Manajemen Usaha Tani R. Achmad Djazuli Bachtiar Febrianto Garist Sekar Tanjung
MANAJEMEN USAHA TANI Oleh : R. Achmad Djazuli, SP., MMA. Bachtiar Febrianto, SP., M.Agr. Garist Sekar Tanjung, SP., M.Sc. i
MANAJEMEN USAHA TANI Penulis: R. Achmad Djazuli, SP., MMA. Bachtiar Febrianto, SP., M.Agr. Garist Sekar Tanjung, SP.,M.Sc Editor, Desain Sampul, dan Tata Letak: Adhi Kurniawan, S.IIP. Penerbit: UMG Press Jalan Sumatera No. 101, Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik 61121 Telp. : +6231 3951414 E-mail : [email protected] ISBN: 978-602-5680-80-9 Anggota IKAPI No. 189 dan APPTI No. 002.021 Cetakan Pertama, 2022 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit. ii
Kata Pengantar Tiada kata dan kalimat indah yang dapat saya ucapkan kehadirat Alloh kecuali alhamdulillah hirobill, alaamiin. Berkat rahmat dan hidayah Allah, akhirnya buku ajar “Manajemen Usahatani” dapat diselesaikan dengan baik Substansi penting dan strategis didalam buku ini meliputi delapan (10) bab yaitu 1) pendahuluan, 2) klasifikasi usahatani, 3) faktor alam dalam usahatani, 4) tanah dalam usahatani, 5) tenaga kerja dalam usahatani, 6) modal dalam usahatani, 7) prinsip ekonomi dalam usahatani, 8) biaya dan pendapatan usahatani, 9) perencanaan usahatani, 10) hubungan antara input dan output serta pengelolaan usahatani, 11) ketidakpastian usahatani, 12) penataan pertanaman (cropping system). Kami sadar bahwa penulisan buku ini bukan merupakan buah hasil kerja keras kami sendiri. Ada banyak pihak yang sudah berjasa dalam membantu kami di dalam menyelesaikan buku ini, seperti pengambilan data, pemilihan contoh, dan lain-lain. Maka dari itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan wawasan dan bimbingan kepada kami sebelum maupun ketika menulis buku panduan ini. Kami juga sadar bahwa buku yang kami buat masih tidak belum bisa dikatakan sempurna. Maka dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari para pembaca, agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi di dalam menulis iii
sebuah buku. Semoga Allah meridlohi dengan bimbingan rahmatanlil, aalamiin. Gresik, 2 Agustus 2021 Tim Penyusun iv
Daftar Isi Halaman iii iv KATA PENGANTAR .................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................. DAFTAR GAMBAR...................................................................... 1 2 Bab I. Pedahuluan.................................................................... 9 1.1. Pengertian............................................................... 10 1.2. Bidang Peninjauan dari Ilmu Usahatani ................. 19 1.3. Bidang Peninjauan dari sisi manajemen................. 21 1.4. Sejarah Perkembangan Usahatani .......................... 1.5. Usahatani Di Indonesia .......................................... 30 31 Bab II. Klasifikasi Usahatani .................................................... 33 2.1. Menurut Bentuknya............................................... 34 2.2. Menurut Corak ...................................................... 37 2.3. Menurut Polanya ................................................... 2.4. Menurut Tipenya................................................... 40 41 Bab III. Faktor Alam Dalam Usahatani ..................................... 42 3.1. Tanah..................................................................... 43 3.2. Air ......................................................................... 24 3.3. Suhu ...................................................................... 46 3.4. Sinar Matahari....................................................... 3.5. Udara..................................................................... 47 48 Bab IV. Tanah Dalam Usahatani................................................ 50 4.1. Tanah sebagai Faktor Produksi ............................. 55 4.2. Pola Pemilikan Tanah ........................................... 4.3. Intensitas Penggunaan Tanah................................ v
4.4. Fragmentasi Tanah ................................................ 58 4.5. Mengukur Besarnya Usahatani 60 Berdasarkan Luas Tanah ....................................... 62 Bab V. Tenaga Kerja Dalam Usahatani .................................... 63 5.1. Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi.................. 5.2. Macam Tenaga Kerja Menurut Sumber 70 72 dan Jenisnya .......................................................... 5.3. Kebutuhan Tenaga Kerja....................................... 74 5.4. Produktivitas dan Efektivitas Tenaga 76 Kerja...................................................................... 77 80 Bab VI. Modal Dalam Usahatani ............................................... 83 6.1. Modal Sebagai Faktor Produksi ............................ 6.2. Macam-Macam Modal Usahatani ......................... 85 6.3. Produktivitas Modal .............................................. 86 Bab VII. Prinsip Ekonomi Dalam Usahatani............................... 104 7.1. Prinsip-Prinsip Ekonomi dalam 110 Berproduksi ........................................................... 111 7.2. Hubungan Korbanan dan Produk .......................... 129 131 Bab VIII. Biaya Dan Pendapatan Usahatani ................................. 135 8.1. Struktur Biaya dan Cara Penilaian ........................ 8.2. Ukuran Penampilan Cabang Usahatani................. 137 8.3. Analisis biaya Usahatani ....................................... 138 8.4. Analisis Perbandingan........................................... 140 142 Bab IX. Perencanaan Usahatani ................................................. 9.1. Konteks Perencanaan Usahatani ........................... 146 9.2. Sifat Permasalahan ................................................ 9.3. Anggaran Kegiatan................................................ Bab X. Hubungan Antara Input Dan Output Serta Pengelolaan Usahatani.................................................. vi
Bab XI. Ketidakpastian Usahatani ............................................. 151 11.1. Konsep Risiko Usahatani ................................... 153 11.2. Strategi Manajemen Risiko ................................ 156 Bab XII. Penataan Pertanaman (Cropping System) .................... 166 DAFTAR PUSTAKA vii
Daftar Gambar Halaman 13 Gambar 1. Manajemen Sebagai Sebuah Roda (Abdul 22 Rodjak, 2002) ............................................................ 25 26 Gambar 2. Usahatani di Indonesia Yang Cenderung 35 Masih Tradisional ...................................................... 37 49 Gambar 3. Suku Kubu di Sumatera Selatan ................................ Gambar 4. Usahatani Dari Suku Dayak ...................................... 57 Gambar 5. Usahatani khusus ....................................................... 64 68 Gambar 6. Usahatani Campuran ................................................. 90 Gambar 7. Tanah sebagai Faktor Produksi Pertanian .................. 108 Gambar 8. Tumpang Sari Tanaman Kacang Dan Tanaman Jagung......................................................... Gambar 9. Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi ...................... Gambar 10. Tenaga Keluarga ....................................................... Gambar 11. Prinsip Kenaikan Hasil yang Berkurang ................... Gambar 12. Hubungan Antara Produk Fisik Total, Marjinal, dan Rata-rata (Miller,et. all. 2000) ............ viii
1 Manajemen Usaha Tani
2 I. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Peran pertanian dalam kehidupan manusia merupakan salah satu faktor penting disamping industri; hal itu dikarenakan pertanian merupakan salah satu penyedia kebutuhan pokok manusia. Orang menganggap lahan, menanaminya dan memelihara hewan/ternak/ikan dan kemudian memetik hasilnya sudah merupakan suatu gejala yang lumrah, sehingga hakekat daripada gejala itu sudah terlepas dari perhatian orang karena dianggapnya kegiatan kesehariannya. Pada mulanya manusia hanya mengambil hasil tanaman/hewan/ ikan yang telah disediakan oleh alam sesuai dengan kebutuhan manusia yang saat itu masih sangat sederhana. Seiring semakin bertambahnya jumlah manusia berarti semakin bertambahnya pula kebutuhannya baik jumlah maupun variasinya, timbullah ketidakseimbangan antara jumlah manusia dengan persediaan kebutuhannya. Sehingga manusia mulai dituntut untuk memikirkan bagaimana dengan keterbatasan sumber yang ada untuk memenuhi kebutuhan yang tak terhingga jumlah maupun macamnya, lebih-lebih dalam kehidupan di alam yang saat ini perkembangan Manajemen Usaha Tani
3 tehnologinya serba komputer. Pertanian betul-betul dituntut untuk berpacu dengan kebutuhan manusia yang tak semakin sedikit tersebut. Bagaimana usaha telah dilakukan dari yang sederhana sampai pada yang menggunakan alat-alat modern seperti komputer, demi terciptanya petani tangguh dan canggih. Sepintas, dengan perkataan petani dimaksudkan orang yang melakukan pertanian, akan tetapi bagaimana hubungan yang sebenarnya dengan pertanian tidak dijelaskan. Bahkan ada yang memberikan pengertian bahwa petani adalah semua orang atau penduduk pedesaan. Bahkan di kabupaten Cirebon Jawa Barat perkataan tani mempunyai arti seperti luas yang berlaku tidak hanya kepada petani sendiri bahkan pegawai negeripun dapat dikatakan tani. Petani yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Farmer, dimaksudkan orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya. Dalam sumber lain menyebutkan bahwa petani adalah orang yang menguasai dan mengendalikan pertumbuhan tanaman/hewan/ikan. Nampaknya kedua batasan tersebut saling melengkapi, sebab bisa saja seorang pegawai negeri yang sebagian besar waktunya dikorbankan di Manajemen Usaha Tani
4 kantornya dan sebagian besar penghasilannya juga berasal dari luar bidang pertanian disebut pula sebagai petani hanya karena kebetulan memperoleh tanah warisan berupa lahan pertanian. Atau sebaliknya, seorang yang sama sekali tidak memiliki lahan pertanian, bisa saja disebut sebagai petani karena menguasai lahan orang lain dengan bagi hasil atau lainnya dan ia pulalah yang mengendalikan secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan hewan. Apa yang disebut pertanian? Nampaknya pertanyaan ini agak ganjil didengarkan karena hampir setiap oarang mengetahui bahwa yang disebut pertanian adalah “bercocok tanam”. Dalam percakapan sehari-hari memang demikianlah pengertiannya, yang dikatakan pengertian pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti yang lebih luas mencakup bidang-bidang bercocok tanam (pertanian dalam arti sempit) atau sering pula disebut pertanian rakyat, perikanan, perternakan, perkebunan, kehutanan. Batasan lain bahwa pertanian adalah kegiatan manusia melakukan pembukaan tanah dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman. Perumusan ini tidak lengkap, sebab tidak nyata adanya maksud tertentu yang mendasari kegiatan itu, yaitu untuk memperoleh suatu hasil. Dan juga orang dapat saja memelihara ternak, walaupun dilakukannya Manajemen Usaha Tani
5 dengan tidak membuka lahan. Sadar atau tidak, orang yang melakukan usaha dengan tanaman ataupun dengan ternak atau juga dengan ikan adalah dengan tujuan tertentu untuk dapat menyelenggarakan hidupnya sekeluarga sepanjang masa. Dengan sendirinya akan timbul pertanyaan tentang tanda- tanda atau patokan-patokan apa yang dipergunakan oleh ilmu pertanian untuk menentukan apakah suatu sumber kehidupan itu masuk bidang pertanian atau tidak. Ternyata pertanyaan yang sederhana itu tidak mudah untuk dijawab secara tegas, artinya bahwa jawaban yang diberikan itu masih mengandung kelemahan, khususnya dalam penentuan batasan- batasannya. Sebagai pedoman, dapat digunakan syarat-syarat berikut ini: 1. Dalam proses produksi itu harus terbentuk bahan- bahan organis yang berasal dari zat-zat anorganis dengan bantuan tumbuh-tumbuhan atau hewan seperti tanaman, ternak, ikan, ulat sutera, laba-laba dan sebagainya. 2. Adanya usaha manusia untuk memperbaharui proses produksi yang bersifat reproduktif dan/atau usaha pelestarian. Manajemen Usaha Tani
6 Jika hanya satu syarat saja yang dipenuhi, maka usaha produksi itu belum dapat digolongkan dalam pertanian. Contoh : kegiatan pengumpulan bahan- bahan makanan seperti daun-daunan, umbi, buah, ikan atau hewan yang lain. Usaha tersebut lazim dinamakan usaha pengumpulan. Sebaliknya penangkapan ikan dari laut, sungai, rawa, telaga, empang, tambak yang disertai dengan usaha-usaha penjagaan kelestarian hidup dari hewan-hewan tersebut dapat digolongkan dalam pertanian arti luas. Pengelolaan hasil pertanian lebih-lebih kalau pengelolaan itu masih dalam satu mata rantai dari ikatan organik dengan pertanian pada umumnya juga masih digolongkan dalam pertanian. Misalnya pembuatan gula mangkok, penumbukan padi, pembuatan keju di rumah, dan bahkan usaha perniagaan hasil pertanian yang dilakukan oleh petani- petani kecil di desa-desa atau pasar desa masih digolongkan dalam bidang pertanian. Jadi pertanian dalam arti luas terdiri atas mata rantai yang panjang dan bercabang-cabang dan mata rantai yang menyusun tersebut memiliki sifat ikatan atau kaitan organik. Mengenai definisi pertanian yang lain nampaknya ada perbedaan pendapat, tetapi satu sama lain pada prinsipnya mempunyai maksud yang tidak jauh berbeda. Manajemen Usaha Tani
7 1. Pertanian adalah salah satu usaha produksi melalui proses biologis daripada tumbuh-tumbuhan dan hewan. 2. Pertanian adalah usaha produksi dimana unsur-unsur anorganik diusahakan untuk dirubah menjadi zat organik dengan melalui tumbuhan-tumbuhan dan hewan. 3. Pertanian adalah usaha untuk memperkembangkan atau mereproduksi tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan bantuan alam, tenaga dan modal, supaya tumbuh-tumbuhan dan hewan itu dapat lebih baik memenuhi kebutuhan manusia. Pengertian lebih baik ini ialah lebih baik secara kwalitatif, kwantitatif maupun lebih baik secara ekonomis. 4. Pertanian adalah sejenis produksi yang khas yang didasarkan atau proses-proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pertanian timbul karena manusia melalui mengendalikan/menguasai pertumbuhan tanaman dan hewan dengan mengaturnya sedemikan rupa sehingga menguntungkan. Jadi usaha pertanian itu timbul karena adanya campur tangan manusia dalam usaha memperkembangkan tumbuhan dan hewan. Manusia yang mengadakan campur tangan inilah yang disebut petani. Tingkat kemajuan seorang petani dapat diukur dari besarnya pengawasan, penguasaan Manajemen Usaha Tani
8 dan campur tangan langsung pada pertumbuhan tanaman dan hewan yang diusahakan. Dari pengertian-pengertian diatas, masih terdapat istilah usaha pertanian yang mulai dari tingkatan yang sederhana sampai pada tingkatan yang tinggi sering disebut dengan “usahatani” yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Farm Management. Mosher menggambarkan istilah farm sebagai bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, suatu keluarga petani atau badan tertentu lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Bachtiar Rifai memberikan definisi setiap organisasi dari alam, modal, tenaga kerja yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian, disebut dengan istilah usahatani. Istilah perusahaan pertanian sengaja tidak digunakan karena istilah ini cenderung memberikan pengertian semata-mata mencari laba, yang dikendalikan oleh farmer (petani) sebagai manajer. Jadi istilah usahatani mencakup pengertian yang lebih luas, mulai dari bentuk yang sederhana sampai yang modern. Dengan definisi tersebut, usahatani dapat dipandang sebagai suatu art atau way of life atau sebagai business atau kombinasi dari hal-hal tersebut, dan Ilmu Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari kesatuan organis dari alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan untuk mendapatkan produksi di lapangan pertanian (Bactiar Rifai). Manajemen Usaha Tani
9 1.2. Bidang Peninjauan dari Ilmu Usahatani Ilmu Usahatani tumbuh dari ilmu-ilmu pertanian praktis, dan tergolong ilmu terapan atau applied sciences. Dalam perkembangannya, ilmu usahatani mengambil azas-azas dari cabang ilmu pengetahuan lainnya untuk mempelajari aspek-aspek usahatani. Untuk menelaah hubungan antara tanah dengan tanaman yang terdapat dalam usahatani dipergunakan ilmu agronomi dengan cabang-cabangnya seperti ilmu bercocok tanam, irigasi, ilmu ternak, ilmu hama dan penyakit, ilmu tanah yang kesemuanya disebut teknik pertanian. Persoalan-persoalan ekonomi usahatani dipelajari berdasarkan azas-azas Ilmu Ekonomi Pertanian dengan cabang-cabangnya Ilmu Ekonomi Produksi, Ilmu Koperasi, Ilmu Tataniaga dan sebagainya, dan termasuk pula ilmu sosial lainnya seperti sosiologi pedesaan untuk mempelajari masalah-masalah sosial dari pertanian, seperti perilaku petani, ketrampilan petani maupun tingkat kehidupan petani. Ilmu usahatani meninjau orang melakukan pertanian secara khusus dari kedudukan orangnya sendiri, dari kedudukan si pengusahanya, yaitu si petani. Si pengusaha pertanian melihat usaha yang dilakukannya itu berdasarkan tujuan tetap untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari selalu bertambah, dan Manajemen Usaha Tani
10 demi kelestarian usahanya di masa depan. Jadi ditinjau dari kedudukan si pengusaha atau petani, lingkup peninjauannya adalah masalah untung dan rugi, yang harus dijadikan tujuan adalah selalu memperoleh untung. Namun demikian, dalam kenyataannya seperti di Indonesia, tidaklah semua bahwa usahatani itu akan ditujukan mencari keuntungan secara ekonomis, melainkan juga untung dari segi non ekonomis seperti terjaminnya kebutuhan hidup si petani beserta keluarganya, meskipun kadang diangggap tidak menguntungkan secara ekonomis. 1.3. Bidang Peninjauan dari Sisi Manajemen Manajemen dibutuhkan dalam pengelolaan usaha tani sebagai sarana untuk membentuk perencanaan usaha tani yang terstruktur dan terorganisasi dengan baik. Melalui pengertian manajemen tersebut, dapat dipahami bahwa perencanaan sangat vital dalam bisnis pertanian mengingat sifatnya yang penuh ketidakpastian dan rentan risiko kerugian. Dimensi pengusaha petani penting sekali dalam melaksanakan manajemen yang baik yaitu menerapkan prinsip-prinsip manajemen untuk memelihara pertumbuhan (tanaman/ternak/ikan) dan kemajuan yang berkesinambungan, sebab manajemen adalah seni. Setiap manajemen yang baik harus berhasil memenuhi sasaran yang diinginkan Manajemen Usaha Tani
11 atau ditentukan sebelumnya (Downey dan Steven, 1992). Berikut ini beberapa konsep manajemen, antara lain: 1. Manajemen sebagai bagian dari bidang tanggung jawab, seperti keuangan, pemasaran, produksi, dan personalia; 2. Proses/pengkoordinasian sederetan masukan dari berbagai sumberdaya atau daya upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui pemanfaatan yang efektif dan efisien atas sumberdaya yang tersedia. Pendekatan ini disebut Konsep 6 M (money = uang, markets = pasar, material = bahan, machinery = mesin, methods = metode, man = manusia); 3. Sebagai sederetan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengkoordinasian (5P), kemudian ditambah fungsi pengkomunikasian dan pemotivasian; 4. Manajemen sebagai sebuah roda seperti tampak dalam Gambar 1. Pada Gambar 1 dapat diperhatikan bahwa kelima fungsi manajemen adalah jari-jari yang menghubungkan manajer dengan tujuan, sasaran dan hasil yang dicari. Roda menggambarkan perlunya menjalankan fungsi-fungsi manajemen sebagai satu Manajemen Usaha Tani
12 kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung dalam tercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi sebagai pemutar atau pengatur kecepatan untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Motivasi dapat menimbulkan gerakan yang bergerak maju atau sebaliknya mundur. Sedangkan komunikasi adalah berupa tempat seluruh roda manajemen berputar. Tanpa komunikasi yang baik, roda manajemen akan goyang atau berjalan tanpa tujuan yang jelas akan apa yang akan dicapai bahkan bisa jadi berhenti. Manajemen Usaha Tani
13 MANAJER Gambar 1. Manajemen Sebagai Sebuah Roda (Abdul Rodjak, 2002) Adapun fungsi-fungsi manajemen usahatani tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Abdul Rodjak, 2002): Manajemen Usaha Tani
14 1. Perencanaan Perencanaan dalam arti luas adalah suatu proses mempersiapkan secara sisitematis kegiatan-kegian yang akan di lakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam setiap perencanaan harus mencakup hal-hal berikut: a. Pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan dan berapa jumlah tenaga yang di butuhkan untuk setiap pekerjaan tersebut. b. Kapan berbagai sumber akan digunakan dan berapa jumlahnya dalam setiap pemakainnya c. Kesulitan-kesulitan apa yang mungkin dialami dalam setiap kegiatan. d. Jenis-jenis barang apa yang akan dihasilkan dan berapa jumlah setiap jenis barang tersebut e. Bagaimana pola penerimaan yang di kehendaki dari kegiatan tersebut f. Bagaimana pola pemasaran yang akan dilakukan terhadap barang yang diproduksi tersebut. g. Berapa kira-kira biaya produksi tiap unit barang yang dihasilkan. h. Berapa kira-kira keuntungan yang mungkin diperolehnya, dari setiap jenis barang tersebut. Manajemen Usaha Tani
15 Dalam rencana usahatani, hal-hal tersebut akan dipengaruhui oleh jenis komoditi yang diusahakan dan pola tanam yang dilaksanakan untuk setiap lahan yang dikuasai petani. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah menyusun personalia yang akan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang telah ditetapkan dalam rencana, sesuai dengan bidang keahliannya. Secara umum. bagian dari organisai perusahaan dapat di bedakan menjadi dua bagian : a. Bagian pengadaan Organisasi bagian pengadaan atau penyediaan berfungsi atau bertugas menyediakan segala sesuatu yang diperlukan dalam usaha produksi,khususnya barang- barang, bahan dan alat-alat. b. Bagian penjualan. Bagian penjualan mempunyai tugas untuk mencari informasi harga, mencari pembeli/konsumen, dan melakukan penjualan barang-barang yang dihasilkan. Manajemen Usaha Tani
16 3. Pengkoordinasian Melaksanakan usaha tidak lain adalah pekerjaan produksi yang sebenarnya yaitu menjalankan, menggerakkan organisasi yang telah disusun, kemudian organisasinya sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan, maka pekerjaan pelaksanaan tidak boleh bertemu dengan permasalahan. 4. Mengawasi jalannya perusahaan Mengawasi jalannya perusahaan tidak lain dari mengamati dengan cermat, agar segala sesuatu dalam perusahaan berjalan sesuai dengan rencana. Dalam kegiatan usahatani fungsi pengawasan ini sulit untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena organisasi usahatani tersebut tidak merupakan organisasi yang berdiri sendiri terpisah dari organisasi rumahtangga, sehingga bila terjadi penympangan terhadap rencana yang telah dibuat sulit untuk diawasi. Hal-hal yang diawasi oleh setiap pengusaha diantaranya adalah : Ukuran produk yang dihasilkan, baik yang menyangkut ukuran berat, ukuran panjang atau kualitasnya. Pengawasan hal-hal tersebut tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya tugas mengawasi tersebut adalah untuk Manajemen Usaha Tani
17 menghindarkan kemungkinan-kemungkinan kerugian perusahaan , baik kerugian bersifat ekonomis maupun kerugian non ekonomis. 5. Evaluasi (Membuat Penilaian Terhadap Hasil-hasil Usaha) Tugas membuat penilaian terhadap hasil usaha dapat berjalan bersama-sama dengan tugas mengawasi jalannya perusahaan. Pertumbuhan perusahaan (usahatani) dapat dilihat dari segi teknis, ekonomis dan sosial. Dari segi teknis penggunaan faktor produksi harus makin efektif dan efisien, hal ini dapat ditunjukkan oleh meningkatnya produktivitas per satuan pemakain faktor produksi yang terus meningkat, atau dari hasil per satuan luas tertentu misalnya hasil per hektar. a. Dari segi ekonomi bahwa usahatani tersebut harus bertambah kegiatan atau cabang usahanya, meskipun modal untuk memperluas usaha itu berasal dari pinjaman atau kredit. b. Dari segi sosial yang dapat menunjang pada kemajuan perusahaan adalah adanya kepercayaan dari para konsumen atau pemberi kredit misalnya bank dll, sebab dengan adanya kepercayaan yang baik tersebut akan memudahkan memperoleh fasilitas-fasilitas ekonomi yang di perlukan Manajemen Usaha Tani
18 dalam menunjang usaha-usaha pada masa- masa berikutnya. Untuk memudahkan evaluasi (penilaian hasil- hasil usaha tani) sangat penting bagi pengusaha/petani adalah adanya pembukuan (pencatatan) yang lengkap dan teliti setiap kegiatan produksi dilakukan pada setiap periode tertentu, baik yang menyangkut aspek teknis, ekonomi, maupun sosial serta permasalahan- permasalahan yang timbul selama kegiatan usaha tersebut berlangsung. Kunci keberhasilan dari manajemen usahatani terletak pada tanggung jawab pemimpinan dan pengambilan keputusan bisnis melalui penerapan prinsip-prinsip manajemen. Manajemen usahatani bersifat unik, karena kegiatan usahatani mempunyai sifat : sangat dipengaruhi musim, produknya cepat rusak, kepemilikan modal terbatas, pengusahaan lahan yang sempit dan tersebar, merupakan bagian dari masyarakat setempat di mana hubungan jangka panjang antar perorangan bersifat menentukan sekali, bahkan sebagian petani masih menganggap usahatani sebagai “way of life”. Berdasarkan tujuannya maka ada usahatani bersifat subsisten, semi komersial, dan komersial. Manajemen Usaha Tani
19 1.4. Sejarah Perkembangan Usahatani Seperti telah dikemukakan diatas bahwa pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Akan tetapi sebagai usaha tertentu dari manusia itu nampaknya pertanian tidak terlalu menonjol. Manusia terus melakukannya semata-mata untuk bertahan hidup. Sehingga lebih dapat dikatakan dimasa lampau itu pertanian merupakan bagian tertentu daripada kegiatan-kegiatan kebudayaan manusia. Jadi usahatani sebagai seni atau art sama tuanya dengan peradaban manusia. Keadaan ini berkembang berabad-abad lamanya sebagai kumpulan pengalaman-pengalaman dari produsen-produsen hasil tanaman ataupun ternak perseorangan. Pada permulaan abad ke XX, usahatani baru dikenal sebagai suatu ilmu yang disebut Ilmu Usahatani. Pada tingkat permulaan, sebagai awal dari lahirnya usahatani, manusia itu hidup secara mengembara. Hidup dari pemberian alam berupa daun, buah, umbi, dan binatang-binatang jinak seperti cacing, keong, katak dan sebagainya. Usahanya hanya terbatas pada mencari bahan yang hendak dimakan, belum dapat menghasilkan apabila memperkembangbiakkan tanaman atau hewan. Sejak semula, manusia memang telah hidup berkelompok, Manajemen Usaha Tani
20 sehingga usaha mencari makan itupun dilakukan secara berkelompok. Laki-laki pergi berburu, memancing, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kasar. Perempuan dan anak-anak bekerja mencari bahan makanan seperti umbi-umbian, daun-daunan dan binatang-binatang jinak. Alat atau perkakas waktu itu telah digunakan. Usaha memperoleh bahan makanan itu belum dapat dinamakan “usaha pertanian”, karena belum disertai dengan usaha penanaman, pemeliharaan, pengembangbiakan atau penjagaan kelestarian hidup dari tanaman dan hewan yang dikumpulkan. Adanya kontak dengan daerah-daerah luar, dapat meningkatkan peradaban mereka. Penghidupan yang semula berpindah-pindah dan hanya hidup dari pemberian alam secara mengumpulkan, berubah menjadi penghidupan di suatu daerah secara menetap. Pada tingkat ini, mereka telah bercocok tanam diatas tanah yang terletak dekat rumah tempat tinggalnya. Jadi orang telah membuat pekarangan di sekitar rumah. bentuk, corak dan pola pengelolaannya masih sangat sederhana. Penggunaan ternak kerja masih belum dijalankan. Pengelolaan tanaman dilakukan oleh wanita dengan bantuan anak-anak, sebab laki-laki bertugas sebagai pemburu, memancing dan menjaga keamanan daerah serta anggota keluarganya. Manajemen Usaha Tani
21 Oleh karena itu, usahatani itu merupakan ciptaan kaum wanita dengan bantuan anak-anak, sehingga tidak mengherankan bahwa kaum wanita dalam usahatani masih memiliki peranan bahkan dalam beberapa hal justru wanita menentukan jalannya usahatani. Dan meningkatnya atau berkembangnya sosial budaya maka tumbuh pulalah usahatani. 1.5. Usahatani Di Indonesia Untuk mendapatkan pengertian yang tepat mengenai usahatani di Indonesia, harus memiliki suatu pengerian yang tepat mengenai hubungan usahatani tersebut dengan masyarakat. Jika di Eropa Barat saat ini usahatani sangat terikat pada batas-batas yang ditentukan undang-undang; usahatani di Indonesia selain terikat dengan undang-undang pemerintah, juga terikat pada hukum tak tertulis dari masyarakat lingkungannya. Misalnya keterikatan dengan agama atau kepercayaan termasuk pandangan-pandangan dinamisme atau animisme. Ilmu pengetahuan Eropa menggolongkan dalam dinamesme semua pendapat yang menganggap bahwa semua di dunia ini, seperti barang, tanaman, binatang, manusia, tanah, air dan lain-lain mengandung kekuatan gaib yang berbeda-beda. Manajemen Usaha Tani
22 Kekuatan gaib adalah teknik untuk menguatkan, melemahkan, dan menolak kekeuatan-kekuatan itu; jadi singkatnya agar kekuatan-kekuatan itu berimbang. Gambar 2. Usahatani di Indonesia Yang Cenderung Masih Tradisional Ketidakseimbangan dalam kekuatan-kekuatan tersebut akan mendatangkan malapetaka bagi masyarakat dan perorangan. Sebagai contoh misalnya tanah; yang paling banyak mengandung kekuatan magis dan atau menjadi milik para leluhur atau dewa- dewa, sehingga tindakan-tindakan penting yang hendak dilakukan terhadap tanah, membutuhkan kekuatan magis dan atau perundingan dengan para leluhur serta roh-roh. Disamping tingkat perkembangan primitif, masyarakat tentu saja dapat Manajemen Usaha Tani
23 bertindak sebagai kekuatan yang sangat berwenang. Inilah yang merupakan dasar kerohanian dan keterikatan pada masyarakat dan dasar dari hukum adat pada umumnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa kehidupan kerohanian dan kehidupan ekonomi pada orang-orang primitif tidak dapat dipisahkan karena keduanya macam kehidupan itu merupakan kesatuan. Kebutuhan ekonomi tidak dapat dipenuhi tanpa persiapan dibidang sajian-sajian yang bersifat ekonomis. Antara kehidupan kerohanian dan kehidupan ekonomi saling memerlukan. Di berbagai bagian Nusantara, keterkaitan dalam hal kerohanian dan ekonomi sangat berlainan, dan inipun menimbulkan masyarakat yang sangat berbeda-beda dengan pandangan yang tidak sama mengenai bebas atu tidaknya orang menguasai sarana produksi, tanah, air, tenaga kerja, modal serta sarana lainnya. Oleh karena itu pandangan ini mempunyai pengaruh yang besar atau struktur usahatani. Tanpa sedikit pengetahuan mengenai dasar kerohanian, orang akan sering cenderung untuk memandang penguasaan atas sarana-sarana produksi ini sebagai peristiwa-peristiwa kebetulan yang tidak ada artinya. Adanya keterikatan-keterikatan seperti yang telah diuraikan diatas inilah yang sering menimbulkan Manajemen Usaha Tani
24 masalah atau kesulitan baik dalam pembatasan yang diperlukan maupun dalam penelitian yang akan dilakukan. Hal ini disadari bahwa nilai bagian-bagian tidak dapat diketahui tanpa memiliki pandangan yang mencakup keseluruhannya, sedangkan keseluruhannya kurang dapat diketahui tanpa adanya pengetahuan mengenai bagian-bagiannya. Seperti halnya usahatani di Indonesia, setidak-tidaknya dalam sebagian besar usahatani di Indonesia, keterikatan pada masyarakat sangat terpengaruh; sehingga usahatani tersebut tidak dapat dipahami tanpa mempunyai pengertian tentang sifat atau hakekat keterikatan itu. Dalam garis besarnya orang-orang Indonesia memanfaatkan alam mulai dari tingkat yang sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Orang hanya mengumpulkan hasil dari hutan, padang rumput dan perairan, belum mengenal pertanian yang sesungguhnya. Tingkat kehidupan tersebut dinamakan “Sammelwirtschaft” (tahap mengumpulkan). Ini masih dijumpai di daerah penduduk Kubu (Sumatera Selatan). Manajemen Usaha Tani
25 Gambar 3. Suku Kubu di Sumatera Selatan 2. Penduduk yang sudah menanam tanaman secara sederhana, dengan jenis tanaman yang ditanam hanya sebangsa umbi-umbian. Dan penduduk yang hanya melakukan perladangan yang berpindah-pindah (shifting cultivation), misalnya Dongo, Dayak di Kalimantan. Manajemen Usaha Tani
26 Gambar 4. Usahatani Dari Suku Dayak 3. Golongan penduduk yang sudah mulai membentuk perumahan, dengan cara bertani sistem berladang (membuka hutan), baik untuk keperluan bercocok tanam maupun untuk pada pengembalaan. Jika tanah ladangnya sudah merosot kesuburannya, mereka pindah tempat tinggal dan penduduk seluruh kampung juga berpindah. 4. Golongan ini telah memiliki rumah yang tetap, yang dikelilingi pekarangan (karang kitri) atau mixed garden. Demikian dalam garis besar lukisan perihal tipe- tipe pertanian yang ada di Indonesia yang dikaitkan Manajemen Usaha Tani
27 dengan aspek-aspek sosiologis yang hidup dikalangan masyarakat Indonesia. Dalam kenyataan ini, walaupun pada umumnya belum dapat dikatakan usahatani dan petani canggih dan tangguh, kebanyakan petani di Indonesia masih dapat dikata sebagai petani kecil, sebab berdasar pada batasan petani kecil yang telah disepakati pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979 di Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian BPLPP; ditetapkan bahwa yang termasuk sebagai petani kecil adalah (Soekartawi, 1986) : 1. Petani yang pendapatnnya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kilogram beras perkapita pertahun. 2. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar lahan sawah di Jawa atau 0,50 hektar di luar Jawa. Bila petani tersebut juga mempunyai lahan tegalan maka luasnya 0,50 hektar di Jawa dan 1,0 hektar di luar Jawa. 3. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas. 4. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik. Walaupun batasan petani kecil menjadi pembicaraan penting, pengertiannya masih tetap kabur. Dan batasan yang tepat tersebut tidak diperlukan untuk mengakui kenyataan keadaan buruk Manajemen Usaha Tani
28 petani kecil atau peranannya yang penting dalam pembangunan dunia. Dari Luas Indonesia, didiami oleh kurang lebih 68,7% penduduk Indonesia, sehingga bertambahnya petani kecil semakin nyata. Jumlah petani kecil dan petani menengah di Jawa pada tahun 1905 adalah 72% dari jumlah petani yang ada, dengan luas pemilikan lahan masing-masing 0,27 hektar dan 0,63 hektar (Sajogyo, 1978). Pada tahun 1973 jumlah petani tersebut menjadi 83%. Dari jumlah petani yang ada, dengan pemilikan lahan 0,25 hektar untuk petani kecil dan 0,70 hektar untuk petani menengah. Selanjutnya tentang kekurangan modal pada petani kecil di Indonesia untuk membeli saranan produksi dicoba diatasi oleh pemerintah dengan memberikan bantuan kredit dan menggunakan pendekatan kelompok telah dimulai pada tahun 1958 dengan mendirikan 10 pusat produksi padi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Program Intensifikasi dengan nama Bimbingan Massal (BIMAS) di mulai pada tahun 1965/1966, dengan aktivitas utama berupa kegiatan penyuluhan pertanian, penyaluran pupuk dan pemberian kredit. Program ini telah cukup menunjukkan indikasi bahwa perubahan teknologi dalam penanaman padi dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan apabila penanaman itu dilakukan dengan cara tradisional. Walaupun Manajemen Usaha Tani
29 demikian, karena sempitnya lahan garapan, maka peningkatan pendapatan yang diperoleh dari program intensifikasi tidak banyak mengubah kecenderungan petani untuk membentuk modal. Manajemen Usaha Tani
30 Manajemen Usaha Tani
31 II. KLASIFIKASI USAHATANI 2.1. Menurut Bentuknya Menurut bentuknya usahatani dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu : 1. Usahatani Perorangan (Individual Farm) Dalam usahatani perorangan unsur-unsur produksi dimiliki oleh seseorang dan pengelolannya dilakukan oleh seseorang. Dalam hal ini masih dibagi ke dalam dua golongan, yaitu : petani yang mengusahakan tanah milikinya sendiri yang di sebut petani pemilik (owner operator) dan petani yang mengusahakan tanah orang lain yang disebut petani buruh. Berdasarkan cara memperoleh tanah, petani buruh dapat dibagi ke dalam petani penyewa yaitu petani yang memperoleh tanah dengan menyewa, dan petani penyakap yaitu petani yang memperoleh tanahnya melalui perjanjian hasil. 2. Usahatani Kolektif (Colective Farm) Suatu bentuk usahatani yang unsur-unsur produksinya dimiliki organisasi secara kolektif disebut sebagai usahatani kolektif. Unsur-unsur produksi tersebut dapat diperoleh melalui cara Manajemen Usaha Tani
32 membeli, menyewa, menyatukan milik perorangan atau berasal dari pemberian pemerintah untuk suatu kelompok. Usahatani kolektif ini terbentuk karena adanya kemauan beberapa orang yang mempunyai ikatan keluarga, karena sistim pemerintahan suatu negara, atau karena faktor lingkungannya. Penyatuan alat-alat produksi ini dapat membuka kemungkinan penggunaan alat yang tidak mungkin dilakukan secara perorangan, sehingga diharapkan lebih efisien. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman bahwa usahatani kolektif ini tidak mudah dikembangkan dalam waktu yang singkat, harus dengan bertahap karena tidak mudah menumbuhkan jiwa kolektif dalam waktu yang singkat. 3. Usahatani Kooperatif (Cooperative Farm) Usahatani kooperatif merupakan bentuk peralihan antara usahatani perorangan dengan usahatani kolektif. Dalam bentuk ini tidak seluruh unsur produksi dan pengelolaan dikuasai bersama. Usaha bersama hanya dituangkan dalam beberapa segi misalnya kerjasama dalam penjualan hasil, kerjasama dalam pembelian sarana produksi, dan kerjasama dalam pembelian alat-alat ataupun dalam tenaga kerja. Terbentuknya usahatani kooperatif, biasanya karena adanya petani kecil dengan modal yang Manajemen Usaha Tani
33 kecil dan tidak mampu membeli alat-alat untuk mengembangkan usahataninya, sehingga efisiensi penggunaan alat-alat pertanian lebih meningkat, misalnya pembelian traktor untuk digunakan bersama. 2.2. Menurut Corak Bagi setiap petani, sebenarnya tujuan usahatani sangat bervariasi karena pengaruh lingkungan alamnya atau kemampuan petani. Ada petani yang berusahatani untuk kebutuhan keluarganya dan ada pula yang bertujuan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Usahatani yang ditujukan untuk kebutuhan keluarga yakni semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik melalui peredaran uang ataupun tidak, maka usahatani demikian disebut usahatani pencakup kebutuhan keluarga (selfsufficient farm atau subsistence farm). Apabila tujuan berusahataninya untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersiil atau commercial farm. Sebagai salah satu ukuran untuk mengukur derajad komersialisasi yaitu tindakan ekonomi petani dalam penggunakan unsur-unsur produksi. Misalnya seorang petani yang tidak banyak menggunakan Manajemen Usaha Tani
34 tindakan ekonomi untuk mendapatkan produksi maka petani tersebut digolongkan petani subsisten, misalnya pemilihan cabang usahatani dilakukan menurut kebiasaan, pengambilan keputusan tidak didasarkan pada alternatif yang lebih menguntungkan, tidak memperhatikan adanya hal-hal baru disekelilingnya, enggan menerima resiko, enggan melakukan investasi yang lebih besar dalam usahataninya meskipun sebenarnya mampu. Demikian pula, derajad hubungan petani dengan dunia luar usahatani dapat menyatakan tingkat perkembangan usahatani, misalnya perbandingan antara jumlah produk yang dijual ke pasar dan yang dikonsumsi sendiri, perbandingan antara jumlah korbanan yang dibeli dan yang tidak dibeli dalam seluruh korbanan yang digunakan dalam proses produksi, dan tingkat tehnologi yang digunakan. 2.3. Menurut Polanya Berdasarkan banyaknya cabang usahatani yang diusahakan maka ada usahatani yang menggunakan hanya satu cabang usahatani dan ada petani yang mengusahakan berbagai macam cabang usahatani. Maka berdasarkan jumlah cabang usahanya, usahatani dapat dibagi dalam: Manajemen Usaha Tani
35 1. Usahatani Khusus Usahatani khusus yaitu usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usaha, misalnya usahatani padi, usahatani ayam, usahatani ikan lele dan sebagainya. Sebagai faktor yang mempengaruhi petani untuk memilih satu cabang usaha itu ialah keadaan fisik tanah yang hanya cocok untuk satu cabang usaha, atau karena keuntungan komperatif yang lebih besar dibandingkan dengan usaha lainnya. Gambar 5. Usahatani khusus Manajemen Usaha Tani
36 2. Usahatani Tidak Khusus Usahatani tidak khusus yaitu usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usahatani, misalnya karena petani mengusahakan berbagai jenis tanah seperti sawah, tegal, padang rumput atau kolam; sehingga petani dapat mengusahakan bermacam-macam cabang usaha seperti tanaman, ikan, ternak. Dalam hal ini antara cabang usaha tanaman, ikan, ternak dilakukan dalam areal yang tersendiri atau tidak dicampur dalam satu petakan tanah. 3. Usahatani Campuran Usahatani campuran yaitu usahatani yang mengusahakan berbagai cabang usaha secara bercampur, jadi tidak jelas batas cabang usahatani yang satu dengan lainnya. Misalnya dalam satu petakan ditanami jagung dengan kacang tanah, padi sawah dengan ikan yang disebut minapadi, atau kombinasi antara tanaman dengan ternak yang disebut mixed farm. Manajemen Usaha Tani
37 Gambar 6. Usahatani Campuran 2.4. Menurut Tipenya Faktor fisik dan faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tipe usahatani disamping faktor-faktor lainnya. Tiap tanaman maupun hewan membutuhkan kondisi yang berbeda untuk dapat berkembang biak dengan baik, demikian pula diusahakannya suatu tanaman atau hewan oleh petani sangat tergantung pada harga produksinya, biaya tataniaga dan persediaan modal untuk mengusahakannya, yang sering disebut sebagai faktor ekonomi. Sedangkan yang termasuk dalam faktor fisik diantaranya kondisi lahan, iklim dan topografi. Baik Manajemen Usaha Tani
38 faktor fisik maupun faktor ekonomi sangat menentukan tipe usahatani yang akan dilakukan. Setiap daerah mempunyai kondisi faktor-faktor tersebut yang berbeda, sehingga berbeda pula dalam tipe usahatani yang dilakukannya, misalnya tipe sawah, tegal, pekarangan, dengan cabang usahatani padi, jagung, ternak ikan atau unggas, baik yang diusahakan secara campuran maupun tidak. Disamping faktor-faktor fisik dan ekonomi, masih ada faktor lain yang berasal dari lingkungan masyarakat setempat atau lainnya seperti adanya hama penyakit, tipe usahatani tetangga dan pilihan pribadinya, ini semua mempengaruhi terhadap tipe usahatani yang dilakukan, tetapi pengaruh faktor ini sangat kecil dibandingkan pengaruh faktor fisik dan ekonomi. Manajemen Usaha Tani
39 Manajemen Usaha Tani
40 III. FAKTOR ALAM DALAM USAHATANI Alam merupakan faktor asli dalam segala bidang produksi, lebih-lebih dalam bidang pertanian; sehingga dapat dikatakan bahwa alam adalah ibu atau induk dari kemakmuran (produksi). Dalam usaha produksi, manusia harus memperhatikan keadaan alam dan menyesuaikan usahanya kepada keadaan alam. Jika tidak demikian maka kemungkinan besar akan menemui berbagai kesulitan, seperti tingginya biaya produksi dan sebaliknya, bahkan akan dapat pula mendatangkan kegagalan total. Kepekaan akan pengaruh alam ini berlainan bagi berbagai cabang produksi. Usaha pertanian merupakan salah satu cabang produksi yang sangat peka terhadap pengaruh alam. Terutama iklim dan tanah seolah-olah faktor yang menentukan sifat dan bentuk usaha pertanian. Untuk tiap jenis iklim dan tanah hanya dapat hidup dengan baik beberapa jenis tanaman, hewan dan ikan. Dan sifat iklim dan tanah itu kurang atau tidak dapat diubah-ubah menurut kehendak manusia. Teknologi sifatnya hanya memudahkan pekerjaan dan sekedar mengubah sifat iklim dan menyuburkan tanah. Jadi sebenarnya sampai pada tingkat tertentu faktor alam dapat dipengaruhi oleh manusia. Manajemen Usaha Tani
41 Alam sebagai segala sesuatu yang diberikan alam kepada petani, tanpa petani menggunakan modal dan tenaga kerja untuk mendapatkannya. Faktor alam ini meliputi antara lain tanah, air, suhu, sinar matahari dan udara. 3.1. Tanah Sebagian terpenting dari kemungkinan- kemungkinan pada usaha ditentukan oleh sifat tanah, misalnya menentukan waktu tanam atau mengatasi hingga jangka waktu yang pendek. Dalam hal ini, tanah tidak hanya menentukan waktu tanam, tetapi juga cara penggarapan, alat-alat bekerja yang digunakan kaitannya dengan ternak dan jumlah penduduk-areal yang dapat ditanami, atau sebaliknya jumlah ternak dan orang yang diperlukan jika seluruh areal yang tersedia itu akan ditanami pada waktunya. Keadaan fisik tanah juga mempunyai pengaruh langsung atas seluruh usaha. Di tanah pasir yang kasar misalnya, penggunaan bajak besi sangat cepat aus, pemakaian pupuk buatan tidak memungkinkan, kecuali bersamaan dengan penggunaan bahan-bahan pembentuk humus dalam jumlah yang sangat besar, dan kebutuhan air juga sangat besar. Jadi struktur tanah merupakan faktor yang sangat menentukan. Manajemen Usaha Tani
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192