Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore PEDOMAN PERENCANAAN RUANG DAN INFRASTRUKTUR HIJAU

PEDOMAN PERENCANAAN RUANG DAN INFRASTRUKTUR HIJAU

Published by Dagu Komunika Bookcases, 2022-02-22 07:05:15

Description: Pedoman Perencanaan Ruang dan Infrastruktur Hijau disusun sebagai dokumen panduan tentang perencanaan yang memberikan arahan yang memberikan penjelasan bagaimana perencanaan yang mempertimbangkan upaya menjaga keseimbangan fungsi ekologi pada ruang-ruang hijau kota yang mendukung implementasi kota keberlanjutan sebagai pertimbangan utama dalam perencanaan. Tujuan penyusunan Pedoman Perencanaan Ruang dan Infrastruktur Hijau adalah sebagai dokumen panduan untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan kota melalui komponen- komponen perencanaan yang terdiri dari: manajemen dan konservasi air, penciptaan iklim mikro, kualitas tutupan lahan, keanekaragaman hayati, serta estetika ruang dan infrastruktur hijau.

Keywords: Infrastruktur Hijau

Search

Read the Text Version

3.C.2.12 3.C.2 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MESO   Merancang Tutupan Lahan pada Sempadan Kanal (RIH.B10) Sempadan Kanal Penataan ruang hijau pada sempadan kanal dilakukan Pemanfaatan Lahan Sempadan Kanal untuk menambahkan fungsi ekologis pada tutupan adalah ruang terbuka hijau yang ditujukan sebagai dinding dan sempadan kanal. Fungsi ekologis yang Sempadan kanal dimaksudkan sebagai daerah pe- pengaman aktivitas dan kehidupan warga terhadap dimaksud adalah berupa penyediaan vegetasi sebagai nyangga atau pengaman terhadap aliran air pada badan jaringan kanal air yang melintasi wilayah kota / kabupaten. upaya menciptakan iklim mikro kawasan, penciptaan kanal. Kawasan sempadan kanal perlu memperhatikan koridor angin di sepanjang kanal, dan menyediakan ketinggian air dan fluktuasi debit air maksimum, pence- Lokasi Sempadan Kanal habitat bagi serangga air, burung air, dan burung gahan erosi dan sedimentasi, serta proses resapan air pemakan serangga. Fungsi ekologis pada sempadan pada tutupan lahan sempadan kanal. Lokasi sempadan kanal adalah pada area di samping kanal tidak secara signifikan dalam fungsi hidrologis kanan dan kiri jaringan kanal air yang melintasi wilayah sebagai resapan air hujan, namun membantu Jenis pemanfaatan yang diperbolehkan, diantaranya kabupaten / kota. Lokasinya di dalam wilayah kota mengurangi penguapan, mempertahankan kelembaban adalah: bervariasi bergantung pada keberadaan kanal dalam udara. wilayah. 1. Budidaya tanaman keras, tanaman berbuah, dan Manfaat Membuat Sempadan Kanal tanaman berbunga 1. Menyerapkan air hujan (penyerapan 30% hingga 2. Penghijauan kawasan perkotaan untuk menjaga 40% air limpasan, lebih banyak dibandingkan taman keberlangsungan ameliorasi iklim, berupa biasa) penyerapan polusi udara, penyerap debu, penyerap kebisingan dan koridor angin untuk sirkulasi udara 2. Mempertahankan kelembaban ekstrim dan kawasan perkotaan (penjelasan lebih lanjut dalam Bagian konsentrasi nutrisi seperti fosfor yang terkandung di dalam air limpasan. 3.B.2 Ameliorasi Iklim pada Skala Kawasan) 3. Menyediakan Jenis Vegetasi sebagai infiltrasi/ 3. Pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan penyaringan air bersih, untuk mengkonservasi dan pengambilan dan pembuangan air mengisi air tanah 4. Menyediakan habitat yang ideal, Burung dan kupu- kupu memperoleh tempat sekaligus mengurangi nyamuk dan hama. Hlm.3C-59

3.C.2 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MESO  Fasilitas Sempadan Kanal Kriteria Penanaman Vegetasi Pada 2. Penanaman pohon sedang dan pohon besar pada Sempadan Kanal sempadan kanal diperbolehkan pada jarak minimal Fasilitas pendukung sempadan kanal terdiri dari: 5-10 meter dari dinding kanal untuk mengurangi 1. Area penghijauan kawasan kanal 1. Pada area dinding kanal tower tidak diperbolehkan potensi kerusakan 2. Jalur pejalan kaki, lebar minimal 2,4 m untuk penanaman pohon dengan perakaran invasif, 3. Instalasi resapan air, berupa rain garden, bio- yang dapat mengganggu struktur dinding kanal. Pada area dengan jarak 0,3-5 meter dari dinding engineering swale, atau vegetated swale kanal sebaiknya ditanam jenis semak dan perdu 4. Perabot lanskap jalan (pagar, lampu, signage, dll) Pohon Pohon Pohon Pohon Peneduh Tepi Air Pengarah Peneduh Zona Zona Zona Zona Zona Jalan Zona 3 2 1 1 2 Setapak 3 Jalan Swale Setapak Tanaman Tanaman Rambat Rambat /Menjulur /Menjulur Vegetasi Darat Jalan Setapak Vegetasi Tepi Air Kanal Waterway Jalan Setapak (Stepping stone) (Waterway (Canal) planting (Stepping Hlm.3C-60 planting) stone)

3.C.3 KUALITAS 3.C.3.1 3.C.2 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MESO   TUTUPAN LAHAN Memilih Material Tutupan Lahan Yang Meresapkan Air SKALA MIKRO KUALITAS TUTUPAN LAHAN dalam Kriteria Jenis Material Tutupan Lahan Pori yang berukuran kecil dapat juga berpengaruh SKALA MIKRO menentukan keber- Yang Meresapkan Air terhadap kemampuan material dalam menyerap langsungan fungsi tutupan lahan dan melepaskan panas dari teriknya matahari. dalam bentuk detail rancangan, 1. Pori berukuran kecil / halus Semakin kecil pori menyebabkan sulitnya pelepasan terintegrasi dengan sistem ruang dan Pori berukuran kecil dimanfaatkan untuk panas permukaan lahan (lahan menyimpan panas). infrastruktur perkotaan. menyerapkan air pada perkerasan yang umumnya digunakan sebagai jalur sirkulasi kendaraan atau jalur Pori berukuran kecil tidak memiliki pengaruh MAKSUD DAN TUJUAN PERENCANAAN KUALI- sirkulasi manusia minim hambatan. Contoh material yang signifikan dalam upaya melestarikan TAS TUTUPAN LAHAN DALAM SKALA MIKRO dengan pori berukuran kecil / halus diantaranya keanekaragaman hayati, karena tidak menyediakan ADALAH adalah aspal berpori (porous asphalt) dan beton ruang untuk tumbuh tanaman. berpori (porous concrete). • Mengimplementasikan perencanaan konservasi b Porous tutupan lahan dalam bentuk detail rancangan, a Porous Kerikil Concrete dengan mengacu pada konteks wilayah Kerikil Asphalt perancangan terhadap kawasan perkotaan Beton Berpori Aspal Berpori (Porous Concrete) • Mengimplementasikan manajemen pengolahan (Porous Asphalt) tutupan lahan dalam rancangan detail Campuran gradasi : Campuran gradasi : agregat, filler, dan semen, • Menjaga kualitas tutupan hijau yang agregat, filler, dan aspal. • Dirancang untuk mengoptimalkan resapan air, menjaga iklim • Dirancang untuk menye- mikro, dan mendukung keanekaragaman hayati menyediakan jaringan dalam detail rancangan diakan jaringan rongga rongga udara sehingga udara sehingga air dapat air dapat disaring se- ELEMEN PERENCANAAN KUALITAS TUTUPAN disaring secara vertikal. cara vertikal. LAHAN DALAM SKALA MIKRO ADALAH BERUPA • Diterapkan pada Jalur • Diterapkan pada Jalur DETAIL-DETAIL PERANCANGAN, yang terdiri atas: kendaraan. pejalan kaki/ Jalur jogging track. • Material Perkerasan Penutup Lahan • Jenis Vegetasi Penutup Lahan Hlm.3C-61 • Teknologi Lapisan Tutupan Lahan

3.C.3 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MIKRO 2. Pori berukuran sedang pelepasan panas permukaan lahan (lahan mudah Pori yang berukuran besar berpengaruh besar Pori berukuran sedang biasanya dimanfaatkan pada melepas panas). terhadap kemampuan material dalam menyerap tutupan lahan dengan pergerakan lalu lintas tidak dan melepaskan panas dari teriknya matahari. seintensif area dengan pori berukuran kecil / halus. Pori berukuran sedang dapat berkontribusi lebih Semakin besar pori semakin mudah pelepasan Contoh area yang menggunakan material dengan besar dalam upaya melestarikan keanekaragaman panas permukaan lahan, sehingga mengurangi pori berukuran sedang adalah area parkir kendaraan hayati melalui penyediaan rongga udara untuk kenaikan suhu permukaan lahan perkotaan. dan area jalur sirkulasi pejalan kaki dengan intensitas organisme dalam tanah, walaupun tidak menjadi sedang. Jenis material dengan pori berukuran tempat tumbuh tanaman. Pori berukuran besar memiliki pengaruh sedang adalah porous paving. yang signifikan dalam upaya melestarikan 3. Pori berukuran besar keanekaragaman hayati, karena dapat menyediakan Pori yang berukuran sedang dapat juga berpengaruh Pori berukuran besar terdapat pada tutupan lahan ruang untuk tumbuh tanaman juga menyediakan terhadap kemampuan material dalam menyerap dan yang memiliki tutupan perkerasan minimal 50% dari ruang sirkulasi udara untuk mikroorganisme tanah. melepaskan panas dari teriknya matahari. Semakin luasannya. Contoh material dengan pori berukuran besar pori menyebabkan semakin mudahnya besar adalah grass block. c Pipa penyalur ke dalam tanah/ akje area c Pipa penyalur ke dalam penampungan tanah/ akje area penampungan kerikil Paving cd c d Paving Berpori (Pourous Paving) Campuran gradasi : paving block beton, kerikil, pasir • memungkinkan untuk infiltrasi air hujan, yang dapat disalurkan ke penampungan (rainwater harvesting). Hlm.3C-62

3.C.3.2 3.C.3 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MIKRO Merancang Tutupan Lahan Koridor Hijau Jalan di Bawah Jembatan Layang Aplikasi Tutupan Hijau pada Kolom Jembatan Layang 1. Penggunaan frame mesh, yang melekat pada kolom, untuk mendukung pertumbuhan tanaman. 2. Penggunaan material kerangka baja anti karat. 3. Kerangka diposisikan dengan jarak 300mm dari dinding kolom. Rangka Jalan Stainless Layang Penghijauan Kolom Vertikal Bak Tanaman Hlm.3C-63

3.C.3 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MIKRO 3.C.3.3 Dinding Penahan Tanah untuk Kemiringan Lahan 45o Merancang Tutupan Lahan pada Lahan Miring Bioswale Turap Bioswale Turap Hlm.3C-64

3.C.3.4 3.C.3 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MIKRO Merancang Tutupan Lahan dengan Lapisan Geosintetik Geosintetik merupakan material buatan manusia yang Keunggulan Geosintetik A. Geotekstil Tenun (Woven Geotextile) digunakan yang terbuat dari bahan dasar polimer Geotekstil tenun (Woven geotextile) adalah lembaran (sejenis plastik) yang digunakan dalam pekerjaan- Keunggulan penggunaan geosintetik dibandingkan geotekstil yang terbuat dari serat sintetis tenunan pekerjaan ketekniksipilan yang berhubungan dengan dengan material lainnya : dengan tambahan pelindung anti ultraviolet melalui tanah dan batuan. 1. Tidak terdegradasi atau rusak oleh mikroba karena proses interlaying pada mesin tenun yang digunakan dalam proses pembuatan geotekstil. Fungsi Geosintetik terbuat dari bahan dasar polimer. 2. Relatif lebih ekonomis dibandingkan dengan Bahan baku material ini adalah Polypropylene Geosintetik dapat dimanfaatkan pada fungsi yang bera- polymer (PP) dan ada juga dari Polyester (PET) gam, diantaranya adalah: menggunakan metode konvensional, seperti beton yang didukung oleh hasil test dan hasil riset di 1. Perkuatan (Reinforcement), yaitu sebagai kekuatan bertulang dll laboratorium, mengikuti standar ASTM, antara lain : 3. Telah diakui secara internasional melalui ASTM dan kekuatan tarik, kekuatan terhadap tusukan, sobekan, tanah dan perataan beban. Contoh : untuk ISO. kemuluran dan juga ketahanan terhadap mikro perkuatan lereng, perkuatan tanah dasar timbunan organisme, bakteri, jamur dan bahan-bahan kimia. tanggul, jalan, lapangan parkir, run way dll. Sifat Bahan Geosintetik Woven geotextile mempunyai kekuatan tarik yang 2. Separator (Separation), yaitu untuk mencegah Geosintetik memiliki sifat bahan yang bervariasi, yaitu : tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan bercampurnya agregat pilihan dengan lapisan 1. Geosintetik yang dapat meresapkan air (permeable) tanah, misalnya untuk lapisan pembangunan pada asli tanah lunak. Contoh : sebagai pemisah antara tanah lunak dan tanah rawa. lapisan tanah lunak dengan lapisan batu pecah sub dikenal sebagai geotekstil. base jalan. 2. Geosintetik yang kedap air (impermeable) dikenal 3. Drainase (Drainage), yaitu untuk mengalirkan air sebagai geomembran. baik secara horisontal maupun secara vertikal. Contoh : geosintetik untuk vertical drain. Penggunaan Geosintetik 4. Filtrasi (Filtration) ; sebagai pelindung dimana air International Geosynthetic Socciety (IGS) bisa melewati bahan ini tetapi bahan tersebut dapat mengelompokkan penggunaan geosintetik berdasarkan menahan butiran-butiran tanah. Contoh pada sifat bahannya, yang dapat dibedakan menjadi : struktur tebing pelindung pantai. 1. Geotekstil 5. Penahan cairan (Containment) ; sebagai penahan air. Geotekstil adalah bahan geosintetik yang dapat contoh: pada bangunan embung, pelapis tanggul meloloskan air dalam pekerjaan tanah. Geotekstil sungai, tempat pengolahan limbah berbahaya merupakan pengembangan dari bahan serat alami (papan kayu, anyaman bambu) yang memiliki mudah lapuk. Jenis geotekstil terdiri dari tenun (woven) atau tanpa tenun (non-woven). Woven Geotextile untuk Lapisan Pembangunan Jalan (http://www.dx2.net/woven-geotextile-fabrics) Hlm.3C-65

3.C.3 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MIKRO B. Non Woven Geotextile • Sebagai pemisah / separator Geotekstil tanpa tenun (non woven) dihasilkan dari Geotextile non woven digunakan sebagai lapisan beberapa proses, yaitu pemanasan (heat bonded), pemisah untuk mencegarh bercampurnya dengan jarum (needle punched), dan menggunakan lapisan material yang satu dengan yang lain. bahan kimia (chemical bonded). Umumnya bahan Geotextile non woven berfungsi mempermudah dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) proses pemadatan dan mencegah naiknya atau Polypropylene (PP). Penggunaan geotekstil lumpur ke sistem perkerasan, sehingga tidak tanpa tenun sebagai tutupan lahan diantaranya terjadi penggelembungan / pumping effect adalah: yang akan merusak perkerasan jalan. • Sebagai penyaring / filter Gambar berikut memperlihatkan aplikasi Geotextile non woven yang memiliki sifat geotxtile non woven pada pembangunan jalan tembus air (permeable) berfungsi menahan di atas tanah lunak (lahan gambut dan rawa) tanah sambil meresapkan air. Gambar berikut pada pekerjaan pembangunan jalan servis memperlihatkan aplikasi geotextile non woven pertambangan di Cape Preston, Australia. sebagai penyaring untuk mencegah terbawanya partikel-partikel tanah pada aliran air. digunakan pada pekerjaan drainase bawah tanah (subdrain) Non Woven Geotextile untuk Lapisan Pekerjaan Drainase Bawah Tanah Non Woven Geotextile untuk Lapisan Pekerjaan Drainase Bawah Tanah (https://cirtexcivil.co.nz/product/filterplus/) (http://www.geosin.pt/geosynthetics/files/2015/11/TenCate_Soil-Reinforcement_Worldwide-Case-Studies_EN_2010_v2.pdf ) Hlm.3C-66

• sebagai perkuatan / stabilisator Lokasi perkuatan lahan paska longsor Pemadatan timbunan tanah pada lahan paska longsor 3.C.3 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MIKRO Pada lokasi yang memiliki lapisan tanah yang Pemasangan dinding gabion pada elevasi dasar lereng Pekerjaan Perkuatan Lereng dengan Non Woven Geotextile lunak dan berlumpur, diperlukan perkuatan atau stabilisator untuk mengurangi perubahan bentuk akibat proses sedimentasi dan penurunan elevasi lahan. Geotextile non woven sebagai perkuatan lahan dapat dimanfaatkan pada pekerjaan timbunan tanah dan perkuatan lereng. Gambar berikut memperlihatkan perkuatan dengan geotextile non woven pada perbaikan lahan bekas longsor. dinding penahan gelombang, perkuatan dinding sungai, dan perkuatan lereng. Non Woven Geotextile untuk Lapisan Pekerjaan Perkuatan Lahan Miring Paska Longsor di Langkawi, Kedah, Malaysia Hasil Pekerjaan Perkuatan Lereng dengan Non Woven Geotextile yang (http://www.geosin.pt/geosynthetics/files/2015/11/TenCate_Soil-Reinforcement_Worldwide-Case-Studies_EN_2010_v2.pdf ) sudah selesai dilapisi vegetasi groundcover penahan lereng Hlm.3C-67

3.C.3 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MIKRO 3.C.3.5 Merancang Tutupan Bangunan Berupa Taman Atap (RIH.B19) Taman Atap (Roof Garden) 1. Sistem perakaran kondisi lingkungan setempat • Tanaman berupa perdu, semak, dan • Tanaman memiliki peran sebagai pembentuk adalah area tumbuh tanaman pada atap bangunan groundcover yang dipilih tidak berakar dalam yang berada pada elevasi paling tinggi. Taman atap sehingga mampu tumbuh dalam pot atau bak ekosistem perkotaan, misalnya tanaman terdiri dari taman atap ekstensif dan taman atap intensif, tanaman. berbunga yang mengundang burung, kupu- yang dibedakan berdasarkan keragaman vegetasi dan • Perakaran dan pertumbuhan batang tidak kupu, dll ketebalan tanah. mengganggu struktur bangunan. 5. 5.Memiliki nilai estetika Menghitung Indeks Ruang Hijau (IRH) 2. Kekuatan terhadap iklim tropis • Tanaman berupa perdu memiliki bentuk Taman Atap Ekstensif • Tanaman merupakan tanaman yang mampu percabangan yang menarik, daun dengan hidup dengan baik pada iklim tropis, yaitu suhu warna dan atau tekstur yang menarik, atau Nilai IRH Taman Atap Ekstensif udara yang tinggi, kelembaban tinggi, curah bunga dengan warna yang menarik = 0,5 x Luas Taman Atap Ekstensif hujan tinggi, dan mampu hidup di bawah terik • Tanaman semak dan groundcover memiliki nilai matahari estetika berupa bentuk, warna, tekstur, dan atau Menghitung Indeks Ruang Hijau (IRH) • Tanaman kuat menerima hembusan angin bunga yang menarik Taman Atap Intensif musim (dapat diperkuat dengan detail perkuatan pohon saat penanaman) 6. Membentuk keamanan dan kenyamanan Nilai IRH Taman Atap Ekstensif • Tanaman perdu, semak, dan atau groundcover = 0,7 x Luas Taman Atap Ekstensif 3. Memiliki peran dalam konservasi air dan penciptaan tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah iklim mikro patah Kriteria Vegetasi Taman Atap • Tanaman mampu berperan sebagai penangkap • Penanaman tanaman perdu memperhatikan (Roof Garden) air hujan detail perkuatan batang dan akar dari hembusan • Tanaman mampu menyerap polusi udara (CO2, angin Pemilihan vegetasi Taman Atap dibuat dengan mengacu CO, NOx, Pb, Formaldehida,dll) • Tanaman perdu, semak, dan atau groundcover pada Kriteria Vegetasi untuk Taman Atap Bangunan dan • Tanaman mampu memberikan tutupan dan atau dapat memiliki aroma khas (aromatic plants) Tanaman dalam Pot yang dijelaskan dalam Peraturan naungan untuk mengurangi suhu permukaan Menteri Pekerjaan Umum No. 5/PRT/M/2008. Beberapa bangunan 7. Kemudahan pemeliharaan aspek yang harus diperhatikan dalam memilih vegetasi • Tanaman relatif tahan terhadap kekurangan air yang akan ditanam pada Taman Atap, diantaranya 4. Memiliki peran dalam membentuk habitat bagi • Mudah pemeliharaan, tidak membutuhkan adalah: keanekaragaman hayati perlakukan khusus yang rumit • Tanaman merupakan tanaman asli / native • Cukup tahan terhadap hama penyakit Hlm.3C-68 plants yang bisa tumbuh dengan baik pada

Aspek Teknis yang Harus Diperhatikan • Contoh media tanam yang dapat dipakai pada 5. Lapisan Kedap Air (Waterproofing) 3.C.3 KUALITAS TUTUPAN LAHAN | SKALA MIKRO dalam Pembuatan Taman Atap Bangunan taman atap adalah campuran pasir, serutan • Taman atap memiliki potensi kebocoran yang kayu, kulit pohon pinus, serta pupuk. harus diantisipasi dengan menyiapkan lapisan Dalam pembuatan taman atap bangunan diperlukan kedap air pada bagian dasar taman atap. perancangan terhadap beberapa aspek teknis bangunan, • Kedalaman media tanam untuk masing vegetasi • Lapisan kedap air ditambahkan setelah lapisan yaitu: berbeda-beda. Rumput dan groundcover insulasi dan bagian atas atap beton lainnya membutuhkan media tanam sekitar 20- 1. Struktur Bangunan 30 cm. Semak membutuhkan kedalaman media 6. Sistem Utilitas Bangunan • Keberadaan taman atap menimbulkan tanam sekitar 60cm. Perdu membutuhkan • Utilitas bangunan yang harus disiapkan dalam bertambahnya beban dari tanaman, media kedalaman media tanam sekitar 80-100 cm. pembuatan taman atap adalah instalasi tanam, lapisan dan material tambahan, serta Pohon besar memerlukan kedalaman media penyiraman dan instalasi drainase. sistem utilitas bangunan pada atap. tanam hampir 2 m. • Penyiraman taman atap harus dilakukan secara • Struktur atap bangunan harus memperhitungkan rutin dengan sistem manual atau otomatis beban atap yang akan bertambah sekitar 650 3. Drainase Atap karena tanaman pada taman atap cenderung kg/m2 serta beban hidup yang ditimbulkan dari • lapisan geotextile atau ijuk yang berfungsi lebih cepat kering setelah terkena paparan sinar aktivitas pada taman atap (400 kg/m2 untuk sebagai filter / menahan butiran tanah sambil matahari secara langsung dan tiupan angin yang olahraga, 500 kg/m2 untuk ruang serba guna, mengalirkan air ke bawah perlu disiapkan di lebih kencang pada ketinggian atap bangunan. dan 250 kg/m2 untuk restoran). bawah media tanam agar tidak terjadi sumbatan • Instalasi drainase pada atap dibuat dengan • Semakin beragam strata vegetasi yang ditanam pada lubang drainase. kemiringan antara 2-5% untuk memudahkan maka beban struktur pada atap akan semakin • Di bawah lapisan filter dapat ditambahkan aliran ke arah instalasi penampung air hujan besar. Untuk menanam pohon atau perdu lapisan drainase berupa kerikil, pasir, dan atau saluran pembuangan. berukuran besar, diperlukan kolom-kolom batu apung untuk memudahkan aliran air ke struktural yang mendukung pelat lantai pada lubang saluran ke arah tampungan Rain Water Lapisan media tanam lokasi penanaman pohon atau perdu. Harvesting / saluran pembuangan. Lapisan filter • Struktur juga harus memperhatikan kedalaman Lapisan drainage cell media tanam untuk masing-masing jenis 4. Lapisan penahan akar Lapisan penahan akar vegetasi. • Untuk mencegah kerusakan pada lapisan Struktur bangunan kedap air dan struktur atap bangunan, lapisan 2. Media Tanam penahan akar perlu ditambahkan agar akar Hlm.3C-69 • Media tanam pada taman atap memiliki tanaman tidak merusak lapisan kedap air dan spesifikasi media tanam yang ringan namun beton di bawahnya. memiliki unsur hara dan kelembaban yang • Lapisan penahan akar sederhana dapat terbuat cukup sebagai tempat tumbuh tanaman. dari lapisan bata seling-seling dengan kerikil

Hlm.3C-70

BAGIAN 3 : PANDUAN PERENCANAAN RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU 3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU

3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU DAN ESTETIKA Persepsi visual yang dihasilkan dari suatu wilayah keselarasan (harmony) dari seluruh unsur-unsur alam Manfaat Estetika dalam Menciptakan sangat penting dalam menciptakan kualitas estetika yang melibatkan bentukan morfologi, keberadaan Kualitas Ruang Perkotaan dan karakter suatu wilayah. Ruang dan Infrastruktur unsur air, konfigurasi batuan, tekstur dedaunan, bahkan Hijau merupakan elemen-elemen utama untuk kehidupan tumbuhandansatwayanghidupdidalamnya. Semakin berkurangnya kawasan alam di wilayah menciptakan keseimbangan elemen alam yang Tema rancangan yang sesuai juga diperlukan sebagai perkotaan Indonesia selain berdampak pada menciptakan keindahan dalam wilayah perkotaan. pengikat (unifying factor) antara aspek fungsional, keberlanjutan lingkungan dapat juga menyebabkan ornamen lanskap, dan keindahan alam dengan kualitas hidup warganya, baik secara fisik maupun Pemandangan alam (panoramic landscape) memiliki konteks lingkungan perkotaan yang melingkupinya. psikologis. Populasi warga perkotaan yang semakin keindahan berdasarkan kesatuan (unity) dan meningkat menyebabkan lingkungan perkotaan yang semakin padat sehingga perubahan guna lahan kawasan alami menjadi kawasan terbangun terjadi secara tidak seimbang. Tekanan tuntutan kehidupan perkotaan juga seringkali mengurangi interaksi manusia dengan alam sehingga mengubahnya karakter alam dan budaya kota menjadi kurang menghargai kelestarian alam. Padahal manusia dan alam memiliki keterkaitan secara psikologis, karena manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan menyukai keindahan alam. Beberapa penelitian terkait pengaruh alam terhadap kualitas hidup dan psikologis manusia menunjukan bahwa kualitas visual pemandangan alam dan elemen- elemen alam dapat secara langsung meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan kejiwaan manusia (human well-being). Pemandangan alam diketahui telah mempercepat proses pemulihan para pasien di rumah sakit dan menurunkan stress warga kota yang berinteraksi di luar ruangan. Ruang dan Infrastruktur Hijau adalah ruang publik yang berperan menjaga kualitas lingkungan perkotaan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup warga kota. Hlm.3E-2 Taman Nasional Baluran di Jawa Timur menekankan estetika pada pemeliharaan bentuk alaminya (https://www.adventuretravel.co.id)

Pengembangan Wajah Lanskap Alami Stone Garden di Kabupaten Bandung Barat Lahan galian C di Tembalang, Jawa Tengah yang mengubah bentuk 3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU menciptakan estetika dengan menekankan bentuk alamnya alam perbukitan sehingga menyisakan tebing dan hamparan tanah Wajah lanskap alami pada dasarnya dapat dikembangkan melalui beberapa cara, yaitu: (http://explorebandungbarat.com) (https://www.antaranews.com) 1. Pemeliharaan bentuk alamnya, baik pada kawasan alami (misalnya berupa cagar alam, hutan lindung, suaka margasatwa, taman nasional, dll), maupun pada kawasan hijau budidaya (misalnya berupa hutan kota, taman kota, taman lingkungan). 2. Penekanan bentuk alamnya, misalnya lanskap bukit yang kontras dengan kawasan sekitarnya yang berupa dataran. 3. Penyesuaian bentuk alamnya, misalnya dengan membuat terasering pada lahan miring. 4. Pengubahan bentuk alamnya, misalnya dengan mengubah bentukan lahan miring menjadi datar dengan galian dan urugan (cut and fill), mengubah kawasan rawa menjadi kawasan terbangun, dll. Perubahan bentuk alam dalam konteks ruang dan infrastruktur hijau sangat tidak disarankan, karena dapat mengubah rona lingkungan berikut jasa ekosistem yang terdapat di dalamnya. Subak di Bali menciptakan estetika dengan penyesuaian bentuk alamnya melalui sistem terasering (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id) Hlm.3E-3

3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU PRINSIP PERANCANGAN ESTETIKA RUANG DAN INFRASTRUKTUR HIJAU 1 Keindahan Lanskap Alam 2 Kesatuan Visual sebagai Elemen Dasar Estetika (Unity) Ruang dan Infrastruktur Hijau Keindahan estetika ruang dan infrastruktur hijau Kesatuan visual merupakan harmonisasi dari garis, Kesatuan Visual Skala Makro (https://www.constructionglobal.com) sebenarnya adalah keindahan lanskap alami. Eckbo bentuk, warna, dan tekstur yang membentuk Kesatuan Visual Skala Meso (https://www.pinterest.com) (1964) mengatakan bahwa inti keindahan pada elemen alam atau elemen buatan. Kesatuan visual rancangan lanskap sebenarnya bukan pada mahalnya mempengaruhi pembentukan karakter bentang alam biaya yang diberikan atau banyaknya perubahan dan sense of place kawasan secara menyeluruh yang ditimbulkan, namun kualitas lanskap alami dan pengembangan ruang yang optimal untuk kebutuhan Kesatuan visual diatur melalui pengaturan elemen- manusia. elemen ruang, yaitu : 1. Skala ruang Dalam rancangan ruang hijau dan infrastruktur hijau 2. Intensitas tekstur elemen-elemen lanskap diperlukan kepekaan untuk memahami rona lingkungan 3. Pola yang membentuk karakter bentang alam dan memahami kebutuhan manusia dalam beraktivitas di ruang luar melalui rancangan hubungan-hubungan dalam berbagai skala, makro (kota), meso ruang yang telah ada atau rancangan baru. Menurut (kawasan), dan mikro (elemen) Purnomohadi (2006), bentuk hubungan ruang yang perlu diwadahi dalam ruang dan infrastruktur hijau Kesatuan visual dapat dinikmati dalam berbagai skala adalah antara struktur ruang ( jalan, bangunan taman, ruang, baik itu dalam skala makro (wilayah kota atau utilitas, engineering, arsitektur) dengan alam (ruang kabupaten), skala meso (di dalam suatu kawasan ruang terbuka hijau, kualitas udara, iklim, topografi, tumbuhan, hijau), atau dalam skala mikro (kesesuaian elemen- air, hewan, dan batuan). elemen lanskap terhadap konteks kawasan ruang hijau dan lingkungan di sekitarnya. Kesatuan Visual Skala Mikro http://www.traveladventures.org Hlm.3E-4

3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU Hlm.3E-5 Persepsi Kawasan 3

3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU 4 Kejelasan Visual (Landscape Visibility) Landscape visibility diantaranya mengatur posisi Posisi terbaik untuk menikmati obyek pemandangan terbaik untuk menikmati obyek, skala obyek dan jarak alam cukup beragam, tergantung pada cakupan pandangnya, kejelasan visual terhadap obyek (tidak field of view yang akan diamati. Posisi pengamat bisa tertutup awan), dan jangka waktu untuk menikmati dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: pemandangan alam. • Lebih rendah (Inferior) • Sejajar (Normal) Pengamat melihat dari bawah (INFERIOR) • Lebih tinggi (Superior) TITIK TERTINGGI untuk menikmati pemandangan alam yang memiliki field of view sangat luas Pengamat melihat sejajar dengan obyek (NORMAL) VIEW TERBAIK bisa dinikmati pada DUA TITIK ELEVASI pada lahan berundak dengan menawarkan pengalaman visual Pengamat melihat lebih tinggi dari obyek (SUPERIOR) yang berbeda. Elevasi yang lebih tinggi memberikan pengalaman visual bisa melihat pemandangan yang sangat luas, sedangkan elevasi yang lebih rendah memberikan pengalaman visual yang cukup baik namun tidak seluas pada elevasi tertinggi. Hlm.3E-6

Pemandangan alam tidak boleh terhalang oleh Jarak Pandang 3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU perletakan obyek lain Landscape visibility mengacu pada jarak pandang Suatu pemandangan harus dapat dinikmati secara terhadap suatu obyek pemandangan. Pemandangan jelas dan tidak terhalang oleh elemen alam lainnya alam biasanya terdiri dari pemandangan jarak jauh, (pepohonan) atau elemen buatan (bangunan, sehingga pandangan ke arah pemandangan harus jembatan, jalan layang, reklame, kabel listrik, dll) memperhatikan jarak yang sesuai agar masih bisa dinikmati oleh pengamat. 8 3,2 1,6 0,8 0 km 6,4 4,8 km km km m km km Limit Background of view adalah latar belakang pada suatu arah pandang Middleground Foreground tertentu, biasanya berada pada jarak lebih dari 8 km adalah latar belakang pada suatu arah pandang adalah latar depan pada suatu arah pandang tertentu, tertentu, biasanya berada pada jarak lebih dari 8 km biasanya berada di depan obyek pemandangan Hlm.3E-7

3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU ELEMEN DASAR ESTETIKA RUANG DAN INFRASTRUKTUR HIJAU 1. Kemampuan Panca Indera Manusia • Manusia menerima stimulus menggunakan panca indera untuk menerima berbagai stimulus baik melalui stimulus visual, audio, tekstur, rasa, dan kenyamanan ruang • Manusia cenderung memiliki ketertarikan dan pola aktivitas yang berbeda terhadap pemandangan alam berdasarkan usia, gender, dan gaya hidup INDERA PENGLIHATAN INDERA PENDENGARAN INDERA PENCIUMAN INDERA PERABA INDERA PENGECAP • Konektivitas visual dengan • Suara air (gemericik air, • Aroma bunga • Tekstur dedaunan • Rasa tanaman yang dapat pemandangan alam gelombang laut, angin • Aroma dedaunan • Tekstur batuan dimakanan (edible plants) menembus dedaunan, dll) • Aroma buah-buahan • Tekstur pemandangan alam • Keberadaan elemen alam • Aroma air hujan • Rasa air yang segar (pepohonan, air, fauna • Suara satwa (burung, ayam, jangkrik, tupai, katak, dll) • Pola atau bentuk alam • Cahaya (matahari pagi, • Suara peristiwa alam (hujan, petir, dll) matahari terbenam, bulan dan bintang) Hlm.3E-8

2. Atraksi Visual berupa 3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU Karakter Bentang Alam Atraksi visual dapat dibentuk oleh dominasi elemen alam berupa bentukan geologis, hidrologis, dan tutupan vegetasi. Setiap bentang alam memiliki atribut pembentuk karakter berupa bentuk, tutupan lahan, dan elemen biofisik yang memiliki kekhasan dan saling mempengaruhi. 3. Atraksi Visual Berupa Aktivitas Manusia Atraksi visual juga dapat dibentuk oleh aktivitas manusia, misalnya kawasan kebun teh, areal pesawahan, kebun bunga, kebun botani 1. Panorama Gunung Merapi 2. Panorama Kebun Teh Rancabali (http://www.viapendaki.com) 3. Taman Bunga Tomohon h t t p s : / / t e m p a t w i s a t a k e l u a r g a . c o m / t e m p a t- w i s a t a - d i - manado/ 4. Pantai Belitung Hlm.3E-9

3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU 4. Atraksi Visual Berupa Elemen Arsitektur Dalam pembentukan kualitas ruang wilayah perkotaan, Keragaman karakter bentang alam yang memberntuk Kesatuan visual antara arsitektur dan ruang hijau yang terjadi interaksi visual antara ruang hijau dengan kesatuan visual dan berharmoni dengan arsitektur kota bisa diamati sebagai contoh adalah ruang hijau pada arsitektur kota. Karakter ruang hijau biasanya memiliki akan membentuk kualitas visual ruang kota yang tinggi kawasan Gedung Sate Bandung yang ditata mengikuti kesatuan tema dengan gaya arsitektural pada suatu dan membentuk identitas suatu kawasan perkotaan. perancangan aksial Gedung Sate terhadap Gunung kawasan agar membentuk kesatuan visual (unity) dan Tangkuban Perahu. Pola tanam dan penciptaan ruang keselarasan (harmony). terbukanya dirancang agar membentuk sumbu visual ke arah Gunung Tangkuban Perahu. Hlm.3E-10 Gedung Sate sebagai Bangunan Bersejarah di Kota Bandung (http://mediatataruang.com)

5. Atraksi Visual Berupa Artefak Budaya Artefak budaya merupakan bagian dari kekayaan • Area Transisi 3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU visual wilayah perkotaan yang harus diapresiasi dalam Agar menjaga kualitas visual artefak budaya Artefak budaya merupakan bagian dari kekhasan bentuk penataan ruang. Aspek-aspek untuk menikmati dari lingkungan sekitarnya, dapat disediakan kultural yang dibentuk melalui proses bertahap sebagai keindahan visual artefak budaya adalah: area transisi berupa sabuk hijau yang ditumbuhi akumulasi dari berbagai pengetahuan luhur yang pepohonan dikembangkan oleh kebudayaan setempat. Artefak • Pengaturan Jarak Pandang budaya Indonesia dapat memiliki beragam bentuk, Jarak pandang perlu disesuaikan dengan skala seperti dinding batu atau relief, ragam hias, landmark artefak. Semakin monumental skalanya, maka kultural (gerbang, gapura), prasasti, atau berupa ruang pandang yang disediakan harus semakin bangunan ibadah seperti Candi. besar agar memiliki jarak pandang yang cukup. Ruang Hijau pada Kompleks Candi Prambanan sebagai Artefak Budaya Hlm.3E-11 (http://www.wacana.co)

3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU 6. Atraksi Visual Berupa Peristiwa Alam Peristiwa alam merupakan salah satu daya tarik visual Matahari Senja di Kompleks Candi Prambanan yang dihasilkan karena pergantian waktu atau aktivitas (https://www.pegipegi.com) satwa yang berlangsung pada waktu-waktu tertentu sehingga menjadi fenomena yang unik. Bentuk peristiwa alam karena pergantian waktu diantaranya adalah matahari terbit, waktu-waktu tertentu pada pagi hari, dan matahari terbenam. Selain itu ada juga peristiwa alam yang hanya bisa dinikmati pada saat khusus misalnya bulan purnama, gerhana bulan, gerhana matahari, hujan meteor, migrasi burung, dll. Selain menjadi daya tarik visual, peristiwa alam juga dapat mengurangi daya tarik visual, misalnya kejadian banjir, kebakaran hutan, dll Sikep Madu Asia Bermigrasi ke Indonesia (https://www.mongabay.co.id) Hlm.3E-12 Matahari Terbit di Kebun Teh Cukul Pangalengan Berkas Cahaya Pagi Hari di Kebun Teh Cukul Pangalengan (https://www.pegipegi.com) (https://www.pegipegi.com)

PRINSIP PENILAIAN KUALITAS ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU 3.E ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU Penilaian kualitas visual bentang alam di suatu daerah Secara umum, penilaian kualitas elemen visual ruang 6. Arah orientasi utama dapat dipengaruhi beberapa hal, diantaranya adalah kawasan perkotaan adalah sebagai berikut: Arah pandang utama lebih baik diarahkan pada karakter bentang alam dan tata nilai atau penghargaan fitur pemandangan alam yang paling menarik, terhadap alam. Untuk menilai kualitas visual ruang 1. Keberadaan Elemen Air sedangkan pemandangan sekunder dapat dan infrastruktur hijau, diperlukan penilaian terhadap Elemen air seperti sungai, danau, laut memiliki diarahkan pada obyek-obyek visual yang lebih kecil. prinsip visual sebagai berikut: daya tarik visual yang lebih tinggi dan lebih disukai 7. Keseimbangan Skala Ruang terhadap Obyek Visual 1. Visibilitas (Visibility) 2. Keberadaaan Pemandangan Pegunungan dan Proporsi obyek visual terhadap konteks lingkungan 2. Tampilan (Appearance) Perbukitan harus seimbang terhadap skala kawasan. Hal 3. Batasan Perubahan Visual terhadap Karakter Kawasan Pemandangan pegunungan dan perbukitan yang mempengaruhi adalah jarak pandang memiliki daya tarik visual yang tinggi dan lebih (viewing distance) terhadap proporsi visual obyek Kota (Mitigation) disukai dibandingkan lahan datar pemandangan, dan keseluruhan konsep desain. 4. Efek dan Dampak (Effects and Impacts) terhadap skyline 3. Visibility ke Arah Pemandangan Alam Obyek visual yang besar misalnya gunung, teluk, wilayah perkotaan Pemandangan jarak menengah dengan latar atau skyline kota harus memiliki jarak pandang yang 5. Apakah amenitas ruang akan terganggu dengan belakang natural memiliki daya tarik visual yang besar, sehingga harus dinikmati pada titik pandang besar dan lebih disukai dibandingkan pemandangan yang memiliki field of view yang besar, misalnya penataan koridor visual (shadowing, overlooking, dan yang jauh (visibilitas rendah) pada dataran tinggi yang bisa melihat keseluruhan perbedaan karakter/character contrast )? wilayah kota atau pada area teluk yang terbuka ke 6. Kesesuaian hasil rancangan dengan maksud penataan 4. Penataan Skyline dengan Latar Belakang arah pegunungan. dan konteks lingkungan. Pegunungan Pemandangan skyline kota dengan garis langit dan 8. Perancangan Karakter Kota sesuai Potensi Visual Secara umum, penilaian kualitas elemen visual ruang latar belakang pegunungan atau perbukitan yang Bentang Alam kawasan perkotaan memiliki penilaian adalah sebagai jelas memiliki daya tarik visual yang tinggi dan Penciptaan kualitas visual yang merujuk pada berikut: disukai banyak orang pemandangan bentang alam pada ruang-ruang terbuka kota memiliki dampak yang lebih besar terhadap 5. Keberagaman Obyek Pemandangan Alam pembentukan karakter/identitas kota. Oleh karena itu Pemandangan yang didominasi fitur alam yang setiap wilayah perkotaan perlu mengeksplorasi keunikan menarik memiliki daya tarik visual tinggi dan bentang alam pada wilayah masing-masing sebagai arah beragam, sehingga penting untuk dijaga sebagai orientasi dan dasar pengembangan penataan ruang potensi visual dan daya tarik utama, dibandingkan hijau dan infrastruktur hijau. dengan pemandangan yang terdiri dari 1 elemen. Hlm.3E-13

3.E.1 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MAKRO 3.E.1.1 Menciptakan Konsep Visual Kota untuk Menikmati Keunikan Bentang Alam dalam Skala Makro Gunung Merapi sumbu imajiner Gunung Merapi Sumber: http://timesindoonesia.com Tugu Yogyakarta Keraton Yogyakarta Panggung Krapyak Keraton Yogyakarta Sumber: http://timesindoonesia.com Pantai Parangkusumo Samudera Hindia Pantai Parangkusumo Sumber: http://timesindoonesia.com Hlm.3E-14

Tugu Yogyakarta Panggung Krapyak 3.E.1 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MAKRO Sumber: http://istock.com Sumber: https://jogjjaistimewa.weebly.com Konsep Estetika Budaya pada Perancangan Wilayah Kota sesuai Sumbu Filosofis Yogyakarta Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang Dalam filosofi Jawa, Puncak Merapi merupakan Keraton Yogyakarta merupakan tempat tinggal, memiliki kekhasan dalam pengaturan pola tata poros utara yang menyimbolkan api, sedangkan pusat pemerintahan, dan pusat budaya, yang ruangnya, yang dibuat mengikuti suatu sumbu Laut Selatan (Samudera Hindia) merupakan poros memiliki hubungan dengan Gunung Merapi imajiner yang membentang dari arah utara - selatan. selatan yang menyimbolkan air. Keraton merupakan melalui pintu masuk berupa dua pohon Sumbu imajiner ini juga merupakan sumbu filosofis poros tengah yang menyimbolkan pengatur dan Ringin (Beringin) yang berada di Alun-Alun Utara. karena membentuk jalur linear yang menghubungkan penyeimbang antara api dan air. Makna flosofis Panggung Krapyak dan koridor yang berada beberapa lokasi fisik yang memiliki nilai filosofi dari sumbu ini adalah keharmonisan elemen dalam pada jarak 2 km ke arah utara menuju Keraton Jawa, yaitu Gunung Merapi - Tugu Yogyakarta - alam yang terwujud dalam masyarakat Yogyakarta. merupakan simbol filosofis proses kehidupan Panggung Krapyak - Laut Selatan (Samudera Hindia). seorang manusia sejak lahir dari rahim seorang Diantara Puncak Merapi dan Keraton, terdapat Tugu ibu, yang kemudian menginjak dewasa, Bagi masyarakat Yogyakarta, Gunung Merapi, Keraton, Yogyakarta yang merupakan simbol ‘manunggaling berumah tangga, sampai melahirkan kembali. dan Pantai Parangkusomo di Laut Selatan (Samudera kawulo gusti’yang berarti bersatunya raja (golong) Hindia) memiliki makna penting, yang menyimbolkan dan rakyat (gilig) dengan Sang Pencipta (gusti). Hlm.3E-15 harmoni antara Gunung Merapi dan Laut Selatan yang Secara filosofis segmen ini juga melambangkan melambangkan jagad cilik / mikrokosmos dan Keraton perjalanan manusia menghadap Sang Pencipta. yang melambangkan jagad gede / makrokosmos.

3.E.1 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MAKRO 3.E.1.2 Menciptakan Ruang Visual untuk Menikmati Keunikan Bentang Alam dalam Skala Makro Identifikasi keunikan bentang alam dalam suatu wilayah Mengidentifikasi Keunikan Bentang Alam dapat Kompleks Candi Ratu Boko diperkirakan dibangun pada perkotaan diperlukan untuk menciptakan identitas dilakukan dengan strategi: tahun 700 Masehi, dan candi Prambanan pada tahun kota melalui penataan ruang. Penataan ruang yang 1. Mendata dan mempelajari potensi-potensi visual 900 Masehi. Rancangan siteplan pada kedua candi menghargai bentang alam melalui ruang-ruang visual tersebut memperlihatkan keterkaitan visual dengan dan koridor visual biasanya memberikan pengalaman ke arah bentang alam yang berada di sekitar atau bentang alam Gunung Merapi yang sudah disadari ruang yang lebih berkesan dan unik, sehingga tidak di dalam area perencanaan. oleh leluhur kita sejak 11 abad yang silam. sama dengan pengalaman ruang yang ada di daerah 2. Menilai dan membuat rujukan visual dengan lain. bentang alam kota / kabupaten Penataan ruang untuk pedestrian dan perletakan street furniture saat ini semakin memperkuat terlihatnya 21 Potensi bentang alam yang dapat dijadikan potensi keunikan estetika bentang alam Candi Ratu Boko – 3 visual kawasan kota diantaranya adalah gunung Candi Prambanan – Gunung Merapi. 4 berapi, laut / pantai, sungai, danau, dll. 1 3https://phinemo.com 2 4 Hlm.3E-16 4

3.E.1.3 3.E.1 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MAKRO Menciptakan Koridor Visual untuk Menikmati Keunikan Bentang Alam dalam Skala Makro Strategi lain untuk menciptakan kesatuan visual (scenic integrity) adalah dengan menentukan lokasi-lokasi yang paling tepat untuk menikmati suatu bentang alam. Pura Lempuyangan di Bali adalah salah satu contoh tempat yang mengeksplorasi pemandangan Gunung Agung sebagai orientasi visual. Pura Lempuyangan yang berada pada titik view Superior, dapat melihat ke arah bentang alam lembah dan juga Gunung Agung sekaligus. Orientasi Pura Lempuyang Luhur, Karangasem, Bali ke arah Gunung Agung Pura Lempuyang Luhur, Karangasem, Bali (lhttp://blog.reservasi.com/pura-luhur-lempuyang/) (landscaper.id) Hlm.3E-17

3.E.2 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MESO 3.E.2.1 Menciptakan Kesatuan Visual dengan Bentang Budaya dalam Skala Kawasan Hlm.3E-18

Perancangan Kawasan Gasibu : 3.E.2 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MESO Respon terhadap Bentang Alam Gunung Tangkuban Perahu Perencanaan Kawasan Lapangan Gasibu, Kota Bandung Respon perencanaan Lapangan Gasibu terhadap • Secara visual pandangan dari arah Gasibu ke arah memiliki konsep orientasi terhadap Gunung Tangkuban Gedung Sate sebagai landmark kawasan adalah: Gunung Tangkuban Perahu tidak boleh terhalang Perahu sebagai bentang alam kawasan Bandung. Letak oleh bangunan, pohon, atau fitur lanskap. Lapangan Gasibu yang secara ruang memiliki kejelasan • Membuat ruang terbuka hijau yang luas dengan vsual (visibility) yang baik terhadap Gunung Tangkuban mengarahkan sirkulasi dan ruang ke arah Gunung Perahu merupakan potensi besar yang harus Tangkuban Perahu dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan Lapangan Gasibu. KABUPATEN SUBANG KABUPATEN LEGENDA PURWAKARTA Kawasan Cekungan Waduk Bandung Cirata Jalan raya KABUPATEN Gn. Masigit Gn. Tangkuban Gn. Bukit Jalan CIANJUR Perahu Tunggul Sungai CIANJUR Waduk CIMAHI Gn. Manglayang LEMBANG Gn. Halimun Area Hijau Eksisting Waduk Gn. Bohong KOTA Gn. Geulis Hutan Saguling BANDUNG Gn. Palasari U SOREANG Gn. Puntang Gn. Mandalawangi KABUPATEN Gn. MalabarGn. Malabar Gn. Kasur BANDUNG Gn. Guntur Perbukitan Kidang Pananjung CIWIDEY Gn. Patuha Gn. Bubut Gn. Wayang GARUT Gn. Windu Gn. Galunggung CEKUNGAN BANDUNG KABUPATEN Gn. Cikuray Jawa Barat GARUT Hlm.3E-19

3.E.2 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MESO 3.E.2.2 Menciptakan Kesatuan Visual dengan Landmark Kawasan Hlm.3E-20

Perancangan Kawasan Gasibu : 3.E.2 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MESO Respon terhadap Gedung Sate sebagai Landmark Kawasan Bangunan Gedung Sate merupakan salah satu bangu- Perencanaan Kawasan Lapangan Gasibu, Kota Bandung Respon perencanaan Lapangan Gasibu terhadap nan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah penting memiliki konsep orientasi terhadap bangunan Gedung Gedung Sate sebagai landmark kawasan adalah: dalam perkembangan Kota Bandung dan Jawa Barat. Sate sebagai landmark kawasan. Letak Lapangan Ga- Ruang hijau memiliki peran dalam membentuk kualitas sibu yang secara ruang berada pada satu sumbu baik 1. Membuat Lapangan Gasibu sebagai ekstensi hala- ruang kota. Salah satu cara untuk membentuk kualitas secara fisik maupun visual dengan Gedung Sate meru- man Gedung Sate, dimana terbentuk kesinambun- ruang kota melalui ruang hijau adalah dengan men- pakan potensi besar yang harus dimanfaatkan sebagai gan visual dari Lapangan Gasibu ke arah Gedung ciptakan keterkaitan ruang hijau dengan lingkungan dasar perencanaan. Sate dan sebaliknya juga dari Gedung Sate ke arah sekitarnya, yaitu dengan memperhatikan konteks ling- Lapangan Gasibu. kungan terbangun di sekitarnya dan membuat konsep Lapangan Gasibu. Gedung Sate dan kawasan sekitarnya orientasi. yang memiliki perencanaan yang mengacu pada sum- 2. Lapangan Gasibu juga dibuat sebagai ruang untuk bu imajiner Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu menikmati keindahan Gedung Sate. Secara visual juga perlu direspon. pandangan dari arah Gasibu ke arah Gedung Sate tidak boleh terhalang atau masih bisa menembus. Pandangan dari dalam Kawasan Gasibu ke arah Gedung Sate Penataan Kawasan Gasibu merespon sumbu Gedung Sate Hlm.3E-21 https://idetrips.com/gedung-sate-bandung/ https://idetrips.com/gedung-sate-bandung/

3.E.2 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MESO 3.E.2.3 Menciptakan Kesatuan Visual dengan Bentang Budaya dalam Skala Kawasan Bentang budaya merupakan suatu peninggalan Contoh bentuk peradaban dan budaya yang penting kegiatan bersejarah atau kultural yang sudah menjadi dalam sejarah Indonesia adalah Candi. Candi pusaka dari suatu kawasan. Bentang budaya Indonesia Prambanan dan Candi Kalasan merupakan aset sangat beragam karena dipengaruhi oleh berbagai sejarah peradaban dan budaya yang sangat penting kebudayaan, baik tradisional maupun yang berasal dari bagi perjalanan peradaban dan budaya nusantara. luar Indonesia. Keduanya memiliki nilai visual yang signifikan dan langka di kawasan perkotaan. Identifikasi keunikan bentang budaya dalam suatu wilayah perkotaan diperlukan untuk menghargai Namun hingga saat ini keberadaan kedua candi sama peninggalan budaya dan sejarah serta untuk sekali belum diperhitungkan sebagai potensi besar menciptakan identitas budaya melalui penataan ruang. yang dapat memperkuat ruang kota. Padahal kedua Penataan ruang yang menghargai bentang budaya candi tersebut merupakan elemen estetika budaya yang melalui ruang-ruang visual dan koridor visual juga seharusnya bisa menjadi bagian dari pembentukan memberikan pengalaman ruang yang berkesan dan estetika kawasan di sekitarnya. memiliki nilai edukasi dan wisata budaya. Pada gambar di samping terlihat bahwa kompleks Kesatuan visual dengan bentang budaya dalam suatu Candi Prambanan dan Candi Kalasan cenderung kawasan dapat dilakukan dengan : tersembunyi dari ruang kota dan koridor jalan karena 1. Mendata dan mempelajari potensi-potensi tertutupi oleh bangunan-bangunan yang ada di bagian depannya. Dari koridor jalan, warga kota tidak bisa bentang budaya yang berada di sekitar atau di menikmati visual kedua Candi tersebut dengan leluasa, dalam area perencanaan. bahkan cenderung terlewat bila tidak memperhatikan 2. Menilai dan membuat rujukan visual dengan dengan seksama. bentang budaya kota / kabupaten 3. Menciptakan ruang terbuka atau koridor visual Perancangan kawasan yang menghargai aset terhadap bentang budaya keindahan langka (visual significance) kedua Candi tersebut akan menyediakan ruang terbuka dan koridor visual yang besar untuk mewadahi pandangan visual dan pengalaman ruang yang unik bagi warga kota. Hlm.3E-22

3.E.2 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MESO Hlm.3E-23

3.E.2 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MESO 3.E.2.4 Menciptakan Koridor Visual Merujuk pada Kearifan Lokal dalam Skala Kawasan Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan mengenai 2. Penghargaan terhadap alam, misalnya dengan Kearifan Lokal Masyarakat Desa Adat kondisi alam, tata cara kehidupan, dan pandangan menetapkan kawasan-kawasan tertentu sebagai Panglipuran, Bali budaya yang sudah terakumulasi menjadi pengetahuan daerah yang tidak boleh diganggu karena bersama secara turun temurun. Kearifan budaya di dianggap suci / sakral / keramat Masyarakat adat di Desa Panglipuran, Bali merupakan Indonesia sangat beragam dan memiliki keunikan salah satu contoh dari banyak desa yang masih masing-masing karena merupakan hasil pencampuran 3. Pelestarian alam, misalnya hutan dan sungai memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal. Dalam budaya dan pemikiran yang sudah teruji dan menjadi dianggap sebagai penjaga kehidupan sehingga konteks penataan wilayahnya, Desa Panglipuran, Bali nilai bersama. Keunikan kearifan budaya dalam tidak boleh memasuki hutan dan merusak pohon- menerapkan beberapa aspek, diantaranya adalah: suatu wilayah perkotaan diperlukan sebagai bentuk pohon disungai menghargai alam serta untuk menciptakan identitas PENGHARGAAN TERHADAP ALAM budaya lokal. 4. Mitigasi bencana, misalnya larangan pada • Orientasi sirkulasi utama desa yang mengarah ke penduduk untuk tinggal di lereng gunung berapi, hutan dan gunung sebagai bentuk penghargaan Bentuk kearifan lokal dalam penataan ruang di tebing sungai, dan menempel ke jalan karena terhadap alam diantaranya adalah dalam bentuk pengaturan tempat berbahaya • Hutan dan gunung sebagai penjaga air tanah tinggal dan tempat beraktivitas, yang direncanakan • Arah gunung yang memiliki hutan dilestarikan dan diatur sesuai dengan pengetahuan masyarakat 5. Bentuk bangunan yang menyesuaikan dengan serta dibuat menjadi areal yang sakral. setempat terhadap kondisi alam, kerawanan bencana, alam, misalnya bangunan berstruktur panggung • Tempat suci ditempatkan pada tempat yang paling dan pandangan keagamaan atau budaya. untuk mengurangi dampak gempa bumi, banjir, tinggi untuk melindungi kelestarian hutan. dan menghindari binatang liar. Kearifan lokal yang berkembang dalam tata ruang KEAMANAN, KENYAMANAN, DAN MITIGASI tradisional diantaranya adalah: 6. Penggunaan material lokal yang mudah didapatkan BENCANA dan tidak merusak lingkungan, misalnya bambu, 1. Arah orientasi utama (misalnya ke arah Gunung, batu, kulit pohon, kayu kelapa, rumbia, dll. • Tidak boleh menempati lahan yang mengancam karena merupakan arah untuk berdoa atau keamanan serta kenyamanan. beribadah) • Tidak boleh membangun di daerah rawan seperti di tebing sungai dan menempel ke jalan Hlm.3E-24

G. Batur 3.E.2 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MESO Penataan jalur utama Desa Panglipuran berori- entasi ke arah G. Batur, dimana hutan desa juga berada pada arah orientasi yang sama Hutan Desa Panglipuran Hutan Arah Orientasi Ke G. Batur Desa Panglipuran Hlm.3E-25

3.E.3 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MIKRO 3.E.3.1 Membuat Tabir Visual Berupa Penataan Tanaman Secara visual, tanaman dapat dimanfaatkan untuk Tanaman juga dapat dimanfaatkan sebagai barrier Prinsip Perancangan membentuk fokus pandangan pada suatu arah tertentu atau penghalang pandangan terhadap arah tertentu dan juga dapat dimanfaatkan sebagai penghalang yang tidak boleh dilihat secara langsung atau perlu 1. Menentukan arah visual yang tidak boleh dilihat visual terhadap area-area tertentu yang tidak boleh disamarkan agar tidak mengganggu kenyamanan langsung atau harus diberi tabir agar tidak terlihat dilihat secara langsung,misalnya karena isu privasi atau visual atau mengganggu privasi dan untuk keperluan langsung isu keamanan. menjaga keamanan 2. Menentukan kualitas tutupan penghalang visual: Pemilihan tanaman sebagai kontrol visual dapat • Tertutup seluruhnya, menggunakan dinding memanfaatkan penanaman pohon dan semak dengan pembatas yang terbuat dari tanaman semak tinggi jarak tanam yang rapat dan bentuk rumpun atau yang ditanam sangat rapat (gambar kiri bawah) bercabangan yang rapat dan tebal. Contoh apilkasinya • Samar, menggunakan dinding pembatas yang adalah dengan penanaman tanaman bambu, perdu, ditutupi tanaman rambat atau bambu yang dan semak. ditanam agak rapat (gambar tengah bawah) • Masih bisa terlihat sebagian, dengan penutup berupa tanaman semak atau perdu yang ditanam dengan jarak tertentu (gambar kanan bawah) Tabiir visual tertutup seluruhnya berupa dinding pembatas dari Tabiir visual samar berupa tanaman rambat atau bambu Tabiir visual tertutup / terlihat sebagian berupa tanaman semak Hlm.3E-26tanaman semak tinggi yang ditanam sangat rapat yang ditanam agak rapat atau perdu yang ditanam dengan jarak tertentu

3.E.3.2 3.E.3 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MIKRO Membuat Bingkai Visual Berupa Penataan Tanaman Prinsip Perancangan: TANAMAN SEBAGAI ELEMEN PEMBINGKAI TANAMAN SEBAGAI ELEMEN LATAR DEPAN PEMANDANGAN ‘FULL SCENIC VIEW’ PEMANDANGAN ‘FOREGROUND’ TANAMAN SEBAGAI ELEMEN PEMBINGKAI Jenis pohon keras dengan batang berukuran sedang Jenis pohon keras dengan batang berukuran besar PEMANDANGAN ‘SEGMENTED SCENIC VIEW’ (diameter 60 cm - 1 meter) hingga berukuran besar (diameter >1 meter) dan memiliki karakter bentuk Jenis pohon keras dengan batang berukuran kecil (diameter >1 meter) memiliki karakter bentuk yang tajuk yang memayung yang tegas dapat dimanfaatkan (diameter <60 cm ) memiliki karakter bentuk vertikal tegas dan cukup kuat untuk membentuk suatu bingkai sebagai latar depan suatu pemandangan tertentu. yang tegas namun berkesan tipis sehingga dapat visual terhadap pemandangan tertentu. Perletakan Perletakan satu pohon keras yang memenuhi karakter dimanfaatkan untuk membentuk suatu bingkai visual dua pohon keras yang memenuhi karakter diatas diatas pada bagian depan bingkai visual membentuk terhadap pemandangan tertentu. Pemandangan yang dengan jarak sama dengan tinggi percabangan pemandangan yang ‘picturesque’. terbentuk adalah pemandangan yang tersegmen- pertama membentuk bingkai yang sama sisi dengan segmen. pemandangan penuh (tidak terpotong). BINGKAI VISUAL BERUPA POHON BERUKURAN KECIL BINGKAI VISUAL BERUPA POHON BINGKAI VISUAL BERUPA POHON BERUKURAN BESAR Repetisi pohon dengan batang berukuran kecil ditanam dengan ja- BERUKURAN SEDANG Sebuah Pohon berukuran besar sebagai foreground yang membing- rak yang diatur (ritmis) mengantar pengguna jalan menikmati potensi Dua pohon berukuran sedang sebagai bingkai atau gerbang yang kai view pada latar belakang, yang didesain sebagai bingkai ruang pemandangan pada latar belakangnya membentuk ruang untuk menikmati view terbaik untuk menikmati view terbaik Hlm.3E-27

3.E.3 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MIKRO 3.E.3.3 Membuat Bingkai Visual Berupa Elemen Arsitektur atau Ornamen Penggunaan ornamen lokal adalah salah satu Penggunaan ornamen juga dapat disesuaikan dengan 3. Menggunakan Material yang mencerminkan pendekatan untuk membentuk identitas kawasan. konteks budaya setempat sesuai nilai seni dan estetika budaya lokal atau yang paling sering digunakan Contoh ornamen lokal yang banyak digunakan pada yang khas. oleh masyarakat karena mudah didapatkan atau berbagai daerah di Indonesia adalah gerbang. sudah menjadi budaya. Prinsip Perancangan Gerbang yang sesuai dengan budaya setempat, 4. Menggunakan pola ragam hias lokal sebagai sebenarnya sangat beragam jenisnya di Indonesia, 1. Memilih dan Memanfaatkan ragam hias setempat inspirasi pola material pada bingkai visual mewakili budaya setempat. Misalnya pada daerah Jawa sebagai tekstur pembentuk bingkai visual Timur akan menggunakan gerbang yang terbuat dari bata merah khas Trowulan, sedangkan di Bali akan 2. Menggunakan Material sebagai Ornamen atau menggunakan batu candi dan dihiasi relief dan ukiran. dengan bentuk unik yang khas pada suatu tempat Hlm.3E-28 Pandangan dari Pura Lempuyang ke Gunung Agung https://lempuyangtemple.com

3.E.3.4 3.E.3 ESTETIKA RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU | SKALA MIKRO Membuat Elemen Hardscape dan Ornamen Lokal Penggunaan elemen hardscape pada ruang hijau dan infrastruktur hijau dibutuhkan untuk mewadahi kebutuhan jalur sirkulasi, area beraktivitas, area terbuka serbaguna, dan sebagainya. Salah satu pendekatan ruang hijau dalam pedoman ini adalah penggunaan material berkelanjutan. Pengertian berkelanjutan di sini adalah ramah lingkungan dan mudah didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Penggunaan material lokal adalah salah satu solusi dalam penyediaan bahan baku dalam pembangunan ruang hijau. Material lokal yang didatangkan dari jarak yang dekat akan mengurangi dampak lingkungan dan juga lebih sesuai dengan iklim mikro setempat. Contoh material lokal yang banyak digunakan dan berumur panjang adalah batu alam, yang sangat beragam jenisnya di Indonesia. Penggunaan ornamen juga dapat disesuaikan dengan konteks budaya setempat agar mewadahi nilai seni dan estetika yang khas. Prinsip Perancangan 1. Memilih dan Memanfaatkan Jenis Material lokal setempat sebagai Material Perkerasan 2. Menggunakan Material sebagai Ornamen atau dengan bentuk unik yang khas pada suatu tempat 3. Menggunakan Material yang mencerminkan budaya lokal atau yang paling sering digunakan oleh masyarakat karena mudah didapatkan atau sudah menjadi budaya. Hlm.3E-29



BAGIAN 4 : PANDUAN PERAWATAN RUANG & INFRASTRUKTUR HIJAU 4.1 Panduan Umum Perawatan 4.2 Panduan Perawatan Tanaman 4.3 Panduan Perawatan Elemen Konservasi Air

4.1 PANDUAN UMUM PERAWATAN 4.1 PANDUAN UMUM PERAWATAN RUANG & INFRASTUKTUR HIJAU Perawatan Frekuensi Kegiatan Perawatan Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat rencana perawatan 2: Perawatan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah Frekuensi kegiatan perawatan dapat dibagi dua, yaitu: proses pelaksanaan atau konstruksi ruang hijau 1. Menetapkan tujuan dan kegiatan perawatan. Tujuan serta infrastruktur hijau selesai. Kegiatan perawatan • Perawatan rutin: Perawatan yang sering dilakukan perawatan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan tidak hanya dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan atau memiliki jadwal teratur, bisa berupa kegiatan pada saat merencanakan atau merancang ruang secara teratur dan berulang-ulang sesuai kebutuhan. harian, mingguan, dua mingguan, bulanan, tiga hijau dan infrastruktur hijau. Perawatan berperan penting untuk mempertahankan bulanan, semesteran, atau tahunan. fungsi, kualitas dan keberlanjutan dari ruang hijau serta 2. Merencanakan kegiatan perawatan dengan merinci infrastruktur hijau. • Perawatan tidak rutin: Perawatan yang dilakukan semua kegiatan perawatan yang akan dilakukan. ketika terjadi sesuatu hal yang mengharuskan Merencanakan Kegiatan Perawatan kegiatan perawatan dilakukan. 3. Melaksanakan rencana kegiatan di atas menjadi suatu tindakan. Untuk menjadikannya sistematis, Secara garis besar, terdapat dua jenis perawatan, yaitu Setelah rencana kegiatan pemeliharaan dibuat, perlu diperlukan sebuah jadwal pelaksanaan perawatan. perawatan fisik dan perawatan ideal 1. dibuat juga jadwal kerjanya. Jadwal ini diperlukan agar setiap pekerjaan dapat dipersiapkan dengan baik 4. Memantau kegiatan perawatan dan merencanakan • Perawatanfisikadalahperawatanyangmenekankan sehingga kegiatan ini bisa berjalan pada waktu yang kembali kegiatan perawatan ( jika diperlukan). pada kegiatan untuk mempertahankan bentuk tepat dan teratur. tanaman yang diinginkan. Jenis kegiatannya meliputi pemupukan, penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta penanaman kembali. • Perawatan ideal adalah kegiatan perawatan yang didasarkan pada tujuan awal perancangan dan prinsip-prinsip awal perancangan. � Arifin, HS (1994) Pemeliharaan Taman. Jakarta : Penebar Swadaya � Departemen Pekerjanaan Umum Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumberdaya Manusia (2005) Modul LS-04 Spesifikasi Pemeliharaan Taman/Lansekap. Hlm. 4 - 1

12 Prinsip Umum Perawatan dan 11. Bagian/Divisi perawatan harus bertanggung jawab Proses Perawatan dan Pengelolaan � 4.1 PANDUAN UMUM PERAWATAN Pengelolaan � dalam keamanan pegawai serta masyarakat Menetapkan tujuan perawatan 1. Menentukan tujuan dan standar perawatan 12. Perawatan harus menjadi pertimbangan utama Merencanakan operasional perawatan dalam perancangan 2. Perawatan harus mencerminkan penggunaan waktu, tenaga, alat dan bahan secara ekonomis 13. Petugas bagian perawatan bertanggung jawab bagi pencitraan masyarakat terhadap institusi yang 3. Pelaksanaan perawatan didasarkan pada bertanggung jawab atas perawatan perencanaan perawatan yang tertulis Melaksanakan pekerjaan perawatan 4. Jadwal pekerjaan perawatan didasarkan pada pertimbangan prioritas dan kebijakan Mengawasi dan memantau pekerjaan perawatan 5. Seluruh bagian perawatan sebaiknya menekankan pada pemeliharaan pencegahan (preventive Mengevaluasi kegiatan perawatan, melakukan maintenance) re-design perawatan ( jika diperlukan) 6. Bagian/divisi perawatan harus dikelola/di-manage dengan baik 7. 8. Institusi yang bertanggung jawab atas perawatan hendaknya menyediakan sumberdaya dana yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan 9. Institusi yang bertanggung jawab atas perawatan hendaknya menyediakan tenaga kerja yang cukup untuk melaksanakan fungsi pemeliharaan 10. Program perawatan hendaknya dirancang untuk melindungi lingkungan alami Hlm. 4 - 2

4.2 PANDUAN PERAWATAN TANAMAN 4.2 PANDUAN PERAWATAN TANAMAN RUANG & INFRASTUKTUR HIJAU Kenapa Perawatan Tanaman Sangat Penting? Pada iklim tropis, tanaman sebagai bagian dari ruang • Tersedianya pencahayaan sementara jika Perawatan tanaman secara umum dapat dikategorikan dan infrastruktur hijau akan tumbuh dengan cepat dan perawatan harus dilakukan dimalam hari menjadi dua tipe perawatan yaitu: berbagai hal yang mempengaruhi tanaman lebih banyak 1. Perawatan Tanaman jika dibandingkan negara 4 musim. Perawatan tanaman • Sumber air yang terpisah dari sistem irigasi dan 2. Perawatan Media Tanam akan dimulai segera setelah tanaman ditanam dan akan mudah diakses dari berbagai area. terus berlanjut selama tanaman hidup. Pada Kota Hijau, 1 perawatan tanaman harus menjadi komitmen jangka panjang. Perawatan melibatkan lima sumberdaya utama 2 yaitu: 1. Money 2. Management 3. Manpower 4. Materials 5. Machinery Masyarakat yang telah membayar untuk Kota Hijau melalui pajak dan manajemen, seharusnya dapat merasakan tinggal dengan nyaman dan dikelilingi area hijau. Perawatan Mempengaruhi Perancangan Manajemen Perawatan Perawatan Tanaman Penyiraman Perancangan akan dipengaruhi oleh perawatan dalam Perawatan jangka panjang harus di manajemen. Tenaga Pencegahan dan jangka panjang. Seluruh perancangan harus memiliki visi kerja yang memenuhi kualifikasi dan berpengalaman harus Pemberantasan untuk perawatan dan keamanan masa depan baik untuk disediakan secepat mungkin untuk perawatan jangka panjang. Hama/Penyakit perencanaan ruang secara vertikal maupun horisontal. Sumber : Henry Steed (2015) Greening The Vertical Garden City : The Pemangkasan • Akses untuk perawatan harus dirancang sejak awal Planning, Design and Management of Planting in High Density Tropical • Akses untuk penggantian tanaman sudah Cities. Urban Redevelopment Authority, Singapura. Penggantian Tanaman dirancang sejak awal PerawTaatnaanmMedia Pemupukan • Tenaga kerja mampu menjangkau seluruh area • Tersedianya ruang untuk perlengkapan dan Pendangiran & Penyiangan material perawatan LS-04 : Spesifikasi Pemeliharaan Taman/Lansekap (2005) Hlm. 4 - 3 Departemen Pekerjaan Umum Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumberdaya Manusia

Perawatan Tanaman Perawatan Media Tanam 4.2 PANDUAN PERAWATAN TANAMAN A. Penyiraman A. Pemupukan B. Pendangiran dan penyiangan Penyiraman dilakukan untuk menjaga Kegiatan pemupukan dilakukan pada Pendangiran dilakukan untuk tanaman agar tidak mati kekeringan. pemeliharaan pasca tanam untuk mempercepat pertumbuhan akar dan penggemburan tanah dan B. Pencegahan dan pertumbuhan vegetatif seperti daun/ Pemberantasan Hama/Penyakit dahan. pembersihan tanaman/rumput liar di Pencegahan dan pemberantasan hama sekitar tanaman. atau penyakit tanaman diperlukan untuk menjaga agar tanaman tidak terserang Persyaratan Material Perawatan Tanaman oleh hama/penyakit yaitu dengan penyemprotan pestisida ke arah batang, A. Air C. Pupuk Anorganik daun serta semua percabangan. Air yang dipergunakan untuk menyiram pupuk yang mengandung unsur Nitrogen C. Pemangkasan tanaman harus bebas dari segala kotoran (N), unsur fosfat (P) dan unsur kalium minyak, zat kimia atau lainnya yang dapat (K) yang disesuaikan dengan kebutuhan • memangkas daun atau mengganggu pertumbuhan tanaman dan tanaman dan kondisi tanah disekitar temperatur air antara 15 C - 25 Celcius. tanaman. Perbandingan ini merupakan suatu perbandingan ranting yang patah, mati/ prosentase kandungan antara unsur unsur 20% N + 20% P kering, agar pertumbuhan + 20% K dalam pupuk. tanaman tidak terganggu. • Untuk menjaga kesehatan B. Pupuk Kandang/Organik D. Obat Pemberantas Hama dan tanaman bila ada daun, atau Penyakit Tanaman ranting yang terkena penyakit Pupuk kandang : pupuk yang diperoleh dari Pemberian obat pemberantas hama dan setelah dipangkas harus kotoran padat dan kotoran cair dan hewan penyakit tanaman sangat ditentukan oleh segera dibuang agar tidak ternak. Pupuk yang digunakan : jenis hama/penyakit dan tanaman yang menular ke bagian tanaman lainnya. • pupuk kandang yang bermutu baik, diserangnya. Memilih pestisida yang efektif terhadap hama D. Penggantian • sudah matang/kering yang telah mengalami atau penyakit tanaman sebaiknya dipilih pestisida rendah (mudah terurai), dan telah direkomendasikan untuk jenis Tanaman yang perlu diganti adalah (1) penimbunan cukup lama tanamannya dalam pupuk. Tanaman yang mati/hilang, (2) Tanaman • sudah tidak mengalami proses kimia lagi yang rusak, (3) Tanaman terkena hama Hlm. 4 - 4 (biasanya sudah berumur sekitar 6 bulan).

4.2 PANDUAN PERAWATAN TANAMAN Pelaksanaan Perawatan Tanaman Tenaga Kerja dalam Penyiraman PPeenmcbeegraahnatnasdaannHama/Penyakit Perawatan Tanaman Peralatan Beberapa ciri penyakit tanaman diakibatkan oleh A. Tenaga Pengendali • Mobil tangki air sejenis jamur: • Slang air Keahlian : minimal SPMA (Sekolah Pertanian Menengah • Ember • timbulnya bercak hitam di bagian daun, • Pakaian seragam yang berwama mencolok dan • bercak putih seperti tepung di bagian tanaman, Atas) atau sederajat dan Berpengalaman • lubang di bagian daun, menggunakan topi. • bercak seperti hangus atau bagian tanaman mati. Tugas: • menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan • mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan; Beberapa ciri tanaman yang terserang hama: • adanya hewan-hewan kecil di bagian tanaman, • memberikan petunjuk cara pengerjaan yang Bahan seperti di daun, batang, atau pucuk daun muda • Air yang bebas dari kotoran, minyak, zat kimia atau • daun akan terlihat layu dan di bagian belakang benar untuk setiap tahapan pekerjaan. daun terdapat ulat atau serangga kecil, daun lainnya yang dapat mengganggu pertumbuhan bolong dan robek akibat dimakan ulat, dan pucuk B. Tenaga Penyiram tanaman daun muda terlihat kering dan menggulung. • Bila menggunakan mobil tanki dibutuhkan 1 • Jumlah air yang dibutuhkan ; untuk pohon : + 10 l/ • Selain di daun, terdapat juga hama yang (satu) orang pengemudi dan 2 (dua) orang pohon untuk semak : + 5 l/pohon untuk rumput/ menyerang bagian akar dan batang tanaman. untuk penyemprot air penutup tanah + 5 l/m2 • Bila menggunakan peralatan lainnya jumlah Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dapat tenaga kerja disesuaikan dengan areal yang Tata Cara Penyiraman dilakukan dengan dua cara : dikerjakan. 1. Cara Mekanik : membunuh hama satu per satu • Siraman tidak terlampau keras agar media C. Tenaga Pemupukan/ tanam dan tanaman tidak terganggu, dilakukan atau membuang bagian tanaman yang sakit Penyemprot Hama dan Penyakit merata pada seluruh tanaman. 2. Cara Kimia : obat-obatan kimia atau pestisida sepeti • tenaga kerja kasar dengan pengalaman • Pada musim hujan cukup disiram satu kali fungisida dan insektisida memupuk tanaman/ memberi pestisida, seminggu fungisida, insektisida Penggunaan pestisida harus memperhatikan: • Dilakukan rutin setiap hari terutama pada • Memilih pestisida yang tepat sesuai dengan • tenaga lulusan SMP atau sederajat dan musim kemarau, yaitu pada: organisme pengganggu. Pestisida terdiri dan berpengalaman. insektisida (membasmi serangga), fungisida - pagi hari pukul 06.00 - 09.00 (membasmi jamur), herbisida (membasmi gulma D. Tenaga Pemangkas Tanaman - sore hari pukul 15.00 - 18.00 atau tumbuhan pengganggu), serta nematisida • tenaga kerja dengan berpengalaman Pangkas Catatan : Tanaman Pada umumnya untuk penyiraman ruang hijau pada skala luas seperti jalur hijau jalan dan median jalan peralatan E. Tenaga Pendangir dan Penyiang pernyiraman yang digunakan adalah tangki air. • tenaga kerja kasar yang berpengalaman Hlm. 4 - 5

Pemangkasan 4.2 PANDUAN PERAWATAN TANAMAN (membasmi nematoda atau sebangsa siput). Pemangkasan pada perawatan rutin tanaman dilakukan : Peralatan • Mengatur cara aplikasi pestisida yaitu dengan • Untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman Jadwal pemangkasan untuk setiap jenis tanaman tidak yang sudah tidak teratur sama dan disesuaikan dengan proporsi bentuk tanaman mempertimbangkan waktu dan dosis yang • Untuk menjaga kesehatan tanaman bila ada daun, yang diharapkan (sesuai dengan rencana). digunakan. atau ranting yang sakit. Peralatan yang digunakan: • Memilih alat dan teknik aplikasi yang tepat. • Untuk menghilangkan dahan/ranting yang tua/ • Menyimpan pestisida di tempat yang aman serta rusak dan mati. • Gergaji dahan jauh dan jangkauan anak-anak. • Untuk mempertahankan bentuk atau dimensi dan • Gunting rumput ukuran tanaman. • Gunting ranting Peralatan • Untuk mengurangi penguapan pada musim • Golok/sabit kemarau panjang sehingga tanaman tidak mati • Tali tambang • Alat penyemprot hama kekeringan (dilakukan pada akhir musim hujan). • Karung untuk pengumpul sampah • Masker • Untuk mengurangi jumlah daun sehingga dahan • Kereta dorong • Sarung tangan tidak patah pada musim hujan. • Sapu lidi • Kaca mata • untuk membuat bentuk pohon/tanaman yang • Pakaian seragam dengan warna mencolok dan • Pakaian seragam dengan warna mencolok dan ideal seperti yang direncanakan, pemangkasan harus dilakukan pada saat tanaman sedang menggunakan topi. menggunakan topi. berdaun lebat. Bahan Bahan Tata Cara Pemangkasan Pohon dan Semak • Tidak diperlukan bahan • Pestisida • Dilakukan miring (450) dan rata agar air hujan tidak tergenang dan dapat mengakibatkan Tata Cara Pemangkasan Rumput Tata Cara Pencegahan hama & penyakit pembusukan batang. tanaman • memangkas bagian atas cabang terlebih • Dipangkas dengan ketinggian/tebal rumput + 5 dahulu kemudian memangkas dari bagian cm dari permukaan tanah. • Pemberantasan hama: insektisida secara berulang- bawah cabang setelah itu memangkas cabang ulang tiap 1 minggu sekali, sampai tanaman bebas tersebut. • Untuk perapihan rumput pada daerah tepi dari hama, jika serangan hama cukup berat, • Arah memangkas dari bawah ke atas, dan dilakukan pengetrekan dengan alat cangkul penyemprotan 2 kali seminggu. setelah tanaman dipangkas sebaiknya kecil atau gunting rumput. dilakukan pemupukan agar tunas yang baru • Pemberantasan penyakit tanaman: fungisida tiap 1 dapat terbentuk kembali. Hlm. 4 - 6 (satu) minggu sekali. Apabila cukup parah sebaiknya tanaman dibongkar dan bekas lubang tanaman dibiarkan terbuka dan disinari matahari untuk beberapa lama, baru ditanam kembali. • Apabila serangan bersama-sama, dapat dilakukan penyemprotan secara berganti menggunakan insektisida dan fungisida, atau dapat keduanya dicampur pada pemakaiannya..

4.2 PANDUAN PERAWATAN TANAMAN Pelaksanaan Perawatan Media Tanam Penggantian Tanaman Pemupukan Peralatan Pemupukan pada perawatan media tanam rutin untuk : Peralatan • Garpu tanah • Menambah kesuburan tanah dengan memberi Pemberian pupuk terhadap tanaman perlu ada • Sekop tambahan pupuk organik dan anorganik kesesuaian antara jenis tanaman dengan jenis pupuk • Serok taman • Memperbaiki keadaan fisika tanah antara dan dosis yang perlu diberikan disesuaikan dengan • Cangkul lain kedalaman efektif tanah yaitu dalamnya kebutuhan tanaman. Peralatan yang digunakan: • Kereta dorong lapisan tanah dimana perakaran tanaman dapat • Linggis, alat pemotong, sapu lidi berkembang dengan bebas, tekstur, kelembab • Cerek siram • Pakaian seragam dengan warna mencolok clan dan tata udara tanah. • Ember menggunakan topi • Memperbaiki keadaan kimia tanah antara lain • Cangkul melakukan pemupukan, mengamati reaksi tanah • Sekop Bahan dan tersedianya unsur hara bagi pertumbuhan • Alat penyemprot • Tanaman pengganti tanaman dan untuk memperbaiki pH tanah • Tongkat pelubang tanah • Tanah subur (top soil) sehingga mencapai pH sekitar 6,5 (pH netral). • Pakaian seragam dengan warna mencolok dan • Pupuk kandang/ pupuk anorganik • Memperbaiki keadaan biologi tanah yaitu keadaan • Penopang tanaman (Bambu, kayu atau besi) mikrobia tanah sebagai bahan organik tanah, menggunakan topi • Tali humifikasi, mineralisasi dan pengikatan nitrosin udara Bahan Tata Cara Penggantian Tanaman Pupuk bukan sekadar makanan bagi tanaman, tetapi • Pupuk Organik : Pupuk hewan ternak yang telah • Tanaman yang mati atau rusak dicabut juga menyediakan nutrisi bagi tanah sehingga sangat matang (+ 6 bulan). Pupuk ini arus bersih dan kemudian siapkan lubang tanaman dengan berguna untuk menghasilkan tanaman yang sehat rumput liar atau tanaman liar lainnya. Selain dari ukuran : dan produktif. Tanaman memerlukan tiga unsur utama kotoran hewan pupuk organik juga dapat dibuat yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen dari limbah organik rumah tangga dan sampah - pohon,1m x 1 m × 1 m diperlukan tanaman untuk pertumbuhan batang, organik lainnya, umumnya dikenal dengan - semak, 60cm × 40cm x panjang (m’) cabang, dan daun. Fosfor diperlukan untuk merangsang kompos (untuk penjelasan lebih detail mengenai perkembangan akar dan benih. Waktu yang tepat untuk pembuatan kompos dapat melihat 6.4 Lampiran • Isi lubang dengan media tanam dengan melakukan pemupukan adalah pada musim hujan karena Perawatan) komposisi tanah subur dan pupuk kandang pada saat itu perkembangan akar sedang intensif. Unsur dengan perbandingan = 3 : 2 kalium diperlukan ketika pembungaan dan produksi • Pupuk Anorganik: Jenis pupuknya adalah NPK buah. Selain itu, berguna untuk memberikan daya tahan atau TSP dengan dosis untuk pohon 25 gram/ • masukkan tanaman pengganti secara hati-hati, tanaman terhadap penyakit. pohon, untuk perdu/semak 2,5 gram/pohon setelah plastik pembungkus tanaman dibuka untuk rumput 2.5 gram per m2 (Urea) • media tanam dipadatkan • Untuk menjaga agar perakaran tanaman tidak patah, ditunjang dengan bambu penahan (steger) sampai pohon tumbuh dengan baik Hlm. 4 - 7


PEDOMAN PERENCANAAN RUANG DAN INFRASTRUKTUR HIJAU

The book owner has disabled this books.

Explore Others

Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook