DAR 2/Profesional/027/1/2019 PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA MODUL 1. BAHASA INDONESIA Nama Penulis: Prof. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2019
Judul : Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Penulis : Prof. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D. ISBN : Editor : Penyunting : Desain Sampul dan Tata Letak: Penerbit : Kemendikbud Redaksi : Jl. Distributor Tunggal : Cetakan Pertama : 2019 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak modul ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas kuasa dan izin-Nya, Modul 1 tentang Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dapat diselesaikan dengan baik. Modul 1 ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta Program Profesi Guru (PPG) dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan instrumen penilaian untuk digunakan dalam pembelajaran di SD. Berdasarkan tujuan tersebut, Modul 1 ini dikembangkan menjadi empat kegiatan belajar sebagai berikut: 1. Kegiatan Belajar 1: Ragam Teks dan Satuan Bahasa Pembentuk Teks 2. Kegiatan Belajar 2: Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi 3. Kegiatan Belajar 3: Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Nonfiksi 4. Kegiatan Belajar 4: Apreasiasi dan Kreasi Sastra Anak Kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif dalam mewujudkan penyelesaian Modul 1 ini. Semoga Modul 1 ini dapat memandu peserta PPG dalam melaksanakan pembelajaran mandiri melalui daring, sehingga mereka dapat merencanakan, melaksanakan, dan melakukan penilaian pembelajaran dengan baik, dan pada akhirnya dapat dipraktikkan di sekolah tempat mereka bekerja dengan sebaik-baiknya Bandung, 7 November 2019 Penulis
DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................... iii Daftar Isi ................................................................................................................iv Kegiatan Belajar 1 A. Pendahuluan ....................................................................................................2 Capaian Pembelajaran .....................................................................................4 C. Subcapaian Pembelajaran ................................................................................4 D. Uraian Materi...................................................................................................4 E. Forum Diskusi................................................................................................66 F. Rangkuman ....................................................................................................66 G. Tes Formatif ..................................................................................................67 H. Kunci Jawaban Tes Formatif.........................................................................73 I. Daftar Pustaka .................................................................................................74 Kegiatan Belajar 2 A. Pendahuluan ..................................................................................................77 B. Capaian Pembelajaran ...................................................................................79 C. Subcapaian Pembelajaran ..............................................................................79 D. Uraian Materi.................................................................................................79 E. Forum Diskusi..............................................................................................149 F. Rangkuman ..................................................................................................149 G. Tes Formatif ................................................................................................150 H. Kunci Jawaban Tes Formatif.......................................................................154 I. Daftar Pustaka ...............................................................................................155 Kegiatan Belajar 3 A. Pendahuluan ................................................................................................158 B. Capaian Pembelajaran .................................................................................161 C. Subcapaian Pembelajaran ............................................................................161
D. Uraian Materi...............................................................................................161 E. Forum Diskusi..............................................................................................221 F. Rangkuman ..................................................................................................221 G. Tes Formatif ................................................................................................222 H. Kunci Jawaban Tes Formatif.......................................................................228 I. Daftar Pustaka ...............................................................................................229 Kegiatan Belajar 4 A. Pendahuluan ................................................................................................233 B. Capaian Pembelajaran .................................................................................235 C. Subcapaian Pembelajaran ............................................................................235 D. Uraian Materi...............................................................................................235 E. Forum Diskusi..............................................................................................281 F. Rangkuman ..................................................................................................281 G. Tes Formatif ................................................................................................282 H. Kunci Jawaban Tes Formatif.......................................................................285 I. Tes Sumatif ...................................................................................................285 J. Daftar Pustaka...............................................................................................
DAR 2/Profesional/027/1/2019 MODUL 1 BAHASA INDONESIA KEGIATAN BELAJAR 1 RAGAM TEKS DAN SATUAN BAHASA PEMBENTUK TEKS Nama Penulis: Tatat Hartati, dkk. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2019
KEGIATAN BELAJAR 1 RAGAM TEKS DAN SATUAN BAHASA PEMBENTUK TEKS A. Pendahuluan 1. Deskripsi Singkat Pemahaman yang kuat terhadap pola dan variasi teks merupakan modal budaya atau cultural capital bagi manusia. Pemahaman tentang ragam teks dapat membantu menciptakan koneksi antara pembaca dan penulis. Pembaca akan mampu membaca cepat, dan penulis akan mampu mengantisipasi harapan pembaca ketika membaca tulisannya berdasarkan teks sejenis yang sudah dibaca sebelumnya. Dalam KB 1 ini, Saudara akan mempelajari ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks. Pada pokok bahasan ragam teks, diuraikan materi tentang teks faktual, teks tanggapan, teks cerita dan teks normatif. Selanjutnya, pada pokok uraian satuan bahasa pembentuk teks diuraikan materi tentang kalimat dan paragraf. 2. Relevansi Modul ini disusun secara cermat sesuai dengan tujuan yang harus dicapai dalam implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Materi yang disajikan relevan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional ketika mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan generasi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru, merupakan kemampuan di dalam penguasaan materi pembelajaran, konsep, struktur keilmuan, serta masalah-masalah timbul di dalam pembelajaran. Di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, salah satu kompetensi yang harus dikuasai adalah materi kebahasaan tentang ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks. Tidak
hanya menguasai materi, Saudara juga akan mampu mengembangkan materi ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks secara kreatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar. Hal ini mengingat siswa sekolah dasar memerlukan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Di dalam modul ini, Saudara akan belajar tentang bagaimana memahami peserta didik dengan karakter dan kemampuan bahasa yang beragam dari segi perkembangan bahasa, ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks. Di samping itu Saudara diminta merancang perencanaan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks. 3. Petunjuk Belajar Untuk membantu Saudara memahami modul ini perlu diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut: a. Bacalah dengan cermat uraian-uraian penting yang terdapat di dalam modul ini sampai Saudara memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini! b. Pahamilah pengertian – pengertian yang terdapat di dalam modul ini melalui pemahaman dan pengalaman sendiri serta diskusikanlah dengan mahasiswa atau dosen pembimbing Saudara! c. Bacalah dan pelajarilah sumber-sumber lain yang relevan. Saudara dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk internet! d. Mantapkanlah pemahaman Saudara melalui pengerjaan tes formatif yang tersedia dalam modul ini dengan baik. Kemudian, nilai sendiri tingkat pencapaian Saudara dengan membandingkan jawaban yang telah Saudara buat dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat diakhir modul! e. Diskusikanlah apa yang telah dipelajari, termasuk hal-hal yang dianggap masih sulit, dengan teman-teman Saudara! Selamat belajar. Semoga berhasil.
B. Inti Pada bagian inti modul ini, akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan (1) capaian pembelajaran, (2) subcapaian pembelajaran, (3) uraian materi, dan (4) forum diskusi. 1. Capaian Pembelajaran Sesuai isi Kurikulum PPG PGSD 2019, Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan (CPMK) ke-2 Pendalaman Materi Bidang Studi Bahasa Indonesia untuk KB-1 adalah menguasai materi berbagai ragam teks, satuan bahasa pembentuk teks serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD 2. Subcapaian Pembelajaran Berdasarkan capaian pembelajaran di atas, dijabarkan subcapaian pembelajaran untuk KB-1 ini adalah: a. menganalisis berbagai ragam teks; b. menganalisis satuan bahasa pembentuk teks; dan c. merancang pembelajaran ragam teks di sekolah dasar. 3. Uraian Materi Dalam KB 1, Saudara akan mempelajari materi ragam teks yang mencakup teks faktual, teks cerita, teks tanggapan, dan teks normatif. Selain itu, Saudara juga akan mempelajari materi satuan bahasa pembentuk teks yang mencakup kalimat dan paragraf. Sebelum Saudara mempelajari ragam teks lebih lanjut, bacalah beberapa teks di bawah ini! Pahami isinya, kemudian diskusikan dengan teman Saudara, tentang isi teks, karakteristik masing-masing teks, dan bentuk teks tersebut. Teks 1. Penyelidikan Kebakaran Pasar Ngunut Tulungagung Butuh Waktu 1 Minggu Tim Laboratorium Forensik Polda Jawa Timur hingga saat ini tengah melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab terjadinya kebakaran di Pasar Ngunut Tulungagung. Salah satu pasar
sentral di Tulungagung itu mengalami kebakaran besar pada Jumat 8 November 2019 sekitar pukul 17.30 WIB. Perwira Urusan Humas Polres Tulungagung Ipda Anwari mengatakan, pemeriksaan itu biasanya membutuhkan waktu sekitar seminggu. \"Terhitung dari pelaksanaan (olah TKP), seminggu (hasil keluar),\" ujar Anwari saat dihubungi melalui ponsel, Senin (11/11/2019). (dimodifikasi dari: kompas.com) Teks 2. Tangisan Yang Tulus Ditengah malam yang sunyi, Putri Liliput duduk termenung melihat bulan dan bintang. Dia tidak peduli dengan apapun di sekelilingnya, tetapi dia hanya pedulikan rasa damai dan tenang bersama dengan semilir angin yang seolah-olah membelainya dengan penuh rasa sayang. Sebagai putri kerajaan Liliput, dia memikirkan nasib rakyat yang tidak bahagia karena perbuatan ayahnya yang seenaknya sendiri. Ia berjuang keras untuk memperjuangkan hak rakyatnya tetapi tetap saja hasilnya nihil. Karena ayahnya tidak lain adalah raja kerajaan Liliput yang selalu merusak dan menggagalkan rencananya. Dia menangis dan menyesal karena perbuatan ayahnya. Mendadak seorang kakek lewat dan mengajaknya bicara. Putri Liliput pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya kepada kakek tersebut. Kakek tersebut hanya tersenyum lalu berkata, “Tuan putri, jika kau memang ingin memperjuangkan apa yang menurutmu benar, teruslah berjuang!! Serta jangan pernah hiraukan apapun resikonya, tetapi pikirkanlah anugerah apa yang akan kau peroleh jika kau terus bekerja keras dan melakukan dengan sepenuh hati. Percayalah!”. Setelah itu sang kakek menghilang dari pSaudarangan sang putri. Putri Liliput pun kaget, dan perkataan kakek tadi terngiang-ngian terus di pikirannya. Lalu dia bergegas menemui ayahnya, dia menangis di kaki ayahnya sembari memohon. “Ayah… dengan tidak mengurangi rasa hormatku padamu, aku mohon jangan siksa rakyat kecil dengan ketidakadilan dan ketidaksewenangan yang ayah lakukan. Apa salah mereka ayah? Mereka mencintai ayah dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga, mereka menghormati ayah.---” Raja pun turut menangis dan berkata, “Anakku, kau memang gadis yang berhati mulia, tangisan tulusmu telah meluluhkan hatiku. Baiklah, mulai sekarang aku akan berlaku adil kepada mereka dan tidak semena-mena lagi. Aku akan berusaha mencintai mereka dengan sepenuh hati seperti engkau mencintai mereka. “Terimakasih ayah.. Ayah memang lelaki terbaik di dunia ini”. Putri liliput memeluk erat ayahnya.
