Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman DIY

Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman DIY

Published by Parangtritis Geomaritime Science Park, 2016-11-01 08:05:31

Description: Titah Gubernur Yogyakarta yang mengemukakan bahwa pantai selatan Yogyakarta merupakan “halaman depan” DIY menjadi isu penting untuk ditindaklanjuti. Buku Geoekologi DIY dapat menjadi referensi penting bagi pemerintah, masyarakat, akademisi dan bisnis dalam rangka mengembangkan kawasan pesisir DIY.

Keywords: geoekologi, yogyakarta, maritim, pesisir

Search

Read the Text Version

Foto udara wilayah Pengklik Wijojo Pengklik : Mangrove Tua Petunjuk masa lampau dan simbol kearifan Lokal 151

“ Seresah mangrove dari kala itu menjadi nutrisi di kala kini untuk tumbuhan lain mendapat syarat tumbuh. Mangrove memberi manfaat di kalanya, di masa kini, dan saat nanti bagi seluruh tataran ekosistemnya. “ Bunga Sonneratia saseolaris, Pengklik Samas 152 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi

153

Sonneratia saseolaris merupakan salah satu jenis mangrove sejati pada komponen utama. Tanaman ini menjadi puak garda depan komunitas mangrove dalam mencegah abrasi dan interusi air laut. Tipikalnya memiliki akar nafas yang mampu menjulang keluar di permukaan. Akar nafas selain sebagai alat metabolisme tumbuhan juga sebagai pengikat sedimen. Perannya mengikat sedimen adalah mitigasi abrasi yang dilakukan alam pada ruang pesisir. Bahwa demikian, terkonfirmasi Wijojo Pengklik sang Sonneratia saseolaris adalah manifestasi sejarah keberadaan mangrove dikawasan pengklik. Ekosistem yang bergulir, darinya dahulu ialah hutan mangrove kini menjadi dataran banjir subur bagi rumpun padi. Seresah mangrove di kala itu menjadi nutrisi di kala kini untuk tumbuhan lain mendapat syarat tumbuh. Buah Sonneratia saseolaris, Pengklik Samas 154 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi

Wijojo Pengklik : Mangrove Tua Petunjuk masa lampau dan simbol kearifan Lokal 155

Laguna Purba Bulak Buntu “Agawe Ijo Royo-Royo” aguna ialah danau yang terletak di muara sungai akibat terbendungnya aliran sungai oleh tombolo pantai . Ada kemungkinan Laguna Sungai 9 LOpak berada di rawa belakang Pantai Samas, masyarakat yang menggarap lahan dan membuat sumur mendapatkan lapisan lempung berpasir sebagai geoindikator proses geomorfologi masa lampau. Lapisan lempung marin dan keterdapatan gambut menjadi indikator perkembangan bekas zona laut dangkal dan laguna purba yang berkembang menjadi rawa belakang yang berada di belakang beting gisik tua. 9 http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/7572 156 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi

Sejarah alam, pun telah lama terjadi di masa silam Bulak buntu, seolah menjadi tabungan hara dari muara namun catatan alamnya masih nampak. Bukti kunci opak di kala lampau. Secara morfologi bentuk lahan yang menunjukkan proses morfologi di kala itu sesuai ini disebut sebagai dataran bekas laguna. Laguna dengan “Bulak buntu” sebuah laguna di masa lampau. Muara Opak kerap berpindah pindah bergantung pada “Bulak buntu” terletak di rawa belakang Pantai Samas. besarnya luapan sungai dan arus gelombang laut yang Masyarakat memanfaatkan lahan ini untuk bercocok membendung muara sungai. tanam, masyarakat menyebutkan wilayah ini menjadi tanah yang paling subur dibandingkan dengan yang lainya di rawa belakang Pantai Samas ini. Rawa Belakang Samas Laguna Purba : Wijojo Pengklik : Bulak Buntu “agawe Ijo royo-royo” 157

Bulak Buntu, Samas 158 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi

“ Pembangunan yang dilakukan hendaknya bijak, berlandaskan kepentingan semua pihak, sehingga imbang antara kewajiban dan hak. Utamanya adalah cintai Pencipta, bukan makhluk-Nya. “ 159

Kulonprogo Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto” Pelabuhan Ikan Tanjung Adikarto Kulonprogo 160 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

161

“ Kulonprogo Binangun, dari Kota Menoreh berpendar dekorasi halaman muka DIY. “ Pelabuhan Ikan Tanjung Adikarto Kulonprogo 162 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

163

Sejoli Jembatan Srandakan Urgensi Jembatan Penghubung sai menyisir Giunungkidul yang penuh eksotisme pasir putih, kemudian melaju di Tanah Projotamansari memungut kelimpahan Unutrisi yang begitu besar, sekarang tiba di Kuloprogo, melewati Jembatan Srandakan. Tak ubah, Layaknya Jembatan Kretek penghubung antara Gunungkidul Handayani dengan Bantul Projotamansari. Bak jalinan subur niannya Projotamansari dengan panorama indah diperbukitan seribu maka Jembatan Kretek melucuti kejauhan keduanya. Jembatan Srandakan I tampak dari Jembatan Srandakan II 164 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Sejoli Jembatan Srandakan : Urgensi Jembatan Penghubung 165

Sebelumnya menegaskan kembali, sumbu imajiner yang selurusan dari merapi bertemu Tugu Golong gilig dan tugu bertemu Kraton lantas Panggung krapyak hingga Parangkusumo di Bantul. Ini menjadi mula paradigma DIY yang bersinergi. Lantas kemudian, Bantul yang memiliki Parangkusumo ini menjadi pumpunan di halaman selatan layaknya Merapi di muka utara, maka dari Bantul sinergisitas melaju ke timurnya menikmati keindahan samudra, kemudian ke baratnya menyiapkan pondasi pembangunan yang kokoh bagi eksistensi iktikad Among Tani Dagang Layar. Mengiyakan pembangunan di Kulonprogo, Jembatan Srandakan kembar menjadi titi barat antara Bantul Projotamansari dengan Kulonprogo Binangun. 166 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Kuncup Bunga Simbol Kemakmuran DIY, Srandakan Sejoli Jembatan Srandakan : Urgensi Jembatan Penghubung 167

Jembatan Srandakan I (patah), Srandakan 168 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

“ Dwi titi di halaman selatan DIY menuju Among Tani Dagang Layar: Jembatan Kretek dan Jembatan Srandakan, Tanpa keduanya, berperai-perai Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo. “ 169

Sejoli Jembatan Srandakan berdiri sejajar di atas Sungai Progo. Kejadian patahnya jembatan srandakan I menuntut dibangunnya Jembatan Srandakan II untuk menghubungkan antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulonprogo. Bagaikan sepasang yang saling menguatkan, ketika satu patah maka yang lain hadir menguatkan. Ini menunjukkan urgensi jembatan di daerah ini sebagai penghubung transportasi dan pembangunan di kawasan pantai selatan. Jembatan II Penghubung Bantul Kulonprogo, Srandakan 170 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Sejoli Jembatan Srandakan : Urgensi Jembatan Penghubung 171

Pembatas jalan lintas selatan di Kulonprogo 172 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Menapaki Awal “Jalan Pembangunan” DIY dari Pembangunan Jalan abupaten Kulonprogo diproyeksikan menjadi ‘gerbang selatan’ untuk mendukung kebijakan maritim DIY. Hal ini diwujudkan dengan Kpembangunan Pelabuhan Adikarto yang ada di Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo. ‘Gerbang’ yang mampu mendukung kebijakan maritim DIY perlu didukung dengan keberadaan aksesibilitas yang mumpuni sehingga sinergi yang dihasilkan semakin berlipat. Aksesibilitas yang baik juga akan mendukung distribusi barang dan jasa sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat. Ujung Pembangunan Jalan adalah dari Awal Jalan Pembangunan 173

Aksesibilitas DIY ditingkatkan melalui pembuatan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Pembangunan JJLS akan memberikan dampak yang luas di masa yang akan datang. Sebagian besar masyarakat umumnya setuju dengan adanya pembangunan JJLS namun juga ada sebagian masyarakat yang menentang pembangunan JJLS. Masyarakat yang tidak setuju dengan pembangunan JJLS perlu disikapi secara bijak. Alasan yang melatarbelakangi didominasi karena kekhawatiran kehilangan tempat tinggal, dan sebagian kecil tidak setuju akibat peningkatan angka kecelakaan. Hal ini perlu disikapi secara bijak dan dicari bersama- sama solusi terbaiknya. Kendaraan melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan, Kulonprogo 174 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Ujung Pembangunan Jalan adalah dari Awal Jalan Pembangunan 175

Pembangunan JJLS di seluruh kabupaten pesisir DIY merupakan kerja sama antar pemerintah seluruh provinsi di Jawa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ekonomi, khususnya kawasan Pulau Jawa bagian selatan. Pembangunan JJLS di Kulonprogo menjadi isu sentral bagi DIY karena menghubungkan berbagai kawasan penting. JJLS ini nantinya akan menghubungkan Bantul yang memiliki keunggulan sumber daya secara umum serta pariwisata Gunungkidul yang diharapkan akan semakin meningkat. JJLS juga perlu dibangun di Kulonprogo karena arus keluar-masuk melalui jalur laut. Pembangunan salah satu segmen JJLS, Kulonprogo 176 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Hakikat pembangunan jalan tidak terbatas pada berapa kilometer jalan yang dibangun karena sejatinya pembangunan jalan akan terus berkembang. Tidak sebatas jarak antara Gunungkidul, Bantul, atau Kulonprogo saja tetapi membentang tidak terbatas menghubungkan berbagai kepentingan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Ujung jalan yang dibangun memang memiliki muara sejati, yaitu pada pembangunan maritim Indonesia yang siap kembali berjaya. Ujung Pembangunan Jalan adalah dari Awal Jalan Pembangunan 177

Bandar Udara di Bumi Menoreh Lepas Landas Menuju Tidak Terbatas Pesisir Panjatan bakal lokasi Bandara Kulonprogo 178 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

embangunan bandar udara di bumi menoreh, Alasan pembangunan di Kulonprogo bukan tanpa yaitu Kulonprogo menjadi salah satu mega sebab. Hal ini telah didahului dengan berbagai proyek yang sedang dikembangkan oleh pertimbangan. Kulonprogo dipilih karena wilayah ini PKulonprogo di bawah kepemimpinan Pak dekat dengan Purworejo dan daerah lainnya yang Hasto sekaligus Bupati Kulonprogo. Ketiga proyek belum memiliki aksesibilitas ke bandara yang mudah. lainnya adalah Pelabuhan Adikarto, pertambangan Seandainya di bangun di Gunungkidul, maka sudah pasir besi, dan juga kawasan industri Sentolo. ada Bandara Adisumarmo di Solo sehingga peluang Pengembangan mega proyek bandara Kulonprogo berkembangnya bandara baru DIY lebih kecil (ketika bukan tanpa maksud. Jelas bahwa ini untuk di Gunungkidul). Pemilihan Kulonprogo jelas lebih mewujudkan visi dari Sultan untuk Among Tani tepat. Selain itu, bandara ini juga didukung dengan Dagang Layar sekaligus visi jokowi bahwa Indonesia keberadaan fasilitas umum yang cukup lengkap adalah poros maritim dunia. seperti rumah sakit dan lain sebagainya di sekitarnya. Bandar Udara di Bumi Menoreh : Lepas Landas Menuju Tidak Terbatas 179

Ketika bandara di Kulonprogo beroperasi, lantas apa kepentingan orang banyak, maka proses pembangunan yang terjadi pada Bandara Adi Sutjipto? Bandara ini bandara tetap dilanjutkan. Masyarakat yang terkena akan tetap beroperasi untuk kepentingan militer. dampak pembangunan mendapatkan lahan relokasi Bandara Kulonprogo juga apabila berhasil berdiri, maka yang telah disiapkan oleh pemerintah. akan tercatat sebagai bandara pertama yang didirikan di Indonesia tanpa menggunakan uang APBN. Hal ini Diharapkan melalui pembangunan Bandara Kulonprogo dikarenakan Bandara Kulonprogo dibangun dengan akan tercipta lebih banyak potensi yang dapat menggunakan biaya korporasi yang menggandeng dikembangkan. Salah satunya adalah terbukanya pihak investor asing, yaitu Grama Vikash Kendra Power lapangan pekerjaan yang seharusnya diutamakan bagi & Infrastructure (GVK Group). warga sekitar. Selain itu, mendongkraknya konsep bandara dengan airport city, peluang perkembangan Saat ini, Bandara Kulonprogo tengah dalam proses ekonomi akan semakin cepat. Diharapkan, pembebasan lahan. Awalnya memang menjadi pembangunan bandara tidak sekadar menguntungkan masalah yang cukup pelik mengingat lahan yang ada sebagian pihak. Diharapkan, keberadaan bandar udara di Kulonprogo begitu potensial untuk dikembangkan ini mampu memberikan pengaruh yang positif bagi sebagai pertanian dan juga tempat tinggal masyarakat banyak pihak dan khususnya mengantarkan kulonprogo (mencapai sekitar 500 KK). Namun mengingat 40% lepas landas menuju kebermanfaatan di bumi menoreh memang tanah milik keluarga karaton, dan juga untuk yang tak terbatas. Senja barat dari jendela pesawat 180 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Bandar Udara di Bumi Menoreh : Lepas Landas Menuju Tidak Terbatas 181

Pantai Trisik Yang Menjadi Pilihan “Si Penyu” (Muara Progo Sisi Kulon) Tebar jala di tambak udang, Trisik 182 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

erikanan tangkap di Pantai Trisik telah mengalami perkembangan yang pesat sejak tahun 1998. Usaha penangkapan ikan di PPantai Trisik berkembang dengan adanya penggunaan perahu motor tempel sebagai sarana menangkap ikan serta perubuhan jenis alat tangkap yang digunakan, yaitu dari jaring hanyut menjadi jaring insang (gillnet). Sebelum menggunakan perahu, nelayan hanya menangkap ikan dari tepi pantai dengan menggunakan jarring hanyut (eret). Perkembangan ini tidak terlepas dari adopsi teknologi penangkapan dari nelayan pendatang (andon) terutama Cilacap dan Kebumen. Pantai Trisik Yang Dipilih Penyu (Muara Progo sisi Kulon) 183

Pantai Trisik direncanakan sebagai sentra perikanan laut bagi Kabupaten Kulonprogo. Wilayah pesisir selatan Kecamatan Galur merupakan wilayah potensial bagi perikanan tangkap di DIY dan telah mengalami perkembangan pesat. Kenaikan harga ikan pada saat krisis ekonomi dan tersedianya peluang lapangan kerja baru sebagai nelayan mendorong penduduk yang sebelumnya bermata pencaharian sebagai petani untuk memaanfatkan sumberdaya perikanan sebagai sumber pendapatan. Kenaiakn jumlah perahu dari semula 4 unit (tahun 1998) menjadi 17 unit (tahun 1999) dan 28 unit pada tahun 2002 sekaligus juga menaikan jumlah nelayan yang secara langsung terlibat dalam kegiatan penangkapan. Tambak Udang, Trisik 184 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Pantai Trisik direncanakan sebagai sentra perikanan (Pampus argenteus), bawal hitam/black pomfrets laut bagi Kabupaten Kulonprogo. Wilayah pesisir (Formio niger), layur/hairstails (Trichiurus spp.). selatan Kecamatan Galur merupakan wilayah Jenis lain adalah tenggiri/Spanish mackerel potensial bagi perikanan tangkap di DIY dan telah (Scomberomorus commersoni), lemuru/ Indian mengalami perkembangan pesat. olisardinella (Sardinella spp.), pari, (Dasyatis spp.), cucut (Carcharinus spp.) manyung (Arius spp.), talang Jenis-jenis hasil tangkapan nelayan sebagai besar (Charinemus spp.), tongkol (Euthynus spp.) ekor merupakan ikan demersal dan pelagis kecil. Ikan kuning (Caesiotricogaster), kakap merah (Lutjanus hasil tangkapan di Pantai Trisik yang mempunyai spp.) cakalang (Katsuwonus spp.) dan lain-lain. nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan target ekspor antara lain bawal putih/silver pomfret Pantai Trisik Yang Dipilih Penyu (Muara Progo sisi Kulon) 185

“ Revolusi Membumi-Mengangkasa ala Kulonprogo yang futuristik: Transformasi Kota Bumi Menoreh dengan Kota Airport City. “ 186 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Kincir air di tambak udang, Trisik 187

Usaha penangkapan ikan di Pantai Trisik Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo layak secara finansial, terlihat dari nilai NPV (Rp 21.439.196), Net B/C rasio (1,85) dan IRR (16,77%) yang menunjukkan bahwa investasi dengan teknologi penangkapan ikan yang diterapkan oleh nelayan di Pantai Trisik layak untuk dikembangkan. Peningkatan produktivitas usaha dapat difasilitasi dengan penyediaan perkreditan untuk meningkatkan kemampuan nelayan dan pembangunan fasilitas penunjang. Keunikan lainnya adalah potensi Pantai Trisik sebagai titik bertelur dan penangkaran beberapa jenis penyu, yakni Penyu Lekang dan Penyu Hijau. Kerjasama dengan pemerintah diperlukan untuk terus mengusahakan pelestarian penyu sekaligus pengembangan potensi di masa yang akan datang. Kura-kura terdampar di Muara Progo 188 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Pantai Trisik Yang Dipilih Penyu (Muara Progo sisi Kulon) 189

Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY sa mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim bukanlah tugas pemerintah pusat semata, melainkan menjadi tanggung jawab Abersama seluruh daerah kesatuan NKRI, dan Kulonprogo adalah salah satunya. Sebagai ujung tombak, Kulonprogo di bawah kepemimpinan Dr. Hasto Wardoyo, SP. OG.(K) membangun salah satu infrastruktur untuk menghidupkan asa kemaritiman di DIY, yaitu Pelabuhan Tanjung Adikarto di Desa Glagah Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo. 190 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY 191

Pelabuhan Tanjung Adikarto dibekali dengan berbagai fasilitas yang mumpuni untuk menunjang kebutuhan dari fungsi yang diharapkan. Beberapa fasilitas yang dimaksud adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI), perkantoran, perbekalan, kolam pelabuhan, dan lain sebagainya. Selain itu, pelabuhan ini sudah didukung dengan JJLS sehingga diharapkan memiliki aksesibilitas tinggi dan mendongkrak kebermanfaatannya. Fasilitas Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo 192 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Hal yang mengganjal adalah hingga saat ini, Pelabuhan Tanjung Adikarto belum dapat beroperasi. Hal ini dikarenakan belum selesainya pembangunan pemecah gelombang (tripod). Hal ini cukup mengganggu karena beberapa kapal nelayan menerima kerusakan akibat tidak stabilnya tempat mendarat di pelabuhan. Selain itu, tantangan lainnya yang harus diselesaikan adalah proses sedimentasi yang mengganggu aktivitas di pelabuhan. Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY 193

Secara khusus, proses sedimentasi pada dasarnya memang secara alami terjadi di pesisir Kulonprogo. Hal ini dikarenakan sebagian besar di sekitar Pelabuhan Tanjung Adikarto adalah Marine Depositional Coast. Proses alam yang terjadi di sini terintegrasi mulai dari proses marin dan aeolin. Perpaduan kedua proses ini memungkinkan terjadinya banyak suplai sedimen dari proses aeolin yang dominan memiliki angin kuat, dan proses marin dari gelombang laut yang membawa material pasir. Sedimen Pantai di timur Pantai Glagah, Kulonprogo 194 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY 195

Belum beroperasinya Pelabuhan Adikarto cukup kapasitas berhari-hari (besar) sehingga perlu kerja disayangkan. Padahal, Dinas Kelautan, Perikanan, dan sama juga dengan anggota lainnya. Hal ini agak Peternakan (Diskepenak) Kabupaten Kulonprogo telah disayangkan. Bahwasanya among tani dagang layar memberikan pelatihan bagi nelayan-nelayan yang bukanlah menyulap yang tadinya para petani lalu ada. Hal ini dimaksudkan sebagai persiapan manakala berubah menjadi para nelayan. Bukan juga tidak boleh pelabuhan sudah selesai, telah siap SDM yang mampu dilakukan, hanya saja apabila dipaksakan hasilnya tidak mengoperasikannya. akan maksimal. SDM nelayan di DIY memang sulit karena pada dasarnya Terlepas dari itu semua, beroperasinya Pelabuhan mereka bukan nelayan yang berlama-lama di laut Adikarto adalah sebuah keniscayaan yang pasti terjadi. (One day trip) sehingga hanya mau melaut dalam Sama halnya dengan kejayaan Indonesia di bidang jangka waktu pendek. Padahal untuk memanfaatkan maritim, yang bukan mustahil akan diawali dari pelabuhan diperuntukkan bagi kapal-kapal dengan kebangkitan maritim Kulonprogo. Kapal keruk sedimentasi di Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo 196 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY 197

Laguna Glagah Evolusinya Menjadi Pembangunan Maritim ominasi manusia hadir di Laguna Glagah, batu dan cor beton memisahkan muara Sungai Serang dengan lagunanya. Kala, disini adalah DLaguna muara Bogowonto, kini lagunanya telah berubah. Sebagaimana perkembangan pesat pembangunan Pelabuhan Ikan Adikarto Glagah, Panti Glagah sendiri turut berkembang dengan pesatnya pembangunan dan taman rekreasi. Laguna yang kini menjadi kolam ini disulap menjadi rekreasi perahu. Tanggul yang menutup laguna perubah menjadi pasar pesisir, warung kuliner, toko pernak-pernik mulai dibangun. Menjadi salah satu tujuan wisata perahu bagi masyarakat Kulonprogo. 198 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”

Embarau Laguna Glagah Laguna Glagah : Evolusinya Menjadi Pembangunan Maritim 199

Tergenangnya bekas laguna di Pantai Glagah 200 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook