Daftar Pustaka Djalil, A., dkk. 2005. Pembelajaran Kelas Rangkap, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Universitas Terbuka. Knowles, Malcolm, 1975, Self Directed Learning, Cambridge, New York Miller, B.A., 1989. The multigrade Classroom: A Resource Handbook for Small Rural School, Nortwest Regional Educational Laboratory, Oregon. Suparno Suhaenah, 1999. Pemanfaatan dan Pengembangan Sumber Belajar Pendidikan Dasar, DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Primary School Teacher Development Project), IBRD: Loan 3496-IND 34 – 4 Pembelajaran Kelas Rangkap
5UNIT KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN DALAM PKR Ummu Khaltsum, S.Pd., M.Pd Pendahuluan Pembelajaran kelas rangkap tidak semudah yang dibayangkan. Seorang guru akan berhadapan dengan situasi, karakteristik siswa, dan motivasi belajar yang berbeda jika hanya mengajar satu kelas. Secara teori memang mudah digambarkan strategi mengajar yang sebaiknya guru. Tetapi dilapangan sangat diperlukan kemampuan dan keterampilan bagaiman supaya pembelajaran kelas rangkap efektif dan efisien. Salah satu keterampilan yang sangat penting dikuasai seorang guru adalah mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang merupakan keterampilan khusus yang sangat diperlukan oleh guru SD dalam pembelajaran kelas rangkap. Dalam modul 5 ini akan kita bahas secara rinci mengenai (1) hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mencakup pengertian, rasional, variasi pengorganisasian, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, (2) komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mencakup keterampilan menga-dakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasikan kegiatan, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, dan keterampilan merenca-nakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini tidak cukup kalau hanya dikaji dan dipelajari secara teoritis, tetapi akan dikuasai dengan baik jika berlatih menerapkannya baik secara peer teaching maupun rial teaching. Melalui berlatih menerapkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan pero-rangan membuat lebih percaya diri dalam mengajar kelas rangkap. Kegiatan akademik dapat ditingkatkan dengan mengatur waktu secara baik. Dengan latihan Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 1
secara serius kemampuan Anda mengajar kelompok kecil dan perorangan meningkat, sehingga Anda merasa siap jika harus mengajar dua kelas atau lebih dalam waktu yang sama. Ada berbagai keterampilan mengajar, tetapi keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan keterampilan dasar mengajar yang sangat rumit dan kompleks. Pengkajian teori secara mendalam terlebih dahulu, sebelum berlatih dan mengimplementasikan, sangat penting untuk dilakukan. Juga penguasaan mengajar yang lain yang dibahas dalam unit-unit pembelajaran kelas rangkap. Penguasaan materi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar juga sangat erat kaitan dengan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Secara umum setelah menyelesaikan unit 5 ini Anda diharapkan mampu menerapkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dalam pembelajaran kelas rangkap. Secara lebih khusus, Anda diharapkan dapat : 1. Menjelaskan hakekat dan pentingnya keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dalam pembelajaran kelas rangkap. 2. Menjelaskan pengertian dan komponen-komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. 3. Memberikan contoh setiap komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. 4. Menerapkan setiap komponen keterampilan dalam praktek pembelajaran kelas rangkap. Langkah pertama yang harus Anda tempuh adalah memahami terlebih dahulu hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, serta setiap kom- ponen keterampilannya, kemudian mencoba berlatih menerapkannya, baik dalam bentuk simulasi, maupun di kelas yang sebenarnya. Selamat Belajar ! 2 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Sub Unit 1 Hakekat Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Pengantar Mulailah Anda mengkaji hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yang mencakup pengertian, rasional, variasi pengorganisasian, dan hal-hal yang perlu diperhatikan. Penguasaan hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini Anda akan mempunyai pemahaman yang dapat digunakan untuk mempelajari komponen keterampilannya. Dengan de-mikian Anda diharapkan dapat menjelaskan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dalam pembelajaran kelas rangkap, bagi seorang guru. Penguasaan komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan hanya mungkin jika Anda telah memahami dengan baik pengertian, rasional, variasi pengorganisasian, dan hal-hal yang perlu diperhati-kan dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan. A. Pengertian Murid selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Sebagai individu murid dapat belajar secara mandiri. Namun karena murid SD masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan serta masih dalam taraf berpikir konkrit (operasional konkrit) menurut Jean Peaget, maka perlu bantuan atau bimbingan guru. Demikian pula guru dalam memberikan bimbingan belajar mengupayakan adanya media atau alat peraga agar mudah dipahami siswa baik dalam mengajar perorangan maupun kelompok kecil. Sebagai makhluk sosial, murid akan bertumbuh dan berkembang dengan baik dalam belajarnya jika berada dalam suatu kelompok. Kelompok belajar yang efektif dan efisien adalah kelompok belajar dalam jumlah kecil. Kelompok kecil memungkinkan semua anggotanya terlibat secara aktif dalam belajar, dibawah bimbingan guru. Demikian guru juga dengan mudah dapat mengarahkan atau memberikan pelayanan dengan baik terhadap kelompok. Untuk itu seorang guru dituntut memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 3
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara 3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam membimbing murid dalam belajar secara individual terutama bagi siswa yang mengalmi kesulitan belajar atau bermasalah. Dalam belajar secara individual guru bersama murid menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual murid. Seorang guru sekolah dasar harus memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini tidak lain dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan belajar murid itu sendiri. Ciri-ciri khas setiap anak itu berbeda satu sama lain, baik sebagai perseorangan ataupun hidup dalam kelom-poknya. Guru sewajarnya bertindak adil dalam memberikan pelayanan pendidikannya, bukan sekedar menyamaratakan (bersifat klasikal) tetapi juga harus memiliki alternatif lain di dalam upaya memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individual murid. Selain berbeda secara individual, juga ada sebagian kecil yang memiliki karakteristik sama. Oleh karena itu belajar bersama dalam kelompok kecil di bawah bimbingan guru juga lebih efektif. Hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan murid dan juga murid dengan murid. Dalam keterampilan mengajar ini, murid belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing. Selain itu murid juga mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya, dan murid dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar. Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (nara sumber) bagi murid, motivator bagi murid untuk belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator) bagi murid, pembimbing kegiatan belajar murid, dan sebagai peserta kegiatan belajar. B. Rasional Tugas guru sekolah dasar sangat berbeda dengan tugas guru sekolah lanjutan. Guru sekolah dasar sebagai guru kelas memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan suatu kelas secara penuh, dalam arti dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Seorang guru SD memegang suatu kelas tertentu dalam kurun waktu tertentu maupun dalam jangka waktu lama. Sementara jumlah guru SD biasanya sama dengan jumlah kelas yang ada di SD tersebut. Bahkan banyak yang lebih 4 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
sedikit dibandingkan jumlah kelas yang ada. Meskipun jumlah guru sama banyak dengan jumlah kelas yang ada, namun sering menghadapi permasalahan ketiadaan atau kekurangan guru pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, sebagai bekal melaksanakan pembelajaran kelas rangkap. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan murid maupun antara murid dengan murid. Kadang-kadang murid lebih mudah belajar dari teman sendiri, ada pula murid yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau melatih teman sendiri. Dalam hal ini pengajaran kelompok kecil dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pengajaran ini memungkinkan murid belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada murid, serta dapat memenuhi kebutuhan murid secara optimal. Kombinasi pengajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan satu kebutuhan yang esensial bagi setiap calon guru dan guru profesional. Adapun alasan-alasan perlu dikuasai guru keterampilan menga-jar kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut : a. Pada dasarnya murid mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda. Dalam pengajaran klasikal, guru memperlakukan murid de-ngan cara yang sama, sehingga perbedaan kemampuan dan cara bela-jar murid hampir tak pernah mendapat perhatian. Pembelajaran secara klasikal memang perlu dilakukan agar murid menyadari bahwa tidak semua kebutuhannya dapat dipenuhi. Namun haruslah dicari alternatif atau cara lain agar murid juga dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan cara yang dipilihnya. Pembelajaran kelompok kecil dan per-orangan dapat memenuhi keperluan tersebut. b. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya hubungan antarpribadi yang lebih akrab dan sehat antar guru dengan murid dan murid dengan murid. Guru dapat memberikan perhatian lebih banyak pada murid yang memerlukannya dan bahkan dapat membuat murid lebih percaya diri. c. Kadang-kadang murid dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya atau dengan cara belajar bersama teman seperti mengerjakan tugas bersama dan bertukar pendapat. Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya hal ini. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 5
d. Kegiatan kelompok kecil memungkinkan murid terlibat lebih aktif dalam belajar, sehingga tanggung jawab murid dalam belajar juga menjadi lebih besar. Bekerja di dalam kelompok memungkinkan mu-rid untuk membangun kebiasaan bekerja sama, tenggang rasa dan saling menghargai. Selain itu, sifat kepemimpinan dapat berkembang karena bekerja dalam kelompok memerlukan seorang pemimpin kelompok. e. Sejalan dengan kegiatan kelompok kecil, kegiatan individual atau perorangan juga mempunyai berbagai kekuatan. Dengan belajar sendiri, murid akan mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar, di samping dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Misalnya, jika murid sudah mampu memecahkan soal-soal berhitung yang diberikan guru, ia dapat langsung mengerjakan tugas lain seperti membantu temannya, memecahkan soal yang lebih sukar, atau belajar di perpustakaan. Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan akan membuahkan hasil dalam bentuk berbagai sikap dan nilai serta terpenuhi kebutuhan belajar murid. Keberhasilan murid dalam belajar mencerminkan keberha-silan guru dalam mengajar. Penguasaan guru yang mantap dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan tentu akan memberikan nilai tambah. Seorang guru yang mengajar kelas rangkap akan lebih sering memerlukan bentuk pembelajaran kelompok kecil dan perorangan karena ia harus menangani lebih dari satu kelas. Guru tidak mungkin menerapkan pembelajaran klasikal secara terus menerus sebagaimana yang mungkin dilakukan oleh guru yang hanya mengajar satu kelas. Oleh karena itu, seorang guru yang merangkap kelas seyogyanya menguasai keterampilan mengajar kelompok kecil dan per-orangan, sehingga waktu kegiatan akademik dapat ditingkatkan. Penting kemampuan mengajar kelompok kecil dan perorangan bagi guru adalah hakekat dan prinsip pembelajran kelas rangkap, yaitu keserempakan kegiatan belajar mengajar, kadar tinggi waktu kegiatan akademik, kontak psikologis guru- siswa secara berkelanjutan dan peman-faatan sumber belajar secara efisien. Tampak dapat diwujudkan melalui penguasaan yang mantap terhadap keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, guru dituntut terampil mengelola secara serempak. Ini berarti, dalam waktu yang sama guru dituntut untuk mengelola lebih dari satu kelompok atau lebih dari satu orang, bahkan kelompok dan perorangan sekaligus. Keserem-pakan belajar mengajar merupakan salah satu ciri khas dari pembelajaran kelompok kecil dan perorangan. Selain itu kemampuan guru dalam menga-dakan pendekatan secara pribadi, mendorong dan memudahkan belajar, serta mengorganisasikan kegiatan. 6 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Dengan adanya beberapa alasan tersebut, dapat dipahami bahwa calon guru SD selain memiliki kemampuan melaksanakan 8 keterampilan-keterampilan mengajar, yang ditetapkan sebagai kompetensi dasar guru, juga harus memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. C. Variasi Pengorganisasian Penggunaan variasi pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Dalam mengorganisasi sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang, dan menimbulkan rasa kesal pada diri murid. Karena itu variasi pengorganisasian sangat penting dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas pembelajaran kelas rangkap. Variasi pengorganisasian merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan atau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yang efektif. Variasi pengorganisasian, mencakup penggunaan pola interaksi multi arah artinya antara guru dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid. Variasi pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan variasi pemanfaat sumber belajar. a. Variasi pengelompokan siswa Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan belajar siswa. Agar guru dapat mengaktif-kan kelompok sebaiknya guru memahami prinsip-prinsip dasar pembela-jaran kelas rangkap. Oleh karena itu apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru mengadakan persiapan yang cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu memahami secara mendalam tujuan yang akan dicapai dan topik yang akan dipelajari siswa. Dengan demikian guru akan dapat menentukan langkah- langkah yang harus ditempuh siswa, merumuskan masalah yang menjadi pusat perhatian diskusi, membimbing diskusi kelompok, dan mengadakan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan. Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap pengelompokkan siswa merupakan suatu keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan belajar siswa ini terdapat beberapa variasi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan (UNESCO: 1988), yaitu pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar, kesamaan kemampuan, kemampuan Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 7
campuran, kesamaan usia, kompatibilitas siswa, dan sesuai kebutuhan pembelajaran. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Pengelompokan murid berdasarkan rombongan belajar Dalam hal ini pembagian kelompok berdasarkan kelasnya. Hal ini dilakukan jika dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap meng- gunakan model pengelolaan PKR 111, PKR 211, PKR 221, dan PKR 311 yaitu bentuk pelaksanaan PKR dalam satu ruangan. Misalnya kelas III, kelas IV, dan kelas V di dalam satu ruangan. Ini berarti dalam satu ruangan ada tiga kelompok/rombongan siswa sesuai kelasnya. Jadi pengelompok tersebut bertolak pada status administrasi siswa, dan pengelompokkan lebih bersifat formal. Pengelompokkan seperti ini memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran, penilaian, dan pengaturan tugas, sehingga memudahkan dalam mengadminis-trasikan. Ditinjau dari perlakuan proses pembelajaran cara tersebut tidak memberi ruang bagi pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu bisa juga terjadi kesukaran memba-ngun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika ada kelas yang siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain siswanya cukup banyak. 2) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan kemampuan Kemampuan siswa berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak siswa tentu ada yang kemampuannya kurang lebih sama. Data kemampuan siswa dapat diperoleh dari hasil tes kemampuan atau catatatan prestasi belajar sebelumnya. Berangkat dari hasil tes tersebut murid dikelompokkan ke dalam murid kelompot di atas rata-rata, kelompok rata-rata, dan kelompok di bawah rata-rata. Untuk melaksa-nakan pengelompokkan tersebut bisa diberikan tes kemampuan umum (TKU) atau yang sejenisnya sejak siswa memasuki SD atau setiap awal tahun. Dapat pula semata-mata didasarkan hasil atau prestasi belajar yang tercantum pada buku rapor. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar tuntas atau “mastery learning”. 3) Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran Di kelas sering kita jumpai murid yang memiliki kesamaan bakat dan keterampilan dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu suatu proyek belajar. Misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Diperlukan sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, 8 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
bakat, dan minat, dalam setiap kelompoknya. Agar proyek belajar itu benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan tugas sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Kelompok ini memanfaatkan perbedaan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pengelompokkan ini lebih bersifat sementara, sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dalam kelompok ini murid yang menonjol pada mata suatu pelajaran dapat membantu murid lain yang kemampuannya kurang atau rendah. 4) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan usia Murid yang seusianya biasanya memiliki kemampuan dan kecapatan belajar yang hampir sama. Murid suatu kelas dapat dipecah ke dalam kelompok murid berdasarkan persamaan usia. Pengorganisasian murid SD khususnya dalam pengelompokkan murid dapat dipakai untuk sementara waktu sesuai kebutuhan dan sasaran pembelajaran. Misal siswa kelas III dan IV dalam suatu ruangan usianya ada yang sama, meskipun jenjang kelas berbeda. 5) Pengelompokkan berdasarkan kompatibilitas murid Setiap murid memiliki hubungan pertemanan yang didasarkan pad rasa saling menyukai atau rasa persahabatan. Dasar pertemanan biasanya karena tempat tinggal berdekatan, duduk di kelas selalu bersama, sering mengerjakan tugas atau belajar bersama, dan karena memiliki kegiatan yang sama di luar sekolah. Terbentuk kelompok seperti ini bersifat alami. Pengelompokkan ini didasarkan adanya kebutuhan pembelajaran, yaitu karena adanya tugas berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal. Contoh membuat denah kampung, desa, atau komplek perumahan. 6) Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan pembelajaran Dalam pembelajaran telah dirumuskan tujuannya oleh guru. Terca-painya tujuan itu perlu dukungan dengan pengelompokkan murid sesuai kebutuhannya. Contoh konkrit yaitu; dalam simulasi atau bermain peran atau permainan, murid dikelompokkan sesuai dengan tugas dan atau peran yang harus dilakukan pada saat siswa itu. Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan dapat pula dilakukan pada kegiatan karyawisata murid. Dalam karyawisata ada yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancarai dan mencatat, mengambil foto dan sebagainya. Dalam pembelajaran kelas rangkap dasar pengelompokan siswa harus divariasi untuk menghindari kejenuhan, kebosonan, dan untuk menum-buhkan gairah belajar. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 9
b. Variasi penataan ruang Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih kompleks dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk yang dilaksanakan dalam dua atau tiga ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid dapat papan tulis diatur atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir kedua atau ketiga ruangan tersebut. Contoh, guru merangkap kelas I, II, dan III, dengan jumlah murid rata-rata 15 maka dapat digunakan ruang kelas I, sedang kelas II dan kelas III digabung di ruang kelas I. karena jumlah siswa sedikit. Tetapi jika jumlah murid banyak diperlukan dua ruang kelas, sehingga kelas II dan III digabung dalam stu ruangan atau kelas I dan II dalam satu ruangan. Sedangkan penataan ruang untuk pengelolaan PKR dalam satu ruangan selain pertimbangan kemudahan penanganan dua atau tiga rombongan belajar juga pertimbangan pengaturan iklim kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta peluang saling menggangu. Dalam penataan ruang bisa divariasi model pengelolaan PKR 221, 222, dan 333. c. Variasi sumber belajar Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya pemanfaatan sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami, dan memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Sumber belajar mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar. Berbagai sumber belajar tersebut sebaiknya digunakan secara bervariasi dalam pembelajaran kelas rangkap, sehingga tetap terjaga kegairahan dan motivasi belajar siswa. Contoh, seorang guru mengajar dengan merangkap tiga kelas yaitu kelas IV, V, dan VI maka siswa kelas IV bisa diberi tugas dimana jawaban dapat diperoleh dari sebuah buku di Perpustakaan. Siswa Kelas V diberi tugas dengan mencari jawaban di alam sekitar misal dikebun sekolah/halaman sekolah, kelas enam diberi tugas yang jawabannya diperoleh dari sumber masyarakat. d. Variasi model implementasi Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang dianggap perlu. Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara perorangan. Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, 10 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
pelajaran diakhiri dengan pertemuan kelas kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang telah dilakukan. Model 2. Pertemuan diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara klasikal tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu langsung bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok. Model 3. Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal. Setelah itu murid langsung bekerja secara perorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan laporan kelompok. Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau tugas yang akan dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan. D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut : a. Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual Murid SD secara undividual berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut antara lain: berbeda dalam kemampuan berpikir, kharakteristik, berbeda secara emosional, berbeda daya tangkapnya, bakat, maupun minatnya. Perbedaan tersebut perlu mendapat perhatian serius dalam pembelajaran kelas rangkap. Layanan bimbingan secara individual sangat membantu murid untuk dapat berkembang dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Misalnya ada murid yang cepat dan mudah mengerti apa yang disajikan guru, ada pula yang sedang-sedang, dan ada pula yang agak lambat dalam menangkap materi pelajaran. Guru yang baik akan memberikan layanan secara khusus kepada murid yang agak lambat menangkap materi pelajaran. Demikian dalam menghadapi perbedaan individual dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok kecil. Misalnya siswa yang berkembampuan kurang dijadikan satu kelompok, atau siswa yang tampak agresip jadi satu kelompok, kemudian diberikan layanan bimbinga belajar secara khusus. Cara ini juga membantu meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui belajar kelompok. b. Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid Dalam pembelajaran kelas rangkap perlu memperhatikan dan melayani kebutuhan murid. Murid berasal dari latar belakang keluarga yang tidak Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 11
sama, serta lingkungan kehidupan yang tidak sama pula sehingga memiliki pengalaman hidup berbeda satu sama lain. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kebutuhan siswa. Guru dalam memberikan perhatian dan melayani murid tidak di sama ratakan. Jika disama ratakan akan terjadi kesenjangan pemenuhan kebutuhan murid. Seyogyanya guru memberikan layanan atau bimbingan belajar kepada murid sesuai dengan perbedaan keperluan yang dimilikinya. Contoh, jika dijumpai murid yang berkemampuan rendah maka perlu bimbingan secara perorangan dan tugas disesuaikan dengan kemampuan. Jika ada murid yang tidak memiliki buku cetak karena tidak mampu beli sedang yang lain memiliki, maka dapat dipinjami buku milik sekolah, atau teman lain diminta untuk bersedia bersama-sama. c. Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif Pembelajaran kelas rangkap dilakukan dengan tujuan agar pada diri murid terjadi proses belajar secara aktif dan efektif. Hal ini yang diutama- kan dalam pembelajaran, bukan bagaimana guru mengajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru mengajar agar murid melakukan tindak belajar secara aktif dan efektif. Kalau hanya sekedar mengajar tanpa memperhatikan bagaimana terjadi pembelajaran pada diri murid, dapat dilakukan oleh semua orang tanpa mempersyaratkan pendidikan formal khususnya pendidikan calon guru sekolah dasar. Untuk mengaktifkan dan mengektifkan murid belajar dalam proses belajar mengajar, guru juga harus berusaha secara aktif memberikan bimbingan belajar. Tidak seperti yang dikonotasikan murid aktif guru pasif atau yang penting murid aktif sendiri sedang aktivitas guru tidak dipersoalkan. Contoh, saat guru memberi tugas, atau diskusi kelompok, guru harus selalu berada ditengah kelompok untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada murid dan memperhatiikan kelompok atau murid yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas. d. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid Sangat penting bagi seorang guru memperhatikan tumbuh- kembangnya kemampuan murid secara optimal. Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya menjadi tanggung jawab buru di sekolah. Meskipun sering tampak guru lebih menekankan pada perkembangan aspek intelektual, namun secara tidak 12 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
langsung, disadari atau tidak disadari guru telah membantu tumbuh- kembang murid secara terpadu selama murid berada di sekolah. Misalnya aspek moral, emosional, sosial, dapat dilakukan melalui contoh teladan, cara atau pola asuh guru terhadap murid, tutur kata. Sedang aspek bahasa peran guru jelas sekali dalam proses belajar mengajar, yaitu penggunaan bahasa sesuai tingkat perkembangan murid maupun penggunaan bahasa yang baik dan benar. Tumbuh-kembang aspek fisik terutama dilakukan oleh guru pendidikan jasmani maupun oleh guru kelas melalui kegiatan-kegiatan lain seperti senam pagi, berbaris, kegiatan hari-hari besar dan sebagainya. Contoh, di sekolah sebelum jam pelajaran di mulai dilakukan senam pagi setiap hari, kecuali hari senin/upacara. Sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan Olah raga. Kemudian setiap siswa diharuskan mengikuti salah satu jenis oleh raga, yang diberikan pada sore hari (kegiatan ekstrakurikuler). e. Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan perorangan. Bagi guru yang sudah biasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai dengan pengajaran kelompok, kemudian secara bertahap menga-ah kepada pengajaran perorangan. Sedangkan bagi calon guru sebaiknya dimulai dengan pengajaran perorangan, kemudian secara bertahap kepada pengajaran kelompok kecil. Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perorangan. Hal-hal yang bersifat umum seperti pengarahan informasi umum sebaiknya diberikan dalam bentuk kelas besar. Contoh, jika murid diminta untuk membuktikan bahwa titik didih air 100 oC melalui eksperimen maka sebaiknya dilakukan pembelajaran kelompok kecil atau perorangan, tetapi jika murid diminta untuk memahami sebuah konsep, prinsip, atau teori tentang tata surya maka akan efektif jika pembelajaran dilakukan secara klasikal. f. Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan kegiatan kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, atau laporan. Dalam pengajaran perorangan guru harus mengenal murid secara pribadi sehingga kondisi belajar dapat diatur. Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar atau bahan yang telah disiapkan oleh guru. Contoh, murid yang Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 13
mengalami kesulitan soal matematika, perlu diberika bimbingan belajar secara perorangan. Sedang siswa yang tidak mengalami kesulitan diminta mengerjakan sendiri atau diperbolehkan bertanya pada teman. g. Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya Variasi pengorganisasian mencacup variasi pengelompokan, variasi penataan ruang, dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi pengorganisa-sian tersebut perlu dilakukan dan pembelajaran kelas rangkap. Mengingat guru tidak dapat perperan dan mengontrol secara terus menerus terhadap semua kelompok belajar. Kebosanan dan kejenuhan akan muncul jika tanpa variasi pengorganisasian. Hal tersebut dapat menimbulkan kendurnya atau menurunnya kegairahan dan semangat belajar, sehinga kelompok belajar tidak aktif dan efektuf dalam pembelajaran kelas rangkap. Untuk mencegah kebosanan dapat dilakukan pengorganisasian kelas secara bervariasi. Contoh, siswa tidak selalu dalam kelompok yang sama, tetapi sekali-kali diminta untuk memilih teman yang disukai untuk berada dalam kelompoknya. Dapat pula murid ditawarkan untuk memilih beberapa sumber belajar yang berbeda saat pembelajaran. Latihan Setelah mencermati materi di atas, untuk memantapkan pemahaman Anda, cobalah kerjakan latihan berikut. 1. Sebagai guru SD, Anda pasti sudah pernah mengajar kelompok kecil, dengan cara membagi murid ke dalam kelompok-kelompok kecil. Cobalah ingat, apa yang biasanya Anda lakukan ketika mempersiapkan murid untuk bekerja kelompok serta ketika kegiatan kelompok sedang berlangsung. Berdasarkan ingatan tersebut, cobalah perkirakan, ciri-ciri mengajar kelompok kecil yang mana yang sudah Anda terapkan? 2. Cobalah diskusikan dengan teman-teman Anda, topik-topik mana yang sebaiknya disajikan melalui kegiatan kelas besar (klasikal) serta topik mana yang sebaiknya disajikan melalui kegiatan kelompok kecil. 3. Bekerjalah dengan teman yang sudah pernah mengajar kelas rangkap. Cobalah rancang satu pengorganisasian murid (kapan akan digunakan kegiatan klasikal, kelompok kecil dan perorangan), jika seandainya Anda akan mengajar kelas rangkap. Diskusikan alasan Anda untuk pengorganisasian yang Anda kembangkan tersebut. 14 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Petunjuk Jawaban Latihan Untuk meyakinkan bahwa latihan yang Anda lakukan tepat arah, bacalah rambu-rambu pengerjaan latihan berikut ini. 1. Bacalah kembali ciri-ciri pengajaran kelompok kecil dan perorangan dan buat rinciannya (ingat ada 4 ciri: hubungan antar pribadi yang sehat dan akrab, kesempatan belajar sesuai dengan kebutuhan, bantuan guru, dan keterlibatan murid). Cocokkan apa yang pernah Anda lakukan dengan rincian ciri-ciri tersebut, kemudian simpulkan. 2. Agar diskusi Anda menjadi terarah, ingatlah kembali ciri-ciri topik yang sebaiknya disajikan melalui kelas besar, kelompok kecil, dan perorangan. Ciri- ciri tersebut antara lain: topik yang berupa informasi umum sebaiknya disajikan dalam kelas besar, sedangkan topik-topik yang memerlukan pendalaman atau latihan lebih lanjut sebaiknya disajikan dalam kelompok kecil dan/atau perorangan. Kajilah setiap topik dengan menggunakan ciri-ciri tersebut untuk menetapkan cara penyajiannya. 3. Perhatikan rambu-rambu penerapan kelompok kecil dan perorangan yang terdapat pada bagian hal-hal yang perlu diperhatikan, sebelum merancang satu model pengorganisasian. Alasan yang Anda berikan hendaknya bersumber dari hakekat pembelajaran kelompok kecil dan perorangan, serta keefketifan penyajian satu topik! Setelah menyelesaikan latihan, bacalah rangkuman berikut, sehingga pemaham Anda menjadi semakin mantap. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 15
RANGKUMAN Mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah bentuk mengajar yang memungkinan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil dan/atau murid-murid yang belajar perorangan. Bentuk mengajar ini di- tandai oleh hubungan antarpribadi yang akrab antara guru- murid-murid, ke- sempatan murid untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya, ada- nya bantuan guru, serta mungkinnya keterlibatan murid dalam perencanaan pembelajaran. 1. Memenuhi kebutuhan belajar yang pada dasarnya berbeda-beda. 2. Menumbuhkan hubungan antarpribadi yang sehat antar guru-murid-murid. 3. Memungkinkan murid belajar dari temannya, atau dengan mengajar teman- Bentuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan perlu diterapkan dalam pembelajaran karena bentuk pengajaran ini dapat : 1. Memenuhi kebutuhan belajar yang pada dasarnya berbeda-beda. 2. Menumbuhkan hubungan antarpribadi yang sehat antar guru-murid-murid. 3. Memungkinkan murid belajar dari temannya, atau dengan mengajar teman- nya, dan 4. Melibatkan murid lebih efektif, serta membentuk kebiasaan bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya. Bagi seorang guru pembelajaran kelas rangkap, penguasaan keteram-pilan mengajar kelompok kecil dan perorangan akan sangat membantu dalam mengorganisasikan kegiatan belajar-mengajar karena hakekat kedua bentuk pembelajaran ini hampir sama Berbagai bentuk pengorganisasian dapat dipergunakan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan. Namun harus diingat, bahwa variasi kelas besar, kelompok kecil, dan perorangan harus digu- nakan sesuai dengan hakekat topik yang disajikan, dan kegiatan selalu diakhiri dengan kulminasi. 16 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Tes Formatif 1 Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda, setelah membaca rang-kuman, kerjakanlah Tes Formatif berikut ini ! Petunjuk: Baca setiap pernyataan/pertanyaan dengan cermat, kemudian lingkari nomor jawaban yang paling sesuai untuk melengkapi pernyataan atau menjawab pertanyaan di atasnya. 1. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kesempatan kepada murid untuk melakukan hal-hal berikut, kecuali .... A. belajar dari teman B. memilih teman sendiri C. mengajar atau membantu teman D. memilih cara belajar yang disenangi 2. Salah satu ciri pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah .... A. murid lebih sering belajar dalam kelompok B. adanya pembagian waktu yang ketat C. adanya hubungan antarpribadi yang akrab dan sehat D. murid bebas memilih teman belajarnya 3. Pelajaran dalam bentuk kelas besar (klasikal) mempunyai kekuatan dalam menyadarkan murid bahwa .... A. tidak semua kebutuhannya dapat dipenuhi B. tidak semua pelajaran mudah dicerna C. masa sekolah adalah masa untuk belajar D. masa belajar penuh dengan tantangan 4. Pelajaran dalam bentuk kelompok kecil dapat membiasakan murid untuk .... A. menyelesaikan tugas pada waktunya B. bekerja secara rapi dan teratur C. merangkum hasil belajarnya D. bekerja sama dalam menyelesaikan tugas 5. Pembelajaran secara perorangan menuntut murid untuk mampu .... A. berprestasi lebih baik B. mencari informasi yang diperlukan C. bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya D. mengatur waktu belajar 6. Guru PKR akan banyak memetik keuntungan dari penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan karena .... A. PKR selalu menggunakan pengajaran kelompok kecil dan perorangan B. hakekat PKR hampir sama dengan hakekat pengajaran kelompok kecil dan Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 17
perorangan C. dalam waktu yang sama guru menghadapi dua kelas atau lebih D. guru sudah terlatih mengelola kelas 7. Penjelasan tentang tugas dan cara kerja kelompok sebaiknya disampaikan dalam .... A. kelas besar, sebelum kegiatan kelompok B. kelompok kecil, ketika kegiatan berlangsung D. tatap muka perorangan E. bentuk tanya jawab dalam kelompok kecil 8. Kegiatan kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan kulminasi, yang dapat diisi dengan kegiatan berikut, kecuali .... A. laporan dan tanggapan B. merangkum hasil-hasil kelompok C. menyerahkan laporan kepada guru D. mendemonstrasikan salah satu hasil pekerjaan kelompok 9. Keberhasilan kerja kelompok sangat ditentukan oleh persiapan guru, yang meliputi hal-hal berikut, kecuali .... A. pengaturan materi dan sumber belajar B. penetapan ketua dan sekretaris kelompok C. pengaturan waktu dan ruangan D. penetapan bentuk dan cara pengelompokkan 10. Dalam kegiatan perorangan, guru perlu mengenal murid secara pribadi agar guru dapat melakukan hal-hal berikut, kecuali .... A. membantu murid sesuai dengan kebutuhannya B. mengatur kondisi belajar C. menindaklanjuti hasil belajar murid D. memberikan laporan kepada orang tua murid 18 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang ada dibagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Rumus : Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban benar x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 89% = cukup < 70% = kurang Jika Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat menerus-kan dengan Kegiatan Belajar 2. Tetapi jika kurang dari 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 19
Sub Unit 2 Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Pengantar Dalam kegiatan belajar ini, Anda akan mendapat kesempatan untuk membahas dan berlatih menerapkan komponen-komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Kemampuan menguasai dan menerapkan kete- rampilan tersebut akan sangat membantu Anda dalam mengajar kelas rangkap. Anda akan lebih mampu mengatur waktu dan kegiatan murid, sehingga waktu kegiatan akademik akan meningkat pula. Oleh karena itu, Anda hendaknya berusaha mengkaji setiap komponen secara cermat, serta mengerjakan latihan yang disediakan sehingga Anda mampu menjelaskan, memberi contoh, serta menerapkan setiap keterampilan. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dibagi menjadi 4 komponen yaitu : 1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi 2. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan 3. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar 4. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Keempat keterampilan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan tersebut secara terpisah akan kita kaji satu per satu berikut ini Beberapa komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini, adalah : A. Keterampilan Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi Ciptakan keakraban dan kedekatan antara guru dengan murid dan tumbuhkan hubungan kasih sayang dan persahabatan sehingga murid merasa aman dan nyaman. Pendekatan pribadi adalah cara guru menyikapi atau menunjukkan perhatian terhadap murid secara tulus dan jujur. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan mempersyaratkan terjadinya hubungan yang akrab dan sehat antara guru dan murid, serta antara murid dan murid. Hubungan yang seperti ini hanya mungkin terjadi jika guru mampu menga-dakan pendekatan secara pribadi. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai berikut; tunjukkan perhatian yang 20 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
hangat, dengarkan pendapat murid, berikan respon yang positif, ciptakan hubungan saling percaya, tunjukkan kesediaan membantu murid, bersikap terbuka terhadap perasaan murid, dan kendalikan situasi agar murid merasa aman. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tunjukkan perhatian yang hangat Perhatian yang hangat, akrap, dan bersahabat menumbuhkan pera-saan, kemauan dan keinginan belajar tanpa adanya perasaan terpaksa. Murid belajar dengan penuh suka cita, kegembiraan, dan keriangan, karena merasa mendapat perhatian dari guru. Murid belajar dengan serius dan berkonsentrasi penuh pada pelajaran, sehingga hasil belajar yang dicapai juga akan lebih baik. Untuk terjadinya hal tersebut guru dapat menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan murid baik dalam kelompok kecil maupun perorangan. Dengan menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku murid, sehingga murid selalu merasa bahwa guru selalu berada bersama mereka. Meskipun guru sedang membantu kelompok lain, namun murid selalu merasa bahwa guru tahu apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka perbuat. Murid tidak merasa dimata-matai karena guru selalu menunjukkan kehangatannya. Sebagai guru, cobalah Anda ingat-ingat apakah Anda sudah mampu menunjukkan kehangatan dan kepekaan. Misalnya, jika Anda sedang membantu satu kelompok, Anda menoleh kelompok lain karena kelompok tersebut gelisah atau belum mulai bekerja. 2. Mendengar pendapat murid Seorang guru yang baik, menghargai pendapat murid, tidak mengabaikan dan meremehkan. Tetapi setiap apa yang disampaikan atau pendapat murid ditanggapi dengan sungguh-sungguh. Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukakan oleh siswa. Kebutuhan murid akan penghargaan akan terpenuhi. Hal ini menumbuhkan kebutuhan aktualisasi diri murid, sehingga motivasi belajarnya meningkat. Terutama motivasi intrinsik yang sangat penting dalam proses belajar murid, dan untuk mencapai keberhasilan belajar. Mendengarkan secara simpatik pendapat/ide-ide ysng dikemukakan murid. Jika murid berbicara, guru hendaknya menunjukkan sikap bahwa ia memang mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikeukakan oleh murid, memang cukup penting dan mendapat perhatian dari guru. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 21
3. Berikan respon yang positif Memberikan respons positif terhadap buah pikiran murid. Respon positif akan memberikan penguatan bagi murid untuk lebih meningkatkan upayanya dalam berprestasi dan belajar lebih giat. Murid akan memiliki keberanian berpartisipasi aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Memberikan respon positif terhadap buah pikiran murid. Guru yang baik akan selalu memberikan respon positif terhadap buah pikiran murid, betapapun kecilnya buah pikiran. Misalnya, jika murid mengajukan perta- nyaan yang salah atau jawabannya sangat mudah, guru tidak mentertawa- kannya, tetapi mendorongnya untuk memperbaiki perta-nyaannya, atau mencari sendiri jawaban pertanyaan yang mudah tersebut. Cobalah pikirkan, bagaimana cara merespon jika ketika Anda mengajak mereka berbicara tentang “sikap saling menyayangi dalam keluarga”, salah seorang murid berkata”, “saya sering mencubit adik karena dia nakal”. 4. Ciptakan hubungan saling percaya Membangun hubungan saling mempercayai bagi guru sangat penting agar siswa mau mengungkapkan kesulitan-kesulitan ataupun persoalan yang dihadapi. Dengan begitu guru dapat membantu mencarikan solu-sinya, dan murid tidak terjebak dalam permasalahan yang komplek. Sehingga murid dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, dan dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Kepercayaan adalah sesuatu yang patut dihormati. Kalau keperca-yaan ini dirusak, orang tidak akan pernah lagi percaya kepada kita. Anda barang kali ingat satu peribahasa yang mengatakan, “Sekali lancung keujian, seumur hidup orang tak percaya”. Membangun hubungan saling mempercayai antara guru dan murid dapat dilakukan guru dengan cara verbal seperti : “Ibu percaya Dorkas pasti dapat menyelesaikan soal itu; dengan cara nonverbal, seperti mendekati dan menepuk bahunya; dan melakukan kontak langsung dengan murid. 5. Tunjukkan kesediaan membantu murid Guru harus mampu menunjukkan kesiapan untuk membantu murid, agar murid merasa tidak ragu-ragu untuk meminta bantuan. Khususnya bantuan layanan kesulitan belajar. Paling tidak murid mau bertanya jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal ataupun tugas, baik di kelas maupun di luar kelas. Bahkan jika mungkin di rumah. Menunjukkan kesiapan untuk membantu murid tanpa kecenderungan untuk mendominasi ataupun mengambil alih tugas murid. Kesiapan ini dapat 22 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
ditunjukkan dengan berbagai cara antara lain, mendatangi murid yang kelihatan kebingungan, menanggapi pertanyaan murid dengan penuh kehangatan, dan menunjukkan atau memberikan sumber belajar yang diperlukan oleh murid. 6. Bersikap terbuka terhadap perasaan murid Menerima perasaan murid dengan penuh pengertian dan terbuka. Sikap guru terhadap murid yang mengungkapkan perasaannya hendaknya diterima dengan hati yang lapang, dan mencoba memahami ungkapan perasaan murid tersebut. Sikap ini menumbuhkan rasa percaya murid terhadap guru. Dengan demikian murid beranggapan bahwa guru sebagai teman sejati dan sahabat yang bisa diajak berbagi perasaan. Menerima perasaan murid dengan penuh keterbukaan dan penger-tian. Memahami perasaan murid merupakan pekerjaan yang memerlukan usaha dan ketulusan dari guru. Jika guru mampu merasakan apa yang dirasakan oleh murid dan kemudian berusaha merespon secara tulus, guru telah berhasil menciptakan hubungan yang akrab dan sehat. Misalnya ketika murid merasa gelisah karena lupa membawa pekerjaan rumah, kemudian dengan gemetar menyampaikannya kepada guru, guru hendak-nya dapat memahami perasaan murid tersebut dan kemudian memberikan respon yang tepat. Coba Anda pikirkan, bagaimana cara Anda merespon kepada murid yang mengalami masalah seperti itu. 7. Kendalikan situasi agar murid merasa aman Selama proses pembelajaran berlangsung guru berusaha sebisanya untuk mengendalikan situasi sehingga murid merasa aman, penuh pema- haman, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Jika murid merasa aman juga dapat berkonsentrasi dalam belajar. Sebaliknya murid yang merasa was-was, khawatir, atau takut tidak dapat belajar dengan baik. Bahkan dalam dirinya tidak terjadi tindak belajar, sekalipun guru melakukan tindak mengajar. Berusahalah mengendalikan situasi hingga murid merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Penciptaan situasi belajar yang aman dan menyenangkan bagi murid sangat tergantung dari kemampuan guru untuk menerapkan berbagai keterampilan dasar mengajar. Memberi pe-nguatan secara tepat, menghindari respon negatif, memberi petunjuk yang jelas, tegas dalam bertindak, merupakan usaha-usaha yang dapat dilaku-kan guru dalam menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenang-kan. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 23
B. Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan Keteraturan sangat penting dalam mengajar kelompok kecil, oleh karena itu guru mesti mengorganisasi kebutuhan-kebutuhan bagi upaya mengajar kelompok. Mengorganisasikan kegiatan mengandung arti merancang, mengatur, dan mengendalikan kegiatan belajar pembelajaran yang tepat. Selama kegiatan mengajar kelompok kecil atau perorangan ber-langsung, guru berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari awal sampai akhir. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar yang akan dilaksanakan. Meliputi pemberian orientasi umum tentang tujuan, tugas, cara kerja, waktu, tempat kerja, dan sebagainya sebelum kegiatan kelompok atau perorangan di mulai. Yang perlu Anda ingat, semua petunjuk atau informasi yang perlu diketahui oleh murid harus diberikan sebelum kegiatan kelompok atau perorangan dimulai. Demikian pula dalam pembelajaran kelas rangkap. Sebelum Anda meminta murid bekerja berkelompok atau bekerja sendiri-sendiri, mereka harus sudah tahu apa dan bagaimana mereka harus mengerjakan tugas tersebut. 2. Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan. Memvariasikan kegiatan yang mencakup penyediaan ruangan, peralatan, dan cara melaksana-kannya. Memvariasi kegiatan , misalnya berupa observasi, diskusi hasil observasi, memecahkan masalah, membuat kerajinan tangan bersama, atau belajar sendiri dari buku. Setiap jenis kegiatan harus dipersiapkan sumber/sarana yang perlu digunakan, cara kerja, aturan yang perlu diikuti, tempat kerja, serta alokasi waktu. Setiap kelompok atau individu dapat mengerjakan tugas yang sama, dapat pula berbeda. 3. Adakan pengelompokan murid yang sesuai dengan tujuan. Pengelompok- kan murid dibentuk secara tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Cobalah ingat kembali bagaimana cara Anda mengelompok- kan murid-murid Anda. Barangkali Anda mengelompokkannya berdasar-kan tempak duduknya, kemampuannya (yang pintar dengan yang pintar atau dicampur), atau menurut keinginan (minat). Memang, pengelompok-kan murid dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan keper-luan. Coba pikirkan, apa keuntungan dan kerugiannya jika murid yang pintar dikelompokkan bersama murid yang sedang/yang kurang pintar. 4. Koordinasi kegiatan. Jangan lupa mengkoordinasikan aneka kegiatan yang berlangsung. Agar kegiatan sejak dari awal hingga kegiatan akhir berlansung dengan baik dan lancar, tanpa suatu kendala yang berarti. 24 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Mengkoordinasi kegiatan dengan cara melihat kemajuan murid dari awal sampai akhir kegiatan. Dengan cara ini, guru akan dapat memantau apakah tugas dikerjakan dengan benar atau apakah murid memerlukan bantuan. 5. Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan. Guru yang baik juga akan membagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan murid. Keterampilan ini tentu erat sekali dengan sikap tanggap dan peka terhadap kebutuhan/kondisi murid, sehingga murid selalu merasa bahwa guru ada bersama mereka, karena bantuan yang mereka perlukan selalu diberikan pada saat yang tepat. 6. Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan. Dalam mengakhiri kegiatan dengan laporan hasil yang dicapai oleh murid. Sehingga murid memperoleh gambaran tentang inti pokok materi pela-jaran yang dibahasnya. Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi yang tepat akan memungkinkan murid saling belajar. Memajangkan hasil karya, menanggapi hasil kerja kelompok, mendemonstrasikan hasil kerja, merupakan contoh-contoh kegiatan kulminasi yang memungkinkan murid salaing belajar. Cobalah Anda cari kegiatan kulminasi yang lain, yang memungkinkan murid saling belajar. C. Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar Bila segalanya telah tertata dengan baik, mulailah mengajar dan jadilah pembimbing belajar dengan melaksanakan keterampilan-keterampilan yang sesuai untuk membimbing peserta didik dalam belajar terutama yang berkaitan dengan penanganan kesulitan peserta didik. Untuk memudahkan peserta didik belajar, pembelajaran dilakukan secara runtun atau sistematis dan menggunakan variasi metode, media atau alat peraga. Di dalam belajar murid memerlukan bimbingan dan kemudahan. Bimbingan berfungsi memberi jalan bagaimana sebaiknya murid mempela-jari sesuatu. Kemudahan belajar berfungsi memberikan suasana yang mendorong murid untuk meningkatkan aktivitas belajar. Keterampilan ini memungkinkan guru membantu murid untuk maju tanpa mengalami frustrasi. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik. Dengan memberi-kan penguatan mendorong untuk maju atau mencapai hasi belajar yang lebih baik. Berikanlah penguatan secara tepat, sehingga murid terdorong untuk belajar lebih baik. Penguatan yang diberikan haruslah bermakna, hangat, Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 25
tepat sasaran, bervariasi, dan diberikan segera setelah murid menunjukkan perilaku (jawaban, tugas, dan lain-lain) yang diharapkan. 2. Melakukan supervisi proses awal dan bersikap tanggap terhadap keadaan murid. Guru dapat mengembangkan supervisi proses awal, yakni sikap tanggap guru terhadap murid baik individu maupun kelompok yang memungkinkan guru mengetahui apa-kah segala sesuatu berjalan lancar sesuai dengan yang dihadapkan. Ketika murid mulai bekerja dalam ke- lompok atau bekerja sendiri, guru menyakinkan bahwa semua murid sudah mengerti tugasnya dan mulai bekerja. Oleh karena itu, guru perlu berkeliling untuk melihat apakah murid sudah mulai bekerja atau jika perlu membantu murid atau kelompok yang kebingungan. Apakah hal ini sudah Anda lakukan jika Anda menyuruh murid Anda bekerja sendiri atau dalam kelompok ? 3. Melakukan supervisi proses lanjut. Berikan bantuan belajar sesuai kebutuhan untuk belajar lebih lanjut. Mengadakan supervisi proses lanjut yang memusatkan perhatian pada penekanan dan pemberian bantuan ketika kegiatan berlangsung. Setelah kelompok atau murid secara perorangan bekerja beberapa saat, guru perlu berkeliling kembali untuk memberikan bantuan bagi murid yang memerlukan. Untuk itu guru harus mampu berinteraksi dengan murid, sehingga bantuan yang diberikan cukup efektif. Interaksi berupa bantuan ini dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk berikut : a. Memberi pelajaran tambahan atau bimbingan belajar (tutorial). Misal-nya untuk konsep/topik yang sukar dipahami. b. Melibatkan diri sebagai peserta aktif dari kelompok yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anggota kelompok lain. Keha-diran guru dalam kelompok akan mendorong murid untuk lebih aktif. c. Memimpin diskusi kelompok kecil, jika diperlukan. d. Bertindak sebagai katalisator, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir/belajar melalui pertanyaan, komentar, dan saran-saran. Cobalah kini Anda diskusikan dengan teman-teman Anda, kapan setiap bentuk bantuan dalam interaksi a, b, c dan d sebaiknya dilaku-kan oleh guru. Hasil diskusi Anda mungkin berbeda, tetapi yang penting Anda dapat memberikan alasan. 4. Mengadakan supervisi pemanduan, yang bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan kegiatan serta menyiagakan untuk mengikuti kegiatan akhir. Adakan pemantapan terhadap kegiatan kelompok kecil dan per- 26 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
orangan. Mengadakan supervisi pemanduan yang memusatkan perhatian pada penilaian pencapaian tujuan dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyiapkan rangkuman dan pemantapan sehingga murid saling belajar dan memperoleh wawasan yang menyeluruh. Ini dilakukan dengan mendatangi kelompok, menilai kemajuannya, dan menyiapkan mereka untuk mengikuti kegiatan akhir cara yang efektif. Untuk maksud ini ialah mengingatkan murid waktu yang masih tersisa untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, “waktu tinggal 15 menit lagi. Pukul 10.15 semua kelompok harus sudah siap dengan laporan. Jika ketiga jenis supervisi tersebut kta gambarkan dalam bentuk bagan, akan tampak seperti berikut : Kegiatan Awal 1. Supervisi Proses Awal 1. Penjelasan Tugas 2. Pembagian tugas 2. Supervisi Proses Lanjut 3. Supervisi Pemanduan Kegiatan Kelompok Berlangsung - Kegiatan paralel - Kegiatan berbeda, saling melengkapi - Kegiatan berpeda penuh Menyiapkan kelompok untuk kegiatan akhir - Kesetiaan pada tujuan Kegiatan Akhir - Laporan + tanya jawab - Rangkuman - Pemantapan Jika kita kaitkan keterampilan tersebut dengan pembelajaran kelas rangkap, kita akan melihat bahwa keterampilan ini sangat dibutuhkan. Guru yang terampil membimbing dan memudahkan murid belajar, mengjar dua kelas atau lebih tidak akan menjadi masalah. Guru tidak harus membimbing atau membantu semua murid, namun guru tahu kapan dia harus membantu siapa, dan bagaimana dia harus membantu. D. Keterampilan Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan guru dalam pembelajaran seperti membuka pelajaran, menyajikan kegiatan inti, membimbing peserta didik dan mengevaluasinya, hendaknya diatur dengan baik dan penuh kesungguhan. Yang dimaksud dengan merencanakan atau desain kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran kelas rangkap adalah kerangka pikir yang melukiskan bentuk penataan kegiatan belajar siswa dalam Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 27
rangka pencapaian tujuan belajar. Kegiatan belajar mengajar dalam rangka pelaksanaan PKR rancangan kegiatan pembelajaran erat kaitannya dengan model PKR yang diterapkan. Tugas guru yang utama adalah membantu murid melakukan kegiatan, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Untuk itu guru harus mampu membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar yang tepat bagi setiap murid dan kelompok serta mampu melaksanakannya. Untuk membuat perencanaan yang tepat, guru dituntut mampu mendiagnosis kemampuan akademis murid, memahami gaya belajar-mengajar, minat murid, dan sebagainya. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut guru diharapkan mampu menetapkan kondisi dan tuntutan belajar berupa belajar mandiri, paket kegiatan belajar, belajar dengan tutorial teman sebaya, simulasi, dan sebagainya yang semuanya memandu murid untuk menghayati pengalaman bekerja sama atau bekerja dengan pengarahan sendiri. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar me-ngajar ini mencakup : 1. Membantu murid menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi murid untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan diskusi atau menyediakan bahan-bahan yang menarik, yang mampu mendorong murid untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya, untuk membaca, murid dapat ditanyakan apa yang ingin dipelajari dari bacaan itu, atau apa yang menarik dari buku itu. Namun perlu diingat, bahwa kebiasaan menetapkan tujuan belajar bagi murid di Indonesia belum membudaya, bahkan mungkin belum pernah ada murid yang diberi kesempatan untuk menetapkan tujuan belajar. Oleh karena itu, sebagai guru, Anda perlu mulai memberi kesempatan kepada murid untuk sekali-kali (misalnya sebulan sekali) menetapkan tujuan belajar. 2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar bersama murid. Berdasarkan hasil diagnosis penetapan tujuan, guru dapat merencanakan kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan, minat, dan kemampuan murid. Peren-canaan yang dibuat haruslah mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu, serta kondisi belajar yang diperlukan. Misalnya, jika Anda akan merencanakan kegiatan untuk kelas III dan kelas IV, berdasarkan hasil diagnosis, Anda meminta kelas IV untuk mengerjakan soal-soal matematika dari buku paket selama 30 menit. Murid yang sudah selesai dapat mencocokkan pekerjaannya dengan kunci yang ada di meja guru. Jawaban yang masih salah diperbaiki kembali oleh murid. Kelas III, akan bekerja dalam kelompok, diawali dengan masing-masing membaca wacana, 28 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
kemudian mendiskusikan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada akhir pelajaran, setiap kelompok melaporkan hasil diskusi. Berdasarkan contoh tersebut, cobalah Anda membuat rencana kegiatan untuk dua kelas yang harus Anda rangkap. 3. Bertindak atau berperan sebagai penasehat bagi murid bila diperlukan. Selama kegiatan berlangsung, murid mungkin mengalami berbagai kesulitan. Guru dapat memberikan bantuan yang tepat jika guru mampu berinteraksi secara efektif dengan murid, sehingga murid mau mengung- kapkan masalahnya. Kemudian, guru dapat memberikan saran/nasehat yang kira-kira dapat mengarahkan murid ke arah belajar yang lebih baik. Misalnya, jika ada murid yang tidak mampu menemukan arti kata sendiri, dia dapat disarankan untuk membaca kembali kalimat yang menggunakan kata itu, melihat kamus, atau bertanya pada teman. 4. Membantu murid menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti memberi kesempatan kepada murid untuk memperbaiki dirinya sendiri yang merupakan kerja sama guru dengan murid dalam situasi pendidikan yang manusiawi. Pada umumnya penilaian atas kemajuan/pencapaian murid dilakukan oleh guru. Murid bahkan tidak pernah dilibatkan dalam menilai dirinya sendiri. Oleh karena itu, Anda mempunyai kesempatan yang baik untuk mulai membimbing murid menilai kemajuannya sendiri. Misalnya, setelah kelompok menyelesaikan dan melaporkan peker-jaannya, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain, Anda dapat meminta kelompok memperkirakan keberhasilannya dan menetapkan butir-butir yang perlu diperbaiki kembali. Atau murid yang bekerja sendiri diminta mencocokkan hasil kerjanya dengan kunci, kemudian diminta meng-hitung pencapaiannya. Jika cara ini Anda lakukan secara teratur, murid akan terbiasa menilai kemajuannya sendiri dan terdorong untuk mengejar kekurangannya. Dari empat kelompok keterampilan di atas Anda dapat menyimak bahwa mengajar kelompok kecil dan perorangan mempersyaratkan penguasaan keteram- pilan yang cukup kompleks. Anda perlu menguasai keterampilan dasar mengajar sebelumnya, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, dan mengelola kelas. Dalam penerapannya, kelompok keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan masing-masing mempunyai tekanan yang berbeda. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan serta membimbing dan memudahkan belajar lebih banyak terkait dengan mengajar kelompok kecil, sedangkan keterampilan menga- Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 29
dakan pendekatan secara pribadi serta merencanakan dan melaksanakan kegiatan lebih banyak terkait dengan pembelajaran perorongan. Setelah membaca dengan cermat serta mengerjakan latihan-latihan kecil yang disajikan di atas, kini tiba saatnya Anda mengerjakan latihan berikut agar pemahaman Anda tentang keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan menjadi lebih mantap. Latihan 1. Baca kembali dengan cermat keempat kelompok keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Buatlah satu daftar keterampilan tersebut, masing-masing dengan subkelompoknya, sehingga merupakan satu lembar pengamatan. 2. Cobalah amati teman Anda yang sedang mengajar kelompok kecil. Tandailah keterampilan membimbing dan memudahkan belajar yang muncul selama dia mengajar. Pada saat lain, amati teman yang sama dan catat keterampilan mengorganisasikan kegiatan yang muncul. Diskusikan hasil pengamatan Anda dengan teman tersebut. 3. Cobalah rancang kegiatan kelompok kecil untuk kelas Anda selama ± 40 menit. Laksanakanlah rancangan tersebut, dan mintalah salah seorang dari teman Anda untuk mengamati Anda. Setelah selesai, diskusikan hasil pengamatan tersebut. 4. Kalau di tempat tutorial Anda ada video pembelajaran kelas rangkap, cobalah amati modelnya yang ditayangkan melalui video. Fokuskan pengamatan Anda pada munculnya keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Bandingkan dan diskusikan hasil pengamatan Anda dengan hasil pengamatan teman lain. 5. Ketika Anda sendiri harus mengajar kelas rangkap, cobalah terapkan secara sungguh-sungguh keterampilan membimbing dan memudahkan belajar. Bila mungkin, mintalah seorang rekan Anda untuk mengamati ketika Anda sedang mengajar. Setelah selesai, mintalah hasil pengamatan tersebut dan cocokkan dengan kesan Anda sendiri. Petunjuk Jawaban latiahan Agar latihan yang Anda kerjakan menjadi lebih terarah dan efektif, baca-lah terlebih dahulu rambu-rambu pengerjaan latihan berikut ini. 1. Sebaiknya, setiap keterampilan Anda kaji dulu dengan cermat, kemudian buatlah rincian komponennya. Anda dapat memberikan contoh atau kata kunci untuk 30 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
setiap subkomponen. Setelah keempat kelompok komponen selesai Anda kaji dan rinci, satukan semua catatan Anda, sehingga menjadi sebuah instru-men. 2. Gunakan daftar/lembar pengamatan yang sudah Anda hasilkan pada latihan 1, ketika mengamati teman Anda. Ketika mendiskusikan hasil pengamatan, bacalah kembali deskripsi dan contoh setiap komponen jika terjadi perbedaan pendapat. Dengan demikian, pemahaman Anda terhadap komponen dan sub komponen keterampilan akan menjadi lebih mantap. 3. Latihan ini dapat dilakukan di sekolah tempat Anda mengajar, atau ditempat tutorial. Jika dilakukan ditempat Anda mengajar, teman yang akan mengamati Anda harus diberi penjelasan dulu cara menggunakan lembar pengamatan, lebih- lebih jika teman yang akan mengamati, bukan mahasiswa program PJJ. Jika latihan dilakukan di tempat tutorial, murid yang akan diajar dapat didatangkan ke tempat tutorial, atau mahasiswa yang datang ke sekolah yang dekat dengan tempat tutorial. Tentu saja koordinasi/pengaturan harus dialakukan bersama dengan tutor dan pengelola PJJ. Diskusi hasil pengamatan hendaknya didasarkan pada pemahaman setiap komponen/subkomponen keterampilan. 4. Pengamtan kegiatan pembelajaran melalui video memberikan keuntungan bagi pengamat. Akan sangat baik jika video diputar pada waktu tutorial, sehingga semua mahasiswa dapat mengamati bersama-sama. Jika terjadi perbedaan hasil pengamatan, video dapat diputar kembali sehingga kekeliruan pengamatan dapat ditandai. Andaikata video PKR tidak tersedia, latihan dapat dilakukan dalam bentuk simulasi. Seorang mahasiswa dapat berperan sebagai guru, sedangkan mahasiswa lain berperan sebagai murid dua kelas yang berbeda. Misalnya murid kelas 3 dan kelas 4. Tentu saja harus ada yang berperan sebagai pengamat. 5. Latihan ini harus dipersiapkan dengan baik. Anda terlebih dahulu harus membuat rancangan kegiatan yang berisi petunjuk pelaksanaan, jenis kegiatan, waktu, sumber/alat yang akan digunakan, serta hasil yang diharapkan. Kemu-dian kaji kembali keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, sebelum Anda mengajar. Untuk mengetahui pengaruh keterampilan yang Anda kuasai, Anda dapat bertanya kepada murid, apakah mereka merasa senang dengan kegiatan yang diberikan. Tentu saja Anda harus melihat pula hasil yang dicapai oleh murid. Setelah menyelesaikan latihan, kini bacalah rangkuman berikut, sehingga pemahaman Anda menjadi semakin mantap. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 31
RANGKUMAN Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu keterampilan : 1. Mengadakan pendekatan secara pribadi 2. Mengorganisasikan kegiatan 3. Membimbing dan memudahkan belajar 4. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi bertujuan untuk menciptakan hubungan yang akrab dan sehat antara guru-murid dan murid- murid. Keterampilan ini dapat ditunjukkan dengan : 1. Kehangatan dan kepekaan 2. Mendengarkan secara simpatik 3. Memberikan respon positif 4. Kesiapan untuk membantu 5. Menerima perasaan murid dengan penuh perhatian dan keterbukaan 6. Menerima perasaan murid dengan penuh perhatian dan keterbukaan 7. Mengendalikan situasi, sehingga murid merasa aman Keterampilan mengorganisasikan kegiatan diwujudkan dengan : 1. Memberikan orientasi umum sebelum kegiatan dimulai 2. memvariasikan kegiatan 3. Membentuk kelompok yang tepat 4. Mengkoordinasikan kegiatan 5. Membagi-bagi perhatian 6. Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dapat diwujudkan dalam bentuk: 1. memmberi penguatan yang tepat 2. supervisi proses awal 3. supervisi proses lanjut 4. supervisi pemaduan Keterampilan merencanakan kegiatan belajar mengajar berkaiatan erat dengan kemampuan mengembangkan kurikulum. Keterampilan ini dapat di- wujudkan dengan: 1. Membantu murid menetapkan tujuan belajar 2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar 3. Bertindak sebagai penasihat bagi murid 4. Membantu murid menilai hasil belajarnya Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan ketrampilan yang kompleks yang memprasyaratkan penguasaan keterampilan dasar mengajar yang lain. 32 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Tes Formatif 2 Setelah membaca rangkuman, tiba saatnya Anda mengerjakan Tes Formatif 2 sehingga Anda dapat mengukur tingkat keberhasilan Anda. Bacalah dengan cermat pernyataan, pertanyaan, atau kasus yang disajikan, kemudian silang huruf didepan pilihan yang paling tepat untuk menjawab/ melengkapi pertanyaan/pernyataan di atasnya. 1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi sangat bermanfaat dalam usaha guru untuk .... A. Memonitor pekerjaan kelompok B. Mengarahkan murid belajar C. Menciptakan hubungan yang akrab dan sehat D. Meningkatkan hasil belajar murid 2. Berikut ini adalah contoh-contoh keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, kecuali .... A. Ketika Dorkas berbicara, Bu Sarce mendengarkannya dan sekali-kali me- nganggukkan kepala B. Bu Tina menghampiri Ani yang kelihatan kebingungan, lalu bertanya dengan manis C. Meskipun kelompok 5 tidak ditunggui oleh Bu Inul, kelompok bekerja terus, karena merasa Bu Inul tahu apa yang dikerjakan oleh kelompok D. Bu Marisa duduk di kelompok 1 dan ikut membahas topik yang dipilih oleh kelompok 1 3. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan mencakup berbagai kegiatan berikut, kecuali .... A. Memberikan orientasi kegiatan sebelum kelompok atau perorangan mulai bekerja. B. Menyiapkan murid untuk mengikuti laporan pada akhir kegiatan C. Membuat kegiatan yang bervariasi lengkap dengan ruangan kerja, cara kerja, dan waktu D. Membagi-bagikan perhatian pada tugas dan kebutuhan siswa, sehingga dapat memberi bantuan secara tepat 4. Berikut ini contoh keterampilan mengorganisasikan kegiatan, kecuali .... A. Pada awal pelajaran Pak Tino mengumpulkan kelas 5 dan kelas 6 di satu ruangan dan menyampaikan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh kelas 5 dan kelas 6 B. Pak Tino meminta kelas 5 membagi diri menjadi 4 kelompok dengan menyuruh murid menghitung sampai 4 Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 33
C. Pak Tino duduk di kelompok 2 dan memberikan penjelasan tentang akibat kekurangan vitamin melalui tanya jawab D. Pada akhir kegiatan, Pak Tino meminta kelas 5 dan kelas 6 berkumpul kembali untuk melaporkan hasil pekerjaan masing-masing 5. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar sangat diperlukan guru pada .... A. Awal sampai menjelang akhir kegiatan B. Menjelang awal kegiatan C. Menjelang akhir kegiatan D. Menjelang awal sampai akhir kegiatan 6. Berikut ini adalah contoh-contoh keterampilan melakukan supervisi proses lanjut, kecuali .... A. Pak Udin mengingatkan murid agar memberskan laporan kelompoknya karena 5 menit lagi kegiatn kelompok akan dilanjutkan dengan laporan B. Pak Udin membantu kelompok 2 yang sedang bertengkar, dengan meminta kelompok menjawab pertanyaan yang diajukannya, kemudian menyarankan kelompok agar mulai pembahasan dari awal C. Kelompok 3 yang sedang kebingungan karena menemui jalan buntu menjadi hidup kembali setelah Pak Udin langsung memimpin diskusi dalam kelompok itu D. Pak Udin mendatangi dan membimbing Siti yang ternyata mengalami kesulitan dalam menyimpulkan isi bacaan 7. Kegiatan kulminasi berupa laporan dan tanggapan, akan memberi kesempatan kepada murid untuk .... A. Mendemonstrasikan kemampuannya B. Saling belajar C. Saling mengkritik D. Memberikan respon kepada pekerjaan kelompok lain 8. Bu Tina meminta setiap murid untuk menghitung jumlah soal yang dikerjakan dengan benar. Kemudian Bu Tina meminta murid menghitung tingkat keber- hasilannya dalam persen, dengan menggunakan rumus dan contoh yang diberikan. Contoh di atas menunjukkan bahwa Bu Tina sedang menerapkan keterampilan ... A. Mengadakan pendekatan secara pribadi B. Mengorganisasikan kegiatan C. Membimbing dan memudahkan belajar D. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran 34 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
9. Pak Ramon merangkap kelas 4 dan kelas 5, dan meminta bekerja dalam kelom- pok. Namun ada 2 kelompok dari kelas 4 yang tidak segera mulai bekerja karena masih bingung, tidak tahu harus mulai dari mana. Sampai waktu yang disediakan hampir habis, kedua kelompok tersebut belum menghasilkan apa-apa, sedang-kan Pak Ramon tetap duduk di pintu penghubung sambil membaca. Pertanyaan: Apa yang semestinya dilakukan Pak Ramon agar kasus seperti di atas tidak terjadi ? A. Menegur kelompok yang belum mulai bekerja B. Meminta murid kelas 5 mengawasi murid kelas 4 C. Melakukan supervisi proses awal dengan berkunjung kekelompok pada awal kegiatan kelompok D. Melakukan supervisi proses lanjut dengan jalan langsung membimbing kelompok yang mendapat kesulitan 10. Pak Mawan yang sedang mengajar kelas 5 dan kelas 6 menjadi bingung karena tugas matematika yang dikerjakan secara perorangan oleh kelas 6 tidak ada yang benar. Demikian pula kelas 5 yang diberi tugas dalam kelompok, tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Bahkan ada yang tidak menghasilkan apa- apa. Dikaitkan dengan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, kemungkinan terjadinya kasus di atas adalah karena Pak Mawan tidak menguasai keterampilan berikut, kecuali .... A. Memberikan orientasi kegiatan sebelum kelompok/perorangan mulai bekerja B. Menunjukkan kepekaan dan kehangatan terhadap kebutuhan murid C. Melakukan supervisi proses awal dan proses lanjut D. Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan murid serta penggunaan materi dan sumber Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 35
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang ada di bagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Rumus : Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Akhir Semester atau tugas akhir pembelajaran kelas rangkap. Selamt! Tetapi jika kurang dari 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 36 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1. B Memilih teman sendiri tidak perlu dilakukan dalam belajar kelompok kecil dan perorangan 2. C Merupakan hakekat/dasar dari terjadinya belajar dalam kelompok kecil dan perorangan 3. A Dalam kegiatan klasikal semua murid diperlakukan sama, sehingga tidak semua kebutuhan murid dapat dipenuhi 4. D Kebiasaan bekerja sama merupakan salah satu dampak pengiring penga- jaran kelompok kecil dan perorangan 5. C Jawaban B dan D juga benar, tetapi jawaban tersebut sudah tercakup da- lam jawaban C; bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya 6. B Hakekat PKR, yaitu; keserempakan kegiatan belajar mengajar, waktu ke- terlibatan akademik yang tinggi, pemanfaatan sumber secara maksimal, dan kontak psikologis berkesinambungan antara guru dan murid, hampir sama dengan hakekat mengajar kelompok kecil dan perorangan 7. A Sebelum bekerja, murid harus tahu dengan jelas tugasnya. 8. C Menyerahkan laporan kepada guru tidak memberi kesempatan kepada mu- rid untuk saling belajar, sehingga tidak merupakan kegiatan kulminasi yang efektif 9. B Penetapan ketua dan sekretaris kelompok sebaiknya dilakukan oleh kelom- pok, bukan disiapkan oleh guru 10. D Pengenalan serta secara pribadi jangan dimanfaatkan untuk melaporkan murid kepada orang tuanya karena ini berarti merusak kepercayaan Tes Formatif 2 1. C Sasaran utama keterampilan melakukan pendekatan secara pribadi adalah membangun hubungan yang akrab dan sehat 2. D Merupakan contoh keterampilan melakukan supervisi lanjut 3. B Menyiapkan murid untuk mengikuti laporan pada akhir kegiatan, termasuk keterampilan melakukan supervisi pemaduan 4. C Keterampilan ini termasuk keterampilan melakukan proses lanjut 5. A Kegiatan akhir (kulminasi) termasuk keterampilan mengorganisasikan ke- giatan Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 37
6. A Contoh ini termasuk keterampilan melakukan supervisi pemaduan 7. B Jawaban A dan D juga benar, tetapi sudah tercakup dalam jawaban B, atau yang paling diharapkan dari kegiatan ini adalah “saling belajar” 8. D Membantu murid menilai kemajuannya sendiri termasuk keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. 9. C Supervisi proses awal bertujuan untuk memantau apakah kelompok sudah paham akan tugasnya dan sudah mulai bekerja, atau apakah ada kelompok yang memerlukan bantuan. 10. B Menunjukkan kepekaan dan kehangatan terhadap kebutuhan murid tidak langsung berkaitan dengan kegagalan murid, Pak Anwar mungkin peka terhadap kebutuhan murid, tetapi tidak memenuhi kebutuhan tersebut. 38 – 5 Pembelajaran Kelas Rangkap
Daftar Pustaka Aria Djalil. 2000. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka. Baechtol, W.M. 1993. Individualizing Instruction and Keepin,. Your Sanity. . Chicago: Follett Publishing Company. Dimyati dan Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. Gale, J.A. 1994. Group Work in School. Sydney: Mc Graw Hill Book Company. Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. Neviyarni, dan Usman Rery. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Pustekom Depdiknas. Tubbs, S.L. 1992. A System Approach to Small Group Interaction. New York:Mc Graw-Hill, Inc. Udin S. Winataputra. 1999. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. Uzer Usman Moh. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya. Pembelajaran Kelas Rangkap 5 - 39
6UNIT MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (RPKR) Ummu Khaltsum, S.Pd., M.Pd Pendahuluan Dalam pembelajaran kelas rangkap yang baik, seorang guru harus menyusun rencana pembelajaran. Karena pembelajaran akan lebih berhasil jika guru terlebih dahulu membuat rencana bagaimana supaya diperoleh hasil yang optimal. Dalam tahap perencanaan ini guru memikirkan kegiatan-kegiatan apa agar pembelajaran efektif dan efisien. Lebih-lebih jika pembelajaran kelas rangkap dilaksanakan secara permanen, misal disuatu sekolah jumlah guru 3 sedang jumlah kelas 6. Hal demikian tentu menuntut guru untuk secara tetap melaksanakan pembelajaran kelas rangkap, sehingga harus menyusun rencana pembelajaran. Demikian pula jika sudah diketahui adanya guru berhalangan mengajar atau sudah minta ijin sehari sebelumnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas rangkap sangat membantu guru dalam mengajar, dan membantu mengarhkan murid dalam belajar. Namun demikian ada pengecualiannya jika guru tidak masuk secara tiba-tiba karena tugas mendadak atau keperluan lainnya. Guru teman sejawat akan merangkap kelas secara spontan, tanpa memiliki kesempatan untuk menyusun rencana pembelajaran kelas rangkap. Pembelajaran merangkap kelas secara spontan menuntut kemampuan dan keterampilan seorang guru dalam mengatur strategi pembelajaran. Bagi guru yang sudah berpengalaman sangat mudah mengatasi situasi yang tiba-tiba tersebut. Tetapi bagi guru yang baru atau guru muda akan mengalami kesulitan dalam berbagai aspek. Misalnya, karakter murid yang sulit diatur, malas atau tidak suka belajar, suka bermain, agresif, tidak memiliki motivasi belajar, ketergantungan pada Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 1
guru kelas sehingga guru kelas lain kurang menarik, dan sebagainya. Dalam hal ini teori-teori, konsep, dan prinsip-prinsip, dan keterampilan pembelajaran kelas rangkap biasanya terabaikan. Faktor emosional dan sikap yang kurang positif akan mucul, sehingga pembelajaran kelas rangkap yang tanpa perencanaan itu akan sia-sia atau gagal. Artinya pada diri murid tidak terjadi proses belajar secara optimal. Modul ini merupakan kelanjutan dari modul-modul sebelumnya dalam mata kuliah pembelajaran kelas rangkap (PKR). Pengetahuan dan keterampilan Anda yang berkaitan dengan hakekat pembelajaran kelas rangkap, model pengelolaan dan pembelajaran dalam pembelajaran kelas rangkap, pengorganisasian kegiatan pembelajaran kelas rangkap, dan pemanfaat lingkungan sebagai sumber pembelajaran kelas rangkap perlu dipegang sebagai pijakan dalam mempelajari penyusunan rencana pembelajaran kelas rangkap. Modul ini akan membahas berbagai segi tentang perencanaan khususnya penyusunan pembelajaran kelas rangkap. Dari situ Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Dapat menjelaskan prosedur dasar pengembangan pembelajaran 2. Dapat menganalisis karakteristik kurikulum SD 2004 3. Dapat merumuskan tujuan umum 4. Dapat melakukan pemetaan topik dan hubungannya satu sama lain 5. Dapat merumuskan tujuan khusus untuk pembelajaran kelas rangkap 6. Dapat memilih dan menata model pembelajaran kelas rangkap yang tepat 7. Dapat memilih dan menata pemanfaatan media dan sumber belajar dalam pembelajaran kelas rangkap 8. Dapat mengembangkan penilaian dalam pembelajaran kelas rangkap Kemampuan Anda dalam menyusun rencana pembelajaran kelas rangkap yang baik sangat penting bagi terlaksananya program pembelajaran kelas rangkap di sekolah dasar. Ada yang menegaskan bahwa rencana yang baik memungkinkan pelaksanaan yang baik pula, setidaknya menjamin tercapainya 50 % tujuan program. Dengan perencanaan yang baik Anda dalam menerapkan pembelajaran kelas rangkap akan merasa lebih siap dan lebih mantap. Semua tergantung pada kemauan yang sungguh-sungguh dari Anda. Untuk memberi kemudahan dalam upaya menguasai semua kemampuan tersebut di muka, dalam modul ini akan disajikan pembahasan dan latihan dalam butir uraian sebagai berikut : 1. Analisis kurikulun SD 2004 dan prosedur dasar pengembangan pembe-lajaran. 2. Perumusan tujuan penataan materi dan kegiatan pembelajaran kelas rangkap. 3. Penilaian dalam pembelajaran kelas rangkap. 2 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini ikutilah petunjuk belajar sebagai berikut : 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini! 2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata yang Anda anggap baru. Cari dan baca pengertian kata-kata itu dalam senarai kata kunci atau dalam kamus ! 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dan isi modul ini melalui pema-haman sendiri, dan tukar pikiran dengan rekan mahasiswa atau guru dan dengan tutor ! 4. Kerjakan latihan secara bertahap sampai pada akhirnya Anda dapat menyusun suatu contoh rencana pembelajaran kelas rangkap ! 5. Diskusikan masalah yang Anda temukan dalam modul pada pertemuan tutorial tatap muka ! Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 3
Sub Unit1 Analisis Kurikulum Pendidikan SD 2004 dan Prosedur Dasar Pengembangan Instruksional Pengantar Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencaoai tujuan pendidikan. Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar perlu disempurnakan secara terus-menerus sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, serta berdasar pada tanggapan, kritik, masukan dan saran dari para praktisi, pakar, ahli, dan masyarakat. Penyempurnaan kurikulum sekolah dasar secara terus menerus dilakukan melalui tahapan pengkajian, perintisan, sosialisasi dan advokasi mulai tahun 2001 oleh tim pengembangan kurikulum, pakar, praktisi, dan pembina serta penyelenggara pendidikan. Penyempurnaan kurikulum mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah yang terkait yang mengamanatkan tentang adanya standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah. Upaya penyempurnaan kurikulum ini telah menghasilkan okumen Kurikulum 2004. Dokumen Kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran yang disusun untuk masing-masing mata pelajaran pada masing-masing kelas, Pedoman Pengem-bangan Silabus, Pedoman Pengembangan Model Pembelajaran, Pedo-man Penilaian, Pedoman Pembiasaan, serta Pedoman Bimbingan dan Konseling. 4 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
A. Karakteristik Kurikulum SD Tahun 2004, KTSP Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Peme-rintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini diikuti dengan perubahan penge-lolaan pendidikan dari bersifat sentralistik ke desentralistik. Berdasarkan PP No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan kewenangan pemerintah pusat meliputi : 1. Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar 2. Pengaturan kurikulum nasional 3. Penilaian hasil belajar secara nasional 4. Penyusunan pedoman pelaksanaan 5. Penetapan standar materi pelajaran pokok 6. Penetapan kalender pendidikan dan jumlah belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, menengah, dan luar sekolah. Pengaturan dan pelaksanaan pendidikan di luar kewenangan pusat tersebut sepenuhnya dilakukan di daerah. Oleh karena itu kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasi terutama dalam pengembangan silabus/rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan, mengelola penga-laman belajar, menentukan cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses belajar dan mengajar. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan implikasi pada penyeleng- garaan pemerintahan dan pendidikan termasuk pada pengembangan dan pelak- sanaan kurikulum. Pemerintah dalam hal ini Depdiknas bertugas menetapkan kerangka dasar kurikulum antara lain meliputi; standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator hasil belajar yang dituangkan dalam dokumen yang disebut dengan kurikulum 2004. Pemerintah daerah dan sekolah berkewajiban mengembangkan kerangka dasar kurikulum tersebut menjadi silabus yang lebih operasional. Tujuan Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada murid untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masya-rakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan murid untuk mengikuti pendidikan menengah (Pasal 3 PP. No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar). Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 5
Pendidikan dasar yang diselenggarakan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “Baca-Tulis-Hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi murid sesuai dengan tingkat perkem- bangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP/SMP. Isi Program Untuk mencapai tujuan tersebut disusun isi kurikulum pendidikan dasar yang mencakup bahan kajian dan pelajaran tentang Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Membaca dan Menulis, Matematika (termasuk berhitung), Pengantar Sains dan Teknologi, Ilmu Bumi, Sejarah Nasional, dan Sejarah Umum, Kerajinan Tangan dan Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Menggambar serta Bahasa Inggris. Bahan Kajian dan pelajaran tersebut dikemas dalam mata pelajaran yang berisi konsep, pokok bahasan, tema dan nilai yang dihimpun dalam satu kesatuan disiplin (pengetahuan). Khusus untuk Sekolah Dasar (SD), disusun mata pelajaran sebagai berikut: 1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2. Pendidikan Agama 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 7. Kerajinan Tangan dan Kesenian 8. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 9. Bahasa Inggris (hanya bila diperlukan) 10. Muatan Lokal Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar (SD) digunakan sistem guru kelas kecuali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Guna mencapai tujuan belajar mengajar diharuskan membuat peren-canaan program jangka panjang, jangka menengah, serta rencana pem-belajaran jangka pendek /rencana pelaksanaan pembelajaran harian. Sistem pembelajaran bersifat klasikal yang mengelompokkan anak dalam usia dan kemampuan rata-rata. Bila diperlukan, demikian ditugaskan dapat dibentuk pengelompokkan sesuai dengan tujuan dan keperluan pembelajaran. Dengan penegasan tersebut, pembelajaran kelas rangkap sudah mendapat tempat. Perlu 6 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
dicatat bahan pembelajaran kelas rangkap dikembangkan bukan semata-mata sebagai upaya masalah kekurangan guru. Lebih mendasar PKR dikembangkan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan. Penilaian Kemajuan Belajar Dalam Kurikulum 2004 tentang Pedoman Penilaian Di Sekolah Dasar yang dimaksud penilaian di SD adalah penilaian kelas. Penilaian kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka kegiatan pembelajaran, yang meliputi; pengumpulan dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang ditetapkan. Penilaian kelas dapat dilakukan secara bertahap dengan lingkungan kompetensi tertentu, yang dapat dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas melalui berbagai teknik penilaian. Hasil penilaian kelas tidak dimaksudkan untuk membuat perbandingan antar individu, antar kelas, antar sekolah, atau antar daerah. Implementasinya dalam bentuk ulangan, jenis tugas, isi tes, atau instrumen lain yang digunakan lebih mengedepan-kan pola respon siswa yang membahas hasil belajar dengan berbagai cara sesuai dengan potensinya. Berdasarkan Kurikulum 2004 penilaian kelas bertujuan untuk menilai proses dan hasil belajar murid di sekolah, dan mendiagnosis kesulitan belajar murid, serta untuk menentukan kenaikan kelas. Sedangkan fungsi penilaian kelas adalah untuk memberikan umpan balik proses pembela-jaran, meningkat-kan motivasi belajar murid, dan memberikan laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua. B. Prosedur Dasar Pengembangan Pembelajaran Pembelajaran adalah istilah yang kadang-kadang mengun-dang kontroversi baik di kalangan para ahli maupun di lapangan, terutama di antara guru-guru di sekolah, khususnya sekolah dasar. Perbedaan pendapat itu tampak misalnya, sementara orang mengatakan bahwa istilah pembelajaran sesungguhnya hanya berlaku di lingkungan pendidikan masyarakat atau pendidikan luar sekolah, bukan di lingkungan pendidikan sekolah. Sebaliknya, pihak lain menegaskan, justru istilah tersebut sangat relevan dalam sis-tem persekolahan, yakni untuk membelajarkan peserta didik. Ada pula yang berpendapat bahwa pembelajaran merupa-kan padanan kata dari istilah instruction, yang artinya lebih luas dari pengajaran (Suparman, 2001). Sebaliknya, Turney (1995) menyatakan bahwa istilah teaching mencakup Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 7
konsep instruction dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat psikologis, sosial, dan pribadi. hal ini berarti bahwa instruction meru-pakan bagian dari konsep teaching. Tanpa mengurangi penghargaan terhadap perbedaan pendapat terse-but, dalam buku ini istilah pembelajaran akan diartikan secara luas sehingga keberadaannya tidak hanya dalam jalur pendidikan luar sekolah, tetapi juga dalam jalur pendidikan sekolah. Bahkan pembelajaran ini tidak hanya terjadi dalam pendidikan (education), tetapi juga dalam pelatihan (training). Inipun tidak hanya ada dalam konteks pre-service education and training misalnya ketika peserta didik masih belajar di sekolah atau pergu-ruan tinggi, tetapi juga dalam konteks in-service education and training (INSET) seperti pada kegiatan penataran atau pelatihan. Lebih jauh lagi, istilah tersebut juga dapat menjangkau upaya pembelajaran diri. Demikian luasnya lingkup pembelajaran, sehingga yang menjadi subyek belajar atau pembelajaranpun bukan hanya peserta didik di sekolah, tetapi juga peserta penataran atau pelatihan atau pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus, seminar, diskusi panel, simposium, lokakarya, dan bahkan siapa saja yang berupaya membelajarkan diri sendiri. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan peserta didik atau pembelajar yang direncana-kan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar peserta didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembela-jaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, stratedi dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (misalnya layanan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar). Sebaliknya, bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat peserta didik belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga, dan alat-alat evaluasi (misalnya soal-soal tes formatif). Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disajikan kepada para peserta didik dan mengecek jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan. 8 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Setelah persiapan tersebut dilakukan secara matang, guru melaksana-kan kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuat. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang untuk dilaksanakan serta filosofi kerja dan komitmen guru yang bersangkutan, persepsi, dan sikapnya terhadap peserta didik. jadi semua itu akan menentukan misalnya, apakah struktur pembelajarannya bersifat deduktif ataukah induktif, pola penyajiannya secara ekspositori ataukah inkuiri, atau discovery. Selain itu, juga perlu diperhatikan apakah situasi atau iklim pembelajarannya bersifat joyful ataukah menegangkan, atau bahkan menakutkan. Situasi kelas apakah bersifat permisif ataukah demokratis, atau sebaliknya, peserta didik merasa tercekam akibat sikap guru yang otoriter. Setelah kegiatan pembelajaran tersebut di atas selesai dilaksana-kan, termasuk evaluasi formatif, maka apabila guru itu adalah guru yang baik, ia akan menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan Remedial Teaching bagi anak-anak yang berkesulitan bela-jar. Kegiatan tindak lanjut ini sangat penting agar setiap individu pembelajar atau peserta didik dapat mencapai perkembangan yang harmonis dan optimal. hal ini berkaitan erat dengan pembinaan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia sejak dini, dan kelaspun menjadi lebih “sehat” dan dinamis karena tertangani kesulitan- kesulitan belajar yang dialami oleh satu atau beberapa orang siswanya. Sementara itu, sesuai dengan makna pembelajaran ini, hendaknya guru berupaya memotivasi dan membimbing peserta didiknya untuk belajar mengenai bagaimana belajar (learning how to learn). Apabila peserta didik telah memahami dan mempraktekan dengan sungguh-sungguh, kelak mereka diharapkan akan mampu menjadi orang-orang efektif, produktif, efisien, dan kuat. Melalui belajar bagaimana belajar, pada giliran peserta didik akan berupaya membelajarkan diri mereka sendiri, jika hal ini terjadi, jembatan emas ke masa depan yang gemilang dan bermakna telah mulai terbentang. Prosedur dasar pengembangan pembelajaran merupakan disain atau cetak biru pembelajaran. Prosedur dasar pengembangan pembelajaran merupakan istilah baru, istilah lama disebut Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Disain pembelajaran sebagai suatu prosedur dasar pembelajaran, dalam menyusun rencana atau persiapan pembelajaran dan bahan pembelajaran memiliki langkah- langkah yang sistematis. Rencana atau persiapan pembelajaran, modul, bahan Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 9
tutorial dan bentuk sarana pendidikan lainnya merupakan hasil dari disain pembelajaran. Menurut (Tyler, 1989; dan Taba, 1982) unsur-unsur dasar yang ada dalam kurikulum yaitu tujuan pembelajaran, materi pelajaran, pengalaman belajar, dan evaluasi hasil belajar sangat berhubungan erat dengan proses pengembangan pembelajaran. Semua unsur dasar tersebut dikembangan dalam rencana pembelajaran, dan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran harus sesuai dengan rencana. Model pembelajaran Dick dan Corey (1990) menggunakan penerapan pendekatan sistem. Pembelajaran dipandang sebagai suatu kesatuan untuk dari komponen tujuan, materi, pengalaman belajar, dan evaluasi, yang satu sama lain saling berinterakasi. Berikut diagram prosedur dasar pengembangan rencana pembelajaran Gambar 6.1 Prosedur Dasar Pengembangan Rencana Pembela- jaran (RP) MERUMUSKAN MEMILIH DAN MENYUSUN TUJUAN MENATA RANCANGAN BELAJAR KEGIATAN BELAJAR 1 BAHAN BELAJAR 2 3 MENYUSUN LANGKAH DAN ALAT EVALUASI 4 Untuk melakukan pengembangan Rencana Pembelajaran sesuai dengan diagram di atas, secara praktis dapat diuraikan dalam matriks berikut ini. KOMPONEN RINCIAN SUMBER/ACUAN CONTOH RP KEGIATAN Merumuskan Perhatikan dan GBPP masing- Murid dapat Tujuan belajar pahami masing mata membaca puisi Rumuskan tujuan pelajaran Murid dapat meng- Pedoman ru- pembelajaran musan tujuan hitung perkalian khusus pecahan Murid dapat menerima pendapat orang lain 10 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231