volume prostat bisa dihitung; namun, arsitektur internal mungkin tidak dihargai menggunakan baik. Pendekatan ini bisa dipakai atau biopsi bila pasien sudah menjalani operasi pengangkatan rektum. Berbeda dari dua teknik diatas pendekatan USG transrectal merupakan pemeriksaan yang paling diterima untuk evaluasi prostat (Sanders & Hall-Terracciano, 2016). 1. Persiapan Pasien Kandung kemih harus penuh karena ini meningkatkan visualisasi dengan menyediakan jendela akustik. Subyek disarankan untuk minum sekitar 500 ml air 1 jam sebelum pencitraan (Smith et al., 2018). Setelah minum, pasien tidak boleh buang air kecil sebelum pemeriksaan dimulai. Untuk pasien incontinent ( misalnya : neurogenic bladder, adanya tekanan dari pelvic masses, genitourinary anomalies ) maka pasien bisa dilakukan catheterisasi dg memasukan cairan steril sebanyak 300 – 500 cc ke vesica urinaria. Jika harus membatasi minuman/ makanan masuk ke sistem pencernaan ( harus puasa ) maka dilakukan infus secara intra vena untuk mengisi vesica urinaria. 2. Alat dan Bahan Transducer yang digunakan untuk transabdominal adalah transducer convex yang mempunyai frekuensi 3,5–5 MHz. Transducer yang digunakan untuk transrectal mempunyai frekuensi 5 – 7,5 MHz 3. Teknik Skening Pemeriksaan dilakukan dengan subjek terlentang diatas meja pemeriksaan. Area pelvis harus dibebaskan dari pakaian yang menutupinya, dengan hanya menutup area kemaluan saja. Jelly dioleskan pada area pelvis dan juga transducer yang akan menempel pada tubuh pasien. Lakukan longitudinal scanning pada area pelvis dengan meletakan transducer secara longitudinal pada garis tengah tepat diatas simfisis pubis pasien. Scanning dimiringkan sedikit ke inferior. Identifikasi lumen vesica urinaria yang bebas echo dan pada posteriornya, prostat. Prostat hypoechoic dan homogen serta dibatasi oleh kapsul. Pada dimensi craniocaudal, biasanya prostat berukuran hingga 35 mm. 146
Gambar 10. 7 Teknik Scanning Prostat Transabdominal Potongan Longitudinal (Block, 2012b) Gambar 10. 8 a. (P) Prostat berada di posterior symphisis pubis (Sy), transducer harus disudutkan. Garis menunjukkan tiga standar area scanning tranversal. 1 = melalui prostat dan vesica urinaria (B), 2 = melalui vesica urinaria dan seminal vessels (<-), dan 3 = melewati batas atas vesica urinaria, b. Tampilan khas vesica urina dan prostat pada scanning longitudinal (Block, 2012a). Kemudian lakukan transversal scanning pada area pelvis, dengan meletakan transducer secara transversal pada sekitar midline lower pelvic, tepatnya di atas simfisis pubis. Miringkan transducer ke bawah dengan tajam. Identifikasi vesica urinaria dan prostat. Kelenjar prostat akan tampak simetris pada cross-section, tervisualisasi dalam bentuk oval atau segitiga lakukan scanning slice by slice utk mengamati seluruh prostat. Dan lakukan pengukuran tebal dari prostat. sweeping sedikit ke atas dan perhatikan bagian prostat yang berkontraksi. Ini digantikan oleh bagian dari vesikula 147
seminalis tepat di samping prostat. Jika scanning cephalad tetap diilanjutkan, maka hanya akan melihat sebagian vesica urinaria. Gambar 10. 9 Teknik Scanning Transabdominal Potongan Trasnversal (Block, 2012b) G. Sonoanatomy Prostat 1. Tampilan Longitudinal Otor rektus abdominis dapat dilihat di superior gambar (Gambar A). Jauh di dalam otot, vesica urinaria seperti balon mengisi sebagian besar gambar (saat penuh). Otot detrusor yang membentuk dinding vesica urinaria tampak relatif hyperechoic dibandingkan dengan rongga anechoic. Pada inferior vesica urinaria (di sisi kanan gambar) prostat dapat terlihat menonjol ke dalam vesica urinaria. Ini diampilan abu-abu iso-echoic dan dinding hyperechoic. Dari vesica urinaria ke inferior melalui sepertiga posterior prostat, uretra tampak sebagai garis horizontal yang terang. Vesikula seminalis terletak pada posterior vesica urinaria dan mungkin terlihat. Vesikula seminalis bervariasi dalam ukuran dan dicirikan oleh bentuknya yang melengkung dan meruncing mengikuti kontur dinding posterior vesica urinaria. Vesikula seminalis berwarna abu-abu gelap dan dikelilingi oleh dinding hyperechoic. Karena strukturnya tidak sepenuhnya berada di garis tengah, mungkin perlu untuk memiringkan probe sedikit ke kiri atau kanan. Pada dasar vesikula seminalis, duktus ejakulatorius dapat dilihat sebagai berkas cahaya yang melewati uretra. Ketika probe berada di garis tengah, vas deferens dapat terlihat. Vas deferens kecil, struktur tubular hypoechoic. Setelah vesikula seminalis, di bagian inferior gambar, ampula rectum dapat diperiksa. Dinding anterior hyperechoic, sedangkan rongga hypoechoic karena adanya gas. 148
Gambar 10. 10 Ultrasonografi Pelvis Pria. A, Midsagital. B, Transversal dengan transduser dimiringkan ke bawah. C, Transversal di sebelah kanan garis tengah. Scale bar= 3 cm (Smith et al., 2018). 149
Keterangan : Bl Vesica urinaria † saluran ejakulasi DD Duktus deferens * Uretra EIV External Iliac Vein EIA External Iliac Artery IC Iliac Crest EO External Oblique Ili Iliacus InC Inguinal Canal Re Rektum Pro Prostat ReA Rectus Abdominus SC Spematic Cord SV Seminal Vesicle 1. Tampilan Transversal Pada posterior otot rektus abdominis, vesica urinaria penuh tampak sebagai struktur besar berbentuk persegi panjang (Gambar B). Pada dinding posterolateral vesica urinaria, kedua vesikula seminalis dapat diamati pada sumbu pendeknya, yang berbentuk lingkaran. Medial vesikula seminalis, duktus deferens akan terlihat. Dengan transduser dimiringkan ke inferior, prostat tampak berada di posterior vesica urinaria (walaupun ini terkait dengan orientasi probe). Ini adalah struktur yang relatif hypoechoic, dan di tengah, uretra dapat diamati. Di posterior prostat, di bagian inferior gambar, dinding anterior rektum yang hiperekoik akan terlihat. Memindahkan probe ke lateral, arteri dan vena iliaka eksternal kiri atau kanan dapat dilihat pada sumbu pendek di kedua sisi vesica urianaria (Gambar C). Vesica urinaria sebagian penuh, ditunjukkan di sisi kanan gambar. Otot detrusor yang membentuk dinding Vesica urinaria menonjol karena tidak meregang. Arteri dan vena iliaka eksterna kanan dapat dilihat di luar Vesica urinaria. Dinding pembuluh darah hyperechoic, sedangkan lumennya hyperechoic. Doppler dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur ini sebagai pembuluh darah dan membedakan antara arteri dan vena. Spematic Cord dapat dilihat pada permukaan pembuluh iliaka eksterna. Ini ditampilkan abu-abu sedang dan berisi beberapa struktur hypoechoic yang lebih kecil, vas deferens dan testicular vessels. Spermatic Cord juga terlihat melalui pandangan panjang kanalis inguinalis (gambar kiri). Berbaring di spermatic cord, otot oblik eksternal dapat diperiksa karena membentuk dinding anterior kanalis inguinalis. Di luar pembuluh iliaka eksternal, otot iliakus dapat dilihat pada sumbu pendek. Garis putih terang dapat diamati jauh di dalam pembuluh iliaka eksternal dan otot iliaka. Garis ini merupakan echo dari permukaan krista iliaka (Smith et al., 2018). 150
2. Volume Prostate Menurut Buku Clinical Sonography : A Practical Guide (Sanders & Hall-Terracciano, 2016) volume prostat normal pada pria muda adalah kurang dari 20 mL, sedangkan pada pria yang lebih tua volume prostat yang melebihi 40 mL dianggap membesar. Volume tersebut dapat dihitung menggunakan rumus atau ellipsoid volume : ������������������������ℎ������ × ������������������������ℎ × ������������������������ℎ������ × 0,523 Keterangan : Lenght : Panjang Prostat (cm) Widht : Lebar Prostat (cm) Height : Tinggi Prostat (cm) 0,523 merupakan konstanta, hasil dari ���6���. Kira-kira massa jenis dari prostat adalah 1, maka bisa diterjemahkan langsung dari volume ke gram. Rumus diatas juga dapat digunakan dalam perhitungan untuk mengukur volume massa prostat. ab Gambar 10. 11 Pengukuran Volume Prostat, a. Longitudinal Section, b. Transverse Section (Block, 2012b) Pada scanning transveral, prostat normal memiliki lebar 4,5 cm dan tebal 3,5 cm, sedangkan untuk scan longitudinal, memiliki panjang 3,5 cm (Block, 2012b). Ukuran prostat bertambah besar secara perlahan sejak lahir hingga masa pubertas, lalu bekermbang dengan cepat. Pada usia 30 tahun ukuran prostat akan stabil hingga usia 45 tahun, ketika pembesaran terus berlanjut, maka akan terjadi penyempitan uretra dan mengganggu 151
aliran urine. Pada orang yang dikebiri sebelum masa pubertas, ukuran kelenjar prostat tidak akan bertambah. Dalam hal tersebut, prostat tidak pernah matang dan tidak pernah menjadi kanker (Tortora & Nielsen, 2017). 3. Intravesical Prostatic Protrution (IPP) Intravesical Prostatic Protrution (IPP) didefinisikan sebagai jarak vertikal dari ujung tonjolan intravesica ke dalam lingkar vesica urinaria pada leher vesica urinaria, diukur dalam milimeter dan dapat diukur pada bidang sagital garis tengah prostat. Pengukuran tegak lurus terhadap garis imajiner yang menghubungkan mukosa vesica urinaria. IPP telah digunakan untuk memperkirakan sejauh mana obstruksi saluran keluar vesica urinaria atau Bladder Outlet Obstruction (BOO) dalam studi aliran tekanan, dan juga memprediksi keberhasilan percobaan tanpa kateter setelah retensi urin akut. Pengukuran dibagi menjadi tiga grade, grade I - <5 mm direkomendasikan, grade II - 5-10 mm, dan grade III - >10 mm. IPP diukur dalam tampilan sagital menggunakan ultrasonografi transabdominal. Grade III dianggap high-grade, atau parah. Grade IPP sangat berkorelasi dengan perkembangan klinis BPH serta bukti urodinamik BOO. Untuk pasien dengan IPP Grade I atau II, 21% mengalami obstruksi, sedangkan untuk pasien dengan IPP Grade III, 96% mengalami obstruksi (Agbo et al., 2018; Gandhi et al., 2018; Zheng et al., 2015). Volume prostat, IPP dan PSA memiliki korelasi paralel. Meskipun ketiga indeks tersebut memiliki korelasi yang baik dengan indeks BOO, tetapi IPP adalah yang terbaik (Lim et al., 2006). 152
Gambar 10. 12 Pengukuran protrusi prostat intravesica (IPP). USG transabdominal saggital view dari kandung kemih dan prostat: pengukuran IPP (h) dari ujung prostat yang menonjol ke dasar kandung kemih (Lee et al., 2010). L. Sonopatology Prostat 1. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Berat prostat pada pasien berusia muda adalah kurang dari 20 gram, sedangkan bagi pasien yang sudah berusia lanjut berat prostat adalah lebih dari 25 hingga 30 gram dianggap membesar teragantung pada gejalanya. Pada pemeriksaan USG, pembesaran prostat divisualisasikan dengan echotextures yang tidak homogen dengan nodularitas. Dapat terlihat kista degeneratif. Peningkatan volume sisa post-void. Divertikula, trabekulasi dinding vesica urinaria. Menonjol atau membesarnya lobus median ke dalam vesica urinaria (Goyal, 2018). 153
Gambar 10.13 Ilustrasi Pengukuran pada BPH (Goyal, 2018) Gambar 10.14 Lower Abdominal Tranverse Scan (Schmidt, 2007) Pola echo homogen dengan border yang cukup halus. Permukaan superior prostat yang menonjol dan medorong dasar vesica urinaria ke bagian superior. Gambar 1.15 Lower Abdominal Longitudinal Scan (Schmidt, 2007) 154
Pola echo tidak homogen, karena terdapat banyak mikroklasifikasi (amyloid bodies, panah). Tampak prostat membesar menonjol ke dasar vesica urinaria (B). Gambar 6. 20 Benign Prostatic Nodular Hyperplasia (P, kursor) dengan BPH hypoechoic, “middle lobe adenoma” (A, kursor) mendorong ke dasar vesica urinaria (B) (Schmidt, 2007). 2. Kanker Prostat Gambar 10.17 Pembesaran prostat karena kanker prostat: Pembesaran prostat dengan bentuk yang tidak normal dan tidak beraturan menunjukkan bahwa hal ini lebih mungkin disebabkan oleh kanker prostat (Creditt et al., 2018) Biasanya kanker prostat 70% muncul di Peripheral Zone, 20% di Transitional Zone, dan 10% di Central Zone. Biasanya multifokal. Kanker yang muncul di Peripheral Zone dan Central Zone biasanya homogen dan isoechoic atau hypoechoic, sedangkan yang munccul di Transitional Zone bersifat heterogen. Pada USG, nodul hipo/ hiper/ isoechoic dapat terlihat. Transrectal Ultrasound lebih baik untuk skrining, deteksi kanker, panduan biopsi, staging, panduan terapi, dan pemantauan respons 155
terhadap pengobatan. Namun, tidak digunakan untuk mendeteksi penyebaran ekstrakapsular. MRI lebih baik (Goyal, 2018). 3. Prostatitis Gambar 10. 18 Chronic Prostatitis terlihat pada Transrectal Ultrasound (Jafri et al., 1998) Pada USG mungkin tampak normal. Dapat menunjukkan massa geografis (fokal) dengan derajat ekogenisitas yang berbeda. Tampak penebalan dan ketidakteraturan kapsul, kalsifikasi duktus ejakulatorius, vesikula seminalis distensi, Vena periprostatik melebar dengan peningkatan vaskularisasi, bisa menyerupai kanker dan berhubungan dengan peningkatan PSA. Ada abses - daerah anechoic kistik dengan gema yang signifikan dengan abses lainnya. Mungkin berhubungan dengan sistitis dan nyeri saat buang air besar (Goyal, 2018). 156
BAB XI Teknik Scanning USG Uterus A. Pendahuluan Ultrasound (USG) adalah modalitas yang paling optimal untuk evaluasi uterus dan harus menjadi modalitas skrining pertama saat pasien menunjukkan gejala adanya kelainan uteus atau organ sekitarnya. Dengan tidak menngunakan radiasi, hal ini penting karena ovarium sangat sensitif terhadap radiasi pada pasien muda dan usia reproduktif. USG pelvis wanita bisa dilakukan dengan pendekatan transabdominal atau transvaginal dan biasanya ditentukan oleh jenis patologi uterus yang akan dievaluasi. Dengan kontraindikasi pada pasien dengan massa uterus besar, seperti leiomioma uteri, yang memperpanjang uterus di luar pelvis, pendekatan transvaginal dengan resolusi yang tinggi dan kedekatan yang lebih dekat dengan organ pelvis, hal tersebut akan meningkatkan gambaran sonografi normal dan abnormal anatomi uterus. Dengan adanya kontak langsung antara transducer dengan jaringan pelvis, hal tersebut akan menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan selama pemeriksaan USG berlangsung. Ketika pendekatan transvaginal tidak memungkinkan, pendekatan transrektal dan translabial dapat digunakan (Abuhamad & Walsh, 2014; Narayanan et al., 2022; Ogilvy-Staurt & Shalet, 1993). Gel dibalurkan pada kulit di atas vesica urinaria, hal ini memungkinkan sensor untuk kontak tanpa mengganggu udara pada permukaan kulit. Vesica urinaria yang berisi urin akan membantu mengangkat usus kecil dari rongga pelvis, menciptakan accoustic window yang optimal dan mencegah udara usus membiaskan atau menurunkan sinar ultrasound. (Carovac et al., 2011; Kurzweil & Martin, 2022; Narayanan et al., 2022) Gambaran diperoleh dari midline aspek sagital serta di parasagital miring ke pinggiran setiap hemipelvis. Demikian pula, gambar aspek transversal diperoleh dengan memiringkan ke superior dan inferior dari posisi mid-bladder. USG real-time memungkinkan penyetelan transduser untuk gambar anatomi yang optimal, bahkan jika struktur tidak sejajar sempurna dalam aspek longitudinal atau transversal. Uterus biasanya terletak pada midline, dan ovarium serta adneksa terletak di luar uterus. Namun, karena uterus mungkin tidak berada di midline, lokasi ovarium akan bervariasi dan mungkin berada di pelvis inferior, tengah, atau superior. Ini juga dapat dilihat di midline pada superior uterus. (Narayanan et al., 2022) 157
B. Normal Anatomi 1. Anatomi Fisiologi Uterus Uterus adalah organ berotot dengan dinding tebal pada garis tengah antara vesica urinaria dan rektum. Terdiri dari corpus dan serviks, dan bagian inferior tersambung dengan vagina. Untuk bagian superior, tuba fallopi menonjol ke lateral dari uterus dan membuka ke dalam rongga peritoneum yang berbatasan langsung dengan ovarium. Korpus uteri mendatar secara anteroposterior dan pada superior tingkat asal tuba fallopi (Gambar 10. 1), dengan ujung superior yang membulat (fundus uteri). Rongga korpus uteri berupa celah sempit jika dilihat secara lateral, dan berbentuk seperti segitiga terbalik jika dilihat dari anterior. Masing-masing sudut superior kavitas bersambung dengan lumen tuba fallopi; sudut inferior bersambung dengan kanalis sentralis serviks (Drake et al., 2020; Smith et al., 2018). Gambar 11. 1 Uterus (Drake et al., 2020) Selama masa kehamilan, uterus akan membesar dan meluas hingga perut. Tuba fallopi membuka ke sisi lateral uterus. Fundus adalah bagian uterus yang berada di superior muara tuba fallopi. Pada inferior fundus terdapat corpus uteri, yang secara kaudal menjadi serviks uteri (Gambar. 2). 158
Gambar 11. 2 Sistem Reproduksi Wanita (Smith et al., 2018) Uterus diselimuti oleh lipatan peritoneum yang disebut ligamen latum. Ligamentum latum berjalan dari dinding pelvis hingga uterus dan membungkus tuba fallopi, ligamentum rotundum, dan neurovaskulatur uterus. Sumbu panjang uterus biasanya melengkung dengan cekungan menghadap ke anterior(Smith et al., 2018). Posisi uterus berbeda-beda. Posisi uterus rata-rata dianggap anteversion dan anteflexion. Posisi uterus digambarkan sebagai anteversi ketika kanalis servikalis membentuk sudut 90 derajat atau kurang dengan kanalis vagina, dan anteflexion ketika korpus uteri dan fundus melengkung ke anterior (Gambar 3). Pada wanita nulipara, ligamentum teres membantu menahan uterus dalam posisi anteversion dan anteflexion. Pada wanita multipara, seluruh uterus mungkin ke posterior daripada ke anterior, digambarkan sebagai posisi terbalik. Istilah retroversion digunakan untuk menggambarkan posisi uterus ketika saluran serviks membentuk sudut kurang dari 90 derajat dengan saluran vagina. Fundus atau korpus uterus juga dapat melengkung ke posterior pada serviks, suatu posisi yang digambarkan sebagai retrofleksi. Tidak jarang uterus memiliki variasi dalam version dan flexion. Misalnya, perubahan umum pada posisi uterus rata-rata adalah retroversion dan retroflexion. Variasi lain dari posisi uterus normal adalah seluruh uterus miring ke kanan (dextro) atau kiri (levo) dari garis tengah. Turunnya uterus secara abnormal (prolaps uteri) terjadi ketika ligamen uterus dan otot-otot dasar panggul menjadi lemah, memungkinkan uterus menonjol ke dalam vagina. Penting juga untuk diketahui bahwa mengisi vesica urinaria dapat memengaruhi posisi uterus. Vesica urinaria yang penuh menghasilkan rata-rata anteversion dan retroversion uterus (S. L. Hagen-Ansert, 2018). 159
Gambar 11. 3 Uterus dapat ditemukan di salah satu dari beberapa posisi: A. Anteversion : seluruh uterus mengarah ke anterior. B, Anteflexion : corpus dan fundus terlipat ke anterior ke arah serviks. C, Retroflexion : corpus dan fundus terlipat ke posterior pada serviks. D, Retroversion : seluruh uterus mengarah ke posterior. E, Retroversi dengan retrofleksi : seluruh uterus mengarah ke posterior dengan fundus dan badan terlipat ke posterior pada serviks (S. L. Hagen-Ansert, 2018). 2. Anatomi dan Fisiologi Adnexa Adnexa adalah daerah yang berada pada posterior ligamentum latum, berdekatan dengan uterus, yang berisi ovarium dan tuba fallopi (Penny, 2017). a. Ovarium Ovarium berbentuk almond dan panjangnya sekitar 3 cm pada wanita menarche. Ini biasanya terletak pada posterior uterus setinggi cornua atau tanduk uterus. Mereka digantung dari aspek posterior ligamentum latum dalam lipatan peritoneum yang disebut mesovarium. Ovarium biasanya terletak medial ke pembuluh iliaka eksternal dan anterior ke pembuluh iliaka internal dan ureter. Arteri ovarium memiliki suplai darah ganda. Suplai darah utama ke ovarium berasal dari arteri ovarium, yang berasal dari sisi lateral aorta abdominalis, pada inferior arteri renalis. Arteri 160
ovarium beranastomosis dengan arteri uterina untuk memasok darah tambahan ke ovarium. Ovarium terdiri korteks, yang mengelilingi medula pusat. Korteks terutama terdiri dari folikel rambut pada berbagai tahap perkembangan dan ditutupi oleh lapisan padat jaringan ikat tunika albuginea. Tunika albuginea dikelilingi oleh satu lapisan sel tipis yang disebut epitel germinal. Medula pusat terdiri dari jaringan ikat, termasuk darah, saraf, pembuluh limfatik, dan beberapa otot polos di daerah hilus. Ovarium menghasilkan sel germinal, ovum dan dua hormon yang diketahui: estrogen, yang disekresikan oleh folikel, dan progesteron, yang disekresikan oleh korpus luteum. Hormon steroid ini bertanggung jawab untuk memproduksi dan mempertahankan karakteristik seks sekunder dan mempersiapkan ovum yang telah dibuahi untuk implantasi; mereka juga bertanggung jawab untuk pengembangan kelenjar susu wanita (S. L. Hagen- Ansert, 2018). Gambar 11. 4 Pandangan Posterior uterus dan jaringan sekitarnya (Tortora & Nielsen, 2017) b. Tuba Fallopi Wanita memiliki dua saluran uterus yang menonjol ke lateral dari uterus. Saluran ini juga dikenal sebagai tuba fallopi atau saluran ovum. Oosit sekunder dan ovum yang telah dibuahi diangkut dari ovarium ke uterus melalui tuba fallopi, yang panjangnya kira-kira 10 cm dan terletak pada lipatan ligamen lebar uterus. (Mesosalpinx adalah nama untuk area ligamen lebar ini). Setiap tuba fallopi memiliki infundibulum, yang menyerupai corong dan terbuka ke rongga peritoneum namun dekat 161
dengan ovarium. Fimbriae, pinggiran tonjolan seperti jari yang membentuk ujungnya, termasuk salah satu yang bergabung dengan ujung lateral ovarium. Tuba fallopi menyebar ke medial dan akhirnya ke inferior dari infundibulum dan menghubungkan ke sudut lateral superior uterus. Ampula tuba fallopi, yang membentuk sekitar dua pertiga lateral dari panjangnya, adalah bagian terlebar dan terpanjang dari tuba fallopi. Bagian yang lebih medial, pendek, tipis, berdinding tebal dari tuba uterina yang menghubungkan ke uterus disebut isthmus. Mukosa, muskularis, dan serosa adalah tiga lapisan yang membentuk tuba uterina secara histologis. Lamina propria dan epitel membentuk mukosa. Epitel terdiri dari sel-sel tidak bersilia yang disebut sel pasak yang memiliki mikrovili dan mengeluarkan cairan yang memberi makan ovum, serta sel-sel kolumnar sederhana bersilia yang bertindak sebagai \"conveyor belt\" silia untuk membantu memindahkan ovum yang dibuahi atau oosit sekunder di dalam tuba menuju uterus. Muskularis, lapisan tengah, terdiri dari bagian luar, daerah tipis otot polos longitudinal dan cincin otot polos melingkar yang tebal di bagian dalam. Ovum atau sel telur yang telah dibuahi didorong ke arah uterus oleh aktivitas silia mukosa dan kontraksi peristaltik muskularis. Selaput serosa yang disebut serosa menutupi bagian luar tuba fallopi (Tortora & Nielsen, 2017). 3. Anatomi Obstetric dan Ginekologi a. Uterus Uterus terletak di dalam rongga pelvis, tepatnya di posterior vesica urinaria dan di superior vagina. Bianya anterversi diputar sedikit ke arah kanan atau dextrarotated. Pada Gambar 4 merupakan hasil scan pelvis normal dengan pendekatan transabdominal. Tampak vesica urinaria, vagina dan uterus yang tidak sedang hamil. Sedangkan pada Gambar 5 tampak kedua ovarium yang simetris satu sama lain. 162
Gambar 11. 5 Longitudinal Scan Uterus Normal (Breyer et al., 2002) Gambar 11. 6 Transversal Scan Uterus Normal (Breyer et al., 2002) b. Gestational Sac Gestational Sac adalah struktur pertama yang terlihat selama kehamilan dengan USG, ketika usia kehamilan 4,5-5 minggu, gestational sac muncul di bagian tengah korpus uteri dengan ukuran awalnya 2-3 mm. Gestational sac adalah struktur berisi cairan yang menyelimuti embrio selama beberapa minggu pertama embriogenesis (Dewald & Hoffman, 2021). Pada kehamilan normal, gastestional sac harus sudah dikenali saat usia kehamilan 6 minggu sebagai “double echogenic ring” pada uterus. Ring bagian dalam memiliki echogenitas yang seragam dan tebalnya sekita 2 mm atau lebih. Pada sekelilingnya terdapat ring dengan echogenic tipis. Di antara kedua ring terdapat rongga uterus residual anechoic. Pada usia kehamilan 5-6 minggu, gestational sac memiliki diameter maksimal sekiatar 1-2 cm. Pada miggu ke 8, gestational sac harus menempati setengah uterus, pada minggu ke 9 gestational sac harus menempati 2/3 uterus. Hingga pada minggu ke 10, gestational sac harus mengisis seluruh uterus. 163
Usia kehamilan dapat diprediksi dengan waktu satu minggu dari ukuran rata-rata gestational sac. Dengan scanning longitudinal, dapat diukur sumbu panjang (P) dan 90o ini dalam dimensi antero-posterior (AP) (Gambar 11. 7 a). Lakukan scanning transversal pada sudut kanan ke aspek scanning longitudinal dan ukur lebar (L) terbesar gestational sac (Gambar 11. 7 b). Dimensi rata-rata gestational sac merupakan jumlah dari ketiga pengukuran ini dan dibagi tiga (Breyer et al., 2002). Rata-rata dimensi gestational sac = Panjang+AP+Lebar 3 aB Gambar 11. 7 Pengukuran Gestational Sac. a. Longitudinal, b. Transversal. (Breyer et al., 2002). c. Embrio Meskipun gestational sac dapat diidentifikasi pada minggu ke-5 dan sebagian besar pada minggu ke-6 pada beberapa pasien, embrio tidak dapat dilihat sampai minggu ke-8 kehamilan (Gambar 11. 8 a). Ini kemudian akan muncul sebagai area fokus echo, biasanya terletak secara eksentrik di dalam kantung kehamilan. Jika janin masih hidup, jantung akan diidentifikasi berada di tengah embrio, biasanya di depan dada lainnya. 164
Ab Gambar 11. 8 Embrio, a. Kehamilan normal minggu ke 9, dengan reaksi desidua echogenic yang tebal pada sekitar sac, b. Tampak Crown-Rump Length (CRL) dan Bilparietal Diameter (BPD). (Breyer et al., 2002) Setelah minggu ke 9 atau 10, kepala janin dapat dikenali secara fisik dan gerakan janin dapat dilihat. Pada minggu ke 10, janin menjadi lebih mirip manusia (Gambar 11. 8 b). Setelah minggu ke 12, tengkorak itu mulai terlihat. d. Yolk Sac Yolk sac adalah struktur yang paling penting untuk konsepsi dan dievaluasi dengan USG pada trimester pertama kehamilan. Ketika diameter yolk sac rata-rata adalah 5-6 mm, berbentuk kistik bundar biasanya terlihat di dekat janin. Ini adalah tempat sel darah pertama kali terbentuk. Manfaat penting dari evaluasi USG dari yolk sac adalah konfirmasi kehamilan intrauterin. Yolk sac mungkin tidak terlihat pada semua kehamilan, walaupun dalam keadaan normal. Penting untuk mengenali bahwa bayangan kistik ini adalah yolk sac dan tidak salah mengira embrio kembar Gambar 7. Terdapat spekulasi bahwa fitur yang terkait dengan bentuk, ukuran, dan struktur internal yolk sac dapat dikaitkan dengan hasil kehamilan. Biasanya yolk sac adalah struktur melingkar dengan pusat anechoic yang dikelilingi oleh dinding echogenic yang homogen. Biasanya diameter internal yolk sac adalah 3-5 mm. Ukuran yolk sac secara bertahap meningkat dari minggu ke-5 hingga akhir minggu ke-10 kehamilan. Setelah itu, yolk sac secara bertahap menyusut (Breyer et al., 2002; Jose & Latheef, 2015). 165
Gambar 11. 9 Normal Yolk sac dengan dikelilingi reaksi desidua echogenik. (Breyer et al., 2002) C. Patologi Menurut (Penny, 2017), patologi pada uterus adalah sebagai berikut : 1. Adenomyosis Adenomiosis adalah invasi jaringan endometrium ke dalam miometrium. Lapisan basal endometrium sering dapat meluas ke dalam miometrium pada kedalaman minimal 2,5 mm. Keterlibatan adenomiosis dapat bersifat fokal atau difus dan biasanya lebih sering ditemukan di bagian posterior uterus. Adenomiosis fokal dalam bentuk massa disebut adenomyoma (Penny, 2017). Dua jenis utama adenomiosis adalah difus dan terlokalisasi. Adenomiosis difus adalah jenis yang lebih umum. Ini adalah contoh hipertrofi otot miometrium reaktif, yang menyebabkan pertumbuhan uterus tetapi biasanya tidak pada tingkat yang diamati dengan leiomioma. Adenomiosis fokal sering disebut sebagai adenomioma, yang menggambarkan implan terisolasi yang biasanya menghasilkan pembesaran uterus difus dan hipertrofi reaktif miometrium di sekitarnya. Adenomiosis terfokus (adenomioma), yang lebih jarang daripada varietas difus, tidak memiliki batas hypoechoic yang terkait dengan fibroid daripada endometriosis. Perawatan hormon dapat secara efektif mengelola adenomiosis. Meskipun adenomiosis dan endometriosis secara struktural dan fungsional identik jika dilihat secara klinis, mereka biasanya dianggap sebagai proses yang independen dan berbeda. Dibandingkan dengan pasien dengan endometriosis, pasien adenomiosis sering lebih tua dan multipara. Pasien mengeluh nyeri, menstruasi abnormal berat, dan pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa ukuran uterus berkisar dari normal sampai tiga kali ukuran normal, berbentuk bulat, boggy, dan sedikit lunak. Wanita dengan adenomiosis diperkirakan mengalami perdarahan yang tidak teratur (hypermenorrehea), perdarahan uterus berkepanjangan/ banyak, atau perdarahan asiklik tidak teratur (metrorrhea). Pada 25% 166
pasien dengan adenomiosis mengalami nyeri panggul saat menstruasi (dysmenorrhea). Hanya 10% - 20% kasus adenomiosis yang didiagnosis dengan tepat sebelum operasi. Angka yang rendah ini diperkirakan ada karena banyak pasien adenomiosis diasumsikan asimtomatik tanpa adanya patologi uterus lainnya, dan adenomyosis dapat disembunyikan dengan patologi yang menyertainya, seperti leiomioma, endometriosis, atau polip endometrium (S. L. Hagen-Ansert, 2018). 2. Uterine Leiomyoma Uterine leiomyoma adalah tumor jinak otot polos uterus yang juga dapat disebut sebagai fibroid atau mioma uteri. Leiomioma adalah tumor ginekologi jinak yang paling umum dan penyebab utama histerektomi dan operasi ginekologi. Tumor ini dapat bervariasi dalam ukuran dan dapat mengubah bentuk uterus dan memiliki penampilan sonografi yang bervariasi. Mereka yang memiliki risiko lebih besar untuk berkembangnya fibroid adalah wanita yang mengalami obesitas, berkulit hitam, bukan perokok, dan perimenopause. Gambar 11. 10 Perbedaan antara tumor jinak Leiomyomas dan tumor ganas leiomyosarcoma (Kumar et al., 2018) 3. Leiomyosarcoma Leiomiosarcoma adalah tumor ganas (malignant) dari leiomioma yang biasanya jinak (benign). Massa ini ditandai dengan peningkatan pertumbuhan yang cepat dan lebih sering ditemukan pada wanita 167
perimenopause atau pascamenopause (Penny, 2017). Leiomyosarcoma adalah tumor ganas langka yang hanya membentuk 1% dari semua kanker uterus. Tumor sangat agresif, memiliki prognosis buruk, dan muncul dari miometrium atau lapisan uterus. Meskipun memiliki susunan genetik dan perbedaan struktural yang beragam, leiomioma jinak dan leiomiosarkoma dapat berkembang pada pasien yang sama. Gejala yang paling khas termasuk pembesaran uterus, perdarahan vagina tidak teratur, dan nyeri panggul. Pasien kadang-kadang bisa asimtomatik (S. L. Hagen-Ansert, 2018). 4. Nabothian Cyst Kista nabothian adalah temuan umum pada pemeriksaan ultrasonografi rutin. Kista retensi jinak ini terletak di dalam serviks dan dapat menyebabkan pembesaran serviks pada pemeriksaan fisik. Kista nabothian secara klasik sederhana tetapi mungkin memiliki beberapa debris atau septa internal, yang dapat menunjukkan perdarahan atau infeksi. Kista nabothi biasanya asimtomatik dan bisa saja multipel. 5. Cervical Carcinoma Cervical Carcinoma adalah keganasan wanita yang paling umum pada wanita di bawah usia 50 tahun. Meskipun Cervical Carcinoma tidak secara rutin didiagnosis dengan sonografi, mereka mungkin hadir sebagai serviks yang tidak homogen dan membesar atau sebagai massa fokal di dalam serviks. Pendekatan transvaginal dan transrektal adalah metode di mana sonografi dapat digunakan untuk memvisualisasikan serviks dengan lebih baik. D. Indikasi Pemeriksaan Indikasi dilakukannya pemeriksaan USG pada pelvis wanita anatra lain (tidak terbatas) (“AIUM practice guideline for the performance of : Ultrasound of the female pelvis,” 2014) : 1. Evaluasi nyeri daerah pelvis; 2. Evaluasi massa pelvis; 3. Evaluasi kelainan endokrin, termasuk ovarium polikistik; 4. Evaluasi dismenore (menstruasi yang menyakitkan); 5. Evaluasi amenore; 6. Evaluasi perdarahan abnormal; 7. Evaluasi keterlambatan menstruasi; 8. Tindak lanjut dari kelainan yang terdeteksi sebelumnya; 168
9. Evaluasi, follow-up, dan pengobatan pasien infertilitas; 10. Evaluasi dengan adanya pemeriksaan klinis terbatas pada pelvis; 11. Evaluasi tanda atau gejala infeksi pelvis; 12. Karakterisasi lebih lanjut dari kelainan pelvis yang dicatat pada studi pencitraan lain; 13. Evaluasi kelainan bawaan uterus dan saluran genital bawah; 14. Evaluasi perdarahan yang berlebihan, nyeri, atau tanda-tanda infeksi setelah operasi pelvis, persalinan, atau abortus; 15. Lokalisasi alat kontrasepsi dalam uterus; 16. Skrining keganasan pada pasien risiko tinggi; 17. Evaluasi inkontinensia atau prolaps organ pelvis; 18. Panduan untuk prosedur intervensi atau pembedahan; dan 19. Evaluasi struktur pelvis sebelum dan sesudah operasi. E. Prosedur Pemeriksaan USG 2. Persiapan Pasien Pasien harus minum ( air putih, teh) sebanyak 2 – 3 gelas pada waktu 1 jam sebelum pemeriksaan, bisa diminum selama 10 – 15 menit. Setelah minum, pasien tidak boleh buang air kecil sebelum pemeriksaan dimulai. Untuk pasien incontinent ( misalnya : neurogenic bladder, adanya tekanan dari pelvic masses, genitourinary anomalies ) maka pasien bisa dilakukan katerisasi dengan memasukan cairan steril sebanyak 300 – 500 cc ke vesica urinaria. Jika harus membatasi minuman/ makanan masuk ke sistem pencernaan (harus puasa) maka dilakukan infus secara intravena untuk mengisi vesica urinaria. 3. Alat dan Bahan Transducer yang digunakan untuk pendekatan transabdominal mempunyai frekwensi 3,5 – 5 MHz, dan untuk transvaginal mempunyai frekwensi 5 – 7 MHz. 4. Teknik Scanning Distensi vesica urinaria berguna untuk ultrasonografi pelvis transabdominal berkualitas tinggi. vesica urinaria memberikan visualisasi yang lebih baik dari accoustic window, atau struktur pelvis. Overdistention atau underdistention vesica urinaria dapat mendistorsi atau mengaburkan visualisasi. Vesica urinaria yang cukup penuh menyebar tepat di superior uterus atau fundus. Transabdominal scanning memvisualisasikan massa 169
adneksa yang besar dan hanya digunakan untuk mengidentifikasi aksis uterus. Rincian endometrium dan ovarium diperoleh dengan menggunakan vaginal probe. a. Pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan, area yang akan dilakukan scanning dibebaskan dari pakaian yang menutupinya, hanya bagian alat kelamin yang ditutup. b. Balurkan gel pada area pelvis dan juga bagian transducer yang akan digunakan untuk scanning pada tubuh pasien. c. Ultrasonografi harus diawali dengan scanning longitudinal dengan mencoba menyelaraskan uterus dengan vagina. Uterus dapat diidentifikasi dengan sejajarnya midline rongga endometrium dengan vagina. Vagina tampak sebagai garis hyperechoic dengan dinding yang relatif transparan. Uterus biasanya di midline, tetapi mungkin menyimpang ke kedua sisi pada sumbu miring. Saat vesica urinaria terisi, gambar transabdominal dapat menunjukkan posisi dan bentuk yang lebih normal jika uterus antefleksi atau retrofleksi. Selanjutnya lakukan pengukuran panjang dan lebar dari uterus. Gambar 11. 11 Lower Abdominal Longitudinal Scan (Block, 2012b) d. Lakukan transversal scanning pada area pelvis, dengan meletakan transducer transversal pada midlien tubuh. Lakukan scanning slice by slive untuk mengamati uterus secara keseluruhan. Selanjutnya lakukan pengukuran lebar dan tebal pada uterus. Penyudutan secara caudal dapat mendukung atau memvisualisasikan otot panggul dan retroversi uterus. Penyudutan caudal atau cranial mungkin diperlukan untuk memvisualisasikan ovarium. 170
Gambar 11. 12 Lower Abdomen Transvere Scanning (Block, 2012b) F. Sonoanatomy Pada masa prapubertas, uterus berbentuk seperti buah pir tebalik dengan corpus uteri lebih kecil dari serviks. Berbeda dengan masa prapubertas, bentuk uterus pascapubertas, pada nulliparous atau yang belum pernah melahirkan janin, uterus berbentuk buah pir. Dimensi uterus akan meningkat sebesar 1-1,2 cm dengan paritas dan corpusnya menjadi bulat (Tabel 1). Pola endometrium bervariasi sesuai siklus menstruasi. Diameter anteroposterior serviks tidak boleh melebihi diameter corpus uteri. Uterus pada wanita pascamonopause lebih kecil dan homogen dengan nonvisualisasi rongga endometrium. (Goyal, 2018) Tabel 11. 1 Ilustrasi dimensi uterus sesuai perbedaan stage pada wanita (Goyal, 2018) Uterus Panjang Fundus Endometrium Newborn Uterus : Serviks Garis endometrium cerah 3,5 cm 1:2 (karena stimulasi hormonal dalam uterus) 1:1 Tidak terlihat garis endometrium Prapubertas 2,5 – 3,5 cm Pascapubertas 5 – 8 cm Endometrium bervariasi 3 : 1 dengan fase menstruasi 1. Tampilan bidang sagital atau Longitudinal Otot rektus abdominis tampak di superior gambar (Gambar 6). Saat penuh, vesica urinaria berbentuk balon mengisi sebagian besar gambar. Uterus berbentuk buah pir, panjangnya sekitar 6-10 cm, terletak pada posterior vesica urinaria. Uterus anteversi dan antefleksi normal akan 171
melengkung ke superior pada superior vesica urinaria, sedangkan uterus retroversi dan retrofleksi akan melengkung ke posterior menjauhi vesica urinaria (Gambar 7).. AB Gambar 11. 13 Longitudinal Section dari kiri ke kanan pada Uterus, a. Uterus, vagina, vesica urinaria, rektum, b. Vagina berada di posterior vesica urinaria sebagai struktur hypoechoic yang memanjang dengan pita sentral dengan level echo yang lebih tinggi Ket : 80 (Vesica urinaria), 85 (Uterus), 86 (Vagina), 89 (Rektum) (Block, 2012b). Miometrium memiliki gambaran isoechoic abu-abu yang cukup gelap, sedangkan penampilan endometrium berubah sepanjang siklus menstruasi (Gambar 9). Selama menstruasi dan tahap folikular awal (hari ke 1-8), tampak sebagai garis hyperechoic yang sangat tipis. Pada tahap folikular selanjutnya (hari ke 9-14), endometrium memiliki penampilan laminar, di mana kanal pusat hyperechoic tengah dikelilingi oleh zona fungsional hypoechoic dan lapisan basal hyperechoic luar. Selama fase luteal (hari ke ke 15-28), endometrium paling tebal dan tampak hyperechoic dibandingkan dengan miometrium. Pada wanita pascamenopause yang tidak menjalani terapi penggantian hormon, endometrium harus tipis. Serviks merupakan bagian paling inferior dari uterus. Lengkungan serviks yang berbentuk kubah harus tampak pada inferior dari uterus, tetapi mungkin tampak menyatu dengan vagina. Bersambung dengan serviks, vagina dapat terlihat memanjang ke inferior sepanjang posterior vesica urinaria. Dinding otot vagina tampak relatif lebih gelap dibandingkan dengan garis terang kanal vagina pusat. Kubah vagina yang membesa tampak di ujung paling superior vagina. Superior dan posterior uterus, ileum usus halus akan tampak dan akan berada di dekat uterus. Ini harus mudah dibedakan dari uterus karena adanya gerakan peristaltik dan 172
teksturnya yang heterogen. Pada posterior uterus dan vagina, ke arah inferior tampak kolon sigmoid atau rektum. Posisi kolon sigmoid dan gulungan usus halus terkadang mempersulit visualisasi uterus dan ovarium, terutama visualisasi ovarium kecil pascamenopause. Di inferior dinding anterior hyperechoic terang dari struktur ini, gambar mungkin tampak anechoic karena adanya gas. Meskipun tidak terlihat jelas pada gambar, kantong rekto-uterus anechoic terkadang tampak di antara uterus dan usus besar. Cukup sulit untuk mengamati ureter dengan USG. Namun, Doppler dapat digunakan untuk melihat urin yang masuk ke vesica urinaria dari lubang ureter (Smith et al., 2018). Gambar 11. 14 USG Pelvis Wanita, Midsagital, (Smith et al., 2018) Gambar 11. 15 USG pada retroversi dan retrofleksi Uterus (Smith et al., 2018) Keterangan : * Endometrium † broad ligament AM anal mucosa ‡ myometrium Ce cervix Bl bladder 173
ExS external sphincter Fu fundus Ile ileum InS internal sphincter IRF ischiorectal fossa LeA levator ani Re rectum ReA rectus abdominus ROv right ovary UT uterine tubes Ut uterus Va vagina VV vaginal vault 174
Gambar 11. 16 USG Uterus dalam berbagai tahap siklus menstruasi (Smith et al., 2018) 2. Tampilan bidang melintang atau Transversal Uterus dapat dilihat pada sumbu pendek, baik posterior atau superior dari vesica urinaria. Uterus tampak oval dan ditandai dengan miometrium abu-abu gelapnya (Gambar 10b). Ovarium kanan atau kiri akan tampak saat sweeping atau dipindahkan ke kanan atau ke kiri. Ovarium berbentuk almond dengan panjang sekitar 3 cm dan lebar 1-2 cm. Mereka relatif gelap dalam visualisasinya dan mungkin folikel hypoechoic gelap, tergantung pada waktu siklus menstruasi. Tuba fallopi akan tampak memanjang dari 175
aspek anterolateral uterus ke ovarium. Lumen tuba fallopi tampak hypoechoic. Ligamentum yang luas dapat dengan mudah diidentifikasi di sekitar uterus, serviks dan ovarium. Ini muncul sebagai lapisan hyperechoic, yang membantu mengidentifikasi struktur anatomi ini. Peristaltik ileum dapat diamati disekitar uterus dan ovarium. Garis hyperechoic yang dibentuk oleh kolon sigmoid atau dinding anterior rektum dapat terlihat pada posterior uterus. Gambar 11. 17 USG Pelvis Wanita, b. Transversal dari kiri ke garis tengah tubuh, c. Transversal dengan transducer disudutkan ke inferior (Smith et al., 2018) Transducer didekatkan ke pubis dan miringkan ke inferior untuk memvisualisasikan struktur dasar pelvis (Gambar 10c). Otot rektus abdominalis tampak di superior gambar. Pada posterior otot tersebut adalah vesica urinarius. Tepat di posterior vesica urinarius, tampak vagina pada sumbu pendek. Tuba fallopi tampak sebagai garis terang dibandingkan dengan dinding otot hypoechoic di sekitarnya. Sfingter anal dapat dilihat di posterior vagina. Ini relatif melingkar, dengan daerah 176
hyperechoic sentral dari mukosa anus, dikelilingi oleh cincin hypoechoic gelap dari sfingter anal internal dan cincin abu-abu sempit dari sfingter anal eksternal. Pada kedua sisi saluran anus, otot levator ani (terutama otot puborektalis) tampak sebagai pita iscoechoic yang bergabung tepat di posterior sfingter anal. Fossa ischiorectal dapat diperiksa pada lateral otot levator ani. Fossa ini terlihat heterogen teksturnya karena adanya lemak (Smith et al., 2018). AB Gambar 11. 18 Uterus in Tranverse Section from Belor Upward, a. Sonogram Uterus, vesica urinaria dan ovarium, b. Ovarium biasanya terletak di lateral setinggi korpus uterus. Ket : 80 : Vesica urinarius, 85 : Uterus, 87 : Ovarium dextra, 88 : Ovarium sinistra. (Block, 2012b) G. Sonopatology 1. Adenomyosis Adenomyosis adalah kondisi jinak yang biasanya bermanifestasi secara sonografi sebagai uterus yang besar dan membesar tanpa massa fokal serta melibatkan infiltrasi endometrium difus. Adenomyosis kadang-kadang dapat dilokalisasi dengan massa yang berbeda atau dikenali oleh adenomioma pada dinding uterus. Adenomyosis bisa sulit didiagnosis secara sonografi, terutama jika ada kondisi lain seperti fibroid atau adenomioma. Pembesaran uterus difus, penebalan miometrium posterior, batas yang tidak terlihat antara endometrium dan miometrium (Gambar 18), dan kista miometrium adalah manifestasi paling khas dari adenomiosis luas. Dua pertiga bagian dalam miometrium biasanya dipengaruhi oleh adenomiosis, dan di daerah tertentu, sedikit penurunan konten echo dapat terlihat. 177
Gambar 11. 19 Adenomyosis pada scanning transvaginal. A. Kista subendometrium (panah), B. Kista dengan heterogenitas pada miometrium anterior dan posterior, C. Kista dengan heterogenitas di miometrium anterior, D. Heterogenitas miometrium dengan batas endometrium yang tidak jelas (panah), E. Kista subendometrium multipel dan nodul echogenic (panah), F. Area heterogenitas miometrium yang luas menghasilkan efek massa fokal dan menggeser endometrium (panah). Ini mungkin menyerupai fibroid. Kista miometrium hypoechoic kecil adalah hasil dari perdarahan di pulau-pulau jaringan endometrium. Deskripsi sebelumnya dari pola ini termasuk Swiss Cheese dan sarang lebah. Ini adalah lesi terbesar yang dapat diselesaikan oleh USG. Sifat cairan dari lesi ini menghasilkan peningkatan peningkatan akustik posterior daripada tingkat atenuasi yang biasanya terlihat di posterior uterus. Untuk membedakan dengan lebih jelas kontur dan diferensiasi batas dari setiap patologi yang menyertai, seperti leiomioma, analisis tambahan yang menggunakan signal processing (preprocessing dan postprocessing) akan sangat membantu. Investigasi Doppler juga telah ditemukan berguna dalam memisahkan patologi uterus, karena studi aliran warna tumor uterus mengungkapkan bahwa mioma dan sarkoma sering menunjukkan arteri yang memberi makan, sedangkan adenomiosis jarang menunjukkannya. Kalsifikasi akibat instrumentasi sebelumnya terlihat di sepanjang miometrium bagian dalam dan serviks (Gambar 19). Adenomioma yang terlokalisasi dapat dilihat dengan sonografi transvaginal sebagai daerah yang tidak homogen dan berbatas tegas di miometrium, memiliki batas yang 178
tidak jelas dan mengandung lakuna anechoic. Mereka mungkin sulit dibedakan dari leiomioma, karena kedua kondisi ini sering terjadi bersamaan. Gambar 11. 20 A, Gambar transabdominal dan transvaginal dari rongga uterus dengan echogenic echo terang pada endometrium dengan bayangan di luar. B, Wanita perimenopause 50 tahun ini datang dengan perdarahan uterus. Patologi bedah mengkonfirmasi low-grade adenosarcoma uterus. Karena karakteristik ini menyerupai mioma uteri, hipertrofi otot, kontraksi miometrium, endometritis, kanker endometrium, dan adanya peningkatan sekresi endometrium, disarankan untuk berhati-hati saat menggunakan USG untuk mendiagnosis adenomiosis. Transvaginal Ultrasound dapat mendeteksi adenomioma lokal sebagai daerah miometrium yang berbentuk tidak beraturan dan dikelilingi dengan batas kabur dan rongga anechoic. Mungkin sulit untuk membedakan mereka dari leiomioma. Mioma telah terbukti membuat lebih sulit untuk menentukan seberapa parah adenomiosis. Meskipun tidak dapat didiagnosis dengan ultrasonografi, adenomiosis ditandai dengan baik oleh MRI, yang saat ini dianggap oleh banyak orang sebagai teknik terbaik untuk diagnosis pra-bedah adenomiosis. Ciri khas MRI adalah munculnya difus atau pelebaran fokal dari zona junctional atau munculnya massa miometrium yang tidak jelas batasnya Gambar 20 (S. L. Hagen-Ansert, 2018). 179
Gambar 11. 21 Adenomiosis. A, Transvaginal uterus menunjukkan uterus heterogen yang membesar. B, MRI menunjukkan uterus yang membesar dengan penurunan intensitas sinyal yang heterogen di seluruh miometrium (S. L. Hagen- Ansert, 2018). 2. Uterine Leiomyosarcoma Selama kehamilan, leiomioma uteri, atau fibroid, sering terjadi. Jika kehamilan trimester pertama juga memiliki fibroid, fibroid harus ditempatkan dalam kaitannya dengan plasenta dan serviks. Karena stimulasi estrogen, fibroid dapat menjadi lebih besar selama trimester pertama dan awal trimester kedua. Nekrosis leiomioma, fibroid yang mengalami degenerasi dan dapat menyebabkan rasa sakit yang parah, dapat terjadi akibat ukuran fibroid yang meningkat dengan cepat. Karena peningkatan vaskularisasi uterus dan potensi perdarahan yang signifikan, miomektomi biasanya dihindari selama kehamilan. Fibroid yang berkembang dengan cepat dapat menekan gestational sac, yang menyebabkan abosi spontan. 180
Gambar 11. 22 A, Kista korpus luteal kehamilan dapat muncul dalam berbagai cara. Ini adalah kista adneksa yang muncul sederhana tanpa echo internal. B, Kista korpus luteal hemoragik kecil. C, Kista korpus luteal hemoragik besar (S. L. Hagen-Ansert, 2018). Dalam hal miometrium, fibroid dapat menjadi hypoechoic, echogenic, atau isoechoic pada sonografi. Mereka sering mengakibatkan endometrium, uterus, atau keduanya menjadi cacat atau tergeser. High- accoustic atenuator yang disebut fibroid menghasilkan transmisi akustik yang buruk (Gambar 21). Meskipun penelitian awal menunjukkan bahwa pencitraan Doppler warna menunjukkan penampilan yang lebih hipovaskular dengan kontraksi uterus dibandingkan dengan fibroid, mungkin sulit untuk membedakan fibroid dari kontraksi uterus terfokus. Dengan mengamati lesi fokal untuk sementara waktu (biasanya 20 hingga 30 menit), seseorang dapat membedakan fibroid dari kontraksi miometrium fokal. Fibroid adalah salah satu yang tidak hilang. Peran sonografer adalah mengukur ukuran fibroid, sehingga pertumbuhannya dapat dipantau, dan menentukan kedekatannya dengan kantung kehamilan. Pada tahap awal kehamilan, mioma yang besar akan menempati sebagian besar uterus (S. L. Hagen-Ansert, 2018). 181
Gambar 11. 23 A, Gambar longitudinal fibroid submukosa besar pada trimester pertama.. B, fibroid bertangkai: Tangkai yang menghubungkan korpus uteri ke fibroid bertangkai dapat terlihat dengan baik pada tahap awal kehamilan, sebelum pembesaran uterus. C, Diduga fibroid bertangkai mengakibatkan dampak yang lebih kecil pada kehamilan karena tidak merusak korpus uteri atau mengganggu pembuahan. D, Massa intrauterin lainnya: hematoma internal “Chorionic bump” (S. L. Hagen-Ansert, 2018) 3. Leiomyomas Pada sonografi leiomyomas akan ditemukan massa hypoechoic pda uterus, bayangan posterior dari massa, fibroid yang berdegenerasi mungkin memiliki kalsifikasi atau komponen kistik, fibroid multipel muncul sebagai uterus yang membesar, berbentuk tidak teratur, dan heterogen difus (Penny, 2017). ab C 182
Gambar 11. 24 Lokasi fibroid. A. Pandangan endovaginal sagital dari fibroid intramural (antara panah). B. Tampilan endovaginal sagital menunjukkan fibroid submukosa (FB). Perhatikan distorsi endometrium (panah). C. Pandangan endovaginal sagital dari fibroid subserosa (panah panjang) (Penny, 2017). 4. Uterine Leiomyosarcoma Leiomiosarcoma memiliki karakteristik tekstur solid atau mixed-solid dan kistik, yang dapat menyerupai mioma atau kanker endometrium. Secara klinis, tumor uterus padat yang tumbuh dengan cepat dalam ukuran pada wanita perimenopause atau pascamenopause menimbulkan kecurigaan munculnya kanker Gambar 11. 25 A, Varian yang jarang dari sarkoma uteri, myxoid leiomyosarcoma dari uterus, ditemukan pada seorang wanita berusia 37 tahun. Pasien ini memiliki leiomioma jinak secara bersamaan. B, Massa uterus yang sangat vaskular padat. Pada reseksi bedah, massa ini terbukti sebagai karsinoma sel jernih yang berasal dari ovarium, meluas ke uterus, ovarium, tuba, dan nodus (S. L. Hagen-Ansert, 2018). 5. Nabothian Cysts Echogenicity jaringan di sekitar saluran serviks harus tampak homogen. Pengamatan yang paling umum adalah keberadaan Nabothian Cysts di dekat kanal endoserviks, yang merupakan kejadian umum pada wanita paruh baya dan dibawa oleh chronic cervicitis. Kista ini juga dikenal sebagai kista inklusi epitel, berkembang sebagai hasil dari kelenjar transcervical melebar yang diblokir. Lesi-lesi ini hadir pada pemeriksaan sonografi sebagai struktur anechoic yang berbeda, bulat, penuh cairan di sepanjang saluran serviks, umumnya kurang dari 1-2 cm lebar dan struktur berdinding halus anechoic dengan peningkatan akustik posterior; mereka tidak memiliki signifikansi klinis dan umumnya tidak diukur. Echo internal dalam nabothian cysts kadang-kadang dapat disebabkan oleh pendarahan atau infeksi (S. L. Hagen-Ansert, 2018). 183
ab Gambar 11. 26 A. Gambaran sagital transvaginal dari serviks menunjukkan beberapa kista nabothian yang sangat kecil tepat di bawah rongga endometrium di tengah serviks dengan peningkatan melalui transmisi di luarnya. Area bayangan menunjukkan kontak yang buruk atau gelembung udara antara transduser dan dinding vagina, B. Pandangan koronal transvaginal dari serviks dengan kista nabothian. Nabothian cysts seringkali multipel dan terlihat pada bidang koronal (S. L. Hagen-Ansert, 2018) 6. Cervical Carcinoma Tumor retrovesical padat yang dapat dilihat pada sonografi mungkin tampak persis seperti mioma serviks. Saat menentukan stadium kanker serviks, USG transvaginal dan translabial dapat menunjukkan keterlibatan vesica urinaria, ureter, vagina, atau organ rektal. Namun, karena kemampuannya yang lebih besar untuk menentukan stadium dan menilai penyebaran limfatik, CT dan MRI lebih disukai. Perubahan yang konsisten dengan kanker serviks diidentifikasi oleh area dengan ekogenisitas yang ditingkatkan atau oleh bercak jaringan hipoekoik dengan kontur yang tidak rata (Gambar 43-7). Biopsi serviks dan vagina keduanya dipandu oleh ultrasound. Untuk menggambarkan area serviks dengan lebih baik, sonografi translabial atau transperineal dapat dilakukan sebagai pengganti atau bersama dengan metode transvaginal. Gambar 11. 27 A, Gambar transvaginal segmen inferior uterus. Area serviks membesar dan hypoechoic dengan penurunan transmisi. B, Color Doppler menunjukkan peningkatan vaskularisasi pada massa. Pasien ditemukan memiliki karsinoma serviks pada saat operasi (S. L. Hagen-Ansert, 2018) 184
Daftar Pustaka Abuhamad, A., & Walsh, E. (Eds.). (2014). Ultrasound in Obstetrics and Gynecology : A Practical Approach (1st ed.). Agbo, C. A., Ramyil, V. M., Dakum, N. K., Shuaibu, S. I., Onowa, V. E., Nabasu, L. E., Galam, Z. Z., & Ukaonu, B. C. (2018). The value of intravesical prostatic protrusion in evaluation of bladder outlet obstruction from benign prostatic enlargement in Nigeria. African Journal of Urology, 24(4), 342–346. https://doi.org/10.1016/j.afju.2018.11.007 AIUM practice guideline for the performance of : Ultrasound of the female pelvis. (2014). Journal of Ultrasound in Medicine, 33(6), 1122–1130. AIUM Practice Parameter for the Performance of Ultrasound Evaluations of the Prostate (and Surrounding Structures). (2021). Journal of Ultrasound in Medicine, 40(5), E25–E29. https://doi.org/10.1002/jum.15666 Ajani, J. A., Lee, J., Sano, T., Janjigian, Y. Y., Fan, D., & Song, S. (2017). Gastric adenocarcinoma. Nature Reviews Disease Primers, 3. https://doi.org/10.1038/nrdp.2017.36 B.Breyer. (2002). Manual of diagnostik ultrasound (P. E. . Palmer (Ed.); Vol. 59). World Health Organization in colaboration with the World Federation for Ultrasound in Medicine and Biology. Bates, J. (2011). Abdominal Ultrasound : How, Why and When (3rd Ed). Churchill Livingstone / Elsevier. Bedogni, G., Miglioli, L., Masutti, F., Tiribelli, C., Marchesini, G., & Bellentani, S. (2005). Prevalence of and risk factors for nonalcoholic fatty liver disease: The dionysos nutrition and liver study. Hepatology, 42(1), 44–52. https://doi.org/10.1002/hep.20734 Bertold Block, M. (2004). Color Atlas of Ultrasound Anatomy. Thieme. Block, B. (2012a). Abdominal Ultrasound: Step by Step (2nd ed.). Thieme. Block, B. (2012b). Color Atlas of Ultrasound Anatomy. Thieme. Breyer, B., Bruguera, C. A., Gharbi, H. A., Goldberg, B. B., Tan, F. E. H., Wachira, M. w., & Weill, F. S. (2002). Manual of Diagnostic Ultrasound (P. E. S. Palmer (Ed.)). World Health Organization, Geneva. Bullock, S., & Hales, M. (2013). Principles of Pathophysiology. Pearson Australia. 185
Canales, B. K., Doizi, S., Traxer, O., & Tiselius, H. (2017). Kidney stones. https://doi.org/10.1038/nrdp.2016.8.Kidney Caremani, M., Occhini, U., Caremani, A., Tacconi, D., Lapini, L., Accorsi, A., & Mazzarelli, C. (2013). Focal splenic lesions: US findings. Journal of Ultrasound, 16(2), 65–74. https://doi.org/10.1007/s40477-013-0014-0 Carovac, A., Smajlovic, F., & Junuzovic, D. (2011). Application of Ultrasound in Medicine. Acta Informatica Medica, 19(3), 168. https://doi.org/10.5455/aim.2011.19.168-171 Casotti, V., & D’Antiga, L. (2019). Basic Principles of Liver Physiology. Pediatric Hepatology and Liver Transplantation, 1–829. https://doi.org/10.1007/978-3-319-96400-3 Creditt, A., Tozer, J., Vitto, M., & Joyce, M. (2018). Clinical Ultrasound : A Pocket Manual. Daniyal, M., Siddiqui, Z. A., Akram, M., Asif, H. M., Sultana, S., & Khan, A. (2014). Epidemiology, etiology, diagnosis and treatment of prostate cancer. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 15(22), 9575–9578. https://doi.org/10.7314/APJCP.2014.15.22.9575 DAVIDSON, G. R. (1955). Renal cysts. The Medical Journal of Australia, 42(23), 932–934. https://doi.org/10.5694/j.1326-5377.1955.tb49162.x Deslandes, A. (2013). Sonographic demonstration of stomach pathology: Reviewing the cases. Australasian Journal of Ultrasound in Medicine, 16(4), 202–209. https://doi.org/10.1002/j.2205-0140.2013.tb00249.x Dewald, O., & Hoffman, J. T. (2021). Gestational Sac Evaluation. StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551624/ Drake, R. L., Volg, A. W., & Mitchell, A. W. M. (2020). Gray’s Anatomy for Students, Fourth Edition (4th ed.). Elsevier. Dudea, S. M., Giurgiu, C. R., Dumitriu, D., Chiorean, A., Ciurea, A., Botar- Jid, C., & Coman, I. (2011). Value of ultrasound elastography in the diagnosis and management of prostate carcinoma. Medical Ultrasonography, 13(1), 45–53. Fadol, Y. M. Y. (2017). Estimation of Gall Bladder Volume in Fasting Adult Using Ultrasonography. Fox, S. I. (2011). Human Physiology 12th Edition. Human Physiology,Twelfth Edition, 400–443. Frauscher, F., Klauser, A., & Halpern, E. J. (2002). Advances in ultrasound for the detection of prostate cancer. Ultrasound Quarterly, 18(2), 135–142. https://doi.org/10.1097/00013644-200206000-00006 186
Fuadi, A. (2010). Pengelolaan Pankreatitis Kalsifikasi Kronis dengan Hasil Patologi Anatomi Adenokarsinoma Pankreas. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, 1, 0–14. Fulgham, P. F., & B.Gilbert. (2013). Practical Urological Ultrasound. https://doi.org/10.1007/978-1-59745-351-6 Gandhi, J., Weissbart, S. J., Kim, A. N., Joshi, G., Kaplan, S. A., & Khan, S. A. (2018). Clinical Considerations for Intravesical Prostatic Protrusion in the Evaluation and Management of Bladder Outlet Obstruction Secondary to Benign Prostatic Hyperplasia. Current Urology, 12(1), 6–12. https://doi.org/10.1159/000447224 Georges, N., & Moreno, M. A. (2022). Sonography Abdominal Vascular Assessment , Protocols , And Interpretation. Ghosh, B. D. (2013). Human Anatomy for Students (2nd ed.). Jaypee Brothers Medical Publishers. Goyal, S. (2018). Essential of Abdominal-Pelvic Sonography : A Handbook for Practitioners. Taylor and Francis Group. Hafizi, L., & Pourhoseini, S. A. (2020). Abdominal wall leiomyoma: A case report. Journal of Reproduction and Infertility, 21(2), 151–154. Hage Ansert, S. L. (2018a). Text Book of DIagnostic Sonography. Hage Ansert, S. L. (2018b). Textbook of Diagnostic Sonografi (eight). Hagen-Ansert, S. (2016). Basic abdominal Sonographic anatomy and protocol. Hagen-Ansert, S. L. (2018). TEXTBOOK OF DIAGNOSTIC SONOGRAPHY, EIGHTH EDITION (8th ed.). Elsevier. Hagen-Ansert S. (2016). Basic abdominal Sonographic anatomy and protocol. Harold Ellis, V. M. (2010). Clinical Anatomy. Hart, P. A., & Conwell, D. L. (2020). Chronic Pancreatitis: Managing a Difficult Disease. American Journal of Gastroenterology, 115(1), 49–55. https://doi.org/10.14309/ajg.0000000000000421 Hartoyo, A. T., & Pangastuti, N. (2022). Fibroid Uterus dan Infertilitas. Cermin Dunia Kedokteran, 49(3), 143. https://doi.org/10.55175/cdk.v49i3.1770 Hassan, A. A., Mohanad, A. M., & Usama, A. S. (2012). Correlations Between Preoperative Measurement of Prostate Volume by Transabdominal and Transrectal Ultrasound with Open Prostatectomy. Iraqi Post Graduate Medicine, 11(4), 569–574. 187
Hélénon, O., Crosnier, A., Verkarre, V., Merran, S., Méjean, A., & Correas, J. M. (2018). Simple and complex renal cysts in adults: Classification system for renal cystic masses. Diagnostic and Interventional Imaging, 99(4), 189–218. https://doi.org/10.1016/j.diii.2017.10.005 Henningsen, C., & Youngs, D. (2014). Clinical Guide to Sonography Second Edition. Elsevier Mosby. Hollingsworth, C. M., & Mead, T. (2021). Inferior vena caval thrombosis. StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Hyun, J. J., & Bak, Y. T. (2011). Clinical significance of hiatal hernia. Gut and Liver, 5(3), 267–277. https://doi.org/10.5009/gnl.2011.5.3.267 Ibrahim, M., Walsh, R. M., & Burke, C. A. (2018). Gallstones : Watch and wait , or intervene ? CLEVELAND CLINIC JOURNAL OF MEDICINE, 323–331. https://doi.org/10.3949/ccjm.85a.17035 Jafri, S. Z. H., Diokno, A. C., & Amendola, M. A. (1998). Lower Genitourinary Radiology : Imaging and Intervention (Vol. 59). Springer. John P. McGahan, B. B. G. (2008). Diagnostic Ultrasound Second Edition. Jones, M. W., Genova, R., & O’Rourke, M. C. (2020). Acute Cholecystitis. StatPearls Publishing, Treasure Island (FL). Jones, M. W., Genova, R., & O’Rourke, M. C. (2021). Acute Cholecystitis. Endotherapy in Biliopancreatic Diseases: ERCP Meets EUS: Two Techniques for One Vision, 509–516. Jones, M. W., Gnanapandithan, K., Panneerselvam, D., & Ferguson, T. (2021). Chronic Cholecystitis. StatPearls. Jose, L., & Latheef, N. A. (2015). Sonographic evaluation of the yolk sac. Journal of Ultrasound in Medicine, 31(1), 87–95. https://doi.org/10.7863/jum.2012.31.1.87 Kalra, A. (2021). Physiology Liver. StatPearls. Kalra, A., Yetiskul, E., Wehrle, C. J., & Tuma, F. (2021). Physiology Liver. StatPearls. Khan, F. U., Ihsan, A. U., Khan, H. U., Jana, R., Wazir, J., Khongorzul, P., Waqar, M., & Zhou, X. (2017). Comprehensive overview of prostatitis. Biomedicine and Pharmacotherapy, 94, 1064–1076. https://doi.org/10.1016/j.biopha.2017.08.016 Kimura, T., & Egawa, S. (2018). Epidemiology of prostate cancer in Asian countries. International Journal of Urology, 25(6), 524–531. https://doi.org/10.1111/iju.13593 188
Kocjancic, E., & Iacovelli, V. (2018). Benign prostatic hyperplasia (BPH). Encyclopedia of Reproduction, 1(2), 467–473. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-801238-3.64812-2 Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2018). Robbins Basic Pathology (10th Editi). Elsevier. Kurzweil, A., & Martin, J. (2022). Transabdominal ultrasound. In NCBI Bookshelf. StatPearls [Internet], Treasure Island (FL). Lee, L. S., Sim, H. G., Lim, K. Bin, Wang, D., & Foo, K. T. (2010). Intravesical prostatic protrusion predicts clinical progression of benign prostatic enlargement in patients receiving medical treatment: Original Article: Clinical Investigations. International Journal of Urology, 17(1), 69–74. https://doi.org/10.1111/j.1442-2042.2009.02409.x Levy, D., Goyal, A., Grigorova, Y., Farci, F., & Le, J. K. (2022). Aortic dissection. In NCBI Bookshelf. A service of the National Library of Medicine, National Institutes of Health. NCBI Bookshelf. A service of the National Library of Medicine, National Institutes of Health. StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Li, S. (2020). understanding human anatomy and physiology. In Pan–African American Literature. https://doi.org/10.36019/9780813592817-012 Lim, K. Bin, Ho, H., Foo, K. T., Wong, M. Y. C., & Fook-Chong, S. (2006). Comparison of intravesical prostatic protrusion, prostate volume and serum prostatic-specific antigen in the evaluation of bladder outlet obstruction. International Journal of Urology, 13(12), 1509–1513. https://doi.org/10.1111/j.1442-2042.2006.01611.x Littlefield, A., Lenahan, C., & Littlefield, A. (2019). Cholelithiasis : Presentation and Management Correspondence. Journal OfMidwifery &Women’s Health, 1–9. https://doi.org/10.1111/jmwh.12959 Long, B. w, Rollins, J. H., & Smith, B. J. (2016). Merrill’s Atlas of Radiographic Positioning and Procedures vol 2 (Thirteenth). ELSEIVER- Mosby. Lutz, H. T., & Wish, d E. B. (Eds.). (2011). Manual of diagnostic ultrasound (Second edi, Vol. 1). WHO Library Cataloguing-in-Publication Data WHO. Makes, D. (2020a). Ultrasonografi Abdomen: Aplikasi Sehari-hari (M. Sukiman, E. Y. Astrid, & M. Iskandar (Eds.)). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Makes, D. (2020b). Ultrasonografi Abdomen (M. Sukiman, E. Yuli Astrid, & M. Iskandar (Eds.)). Penerbit Buku Kedokteran EGC. 189
Marieb, E., Wilhem, P., & Mallat, J. (2012). Marieb Hoehn Anatomy Physiology 6th Edition Pearson. In Human Anatomy. Mark W. Jones; Jeffrey G. Deppen. (2017). Gallbladder Polyp. StatPearls Publishing. Matthias Hofer. (2013). Ultrasound Teaching Manual (3rd Editio). Thieme Stuttgart New York. McDicken WN, A. T. (2011). Basic Physics of Medical Ultrasound (Vol 1). https://doi.org/10.1016/B978-0-702031311.000018 Meilstrup, J. W. (n.d.). Imaging Atlas of Interstitial. Michael Schuke, Erik Schulote, U. S. (2011). Prometheus Atlas Anatomi Manusia.pdf. Mittelstaedt, C. (1990). Abdominal Ultrasound. Murphy, M. C., Gibney, B., Gillespie, C., Hynes, J., & Bolster, F. (2020). Gallstones top to toe: what the radiologist needs to know. Insights into Imaging, 11(1). https://doi.org/10.1186/s13244-019-0825-4 N AP. (2013). Hubungan Antara Jumlah Leukosit dengan Apendisitis Akut dan Apendisitis Perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak. Fak Kedokteran Univ Tanjungpura. Nadrljanski, M. M. (2010). History of ultrasound in medicine. Radiopedia.Com. https://doi.org/https://doi.org/10.53347/rID-8660 Narayanan, M., Tafti, D., & Cohen, H. L. (2022). Pelvic ultrasound. In NCBI Bookshelf. StatPearls [Internet], Treasure Island (FL). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470360/ O’Connell, T., Pedigo, R., & Blair, T. (2017). Crush Step 1: The Ultimate USMLE Step 1 (2nd ed., p. 332). Elsevier. Ogilvy-Staurt, A. L., & Shalet, S. M. (1993). Effects of Radiation on the Reproductive System. Environmental Helath Perspectives Supplements, 101–116. Pall, M. (2013). Pancreatic Cancer. International Journal of Molecular Sciences, 14(11), 22274–22330. https://doi.org/10.1001/jama.2019.14699.Pancreatic Palmer, P. (2003). Manual of Diagnostic Ultrasound. 4, 1–325. Parker, D. L., Lee Kang, T., & Bailitz, J. (2015). Clinical ultrasound imaging A How - to Guide. In M.D. computing : computers in medical practice. CRC Press. https://doi.org/10.1016/B978-0-7020-3131-1.00008-0 190
Patel, U., & Rickards, D. (2002). Handbook of transectal Ultrasound and Biopsy of The Prostate. Taylor and Francis Group. Penny, S. M. (2017). Examination review for ultrasound: Abdomen and obstetrics & gynecology. In Examination Review for Ultrasound: Abdomen and Obstetrics & Gynecology. Penny, S. M. (2018). Examination Review for Ultrasound, Diagnostic Ultrasound Abdominal, Obstetric and Gynecology (2nd ed). Pontari, M. A., Joyce, G. F., Wise, M., & McNaughton-Collins, M. (2007). Prostatitis. Journal of Urology, 177(6), 2050–2057. https://doi.org/10.1016/j.juro.2007.01.128 Porter, C. R., & Wolff, E. M. (Eds.). (2015). Prostate Ultrasound : Current Practice and Future Directions. Springer. https://doi.org/10.1007/978-1- 4939-1948-2 Portincasa, P., Molina-Molina, E., Garruti, G., & Wang, D. Q.-H. (2019). Critical Care Aspects of Gallstone Disease. The Journal of Critical Care Medicine, 5(1), 6–18. https://doi.org/10.2478/jccm-2019-0003 Reynold JC. (2016). The Natter Collection of Medical Illustration: Digestive System Part III (In 2nd ed). ELSEIVER. Reynolds, J. C. (2016). The Netter Collection of Medical Illustrations: Digestive System Part III (2nd ed., p. 9). Elsevier. Roger Sanders, B. H. T. (2016). Clinical Sonography A Practical Guide. Sanders, R. C., & Hall-Terracciano, B. (2016). Clinical Sonography : A Practical Guide (Fifth). Wolters Kluwer. Santoso, B. I., & Khusen, D. (2017). Perana Hyaluronan dalam Pengobatan Cystitis. In Jurnal Kedokteran Indonesia (Vol. 12, Issue 5, pp. 258–266). Sari, G., Suswanty, S., & Hidayat, E. P. S. (2013). Teknik Sonografi Abdomen. Sari, G., Syarif, E. P., & Sriyatun. (2018). Teknik Sonografi Abdomen (2nd ed.). Poltekkes Kemenkes Jakarta II. Satya, Y. S. (2019). Chronic Kidney Disease Stage V Dengan Infeksi Saluran Kemih (Isk) Dan Tumor Buli. Clinical Orthopaedics and Related Research, 465, 106–111. Schmidt, G. (2007). Thieme Clinical Companions Ultrasound. Thieme. Sherwood, L. (2016). Human Physiology; from cell to system. Sherwood, L., & Christopher Ward. (2019). Human Physiology From Cells to Systems (C. Jongeward (Ed.); Fourth Can). Nelson Education. 191
Shussman, N., & Wexner, S. D. (2014). Colorectal polyps and polyposis syndromes. Gastroenterology Report, 2(1), 1–15. https://doi.org/10.1093/gastro/got041 Sidney L. Palmer, Rhees, R. W., & Graaff, K. M. Van De. (2010). Human Anatomy and Physiology (K.-A. Eaton (Ed.); third). McGraw-Hill Companies. Smith, C. F., Dilley, A., Mitchell, B., & Drake, R. L. (2018). Gray’s surface anatomy and ultrasound a foundation for clinical practice. Elsevier. Southwestern, T. (2004).  ne  trier ’ s Disease Me. 645–646. Sudarsih, K. B. W. (2014). Analisis Keseragaman Citra Pada Pesawat Ultrasonografi. 17(1), 33–38. Sutton, G. P. (2001). Human Anatomy. Tayal, V. S., Blaivas, M., & Foster, T. R. (2018). Ultrasound Program Management: A Comprehensive Resource for Administrating Point-of- Care, Emergency, and Clinical Ultrasound (pp. 233–235). Springer International Publishing. Thomas, S., & Miller, F. H. (2010). Case 370. The Teaching Files: Gastrointestinal, 788–789. https://doi.org/10.1016/b978-1-4160-5944- 8.00370-5 Thompson, W. M., Levy, A. D., Aguilera, N. S., Gorospe, L., & Abbott, R. M. (2005). Angiosarcoma of the spleen: Imaging characteristics in 12 patients. Radiology, 235(1), 106–115. https://doi.org/10.1148/radiol.2351040308 Tortora, G. J., & Nielsen, M. T. (2017). Principles of Human Anatomy. In John Wiley & Sons, Inc. John Wiley & Sons, Inc. UKEssays. (2018). Ultrasonography Advantages and Disadvantages. Valarie C. Scanlon, T. S. (2007). Essentials of Anatomy and Physiology. Wang, G. J., Gao, C. F., Wei, D., Wang, C., & Ding, S. Q. (2009). Acute pancreatitis: Etiology and common pathogenesis. World Journal of Gastroenterology, 15(12), 1427–1430. https://doi.org/10.3748/wjg.15.1427 Waugh, A., Grant, A. (Allison W., & Ross, J. S. (2010). Ross and Wilson anatomy and physiology in health and illness. In Churchill Livingston Elsevier. 192
Wilkins, T., Agabin, E., Varghese, J., & Talukder, A. (2017). Gallbladder Dysfunction: Cholecystitis, Choledocholithiasis, Cholangitis, and Biliary Dyskinesia. Primary Care - Clinics in Office Practice, 44(4), 575–597. https://doi.org/10.1016/j.pop.2017.07.002 WKH, M. K. K. (2015). Ultrasound-Guided Regional Anesthesia. Http://Clinical.Com/Ultrasound-Guided-Regional-Anesthesia. Yu, D.-Y., Cringle, S. J., Yu, P. K., & Su, E.-N. (2020). Anatomy and Histology of the Pancreas. Macular Surgery, 3–14. https://doi.org/10.1007/978-981- 15-7644-7_1 Yusuf, Y. (2021). KOLELITIASIS PADA ANAK. Majalah Kedokteran Andalas, 44(3). Zahari, A., & Fahmi, F. (2011). Pseudokista Pankreas. Majalah Kedokteran Andalas, 35(1), 61. https://doi.org/10.22338/mka.v35.i1.p61-67.2011 Zheng, J., Pan, J., Qin, Y., Huang, J., Luo, Y., Gao, X., & Zhou, X. (2015). Role for intravesical prostatic protrusion in lower urinary tract symptom: A fluid structural interaction analysis study. BMC Urology, 15(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/s12894-015-0081-y 193
Glosarium Abdomen, Daerah antara Acoustic Shadowing, Pengurangan echogenisitas pada jaringan atau diafragma dan panggul. organ yang berada di belakang, sehingga menimbulkan atenuasi Abdominal Vessel Ultrasound, gelombang ultrasound yang nyata. Pemeriksaan pembuluh darah Acoustic Window, Jaringan atau pada abdomen (aorta, vena struktur yang memberikan sedikit hambatan pada cava inferior, vena hepatica, gelombang ultrasound, dan oleh karena itu dapat vena porta dan superior digunakan sebagai rute untuk mendapatkan gambar struktur mesenteric artery). yang lebih dalam. Abses, Kumpulan nanah dan Acute, Memiliki onset yang cepat, gejala yang parah, dan jaringan cair yang terlokalisasi perjalanan yang singkat. di dalam rongga. Adenomyoma, Adenomiosis fokal dalam bentuk massa. Acinar Cell, Kelompok sel di Adenomyosis, Suatu bentuk invasi pancreas yang mensekresikan dari jaringan endometrium ke dalam miometrium. enzim pencernaan. Juga, unit Adrenal Gland, Kelenjar endokrin fungsional dalam lobulus hati. yang terletak di bagian atas setiap ginjal. Disebut juga acinus atau acine. Aksila, Lubang kecil di bawah Acoustic Enhancement, lengan tempat ia bergabung dengan bahu pada tubuh. Peningkatan ekogenisitas pada Disebut juga ketiak. jaringan yang berada di A-Mode, Pemeriksaan satu dimensi dimana transduser dengan belakang suatu organ atau menggunakan kristal tunggal yang dipancarkan dan jaringan yang berisi cairan, menyebar melalui jaringan. Echo yang dipantulkan sehingga tidak ada atau hanya ditampilkan di layar sepanjang sumbu waktu sebagai puncak sedikit menimbulkan atenuasi gelombang ultrasound. Acoustic Impedance, Resistensi yang ditawarkan oleh jaringan terhadap pergerakan partikel yang disebabkan oleh gelombang ultrasound. Ini sama dengan produk kepadatan jaringan dan kecepatan gelombang ultrasound dalam jaringan. Karena jaringan memiliki impedansi yang berbeda, ultrasound dapat memberikan gambar bagian tubuh yang dipindai. 194
yang sebanding dengan yang sebenarnya, baik dalam intensitas setiap sinyal. Amplitudo, Panjang satu siklus bentuk, arah, atau jarak. gelombang ultrasound. Ini berbanding terbalik dengan Arteri, Pembuluh darah yang frekuensi dan menentukan resolusi pemindai. membawa darah keluar dari Anechoic, Struktur yang ditampilkan tampak hitam pada jantung. sonogram, artinya tidak ada echo internal dan Benign Prostatic Hyperplasia, memperlihatkan transmisi penuh dari gelombang, Sebuah kelainan histologis (contohnya kista, pembuluh darah, asites kandung empedu diagnosis yang ditentukan oleh dan air). Anemia, Kondisi yang ditandai proliferasi abnormal dari otot dengan kekurangan sel darah merah atau hemoglobin. polos dan sel epitel di jaringan Anteflexion, Keadaan dimana corpus dan fundus uterus prostat. terlipat ke anterior ke arah serviks. Benign Tumor, Massa sel yang Anterior, Lebih dekat ke/atau di depan tubuh. berasal dari satu sel bermutasi Anteversion, Keadaan dimana seluruh bagian uterus mengarah yang telah berulang kali ke anterior. Aorta, Arteri tubuh terbesar, mengalami pembelahan sel muncul dari ventrikel kiri, memiliki empat bagian; aorta tetapi tetap di tempat asalnya. asendens, arcus aorta, aorta thoracalis, dan aorta Biopsi, Pemeriksaan terhadap abdominalis. Artefak, Fitur yang muncul dalam jaringan, organ, atau organisme gambar ultrasound yang tidak sesuai dengan atau mewakili yang hidup. struktur anatomi atau patologis Blass Outlet Obstruction, Penyumbatan pada pangkal kandung kemih. B-Mode, Mengubah gelombang amplitudo menjadi gambaran dengan menggunakan konventer skala abu-abu yang berbeda sesuai dengan intensitas dari setiap sinyal. Calsification, Proses di mana kalsium menumpuk di jaringan tubuh, menyebabkan jaringan mengeras. Cholangitis, Peradangan pada saluran empedu. Cholecystitis, Peradangan pada kandung empedu, (Bahasa= Kolesistitis). Choledocholithiasis, Batu pada saluran empedu. 195
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216