Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Terjemah Syarah لمعة الاعتقاد شرح ابن عثيمين

Terjemah Syarah لمعة الاعتقاد شرح ابن عثيمين

Published by Ismail Rao, 2022-06-16 23:41:08

Description: Terjemah لمعة الاعتقاد شرح ابن عثيمين

Search

Read the Text Version

ffi

qailo&qdfa,u .-:-- I I- ;dl\"o,i Pasat: Tentang Qadha' dan Qadar cgtt1$l ,.or i.i<.i ,$.-;-4ielir ;!iW br qW bs V L:frre ;dt 4',A: ,.a*,+:/, V t,* L*ii l,;i3;,Aat*i)-dilt\"i*' i5 ,r.fi V $L fi$.it ,t-ir.# \"rpy ,rjriir cilt a'\"u, u':i6ii v srJ ,F aflvti t++ tlL*3.'ti ;v !5. ,i'uiit; tLI .fi;hb *,rw. u ,:*,&qti trt::t:fii,d61s ;lilt Di antara sifat-sifat Allah adalah bahwa Dia melakukan apa yang Dia kehendaki, tidak ada sesuatu pun terjadi kecuali dengan kemauanNya, tidak ada sesuatu pun yang keluar dari kehendakNya, di alam semesta ini tidak ada sesuatu pun yang keluar dari takdirNya, tidak ada yang muncul kecuali dari pengaturanNya, tidak ada tempat menghindar dari takdir yang telah ditetapkan, tidak menyimpang dari apa yang telah ditulis di Lauhil Mahfuzh. Dia menghendaki apa yang dilakukan oleh alam semesta, seandainya Dia menjaga mereka niscaya mereka tidak bisa menyelisihiNya, seandainya Dia berkenan dari mereka semua untuk me- naatiNya niscaya mereka menaatiNya. pia menciptakan makhluk berikut perbuatannnya, Dia menetapkan rizki dan ajal mereka, dan Dia memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki dengan hikmahNya' ,drs {lr j6 #s',.G'd.-.66ff,

qailo&qatur, Allah dXS berfirman 4@5M;5fii,61;1{> \"Dia tidak ditanya tentang aPa yang diperbuatNya dan me- rekalah yang akan ditanya (tentang aPa yang meteka laku- kan).\" (Al-Anbiya': 23). &r j6 'dr$ Allah d[$ berfirman, {@ )*:ffir*KeYb \"sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukur ant. \" (Al-Qama rz 491. ,M JtiS Allah d$$ berfirmary {@rJ fifiP'l>';;r'p. \"Dant Dia telah menciptakan segala sesuatu dan menetapkan ukuran-ukuraflny a ilengan serapi'rapiny a.\" (Al-Furqan: 2). ,M Jtii Allah dl$ berfirman, s;e *#& e$ ;{*ifr -o*i ;i{1 a o2a6Uy {-GwJ \"Tiada suafirbencana punyang menimpa ilibumi dan (tiilak puta) paila dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptak*nnya.\" (Al-Hadid:22). ,M JttS Allah &ltS berfirman, W-fr-i;,J\"; {, fitS :* & 4 i#,J'rfi #b ._,:,.<Cfr,r.3dF1-g-2,6^fEEcf!*-

qail.o&qadar, 4#W,{:i6 \"Barangsiapa yang Allah ffienghendaki akan membefikan ke- pailanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islnm, dan barangsiapa yang ilikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjailikan dadanya sesak lagi sempif.\" (Al-An'am: L25). ,* *.ii ,itt rit6ilt v ,M in.UW ;.n it u.t ,si:i ,1*i ,*isi ,bu bii ui,i\\t F )fi\\ eiri ,*r':i i,,h* it i ozJo.li il55 c;l* .o'-i J .J Ibnu Umar meriwayatkan, \"Bahuta libril bertanya kepaila Nabi ffi, 'Apa itu iman?' Maka Nabi ffi menjawab, 'lm*n adalah hendaknya engkau beriman kepada Allah, malaikat- malaikatNy a, kitab-kitabNy a, utusan-utusanNy a, Hari Akhir ilan qadar yang baik dan yang buruk.' Iibril berkata, 'Anda beflar',\" Diriwayatkan oleh Muslim.l cYt eYr'e?t etr )fi\\'g 'ffi 4Pt iu3 Nabi s bersabd a, \"Aku beriman kepaila qadar, yang baik dan yangburuk, yang manis dan yang pahit.\"z Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, Bab Bayan al-Iman wa al'Islam wa al-Ihsan, no. 8 (1) . Dan dalam masalah ini ada juga hadits dari Abu Hurairah i& yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 50; dan Muslim, no. 9 (5). Sanadnya dhaif. Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Ma'rifah Wum al-Hadits, 31-32 dan dari jalannya al-Iraqi dalam Syarah AUiyahnya,hal. S2T sebagai contoh hadits Musalsal terkait dengan kondisi rawi, baik dari sisi perkataan maupun perbuatan sekaligus, dari jalan Yazid ar-Raqasyi, dari Anas bin Mdik, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah *g bersabda, ht i*r 4:i,rri E-bi stsi ti t6\\'ur.j; eu.r-yt iiJ'- 3A ki ert tF tf: ri )d\\d'itt i' *J' * sbiM \"seorang harnba ti.dak akan merasakan manisnya iman sehingga dia berirnan hepada qadar yang baik dan yang burak, yang manis dan yang pahit dan aku rnelihat Rasulullah ffi memegang ianggutnya dan bersabda, \"Aktt berirnan kepada qadar yang baik dan yang buruk, yang manis dan yang pahit-\" Yazid ar-Raqasyi berkata, rrAnas pun memegang janggutnya dan berkata, 'Aku beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk, yang manis dan yang

€ffiP4 qaila,&qa,hr, :+ffip q$pi*** 46^at&n{t M dt Ttbi br ,?3,ill'c':'ii u \"Di antara doa Nabi Myangbeliau ajarkan kepada al-Hasan t bin Ali untuk dia ucapkan dalam qunut witir, \"Dan lindu- T ngilah aku dari keburukan apa yang Engkau tetapkan.\"r fahit.\" N-Hakim berkata setelah menyebutkan kesepakatan para rawi dalam meriwayatkan dengan cara tersebut, rrDan aku berkata dengan niat yang jujur dan akidah yang shahih, aku beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk, yang manis dan yang pahit.r'Yazid ar-Raqasyi adalah rawi yang dhaif sebagaimana dalam at-Taqrib, no. 7683, bahkan an-Nasa'i berkata, rMatruk.t Atrmad berkata, tt Munkaral hadits,tt sebagaimana dalam al-M izan, 4 / 418. Hadits ini dinisbatkan oleh Syaikh Yasin al-Fadani dalam Waraqat fi al' Musalsalat wa al-Aua'i.l al-Asanid al-Aliyah, hal. G7 kepada ad-Dailami di Musnad al-Firdaus. 1 Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Ahmad, no. L723; Abu Dawud, no. 1425, 1426; at:firmidzi, no. 464; an-Nasa'i,3/248; Ibnu Majah, no. 1178 dan sanad- nya shahih, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkannya dalam catatan kakinya atas at-Tirmidzi. Faidah penting, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata dalam Durus Fatawa fi al-Haram al-Makki tahun 1408, hal. 136, dalam konteks u q't (Dan lindungilah kami dari Syaikh berkata, \"Allah menetapkan ? #hmeebnujnerlkaasnkaanfamyaaknngaEdnogahaquunteutat,fr,k'a':n^).i kebaikan dan keburukan. Adapun ketetapanNya dengan kebaikan, maka ia adalah kebaikan murni dalam ketetapan dan apa yang ditetapkan, misalnya #Allah memufuskan unfuk melapangkan rizki manusia, ketenangan, petun- juk, kemenangan dan seterusnya, maka hal ini adalah kebaikan murni dalam ketetapan itu sendiri dan dalam apa yang ditetapkan. Adapun ketetapanNya dengan keburukan maka ia adalah kebaikan dalam ketetapan dan keburukan dalam apa yang ditetapkan. Misalnya kekeringan dan tertahannya hujan, ini buruk, namun ketetapan Allah dalam hal ini adalah baik. Allah tll5 berfirman, [email protected],;ar*\"-A-n$t\"ii;,Kr;fi jfi aic;fi -Ly ttTelah nampak kerasakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan tnanusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka sendiri, agar mereka kernbali ke ialan yang benar.tt (Ar- Rum:41). Ketetapan ini mempunyai tujuan mulia yaitu agar manusia kembali kepada Allah elt*r, meninggalkan kemaksiatan untuk menaatiNya, maka apa yang ,;ditetapkan buruk namun ketetapannya itu sendiri adalah baik. Kami katakan, J.42i v (Keburukan apa yang Enghau tetapkan). u di sini adalah isim maushul, yakni keburukan apa yang Engkau tetapkan, di mana terkadang Allah r.lti menetapkan keburukan karena suatu hikmah yang ter- puji lagi luar biasa. ffi

qdiln, &%dar, ,*tt ,i#qbt $e-eu1 4t6*',i2,t#t i:,tit lrt;tai ,wii b; 1fll.,zlrrt p\"i 'ui bi #. ,j 't}|s &r lv ,S.t,gt Kita tidak (boleh) menjadikan qadha' dan qadar Allah sebagai hujjah (alasan) bagi kita dalam meninggalkan pe- rintah-perintahNya dan melanggar larangan-laranganNya, akan tetapi kita wajib beriman dan mengetahui bahwa Allah mempunyai hufjah atas kita dengan menurunkan kitab- kitab suci dan mengutus rasul-rasul. Allah dlt$ berfirman, { .f'1i'';\"lil ;{ i9 nWl'Kfl} \"Agar tidak ada alasanbagi manusia untuk membantah Allah setelah diutusnya para rasuL \" (An-Nisa': 1.65). I nti ,19ri W e**/Jt$t ot ti u0* air i'i fis 'tltsrrr lv3,a;v 9g JLtP;ti3,ilv.;; ;e t3;i p4 Kita mengetahui bahwa Allah tidak memerintah dan me- larang kecuali orang yang mampu untuk melakukan dan meninggalkan, dan bahwa Allah dlt$ tidak memaksa sese- orang untuk berbuat kemaksiatan dan tidak pula menekan- nya untuk meninggalkan ketaatan, Allah dI$ berfirmary { tffi$Yf -nfr'tJlKi{b \"Allah tiilak membebani suatu jiwa kecuali sebatas kemam- puanny a,\" (Al-Baqarah: 285). 4#u-ifri5i6\\,ws ju3 Allah tJt$ berf irm an, \" M ak a b ert akw al ah kamu kep a da All ah s eb at as kemampu anffiu. \" (At-Taghabun: L6). 4. $ifi.{2';'.-q,fi\\A4;ii} ,dlrs ,hr lui Allah dlt$ berfirman, \"Pada hai ini masing-masing jiwa di- balas sesuai dengan apa yang ia kerjakan, tidak ada kezha- trrF.t\\d-Jh6l,

qaila,&qada,v limanpadahari ini.\" (Ghafir: 17). iil,sHV*six.t ,*i,itfl\\a* ,* ++U 'b1 JIb .e.\";is it ,r;2. ijb $J ,av)L.1;;i Semua itu menunj.rf.Ur, bahwa r,anrUl--e-por,i\"i ,\"rro\"u an dan usaha; yang baik darinya dibalas dengan kebaikan dan yang buruk darinya diganjar dengan hukuman, dan itu terjadi karena qadha' dan qadar Allah. w '\"HGrgd--g^6Bfrl,i'

qadla,&qada, (tror.h ainh) O ri-i4 ielir ti tlS b qW b-t (Oi antara sifat Allah adalah bahwa Dia melakukan apa yang Dia kehendaki) Sebagaimana Allah elts berfirman, {@ '*)(;3'6 (x.3LLy \"Sesungguhnya Tuhanmu melakukan apa yang Dia inginkan.\" (Hud:107). Tidak ada sesuatu pun yang keluar dari keinginan dan ke- kuasaanNya, tidak ada sesuatu pun yang muncul kecuali dengan takdir dan pengaturanNya. Di TanganNya kerajaan langit dan bumi, Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki karena rahmatNya dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki karena hikmahNya. Dia tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan- Nya karena hikmah dan kekuasaanNya yang sempurrra, sementara merekalah yang ditanya, karena mereka adalah makhluk yang diatur dan terhukum. Iman kepada qadar adalah wajib, ia termasuk salah satu dari rukun iman yang enam berdasarkan sabda Nabi ffi, )rAV ,,;-il ppt: ,*t'-t: ,*.;s 3 ,#Jus,i\\ :*\"'; Ji iwii '' \\J,J .gys l-* \"lman adalah hendaknya engluu beriman kprdo Allah, malaikat- malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Hari Akhir dan qadar yang baik dan yang buruk.\" Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya. Nabi s juga bersabda, 'e\"ft s-J* tr: si IAL,&T \"Aku beriman lcepada qadar yang baik dan yang buruk, yang manis dan yang pahit.\" w#,.Gd--.6r1,

qalb6rqafar, Maka baik dan buruk adalah dengan melihat kepada akibat, sementara manis dan pahit dengan melihat kepada waktu terjadi- nya. Qadar yang baik adalah apa yang bermanfaat sedangkan qidur yang buruk adalah apa yang merugikan atau menyakitkan. Kebaikan dan keburukan dengan melihat kepada aPa yang ditakdirkan dan akibatnya, di antaranya ada yang menjadi baik seperti ketaatan, kesehatan dan kekayaan, di antaranya ada yang menjadi buruk seperti kemaksiatan, Penyakit dan kemiskinan. Adapun untuk perbuatan Allah, maka tidak boleh dikatakan buruk, berdasarkan sabda Nabi # dalam doa qunut yang beliau ajarkan kepada al-Hasan bin Ali, 't+;3v ? e3 \"Dan lindungilah aku dari leburuknn apa yang Engknu tetapknn\"' Nabi ffi menisbatkan keburukan kepada aPa yang Allah tetapkan bukan kepada ketetapanNYa. Iman kepada qadar tidak terwujud kecuali dengan empat perkara: Pertama: Beriman bahwa Allah tlts mengetahui semua aPa yang akan terjadi secara global dan rinci berdasarkan ilmu yang tidak ada sejak dahulu, sebagaimana Firman Allah t'JtS, 4 LVV91;{sLy\"i'fS;'4i i.(,,*-';ii 6'P 5Y {@u-$fi,F \"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab oauhil Mahfuzh). sesungguh- nyayang demikianitu amat mudahbagi Allah.\" (Al-Haj: 70). Kedua: Bahwa Allah tlt$ menulis di Lauhil Mahfuzh takdir segala sesuatu berdasarkan Firman Allah ult5, v,+ c$L#6 $ b, -,27i e:'ii ., -r1*; u. 1a\\ub (-\\;fi ffi\"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidnk pula)

qalb&qafar, pada dirimtt sendiri melainkan telah tertilis dalam kitab Oaulril Mahfitzh) sebelum knni mencipt akanny a. \" (Al-Had id: 22). Yakni, sebelum Kami menciptakan makhluk. Dan berdasar- kan sabda Nabi;9, t_r.w, -r'lu irr';:1 '# # j;jru,:\\ri.:tFgr Ji*'ti ;- J'i \" Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir-takdir makhluk, lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bwni. \" Di- riwayatkan oleh Muslim.l Ketiga: Bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di langit dan di bumi kecuali dengan kehendak Allah dan keinginanNya yang berkisar di antara rahmat dan hikmat, Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dengan rahmatNya, menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dengan hikmahNya. Dia tidak ditanya tentang apa yang dilakukanNya karena hikmah dan kekuasaan- Nya yang sempurna, dan merekalah yang akan ditanya. Apa yang terjadi dari semua itu maka ia sesuai dengan ilmu Allah yang lebih dahulu dan apa yang Dia tulis di Lauhil Mahfuzh berdasarkan Firman Allah tjtF, 4@$i;;ti,6K('yb \"Sesungguhnya Kami menciptalan segala sesuatu menuni qadar ( ukuran).\" (Al-Qam ar: 49). W- t;t*i- ;1 \"; J3 S* i5i6 & x-# J x r; #Y $.q;V'i3;1 \"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Qadar, Bab Hiiai Adam wa Musa tffi, no. 2653(16), dari haditsAbdullah bin Amru bin al-Ash rg: dengan lafazh, * -ii'#A,r:\\r: +rjLi,;,Jr dLjii * eJit pra,irt s \"Allah menulis takdir makhluk-makhluh lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. . .\" '6J:W,,Grd--.6d,

qadl,a,&qatu/u lslam, dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menj adiknn dadany a sesak lagi sempit. \" (Al-An'am: 125). Di sini Allah menetapkan terwujudnya petunjuk dan kese- satan (bagi sebagian lainnya) adalah berdasarkan kehendakNya. Keempah Segala apa yang ada di langit dan di bumi adalah makhluk Allah ult5, tidak ada pencipta dan tuhan selainNya ber- dasarkan Firman Allah tlt$, {@rJ r;{{'6'JLil$y \"Dan Dia telah menciptalun segah sesuntu dnn menetapkan qadar- qadnr (ukuran-ukurannya) dengan serapi-rapinya. \" (Al-Furqan: 2). Allah rJtS juga berfirman melalui lisan Ibrahim, {@ iJ:3Y5:t5L6vy \"Dan Allah telah menciptakan kalian, termasuk apa yang kalian perbuat.\" (Ash-Sha ffat: 96). O *ti iY*tJ ,r6i t5 es t*t i:it b a;; S;a;j; (Kita tidak menjadikan qadha' dan qadar Allah sebagai hujjah bagi kita untuk meninggalkan perintah-perintahNya dan menjauhi la- rangan-laranganNya) (9 Tahdir Buhan Hufiah (alasan) bagi Pelahu Kemaksiatan untuh melahuhan maksiat Semua perbuatan hamba, baik berupa ketaatan dan kemak- siatan adalah makhluk ciptaan Allah elt5 sebagaimana telah dijelas- kan. Namun hal itu tidak berarti bahwa ia bisa dijadikan sebagai alasan bagi pelaku dosa untuk berbuat dosa. Hal itu berdasarkan beberapa dalil, di antaranya: 1. Allah eIS menisbatkan perbuatan hamba kepadanya dan menjadikannya sebagai (hasil) usahanya, Allah dt5 berfirman, g;;,eq,fK;*il\\y \"Pada hari ini masing-masing jiwa dibalas sesuai dengan apa yang ia usahaknn (kerjakad.\" (Ghafir: 17). .ffiSeandainya hamba tidak mempunyai pilihan dan kemampuan

qailu,&qadu, untuk melakukannya, niscaya perbuatan tersebut tidak dinisbatkan kepadanya. 2. Allah rJtF memerintah dan melarang hamba dan Dia tidak membebani kecuali sebatas kemampuannya, berdasarkan Firman Allah titF, 4\\Gil$Yt' :i{i'i3*{Y \"Allah tidak membebani suatu jiwa kecuali sebatas kemampuan- nya.\" (Al-Baqarah: 286). 4tru-il(!ii6y 'Makn bertakwalah lamu kepada Allah menurut lcesanggupanmu.\" (At-Taghabun: L6). Kalau seandainya orang bersangkutan terpaksa untuk ber- buat, niscaya dia tidak akan sanggup untuk berbuat atau menahan diri; karena orang yang terpaksa tidak bisa untuk menghindar. 3. Setiap orang mengetahui perbedaan di antara perbuatan suka rela dengan perbuatan terpaksa, di mana pada perbuatan suka rela seseorang dapat berlepas diri (menghindar) darinya. 4. Pelaku dosa sebelum melakukan dosa tidak mengetahui apa yang ditakdirkan atasnya, dan dia bisa melakukan atau tidak melakukan. Maka bagaimana dia memilih jalan salah dan beralasan kepada takdir yang tidak dia ketahui? Apakah tidak lebih pantas jika dia mengambil jalan yang benar dan berkata, \"Inilah takdir saya?\" 5. Allah ults menyatakan bahwa Dia mengutus para rasul untuk menegakkan hujjah atas manusia (supaya mereka tidak punya alasan kalau tidak taat), { Eti ';'i|L;'i if,$$l'Kdry \"Agar tidak adn alasan bagi manusia untuk membantah Allah sete- lah diutusnya para rasul.\" (An-Nisa': 165). Kalau takdir itu merupakan alasan bagi pelaku dosa, niscaya alasan tersebut tidak terputus dengan diutusnya para rasul. '.6GJrd3;h{r1#,'

qailw &qaftuu O 99ti ,fi €i{t il ,*i j u M irt iti ptri (Kami mengetahui bahwa Allah tidak memerintah dan melarang kecuali orang yang mampu untuk melakukan atau meninggalkan) 0 Mempertemuhan (Sinhronisasi) Antara Perbuatan Hamba Sebagai Mahhluh Allah dengan Statusnya Sebagai Usaha bagi Pelahu Dari keterangan di atas, Anda telah mengetahui bahwa per- buatan hamba adalah makhluk Allah danbahwa perbuatan tersebut sekaligus merupakan usaha dari orang bersangkutan, yang baik darinya dibalas dengan yang lebih baik dan yang buruk darinya dibalas dengan semisalnya, lalu bagaimana kita mempertemukan di antara keduanya? Mempertemukan di antara keduanya bahwa perbuatan se- orang hamba adalah makhluk ciptaan Allah, adalah dari dua sisi: Pertama, bahwa perbuatan hamba termasuk sifatnya, dan hamba berikut sifatnya adalah makhluk Allah elt$. Kedua, perbuatan hamba berasal dari kehendak hati dan kemampuan fisiknya, kalau keduanya tidak ada, niscaya tidak ada perbuatan. Yang menciptakan kehendak dan kemampuan ini ada- lah Allah ult5. Pencipta sebab adalah Pencipta akibat, maka penis- batan perbuatan hamba kepada penciptaan Allah adalah penisbatan akibat kepada sebabnya bukan penisbatan secara langsung, karena pelaku secara langsung dan yang sejatinya adalah hamba itu sen- diri. Oleh karena itu, perbuatan tersebut dinisbatkan kepada yang bersangkutan sebagai usaha dan hasil usahanya, namun ia dinis- batkan kepada Allah dari sisi bahwa Dia-lah yang menciptakan dan menakdirkannya, maka masing-masing penisbatan dengan pertimbangannya. W allahu a' lam. 0 Kelompok-helompoh yang menyimpan{ dari kebenaran dalam ma- salah qadha' dan qadar serta bantahan atas mereha Pihak yang menyimpang dari kebenaran di bidang qadha' dan qadar ada dua: Pertama: Kelompok ]abariyah yang berkata bahwa hamba dipaksa atas perbuatannya, dia tidak mempunyai pilihan dalam hal itu. Kami membantah pihak ini dengan dua perkara: '\"f6fidJ--3.6Gd,'

%dl'a,6(qah/v 1. Allah rlt5 menisbatkan perbuatan manusia kepadanya dan menjadikarmya sebagai usahanya, dia dihukum dan dibalas me- nurut perbuatannya. Seandainya hamba tersebut terpaksa niscaya tidak sah menisbatkan perbuatan kepadanya dan kalau dia di- hukum, maka hukum tersebut adalah kezhaliman atasnya. 2. Setiap orang mengetahui perbedaan antara perbuatan suka rela dengan perbuatan terpaksa dari sisi hakikat dan hukumnya. Kalau ada seseorang berbuat aniaya kepada orang lain dan dia mengaku terpaksa melakukan itu karena Allah telah menakdirkan- nya dan menetapkannya niscaya perbuatannya tersebut dianggap sebagai kebodohan yang menyelisihi sesuatu yang diketahui secara dharuri (mendasar). Kedua: Kelompok Qadariyah yan1berkata bahwa hamba berdiri sendiri dalam perbuatannya, ia bebas dari (campur tangan) kehendak, kodrat, dan penciptaan Allah. Kita membantah mereka dengan dua perkara: 1.. Bahwa pendapat ini menyimpang dari Firman Allah rIS, 4,'1b39'nfF \"Allah adalah pencipta segala sesuatu.\" (Az-Zumar: 62), dan Firman Allah tlt$, {@ 'b;13'u'5KiL6Vy \"Dan Allah menciptalanmu dan apa yang kamu lakukan.\" (Ash- Shaffar 96). 2. Allah adalah Pemilik langit dan bumi, mana mungkin ada dalam kekuasaan Allah sesuatu yar.g lepas dari kehendak dan penciptaanNya? 0 Macam-macam lradah(kchendal) dan perbedaan dl antaranya: lradah (kehendak) Allah terbagi menjadi dua: Kehendakllu,u- niyah dan kehen dak syar' iyah. Kehendak Kauniyah adalah yang berartr masyi'aft (kemauan) seperti Firman Allah uI$, W* {r-i- 6 3; {, 71 $';'& 4-fr t'tt n #y '.6t\\dJ--3.6W6r,

qailw&qadar, 4.#W,!{:4 \"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan petuniuk kepadanya, niscaya Dia melapanglan dadanya untuk (memeluk agama) lslam, dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit.\" (Al-An'am: L25). Dan kehendak Syar'iyah adalah yang bermakna mencintai, seperti Firman Allah tlt5, 4'P4;45.6 L;t,tly \"Dan Allah ingin mengampuni kalian.\" (An-Nisa':27\\. Perbedaan di antara keduanya, adalah bahwa yarrg pertama mengharuskan terjadinya apa yang diinginkan Allah sekalipun ia tidak harus dicintai Allah. Adapun yang kedua tidak mengharuskan terjadi tetapi ia dicintai oleh Allah ***

qail,t,&qadat, (t**h uorrr) O sst1g.il ,., .i-f,i { ,h}a. iwirii ttE ir +W bj (Di antara sifat-sifat Allah &[S adalah Dia melakukan apa yang Dia kehen- daki, tidak ada sesuatu pun yang teriadi melainkan atas kehen- dakNya). Di sini penulis mulai masuk ke dalam sifat kedua dari sifat- sifat Allah, yaitu menetapkan qadha' dan qadar. Yaitu bahwa Allah {B menetapkan dan menakdirkan segala apa yang terjadi di alam semesta ini dari awal sampai akhir. Tidak akan pemah terjadi sesuatu dalam kerajaan Allah d* yang tidak dinginkan oleh Allah. Segala sesuatu terjadi karena qadha' dan qadarNya, kehendak dan keinginanNya, penciptaan dan pengadaanNya SE. Yang demikian itu karena Iman kepada qadha' dan qadar merupakan salah satu rukun Iman yang enam, sebagaimana sabda Nabi S, 'uiS ,iil p$tt ,*t't: ,r:sr ,#>u, ,b\\ by ii SrqYi 'e!r Yf ll;i,u, \"lman adalah hendaknya engkau beriman kepada Allah, malaikat- malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Hari Akhir dan engknu beriman kepadaa qadar yang baik dan yang buruk.\" Dan sabda Nabi M, s?t ef )i\\.;43:3 \"Hendaknya engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk,\" merupakan dalil bahwa iman kepada qadha' dan qadar merupakan salah satu dari rukun Iman yang enam dan termasuk dasar-dasar keimanan. Siapa yang mengingkarinya, maka dia mengingkari salah satu rukun Iman dan salah satu prinsip Iman. Iman kepada qadha' dan qadar mengandung empat ting- katan: Pertama: Bahwa Allah mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi dengan ilmuNya yang azali, di mana ia ffi

€p iffits merupakan sifatNya sejak awal dan untuk selamanya. Kedua: Bahwa Allah menulis hal itu di Lauhil Mahfuzh, yang padanya Allah menulis segala apa yang akan terjadi sampai Hari Kiamat. Ketiga: Bahwa tidak ada sesuatu pun di alam ini, pengadaan terhadap sesuatu, atau kebinasaannya, atau kematian, atau kehi- dupary atau keberadaan, atau ketiadaan, kecuali dengan kehendak dan keinginan Allah dtF. Bila Allah menghendaki sesuatu, maka ia terjadi, sebagaimana FirmanNya, { @ J,K b{ti $) J q\" 3:JIiL,l5t5l} \" Sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'ladilah!' Mal<a terjadilah la. \" (Yasin: 82). Maka tidak ada sesuatu pun yang terjadi di alam semesta ini; kehidupan, atau kematian, atau kebaikan, atau keburukan, atau sakit, atau kesehatan, atau kesuburary atau kekeringan, atau selain- nya, kecuali dengan kehendak dan keinginanNya dc. Tidak akan terjadi sesuatu dalam kerajaan Allah yang tidak Dia inginkan. Keempat: Bahwa bila Allah menghendaki dan menginginkan sesuatu, maka Dia menciptakan dan mengadakannya. Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini kecuali ia adalah makhluk Allah yang Dia adakan, sebagaimana Allah eJtS berfirman, { @'Fj r,},f e fi ;6 +L'etL6i y \"Allah menciptaknn segala sesuatu dan Dia memelihara segala se- suatu. \" (Az-Zumat: 52). Allah adalah Pemilik tunggal kekuasaan untuk mencipta dan mengadakan. Allah dc juga berfirman, {@l#vi:t&xily \"Dan Allah menciptakanmu dan apa yang kamu lakukan.\" (Ash- Shaffat 96). Perbuatan hamba-hamba termasuk perkara-perkara yang diciptakan oleh Allah ffi,Dia mengetahuinya, menulisnya, meng- hendakinya, menginginkannya, menciptakannya dan mengadakan- 'weH,.tad*-..6r,.1,

qailw&qada,v nya pada waktu-waktu yang Dia kehendaki Ss. Ia adalah perbuat- an-perbuatan manusia, mereka melakukannya dengan kehendak, keinginan, dan kemampuan mereka, sekalipun demikian, ia tetap makhluk yang diciptakan oleh Allah {k. Ini adalah kesimpulan dari iman kepada qadha' dan qadar, dan bahwasanya beriman kepada qadha' dan qadar itu tidaklah terwujud kecuali dengan mengimani empat tingkatan ini. Allah tJtFberfirman, {@ Lr:lu'tA-'f ilb \"Sesungguhnya Allah melakulan apa yang dikehendakiNya.\" (Al- Hajj:1,$. Allah iHberfirman, { @ L;6 ffii1'cf--65 iJSi t1 {iti i6 fry \"Bila Allah berkehendak, niscaya mereka tidak saling bertikai, akan tetapi Allah melakukan apa yang Diakehendaki.\" (Al-Baqarah: 253). Allah tilts berfirman dalam surat al-Buruj, {@ i).v.36y \"Mahakuasa berbuat apa yang dilcehendakiNya.' (Al-Buruj: 16). Bila Allah menghendaki sesuatu, maka Dia menciptakannya dan mengadakannya. Tidak ada sesuatu pun yang bisa menolak, karena Dia melakukan apa yang Dia kehendaki. Adapun makhluk, maka terkadang dia menghendaki sesuatu, namun dia tidak kuasa *,untuk melakukannya. Adapun Allah maka Dia melakukan apa yang Dia inginkan, hal ini berlaku urnum atas segala sesuatu yang ada di alam ini, bahwasanya semua itu terjadi karena kehendak Allah, dan bahwa semua itu adalah perbuatan Allah €; Allah pencipta segala sesuatu. O ;iil;, V re LXii Oidak ada sesuatu pun yang keluar dari kehendakNya) Apa yang Allah takdirkan pasti akan menimpa semua makh- luk, kebaikan maupun keburukan, kemaslahatan maupun kerusak- an, kekufuran maupun keimanan, ketaatan maupun kemaksiatan. '6J:#',.tad--hdL

qailu,&qadar, Itri pada perbuatan-perbuatan, dan demikian pula dalam ketetapan takdir yang terjadi pada mereka tanpa keinginan mereka, seperti sehat, sakit, kaya dan miskin, hal ini tanpa kehendak dan keinginan mereka, sebaliknya ia murni dari Allah ik. Adapun perbuatan mereka, maka ia terjadi dengan kehendak dan keinginan mereka, mereka melakukan dan meninggalkannya mencintai dan memben- cinya, ia terjadi dengan keinginan dan kehendak mereka, dengan perbuatan dan pilihan mereka. Namun demikian ia tetap makhluk Allah *, Allah menciptakan mereka, menciptakan kemampuan mereka dan kehendak mereka, menciptakan keinginan dan per- buatan mereka. O qt2eluiru stii(Dia menghendaki apa yang dilakukan oleh alam semesta) Allah * menghendaki apa yang dilakukan oleh alam semesta, tidak ada sesuatu pun yang keluar dari kehendakNya. Ini adalah iradah (kehendak) kauniyah yang bersifat umum yang mencakup segala sesuatu, yang baik dan yang buruk, kufur dan iman, taat dan maksiat. Adapun iradah (kehendak) syar'iyah, maka ia khusus dengan ketaatan saja. Oleh karena itu Allah dlt$ berfirman, A'A4 L|SS tAi ?,,'^( lrj F \" Allah menghendaki l<emudahan bagimu dan Dia tidak menghendnki kesulitan bagimu.\" (Al-Baqarah: 185). 1J-+ 6 +;&i'r;+:_ eji'+;j'L4; 4'; 6 L)xtly {@(#s,1 \"Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh- jauhnya ( dari kebenaran).\" (An-Nisa' : 27). lradah (kehendak) ada dua: Pertama: lradah knuniyah. lradah ini mencakup segala sesuatu, keburukan dan kebaikan, ketaatan dan kemaksiatan, kekufuran dan iman. A1lah rJtS menghendaki semua itu dari sisikauniyah. Kedua: lradah syar'iyah, yaitu yang hanya berlaku untuk ke- taatan dan amal-amal shalih, dan ia mungkin tidak terwujud, iradah ffi&6--.hd,

qadlra,&qada,u ini mungkin terjadi dan mungkin tidak. Allah clll3 menginginkan orang kafir masuk Islam dari sisi syar'i, namun dia tidak masuk Islam. Apa yang Allah elts inginkan dari sisi agama tidak terwujud padanya. Allah menginginkan semua manusia beriman, namun orang Mukmin berkenan dan orang kafir menolak. Sedangkan iradah kauniyah pasti terjadi. Berbeda dengan iradah diniyah yang bisa terjadi dan bisa pula tidak terjadi sesuai kehendak dan rahmat Allah $c. e ryvYv*-* r$#-';ti;v 3;t,Jl6w Wli (Seandainya Dia menjaga mereka, niscaya mereka tidak bisa menyelisihiNya, dan seandainya Dia berkenan dari mereka semua untuk menaatiNya, niscaya mereka menaatiNya) Allah dl$ berfirman, {@ Z'-;A ;ai s+ i::1'-5'y \"sekiranya Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia meniadikan ma- nusia umat yang satu.\" (Hud: 1L8). Allah tlts juga berfirman, { @ <-,;i':;-u;'i3'r3 ircv' fi'f iLA fiy \"seandainya Allah berkehendak, niscaya mereka tidak melakukan- nya. Maka biarkan merekn dan kedustaan mereka.\" (Al-An'am: 137). Allah tJlS juga berfirman, {rb :i\",\"-, Kt*E tii4 i; y \"seandainya Knmi berlcehendak, niscaya Kami memberilan petuniuk kepada masing-masing jiwa.\" (As-Sajdah: t3). Kalau Altah mengkehendaki seluruh alam semesta ini ber- iman, niscaya mereka akan beriman. Akan tetapi karena hikmah- Nya tk Dia mengembalikannya kepada pilihan manusia. Orang Mukmin beriman dengan kehendak dan pilihannya. Orang kafir kafir dengan kehendak, keinginan, serta pilihannya. Dan karena itu terjadilah jihad di jalan Allah, nama-nama Allah dan sifat-sifat- Nya terwujud dalam bentuk pemberian nikmat dan pembalasan, rahmat dan murkaNya. Seandainya semua manusia itu shalih, ffi

qailw&qafar, maka tidak ada yang akan menjadi penghuni neraka. Seandainya semua manusia kafir, maka tidak ada yang menjadi penduduk surga. Maka termasuk hikmahNya & bahwa Dia menakdirkan kekufuran dan keimanan, Dia memerintahkan dan melarang se- bagai cobaan dan ujian. Barangsiapa menaati, maka dia termasuk penghuni surga dan barangsiapa mendurhakai, maka dia termasuk penduduk neraka, dan itu dengan kesadaran dan pilihan manusia sendiri. O &oti ,#t * (Dia menciptakan makhluk berikut per- buatannya) Allah ult5berfirman, {@l#Y;:SiL^Yy \"Dan Allah menciptakanmu dan apa yang lamu perbuat.\" (Ash- Shaffar 95). Allah d)t5 juga berfirmary (ttl'gL6frY \"Allah adalah Pencipta segala sesuatu.\" (Ar-Ra'd: L6). O&gli tr$i tfii (Diamenetapkan rizki dan ajal mereka) Yakni, menakdirkan rizki dan ajal mereka, sakit dan kesem- buhan mereka, kematian dan kehidupan mereka. Mereka tidak memiliki pilihan dalam hal ini, ia terjadi atas mereka tanpa ke- inginan mereka, sekalipun mereka membenci dan tidak meng- harapkannya, ia tetap terjadi pada mereka. Sakit dan maut terjadi pada mereka, hal-hal yang menyenangkan dan menyedihkan ter- jadi pada mereka. Semua itu terjadi dengan ketetapan dan takdir Allah d.ltF. O t{,+;rw.:i t'Jri,- (Dia memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki dengan hikmahNya) Allah rJtS memberi hidayah dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki karena suatu hikmah, Dia tidak memberi hidayah ke- cuali bagi siapa yang memang berhak mendapatkannya. Dia lebih mengetahui siapa yang patut mendapatkannya. Dia menyesatkan ffi

qadAo &qahr, siapa yang Dia kehendaki dengan hikmah dan keadilanNya, dan Dia lebih mengetahui siapa yang tidak patut mendapatkan hidayah. 5.ir;lt'if Jr'T+; ca;*6i 'iS1;4 i ,sNV*ur F {@ \"Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah memberi petunjuk ke- pada siapa yang dikehendakiNya. Dan Dia lebih mengetahui orang-orang y ang mendap atkan p etunj uk. \" (Al-Qashash: 56). Nabi # berusaha dengan sungguh-sungguh memberikan hidayah kepada pamannya Abu Thalib, manakala pamannya (men- jelang) wafat, beliau bersabda, .ab ii I V $3t4Y*'J \"Sungguh aku alan memohonlan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang terhadapmu. \" 1 Maka Allah melarang Nabi ffi untuk memohon ampunan bagi pamannya, J;t rjrU j,'++-,:St \\ iris- S gE (r-i6 ;$ 5{u y { -rj \"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (lcepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-or ang musyrik itu adalah lcaum ker abatny a. \" (A t-Taubah: 1 13). Dan Allah menurunkan ayat terkait dengan Abu Thalib, 4<r-;i5\\ ?A ;r'A ;,ilra:i,li tg; i,sxV .irf h {@ \" Sesungguhnya knmu (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah memberi petunjuk lce- 1 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Jana'iz, Bab ldza Qala al-Musyrik inda al-Maut La ilaha illallah, no. 1360 dan Muslim, Kitab al-Iman, Bab ad- Dalil ala Shihhati Islami rnan Hadhara al-Maut ma lam. Yaryra'ft an-Naza' wa Huwa al-Ghargharah,no.24 dari hadits al-Musayyib bin Hazn.

qailw6(qadar, pada siapa yang dikehendakiNya. Dan Dia lebih mengetahui orang-orang y ang mendap atlun petunjuk. \" (Al-Qashash: 56). Allah {k lebih mengetahui siapa yang berhak mendapatkan hidayah, sehingga Dia tidak memberikannya kepada siapa yang tidak berhak sebagai hukuman atasnya. Hidayah hanya di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang berhak. Allah tlt$ berfirman, i|k.ii,itlilK C6 t+dL,yr\"ii c J Gl (i5 i6 triy JJ -U' Y J- {@-arit \"Dan jiknlau Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang yang di mukn bumi seluruhnya beriman. Maka apaknh lamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?\" (Yunus:99). Tugas Rasulullah S hanyalah menyampaikan, adapun pe- tunjuk, maka ia berada di Tangan Allah fll*i. Rasulullah ffi menun- jukkan dalam arti membimbing dan menyampaikan. {@ i-il*tuJvuii;i,ib \"Dan sesungguhnya lumu benar-benar menunjuld<an ke ialan yang lurus.\" (Asy-Syura: 52), yakni membimbing dan mengarahkan. Adapun hidayah hati, hidayah yang membuat manusia mau menerima, maka ia di berada Tangan Allah S5, bukan di tangan Rasulullah ffi. Seandainya Rasulullah ffi berusaha sekuat tenaga, niscaya hidayah tersebut hanya terwujud pada orang-orang yang memang dikehendaki oleh Allah it*. O :dtXS 'jur i6 (auah dS berfinnan), 4@ai€r;$$fr6'Ji-{> \"Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya dan merekalah y ang akan ditany a ;' (Al-Anbiya' : 23). kri terkait dengan hak Allahg8. Allah S6 tidak ditanya tentang apa yang Dia lakukan, karena Allah eltg melakukan apa yang Dia kehendaki atas dasar sebuah hikmah, dan Dia tidak melakukan sesuatu pun kecuali untuk suatu hikmah. Hikmah adalah meletakkan perkara-perkara pada tempabrya. Maka Allah memberikan hidayah kepada siapa yang patut men- '.fGfi6J-Jehtd#,

qailo6.qadar, dapatkannya, memberikan kesesatan juga kepada siapa yang ber- hak meraihnya. Dia membimbing kepada snrga siapa yang memang layak mendapatkannya, menggiring ke neraka siapa yar:.g pantas digiring ke neraka; Dia lebih mengetahui makhlukNya. Hal ini menuntut seorang Muslim untuk memohon dan berdoa kepada Altah ultF agar memberikannya bimbingan kepada petunjuk, jangan kagum terhadap diri dan amalnya sendiri, akan tetapi dia harus berserah diri kepada Allah ffi, takut kepadaNya, takut bila Allah menyesatkannya dan membelokkan hatinya. Karena itulah, maka Nabi # sering mengucaPkan doa, aiiq f{xi di ,i#t|akv il &?i ..*vs eq,1t,* &u \"_\"#rqi*.WvS4t.ru i.Zi V,J* 53\";:1 el;y ;u t'L,J;.;pt j;*1 a \".4t +tLt wb ,?33-fu:lti rb6. (^.l.i t. .'AAi CUi \"Ya Allah, wahai Dzat yang membolak-balik hati, teguhkanlnh hatiku di atas Agama dan ketaatan kepadaMu.\" Aisyah berkata kepada beliau, \"Ya Rasulullah, Anda sering mengucapkan, 'Wahai Dzat yang membolak-balik hati, teguhkanlah hatiku di atas Agama dan ketaatan kepadaMu'.' Maka Nabi l& menjawab, \"Siapa yang menjaminku semen- tara luti para hamba di antara dua iari ar-Rahman, bila Dia berkehendak membalikknn hati seorang hambaNya, maka Dia membaliklanutya.\"l Dan Allah tlS berfirman, i{ @'i'ri'$ ;\";:*9 A'fiui i7 3;1 \"*lgr- \" Mer eka bersumpah dengan nama Allah dengan segala l<esungguhnn, bahuta sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukiizat, pastilah mereka beriman kepadaNya. Kntakanlah,' sesungguhnya mukiizat-muk- 1 Diriwayatkan oleh Ahmad,6/250;Abu Ya'la no. 4669 dan ath-Thabrani dalam at-Muiam al-Ausath, no. 1530 dari hadits Aisyah, dan dkhahihkan oleh al- Albanidalam Zhital al-tannah, no.233 dantakhrii al-Misykah, no. 102.

qafh,&qadar, jizat itu hanya berada di sisi Allah.' Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami memalingknn hati dan penglihntan merekn seperti merelcn belum pernah beriman lcepadanya (al-Qur'an) pada permulaan- nya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.\" (Al-An'am: 109-1 10). Iman bukan di tangan mereka akan tetapi di tangan Allah d6. o :dtr$ &r jr.i (auah dtx$ berfirman), 4@ #3fr6r t1y\\,,se- sungguhnya Kami menciptakan segala sisuatu menurut ukuran.\" (Al-Qamarz 491. Ayat ini menetapkan qadar danbahwa seluruh makhluk ada dengan qadha' dan qadar Allah. {'errlKeLfi\"sesungguhnya Knmi menciptaknn segala sesuatu\"; tidak ada sesuatu pun keluar dari ke- umuman ini, tidak ada yang luput dari penciptaan Allah *.(fib \"Menurut qadar (ukuran)\", /akni segala sesuatu ditakdirkan. Ayat ini bersifat umum dan mencakup seluruh (makhluk), dan total dalam tema ini. O :dJtS itii (Allah dlts berfinnad, {@6J {fii}|L'igr\\ \"Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu ilan menetapkan ukuran- ukur anny a dengan s erapi-r apiny a.\" (Al-Furqan: 2). Dia menciptakan segala sesuatu, ini berarti segala sesuatu adalah ciptaan Allah, bahwa Dia menakdirkannya, ia bukan se- suatu yang terjadi begitu saja atau secara tiba-tiba, akan tetapi ia terjadi dengan qadha' dan qadar Allah ii,8. ((Jf-rgot1d,$S jti; (Allah dlS berfirmanl, {,-311{je-i{lLii;t*(dlUy u >.+ ASl\"Tiada suatubencana pun ying menim{a di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhil Mahfuzh) sebelum Kami mencipta- kannya.\" (Al-Hadid: 22). Ayat ini adalah pemberitahuan dari Allah iH bahwa tidak ada musibah yang menimpa manusia, berupa penyakit, maut dan musibah-musibah jasad lainnya yang menimpa manusia, atau musibah yang menimpa bumi berupa kekeringan dan tertahannya hujan serta menipisnya hasil bumi, penyakit yang menimpa ta- naman dan mengurangi hasil panen, biji-bijian dan buah-buahan

qailu,&qadar, terserang hama, demikian pula apa yang terjadi di lautan yang mengakibatkan lenyapnya harta dalam jumlah besar, semua musi- bah pada tubuh dan pada bumi terjadi dengan qadha' dan qadar Allah. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi darinya kecuali dengan qadha' dan qadar Allah atas hamba-hambaNya, karena suatu hikmah dariNya ilkl, sekalipun (secara zahir) ia disebabkan oleh perbuatan manusia yang menyimpang dari syariat dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana Allah eltg berfirmary ;i3W o!fi,;a ;.,g-$.nui,sg L,r4'v ;-t, aicir-l; y {@3H..& \"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusil, supaya Allah merasakan kepada merela se- bagian dari akibat perbuatan merel<n, agar merekn kcmbali ke ialan yang benar.\" (Ar-Rum:41.). Allah tilts mengabarkan bahwa musibah-musibah ini sudah tertulis di sebuah Kitab, yaitu Lauhil Mahfuzh. Ini menetapkan de- rajatkitabalr (penulisan), penulisan segala takdir di Lauhil Mahfuzh, {WJ +5.* \"sebelum Kami menciptakannya.\" Artinya, ia sudah tirtulis sebelum ia diturunkan dan sebelum ia terjadi, tertulis di Lauhil Mahfuzh. Ia tidak terjadi seramPangan, akan tetapi ia me- rupakan sesuatu yang telah ditetapkan dan ditakdirkan, Allah tJtF mengetahuinya dan telah menulisnya di Lauhul Mahfuzh. Ayat ini menetapkan dua derajat iman kepada qadha' dan qadar. Pertama, adalah penulisan takdir di Lauhil Mahfuzh. Kedua, adalah penciptaan dan pengadaan (makhluk yang di- takdirkan tersebut). Ayat di atas menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi, ia terjadi karena Allah tlt$ menciptakannya. Allah dtF menciptakan segala sesuatu, kebaikan dan keburukan, hal-hal yang disukai oleh manusia dan yang dibenci oleh mereka, tidak ada sesuatu pun yang terjadi kecuali Allah dlts adalah Pencipta, Pengatur dan yang mengadakannya.

qailro&qadnr, O :dltg jrii (Allah dlts berfinn anl, ',J.r*i3ia&4#ot':\"lri;;3> 1(;W 6i4 W-'L$-o1,;;;t \"Barangsiapa yang Allah menghen' daki akan membeikan kepadanya petuniuk, niscaya Dia mela- pangkan dadanya untuk (metteluk agama) Islam, danbarangsiapa yang ilikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah meniadikan dadanya sesak lagi sempif.\" (Al-An'am: 1.25). Ayat ini menetapkan iradah (kehendak) kauniyah bagi Allah. Barangsiapa yang Allah dt$ berkehendak memberinya hidayah dan menerima kebenaran, maka dia membuatnya kapabel untuk itu dengan menjadikan dadanya lapang kepada Islam, sehingga dia berkenan menerima kebenaran, tenang dan tenteram kepada- nya. Allah dJt5 membuatnya menerima dan menjadikannya pantas untuk itu, karena Dia mengetahui bahwa yang bersangkutan me- mang berhak dan pantas mendapatkan hidayah, maka Allah tltS meletakkan dalam hatinya kesiapan, kecenderungan dan keinginan kepada kebaikan dan membuka hatinya secara lapang kepada Islam. Dan barangsiapa yang Allah ultS kehendaki secara qadha' dan qadar untuk tersesat, karena Dia mengetahui bahwa yang bersang- kutan memang patut tidak mendapatkan hidayah, maka Dia tidak membuat hatinya berkenan untuk menerima hidayah, menjadikan hatinya sempit, tidak membuka dan melapangkannya, menjadikan- nya sempit sehingga ia tidak menerima aPa Pun/ $#W,.;iiia?.y \"Niscaya Allah menjadilan dadanya sesak lagi sempit.\" (Al-An'am: 12s). Dalam salah satuqira'ah dibaca, q; (dengankasrah ra')1 yakni dia tidak menerima kebenaran, tidak cenderung kepadanya, seba- liknya hatinya terasa sempit kepada kebenaran, bila dia mendengar kebenarary maka dadanya sempit, lalu berpaling dan menghindar, sebagaimana Allah tJ5 berfirman, 1 Ini adalah qira'ah (cara baca) Nafi' dan Abu Bakar, dengan ra' dibaca kasrah, keduanya menjadikan kata sebagai i.sim fa'il, maknanya adalah kesempitan. Allah menjadikan dadanya sempit. Lihat al-Karyf an Wuiuh al-Qira'at,karya al-Makki,l/450.

qailw &qadar, 5j titj i;.$i 6#\"7'u-51 ;f-3. Ji:;l i ;u {i't5} iy F { @'bi;;$- ;i 6l'ai a \"Dan apabila hanya nama Allah saia disebut, kesallah hati or\"aYngJ-i orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka ber- girang hati.\" (Az-Zumar: 45). Manusia semacam ini berbahagia dengan kebatilan dan me- rasa enggan (alergi) dengan kebenarary karena Allah tidak menja- dikan hatinya memerima kebenarary karena Dia mengetahui bahwa yang bersangkutan memang tidak layak mendapatkan hidayah. Allah &E Mahabijaksana, Dia meletakkan segala perkara pada tempatnya. Allah meletakkan hidayah pada siapa yang berhak, berkenan menerima dan merasa tenang kepadanya, dan Allah juga meletakkan kesesatan pada siapa yang tidak menerima kebenaran dan tidak tenteram kepadanya. Hal semacam ini terbaca dengan jelas pada manusia. Di antara manusia ada yang bersempit dada saat mendengar kebenarary al-Qur'an, dzikir dan nasihat. Dadanya menyempit dan dia pun berlari menjauh. Di antara manusia ada yang mencintai kebaikan, gemar mendengar kebaikan. Hal ini membuktikan bahwa hidayah dan kesesatan mempunyai sebab- sebab dari hamba sendiri. Orang yang menyukai kebaikan dan mencarinya dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah clts akan membimbingnya kepada kebenaran. Barangsiapa membenci kebenaran dan ahlul haq niscaya Allah akan menghalangrnya sehingga dia tidak meraih kebenaran. Karena Allah tl* Mahabijaksana, Dia tidak akan meletakkan hidayah kecuali pada siapa yang memang pantas mendapatkannya. Dia tidak meletakkan kesesatan kecuali pada orang yang pantas men- dapatkannya. Allah tB meletakkan segala perkara pada tempatnya dan hal ifu berdasarkan iradnh (kehendak) kauniyahNya. - (Di akhir ayat 1.25 dari surat al-An'am disebutkan),ti;1afi {'itAi 4'tAli'Smtah-olah ia sedang mendnki langit.\" Artinya, mustalil dia beriman sebagaimana mustahil baginya naik ke langit, karena manusia tidak mampu naik ke langit sendiri, dia bisa terbang de- ffi

ngan sarana alat, kalau dirinya sendiri, maka mustahil dia terbang ke langit, karena Allah tidak menciptakannya sebagai burung, akan tetapi sebagai makhluk yang melata di bumi. Maka mustahil baginya beriman sama dengan mustahilnya dia terbang di angkasa. $,gSi';i'i 'J4- A(L4}. \"Begitulah Allah menimpakatt siksa.\" Perhatikariah keterangan Aliah t\"r,tutg hikmah, 4O;,5-* O-ii:Fb \"kepada orang-orang yang tidak beriman,\" Yakrti, yang disebabkan oleh ketidakimanan mereka. O ';; i.t ai:S (Ibnu Umar meriwayatkan) Setelah menyebutkan dalil-dalil yang menetapkan qadha' dan qadar dari al-Qur'an,Ibnu Qudamah menyebutkan dalil-dalil dari as-Sunnah. Ibnu Qudamah menyebutkan hadits Jibril, hadits Ibnu Umar dari bapaknya, IJmar, saat Jibril datang kepada Nabi M dalam wujud seorang laki-laki yang mengenakan baju yang Putih bersih dan rambut hitam legam, tidak terlihat padanya bekas per- jalanan dan tidak seorang pun hadirin yang mengetahuinya, laki- laki yang sangat asing, bukan penduduk negeri, karena mereka tidak mengenalnya, tidak termasuk musafir karena tanda-tanda safar tidak terlihat padanya, sehingga mereka berkata, orang asing, para sahabat merasa asing kepadanya dan laki-laki ini duduk di depan Nabi M. Biasanya Jibril datang kepada Nabi ffi dalam bentuk seorang laki-laki, karena para malaikat tidak mendatangi manusia dalam wujud aslinya, karena manusia tidak kuasa melihatnya' o :ffi gPt iul (Nabi S bersabda) Penulis menyebutkan hadits ini dan dia menisbatkannya kepada Nabi M, .eyr e.re?r etr )d\\'5 \" Aku beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk, yang manis dan yang pahit.\"l 1 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 6/170; an-Nasa'i dalap al-Mu'jam ab Kubra, no. 5852; dan ath-Thabrani dalam 72/430 dari hadits Ibnu umar, didhaifkan oleh al-Albani dalam Zhilal al-tannah, no.772. .-TffMi6-vfvH:r

qailw6(qdar, Makna hadits shahih, yaitu bahwa beriman kepada takdir adalah wajlb, takdir baik maupun takdir buruk. Yang baik adalah segala perkara yang dicintai, disukai dan bermanfaat, sedangkan yang buruk adalah perkara-perkara yang merugikan dan tidak disukai. Ketaatan itu baik dan kemaksiatan itu buruk, semuanya dengan qadha' dan qadar Allah, yang manis dan yang pahit. Ada takdir yang manis, yaitu takdir yang sesuai dengan keinginan jiwa berupa kenikmatan dan kebahagiaan, ada pula takdir pahit, yaitu yang tidak sesuai dengan keinginan jiwa, berupa musibah, kese- dihan, kesengsaraan, dan kesakitan. Pahit (memang), namun ia adalah qadha' dan qadar Allah, itu pasti dan harus diimani. Sedangkan orang yang tidak beriman kecuali kepada takdir yang manis, maka dia hanya mengikuti nafsunya dan mengekor kepada keinginannya. Tetapi orang Mukmin yang benar adalah orang Mukmin yang beriman kepada takdir yang manis dan yang pahit. Orang yang hanya beriman kepada apa yang sesuai dengan keinginannya, maka dia bukan orang yang beriman kepada qadha' dan qadar, akan tetapi dia hanya beriman kepada apa yang nikmat untuknya. Salah satu keistimewaan orang yang beriman kepada qadha' dan qadar adalah bahwa dia sabar menghadapi musibah, karena dia mengetahui bahwa ia terjadi karena qadha' dan qadar Allah. o#i;Jy'bbj *l,utj $ $rj6\"rr; ,ait-r:tyuji {@ \"Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapknn, 'lnna lillahiwa inna ilaihi raji'un.\" (Al-Baqarah: 155-155). Mereka inilah orang-orang yang sabar. Mereka mengetahui bahwa musibah datang dari Allah dan bahwa ia pasti terjadi, ia tidak terjadi kecuali ia telah ditakdirkan, maka ia pasti akan terjadi. Mereka bersabar, tidak marah dan tidak bersedih, mereka melaku- kan introspeksi diri, karena bisa saja musibah tersebut karena dosa yang telah dia perbuat atau karena kekeliruan yang dia lakukan atau karena penyimpangan. Mereka introspeksi diri dan bertaubat kepada Allah, sebagaimana Allah ell$ berfirman,

qaila,6(qaAar' 4@ i< ; \\jr) fu\\a3< t1 -*# u r>tsJu5 Y \"Dan apa saja musibah yang menimpa knmu makn adalah disebab- kan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. \" (Asy-Syura: 30). Mereka tidak bersedih dan tidak marah terhadap takdir, se- baliknya mereka bersabar dan bertaubat kepada Allah il6. Dia me- ngetahui bahwa tidak ada sesuatu pun yang menimpanya kecuali disebabkan oleh dosa-dosanya sendiri, sehingga dia pun bertaubat kepada Allah, maka hal ini membawa kebaikan baginya. Musibah tersebut berakibat baik dan dia memetik faidah yang mulia darinya. Adapun orang yang bersedih dan marah terhadap takdir, maka dia tetap tidak akan lolos dari musibah, bila musibah menimpa- nya, maka dia tidak meraih pahala darinya, sebaliknya dia berdosa karena dia sedih dan marah, dia tidak terhindar dari musibah dan tidak pula mendapatkan pahala. Semoga Allah memberikan kese- lamatan kepada kita. O * *3t ?tti bt (Di antara doa Nabi *) Nabi i* mengajarkan kepada al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib, cucunya dari Fathimah, sebuah doa untuk dia ucapkan dalam w *ptqunut witir setelah rukuk, t. ,'tiE 1g3,4v j4. sevs,J{J,e d-.$l r-ixt \" a**#-i j oa e;y,.4s V **b1 w ,l !)tv.s 'Ya Allah, berilah aku petunjuk bersama oranS-orang yang Engluu beri petunjuk, beriknnlah keafiatan kepadnku bersama oranS-oran| yanS Engknu beri keafiatan, peliharalah aku bersama oranS-oranT yang Engkau 'pkrul,ihrro, berilah aku keberkahan pada rizki yang Engknu berikan untuk- dan lindunglilah aku dari keburukan apa yang Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau memutuskan (ketetapan) dan tidak diputuskan terhadapmu.\"r I Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab al-Qunut ft al-Witr, io. t+,i1; at-Tirmidzi, Kitab ash-Shalah, Bab ma la'a fil Qunut ft al-Witri, no. .trrrfH. '.frVr--E qln

qaila'&qadar, Titik keterkaitan hadits ini dengan masalah ini adalah, &5 \".t t izi v \" Dan lindungilah aku dai lceburukan apa yang Engkau tetapkan.\" Di mana Nabi ffi menisbatkan keburukan kepada qadha' dan qadar, yaitu yang tidak disukai yang menimpa manusia atau hal-hal yang buruk yang menimpa manusia, yang ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah. Nabi # memerintahkan cucunya al-Hasan bin Ali agar berdoa kepada Allah suPaya Dia menjaganya dari keburukan apa yang Dia tetapkan, menjadikan qadha'Nya baik baginya, dan tidak menjadikannya termasuk oranS-orang yang berlaku pada mereka qadha' dan qadar Allah lalu mereka berse- dih dan marah terhadapnya, sehingga mereka justru meraih dosa- Dia berdoa kepada Allah agar menjaganya dari keburukan qadha' dan qadar dengan memberinya pertolongan untuk bersabar, menahan diri dan ridha kepada qadha' dan takdir Allah, sehingga akibat dan ujung dari hal itu adalah kebaikan baginya; karena Allah tidak menetapkan dan menakdirkan kecuali kebaikan bagi seorang Mukmin, ;* i^i; '&.v1 JD ,tF i{! il.<; Li* fJ 'Ay\" ',aj,.W\\ bL V;;{'it .l; ,As ,'d tiv ai i;s3 t44t \"Bila dia mendapatkan kebahagiaan, maka dia bersyukur, dan hal itu adalah baik baginya, bila dia ditimpa kesedihan, maka dia bersabar, dan hal itu adalah baikbaginya, dan itu hanya untuk orang Mukmin.\"l Titik hubungan hadits dengan tema adalah, u5 u ,pt \"\"dan lindungilah aku dari keburukan apa yang Engkau tetapkan,\" yung menunjukkan bahwa keburukan termasuk ke dalam qadha' dan qadar, menunjukkan pula bahwa manusia dianjurkan dan disya- riatkan untuk berdoa kepada Allah agar melindunginya dari ke- burukan qadha' dan qadar, agar Dia tidak menjadikannya sebagai sebab untuk menyesatkannya karena kesedihan, kemarahan dan kebenciannya kepada qadha' dan qadar Allah, dan agar tidak 464 dan Ibnu Majah, Kitab lqamah ash-Shalah wa as-Sunnah fiha, Bab ma la'a fi al-Qunut /i al-Witri no. 1178 dari hadits al-Hasan bin Ali, dan hadits ini dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Irwa',no.429. 1 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab az-Zuhd wa ar- Raqa'iq, Bab al-Mu'min Amruhu Kulluhu Khair, no. 2999 dan Ahmad, 4/332; dari hadits Shuhaib. 'ffi#w',,Grd.--Arl.

qadLo&qada,,a menjadikannya sebagai sebab kesengsaraannya, sebaliknya men- jadikannya sebagai sebab kebahagiaannya. O jrr ;u,hl Hii (Kita tidak meniadikan qadha' dan qadar Allah) Ini adalah masalah besar terkait dengan qadha' dan qadar' Ibnu Qudamahberkata, .*1, ?qV ,,e-,.V1 ,f A z*, L:.tit $t;t*i ,)*iS \"Kita tidak (boleh) meniadikan qadha' dan qadar Allah sebagai hujiah (alasan) bagi kita untuk meninggalkan perintah- perintahNya dan melanggar larangan-laranganNya.\" Ada orang yang bila melakukan kemaksiatan atau kesalahan, dia tidak bertaubat kepada Allah dan tidak mengakui dosanya, dia malah berkata, \"Ini adalah qadha' dan qadar Allah.\" Ini tidak boleh; yang wajib atas Mukmin bila dia melakukan penyimpangan adalah bertaubat kepada Allah #. Qadha' dan qadar tidak boleh dipakai sebagai alasan untuk berbuat kemaksiatan, akan tetapi dijadikan alasan terhadap mu- sibah di mana manusia tidak memiliki pilihan padanya; hendak- nya dia mengatakan bahwa hal itu merupakan qadha' dan qadar Allah, agar bisa menerimanya dengan sabar. Berbeda dengan ke- maksiatin, pelakunya mempunyai pilihan sebelum melakukan- nya, dia mempunyai kemampuan dan kehendak serta perbuatan, maka ia adalah perbuatannya, hasil usahanya dan dengan pilihan sadarnya, sehingga dia harus menyalahkan dirinya dan memikul akibat dosanya sendiri lalu bertaubat kepada Allah d6. Moyang kita, Adam dan Hawa, berkata, {@ b#i'n'\"6Kf €::-5i6 }i i t'{'&1W(.ii6} \"Keduanya berluta, 'Ya Tuhan knmi, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada knmi, niscaya pastilah lami termasuk orang-orang yang merugi' .\" (Al-A'raf: 23). Dan dalam ayat Yang lain, ffi{ @'i)46i'} f;t r* it, #-l; u iit; {Nb

qafh,&qah, \"Kemudian Adam menerima beberapa knlimat dari Rnbbnya, maka Atlah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Mahn Penyayang. \" (Al-Baqarah:37). Kedua moyang kita itu tidak berkata, \"Ya Tuhan kami, ini )adalah qadha' dan qadarMu.\" Akan tetapi keduanya berkata, r3.5 {Ree\\dTuaiEnya'YmaeTnughaaknuik,a{mei,rk*nimt'i-teliaiKh fmeCngjiani6ay,a5dIiriokba}m. i\"Dseanndiiirki.a\" Engkau tidak mengampini kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilahknmi termasuk orang-orang yang merugi.\" Demikianlah para Nabi, siapa di antara manusia yarrg mela- kukan penyimpangan, maka hendaknya dia kembali kepada Allah dan bertaubat kepadaNya, memohon ampunan kepada Tuhannya sehingga Allah clts mengampuninya. Bila para Nabi demikian, maka selain mereka tentu lebih patut. Seorang Muslim tidak boleh menyandarkan dosa-dosa dan kemaksiatannya kepada qadha' dan qadar Allah, sekalipun ia memang terjadi karena qadha' dan qadar, akan tetapi dalam hal tersebut dia memiliki pilihary Peran dan perbuatan. Bila dia berkehendak, maka dia bisa tidak melaku- kannya, karena dia tidak dipaksa untuk melakukannya. Semesti- nya dia memikul kesalahannya sendiri, bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah, dan Allah elt5 mengampuni siapa yang bertaubat kepadaNya dan memaafkannya. Inilah sikap seorang Muslim terhadap dosa-dosa dan kemaksiatan. Dia memikulnya sendiri, bertaubat kepada Allah darinya, memohon ampunan kepada Allah darinya. Bukan malah berkata, \"Ini adalah qadha' dan qadar Allah\", dan beralasan dengan qadha' dan qadar atas kemaksiatan yang dilakukannya, membenarkan dirinya dalam melakukan kemaksiatan tanpa bertaubat kepada Allah &. O :d]5 .!r i6 (auan dXS berfimran), { .f\"}( '\":,\"ziL ;'i &,-eWl'K-Ja} \"Agar tiilak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah diutusnya para rasuL \" (An-Nisa': L65). (Allah berfirman demikian) setelah menyebutkan Rasul-rasul yang disebutkanNya dalam FirmanNya, ;4i\\, {y C.:-ii;'-,$.'o:'At d Jysgi K $t-Gi-uyb ffi

qail.a,E(qadar, 'rifi 3\\i5 l.'6; b*-*; brj*t:tQ;*i'$';1-i 't*,i;'ti #,i l* n 64; esrl*+S3t=''i'\\;7'&i3il1i;'r@iti&'\"ir63uirjyWi iif6=(.e)#f#(irif':r#${ii ,;iSr,3 @ (@ 6;g,i';fr'og \" S e sung guhny a Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagai- mana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-nabi yang kemudiannya, dan Knmi telah memberiknn wahyu pula kepada lbrahim, lsmail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, lsa, Ayyub, Yunus, Harun dan sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud. Dan Kami telah mengutus Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang me- rekn kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan ten- tang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. Merekn Knmi utus selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar suPaya tidak ada alasanbagi manusia mem- bantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. Dan Allah Mahaperknsa lagi Mahabijaksana.\" (An-Nisa' : 163-165). Dia menyebutkan hikmah diutusnya para Rasul dan diturun- kannya kita-kitab, yaitu menutup pintu alasan di depan manusia, sehingga mereka tidak bisa berhujjah dengan mengatakan, \"Ya Tuhan kami, belum datang kepada kami orang yang melarang kami dan memperingatkan kami dari kemaksiatan, orang yang menjelaskan kepada kami mana yang baik dan mana yang buruk, mana hidayah dan mana dhalalah, kami tidak mengetahui.\" Allah tJtS telah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab- kitab suci, karena Dia ingin menjelaskan bagi manusia aPa-aPa yang merupakan ketaatan dan apa-aPa yang merupakan kemak- riutir,, kekufuran dan keimanan, kebaikan dan keburukan, dan Allah tidak akan menyiksa manusia sebelum Dia mengutus dan menjelaskan kepada mereka, {@ S;gl ,Lr'q'*KY;fi ffi

qadb &qada,u \"Dan Kami tidak akan mengaznb sebelum Kami mengutus seorang rasul.\" (Al-Isra': L5). Ini adalah hujjah Allah atas makhlukNya, { @'#ist (}o:l; 4Y Ui o-$i'\"X;s Y \"Makn sungguh Kami alan menanyai umat-umat yang telah diutus Rasul-rasul kepada mereka dan sungguh Kami akan menanyai (pula) Rasul-rasul IGmi.\" (Al-A'raf: 6). Li; A,ftL, i2{ iJ6\"4-6c 3;; S;ifri'&;;b {@ Y;gi \"HAri di waktu Allah mengumpulkan para Rasul lalu Allah ber- tanya kepada mereka, 'Apa jawaban knummu terhadap seruanmu?' PAra Rasul menjawab, 'Tidak ada pengetahuan kami tentang itu. Sesungguh- nya Engkau-lah yang mengetahui perknra yang ghaib'. \" (Al-Ma'idah: 10e). Allah mengutus para Rasul untuk menutup alasan bagi para hamba, agar mereka tidak beralasan di Hari Kiamat, bahwa tidak ada rasul yang datang kepada mereka dan memberikan penjelasan kepada mereka. Seandainya beralasan kepada qadha' dan qadar atas perbuatan maksiat itu benar, niscaya ia bertentangan dengan Firman Allah clt$, 4,91i';;\"r4l ;1fr &.rE'rK i:ly \"Agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah se- sudah diutusnya Rasul-rasul itu.\" (An-Nisa': 165). Ini menunjukkanbahwa manusia tidak akan memiliki alasan di depan Allah, tidak dengan qadha', tidak dengan qadar dan tidak pula dengan selainnya selama Allah ell,5 telah menjelaskan kepada mereka, menerangkan kepada mereka, memerintahkan dan me- larang mereka. Tidak ada cela untuk beralasan dengan qadha' dan qadar. Sebaliknya, mereka sendiri harus memikul akibat dari dosa yang mereka lakukan, karena merekalah yang kelewatan, dan mereka hanya disiksa atas perbuatan dan tindakan mereka sendiri. Adapun qadha' dan qadar, maka ia urusan Allah iH. Manusia '.HGrJd3.-.W6d,'

,€ffip+ qaila,6(qafar, +ffip mengetahui dirinya mampu dan mempunyai pilihan, dia melihat dirinya kuasa untuk berbuat atau tidak berbuat, dia mengetahui kebaikan dan keburukan, mengetahui bahaya dan manfaat. Dia sendirilah yang maju untuk melakukan hal-hal tersebut dengan pilihannya dan dia mengetahuinya, saat itu mereka tidak lagi bisa beralasan terhadap Allah da. O tgti W tl\"tdt $t *i 7i u # int iti ;:xi (Kita:nengetahui bahwa Allah iidak memerintah dan melarang kecuali orang yang mampu untuk melakukan atau meninggalkan) Kalimat penulis ini juga menjelaskan dan menerangkan, bahwa kita wajib mengetahui bahwa Allah ik tidak memerintah dan tidak melarang kecuali siapa yang mampu untuk berbuat atau meninggalkan. Orang seperti inilah yang diperintah dan dilarang, yaitu orang yang memPunyai kemamPuan dan kesangguPan. Adapun anak-anak yang belum dewasa, orang gila yang tidak waras akalnya, orang yang dipaksa yang tidak memPunyai pilihan. Pena terangkat dari orang-orang seperti mereka, mereka tidak diperintah atau dilarang, karena mereka tidak kuasa dan tidak sanggup. Allah tJtIi mengangkat beban taklif dan pertanggungan- jawab dari mereka, yang dibebani adalah orang yang berakal, mampu dan mempunyai pilihan. O :rllg &r j6; (Allah dlt$ berfinnan), { 6i$yA,i5l Jgf i> \"Allah tidak membebani suatu iiuta kecuali sebatas kemampuan- ny a.\" (Al-Baqarah: 286). Yakni, kesanggupan dan kemampuannya, dan apa yang di luar kesanggupan dan kemampuannya, maka dia tidak dipersalah- kan atasnya. O :dlt$ itii (Allah dlt$ berfirma.), { ki#eJm1a'fmrtp1u5a'Enn}flMu.\"ak(Aat-bTear-- takutalah kamu kepada Allah sebatad ghabun:16). Yakni, menurut kesanggupan. Apa yang tidak mampu di- lakukannya, maka dia tidak bertanggung jawab atasnya. Orang yang tidak mampu, tidak ditanya, bila dia meninggalkan sesuatu karena belum mampu melakukannya, maka tidak ada dosa atasnya. Akan tetapi bila dia meninggalkan padahal dia mamPu melakukary .',t:,<Mti63---4l9h66fDr,X-

qail,a,&qafu,v maka orang seperti inilah yang akan disiksa. '{'c;Aq,fO :d;lt$ itr ,Sii (Allah dl$ berfirm anl, if,t iilj> <i$l P\"Pada hai ini masing-masing iiwa dibalas iesuai dengan apa yang ia kerjakan, tidak ada kezhaliman pada hari ini.\" (Ghafin Ln. Maksud \"hari ini\" adalah Hari Kiamat. Setiap jiwa akan dibalas sesuai dengan perbuatannya, Allah tJtS menyandarkan usahanya kepada yang bersangkutan dan menggantungkan balasan dengannya, hal ini menunjukkan bahwa suatu jiwa tidak disiksa karena usaha atau perbuatan orang lain, tidak pula atas apa yang dilakukarurya padahal dia tidak bermaksud melakukan- nya atau tidak mengetahuinya atau tidak kuasa meninggalkannya, dia tidak disiksa karena itu, akan tetapi dia disiksa atas apa yar.g dihasilkan oleh perbuatan dan pilihannya, keinginan dan kehen- daknya. 4'&i fll {} \"Tidak ada kezhaliman pada hari ini\", karena bila Allah ultfr menyiksa mereka atas sesuatu yartg tidak mereka laku- kan, maka hal itu merupakan kezhaliman terhadap mereka. Maha- tinggi Allah dari semua itu dengan ketinggian yang besar. {'lfl ili {} \"Tidak ada kezhaliman pada hari ini\". Maksudnya, seseorang dihukum dan disiksa tanpa perbuatan dosa yang dilaku- kannya. Allah,jE tidak mungkin menghukum orang-orang Mukmin dan memberikan kenikmatan kepada orang-orang kafir, karena hal itu adalah kezhaliman, yakni meletakkan sesuatu bukan pada tempat semestinya. Pahala dan hukuman, surga dan neraka ber- kaitan dengan kekufuran dan keimanan, ketaatan dan kemaksiat- an, semuanya berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para hamba yang mereka lakukan atas dasar kerelaan, pilihan, dan kehendak mereka. Mereka disiksa dari arah ini, dan inilah keadilan. Adapun seseorang disiksa karena sesuatu yang tidak dilaku- kannya, atau dia melakukarurya namun bukan atas dasar kerelaan, atau bukan atas dasar ilmu, atau dia melakukannya karena salah, maka hal ini merupakan kezhaliman, dan Allah $r menyucikan DiriNya dari tindakan semacam itu. 615, \"{3iiJ35 e,i-1; . r,!6 -q & -i-,1; ;t Y 'ffi#w,,G6--..66t\"

qadLa,&qada^, \"Dan tidnkadn dos atasmu terhadap aPayangkamuWrilaf padanya, tetapi Qang ada dosanya) apa yang disengaia oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun tagi Maha Penyayang. \" (Al-Ahzab: 5). Allah rI5 membuka pintu taubat dan ampunan bagi mereka' Allah tidak membuat mereka berputus harapan. Sebaliknya Dia membuka bagi mereka pintu taubat, pintu harapan sekalipun mereka melakukan kesalahan dan kesengajaan dalam menyelisihi. Allah tidak membuat mereka putus asa dari rahmatNya, akan tetapi Dia membuka pintu harapan, amPunan dan taubat, i;t|1:b 4t1.:, !j6 iii\"Dan Allah Mahn Pengampun lagi Maha Penyayang\" , yaitu b'agi siapa yang bertaubat, beriman dan memohon ampun kepada Allah tltS. O\\si >{r, ++U 'it * iri (S\"^rra itu menunjukkan bahwa hamba mempunyai perbuatan dan usaha) Tidak ada keraguan bahwa ayat-ayat dan dalil-dalil ini me- netapkan bahwa hamba mempunyai perbuatan, yang baik darinya dibalas dengan pahala dan yang buruk darinya dibalas dengan hukuman, dan inilah keadilan. Yakni, meletakkan sesuatu di tem- patnya secara proporsional, yaitu menghukum orang yang ber- Luat buruk dan membalas kebaikan bagi orang yang berbuat baik; inilah keadilan. Adapun kebalikarurya, maka ia adalah kezhalimary meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya yang proporsional. Allah disucikan dari kezhaliman. { @ 6Je 33 -Ku @'w.}dra;$t tr :{,* ,,Maka apaknh patut Kami meniadikan orang-oran? lslam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Atau adakah kamu (berbuat dem-ikian). Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? \" (A1- Qalam:35-35). j:|Jy'r;5'S+ i,rfui .t e-#5*)a9i |E: tjtr;C.li 4@t#K .ffi\"Patutkah Kami menganSSap oran7-orang yang beriman dan

qaAh,&qahr, mengerjakan amal yang shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?\" (Shad:28), eA*rtWVJr;ty.lK;i:C16r4ivj,4'\"5ia;iiY {@ 5;K5-ti{at--' lV i5:\" \"Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan merekn seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.\" (Al-Jatsiyah: 21). Ini adalah berburuk sangka kepada Allah $6, bahwa Dia menzhalimi hamba-hambaNya, menghukum orang yang berbuat baik dan membalas orang yang berbuat buruk. O ,.lii b ,v;t, Eti ti (Dan itu teriadi dengan qadha' dan qadar Allah) Artinya, itu adalah perbuatan-perbuatan mereka, kebaikan- kebaikan dan keburukan-keburukan mereka. Ia terjadi dengan qadha' dan qadar Allah tanpa ragu, tidak ada sesuatu pun yang keluar dari qadha' dan qadar Allah, apa pun itu, semuanya ter- cakup dalam qadha' dan qadar Allah, akan tetapi kita tidak boleh beralasan dengan membenarkan kesalahan dan kejahatan kita bahwa ia adalah qadha' dan qadar Allah. Benar ia terjadi karena qadha' dan qadar, namun sebelum Anda melakukan, Anda me- miliki pilihan, kehendak dan keinginan, sehingga Anda patut ber- tanggung jawab atasnya dan tidak atas qadha' dan qadar Allah. Allah tidak menghukum seseorang atas dasar qadha' dan qadar, akan tetapi dia menghukum atas perbuatan dan tindakannya. Allah tidak menghukumnya atas dasar bahwa Dia menetapkan dan menakdirkan begini dan begini, karena sisi ini tidak terkait pahala dan hukuman, karena pahala dan hukuman berkaitan dengan perbuatan dan tindakan manusia yang terjadi dari mereka atas dasar pilihan, kehendak, keinginan, dan kesengajaan dari mereka.

ffi

? nan ada.hh 9cilntaan & 9eilatan J*sdre SUll :(.lJar Pasat: Iman Adatalr Perkataan dan Perbuatan y.&J\\x.t,eu,;l\\uo, gsj$! ,f: ik{! ii iw_jr; \"&:gt\"^}.4,L. Iman adalah perkataan dengan lisan, perbuatan dengan anggota badan dan i'tiqad dengan hati, yang bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. l$i lfL $i 76r#'61 l'a^A.*t tfr qY, rJrS u i 6 -4dlts +lr isto S;+i {@ dj'ir'r$jil3l;',!3i bt i.q.$t ilk,16-1lr ;u# ,e*.ill (ip ,#t ,\"i';l) Allah dJtS berfirmatr, \"Padnhal mereka tiilak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agaffia yang lurus.\" (Al-Bayyi- nah:5). (Dalam ayat ini) Allah dlts menjadikan ibadah kepadaNya, keikhlasan hati, menegakkan shalat dan menunaikan zakat termasuk agama. isp tixri J\\# oqi ce ieli ,M int ,sy: iut ii,j,Pt ;r\" 6,s\\t bvLLltisli ,&r {1 -r1 'j Rasulullah ffi bersabda, \"lmnn itu ada tujuh puluh cabang lebih, yang paling tinggi adalah syahad.at La ilaha illallah ',f,Gfi6J--.e66stl\"'

? ^an adalala 9eilztaan & 9etluatan dan yang paling rendah adalah menyingkirkan apa yang mengganSSu dari i alanan.\" 7 .etq)r b,,,,-Jlrs J.uilt *..; (Di sini) Nabi ffi meniadikan perkataan dan perbuatan ter- masuk dari iman. { sr.f ii;$>:ilw Jtii Allah aIS iuga berfirmary \"Maka surat itu menambah iman mercka.\" (At-Taubah: 1.24). { cltBr;rr-} ,uw dtii Dan Allah dJt$ juga berfirmary \"supaya iman merekabertam' bah.\" (Al-Fath:4). e.J:,;i;rtn;,iti,*t \\i 'itl u b,8t,i't''u, iC,YHt*'ffi:.irr,ri'$l itq: dvi qr.i)r * Rasulullah ;ffi bersabd a, \"Akan keluar dai neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah sementara di dalam hatinya terdapat iman seberat biii gandum, atau seberat biii sazai, atau sebertt atom,\" 2 (Di sini) Nabi {ffi meniadikan iman bertingkat-tingkat' w Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Iman, Bab Ziyadah al'Iman wa Nuq- inoilni io.44 dan Muslim, Kitab al-Iman, Bab Adna Ahli al-Jannah Manzilah, 193/325: dari hadits Anas bin Malik' Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Iman, Bab Ziyadah al-Irnan wa Nuq- inoilf\"io. i dan Muslim, Kitab al-Iman, Bab Adna Ahli al-tannah Manzilah, ffi193/325: dari hadits Anas bin Malik.

? nan alalalv 9e*ataao & ?eilatan (trrr. atmh) O Iman Adalah Perhataan dan Perbuatan ?mandalam bahasa berarti membenarkan. Dalam istilah ada- lah, ucapan dengan lisan, perbuatan dengan anggota badan dan i'tiqad (keyakinan) dengan hati. Contoh ucapan adalah la ilaha illallah, contoh perbuatan ada- lah rukuk dan contoh i'tiqad adalah iman kepada Allah, malaikat dan lainnya yang wajib diimani. Dalil yang menunjukkan bahwa inilah yang dikatakan iman adalah Firman Allah tltS, ', fl\\ $l; .irAi lH; l{L t)\\ 7't l':\",A.Iy',fi \\:,Y \"#'n{|@-rqib;dii' \"Padahal mereka tidak diperintahknn kecuali suPaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menialankan) agama yang lurus, dan supaya merela mendiriknn shalat dan menunaikan zaknt, dan yang demikian itulah agama yang lurus. \" (Al-Bayyinah: 5). Dalam ayat ini, Allah tils menjadikan keikhlasan, shalat dan zakat termasuk agama. Dan Nabi ffibersabda, uuii3 ,t r {1 ,l .i Li tsrp, L^>{,}i J4, 151^;3 &, it i)i C,Pt 6o 6,\\t :olVL. \"lman itu terdiri dari tujuh puluh cabang lebih, yang tertinggi adalah syahadat la ilaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirknn sesuatu yang mengganggu dari jalan.\" Diriwayatkan oleh Muslim dengan laf.azh, i;t.tlnit a.4'i t{1t ^-2oii,u ffi\"Yang paling utama darinya adalah ucapan, 'La ilaha illallah'.\"

? rr*o ahlnh 9eilaran & 9eiltatan Hadits ini asaLrya adalah dalam ash-Shahihain.r Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan berdasarkan Firman Allah dl5, { s*t l:'$Y \"Malu ia men\"ambah iman mereka.\" (Ali Imran: 173). |uga Firman Allah t']5, {*-t Y&tV't;$Y \"supaya iman merekabertnmbah di *rnpinglceimanan merela (yang telah ada).\" (Al-Fath: 4). Ji ,!s* :i ,ig. itri * $iunit ar1 'j jti u ,8t b LH iLq! b fi; \"Aknn l<eluar dari neralu orang yang mengucaplan l-a ilaha illallah xmentara di dalam hntinya terdnpat iman sfurat biii gandum, atau sebe- rat biji sawi, atau seberat atom.\" Diriwayatkan oleh al-Bukhari2 de- ngan riwayat serupa. Di sini Nabi S menjadikan iman bertingkat-tingkat, jika iman bisa bertambah, maka ia pun bisa berkurang, karena konsekuensi bertambah adalah berkurang dari yang bertambah tersebut. *** Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, Bab Bayan Adad Syu'ab al-Iman wa Afdhaluha wa Adnaha,35/85, dari hadits Abu Hurairah. Dan hadits ini diriwayatkan oleh di al-Bukhari, Kitab al'Iman, Bab Umur al-Iman, no.9, secara ringkas dengan lafazh, ye)r b'# tYsti,l'^* tiei i;1iu.;-,{i \"Iman itu ad,a enam puluh cabang lebih, dan malu itu adalah wlah satu cabang irnan.\" Diriwayatkan oleh al-Bukhan, Kitab al-Iman, Bab Ziyadah al-Iman wa Nuq' shanih, no. M dan Muslim, Kitab al-Iman, Bab Adna Ahli al'tannah Manzilah, ffi193/325:, dari haditsAnas bin Malik.

D nan ala,lalv ?eilztaap & 9eiluatz* (srr*o auzan> O rtJ,J! ij Sqyr; (Iman adalah perkataan dengan lisan) Setelah penulis (Ibnu Qudamah) merampungkan pembicara- an tentang qadha' dan qadar, beliau berpindah kepada definisi iman. Iman secara bahasa adalah membenarkan perkara ghaib yang diberitakan berdasarkan amanah pembawa berita. Membenarkan hal itu disebut dengan iman, karena ia adalah i'timan (kepercaya- an) kepada pembawa berita, dia mengabarkan sesuatu yang tidak kita lihat, namun kita membenarkannya dan mempercayainya, yakni kita mempercayainya atas beritanya bila dia memang patut dipercaya. Misalnya seseorang mengabarkan kepada Anda bahwa negeri anu begini dan begini. Anda belum pergi ke sana dan belum melihatnya, namun Anda mempercayai berita tersebut karena Anda percaya kepada pembawa beritanya, ini disebut iman secara bahasa. Adapun iman secara syara'dan ini yang dimaksud dengan hakikat syar'i; karena ulama Ushul Fikih membagi hakikat menjadi tiga: Hakikat syar'i (syariat), hakikat urfi (adat istiadat) dan haki- kat lugharai (bahasa). Definisi iman di sini termasuk hakikat syar'i, bukan urfi dan bukan pula lughawi, seperti shalat dalam bahasa yang berarti doa, sekedar doa dalam bahasa disebut shalat, namun dalam syara' lebih besar dari itu, yaitu shalat yang sudah dikenal, yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam. Perkataan- perkataan dan perbuatan-perbuatan yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam, ini adalah shalat secara syar'i, demikian pula dengan puasa, zakat dan haji, semuanya adalah hakikat syar'i. Dan Iman juga merupakan hakikat syar'i. Iman dalam istilah syar'i adalah: Ucapan dengan lisan, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, dzikir, tasbih, tahlil dan keyakinan hati di mana hati Anda membenarkan apa yang Anda ffiucapkan.

? nan alalalv 9eilttun & ?e*luata* Dan amal perbuatan dengan anggota badan, yakni anggota tubuh bergerak untuk melakukan ibadah dan ketaatan, meninggal- kan kemaksiatan dan menahan diri darinya. Iman bukan sekedar ucapan di lisan semata, bukan pula sekedar keyakinan dalam hati semata, bukan juga sekedar amal tubuh tanpa keyakinan dan per- kataary akan tetapi iman mencakup ketiga-tiganya, sebagian terkait dengan sebagian yang lainnya. Iman bertambah dengan ketaatan. Setiap kali manusia me- lakukan ketaatan, maka imannnya bertambah. Iman berkurang karena kemaksiatan, di mana setiap kali manusia melakukan kemaksiataru maka imannya berkurang. Dalil yang menetapkan bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang adalah al-Qur'an. Allah ult5 berfirmary # i,B); ,r$ \\:\\6;i$ , ';If 5j 6yi4$i <r;.:A16t F {@ t;kfr4:,ig,6t;;;ri \"sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut Nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada I<abbkh merela bertawalal.\" (Al-AnfaL 2). Ayat ini menetapkan bahwa iman itu bertambah. Bila seseorang mendengarkan al-Qur'an, maka imannya bertambah, (sebaliknya) bila dia menjauh dari al- Qur'an, maka imannya berkurang. i\"t{ &ii S'iut a-7i';1;\\ y \"DAn Allah akan menambah petuniuk kepada mereka yang telah mendapat petunj uk. \" (Mary am: 7 6). O-rl (u'cs*1r.6X1v'H\\ 3t J -i:;\";i; :Jj v ti1$ $@erUgi'g-l';;\"(ivJ( \"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) adn yang berkata, 'Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?' Adapun oranS-orang yang beriman, makn surat ini menambah imannya dan mereka merflsa gembir a. \" (At-Taub ah: 124). ',fhfde.-g,hHd,

Setiap kali satu surat dari al-Qur'an turun, maka iman mereka bertambah. 4,-Y;ry,;6cali$:Y \"Dan adapun orang-orang yang di dalam hnti merekn ada penyakit.\" Yakni, penyakit kemunafikan dan kebimbangan, {+.rJt-6,-ii\"6,y \"Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada).\" (At-Taubah: 1,25). Karena mereka tidak beriman kepada al-Qur'ary semakin al- Qur'an bertambah, semakin bertambah pula kebimbangan dan keraguan dalam hati mereka, na' udzu billah. Dalil lain yang menunjukkan bahwa iman itu bertambah adalah Firman Allah tit5, 4\"'afs 5$i'3i iJi A:;{;\\vrit' r-ii ;t:'iJb \"Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu.\" (A1-Muddatstsir: 31). Manakala Allah rlt5 mengabarkan tentang para penjaga Neraka ]ahanam yang berjumlah sembilan belas, hal ini sesuai dengan apa yang tersebut dalam kitab-kitab suci terdahulu bahwa penjaga Neraka Jahanam memang sembilan belas malaikat, maka iman orang-orang beriman semakin bertambah, 'ir',tJ$(,'b;;tig F; o.fi n .ri WttAgS 6$i'tlitJi 46!-1;b 4.\";t+ \"Dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamflan?\"' (Al-Muddatstsir: 3L). Seorang kafir berkata, mengapa penjaga neraka hanya sem- bilan belas saja? Apakah penduduk neraka tidak sangguP menga-

? nan ahlah 9eilutaan & 9e*luatan tahkan mereka? Begitulah yang mereka katakan. Allah d}s berfirman, ('-K+1fiyrur,Gt%v;b \"Dan tiada Kami jadilan penjaga nerakn itu melainkan dari Ma- lailut. \" (Al-Muddatststir: 3L ). Sembilan belas, namun dari malaikat. Satu malaikat mamPu mengalahkan seluruh manusia dari awal sampai akhir dengan kodrat Allah dg yatg telah memberikan kemampuan dan kekuatan kepada mereka, mereka tidak seperti manusia. orang Ya.g terkait denganbab ini adalah, \"{VIniri }m:t:eirn5ui;n(jtu:\\k\"kDaann supaya yang beriman bertambah imannya. bahwa iman itu bertambah. Adapun berkurangnya iman, maka sudah dimaklumi bahwa segala sesuatu yang mungkinbertambah, mungkin pula berkurang, dan dalil-dalil menetapkan hal ini, seperti hadits, iiafi,|i#uuii3 ,lrr {1 ul v iti tstp, t6>t;i iuifi ,Lii)l'U\\4a tV4tS,qyt,y-ar\\t Lit \"lman itu ada tujuh puluh cabang lebih, yang paling tinggi adalah ucapan I-a ilaha illallah dnn yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu itu termasuk cabang imdn.\" Hadits ini menetapkan bahwa iman bisa bertambah dan bisa berkurang, dan bahwa iman terdiri dari cabang-cabang, mencapai tujuh atau enam puluh cabang lebih. Dari sini maka Nabi # ber- sabda, 3,P1 q.51trr atul uu\\\\(Yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan). Hadits ini menetapkanbahwa di antara cabang- cabang iman ada yang paling tinggi dan ada yang paling rendah. Demikian juga sabda Nabi M, \"Barangsiapa di antara kalian melihat suatu lcemungkaran, maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya,bila tidak mampu, makn dengan lisannya,bila tidak mampq maka denganhatinya, dan itu adalah '.6G#rd-sJNHd'

? ^-o \"hl\"h 9eilntun 6c 9e*btaa selemah-lemah iman.\"| Hadits ini menunjukkan bahwa iman dapat melemah, dan bahwa ada iman yang sempurna dan ada iman yang kurang dan lemah. Mengingkari kemungkaran dengan hati adalah selemah- lemah iman, di belakangnya tidak ada lagi iman, orang yang tidak mengingkari kemungkaran dengan hatinya bukan orang Mukmin. Ini berarti bahwa iman bisa menguat dan melemah bahkan bisa terkikis seluruhnya, sebagaimana dalam sebuah riwayat, .Qt* ^;; 9L;;yt'u 4\\;t'fi 6!)3 \"Di balik itu tidak ada lagi (tersisa) iman sekalipun seberat biii sau)i.\"2 Ini menunjukkanbahwa imanberkurang sehingga bisa men- jadi paling lemah. Dalil lain yang menetapkan melemahnya iman adalah Firman Allah ult$, ('.*-i &5;1 #iH;lF \"Pada hai itu mereka lebih delut lcepafu kckufuran daripada iman.\" (Ali Imran 1.67\\. Iman dalam hati mereka melemah, benar-benar lemah se- hingga mereka lebih dekat kepada kekufuran, ini artinya yang tersisa dari iman mereka hanyalah sedikit. Ini menunjukkan bahwa iman bisa melemah sehingga ia mendekati kekufuran. Demikian juga hadits syafa'at, * bt*le rB U )gt ,i*. r;Wt i*-Ja: S;- lil'aY Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, Bab Bayan Kaun an-Nahyi an al- Munkar min al-Iman wa anna al-Iman Yazidu wa Yanqushu wa anna al- Amra bil Ma'rufi wan Nahya an al'Munkari Waiiban, no. 49;Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab al-Khutbah Yaum al-Id, no. 1140; at-Tirmidzi, Kitab al' Fitan, Bab Ma la'a fi Taghyir al-Munkar bi al-Yad au bi al-Lisan aw bi al-Qalb, no.2L72 dan Ahmad, no.3/20: dari hadits Abu Sa'id al-Iftudri. Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al'Iman, Bab Bayan Kaun an-Nahyi an al' Munkar min al-Iman u)a anna al-Iman Yazidu wa Yanqushu wa anna al' Amra bil Ma'rufi wan Nahya an al-Munkari Waii.ban, no. 50: dari hadits Ibnu Mas'ud. .'r,:/<MCd-3-V-5-CeedrEtPJ<-.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook