KOMPONEN RINCIAN KEGIATAN SUMBER/ACUAN CONTOH RP Memilih dan Pilih konsep, tema Tujuan belajar Kependudukan Menata Bahan nilai, pokok Perilaku awal Kejujuran Belajar bahasan Buku pelajaran Lingkungan Buat rincian ma- Lingkungan Air teri pelajaran Bilangan Tentukan urutan materi tersebut Menyusun Ran- Tentukan kegia- Tujuan belajar Pendahuluan cangan Kegia-tan tan murid Ketersediaan Kegiatan Inti Belajar Rancangan pro- media dan sum- Metode diskusi ses kegiatan be- ber Metode percobaan lajar Metode, teknik Metode simulasi Siapkan sumber mengajar yang Metode kerja ke- belajar dan me- tepat lompok dia belajar Kegiatan penutup Buku pelajaran Alat bantu mengajar berupa benda, gam- bar Menyusun Tes awal Tujuan belajar Tes lisan langkah dan alat Observasi proses Buku pelajaran Tes tulisan evaluasi belajar Pedoman peni- Tes perbuatan Tes Tes akhir laian perbuatan Tugas Penugasan mencatat mencatat keadaan lingkungan keluarga masing-masing Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas tertentu, tetapi semua mata matapelajaran pada umumnya mengacu pada hal-hal sebagai berikut : 1. Tertuju pada pencapaian tujuan yang dirumuskan lebih dulu oleh guru atas dasar GBPP (Prinsip berorientasi kepada tujuan). 2. Tujuan belajar dirumuskan dalam perilaku (umum dan khusus) yang dapat dikaji ketercapaiannya pada akhir pembelajaran (Prinsip akonta-bilitas). 3. Pembelajaran bertolak dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang telah dimiliki murid (Prinsip perilaku awal). Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 11
4. Proses pembelajaran menitikberatkan pada kegiatan pikiran dan perasaan (mental dan intelektual) serta perbuatan murid melalui proses belajar yang bersifat aktif. Dengan demikian proses belajar siswa lebih menarik, menantang, dan menyenangkan dan hasilnya bertahan lama dan bermanfaat bagi proses lanjut (Prinsip belajar bermakna). 5. Pemanfaatan aneka media dan sumber belajar untuk mendukung proses belajar aktif sesuai dengan lingkungan (Prinsip multimedia). 6. Penilaian ditujukan untuk melihat dan memperoleh informasi seberapa jauh terjadi perubahan perilaku murid baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan (Prinsip dampak pembelajaran dan dampak pengiring). Landasan Pengembangan Rencana Pembelajaran (Silabus) Kuriku-lum 2004 TUJUAN Kompetensi Tamatan SILABUS PENDIDIKAN NASIONAL Kompetensi Lintas Kurikulum Kompetensi Rumpun Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Aspek Hasil Blj Indikator Gambar 6.1 Landasan Pengembangan Rencana Pembelajaran (Silabus) Kurikulum 2004 Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis; dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 12 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Kompetensi Tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksi dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah murid menyelesaikan suatu jenjang tertentu. Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksi dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat dan keterampilan hidup yang harus dimiliki. Hasil belajar dari kompetensi lintas kurikulum ini perlu dicapai melalui pembelajaran-pembelajaran dari semua rumpun pelajaran. Kompetensi Rumpun Pelajaran merupakan pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah murid menyelesaikan rumpun pelajaran tertentu. Kompetensi Dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindaksetelah murid menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang selanjutnya dijabarkan ke dalam kompetensi tamatan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun, dan kompetensi dasar diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran yang selanjut-nya disebut silabus. RANGKUMAN Pada Kegiatan Belajar 1. Anda telah mempelajari pokok-pokok materi sebagai berikut : 1. Program pendidikan atau kurikulum merupakan perangkat rencana pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru, murid, dan pengelola pendidikan untuk mencapai suatu jenjang atau tingkat tertentu. 2. Kurikulum pendidikan dasar tahun 2004 memiliki ciri sebagai berikut : a. Pemberian bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan kehidupan murid sebagai pribadi, dan anggota masyarakat dan mempersiapkan kelanjutan pendidikan murid kependidikan menengah. Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 13
b. Mencakup mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Kerajinan Tangan dan Kesenian, Penjaskes, Bahasa Inggris (bila diperlukan), dan muatan lokal. c. Menggunakan sistem guru kelas, pengajaran klasikal kombinasi dengan pengelompokkan atas dasar usia dan rata-rata kemampuan. d. Memanfaatkan aneka metode, media, dan sumber belajar guna meningkatkan kesesuaian, mutu, dan efisiensi pembelajaran. e. Penilaian berorientasi, pada tujuan dan hasilnya digunakan sebagai balikan untuk perbaikan dan mengukur pencapaian tujuan belajar. 3. Program dan rencana pembelajaran dikembangkan dengan menerapkan pendekatan sistem dengan komponen-komponen perumusan tujuan, pemili-han bahan belajar, penataan kegiatan belajar, dan pengembangan prosedur dan alat evaluasi. Tes Formatif 1 Beri tanda silang ( X ) pada salah satu kemungkinan jawaban yang menurut pendapat Anda paling tepat. 1. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran pada dasarnya merupakan ........ A. Beban dan waktu belajar yang dipersyaratkan B. Tuntutan belajar menurut murid C. Tuntutan belajar menurut masyarakat D. Beban dan waktu belajar minimal 2. Kurikulum merupakan pedoman bagi .... A. Pengelola pendidikan B. Para guru saja C. Para guru dan murid D. Guru, murid, dan pengelola 3. Pengembangan murid sebagai pribadi .... A. Tidak memerlukan kemampuan dasar B. Memerlukan kemampuan dasar C. Cukup kemampuan minimal D. Diserahkan kepada orang tua 14 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
4. Pelajaran matematika di Sekolah dasar menitik beratkan pada .... A. Semua konsep matematika B. Kemampuan penalaran C. Berhitung D. Keterampilan menghitung 5. Pelajaran PPKN SD 2004 menerapkan pendekatan .... A. Pengajaran tata negara Indonesia B. Pendidikan Nilai Pancasila C. Pemahaman konsep nilai Pancasila D. Pembinaan disiplin nasional 6. Salah satu ciri dari pembelajaran bahasa Indonesia menurut kurikulum 2004 adalah .... A. Menitikberatkan pada keterampilan membaca B. Menitikberatkan pada keterampilan menulis C. Berorientasi pada pokok bahasan/tema D. Berorientasi pada konsep kebahasaan 7. Pelajaran IPS di Sekolah Dasar bertitik tolak dari .... A. Lingkungan B. Konsep C. Kebiasaan Hidup D. Masalah sehari-hari 8. Salah satu ciri pembelajaran IPS di Sekolah Dasar 2004 adalah .... A. Berangkat dari konsep keilmuan sosial B. Menerapkan pendekatan lingkungan meluas C. Merujuk pada keterampilan sosial D. Berorientasi pada siklus kehidupan masyarakat 9. Pendekatan sistem dalam penyusunan rencana pembelajaran bertolak dari dan merujuk kepada .... A. Topik inti B. Tujuan belajar C. Buku pelajaran D. Sistem Sosial Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 15
10. Salah satu sifat dari pendekatan sistem dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran ialah .... A. Integrasi antar komponen pembelajaran B. Saling keterkaitan antar komponen pembelajaran C. Peran penting dari penilaian D. Titik sentral pada proses belajar Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang ada dibagian akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Rumus : Tingkat penguasaan = X 100% Jumlah jawaban yang 10 Arti tingkat penguasan yang Anda capai : 90% - 100% = Baik sekali 80% - 89% = Baik 70% - 89% = Cukup < 70% = Kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat meneruskan dengan modul Kegiatan Belajar 2. Tetapi jika kurang dari 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 16 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Sub Unit 2 Perumusan Tujuan, Penataan Materi dan Kegiatan Pembelajaran Kelas Rangkap Perencanaan pembelajaran kelas rangkap berbeda dengan kelas tunggal, berbeda dalam banyak hal. Dalam pembelajaran kelas rangkap seorang guru harus mengajar atau melayani kelompok murid yang tidak sama karakteristik dari setiap kelasnya. Bahkan bisa beragam kemampuan, minat, bakat, dan kebutuhan. Karena dalam pembelajaran kelas rangkap dapat terjadi penggabungan dari jenjang kelas yang sama atau kelas paralel, dapat pula dari kelas yang jenjangnya berbeda. Misalnya, penggabungan dari kelas III, kelas IV, dan kelas V, perencanaan pembelajaran kelas rangkap jika berbeda penggabungan dari kelas IVA, kelas IVB, dan Kelas IVC. Oleh karena itu setiap bentuk perangkapan kelas yang berbeda model, berbeda pula perencanaan pembelajaran. Lebih-lebih berbeda lagi jika dibandingkan dengan Pembelajaran Kelas Tunggal. Dengan kata lain, keanekaragaman tersebut juga tercermin dari berbedaan dalam tingkat, usia, kemampuan, hubungan sosial, gaya belajar, dan unjuk kerjanya atau penampilan. Dalam pembelajaran kelas rangkap guru dituntut dapat memberikan perla-kuan atau pelayanan yang juga beraneka ragam atas semua unsur yang mengan-dung unsur perbedaan. Keanekaragaman yang seperti tersebut tidak lagi menjadi penghalang atau penghambat bagi guru untuk menciptakan suasana belajar yang bermakna (berarti dan berguna). Guru yang profesional justru dapat mengelola keanekaragaman sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar yang efektif atau tepat guna dan lebih bermakna. Proses belajar yang efektif dan bermakna ini tidak lain dari proses belajar yang memungkinkan murid dapat belajar secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya menuju pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Proses belajar yang efektif dan bermakna dapat terjadi atau berlangsung dalam situasi pembelajaran merangkap kelas jika seorang guru melakukan peren-canaan yang baik. Dalam perencanaan ini tercakup serangkaian kegiatan yaitu, menggukan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), merumuskan tujuan belajar, memilih bahan belajar, dan menyusun rancangan kegiatan belajar. Masing- masing dapat diuraikan sebagai berikut Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 17
A. Menggunakan GBPP Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) merupakan berisikan apa-apa yang harus diajarkan pada murid. Dengan perkataan lain GBPP apa saja yang harus dikembangkan oleh guru sebagai bahan ajar. Jadi GBPP memuat garis besar materi yang berupa pokok dan sub pokok bahasan, juga tujuan tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran umum. Garis-garis Besar Program Pengajaran merupakan : 1. Dokumen tertulis rencana umum pembelajaran 2. Rujukan tertulis mengenai tujuan, materi, proses pembelajaran, dan penilaian setiap mata pelajaran 3. Pedoman pembelajaran bagi guru dan acuan belajar siswa 4. Pedoman pengelolaan pendidikan bagi para pengelola atau administrasi (Kepala Sekolah, Pengawas, Kepala Kantar Depdiknas). 5. Titik tolak dan rambu-rambu penyusunan rencana pembelajaran jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tahunan, semester, dan harian) 6. Pedoman dan rujukan para penulis bahan belajar seperti buku pelajaran dan lember kerja siswa. Guru dituntut untuk dapat menjabarkan GBPP dalam bentuk rencana pembelajaran tahunan, persemester dan dari situ dijabarkan Rencana Pembelajaran Harian. Ada beberapa prinsip dan prosedur dalam pemilihan topik pembelajaran kelas rangkap dengan mempertimbangkan GBPP. 1. Berorientasi kepada tujuan Prinsip ini mengandung arti bahwa topik yang dipilih harus bertolak dari tujuan dan terarah pada tujuan. Dengan demikian pembelajaran kelas rangkap dengan dua mata pelajaran untuk dua kelas yang berbeda dan dilakukan dalam satu ruangan, pengintegrasian atau perpaduan dalam satu topik besar tidaklah merupakan keharusan. Kecuali bila kedua mata pelajaran tersebut mempunyai inti dan arah tujuan yang sama. Biasanya hal ini dapat dilkukan bila dua mata pelajaran yang akan ditangani dengan pembelajaran kelas rangkap itu termasuk ke dalam satu bidang studi, IPS atau IPA. Sekalipun guru melaksanakan pembelajaran merangkap kelas, tujuan pembelajaran yang dirumuskan harus memenuhi kriteria perumusan tujuan pembelajaran pada umumnya. Kriteria perumusan tujuan pembelajaran khusus atau yang sekarang disebut indikator antara lain: menggunakan istilah yang operasional, hanya satu tingkah laku, bisa diukur, mengandung unsur-unsur A, B, C, dan D (Audien, Behavior, Condition, dan Degrre), dan sebagainya. Contoh yang benar: Jika diberi waktu 10 menit siswa dapat menggambar seekor burung lengkap dengan sayapnya. Contoh yang salah: Jika ditugaskan membaca buku 18 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
tek siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup. Perumusan tujuan merupakan komponen Rencana Pembelajaran yang sangat esensial, bagi pengembangan komponen-komponen lainnya. Selain itu tujuan pembelajaran itulah yang akan dijadikan tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran kelas rangkap perumusan tujuan merupakan suatu keharusan, agar kegiatan pembelajaran memiliki arah yang jelas. 2. Disesuikan dengan karakteristik murid (kelas, usia, kemampuan) Prinsip kedua ini mengandung arti bahwa penetapan topik yang terpadu atau terpisah selalu mengingat dan memperhatikan keadaan murid. Bila suatu rencana pembelajaran kelas rangkap mencakup perangkap kelas I, II, III, atau perangkapan kelas IV, V, VI penetapan topik yang terpadu dapat dilakukan. Tetapi bila perangkapan kelas itu akan dilakukan antara kelas I atau kelas II atau kelas III dengan kelas IV atau kelas V atau kelas VI, penetapan topik yang terpisah kelihatan lebih dapat dipertanggungjawabkan secara kependidikan. Hal tersebut berlaku apabila pembelajaran kelas rangkap itu berkenaan dengan dua mata pelajaran yang berbeda hakekatnya. Bila perangkapan kelas itu terjadi untuk satu mata pelajaran pertimbangan psikologis dan pedagogis yang seyogyanya dipertimbangkan adalah mengenai urutan materi pelajaran dan cakupan sub-sub topik yang tercakup kedalam topik umum yang terpadu tersebut. Contoh: Untuk kelas dimana siswa memiliki karakteristik yang pasif dan kurang motivasi belajar, guru dapat membangkitkan kegairahan belajar yang kreatif dan menyenangkan. Sehingga murid akan merasa tertarik dengan materi pelajaran dan bergairah untuk belajar. 3. Disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan guru Prinsip ketiga ini mengandung maksud bahwa guru perlu untuk menyadari kemampuannya dalam mengelolan pembelajaran kelas rangkap dengan topik yang telah dipilihnya. Pembelajaran kelas rangkap dengan satu topik yang terpadu tentu cara berbeda dari pembelajaran kelas rangkap dengan dua topik yang berbeda. Namun hal ini tidaklah berarti bahwa penetapan topik itu terserah semaunya guru. Kemampuan guru mengelola kelas, mendukung tercapainya tujuan belajar. Guru dengan segala kemampuan, siswa dengan segala latar belakang dan sifat- sifat individual, kurikulum dengan segala komponen, materi dengan segala pokok bahasan bertemu dan berinteraksi dikelola guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahkan hasilnya sangat tergantung dengan apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknya kelas dimanej (dikelola) secara baik, profesional dan terus menerus. Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 19
4. Layak sarana pendukung Prinsip ke empat mengingatkan guru akan perlunya memanfaatkan sarana pendukung belajar murid yang tersedia dan atau dapat diadakan. Sarana pendukung merupakan unsur penting dalam pembelajaran kelas rangkap. Sebagai contoh, sekolah yang memiliki bahan ajar cetak lengkap akan sangat membantu tercapainya tujuan dari pembelajaran kelas rangkap. Guru dapat meminjamkan untuk belajar secara mandiri atau untuk mengerjakan tugas saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas lain. Kelengkap sarana pendukung belajar juga mempengaruhi perilaku peserta didik maupun penetapan strategi belajar mengajar. Contoh: sekolah yang memiliki sarana pendukung laboratorium IPA, perpustakaan, kebun sekolah, kolam ikan dan sebagainya akan memberi kebebasan guru untuk kegiatan pembelajaran yang berpengaruh pada perilaku belajar murid. 5. Tidak bersifat dipaksa Sedangkan prinsip kelima memperingatkan kita sebagai guru tidak me- maksakan diri karena dorongan atau desakan pihak luar hanya karena sekedar untuk turut ramai-ramai. Seorang guru yang baik akan melakukan yang kegiatan yang terbaik, dilihat dari sisi kemampuannya maupun dari sisi kepentingan murid. Sehubungan dengan cara merencanakan topik umum, ada dua model atau kerangka pikir yang dapat dipertimbangkan yakni dari pemikiran Fogarty tahun 1979 dan pemikiran Griswold tahun 1987. Model Fogarty dapat digambarkan sebagai berikut : 20 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Gambar 6.1 Gambar Model Fogarty TOPIK DALAM SUATU BIDANG STUDI MISALNYA TENTANG MAKHLUK HIDUP DI LAUT Mewarnai dan Membaca cerita tentang Subtopik memberi nama lumba-lumba dan menu- dan makhluk laut liskan 5 ciri utama kegiatan per kelas Kelas I dan II Kelas III Kelas III Menggambar dan mendiskusikan beberapa jenis makhluk hidup Kelas IV Meneliti salah satu jenis makhluk laut dan menyusun laporan penelitian tsb Kelas V dan VI Dalam model di atas sebuah topik umum IPA direncanakan untuk diajar-kan pada berbagai kelas yang berbeda. Karena kelasnya berbeda isi dan bentuk kegiatan belajarnya juga berbeda. Model Fogarty ini menawarkan kepada kita untuk mengembangkan topik pembelajaran kelas rangkap yang terpadu untuk seluruh kelas yang akan kita tangani di bawah cakupan suatu bidang studi. Misalnya saja pada suatu ketika seorang guru harus menangani seluruh kelas. Situasi ini sangat mungkin terjadi di SD yang kecil yang jumlah gurunya paling banyak dua orang dan yang seorang terpaksa tidak dapat mengajar karena sakit atau alasan lain. Melihat jalan pikiran pengembangan topik dalam model di atas kini kita memperoleh suatu contoh pengintegrasian ide dan prosedur pembelajaran kelas rangkap dengan ide dan prosedur pembelajaran multi aras (PMA) dan Multi Level Teaching. Kombinasi pembelajaran kelas rangkap dan pembelajaran multi aras dapat diterapkan pada situasi dimana suatu topik diturunkan dari konsep dasar suatu bidang studi. Seperti dalam model di atas topik umum pembelajaran mengambil konsep dasar makhluk hidup laut. Atau dalam situasi dimana topik umum diambil dari dari wawasan antar-bidang studi atau interdisipliner yang berorientasi Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 21
pemecahan masalah. Misalnya pemecahan masalah polusi (pence-maran) dengan menggunakan Pendekatan Ilmu-Teknologi-Masyarakat atau Science-Tecnology- Society Approach dari Dough and Monson tahun 1989. Model Griswold tahun 1987 dikembangkan oleh Cathy Griswold seorang guru pembelajaran kelas rangkap di Negara Bagian Oregon USA dengan maksud memetakan topik-topik yang mencerminkan integrasi berbagai bidang studi yang berbeda. Proses yang digunakan disebut “clustering” atau pengklasteran atau penggugusan. Penggugusan topik adalah penataan topik-topik materi pelajaran secara terurai unsur-unsur atau bagian dari topik besar GBPP biasanya diterima oleh para guru debagai patokan dasar materi dan prosedur pembelajaran yang sudah baku dan harus diikuti sepenuhnya tanpa perubahan. Dengan kata lain perkataan guru merasakan sebagai hal yang tabu menyimpang dari GBPP, pendapat seperti ini memang benar dalam hal bahwa GBPP merupakan patokan dasar pembelajaran. Tetapi tidak benar bila dianggap tabu adanya penyimpangan. GBPP yang ada sekarang ini merupakan bahan konsumsi nasional yang dalam penggunaannya memerlukan cara yang berbeda-beda. Untuk pembelajaran topik yang berorientasi bidang studi tunggal atau monodisipliner tentu berbeda dengan topik yang diangkat secara antardisiplin atau interdisipliner (disiplin antar bidang ilmu) dalam cara guru menggunakan GBPP tersebut. Demikian pula perbedaan akan timbul dalam menetapkan topik yang akan dikelola dengan pendekatan pembelajaran kelas rangkap. Oleh karena itu, dalam rangka pembelajaran kelas rangkap GBPP harus diterima sebagai patokan dasar takaran materi. Sedangkan cara penataannya dalam hal tertentu seperti dalam penggugusan topik dan penetapan aras materi dan kegiatan untuk kepentingan pembelajaran kelas rangkap merupakan bagian dari tugas profesional (tugas jabatan) guru. B. Merumuskan Tujuan Belajar Kurikulum Sekolah Dasar di Indonesia menganut model yang ber-orientasi kepada tujuan. Mengandung makna bahwa keseluruhan kegiatan perencanaan, pembelajaran, dan evaluasi harus bertolak dari tujuan dan tertuju pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Karena tujuan pendidikan memiliki banyak aras (banyak tingkat) mulai dari tingkat tertinggi tujuan pendidikan nasional sampai ke tujuan pembelajaran khusus yang terendah, semua tujuan yang lebih rendah harus menunjang ketercapaian tujuan yang lebih tinggi. Oleh karenanya tujuan yang lebih rendah harus dijabarkan dari tujuan yang lebih tinggi. Sehingga rumusan tujuan yang multi aras yang satu sama lain saling memiliki ketergantungan. Tentu sudah menjadi kesepakatan dan komitmen keterikatan profesional kita sebagai guru. 22 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Dalam perumusan tujuan pembelajaran didasarkan konsep penggugusan dari konsep Taksonomi Bloom atau penggugusan tujuan dari Bloom. Taksono-mi tujuan dari Bloom tersebut memberi rambu-rambu bagi guru dalam me-ngungkapkan jenis perilaku hasil belajar murid yang ingin dilihat setelah pembelajaran suatu topik berakhir. Mengenai hasil pembelajaran yang terkait dengan tujuan ini oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil tahun 1986 disebut dampak pembelajaran. Sedang perilaku hasil belajar yang terkait tujuan ini sebenarnya masih banyak yang mungkin muncul pada diri murid walau tidak secara lugas (tegas, jelas) dirumuskan dalam tujuan. Perilaku hasil belajar seperti itu disebutnya sebagai dampak pengiring, ini lebih merupakan hasil sertaan dari terciptanya suasana belajar yang dirangsang oleh kegiatan pembelajaran yang terkait pada tujuan sekalipun tidak sengaja dirancang oleh guru. Perumusan tujuan pembelajaran sebagai perwujudan dari keputusan profesional guru secara mutlak diperlukan, terlepas dari hasil belajar yang berupa dampak pengiring. Menurut Bloom tujuan pendidikan dapat diguguskan ke dalam tiga ranah atau gugus kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan kemampuan seorang murid untuk mengetahui dan mengerti sesuatu Ranah afektif berkenaan dengan penghayatan, nilai dan sikap. Ranah psikomo-torik berkenaan dengan gerak fisik yang didorong oleh aspek psikologis. Ketiga ranah ini bukan sesuatu yang terpisah satu sama lain, akan tetapi merupakan tiga gugus perilaku yang disamping memiliki keunikan atau kekhususan juga memiliki komonalitas atau kesamaan yang umum. Secara konseptual (dalam pikiran) pada setiap ranah terdapat gugus perilaku yang lebih kecil yang sering disebut sub-ranah. Berbeda dengan keter-kaitan antar ranah yang satu sama lain setara dan saling tumpang tindih, keterkaitan antar sub- ranah melukiskan jenjang yang progresif. Aras progresif ini mengandung makna bahwa sub-ranah pada suatu ranah melukiskan jenjang yang bertetangga. Dengan kata lain sub-ranah yang berada pada jenjang yang lebih tinggi secara kualitatif mencakup karakteristik atau ciri-ciri dari sub-ranah lainnya yang berada di jenjang yang lebih rendah. Dalam ranah atau domain kognitif terkandung enam sub-ranah mulai dari yang terndah sampai yang tertinggi dengan urutan sebagai berikut; ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sub-ranah atau subdomain yang lebih tinggi mengundang proses kognitif di bawahnya (yang lebih rendah). Semakin tinggi proses kognitif semakin kompleks proses tersebut. Dalam ranah afektif terkandung lima sub-ranah yakni penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan karakterisasi. Sedangkan pada ranah psikomotorik Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 23
terkandung tujuh sub-ranah yaitu persepsi, kesiapan, respon terbimbing, gerakan mekanis, respon kompleks, gerakan adaptasi, dan gerakan mencipta. Pemanfaatan atau penggunaan taksonomi Bloom sebagai rambu-rambu dalam perumusan tujuan belajar untuk pembelajaran kelas rangkap. Penjenjangan dapat membantu atau menuntun dalam penetapan topik-topik secara vertikal atas dasar perbedaan kelas, sedang penggugusan memandu dalam menggambarkan sebaran topik-topik secara horisontal antar bidang studi. Dalam perumusan tujuan belajar pada pembelajaran kelas rangkap jenjang dan gugus topik ini memegang peranan yang sangat penting dalam menetapkan jenjang tujuam belajar. Seorang guru pembelajaran kelas rangkap dapat memanfaatkan jenjang dan gugus topik untuk merumuskan tujuan pembelajaran atau lebih dalam rangka pencapaian tujuan belajar yang mencerminkan jenjang dan gugus topik. Variasi kombinasi wawasan wawasan guru mengenai jenjang dan gugus topik ini akan memungkinakan guru dapat merancang kegiatan belajar sesuai dengan tujuan belajar dalam bentuk pembelajaran kelas rangkap yang dipilihnya. Rumusan tujuan mencerminkan jenjang dan gugus perilaku, oleh karena itu guru pembelajaran kelas rangkap harus dapat memilih ungkapan perilaku (dalam bentuk pilihan kata kerja operasional) yang mewadahi materi yang terkandung dalam topik yang dipilih sesuai dengan jenjang dan gugusnya. Contoh perumusan tujuan pembelajaran khusus : Kelas III : Murid dapat memilih contoh lingkungan alam yang baik (IPA). Kelas IV : Murid dapat menjelaskan akibat banjir (IPS). Kelas V : Murid dapat menyusun cerita pendek tentang pelestarian lingkungan alam (Bahasa Indonesia). Kelas VI : Murid dapat menjelaskan pentingnya pemeliharaan Lingkungan Hidup. Rumusan tujuan pembelajaran khusus tersebut mengarah pada topik umum Lingkungan Hidup yang dilihat secara antar bidang keilmuan yaitu dari sudut IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan PPKN dan diajarkan kepada murid kelas III, IV, V, dan kelas VI melalui pendekatan pembelajaran kelas rangkap. Pada keempat tujuan tersebut tercermin gugus materi, jenjang/tingkat materi, dan jenang serta gugus perilaku. Tujuan pembelajaran berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Setiap pembelajaran perlu merumuskan arah pembalajaran yang harus dituju. Setelah itu, perlu di identifikasi berbagai materi pelajaran dan kegiatan bagi pencapaian tujuan. Materi pelajaran di organisasi sedemikian rupa atau secara sistematis agar kegiatan mengarah pada 24 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
pencapaian tujuan. Selanjutnya dalam pembelajaran kelas rangkap juga perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai. Demikian pentingnya tujuan pembelajaran dalam pengembangan komponen-komponen lain dari kurikulum. C. Memilih Bahan Belajar Bahan belajar adalah rincian materi yang dapat berupa fakta, konsep, teori, nilai, prosedur dan kegiatan belajar yang dijabarkan dari tujuan dan topik pembelajaran kelas rangkap yang telah dipilih. Dari wawasan yang diperoleh dari pemetaan gugus materi, dipilih materi mana yang akan disampaikan secara lisan, yang harus digali dari bahan tertulis, yang memerlukan pengamatan, atau yang menuntut percobaan. Dalam pemilihan materi yang memadai perlu memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut : (1) mendukung ketercapaian tujuan belajar, (2) berkaitan erat dengan materi sebelumnya, (3) didukung oleh sarana dan sumber belajar yang tersedia atau dapat disediakan, (4) sesuai dengan perkembangan mental murid, (5) menjadi dasar bagi studi lebih lanjut. Dalam memilih bahan belajar harus sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Hal ini merupakan prinsip dari kurikulum model tujuan yang kita anut. Tentu saja hal ini tidak mengurangi kemungkinan diperolehnya bahan lain sebagai dampak pengiring. Bahan belajar harus berkaitan erat dengan bahan belajar lain yang telah dipelajarinya atau prior learning. Dengan demikian pada diri murid akan terjadi proses belajar yang bermakna. Bahan belajar juga harus mempertimbangkan sarana pendukung yang tersedia atau yang dapat disediakan. Misalnya untuk mengajarkan bahan tentang ikan paus paling tidak harus tersedia sumber bahan gambar dan uraian tentang ikan paus. Disamping itu bahan belajar harus sesuai dengan perkembangan mental murid. Untuk ini seharusnya guru memahami perkembangan berpikir anak sebagaimana yang dikemukakan oleh Jean Piaget. Murid SD menurut Piaget berada pada pada taraf berpikir konkret dan peralihan antara berpikir konkret dengan berpikir abstrak. Pada tahap-tahap ini anak lebih mudah memahami sesuatu yang dukung oleh bukti nyata dan selanjutnya membuat kesimpulan yang didukung oleh bukti nyata. Memilih bahan yang sangat abstrak untuk SD kelas rendah tentu sangat tidak tepat. Sedangkan untuk SD kelas yang lebih tinggi hal yang abstrak sudah dapat diajarkan asal dengan dukungan bukti yang nyata. Yang dimaksud ‘’nyata’’ tidak harus selalu ada bendanya tetapi paling tidak ada gambarnya. Karena itu salah besar bila guru mengajarkan ikan paus tapi guru sendiri belum melihat gambarnya sekalipun. Yang Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 25
terakhir, bahan belajar harus dapat dijadikan dasar untuk belajar lebih lanjut. Artinya bahan tersebut harus berkaitan dengan bahan lain yang akan diajarkan lebih lanjut. Dalam hubungan inilah pemetaan penguraian gugus topik terasa sangat penting. D. Menyusun Rancangan Kegiatan Belajar Proses belajar murid merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana murid belajar, dan bagaimana guru membelajarkan murid. Pembelajaran harus menghasilkan terjadinya proses belajar pada diri murid. Jika pada diri murid tidak terjadi tindak belajar, maka pembelajaran dapat dikatakan gagal atau sia-sia. Oleh karena itu agar tindak mengajar tidak sia-sia, terlebih dahulu disusun rancangannya. Rancangan atau disain dalam kegiatan pembelajaran adalah kerangka pikir yang melukiskan bentuk penataan interaksi guru-murid-sumber belajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Pengaturan interaksi ini mencakup urutan prosedur atau langkah yang akan dilalui oleh guru dan murid sert jenis dan bobot isi kegiatan yang akan berlangsung pada setiap langkah prosedur tersebut. Bruce Joyce dan Marsha Weil tahun 1986 menyebut rancangan ini dengan istilah ‘’model’’. Sebanyak empat kelompok besar model pembelajaran yakni; Model Pengolahan Informasi, Model Sosial, Model Personal, dan Model Pengubahan Perilaku diperkenalkan dalam bukunya. Hampir semua model tersebut dirancang untuk pembelajaran kelas tunggal, namun dalam banyak hal dapat disesuaikan untuk pembelajaran kelas rangkap. Selain model-model tersebut ada model dasar pembelajaran yang me- ngaitkan seluruh model yakni model Weil Murphy dan McGreal tahun 1986. Model dasar ini memiliki lima langkah sebagai berikut : 1. Orientasi atau Pendahuluan Guru menetapkan tujuan, langkah, dan materi 2. Pengembangan Guru menjelaskan konsep atau keterampilan, mendemonstrasikan model atau langkah, dan mengecek pengertian murid. 3. Latihan terstruktur Guru memandu kegiatan kelompok murid, dan memberikan balikan kepada murid, dan murid memberi tanggapan. 4. Latihan terbimbing Murid-murid berlatih memahami konsep baru atau keterampilan, guru memantaunya, dan selanjutnya murid-murid berlatih lebih lanjut di luar kelas. 26 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
5. Latihan bebas atau mandiri Guru memeriksa dan membetulkan hasil latihan di luar kelas dan murid melanjutkan latihan mandiri. Kerangka berpikir dari model dasar ini dapat digunakan untuk melihat le-bih jauh beberapa kemungkinan model yang khas untuk pembelajaran merangkap kelas. Ada dua gugus model pembelajaran merangkap kelas, yakni Proses Belajar Arahan Sendiri dan Proses Belajar Melalui Kerja Sama (Knowles dalam Miller, 1991). Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS) ditandai oleh kemandirian murid, sumber belajar yang memadai, berorientasi tugas dan masalah, dan motivasi instrinsik yang berdasarkan perasaan ingin tahu. Sementara itu menurut Kagan (dalam Miller, 1991) Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) ditandai oleh berbagai ide dan pengalaman melalui pengelolaan suasana keterbukaan, komu-nikasi, pemecahan masalah secara bersama, pencapaian ide terbaik, salaing mendorong dan menghargai, dan pembinaan kerjasama kelompok. Kedua format pembelajaran ini merupakan sarana konseptual yang sangat tepat untuk digunakan dalam pembelajaran kelas rangkap. Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 27
RANGKUMAN 1. GBPP merupakan sumber utama dalam menetapkan topik pembelajaran kelas rangkap. 2. Dalam menetapkan topik pembelajaran kelas rangkap guru menggunakan kegiatan pemetaan topik dan subtopik menurut jenjangnya dan gugusnya. 3. Jenjang topik menunjuk pada penataan topik yang berbeda untuk tiap kelas dalam satu mata pelajaran atau integrasi beberapa mata pelajaran. 4. Gugus atau kelompok topik merujuk pada penataan topik dan subtopik untuk berbagai mata pelajaran. 5. Dalam pembelajaran kelas rangkap orientasi pada jenjang dan gugus topik perlu dikombinasikan terutama dalam merencanakan pembelajaran kelas rangkap kelas ganda dan mata pelajaran ganda. 6. Tujuan belajar dirumuskan atas dasar tujuan yang lebih tinggi dengan memberi isi perilaku yang digali dari perpaduan jenjang dan gugus topik. 7. Bahan belajar yang lebih rinci dijabarkan untuk mencapai tujuan belajar. 8. Rancangan kegiatan pembelajaran berfungsi sebagai kerangka pikir dalam menata interaksi guru-murid-sumber belajar dalam kerangka pencapaian tujuan belajar. 9. Pola dasar rancangan pembelajaran mencakup kegiatan orientasi, pengem bangan, latihan terstruktur, latihan terbimbingan, dan latihan bebas. 10. Model dasar pembelajaran dalam situasi pembelajaran kelas rangkap mencakup Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS) dan proses belajar melalui kerja sama (PBMKS) yang dapat diterapkan mulai langkah pengembangan sampai dengan latihan bebas dalam pola dasar pembelajaran. 11. Sumber dana media belajar berperan sangat penting dalam pembelajaran kelas rangkap. 12. Media belajar yang harus digunakan dalam pembelajaran kelas rangkap adalah media belajar yang sesuai dengan lingkungan dan tepat guna. 28 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Tes Formatif 2 Untuk mengecek pemahaman Anda terhadap materi yang telah dibahas dalam kegiatan belajar bagian 1, cobalah Anda kerjakan Tes Formatif berikut ini! Petunjuk: Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada masing-masing butir pertanyaan yang menurut pertimbangan Anda paling tepat! 1. Topik pembelajaran kelas rangkap harus diambil dari... A. GBPP B. Buku Pelajaran C. Hasil Penataran D. Masalah sehari-hari 2. Pemetaan topik menurut arasnya berguna dalam menetapkan topik satu mata pelajaran yang dapat dibahas secara... A. Perseorangan B. Kelompok dalam kelas tunggal C. Rangkap kelas D. Klasikal kelas tunggal 3. Pemetaan topik menurut gugus berguna dalam penetapan suatu topik PKR yang mencakup... A. Satu kelas B. Satu mata pelajaran C. Lebih dari satu mata pelajaran D. Lebih dari satu kelas 4. Dalam merencanakan PKR tujuan belajar yang dirumuskan menurut... A. Tingkatan kelas B. Mata Pelajaran C. Tingkatan kelas dan mata pelajaran D. Mata pelajaran dan kegunaannya 5. Rancangan kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran kelas rangkap berfungsi sebagai kerangka berpikir guru dalam... A. Menetapkan mata pelajaran yang akan diajarkan B. Memilih kelas-kelas yang akan dirangkap C. Mengatur waktu dan tempat belajar D. Menata keseluruhan interaksi belajar mengajar 6. Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS) menitikberatkan pada kegiatan belajar murid yang... A. Sepenuhnya diatur oleh murid B. Diarahkan oleh guru Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 29
C. Sepenuhnya diatur oleh guru D. Sewaktu-waktu dikontrol oleh guru 7. Dalam merencanakan pembelajaran kelas rangkap seharusnya memperhitung- kan sumber belajar yang... A. Sudah tersedia di sekolah B. Dipunyai oleh semua murid C. Tersedia di sekolah dan sekitarnya D. Dipunyai oleh guru 8. Dalam menetapkan media belajar dalam pembelajaran kelas rangkap guru seha- rusnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut kecuali... A. Jumlah murid yang dirangkap B. Tujuan instruksional C. Pengalaman guru dalam menggunakannya D. Keadaan ruang belajar 9. Di sekolah kecil yang berada di daerah terpencil sumber belajar... A. Cukup menggunakan sumber apa adanya B. Dapat memanfaatkan siaran televisi C. Harus memanfaatkan lingkungan sekitar D. Terserah pada kemauan guru 10. Media belajar yang tepat guna adalah yang... A. Menggunakan listrik B. Sesuai dengan instruksi Depdikbud C. Ada di tempat dan sesuai tujuan D. Dibuat oleh ahli media 30 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Sub Unit3 Penilaian Dalam Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Bagian ini merupakan pembahasan akhir Unit 6. Kita akan membahas dua hal: A. Penilaian terhadap pelaksanaan PKR B. Pemanfaatan hasil penilaian belajar murid untuk memperbaiki PKR A. Penilaian Terhadap Pelaksanaan PKR Dalam melaksanakan penilaian kelas, guru perlu memperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut : 1. Valid Penilaian kelas harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan hasil belajar) 2. Edukatif Penilaian kelas dilakukan untuk memotivasi murid dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. 3. Obyektif Penilaian kelas dilakukan untuk mengukur potensi murid yang sesungguh-nya sesuai dengan kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian kelas hendaknya tidak dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. 4. Transparan Kriteria penilaian kelas dan proses pengambilan keputusan terhadap hasil belajar murid bersifat transparan bagi semua pihak yang berkepentingan. 5. Berkesinambungan Penilaian kelas dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang perkembangan belajar murid. 6. Menyeluruh Penilaian dilakukan dengan berbagai cara (teknik dan prosedur) untuk mem- peroleh informasi yang utuh dan lengkap tentang perkembangan belajar murid baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 31
7. Bermakna Hasil penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, murid, dan orang tua. Pernahkah Anda sebagai guru melihat kembali atau mengkaji hal-hal yang dilaksanakan dalam rangka PKR? Misalnya; Anda melaksanakan PKR di kelas V dan VI untuk dua mata pelajaran atau satu mata pelajaran. Bila Anda pernah melakukan, perhtikan hal-hal berikut ini dan beri tanda ya bila pernah dilakukan, dan tidak, bila tidak pernah dilakukan. 1. Mengecek keterlaksanaan jadwal (.....) 2. Mengecek keterlaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas-kelas yang dirangkap (.....) 3. Mencatat materi pelajaran yang tidak sempat diajarkan (.....) 4. Mencatat kegiatan yang masih tertunda (.....) 5. Mencatat tugas-tugas yang diberikan kepada murid Anda untuk hari atau minggu berikutnya (.....) 6. Mencatat pertanyaan murid yang belum sempat Anda jawab (.....) 7. Mencatat murid-murid yang belum banyak terlibat dalam belajar aktif (.....) 8. Menuliskan hal-hal yang perlu Anda perbaiki dalam PKR yang akan datang (.....) 9. Mencatat hal-hal yang Anda rasakan puas dan yang mengecewakan (.....) 10. Mencatat hal-hal yang menurut Anda perlu dibicarakan dengan guru lain (.....) Sekarang marilah kita membahas mengapa ke sepuluh hal di atas sebaiknya dilaksanakan oleh guru PKR. 1. Mengapa harus mengecek keterlaksanaan jadwal PKR yang baik seharusnya terjadwal dengan baik. Artinya Anda sadar dan siap betul kapan, di kelas mana, dan materi pelajaran mana yang akan di-ajarkan di kelas-kelas yang dirangkap PKR yang baik tidak bisa dilaksanakan secara insidental artinya sewaktu-waktu karena situasi. Karena itu jadwal harian dan mingguan sangat penting baik guru maupun murid. Bagaimanakah pendapat Anda mengenai hal-hal tersebut? 2. Mengapa harus mengecek keterlaksanaan Pembelajaran di kelas-kelas yang dirangkap Dalam rangka PKR tentunya guru sudah mempersiapkan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dikerjakan di kelas yang dirangkap, dan kegiatan yang diharapkan dapat dilakukan oleh murid. Bukankah kita sebagai guru sepakat bahwa 32 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
pengajaran apa pun, di mana pun, dan kapan pun dapat dianggap berhasil apabila dapat menghasilkan terjadinya kegiatan belajar murid. Karena itu pengecekan terhadap kegiatan itu sangat penting. Setujukah Anda dengan pernyataan itu? 3. Mengapa harus mencatat materi pelajaran yang tidak sempat diajarkan Pernahkah Anda mengalami hal tersebut? Dalam praktek bisa saja terjadi di mana suatu materi pelajaran tidak sampai diajarkan karena situasi mendadak. Misalnya; Anda mendadak mendapat tugas lain atau terjadi banjir atau kejadian lain. Hal tersebut harus Anda catat, agar minggu yang akan datang materi tersebut tidak lupa diajarkan. Dengan demikian murid-murid tidak merasa dirugikan. Apakah Anda sependapat dengan pernyataan tersebut? 4. Mengapa harus mencatat kegiatan yang tertunda Hal itu bisa terjadi karena kehabisan waktu, atau tidak alat, atau kehabisan bahan, atau karena gangguan lain. Pernahkah Anda mengalami hal tersebut? Tidaklah perlu dikhawatirkan asal kita catat dan selanjutnya segera dikerjakan lebih lanjut. Rencanakan kembali kapan kegiatan yang terpaksa tertunda itu akan Anda lanjutkan. Dengan cara itu Anda telah memperbaiki rencana pembelajaran sambil berjalan. Tapi janganlah lupa mengatur kembali, bila perlu jadwal mingguannya. Menurut Anda perlukah murid diberitahu bahwa kegiatan yang tertunda itu dilanjutkan? Ya, memang perlu agar murid-murid pada saatnya siap. 5. Mengapa harus mencatat tugas-tugas yang harus diberikan kepada murid hari / berikutnya. Maksud untuk memberi tugas untuk hari atau minggu berikutnya yaitu; agar dapat memberi pijakan atau dasar bagi materi yang akan datang atau memberi tuntutan belajar lebih lanjut. Proses ini akan sangat bermakna bagi murid apabila guru selalu memberi umpan balik atas kegiatan belajar murid. Itu sebabnya tugas-tugas tersebut harus dicatat agar pada saatnya kita dapat mengecek pekerjaan murid dan memberi perbaikan secara lebih khusus dan tepat. 6. Mengapa harus mencatat pertanyaan murid yang belum sempat terjawab Setujukan Anda dengan pendapat bahwa munculnya pertanyaan dari murid mengenai materi pelajaran yang diajarkan merupakan salah satu ciri bahwa murid memang belajar? Pernyataan murid bisa berisi penjelasan ulang atau permintaan penegasan. Ya, semua itu merupakan tanda-tanda telah terjadinya kegiatan mental murid. Apabila pertanyaan tersebut belum terjawab Anda harus mencatat untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya. Pembelajaran yang berpi- jak pada atau bertolak dari pertanyaan murid merupakan salah satu ciri prinsip Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 33
belajar yang mengaktifkan murid. Pernahkah Anda melupakan pertanyaan mu- rid? Mudah-mudahan tidak pernah, karena Anda biasa mencatat dan membahas pertanyaan murid sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembela- jaran. 7. Mengapa harus mencatat murid-murid yang belum banyak terlibat secara aktif dalam belajar. Pernahkah Anda menjumpai murid yang lebih banyak berbuat atau berbi-cara atau bertindak atau lebih banyak diam? Bagaimana tindakan Anda terha-dap kedua tipe murid tersebut? Kepada tipe mana perhatian Anda paling besar diberikan? Biasanya kepada anak yang lebih banyak bicara, dan bertindak bu-kan? Yang lebih banyak diam sering terlupakan. Murid yang diam ada ke-mungkinan disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya; rendah diri, pemalu, ren-dah kemampuan, sakit, dan lambat mengerti. Dalam kelas-kelas PKR malah mungkin lebih banyak lagi penyebabnya. Oleh karena itu, maka kita harus memberikan perhatian sama banyak kepada murid yang aktif dan murid yang tidak aktif. Semua murid harus dapat melakukan proses belajar. Dengan kata lain murid yang tidak aktif harus didorong agar ia menjadi murid yang aktif. 8. Mengapa harus menuliskan hal-hal yang perlu Anda perbaiki dalam PKR Sesungguhnya PKR bisa terjadi di SD mana pun. Tapi yang tidak bisa dihindari tentunya di Sekolah-sekolah dasar kecil atau Sekolah Dasar biasa yang jumlah guru lebih kecil dari jumlah kelas. Oleh karena itu, PKR harus diterima bukan sebagai keterpaksaan tetapi sebagai suatu tugas profesional atau keahlian. Apabila hal itu kita terima seba-gai tugas profesional kita harus menyempurnakan PKR. Ingatlah bahwa dalam pembelajaran tidak ada satu cara pun yang dapat diterima sebagai satu-satunya cara yang ampuh. Mengajar merupakan seni yang berwawasan keilmuan. Arti-nya guru PKR harus memahami ilmu dan seni pembelajaran merangkap kelas. 9. Mengapa harus mencatat hal-hal yang memuaskan dan mengecewakan Anda sebagai guru dalam pembelajaran kelas rangkap Bekerja dalam bidang apapun, dimanapun dan kapanpun akan menga-lami rasa puas dan rasa kecewa. Puas dan kecewa seperti dua sisi dari satu ma-ta uang. Artinya rasa puas dan kecewa harus diterima sebagai sesuatu keadaan yang wajar dan tak dapat ditolak salah satunya. Yang penting bagaimana memanfaatkan keduanya untuk mengorek diri kita. Demikian juga dalam pem-belajaran kelas rangkap. Bahkan bila kita ingin selalu maju, kita harus selalu memiliki rasa tidak puas. Artinya kita selalu ingin memperbaiki diri. 34 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
10. Mengapa harus mencatat hal-hal yang perlu dibicarakan dengan guru lain Salah satu ciri guru yang profesional adalah memiliki rasa dan sikap kesejawatan atau kolegalisme (rasa kesatuan dalam tugas) yang kuat. Artinya antara pribadi guru harus tercipta, terpelihara dan terbina kesejawatan, rasa setugas, setanggung jawab, dan selangkah kerja. Lebih-lebih lagi Anda yang mengajar di SD terpencil yang gurunya hanya 2 sampai 3 orang termasuk Anda. Kesemua itu merupakan modal dasar bagi keberhasilan pelaksanaan pembela- jaran merangkap kelas. Kini kita sudah memiliki wawasan mengenai hal-hal yang melandasi penting-nya penilaian dalam pembelajaran kelas rangkap. Selain 10 hal tersebut, Anda terbuka untuk menambah alasan mengapa diperlukan penilaian atas pembe-lajaran kelas rangkap. Selanjutnya, bagaimana Anda dapat melakukan minimal ke 10 hal tersebut di muka? Di mana, dan bagaimana cara, mohon Anda bicarakan dalam kelompok belajar mengenai hal tersebut. Bila Anda selama ini mudah memiliki agenda kegiatan, apakah ke 10 hal sudah termasuk ke dalam agenda itu ? B. Memanfaatkan Hasil Penilaian Belajar Murid Dalam Memperbaiki Pembelajaran Kelas rangkap (PKR) Selama ini tentu Anda sudah terbiasa memberikan tes atas ulangan menge-nai hal-hal yang tidak diajarkan, bukan? Pernahkah Anda memanfaatkan nilai ulangan murid untuk memperbaiki pembelajaran kelas rangkap? Misalnya; Anda melaksanakan pembelajaran kelas rangkap di kelas III dan IV. Ternyata kelas III cenderung mendapat nilai baik karena kelas III dan IV selalu dirang-kap dalam satu ruangan tanpa pemisah ruangan. Sebaliknya pembelajaran kelas rangkap kelas V dan VI yang selalu berlangsung di dua ruangan terpisah cen-derung kurang berdisplin. Bagaimana tindakan Anda ? Cobalah diskusikan hal tersebut dalam kelas turitorial. Tutor Anda akan mendampingi diskusi tersebut. Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 35
RANGKUMAN Yang perlu dinilai dalam pelaksanaan PKR adalah: 1. Keterlaksanaan jadwal harian 2. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas-kelas yang dirangkap 3. Materi pelajaran yang tidak dapat diajarkan 4. Kegiatan yang masih tertunda 5. Tugas-tugas murid untuk hari atau minggu berikutnya 6. Pertanyaan murid yang belum sempat dijawab 7. Murid-murid yang belum banyak terlibat dalam proses belajar 8. Hal-hal yang dirasa perlu diperbaiki dalam PKR 9. Hal-hal yang dirasakan masih mengecewakan guru 10. Hal-hal yang dirasakan perlu untuk dibicarakan dengan guru lain Tes Formatif 3 Untuk mengecek pemahaman Anda terhadap materi bagian tiga, cobalah Anda kerjakan Tes Formatif berikut ini ? 1. Terlaksana tidaknya jadwal pembelajaran kelas rangkap harian perlu dilihat agar guru dapat .... A. Melapor ke Kepala Sekolah B. Melaksanakan PKR dengan baik C. Memperbaiki jadwal berikutnya D. Menyusun jadwal baru 2. Terlaksana-tidaknya suatu proses pembelajaran perlu dikaji oleh guru agar dapat melihat .... A. Tercapai tidaknya tujuan B. Terlaksana tidaknya rencana PKR C. Berhasil tidaknya PKR D. Puas tidaknya guru dan murid 3. Mencatat materi pelajaran yang tidak bisa diajarkan sangat penting untuk .... A. Melihat siap tidaknya guru B. Mencari sumber belajar berikutnya C. Mengecek manfaat belajar D. Mencari sebab-sebabnya 36 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
4. Kegiatan yang tertunda harus dicatat oleh guru sebagai bahan dalam .... A. Merancang pembelajaran berikutnya B. Mengisi buku harian guru C. Mengisi waktu senggang murid D. Memilih kegiatan yang bisa dikerjakan 5. Tugas-tugas yang diberikan kepada murid untuk hari atau minggu berikutnya perlu dicatat oleh guru agar .... A. Murid-murid merasa senang B. Orang tua murid dapat membantu C. Tidak lupa mengecek hasilnya D. Guru terbiasa mencatat tugas murid 6. Murid-murid yang belum banyak melibatkan diri dalam kegiatan belajar perlu dicatat dan diperhatikan oleh guru sebagai bahan dalam .... A. Memilih tujuan yang dirumuskan B. Menggunakan media C. Mengatur pengelompokkan murid D. Mengelola kelas 7. Menemukan dan mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki dalam PKR merupakan ciri bahwa guru PKR selalu .... A. Berpikir negatif B. Mengusahakan perbaikan C. Menunggu perintah D. Mengenang masa lalu 8. Hal-hal yang dirasakan mengecewakan perlu dicatat oleh guru sebagai alat bagi guru dalam .... A. Mencari penyebabnya B. Mengoreksi diri sendiri C. Menilai murid-muridnya D. Menemukan akibatnya 9. Guru yang membicarakan apa yang ditemuinya dalam melaksanakan PKR de-ngan guru lain memberi tanda bahwa guru tersebut .... A. Kurang mampu B. Tidak percaya diri C. Bersifat terbuka D. Kurang kreatif Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 37
10. Informasi yang diperoleh dari pengalaman melaksanakan PKR dan digunakan oleh guru dalam memperbaiki program PKR dinamakan .... A. Masukan B. Keluaran C. Umpan balik D. Arus balik Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang ada dibagian belakang akhir modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3. Rumus : Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : 90% - 100% = Baik sekali 80% - 89% = Baik 70% - 79% = Cukup < 70% = Kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat meneruskan dengan modul berikutnya. Tetapi kalau kurang dari 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 38 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1. A Sebagai persyaratan untuk memenuhi beban dan waktu belajar untuk suatu program. 2. D Merupakan unsur-unsur yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. 3. B Kemampuan yang melandasi pengembangan kemampuan lebih lanjut. 4. C Karena dinilai lebih fungsional bagi kehidupan sehari-hari. 5. C Pendidikan obyektif yang bertolak dan berorientasi kepada butir-butir nilai Pancasila 6. C Tema yang mempunyai berbagai konsep dan keterampilan. 7. B Berupa pikiran pokok dalam bidang ilmu sosial 8. B Berkembang meluas dari lingkungan yang paling dekat sampai pada lingkungan yang lebih luas. 9. B Tujuan belajar sebagai titik tolak dan sasaran pencapian. 10. B Saling keterkaitan antara unsur dalam upaya pencapaian tujuan. Tes Formatif 2 1. A GBPP sebagai titik tolak dan rambu-rambu pembelajaran. 2. B Yakin pengelompokan murid atas dasar kemampuannya atau tugas belajarnya. 3. C Membagi gambaran keterkaitan antar konsep dan berbagai bidang studi/keilmuan. 4. C Dalam rangka menata tugas-tugas belajar murid menurut mata pelajaran dan tingkat kelas. 5. D Dalam rangka mengelola pembelajaran kelas rangkap dengan baik. 6. A Sebagai wujud kemandirian belajar murid dengan bimbingan sepenuhnya dari guru. 7. C Sebagai upaya pemanfaatan aneka sumber belajar yang layak di setiap sekolah. 8. A Jumlah besar atau kecil sama saja kecuali dalam cara penggunaannya. 9. C Pemanfaatan lingkungan sekitar perlu diupayakan karena unsur itu yang paling potensial. 10. C Bersifat layak tujuan dan layak tempat. Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 39
Tes Formatif 3 1. C Sebagai umpan balik bagi pelaksana PKR berikutnya 2. C Keberhasilan PKR dalam kaitan dengan tujuan. 3. D Mendiagnosis keterlaksanaan PKR 4 . A Sebagai tindak lanjut pemenuhan keseluruhan rancangan pembelajaran 5. C Sebagai tindak lanjut penalaran tugas yang diberikan kepada murid 6. D Sebagai upaya melibatkan seluruh murid dalam kegiatan pembelajaran 7. B Upayakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran 8. B Agar pada masa berikutnya kekecewaan itu dapat diatasi. 9. C Interaksi antara guru merupakan wujud keterbukaan dan kepedulian bersama. 10. C Informasi yang memberikan rambu-rambu bagi pelaksanaan kegiatan selanjutnya. 40 – 6 Pembelajaran Kelas Rangkap
Daftar Pustaka Dahar, R.W. 2004. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Daughs, D.R. and Monson, J.A. 1989. Science Technology, and Society. Utoh: Utoh State University Press. Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004, Pedoman Pengembangan Silabus. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004, Pedoman Penilaian Di Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Dick, W. and Corey, L. 1990. The Systematic Design of Instruction (3 rd eds). Tallahase: Harper Collins Publishers. Gagne, R.M. and Briggs, L.J. 1994. Principles of Instructional Design. New York: Holt Rinehart and Winston. Gronlund, N.e. 1993. Preparing Criterion-Referenced Test for Classroom Instruction. New York: The Macmillan Company. Joyce, B. and Weil, M. 1996. Models of Teaching. New Jersey: Printice Hall. Miller, B. 1989. The Multigrade Classroom. Portland: Northweot Regional Educational Laboratory. Suparman, A. 2001. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-Universitas Terbuka. Soekamto, T. dan Winataputra, U.S. 2004. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PAAIUT. Taba, H. 1982. Curriculum Development Theory and Practice. San Francisco Harcout: Brace & World. Tyler, R.W. 1989. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University of Chicago Press. Turney, C. 1995. Sydney Micro Shills. Sydney: Univ. of Sydney Press. Pembelajaran Kelas Rangkap 6 - 41
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231