["tuanya dan memberikannya sesuatu. Ibuku juga berbicara kepada temanku sembari memberikan selembar foto kami berdua, yang nyatanya hanya muncul wajah dan sosoknya. Lokananta dalam Tabir Delusi | 91","Berpihak Karya : Zefanya Mahendra R. 19 Oktober 2021 ku tulis cerita singkat ini di tengah malam yang ditemani oleh percikan air dari depan rumah. Terdiam didepan layar kaca yang menampilkan segalanya, ditemani dengan merdunya suara jam yang berdetik. Ku jelaskan secara singkat apa yang terjadi. Suatu aktivitas tak terlihat yang mengganggu tidur indahku selama ini. Semua dimulai ketika Ayah menemukan buku tua dibalik tembok kamar yang bertuliskan \u201cPIHAK\u201d. Tidak ada yang tahu apa yang dimaksudkan namun hal tersebut membuat sekeluarga merasa tidak nyaman. Mengingat ingat kembali setiap malam selalu terganggu oleh hawa dingin dan perasaan di awasi. Ku lihat jam dinding yang menunjukan pukul 9 malam, ketika buku di buka hawa dingin keluar dari buku, apa yang terjadi tidak ada seorang pun yang tahu. Suara air keluar dari keran kamar mandi ditemani suara decitan pintu yang terbuka dari luar. \u201cSiapa itu\u201d dalam pikirku, semua orang rumah ada di kamar memberanikan diri aku keluar dari kamar untuk melihat. \u201cTidak ada siapapun di luar namun pintu depan terbuka\u201d, kataku. \u201cTass.\u201d Ada suara benda pecah dari arah dapur. Siapa yang ke dapur?, Ayah, Ibu?\u201d tidak ada jawaban lalu aku memasuki dapur untuk memeriksa apa yang terjadi. Terlihat ada gelas 92 | Lokananta dalam Tabir Delusi","pecah dan genangan darah yang cukup besar untuk menutupi microwave di lantai. Aku terdiam ketakutan seluruh tubuhku tidak dapat digerakan tidak ada suara sedikitpun yang bisa keluar. Seketika suasana yang sejak lama hening di patahkan oleh suara teriakan Kakak-ku yang berada di kamar bersama Ayah dan Ibu. Dengan ketakutan aku berlari untuk memeriksa namun tiba tiba ketika menuruni tangga aku merasa ada yang mendorongku sehingga aku jatuh dari tangga dan pingsan. Tidak ada yang ku ketahui tentang kejadian tadi malam. Kenapa ada teriakan Kakak dari kamar dan bagaimana aku jatuh, siapa yang mendorongku? Tidak ada orang yang bisa menjawab itu karena saat itu rumah terlihat sangat gelap. Ketika aku bangun dari pingsan aku berada di kamarku ditemani dengan Orang tua ku yang nampak khawatir. Aneh pikirku karena aku melihat kenapa ada seorang pendeta tua disini, nampak ia menggunakan salib sebagai kalungnya dan memegang sebuah kitab sambil mengatakan sesuatu kearahku. Apa yang terjadi? Tidak ada suara yang dapat menjawab pertanyaan ku itu. Biarlah apa yang terjadi malam itu yang pasti aku menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah. (Kreekkk) Decitan pintu dengan gembok dan rantai hitam dengan bercak darah disekitarnya. Lokananta dalam Tabir Delusi | 93","MIPA 3 Sebuah Kesetiaan Karya : Bagas Dwi Ardianto Aku termenung sambil memoles pedangku yang telah usai kugunakan, sambil menata barang untuk pergi menuju tempat yang harus kulindungi. Aku adalah salah satu kesatria suci, tugasku adalah melindungi dan membantu orang-orang mempertahankan desanya dari serangan orang-orang serakah yang ingin menguasai seluruh dunia demi memuaskan hasrat dan kekayaan mereka sendiri. Tepat hari ini, aku akan pergi ke desa Deusch, aku mendengar banyak yang mengatakan bahwa disana orang-orangnya adalah orang yang setia dan tangguh. Saat aku akan pergi, salah satu anak buahku menyuruhku untuk menghadap komandan tertinggi, tetapi aku tak menghiraukannya dan langsung saja pergi kedesa itu dengan cepat. Perjalanan yang panjangpun berlalu, dan akhrnya aku tiba di desa itu. Disana aku disambut dengan hangat, banyak makanan dan minuman yang disediakan dan tentu saja banyak prajurit desa itu yang siap mempertahankan desa itu sepenuh hati, mereka terlihat tidak takut dan gentar. Keesokan harinya tibalah saat dimana peperangan dimulai kami berperang sangat sengit dan kewelahan karena kami kalah jumlah. Disaat ada anak panah yang mengarah ke aku, ada seseorang prajurit tua yang 94 | Lokananta dalam Tabir Delusi","menyelamatkan ku dan berkata \u201cjangan melamun ini medan peperangan!\u201d Perangpun telah usai dengan kemenangan dipihak kami, meskipun warga dan prajurit luka-luka mereka tetap bisa tertawa, hal ini membuat ku ikut bahagia. Keesokan harinya akupun pergi dari desa itu dan melapor kepada komandan. \u201clapor misi untuk mempertahankan desa bersama dengan para warga desa dan prajurit telah selesai.\u201d Disaat aku berkata demikian komandanku terkejut dan memberitahuku, bahwa misiku sebenarnya adalah melawan pasukan musuh sendirian dan mempertahankan desa itu, karena warga dan prajurit yang ada dan tinggal di sana sudah meninggal karena desanya dibakar habis oleh pasukan musuh. Aku yang tidak percaya langsung pergi ke desa itu, dan benar desanya sudah hangus dan banyak mayat yang hangus akibat terbakar, aku pun teringat dengan julukan desa Deusch \u201cdesa yang setia dan tangguh\u201d mereka tidak ingin aku melawan musuh sendirian, bahkan ketika sudah menjadi roh pun mereka masih ingin mempertahankan desanya. Lokananta dalam Tabir Delusi | 95","Sudut Cinta Karya : Bridgets Queen Berada sendiri di sudut ruangan itu, Rudi yang sedang menunggu obat ibunya pada saat sore hari di sebuah rumah sakit. Dia duduk meyendiri sambil bermain ponselnya dan menonton tv yang ada di dinding ruangan itu. Ibunya sedang sakit keras yang menyebabkan dia harus menemani sendiri ibu tersayangnya itu, karena Rudi ialah seorang anak tunggal yang sudah ditinggal ayahnya beberapa tahun silam. Malam hari semakin dekat. Matahari yang berada di barat akan terlelap sebentar dan digantikan oleh bulan. Di kesendiriannya Rudi ingat akan kekasih hatinya yang berada dirumah. Dia memberi suatu pesan dari media sosialnya itu kepada jantung hatinya. Dia rindu akan pasangannga itu. Sambil Rudi mengabari kekasihnya itu, Ia membuka galeri ponselnya dan melihat foto dan video si cantiknya itu. Rudi berharap kekasih hatinya itu dapat menemani dia di rumah sakit, namun apalah daya itu sebuah hal yang tidak mungkin. Waktu berangsur-angsur berlalu, namun pacarnya itu tidak juga menjawab pesan yang diberikan oleh Rudi. Rudi merasa khawatir akan pasangannya itu. Dia bingung harus mencari kemana wanitanya itu. Jarum jam sudah berada di angka 11. 96 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Suasana malam itu semakin gelap dan wanitanya tak kunjung memberi kabar. Tidak lama kemudian, suasana malam itu tiba- tiba mencekam. Terdengar suara langkah kaki dari arah barat yang mulai mendekati Rudi. Di sepinya malam itu, Rudi berkeringat ketakutan karena Dia menyangka bahwa itu adalah hantu. Suara itu semakin dekat dan semakin keras. Namun, Rudi memberanikan diri mendekati suara itu. \\\"Rud!!\\\" Teriak kekasih hatinya itu kepada Rudi. Rudi sontak kaget dan hampir pingsan. Rudi terkejut bahwa si cantiknya ada disitu menghampirinya. Ternyata tidak adanya kabar dari kekasih hatinya tadi, adalah salah satu tanda berangkatnya wanita itu menuju rumah sakit dan menemani Rudi. Lokananta dalam Tabir Delusi | 97","Pria Manis Bertopi Hitam Karya : Cezealia Sarichristanti Matahari mulai tenggelam, sendiri aku duduk di halte bus di seberang tempat kerjaku. Tanpa kusadari pandanganku sudah tearah kepada pria tinggi memakai topi hitam yang berdiri diseberang jalan. Pria itu menengok ke arahku dan tersenyum. Wajahnya yang manis tersenyum ke arahku membuat jantungku berdebar. Bis sudah tiba akupun melangkah masuk dan pulang. Keesokannya, seusai kerja aku bersama dengan rekan kerjaku pergi ke restoran diujung jalan. Kulihat pria berdiri di halte seberang jalan sambil memegang topinya. Aku bertanya kepada rekanku siapa gerangan pria itu, dan ternyata dia juga orang kantor di divisi yang berbeda yang dirumorkan tampan namun orang yang dingin. Pria itu membuatku penasaran dan ingin mengenalnya. Pada hari berikutnya, suasana kantor sangat meriah membuatku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Kulihat surat undangan diatas mejaku, ternyata ada kabar bahagia bosku yang tampan akan segera berkeluarga. Kubaca undangan itu, tersentak \\\" ...Pria topi hitam dan.... pak bos?!\\\". Teriakku hingga semua orang menatapku. 98 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Jalannya Pendidikan Daring Karya : Daniel Guntoro Satu setengah tahun aku sudah menjalani pendidikan secara daring ini. Aku berharap dapat bersekolah secara tatap muka kembali. Asam garam macam-macam sudah kurasakan selama melaksanakan pembelajaran secara daring. Banyak hambatan menghalangiku selama pelaksanaan daring, seperti kamera tidak menyala, koneksi internet buruk, dan masih banyak lagi. Namun aku bersyukur masih dapat bersekolah walau harus dilaksanakan secara daring. Aku melaksanakan pembelajaran di rumah yang dapat diawasi orang tua. Aku yakin bila hidupku benar, dan jujur dalam mengerjakan tugas yang ada, hidupku pasti diberkati Tuhan, dan diberi kemudahan untuk menyelesaikan semua tugas. Setiap bulan aku menerima laporan nilai bulanan, dengan beberapa nilai yang kurang memuaskan. Aku berharap dapat memperbaiki nilai-nilai yang kurang dengan tepat waktu. Sore itu aku berusaha untuk menyelesaikan semua tanggungan yang ada. Orang tua menasihatiku untuk selalu mengumpulkan tugas tepat waktu. \u201cNak, belajarlah mengatur waktumu, lebih baik susah diawal, daripada kewalahan di akhir.\u201d kata ibuku. Aku berusaha mengerjakan tugas semampu-mampunya, hingga akhirnya menyelesaikan semua tanggunganku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 99","\u201cusaha tidak akan mengkhianati hasil\u201d kataku sambil membereskan buku. Saking stress memikirkan tanggungan yang begitu banyak, sampai-sampai bukuku tercecer dimana-mana. Dengan lelah, hingga berkeringat kubereskan semua buku yang tercecer di mana-mana ke dalam lemari. Saat ujian, aku berdoa dan terus berusaha belajar dengan giat, untuk meraih hasil terbaik. Tiba saat ujian, kepalaku pusing memikirkan soal-soal ujian yang diberikan oleh sekolah. Berbagai macam tingkat kesulitan soal aku kerjakan dengan hati-hati, dan teliti. Aku mengerjakan soal yang termudah dahulu, dan menyelesaikan soal yang susah dengan berpikir keras hingga menyelesaikan semua soal tanpa sisa. Perkiraan nilai ujian yang kuperoleh akan maksimal semua. Namun terkadang ujian yang dilaksanakan secara daring sangat merugikanku. Banyak kendala terjadi pada saat ujian berlangsung, mulai dari tidak dapat membuka soal, hingga tidak dapat melanjutkan soal berikutnya. \u201cPak, ini mengapa saya tidak dapat melanjutkan ke soal nomor berikutnya.\u201d aku bertanya kepada guru mapel matematika. \u201dMungkin jaringanmu bermasalah, coba kamu refresh ujiannya\\\" jawab guru mapel matematika. Setelah dicoba ternyata dapat berganti ke soal berikutnya, namun aku harus menerima konsekuensi dengan waktu yang berkurang banyak. Mengerjakan semua soal dengan terburu-buru hingga lupa beristirahat. Aku hanya dapat berserah 100 | Lokananta dalam Tabir Delusi","kepada Tuhan, dan berharap mendapatkan nilai yang memuaskan. Ketika hasil ujian di umumkan aku merasa lega walaupun ada beberapa nilai mata pelajaran yang kurang memuaskan. Bagiku kejujuran adalah nomor satu, mengenai nilai masih dapat diperbaiki. Yang terpenting hasil ujianku adalah hasil kerja kerasku sendiri. Lokananta dalam Tabir Delusi | 101","Sabun Cair Ungu Karya : Elisa Marianne Wawo Tawa Petang ini ketika aku ingin mandi lagi, terdapat 2 botol sabun cair yang sama di kamar mandi. Satu yang masih disegel dan yang satunya sudah tidak disegel dan sisa sedikit. Aku berfikir bahwa ibu membeli lagi karena ibu sangat suka dengan sabun baru ini. Lalu aku mandi dan aku memakai sabun cair ungu yang sudah tidak tersegel. Kupakaikan juga di wajahku namun terasa sedikit perih. Sudah 2 hari ini aku merasa tubuhku sangat harum karena sabun cair ungu itu. Ibu memang terbaik untuk memilih sabun mandi. Sekarang aku sedang makan malam bersama keluargaku di meja makan. Makanan yang ibu masak banyak yang berkuah dan tumpah di lantai. Ibupun menyuruh adik untuk mengambil pel dan cairan pembersih lantai untuk membersihkan kuah makanan yang terjatuh di lantai. Saat adik kembali ke ruang makan dia membawa pel juga ember berisi air dan botol sabun cair ungu yang baru itu. Dengan perlahan adik menumpahkan sabun cair ungu itu ke lantai dan mulai membersihkan dengan menggunakan pel. Lalu aku bertanya kepada ibu \\\"ibu,bukankah yang diambil adik itu sabun mandi bu?\\\" lalu ibu menjawab ku \\\"oh tidak nak, itu benar cairan pembersih lantai yang ibu 102 | Lokananta dalam Tabir Delusi","maksud\\\" dengan terkejut dan masih tidak percaya aku lalu bertanya kembali kepada ibu \\\"lalu mengapa ibu menaruh cairan itu kedalam botol sabun mandi?\\\",\\\"kalau soal itu, kemarin sabun mandi kalian sudah habis jadi ibu menaruh cairan pembersih lantai itu ke dalamnya agar botolnya masih bisa terpakai lagi\\\" jawab ibuku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 103","Azizah Karya : Febian Dwika \\\"Ayo Bian, kamu pasti bisa!\\\" seru ayah ketika pertama kali mendorongku naik ke genteng untuk mengambil buah mangga yang pas berada di atas genteng samping rumah. Kata-kata itu terus terngiang di telingaku hingga kini, kala ada hal yang harus kulakukan. Mengadu nyali, memberangus rasa pengecut. Menjadikan jiwaku menjadi sosok yang tanpa takut. Seperti malam ini, kukumpulkan keberanian menyatu di aliran darah. Tekad membulat, harus bisa menyelesaikan satu PR yang terbengkalai sejak lama. Menyatakan cinta pada Azizah, tetangga lima langkah dari rumahku. 104 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Kehilangan Karya : Gracethania Aurellya H. Pagi hari ini sungguh cerah, seperti biasa aku membuat makanan untuk satu\\\" nya keluarga yang kini kupunya yakni adikku. Aku sangat sayang padanya, begitupun sebaliknya. Kami selalu berangkat ke sekolah bersama-sama. Setibanya disekolah kami dikejutkan dengan berita yang terpampang di mading sekolah. Terdapat tragedi pembunuhan berantai pada siswa siswi sekolah. Dan anehnya mereka merupakan murid-murid yang suka membully dan aku salah satu korbannya. Bel sudah berbunyi, aku pulang ke rumah bersama adikku dengan dipenuhi rasa takut dan khawatir akan keselamatan kami. Kuhanya bisa berdoa dalam hati \\\"Tuhan...kumohon lindungilah kami.\\\" Keesokannya di sekolah, seperti biasa aku terbully oleh teman sekolahku karena aku bisa dibilang murid yang pintar di kelas. Aku memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian ini kepada adikku. Namun tanpa aku sadari ternyata adikku telah melihat kejadian yang menimpa aku saat itu. Sesudah pulang sekolah, adikku meminta ijin untuk pergi kerja kelompok bersama temannya dan pulang agak larut malam. Keesokan paginya di sekolah, kami dikejutkan dengan berita pembunuhan berantai itu lagi dan korbannya anak yang membully aku kemarin. Aku menjadi sangat khawatir terutama kepada adikku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 105","Di akhir pekan ini aku memutuskan untuk dirumah saja bersama adikku karena pembunuh berantai itu masih dikabarkan berkeliaran disekitar daerah ini. Aku berniat untuk memasak namun setelah kuperiksa semua bahan makanan sudah habis, sehingga aku harus membeli beberapa persediaan bahan makanan. \\\"dek, kamu di rumah aja ya kakak mau pergi sebentar membeli persediaan makanan\\\", ucapku. \\\"baik kak\\\", kata adikku. Sesudah membeli persediaan makanan aku memutuskan untuk langsung pulang karena aku khawatir terhadap keselamatan adikku. \\\"Titt tutt titt tutt...\\\" \\\"suara apa itu? hah polisi?\\\", ujarku. Aku menangis karena melihat tangan adikku diborgol dan mengucapkan salam perpisahan kepadaku. 106 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Permainan Terakhir Karya : Immanuel Caecilio Satrio Wibowo Malam itu, Aku menemukan diriku berada di sebuah ruangan, duduk di depan meja dengan papan catur, bersama seorang pria tua dengan wajah tidak bahagia duduk di seberangku. Dia segera mengambil lilin, meletakkannya di atas meja, kemudian memulai permainan catur dengan menggerakkan pion putih 1 kotak ke depan. Aku tidak tahu mengapa Ia meletakkan lilin itu. Aku melihat bahwa lampu di atas langit-langit masih menyala. Tanpa pikir panjang aku langsung melanjutkan permainan. Tetapi segera menjadi jelas mengapa pria tua itu tampak sangat tidak senang adalah karena perang yang sedang terjadi di luar sana. Rudal meledak di sekitar rumah, ruangan bergetar dan listrik padam. Segera Ia menyalakan lilin, dan kami terus bermain. Saat permainan hampir berakhir, pria itu memegang tanganku dan berkata, \u201cNak, semuanya akan baik-baik saja.\u201d Tidak ada jalan keluar sekarang, aku telah menerima nasib ini, dan bermain catur dengan orang yang aku cintai adalah bagian terakhir dari normalitas yang aku jalani di dunia yang dipenuhi ketakutan. Lokananta dalam Tabir Delusi | 107","Gang yang Suram Karya : Jessica Cynthia Setiap hari aku selalu melewati jalan yang sepi setiap pulang sekolah. Rasanya menyeramkan setiap aku melewati jalan itu apalagi gang gelap itu, sangat mengerikan. Aku sering mendengar cerita tentang jalan-jalan seperti itu, biasanya berlatar horor. Aku sangat takut untuk melewati jalan itu. Sebelumnya aku pernah mencoba jalan lain untuk pulang tapi akhirnya aku sampai rumah terlambat. Jalan itu sangat jauh jadi aku harus tetap lewat jalan sepi itu, itu menyeramkan. Aku sering mendengar suara-suara di sana, itu sangat mengerikan. Teman-teman ku selalu menceritakan cerita horor tentang jalan itu, dan aku semakin takut untuk lewat jalan itu. Hari ini aku pulang sore dan jalan sepi ini semakin menyeramkan, aku mendengar suara-suara menyeramkan itu lagi. Aku memutuskan untuk mengecek gang itu, walau aku takut tapi jika aku tidak mengeceknya aku akan gila karena penasaran. Di dalam gang aku melihat banyak orang di gang itu, ternyata gang ini sangat ramai tapi cahayanya remang- remang. Aku berjalan semakin dalam dan jalan ini semakin ramai dan berdesakan. Aku memutuskan untuk kembali karena gang itu ternyata ada banyak orang. Saat di rumah aku melihat bendera kuning di 108 | Lokananta dalam Tabir Delusi","depan rumahku, aku masuk dan melihat diriku di sana dengan baju penuh darah, dan orang tuaku berada di samping tubuh ku dan menangis. Lokananta dalam Tabir Delusi | 109","Jati Diri Yang Terlupakan Karya : Jessica Sebastian Aku selalu berada di gang kecil ini, yang disinari oleh lampu. Yang aku tahu mengenai diriku adalah aku memiliki badan yang besar dan kekar. Semua makhluk hidup takut padaku, mereka menyembah aku. Makanan terbaik selalu datang padaku. Mereka pun membersihkan tempat tinggalku. Harga diriku mulai memuncak. Akulah raja di tempat ini yang memiliki dua gigi besar, lebih dari yang lain. Suatu saat penerangan di gang ini redup dan mati. Gelap gulita menyelimuti tempat ini. Mereka yang takut padaku, sekarang menginjak-injak aku. Aku mencari alasan dibalik semua itu, dan menemukannya. Kenyataan menghantamku bahwa aku adalah seekor tikus got. 110 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Bento Karya : Jevon Febriano Semenjak kepergian ibuku ke surga, ayah selalu berusaha untuk mencari penggantinya. Ketika ayah memperkenalkan Enzy sebagai pengganti ibuku, sontak darahku mendidih \u201cKenapa?!! Kenapa?!! Kenapa ayah mengkhianati Ibu?!!!\u201d Bentakku seraya masuk ke kamar. Perlakuan Enzy yang selalu menyiapkanku bento sebelum berangkat sekolah, persis seperti yang dilakukan oleh mendiang Ibuku. Dan itu membuatku muak. Entah mengapa senyuman Enzy yang kulihat setiap pagi semakin mengingatkanku dengan Ibu, jengkel rasanya hati ini mengingat sosok ibu digantikan dengannya. Kuambil bento diatas meja dan mulai berjalan menuju sekolah, kali ini akan kubuang bento buatan Enzy agar lega hatiku. Sesampainya di sekolah, ketika jam istirahat perutku bergemuruh sangat keras sampai malu aku dibuatnya. Mendengar suara gaduh dari perutku Siti sebagai teman sebangku langsung membagikan bentonya kepadaku. Kaget setengah mati aku melihat isi bento yang sama persis dengan buatan Enzy, \u201cDimana kamu membeli bento ini??!!\u201d Tanyaku. \u201cSebenarnya aku tidak membeli bento ini. Aku menemukannya di tepi jalan,\u201d jawab Siti dengan berlinang air mata. \u201cIbuku sakit kanker dan Lokananta dalam Tabir Delusi | 111","membutuhkan biaya pengobatan yang besar, sehingga aku harus menghemat uang saku untuk membantu biaya pengobatan Ibuku,\u201d lanjutnya. Sontak hal itu membuatku tersadar akan kelakuan burukku kepada Enzy selama ini. Semenjak itu aku berusaha untuk menerima Enzy menjadi bagian dalam keluargaku dan menyadarkanku bahwa masih banyak orang yang memerlukan dan menghargai makanan. 112 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Panik Karya : Kalistus Rakapaksi A. Pulang dari sekolah dengan membawa tas yang berat berisi buku pelajaran, aku menuju ke rumahku dari kejauhan kudengar bunyi sirene meraung raung. Betapa terkejutnya aku melihat orang orang berhamburan keluar rumah yang dekat denganku semua orang mengarahkan kepala, main tengok tengokan ke arah salah satu rumah warga Aku hanya melihat sepintas. Tidak ada waktu berpikir panjang. Tidak ada penghuni duduk duduk santai, cepat ku bawa seember penuh air. Aduk....,airnya tumpah. Bunyi teriakan warga mulai semakin keras.Panik sungguh teramat panik. Apa yang harus ku lakukan?pikirku dalam hati. Apakah api itu akan padam atau menjalar ke rumah rumah?Pikiranku hanya satu yaitu segera memadamkan api itu. Kuusakan untuk tetap tenang dan membantu warga memadamkan api. Pak, ayo kita bantu untuk memadamkan api itu. Aku dengan sekuat tenaga mengambil air untuk memadamkan api tersebut sambil menyalurkan ember berisi air, dengan sangat lamban akibat tanganku bergetar karena panik, dengan tangan bergetar aku menyalurkan air itu ke warga. Lokananta dalam Tabir Delusi | 113","Kembaran Temanku Karya : Karina Anggraini Tiga hari yang lalu adalah awal libur sekolah. Hari ini dua dari tiga teman sekamarku akan kembali ke kampung halamannya, sehingga tinggallah aku dan satu teman lainnya. Malam ini aku dan temanku yang tinggal, kami makan malam bersama. Tapi karena hari ini aku lelah setelah membantu dua temanku untuk merapikan barang-barang yang akan mereka bawa, jadi aku tidur lebih awal setelah makan malam sekitar pukul 19.30 WIB. Tengah malam aku terbangun dan turun dari kasur tingkatku karena ingin mengambil air minum, tapi ketika aku keluar kamar tiba-tiba aku melihat sosok yang persis seperti temanku berdiri hanya dengan pakaian dalamnya saja. Aku pun menyuruhnya untuk segera mandi, namun dia tidak menghiraukannya. Setelah minum aku pun segera melanjutkan tidurku. Kemudian aku menyadari ada sesuatu yang berisik di bawah tempat tidurku. Aku menduga temankulah yang membuka laci dan mencari sesuatu di sana. Menyadari sesuatu terus mengeluarkan suara berisik dari laci, aku pun mengintip dari atas tempat tidur. Pada saat itulah aku melihat temanku berdiri sambil memakan permennya. Tiba-tiba temanku mendekat ke arah ranjangnya dan menaiki tempat 114 | Lokananta dalam Tabir Delusi","tidurnya dengan hentakkan kaki yang berisik. Setelah itu, aku melihat temanku turun kembali dari tempat tidurnya dan kembali menikmati permennya. Keesokan harinya aku membuka telepon genggamku dan melihat ada pesan masuk berisi ,\u201cmaaf tidak memberitahumu karena, aku tidak tega untuk membangunkanmu. Semalam ternyata orang tuaku datang lebih awal, jadi selang lima belas menit kau tidur aku sudah pergi meninggalkan asrama dan dirimu di kamar sendiri.\u201d Lokananta dalam Tabir Delusi | 115","Maut Di Depan Mata Karya : Kevin Rafferta Hartono Kutatap dari jauh ketika peti mati dimasukkan ke liang lahat. Hatiku tak bisa dikatakan betapa rasanya seperti mimpi disambar petir. Kata-kata terkunci di ujung lidah. Air mata semakin mengalir deras. Peti mati jenazah suamiku diturunkan. Baru sebulan lalu aku bahagia dinikahi dirinya, suami dari teman baikku yang meninggal karena kanker. Tommy adalah cinta pertamaku tapi aku tidak berjodoh dengannya dan memilih menikah dengan Burhan yang lebih mapan kehidupannya saat itu walau sebenarnya hatiku ada pada Tommy. Aku pulang ke rumah diliputi rasa galau. Tatapan mata sinis dari orang-orang dan keluarga baruku, dua anaknya Tommy dan dua anakku sendiri bahwa aku adalah pembunuh suamiku dalam senyap. Ya, suamiku meninggal setelah tak lama menikah denganku. Kulihat tahi lalat yang ada di bahu kiri, percaya atau tidak akulah pembawa sial bukan virus covid 19. 116 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Empat Sahabat Dungu Karya : Novensius Kristanto Berkisah disebuah kota metropolitan, hiduplah 4 orang sahabat dungu yang bernama Ando, Bejo, Lita, dan Yuli. Andro dan Lita bekerja dirumah seorang kaya yang hartanya tebal bagaikan buku. Andro bekerja sebagai sopir dan tukang kebun, sedangkan Lita bekerja sebagai pembantu rumah tangga juga pengasuh anak. Berbeda nasib dengan mereka berdua, Bejo dan Yuli adalah orang yang menjadi bos di dua perusahaan besar pimpinan mereka masing-masing. Bejo memimpin sebuah perusahaan makanan dan Yuli pemimpin perusahaan minuman. Perbedaan nasib tersebut tidak membuat persahabatan mereka meluntur. Mereka saling mendukung satu sama lain dan bekerja sangat giat demi kebutuhan hidupnya. Suatu hari Lita dan Andro mengikuti juragannya ke sebuah kafe untuk rapat perusahaannya. Si juragan menceritakan kepada teman rapatnya betapa bodohnya Lita dan Andro. Tidak lama kemudian, dipanggilah mereka berdua. Juragan menyuruh Lita dan Andro untuk mengecek apakah juragan ada dirumah. Mereka pun mengikuti perintahnya. Bos dan temannya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku mereka berdua. Di sisi lain, Bejo dan Lita berbincang juga tentang kebodohan si juragan, tentang bagaimana bisa juragan menyuruh Bejo dan Lita untuk Lokananta dalam Tabir Delusi | 117","mengecek apakah dia ada dirumah atau tidak, sedangkan si juragan ada disini? Mereka berempat sibuk membicarakan kebodohan masing-masing. Berbeda cerita di kehidupan kaya Bejo dan Yuli. Suatu hari, Bejo pergi ke perusahaan Yuli dan mengajaknya makan siang. Ruang kantor Yuli berada di lantai tiga puluh dan Bejo harus menaiki tangga untuk sampai kesana karena lift yang akan digunakan sedang dilakukan perbaikan. Naiklah Bejo menuju tempat sahabatnya itu. Saat bertemu sahabatnya itu mereka berdua langsung turun dari lantai tiga puluh ke lantai satu. Sepanjang lantai Yuli bercerita tentang dua sahabat yang akan makan siang di sebuah kantor dan harus menuruni tangga dari lantai tiga puluh ke lantai satu. Yuli bercerita juga bahwa salah satu sahabat itu melupakan kunci ruang kerjanya dan baru sadar pada saat di lantai satu sehingga mereka harus kembali keatas mengambil kunci tersebut. Bejo yang mendengar cerita itu berpikir bahwa kedua sahabat itu mirip dengan mereka berdua. Lalu Bejo bertanya kepada Yuli tentang kebenaran cerita itu. Yuli tertawa terbahak-bahak dan berkata kepada Bejo bahwa tokoh dicerita itu memang mereka berdua. 118 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Yuna Karya : Ola Christiana S. Akhirnya setelah 15 menit menunggu, Yuna muncul dihadapanku. Hampir saja aku pulang meninggalkan taman. Wajah cemberutku sudah kutampakkan di depan Yuna. Yuna yang terlihat kelelahan mencoba menggodaku agar tidak marah. Tanpa butuh waktu lama, Yuna bisa mengubah wajahku menjadi senyum. Melihatku mulai tersenyum, Yuna menarik tanganku dan pergi ke danau di tengah taman. Kami mengelilingi danau sambil sesekali memberi makan ikan yang ada di sana. Setelah turun dari kapal, tanpa kusadari Yuna sudah berlari meninggalkanku. Aku dengan segera mengejar Yuna yang sudah jauh di depan. Aku berlari sampai di depan jalan raya, tapi tidak melihat Yuna. Ku pandangi jalan yang ramai dengan mobil yang sedang berlalu-lalang. Tiba-tiba Yuna mengejutkanku dari belakang dan meminta untuk pulang. Aku pun mengiyakan ajakan Yuna. Sesampainya di rumah, aku melambaikan tangan kepada Yuna yang berdiri di depan pagar. Yuna mulai berjalan meninggalkan rumahku. Setelah Yuna tidak terlihat lagi dari pandanganku, aku masuk ke kamar. Ku ambil foto kami berdua di atas meja. Air mata mulai mengalir melewati pipiku. \u201cYuna, aku sering kesepian sejak dua tahun lalu.\u201d Lokananta dalam Tabir Delusi | 119","Uji Kreatifitas Dari Sang Ayah Karya : Victor Dwi Octavian Tjahjono Seorang ayah yang bijaksana memiliki 3 putra. Sang ayah mencoba menguji cepat tanggap mereka dalam dunia kerja. Suatu hari sang ayah memanggil ketiga putranya dan menyediakan masing-masing setengah gelas air di meja. \u201cAnak-anakku, di sini ayah menyediakan buat kalian masing-masing setengah gelas air, beri ayah jawaban apa yang akan kalian lakukan untuk mendapatkan uang... Nanti sore ayah tunggu jawabannya.\u201d Anak pertama memandang air itu dan berpikir ini kurang sempurna, ditambah air lagi dan ditambahkan es batu, dia berhasil menjual segelas air es dengan harga 1000 rupiah. Anak kedua berpikir, mengapa Cuma air putih? Dia menambahkan sirup, dan berhasil menjualnya 2500 rupiah. Anak ketiga melihat kedua hal tersebut, dan dia mendapatkan kolaborasi ide. Si bungsu menambahkan sirup dan es batu di gelasnya, alhasil dia mendapatkan uang 6000 rupiah. Hasil yang didapat dari gabungan ide kakak-kakaknya. Pada sore harinya, mereka berkumpul dan menyerahkan jawaban kepada ayah mereka. Sang ayah cukup puas dengan anak-anaknya terutama ayah sangat bangga pada si bungsu yang kreatif. 120 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Gila Bola Karya : Vincent Sutedja Pagi yang indah ditemani rintik-rintik hujan, aku segera bangun dan merapikan kamarku. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi. Sambil tergesa-gesa aku memakai baju sekolahku dan segera berlari ke arah ayah yang sudah menunggu keberangkatanku. Sambil berlari ayah menatapku dengan raut wajah yang sedikit tidak mengenakan. Aku sudah menyadari ayah akan menasehatiku. Ketika aku menginjakan kaki di mobil ayah berkata, \u201ckamu pasti telat bangun lagi.\u201d Aku terdiam sejenak dan kemudian menatapnya dan berkata \u201ciya, yah.\u201d Di saat perjalanan aku mulai menceritakan alasanku bangun terlambat. \u201cKemarin malam aku menonton pertandingan sepak bola dan aku lupa kalau sudah jam 3 pagi, yah.\u201d Kemudian ayah merubah raut wajahnya dan menasehatiku, \u201cAyah dulu juga suka sepakbola nak, tetapi ayah tetap mengetahui prioritas utama seorang pelajar adalah bersekolah dan mengerjakan tugasnya.\u201d Kemudian di dalam hatiku lebih tenang karena tidak jadi dimarahi oleh ayahku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 121","Ledakan Keras Karya : Vincentius Dharmapala Seperti biasa, pagi ini setelah sarapan, aku dalam perjalanan ke kantor. Jalanan tampak ramai seperti biasanya. Seperti biasa aku duduk di halte bis untuk menunggu bis selanjutnya menuju ke kantor tempat aku bekerja. Aku melihat ada anak laki-laki sekitar umur 10 dan seorang laki-laki sekitar umur 20an memakai topi dan masker dengan membawa tas ransel di punggungnya. Ketika aku sedang menunggu di halte bis, tiba- tiba anak kecil itu menginjak kaleng minuman dan terpleset. Aku pun menghampiri anak kecil itu, nampak luka gesek akibat terjatuh. Aku bertanya pada anak kecil itu, \u201cApa kau tidak apa-apa nak?\u201d. Anak kecil itu mengeluh kesakitan akibat bekas ia terjatuh tadi. Untung ada apotek sekitar 120 meter dari sini, aku pun memutuskan untuk menggendong anak itu dan membawanya ke apotek untuk mengobatinya. Namun sesampainya di apotek anak kecil itu terlihat sangat tenang. Seusai membeli obat luka dan memberinya obat tersebut, anak kecil itu lalu berkata padaku, \u201cMaaf paman, telah merepotkan\u201d Lalu anak kecil itu melanjutkan kalimatnya, \u201cMaaf paman, sebenarnya tadi aku sengaja menaruh kaleng minuman lalu menjatuhkan diri agar aku terluka dan dibawa ke apotek\u201d \u201cTidak apa-apa, namun 122 | Lokananta dalam Tabir Delusi","mengapa kamu sengaja menjatuhkan diri sendiri?\u201d anak kecil itu berkata \u201cPaman, kedengarannya ini aneh tapi aku merasakan ada hal yang tidak beres dari pria yang membawa tas tersebut\u201d \u201cHahaha, ada-ada saja\u201d pikirku. Namun tak lama kemudian, tiba-tiba ada suara ledakan yang sangat keras. Aku pun panik dan melihat keluar. Mukaku menjadi pucat, jantungku berdebar- debar, tangan dan kakiku gemetaran. Halte bis tersebut hangus dan terlihat bekas ledakan dan api di halte tersebut. Aku tidak percaya apa yang aku lihat, terlebih lagi aku tidak percaya seorang anak kecil telah menyelamatkan hidupku pada detik itu. Lokananta dalam Tabir Delusi | 123","Sampai Akhir Hayat Karya : Vivi Senyum Tannoto Ketahuilah, hatiku berdebar saat mendengar ponselku berbunyi sebangun dari tidur siang saat itu. Tubuhku yang masih terbaring di atas kasur mendadak membeku mendengar telepon dari seseorang yang tidak lain adalah ibuku. Suara yang gugup, tangis yang tersendu-sendu memberiku kabar bahwa ayahku pergi bersama Sang Pencipta. Air mata menetes di pipiku tanpa diminta. Tangan pun bergetar seolah tak percaya mendengar apa yang telah terjadi. Seketika senyum langsung memudar, berganti pucat pasi, dan keterkejutan yang luar biasa. Dengan mata senduku bergegaslah aku pergi ke rumah orang tuaku yang ada di kota. Ada rasa tak rela, dan cinta yang terasa indah kini harus pupus dalam sekejap. Tanpa sepatah kata dan pesan, tanpa sakit dan tanda-tanda beliau pergi meninggalkan. Tak ingin menyalahkan takdir, mungkin sudah begitulah jalan hidup yang terbaik. Aku menemui banyak tetangga dan kerabat dekat keluargaku, namun ada satu keluarga yang kutemui tampak tak biasa bagiku. Aku duduk di depan rumahku dan mengingat betul perlakuan ayahku yang menjadikan diriku sebagai ratu. Tiada yang menyangka, kenangan tipis itu hanyalah sebuah kamuflase sesaat ketika ada seorang remaja laki-laki menghampiri dan bicara 124 | Lokananta dalam Tabir Delusi","kepadaku \u201cJangan terlarut dalam kesedihan, aku adalah anak sekaligus adikmu yang juga bersedih ditinggalkan beliau.\u201d Begitu tidak menyangka diriku bahwa ada wanita lain yang harus aku panggil mama dan seorang laki-laki yang kupanggil adik. Takdir tidak ada yang tahu hingga akhir hayat, selama ini ada sesuatu yang kau sembunyikan di balik keping hati yang kini menganga luka, dusta, dan kemunafikan baru terbongkar. Apakah kau bisa tenang, ketika aku tidak mau memaafkanmu? Lokananta dalam Tabir Delusi | 125","Kejutan di Dalam Rumah Karya : Yoachim Yeremia Simatupang Napas Jono seketika tertahan Ketika melihat sesuatu wujud di rumah nya. Di depannya tampak orang yang ia tidak kenal sedang menuju kearah dia. Ia merasa bahwa hanya dia sendiri yang ada di dalam rumah namun mengapa ada orang lain di dalam rumahnya. Jono mulai berjalan mundur dengan perlahan sambil mencoba menahan rasa takutnya. Orang tersebut mulai memanggil Jono dengan suara pelan. Jono berusaha untuk tetap tak memeperdulikan suara orang tersebut. Hati Jono bertanya siapakah orang itu dan apakah orang itu akan mencelakakannya? Semakin dekat wujud orang tersebut mulai terlihat. Sesosok Wanita berrambut Panjang kian mendekat. Wanita itu mulai berteriak memanggil Jono dengan suaranya yang parau. Jono sangat merasa ketakutan dan terus berjalan mundur. Ia mulai mengingat film horror yang sedang marak maraknya di tonton oleh banyak orang. Jarakantar mereka pun kian memendek. Hatinya semakin gusar. Wanita itu semakin mendekat kepadanya. ingin Jono berteriak saat itu juga, namun lidahnya kelu diselimuti oleh rasa takut dan kepanikan yang menghampirinya . Ia terus berjalan 126 | Lokananta dalam Tabir Delusi","mundur dan tanpa sadar tubuhnya terhentak ke dinding, tak bisa bergerak kemana-mana lagi. Sebuah tangan menjulur menghampiri telinganya. Keringat dingin mulai bercucur deras bagai hujan. \\\"Ctek\\\", suara itu menggema diseluruh penjuru ruangan. Mata Jono terbuka secara perlahan, mengintip sedikit demi sedikit. Cahaya terang menusuk retinanya dan dilihatlah sosok tersebut. \\\"Ibu?\\\", pertanyaan yang terbesit dipikirannya. \\\"Ngapain kamu sampai keringetan seperti itu? seperti habis melihat setan saja.\\\", ucap sosok wanita yang ia takuti sebelumnya. Helaan nafas panjang dikeluarkan Jono. Lega rasanya mengetahui bahwa itu hanya ibunya. Lokananta dalam Tabir Delusi | 127","Mafia Muda Karya : Yolanda Fernanda Susianto Aku adalah seorang anak yang sangat pendiam. Aku hanya menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku sehari-harinya. Aku memiliki adik perempuan, hanya saja aku sangat jarang berbincang dengannya. Kami hanya akan berbicara seperlunya. Dari kecil aku hanya mengikuti home schooling untuk kebutuhan pendidikanku. Mulai dari kecil, aku hanya memiliki sedikit teman bahkan hampir tidak pernah memiliki teman. Hari ini aku akan memulai hari pertamaku sebagai mahasiswa, aku hanya bisa berharap semuanya akan berjalan dengan baik. Aku tidak mengharapkan adanya pertengkaran pada hari pertamaku. Aku tiba di kampus, masih agak sepi, belum banyak mahasiswa yang datang. Tidak lama kemudian, seorang kakak tingkat menghampiriku, dia berniat merundungku. Melihat tampilanku yang cupu, dia mengambil kacamataku sambil berkata, \u201cHei anak cupu! Mahasiswa baru ya? Lu gak salah kuliah di sini, modelan kayak lu mana bisa tahan kuliah di sini.\u201d Aku hanya bisa diam dan tidak berani untuk melawannya. Tiba-tiba, dua orang datang membantuku, seorang laki-laki mengambil kacamataku dari kakak tingkat yang merundungku, dan seorang perempuan segera menarik tanganku untuk meninggalkan tempat itu. 128 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Ternyata mereka adalah mahasiswa yang seangkatan denganku, Altair dan Aresha. Setelah kejadian tadi, aku mengucapkan terima kasih kepada mereka. Tidak lama kemudian Aresha berkata, \u201cLain kali mungkin lu bisa coba ngubah tampilan lu, biar ga dibully sama kating.\u201d \u201cIya ini, pasti lu anak baik-baik yang ga pernah macam- macam ya\u201d, tambah Altair. Aku hanya terdiam dan berpikir ternyata sekeras ini dunia luar. Hari-hari berikutnya aku menghabiskan waktu kuliahku bersama mereka, hingga suatu hari aku berpisah dari mereka dan aku mendapat telepon bahwa mereka sedang berada dalam bahaya. Aku bergegas pergi untuk menolong mereka. Aku tiba di lokasi kejadian. Ternyata mereka diculik oleh seorang bos mafia. Bos mafia itu mengikat tangan dan menutup mata mereka dengan kain hitam, mengurung mereka di suatu tempat yang sangat sempit dan gelap. Bos mafia itu menangkap Altair karena ternyata dia pernah berselingkuh saat berpacaran dengan anak perempuannya, sedangkan Aresha ditangkap karena dia pernah merundung anak perempuannya. Bagi seorang mafia ini adalah sebuah dendam yang perlu dibalas. Bos mafia itu menyuruh seseorang masuk untuk menembak mereka. \u201cDorr\u201d, terdengar suara pistol sangat kencang dan menembak tubuh mereka berdua. Setelah itu, suara Altair dan Aresha tidak lagi terdengar. Begitu lampu ruangan menyala, aku melihat senyum seorang bos mafia Lokananta dalam Tabir Delusi | 129","dengan bangga menatapku dan berkata, \u201cHebat sekali anakku, kamu bisa membalaskan dendam adikmu dengan baik, sepertinya kemampuanmu sudah cukup untuk meneruskan ayah menjadi seorang mafia muda.\u201d 130 | Lokananta dalam Tabir Delusi","IPS 1 Keluarga Harmonis Karya : Albert Kurniawan Hari itu sangat cerah, burung-burung berkicauan, ayah, bunda, aku, dan adikku sangat bersemangat untuk berangkat liburan ke pantai. Semua terasa baik-baik saja dan sangat menikmati liburan tersebut. Cuaca sangatlah cerah dan didukung oleh matahari yang bersinar terang hingga melumpuhkan hatiku. Kami makan bersama, menikmati indahnya surga laut dari pesisir pantai hingga bermain voli sembari menunggu datangnya senja. Hatiku pun luluh, ketika senja tiba. Berwarna terang, tidak terlalu panas, hingga membuatku terharu piluh dengan keindahannya. Hari pun mulai malam, tanda untuk pulang. Ayah,bunda,dan adikku berkata \u201c Hari yang indah yah kak ! \u201c. Disaat itulah aku merasa bersyukur memiliki keluarga yang harmonis sekali. Setiba di rumah kami memejamkan mata untuk beristirahat sejenak sembari menunggu hari esok tiba. Sesaat, tiba-tiba aku terbangun, banyak orang mengelilingiku. \u2018Mengapa orang-orang mengelilingiku?\u2018 bisikku lirih. Saat itu juga aku mendengar orang-orang sedang panik dengan keadaanku. Waktu telah tiba lalu aku memejamkan mataku, disaat itu juga perawat dan dokter menyatakan bahwa aku dan keluargaku meninggal karena kecelakaan. Dan aku sadar bahwa semua yang Lokananta dalam Tabir Delusi | 131","terjadi hanyalah mimpi terakhirku dan beristirahat untuk selamanya tanpa bisa menunggu hari esok. 132 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Pulanglah Nak, Ku Merindukanmu Karya: Alberta Setyardi Putra Semenjak adanya wabah covid-19 yang masuk ke Indonesia, banyak orang yang terpapar dan tidak sedikit pula yang meninggal dunia. Oleh sebab itu, maka pemerintah mewajibkan seluruh masyarakat Indonesia untuk selalu memakai masker jika ingin keluar rumah, menjaga jarak, lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Hal tersebut sudah berjalan cukup lama sehingga kami pun mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini. Tak seperti Biasanya, Minggu lalu kakek meneleponku dan menyuruhku untuk pulang, dia berkata demikian \u201cnak pulanglah, aku sangat kangen kamu. Pulanglah, barangkali mudik ini adalah saat terakhir kamu untuk bisa bertemu dengan kakek. Teman-temanmu yang lain toh juga sudah pada banyak yang mudik.\u201d Setelah menerima telepon tersebut aku memutuskan untuk mudik 3 \u2013 4 hari lagi. Beberapa hari sebelum mudik, aku bermimpi kakek sedang berpakaian sangat rapi dan banyak orang datang kerumah layaknya sedang ada pesta. Mimpi itu berlangsung selama 2 hari berturut-turut. Sesampainya aku dirumah aku terkejut karena ada beberapa karangan bunga berjajar di depan rumah kakek. Kemudian adekku berkata \u201cMas, kamu yang kuat yah, kamu harus ikhlas karena kakek baru saja dikuburkan Lokananta dalam Tabir Delusi | 133","jam 10.00 yang lalu. Padahal beberapa hari yang lalu kakek berkata bahwa ia sangat kangen kamu.\u201d Tangisku seketika langsung pecah setelah mengetahui bahwa kakek telah kembali ke pangkuan Tuhan. Semua keluarga yang ada berusaha untuk membuatku kuat dan ikhlas atas kepergian kakek untuk selama- lamanya. 134 | Lokananta dalam Tabir Delusi","Bayangan Malam Karya: Angelina Gracia Tak ada kata bosan bagiku tuk mengunjungi Pulau Dewata, setiap kali aku mulai penat dengan pekerjaanku selalu kuhabiskan akhir pekanku disana meskipun cuma sekedar numpang tidur semalam. Kebetulan juga aku ada kontrak kerja dengan agency model di Bali. Hingga suatu hari bersama Nora teman sesama model, kami putuskan untuk menikmati weekend di pantai Lovina, Buleleng. Tujuan kami tak lain untuk menikmati pesona sunrise ditengah lautan sambil berburu lumba-lumba yang bermain asyik dengan teman-temannya, maka segera kami pesan satu kamar hotel tepat di bibir pantai. Pukul 18.00, kami sampai di hotel yang dituju, suara gamelan Bali dengan aroma dupa wangi begitu menusuk hidung, seolah sambutan dari Sang Dewata. Saat itu hotel yang kami tempati tidak begitu rame yang menginap terlihat dari suasana hotel yang sunyi dan lampu-lampu kamar yang dimatikan. Hanya suara deburan ombak yang sekali kali menghempas. Pukul 20.00 aku ajak Nora dinner di cafe tepi pantai, masih dilokasi hotel yang kami tempati. Aku pesan lambchop dan sebotol white wine sebagai pelengkap. Malam itu tampak hanya beberapa tamu asing yang bersantap dengan pasangannya dan tak lama merekapun pergi, hanya aku dan Nora yang Lokananta dalam Tabir Delusi | 135","masih tinggal disitu sambil mendengarkan live music. Malam semakin merangkak, aku ajak Nora meninggalkan cafe \u201ckita duduk di pantai aja yuk ! \u201dmalam ini aku pengin berbicara dengan alam dan Dewata adalah saksinya\u201d kataku sok puitis. Dan Nora yang mulai merasa dingin berpamitan untuk kembali ke kamar. \u201cJess jangan malam-malam tidur ! Jangan sampai kita keduluan sunrise besok !!!\u201d Hanya tinggal Jessi sendiri di pantai saat ini. Disaat sedang asyiknya larut dalam kesunyian pantai, Tiba-tiba terlihat samar seorang lelaki setengah baya dan berbadan tinggi dan besar berjalan menghampiri \u201c Sudah malam , tidak baik sendirian\u201c lalu lelaki itu berlalu pergi sambil tetap menyembunyikan wajahnya . Tapi dalam sekejap bayangan lelaki itu hilang bak ditelan bumi. Aku semakin bertanya-tanya siapa dan kemana lelaki itu menghilang. Bukankah garis pantai ini lurus tanpa ada kelokka, semakin aku mengingat bayangan itu semakin membuatku merinding. Segera aku kemasi sarung dan tas tanganku. Di sepanjang jalan melewati taman dengan bercahayakan lampu-lampu taman yang redup aku berusaha menekan rasa takutku dan segera ingin sampai di kamar. Ternyata Nora sudah terlelap di ranjang sebelahku dan aku mengurungkan niatku untuk membangunkannya. Kurebahkan badanku dan setengah bersembunyi dalam selimut aku mencoba tidur karena harus bangun pagi untuk agendaku berburu sunrise dan lumba-lumba, aku set alarm Hp 136 | Lokananta dalam Tabir Delusi","tepat pukul 04.00. Dalam tidurku tiba-tiba aku merasakan ada tangan besar dan dingin yang memegang betisku seperti membangunkan aku. Sontak aku membuka mata dan huufff ada lelaki tinggi dan besar dengan menggunakan jas warna hijau lumut ,ia berjalan membelakangi ku dan menuju pintu kamarku. Lalu bersandar di pintu itu sambil memandang ke arahku. Wajah lelaki itu sangat teduh dan berwibawa tapi dingin. Aku coba memanggil-manggil Nora yang disebelah ranjangku karena kakiku terasa kaku untuk melangkah tapi Nora seperti benda mati yang tidak bergerak. Dalam keremangan cahaya itu aku mencoba menghidupkan lampu kamarku tapi tombol lampu ada disisi pintu itu. Jantungku makin berdegup kencang ,aku harus segera mengakhiri adegan ini maka aku beranikan bangkit dari ranjangku dan melangkah kearah tombol lampu yang ada disisi pintu itu. \u201cYa Tuhan selamatkan aku! Dengan tangan gemetar aku mencoba meraih tombol itu tanpa melihat kearah lelaki itu. \u201cBlaaar lampu menyala dan bersamaan dengan lenyapnya lelaki itu!\u201d Lokananta dalam Tabir Delusi | 137","Prank Karya: Angelino Devon Di pagi hari Aku dan saudaraku sangat bosan karena tidak ada kegiatan yang dilakukan hari ini. Aku memiliki ide bagus supaya menghilangkan rasa bosan, Aku menunjukan sebuah rencana besar untuk menjahili rumah tangga aku dan saudaraku, kita membuat rencana yang sangat sangat matang dan disepakati Bersama. Rumah tangga kami di tinggali oleh sepasang suami dan istri yang sudah tua. Saat pagi hari Aku dan saudaraku diam diam masuk ke rumah tetangga karena di pagi hari mereka selalu pergi jalan jalan ke taman samai sore, Aku dan saudaraku memasang jebakan untuk mengagetkan yang sudah kami buat kemarin. Setelah itu kita menunggu di tangganya tetapi pasangan tersebut belum datang saudaraku kelelahan menunggu dan dia akhirnya pulang ke rumah, sedangkan aku menunggu hingga pasangan tersebut datang. Di saat malam hari akhirnya ada yang datang Aku menunggu lama sekali untuk melihat ini tetapi jebakan ku tidak ada sama sekali yang terkena. Sesaat Aku berpikir ada suara dari belakang ku seperti suara napasan sesaat aku menoleh ke belakang Aku melihat nenek nenek menatapi ku dengan mata yang tajam aku lari ketakutan sehingga membuat Aku terkena jebakanku sendiri. Setelah itu Aku lari keluar dengan 138 | Lokananta dalam Tabir Delusi","baju yang basah dan berwarna pink serta terdapat bulu ayam dimana mana. Sesaat Aku keluar aku dilihat banyak orang, tetapi walaupun begitu Aku bertanya tanya bagaiamana nenek itu bisa berada dibelakangku, ternyata saat aku pulang di rumah Aku mendapat kabar bahwa nenek itu meninggal karena terjatuh di sungai Aku jadi takut dan melihat rumah itu dari jendelaku dan terdapat sosok nenek nenek menatapi aku. Lokananta dalam Tabir Delusi | 139","Salah Target Karya: Aryo Pambudi Memiliki teman yang seru dan lucu bukanlah suatu hal yang asing di sekitar kita. Perilaku, tingkah laku, tutur katanya membuat kita terhibur dan mood menjadi senang pada hari tersebut. Terdapat suatu kejadian yang dimana kejadian tersebut merupakan kejadian aneh yang pernah terjadi di kelas. Suasana panas terik di siang hari dan dengan kegiatan pembelajaran yang membosankan membuat para teman-teman saya tidak semangat lagi. Terlihat wajah lesu, lelah dan sebagainya menyelimuti keadaan para teman-teman saya yang ada di kelas tersebut. Lalu juga dengan tugas yang diberikan guru tersebut, membuat keadaan para siswa\/siswi semakin kesal dan malas. Lalu bel berbunyi yang menandakan bahwa pelajaran tersebut telah berakhir dan pergantian pelajaran dimulai. Keadaan senang dan bahagia pun menyelimuti keadaan para siswa yang melihat guru berjalan yang akan meninggalkan kelas. Dan kegiatan teman pun dimulai dengan berbincang-bincang, melakukan sesuatu dan sebagainya sambil menunggu guru pelajaran selanjutnya masuk ke kelas. Teman- teman pun tidak terasa bahwa apa yang dilakukanya sudah lumayan lama dan guru pelajaran selanjutnya belum dating-datang. 140 | Lokananta dalam Tabir Delusi"]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254