Haji: Catatan & Refleksi dokumentasi Associated Press 126
Anis Matta Di sinilah kita bertemu dengan makna doa istilham: mengharap ilham dari Allah agar peta jalan kita terang, hati kita man- tap, dan ruh kita ringan menjalani semua rute perjuangan. “Dan mereka hampir memalingkan engkau (Muhammad) dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu agar engkau mengada-ada yang lain terhadap Kami, dan jika demikian tentu mereka men- jadikan engkau sahabat yang setia.” (QS Al-Isra: 73) “Dan sekiranya Kami tidak memper- teguh (hati)-mu, niscaya engkau hampir saja condong sedikit kepada mereka.” (QS Al-Isra: 74) “Jika demikian, tentu akan Kami ra- sakan kepadamu (siksaan) dua kali lipat di dunia ini dan dua kali lipat setelah mati, dan engkau (Muhammad) tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami.” (QS Al-Isra: 75) 127
Haji: Catatan & Refleksi Rasanya inilah kombinasi kekuatan utama yang diperlukan para pewaris nubuwwah: karakter ulil azmi, tradisi ijtihad, design thinking, kelenturan, dan doa istilham. Itu yang akan membuat agama ini hadir kembali dalam kehidupan manusia sebagai sumber solusi bagi berbagai masalah mereka. Seperti kombinasi Zamzam yang menjadi magnet pembentukan masyarakat baru di Jazirah Arab dan Ka’bah yang memberi arah kehidupan bagi manusia. Alhamdulillah, saya sudah tiba kembali di Tanah Air. Renungan ini ditulis di ham- pir semua tempat yang saya lalui sepanjang perjalanan haji. Kadang mengalir mengi- kuti memori, kadang mengalir mengikuti imajinasi yang dirasakan penting untuk dibagikan. 128
Anis Matta Rasanya inilah kombinasi kekuatan utama yang diperlukan para pewaris nubuwwah: karakter ulil azmi, tradisi ijtihad, design thinking, kelenturan, dan doa istilham. 129
dokumentasi al-feqh.com Haji: Catatan & Refleksi 130
Indeks “menjadi Indonesia”, 118 tanpa disrupsi, 39; nila-nilai, 90, 95, 97, 103 Abbasiyah (dinasti), 103, 110, 113, Ahmad (bin Hanbal), 108 114 Ahmad Rilyadi, 2 Anis Matta, xiv, xvii, xix; ~ dan Abraham Maslow, 31 pengetahuan yang mentok, xvi; kebiasaan berpikir dan Abu Bakar Al Habsyi, 2 membaca, xxiv Al-‘Arab Al-‘Aribah, 21 Abu Bakar Ash-Shiddiq, 31, 69, Al-‘Arab Al-Baidah, 21 77, 84, 87-5, 92, 96-4; saat Al-‘Arab Al-Musta’rabah, 20 khotbah wada’, 56; tentang Al-‘Izz Ibnu Abdissalam, 115 wafatnya Rasulullah, 77 Al-Ayyubiyah (dinasti), 115 Al-Ghazali (Imam), 115 Abu Hanifah (Imam), 108 Al-Juwaini (Imam), 114, 115 Al-Kamiliyah, 115 Afrika Utara, 113 Al-Madaris Al-Nizhamiyah,115 Al-Mamlukiyah (dinasti), 115 agama samawi, 50, 72, 74, 124 Al-Mansuriyah, 115 Al-Mustanshiriyah, 115 agama, 6, 21, 35, 40, 54, 83, 110, 121, 128; rukun ~, 3, 7. 57; makna dasar, 17; watak dasar, 24; prinsip dasar, 29; sebagai sumber kehidupan, 32; mendapatkan ruang dalam hati, 32; relevan dengan tabiat dan fitrah manusia, 38; makna dan karakter komprehensif, 39; arah bagi kemanusiaan 131
Haji: Catatan & Refleksi Al-Qur`an, 45, 61, 79, 107, 108, Damaskus, 115 121, 122 ; ~ dan penghafal, 87; cara membaca (qiraah), 88; debat teologi, 45 perbedaan dialek (lahjah), 88; autentisitas, 89; bacaan design thinking, xvii, 122, 128 Quraisy, 89 determinasi, 61, 118 Al-Shalihiyah, 115 Al-Zhahiriyah, 115 Dunia Islam, 113, 115, 116, 149 Al-Zuhri (Imam), 107 Ali (bin Abi Thalib), 69, 95, 97. egalitarianisme, 29 98 eksistensial manusia, 30, 31 Alp Arslan, 115 amanah dakwah, 57 elaborasi nilai-nilai agama, 90 amanah nubuwwah, 43, 58, 74 Anshar, 83 Fahri Hamzah, xvi Arafah, 24, 27 Armenia, 88 Fathimiyah (dinasti), 113 Azar (ayah Nabi Ibrahim), 46 Azerbaijan, 88 fiqh perubahan, 70 Babilonia, 43, 46 Baghdad, 113, 115 Fir’aun, 72 Bandung Lautan Api, 118 Bani Ayyub, 115 fitrah manusia, 35, 38 Bani Hasyim, 31 Bani Israil, 50 fondasi kebenaran dasar, 29 Bani Qahthan, 21 Bani Seljuk, 115 fuqaha, 70 Bani Zanky, 115 Bathiniyah (kaum), 113, 115 futuhat Islamiyah, 83, 95, 100; Bukhari (Imam), 107 era Abu Bakar dan Umar, 89, Bung Tomo, 118 96; mengubah peta kekuatan Carrhae, 43 dunia, peta geografi agama, dakwah tauhid (lihat juga: dan arah sejarah peradaban, 96 tauhid), 45, 46, 49 game of power, 99 game of throne, 99 Golden Age, 100 Gua Hira, 122 hadis, 107, 108 Hajar, 5, 9, 12, 20, 49, 50; ditinggal Ibrahim, 36; mencari air, 14 Haji, 61; perintah untuk Ibrahim, 40; awal mula diwajibkan 53; ~ dan Anis Matta, 1, 2, 3, 5, 128; ~ dan panorama kehidupan, 24; haji sebagai fakta sejarah, 5; haji sebagai sejarah iman, 5; 132
Anis Matta haji membawa ruh ekspansi, sang ayah, 64; sebagai ulil 54; doa yang dianjurkan azmi, 61, 62, 69; sebagai dalam perjalanan ~, 35; kekasih Allah, 65 haji wada’ 54; momen Ibrahim Al Husaen, 1, 2 “meresume” semua makna agama, 54; sebagai simbol ihram, 24, 27 kesempurnaan agama 56; sebagai Hari Pewarisan, 57; Ihya ‘Ulumuddin, 115 tema khotbah, 72; sebagai haji perpisahan, 77; isyarat ijtihad 92; keharusan untuk akhir misi kenabian, 121 melakukan ~, 79; tradisi; Haji Rasul, xi-iv, xvi, xvii xvii, 128; ~ dalam sejarah Hamka, vii-xiv, xvi, xvii masyarakat Arab, 92; ~ dan Hari Kesaksian, 56-8 masyarakat multikultur, Hari Pewarisan, 57, 58 89; ~ dan peletakan hari qurban, 67 dasar ketatanegaraan, Harran, 43, 46, 48 90; membangkitkan Hebron, 43 kemampuan intelektual hierarki cinta, 65 dan inovasi, 92; sebagai Huzaifah bin Yaman, 89 rahasia keabadian Islam, 92; Ibnu Taimiyah, 114 tantangan, 95; pembuntuan Ibnul Qayyim, 114 pintu, 113; ~ dalam siyasah Ibrahim (Nabi), 5, 20, 43, 45; menuju Mesir, 48; syar’iyah, 114; kebangkitan membawa Hajar dan Ismail, 9; meninggalkan Hajar dan pemikiran dan ~, 115; ~ Ismail, 12; membangun Ka’bah, 32, 40; dakwah pewaris nubuwwah, 74, 116, tauhid, 49; Bapak Tauhid, 50; simbol arah kehidupan 118 baru manusia, 49, 50; doa untuk Ka’bah, 36, 38, Imaduddin Zanky, 115 53; keturunan, 50; diusir keluarga, 46; berhadapan imamah, 83 dengan Namrud, 46; dibakar dalam api, 48; berdoa untuk imperialisme Eropa, 116 Irak, 43, 88 Isa (Nabi), 49, 62, 64, 71; sebagai ulil azmi, 61; ~ dan garis santun, 69 Ishaq, 50 Islam, 29, 35, 50, 53, 54; penutup agama Samawi, 72; sebagai kekuatan global baru, 83; ~ dan pendirian negara, 71, 92; kekuasaan, 84; penyebaran, 88; sistem ketatanegaraan, 133
Haji: Catatan & Refleksi 89, 103, 104; peta corak umat kiamat, 5, 27, 40 ~, 110; kelenturan 124; awal kemunduran peradaban, 113 Konstantinopel, 89 Ismail, 5, 9, 17, 49; sebagai Kristen, 50; agama resmi keturunan Ibrahim, 50; Romawi, 62, 71 ditinggal Ibrahim, 36; makna penyembelihan ~, labbaika 57, 58 65; membangun Ka’bah, 32, 43; keturunan, 20, 21, 31 Madinah, 53 istilham, xvii, 127, 128 malaya, viii jam’ul mushaf, 87 Malik (Imam), 108 Jazirah Arab, 10, 84, 92, 128 manhaj nubuwwah, 72 Jurhum, 20 masyarakat multikultur, 29, 31, 89 Ka’bah, 9, 14, 30, 32, 35, 40, 43, 49, 53, 128 mazhab, 108,110; konflik ~, 107 kalimullah, 64 Mekkah, xiii, 9, 36, 43, 53, 122; sebagai center of gravity, 36 kemelimpahan, 31, 36, 96; ~ dan kesalehan, 32, 35; ~ tanpa Mesir, 43, 48, 113, 115 kesalehan, 39; kesalehan anti-kemelimpahan, 39; Muhammad (Nabi), 5, 21, 74, 77; kesalehan tanpa ~, 39 sebagai keturunan Ibrahim, 50; sebagai ulil azmi, 61; ketakterbatasan masalah perbedaan dengan nabi ulil azmi, 62, 71; sebagai kekasih (al-waqaiq ghairu Allah, 65; kepemimpinan dalam dinamika kolektif mutanahiyah), 79 sahabat, 70; wafat, 77; perubahan revolusioner keterbatasan teks (an-nushush yang ditinggalkan, 121, 122 mutanahiyah), 79 muhasabah, 96, 98 Khairul Qurun, 100 murtad, 84; kaum ~, 87 khalifah, 69, 84 Musa (Nabi), 50, 61, 62, 64, 69 khalilullah, 64 Muslim (Imam), 107 khotbah wada’, 56, 77; tema, 72 musthalahul hadits, 107 Khulafaur Rasyidin, 83, 98, 100; meninggalnya, 99; sistem Muzhaffar Quthuz, 115 ketatanegaraan di era ~, 92; era Zaman Fitnah, 95; Namrud, 46 tantangan umat setelah era ~, 103 Nuruddin Mahmoud Zanky, 115 Nusantara, xvi 134
Anis Matta Padang Panjang, xi Syam, 88 Palestina, 10, 43 pembangun istana, 104 Syarikat Islam, vii pembangun peradaban, 104 pembauran etnis dan budaya, syirik, 45 83 syura, 96, 103, 104 pengalaman nubuwwah, 71 Perang Riddah, 84, 87 Tanah Haram, 31 Perang Yamamah, 87 Persia, 89, 90, 99 Tartar, 113, 115 peta jalan perjuangan, 122 pewaris nubuwwah, 66, 74, 116, tauhid, 38; melawan syirik, 45; tema utama dakwah para 118, 127 nabi, 73; mengubah tiga Quraisy, 30, 31; hak pandangan manusia, 73; sebagai “ruh eksplorasi”, 74; kepemimpinan, 84; bacaan (lihat juga: dakwah tauhid) ~, 89 Romawi, 62, 71, 89, 90, 99 teks agama dalam Islam, 80, ruhullah, 64 124; keabadian teks, 92, 107; sa’i, 14, 17, 24 tekstual dan rasional dalam Salib (pasukan), 113 memahami ~, 108 Sarah, 48, 50 Shalahuddin Al-Ayyubi, 115 thawaf, 24, 43 shalat, 36, 65 siqayah, 31 tirani, 45 sistem ketatanegaraan Islam, 89, 92, 96, 103, 104 Tjokroaminoto, H.O.S., vii siyasah syar’iyah, 114 struktur ilmu-ilmu keislaman transformasi nilai agama, 90, 110 95 Sumpah Pemuda (1928), 118 Sunnah, 108 Tsaqifah Bani Saidah, 83 Sutan Mansur, A.R., xi Syafi’i (Imam), 108 ulil azmi, xvii, 61, 71; determinasi, 61, waktu yang lama, 62, garis kepribadian, 62, 65, 66, 69; karakter ~, 118, 128 Umar bin Khathab, 69, 77, 84, 97, 98; mengusulkan pengumpulan Al-Qur`an, 87; ~ dan futuhat Islamiyah, 89, 96; warisan/legasi, 90, 92 Umar bin Abdul Aziz, 107 Umayyah (dinasti), 103, 110 universalisme dan globalisme Islam, 54 135
Haji: Catatan & Refleksi ushul fiqh, 108 Utsman bin ‘Affan, 69; ~ dan bacaan baku Al-Qur`an, 89; tantangan ijtihad, 95; ~ dan situasi pembalikan idealisme, 97; ~ dan Zaman Fitnah, 98 wajah peradaban yang terbelah, 39 wara’, 96 wukuf, 24 Ya’qub, 50 Yahudi, 50 Yogyakarta, vii Zaid bin Tsabit, 88 zakat, 84 Zaman Fitnah, 95, 97, 98; bertahan dalam kebenaran ketika ~ 100 Zamzam, 14, 17, 29, 32, 35, 128; simbol kehidupan baru, 17s; sebagai titik persinggahan, 19; awal persentuhan sosial, 20; tempat pembauran komunitas, 21; ~ dan magnet masyarakat multikultur, 31 Zuhud, 96 136
Anis Matta koleksi penulis 137
Haji: Catatan & Refleksi Saya pikir kita sudah harus menjadi lebih dewasa dan lebih ilmiah dalam menghadapi masalah. Sekarang era pertarungan ide-ide. Siapa yang kuat struktur gagasannya, dialah yang memenangi pertarungan. 138
Tentang Penulis M uhammad Anis Matta lahir di Welado, Bone, Su- lawesi Selatan, pada 7 Desember 1969. Ia adalah cendekiawan Muslim Indonesia yang mendalami dunia pemikiran dan praktik politik secara beriringan. Perjalanan pendidikannya unik dan sebagian dijalani secara autodidak. Mengikuti orangtuanya yang berdagang di Tual, Maluku, Anis menempuh pendidikan dasarnya di SD Katolik Mathias di kota itu. Ketika keluarganya kembali ke Makassar, ia melanjutkan pendidikan hingga SMA di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Gombara, Sulawesi Selatan. Pada 1986 ia masuk kuliah di jurusan syariah pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), Jakarta, sebuah perguruan tinggi Islam di bawah naungan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud di Riyadh, Arab Saudi. Setelah merampungkan studinya pada 139
Haji: Catatan & Refleksi koleksi penulis 1992, ia sempat menjadi dosen agama Islam di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dunia pemikiran dijalaninya dengan menulis artikel, buku, dan memberi ceramah dalam forum-forum diskusi nasional dan internasional. Anis kerap diundang menyampaikan pemikiran khususnya dalam isu-isu geopolitik dan dunia Islam di Mesir, Aljazair, dan Maroko, dan banyak negara lagi. Di pentas politik nasional, Anis pernah menjadi anggota DPR RI pada periode 2004-2009 dan Wakil Ketua DPR RI 2009-2013. 140
Anis Matta Sejak awal Anis banyak menuangkan gagasan tentang Islam dan demokrasi serta dialektika antara agama dan negara dalam alam demokrasi, seperti yang dituangkannya dalam buku Menikmati Demokrasi (2002). Sejarah dan nasionalisme juga menjadi perhatian Anis karena dua hal itulah yang membentuk wajah Indonesia hari ini. Dalam buku Gelombang Ketiga Indonesia (2014), Anis membagi perjalanan sejarah Indonesia menjadi beberapa tahapan penting sebagai cara untuk menyusun peta jalan masa depan Indonesia. Anis selalu yakin bahwa Indonesia dapat menjadi negara yang besar dan berpengaruh karena memiliki semua potensi dan legitimasi yang dibutuhkan, mulai dari jumlah penduduk, luasnya negara, ukuran ekonomi, jumlah populasi Muslim yang besar, hingga pengalaman panjang dalam pergulatan nasionalisme dan demokrasi. Menurutnya, yang dibutuhkan adalah suatu Arah Baru Indonesia, agar negara yang kaya ini betul-betul menjadi kekuatan utama dunia. Dengan gagasan itu, Anis bersama sejumlah tokoh mendirikan Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau Partai Gelora Indonesia pada 28 Oktober 2019. Partai ini melewati fase-fase awal yang krusial di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. Namun, Anis dan Partai Gelora menawarkan mimpi besar untuk mewujudkan Indonesia 141
Haji: Catatan & Refleksi menjadi kekuatan kelima dunia. Kuncinya, menurut Anis, adalah optimisme dan kolaborasi dari semua anak bangsa untuk bersama-sama menjadikan Indonesia sesuai dengan kapasitas dan martabatnya yang sejati. 142
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168