Sejak saat itu, semua rakyat kerajaan Liliput termasuk raja dan putri Liliput berbahagia karena penindasan yang dilakukan raja sudah tidak ada lagi. Rakyat sangat berterimakasih kepada Putri Liliput karena berkat tangisan tulusnya, hati raja bisa luluh. Dimodifikasi dari: https://www.yuksinau.id/contoh-teks-cerita-ulang/) Teks 3 Tidur Secara Teratur Dapat Memelihara Kesehatan Tubuh dan Otak Tubuh dan otak manusia merupakan organ utama yang sangat rentan terkena virus. Ketahanan organ lain manusia bergantung pada kondisi fisik tubuh dan fikiran. Ketika tubuh manusia sudah tidak mampu mentolerir virus dari luar maka, organ vital lainnya yang berada didalam tubuh juga akan terserang virus. Itulah mengapa kesehatan tubuh sangat penting dilakukan. Begitu juga ketika fikiran manusia terganggu atau kelelahan maka organ yang lain juga akan terganggu. Salah satu cara menjaga kesehatan tubuh dan memelihara fungsi otak yang paling lazim dan praktis adalah membiarkan kedua organ utama tubuh kita beristirahat sesuai dengan anjuran kesehatan. Tubuh manusia jika diibaratkan dengan benda, sama halnya dengan barang elektronik lainnya yang apabila terus-terusan digunakan akan menyebabkan kerusakan. Seseorang yang berfikir terlalu sering juga akan menjadi beban fikiran yang berimplikasi terhadap kesehatan. Tidur merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dapat mengistirahatkan tubuh dan otak manusia. Manusia dianjurkan tidur minimal 6 jam perharinya untuk tetap menjaga fungsi organ tubuh dan otak. Terbukti ketika seseorang mengalami kekurangan tidur maka tubuhnya akan terasa sakit dan kepala yang terasa aagak berat. Hal tersebut dirasakan karena tubuh dan otak tidak menerima istirahat yang cukup. Ketika kita tertidur, organ dan otak akan memperbaiki dirinya sendiri dan mengembalikan stamina dan energi yang terkuras selama kita terbangun. Orang yang memiliki kebiasaan tidur larut malam bahkan begadang semalamam rentan terkena penyakit berbahaya. Penelitian membuktikan bahwa orang yang memiliki kebiasaan tersebut terkena diabetes meskipun kadar gula yang mereka konsumsi tiap harinya rendah. Karena tidur pada malam hari, tubuh manusia memproduksi insulin yang berfungsi sebagai penyeimbang kadar gula dalam darah. Meskipun tidur dianggap hal yang sepele namun kegiatan ini sangatlah penting untuk menjaga kesehatan harian manusia terutama orang-orang yang bekerja baik fisik dan otak pada siang. (dimodifikasi dari https://www.yuksinau.id/contoh-teks-eksposisi/)
Teks 4. Fahro Suatu hari di perkampungan daerah desa Mojolaban hiduplah seorang anak tunggal yang bernama Fahro, Fahro adalah anak yang rajin karena dia selalu menuruti nasihat dari orang tuanya. Tidak hanya itu, Fahro termasuk anak yang mandiri dan juga taat beribadah. Di waktu kecil nya Fahro bersekolah di SDN 1 Mojolaban yang tempatnya sangat dekat dari rumahnya, hampir setiap hari Fahro tidak pernah terlambat ke sekolah dan dia juga selalu mendapatkan ranking 10 besar, apalagi ketika Fahro duduk di kelas 6 dia sudah bisa mendapatkan prestasi meraih ranking 2 paralel di sekolahnya. Sehabis pulang dari sekolah Fahro tidak langsung pergi tidur melainkan dia melakukan sholat duhur dan diteruskan dengan mengaji. Masa kecil Fahro memang sangat disiplin sampai dia menginjak masa remaja. Pada tanggal 2 Januari tahun 2007 Fahro pindah ke daerah Lamongan, karena ayah Fahro yang bekerja sebagai buruh pabrik terkena phk yang membuat dia terpaksa mencari pekerjaan baru. Saat di Lamongan ayah Fahro bekerja sebagai wartawan, jadi agak larut malam pulangnya sampai sampai Fahro jarang untuk bertemu ayahnya sendiri. Di lamongan Fahro bersekolah di SMPN Jaya dia masih rajin dan berdisiplin, setiap hari dia selalu mengerjakan tugas tugasnya di sekolah. Hal ini tetap berlanjut sampai dia akhirnya lulus dan diterima di sma favorit di SMAN 4 Jakarta, lalu sewaktu dia berumuh 17 tahun ibunya meninggal dunia jadi setelah itu Fahro merasa sangat sedih dan tak pernah lupa akan kesedihannya itu, dia selalu mencari cari cara untuk melupakannya dimulai dari banyak mencari kenalan teman baru, melakukan aktifitas aktifitas olahraga, dan pergi bersama teman dekatnya. Hal itu kerap ia lakukan hingga Fahro tidak sadar akan apa yang dia lakukan itu. Sekarang Fahro kerap membolos sekolah, tak pernah mengerjakan tugas tugas setiap matapelajaran, dan juga sampai minum minuman keras. Meskipun Fahro dulunya orang yang sangat disiplin tetapi karena keadaan yang menyakitkan itu dia menjadi seperti ini, apalagi sekarang ayah Fahro yang sangat sibuk akan dan tidak pernah lagi memberi nasihat kepada Fahro. Fahro berubah menjadi anak yang nakal dan hampir saja dia dikeluarkan dari sekolah, sebenarnya Fahro mempunyai sahabat yang bernama Irul. Irul selalu mengingatkan Fahro untuk menghentikan perbuatan perbuatannya itu yang pasti akan merugikan Fahro, tetapi Fahro tidak pernah menghiraukannya. Suatu hari Fahro pulang sangat larut malam sekitar jam setengah 3 pagi, saat tertidur pulas dia bermimpi bertemu ibunya yang sangat ia sayangi Fahro memeluk erat ibunya itu, dan keesokan harinya Fahro bangun dengan tetesan air mata yang menggenangi matanya. Setelah itu dia tersadar untuk berubah menjadi orang yang benar seperti apa yang
selalu diajarkan ibunya. Dan pada akhirnya Fahro bisa membenahi sikapnya dan melanjutkan sekolahnya dengan benar, hingga akhirnya ia meraih prestasi yang ia inginkan. Sekarang Fahro sudah sukses, dia berhasil dalam usaha wiraswastanya di bidang peternakan sapi. Dimodifikasi dari: http://anggizhfr.blogspot.com/2016/02/cerpen- pelanggaran-tata-tertib.html Setelah Saudara membaca 4 teks di atas, apakah Saudara paham isinya? Dapatkah Saudara menemukan perbedaan keempat teks tersebut, bagaimanakah karakteristik masing-masing teks? Keempat teks tersebut memang berbeda untuk lebih jelasnya pelajarilah uraian berikut ini. a. Ragam Teks Ragam teks adalah macam atau jenis teks/naskah berupa kata-kata asli pengarang, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya. Sementara itu, menurut Nurgiyantoro (2014) ragam teks adalah macam atau tipe teks yang memiliki karakteristik umum. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mitchel (2003) yang mengemukakan bahwa ragam teks merupakan kategori pengelompokan teks yamg berdasarkan isi dan bentuk. Dengan demikian, ragam teks adalah pengelompokkan teks berdasarkan isi dan bentuk teks di antaranya macam-macam atau jenis-jenis teks yang terdiri atas teks faktual, teks cerita, teks tanggapan, dan teks normatif. 1) Teks Faktual Sebelum mempelajari teks faktual, bacalah teks di bawah ini! Tak Konsisten Suara alarm begitu keras mengusik tidur Joni yang begitu terlelap. Dia masih mengeliat menahan rasa kantuk. Kemudian perlahan membuka matanya. “Oh Tuhan!” Joni terkaget melihat jam ternyata pukul 7 pagi. Dia langsung bergegas mandi dan merapikan diri lalu tancap gas untuk pergi ke kantor. Sesampai di kantor, dia sudah telat menghadiri meeting yang dilaksanakan lebih cepat dari jam biasannya karena bosnya akan
segera ke luar kota. “Permisi, Pak. Bolehkah saya masuk?” Tanya Joni pada bosnya yang sedang memimpin meeting. ”Silahkan duduk, Jon, tapi maaf hari ini proyekmu digantikan Hamid.” “Tapi kenapa, Pak? Saya hanya telat sebentar.” “Bukan masalah sebentar atau lama. Kita di sini para pekerja profesional. Proyek itu sudah lama saya percayakan padamu tapi kamu ternyata tidak bisa konsisten. Walaupun telat sebentar, ada temanmu yang bisa memberi ide bagus untuk proyek itu. Jadi maaf, sudah bagus kamu tidak saya keluarkan dari tim.” Jelas bosnya dengan tegas. Seketika Joni terdiam dengan wajah pucat. Setelah meeting selesai joni pergi menuju meja kerjanya. “Ada apa hari ini, Jon? Kamu sampai terlambat tak seperti biasanya.” “Ini salahku, Mer. Aku begadang nonton bola sampai larut malam, sampai lupa kalau ada proyek penting yang seharusnya menguntungkan bagiku.” “Oalah makanya utamakan profesi dari pada hobi.” Sambung Meri sedikit menasehati. (dimodifikasi dari http://thegorbalsa.com/contoh-cerpen-singkat) Setelah Saudara membaca teks di atas, dapatkah Saudara menjelaskan isi yang terkandung di dalamnya? Adakah persamaan dengan teks sebelumnya? Apakah teks tersebut berisi data dan fakta? Apakah teks tersebut bersifat nyata dan benar-benar terjadi? Coba bandingkan dengan teks berikut ini. Sungai Ciliwung Kembali Meluap Terjadi banjir bSaudarang di sekitar sungai Ciliwung, banjir tersebut disebabkan oleh adanya curah hujan yang turun dengan sangat deras dari jam 18.00 WIB sampai pagi pukul 08.00 WIB. Sudah banyak keluarga dari 3 desa yang terendam telah mengungsi ke kampung sebelah. Sekitar 130 kepala keluarga terancam kehilangan tempat tinggal mereka disebabkan oleh banjir. Pemerintah dengan segera memberikan bantuan berupa makanan, minuman, air bersih, pakaian dan obat- obatan. Sebelumnya, sudah pernah terjadi banjir yang melanda desa tersebut 3 tahun silam. Namun, rupanya banjir pada tahun ini jauh lebih besar jika dibandingkan banjir tahun sebelumnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah kebiasaan masyarakat sekitar yang membuang sampah sembarangan di sungai Ciliwung, hingga mengakibatkan banjir pada musim hujan. (dimodifikasi dari https://moondoggiesmusic.com)
Bagaimanakah hasil Saudara membandingkan dua teks tersebut, apa yang Saudara ketahui? Apakah teks kedua berisi data dan fakta? Apakah teks kedua bersifat nyata dan benar-benar terjadi? Benar, pada teks pertama tidak ditemukan adanya data dan fakta. Selain itu, kejadian yang diceritakan pun bukanlah kejadian yang bersifat nyata, tapi bersifat fiktif. Teks pertama tidak termasuk ke dalam teks faktual. Sebaliknya, pada teks kedua terdapat data dan fakta mengenai peristiwa banjir di sekitar sungai Ciliwung yang disebabkan oleh curah hujan yang deras. Data yang terdapat pada teks kedua mencakup: a) jumlah kepala keluarga yang menjadi korban banjir sebanyak 130 kepala keluarga; b) bantuan yang diberikan oleh pemerintah berupa makanan, minuman, air bersih, pakaian, dan obat-obatan; dan c) data tentang riwayat banjir bandang yang melanda desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa teks kedua termasuk ke dalam teks faktual. Agar pemahaman Saudara tentang teks faktual lebih jelas, berikut ini akan diuraikan tentang pengertian teks faktual, rmacam-macam teks faktual beserta contohnya. Teks faktual adalah teks yang berisi suatu kejadian yang bersifat nyata, benar-benar terjadi, tetapi tidak terikat dengan waktu. Dengan kata lain, suatu kejadian yang faktual bisa terjadi di masa lalu atau pun masa sekarang. Menurut Mahsun (2018), teks genre faktual dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teks deskripsi dan teks prosedur/arahan. Agar lebih jelas kedua genre tersebut akan diuraikan di bawah ini. a) Teks Deskripsi Bacalah teks berikut ini! Olahraga untuk kesehatan tubuh Olah raga mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi tubuh kita. Jika kita sering berolahraga, tubuh kita akan segar dan bugar kembali.Namun, ada beberapa hal yang harus di perhatikan saat kita berolah raga, seperti kuat tidaknya jantung kita jika berolahraga dalam jangka waktu yang lama.
Setiap orang memiliki kekuatan jantung yang berbeda-beda,ada jantung yang kuat berolahraga dalam jangka waktu yang lama karena sudah terlatih dalam bidang olah raga, ada juga jantung yang tidak kuat. (dimodifikasi dari https://notepam.com) Coba perhatikan teks di atas apakah teks tersebut menggambarkan suatu objek/benda/peristiwa berdasarkan ciri spesifiknya? Apakah teks tersebut menggambarkan ciri spesifik suatu objek/benda/peristiwa? Coba bandingkan dengan teks di bawah ini! Keindahan Pantai Nusa Penida Pantai Nusa Penida memiliki keindahan alam yang menarik, khususnya bagi wisatawan yang mendambakan suasana nyaman, tenang, jauh dari kebisingan kota. Pohon-pohonnya rindang. Bentangan lautnya luas. Bagi penyelam, Pantai Nusa Penida menawarkan alam bawah laut yang sangat indah. Ikan warna-warni berenang saling berkejaran di laut lepas. Karang berbaris membentuk pemSaudarangan yang eksotis. Di sore hari, kita bisa melihat matahari terbenam yang merupakan saat sangat istimewa. (dimodifikasi dari http://kompasiana.com) Setelah Saudara membandingkan dua teks tersebut, apakah Saudara menemukan perbedaan antara teks pertama dan teks kedua? Benar, teks pertama berisi pendapat penulis tentang manfaat olah raga dan hal-hal yang harus diperhatikan ketika berolahraga. Sedangkan teks kedua berisi gambaran spesifik pantai Nusa Penida. Jadi teks pertama tidak termasuk ke dalam teks deskripsi, sedangkan teks kedua adalah teks deskripsi. Agar lebih jelas, berikut ini akan diuraikan pengertian teks deskripsi beserta contohnya. Teks deskripsi adalah tipe teks yang memiliki tujuan sosial untuk menggambarkan suatu ojek/benda secara individual berdasarkan ciri fiksinya. Gambaran yang dipaparkan dalam teks ini haruslah yang spesifik menjadi ciri keberadaan objek yang digambarkan. Teks deskripsi adalah sebuah teks/wacana yang disampaikan dengan cara meggambarkan secara jelas objek, tempat atau peristiwa yang sedang menjadi topik kepada pembaca, sehingga pembaca seolah- olah merasakan langsung apa yang sedang diungkapkan dalam teks tersebut (Ulfa, 2018). Teks deskripsi tidak dapat digeneralisasi karena lebih bersifat penggambaran ciri khusus objek yang dideskipsikannya. Berbeda dengan teks
laporan penggambaran pada teks laporan dapat di generalisasi. Teks deskripsi memiliki struktur berpikir yaitu: pernyataan umum dan uraian setiap bagian- bagiannya (Mahsun, 2018). Contoh jelasnya, dapat dilihat pada bagan berikut. Tabel 1. Contoh Teks Deskripsi Struktur Teks Teks Judul Pantai Jumiang Pemekasan Pernyataan Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya untuk Umum dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu ciptaan Tuhan yang yang bermanfaat bagi manusia adalah pantai. Pantai Uraian bagian- Jumiang merupakan salah satu pantai yang keberadaannya bagian sangat bermanfaat bagi manusia disekitarnya. Pantai Jumiang merupakan pantai yang ada di Pulau Madura, tepatnya di Desa Tanjung. Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pemakasan. Pantai ini berjarak sekitar 12 km dari pusat kota Pamekasan, Jalan menuju objek wisata ini kondisinya beraspal cukup baik. Kendaraan yang berlalu lalang tidak banyak, sehingga perjalanan dengan menggunakan mobil dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dari Kota Pamekasan. Pantai Jumiang memiliki pemSaudarangan alam yang tidak jauh berbeda dengan wisata Tanah Lot di Bali. Di pantai Jumiang banyak batu karang yang sangat kokoh walaupun berkali-kali diterjang ombak. Ombak yang menghantam karang-karang tersebut menyuguhkan pemSaudarangan yang sangat indah untuk dilihat. Ombak yang bergulung- gulung berkejaran dari laut lepas. Kalau berjalan mu;ai dari arah barat, kita akan menjumpai aneka pepohonan yang mengitari Pantai Jumiang, mulai dari pohon mimba, kosambi, malandingan, bahkan semak- semak yang makin menambah uniknya Pantai Jumiang. Apabila melihat selatan, kita akan terpesona luas dari indahnya laut, ombak bergulung-gulung saling berkejaran, serta bebatuan yang membentuk rongga yang eksotik. Lain halnya apabila pSaudarangan kita arahkan ke Utara Pantai Jumiang. Kita akan menyaksikan hamparan sawah, para petani yang mengolah sawah, dan burung-burung bertebangan yang melengkapi pesona Pantai Jumiang. Terdapat pemSaudarangan yang cukup mencolok di Pantai Jumiang. Di tengah-tengah Pantai Jumiang terdapat sebuah makam yang disakralkan oleh masyarakat setempat. Makam tersebut banyak dikunjungi oleh orang-orang yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada malam Jumat manis makam tersebut lebih ramai daripada hari-hari biasanya. (Sumber: Mahsun, 2018) Sebuah teks, tentu memiliki struktur yang membentuk teks. Struktur pembentuk teks ini diikat oleh benang pengikat yang berupa pengulangan konstruksi “...Pantai Jumiang...”, “..ombak..” dan lain-lain. Untuk mengikat bagian-bagian yang dideskripsikan, penulis menguraikannya secara berturut-turut dengan menggunakan petunjuk arah: “...barat...”, “...selatan...” dan “...utara...”. Berikut adalah teks deskripsi , silakan Saudara analisis teks deskripsi tersebut seperti contoh di atas. Parangtritis nan Indah Salah satu andalan wisata Kota Yogyakarta adalah Pantai Parangtritis. Tepatnya, Pantai Parangtritis berada di Kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai ini terletak sekitar 27 km arah selatan Yogyakarta. Pemandangan Pantai Parangtritis sangat memesona. Di sebelah kiri, terlihat tebing yang sangat tinggi. Di sebelah kanan, kita bisa melihat batu karang besar yang seolah-olah siap menjaga gempuran ombak yang datang setiap saat. Pantai bersih dengan buih-buih putih bergradasi abu-abu dan kombinasi hijau sungguh elok. Kemolekan pantai secara sempurna di sore hari. Di sore hari, kita bisa melihat matahari terbenam yang merupakan saat sangat istimewa. Lukisan alam yang sungguh memesona. Semburat warna merah keemasan di langit dengan kemilau air pantai yang tertimpa matahari sore menjadi pemandangan yang memukau. Rasa hangat berbaur dengan lembutnya hembusan angin sore, melingkupi seluruh tubuh. Seakan tersihir, kita menyaksikan secara perlahan matahari seolah-olah masuk ke dalam hamparan air laut. Banyaknya wisatawan yang selalu mengunjungi Pantai Parangtritis membuat pantai ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Di Pantai Parangtritis ini kita bisa menyaksikan kerumunan anak-anak bermain pasir. Tua muda menikmati embusan segar angin laut. Kita juga bisa naik kuda ataupun angkutan sejenis andong yang bisa membawa kita ke arah karang laut yang sungguh sangat indah. Dimodifikasi dari: Kosasis & Kurniawan, 2019 b) Teks Prosedur/Arahan Teks prosedur/ arahan merupakan jenis teks yang termasuk genre faktual, subgenre prosedural. Menurut Mahsun (2018), “Tujuan sosial teks ini adalah
mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah di tentukan.” Jenis teks ini lebih menekankan pada aspek bagaimana melakukan sesuatu, yang dapat berupa salah satunya percobaan atau pengamatan. Teks ini memiliki struktur berpikir: judul, tujuan, daftar bahan (yang diperlukan untuk mencapai tujuan), urutan tahapan pelaksanaan, pengamatan, dan simpulan. Untuk lebih jelasnya dapat dicermati contoh teks berikut. Tabel 2. Contoh Teks Prosedur/Arahan Benda Pengantar Listrik Judul Menyalakan lampu dengan memanfaatkan energi Tujuan listrik Daftar Bahan Untuk mengetahui benda yang dapat mengantar listrik, maka perlu dilakukan percobaan. Sebelum Urutan tahapan percobaan dilaksanakan, perlu di siapkan bahan pelaksanaan bahan yang diperlukan. Bahan-bahan yang diperlukan itu adalah: (a) baterai, (b) dua buah Pengamatan kabel, (c) bohlam, (d) benang, dan (e) tali plastik. Simpulan Setelah bahan-bahan yang digunakan terkumpul, Sumber: Mahsun (2018) maka langkah yang ditempuh adalah berikut ini. Pertama, hubungan kedua kabel masing-masing pada kedua ujung baterai. Selanjutnya, hubungkan kedua ujung kabel ke bohlam. Bohlam akan menyala. Kemudian, gantikan kabel itu dengan benang. Hubungankan kedua benang pada kedua ujung baterai. Setelah itu, hubungkan kedua benang itu ke bohlam. Bohlam tidak menyala. Akhirnya, hal yang sama, ganti kedua benang itu dengan tali plastik. Kemudian hubungkan kedua tali plastik itu ke bohlam. Bohlam tidak meyala. Dari percobaan tersebut, terlihat bahwa bohlam menyala ketika dihubungkan pada baterai dengan menggunakan kabel. Namun, bohlam tidak menyala ketika dihubungkan pada baterai dengan menggunakan benang atau tali plastik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kabel dapat mengantar arus listrik, sedangkan benang dan tali plastik tidak dapat mengantar arus listrik. Untuk mengikat semua struktur teks agar menjadi satu, pemanfaatan konjungsi penghubung antarparagraf pengisi struktur teks dimanfaatkan,
misalnya:”...setelah bahan-bahan..” , “...dari percobaan tersebut...”, dan “...dengan demikian...” merupakan konjungsi penghubungan antarparagraf dalam struktur yang berbeda. Konjungsi: “...setelah bahan-bahan...” digunakan untuk megikat struktur “daftar bahan” dengan struktur “Urutan tahapan pelaksanaan” sedangkan konjungsi “...dari percobaan tersebut...” digunakan untuk mengikat struktur urutan tahapan pelaksanaan” dengan struktur “pengamatan”, dan konjungsi “...dengan demikian...” digunakan untuk mengikat struktur “pengamatan” dengan struktur “simpulan”, dengan cara demikian seluruh struktur teks menjadi satu kesatuan yang kohesif. Untuk menambah pemahaman Saudara, silakan Saudara mencari lagi contoh-contoh teks prosedur/arahan. Sebagai bahan latihan analisislah teks prosedur berikut seperti contoh di atas. Membuat Batik Tulis Proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan teknik, ketelitian, dan kesabaran yang tinggi. Batik sebagai warisan budaya yang agung perlu kita lestarikan. Dengan latihan yang tekun dan semangat melestarikan budaya, kita dapat belajar membuat batik tulis. Pembuatan batik tulis membutuhkan bahan dan alat yaitu: 1) canting, 2) pensil pola, 3) kain mori putih,4) lilin malam (wax), 5) kompor atau pemanas lilin malam, 6) bahan pewarna kain. Adapun langkah membuatnya sebagai berikut: 1) Siapkan kain mori/sutra, kemudian buatlah motif di atas kain tersebut dengan menggunakan pensil, 2) Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau letakkan kain pada gawangan dengan posisi melebar supaya mudah dibatik. 3) Panaskan malam/lilin ke dalam wajan dengan api kecil sampai malam.lilin mencair sempurna. Untuk menjaga agar suhu kompor/anglo stabil, biarkan api tetap menyala kecil.4) Ambil sedikit malam yang sudah cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar agar tidak terlalu panas kemudian torehkan canting dengan mengikuti pola. Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai malam yang cair menetes di atas permukaan kain karena karena akan mempengaruhi hasil motif batik. Canting untuk bagian halus dan kuas untuk bagian berukuran besar. Proses ini bertujuan agar pada saat pencelupan bahan/kain ke dalam larutan pewarna bagian yang diberi lapisan malam tidak terkena pewarna. 5) Setelah semua motif yang tidak ingin diberi warna tertuttup oleh malam/lilin, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna. 6) Proses ini merupakan pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh malam. Sebaiknya, pencelupan dimulai dengan warna- warna muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap pada
tahap berikutnya. 7) Jemur kain yang telah diwarnai sampai kering. 8) Setelah kering, lakukan proses pelodoran yaitu dengan cara lilin dikerik dengan pisau, kemudian kain direbus bersama-sama dengan air yang telah diberi soda abu. Proses ini bertujuan menghilangkan lapisan malam sehingga motif yang telah digambar menjadi terlihat jelas. Jika diinginkan beberapa warna pada batik yang kita buat, proses dapat diulang beberapa kali tergantung pada jumlah warna yang kita inginkan.9) Setelah kain bersih dari malam, lakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan malam, pewarnaan kedua, dan seterusnya. Proses diulang seperti proses sebelumnya sebanyak jumlah warna yang diinginkan. 10) Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dan soda untuk mematikan warna yang menempel pada batik. Hal ini untuk menghindari kelunturan. 11) Proses terakhir, rendam batik dalam air dingin dan jemur sebelum dapat digunakan dan dipakai. 12) Perlu ketelitian dan kecermatan untuk belajar membatik. Demikianlah cara membuat batik, meski agak sulit, tidak ada salahnya dicoba. Berkreasilah untuk melestarikan tradisi dan warisan nenek moyang kita. (Dimodifikasi dari: Kosasih & Widianingsih, 2019) 2) Teks Tanggapan Teks tanggapan adalah teks yang berisi sambutan terhadap ucapan (kritik, komentar, dan sebagainya) dan apa yang diterima oleh pancaindra, bayangan dalam angan-angan. Teks genre ini dapat dibedakan menjadi dua buah teks, yaitu teks eksposisi dan teks ekplanasi (Mahsun, 2018, & Tim Sergu dalam jabatan, 2017). a) Teks Eksposisi Teks ini berisi paparan gagasan atau usulan sesuatu yang bersifat pribadi. Itu sebabnya, teks ini sering juga disebut sebagai teks argumentasi satu sisi (Wiratno, 2014). Struktur berpikir yang menjadi muatan teks ekposisi adalah: tesis/pernyataan pendapat dan alasan/argumentasi, serta pernyataan ulang pendapat. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat di dalam contoh berikut.
Tabel 3 Contoh Teks Eksposisi Struktur Teks Teks Judul Goa Ngerit Nyaris Dilupakan Tesis/Pernyataan Goa Ngerit yang berada di Desa Pakel, Kecamatan Pendapat Watulimo, Kabupaten Trenggalek sudah lama tidak Argumentasi terdengar gaungnya. Tempat tersebut sudah jarang sekali dikunjungi orang sebagai tempat rekreasi. Mengapa hal itu Pernyataan bisa terjadi? Ulang Pendapat Ada beberapa alasan mengapa tempat tersebut kini jarang dikunjungi. Pertama, keindahan Goa Ngerit sudah tidak seperti yang dulu. Masyarakat sekitar tampak secara liar menambang batu yang ada di sekitar sungai maupun ditubuh goa. Hal itu mengurangi keindahan dari tubuh goa itu sendiri dan tebing sungai tampak semakin curam. Kedua, kini tidak lagi terdengar kicauan burung yang merdu karena sudah banyak yang mati diburu secara liar. Masyarakat dengan bebesnya berburu burung atau hewan lain karena merasa tidak ada sangsi yang tegas. Ketiga, habitat sungaipun juga mulai terganggu karena menggunakan obat dan alat strum ketika menangkap ikan sehingga kejernihan serta keaslian sudah tidak kentara lagi. Keempat, kesejukan dan keindahan tempat itu kini tidak terasa lagi. Pencurian/penebangan hutan dianggap sudah seperti pekerjaan biasa bagi masyarakat sekitar tanpa berpikir dampaknya. Kelima, pemerintah tidak pernah memikirkan akses jalan menuju ke lokasi tersebut saat membangun jalan utama, sehingga tempat tersebut terkesan terkucil karena sulit dijangkau oleh pengunjung. Melihat kenyataan itu perlu perhatian dari pemerintah daerah dan kesadaran dari masyarakat untuk mengembalikan keindahan Goa Ngerit agar menjadi tempat wisata yang bisa mendatangkan pendapatan daerah Kota Trenggalek pada umumnya dan sarana mengais rezeki bagi masyarakat di sekitar Goa Ngerit pada Khususnya. Trimulat (dalam Mahsun, 2018) Pada teks di atas, penggunaan konjungsi penghubung antarkalimat, yang berupa nomina bilangan: “...pertama...”, “...kedua...”, “...ketiga...”, ”...keempat...”, dan “...kelima...”, konjungsi ini relatif sama dengan konjungsi yang digunakan pada teks genre cerita dan genre faktual: prosedur. Hanya bedanya, konjungsi pada teks eksposisi digunakan untuk mengurut alasan-alasan yang digunakan untuk memperkuat pendapat, sedangkan pada kedua genre tersebut masing-
masing digunakan untuk mengurutkan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama dan untuk mengurut tahapan pelaksanan percobaan. Saudara silakan teks eksposisi berikut ini dianalisis sesuai contoh di atas, sebagai latihan Saudara. Nasib Hutan Kita yang Semakin Suram Oleh Wisnu Rusmantoro Jika pemerintah tak cepat bertindak dalam 10 tahun mendatang, maka hutan Sumatera akan musnah dan diikuti oleh musnahnya hutan Kalimantan. Pengelolaan hutan di sepanjang tahun 2002 tak menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya, kecenderungannya justru semakin memburuk. Kebakaran hutan masih terus terjadi; penebangan liar semakin meningkat. Diperburuk lagi dengan rencana pembukaan lahan hutan lindung bagi pertambangan. Keadaan tersebut jelas menambah suram nasib hutan selama 2002. Keterpurukan sektor kehutanan bersumber dari sistem pengelolaan yang didominasi oleh pemerintah pusat dan mengesampingkan keberadaan masyarakat lokal. Adanya konflik- konflik seperti antarmasyarakat lokal, masyarakat lokal dengan perusahaan, atau antara masyarakat lokal dan pemerintah, semakin memperburuk kondisi kehutanan di Indonesia. Selain itu, lemahnya penegakan hukum menyebabkan makin parahnya keruakan hutan. Kerusakan hutan telah mencapai kurang lebih dua juta ha per tahun. Hal ini berarti setiap menitnya kita kehilangan hutan seluas tiga hektare atau sama dengan enam kali luas lapangan bola. Reformasi tahun 1998 diharapkan membawa perbaikan bagi sektor kehutanan. Namun kenyataan di lapangan justru sebaliknya. Beberapa hal justru mempercepat laju kerusakan hutan di Indonesia hampir dua kali lipat. Penyebabnya antara lain dengan adanya tekanan masyarakat akibat krisis ekonomi. Kondisi demikian mengakibatkan merajalelanya penebangan liar. Bersamaan dengan itu, eksploitasi sumber daya alam oleh pemerintah juga semakin meningkat sebagai konsekuensi dari kebutuhan pemerintah untuk membayar utang negara. Belum lagi adanya otonomi daerah, yang mendorong pemerintah lokal meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)-nya dengan menebang hutan secara berlebihan. Sebelum itu, kondisi hutan Indonesia benar-benar sudah memprihatinkan. Dalam kurun waktu 50 tahun, hutan alam Indonesia mengalami penurunan luas sebesar 64 juta hektare. Pembukaan hutan alam di dataran rendah di Sulawesi
telah memusnahkan keanekaragaman hayati. Berjuta-juta spesies flora dan fauna musnah dengan percuma. Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan menambah masalah kerusakan hutan. Munculnya El Nino secara priodik diperkirakan tiap 2-7 tahun memperburuk kondisi hutan. Selama bulan JanuaI-Oktober 2002, 45% dari keseluruhan titik kebakaran terkonsentrasi di Provinsi Riau. Kemudian Oktober 2002 terjadi kenaikan jumlah titik kebakaran yng cukup signifikan di Provinsi Riau, Sumatera Barat, dan Jambi. Di Sumatera, bardasarkan titik kebakaran terjadi di hutan rawa gambut sebanyak 49%, alang-alang 13%, hutan dataran rendah 10%, permukiman/pertanian masyarakat 10%, perkebunan 8%, dan sisanya rawa (nongambut). Kebakaran hutan memberikan kerugian tak sedikit. Tahun 1997, diperkirakan kerugiannya sebesar $3-4 miliar atau sekitar Rp 2-4 triliun. Rupanya kedua masalah itu belum cukup, sebab kemudian pemerintah menambahnya dengan rencana pembukaan kawasan hutan lindung untuk pertambangan. Kebijakan tersebut jelas semakin menympurnakan derita hutan Indonesia. Dimodifikasi dari: Kosasih & Widianingsih, 2019. b) Teks Eksplanasi Teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan tentang proses terjadinya fenomena alam, sosial, ilmu pengetahuan dan budaya (Priyatni, 2014). Teks eksplanasi memiliki fungsi sosial menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau terjadinya sesuatu. Tujuan dari teks ini adalah memaparkan sesuatu agar bertambah pengetahuan. Oleh karena itu, menurut Mahsun (2018), “Teks Ekplanasi memiliki struktur berpikir: judul, pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi.” Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat contoh di bawah ini. Tabel 4. Contoh Teks Eksplanasi Struktur Teks Teks Judul Definisi Penelitian Bahasa Pernyataan Untuk menjelaskan pengertian penelitian bahasa, tidak Umum dapat dilepaskan dari pengertian penelitian ilmiah itu sendiri. Hal itu disebabkan, bahwa bunyi tutur atau bahasa merupakan objek dari salah satu bidang ilmu pengetahuan, dalam hal ini linguistik. Penelitain ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Karlinger (1993) adalah penelitain yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proposisi-proposisi hipotesis tentang hubungan yang
Penjelasan 1 diperkirakan terdapat antargejala alam. Berdasarkan batasan penelitian ilmiah di atas dapat dikemukakan bahwa Penjelasan 2 yang dimaksudkan dengan penelitian bahasa adalah Penjelasan 3 penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap objek sasaran yang berupa bunyi tutur (bahasa). Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bunyi tutur atau bahasa itu dikatakan sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu dilakukan secara sistematis dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah terkait dengan objek kajian yang berupa bunyi tutur itu (termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah itu secara cermat dan dan terinci; penyeleksian dan penentuan variabel-variabel dan instrumen-instrumen yang akan digunakan); menghubungkan masalah tersebut dengan teori-teori linguistik tertentu; melakukan penyediaan; analisis, dan interpretasi data; sampai pada penarikan kesimpulan serta menggabungkan kesimpulan-kesimpulan tersebut ke dalam khazanah ilmu bahasa (linguistik). Kesemua proses itu harus dilalui secara sistematis, tidak boleh melompat- lompat, karena diantaranya memiliki hubungan pendasaran. Sekedar penjelas, bahwa tahap analisis data tidak mungkin dilaksanakan jika tahap penyediaan data belum selesai dilakukan., karena analisis hanya dimungkinkan dapat dilakukan jika data telah tersedia. Artinya, antara tahap analisis dengan tahap penyediaan data memiliki hubungan pendasaran. Begitu pula tahap penyediaan data tidak mugkin dapat dilaksanakan jika masalah yang hendak dijawab belum teridentifikasi dengan jelas. Wujud data yang dikumpulkan sangat tergantung pada masalah yang hendak dipecahkan. Terkontrol, maksunya bahwa setiap aktivitas yang dilakukan dalam masing-masing tahapan itu dapat dikontrol baik proses pelaksanaan kegiatannya maupun hasil yang dicapai melalui kegiatan tersebut. Termasuk dalam sifat terkontrol ini adalah pilihan penggunaan metode dan teknik-teknik tertentu (tentunya terkandung pula makna pengabaian metode dan teknik tertentu yang sengaja yang tidak di pilih karena sesuatu alasan) memiliki dasar logika pemilihan yang dikaitkan dengan sasaran yang hendak dicapai. Dari sinilah si peneliti dapat mengontrol pemilihan dan tujuan pemilihan penggunaan metode atau teknik-teknik tersebut. Penelitian bahasa yang bersifat empiris, maksudnya bahwa fenomena lingual yang menjadi objek penelitian bahasa itu adalah fenomena yang benar-benar hidup dalam pemakaian bahasa, jadi benar-benar bersumber pada fakta
Penjelasan 4 lingual yang dipikirkan oleh si penutur yang menjadi informasinya atau yang dipikirkan oleh si penelitiannya Penjelasan 5 sendiri. Interpretasi Adapun yang dimaksud dengan penelitian bahasa yang bersifat kritis adalah kritis terhadap hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terjadi antara bunyi tutur sebagai objek penelitian bahasa dengan fenomena ekstralingual yang memungkinkan bunyi tutur itu muncul. Sebagai contoh, dalam kajian variasi bahasa (kajian secara dialektologis) mungkin kita akan tergoda untuk membuat suatu hipotesis bahwa suatu bahasa dapat memunculkan berbagai varian yang disebabkan faktor perbedaan tempat tinggal penutur-penutur bahasa tersebut. Hipotesis tentang munculnya varian dalam bahasa tertentu mungkin ini ada benarnya, tetapi kita juga tidak hanya terpaku pada hipotesis ini karena ternyata berbagai kelompok penutur bahasa itu yang berbeda tempat tinggalnya secara geografis tidak juga membuat maksan tententu memiliki realisasi secara formatif berbeda. Dapat saja perbedaan itu muncul karena faktor sosio-psikologis penutur-penutur bahasa itu, yang ingin tampil dengan bentuk bahasa yang berbeda pada medan makna (glos) tertentu, seperti munculnta varian yang bersifat sosiologis yang tidak lagi terkait dengan faktor perbedaan tempat tinggal penutupannya. Selain itu, pengertian kritis dapat pula mengandung makna kreatif, yaitu jika si peneliti dalam melaksanakan penelitiannya dalam menggunakan metode penyediaan data tertentu dalam tahapan penyediaan ternyata dengan metode ini data yang diharapkan muncul tidak juga terjaring. Untuk keperluan itu, peneliti harus segera melakukan revisi metodologi, jadi tidak terpaku pada apa yang telah direncakan, tetapi harus berani mengubah rencana jika tidak mencapai apa yang diharapkan. Batasan penelitian bahasa di atas mempersyaratkan adanya empat proses yang menjadikan penelitian bahasa sebagai kegiatan ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis. Keempat hal itu memungkinkan pakar yang lain memungkinkan hal yang sama untuk menguji kembali hal yang dicapai dari penelitian sebelumnya. Sumber: Moh. Nurullah (dalam Mahsun, 2018) Seperti halnya teks-teks lain di atas, keseluruhan struktur teks eksplanasi juga diikat oleh piranti yang berupa pengulangan/repetisi, misalnya pengulangan
konstruksi “sistematis”, terkentrol, empiris, dan kritis yang muncul pada setiap paragraf pengisi struktur penjelas teks. Selain penggunaan piranti berupa pengulangan bentuk juga kekohesian dankekoherensian teks dijaga dengan menggunakan konjungsi penghubung berupa, misalnya: “adapun, selain itu...”. 3) Teks Cerita Teks cerita adalah teks yang menuturkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, mengisakan kejadian yang telah ada, perbuatan, pengalaman yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.(Keraf, 2001 &KBBI, 2018). Teks cerita termasuk genre sastra dalam jenis teks tunggal (teks cerita). Teks cerita terdiri dari teks cerita ulang, naratif, anekdot, dan eksemplum. Untuk keempat jenis teks tersebut akan di kutip teks hasil modifikasi oleh Santosa (2013) dan dikembangkan oleh Mahsun (2018). a) Teks Cerita Ulang Menurut Mahsun (2018), “Teks ini memiliki tujuan sosial menceritakan kembali peristiwa pada masa lalu agar tercipta semacam hiburan atau pembelajaran berdasarkan pengalaman masa lalu bagi pembaca atau pendengarnya.” Teks ini memiliki struktur judul, pengenalan/orientasi, dan rekaman kejadian. Tabel 5. Contoh Teks Cerita Ulang Struktur Teks Teks Judul Lebai Malang Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup di tepi sungai di sebuah desa di Sumatra Barat. Pada Rekaman Kejadian suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya desa tetangga. Sayangnya, pesta tersebut diadakan pada hari dan waktu yang bersamaan. Pak Lebai menimbang-nimbang untung dan rugi setiap undangan. Ia tidak pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat apakah ia akan pergi ke desa hulu atau ke hilir. Apabila ia pergi ke pesta di desa hulu sungai, ia akan mendapatkan dua ekor kepala kerbau. Namun, masakan orang-orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai. Kalau ia pergi ke hilir
sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. Hingga ia mulai mengayuh perahunya ke tempat pesta pun, ia belum dapat memutuskan pesta mana yang akan dipilih. Pertama, dikayuh sampannya menuju hulu sungai. Baru tiba di tengah perjalanan ia mengubah pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu hampir sampai di desa hilir sungai, dilihatnya beberapa tamu menuju hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih di sana sangat kurus. Ia pun mengubah haluan perahunya menuu hulu sungai. Sesampainy di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta di sana sudah selesai. Pak lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah berakhir. Akhirnya, Pak Lebai tidak mendapat kepala kerbau yang diinginkannya. Sumber: Mahsun (2018) Pada teks cerita ulang terlihat bahwa rentetan peristiwa yang dialami tokoh Lebai Malang ditata dengan menggunakan konjungsi yang menunjukkan urutan peristiwa. Mulai dari penggunaan konjungsi “pertama” lalu “akhirnya”. Konjungsi pengurutan peristiwa menjadi salah satu benang pengikat yang menyatukan antarparagraf pembentuk teks tersebut. Selain menggunakan konjungsi, teks diikat oleh piranti penyatuan yang berupa pengulangan dalam bentuk anaforis: “ia” atau “-nya” yang merujuk pada “Lebai Malang”. Patut ditambahkan, bahwa pada teks penceritaan ulang atau rekon, gagasan/pikiran tentang “masalah” dimuat dalam satu struktur teks, yaitu struktur rekaman kejadian. b) Anekdot Anekdot dapat diartikan sebagai cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat (Oktarisa, 2014). Teks anekdot memiliki tujuan sosial yang sama dengan teks cerita ulang (Mahsun, 2018). Hanya saja, peristiwa yang ditampilkan membuat pasrtisipan yang mengalaminya merasa jengkel atau konyol (Wiratno, 2014). Teks ini memiliki struktur berpikir: judul, pengenalan/orientasi, krisis/masalah, reaksi.
Tabel 6. Contoh Teks Anekdot Struktur Teks Teks Judul Lebai Malang Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup di tepi sungai disebuah desa di Sumatra Barat. Pada Masalah/Krisis suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya dari desa-desa tetangga. Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan waktu yang bersamaan. Pak Lebai menimang-nimang untung dan rugi dari setiap undangan. Tetapi, ia tidak pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia berpikir, kalau ia ke pesta di desa hulu sugai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut. Menurut berita, masakan orang- orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai. Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau yang di masak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Tetapi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya tambahan kue-kue. Hingga ia mulai mengayuh perahunya ke tempat pesta pun ia belum dapat memutuskan pesta mana yang akan di pilih. Pertama, dikayuh sampannya menuju hulu sungai. Baru tiba di tengah perjalan ia mengubah pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu hampir sampai di desa hilir sungai, dilihatnya beberapa tamu menuju hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih di sana sangat kurus. Iapun mengubah haluan perahunya menuju hulu sungai, sesampainya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta di sana sudah selesai. Pak Lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya. Sesampainya di sanapun pesta sudah berakhir. Kedua pesta telah berakhir, Pak Lebai hanya tinggal menyesali kenapa ia tak menghadiri salah satunya, sehingga kerbau yang diinginkannya pun lenyap begitu saja. Padahal saat itu ia sangat lapar. Kemudian ia memutuskan untuk memancing ikan dan berburu. Lalu ia membawa bekal nasi dan tidak lupa ia pun mengajak anjing kesayangannya.
Reaksi Setibanya di sungai, ia mempersiapkan peralatan untuk memancing. Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk memancing, Pak Lebai melemparkan kailnya ke tengah-tengah sungai. Dengan sabar, ia menunggu kailnya dimakan ikan. Setelah memancing agak lama, akhirnya kailnya dimakan ikan. Namun, kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebai pun terjun untuk mengambil ikan tersebut. Namun sayang, ikan itu dapat meloloskan diri. Sementara ia terjun, anjingnya memakan nasi yang dibawanya. Akhirnya, ia menggigit jari dan tak ada lagi yang dapat dimakan untuk mengisi perutnya yang semakin keroncongan. Kemalangan telah menimpanya hingga diketahui banyak orang. Sejak saat itu, Pak Lebai mendapat julukan dari orang- orang sekampung sebagai Pak Lebai Malang Perahu. Akhirnya, Pak Lebai pun menggerutu menyesali apa yang dilakukan. Ia tidak mendapat kepala kerbau yang diinginkannya. Sumber: Mahsun (2018) Teks anekdot di atas memperlihatkan penggunaan konjungsi (konjungsi dalam teks ditebalkan) dan piranti pengikat teks, bertujuan agar seluruh struktur teks menjadi padu sama dengan teks penceritaan ulang/rekon. Masalah yang muncul serta pemecahannya tercantum dalam struktur yang sama, yaitu pada struktur: masalah/krisis. Bedanya, pada teks penceritaan ulang berakhir dengan kejadian tanpa ditampakkan reaksi pelaku terhadap peristiwa yang dialaminya, sedangkan pada teks anekdot reaksi pelaku atas peristiwa yang dialaminya ditampakan secara eksplisit. Itu sebabnya, pada teks tipe ini memiliki struktur teks tambahan yang berupa struktur: reaksi. c) Eksemplum Pendapat Mahsun (2018), “Teks ini memiliki tujuan sosial menilai perilaku atau karakter dalam cerita. Itu sebabnya, teks ini memiliki struktur: judul, pengenalan/orientasi, kejadian/insiden, dan interpretasi.” Untuk jelasnya dapat di cermati teks berikut ini.
Tabel 7. Contoh Teks Eksemplum Struktur Teks Teks Judul Lebai Malang Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisang seorang guru agama yang hidup di Kejadian/Insiden tepi sungai di sebuah desa di Sumatra Barat. Pada suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua Interpretasi orang kaya dari desa-desa tetangga. Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan waktu yang bersamaan. Pak Lebai menimang-nimang untung dan rugi dari setiap undangan. Ia tidak pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia berpikir, kalo pergi ke pesta di desa hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadia dua ekor kepala kerbau. Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut. Menurut berita, masakan orang-orang hulu sungai tidak enak orang hilir sungai. Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau dengan di masak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Tetapi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya dengan tambahan kue-kue. Hingga ia mulai mengayuh perahunya ke tempat pestapun ia belum dapat memutuskan pesta mana yang akan dipilih. Pertama, dikayuh sampannya menuju hulu sungai.baru tiba ditengah perjalanan, ia mengubah pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu hampir sampai di desa hilir sungai, dilihatnya beberapa tamu menuju hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih di sana sangat kurus. Ia pun mengubah haluan perahunya menuju hulu sungai. Sesampainya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta di sana sudah selesai. Pak Lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah berakhir. Akhirnya, pak Lebai pun menggerutu menyesali apa yang dilakukan. Pak Lebai tidak mendapat kepala kerbau yang diinginkannya. Maka, sebaiknya orang itu jangan tamak. Maunya mendapatkan banyak, tapi akhirnya tidak ada yang didapat sama sekali. Sumber: Mahsun (2018)
Seperti halnya kedua teks genre cerita yang dipaparkan di atas, teks eksemplum juga memanfaatkan konjungsi dan piranti pengikat struktur teks lainnya agar keseluruhan struktur teks menjadi padu. Masalah yang muncul serta pemecahannya tercantum di dalam struktur yang sama, yaitu pada struktur: masalah/krisis/insiden. Bedanya, teks penceritaan ulang berakhir dengan kejadian tanpa ditampakkan reaksi pelaku terhadap peristiwa yang dialaminya, dan pada teks anekdot terdapat reaksi pada peristiwa yang dialami tokoh. , maka pada teks eksemplum bukan reaksi individu pelaku utama terhadap peristiwa tetapi peristiwa yang berupa pesan moral dari kejadian yang dialami tokoh utama. Pesan itu tidak terkait dengan tokoh utama tetapi terkait dengan pihak partisipan yang mendengar atau membaca cerita. Dengan demikian, struktur akhir teks itu adalah interpretasi penulis terhadap kejadian yang dialami pelaku, dan diharapkan dapat menjadi bahan renungan moralitas bagi partisipan. d) Naratif Teks tipe ini, sama dengan ketiga teks genre cerita yang dipaparkan sebelumnya. Menurut Mahsum (2018), “Teks naratif model penceritaan pada teks tipe ini, antara masalah dengan pemecahan masalah tidak menyatu dalam satu struktur teks seperti pada teks penceritaan ulang, anekdot, dan eksemplum.” Ia terpisah dalam struktur teks yang berbeda. Itu sebabnya, teks tipe ini memiliki struktur berpikir: judul, pengenalan/orientasi, masalah/komplikasi, dan pemecahan masalah. Tabel 8. Contoh Teks Naratif Struktur Teks Teks Judul Lebai Malang Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup ditepi sungai di sebuah desa di Sumtra Barat. Pada Masalah/Komplikasi suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya dari desa-desa tetangga. Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan waktu yang bersamaan. Pak Lebai menimang-nimang untung dan rugi dari setiap undangan. Ia berpikir, kalau ia ke pesta di desa hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah
Pemecahan tersebut. Menurut berita, masakan orang-orang hulu Masalah/Resolusi sungai tidak seenak orang hili sungai. Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat hadia seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Tetapi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya tambahan kue-kue. Pak Lebai berpikir keras untuk mendapat semuanya. Setelah beberapa saat, dikayuh sampainya menuju hilir sungai lebih dahulu dari tetangganya. Karena ia kenal baik dengan tuan rumah itu, ia diterima dengan baik oleh tuan rumah. Sesaat kemudian, pak Lebai mulai berakting. Ia tidak bisa berlama-lama mengahdiri pesta ini karena sesuatu hal. Oleh karena itu, tuan rumah mengizinkannya. Dan karena sudah menghadiri pestanya, maka tuan rumah memberikan hadiah satu kepala kerbau yang dimasak enak. Setelah pamitan, Pak Lebaipun segera pergi ke pesta hulu sungai. Ia mengayuh dengan cepat, karena tidak ingin melambat. Ketika sampai di sana, acara baru di mulai. Maka legalah hatinya. Setelah selesai pesta, Pak Lebaipun mendapat dua kepala ekor kerbau dan ditambah kue-kue. Sumber: Mahsun (2018) Seperti halnya, ketiga teks genre cerita yang dipaparkan sebelumnya, piranti yang berupa pengulangan/repetisi, anaforis, konjungsi penghubungan antarparagraf: setelah beberapa saat, saat kemudian, oleh karena itu, setelah pamitan, setelah selesai dan lain-lain dimanfaatkan untuk mengikat keseluruhan unsur pengisi struktur teks menjadi satu kesatuan. Perbedaan mendasar teks cerita ulang dengan teks naratif, anekdot, dan eksemplum, terletak pada sudut pSaudarang dalam melihat peristiwa yang diceritakan. Teks cerita ulang memSaudarang peristiwa sebagai sesuatu yang wajar atau lazim terjadi, sedangkan teks naratif, anekdot, dan eksemplum memSaudarang peristiwa sebagai sesuatu yang tidak lazim. 4) Teks Normatif Normatif adalah berpegang teguh pada norma aturan dan ketentuan- ketentuan yang berlaku (KBBI, 2018). Jadi pada dasarnya teks normatif adalah teks yang isinya ditulis berdasarkan sebuah peraturan, norma-norma atau
peraturan yang berlaku, baik di lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan kenegaraan yang berkaitan dengan hukum atau undang-undang. Teks normatif biasanya memiliki unsur tentang agama atau nilai kebaikan.Untuk lebih jelasnya, lihatlah contoh teks normatif di bawah ini. Tabel 9. Contoh Teks Normatif Struktur Teks Teks Hijabmu Mahkotamu Judul Rinai hujan yang memusimkan di bulan November seakan akan awan menangis dan langit pun menyelimuti Zaman kini telah berbeda, dimana masa yang banyak dipengaruhi oleh budaya asing. Seolah-olah manusia mudah terjerumus dengan hal hal yang negatif. Yang tak disangka malah terjadi, sedangkan yang diharapkan tak terwujudkan. Berawal dari 2 orang akhwat yang bersahabat bernama Maidina Fadhila dan Hanifa Salsabila. Maidin (Maidina Fadhila) mempunyai karakter yang religius, pintar agama, dan selalu sabar dalam hal apapun. Sedangkan Ifa (Hanifa Salsabila) sifat nya kalah jauh dari sahabatnya, ia senang sekali bergaul dengan para ikhwan walaupun yang baru dikenalnya pun ia sudah bisa langsung akrab dan ia selalu tebar pesona terhadap para kaum adam tersebut. Saat di halte, mereka sedang menunggu bus sambil berbincang- bincang. “Maidin, kamu lihat gak cowok geng motor yang kulitnya putih terus pake anting sebelah dan dia sering nongkrong di kafe moccala itu? dia kece banget Mai” ucap Ifa yang terpesona. “Astagfirullah Ifa, istighfar. Ini bulan puasa, jaga perkataanmu dari yang bukan makhram mu. Dosa!” tegur Maidin. “Hmmm iya iya Mai, maaf.” “Maafnya jangan sama aku, tetapi minta ampun sama Allah” ucapnya sedikit tegas. Ifa pun terdiam saat ditegur oleh sahabatnya. “--------- Keesokan harinya… Maidin berkunjung ke rumah Ifa. “Assalamu’alaikum ifa” “Wa’alaikum salam. Eh Maidin, tumben ke rumahku” dengan senyum terpaksa “Hehe iya. Mau silaturahmi aja.” Senyumnya yang sangat manis.
“Hmmm bilang aja mau ngekritik aku lagi.” Tak tahu kenapa ada penyakit hati yang di dalam diri Ifa sampai ia bergumam seperti itu di dalam hatinya. “Maidin, kita ke mall yuk. Di sana banyak barang yang lagi promo loh!” ajak Ifa. “Maaf ya Ifa, aku gak bisa. Lebih baik kamu ikut aku ke pengajian aja. Daripada ke mall gak ada faedahnya, udah gak dapat pahala, ngabis ngabisin duit lagi. Lagian barang barangmu di rumah kan masih banyak yang bagus.” Maidin menolak ajakan Ifa dan ia balik mengajak nya ke tempat pengajian, karena di bulan Ramadhan ini Maidin tidak ingin menyia nyiakan waktunya untuk berfoya-foya. “Hmm ya sudah kalau gitu, aku mau pergi ke mall bareng Fauzi aja.” Ifa tetap menolak ajakan Maidin dan ia malah hendak kencan dengan seorang ikhwan lain. “Astagfirullah. Fauzi? Siapa lagi itu Fa?” Maidin langsung menyentuh dadanya karena terkejut sahabatnya akan berpergian berdua dengan yang bukan makhramnya. “Dia hanya teman aku kok. Udah kamu tenang aja aku bakal aman sama dia” Ifa merangkul bahu Maidin. “Ya Allah, Ifa mengumbar ngumbar auratnya sehingga tidak memakai hijabnya dan ia hendak berkencan dengan seorang ikhwan yang bukan makhramnya. Ampuni sahabatku ya Allah.” Maidin merintih dalam hati. “Ya udah Fa, aku berangkat ke pengajian dulu ya. Assalamu’alaikum” “Wa’alaikum salam” ----------------------------------- Dikeramaian orang- orang pada isak tangis. “Aku kenapa?” Ifa kebingungan. “Bu, ibu. Ifa kenapa bu? Kok tubuh Ifa di tidurkan di depan banyak orang? Dan kenapa tubuh Ifa ditutupi kain kafan?” Ifa semakin panik. Jelas ibunya tak menjawab karena ibunya tak bisa melihat rohnya tersebut. Selang beberapa waktu kemudian, lalu Maidin datang untuk ke rumah Ifa. “Nah itu Maidin, pasti dia bisa melihat aku.” Meyakini dirinya dan sambil menghampiri Maidin. “Maidin, kamu kenapa menangis? Kamu bisa melihat aku kan?” Ifa terus menanyakan Maidin, sedangkan Maidin pun tak heran heran karena ia juga tak bisa melihat rohnya Maidin. “Kenapa semua orang tak bisa melihatku? Apa aku sudah benar benar mati?” Ifa bersedih meratapinya. Tak sengaja, Ifa melihat sebuah bak mandi yang berisikan rambut panjang yang bersemir pirang di kamarnya. “Ini rambut siapa? Seperti rambutku, tapi kenapa bau sekali dan rontok begini?” Ifa terheran.
Lalu, ia pun bercermin untuk melihat keadaannya. “Masya Allah, mana rambutku? Dan kenapa kepalaku menjadi botak bahkan tak ada satupun sehelai rambut yang ada di kepalaku?” Ifa menangis dan terlihat sangat syokh. “Sudah Ifa untuk apa kamu menangisinya. Semuanya sudah berlalu, kamu gak akan kembali hidup di bumi lagi. Ayo Ifa sudah saatnya kamu akan dipilihkan ke pintu neraka atau surga.” Ucap seorang bidadari kanan yang terdengar di telinga kanannya. Saat hendak menaiki tangga, Ifa masih bingung jalur manakah yang akan ia lalui. Apakah surga atau neraka? Jika ia memilih jalur kiri maka masuklah ia ke dalam neraka. Tetapi jika ia memilih jalur kanan maka masuklah ia ke dalam surga atas izin Allah swt. Roh ifa sudah mulai memilih jalur kanan dan ia pun melangkah tangga surga itu. Lalu, saat hampir ke tangga surga yang ke 7, ia pun ternyata ditolak untuk memasuki surga atau menghuninya. Mengapa? Padahal ia selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan ibadah sunah lainnya sering ia kerjakan. Tetapi dia ditolak untuk menghuni surga. Jawabannya yaitu walaupun Ifa selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan mengerjakan ibadah sunah lainnya tetapi pada saat di bumi apakah ia menutupi seluruh auratnya? itulah sebabnya Ifa ditolak untuk menghuni surga. Lalu, roh Ifa pun memilih tangga neraka karena roh tidak bakal bisa mengelak atau membohongi walaupun Ifa memaksa hendak masuk ke surga tetapi mau bagaimana lagi jika rohnya tetap berjalan sendiri tanpa diperintahkan kembali. “Panas… panas…” teriakan Ifa. “Astagifirullahaladzim” Ifa terbangun dari mimpinya. Ifa pun menangis saat ia mendapati mimpi seperti itu. “Ya Allah, hamba sadar. Ini sudah teguran bagiku. Maafkan hamba ya Allah” Ifa menyadari kesalahannya. Setelah Ifa mendapat mimpi itu, Ifa mulai berhijrah dengan bertaubat untuk berjanji akan menutup auratnya serta menjaga pSaudarangannya dari yang bukan makhram. Ini adalah gambaran untuk kaum hawa agar senantiasa menutupi auratnya. Patuhilah perintah Allah dengan anjuran menutup aurat khususnya yang sudah baligh. Seperti halnya terdapat pada hadits Rasulullah SAW: “Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab). (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)” Maka dari itu, berhijrahlah dari sekarang. Sebab untuk apa kita menunda berhijrah sedangkan kita tak tahu kapan ajal menjemput. Sumber: Cerita Karya Sania Herawati
Teks cerita yang berjudul “Hijabmu Mahkotamu” merupakan teks cerita yang berkaitan dengan norma keagamaan. Dalam norma keagamaan termasuk agama islam, betapa penting dan wajibnya seorang perempuan menggunakan hijab di dalam kehidupannya. b. Satuan Bahasa Pembentuk Teks Saudara, masih ingatkah apa yang dimaksud dengan satuan bahasa pembentuk teks? Coba, ingat-ingat kembali. Untuk membantu Saudara mengingat kembali konsep tentang satuan bahasa pembentuk teks, bacalah penggalan teks di bawah ini. Membuat Batik Tulis Proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan teknik, ketelitian, dan kesabaran yang tinggi. Batik sebagai warisan budaya yang agung perlu kita lestarikan. Dengan latihan yang tekun dan semangat melestarikan budaya, kita dapat belajar membuat batik tulis. (Sumber: Kosasih & Kurniawan, 2019) Saudara, unsur bahasa apa sajakah yang membentuk teks tersebut? Apakah Saudara menemukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf? Benar, satuan bahasa pembentuk teks terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf.Agar lebih jelas, berikut diuraikan satuan bahasa pembentuk teks beserta contohnya. 1) Kalimat Kalimat adalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar itu dapat berupa klausa, frase, maupun kata (Keraf, 2000). Contohnya: a. Aldo membeli buku (klausa) b. Buku baru! (frase) c. Buku! (kata)
Kalimat di atas jika dilafalkan maka akan jelas peranan intonasi final dalam menentukan status kalimat. Kalimat satuan sintaksis dapat diperluas dengan menambah klausa dengan sifat hubungan parataktis koordinatif atau subordinatif. a) Klasifikasi kalimat Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk. (1) Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas. Contoh: (a) Dia datang dari Bandung. (b) Nenekku masih sehat. (c) Saya sedang membaca buku di kamar. (2) Kalimat bersusun Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu kalimat terikat.Ada beberapa sebutan untuk sebutan kaliat bersusun, misalnya kalimat majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk subordinatif. Contoh: (a) Kalau Alya menangis, Aldo pun ikut menangis. (b) Aldo tidak pergi ke sekolah karena sedang sakit. (c) Karena ada banyak siswa yang tidak siap, ujian dibatalkan. (3) Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas yang disebut juga sebagai kaliat setara. Contoh: (a) Alya membuka jendela kaar lalu membersihkan tempat tidur. (b) Aldo hobi bermain bola dan sering menciptakan gol. Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan menjadi: (1) Kalimat Lengkap Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap.Sekurang- kurangnya terdapat unsur objek dan predikat.
Contoh: (a) Ibu guru mengajar bahasa Indonesia di depan kelas. (b) Adik bermain sepeda di halaman rumah. (2) Kalimat Tidak Lengkap Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja. Contoh: (a) Selamat Pagi! (b) Silakan antre! (c) Alya! Berdasarkan amanat wacana, kalimat dibedakan menjadi: (1) Kalimat deklaratif Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang dalam ragam tulis diberi tSaudara titik. Contoh: (a)Gaji guru honor tidak dinaikan. (b) Dalam bulan ramadhan kaum muslim berpuasa. (2) Kalimat introgatif Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung intonasi introgatif, yang dalam ragam tulis biasanya diberi tSaudara Tanya. (a) Apakah Saudara seorang guru? (b) Di mana tepat terjadinya Perang Dunia II? (3) Kalimat imperatif Kalimat imperatif adalah kalimat kalimat yang mengandung intonasi imperatif yang dalam ragam tulis biasanya diberi tSaudara seru. (a) Berikan hadiah ini kepada temanmu! (b) Bukalah pintu itu! a) Kalimat aditif Kalimat aditif adalah kalimat terikat yang bersambung pada kalimat pernyataan, berupa kalimat lengkap atau tidak.
Contoh: (1) Sedangkan bulan Mei, terang hujan tidak ada. (2) Hanya belum punya anak. b) Kalimat responsif Kalimat responsif adalah kalimat terikat yang bersabung pada kalimat pertanyaan, berupa kalimat lengkap atau tidak. Contoh: (1) Ya! (2) Tadi malam! c) Kalimat interjektif Kalimat interjektif adalah kalimat yang dapat terikat atau tidak. Contoh: (1) Wah ini baru namanya penampilan! (2) Semoga Allah memberikan petunjuk! Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya, kalimat dibedakan menjadi kalimat inti dan kalimat noninti. b) Kalimat Inti Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, bersifat deklaratif, aktif, netral, atau firmatif.Biasanya disebut kalimat dasar. Contoh: (1) FN + FV : Bapak datang (2) FN + FV + FN : Ibu membeli sayur (3) FN + FN : Ayah guru. c) Kalimat Noninti Kalimat ini dapat diubah menjadi kaliat noninti dengan berbagai proses transforasi; pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, pelepasan, dan penembahan. Contoh: (1) Buku dibaca oleh Alya. (2) Alya tidak membaca buku.
(3) Apakah Alya membaca buku? Berdasarkan jenis klausa, kalimat dibedakan atas kalimat verbal dan kalimat nonverbal. a) Kalimat verbal Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal. Contoh: (1) Alya menulis surat, (2) Ibu bertamu ke rumah bibi. (3) Surat ditulis Alya. b) Kalimat nonverbal Kalimat nonverbal adalah kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai kontituen dasarnya. Contoh: (1) Nenekku pensiunan guru. (2) Mereka di kamar depan. (3) Ibu guru cantik sekali. Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragrap, kalimat dibedakan atas: a) Kalimat Bebas Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau kalimat yang dapat memulai sebuahparagrap, wacana tanpa konteks lain yang memberi penjelasan. b) Kalimat Terikat Kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap. Contoh: Sekarang di Riau sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnya pun sangat sukar diperoleh (2). Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik itu akan punah (4).
Kalimat (1) pada teks di atas adalah contoh kalimat bebas. Tanpa harus diikuti kalimat (2), (3), dan (4), kaliat sudah dapat menjadi ujaran lengkap yang bisa dipahami. Sedangkan kalimat (2), (3), dan (4) adalah kalimat terikat. Ketiga kalimat itu secara sendiri-sendiri tidak dapat dipahami, sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah ujaran. 2) Paragraf Paragraf dapat diartikan sebagai satuan gagasan di dalam bagian suatu wacana, yang dibentuk oleh kalimat-kalimat yang saling berhubungan dalam mengusung satu kesatuan pokok pembahasan.Dengan demikian, paragraf merupakan satuan bahasa yang lebih besar daripada kalimat.Namun, paragraf juga masih merupakan bagian dari satuan bahasa lainnya, yaitu wacana.Sebuah wacana umunya dibentuk lebih dari satu paragraf. (Kosasih & Hermawan, 2012) Secara umum, paragraf dibentuk oleh unsur gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas.Selain itu, ada unsur yang disebut kalimat utama dan kalimat penjelas. Hubungan kalimat utama dengan kalimat penjelas sering kali memerluka kehadiran unsur lain yang berupa kata penghubung atau konjungsi. Berikut disajikan diagram unsur-unsur paragraf. Unsur-unsur paragraf Gagasan utama Gagasan Kalimat utama penjelas Kalimat penjelas Gambar 1. Unsur-unsur Paragraf
a) Gagasan Pokok dan Gagasan Penjelas Secara umum, paragraf dibentuk oleh dua unsur, yakni gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas. (1) Gagasan pokok merupakan gagasan yang menjadi dasar pengembangan suatu paragraph. Dengan demikian, fungsinya sebagai pokok, patokan, atau dasar acuan pengembangan suatu paragraf. (2) Gagasan penjelas merupakan gagasan yang berfungsi menjelaskan gagasan pokok. Penjelasannya, bisa dalam bentuk uraian-uraian kecil, contoh-contoh, atau ilustrasi, kutipan-kutipan, dan sebagainya (Kosasih, 2012). Berikut contoh pola hubungan gagasan pokok dengan gagasan penjelas. Adapun pengembangannya ke dalam bentuk paragrap adalah sebagai berikut. Tabel 9. Pola Pengembangan Gagasan Pokok Dengan Gagasan Penjelas Pola 1: Deduktif Pola 2: Induktif Gagasan Gagasan Gagasan penjelas Gagsan pokok pokok Laut penjelas Telebanking mempunyai merupakan inovasi beberapa 1. Suhu tidak 1. Seorang harus baru untuk kelebihan mempermudah dibandingkan berubah- datangke bank para nasabah darat. melakukan ubah dengan memenuhi berbagai kegiatan transaksi segala perbankan. persyaratannya. 2. Air yang 2.Seorang nasabah cukup yang mau tersedia mentransfer dana ke rekening lain, harus 3. Makhluk datang ke bank hidup di dengan memenuhi laut dapat segala persyaratan. menyerap air 3. Segala transaksi langsung harus dilakukan di masuk tempat bank.
sistem 4. Sekarang, para tubuh nasabah bank 4. Makhluk dipermudah. hidup di laut dapat 5. Transaksi dapat memperol dilakukan dari eh oksigen jarak jauh. dan karbon Pengembangan pola gagasan pokok dan gagasan penjelas dalam bentuk paragraf sebagai berikut: 1) Sebagai tempat hidup, laut mempunyai kelebihan dibandingkan darat. Kelebihan-kelabihan laut, antara lain, suhu yang kurang berubah-ubah, dukungan yang lebih banyak untuk melawan gravitasi bumi, air yang cukup tersedia. Dengan air yang cukup tersebut, makhluk hidup di laut dapat menyerap air secara langsung masuk system tubuh. Makhluk hidup di laut dapat memperoleh oksigen dan karbon. 2) Pada masa lalu bila seseorang ingin menabung atau mengambil uang di bank, dia harus dating ke banktersebut dengan memenuhu segala persyaratannya. Demikian juga bila seorang nasabah mau mentransfer dana ke rekening lain, dia harus dating ke bank tersebut dengan memenuhu segala persyaratannya. Segala transaksi harus dilakukan di tempat bank itu berada. Sekarang, para nasabah bank dipermudah dengan teknik layanan baru. Bila mau mengadakan transaksi mulai dari menabung, mengambil uang, mengecek saldo akhir, hingga membayar rekening telepon, dan lain-lain dapat dilakukan dari jarak jauh, tinggal tekan tombol. Telebanking merupakan inovasi baru untuk mempermudah para nasabah melakukan berbagai kegiatan transaksi perbankan. (Kosasih & Hermawan, 2012) b) Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas Kalimat utama merupakan kalimat yang menjadi tempat dirumuskannya gagasan pokok. Letaknya bisa di awal, di tengah, ataupun di akhir paragraf. Ada
pula kalimat utama yang berada di awal dan di akhir paragraf secara sekaligus.Walaupun terdapat pada dua kalimat, tidak berarti paragraf itu memiliki dua gagasan pokok, gagasan pokok paragraf tersebut tetap satu. Adapun keberadaan kedua kalimat utama hanya saling menegaskan: kalimat pertama menegaskan kalimat terakhir ataupun sebaliknya. (Kosasih, 2012) Sementara itu kalimat penjelas merupakan kalimat yang menjadi tempat dirumuskannya gagasan penjelas.Satu kalimat utama lazimnya mewakili satu gagasan penjelas. Bacalah paragraf di bawah ini Proses penemuan fotokopi bukan karena ditunjang oleh fasilitas yang memadai, tetapi karena ketekunan. Sang penemu terbiasa mengatur waktu kosongnya yang relatif singkat. Ketika menginjak usia 29 tahun, dia sudah mulai mengadakan penelitian tentang berbagai efek cahaya atas berbagai bahan guna memindahkan suatu tulisan dari satu lembar ke lembar lain. Karena itu, dia mulai bereksperimen di apartemennya dengan menggunakan efek fotoelektrik untuk mengadakan pengadaan.Tiap menjelang tidur malam, dia membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Gagasan pokok paragraf tersebut adalah proses penemuan fotokopi karena ketekunan. Gagasan tersebut terdapat dalam kalimat pertama.Kalimat-kalimat yang ada di bawahnya mengandung gagasan penjelas, yang fungsinya membuktikan tentang bagaimana ketekunan si penemu fotokopi itu.Dijelaskan bahwa penemu fotokopi itu rajin mengadakan penelitian dan rajin membaca buku walaupun waktu yang dimilikinya sangat sempit. (Kosasih, 2012) c) Hubungan Unsur-unsur Paragraf Tabel berikut mengemukakan secara lebih jelas tentang hubungan gagasan pokok dengan gagasan penjelas serta kalimat utama dengan kalimat penjelas. Tabel 10. Hubungan Gagasan Pokok dengan Kalimat Utama Gagasan Pokok Kalimat Utama Penemuan fotokopi karena Proses penemuan fotokopi bukan karena ketekunan. ditunjang oleh fasilitas yang memadai, tetapi karena ketekunan.
Tabel 11. Hubungan Gagasan Penjelas dengan Kalimat Penjelas No Gagasan Penjelas Kalimat Penjelas 1 Dia mengatur waktu Dia mengatur waktu kosongnya yang kosongnya relatif singkat. 2 Dia mengadakan penelitian Ketika menginjak usia 29 tahun, dia sudah mulai mengadakan penelitian 3 Dia mengadakan tentang berbagai efek cahaya atas eksperimen. berbagai bahan guna meindahkan suatu tulisan dari satu lembar ke lebar lain. 4 Dia membaca buku. Karena itu, dia mulai bereksperien di apartemennya dengan menggunakan efek fotoelektrik untuk mengadakan penggSaudaraan. Tiap menjelang tidur malam, dia membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Hubungan antarunsur paragraf, terutama kalimat utama dengan kalimat penjelas atau kalimat penjelas dengan kalimat penjelas lainnya, sering menggunakan kata penghubung atau konjungsi.Konjungsi yang berfungsi menggabungkan kalimat-kalimat itu sering disebut konjungsi antarkalimat. Dalam paragraf di atas, tampak satu contoh konjungsi antarkalimat, yakni dengan, demikian. Contoh konjungsi antarkalimat lainnya adalah biarpun demikian, setelah itu, sebaliknya, oleh sebab itu, dan kecuali itu. d) Ciri-ciri Paragraf yang Baik Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis sebuah paragraf. 1) Kepaduan Paragraf Kepaduan paragraf adalah keeratan ataupun kekompakan hubungan antarunsur-unsur paragraf, baik itu antarkalimat utama dengan kalimat penjelasnya ataupun antarkalimat penjelas itu sendiri. Kepaduan itu harus tampak dalam isi serta dalam bentuknya. Dengan demikian, kepaduan suatu paragraf mencakup dua hal, yakni kepaduan isi dan kepaduan bentuk. (a) Kepaduan Isi
Kepaduan isi atau koheren adalah kekompakan sebuah paragraf yang dinyatakan oleh kekompakan kalimat-kalimat di dalam mendukung satu gagasan pokok. Sebuah paragraf memenuhi syarat kepaduan isi apabila kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut tidak melenceng dari gagasan pokoknya. Misalnya, kalimat awalnya membahas masalah bencana alam, namun dalam kalimat keduanya membahas musim durian. Kepaduan isi ditandai pula oleh hubungan kalimat yang satu dengan yang lainnya berdasarkan penalaran atau kelogisan. Perhatikan contoh berikut! Contoh: Pak Amat mengidap kanker paru-paru. Oleh sebab itu, ia banyak merokok. Cuplikan tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat. Namun demikian, hubungan tersebut tidak logis. Ketidaklogisan tersebut terletak pada penggunaan konjungsi sebab itu, yang berarti kanker merupakan penyebab seseorang banyak merokok. Padahal justru sebaliknya: banyak merokok dapat menyebabkan kanker. (b) Kepaduan Bentuk Kepaduan bentuk dalam suatu paragraf dapat dilakukan dengan cara-cara berikut. 1) Penggunaan konjungsi, misalnya: a. biarpun begitu, namun untuk menyatakan hubungan pertentangan dengan kalimat sebelumnya; b. sesudah itu atau kemudian untuk menyatakan hubungan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya; c. selain itu untuk menyatakan hal lain di luar yang telah dinyatakan sebelumnya; d. sebaliknya untuk menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya; e. sesungguhnya untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya.
2) Pengulangan kata atau frasa. a. Anak-anak biasanya mudah terkena ETS. Hal ini karena pada anak-anak saluran pernapasan mereka lebih kecil dan bernapas lebih cepat daripada orang tua. b. Minyak bumi adalah sumber energy yang tidak terbarukan. Artinya, minyak bumi yang telah dipakai tidak didaur ulang. 3) Pemakaian kata ganti atau kata yang sama maknanya Contoh: Putri penyair kenamaan itu makin besar juga.Gadis itu sekarang duduk di sekolah menengah. 4) Pemakaian kata yang berhiponimi, yakni kata yang merupakan bagian dari kata lainnya. Contoh: Dia tidak menyangka bahwa adiknya itu sangat cantik.Rambutnya panjang, matanya bulat, dan hidungnya mancung. 2) Kesatuan paragraf Kesatuan paragraf adalah bagian karangan yang terdiri dari beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh, padu, dan membentuk satu kesatuan pikiran. 3) Kelengkapan Paragraf yang baik harus memiliki unsur-unsur paragraf yang lengkap seperti gagasan pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas. 4) Ketepatan Pemilihan Kata Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya.Pemakaian kata dia, misalnya, tidak tepat digunakan untuk orang yang usianya lebih tua, yang tepat adalah kata beliau.Demikian pula halnya dengan kata menonton, kata ini tidak tepat bila digunakan dalam paragraf yang menyatakan maksud melihat orang sakit.Dalam hal ini kata yang harus digunakan adalah mengunjungi, menjenguk, atau menengok. (Kosasih & Hermawan, 2012)
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258
- 259
- 260
- 261
- 262
- 263
- 264