i
BUNGA RAMPAIKEPESISIRAN DAN KEMARITIMAN DIY DAN JAWA TENGAHvi. 154 hal, 15,5 x 23,6 cmISBN 978-602-9439-83-0Judul Buku:Bunga Rampai Kepesisiran dan Kemaritiman DIY dan Jawa TengahEditor:Priyadi KardonoPerancang Cover:Tri RaharjoLayout:Zheni Setyaningsih, Edwin Maulana, Tri RaharjoPenerbit:Badan Informasi GeospasialJl. Raya Jakarta-Bogor Km.46, Cibinong, Bogor, Jawa Barat 16911 ii
KATA PENGANTAR Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi kepesisiran dankemaritiman yang sangat melimpah. Potensi kepesisiran dan kemaritimanIndonesia dapat dikembangkan ke dalam sektor pariwisata, industri, energidan masih banyak sektor yang lain. Pengembangan kawasan kepesisiran dankemaritiman di Indonesia memerlukan perencanaan yang baik untukpembangunan berkelanjutan dan untuk menghindari dari ancaman bencana.Banjir rob, abrasi, degradasi lingkungan dan tsunami adalah beberapaancaman bencana yang patut diwaspadai di kawasan kepesisiran. Beberapa daerah di Indonesia saat ini sedang berlomba-lomba untukmengembangkan kawasan kepesisiran karena hingga sekarang, masyarakatpesisir masih dianggap dalam kategori pra-sejahtera. Realita tersebutdianggap rasional mengingat pemanfaatan kepesisiran dan kemaritimanmasih terbatas. Berbagai stimulus telah diberikan pemerintah dan LembagaSwadaya Masyarakat (LSM) untuk mengatasi permasalahan di kawasanpesisir. Mengingat Indonesia memiliki wilayah kepesisiran yang sangat luas,upaya untuk mengatasi permasalahan di kawasan kepesisiranmembutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satu upaya yang dapat disumbangkan akademisi adalahdengan melakukan berbagai penelitian dan kajian di kawasan kepesisirandan kemaritiman. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh praktisi danakademisi, dapat diambil terobosan-terobosan untuk membantupengembangan kawasan kepesisiran dan kemaritiman di Indonesia.Pengembangan kawasan akan dapat meningkatkan kesejahteraanmasyarakat secara luas. Tidak hanya hebat secara teori, namun dapatdiaplikasikan dengan mudah. Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)merupakan daerah yang memiliki kawasan kepesisiran yang luas.Karakteristik pantai di DIY dan Jawa Tengah berbeda-beda, terutamaProvinsi Jawa Tengah yang memiliki karakter pantai yang kontras sertakeberagaman budaya pesisir yang majemuk. Jawa Tengah memiliki wilayahPantai Utara sekaligus Pantai Selatan degan tipologi yang kontras. DIY jugamemiliki tiga kabupaten yang berada di pesisir, diantaranya KabupatenGunungkidul, Kabupaten Bantul serta kabupaten Gunungkidul. Pantai-pantai di tiga kabupaten ini memiliki karakter yang unik seperti wilayahpantai Gunungkidul yang merupakan pantai berbatu dengan morfologiKarst, sedangkan wilayah pesisir Kabupaten Bantul dan Kulonprogo memilikitipologi pantai berpasir yang dikontrol oleh Sungai Opak dan Sungai Progo.Pekerjaan rumah untuk mengatasi permasalahan kepesisiran dankemaritiman pada wilayah ini masih sangat banyak. Salah satu terobosanyang dilakukan di DIY adalah dengan menjadikan pesisir selatan DIY sebagaihalaman depan, sehingga perekonomian kawasan kepesisiran DIY dapat iii
terangkat. Berdasarkan riset yang dirangkum dalam “BungarampaiKepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta dan JawaTengah” diharapkan mampu mengatasi permasalahan-permasalah yangmuncul di kawasan kepesisiran dan kemaritiman di Daerah IstimewaYogyakarta dan Jawa Tengah. Besar harapan berbagai hasil penelitian inidapat diaplikasikan di lapangan dan menjadi pembelajaran pada kawasanlain sehingga dapat memberi manfaat secara meluas. 15 November 2016 Editor iv
DAFTAR ISIHALAMAN SAMPUL iHALAMAN IDENTITAS BUKU iiKATA PENGANTAR iii-ivDAFTAR ISI v-viiAnalisis Data Pasang Surut untuk Menentukan Keakuratan Hasil 1-13Identifikasi Tipe Pasang Surut dengan Perangkat Lunak Coastalicious(Studi Kasus di Pesisir Cilacap Jawa Tengah)Tomi Aris, Zulkhair Apriansyah, Theresia Retno Wulan, AnggaraSetyabawana Putra, Edwin MaulanaPemanfaatan Kearifan Lokal dalam Rangka Peringatan Dini Bencana 14-23Masyarakat Pesisir YogyakartaKadhung PrayogaSumberdaya Kelautan untuk Menunjang Kegiatan Pariwisata di 24-32Pantai Depok Daerah Istimewa YogyakartaHeny Budi Setyorini, Agustina SetyaningrumAnalisis Perubahan Morfologi Laguna di Muara Sungai Opak, 33-46Kabupaten Bantul Menggunakan Penginderaan Jauh TemporalVinsensius Bule Owa, Tomi Aris, Widya Lestari Basitah, Th. RetnoWulan, Dwi Sri WahyuningsihPrediksi Pasang Surut Perairan Sadeng 47-54Feni Ayuputri Arifin, Farid Ibrahim, Ayu Puji Larasati, EdwinMaulana, Theresia Retno WulanKajian Objek Wisata Pantai Wediombo Sebagai Daya Tarik Wisata 55-64di Kabupaten GunungkidulFeni Ayuputri Arifin, Theresia Retno Wulan, Faizah RahmayadiYusuf, Dwi Sri Wahyuningsih, Edwin Maulana v
Kajian Geomorfologi Wilayah Kepesisiran untuk Pengembangan 65-77Wisata Pantai (Studi Kasus: Wilayah Kepesisiran Wohkudu danKesirat, Girikarto, Panggang, Gunungkidul)Suci Yolanda, Yuli Widyaningsih, Mutiara Ayu M H, EghaFriyansariAnalisis Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Serang Terhadap 78-91Distribusi Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Pantai KabupatenDemakBambang Sudarsono, Abdi Sukmono, JiyahPenginderaan Jauh untuk Pemantauan Garis Pantai dan Daerah 92-100Terdampak di Sepanjang Wilayah Kepesisiran Kota SemarangDwiki Apriyana, Alifi Rehanun Nisya, Bagus Septiangga,Rutsasongko Juniar ManuhanaPrediksi Perkembangan Penggunaan Lahan Permukiman 101-112Terdampak Banjir Rob di Pesisir Kota SemarangTrida Ridho Fariz, Muhammad Fuad Hasan, Dwi Fathimah ZahraPemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kecamatan Wates, 113-121Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa YogyakartaRiska Alfiani, Widya Lestari Basitah, Theresia Retno Wulan, MegaDharma Putra, Edwin MaulanaPemetaan Jalur Evakuasi Terhadap Tsunami di Kecamatan Kretek, 122-132Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa YogyakartaWidya Lestari Basitah, Riska Alfiani, Theresia Retno Wulan, MoneIye Cornelia Marchiavelli, Miati Kusuma Wardani, Farid Ibrahim,Edwin Maulana,Monitoring Perubahan Garis Pantai di Pantai Parangtritis dengan 133-140Menggunakan Landsat Pada Tahun 1999, 2002 Dan 2015Riska Alfiani, Miati Kusuma Wardani, Mone Iye CorneliaMarchiavelli, Theresia Retno Wulan, Farid Ibrahim, EdwinMaulanaAnalisis Mitigasi Bencana Abrasi Kawasan Pesisir Pantai Depok 141-147Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta vi
Ayu Puji Larasati, Miati Kusuma Wardani, Mone Iye CorneliaMarchiavelli, Theresia Retno Wulan Farid Ibrahim, EdwinMaulana, Anggara Setyabawana PutraKajian Perikanan Dan Wisata di Pantai Sadeng Kabupaten 148-155Gunungkidul DIYFaizah Rahmayadi Yusuf, Feni Ayuputri Arifin, Mone Iye CorneliaMarchiavelli, Theresia Retno Wulan, Dwi Sri Wahyuningsih,Anggara Setyabawana Putra, Edwin Maulana vii
ANALISIS DATA PASANG SURUT UNTUK MENENTUKANKEAKURATAN HASIL IDENTIFIKASI TIPE PASANG SURUT DENGAN PERANGKAT LUNAK COASTALICIOUS (STUDI KASUS DI PESISIR CILACAP JAWA TENGAH) Tomi Aris1, Zulkhair Apriansyah1, Theresia Retno Wulan2 Anggara Setyabawana Putra2, Edwin Maulana2 1Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang 2Parangtritis Geomaritime Science Park, Badan Informasi Geospasial, Yogyakarta E-mail : [email protected] ABSTRAKPasang surut merupakan Parameter Oseanografi yang penting dalam melakukanpenelitian di bidang Kelautan. Data pasang surut pada penelitian ini diperoleh daridua sumber yang berbeda yakni Worldtides dan UHSLC (University of Hawaii Sea LevelCenter). Adanya dua sumber yang berbeda ini dimungkinkan akan memiliki hasilidentifikasi pasang surut yang berbeda juga. Penelitian ini dilakukan dengan tujuanuntuk mengetahui keakuratan/kesesuaian hasil identifikasi tipe pasang surut padaperangkat lunak Coastalicious. Sumber data yang digunakan pada perangkat lunakCoastalicious adalah data pasang surut dari Worldtides. Data pasang surut dari UHSLCadalah sebagai data pembanding. Data dari dua sumber yang berbeda akan dianalisisdengan metode admiralty untuk mendapatkan tipe pasang surutnya. Hasil yangdidapatkan menunjukan bahwa tipe pasang surut dari data UHSLC dan dataWorldtides adalah sama. Pesisir Cilacap memiliki tipe pasang surut campurancondong ganda (Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal) sesuai dengan peta tipe pasangsurut Indonesia.Kata kunci: Tipe pasang surut, Identifikasi, Cilacap1. PENDAHULUAN Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnyapermukaan air laut secara berkala. Pergerakan pasang surut diakibatkan olehadanya kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda astronomiterutama oleh bumi, bulan dan matahari (Musrifin, 2011). Berdasarkan teorikesetimbangan, pasang surut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranyarotasi bumi pada porosnya dan revolusi bulan terhadap matahari. Faktorlainya berdasarkan teori dinamis, disebabkan oleh kedalaman dan luasperairan, pengaruh rotasi bumi (Gaya Coriolis) dan gesekan dasar. Berbagailokasi juga memiliki ciri pasang surut yang berbeda. Perbedaan ciri pasang 1
surut ini disebabkan oleh faktor lokal seperti topografi dasar, lebar selat, danbentuk teluk. Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surutsetiap harinya. Suatu kawasan dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal(diurnal tides) jika perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surutdalam satu hari, jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari,maka tipe pasang surutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipepasang surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan gandadisebut dengan tipe campuran (mixed tides). Tipe pasang surut inidigolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dantipe campuran dominasi tunggal (Musrifin, 2012). Gambar 1. Peta Karakteristik Pasang surut Indonesia Sumber: Widyantoro (2014) Tipe pasang surut ini diperoleh melalui penentuan konstanta pasangsurut dan perhitungan bilangan Fomzahl. Salah satu metode penentuankonstanta pasang surut adalah menggunakan metode admiralty.Karakteristik pasang surut di Indonesia didominasi oleh tipe campurancondong harian ganda (Widyantoro, 2014). Perhitungan karakteristikpasang surut perairan laut Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Tabel Karakteristik Pasang surut perairan laut IndonesiaNo Nama stasiun F Jenis Pasang surut 1 Cilacap 0.426 Campuran Condong Semi diurnal 2 Surabaya 1.277 Campuran Condong Semi diurnal 2
3 Bitung 0.719 Campuran Condong Semi diurnal4 Padang 0.406 Campuran Condong Semi diurnal5 Benoa 0.394 Campuran Condong Semi diurnal6 Panjang 0.465 Campuran Condong Semi diurnal7 Malahayati 0.203 Semi diurnal8 Makassar 2.059 Campuran Condong diurnal9 Mamuju 0.533 Campuran Condong Semi diurnal10 Sibolga 0.389 Campuran Condong Semi diurnal11 Palopo 0.690 Campuran Condong Semi diurnal12 Kupang 0.343 Campuran Condong Semi diurnal13 Tanahbala 0.437 Campuran Condong Semi diurnal14 Biak 0.580 Campuran Condong Semi diurnal15 Lembar 1.268 Campuran Condong Semi diurnal16 Tual 0.559 Campuran Condong Semi diurnal17 Jepara 2.274 Campuran Condong diurnal18 Ambon 0.862 Campuran Condong Semi diurnal19 Balikpapan 0.394 Campuran Condong Semi diurnal20 Jailolo 0.537 Campuran Condong Semi diurnal21 Prigi 0.404 Campuran Condong Semi diurnal22 Ende 0.270 Campuran Condong Semi diurnal23 Lhokseumawe 0.173 Semi diurnal24 Jayapura 1.278 Campuran Condong Semi diurnal25 Sorong 0.494 Campuran Condong Semi diurnal26 Tarakan 0.253 Campuran Condong Semi diurnal27 Bangka 3.131 Diurnal24 Kabil 0.718 Campuran Condong Semi diurnal25 Sadeng 0.718 Campuran Condong Semi diurnal26 Pelabuhan Ratu 0.407 Campuran Condong Semi diurnal27 P. Baal 0.613 Campuran Condong Semi diurnal28 Kalianget 1.233 Campuran Condong Semi diurnal29 Sekupang 0.505 Campuran Condong Semi diurnal30 Lhokseumawe 0.173 Semi diurnal31 Pantoloan 0.339 Campuran Condong Semi diurnal32 Ciwandan 0.501 Campuran Condong Semi diurnal33 Tapaktuan 0.502 Campuran Condong Semi diurnal34 Luwuk 0.809 Campuran Condong Semi diurnal35 Pare-pare 1.323 Campuran Condong Semi diurnal36 Celukan bawang 1.938 Campuran Condong Semi diurnal37 Semarang 0.076 Semi diurnal38 Badas 1.291 Campuran Condong Semi diurnal39 Kendari 0.612 Campuran Condong Semi diurnal40 Waingapu 0.374 Campuran Condong Semi diurnal41 Merauke 0.786 Campuran Condong Semi diurnal42 Kolinlamil 3.447 Diurnal Sumber: Widyantoro (2014) 3
Menurut Handoyo (2015), tipe pasang surut dan nilai muka air pasangtertinggi dan muka air surut terendah diperoleh menggunakan metodeadmiralty. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah tipe pasang surutdi perairan Kabupaten Cilacap campuran condong harian ganda dengan nilaiformzahl 0,3. Nilai muka air pasang tertinggi di perairan Kabupaten Cilacapsebesar 2,3m dan surut terendah sebesar 0,05m. Metode admiralty ialah satu dari beberapa metode analisis pasang surutyang banyak digunakan dalam perencanaan bangunan pantai. Hal inidikarenakan kelebihan yang dimiliki metode ini ialah dapat menganalisisdata pendek pasang surut selama 15 hari. Metode ini memberikankonstanta-konstanta pasang surut untuk selanjutnya digunakan dalampenentuan tipe pasang surut serta elevasi muka air laut yang terjadi(Sangkop, 2015). Salah satu variabel pasang surut yang sering dijadikan sebagai referensitinggi adalah muka laut rata-rata (MLR/Mean Sea Level), muka laut rata-rata(MLR/Mean Sea Level) sering di notasikan dengan S0 (Rampengan, 2013).Muka air laut rerata (mean sea level, MSL) adalah muka air rerata antaramuka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Penentuan tipe pasangsurut untuk suatu wilayah dapat dengan mudah diidentifikasi denganperangkat lunak Coastalicious. Coastalicious merupakan perangkat lunakandroid untuk mengidentifikasi pasang surut baik tipe, tinggi pasang surut,dan juga pasang dan surut ekstrim. Coastalicious menggunakan sumber datadari Worldtides dalam mengidentifikasi pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan perangkat lunakCoastalicious dalam mengidentifikasi tipe pasang surut. Sumber data pasangsurut perangkat lunak Coastalicious adalah diambil dari data pasang surutWorldtides. Data dari Worldtides yang dinyatakan akurat dalammengidentifikasi tipe pasang surut, maka perangkat lunak Coastalicious bisadinyatakan akurat.2. KAJIAN PUSTAKA Pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe yaitu pasang surut hariantunggal, pasang surut harian ganda, pasang surut campuran condong hariantunggal, pasang surut campuran condong harian ganda. Pasang surut hariantunggal (Diurnal Tide) merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasangdan satu kali surut dalam satu hari. Pasang surut ini terdapat di Jakarta,Tarempa, Tuban, Bangka dan Malahayati. 4
Gambar 2. Tipe Pasang Surut Diurnal Sumber: Widyantoro (2014) Pasang surut harian ganda (Semi diurnal tide) merupakan pasut yangterjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalamsatu hari. Pasang surut ini umumnya ada di Lhokseumawe, Semarang,Sabang, dan Dumai. Gambar 3. Tipe Pasang Surut Semi diurnal Sumber: Widyantoro (2014) Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, PrevailingDiurnal) merupakan pasang surut yang tiap harinya terjadi satu kali pasangdan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kalisurut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu. Pasang surut campurancondong harian tunggal terdapat di Celukan bawang, Makassar dan Jepara. 5
Gambar 4. Tipe Pasang Surut Mixed Tides Prevailing Diurnal Sumber: Widyantoro (2014) Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, PrevailingSemi Diurnal) merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kalisurut dalam sehari. Pasang surut ini terkadang terjadi satu kali pasang dansatu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda. Tipe pasangsurut ini terdapat di hampir di seluruh wilayah Indonesia. Gambar 5. Tipe Pasang Surut Mixed Tides Prevailing Semi Diurnal Sumber: Widyantoro (2014) Studi Kasus penelitian ini dilakukan di Perairan Pantai Cilacap. KabupatenCilacap memiliki luas wilayah 225.360,840 ha terletak di bagian selatan JawaTengah, berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Sebanyak 6,6%dari seluruh wilayah pesisir di Jawa Tengah, kabupaten Cilacap memilikiluasan pesisir terbesar dibandingkan daerah dan Kabupaten lain di wilayahPropinsi Jawa Tengah (Mahendra, 2013). Menurut Dartoyo (2004), wilayah pesisir Kabupaten Cilacap yangmemiliki panjang garis pantai sepanjang 103.023 km, yang membentangarah timur-barat. Cilacap memiliki karakteristik ekosistem pesisir lagunaSegara Anakan seluas ± 388.000 ha yang merupakan kawasan estuari.Estuari ini terbentuk dari pertemuan Sungai Citandui dengan anak-anak 6
Sungai Cibereum, Sungai Tiramsabuk, Sungai Cimeneng, dan SungaiSapuregel.Gambar 6. Lokasi Penelitian (Sumber: Analisis, 2016)3. METODOLOGI PENELITIAN Sumber data yang digunakan pada perangkat lunak Coastalicious adalahdata pasang surut dari Worldtides. Data pasang surut dari UHSLC adalahsebagai data pembanding. Panjang data pasang surut yang digunakanadalah data selama 15 Hari mulai tanggal 1 Januari 2015 sampai 15 Januari2015. Data pasang surut keduanya digunakan untuk mengetahui tipe pasangsurut melalui metode admiralty. Metode admiralty ialah satu dari beberapametode analisis pasang surut yang banyak digunakan dalam perencanaanbangunan pantai maupun dalam hal lain. Metode ini memiliki kelebihan ialahdapat menganalisis data pendek pasang surut selama 15 hari, mampumemberikan konstanta-konstanta pasang surut untuk selanjutnyadigunakan dalam penentuan tipe pasang surut serta elevasi muka air lautyang terjadi (Sangkop, 2015). Hasil akhir perhitungan metode admiralty adalah konstanta-konstantapasang surut. Berdasarkan konstanta-konstant pasang surut yang didapatdari hasil analisis dengan menggunakan metode admiralty maka dapatditentukan tipe pasang surut yang terjadi adalah dengan menggunakanangka pasang surut “F” (Formzahl). Nilai F ditentukan dengan rumus sebagaiberikut:������ = ������1 + ������1 ������2 + ������2 7
dimana, F merupakan bilangan Formzahl, O1 adalah amplitude komponenpasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan, K1adalah amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkanoleh gaya tarik matahari, M2 adalah amplitudo komponen pasang surutganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan, S2 adalah amplitudokomponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarikmatahari (Fadilah, 2013). Hasil perhitungan Admiralty kemudian didapatkanbilangan konstanta pasang surut yang selanjutnya akan digunakan untukmenghitung nilai Formzahl. Menurut Rampengan (2013), Besarnya nilai F, selanjutnya diklasifikasikansebagai berikut: Pasang ganda, jika F ≤ ¼, Pasang campuran (dominan harian ganda), jika ¼ < F ≤ 1 ½ Pasang campuran (dominan harian tunggal), jika 1 ½ < F ≤ 3 Pasang tunggal, jika F > 3. Hasil analisis keakuratan identifikasi pasang surut ini nantinya akandigunakan sebagai akurat atau tidaknya perangkat lunak Coastalicious. Datadari Worldtides yang akurat dalam mengidentifikasi pasang surut akansangat berpengaruh terhadap hasil identifikasi tipe pasang surut perangkatlunak Coastalicious karena perangkat lunak ini menggunakan DatabasePasang surut dari Worldtides.Gambar 7. Tampilan Perangkat Lunak Coastalicious (Sumber: Coastalicious, 2016) 8
4. PEMBAHASAN Tinggi pasang surut dari dua sumber yang berbeda yakni UHSLC danWorldtides dianalisis dengan metode admiralty. Panjang data pasang surutyang digunakan adalah pasang surut selama 15 hari mulai tanggal 1 Januari2015 sampai 15 Januari 2015. Lokasi penelitian data pasang surut berada dipesisir pantai cilacap tepatnya pada koordinat (109º BT dan 7.75º LS).Berdasarkan penelitian yang dilakukan Widyantoro (2015), Hasil yangdidapat tipe pasang surut di perairan Kabupaten Cilacap adalah campurancondong ke harian ganda dengan nilai formzahl 0,3. Untuk mempermudah penentuan tipe pasang surut berdasarkan datayang telah diperoleh salah satunya dengan cara dibuat grafik. Data tinggielevasi pasang surut diplotkan menjadi sebuah grafik dengan Microsoft excel.Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.Gambar 8. Grafik Tipe Pasang surut Worldtides (Sumber: Analisis, 2016)Gambar 9. Grafik Tipe Pasang Surut UHSLC (Sumber: Analisis, 2016) 9
Secara umum dengan dibuatnya grafik ini, maka akan lebih mudahmembaca tipe pasang surutnya dengan menyamakan grafiknya seperti padagambar (2-5). Hasil perhitungan dua data (Worldtides dan UHSLC) pasangsurut di Pesisir Cilacap memiliki kesamaan tipe pasang surut campurancondong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal). Pernyataan inisesuai dengan peta tipe pasang surut Indonesia (Widyantoro, 2014). Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, PrevailingSemi Diurnal) merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan duakali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali.Surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, pasang surut initerdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur. Gambar 9. Grafik tipe pasang surut kedua data dan Korelasinya (Sumber: Analisis, 2016) Pada analisis dengan metode Admiralty, data pasang surut yang telahdidapatkan dari Worldtides dan data dari University of Hawai Sea Level Centerdigunakan sebagai data yang akan diolah, selanjutnya dimasukkan datapasang surut yang telah didapatkan ke dalam skema 1 sampai skema 8 untukmendapatkan konstituen pasang surut dari data yang dimasukkan.Konstituen yang didapat kemudian dihitung nilai formzahl dari konstituenpasang surut yang diperoleh untuk mengetahui tipe pasang surut. Hasilbilangan Formzahl yang didapatkan kemudian digunakan untukmenyimpulkan tipe pasang surut perairan pantai cilacap. Hasil analisis dengan metode admiralty akan mendapatkan nilaikonstanta-konstanta pasang surut yang selanjutnya digunakan untukmenghitung bilangan Formzahl. Perhitungan konstanta pasang surutdengan metode Admiralty ditampilkan seperti pada Tabel 2. 10
Tabel 2. Hasil Worldtides G A cm 71 S0 0 289M2 212 355 S2 114 289 N2 105 269 K2 26 103 K1 96 269 O1 54 52 P1 32 107M4 2MS4 0 (Sumber: Analisis, 2016) Tabel 3. Hasil UHSLC G A cm 231 S0 0 85M2 21 154 S2 13 85 N2 10 164 K2 3 6 K1 10 164 O1 6 176 P1 3 71M4 0MS4 0 (Sumber: Analisis, 2016)Perhitungan bilangan Formzahl dari konstanta pasang surut yangdidapatkan adalah sebagai berikut;1. Hasil perhitungan bilangan Formzahl untuk data pasang surutWorldtides; ������ = ������1 + ������1 ������2 + ������2 54 + 96 ������ = 212 + 114 150 ������ = 326 ������ = 0.46012269 11
2. Hasil perhitungan bilangan Formzahl untuk data pasang surut UHSLC;������ = ������1 + ������1 ������2 + ������2 6 + 10������ = 21 + 13 16 ������ = 34������ = 0.470589 Hasil perhitungan bilangan Formzahl data Worldtides adalah sebesar0.46012269 dari dan hasil pengolahan data UHSLC adalah 0.4705889.Penentuan tipe pasang surut pesisir cilacap dengan perhitungan bilanganformzahlnya memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda(Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal). Hasil perhitungan kedua data pasangsurut ini nilainya mendekati dengan nilai Formzahl perairan di Indonesiaberdasarkan Widyantoro (2014) yakni sebesar 0.246. Hasil ini juga tidakberbeda jauh dengan penelitian Handoyo (2015) yang menyatakan bahwaperairan Cilacap memiliki nilai Formzahl 0,3. Data pasang surut dari kedua sumber data (Worldtides dan UHSCL) dapatdigunakan untuk menentukan tipe pasang surut di suatu lokasi, karenakedua data dari dua sumber yang berbeda ini menggambarkan tipe pasangsurut di pesisir cilacap memiliki tipe pasang surut campuran harian condongganda. Kesesuain dalam mengidentifikasi tipe pasang surut dari dataWorldtides yang digunakan oleh perangkat lunak Coastalicious dapatdinyatakan akurat. Hal ini disebabkan karena sumber data yang digunakanperangkat lunak ini mampu memberikan hasil identifikasi tipe pasang surutyang sesuai dengan peta karakteristik pasang surut Indonesia. Perangkat lunak Coastalicious ini selain dapat mengidentifikasi tipepasang surut bisa juga dapat memprediksi tinggi pasang surut dan waktupasang surut ekstrim. Keakuratan perangkat lunak Coastalicious dalammengidentifikasi prediksi dan waktu pasang surut ekstrim belum dilakukanpenelitian. Keakuratan prediksi dan waktu pasang surut ekstrim padaperangkat lunak Coastalicious diharapkan dapat dilakukan pada penelitianselanjutnya. 12
5. KESIMPULAN Data pasang surut dari dua sumber yang berbeda yakni Worldtides danUHSLC memiliki hasil identifikasi pasang surut yang sama. Hasil identifikasidari kedua data ini sesuai dengan peta tipe pasang surut Indonesia. Keduadata sama menjelaskan perairan pesisir Cilacap memiliki tipe pasang surutcampuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal). Hasilpenelitian ini menjelaskan bahwa Hasil identifikasi tipe pasang surut padaperangkat lunak Coastalicious dalam mengidentifikasi tipe pasang surutakurat. Hasil penelitian ini perlu dilakukan survei lapang untuk menguji keduasumber datanya dalam mengidentifikasi tinggi pasang surut sesuai dengankondisi yang sebenarnya. Perlu pengukuran tinggi pasang surut danidentifikasi tIpe pasang surut di Pesisir Cilacap Jawa Tengah yang baik danbenar.DAFTAR PUSTAKADartoyo, A.A. 2004. Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Berbasis Digital (Studi Kasus: Kabupaten Cilacap Jawa Tengah).Fadilah, S. Sasongko, D.P. 2013. Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka Air Rencana Perairan Laut. UNDIP.Handoyo, G., Agus, A.D., Suryoputro, I.B. 2015. Konversi Tinggi Pasang Surut di Perairan Cilacap Terhadap Energi yang Dihasilkan. Jurnal Kelautan Tropis. Vol 18, No 2 (2015).Mahendra, W.A., Armono, H.D. Sambodho, K. 2013. Studi Analisa Ketahanan Masyarakat Pesisir Cilacap Terhadap Bencana Tsunami. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print).Musrifin. 2011. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011): 48-55.Musrifin. 2012. Analisis dan Tipe Pasang Surut Perairan Pulau Jemur Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 40:1.Rampengan, R.M. 2013. Amplitudo Konstanta Pasang Surut M2, S2, K1, Dan O1 di Perairan Sekitar Kota Bitung Sulawesi Utara.Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589.Sangkop, N., Mamoto, J.D., Jasin. M.I. 2015. Analisis Pasang Surut di Pantai Bulo Desa Rerer Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa dengan Metode Admiralty. Jurnal Tekno Vol.13/No.63/Agustus 2015.UHSLC. 2016. University Hawai Sea Level Center. http://ilikai.soest.hawaii.edu/uhslc/datai.html. Diakses pada 19 Agustus 2016 pukul 09.00 WIB.Widyantoro, B.T. 2014. Karakteristik Pasang Surut Laut di Indonesia. Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 20 No. 1 Agustus 2014: 65-72.Worldtides. 2016. Worldtides. http://worldtides.info.com. Diakses pada 29 Agustus 2016 pukul 09.00 WIB. 13
PEMANFAATAN KEARIFAN LOKAL DALAM RANGKA PERINGATAN DINI BENCANA MASYARAKAT PESISIR YOGYAKARTA Kadhung Prayoga1 1Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Universitas Gadjah Mada 1Alumni Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya *E-mail : [email protected] ABSTRAKAncaman bencana bagi masyarakat pesisir sangatlah besar, terutama bagi merekayang hidup di kawasan pesisir Yogyakarta. Masyarakat yang hidup di Yogyakartasudah dibekali oleh nenek moyang mereka terkait tanda alam sebagai peringatan diniakan datangnya berbagai macam bencana, baik itu tsunami, angin puting beliung,maupun tanah longsor. Sehingga, paper ini bertujuan untuk mengetahui kearifanlokal apa yang ada di masyarakat pesisir Yogyakarta terkait pencegahan bencanalewat sebuah studi literatur terhadap sumber data sekunder. Masyarakat pesisirmengenali tanda-tanda tsunami seperti kondisi air laut, suara dentuman dari laut,dan adanya hari yang tidak diperbolehkan melaut. Dalam mengidentifikasi terjadinyaangin puting beliung, masyarakat pesisir juga memiliki cara tersendiri untukmelihatnya, yaitu lewat kabut, udara dingin, dan bentuk awan. Sedangkan untuktanah longsor, masyarakat biasa merasakan akan ada hujan deras berhari-hari danpergerakan awan yang cepat. Mereka juga memanfaatkan pranata mangsa, rasibintang, kehadiran kepiting, dan tanda alam lainnya. Berbagai upaya juga sudahdilakukan masyarakat. Jadi, sudah seharusnya pemerintah mengakomodasi berbagaikearifan lokal ini dalam membuat sebuah pedoman terkait kegiatan pencegahanbencana. Kearifan lokal bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan namun tidakmenghilangkan esensinya. Sehingga, dengan begitu pedoman pencegahan bencanatersebut akan mudah diterima oleh masyarakat.Kata kunci: Pencegahan, Bencana, Pesisir, Kearifan Lokal, Yogyakarta1. PENDAHULUAN Indonesia dengan lautnya yang membentang dari Sumatera hinggaPapua menyimpan berbagai potensi untuk dikembangkan. Namun, dibalikitu ancaman berbagai bencana alam, seperti tsunami, angin puting beliung,dan longsor sangat erat dalam kehidupan masyarakat pesisir. Berbagai aktivitas manusia yang merusak sumber daya laut juga semakinmemperburuk keadaan. Ancaman bencana menjadi semakin besar karenaulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Tentu butuh suatu sistem 14
peringatan dini agar bencana yang terjadi tersebut tidak memakan banyakkorban jiwa. Dibutuhkan suatu model pengelolaan dan peringatan dini yangmemadukan peran pemerintah dan masyarakat agar berbagai potensi danancaman bisa dikembangkan serta diminimalisir. Sistem yang ada saat inimasih cenderung berada di tangan pemerintah atau government basedmanagement dimana pemerintah pusat memegang kendali dalammengelola sumber daya laut, termasuk di dalamnya terkait pencegahanbencana di wilayah pesisir. Banyak kegiatan dan program pemerintah yang sebenarnyamengingatkan masyarakat terkait pencegahan bencana di daerah pesisir.Namun, banyak pula dari program tersebut tidak dihiraukan olehmasyarakat. Hal ini terjadi karena lemahnya peran masyarakat dalammenyusun program tersebut. Masyarakat dengan kearifan lokal yangmereka miliki tidak mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Padahal masyarakat yang hidup di wilayah pesisir juga memiliki caramereka tersendiri dalam mengenali bencana yang akan datang danbagaimana cara mereka menanganinya. Hal ini sebenarnya mendapatdukungan dari UU No 31/2004 bahwa pemerintah yang bertindak sebagaipengambil kebijakan terkait sektor perikanan harus mempertimbangkanhukum adat dan/atau kearifan lokal serta memperhatikan peran sertamasyarakat didukung menjadi dasar konstitusi bagi pengelolaan berbasiskearifan lokal. Menurut Solichin (2010), Indonesia memiliki kearifan lokal dalammengelola sumber daya alam yang dimiliki secara bertanggung jawab danberkelanjutan. Kearifan lokal tersebut merupakan hak-hak kepemilikan(property rights) yang tidak hanya diartikan sebagai penguasaan terhadapsuatu kawasan, akan tetapi juga sebagai salah satu bentuk strategi dalammelindungi sumber daya dari kegiatan perikanan yang merusak (destructivefishing) dan berlebihan (over exploited). Di beberapa wilayah di tanah air seperti Yogyakarta dengan wilayah yangmayoritas adalah wilayah pesisir juga memiliki kearifan lokal terkait kegiatanpencegahan bencana. Jadi, perlu dikaji apa saja kearifan lokal yang ada dimasyarakat pesisir Yogyakarta dan apa yang harus dilakukan pemerintahagar masyarakat bisa lebih memahami peringatan dini terkait suatu bencanadi wilayah pesisir. 15
2. KAJIAN PUSTAKA2.1 Kearifan Lokal Keraf (2006) mengistilahkan kearifan lokal dengan istilah kearifantradisional, yang diartikan sebagai semua bentuk pengetahuan, keyakinan,pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan dan etika yang menuntunperilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Sedangkan menurut Juniarta (2013), kearifan lokal berkaitan erat dengantata nilai kehidupan yang terwarisi dari generasi ke generasi berikutnya yangberbentuk religi, budaya maupun adat istiadat yang umumnya dalam bentuklisan dalam suatu bentuk sistem sosial suatu masyarakat. Aulia et. al (2010) berpendapat bahwa kearifan lokal merupakanmanifestasi dari suatu kebijaksanaan gagasan-gagasan, ilmu pengetahuan,keyakinan, pemahaman dan adat kebiasaan/etika masyarakat lokal yangdianggap baik untuk dilaksanakan, bersifat tradisional, diwariskan, penuhkearifan dan berkembang dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasildari timbal balik antara masyarakat dan lingkungannya.2.2 Wilayah Pesisir Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arahdarat meliputi daratan baik kering maupun terendam air yang masihdipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut danperembesan air asin. Ke arah laut mencakup bagian laut yang masihdipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi danaliran air tawar, maupun yang disebabkan kegiatan manusia sepertipertanian dan pencemaran (Brahtz, 1972; Soegiarto, 1976; Beatly, 1994)dalam Direktoral Jendral Pesisir dan Pulau Kecil (2003). Dahuri, dkk. (1996) mendefenisikan wilayah pesisir sebagai suatu wilayahperalihan antara daratan dan lautan, dimana batas ke arah darat adalah jaraksecara arbiter dari rata-rata pasang tertinggi dan batas ke arah laut adalahyurisdiksi wilayah propinsi atau state di suatu negara. Kawasan pesisirmerupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut.2.3 Bencana Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif ataskomponen bahaya (hazard) yang berupa fenomena alam atau buatan di satupihak, dengan kerentanan (vulnerability) komunitas di pihak lain. Bencanaterjadi apabila komunitas mempunyai tingkat kapasitas atau kemampuan 16
yang lebih rendah dibanding dengan tingkat bahaya yang mungkin terjadipadanya (Paripurno, 2006). Sedangkan dalam Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalahperistiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggukehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktoralam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehinggamengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakanpertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dankemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Oleh karena itu sebelumterjadinya bencana perlu adanya kegiatan pencegahan.3. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penulisan paper ini adalahpendekatan kualitatif. Strauss dan Corbin (2003) memandang pendekatankualitatif adalah jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melaluiprosedur statistik dan bentuk hitung-hitungan lainnya. Contohnya adalahpenelitian tentang kehidupan, riwayat, perilaku manusia, disamping jugatentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik.Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisiswacana. Penulisan paper ini berusaha untuk menjelaskan berbagai macamkearifan lokal yang digunakan masyarakat pesisir sebagai peringatan dinijika terjadi suatu bencana. Jadi, metode-metode kualitatif sangat cocokdigunakan karena menurut Bogdan dan Tylor (1993), metode kualitatifmemungkinkan peneliti untuk memahami masyarakat secara personal danmemandang mereka sebagaimana mereka sendiri mengungkapkanpandangan dunianya. Teknik pengumpulan datanya sendiri menggunakanmetode studi pustaka untuk mendapatkan data-data sekunder. Datasekunder dalam penulisan paper ini berupa bahan-bahan tertulis yangberasal dari penelitian terdahulu, jurnal, buku, tesis, disertasi, dan berbagaiinformasi digital yang ada di internet. Analisis menggunakan interpretasipeneliti dengan mengacu pada berbagai literatur atau referensi yang relevandengan objek kajian dalam penulisan paper ini.4. PEMBAHASAN4.1 Kearifan Lokal dalam Pencegahan Bencana di Yogyakarta Dalam penelitian Hiryanto (2012) masyarakat yang berada di pesisirparangtritis mengenali terjadinya tsunami jika secara tiba-tiba air laut 17
menjadi surut, para nelayan mendapatkan tangkapan ikan yang melimpahdan ikan yang diperoleh memiliki ukuran yang besar, serta kemudian tiba-tiba air laut naik. Ciri lainnya adalah muncul suara gler dari arah laut yang sangat keras, dansetelah suara itu terdengar air laut akan surut atau mundur ke belakang. Glerini merupakan bunyi reruntuhan gua atau terowongan di sekeliling atau didalam laut. Menurut warga Yogyakarta yang hidup di daerah pesisir, merekaakan waspada pada hari Jumat Kliwon karena pada hari itu dipercaya airmulai naik dan rawan terjadi tsunami. Armanto, dkk (2007), menjelaskan bahwa tsunami didahului olehdentuman. Dan pengetahuan lokal masyarakat Yogyakarta mengenai suaragler bisa saja merupakan bunyi dentuman yang ada di laut. Hal ini disebabkanadanya pergeseran vertikal lempeng bumi di bawah dasar laut. Patahanlempeng bumi menyebabkan perubahan dasar laut secara mendadak. Bencana lain yang lekat dengan masyarakat pesisir adalah angin putingbeliung. Penelitian dari Hiryanto (2012) juga menunjukkan pengetahuanlokal yang dimiliki warga Yogyakarta dalam mengenali terjadinya bencanaangin puting beliung. Dari hasil penelitian tersebut warga mengaku akan adakabut sebelum angin datang. Selain itu, awan akan berbentuk menyerupaigelombang, atau dalam bahasa lokal biasa disebut ampak-ampak. Awan tersebut adalah awan CB atau awan comulus nimbus yang memilikibentuk menyerupai bunga kol. Sesaat sebelum angin puting beliung datangakan terjadi panas yang terik, namun di tengah panas tersebut tiba-tibalangit berubah gelap dan udara menjadi dingin. Tanah longsor juga menjadi ancaman bencana bagi masyarakat pesisiryang ada di Yogyakarta. Hal ini disebabkan topografi wilayah pesisirYogyakarta yang dekat dengan tebing dan rawan terjadi longsor. Hiryanto,dkk (2012) juga mengungkapkan bahwa masyarakat pesisir akan merasakanhujan deras terlebih dahulu. Longsor akan dimulai dari daerah atas tebing,umumnya terjadi di daerah yang konturnya miring. Sedangkan di bagianbawah tanah akan bergerak dan tiba-tiba muncul mata air di sekitar tebing.Masyarakat juga akan melihat awan putih atau mega yang berjalan di langitsebagai tanda awal sebelum longsor terjadi. Sunarto (2009) juga mendapatiadanya suatu kearifan lokal pada masyarakat pesisir Yogyakarta bahwa saatmusim penghujan banyak hewan kepiting naik ke teras rumah atau masukke rumah penduduk, maka keadaan itu oleh masyarakat dijadikan tandaakan datangnya banjir. 18
Masyarakat pesisir juga mengenal adanya dina renteng. Dina rentengadalah hari-hari yang secara berturut-turut memiliki nilai perhitungan jawaberjumlah 13 dan 14. Pada hari itu akan terjadi hujan lebat secara terusmenerus. Hari yang berjumlah 13 adalah jumat pon, sabtu wage, dan minggukliwon. Sedangkan yang nilainya 14 adalah jumat kliwon, sabtu legi, danminggu paing (Endraswara, 2003). Dalam penelitian Sunarto (2011), ditemukan sebuah kearifan lokal lainbahwa masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungan kepesisirandinyatakan dalam bentuk nasihat yang turun-temurun, yaitu “Manawa siraurip anèng gisik, sira kudu nglilakna manawa biyungé njaluk balimanèhyogané”. Nasihat turun-temurun dengan bahasa Jawa tersebut jikaditerjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi: “Seandainya engkauberkehidupan di pantai, engkau harus merelakan seandainya induknyameminta kembali anaknya”. Ungkapan ini bisa dimaknai bahwa masyarakat pesisir harus senantiasamemahami kondisi di sekitarnya karena lingkungan laut yang selalu berubahsetiap saat. Masyarakat pesisir juga menggunakan pranata mangsa untukmengamati keadaan sekitarnya. Baik itu untuk melihat cuaca maupun untukaktivitas menangkap ikan. Menurut Partosuwiryo (2012) dalam lamanNatgeo (2012) menjelaskan bahwa nelayan memanfaatkan jenis dan letakbintang sebagai pemandu arah ketika di laut. Bahkan ketika terjadi badai dangelombang besar mereka masih memanfaatkan rasi bintanguntukmenyelamatkan diri. Tidak hanya itu, nelayan juga menggunakan tanda-tanda alam sepertiudara dingin, musim buah-buahan, angin kencang, serta posisi bulan untukmenentukan kegiatan melautnya. Namun, menurut Jokowinarno (2011), sistem peringatan dini yangmemanfaatkan kearifan lokal ternyata harus dikaji ulang karena beberapaalasan, yaitu:1. Perilaku binatang di sekitar pantai masih belum bisa secara pasti dinterpretasikan oleh manusia. Misal sulit kita membedakan perilaku burung yang mengetahui tsunami, hujan badai, atau bencana alam yang lain.2. Surutnya air laut tidak reliable sebagai tanda akan datangnya tsunami karena memang setiap hari air laut mengalami pasang-surut dengan amplitudo yang bervariasi sesuai dengan posisi bumi terhadap benda- benda di ruang angkasa terutama bulan dan matahari. 19
Biantoro (2011) juga meneguhkan pernyataan di atas bahwa kearifanlokal memang dapat menjadi bagian dari kekuatan pengetahuan manusia dimasa depan, namun disatu sisi menempatkan kearifan lokal pada posisi yangberlebihan mengakibatkan manusia dapat terjebak dalam romantisme masasilam yang tidak relevan, sebuah pemahaman yang akan melupakan masadepan karena terlalu berorientasi pada masa lalu. Meskipun demikian, penggunaan tanda-tanda alam sebagai kearifanlokal masyarakat Yogyakarta ini masih relevan untuk digunakan dalammelengkapi sistem peringatan dini bencana yang dikembangkan olehpemerintah. Dalam sistem peringatan dini, semua indikator baik yangbersifat ilmiah maupun kearifan lokal harus saling disinergikan untukmendapatkan hasil yang terbaik. Pemerintah sebagai policy taker juga harus tetap melihat bahwa adasesuatu yang hidup bersama masyarakats ejak ratusan tahun yang lalu, yaitukearifan dan pengetahuan lokal. Pemerintah secara scientific harusmemahami karakteristik bencana alam dan kerusakan yang ada. Namun,masyarakat juga perlu dilibatkan terkait identifikasi pengetahuan dankearifan lokal mengenai peringatan dini bencana yang mereka miliki.Pemahaman terkait kondisi sosial budaya ini juga bisa lebih mudah untukmengajak masyarakat mengikuti kebijakan yang akan dibuat olehpemerintah, sehingga resiko bencana yang terjadi bisa diminimalisir. Lebih jauh Sunarto (2011) mengembangkan sebuah pemikiran bahwakekayaan budaya tersebut lebih baik dilembagakan sehingga kearifan lokalyang ada di masyarakat pesisir akan mudah diketahui dan dipelajari olehmasyarakat luas. Hal ini juga dapat menjadi langkah preventif agar kearifanlokal tersebut tidak hilang akibat perubahan zaman.4.2 Upaya Mewariskan Kearifan Lokal Berbagai upaya telah dilakukan masyarakat pesisir Yogyakarta dalamrangka mewariskan kearifan lokal yang mereka miliki kepada generasi mudaagar kearifan lokal tersebut tidak hilang. Terlebih lagi hal itu dilakukan agarmereka senantiasa diberi keselamatan oleh Tuhan.Dalam penelitian Hiryanto, dkk (2012) warga Yogyakarta telah melakukanberbagai cara untuk memperkenalkan warisan budaya tersebut kepada anakcucunya. Langkah yang mereka ambil adalah sebagai berikut:1. Menyampaikan tanda-tanda yang dipahami tentang hadirnya bencana pada anak cucu. 20
2. Menasehari anak cucu untuk selalu memohon keselamatan pada Tuhan.3. Dari sisi kebatinan, jika ada bencana membuang galar (tongkat kayu) ke luar rumah agar diberi keselamatan dan bencana tersebut menjauh dari mereka.4. Membuang garam, selanjutnya diikuti dengan adzan, tujuannya supaya angin puting beliung berhenti.5. Pada orang hamil perut diberi abu agar tidak keguguran.6. Sembunyi di dalam ruangan jika ada lesus (angin puting beliung).7. Memasak sayur keluwih agar diberi keselamatan.8. Supaya terhindar dari rumah roboh, maka bangunan rumah berbentuk limasan, dan warga akan saling berpegangan sambil berucap kukuh bakoh agar rumah mereka tidak roboh saat ada bencana. Jokowinarno (2011), juga mengungkapkan 6 kebijakan yang seharusnyadilakukan oleh pemerintah guna membuat sebuah sistem peringatan dinibencana yang memanfaatkan kearifan lokal masyarakat, yaitu:1. Melakukan upaya-upaya perlindungan kepada kehidupan, infrastruktur dan lingkungan pesisir.2. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat pesisir terhadap kegiatan pencegahan bencana gelombang pasang, termasuk di dalamnya menggali kearifan lokal masyarakat.3. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat pesisir terhadap bencana. Meliputi pengembangan sistem yang menunjang komunikasi untuk peringatan dini dan keadaan darurat, menyelenggarakan latihan dan simulasi tanggapan terhadap bencana dan kerusakan yang ditimbulkan, serta penyebarluasan informasi tahapan bencana dan tanda-tanda yang mengiringi terjadinya bencana.4. Meningkatkan koordinasi dan kapasitas kelembagaan pencegahan bencana.5. Menyusun payung hukum yang efektif dalam upaya mewujudkan upaya- upaya pencegahan bencana.6. Mendorong keberlanjutan aktivitas ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.5. KESIMPULAN Berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnyamasyarakat pesisir memiliki suatu kearifan lokal dalam menghadapiancaman sebuah bencana, baik itu tsunami, angin puting beliung, maupuntanah longsor. Masyarakat pesisir mengenali tanda-tanda tsunami seperti 21
kondisi air laut, suara dentuman dari laut, dan adanya hari yang tidakdiperbolehkan melaut. Dalam mengidentifikasi terjadinya angin putingbeliung, masyarakat pesisir juga memiliki cara tersendiri untuk melihatnya,yaitu lewat kabut, udara dingin, dan bentuk awan. Sedangkan untuk tanahlongsor, masyarakat biasa merasakan akan ada hujan deras berhari-hari danpergerakan awan yang cepat. Tidak hanya itu, masyarakat pesisir jugamenjadikan datangnya kepiting sebagai peringatan akan datangnya banjirdari laut. Mereka juga memanfaatkan pranata mangsa, rasi bintang dantanda alam lainnya. Jadi sudah seharusnya pemerintah mengakomodasi berbagai kearifanlokal ini dalam membuat sebuah pedoman terkait kegiatan pencegahanbencana. Namun, perlu diingat bahwa kearifan lokal ini juga harus dikajisecara ilmiah agar kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan. Kearifanlokal bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan namun tidakmenghilangkan esensinya. Sehingga, dengan begitu pedoman pencegahanbencana tersebut akan mudah diterima oleh masyarakat.DAFTAR PUSTAKAArmanto, D, Marzunita, Saprudin, Sudarja, M, Royan, A, Wijayanti, Didit, Iwan, dan Sarsih. 2007. Bersahabat dengan Ancaman. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Aulia TOS, Dharmawan AH. 2010. Kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya air di Kampung Kuta. Sodality. 4(2010):335-346.Biantoro S. 2011. Menjawab Tantangan Global? Strategi Masyarakat Adat dalam Kasus Pembalakan Hutan di Kalimantan Barat. Artikel dalam buku Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi.Bogdan, Ribert dan Steven J. Tylor. 1993. Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.Dahuri, R., 1996, Ekosistem Pesisir, Makalah/Materi Kuliah, IPB, Bogor.Direktorat Jendral Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Perikanan dan Kelautan, 2003, Modul Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Terpadu, Direktorat Jendral Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Jakarta.Endraswara, S. (2003). Falsafat Hidup Jawa, Penerbit Cakrawala, Tangerang.Hiryanto, Sri Iswanti, dan Kartika Nur Fathiyah. 2011. Identifikasi Kearifan Lokal Dalam Memahami Tanda-Tanda Bencana Alam Pada Insan Usia Lanjut di Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian Kelompok Kajian Tahun Anggaran 2012. Universitas Negeri Yogyakarta.Jokowinarno, Dwi. 2011. pencegahan Bencana Tsunami di Wilayah Psisir Lampung. Jurnal Rekayasa. Vol. 15 No. 1.Juniarta, Hagi Primadaksa. 2013. Kajian Profil Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Pulau Gili, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Jurnal ECSOFiM Vol. 1 No. 1.Keraf S. 2006. Etika Lingkungan. Kompas: Jakarta. 22
National Geographic. 2012. Pranata Mangsa, Metode Penangkapan Ikan Lestari. www. nationalgeographic.co.id. Diakses pada tanggal 03 Oktober 2016.Paripurno, EK. 2006. Perencanaan Pembangunan Sensitif Bencana. Disampaikan dalam Pelatihan Orientasi Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana. Magelang.Solikhin, Satria A. 2007. Hak ulayat laut di era otonomi daerah sebagai solusi pengelolaan perikanan berkelanjutan: Kasus awig-awig di Lombok Barat. Sodality. 1(April).Strauss, Anselm & Juliet Corbin, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.Sunarto, Lies Rahayu W.F., D. Mardiatno, M.A. Marfai, dan Daryono. 2009. Strategi Pengurangan Risiko Multibencana melalui pencegahan dan Adaptasi di Wilayah Provinsi DIY dan Jawa Tengah (Studi Kasus Zona Utara Pulau Jawa), Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional, LPPM – UGM, Yogyakarta.Sunarto. 2011. Pemaknaan Filsafati Kearifan Lokal Untuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Marin dan Fluvial di Lingkungan Kepesisiran. Jurnal Forum Geografi. Vol. 25 No. 1. p.1-16. Yogyakarta.Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. 23
SUMBERDAYA KELAUTAN UNTUK MENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA DI PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Heny Budi Setyorini1 Agustina Setyaningrum1*, 1Prodi Teknik Kelautan Institut Teknologi Yogyakarta (ITY-STTL YLH) *E-mail : [email protected] ABSTRACTThe aim of the research is to understand the marine resources which have processingdan have a role in supporting tourism activity. The data used in tihis research are primaryand secondary data. Primary data collect directly from the field throught interview withstakeholders. This field observation using Rapid Rural Appraisal Technique (RRA).Secondary data collect from institution and also from previous research by otheresearcher. This research describe marine resource which is supporting tourism activity.There are two kind of marine resource namely biological marine resource and nonbiological marine resource. Each of the marine resource have different processing andutilization.Keywords: marine, resources, tourism activity1. PENDAHULUAN Banyaknya aktivitas dan sumber daya alam kelautan yang ada di wilayahpesisir Pantai Depok menjadikan pantai ini menjadi semakin berkembangdari tahun ke tahun. Salah satunya adalah aktivitas pariwisata. Kegiatan inisemakin berkembang dan dapat dilihat dari semakin banyaknya event yangdiselenggarakan di Pantai Depok. Kegiatan pariwisata di wilayah pesisirsangat dipengaruhi oleh sumber daya kelautan yang ada disana. Tingginyaaktivitas pariwisata yang ada di Pantai Depok menyebabkan kebutuhan ikankhususnya pada hari libur dan akhir pekan menjadi semakin meningkat(Haryanti et al., 2015). Namun, pada hari-hari biasa, pedagang yang ada diTPI tidak bisa menjual ikan sebanyak saat libur dan akhir pekan. Ikan-ikanyang tidak terjual tersebut apabila sudah basi maka akan dibuang ataudijadikan pakan ikan lele (Haryanti et al., 2015). Sumber daya kelautan di Pantai Depok beragam dan dianggap mampumendukung kegiatan pariwisata disana. Nilai perekonomian dari hasil laut inijuga sangat besar. Nilai ekonomi sumber daya perikanan dan jasa-jasalingkungan di Pantai Depok mencapai Rp 58,725 milyar (Sahubawa, 2015).Nilai ini juga termasuk dalam kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata 24
dengan beragam produk olahan hasil laut telah menjadi buah tangan bagiwisatawan yang berkunjung ke Pantai Depok. Meskipun demikianpengolahan sumber daya kelautan di Pantai Depok belum dilakukan secaraoptimal. Oleh karena itu perlu adanya optimalisasi untuk pengolahansumber daya kelautan yang mendukung kegiatan pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber daya kelautanyang telah mengalami proses pengolahan dan pemanfaatan yang memilikiperan dalam menunjang kegiatan pariwisata.2. KAJIAN PUSTAKA Indonesia memiiki keanekaragaman jenis organisme wilayah pesisir danlaut yang sangat melimpah. Supriharyono (2009), menjelaskan bahwasecara umum tingkat keanekaragaman jenis organisme di wilayah pesisirlaut tropis sangat tinggi yang tersebar ke berbagai ekosistem sepertiestuaria, mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Dahuri (2004), jugamenjelaskan bahwa sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut Indonesiameliputi sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable resources) sepertisumberdaya perikanan (plankton, benthos, ikan, moluska, krustasea,mamalia laut), rumput laut, padang lamun, hutan mangrove dan terumbukarang; dan sumberdaya yang tidak dapat pulih (unrenewable resources)seperti minyak dan gas, bijih besi, pasir, timah, bauksit dan mineral sertaberbagai jenis bahan tambang yang lain. Christanto (2010), menyebutkanbahwa sumberdaya kelautan memiliki beberapa peranan antara lain sebagaipenyedia sumberdaya baik hayati maupun non-hayati, penyedia energi,sebagai salah satu sarana transportasi, wahana berbagai jenis rekreasi danpariwisata, peranan dalam pengaturan iklim, penampungan berbagai jenislimbah, sebagai salah satu pusat kawasan industri, berperan dalam upayapertahanan dan keamanan serta dalam berbagai aspek secara internasional Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorangatau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuanrekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarikwisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-UndangNo. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan). Berdasarkan definisi tersebut,maka ketersediaan sumberdaya kelautan baik yang hayati maupun nonhayati di Pantai Depok dapat menjadi salah satu daya tarik bagi parawisatawan untuk berwisata ke Pantai Depok. Pengolahan maupun pemanfaatan terhadap sumber daya kelautan diPantai Depok saat ini belum dilakukan secara optimal. Hal ini ditunjukkan 25
dengan sebagian besar sumber daya kelautan masih dijual secara langsungdan belum dilakukan pengolahan. Apabila sumber daya tersebut diolah dandisinergikan dengan aktivitas yang lain misalnya aktivtas pariwisata, makaproduk tersebut akan memiliki nilai tambah dan mampu memberikan peranyang penting bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Depok Kabupaten Bantul DaerahIstimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan datasekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan baik itumelalui wawancara dengan tokoh/masyarakat setempat serta melakukanobservasi secara langsung dilapangan dengan menggunakan teknik RapidRural Appraisal (RRA). Data sekunder diperoleh dari pihak/lembaga serta darihasil penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain. Alat dan bahan yang digunakan dalam survey lapangan penelitian iniantara lain kamera, alat perekam, peta dasar serta alat bantu daftarpertanyaan. Analisis data dilakukan setelah data diperoleh dari lapangan.Analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif.4. PEMBAHASAN4.1 Sumber Daya Hayati Sumberdaya hayati kelautan di Pantai Depok meliputi tanaman pantai,dan, berbagai jenis ikan dan krustasea. Sebagian besar tanaman pantai yangberada di Pantai Depok antara lain cemara udang (Casuarina equisetifolia)dan ketapang (Terminalia catappa). Tanaman tersebut dapat berfungsisecara ekologis sebagai sabuk hijau pantai (green belt) dan penahan lajuabrasi, sedangkan fungsi secara estetika sebagai salah satu pemandanganalam dan tempat berteduh bagi wisatawan. Secara umum, jenis ikan dan krustasea yang terdapat di Pantai Depokmeliputi ikan bawal cakalang, tenggiri, undur-undur, rajungan, kepiting danudang. Hasil penelitian Setyorini et al. (2015), juga menjelaskan bahwa hasiltangkapan nelayan di Pantai Depok meliputi ikan bawal putih, bawal hitam,tenggiri, layur, hiu, teri, pari burung, kakap putih, tongkol abu-abu, udangputih dan udang barong. Selengkapnya tercantum pada Tabel 1. 26
Tabel 1: Hasil Tangkapan Nelayan di Pantai DepokNama Indonesia Nama IlmiahBawal Putih Pampus argenteusBawal Hitam Parastromateus nigerTenggiri Scomberomorus plumieriiLayur Trichiurus lepturusHiu Carcharhinus longimanusTeri Stolephorus sp.Pari Burung Aetomylaeus nichofiiKakap Putih Lates calcariferTongkol Abu-Abu Thunnus tonggolUdang Putih/Jerbung Litopenaeus vannameiUdang Barong/Udang Panulirus sp.KarangSumber: Data Produksi Tangkap Laut di Pantai Depok-Kabupaten Bantul Tahun 2014 (Dinas Kelautan dan Perikanan Bantul, 2014 tidak dipublikasikan) dalam Setyorini et al., 2015 Hasil penelitian Setyorini et al. (2015), menjelaskan bahwa hasiltangkapan terutama untuk ikan kakap dan teri dijual para nelayan secaralangsung kepada para wisatawan Pantai Depok dengan harga yang berkisarRp 20.000/kg sebagai ikan curah, sedangkan untuk ikan yang memiliki nilaiekonomis tinggi seperti ikan bawal putih, ikan layur dan lobster mutiaradijual ke tengkulak akan tetapi melalui TPI dengan harga yang berkisar Rp250.000-Rp 400.000. Hasil tangkapan nelayan di Pantai Depok tersebut selain dapat secaralangsung dijual ke wisatawan ataupun ke TPI, juga dapat dijual dalam produkolahan seperti undur-undur dan ikan tenggiri yang digoreng kering sebagaibuah tangan masing-masing dengan kisaran harga Rp 10.000/kg dan Rp10.000-Rp 15.000/ekor ataupun dalam bentuk masakan dengan berbagaijenis masakan seperti bakar, asam manis, saus tiram dan lain sebagainyadengan kisaran harga Rp 45.000-Rp 50.000/kg untuk berbagai jenis ikan,sedangkan untuk berbagai jenis udang, kepiting dan cumi berkisar Rp75.000-Rp 85.000/kg. Pengolahan berbagai jenis ikan dan krustasea jugabertujuan untuk pengawetan produk sumberdaya kelautan dan perikanan diPantai Depok dan peningkatan nilai ekonomis produk tersebut sehinggamemberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan bagi penjualproduk olahan tersebut. 27
Perkembangan pariwisata di Pantai Depok menyebabkan peningkatankebutuhan berbagai jenis ikan, krustasea, kekerangan (moluska) dan cumi-cumi untuk memenuhi permintaan para wisatawan. Berkaitan dengan hasiltangkapan nelayan Pantai Depok hanya meliputi jenis ikan dan krustaseatertentu sehingga untuk memenuhi permintaan para wisatawan terhadapjenis ikan, krustasea kekerangan (moluska) dan cumi-cumi lainnya harusdipasok dari berbagai daerah di luar Pantai Depok. Hal ini ditunjukkandengan hasil penelitian Haryanti et al. (2015), bahwa untuk jenis kerang, ikanbawal, kakap, cucut, rajungan, cakalang, tuna, udang dan cumi-cumi dipasokdari Semarang, sedangkan untuk kepiting dipasok dari Kalimantan, ikankembung dan cumi-cumi dipasok dari Cilacap dan ikan tuna dan ikan tongkoldipasok dari Pacitan.4.2 Sumber Daya Non Hayati Sumberdaya non hayati kelautan yang berada di Pantai Depok meliputipasir, gelombang, angin dan air laut. Pasir di Pantai Depok cenderungberwarna hitam dan berukuran halus. Serupa dengan pantai-pantai selatanYogyakarta yang terdapat di sebelah barat seperti Pantai Parangtritis, PantaiParangkusumo, Pantai Samas, Pantai Baru, Pantai Kuwaru dan Pantai GoaCemara yang dikelilingi oleh ekosistem gumuk pasir (sand dune), makaPantai Depok juga dikelilingi oleh ekosistem tersebut. Ekosistem gumukpasir tersebut berasal dari letusan Gunung Merapi kemudian terbawa aliransungai hingga bermuara ke pantai. Hal ini diperkuat dengan penjelasanWitasari dan Helfinalis (2012), bahwa sedimen pasir yang terdapat di pantaiKabupaten Bantul dan Kulonprogo berukuran halus-medium, berwarna abu-abu gelap yang terdiri atas mineral- mineral magnetit, hematit dan kuarsadikarenakan hasil erupsi dari Gunung Merapi. Adanya pergerakangelombang turut membawa material-material pasir berada di tepi pantai,kemudian material tersebut yang berukuran halus akan terbawa olehpergerakan angin dan membentuk gundukan pasir (sand dune). Secaraekologis, gumuk pasir (sand dune) memiliki fungsi sebagai penahan ancamantsunami dan secara estetika juga berfungsi sebagai arena bermain bagi parawisatawan. Gelombang juga menjadi daya tarik wisata Pantai Depok melaluiperubahan pergerakan gelombang di zona gelombang pecah yangdiakibatkan oleh perbedaan kedalaman dan kondisi topografi dasar perairan.Tinggi, periode dan arah gelombang yang berada di Pantai Depok masing-masing waktu berbeda dikarenakan tergantung pada musim. Secara umum, 28
tinggi gelombang akan mencapai maksimum pada musim barat danperalihan yang dapat berdampak pada aktivitas pariwisata danpenangkapan ikan oleh nelayan. Kondisi bentuk Pantai Depok yangberhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia mengakibatkanpara wisatawan tidak dapat berenang dan bermain di area tepi pantai secarabebas demi keselamatan para wisatawan, sehingga umumnya parawisatawan cenderung hanya dapat menikmati pergerakan gelombang darijarak yang cukup aman saat melakukan aktivitas menikmati hidangan wisatakuliner atau sekedar foto bersama. Bentuk Pantai Depok yang berhadapan langsung dengan perairanSamudera Hindia dan tidak adanya penghalang baik secara alami ataupunkeberadaan bangunan-bangunan disekitar pantai tersebut, mengakibatkankecepatan angin yang bertiup di sekitar Pantai Depok cukup kencang.Kecepatan dan arah angin yang bertiup di sekitar Pantai Depok juga sangattergantung oleh musim. Kecepatan angin tersebut sering dimanfaatkandalam pagelaran tahunan seperti paralayang atau Jogja Air Show untukmenarik para wisatawan berkunjung ke Pantai Depok. Angin laut disekitarwilayah tersebut juga berpotensi untuk dimanfaatkan dalam PembangkitListrik Tenaga Angin, sebagaimana yang telah dilakukan di Pantai Baru.Angin laut juga telah dimanfaatkan setiap hari oleh para nelayan dalammenjalankan aktivitas penangkapan ikan, dimana ketika para nelayanberangkat ke laut memanfaatkan angin darat, sedangkan pada saat paranelayan pulang akan memanfaatkan angin laut. Kondisi sekitar Pantai Depok cenderung bersih dengan air laut berwarnajernih. Pemandangan air laut yang jernih dan pergerakan air akibat pengaruhgelombang menjadi salah satu faktor utama dalam menarik para wisatawanuntuk berkunjung ke Pantai Depok. Hal ini ditunjukkan melalui hasilwawancara dengan beberapa pengunjung mengenai alasan berwisata kePantai Depok adalah menikmati pemandangan alam dan merasakan anginlaut Pantai Depok., selain untuk tujuan wisata kuliner. Berdasarkan penggolongan bentuk pantai, maka Pantai Depok termasukdalam bentuk pantai berpasir. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaangundukan material pasir yang berukuran halus disepanjang pantai. Secaraumum, Pantai Depok memiliki kesamaan bentuk pantai dengan pantai-pantai yang berada di bagian barat Yogyakarta seperti Pantai Parangtritis,Pantai Samas dan Pantai Glagah. Sebagaimana hasil penelitian Witasari danHelfinalis (2012), yang menjelaskan bahwa Pantai Glagah, Congot,Parangtritis dan Samas memiliki ciri khas pantai berpasir dengan relief 29
rendah dan topografi landai serta bergelombang lemah. SelanjutnyaWitasari dan Helfinalis (2012), juga menjelaskan bahwa pantai-pantaitersebut umumnya memiliki garis pantai dengan relief lurus, ukuran butiranberupa pasir halus, tebing-tebing batu-batu gamping yang terletak agak jauhdari pantai dan adanya gumuk-gumuk pasir (sand dune), gisik pasirberpenghalang (sand barrier) dan laguna di sekitar pesisir. Berdasarkanpenjelasan di atas, maka sumberdaya kelautan di Pantai Depok baik yanghayati maupun non hayati adalah sebagai berikut pda Tabel 2.Tabel 2 Pemanfaatan dan Pengolahan Sumber Daya HayatiSumber daya Pemanfaatan PengolahanSumber daya hayatiTanaman Pantai Fungsi secara ekologis -a. Cemara udang sebagai sabuk hijau pantai(Casuarina equisetifolia) (green belt) dan penahanb. Ketapang (Terminalia laju abrasi, sedangkancatappa) fungsi secara estetika sebagai salah satu pemandangan alam dan tempat berteduh bagi wisatawan.Ikan - - Wisata kuliner dalama. Bawal produk olahan gorengb. Cakalang kering sebagai oleh-c. Tenggiri oleh maupun dalam bentuk berbagai jenis masakan seperti bakar, asam manis, saus tiram dan lain sebagainya yang dapat dinikmati secara langsung di warung-warung yang telah tersediaKrustasea - - Wisata kuliner dalama. Undur-undur produk olahan gorengb. Rajungan kering sebagai oleh-c. Kepiting oleh maupun dalamd. Udang bentuk berbagai jenis masakan seperti bakar, asam manis, saus tiram dan lain sebagainya yang dapat dinikmati secara langsung di 30
Sumber daya Pemanfaatan Pengolahan warung-warung yang telah tersediaSumber daya no hayatiPasir - Gundukan pasir di sekitar -- Berwarna cenderung pantai menjadi ekosistemgelap gumuk pasir (sand dune)- Berukuran halus - Arena bermain ATVGelombang - Pemandangan alam -Angin - Paralayang atau Jogja - Air ShowAir Laut - Pemandangan alam - Sumber: analisis, 2016Sumberdaya kelautan di Pantai Depok masih memerlukan pengelolaandan pengembangan seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan. Sumberdaya kelautan tersebut masih bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi produkyang bernilai tinggi lainnya. Perlu kerjasama dari berbagai pihak dan prosespemberdayaan masyarakat dalam pengembangan kegiatan pariwisatadisana.5. KESIMPULAN Sumberdaya kelautan di Pantai Depok baik sumberdaya hayati (tanamanpantai, rumput laut, berbagai jenis ikan dan krustasea) maupun sumberdayanon hayati (pasir, gelombang, angin, air laut) dapat menunjang kegiatanpariwisata di lokasi tersebut. Kedepan pemanfaatannya perlu dioptimalkanseiring dengan perkembangan kegiatan pariwisata di Pantai Depok.6. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih diucapkan kepada Program Studi Teknik Kelautan, InstitutTeknologi Yogyakarta (ITY-STTL YLH) sebagai lembaga peneliti pertamabernaung serta kepada bapak/ibu staf dosen dan teman-teman yang terlibatdalam Kuliah Kerja Lapangan 1 tahun 2016.DAFTAR PUSTAKAChristanto, J. 2010. Pengantar Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Deepublish, Yogyakarta, 340 hlm.Dahuri, R., J. Rais., S.P. Ginting., dan M.J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta, 305 hlm.Haryanti, S., Setyaningrum, A., Masduqi, E. 2015. Studi Kebutuhan Ikan di Pantai Depok Yogyakarta. Yogyakarta: Institut Teknologi Yogyakarta. 31
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.Sahubawa, L. 2015. Kajian Sebaran Potensi Ekonomi Sumber Daya Kelautan di Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Upaya Percepatan Investasi. Jurnal Tekno Sains. Volume 4 No 2, 22 Juni 2015 Halaman 101-198.Setyorini, H.B., Rahayu, E. Putro, S.T. 2015. Karakteristik Nelayan di Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta. Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015, pSE-02: 697-704.Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 461 hlm.Witasari, Y., dan Helfinalis. 2012. Morfodinamika Pantai dan Kerentanan Wilayah di Pantai Selatan Yogyakarta. Dalam: Muswerry M., M.H, Azkab., Fahmi, D.W.D. Setiono, H. Thoha dan S.M. Natsir. 2015. Sumber Daya Laut di Perairan Pesisir Gunungkidul, Yogyakarta. LIPI Press, Jakarta, 182 hlm. 32
ANALISIS PERUBAHAN MORFOLOGI LAGUNA di MUARA SUNGAI OPAK, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH TEMPORAL Vinsensius Bule Owa1, Tomi Aris2, Widya Lestari Basitah2, Th. Retno Wulan3, Dwi Sri Wahyuningsih3 1Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang 2Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang 3Parangtritis Geomaritime Science Park, Badan Informasi Geospasial Email : [email protected] ABSTRAKSungai Opak merupakan salah satu sungai yang terdapat di Kabupaten Bantul,Daerah Istimewa Yogyakarta. Muara Sungai Opak yang berada di pantai selatanKabupaten Bantul memiliki keunikan karena terdapatnya laguna. Setiap periodetertentu laguna mengalami perubahan luasan. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis perubahan morfologi laguna di muara Sungai Opak. Pengamatanperubahan menggunakan metode penginderaan jauh secara temporal danganmemanfaatkan citra yang didownload pada resolusi tinggi dengan menggunakanGoogle Earth dan SAS Planet. Analisis spasial temporal yang dilakukan untukmengetahui perubahan morfologi laguna per periode dua tahun. Tahun yangdipergunakan dalam analisis adalah tahun 2012, 2014, dan 2016. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa terdapat perubahan morfologi laguna dengan dibuktikan dariluasan yang berbeda-beda pada periode dua tahun. Luas laguna pada tahun 2012,2014, dan 2016 berturut-turut seluas 477.945 m2, 492.411 m2, dan 515.720 m2.Perubahan morfologi laguna dipengaruhi oleh aktivitas alam dan manusia.Kata kunci: Muara, Sungai, Laguna, spit, sedimen1. PENDAHULUAN Morfologi adalah struktur luar dari batu-batuan dalam hubungan denganperkembangan ciri topografis. Morfologi berhubungan dengan bentuk,tampilan, dan ukuran. Morfologi sedimen yang menjadi kajian analisis inimenitikberatkan pada Spit dan Laguna. Menurut Fardiaz, (1992) sedimenadalah endapan bahan-bahan organik dan anorganik yang tersuspensi kedalam air dan diangkat oleh air sehingga terjadi pengendapan pada suatutempat, dimana air tidak lagi sanggup membawa partikel tersuspensi. Spit atau bura adalah salah satu keadaan topografis yang dihasilakan dariproses sedimentasi. laguna merupakan badan air dangkal di pesisir pantai 33
yang terpisah dari perairan dikarenakan dibendung oleh tumpukan sedimendengan posisi paralel dengan garis pantai. Spit adalah tumpukan materialpasir hasil pengendapan yang terdapat dimuka teluk atau daerah pantailainya yang berbentuk memanjang dengan salah satu sisi menyambung kedaratan dan sisi lainya berada ke arah laut seperti yang terlihat di gambar 1dibawah ini. Gambar 10 Citra kenampakan Spit dan Laguna di muara Sungai Opak. Sumber: Citra BingMap tahun 2016 Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatulingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalamlingkungan tersebut (Widayanti, 2013). Spit atau tumpukan sedimen yangada di muara Sungai Opak ini terbentuk akibat proses alam dan akibataktivitas manusia yang berlangsung sangat lama. Sedimen yang yang palingdominan di daerah ini berupa pasir berwana hitam. Wilayah pantai yangmemiliki pasir berwarna hitam merupakan akibat dari hasil erupsi gunungberapi. Sedimen yang berada di muara Sungai Opak ini sebagian besarberasal dari hasil erupsi Gunung Merapi. Sumber sedimen lainya yaitu disepanjang aliran Sungai Opak, dan sedimen yang ada dilaut. Sedimen yangberupa pasir yang berwarna hitam tersebut merupakan bukti kuat yang 34
mendukug bahwa sedimen pembentuknya berupa sedimen hasil erupsiGunung Merapi. Pantai yang memiliki pasir berwarna hitam merupakan hasildari sedimentasi erupsi gunung berapi. berbeda dengan pantai yangmemiliki pasir yang berwarna putih, yang berupa hasil dari karang yang telahrusak dan menjadi bulir-bulir pasir akibat aktivitas alam. Gunung Merapi merupakan penyumbang debit pasir terbesar yangmembentuk pasir di kawasan Pesisir Pantai Selatan Yogyakarta. GunungMerapi adalah gunung api termuda di selatan Pulau Jawa dan terletak di7o32'30\"LS dan 110o26'30\" BT (Kiswiranti,2013). Pasir hasil erupsi GunungMerapi turut menjadi sumber material pembentukan gumuk pasir. Gunungmerapi selain menimbulkan dampak lanngsung berupa aliran lava, atauleleran batu pijar, aliran piroklastika atau awan panas juga mengeluarkanjatuhan piroklastika atau hujan abu lebat, lontaran material pijar pada saaterupsi (Puspita dan Sudaryatno,2013). Sungai adalah saluran alamiah di permukaan bumi yang menampung danmenyalurkan air hujan dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendahdan akhirnya bermuara di danau atau di laut (Mokonio dkk,2013). SungaiOpak merupakan sungai yang berperan mengantarkan sedimen-sedimendari daerah hilir yaitu Gunung Merapi. Sungai Opak mempunyai panjangaliran ± 65 km dan luas daerah aliran sungai ± 1.398,18 km2, dan juga memilikibeberapa anak sungai, antara lain Sungai Oyo, Sungai Winongo, SungaiCode, Sungai Gajahwong, dan Sungai Tambak Bayan (Wardhana, 2015).Sungai Opak sendiri memiliki banyak manfaat bagi masyarakat Yogyakarta,seperti menjadi sumber mata pencaharian warga pesisir sebagai sumberikan, sumber air untuk pertanian, dan penambangan pasir. Penambanganpasir dilakukan di sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) sungai Opak. DASmerupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggungbukit atau gunung maupun buatan sepeti jalan atau tangul dimana air hujanyang turun di wilayah tersebut memberikan konstribusi aliran (Maulana,2011). Penambangan pasir mengakibatkan Sungai Opak melebar dansedimennya terkuras sehingga mempengaruhi jumlah sedimen yangdiendapkan di muara. Citra Google Earth Pro merupakan citra hasil dari penyedia data citra diseluruh dunia yang kini dikembangkan oleh Google. Pengamatan inimenggunakan citra dari Google Earth Pro dikarenakan kemampuannya yangdapat memberikan data gratis secara periodik sehingga sesuai denganmetode yang digunakan. Google Earth Pro memiliki beberapa kelebihanseperti tinggkat resolusi gambar hingga 4800×2890 sehingga menghasilkan 35
citra yang lebih berkualitas dibandingkan Google Eart. Google Earth Pro jugamampu menampilkan kenampakan alam dengan lebih detail dibandingdengan citra landsat. Google Earth Pro memiliki kekurangan seperti tingkatakurasinya yang masih kurang jika dibandingkan dengan citra hasil dari QuickBird yang memiliki akurasi tingkat tinggi. Kegiatan pengamatan dan analisa dilakukan di Muara Sungai Opakberada pada koordinat 8° 0'7.70\" LS-8° 0'51.09\" LS dan 110°16'1.59\" BT-110°17'30.84\" BT dan dilakukan pada tahun 2016. Muara Sungai Opak beradadi Kecamatan Kretek dan Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, DaerahIstimewa Yogyakarta seperti pada Gambar 2. Muara Sungai Opak dipilihsebagai daerah pengamatan dan analisa karena pada wilayah tersebutterdapat Spit, laguna dan garis pantai yang memiliki perubahan begitu cepat.Pada muara ini terdapat dua unsur utama yaitu spit dan Laguna. Spit tersebutmenimbulkan sebuah laguna yang cukup luas dan membentang dimulai dariDesa Sriganding sampai Desa Tirtohargo menurut Ramadani dkk (2013). Gambar 11. Daerah Penelitian Sumber :Citra BingMap Keadaan alam di sekitar tumpukan sedimen ini berupa pasir dan air payaukarena merupakan tempat bertemunya air laut dan air tawar. Vegetasi yangmendominasi di muara sungai ini berupa pandan laut, eceng gondok, dancemara udang yang dapat dilihat pada Gambar 3. Sebuah kawasan hutanmangrove juga mendominasi wilayah muara ini. Mangrove adalah individujenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerahpasang surut (Mulyadi, 2010). Biota yang hidup di sekitar muara terdapatkepiting kecil dan burung bangau. 36
Gambar 3. Kenampakan Laguna, Spit, Eceng Gondok di Muara Sungai Opak Sumber : Survey Lapangan, 20162. KAJIAN PUSTAKA Freski (2014) mengatakan dinamika morfologi bura (spit) sungai opakberubah secara cepat dalam kurun mingguan pada masa pengamatan (bulanApril-Mei 2014). Muara sungai opak yang merupakan wilayah estuari yangberhubungan langsung dengan laut selatan Yogyakarta yang memiliki arusdan gelombang yang sangat kuat tentunya mempengaruhi keadaanmorfologi dari muara Sungai Opak. Widianti (2013) mengatakan bahwa pada bulan Oktober dan Novemberdiamika morfologi penutupan sungai opak cenderung berebelok ke arahbarat laut. Penutup muara sungai opak adalah tumpukan sedimen yangdisebut bura atau spit. Perubahan ini mengakibatkan perubahan padamorfologi laguna dan tentunya lingkungan muara sungai opak. Perubahan morfologi muara sungai opak yang begitu fluktuatif inimerupakan sebuah hal perlu diamati dikarenakan muara ini merupakanwilayah yang sangat penting untuk masyarakat sekitarnya. Hasilpengamatan juga berguna untuk kepentinggan akademik maupun sipil danbergunasebagai acuan dalam pengambilan keputusan terhadap wilayahmuara sungai opak ini.3. METODOLOGI PENELITIAN Sumber data dalam penelitian ini berupa citra yang didownloadmengggunakan Google Earth Pro dan SAS Planet pada resolusi tinggi. Citrayang dipersiapkan merupakan citra yang menampilkan Muara Sungai Opak 37
yang berada di Kabupaten Bantul. Citra tersebut diunduh dengan resolusispasial kurang dari 15 meter. Citra yang digunakan untuk penelitianmerupakan hasil perekaman tanggal 20 Oktober 2012, 19 Agustus 2014, dan21 Januari 2016. Metode digunakan dalam penelitian adalah menggunakan penginderaanjauh. Kelebihan metode penginderaan jauh adalah mampu menjangkaulokasi yang sulit dijangkau saat proses survei lapangan, serta mampumemberikan data multi temporal (beberapa tahun pengambilan data).Melalui penginderaan jauh, kegiatan penelitian lingkungan pantai dapatdilakukan secara berkala dengan mudah, cepat, dan dengan tingkatketelitian yang dapat dipercaya (Solihuddin,2010). Pengamatan denganpengideraan jauh secara periodik dipilih karena mampu mengamatiperubahan dari tumpukan sedimen dan pesisir di sekitar Muara Sungai Opak. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunakGoogle Eart Pro, Global Maper 15, Arc Gis 10.3, SAS Planet, dan Microsoft Exel.Langkah awal dengan mendownload citra dengan Google Eart Pro denganmasa pengamatan tahun 2012, 2014, 2016. Lagkah kedua mendownloadcitra Bing dengan menggunakan SAS Planet. langkah ketiga merectifikasicitra Google Eart Pro yang belum bergeorefence dengan menggunakanGlobal Mapper. Langkah keempat mendigitasi tutupan lahan wilayahpengamatan dengan menggunakan Arcgis. Langkah kelima melakukanpenghitungan dengan menngunakan Microsoft Exel. Langkah keenam yaitupengamatan perubahan dengan identifikasi kenampakan tutupan lahanpada peta hasil digitasi.4. PEMBAHASAN Muara sungai opak memiliki keunikan dari sisi geomorfologinya.Keunikan yang terdapat di Muara Sungai Opak karena terdapat bentuk lahanhasil proses marin berupa laguna dan spit. Keberadaan spit dan lagunaberkaitan satu sama lain. Laguna terbentuk karena sungai mengalamipembelokan ke arah barat. Pembelokan sungai disebabkan karena terdapatarus sejajar pantai. Terdapatnya arus sejajar pantai mampu menahan aliransungai langsung menuju ke laut. Aliran sungai tertahan kemudiandibelokkan. Dampak yang terjadi saat sungai mengalami pembelokanadalah terjadinya sedimentasi yang berada di sepanjang pantai. Secarabertahap endapan yang menutupi aliran sungai akan menjadi penghalang airsungai langsung menuju ke arah laut. 38
Perairan laguna adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebasdengan laut, sehingga air laut dengan salinitas yang tinggi dapat bercampurdengan air tawar, menjadikan wilayah ini unik dengan terbentuknya airpayau dengan salinitas yang berfluktusasi (Sukamto dan Dyah, 2012).Perairan laguna yang berupa air payau ini merupakan tempat yang baikuntuk berkembangya biota-biota, seperti ikan hingga nyamuk Anophelesyang menyebabkabkan penyakit malaria. Laguna ini terbentuk karenaadanya spit yang menjadi pembendung air secara alami. Spit pada muara Sugai Opak membentang dari barat ke timur dari sisiPantai Samas hingga Pantai Depok. Spit memiliki peran besar terhadaplaguna tersebut karena spit menjadi tanggul alami yang membendung airmuara Sungai Opak. Air payau dapat terkumpul dan keluar melalui celahterbuka dari spit tersebut. Celah muara sungai memiliki keunikan karenasecara periode akan berpindah-pindah. Adapun Muara Sungai Opak dapatdilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Muara Sungai Opak, 2011 Sumber: Parangtritis Geomaritime Science Park Sungai Opak merupakan salah satu sungai yang bermuara di PesisirSelatan Kabupaten Bantul. Sistem aliran Sungai Opak adalah sistem aliransungai utama yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungaitersebut menampung sedimen dari aliran sungai-sungai yang berhulu diGunung Merapi, kemudian mengalirkannya ke Samudra Hindia(Sugiharyanto., et al, 2011). Perubahan kedaan daerah muara Sungai Opakini begitu dinamis tiap tahunnya. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadisecara lambat hingga cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi, 39
batuan, dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut, dan angin (Opa,2012). Gambar 5. Kenampakan morfologi muara sungai opak pada tahun 2012 Sumber: Analisis, 2016 Gambar 6. Kenampakan morfologi muara sungai opak pada tahun 2012 Sumber: Analisis, 2016 Gambar 7. Kenampakan morfologi muara sungai opak pada tahun 2012 Sumber: Analisis, 2016 Perubahan laguna yang begitu drastis dalam masa pengamatan daritahun 2012 hingga tahun 2014 yang ditandai dengan berpidahnya celahtempat keluarnya air laguna laut selatan tersebut yang dapat dilihat padaGambar 5, 6 dan 7. Perubahan laguna otomatis mempengaruhi Spit tersebut.Proses sedimentasi bukan hanya di tentukan oleh pengaruh sungai Opaksebagai penyalur sedimen namun juga efek dari aktivitas air laut. Aktivitas 40
Laut Selatan Yogyakarta yang terkenal akan ombak dan gelombang yangbesar turut serta dalam membentuk tumpukan sedimen ini. Kegiatan alamlainya juga mempengaruhi seperti angin yang membantu menghempaskansedimen sehingga terkumpul dan menumpuk pada muara tersebut. Angin dikawasan muara cukup kencang dikarenakan lokasi muara yang langsungberhadapan dengan Samudra Hindia. Perubahan morfologi muara padatahun 2016 tidak terlalu besar. Perubahan tersebut juga termasuk dengan terbentuknya pulau kecil ditengah laguna dan perubahan morfologi laguna dan spit itu sendiri.Pengamatan perubahan morfologi muara dibagi dalam tiga tahun yaitu2012, 2014 dan 2016. Pada tahun 2012 luas spit seluas 221.494 m2, luaslaguna 477.945 m2, dan dengan panjang garis pantai di muara sepanjang2.727 m. Pada tahun 2014 terdapat perubahan luas dan panjang dari ketigaobjek utama muara ini yaitu luas spit menjadi 282.766 m2, luas lagunamenjadi 492.411 m2, dan panjang garis pantai menjadi 2.739 m. Keadaanmorfologi muara sungai opak pada tahun berubah menjadi spit seluas277.220 m2, laguna menjadi seluas 515.720 m2 dan panjang garis pantaimenjadi 2.773 m. besar perubahan garsi pantai, laguna dan spit dapat dilihatpada tabel grafik batang di bawah ini. Gambar 8. Perubahan Garis Pantai, Laguna, dan Spit Sumber: Analisis, 2016 41
Gambar 9. Perubahan Garis Pantai, Laguna, dan Spit Sumber: Analisis, 2016 Gambar 10. Perubahan Garis Pantai, Laguna, dan Spit Sumber: Analisis, 2016 Istiono dan Hariyanto (2010) mengatakan Lingkungan pantai merupakandaerah yang selalu mengalami perubahan, karena daerah tersebut menjaditempat bertemunya dua kekuatan, yaitu yang berasal dari daratan dan darilautan, garis pertemuan antara daratan dan lautan inilah yang disebutdengan garis pantai. Garis pantai mengalami perubahan terus menerusmelalui berbagai proses alam di pantai yang meliputi pergerakan sedimen,arus susur pantai (longshore current), ombak dan penggunaan lahan (Arief.,et. al, 2011). Perubahan garis pantai tentu akan terjadi karena pantai bersifatdinamis (Hinayah dkk, 2012). Perubahan garis pantai tiap tahunnya dinamisseperti terlihat pada Gambar 7. Perubahan garis pantai ditentukan oleh 42
banyaknya sedimen yang keluar dan masuk tiap ruas pantai (Haryadi, 2011).Perubahan garis pantai terjadi antara semakin maju dan mudur dari daratannamun dari perubahan tahun 2012, 2014, 2016 cenderug mengalamikemunduran semakin tahun seperti yang terlihat pada gambar 6 dibawah ini.Besar kemunduran garis pantai tahun 2012-2014 sebesar 13 m kemudian daritrahun 2014-2016 sebesar 16 m. Gambar 7. Peta Perubahan Garis Pantai di Muara Sungai Opak. Sumber: Analisis, 2016 Wilayah pesisir laut merupakan wilayah yang rentan akan perubahandikarenakan oleh beberapa faktor. Muara Sungai Opak yang berada padadaerah pesisir selatan Yogyakarta memiliki perubahan yang fluktuatif tiaptahunya. Perubahan morfologi laguna tidak lepas dari perubahan bentuk spititu sendiri dikarenakan spit ini lah yang membendung air muara sungai opaksehingga terbentuklah laguna ini. perubahan morfologi dari spit ini langsungberdampak pada bentuk dan ukuran dari laguna ini sedniri. Prosessedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir sekitar laguna juga berperandalam perubahan bentuk morfologi laguna. Faktor-faktor pembentuk laguna dan spit ini terdidiri dari faktor alamiahdan buatan manusia. Faktor alamiah berupa hasil kegiatan alam yaituaktivitas sedimentasi dari Sungai Opak, aktivitas sedimentasi dari LautSelatan Yogyakarta dan aktivitas angin dan air laut yang mendukungterbentuknya Spit dan perubahan morfologinya. Dampak dari faktor alam indapat terlihat jelas dari bentuk Spit dan Laguna yang memiliki bentuk yangkhas akibat aktivitas alam. Faktor buatan manusia berupa perubahan akibataktivitas masyarakat di wilayah sekitar laguna berupa membuat HutanMangrove hingga sawah untuk bercocok tanam. Kegiatan ini tentunya 43
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152