;, (Apakah Rasulullah Utsmary dan Ali mengetahuinya S, ri iu-*s Abu Bakar, LJmar, atau tidak mengetahui?) Beliau berkata kepadanya, madzhab yang Anda serukan saat ini, yaitu bahwa \"al-Qur'an adalah makhluk\", apakah Rasulullah ffi Abu Bakar, LJmar, Utsman dan Ali mengetahuinya atau tidak mengetahui? ]ika dia menjawab, \"Mereka tidak mengetahui.\" Maka dia telah mengatakan bahwa Rasulullah ffi dan para sahabatnya adalah orang-orang bodoh, namun bila dia berkata, \"Mereka me-

6 oioafa, 7<2+ala, Suaaalu ngetahui namun mereka tidak menjelaskannya kepada manusia.\" Maka dia telah menuduh mereka menyembunyikan. (Dengan ini) Syaikh ini memaksa lawan dialognya memilih satu di antara dua perkara tersebut. O tc-ji ',*i ,i3;',*- P l#ii (Sesuatu yang mereka tidak me- ngetahuinya, apakah kamu yang mengetahuinya?) Bila Rasulullah #, Abu Bakar dan Umar tidak mengetahui pendapat ini, lalu apakah orang seperti Anda mengetahuinya? Anda menghadirkan sesuatu yang tidak dihadirkan oleh Rasulullah # dan tidak pula oleh para Khulafa' Rasyidin. O u* ii iii +g ,,hgt i6 Gatitaki itu Gerubah sikap) dan berkata, \"Saya katakan, Mereka mengetahuinya\") Dia berubah pikiran dan menyatakan bahwa mereka me- ngetahuinya, maka Syaikh bertanya kepadanya, \"Bila mereka mengetahui lalu mengapa mereka tidak menjelaskannya kepada manusia?\" {O t;3.u,i it,lt;titttrt\\i511.ry2t*-* it p;.it (Apakah mereka merasa cukup dengan tidak membicarakannya dan tidak meng- ajak orang-orang kepadanya atau tidak cukup bagi mereka?) Syaikh ini memaksa mulhid ini bertekuk lutut di depan Khali- fatr, sehingga Khalifah pu. mengakui kesalahan laki-laki buruk ini. Ada yang berkata bahwa al-Watsiq bertaubat dari bid'ah ini, hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Syaikh ini membung- kam laki-laki mulhid tersebut, karena dia mendatangkan sesuatu yang tidak diketahui oleh Rasulullah M, para Khulafa' Rasyidin dan para sahabat. ti<i (Begitulah). Ini adalah komentar dari penulis (matan). O g ir Jy) et ui.;,-;-C .r (Orang yang tidak merasa cukup dengan apa yang membuat Rasulullah $ merasa cukup) Lri adalah doa semoga Allah memberikan kesempitan kepa- danya di dunia dan di akhirat. o 6+;.., :r. uiSv ;)t^;r., & :*,aV 4r;*i5 (Para sahabat, tabi'in yang mengikuti mereka dengan baik, para imam sesudah mereka) .,t,GrlJd,g.6dF\"

€ffip ffip Seperti Imam yang empat, Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah dan para imam hadits yang datang sesudah para sahabat. O /rl ei *tltt (Dan orang-orang yang mendalam ilmu- nya) Yakni orang yang membaca ayat-ayat sifat di dalam al-Qur'an seperti Firman Allah titS, { @ i$i'€i ;) r::,,, -#,frY \"Tidak ada sesuatu pun yang serupa denganNya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.\" (Asy-Syura: L1.). Dan Firman Allah 01t5, }{ @ 5:2fi e{' e!'ii ori;' ,5, &?1{'.1151 \"sesungguhnya Allah, tidak ada sesuatu pun yang samar bagiNya di langit dan di bumi.\" (Ali Imran: 5) dan ayat-ayat lainnya yang menetapkan sifat-sifat dzatiyah bagi Allah, seperti: wajah dan dua tangan, sifat-sifat maknawiyah seperti al-ilm (ilmu), al-iradah (ke- hendak), dan al-qudrah (kodrat), sifat-sif at fi'liyah seperti al-khalq (mencipta) , ar-rizq (memberi rizki), al-lalam (berfirman) dan al-istiwa' (bersemayam). O urqii i;tis $vtenelaah hadits'haditsnya) Yakni, hadits-hadits dari Rasulullah ffi dan atsar-atsar. Mereka membacanya dan mengakuinya sebagaimana ia hadir, mereka tidak menyikapinya dengan takwil, mereka tidak memaksakan diri untuk mengetahui bentuk dan caranya. Akan tetapi mereka memberlakukannya sebagaimana ia hadir, mereka tidak merasa ada yang musykil padanya, mereka mengetahui maknanya, karena ia furun dengan bahasa mereka, mereka adalah orang-orang Arab yang fasih, mereka tidak bertanya tentangnya, tidak membahasnya, karena mereka mengetahui petunjuknya, mereka tidak menyang- gahnya, mereka sama sekali tidak memikirkanbahwa menetapkan sifat berarti menyamakan Allah dengan makhlukNya, karena me- reka mengetahui adanya perbedaan antara sifat-sifat Khaliq dengan sifat-sifat makhluk. Mereka tidak berkata tentang Firman Allah tlt$, 4U1'€i ;ty \"Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,\" bahwa tr4H

go4o\"q\"* X\"?ado 3 urnalv makhluk pun demikian, sehingga hal itu berarti menyamakan Allah dengan makhlukNya. Mereka tidak mengatakan demikian, mereka mengetahui bahwa sifat-sifat Khaliq khusus untukNya, sedangkan sifat-sifat makhluk juga khusus untuknya. Pendengaran makhluk tidak sama dengan pendengaran Khaliq, penglihatan makhluk berbeda dengan pendengaran Khaliq. Oleh karena itu Allah ell5 berfirmary { @ i-;$ Afl| ;) r::,,, -#,frY \"Tidak ada sesuatu pun yang serupa denganNya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.\" (Asy-Syura: LL). Ayat ini bukan sesuatu yang musykil bagi para sahabat Rasulullah #, tidak pula bagi para ulama di zaman abad-abad yang mulia. Mereka membacanya dan menetapkannya sebagaimana ia hadir, mereka menetapkan petunjuknya, hingga akhirnya datang orang-orang pengekor dari kalangan Ajam dan anak-anak mereka di mana fitrah mereka telah temodai dengan paganisme dan aliran- aliran kekufuran, mereka mulai masuk ke dalamnya tanpa petunjuk as-Salaf danberkata tanpa ilmu yang benar. Adapun ahli ilmu yang mendalam ilmunya, maka mereka tidak menyangkalnya, sebagaimana Para imam besar. Memang di antara mereka ada yang berasal dari Ajam, akan tetapi mereka mempunyaibashirah dan ilmu, ilmu mereka mendalam sehingga mereka tidak menyangkalnya. Akan tetapi yang menyangkalnya hanyalah orang-orang yang fitrahnya telah terkontaminasi dan pemahaman mereka tetah ternodai dengan debu paganisme dan aroma kekufuran, sehingga mereka pun meneriakkan aPa yang mereka teriakkan itu. ffi€H

&ela7tan, sAyat, %entaaV 3 4ab 84 llzh r:l4,.Jl i!-i dq JSi Sebaglan Ayat Tentang Stlatisifat Altah ..*+,rr iyqWt+ui brqW Di antara ayat-ayat yang menetapkan sifat-sifat Allah adalah Firman Allah dE {\"V:{.rfii> \"DAn tetap kekal Waiah Rabbmu.\" (Ar-Rahmanz 271. i{ eWfr',(i il.b :Ms ut;'il' ilY Juga Firman Allah #,,\"Tidak demikian, akan tetapi kedua Tangan Allah terbuka.\" (Al-Ma'idah: 64). ,Jvly.sW ,* V6+Lidrisufi fuga Firman Allah tI$ mengabarkan tentang Isa -flW yang berkata, {\"trfr a.6 [S{i ,F o.6'r*> \"Engkau mengetahui apa yang ada pada diiku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada DiriMu.' (Al-Ma'idah: 1L6)' (e.5iv.'y:drt5'd$3 Juga Firman Allah ffi,\"DanRabbmu datang.\" (Al-Fajr:22). (.f,lt@-,3 iyi:b-Jl ) ,ilt6'd$I Juga Firman Allah t)$,\"Tiada yang meteka nanti-nantikan mel aink an ke dat ang an Allah kep a il a nrct ek a. \" (Al-B aqarah:

Selaltaru sayat, %entanT 3 4\"t, d llrl, ztot' irtlI 4 ti;;'&-':,1,;r* 'rirs lll *t- lllIII l,rr\" Firman Allah ffi, \"Allah riitha kepada mercka a\"\" III lll 119).ret \" pun ridha kepada Allah.\" (Al-Ma'idah: 4;;jt;'#-Y dlsdri(l) merek III l\"S\" Firman Allah f(fiA,\"Dl-iMa mae'indcianthai:m5e4te)k.a dan III lll p\"\"mencintaiNyo.\" lll UI *n:i:an Allah ffi,\"Dan A4tta#h^mi'u1rk4a a4ta>s 'mue6rekoa.)\"9(A5t-T | (';1rtr:iJ:r-wl>:M d$e Juga Firnran Allah ffi, \"Mereka mengikuti apa yang ffiengun- dang murka Allah.\" (Muhammad: 28). (inqt,ii;r1b.uEry Dan juga Firman Allah d$S, \"Allah membenci keberangkatan tnereka.\" (At-Taubah: 46). w .'fSAry,-fTH4f

Sefathrv sag, %entanV S|at, 84 llah (srrrrh atmh) o :dE b ji,2v-4t quj b;VW (Di antara ayat-ayat yang me- netapkan sifat-sifat Allah adalah Firman Allah gE), { q$fii> \"DAtt tetap kekal Wajah Tuhanmu.\" (Ar-Rahm anz 271 . O Sifat,sif;at y?ttg Dlcebutkan Oleh Penulis l|1atan (Ibnu Qudamah) Penulis menyebutkan beberapa sifat-sifat Allah, kami akan mengulasnya sesuai dengan urutan yang disebutkan oleh penulis. c Stht pcrilma: llcmlllhl Walah (al-Yafi A Al-Wajhu adalah salah satu sifat Allah. Al-Qur'an, as-Sunnah dan ijma' as-Salaf ash-Shalih menetapkannya. Allah rJtS berfirman, {@ l5t6,fii'4iq'$iiy \"Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. \" (Ar-Rahm an: 27). Nabi M bersabda,kepada Sa'ad bin Abi Waqqash, t* o.J).-i{re-..lr a;r U,#e;1#UCL 'r \"Sesungguhnya kamu tidak mengeluarkan sebuah naftah yang dengannya kamu mencari Wajah Allah, melainkan kamu diberi pahala karenany a. \" Muttafaq alaihi. 1 As-Salaf telah berijma' dalam menetapkan sifat al-wajhu bagi Allah r)t$, maka sifat ini harus ditetapkan tanpa tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil la adalah wajah hakiki yang sesuai dengan keagungan Allah. Al-Mu'aththilah menafsirkannya dengan pahala. Kami mem- bantah mereka dengan apa yang telah kami tetapkan dalam kaidah 1 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-lana'iz, Bab Ritsa' an-Nabi M Sa'ad bin l(haulah, no. 1295; dan Muslim, Kitab al-Washiyyah, Bab al-Washiyyah bi ats-Tsuluts, no. L628/5: dari hadits Sa'ad bin Abu Waqqash &. '\"HG6#.*6S6i

Selaltaa, eQyat, %entany S|al, 84 llth keempat. akan Otet:aSp#i ,kjre;du(rai*t,aannganAlAlallhaht#t)e, r{buek€af,r\"x(ilAql$-M.\\\"aT'iidda1hk: demikian, 64). c Stfat hedua: Memtlthl Dua fangan (al'Yadant Memiliki dua tangan termasuk sifat Allah yang ditetapkan oleh al-Qur'an dan as-Sunnah serta ijma'as-Salaf. Allah tlt5 berfirman, {eu#:ri.[] \"Tidak demikian, akan tetapi kedua tangan Allah terbuka.\" (A1- Ma'idah:54). Nabi # bersabda, .e*,r lF JL..:@rs ;itr ,tL^, lli t4^2#-i .sX\" +r U*- ';a.1 er-Hr .5/Sr \"Tangan knnan Allah penuh, tidak dibuat berkurang karena suatu nafkah, dan pemberianNya mengalir di malam dan siang hari.\" Sampai kepada sabdanya, \"Dan dengan TanganNya yang lain mencabut ruh- ,rh, Dio mengangkat dan menurunkan.\" Diriwayatkan oleh Muslim dan al-Bukhari juga meriwayatkan yang semakna dengannya.l I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab az-zakah, Bab al-Hats ala an-Nafaqah wa Tabsyir al-Munfiq bi al-Khalaf, gg3 / 37 . Addtija, p{?unqrJiw;LayQat),al-nBou. k7h4a1r1i,dieantgeardnalpaatt adzalham, Kitab Tauhid, Bab Qaulullahi .,a-.-.61 ,,,-.q,..a.#-j .s}r. +rq ttTangan Altah penuh, na/kah tidak mengurang'inya.tl Dan ini adalah hadits Abu Hurairah. Kata 'i l:; i dengan ghain dan dhad, yakni tidak menguranginya. Kata ;t-i; dengal siry d_a1t^!9' bertasydid dan setelahnya mad,yakni selalu memb eri. Fath al-Bari 13/395. Faidah Penting: Al-Hafizh berkata dalam Fath al-Bai, 13/395 ketika beliau *\"-Uutru= faazfi n{usfim dan riwayatnya bahwa ganti, rrTangan Allah,'r ;:;di sana tertulis, i,r ttTangan menafsirkan tangan di asli-nHi adfeiznhgabnernkiaktma,a'tr,Rliewbaihyajtauinhi Kanan Allah.n Sebagai rn.rrlu-tutr pihak vans au.iit, adalih pihak iang menafsirkannya dengan simpanan kekayaan dan mengatakan tangan digunakan dengan makna simpanan kekayaan, karena Tangan tersebut bertindak terhadapnya'\"

Selaftan, sayat %erun7 S4at, 84 llzh As-Salaf telah berijma' dalam menetaPkan dua tangan bagi Allah, maka keduanya wajib ditetapkan tanpa tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil. Keduanya adalah sepasang tangan hakiki yarrg sesuai dengan (keagungan) Al1ah. Al-Mu'aththilah menafsirkan kedua tangan ini dengan \"nikmat\" atau \"kodrat\" atau yang sepertinya. Kami membantah mereka de- ngan apa yang telah kami tetapkan pada kaidah keempat (di awal buku ini) ditambah dengan poin keempat, bahwa konteks pembi- berfirmancaraan menolak secara pasti penafsiran yang demikian, Allah dt5 { r't *:-qy \"Kqada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua TanganKu.\" (Shad:75). Dan sabda Nabi ffi, -aTt6?\\te1, \"Dan dengan TanganNya yang lain Dia mencabut ruh.\" Bentuk-bentuk kata yang menetapkan sifat dua tangan bagi A1lah danbagaimarur menggabungkan di antara nash-nash yang ada. Pertama, bentuk tunggal (mufrad) seperti Firman Allah tlt5, { Ji:i( e.,,si)itny \"Mahasuci Allah yang di TanganNya segala kerajaan.\" (Al-Mulk: 1). Kedua: Bentuk mutsanna seperti Firman Allah tltS, $ees#:riti} \"Tidak demikian, akan tetapi kedua Tangan Allah terbuka.\" (Al- Ma'idah:54). Ketiga: Bentuk jamak seperti Firman Allah tlt$, { r3ii 6_,1 A.;q r{ 6tr 61 U_ tsib Saya berkata ini menunjukkan bahwa al-Hafizh membantah ahlita'wil. .trll#,.Gld-/h61,

&elastan, e4,Vt,%\"rrt rrV S|at, s{tlaA, ,'Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menciptaknn binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami cipt akan dengan tangan-tangan knmi. \" (Yasin: 71' ). Penggabungan di antara betuk-bentuk kata ini, adalah bahwa kata pertama yaitu bentuk mufrad atau tunggal, namun ia mudhaf, disandarkan, maka ia mencakup seluruh tangan yang dimiliki oleh Allah dan ini tidak menafikan bentuk mutsanna, adapun bentuk jamak maka ia untuk ta'zhim (pengagungan) bukan untuk mene- tapkan bilangan yaitu tiga ke atas, maka ia juga tidak bertentangan dengan bentuk mutsanna. Namun jika dikatakan bahwa jumlah minimal bagi bentuk jamak adalah dua, lalu bentuk jamak dibawa kepada jurnlah minimal ini, maka dalam kondisi ini tidak terjadi peitentangan antara ia dengan bentuk mutsanna sama sekali. O 'iti il nW .* :.f ljl+i!0lS ,jri (rit-rn Allah tils mengabar- kan tentang Isa -S€E Yang berkata), $,i,r.- Otl A'l'$i .]i oC'rrj,y \"Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada DiriMu.\" (Al-Ma'idah: 116)' c stflt hedsa: Dfil (aa-Ilalsl \"Diri\" adalah sifat yang tsabit bagi Allah dts berdasarkan al- Qur'an, as-Sunnah, dan ijma'as-Salaf telah menetapkannya. Allah tJt{ berfirman, {'^:;;i*4 {P'#r4KY \"Rnbbmu telah menetaptan knsih sayang atas DiriNya' \" (Al-An'am: s4). Allah juga berfirman tentang Nabi Isa r)4; yang berkata, 4a*,rJ l6{t.F i.c'\"l;y \"Engknu mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak me- ngetahui apa yang ada pada DiriMu.\" (Al-Ma'idah: 116)' Kemudian Nabi # bersabda, *y t:: *Vy # t:c e#,r+rrl it-.+ 'trrw',t\\d-Jh6l,-

€ffip+ Sela$aa, aayat %ema,y S|at, 84 llrh >ffip \"Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, sebanyak jumlah makh- lukNya, ridha DiriNya, timbangan ArasyNya dan sejumlah bilangan kalimatNya. \" Diriwayatkan oleh Muslim.l Dan as-Salaf telah berijma' dalam menetapkannya bagi Allah yang layak denganNya, maka ia wajib ditetapkan tanpa tahrif, ta'thil, takyif, dan tamtsil. O :tlt5,jr; (fi.-an Allah tIS), { ilJig.t$\"Dan Tuhanmu da- { \\it An g. \" (A l -F a j r: 221. :',J !; 5 ( D an Fi rm a N y al, 5J,';4k- o\\ { yi'rrfi- S; \"Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan kedatangan Allah kepada mereka.\" (Al-Baqarah: 210). c Slfat heempa& Datang (al-ila1t'1 Kedatangan Allah untuk memberikan keputusan di antara hamba-hambaNya di Hari Kiamat ditetapkan oleh al-Qur'an/ as- Sunnah, dan ijma' as-Salaf. Allah elt5 berfirman, \" Dan Rabbmu datang. \" (Al-Fajr: 22). 4&is'Y Firman Allah ulr5, (ni*;yot Jy-'.tfiJl * \"Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan kedatangan Allah kepada merekn.\" (Al-Baqarah: 210). Nabi M juga bersabda dalam hadits yang panjang, di mana sebagian darinya berbunyi, .;+rair $yei,^r i{ ieFSL-g \"Sehingga ketika tidak tersisa orang yang menyembah Allah, Allah Rabb alam semesta datang kepada merekn.\" Muttafaq alaihi.2 I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab adz-Dzikr wad Du'a', Bab at-Tasbih Awwat an-Nahar wa Inda an-Naum,2726 (79), dari hadits Juwairiyah ,+r,. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Ktab at-Tauhid, Bab Qaulutlahi lJq;., iii;;rb2 4 @ r,Seq:, lL@* iUL no. 7 439; dan Muslim, Kitab al-l tnam, B ab M a' ifah- Thariq dr-Ru'yah, no. 183 (302) dari hadits Abu Sa'id al-Khudri +&. 'trlw',,t\\d-.66,\"

S\"lafta* ear1\"t,%\".rt rrV 34.t 84tbl, As-Salaf sepakat menetaPkan sifat \"Datang\" bagi Allah, maka ia wajib ditetapkan bagiNya tanpa tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil, dan ia adalah kedatangan yang sebenarnya sesuai dengan (ke- agungan) Allah dtF. Al-Mu'aththilah menafsirkannya dengan \"kedatangan perin- tahNya\". Kita membantahnya dengan kaidah keempat yang telah ditulis sebelumnya (di awal buku). o :djt$,ir; (ri*tan Allah e'lt$), { EV;#'nlci>\"Allah iilha kepada mereka dan mereka pun idha- kepada Allah.\" (Al-Ma'idah: 119). c Slfat hellma: Rldha Ridha merupakan sifat Allah yang ditetapkan oleh al-Qur'an, as-Sunnah, dan ijma'. Allah tltF berfirman, {aw;'#fr\\\"?ry \"Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.\" (Al-Ma'idah: 119). Nabi *&, bersabda, ' ' ' \" *{i:Jt +:,*t 3l 'W,t\", Lir-.Gc\";*-iiBl5{r)l,y|'ci xJt - ;iai,r lt Wb lr_c4 \"sesungguhnya Allah benar-benar meridhai seorang hamba, iika dia makan suatu makanan, dia memuiiNya karenanya atau dia minum suatu minuman lalu dia memuiiNya karenanya.\" Diriwayatkan oleh Muslim.l As-Salaf telah bersepakat untuk menetapkan sifat ridha ini bagi Allah tirs, maka ia wajib ditetapkan tanpa tahrif, ta'thil, takyif d.antamtsi/. Ia adalah ridha hakiki yang sesuai dengan Allah dt5. Al-Mu'aththilah menafsirkannya dengan pahala dan kita membantah mereka dengan kaidah keempat (ya.g telah disebutkan ;;iiri:r?s+1 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab adz-Dzikr wad Du'a', Bab Istihbab Hamdillah cts ba'da al-Akl wa <zg) auti t uait\" Anas bin Malik &. ilAir de ngan hamzah dibaca fathah berarti sekali makan, seperti makan siang atau makan malam. .'ictprr,-gffH

3 ela+taa, e$Vt, %eataaT S(at, eQllzh di awalbuku). dOan:tmlSedre5katrpirumn amn eAnlclainhtadiXN5,y{i,\"fi(iiA;'l#-M->a'\"idDaiha: mencintai me- reka 54).) c Slfitheenam: 9lata (al-llahabh0 Cinta termasuk sifat Allah yang ditetapkan oleh al-Qur'an dan as-Sunnah, serta ijma' as-Salaf. Allah tltsberfirman, 4:;#;'#-,b'fri Jii;3Y \"Allah alan mendatanglun suatu laum yanS mana Dia mencintai merela dan merelu pun mencintaiNya.\" (Al-Ma'idah: 54). pada waktu Perang Khaibar, d-r-,:i.lr io=, lr,' 'Hl l,.iNabi Sbersabda i3-91 '\"*L\\i .dr:i'iu, \"Besok aku akan memberikan panii @erang) ini kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dnn RasulNya dan dicintai oleh Allah dan RasulNya.\" Muttafaq alaihi. I As-Salaf telah berijma' menetapkan sifat al-Mahabbah (cinta) bagi Allah, maka ia wajib ditetapkanbagiNya dan itu adalah hakiki tanpa tahrif, ta' thil, takyif dan tamtsil. Ia adalah mahabbah hakiki yang sesuai dengan (keagungan) Allah dnS. Al-Mu'aththilah menafsirkannya dengan \"pahala\" dan kita membantah mereka dengan kaidah keempat yartg telah disebutkan. O :dtlS,ij; (ri*,\"n Allah t1fir,,<44t!$.#3>\"Dan Allah mutka atas mereka. \" (Al-Fath: 5).). e Stfatlctufuh: ilarah (alfifiadhaD Marah termasuk sifat Allah yang ditetapkan oleh al-Qur'an, as-Sunnah dan ijma' as-Salaf. Allah elts berfirman tentang orang yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, 1 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Maghazi, Bab Ghazwah Khaibar, no. 4210 dan Muslim Kitab Fadha'il ash-Shahabah, Bab min Fadha'il A\\i,2406 .ffi/34 dari hadits Sahal bin Sa'ad Q;. t-aki-laki yang dimaksud adalah Ali bin Abi Thalib .# seperti yang disebutkan dalam riwayat ini.

Selattzrv eayat %entana, 3 441, s0llalt 4.#3$'s+q:b \"Dan Allah marahkepadanya dan melaknatnya.\" (An-Nisa': 93)' Nabi ffi bersabda, ,* 4;.r,;;:';rY, ;9t 43 try qq $ar 3t \"sesungguhnya Allah menulis suatu kitab di sisiNya di atas Arasy: , s e sung guhny a r ahmatKu mengalahkan marahKu' .\" Muttafaq alaihi. 1 As-Salaf sepakat menetapkan sifat marah ini bagi Allah, maka ia harus ditetapkan tanpa tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil.Ia adalah murka hakiki sesuai dengan (keagungan) Allah tJt5. Al-Mu'aththilah menafsirkannya dengan \"pembalasan\" dan kami membantah mereka dengan aPa yang tercantum dalam kaidah keempat, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Allah eIS mem- bedakan antara al-ghadhab (marah) dengan al-intiqam (pembalasan). Allah IJIS berfirman, ;i,4 ( J^1'1 6;i-;t;-Lfi' Y \"Maka tatkala merekn membuat kami murka, Kami menghukum (membalas) merekn.\" (Az-Zukhruf: 55). Allah menjadikan hukuman (pembalasan) sebagai akibat dari kemurkaanNya, ini menunjukkan bahwa keduanya berbeda. o ,il$'dit {(Firman Allah tlts), 'jtl Jt';\\u 1j;31>\"Meteka mengikuti apa yang mengundang murka Allah.\" (Muhammad: 28). e Slfat hedelapan: lturha (as'Safrht) Murka termasuk sifat Allah yang ditetapkan oleh al-Qur'an dan as-sunnah serta ijma\" Allah tltF berfirman' 46i-frut#1 1fr1\"<+'b ,,Yang demikian itu larena merela mengikuti aPa yanS mengundnng murka Allah.\" (Muhammad: 28)' r ;I: iq?4h4DirGiw\\avatka-n{..ol(e,h} al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, Bab Qaulullah dW fi sa'att at-Taubah, Bab 'J. no.7554 dan Muslim, Kitab hoY*Eiiuoff &*:*oArnaha Sabaqat Ghadhabah,2TSl/74: Dari hadits Abu Hurairah i&. tr€H

3 elaltta, dyat, %eruny 3 4at, d llal, Di antara doa Nabi ffi, ,lrJe b VUi.,3.lLtr ,c lVr:iPi ;1 g::i \"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada ridhaMu dari murkaMu dan kepadn maafMu dnri hukumanMu.\" Diriwayatkan oleh Muslim.l As-Salaf telah sepakat untuk menetapkan sifat ini bagi Allah, maka ia wajib ditetapkan tanpa tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil; ia adalah sifat hakiki bagiNya. Al-Mu'aththilah menafsirkannya dengan \"pembalasan\", dan kami membantah mereka dengan kaidah keempat yang telah hadir (di awal buku). o :drs rij {rirman Allah (dxs), fft7itr\"t;p\\\"Allah mem- b enci keb erangkat an mereka. \" (At-Taubah: 46). c Slftt lerembllan: Bcnsl (al-I@ahafr) Benci dari Allah adalah bagi siapa yang berhak dibenci, seba- gaimana yang ditetapkan oleh al-Qur'an, as-Sunnah, dan ijma'as- Salaf. Allah ults berfirman, 4. #qi{iti;r't- ,#3b \"Tetapi Allah membenci lceberangkatan merelu.\" (At-Taubah: 45). Nabi #bersabda, €..lair bW 1tf)tiqs ivs ,p 6; ar 3t \"Sesungguhnya Allah membenci bagi kalian banyak berbicara, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.\" Diriwayatkan oleh al- Bukhari.2 Dan as-Salaf telah sepakat menetapkan sifat ini bagi Allah, maka ia wajib ditetapkan tanpa tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil, ia Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab ash-Shalah, Bab ma Yuqalu fi ar-Ruku' wa as-Sujud, no. 486(222) dari hadits Aisyah #r,. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adab, Bab Uquq al-Walidain min al- Kaba'ir, no. 5975; dan Muslim, Kitab al-Aqdhi.yah, Bab an-Nahyu an Katsra al-Masa'il min Ghairi Hajah...,593/13 dan ini adalah latazhnya dari hadits al-Mughirah bin Syu'bah. '.6Gr+d..S6d,'

Seloflrn, eAy.t %e.t\"rrV S{at B4llzh re. adalah hakiki dari Allah sesuai dengan keagunganNya' Al-Mu'aththilah menafsirkannya dengan \"menjauhkan\", dan kita membantah mereka dengan kaidah keempat yang telah hadir (di awal buku). *** ffi€H

Selafiarv s(yat, %e*nV 3 4at, 84 tlzh, (sr.r.h auzan> O ,2t;-lt q6 b ;V V.i (Di antara ayat-ayat yanrg menetapkan sifat-sifat Allah) Setelah selesai menjelaskan manhaj as-Salaf dalam masalah Asma' wa Shifat, penulis (Ibnu Qudamah) memulai menyebutkan beberapa contoh dari ayat-ayat dan hadits-hadits sifat. ifO :el$ fu (Firman Allah dlS), { qj&fri>\"Dan tetap kekal W ai ah Tuhanmu.\" (Ar-Rahm anz 271 Sebagaimana di antara sifat-sifat Allah yang tercantum di dalam al-Qur'an adalah \"wajah\", Allah juga menyifati DiriNya bahwa Dia mempunyai wajah, { @ l5{3,fii i' \"-\\'A,iii@ 9(,'W Jk b \"Semua yang ada di bumi itu aknn binasa dan tetap kekallah Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemulinan.\" (Ar-Rahman: 25-27). Ayat ini menetapkan wajah bagi Allah cit5. As-Salaf ash-Shalih membaca ayat ini tanpa menyanggahnya dan tanpa merasa ia musykil, mereka menetapkannya sebagaimana ia hadir, hal ini me- nunjukkan kewajiban menetapkan wajah bagi Allah $4. Orang-orang yang sesat dalam hal ini berkata, \"Yang dimak- sud dengan wajah adalah dzat, karena bila kita menetapkan wajah bagi Allah sementara wajah juga dimiliki makhluk, berarti itu adalah penyerupaan antara Allah dengan makhluk.\" Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan. Kami katakan, Tidak mungkin demikian, menetapkan wajah bagi Allah tidak berkonsekuensi penyerupaan dengan makhluk, akan tetapi Allah !fti mempunyai wajah yang layak dengan keagunganNya di mana kita tidak me- ngetahui bentukNya, dan makhluk juga mempunyai wajah yang sesuai dengan keadaannya (sebagai makhluk). 'wrr#'\"Grd--.6fnL

Sela7tn, e4rVt, %ert\"try 3 |ar, 84 llzl' akan Otet:a#p,ijkre;duGa itranagnaAn lAlalhlah0#t)e, {rbeuk$aii.'\",t(:Airl[-,Mba\"'rid!4a\"h!: demikian, 64)' Ayat ini menetapkan \"dua tangan\" bagi Allah J6, yaitu mana- kala Aliah menyebutkan perkataan orang-orang Yahudi (dengan FirmanNya), E 4't$;;tx.!;;!46,;b \"Orang-orang Yahudi berkata, 'Tangan Allah terbelenggu\" \" (Al- Ma'idah: oa). vtereka menyifati Allah sebagai yang bakhil, maka Allah cllF berfirman (setelah itu), 4.a;.f'Y \"lustru tangan merekalah yang terbelenSSu'\" (Al-Ma'idah: 54)' orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang paling bakhil dalam ,rrrur, haita, orang yang paling rakus dan paling ambisius dalam mengumpulkan harta. Mereka mengumPulkannya dengan berbagai.u\"ru; hulul dan haram. Mereka menangguk harta tidak hanya terbatas pada halal dan haram, mereka menghalalkan bahkan riba, 1udi, prosiitusi, menyediakan para pelacur dan lokalisasinya; inilah sifaiorang-orang Yahudi, mengumpulkan segala harta tanpa memilah, namun -\".\"ku sulit membelanjakannya, karena mereka adalah orang-orang yang paling bakhil, sifat ini, $r;i 'il}.\"iustru. tangan mereialah yang terbelenggu\"(karena bakhil) sangat sesuai d\"rigan mereka. iatni kebakhilan menjadi tabiat mereka, bukan berarti tangan mereka terbelenggu ke leher mereka, akan tetapi maksudnyi adalah bahwa mereka bakhil, sebagaimana Firman Allah rlt-ij, 41fi 3:;.r14iiy \"Dan janganlah kamu jadiknn tanganmu terbelenggu pada leher- mu.. .\" MaksudnYa adalah kebakhilan, {Si,9't(t{;} \"DAnianganlahkamuterlalumengulurkannya\"'Maksudnya berlebih-lebihan dalam membelanjakan' (Al-Isra': 29)' Tidak membelanjakan harta adalah kebakhilan dan mem-

Selatlza, s4rVt, % S|at 84ll2lv \"rrtarry belenggu tangan, sedangkan mengulurkannya (secara) berlebih- lebihan adalah pemborosan. SrL, q,'r1i t:.$ 3,<t:'i J;,,& tyijju; fiJaij F {@ \"Dan janganlah kamu jadiknn tanganmu terbelenggu padn lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu meniadi tercela dan menyesal. \" (Al-lsra- : 29). { @ r7v 4+s 1il.i(4)\\;fr.{3 t}r'. { t6rsv-6iti' fi \"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta tidak berle- bihan dan tidak pula kikir, dan pembelanjaan merekn itu di tengah-tengah antara yang demikian.\" (Al-Furqan: 67). 4'$ri('r#;* \"Mereka (orang-orangYahudi) itu dilaknat karena apa yorg irrria kaiakan \" (Al-Ma'idah: 64). Allah melaknat mereka karena mereka telah merendahkan Allah ds. Laknat adalah Pengu- siran dan penjauhan dari rahmat Allah dg. Hal ini menunjukkan betapa buruknya kata-kata mereka. Kemudian Allah t}$ berfirman, {rSSSUeufrttiSy \"Tidak demikian, akan tetapi lcedua TanganNya terbuka, Dia menaf- kahkan sebagaimana yang Dia kehendaki. \" (Al-Ma'idah: 64). Semua makhluk hidup dengan karunia dan rizkiNya; semua makhluk: hewan-hewan, manusia, serangga dan seluruh makhluk, semuanya hidup dengan rizki Allah, TanganNya memberi siang dan malam, { c-!'ir5 ett:ri ;{i ;i'y \"Dan milik Allah-lah perbendahnraan langit dan bumi.\" (Al-Muna- fiqun:7). Semua yang dimakan makhluk adalah rizki milik Allah tltS, 4'*, (rt r; Kti.\"ii $r .ri * \"Atau siapakah yang memberimu rizki iika Allah menahan rizki- Nya?' (Al-Mulk 21). ffi€H

Selastan sayat%entaaY 34ab e{llah semua makhluk hidup dengan rizki pemberian Allah tltF, termasuk orang-orang kafir, musuh-musuh Allah; mereka hidup dengan rizki dari Allah tit5. 4\"'.6-CSUe6;i I'i$* \"Tidak demikian, akan tetapi kedua TanganNya terbuka, Dia me- nafknhknn sebagaimana yang Dia kehendaki. \" (Al-Ma'idah: 54). Allah rI5 menyifati DiriNya bahwa Dia mempunyai dua tangan dan bahwa Dia menafkahkan sebagaimana Dia ingin, tidak ,uoiu.,g pun dapat menentang dan mencegahNya, tidak seorang pun dapat menahan karunia Allah tlt$. Hubungan ayat ini dengan bab ini terletak pada,{:'i} \"Kedua TanganNya.'- Allai rltf menyatakan diri mempunyai dua tangan, sebagaimana Dia berfirman dalam ayat yang lain, {ZAr-rtLq'# 6eauY \"Apa yang menghalangimu untuk suiud kepada siapa yang Aku telah ciptaki, irrgon kedua TanganKu? \" (Shad: 75). Allah clt$ men- ciptakan Nabi adu* })$r; dengan kedua TanganNya' adapun p-iuuekprinNr.trarkhja-Nd*aiy.kaSh,elDguaikalablseaerirfsuiurrmayatau,ntmekarejkapadaiAddalleanshgeasdunt5aptmue,er{inirctJarpr'hytaNk\"YaI araudrtilly6aa.hS\"d'eeMdnaagnakgan- kan Nabl Adim r,)W, Allah cJtF menciptakannya dengan kedua TanganNya. Ini adalah penghargaanbagi Nabi Adam -ury di antara manusia-manusia lainnya,-bahwa Allah ults menciptakanNya de- ngan kedua tanganNYa. Ayat ini jelas menetapkan dua tangan bagi Allah ult$' Orang-orang sesat mengatakan, Yang dimaksud dengan Tangan attan adalah kodrat (kuasa), yakni, Aku menciptakannya d\"r,!ur, kedua kodratKu (kuasaKu). Kata-kata mereka dibantah dengan mengatakan bahwa bila perkaranya seperti yang kalian katalkan, *uka Nabi Adam tidak memPunyai keistimewaan atas manusia lainnya, karena seluruh makhluk tercipta dengan kodrat Allah dtS, ini pertama. Kedua, Allah berfirman , gZ'+b \"Dengan kedua TanganKu\"' Apakah bisa dikatakan dengan'kedira kodratKu? Apakah Allah

Selafizn, dyat,%entary S4ab e{llzh mempunyai dua kodrat atau satu? Dia mempunyai satu kodrat, maka FirmanNya, {Zib \" D engan ke dua TanginKi,\" menunjukkan sepasang tangan dalam arti sebenarnya sebagaimana hal ini di- pahami dari penggunaan bahasa yang dikenal di alam nyata. Akan tetapi kedua Tangan Allah tltF ini sesuai dengan kebesaranNya, tidak menyerupai tangan makhluk. Dua tangan Allah sesuai de- ngan keagunganNya, hanya Allah tJtF yang mengetahui bentuknya, dan kedua TanganNya itu tidak seperti dua tangan makhluk. Orang-orang yang mengingkari dua tangan bagi Allah mela- kukan itu karena mereka khawatir menyamakan Allah dengan makhlukNya, itu menurut mereka. Kami katakan, tidak sedikit pun ada kemiripan, tidak ada persamaan antara sepasang tangan makhluk dengan kedua tangan Allah, mustahil dan tidak akan pernah, kemiripan hanya terjadi pada orang-orang yang tidak merenungkan, tidak memikirkan dan tidak memahami Firman Allah ul,tS, adapun para ulama, maka tidak ada yang musykil bagi mereka dalam hal ini. O :.S4E ,* :.p t')+ttJl,s,jr; Gi*,an Allah dJtF mengabarkan tentang Isa SW) Ini adalah penetapan \"Diri (an-Nafs)\" bagi A1lah ultt, sebagai- mana makhluk juga mempunyai nafs,4,* or1'n ;fi \"Engkau me- ngetahui apa yang ada pada diriku,\" yaitu Nabi Isa yang seorang makhluk, yang mempunyai diri, 4,!-* A.( )3=1i$ \"dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada DiriMu.\" Artinya, Nabi Isa berkata kepada Tuhannya, \"Aku tidak mengetahui apa yang ada dalam DiriMu. Isa berbicara kepada Allah bahwa dia tidak mengetahui apa yang ada pada DiriNya dan Allah tidak menolaknya. Ini me- netapkan sifat \"Diri\" bagi Allah elt5. Dalam ayat yang lain, $'a!1i *-,- iQ\"&33 <*ly \"Tuhnnmu telah menetapkan rahmat atas DiriNya. \" (Al-An'am: 54). Ayat ini juga menetapkan \"Diri\" bagi Allah rJtS, sekalipun makhluk juga mempunyai diri, namun tidak berarti bahwa diri makhluk sama dengan Diri Allah, sama sekali tidak sama. tr!#',,6d^-.66ru


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook