Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bahan Ajar RMIK - Manajemen Informasi Kesehatan V Sistem Klaim dan asuransi

Bahan Ajar RMIK - Manajemen Informasi Kesehatan V Sistem Klaim dan asuransi

Published by Perpustakaan Soerojo, 2023-02-02 07:21:03

Description: Bahan Ajar RMIK - Manajemen Informasi Kesehatan V Sistem Klaim dan asuransi

Keywords: Bahan Ajar RMIK - Manajemen Informasi Kesehatan V Sistem Klaim dan asuransi

Search

Read the Text Version

["- Permasalahan : Penggunaan Kejang sebagai Diagnosis sekunder menyebabkan peningkatan biaya klaim. Kesepakatan: Jika diagnosis Kejang disertai hasil pemeriksaan penunjang (EEG) atau terapi yang sesuai (diazepam, fenitoin, atau valproat) maka dapat dikoding. - Permasalahan: \uf0b7 Pasien dirawat inapkan 1 hari. \uf0b7 Penentuan Eksisi massa soft tissue tumor, biasa disalahgunakan selalu dikoding 83.39 (Ekxicion of Lession of other soft tissue) dibandingkan 86.3 (other local exicion or destruction of lession tissue of skin & subcutaneous tissue. Dampak : Biaya koding 83.39 lebih tinggi dari 86.3, RI>RJ. Kesepakatan: Pasien dengan tindakan eksisi soft tissue tumor dapat dirawat inap : a. sesuai dengan indikasi medis pasien. b. dengan narkose umum2. Penggunaan kode berdasarkan lokasi STT : a. kode 83.39 untuk STT yang lokasinya dalam (deep) b. kode 86.3 untuk STT yang superfisial. - Permasalahan: Persalinan normal sering dikoding dengan lacerasi perineum dengan tindakan repair perineum (75.69). Kesepakatan: Repair pada rutin episiotomy saat persalinan normal dikoding dengan 73.6 (bukan kode 75.69). - Permasalahan: Penggunaan kode 88.76 atau 88.79 pada koding USG kehamilan, biasanya pada kasus rawat jalan. Kesepakatan: USG pada kehamilan dapat dikoding menggunakan kode 88.78 (bila terbukti melakukan tindakan USG). - Permasalahan: Pada kasus-kasus dengan pemasangan WSD (34.04) sering disalahgunakan dengan menambah koding puncture of lung (33.93) Kesepakatan: Pada kasus-kasus dengan pemasangan WSD (34.04) sering disalahgunakan dengan menambah koding puncture of lung (33.93). Koding tindakan WSD adalah 34.04. - Permasalahan: Penggunaan Collar neck dikode Insertion Other Spinal Device (84.59) karena langsung dikode oleh dr. Sp.OT Kesepakatan: Collar neck tidak perlu dikoding karena Collar neck termasuk alat kesehatan yang dibayar namun tidak menggunakan sistem INA-CBG. - Permasalahan: Pasien hamil dirawat dr. Sp.PD dengan kasus penyakit dalam (Contoh DHF). Bagaimana diagnosis sekundernya? Kesepakatan: DHF pada pasien hamil. Jika Sp.PD yang merawat : koding diagnosis utama: kode DHF (A91), sedangkan diagnosis sekunder adalah kode \\\"O\\\" 194 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","- Permasalahan: Penggunaan Gas Gangrene sebagai diagnosis sekunder, biasanya didiagnosis gangrene dikoding gas gangrene. Kesepakatan: Penegakan diagnosis Gas Gangrene: pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya krepitasi di bawah kulit dan mukosa atau pada foto rontgen didapatkan adanya gas dilokasi gangren2. Sesuai kaidah ICD jika gangrene saja dapat dikode R02, Sedangkan pada kasus DM, Gas Gangrene dikode A48.0 dan gangrene DM diberi kode E10-E14 (sesuai dengan jenis DM) dengan digit terakhir .5 (contoh Gangrene DM Tipe 2 di kode E11.5). - Permasalahan: Kode O82 digunakan sebagai diagnosis utama jika penyulit persalinan adalah kode O42.0 dan O42.1. Kesepakatan: Kode O82 digunakan sebagai diagnosis utama jika ada penyulit dalam persalinan, seperti contohnya O42.0 & O42.1 dengan tindakan seksio sesarea yang menghasilkan proses grouping persalinan vaginal. - Permasalahan: Pemasangan infus pump menggunakan kode 99.18 hanya untuk kasus persalinan. Kesepakatan: Pemasangan infus pump menggunakan kode 99.18 untuk semua kasus. - Permasalahan: Kemoterapi oral dikoding sebagai kemoterapi. Kesepakatan: Tindakan kemoterapi menggunakan kode Z51.1. Permasalahan-permasalahan koding yang telah disepakati bersama adalah menjadi pedoman dalam menentukan koding terkait pelayanan BPJS di fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan berkembangnya permasalahan-permasalahan yang ada karena perbedaan pendapat antara salilitas pelayanan kesehatan dengan BPJS kesehatan maka terbit surat kesepakatan permasalahan koding yang dapat dipelajari lebih lanjut dalam Berita Acara Kesepakatan Bersama Penyelesaian Kasus Dispute Klaim No.401\/BA\/0717, No. KS.02.02\/3\/1201\/2017 dari Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan pada Agustus 2017. Koder dapat mengggunakan kebijakan ini dalam melakukan koding yang sesuai dengan kebijakan BPJS. \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 195","Latihan Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan berikut! 1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi koding penyakit dan tindakan menjadi berkualitas? 2) Seorang pasien datang ke rumah sakit karena mengalami kejang-kejang. Pasien kemuadian dirawat dan dilakukan pemeriksaan dan diberikan therapy selama dalam perawatan. Pada saat pasien pulang dan koder melakukan koding, apa saja yang harus terpenuhi jika pasien akan dikoding dengan diagnose kejang? 3) Untuk mengurang terjadinya permasalahan dalam pengkodean penyakit dan tindakan, apa sajakah upaya yang dapat dilakukan oleh seorang koder? Ringkasan 1. Jenis-jenis permasalahan koding di fasilitas pelayanan kesehatan adalah diagnosis\/tindakan tidak ditulis, diagnosis\/tindakan tidak lengkap, tulisan dokter tidak terbaca, singkatan tidak standar, prosedur tidak dilakukan tetap di koding, prosedur dilakukan tetap tidak di koding dan salah koding. 2. Sesuai dengan Surat Edaran Nomor HK.03.03\/menkes\/518\/2016 tentang Pedoman Penyelesaian Permasalahan Klaim INA-CBG Dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional telah dilakukan kesepakatan terkait permasalahan koding. 3. Ada beberapa kesepakatan permasalahan koding yang dapat dipelajari lebih lanjut dalam Berita Acara Kesepakatan Bersama Penyelesaian Kasus Dispute Klaim No.401\/BA\/0717, No. KS.02.02\/3\/1201\/2017 dari Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan. 196 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Tes 2 Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1) Pasien dengan tonsilektomi tidak dapat dikoding dengan Kauter Faring (28.2 dan 29.39), walaupun saat operasi, pasien dilakukan kedua tindakan tersebut. Kedua tindakan di atas tidak dapat dikoding terpisah karena\u2026. A. prosedur yang merupakan bagian dari prosedur utama tidak dapat dikoding B. prosedur yang merupakan bagian dari prosedur utama sama-sama dikoding C. prosedur Kauter Faring tidak dilakukan saat pasien dioperasi D. kauter faring bukan prosedur baku untuk Tonsilektomi E. prosedur tambahan tidak perlu dikoding 2) Pasien masuk rumah sakit karena Carsinoma mammae dan akan dilakukan Chemotherapi. Pasien dirawat oleh dokter ahli Carcinoma. Kode yang tepat untuk pasien tersebut adalah\u2026. A. Z51.0 B. Z51.1 C. Z51.2 D. Z51.3 E. Z51.9 3) Seorang pasien dirawat di rumah sakit karena Gangrene. Pada pemeriksaan fisik tidak ada krepitasi di bawah kulit dan mukosa dan pada foto rontgen tidak ditemukan adanya gas dilokasi gangrene. Pasien tidak mempunyai riwayat Diabetes Mellitus. Kode yang tepat untuk pasien tersebut adalah\u2026. A. R02 dan A48.0 B. A48.0 C. R02 D. R00 E. R09 \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 197","4) Seorang ibu sedang hamil 25 pekan datag ke rumah sakit karena mengalami buang- buang air sudah 5 kali. Pasien dirawat oleh dokter penyakit dalam dan dberikan therapy sesuai penyakit yang dialaminnya. Kode yang tepat untuk kasus di atas adalah\u2026. A. Kode A09 sebagai diagnose utama kode O diagnose sekunder B. Kode O sebagai diagnose utama kode A09 diagnose sekunder C. Kode A09 sebagai diagnose utama D. Kode O sebagai diagnose utama E. Kode Z sebagai diagnose utama 5) Dalam melakukan pengodean penyakit, untuk kemudahan pemberian kode perlu dihindari penggunaan singkatan yang tidak terstandar. Yang perlu disiapkan fasilitas pelayanan agar hal tersebut tidak terjadi adalah\u2026. A. membuat daftar singkatan B. melarang dokter menulis singkatan C. mencari singkatan tersebut di media sosial D. memberi peringatan kepada dokter yang menulis singkatan E. menanyakan kepada dokter saat menemukan singkatan baru 198 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Kunci Jawaban Tes Test Formatif 1 1) C. 2) C. 3) A. 4) E. 5) A. Test Formatif 2 1) A 2) B 3) C 4) A 5) A \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 199","Daftar Pustaka Bowman, D. E. 1992. Health Informasi Management of Strategic Resource. Jakarta Naga, dr. Mayang Anggraini. (2013). Buku Kerja Praktik Pengkodean Klinis Berdasarkan Rules dan Konvensi ICD-10, WHO Hatta. Gemala R. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rev. 1, Jakarta : UI Press. Permenkes RI No. 76 Tahun 2016 tentang Pedoman INA-CBGs pada Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional World Health Organization. (2014). ICD-10. World Health Organization, ICD-10, Volume 2 : Instruction Manual, Geneva 200 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Bab 6 SISTEM CASEMIX DAN SEVERITY OF ILLNESS Yati Maryati, SKM. Pendahuluan B ab ini berisi tentang sistem casemix dan severity of ilness. Pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional di fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem casemix mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2006 yang dikenal dengan INA DRG yang pada perkembangannya berubah menjadi INA CBG\u2019s. Sistem casemix adalah suatu cara pengklasifikasian asuhan berbasis intensitas asuhan dan tipe pelayanan yang diselenggarakan bagi pasien. Dengan sistem pengklasifikasian maka pasien diklasifikasikan berdasarkan penyakit yang dideritanya. Dalam pelaksanaan sistem casemix tingkat keparahan dikategorikan dalam beberapa kategori. Terdapat empat jenis keparahan penyakit berdasarkan klasifikasi jenis pelayanan rawat jalan dan rawat inap, komorbiditi dan komortaliti. Keempat kategori tingkat keparahan ini berdasarkan kepada seberapa berat penyakit tersebut dapat menimbulkan kecacatan atau dapat menimbulkan kematian bagi pasien. Nah, Saudara mahasiswa sekalian tadi sekilas mengenai sistem casemix. Untuk lebih jelas lagi silakan pelajari bab ini hingga tuntas. Bab ini terdapat 3 topik yaitu topik 1 mengenai sistem casemix, topik 2 mengenai sistem severity of ilness, dan topik 3 mengenai INA CBG\u2019s. Manfaat dari mata kuliah ini adalah dengan diketahuinya konsep pelayanan kesehatan yang berlaku maka proses pelaksanaan penganggaran dan pembiayaan kesehatan akan menjadi lebih tepat guna dan tepat sasaran. Manfaat lain adalah untuk membuat standar atau aturan yang seragam terkait teknis pelaksanaannya. Tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini adalah peserta didik mampu menjelaskan sistem casemix, severity of ilness, dan INA CBG\u2019s secara komprehensif setelah melakukan pembelajaran. \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 201","Untuk mempelajari bab ini, mulailah Saudara memahami dengan cermat uraian tentang konsep, pengertian, dan penjelasan pada bagian awal. Apabila menemukan kata atau istilah yang kurang atau tidak Saudara pahami, gunakan glosarium yang disediakan untuk menemukan pengertiannya. Selanjutnya, apabila Saudara telah memahami uraian tersebut, kerjakan latihan yang telah disediakan satu demi satu hingga selesai. Apabila ternyata Saudara belum mampu atau belum berhasil menjawab semua soal latihan, perhatikan kembali penjelasan mengenai konsep, pengertian, dan penjelasan yang berkaitan dengan soal latihan dan jawaban. Apabila Saudara telah berhasil menjawab semua atau sebagian besar soal latihan, lanjutkan dengan mengerjakan tes. 202 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Topik 1 Konsep Sistem Casemix A. PENGERTIAN SISTEM CASEMIX Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada tahun 2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group). Implementasi pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September 2008 pada 15 rumah sakit vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluas pada seluruh rumah sakit yang bekerja sama untuk program Jamkesmas. Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia Case Based Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United Nation University) Grouper. Dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010 sampai Desember 2013, pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Lanjutan dalam Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) menggunakan INA-CBG. Sejak diimplementasikannya sistem casemix di Indonesia telah dihasilkan 3 kali perubahan besaran tarif, yaitu tarif INA-DRG Tahun 2008, tarif INA-CBG Tahun 2013 dan tarif INA-CBG Tahun 2014. Tarif INA-CBG mempunyai 1.077 kelompok tarif terdiri dari 789 kode grup\/kelompok rawat inap dan 288 kode grup\/kelompok rawat jalan, menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis serta ICD-9-CM untuk prosedur\/tindakan. Pengelompokan kode diagnosis dan prosedur dilakukan dengan menggunakan grouper UNU (UNU Grouper). UNU-Grouper adalah Grouper casemix yang dikembangkan oleh United Nations University (UNU). Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip\/sama dan biaya perawatan yang mirip\/sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan grouper. (Juknis INA CBG\u2019s:2014). Jika menilik pada pengertian sistem casemix maka diagnosis dan prosedur pasien yang mirip atau sama dikategorikan pada kelompok yang sama. Selain menurut diagnosis dan prosedur, pengelompokkan juga berdasarkan kepada biaya perawatan yang mirip\/sama, misalnya perawatan untuk kategori pasien penyakit Gastritis dan Dispepsia adalah sama, maka grouper dari penyakit tersebut adalah sama. B. KOMPONEN CASEMIX Dalam penyelenggaraan BPJS di fasilitas pelayanan kesehatan dengan BPJS kesehatan, terdapat beberapa komponen yang sangat penting dalam mendukung penyelenggaraan BPJS di fasilitas pelayanan kesehatan. Komponen-komponen tersebut adalah: \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 203","KOMPONEN CASEMIX CASEMIX Costing Clinical Teknologi Coding Pathway Informasi 1. Coding Coding adalah Koding adalah kegiatan memberikan kode diagnosis utama dan diagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10 serta memberikan kode prosedur sesuai dengan ICD-9- CM. Koding sangat menentukan dalam sistem pembiayaan prospektif yang akan menentukan besarnya biaya yang dibayarkan ke Rumah Sakit. (PMK 27 Juknis INA CBG\u2019s:2014 ) Koding merupakan salah satu komponen casemix dalam memberikan kode penyakit dan tindakan untuk menentukan pembiayaan dari grouper sistem INA CBG\u2019s. Dengan koding yang baik maka akan dihasilkan hasil pengkodean yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Costing Salah satu komponen penting lainnya adalah costing. Costing diperlukan agar dapat menghasilkan informasi keuangan pasien yang cepat, akurat dan terinci. Sistem keuangan yang baik akan mempermudah fasilitas pelayanan kesehatan dalam mendapatkan rincian keuangan per pasien, per periode dan per item kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Sebagaimana diketahui bahwa dalam pengajuan klaim pasien ke BPJS maka setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaporkan rincian biaya pasien dari semua pelayanan yang dilakukan kepada pasien selama mendapat pelayanan di fasilitas 204 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, costing perlu dikelola dengan baik agar setiap tindakan dan pengobatan yang diberikan kepada pasien terekam dengan baik. 3. Clinical Pathway Clinical Pathway adalah suatu cara untuk menstandarisasikan praktik klinis dan umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan medis yang terstandarisasi akan memudahkan fasilitas pelayanan kesehatan menyeragamkan pelayanan tenaga medis dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan. Dengan adanya clinical pathway fasilitas pelayanan kesehatan dapat melakukan efisiensi pelayanan tanpa mengurangi kualitas yang diberikan kepada pasien karena jenis pemeriksaan, jenis tindakan dan pengobatan yang diberikan telah merujuk kepada panduan klinis yang sesuai dengan standar. 4. Teknologi Informasi Teknologi informasi merupakan sarana yang sangat penting dalam mendukung penyelenggaraan BPJS (INA CBG\u2019s). Pelayanan BPJS adalah pelayanan yang berbasis teknologi informasi mulai sejak pasien mendaftar, kemudian pada pengolahan data dengan INA CBG\u2019s sampai pengajuan klaim ke BPJS seluruhnya adalah menggunakan teknologi informasi. Oleh karena itu fasilitas pelayanan kesehatan perlu menyiapkan hardware, software dan jaringan yang mumpuni agar pengelolaan pasien BPJS dapat diselenggarakan dengan mudah, cepat, dan data yang akurat. Latihan Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan berikut! 1. Dalam mengelola pasien Jaminan Kesehatan Nasional, sistem casemix merupakan metode yang digunakan. Apa yang dimaksud dengan sistem casemix? 2. Ada beberapa komponen dalam sistem casemix. Apakah komponen-komponen yang dimaksud? 3. Jelaskan apa yang dimaksud komponen koding dalam sistem INA CBG\u2019s! \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 205","Ringkasan 1. Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip\/sama dan biaya perawatan yang mirip\/sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan grouper. 2. Dalam pengelolaan pasien JKN fasiliitas pelayanan kesehatan perlu menyiapkan komponen-komponen penting. Komponen-komponen dalam sistem casemix tersebut adalah coding, costing, clinical pathway dan teknologi informasi. Tes 1 Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1) Dalam pengelolaan casemix pada pasien BPJS, fasilitas kesehatan perlu menyelaraskan komponen-komponen yang berperan penting agar setiap unsur dapat berjalan harmonis sehingga dapat tercipta kendali mutu dan kendali biaya. Komponen-komponen tersebut adalah\u2026. A. Koder, Costing, Clinical Pathway dan Teknologi Informasi B. Koding, Costing, Clinical Pathway dan Teknologi Informasi C. Koding, Costing, Klaim, Clinical Pathway dan Teknologi Informasi D. Koding, Costing, Clinical Practice Guideline (CPG) dan Teknologi Informasi E. Koding, Costing, Clinical Pathway (CP), Clinical Practice Guideline (CPG) dan Teknologi Informasi 2) Pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip\/sama dan biaya perawatan yang mirip\/sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan grouper. Pengertian tersebut merupakan definisi dari\u2026. A. Sistem INA CBG\u2019s B. Casemix analisis C. Sistem casemix D. Sistem BPJS E. Sistem JKN 206 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","3) Untuk menyelenggarakan pelayanan pasien Jaminan Kesehatan Nasional rumah sakit perlu membuat panduan bagi para dokter untuk menstandarisasikan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Panduan yang dimaksud adalah\u2026. A. Clinical Pathway B. Clinical Guideline C. Standar Pelayanan Medis D. Standar Pelayanan Minimal E. Standar Pelayanan Rekam Medis 4) Salah satu komponen dalam sistem casemix adalah costing. Pengelolaan costing tersebut berhubungan dengan bagian\u2026. A. Teknologi Informasi B. Keperawatan C. Rekam Medis D. Keuangan E. Dokter 5) Komponen penting lainnya dalam sistem casemix adalah teknologi informasi. Pada pendaftaran pasien PBJS teknologi informasi diperlukan berkaitan dengan pembuatan SEP online pada setiap kunjungan pasien. Pada proses koding, teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap proses pengkodean dengan menggunakan aplikasi. Aplikasi yang dimaksud adalah\u2026. A. INA DRG\u2019s B. INA CBG\u2019s C. Casemix DRG\u2019s D. Casemix CBG\u2019s E. Kodifikasi penyakit \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 207","Topik 2 Konsep Severity of Illness A. PENGERTIAN SEVERITY OF ILLNESS Dalam memberikan pengertian dari Tingkat Keparahan Sakit (Severity of Illness) dapat ditafsirkan berbeda-beda. Tingkat keparahan sakit sering dikaitkan bagaimana penyakit mempengaruhi terhadap kondisi pasien. Tingkat keparahan sakit pasien tentu berbeda-beda tergantung dari penyakit yang dideritanya. Dalam hal ini banyak hal yang terkait dengan beratnya suatu penyakit seperti jenis penyakit, usia pasien, jenis kelamin, gaya hidup, komplikasi yang diderita dan penyakit penyerta yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Huffman dalam bukunya Health Information Management (1994) memberikan pengertian severity of illness merupakan sebutan yang digunakan dalam berbagai cara khususnya kondisi yang dikaitkan dengan risiko timbulnya kematian atau disability yang permanen dan bisa juga dikaitkan dengan peningkatan kompleksitas diagnosis atau terapi serta intensitas penggunaan sumber daya. Stadium keparahan sakit pasien tidak langsung tergambar dalam menentukan DRG. Pasien dengan komplikasi ganda atau kondisi-kondisi co-morbid dikelompokkan dalam DRG yang sama dengan yang berkomplikasi tunggal atau kondisi co-morbid. Tenaga profesional asuhan kesehatan mengakui bahwa keparahan sakit harus diperhitungkan dalam upaya penagihan biaya yang sesuai, rumah sakit tertier yang menangani pasien dengan kegawatan yang lebih tinggi akan terpapar oleh risiko finansial yang besar di bawah aturan pps bila ini tidak diselaraskan dengan kegawatan pasien Pengukuran severity of illness tentu tidak dapat dilakukan dengan mudah karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Hasil riset-riset telah mampu mengembangkan sistem yang benar-benar dapat menggambarkan keparahan sakit pasien dan bagaimana cara menghitung besaran tagihannya. umumnya sistem pengukuran menggunakan program piranti lunak komputer yang dipasarkan oleh vendor. B. JENIS-JENIS SEVERITY OF ILLNESS Dalam penerapan INA CBG\u2019s di fasilitas pelayanan kesehatan, tingkat keparahan penyakit dikategorikan menurut jenis layanan yang diterima dan komplikasi serta komorbdity pasien. 208 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Jenis-jenis severity of illness sebagai berikut: 1. Tingkat keparahan 0 adalah untuk pasien rawat jalan Pada level ini yang termasuk tingkat keparahan 0 adalah kategori seluruh kategori pasien yang mendapat pelayanan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan 2. Tingkat keparahan I adalah kategori ringan untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpa komplikasi maupun komorbiditi) Kategori tingkat keparahan I adalah untuk pasien rawat inap dengan diagnosa penyakit tapa komplikasi maupun komorbiditi. 3. Tingkat keparahan II adalah kategori sedang untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2 (dengan mild komplikasi dan komorbiditi) 4. Tingkat keparahan III adalah kategori berat untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (dengan major komplikasi dan komorbiditi) Pada tingkat keparahan penyakit, istilah ringan, sedang dan berat dalam deskripsi dari Kode INA-CBG\u2019s bukan menggambarkan kondisi klinis pasien maupun diagnosis atau prosedur namun menggambarkan tingkat keparahan (severity level) yang dipengaruhi oleh diagnosis sekunder (komplikasi dan ko-morbiditi). Tingkat keparahan penyakit sangat terkait dengan diagnosa penyakit baik diagnosa utama maupun diagnosa sekunder pasien. Diagnosa utama adalah diagnosa akhir\/final yang dipilih dokter pada hari terakhir perawatan dengan kriteria paling banyak menggunakan sumber daya atau yang menyebabkan hari rawatan paling lama (LOS). Ciri-ciri Diagnosa Utama adalah 1. Diagnosis Utama Selalu Ditetapkan Pada Akhir Perawatan Seorang Pasien. (Established At The End Of The Episode Of Health Care) 2. Menggunakan Resouces (sumber daya manusia, Bahan Pakai Habis, Peralatan Medik, Tes Pemeriksaan Dan Lain2). Diagnosis sekunder adalah diagnosis selain dari Diagnosis utama. Diagnosa sekunder dapat merupakan komplikasi dan atau komorbiditi. Komplikasi adalah diagnosis yang muncul setelah pasien berada di rumah sakit misalnya pasien dengan difteria kemudian selama dalam perawatan muncul komplikasi pneumonia. Komorbiditi adalah diagnosis lain yang sudah ada sebelum masuk rumah sakit. Komorbiditi umumnya adalah penyakit kronis yang merupakan riwayat penyakit pasien yang diderita sebelum pasien masuk rumah sakit, misalnya penyakit Diabetes, hypertensi, Tuberkulosis dan lain-lain. Di samping diagnose utama dan diagnosa sekunder, tingkat keparahan penyakit juga dipengaruhi oleh tindakan apa yang dilakukan kepada pasien atau dikenal dengan prosedur. \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 209","Tindakan ini adalah tidak berdiri sendiri tetapi merupakan tindakan atas penyakit pada diagnosa utama dan diagnose sekunder. Prosedur Utama (Principal Procedure) adalah prosedur tindakan yang paling banyak menghabiskan sumber daya atau yang menyebabkan hari rawatan paling lama dan biasanya berhubungan erat dengan diagnosa utama. Prosedur tambahan dapat saja dilakukan kepada pasien selain prosedur utama dan tetap dilakukan koding. Latihan Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan berikut! 1) Keparahan penyakit berhubungan dengan seberapa besar pengaruh penyakit menyebabkan kematian atau kecacatan permanen. Jika seorang pasien datang dengan penyakit Gastro Enteritis tidak ada komplikasi dan komorbiditi. Menurut Saudara termasuk kategori tingkat keparahan yang mana? Jelaskan pernyataan Saudara tersebut. 2) Seperti kita ketahui ada diagnosa utama dan diagnosa sekunder. Jelaskan perbedaan dari keduanya! 3) Apa perbedaan komplikasi dan komorbiditi? Berikan contoh dari keduanya! Ringkasan 1. Severity of illness sebutan yang digunakan dalam berbagai cara khususnya kondisi yang dikaitkan dengan risiko timbulnya kematian atau disability yang permanen dan bisa juga dikaitkan dengan peningkatan kompleksitas diagnosis atau terapi serta intensitas penggunaan sumber daya. 2. Tingkat keparahan penyakit terdiri atas 4 level yaitu severity level 0 untuk rawat jalan, severity level I untuk tingkat keparahan ringan, severity level II untuk tingkat keparahan sedang dan severity level III untuk tingkat keparahan berat. 3. Diagnosa terdiri dari diagnosa utama dan diagnosa sekunder sedangkan tindakan terdiri atas tindakan\/prosedur utama dan tindakan\/prosedur sekunder. 210 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Tes 2 Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1) Sebutan yang digunakan dalam berbagai cara khususnya kondisi yang dikaitkan dengan risiko timbulnya kematian atau disability yang permanen. Bisa juga dikaitkan dengan peningkatan kompleksitas diagnosis atau terapi serta intensitas penggunaan sumber daya. Pernyataan di atas merupakan pengertian dari\u2026. A. Severity of illness B. Sistem casemix C. Severity level D. Komorbidity E. Komplikasi 2) Tingkat keparahan penyakit terdiri atas empat level yaitu tingkat keparahan 0,I, II dan III. Seorang pasien dirawat di rumah sakit dengan diagnosa Tuberkulosis yang disertai komplikasi bronchopneumonia. Pasien tersebut juga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus. Pasien tersebut termasuk kategori tingkat keparahan\u2026. A. Severity level 0 B. Severity level I C. Severity level II D. Severity level III E. Severity level IV 3) Seorang pasien datang berobat ke sebuah rumah sakit karena merasa demam sudah 2 hari, batuk pilek dan sakit tenggorokan. Pasien diperiksa dokter spesialis THT dan dokter mendiagnosa pasien tersebut Tonsilopharingitis, pasien diberi obat dan diperbolehkan pulang. Pasien tersebut menurut Saudara termasuk kategori severity level\u2026. A. Severity level 0 B. Severity level I C. Severity level II D. Severity level III \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 211","E. Severity level IV 4) Diagnosa akhir\/final yang dipilih dokter pada hari terakhir perawatan dengan kriteria paling banyak menggunakan sumber daya atau yang menyebabkan hari rawatan paling lama (LOS). Pengertian dari pernyataan di atas adalah\u2026. A. Diagnosa Utama B. Prosedur Utama C. Diagnosa Sekunder D. Prosedur Sekunder E. Diagnosa Komplikasi 5) Seorang pasien datang ke bagian IGD rumah sakit \u201cX\u201d karena tidak merasakan sakit hebat pada perut kanan bawah disertai muntah-muntah. Pasien dirawat oleh dokter spesialis bedah karena berdasarkan hasil pemeriksaan pasien didiagnosa Appendicitis acute. Pasien akhirmnya dilakukan operasi Appendicitis, dan setelah 4 hari dirawat pasien diperbolehkan pulang. Pada kasus ini, tindakan Appendectomy tersebut termasuk kategori\u2026. A. Diagnosa Utama B. Prosedur Utama C. Diagnosa Sekunder D. Prosedur Sekunder E. Diagnosa Komplikasi 212 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Topik 3 Konsep INA CBG\u2019s A. STRUKTUR KODE INA CBGS Dasar pengelompokan dalam INA-CBGs menggunakan sistem kodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakan\/prosedur yang menjadi output pelayanan, dengan acuan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk tindakan\/prosedur. Pengelompokan menggunakan sistem teknologi informasi berupa Aplikasi INA-CBG sehingga dihasilkan 1.077 Group\/Kelompok Kasus yang terdiri dari 789 kelompok kasus rawat inap dan 288 kelompok kasus rawat jalan. Setiap group dilambangkan dengan kode kombinasi alfabet dan numerik dengan contoh sebagai berikut : Keterangan : 1. Digit ke-1 merupakan CMG (Casemix Main Groups) 2. Digit ke-2 merupakan tipe kasus 3. Digit ke-3 merupakan spesifik CBG kasus 4. Digit ke-4 berupa angka romawi merupakan severity level Struktur Kode INA-CBGs terdiri atas : 1. Case-Mix Main Groups (CMGs) a. Adalah klasifikasi tahap pertama b. Dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z) c. Berhubungan dengan sistem organ tubuh d. Pemberian Label Huruf disesuaikan dengan yang ada pada ICD 10 untuk setiap sistem organ e. Terdapat 30 CMGs dalam UNU Grouper (22 Acute Care CMGs, 2 Ambulatory CMGs, 1 Subacute CMGs, 1 Chronic CMGs, 4 Special CMGs dan 1 Error CMGs) f. Total CBGs sampai saat ini sebanyak 1220. g. CMGs yang ada dalam INA-CBGs terdiri dari : NO Case-Mix Main Groups(CMG) CMG Codes 1 Central nervous system Groups G 2 Eye and Adnexa Groups H \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 213","3 Ear, nose, mouth& throat Groups U 4 Respiratory system Groups J 5 Cardiovascular system Groups I 6 Digestive system Groups K 7 Hepatobiliary & pancreatic system Groups B 8 Musculoskeletal system & connective tissue Groups M 9 Skin, subcutaneous tissue & breast Groups L 10 Endocrine system, nutrition & metabolism Groups E 11 Nephro-urinary System Groups N 12 Male reproductive System Groups V 13 Female reproductive system Groups W 14 Deleiveries Groups O 15 Newborns & Neonates Groups P 16 Haemopoeitic & immune system Groups D 17 Myeloproliferative system & neoplasms Groups C 18 Infectious & parasitic diseases Groups A 19 Mental Health and Behavioral Groups F 20 Substance abuse & dependence Groups T 214 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","21 Injuries, poisonings & toxic effects of drugsGroups S 22 Factors influencing health status & other contacts with health Z services Groups 23 Ambulatory Groups-Episodic Q 24 Ambulatory Groups-Package QP 25 Sub-Acute Groups SA 26 Special Procedures DD 27 Special Drugs YY 28 Special InvestigationsI II 29 Special InvestigationsII IJ 30 Special Prosthesis RR 31 Chronic Groups CD 32 Errors CMGs X \uf095 2. Case-Based Groups (CBG\u2019s) a. Prosedur rawat inap (Group-I) b. Prosedur Besar Rawat Jalan (Group-2) c. Prosedur Signifikan Rawat Jalan (Group-3) d. Rawat Inap Bukan Prosedur (Group-4) e. Rawat Jalan Bukan Prosedur (Group-5) f. Rawat Inap Kebidanan (Group-6) g. Rawat Jalan kebidanan (Group-7) h. Rawat Inap Neonatal (Group-8) i. Rawat Jalan Neonatal (Group-9) j. Error (Group-0) \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 215","3. Kode CBG\u2019s Sub-group ketiga menunjukkan spesifik CBGs yang dilambangkan dengan numerik mulai dari 01 sampai dengan 99. 4. Severity Level Sub-group keempat merupakan resource intensity level yang menunjukkan tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas ataupun komplikasi dalam masa perawatan. Keparahan kasus dalam INA-CBG terbagi menjadi : a. \u201c0\u201d Untuk Rawat jalan b. \u201cI - Ringan\u201d untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpa komplikasi maupun komorbiditi) c. \u201cII - Sedang\u201d Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2 (dengan mild komplikasi dan komorbiditi) d. \u201cIII - Berat\u201d Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (dengan major komplikasi dan komorbiditi) B. TAHAPAN PENGAPLIKASIAN INA CBGS Aplikasi INA-CBGs merupakan salah satu perangkat entri data pasien yang digunakan untuk melakukan grouping tarif berdasarkan data yang berasal dari resume medis. Aplikasi INA-CBGs sudah terinstall dirumah sakit yang melayani peserta JKN, yang digunakan untuk JKN adalah INA-CBGs 4.0 Untuk menggunakan aplikasi INA-CBGs , rumah sakit sudah harus memiliki kode registrasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, selanjutnya akan dilakukan aktifasi software INA-CBGs setiap rumah sakit sesuai dengan kelas rumah sakit serta regionalisasinya. Bagi rumah sakit yang ingin melakukan aktifasi aplikasi INA- CBGs dapat mengunduh database rumah sakit sesuai dengan data rumah sakit di website buk.depkes.go.id. Proses entri data pasien ke dalam aplikasi INA-CBGs dilakukan setelah pasien selesai mendapat pelayanan di rumah sakit (setelah pasien pulang dari rumah sakit), data yang diperlukan berasal dari resume medis. Untuk menggunakan aplikasi INA CBG, rumah sakit harus memiliki kode registrasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh direktorat jenderal bina upaya kesehatan, dan melakukan aktifasi aplikasi ina-cbg sesuai dengan kelas rumah sakit serta regionalisasinya. File aktifasi aplikasi ina-cbg dapat diunduh pada website buk.depkes.go.id 216 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Aplikasi INA-CBG pertama kali dikembangkan dengan versi 1.5 yang berkembang sampai dengan saat ini menjadi versi 5.2 dengan pengembangan pada pada beberapa hal diantaranya: 1. Interface 2. Fitur 3. Grouper 4. Penambahan variable 5. Tarif INA-CBG 6. Modul Protokol Integrasi dengan SIMRS serta BPJS 7. Rancang bangun Pengumpulan data dari rumah sakit Data Center Kementerian Kesehatan RI Aplikasi E-Klaim v5 yang dimiliki oleh rumah sakit hanya bisa diakses oleh rumah sakit yang bersangkutan dan pihak lain tidak dapat mengakses untuk tujuan privasi dan keamanan data rumah sakit. Pada Aplikasi ini yang akan digunakan pada tahun 2016 telah mengalami perubahan yang cukup signifikan baik dari segi interface maupun rancang bangun alur pengiriman data. Aplikasi INA-CBG sampai saat ini telah digunakan oleh rumah sakit dan klinik yang melayani peserta Jaminan Kesehatan Nasional Tatacara input INA CBG\u2019s v 5 1. Setelah instalasi selesai, aktifkan xampp dengan cara klik kanan icon xampp, mohon module service tidak di checklist karena akan mengakibatkan grouper tidak berhasil. 2. Kemudian buka Browser yang ada di computer dan diketik pada alamat url : localhost\/eclaim , kemudian akan muncul tampilan seperti gambar dan masukkan username : inacbg , password : inacbg. \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 217","3. Klik Menu Coding\/Grouping, masukkan nomor Rekam Medik\/Nomor SEP\/ Nama apabila pasien lama, atau klik pasien baru bagi pasien yang baru pertama kali datang 4. Untuk Pasien baru, silahkan memasukkan data sesuai variable yang diminta sampai dengan proses grouping 218 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Pada update 5.2 apabila saat input pasien terdapat notifikasi seperti di atas, akan Terdeteksi duplikasi nomer rekam medis, dengan keterangan sebagai berikut : 1. Ya, apabila pasien tersebut akan digabung dengan nomor rekam medik yang telah ada, artinya pasien tersebut akan menggunakan nomer rekam medik pasien yang Sudah ada, pada gambar di atas berarti akan menggunakan nomor rekam medik dari 'TEST PASIEN' 2. Tidak, berarti petugas harus mengganti nomor rekam medik yang baru untuk pasien tersebut yang artinya akan terpisah. Adapun pada contoh ini pasien yang akan di input akan terpisah dengan pasien 5. Klaim baru Klik Klaim \u201cbaru\u201d Silakan diisi sesuai dengan permintaan, mohon perhatikan beberapa penambahan variabel seperti : a. Pada Rawat Jalan akan ada penambahan opsi \u201c reguler\u201d atau \u201ceksekutif\u201d hal ini untuk RS yg ada melayani rawat jalan pilih eksekutif b. Pada Rawat inap terdapat penambahan variabel \u201c ada rawat intensif\u201d dan juga keterangan mengenai \u201chari di perawatan intensif dan \u201c jam penggunakan ventilator\u201d variabel ini saat ini tidak akan berpengaruh terhadap tarif yang \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 219","dihasilkan, variabel bertujuan dalam pengumpulan data kasus intensif untuk proses updating selanjutnya. c. Pada Kasus Kronis terdapat penginputan nilai ADL pada fase \u201csubakut\u201d dan \u201cKronis 6. Pada Kasus Kronis terdapat penginputan nilai ADL pada fase \u201csubakut\u201d dan \u201cKronis\u201d 7. Pada tarif rumah sakit diminta untuk memberikan detail dari tarif rumah sakit sesuai dengan gambar berikut : 220 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","8. Setelah grouping selesai dilakukan, dapat dilihat pada keterangan Spesial CMG apabila pada kasus yang mendapat special CMG dapat diklik pada menu seperti gambar dan silakan dipilih \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 221","9. Setelah dilakukan pemilihan pada menu special CMG maka total tarif akan berubah sesuai dengan nilai special CMG yg didapatkan, setelah dinilai data sudah valid kemudian diklik \u201cfinal klaim\u201d 10. Setelah di klik final klaim, maka akan tampilan sebagai berikut 11. Setelah final terdapat pilihan untuk langsung mengirimkan data ke pusat data kementerian kesehatan dengan klik tombol kirim klaim online 222 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Apabila berhasil akan terdapat keterangan pada status data klaim terkirim. Beberapa Tambahan keterangan kode error : 223 1. X-0-94-X : GAGAL : DATA TIDAK LENGKAP Terjadi karena ada beberapa data input yang tidak memenuhi syarat seperti pengisian tarif rumah sakit dimana dibuat minimal adalah 15.000 (pada aplikasi versi 5) 2. X-0-97-X : GAGAL : FAILED : LISENSI EXPIRED Dijelaskan di Bab V nomer 6 3. X-0-98-X : GAGAL : FAILED : INVALID PARAMETER Dijelaskan pada Bab V nomor 6 \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V","11. Untuk mengirimkan data klaim secara online ke pusat data kementerian kesehatan silahkan klik \u201ckirim data online\u201d Pilih per tanggal keluar yang akan dikirim kemudian klik \u201ckirim klaim(online)\u201d Latihan Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan berikut! 1) Terdiri dari berapa digitkah kode INA CBG\u2019s? Jelaskan masing-masing digit tersebut! 2) Apa yang dimaksud dengan CMG\u2019s? Jelaskan! 3) Jelaskan secara singkat tahapan penginputan dalam aplikasi INA CBG\u2019s! Ringkasan 1. Struktur kode dalam INA CBG\u2019s terdiri atas empat digit. Digit ke-1 merupakan CMG (Casemix Main Groups), Digit ke-2 merupakan tipe kasus, Digit ke-3 merupakan spesifik CBG kasus dan Digit ke-4 berupa angka romawi merupakan severity level 2. Aplikasi INA-CBG pertama kali dikembangkan dengan versi 1.5 yang berkembang sampai dengan saat ini menjadi versi 5.2 dengan pengembangan pada beberapa hal di antaranya : Interface, Fitur, Grouper, Penambahan variable, Tarif INA-CBG, Modul Protokol Integrasi dengan SIMRS serta BPJS dan Rancang bangun Pengumpulan data dari rumah sakit Data Center 224 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Tes 3 Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1) Dasar pengelompokkan dalam INA CBG\u2019s menggunakan sistem kodifikasi dari diagnosa akhir dan tindakan\/prosedur yang menjadi output pelayanan yang dibagi dalam 4 group. Menunjukkan apakah sub-group ke-4 dalam kode INA CBG\u2019s ? A. Casemix Main Groups (CMG) B. Severity Level C. Spesifik CMG D. Spesifik CBG E. Tipe kasus 2) Contoh kasus pasien dengan masuk rawat inap karena jatuh di kamar mandi, setelah dilakukan pemeriksaan CT Scant pasien didiagnosa cerebral hemorrhage. Pasien diketahui memiliki riwayat hypertensi dan tidak rutin minum obat. Selama di RS dilakukan operasi craniotomy. Sub group kedua dalam program INA CBG\u2019s menunjukkan tipe kasus, maka pada kasus Pasien ini dikategorikan sebagai tipe kasus\u2026. A. Prosedur Rawat Inap B. Rawat Inap Bukan Prosedur C. Rawat Jalan Bukan Prosedur D. Prosedur Besar Rawat Jalan E. Prosedur Signifikan Rawat Jalan 3) Struktur kode dalam INA CBG\u2019s terdiri dari 4 kode. Severity of illness adalah menujukkan tingkat keparahan penyakit pasien. Digit yang menunjukkan spesifik CBG kasus adalah\u2026. A. Digit I B. Digit II C. Digit III D. Digit IV E. Digit V \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 225","4) Untuk menggunakan aplikasi INA-CBGs , rumah sakit sudah harus memiliki kode \u2026\u2026\u2026\u2026\u2026 rumah sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, selanjutnya akan dilakukan aktifasi software INA-CBGs setiap rumah sakit sesuai dengan kelas rumah sakit serta regionalisasinya. Kode yang dimaksud adalah\u2026. A. INA CBG\u2019s B. Registrasi C. Akreditasi D. Verifikasi E. SEP 5) Aplikasi INA CBG\u2019s mulai dari versi 4.0 sampai saat ini telah beberapa kali melalui proses pembaharuan dan perubahan. Versi INA CBG\u2019s yang saat ini digunakan adalah\u2026. A. Versi 4.1. B. Versi 4.2. C. Versi 5.0. D. Versi 5.1. E. Versi 5.2. 226 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Kunci Jawaban Tes Test Formatif 1 1) B. 2) C. 3) A. 4) D. 5) D. Test Formatif 2 1) B 2) D. 3) A. 4) A. 5) B. Test Formatif 3 1) B. 2) A. 3) C. 4) B. 5) E. \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 227","Glosarium BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial INA CBG\u2019s : Indonesian Case Based Group INA DRG : Indonesian Diagnosa Related Group JKN : Jaminan Kesehatan Nasional 228 Manajemen Informasi Kesehatan V \uf06e","Daftar Pustaka Permenkes RI No. 76 Tahun 2016 tentang Pedoman INA-CBGs pada Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Permenkes RI No. 27 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (INA CBG\u2019s). Petunjuk Teknis E-Klaim INA-CBG 5.2, Kementerian Kesehatan, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, National Casemix Center, 2017. Naga, dr. Mayang Anggraini. (2013). Buku Kerja Praktik Pengkodean Klinis Berdasarkan Rules dan Konvensi ICD-10, WHO. World Health Organization. (2014). ICD-10. World Health Organization, ICD-10, Volume 2 : Instruction Manual, Geneva. \uf06e Manajemen Informasi Kesehatan V 229",""]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook